Anda di halaman 1dari 11

9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Profit Margin

2.1.1. Pengertian Profit Margin


Setiap perusahaan selalu berusaha untuk dapat meningkatkan keuntungan
atau laba. Laba terbagi menjadi dua yaitu laba bersih dan laba usaha. Laba usaha
dapat diketahui dengan cara mengurangi total penjualan dengan biaya-biaya
dalam proses produksi dan operasionalnya. Sedangkan laba bersih dapat diketahui
dengan cara mengurangi laba usaha dengan pajak. Dengan adanya laba usaha
maka perusahaan dapat mengukur tingkat keuntungan yang dicapai dihubungkan
dengan penjualan atau yang dikenal dengan istilah Profit Margin.
Pengertian Profit Margin menurut Bambang Riyanto (2001:37):
"Profit margin yaitu perbandingan antara net operating income dengan net
sales. "
Pengertian Profit Margin menurut S.Munawir (2004:89): Profit
margin ini mengukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan
dihubungkan dengan penjualannya"
Pengertian Profit Margin menurut Husein Umar (2005:216):
"Margin Laba Usaha mencerminkan kemampuan Manajemen untuk
menghasilkan laba setelah beban operasi/usaha dan harga pokok
penjualan dalam hubungannya dengan penjualan yang dilakukan"
Pengertian Profit Margin menurut Sofyan Syafri Harahap (2001:304):
"Angka ini menunjukan berapa besar persentase pendapatan bersih yang
diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik

10

karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup


tinggi".
Berdasarkan beberapa pengertian tentang profit margin di atas maka dapat
disimpulkan bahwa profit margin ialah rasio yang digunakan untuk mengetahui
efisiensi perusahaan dengan melihat kepada besar kecilnya laba usaha dalam
hubungannya dengan sales.

2.1.2. Rumus Perhitungan Profit Margin


Dalam menghitung profit margin, maka perlu diperhatikan adalah bahwa
perhitungan tersebut didasarkan atas laba usaha dibagi dengan penjualan yang
dilakukan perusahaan. Adapun rumus Profit Margin menurut Husein Umar
(2005:216) adalah sebagai berikut:

Laba Usaha
Profit Margin =

Penjualan Neto

X 100%

Atau dengan kata lain:

Net Operating Income


Profit Margin =

Net Sales

2.1.3. Faktor-Faktor Penentu Profit Margin

X 100%

11

Menurut Bambang Riyanto (2001:39) Besar kecilnya profit margin pada


setiap transaksi sales ditentukan oleh 2 faktor, yaitu net sales dan laba usaha.
Besar kecilnya laba usaha atau net operating income tergantung kepada
pendapatan dari sales dan besarnya biaya usaha (operating expense). Dengan
jumlah operating expense tertentu, profit margin dapat diperbesar dengan
menekan atau memperkecil sales, atau dengan menekan atau memperkecil
operating expanse. Dengan demikian maka ada 2 alternatif dalam usaha untuk
memperbesar profit margin, yaitu :
1. Dengan menambah biaya usaha (operating expenses) sampai pada tingkat
tertentu diusahakan tercapainya tambahan sales yang sebesar-besarnya, atau
dengan kata lain tambahan sales harus lebih besar daripada tambahan
operating expenses. Perubahan besarnya sales dapat disebabkan karena
perubahan harga jual per unit produk sudah tertentu. Dengan demikian
dapatlah dikaitkan bahwa pengertian menaikkan tingkat sales di sini dapat
berarti memperbesar pendapatan dari sales dengan jalan:
a.

Memperbesar volume sales unit pada tingkat harga penjualan


tertentu, atau

b.

Menaikan harga penjualan per unit produk pada luas sales


dalam unit tertentu.

2.

Dengan mengurangi pendapatan dari sales sampai pada tingkat tertentu


diusahakan adanya pengurangan operating expenses yang sebesar-besarnya,
atau dengan kata lain mengurangi biaya usaha relative lebih besar
dibandingkan dengan berkurangnya pendapatan dari sales. Meskipun jumlah

12

sales selama periode tertentu berkurang, tetapi oleh karena disertai dengan
berkurangnya operating expense yang lebih sebanding maka akibatnya ialah
bahwa profit marginya makin besar.

2.2.

