Anda di halaman 1dari 65

RESUME

PERMODALAN KOPERASI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Individu Dari Mata Kuliah Permodalan Koperasi

DISUSUN OLEH :

NAMA : HARIS KURNIAWAN


NIM : 09.01.02.1372
KELAS : C (PENKOP)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SAMAWA
SUMBAWA BESAR
TAHUN AKADEMIK 2009/2010

1
BAB I
SUMBER MODAL KOPERASI

A. Permodalan dan Modal Dalam Koperasi

Sebagai badan usaha Koperasi sama dengan bentuk badan usaha lainnya, yaitu
sama-sama berorientasi laba dan membutuhkan modal. Koperasi sebagai wadah
demokrasi ekonomi dan sosial harus menjalankan usahanya. Oleh karena itu kehadiran
modal dalam Koperasi ibarat pembuluh darah yang mensuplai darah (modal) bagi
kegiatan-kegiatan lainnya dalam Koperasi.

Dalam memulai suatu usaha, modal merupakan salah satu faktor penting
disamping faktor lainnya, sehingga suatu usaha bisa tidak berjalan apabila tidak
tersedia modal. Artinya, bahwa suatu usaha tidak akan pernah ada atau tidak dapat
berjalan tanpa adanya modal. Hal ini menggambarkan bahwa modal lah yang menjadi
faktor utama dan penentu dari suatu kegiatan usaha. Karenanya setiap orang yang akan
melalukan kegiatan usaha, maka langkah utama yang dilakukannya adalah memikirkan
dan mencari modal untuk usahanya. Kedudukan modal dalam suatu usaha dikatakan
oleh Suryadi Prawirosentono (2002: 117) sebagai berikut:

Modal adalah salah satu faktor penting diantara berbagai faktor produksi yang
diperlukan. Bahkan modal merupakan faktor produksi penting untuk pengadaan faktor
produksi seperti tanah, bahan baku, dan mesin. Tanpa modal tidak mungkin dapat
membeli tanah, mesin, tenaga kerja dan teknologi lain. Pengertian modal adalah “suatu
aktiva dengan umur lebih dari satu tahun yang tidak diperdagangkan dalam kegiatan
bisnis sehari-hari”.

Modal merupakan kekayaan yang dimiliki perusahaan yang dapat menghasilkan


keuntungan pada waktu yang akan datang dan dinyatakan dalam nilai uang. Modal
dalam bentuk uang pada suatu usaha mengalami perubahan bentuk sesuai dengan
kebutuhan untuk mencapai tujuan usaha, yakni :

• Sebagian dibelikan tanah dan bangunan


• Sebagian dibelikan persediaan bahan
• Sebagian dibelikan mesin dan peralatan
• Sebagian lagi disimpan dalam bentuk uang tunai (cash)

2
Selain sebagai bagian terpenting di dalam proses produksi, modal juga merupakan
faktor utama dan mempunyai kedudukan yang sangat tinggi di dalam pengembangan
perusahaan. Hal ini dicapai melalui peningkatan jumlah produksi yang menghasilkan
keuntungan atau laba bagi pengusaha.

Modal pada umumnya hanya dipandang dari sudut “uang” atau modal finansial,
namun ada pula yang melihat semangat atau tekad seseorang juga merupakan “modal”
yaitu modal nonfinansial. Akan tetapi, jarang ditemukan orang berani membuka dan
menjalankan suatu usaha hanya dengan modal “nekad” dan “semangat”. Apalah artinya
suatu semangat dan kenekadan tanpa disertai dengan modal berupa uang atau alat-alat.
Namun, Anda pasti juga pernah mendengar ada orang yang sukses usaha tanpa
memiliki modal finansial, yang dimilikinya hanya modal semangat atau modal nekad,
bukan ? Keadaan demikian tidak mustahil, dan bisa saja terjadi. Coba Anda cari tahu,
mengapa hal itu bisa terjadi dengan mempelajari profil orang-orang sukses dalam
berusaha. Pentingnya faktor modal bagi suatu usaha, digambarkan oleh Bambang
Riyanto (1985: 61) sebagai berikut:

“Modal kerja sangat berpengaruh terhadap berjalannya operasi suatu perusahaan


sehingga modal kerja harus senantiasa tersedia dan terus menerus diperlukan bagi
kelancaran usaha, dengan modal yang cukup akan dapat diproduksi optimal dan apabila
dilakukan penambahan modal maka produksi akan meningkat lebih besar lagi”.

Dengan tersedianya modal maka usaha akan berjalan lancar sehingga akan
mengembangkan modal itu sendiri melalui suatu proses kegiatan usaha. Modal yang
digunakan dapat merupakan modal sendiri seluruhnya atau merupakan kombinasi
antara modal sendiri dengan modal pinjaman. Kumpulan berbagai sumber modal akan
membentuk suatu kekuatan modal yang ditanamkan guna menjalankan usaha. Modal
yang dimiliki tersebut jika dikelola secara optimal maka akan meningkatkan volume
penjualan.

Volume penjualan yang meningkat pada umumnya akan disertai dengan


peningkatan produksi yang dalam jangka panjang diikuti pula oleh perkembangan
usaha tersebut, begitu seterusnya. Hal ini menggambarkan kedudukan modal dalam
suatu usaha atau perusahaan memegang peranan penting, yang akan mempengaruhi
perkembangan perusahaan selanjutnya malalui laba yang diperoleh perusahaan.

3
Modal dapat dibedakan atas pengertian sempit dan yang luas. Dalam arti sempit,
modal sering diartikan sebagai uang atau sejumlah dana untuk membiayai suatu usaha
atau kegiatan. Dalam arti luas, modal diartikan sebagai segala sesuatu (benda modal:
uang, alat, benda-benda, jasa) yang dapat digunakan untuk menghasilkan lebih lanjut.
Dilihat dari segi fungsinya modal dapat dibedakan atas modal individu dan modal
sosial. Modal individu adalah tiap-tiap benda yang memberikan pendapatan bagi
pemiliknya. Modal sosial adalah setiap produk yang digunakan untuk produksi
selanjutnya.

Dengan modal maka produksi dapat berjalan dan produktivitas menjadi tinggi.
Oleh karena itu sebagai badan usaha yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan,
Koperasi membutuhkan modal baik dalam arti uang/dana maupun benda-benda modal.
Dengan demikian modal sebagai salah satu faktor produksi merupakan faktor yang
akan mempengaruhi Koperasi dalam mencapai tujuannya. Karena itulah walaupun
Koperasi dipandang bukan sebagai perkumpulan modal, namun Koperasi tidak dapat
lepas dari masalah modal. Untuk itu diperlukan suatu kemampuan dalam pengelolaan
modal, agar modal yang telah didapat dan dimiliki menjadi alat untuk dapat
mensejahterakan anggotanya.

Dengan demikian modal dalam Koperasi pada hakekatnya tidak berbeda dengan
pengertian modal secara umum, yaitu sebagai faktor produksi. Namun demikian, modal
dalam Koperasi memiliki sumber, sifat dan kedudukan yang khas dibandingkan dengan
modal dalam badan usaha lainnya. Untuk mencapai tujuan manajemen keuangan, maka
Koperasi harus berkerja berdasarkan prinsip ekonomi yang rasional, yaitu efektif
efisien dan produktif serta berpegang pada prinsip-prinsip Koperasi dan ciri khasnya
(self help). Hal inilah yang dinamakan dengan memanage modal. Berbicara masalah
bagaimana memanage modal berarti berbicara mengenai permodalan.

Fungsi permodalan berkembang dari masa ke masa, yang semula orientasinya


hanya pada ”bagaimana cara mendapatkan modal” kemudian berkembang menjadi
”bagaimana cara menggunakan/mengalokasikan modal”. Akhirnya kemudian
berkembang dengan fokus ”bagaimana mendapatkan modal dengan cara yang paling
menguntungkan sekaligus bagaimana menggunakan modal tersebut secara efektif dan
efisien.” Inilah yang dimaksud dengan pengertian permodalan secara luas. Dengan
demikian ada dua pokok masalah dalam permodalan, yaitu:

4
a. mendapatkan modal; dan
b. menggunakan modal.

Masalah permodalan dalam Koperasi menjadi bagian dari tugas pengurus.


Pengurus memikul tugas bagaimana dapat menjalankan Koperasi dengan cara
memperoleh dana yang tidak merugikan Koperasi, dan menggunakannya seefektif dan
seefisien mungkin. Hal ini merupakan wujud dari tujuan manajemen keuangan
Koperasi. Tujuan tersebut adalah memaksimisasi laba (SHU) yang pada akhirnya dapat
memaksimisasi kesejahteraan anggota.

Berbicara mengenai permodalan dalam Koperasi, maka dapat dibedakan atas:

1) Permodalan dari luar Koperasi


2) permodalan dari dalam Koperasi.

B. Perencanaan Kebutuhan Modal

Semakin berkembangnya kegiatan usaha koperasi dewasa ini dan semakin


besarnya dana yang digunakan untuk membiayai kegiatan usaha koperasi, baik yang
berasal dari dana intern (modal sendiri) maupun modal ekstern (modal luar/pinjaman),
maka semakin berat pula tanggung jawab manajemennya. Pengendalian penggunaan
dana dan pengawasannya akan berjalan baik apabila koperasi telah menerapkan sistem
perencanaan anggaran yang sesuai dan memadai.

Pimpinan koperasi yang balk, selain secara teratur meneliti kemajuan koperasi,
juga harus membuat rencana kegiatan usaha untuk masa mendatang. Rencana kegiatan
yang berkaitan dengan penerimaan dan pengeluaran koperasi dikenal sebagal Rencana
Anggaran Pendapatan dan Belanja Koperasi (RAPBK). Di dalam penganggaran dikenal
dua macam penyusunan anggaran yang keduanya dapat dipraktikkan secara baik pada
koperasi. Kedua macam anggaran itu adalah Anggaran Belanja Koperasi danAnggaran
Keuangan (cash budget).

1. Anggaran Belanja Koperasi (ABK)

ABK adalah suatu perencanaan dalam bentuk uang (rupiah) atas kegiatan-
kegiatan yang akan dilaksanakan pada waktu yang akan datang dan digambarkan
dalam bentuk angka untuk suatu periode tertentu (biasa satu tahun) Perencanaan
tersebut meliputi perkiraan jumlah penjualan, jumlah biaya, jumlah pendapatan,dan

5
jumlah keuntungan yang diharapkan Perhitungan-perhitungan harus didukung
dengan data yang jelas sehingga dapat digunakan sewaktu dibutuhkan Perencanaan
keuangan koperasi harus didasarkan pada kondisi nyata koperasi tersebut dengan
memerhatikan keadaan koperasi pada masa laIu sebagai data pendukung.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun Anggaran


Pendapatan dan Belanja Koperasi yaitu sebagai berikut

1. Memperhitungkan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan di masa


mendatang secara terperinci, balk jumlah unitnya maupun biayanya.
2. Memperhitungkan biaya tetap dan biaya variabel yang diperlukan untuk
setiap kegiatan.
3. Memperhitungkan pendapatan yang diperoleh dan penjualan serta
keuntungan yang diharapkan.
4. Mengadakan penilalan kembali terhadap rencana yang telah dibuat dengan
membandingkan dengan realisasinya, sehingga diperoleh gambaran tentang
kewajaran dan anggaran dimaksud. Data tersebut sangat penting untuk menilai
seberapa jauh keserasian atau penyimpangan antara anggaran dan realisasinya.
Hal mana berguna dalam penyusunan anggaran periode berikutnya.

2. Anggaran Keuangan (Cash budget)

Anggaran pendapatan koperasi jika dilihat dan keluar masuknya uang kas bisa
disebut anggaran keuangan (cash budget). Pada anggaran keuangan ini diperkirakan
keluar masuknya uang pada waktu-waktu tertentu di masa yang akan datang.
Perhitungan inidiperlukan untuk uang tunai yang harus ada di dalam kas dan bank
dalam suatu waktu. Dalam anggaran keuangan ini pengeluaran yang sifatnya tidak
tunai, seperti penyusutan amortisasi, tidak dimasukkan ke dalam perkiraan
pengeluaran.

Ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dalam menggunakan


anggaran keuangan, yaitu:

1) dapat mementukan waktu yang tepat kapan harus melakukan


penambahan modal dengan meminjam dari luar,
2) dapat menggunakan uang tunai sekaligus
mempertanggungjawabkannya,

6
3) dapat memberikan gambaran waktu yang paling tepat untuk meminjam
guna memenuhi kebutuhan modal kerja jangka pendek,
4) dapat mengatur kemampuan bayar kepada pihak ketiga, agar tiap
pembayaran tidak menggoncangkan likuiditas koperasi,
5) dapat mengendalikan kegiatan-kegiatan agar disesuaikan dengan
kemampuan likuiditas koperasi.

C. Sumber Permodalan

Koperasi mempunyai prinsip member based oriented activity, bukan capital


based oriented activity, sehingga pembentukan modal sendiri (equity) tergantung pada
besarnya simpanan-simpanan para anggotanya dan jumlah anggota koperasi tersebut.
Apabila bentuknya koperasi primer, maka pada awalnya modal yang terbentuk sangat
terbatas jumlahnya. Dalam perkembangannya, bila usaha koperasi tersebut berhasil,
maka modal terpupuk dan cadangan-cadangan SHU tiap tahunnya. Berbeda dengan
perusahaan umumnya, modal koperasi tidak dibentuk dan penyertaaan modal dan luar
atau dan bukan anggota, maka tumbuhnya sangat lambat. Hal ini disebabkan karena:
pertama, penyertaan modal anggota dalam koperasi bukan merupakan “sumber” bagi
pembagian keuntungan, seperti halnya pada perseroan terbatas (PT), kondisi demikian
tidak memberi manfaat bagi calon investor yang ingin menanam modalnya; kedua,
sesuai prinsip lainnya dan koperasi di mana para anggota terbatas bebas untuk keluar
masuk organisasi tersebut, maka mundurnya anggota dan koperasi akan menjadikan
modal koperasi berkurang, setidaknya akan terjadi ketidakstabilan (instability) dalam
permodalan sendiri.

Menurut UU No. 25/1992 modal koperasi terdiri atas:

1. Modal Sendiri, adalah modal yang menanggung risiko atau disebut equity yang
berasal dari simpanan-simpanan berikut:

a) Simpanan pokok, yaitu sejumlah uang yang sama banyaknya


dengan yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada saat masuk
menjadi anggota. Simpanan pokok tidak dapat diambil kembali selama yang
bersangkutan masih menjadi anggota.
b) Simpanan wajib, yaitu jumlah simpanan tertentu yang tidak
harus sama yang wajib dibayar oleh anggota kepada koperasi dalam waktu dan

7
kesempatan tertentu. Simpanan wajib tidak dapat diambil kembali selama yang
bersangkutan masih menjadi anggota.
c) Dana cadangan,yaitu sejumlah uang yang diperoleh dan
penyisihan sisa hasil usaha, yang dimaksudkan untuk menutup modal sendiri
dan untuk menutup kerugian koperasi bila diperlukan.

2. Modal Pinjaman, adalah modal yang berasal dan para anggota sendiri atau dan
koperasi lain atau dan lembaga-lembaga keuangan/bank. Selain hal tersebut maka
dapat diperoleh modal dengan cara penerbitan obligasi dan surat utang lamnnya
sesuai perundangan yang berlaku.

