Anda di halaman 1dari 7

Analisis Profitabilitas

Profitabilitas adalah  kemampuan suatu perusahaan untuk mendapatkan laba (keuntungan) dalam
suatu periode tertentu. Pengertian yang semakna dengan ini dikemukakan oleh Husnan (2001)
bahwa profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
(profit) pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham tertentu. Sedangkan Menurut Michelle &
Megawati (2005) Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan menghasilkan laba (profit) yang
akan menjadi dasar pembagian dividen perusahaan.

Profitabilitas menggambarkan kemampuan badan usaha untuk menghasilkan laba dengan


menggunakan seluruh modal yang dimiliki. Pada gilirannya, profitabilitas suatu perusahaan akan
mempengaruhi kebijakan para investor atas investasi yag dilakukan. Kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba akan dapat menarik para investor untuk menanamkan dananya guna
memperluas usahanya, sebaliknya tingkat profitabilitas yang rendah akan menyebabkan para
investor menarik dananya. Sedangkan bagi perusahaan itu sendiri profitabilitas dapat digunakan
sebagai evaluasi atas efektivitas pengelolaan badan usaha tersebut.

Dalam kegiatan operasional perusahaan, profit merupakan elemen penting dalam menjamin
kelangsungan perusahaan. Dengan adanya kemampuan memperoleh laba dengan menggunakan
semua sumber daya perusahaan maka tujuan-tujuan perusahaan akan dapat tercapai. Pengguna
semua sumber daya tersebut memungkinkan perusahaan untuk memperoleh laba yang tinggi.
Laba merupakan hasil dari pendapatan oleh penjualan yang dikurangkan dengan beban pokok
penjualan dan beban-beban lainnya. 
 
Penggunaan profitabilitas bagi perusahaan maupun bagi pihak luar perusahaan bertujuan untuk :
1. mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu,
2. menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang,
3. menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu, dan
4. mengukur produktifitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman
maupun modal sendiri. 
 
RASIO PROFITABILITAS
Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang
ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan
penjualan maupun investasi. Semakin baik rasio profitabilitas maka semakin baik
menggambarkan kemampuan tingginya perolehan keuntungan perusahaan .

Samryn (2002) menyatakan bahwa rasio profitabilitas merupakan suatu model analisis yang
berupa perbandingan data keuangan. Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan
menggunakan perbandingan antara berbagai komponen yang ada di dalam laporan keuangan,
terutama laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi. Pengukuran dapat dilakukan untuk
beberapa periode operasi. Tujuannya adalah agar terlihat perkembangan perusahaan dalam
rentang waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan, sekaligus mencari penyebab perubahan
tersebut. 

Analisis Rasio Profitabilitas


Analisis rasio profitabilitas merupakan cara untuk mengukur kemampuan usaha dalam
menghasilkan keuntungan selama periode tertentu melalui penjualan, aktiva, dan modal. Analisis
rasio profitabilitas secara umum dalam perhitungannya menggunakan rasio :

1. Gross Profit Margin / Marjin Laba Rugi


2. Operating Profit Margin / Marjin Keuntungan Operasional
3. Net Profit Margin / Marjin Laba Bersih
4. Total Assets Turnover / Total Perputaran Aset
5. Return on Investment / Pengembalian Investasi, dan
6. Return on Equity / Pengembalian Ekuitas

1. Gross Profit Margin / Marjin Laba Rugi (GPM) 

Gross Profit Margin atau Marjin Laba Kotor adalah rasio profitabilitas yang digunakan
untuk menghitung persentase kelebihan laba kotor terhadap pendapatan penjualan.

.
2. Operating Profit Margin / Marjin Keuntungan Operasional (OPM)

Operating Profit Margin adalah Rasio yang mengukur persentase dari setiap
penjualan yang tersisa setelah (dikurangi) semua biaya dan beban selain bunga,
pajak, dan dividen saham preferen.

3. Net Profit Margin / Marjin Laba Bersih (NPM)

Net Profit Margin adalah perbandingan total jumlah laba bersih dengan total jumlah
pendapatan perusahaan.

4. Total Assets Turnover / Total Perputaran Aset (TAT)

Rasio perputaran Aset atau Total Asset Turnover Ratio adalah rasio aktivitas (rasio
efisiensi) yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan penjualan dari
total asetnya dengan membandingkan penjualan bersih dengan total aset rata-rata.
5. Return on Investment / Pengembalian Investasi (ROI)

Menurut Munawir (1195:89) ROI (Return On Investment) adalah salah satu bentuk dari
rasio profitabilitas yang dimaksudkan dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan
keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasinya
perusahaan untuk menghasilkan keuntungan.

