banyak laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki
perusahaan.”
banyak laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki
perusahaan.”
“Rasio ini menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari
modal pemilik.”
periode tertentu.)
penjualan.
Besarnya ROI akan berubah kalau ada perubahan profit margin atau assets
arti yang sangat penting sebagai salah satu tehnik analisa keuangan yang
Return On Investment itu sendiri adalah salah satu bentuk dari rasio
a. Sebagai salah satu kegunaan yang prinsipil ialah sifatnya yang menyeluruh.
bagian penjualan.
Arti pentingnya mengukur rate of return pada tingkat bagian adalah untuk
menggunakan “product cost system” yang baik, modal dan biaya dapat
e. ROI selain berguna untuk keperluan control, juga berguna untuk keperluan
b. Kelemahan lain dari tehnik analisa ini adalah terletak pada adanya fluktuasi
nilai dari uang (daya belinya). Suatu mesin atau perlengkapan tertentu yang
dibeli dalam keadaan inflasi nilainya berbeda dengan kalau dibeli pada
waktu tidak ada inflasi, dan hal ini akan berpengaruh dalam
Rasio laba usaha dengan penjualan penjualan neto berkaitan dengan total
aktiva yang digunakan untuk mencapai sales revenue. Rasio laba usaha
Hasil akhir dari pencampuran kedua efisiensi profit margin dan operating
Return on assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang dapat
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang
digunakan. ROA mampu mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan
keuntungan pada masa lampau untuk kemudian diproyeksikan di masa yang
akan datang.
Assets atau aktiva yang dimaksud adalah keseluruhan harta perusahaan, yang
diperoleh dari modal sendiri maupun dari modal asing yang telah diubah
perusahaan menjadi aktiva-aktiva perusahaan yang digunakan untuk
kelangsungan hidup perusahaan
Return On Assets dipakai untuk mengevaluasi apakah manajemen telah mendapat
imbalan yang memadai (reasobable return) dari aset yang dikuasainya. Rasio ini
merupakan ukuran yang berfaedah jika seseorang ingin mengevaluasi seberapa baik
perusahaan telah memakai dananya. Oleh karena itu, Return On Assets kerap kali dipakai
oleh manajemen puncak untuk mengevaluasi unit-unit bisnis di dalam suatu perusahaan
multinasional (Henry Simamora, 2000:530).
Semakin besar nilai ROA, menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik pula,
pengembalian perusahaan dari seluruh aktiva (atau pendanaan) yang diberikan pada
1. Sebagai salah satu kegunaannya yang prinsipil ialah sifatnya yang menyeluruh.
Apabila perusahaan sudah menjalankan praktek akuntansi yang baik maka
manajemen dengan menggunakan teknik analisa Return On Assets dapat
mengukur efisiensi penggunaan modal yang bekerja, efisiensi produksi dan
efisiensi bagian penjualan.
2. Apabila perusahaan dapat mempunyai data industri sehingga dapat diperoleh
rasio industri, maka dengan analisa Return On Asset dapat dibandingkan efisiensi
penggunaan modal pada perusahaannya dengan perusahaan lain yang sejenis,
sehingga dapat diketahui apakah perusahaannya berada di bawah, sama, atau di
atas rata-ratanya. Dengan demikian akan dapat diketahui dimana kelemahannya
dan apa yang sudah kuat pada perusahaan tersebut dibandingkan dengan
perusahaan lain yang sejenis.
3. Analisa Return On Asset juga dapat digunakan untuk mengukur efisiensi
tindakan-tindakan yang dilakukan oleh divisi/bagian yaitu dengan mengalokasikan
semua biaya dan modal ke dalam bagian yang bersangkutan. Arti pentingnya
mengukur rate of return pada tingkat bagian adalah untuk dapat membandingkan
efisiensi suatu bagian dengan bagian yang lain di dalam perusahaan yang
bersangkutan.
4. Analisa Return On Asset juga dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas dari
masing-masing produk yang dihasilkan perusahaan dengan menggunakan
product cost system yang baik, modal dan biaya dapat dialokasikan kepada
berbagai produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang bersangkutan, sehingga
dengan demikian akan dapat dihitung profitabilitas dari masing-masing produk.
Dengan demikian manajemen akan dapat mengetahui produk mana yang
mempunyai profit potential.
5. Return On Assets selain berguna untuk keperluan kontrol, juga berguna untuk
keperluan perencanaan. Misalnya Return On Assets dapat digunakan sebagian
dasar untuk pengembalian keputusan kalau perusahaan akan mengadakan
ekspansi.