3. Modal Penyertaan,yaitu modal yang bersumber dan pemerintah atau dan


masyarakat dalam bentuk investasi. Dalam hubungan ini diatur bahwa para pemilik
modal penyertaan tidak mempunyai kekuasaan dalam rapat anggota dan dalam
menentukan kebijakan koperasi secara keseluruhan, tetapi pemilik modal tersebut
dapat diikutkan dalam pengelolaan dan pengawasan usaha investasi sesuai
perjanjian.

Kebutuhan dana dari pinjaman bank atau biasa disebut kreditor bank, bisa
ditempuh bila telah ada kepercayaan dan pihak bank terhadap si peminjam, dalam hal
ini koperasi. Untuk menimbulkan kepercayaan pada bank, maka beberapa persyaratan
harus dipenuhi pihak koperasi sebagaimana diutarakan dalam bab-bab yang lalu. Perlu
disusun rencana kerja dan budget cukup lama, diperlukan neraca dan SHU beberapa
tahun berturut-turut yang bisa dinilai sebagai kemajuan-kemajuan usaha koperasi
tersebut.

Kredit yang berasal dan bank, himpunan anggota, dan masyarakat harus dikelola
secara baik dan terpercaya, maka pemberian kredit kepada pihak yang memerlukan
harus pula memenuhi beberapa kriteria yang lazim digunakan dunia perbankan,yaitu:
4P (Personality, Purpose, Prospect, dan Payment).

- Personality: Bank mencari data tentang kepribadian pihak pimpinan koperasi/


wirausaha koperasi untuk dinilai apakah bisa diberi kepercayaan mengurus koperasi
dan tidak akan menyimpang penggunaan dana tersebut.

- Purpose: Bank memperdalam pengetahuan tentang tujuan penggunaan kredit


tersebut dan untuk jenis usaha apa, serta sesuai apa tidak dengan tugas bank sendiri
dalam pemberian kredit.
8
- Prospect: Dengan mempelajani laporan koperasi masa lalu dan memprediksi masa
depan bank ingin meneliti apakah koperasi bisa berkembang dengan menggunakan
kredit tersebut, terutama menghadapi persaingan pasar.

- Payment: Dan perhitungan-perhitungan realisasi masa lalu serta budget masa


mendatang serta kepercayaan terhadap management koperasi, bank ingin
mempunyai gambaran apakah koperasi nanti mampu mengangsur kembali utangnya
sesuai dengan waktu yang dijadwalkan.

Selain formula 4P ada pula yang biasa digunakan dunia bank dalam menilai calon
peminjam, yaitu: 5C yang terdiri atas character, capacity, capital, collateral dan
condition. Character = pendataan pnibadi wirausahawan; capacity = kemampuan
koperasi untuk mengatasi pensaingan dalam bisnisnya; capital = besarnya modal yang
dimiliki dan yang akan diperlukan serta bagaimana menempatkan dana dalam
mengembangkan koperasi; bagaimana perkembangan modal kerja dan antisipasinya
untuk mengembalikan pinjaman; collateral = apa jaminan fisik dan nonfisik atas
pinjaman tersebut, cukupkah jaminan tersebut terhadap jumlah yang akan dipinjam;
condition = kondisi perekonomian atau aspek lain yang bisa mempengaruhi usaha
kopenasi yang dipenhitungkan, agar koperasi dapat memanfaatkan pinjaman dengan
baik.

Dengan adanya penelitian dan evaluasi ketat yang dilakukan dana perbankan
terhadap calon-calon peminjam uang/dana, maka koperasi wajib berusaha untuk
memenuhi persyanatan-persyaratan tersebut dan selalu mengadakan pendekatan dengan
pihak bank bersangkutan.

D. Pendapatan Koperasi

Dalam kedudukannya sebagai pemilik, anggota koperasi memberikan konstribusi


modal kepada koperasi, yang sistemnya diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga Koperasi. Sedangkan dalam kedudukannya sebagai pengguna jasa
koperasi maka anggota koperasi memanfaatkan pelayanan-pelayanan koperasi yang
diselenggarakan untuk mereka,. Sebagai objek analisis maka jasa pelayanan koperasi
adalah memasarkan/menjualkan produk-produk yang dihasilkan oleh para anggota ke
pasar konsumen. Dengan harga jual koperasi ke konsumen sebesar Rp 3000,00 koperasi
membayar kepada anggota produsen sebesar Rp 2000,00 berarti ada selisih harga Rp
1000,00. Uang sebesar Rp 1000.00 tersebut diperoleh koperasi dengan cara

9
mengurangkan harga penjualan barang terhadap harga tebusnya kepada anggota,
dipergunakan oleh koperasi untuk memenuhi segala kebutuhan biaya dalam rangka
menjalankan tugas-tugas yang dibebankan oleh anggota kepadanya.

Menurut pasal 15 ayat (I) uang sebesar Rp 1000,00 dan setiap unit barang yang
diterima koperasi dan anggota tersebut, dibukukan oleh koperasi sebagai pendapatan
koperasi.

Dengan demikian pengertian pendapatan dalam koperasi (menurut pasal 45 ayat I


UU No.25/1992) adalah Rp 3000,00 (harga jual ke pasar untuk kasus koperasi
pemasaran) dikurangi dengan Rp 2000,00 (harga tebus koperasi kepada anggota).
Sedangkan pendapatan dalam nonkoperasi adalah Rp 3000,00 (sama dengan harga
jualnya) sebagaimana diterangkan di muka, karena makna pendapatan dalam koperasi
dan pendapatan dalam nonkoperasi berbeda, maka konsekuensinya tentu akan
melahirkan perbedaan pula dalam pengertian antara laba dan sisa hasil usaha (SHU).

E. Sistem Keuangan Koperasi

Sistem keuangan koperasi adalah anggota sebagai subsistem input berperan


sebagai sumber permodalan dan sebagai pengguna modal yang dihimpun oleh koperasi
dari modal sendiri dan modal luar yang bersumber dari Bank, Pemerintah dan pihak
lain. Modal yang dihimpun dikelola oleh Organisasi yang terdiri dari pengurus,
manajer, karyawan. Pengurus atau Manajer sebagai pelaku, memberikan pinjaman
kepada anggota. Dari proses simpan pinjam ini terbentuk sisa hasil usaha dan kepuasan
anggota. Kepuasan anggota adalah terlayaninya kebutuhan jasa keuangan bagi anggota
dan pada akhirnya terjadi peiningkatan pendapatan.

Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Koperasi berhasil


secara nyata meningkatkan jumlah anggota, meningkatkan simpanan, penyaluran
kredit, Sisa Hasil usaha dan Aset. Keberhasilan itu dicapai dengan penerapan nilai-nilai
koperasi. Dalam pelaksanaan didasari oleh saling percaya, kebersamaan untuk
mencapai tujuan. Semua kegiatan simpan pinjam dimulai, dilaksanakan dan dikontrol
melalui proses pendidikan yang terencana dan sistematis. Nilai-nilai itulah yang perlu
diadopsi dalam menjalankan usaha simpan pinjam atau unit simpan pinjam.Dilihat
pokok-pokok penting pada masing-masing subsistem dari sistem keuangan koperasi
dan dijelaskan sebagai berikut:

10
1. Anggota Simpan Pinjam

Anggota dalam koperasi simpan pinjam adalah sebagai sumber permodalan


sendiri dan sebagai peminjam. Oleh sebab itu kedudukan anggota sangat penting
karena berada dalam semua subsistem keuangan mulai dari subsistem input, proses
dan subsistem output. Masing-masing koperasi membuat persyaratan menjadi
anggota sesuai dengan anggaran dasar pada koperasi yang bersangkutan
.Keanggotaan dalam koperasi terdiri dari anggota tetap calon anggota dan anggota
luar biasa. Untuk menjadi anggota tetap simpan pinjam,calon anggota dan anggota
luar biasa ada persyaratan yang umum dipenuhi. Persyaratan ini salah satu cara
untuk mengikat anggota dalam organisasi dan pengamanan pinjaman. Pengamatan
dilapangan menunjukkan bahwa pada umumnya keanggotaan koperasi simpan
pinjam sangat heterogen, secara adminstratif identitas dapat tercatat namun karena
tingkat heteronitas nya cukup tinggi, sulit membina anggota mencapai tujuan
organisasi dan tujuan simpan pinjam .Keadaan ini merupakan tantangan bagi
koperasi KSP, SP-KUD dan SP- Kopta. Kunci keberhasilan Koperasi Kredit dalam
membangun anggota yaitu mempersatukan anggota dalam lingkup pekerjaan,
tempat tinggal dan perkumpulan. Oleh sebab itu KSP, USP KUD dan Kopta perlu
mengadakan identifikasi terhadap anggotanya sesuai dengan pekerjaan, tempat
tinggal dan perkumpulan. Dalam kesatuan kepentingan tersebut anggota diberikan
pendidikan atas hak, kewajiban dan tujuan menabung dan meminjam. Melalui
metode ini interaksi antar anggota akan terjadi secara alamiah dan dalam proses
pembelajaran itu, setiakawan solidaritas akan terbangun.

2. Modal Simpan Pinjam

Sumber permodalan koperasi berasal dari modal sendiri dan modal luar."
Untuk mengembangkan permodalan koperasi dapat menghimpun dana dari modal
penyertaan. Modal sendiri berasal dari anggota meliputi simpanan pokok, wajib dan
simpanan sukarela. Modal penyertaan bersumber:

1) Koperasi dan anggota lainnya,


2) Bank dan lembaga keuangan,
3) penerbitan obligasi dan
4) Surat hutang .

11
3. Modal Sendiri

Modal sendiri bersumber dari simpanan Simpanan Pokok, Simpanan Wajib


dan Simpanan Sukarela. Simpanan dalam koperasi merupakan kewajiban yang
harus dilaksanakan oleh setiap anggota jika ia masuk menjadi anggota koperasi.
Simpanan merupakan modal awal bagi koperasi. Simpanan pokok dibayar satu kali
pada saat mendaftar menjadi anggota koperasi, simpanan wajib dibayar setiap
bulan, mengenai jumlah tergantung kesepakatan antara anggota dengan pengurus
pada saat rapat anggota tahunan dimulai (RAT) dan simpanan sukarela dibayar
sesuai dengan keinginan dan kesadaran masing-masing anggota. Simpanan pokok
akan tetap tercatat dan ada dalam koperasi. Simpanan ini tidak dapat diambil
kecuali keluar dari keanggotaan. Simpanan pokok akan menjadi besar, karena
bertambahnya jumlah anggota koperasi sedangkan simpanan wajib dan simpanan
sukarela sangat tergantung kepada kesadaran anggota. Menurut beberapa penelitian,
pertumbuhan simpanan pada KSP dan USP relatif kecil setiap tahun jika dibanding
dengan pertumbuhan simpanan pada Kredit Koperasi baik Kopdit ditingkat primer
maupun tingkat sekunder. Mengapa demikian fakta dilapangan menunjukkan bahwa
partisipasi anggota Kopdit lebih tinggi dibanding dengan partisipasi anggota KSP
dan USP. Karena pada Kopdit keanggotaan tersebut mempunyai common bond
yang kuat atau rasa kebersamaan yang tinggi untuk mengembangkan diri secara
mandiri. Dalam Koperasi Simpan Pinjam, karena keanggotaannya sangat heterogen
sulit untuk memiliki rasa kebersamaan. Oleh sebab itu mendidik anggota agar
memiliki solidaritas, kesetiakawanan sesuai dengan prinsip-prinsip koperasi itu
perlu dibangun, sebab kesatuan dan persatuan dalam koperasi berakumulasi pada
pengembangan modal dan usaha.

Faktor lain penyebab lambatnya perkembangan modal yang berasal dari


anggota (modal sendiri) adalah :

1) Kondisi sebagianbesar anggota koperasi yang relatif sederhana.mereka hampir tidak


memiliki surplus pendapatan untuk ditabung,
2) Kurangnya budaya menabung pada sebagian besar anggota, mereka lebih suka
meminjam dari pada menyimpan dan’
3) Sebagian besar anggota koperasi lebih memilih menyimpan dananya di tempat lain
karena jelas pengembalian yang akan diterimanya.

Dalam koperasi Kredit tantangan ini dapat diatasi dengan beberapa cara :

12
1. Mengikat anggota dalam suatu ikatan pemersatu. Artinya,
anggota diikat, dipersatukan oleh adanya kepentingan dan kebutuhan yang
dirasakan bersama didalam satu lingkungan :kerja (ocupational common bond),
tinggal (teritorial common bond) dan lingkungan perkumpulan (asociational
common bond).
2. Membimbing dan mengembangkan sikap menghemat
diantara para anggotanya hingga efisien dan efektif dan usaha tercapai.
Menghemat itu penting karena dengan menghemat orang bisa menabung dengan
cara mendidik anggota tentang perencanaan keuangan yang baik, cara
menyimpan uang secara praktis agar berhasil bagi anggota.

4. Modal Luar

Sesuai dengan peraturan pemerintah No 9 Tahun1995, Modal luar koperasi


simpan pinjam bersumber dari:

1) Anggota,
2) Koperasi lain dan anggotanya,
3) Bank dan lembaga keuangan lain,
4) penerbitan obligasi dan surat hutang dan
5) Sumber lain yang sah.

Praktek dilapangan menunjukkan bahwa untuk pengembangan modal,


koperasi simpan pinjam dan koperasi kredit memperoleh pinjaman dari bank dan
pinjaman dari pihak-pihak tertentu. Saat ini untuk membantu perkuatan permodalan
KSP maupun USP KOP didaerah sentra produksi, Pemerintah menyediakan dana
padanan (MAP). Sumber lain yang memungkinkan untuk pengembangan modal
Koperasi diusulkan agar kredit-kredit program yang disediakan pemerintah seperti
program KUT, KKP dan kredit program lainnya hendaknya dapat disalurkan
melalui KSP dan USP-KUD, khususnya SP-Kopta. Jika dana ini diperkenankan
disalurkan melalui SP-Kopta tentunya perlu dipersiapkan perangkat organisasi SP-
Kopta, seperti SDM dan fasilitas pendukung.

