Anda di halaman 1dari 33

Profitabilitas

 Profitabilitas adalah hasil yang diperoleh perusahaan atas investasi (penggunaan modal)
dalam bentuk margin perusahaan.
 Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan
karena perusahaan akan selalu menginginkan keadaan yang menguntungkan terus menerus.
 Profitabilitas perusahaan merupakan hal yang penting yang harus diperhatikan oleh pihak
manajemen, karena investor atau pemegang saham akan selalu menilai tingkat kinerja dari
manajemen dalam mepengaruhi tingkat profitabilitasnya dan dapat mempengaruhi
kelangsungan hidup perusahaan dalam memenuhi tujuan bisnisnya.
 Manajemen mengandalkan berbagai alat dan analisis untuk membantu mengidentifikasi cara
memaksimalkan profitabilitas dan menciptakan analisis profitabilitas untuk menghasilkan
keuntungan.
Analisis Profitabilitas
• Bagian dari perencanaan sumber daya perusahaan atau
enterprise resource planning (ERP) dan membantu manajemen
untuk mengidentifikasi cara optimalisasi profitabilitas yang
berkaitan dengan berbagai proyek, rencana, atau produk bisnis.
• Proses sistematis menganalisis keuntungan yang diperoleh dari
berbagai aliran pendapatan bisnis.
• Analisis ini bergantung pada analisis kualitatif dan kuantitatif
untuk membantu manajemen mendapatkan gambaran lengkap
bukan hanya mengandalkan rasio profitabilitas saja.
Tingkat profitabilitas perusahaan merupakan faktor
yang mempengaruhi tindakan pengelolaan laba yang
dilakukan oleh manajemen.

Tingkat profitabilitas berpengaruh positif terhadap

Analisis
tingkat harapan regulator dan masyarakat kepada
perusahaan untuk memberikan kompensasi kepada
mereka berupa pembayaran pajak kepada regulator
Profitabilitas dan program sosial kepada masyarakat.

Profitabilitas menjadi ukuran penting untuk menilai


sehat atau tidaknya perusahaan yang mempengaruhi
investor untuk membuat keputusan dalam membeli
atau menahan bahkan menjual saham suatu perusahaan
tertentu.
Cakupan Analisis
Profitabilitas

 Tingkat pengembalian atas investasi (ROI) yaitu untuk


menilai kompensasi keuangan kepada penyedia
pendanaan ekuitas dan utang.
 Kinerja operasi.
 Pemanfaatan Aktivitas (assets utilization) yaitu untuk
menilai efektivitas dan intensitas aset dalam
menghasilkan penjualan, disebut perputaran (turn
over).
Mengapa Analisis Profitabilitas Penting?
Membantu mengidentifikasi cara untuk meningkatkan bauran produk guna memaksimalkan keuntungan baik dalam
waktu dekat maupun jangka pendek.

Berguna untuk tujuan penganggaran karena manajemen bekerja untuk menciptakan tujuan yang masuk akal dan
dapat memetakan bagaimana akan mencapai target tersebut.

Mampu untuk mengidentifikasi bauran produk jangka pendek dan jangka panjang juga membantu manajemen
untuk menentukan modifikasi apa, jika ada, yang perlu dilakukan pada bisnis.

Mampu untuk mengantisipasi penjualan dan memberikan wawasan tentang demografi pelanggan, pertimbangan
geografis, dan jenis produk yang dapat digunakan untuk menilai potensi keuntungan.

Membantu perusahaan memeriksa berbagai hubungan dengan pelanggan dan vendor.


Rasio Profitabilitas
• Metrik keuangan yang digunakan untuk mengumpulkan
informasi tentang seberapa baik bisnis dapat menghasilkan
pendapatan relatif terhadap biaya, aset, dan ekuitasnya dari

Metode yang
waktu ke waktu. Terdiri dari: GPM, NPM, ROA, ROE, ROCE,
RNOA, ROI.

Digunakan Analisis Profitabilitas Pelanggan


• Analisis ini dapat membantu mengidentifikasi pelanggan mana

dalam yang menghasilkan keuntungan paling banyak dan sedikit,


serta membantu mengidentifikasi produk dan campuran

Analisis
produk mana yang paling sering dipesan. Pendekatan yang
paling umum digunakan adalah menghitung margin
keuntungan untuk setiap pelanggan dan laba per pangsa

Profitabilitas pelanggan karena membantu menunjukkan persentase


keuntungan yang dihasilkan oleh setiap pelanggan.