6. Return on Equity / Pengembalian Ekuitas (ROE)

Return on Equity / Pengembalian Ekuitas adalah salah satu rasio keuangan yang sering
digunakan oleh investor untuk menganalisis saham. 

contoh dan hasil perhitungan masing-masing rasio disederhanakan dalam bentuk tabel berikut: 
a. Gross Profit Margin (GPM) 

Tabel perhitungan rasio profitabilitas di atas menunjukkan bahwa nilai GPM pada Perusahaan X
pada tahun 2010, 2011, dan 2012 secara berturut-turut sebesar 4,52%; 3,55%; 3,23% dengan
nilai rata-rata sebesar 3,77%, artinya dari volume penjualan atau setiap Rp. 100 dari penjualan
bersih akan menghasilkan laba kotor sebesar Rp. 4,52; Rp.3,55; dan Rp. 3,23. 

Nilai GPM tersebut berada di bawah standar industri yaitu sebesar 26,6%. Nilai GPM cenderung
mengalami penurunan dari tahun ke tahun dan penurunan terbesar terjadi pada tahun 2012 yaitu
sebesar 3,23%. Hal ini dikarenakan terjadi penurunan penjualan sehingga laba kotor yang
dihasilkan menjadi rendah. Nilai GPM turun setiap tahunnya menunjukkan bahwa Perusahaan X
mempunyai kemampuan yang kurang baik dalam menghasilkan laba kotor. Penurunan tersebut
terjadi karena penjualan yang diikuti dengan harga pokok penjualan sehingga laba kotor yang
dihasilkan cukup rendah. 

b. Operating Profit Margin (OPM) 

Tabel rasio profitabilitas tersebut menunjukkan nilai OPM pada Perusahaan X untuk tahun 2010,
2011, dan 2012 berturut-turut adalah sebesar 4,65%; 4,55%; 4,05% dengan nilai rata-rata sebesar
4,42%, artinya laba operasi yang dihasilkan Perusahaan X sebesar 4,65%; 4,55%; dan 4,05% dari
volume penjualan atau setiap Rp. 100 dari penjualan bersih akan menghasilkan laba operasi
sebesar Rp. 4,65; Rp.4,55; dan Rp. 4,05. 

Nilai rata-rata OPM yang diperoleh Perusahaan X jika dibandingkan dengan standar industri
yang nilainya sebesar 4,6% sudah hampir memenuhi nilai standar industri, hal tersebut
menandakan bahwa kemampuan menghasilkan keuntungan dari kegiatan operasional yang
dilakukan sudah cukup baik. Nilai OPM dapat ditingkatkan jika Perusahaan X mampu mengelola
penggunaan biaya operasional dengan baik serta adanya peningkatan penjualan, sehingga laba
operasional dapat diperoleh secara maksimal. 

c. Net Profit Margin (NPM) 

Tabel rasio profitabilitas di atas menunjukkan nilai NPM pada Perusahaan X untuk tahun 2010,
2011, dan 2012 berturut-turut adalah sebesar 4,07%; 3,20%; 2,90% dengan nilai rata-rata sebesar
3,39%. Berdasarkan analisis NPM, maka dapat diketahui bahwa nilai NPM pada tahun 2010
sebesar 4,07%, yang artinya bahwa setiap Rp. 100, penjualan akan menghasilkan keuntungan
neto Rp. 4,07. Pada tahun 2011 terjadi penurunan yaitu sebesar 3,20%, yang artinya bahwa
setiap Rp. 100, penjualan akan menghasilkan keuntungan neto sebesar Rp. 3,20. Pada tahun 2012
terjadi penurunan kembali yaitu sebesar 2,90%, yang artinya berarti bahwa setiap Rp. 100,
penjualan akan menghasilkan keuntungan neto sebesar Rp. 2,90. 

Hasil perhitungan NPM dapat diperoleh gambaran tentang berapa besar keuntungan yang
diperoleh Perusahaan X. Tingkat NPM yang dicapai Perusahaan X selama tiga tahun terakhir
cenderung menurun dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan karena tingkat penjualan atau
pendapatan jasa tidak mengalami peningkatan yang begitu besar. 

