Anda di halaman 1dari 7

JUDUL ESAI :

From Bad Passengers To Good Passengers

DISUSUN OLEH :
ANGGRAINI PUTRI KINANTI

PALEMBANG
2022/2023
1. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Kita semua adalah pemegang mandat dari sebuah kehidupan sewaktu dilahirkan
tuhan pun bersabda, “inilah hidupmu,” setelah itu kita yang jelajahi sendiri:
karena suratnya tidak bersama dengan kita pada saat itu melainkan bersama
dengan orang tua. Ya benar sekali merekalah yang memeliharanya dengan penuh
kesungguhan, inilah yang terlintas dalam pikiran saya mengenai: peraturan
pendidikan pertama di peroleh dari rumah. Dari sosok orang tua yang mengajari
apa tujuan dari seseorang untuk hidup. Baik itu dari segi kita tumbuh diajari
untuk merangkak, berdiri, berjalan, kemudian berbicara, lalu di ajari membaca, di
beri ilmu, di berikan pandangan mengenai masa depan yang akan di perjuangkan
beberapa tahun yang akan datang, belum lagi ada beberapa tuntutan orang tua
yang harus sama seperti anak anak orang lain. Padahal setiap orang punya
karakteristiknya masing-masing untuk tumbuh dan berkembang, jika seseorang
lahir dari Rahim yang berbeda, tumbuh dan berkembang dengan cara pengajaran
yang berbeda, Tumbuh dari keadaan ekonomi yang setiap orang berbeda. Dan
kenapa harus dengan pembandingan dan omongan-omongan yang tidak enak di
dengar harus di bandingkan, yang menyebabkan mental healthy seorang anak
lebih cepat berpengaruh.
‘’Mungkin ini juga yang menjadi salah satu alasan utama. Kenapa setiap anak
memiliki cara yang berbeda dalam mengimplementasikan dirinya. Baik itu dari
segi sudut pandang, cara menilai seseorang, memiliki kepribadian yang kritis,
kuat dan tahan banting, sedangkan sebagiannya lagi tidak.
Inilah yang menjadi salah satu topik yang saya pilih. Dan hal yang selalu saya
tanyakan tiap harinya terhadap diri saya sendiri, teman, keluarga, saudara,
termasuk sepupu. Mengenai apa almamater kita sebenarnya, dan mengenai esai
yang berjudul :From Bad Passengers To Good Passengers.
Dan idealnya setiap manusia bisa melakukan terapi diri self healing, baik itu ada
dengan pergulatan yang Panjang dan ada juga sebagian orang yang
membutuhkan orang lain. Baik itu dimulai dari Kembali mengenal diri di antara
sejuta hal yang kita alami. ‘’Lalu mengenali siapa saja yang ada di sekitar kita dan
kemana akan kita bawa hidup ini, Termasuk dalam artian seorang loser.” Mereka
mudah menyerah, selalu mengatakan susah, banyak mengeluh, banyak
komplain, menyalahkan orang lain atas kesalahan-kesalahan yang ia perbuat
sendiri, bahkan senang mencari-cari alasan.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan Latar Belakang Masalah yang telah dijelaskan di atas maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
-Anda tinggal memilih, ingin duduk manis menjadi penumpang di belakang, atau
mengambil risiko sebagai driver di depan?
- jadi ada 3 hal yang harus dilakukan, yaitu bagaimana mengendalikan diri
sendiri, mengendalikan orang lain, dan mengendalikan bangsa. Kalau seseorang
tak bisa mengendalikan dirinya sendiri, bagaimana ia bisa mengendalikan orang
lain? Dan itu berarti tak ada kepemimpinan, tak ada yang mengendalikan bangsa
ini jadi, ‘’driver’’ itu apa? Bukankah di Indonesia ada jutaan orang yang
berprofesi sebagai sopir? Kalau demikian, bisakah Indonesia disebut sebagai a
driver nation?
- Tentu bukan itu yang saya maksud. Driver adalah sebuah sikap hidup yang
membedakan dirinya dengan ‘’passenger’’ oleh karena itu seorang driver bisa
hidup di mana pun mereka berada, dan selalu menumbuhkan harapan. Bila
seorang ‘’passenger’’ menjadi kerdil karena terpengaruh oleh settingan otak
yang tetap, maka seorang driver akan selalu tumbuh. Mereka mengajak orang-
orangnya untuk berkembang dan keluar dari tradisi lama menuju pemimpin yang
gemilang penuh dengan harapan.

