Anda di halaman 1dari 34

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Suatu perusahaan harus kreatif dan inovatif guna menghadapi persaingan dunia bisnis
yang dari waktu ke waktu kian kompetitif. Hal ini juga dirasakan oleh perusahaan yang
bergerak di bidang perdagangan. Perusahaan dagang adalah perusahaan yang kegiatannya
membeli barang dan menjualnya kembali tanpa mengubah bentuk barang tersebut terlebih
terdahulu, dan tujuan penjualan ini untuk memperoleh keuntungan. Diperlukan pengelolaan
dan pemeriksaan yang memadai terhadap persediaan barang dagang.

Pengelolaan dapat meliputi pencatatan yang baik dan akurat sesuai dengan kebutuhan.
Pemeriksaan persediaan merupakan fungsi manajerial yang sangat penting, karena
pemeriksaan atas persediaan ini banyak melibatkan investasi rupiah dan mempengaruhi
efektivitas dan efisiensi kegiatan perusahaan. Oleh karena itu,audit atas persediaan barang
dagang sangat diperlukan untuk mengurangi resiko terjadinya selisih, kehilangan,
mengantisipasi kemungkinan terjadinya kecurangan dan memastikan bahwa prosedur telah
dilakukan dengan baik sehingga kemudian dapat dibuatlah perbaikan.

Secara intern, kesalahan penyajian nilai persediaan barang dagang dapat menimbulkan
kesalahan pengambilan keputusan produksi. Kegiatan pemasaran dan bahan pembelanjaan
perusahaan. Bagi pihak ekstern,kesalahan tersebut dapat memberikan informasi yang
menyesatkan mengenai profitabilitas dan bahkan kemampuan perusahaan untuk dapat
menyelesaikan kewajiban-kewajiban keuangan.

Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan berbagai pihak akan informasi akuntansi
mengenai persediaan barang dagang dibutuhkan pengujian kesesuaian antara praktek
akuntansi persediaan barang dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Proses pengujian
tersebut dikenal dengan istilah auditing yang dilakukan oleh akuntan public sebagai pihak
yang independen dari penyelenggaraan kegiatan,pemilikan dan hubungan baik lainnya
dengan organisasi perusahaan yang dapat mempengaruhi independen tersebut.

Kelompok 1 1
1.2 RUMUSAN MASALAH

1.2.1 Jelaskan apa itu audit persediaan?

1.2.2 Apa tujuan dari audit/pemeriksaaan persediaan?

1.2.3 Bagaimana prosedur audit/pemeriksaan persediaan diterapkan?

1.3 TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN

Untuk memenuhi tugas mata kuliah AUDITING II , dan menjelaskan secara rinci
mengenai prosedur dan langkah-langkah serta hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
melakukan audit persediaan.

1.3.1. Mengetahui pengertian persediaan.

1.3.2. Mengetahui tujuan dari pemeriksaan persediaan

1.3.3. Mengetahui prosedur dari pemeriksaan persediaan.

Kelompok 1 2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN PERSEDIAAN

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (PSAK: No. 14, hal 14.1 s/d 14.2 dan 14.9-IAI, 2002),
persediaan adalah aset :

a. Yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal.

b. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau

c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses
atau pemberian jasa.

Persediaan mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

a. Biasanya merupakan aset lancar karena masa perputarannya biasanya atau sama
dengan satu tahun.

b. Merupakan jumlah yang besar, terutama dalam perusahaan dagang dan industri.

c. Mempunyai pengaruh yang besar terhadap laporan posisi keuangan (neraca) dan
perhitungan laba rugi.

Contoh dari perkiraan-perkiraan yang biasa digolongkan sebagai persediaan adalah :

a. Bahan baku (raw materials)

b. Barang dalam proses (work in process)

c. Barang jadi (finished goods)

d. Suku cadang (spare-parts)

e. Bahan pembantu: oli, bensin, solar.

f. Barang dalam perjalanan (goods in transit), yaitu barang yang sudah dikirim oleh
Supplier tetapi belum sampai di gudang perusahaan

g. Barang konsinyasi : consignment out (barang perusahaan yang dititip jual pada
perusahaan lain). Sedangkan consignment in (barang perusahaan lain yang dititip
jual di perusahaan) tidak boleh dilaporkan / dicatat sebagai persediaan perusahaan.

Kelompok 1 3
Menurut SAK ETAP (IAI,2009: 56-57):

Entitas harus menentukan biaya persediaan dengan menggunakan rumus biaya masuk-
pertama keluar-pertama (MPKP) atau rata-rata tertimbang. Rumus biaya yang sama harus
digunakan untuk seluruh persediaan dengan sifat dan pemakaian yang serupa. Untuk
persediaan dengan sifat atau pemakaian yang berbeda, penggunaan rumus biaya yang berbeda
dapat dibenarkan. Metode masuk terakhir keluar pertama (MTKP) tidak diperkenankan oleh
SAK ETAP.

Entitas harus mengukur biaya persediaan untuk jenis persediaan yang normalnya tidak
dapat dipertukarkan, dan barang/jasa yang dihasilkan dan dipisahkan untuk proyek tertentu
dengan menggunakan identifikasi khusus atau biayanya secara individual.

Entitas harus menguji pada setiap tanggal pelaporan apakah persediaan menurun nilainya
yaitu nilai tercatatnya tidak dapat dipulihkan secara penuh (mis: karena kerusakan, keusangan
atau penurunan harga jual).

