Anda di halaman 1dari 3

Rawatlah Ikstida Seperti Merawat Tubuhmu

#Gus Miftah KH.

“Ikstida adalah sebuah wadah yang tidak berharga….!”

Begitulah adigium yang kak senior pernah lontarkan, siapa saja yang
mendengarkan perkataan diatas pasti sedikit bangkit bulu semangatnya. Bayangkan
organisasi kita, rumah kita yang kita tiduri,naungi,dan sebagainya, di cap demikian,
spontan kita tidak terima dengan hal tersebut, berbicara ‘masalah’ atau ‘penghambat’
dalam organisasi yang membuat kita bisa lebih bertanggung jawab kenapa tidak kita
hadapi se tegas mungkin.

Sejenak kita ratapi bersama sebuah proses yang seharusnya kita lalui bersama,
meski itu hal yang sulit bagi kita, jika kita yakin dan pasti mampu dalam menghadapinya
Allah yang maha kuasa dapat mengabulkan usaha hamba-Nya, sebesar apapun
masalah atau hambatan dalam kehidupan pasti ada jalan keluarnya, yakinlah Allah
yang menciptakan semua kejadian yang terjadi dimuka bumii ini pasti Allah yang
memberikan solusinya, itu pasti.! Mari menjelajah dan berpikir dulu sebelum pada
pembahasan.

Berproses dalam orgnisasi itu butuh, apalagi dalam kehidupan, tidak mungkin
orang yang sekarang jadi public figure tanpa melalui proses, tidak semena-mena
spontan sukses di dunia intertaimenet, pasti melalui proses yang begitu rumit, kita ambil
sample seperti presiden kita presiden Ir. Jokowi Dodo president ke 7, agak mustahil
dalam memandangnya sebelah mata ketika melihat sebuah kesuksesan dalam karir
hidupnya, beliau merupakan anak pertama atau sulung dan mempunyai tiga orang adik
perempuan, yaitu Iit Sriyantini, Ida Yati, dan Titik Relawati. Dia dalam menjalani
kehidupannya dari segi pendidikan dan keluarga sangat miris jika dibandingkan dengan
keadannya sekarang,

Selanjutnya penulis mencoba menukil dari seorang perempuan yang


entrepreneur, motivator level internasional mengatakan “ Proses dalam ketekunan,
menjalankan pekerjaan demi pekerjaan itu kemudian secara alamiah, mengajarkan aku
tentang tiga hal: tekad yang kuat, strategi yang terarah, dan kedekatan kepada tuhan.”
Membuktikan sebuah proses begitu bermakna apalagi disertai dengan ketekunan, serta
tekad yang besungguh-sungguh demi tercapainya suatu cita-cita, juga menyusun
strategi yang dapat menyokong semangat kita dalam menalani proses, dan jangan lupa
tetap berdoa dan memohon kepada Allah agar tetap dalam lindungannya dan tetap
semangat dalam beproses.

Jangan terlalu liar dalam berjelajah nanti lupa jalan pulangnya. Kita Tarik pada
paragraph pertama, jangan liar juga dalam mengartikan, ‘ikstida adalah wadah yang
tidak berharga’, merupakan statmen yang mana hal tersebut harus dijadikan suntikan
keras bagi kita penerusnya mengapa demikian? . ikstida sebagai wadah yang
menampung semua kreatifitas anggotanya semulai dulu tidak akan bergerak sendiri
dalam mengembangkan skill anggotanya tergantung penggerak yang sadar., hal itu,
harus di pupuk dan dikembangkan, siapa sih penggerak itu? Penulis mengartikan
sebagai garis pengurusnya saja, jadi apakah penentu ikstida kedepannya apakah
tergantung pengurusnya juga? Kalo ikstida seandainya di coret nama baiknya apakah
hanya pengurus yang bertanggung jawab? Atau malah sebaliknya?

Semua yang jadi penentu adalah kita bersama bagaimana kemudian kita harus
sadar diri dalam merawat ikstida kita sendiri. coba kita analogikan ikstida itu barang
berharga yang sangat kita sayangi, misal kalo selera pria “ikstida seperti speda motor
PCX atau sejenisnya, pasti setiap saat kita pasti menjaganya, dari keadaan mesinnya
sampai bahan bakarnya yang harus teratur dalam mengisinya, sampai kebersihannya
sangat di perhatiin.”, kalo selera wanita, “Ikstida itu seperti tubuhnya sendiri, dari
perawatan yang berlebel ratusan sampai jutaan, mereka beli demi merawat
penampilannya, sampai dari segi makananya harus di jaga agar tetap awet cantik dan
membuat sibelang tetap menempel di sisinya”.

Ikstida rumah kita bersama bagaimana kita harus bisa menjaganya dari semua
segi dan elemen. sadar diri serta rasa kepemilikannya harus kita tampakkan,
bagaimana kita menjaga dan merawat barang atau rumah kita sendiri. Bukan lantas kita
numpang nyaman saja dalam menjalani proses atau hidup berorganisasi. Ada sebuah
statement jangan sampai kita numpang hidup dalam organisasi tapi harus bisa
menghidupkan organisasi, bagaimanapun caranya itu. Bagaimana kita dapat
mengharumkan almamater kita sendiri. Bukan lantas bangga dengan proses
pendahulu yang dapat mengharumkan ikstida pada saatnya, pencapaian kesuksesan
itu bukan di ukur dengan ketercapaian pada masanya, melainkan kesuksesan di ukur
dengan keberlanjutan tetap dan semangat pada masa setelahnya, maka wadah itu
harus tetap baik, bagi isinya agar aliran air dari dulu tetap terasa subur pada bibit yang
hidup dan berjuang setelahnya. Sebagai closing statement “manusia ini adalah cerita,
maka buatlah cerita yang baik bagi setelahnya” alm, KH, Warits Ilyas. Berikan
perubahan selagi kita dapat bergerak. Kalau tidak bisa memberikan yang terbaik
setidaknya jangan membuat terbalik. Salam kebangkitan.

#Pria berkelahiran Mordheje Tulen,<thophothe> Mahasiswa Santri Tasawuf


dan Psikoterapi semester V

Anda mungkin juga menyukai