Return On Investment (ROI)

2.2.1. Pengertian Return On Investment (ROI)


Laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan tidak lepas dari kekayaan yang
dimiliki oleh perusahaan tersebut, karena laba bisa diperoleh jika kekayaan yang
dimiliki perusahaan tersedia dan dapat dicairkan dalam bentuk tunai guna
membiayai operasional perusahaan dalam proses produksi. Perolehan laba dari
kekayaan perusahaan sering kita sebut Return On Investment (ROI).
Pengertian Return On Invesment menurut Husein Umar (2005:216):
"Return On Investment (ROI) mencerminkan kemampuan manajemen
dalam mengatur aktiva-aktivanya seoptimal mungkin sehingga dicapai
laba bersih yang diinginkan"
Pengertian Return On Invesment menurut Agus Sartono (2001:123): "
Return On Investment atau return on assets menunjukan kemampuan perusahaan
menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan."
Berdasarkan beberapa pengertian tentang Return On Invesment di atas
maka dapat disimpulkan bahwa Return On Investment (ROI) atau yang sering
disebut dengan "return on total assets" adalah merupakan pengukuran
kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan
dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan ( net
income dibagi dengan total investasi ).

13

2.2.2. Rumus Perhitungan ROI


Dalam menghitung tingkat return on investment, maka perlu diperhatikan
adalah bahwa perhitungan tersebut didasarkan atas laba bersih sesudah pajak
dibagi dengan total aktiva perusahaan, baik dengan diinvestasikan di dalam
maupun di luar perusahaan. Hal tersebut disebabkan karena pengukuran ROI
adalah mengetahui tingkat keuntungan bersih yang diperoleh dari seluruh modal
yang telah diinvestasikan.
Adapun rumus Return On Investment menurut Husein Umar (2005:216)
adalah sebagai berikut:

Laba bersih sesudah pajak


Return On Investment

Total aktiva

2.2.3. Faktor Yang Mempengaruhi ROI


Return On Investment pada dasarnya dipengaruhi oleh berbagai faktor,
namun secara singkat adalah net income dibagi total investasi. Return On
Investment (ROI) adalah profit margin dikalikan perputaran aktiva, oleh karena
itu, jika dua perusahaan mempunyai rasio perputaran yang berbeda maka
perusahaan yang mempunyai perputaran rendah harus dapat memperoleh profit
margin yang lebih tinggi untuk mencapai ROI tertentu.
Menurut S.Munawir (2004:89) ROI dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:
1.

Turnover dari operating assets (tingkat perputaran aktiva yang digunakan


untuk operasi), yaitu kecepatan berputarnya operating assets dalam suatu

14

periode tertentu. Cara meningkatkan tingkat perputaran investasi, yaitu


dengan meningkatkan volume penjualan dengan jumlah investasi yang sama,
atau menurunkan atau mengurangi jumlah investasi untuk memperoleh
volume penjualan tertentu. Turnover tersebut dapat ditentukan dengan
membagi net dengan "operating assets. "
2.

Profit Margin, yaitu keuntungan operasi yang dinyatakan dalam


persentase dan jumlah penjualan bersih, profit margin ini mengukur tingkat
keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahan dihubungkan dengan
penjualan.
Besarnya Return On Investment (ROI) akan berubah kalau ada perubahan

profit margin atau assets turnover, baik masing-masing ataupun kedua-duanya.


Dengan demikian maka pimpinan perusahaan dapat menggunakan salah satu
atau kedua-duanya dalam rangka usaha untuk memperbesar.
Profit margin bersangkutan dengan usaha untuk mempertinggi efesiensi
di sektor produksi, penjualan dan administrasi. Usaha mempertinggi ROI dengan
memperbesar assets turnover adalah kebijaksanaan investasi dana dalam
berbagai aktiva, baik aktiva lancar maupun aktiva tetap.

2.2.4. Kegunaan Analisis ROI


Kegunaan dari analisa ROI menurut S.Munawir (2004:91-92) adalah
sebagai berikut:
a.

Sebagai salah satu kegunaan yang prinsipil ialah sifatnya yang


menyeluruh. Apabila perusahaan sudah menjalankan praktek akuntansi yang

15

baik maka managemen dengan menggunakan teknik analisa ROI dapat


mengukur efisiensi penggunaan modal yang bekerja, efesiensi produksi dan
efesiensi bagian penjualan.
b. Apabila perusahaan dapat mempunyai data industri sehingga dapat diperoleh
rasio industri, maka dengan analisa ROI ini dapat dibandingkan efesiensi
penggunaan modal pada perusahaannya dengan perusahaan lain yang sejenis,
sehingga dapat diketahui apakah perusahaannya berada dibawah, sama, atau
di atas rata-ratanya. Dengan demikian akan dapat diketahui di mana
kelemahannya dan apa yang sudah kuat pada perusahaan tersebut
dibandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis.
c.

Analisa ROI-pun dapat digunakan untuk mengukur efisiensi tindakan


-tindakan yang dilakukan oleh divisi/bagian, yaitu dengan mengalokasikan
semua biaya dan modal ke dalam bagian yang bersangkutan. Arti pentingnya
mengukur rate of return pada tingkat bagian adalah untuk dapat
membandingkan efisiensi suatu bagian dengan bagian yang lain di dalam
perusahaan yang bersangkutan.

d.

Analisa ROI juga dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas dari


masing-masing

produk

yang

dihasilkan

oleh

perusahaan.

Dengan

menggunakan "product cost system " yang baik, modal dan biaya dapat
dialokasikan kepada berbagai produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang
bersangkutan, sehingga dengan demikian akan dapat dihitung profitabilitas
dari rate of return masing-masing produk.

16

e.

ROI selain berguna untuk keperluan control, juga berguna untuk


keperluan perencanaan. Misalnya ROI dapat digunakan sebagai dasar untuk
pengambilan keputusan kalau perusahaan akan mengadakan expansi.

2.2.5. Kelemahan Analisis ROI


Kelemahan dari analisa ROI menurut S.Munawir (2004:92-93) adalah
sebagai beriku :
a.

Salah satu kelemahan yang prinsipil ialah kesukarannya dalam


membandingkan rate of return suatu perusahaan dengan perusahaan lain
yang sejenis, mengingat bahwa kadang-kadang praktek akuntansi yang
digunakan oleh masing-masing perusahaan tersebut adalah berbeda-beda.
Perbedaan metode dalam penilaian berbagai aktiva antara perusahaan yang
lain, perbandingan tersebut akan dapat memberi gambaran yang salah.

b.

Kelemahan lain dari teknik analisa ini adalah terletak pada adanya
fluktuasi nilai dari uang (daya belinya). Suatu mesin atau perlengkapan
tertentu yang dibeli dalam keadaan inflasi nilainya berbeda dengan kalau
dibeli pada waktu tidak ada inflasi, dan hal ini akan berpengruh dalam
menghitung investment turnover dan profit margin.

c.

Dengan menggunakan analisa rate of return atau return on investment


data tidak akan dapat digunakan untuk mengadakan perbandingan antara dua
perusahaan atau lebih dengan mendapatkan kesimpulan yang memuaskan.

2.3.

Hubungan Profit Margin Terhadap Return On Investment

17

Berdasarkan teori-teori tersebut di atas dapatlah dikatakan bahwa profit


margin dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat
kepada besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya dengan penjualan ,
sedangkan operating turnover dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi
perusahaan dengan melihat kepada kecepatan perputaran aktiva yang digunakan
untuk kegiatan operasional dalam suatu periode tertentu.
Hasil akhir dari percampuran kedua efisiensi profit margin dan operating
assets turnover menentukan tinggi rendahnya keuntungan yang dapat dihasilkan
oleh perusahaan tersebut. Oleh karena itu makin tingginya tingkat profit margin
atau

operating

assets

turnover

masing-masing

atau

keduanya

akan

mengakibatkan naiknya keuntungan yang dapat dihasilkan oleh perusahaan


tersebut.
Seperti yang dikemukakan S.Munawir (2004:89) bahwa: `Besarnya
Return On Investment akan berubah kalau ada perubahan Profit Margin atau Asset
Turn Over, baik masing-masing atau keduanya."

