PENDAHULUAN
Suatu perusahaan harus kreatif dan inovatif guna menghadapi persaingan dunia bisnis
yang dari waktu ke waktu kian kompetitif. Hal ini juga dirasakan oleh perusahaan yang
bergerak di bidang perdagangan. Perusahaan dagang adalah perusahaan yang kegiatannya
membeli barang dan menjualnya kembali tanpa mengubah bentuk barang tersebut terlebih
terdahulu, dan tujuan penjualan ini untuk memperoleh keuntungan. Diperlukan pengelolaan
dan pemeriksaan yang memadai terhadap persediaan barang dagang.
Pengelolaan dapat meliputi pencatatan yang baik dan akurat sesuai dengan kebutuhan.
Pemeriksaan persediaan merupakan fungsi manajerial yang sangat penting, karena
pemeriksaan atas persediaan ini banyak melibatkan investasi rupiah dan mempengaruhi
efektivitas dan efisiensi kegiatan perusahaan. Oleh karena itu,audit atas persediaan barang
dagang sangat diperlukan untuk mengurangi resiko terjadinya selisih, kehilangan,
mengantisipasi kemungkinan terjadinya kecurangan dan memastikan bahwa prosedur telah
dilakukan dengan baik sehingga kemudian dapat dibuatlah perbaikan.
Secara intern, kesalahan penyajian nilai persediaan barang dagang dapat menimbulkan
kesalahan pengambilan keputusan produksi. Kegiatan pemasaran dan bahan pembelanjaan
perusahaan. Bagi pihak ekstern,kesalahan tersebut dapat memberikan informasi yang
menyesatkan mengenai profitabilitas dan bahkan kemampuan perusahaan untuk dapat
menyelesaikan kewajiban-kewajiban keuangan.
Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan berbagai pihak akan informasi akuntansi
mengenai persediaan barang dagang dibutuhkan pengujian kesesuaian antara praktek
akuntansi persediaan barang dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Proses pengujian
tersebut dikenal dengan istilah auditing yang dilakukan oleh akuntan public sebagai pihak
yang independen dari penyelenggaraan kegiatan,pemilikan dan hubungan baik lainnya
dengan organisasi perusahaan yang dapat mempengaruhi independen tersebut.
Kelompok 1 1
1.2 RUMUSAN MASALAH
Untuk memenuhi tugas mata kuliah AUDITING II , dan menjelaskan secara rinci
mengenai prosedur dan langkah-langkah serta hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
melakukan audit persediaan.
Kelompok 1 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN PERSEDIAAN
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (PSAK: No. 14, hal 14.1 s/d 14.2 dan 14.9-IAI, 2002),
persediaan adalah aset :
c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses
atau pemberian jasa.
a. Biasanya merupakan aset lancar karena masa perputarannya biasanya atau sama
dengan satu tahun.
b. Merupakan jumlah yang besar, terutama dalam perusahaan dagang dan industri.
c. Mempunyai pengaruh yang besar terhadap laporan posisi keuangan (neraca) dan
perhitungan laba rugi.
f. Barang dalam perjalanan (goods in transit), yaitu barang yang sudah dikirim oleh
Supplier tetapi belum sampai di gudang perusahaan
g. Barang konsinyasi : consignment out (barang perusahaan yang dititip jual pada
perusahaan lain). Sedangkan consignment in (barang perusahaan lain yang dititip
jual di perusahaan) tidak boleh dilaporkan / dicatat sebagai persediaan perusahaan.
Kelompok 1 3
Menurut SAK ETAP (IAI,2009: 56-57):
Entitas harus menentukan biaya persediaan dengan menggunakan rumus biaya masuk-
pertama keluar-pertama (MPKP) atau rata-rata tertimbang. Rumus biaya yang sama harus
digunakan untuk seluruh persediaan dengan sifat dan pemakaian yang serupa. Untuk
persediaan dengan sifat atau pemakaian yang berbeda, penggunaan rumus biaya yang berbeda
dapat dibenarkan. Metode masuk terakhir keluar pertama (MTKP) tidak diperkenankan oleh
SAK ETAP.
Entitas harus mengukur biaya persediaan untuk jenis persediaan yang normalnya tidak
dapat dipertukarkan, dan barang/jasa yang dihasilkan dan dipisahkan untuk proyek tertentu
dengan menggunakan identifikasi khusus atau biayanya secara individual.
Entitas harus menguji pada setiap tanggal pelaporan apakah persediaan menurun nilainya
yaitu nilai tercatatnya tidak dapat dipulihkan secara penuh (mis: karena kerusakan, keusangan
atau penurunan harga jual).
Kelompok 1 4
2.2. TUJUAN PEMERIKSAAN (AUDIT OBJECTIVES) PERSEDIAAN
1) Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas persediaan.
9) Untuk memeriksa apakah penyajian persediaan dalam laporan keuangan sudah sesuai
dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).
Kelompok 1 5
2.3. PROSEDUR PEMERIKSAAN (YANG DISARANKAN) ATAS PERSEDIAAN
Prosedur pemeriksaan dibagi atas prosedur compliance test, text analytical review dan
substantive test.
Jika dari tes transaksi auditor tidak menemukan kesalahan yang berarti, maka auditor
bisa menyimpulkan bahwa internal control atas persediaan berjalan efektif. Karena itu
substantive test atas persediaan bisa dipersempit.
1. Lakukan observasi atas perhitungan fisik (stock opname) yang dilakukan perusahaan
(klien).
Kelompok 1 6
2. minta final inventory (inventory compillation) dan lakukan prosedur pemeriksaan
berikut ini:
4. periksa unit price dari bahan baku (raw material), barang dalam proses (work in
process), barang jadi (finished goods), dan bahan pembantu (supplies).
6. Periksa cukup tidaknya barang-barang yang bergerak lambat (allowance for slow
moving), barang-barang yang rusak dan barang-barang yang ketinggalan mode.
7. Periksa kejadian sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca) (subsequent event)
9. Periksa jawaban konfirmasi dari bank, perjanjian kredit (loan agreement), notulen
rapat.
10. Periksa apakah ada sales/purchase commitment per tanggal laporan posisi keuangan
(neraca)
11. Seandainya ada barang dalam perjalanan (Goods In Transit), lakukan prosedur berikut
ini:
a) Minta rincian goods in transit per tanggal laporan posisi keuangan (neraca)
12. Buat kesimpulan dari hasil pemeriksaan persediaan dan buat usulan adjustment jika
diperlukan
Kelompok 1 7
13. Periksa apakah penyajian persediaan di laporan keuangan sudah sesuai dengan standar
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK/ETAP/IFRS.
Stock opname dilakukan terutama untuk persedian yang berada di gudang perusahaan. Untuk
barang consignment out dan barang-barang yang tersimpan di puclic warehouse jika
jumlahnya material harus dilakukan stock opname, jika tidak material, cukup dikirim
konfirmasi. Stock opname bisa dilakukan pada akhir tahun atau beberapa waktu
sebelum/sesudah akhir tahun.
Untuk perusahan yang internal controlnya lemah, stock opname pada tanggal neraca. Untuk
perubahan yang internal controlnya baik, stock opname bisa dilakukan beberapa waktu
sebelum atau sesudah tanggal neraca.
Ada beberapa hal yang harus dilakukan auditor sebelum pelaksanaan stock opname:
Kelompok 1 8
iii. Lokasi dan denah gedung
v. Prosedur cut-off, yaitu mencatat nomor dan tanggal terakhir dan receiving report
dan issuing/shipping report
c. Siapkan team audit yang akan ditugaskan untuk melakukan observasi atas
pelaksanaan stock opname yang dilakukan klien, beserta perlegkapan yang
dibutuhkan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan sewaktu pelaksanaan (observasi) atas stock
opname:
i. Di hari pertama harus diberikan penjelasan (briefing) kepada para pelaksa stock
opname mengenai cara-cara stock opname, dipimpin oleh penanggung jawab
stock opname dan dihadiri team auditor.
ii. Pada saat stock opname dilakukan, klien harus menghitung 100% sedangkan
auditor mengamati apakah perhitungan sudah dilakukan sesuai dengan physical
inventory intruction agar hasilnya betul-betul akurat.
a) Pada saat mengamati, secara tes basis auditor ikut menghitung bersama-
sama klien dan mencatat dalam inventory count sheet.
b) Harus diingat bahwa petugas klien seharusnya yang paling mengetahui jenis
barang dan cara menghitung, sedangkan auditor bukanlah ahli mengenai
jenis barang tersebut dan haurs banyak belajar dari klien.
iii. Untuk persediaan minyak, teknik perhitungan disebut geiging. Ujung meteran
digantungi canting (untuk pemberat) sampai menyentuh dasar tangki. Kemudian
meteran ditarik dan dilihat batas meteran minyak untuk mengetahui tinggi
Kelompok 1 9
permukaan minyak, lalu dikalikan dengan tanki untuk mengetahui volume
minyak tersebut.
Harus diperhatikan jangan terjadi kesalahan tulis dalam satuan, misalnya 1 pak berisi 5 kg,
waktu menghitung yang ada 500 kg tetapi dituliskan 500 pak, sehingga jumlah rupiahya
(value) menjadi salah
Prosedur yang harus dilakukan terhadap Final Inventory List tersebut adalah:
b. Cocokkan jumlah kolom value dengan saldo menurut buku besar persediaan.
c. Cocokkan jumlah menurut kolon stock card dengan saldo menurut stock card (test
basis)
d. Bandingkan quality per count dengan jumlah menurut count sheet auditor (hanya
bisa untuk barang yang ikut dihitung oleh auditor)
Biasanya barang konsinyasi jumlahnya tidak terlalu besar sehingga lebih praktis untuk
mengirim konfirmasi dibangdingkan jiak auditor harus menghitungnya. Selain itu auditor
juga bisa memeriksa bukti pengiriman barang konsinyasi tersebut.
Untuk raw materials dan supplies periksa faktur pembelian (supplier invoice) yang terakhir
dan perhatikan apakah perusahaan menggunakan FIFO,LIFO atau Average Cost.
Untuk barang impor harus diperiksa bukti-bukti pembelian impor (purchase order, proforma
invoice, Bill of lading, pemberitahuan impor untuk dipakai-PIUD, letter of credit-L/C,
receiving import) dan juga perhitungan landed costnya.
Kelompok 1 10
4. Lakukan rekonsiliasi antara saldo menurut stock opnama dan saldo per tanggal
neraca jika stock opname dilakukan beberapa waktu sebelum atau sesudah tanggal
neraca.
5. Periksa cukup tidaknya allowance untuk barang-barang yang bergerak lambat, rusak dan
ketinggalan mede.
Cukup dalam arti tidak terlalu besar (dapat menyebabkan laba terlalu kecil) dan tidak
terlalu kecil (dapat menyebabkan laba terlalu besar). untuk itu auditor harus memeriksa
bagaimana kebijakn dan cara perusahaan menentukan allowance, apakah konsisten atau
tidak dengan periode sebelumnya.
Salah satu cara yang biasa digunakan oleh perusahaan adalah: Untuk barang yang tidak
dipakai atau tidak terjual selama:
3 bulan,dibuatkan allowance 10%
6 bulan, dibuatkan allowance 30%
9 bulan, dibuatkan allowance 50%
12 bulan, dibuatkan allowance 80%
Lebih dari 12 bulan dibuatkan allowance 100%
Dalam hal ini auditor harus memeriksa stock card untuk mengetahui sudah berapa lama
persediaan itu tidak mengalami penguranagan (tidak dipakai atau tidak terjual). selain itu
pada waktu stock opname biasanya barang-barang yang rusak sudah dipisahkan dan
dibuatkan daftarnya, yang bergerak lambat atau ketinggalan mode sudah berdebu karena
lama tidak tersentuh.
Tujuannya untuk mengetahui apakah ada penjualan fiktif yang dicatat untuk
memperbesar jumlah laporan penjualan (salah satu bentuk window dressing) dan
kemudian di awal periode berikutnya direverense/dibuat jumlah baik.
Kelompok 1 11
(K) Persediaan xxx
Tujuannya untuk meyakinkan jangan sampai ada pergeseran waktu dalam pencatatan
penjualan dan pembelian. Jadi jangan sampai ada penjualan tahun 2010 yang dicatat
sebagai penjualan tahun 2011 atau penjualan 2011 yang dicatat sebagai penjualan 2010.
Untuk itu harus dicatat (lebih baik minta copynya) tanggal dan nomor terakhir dan faktur
penjualan, delivery order,faktur pembelian dan recevingreport.
Perhatikan juga syarat pengiriman barang apakah FOB shipping point / destination
point.
8. Periksa jawaban konfirmasi bank, loan agreement (perjanjian kredit, notulen rapat
(minutes of meeting)
Tujuannya adalah untuk mangetahui apakah ada persediaaan yang dijadikan sebagai
barang jaminan atas kredit yang diperoleh perusahaan dipihak ketiga. Jika ada
tuntutannya akan disebutkan dalam jawaban konfirmasi bank, perjanjian kredit dan
notulen rapat. Dan jika ada persediaan yang dijaminkan, maka hal tersebut harus
dijelaskan dalam catatn atas laporan keuangan (notes to financial statements).
9. Periksa Apakah Ada Sales Atau Purchase Commitment Per Tanggal Neraca.
Jika ada purchase atau sales commitment yang menimbulkan kerugian yang material
bagi perusahaan dalam periode berikutnnya, hal tersebut harus dijelaskan dalam catatan
atas laporan keuangan.
Untuk itu auditor harus memeriksa kontrak penjualan dan pembelian yang realisasinya
akan dilakukan di periode berikutnya, dan memeriksa apakah ada penurunan harga beli
atau harga jual di pasar (market value) diperiode berikutnya.
Kelompok 1 12
10. Jika Barang Dalam Penjualan, Lakukan Prosedur Audit Yang Diperlukan.
c. Periksa apakah syarat pengiriman barang menggunakan free on board (fob) shipping
point atau fob destination point.
e. Dalam hal ini auditor harus menanyakan kepada klien dan memeriksa bukti
pendukung apakah sesudah tanggal neraca barang dalam perjalanan tersebut sudah
diterima. Bukti yang harus diperiksa adalah laporan penerimaan barang (receiving
report), jika sesudah tanggal neraca, sampai sampai mendekati tanggal selesainya
pemeriksaan laporan barang dalam perjalanan belum juga diterima, kemungkinan
terjadi pembatalan pembelian atau kesalahan pencatatan.
11. Buat Kesimpulan Dari Hasil Pemeriksaan Persediaan dan Dibuat Usulan Audit
Adjusment Jika Diperlukan.
Kelompok 1 13
d. Jumlah penurunan nilai persediaan dan pemulijannya yang diakui
dalam laporan laba rugi;
Kelompok 1 14
CONTOH INTERNAL CONTROL (QUIESTIONNAIRES – PERSEDIAAN)
1) Bahan baku? √
c. Tercegah dari : √
1) Pencurian? √
2) Kerusakan? √
3) Kebakaran, banjir dan risiko lain? √
d. Secara berkala dicocokan dengan √
kartu gudang?
Kelompok 1 15
jadi/barang dagang harus berdasarkan √
D.O, atau sejenisnya yang diotorisasi
pejabat perusahaan yang berwenang?
PEMBUKUAN PERSEDIAAN √
1) Bahan baku?
Kelompok 1 16
menguasai persediaan secara fisik
atau pemegang kartu persediaan?
.................................................................. √
......
.................................................................. √
......
..................................................................
√
......
Kelompok 1 17
dicocokan dengan perkiraan Buku Besar?
f. Persediaan sisa(scrap)? √
Kelompok 1 18
17. Apakah untuk persediaan berikut √
dikendalikan dengan baik dan dibukukan √
sebagaimana seharusnya?
√
a. Barang konsinyasi kelua (milik klien)?
g. Barang kemasan?
h. By-products?
Kelompok 1 19
21. Jika berdasarkan pesanan, apakah
dibuat Job Order Sheet untuk setiap
pesanan?
a. Cost: -FIFO
-Moving Average
-Weighted Average
c. Harga jual
A. Kelemahan-kelemahan lain yang tidak
tercantum pada pernyataan di atas:
..................................................................
.....................
..................................................................
.....................
..................................................................
.....................
B. Catatan lain :
..................................................................
.....................
..................................................................
.....................
..................................................................
.....................
Kelompok 1 20
alasannya)
Diisi oleh :
TANGGAL :
Direview Oleh
TANGGAL :
Kelompok 1 21
Contoh Tes Transaksi Persediaan
No
KETERANGA .
Tgl PO No. JUMLAH A B C D
N A/
C
5-1- P PT. Supra Jaya,
2010 007/J/10 pembelian
1.000 unit =Rp. =Rp. 30 √ √ √ √
bahan baku A 12.000.0 12.000.0 0
00 00
500 unit =Rp. =Rp. 31 √ √ √ √
bahan baku B 2.000.00 2.000.00 0
0 0
=Rp.
12.000.0
00
PPN 10% =Rp.
1.200.00
0
=Rp.
13.200.0
00
ᶺ
25-1- P PT. Sagita, pembelian =Rp. 30 √ √ √ √
2010 021/j/10 pakaging 10.000 unit 10.000.0 3
00
@Rp. 1.000 =Rp. =Rp. 31 √ √ √ √
10.000.0 1.000.00 0
00 0
PPN 10% =Rp.
1.000.00
Kelompok 1 22
0
=Rp.
11.000.0
00
ᶺ
27-1- P PT. Buter-buter, =Rp.
2010 035/j/10 pembelian bahan baku 12.000.0
1500 unit 00
@Rp. 8.000 =Rp. =Rp.
12.000.0 1.200.00
00 0
PPN 10% =Rp.
1.200.00
0
=Rp.
13.200.0
00
ᶺ
Kelompok 1 23
baku telah dilaksanakan dan dicatat dengan
sistem dan prosedur yang telah ditetapkan
perusahaan.
A. Mathematical Accuracy
C. Otorisasi
TANGGAL
SCHEDULE : TES TRANSAKSI PERSEDIAAN
TANGGAL
B9-1
JAN’11
TAHUN
2010
Kelompok 1 24
Contoh Physical Inventory Instructions
A. Instruksi Umum
Kelompok 1 25
Wakil dari auditor juga hadir untuk mengamati pelaksanaan
inventory taking.
Kelompok 1 26
Barang-barang yang tidak termasuk persediaan yang akan
dihitung harus sudah disingkirkan.
Kelompok 1 27
Team penghitung menghitung dan mengisi informasi yang
diperlukan bagi kartu persediaan untuk barang yang dihitung
seperti nomor kode, satuan, jumlah unit, dan lain-lain.
Untuk barang yang slow moving atau rusak juga harus diberi
tanda.
Kelompok 1 28
Tanggal KLIEN: BAGIAN
SCHEDULE : 31/12/2010
TANGGAL Inventory Count F4
TANGGAL :
: Sheet
Kelompok 1 29
DR CR E
RE K BALANCE
31-12-
F 21-12-10 31-12-10
09
Kesimpulan :
Kelompok 1 30
beberapa audit adjustment yang telah
dibahas dan disetujui oleh klien. Selain itu
kami menemukan bebrapa kelemahan dalam
internal control atas persediaan (immaterial
weakness) yang akan dimasukkan dalam
mangement letter. Kami menyimpulkan
bahwa saldo persediaan per 31 Desember
2010 sudah disajikan secara wajar.
DIBUAT DIREVIEW CLIENT : PT. RENIKU PERIODE INDEX
OLEH : OLEH : KKP
TANGGAL TANGGAL F4
SCHEDUL :Top Schedule 31/12/201
E Persediaan 0
Kelompok 1 31
1001 27/12/10 PT. Sukamura
Mas Surabaya
1000 unit Rp. Rp.
bahan baku 1000.000 1000.000
XY
PBC
Kelompok 1 32
10/1/11
TANGGAL TANGGAL F4
SCHEDULE :Top Schedule 31/12/2010
Persediaan
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Persediaan merupakan bagian dari aset perusahaan yang pada umumnya nilainya cukup
material dan rawan oleh tindakan pencurian ataupun penyalahgunaan. Oleh karena itu,
biasanya akun persediaan menjadi salah satu perhatian utama auditor dalam pemeriksaan atas
laporan keuangan perusahaan. Persediaan merupakan salah satu sumber pendapatan bagi
perusahaan manufaktur ataupun perusahaan dagang. Karena hal ini memang sudah menjadi
kegiatan utama dari perusahaan.
Kelompok 1 33
Audit merupakan proses pemeriksaan yang dilakukan secara sistematik dengan cara
mengumpulkan bukti-bukti dan mengevaluasi bukti-bukti tersebut untuk bisa menemukan
kenyataan yang sesungguhnya sehingga auditor bisa memberikan pendapat (opini).
Mengingat besarnya resiko yang dapat muncul dalam system persediaan maka
perusahaan berusaha merancang pengendalian intern yang efektif di setiap system
persediaannya. Pengendalian intern yang tercipta sangat penting bagi perusahaan yang
laporan keuangannya harus diaudit oleh akuntan public. Pengendalian intern ini selain
mempengaruhi keandalan informasi juga akan mempengaruhi luasnya lingkup pengujian
yang dilakukan oleh akuntan public khususnya pengujian substantive yang tergantung pada
pengendalian intern yang di disain dan diterapkan oleh klien. Selain itu struktur pengendalian
intern yang efektif akan sangat mempengaruhi risiko pengendalian yang harus diterapkan
oleh auditor dalam mengaudit laporan keuangan kliennya dan banyak bukti yang harus
dikumpulkan kliennya dan banyak bukti yang harus dikumpulkan serta prosedur pengujian
substantive atas saldo perusahaan klien.
3.2. Saran
Karena persediaan memiliki nilai yang sangat material dan rawan, hendaknya dilakukan
pengendalian yang intensif. Selain untuk meminimalisir kerentanan terhadap
pencurian,persedia juga sangat rentan terhadap using. Dengan adanya pengendalian yang baik
, kerentanan-kerentanan tersebut tentunya bisa diminimalisir.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Sukrisno, 2012, “Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan Oleh Akuntan Publik. Edisi 4
Buku 1”. Jakarta : Salemba Empat.
Kelompok 1 34