Anda di halaman 1dari 24

Pengertian Return On Investment (ROI)

Return On Investment (ROI) merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara

keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang

tersedia didalam perusahaan.

Menurut Sutrisno (2001:255) :

“Return On Investment (ROI) merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan.”

Menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2004:74) :

“Return On Investment (ROI) adalah rasio yang menunjukkan seberapa

banyak laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki

perusahaan.”

Menurut Susan Irawati (2006:63) :

“Return on Investment (ROI) yaitu suatu cara untuk mengukur seberapa

banyak laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki

perusahaan.”

Menurut S. Munawir (2007:89) :

“Return On Investment (ROI) adalah salah satu bentuk dari rasio

profitabilitas yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan


dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan

untuk operasinya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan”.

Menurut Sofyan Syafri Harahap (2007:305) :

“Rasio ini menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari

modal pemilik.”

Faktor-faktor yang mempengaruhi Return On Investment (ROI)

ROI juga dapat dilihat dengan mengkombinasikan dua faktor, yaitu:

1. Turnover dari operating assets (Tingkat perputaran aktiva yang digunakan

untuk operasi, yaitu kecepatan berputarnya operating assets dalam suatu

periode tertentu.)

2. Profit Margin, yaitu keuntungan operasi yang dinyatakan dalam prosentase

dan jumlah penjualan bersih, profit margin ini mengukur tingkat

keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan dihubungkan dengan

penjualan.

Besarnya ROI akan berubah kalau ada perubahan profit margin atau assets

turnover, baik masing-masing atau kedua-duanya. Dengan demikian maka

pimpinan perusahaan dapat menggunakan salah satu atau kedua-duanya

dalam rangka usaha untuk memperbesar ROI. Usaha mempertinggi ROI


dengan memperbesar profit margin adalah bersangkutan dengan usaha

untuk mempertinggi efisiensi disektor produksi, penjualan dan administrasi.

Usaha mempertinggi ROI dengan memperbesar assets turn over adalah

kebijaksanaan investasi dana dalam berbagai aktiva, baik aktiva lancar

maupun aktiva tetap.

Analisis Return on Investment

Analisa Return on Investment (ROI) dalam analisa keuangan mempunyai

arti yang sangat penting sebagai salah satu tehnik analisa keuangan yang

bersifat menyeluruh (komprehensif). Analisa ROI ini sudah merupakan tehnik

yang lazim digunakan oleh pemimpin perusahaan untuk mengukur

efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan.

Return On Investment itu sendiri adalah salah satu bentuk dari rasio

profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan

perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang

digunakan untuk operasinya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan.

Dengan demikian ratio ini menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari

operasinya perusahaan (net operating income) dengan jumlah investasi atau

aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut

(net operating assets).

Adapun rumus Return On Investment adalah sebagai berikut:


Ada juga cara lain yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Kegunaan Analisis Return On Invesment(ROI)

a. Sebagai salah satu kegunaan yang prinsipil ialah sifatnya yang menyeluruh.

Apabila perusahaan sudah menjalankan praktek akuntansi yang baik maka

manajemen dengan menggunakan teknik analisa ROI dapat mengukur

efisiensi penggunaan modal yang bekerja, efisiensi produksi dan efisiensi

bagian penjualan.

b. Apabila perusahaan mempunyai data industri sehingga dapat diperoleh

ratio industri, maka dengan analisa ROI dapat dibandingkan efisiensi

penggunaan modal pada perusahaannya dengan perusahaan lain yang

sejenis, sehingga dapat diketahui apakah perusahaannya berada dibawah,

sama, atau diatas rata-ratanya. Dengan demikian akan dapat diketahui


dimana kelemahannya dan apa yang sudah kuat pada perusahaan tersebut

dibandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis.

c. Analisa ROI juga dapat digunakan untuk mengukur efisiensi tindakan-

tindakan yang dilakukan oleh divisi atau bagian, yaitu dengan

mengalokasikan semua biaya dan modal kedalam bagian yang bersangkutan.

Arti pentingnya mengukur rate of return pada tingkat bagian adalah untuk

dapat membandingkan efisiensi suatu bagian dengan bagian yang lain

didalam perusahaan yang bersangkutan.

d. Analisa ROI juga dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas dari

masing-masing produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Dengan

menggunakan “product cost system” yang baik, modal dan biaya dapat

dialokasikan kepada berbagai-bagai produk yang dihasilkan oleh

perusahaan yang bersangkutan, sehingga dengan demikian akan dapat

dihitung profitabilitas dari masing-masing produk.

e. ROI selain berguna untuk keperluan control, juga berguna untuk keperluan

perencanaan. Misalnya ROI dapat digunakan sebagai dasar untuk

pengambilan keputusan kalau perusahaan akan mengadakan expansi.