Rasio Kemampulabaan atau rasio profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk


menghasilkan laba dalam artian relatif. Kenapa, karena besarnya laba tidak menunjukan
bahwa perusahaan itu untung. Melainkan harus diperbandingkan dengan tolak ukur yang
ditentukan, misalnya dana, persediaan atau modal.
Ada 5 jenis rasio kemampulabaan, yaitu :
1. Rasio laba atas penjualan
2. Rasio laba sebelum bunga dan pajak atas penjualan
3. Rasio laba kotor atas penjualan
4. rasio laba operasi atas total investasi
5. dan, rasio laba atas modal
Rasio Laba atas Penjualan
Rumus : Laba bersih operasi/penjualan besih operasi x 100%
Dalam menghitung rasio laba bersih atas penjualan, banyak yang menggunakan laba bersih
sebelum pajak. Penghitungan ini berdasarkan pemikiran bahwa pemakaian laba bersih
sebelum pajak akan lebih objektif dalam menilai kinerja manajemen karena besarnya pajak

18

akan sangat bergantung pada kebijakan pemerintah. Alasan lain mengapa laba bersih
diperhitungkan sebelum pajak adalah karena dapat saja terjadi bahwa bahwa laba bersih
yang relatif besar yang diperhitungkan setelah pajak sebenarnya merupakan hasil
perusahaan memanipulasi pajak. Jika demikian, mungkin saja laba sebelum pajak yang
lebih besar menghasilkan laba bersih yang lebih kecil jika dihitung sebagai laba sesudah
pajak. Prestasi dalam menekan beban pajak seperti yang dimaksud di atas, sebenarnya
tidak ada hubungannya sama sekali dengan produksi dan kinerja penjualan yang
mempengaruhi hubungan antara laba dan pendapatan.
Rasio laba bersih atas penjualan ini juga merupakan alat untuk mengukur sampai seberapa
efektif perusahaan telah mengelola pengeluarannya.
Semakin besar rasio, semakin baik.
Rasio Laba Sebelum Bunga dan Pajak atas Penjualan
Rumus : Laba bersih sebelum bunga dan pajak/penjualan bersih x 100%
Laba Sebelum Bunga dan Pajak dianggap dapat dipakai sebagai ukuran kinerja manajemen
dalam mengoperasikan perusahaan karena pada implementasinya bunga dan pajak berada
di luar kendali manajemen.
Semakin besar rasio, semakin baik.
Rasio Laba Kotor atas Penjualan
Rumus : Laba kotor operasi/penjualan bersih operasi x 100%
Laba kotor adalah pendapatan dikurangi harga pokok produksi.
Ratio ini akan memberikan gambaran yang lebih teliti untuk mengukur produktivitas
perusahaan, khususnya di departemen produksi.
Semakin besar rasio ini semakin baik karena menunjukkan peningkatan presentasi laba
bersih operasi terhadap hasil penjualannya.
Kegunaan Rasio Laba Kotor atas Penjualan adalah :
1) Mutu pengelolaan harga pokok produksi (yang berarti kinerja bagian produksi) dapat
dimonitor dari waktu ke waktu. Semakin tinggi angka rasio, semakin baik.
2) Untuk meramalkan besarnya laba kotor pada waktu yang akan datang atas dasar
estimasi penjualan
Rasio Laba Operasi atas Total Investasi
Rumus : Laba bersih/total investasi x 100%
Laba bersih dapat dihitung baik Sebelum Pajak maupun Sebelum Beban Bunga dan Pajak
Total Investasi = Total Harta Utang Jangka Menengah dan Jangka Panjang
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih operasi
terhadap total investasi. Semakin besar rasio semakin baik karena berarti semakin besar
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Return On Investment (ROI) adalah
salah satu rasio kunci yang biasa digunakan dalam bisnis. Rasio laba atas investasi
sebaiknya paling sedikit sama dengan pendapatn yang diperoleh dari hasil
menginvestasikan uang dalam kegiatan bisnis yang cukup aman, misalnya deposito di
bank. Selain itu ROI sebaiknya lebih tinggi daripada biaya meminjam dana demi keamanan
perusahaan dari resiko menggunakan uang pinjaman.
Semakin besar rasio semakin baik.
Rasio Laba atas Modal
Rumus : Laba bersih/modal x 100%

19

Modal atau modal pemegang saham = total harta total utang


Modal dapat terdiri atas Saham Biasa ditambah Saham Luar Biasa ditambah kelebihan
harga saham (harga pasar harga nominal atau harga par) ditambah Laba Ditahan.
Rasio Laba atas Modal sangat berguna bagi para penanam modal atau pemilik perusahaan.
Rasio ini membuat manajemen dapat melihat secara fokus besarnya laba bersih yang dapat
dihasilkan dari jumlah modal yang ditanam oleh para pemegang saham.
Semakin besar rasio, semakin baik.
Sumber: http://syuhadame.wordpress.com/2010/01/08/analisis-rasio-profitabilitas-2/

Anda mungkin juga menyukai