C. TUJUAN DARI SEBUAH PENELITIAN {MASALAH}


Dengan tujuan agar seorang pengendali dapat menentukan arah, membawa
penumpang-penumpangnya ke tempat tujuan dan dapat mengambil risiko.
Itulah yang saya maksud dengan sikap mental seorang driver. Dengan menjadi
sopir kendaraan, seseorang belum tentu memiliki mental seorang driver. Banyak
driver yang sering mengeluh, tak bekerja sepenuh hati, ugal-ugalan, dan merasa
jenuh karena tak punya pilihan.
Driver’s mentality, yang saya bahas ini pada dasarnya adalah sebuah kesadaran
yang dibentuk oleh pengalaman dan pendidikan. Bukan karena tidak punya
pilihan. Melainkan pendidikan yang mereka jalani adalah proses belajar, yaitu
bagaimana cara mereka memperbaiki cara berpikirnya dan cara menjalani hidup
yang menantang.

ISI
Beberapa waktu yang lalu saya mulai memberikan pelatihan untuk
mentransformasikan loser menjadi winner. Tentu saja sewaktu pelatihan itu
saya jalankan, Banyak dari orang sekitar saya termasuk saya sendiri menemukan
begitu banyak passangers ketimbang tipe drivers.
Tetapi sewaktu pelatihan itu kami jalankan, beberapa anggota teman saya
maupun kakak tingkat saya. Menemukan Begitu banyak orang Passengers yang
‘’tersakiti’’ dan ‘’sakit’’, yang ternyata lebih mudah berpindah kuadran untuk
menjadi ‘’driver’’. Baik, untuk memudahkan Anda, saya kutikan penggalan berita
yang saya baca di harian Warta Kota mengenai seorang pria yang di usia 47
tahun masih menjadi ‘’passenger’’ bagi orangtuanya, seorang janda yang berusia
67 tahun. Bukan hanya menjadi passenger saja, Melainkan mereka mampu
menjadi driver, bukan semata-mata mereka kepiawaian menjalankan peran
melainkan karena mereka benar-benar sedang sakit. Sakit karena dendam, baik
itu dari sebuah janji, sebuah janji yang tak dipenuh, harapan yang pupus,
kerinduan yang tak tersampaikan, serta beberapa tekanan yang tak terlupakan,
dan seterusnya. Rasa sakit itu akan mendorong orang untuk membalas kepada
siapa saja yang ditemui, atau mencapai ambisi dengan segala cara untuk
memperoleh pengakuan. Inilah yang saya bahas disini mengenai peran seorang
pemimpin di tahun 2045 yang akan mendatang, termasuk mengenai pelatihan
yang harus di latih sejak dini, baik itu di mulai dari keluarga, teman, lingkungan,
maupun dari diri kita sendiri.
Saya berfikir betapa mengerikannya orang orang tersebut, alih alih menjadi
pemimpin yang memelopori kemajuan, mereka justru menjadi pemecah belah,
menyuarakan kesakitan dan penderitaan. Wujudnya bisa berupa agresi, emosi
tak terkendali, mengompori perlawanan, sinis, negative, tak memercayai
kebenaran, memimpin pemberontakan, menyebarluaskan kebencian,
memutarbalikkan fakta, terlibat dalam gossip, dan seterusnya.
Seperti uji karat percobaan
Seperti emas, para driver perubahan juga ada ukuran karatnya. Semuanya bisa
diukur dengan memeriksa sejumlah elemen. Tetapi, ambil saja tiga hal ini:
integritas,end-result, dan popularitas. Integritas tak bisa di ukur dari popularitas,
bahkan sangat bertolak belakang. Semakin kuat integritas kalau memimpin
perubahan dalam organisasi tua yang guyub, sangat mungkin menjadi tidak
popular. Jadi integritas dapat dilihat dari kegigihan menegakkan aturan, dari ada
tidaknya bukti-bukti pelanggaran hukum {bukan desas-desus}. Dan, integritas
hampir pasti berhubungan dengan hasil {end result} yang di capai. Sampai di sini
saya bisa mengatakan perubahan di PT Pelindo II itu rill. Dan perubahan itu
memang pahit teman-teman sekalian dan mengusik rasa nyaman kita . Mengusik
solidaritas, membuat yang perasaan ‘’teraniaya’’. Tetapi, the show must go on
dan harus ada orang yang rela berkorban dan rela tidak popular. Ayo bangun
kehormatan, bukan solidaritas yang lembek dan lempar batu sembunyi tangan.
Yang berani itu tidak akan bertahan dengan kekuatan massa, melainkan
kekuatan pribadi dengn pikiran dan fakta. Hadapi saja perubahan.
Pada waktu yang bersamaan juga saya membaca dari tribun news, tentang Pak
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang membahas tentang puncak Indonesia
emas tahun 2045: Siapkan Generasi Muda Unggul untuk Wujudkan Indonesia
Emas 2045. Pak Ridwan Kamil yang saat itu menjadi pembicara talkshowThe
Future Of Indonesias Leadership Milestone di Gedung Pakuan, Kota Bandung,
Rabu {18-8-2021}. {Foto: Rizal/Biro Adpim Jabar}
BANDUNG – Gubernur Jawa Barat {Jabar} Ridwan Kamil mengatakan, generasi
muda saat ini adalah ujung tombak untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Untuk itu, Pemerintah Provinsi {Pemprov} Jawa Barat {Jabar} menggulirkan
sejumlah program pengembangan Sumber Daya Manusia {SDM} guna investasi
jangka Panjang.
‘’Saya belajar, pemimpin yang baik adalah pemimpin yang melahirkan pemimpin-
pemimpin lainnya,’’ Kata Pak Emil -sapaan. Ridwan Kamil-saat menjadi