1. Perhatian manajemen dititik beratkan pada maksimalisasi laba atas modal yang
diinvestasikan.
2. ROA dapat dipergunakan untuk mengukur efisiensi tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh setiap divisinya dan pemanfaatan akuntansi divisinya. Selanjutnya
dengan ROA akan menyajikan perbandingan berbagai macam prestasi antar divisi
secara obyektif. ROA akan mendorong divisi untuk menggunakan dalam
memperoleh aktiva yang diperkirakan dapat meningkatkan ROA tersebut.
3. Analisa ROA dapat juga digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masing-
masing produksi yang dihasilkan oleh perusahaan.
1. Return On Asset (ROA) sebagai pengukur divisi sangat dipengaruhi oleh metode
depresiasi aktiva tetap.
2. Return On Asset (ROA) mengandung distorsi yang cukup besar terutama dalam
kondisi inflasi. Return On Asset (ROA) akan cenderung tinggi akibat dan
penyesuaian (kenaikan) harga jual, sementara itu beberapa komponen biaya
masih dinilai dengan harga distorsi.
Menurut Munawir (2007:89), besarnya Return on assets (ROA) dipengaruhi oleh dua
faktor yaitu:
1. Turnover dari operating assets (tingkat perputaran aktiva yang digunakan untung
operasi).
2. Profit Margin, yaitu besarnya keuntungan operasi yang dinyatakan dalam
persentase dan jumlah penjualan bersih. Profit Margin ini mengukur tingkat
keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan di hubungkan dengan
penjualannya.
1. Pendapatan, adalah arus masuk aktiva atau peningkatan lainnya dalam aktiva
entitas atau pelunasan kewajibannya selama suatu periode yang ditimbulkan oleh
pengiriman atau produksi barang, penyedia jasa, atau aktivitas lainnya yang
merupakan bagian dari operasi utama perusahaan.
2. Beban, adalah arus keluar atau penurunan lainnya dalam aktiva sebuah entitas
atau penambahan kewajibannya selama satu periode, yang ditimbulkan oleh
pengiriman atau produksi barang, penyedia jasa, atau aktivitas lainnya yang
merupakan bagian dari operasi utama perusahaan.
3. Keuntungan, adalah kenaikan ekuitas (aktiva bersih) perusahaan dari transaksi
sampingan atau insidentil kecuali yang dihasilkan dari pendapatan atau investasi
oleh pemilik.
4. Kerugian, adalah penurunan ekuitas (aktiva bersih) perusahaan dari transaksi
sampingan atau insidentil kecuali yang berasal dari beban atau distribusi kepada
pemilik.
ROE (Return on Equity) Lengkap! : Rumus &
Pengertian serta Kelebihan dan Komponennya
Rumus ROE ini merupakan bagian dari analisa fundamental yang banyak
digunakan oleh value investor dalam analisis perusahaan. Nah, di artikel ini
Analis akan membahas beberapa poin, seperti apa pengertian ROE menurut
para ahli, bagaimana keunggulan dan kelemahannya, termasuk cara menilai
ROE yang bagus dan komponennya.
Bicara soal ROE berarti kita ingin tahu seberapa efisienkah perusahaan
dalam mengelola modal pemilik. Atau lebih tepatnya, rasio profitabilitas
yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam
menghasilkan laba dari investasi yang dilakukan oleh pemegang saham di
perusahaan tersebut.
Oleh banyak analis saham bahkan yang baru belajar bermain saham, ROE
ini juga dijadikan sebagai tolak ukur dalam menilai future value atau nilai
perusahaan di masa akan datang. Caranya adalah dengan menilai perkiraan
ROE perusahaan hingga 5 tahun akan datang yang dihitung berdasarkan
ROEnya dalam setahun untuk tahun sekarang.
Oke, sudah ya prolognya. Anda mungkin sudah bisa paham bagaimana ROE
ini. Tapi biar lebih jelas mari kita ulas satu per satu.
Bicara soal ahli sebenarnya banyak sekali yang bisa kita jadikan rujukan
untuk memahami defenisi dari ROE ini, di antaranya:
saham.”
Dari 4 defenisi ROE di atas sebenarnya maknanya kurang lebih sama, bahwa
dari rasio tersebut kita bisa mengetahui berapa nilai yang didapat investor
dari modal yang ia setor, dalam hal ini dari saham yang ia beli.
Dari sini anda semua sudah tau apa saja komponen dalam rasio ROE, yaitu
total laba yang disetahunkan dan total aset bersih atau ekuitas perusahaan.
= Rp4,47 / Rp13,6
= 32,8%
Jadi ROE PTBA adalah 32,8% dari total akuitas yang ia miliki. Itu artinya,
dengan modal atau ekuitas sebanyak Rp13,6, PTBA mampu menghasilkan
laba hingga 32,8%. Paham kan?
Jadi dalam beberapa kasus, khusus untuk perusahaan yang memiliki nilai
utang jauh lebih banyak dari modal dasarnya, maka kata beliau ROE bisa
saja menyesatkan.
ROCE ini dihitung dari EBIT yang kemudian dibagi dengan modal yang
digunakan. Jadi, lebih realistis ketimbang dasar hitungannya dari ekuitas.
Tapi itu untuk pandangan ahli ekonom. Berbeda dengan analis saham
seperti saya he he.
Kalau saya masih lebih senang menjadikan perhitungan ROE ini sebagai
dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menjalankan bisnisnya.
Alasannya, karena sekalipun itu sifatnya modal sumbangan yang didanai
oleh kreditor tetap saja itu menjadi bagian dari perusahaan sehingga wajar
kalau kita hitung juga untuk menilai prifitabilitasnya.
Saya juga sedikit lebih sependapat kalau dikatakan bahwa kelemahan dari
ROE adalah karena dasar perhitungannya dari modal saja, sedang hutang
tidak termasuk di dalamnya.
Tapi pendapat di atas tetap tidak luput dari koreksi, karena yang naman ya
hutang pasti ada pengembaliannya dan jika hutang tersebut dibayarkan
sedang dia masuk dalam hitungan ini maka nilai ROE yang dihasilkan tidak
realistis lagi, ya karena sebagian telah dikeluarkan untuk pembayaran
bunga.
Ukuran ROE yang baik
Nah, ini bagian paling penting untuk diketahui para trader saham. Karena
dengan mengetahui nilai ROE yang baik kita bisa mengukur seberapa
layakkah sebuah saham dikoleksi.
Tapi, secara umum, sebenarnya banyak pakar saham yang bilang kalau nilai
antara 15-20% itu sudah bisa dibilang bagus. Asalkan tidak lebih rendah dari
nilai keuntungan deposito katanya. Adapun pendapat saya pribadi:
Menurut hemat saya, untuk mengukur ROE yang baik maka lebih tepat
kalau kita perbandingkan dengan PBV untuk menilai harga wajar
saham.
Jika kamu mau menilai berapa nilai PBV yang bagus untuk satu sa ham maka
bisa menggunakan rumus yang saya sebutkan di bawah:
Sedikit informasi tambahan, sebenarnya selain PBV, rasio PER juga bisa
digunakan untuk menilai harga sebenarnya dari suatu saham.
Nah, sekarang kamu sudah tau berapa nilai ROE yang bagus kalau mau
menilai seberapa baik perusahaan dalam menghasilkan laba dari usahanya.
Sampai di sini dulu ulasan kita soal Rumus & Pengertian ROE (Return on
Equity). Semoga setelah ini teman-teman sudah bisa komponen dan cara
menilai mana ROE yang baik dan tidak, tentunya semua yang berkaitan
dengan ilmu saham.
https://www.kajianpustaka.com/2017/08/return-on-assets-roa.html
https://analis.co.id/roe-return-on-equity.html
https://www.academia.edu/8121694/Pengertian_Return_On_Investment_ROI_Return_On_Investme
nt
http://www.sahamgain.com/2018/04/analisis-fundamental-perbedaan-rasio.html
https://www.youtube.com/watch?v=edvTl4WRubk
Pengertian Struktur Modal
Struktur Modal. Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan
dalam pos modal (modal saham), keuntungan atau laba yang ditahan atau kelebihan
aktiva yang dimiliki perusahaan terhadap seluruh utangnya (Munawir,2001).
Berikut ini pengertian struktur modal menurut para ahli:
Menurut J. Fred Weston dan Thomas E Copeland (1996) mengatakan bahwa struktur modal
adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari utang jangka panjang, saham preferen, dan
modal pemegang saham.
Menurut Frank J Fabozzi and Pamela Peterson (2000), capital structure is the combination of
debt and equity used to finance a firm’s projects. The capital structure of a firm is some mix of
debt, internally generated equity, and new equity.
Menurut Keown et.al (2000), struktur modal adalah paduan atau kombinasi sumber dana
jangka panjang yang digunakan oleh perusahaan.
Struktur modal sasaran adalah kombinasi antara utang saham preferen, dan saham
ekuitas yang digunakan perusahaan untuk merencanakan mendapatkan modal.
Kebijakan struktur modal melibatkan adanya suatu pertukaran antara risiko dan
pengembalian. Risiko yang lebih tinggi cenderung akan menurunkan harga saham, tetapi
ekspektasi tingkat pengembalian yang lebih tinggi akan menaikkannya. Karena itu,
struktur modal yang optimal harus mencapai suatu keseimbangan antara risiko dan
pengembalian sehingga dapat memaksimalkan harga saham perusahaan.
1. Risiko bisnis,
2. Posisi perpajakan,
3. Fleksibilitas keuangan,
Risiko Bisnis adalah tingkat risiko yang inheren di dalam operasi perusahaan jika
perusahaan tidak mempergunakan utang. Perusahaan akan memiliki risiko bisnis yang
kecil jika permintaan akan produk yang dihasilkannya stabil, jika harga-harga input dan
produknya tetap relatif konstan, jika perusahaan dapat menyesuaikan harga-harganya
dengan bebas jika terjadi peningkatan biaya, dan jika sebagian besar biayanya adalah
biaya variabel sehingga akan turun jika penjualan menurun. Hal-hal yang lain diangap
sama, semakin rendah risiko bisnis sebuah perusahaan, maka semakin tinggi rasio utang
optimalnya.
Risiko bisnis tergantung pada sejumlah faktor, yaitu :
1. Variabilitas permintaan,
4. Kemampuan untuk menyesuaikan harga output untuk perubahan-perubahan pada biaya input,
5. Kemampuan untuk mengembangkan produk-produk baru pada waktu yang tepat dan efektif
dalam hal biaya, eksposur risiko asing,
6. Komposisi biaya tetap: leverage operasi (leverage operasi adalah tingkat sampai sejauh mana
biaya-biaya tetap digunakan di dalam operasi sebuah perusahaan
Pendekatan Tradisional berpendapat akan adanya struktur modal yang optimal. Artinya
Struktur Modal mempunyai pengaruh terhadap Nilai Perusahaan, dimana Struktur
Modal dapat berubah-ubah agar bisa diperoleh nilai perusahaan yang optimal.
Dalam teori ini berpendapat bahwa Struktur Modal tidak mempengaruhi Perusahaan.
Dalam hal ini telah dimasukkan faktor pajak. Sehingga nilai Perusahaan dengan hutang
lebih tinggi dibandingkan dengan nilai perusahan tanpa hutang, Kenaikan tersebut
dikarenakan adanya penghematan pajak.
Perusahaan memilih pandangan internal. Dana internal tersebut diperoleh dari laba
(keuntungan) yang dihasilkan dari kegiatan perusahaan.
Financial distress adalah kondisi dimana perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan
terancam bangkrut. Jika perusahaan mengalami kebangkrutan, maka akan timbul biaya
kebangkrutan yang disebabkan oleh: keterpaksaan menjual aktiva dibawah harga pasar,
biaya likuidasi perusahaan, rusaknya aktiva tetap dimakan waktu sebelum terjual, dan
sebagainya.
Agency costs atau biaya keagenan adalah biaya yang timbul karena perusahaan
menggunakan hutang dan melibatkan hubungan antara pemilik perusahaan (pemegang
saham) dan kreditor. Biaya keagenan ini muncul dari problem keagenan. Jika perusahaan
menggunakan utang, ada kemungkinan pemilik perusahaan melakukan tindakan yang
merugikan kreditor.
Menurut trade-off theory yang diungkapkan oleh Myers (2001:81), “Perusahaan akan
berhutang sampai pada tingkat utang tertentu, dimana penghematan pajak (tax shields)
dari tambahan hutang sama dengan biaya kesulitan keuangan (financial distress)”.Biaya
kesulitan keuangan (financial distress) adalah biaya kebangkrutan (bankruptcy costs)
atau reorganization, dan biaya keagenan (agency costs) yang meningkat akibat dari
turunnya kredibilitas suatu perusahaan.Trade-off theory dalam menentukan struktur
modal yang optimal memasukkan beberapa faktor antara lain pajak, biaya keagenan
(agency costs) dan biaya kesulitan keuangan (financial distress) tetapi tetap
mempertahankan asumsi efisiensi pasar dan symmetric information sebagai imbangan dan
manfaat penggunaan utang.