Kelemahan Analisis Return On Investment(ROI)

a. Salah satu kelemahan yang prinsipil ialah kesukarannya dalam

membandingkan rate of return suatu perusahaan dengan perusahaan lain

yang sejenis, mengingat bahwa kadang-kadang praktek akuntansi yang

digunakan oleh masing-masing perusahaan tersebut adalah berbeda-beda.


Perbedaan metode dalam penilaian berbagai-bagai aktiva antara

perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain, perbandingan tersebut

akan dapat memberi gambaran yang salah.

b. Kelemahan lain dari tehnik analisa ini adalah terletak pada adanya fluktuasi

nilai dari uang (daya belinya). Suatu mesin atau perlengkapan tertentu yang

dibeli dalam keadaan inflasi nilainya berbeda dengan kalau dibeli pada

waktu tidak ada inflasi, dan hal ini akan berpengaruh dalam

menghitung investment turnover dan profit margin.

c. Dengan menggunakan analisa rate of return atau return on investment saja

tidak akan dapat digunakan untuk mengadakan perbandingan antara dua

perusahaan atau lebih dengan mendapatkan kesimpulan yang memuaskan.

Pengaruh Profit Margin terhadap Return On Investment(ROI)

Rasio laba usaha dengan penjualan penjualan neto berkaitan dengan total

aktiva yang digunakan untuk mencapai sales revenue. Rasio laba usaha

dengan penjualan bersifat komplementer (pelengkap) dengan rasio laba

bersih dengan Return On Investment.

Berdasarkan teori-teori tersebut diats dengan demikian dapatlah dikatakan

bahwa profit margin dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan

dengan melihat kepada besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya

dengan sales, sedangkan “operating turnover” dimaksudkan untuk


mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat kepada kecepatan

perputaran operating assets dalam suatu periode tertentu.

Hasil akhir dari pencampuran kedua efisiensi profit margin dan operating

assets turnover menentukan tinggi rendahnya earning power. Oleh karena

itu makin tingginya tingkat profit margin atau operating assets

turnover masing-masing atau keduannya akan mengakibatkan

naiknya earning power.

Seperti halnya yang telah dikemukakan S. Munawir (2007:89) bahwa:

“Besarnya Return On Invesment akan berubah kalau ada perubahan Profit

Margin atau Asset Turn Over, baik masing-masing atau keduanya.”


Return on assets (ROA)
Ditulis oleh Muchlisin Riadi Minggu, 06 Agustus 2017 Tambah Komentar

Pengertian Return on assets (ROA)

Return on assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang dapat
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang
digunakan. ROA mampu mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan
keuntungan pada masa lampau untuk kemudian diproyeksikan di masa yang
akan datang.

Assets atau aktiva yang dimaksud adalah keseluruhan harta perusahaan, yang
diperoleh dari modal sendiri maupun dari modal asing yang telah diubah
perusahaan menjadi aktiva-aktiva perusahaan yang digunakan untuk
kelangsungan hidup perusahaan
Return On Assets dipakai untuk mengevaluasi apakah manajemen telah mendapat
imbalan yang memadai (reasobable return) dari aset yang dikuasainya. Rasio ini
merupakan ukuran yang berfaedah jika seseorang ingin mengevaluasi seberapa baik
perusahaan telah memakai dananya. Oleh karena itu, Return On Assets kerap kali dipakai
oleh manajemen puncak untuk mengevaluasi unit-unit bisnis di dalam suatu perusahaan
multinasional (Henry Simamora, 2000:530).

Berikut ini beberapa pengertian ROA dari beberapa sumber:

1. Menurut Eduardus Tandelilin (2010:372), Return On Assets menggambarkan


sejauh mana kemampuan aset-aset yang dimiliki perusahaan bisa menghasilkan
laba.
2. Menurut Kasmir (2014:201), Return On Assets merupakan rasio yang
menunjukkan hasil atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan.
3. Menurut Fahmi (2012:98), Return On Assets melihat sejauh mana investasi yang
telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan
yang diharapkan dan investasi tersebut sebenarnya sama dengan aset
perusahaan yang ditanamkan atau ditempatkan.
4. Horne dan Wachowicz (2005:235), ROA mengukur efektivitas keseluruhan dalam
menghasilkan laba melalui aktiva yang tersedia; daya untuk menghasilkan laba
dari modal yang diinvestasikan.
5. Bambang Riyanto (2001:336) menyebut istilah ROA dengan Net Earning Power
Ratio (Rate of Return on Investment / ROI) yaitu kemampuan dari modal yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan neto.
Keuntungan neto yang beliau maksud adalah keuntungan neto sesudah pajak.
6. Menurut Sawir (2005:18), Return On Assets (ROA) merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam
memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu
perusahaan, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan dan
semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan asset.

Perhitungan Return on Assets


Menurut Brigham dan Houston (2001), pengembalian atas total aktiva (ROA) dihitung
dengan cara membandingkan laba bersih yang tersedia untuk pemegang saham biasa
dengan total aktiva. Dirumuskan sebagai berikut:

Rumus Return On Assets (ROA)

Semakin besar nilai ROA, menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik pula,

karena tingkat pengembalian investasi semakin besar. Nilai ini mencerminkan

pengembalian perusahaan dari seluruh aktiva (atau pendanaan) yang diberikan pada

perusahaan (Wild, Subramanyam, dan Halsey, 2005:65).

Fungsi Return On Assets


Menurut Munawir (2007;91) kegunaan dari analisa Return On Assets dikemukakan
sebagai berikut :

1. Sebagai salah satu kegunaannya yang prinsipil ialah sifatnya yang menyeluruh.
Apabila perusahaan sudah menjalankan praktek akuntansi yang baik maka
manajemen dengan menggunakan teknik analisa Return On Assets dapat
mengukur efisiensi penggunaan modal yang bekerja, efisiensi produksi dan
efisiensi bagian penjualan.
2. Apabila perusahaan dapat mempunyai data industri sehingga dapat diperoleh
rasio industri, maka dengan analisa Return On Asset dapat dibandingkan efisiensi
penggunaan modal pada perusahaannya dengan perusahaan lain yang sejenis,
sehingga dapat diketahui apakah perusahaannya berada di bawah, sama, atau di
atas rata-ratanya. Dengan demikian akan dapat diketahui dimana kelemahannya
dan apa yang sudah kuat pada perusahaan tersebut dibandingkan dengan
perusahaan lain yang sejenis.
3. Analisa Return On Asset juga dapat digunakan untuk mengukur efisiensi
tindakan-tindakan yang dilakukan oleh divisi/bagian yaitu dengan mengalokasikan
semua biaya dan modal ke dalam bagian yang bersangkutan. Arti pentingnya
mengukur rate of return pada tingkat bagian adalah untuk dapat membandingkan
efisiensi suatu bagian dengan bagian yang lain di dalam perusahaan yang
bersangkutan.
4. Analisa Return On Asset juga dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas dari
masing-masing produk yang dihasilkan perusahaan dengan menggunakan
product cost system yang baik, modal dan biaya dapat dialokasikan kepada
berbagai produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang bersangkutan, sehingga
dengan demikian akan dapat dihitung profitabilitas dari masing-masing produk.
Dengan demikian manajemen akan dapat mengetahui produk mana yang
mempunyai profit potential.
5. Return On Assets selain berguna untuk keperluan kontrol, juga berguna untuk
keperluan perencanaan. Misalnya Return On Assets dapat digunakan sebagian
dasar untuk pengembalian keputusan kalau perusahaan akan mengadakan
ekspansi.

Keunggulan Return On Assets (ROA)


Menurut Munawir (2001: 91-92) keunggulan Return On Assets yaitu :

1. Dapat diperbandingkan dengan rasio industri sehingga dapat diketahui posisi


perusahaan terhadap industri. Hal ini merupakan salah satu langkah dalam
perencanaan strategi.
2. Selain berguna untuk kepentingan kontrol, analisis Return On Assets (ROA)
3. Jika perusahaan telah menjalankan praktik akuntansi dengan baik maka dengan
analisis Return On Asset (ROA) dapat diukur efisiensi penggunaan modal yang
menyeluruh, yang sensitif terhadap setiap hal yang mempengaruhi keadaan
keuangan perusahaan.
Menurut Abdul Halim dan Supomo (2001: 151) keunggulan Return On Asset (ROA) adalah
sebagai berikut :

1. Perhatian manajemen dititik beratkan pada maksimalisasi laba atas modal yang
diinvestasikan.
2. ROA dapat dipergunakan untuk mengukur efisiensi tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh setiap divisinya dan pemanfaatan akuntansi divisinya. Selanjutnya
dengan ROA akan menyajikan perbandingan berbagai macam prestasi antar divisi
secara obyektif. ROA akan mendorong divisi untuk menggunakan dalam
memperoleh aktiva yang diperkirakan dapat meningkatkan ROA tersebut.
3. Analisa ROA dapat juga digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masing-
masing produksi yang dihasilkan oleh perusahaan.

Kelemahan Return On Asset (ROA)


Kelemahan Return On Asset (ROA) menurut Munawir (2001:94) adalah:

1. Return On Asset (ROA) sebagai pengukur divisi sangat dipengaruhi oleh metode
depresiasi aktiva tetap.
2. Return On Asset (ROA) mengandung distorsi yang cukup besar terutama dalam
kondisi inflasi. Return On Asset (ROA) akan cenderung tinggi akibat dan
penyesuaian (kenaikan) harga jual, sementara itu beberapa komponen biaya
masih dinilai dengan harga distorsi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Return on Assets (ROA)


Menurut Kasmir (2012:203), menjelaskan bahwa yang mempengaruhi Return on Assets
(ROA) adalah hasil pengembalian atas investasi atau yang disebut sebagai Return on
Assets (ROA) dipengaruhi oleh margin laba bersih dan perputaran total aktiva karena
apabila ROA rendah itu disebabkan oleh rendahnya margin laba yang diakibatkan oleh
rendahnya margin laba bersih yang diakibatkan oleh rendahnya perputaran total aktiva.

Menurut Munawir (2007:89), besarnya Return on assets (ROA) dipengaruhi oleh dua
faktor yaitu:

1. Turnover dari operating assets (tingkat perputaran aktiva yang digunakan untung
operasi).
2. Profit Margin, yaitu besarnya keuntungan operasi yang dinyatakan dalam
persentase dan jumlah penjualan bersih. Profit Margin ini mengukur tingkat
keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan di hubungkan dengan
penjualannya.

Profitabilitas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba.


Return on Assets (ROA) termasuk salah satu rasio profitabilitas. Faktor – faktor yang
mempengaruhi rasio return on asset ada beberapa rasio antara lain: rasio perputaran
kas, rasio perputaran piutang, dan rasio perputaran persediaan.

a. Perputaran Kas (Cash Turnover)


Dengan menghitung tingkat perputaran kas akan diketahui sampai berapa jauh tingkat
efisiensi yang dapat dicapai perusahaan dalam upaya mendayagunakan persediaan kas
yang ada untuk mewujudkan tujuan perusahaan. Menurut Kasmir (2008:140) menyatakan
rasio perputaran kas (cash turnover) berfungsi untuk mengukur tingkat kecukupuan
modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai
penjualan. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas untuk
membayar tagihan (utang) dan biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan.

b. Perputaran Piutang (Receivable Turnover)


Menilai berhasil tidaknya kebijakan penjualan kredit suatu perusahaan dapat dilakukan
dengan cara melihat tingkat perputaran piutang. Menurut Sawir (2001:8) Receivable
Turnover digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu
periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu
periode. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa rasio perputaran piutang yang
tinggi mencerminkan kualitas piutang yang semakin baik. Tinggi rendahnya perputaran
piutang tergantung pada besar kecilnya modal yang diinvestasikan dalam piutang.
Semakin cepat perputaran piutang berarti semakin cepat modal kembali.

c. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)


Persediaan merupakan unsur dari aktiva lancar yang merupakan unsur yang aktif dalam
operasi perusahaan yang secara terus menerus diperoleh, diubah dan kemudian dijual
kepada konsumen. Untuk mempercepat pengembalian kas melalui penjualan maka
diperlukan suatu perputaran persediaan yang baik.

Menurut Kasmir (2008:180) menyatakan perputaran persediaan digunakan untuk


mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam persediaan (inventory) ini berputar
dalam satu periode. Pada prinsipnya perputaran persediaan mempermudah atau
memperlancar jalannya operasi perusahaan yang harus dilakukan secara berturut-turut
untuk memproduksi barang-barang serta mendistribusikannya kepada pelanggan.
Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan tersebut maka jumlah modal kerja yang
dibutuhkan semakin rendah.

Unsur-unsur pembentuk Return on Assets (ROA)


Indikator (alat ukur) yang digunakan didalam Return on Assets (ROA) melibatkan unsur
laba bersih dan total asset (total aktiva) dimana laba bersih dibagi dengan total asset
atau total aktiva perusahaan dikalikan 100% (Brigham dan Houston 2010:148).

Dari definisi diatas, maka komponen-komponen pembentuk Retrun on Assets (ROA)


menurut Kieso, Weygant, Warfield yang diterjemahkan oleh Emil Salim (2002:153) adalah
sebagai berikut:

1. Pendapatan, adalah arus masuk aktiva atau peningkatan lainnya dalam aktiva
entitas atau pelunasan kewajibannya selama suatu periode yang ditimbulkan oleh
pengiriman atau produksi barang, penyedia jasa, atau aktivitas lainnya yang
merupakan bagian dari operasi utama perusahaan.
2. Beban, adalah arus keluar atau penurunan lainnya dalam aktiva sebuah entitas
atau penambahan kewajibannya selama satu periode, yang ditimbulkan oleh
pengiriman atau produksi barang, penyedia jasa, atau aktivitas lainnya yang
merupakan bagian dari operasi utama perusahaan.
3. Keuntungan, adalah kenaikan ekuitas (aktiva bersih) perusahaan dari transaksi
sampingan atau insidentil kecuali yang dihasilkan dari pendapatan atau investasi
oleh pemilik.
4. Kerugian, adalah penurunan ekuitas (aktiva bersih) perusahaan dari transaksi
sampingan atau insidentil kecuali yang berasal dari beban atau distribusi kepada
pemilik.
ROE (Return on Equity) Lengkap! : Rumus &
Pengertian serta Kelebihan dan Komponennya

Rumus ROE ini merupakan bagian dari analisa fundamental yang banyak
digunakan oleh value investor dalam analisis perusahaan. Nah, di artikel ini
Analis akan membahas beberapa poin, seperti apa pengertian ROE menurut
para ahli, bagaimana keunggulan dan kelemahannya, termasuk cara menilai
ROE yang bagus dan komponennya.

Bicara soal ROE berarti kita ingin tahu seberapa efisienkah perusahaan
dalam mengelola modal pemilik. Atau lebih tepatnya, rasio profitabilitas
yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam
menghasilkan laba dari investasi yang dilakukan oleh pemegang saham di
perusahaan tersebut.

Oleh banyak analis saham bahkan yang baru belajar bermain saham, ROE
ini juga dijadikan sebagai tolak ukur dalam menilai future value atau nilai
perusahaan di masa akan datang. Caranya adalah dengan menilai perkiraan
ROE perusahaan hingga 5 tahun akan datang yang dihitung berdasarkan
ROEnya dalam setahun untuk tahun sekarang.

Alasan menggunakan perhitungan hingga 5 tahun tentunya didasari dari


kemungkinan bahwa perusahaan masih akan beroperasi selama kurun waktu
tersebut. Dan kalau pun misalnya hanya dihitung dalam 2 -3 tahun saja maka
hasilnya akan sangat rendah.
Dan sebaliknya, jika lebih tinggi dari 5 tahun maka hasilnya bisa tampak
tidak realistis, mengingat tidak selamanya perusahaan menghasilkan laba
yang sama setiap tahunnya.

Oke, sudah ya prolognya. Anda mungkin sudah bisa paham bagaimana ROE
ini. Tapi biar lebih jelas mari kita ulas satu per satu.

Seperti Apa Pengertian ROE Menurut Para Ahli

Bicara soal ahli sebenarnya banyak sekali yang bisa kita jadikan rujukan
untuk memahami defenisi dari ROE ini, di antaranya:

Georgi Tsvetanov : “Return on Equity adalah mengukur seberapa banyak


keuntungan yang dikembalikan sebagai persentase dari modal pemilik. ”

Bambang Riyanto (2010: 335): “ROE merupakan perbandingan antara laba


bersih dengan ekuitas.”

Mardiyanto: “Rasio yang digunakan investor untuk mengukur tingkat


keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba bagi para pemegang

saham.”

Zulbiadi Latief: “Rasio untuk menilai seberapa baik suatu perusahaan


menjalankan bisnisnya dalam menggunakan modal pemilik.”

Dari 4 defenisi ROE di atas sebenarnya maknanya kurang lebih sama, bahwa
dari rasio tersebut kita bisa mengetahui berapa nilai yang didapat investor
dari modal yang ia setor, dalam hal ini dari saham yang ia beli.

Rumus Return on Equity


Pada dasarnya rasio ROE ini bertujuan untuk membandingkan antara
perolehan laba bersih perusahaan terhadap nilai aset bersihnya atau
ekuitasnya. Dengan demikian, maka RUMUS ROE = Laba Bersih / Ekuitas.