pembicara talkshow ‘Malam puncak Webinar Series Lead The Feast 2021 The
Future of Indonesia’s Leadership Milestone’ di Gedung Pakuan, Kota Bandung,
Rabu {18-8-2021}.
Program pertama yang dijalankan adalah Jabar Future Leaders. Lewat program
ini, generasi muda diberikan pengalaman untuk menjadi ajudan Gubernur Jabar
selama seminggu. Program tersebut, kata kang Emil, diperuntukan bagi anak-
anakmuda dari seluruh daerah di Indonesia, termasuk penyandang disabilitas.
Jabar Future Leaders diharapkan bisa memberikan pengalaman berharga bagi
generasi muda mengenai realita pemimpin yang terjadi di lapangan.
‘’Mudah-mudahan seratusan anak-anak muda yang satu menjadi ajudan saya,
walaupun hanya seminggu, memorinya bisa ingat. Ucap Pak Ridwan Kamil saat
itu, Program selanjutnya adalah Patriot Desa. Patriot Desa merupakan program
pelatihan dan penempatan tugas bagi para pemuda untuk melaksanakan
pembangunan di desa-desa di Jabar. Ujar sang beliau.
Inilah yang saya maksud juga di sini menarik diri, penuh kebencian, tak ada
gairah, dan seterusnya. Belakangan, gejala-gejala itu-lah yang saya temui pada
bad passengers, yang tentu dapat menghambat kemajuan perusahaan atau
organisasi yang tengah bertransformasi. Perusahaan atau organisasi yang sehat
tentu perlu mendapatkan dukungan dari pegawai-pegawainya . Namun, kalau
pasukan yang dipimpinnya sudahberubah menjadi kumpulan orang-orang yang
‘’sakit hati’’, dan punya banyak kepentingan, dan ‘’luka batin’’, maka bisa jadi
bukan perubahan positif yang didapat, melain-kan boomerang. Anda mengalami
sindrom ‘’Sleeping with the Enemy’’, seperti judul film tahun 1990-an yang
dibintangi artis Julia Roberts.
Jadi, mengubah mereka menjadi driver tanpa menyembuh-kan luka batinnya
dapat menjadikan mereka pemimpin pem-berontakan yang meronta karena
‘’sakit’’ seperti ini menjadi driver, jauh lebih mudah ketimbang mengubah good
passenger yang tak bergairah. Hanya saja, bukan itu yang kita cari, ‘’kan?
WINNER-LOSER
Siapapun literatur pendukungnya, mungkin kebanyakan orang berkenalan
dengan psikolog terkenal, yang menjelaskan perbedaan antara orang-orang yang
memiliki karakter pemenang dan akhirnya keluar sebagai pemenang, dengan
orang-orang yang mempunyai jiwa pecundang-yang akhirnya selalu kalah karena
tak mau mengakui kekurangannya.
Semuanya bisa berubah. Berubah artinya selalu dimulai dengan menerima
realitas, berdamai dengan diri sendiri, menerima semua dengan lapang dada,
dan intropeksi diri. Memang semua itu tidak semudah dengan yang kita ucapkan.
Dan saya sendiri juga berpendapat dan membuktikan jika semua ini tidak
semudah itu. Namun ini pun pasti ada imbalannya, yaitu hidup yang pasti akan
jauh lebih baik dengan keejahteraan lahir-batin.
Inilah yang menjadi beberapa pertanyaan untuk generasi penerus.Masalahnya
hanya satu: Anda mau atau tidak untuk ber-ubah. Pepatah mengatakan, mustahil
untuk mendapatkan hasil yang berbeda dari tindakan yang sama berulang-
ulang.Teori DNA juga mengatakan, bahwa perilaku kita sangat ditentukan oleh
orang-orang yang menjadi teman-teman kita. You are who your friends are.
Idealnya, manusia bisa melakukan terapi diri {self healing} melalui usaha yang
benar-benar berat. Tetapi sebagian orang lainnya membutuhkan orang lain. Di
berbagai rumah perubahan, tiap orang pun melakukan proses terapi ini.
Prosesnya Panjang, dimulai dari Kembali mengenal diri di antara sejuta hal yang
kita alam. Lalu mengenali siapa saja yang ada di sekitar kita dan kemana akan di
bawa hidup ini. Kepada siapa kesuksessan yang diharapkan bangsa ini akan kita
persembahkan.
Dan dari segala persoalan berat yang banyak dihadapi bangsa ini. Anda tentu tak
akan menyangka bahwa mereka butuh wadah besar untuk menumpahkan segala
beban berat yang selama ini mereka bawa kemana-mana. Dari setiap orang pun
menerapi masalah-masalah itu, mereka pun menyadari, itu adalah masalah
leadership, masalah masa depan perusahaan, masalah kebangsaan, yang
menentukan apakah kita mampu keluar menjadi bangsa pemenang. Bangsa yang
unghul, bukan bangsa pecundang yang selalu marah tanpa arah. Maka,
membuka luka lama dan menerapinya adalah satu hal. Sedangkan mengisinya
untuk menjadi good driver adalah hal lain lagi. Dan seorang pemimpin tidak
cukup hanya bermodalkan tekad dan semangat. ia butuh juga butuh referensi
dari pengetahuan akademis. Sistem yang demikian pun mengakibatkan peserta
didik Indonesia memasuki dunia kerja dengan beban pengetahuan yang
overcognitive sehingga sehingga seni berpikirnya perlu ditata ulang.
KEKUATAN DARI DALAM
.Beberapa orang menyebut kekuatan tersebut sebagai ‘’will power’’, yaitu
tenaga dalam untuk memudahkan semua dalam mengambil keputusan dan
Tindakan sampai selesai. Agar anda tak berhenti di tengah jalan.