Kelompok 1 4
2.2. TUJUAN PEMERIKSAAN (AUDIT OBJECTIVES) PERSEDIAAN

1) Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas persediaan.

2) Untuk memeriksa apakah persediaan yang tercantum di laporan posisi keuangan


(neraca) betul-betul ada dan dimiliki oleh perusahaan pada tanggal laporan posisi
keuangan (neraca).

3) Untuk memeriksa apakah metode penilaian persediaan (valuation) sesuai dengan


standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS)

4) Untuk memeriksa apakah sistem pencatatan persediaan sesuai dengan standar


akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).

5) Untuk memeriksa apakah terhadap barang-barang rusak (defective), bergerak lambat


(slow moving) dan ketinggalan mode (absolescence) sudat dibuatkan allowance yang
cukup.

6) Untuk mengetahui apakah ada persediaan yang dijadikan jaminan kredit.

7) Untuk mengetahui apakah persediaan diasuransikan dengan nilai pertanggungan yang


cukup.

8) Untuk mengetahui apakah ada perjanjian pembelian/penjualan persediaan


(purchase/sales commitment) yang mrmpunyai pengaruh yang besar terhadap laporan
keuangan.

9) Untuk memeriksa apakah penyajian persediaan dalam laporan keuangan sudah sesuai
dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).

Kelompok 1 5
2.3. PROSEDUR PEMERIKSAAN (YANG DISARANKAN) ATAS PERSEDIAAN

Prosedur pemeriksaan dibagi atas prosedur compliance test, text analytical review dan
substantive test.

Prosedur pemeriksaan persediaan mencakup pembelian, penyimpanan, pemakaian dan


penjualan persediaan, karena berkaitan dengan siklus pembelian, utang dan pengeluaran kas
serta siklus penjualan, piutang dan penerimaan kas.

Prosedur pemeriksaan untuk compliance test :

1. Pelajari dan evaluasi internal control atas persediaan.

a) Dalam hal ini auditor biasanya menggunakan internal control questionaires

b) lakukan tes transaksi (compliance test) atas pembelian dengan menggunakan


purchase order sebagai sampel. Untuk tes transaksi atas pemakaian persediaan
(bahan baku) bisa digunakan material requisition sebagai sampel. Untuk tes
transaksi atas penjualan, bisa digunakan faktur penjualan sebagai sampel.

2. Tarik kesimpulan mengenai internal control atas persediaan.

Jika dari tes transaksi auditor tidak menemukan kesalahan yang berarti, maka auditor
bisa menyimpulkan bahwa internal control atas persediaan berjalan efektif. Karena itu
substantive test atas persediaan bisa dipersempit.

Prosedur pemeriksaan substantive atas persediaan :

1. Lakukan observasi atas perhitungan fisik (stock opname) yang dilakukan perusahaan
(klien).

Kelompok 1 6
2. minta final inventory (inventory compillation) dan lakukan prosedur pemeriksaan
berikut ini:

a) check mathematical accuracy (penjumlahan dan perkalian)

b) cocokkan “quantitiy per book” dengan stock card

c) cocokkan “quantitiy per count” dengan count sheet kita (auditor)

d) cocokkan “total value” dengan buku besar persediaan

3. kirimkan konfirmasi untuk persediaan consignment out

4. periksa unit price dari bahan baku (raw material), barang dalam proses (work in
process), barang jadi (finished goods), dan bahan pembantu (supplies).

5. Lakukan rekonsiiliasi jika stock opname dilakukan beberapa waktu sebelum/sesudah


tanggal laporan posisi keuangan (neraca).

6. Periksa cukup tidaknya barang-barang yang bergerak lambat (allowance for slow
moving), barang-barang yang rusak dan barang-barang yang ketinggalan mode.

7. Periksa kejadian sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca) (subsequent event)

8. Periksa cut-off penjualan dan cut-off pembelian

9. Periksa jawaban konfirmasi dari bank, perjanjian kredit (loan agreement), notulen
rapat.

10. Periksa apakah ada sales/purchase commitment per tanggal laporan posisi keuangan
(neraca)

11. Seandainya ada barang dalam perjalanan (Goods In Transit), lakukan prosedur berikut
ini:

a) Minta rincian goods in transit per tanggal laporan posisi keuangan (neraca)

b) Periksa mathematical accuracy

c) Periksa subsequent clearance

12. Buat kesimpulan dari hasil pemeriksaan persediaan dan buat usulan adjustment jika
diperlukan

Kelompok 1 7
13. Periksa apakah penyajian persediaan di laporan keuangan sudah sesuai dengan standar
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK/ETAP/IFRS.

PENJELASAN PROSEDUR AUDIT

1. Lakukan Observasi atas Stock Opname yang dilakukan Klien

Stock opname dilakukan terutama untuk persedian yang berada di gudang perusahaan. Untuk
barang consignment out dan barang-barang yang tersimpan di puclic warehouse jika
jumlahnya material harus dilakukan stock opname, jika tidak material, cukup dikirim
konfirmasi. Stock opname bisa dilakukan pada akhir tahun atau beberapa waktu
sebelum/sesudah akhir tahun.

Untuk perusahan yang internal controlnya lemah, stock opname pada tanggal neraca. Untuk
perubahan yang internal controlnya baik, stock opname bisa dilakukan beberapa waktu
sebelum atau sesudah tanggal neraca.

Ada beberapa hal yang harus dilakukan auditor sebelum pelaksanaan stock opname:

a. Dapatkan dan pelajari Petunjuk Pelaksanaan Stock Opname (Phisycal Inventory


Instruction) yang dibuat oleh perusahaan, dimana biasamya telah mencakup:

i. Pengaturan team/petugas stock opname

ii. Tanggal pelaksanaan stock opname

Kelompok 1 8
iii. Lokasi dan denah gedung

iv. Pembatasan seminimal mungkin ke luar masuknya barang pada waktu


pelaksanaan stock opname

v. Prosedur cut-off, yaitu mencatat nomor dan tanggal terakhir dan receiving report
dan issuing/shipping report

vi. Pengunaan bin-tag untuk mencatat hasil perhitungan, yang sebelumnya


ditempelkan di setiap jenis barang.

b. Lakukan peninjauan gudang sebelum stock opname dilakukan, untuk mendapat


gambaran mengenai lokasi gudang, apakah barang-barang di gudang telah disusun
rapih menurut jenis dan kelompoknya.

c. Siapkan team audit yang akan ditugaskan untuk melakukan observasi atas
pelaksanaan stock opname yang dilakukan klien, beserta perlegkapan yang
dibutuhkan.

Beberapa hal yang harus diperhatikan sewaktu pelaksanaan (observasi) atas stock
opname:

i. Di hari pertama harus diberikan penjelasan (briefing) kepada para pelaksa stock
opname mengenai cara-cara stock opname, dipimpin oleh penanggung jawab
stock opname dan dihadiri team auditor.

ii. Pada saat stock opname dilakukan, klien harus menghitung 100% sedangkan
auditor mengamati apakah perhitungan sudah dilakukan sesuai dengan physical
inventory intruction agar hasilnya betul-betul akurat.

a) Pada saat mengamati, secara tes basis auditor ikut menghitung bersama-
sama klien dan mencatat dalam inventory count sheet.

b) Harus diingat bahwa petugas klien seharusnya yang paling mengetahui jenis
barang dan cara menghitung, sedangkan auditor bukanlah ahli mengenai
jenis barang tersebut dan haurs banyak belajar dari klien.

iii. Untuk persediaan minyak, teknik perhitungan disebut geiging. Ujung meteran
digantungi canting (untuk pemberat) sampai menyentuh dasar tangki. Kemudian
meteran ditarik dan dilihat batas meteran minyak untuk mengetahui tinggi

Kelompok 1 9
permukaan minyak, lalu dikalikan dengan tanki untuk mengetahui volume
minyak tersebut.

iv. Selesai pelaksanaan stock opname, auditor harus membuat laporan/memo


mengenai pelaksanaan stock opname dan hasil observasi auditor. Memo tersebut
harus mencakup kesimpulan auditor apakah stock opname sudah dilakukan
sesuai dengan physical inventory instruction dan hasilnya akurat dan bisa
dipercaya.

2. Minta Daftar Hasil Stock Opname (Final Inventory List/Inventory Compilation)

Harus diperhatikan jangan terjadi kesalahan tulis dalam satuan, misalnya 1 pak berisi 5 kg,
waktu menghitung yang ada 500 kg tetapi dituliskan 500 pak, sehingga jumlah rupiahya
(value) menjadi salah

Prosedur yang harus dilakukan terhadap Final Inventory List tersebut adalah:

a. Check mathematical accuracy (penjumlahan dan perkalian)

b. Cocokkan jumlah kolom value dengan saldo menurut buku besar persediaan.

c. Cocokkan jumlah menurut kolon stock card dengan saldo menurut stock card (test
basis)

d. Bandingkan quality per count dengan jumlah menurut count sheet auditor (hanya
bisa untuk barang yang ikut dihitung oleh auditor)

3. Kirimkan konfirmasi untuk persediaan consignment out ( persediaan perusahaan


yang dititip jual ke perusahaan lain)

Biasanya barang konsinyasi jumlahnya tidak terlalu besar sehingga lebih praktis untuk
mengirim konfirmasi dibangdingkan jiak auditor harus menghitungnya. Selain itu auditor
juga bisa memeriksa bukti pengiriman barang konsinyasi tersebut.

Untuk raw materials dan supplies periksa faktur pembelian (supplier invoice) yang terakhir
dan perhatikan apakah perusahaan menggunakan FIFO,LIFO atau Average Cost.

Untuk barang impor harus diperiksa bukti-bukti pembelian impor (purchase order, proforma
invoice, Bill of lading, pemberitahuan impor untuk dipakai-PIUD, letter of credit-L/C,
receiving import) dan juga perhitungan landed costnya.

Kelompok 1 10
4. Lakukan rekonsiliasi antara saldo menurut stock opnama dan saldo per tanggal
neraca jika stock opname dilakukan beberapa waktu sebelum atau sesudah tanggal
neraca.

5. Periksa cukup tidaknya allowance untuk barang-barang yang bergerak lambat, rusak dan
ketinggalan mede.

Cukup dalam arti tidak terlalu besar (dapat menyebabkan laba terlalu kecil) dan tidak
terlalu kecil (dapat menyebabkan laba terlalu besar). untuk itu auditor harus memeriksa
bagaimana kebijakn dan cara perusahaan menentukan allowance, apakah konsisten atau
tidak dengan periode sebelumnya.

Salah satu cara yang biasa digunakan oleh perusahaan adalah: Untuk barang yang tidak
dipakai atau tidak terjual selama:
3 bulan,dibuatkan allowance 10%
6 bulan, dibuatkan allowance 30%
9 bulan, dibuatkan allowance 50%
12 bulan, dibuatkan allowance 80%
Lebih dari 12 bulan dibuatkan allowance 100%
Dalam hal ini auditor harus memeriksa stock card untuk mengetahui sudah berapa lama
persediaan itu tidak mengalami penguranagan (tidak dipakai atau tidak terjual). selain itu
pada waktu stock opname biasanya barang-barang yang rusak sudah dipisahkan dan
dibuatkan daftarnya, yang bergerak lambat atau ketinggalan mode sudah berdebu karena
lama tidak tersentuh.

6. Periksa Kejadian Sesudah Tanggal Neraca (Subsequent Event)

Tujuannya untuk mengetahui apakah ada penjualan fiktif yang dicatat untuk
memperbesar jumlah laporan penjualan (salah satu bentuk window dressing) dan
kemudian di awal periode berikutnya direverense/dibuat jumlah baik.

a. Untuk mencatat penjualan fiktif dibuat jurnal:

(D) Piutang xxx

(K) Penjualan xxx

b. Dan jika digunakan perpetual system ada tambahan jurnal:

(D) harga Pokok Penjualan xxx

Kelompok 1 11
(K) Persediaan xxx

c. Pada awal periode berikutnya dibuat reversing entry

(D) Penjualan xxx

(K) Piutang xxx

d. Dan jika digunakan perpetul system ada tambahan jurnal:

(D) Persediaan xxx

(K) Beban Pokok Penjualan xxx

7. Periksa cut-off penjualan dan cut-off pembelian

Tujuannya untuk meyakinkan jangan sampai ada pergeseran waktu dalam pencatatan
penjualan dan pembelian. Jadi jangan sampai ada penjualan tahun 2010 yang dicatat
sebagai penjualan tahun 2011 atau penjualan 2011 yang dicatat sebagai penjualan 2010.

Untuk itu harus dicatat (lebih baik minta copynya) tanggal dan nomor terakhir dan faktur
penjualan, delivery order,faktur pembelian dan recevingreport.

Perhatikan juga syarat pengiriman barang apakah FOB shipping point / destination
point.

8. Periksa jawaban konfirmasi bank, loan agreement (perjanjian kredit, notulen rapat
(minutes of meeting)

Tujuannya adalah untuk mangetahui apakah ada persediaaan yang dijadikan sebagai
barang jaminan atas kredit yang diperoleh perusahaan dipihak ketiga. Jika ada
tuntutannya akan disebutkan dalam jawaban konfirmasi bank, perjanjian kredit dan
notulen rapat. Dan jika ada persediaan yang dijaminkan, maka hal tersebut harus
dijelaskan dalam catatn atas laporan keuangan (notes to financial statements).

9. Periksa Apakah Ada Sales Atau Purchase Commitment Per Tanggal Neraca.

Jika ada purchase atau sales commitment yang menimbulkan kerugian yang material
bagi perusahaan dalam periode berikutnnya, hal tersebut harus dijelaskan dalam catatan
atas laporan keuangan.

Untuk itu auditor harus memeriksa kontrak penjualan dan pembelian yang realisasinya
akan dilakukan di periode berikutnya, dan memeriksa apakah ada penurunan harga beli
atau harga jual di pasar (market value) diperiode berikutnya.

Kelompok 1 12
10. Jika Barang Dalam Penjualan, Lakukan Prosedur Audit Yang Diperlukan.

Prosedur auditnya adalah:

a. Minta rincian barang dalam perjalanan per tanggal neraca

b. Periksa perhitungan mhatematisnya (penjualan dalam pakaian)

c. Periksa apakah syarat pengiriman barang menggunakan free on board (fob) shipping
point atau fob destination point.

d. Periksa subsequent clearance (penyelesaian sesudah tanggal neraca)

e. Dalam hal ini auditor harus menanyakan kepada klien dan memeriksa bukti
pendukung apakah sesudah tanggal neraca barang dalam perjalanan tersebut sudah
diterima. Bukti yang harus diperiksa adalah laporan penerimaan barang (receiving
report), jika sesudah tanggal neraca, sampai sampai mendekati tanggal selesainya
pemeriksaan laporan barang dalam perjalanan belum juga diterima, kemungkinan
terjadi pembatalan pembelian atau kesalahan pencatatan.

11. Buat Kesimpulan Dari Hasil Pemeriksaan Persediaan dan Dibuat Usulan Audit
Adjusment Jika Diperlukan.

Auditor harus menyimpulkan (biasanya ditulis di top schedule) apakah berdasarkan


prosedur pemeriksaan yang telah dilakukannya, persediaan disajikan secara wajar atau
Tidak.

12. Periksa Apakah Penyajian Persediaan di Laporkan Keuangan Sudah Sesuai


Dengan Standar Akuntansi Keuangan Di Indonesia (Sak/Etap/Ifrs).

Menurut SAK ETAP (IAI,2009: 57) :

Entitas harus mengungkapkan :

a. Kebijakan akuntansi yang diterapkan untuk mengukur persediaan,


termasuk rumus biaya yang digunakan;

b. Total jumlah tercatat persediaan dan klasifikasinya yang tepat


dengan entitas;

c. Jumlah persediaan yang diakui sebagai beban selama periode;

Kelompok 1 13
d. Jumlah penurunan nilai persediaan dan pemulijannya yang diakui
dalam laporan laba rugi;

e. Jumlah tercatat persediaan yang diagunkan.

Selain itu, menurut SAK ETAP (IAI,2009: 124-125) :

Entitas harus menilai :

Entitas harus menilai pada setiap tanggal pelaporan apakah


persediaan turun nilainya. Entitas harus membuat penilaian dengan
menbandingkan jumlah tercatat setiap jenis persediaan (atau kelompok
persediaan yang sama) dengan harga jual dikurangi biaya untuk
menyelesaikan dan menjual. Jika suatu jenis persediaan (atau kelompok
jenis persediaan) turun nilainya, maka entitas harus mengakui kerugian
dalam laporan laba rugi atas perbedaan antara jumlah tercatat dan harga
jual dikurangi biaya untuk menyelesaikan dan menjual.

Jika tidak praktisi untuk menentukan harga jual dikurangi biaya


untuk menyelesaikan dan menjual setiap jenis persediaan, maka entitas
diperkenankan mengelompokan jenis persediaan dalam lini produk yang
sama tujuan dan pemakaiannya serta diproduksi dan dipasarkan dalam
area geografis yang sama untuk tujuan menguji penurunan nilai.

Entitas harus membuat penilaian baru atas harga jual dikurangi


biaya untuk menyelesaikan dan menjual dalam setiap periode berikutnya.
Jika situasi di periode sebelumnya yang menyebabkan persediaan turun
nilainya tidak ada lagi atau adanya bukti nyata kenaikan dari harga jual
dikurangi biaya untuk menyelesaikan dan menjual karena perubahan
kondisi ekonomi, maka entitas harus memulihkan jumlah penurunan nilai
sebelumnya (pemulihan dibatasi sebesar jumlah awal kerugian penurunan
nilai) sehingga jumlah tercatat baru adalah nilai yang lebih rendah antara
harga perolehan dan harga jual dikurangi biaya untuk menyelesaikan dan
menjual yang telah direvisi.

Kelompok 1 14
CONTOH INTERNAL CONTROL (QUIESTIONNAIRES – PERSEDIAAN)

Klien Y T=Ti TR=Tid


=Y dak ak
a Relevan
PENYIMPANAN DAN PENGAWASAN FISIK
1. Apakah persediaan :

a. Dipisahkan atas kelompok :

1) Bahan baku? √

2) Barang dalam proses? √

3) Barang jadi/barang dagang? √

4) Bahan pembantu (supplies) dan √


sparepart √
b. Diatur secara rapih dan tertib?

c. Tercegah dari : √
1) Pencurian? √
2) Kerusakan? √
3) Kebakaran, banjir dan risiko lain? √
d. Secara berkala dicocokan dengan √
kartu gudang?

2. Apakah persediaan di bawah



pengawasan seorang penjaga gudang
atau orang tertentu lainnya?

3. Apakah kecuali petugas gudang dilarang √


masuk ke gudang?

4. Apakah setiap pengeluaran


bahan √
baku/pembantu spareparts berdasarkan
bukti penjualan tertulis?

5. Apakah setiap pengeluaran barang

Kelompok 1 15
jadi/barang dagang harus berdasarkan √
D.O, atau sejenisnya yang diotorisasi
pejabat perusahaan yang berwenang?

6. Apakah terdapat pos-pos penjagaan yang


mengawasi arus keluar masuk barang
dengan efektif?

PEMBUKUAN PERSEDIAAN √

7. Apabila ada klien menggunakan √


perpetual inventory system : √

a. Apakah dibuat kartu persediaan untuk √


:

1) Bahan baku?

2) Barang dalam proses?



3) Barang jadi/dagang?

4) Bahan pembantu dan spareparts?



b. Apakah kartu persediaan tersebut
dikerjakan oleh petugas yang tidak

menguasai persediaan secara fisik?

c. Apakah total jumlah menurut kartu


persediaan tersebut secara berkala
dicocokan dengan perkiraan kontrol √
(buku besar) persediaan.

d. Apakah saldo kartu persediaan


dicocokan dengan hasil stock opname
paling sedikit setahun sekali?

e. Bila terdapat selisih, apakah √

diinvestigasi oleh orang yang tidak

Kelompok 1 16
menguasai persediaan secara fisik
atau pemegang kartu persediaan?

f. Apakah adjustment atas selisih


diotorisasi oleh petugas berwenang?

8. Apabila digunakan periodic system,
sebutkan prosedur dan pengawasan yang
dilakukan √

.................................................................. √
......

.................................................................. √
......

..................................................................

......

9. Apakah yang mengawasi/melakukan


perhitungan atau menyusun ikhitas hasil √
perhitungan terlepas dari :

a. Penguasaan secara fisik atas barang √


(penjaga gudang dan sebagainya?)

b. Pencatatan kartu persediaan?

10. Apakah dibuat instruksi tertulis


untuk pelaksanaan stock opname dan

dijelaskan kepada pelaksana stock
opname?

11. Apakah dilakukan cut-of atas √


penerimaan dan pengeluaran barang √
selama stock opname?

12. Apakah barang yang slow moving,

usang, rusak, dipisahkan?

13. Apakah hasil stock opname


Kelompok 1 17
dicocokan dengan perkiraan Buku Besar?

14. Apakah persediaan akhir dinilai


secara konsisten dengan tahun √
sebelumnya?

COSTING SYSTEM

15. Apabila terdapat costing system,

apakah :

a. Sesuai dengan standar akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia/SAK? √

b. Cocok dengan produk?

c. Terancang untuk mencegah


pemborosan? √

d. Dicocokan dengan Laporan Keuangan? √

e. Menggunakan biaya standard/kalkulasi


dimuka untuk disesuaikan dengan

biaya sebenarnya?

f. Variance yang timbul dibuat



analisinya?

16. Apakah hal-hal sebagai berikut √


dilaporakan segera kepada manajemen
(untuk perbaikan/diambil keputusan)? √
a. Rencana kebutuhan?

b. Slow moving items? √


c. Barang yang usang (obsolete)/

d. Barang yang rusak? √


e. Kelebihan persediaan?

f. Persediaan sisa(scrap)? √

Kelompok 1 18
17. Apakah untuk persediaan berikut √
dikendalikan dengan baik dan dibukukan √
sebagaimana seharusnya?

a. Barang konsinyasi kelua (milik klien)?

b. Barang konsinyasi yang diterima (milik


perusahaan lain untuk dijualkan)?

c. Barang dalam customers bounded
warehouse atau broker’s warehouse? √

d. Barang pada kontraktor/sub √


kontraktor? √

e. Bahan baku yang disediakan oleh √


langganan/ pemesan (customer-
supplied materials)?

f. Barang kemasan perusahaan yang


dapat dikembalikan (returnable
containers)?

g. Barang kemasan?

h. By-products?

18. Apakah barang-barang tersebut


pada butir 16 secara fisik dipisahkan (bila
mungkin dilakukan)?

19. Apakah jumlah rata-rata


persediaan cukup dapat diterima untuk
jenis usaha dan besarnya perusahaan ?

20. Apakah produksi dilakukan


berdasarkan :

a. Pesanan (Job Order Costing)?

b. Produksi massa (process Costing)?

Kelompok 1 19
21. Jika berdasarkan pesanan, apakah
dibuat Job Order Sheet untuk setiap
pesanan?

22. Apakah metode penilaian


persediaan berdasarkan :

a. Cost: -FIFO

-Moving Average

-Weighted Average

b. Lower os cost or market

c. Harga jual
A. Kelemahan-kelemahan lain yang tidak
tercantum pada pernyataan di atas:

..................................................................
.....................

..................................................................
.....................

..................................................................
.....................

B. Catatan lain :

..................................................................
.....................

..................................................................
.....................

..................................................................
.....................

C. Kesimpulan penilaian (Baik, Sedang,


Buruk)?

D. Revisi kesimpulan penilaian (lampiran

Kelompok 1 20
alasannya)

Diisi oleh :

TANGGAL :
Direview Oleh

TANGGAL :

Kelompok 1 21
Contoh Tes Transaksi Persediaan

No
KETERANGA .
Tgl PO No. JUMLAH A B C D
N A/
C
5-1- P PT. Supra Jaya,
2010 007/J/10 pembelian
1.000 unit =Rp. =Rp. 30 √ √ √ √
bahan baku A 12.000.0 12.000.0 0
00 00
500 unit =Rp. =Rp. 31 √ √ √ √
bahan baku B 2.000.00 2.000.00 0
0 0
=Rp.
12.000.0
00
PPN 10% =Rp.
1.200.00
0
=Rp.
13.200.0
00

25-1- P PT. Sagita, pembelian =Rp. 30 √ √ √ √
2010 021/j/10 pakaging 10.000 unit 10.000.0 3
00
@Rp. 1.000 =Rp. =Rp. 31 √ √ √ √
10.000.0 1.000.00 0
00 0
PPN 10% =Rp.
1.000.00

Kelompok 1 22
0
=Rp.
11.000.0
00

27-1- P PT. Buter-buter, =Rp.
2010 035/j/10 pembelian bahan baku 12.000.0
1500 unit 00
@Rp. 8.000 =Rp. =Rp.
12.000.0 1.200.00
00 0
PPN 10% =Rp.
1.200.00
0
=Rp.
13.200.0
00

 Sampel dipilih secara random dalam


bentuk Purchase order (PO) yang
berjumlah lebih dari RP. 10.000.000

 Nomor Account yang didebit dicatat di


kolon No. A/C yang dikredit dicatat di
perkiraan utang (No. A/C410, karena
semua pembelian persediaan
dilakukan secara kredit.

 Bukti pendukung terdiri atas :


Purchase Requistion (PR),Purchase
Order (PO), supplier invoice dan
receiving report.

Kesimpulan ; transaksi pembelian bahan

Kelompok 1 23
baku telah dilaksanakan dan dicatat dengan
sistem dan prosedur yang telah ditetapkan
perusahaan.

A. Mathematical Accuracy

B. Kelengkapan bukti pendukung

C. Otorisasi

D. Posting kartu stock

E. Posting ke buku besar persediaan dan


utang

F. Posting sub buku besar utang

DIBUAT DIREVIEW CLIENT : PT. RENIKU PERIOD INDEX


OLEH : OLEH E KKP

TANGGAL
SCHEDULE : TES TRANSAKSI PERSEDIAAN
TANGGAL
B9-1
JAN’11
TAHUN
2010

Kelompok 1 24
Contoh Physical Inventory Instructions

A. Instruksi Umum

1. Perhitungan persediaan tahunan akan dilaksanakan sebagai berikut;

Tanggal : 30 dan 31 Desember 2010

Lokasi : semua cabang

Persediaan yang dihitung : barang dagangan

Perhitungan dimulai tepat jam 08:00 dan karyawan harus sudah


hadir pada jam 07:30 untuk diberikan briefing yang diperlukan agar
inventory taking berjalan sesuai jadwal.

2. Kegiatan perhitungan fisik dijalankan berdasarkan instruksi dari


yang berwenang yaitu bagian koordinasi persediaan untuk
meyakinkan bahwa inventory taking berjalan sesuai dengan jadwal.

3. Agar supaya perhitungan fisik berjalan rapih dan teratur, seluruh


lokasi persediaan dibagi atas barang jadi dan sampel. Setiap lokasi
dari perhitungan fisik diawasi oleh bagian koordinasi. Perhitungan
fisik yang sebenarnya dilaksanakan oleh team penghitung. Setiap
team terdiri atas 2 orang yaitu :

 1 orang dari bagian akuntansi

 1 orang dari bagian produksi

Kelompok 1 25
Wakil dari auditor juga hadir untuk mengamati pelaksanaan
inventory taking.

4. Supaya semua persediaan terhitung dan tidak ada yang terlupa


maka diperlukan kartu persediaan yang prenumbered, Kartu
tersebut terdiri dari 3 lembar :

Yang putih :asli, untuk perusahaan

Yang merah:copy, untuk gudang

Yang biru :untuk auditor

Persediaan haru sudah dihitung oleh yang ditugaskan untuk


menghitung sebelum tanggal perhitungan fisik, Auditor akan
memeriksa kartu-kartu apakah sudah diperiksa atau belum.

5. Penerimaan dan pengeluaran persediaan akan dihentikan dahulu


pada tanggal 30 dan 31 Desember 2010 untuk menghindari
kekacauan perhitungan. Jika ada barang yang sudah dipesan tetapi
belum dikirim maka persediaan ini harus dipisahkan dari lokasi
perhitungan sampai perhitungan persediaan telah selesai.

B. Prosedur dari Inventory Taking

1. Kerjasama yang baik harus sudah dipersiapkan antar departemen di


perusahaan agar kegiatan inventory taking ini berjalan lancar.

2. Koordinator harus meyakinkan bahwa :

 Kartu-kartu yang diperlukan untuk persediaan tersedia dalam


jumlah yang cukup.

 Barang-barang yang tidak terpakai atau rusak harus


dipisahkan sebelum tanggal 30 Desember 2010.

3. Sebelum tanggal 30 Desember 2010, pengawas bagian gudang


harus sudah memastikan bahwa ;

 Persediaan sudah disusun teratur agar mudah untuk dihitung.

Kelompok 1 26
 Barang-barang yang tidak termasuk persediaan yang akan
dihitung harus sudah disingkirkan.

 Setiap persediaan harus sudah dikumpulkan di satu tempat


atas dasar nomor kode dan jenis yang sama dan diberi kaetu
tanda pengenalnya.

 Persiapkan alat-alat yang akan digunakan untuk inventory


taking seperti timbangan, trolley dan lain-lain supaya
perhitungan lebih akurat.

 Semua persediaan harus sudah ditempelkan kartu


tanda(bincard) oleh bagian gudang sebelum perhitungan fisik.

4. Di setiap bagian yang berhubungan dengan inventory taking seperti


bagian penerimaan, penyimpanan, penjualan harus sudah disiapkan
barang-barang yang diperlukan untuk perhitungan seperti kertas,
pen, mesin hitung, kalkulator dan lain-lain.

Kegiatan yang sudah harus dilakukan sebelum pemeriksaan fisik.

 Bagian koordinasi persediaan dan seksi koordinasi harus


memeriksa seluruh lokasi persediaan dan yakin bhwa seluruh
persediaan sudah dicantumkan kartu.

 Staf bagian akuntansi dan staf dari auditor harus sudah


disediakan barang/alat yang diperlukan seperti yang sudah
dijelaskan dalam poin 4 diatas.

5. Team persediaan harus memperhatikan hal-hal dibawah ini sebagai


pedoman untuk menghitung :

 Team persediaan dari bagian akuntasi bertindak sebagai


penghitung dan team dari bagian produksi sebagai pengecek.

Kelompok 1 27
 Team penghitung menghitung dan mengisi informasi yang
diperlukan bagi kartu persediaan untuk barang yang dihitung
seperti nomor kode, satuan, jumlah unit, dan lain-lain.

 Untuk barang yang slow moving atau rusak juga harus diberi
tanda.

6. Setelah team persediaan selesai menghitung di lokasi persediaan,


bagian koordinasi akan melakukan tes perhitungan di lokasi tersebut
untuk meyakinkan bahwa persediaan sudah dihitung dan dicatat
dengan benar.

Contoh inventory count sheet

Kelompok 1 28
Tanggal KLIEN: BAGIAN

Stock Opnmae : PT.RENIKU LOKASI :GUDANG


31-13-10 JAKARTA
Nama dan jenis Satu Jumlah Catatan
barang an Per Per Selis
Cou Car ih
(cantumkan No.
nt d
Kode, kalau ada)

Indomie Kari Ayam Karto 250 250 -


n

Indomie Soto Mie Karto 150 150 - Satu karton rusak


n

SKM indomilk Kalen 50 48 2


g
DIBUAT DIREVIEW OLEH : CLINET: PT. RENIKU PERIODE INDEX
OLEH : KKP :

SCHEDULE : 31/12/2010
TANGGAL Inventory Count F4
TANGGAL :
: Sheet

Contoh Top Schedule – Persediaan

WP PERBOO ADJUSTMENT FINAL BALANC

Kelompok 1 29
DR CR E
RE K BALANCE
31-12-
F 21-12-10 31-12-10
09

Raw F1 Rp. - Rp. Rp. Rp.


Materia 34.089.0 1.406.9 30.680.000 25.500.0
l 00 00 00

Work in F2 Rp. Rp. - Rp. Rp.


Process 18.260.0 3.000.0 21.260.000 17.900.7
00 00 00

Finishe F3 Rp. Rp. - Rp. Rp.


d 56.489.5 2.500.0 58.989.500 62.700.9
Goods 00 00 00

Goods F4 Rp. - - Rp. Rp.


in 7.500.00 7.500.000 10.200.0
Transit 0 00

Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.


116.339. 5.500.0 3.408.9 118.430.400 116.801.
300 00 00 000
ᶺ ᶺ ᶺ ᶺ ᶺ
ᶺChecked footing & cross footing

Kesimpulan :

Setelah memeriksa perkiraan persediaan,


sesuai dengan audit prosedur yang terdapat
dalam audit program, kami menemukan

Kelompok 1 30
beberapa audit adjustment yang telah
dibahas dan disetujui oleh klien. Selain itu
kami menemukan bebrapa kelemahan dalam
internal control atas persediaan (immaterial
weakness) yang akan dimasukkan dalam
mangement letter. Kami menyimpulkan
bahwa saldo persediaan per 31 Desember
2010 sudah disajikan secara wajar.
DIBUAT DIREVIEW CLIENT : PT. RENIKU PERIODE INDEX
OLEH : OLEH : KKP

TANGGAL TANGGAL F4
SCHEDUL :Top Schedule 31/12/201
E Persediaan 0

Contoh Supporting Schedule Barang Dalam Perjalanan

PO No. TANGGAL KETERANGAN JUMLAH

Kelompok 1 31
1001 27/12/10 PT. Sukamura
Mas Surabaya
1000 unit Rp. Rp.
bahan baku 1000.000 1000.000
XY

979 30/11/10 Hindustan


Corporate –
Singapore
500 unit Rp. Rp.
packaging 2.750.000 2.750.000

999 23/12/10 5 Drum olie


dari PT.
Medan Jaya
Medan Rp. Rp.
1.750.000 1.750.000

Saldo 31/12/10 Rp. Rp.


7.500.000 7.500.000
ᶺ ᶺ
ᶺ checked footing

L cocok dengan buku besar Goods in Transit


Vo periksa purchase order, syarat pengiriman
Barang FOB shipping point
w periksa bukti penerimaan barang bulan Januari 2010

PBC

Kelompok 1 32
10/1/11

DIBUAT DIREVIEW CLIENT : PT. RENIKU PERIODE INDEX


OLEH : OLEH : KKP

TANGGAL TANGGAL F4
SCHEDULE :Top Schedule 31/12/2010
Persediaan

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Persediaan merupakan bagian dari aset perusahaan yang pada umumnya nilainya cukup
material dan rawan oleh tindakan pencurian ataupun penyalahgunaan. Oleh karena itu,
biasanya akun persediaan menjadi salah satu perhatian utama auditor dalam pemeriksaan atas
laporan keuangan perusahaan. Persediaan merupakan salah satu sumber pendapatan bagi
perusahaan manufaktur ataupun perusahaan dagang. Karena hal ini memang sudah menjadi
kegiatan utama dari perusahaan.

Kelompok 1 33
Audit merupakan proses pemeriksaan yang dilakukan secara sistematik dengan cara
mengumpulkan bukti-bukti dan mengevaluasi bukti-bukti tersebut untuk bisa menemukan
kenyataan yang sesungguhnya sehingga auditor bisa memberikan pendapat (opini).

Mengingat besarnya resiko yang dapat muncul dalam system persediaan maka
perusahaan berusaha merancang pengendalian intern yang efektif di setiap system
persediaannya. Pengendalian intern yang tercipta sangat penting bagi perusahaan yang
laporan keuangannya harus diaudit oleh akuntan public. Pengendalian intern ini selain
mempengaruhi keandalan informasi juga akan mempengaruhi luasnya lingkup pengujian
yang dilakukan oleh akuntan public khususnya pengujian substantive yang tergantung pada
pengendalian intern yang di disain dan diterapkan oleh klien. Selain itu struktur pengendalian
intern yang efektif akan sangat mempengaruhi risiko pengendalian yang harus diterapkan
oleh auditor dalam mengaudit laporan keuangan kliennya dan banyak bukti yang harus
dikumpulkan kliennya dan banyak bukti yang harus dikumpulkan serta prosedur pengujian
substantive atas saldo perusahaan klien.

3.2. Saran

Karena persediaan memiliki nilai yang sangat material dan rawan, hendaknya dilakukan
pengendalian yang intensif. Selain untuk meminimalisir kerentanan terhadap
pencurian,persedia juga sangat rentan terhadap using. Dengan adanya pengendalian yang baik
, kerentanan-kerentanan tersebut tentunya bisa diminimalisir.

DAFTAR PUSTAKA

Agus, Sukrisno, 2012, “Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan Oleh Akuntan Publik. Edisi 4
Buku 1”. Jakarta : Salemba Empat.

Kelompok 1 34

Anda mungkin juga menyukai