Dalam bahasa Inggris-nya maka formulanya:

Return on Equity = Net Income / Aquity


Perlu diketahui bahwa dalam menentukan laba bersih perusahaan maka laba
bersihnya harus disetahunkan dulu. Caranya:

1. Jika laporan keuangan kuartal I maka labanya dikali 4,


2. Jika laporan keuangan kuartal II maka labanya dikali 2,
3. Jika laporan keuangan kuartal III maka labanya dikali 4/3,
4. Jika laporan keuangan kuartal IV maka labanya tidak perlu dikalikan karena
sudah merupakan laba setahun penuh.

Dari sini anda semua sudah tau apa saja komponen dalam rasio ROE, yaitu
total laba yang disetahunkan dan total aset bersih atau ekuitas perusahaan.

Sebagai contoh, berikut hitung-hitungan ROE dari saham PTBA:

Diketahui laba bersih PTBA Rp4,47 triliun, sedangkan akuitasnya Rp13,6


triliun, maka hasilnya:

= Laba Bersih / Ekuitas.

= Rp4,47 / Rp13,6

= 32,8%

Jadi ROE PTBA adalah 32,8% dari total akuitas yang ia miliki. Itu artinya,
dengan modal atau ekuitas sebanyak Rp13,6, PTBA mampu menghasilkan
laba hingga 32,8%. Paham kan?

Keunggulan dan Kelemahan roe

Menurut Georgi Tsvetanov, ROE memiliki kelemahan. Jika perusahaan


memiliki banyak utang dalam mendanai asetnya, nilai ROEnya akan semakin
tinggi karena porsi modal akan lebih rendah (semakin banyak modal,
semakin sedikit ekuitas). (khusus pernyataan beliau ini, masih saya
sangsikan juga karena menyebut utang dalam ekuitas atau bisa jadi
penerjemahnya yang salah interpretasi)

Jadi dalam beberapa kasus, khusus untuk perusahaan yang memiliki nilai
utang jauh lebih banyak dari modal dasarnya, maka kata beliau ROE bisa
saja menyesatkan.

Ditambahkan, karena ROE hanya mempertimbangkan sisi ekuitas


perusahaan tanpa menghitung proporsi hutangnya, maka ada solusi lain
yang lebih realistis, yaitu dengan menggunakan rasio ROCE atau Return of
Capital Employed.

ROCE ini dihitung dari EBIT yang kemudian dibagi dengan modal yang
digunakan. Jadi, lebih realistis ketimbang dasar hitungannya dari ekuitas.

Tapi itu untuk pandangan ahli ekonom. Berbeda dengan analis saham
seperti saya he he.

Kalau saya masih lebih senang menjadikan perhitungan ROE ini sebagai
dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menjalankan bisnisnya.
Alasannya, karena sekalipun itu sifatnya modal sumbangan yang didanai
oleh kreditor tetap saja itu menjadi bagian dari perusahaan sehingga wajar
kalau kita hitung juga untuk menilai prifitabilitasnya.

Saya juga sedikit lebih sependapat kalau dikatakan bahwa kelemahan dari
ROE adalah karena dasar perhitungannya dari modal saja, sedang hutang
tidak termasuk di dalamnya.

Tapi pendapat di atas tetap tidak luput dari koreksi, karena yang naman ya
hutang pasti ada pengembaliannya dan jika hutang tersebut dibayarkan
sedang dia masuk dalam hitungan ini maka nilai ROE yang dihasilkan tidak
realistis lagi, ya karena sebagian telah dikeluarkan untuk pembayaran
bunga.
Ukuran ROE yang baik

Nah, ini bagian paling penting untuk diketahui para trader saham. Karena
dengan mengetahui nilai ROE yang baik kita bisa mengukur seberapa
layakkah sebuah saham dikoleksi.

Saya masih mengutip pendapat Georgi Tsvetanov. Menurutnya ukuran ROE


yang lazim itu adalah untuk Ritel 17%, Utilitas 9%, Finansial 8%. Tapi sekali
lagi, ini pendapat ahli keuangan, beda lagi kalau ukurannya trader saham.
Sekalipun ada yang bilang sama, tapi faktanya dilapangan kita tidak bisa
‘memukul rata’ bahwa dengan nilai ROE sekian sudah bagus, karena perlu
pertimbangan lagi.

Tapi, secara umum, sebenarnya banyak pakar saham yang bilang kalau nilai
antara 15-20% itu sudah bisa dibilang bagus. Asalkan tidak lebih rendah dari
nilai keuntungan deposito katanya. Adapun pendapat saya pribadi:

Menurut hemat saya, untuk mengukur ROE yang baik maka lebih tepat
kalau kita perbandingkan dengan PBV untuk menilai harga wajar
saham.
Jika kamu mau menilai berapa nilai PBV yang bagus untuk satu sa ham maka
bisa menggunakan rumus yang saya sebutkan di bawah:

 Kalau PBVnya 1 kali maka sebaiknya ROEnya minimal 10%


 Kalau PBVnya 2 kali maka sebaiknya ROEnya minimal 20%
 Kalau PBVnya 3 kali maka sebaiknya ROEnya minimal 30%

Sedikit informasi tambahan, sebenarnya selain PBV, rasio PER juga bisa
digunakan untuk menilai harga sebenarnya dari suatu saham.

Nah, sekarang kamu sudah tau berapa nilai ROE yang bagus kalau mau
menilai seberapa baik perusahaan dalam menghasilkan laba dari usahanya.

Setelah mengetahui nilai di atas, selanjutnya lakukan analisa yang lebih


mendalam lagi, jangan sampai ROE itu bukan murni keuntungan
usahanya, tapi dana lain-lain yang harus lebih kita pertimbangkan.
Intinya, semua kembali ke pengalaman masing-masing investor. Jika sudah
sering membaca laporan keuangan maka nantinya akan lebih paham dan
jago menganalisa. Salah satu solusinya adalah sering berkunjung ke blog
ini he he.

Sampai di sini dulu ulasan kita soal Rumus & Pengertian ROE (Return on
Equity). Semoga setelah ini teman-teman sudah bisa komponen dan cara
menilai mana ROE yang baik dan tidak, tentunya semua yang berkaitan
dengan ilmu saham.

https://www.kajianpustaka.com/2017/08/return-on-assets-roa.html

https://analis.co.id/roe-return-on-equity.html

https://www.academia.edu/8121694/Pengertian_Return_On_Investment_ROI_Return_On_Investme

nt

http://www.sahamgain.com/2018/04/analisis-fundamental-perbedaan-rasio.html

https://www.youtube.com/watch?v=edvTl4WRubk
Pengertian Struktur Modal
Struktur Modal. Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan
dalam pos modal (modal saham), keuntungan atau laba yang ditahan atau kelebihan
aktiva yang dimiliki perusahaan terhadap seluruh utangnya (Munawir,2001).
Berikut ini pengertian struktur modal menurut para ahli:

 Menurut J. Fred Weston dan Thomas E Copeland (1996) mengatakan bahwa struktur modal
adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari utang jangka panjang, saham preferen, dan
modal pemegang saham.

 Menurut Frank J Fabozzi and Pamela Peterson (2000), capital structure is the combination of
debt and equity used to finance a firm’s projects. The capital structure of a firm is some mix of
debt, internally generated equity, and new equity.

 Menurut Keown et.al (2000), struktur modal adalah paduan atau kombinasi sumber dana
jangka panjang yang digunakan oleh perusahaan.

 Menurut Farah Margaretha (2004), struktur modal menggambarkan pembiayaan permanen


perusahaan yang terdiri atas utang jangka panjang dan modal sendiri.
Struktur Modal Sasaran

Struktur modal sasaran adalah kombinasi antara utang saham preferen, dan saham
ekuitas yang digunakan perusahaan untuk merencanakan mendapatkan modal.
Kebijakan struktur modal melibatkan adanya suatu pertukaran antara risiko dan
pengembalian. Risiko yang lebih tinggi cenderung akan menurunkan harga saham, tetapi
ekspektasi tingkat pengembalian yang lebih tinggi akan menaikkannya. Karena itu,
struktur modal yang optimal harus mencapai suatu keseimbangan antara risiko dan
pengembalian sehingga dapat memaksimalkan harga saham perusahaan.

Empat faktor utama yang memengaruhi keputusan struktur modal adalah :

1. Risiko bisnis,

2. Posisi perpajakan,

3. Fleksibilitas keuangan,

4. Konservatisme atau keagresifan manajemen.

Risiko Bisnis dan Keuangan

Risiko Bisnis adalah tingkat risiko yang inheren di dalam operasi perusahaan jika
perusahaan tidak mempergunakan utang. Perusahaan akan memiliki risiko bisnis yang
kecil jika permintaan akan produk yang dihasilkannya stabil, jika harga-harga input dan
produknya tetap relatif konstan, jika perusahaan dapat menyesuaikan harga-harganya
dengan bebas jika terjadi peningkatan biaya, dan jika sebagian besar biayanya adalah
biaya variabel sehingga akan turun jika penjualan menurun. Hal-hal yang lain diangap
sama, semakin rendah risiko bisnis sebuah perusahaan, maka semakin tinggi rasio utang
optimalnya.
Risiko bisnis tergantung pada sejumlah faktor, yaitu :

1. Variabilitas permintaan,

2. Variabilitas harga jual,


3. Variabilitas biaya input,

4. Kemampuan untuk menyesuaikan harga output untuk perubahan-perubahan pada biaya input,

5. Kemampuan untuk mengembangkan produk-produk baru pada waktu yang tepat dan efektif
dalam hal biaya, eksposur risiko asing,

6. Komposisi biaya tetap: leverage operasi (leverage operasi adalah tingkat sampai sejauh mana
biaya-biaya tetap digunakan di dalam operasi sebuah perusahaan

Berikut ini adalah teori-teori struktur modal, yaitu:

Teori Pendekatan Tradisional

Pendekatan Tradisional berpendapat akan adanya struktur modal yang optimal. Artinya
Struktur Modal mempunyai pengaruh terhadap Nilai Perusahaan, dimana Struktur
Modal dapat berubah-ubah agar bisa diperoleh nilai perusahaan yang optimal.

Teori Pendekatan Modigliani dan Miller

Dalam teori ini berpendapat bahwa Struktur Modal tidak mempengaruhi Perusahaan.
Dalam hal ini telah dimasukkan faktor pajak. Sehingga nilai Perusahaan dengan hutang
lebih tinggi dibandingkan dengan nilai perusahan tanpa hutang, Kenaikan tersebut
dikarenakan adanya penghematan pajak.

Teori Pecking Order

Teori Pecking Order menjelaskan mengapa perusahaan yang mempunyai tingkat


keuntungan yang lebih tinggi justru mempunyai tingkat hutang yang lebih kecil.

Secara spesifik, perusahaan mempunyai urutan-urutan prefensi dalam penggunaan dana.


Skenario urutan dalam Teori Pecking Order adalah sebagai berikut :

 Perusahaan memilih pandangan internal. Dana internal tersebut diperoleh dari laba
(keuntungan) yang dihasilkan dari kegiatan perusahaan.

 Perusahaan menhitung target rasio pembayaran didasarkan pada perkiraan kesempatan


investasi.
 Karena kebijakan deviden yang konstan, digabung dengan fluktuasi keuntungan dan
kesempatan investasi yang tidak bisa diprediksi, akan menyebabkan aliran kas yang diterima
oleh perusahaan akan lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran investasi pada saat saat
tertentu dan akan lebih kecil pada saat yang lain.

 Jika padangan eksternal diperlukan, perusahaan akan mengeluarkansurat berharga yang


paling aman terlebih dulu. Perusahaan akan memulai dengan hutang, kemudian
dengan surat berharga campuran seperti obligasi konvertibel, dan kemudian barangkali saham
sebagai pilihan terakhir.

Financial Distress Dan Agency Costs

Financial distress adalah kondisi dimana perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan
terancam bangkrut. Jika perusahaan mengalami kebangkrutan, maka akan timbul biaya
kebangkrutan yang disebabkan oleh: keterpaksaan menjual aktiva dibawah harga pasar,
biaya likuidasi perusahaan, rusaknya aktiva tetap dimakan waktu sebelum terjual, dan
sebagainya.

Agency costs atau biaya keagenan adalah biaya yang timbul karena perusahaan
menggunakan hutang dan melibatkan hubungan antara pemilik perusahaan (pemegang
saham) dan kreditor. Biaya keagenan ini muncul dari problem keagenan. Jika perusahaan
menggunakan utang, ada kemungkinan pemilik perusahaan melakukan tindakan yang
merugikan kreditor.

Model trade off

Menurut trade-off theory yang diungkapkan oleh Myers (2001:81), “Perusahaan akan
berhutang sampai pada tingkat utang tertentu, dimana penghematan pajak (tax shields)
dari tambahan hutang sama dengan biaya kesulitan keuangan (financial distress)”.Biaya
kesulitan keuangan (financial distress) adalah biaya kebangkrutan (bankruptcy costs)
atau reorganization, dan biaya keagenan (agency costs) yang meningkat akibat dari
turunnya kredibilitas suatu perusahaan.Trade-off theory dalam menentukan struktur
modal yang optimal memasukkan beberapa faktor antara lain pajak, biaya keagenan
(agency costs) dan biaya kesulitan keuangan (financial distress) tetapi tetap
mempertahankan asumsi efisiensi pasar dan symmetric information sebagai imbangan dan
manfaat penggunaan utang.

Anda mungkin juga menyukai