13
BAB II
PERENCANAAN KEBUTUHAN MODAL KOPERASI

A. Pengertian Perencanaan Modal


Dengan tersedianya modal maka usaha akan berjalan lancar sehingga akan
mengembangkan modal itu sendiri melalui suatu proses kegiatan usaha. Modal yang
digunakan dapat merupakan modal sendiri seluruhnya atau merupakan kombinasi
antara modal sendiri dengan modal pinjaman. Kumpulan berbagai sumber modal akan
membentuk suatu kekuatan modal yang ditanamkan guna menjalankan usaha. Modal
yang dimiliki tersebut jika dikelola secara optimal maka akan meningkatkan volume
modal dalam pengembangan suatu usaha.
Dengan demikian modal dalam Koperasi pada hakekatnya tidak berbeda dengan
pengertian modal secara umum, yaitu sebagai faktor produksi. Namun demikian, modal
dalam Koperasi memiliki sumber, sifat dan kedudukan yang khas dibandingkan dengan
modal dalam badan usaha lainnya. Untuk mencapai tujuan manajemen keuangan, maka
Koperasi harus berkerja berdasarkan prinsip ekonomi yang rasional, yaitu efektif
efisien dan produktif serta berpegang pada prinsip-prinsip Koperasi dan ciri khasnya.
Hal inilah yang dinamakan dengan memanage modal. Berbicara masalah bagaimana
memanage modal berarti berbicara mengenai permodalan.
Fungsi permodalan berkembang dari masa ke masa, yang semula orientasinya
hanya pada ”bagaimana cara mendapatkan modal” kemudian berkembang menjadi
”bagaimana cara menggunakan/mengalokasikan modal”. Akhirnya kemudian
berkembang dengan fokus ”bagaimana mendapatkan modal dengan cara yang paling
menguntungkan sekaligus bagaimana menggunakan modal tersebut secara efektif dan
efisien.” Inilah yang dimaksud dengan pengertian permodalan secara luas. Dengan
demikian ada dua pokok masalah dalam permodalan, yaitu: 1) mendapatkan modal; dan
2) menggunakan modal.
Masalah permodalan dalam Koperasi menjadi bagian dari tugas pengurus.
Pengurus memikul tugas bagaimana dapat menjalankan Koperasi dengan cara
memperoleh dana yang tidak merugikan Koperasi, dan menggunakannya seefektif dan
seefisien mungkin. Hal ini merupakan wujud dari tujuan manajemen keuangan
Koperasi.

Di dalam penganggaran dikenal dua macam penyusunan anggaran yang


keduanya dapat dipraktikkan secara balk pada koperasi. Kedua macam anggaran itu
adalah Anggaran Belanja Koperasi danAnggaran Keuangan (cash budget).

14
Kedua macam anggaran itu adalah Anggaran Belanja Operasional Koperasi dan
Anggaran Keuangan (cash budget).

1. Anggaran Belanja Koperasi (ABK)


ABK adalah suatu perencanaan dalam bentuk uang (rupiah) atas kegiatan-kegiatan
yang akan dilaksanakan pada waktu yang akan datang dan digambarkan dalam
bentuk angka untuk suatu periode tertentu (biasanya satu tahun). Perencanaan
tersebut meliputi perkiraan jumlah penjualan, jumlah biaya, jumlah pendapatan, dan
jumlah keuntungan yang diharapkan. Perhiyungan-perhitungan harus didukung
dengan data yang jelas, sehingga dapat digunakan sewaktu dibutuhkan.
Perencanaan keuangan koperasi harus didasarkan pada kondisi nyata koperasi
tersebut dengan memperhatikan keadaan koperasi pada masa lalu sebagai data
pendukung. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun anggaran
pendapatan dan belanja koperasi yaitu sebagai berikut :
a. Memperhitungkan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan dimasa mendatang
secara terperinci, baik jumlah unitnya maupun biayanya.
b. Memperhitungkan biaya tetap dan biaya variabel yang diperlukan untuk
setiap kegiatan.
c. Memperhitungkan pendapatan yang diperoleh dari penjualan serta
keuntungan yang diharapkan.
d. Mengadakan penilaian kembali terhadap rencana yang telah dibuat dengan
membandingkan dengan realisasinya, sehingga diperoleh gambaran tentang
kewajaran dari anggaran yang dimaksud. Data tersebut sangat penting untuk
menilai seberapa jauh keserasian atau penyimpangan antara anggaran dan
realisasinya. Hal mana berguna dalam penyusunan anggaran periode berikutnya.
2. Anggaran Keuangan (Cash Budget)
Anggaran pendapatan koperasi jika dilihat dari keluar masuknya uang kas bisa
disebut anggaran keuangan (cash budget). Pada anggaran keuangan ini diperkirakan
keluar masuknya uang pada waktu-waktu tertentu dimasa yang akan datang.
Perhitungan ini diperlukan untuk uang tunai yang harus ada didalam kas dan bank
dalam suatu waktu. Dalam anggaran keuangan ini pengeluaran yang sifatnya tidak
tunai seperti penyusutan amortisasi tidak dimasukkan kedalam perkiraan
pengeluaran.
Ada beberapa keuntungan yang diperoleh dalam menggunakan anggaran keuangan,
yaitu:

15
a. Dapat menentukan waktu yang tepat kapan harus melakukan
penambahan modal dengan meminjam dari luar,
b. Dapat menggunakan uang tunai sekaligus
mempertanggungjawabkannya,
c. Dapat memberikan gambaran waktu yang paling tepat untuk
meminjam guna memenuhi kebutuhan modal kerja jangka pendek,
d. Dapat mengatur kemampuan bayar kepada pihak ketiga, agar tiap
pembayaran tidak menggoncangkan likuiditas koperasi,
e. Dapat mengendalikan kegiatan-kegiatan agar disesuaikan dengan
kemampuan likuiditas koperasi.

B. Sumber Permodalan

Koperasi mempunyai prinsip member based oriented activity, bukan capiatal


based oriented activity, sehingga pembentukan modal sendiri (equity) tergantung pada
besarnya simpanan-simpanan para anggotanya dan jumlah anggota koperasi tersebut.
Apabila bentuknya koperasi primer, maka pada awalnya modal yang terbentuk sangat
terbatas jumlahnya, dalam perkembangannya, bila usaha koperasi tersebut berhasil,
maka modal terpupuk dari cadangan-cadangan SHU tiap tahunnya. Berbeda dengan
perusahaan umumnya, modal koperasi tidak dibentuk penyertaan modal dari luar atau
dari bukan anggota, maka tumbuhnya sangan lambat. Hal ini disebabkan dua (2) hal.
Pertama, penyertaan modal dalam koperasi bukan merupakan “sumber” bagi
pembagian keuntungan seperti halnya pada perseroan terbatas (PT), kondisi demikian
tidak memberi manfaat bagi calon investor yang ingin menanam modalnya. Kedua,
sesuai dengan prinsip lainnya dari koperasi dimana para anggota terbatas bebas untuk
keluar masuk organisasi tersebut, maka mundurnya anggota dari koperasi akan
menjadikan modal dari koperasi berkurang, setidaknya akan terjadi ketidakstabilan
(instability) dalam permodalan sendiri.
Menurut UU No. 25/1992 modal koperasi terdiri dari hal-hal berikut ini :
1. Modal Sendiri, yaitu modal yang menanggung resiko atau
disebut equity. Modal ini diperoleh dari beberapa simpanan, yaitu sebagai berikut:
a. Simpanan Pokok, yaitu sejumlah uang yang sama
banyaknya dengan yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada
saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok tidak dapat diambil kembali
selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.

16
b. Simpanan Wajib, yaitu jumlah simpanan tertentu yang
tidak harus sama yang wajib dibayar oleh anggota kepada koperasi dalam waktu
dan kesempatan tertentu. Simpanan wajib tidak dapat diambil kembali selama
yang bersangkutan masih menjadi anggota.
c. Dana Cadangan, yaitu sejumlah uang yang diperoleh dari
penyisihan sisa hasil usaha, yang dimaksudkan untuk menutup modal sendiri
untuk menutup kerugian koperasi bila diperlukan.
2. Modal Pinjaman, yaitu modal yang berasal dari para anggota sendiri/dari koperasi
lain atau dari lembaga-lembaga keuangan/bank. Selain hal tersebut, maka dapat
diperoleh modal dengan cara penerbitan obligasi dan surat utang lainnya sesuai
dengan perundangan berlaku.
3. Modal Penyertaan, yaitu modal yang bersumber dari
pemerintah atau dari
masyarakat dalam bentuk investasi, terutama dalam hubungan ini diatur bahwa para
pemilik modal penyertaan tidak mempunyai kekuasaan dalam rapat anggota dan
dalam menentukan kebijakan koperasi secara keseluruhan, namun pemilik modal
tersebut dapat diikutkan dalam pengelolaan dan pengawasan usaha investasi sesuai
dengan perjanjian.
Kebutuhan dana dari pinjaman bank atau biasa disebut kreditur bank, bias
ditempuh bila telah ada kepercayaan dari pihak bank terhadap sipeminjam atau hal
ini koperasi. Untuk menumbuhkan kepercayaan pada bank, maka beberapa
persyaratan harus dipenuhi oleh pihak koperasi. Perlu disusun rencana kerja dan
budget cukup lama, diperlukan neraca dan SHU beberapa tahun berturut-turut yang
bisa dinilai sebagai kemajuan-kemajuan usaha koperasi tersebut. Kredit yang
berasal dari bank, himpunan anggota dan masyarakat harus dikelola secara baik dan
terpercaya, maka pemberian kredit kepada pihak yang memerlukan harus pula
memenuhi beberapa kriteria yang lazim digunakan dunia perbankan, yaitu4P
(personnality, purpose, prospect, dan payment).
a. Personnality: Bank mencari data tentang kepribadian pihak
pemimpin koperasi/wirausaha koperasi untuk dinilai apakah bisa diberi
kepercayaan mengurus koperasi dan tidak akan menyimpang penggunaan dana
tersebut.
b. Purpose: Bank memperdalam pengetahuna tentang tujuan
penggunaan kredit tersebut dan untuk jenis usaha apa, serta sesuai apa tidak
dengan tugas bank sendiri dalam pemberian kredit.

17
c. Prospect: Dengan mempelajari laporan koperasi masa lalu
dan memprediksi masa depan bank ingin meneliti apakah koperasi bisa
berkembang dengan menggunakan kredit tersebut terutama menghadapi
persaingan pasar.
d. Payment: dari perhitungan-perhitungan realisasi masa lalu
serta budget masa mendatang serta kepercayaan terhadap manajemen koperasi,
bank ingin mempunyai gambaran apakah koperasi nanti mampu mengangsur
kembali hutangnya sesuai waktu yang dijadwalkan.
C. Kebutuhan Modal Koperasi

Koperasi ataupun perusahaan pada umumnya memerlukan modal dalam jumlah


dan peristiwa tertentu sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan usahanya, yaitu (1)
pada waktu didirikan dan hendak memulai usaha koperasi memerlukan modal dalam
jumlah minimum tertentu, (2) pada waktu melakukan perluasan usaha memerlukan
tambahan modal, dan (3) pada waktu mengalami kesulitan yang hanya dapat diatasi
dengan menambah modal. Perusahaan pada umumnya memiliki mekanisme untuk
mengatasi permodalan dengan saham, yaitu ada ketentuan tentang minimu,m modal
saat didirikan dalam bentuk modal dasar, modal ditempatkan dan modal disetor.
Mekanisme penambahan modal dilakukan dengan mengeluarkan saham baru.

Mekanisme dan cara penghimpunan modal pada koperasi tidak sama dengan cara
penghimpunan modal pada perusahaan secara umum. Pada koperasi ketentuan yang
mengharuskan adanya minimum modal pada waktu didirikan tidak ada, kecuali untuk
KSP dan Unit Simpan Pinjam (USP). Adanya ketentuan seperti itu tidak
menggembirakan dan banyak ditentang oleh kalangan KSP dan USP, .karena dianggap
memberatkan. Kebiasaan penghimpunan simpanan berangsur secara berkala
menyulitkan mekanisme penambahan modal yang diperlukan pada waktu tertentu.
Simpanan pokok merupakan syarat keanggotaan yang dibayar waktu masuk menjadi
anggota, yang umumnya dalam jumlah kecil. Simpanan wajfb dibayar secara berkala,
bulanan atau musiman, memakan waktu lama untuk mencapai jumlah tertentu. Selain
itu juga disebabkan karena umumnya anggota koperasi tidak mempunyai kemampuan
untuk menyimpan dalam jumlah yang besar. Penambahan modal untuk keperluan
perluasan usaha sulit dilakukan. Salah satu contoh kesulitan koperasi untuk menambah
modal untuk menyelesaikan kesulitan yang hanya dapat dilakukan dengan penambahan
modal adalah Bank Bukopin ketika masih berstatus badan hukum koperasi. Beberapa
waktu yang lalu Bank Bukopin mengalami kesulitan dalam usahanya, dan bisa

18
bangkrut jika tidak ditambah modal. Anggota tidak mampu menambah modal, sedang
tambahan modal dari bukan anggota tidak dimungkinkan dalam bentuk simpanan.
Karena alternatif yang dipilih adalah Bank Bukopin harus tetap hidup, maka diubah
badan hukumnya menjadi perseroan terbatas (PT), yang memungkinkan pihak lain
dapat membeli saham. Prosentasi saham milik koperasi menjadi sangat kecil. Kini
kalangan koperasi tidak suka dengan perubahan badan hukum Bank Bukopin dan ingin
mengembalikan menjadi berstatus badan hukum koperasi, jika dimungkinkan.

D. Masuk-Keluarnya Anggota

Prinsip keanggotaan sukarela dan terbuka yang dianut koperasi sering diartikan
bahwa seseorang masuk atau keluar dari keanggotaan koperasi sesuka-sukanya.
Dikhawatirkan mempengaruhi modal koperasi, yang keluar mengambil simpanan yang
akan mengurangi modal, dan yang masuk (jika ada) membayar simpanan yang akan
menambah modal. Kesukarelaan diartikan bahwa seseorang menjadi anggota karena
mempunyai kepentingan ekonomi yang sarna dan bersedia memanfaatkan jasa koperasi
serta menerima tanggung jawab keanggotaan. Keterbukaan diartikan bahwa koperasi
terbuka bagi setiap orang sepanjang mempunyai kepentingan ekonomi yang sama tanpa
membedakan jenis kelamin, latar belakang sosial, ras, pofitik, dan agama. Keluarnya
anggota bersifat alamfah jika sudah tidak lagi mempunyai kepentingan ekonomi yang
sarna sehingga tidak memenuhi syarat keanggotaan, misalnya beralih pekerjaan atau
meninggal dunia. Stabilitas modal koperasi memang harus dipertimbangkan, misalnya
modal yang berkurang karena anggota yang keluar dapat diimbangi dengan simpanan
baru yang masuk.

Berbeda dengan perusahaan pada umumnya dimana saham tidak boleh diuangkan
kembali oleh pemiliknya, kecuali dijual kepada pihak lain. Pengalihan pemilikan saham
tidak akan mengurangi modal perusahaan, sejalan dengan ketentuan bahwa modal
perusahaan tidak boleh berkurang. Dalam UU PT terdapat pasal yang menyatakan
bahwa perusahaan dapat membeli kembali saham yang telah dikeluarkan, dengan
ketentuan harus dibayar dari laba bersih dan jumlahnya tidak boleh melebihi 10% dari
jumlah modal yang ditempatkan. Sedang pasal lain menyatakan bahwa pemegang
saham yang tidak menyetujui tindakan perseroan yang merugikan dapat meminta
perseroan untuk membeli sahamnya dengan harga yang wajar. Pembelian saham ini
terikat ketentuan diatas, dan jika melebihi maka perseroan wajib mengusahakan agar
sisa saham dibeli oleh pihak lain.

19
Gambaran diatas menunjukkan perlunya ketentuan tentang modal yang tidak
boleh berkurang untuk menjaga kelangsungan usaha koperasi dan kepercayaan pihak
lain. Pembayaran kembali simpanan anggota yang keluar perlu diatur agar tidak
mengurangi modal koperasi, dengan menganjurkan anggota lain untuk menambah
simpanan. Perlu dipertimbangkan untuk menggunakan sebagian SHU atau cadangan
jika perlu untuk mengganti simpanan anggota yang keluar. Jika modal koperasi
menggunakan istilah saham, maka saham anggota yang keluar dibeli oleh anggota yang
lain atau koperasi dengan batasan tertentu.

E. Pembagian Sisa Hasil Usaha

Pembagian SHU setiap tahun kepada anggota merupakan pengeluaran uang (cash
out) yang berpengaruh terhadap likuiditas modal tahun berikutnya. Koperasi
mempunyai kebiasaan membagi habis SHU setiap tahun. Anggota koperasi selalu
menghendaki pembagian SHU sebesar-besarnya atau seluruhnya, seperti juga kehendak
pemegang saham perusahaan pada umumnya. Koperasi tidak mempunyai kebiasaan
menyisihkan bagian SHU yang ditahan atau retained earning, untuk kepentingan
likuiditas keuangan tahun berikutnya. Jika likuiditas keuangan terganggu harus
diusahakan tambahan pinjaman dari bank dengan bunga tinggi yang menjadi beban
koperasi. SHU yang ditahan berbeda dengan pembagian SHU kepada anggota untuk
disimpan kembali.

Perusahaan pada umumnya menyisihkan sebagian laba dalam bentuk laba yang
ditahan, untuk kepentingan likuiditas tahun berikutnya dan juga untuk mengatur
stabilitas tingkat deviden yang dibagi secara wajar. Pada waktu diperoleh laba yang
cukup besar dalam tahun buku tertentu, sebagian laba disisihkan untuk laba yang
ditahan disamping tetap membagi deviden. Laba yang ditahan muncul kembali dalam
neraca tahun buku berikutnya disamping laba tahun yang bersangkutan. Jika tahun
berikutnya laba yang diperoleh menurun atau rugi, perusahaan masih dapat membagi
deviden dari laba yang ditahan.

Koperasi juga sebaiknya tidak membagi habis SHU setiap tahun dan menyisihkan
sebagian untuk SHU yang ditahan, bukan saja untuk kepentingan likuiditas keuangan
tahun berikutnya, tetapi juga untuk stabilitas tingkat SHU yang dibagikan kepada
anggota. Koperasi yang umumnya memiliki modal sendiri sangat kecil yang usahanya
berkembang besar karena kredit bank atau fasilitas pemerintah, dan sering membagi
SHU dalam tingkat yang berlebih-lebihan dibanding dengan jumlah simpanan anggota

20
F. Modal Penyertaan

Untuk memperkuat kegiatan usaha terutama dalam investasi, koperasi dapat pula
melakukan pemupukan modal yang berasal dari modal penyertaan baik dari
pemerintah maupun dari masyarakat. Modal penyertaan menanggung resiko. Pemilik
modal penyertaan tidak mempunyai hak suara dalam rapat anggota dan dalam
menentukan kebijakan koperasi secara keseluruhan. Namun demikian, pemilik modal
penyertaan dapat diikutsertakan dalam pengelolaan dan pengawasan usaha investasi
yang didukung oleh modal penyertaannya sesuai dengan perjanjian (UU Pasal 42
beserta penjelasannya).

Modal penyertaan yang menanggung resiko merupakan semacam ekuitas atau


dapat disebut kuasiekuitas, dan tidak memiliki hak suara. Modal penyertaan dapat
disamakan dengan saham tanpa hak suara. Penggunaan modal penyertaan memiliki
kekhususan yaitu untuk keperluan investasi, dimana koperasi dengan pihak lain
mengadakan perjanjian untuk melakukan usaha patungan dengan modal penyertaan.
Bentuk usaha investasi tersebut merupakan Unit Usaha Otonom (UUO) dari koperasi
yang bersangkutan. Seandainya modal koperasi dirubah menjadi saham, maka
ketentuan tentang modal penyertaan tidak perlu ada.

21
BAB III

PENGELOLAAN MODAL KOPERASI

A. Kedudukan Modal dalam Koperasi

Anggota koperasi sebagai kumpulan orang bertujuan untuk memenuhi


kebutuhan ekonomi melalui usaha koperasi, dengan pengertian anggota sebagai
pemilik dan sekaligus pengguna jasa koperasi (UU Pasal 17). Koperasi adalah
perusahaan yang berorientasi kepada pengguna jasa atau user oriented firm (UOF).
Koperasi bukan kumpulan modal atau perusahaan yang berorientasi kepada investor
atau investor oriented firm (IOF). Modal merupakan unsur penting dalam
menjalankan usaha, tetapi jika koperasi mengandalkan kekuatan modal seperti
pesaingnya, maka koperasi tidak akan mampu menandinginya. Jika koperasi
menggunakan cara lawannya, maka koperasi akan menghadapi pergulatan tanpa
akhir (never ending struggle) untuk memiliki modal yang mencukupi. Modal utama
koperasi adalah orang atau anggotanya yang bersedia menyatukan usahanya melalui
kegiatan koperasi.

Cara paling konvensional yang dianut koperasi dalam berusaha adalah


pooling, yaitu pembelian atau penjualan bersama. Pembelian bersama dilakukan
oleh koperasi konsumen yang anggotanya memerlukan barang konsumsi. Sedang
penjualan bersama diperlukan oleh koperasi produsen yang anggotanya
memerlukan penjualan barang yang diproduksi dan atau pembelian bersama sarana
produksi. Meskipun modal tetap diperlukan, tetapi dengan pooling kebutuhan
modal dapat ditekan serendah mungkin (minimized), karena tidak ada transaksi
jual-beli antara koperasi dengan anggotanya. Koperasi memperoleh komisi
pembelian atau penjualan bersama, yang berarti koperasi bekerja atas dasar
anggaran atau operation at cost. Dalam hal ini bukan perhitungan untung-rugi yang
digunakan, tetapi SHU atau surplus akibat efisiensi. Contoh pooling yang sampai
sekarang tetap berjalan adalah penjualan susu (milk) yang dilakukan oleh koperasi
di lingkungan Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) kepada Industri
Pengolahan Susu (IPS), dan penjualan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit oleh
koperasi sawit kepada industri pengolahan minyak. Cara pooling memberikan
alasan yang paling kuat bagi koperasi untuk memperoleh keringanan pajak
penghasilan (income tax), karena tidak ada transaksi jual-beli antara koperasi
dengan anggota
Masalah biasanya muncul ketika koperasi memasuki proses bisnis yang lebih rumit
seperti bergerak dalam usaha pengolahan atau manufaktur, sehingga cara pooling
menjadi kurang praktis. Pengumpulan bahan baku dari anggota dilakukan berdasar
transaksi jual-beli, Perhitungannya berdasar untung-rugi dengan perolehan
keuntungan (laba) dan bukan surplus, Dalam cara ini insentif kepada anggota tetap
dapat diberikan melalui harga pembelian yang tinggi sesuai perhitungan harga jual
produk akhir (active price policy) disamping pembagian keuntungan setiap tahun
(deviden). Disamping itu, usaha koperasi lain yang berkaitan dengan pemupukan
modal anggota adalah kegiatan simpan pinjam yang dilakukan oleh KSP atau credit
unions.

B. Kebutuhan Modal Koperasi

Koperasi ataupun perusahaan pada umumnya memerlukan modal dalam


jumlah dan peristiwa tertentu sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan
usahanya, yaitu (1) pada waktu didirikan dan hendak memulai usaha koperasi
memerlukan modal dalam jumlah minimum tertentu, (2) pada waktu melakukan
perluasan usaha memerlukan tambahan modal, dan (3) pada waktu mengalami
kesulitan yang hanya dapat diatasi dengan menambah modal. Perusahaan pada
umumnya memiliki mekanisme untuk mengatasi permodalan dengan saham, yaitu
ada ketentuan tentang minimu,m modal saat didirikan dalam bentuk modal dasar,
modal ditempatkan dan modal disetor. Mekanisme penambahan modal dilakukan
dengan mengeluarkan saham baru.

Mekanisme dan cara penghimpunan modal pada koperasi tidak sama


dengan cara penghimpunan modal pada perusahaan secara umum. Pada koperasi
ketentuan yang mengharuskan adanya minimum modal pada waktu didirikan tidak
ada, kecuali untuk KSP dan Unit Simpan Pinjam (USP). Adanya ketentuan seperti
itu tidak menggembirakan dan banyak ditentang oleh kalangan KSP dan USP,
.karena dianggap memberatkan. Kebiasaan penghimpunan simpanan berangsur
secara berkala menyulitkan mekanisme penambahan modal yang diperlukan pada
waktu tertentu. Simpanan pokok merupakan syarat keanggotaan yang dibayar
waktu masuk menjadi anggota, yang umumnya dalam jumlah kecil. Simpanan
wajfb dibayar secara berkala, bulanan atau musiman, memakan waktu lama untuk
mencapai jumlah tertentu. Selain itu juga disebabkan karena umumnya anggota
koperasi tidak mempunyai kemampuan untuk menyimpan dalam jumlah yang
besar. Penambahan modal untuk keperluan perluasan usaha sulit dilakukan. Salah
satu contoh kesulitan koperasi untuk menambah modal untuk menyelesaikan
kesulitan yang hanya dapat dilakukan dengan penambahan modal adalah Bank
Bukopin ketika masih berstatus badan hukum koperasi. Beberapa waktu yang lalu
Bank Bukopin mengalami kesulitan dalam usahanya, dan bisa bangkrut jika tidak
ditambah modal. Anggota tidak mampu menambah modal, sedang tambahan modal
dari bukan anggota tidak dimungkinkan dalam bentuk simpanan. Karena alternatif
yang dipilih adalah Bank Bukopin harus tetap hidup, maka diubah badan hukumnya
menjadi perseroan terbatas (PT), yang memungkinkan pihak lain dapat membeli
saham. Prosentasi saham milik koperasi menjadi sangat kecil. Kini kalangan
koperasi tidak suka dengan perubahan badan hukum Bank Bukopin dan ingin
mengembalikan menjadi serstatus badan hukum koperasi, jika dimungkinkan.

C. Kenaikan Nilai Simpanan

Nilai saham perusahaan pada umumnya berubah sesuai dengan


perkembangan perusahaan. Jika berkembang baik dan nilai kekayaan bertambah
maka nilai saham akan lebih besar dari nilai nominal (capital gain). Sebaliknya jika
perusahaan merosot dan kekayaannya berkurang nilai sahamnya akan jatuh dibawah
nilai nominal (capital lost). Nilai simpanan koperasi tidak diperhitungkan
perkembangan nilainya dan hanya diakui nilai nominalnya.
Kalangan koperasi sendiri sebenarnya banyak yang mempersoalkan
masalah ini, karena perkembangan nilai simpanan tidak diperhitungkan akan
merugikan anggota. Para pendiri koperasi yang sejak semula menyimpan
disamakan nilai simpanannya dengan anggota yang baru masuk ketika koperasi
telah berkembang. Anggota yang telah lebih sepuluh tahun lampau menyimpan
dengan nilai nominal tertentu misalnya, ketika keluar akan mendapat pengembalian
simpanan dalam nilai nominal. Masalah ini bukan saja berkaitan dengan capital
gain atau capital lost tetapi juga dengan inflasi dan sisa kekayaan jika koperasi
bubar. Pengalaman menunjukkan bahwa jenis koperasi yang tumbuh dan
berkembang pada waktu yang lalu sampai sekarang kebanyakan KSP, dengan
modal dan perputaran uang serta kekayaan harta tetap yang terbatas. Perkembangan
nilai simpanan kurang nampak secara nyata. Sekarang jenis koperasi telah
berkembang, banyak koperasi yang bergerak di sektor riil yang memasuki bidang
industri, dengan modal dan investasi kekayaan haria tetap yang berjumlah cukup
besar. Perkembangan nilai simpanan menjadi cukup substansial.

Perhitungan perkembangan nilai simpanan koperasi tidak mudah


dilakukan, misalnya untuk menghitung nilai simpanan anggota yang keluar pada
waktu tertentu. Mekanisme untuk itu tidak ada, dan jika penilaiannya digunakan
perusahaan penilai akan memerlukan biaya yang cukup besar. Berbeda dengan
saham perusahaan yang telah diperjual-belikan di pasar modal (go public),
perubahan nilai saham dapat dilihat dari transaksi jual-beli setiap hari. Ada saran
yang masih harus dicari alasan pembenarannya, yaitu perkembangan nilai simpanan
diperhitungkan dari nilai nominal simpanan ditambah dana cadangan untuk
kepentingan anggota yang keluar.

Masalah ini berbeda dengan revaluasi aset yang biasa dilakukan oleh
perusahaan atau koperasi, karena surplus revaluasi dan kapitalisasinya dalam
bentuk simpanan atau saham tetap dinyatakan dalam nilai nominal. Revaluasi hanya
dilakukan pad a saat diperlukan dan tidak dilakukan berulang-ulang, karena
berkaitan dengan kewajiban membayar pajak.
D.SHU dan Penghitungannya

Sisa Hasil Usaha merupakan selisih antara pendapatan dan biaya, dengan
demikian bisa dikatakan bahwan laporan perhitungan sisa hasil usaha adalah sama
dengan laporan laba-rugi pada perusahaan konvensional. Sisa Hasil Usaha Koperasi
menurut pasal 45 ayat (1) UU No.25/1992 merupakan pendapatan koperasi yang
diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi biaya, penyusutan dan kewajiban
lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan. SHU setelah
dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada anggota sebanding jasa usaha yang
dilakukan oleh masing-masing anggota dengan koperasi, serta digunakan untuk
keperluan pendidikan perkoperasian dan keperluan koperasi, sesuai dengan
keputusan Rapat Anggota. Sedangkan Besarnya pemupukan modal dana cadangan
ditetapkan dalam Rapat Anggota.

Pertimbangan pembagian SHU kepada anggota berdasarkan, jumlah nilai


transaksi yang dilakukan anggota dalam pembentukan laba, Jumlah simpanan
anggota, Partisipasi koperasi untuk membangun daerah dan Faktor lainya yang
menentukan. Faktor lainya yang menentukukan berdasarkan jasa anggota diberikan
menurut perbandingan anggota nilai transaksi anggota dan jasa modal diberikan
menurut perbandingan simpanan anggota dengan seluruh simpanan
anggota.Disamping itu ada beberapa hal atau pengertian yang ada di koperasi yang
harus di ketahui diantranya:

1. Transaksi anggota yang dimaksud ini adalah kegiatan ekonomi (jual beli
barang atau jasa), antara anggota terhadap koperasinya dalam setiap
transaksi yang dilakukan
2. jasa modal yang dimaksudkan ini adalah kontribusi anggota dalam
memberi modal koperasinya, yaitu bentuk simpanan pokok, simpanan
wajib, simpanan usaha, dan simpanan lainnya.
3. Omzet atau volume usaha adalah total nilai penjualan atau penerimaan
dari barang dan atau jasa pada suatu periode waktu atau tahun buku yang
bersangkutan.
4. Bagian (persentase) SHU untuk simpanan anggota adalah SHU yang
diambil dari SHU bagian anggota, yang ditujukan untuk jasa modal
anggota

Menurut UU No. 25/1992 pasal 5 ayat 1 mengatakan bahwa “Pembagian


SHU kepada anggota dilakukan tidak semata-mata berdasarkan modal yang
dimiliki seseorang dalam koperasi, tetapi juga berdasarkan perimbangan jasa
usaha anggota terhadap koperasi. Ketentuan ini merupakan perwujudan
kekeluargaan dan keadilan”. Di dalam AD/ART koperasi telah ditentukan
pembagian SHU diantaranya Cadangan koperasi 40%, jasa anggota 40%, dana
pengurus 5%, dana karyawan 5%, dana pendidikan 5%, dana sosial 5%, dana
pembangunan lingkungan 5%.

Menurut UU No. 25/1992 pasal 5 ayat 1 rumus SHU Perorangan sebagai berikut :

SHUA = JUA + JMA

Dimana :

SHUA = Sisa Hasil Usaha Anggota JUA = Jasa Usaha Anggota

JMA = Jasa Modal Anggota

Sedangkan dalam Matematika model SHU rumus peranggotanya sebagai


berikut :

SHU Pa = Va x JUA + S a x JMA

—– —–

VUK TMS

Dimana :
SHU Pa : Sisa Hasil Usaha per Anggota

JUA : Jasa Usaha Anggota

JMA : Jasa Modal Anggota

VA : Volume usaha Anggota (total transaksi anggota)

UK : Volume usaha total koperasi (total transaksi Koperasi)

Sa : Jumlah simpanan anggota

TMS : Modal sendiri total (simpanan anggota total)

F. Pembagian Sisa Hasil Usaha

Pembagian SHU setiap tahun kepada anggota merupakan pengeluaran


uang (cash out) yang berpengaruh terhadap likuiditas modal tahun berikutnya.
Koperasi mempunyai kebiasaan membagi habis SHU setiap tahun. Anggota
koperasi selalu menghendaki pembagian SHU sebesar-besarnya atau seluruhnya,
seperti juga kehendak pemegang saham perusahaan pada umumnya. Koperasi tidak
mempunyai kebiasaan menyisihkan bagian SHU yang ditahan atau retained
earning, untuk kepentingan likuiditas keuangan tahun berikutnya. Jika likuiditas
keuangan terganggu harus diusahakan tambahan pinjaman dari bank dengan bunga
tinggi yang menjadi beban koperasi. SHU yang ditahan berbeda dengan pembagian
SHU kepada anggota untuk disimpan kembali.

Perusahaan pada umumnya menyisihkan sebagian laba dalam bentuk laba


yang ditahan, untuk kepentingan likuiditas tahun berikutnya dan juga untuk
mengatur stabilitas tingkat deviden yang dibagi secara wajar. Pada waktu diperoleh
laba yang cukup besar dalam tahun buku tertentu, sebagian laba disisihkan untuk
laba yang ditahan disamping tetap membagi deviden. Laba yang ditahan muncul
kembali dalam neraca tahun buku berikutnya disamping laba tahun yang
bersangkutan. Jika tahun berikutnya laba yang diperoleh menurun atau rugi,
perusahaan masih dapat membagi deviden dari laba yang ditahan.

Koperasi juga sebaiknya tidak membagi habis SHU setiap tahun dan
menyisihkan sebagian untuk SHU yang ditahan, bukan saja untuk kepentingan
likuiditas keuangan tahun berikutnya, tetapi juga untuk stabilitas tingkat SHU yang
dibagikan kepada anggota. Koperasi yang umumnya memiliki modal sendiri sangat
kecil yang usahanya berkembang besar karena kredit bank atau fasilitas pemerintah,
dan sering membagi SHU dalam tingkat yang berlebih-lebihan dibanding dengan
jumlah simpanan anggota.
BAB IV
RAPAT ANGGOTA KOPERASI

A. Rapat Anggota Mencerminkan Asas Demokrasi


Nenurut pasal 19 ayat (1) UU no. 12 Tahun 1967 RA merupakan alat
perlengkapan organisasi koperasi di samping Pengurus dan Badan Pemeriksa.
Dalam AD koperasi telah tercantum bahwa setiap akhir tahun buku pengurus
perlu mengadakan Rapat Anggota yang akan membahas hal-hal pentingantara lain
tentang:
a. (1) Laporan pengurus termasuk neraca
(2) Laporan Badan Pemeriksa
b. Pengesahan laporan pengurus/neraca
c. Penetapan pembagian SHU
d. Penetapan rencana kerja dan anggaran belanja
e. Pemilihan pengurus/badan pemeriksa.
Rapat anggota dihadiri oleh para anggota koperasi, pengurus, badan
pemeriksa,para pejabat koperasi/pemerintah dan para peninjau.
a. Para anggota koperasi, terutama yang telah tercatat namanya dalam buku
Rapat Daftar Anggota.
b. Pengurus koperasi, berkewajiban melaporkan pertangtanggunng
jawabannya, sesuai dengan tugas dan kewajiban “mewakili” mewakili para
anggota di dalam kegiatannya sehari-hari.
c. Badan Pemeriksa, yang mempeunyai tugas mengawasi kegiatan-kegiatan
yang telah dilakkukan oleh para pengurus. Menyimpulkan koperasi tersebut
mengalami kemajuan atau kemunduran, banyak mengalami penyimpangan
atau tidak.
d. Para Pejabat koperasi/pemerintah yang berdasarkan UU nomor 12/1967
berhak hadir pada rapat anggota, unutk memberikan bimbingan guna
perkembangan koperasi pada umumnya.
e. Para Peninjau yaitu mereka yang tidak termasuk dalam golongan di atas,
seperti para calon anggota yang telah dilayani koperasi secara teratur tetapi
belum memenuhi syarat keanggotaan koperasi.
Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat dengan jelas dikemukakan, bahawa
Rapat Anggota Koperasi (Rapat Anggota Tahunan) sangant bernilai dalam :

a. Pencerminan asas demokrasi di dalam koperasi, dalam Rapat Anggota setiap


anggota koperasi mempunyai hak mengikutinya secara aktif, menggunakan
suaranya dalam musyawarah untuk mufakat, selama berlangsungnya rapat
anggota tersebut.

b. Ekspresi konsekuensi dan tanggung jawab, dalam rapat anggota melaporkan


pertanggungjawaban dari padanya kepada semua anggota selama tahun buku
yang telah dijalani.

c. Pembahasan dan penentuang langkah, dalam rapat anggota untuk pengawas


intern koperasi (badan pemeriksa) berkewajiban melaporkan tugas dan hasil
pengawasannya, serta penentuan langkah-langkah untuk memecahkan dan
mengatasi masalah-masalah yang terjadi selama tahun buku yang telah
dijalani.

d. Pembinaan perkembangan, dalam rapat anggota ini pejabat koperasi selaku


unsur pembina, memberikan pandangan dan penjelasan dalam rangka
memajukan dan perkembangan koperasi dengan berdasarkan pada hasil
pengamatan dan penilaian yang dilakukan instansinya terhadap koperasi yang
bersangkutan.

B. Mengadakan Atau Memanggil Rapat Anggota


Pengadaan rapat anggota setelah akhir tahun buku harus diperhatikan oleh
pengurus, mengingat dalam rapat tersebut akan dibicarakan kebijaksaan pengurus,
pemilihan pengurus dan hal-hal lain yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas
menurut organisasi kopersi itu sendiri.
Yang berwenang mengadakan/memanggil rapat koperasi yaitu pejabat
koperasi/Instansi Departemen Kopersi setempat. Dengan alasan sebagai berikut:
a. Karena tidak mampu dan tidak bersedianya pengurus untuk
menyelenggarakan rapat anggota.
(1) Tidak mampu, biasanya berkaitan dengan pembiayaan/keuangan
koperasi, yang memang sangat minim
(2) Tidak bersedia, berkaitan dengan banyaknya keruwetan
administrasi yang harus dihadapi pengurus.
Wewenang pejabat Departemen Koperasi setempat terdapat dalam pasal 38
ayat (3) UU no. 12 Tahun 1967
b. Karena mengadakan/memanggil Rapat Anggota tidak mungkin lagi
terlaksana sehubungan dengan pengurus koperasinya tidak berada di tempat
dan alamatnyapun tidak diketahui atau menyembunyikan diri.
Sejumlah anggota, sekurang-kurangnya seperspuluh dari keseluruhan
anggota dalam koperasi diberi hak berdasarkan Anggaran Dasarnya untuk
memanggil rapat anggota, dengan alas an pengurus koperasi yang bersangkutan
tidak bersedia atau lalai memanggil Rapat Anggota.
Susunan kepanitiaan Rapat Anggota sebagai berikut:
a. Ketua
b. Sekretaris
c. Bendahara
d. Bagian konsumsi dan akomodasi
e. Bagian umum (Protokol/pengacara, notulis, keamanan, dan lain-lain).
Bagi koperasi yang jumlah anggotanya sedikit tentunya susunan
kepanitiaan ini dapat disederhanakan.
Dalam penyelenggaraan Rapat Anggota pihak pengurus/penyelenggara
rapat sedapat mungkin harus mengusahakan agar rapat anggota tadi “sah”. Rapat
anggota dianggap tidak sah. Rapat anggota dianggap sah apabila:
a. Rapat anggota dianggap sah, kalau rapat tersebut dihadiri para anggota
dengan mencapai jumlah minimal (kourum).
b. Bagi koperasi yang jumlah anggotanya masih sedikit, misalnya koperasi
Primer, kuorum tersebut setengah dari jumlah keseluruhan anggota ditambah
satu (1/2 + 1) anggota yang maksud yaitu para anggota yang telah tercatat
dalam buku anggota.
c. Bagi koperasi yang jumlang anggotanya besar (misalnya 500 sampai 1000
orang) kuorum biasanya ditentukan 20% dari jumlah keseluruhan anggota yang
terdaftar dalam buku daftar anggota.
Penentuan-penentuan kuorum demikian biasanya didasarkan atas:
a. Kesulitan untuk menyediakan ruangan rapat yang dapat menghimpun jumlah
anggota yang banyak.
b. Rapat yang dihadiri oleh anggota yang begitu besar tidak dapat berlangsung
dengan baik, apalagi jika masing-masing anggota hendak berbicara langsung.
Pengurus/ penyelenggara rapat anggota hendaknya memperhatikan bahwa rapat
anggota yang sah,dapat melahirkan keputusan-keputusan,maka keputusan-
keputusannya itu sah.

C. Persiapan Yang Dilakukan Panitia Rapat Anggota.


a. Persiapan Akomodasi Dan Peralatan Rapat
Dalam persiapan ini kutua panitia hendaknya member perhatian kepada
seksi yang bersangkutan untuk menyelesaikan dengan sebaik-baiknya
persipan-persiapan sebagai berikut:
(1) Pengaturan ruang sidang
(2) Pengaturan akomodasi peserta
(3) Sarana/peralatan rapat
a. Peralatan kesekretariatan
b. Peralatan persidangan
c. Alat transportasi
d. Konsumsi

b. Persiapan/penyediaan bahan dan materi rapat,


Persiapan penyelenggaraan rapat akan akan demikian tertunjang dengan
tersedianga bahan dan materi rapat yang lengkap yang akan diperbincangkan.
Bahan/materi rapat yang dimaksut ialah bahan/materi yang dibawah oleh
pengurus badan pemeriksa dan lain-lain yang sebelum dibicarakan harus
suadah terbagi kepada peserta rapat. Bahan/materi yang diperbanyak dan hasil
perbanyakannya harus sudah tersedia dipihak secretariat, seperti:
(1) Laporan pertanggungjawaban pengurus
(2) Laporan pertanggungjawaban badan oemeriksa
(3) Laporan hasil pemeriksaan ejabat Dinas Koperasi setempat
(4) Neraca tahunan/daftar rugi laba
c. Penusunan anggaran rapat
Untuk penyelenggaraan rapat anggota tentunya diperlukan biaya, untuk
membiayai segala kegiatan pada tahap persipan dan pada tahap pelaksanaan.
Cara penyusunan anggaran Rapat Anggota dari biaya dana yang tersedia, pada
garis besarnya sebagai berikut:
Biaya yang tersedia pada kas……………………………………………..
Rp…………….
Penggunaan :
(1) x% untuk konsumsi para peserta
dan petugas penyelenggara Rp……………
(2) x% untuk bahan/materi rapat Rp……………
(3) x% untuk sewa ruangan/gedung Rp……………
(4) x% untuk akomodasi peserta Rp……………
(5) x% untuk transportasi peserta
dan petugas penyelenggara Rp……………
(6) x% untuk honorarium petugas
pelaksaan RAT Rp…………....

