Pengenalan tentang Metode Harga Pokok Activity Based Costing (ABC) sebagai alat yang
digunakan untuk menghitung harga pokok produk atau jasa secara lebih akurat.
ABC adalah metode akuntansi yang mengalokasikan biaya kegiatan operasional ke produk
atau jasa berdasarkan penggunaan sebenarnya dari setiap aktivitas yang terlibat dalam proses
produksi.
ABC terdiri dari dua komponen utama, yaitu aktivitas (activities) dan driver aktivitas
(activity drivers). Aktivitas adalah tindakan atau kegiatan yang menghasilkan biaya,
sementara driver aktivitas adalah faktor yang digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan
aktivitas oleh produk atau jasa.
Jawab
= 5000 + 10.000
= 15.000
= 300/JKL
Definsi Harga Pokok VariabelVariabel costing / harga pokok variabel merupakan metode
penentuan harga pokok produksiyang hanya memperhitungkan biaya produksi yang
berperilaku variable ke dalam hargapokok produksi.
Manfaat variabel costing dalam perencanaan laba jangka pendek adalah mengetahui
informasi kegiatan biaya variabel yang perl, metode variabel costing yang menghasilkan
laporan rugi laba dan yang menyajikan informasi variabel yang terpisah dari informasi biaya
tetap dapat memenuhi kebutuhan manajemen untuk perencanaan laba jangka pendek.
Manfaat variabel costing dalam suatu pengendalian biaya. Variabel costing menyediakan
informasi yang lebih baik untuk mengendalikan period costs dibandingkan informasi yang
dihasilkan oleh full costing. Didalam variabel costing, period costs yang terjadi biaya yang
berperilaku tetap dikumpulkan dan disajikan secara terpisah dalam laporan laba rugi terhadap
laba kontribusi.
Manfaat variabel costing dalam pengambilan keputusan.
Variabel costing menyajikan data yang bermanfaat untuk pembuatan keputusan jangka
pendek. Dalam pembuatan keputusan jangka pendek yang menyangkut mengenai perubahan
volume kegiatan, period costs tidak relevan karena tidak berubah dengan adanya perubahan
volume kegiatan.
Biaya periode atau period cost adalah setiap biaya yang dikeluarkan perusahaan yang tidak
terkait langsung dengan proses produksi.
Ini berarti mereka tidak terkait dengan biaya satu produk atau biaya persediaan untuk bisnis,
oleh karena itu biaya periode dimasukkan dalam laporan keuangan perusahaan selama
periode akuntansi yang ditugaskan.
Cara menghitung biaya periode
1.Tentukan Biaya Periode
Langkah pertama dalam menghitung biaya periode adalah menentukan jenis-jenis biaya
periode yang dikeluarkan oleh perusahaan.
2.Menghitung jumlah biaya periode yang dikeluarkan oleh perusahaan.Kita bisa
menggunakan rumus berikut:
Jumlah Biaya Periode = Biaya Listrik + Biaya Air + Biaya Gaji
3.Analisis Biaya Periode
Setelah mengetahui jumlah biaya periode,Kita dapat melakukan analisis untuk menentukan
apakah biaya periode tersebut tergolong tinggi atau rendah.
4. Catat Hasil Perhitungan
Langkah terakhir adalah mencatat hasil perhitungan biaya periode pada laporan keuangan
perusahaan.
Cara menghitung penentuan Harga pokok produksi variable
Dalam menentukan harga pokok produk Variable Costing hanya biaya produksi yang bersifat
variable saja yang dimasukan dalam perhitungan harga pokok produk.
Dengan menggunakan Metode Variable Costing
a. Biaya Overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai period costs dan bukan sebagai
unsur harga pokok produk, sehingga biaya overhead pabrik tetap dibebankan sebagai
biaya dalam periode terjadinya.
b. Dalam kaitannya dengan produk yang belum laku dijual, BOP tetap tidak melekat
pada persediaan tersebut tetapi langsung dianggap sebagai biaya dalam periode
terjadinya.
c. Penundaan pembebanan suatu biaya hanya bermanfaat jika dengan penundaan
tersebut diharapkan dapat dihindari terjadinya biaya yang sama periode yang akan
datang.
Berikut ini beberapa perbedaan antara full costing dan variable costing:
1. Perhitungan Harga Pokok Produksi yang Berbeda
Untung menghitung harga pokok produksi suatu perusahaan, perbedaan yang paling
terlihat dari keduanya adalah pada metode full costing menggunakan beban overhead
pabrik tetap dan variable.
Sedangkan, variable costing hanya mengikutsertakan beban overhead variable saja.
Beban overhead pabrik sendiri merupakan biaya produksi yang tidak termasuk dalam
bahan baku dan beban tenaga kerja langsung.Beban overhead pabrik tetap adalah biaya
yang tidak berubah meskipun terjadi perubahan dalam volume produksi
2. Laporan Keuangan pada Laporan Laba Rugi
jika menggunakan metode full costing biaya overhead akan dilaporkan jika produk sudah
terjual. Sedangkan, untuk metode variable costing baik produk terjual atau tidak maka
biaya overhead akan tetap dilaporkan sehingga jumlah pendapatan perusahaan akan tetap
berkurang.
3. Biaya Per Periode
Pada metode full costing biaya per periode dianggap sebagai biaya yang tidak
berhubungan dengan biaya produksi namun tetap mengurangi laba perusahaan. Biaya
periode menurut metode variable costing ikut dibebankan dalam produksi.
Contoh soal :
Data biaya PT. GLORIA
∑ Produksi 9.000 unit
∑ Terjual 8.000 unit
Harga Jual Rp. 1.000/unit
Biaya variable:
- Bahan baku Rp. 250/unit
- Tenaga Kerja Rp. 200/unit
- BOP Rp. 150/unit
- Penjualan Rp. 25/unit
Biaya tetap:
- Biaya tetap produksi Rp. 1.000.000/periode
Kapasitas normal 10.000 unit
- Biaya Administrasi Rp. 250.000/periode
- Biaya Penjualan Rp. 200.000/periode
Diminta: Buatlah laporan rugi laba dengan kedua metode!
● A.Variable Costing Dengan Metode Harga Pokok Pesanan
Dalam metode harga pokok pesanan,biaya produksi dikumpulkan per pesanandengan
menggunakan kartu harga pokok, yang merupakan rincian rekening kontrolBarang
Dalam proses di dalam buku besar.Berdasarkan biaya produksi variabel
yangdikumpulkan dalam kartu harga pokok produk ini, harga pokok produk jadi dan
produk dalam proses dihitung dan dicatat. Rekenning kontrol dalam buku besar yang
perlu dibentuk untuk menampung biaya poduksi dan biaya non produksi dalam
metode variable costing dengan menggunakan metode harga pokok pesanan, yaitu:
● Dalam variable costing dengan metode harga pokok proses, harga pokok produk
persatuan dihitung setiap akhir periode misalnya setiap akhir bulan, dengan cara
membagi total biaya produksi variabel selama satu bulan dengan total ekuivalensi
produksi selama periode yang sama. Rekening Kontrol Yang Digunakan untuk
mencatat aliran biaya dalam metode varable costing dengan menggunakan metode
harga pokok proses adalah :
•Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku
•Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Langsung
•Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik
•Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya
•Biaya Overhead Pabrik Variabel Sesungguhnya
•Biaya Overhead Pabrik Tetap Sesungguhnya
•Biaya Overhead Pabrik Variabel yang Dibebankan
•Biaya Pemasaran
•Biaya Administrasi & Umum
•Biaya Pemasaran Variabel
•Biaya Pemasaran Tetap
•Biaya Administras & Umum Variabel
•Biaya Administrasi & Umum Tetap
PT Eliona berusaha dalam bisnis percetakan. Proses produksinya dilaksanakan
berdasarkan pesanan dari langganan. Metode penentuan harga pokok produksi yang
digunakan adalah metode variable costing, karena menurut pertimbangan manajemen
puncak, informasi biaya yang dihasilkan oleh metode penentuan harga harga pokok
produksi ini sangat bermanfaat untuk perencaan dan pengambilan keputusan jangka
pendek. Pada awal bulan Januari, persediaam produk dalam proses PT Eliona adalah
Rp. 847.500.
Harga pokok produksi dalam proses awal
Pesanan Pesanan Pesanan
#101 #102 #103 total
Biaya bahan baku Rp 150.000 Rp 125.000 Rp116.000 Rp 365.000
Biaya tenaga kerja 130.000 100.000 75.000 330.000
BOP variable 65.000 50.000 37.500 152.000
Pemakaian bahan penolong selama bulan januari 19X1 berjumlah Rp25.000 biaya ini
berperilaku tetap.
2. Menurut kartu jam kerja, jumlah jam kerja yang dikonsumsi untukmengerjakan berbagai
pesanan yang diproduksi dalam bulan januari 19X1 disajikan sebagai berikut.
Produk Bersama adalah semua output yang memiliki nilai jual positif (atau sebuah output
yang memungkinkan organisasi menghindari biaya-biaya yang terjadi). Produk bersama
(joint products) adalah adalah semua produk yang memiliki nilai jual tinggi tapi tidak bisa
diidentifikasi secara terpisah sebagai produk individual sampai ke splitt off point (titik
pemisahan).
Produk lain yang nilai jualnya relatif rendah dibandingkan dengan produk utama disebut
produk sampingan (by product). Sedangkan apabila terdapat produk dengan nilai jual yang
sangat rendah, maka disebut sisa bahan (scrap). Klasifikasi ni berubah tiap saat terutama
untuk produk-produk yang harga pasarnya bisa naik atau turun sebesar kurang lebih 30% di
tiap tahun
Contoh produk yang dihasilkan dari suatu proses bersama yaitu penyulingan minyak bumi
yang pada titik split off point bisa diidentifikasi produk bersama seperti minyak mentah,
minyak tanah, solar, bensin, LPG mentah, dll
Karateristik :
1. Produk bersama dan produk sekutu merupakan tujuan utama kegiatan produksi
2. Harga jual produk bersama atau produk sekutu relatif tinggi bila dibandingkan dengan
produk sampingan yang dihasilkan pada saat yang sama.
3. Dalam mengolah produk bersama tertentu, produsen tidak dapat menghindarkan diri
untuk menghasilkan semua jenis produk bersama, jika ia ingin memproduksi hanya
salah satu diantara produk bersama tersebut.
Produk sampingan dapat digolongkan sesuai dengan dapat atau tidaknya produk tersebut
dijual pada saat terpisah dari produk utama yaitu :
● Produk sampingan yang dapat dijual setelah terpisah dari produk utama tanpa
memerlukan pengolahan lebih lanjut
● Produk sampingan yang tidak dapat dijual setelah terpisah dari produk utama dan
memerlukan pengolahan lebih lanjut. Contoh produk ini adalah produk seperti bulu
ayam yang dihasilkan dari proses penyembelihan ayam.
Metode alokasi produk bersama adalah metode akuntansi yang digunakan untuk
mengalokasikan biaya overhead pabrik bersama atau biaya tidak langsung kepada produk
yang diproduksi oleh suatu perusahaan. Hal ini diperlukan karena biaya tidak langsung tidak
dapat dikaitkan langsung dengan produk tertentu dan harus dialokasikan agar bisa dihitung
dalam perhitungan harga pokok produk.
Beberapa metode alokasi produk bersama yang umum digunakan adalah:
1. Metode biaya langsung: Biaya langsung (direct cost) dialokasikan langsung ke
produk. Metode ini cocok untuk perusahaan yang memiliki biaya overhead yang
sedikit dan produk yang dihasilkan tidak terlalu banyak.
2. Metode kapasitas: Biaya overhead dialokasikan berdasarkan kapasitas produksi.
Metode ini cocok untuk perusahaan yang menggunakan mesin atau peralatan
teknologi tinggi yang mahal, tetapi digunakan dalam jumlah yang sedikit.
3. Metode jumlah jam tenaga kerja langsung: Biaya overhead dialokasikan berdasarkan
jumlah jam tenaga kerja langsung yang dibutuhkan dalam produksi, misalnya biaya
listrik atau biaya keamanan. Metode ini cocok untuk perusahaan dengan tenaga kerja
terlatih yang teratur.
Metode alokasi produk sampingan adalah metode akuntansi yang digunakan untuk
mengalokasikan biaya overhead yang tidak berkaitan langsung dengan produksi suatu
produk, tetapi terkait dengan produksi secara umum (seperti biaya pemasaran, administrasi,
dan penyimpanan) kepada produk yang diproduksi oleh perusahaan. Dalam menghitung
biaya produk sampingan, perusahaan harus mencari cara yang efisien dan akurat untuk
menghitung biaya tersebut.
Beberapa metode alokasi produk sampingan yang umum digunakan adalah:
● Metode alokasi proporsional: Biaya produk sampingan dialokasikan secara
proporsional berdasarkan persentase total biaya produksi. Metode ini mudah dan
cepat dilakukan tetapi kurang akurat karena tidak mempertimbangkan pengaruh
produk tertentu dalam produksi secara keseluruhan.
● Metode langsung: Biaya produk sampingan dialokasikan secara langsung berdasarkan
penggunaan produk tertentu dalam biaya overhead. Metode ini lebih akurat tetapi
lebih sulit untuk dilakukan karena perlu mencatat penggunaan produk secara
terperinci.
● Metode penjualan: Biaya produk sampingan dialokasikan berdasarkan total penjualan
produk. Metode ini cocok untuk perusahaan dengan produk sedikit tetapi terdapat
banyak biaya overhead.
Jawab:
Biaya bersama Rp. 80.000.000 terdiri dari :
Produk X = 2.500@ Rp. 6.000 + Rp. 5.256.000
Produk Y = 3.000@ Rp. 8.000 + Rp. 6.252.000
Produk Z = 2.000@ Rp. 5.000 + Rp. 2.692.000
Total penjualan masing-masing produk :
X = 2.500 x Rp 6.000 = Rp. 15.000.000
Y = 3.000 x Rp 8.000 = Rp. 24.000.000
Z = 2.000 x Rp 5.000 = Rp. 10.000.000
Rp. 49.000.000
Harga jual hipotesis masing-masing produk
X = Rp. 15.000.000 – Rp. 5.256.000 = Rp. 9.744.000
Y = Rp. 24.000.000 – Rp. 6.252.000 = Rp. 17.748.000
Z = Rp. 10.000.000 – Rp. 2.692.000 = Rp. 7.308.000
Rp. 34.800.000