Anda di halaman 1dari 8

=BIAYA PRODUKSI

ecara sederhana, biaya produksi adalah seluruh biaya yang harus dikeluarkan perusahaan atau
bisnis untuk menghasilkan produk dan jasa. Biaya ini mencakup semua hal yang dikeluarkan
dari awal sampai barang siap dijual ke konsumen atau pasar

Cost production atau biaya produksi adalah biaya yang wajib dicatat dalam penulisan laporan
keuangan. Biaya produksi biasanya mencakup macam-macam pengeluaran seperti gaji
karyawan, bahan baku, pengeluaran rutin perusahaan, dan masih banyak lagi.

Tujuan Pencatatan Biaya Produksi

Setiap perusahaan sering melakukan perhitungan biaya produksi dengan “pos produksi” untuk
memperkirakan berapa banyak dana digunakan pada proses produksi. Tujuan pencatatan biaya
produksi yang dilakukan akuntan perusahaan adalah untuk mengetahui jumlah biaya yang
muncul selama proses produksi.

Ketika laporan tersebut diberikan kepada manajer perusahaan maka perusahaan dapat
mengevaluasi kembali dari hasil laporan biaya produksi untuk mengoptimalkan proses produksi,
membuat strategi baru dan membuat keputusan.

Dengan demikian, para akuntan akan mempertimbangkan biaya pada unit tersebut dan
menentukan harga untuk produk yang akan dijual. Jika harga produk sama atau lebih mahal
dari harga jual, maka perusahaan menanggung risiko operasi yang merugi.

Maka dari itu, tujuan biaya produksi adalah:

 Menghitung atau mengukur profitabilitas dari keuntungan produk yang dijual dan
menentukan analisis komparatif biaya pada proses produksi.
 Mengontrolkan biaya produksi dengan melakukan pencatatan, menyimpan transaksi,
dan bisa menentukan harga pokok serta harga jual.
 Perusahaan bisa menentukan perencanaan bisnis, misalnya pencatatan aset
perusahaan untuk mempermudah pengontrolan aset.
 Dengan perhitungan dan perencanaan bisnis, perusahaan dapat mengambil keputusan
jangka pendek seperti pembelian bahan baku, pembaruan aset, pembelian alat, dan
menentukan harga jual barang jadi.
Jenis-jenis Biaya Produksi

Dalam perusahaan, terdapat berbagai jenis biaya produksi yang dihadapi pelaku bisnis ketika
memproduksi barang atau jasanya. Maka dari itu jenis biaya produksi adalah sebagai berikut:

1. Fixed Cost

Fixed cost atau biaya tetap adalah biaya sudah ditetapkan pada periode tertentu dengan jumlah
yang sama dan tidak terpengaruh pada hasil produksi perusahaan. Contoh biaya tetap adalah
sewa pabrik atau bulanan karyawan. Maka dari itu, biaya tetap tidak akan mengalami
pembengkakan dan nominalnya relatif stabil meskipun kegiatan produksi mengalami
penurunan, atau peningkatan sekaligus.

2. Biaya Marginal

Marginal cost atau biaya marginal adalah biaya tambahan untuk menghasilkan jumlah barang
produksi. Jenis biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan dengan tujuan
meningkatkan produksi dan memprediksi jumlah output yang didapat selama proses produksi
berlangsung.

Kalkulasi biaya marginal dihitung dengan menambahkan biaya variabel dengan biaya marginal
saat hendak memproduksi output tambahan.

3. Variable Cost

Variable cost atau biaya variabel adalah biaya yang besarnya dapat berubah-ubah, tergantung
dengan hasil produksi perusahaan. Secara sederhana, ketika jumlah produksi mengalami
peningkatan, maka biaya variabel pun akan mengikuti peningkatan tersebut, begitupun ketika
jumlah produksi menurun.

4. Biaya Rata-rata

Biaya rata-rata atau average cost adalah jumlah biaya produksi per unitnya yang sudah dihitung
dan telah menjadi produk. Biaya rata-rata merupakan pembagian total pengeluaran proses
produksi, serta besaran hasil produksi untuk mendapatkan harga per satuan produk. Dengan
adanya biaya rata-rata, perusahaan dapat menentukan persentase laba.

5. Biaya Total

Pada biaya total merupakan biaya produksi dari penjumlahan biaya variabel dan total seluruh
biaya tetap yang digunakan untuk menghasilkan produk dalam kurun waktu yang ditentukan.

Setelah melakukan proses suatu produk, nantinya seorang akuntan perusahaan akan
memperhitungkan biaya total dilakukan ketika produksi barang selesai. Hasil akhir tersebut
merupakan total modal dan dana yang dikeluarkan perusahaan selama proses produksi dan
akan dievaluasi sebagai pertimbangan harga jual produk.

Cara Menghitung Biaya Produksi


Formulasi untuk menghitung biaya produksi terdiri dari beberapa tahapan, pada tahapan pertama perhitungan bahan
baku dengan rumus :
Bahan Baku yang dipakai = Saldo awal + Pembelian Bahan - Saldo Akhir
Kemudian tahapan kedua adalah perhitungan biaya produksi dengan rumus :
Total biaya produksi = Bahan baku yang digunakan + Biaya tenaga kerja + Overhead produksi
Selanjutnya, perhitungan harga pokok produksi dengan rumus:
Harga pokok produksi = total biaya produksi + Saldo awal persedian barang dalam masa produksi - saldo akhir
persediaan barang dalam proses produksi
Tahap terakhir adalah menghitung HPP dengan rumus :
HPP = harga pokok produksi + persediaan barang awal - persediaan barang akhir
Dalam penerapan tahapan perhitungan biaya di atas, akan diterapkan menjadi contoh kasus, supaya kamu dapat
memahaminya lebih baik.
Contoh menghitung biaya produksi :
Diketahui, sebuah perusahaan C memiliki laporan keuangan biaya produksi pada bulan Agustus tahun 2022, biaya
persedian bahan baku mentah untuk produksi sebesar Rp80.000.000 dan bahan persediaan bahan setengah jadi
sebesar Rp55.000.000. Untuk memperlancar produksi, perusahaan tersebut menggunakan 12 tenaga kerja dengan
upah Rp6.000.000 tiap orangnya. Masih dengan waktu yang sama, perusahaan memiliki stok produknya yang akan
dijual dengan harga Rp20.000.000.
Untuk proses produksi, perusahaan C membeli persediaan bahan baku mentah sebesar Rp100.000.000 yang
dikenai biaya pengiriman senilai Rp2.000.000. Selama proses produksi, perusahaan C mengeluarkan biaya
perawatan mesin dengan jumlah Rp20.000.000.
Pada akhir bulan Agustus, sisah bahan baku perusahaan C senilai Rp10.000.000 dan sisah bahan setengah jadi
senilai Rp7.000.000. Stok sisa produk yang akan siap dijual tersisa Rp5.000.000.
Hitung biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan C!
Keterangan:
Perhitungan biaya produksi:

Maka diketahui bahwa harga pokok produksi perusahaan C adalah sebesar


Rp327.000.000
https://landx.id/blog/biaya-produksi-adalah-pengertian-jenis-dan-cara-menghitungnya/

PENGERTIAN BEP

BEP atau Break Even Point yang dalam bahasa Indonesia disebut titik impas adalah tahap di
mana pendapatan sama dengan biaya operasi. Dalam situasi ini, perusahaan tidak mendapat
untung atau menderita kerugian. Jadi salah menyamakannya dengan pengembalian modal
yang diinvestasikan

Berikut rumus BEP untuk unit dan rupiah, diantaranya: BEP = Biaya Tetap : (Harga per Unit –
Biaya Variabel per Unit)

Menghitung jumlah rupiah penjualan yang perlu diterima agar BEP

BEP = Biaya tetap produksi/(Harga per unit - Biaya variabel per unit) x Harga per unit
Atau
BEP = Biaya tetap produksi/Margin kontribusi per unit x Harga per unit
Keterangan :
BEP (dalam unit) = Q
BEP (dalam rupiah) = P
Biaya tetap (Fixed cost) = Biaya dengan jumlahnya yang tetap (Baik sedang masa
berproduksi atau tidak)

Biaya Variabel (Variabel cost) = biaya dengan jumlahnya meningkat searah peningkatan
jumlah produksi contoh bahan baku, bahan baku pembantu, kebutuhan listrik, saluran bahan
bakar, dan lain-lain.

Harga jual per unit = Harga jual barang atau jasa per unit yang telah dihasilkan.
Biaya variabel per unit = total biaya variabel per unit (TVC/Q)

-Berikut contoh soal BEP dan pembahasan


1. Sebuah perusahaan yang diberi nama "Usaha Gemilang" memiliki data-data biaya dan
rencana produksi seperti berikut ini:
Biaya Tetap sebulan adalah sebesar Rp 140 juta yaitu terdiri dari:
Biaya Gaji Pegawai + Pemilik: Rp75.000.000
Biaya Penyusutan Mobil: Rp1.500.000
Biaya Asuransi Kesehatan: Rp15.000.000
Biaya Sewa Gedung Kantor: Rp18.500.000
Biaya Sewa Pabrik: Rp30.000.000

Biaya Variable per Unit Rp75.000.00 yaitu terdiri dari:


Biaya Bahan Baku: Rp35.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung: Rp25.000
Biaya Lain: Rp.15.000
Harga Jual per Unit: Rp95.000

Jawaban:
Break Even Point (BEP) Unit = Biaya Tetap : (harga / unit – biaya variable / unit)
BEP Unit = Rp.140.000.000 : (Rp95.000 – Rp75.000)
= Rp140.000.000 : Rp20.000
= 7000
Jadi, dengan rumus ini, nilai BEP dari contoh di atas adalah 7.000 unit

Break Even Point (BEP) Rupiah = Biaya Tetap : (kontribusi margin / unit harga / unit)
BEP Rupiah = Rp.140.000.000 : (Rp20.000 / Rp95.000)
= Rp140.000.000 : 0.2105
= Rp665.083.135
2. Sebuah perusahaan memiliki data sebagai berikut:
Kapasitas normal 200.000 unit
Biaya tetap Rp 12.000.000,00
Biaya variabel Rp 135,00 per unit
Harga jual Rp 225,00 per unit
Diminta:

a. Membuat BEP dalam nominal rupiah, unit, dan persentase terhadap kapasitas!
b. Margin of safety ratio jika operasi kapasitas normal!
c. Berapa BEP apabila harga jual jika telah turun Rp 25,00!
d. Berapa penjualan yang harus dilakukan untuk mendapat laba : Rp 3.000.000,00 dengan
berdasarkan data a dan data c!
e. BEP dalam rupiah jika biaya turun Rp 2.000.000!

Jawab :
a. Break Event Point = biaya tetap 1-(VC/Harga jual) = Rp 12.000.0001-135225 =
Rp12.000.0000.4 = Rp 30.000.000
b. Untuk Unit = Rp 30.000.000/225 = 133.330 unit
c. Untuk presentase = 133.330 unit/200.000 unit x 100% = 66.6%
d. Presentase margin of saley = 100%-66.6% = 33.3%
e. Jika dinyatakan dalam rupiah = 33.3%(200.000 x Rp. 225) = Rp. 15.000.000
f. BEP Biaya secara tetap 1-(VC/Harga jual) = Rp 12.000.0001-(135200) = Rp
12.000.0000.325 = Rp37.000.000
g. Jumlah unit yang dibutuhkan (Rp 12.000.000 + Rp 3.000.000)/0.4 = Rp 37.500.000
h. Jumlah Unit (Rp 12.000.000 + Rp 3.000.000)/0.325 = Rp 46.100.000

PENGERTIAN ROI
Dalam laman Kementerian Keuangan dijelaskan bahwa Return on Investment (ROI) adalah
persentase kenaikan atau penurunan investasi selama periode tertentu. ROI merupakan rasio
uang yang diperoleh atau sejumlah uang yang diinvestasikan pada kegiatan operasi.

ROI kerap kali juga disebut dengan Rate of Return (ROR), Rate of Profit, atau outcome suatu
investment pada waktu sekarang, masa silam atau forecast di masa mendatang.

Perhitungan tersebut dihitung dengan mengambil selisih antara nilai saat ini dan nilai asli, dibagi
dengan nilai asli dan dikalikan dengan 100. ROI secara umum dinyatakan dalam format
persentase bukan dalam value desimal
Rumus Cara Menghitung ROI
Rumus perhitungan ROI adalah:

ROI = (total penjualan - investasi) : investasi x 100%


Nantinya setelah dihitung akan muncul hasil. Bila hasilnya positif maka ada profit dari investasi
yang dilakukan. Bila hasilnya negatif maka ada pertanda investasi tersebut kehilangan profit
dari investasi. Hasil ROI akan bervariasi tergantung pada angka mana yang dimasukkan
sebagai pendapatan dan biaya.

Contoh ROI
Berikut contoh ROI dilansir dari website Kementerian Keuangan dan buku Analisa Laporan
Keuangan oleh Kariyoto.

1) Tuan Arman melakukan investasi senilai Rp 20.000.000 di perusahaan Y di tahun 2012, lalu
menjual investasi tersebut di tahun 2015 dengan nilai Rp 25.000.000. ROI?

Jawab:
((Rp 25.000.000 - Rp 20.000.000) : Rp 20.000.000) x 100% = 25%.
Maka nilai ROI investasinya adalah 25 persen.

2) Di tahun 2013, P juga melakukan investasi dengan nilai yang sama di perusahan Q.
Investasi tersebut kemudian dijual dengan nilai Rp 25.000.000 di tahun 2018. ROI?
Jawab:
((Rp 25.000.000 - Rp 20.000.000) : Rp 20.000.000) x 100% = 50%.
Maka nilai ROI investasinya sama dengan X, yaitu berjumlah 25 persen.

3) Investasi senilai Rp 10.000.000 mendapat penjualan senilai Rp 15.000.000. ROI?


Jawab:
Maka secara sederhana menghitung ROI dalam persentase adalah
((Rp 15.000.000 - Rp 10.000.000) : Rp 10.000.000) x 100% = 50%.
Berarti mendapat keuntungan senilai Rp 5.000.000.

https://finance.detik.com/solusiukm/d-6313793/return-on-investment-roi-arti-rumus-contoh-dan-
faktornya

Anda mungkin juga menyukai