Rp…………...
Jumlah dana yang digunakan harus sesuai dengan jumlah dana yang
tersedia atau mungkin dalam penggunaan karena adanya afisiensi atau
penghematan tetapi memuaskan akan terdapat sisa.
d. Penyusunan Acara Rapat
Biasanya direncanakan sebagai berikut:
Pertama : kata pembukaan rapat oleh ketua panitia.
Kedua : penjelasan jumlah anggota yang hadir yang menentukan kuorum
telah tercapai, oleh sekretaris.
Ketiga : pengesahan Peraturan Tata tertip Rapat dan acara rapat
Keempat : Laporan Pengurus dan Neraca Tahunan tahun buku dan
perhitungan rugi laba koperasi
Kelima : Lapotan Pemeriksaan Badan Pemeriksa
Keenam : pernyataan keliling mengenai Laporan Pengurus, Neraca dan
laporan Rugi Laba, serta hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa dan
jawaban oleh pengurus dan badan pemeriksa.
Ketujuh : kata bibingan oleh pejabat koperasi
Kedelapan : membicarakan rencana kerja dan anggaran pendapatan dan
pengeluaran tahun buku berikutnya.
Kesembilan : pemilihan pengurus dan badan pemeriksa (masing-masing apabila
sudah habis masa jabatannya atau jika rapat anggota menghendaki
perubahan meski sebelum waktunya berakhir.
Kesepuluh : pengucapan sumpah atau janji oleh para pengurus dan badan
pemeriksa yang baru terpilih
Kesebelas : usul-usul atau pernyataan lain yang timbul dalam rapat
Keduabelas : kata penutup oleh ketua/pengurus.
Susunan rapat acara anggota seperti dikemukan di atas hanya hanya
mengemukakan hal-hal yang umum saja
.
D. Tahap Pelaksanaan Rapat Anggota
a. Pengisian daftar hadir
Nilai penting dari terisinya daftar hadir tersebut:
(1) Untuk menentukan perhitungan kuorum rapat
(2) Untuk kelengkapan penyusunan berita acara rapat.
(3) Untuk menghitung bahan-bahan/materi rapat yang diperlukan
selama berlangsungnya rapat
(4) Untuk menentukan peralatan/perlengkapan selama rapat, seperti
meja, kursi, ruangan rapat kelompok penyediaan makanan minuman dan
sebqagainya.
b. Pembukaan dan pengendalian rapat
Setelah para anggota peserta rapat dan para undangan masuk ke dalam
ruangan rapat, ketua panitia harus benar-benar memperhatikan pembaca acara
dan notulis agar dapat tugas kewajiban dan peranan masing-masing dengan
sebaik-baiknya. Pembawa acara aktif membawa acara rapat dan notulis aktif
pula mencatat dan merekam semua pembicaraan saat berlangsungnya rapat.
c. Pengunguman mengenai jumlah peserta yang hadir dan penetapan
kuorum.
Dengan dimulainya acara khusus atau resmi makaperlu diketahui jumlah
peserta rapat yang hadir, untuk ini sekretaris berperan mengumumkannya.
Bila jumlah anggota rapat belum mnecapai kuorum maka rapat dapat ditunda
7 hari, sidang berikutnya belum juga mencapai kuorum, maka pejabat
koperasi setempat dapat menetapkan berlangsungnya rapat anggota tersebut.
d. Pembahasan dan pengesahan tata tertib
Pada acara pembahasan dan pengesahan tata tertib rapat biasanya sudah
disiapkan terlebih dahulu sebelum rapat dimulai konsep tersebut tinggal di
bahasnya saja.
Contoh tata tertib rapat:
(1) Pimpinan rapat akan memimpin sidang dengan dibantu oleh
sekretaris dan para notulis
(2) Semua pembicara yang akan mengemukakan buah pikirannya
selama rapat ini berlangsung harus melalui pimpinan sidang.
(3) Yang diberikan hak untuk berbicara dan ikut di dalam pemungutan
suara hanyalah para anggota yang nama-namanya terdaftar dalam buku
daftar anggota sedang calon anggota belum berhak untuk bersuara
dalampungutan suara
e. Pembacaan notulen rapat anggota tahun yang lalu.
Sebagai acara pertama sekretaris akan membacakan notulen rapat anggota
tahun yang lalu, yang berisikan segala materi rapat yang telah dicatat dan
diputuskan, yang menyangkut bidang organisasi, usaha, permodalan dan
kebijaksanaan-kebijaksaan lainyang ada hubungannya dengan kegiatan-
kegiatan koperasi pada tahun yang lalu.
f. Pandangan umum atas pertanggungjawaban pengurus dan badan
pemeriksa.
Pimpinan sidang segera akan membuka acara pandangan umum, setelah
para peserta mendengarkan laporan-laporan pertannggungjawaban pengurus
dan badan pemeriksa, acara ini untuk membahas laporan-laporan tersebut,
apakah bias diterima atau tidak. Apabial terdapat banyak persoalan yang perlu
dipecahkan sidanng biasanya akan membahas masala-masalah yang tadi, hasil
bahasannya akan menjadi pegangan dalam pemecahan persoalan tersebut.
g. Pengesahan Laporan/Pertanggungjawaban
Hasil pembahasan/perusan komisi-komisi dibawa kemuka persidangan,
dalam hal ini masing-masing ketua akan membacakan perumusan dan
mengemukakan kesimpulannya di muka para peserta.setelah selesai pimpinan
akan menanyakan kepada anggota apakah laporan pertanggungjawaban
pengurus dan badan pemeriksadpat diterima atau tidak, kalau peserta dapat
menerima persolan lainnya tidak ada, pimpinan sidang mengetuk palu.
Seandainya tidak semua peserta manyatakan dapat menerima maka pimpinan
sidang pelu mengadakan pemungutan suara,sehingga dapat disimpulkan
semua dapat menerima.
h. Pembacaan keptusan-keputusan dan penutupan sidang.
E. Penyelenggraan Rapat Anggota Dan Pemilihan Pengurus Dan Badan Pemeriksa
Masa kerja/masa jabatan pengurus dan badan pemeriksa telah ditentukan
dalam anggaran dasar koperasi, kalau masa kerja itu telah terlampaui praktis
pengurus dan bandan pemeriksa berada dalam keadaan demisioner dan secara
yuridis formal sehubungan dengan kedemisionerannya itu telah terjadi
kepakuman kepengurusan dan badan pemeriksa, karena pengurus dan badan
pemeriksa dianggap tidak berwenang lagi mengadakan tindakan baru dalam
pengelolaan koperasi kecuali hanya menyelesaikan/membereskan tindakan-
tindakan yang belum teselesaikan sebelum kedemisionerannya berlaku, sambil
menunggu pengurus dan badan pemeriksa.
a. Penunjukan pimpinan sidang
Karena pengurus telah dinyatakan demisioner, maka untuk pimpinan sidang
para tapat anggota ini ditawarkan kepada sidang (para peserta) siapakah yang
akan memimpin sidang-sidang selanjutnya di dalam rapat anggota dalam
rangka pemilihan pengurus dan badan pemeriksa.
Dalam hal ini sidang dapat menunjuk seorang pimpinan sidang yaitu:
(1) Salah seorang dari anggota (biasanya yang usianya lebih tua)
(2) Atau ooleh seorang pengurus koperasi yang lebih atas.
Ia yang terpilih sebagai pimpinan sidang yang baru perlu didampingi oleh
seorang anggota pengurus lama dan seorang anggota untuk memimpin sidang
sampai selesai.
b. Pengarahan pejabat koperasi setempat
Sebelum melakukan pemilihan pengurus diperlukan adanya petuah dan
pengarahan dari pihak Pembina perkoperasian,i.e. Pejabat Dinas Koperasi
setempat. Ini dimaksudkan agar:
(1) Pemilihan berlangsung dengan mengutamakan asas demokrasi
pancasila, dengan demikian maka mereka akan memilih benar-benar
dikehendaki oleh para anggota koperasi
(2) Mereka yang terpilih itu benar-benar berjiwa koperasi, mengabdi
kepada koperasi, mempunyai syarat moral/mental terpuji, berkemampuan
untuk melaksanakan tugas-tugas yang di embankan serta jujur dan penuh
tanggung jawab dalam melaksanakannya.
c. Penentuan System Pemilihan
(1) Sistim pemilihan lanngsung
a. Secara terbuka yaitu langsung para anggota menentukan calon-calonnya
setelah mana kepada para calon diberikan kesempatan untuk menerima
atau menolak pencalonannya itu, tentunya dengan alas an-alasan yang
dapat diterima. Kalau terjadi penolakan perlu dilanjutkan dengan mencari
calon yang lain dan demikian selanjutnya sampai ada calon yang bersedia,
berkemampuan memimpin koperasi
b. Secara rahasia dengan cara ini masing-masing anggota/peserta rapat
berhak mengajukan calonnya dengan rahasia (nama calon ditulis di atas
kertas kemudian digulung), selanjutnya ditulis pada papan tulis, pimpinan
sidang menawarkan kepada para peserta sidang untuk jabatan apa
sebaiknya para calon tersebut.
(2) System Pemilihan Secara Formatur
Pemilihan dengan system ini dimaksudkan untuk memilih calon-calon
pengurus yang dikehendaki, dengan persyaratan-persyaratan seperti yang
telah digariskan oleh pejabat koperasi.
a. Pada tahap pertama memilih para formatur yang dipandang mampu
untuk mencari calon-calon yang sesuai. Formatur dapat diamnbil dari
orang yang pernah menduduki jabatan/badan atau muka-muka yang
baru sama sekali.
b. Setelah formatur terpilih, pimpinan sidang mengajak para anggota
peserta sidang untuk membrikan kesempatan kepada formatur agar
dapat melakukan tugas pembentukan pengurus dan badan
pemeriksanya, dengan demikian sidang perlu diskor. Pada kesempatan
istirahat ini formatur dapat mengadakan pendekatan-pendekatan
dengan calon-calon yang dituju atau mendekati pejabat koperasi untuk
mendapatkan saran-saran untuk menngatasi kemungkinan timbulnya
hal-hal yang negative setelah pemilihan selesai.
Beberapa system formatur:
a. Formatur dengan mandate penuh
Formatur diberi wewenang untuk menujuk dan menentukan
anggota-anggota yang akanmenduduki jabatan pengurus dan badan
pemeriksa, susunan personalia dengan jabatannya harus diterima
oleh para peserta sidang
b. Formatur tidak dengan mandate penuh
Disini susunan pesonalia dan jabatan pengurus/badan pemeriksa
masih harus ditawarkan kepada peserta sidang, apakah disetujui
ataukah ditolak.
c. Formatur dapat duduk sebagai calon pengurus/badan pemeriks,
jelas di sini formatur akan mengusahakan calon-calon lain yang
dapat bekerja sama dengannya.
d. Formatur yang tidak dapat duduk sebagai calon pengurus/badan
pemeriksa, jadi formatur diberi wewenang untuk menentukan
calon-calon pengurus/badan pemeriksa tampa mendudukan dirinya
dalam kepengurusan/badan pemeriksa, setelah selesai ia menjadi
anggota biasa.
d. Pengesahan Pengurus Badan Pemeriksa Baru
Pada koperasi seumumnnya, dalam rapat anggota pemilihan pengurus/badan
pemeriksa, setelah formatur menyelesaikan penyusunan pengurus/badan
pemeriksa baru, maka sidang dinyatakan dimulai kembali. Pada kesempatan
ini wakil para formatur dipersilakan untuk mengemukakan personalia dan
jabatan dalam bentuk pengurus/badan pemeriksa baru di muka sidang. Bila
semua anggota sidang menyetujuinya maka selesai sudah tugas formatur,
kemudian pimpinan sidang mengetok palu, tanda selesai dan sahnya pemilihan
pengurus/badan pemeriksa baru.
e. Penyerahan Pimpinan Sidang Kepada Pengurus Baru
Dengan telah terpilihnya pengurus/badan pemeriksa yang baru dan telah
mengucapkan sumpah atau janji di muka sidang, berarti pimpinan sidang
(yang statusnya sementara itu) sudah saatnya diserah terimakan kepada ktua
pengurus yang baru dan penyerahanpun dilakukan dengan khikmat daqn
peneuh tanggung jawab.
Rapat anggota pemilihan pengurus/badan pemeriksa lanjutnya ditutup oleh
ketua sidang yang baru, ketua mengetuk palu tanda penutupan sidang tersebut.

F. Teknik Penyelenggaraan Rapat Pembahasan Rencana Kerja


Rencana kerja merupakan program kerja yang akan dilakukan pengurus
selama tahun buku, oleh karena itu harus diketahui para anggota dan mendapat
persetujuannya. Dengan adanya program kerja ini pengurus/badan pemeriksa
diharapkan dapat dengan lancar mengelola koperasi tampa adanya pemborosan
dan penyimpangan-penyimpangan.
Sesungguhnya pembasan rencana kerja ini, dapat dilakukan bersamaan
dengan rapat anggota tahunan, tetapi biasanya kurang mendetil disebkan:
a. Waktu sangat minim dikarenakan hamper seluruh waktu tersita untuk
penyelesaian RAT, jadi kurang leluasa.
b. Pengurus dan badan pemeriksa sudah banyak terkuras daya serta fikirannya
dalam membahas pertanggungjawabannya di muka para peserta RAT.
Dengan demikian perlu adanya rapat anggota khusus membahas rencana kerja
dan unutk ini sebaiknya dilakukan sebelum rapat anggota tahunan, sehingga
penyelenggaraan RAT pembahasan lanjutan dapat berlangsung singkat atau
tinggal menunggu pengesahan saja.
a. Penyusunan Rencana Kerja
Yang menyusun rencana kerja, rencana anggaran belanja dan pendapatan
yaitu pengurus dan menejer yang sudah disiapkan sebelum berlangsungnya
rapat.
Sebagai diketahui, rencana kerja menyangkut bidang-bidang organisasi, usaha
koperasi permodalan dan pendidikan.
b. Cara Pengesahan dan Keputusan rapat
Berhasilnya para komisi menyelesaiakn pembahasan-pembahsan masing-
masing bidang rencana kerja, serta dikemukakannya dalam sidang pleno tidak
berarti rencana kerja tersebut serta langsung diterimaatau disetujui, kalau
masih terdapat anggota peserta yang masih memerlukan penjelasan-
penjekasan, menjadi kewajiaban komisi bersangkutan unutk menjelaskanya
secara mendetil.
Apabial semua anggota telah puas dengan rencana kerja tersebut, terbukti
dengan tidak adanya lagi anggota yang memerlukan penjelasan, maka
pimpinan sidang mengetuk palu bahwa rencana kerja telah disahkan. Dan
mengetuk palu bahwa pemabahasan dan pe ngesahan rancana kerja telah
selesai dilakukan pula oleh pipinan sidang.
BAB V
ADMINISTRASI USAHA KOPERASI

A.Pengertian Administrasi

Pengertian administrasi dapat dibedakan menjadi 2 pengertian yaitu :

1. Administrasi dalam arti sempit. Menurut Soewarno Handayaningrat


mengatakan “Administrasi secara sempit berasal dari kata Administratie
(bahasa Belanda) yaitu meliputi kegiatan cata-mencatat, surat-menyurat,
pembukuan ringan, keti-mengetik, agenda dan sebagainya yang bersifat teknis
ketatausahaan”(1988:2). Dari definisi tersebut dapat disimpulkan administrasi
dalam arti sempit merupakan kegiatan ketatausahaan yang mliputi kegiatan cata-
mencatat, surat-menyurat, pembukuan dan pengarsipan surat serta hal-hal lainnya
yang dimaksudkan untuk menyediakan informasi serta mempermudah
memperoleh informasi kembali jika dibutuhkan.
2. Administrasi dalam arti luas. Menurut The Liang Gie mengatakan
“Administrasi secara luas adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
sekelompok orang dalam suatu kerjasama untuk mencapai tujuan
tertentu”(1980:9). Administrasi secara luas dapat disimpulkan pada dasarnya
semua mengandung unsur pokok yang sama yaitu adanya kegiatan tertentu,
adanya manusia yang melakukan kerjasama serta mencapai tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya

Pendapat lain mengenai administrasi dikemukan oleh Sondang P. Siagian


mengemukakan “Administrasi adalah keseluruhan proses kerjasama antara 2
orang atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan sebelumnya” (1994:3).

Berdasarkan uraian dan definisi tersebut maka dapat diambil kesimpulan


bahwa administrasi adalah seluruh kegiatan yang dilakukan melalui kerjasama
dalam suatu organisasi berdasarkan rencana yang telah ditetapkan untuk mencapai
tujuan.

Jadi, administrasi usaha koperasi adalah keseluruhan proses yang dilakukan


oleh para anggota koperasi baik itu pengawas, pengurus ataupun yang lainnya
termasuk pencatatan-pencatatan yang sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran
rumah tangga koperasi untuk mencapai tujuannya yaitu untuk mensejahterahkan
anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

B.Fungsi Administrasi Usaha Koperasi

Sutu lembaga ataupun organisasi harus mempunyai administrasi yang baik agar
dapat berperan dengan baik pula. Untuk itu setiap komponen-komponen dalam suatu
lembaga atau organisasi harus mempunyai fungsi masing-masing. Hanya dengan
melaksanakan fungsi-fungsi administrasi itulah sebuah koperasi akan dapat mencapai
tujuan-tujuan mulianya secara efektif. Berikut ini kami bahas bagaimana penerapan
fungsi-fungsi administrasi tersebut dalam pengelolaan koperasi.

1. Fungsi Perencanaan

Perencanaan adalah suatu proses perumusan program beserta anggarannya,


yang harus dilakukan oleh sebuah koperasi sbagai tindak lanjut dari pelaksanaan
strategi yang hendak dilaksanakannya. Sebagai tindak lanjut dari strategi, maka
pelaksanaan fungsi perencanaan daam sebuah koperasi harus secara konsisten
mengacu pada tujuan dan misi koperasi tersebut. Dengan kata lain, perencanaan
bukanlah sekadar pengungkapan keinginan, melainkan merupakan
pengejawantahan dari strategi yang telah dipertimbangkan secara cermat. Selain
itu, perlu diketahui pula, perencanaan juga memiliki fungsi koordinasi antara
bagian dalam koperasi, serta fungsi pengendalian terhadap pelaksanaan berbagai
kegiatan koperasi.

Pada dasarnya strategi adalah cara-cara yang hendak ditempuh oleh suatu
organisasi dalam melaksanakan misi dan mencapai tujuannya. Karena strategi akan
merupakan titik tolak bagi sebuah koperasi dalam melakukan perencanaan, maka
selain harus mengacu pada tujuan dan misi koperasi itu, penentuan strategi harus
mempertimbangkan secara cermat hal-hal sebagai berikut:

1. Kekuatan-kekuatan internal koperasi;


2. Kelemahan-kelemahan internal yang dimilikinya;
3. Kesempatan atau peluang bisis yang yang tersedia;
4. Hambatan atau kendala bisnis koperasi yang harus dihadapi.

Bertolak dari analisis terhadap hal-hal diatas, barulah ditentukan strategi


yang sebaiknya ditempuh untuk melaksanakan misi dan mencapai tujuan koperasi.

2. Fungsi Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah pembagian tugas dan wewenang dalam koperasi


diantara para pelaku yang bertanggung jawab atas pelaksanaan rencana-rencana
koperasi itu. Walaupun secara umum perangkat organisasi koperasi telah terbagi
dengan jelas, yaitu yang meliputi kelengkapan organisasi koperasi, pengelola
teknis koperasi. Dan dewan penasehat, namun dalam melaksanakan fungsi
kepengurusannya pengurus koperasi memiliki kewajiban untuk menyusun
organisasi kepengurusan koperasi secara lebih rinci.

3. Fungsi Pelaksanaan

Fungsi ketiga administrasi koperasi adalah fungsi pelaksanaan. Pelaksanaan


adalah proses penerapan rencana-rencana koperasi oleh masing-masing fungsi atau
unsure dalam organisasi koperasi.

4. Fungsi Pengawasan

Pengawasan adalah upaya yang dilakukan oleh kewenangan yang lebih


tinggi, untuk mengukur tinglat kesesuaian antara rencana yang telah ditetapkan
dengan hasil yang telah dicapai, atau upaya untuk memastikan bahwa kebijakkan
yang telah dirumuskan telah dilaksanakan dengan semestinya oleh bawahan. Sesuai
dengan ketentuan yang terdapat dalam UU No.25/1992, pengawasan atas
pelaksanaan kegiatan usaha koperasi dilaksanakan oleh pengawas. Sedangkan
kegiatan pengawasan terutama sekali dilakukan terhadap pelaksanaan kebijakan
dan pengelolaan usaha koperasi. Dengan demikian pengawas diharapkan dapat
mencegah atau mengurangi kemungkinan terjadinya penyalahgunaan wewenang
serta penggunaan sumber-sumber ekonomi yang dimiliki oleh koperasi secara tidak
bertanggung jawab.

Dalam melaksanakan fungsi kepengawasannya, pengawas koperasi bisa


meminta bantuan tenaga ahli untuk megungkapkan terjadinya penyalagunaan
wewenang dan atau penyelewengan yang dilakukan oleh pengurus koperasi.
Tenaga ahli yang dimaksud disini adalah misalnya akuntan publik. Sebagaimana
diketahui, akuntan publik memiliki kecakapan profesional untuk memeriksa
kewajaran laporan keuangan yang disampaikan oleh pengurus.

C. Pemeliharaan Administrasi Koperasi Dan Usaha Koperasi

pemeliharaan administrasi usaha koperasi sangat penting dilakukan dan


diperhatikan oleh pengurus, karena terpeliharanya administrasi dengan baik selain
dapat menjamin keberesan, ketertiban pertumbuhan dan atau perkembangan koperasi,
juga dapat menunjukkan kepada para anggota,masyarakat pada umumnya da unsure-
unsur pemerintah yang terkait bahwa koperasi dikelola dengan baik. Koperasi yang
baik adalah koperasi yang terpelihara administrasinya dengan baik akan banyak
mendatangkan keuntungan bagi koperasi itu sendiri, seperti:

a. akan banyak menarik perhatian anggota masyarakat untuk bergabung


sebagai anggota koperasi
b. mendapatkan banyak simpatisan yang mendorong kepada
perkembangannya.
c. Mendapatkan kepercayaan karena reputasinya itu dari pihak-pihak pemberi
kredit seperti BRI, BUKOPIN, Bank-bank swasta, sukarelawan dalam
penyertaan modal, dan lain-lain.
d. Mendapatkan kepercayaan pemerintah, dengan memberikan berbagai
fasilitas untuk perkembangannya lebih lanjut.

Keberesan administrasi koperasi harus dipertanggung jawabkan pengurus


kepada seluruh anggota melalui rapat anggota.

1. Pemeliharaan Administrasi Koperasi Konsumsi

Untuk melaksanakan administrasi pada koperasi konsumsi, maka buku-buku


yang wajib tersedia dengan maksud untuk ditangani edengan sebaik-baiknya
yaitu:

a. Buku daftar anggota


b. Buku daftar pengurus
c. Buku daftar anggota badan pemeriksa
d. Buku notulen rapat
e. Buku tamu
f. Buku anjuran
g. Buku saran
h. Buku simpanan anggota, terdiri dari :

1. Daftar simpanan
2. Buku saldo simpanan
3. Buku simpanan anggota yang dipegang oleh masing-masing anggota.

i. Buku kas untuk mencatat ke luar atau masuknya uang


j. Buku bank ( giro ), untuk mencatat uang simpanan koperasi pada bank
k. Buku ongkos-ongkos, untuk mencatat semua ongkos yang
dikeluarkan loeh koperasi dalam menjalankan usahanya.
l. Buku barang, yang terdiri dari:

1. Buku pembelian barang, untuk mencatat semua pembelian barang


yang ternasuk usaha koperasi.
2. Buku penjualan barang, untuk mencatat semua penjualan barang
yang diusahakan oleh koperasi kepada anggotanya.

2. Pemeliharaan Administrasi Koperasi Simpan Pinjam

Untuk pelaksanaan administrasi pada koperasi simpan pinjam, buku-buku yang


wajib ada dan tersedia yang harus ditangani dengan sebaik-baiknya adalah sebagai
berikut:

a. Buku daftar anggota


b. Buku daftar pengurus
c. Buku daftar anggota badan pemeriksa
d. Buku notulen rapat
e. Buku tamu
f. Buku anjuran
g. Buku saran
h. Buku simpanan anggota, terdiri dari :

i. Daftar simpanan
j. Buku saldo simpanan
k. Buku simpanan anggota yang dipegang oleh masing-masing anggota.

i. Buku kas untuk mencatat ke luar atau masuknya uang


j. Buku bank ( giro ), untuk mencatat uang simpanan koperasi pada bank
k. Buku ongkos-ongkos, untuk mencatat semua ongkos yang dikeluarkan oleh
koperas dalam menjalankan usahanya.
l. Buku pinjaman anggota, terdiri dari:
1. Daftar pinjaman anggota
2. Buku saldo pinjaman anggota
3. Kitir

3. Pemeliharaan Administrasi Koperasi Produksi

Yang dikemukakan di sini adalah tentang pemeliharaan administrasi pada


koperasi produksi yuang sedang atau besar, di mana bidang usahanya merupakan
bidang pengolahan bahan baku atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang
siap untuk dipasarkan. Koperasi produksi kecil dapat menyesuaikan dengan tentunya
ada pengurangan dalam penanganan buku-bukunya. Untuk pelaksanaan administrasi
pada koperasi produksi, buku-buku yang harus disediakan untuk ditangani dengan
sebaik-baiknya adalah sebagai berikut :

a. Administrasi Organisasi

1. Buku daftar anggota


2. Buku daftar pengurus
3. Uku daftar anggota badan pemeriksa
4. Buku notulen rapat
5. Buku tamu
6. Buku anjuran
7. Buku penerima laporan
8. Buku saran
9. Buku simpanan anggota, terdiri dari :

a. Daftar simpanan
b. Buku saldo simpanan
c. Buku simpanan anggota yang dipegang oleh masing-masing anggota.

10. Buku kas untuk mencatat ke luar atau masuknya uang


11. Buku bank ( giro ), untuk mencatat uang simpanan koperasi pada bank
12. Buku ongkos-ongkos, untuk mencatat semua ongkos yang dikeluarkan
oleh koperas dalam menjalankan usahanya.

b. Administrasi Usaha Koperasi

Administrasi usaha koperasi biasanya dipertanggumgjawabkan keberesannya


kepada manajer atau manajer umum yang harus memberikan laporan-laporannya
kepada pengurus dengan memperhatikan buku-buku atau catatan-catatan tentang
penggunaan anggaran belanja yang telah disediakan kopoerasi yang sesuai dengan
rencana dan proses produksi. Buku-buku yang harus tersedia antara lain :

1. buku pembelian bagan baku dan barang setengah jadi


2. buku pemasukan dan pengeluaran barang-barangdi atas dan ke dari gudang
3. buku daftar karyawan
4. buku daftar upah karyawan
5. buku daftar alat-alat produksi tahan lama
6. buku pemasukan dan pengeluaran barang-barang jadi ked an dari gudang
7. buku penyerahan produk jadi

berbeda dengan administrasi organisasi koperasi, administrasi usaha koperasi


berkembang sesuai dengan perkembangan usaha koperasi, makin besar suatu usaha
kopersi makin rumit pula pembukuannya.
BAB VI
SISA HASIL USAHA KOPERASI

A. Pengertian SHU
Sisa Hasil Usaha (SHU) adalah selisih dari seluruh pemasukan atau
penerimaan total (Total Revenue (TR)) dengan biaya-biaya atua biaya total
(Total Cost (TC)) dalam satu tahun buku.
Menurut UU No. 25/1992, tentang perkoperasian, Bab IX, pasal 45
adalah sebagai berikut :
SHU koperaai adalah pendapatna koperasi yang diperoleh dalam satu
tahun buku dikurang dengan biaya, penyusutan dan kewajiban lain termasuk
pajak dalam tahun buku yang bersangkutan.
SHU setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada anggota
sebanding jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota dengan
koperasi, serta digunakan untuk keperluan pendidikan perkoperasian dan
keperluan koperasi, sesuai dengan keputusan Rapat Anggota.
Besarnya pemupukan modal dana cadangan ditetapkan dalam Rapat
Anggota.
Dengan mengacu pada pengertian diatas, besarnya SHU yang diterima
oleh setiap anggota akan berbeda, tergantung besarnya partisipasi modal dan
transaksi anggota terhadap pembentukan pendapatan koperasi. Dalam
pengertian ini juga dijelaskan bahwa ada hubungan linear antara transaksi
usaha anggota dan koperasinya dalam peroleh SHU. Artinya, semakin besar
transaksi (usaha dan modal) anggota dengan koperasinya, maka semakin besar
SHU yang akan diterima. Hal ini berbeda dengan perusahaan swasta, dimana
dividen yang diperoleh pemilik saham adalah proporsional, sesuai besarnya
modal yang dimiliki. Hal ini merupakan salah satu pembeda koperasi dengan
badan usaha lainnya.
B. Pembagian SHU dan Cara Memperolehnya
Penghitungan SHU bagian anggota dapat dilakukan apabila beberapa
informasi dasar diketahui sebagai berikut :
1. SHU Total Koperasi Pada Satu Tahun Buku
SHU total koperasi adalah sisa hasil usaha yang terdapat pada neraca
atau laporan laba rugi koperasi setelah pajak (protif after tax). Informasi
ini diperoleh dari neraca ataupun laporan laba rugi koperasi.

2. Bagian (Persentase) SHU Anggota

3. Total Simpanan Seluruh Anggota


Partisipasi modal adalah kontribusi anggota dalam memberi modal
koperasinya, yaitu dalam bentuk simpanan pokok, simpanan wajib,
simpanan usaha, dan simpanan lainnya. Data ini didapat dari buku
simpanan anggota.

4. Total Seluruh Transaksi Usaha (Volume Usaha atau


Omzet) yang bersumber dari anggota
Transaksi anggota adalah kegiatan ekonomi (jual-beli barang atau
jasa), antara anggota terhadap koperasinya. Dalam hal ini posisi anggota
adalah sebagai pemakai ataupun pelanggan koperasi. Informasi ini
diperoleh dari pembukuan (buku penjualan dan pembelian) koperasi
ataupun dari buku transaksi usaha anggota.
Omzet atau volume usaha adalah total nilai penjualan atau
penerimaan dari barang dan atau jasa pada suatu periode waktu tertentu
tahun buku yang bersangkutan.

5. Jumlah simpanan per anggota

6. Omzet atau volume usaha per anggota


7. Bagian (persentase) SHU untuk transaksi usaha
anggota
Bagian (persentase) SHU untuk simpanan anggota adalah SHU yang
diambil dari SHU bagian anggota, yang ditujukkan untuk jasa modal
anggota.

8. Bagian (persentase) SHU untuk transaksi usaha


anggota
Acuan dasar untuk membagi SHU adalah prinsip-prinsip dasar
koperasi yang menyebutkan bahwa, pembangian SHU dilaukan secara adil
sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota. Untuk
koperasi Indonesia, dasar hukumnya adalah pasal 5, ayat 1 UU No. 25
Tahun 1992 tentang perkoperasian yang dalam penjelasannya menyatakan
bahwa, “pembagian SHU kepada anggota dilakukan tidak semata-mata
berdasarkan modal yang dimiliki seorang dalam koperasi, tetapi juga
berdasarkan perimbangan jasa usaha anggota terhadap koperasi. Ketentuan
ini merupakan perwujudan kekeluargaan dan keadilan”.

C. Sumber-Sumber Kegiatan SHU


Dengan demikian, SHU koperasi yang diterima oleh anggota bersumber
dari dua kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh anggota sendiri, yaitu :
1. SHU atas jasa modal
Pembangian ini juga sekaligus mencerminkan anggota pemilik
ataupun investor, karena jasa atas modalnya (simpanan) tetap diterima
oleh koperasinya sepanjang koperasi, tersebut menghasilkan SHU pada
tahun buku yang bersangkutan.

2. SHU atas jasa usaha


Jasa ini menegaskan bahwa anggota koperasi selain pemilik juga
sebagai pemakai atau pelanggan.
Secara umum SHU kopearsi dibagi sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan pada anggaran dasar/anggaran rumah tangga koperasi sebagai
berikut :
 Cadangan koperasi
 Jasa anggota
 Dana pengurus
 Dana karyawan
 Dana pendidikan
 Dana sosial
 Dana untuk pembangunan lingkungan

Tentunya tidak semua komponen diatas harus diadopsi koperasi dalam


membagi SHUnya. Hal ini sangat tergantung pada keputusan anggota yang
ditetapkan dalam rapat anggota.
Untuk mempermudah pemahaman rumus pembangian SHU koperasi,
berikut ini dijadikan salah satu pembagian SHU di salah satu koperasi
(selanjutnya disebut koperasi A). menurut AD/ART koperasi A, SHU dibagi
sebagai berikut :
 Cadangan : 40%
 Jasa anggota : 40%
 Dana pengurus : 5%
 Dana karyawan : 5%
 Dana pendidikan : 5%
 Dana sosial : 5%

SHU per anggota dapat dihitung sebagai berikut :


SHU Koperasi = Y + X
Dimana :
SHU Koperasi : Sisa Hasil Usaha per Anggota
Y : SHU Koperasi yang dibagi atas aktivitas ekonomi
X : SHU Koperasi yang dibagi atas modal usaha
Dengan menggunakan model matematika, SHU Koperasi per anggota
dapat dihitung sebagai berikut :

SHU Koperasi = Y + X
Dengan :
SHU Koperasi AE = Ta/Tk (Y)
SHU Koperasi MU = Sa/Sk (X)
Dimana :
SHU Koperasi : Total Sisa Hasil Usaha per Anggota
SHU Koperasi AE = SHU Koperasi Aktivitas Ekonomi
SHU Koperasi MU = SHU Koperasi Anggota atas Modal Usaha
Y : Jasa Usaha Anggota
X : Jasa Modal Anggota
Ta : Total Transaksi Anggota
Tk : Total Transaksi Koperasi
Sa : Jumlah Simpanan Anggota
Sk : Simpanan Anggota Total (Modal Sendiri Total)

Bila SHU bagian anggota menurut AD/ART koperasi A adalah 40% dari
total SHU, dan rapat anggota menetapkan bahwa SHU bagian anggota
tersebut dibagi secara proporsional menurut jasa modal dan suaha, dengan
pembagian Jasa Usaha Anggota sebesar 70%, dan Jasa Modal Anggota
sebesar 30%, maka ada 2 cara menghitung persentase JUA dan JMA yaitu :
Pertama, langsung dihitung dari total SHU koperasi, sehingga :
JUA = 70% x 40% total SHU Koperasi setelah pajak
= 28% dari total SHU Koperasi
JMA = 30% x 40% total SHU koperasi setelah pajak
= 12% dari total SHU Koperasi
Kedua, SHU bagian anggota (40%) dijadiakn menjadi 100%, sehingga
dalam hal ini diperoleh terlebih dahulu angka absolut, kemudian dibagi sesuai
dengan persentase yang ditetapkan.
Dalam pembangian SHU kepada anggota ada beberapa prinsip
pembagian SHU yang harus diperhatian diantaranya :
1. SHU yang dibagi adalah yang
bersumber dari anggota
Pada hakekatnya SHU yang dibagi kepada anggota yang bersumber
dari anggota sendiri. Sedangkan SHU yang bukan berasal dari hasil
transaksi dengan anggota pada dasarnya tidak dibagi kepada anggota,
melainkan dijadikan sebagai cadangan koperasi.

2. SHU anggota adalah jasa dari


anggota dari transaksi usaha yang dilakukan anggota sendiri
SHU yang diterima setiap anggota pada dasarnya merupakan insentif
dari modal yang diinventasikan dan dari hasil transaksi usaha yang dibagi
kepada anggota. Dari SHU bagian anggota harus ditetapkan berapa
persentase untuk jasa modal, misalnya 30% dan sisanya sebesar 70%
berarti untuk jasa transaksi usaha.

3. Pembagian SHU anggota dilakukan


secara tranparan
Proses perhitungan SHU per anggota dan jumlah SHU yang dibagi
kepada anggota harus diumumkan secara transparan, sehingga setiap
anggota dapat dengan mudah menghitung secara kuantitatif berupa
partisipasinya kepada koperasi.

4. SHU anggota dibayar secara tunai


SHU per anggota haruslah diberikan secara tunai, karena dengan
demikian koperasi membuktikan dirinya sebagai badan usaha yang sehat
kepada anggota dan masyarakat mitra bisnisnya.

Untuk memperjelasnya pemahaman tentang penerapan rumus SHU


per anggota ini disajikan data koperasi A dan prinsip-prinsip pembagian
SHU seperti diuraikan diatas dibawah :
a. Perhitungan SHU (Laba/Rugi)
Koperasi A Tahun Buku 1998 (Rp. 000)
Penjualan/Penerimaan Jasa Rp. 850.077
Pendapatan lain Rp. 110.717
Rp. 960.794
Harga pokok penjualan Rp. 300.539
Pendapatan operasional Rp. 659.888
Beban operasional Rp. 310.539
Beban administrasi dan umum Rp. 35.349
SHU sebelum pajak Rp. 214.000
Pajak penghasilan (PPH Ps 21) Rp. 34.000
SHU setelah pajak Rp. 280.000

b. Sumber SHU
SHU Koperasi A setelah pajak Rp. 280.000
Sumber SHU :
- Transaksi anggota Rp. 200.000
- Transaksi non anggota Rp. 80.000

c. Pembangian SHU menurut Pasal 15,


AD/ART Koperasi A :
1. Cadangan : 40% x 200.000 =
Rp. 80.000
2. Jasa Anggota : 40% x
200.000 = Rp. 80.000
3. Dana Pengurus : 5% x
200.000 = Rp. 10.000
4. Dana Karyawan : 5% x
200.000 = Rp. 10.000
5. Dana Pendidikan : 5% x
200.000 = Rp. 10.000
6. Dana Sosial : 5% x 200.000 =
Rp. 10.000
Rapat anggota menetapkan bahwa SHU bagian anggota dibagi sebagai
berikut :
Jasa Modal : 30% x Rp. 80.000.000 = Rp. 24.000.000
Jasa Usaha : 70% x Rp. 80.000.000 = Rp. 56.000.000
d. Jumlah anggota, simpanan dan
volume usaha koperasi :
Jumlah anggota : 142 orang
Total simpanan anggota : Rp. 345.420.000
Total transaksi anggota : Rp. 2.340.062.000

Contoh : SHU yang diterima per anggota


SHU usaha Adi = 5.500/2.340.062 (56.000) = Rp. 131,62
SHU modal Adi = 800/345.420 (24.000) = Rp. 55,58

Dengan demikian jumlah SHU yang diterima Adi adalah :


Rp. 131.620 + Rp. 55.580 = Rp. 187.200
BAB II
LAPORAN LABA RUGI KOPERASI

A. Pengertian Laporan Rugi Laba

Semula orang kehususnya para kreditor berpendapat bahwa, dalam menilai


suatu perusahaan yang diangap penting adalah pemeriksaan atas neraca perusahaan
tersebut, karma dari neraca dapat dilihat aktiva-aktiva yang dapat disita dan dijual
jika perusahaan tersebut bangkrut atau koperasi itu dibubarkan. Laporan rugi/laba
pada waktu ini diangga sebagai laporan tambahan.

Lambat laun orang mulai sadar bahwa dalam menilai suatu perusahaan, lebih
penting dari nilai aktiva-aktiva yang dapat dipakai untuk jaminan, adalah kemampuan
perusahan untuk bertahan hidup dan terus berkembang. Ini tetu saja bergantung pada
kemampuan perusahaan untuk menjuaal penduduk, membayar biaya-biaya produksi,
upah dan lain-lain sehingga akhirnya memperoleh laba yang wajar.

Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan perhitungan rugi/laba, maka


dapat dikemukakan suatu pengertian yang dikemukakan oleh D.Hartoto, bahwa
perhitungan rugi/laba adalah : merupakan laporan yang sistematis tentang
penghasilan, biaya dan rugi/laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama
periode tertent.

Laporan rugi laba adalah laporan yang menunjukkan secara secara sistematis
penghasilan, biaya dari suatu badan usaha selamaa priode tertentu. Laporan rugi laba
merupakan laporan yang menunjukkan kemajuan atau kemunduran keungan badan
usaha /kkoperasi, sekaligus yang menghubumg dua neraca yang berurutan.

Laporan laba/rugi (inggris:Income Statement atau Profit and Loss Statement)


adalah bagian dari laporan keungan suatu perusahaan yang dihasilkan pada suatu
priode akuntasi yang menjabarkan unsur-unsur pendapatan dan beban perusahaan
sehingga menghasilkan suatu laba / rugi dan juga bersih. Untuk dapat memperoleh
gambaran tentang finansial koperasi perlu dilakukan inpestasi atau analisis terhadap
data keuangan koperasi yang bersangkutan kuhususnya untuk mengetahui maju
mundurnya suatu koperasi yang bersangkutan.

B. Isi Laporan Rugi Laba


Isi dari laporan rugi laba harus memperhatikan hal – hal berikut :
a. Membuat secara terperici unsur-unsur dari hasil dan biaya.
b. Dapat disusun dalam urutan ke bawah (stafel) atau skontro.
c. Harus dipissahkan antara hasil usaha utama dengan hasil ussaha lain-lain,
seta hasil luar biasa.

Sedangkan prisip-prinsip umum untuk menyusun laporan rugi laba ialah sebagai
berikut
a. Menunjukkan penghasilan dari usaha pokok peusahaan/koperasi, diikuti dengan
harga pokok barang yang dijual, sehinga diperoleh laba kotor.
b. Menunjukkan biaya-biaya koperasional yang terdiri dari biaya penjualan dan
biaya umum serta administrasi.
c. Menjukkan hasil yang diperoleh di luar usaha pokok perusahaan diikuti dengan
biaya di luar operasioal perusahaan.
d. Menjukkan laba atau rugi, sehingga akhirnya diperoleh laba bersi seblum pajak.

C. Bentuk dan Susunan Laporan Rugi Laba


Adapun mengenai susunan laporan perhitungan rugi/laba memang belum
terdapat keseragaman bagi tiap-tiap perusahaan. Akan tetapi pada umumnya
digunakan suatu perinsip bahwa perhitungan rugi/laba sedemikian itu dibagi dalam
empat kelompok,antaralain sebagai berikut :
1. kelompok pertama adalah kelompok yang menunjukkan penghasilan yang
diperoleh dari usaha utama perusahaan, misalnya suatu penjualan barang
dengan dan atau melayani servis. Kemudian diikuti oleh harga pokok dari
barang atau jasa yang dijual/diberikan, sehingga menghasilkan laba penjualan.
Rugi/laba ini disebut rugi/laba operasi biasa, artinya merupakan selisih antara
hasil dan biaya-biaya operasi/aktivitas yang memang termaksud rencana
perussahaan.
2. keloppok kedua merupakan kumpulan biaya-biaya operasional yang terdiri
atas biaya penjualan dan biaya adminitrasi.
3. kelopok ketiga merupakan hasil yang ditarima dari uasaha-usaha lain (atau
diluar usaha perussahaan)
4. kelopok keempat adalah menunjikan rugi/laba bersi sebelum pajak
pendapatan.

Selanjutnya untuk perhitugan rugi/laba dibedakan:


1. Bentuk lapporan (report forn) yang berupa:
a. Sngle step, laporan yang mengabungkan penghasilan dan jumlah biaya
masing-masing menjadi satu kelopok sehingga untuk menghitung rugi laba
bersih mengurangkan jumlah jumlah biaya terhadap jumlah penghasilan.

Contoh :
KOPERASI TEMPE” MAJU MAKMUR”
LAPORAN RUGI/ LABA
31 Desember 1998

Penghasilan pokok Rp
Pendapatan non operasional Rp
Penghasilan incidental Rp
Jumlah penghasilan Rp
Harga pokok yang dijual Rp
biaya operasional Rp
biaya non operasional Rp
jumlah biaya Rp
pendapatan bersih Rp
b. Multiple stip, adalah bentuk laporan rugi laba ya ong mengelompokkan
penghasilan dan biaya lebih teliti dengan prisip yang digunaklan secara umum
atau disusun secara sistematis dan berurutan.

Contoh (1 ) :
KOPERASI TEMPE “MAJU MAKMUR”
LAPORAN RUGI/LABA
31 desember 1998

Penjualan bruto Rp
Potongan, retur penjualan Rp
Penjuaalan bersih Rp
Harga pokok penjualan Rp
Laba kotor penjualan Rp

Biya operasional :

Biaya penjualan Rp
Biaya adminitrasi / umum Rp
Laba bersi operasional Rp

Penghasilan dan biaya non operasional :

Penghasilan Rp
Biaya Rp
Rugi laba insidental Rp
Laba bersih sebelum pajak Rp
Contoh (2)
KOPERASI SEPATU “MANDIRI”
LAPORAN RUGI LABA
31 Desember 1998

Penjualan
Rp. 126.000.000
Persedian barang awal barang Rp. 20.000.000
Persedian akhir Rp. 100.000.000
Pembelian Rp. 120.000.000
Persediaan akhir
Barang dagagan Rp. 35.000.000
Harga pokok peenjualan Rp. 85.000.000
Laba bruto Rp. 41.000.000

Biaya operasirasionol
Berbagai biaya Rp. 14.000.000
Biaya penghapusan gedung Rp. 4.000.000

Rp. 18.000.000
Laba bersih Rp. 23.000.000

D. Bentuk perkiraan atau (Accoun form).


Bentuk ini tidak berbeda dengan bentuk “T” accunt, di mana sebelah kanan
dicantumkan pendapatan dan disebelah kiri di cantumkan biaya-biaya untuk
mendapatkan pendapatan atau penghasilan tersebut.

Disamping itu dikenal pula beberapa bentuk laporan lainnya yang kiranya
perlu diketahui, seperti :
a. laporan mengenai “SHU tahun yang lalu”, yang menyatakan laba yang dicapai
dan diperoleh perusahaan koperasi selama beberapa tahun berturut-turut setelah
dikurangi dengan dana-dana serta bagian yang disisihkan sebagai cadangan.
b. Laporan mengenai perubahan modal kerja.
Laporan ini menyebabkan, disatu pihak sebagai sumber-sumber yang menambah
modal kerja, dan di lain pihak pengeluaran-pengeluaran yang menyebabkan
berkurangnya modal kerja. Dalam laporan ini di analisis secara terperinci
perubahan-perubahan yang terjadi di suatu pihak pada aktiva tetap pada modal,
yang sebagai keseluruhan telah mengakibatkan perubahan-perubahan ( baik
penambahan maupun pengurangan ) pada modal kerja tersebut.

Selanjutnya, dalam menyusun laporan perhitungan rugi/laba maka harus


dibedakan antara rugi laba operasi, rugi laba diluar operasi dan koreksi-koreksi atas
perhitungan laba yang lalu.

Yang dimaksud dengan rugi laba operasi adalah merupakan selisih antara
hasil dan biaya-biaya operasi perusahaan pada suatu masa tertentu, biasanya satu
tahun. Sedangkan rugi/laba diluar operasi merupakan hasil yang diperoleh bukan dari
operasi biasa, akan tetapi diluar operasi perusahaan, misalnya merupakan hasil
penjualan mesin-mesin bekas/rusak, atau laba dari penjualan-penjualan surat berharga
yang dimiliki perusahaan sebagai investasi jangka pendeknya.

Dan yang dimaksud dengan koreksi-koreksi perhitungan laba tahun yang lalu,
adalah kesalahan atas perhitungan laba tahun yang lalu dan koreksi ini akan
mempengaruhi besarnya laba yang akan datang. Misalnya kekurangan perhitungan
Persediaan akhir tahun serta pajak-pajak tahun yang lalu yang belum dibukukan.

Anda mungkin juga menyukai