Penurunan NPM biasanya disebabkan karena kurangnya jumlah penjualansebelum dikurangi


pajak dan tidak diikuti oleh kenaikan penjualan bersih yang cukup berarti. Sedangkan kenaikan
NPM disebabkan oleh meningkatnya laba bersih aktif pajak yang diikuti oleh kenaikan penjualan
bersih. 

d. Total Assets Turnover (TAT) 

Nilai TAT pada Perusahaan X untuk tahun 2010, 2011, dan 2012 berturut-turut adalah sebesar
5,96 kali; 5,36 kali; 5,51 kali dengan nilai rata-rata sebesar 5,61 kali, artinya penjualan yang
dihasilkan sebesar 5,96 kali; 5,36 kali; 5,51 kali dari total aktiva. Rata-rata nilai TAT pada
Perusahaan X berada di atas standar industri yaitu sebesar 1,8 kali. 

Nilai TAT setiap tahun mengalami fluktuasi dan cenderung menurun. Penurunan nilai TAT dari
tahun ke tahun ini menunjukkan bahwa kurangnya efisiensi penggunaan seluruh modal yang
dimiliki dalam menghasilkan penjualan. Penurunan TAT dari tahun ke tahun disebabkan karena
adanya prosentase kenaikan penjualan atau pendapatan jasa yang lebih kecil dibandingkan
dengan prosentase kenaikan aktiva. Kinerja keuangan Perusahaan X dilihat TAT sangat baik
karena semakin tingginya rasio TAT berarti semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva di
dalam menghasilkan tingkat penjualan yang tinggi. 

e. Return on Investment (ROI) 

Dari tabel di atas menunjukkan dari hasil perhitungan didapatkan hasil bahwa nilai ROI pada
Perusahaan X tahun 2010 sebesar 24,24%, pada tahun 2011 menurun menjadi 17,14%, dan pada
tahun 2012 terjadi peningkatan menjadi 15,99%, sedangkan rata-ratanya sebesar 19,12%, Dalam
setiap penjualan Rp. 100, total aktiva yang digunakan memberikan keuntungan sebesar Rp.
24,24; Rp. 17,14; Rp. 15,99. Kondisi naik turunnya nilai ROI pada tahun 2010 sampai 2012
tersebut menunjukkan bahwa penggunaan aktiva perusahaan belum efisien dan rendahnya
tingkat laba yang dihasilkan oleh keseluruhan penggunaan aktiva. Kenaikan nilai ROI
menunjukkan perusahaan sudah mampu mengelola aktiva yang tersedia secara maksimal untuk
menghasilkan keuntungan yang optimal. ROI dapat ditingkatkan dengan cara menekan biaya
operasional atau harga pokok penjualan sehingga laba yang diperoleh lebih tinggi. 
f. Return on Equity (ROE) 
Hasil perhitungan pada tabel menunjukkan nilai ROE dari tahun 2010 sampai 2012 secara
berturut-turut adalah sebesar 42,12%; 21,91%; 19,38%, dengan rata-rata 27,80%, yang artinya
tingkat penghasilan yang diperoleh suatu usaha atas modal sendiri yang diinvestasikan adalah
sebesar 27,80% atau dalam setiap Rp. 100, modal sendiri yang diinvestasikan memberikan
keuntungan sebesar Rp. 27,80. Nilai ROE pada Perusahaan X berada di atas standar industri
yaitu sebesar 14,04%. Dari hasil perhitungan ROE dapat diketahui bahwa nilai ROE menurun
dari tahun 2010, 2011, dan 2012. Penurunan ini disebabkan karena tingginya biaya-biaya
operasi, membuat laba yang dicapai tidak sebanding dengan modal yang dikeluarkan, sehingga
kemampuan modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan netto menurun dari tahun ke tahun. 

https://etalasepustaka.blogspot.com/2016/08/pengertian-dan-analisis-rasio-profitabilitas.html

https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-gross-profit-margin-marjin-laba-kotor-rumus-gpm/

https://analis.co.id/operating-profit-margin.html

https://www.seputarforex.com/artikel/pengertian-net-profit-margin-npm-207266-34

https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-rasio-perputaran-total-aset-total-asset-turnover-ratio-
rumusnya/

http://forum.detik.com/pengertian-roi-return-on-investment-t385600.html

https://id.wikihow.com/Menghitung-Return-on-Equity-(ROE)

Anda mungkin juga menyukai