Analisis Kualitatif
• Analisis ini membantu untuk mengidentifikasi tren dan siklus
bisnis dan memungkinkan para pemimpin untuk merencanakan
dengan tepat.
Tujuan Rasio Profitabilitas
 Mengetahui laba yang diperoleh oleh perusahaan
dalam satu periode tertentu.
 Mengetahui posisi laba perusahaan tahun
sebelumnya dengan tahun sekarang.
 Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.
 Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak
dengan modal sendiri.
 Mengetahui produktivitas seluruh dana perusahaan
yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal
sendiri.
Dapat mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh
perusahaan dalam satu periode.

Dapat mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya


dengan tahun sekarang.

Dapat mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.

Dapat mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak


dengan modal sendiri.

Dapat mengetahui produktivitas dari seluruh dana


perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun
modal sendiri.
Gross Profit Margin
(GPM)  Rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya
persentase laba kotor atas penjualan bersih.
 GPM bisa dihitung pada setiap produk yang
dimiliki sebuah perusahaan, selama dapat
membedakan biaya langsung untuk memproduksi
setiap produknya masing-masing.
 Di mana GPM bisa dijadikan standar dalam
mengetahui nilai Return On Investment (ROI), dan
Return On Equity (ROE) perusahaan serta dapat
membandingkan Debt To Equity Ratio.
 Rumus GPM = (Penjualan bersih – HPP / Penjualan
Bersih)
GPM akan mudah dipahami jika dinyatakan
sebagai rasio keuangan, jika:
• Harga pokok penjualan dibandingkan dengan penjualan
bersih perusahaan.
• Penjualan bersih, diambil dari laporan laba rugi perusahaan,
adalah total penjualan dikurangi pengembalian.
• Harga pokok penjualan, juga diambil dari laporan laba rugi,
adalah biaya langsung untuk memproduksi produk atau
produk perusahaan.
Rasio ini berfungsi sebagai tolak ukur mengenai tingkat
efisiensi perusahaan dalam memproduksi dan
menghasilkan laba yang bersih dan sehat, jika GPM yang
tinggi, maka berada pada posisi yang baik untuk memiliki
margin laba operasi yang kuat dan laba bersih yang kuat.

Tidak selalu margin tinggi lebih baik karena strategi


Fakta Terkait penetapan harga dan persaingan pada akhirnya akan
mengarahkan, bagaimana margin bereaksi terhadap

GPM perilaku konsumen dalam melakukan pembelian.

Perusahaan harus memperoleh margin setinggi mungkin


tanpa mengorbankan penjualan untuk memaksimalkan
pendapatan.
Contoh Analisis GPM
Perusahaan A memiliki penjualan bersih Rp 75 juta dan harga
pokok penjualan Rp 68 juta menurut laporan laba rugi terbaru.
Maka, GPM atau margin laba kotornya adalah:
GPM = Rp 75 juta – Rp 68 juta / Rp 75 juta = 9,33%.
Margin laba kotor adalah 9,33% untuk Perusahaan A.
Ini berarti 90,67% dari keuntungan perusahaan digunakan untuk
harga pokok penjualan. Atau untuk memproduksi produk yang
diproduksi perusahaan, dan 9,33% untuk biaya lain-lain dan laba
bersih perusahaan.
Anda harus membandingkan 9,33% dengan data perusahaan
tahun sebelumnya atau perusahaan lain dalam industri untuk
menentukan artinya.
Catatan:
Jika GPM jauh lebih rendah atau lebih tinggi daripada tahun
data lainnya, Anda harus mengetahui alasannya. Hal ini sangat
bervariasi dari perusahaan lain di industri, Anda harus
memeriksanya juga.
Net Profit Margin (NPM)

• Rasio perbandingan antara pendapatan bersih dan penjualan bersih atau


sederhananya, NPM menunjukkan berapa prosentase keuntungan yang
diperoleh perusahaan dalam setiap 1 Rupiah penjualan barang.
• Tidak ada patokan yang pasti berapa nilai Net Profit Margin yang ideal
sebab setiap industri pasti memiliki proporsi biaya yang berbeda beda.
• Rumus NPM:
((Penjualan Bersih – HPP – Biaya Operasional – Biaya Lain-lain – Biaya Bunga
Bank – Pajak) : Penjualan bersih) x 100%
Fungsi NPM
Matriks ini secara langsung menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam beroperasi secara efisien karena
semakin besar nilai NPM, maka perusahaan mampu
menjual barang dengan harga yang sama tapi dengan
tingkat biaya yang berbeda.
Perbedaan GPM dan NPM
GPM merupakan perbandingan antara pendapatan kotor
(penjualan bersih dikurangi nilai HPP) dengan penjualan bersih
(jumlah barang yang terjual dikali harga barang tersebut)
sedangkan NPM adalah hasil perbandingan antara nilai penjualan
kotor yang telah dikurangi dengan seluruh biaya yang harus
ditanggung oleh perusahaan baik biaya yang secara langsung atau
tidak langsung berkontribusi terhadap produksi.
Contoh Analisis NPM
Anggaplah ada 2 perusahaan yaitu perusahaan A dan B yang keduanya sama-sama merakit sepeda
motor X. Kedua perusahaan tersebut memiliki data yang sama kecuali dalam hal biaya. Berikut ini
data keuangan perusahaan tersebut pada tahun 2021:
Harga motor: 20 juta/unit.
Jumlah motor terjual: 10 unit.
Total biaya A = 45 juta
Total biaya B = 55 juta
Maka nilai NPM kedua perusahaan tersebut adalah:
NPM A= (20 juta x 10-45 juta)/200 juta =155 juta/200 juta= 0,775 atau 77,5%
NPM B= (20 juta x 10-55 juta)/200 juta =145 juta/200 juta=0,725 atau 72,5%
Terlihat dari contoh di atas meskipun baik perusahaan A maupun B sama-sama menghasilkan nilai
NPM yang positif pada tahun 2021, nilai NPM perusahaan A lebih besar daripada B. Hal ini karena
A mampu berproduksi secara lebih efektif dengan menekan biaya produksi sembari tetap
menghasilkan komoditas dalam jumlah yang sama.
Return on Assets (ROA)
 Analisis ROA mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan laba dengan menggunakan total aset
(kekayaan) yang dipunyai perusahaan setelah disesuaikan
dengan biaya-biaya untuk mendanai aset tersebut.
 Baik maupun buruknya manajemen pada perusahaan akan
tercermin dari tinggi maupun rendahnya persentase yang
didapat dengan menggunakan rumus ROA.
 Rumus ROA: (Net Income : Total Assets) x 100%
Menentukan Membandingkan Menentukan
Profitabilitas Kinerja Antar Intensif Aset
serta Efisiensi Perusahaan Perusahaan
• Margin laba bersih
Faktor-faktor yang • Perputaran total aktiva
mempengaruhi • Perputaran Kas (Cash Turnover)
Return on Assets (ROA) • Perputaran Piutang (Receivable Turnover)
• Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
Kelebihan
• Bisa diperbandingkan dengan rasio industri, maka dapat diketahui posisi perusahaan terhadap
sebuah industri dan dapat menjadi salah satu langkah dalam perencanaan strategi.
• Bila perusahaan telah menjalankan konsep akuntansi dengan baik, maka dengan analisis ROA
bisa diukur efisiensi pada penggunaan modal secara menyeluruh, yang sensitif pada setiap hal
yang mempengaruhi sebuah keadaan keuangan perusahaan.
Kekurangan
• ROA sebagai sebuah pengukur divisi yang sangat dipengaruhi oleh metode depresiasi
maupun aset tetap.
• ROA bisa mengandung distorsi yang terbilang cukup besar terutama pada dalam kondisi inflasi
karena ROA juga akan cenderung tinggi akibat penyesuaian (kenaikan) harga jual, sementara
itu dalam beberapa komponen biaya akan masih dinilai dengan harga distorsi.
Terdapat 2 buat perusahaan yang sejenis yaitu perusahaan A dan perusahaan B. Perusahaan A memiliki jumlah aset
sebesar 400 juta rupiah serta menghasilkan laba yang bersih sebesar 60 juta rupiah. Sedangkan pada perusahaan B
memiliki total aset sebesar 300 juta rupiah serta menghasilkan laba bersih sebesar 50 juta rupiah. Jika dilihat dari laba
bersihnya, perusahaan A akan tampak lebih menguntungkan karena mempunyai bentuk laba bersih yang lebih besar.
Namun, benarkah bahwa perusahaan A lebih menguntungkan?
ROA pada Perusahaan A
ROA = Laba bersih / total aset = (60.000.000 / 400.000.000) x 100% = 15%
ROA Perusahaan B
ROA = (Laba bersih / total aset) x 100% = (50.000.000 / 300.000.000) x 100% = 16,67%
Ternyata dari perhitungan ROA nya, perusahaan B terhitung lebih efisien bila dibandingkan perusahaan A karena ROA
yang terhitung pada perusahaan A hanya sebesar 15% sedangkan ROA pada perusahaan B menyentuh 16,67%. Dilihat
melalui perhitungan ROA nya, perusahaan B juga akan terlihat lebih untuk jika dibandingkan dengan perusahaan A
walaupun pada total aset yang dimiliki perusahaan B lebih kecil.
Begitupun sebaliknya, meskipun pada perusahaan A memiliki aset yang terlihat lebih besar, namun kurang
menguntungkan bila dibandingkan dengan perusahaan B. Sehingga, tidak semua perusahaan yang memiliki aset yang
besar, akan menghasilkan keuntungan yang lebih besar juga.
Return on Equity (ROE)
 Metriks guna membandingkan jumlah pendapatan bersih
(net income) perusahaan dan jumlah total modal
investor/pemilik di dalamnya. Sementara itu di dunia
saham, pengertian ROE adalah jumlah pendapatan bisnis
bersih per dana investor yang masuk.
 Salah satu unsur penting demi mengetahui sejauh mana
suatu bisnis mampu mengelola permodalan dari para
investornya.
 Apabila perhitungan ROE-nya makin besar, maka reputasi
perusahaan pun meningkat di mata pelaku pasar modal.
Sebab, usaha tersebut terbukti mampu memanfaatkan
bantuan modal dengan sebaik-baiknya.
 Rumus ROE: (Net Income/Equity) x 100%
Menjadi Dasar Menggambarkan
Menunjukkan
Estimasi Perkembangan
Tingkat Profitabilitas
Keuntungan Bisnis Perusahaan dari
Perusahaan
di Masa Mendatang Tahun ke Tahun