START EARLY START NOW


Mulailah saat ini juga. Jangan sekali-kali Anda menggunakan kata ‘’besok’’,
‘’nanti’’, ‘’kalau sudah selesai’’, ‘’bila sudah pensiun’’, dan seterusnya.
Gunakanlah ‘’the power of now’’, yaitu anda langsung bertindak, bukan
menunda.
Bila anda melakukannya sekarang, maka anda dapat memanennya suatu saat di
hari esok. Bila anda memulainya dengan kata ‘’nanti’’, ‘’besok’’, atau ‘’kapan-
kapan’’, maka anda akan bangkrut dengan ketidakpastian yang anda buat sendiri.
START SMALL
Supaya anda bisa melakukannya sedini mungkin atau saat ini juga, mulailah dari
hal-hal kecil. Jangan membuat diri anda, kita, kamu, maupun orang lain. Menjadi
takut dengan memulai dengan segala hal yang berlebihan, saya sendiri jujur
merasakan ketertekanan yang sangat hebat dari keluarga saya sendiri.sedari saya
masih kecil, dengan mental healthy yang selalu diguncangkan setiap harinya.
Yang sebagian orang menjadi sosok kepribadian yang keras kepala, keras hati,
ego tinggi, tidak mau direndahkan dan memiliki sifat pejuang yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai