Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Sejalan dengan perkembangan dunia pengetahuan, lebih khususnya ilmu akuntansi.
Semakin banyak pula pemikiran-pemikiran baru yang selalu mengalami permbaharuan setiap
saat. Dalam hal ini penulis lebih tertarik untuk mengkhususkan aspek penulisan makalahnya
pada pendekatan positif (Positive Method), hipotesis pemerataan laba (Income Smoothing),
dan manajemen laba (Earning Management). Dengan tujuan utamanya untuk menguji dan
mengetahui keberadaan prisnsip dan pendekatan serta hipotesis dalam dunia akuntansi yang
ada pada saat sekarang.
Dalam makalah ini, penulis ingin menjabarkan setiap hal yang berkaitan dengan Positive
Method, mulai dari paradigma yang membangun pendekatan ini seperti paradigama
informasi/ekonomi, paradigma agensi-analitis, serta menjelaskan teori dan evaluasi dari
Positive Method ini. Yang kedua penulis akan menjabarkan mengenai Income Smoothing
mulai dari hakikat, motivasi, objek, dimensi, variabel, hingga pada temuan penelitian atas
Income Smoothing. Dan yang berikutnya, penulis juga akan menjelaskan seputar Earning
Management yaitu yang berkaitan dengan manajemen laba sebagai manajemen akrual, model
akrual itu sendiri, kesalahan penetapan harga atas akrual pilihan, hingga pada isu-isu dalam
manajemen laba. Dan yang terakhir penulis akan mengikutsertakan pembahasan seputar
status akuntansi yang bersifat paadima, mulai dari evaluasi atau resolusi didalam akuntansi,
dan penjaaran akuntansi sebagai suatu ilmu multiparadigma.
Dari kesekian banyak ketertarikan dengan istilah baru yang muncul dalam dunia akuntansi
inilah akhirnya mendasari penulis untuk mengetahui lebih dalam guna menggali informasi
dan perkembangan dunia akuntansi dengan menulis makalah ini dengan judul POSITIVE
METHOD, INCOME SMOOTHING, AND EARNING MANAGEMENT, dengan
pembahasan utama seperti yang sudah dijelaskan diatas.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini meliputi :
1.2.1
1.2.2
1.2.3

Apa yang dimaksud dengan Positive Method (Pendekatan Positif) ?


Apa yang dimaksud dengan Income Smoothing (Hipotesis Pemerataan Laba) ?
Apa itu Earning Management (Manajemen Laba) ? dan,
1

1.2.4

Bagaimana status akuntansi yang bersifat paradigma ?

1.3 TUJUAN PENULISAN


Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah meliputi :
1.3.1 Menjelaskan pengertian Positive Method beserta paradigma, teori, dan evaluasi
1.3.2

dari Positive Method.


Menjelaskan pengertian Income Smoothing yang meliputi hakikat, motivasi,

1.3.3

objek, dimensi, variabel, dan temuan penelitian atas Income Smoothing


Menjelaskan pengertian Earning Management beserta masalah yang dihadapi

1.3.4

seputar earning management, dan


Menjelaskan bagaimana status akuntansi yang bersifat paradigma.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 POSITIVE METHOD (PENDEKATAN POSITIF)


Dalam mengadopsi paradigma positif antropologis/induktif, permasalahan mendasar
yang dihadapi adalah ;
a) Praktik akuntansi yang sudah ada, dan
b) Sikap manajemen terhadap praktik tersebut.

Para pendukung pandangan ini berpendapat bahwa teknik-teknik dapat diperoleh dan
dijustifikasi berdasarkan atas hasil penggunaan yang telah teruji atau bahwa manajemen ikut
memainkan peran yang penting dalam menentukan teknik-teknik yang hendak diterapkan.
Akibatnya,

tujuan

dari

penelitian

akuntansi

yang

berkaitan

dengan

paradigma

antropologis/induktif adalah untuk memahami, menjelaskan, dan meramalkan praktik


akuntansi yang sudah ada.
2.1.1

Paradigma Informasi / Ekonomi


Feltham memberikan suatu kerangka kerja untuk menentukan nilai suatu perubahan

dalam sistem informasi dilihat dari sudut pandang individu yang memuat suatu keputusan
informasi (pengamil keputusan). Kerangka kerja ini tergantung pada masing-masing
komponen yang diperlukan untuk menghitung ekspektasi hasil yang diperoleh (kegunaan)
dari sistem informasi tertentu. Komponen tersebut meliputi ;
a) Serangkaian kemungkinan tindakan pada setiap periode didalam horizon waktu,
b) Suatu fungsi pengembalian hasil atas peristiwa-peristiwa yang terjadi selama periode
yang bersangkutan,
c) Hubungan probabilistik antara peristiwa-peristiwa di masa lalu dan masa depan,
d) Peristiwa dan pertanda dari sistem informasi, termasuk pertanda di masa lalu dan
masa depan, dan
e) Serangkaian aturan keputusan sebagai fungsi dari pertanda tersebut.
Kerangka kerja menunjukkan bahwa nilai dari perubahan satu sistem informasi
kesistem informasi lainnya adalah sama dengan perbedaan yang terdapat diantara ekspektasi
hasil dari dua alternatif.
Crandall menguji

kegunaaan

dari

paradigma

informasi/ekonomi

terhadap

perkembangan teori akuntansi dimasa depan dan menawarkan pendekatan ekonomi informasi
terapan sebagai suatu aliran teori akuntansi baru. Singkatnya, pendekatan ini terdiri atas
pengakuan setiap komponen model informasi/ ekonomi secara eksplisitdan perluasan ruang
lingkup perancangan akuntansi agar mencakup seluruh komponen tersebut.
Bagi yang menerapkan informasi/ekonomi, pokok masalah mendasar yang dihadapi
adalah ;
a) Informasi adalah suatu komoditas ekonomi, dan
b) Akuisisi atas informasi menjadi suatu masalah pilihan ekonomi.
Nilai informasi akan dilihat dari sei kriteria biaya-manfaat dalam struktur formal dari
teori keputusan dan teori ekonomi, serta akan dievaluasi dari segi kemampuannya dalam
3

membuktikan kualitas pilihan optimal suatu masalah pilihan mendasar yang harus
diselesaikan oleh seorang individu atau sejumlah individu yang berbeda. Dengan
mengansumsikan suatu prilaku pemilihan yang rasional dan konsisten yang diatur oleh
hipotesis ekspektasi kegunaan, tindakan dengan ekspektasi pengembalian (kegunaan)
tertinggi akan dipilih oleh individu tersebut. Informasi digunakan untuk merevisi probabilitas
dari dampak awalnya.
Paradigma informasi/ekonomi mengambil pandangan melalui beberapa disiplin ilmu,
termasuk teori keputusan, teori permainan, teori informasi dan ekonomi. Beberapa dari model
analitis yang diusulkan memasukkan meliputi ;
a) Model teori keputusan
Menyajikan suatu kerangka kerja untuk menentukan nilai suatu perubahan di dalam
sistem informasi sebagai suatu perbedaan antara ekspektasi pengembalian dari dua
sistem alternatif. Kegunaannya diatasi hanya pada revisi keyakinan karena model
tersebut tidak termasuk evaluasi kinerja. Seperti yang dekemukaan oleh Feltham.
b) Model teori sindikat
Mengikutsertakan perusahaan multi anggota yang secara bersama-sama memiliki
serangkaian tindakan akibat adanya suatu aturan pembagian untuk dampak hasil yang
tidak pasti. Contohnya adalah makalah yang ditulis oleh Wilson, Demski dan
Swieringa, serta Demski.
c) Model evalusi informasi pengambilan keputusan
Menjaga karakteristik multi anggota dan mengikutsertakan pemilik atau pengevaluasi
informasi dalam mendelegasikan pilihan tindakan terhadap satu agen atau lebih.
Contohnya mencakup buku dari Demski dan Feltham.
d) Model teori tim
Mencakup suatu konteks multi anggota dan suatu aturan pembagian dalam model
teori sindikat. Para individu diasumsikan untuk bertindak atas dasar ketertarikan
terbaiknya sendiri dengan menggunakan informasi yang ada khusus bagi mereka dan
tetap menjaga kesejahteraan tim.
e) Model pengumuman permintaan
Sama dengan model teori tim dengan tambahan permasalahan mengenai bagaimana
mendorong agen untuk mengumumkan informasi pribadinya secara jujur dan
menggunakannya untuk memaksimalkan keuntungan dari organisasi.
2.1.2

Paradigma Agensi-Analitis

Dua jenis paradigma memberikan karakteristik pada paradigma agensi yaitu suatu
paradigma analitis atau prinsipal, yang intinya bersifat matematis. Dan suatu paradigma
agensi positif, yang intinya bersifat empiris.
Paradigma ini berawal mengacu pada contoh yang disajikan dalam makalah seminar
Coase, dimana pertama kali disebut sebagai hakikat perusahaan dan huungan antara prinsipal
dan agen. Coase memberikan penekanan pada kontrak sukarela yang muncul antara berbagai
pihak organisasi sebagai penyelesaian yang efisien terhadap berbagai konflik kepentingan.
Hubungan agensi dikatakan telah terjadi ketika suatu kontrak antara seseorang atau
lebih. Dimana seorang prinsipal dan seorang agen untuk memberikan jasa demi kepentingan
prinsipal. Termasuk melibatkan adanya pemberian delegasi kekuasaaan pengambilan
keputusan kepada agen. Baik prinsipal maupun agen diasumsikan untuk termotivasi hanya
oleh kepentingan dirinya sendiri. Agen berjuang untuk memaksimalkan pembayaran
kontraknya yang bergantung pada suatu tingkatan usaha tertentu yang dibutuhkan, sedangkan
prinsipal berjuang untuk memaksimalkan pengemalian atas penggunaan sumber dayanya
yang bergantung pada pembayaran yang terutang kepada agen. Konflik kepentingan ini
diasumsikan akan diawa kedalam keadaan ekuilirium oleh kontrak kesepakatan.
Ada dua alasan yang dapat mengarah pada terjadinya divergensi antara kepentingan diri
sendiri dengan perilaku yang kooperatif yaitu ;

a) Seleksi yang merugikan


Suatu masalah informasi. Timbul ketika agen menggunakan informasi khusus yang
tidak dapat diverifikasi oleh prinsipal untuk mengimplementasikan dengan suskes
suatu aturan input tindakan yang berbeda dengan yang diinginkan oleh prinsipal, dan
karenanya menyeakan prinsipal tidak mampu menentukan apakah si agen telah
membuat pilihan yang tepat.
b) Risiko moral
Suatu masalah informasi ex-post, timbul ketika terdapat masalah motivasional dan
konflik sebagai akibat mendasarkan kontrak kesepakatan pada prilaku pengganti yang
tidak sempurna.
Masalah agensi dasar dipengaruhi oleh beberapa pilihan yang berbeda sehubungan
dengan ;
a) Distibusi informasi dan kepercayaan awal (masalah agensi dasar berasumsi bahwa
tidak ada individu yang memiliki informasi prakontrka pribadi, yaitu tidak
terdapat informasi prakontrak asimetris)
b) Uraian dari sejumlah periode (masalah agensi dasar mengambil asumsi dunia
dengan satu periode)
c) Uraian dari fungsi produksi perusahaan jika dilihat dari ;
5

i.
ii.
iii.

Jumlah modal yang diberikan oleh prinsipal,


Tingkat usaha agen,
Suatu realisasi tidak pasti, yang ditentukan oelh faktor-faktor eksternal
(cuaca, kerusakan mesin, perilaku pesaing, dan hal lainnya) yang

d)
e)
f)
g)

mempengaruhi produktivitas agen.


Uraian atas serangkaian tindakan yang dapat dilakukan yang dipilih oleh agen,
Uraian dari pasar tenaga kerja dan pasar modal,
Uraian dari seperangkat sistem informasi yang layak,
Uraian sistem hukum yang menyebutkan jenis prilaku yang dapat dipaksakan

secara ilegal dan yang merupakan bukti yang dapat diterima,


h) Uraian dari serangkaian jadwal pembayaran yang layak (model agensi
berpendapat bahwa prinsipal memilih jadwal pembayaran dan sistem pengawasan
untuk menghadiahi dan memotivasi agen),
i) Uraian dari solusi bagi model agensi dasar, terdiri dari ;
i.
Kontrak tenaga kerja, yang menyebutkan ;
o Jadwal pembayaran agen,
o Pilihan-pilihan sistem informasi, dan
o Spesifikasi bagaimana cara agen bertindak.
ii.
Tindakan aktual agen
j) Peran dari kepentingan diri sendiri
k) Konsep solusi dan hakikat dari keoptimalan
2.1.3

Teori Akuntansi Positif


Pendekatan ini dipelopori oleh Jensen. Pesan mendasar yang kemudian dikenal

sebagai Kelompok Pelopor Rochester adalah bahwa hampir semua teori akuntansi tidak
bersifat ilmiah karena mereka bersifat normatif dan seharusnya diganti dengan teori akuntansi
yang menjelaskan praktik akuntansi aktual dilihat dari segi pilihan manajemen secara
sukarela terhadap prosedur akuntansi dan bagimana standar peraturan telah berubah dari
waktu ke waktu.
Dorongan terbesar bagi pendekatan positif dalam akuntansi adalah untuk menjelaskan
dan meramalkan pilihan standar manajemen melalui analisis atas biaya dan manfaat dari
pengungkapan keuangan tertentu dalam hubungannya dengan berbagai individu dan
pengalokasian sumber daya ekonomi. Teori positif didasarkan pada adanya penyataan bahwa
manajer, pemegang saham, dan aparat pengatur/politisi adalah rasional dan bahwa mereka
berusaha untuk memaksimalkan kegunaan mereka, yang secara langsung berhubungan
dengan kompensasi mereka, dan kesejahteraan mereka juga. Ide utama dari pendekatan
positif adalah untuk mengembangkan hipotesis atas faktor-faktor yang mempengaruhi dunia
praktik akuntansi dan untuk menguji validasi dari hipotesis ini secara empiris ;
6

a) Meningkatkan keandalan dari peramalan berdasarkan atas pengamatan perataan


serangkaian angka akuntansi sejalan dengan suatu kecenderungan yang dianggap
terbaik atau normal oleh manajemen,
b) Menurunkan tingkat ketidak pastian yang dihasilkan dari fluktasi angka pendapatan
secara umum dan penurunan resiko sistematis khususnya dengan menurunkan
kovarian pengembalian perusahaan dengan pengembalian pasar.
Masalah utama dalam teori positif adalah untuk menentukan bagaimana prosedur
akuntansi mempengaruhi arus kas, dan kemudian fungsi kegunaan manajemen untuk
memperoleh suatu wawasan atas faktor yang mempengaruhi manajer terhadap prosedur
akuntansi. Resolusi dari masalah ini adalah dengan beberapa asumsi berikut ;
a) Teori agensi mungkin berawal dengan adanya penekanan pada kontrak sukarela yang
timbul diantara berbagai pihak organisasi sebagai suatu solusi yang efisien terhadap
konflik kepentingan tersebut.
b) Dengan adanya perspektif Penghubung Kontrak terhadap perusahaan. Teori biaya
kontrak melihat peran informasi akuntansi sebagai pengamat dan penegak atas
kontrak-kontrak ini untuk menurunkan biaya agensi dari konflik kepentingan tertentu.
Sejauh mana pilihan akuntansi mempengaruhi kesejahteraan kontrak bergantung pada
besaran relatif dari biaya kontrak, mencakup ;
a)
b)
c)
d)
e)

Biaya transaksi,
Biaya agensi,
Biaya informasi,
Biaya negosiasi ulang, dan
Biaya kepailitan.
Pilihan akuntansi bergantung pada variabel-variabel yang mencerminkan insentif

manajemen dalam memilih metode akuntansi berdasarkan ;


a) Hipotesis rencana bonus,
Manajer perusahaaan dengan rencana bonus kemungkinan besar menggunakan
metode akuntansi yang meningkatkan laporan laba periode di periode berjalan. Dasar
pemikirannya untuk meningkatkan persentase nilai bonus jika tidak terdapat
penyesuaian terhadap metode terpilih.
b) Hipotesis ekuitas utang,
Semakin tinggi utang/ekuitas perusahaan, yaitu sama dengan semakin dekat (ketat)
perusahaan terhadap batasan-batasan yang terdapat di dalam perjanjian utang, dan
semakin besar kesempatan atas pelanggaran perjanjian dan terjadinya biaya kegagalan
7

teknis, maka semakin besar kemungkinan bahwa para manajer menggunakan metodemetode akuntansi yang meningkatkan laba.
c) Hipotesis biaya politis,
Perusahaan besar kemungkinan akan memilih akuntasi untuk menurunkan laporan
laba.

2.1.4

Evaluasi Pendekatan Positif


Pendekatan positif secara umum dibedakan dari pendekatan normatif yang berusaha

untuk menentukan suatu teori yang menjelaskan apa yang seharusnya dan bukan apa yang
ada. Pendekatan positif sepertinya menimbulkan rasa optimis yang cukup besar diantara
para pendukungnya.
Salah satu kritikan terhadap pendekatan positif didasarkan pada empat hal pokok ;
a) Pernyataan dari kelompok Rochter bahwa jenis penelitian positif yang mereka
lakukan menjadi suatu prasyarat bagi teori akuntansi normatif yang berdasar pada
suatu kebingungan dari wilayah fenomena di tingkat-tingkat yang berbeda, dan telah
salah
b) Konsep Teori Positif berasal dari suatu filosofi ilmiah yang sudah usang dan
merupakan suatu istilah yang kurang sesuai, karena teori ilmu empiris tidak membuat
pernyataan positif.
c) Walaupun suatu teori mungkin digunakan hanya untuk peramalan meski telah
diketahui salah, suatu teori penjelasn atas jenis yang dicari oleh Kelompok Rochter,
atau teori yang biasa dipakai untuk menguji proposal normatif, seharusnya diketahui
tidak akan salah.
d) Betolak belakang dengan metode empiris yang mencoba untuk melakukan usaha yang
gigih untuk menyalahkan teori yang menjadi subjek.
Kritik yang terkeras berdasarkan atas teori akuntansi positif (positive accounting theory-PAT)
berasal dari Sterling dengan komentarnya bahwa ;
a) Dua pilar dari studi bebas-nilai dan praktik akuntansi adalah hal yang tidak bersifat
substantif,
b) Pendukung ekonomi dan ilmu dari teori adalah salah, dan
c) Hasil pencapaiannya nihil.
2.2 INCOME SMOOTHING (PERATAAN LABA)
2.2.1 Hakikat perataan laba

Perataan laba dapat dipandang sebagai proses normalisasi yang disengaja guna meraih
suatu tren ataupun tingkat yang di inginkan. Heyworth (1953) mengamati lebih banyak
teknik akuntansi yang mungkin diterapkan untuk mempengaruhi penempatan pendapatan
bersih di suatu periode akuntansi yang berurutan untuk meratakan atau meningkatan atau
meningkatkan amplitudo dari fluktuasi pendapatan bersih periodik. Kemudian Monsen dan
Downs serta Gondon mengemukakan ,dimana manajer perusahaan mungkin termotivasi
untuk meratakan labanya (atau keamanannya) sendiri dengan asumsi bahwa stabilitas dalam
pendapatan dan tingkat pertumbuhan akan lebih disukai daripada aliran pendapatan rata-rata
yang jauh lebih tinggi dengan variabilitas yang lebih besar.
Definisi perataan laba menurut Beidleman yaitu Perataan dari laba yang dilaporkan
dapat didefinisikan sebagai pengurangan atau fluktuasi yang disengaja terhadap beberapa
tingkatan laba yang di saat ini dianggap normal oleh perusahaan. Dengan pengertian ini,
perataan mencerminkan suatu usaha dari dari manajemen perusahaan untuk menurunkan
variasi yang abnormal dalam laba sejauh yang diizinkan oleh prinsip-prinsip akuntansi
manajemen yang baik.
2.2.2

Motivasi Perataan
Di awal tahun 1953, Heyworth menyatakan bahwa motivasi dibalik perataan termasuk

meliputi perbaikan hubungan dengan kreditor, investor, dan pekerja. Sekaligus juga
penurunan siklus bisnis melalui proses psikologi. Gordon mengusulkan bahwa :
a) Kriteria yang dipakai oleh manajemen perusahaan dalam memilih prinsip-prinsip
akuntansi adalah untuk memaksimalkan kegunaan dan kesejahteraannya.
b) Kegunaan yang sama adalah suatu fungsi keamanan pekerjaan,peringkat dan tingkat
pertumbuhan gaji serta peringkat dan tingkat pertumbuhan ukuran perusahaan
c) Kepuasan dari pemegang saham terhadap kinerja perusahaan meningkatkan status
dan penghargaan dari para manajer
d) Kepuasan yang sama tergantung pada tingkat pertumbuhan dan stabiilitas dari
pendapatan perusahaan
Dalil-dalil ini mendorong perlunya suatu perataan,seperti yang dijelaskan dalam
teorema berikut ini.
Jika dinyatakan bahwa keempat dalil di atas ditetims stsu diketahui benar selanjutnya
berarti manajemen akan berada dalam batas kekuatannya, yaitu batasan yang di atur dalam

aturan akuntansi, untuk (1) meratakan pendapatan yang dilaporkan dan (2) meratakan tingkat
pertumbuhan pendapatan
Beidleman mempertimbangkan dua alasan manajemen meratakan laba. Pendapat
pertama berdasar pada asumsi bahwa suatu aliran laba yang lebih variabel, yang memberikan
pengaruh yang menguntungkan bagi nilai saham perusahaan seiring dengan turunnya tingkat
risiko perusahaan secara keseluruhan.
Argumen kedua berkenaan pada perataan kemampuan untuk melawan hakikat laba
yang bersifat siklus dan kemungkinan juga akan menurunkan korelasi antara ekspektasi
pengembalian perusahaan dengan pengembalian fortofolio pasar.
Hal tersebut merupakan kebutuhan manajemen untuk menetralisir ketidakpastian
lingkungan dan menurunkan fluktuasi yang luas dalam kinerja operasi perusahaan terhadap
siklus waktu baik maupun waktu buruk yang berganti-ganti. Untuk melakukan hal tersebut,
manajemen mungkin akan engambil perilaku kelonggaran organisasi, perilaku kelonggaran
anggaran atau perilaku penghindaran risiko. Setiap tindakan tersebut membutuhkan
keputusan yang mempengaruhi terjadinya dan pengalokasian beban (biaya) tidak rutin yang
menghasilkan perataan laba.
Manajemen juga ditugaskan untuk mengelak dari pembatasan prinsip akuntansi yang
berlaku umum dengan berusaha meratakan angka pendapatan sehingga dapat menyampaikan
harapan mereka akan laporan arus kas mendatang, dan dalam prosesnya meningkatkan
keandalan dari peramalan yang ada berdasarkan hasil serangkaian angka perataan yang
diamati. Tiga batasan yang mungkim memepengarughi para manajer untuk melakukan
perataan,yaitu :
a) Mekanisme pasar yang kompetitif, yang mengurangi jumlah pilihan yang tersedia
bagi manajemen
b) Skema kompensasi manajemen yang berhubungan langsung dengan kinerja
perusahaan dan
c) Ancaman penggantian manajemen
2.2.3

Objek Perataan
Pada dasarnya objek perataan seharusnya didasarkan pada indikasi keuangan yang

paling mungkin dan paling digunakan, yaitu laba. Karena perataan laba bukanlah suatu
fenomena yang terlihat, literatur memperkirakan berbagai bentuk pernyataan keuntungan
sebagai objek perataan yang paling mungkin. Pernyataan tersebut meliputi :

10

a) indikator berdasarkan laba bersih ,biasnya sebelum hal-hal luar biasa dan sebelum
atau sesudah pajak
b)

indikator berdasarkan laba persaham ,biasanya sebelum keuntungan dan kerugian


luar biasa dan disesuaikan untuk pemecahan saham dan dividen.

2.2.4

Dimensi perataan
Dimensi perataan adalah alat yang digunakan untuk menyelesaikan perataan angka

pendapatan. Dascher dan Malcolm membedakan antara perataan riil dan perataan artifisial
sabagai berikut :
o Peratan riil mengacu pada transaksi akrual yang terjadi maupun tidak terjadi dalam
hal pengaruh perataannya terhada pendapatan, dimana perataan artifisial mengacu
pada prosedur akuntansi di implementasikan terhadap pergeseran biaya dan
pendapatan dari satu period eke periode yang lain.
o Perataan artifisial ,perataan laba mencakup seleksi pengukuran akuntansi dan aturan
pelaporan secara berulang-ulang pada suatu pola tertentu, pengaruhnya adalah unuk
melaporkan aliran pendapatan dengan variasi yang lebih kecil dari tren disbanding
terhadap kejadian yang sebaliknya.
Disamping perataan riil dan artifisial ,suatu klasifikasi yang popular menambahkan
dimensi perataan ketiga ,yaitu perataan klasifikasi . barnea et al, membedakan antara ketiga
dimensi perataan tersebut sebagai berikut:
a) Perataan melalui adanya kejadian dan/pengakuan: manajemen dapat menentukan
waktu transaksi aktual terjadi sehingga pengaruhnya terhadap pelaporan pendapatan
akan cenderung mengurangi variasinya dari waktu ke waktu. Seringkali waktu yang
direncanakan dari terjadinya peristiwa akan menjadi fungsi dari aturan akuntansi yang
mengatur pengakuan akuntansi dari peristiwa.
b) Perataan melalui alokasi terhadap waktu : Melalui kejadian dan pengakuan atas suatu
peristiwa, manajemen memiliki kendali yang lebih bebas terhadap determinasi atas
periode-periode yang dipengaruhi oleh kuantifikasi dari peristiwa.
c) Perataan melalui klasifikasi (melalui perataan secara pengklasifikasian) ,ketika angka
statistik laporan laba rugi selain laba bersih (bersih dari seluruh pendapatan dan
beban) menjadi objek perataan, manajemen dapat mengklisifikasikan pos-pos laporan
nirlaba untuk menurunkan variasi yang terjadi dari waktu ke waktu dalam statisik.
11

2.2.5

Variabel Perataan
Alat atau instrument perataan adalah variabel-variabel yang digunakan untuk

meratakan indikator kinerja yang dipilih. Copeland menguraikan lima kondisi yang
diperlukan untuk suatu instrument perataan sebagai berikut :
a) Sekali digunakan, instrument tersebut tidak harus membuat perusahaan memiliki
komitmen untuk melakukan tindakan tertentu apapun dimasa depan.
b) Instrumen perataan harus didasarkan pada penerapan pertimbangan professional dan
dipikirkan dalam wilayah Prinsip-prinsip Akutansi yang berlaku umum
c) Instrument perataan harus mengarah pada pergerakan yang material secara relatif
terhadap perbedaan pendapatan dari tahun ketahun
d) Instrumen perataan tidak memerlukan suatu transaksi riil dengan pihak kedua,tetapi
hanya suatu reklasifikasi dari tahun ke tahun.
e) Instrument perataan harus digunakan, secara sendirian atau bersama-sama dengan
praktik lainnya selama suatu periode waktu yang ditentukan.
Beidleman mengusulkan dua kriteria yang berbeda dan kurang membatasi:
a) Instrument perataan harus memberikan memberikan ruang bagi manajemen untuk
menurunkan tingkat keanekaragaman dalam pelaporan laba sering dengan usahanya
untuk mencapai tjuan laba (pertumbuhan) jangka panjang.
b) Sekali digunakan, instrument tersebut tidak harus membuat perusahaan memiliki
komitmen untuk melakukan tindakan tertentu apapun dimasa depan.
Contoh instrument perataan yang digunakan meliputi:
1.
2.
3.
4.

perubahan dari penyusutan yang dipercepatmenjasi penyusutan garis lurus


pilihan antara metode biaya atau metode ekuitas
biaya pension
keuntungan dan kerugian atas penjualan surat-surat berharga

5. kredit investasi pajak


2.2.6 Temuan penelitian atas perataan laba
a. Analisis dan sektor Negara
Sehubungan dengan karakteristi organisasional, kamin dan Ronen memeriksa
pengaruh dari pemisahan kepemilikan dan pengendalian terhadap perataan laba
berdasarkan hipotesis bahwa perusahaan yang dikendalikan oleh manajemen memiliki
kemungkinan lebih besar untuk melakukan perataan sebagai menifestasi dari
12

kehendak manajemen dan kelonggaran anggaran. Hasilnya menunjukkan bahwa


hampir seluruh perusahaan yang ditelaah menunjukan perilaku seakan-akan mereka
pelaku perataan dan sebagian besar khususnya termasuk perusahaan yang
dikendalikan oleh manajemen dengan karakter hambatan untuk masuk.
b. Keamanan jabatan dan perataan antisipatif
Fudenberg dan Tirole secara analitis menunjukan bahwa perataan laba terhadap
keamanan jabatan meningkat jika terdapat asumsi berikut :
o Para manajer menikmati keuntungan pribadi yang tidak bersifat keuangan
o Perusahaan tidak memiliki komitmen untuk melakukan konflik intensif jagka
panjang yang mengakibatkan diberhentikannya manajer jika memberikan kinerja
buruk
o Ini adalah kemunduran informasi dalam hal laba saat ini lebih penting daripada
laba sebelumnya dalam evaluasi kinerja manajemen.
Defond dan Park menyelidiki intuisi yang didapat dari model Fudenberg
Tirole dengan memeriksa pengaruh dari pengaturan awal laba berjalan relative dan
ekspektasi laba masa depan relatif melalui tindakan akrual penyesuaian. Bukti yang
mereka dapatkan menunjukan bahwa pada saat laba berjalan buruk dan harapan
laba masa depan baik para manajer meminjam laba dari masa depan untuk
dipakai saat ini. Sebaliknya, pada saat laba berjalan baik dan harapan laba masa
depan buruk para manajer menyimpan laba berjalan untuk kemungkinan
penggunnaan dimasa depan. Temuan bahwa kinerja para manajer perusahaan
mengalami kinerja buruk (baik) diperiode berjalan dan mengharapkan kinerja baik
diperiode ,endatang memilih akrual penyesuaian peningkatan laba untuk menurunkan
ancaman pemutusan hubungan kerja tidak secara langsung menunjukan hubungan
antara keamanan jabatan dan perataan laba.
c. Kesejahteraan pemegang saham dan perataan laba
Pernyataan dan temuan mengenai penetapan hubungan positif antara perataan laba
dengan kesejahteraan pemegang sahamadalah sebagai berikut :
o Kepuasan pemegang saham pasti akan meningkat seiring dengan kenaikan tingkat
pertumbuhan laba perusahaan dan kestabilan laba tersebut
o Adanya kemungkinan bahwa para analisis menjadi lebih antusias akan pemerataan
diri sendiri akan meningkatkan ketertarikan terhadap saham perusahaan dan
mungkin memilki pengaruh yang berarti terhadap nilai saham dan biaya modal

13

o Keanekaragaman laba dapat dilihat dengan memiliki hubungan yang lebih


signifikan dengan perhitungan risiko secara menyeluruh maupun sistematis
o Perataan mengandung arti sebagai suatu hubungan langsung,sebab akibat antara
fluktuasi laba dan risiko pasar
o Dengan membiarkan manajeen memilih alternatif teknik akuntansi, pemilik dapat
mengkapitalisasi atas keahlian para manajer
o Laba perataan menurunkan profitabilitas dan jaminan risiko keuangan yang
mengakibatkan terjadinya penurunan biaya dan negosiasi ulang
o Perusahaan yang tidak melakukan perataan memiliki tingkat pengembalian laba
yang tidak sesuai harapan dari laba yang mengejutkan jika dibandingkan dengan
perusahaan yang meratakan laba
o Para investor institusional menghindari perusahaan yang menunjukan variasi besar
dalam laba . mereka lebih menyukai suatu aliran laba yang lebih merata.
Michelson et al,menemukan pengembalian yang lebih renda, risiko lebih rendah dan ukuran
perusahaan lebih besar untuk perusahaan pelaku perataan. Wang dan Williams menemukan
bahwa perusahaan dengan serangkaian perataan laba adalah kurang berisiko dan memiliki
respon pasar empat kali lebih besar daripada perusahaan lain. Pengaruh perataan yang
menguntungkan ini di evaluasi sebagai berikut :
Berlawanan dengan pandangan yang telah menyebar bahwa para manajer
melakukan perataan laba untuk meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri atas beban
pemegang saham, bukti konsisten dari dokumen penelitian ini menunjukan bahwa perataan
laba akuntansi dapat menjadi hal yang menguntungkan bagi pemegang saham perusahaan
dan investor yang prospektif. Lebih khusus lagi analisis menunjukan bahwa perataan laba
dapat meningkatkan nilai informasi dari laba dan menurunkan tingkat risiko dari
perusahaan.
Chaney et al, memberikan bukti bahwa para manajer meratakan laba disekitar
pengaturan mereka atas laba permanen perusahaan. Perataan laba menjadi strategi jangka
panjang untuk mengkomunikasikan suatu laba permanen perusahaan dengan menggunakan
akrual yang dibuat secara sengaja untuk memindahkan (atau meniadakan) sebagian dari
komponen sementara dari laba yang dilaporkan. Mereka menemukan hubungan positif antara
wakil (proxy) untuk perataan laba dan kinerja perusahaan ,dalam hal bahwa (a) perusahaan
yang kinerja nya baik cenderung untuk melaporkan laba dengan kurang variasi secara relatif
terhadap arus kas dari operasi jika dibandingkan dengan perusahaan lain dam (b) perusahaan
yang mampu meratakan labanya secara relatif terhadap arus kas memiliki koefisien respons
14

laba yang lebih besar. Hasil ini diinterprestasikan sebagai sepenuhnya konsisten dengan
hipotesis bahwa pasar labih mampu untuk menilai isi informasi laba untuk perusahaan yang
melakukan perataan laba.
2.3 MANAJEMEN LABA (EARNING MANAGEMENT)
2.3.1

Manajemen Laba Sebagai Manajemen Akrual


Definisi operasional manajemen laba adalah potensi penggunaan manajemen akral

dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi. Hubungan dibawah ini adalah hal
penting agar dapat memahami manajemen laba sebagai manajemen akrual:
a) Total Akrual = Laporan Laba Bersih Arus Kas Dari Operasi
b) Total Akrual = Akrual bukan pilihan + Akrual Pilihan
Pendekatan umum yang biasa digunakan untuk mengestimasi akrual pilihan adalah
dengan meregresikan total akrual variabel-variabel yang merupakan wakil dari akrual normal.
Sedangkan untuk akrual yang tidak diharapkan dianggap sebagai komponen yang tidak dapat
direlasikan (residual) dari total akrual.
Selain akrual pilihan dan akrual bukan pilihan ada satu jenis akrual yang telah terbukti
melalui berbagai penelitian digunakan untuk manajemen laba, yaitu akrual spesifik. Akrual
spesifik atau metode akuntansi yang kerap digunakan dalam manajemen laba, antara lain:
a) Estimasi penyusutan dan provisi piutang tak tertagih yang melingkupi penawaran
saham perdana,
b) Cadangan kerugian pinjaman bangk dan cadangan kerugian klaim asuransi, dan
c) Cadangan peinilaian pajak tangguhan.
2.3.2

Model Akrual

a) Model Total Akrual


Ada dua model umum yang digunakan untuk perhitungan akrual, yaitu:
o Pendekatan Neraca
TAt = CAt - Casht - CLt + DCLt DEPt
TAt
CAt
Casht
CLt
DCLt
DEPt

= total akrual.
= perubahan aktiva tahun berjalan di tahun t.
= perubahan kas dan setara kas tahun berjalan di tahun t.
= perubahan utang tahun berjalan di tahun t.
= perubahan utang termasuk utang tahun berjalan di tahun t.
= beban penyusutan dan amortisasi dalam tahun t.
15

o Pendekatan Arus Kas


Collins dan Hribar menyarankan suatu pendekatan langsunng yang menghitung
akrual total sebagai perbedaan antara laba bersih dan arus kas operasi. Hal ini muncul
karena berdasarkan bukti bahwa studi-studi yang didasarkan pada pendekatan neraca
tradisional untuk menghitung total akrual mengalami kelemahan akibat kontaminasi
dari perhitungan akrual total.
b) Metode Akrual Pilihan
o Model De Angelo
Porsi pilihan dalam Model De Angelo adalah perbedaan antara akrual total di
tahun persitiwa (At 1 )dan akrual bukan pilihan. Perhitungan akrual bukan pilihan
(NDAt )bergantung pada akrual total di periode sebelumnya (TAt 1 ) yang
disimbolkan dengan aktiva total keseluruhan (At 2.) Secara matematis dapat
dirumuskan :

NDAt = TAt 1 / At 2
o Model Healy
Dalam model ini akrual bukan pilihan adalah nilai rat-rata dari akrual total TAt
yang dilambangkan dengan aktiva total keseluruhan dari periode estimasi. Atau secara
matematis dapat dirumuskan:

NDAt = 1/ n Y ( TAy / AY-1 )


Perbedaan utama model ini dengan model De Angelo adalah bahwa NDA
mengikuti proses acak dalam model De Angelo dan suatu proses rata-rata
kebalikan dalam model Healy.
o Model Jones
Tujuan utama dari model Jones ini adalah untuk mengendalikan pengaruh
perubahan dalam kondisi perusahaan pada akrual bukan pilihan. Akrual bukan pilihan
di tahun peristiwa disajikan sebagai berikut:

NDAt = 1 (1 / At- 1) + 2 (REVt / At- 1) + 3 (PPEt / At- 1)


1, 2 , 3
= parameter spesifik perusahaan.
16

At- 1
REVt
PPEt
Estimasi

= total aktiva tahun t- 1.


= pendapatan di tahun t dikurangi pendapatan tahun t- 1.
= aktiva tetap kotor di tahun t.
dari parameter spesifik perusahaan dilambangkan dengan

menggunakan model berikut di periode estimasi:


TAt / At- 1 = 1 (1 / At- 1) + 2 (REVt / At- 1) + 3 (PPEt / At- 1) + Et
Dimana 1, 2 , 3 melambangkan estimasi OLS pada 1, 2 , 3. Nilai
residu Ft melambangkan porsi pilihan spesifik perusahaan dalam total akrual.
Variasi dari model Jones mencakup:
a. Suatu model yang memperluas model Jones dengan menambahkan akrual total
keseluruhan dan pemgembalian saham keseluruhan sebagai dua variabel
penjelasa tambahan.
b. Suatu model yang menggantikan perubahan penjualan dalam model Jones
dengan mengganti penjualan tunai.
o Model Jones yang Dimidofikasi
Model modifikasian model Jones untuk memperhitungkan akrual bukan pilihan
selama periode peristiwa yaitu periode dimana manajemen laba dihipotesiskan)
adalah sebagai berikut:

NDAt = 1 (1 / At- 1) + 2 [(REVt - / RECt ) / At- 1] + 3 (PPEt / At- 1),


Dimana RECt adalah piutang bersih ditahu t dikurangi piutang bersih ditahun t1, dan area-area variabel lainnya dipersamaan sebelumnya.
Perbedaan model Jones asli dengan model modifikasiannya adalah sebagai berikut:
Pendapatan disesuaikan untuk perubahan dalam piutang di periode peristiwa.
Model Jones yang asli secara implisit berasumsi bahwa pilihan tidak dilakukan atas
pendapatan baik di periode estimasi maupun di periode peristiwa. Versi modifikasian
model Jones secara implisit berasumsi bahwa perubahan dalam penjualan kredit di
periode peristiwa berasal dari manajemen laba. Hal ini berdasarkan pemikiran bahwa
lebih mudah untuk mengatur laba dengan melakukan pilihan atas pengakuan
pendapatan di penjualan kredit daripada mengatur laba dengan melakukan pilihan atas
pengakuan pendapatan di penjualan tunai. Jika modifikasi ini berhasil, maka estimasi
manajemen laba seharusnya tidak lagi bersifat bias kearah nol.
o Model Industri

17

Model Industri melonggarkan asumsi bahwa akrual bukan pilihan adalah konstan
dari tahun ke tahun. Model Industri berasumsi bahwa variasi dalam penetuan akrual
bukan pilihan adalah umum terjadi di antara perusahaan di industry yang sama. Model
industry dirumuskan sebagai berikut:
NDAt = 1 + 2 median; (TAt / At- 1 )
NDAt
= akrual bukan pilihan yang dihitung dengan model Jones dan median
TAt / At- 1 = nilai median dari akrual total di tahun t yang disimbolkan dengan
aktiva total keseluruhan untuk seluruh perusahaan yang tidak diambil contoh didalam
industri klasifikasi industri standar (standard industry classification-SIC) dengan dua
digit yang sama (industri).
1 dan 2
= adalah parameter spesifik perusahaan yang diperoleh dari suatu
regresi rata-rata biasa ddalam suatu pengamatan diperiode estimasi.
Kemampuan Model Industri untuk menurunkan kesalahan perhitungan dalam akrual
pilihan sangat bergantung kepada dua faktor berikut:
1) Industri menghilangkan variasi yang terdapat di dalam akrual bukan pilihan yang
umum terjadi di antara perusahaan dalam industry sejenis. Jika perubahan dalam
akrual bukan pilihan bukan pilihan sebagian besar mencerminkan respons terhadap
perubahan kebiasaan yang berlaku khusus bagi perusahaan, maka model industri tidak
akan menarik seluruh akrual bukan pilihan dari perwakilan akrual pilihan.
2) Industri menghilangkan variasi di dalam akual pilihan yang berhubungan langsung
dengan perusahaan di industry sejenis, yang secara potensial dapat menyebabkan
masalah. Seberapa berat tingkat masalah ini akan bergantung pada sampai sejauh
mana stimulasi manajemen laba memiliki korelasi diantara perusahaan dalam industry
sejenis.
o Model Kang dan Sivaramakrishnan
Model Kang dan Sivaramakrishnan bergantung pada pendekatan alternative
dimana:
a. Mengestimasi akrual yang dikelola dengan menggunakan tingkatan daripada
menggunakan perubahan dalam aktiva lancer dan utang lancar.
b. Mencakup harga pokok penjualan dan beban lain-lain.
c. Tidak membutuhkan regresi sehingga tidak terkontaminasi.
Model ini dirumuskan sebagai berikut:
ABi,t = 0 + 1 [1, i REVi, t] + 2 [2, I EXPi, t] + 3 [3, I GPPEi, t] + ui, t
ABi,t
ARi, t
INVi, t
OCAi, t

= saldo akrual = ARi, t = INVi, t + OCAi, t -CLi, t - DEPi, t


= piutang diluar pengembalian pajak.
= persediaan.
= aktiva lancar lainnya selain kas, piutang, dan persediaan.
18

CLi, t

= utang lancar tanpa pajak dan utang jangka panjang yang jatuh tempo

dalam waktu satu tahun.


DEPi, t
= penyusutan dan amortisasi.
REVi, t= pendapatan penjualan bersih.
EXPi, t
= beban operasi (harga pokok penjualan, beban penjulan dan
administrasi sebelum penyusutan).
GPPEi, t
= aktiva tetap kotor.
NTA i, t
= aktiva total bersih.

1, I , 2, I , 3, I adalah rasio perputaran yang mengakomodasi spesifikasi


perusahaan dan megopensasikan fakta bahwa persamaan adalah estimasi dari suatu
kumpulan contoh.
2.3.3

Kesalahan Penetapan Harga Atas Akrual Pilihan


Terdapat cukup bukti yang menunjukkan bahwa para investor benar-benar

menggunakan informasi yang ada dalam memperkirakan kinerja laba dimasa depan. Hal ini
mencerminkan niat perbaikan investor dalam laporan laba rugi, dibandingkan kemampuan
laba dalam merangkum informasi yang memiliki nilai relevan. Kenyataannya, hapir semua
analis akan berpendapat bahwa para investor cenderung untuk terfiksasi pada laba yang
dilaporkan, pemeriksaan akrual dan komponen arus kas dari laba berjalan dapat digunakan
untuk mendeteksi saham-saham yang salah penilaian, pemikirannya adalah akrual dan
komponen arus kas laba memiliki pengaruh berbeda terhadap perhitungan laba dimasa depan.
Akan tetapi, harga saham bertindak seakan-akan para investor gagal dalam
mengidentifikasi secara benar sifat-sifat yang berrbeda dari dua komponen laba. Pasar dengan
salah menilai terlalu tinggi penentuan komponen arus kas dari akrual laba sekaligus pula
menilai terlalu rendah persistensi dari komponen arus kas. Akrual juga menunjukkan
serangkaian hubungan negatif atau kecenderungan reverse rata-rata. Hasil akhirnya adalah
bahwa pasar merenpons seakan-akan terkejut pada saat pembalikan laba yang sepertinya
dapat diramalkan terjadi ditahun berikutnya.
2.3.4 Isu-Isu dalam Manajemen Laba
a) Merupakan hal yang sangat mudah untuk menduga bahwa manajemen laba bertujuan
untuk memenuhi harapan dari analis keuangan atau manajemen (yang diwakili oleh
peramalan laba oleh publik).
Pada kenyataannya terdapat bukti bahwa :

19

o Manajer mengambil tindakan untuk mengelola kenaikan laba guna menghindari


pelaporan laba yang lebih rendah daripada peramalan para analis.
o Rekomendasi analis keuangan saham sebagai seorang peramal yang baik atas
manajemen laba.
o Perusahaan dalam bahaya tidak mampu mencapai peramalan laba manajemen
dengan menggunakan akrual yang tidak diharapkan untuk mengelola kenaikan
laba.
o Perusahaan dengan persentase kepemilikan institusional yang tinggi biasanya
tidak memotong beban penelitian dan pengembangan guna menghindari terjadinya
penurunan dalam pelaporan laba.
b) Terdapat alasan yang baik untuk mencurigai bahwa manajemen laba bertujuan untuk
memengaruhi kinerja harga jangka pendek dengan berbagai cara. Kecurigaan ini patut
timbul karena :
o Terdapat bukti dari akrual negative yang tidak diharapkan (penurunan laba)
sebelum terjadi tindakan pembelian kepemilikian perusahaan oleh manajemen.
o Terdapat bukti dari akrual positif yang tidak diharapkan (kenaikan laba) sebelum
terjadi penawaran ekuitas sewaktu-waktu, penawaran saham perdana, dan akuisisi
melalui saham. Pembalikan akrual yang tidak diharapkan terlihat seperti engikuti
penawaran saham perdana dan akuisisi melalui saham.
c) Manajemen laba dapat berakhir dan bertahan karena informasi yang asimetris.
Asimetri informasi adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh informasi yang
diketahui manajemen tidak ingin diungkapkan oleh manajemen itu sendiri. Persistensi
ini muncul akibat dibatasinya komunikasi dimana para manajer tidak dapat
membicarakan seluruh informasi pribadi mereka kecuali jika principal secara kontrak
memberikan prakomitmen untuk tidak menggunakan informasi melawan para
manajer. Insentif bagi para manajer untuk mengungkapkan informasi pribadinya
secara jujur, yang diciptakan oleh komunikasi yang dibatasi, menjadi kunci untuk
manajemen laba.
d) Manajemen laba terjadi dalam konteks suatu kumpulan pelaporan yang fleksibel dan
seperangkat kontrak tertentu yang menentukan pembagian aturan diantara pemegang
kepentingan. Kedua set kontrak tersebut bersifat memiliki penyebab internal
(endogenous) terhadap pertanyaan manajemen laba. Pada saat kondisi lingkungan
berubah, pengaturan laporan dan kontrak juga berubah, mengarah kebentuk
manajemen laba yang berbeda dari waktu ke waktu.
e) Strategi perusahaan bagi manajemen laba mengikuti satu atau lebih dari tiga
pendekatan, yaitu :
o Memilih dari pilihan-pilihan fleksibel yang tersedia dalam GAAP.
20

o Bergantung pada perkiraan subjektif dan pilihan aplikasi yang ada dalam opsi.
o Menggunakan akuisisi serta disposisi aktiva dan waktu untuk melaporkannya.
Pilihan yang disediakan GAAP dalam melaksanakan manajemen laba wajib
diikuti oleh perusahaan. Ada tindakan hukum yang akan diterima apabila
menggunakan pilihan selain dari yang disediakan dalam GAAP
f) Permainan laba atau lebih tepatnya sebagai permainan laporan laba triwulanan,
mungkin enjadi alsan utama dalam manajemen laba. Manajemen lebih tergoda untuk
membuat suatu laporan laba yang memenuhi harapan Wall Street daripada
memberikan kenyataan kondisi keuangan.
g) Manajemen laba erupakan suatu hasil usaha untuk melewati ambang batas. Tiga
ambang batas penting bagi para eksekutif adalah:
o Untuk melaporkan laba positif, yaitu melaporkan laba diatas nol.
o Untuk menjaga kinerja saat ini, yaitu membuat paling tidak sama dengan kinerja
tahun lalu.
o Untuk memenuhi harapan analis, khususnya analis untuk peramalan laba.
h) Manajemen laba dapat berasal dari hasil pemenuhan perjanjian dari kontark
kompensasi implicit. Bukti atas tesis ini mengambil bentuk sebagai berikut :
o Para manajer divisi untuk suatu perusahaan ultinasional besar kemungkinan akan
mengangguhkan pendapatan pada saat target laba dalam rencana bonus mereka
tidak akan terpenuhi dan ketika mereka berhak atas bonus maksimu yang
diperbolehkan berdasarkan rencana.
o Perusahaan dengan batasan dalam bonus cenderung untuk melaporkan akrual
yang menangguhkan laba pada saat batasan terpenuhi dibangdingkan dengan
perusahaan yang memiliki kinerja yang sama tetapi tidak memiliki batasan bonus.
o Selama kontes perwakilan (proxy), para manajer yang berwenang menerapkan
akuntansi pilihan guna mengingkatkan pelaporan laba.
o Para CEO dalam tahun terakhir mereka di kantor menurunkan beban penelitian
dan pengembangan dengan asumsi untuk meningkatkan laba yang dilaporkan.
i) Manajemen laba tumbuh dari ancaman dua bentuk aturan, yaitu aturan industri yang
spesifik dan aturan antitrust. Industry bank dan asuransi adalah contoh yang baik
dalam keberadaan pemantauan aturan yang berhubungan dengan data akuntansi.
j) Karena adanya kebutuhan akan subsidi dan perlindungan pemerintah sekaligus pula
dengan adanya ketakutan akan investigasi antitrust atau konsekuensi politik lainnya,
para manajer mungkin mencari jalan keluar dalam hal manajemen laba. Terdapat
banyak bukti pendukung untuk hipotesis ini, diantaranya :
o Perusahaan yang sedang diinvestigasi untuk pelanggaran antitrust elaporkan
akrual

abnormal yang menurunkan pendapatan pada tahun dilakukannya

investigasi.
21

o Perusahaan dalam indutri yang mencari keringanan impor cenderung untuk


mengangguhkan laba pada tahun diasukkannya permohonan.
o Perusahaan dalam industry televisi kabel cenderung untuk menangguhkan
pendapatan selama perriode pemeriksaan Kongres.
o Perusahaan yang menjadi subjek kendali harga akan menyesuaikan akrual
akuntansi pilihannya kearah bawah untuk menurunkan laba bersih dan untuk
meningkatkan kemungkinan distujuinya kenaikan harga yang diminta.
o Besaran dari komponen pilihan dar obligasi setelah pension memiliki hubungan
yang negative dengan tingkatan dari aturan eksternal dan kualitas auditor.
o Semakin banyak perusahaan dengan serikat pekerja yang kemungkinan lebih
banyak menggunakan pengakuan atas Statement of Fianacial Accounting
standards No. 106 dengan segera atas Akuntansi Pemberi Kerja bagi Manfaat
Purnakarya Selain dalam bentuk pension, yang konsisten dengan insentif guna
enurunkan biaya negosiasi pekerja.
k) Penilaian perusahaan secara umum diasumsikan menjadi salah satu sasaran
manajemen laba. Berbagai model analitis telah mencoba untuk menjelaskan hubungan
tersebut. Gigler mempertibangkan kasus perusahaan yang penjualannya, pada saat
menentukan angka pendapatan mana yang akan diungkapkan, adalah antara biaya
perolehan modal baru dan biay kompetisi. Suatu kelebihan pencatatan atas
pendapatan yang diungkapkan akan terjadi bila biaya modal yang diturunkan lebih
lama daripada peningkatan biaya kompetisi. Kredibilitas atas pengungkapan
pendapatan adalah dimungkinkan karena perusahaan menimbulkan suatu biaya
kepemilikan dengan salah saji pendapatan. Chaney dan Lewis memiliki kekhawatiran
dengan suatu penjelasan mengenai

mengapa kantor perusahaan mengelola

pengungkapan informasi akuntansi. Mereka menunjukkan bahwa manajemen laba


memengaruhi nilai perusahaan ketika para manajer dan investor yang memaksimalkan
nilai menerima informasi secara asimetris. Eilifsen et al. memberikan tambahan pada
dua model sebelumnya dengan enunjukkan bahwa jika pendapatan kena pajak
dihubungkan dengan pendapatan akuntansi, akan terdapat suatu perlindungan
otomatis yang berlawanan dengan manipulasi laba, klaim yang sama juga
dikemukakan oleh Johansson dan Ostman.
l) Laba negative secara tiba-tiba umumnya lebih merugikan daripada revisi ramalan
negative. Sebagai tambahan, ukuran dari tanggapan pasar atas laba yang tiba-tiba
terlihat lebih besar pada keterkejutan yang negatif disbanding keterkejutan yang
positif. Seharusnya bukanlah hal yang mengejutkan bahwa para manajer dapat
22

mengambil tindakan untuk enghindari laba negative tiba-tiba. Dua cara yang mungkin
memperoleh tujuan ini adalah mengelola kenaikan laba jika laba yang tidak dikelola
tidak mampu emenuhi ekspektasi atau memandu harapan analis kea rah bawah guna
menghindari perkiraan yang terlalu optimis.
2.4 STATUS AKUNTANSI YANG BERSIFAT PARADIGMA
2.4.1 Evolusi atau Revolusi Didalam Akuntansi ?
Perdebatan mengenai keunggulan dan kelemahan suatu pendekatan diharapkan
mengarah kepada suatu hasil dan kesamaan persepsi teori akuntansi. Pandangan seperti ini
dianut oleh meraka yang percaya bahwa kemajuan teori akuntansi diperoleh dari ide dan
evolusi yang panjang.
Akan tetapi, dalam pandangan yang lebih berhasil dan logis, akuntansi berkembang
secara dinamis melalui revolusi bukan evolusi. Kuhn dengan model revolusinya, yaitu The
Structure of Scientific Revolutions menjelaskan revolusi akuntansi dengan langkah-langkah
berikut :
a) Suatu ilmu pada suatu waktu didominasi oleh suatu paradigma tertentu.
b) Ilmu melalui suatu periode akumulasi pengetahuan, dimana para peneliti bekerja dan
memperluas paradigm yang dominan, selama periode tersebut ia dikenal sebagai ilmu
yang normal.
c) Anomaly mungkin berkembang dan tidak dapat dijelaskan dengan paradiga yang ada.
d) Suatu tahap kritis diraih, dimulai dengan pencarian paradigm baru dan berakhir
dengan suatu revolusi dan terlemparnya paradigm dominan dengan suatu paradigm
baru.
Langkah-langkah diatas menitikberatkan kepada suatu paradigm ilmu yang secara
kontinyu berkembang dan dipakai. Ritzer, dalam suatu artikel awal dalam sosiologi
mengartikan paradigm lebih operasional sebagai: suatu gambaran fundamental dari pokok
masalah suatu ilmu. Paradigm ada untuk mendefenisikan apa yang harus dipelajari,
pertanyaan apa yang harus dipertanyakan, bagaimana pertanyaan tersebut dipertanyakan, dan
aturan apa yang seharusnya diikuti dalam menginterpretasikan jawaban yang ingin diperoleh.
Paradigm adalah suatu unit terbesar dari consensus dalam suatu ilmu dan ada untuk
membedakan suatu komunitas/subkomunitas ilmu yang satu dengan yang lainnya. Paradiga
berasumsi, mendefenisikan, menghubungkan contoh, teori, metode, dan instrument yang ada
didalamnya.
Atas penjelasan Ritzer diatas, maka paradigma didefenisikan atas tiga komponen
dasar, yaitu suatu artikel utama yang menjelaskan pemikiran, teori, serta metode dan teknik.
23

2.4.2

Akuntansi: Suatu Ilmu yang Multiparadigma


Jika suatu saat akuntansi mengalami situasi kritis, maka sangat memnungkinkan

untuk mengindentifikasi paradigma-paradigma dalam akuntansi yang sedang bersaing.


Persaingan ini bertujuan untuk menegakkan hegemoni paradigm itu sendiri dalam akuntansi.
Hal ini membuktikan bahwa akuntansi adalah ilmu dengan multiparadigma.
Paradigma-paradigma yang ada dalam akuntansi dapat diidentifikasikan sebagai
berikut :
a)

Paradigma antropologi, yang menyatakan bahwa praktik akuntansi sebagai

b)

wilayah dari akuntansi.


Paradigma perilaku pasar, yang menyatakan bahwa reaksi pasar modal sebagai

c)

wilayah dari akuntansi.


Paradigma peristiwa ekonomi, yang menyatakan bahwa peramalan peristiwa

d)

ekonomi sebagai wilayah dari akuntansi.


Paradigma proses keputusan, yang menyatakan bahwa teori keputusan dan

e)

proses keputusan dari individu sebagai wilayah dari akuntansi.


Paradigma laba ideal, yang menjelaskan bahwa pengukuran kinerja sebagai

f)

wilayah dari akuntansi.


Paradigma informasi ekonomi, yang menyatakan bahwa evaluasi informasi

g)

sebagai wilayah dari akuntansi.


Paradigm perilaku pengguna, yang menyatakan bahwa perilaku penerima
informasi sebagai wilayah dari akuntansi.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dalam akuntansi terdapat beberapa pendekatan, diantaranya pendekatan positif.
Paradigma informasi/ekonomi mengambil pandangannya melalui berbagai disiplin ilmu,
termasuk teori keputusan, teori permainan, teori informasi, dan ekonomi. Hubungan agensi
dikatakan telah terjadi ketika suatu kontrak antara seseorang (atau lebih), seorang principal
dan orang lainnya, seorang agen, untuk memberikan jasa demi kepentingan principal
24

termasuk melibatkan adanya pemberian delegasi kekuasaan pengambilan keputusan kepada


agen. Dorongan terbesar bagi pendekatan positif dalam akuntansi adalah untuk menjelaskan
dan meramalkan pilihan standar manajemen melalui analisis atas biaya dan manfaat dari
pengungkapan keuangan tertentu dalam hubungannya dengan berbagai invidu dan
pengalokasian sumber daya ekonomi.
Perataan laba menurut Beidleman yaitu perataan dari laba yang dilaporkan dapat
didefinisikan sebagai pengurangan atau fluktuasi yang disengaja terhadap beberapa tingkatan
laba yang di saat ini dianggap normal oleh perusahaan. Motivasi dibalik perataan termasuk
meliputi perbaikan hubungan dengan kreditor, investor, dan pekerja. Sekaligus juga
penurunan siklus bisnis melalui proses psikologi. Pada dasarnya objek perataan seharusnya
didasarkan pada indikasi keuangan yang paling mungkin dan paling digunakan, yaitu laba .
Dalam dimensi perataan Dascher dan Malcolm membedakan antara perataan riil dan perataan
artificial. Berbagai temuan penelitian atas perataan laba telah dilakukan , antara lain dalam
analisis sektor dan Negara ,Keamanan jabatan dan perataan antisipatif,serta kesejahteraan
pemegang saham dan perataan laba .
Definisi operasional dari manajemen laba adalah potensi pengggunaan manajemen
akrual dengan tujuan memperoleh keuntungan pribadi. Adapun model akrual pilihan pertamatama melibatkan perhitungan total akrual. Ada dua model yang umum dipergunakan untuk
perhitungan akrual yaitu pendekatan neraca dan pendekatan arus kas. Sedangkan dalam
model akrual pilihan terdapat enam model yang dipertimbangkan dalam literatur,yaitu Model
De Angelo, Model Healy, Model Jones, Model Jones yang dimodifikasi, model industry, dan
Model Kang dan Sivaramakrishnan.
Dalam kesalahan penetapan harga atas akrual pilihan ,hampir semua analisis berpendapat
bahwa para investor cenderung untuk terfiksasi pada laba yang dilaporkan ,pemeriksaan
akrual dan komponen arus kas dari laba berjalan dapat digunakan untuk mendeteksi sahamsaham yang salah penilaian,pemikirannya adalah akrual dan komponen arus kas laba
memiliki pengaruh berbeda terhadap perhitungan laba dimasa yang akan datang. Status
akuntansi yang bersifat paradigma ,ada pandangan yang berhasil dan logis menyatakan
bahwa akuntansi,seperti kebanyakan ilmu sosial dan budaya,berkembang melalui revolusi
dan bukannya melalui evolusi. Akuntansi adalah suatu ilmu multiparadigma,dengan setiap
paradigma saling bersaing untuk meraih hegemoni dalam ilmu tersebut
3.2 SARAN
Pembuatan makalah ini didasarkan pada satu sumber referensi utama, karena
keterbatasan informasi yang diperoleh. Makalah ini masih bersifat umum mendasarkan pada
25

dua pandangan yaitu dari referensi utama dan pandangan penulis, oleh karena itu kami
harapkan agar pembaca bisa mencari sumber referensi yang lain guna membandingkan
dengan pembahasan yang kami buat, guna mengoreksi bila terjadi kesalahan dalam
pembuatan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Riahi, Ahmed, dan Belkaoui. 2007. Acoounting Theory Edisi 5 Buku 2. Jakarta : Salemba
Empat

26

Anda mungkin juga menyukai