Menjadi Indikator Menunjukkan


Pembanding Kredibilitas
dengan Perusahaan Perusahaan dalam
Kompetitor Mengelola Aset
Rasio Aktivitas Perusahaan

Rasio Utang

Rasio Likuiditas
Kelebihan:

• Rumusnya Lebih Sederhana, sehingga bila datanya tersedia, investor


bisa menghitung sendiri ROE perusahaan target investasinya.
• Menggambarkan Laba Secara Riil karena dasar perhitungan ROE
adalah laba bersih, maka stakeholder perusahaan dapat mengetahui
seberapa mampu bisnis tempatnya bernaung dalam menghasilkan
laba dan menjaga namanya.
• Bisa Dijadikan Tolak Ukur Evaluasi Kinerja karena jika perusahaan

Kelebihan
terbukti tidak amanah menjaga angka ROE, investor bisa melakukan
RUPS guna mengganti dewan direksi.

dan Kelemahan:

• Berpotensi Mengurangi Motivasi Perusahaan dalam melakukan

Kelemahan eksperimen bisnis karena orientasinya nilai profit harus di atas biaya,
karyawan dan manajemen akan mencari jalan aman saja tanpa
berinovasi.

ROE • Kurang Mempertimbangkan Depresiasi Modal karena ROE tidak


peduli berapa usia riil modal tetap seperti mesin/bangunan saat
dihitung, sehingga meski perusahaan sebenarnya stagnan, tingkat
ROE-nya tetap tinggi karena pengurangan nominal aset. Ini akan
sangat merugikan investor.
• Terkadang Tidak Sesuai Bagi Perusahaan yang Baru Berdiri karena
kurang cocok diterapkan pada perusahaan baru rintis (start-up).
Umumnya, start-up tidak akan bisa punya ROE tinggi di awal, karena
produknya masih dalam tahap perkenalan ke pasar.
Contoh Analisis ROE
Pada pertengahan tahun 2021, PT. Banyubiru mendapat laba bersih
sebesar Rp275 juta, dan memiliki modal pribadi yaitu Rp350 juta.
Maka cara menghitung ROE PT. Banyubiru adalah:
Rumus ROE = (Laba bersih / Modal) x 100%
= (Rp 275 juta / Rp350 juta) x 100%
= 78%
Angka ini masih tergolong sehat, akan tetapi ini menandakan PT.
Banyubiru masih belum bisa balik modal di pertengahan tahun.
Return on Investment (ROI)
 Rasio keuangan yang berguna mengukur seberapa besar keuntungan
investor berdasarkan biaya yang dikeluarkannya demi investasi tersebut.
 Salah satu indikator penting bagi investor, baik investor pribadi ataupun
perusahaan yang menginvestasikan dananya ke suatu lini bisnis sehingga
dengan adanya perhitungan ROI dapat diketahui seberapa efisien kinerja
instrumen investasi, baik bentuknya saham, reksadana, atau cabang bisnis.
 Tingginya nilai ROI artinya keputusan investasi kita terhadap suatu instrumen
berhasil mencapai profit maksimal. Sebaliknya, rendahnya tingkat ROI artinya
strategi investasi kurang tepat, sehingga kita harus menyusun strategi baru
demi tercapainya profit maksimum.
 Rumus ROI: Laba Bersih / Cost of Investment (Nominal Investasi) X 100%
Faktor yang Mempengaruhi ROI

