Anda di halaman 1dari 3

Bukan Ketan Makanan

Azizah Az Zahra

Ketan atau Oryza Sativa var. Glutinosa adalah sejenis biji-bijian serelia yang memiliki tekstur
dan kandungan yang mirip dengan beras. Ketan didapatkan dari padi ketan yang tumbuh di
daerah tropis seperti Asia Tenggara, …

Wait! Wait! Ini bukan karya ilmiah kan?

Tapi memang pada umumnya jika kau sebut “Ketan” pasti yang terpikir adalah salah satu nama
makanan. Tapi bagi kami, ketan juga bisa bermakna lain yaitu “Ketua Angkatan”, pasti bagi sebagian
orang yang baru mengetahuinya akan sedikit tergelitik dengan nama itu, dan yang pasti juga yang satu
ini bukan termasuk bahan pangan tadi.
Tepatnya Jumat, 27 Juli 2018. Rasanya aku adalah anak kemarin sore yang mendapat amanah besar
untuk menjadi ketua angkatan akhwat, angkatan yang beranggotakan 123 siswa dan memiliki nama
BIZARTIUM, nama unik yang berasal dari bahasa Arab yang kurang lebih artinya ‘Dengan Persatuan
Angkatan Sepuluh Akan Menjadikan Meningkatnya Pemikiran Demi Kemajuan Umat’. Terasa seperti
mimpi, tapi memang ini faktanya, amanah dan tanggung jawab yang besar resmi berada di pundakku,
walaupun rasa senang itu ada karena mendapat kepercayaan dari teman-teman untuk memimpin
angkatan.
***
“Bismillahirrahmanirrahim, Tekad bersama Bizartium, ….” ucapku diikuti yang lain. Setiap pagi
kami mengawali dengan dhuha 8 rakaat dan tadarus dilanjut dengan tekad yang telah dirancang dan
disetujui satu angkatan untuk dilaksanakan, point pentingnya adalah zero maksiat, meningkatkan
syakhsiyah islamiyah, soliditas angkatan, dan yang terpenting adalah mencapai sukses bersama dengan
penuh keberkahan dari Allah Swt. Ada yang bilang kalau jadi ketan itu enak. Jauuhhh dari kata enak
bung!!! Banyak amanah yang menunggu, mungkin aku akan sedikit bercerita tentang pengalaman
menjadi ketua angkatan,
Untuk mewujudkan tekad, pasti dibutuhkan kesolidan angkatan, dan di sisi lain ada yang bilang
kalau antara anak boarding dan anak nonboarding itu tidak akan bisa bersatu alias berkubu-kubu,
memang awalnya ada indikasi seperti itu, tapi bagaimana caranya kami menghilangkan mindset super
ngaco tersebut, rapat angkatan berkali-kali dilakukan untuk menghancurkan tembok pemisah itu, ya
walaupun pahit, walaupun nyelekit, tapi berdampak positif, buktinya kami bisa membuktikan bahwa tak
ada batas di antara kita, eaaa...
Dag... dig... dug... saat memimpin rapat angkatan untuk pertama kalinya saja jantung rasanya udah
ngegantung di ujung hampir copot! Gemeteran! Mau bagaimana lagi, harus bisa bersikap netral dan tegas
dan harus siap menerima semua masukan dan kritikan. Karena bagaimana cara menyelesaikan masalah
akan berdampak besar bagi kelangsungan hidup angkatan, eh, maksudnya bagi kemaslahatan angkatan.
***
Program angkatan pun mulai dijalankan, seperti English Day, dhuha 8 rakaat, tadarus bersama dan
sendiri dengan target khatam per bulan, zero maksiat dan masih banyak lagi. Awalnya banyak yang
protes dan mengatakan bahwa dirinya tidak mampu, tapi menurutku itu adalah salah satu program
pembinaan agar kami bisa menjadi pribadi yang hebat dan ternyata memang berdampak positif bagi
kami.
Dan menurutku yang menjadi cobaan selanjutnya adalah masalah angkatan, jeng... jeng... jeng...!
Mungkin salah satunya adalah hal yang sangat sederhana tapi dampaknya menghancurkan dunia
‘kesolidan’ yakni, Jaket angkatan. Walaupun cuma hitungan jari yang memprotes keputusan jaket, tapi
dampaknya adalah satu angkatan, karena memang cara protesnya yang tidak ahsan dan kebetulan yang
sangat menyesakkan adalah Direktur Kesiswaan YIC sendiri yang mengetahui masalah ini, sehingga
kami terancam tidak mendapatkan jaket angkatan. Bolak-balik ruang guru, berdiskusi, membuat
komitmen, dan proposal kami buat. Dari satu peristiwa yang tak terlupakan ini, bisa diambil hikmah
bahwa kemaksiatan sekecil apapun akan berdampak besar bagi semua.
Ditambah lagi poin zero maksiat, banyak yang keberatan dengan ragam alasannya,
“Kita kan ga bisa bener-bener ga maksiat, Zah?!”
“Ga bisa kalau zero mah woi!”
“Kita bukan malaikat woi!”
Tapi tunggu dulu, poin zero maksiat itu bukan dibuat tanpa tujuan, itu sebagai pemicu kita untuk
tidak berbuat maksiat, kalau ada yang bilang kita kan tempat salah dan dosa. Ya, memang benar, tapi
bagaimana caranya kita harus ber-azzam kuat untuk menjaga diri dari salah dan dosa tersebut.
“Terus gimana biar bisa zero maksiat?”
Kuncinya itu amar ma’ruf nahyi munkar, hari demi hari perlahan tekad zero maksiat itu tertancap
dalam pikiran kami, Forbidden Words, Chatting-an pelanggaran ijtima’iy, dan maksiat lainnya perlahan
berkurang karena dengan sendirinya kami sendirilah yang menganggap itu semua hal yang terlarang bagi
diri kami sendiri bahkan tak terpikir untuk melakukannya.
Memang banyak cobaannya tapi banyak juga pelajaran yang bisa kuambil dari menjadi ketua
angkatan, aku belajar untuk bertanggung jawab tak hanya kepada diri sendiri, tapi juga satu angkatan
akhwat agar tercipta kesolidan angkatan. Bisa dibilang bahkan sekarang kami tak sebatas teman satu
angkatan lagi, keluarga! Ya, keluarga Bizartium! Yang siap mencapai cita-cita bersama dan merangkul
sesama untuk berbuat dan menebar kebaikan.
***
Januari 2019,
“LMT two thousand and ninety!”
“Be True Leaders... We Lead... We change... Allaahu akbar! Go... Go, Go... Bizartium Goes to
Pare!”
Suara teriakan jargon menggema di Stasiun Kediri, Jargon yang memberi arti tersendiri bagi kami
Bizartium, lambang kesungguhan dan kesolidan angkatan. Jaket parasut berwarna hijau army bertuliskan
Bizartium menjadi saksi perjuangan kami mengikuti program LMT. Drr... drr... suara koper berlambang
Bizartium dijejerkan di peron stasiun siap menunggu kereta tujuan Stasiun Senen.
Sebelas hari cepat berlalu, banyak pelajaran hebat yang kami dapat di sana, dan tiba saatnya untuk
pulang, bersiap menjadi pribadi baru yang lebih baik yang siap menatap mimpi besar dan
mewujudkannya. Karena semua berawal dari mimpi,
“Kamu boleh bermimpi sebesar-besarnya, tapi jangan lupa untuk bangun dan mewujudkannya
supaya tak hanya jadi sekadar angan dan omong kosong belaka”

Anda mungkin juga menyukai