Aset Perusahaan
Margin Profit untuk Aktivitas
Operasi
Kelebihan
• Menjadi Indikator Pengukur Efisiensi Investasi.
• Mengetahui Tingkat Profitabilitas Instrumen karena jika ebuah instrumen memiliki persentase ROI rendah,
investor bisa meminta pengelola dana investasi memperbaiki strateginya agar ROI naik.
• Bahan Perbandingan ROI Perusahaan dengan ROI Industri karena jika Apabila ROI suatu bisnis lebih tinggi
daripada ROI industri, maka bisnis tersebut berpotensi menjadi penguasa market share, sehingga menarik jadi
lahan investasi.
Kekurangan
• Nominalnya Rentan Berubah-Ubah karena perusahaan dituntut menyesuaikan strategi sesuai masalah yang ada.
• Bergantung Pada Fluktuasi Ekonomi karena jika inflasi terjadi, masyarakat berpotensi mengurangi pembeliannya
pada sektor industri tertentu, penjualan dalam industri tersebut pun jeblok, sehingga mempengaruhi ROI
perusahaan-perusahaan di dalamnya.
• Risiko Terjadi Perbandingan yang Tidak setara karena banyak perusahaan dengan persentase ROI besar ternyata
memiliki rasio utang besar, sehingga struktur neracanya tidak sehat. Jika investor membandingkan perusahaan
berdasarkan ROI bukannya rasio utang, maka investor akan terjebak melakukan investasi di perusahaan yang
finansialnya kurang stabil.
• Mengancam Keberlangsungan Hidup Perusahaan Baru karena jika ROI hanya mempertimbangkan biaya dan
profit investasi, tanpa memedulikan usia dan potensi perusahaan dalam jangka panjang.
Contoh Analisis ROI
PT. Cahaya Jaya Utama memiliki 3 perusahaan cabang, yaitu PT. Cahaya Putra, PT. Cahaya Emas,
dan PT. Cahaya Baru, dengan biaya pendirian sebagai berikut:
PT. Cahaya Putra = Rp1,5 milyar
PT. Cahaya Emas = Rp1,75 milyar
PT. Cahaya Baru = Rp1,25 milyar
Per 2020, ketiga perusahaan tersebut secara berurutan menyetor return sebesar Rp250 juta,
Rp350 juta, dan Rp200 juta. Maka cara menghitung ROI-nya adalah sebagai berikut:
Rumus ROI = Net Income / Cost of Investment X 100%
ROI PT. Cahaya Putra = Rp250,000,000/Rp2,500,000,000 X 100% = 10%
ROI PT. Cahaya Emas = Rp350,000,000/Rp1,750,000,000 X 100% = 20%
ROI PT. Cahaya Baru = Rp200,000,000/Rp1,250,000,000 X 100% = 16%
Dari perhitungan ROI di atas, dapat disimpulkan bahwa cabang terbaik dari segi ROI adalah PT.
Cahaya Emas, yaitu 20%. Meski PT. Cahaya Baru punya nilai investasi lebih rendah dari PT. Cahaya
Putra, nilai ROI-nya lebih tinggi, yaitu 16%.
Perbedaan ROI dan ROE
ROI adalah metriks untuk menilai tingkat profitabilitas suatu instrumen investasi, sedangkan ROE
mengukur seberapa efektif manajemen perusahaan memanfaatkan dana investasi guna
menghasilkan keuntungan.

ROI adalah metriks yang riil investasi, yaitu biaya investasi yang dikeluarkan investor dan
profitnya, sedangkan ROI memakai faktor laba ditahan (tidak diambil) oleh investor.

ROI adalah metriks yang bisa menjadi dasar diteruskan tidaknya investasi pada suatu instrumen.
Sebaliknya, ROE tidak bisa serta merta menjadi tolak ukur keberhasilan investasi, karena lebih
mempertimbangkan efektivitas perusahaan dalam mengembangkan modal.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai