Anda di halaman 1dari 288

1

SEKOLAH CALON PEMIMPIN


Kisah Inspiratif Pembinaan Kesiswaan
Calon Pemimpin Masa Depan
Dari Bogor Hingga Jerman
1
2
3
4
5
.

6
7
8
9
10
11
Pengantar

Suatu hari, tak lama setelah kami kembali dari LKMA Launches to Netherland n
Germany, Pembina kami kembali memberi tantangan yang tak ada pilihan lain
kecuali mengiyakannya. Membukukan kisah kami mengarungi segala proses
pembinaan kesiswaan. Sebelumnya memang sudah ada beberapa yang
mengusulkan untuk dibukukan. Harapannya agar kegiatan ini bisa menginspirasi
dan diduplikasi sekolah lain mengingat pentingnya kegiatan pembinaan kesiswaan
seperti ini, namun belum ditanggapi. Jadi inilah saat yang dirasa tepat. Setelah
pergelaran LKMA menginjak tahun ke-5, merambah 3 benua dengan berbagai suka
dukanya.
Semua proses pembinaan dari awal masuk sekolah ini hingga kegiatan pamungkas
kami tuliskan sendiri. Tentu dengan gaya khas kami sendiri. Apa adanya. Kami bagi
dalam beberapa bagian yang menggambarkan tahapan pembinaan yang kami lalui.
Kami juga lengkapi dengan beberapa tulisan dari kakak-kakak alumni, wakil
orangtua kami, Bunda RnD, Muaddib dan juga Pembina kami. Semoga bisa
memberi gambaran yang utuh.
Alhamdulillah, rasa syukur yang dalam karena kami akhirnya mampu mengikuti
seluruh rangkaian proses ini. Rasa terima kasih yang tulus kami haturkan pada
Orangtua, Bapak-Bapak Yayasan, Ibu-ibu RnD, Guru-guru, Muaddib dan
Muaddibah, Kakak-kakak kelas, Adik-adik kelas dan keluarga besar Insantama atas
semuanya. Juga semua pihak yang telah membantu dalam berbagai bentuk
kerjasama dan dukungan yang diberikan kepada kami selama mengarungi proses
pembinaan kesiswaan ini. Semoga semua ini menjadi amal sholeh bagi kita semua.
Doakan kami untuk tetap istiqomah menjadi pemimpin umat masa depan.

Kami yang terus berupaya istiqomah menjadi pemimpin sejati,


Janissary

12
13
Selayang Pandang
Bermula Dari Keprihatinan

Sesungguhnya Insantama didirikan berawal dari keprihatinan dan kegelisahan para


orang tua terhadap pola pendidikan sekarang. Pendidikan yang sekuler pragmatis.
Banyak fakta meresahkan yang terlalu banyak untuk diungkapkan. Singkatnya,
remaja sebagai pihak yang mendapatkan perlakuan pendidikan justru telah
menjelma menjadi salah satu faktor yang membawa negeri ini meluncur deras
menuju predikat ‘negara gagal’ (failed state) seperti yang disitir oleh Jared
Diamond dalam bukunya ‘Collapse’ (2005); Thomas Lickona (Profesor Pendidikan
Cortland University, AS); dan jauh sebelumnya oleh Louis Kraar (1988). Polah
tingkah remaja yang negatif telah menyumbang lima dari 10 tanda kehancuran
bangsa yang kesemuanya sudah terjadi di Indonesia, yakni meningkatnya
kekerasan di kalangan remaja, penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk,
pengaruh kesetiaan remaja yang kuat dalam tindak kekerasan, meningkatnya
perilaku merusak diri seperti narkoba, alkohol dan sex bebas, serta makin kaburnya
pedoman moral baik dan buruk. Astaghfirullahal azhim…
Melihat itu semua, beberapa dari orang tua yang menjadi bagian dari yayasan
Insantama sekarang akhirnya berinisiatif untuk mendirikan sekolah yang bisa
mendidik siswanya dengan Islam. Mengapa Islam? Karena hanya dengan Islam yang
kaffah, remaja kita (anak-anak kita ini) dapat kembali ke jalur yang benar dan negeri
yang kita cintai ini bisa diselamatkan. Maka, Bismillah, Sekolah Islam Terpadu
Insantama pun berdiri resmi pada 16 Juli 2001. Saat itu baru SDIT dan belum
berpikir tentang jenjang pendidikan berikutnya, SMPIT apalagi SMAIT.
SDIT Insantama didirikan dengan modal terbesarnya tak lain adalah bekal
keyakinan yang kokoh akan pertolongan Allah SWT, kekuatan visi, misi dan konsepsi
serta adanya teamworking yang baik yang di dalamnya memadukan unsur
kepemimpinan dan manajemen tim yang solid. Insantama dibangun dengan bekal
niat yang kuat, tekad yang bulat disertai dengan tawakkal kepada Allah.
Tujuan penting dari pendirian Insantama adalah untuk menciptakan output lulusan
sebagai individu yang memiliki kompetensi ilmu kehidupan, menguasai tsaqofah
Islam serta berkepribadian Islam yang menjadikan Islam sebagai sumbu putar
kehidupan.
Insantama adalah sekolah yang bertumbuh dan terus melakukan improvisasi agar
setiap saat menjadi lebih baik...lebih baik...dan lebih baik lagi. Sekolah sederhana
namun dengan keyakinan dan mimpi yang besar untuk menjadikan lulusannya
benar-benar sebagai para juara dan para pemimpin umat. Sekolah yang berupaya
keras mengajarkan anak didiknya terlatih sebagai Para Juara sejati dan para
Pemimpin sejati yang bersikap mental pejuang, pantang menyerah, setia pada
syariat, dan tetap tawadlu. Insya Allah...

14
Proses terus berlanjut. Tahun 2007 lahirlah SMPIT Insantama. Tahun 2010 lahirlah
SMAIT Insantama. Satu tekad yang kuat, melanjutkan pembinaan yang telah
dilakukan di jenjang SD. Konsep pembinaan kesiswaan pun disiapkan. Secara
umum, posisi pembinaan kesiswaan adalah membantu fungsi utama pendidikan
dalam mewujudkan tujuan pendidikan di SIT Insantama sesuai Kredo yang
ditetapkan, yakni Menjadi Para juara (SD) dan Calon Pemimpin (SMP dan SMA)
dengan penampakan utama pada aspek syakhsiyyah Islamiyyah, yakni anak
saleh/salehah, berjiwa pemimpin dan terlibat dalam dakwah.
Sesuai tagline SMAIT Insantama sebagai Sekolah Calon Pemimpin, maka kegiatan
pembinaan kesiswaan menggunakan pendekatan kepemimpinan. Model
kepemimpinan yang diadopsi untuk menjadi rujukan adalah Kepemimpinan
Transformasional tentu dalam kerangka Islam.
Akhirnya, ditetapkanlah sebuah rangkaian pembelajaran kepemimpinan yang
terkonsep dan berkesinambungan guna melahirkan generasi pemimpin masa
depan berbasis konsep Kepemimpinan Transformasional… Yap, Kepemimpinan
Transformasional Insantama.
Nah, lewat buku yang ada di hadapan pembaca ini Janissary mencoba
menyampaikan berjuta pengalamannya yang ditulis sendiri selama menjalani
proses menjadi pemimpin masa depan di Insantama, proses pembinaan
Kepemimpinan Transformasional Insantama. Apa adanya, lugas, cergas dan khas.
Di bagian Bintang-Bintang, tulisan Janissary juga dilengkapi dengan sumbang
tulisan dari alumni, orang tua, RnD dan lain-lain. Moga bermanfaat, setidaknya bisa
menjadi inspirasi. Selamat membaca.

Direktur Kesiswaan
Muhammad Karebet Widjajakusuma

15
Bukan Sekapur Sirih : Dari Kemustahilan Menjadi Kepantasan-
Choirul Annas, Lc, Wakil Mudir IBS Bidang Kesiswaan

Sehari-hari saya juga muaddib kamar Ibnu Mas’ud dan Abu Hurairah, kamar
ananda kelas 12 ikhwan angkatan LKMA 2016 ini.
Mustahil, kata ini selalu terpatri dalam hati, saat melihat cita-cita LKMA
ananda menaklukkan Jerman dan Belanda. Bagaimana tidak? Dengan target dana
lebih dari 1 Milyar, dalam kurun 6 bulan, serta hanya diperjuangkan tidak lebih dari
62 siswa, siswa SMA lho ya, bukan mahasiswa apalagi pekerja. Saya hanya
bergumam dalam hati, LKMA tahun ini sepertinya akan gagal, LKMA tahun layak
gagal, begitu seterusnya. Tujuan LKMA tahun ini pasti gagal!
Namanya bergumam, pastilah tidak saya sampaikan, kami yang merasa
tidak bisa berbuat banyak, hanya bisa mendukung dan berupaya memberikan
kemudahan pada mereka. Hanya terselip do’a saja, saat ananda berangkat kesana-
kemari untuk fundraising.
Namun, ada yang berbeda, ada hal yang saya pandang hal itu bisa menjadi
pembeda, ada hal yang bisa membuat kalimat “mustahil” saya berubah menjadi
“mungkin saja”. Yaitu tatkala saya mengamati mereka, saya seperti melihat spirit
dalam diri mereka, BPH (Badan Pelaksana Harian) OSIS dan Squad LKMA-nya.
Mereka adalah angkatan yang taqarrub-nya keren, kekompakannya teruji, respon
atas kejatuhan mereka luar-biasa. Saya ternganga akan keberanian pimpinan
mereka untuk tegas menindak dan ber-amar ma’ruf nahi munkar, terperanjat
dengan kekuatan mereka saat menghadapi “badai”.
Saya katakan bahwa angkatan ini bukanlah angkatan tanpa “masalah”
justru mereka adalah angkatan yang “sangat” bermasalah, namun kedewasaan dan
respon mereka untuk segera bangkit inilah, yang membuat saya cukup untuk
mencoba mengkoreksi ke”mustahil”an ini.
Di sana terdapat anak-anak yang berperan sebagai mood buster, motivator
dan tidak sedikit yang menjadi inspirator bagi saya sendiri, guru mereka. Cara
mereka belajar pun juga inspiratif, mereka adalah generasi khas Insantama,
generasi anti nyontek, dengan hashtag #jujurmulianyontekhina. Mereka lebih rela
menempuh remidial demi remidial hanya untuk mendapatkan harga mahal dari
pemahaman dan nilai yang pantas mereka dapatkan. Mereka membuat saya
berkaca pada diri dan berkata, “bagaimana mungkin anak seusia mereka sudah bisa
sampai pada tingkatan ini? Di saat remaja lain di luar sana, yang saat ini mungkin
masih bergelimang maksiat pacaran, miras, narkoba dan seks bebas” tapi mereka –
di tingkat SMA saja- sudah layak dikatakan “matang”. Mereka cukup membuat saya
malu untuk berbicara di hadapan mereka karena saya - merasa tidak ada apa-
apanya - saat saya seusia mereka.
Mereka bisa seperti ini tentu setelah melewati berbagai macam tantangan
dan padatnya jadwal mereka, misalnya di boarding, mereka ditempa dengan jadwal
padat dan materi ta’lim yang super padat isinya. Dimulai harus bangun pagi untuk

16
tahajjud kemudian shalat subuh, dzikir dan doa kemudian dilanjut taklim bahasa
Arab dan melahap kitab kuning para ulama’ mulai dari tafsir Ayatul Ahkam, hadist
dsb. Tak berhenti sampai di situ, sepulang sekolah dan fundraising mereka juga
langsung dihadapkan pada program tahfidzul-Quran setiap bada maghrib dan itu
semua dibingkai dengan amalan puasa setiap senin-kamis.
Dan ini semua – beserta tantangan lainnya tentunya - akhirnya menempa mereka,
dan sekali lagi mereka berhasil melewatinya, sehingga hal itu - sekali lagi -
membuat saya mengkoreksi ke”mustahil”an ini menjadi sebuah ke”mungkin”an,
dari ke”putus-asa”an menjadi ke”pantas”an untuk mendapat Nashrullah. Dan itu
terbukti.

17
18
19
20
-Lembaran Baru-
Arina Eka Wahyuningrum

Cahaya matahari pagi bersinar di sebuah gedung yang masih belum


sempurna dari segi bangunannya, tapi canda tawa dari berbagai sudut menghiasi
bangunan itu. Kami belum saling mengenal, karena banyak wajah baru yang
sekarang berada di sekolah ini. Insantama. Disinilah kami sekolah sekaligus asrama,
dengan murid yang memiliki berbagai karakter dan berasal dari berbagai kota di
Indonesia bahkan ada yang berasal dari luar negeri. Insantama memiliki visi dan
misi dengan tujuan membangun siswa yang mempunyai karakter berkepribadian
Islam.
Inilah awal dari masa SMA (Sekolah Menengah Atas) di sekolah yang
berbeda dari sekolah umum biasanya. Setiap sekolah memiliki ciri khas tersendiri,
kalau di sekolah umum setiap awal masuk sekolah ada kegiatan yang biasanya
disebut MOS (Masa Orientasi Siswa) yang mempunyai tujuan agar murid baru saling
mengenal satu sama lain, dengan berbagai macam permainan tidak masuk akal
yang dibuat oleh seniornya, seperti menguncir rambut sesuai dengan tanggal lahir,
memakai kantong plastik sebagai tas, memakai sepatu dengan warna tali yang
berbeda, dan permainan tak bermanfaat lainnya. Tetapi, Insantama mempunyai ciri
khas tersendiri dalam memperkenalkan murid baru agar dapat saling mengenal
satu sama lain, yaitu SEMESTA (Sepekan Mengenal Insantama) kegiatan itulah
yang akan kami lakukan selama seminggu kedepan dalam rangka memperkenalkan
Insantama kepada murid baru. Sebenarnya dari segi pengertian SEMESTA dan MOS
mempunyai kesamaan. Tapi kegiatan yang dilakukan sangat berbeda. Menurutku,
MOS lebih menyeramkan sekaligus menyusahkan jika dibandingkan dengan
SEMESTA.
Hari pertama kami dikumpulkan di lapangan oleh kakak kelas 11, lalu kami
diberi pengarahan bahwa setelah ini akan ada games yang bertujuan agar kami
lebih mengenal satu sama lain, kemudian kami diberikan gulungan kertas kecil yang
berisi nama kelompok, dalam hitungan kesepuluh kami harus sudah berkumpul
dengan anggota yang memiliki nama kelompok sesuai dengan gulungan kertas kecil
tersebut. Di situ kami mulai mengenal satu sama lain.
Berlanjut ke hari berikutnya kami diberi secarik kertas yang berisi clue
untuk mencari sosok kakak kelas yang dimaksud oleh clue tersebut, dan kami
menemukannya. Karena kami telah saling mengenal satu sama lain, kami diberi
games yang melatih kekompakan satu sama lain. Sampai hari terakhir, akhirnya
kami benar-benar saling mengenal satu sama lain.
Kekompakan itu tidak berhenti di SEMESTA saja. Masih banyak program-
program unggulan dari SMAIT Insantama, salah satunya LDK I, yang bertujuan untuk
melatih kekompakan, speed and responsive, memiliki militansi yang tinggi, dan
berbagai karakter kepemimpinan lainnya. Setelah menjalani LDK I, di pungkas
acara, kami diminta untuk membuat mimpi besar beserta peta jalannya. Disinilah

21
awal kami mempunyai mimpi besar, dengan tantangan yang luar biasa, dan kami
akan mewujudkan mimpi besar kami untuk menjadi nyata! Kami dilarang
mengeluh! Karena, mengeluh menjauhkan mimpi besar dari kenyataan!

22
-Dunia Terbalik-
Yoga

Ini semua berawal dari Umi. Pada saat itu aku ditawari untuk bersekolah di
Jawa. Aku tidak tahu Jawa bagian mana, yang penting selain pesantren, aku mau
sekolah di Jawa. Ternyata, aku disekolahkan di Bogor. Setelah aku sampai di Bogor
aku langsung ke sekolah tujuan, yaitu Insantama Bogor. Bukan sekedar SMA biasa
seperti SMA kebanyakan. SMAIT Insantama memiliki boarding yang dimana seluruh
siswa SMA wajib boarding. Setelah aku tahu, aku langsung mengeluh ke Umi.
“Kenapa harus boarding Umi? Nanti gak bebas.” keluh kesalku kepada Umi,
sedangkan aku ingin bebas seperti anak di luar sana. “Udah jalanin aja, Insya Allah
ini yang terbaik buat kamu.” jawab umiku dengan nada meyakinkan.
Keesokan harinya, hari dimana aku tes di SMAIT Insantama pun dimulai.
Saat aku tes aku tidak fokus karena aku tidak ada niatan untuk bersekolah di sini.
Aku menjawab soal-soal tes seadanya dan berharap tidak diterima di sekolah ini.
Seminggu setelah aku menjalani tes pengumuman pun keluar. Akhirnya abi aku
membuka layar handphone mencari namaku yang berada di website Insantama.
Aku panik ketika namaku terpampang di website Insantama, yang berarti aku lulus
dalam ujian tulis di sana.
Mendengar kabar dari abi yang tidak menggembirakan, saat itu juga aku
tidak semangat melakukan aktivitas apapun. Semua pihak datang kepadaku seperti
nenek, paman, bibi, dan kedua orangtua untuk memberiku motivasi agar mau
bersekolah di sana. Berbagai rayuan datang merayu, berbagai ucapan datang
mengucap, dengan berbagai cara akhirnya aku mau bersekolah di sana.
Aku datang ke Bogor dengan rasa sedih karena meninggalkan keluarga
tercinta. Sesampainya di Bogor, aku seperti orang udik yang tidak tahu apa-apa,
karena aku berasal dari desa. Tetapi, demi menuntut ilmu apapun kulakukan. Kata
orang kota ini terkenal dengan sebutan ‘kota seribu angkot’. Aku penasaran dengan
angkot yang ada di kota ini. Akhirnya, aku pun mencoba menggunakan angkot
untuk menuju SMAIT Insantama. Membutuhkan waktu sekitar 15 menit dari
Terminal Baranangsiang hingga sampai ke SMAIT Insantama yang berlokasi di
Gunung batu.
Sesampainya di SMAIT Insantama, aku tidak mengenal siapa-siapa. Tetapi,
aku memaksakan diri untuk menuju kamar, sampai di kamar aku diajak kenalan
oleh Bagas, Zondra, Naufal, dan Zul. Mereka berasal dari luar Jawa dan dengan
bahasa yang berbeda-beda dan tentunya aku tidak tahu. Setelah berkenalan
dengan mereka berempat, aku kemana-mana selalu bersama mereka. Dan yang
masih kuingat sampai sekarang adalah temanku Bagas dan Zul, karena aku pernah
tersesat bersama mereka karena tidak tahu arah dan bahasa orang sini. “Kadieu!”
kata Mang Angkot seraya melabaikan tangannya ke arah kami. Pada saat itu pun
kami langsung menaiki angkot tersebut karena kami kira arti dari kata ‘Kadieu’ itu
pasar. Dan alhasil karena kesoktahuan kami, akhirnya kami tersesat.

23
Malam pertama di boarding, aku sangat sedih bahkan menangis di kamar
mandi karena rindu dengan orang tua. Jam 3 pagi, aku dibangunkan oleh Ustadz.
Aku belum terbiasa bangun pagi. Sangat berat rasanya membuka mata. Aku sholat
tahajjud dan sholat shubuh berjamaah kemudian aku masuk angin karena tidak
terbiasa dengan udara di kota ini.
Yang aku takutkan dari sekolah SMA adalah ospek atau masa orientasi
siswa. Aku takut karena mindset-ku terhadap ospek sangat buruk. Bayangkan,
kebanyakan SMA di luar sana melakukan ospek dengan kejam. Bahkan ada yang
sampai meninggal dunia karena disiksa oleh seniornya.
Akhirnya aku memaksakan diri sekolah seperti biasa. Ternyata, ospek di
Insantama berbeda dari SMA pada umumnya. Disini, kami dilatih Latihan
Kepemimpinan Dasar 1 yang diisi oleh PakKar. Beliau adalah motivator yang sangat
menginspirasi. Aku sangat termotivasi oleh beliau. Ospek di Insantama dinamakan
SEMESTA (Sepekan mengenal Insantama) di situ kami dituntut untuk mengenal
nama teman-teman sekelas. Setelah mengikuti acara tersebut aku langsung
mendapatkan banyak teman dari berbagai daerah aku mulai melupakan kehidupan
rumah karena aku mulai kerasan hidup di boarding Insantama. Aku mulai
menikmati proses yang dijalankan oleh SMAIT Insantama. Aku mengikuti semua
program SMA seperti LDK 2, LKMM, SMENTION, pra-LKMA, dan LKMA yang tidak
dilakukan oleh SMA lain. Hidupku berubah setelah menuntut ilmu di SMAIT
Insantama. Awalnya aku hidup bebas, tidak mengerti agama, jarang melakukan
yang sunah seperti tahajjud, sholat dhuha, puasa senin-kamis, dan lain-lain.
Alhamdulillah semenjak aku masuk SMAIT Insantama aku berubah 180 derajat.
InsyaAllah aku akan berusaha untuk istiqomah menjalankan kewajiban dan sunnah.
Tak terasa 3 tahun sudah aku menuntut ilmu di Insantama. Kini aku sudah
mau berpisah dengannya. Insya Allah kami angkatan 5 Janissary akan tetap
bersama di surga firdaus nanti. Aamiin.

24
-Berawal dari Mimpi-
Nur Syifa Kamila

Ini tentang mimpi.


Tentang awal cerita pengalamanku berani memiliki mimpi, bagaimana awal
mula kisah mimpiku di sekolah baruku. Mengajarkan bahwa sebagai seorang
muslim harus mempunyai mimpi, sebutannya bukan hanya mimpi tapi mimpi
besar, sesulit apapun atau seberat apapun mimpi itu asal diiringi dengan usaha,
pasti terwujud. Karena hasil tidak pernah menghianati prosesnya.
Inilah sebermula aku menginjakkan kaki di kota hujan, sebutan kebanyakan
orang terhadap kota ini, kalau kalian tidak tahu, kota hujan itu sebutan untuk kota
Bogor. Tujuanku datang ke kota ini untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi. Singkatnya melanjutkan sekolah. Awal 2014 ini aku resmi menjadi anak
SMA. Belum tergambar jelas dalam otakku tentang sekolah pilihanku ini, SMAIT
Insantama Bogor. Bermodal keberanian aku berusaha untuk optimis memilih
sekolah ini walaupun harus menjadi anak rantau.
Sebelumnya aku ini asalnya dari Kalimantan sedangkan sekolah yang
kupilih ini di Bogor. Jadi bisa dibilang beda pulau, tapi sudahlah tidak usah dibahas
bagaimanapun tetaplah ini pilihanku untuk sekolah di sini, apapun yang kualami
nantinya bukanlah masalah, karena tujuanku bukan memikirkan masalah, tapi
sekolah dan menuntut ilmu, toh namanya hidup tidaklah lepas dari masalah.
Dingin, itulah kata pertamaku mendeskripsikan kota ini, yang kedua adalah
macet, wajar namanya juga kota besar. Perjalananku menuju SMAIT Insantama
Bogor membuktikan kemacetan kota Bogor. Di jalan tak henti hentinya aku berkata
‘Sudah jangan takut, kamu bisa kok hadapi ini.’ Terus menerus seperti itu berulang
kali, untuk menutupi ketakutanku siap tidak siap tetap harus dijalani, sampai
akhirnya aku tiba di Insantama Bogor.
Aku pandangi setiap sudut gedung Insantama, bagus ya gedungnya. Jelas
jauh beda dengan sekolahku dulu waktu SMP dekat hutan dan kecil. Sedikit
bercerita dulu aku bersekolah di Insantama Banjarbaru angkatan pertama.
Sekolahnya bisa dikatakan sangat kurang dari segi fasilitas, belum bangunan tingkat
seperti di Insantama bogor, kelas saja belum ada, masih kelas alam.
Tapi sekolah ini keren tidak masalah buatku sekolahnya apa adanya,
buktinya sekolah yang apa adanya bisa membuat pengalaman luar biasa, istilahnya
punya warna tersendiri dalam pengalaman hidupku. Sekolah SMP-ku inilah salah
satu alasanku ingin melanjutkan SMA di Insantama Bogor, alasan ingin menjadi
pemimpin ummat masa depan. Oke kembali lagi dengan Insantama bogor, dengan
berani aku melangkahkan kaki ke salah satu gedung, tepatnya ke asrama, bismillah.
Hari pertama di Insantama membawa kesan sedikit buruk. Mungkin karena
baru hari pertama jadi masih kangen suasana rumah, di hari pertama aku mengenal

25
beberapa teman sekelasku, ternyata memang dari berbagai daerah jadi bukan
cuma aku yang anak rantau.
Pertama kali masuk kelas kulihat berbagai macam jenis orang dengan
berbagai macam sikap, sangat bervariasi, itu yang membuatku sedikit sulit adaptasi.
Hari pertama di kelas aku diam saja, tidak tahu kenapa perasaanku bilang gak
betah, bawaannya pengen pulang.
Aku masih ingat pada hari itu, tiba tiba ada kakak kelas masuk ke dalam
kelasku memberi pengarahan untuk melaksanakan SEMESTA atau sepekan
mengenal Insantama. SEMESTA itu semacam masa orientasi siswa kalau di SMA
lain atau MOS. Awalnya sedikit bingung kok namanya SEMESTA. Setelah mendapat
penjelasan tentang kegiatan Semesta, memang berbeda jauh dengan kegitan MOS
SMA lain, biasanya agenda MOS SMA lain lebih terlihat tidak bermanfaat,
agendanya juga tidak jelas, bahkan kadang malah menonjolkan senioritas, banyak
fakta saat MOS tentang kakak kelas yang mem-bully adik kelasnya gara-gara hal
sepele kalau di Insatama tidak ada istilah senioritas.
Oh iya hal yang tidak pernah terlupakan Semesta waktu itu dilaksanakan
saat bulan Ramadhan. Kalau boleh jujur rasanya males ikutan, kalau bukan
persyaratan menjadi siswa SMAIT Insantama aku lebih memilih tidak ikut, capek.
Pengalaman Semesta hari pertama tidak ada yang spesial, biasa aja. Jujur sedikit
kesal, capek bulan puasa malah MOS, melihat agenda SEMESTA yang lumayan
padat, bikin tambah tidak betah. Belum lagi adaptasi dengan lingkungan, teman,
tapi menurutku paling susah adaptasi dengan nasi.
Jadi, kalau kalian ke Kalimantan dan makan di rumah makan bisa dilihat
perbedaan nasi khas Kalimantan dengan nasi khas Jawa. Nasi Kalimantan itu tidak
pulen beda dengan nasi Jawa. Itu adaptasi paling susah menurutku, mengingat saat
itu bulan puasa jadi aku memaksakan diri makan nasi Jawa walaupun sebenarnya
tidak suka.
Menurutku ini yang paling bikin gak betah. Gimana dong aku gak betah
disini, hari itu termasuk hari bersejarah dalam hidupku, kulampiaskan
ketidakbetaahanku dengan menangis, kukatakan pada diriku ‘Syifa kau harus
berbuat sesuatu, kalau tidak percuma,’ sebenarnya sudah bisa kupupus
kesedihanku, aku cuma lesu dan sedikit kelelahan, perasaan yang tenggelam
didalam-dalamkan. Ayo diriku kok begitu, tujuan sekolah disini untuk menjadi
pemimpin ummat bukan cari enaknya saja.
Aku bangun semangatku sendiri, kembali fokus dengan tujuan, jangan
menangis lagi sudah besar tidak boleh cengeng. Dengan motivasiku itu tidak terasa
waktu memang cepat berganti, sudah SEMESTA hari ketiga, setelah mendapatkan
pengarahan katanya agenda selanjutnya adalah training. Dalam hatiku waktu itu,
training pasti bikin ngantuk, belum apa apa aku sudah mulai suntuk.
Aku dan teman temanku diarahkan pergi ke aula serbaguna Masjid Al-
Furqan untuk mengikuti training. Aku duduk paling depan supaya tidak ngantuk,
setelah beberapa menit datang guru yang mengisi training, beliau

26
memperkenalkan diri, nama beliau bapak Karebet Widjajakusuma atau biasa
dipanggil PakKar. Training ini judulnya training motivaksi.
Training ini diawali dengan semangat, aku dan teman-teman dijelaskan
tentang speed and responsive atau cepat dan respon. Pandanganku di awal tadi
kalau aku akan suntuk ikut training, aku tarik lagi, ternyata trainingnya seru,
antimainstream menurutku, sampai selesai training, ternyata memang benar seru,
seru banget.
Training ini memberikan banyak pelajaran untukku pribadi dan juga teman-
temanku pastinya. Dalam training ini dijelaskan sebagai muslim kita harus menjadi
ummat terbaik seperti dalam salah satu ayat Al-Quran “ Kamu umat islam adalah
umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, Karena kamu menyuruh berbuat yang
makruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah.” (TQS. Ali
Imran 110).
Point dari ayat tersebut yang dapat kita ambil adalah kita sebagai muslim
harus bangga berjati diri islam. Menjadi muslim yang mampu
mempertanggungjawabkan dirinya di hadapan Allah SWT. Juga dijelaskan bahwa
muslim terbaik itu imannya kokoh dan produktif. Training motivaksi ini membuatku
sangat termotivasi. Bagian training yang sangat istimewa menurutku saat
menyusun mimpi besar, dari sinilah aku menemukan cita-citaku. Mimpi besar itu
adalah sebuah harapan, harapan adalah rahmat Allah, kalau tidak ada harapan,
tidak akan pernah ada penanam pohon yang menanamnya, dan tidak akan ada ibu
yang menyusui anaknya. Alasan seorang penanam pohon agar pohon itu tumbuh
dan dapat bermanfaat, kenapa seorang ibu menyusui anaknya karena terdapat
harapan seorang ibu terhadap anaknya agar tumbuh besar dan tetap hidup. Begitu
juga mimpi dan cita-cita dibuat agar kita memiliki harapan kepada diri kita dan
dengan mimpi dan cita-cita ini yang terus membuat kita untuk memperbaiki diri
agar mimpi dan cita-cita kita tewujud.
Memori yang tidak pernah kulupakan saat aku dan teman-temanku
diperintahkan untuk menuliskan mimpi besar dalam jangka lima tahun ke depan
dan menyusun peta jalan atau road map untuk mewujudkan mimpi besar atau
target lima tahun ke depan.
Setelah mengikuti training ini aku mendapat banyak sekali pelajaran. Aku
jadi berpikir tentang diriku yang akhir-akhir ini selalu mengeluh tidak betah,
padahal ini baru langkah perjuangan pertama belum ada apa-apanya. Ini masih
permulaan, wajar hal semacam tidak betah itu terjadi, jadi jangan berhenti hanya
karena hambatan kecil atau masalah sepele. Ini adalah salah satu bagian dari
perjuangan hidup, namanya juga hidup harus ada perjuangan, kalo tidak ada yang
diperjuangkan ngapain hidup.
Dari sini keyakinanku makin kuat, aku harus betah di sini, jalani saja setiap
prosesnya, tenang pasti tidak akan sia-sia. Aku kan sudah menulis mimpi besar,
otomatis jangan hanya sekedar tulisan tapi realisasikan, jangan cuma jadi mimpi.
Keputusan akhirku tidak peduli betah atau tidak tetap lanjutkan mimpiku. Aku
sudah menuliskannya istilahnya aku sudah memulainya maka harus di selesaikan

27
dan tidak ada tempat lain untuk menyelesaikannya kecuali di sini, di tempat ini, di
sekolah ini.
Dan terbuktikan teman-teman, keyakinan sebagai umat terbaik dan
kemauan menuntaskan mimpi besar. Janissary (nama angkatan kami) mampu
menaklukkan LDK 2, LKMM, SMENTION, pra LKMA, dan LKMA 2016 Lauches
Netherland and Germany. Kami mampu menjalani segala proses pendidikan dan
latihan kepemimpinan. Inilah pengaruh dari mimpi besar bahwa jangan pernah
takut memiliki mimpi besar, asalkan diiringi dengan upaya yang optimal. Karena
sejatinya hasil tidak pernah menghianati prosesnya. Setuju denganku bahwa setiap
kisah keberhasilan berawal dari mimpi. Cerita ini aku akhiri dengan salah satu syair.

“ Aku suka pada mereka yang berani hidup.


Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam.
Malam yang berwangi mimpi, terlucut debut
Waktu jalan aku tidak tahu apa nasib waktu.”
Chairil Anwar

28
-Kotak Kenangan-
Asya Haerunisa Putri Nazar
Bandung, 2019
Baiklah. Sesuai keinginan kalian, aku akan bercerita. Tetapi sekali saja.
Jangan meminta lebih. Hari sudah malam, aku baru pulang dari kampus. Dan
langsung membuka laptop. Sebenarnya tante pasti marah kalo aku belum bersih –
bersih habis pulang kuliah. Malam ini aku lelah dan tidak fokus, aku tak sengaja
menjatuhkan kardus besar berisi barang-barang SMA-ku dulu.
Alhasil, album-album foto lama, beberapa nametag, pin- pin besar, slayer,
syal, tiket pesawat Turkish Airlines tujuan Belanda Jerman berjatuhan dan
berserakan di mana-mana. “aduh.. pake jatuh segala.. nyusahin!” gerutukku dalam
hati. Saat tengah mengumpulkan tiket yang berserakan, aku teringat untuk
membuat cerita yang dulu aku dan teman-teman SMA-ku sepakati dulu.
Ya, sebuah cerita untuk mengenang masa lalu. Jadi disinilah aku, beralaskan
selimut, ditemani indomie ayam bawang dan jam menunjukkan pukul 21.00 daerah
Bandung. Berusaha mengumpulkan kembali ingatan tentang peristiwa putih abu
dulu. Aku Asya Haerunisa Putri Nazar, ingin berbagi kebahagiaanku semasa SMA.
Bogor, 2014
Aku lupa kapan tanggal persisnya, dan aku juga agak lupa moment saat itu,
tapi aku bisa ingat saat mobil yang aku tumpangi bersama papah melesat menuju
kota hujan Bogor, yang saat itu jalannya lancar, dan tidak banyak percakapan di
antara kami. Saat itu sebenarnya keputusanku belum benar-benar bulat untuk
kembali datang ke tempat itu. Tempat yang dulunya pernah menjadi saksi
sejarahku saat masih mengenakan putih biru.
Namun aku meyakinkan diriku bahwa ini keputusan yang tepat, tidak
mungkin aku bisa mengubahnya. Seragam sudah dibuat, bayaran besar
digelontorkan, namaku sudah tercantum sebagai Siswi SMAIT Insantama Bogor.
Aku tidak terlalu baper saat datang lagi ke tempat itu. Karena tempat itu sudah
tidak asing lagi. Aku masih bisa mengingat kegiatan apa saja yang dilakukan dari
mulai bangun tidur hingga kembali tidur. Aku tidak perlu banyak beradaptasi untuk
menyesuaikan diri. Karena kegiatannya tidak akan jauh berbeda. Tapi kepalaku
masih terus memikirkan “bisa gak sih di sini lagi? Kuat ga ya?”
Dari dulu, aku memang jarang bangun dini hari. Sekalipun tempat ini sudah
terprogram untuk selalu membuat penghuninya bangun dini hari untuk
melaksanakan ibadah sunah. Pagi ini aku bangun dengan agak lelah. Tadi malam
aku sibuk membereskan dan memasukkan baju kedalam lemari, dan berkenalan
dengan penghuni asrama yang sebagian besar sudah aku kenal saat SMP dulu.
Katanya pagi ini kegiatannya hanya berkenalan biasa. Mungkin aku tidak terlalu
exited mengikutinya. Tapi aku juga tidak ingin dicap sok oleh kakak senior.

29
Tak disangka, kegiatan perkenalan ini tidak membosankan. Kakak senior
bisa membawakan suasana yang menyenangkan. Kalian harus tahu, di sekolah ini
tidak akan ada yang namanya perkenalan atau biasa disebut MOS itu pake acara
dibentak senior atau disuruh – suruh ngerjain sesuatu yang gak ada faedahnya
semacam bikin nametag pake kardus yang harus ada pas fotonya.
Di sini kita nonton video tentang profil sekolah, kegiatan OSIS dan
semacamnya. Gak kaya SMP dulu, teman-temanku di SMA lebih sedikit, hanya
sekitar 60 orang. Orangnya beragam, mulai dari Makassar, Lampung, Kalimantan,
Medan. Dan ternyata masih ada beberapa yang membawa sifat asli daerahnya
semacam logat berbicara. Memahami sifat mereka memang sangat susah. Belum
lagi aku sendiri orangnya gampang tersinggung dam cepat marah. Tapi aku bisa
beradaptasi nantinya dengan mereka semua.
Aku bukan tipe yang pandai merangkai kata menjadi sebuah bentuk kalimat
yang bisa membuat pembacanya larut dalam ceritaku nantinya. Aku tipe orang
yang jika bercerita lebih baik lisan dibanding tulisan. Namun malam ini aku harus
menyelesaikan semuanya. Aku ingin bercerita sedikit tentang pengalamanku di
Jerman yang sebenarnya bukan bagianku untuk menceritakannya.
Bogor,2016
Jujur saja aku anak perempuan yang tidak boleh pergi jauh tanpa mamah
papah, atau menginap di rumah teman, tidak boleh main sama laki-laki non
muhrim. Tapi kali ini orang tuaku mengizinkanku terbang ke negeri kincir angin
bersama teman-temanku. Pertama kali keluar negeri dan pertama kali naik
pesawat. Ya, naik pesawatku pertama kalinya ke Belanda dan Jerman. Aku masih
ingat perkataan teman sebelah seatku Iqoh. Saat itu dia bilang.
“Sya liat keluar tuh... Bentar lagi terbang!”
Saking semangatnya naik pesawat aku sampai lupa Iqoh kesakitan karena
aku meremas tangannya kencang. Lebay? Iya ya. Tapi ya ga papa. Namanya
pengalaman pertama biasanya paling berkesan. Di dalam pesawat saat semua
orang tertidur aku terbangun. Mataku panas, pengen nangis. Kenapa? Sesuatu yang
kita dapat dengan perjuangan itu rasanya lebih manis ketimbang dapat sesuatu
yang itu dikasih orang lain.
Berawal dari memilih SMA, pilihan ini yang menentukan nantinya kita mau
kemana. Gak kebayang aja, waktu perkenalan pertama di sekolah dapat temen
yang nyebelinnya minta ampun, yang sopannya gak ketulungan, belum lagi yang
tidur mulu, yang suka ngomong, yang puitis, yang melankolis, sampe yang selalu
bahagia. Padahal dulunya gak kenal. Sekarang, tidur bareng, makan bareng,
dimarahin bareng, susah bareng, sekali lagi, berawal dari memilih SMA. Semacam
kita diberi dua kotak kenangan. Tergantung kita memilih kenangan di tempat mana.
Tanpa awal perkenalan ini, gakkan ada yang namanya pergi ke Belanda dan
Jerman bareng, gakkan ada ke Cianjur bareng naik kereta yang jalannya lama
banget. Atau gak mandi waktu Pra-LKMA. Itu semua gakkan ada kalo kita semua
gak milih buat sekolah di sini. Tergantung kotak kenangan yang kita pilih.

30
Bandung,2019
Aku merasa kucel, jadi aku memtuskan untuk mandi. Sampai di kamar aku
belum bisa memejamkan mata. Pikiranku tertarik ke belakang. Aku bersyukur untuk
semua yang terjadi kepadaku. Dan sekarang aku rindu mereka. Yang pernah
membuatku menangis, kesal, bahagia, terharu.
Aku rindu, sangat rindu. Tapi malam ini aku harus tidur. Besok ada kuliah
pagi. Dan aku harus mempersiapkan diriku sebulan kedepan. Ini semester ketigaku
kuliah. Dan sebulan ke depan aku jadi punya dua kewajiban yang harus aku
tunaikan. Aku selalu siap untuk semua surprise yang akan Allah kasih hari ini dan
besok. Dan malam ini sekali lagi untuk kalian yang membaca tulisanku, sampaikan
rinduku untuk Janissary.

31
32
33
34
-Murid Terkecil-
Hasbyalah

Alhamdulillah, masa SMA pun dimulai tidak terasa 3 tahun SMP terasa
cepat bagaikan angin yang berlalu. Seringkali aku ditanya oleh teman SMP ataupun
teman SD-ku, “By, lanjut SMA-nya dimana?”. Akupun menjawab “SMAIT
Insantama, Bogor”. Lalu, yang bertanya pun biasanya akan menjawab “Lah, serius
By? Betah banget di Insantama” atau “Cieeee, anak pesantren”. Ya, begitulah
pandangan banyak orang jika seseorang masuk ke Insantama. Kata ‘Betah’ seakan-
akan selalu terngiang-ngiang di setiap pertanyaan tentang Insantama. Tapi, inilah
sekolahku, walaupun ada penyelasan di awal namun di akhir aku tidak akan
menyadari bahwa aku akan sangat bersyukur, ya sangat-sangat bersyukur.
Awal masuk SMA biasanya diisi oleh ospek-ospek yang menyebalkan,
disuruh ini itulah ibarat budak pada masa jahiliyah. Namun, di Insantama ospeknya
berbeda. Yaitu, SEMESTA (Sepekan Mengenal Insantama). Banyak kesan yang dapat
diambil dari SEMESTA, mulai dari berkenalan dengan kawan yang kelak akan
menjadi kawan terbaik, kakak kelas yang baik hati, maupun dengan SMAIT
Insantama sekolah saat ini. Tiga hari sudah aku mengikuti acara ini, terasa lama
memang namun menyenangkan. Setelah SEMESTA pun dilanjutkan dengan LDK 1,
awal kami, angkatan 5 ‘Janissary’ membangun mimpi besar 5 tahun kedepan dan
motivasi kami sekolah 3 tahun di Insantama. Dimulai dari motivaksi dari Direktur
Kesiswaan kami, mentoring dari kakak kelas, dan permainan serta hiburan yang
atraktif dari Insantama.
LDK 1 pun selesai, penat sekali mengikuti 2 minggu rangkaian acara
ta’arufan di Insantama. “Masa iya tidak dikasih waktu untuk istirahat. Kejam sekali
sekolah ini” gumamku dalam hati, sungguh aku bergumam demikian bukan maksud
tanpa alasan. Tapi, ternyata sekolah memberikan istirahat yang menurutku sangat
menyebalkan, ‘Istirahat’ yang dimaksud Insantama ternyata KBM biasa, ya sekolah
seperti biasanya. Menyebalkan sekali bukan. Akupun bergumam kembali “Ya Allah,
apakah memang SMA seperti ini atau Insantama yang seperti ini?”.
Baru 2 minggu sekolah ketua kelas kami pada saat itu Faris tiba-tiba maju
ke depan kelas mengumumkan suatu pengumuman yang penting, katanya sih
penting namun batinku menolak “Ah, palingan cuman masalah kelas atau nggak
guru marah-marah ataupun masalah KBM”. Namun, dugaanku salah dimana
akupun sangat bersyukur dengan pengumuman itu di kemudian hari.
Ternyata, bukanlah perihal KBM ataupun yang batinku gumamkan,
melainkan tentang suatu hal yang aku tidak menduga bahwa aku akan terlibat di
dalamnya. Faris mengumumkan bahwa 2 minggu mendatang akan diadakan LDK 2
yaitu latihan dasar kepemimpan dimana kita berjalan kaki dari Bogor ke Cianjur.
Bukan masalah LDKnya melainkan masalah sebelum LDKnya yaitu, survey LDK 2.
Pembina kami meminta Faris untuk menunjuk 3 orang untuk survey dengan kriteria

35
orang paling besar, paling kurus, dan terkecil di kelas. Voting pun dimulai awalnya
aku tidak merasa bahwa aku adalah murid terkecil, jadi aku santai-santai saja. Tapi,
yang benar saja, aku melihat namaku terpampang di papan tulis. “Yang bener aja,
masa iya bakal ikut survey. Malas banget ikut LDK dua kali” ucapku mengeluh seraya
kaget. Ya, saya terpilih mengalahkan murid yang benar-benar lebih kecil dari aku,
namanya Raihan Ramadhana. Awalnya, aku tidak ingin mengikuti survey karena
alasan tadi. Tapi, banyak yang berbicara padaku bahwa survey itu enak, seru,
banyak makan , serta mendapatkan pengalaman-pengalam berharga, walaupun ku
tahu itu hanya gombalan belaka, tapi gimana lagi harus dijalankan. Bersama murid
terbesar, Naufal, dan murid terkurus Taufiq. Kami pun resmi terpilih untuk survey
2 hari lagi. Ya, dua hari lagi. Itu artinya persiapan kami sangat minim. Kami pun
dibebaskan dari KBM demi mempersiapkan survey ini.
Hari survey pun tiba. Semua sudah kupersiapkan untuk menjalani survey
ini. Mulai dari logistic, motivasi, hingga kebugaran jasmani. Walaupun ada sedikit
rasa malas karena malas jalan. Tapi, itu semua seakan hilang karena canda tawa
yang aku rasakan bersama Naufal dan Taufiq, guyonan-guyonan tidak jelas hingga
obrolan panjang kami lontarkan. Sebelum berangkat aku tiba-tiba dihampiri oleh
guru yang paling terperinci, yaitu Pak Andi. “Hasby, Bapak kasih tugas mau nggak?”
tanya Pak Andi, “Oh iya pak, tugasnya apa?” jawabku, “Antum catat semua
pengeluaran kita selama survey, dan pegang uang survey” jelas Pak Andi. “Siap Pak!
Laksanakan”. Suatu kehormatan dan kebanggaan tersendiri bagiku karena
mendapat peran di survey ini.
Berangkat !!! Kami : PakKar, Pak Ikbar, Pak Andi, Naufal, Taufiq, dan aku
sendiri mulai berjalan kaki dari Insantama, kemana tujuan awal kami? Aku pun tidak
pernah menduganya. Ya, kami berangkat ke rumah dinas Bapak Walikota, orang
nomor 1 di Bogor. Awalnya ketika kami sampai di rumah dinas Walikota Bogor, aku
masih belum bisa memahami bahwa aku akan bertemu dengan orang paling
penting di kota ini. Barulah ketika sampai di pelataran rumah dinas aku melihat
orang yang selama ini aku lihat di TV, koran, dan brosur-brosur, “Pak Bima Arya?!?!”
aku masih belum menyangka, aku tepat berdiri di depannya. Lalu, kami pun
dipersilakan duduk dan Bapak Karebet memulai diskusi dengan Pak Bima mengenai
rencana pertemuan kami seangkatan dengan beliau pada acara LDK 2 nanti. Beliau
pun mengiyakan dan bersedia hadir untuk mengisi motivasi nanti. Setelah itu kami
berfoto bersama dan kami melanjutkan perjalanan yang amat melelahkan.
Enam jam perjalanan hanya kesan capek dan lelah yang aku rasakan selama
6 jam tersebut. Namun, begitu sampai di perumahan Gunung Geulis, luar biasa !!!
Pemandangan yang terpampang di depan kami sekarang, sungguh sejuk hati
melihat pemandangan tersebut, ditambah pula dengan angin sepoi-sepoi.
Alhamdulillah, kenikmatan selama berjalan 6 jam ditambah lagi, PakKar pun
mempersilahkan kami istirahat dan makan siang. Karena air minum yang kami bawa
sudah habis, Naufal mengajakku untuk mencari air, ya kami menemukan air namun
bukan air minum, melainkan air yang mengalir dari air selang di sebuah jalan raya
yang kebetulan banyak tukang yang sedang bekerja membangun rumah. Naufal
pun bertanya, “Apakah air ini bisa diminum Pak?”, “Iya dek minum aja, airnya seger

36
kok dingin lagi” jawab Tukang. Naufal pun tidak ragu untuk meminumnya, di luar
dugaan Naufal pun berteriak kepada ku “By, seger sumpah, sini buru.” Setelah itu
saya pun menampung air tersebut untuk perjalan berikutnya.
Perjalan pun dilanjutkan ke tempat-tempat yang terkenal seperti Wadi FM
hingga Masjid At-Ta’awun, kami sampai di sana maghrib dan beristirahat hingga
isya. Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan dengan naik angkot hingga pertigaan
taman bunga dan kota Cianjur. Namun, setelah itu kami tidak langsung berangkat,
tapi menunggu tumpangan dari tujuan kami di Cianjur. PakKar pun mengajak kami
untuk makan di suatu restoran yang menyediakan menu nasi goreng. Disinilah aku
merasakan kebersamaan dengan guru dan yayasan yang amat menyenangkan.
Bahagia rasanya bisa makan ditraktir oleh guru-guru dan yayasan sembari canda
tawa dan mengobrol. Pukul 22.00 WIB angkutan kami pun sampai dan akhirnya
kami pun naik dan mulai jalan ke desa yang kami tuju di Cianjur.
Pukul 2.00 WIB dini hari kami pun sampai di desa yang kami tuju dan
langsung tertidur pulas hingga jelang subuh. Subuh pun tiba, kami pun sholat
shubuh dilanjutkan bersih-bersih diri dan sarapan pagi. Setelah itu kami pun
menemani PakKar berdiskusi dengan pihak desa untuk LDK 2 nanti. Siangnya kami
kembali ke Bogor. Namun, sebelum itu kami mencarter bis untuk membawa kami
pulang kelak pada acara LDK 2 nanti. Setelah itu, perjalanan dilanjutkan ke Bogor
dengan menaiki angkot, jam 2 siang pun kami sampai di Insantama.
Sungguh aku sangat bersyukur, pada saat itu aku mendapat predikat
sebagai murid terkecil sehingga aku dapat mengikuti survey sehingga aku dapat
merasakan pengalaman-pengalaman yang belum pernah kudapatkan yang sangat
luar biasa. Andai waktu dapat kembali, ingin sekali aku dapat merasakan momen
itu kembali.

37
-Jejak Kesabaran-
Zaimatu Nabilah

Hari-hari besar telah berlalu. Hari dimana mimpi-mimpi besar kami mulai
mewujud satu per satu. Kegembiraan dan rasa syukur tentu menyelimuti diri kami.
Untaian kata pun tak dapat mewakili. Sungguh begitu besar kasih sayang-Nya, yang
tiada henti menorehkan lukisan indah di setiap sudut kehidupan kami. Dialah
Allah, Rabb semesta alam. Dzat yang memiliki skenario terindah. Dzat yang pada-
Nya lah cinta sejati itu tumbuh dan memadu. Cinta yang mampu memberikan
kedamaian, cinta yang senantiasa berbalas, serta cinta yang tidak akan pernah
berujung.
Dalam syahdunya malam, kubenamkan wajahku pada hamparan sajadah
yang kubentang. Kali ini, aku ingin bersujud lebih lama lagi. Ingin rasanya
kuungkapkan segala resah hati ini pada bumi.
Ya, ini saat yang tepat bagi siapapun yang ingin menyatu dengan bumi
namun didengar oleh penduduk langit. Saat yang tepat, bagi siapapun yang ingin
menjadikan tempat tinggalnya bersinar terang dalam redupnya rembulan dengan
ribuan mata penduduk langit yang takjub melihatnya.
Setelah usai, aku tak segera beranjak. Kubiarkan kepala ini bersandar pada
sajadah biru. Waktu masih menunjukkan pukul 04.00 dini hari. Masih ada beberapa
menit sambil menanti adzan shubuh berkumandang.
Pikiranku kembali pada tahun-tahun ketika usiaku belum lagi lima belas
tahun. Teringat kembali hari dimana aku menginjakkan kaki dan bersekolah di sini.
Lalu bayangan perempuan paruh baya yang mulai menjauh. Pergi meninggalkanku
sendiri, di kota hujan yang belum pernah aku singgahi sebelumnya.
Sekolah selalu menjadi rutinitas menyenangkan bagiku. Apalagi, mengingat
masa-masa indah di SMA akan segera berlalu dalam hitungan bulan. Kelulusan
sudah dekat. Tiga tahun di sekolah ini memberikan sejuta kenangan yang takkan
pernah terlupakan. Terlebih kenangan bersama teman-teman seperjuanganku,
Janissary.
Janissary. Begitulah nama angkatan kami. Banyak yang bilang, Janissary
memiliki arti yang indah. Nama yang memiliki peran penting dalam tegaknya
peradaban Islam. Pasukan terbaik penakluk Konstantinopel yang senantiasa
mengabadikan perjuangannya pada dien Islam, rahmatan lil ‘alamin. Jika pasukan-
pasukan dalam kisah tersebut benar-benar memiliki ketaatan dan kegigihan yang
tinggi, maka kami angkatan 5 SMAIT Insantama mewarisi sepenuhnya kemuliaan
sikap itu. Kami yang akan menjadi pasukan barisan terdepan dalam menaklukkan
Roma, insya Allah.

38
“Semangat ya belajarnya, Umi dan Abi selalu mendo’akan dari rumah”
Tergiang kembali petuahnya beberapa menit yang lalu. Suaranya memberiku
kehangatan, meski udara Bogor terasa dingin saat itu.
Mulai detik ini, kubulatkan tekadku. Tekad untuk menjadi anak sholihah
yang mampu membanggakan umi dan abi. Berusaha membayar besarnya kasih
sayang dan perjuangan yang mereka berikan dalam mendidikku serta sebagai
bentuk bakti dan syukurku pada karunia Allah yang telah menghadirkan keduanya
dalam hidupku.
Kemudian, terurai kembali bayangan tentang hari perkenalanku dengan
teman-teman sekelas. SEMESTA (Sepekan Mengenal Insantama), begitulah kami
menyebutnya. Kegiatan ini sama halnya dengan MOS di sekolah-sekolah negeri
pada umumnya, namun yang berbeda adalah perkenalan kami di sini mengajarkan
indahnya ukhuwah, pentingnya kesolidan, dan membangun mimpi besar bersama.
Di hari inilah aku bertemu dengan beberapa teman seperti: Tasya yang
cantik dan pintar berbicara; Asya dengan mata perinya yang mudah bergaul; Sarah
yang memiliki kelembutan hati dan kedewasaan berfikir; Ariqoh di balik
tampangnya yang cuek tapi menyimpan hati dengan kepedulian yang begitu besar,
dan beberapa teman lain dengan segala kelebihan masing-masing yang tak
mungkin kuperkenalkan satu per satu. Dan seiring berjalannya waktu, kedekatan
serta kekompakan diantara kami mulai dapat dirasakan.
Semua bayangan masa lalu itu, menari-nari indah dalam pikiranku. Mulai
dari kenangan indah nan bahagia, kisah duka, amarah, dan bahkan ketegangan pun
masih membekas jelas di sudut memori.
Sebagai remaja tentu aku tak lepas dari sikap-sikap seperti umumnya
seorang gadis. Aku pun tak luput dari beberapa kesalahan dan masalah.
Allah bersamaku, Allah menyertaiku.
Kata-kata itulah yang mampu menguatkan hatiku. Dua kalimat yang
mampu membuatku semakin tegar dan berani dalam menghadapi masalah. Tentu
disetiap perjuangan akan ada masalah yang harus kita hadapi.
Tiada masalah yang tak memiliki solusi. Tiada masalah yang tak dapat
diselesaikan. Jika masalah itu datang dan menyergap langkah perjuanganmu dan
berusaha menghentikan mimpi-mimpimu, maka ingatlah satu hal. Bahwa Allah
selalu menyertaimu. Pernah kudapati sepotong ayat dalam kitab suci nan mulia.
Maka, kemanapun kalian menghadap di situlah wajah Allah.
Potongan ayat ini selalu menjadi motivasi bagiku. Di saat aku lemah karena
beratnya beban masalah yang ku hadapi. Ketika aku tak tahu lagi harus bagaimana,
entah apa yang harus kulakukan, dan harus kemana lagi aku mengadu. Maka,
kusandarkan setiap jengkal nikmat dan ujian hanya pada-Nya, Rabb yang Maha
Berkuasa atas segala sesuatu. Yang hanya ditangan-Nya lah kun fa yakun.

39
Pun dengan kejadianku hari ini. Tanpa kenal waktu, cobaan itu datang lagi.
Bukan saat yang tepat bagiku. Namun apa daya, Allah sedang mengujiku.
Bogor, hari pertama LDK.
Mungkin hari ini terasa begitu spesial bagi teman-temanku, karena hari
inilah kami mengikuti program kepemimpinan setelah beberapa hari melakukan
fundrising mandiri. Bahagia memang. Menuai hasil jerih payah sendiri. Bagaimana
tidak, hanya dalam tiga hari kami harus mengumpulkan dana sekitar tiga puluh juta.
Tidak boleh meminta pada orang tua, itu yang selalu ditegaskan pembina
kami sebelumnya. Meloby kerabat, mengajukan proposal, dan berjualan sekuat
tenaga merupakan upaya kami untuk dapat memenuhi target. Kami pun tak jarang
memutar otak karena hasil yang jauh dari harapan.
Aku menjadi saksi bisu atas besarnya semangat teman-temanku hari itu.
Seolah semilir angin pagi membangunkan mereka dan meminta untuk segera
bergegas. Aku sendiri sempat tergeragap, lalu mengucek mata beberapa kali.
Ternyata hampir semua temanku telah terbangun dan bersiap dengan seragam
olahraga. Suasana pagi tak lagi menandakan keheningan.
Aku memikmati sejuknya embun yang membasahi dedaunan. Semalam,
hujan lagi-lagi mengguyur deras kota ini. Membuat segar udara Bogor pagi itu.
Tepat pukul enam pagi setelah yayasan dan pihak boarding melepas
kegiatan kami, perjalanan pun dimulai. Pertama-tama kami harus berjalan menuju
Mushola Nurul Amal yang jaraknya tidak begitu jauh dari sekolah. Kami hanya perlu
waktu lima belas menit untuk tiba di sana. Kami pun cukup terbiasa dengan
perjalanan ini.
Perjalanan dilanjutkan dengan sejumlah armada hijau yang telah terparkir
di sepanjang jalan di depan Nurul Amal. Armada ini mengantarkan kami pada
sebuah lapangan ternama di kota Bogor, lapangan Sempur. Di sana, kami mendapat
beberapa pengarahan dari pembina kami.
Salah satu di antaranya adalah peringatan bahwa dalam kegiatan ini kami
tidak diperkenankan untuk meminum air banyak-banyak. Cukup seteguk saja. Itu
pun jika pembina sudah memberikan izin. Bukan kejam. Tapi dengan cara inilah
kami dibina untuk dapat menjadi siswa/anak yang kuat, terlepas dari ‘rantai gajah’
atau comfort zone serta taat pada pemimpin.
Pos kedua yang harus kami datangi adalah kediaman Walikota Bogor,
Bapak Bima Arya. Lelaki itu tampak senang dan menyambut kehadiran kami dengan
antusias. Wejangannya pagi itu mampu memicu semangat kami. Pukul delapan
lewat kami resmi dilepas oleh Bapak kami, Bapak Bima Arya.
Pos ketiga adalah Masjid Jami Quba. Lagi-lagi kami harus berjalan.
Menerobos tol, melewati jalan ‘tikus’. Membalas sapa dari beberapa warga yang
sejak tadi memperhatikan kami. Jika dilihat-lihat, cukup unik memang. Kami
membentuk satu barisan panjang layaknya pasukan semut yang tak terlihat
ujungnya. Bagaimana tidak, peserta dari LDK ini berjumlah sekitar tujuh puluh

40
siswa, selebihnya adalah pendamping. Jarak menuju pos 3 ini cukup panjang.
Sesekali, kami berhenti untuk istirahat. Membasahi kerongkongan dengan seteguk
air. Gema takbir turut mengitari langkah kami.
Perkiraanku salah.
Mulanya, aku memang mengira semua akan berjalan lancar. Namun, di
luar dugaanku rasa nyeri itu tiba-tiba menjalari sisi kiri perutku. Sakit yang mulai
menyerang tubuhku sejak SMP. Langkahku tertatih. Menahan perihnya sakit.
Sedang jalan yang harus kutapaki masih sangat panjang. Aku bukan gadis cengeng.
Tapi baru kini aku ingin menangis sejadi-jadinya. Jika saja mungkin, tentu aku akan
meminta penundaan sakit ini.
Jam di tanganku telah menujukkan pukul sepuluh. Sang surya telah
menunjukkan waktu dhuha. Kami pun tiba sesuai dengan perkiraan. Setelah
mendinginkan tubuh sejenak, segera kami mendirikan delapan rakaat ibadah
sunnah. Dalam sebuah riwayat, telah dipaparkan akan besarnya kemuliaan ibadah
ini. Meski sunnah, namun Tuhan memberi kesempatan bagi hamba-Nya untuk
membenahi diri. Setidaknya, niatkan untuk menghapus dosa yang kita sendiri tidak
tahu seberapa besar dosa yang telah kita perbuat. Akankah kita mencapai surga-
Nya? Ataukah neraka? Na’udzubillahi min dzaalik. Tentu kita tidak tahu.
Menyusuri kota Bogor sungguh menguras semua energi di tubuhku.
Tenagaku mulai habis. Untung saja pembina mengizinkan kami minum. Aku
menikmati seteguk air madu yang sudah kami siapkan tadi malam. Empat puluh
menit setelah itu, ketua LDK, Hanan Amirah Nur Rahmi, meminta kami berbaris
kembali. Itu artinya, waktu istirahat kami sudah habis. Dan perjalanan akan segera
dimulai. Lagi.
Tantangan semakin berat. Jalan yang kami lalui, tidak lagi mulus. Terjal dan
berlubang. Matahari seolah ikut berkontribusi. Menjulurkan tangan-tangan, tepat
ke atas kepala. Menyerang kami dengan sengatan penuh. Pandanganku
menggelap. Tapi aku tahu, aku tidak boleh pingsan. Aku harus berhasil sampai
akhir.
Ya Allah.
Ini lebih sakit, batinku lagi. Harapanku tidak mati begitu saja. Justru makin
kuat berdetak. Namun rasa sakit cukup membuatku resah. Ranselku berat.
Tubuhku melemah. Perutku lapar dan kerongkonganku kering luar biasa. Aku baru
ingat, sejak pagi tadi, kami hanya menelan tiga kapsul habatussauda’ dan tiga butir
kurma.
Tak ada alasan lagi, aku memberanikan diri untuk mengatakannya pada
pembina. Mendengar pengaduanku, pembina membolehkanku minum kapan pun
– jika sakit mulai terasa, dan secukupnya. Terbebas dari aturan seteguk air. Tak
hanya itu, pembina juga mengizinkanku naik mobil kesehatan. Mobil yang turut
menemani perjuangan kami. Bersiap kapan pun menerima penumpang, yakni
peserta yang sakit dan tidak memungkinkan untuk berjalan.

41
Enggan. Aku tidak ingin naik mobil kesehatan. Bukan karena malu. Aku
hanya ingin berjalan kaki, seperti teman-temanku yang lain. Pelan-pelan aku
berjalan. Menguatkan hati untuk tidak ambruk. Lima ratus meter aku mengayunkan
kaki, menjauhi kota. Selama itu pula mataku awas mengamati jalanan. Beberapa
temanku turut menyemangatiku. Kamu kuat zi.. Fokus. Jangan menyerah sekarang!
Udara mengalir. Cukup untuk membuat napasku berangsur normal
kembali. Namun, rasa nyeri di perutku semakin menjadi. Misykah yang tak jauh
dariku, gemas melihatku berpura-pura kuat. Akhirnya, ia menahan langkahku.
“Kita tunggu mobil ya” begitu ujarnya.
Ia menarikku keluar dari barisan. Menepi, sambil menunggu mobil
kesehatan nun jauh di belakang. Aku terduduk di pinggir jalan. Selang beberapa
lama, APV silver yang kerap kami sebut mobil kesehatan itu muncul juga. Mobil itu
mendekati kami. Setelah berbincang sebentar, aku segera naik ke dalamnya.
Ternyata, di dalam sudah ada dua temanku. Dengan sakit yang berbeda, kami
bertiga menyandarkan tubuh dan menikmati deru kendaraan ini. Jalan semakin
menanjak. Rasa letih tampak di wajah teman-temanku yang berjalan.
Pos selanjutnya, adalah Gunung Putri.
Lima belas menit berlalu di dalam mobil. Rasa nyerinya sudah hilang.
Setelah kupastikan semuanya akan berjalan baik-baik saja, aku memutuskan untuk
turun dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki seperti semula. Memang
sedikit memaksakan, tapi aku tak ingin berlama-lama di mobil.
Bismillah!
Aku menarik napas panjang. Menutup wajah dengan masker hijau. Panas.
Berdebu. Tiba-tiba seseorang menepuk pundakku dari belakang. Peluh telah
membasahi wajahnya. Napasnya tersenggal-senggal kecapean. Fitri. Ia meraih
tanganku, membuat langkahku terhenti. Sambil menemaninya, aku memintanya
untuk berhenti dan beristirahat sejenak. Beberapa menit berlalu. Fitri masih
berusaha mengendalikan diri ketika sebuah teriakan terdengar mendekati kami.
“Takbir!!!” Teriak pembina kami. Berusaha menyemangati langkah kami
yang mulai tertatih. Kugenggam tangannya, dan kami melaju bersama. Berlari.
Tertawa. Menghapus letih yang sempat menyelimuti. Menerobos terik matahari.
Gunung putri sudah di depan mata. Beberapa temanku berlarian dari arah
belakang untuk dapat sampai duluan. Di sana, sudah disediakan makan siang dan
gelas-gelas aqua. Tampak menggoda lidah. Akhirnya!
Makan siang, sholat dhuhur-ashar, semuanya kami lakukan secara
berjama’ah. Barulah kemudian kami melanjutkan sepotong perjalanan yang telah
tuntas kami lewati.
Pos kelima, Wadi Fm. Kami diberi kesempatan untuk melakukan on air.
Namun, tidak semua dari kami. Hanya perwakilan saja. Selebihnya, mendengarkan
bersama dari lantai satu gedung Wadi. Kemudian, tujuan selanjutnya adalah Majid

42
At-Ta’awun. Perjalanan ditempuh dengan angkot biru karena kondisi tak
memungkinkan kami untuk berjalan. Jauh, terjal dan menanjak. Lebih dari
sebelumnya. Perjalanan kali ini pun memakan waktu lama.
“..Allaahu akbar. Allaahu akbar. Laa ilaaha illallaah..”
Kumandang adzan maghrib terdengar semakin jelas. Pertanda, Masjid At-
Taawun tujuan kami semakin dekat. Aku menegakkan sandaranku. Sepanjang jalan,
angkot yang aku tumpangi melaju dengan kencang. Melewati tanjakan dengan
kecepatan maksimal.
Setelah terparkir rapi, kami turun dari angkot. Rintik hujan menyambut
kedatangan kami senja itu. Terik matahari tak lagi menusuki kulit kami. Semilir
angin menerpa kerudung kami. menyegarkan rongga pernapasan.
Tubuhku belum fit total. Ditambah laju angkot yang kencang, membuat
dadaku sesak. Napasku terputus-putus. Tanganku dingin membeku. Bu Hestri yang
melihat wajahku mulai pucat segera menyelamatkanku. Memberikan jaket yang
dikenakannya pada tubuhku. Aku masih menggigil, kedinginan. Beliau mencoba
mencari pinjaman jaket. Menambah balutan jaket hingga tiga jaket beradu
berusaha menghangatkan tubuhku.
Waktu melenggang. Teman-temanku menikmati semangkuk sekoteng
hangat dan jagung bakar. Makanan dan Minuman Khas LDK2. Hal ini merupakan
rutinitas wajib dalam LDK. Hidangan yang pas dengan dinginnya cuaca puncak.
Tetapi, di saat seperti ini nafsu tidak menuntunku untuk mengisi perut. Yang
kubutuhkan saat ini hanyalah kehangatan. Serta pelukan seorang ibu. Ya, aku rindu
rumah. Aku rindu belaian kasih sayangnya. Aku hanya bisa menjerit dalam hati
sambil memaksakan sesuap kuah sekoteng yang masih mengepulkan gumpalan
asap. Setidaknya, batinku. Aku tidak boleh jatuh sakit. LDK tak berujung di sini.
Masih ada hari esok. Hanya dua hari. Aku tidak boleh menyerah.
Dan di sinilah kami sekarang. Kami telah berhasil menapaki ranah Eropa.
Jerman dan Belanda. Mematahkan impian yang terpendam selama dua tahun
lamanya. Berikhtiar dan berdo’a sekuat tenaga untuk mewujudkannya.
Mendapatkan banyak ilmu dan kenangan bersama. Disertai dengan untaian do’a
ayah-bunda. Serta besarnya dukungan dari berbagai pihak.
Terima kasih Allah. Kini aku paham, pertolongan yang Engkau berikan
adalah sebaik-baik pertolongan. Perlindungan-Mu adalah sebaik-baik
perlindungan, dan kasih sayang-Mu adalah sebaik-baik kasih sayang. Maka,
limpahkan segala pertolongan, perlindungan, dan kasih sayang itu pada kami ya
Rabb. Saksikanlah pejuangan kami. Sesungguhnya, hidup dan mati kami
hanyalah untuk-Mu. Untuk agama-Mu.

43
-Awal yang Menentukan-
Nurun Nadrota Naima

A champion is someone who gets up even when they can’t. Begitu nasihat
bijak kudapatkan pada sebuah buku yang baru saja kubaca. Sama seperti
pengalaman yang akan kuceritakan ini. Pengalaman yang membuatku bangkit
untuk meraih apa yang aku dan teman-temanku cita-citakan. Tentunya itu semua
harus diawali dengan niat yang lurus dan cara yang benar.
Hari ini, aku dan teman-teman berkumpul di aula SMP yang sekarang
tengah dibangun masjid pendidikan Insantama. Setelah melewati SEMESTA
(Sepekan Mengenal Insantama) dan LDK 1 (Latihan Dasar Kepemimpinan 1), kami
akan menghadapi LDK 2 Taklukkan Cianjur.
Di aula, kami memilih ketua LDK 2 yang kan memimpin angkatan 5
menaklukkan Cianjur. Calon ketua ikhwan ada Fathurrahman, Ghozy, dan Taufiq,
ternyata yang terpilih adalah Ghozy. Setelah memilih ketua, kami juga memilih
wakil ketua. Calon wakil ketuanya ada Hanan, Dina, dan Nabila Laila. Setelah
mereka menyampaikan misinya, sang ketua menunjuk Hanan menjadi wakil.
Berakhirnya rapat menandakan bahwa kami harus mencari dana selama dua hari
sebesar 50 juta, semuanya bekerja keras untuk mencapai target itu, capek?
Memang. Tapi kami yakin akan mencapai target, Cianjur pasti akan ditaklukkan oleh
kami.
Hari yang ditunggu pun datang, pagi itu kami dan beberapa kakak kelas
yang belum mengikuti LDK 2 akan berjalan kaki dari SMAIT Insantama menuju
Masjid Nurul Amal. Lalu, kami naik angkot ke rumah dinas Walikota Bogor, Pak Bima
Arya. Kami pun diberi pesan dan motivasi tentang bagaimana seharusnya menjadi
seorang pemuda.
Setelah itu, kami berjalan kaki ke pos 2 yaitu Masjid Quba, kemudian
melanjutkan perjalanan ke pos 3 Gunung Geulis. Selama perjalanan banyak dari
kami yang merasa lelah, bahkan ada yang sampai muntah, saking terjalnya jalan
yang kami tempuh. Aku salah satu dari mereka yang ‘berjatuhan’ itu, karena magku
kambuh.
Akhirnya kami sampai di Gunung Geulis dan beristirahat sebentar, setelah
itu barulah kita ke pos berikutnya. Untuk menuju ke pos berikutnya, kita harus naik
angkot ke Masjid Atta’awun dan sesampainya di sana langit mulai gelap. Sebelum
masuk ke masjid untuk shalat maghrib dan isya, kami harus melanjutkan perjalanan
ke Cianjur menaiki angkot yang sama, sedangkan yang ikhwan mau tidak mau harus
meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki. Ini perintah dari PakKar. Saat
perjalanan menuju Cianjur, hampir semuanya tertidur karena saking lelahnya,
meski angkot yang dinaiki kurang nyaman ditambah kondisi jalan yang rusak.
Hanya ada satu kata buat kami : hadapi!

44
Tibalah kami di desa Cianjur. Kami langsung masuk ke madrasah yang
menjadi tempat peristirahatan. Malam masih larut, kami dibangunkan oleh
pembina kami untuk shalat tahajud kemudian dilanjutkan shalat subuh berjamaah
dan kultum. Kegiatan kami selanjutnya adalah bersih-bersih diri lalu menuju
hamparan rumput yang disana tumbuh pohon kelapa yang sangat tinggi. Ternyata
pembina kami menantang para ikhwan untuk memanjat pohon Kelapa itu.
Dari sekian ikhwan yang mencoba, hanya satu yang bisa mencapai puncak
pohon Kelapa dan mengambil buahnya. Ia adalah Yoga. Setelah itu, kami pulang ke
tempat penginapan untuk membersihkan diri dan dilanjutkan dengan wawancara
masyarakat sekitar. Aku bersama Kak Ani (kakak kelas) mewawancarai ibu warung.
Karena hanya aku yang bisa berbahasa Sunda, jadi aku yang andil penuh. Saat aku
bertanya dengan bahasa sunda ternyata ibunya malah jawab dengan bahasa
Indonesia. Jadi, aku dan kak Ani mewawancarai dengan bahasa Indonesia.
Setelah wawancara, semuanya disuruh berkumpul di seberang mushola
dan madrasah tempat kami menginap. Semua perwakilan kelompok disuruh maju
untuk menyampaikan hasil wawancara. Kelompokku diwakili oleh Chintya.
Kemudian kami memberikan cinderamata kepada tokoh masyarakat di sana
sebagai kenang-kenangan lalu berfoto bersama.
Akhirnya, kami bersiap-siap untuk pulang ke Insantama sembari operasi
semut. Sebelumnya kami makan siang dahulu, menikmati sajian terakhir dari desa
Cianjur. Setelah makan kami naik angkot sampai keluar desa, lalu diteruskan
dengan menggunakan bus Marissa Holiday. Setelah sampai di masjid Nurul Amal,
kami berjalan kaki menuju Insantama. Ketika sampai, kami disambut oleh kakak-
kakak angkatan 4, Avicenna.
Alhamdulillah LDK 2 ”Taklukkan Cianjur” berhasil. Perjuangan keras kami
berbuah manis. Ini adalah perjuangan pertama yang menentukan kesuksesan
mimpi besar kami. Sesuatu yang diawali dengan kebaikan, pasti akan berakhir
dengan kebaikan. Pasti.

45
-PakKar Ternyata Galak!-
Anta

Hidup itu punya banyak rasa. Ada cappuccino, moccacino, ada freezy juga.
(Loh kok jadi rasa kopi gini ya? Hahahaha becanda, ini yang bener.
Hidup itu punya banyak rasa. Ada pahit, manis, sedih, dan bahagia. Hidup
itu juga pilihan, dimana pilihan itu akan berbuah rasa pada hidup seseorang.
Dengan kata lain sebuah rasa di sini adalah sebuah resiko. Mau pahit, manis, suka
dan duka, rasa hidup seseorang itu tergantung pada pilihan hidupnya. Namun tak
jarang orang menganggap bahwa setiap resiko yang ditanggungnya pasti ada
pelajaran yang bisa diambil, pasti ada hikmahnya (Asik!). Salah satunya adalah
tentang sebuah pengalaman ini. Pengalaman yang tak mudah untuk dilupakan.
Sebuah pengalaman yang mungkin bagi yang mengalaminya adalah sebuah hal
yang kecil dan biasa namun sulit untuk dilupakan.
Semua berawal dari sebuah kegiatan. Kegiatan yang sangat menguras
tenaga, melatih jiwa, mental, dan pikiran. Kegiatan yang sempat membuat si
penulis jengkel, tapi juga membuatnya sadar bahwa perjuangan, kerjasama, dan
saling menghargai sangatlah penting dan bermakna. Kegiatan ini bernama LDK 2
(Latihan Dasar Kepemimpinan). Dari kegiatan inilah penulis mengalami sebuah
pengalaman yang tak terlupakan baginya. Oke kita mulai kejadiannya…
Jadi gini ceritanya, waktu itu pada tanggal 23 Agustus 2014 kami melakukan
sebuah kegiatan sekolah yang bernama LDK 2. Udah pada tau kan LDK 2 apaan?
Tadi kan udah dijelasin di atas. Lanjut ya…
Kami berangkat dari sekolah pukul 06.00. Dengan tenaga angkot kami
menuju Lapangan Sempur. Saat di jalan mataku terasa sangat berat, terasa ada
beban, kantuk yang kurasa membuatku ingin tidur, ditambah lagi angin pagi yang
sejuk membuatku tambah bergairah untuk tidur saat itu.
Sesampainya di Lapangan Sempur, kami dibariskan dengan rapi. Kami
diberi komando bahwa tujuan perjalanan kami selanjutnya adalah Rumah Dinas
Walikota Bogor. Ada yang tau siapa Walikota Bogor??? Yaaappp, betul sekali, Pak
Bima. Lebih lengkapnya Pak Bima Arya. Bukan Bima Sakti yaa, hehehe. Kami
melakukan perjalanan dari Sempur menuju Rumah Dinas dengan bantuan kaki,
dengan kata lain kami ke sana dengan berjalan kaki.
Singkat cerita, kami sampai. Di sana kami disambut cukup hangat, sehangat
mentari yang bersinar di birunya langit, Aseekkk…
Setelah disambut kami dipersilakan untuk berbaris dan duduk di halaman
Rumah Dinas Pak Walikota. Cukup lama kami duduk, hingga membuatku
mengantuk. Tak lama kemudian sang Walikota pun datang untuk memberi
wejangan motivaksi. Begitu kami menyebutnya. Beliau mulai mengucapkan pesan-
pesannya. Semuanya bagus dan sangat memotivasi! Tak ada yang salah sama sekali.
Namun itu tak membuat rasa kantukku hilang, yang ada malah makin membuatku

46
ngantuk. Padahal posisi dudukku persis berada di depan Beliau! Nah, akhirnya
untuk menghilangkan rasa kantukku itu, aku berinisiatif mengambil gunting kuku
yang ada di bagian depan tasku. Saat itu aku berpikir, “Lebih baik aku gunting kuku
agar bisa mendengar pesan-pesan yang disampaikan oleh Pak Bima, daripada aku
harus tertidur karena mengantuk, nanti aku tidak bisa mendengar apa yang
disampaikan oleh Pak Bima.”
Saat menggunting kuku itulah, di tengah pesan-pesan menggugah Pak
Bima, aku terkejut. Jantungku berdebar. Mataku tertuju hanya pada satu orang.
Orang itu menatap tajam ke arahku, seolah-olah menunjukkan bahwa ia sedang
menegurku. Matanya melirik tajam tak berkedip ke arah gunting kuku yang sedang
aku gunakan dan aku pun langsung paham akan arti tatapan itu. Aku segera
berhenti menggunting kuku dan langsung memasukkan gunting kuku itu dengan
sangat hati-hati ke dalam tas lagi. Berharap Pak Bima tak melihatku. Jujur, aku
merasa takut saat itu, takut bila nanti akan dihukum. Pikiran itu mulai
menghantuiku hingga berakhirnya kunjungan kami di Rumah Dinas Pak Walikota.
Kami melanjutkan perjalanan ke Masjid Quba dengan berjalan kaki. Tapi
saat di tengah perjalanan, kami disuruh berhenti. Di sini aku mulai panik, “Jangan-
jangan aku akan dihukum di sini.” batinku. Dan benar dugaanku. Tiba-tiba pembina
kami, yaitu PakKar bertanya kepada kami semua, “Tadi siapa yang menggunting
kuku saat Pak Bima berbicara?” Aku merinding mendengar itu. Dengan rasa takut
aku mengangkat tangan dan saat itu juga Beliau memintaku untuk maju ke depan.
Saat di depan, aku mendapat penjelasan tentang kesalahan yang aku
lakukan. Panjang x lebar x tinggi! Setelah aku paham dan siap dengan konsekuensi,
aku disuruh push-up sebanyak 20 kali, lalu aku juga disuruh untuk meminta maaf
kepada semua teman-temanku. Dan tidak hanya itu, gunting kuku milikku diambil
dan dibuangnya ke tempat sampah yang ada di dekat situ. Sakit hati yang kurasa
karena kejadian ini. Sakitnya tuh di sini! Aku mulai menilai bahwa ternyata PakKar
adalah orang yang galak. Tak sebaik seperti yang disampaikan kakak kelas! Saat itu
aku merasa takut kepada PakKar. PakKar ternyata galak!!!
Namun…seiring berjalannya waktu, rasa takut itu berubah menjadi rasa
segan. Ternyata PakKar tak segalak yang aku kira. ‘Galak’ yang mendidik. Mungkin
itu yang rada tepat. Hehehe. Karena semenjak kejadian itu aku mendapat pelajaran
yang sangat berharga. Sebuah pengalaman yang tak mudah dilupakan.
Mengajarkan betapa pentingnya menghargai orang yang sedang bicara di depan.
Siapa pun orang itu. Apalagi Beliau adalah orang tua kita semua. Bukan sekedar
harga atau menghargai, tepi lebih dari itu, kita tidak akan mendapat keberkahan
dari ilmu atau pesan yang disampaikan pada kita!
Kini aku bersyukur sudah bisa menjadi pribadi yang mampu mendengar
dengan baik. Alhamdulillah.

47
-Putuskan Rantai Gajah!-
Teguh

Hari cerah seperti biasa, matahari bersinar seperti biasanya, sejuk namun
menghangatkan. Pagi ini aku bersyukur, catering menyediakan sarapan dengan
tahu kuning. Aku melahapnya sampai habis. Aku mulai menjalani hari-hariku
seperti biasa. Kebetulan besok, aku akan pergi mengikuti program LDK, berjalan
sejauh 60 km dari Bogor sampai Cianjur.
Hari ini juga aku mulai bersiap-siap untuk keberangkatan besok. Namun
aku merasa aneh. Di saat aku menyiapkan peralatan, tiba-tiba perutku terasa sakit.
Aku langsung menuju ke WC untuk memenuhi panggilan alam. Tetapi yang anehnya
yang sakit perut bukan aku saja, melainkan salah satu peserta LDK juga merasakan
yang sama.
Namanya Dwiky Alvian biasa dipanggil Ian. Dia juga sama sepertiku dan
anehnya juga bukan kita berdua saja yang mengalaminya, tetapi adik dan kakak
kelasku juga mengalami hal yang sama sepertiku. Tetapi aku melanjutkan beres-
beres untuk persiapan besok. Selesai beres-beres perutku mulai terasa sakit. Aku
bergegas ke kamar mandi. Kurang lebih 15 menit aku berada di kamar mandi karena
perutku sakit. Setelah itu aku langsung mengoleskan minyak kayu putih ke perutku.
Setelah selesai aku bergegas wudhu dan persiapan tidur karena besok pagi aku
ingin berjalan jauh.
Tetapi sebelum aku berbaring di kasur, Ian menghampiriku dan berkata,
“Guh gimana nih? Besok LDK lagi. Sedangkan kondisi perut enggak bersahabat
gini?” Aku langsung menjawab, “Besok pagi sebelum berangkat kita minum norit
aja, Ian.” “Ok!” jawab Ian.
“Bangun-bangun-bangun!!! Siap-siap mandi, tahajud, dan menuju ke aula
untuk bersiap-siap LDK.” Ucap Ghozy, selaku Ketua LDK ‘Taklukkan Cianjur’.
Seketika itu aku langsung bangun dan menuju ke kamar mandi. Sambil membawa
baju olahraga yang ingin dipakai untuk keberangkatan LDK. Setelah selesai mandi
dan tahajud, aku langsung dihampiri Ian.
Ian : “Guh masih sakit perut enggak?”
Aku : “Masih, tapi enggak terlalu sakit kayak tadi malem sih.”
Ian : Oh ya udah, minum norit aja nih (sambil memberi norit).
Aku : Ok, mana sini.
Aku langsung minum norit itu, “Mudah-mudahan sehabis minum norit
sakitku langsung hilang.” ucapku dalam hati. Tetapi aku masih berpikir negatif,
takut ketika di jalan sakit perutku kambuh. Perjalanan pun dimulai, aku berjalan
dengan rasa khawatir karena takut di perjalanan sakit perutku kambuh, tetapi aku
ingat perkataan PakKar saat training LDK 1, bahwa kita harus memutuskan rantai

48
gajah kita. Dengan mengingat kata itu aku langsung berpikir positif bahwa aku bisa
dari Bogor sampai Cianjur tanpa BAB.
Butuh waktu seharian lebih agar sampai ke Cianjur, dan alhamdulillah aku
berhasil sampai Cianjur dan memutuskan rantai gajah. Tanpa BAB !

49
-LDK TAHUN DEPAN, DEH!-
Tasya Qonitah Salsabila

"Fundrising hanya dua hari, hadapi atau hindari?"


"Hadapi!"
Suasana siang itu terasa begitu panas, ditambah gas karbon dioksida yang
terhembus dari teriakan semangat kami, delegasi LDK II SMAIT Insantama.
Bagaimana tidak? PakKar, pembina kami baru saja mengumumkan bahwa kegiatan
LDK membutuhkan dana Rp 20.000.000,00 dan harus kami kumpulkan selama dua
hari. Awalnya kami kaget dan ragu, apakah kami akan sanggup? Namun, karena
merasa tertantang oleh PakKar, kami pun menerima tantangan beliau. Tibalah hari
itu, dimana kepanitiaan LDK akan diumumkan oleh ketua kami, Hanan.
"Seksi dana usaha bagian eksternal, Tasya Qonitah Salsabila" Ucap Hanan
di forum kelas.
Hah? Aku? Jadi danus? Sebenernya nggak kaget sih, karena dari awal aku
memang ingin menjadi panitia danus, karena karakterku yang sangat suka
berargumen (hehe), pikirku sepertinya akan seru jika berkunjung ke orang banyak,
mengucap kalimat-kalimat persuasi berbalut intelektualitas dan akhirnya dapet
uang! Ehehe.
Hari pertama cari dana, rasanya semangat banget! Aku dan beberapa
teman sesama danus keliling Bogor mengunjungi instansi-instansi yang sekiramya
berpotensi untuk menjadi sponsor kegiatan kami.
Ada yang menerima, ada yang menolak. Meskipun hasil yang didapat tidak
begitu banyak, kami tidak patah semangat. Kami bertekad akan lebih bekerja keras
besok. Karena hari pun sudah mulai sore, kami segera kembali ke asrama.
Sesampainya di asrama, kami segera makan sore. Tampak di meja makan,
tahu goreng yang masih mengepul asapnya, sangat menggugah selera. Seusai
membaca doa, kusantap segera makanan yang telah tersaji.
"Hueeeeek, ini kenapa tahunya aseeeeem??"
Parah. Ekspetasi tahu enak nan hangat yang akan segera menghapus rasa
lapar ini sirna. Sekali lagi, parah.
Akhirnya aku dan teman-teman tidak melanjutkan untuk makan. Kami
bergegas membersihkan diri dan persiapkan untuk sholat maghrib dan tahfidz di
aula. Malamnya, perutku terasa sakit, badanku pun terasa panas. Lemas sekali
rasanya, apa yang terjadi??
"Wah ini kayanya akibat tahu tadi sore deh." Gumamku.
Ternyata, banyak juga temanku yang mengeluh sakit perut. Tapi kenapa
aku yang paling merana begini? -_-

50
'Tahu beracun' itu pun jadi viral di asrama. Ternyata tahu sore itu benar-
benar basi. Pihak katering pun memberikan permohonan maaf dan klarifikasi
kesalahan dari supplier. Situasi dan kondisi saat itu yang mungkin membuat luput
hadirnya pengawasan yang biasanya selalu dilakukan dengan detail oleh
manajemen catering. Hem, sebuah pelajaran yang sangat berharga. Kepercayaan
tetaplah harus dibarengi dengan pengawasan, betapapun crowded-nya hari itu.
Akan tetapi, nasi telah menjadi bubur. Perutku udah terlanjur sakit.
Mungkin, daya tahan tubuhku saat itu memang sedang kurang fit. Sampai keesokan
paginya, aku masih lemas, demam dan sakit perut. Muaddibbah pun memberiku
norit dan obat lainnya. Namun, aku tak kunjung sembuh.
Tibalah hari itu. Hari H LDK II. Aku nangis sesenggukan, karena tidak bisa
ikut LDK. Aku menunggu ibuku yang akan menjemputku pulang karena sudah tiga
hari aku sakit dan tiada perubahan yang baik. Aku pun dipastikan mengikuti LDK
susulan bersama adik kelasku tahun depan.
Yah, apa boleh buat. Lagipula, inti dari kegiatan ini adalah prosesnya,
dimana mental kami dilatih untuk selalu berjuang dan tetap semangat . Meskipun
pengajuan proposal kami ditolak sana-sini, dicemooh, dan kesukaran lainnya,
namun pengalaman itulah yang membuat kami menjadi orang hebat. Karena
pemimpin sejati tidak lahir melalui kemudahan, namun dari kesukaran dan tak
jarang air mata.

51
-Bukan Cuma Berjalan Kaki-
Afifah Ramadhani

Taklukkan Cianjur telah menjadi judul besar dari Latihan Dasar


Kepemimpinan yang kedua. Salah satu kegiatan wajib yang harus dihadapi selama
berada di SMAIT Insantama. Secara pribadi, aku tidak sabar dan menantikan
kegiatan ini akan seperti apa rasanya. Mencari uang secara mandiri dan menempuh
perjalanan sepanjang 62km dengan berjalan kaki. Perjalanan yang mungkin setara
dari rumahku di Jakarta menuju Bogor. Pikirku pasti akan sangat menyenangkan.
Hari dimulainya persiapan LDK 2 pun tiba, diawali dengan pemilihan ketua.
Seingatku itu adalah rapat perdana kami satu angkatan. Akhirnya, terpilihlah
Ghozyudin Fawaz sebagai ketua dan penanggung jawab ikhwan dan Hanan Amirah
Nurrahmi sebagai penangggung jawab akhwat. Setelah terpilihnya ketua LDK, hal
yang kami bahas di rapat selanjutnya adalah terkait persiapan persiapan yang harus
dilakukan, termasuk fundrising.
Fundrising kali ini adalah pengalaman pertama bagiku. Dengan nominal
sebesar 30 juta, membuatku ragu apakah bisa mendapatkannya dalam waktu
seminggu. Pada pencarian dana ini aku bertugas menjadi bagian dana kreatif. Hal
yang harus dilakukan adalah menawarkan berbagai barang berupa makanan dan
minuman, serta jasa kepada anak asrama dan siswa sekolah. Kami juga sempat
menjual barang dagangan kami di luar sekolah.
Dua hari menjelang LDK, uang yang kami butuhkan masih cukup besar.
Padahal banyak perlengkapan LDK yang belum tersedia, sempat terbesit apakah
masih mungkin? Tapi, Pembina kami berkata bahwa kita harus yakin kalau
pertolongan Allah pasti akan datang, yang perlu terus kita lakukan adalah
bertaqarrub ilallah dan juga berusaha. Tidak hanya bapak pembina kami, tetapi
juga orang tua kami, yang tak henti-hentinya memberikan do’a dan dukungan demi
kegiatan ini.
Alhamdulillah, satu hari menjelang kepergian, uang yang kami perlukan
akhirnya terpenuhi. Meskipun ada perlengkapan yang belum sempat kami beli, tapi
hal tersebut tidak menyurutkan semangat untuk tetap melakukan kegiatan ini.
Kejadian itu menjadi pelajaran untuk kegiatan-kegiatan mendatang. Berbagai
kebutuhan kami masukkan ke dalam tas dan kami diminta untuk tidak tidur terlaru
larut karena harus segera bangun. Esoknya, kegiatan ini diawali dengan
pembekalan motivasi dari beberapa guru yang sekaligus melepas kepergian kami.
Perjalanan panjang pun dimulai. Sebelum sampai di Cianjur, ada pos-pos
yang harus kami lewati terlebih dahulu. Pos pertama adalah rumah dinas orang
nomor satu di Bogor, yaitu bapak Bima Arya selaku walikota. Banyak wejangan yang
kami dapatkan dari beliau. Potongan cerita dari perjalanan hidup yang
menghantarkan bapak Bima Arya menjadi orang yang memegang kekuasaan
penting di Kota Bogor.

52
Kemudian, kami melanjutkan perjalanan menuju pos selanjutnya. Medan
yang dihadapi bukan lagi jalan beraspal. Melainkan tanah berbatu dan juga licin.
Kami sempat beristirahat dan berteduh sebelum melanjutkan perlajanan. Ketika
akan melanjutkan perjalanan, ternyata jalan yang harus dilewati semakin licin. Kami
harus berhati-hati, namun tidak dengan diriku yang merasa terburu-buru, walhasil
aku pun terpeleset dan terjatuh. Cukup sakit memang, tapi tak apa. Perjalanan
tetap dilanjutkan dengan semangat.
Kami pun melewati berbagai pos lainnya, diantaranya adalah masjid dan
radio Wadi FM. Di radio Wadi FM kami mendapatkan kesempatan untuk on air
langsung di tempat tersebut. Di perjalanan, aku sempat merasa kesal karena jarak
perjalanan yang sangat jauh, sedangkan guru yang mendampingi terus berkata
bahwa jaraknya sedikit lagi. Walaupun aku tahu, itu adalah penyemangat agar kami
tidak mudah untuk menyerah. Akan tetapi, pada suatu kesempatan guruku pernah
membantu untuk membawa tas yang kubawa, aku semakin sadar bahwa guru-
guruku ternyata tetap peduli.
Selama perjalanan ini, aku juga sempat melakukan hal yang mungkin dirasa
menjijikan. Sebenarnya biasa saja, yaitu meminum air. Tapi air yang kuminum
bukanlah sembarang air, tetapi air keran. Sungguh. Didorong oleh rasa haus yang
tak terkira dan ketiadaannya air minum, ketika aku berada di kamar mandi untuk
berwudhu langsung saja kugunakan air tersebut sekaligus untuk melepas dahaga.
Ini adalah perbuatan yang tidak pantas untuk dicontoh, kecuali ketika berada di
Eropa mungkin. Selama LDK ini, kami memang dilatih untuk menghemat
perbekalan yang kami bawa termasuk air minum.
Singkat cerita kami akhirnya sampai di Masjid At-Ta’awun. Dari masjid
tersebut kami langsung melanjutkan perjalanan menuju Cianjur, tidak lagi berjalan
kaki tapi menggunakan kendaraan yang telah disiapkan. Karena jalan tidak mampu
dilewati dengan berjalan kaki. Kami pun sampai sekitar pukul dua belas malam.
Kemudian kami diberi tahu tempat dimana kami menginap, lalu kami segera masuk
dan terlelap.
Keesokan paginya kami sudah bersiap-siap untuk acara selanjutnya. Namun
aku sempat terkejut, karena tas milikku tidak ditemukan. Aku sempat panik, karena
aku harus bersegera untuk acara selanjutnya. Setelah aku meminta bantuan kepada
para guru, akhirnya tas tersebut pun ditemukan. Alhamdulillah. Dengan kejadian ini
lengkap sudah LDK menjadi pengalaman yang sangat menarik bagiku.
Sorot matahari dan keramahan warga desa menyambut pagi kami.
Bersamaan dengan disajian sarapan yang mengisi perut lapar kami. Karena desa
tersebut sangat luas, kami pun diajak berkeliling. Kemudian sebagian dari temanku,
pun ditantang untuk memanjat pohon kelapa. Dari beberapa yang mencoba,
akhirnya ada satu orang yang berhasil. Dia adalah Yoga Baktiawan Megpa. Ketika
kembali, ternyata kami telah disiapkan buah kelapa untuk kami masing-masing.
Sungguh menyegarkan, setelah berjalan jauh ditutup dengan air kelapa langsung
dari buahnya. Air kelapa desa ini termasuk yang terbaik kata Pembina kami.

53
Kami juga sempat melakukan semi analisis SWOT di desa tersebut, dan
kemudian menyampaikannya di depan forum. Tak terasa, hari itu juga kami harus
segera pulang. Sedih rasanya, banyak pelajaran berharga yang didapatkan selama
LDK 2 ini. Ketika kami sedang menuju Cianjur, maupun setelah berada di Cianjur.
Bapak pembina kami pun mengatakan bahwa para penduduk merindukan
kedatangan kami setiap tahunnya. Hal tersebut membuatku semakin terharu.
Pengalaman itu juga kami rasakan kembali saat LKMM, dimana keramahan
warga desa membuat kami sangat terkesan. Ada hal menarik yang ingin kuceritakan
ketika LKMM. Pernah suatu malam aku ingin pergi ke kamar mandi, namun di
rumah yang sedang kutempati kamar mandinya sedang terisi. Akhirnya, kami keluar
rumah dan menumpang di salah satu rumah warga. Sang pemilik rumahpun mau
dengan senang hati memberikan tumpangan.
Kamar mandi tersebut berada di luar, karena itu kami harus saling
bergantian. Ketika sedang menunggu, aku melihat langit yang dipenuhi dengan
bintang-bintang. Pemandangan yang jarang kutemui di kota kelahiranku, Jakarta.
Kembali lagi ke LDK, setelah semua acara selesai, kami pun berpamitan
kepada sebagian warga desa yang berada di sekitar rumah yang kami tempati. Kami
segera membereskan barang-barang dan masuk ke mobil yang kami tumpangi
semalam. Kemudian perjalanan dilanjutkan menggunakan bis sampai menuju
Insantama.
Di Insantama kami disambut dengan meriah. Perhatian kami pun terpusat
pada api unggun yang begitu besar, seraya menggambarkan semangat kami yang
berkobar-kobar. Alhamdulillah, kami telah sampai selamat. Semoga suksesnya LDK
ini bisa menjadi penyemangat untuk kegiatan-kegiatan yang akan kami lakukan
selanjutnya. LDK 2 Taklukkan Cianjur.... Berhasil !!!

54
 .
-Salah Sambung-
Azzahra Nufaisa

Adzan dzuhur berkumandang, aku dan teman-temanku bergegas


mengambil air wudhu dan sholat dzuhur. Setelah sholat dzuhur kami langsung ke
tempat makan untuk makan siang, menu siang ini yaitu sate ayam dan sop sayur.
Teman-temanku langsung menyergap sate ayam yang sudah tersedia di meja
makan catering, soalnya kalo engga buru-buru diambil takut kehabisan!
“Eh, abis makan jangan lupa bikin hijab (pembatas) di kelas ya. Soalnya kita
mau rapat sama ikhwan buat ngomongin LKMM” Kata Hanan.
“Siap nan!” jawab anak-anak Shield (nama angkatan kami khusus akhwat)
serempak.
Selesai makan, kami segera menuju kelas dan membuat hijab untuk rapat
LKMM. Kami membagi tugas, ada yang membuat hijab, ada yang menghapus papan
tulis, dan ada yang menyapu lantai kelas.
“Assalammualaikum, sudah siap semuanya?” tanya PakKar yang tiba-tiba
sudah ada di depan pintu kelas shield. “Sudah pak” jawab kami serempak.
Tak lama para ikhwan sword memasuki kelas kami.
“Assalammualaikum warahmatullah wabarakatuh,” salam PakKar khas,
“Walaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,” jawab kami serempak.
“Ya, hari ini bapak mengumpulkan kalian di sini untuk membicarakan
tentang kegiatan kepemimpinan setelah LDK 2 yaitu LKMM (Latihan Kepemimpinan
dan Manajemen tingkat Menengah). Kemarin kan kalian sudah menentukan
destinasi desa yang akan kalian kunjungi yaitu Kebon Peuteuy di Cianjur. Sekarang
kita akan merancang biaya kalian untuk kegiatan LKMM ini dan setelah itu kalian
tentukan masing-masing satu ketua dari ikhwan maupun akhwat,” kata pembina
kami.
“Baik pak!” kata kami serempak, setelah itu kami menghitung-hitung
anggaran yang akan kita pakai ketika LKMM berlangsung. Setengah jam berlalu,
akhirnya rancangan anggaran untuk kegiatan LKMM ini selesai. Tinggal kami
memilih ketua dan membagi-bagi amanah jabatan menjadi Danus (dana usaha),
PDD (publikasi, dokumentasi, dan dekorasi), Sekretaris, Bendahara, dan Konsumsi.
“Bapak tinggal sepuluh menit ya, setelah bapak balik lagi ke kelas ini. Kalian
sudah memilih masing-masing ketua. Sanggup?!” tanya PakKar.
“SANGGUP PAK!” jawab kami serentak dan semangat yang tiada tara.
Kami pun saling berdiskusi siapa kandidat yang terpilih untuk menjadi ketua
di kegiatan ini. Dimulai dari tunjuk-tunjukan teman sampai akhirnya kita semua
masing-masing voting dari tiga kandidat menjadi satu kandidat dari ikhwan maupun

1
akhwat.Tak terasa waktu bergulir dengan cepat. Pembina kami sudah kembali lagi
ke kelas Shield.
“Bagaimana, sudah dapat nama untuk dijadikan ketua kegiatan ini? Dari
ikhwan maupun akhwat?” tanya PakKar.
“Sudah pak” jawab kami.
“Siapa ketua dari ikhwan?” tanya PakKar.
“HAMDI PAAAKK!!” jawab anak Sword (nama angkatan kami khusus
ikhwan) dengan semangat.
“Oke, dari akhwatnya?” tanya PakKar sambil menoleh ke bagian akhwat.
“LARAS PAAAKKK!!” jawab serempak anak Shield.
“Oke, untuk kalian para ketua LKMM dari ikhwan maupun akhwat Bapak
beri waktu untuk kalian fundraising 55 juta dalam satu minggu. Jika kalian selalu
amar ma’ruf nahi munkar, menaati amir, dan menjauhi segala maksiat, Insya Allah
nashrullah datang kepada kalian!” semangat pembina kami.
“Aamiiinnnnnn”, jawab kami serempak.
“Ya, Bapak akhiri rapat ini dengan membaca hamdalah dan doa kifaratul
majelis, wassalammualaikum warahmatullah wabarakatuh.”
“Wa alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh” jawab kami serempak.
Sambil membereskan laptop, pembina kami berkata, “Oh iya, nanti ada capcin
(cappuccino cincau) buat kalian!” “Yeay, makasih bapak!” jawab kami sambil
sumringah. Ohya, buat kami, capcin sudah menjadi minuman khas kegiatan
kesiswaan. Hadiah dari Dirsis (Direktur Kesiswaan) yang suka tiba-tiba diberikan
pada kami jika kami mampu speed n responsive. Alhamdulillah.
-o-
Siang ini, hari kedua fundraising. Ya memang sih dikasih waktu satu minggu,
tapi ternyata ada hari libur di hari Jumat dan hari Sabtu kita sudah rapat lagi sama
PakKar untuk menghitung uang yang terkumpul selama fundraising dan penentuan
apakah kita jadi LKMM atau tidak jadi. Jadi total hari untuk kami fundrising hanyalah
lima hari, Oh tidak!
Aku diamanahi dua jabatan sekaligus yaitu Danus eksternal dan PDD
(publikasi, dokumentasi, dan dekorasi). For the first time, aku dikasih jabatan
sebagai Danus eksternal yang kerjaannya nyari sponsor dan telepon-telepon para
donatur.
Mau gak mau sebagai anggota Danus eksternal harus menelepon para
donatur dan sponsor. Mulailah aku menelepon satu per satu teman-teman orang
tuaku semasa mudanya dulu. Aku menjelaskan secara detail, dan jangan lupa
menanyakan apakah ibu atau bapak bersedia mendukung acara kami? Dengan
cara menjadi Donor atau Sponsor bagi acara ini. Ya, kami harus hati-hati bicara.
Kami juga dilatih untuk berani me-lobby walaupun beberapa diantaranya langsung

2
menolak untuk mendengarkan secara jelas maksud dan tujuan kami
menyelenggarakan kegiatan LKMM ini. Tapi itulah yang dilatih dalam fundraising
ini yaitu latihan negosiasi.
Hari sudah semakin sore, aku dan teman-temanku baru dapat beberapa
juta untuk kegiatan ini. Haduh, waktu pencarian dana tinggal 5 hari ini lagi!
Bismillah, semoga kami bisa mendapatkan 55 juta dalam waktu kurang dari
5 hari.
“Sya, kamu udah nelfon kemana aja?” tanyaku kepada Asya.
“Baru tiga orang Zah, kamu?” tanya Asya.
“Aku udah 3 sih tapi yang satu nolak gitu katanya sih lagi sibuk. Tapi bentar
lagi aku mau telepon eyangku yang ada di Cipayung, Semoga beliau bisa
membantulah.”
“Aamiiinnnn” jawab Asya.
“Eh telepon Ustadz Felix yuk, kali aja mau bantu kita!” ajak Misykah.
“Iya ya, kalian ada yang punya nomor teleponnya?” tanya Asya.
“Ntar dulu, aku nanya abi-ku dulu” jawab Misykah sambil mengetik pesan
untuk abinya. Drettt…Dreeettt…Dreeettt…. hp Misykah bergetar.
“Nah ini dia nomornya Sya!” kata Misykah sambil menujukan layarnya ke
wajah Asya. Asya langsung menyalin nomornya dan segera menelponnya.
Berulang kali Asya menelepon Ustadz Felix Siauw, ternyata tidak diangkat-
angkat. Ya mungkin beliau sedang sibuk dengan jadwal dakwahnya yang sangat
padat.
“Duh, nelepon siapa lagi ya?” tanya Asya.
“Ustadz Hari Moekti aja Sya!” jawab Misykah lagi.
“Kamu punya nomornya Misy?” tanya Asya,.
“Coba ku tanya Abi-ku lagi deh” jawab Misykah.
“Yah Sya ternyata Abi-ku enggak punya nomor Ustad Hari Moekti. Gimana
atuh?” tanya Misykah,
“Cari di internet aja kali ya, semoga dapetlah nomornya” kata Asya.
“Zah, bawa bolt sama laptop kan?” tanya Asya kepadaku.
“Hah? Iya Sya bawa, pake aja noh!” kataku sambil menunjukan laptopku
yang berada di atas meja kecil yang biasa kakak-kakak kelas dua belas pakai untuk
belajar.
“YEAY DAPAT!” kata Asya bergembira,

3
“Beneran gak Sya itu nomornya?” tanya teman-teman di sekeliling Asya.
“Engga tau dah, insyaallah benerlah.” jawab Asya. Dengan mantap Asya menyalin
nomor itu di hpnya dan langsung ia hubungi saat itu juga.
“Assalaamu’alaikum, ini benar dengan Ustadz Hari Moekti?” tanya Asya
gelisah.
“Wa alaikumsalam, ehm maaf ini siapa ya?” jawab laki-laki di telepon itu.
“Saya Asya pak, apakah ini benar dengan Ustadz Hari Moekti?” tanya Asya
sekali lagi kepada laki-laki itu.
“Ha? Hari Moekti? Siapa itu?” jawabnya.
“Loh, bapak bukannya Ustadz Hari Moekti?” tanya Asya semakin gelisah
dan langsung mengeraskan suara hapenya.
“Saya Pak Hari Gunawan.” Jawab laki-laki itu.
“Oh jadi bapak bukan Ustadz Hari Moekti?” tanya Asya masih memakai
mode loud speaker.
“Bukan dik, saya memang Pak Hari. Tapi bukan Pak Hari yang adik maksud”
jawab Pak Hari Gunawan.
Kami satu ruangan langsung tertawa puas gara-gara salah sambung,
niatnya mau nelepon Pak Hari Moekti malah jadi nelepon Pak Hari Gunawan.
Tapi Asya tidak mau menyerah, akhirnya ia menjelaskan tentang LKMM
juga ke bapak itu. Ya walaupun malu gara-gara salah sambung, tetapi dia tetap
percaya diri demi mendapatkan donatur lebih banyak lagi!
Dan dari kegiatan LKMM inilah, aku belajar bagaimana bernegosiasi dengan
orang lain, dan bisa lebih percaya diri berbicara dengan lawan bicara kita sendiri.

4
-Tak Terkalahkan-
Nadzifah Fiddiana

Kisah ini begitu indah bagiku.


Tercipta dari suatu perjalanan hidup yang terangkum rapi namun tak
mungkin untuk aku rangkai sendiri.
Terimakasih JANISSARY, kalian telah mengukir jutaan cerita untuk menjadi
bagian dari kisah manis dan pahit di dalam hidupku.

28 September 2015
Pagi ini tampak begitu meriah, tidak seperti biasanya. Aku dan teman-
teman mengenakan pakaian putih abu ditambah dengan kerudung biru dongker.
Membawa tas penuh, padat, dan amat berat. Susah payah kami membawanya ke
lantai 3 dimana kelas kami berada. Sungguh, aku pun merasakan sakit yang sangat
ketika sudah sampai di kelas. Rasanya kaki sudah melayang entah kemana. Tapi
kebahagiaan kami menyambut hari ini tak pernah bisa dikalahkan hanya dengan
kaki yang melayang.
Kami melakukan apel pagi yang dipimpin oleh Pembina Tamu, Ustadz Iwan
Januar, salah satu penulis yang aku kagumi hingga saat ini. rasa kagumku tak bisa
berhenti hingga waktu memberhentikannya. Semua yang berawal pasti akan
berakhir, begitu pula apel. Iya kan?
Pukul 09.15 kami berkumpul di lapangan untuk melakukan pelepasan.
Semua duduk di pelataran lapangan dengan rapi. Aku melihat ke PakKar, pembina
kami, sedang berbincang dengan anak kelas laki-laki. Tidak lama, mereka bubar
menuju tas-tas mereka, mengambil barang kemudian mengenakannya. Ah, aku
sungguh terharu layaknya seorang ibu melihat anaknya bahagia. Mereka kembali
dengan mengenakan sebuah rompi, rompi kekompakan kelas mereka. Berwarna
biru dongker, mereka terlihat lebih gagah dari sebelumnya. Kami pun, anak-anak
perempuan, tersenyum bahagia. Apa yang kemarin mereka usahakan untuk
memakai rompi di hari ini tidak sia-sia, apalagi kemarin kami tidak marah sedikit
pun karena kami tidak dibuatkan. Tapi memang rompi tersebut untuk para laki-laki
yang tidak mungkin kami kenakan. Sekarang kami benar-benar seperti sepasang
sword dan shield, yang kompak dengan warna abu, putih, dan biru dongker.
Acara pelepasan pun dimulai. Dari sambutan-sambutan hingga motivasi
untuk menjadi problem solver semua diberikan. Saat itu dibagikan juga
perlengkapan untuk kegiatan LKMM. Pelepasan ditutup dengan sorak yel-yel yang
belum jelas kedengarannya. Hari ini, pagi ini, jam ini, menit ini, dan detik ini, LKMM
JANISSARY ANGKAT KA KEBON PEUTEUY!
Setelah pelepasan selesai, semua menuju mobil sesuai kelompoknya
masing-masing. Penuh bahagia, kutampakkan di wajahku. “Disini, ana gak mau tau,

5
di sini ana!”, “Pokoknya ana di sini”, “Ana di ujung situ gamau tau, gak ridho ada
yang nempatin!”, dan banyak lagi permintaan kekanak-kanakannya yang terucap
dari lisan kami. Walaupun sempit di dalamnya, pengap, dan tidak cukup terang,
setidaknya aku bersyukur karena masih bisa berangkat. Perjalanan kami menuju
Stasiun Paledang tak menghabiskan cukup banyak waktu. Hingga tersisa kira-kira 2
jam lagi untuk siap duduk di dalam kereta.
Dua jam itu kuhabiskan dengan shalat dan bercengkrama dengan teman-
teman. Cukup lama kiranya, kami disuruh mengantri karena kereta akan segera
datang. Aku melihat jam telah menunjukkan pukul satu, “Cepat yah?”, ucapku
dengan senyuman tampak gigi, sambil memegang tangan temanku yang terpasang
jam. Ya, aku melihat jam temanku, karena memang milikku entah dimana. Tapi
sekali lagi, kami tak bisa dikalahkan dengan kaki yang melayang apalagi hanya
sebuah jam tangan yang berdetak setiap detiknya.
“Semua masuk gerbong 2!”, teriak salah satu guru pendamping yang ikut di
kegiatan kami. Ingin masuk tetapi menunggu penumpang yang keluar dari pintu,
ingin kembali tidak akan mungkin. Dengan segala penantian, akhirnya kenyataan
itu telah datang. Aku dan teman-teman bisa masuk ke dalam kereta. Kami duduk
berkelompok. Kemudian kereta pun jalan.
Bismillah terucap dari lisanku dan berdoa untuk keselamatan kami. Aku dan
teman-teman begitu menikmati perjalanan ini. Kini aku bersyukur duduk di kursi
yang alhamdulillah masih bisa dipakai tampungan kaki orang yang ada di depanku.
Jadi diantara aku dan teman-teman sekelompokku berhadapan-hadapan 3 orang
dan diantara kami dibatasi oleh sepasang kaki teman di depan kami. Cukup
nyaman, sehingga kami pun tertidur berbarengan dengan kaki-kaki teman kami.
Sungguh mengesankan.
Sore itu aku lupa jam berapa kiranya, kami sampai. Hujan deras dan yang
pasti sangat dingin. Air-air itu menusuk badanku, kami semua basah, tapi tidak
kuyup. Beberapa menit kami menunggu angkot yang akan mengantarkan kami ke
Desa Kebon Peteuy. Angkotku berhenti cukup jauh dari tempat teduh. Tapi tidak
apa, kami semua terkena air hujan dan alhamdulillah tidak tenggelam. Hehehe.
Setelah itu kami sampai di masjid, tepat di sisi jalan. Lantunan adzan telah
berkumandang sebelum kami sampai di tempat. Semua yang lelah lalu istirahat,
semua yang berpuasa lalu berbuka (kami tetap shaum sunnah, meski rada
kepayahan), dan semua yang suci pun lalu menunaikan shalat. Kami berbuka
dengan air putih, kurma, dan susu kotak. Kemudian kami menyatukan shalat
maghrib dan isya di awal waktu, Karena sepertinya energi yang kami miliki sudah
mulai menipis.
Dilanjut dengan menunjukkan ciri khas sekolahku, jalan ya dengan kaki.
Kami jalan menuju desa, yang cukup jauh ditambah dengan jalur yang tidak lurus.
Keadaan yang gelap membuat jalan semakin terasa jauh, gelap hampir gulita malam
itu. Sekitar 20 menit kaki lelah menapak, kami sampai di basecamp LKMM untuk
mengambil tas dan kemudian kami sedikit terpaksa mengayunkan kaki kembali,

6
memulai untuk perjalanan ke tempat kami menginap. Jaraknya tidak begitu jauh,
sepertinya tidak sampai 30 meter jauhnya.
Kami, akhwat diletakkan di dua rumah yang jauh berbeda. Rumah 1
nampak seperti rumah biasa, namun rumah 2 nampak ‘kayunya’, ya bisa dibilang
rumah panggung khasnya Cianjur. Panggung, tapi kakinya pendek-pendek dan
ukurannya pun kecil-kecil. Alhamdulillah aku mendapat rumah pertama. Malam itu
semua tidur dengan alas di atas lantai tapi tidak dengan aku dan 1 temanku. Kami
berinisiatif membuka 2 sofa yang saling berhadapan untuk dipakai tidur. Pada
akhirnya kami pun tidur di 2 sofa berbeda, begitu nyaman dan akhirnya kami tidur
nyenyak.

29 September 2015
Pagi ini JANISSARY sudah berkumpul di masjid, membicarakan kegiatan hari
ini. Hari ini kami akan survey di desa ini. Terdapat 7 RW, RW 7 berada di bawah,
dan RW 1 berada di atas. Sekitar jam 8 kami sudah siap melakukannya. Menyisiri
satu per satu RW, sampai akhirnya kami tiba di RW 1. Jalannya lurus, terjal, dan
sangat jauh. Kukira kami akan lanjut jalan ke atas, tapi ternyata kami kembali
melewati jalan yang sama. Kami berhenti sejenak di perbatasan desa dengan hutan
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Sebelum kembali, pembina
menanyakan, “Kalo dikasih tomat mau gak?”. Kami mengiyakan dan bersorak
gembira karena akan makan tomat. Karena di situ sedang panen buah tomat dan
mereka akan mengirimnya ke daerang Serang. Kami membeli 2 kg tomat untuk
shield dan 4 kg untuk sword. Ya katanya mereka membutuhkan energi yang lebih
banyak dari kami, tidak apa.
Sudah hampir jam 12 dan aku sangat dahaga ditambah lapar yang
mendera. Air mineral yang kubawa sudah tinggal setengah lagi, untunglah ada
pahlawan tomat yang menyelamatkanku. Aku mengambil 5 tomat, 1 milikku dan 4
milik teman-temanku. Sementara itu 4 dari 5 tomat yang kubawa, masuk semua ke
dalam mulutku dan sampai diperutku. Aku bahagia, sungguh bahagia. Akhirnya aku
makan walaupun makan tomat. Setidaknya minum air tomat daripada tidak.
Setidaknya makan daging tomat daripada tidak.
Siang itu kami, shield berhenti di rumah warga dan melaksanakan sholat.
Info menyedihkan datang, siang itu tidak ada jatah makan dikarenakan misscom.
Ah perut kami begitu kecewa, tapi diobati dengan semangka dan ice cream. Berkat
kesigapan guru-guru pendamping kami. Akhirnya perut kami bahagia.
Hari ini terlewati dengan cepat. Kami tinggal menunggu hari esok datang,
saat dimana kami akan melakukan wawancara kepada responden representasi
stakeholders desa.

30 September 2015

7
Mengenakan seragam pramuka. Wawancara berlangsung dengan
lancar. Lancar bertanya, lancar menjawab, lancar menulis, dan lancar makannya.
Rezeki memang datang dari mana-mana ya? Setiap rumah menawari kami camilan,
bahkan ada yang sampai membawakan kami camilan dan 2 sisir pisang yang cukup
besar. Kami pun sering tergiur dengan makanan yang serba murah, seperti seblak
basah yang berharga 2000 rupiah saja, bakso yang hanya 2000 rupiah saja. Ah
memang surga dunia khas desa.
Sore ini sumur di rumah kami bermasalah, aku dan 1 temanku, Ulya, telah
merencanakan sesuatu. Kami keluar rumah hanya bermodal alat mandi yang
dimasukkan ke dalam saku, dan membawa tas kecil berisi alat mandi. Kami berlagak
seperti akan membeli sesuatu di warung. Sementara kami lewat, teman-teman
hanya diam di teras ‘meratapi’ nasib mereka yang tak kunjung kebagian air. Aku
dan Ulya berjalan menuju rumah yang sempat menawari kami kamar mandi saat
tadi kami perjalanan pulang. Kami salam dan dijawab. Kami bilang hajat kami dan
diantarkan. Di dalam kamar mandi ada alat mandi tentunya tetapi ditambah
beberapa wajan besar bergantung pada dinding. Sementara itu ada beberapa ikat
sayuran yang baru saja dicuci. Lalu aku memandangi tampak luarnya dengan
seksama.
“Ul! Pintunya Ul! Cuma setengah! Atasnya gak ada,” bisikku setengah
kaget. Dia pun ikut kaget dan kami bingung, harus bagaimana.
“Antum wudhu!” ucap Ulya.
“Buat apaan?”
“Ih biar keliatan basah,” ucapnya sedikit jail. Aku hanya nyengir sinis,
kemudian membasahi muka, tangan, dan sedikit bagian lengan baju. Setelah itu
kami pamit.
Kami berusaha mencari lagi dan akhirnya menemukan sebuah majelis Ilmu
dengan kamar mandi. Ada ibu-ibu yang sedang membaca yasin di dalamnya. Aku
berbicara dengan salah satu ibu dengan Bahasa Sundaku yang apa adanya bahwa
aku bermaksud untuk menumpang kamar mandi dan akhirnya Ulya bisa mandi
sementara itu aku menunggu. Seorang ibu yang ternyata sudah menjadi nenek dan
seorang nenek yang ternyata sudah menjadi buyut. Berbicara denganku seorang
anak yang tentunya belum menjadi ibu, yakan? Tiba-tiba Ulya keluar.
“Fa, airnya mati”. Aku diam, tapi sang ibu menyalakan pompa air untuk
kami mandi. Air tak datang kepada kami, akhirnya kami memutuskan untuk pergi
dan mencari air di tempat lain. Pantang menyerah!
Aku langsung mengajak Ulya ke rumah PNS yang tadi siang sempat kami
wawancarai. Ibunya baik dan sepertinya akan lebih baik jika kami datang kembali.
Datang untuk sebuah permohonan menumpang kamar mandi yang keadaannya
sudah kami perkirakan lebih baik pula. Saat di depan pintu, kami bimbang. Tangan
ini diam, aku begitu kikuk antara kembali atau mengetuk pintunya. Tapi untuk yang
ketiga kalinya kami tak bisa dikalahkan dengan kaki yang melayang, sebuah jam

8
tangan yang berdetak setiap detiknya dan tangan yang bimbang akan pilihan
pemiliknya.
Kami memilih mengetuk pintu dan saat dibuka oleh seorang anak, di
dalamnya terlihat sepi. Kami dipersilakan masuk dan menunggu ibu PNS tadi yang
katanya sedang shalat. Tak lama kemudian kami bertemu. Ah jantungku berdegup
dengan kencang. Tanpa basa-basi kami memohon dengan muka ‘memohon’, kata
Ulya. Memohon untuk tumpangan kamar mandinya dan alhamdulillah
permohonan kami diterima. Disiapkan sebuah handuk, sabun batang, pasta gigi,
dan tentunya dengan sikat giginya juga. Sujud syukur ingin kulakukan namun tak
ada waktu yang memberi.
Akhirnya kami pun bergantian mandi. Saat itu pula kami ditawari makan
sore, camilan yang banyak bahkan tawaran untuk tidur di rumahnya. Sebenarnya
aku dan Ulya ingin mengiyakan, hanya saja ya kami memiliki batas malu yang sudah
sampai di batasnya. Cukup hari ini memalukan. Namun sangat bersejarah, karena
hari itu dipastikan kami berdua menjadi orang yang sudah wangi diantara teman-
teman yang belum wangi. Kami kembali ke penginapan dan kembali mengikuti
susunan acara.

1 September 2015
Presentasi hasil survey di balai desa dilanjut acara perpisahan dengan
warga.
Perjalanan JANISSARY kali ini menuju Cianjur, Kebon Peuteuy. Bukan
sekadar perjalanan tetapi sebuah pembelajaran yang bermakna untuk kami di masa
mendatang. Tujuan yang sudah kami pilih dan usahakan secara matang dan penuh
keyakinan. Kini tidak sia-sia, kami sudah memulainya.

9
-Fighting For Kindness-
Chintya Prima Chairunnisa
“Naik tingkat ke jenjang yang lebih tinggi adalah hal yang harus dilakukan
jika ingin meningkatkan kualitas hidup.”
Di awal kelas 11 ini, Kami harus bertemu dengan kegiatan kepemimpinan
tingkat menengah atau yang biasa kami sebut dengan LKMM (Latihan
Kepemimpinan dan Manajemen Tingkat Menengah). Ya, memang sekolah kami
mempunyai motto ‘Sekolah Calon Pemimpin’ jadi rasanya tidak lengkap kalau
setiap tahunnya tidak ada kegiatan ini.
Memang kehidupan itu tidak selalu berjalan dengan harapan kita, pasti ada
saja yang menghambat. Itulah yang aku rasakan di awal kelas 11 ini. Jatuhnya
hukuman yang sangat menggemparkan warga SMAIT, bahkan berjatuhan air mata
akibat kelalaian beberapa orang kelas 11. Tapi hal tersebut tidak membuat kami
berkabung terlalu lama. Masa lalu biarlah berlalu. Sudah terjadi mau bagaimana
lagi? Yang penting sekarang harus menjadi yang lebih baik lagi dan belajar dari
pengalaman.
Fundraising LKMM tetaplah berjalan sebagaimana biasanya, walaupun
beberapa teman kami tidak bisa membantu semaksimal mungkin. Selama 3 hari
proses pencarian dana Alhamdulillah membuahkan hasil, target tercapai dan
bahkan lebih. Alhamdulillah. Angkat ka Kebon Peuteuy!
LKMM Janissary ditargetkan menuju desa di daerah Cianjur, Desa Kebon
Peuteuy. Mempersiapkan diri dengan istirahat yang cukup selama perjalanan
dengan kereta ekonomi Bogor-Sukabumi. Perjalanan ini memakan waktu yang
lama. Sesampainya kami di Kebon Peuteuy langit terlihat sudah gelap dan esok
kami kan mulai kegiatan menjelajahi desa.
Matahari mulai mengawali hari pertama kegiatan LKMM. Kami mulai
menjelajah menyusuri penjuru desa, dari RW 01 sampai RW 07. Desa ini sangatlah
luas dengan pemandangan yang tidak terdapat di kota-kota metropolitan seperti
Jakarta. Ditambah dengan sejuknya udara di sini karena letak geografisnya berada
di kaki Gunung Gede. Setelah menjelajahi seluruh penjuru desa, kami dipersilakan
kembali ke homestay masing-masing. Tapi tidak denganku, aku masih harus
mencari kios yang menjual lem yang lumayan kuat untuk sepatuku yang sepertinya
sudah waktunya pensiun (bayangkan saja aku memakainya sejak kelas 1 SMP).
Setelah bertanya-tanya ke beberapa warga desa, aku dengan ditemani oleh
Yasmin menemukan lemnya di warung yang bercat abu-abu. Penjualnya
mengajakku dan Yasmin untuk pergi ke rumah pemilik toko untuk memasangkan
lemnya ke sepatuku. Ya.. Jelas tidak enak. Aku belum kenal tiba-tiba sudah
ngerepotin dan tiba-tiba aku dipanggil nenek-kakek yang berada di teras rumah
yang letaknya di belakang warung tersebut. Ya, mau bagaimana lagi. Aku dan
Yasmin menurut saja ke sana.

10
Kami pun menyalaminya, aku dipersilakan masuk ke rumahnya dan dijamu.
Kakek tersebut meminta izin untuk memperbaiki sepatuku. Aku merasa tidak enak
sekali, tamu yang pertama kali datang tiba-tiba sudah seperti itu. Mau gimana lagi,
kata kakeknya tidak apa. Selagi menunggu sepatu, aku dan Yasmin diajak
berbincang dengan nenek. Kami banyak bertukar cerita dengan sang nenek
terutama mengenai desa ini.
Banyak hal yang aku bisa pelajari dari desa ini. Terlalu lama asyik
mengobrol, aku sampai lupa kalau si kakek sudah selesai memperbaiki sepatuku.
Aku pamit untuk kembali kembali ke homestay dan berterima kasih banyak atas
jamuannya. Dan kakek-nenek pemilik warung tersebut bilang sering-sering main
saja ke sini. Mau mandi, makan, istirahat, ke sini saja. Maklum rumahnya memang
sering jadi tempat mahasiswa KKN kata beliau. Kembali ke homestay untuk
beristirahat karena hari esok lebih menantang.
Hari ini dimana kita mewawancarai warga desa Kebon Peuteuy mengenai
perkembangan desanya. Kita dipecah menjadi beberapa kelompok kecil dan
kelompokku mewawancarai warga-warga di RW 03. Ternyata, rumah nenek dan
kakek pemilik warung tersebut berada di RW 03. Sebelum ke sana, kami berkeliling
daerah pelosok di RW 03.
Jalannya yang sangat menantang ditambah dengan sinar matahari yang
menyengat, angin yang berhembus sejuk membuat kegiatan ini melelahkan.
Setelah berkeliling, kami langsung menuju rumah kakek dan nenek pemilik warung
abu-abu tersebut. Kami menggunakan pendekatan analisis SWOT dalam
mengajukan pertanyaan karena itulah yang diajarkan pembina kami. Kami bertanya
secara mendalam (indepth interview) untuk mencari apa saja sebenarnya strength
(kekuatan), weakness (kelemahan), opportunity (peluang) dan treath (tantangan)
yang dimiliki desa ini. Banyak hal yang aku dapatkan. Alhamdulillah.
In this life, there’s a lot of stuffs that we must finish. It will be not as success
as we think before. Think what will happen in the process, in the future. All we do,
must we finish together. Janissary, we haven’t done til’ graduation.

11
-LKMM 2015 : Belajar Dari Ummat-
Faris Fadli

Ada istilah populer yang diketahui oleh semua orang yaitu “gampang-
gampang susah”, atau “susah-susah gampang”, namun ini tak berlaku dengan
belajar menjadi pemimpin karena semboyannya yang berlaku adalah “susah-susah-
susah”. Ya menjadi pemimpin itu sulit, seperti pilot yang menerbangkankan
pesawatnya, sang pilot harus bisa membawa penumpang dari take off sampai
landing dengan selamat. Jika si pilot gagal maka pesawat, penumpang dan dirinya
sendiri akan jatuh bebas. Inilah SMAIT Insantama, dimana setiap siswa yang
menuntut ilmu disana akan selalu ditempa menjadi pemimpin yang hebat di masa
depan. Allahu Akbar !!!
Di Insantama kami belajar dengan mengikuti berbagai program pembinaan.
Dari awal kita masuk kita dibina untuk merangkai masa depan karena ternyata
memiliki visi atau mimpi besar adalah suatu yang penting bagi seorang pemimpin.
Pada saat itu kami merangkai mimpi kami setinggi-tingginya, mulai dari hafal Al-
Quran, bisa berbicara berbagai bahasa, mengumrohkan orang tua, hingga menikah
di usia muda. Intinya kita harus punya mimpi setinggi langit. Walaupun jatuh, kita
akan jatuh diantara indahnya bintang-bintang, begitu kalau kata Presiden
Soekarno.
Di sesi selanjutnya kami harus mendorong kekuatan fisik dan mental lebih
dari yang bisa kami bayangkan, karena harus menempuh jalan kaki sejauh 60
kilometer dari Bogor ke Cianjur dalam waktu tempuh hampir 18 jam. Walaupun
pada awalnya kita tak yakin akan sampai di sana tapi berkat kebersamaan kami bisa
melewati tantangan ini dengan senyuman di muka dan betis bengkak di kaki.
Hehehe.
Bagi kami angkatan 5 SMAIT Insantama yang disebut Janissary, menjadi
pemimpin sudah menyatu dengan jiwa dan hati kami. Tak salah, filosofi yang kami
emban dari nama Janissary tersebut harus kami wujudkan yaitu menjadi sebaik-
baiknya pasukan yang dijanjikan Rasulullah. Maka dari itu suatu keharusan bagi
kami terus belajar dan memahami apa itu kepemimpinan.
Tak terasa waktu sudah setahun berlalu sejak kami bertemu dan menjadi
satu, kini kami telah menyandang gelar sebagai kelas 11 dimana tantangan berat
selanjutnya menanti kami. Di tahap ini kami harus mengemban amanah yang bisa
dibilang berat yaitu menjadi pengurus OSIS yang harus menjadi panutan bagi 1
asrama yang isinya adalah santri kelas 7 sampai kelas 12. Awalnya kami harus
beradaptasi karena sifat kami yang masih dibilang anak-anak baru harus bisa
mendewasakan diri dan Alhadulllah kami bisa.
Kemudian setelah beberapa bulan menjadi pengurus OSIS kami sampai
kepada tantangan berat selanjutnya, tebing tinggi nan curam bertuliskan LKMM
ada di hadapan kami. LKMM adalah latihan kepemimpinan dan manajeman tingkat
menengah. Di LKMM ini kami harus pergi ke desa untuk menyelesaikan masalah

12
yang ada di sana. Desa yang akan kami kunjungi adalah Desa Kebopeteuy di
Kebupaten Cianjur.
Pertama di sini kami harus belajar ilmu baru yang unik dan tak lazim
dipelajari siswa seumuran kami yang ilmu analisis. Ilmu ini adalah ilmu yang
umumnya dipelajari anak kuliahan namun sekarang kami tarik lebih cepat supaya
nanti ketika kuliah kami akan langsung bisa memimpin yang lain. Untuk
mempelajari ini kami membutuhkan waktu khusus selama 1 hari, kami mengupas
ilmu analisis yang bernawa Analisis SWOT. SWOT adalah singkatan dari Strength
(kekuatan), Weakness (kelemahan), Oppurtunity (Peluang), dan Threat
(Tantangan). Dalam ilmu ini kami mengasah pemikiran kami untuk mengenali
sesuatu hal berdasarkan 4 kuadran dimana nanti kami akan membuat kesimpulan
yang akan menjadi patokan untuk mencari langkah yang tepat kedepannya.
Pelatihan ini tak tanggung-tanggung karena langsung dibina oleh Master of
Management jebolan Malaysia sekaligus Direktur Kesiswaan kami yaitu Bapak
Karebet Widjajakusuma. Seiring dengan mempelajari SWOT kami juga melakukan
pembelajaran lain yaitu lobbying karena harus mencari dana yang akan digunakan
di LKMM nanti.
Hari H pun tiba. Bekal mental, fisik dan lainya telah kami siapkan sebaik
mungkin. Kini saatnya bagi kami untuk bisa mengamalkan ilmu yang telah kami
dapatkan yaitu SWOT. Kami menggunakan kereta menuju Cianjur. Kami berangkat
dalam kondisi shaum sehingga perjalanan yang cukup panjang ini kami anggap
sebagai aktifitas “ngabuburit” yaitu aktifitas menunggu waktu berbuka puasa. Kami
sampai pada waktu yang tepat yaitu ketika adzan berkumandang sehingga bisa
langsung mengisi tenaga untuk sementara. Untuk sampai ke tempat yang kami tuju
kami harus berjalan cukup jauh pada gelapnya malam cianjur. Akhirnya kami pun
sampai dan bisa istirahat walau tempat menginap yang kami singgahi sangatlah
sederhana.
Pagi pun datang, kami telah siap pada pagi hari untuk mengisi masjid dan
tahajjud kemudian disambung dengan shalat subuh berjamaah. Kemudian kami
kembali ke tempat menginap untuk sarapan pagi yang dibuat oleh warga setempat.
Walaupun hanya sarapan dengan telur kami menghabiskan makanan dengan lahap
karena suasana pagi pegunungan desa yang bisa menambah nikmat makan kami.
Agenda hari ini kami akan mengunjungi kantor kepala desa untuk
pengesahan program LKMM, kemudian disambung dengan mengeksplorasi
wilayah Desa Kebonpeteuy. Bentuk desanya unik karena hanya memilki satu jalan
utama yang dilapisi aspal yang tidak terawat sehingga rawan bagi mobil yang
membawa barang hasil panen di gunung. Kebun teh, tomat dan cengkeh pun
menghampar cukup luas di berbagai sudut desa. Setelah mengeksplorasi seharian
kami mencatat setiap RW dan batas wilayahnya. RW 1 adalah RW terluas karena
hampir setengah wilayah desa adalah wilayah RW 1. RW 1 juga adalah RW dengan
medan tersulit karena lokasinya yang paling jauh dari pusat desa dan jarak antar RT
di dalamnya juga berjauhan. Ditambah RW ini adalah RW dengan populasi
masyarakat yang paling sedikit walaupun memiliki wilayah yang luas. Maka dapat
disimpulkan RW 1 adalah RW tersulit dibandingkan dengan RW yang lain dan

13
alhamdulillah kelompok saya mendapat amanah untuk mengeksplorasi RW 1 ini.
Namun eksplorasi hari ini hanya bertujuan untuk pemetaan wilayah desa, belum
termasuk ke dalam survei masyarakat.
Tibalah kami di hari kedua dimana kami harus mengsurvey masyarakat
secara langsung untuk mendapatkan data seakurat mungkin yang nantinya akan
digunakkan dalam Analisis SWOT. Kami berpencar sesuai dengan tujuan RW
masing-masing dan kelompok saya langsung menuju RW tersulit yaitu RW 1. Kami
bertemu berbagai jenis kalangan dari mulai guru, ketua RT, mantan ketua RT dan
para sesepuh untuk dimintai pendapatnya tentang desa.
Dalam perjananan kami sebagai calon pemimpin masa depan diberi
kesempatan oleh Allah untuk melihat masyarakat secara langsung. Kami melihat
berbagai kondisi yang memprihatinkan mulai dari jalan desa yang rusak, air yang
sangat sulit ditemukan, dan banyaknya lalat karena pemilik peternakan ayam besar
yang tidak bertanggung jawab. Di sini kami mulai tersadar betapa penting seorang
pemimpin itu karena pemimpin adalah penanggung jawab utama pengentasan
kemiskinan dan kesengsaraan rakyat. Kami pun menjadi lebih bersemangat untuk
terus belajar dan memahami agar bisa menjadi pemimpin ummat yang
sesungguhnya.
Saking luasnya wilayah RW 1, waktu satu hari sepertinya tak cukup bagi
kami. Ketika langit sudah mulai jingga kami masih harus terus berjalan karena masih
ada ketua RT yang belum kamu temui. Sampai pada akhirnya kami dijemput dengan
motor beroda tiga karena pembina kami khawatir tentang kondisi kami yang tak
kunjung pulang ke penginapan di pusat desa. Pembina kami pun bertanya kenapa
kami bisa telat untuk pulang karena perjanjiannya kami harus pulang ketika adzan
ashar datang. Lalu saya sebagai ketua kelompok menjelaskan tentang sulitnya
medan yang kami lewati. Pembina pun langsung menyuruh kami makan dan
menyiapkan laporan untuk dipresentasikan esok hari di depan kepala desa.
Sampailah kami pada hari terakhir kami bertugas di Desa Kebonpeteuy ini.
Kami harus mempresentasikan data yang dianalisa dengana analisis SWOT. Dan
alhadulillah saya mendapat kehormatan untuk menjadi presentator dalam
kesempatan ini. Saya pun presentasi menggunakan bahasa setempat yaitu bahasa
Sunda walau tidak terlalu fasih. Alhamdulillah presentasi dan diskusi berjalan cukup
lancar walau ada beberapa warga desa yang protes namun tetap bisa kami atasi.
Protes karena menganggap beberapa poin dalam unsur kelemahan yang kami
temukan akan menjadi aib desa. Kami pun berupaya menjelaskan bahwa justru di
forum inilah, kami memerlukan klarifikasi. Jika benar itu bertujuan untuk
membangun kesadaran bersama agar dapat diatasi bersama sehingga di kemudian
hari tidak ada lagi situasi yang sama. Namun jika salah, tentu kami harus
meralatnya. Karena Analisis SWOT mengharuskan semua unsurnya faktual dan
unik. Akhirnya penjelesan kami pun diterima. Rekomendasi dari kami pun juga
diterima. Forum pun usai dan kami pun berpamitan dan pulang menuju sekolah
Insantama tercinta dengan menggunakan bis sewaan.

14
Kami merasa bersyukur bisa mendapatkan kesempatan ini karena
menambah keyakinan kami menjadi pemimpin masa depan yang diharapkan. Kami
bisa mengenal dan memahami masyarakat secara langsung dan juga bisa
memberikan solusi kepada mereka dan itu luar biasa. Kini kami percaya bahwa
pemimpin bukanlah manusia berdasi yang duduk di bawah “kura-kura hijau” tetapi
pemimpin adalah kami Janissary angkatan 5 SMAIT Insantama. Allahuakbar!

15
-Fighting For Kindness 2-
Yasmin Khairunnisa
Halo, aku Yasmin.
Di sini aku mau cerita pengalamanku ketika LKMM. Sebelumnya ada satu
hal yang bikin aku sedih kalau bahas LKMM. Jadi salah satu temanku tidak ikut
LKMM, hayo tebak siapa? Ya dia adalah Ningrum. Tapi walaupun begitu aku masih
ada hal yang lebih penting dibahas pas LKMM.
Desa Kebon Peuteuy. Kususuri desa Ini dari RT satu hingga tujuh bersama
tim yang dipandu oleh Pembina. Ah, jalan yang kupikir tidak layak untuk dilewati ini
jalan bebatuan yang tidak rata dengan sedikit lumpur, rasanya kakiku mau copot
dan sepatu yang kotor pastinya. Ditambah lagi dengan panasnya terik matahari
memperlambat langkahku. Setelah menyusuri desa ini dengan perjuangan, salah
satu temanku, Chintya, memintaku untuk menemaninya membeli lem karena
setelah menyusuri desa ini sepertinya sepatu yang ia gunakan sedikit ‘menganga’.
Lem sudah terbeli di warung dekat rumah yang kami tinggali, tinggal kayu
kecil atau something untuk mengolesi lem ke sepatu. Ibu warung yang melayani
kami menyarankan untuk mendatangi salah satu rumah warga yang tidak jauh dari
warung tersebut, kami menuruti perkataan beliau. Tepat ketika sampai di depan
rumah tersebut kulihat seseorang yang mengenakan sarung, baju koko, tak lupa
peci menjadi ciri khas bapak tua ini seorang muslim.
Aku menyapa bapak itu dengan salam dan beliau menjawab salamku
dengan ramah. Lalu aku menjelaskan tujuanku datang untuk meminta kayu kecil
agar bisa memperbaiki sepatu Chintya yang rusak. Lalu bapak itu senyum dan
meminta Chintya melepaskan sepatunya.
Aku kaget dengan respon bapak ini yang akan memperbaiki sepatu Chintya,
sontak kami menolak tapi bapak itu dengan senyumannya tetap meminta agar
beliau saja yang memperbaikinya. Akhirnya kami mengalah, dan membiarkan
bapak itu memperbaikinya. Kulihat senyum di sudut bibir beliau, kulihat juga dari
matanya terpancar keikhlasan untuk menolong.
‘Duh sepatu Chintya kan kotor, banyak banget tanah di alas sepatunya,
nanti bapak megang sepatunya gimana,’ pikirku, lalu aku meminta Chintya untuk
membersihkan sepatunya terlebih dahulu. Tapi lagi lagi beliau meminta agar beliau
yang membersihkannya, aku menjadi tidak enak hati dengan kebaikan beliau.
Di sela-sela beliau memperbaiki sepatu, dari arah dalam rumah keluar
seorang perempuan tua dengan senyuman yang merekah di bibirnya menyuruh
kami masuk ke dalam. Saat kakiku menginjak lantai tak berubin ini, rasanya dingin.
Hampa. Rumah ini tak terlalu luas tapi cukup untuk bapak dan ibu tinggal.
Ibu menggelar tikar plastik tipis di ruang depan lalu menjamuku dengan teh
hangat tawar dan sedikit makanan ringan. Ibu bercerita seperti air mengalir tentang
keluarganya, aku terharu mendengarnya, ibu tinggal di rumah ini hanya berdua
dengan bapak, Karena anak anaknya sudah tumbuh dewasa dan mempunyai

16
keluarga kecil sendiri. Jadi ketika ibu melihat ada anak yang kesusahan akan dibantu
jika ia bisa, karena sudah menganggap seperti anak sendiri.
Tidak lama setelah bercengkrama dengan ibu di dalam, bapak menghampiri
kami untuk mengatakan bahwa sepatunya sudah selesai diperbaiki. Kami enggan
untuk pergi, tapi waktu kami terbatas. Karena sudah menjelang magrib, akhirnya
kami berterima kasih dan pamit untuk pulang.
Bapak dan ibu pun kulihat merasa enggan melepas kami karena katanya
kami ‘membuat rumah ini ramai’ hehe. Lalu ketika hendak pergi, ibu mencium kami
satu per satu lalu berpesan bahwa selama kami masih tinggal di sini, kami harus
mengunjungi beliau untuk sekedar main, makan, atau pun mandi. Aku dan Chintya
pun membalasnya dengan mengucapkan insya Allah.
Nah dari sini aku belajar untuk memahami bahwa anda bisa mendapatkan
segala hal yang anda inginkan dalam hidup jika anda menolong orang lain
mendapat apa yang mereka inginkan. So, you don’t need a reason to help people.
“You don’t need a reason to help people”

17
1
-SMENTION 2016-
Hanan Amirah Nur Rahmi

30 Juli 2015
Pada tahun ke-2 aku menuntut ilmu di SMAIT Insantama, aku diamanahi
untuk jadi Ketua Harian Akhwat dalam struktur Organisasi Siswa Intra Sekolah
2015/2016. Itu berarti, siap gak siap dan mau gak mau di awal semester genap
nanti aku akan jadi wakil ketua pelaksana acara tahunan Insantama yang levelnya
Nasional yaitu, Smart Teen Competition (Smention). Aku sadar dan paham banget
kalo amanah-amanah itu gak main-main. Aku juga sempet mikir, ngurus diri sendiri
aja masih banyak banget yang perlu dibenahi, gimana ngurus anak se asrama.
Apalagi untuk ngeorganisir acara sebesar Smention, gak kebayang dah pokoknya.
Di akhir semester ganjil kelas 11, mulai muncul perasaan gelisah, watir,
takut dan sejenisnya. Takut salah nyusun struktur kepanitiaan, takut uang yang
didapet gak nyampe target, takut pesertanya dikit, takut peserta yang ikut gak bisa
dikategorikan level nasional, dll. Terus kalo gagal, bisa mencoreng nama angkatan.
Kan gak lucu. Tapi akhirnya aku sadar kalo rasa takut gak akan ngerubah keadaan
dan mulai meyakinkan diri sendiri kalo Insya Allah Smention bakal sukses dengan
usaha yang optimal, kerjasama tim yang baik, dan yang pasti dengan nyari ridho
dari Yang Maha Pengatur.
Bismillah aku berani untuk memulai dengan menyusun struktur
kepanitiaan dengan beberapa masukan dari partner-ku, Dea. Sedikit khawatir, tapi
semua pilihan pasti ada risikonya. Salah satu kekhawatiranku muncul saat memilih
salah satu temanku menjadi CO Hubungan Masyarakat (Humas), sebut saja Mawar.
Dia adalah manusia yang paling hobi ngaret kalo pulang ke rumah. Dia punya
potensi dan pengalaman yang cukup di divisi Humas tahun lalu. Tapi percuma gak
sih kalo punya potensi dan pengalaman tapi keberadaannya langka banget di
asrama. Padahal Humas adalah salah satu divisi yang akan sibuk dari awal
persiapan, pelaksanaan, sampai pasca acara. Belum ditambah rapat-rapat
mendadak. Tapi setelah berbincang dan meminta komitmen dari dia, aku jadi
paham apa alasannya rajin ngaret. Aku bisa memakluminya, dan dia berkomitmen
untuk berusaha standby di asrama selama jadi CO Humas. Bukankah salah satu
indikator yang dibutuhkan dalam team building adalah percaya pada partner?
Jadilah Mawar sebagai CO Humas.
Seminggu setelah aku menyusun kepanitiaan, saatnya mengumumkan
kepada teman-teman dan adik kelas. Aku sudah pernah beberapa kali mengalami
saat-saat seperti ini dan euforianya kurang lebih sama. Ada yang keliatan bahagia
banget karna mendapat amanah yang sesuai dengan keinginannya, tapi ada juga
yang menunduk lesu atau bahkan mengeluh karna kenyataan tidak sesuai dengan
harapan. Ya, memang begitu. Tidak mungkin semua panitia numplek blek di satu

2
divisi dan sebenernya semua divisi sama pentingnya, hanya saja ada yang bekerja
di depan dan di belakang layar. Tapi itu tak berlangsung lama. Teman-teman dan
adik-adik kelas mulai ikhlas menerima posisi mereka masing-masing dan persiapan
pun dimulai.
---
Hari ini adalah hari terakhir sekolah. Itu berarti waktunya kami para santri
dan santriwati Insantama pulang ke kampung halaman. Akan tetapi, berbeda
dengan liburan biasanya, kami sudah bisa memprediksi bahwa liburan kali ini justru
akan menjadi hari-hari yang menyibukkan. Karna disinilah awal perjuangan dan
persiapan kami sebagai panitia sebuah acara akbar yang rutin dilaksanakan oleh
OSIS SMAIT Insantama, yaitu Smart Teen Competition (Smention). Sehari sebelum
diperbolehkan pulang, aku sudah mengarahkan kira-kira persiapan apa saja yang
perlu dilakukan selama liburan, dengan harapan saat liburan nanti, teman-teman
dan adik-adik kelasku sudah bisa mulai menyicil untuk menyelesaikan amanah
mereka sedikit demi sedikit. Khususnya, bagi divisi Hubungan Masyarakat (Humas)
yang rencananya akan memulai ‘berburu’ peserta dan media partner sejak liburan
ini serta divisi Dana Usaha (Danus) yang mulai mencoba untuk mengajukan
kerjasama kepada perusahaan-perusahaan baik dalam bentuk dana maupun
barang selama liburan pula.
Langkah yang pertama kali kami lakukan adalah merevisi proposal yang
masih rancu. Di samping itu, teman-temanku mulai mengiklankan Smention via
sosial media, membagikan leaflet dan menyebar brosur ke sekolah-sekolah di
kampung halaman masing-masing. Hal ini penting sekali dilakukan karna label
“Nasional” di Smention merupakan tanggung jawab besar yang harus diusahakan.
Di benak kami, acara bertaraf nasional itu ya acara yang pesertanya minimal datang
dari setiap pulau di nusantara. Seluruh daya dan upaya pun kami kerahkan. Dari
situ aku mulai yakin, panitia Smention 2016 insya allah militan dalam
menyukseskan acara ini.
Dalam kurun liburan semester ganjil, panitia inti yaitu SC, Ketua Pelaksana,
Wakil, Bendahara, dan CO divisi acara juga melakukan rapat online via Whatsapp
dengan pembina OSIS kami yang tak kenal lelah, Bu Uun Sundari. Rapat tersebut
membahas segala persiapan mulai dari penyusunan ketentuan umum lomba,
pengecekan kesiapan tiap lomba, penentuan jumlah hadiah, pengontrolan jumlah
peserta hingga memastikan bentuk kerjasama dengan Lembaga Penerbangan dan
Antariksa Nasional (LAPAN). Panitia inti juga terlihat sangat militan menjalankan
amanahnya masing-masing.
Bagiku, sebenarnya liburan adalah waktu khusus keluarga. Keluargaku
sangat menghargai quality time itu, ditambah lagi sekarang aku sudah hidup
seorang diri nan jauh dari rumah. Paling pulang juga cuma 6 bulan sekali. Seperti
dugaanku, liburan kali ini akan berbeda. Tapi aku sangat menghargai amanah ini.
Ayah ibu juga seneng ngeliat aku kayak orang sibuk gitu, padahal mah biasa aja sih.
---------

3
Usai liburan, rapat akbar pun dilaksanakan. Pengarahan dari Ketua
Pelaksana, dilanjutkan dengan rapat per divisi pun menjadi agenda awal kami.
Masuk ke semester 2, ada tantangan baru yang kami hadapi, yaitu harus rela
membagi waktu fundraising untuk Smention dan LKMA yang notabene keduanya
adalah program pembinaan SMAIT Insantama yang sama pentingnya dan sama-
sama membutuhkan dana yang tidak sedikit. Kami harus ngumpulkan 96 juta dalam
2 bulan untuk Smention dan 1,2 milyar dalam 6 bulan untuk LKMA. Gimana gak
ketar ketir.
Setelah didiskusikan dengan pembina kesiswaan yang sangat militan,
PakKar, akhirnya kami memutuskan untuk membagi, anak kelas 11 fokus
fundraising LKMA, sedangkan adik-adik kelas 10 fokus fundraising Smention. Walau
mungkin nanti akhirnya akan ada kas LKMA yang dipake untuk nutupin dana
Smention, kami harus ikhlas. Insya Allah akan diganti dengan yang lebih baik. Toh
kedua program tersebut akan terlaksana di bawah kepanitiaan kami. Yang penting
maksimalkan ikhtiar dulu.
-------
Smention tinggal sebulan lagi. Persiapan Smention sudah setengah jalan.
Rapat evaluasi panitia inti setiap hari selasa pagi pun rutin kami lakukan. Divisi
Danus mulai mengonfirmasi beberapa perusahaan yang sudah pernah dihubungi
sebelumnya, Divisi Konsumsi mulai menghubungi agen-agen snack untuk technical
meeting dan hari H acara, Divisi Logistik mengurus perizinan dan peminjaman, Divisi
PubDekDok semakin rutin mengiklankan Smention di beberapa sosial media,
membuat property dan rajin memperbarui website, Divisi Acara menyusun
rundown dan mengonfirmasi juri per lomba, Divisi Humas lebih gencar menjalin
kerjasama dengan media partner dan masih terus menyebar undangan ke sekolah-
sekolah.
Sedikit cerita dari si Mawar yang tadi di awal cerita disebut-sebut, ternyata
dia termasuk orang yang nekat. Gimana nggak, dia ngehubungin semua media yang
kira-kira bisa membantu memublikasikan kegiatan Smention ini. Nekat ! Sekalipun
dia gak punya kenalan sama sekali di media itu. Aku sempet underestimate waktu
tau dia berani ngehubungin MNC TV. Tapi aku salut dia membuktikan komitmennya
sebagai CO Humas. Selama seminggu setelah si Mawar ‘neror’ si mbak-mbak dari
humas MNC TV, tiba-tiba dia histeris dan langsung cerita ke anak sekelas kalo MNC
TV mau jadi media partner kegiatan Smention. Salut banget. Hikmahnya adalah
maksimalkan ikhtiar aja dulu, masalah hasil mah Allah yang ngatur. Alhamdulillah
ya Allah !
Semakin dekat ke hari H, semakin banyak yang harus disiapkan. Khususnya
Divisi Humas dan Sekret. Sarah, salah satu anak Sekret yang diamanahi mengarsip
hasil karya para peserta dan mengurus finalis-finalis adalah orang yang harus
menjadi teman setiaku menjadi penghuni ruang OSIS. Gak mandi sore (iiih), pulang
abis isya, sampe lupa makan juga mulai sering terjadi. Tentunya kami diizinkan
seperti itu dengan komitmen tetap mengikuti jadwal tahfidz di boarding. Hal seperti
itu berlangsung hingga H-2.

4
-------
H-1 Smention. Pagi ini seluruh panitia melakukan briefing akhir dan
pengecekan kesiapan dari tiap divisi. Saat melakukan briefing, ternyata ada dua
peserta dari SMA Probolinggo yang sudah datang. Ba’da dzuhur dilanjutkan dengan
technical meeting. Para peserta dari berbagai daerah pun mulai berdatangan.
Sekedar informasi, kita sempat panik menghadapi yang namanya krisis peserta.
Tapi alhamdulillah di akhir batas pendaftaran, kuota peserta penuh, bahkan sampai
ada peserta yang tidak bisa mendaftar lagi karna kuota sudah penuh. Penanggung
Jawab tiap lomba pun mulai mempresentasikan rundown serta aturan pelaksanaan
lomba esok hari.
Malam pun tiba, saatnya tim dekorasi menyusun properti-properti yang
sudah mereka buat. Sedangkan di ruang-ruang kelas, anak acara pun sibuk
mengubah tatanan kelas sesuai dengan kebutuhan masing-masing lomba,
membersihkan lingkungan lomba, serta memastikan logistik yang dibutuhkan esok
hari sudah lengkap. Setelah merasa semua yang dibutuhkan sudah siap, kami
kembali ke asrama untuk beristirahat pukul 01.30. Saat kami kembali ke asrama,
ternyata beberapa ikhwan masih sibuk mengatur, menyusun dan menyiapkan
panggung utama. Kita aja cuma sampai jam setengah dua udah ngantuk banget.
Kami pun beristirahat dengan harapan acara esok hari dimudahkan dan dilancarkan
oleh Allah. Bismillahirrahmanirrahim…
-------
27 Februari 2016.
“Smention 2016… Protect Our Earth, Protect Our Future… Are you Smart
Teen? Let’s Join with us!” pukul 08.00 tepat acara dimulai dan dipandu oleh Andrew
dan Naufal sebagai MC. Dari awal acara dimulai udah banyak shalawat supaya
dilancarkan oleh Allah Swt. Setelah pembukaan, sambutan-sambutan, semua
peserta ke ruang lomba masing-masing dan kurang lebih pukul 09.00, lomba pun
dimulai dan berakhir pada pukul 14.00. Alhamdulillah semua lomba berjalan lancar.
Pengumuman pemenang diumumkan keesokan harinya berbarengan dengan
Seminar Antariksa.

28 Februari 2016.
Seminar dimulai pukul 08.30 dan dilaksanakan di Auditorium SIT Insantama
dengan pemateri bapak dan ibu dari Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional.
Seneng banget liat para peserta antusias ikut seminar walaupun pagi itu Bogor
hujan lumayan deras. Satu jam 2 jam menjelang pengumuman dan pembagian
hadiah, ada sesuatu yang membuat kita panik. Kami sebagai panitia sudah
menyiapkan kurang lebih 39 piala dan uang tunai menyesuaikan kategori dari juara-
juara tersebut. Nama-nama para juara pun sudah ada di tangan anak acara. Tetapi,
ternyata terjadi sedikit kesalahpahaman antara panitia dan PakKar yang akhirnya
membuat kita harus memutuskan untuk menambah kategori pemenang lomba
debat kategori ikhwan dan akhwat dipisah. Untuk urusan menentukan juara-juara

5
dengan perombakan kategori sudah bisa diatasi anak acara. Tetapi ada satu hal
yang susah untuk diatasi, yaitu uang pembinaan para pemenang kategori tambahan
tadi. Dalam waktu satu setengah jam, kita harus bisa mendapat uang kurang lebih
17 juta. Akhirnya, Bu Uun mengadakan rapat dadakan dengan kelima Badan
Pengurus Harian membicarakan tentang uang pembinaan yang kurang. Semua
uang di dompet sudah dikeluarkan, dan ternyata masih jauh dari yang dibutuhkan.
Kami berfikir keras kira-kira dari mana kami bisa mendapatkan dana
tersebut. Akhirnya, kami akan memenuhi dana yang kurang itu dengan beberapa
opsi di waktu yang kurang lebih berjarak satu jam dari pengumuman pemenang dan
pembagian hadiah. Opsi pertama, kami menggunakan dana LKMA, tetapi dalam
satu hari, dari rekening LKMA hanya bisa melakukan transaksi penarikan uang
maksimal lima juta. Opsi kedua, Pembina kami, Bu Uun ikhlas untuk meminjamkan
uang pribadinya sebanyak tujuh juta yang Insya Allah akan diganti menggunakan
uang LKMA, hanya di Insantama aku menemukan Pembina OSIS seperti ini.
Alhamdulillah. Karna masih kurang juga, kami pun mengambil dari sisa-sisa
RAB bulanan OSIS dari bulan Juli 2015 sampai dengan Februari 2016. Alhamdulillah
dengan ketiga opsi itu, uang pembinaan yang dibutuhkan sudah terpenuhi. Kami
semua pun merasa sangat lega. Selanjutnya, Pengumuman pemenang dan
pembagian hadiah berlangsung dengan lancar dan aman terkendali. Smention 2016
berhasil ! Ada saja persoalan yang harus kami hadapi, tapi selalu ada saja nashrullah
di sana sini. Alhamdulillah Ya Allah….

6
-COUNTERFACTUAL THINKING-
Alifah Ulya Labibah

SEMUA orang pasti pernah merasa tersesat, literally atau figuratively, dan
tidak ada yang membuatku merasa lebih salah tempat daripada menjadi seorang
panitia DEBAT SMENTION. Bukan CO dan sama sekali bukan orang yang
berpengalaman dalam event besar seperti SMENTION yang diadakan secara
nasional ini. Bagiku, segala sesuatu tentang kepanitiaan adalah paksaan, dan itu
membuatku tak habis pikir karena pada akhirnya aku tetap berhasil memikul beban
kepanitian itu hingga ujung jembatan.
Awalnya, memang aku sangat membenci acara-acara semacam ini, apalagi
harus aku yang terlibat sebagai panitia. Aku memang gak suka hal-hal yang berbau
organisasi apalagi amanahnya gede gitu, udah pasti aku bakalan pusing-pusing gak
jelas deh. Tapi takdir berkata lain, di mana pun aku berada, aku selalu mendapat
amanah untuk menjadi ini dan itu. Yaah, kuanggap ini sebagai jawaban bahwa
takdirku sudah tertulis bahwa seorang Alifah Ulya Labibah adalah ‘termasuk’ calon
orang-orang yang sukses di masa mendatang. Aaminin dong!
Semua orang besar pasti pernah merasakan kesulitan, malu, takut, galau,
dan tak jarang air mata, bukan tak jarang lagi tapi sering banget deh. Karena beban
seorang pemimpin yang tangguh bukan hanya sekedar kerikil melainkan batu besar
yang sangat sulit dipecahkan.
Bagi seorang Thoriq Bin Ziyad saat hendak menaklukkan Spanyol, hanya
ada satu pilihan saat itu. Maju melawan para musuh yang sudah menghadang.
Karena seorang pejuang sejati bukanlah orang yang mudah menyerah maka ia
memutuskan untuk membakar kapal dan melangkah maju. Itulah salah satu contoh
generasi yang seharusnya terbentuk di masa kini untuk mengembalikan naungan
Islam. Bukan malah generasi-generasi pematah karakter dan perusak moral yang
hobinya hanya bersenang-senang tanpa mau banting tulang.
Malam itu adalah malam pertama aku dan Belle, partner panitia debat
sekaligus atasanku dalam kepanitiaan ini, membahas tentang teknik pelaksanaan
dan merapatkan hal-hal lain terkait perlengkapan, keamanan, dan ketertiban acara
termasuk mengontak juri dan meminta alumni untuk menjadi moderator. Sekitar
tiga kali setelah kami rapat, Bu Uun selaku Pembina OSIS meminta kami membuat
mosi debat terkait.
Yang menyakitkan bukan pada saat membuat mosi melainkan saat kami
menyerahkan mosi yang kami buat kepada Bu Uun. Yaaah, ‘omelan’ demi ‘omelan’
kuterima dengan berlapang dada. Ada rasa pasrah, ‘kesel’, ‘bete’, dan lain-lain
beraduk menjadi satu. Akan tetapi, tanpa ‘omelan’ tersebut aku dan Belle gak akan
pernah tau benar salahnya dimana. Nah, di situ Bu Uun bilang kalau jenis mosi yang
kami buat terlalu tinggi, anak SMA gak akan mampu mendebatkan hal semacam itu

7
apalagi terkait tema yang kami sandang yaitu OZON. Mungkin, bisa jadi mampu
akan tetapi pembahasannya tidak luas.
Contoh mosi yang waktu itu kami buat :
“Seberapa besar pengaruh peptisida methil biromida terhadap lapisan
ozon di bumi, mengingat penggunaannya masih diperlukan sebagai bahan
keperluan membasmi serangga dan binatang penular penyakit. Bagaimana
pendapat anda?”
Pemikiran manusia memang terbiasa untuk memutar ulang kejadian masa
lalu di dalam kepala, memikirkan beberapa skenario – “what if” scenarios – yang
dapat disebut counterfactual thinking. Ketika kita mengingat waktu itu kita
melakukan hal berbeda, membayangkan apa yang terjadi. Seperti waktu kita
selamat dari kecelakaan beruntun karena tiba-tiba memutuskan untuk tidak lewat
jalan itu, padahal setiap hari kita terbiasa melewati jalan yang sama. Atau saat kita
gagal presentasi di depan publik dengan baik dan malu berat padahal sebelumnya
kita sudah mempersiapkannya dengan baik, mendadak semuanya hilang karena
kegugupan yang sulit dilawan. Dalam beberapa kejadian counterfactual thinking ini
membuat kita lebih memaknai hidup dan bersyukur, seperti saat berhasil lolos dari
musibah.
Jika orang-orang pada umumnya menggunakan counterfactual thinking ini
sebagai cara agar mereka lebih bisa menerima masa lalu dengan lapang dada, aku
justru menggunakannya untuk ‘menciptakan’ masa depan paling tidak dalam
naskah yang sedang aku kerjakan saat ini.
Mengingat di saat hari H –technical meeting Smention 2016– Belle tiba-tiba
memintaku maju ke depan berhadapan dengan banyaknya peserta lomba –yang
siap mencercaku dengan buntalan pertanyaan maut itu – untuk menggantikan
posisinya sebagai ketua panitia debat. Saat itu Belle benar-benar belum pernah
terlibat dalam acara maupun lomba perdebatan maka akulah yang dimintanya
menangani semua peserta, aku ingat dimana kegugupan itu kusembunyikan
dengan fake smile setulus mungkin di wajah ini, dan saat ini kejadian itu terulang
dua kali.
Tepat di hari Smention ini dimulai di mana lomba debat nasional yang
menghadirkan puluhan peserta dari berbagai sekolah ini datang untuk
memperebutkan juara. Tepat di tengah-tengah perdebatan ini aku diminta secara
mendadak lagi, ‘lagi’ untuk – kali ini levelnya naik – menggantikan moderator yang
‘mendadak ingin ke toilet’. Yang ini lebih fake smile, karena wajah ini terpampang
di antara belasan sekolah dan puluhan siswa. Oke, counterfactual thinking ini mulai
bekerja untuk menciptakan moment terbaik bukan yang malah memalukan diri
sendiri. Aku semaksimal mungkin berperan menjadi moderator dengan bijak.
Padahal dalam otakku terngiang-ngiang bagaimana jika para peserta ingat wajahku
pada saat TM kemarin.
Finally, lima menit sebelum acara debat selesai seluruh panitia logistik
putera telah siap mengelilingi auditorium untuk segera bergegas membereskannya.

8
Yaaah, aku selalu percaya kalimat “This too will past” tidak ada yang salah, semua
ini memang dan pasti akan berlalu, maka apapun itu, berat ataupun tidak hadapi
saja.
Bagaimanapun kamu membuat jalan-jalan baru untuk menghindar pada
akhirnya jalan utamalah yang akan kamu lewati untuk sampai pada tujuan yang
sebenarnya. Jadi jangan membuat dirimu capek sendiri oleh pikiran-pikiran aneh
yang mengajakmu menghindar. Hadapi dan lewati dengan bijak, itulah yang
terbaik.
Jadi, bagiku semua ini adalah ‘paksaan’ yang memberiku banyak
pengalaman. Dengan ini semua aku jadi punya pengalaman sebagai bekalku di
masa kuliah dan jika suatu saat di perkuliahan ini akan terulang berarti aku akan
lebih siap menghadapinya. Thanks for reading guys. [Alveromel]

9
-Till’ The End-
Nadine Fath Tania

Setelah beberapa hari tak bisa hadir di sekolah, tiba-tiba...


“Tan, jadi CO Humas SMENTION ya..” seru Hanan.
“Tapi harus tanggung jawab ya Tan... jangan...bla..bla.. terus..bla...bla..”
Hanan terus melanjutkan perkataannya, dan aku hanya terduduk di hadapannya
dan bertanya-tanya ‘aku yang sering gak masuk sekolah ini jadi CO?!’
“Ya Tan?? Woi Tan?“ Perkatan Hanan membangunkanku dari lamunan.
“Ha? Ha?... Iya...Iya... Kok aku sih Nan??” kataku.
Hanan hanya memegang pundakku lalu tersenyum lalu ia pergi
meninggalkan aku yang masih mencerna apa yang sebenarnya sedang terjadi.
‘Aku!? Jadi CO Humas?!!’ Oke.. Aku memang berharap jadi humas, tapi... CO?!!
Oke.. Bukan ketua tapi wakil ketua dari seluruh Humas, tapi tetep aja aku?!! Co
Humas bagian perempuan?!! Nyari peserta?!! Media partner?!! Aku harus gimana,
gimana kalau... gimana kalau.... ah aku langsung menghapus semua pikiran negatif
yang ada di kepalaku, ‘udahlah jalanin aja dulu, emang bakal seburuk apa sih’.
Esok harinya aku menanyakan ke Hanan siapa anggota Humas yang lain dan
siapa ketua dari seluruh Humas, setelah itu aku menghampiri kakak kelasku yang
dulu pernah menjabat menjadi CO Humas, ia memberikan saran jangan ini.. jangan
itu... coba kayak gini... coba kayak gitu... Ka Makey memberikan saran-saran dari
evaluasi Humas tahun lalu dan memberikan data-data file juga kontak-kontak yang
bisa aku hubungi dari SMENTION tahun lalu.
Karena setelah pemilihan panitia ada liburan yang cukup panjang jadi aku
meminta semua anggota Humas untuk mengumpulkan kontak sekolah sebanyak-
banyaknya dari alumni, temen lama, saudara, pokoknya semua anak sekolah yang
mereka kenal. Setelah liburan selesai aku mencoba menyusun data sendiri dengan
mengumpukan kembali kontak-kontak yang sudah dikumpulkan seluruh anggota
Humas, aku juga menambahkan kontak-kontak yang terdapat di Internet.
Di malam rapat seluruh panitia, aku menyampaikan progress-progress yang
sudah Humas lakukan, saat aku menyampaikan progress yang kami lakukan yang
terbayang dalam benakku adalah ‘gimana kalo semua ini belum cukup? Gimana
kalo ternyata semua ini kurang maksimal?’ Selesai aku menyampaikan progres
bagian kami, ketua juga menyampaikan progres yang mereka lakukan, kami
mendiskusikan dan mencari jalan terbaik yang harus kami ambil. Di akhir rapat,
ketua mengatakan bahwa Humas itu salah satu bagian penting acara SMENTION
ini. Karena tanpa peserta, SMENTION tidak akan bisa berjalan.
Esoknya aku segera menyelesaikan data sekolah yang aku dapatkan dan
memberikannya pada anggota Humas. Hari ke hari kami terus mengontak siswa-
siswi bahkan guru dan staf dari sekolah lain untuk ikut mendaftarkan diri ke

10
SMENTION 2016. Sambil mengontak peserta aku mencoba mengumpulkan media
partner dari sebuah web iklan kecil sampai stasiun TV berkelas, kami kirimkan
proposal media partner.
Beberapa menerima dan mempublikasikan SMENTION tapi tak sedikit yang
menolak proposal kami, hingga suatu hari temanku memberikan sebuah nomor
seorang ibu-ibu yang ia temui di kereta dan memberikan kontaknya setelah
mendengar ceita tentang program SMENTION kami.
Aku mencoba mengkontaknya sekali.. dua kali.. tiga kali.. hingga akhirnya
ia merespon, aku menanyakan tentang media partner yang ingin ibu tersebut
kenalkan kepada kami, lalu ibu itu memberikan kontak, dan kagetnya aku ternyata
itu adalah kontak salah stasiun TV yang cukup terkenal. Lalu kami menghubungi
stasiun TV tersebut, tapi kami terus dialihkan ke orang lain ketika mencoba
menawarkan proposal media partner kami.
Hingga akhirnya aku mendapat kontak Public Relation dari stasiun TV
tersebut, lalu aku menghubunginya dan memberikan proposal kami, setelah itu
kami diberitahukan untuk menunggu keputusan dari atasan stasiun TV tersebut.
Hari demi hari kami mengumpulkan peserta dan menunggu kabar dari stasiun TV
tersebut.
Sampai hari itu aku menerima telepon dari PR stasiun TV tersebut dan ia
mengatakan bahwa mereka akan membuat iklan beberapa detik di stasiun TV dan
mem-publish SMENTION di media sosial mereka, aku benar-benar tak menyangka
bahwa proposal kami akan diterima walau hanya iklan beberapa detik. Tapi bagiku,
ini adalah sesuatu yang sangat berarti. Dan aku pun langsung mengabarkannya
pada hanan.
Tiga minggu sudah terlewat, rapat khusus humas diadakan malam itu,
seperti biasa aku mengutarakan progress bagian kami, dan bergantian dengan
ketua. Lalu ketua menunjukan kertas yang berisi peserta yang sudah pasti ikut yang
ia dapatkan dari sekretariat SMENTION. Karena aku belum mendapatkannya lalu ia
memperlihatkannya padaku dan menyuruhku utuk memintanya dari bagian
sekretariat. Ia membuka lembaran-lembaran kertas itu dan mengatakan.
“Ini data peserta yang fix ikut Smention, gak tau kenapa bisa baru segini,
mungkin masih ada maksiat diantara kita? Ditambah lagi anggota kita berkurang
satu.”
Sejujurnya aku pun bingung kenapa dari semua usaha yang kita lakukan
hanya beberapa kertas itu yang keluar sebagai hasil, karena aku tahu semua
anggota Humas sudah berusaha keras, pulang larut malam, meninggalkan
pelajaran, pengorbanan pulsa, kami sudah berusaha keras, media partner juga
sudah cukup banyak terkumpul, lalu kenapa?? Kenapa hasilnya hanya beberapa
lembar kertas tersebut. Ketua mencairkan suasana dengan sedikit bercanda ketika
kami membahas teknis penginapan dan lain lain. Lalu di akhir rapat ia memberitahu
kami untuk menjauhi maksiat dan terus berusaha karena nasrullah pasti ada.

11
Setelah rapat itu aku terus berfikir bagaimana mendapatkan peserta
dengan cepat, tapi aku tak bisa melakukan apa-apa selain mengkontak kembali
peserta yang belum pasti. Tapi suatu hari tiba-tiba aku mendapatkan kabar dari
sekretariat bahwa pesrta mulai berdatangan untuk mendaftar, tiba-tiba banyak
yang mengirim karya untuk lomba poster, short movie dan essay, handphone-ku
yang tadinya sepi terus berdatangan sms dan telepon pendaftar lomba tahfidz,
debat, outbond, dan nasyid.
Seketika kuota semua lomba penuh, kami tak perlu meminta-minta para
peserta untuk mendaftar lagi bahkan aku sempat menolak salah satu peserta
karena kuota perlombaan yang sudah penuh. Mungkin itu hal kecil tapi sangat
berarti bagiku. Saat itu aku tersadar ternyata kalau kita berusaha hingga titik darah
penghabisan tak menyerah di tengah jalan maka nashrullah itu akan datang
“Never give up till’ the end, Allah will always with you.”

12
-Tiada Hari Tanpa Tantangan-
Hilman

Di suatu malam di bulan Januari seluruh kelas 10 dan 11 ikhwan dan akhwat
berkumpul di aula SD. Untuk apa? Untuk mendengarkan pengarahan panitia
SMENTION (Smart Teen Competition) 2016 yang diketuai oleh Almas. Lalu,
diumumkan nama saya di panitia acara Divisi Outbound O14. Alhamdulillah, itu
divisi yang sudah pernah saya alami ketika di kelas 2 SMP. Kala itu kakak kelas
kekurangan orang untuk menjadi pos tambahan dan dikasih sedikit pengarahan
oleh kak Maulana Ikhsan (Alumni Angkatan 2), dan juga saya pernah menjadi
panitia di kelas 10 bersama kak Arif (Alumni Angkatan 4) dan lain-lain untuk
membuat rencana pembuatan acara dari awal membuat games hingga menjaga
pos, beres-beres, dan lain-lain. Siap!
Di tahun ini SMENTION 2016 dilaksanakan pada tanggal 28-29 Februari
2016. Di kepanitiaan outbound beranggotakan Saya, Hasby, Afnan, dan Razak.
Rapat akbar yang pertama dibuka oleh akhwat. Perencanaan, pembagian tugas, ada
juklak dan juknis (petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis), pembuatan games,
surat untuk warga, alat, bahan, dan lain-lainnya. Setelah tugas dibagikan, kami
langsung mengerjakannya.
Waktu terus berjalan hingga H-9. Kala itu games belum fix karena Pak Uno
(kepala sekolah kami tercinta yang berkenan turun gunung sebagai supervisor
kegiatan outbound) tidak setuju dengan games yang sebagian besar kami ajukan.
Lalu, kami pun menuruti games apa yang beliau inginkan. Setelah itu, malamnya
kami rapat akbar yang kedua untuk memastikan apakah pekerjaan yang kami
lakukan sudah beres atau belum. Kami membahas tentang track yang dilalui
peserta. Kami juga mebuat sketsa peta, mempersiapkan alat dan bahan yang kami
butuhkan. Tidak lupa juga mengirimkan surat pemberitahuan ke ketua RT agar
warga tahu bahwa sebentar lagi ada acara SMENTION dan meminta izin untuk
tempat pelaksanaan games tersebut.
H-3, saya dan Afnan telah membuat juklak-juknis yang telah di-acc oleh
Pak Uno. Dan untuk pertama kalinya saya mendesain peta menggunakan corel
draw. Lumayan untuk pemula, rundown juga sudah dibuat Hasby dan games-games
juga sudah difiksasi sesuai dengan persetujuan Pak Uno. Kalau tidak salah
gamesnya ada ngejaga ikan, menjual bibit tanaman, TTS bertemakan alam,
menyusun puzzle, orasi di hadapan penduduk sekitar tentang alam sekitar, serta
mendaur ulang barang bekas. Pokoknya seru habis!
H-2 mulai mempersiapkan games. Beli bibit tanaman salah satunya. Saya
bersama Hanif Hidayat (Panitia tambahan) membeli di dekat SMPN 6 Bogor yang
berseberangan dengan rel kereta, kami membeli bibit pohon mangga, jambu, dan
jeruk sebanyak 6 bibit. Lalu, Hasby membuat power point untuk opening dan
penjelasan singkat di hari H. Kelas pun ramai dengan barang-barang lomba lain. Oh
iya lupa, saya dan Hanif juga beli ikan hias ke Cimanggis dekat rumahnya.

13
H-1, kelas makin penuh dengan barang-barang. Saya menyiapkan tanda-
tanda jalan untuk para peserta, membantu membersihkan kelas karena ada banyak
piala-piala dan malamnya terjadi musibah yang tidak disangka-sangka. Ikan yang
sudah dipindahkan ke dalam ember banyak yang mati. Akhirnya kami menemukan
alat oksigen di kelas SMP kemudian dipasangkan. Setelah itu, ada yang memberikan
usul untuk ikan yang sudah mati untuk dibakar. Kemudian, kami menyiapkan api
untuk membakar ikannya dan membuat bumbu biar makin mantap. Sungguh
nikmat. Tak ada yang tersiakan.
Hari H, telah tiba. Setelah sholat shubuh kami langsung mempersiapkan
GOR Ukhuwah sebagai tempat pembukaan dan game pertama yaitu menjaga ikan
dari awal start sampai kembali lagi ke Insantama. Kemudian, menjual bibit
tanaman. Ada 6 kelompok ountbound. Setelah itu, game puzzle. Yaitu menemukan
kepingan di halaman, dan game TTS. Lalu, Orasi, disambung dengan sholat dzuhur
dan makan siang peserta diarahkan ke games mendaur ulang barang bekas. Tapi…
ada lagi kendala. Barang-barang bekas yang sudah disiapkan pagi tadi hilang.
Akhirnya, Hasby bersama panitia tambahan ke sekolah untuk mencari lagi barang
bekas dan sisanya mengondisikan peserta. Setelah Hasby datang, semuanya
berjalan lancar hingga kembali ke Insantama.
Tapi, belum selesai masih ada tugas terakhir. Yaitu, menentukan juaranya.
Malam itu, Bismillah terpilihlah juaranya. Ketat memang, tapi tetap harus ada
juaranya. Semoga semuanya setuju dan mau menerimanya.

14
-Ikhtiar Terus, Doa Tanpa Putus-
Raden Roro Ranty Kusumaningayu

Ini adalah kali keduanya SMENTION (Smart Teen Competition) diadakan


tingkat nasional. Dengan mengusung tema ‘Protect Our Earth, Protect Our Future’,
SMENTION 2016 sukses dilaksanakan selama 2 hari. Hari pertama, 27 Februari ,
semua peserta mengikuti seluruh sesi lomba. Hari kedua, 28 Februari, seminar bagi
peserta lomba dan pengumuman pemenang.
SMENTION tahun ini berbeda dari tahun sebelumnya. Selain tema yang
berbeda, lomba yang diselenggaran bertambah satu, yaitu lomba tahfidz. Sebagai
salah satu panitia acara, aku mendapat amanah unuk menjadi CO lomba tahfidz.
Sesuatu yang menantang, karena ini amanah baru. Kalau kesan pertama tidak
memberikan kesan terbaik, bisa berabe di SMENTION selanjunya.
Sebagaimana mestinya, aku mencoba menyusun konsep lomba bersama
adik-adik kelasku yang juga menjadi panitia lomba tahfidz. Ayat-ayat yang diujikan
dan materi untuk technical meeting juga dipersiapkan. Panitia lain juga sibuk
mempersiapkan acara. Panitia lomba debat, essay, fotografi, poster, outbound,
publikasi, humas, dll. Semua mengerahkan segenap tenaga.
Pencaian dana dan sponsor sudah dimulai akhir tahun 2015. Promosi ke
berbagai sekolah juga mulai digerilyakan sejak awal. Menghubungi beberapa tokoh
untuk direkrut menjadi juri serta peserta yang mulai mendaftarkan diri. Masa-masa
itu masih teringat dengan jelas.
Salah satunya ketika aku mencari qori untuk lomba tahfidz. Ketika aku
diamanahkan menjadi CO lomba tahfidz, aku langsung berpikir untuk mengontak
seorang qori yang cukup tenar di Indonesia. Sebut saja Wildan, karena dia masih
SMP. Kebetulan aku mengenal tantenya (sebut saja Bu Ina), jadi aku bisa lebih
mudah merekrut Wildan. Aku sempat mengutarakan ideku pada Tania, CO Humas.
Dia menyetujui dan berkata aku saja yang mengontak karena yang punya relasi. Aku
pun menyetujui.
Setelah berdiskusi dengan Bu Ina, akhirnya kami janjian bertemu di depan
PJM untuk ke rumah Wildan. Sekali lagi, kebetulan rumah Wildan di Bogor dan
jaraknya cukup dekat dari Insantama. Dengan ditemani temanku dan surat
permohonan menjadi qori di tangan, aku meng-gas motor yang kukendarai dengan
percaya diri. Setelah sampai, kami langsung disambut oleh ibu Wildan. Beliau
mempersilakan kami untuk masuk. Tak sengaja aku melihat Wildan yang sedang
berjalan di teras rumahnhya. Semoga bisa Ya Allah, harapku dalam hati.
Di ruang tamu, kami beramah tamah sebentar kemudian menjelaskan
tujuanku datang sembari menyeruput teh hangat jamuan ibu Wildan. Ibu Wildan
memberika respon positif, tapi masih belum bisa memberikan kepastian bisa atau
tidak. Dari sorot matanya, bisa kutangkap bahwa ada kemungkinan besar bisa.

15
Akhirnya diputuskan, beberapa hari kedepan aku akan mencoba
memastikan lagi bisa atau tidak. Kembali ke Insantama, aku langsung menceritakan
semuanya pada Tania. Esoknya, aku kaget karena di poster lomba sudah
terpampang foto Wildan sebagai bintang tamu di lomba tahfidz. Sempat khawatir
karena belum dapat kepastian meskipun ibu Wildan mengatakan “Insya Allah bisa.”
Kurasa, ikhwan terlalu inisiatif.
Sesuai janji, aku mencoba menghubungi nomor yang diberikan ibu Wildan.
Itu adalah nomor manajer Wildan. Ketika aku menghubungi beliau, beliau bilang
kalau jadwal Wildan sudah penuh dan tidak bisa diubah-ubah lagi. Ternyata pada
saat tanggal yang sudah kuberikan, Wildan akan berangkat ke Palembang. Padahal
saat aku bertanya dengan ibunya, tanggal segitu Wildan tidak ada acara. Esoknya
kucoba hubungi lagi dan aku masih menerima jawaban yang sama. Aku mencoba
me-lobby berkali-kali, manajer Wildan justru meminta menaikkan royalti. Aku
langsung menolak dengan halus.
Hingga akhirnya aku menemui titik lelahku. Aku berhenti mengontak
manajer Wildan dan mencoba mengikhlaskan. Capek? Ya. Sedih? Pasti. Kecewa?
Sangat. Bagaimana tidak? Ini hasil ikhtiarku yang tak berbuah setimpal, justru
sebaliknya. Poster sudah terlanjur dibuat dan disebar, short movie lomba tahfidz
sudah terlanjur di-post di youtube. Aku mencoba berlapang dada, mencari hikmah
apa yang Allah berikan padaku.
Hingga hari H Smention tiba. Alarm hp-ku berbunyi tepat pukul 03.30. Aku
terbangun, refleks langsung mematikan alarm. Bayang-bayang kejadian kemarin
masih terngiang jelas di ingatanku. Aku segera merapika kasur, membersihkan diri,
mengambil air wudhu dan shola tahajud hingga azan subuh berkumandang.
Kemudian aku segera ke aula untuk sholat Subuh berjamaah. Semoga hari ini
berjalan lancar.
Perlahan cahaya fajar menyingsing dari ufuk timur. Menyiram kehangatan
pada langit, menembus popohonan dan gedung-gedung. Pagi telah datang dan hari
yang baru telah dimulai. Panitia sudah bersiap di tempat masing-masing unuk
menjalani tugasnya.
Usai pembukaan bersama di panggung utama, seluruh peserta lomba
dipersilahkan menuju ruangan lombanya masing-masing. Aku menunggu di depan
ruangan sambil harap cemas. Tak lama peserta mulai datang. Alhamdulillah, dari
seluruh lomba yang diadakan, lomba tahfidz adalah lomba pertama yang
memenuhi kuota. Bahkan ada calon peserta yang hendak mendaftar, tapi tidak bisa
karena kuotanya sudah penuh.
Peserta sudah datang semua. Ada yang belum datang. Juri dan qori. Aku
kembali menunggu dengan gelisah. Cukup lama aku menunggu, hingga akhirnya
muncul seorang pemuda sebaya denganku dengan 2 orang lelaki paruh baya. Salah
satunya adalah Ryas, adik kelas yang sudah ku-briefing malam kemarin untuk
menjadi qori. Alhamdulillah-nya, ia memiliki suara yang mumpuni. Ryas adalah
pengganti Wildan untuk menjadi qori. Dua orang lelaki lainnya adalah perwakilan
dari Kemenag Bogor yang sudah diundang oleh panitia.

16
Lomba sesi pertama sudah dimulai dan akan berakhir pukul 11.30. Karena
ruangan yang dipakai kecil dan pesertanya banyak, aku memutuskan untuk
menunggu di luar ruangan sambil sesekali masuk untuk memastikan acara berjalan
lancar. Saat aku keluar dari ruang lomba, hp-ku berbunyi. Ada panggilan dari umi
dan abi. Aku langsung menerima panggilan tersebut.
“Met milad ya, nduk” tanpa bermaksud merayakannya, karena tahu
hukumnya.
Aku tersenyum mendengar kalimat iu. Ya, hari ini adalah hari berkurangnya
jatah hidupku. Hari ini menjadi momen yang tak akan pernah terlupakan karena
aku bisa bekontribusi dalam kebaikan, menuntaskan salah satu amanah yang sudah
diberikan. Memang tak banyak yang mengingatnya, tapi setidaknya aku mendapat
hadiah yang luar biasa. Hadiah yang mungkin tak akan pernah kudapatkan lagi.
Kalaupun seandainya itu bukan hadiah, aku anggap itu sebagai hadiah. Setidaknya,
membahagiakan orang lain adalah sebuah kebaikan meskipun tidak disadari.
Beberapa hari yang lalu aku sempat sedih karena qori yang kuundang tidak
bisa datang. Padahal aqad awalnya sudah direkrut oleh Smention. Bahkan aku
sendiri yang datang ke rumahnya. Ya sudahlah, masa lalu tidak pernah menang
karena ia ada di belakang. Tapi masa lalu adalah spion untuk memandang masa
depan. Begitulah nasihat yang aku dapatkan dari sebuah buku.
Dan hari itu berlalu dengan cepat. Hari yang baru datang dengan
membawa sejuta harapan. Acara hari kedua Smention adalah seminar dan
pengumuman pemenang. Cukup mendebarkan, padahal aku sudah tahu siapa-
siapa saja yang menang (lomba tahfidz saja). Acara selesai. Tak ada yang patut
diucapkan selain rasa syukur yang tak terhingga pada Allah. Aku sudah
menyelesaikan amanah ini. Amanah selanjutnya adalah panitia infokom LKMA
2016. Amanah yang jauh lebih besar karena di sini, aku harus membuat banyak
reportase kedepannya sebagai laporan.
Tidak hanya aku, tetapi juga teman-teman. Kami akan menyelesaikan
amanah yang sudah menanti. Voucher, donatur, sponsorship, gathering ramadhan,
dan persiapan lainnya sudah di depan mata. Tinggal mental dan ketahanan fisik
yang harus dipersiapkan lebih matang.
Memang bener ya perintah Allah yang ada di surah Al-Insyirah, “Maka
apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk
urusan yang lain).” Semoga kita menjadi pekerja keras yang tetap tawakkal kepada
Allah dan tidak pernah putus harapan. Karena itu adalah ciri utama seorang muslim.
Semoga.

17
-Pingpong 20 Juta-
Almas

Coba kamu bayangkan! Ada seseorang yang diberi amanah untuk menjadi
pilot pesawat, namun dia sama sekali belum punya ilmunya. Menurutmu, apa dia
bisa membawa para penumpang sampai tujuan dengan selamat? Itulah yang
kurasakan saat aku diberi amanah untuk memimpin sebuah acara Nasional Smart
Teen Competition (SMENTION) 2016.
Namaku Almas. Saat itu umurku 17 tahun. aku duduk di bangku SMA kelas
11. Aku menjabat sebagai ketua SMENTION, big national event. Aku adalah anak
kemarin sore yang belum pernah memimpin suatu acara apapun. Bingung, panik,
pusing, hingga galau bercampur jadi satu. Harus mulai dari mana pun aku tak tahu.
Rasanya seperti kepala mau pecah saking pusingnya.
SMENTION adalah sebuah event nasional yang diselenggarakan oleh OSIS
SMAIT Insantama dan seluruh kelas 10 Ikhwan dan Akhwat. Dana yang kita gunakan
harus kita cari sendiri, bukan dari sekolah. Kalau dari sekolah, aku tidak akan
kesusahan mengurus acara ini. Yang menjadi permasalahan di acara ini adalah dana
acara. Total dana yang telah aku hitung bersama timku yaitu sekitar 90 jutaan. Yang
membuatku lebih kacau lagi adalah kita baru diperbolehkan mencari dana sejak
januari, sedangkan acara di bulan Februari akhir. Itu sekitar 2 bulan kurang. Belum
lagi, yang kelas 11 masih punya tanggungan juga untuk mencari dana LKMA. Aku
pun juga.

Stress abis.
Tapi, mau nggak mau waktu terus berjalan dan aku harus segera memulai.
Dengan modal tawakal aku mulai semua ini dan berharap Allah akan segera
memberikan bantuanNya. Tak lama, tiba-tiba tim akhwat sudah punya jaringan
sponsor yang punya peluang besar untuk membantu acara ini, Indofood. Padahal,
saat itu belum dimulai untuk membicarakan tentang smention sebelum bulan
Januari.
“Akhwat niat banget nih. Belum juga mulai, udah dapet kontak sponsor aja nih.”
pikirku.
“Tapi ya sudahlah, Alhamdulillah.” pikirku ulang.
Sebagian masalah hampir terselesaikan, aku meminta akhwat untuk
kembali mengkofirmasi pihak sponsor lebih lanjut. Sedangkan aku di sisi lain, masih
terus berusaha mencari sponsor utama. Dan benar, ternyata ada adik kelasku yang
mempunyai seorang Ayah Kepala Pusat Lembaga Antariksa dan Penerbangan
Nasional (LAPAN) di Depok. Sebut saja namanya adalah Athan. Ini membuka
peluang besar untuk menjalin kerja sama dengan LAPAN. Sedikit demi sedikit
harapan mulai tercerahkan.

18
Dua bulan sebelum acara, Pembina menyuruhku untuk segera
memutuskan tema lomba yang akan diambil, dan ini tergantung siapa yang akan
menjadi sponsor utama. Entah itu tentang pangan dengan sponsor Indofood atau
bisa juga tentang antariksa dengan sponsor LAPAN. Kegalauan kembali
menerjangku, ini pilihan yang harus aku ambil antara sponsor Indofood atau
LAPAN. Aku bingung setengah mati karena ini yang akan menentukan kedepannya
akan jadi seperti apa. Aku pun kembali menanyakan pada tim Akhwat, apakah
mereka berhasil membuat Indofood menjadi sponsor atau tidak. Namun, mereka
sendiri juga belum mendapatkan jawaban dari Indofood. Dengan itu aku
menyimpulkan bahwa pihak sponsor tidak bersedia, Karena ini sudah memakan
waktu cukup lama.
Akhirnya aku memutuskan untuk menjadikan LAPAN sebagai sponsor
utama, padahal aku sama sekali belum menghubungi pihak LAPAN saat itu. “Ya..
Bismillah aja dah” batinku. Dan sepertinya keputusanku ini cukup mengundang
kekecewaan dari akhwat. Karena, sekilas aku terlihat seperti tidak menghargai
perjuangan mereka yang telah bersusah payah mengontak sponsor. Tapi, apa boleh
buat. Hanya itu yang bisa aku lakukan agar semua ini bisa berjalan dengan
semestinya. Pembina sudah menagihku dan aku pun harus segera memberikan
keputusanku.
Rapat demi rapat mulai dilaksanakan. Aku mulai membagikan tugas tiap
anak. Dan kali ini aku berencana untuk membagikan tugas itu kepada orang-orang
yang berkompeten di bidangnya. Dan aku sangat percaya bahwa mereka sangat
bisa diandalkan. Tapi aku tidak bisa diam saja. Aku paham betul bahwa
permasalahan kita hanya ada di dana. Ya, DANA!
Satu bulan berjalan. Aku meminta laporan kepada setiap ketua divisi
masing-masing. Divisi Infokom lancar. Divisi Logistik sudah siap membantu
melengkapi perlengkapan acara. Divisi Acara melaporkan masih ada satu lomba lagi
yang belum selesai masalahnya. Divisi Humas melaporkan bahwa peserta masih
sedikit yang mendaftar, akan jadi percuma kalau kebutuhan terpenuhi tapi tidak
ada peserta yang daftar. Divisi Dana Usaha melaporkan bahwa mereka telah
mendapatkan banyak sponsor yang mau dan sanggup menanggung beberapa biaya
konsumsi dan beberapa paket lainnya. Di sisi lain, Danus juga melaporkan bahwa
uang keluar masuk, bahkan pengeluaran lebih besar dari pada pemasukan, masih
banyak keperluan seperti cetak spanduk dan pin, juga sewa panggung dan sound
system. Tapi uangnya darimana? Jualan terus nggak akan cukup sampe 90 juta.
Uang donasi cukup membantu namun belum bisa menutupi semuanya.
Aku meminta tim Infokom untuk membuat logo Smention ada roketnya
agar sama seperti logo LAPAN. Mungkin dengan ini, LAPAN mau membantu. Tapi
aku tidak tahu, aku hanya mencobanya. Apakah itu berhasil atau tidak, lihat saja
nanti. Setelah logo dan proposal SMENTION jadi. Aku segera menghubungi Kepala
Pusat LAPAN di Depok. Beliau memintaku untuk menemuinya di tempatnya. Aku
pun segera bersiap-siap untuk datang pada waktu yang telah dijanjikan. Namun
sayang, ketika aku mempersiapkan peralatan, proposal sudah habis. Hanya tinggal
yang belum dicetak spiral atau buku saja yang tersisa. Waktuku tinggal sedikit, dan

19
aku harus bergegas agar sampai di tempat tepat waktu. “Apa boleh buat, bawa aja
dah. Semoga di sana ada percetakan” pikirku asal. Aku pun langsung berangkat
bersama Athan menuju tempat ayahnya bekerja.
Hujan yang tadinya deras mulai reda. Aku turun dari kereta di stasiun
Universitas Indonesia. Lalu naik beberapa angkutan umum dan tiba di lokasi.
Perjalanan ini tidak cukup jauh namun cukup menguras tenaga dan menguras
kantong. Karena kebetulan kantong lagi tipis. Hehehe..
Setibanya di lokasi. Ternyata ayah Athan masih di luar dan sedang menuju
ke kantor. Ini kesempatanku untuk mencari percetakan. Di luar kantor, aku
bertemu dengan Satpam.
“Pak, fotocopy di mana ya pak?” tanyaku.
“Di sana, Mas. Lumayan jauh kalau dari sini. Mas jalan aja, nanti di kanan jalan ada
fotocopy-an.” jawabnya sambil menunjukan arah tempatnya.
“Oo.. ya udah Pak. Makasih ya Pak” jawabku. Aku pun segera berjalan menuju
tempat fotocopy-an ditemani hujan yang masih rintik-rintik. Akhirnya aku dapat
mencetak proposal Smention di sana.
Aku kembali menuju kantor LAPAN setelah mencetak proposal. Beberapa
menit kemudian, Pak Kepala datang dan aku segera menyambutnya. Beliau
mengajak aku dan Athan ke ruangannya.
“Pah, ini Almas. Dia Ketua Smention yang aku bilang waktu itu” ucap Athan
membuka perbincangan.
“Assalaamu’alaikum, pak. Saya Almas. Kedatangan saya ke sini ingin menawarkan
kerja sama dengan LAPAN sehubungan dengan pelaksanaan Smention” sambungku
sambil menyalami tangan Beliau.
“Oh iya, saya sudah baca proposal yang kamu kirim ke email saya kemarin. Jadi,
tema lomba ini apa?” jawab Pak Kepala.
“Temanya Ozon, Pak.”
“Ozon?”
“Iya Pak, saya berniat menjadikan LAPAN sebagai Sponsor Utama Smention. Logo
Smention juga ada roket biar sesuai sama logo LAPAN juga, Pak” ucapku dengan
senyum modus berharap ada tanggapan positif.
“Oh.. kalau ozon itu cocoknya sama LAPAN yang di Bandung, Dik. Kalau di sini itu
LAPAN satelit. Dan LAPAN juga sudah membuat RAB sejak November lalu. Kita juga
biasa mensponsori program-program binaan seperti Adik ini. Tapi Adik telat
pengajuan proposalnya. Karena dananya tidak masuk dalam RAB. Jadi tidak ada ada
dana yang bisa dipakai” jawabnya.
“TIDAK ADA ?!” batinku dengan rasa kecewa. Padahal aku sengaja membuat logo
Smention dari roket, mengambil tema ozon agar LAPAN bisa dengan mudah diajak
kerjasama. Tapi, nyatanya tidak ada yang bisa mereka berikan. Belum lagi, aku telah

20
memutuskan kontak sponsor dengan Indofood. “Gimana jadinya ini?” gumamku
khawatir.
Aku dan Athan hanya bisa diam dan pasrah mendengar jawaban dari Ayah Athan.
“ Tapi..” lanjutnya…
“Kalian bisa coba ke LAPAN Bandung. Kemarin saya telah menghubungi LAPAN
Bandung. Katanya disana masih ada sisa dana yang mungkin masih bisa dipakai untk
membantu kalian”
“Oh, begitu ya Pak? Baik Pak nanti akan saya coba.” jawabku dengan sedikit rasa
senang karena mulai timbul harapan baru.
Setelah lama berbincang-bincang, aku dan Athan langsung pamit pulang.
Selang beberapa hari kemudian. Aku menghubungi LAPAN Bandung.
Mereka mengajak pertemuan denganku di tempatnya. Lagi-lagi aku harus
mempersiapkan semuanya termasuk uang. Dalam waktu sehari aku dan Athan
harus pulang pergi Bogor-Bandung. Kali ini, perjalanan sangat jauh dan benar-benar
menguras tenaga dan uang. Kalian tahu sendiri biaya Bogor-Bandung pulang pergi
mahal. Uangku sebulan terpaksa sekarat untuk ini.
Di sana, aku disambut oleh Humas LAPAN Bandung.
“Saya Almas, Pak, yang mengirim email ke email bapak kemarin” ucapku.
“Oh iya, Almas. Bisa dijelaskan sedikit mengenai program Smention ini”
“Jadi begini Pak..” jawabku sambil terus menjelaskan apa itu Smention dan maksud
kedatanganku ke tempat ini.
“Bagaimana pak? Apakah Pihak LAPAN Bandung bersedia membantu acara kami?”
tanyaku dengan langsung menembaknya.
“Hemm.. jadi begini, Ananda Almas. Sebelumnya kami telah berdiskusi
dengan tim. Kami bisa memberikan 1 pembicara untuk seminar dan 2 orang juri
lomba. Untuk jurinya bisa Ananda saja yang mengatur. Masalah biaya transportasi
dari kami saja. Masalah dana untuk sponsor, mohon maaf ya Dik. Kami masih belum
bisa, Karena kami juga masih butuh banyak dana untuk lembaga kami.” jawabnya.
“Ooh begitu, Pak. Baiklah, Pak. Terima kasih. Ini saja lebih dari cukup. Untuk
info lebih lanjutnya. Nanti saya akan menghubungi Bapak saja, ya.” jawabku dengan
penuh syukur meski sedikit bercampur kecewa.
“Iya, Dik. Sama-sama.”
Setelah berbincang-bincang, kami langsung pamit untuk pulang. Namun
aku masih bingung dengan tadi. Bukankah kemarin kata ayah Athan di situ masih
ada dana yang bisa digunakan. Hingga di perjalanan pulang, aku masih terus
memikirkannya. “Apakah sudah tidak ada lagi harapan? Lalu aku harus
bagaimana?” Bingung, aku benar-benar bingung. Aku tidak tahu harus bagaimana
lagi. Di kedua tempat sama-sama tidak bisa memberi bantuan dana.

21
Ini sudah dekat dengan hari-H. namun masih banyak yang belum dipenuhi
Karena uang masih juga belum ada. Hemm. Aku segera melapor ke Ayah Athan
tentang kejadian yang aku alami ketika bertemu dengan LAPAN Bandung. Ayah
Athan kembali mengajakku untuk bertemu di tempatnya waktu itu. Lagi-lagi aku
harus bersiap ke LAPAN Depok. Mendengar ceritaku, ayah Athan juga kaget. beliau
mengira LAPAN Bandung bersedia membantu, namun nyatanya tidak.
“Iya, padahal kemarin mereka bilang masih ada sisa anggaran. Makanya saya minta
Dik Almas ke sana.” jawabnya sambil mengekspresikan wajah antara kebingungan
dan berpikir.
Aku dan Athan pun hanya bisa diam mendengarnya. Tak tahu harus
berbuat apa.
“Begini saja, Dik Almas. Mungkin saya bisa bantu untuk urusan kesekretariatan
Smention. Karena kami juga punya banyak di gudang kami. Dan untuk biaya,
mungkin nanti coba saya bicarakan ke bendahara terlebih dahulu agar anggaran di
minimalisir. Siapa tahu masih ada dana yang bisa dipakai untuk membantu acara
Smention ini” jawabnya.
Aku senang mendengarnya. Namun aku masih belum bisa berpuas diri.
Karena aku masih belum tahu. Apakah masih ada dana sisa atau tidak. Kalau tidak,
aku masih harus mencari lagi.
Aku dan Pak Kepala pun segera membuat akad yang akan kita sepakati.
Setelah menyepakati akad, aku dan Athan berpamitan dengan Ayah Athan untuk
kembali pulang. Sebelum pulang, ayah Athan memberikan uang saku kepada Athan
terlebih dahulu. Tapi kemudian aku kaget, tiba-tiba ayah Athan juga memberikan
uang saku kepadaku.
“Ini untuk Athan” ucap Ayah Athan sambil memberikan uang saku kepada Athan.
“Sama.. yang ini untuk Almas” ucap Ayah Athan sambil memberikan selembar uang
kertas berwarna merah kepadaku.
“Eh.. tidak usah, pak. Terima kasih.” aku pun menolaknya dan sungkan untuk
menerimanya.
“Ini.. tidak apa-apa, jangan malu-malu.. anggap aja ini uang saku buat Almas.”
jawabnya lagi sambil membujukku untuk menerima pemberiannya.
“O iya ya.. uangku kan habis.” pikirku.
“Baiklah, Pak. Terima kasih banyak ya, Pak.” aku pun menerima uang itu dan
menyalami tangan Ayah Athan. Kami pun langsung pamit untuk pulang menuju
Insantama.
Ketika sampai di Insantama dan ketika aku mulai melangkahkan kakiku
untuk menuju asrama, Athan memanggilku, “Kak Almas!” panggilnya. Aku pun
menoleh ke arahnya. Dia tersenyum kepadaku dan memberikan jempol kepadaku
seakan mengatakan kepadaku “sip”. Aku bingung. Entah apa maksudnya.
“Kenapa ?” tanyaku.

22
“Kata Ayah, LAPAN bisa bantu dana” jawabnya sambil terus tersenyum.
“Iya? Serius? Berapa?” aku tersentak kaget dengan apa yang diucapkan Athan
barusan. Dengan penuh rasa penasaran aku terus bertanya ke Athan.
Athan memberitahu dengan membentuk jarinya yang bermaksud angka
dua dan nol.
“Dua? Dua Juta?” tebakku.
“Bukan! 20 !” jawabnya membenarkan.
“20 JUTA ?!” timpalku dengan rasa tak percaya.
“Iyaa.. Rp 20.000.000, Kak Almas.” jawabnya sambil tersenyum kemenangan.
“Alhamdulillah..” gumamku sambil mengelus dada tanda kelegaan hati yang aku
rasakan.
Akhirnya, uang 10 juta pun datang dan 10 juta lainnya dicairkan dalam
bentuk peralatan kesekretariatan seperti kertas A4, kertas sertifikat, tinta printer
dan lain-lain. Peserta pun mulai banyak yang mendaftar. Piala mulai dibuat,
panggung, tenda, sound system mulai disewa dan dipasang. Semuanya telah
berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana.
Smention 2 hari 1 malam itu pun berhasil berjalan dengan lancar dan
Sukses.
Ping Pong Bogor-Bandung itu pun akhirnya membuahkan hasil yang tak
disangka-sangka. Alhamdulillah.
-The End-

23
#JalanMakinPenuhLiku

LATIHAN KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN TINGKAT AKHIR (LKMA)


 Pendekatan Metode : Manajemen Even ‘Go to Abroad’
 Tujuan : Melatih dan meningkatkan kemampuan kepemimpinan
transformasional, khususnya kualitas sikap mental kepemimpinan,
kemampuan pengambilan keputusan dan resiko, problem solving, komunikasi
(presentasi, negosiasi), menjaga soliditas tim, kemampuan berkomunikasi
dengan multibahasa asing (Arab dan Inggris) serta manajemen
penyelenggaraan even (persiapan selama 6 bulan efektif pada semester 4 tahun
ke-2, dan pelaksanaan selama 9 hari pada semester 5 tahun ke-3.
 Garis Besar Materi : Teknik Pengambilan Keputusan dan Resiko, Teknik
Fundraising, Problem Solving, Komunikasi (Presentasi, Negosiasi), Team
Building, dan Manajemen Penyelenggaraan Even, Observasi Fasilitas
Pendidikan Perguruan Tinggi yang dikunjungi, Observasi kota dan negara, Studi
Komparasi Kepemimpinan dan Manajemen.

 Pra LKMA di Indonesia :


o Durasi Waktu : Pola 72 jam efektif (9 hari 6 Malam) pada semester 4 tahun
ke-2.
o Tempat : Jakarta dimana Pusat-pusat Keunggulan Nasional berada (industri,
pusat Islam, pusat sosial budaya) dan Kota dimana Universitas Negeri
Terkemuka di Pulau Jawa berada (UI Depok, IPB Bogor, Unpad Bandung, ITB
Bandung, UPI Bandung, Unsoed Purwokerto, Undip Semarang, UNS
Surakarta, UGM Yogyakarta, STEI Hamfara Yogyakarta, Unibraw Malang,
Unair Surabaya, ITS Surabaya).

24
25
-Tired Trip, No Problem!-
Kulsum Qatrunnada

Bayangan tentang Pra LKMA tidak lebih melelahkan dibanding LKMA


memudar, setelah kami benar-benar melakukannya. Perjalanan Pra LKMA dimulai
dari Universitas Indonesia di Jakarta sampai STEI Hamfara di Yogyakarta. Melalui
jalur darat tidak sejauh dan semelelahkannya perjalanan Indonesia ke Belanda,
Belanda ke Jerman. Tetapi, perjalanan Pra LKMA adalah salah satu yang paling
melelahkan.
Jika membandingkan kegiatan-kegiatan yang kami lakukan pada saat Pra
LKMA dan LKMA, sebenarnya sama saja. Hanya waktu dan tempatnya saja yang
berbeda. Dimulai pada sepertiga malamnya kami gunakan untuk qiyamul lail dan
bersih diri merupakan rutinitas pada saat Pra LKMA maupun LKMA. Kami lebih
sering berjalan kaki dari satu tempat ke tempat lain, karena memang Insantama
membiasakan kami berjalan jauh, dimulai pada saat LDK yang dilaksanakan saat
kami kelas sepuluh.
Amanah-amanah yang kami jalankan juga sama. Dari awal pembagian
kepanitiaan sampai akhir pelaksanaan tidak pernah berubah. Amanah sebagai
presentator atau pembawa acara, membawakan presentasi dan menggiring
kegiatan presentasi dari awal sampai akhir.
Tidak hanya presentasi, kami juga melakukan diskusi. Dimana pun tempat
kami menampilkan hasil presentasi kami, selalu diiringi dengan sesi diskusi
dikemudiannya. Ada saat-saat rasa lelah kami telah mencapai puncaknya pada saat
Pra LKMA. Setelah siangnya aku, Annisa, dan Yasmin menjadi presentator di mesjid
Salman ITB, ditemani Ghozy dan Kautsar sebagai moderatornya. Sorenya juga kami
kembali menuju tempat menginap kami, Mesjid Al-Jihad Unpad.
Sore itu kami tidak langsung istirahat, rangkaian kegiatan Pra LKMA hari itu
belum selesai. Setelah mengunjungi Mesjid Salman ITB, kami kembali ke Mesjid Al-
Jihad Unpad untuk menampilkan presentasi. Kali ini presentasi dibawakan oleh
Hamdi dan Rama, dengan Tasya dan Aisa sebagai pembawa acara. Sebelumnya
acara dibuka terlebih dulu oleh pengurus DKM Al-Jihad, diisi dengan ketuanya, lalu
dilanjut dengan pengisian materi singkat. Setelah perwakilan dari DKM Al-Jihad
tampil, giliran presentator dan MC dari Insantama yang tampil.
Ba’da maghrib kami melanjutkan kegiatan yaitu sesi diskusi dengan
beberapa aktivis mahasiswa dan mahasiswi yang mengurus DKM Al-Jihad. Malam
belum larut, tapi sebagian dari kami terlihat lesu. Kelopak mata kami mulai berat,
memerah, dan berkali-kali menguap. Kami tidak bisa memberhentikan acara ini
hanya karena rasa kantuk. Kami harus dan terus bertahan meski menahan rasa
kantuk itu sangat sulit. Harus !!!
Tidak hanya di Mesjid Unpad saja, perjalanan Pra LKMA masih panjang,
semakin banyak juga waktu-waktu dimana kami sangat merasa kelelahan.

26
Berangkat menuju Purwokerto dari Bandung memakan waktu lebih dari 5 jam di
dalam kereta. Sesampainya di Purwokerto tanpa mandi, tanpa sarapan dengan
nasi, kami langsung berangkat ke Fakultas Kedokteran Unsoed. Beberapa delegasi
mulai sakit, tidak hanya kelelahan karena capek, beberapa diantaranya sampai
demam dan terlihat pucat.
Melihat beberapa teman kami terlihat down, kami hanya bisa
memapahnya dan memberinya semangat agar bisa terus melanjutkan rangkaian
kegiatan Pra LKMA. Selain dua tempat di atas, kami juga mencapai titik lelah kami
di UNS Solo. Walaupun suasana kampus yang bisa disebut tidak panas dan
bersahabat karena kami diterima dengan baik, tapi tubuh kami tidak bisa
selamanya sehat. Bahkan ada beberapa dari kami tumbang, muntah, lalu tidak ikut
menjelajahi kampus.
Sepulang dari kegiatan Pra LKMA, kami disambut hangat oleh adik-adik
kelas dan guru-guru kami. Senyum sumringah orang-orang yang menyambut
kedatangan kami, kami balas dengan senyum pula. “Ah, akhirnya bisa istirahat.”,
“Habis ini bisa pulang, kan. Yes!”, dan kalimat-kalimat lain muncul di kepala kami.
Rasa lelah kami tertutup oleh rasa senang karena rangkaian kegiatan Pra LKMA
sudah selesai, dan berdasarkan pengalaman kakak-kakak kelas kami tahun lalu
sehabis kegiatan Pra LKMA para delegasi diberi waktu istirahat, boleh di asrama,
boleh juga pulang ke rumah masing-masing.
Perasaan senang yang kami rasakan tiba-tiba hilang setelah kepala sekolah
kami mengumumkan bahwa istirahat hanya boleh di asrama, tidak boleh pulang ke
rumah. Banyak dari delegasi yang merencanakan jauh-jauh hari akan pulang
merasa kecewa karena tidak jadi pulang ke rumahnya. Beberapa ada yang jatuh
sakit lalu tertidur pulas di kamar karena memang tidak ada pilihan lain. Kami
mencoba berlapang dada atas keputusan sekolah, karena kami harus taat pada
amir. Tak apa, taat pada amir itu lebih utama dari yang lain.
Mungkin jika hanya cerita tentang ini yang disampaikan, para pembaca
nantinya akan berpikir bahwa kami lemah. Tidak, kami tidak pernah mengenal rasa
lelah lalu istirahat sampai lupa dengan amanah. Lelah karena kegiatan seperti itu
wajar. Karena kami tahu, rasa lelah kami di dunia belum sebanding dengan
perjuangan Rasulullah SAW dan para sahabatnya pada jaman dulu. Kami paham
akan kalimat, “Istirahat yang sesungguhnya ialah pada saat engkau pertama kali
menginjakkan kakimu di dalam Surga.” Insya Allah.

27
-Allah Baik Banget-
Khusnul Khatimah

Masih terfikir olehku setiap harinya untuk selalu menanyakan “Di UGM
nanti kita ke fakultas apa ya ?” atau “Di UGM nanti kita hari apa ya ?”
Pernah dengar kata-kata ini tidak ?
“Waktumu Terbatas. Jangan Terperangkap Dalam Dogma Dimana Kamu
Hidup Dengan Apa Yang Orang Lain Pikirkan. Jangan Biarkan Pendapat Orang Lain
Menenggelamkan Suara Batinmu Sendiri. Kamu Harus Punya Keberanian Untuk
Mengikuti Hati Dan Intuisimu. Mereka Kadang Tahu Akan Jadi Apa Kamu
Sebenarnya. Yang Lainnya Hanyalah Tambahan.’’ Steve Jobs.
Tiga minggu jelang PRA LKMA dilaksanakan, aku belum sama sekali
mempersiapkan apapun. Termasuk menghafalkan teks presentasi ataupun teks mc,
sedangkan aku sudah digeber-geber oleh partnerku Azkia untuk segera latihan. Tapi
apa daya aku belum sama sekali memiliki semangat untuk latihan ataupun prepare.
Like there wrong info or technical team karena di minggu itu ada beberapa temanku
yang belum pasti mendapatkan job-nya masing-masing dan bisa dibilang minggu ini
juga bagian dari minggu yang super ribet dan duit cepet habis karena di kegiatan ini
kita diwajibkan membawa 3 baju batik dan diantara kita ada yang belum memiliki
baju batik sama sekali, terus kerudung yang harus senada dengan bajunya dan
masih banyak yang lainnya.
Well perempuan memang pada umumnya selalu seperti ini ribet dan segala
macem dibeli, oh atau mungkin itu aku saja. Nah buat kalian khususnya perempuan
yang suka banget travelling harus bisa memilih barang yang harus dibeli dan kalau
bisa cari yang harganya murah. Info doang, hehehe.
Semua orang pasti pernah berfikir kenapa orang lain dimudahkan dalam
melakukan sesuatu, dimudahkan ingatannya dan yang lebih parah manusia yang
sering tidur di kelas tapi pada saat ujian hasilnya paling besar di kelas atau bahkan
di angkatan.
Nah suatu keajaiban bukan? Tetapi itu surprise yang berasal dari Allah SWT
karena, “Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, maka Allah akan menunjukkan
jalan keluar dari kesusahan, dan diberikanNya rezeki dari jalan yang tidak disangka-
sangka, barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan
mencukupkan keperluanya.’’ Surah At-Talak ayat 2-3.
Nah inilah yang aku alami selama kurang lebih 3 minggu sebelum PRA LKMA
Aku tidak mengerti kenapa teman-temanku sepertinya tidak merasa dipusingkan
oleh kegiatan ini padahal aku saja sampai sering lupa dan akibatnya aku jadi sering
teledor dan bahkan aku pernah sampai terbawa emosi gara-gara tugasku
berantakan dan amanahku yang lainya jadi tertunda-tunda.

28
“Yeeaay PRA LKMA 2 minggu lagi,” Begitulah teriakan temanku pada saat
menghapus touchdown di papan tulis. Tapi sampai sekarang akupun belum tahu di
UGM nanti di fakultas apa, nanti aku dapet bagian presentasi atau mc dan belum
tahu juga di Universitas apa.
“Baik berhubung waktu sudah habis, tugas yang ibu kasih dikumpulkan ke
ketua kelas lalu ditaruh di meja ibu ya!” Akhirnya matematika selesai juga.
Matematika kalau ditaruh di hari Senin itu memang begini pasti bawaannya
ngantuk, laper, haus dan rasanya hanya ingin tidur saja.
“Eh bentar ya ana mau ngumumin jadwal kalian tampil, kelompok Khusnul
hari pertama di UI (Universitas Indonesia)”. BOOM akhirnya dapet juga infonya, but
why the first day? Really shocked. Because I’m not yet prepared to perfection
haven’t memorized the text. And why in the UI (Universitas Indonesia), never
thought of going in the UI. And I really hope could at Gadjah Mada University, as a
pride for my self could perform on the campus of dreams.
Kalian pasti tahu di balik semua peristiwa itu ada hikmahnya baik buruk
maupun indah. Aku sudah mengambil hikmah dari pengumuman itu bahwa sepluh
hari ke depan amanahku yang satu telah selesai. So I could be a little more relaxed,
and more able to focus to the other trutees.
Kamis pagi tepatnya pukul 04.00 aku sudah siap untuk tampil hari ini.
Bismillah semoga lancar dan tidak lupa. Selama perjalanan manusia lain pada
tertidur sedangkan yang aku lakukan hanyalah latihan dan baca istigfar, aku dan
Azkia sengaja memilih kursi paling belakang dan sampingan supaya mudah
latihannya.
‘’Ayo nak bangun, sebentar lagi sampai.’’ Oke seketika tanganku merasa
dingin dan bawaanya dagdigdug. Jujur saja latihanku yang sesungguhnya ini pada
saat perjalanan tadi karena apa, di Insantama tadi malam itu terjadi insiden mati
lampu se Kelurahan Hegarmanah sampai kurang lebih jam 1 malam. Tapi
alhamdulillah-nya acara delay satu jam, jadinya kelompok kami disuruh latihan
terlebih dahulu.
Alhamdulillah komentar dari dosennya sangat bagus, dan ketika aku
bertanya kepada teman-temanku juga mereka bilang keren, bagus, improve-nya
dapet, lucu dll. Iya lucu karena katanya kami berdua kecil-kecil dan tingginya
sepantaran. Makasih loh yaaaa. Dan PakKar juga bilang bagus, sudah dapet
improve-nya dan kita diberi 4 jempol. Alhamdulillah makasih Pak.
Bersyukur kepada Allah adalah suatu kewajiban bagi setiap muslim, setiap
hari itu wajib bersyukur atas nikmat indahnya. Seperti pada Janissary sore itu,
ketika ingin berangkat menuju kota pertama, Bandung. Di dalam bus kami semua
hanya tertidur pulas. Sampai kota Bandung itu sekitar pukul 2 malam. Selama di
Bandung hal yang paling aku ingat itu ada 2, pertama di sana ada namanya warung
makan ideologis, makanannya selain enak juga murah meriah tetapi tempatnya
lumayan jauh dari lokasi kita.

29
Dan yang kedua adalah ketika teriknya kota Bandung sudah mencapai
puncaknya, aku berinisiatif untuk membeli air putih dingin di depan kampus. And
you know guys it’s mineral water was told to thrown in front of us, because he said
we haven’t gotten permission to run and this action does not discipline.
Iya emang di sekolah ini kedisplinan itu masuk dalam urutan ranking 1.
Sejujurnya aku sangat luar biasa kesal bayangkan lagi panas-panasnya tidak
dibolehkan membeli minum, emang sih ini kesalahan, tapi ya sudahlah.
Yogyakarta 5 km belok kiri, kota ini adalah kota istimewa bagi setiap
manusia yang sudah berkunjung ke sini, termasuk aku. Entah dari kapan aku begitu
menyukai kota gudeg ini sampai-sampai wajib bagiku tiap tahunnya ke kota ini
minimal 2 kali. Banyak impian besarku yang ingin kudapat di jogja seperti kuliah,
hidup, nikah, kerja dan banyak masih banyak lagi.
Selamat datang di Universitas Gadjah Mada fakultas Psikologi. Finally
setelah H-6 keberangkatan aku diberi tahu kalau di UGM nanti kita di fakultas
psikologi. Itu rasanya senangnya bukan main. Langsung aku telepon omku untuk
datang ke fakultas itu, dan beliau berkata.
“Iya nanti om jenguk”.
Give thanks to Allah who has given a shock to me. Because in the end I could
come to faculty of my dreams, I know Allah always be questions at the faculty, and
I so much knowing the information that is in the faculty of psychology. And I’m
trusted sure that my dream will be achieved in order to study at the faculty.

30
-Nashrullah-
Aisa Soviani

“Aisa!” Seseorang berusaha untuk membangunkanku, tapi aku tak


bergeming.
“Woy..! Aisa bangun bentar lagi mau adzan subuh tuh!” Dia berusaha
membangunkanku kembali.
“Iye... Ana bangun!” ujarku pelan sambil berusaha mengumpulkan
nyawaku kembali.
Hem... Padahal tadi malam, baru aja istirahat sebentar, udah dibangunin
lagi. Tapi pagi ini aku memilih langsung bersiap-siap dari pada mengeluh.
Hari itu, kami berada di mesjid UNPAD masih melaksanakan PRA-LKMA
2016 ke beberapa universitas. Seperti UI, IPB, UNPAD, UNSOED, UNS, UGM dan tak
lupa STEI HAMFARA. Tidak hanya berkunjung ke fakultas-fakultasnya, kami juga
mengunjungi Masjidnya untuk sharing-sharing terkait dunia dakwah di kampus.
Keesokan harinya kelompokkulah yang akan tampil untuk presentasi
mengenai LKMA 2016. Itu berarti, aku dan Tasya akan menjadi MC. Wah! Kenapa
tiba-tiba aku jadi deg-deggan ya? Gak apa-apa, adanya program ini toh untuk
melatih kami, jadi ikutin aja alurnya, berusaha yang terbaik serta berdoa kepada
Allah biar lancar acarannya. Eits...kok malah curhat, kembali ke cerita.
Pagi itu aku dan semua teman-temanku bersiap untuk menghadapi nasib
(eh, kok malah nasib sih, maksudnya hari deng). Kami dikumpulkan di depan masjid
untuk sarapan, aku berpikir kami akan makan dimana? Apa di samping masjid atau
dimana? Tapi tenang saja, kata PakKar, kami akan makan di tempat yang murah
dan enak (emang anak asrama carinya yang murah dan enak). Akhirnya kami jalan
ke lokasi dan ternyata kami harus menempuh jalan yang naik turun dan jaraknya
lumayan jauh dengan berjalan kaki. Tapi perjuangan kami tidak sia-sia karena
makanannya uwenak tenan. Aku serta teman temanku sepakat menyebutnya
warung ideologis (emang nama warungnya).
Setelah makan, kami juga akan mengunjungi Masjid Salman ITB. Nasib ya?
Kemana-mana jalan kaki yah … namanya juga Insantama, sekolah pejalan kaki.
Hehehe. Setelah sampai di sana kami diarahkan untuk foto bersama di depan tugu
ITB, walaupun di hasil fotonya hanya terlihat separuh mukaku saja, ya gak apa-apa
yang penting itu menjadi kenang-kenangan, lumayan kan? Lanjut.. masuk ke
kawasan Mesjid Salman.
Aku pun langsung terpukau dengan desain mesjidnya yang elegan, namun
presentasi kali ini bukan di mesjidnya tapi di aulanya. Di sana kami dijelaskan
tentang kepengurusan dan kegiatan apa saja yang ada di mesjid itu dan ternyata
benar kalau mahasiswa ITB itu memang luar biasa pintar. Kemudian, dilanjutkan

31
dengan presentasi oleh Annisa, Nada dan Yasmin sebagai presentator dan Ghozy
juga Kautsar sebagai MC.
Selesai presentasi kami diajak berkeliling di sekitaran Mesjid Salman ITB
dan tak ketinggalan oleh-oleh khas ITB, kemudian kami langsung bertolak ke Mesjid
UNPAD dengan berjalan kaki. LAGI! (OKE SEMANGAT). Setibanya di Mesjid UNPAD
beberapa dari kami tidak langsung berbaris tapi singgah ke warung untuk beli
minuman (kan haus habis jalan).
Tiba-tiba aja COD (amir) berjalan menuju kami dan menyuruh untuk
bersegera masuk ke barisan, sontak kami yang ada di warung itu langsung buru-
buru karena ada perasaan yang nggak enak sih, sebenarnya. Tapi, saat kami
dinasehati oleh PakKar untuk patuh pada amir dan akhirnya air minum yang tadinya
baru kami beli, langsung diperintahkan untuk segera dibuang begitu saja di
hadapan kami. Emang salah kami yang tak taat amir, lalu kami dengan perasaan
bersalah pun meminta maaf pada amir, meskipun akhirnya haus nggak hilang tapi
uang pun melayang. Astaghfirullahal azhim!
Sorenya, setelah baris akan ada sesi presentasi dari kelompokku. Eh tunggu
dulu, berarti selanjutnya giliranku dan Tasya juga Rama dan Hamdi yang akan jadi
presentatornya. Oke sekarang aku mulai grogi dan waktunya untuk mengingat-
ingat lagi teks MC bersama Tasya. Tapi, tetap aja aku grogi “Udah siap-siap aja dulu
baru hafalin lagi nanti” ucap batinku, sambil berjalan menuju warung ideologis.
***
Saat kami berkumpul untuk makan siang di warung ideologis, tiba-tiba
PakKar mengumumkan “Siapa yang kehilangan dompet?”. Saat itu aku berpikir kira-
kira siapa ya yang kehilangan dompet, kasihan amat itu orang. Saat makan di
warung, kok perasaanku nggak enak ya? Ya udahlah mungkin itu cuma perasaanku
aja, mungkin karena faktor grogi kali ya... Aku pun menambah porsi lagi.
Setelah semua selesai makan, kami mengantre ke kasir, saat aku mau
mengambil uang di dompet, loh kok nggak ada ya dompetku? tanyaku dalam hati.
Akhirnya aku mencari tas, jaket dan kantongku, aku sama sekali nggak menemukan
dompet itu. Aku pun panik, gimana nggak panik di situ ada uang makan, uang jajan,
juga uang untuk beli oleh-oleh.
“Duh... ada yang lihat dompetku, gak?” tanyaku ke teman-teman.
“Coba cari dulu di tas, kali aja ada, Sa.” Jawab salah satu temanku.
“ Udah, udah kucari di tas, tapi gak ada!” jawabku frustasi.
Lalu temanku melapor ke PakKar, “Pak, dompet Aisa hilang!”
“Dompetnya bentuknya seperti ini?” kata PakKar sambil menujukkan
dompet. “Iya!!! Itu dompetku warna coklat dan bentuknya seperti dompet cowok
kebanyakan. Alhamdulillah akhirnya ketemu juga” syukurku dalam hati.
“Iya pak itu dompet ana” ujarku lega.

32
“Ini dompetnya. Coba diperiksa ... lain kali barangnya dijaga yang benar!”
ujar PakKar.
“Iya pak, syukron” jawabku.
Saat aku mendapatkannya aku langsung memeriksa isi dompetku. Tapi saat
aku periksa, uangku hilang.. 300 ribu padahal kan awalnya ada 500 ribu.
“Duh...gimana nih! itu uangku untuk makan dan kebutuhaku selama pra LKMA!”
Yang tadinya hatiku lega menjadi semakin panik. Entah mengapa air mataku jatuh
tanpa izin dariku (halah bilang aja nangis). Lalu temanku yang berada di dekatku
menunjukkan seperti wajah yang berpikir ‘ nih...orang udah dapat dompetnya kok
malah nangis.’ Mungkin karena penasaran akhirnya dia bertanya, “Kok anti nangis
Sa? Kan dompetnya udah ketemu?”
“Iya dompet sih ketemu, tapi uangnya hilang 300 ribu.. itu loh yang buat
aku nangis. Gimana nih itu uang buat makan selama pra LKMA lagi?” jawabku
sambil menangis frustasi.
“Ha...?! uang antum hilang?” tanyanya keras.
“PakKar uang Aisa hilang 300 ribu!” adunya.
“Uang antum hilang?” tanya PakKar.
“Iya pak, uang ana hilang.” tangisku.
“ Kok bisa? Coba diperiksa kembali.”
“Udah pak tapi tetep gak ada pak.”
“ Ya sudah antum tenang dulu jangan nangis.”
Akhirnya teman-teman menghiburku agar aku ikhlas dengan kejadian ini.
Kalau dibilang ikhlas sih ikhlas, toh udah kejadian juga mau gimana lagi kan. Tapi
yang buat aku frustasi itu gimana nantinya? minta uang ke ibu lagi? Iya kali aku
makan roti mulu, yang ada aku tumbang nanti. Ujung-ujungnya sakit, siapa yang
mau sakit di jalan? Pasti gak ada kan?!.
Dengan segenap keberanian dan menguatkan hati, untuk menghubungi
ibuku dan berharap agar ibuku mau menghibur dan membantuku. Tetapi saat aku
menghubungi ibuku. Aku malah dimarahin. Yang buat hatiku tambah sedih ibu
tidak mau memberi uang tambahan untuk aku makan saat pra dan ditambah saat
menelepon, ibuku menutup teleponnya tiba- tiba. Tangisku tambah menjadi-jadi
karena itu. Tapi segera kuhentikan. Ini memang salahku. Aku ingat, menangis tak
menyelesaikan masalah. Aku harus kuat. Ini musibah. Hadapi!
Akhirnya dengan uang yang tersisa aku bertekad untuk hemat makan
apalagi belanja. Harus dihapuskan dari pikiran ini. Tapi saat aku galau dan sedih
(sama aja) entah mengapa hujan malah turun. Sudahlah sedihnya plus-plus.
Hem...nasib-nasib.
Saat hujan reda kami kembali ke masjid untuk melakukan presentasi di
depan kakak-kakak DKM. Oh... iya tadi aku belum ngasih tahu ya? Kalau anak

33
ikhwan gak ikut ke warung ideologi (tapi aku lupa kenapa mereka gak pergi?).
Mereka tetap di masjid UNPAD. Kembali ke cerita.
Saat menjadi MC, sebagian hafalan yang sudah aku hafal dari sebelum
berangkat hingga sekarang hilang. Mungkin itu dampak dari dompet hilang dan
faktor lainnya. Lalu ditambah lagi banyak perubahan-perubahan secara mendadak.
Lengkap sudah semua yang aku rasakan. Memang PakKar selalu ada saja perintah
dadakannya. Agar kita terlatih untuk mampu speed n responsive dan bisa
berimprovisasi kata Beliau.
Acara ini diakhiri oleh diskusi oleh kakak-kakak DKM, jadi beban yang ada
dalam hati berkurang satu. Tak lama setelah itu, tiba-tiba salah satu guru
menyampaikan kepadaku bahwa ibu mengirimkan uang kepadaku. Alhamdulillah
akhirnya beban di hati menguap entah kemana. “Makasih ya Allah yang telah
menolongku”, syukurku dalam hati sambil menangis.
Hari itu aku banyak belajar dari pengalaman yang aku dapatkan. Dan hari
itu juga aku dapat merasakan rasa kasih sayang dari orang-orang yang berada di
sekitarku terutama ibuku. Ternyata aku yang salah paham. Telepon yang berhenti
mendadak ternyata bukan kemarahan, tapi terputus sinyalnya. Aku sudah
berprasangka yang bukan-bukan. Jauh di dalam hatinya ada kekhawatiran yang
sangat besar untukku. Aku jadi menyesal. Maafkan aku Ibu!

34
-Pra-nya LKMA 2016-
Naufal

Depok, Bogor, Bandung, Purwokerto, Solo, Semarang, dan Yogyakarta


semua orang pasti kenal atau minimal tahu kota–kota itu. UI, IPB, UNPAD, UNSOED,
UNS, SMA Islam Hidayatullah, UGM, dan STEI Hamfara inilah Universitas –
universitas dan sekolah yang ada di masing – masing kota tadi.
Tanggal 7 April 2016 berangkatlah pasukan JANISSARY menuju Universitas
Indonesia sebagai pembuka Pra LKMA angkatan kelima ini. Dengan mengendarai
dan menggunakan tiga mobil dan satu bus besar kami melucur ke UI. Alhamdulillah
kami sampai di UI dengan penjagaan ketat oleh Allah Swt alias selamat sampai
tujuan. Target awal kami adalah Fakultas Ilmu Komputer, walaupun ada sedikit
keterlambatan waktu dari pihak fakultas tapi kami sabar, karena kami tau bahwa
kesabaran itu akan berbuah hasil yang sangat memuaskan. Waktu menunggu kami
gunakan untuk latihan presentasi (bagi yang tampil ya) dengan sedikit candaan dari
PakKar dan guru – guru lain yang ikut mendampingi kami.
Waktu tak terasa, sekarang saatnya presentasi perdana JANISSARY dimulai.
Bisa dibilang ini kali pertama saya memasuki ruangan sebuah fakultas dan
walaupun agak sedikit kikuk tapi alhamdulillah bisa terkendali. Sambutan hangat,
itulah yang kami rasakan dan dapatkan. Acara dibuka oleh Pak Ikbar selaku
pimpinan rombongan dan Pak Ikbar mempersilakan Pak Harry Budi Santoso S.Kom,
M.Kom, Ph.D, untuk membuka acara ini. Acara presentasi pun dimulai, dibuka oleh
MC yang luar biasa yaitu Azkia dan Khusnul serta presentasi yang dibawakan oleh
Anta dan Faqih. Walaupun agak sedikit canggung tapi Duet Anta dan Faqih bisa dan
SUKSES!!!
Kami lanjut menuju Masjid UI untuk sholat pastinya, tapi tak hanya sholat
yang kami kerjakan di Masjid tersebut tapi kami juga menuju ke tempat pertemuan
untuk melakukan pertemuan (ya iya lah...!) dengan kakak – kakak mahasiswa
aktivis dakwah kampus yang aktif di Masjid UI tersebut. Anda yang baca taulah ya
kalau kami pasti melakukan presentasi. Hehehe. Kali ini yang menjadi MC Ghozy
bersama Andrew sedangkan yang membawakan presentasi Tasya bersama Sarah.
Alhamdulillah semua berjalan lancar pembaca yang beriman sekalian.
Dengan berakhirnya sesi presentasi dan diskusi (maaf tadi lupa ditulis sesi
diskusinya) maka kami pun langsung sreet ... meluncur kembali ke Bogor (Boarding
ya pastinya).
Hari kedua kami menuju Institut Pertanian Bogor (IPB) menggunakan tiga
angkot serta lima mobil dan jangan lupa ada juga yang pakai motor yaitu saya alias
Naufal dan Ilyas. Sreet. . . gak terasa tiba-tiba sampai di IPB Fakultas Teknologi
Pertanian sebagai tujuan Pra LKMA kami yang kedua. Kami disambut langsung oleh
Dekan Fateta IPB, Prof. Dr. Ir. Kudang Boro Seminar, M.Sc. Presentasi kali ini dibuka
oleh MC Teguh dan Alif serta presentasi oleh Jamilah, Hanan, dan Laras. Canggung
dan gerogi itu pasti ada tapi Alif-Teguh, Jamilah-Hanan-Laras bisa menyelesaikan

35
misi mereka dengan MANTAP! Selesai presentasi kami diajak berkeliling di Fakultas
Teknologi Pertanian ini. Salah satu tujuannya adalah laboratorium. Selesai
berkeliling kami langsung kembali ke tempat presentasi untuk penutupan dan
berpamitan untuk pulang. Karena bertepatan dengan adzan Dzuhur kami pun
langsung meluncur ke Masjid Al Hurriyah IPB.
Disana kami sudah ditunggu oleh beberapa alumni sebagai penuntun kami
untuk presentasi di depan BKIM IPB yang diketuai oleh Kak Addin (Alumni angkatan
II). Presentasi ini super dadakan, tapi untunglah kami memiliki banyak talenta yang
siap bertempur kapan pun bila diperlukan. Yaitu Bagus dan Faqih yang
membawakan presentasi di depan kakak-kakak BKIM. Presentasi berjalan seru dan
khidmat karena semua audience fokus + antusias. Presentasi selesai kami pun
berkemas-kemas untuk pulang ke markas.
10 April 2016 sore kami sudah berkumpul di lapangan Insantama untuk
melakukan persiapan plus briefing sebelum berangkat menuju perjalanan yang
akan mengubah sejarah peradaban dunia (MANTAP!!!). Mengecek semua
perlengkapan. Semua perlengkapan yang diperlukan memang sudah lengkap. Tapi
ada yang kurang yaitu Defri dan Fathur yang tidak bisa ikut serta dalam perjalanan
bersejarah ini karena satu dan lain hal. Pukul lima kami meluncur dari Insantama
menuju Masjid Nurul Amal, di sana sudah stand by satu bus besar dan satu mini
bus. Semua barang satu persatu sudah dimasukkan ke dalam bus tak lupa juga
perlengkapan lainnya. Setelah semua masuk barulah semua anggota delegasi
masuk satu per satu ke dalam bus. Akhwat masuk terlebih dahulu ke dalam bus
besar bagian belakang baru disusul oleh ikhwan untuk mengisi bagian depan yang
masih kosong, ikhwan yang masih tersisa mau tidak mau harus di mini bus.
Selepas Sholat Maghrib dan Isya pasukan JANISSARY siap meluncur menuju
Kota Kembang, Bandung. Alhamdulillah jalanan lancar sampai di Bandung. Kami
sampai di Bandung pukul 23.30 WIB dan langsung menuju Masjid UNPAD untuk
bersih-bersih diri dan istirahat agar besok tenaga dan pikiran sudah ready kembali.
Pukul 02.30 kami sudah bangun untuk mandi dan melaksanakan sholat tahajud,
walaupun ada satu dua orang yang susah untuk bangun tapi dengan semangat yang
kuat dari sahabat-sahabatnya orang-orang ini pun bisa bangun. Lelah memang.
Adzan Subuh pun berkumandang dan kami langsung sholat. Selesai sholat
kami langsung briefing untuk hari pertama ini. Yang akan presentasi hari ini adalah
saya alias Naufal dan Zulfahmi serta yang akan menjadi MC Tania dan Dea. Seperti
biasa kami melakukan simulasi ringan agar tidak grogi banget saat tampil nanti.
Kami juga melakukan pergantian COD (Chief Of the Day). COD ikhwan hari ini adalah
Ghozy sedangkan akhwatnya Syifa. Selesai briefing kami tentunya harus sarapan
dulu kan? Kemana? PakKar mengajak kami menuju Warung Ideologis yang letaknya
lumayan jauh masuk ke gang melewati rintangan berupa jalanan yang rusak, sempit
dan naik turun (maksudnya turunan sekali tanjakan sekali tapi lumayan terjal). Saat
kami bertanya mengapa harus ke warung yang jauh ini? Ternyata jawabannya
adalah inilah warung murah dan enak yang paling higienis dari berderet panjang
warung makan yang dekat dengan tempat kami menginap! Rupanya Pembina kami

36
termasuk detil dengan melakukan juga survey tempat makan yang sehat untuk
kami. Kalau sampai kami sakit gara-gara salah makan kan bahaya juga?!
Ikhwan makan terlebih dahulu dan dengan cepat memilih makanan apa
yang harus dimakan. Begitupun dengan akhwat yang juga makan, dengan cepat dan
tak berlama-lama memilih makanan. Selesai makan kami langsung menuju pinggir
jalan untuk menunggu bus angkutan ke kampus UNPAD Jatinangor, Bandung. Lagi-
lagi akhwat yang duluan naik bus dan ikhwan lagi-lagi juga harus menunggu. Hampir
satu jam kami menunggu akhirnya datang juga bus selanjutnya. Naiklah semua
ikhwan ke dalam bus tersebut dan sreet… berangkatlah kami. Perjalanan panjang
kami tempuh untuk sampai ke sana tapi kami tidak rugi karena bisa melihat-lihat
sebagian Kota Bandung.
Sampailah kami di Kampus UNPAD Jatinangor dengan semangat dan
keyakinan yang tinggi bahwa kami bisa. Masuklah kami ke dalam dan langsung
menuju Fakultas Kedokteran. Masuk ke dalam, ambil tempat duduk, dan siap untuk
presentasi. Acara awal di buka oleh dr. Maya, SAP sekaligus menyampaikan sepatah
dua patah kata dan juga mempresentasikan Fakultas Kedokteran UNPAD. Saat yang
kita tunggu tiba, yaitu presentasi LKMA 2016 yang dibawakan oleh Naufal dan
Zulfahmi serta MC nya oleh Tania dan Dea. Walaupun ada sedikit masalah di mic
saat presentasi tapi Naufal bisa improvisasi dan alhamdulillah lancar. Selesailah
acara itu dan kami langsung menuju Masjid kampus. Selepas evaluasi kami langsung
menuju kantin untuk membeli makan dan membeli oleh-oleh dan souvenir khas
Universitas Padjajaran. Tak terasa waktu kami pun harus kembali ke tempat
istirahat kami, dan kami lagi-lagi harus menunggu bus yang membutuhkan waktu
sangat lama sampai 3 jam menunggu di pinggir jalan. Kami akhirnya berangkat naik
bus pukul 17.00.
Keesokan harinya kami melakukan hal sama seperti kemarin, COD hari ini
adalah Naufal dan Fifi sedangkan yang presentasi Yasmin, Nada, Annisa sedangkan
MC-nya Ghozy dan Kautsar di Masjid Salman ITB. Setelah presentasi kami diajak
jalan-jalan keliling Masjid Salman dan sedikit ITB. Karena waktu yang sudah sore
kami harus lekas kembali ke tempat peristirahatan karena nanti malam akan ada
presentasi lagi di tempat kami istirahat.
Sreet… malam pun tiba dan sesi presentasi siap dimulai yang akan
dibawakan oleh Hamdi dan Rama serta MC-nya Tasya dan Aisa. Hamdi agak gugup,
Rama keren kalau digabungkan kolaborasi keduanya jadi MANTAP!!! Selesai
berdiskusi dengan kakak-kakak remaja Masjid UNPAD tempat kami istirahat ini
kami langsung beres-beres dan berpamitan untuk langsung melenggang ke Stasiun
Bandung Kota dengan menggunakan Angkot. Kami melanjutkan perjalanan menuju
Unsoed Puertorico eh Purwokerto.
Dingin malam tak membuat semangat kami luntur. Sampai di Stasiun kami
mendapatkan kabar tak menggembirakan yaitu jalur yang akan kami lewati
mengalami longsor dan terpaksa waktu keberangkatan kami diundur lebih dari satu
jam. Tapi tak apalah semoga di balik ini Allah Swt sudah menyiapkan yang lebih
baik. Saat hampir semua pulas tidur datanglah kereta yang kami tunggu, semua

37
bangun dan siap bergerak memasuki kereta. Walaupun agak repot karena
membawa-bawa koper dan tas gendong tapi dengan penuh kesabaran akhirnya
masa sulit itu bisa dilewati.
Empat jam perjalanan yang melelahkan. Akhirnya sampai juga di
Purwokerto dan kami sudah ditunggu satu bus besar dan mini bus untuk mengantar
kami menuju Univeritas Soedirman (UNSOED). UNSOED tak jauh dari stasiun,
mungkin hanya memerlukan 15 menit perjalanan darat untuk sampai ke sana.
Tibalah kami di Fakultas Kedokteran UNSOED dan kami sudah ditunggu oleh Dr. dr.
Fitranto Arjadi, M.Kes (beliau ini dekan).
Mula-mula kami harus mengisi nama terlebih dahulu di kertas yang sudah
tersedia di pintu masuk. Tanpa menunggu waktu lama, pihak UNSOED membuka
acara dan mempresentasikan profil UNSOED dan setelah itu dilanjutkan oleh
Ariqoh dan Dina sebagai presentator kali ini. Special karena presentasi berjalan
tanpa dibuka dulu oleh MC. Saking mantapnya presentasi kali ini, sampai-sampai
Dekan FK UNSOED ini menawari presentator untuk masuk UNSOED (MANTAP…!).
Ba’da presentasi kami diajak keliling FK UNSOED dan masuk ke berbagai
laboratorium termasuk ruangan yang berisikan anggota dalam tubuh manusia yang
telah diawetkan. Setelah puas di UNSOED kami langsung berjalan lagi menuju
stasiun tempat kami datang tadi untuk meneruskan perjalanan menuju Semarang.
Tapi sebelumnya kami makan dulu di salah satu tempat makan di Purwokerto yang
rasanya itu lhooo MANTAP!!!
Sekitar pukul 17.00 kami sudah sampai di stasiun Semarang. Di sana kami
lagi-lagi sudah ditunggu oleh satu bus besar dan satu mini bus. Kali ini bus yang
kami dapatkan sangat keren karena bus ini salah dua dari bus UNISSULA, sudahlah
besar dan megah, busnya keren pula. Dengan bus itu kami berangkat menuju
Pesantren Saubari Bening hati untuk istirahat. Pagi-pagi sekali kami sudah bangun
pada waktu biasa ya… pukul 02.30 untuk sahur dan siap tahajud serta sholat subuh.
Selesai briefing kami siap meluncur ke SMA Islam Hidayatullah. Sampai di sana kami
disambut oleh teman-teman yang seumuran kami dan sama-sama menjabat
sebagai pengurus OSIS. Di Insantama, kami satu angkatan semuanya diamanahi
sebagai pengurus OSIS, tak peduli betapa banyaknya jumlah kami!
Sesi presentasi berjalan lancar dan teman dari SMA Hidayatullah sangat
antusias. Alhamdulillah sukses. Selesai urusan kami di SMA Islam Hidayatullah kami
langsung berangkat ke Masjid Agung Semarang untuk sholat Ashar. Langsung
kembali ke Saubari Bening sebagai tujuan akhir kami pada hari itu untuk Istirahat.
Maghribnya selepas buka puasa kami melakukan presentasi di depan pemilik
Pesantren Saubari Bening Hati dan sejumlah tokoh Kota Semarang. Yang luar biasa
lagi adalah penampilan puisi oleh Ranty, Syifa, dan Ilyas. Presentasi kali ini
dibawakan oleh Ranty dan Andita sedangkan MC-nya Fahmi dan Ibnu. Lelah pun
melanda tubuh kami setelah acara itu dan kami putuskan untuk langsung istirahat
dan tidur.
Paginya kami bertolak menuju Universitas Sebelas Maret Solo setelah
berpamitan dengan semua orang yang ada di Pesantren Saubari Bening Hati.

38
Sampai di UNS kami berjalan menuju Fakultas Teknik dan kami sudah ditunggu oleh
Dr. Techn. Ir. Sholihin As’ad M.T (Dekan).
Acara dimulai dengan presentasi dari kakak mahasiswa Fakultas Teknik
UNS untuk menyampaikan dan mempresentasikan bagaimana UNS dan Fakultas
Teknik UNS. Setelah itu barulah kami yang mempresentasikan apa itu LKMA. MC-
nya Adalah Fifi dan Ningrum sedangkan presentasinya Adham dan Bagus. Yang
membuat kami bangga adalah Adham yang pendiam. Kerja keras Adham selama ini
berbuah hasil yang manis karena Adham dengan lantang dan lancar menyampaikan
LKMA 2016. Setelah presentasi kami diajak berkeliling ke laboratorium dan kami
dibagi-bagi dalam kelompok kecil agar mempersingkat waktu dan juga agar tidak
terlalu sempit tempatnya nanti. Selesai berkeliling kami keluar dan langsung ke
Masjid terdekat karena waktu sholat Jum’at telah tiba. Selesai sholat kami makan
di salah satu kantin UNS. Kami sangat senang makan di situ karena harganya yang
sangat murah dan kuantitasnya banyak (MANTAP!!!). Selepas makan kami kembali
naik bis lagi untuk langsung menuju Yogyakarta tepatnya langsung menuju STEI
Hamfara untuk istirahat dan siap-siap presentasi selanjutnya.
Tak seperti yang kami bayangkan ternyata Hamfara itu jauh dari yang kami
bayangkan. Sudahlah jauh dari kota, masuk ke dalamnya cukup jauh dan gelap bila
malam hari. Istirahat mandi dan makan itulah yang kami lakukan dan setelah dirasa
cukup kami pun tidur. Seperti Biasa kami bangun pukul 02.30 untuk mandi dan siap-
siap tahajud.
Adzan subuh berkumandang dan kami bergegas sholat sunnah dan tak
lama iqamah pun dikumandangkan. Seperti biasa selesai sholat kami melakukan
briefing dan setelah itu kami makan lalu siap-siap untuk sreet… menuju Universitas
Gadjah Mada. Untuk sampai ke UGM tidak memerlukan yang lama, hanya cukup 30
menit untuk perjalanan darat. Bus yang kami tumpangi hanya bisa mengantar
sampai depan saja dikarenakan satu dan lain hal. Maka otomatis kami pun harus
berjalan ke dalam. Tujuan kami kali ini adalah Fakultas Psikologi dan alhamdulillah
kami sudah ditunggu oleh Dr. Esti Hayu Purnomoningsih (beliau ini ketua jurusan
ya…). Dan seperti biasa sahabat, kami harus terlebih dahulu mendengarkan dan
menyaksikan pemaparan dari pihak Fakultas dan kakak-kakak Fakultas Psikologi
untuk mempresentasikan apapun tentang UGM dan Fakultas Psikologi. Inilah saat
yang ditunggu oleh semua anggota delelgasi yaitu presentasi LKMA 2016 yang
dibawakan oleh Asya, Zizi, dan Hasya serta MC-nya Yoga dan Taufiq. Walaupun ada
sedikit kesalahan pada pantun tapi luar biasa mantap improvisasi dari Yoga dan
Taufiq ini.
Selesai presentasi kami berkeliling UGM dan perjalanan kami berhenti pada
koperasi dan kantin UGM untuk makan siang. Selesai makan kami kembali menuju
Hamfara untuk Istirahat. Keesokan paginya kami presentasi di depan kakak-kakak
Hamfara. Sekarang adalah waktu yang tepat untuk Bagas dan Hilman sebagai MC
dan Misykah dan Fitri presentatornya. Presentasi selesai dan kami harus segera
menuju Stasiun Lempuyangan. Semua barang-barang sudah kami bawa dan tak
lupa kami berpamitan dulu dengan semua orang yang ada di STEI Hamfara. Menuju
stasiun Lempuyangan membutuhkan waktu hampir satu jam. Tapi sebelum ke

39
stasiun kami beli oleh-oleh dulu di dekat Stasiun Lempuyangan yaitu Bakpia. Sampai
di stasiun kami langsung bawa barang masing-masing dan lagi-lagi harus
menunggu. Di waktu menunggu inilah Andrew dan Faris memberanikan diri untuk
berbicara di depan semua calon penumpang yang sedang menunggu di stasiun.
Bertindak sebagai presentatornya Ghilman dan Fahmi, sedangkan yang lainnya
ada yang menonton, ada yang berbicara ke individu penumpang untuk mengikuti
LKMA 2016 di Sosial Media. Sungguh, tak pernah dibayangkan sebelumnya kalau
teman-teman saya punya keberanian atau lebih tepat disebut kenekatan seperti
ini. Untungnya, Bapak Pembina bertindak cepat dengan menghubungi pihak
berwenang di stasiun agar kegiatan kami ini diizinkan. Alhamdulillah.
Waktu berangkat tiba dan kami berangkat menuju Stasiun Pasar Senen
Jakarta setelah maghrib. Sholat Maghrib dan Isya kami laksanakan di dalam kereta.
Perlu waktu kurang lebih 8 jam untuk sampai di Pasar Senen. Sampai di Pasar
Senen, tepat sekali Adzan Subuh dan pastilah kami langsung sholat subuh secara
bergiliran di mushola stasiun.
Pulang ke Kampus Insantama menggunakan satu bus besar dan satu mini
bus. Sampai di Nurul Amal kami langsung sholat Dhuha dan ada sedikit wejangan
dari PakKar sebagai penutup PRA LKMA 2016. Sampai di Insantama kami sudah
disambut oleh adik-adik kelas dan tak ketinggalan semua guru-guru kami.

40
-Melepas Rantai Gajah-
Fahmi Fadilah
Namaku Fahmi Fadilah, biasa di panggil Fahmi. Aku lahir di Jakarta tanggal
15 Mei 1998. Aku sekolah di SMAIT Insantama yang mempunyai misi menjadikan
siswanya menjadi pemimpin umat masa depan. Yap, seperti yang telah tercantum,
sekolahku ini memang mendidik muridnya untuk menjadi seorang pemimpin.
Pemimpin yang berani melakukan sesuatu hal dan berani menyampaikan apa yang
seharusnya disampaikan. Tetapi, dengan adanya hal seperti itu, aku menjadi tidak
berani untuk menyampaikan sesuatu di depan orang banyak.

Karena apa? karena itu adalah ‘Rantai Gajah’ yang melekat pada diriku yang
sangat susah untuk aku lepas. Tetapi, karena aku sudah menjadi bagian dari sekolah
Insantama, mau tidak mau aku harus melakukan itu. Nah bagaimana cara aku bisa
melepas ‘Rantai Gajah’ itu? Inilah ceritaku.

Pada saat Pra-LKMA, kami melakukan presentasi di berbagai universitas.


Tapi karena aku tidak berani maju untuk presentasi akhirnya aku mengatakan ke
Bagus yang menjabat sebagai ketua LKMA agar aku menjadi Master of Ceremony
(MC) saja. Ketika aku menjadi MC aku merasa ada hal yang seharusnya aku lakukan
tapi aku masih bingung apa itu.

Di akhir perjalanan Pra-LKMA, sebelum kami menuju stasiun Lempuyangan,


Yogyakarta. Kami menuju tempat yang menyediakan berbagai oleh-oleh khas kota
Yogya. Disana kami diberi waktu kurang lebih satu jam untuk membeli oleh-oleh.
Setelah 1 jam berlalu kami menuju kendaraan dan berangkat ke stasiun
Lempuyangan untuk pulang ke bogor. Sesampainya kami di stasiun lempuyangan,
kami menunggu kereta yang akan kami tumpangi selama kurang lebih empat jam
lamanya, atau pada pukul 18.30 WITA.

Dengan waktu yang lama tersebut, para delegasi bingung mau melakukan
apa di stasiun. Akhirnya, ketua delegasi memutuskan untuk mengadakan presentasi
tidak resmi atau dadakan tanpa sepengetahuan Pembina. Kami bingung siapa yang
mau melakukan presentasi dadakan tersebut dan tanpa persiapan sama sekali.
Pada akhirnya aku berfikir apakah ini adalah jalan yang Allah tunjukkan untukku
agar aku bisa melepas rantai gajah yang selalu melekat pada diriku.

Acara presentasi dadakan tersebut pun dibuka oleh MC. Jantungku


berdegup kencang, bingung apa yang harus aku sampaikan kalau sudah berada di
depan. Aku harus siap dilihat oleh banyak orang. MC pun memanggil namaku dan
Ghilman untuk melakukan presentasi. Aksi tersebut membuat para delegasi yang
lain heboh karnae tidak adanya rencana presentasi seperti ini.

Seiring berjalannya waktu, aku dan Ghilman berhasil melakukan presentasi


dadakan di stasiun Lempuyangan. Setelah selesai, Pembina kami mendekati kami

41
dan berkomentar: “Kamu Gila!” Tentu saja dalam artian yang positif ya. Kenapa
Pembina bilang seperti itu? Karena Aku dan Ghilman seperti orang gila yang
berbicara sendiri di hadapan para calon penumpang kereta yang berlalu lalang di
hadapan kami. Mereka semua melihat kami dengan raut wajah yang mungkin bisa
dibilang “Nih orang ngapain sih ngomong gak jelas di depan?” Mungkin itu yang ada
di benak mereka. Tapi Pembina kami pun mengapresiasi keberanian kami untuk
berani berbicara di tempat umum seperti ini.

Karena itu aku bersyukur bisa melepas ‘Rantai Gajah’ yang melekat pada
diriku di tempat umum sekalipun. Ya, meskipun bisa dibilang malu-maluin, tapi aku
sangat senang bisa melakukan hal itu. Semoga kedepannya aku bisa melakukan hal
tersebut lagi dan melakukannya dengan penuh percaya diri.

42
1
-Investasi untuk Mimpi Besar-
Azkia Yasna N. A.

Di sinilah aku menimba ilmu. Di sekolah calon pemimpin masa depan,


SMAIT Insantama Bogor. Serangkaian program kepemimpinan telah kulalui dengan
perjuangan yang tak mudah. Perjuangan yang tak jarang menguras tenaga, waktu,
pikiran, bahkan air mata. Berbagai macam jabatan pernah aku rasakan. Menjadi
ketua, panitia acara, dana usaha, konsumsi, bahkan logistik.
Berjalan kaki sampai ke Cianjur, telah kutempuh. Melakukan problem
solving dalam kegiatan LKMM, sudah kulalui. Menjadi event organizer ajang
kompetisi nasional, pun sudah berhasil kulakukan. Tentunya dengan melakukan
pencarian dan secara mandiri dengan jumlah yang mencapai puluhan juta rupiah.
Kini tiba saatnya aku menghadapi tahap akhir dari serangkaian program
kepemimpinan ini. Ya, LKMA. Latihan Kepemimpinan dan Manajemen tingkat Akhir,
di mana kami akan melakukan studi komparasi ke luar negeri. Dan dapat
kubayangkan, begitu banyak dana yang kami butuhkan demi terwujudnya LKMA ini.
Terlebih lagi kami, Janissary, dengan segenap keberanian memilih Belanda
dan Jerman sebagai destinasi kami. Yang artinya, kamilah angkatan pertama SMAIT
Insantama yang kelak bisa menginjakkan kaki di benua Eropa.
1,3 Milyar adalah dana yang harus kami kumpulkan. Angka yang begitu
fantastis bagi remaja seusia kami. Tak terbayang olehku bagaimana cara kami dapat
mengumpulkan dana yang begitu besar dalam waktu yang begitu singkat. Kami
semua menaruh harapan besar pada penjualan voucher, atau aku lebih suka
menyebutnya kartu donasi, dengan target penjualan 200 voucher bernominal 100
ribu rupiah per delegasi. Ya, kami menjual ide!
Dengan segenap keberanian, atau lebih tepatnya kenekatan, aku
mengandalkan kemampuan presentasiku untuk menjual voucher sebanyak yang
kumampu. Segera kuminta daftar nama kenalan ibu dan ayahku sebagai calon
pembeli kartu-kartu donasiku. Kami memang dilarang keras meminta dana dari
orangtua, yang boleh adalah meminta jaringan relasinya. Berbagai orang sudah
kutemui, berbagai cara telah kutempuh. Dari presentasi di rumah makan, sampai
presentasi di depan dosen IPB dengan berbahasa Inggris. Namun tetap saja,
voucher yang berhasil kujual tak sampai 50 voucher. Aku hampir kehilangan
semangat dan harapan untuk melanjutkan perjuangan ini.
Di samping target voucher yang tak kunjung tercapai, kepalaku rasanya
semakin pusing memikirkan amanahku sebagai ketua divisi OSIS. Ditambah lagi, aku
pun menjabat sebagai ketua divisi akhwat salah satu klub ekstrakurikuler di
sekolah. Sungguh walaupun rasanya penat, namun aku senang waktuku bisa
dihabiskan untuk hal-hal yang bermanfaat. Tentu tidak sembarang orang yang bisa
merasakan itu semua bukan?

2
Benar saja, titik terang itu mulai nampak. Benar kata pepatah, “if there is a
will, there is a way”. Ternyata Allah memberiku jalan kemudahan lewat teman satu
divisiku sendiri, Ariqoh namanya. Sebenarnya kami berdua telah memulai obrolan
ini sejak kelas 10. Rencana berbisnis yang awalnya kuanggap sekedar wacana saja.
Wacana yang nyatanya menjadi ladang investasi untuk mewujudkan mimpi
besarku.
Sejak duduk di bangku sekolah dasar, aku suka sekali membeli label nama
tahan air. Tentu kalian pun tahu kan? Label nama berbahan dasar plastik yang bisa
kita tempelkan pada barang-barang yang kita mau. Namun sayangnya, dewasa ini
semakin sulit menemukan penjual label nama seperti itu. Akhirnya aku
mengungkapkan rencanaku ini pada Ariqoh, dan syukurnya ia justru menambahkan
ide-ide yang semakin mendorongku untuk mulai berbisnis.
Kami berdua pun memulai bisnis ini dengan memilih nama merek. Melalui
diskusi panjang (maklum aku orang yang perfeksionis terhadap hal sepele seperti
ini) kami memilih nama ARZKIN Label, singkatan dari nama Ariqoh dan Azkina.
Dilanjutkan dengan memilih tempat percetakan, bahan-bahan untuk label nama,
dan tak lupa pembagian tugas. Dengan dibandrol harga dua sampai tiga puluh ribu
rupiah, aku mulai memasarkan ARZKIN Label.
Alhamdulillah, pertama kali aku memasarkannya pada anak-anak asrama
cukup banyak yang memesan. Akhirnya kami putuskan untuk menjual label nama
ini secara berkala, bisa dibilang mirip seperti PO atau pre order.
Aku ingat pernah suatu kali, dalam satu periode penjualan, ARZKIN Label
bisa sampai meraup keuntungan satu juta rupiah. Tentu ini terasa lebih mudah
dibandingkan sebelumnya aku harus capek-capek presentasi di depan orang lain.
Apalagi banyak teman bahkan adik kelas yang juga ikut serta membantu.
Pahit manis, suka duka kulalui dalam merintis ARZKIN Label. Berbagai cara
dan upaya kami berdua kerahkan, terdengar lebay memang, tapi itulah yang
kurasakan. Pernah suatu kali aku sampai harus ijin meminjam laptop semalaman
demi menyelesaikan pesanan.
Sudah tak terhitung berapa kali senja yang kulalui sambil menunggui label
di tempat percetakan. Bahkan pernah sampai jam 11 malam. Juga sampai harus
menerobos derasnya hujan untuk sampai ke asrama membawa label pesanan.
Teringat, ketika minggu UTS kami berdua pun masih gencar memasarkan
ARZKIN Label. Bahkan sampai ke anak-anak SD. Siang hari sepulang UTS aku
langsung menuju gedung SD, tepatnya kelas 1 dan segera memberikan label nama
pesanan. Aku bingung, namun kadang tertawa sendiri melihat tingkah anak-anak
kelas 1 SD, yang tentunya sangat senang bermain di usia mereka. Juga banyak kisah
ARZKIN Label yang tak mungkin aku ceritakan semuanya.
ARZKIN Label mulai berkembang, aku pun memulai bisnis baru. Bisa kalian
tebak? Aku mulai berjualan asesoris di kamar, mulai dari ikat rambut sampai bando.
Kebetulan di dekat rumahku, ada toko yang menjual asesoris dengan harga grosir.

3
Aku menjualnya di asrama dengan harga pasar. Alhamdulillah, keuntungan berlipat
aku dapatkan.
Aku sadar betul bahwa hasil memang takkan menghianati proses.
Perjuangan merintis bisnis, ternyata berbuah manis. Rasa syukur kupanjatkan
kepada Allah SWT, tak kusangka pengalaman berbisnis bisa aku dapatkan selama
masa pencarian dana LKMA ini. Militansi yang kami bangun menemukan titik
terang.
Segala upaya yang kami lakukan, juga doa yang senantiasa kami panjatkan,
sudah terjawab. Hari Sabtu, tepatnya tanggal 29 November 2016 adalah hari
keberangkatan kami menjemput mimpi besar kami. Bi idznillah, Jerman dan
Belanda, kami datang.

4
-Strategi Bisnis ala Pebisnis Profesional-
Kautsar

“Tahu bulat digoreng dadakan.”


“Masih hangat dijual gopean raos.”
Mungkin suara inilah yang sering didengar oleh saya ketika masih mencari
dana untuk menggapai cita-cita saya menjadi pemimpin ummat masa depan di
Insantama. Untuk menuntaskan tugas terakhir tersebut, dan untuk mewujudkan
mimpi besar saya menjadi kenyataan. Yaitu, studi kepemimpinan dan manajemen
tingkat akhir ke Belanda dan Jerman.
Mendengar suara tukang tahu bulat keliling, tiba-tiba saya mendapatkan
ide untuk menjadikan menu tahu bulat sebagai bahan jualan kami di bawah
perjuangan LKMA 2016. Memang dana kreatif hasil jualan bisa dijadikan sebagai
alternatif sumber pencarian dana. Saya segera melaporkan hal ini kepada teman-
teman saya, yaitu kelompok jualan saya. Mereka adalah Bagus, Bagas, Andrew,
Hilman, dan Hasby. Ternyata! Apa yang saya pikirkan selama ini sama seperti yang
mereka pikirkan juga. Tanpa berpikir panjang, kami pun sepakat untuk menjadikan
tahu bulat sebagai menu andalan jualan yang akan dijualkan kepada santri Boarding
SIT Insantama.
Keesokan harinya, kami berbagi tugas. Ada yang membeli bahan jualan,
tahu bulat dan kawan-kawanya, beserta minyak goreng. Sementara yang lain ada
yang bertugas mengumpulkan barang-barang seperti kompor gas, wajan, sodet,
drum untuk tempat squash (minuman khas andalan LKMA turun temurun), dan
tentunya yang paling penting gas LPG 3 kg, karena kalau tidak ada gas LPG, mau
masak pakai apa? Kompor minyak atau kayu bakar? Hehehe.
Setelah semua bahan telah terkumpul, dengan mengucapkan
Bismillaahirohmaanirrahiim, kami langsung mulai memasak. Alhamdulillah… atas
izin Allah setelah shalat Isya’ kami pun selesai memasak. Kami memasak kurang
lebih 5 jam waktu yang kami perlukan untuk memasak. Tanpa basa-basi, sambil
mengucapkan Bismillah kami pun segera menjual jajanan kepada santri boarding
SIT Insantama. Tidak sampai 30 menit, dagangan kami habis terjual. Alhamdulillah
kami mendapatkan keuntungan lebih dari 500 ribu rupiah pada hari pertama jualan.
Keesokan harinya lagi, kami melakukan rapat evaluasi tentang hasil
penjualan kami kemarin dan juga tidak lupa menambahkan target untuk jualan
minggu depan. Seperti biasa tim LKMA memang sudah menyusun jadwal untuk
masing-masing kelompok berjualan. Yaitu seminggu sekali. Temanku, Bagus
Nugroho mengusulkan agar tahu bulat dan otak-otaknya kita buat lebih simple dan
lebih murah dengan cara dipotong menjadi empat bagian, dan kita jual 500 rupiah
per potong. Serta menambahkan menu baru agar lebih bervariasi yaitu roti cane
buatan sendiri, martabak mie, gorengan, dan nasi goreng ‘gila’. Untuk Nasi putih,
kami memanfaatkan nasi yang ada di dapur. Sebelum memasak kami melakukan

5
kordinasi ke pihak catering agar nasinya bisa kami siapkan. Lalu bumbu-bumbunya
kami beli di warung dekat sekolah.
Seperti biasa kami membagi tugas untuk mengumpulkan barang-barang
dan jualan. ketika barang sudah terkumpul, seperti biasa dengan mengucapkan
Bismillah, kamipun memasak seperti biasa, dan setelah sholat isya’ kami
menjajakannya kepada santri Boarding SIT Insantama. Alhamdulillah kami
mendapatkan keuntungan yang lebih besar yaitu dua kali lipatnya tepatnya lebih
dari satu juta rupiah kami dapatkan. Kami pun sangat senang dan berharap dengan
uang hasil jualan ini, kami bisa terus menabung untuk program pencarian dana
kami, semoga mimpi besar kami terwujud untuk sampai ke Belanda dan Jerman.
Aminnn…
Pelajaran yang bisa kami dapatkan adalah mengapa kami memotong tahu
bulat dan otak-otak menjadi ukuran yang kecil-kecil? Dan kita jual dengan harga
500-an? Supaya kita bisa berpikir bahwa uang logam seharga 500 rupiah masih bisa
digunakan untuk transaksi jual-beli. Dan dengan harga yang murah, bisa menolong
kami dengan membeli dagangan kami untuk menggapai mimpi besar kami untuk
menaklukan Jerman dan Belanda. Alhamdulillah sejak tulisan ini dibuat, mimpi
besar kami sudah tercapai. Kami ucapkan terimakasih kepada adik-adik dan kakak-
kakak kelas kami yang telah membeli jajanan kami. Berkat kalian mimpi ini menjadi
kenyataan.

6
-LKMA YA!-
Adham Hilmi Banafsaj

LKMA ya!!! Oh gitu? Iya, iya, iya. Pertama kali denger sih aku gak tau apa
itu LKMA. So, bikin greget tau gak masa programnya keluar Negeri bersama satu
angkatan. Sangat senang rasanya. Tetapi, hal yang bikin gregetnya lagi tuh
berangkatnya dengan dana yang kita cari sendiri. Lalu, bagaimana caranya? Apalagi
gak boleh minta uang ke orang tua. Ya tuhan, sangat pusing aku. Ditambah destinasi
Negara yang dituju adalah Belanda dan Jerman. Waduh! Pokoknya semuanya tuh
terasa sangat mustahil!
Iya sih mimpi besar, tapi gak sebesar ini juga kaleee. And then, aku merasa
sangat kebingungan bagaimana caranya mencari dana sebesar 1,3 Miliar. Gimana
caranya kan ya? Kelihatan mustahil bukan? Masa orng baru juga lulus SMP, baru
juga pubertas sudah disuruh untuk mencari dana segitu banyaknya. Kan gak
mungkin ya.
Apa boleh buat, aku dan teman-teman harus bisa menuntaskan mimpi
besar ke Negara yang telah kita pilih sendiri. Tapi, gakpapa juga sih, karena
sebelumnya kami satu angkatan sudah diberi bekal lewat serangkaian program
andalan sekolah kami. Dari Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK), Latihan
Kepemimpinan dan Manajemen tingkat Menengah (LKMM), dan juga program
kepemimpinan lainnya yang bisa membuat kami tahu siapa jati diri kami yang
sebenarnya.
Mau gimana lagi, akhirnya aku harus menuntaskan dana 20 juta rupiah
yang dibebankan per anak. Untuk memudahkan akhirnya kami dibagi beberapa
kelompok untuk mencari dana ke perusahaan, donator, dan berjualan.
Perkembangan per kelompok dilihat di setiap minggunya melalui rapat mingguan
LKMA.
Pada awalnya, aku bingung karena aku belum penah menghubungi orang
yang belum aku kenali, apalagi sekalian meminta dana. Tetapi, dengan support dari
teman-teman satu kelompok untuk menghilangkan pikiran negatif, langsung saja
aku aku menghubungi bos dari perusahaan Wika yang masih kenalan ayahku.
“ddrrttt.. drtttt.. drrrtt,” tersambung. “Halo, Assalamu’alaikum?”
“Wa’alaikumussalam, dengan siapa?” “Ini dengan Adham Hilmi, anak dari bapak
Fulan.” “Oh, ada perlu apa ya dek?” “Saya di sekolah ada program yang bernama
LKMA…” Sambil terbata-bata aku menjelaskan tentang LKMA. Sampai pada
akhirnya, “Apakah bapak bersedia untuk menjadi donator dalam program ini?” “Oh
begitu, yasudah kamu dating saja ke kantor Wika Pusat lantai 21. Kamu bisa datang
Selasa depan. Alamatnya nanti akan bapak kirimkan via sms.” “Oh iya pak, terima
kasih banyak, Assalamu’alaikum.” “Wa’alaikumussalam.”
Alhamdulillah, bisa brooo. Ternyata semua pikiran negatif itu hanya
menghambat kesuksesan kita saja. Aku mendapatkan pengalaman yang luar biasa,

7
yang belum pernah aku alami sebelumnya dalam hidupku. Eittt, tetapi belum
selesai sampai disini. Aku harus melengkapi slot pengalamanku.
Beberapa hari kemudian, aku menghubungi supirku untuk mengantarkan
aku dan temanku ke sana. Ini juga pertama kalinya aku pergi ke kantor dan melihat
orang berseragam sama. Lalu aku hubungi Pak Bos Wika itu, Dan dia meminta kami
untuk sholat terlebih dahulu, dan dia akan menghubungi lagi nanti.
Selesai sholat, aku menerima telepon dari Pak Bos itu, untuk langsung pergi
ke lantai 21. Sesampai di lantai 21, aku melihat antrian yang panjang. Tanpa pikir
panjang, kami pun ikut mengantri. Lima menit kemudian, terlihat ada orang yang
berwibawa keluar dari ruangan dan berkata dengan nada tegas: “Calon pemimpin
umat dari Insantama.” Kami langsung merespon dan mengacungkan tangan. Siapa
sangka kami disuruh masuk tanpa harus mengantri terlebih dahulu.
Kami langsung masuk ke kantor pribadi yang terlihat cukup megah dan
mewah. Kami duduk di kursi yang sudah disediakan. Dan pembicaraan dimulai.
Kami menjelaskan tentang program LKMA bergantian dengan gaya presentasi dan
memberikan proposal kami. Pak Bos antusias mendengarkan apa yang kami
utarakan.
Pak Bos pun juga memberikan motivasi kepada kami panjang lebar dengan
menarik. Satu hal yang aku ingat, dia berkata: “Anda harus mencoba! Setidaknya
jika anda berani mencoba, anda akan mendapatkan peluang kesuksesan paling kecil
50%!”
Tak lama kemudian, ia pun memberikan kepada kami uang tunai sebesar 6
juta rupiah! Wow. Walaupun uang tersebut diatasnamakan Pak Bos, bukan
perusahaannya. Alhamdulillah.
Nah, itu dia. Really, itulah perjalanan awal kami, yang tadinya pikiran negatif dan
takut menghantui, kami pun bisa membuktikan kami bisa dengan melakukannya!

8
-Syukur Tiada Henti-
Defriansyah

Mimpi, setiap orang mempunyai sebuah impian yang harus diraih. Dimana
ada mimpi, di situ kita akan berlari mengejarnya. Seperti angkatanku, kami
mempunyai mimpi untuk bisa pergi ke Eropa dengan upaya sendiri. Bagi orang lain,
pasti ide ini mustahil, bahkan ada yang bilang “ GILA ”, tapi bagi kami TIDAK!
Mimpi, untuk mencapai sebuah impian tentu ada resikonya, pasti ada
cobaanya. Apalagi untuk orang sepertiku. Setiap kita ingin melangkah lebih jauh,
pasti ada yang menghadang. Entah itu sebuah ilusi atau memang realita. Yang pasti,
kita harus tetap menghadapi itu.
Berbagai program saat SMA sudah dilewati, namun LKMA menjadi program
yang ditunggu oleh setiap angkatan. Karena memang tantangan sesungguhnya
adalah dalam program LKMA ini. Kita harus menguras tenaga, waktu, harta dan
pikiran. Sempat aku berfikir, “Bisa gak ya?“ Bayangkan! Kita harus mengumpulkan
uang 1,2 Miliar dalam waktu enam bulan. Bagi para pengusaha pasti mudah untuk
mendapatkannya. Tapi bagi pelajar seperti kami? Tapi tekad kami penuh untuk
menggapai impian kami. Insya Allah.
Pada waktu pencarian dana, semua teman-teman aktif dalam program
LKMA dan OSIS. Berbeda dengan diriku, aku harus membuat surat izin menjadi
siswa non-boarding selama 1 tahun. aku sempat merasakan menjabat pengurus
OSIS, tapi selama tiga bulan saja. Namun, berakhir di bulan oktober. Aku harus
mulai masuk rumah sakit di salah satu rumah sakit di Bandung.
Ya, dahulu aku melakukan operasi pada umur empat tahun. Namun gagal
karena mungkin sudah ditakdirkan Allah seperti itu. Jadi, aku harus mengulang lagi,
tapi saat umur 16 tahun. Setelah melakukan check up sampai tiga kali, akhirnya aku
mengetahui nama penyakitku sendiri, yaitu Fistula Uretho Rectal. Penyakit yang
langka di Indonesia, bahkan dunia. Dokterku mengatakan kalau aku adalah orang
pertama yang terjangkit penyakit ini. Dan aku orang kesembilan di dunia yang
terjangkit penyakit ini. Maka dari itu aku mendapatkan perawatan super intensif.
Selama satu tahun, aku menunggu penyembuhan. Disisi lain, aku mulai
mencari dana dengan teman-temanku dengan mulai menghubungi orangtua dari
adik kelas. Alhamdulillah, langsung dapat untuk pertama kalinya. Ini menjadi
pemicu untuk membangun motivasi mencari relasi sebanyak yang kita bisa. Di
keadaan seperti ini, entah pikiranku mengeluarkan ide dan strategi untuk
mendapatkan relasi dana itu.
Dalam pencarian dana ini, aku percaya bahwasanya konsep rezeki itu
semua berada di tangan Allah. Jadi, yang penting usaha dulu untuk mencari dana.
Urusan dikasih atau tidaknya, bagaimana nanti. Karena proses pencarian dana ini
memberikan aku banyak sekali pelajaran hidup. Ternyata tidak hanya sekadar nilai

9
akademis untuk menunjang kehidupan yang cerah. Kita justru, harus menguasai
ilmu kehidupan. Dengan keikutsertaannya program LKMA ini. Mengajarkan ilmu
yang tidak bisa didapatkan secara material. Namun aku mendapatkan ilmunya
secara non-material. Allah selalu memberikan rezeki kepada hambanya yang
senantiasa bertawakal kepada Nya.
Pengalaman yang tidak terlupakan dalam pencarian dana itu di saat aku
menghubungi perusahaan besar, seperti Frisian Flag, Holcim, Heildberg, Unilever
dan Nutrifood. Membutuhkan ilmu lobbying yang handal. Tapi, dari situ aku
mendapat pelajaran lobbying. Apalagi saat menghubungi pengusaha Steak and
shake, aku harus menghabiskan pulsa Rp 80.000 untuk menghubungi para
sekertaris dari pemimpin restoran steak and shake. Aku tidak menyesal melakukan
itu, justru aku senang. Aku seperti tertantang untuk menghadapi orang besar.
Setelah selesai urusan dengan pengusaha itu. Aku menghubungi Ust. Fatih karim.
Sangat sulit sekali menghubungi beliau, dikarenakan bulan puasa. Saat bulan puasa
beliau selalu aktif di Jakarta. Sungguh tantangan yang mendebarkan. Membuat
pikiran dan hati bergejolak. Allah Maha mengetahui, mengujiku dengan kesabaran.
Ada kejadian yang membuat aku memangis, karena indahnya nikmat dan
kuasa yang diberikan Allah SWT. Aku mendapatkan relasi untuk bertemu orangtua
dari Kak Faiz Rizki, alumni angkatan 2 Insantama yang bersekolah di Jerman.
Orangtuanya sangat mendukung sekali program ini, bahkan beliau memberikanku
donasi yang paling besar menurutku. Dengan nilai mata uang Euro dan Real.
Subhanallah, barakallah kepada keluarga Bapak Hasan, semoga senantiasa dalam
lindungan-Nya. Setelah melakukan diskusi ini, aku semakin tambah rasa syukur dan
tambah percaya kalau Allah senantiasa membantu hambanya.
Dalam menjalani hidup membutuhkan kesabaran, sabar dalam
menghadapi cobaan. Menghadapi ujian dan lain sebagainya. Tanpa sabar, karakter
seorang muslim bisa terlihat, tanpa sabar, emosi seorang menjadi tidak bebenteng.
Sabar adalah sifat yang sangat terpuji, yang membawa kita melewati segala
rintangan, yang membawa kita kehati yang tenang dengan kedamaian.
Dalam Hidup membutuhkan syukur. Jika tidak Ada syukur, orang tidak
akan pernah merasa puas dengan apa yang diberikan Allah SWT. Tanpa syukur,
tidak akan pernah ada orang yang bermunajat dan menyebut nama Allah atas
pemberiannya. Jika tanpa adanya syukur, kita akan terus menjadi manusia yang
serakah dan tidak pernah merasakan lelahnya hidup di dunia.
Program LKMA inilah yang mengajarkanku akan ilmu kehidupan dan ilmu
kesadaran yang tinggi atas nikmat sang Illahi. Jika tidak ada program LKMA ini, aku
tidak akan pernah merasakan nikmatnya bersyukur, tidak akan pernah merasakan
nikmatnya bersabar dan merasakan nikmatnya bertawakal kepada Allah SWT.
Program LKMA ini yang lebih mendekatkanku pada sang Illahi. Yang
menyadarkanku atas nikmatnya iman yang bersih yang senantiasa bermunajat
kepada Allah. Wallahu alam bishawab..

10
-Tamu (Tak) Diundang-
Ghozyuddin Fawwaz

“Halo Assalaamu’alaikum, ya.. ada apa Pak?”. Akhirnya kuangkat juga


telepon dari PakKar setelah sebelumnya aku terburu-buru keluar dari kamar mandi
diteriaki oleh temanku karena HP-ku berdering ada panggilan dari PakKar.
“Halo, Wa alaikumussalam, baik Zy?”. Suara pembina kesiswaan di
sekolahku ini terdengar penuh wibawa dan khas dari seberang telepon.
“Alhamdulillah baik Pak.” jawabku agak heran karena PakKar menanyakan
kabar, padahal baru beberapa jam sebelumnya bertemu denganku. Tapi tidak ada
salahnya juga sih.
“Begini Ghozy, bapak baru ingat ada undangan buka bersama dari Pak RD
di rumah beliau sore ini, tapi Bapak sudah ada tugas lain. Nah…, tolong antum
gantikan Bapak menghadiri undangan beliau, sekalian nanti antum presentasi di
depan beliau tentang LKMA. Jangan lupa bawa proposal, voucher, brosur.. dan lain-
lain. Antum tau pak RD kan?”
Panik! Jujur aku baru kali ini mendengar nama pak RD. Apalagi mengenal
orangnya.
“Eh… belum Pak”. Aku menjawab pelan.
“Masya Allah… pak RD itu guru Bapak dan mantan Menteri Kelautan dan
Perikanan. Nah… makanya antum datang ke sana, presentasi di depan beliau dan
undangan-undangan lainnya. Semoga beliau bisa bantu.”
Penjelasan PakKar membuat aku makin panik .
Kenapa? Coba pikir! Kalau Pak RD ini mantan menteri, berarti orang-orang
yang diundang ke acara beliau bukan orang-orang biasa.
Waduh, tambah rumit ini tugasnya, disuruh presentasi dadakan di depan
orang-orang besar, makin panik aku.
“Zy..?”.
“Iya… iya Pak..” Aku jawab dengan panik.
“Acaranya dimulai jam lima sore, tapi antum datang saja jam empat atau
jam setengah empat. Datang lebih dulu, lebih baik.”
“Iya.., iya Pak” Aku menjawab sekenanya, sudah termakan oleh bayangan
skenario buruk.
“Nah, rumah beliau itu ada di Vila Indah Pajajaran. Kalau dari Insantama
antum ke arah Jambu Dua, setelah itu antum belok kanan sampai ketemu lampu
merah, jalan terus sambil antum lihat sebelah kiri ada gerbang pintu masuk Vila
Indah Pajajaran. Nah.. nanti antum masuk ke situ terus tanya ke satpam yang jaga
dimana rumah pak RD”. PakKar menjelaskan arah jalan ke rumah pak RD dengan

11
panjang kali lebar kali tinggi, sangaaat detil, sampai aku lupa benar atau tidak
perkataan PakKar yang aku tulis ini. Yang jelas PakKar menjelaskan dengan sejelas-
jelasnya penjelasan.
“Oke pak, oke pak” Aku asal menjawab.
Jujur sebenarnya aku bukan penghafal jalan yang baik. Jalan di kampungku
saja kadang aku kesasar. Apalagi jalan di Kota Bogor yang rumit begini. Yang penting
aku ingat kata kuncinya ‘Jambu Dua’, ‘Vila Indah Pajajaran’, ‘Tanya satpam di mana
rumah pak RD’.
“Segera ya… jangan terlambat, jam setengah empat berangkat, lima belas
menit lagi!”
Glek.. aku melirik jam dinding di kamarku. Jarum pendek mulai
meninggalkan angka tiga dan jarum panjang mendekati angka tiga. Weleh.. bener-
bener panik maksimal kali ini.
“Pak, ana ngajak temen ya..?” Aku memohon. Mana mau aku mati malu
sendiri di acara buka bersama orang-orang besar.
“Boleh, siapa yang mau diajak?”
Kulihat Almas baru keluar dari kamarnya di koridor depan kamarku melihat
pertandingan basket di lapangan kecil di bawah.
“Almas Pak!” Aku tidak sadar ternyata suaraku barusan setengah berseru.
Sampai-sampai Almas yang di koridor datang menghampiriku karena mendengar
namanya disebut.
“Oke boleh, segera ya, segera berangkat, jangan lupa bawa proposal,
brosur, dan lain-lain. Assalaamu’alaikum”.
“Wa ’alaikumussalam”. Lalu terdengar suara tuut tuut… nada panggilan
diakhiri.
Kebetulan Almas sudah duduk disampingku menguping apa yang
dibicarakan di telepon, sejak namanya tadi disebut dalam percakapan di telepon.
Aku menjelaskan pada Almas tugas dadakan yang barusan diberi oleh PakKar.
Setelah Almas paham, akhirnya sepakat aku dan Almas berbagi tugas. Almas
mengurus sepeda motor, helm, dan perizinan. Aku mengurus proposal, brosur dan
voucher. Ditambah mencari foto pak RD di internet. Karena aku dan Almas sama-
sama tidak tahu seperti apa wajah pak RD. Waduh!
***
Sesak, pengap, asap kendaraan bermotor memenuhi udara. Aku terjebak
macet bersama Almas. Memang seperti inilah Kota Bogor, terkenal dengan
macetnya. Sepertinya aku dan Almas bakal datang telat ke acara buka bersama di
rumah Pak RD.
Ditambah jam empat kurang seperempat aku dan Almas baru berangkat
dari asrama menuju rumah pak RD. Ternyata susah juga menyiapkan proposal,

12
brosur dan voucher. Apalagi brosurnya masih belum dilipat-lipat. Almas juga
kewalahan mencari helm. Mencari helm di boarding sudah seperti mencari ninja,
cepat sekali menghilangnya.
“Ghoz, ini habis dari Jambu Dua kemana?” Almas bertanya sambil terus
fokus menyetir sepeda motor.
“Ke arah rumah PakKar terus belok kanan kalau gak salah” Jawabku ragu-
ragu.
“Oke” Jawab Almas singkat. Kemudian Almas mempercepat laju kuda besi.
Sudah sekitar 30 menit berputar-putar di sekitar Jambu Dua dan tidak
menemukan tanda-tanda adanya gerbang pintu masuk Vila Indah Pajajaran. Almas
terlihat kesal, “Terus kemana Goz?”.
“Aduh…, ke kiri kalau gak salah Mas. Tapi coba nepi dulu tanya ke orang
Mas”. Aku meminta Almas menepi untuk bertanya pada orang.
Kemudian Almas menepi, bertanya kepada orang yang sedang duduk santai
di pinggir jalan. Orang itu menunjuk-nunjuk ke sebuah arah sambil memberi
penjelasan pada Almas. Almas menganggu-ngangguk mengerti, kemudian
berterima kasih dan menghampiriku yang sedang menjaga si kuda besi. “Ghoz,
antum yang nyetir. Ana capek, nanti ana kasih tau arah jalannya”
“Oke sip..”. aku menjawab singkat dan bergegas menyalakan lagi si kuda
besi karena setengah jam lagi acara buka bersamanya dimulai.

***
Clek, standar sepeda motor aku tegakkan. Aku sudah parkir di jalan depan
rumah pak RD. Di dalam rumah pak RD sudah ramai oleh undangan, sangat ramai
malah. Sampai memenuhi teras rumah beliau. Perkiraanku benar aku dan Almas
telat sampai di rumah Pak RD. Dari dalam rumah terdengar tausiah Ramadhan dari
seorang ustadz.
“Wah, sudah ramai Ghoz, telat kita.” Kata Almas sedikit panik.
“Gak papa, yang penting kita sudah usaha biar datang lebih awal. Ya, kalau
gak bisa presentasi. Alhamdulillah masih bisa buka puasa enak di rumah mantan
menteri. Iyo to? Hehehe…” Jawabku sok menenangkan. Padahal aku sendiri juga
panik. Almas hanya nyengir.
Kemudian aku dan Almas masuk ke teras rumah beliau. Kami disambut
hangat oleh oleh bapak-bapak setengah baya menggunakan baju koko dan peci
haji. Kemudian dipersilakan untuk duduk di teras rumah pak RD. Fyuuh… untung
saja tidak ditanya dari mana. Di teras rumah pak RD sudah banyak duduk juga tamu
lainnya. Kebanyakan anak muda, mungkin mereka mahasiswa. Karena ketika aku
baca di internet beliau adalah aktivis KAHMI.

13
Kalau dilihat dari susunan tempat duduknya, yang paling dalam adalah
tamu atau kenalan yang dekat dengan pak RD kemudian yang di luar adalah tamu
yang tidak terlalu dikenal oleh pak RD. Lalu bagaimana denganku? Kenal beliau saja
tidak. Tiba-tiba datang ikut ke acara beliau, sudah seperti ‘datang tak diundang,
pulang tak diantar’. Mungkin aku seharusnya duduk di jalan depan rumah beliau.
Tapi sebenarnya aku datang dengan undangan, undangan milik PakKar. Hehehe…
Aku duduk berseberangan dengan Almas. Kulihat Almas duduk dengan
khusyuk mendengarkan tausiah menjelang buka puasa, sambil terus melihat dan
menyalurkan makanan yang disalurkan dari dalam rumah. Aku memeriksa
keperluan yang harus diberikan pada pak RD di dalam tas. Kemudian ikut khusyuk
mendengarkan tausiah sambil ikut menyalurkan makanan.
Di tengah itu Aku mendengar Almas memanggilku dengan berbisik “Ghoz..
Ghozy.”
‘Apa?’ aku menjawabnya dengan kode mulut tanpa suara.
‘Kapan kita ketemu pak RDnya?’ Almas juga mengikutiku berbicara dengan
kode mulut.
‘Lihat sikon dulu aja.’ jawabku dengan kode mulut.
‘Ha.’ Almas tidak paham kode mulutku.
‘Lihat sikon.’ Aku mengulangi kode mulut. Kali ini jawabannya lebih singkat
dan dengan gerak mulut yang lebih jelas seperti ketika sedang belajar Qiro’ati.
‘Ha?’ Almas masih belum paham.
Akhirnya aku mendekat duduk di sebelah Almas, kebetulan sebelah Almas
kosong. Kemudian aku berbisik. “Kita lihat sikon dulu, kalau ada kesempatan kita
ketemu pak RD. Mungkin nanti setelah sholat Maghrib”.
Almas mengangguk-angguk tanda mengerti.
Tak lama kemudian terdengar suara adzan Maghrib. Kami kemudian
berbuka dengan hidangan yang sudah disediakan. Sederhana tapi jumlahnya
banyak. Cocok dengan keadaan mulut dan perut anak asrama seperti aku dan
Almas. Kemudian kami langsung melanjutkan sholat Magrib. Kali ini aku mencoba
untuk masuk ke ruang tengah tempat tamu dan kenalan dekat Pak RD duduk.
Karena kulihat ada sebagian tamu yang sudah pulang terlebih dahulu.
Alhamdulillah berhasil. Aku sholat di ruang tengah rumah Pak RD, tempat
para tamu dan kenalan dekat Pak RD. Setelah sholat kemudian dzikir. Setelah dzikir
kemudian sholat sunnah Rowatib Ba’diyah Maghrib.
Lalu tiba-tiba kotak putih disalurkan oleh orang di sebelah kananku supaya
aku meneruskannya ke sebelah kiriku. Inilah yang ditunggu-tunggu. Nasi kotak.
Biasanya kalau di acara seperti ini isi nasi kotak tidak akan mengecewakan apalagi
tuan rumah yag menyediakan nasi kotak adalah mantan menteri. Langsung saja
setelah saluran nasi kotak berhenti aku membukanya dan menyantapnya. Hemm..
sedap, ‘mak nyus’ kalau kata Pak Bondan pembawa acara kuliner di TV. Sejenak aku

14
melupakan kalau aku dan Almas punya misi presentasi di depan pak RD dan
tamunya.
“Ghoz, Pak RD yang mana?” Almas menyikutku saat aku sedang sibuk
makan.
“Makan dulu sampai habis” Aku menjawab tanpa menoleh pada Almas,
fokus pada makananku.
“Sudah dari tadi Ghoz..”
Kulihat Almas sudah menutup kotak putih yang sudah kosong yang
disalurkan ke tumpukan kotak putih kosong yang lainnya.
“Yang mana Ghoz?’ Almas kembali bertanya.
“Yang jelas yang duduk di sebelah situ.” Aku menunjuk ke arah tempat
majelis bapak-bapak yang berseberangan denganku dekat dengan pintu kamar dan
TV lebar.
“Iya, tapi yang mana?” Almas banyak tanya. Aku menyelesaikan makanku,
menyalurkan kotak putih yang kosong ke tumpukan kotak putih kosong yang lain.
Kemudian menghabiskan teh kotak yang sudah kuminum setengah sebelum
makan.
“Kalau ana lihat di foto, orangnya pakai kacamata Mas. Mirip dua orang itu,
yang pakai baju batik biru sama yang pakai baju batik coklat”. Aku menjelaskan
pada Almas.
“Yang bener Ghoz, yang batik biru atau yang batik coklat?” Almas bertanya
ingin kepastian.
“ Difotonya kelihatan muda mas. Kayaknya itu foto lama. Nah sekarang
orangnya sudah kelihatan keriput-keriputnya semua yang duduk di situ. Kecuali
bapak yang botak itu.” Aku menjawab blak-blakan.
“Hushh.. hati-hati kalau ngomong Ghoz, kedengeran aja, diusir kita dari
sini.”
“Wong bener kok, yang pasti orangnya pakai kacamata, terus duduk di
barisan itu. Soalnya pas aku lihat ustadz yang tadi jadi imam nolehnya ke situ pas
nyebut nama Pak RD, kemungkinannya yang mirip di foto dua orang itu. Yang pakai
baju batik biru dan yang pakai baju batik coklat.” Daripada salah mending kita
nanya sama orang lain.” Aku menambahkan supaya Almas yakin.
“Sstt…, jangan! Sabar, kita tunggu aja sampai ada yang nyebut nama Pak
RD lagi”. Almas melarangku untuk bertanya. Akhirnya aku urung bertanya. Kalau
dipikir-pikir Almas benar juga. Daripada malu-maluin.
Akhirnya kami menunggu, terus memperhatikan barisan itu. Sambil
menikmati camilan yang dihidangkan. Tak lama kemudian, bapak dari barisan itu
yang berkacamata dan menggunakan batik biru mengambil microphone. Kemudian
mengumumkan pengumuman bahwa acara selanjutnya adalah ramah tamah

15
bersama tuan rumah. Seketika orang-orang berdiri dan berbaris berebut menuju
barisan yang kemungkinan Pak RD ada di situ. Aku dan Almas ikut berbaris. Lalu
datang seorang bapak-bapak gemuk mengenakan baju polo, tidak seperti aku,
Almas dan undangan lainnya yang mengenakan baju batik atau koko. Dia datang
dengan menggendong anak kecil, dia menyerobot barisan. Dia berpamitan ingin
pulang dan menuju orang yang berkacamata dan berbatik coklat. “Pak RD, saya
pamit pulang duluan yah.., ini anak saya rewel semua.”
Aku menyikut Almas di belakangku. “Mas, itu pak RD yang pakai baju batik
coklat”.
“Iya ta?” Almas tidak percaya
“Iyaaa…, aku tadi denger bapak itu yang pakai baju polo pamit pulang
duluan nyebut nama pak RD sambil salaman sama bapak yang pakai kacamata dan
pakai baju batik coklat di depan. Terus juga, bapak yang pakai kacamata dan pakai
baju batik biru itu kan baru aja jadi mc menjelaskan acara selanjutnya. Masa tuan
rumah jadi MC?” Aku memberikan alasan penuh argumen.
“Ya udah, bentar kita lihat lagi Ghoz.” Almas masih tidak percaya. Aku
biarkan saja Almas terus mengamati. Kalau aku, sudah yakin dengan pasti bahwa
bapak yang berkacamata dan menggunakan baju batik coklat itulah pak RD.
“Iya bener Ghoz, pak RD yang itu.” Sambil menunjuk bapak yang
berkacamata dan menggunakan baju batik coklat. Akhirnya Almas percaya.
Setelah lama mengantri, akhirnya giliran kami yang bersalaman dengan pak
RD.
Aku dan Almas bergantian bersalaman dengan pak RD. Kemudian aku
berhenti sejenak di hadapan pak RD. mengumpulkan tenaga untuk berbicara
dengan pak RD.
“Assalamu’alaikum pak, saya Ghozy, ini teman saya Almas. Kami murid dari
Pak Karebet dan Pak Rahmat…”
”Oh… masya Allah… sudah lama gak bertemu. Kemana saja selama ini?”.
Jleb, kaget, bingung, itulah yang kami rasakan. Karena ternyata pak RD tiba-tiba
sudah menyambut tamu yang ada di belakangku, padahal aku belum selesai
berbicara, bahkan mengenalkan diri. Otomatis aku dan Almas mundur menjauh
dari barisan pak RD dan kenalannya, karena pak RD sudah tidak lagi
memperhatikanku. Seketika aku langsung minder.
Kami memojok ke tempat bakso. Mengambil bakso mencoba untuk
menenangkan diri, membuang semua pikiran negatif.
“Mas, kita nyoba lagi gak?” Aku bertanya pada Almas.
“Gak usah Ghoz, kayaknya gak bisa deh, nanti kita bakal kayak gitu lagi”.
Almas menjawab dengan pesimis.
“Suara ana tadi keras kan? Kedengeran kan?” Aku bertanya pada Almas
memastikan.

16
“Kalau ana kedengaran sih, kalau pak RD-nya gak tau dah”.
”Nggak nyoba lagi nih?” ”Jangan dah Ghoz.” “Coba lagi dah Mas.” Almas
menjawab dengan gelengan. Aku mengurungkan niat untuk mencoba lagi.
Sampai adzan Isya’ berkumandang aku dan Almas tidak lagi mencoba.
Termakan oleh pikiran-pikiran negatif. Kemudian kami melaksanakan sholat isya’
berjama’ah di rumah pak RD lalu pulang tidak ikut sholat tarawih. Karena
mengingat kami hanya izin sampai sholat maghrib, dan akan sholat tarawih di
boarding.
Keesokan harinya aku ceritakan semuanya kepada PakKar. Dan PakKar tak
banyak berkomentar. Ternyata memang tugasku hanya menggantikan PakKar
menghadiri undangan. Sementara presentasi di depan pak RD hanya bonus saja.
Itupun kalau memang bisa. Menjalin terus ukhuwah dan latihan sikap mental
rupanya!
***
Pagi ini adalah pagi yang menggembirakan. Bukan karena pagi ini adalah
hari libur panjang sekolah. Tapi karena setelah beberapa hari sebelumnya, penuh
dengan perdebatan panas penentuan nasib LKMA angkatanku. Sebab melihat dana
hasil fundraising kami selama beberapa bulan ini belum mencukupi. Datang kabar
bahwa pak RD bersedia mesponsori LKMA kami sebesar tiga ratus juta. Menutupi
kekurangan dana minimal yang harus kita kumpulkan. Senang bukan kepalang kami
seangkatan. Sampai-sampai ada temanku yang seketika sujud syukur ketika sedang
menyapu halaman rumahnya kemudian langsung difoto oleh ibunya dan dibagikan
di grup WA orang tua.
Begitupun aku merasakan kegembiraan yang tak terkira, walaupun dulu
aku pernah gagal berusaha presentasi di depan beliau. Bukan gagal sih, hanya
keberhasilan yang tertunda. Buktinya sekarang pak RD mau mensponsori kami,
walau bukan melalui wasilah-ku beliau bersedia mensponsori. Tapi setidaknya aku
ada kontribusi mengontak beliau.
Jujur dari pertemuan itu aku mendapat pelajaran. Sering disampaikan
sebenarnya. Pertama, jangan malu bertanya. Karena malu bertanya sesat di jalan.
Kedua, jangan menyerah sebelum mengupayakan usaha semaksimal mungkin.
Ketiga, Allah tidak akan memberi amanah kepada seorang hambanya kecuali
hamba tersebut sanggup melaksanakannya.

***
Terimakasih ya Allah, karena engkau menghendaki kami angkatan lima
Janissary terbang melaksanakan LKMA menaklukkan Jerman dan Belanda dengan
salah satu wasilah berupa bantuan dari Pak RD yang baik hati. Salam yang selalu
hangat dari Janissary. Doa kami selalu untuk Bapak, panjang umur dalam ketaatan
dan keberkahan. Aaamin Allahumma aamiin.

17
-Ketika Keyakinan Mengalahkan Kenyataan-
Bagus Nugroho

Pagi itu di aula gedung tua yang sekarang sedang dibangun masjid, tujuan
atau destinasi LKMA kami diputuskan. “Germany” dipilih sebagai destinasi LKMA
‘Janissary’ (Angkatan 5 SMAIT Insantama). Waktu itu, melalui voting dari 65 orang
hanya 11 yang memilih Turkey sebagai destinasi LKMA. Kala itu, presentator Turkey
belum berhasil mengajak teman-teman untuk memilih Turkey untuk menjadi
destinasi LKMA 2016. Palu pun diketuk dan destinasi ditentukan.
Rabu siang yang panas di minggu bulan Januari merupakan rapat perdana
kami dengan Pembina LKMA. Rapat kali ini beragendakan penyusunan anggaran
yang harus kami kumpulkan untuk merealisasikan program LKMA. Rapat
dilaksanakan di kelas tempat biasa kami mengkaji ilmu. Di belakang kelas sudah
terpampang backdrop sebesar 5 x 3 m bergambar Napoleon Gate, Berlin
menandakan optimisme tingkat tinggi untuk menuju Jerman. Pembina kami,
PakKar pada kali ini memimpin rapat dengan wajah semringah. Penyusunan
anggaran pun kami lakukan. Mulai dari tiket pesawat pulang-pergi, akomodasi,
konsumsi hingga perlengkapan-perlengakapan lainnya kami susun. Alhasil, 1.3
Miliar pun menjadi nilai pasti perhitungan kami selama rapat.
Awalnya kami ragu, harus dengan jalan apa kami mengumpulkan dana
sebanyak itu. Ini merupakan LKMA yang pertama menyentuh angka 1 Miliar lebih.
Untuk mengumpulkan dana sebanyak itu, kami diberikan waktu 6 bulan efektif dari
mulai bulan Januari hingga Juni 2016.
Perjuangan fundraising kami mulai di bulan pertama. Semangat kami masih
membara, kata-kata motivasi PakKar masih terngiang-ngiang di pikiran kami.
Alhasil, 200 juta berhasil kami kumpulkan di bulan pertama. Perjuangan tak kenal
lelah telah berhasil dan kami sangat bangga dengan hasil tersebut.
Tapi entah mengapa, dengan hasil tersebut, kami malah lebih santai di
bulan berikutnya. Pernah pada suatu saat, di bulan Februari kami kebingungan
harus kemana lagi menacari dana. Setidaknya ada lima uslub kami mencari dana
LKMA. Diantaranya, tabungan, dana kreatif hasil jualan, donatur, hadiah yayasan,
dan sponsor. Namun, kali ini kami kehabisan ide untuk kembali menambah pundi-
pundi dana. Akhirnya pada rapat evaluasi pada bulan kedua, pergerakan dana kami
hanya sedikit dari bulan berikutnya. Seperti biasa, permasalahan pada saat
fundraising selalu dibahas pada saat rapat agar bisa diselesaikan bersama.
Bulan-bulan berikutnya keadaan semakin kritis. Di saat keadaan keuangan
belum stabil, keperluan-keperluan menanti. Smart Teen Competition (SMENTION),
dan Pra-LKMA kembali harus mengurangi pundi-pundi dana kami. Belum lagi
masalah di kelas, KBM yang harusnya fullday sampai jam 16.00, harus dikurangi
waktunya dan dipadatkan materinya hanya sampai pukul 12.00. Ditambah lagi,

18
kami harus menjadi EO dari acara lomba nasional yang diadakan sekolah kami
membuat semakin tersudut.
Keadaan kami ini sangat menyesakkan kami seakan 1,3 Miliar yang
ditargetkan sudah tidak mampu terkejar lagi. Kami harus terus menerus
berkordinasi dengan baik memaksimalkan ikhtiar. Rapat demi rapat kami lalui. “Ayo
dana kita masih belum seberapa” kata yang paling sering keluar dari Pembina kami.
Kami punya Motto, Motto tersebut dijadikan prinsip kami dalam terus berjuang.
“Kami yakin bahwa nasrullah PASTI akan datang, bagaimanapun caranya”.
Keyakinan inilah yang selalu kami tanamkan di setiap langkah kami. Setiap kerikil
yang kami temui dan setiap halang rintang yang menghadang kami, kami percaya
bahwa kami punya penolong yaitu Allah SWT. Sholat Dhuha yang biasanya kami
kerjakan hanya 4 rakaat, kami tambah hingga 8 rakaat. Itu semua kami lakukan
semata-mata untuk mendapat keridhoan dari Allah SWT.
Kami berusaha semaksimal mungkin untuk meninggalkan maksiat. Karena
kami percaya bahwa kemaksiatan sekecil apapun akan sangat berpengaruh pada
tim ini.
Tapi ternyata, itu semua tidak cukup. Allah kembali menguji kami,
perolehan dana kami masih di angka 600 juta. Kami pun saat itu panik dan bingung.
Pada saaat itu kami menginjak bulan keenam pencarian dana, itu artinya ini adalah
bulan terakhir. Berangkat atau tidak ditentukan bulan ini. Dalam sejarah LKMA, dari
mulai angkatan 1 (Malaysia), angkatan 2 (Malaysia & Singapura), angkatan 3
(Australia), angkatan 4 (Jepang), belum pernah ada yang gagal berangkat tapi kami
merasa bahwa LKMA “First time Europe” ini sangat berat. Dan kami harus memutar
otak kami dan membuat strategi-strategi baru yang lebih ampuh untuk mengejar
ketertinggalan. Lembaran-lembaran buku pelajaran kami buka tanpa gairah.
“Beginikah sulitnya LKMA??!, beginikah sulitnya menaklukkan benua Eropa untuk
pertama kalinya??!”. Seketika kami berpikir bahwa program ini menyita waktu
kami, menyita tenaga kami, menyita pikiran kami. Tapi kami teringat akan nama
yang disematkan pada angkatan kami, “Janissary” yaitu pasukan elit Muhammad
Al-Fatih kala menaklukkan Konstantinopel. Kala itu, Janissary juga dihadapkan oleh
tantangan besar dimana tembok setinggi 20 meter menghadang perjuangan
mereka dalam menyebarkan Islam. Tetapi tanpa disangka-sangka mereka berhasil
menjebol benteng yang kokoh berdiri 1123 tahun setelah mereka menyeret 70
kapal besar menyeberangi perbukitan Galata. Hingga akhirnya mereka berhasil
menaklukkan Konstantinopel!
Kami pun tersadar bahwa setiap peluh yang kami teteskan, untuk setiap
waktu yang kami habiskan, itu semua bernilai pahala. Karena kami yakin kamilah
calon pemimpin masa depan yang akan menghancurkan kekufuran dan
menegakkan kemuliaan Islam dan kaum muslimin.
Ternyata, di tengah kebuntuan kami, Allah menunjukkan kekuasaannya.
Nasrullah yang kami nantikan akhirnya datang memlalui seorang donatur yang
bersedia menutupi kekurangan dana kami. Entahlah apakah ini kenyataan atau
hanya omong kosong. Tapi begitulah yang tertulis di buku tabungan kami. Inilah

19
kekuasaan Allah, Nashrullah datang tanpa disangka-sangka. Seketika tangisan kami
pecah pada rapat keputusan LKMA 2016. Akhinya Pembina kami memutuskan
untuk memberangkatkan kami menuju Jerman dan Belanda yang membuat kami
menangis bahagia. “Beginikah rasanya?” Hati ini serasa berteriak sekeras-kerasnya.
Akhirnya LKMA “First Time Europe” pun diresmikan berangkat.
Tak sabar, tibalah kami di hari keberangkatan, malam minggu bersejarah
itu akan selalu terkenang dalam hati kami. Kami terduduk di atas maskapai
penerbangan yang akan membawa kami menuju Belanda dan Jerman. Sabuk
pengaman kami pasang. sekitar pukul 21.00 WIB kami bersiap-siap untuk
penerbangan besejarah waktu itu. Bintang-bintang bertaburan mengiringi putaran
roda pesawat yang siap lepas landas, dan BOOM ! kami lepas landas. Kami menatap
keluar jendela, di sana terliha lamput dari gedung-gedung tinggi menjulang. Kelap-
kelipnya lampu kendaraan-kendaraan mengingatkan kami akan perjuangan kami.
Tak terasa kami sudah berada di atas langit Indonesia dan melesat cepat menuju
langit Eropa. Bintang-bintang yang bersinar di angkasa menyapa kami, seakan
mengingatkan dahulu kami pernah jatuh bangun mencari dana, kami pernah
ditolak oleh donatur, latihan presentasi hingga larut malam, berjualan di asrama
semalaman, itu semua kami lakukan pada masa-masa fundraising. Pada hari
penetapan destinasi kami sempat ragu, akankah Jerman dan Belanda bisa kita
taklukkan? Tapi pada hari ini keraguan itu semuanya terjawab. Mimpi kami dari
kelas 10 berhasil kami wujudkan pada hari ini yaitu menaklukkan Eropa.
Keberhasilan ini tidak lepas dari sebuah prinsip yang selalu kam pegang dan kami
jadikan motivasi dalam berjuang.
“Pemimpin sejati tidak dilahirkan melalui kemudahan, kesenangan, dan
kenyamanan, mereka dilahirkan melalui kesukaran, tantangan, dan tak jarang air
mata”.
Kami berjanji, setelah perjalanan ini, kami akan menjadi pribadi yang lebih
baik untuk mewujudkan impian kami. Yaitu, menjadi pemimpin umat masa depan.
Allahuakbar !!!
Pelajaran berharga kami dapatkan bahwa keyakinan dapat mengalahkan
kenyataan!!!

20
-Manis Hasil Pahit Perjuangan-
Annisa Putri Aprilia

Tak terasa penempaan awal sudah kulalui. Dimulai dari pengenalan,


pemberian arahan, motivasi, penempaan fisik, mental, kesabaran, keberanian,
memecahkan suatu masalah, dan lain-lain. Itu semua sudah aku lalui melalui
fasilitas berharga, yaitu LDK (Latihan Dasar Kepemimpinan), LKMM (Latihan
Kepemimpinan dan Manajemen Menengah), SMENTION (Smart Teen Competition).
Melalui sebuah perjuangan, semua itu bisa kami lalui. Perjuangan yang
cukup melelahkan, perjuangan yang tidak mudah, perjuangan yang penuh dengan
pengorbanan, perjuangan yang seringkali meneteskan air mata. Dari awal aku
sudah menyebutnya sebagai suatu penempaan, karena kami semua di sini dilatih
untuk menjadi seorang pemimpin.
Pembina kami selalu mengingatkan kami bahwa seorang pemimpin sejati
itu tidak dilahirkan melalui kesenangan, kemudahan, dan kenyamanan. Mereka
dibentuk melalui kesukaran, tantangan, dan tak jarang air mata.
LKMA (Latihan Kepemimpinan dan Manajemen Tingkat Akhir) taklukkan
Belanda dan Jerman adalah salah satu dari mimpi besar kami angkatan 5, Janissary.
Mimpi besar yang harus diwujudkan melalui pengorbanan dan perjuangan yang
tidak mudah. Banyak sekali pelajaran yang telah aku dapatkan pada saat kami
berjuang untuk mewujudkan mimpi besar kami.
Mulai dari menyusun kepanitiaan yang diorganisir oleh kami sendiri, public
speaking untuk melatih keberanian, mengumpulkan dana dengan berjualan,
menawarkan voucher donasi, menawarkan proposal yang bertujuan agar kami
berani untuk bernegoisasi. Juga dalam kepanitiaannya, aku mendapatkan amanah
menjadi bendahara. Setia kali voucher atau hasil jualan temanku laku mereka
langsung menyetorkan uangnya kepadaku. Tak jarang aku memegang uang sampai
berjuta-juta, dan seringkali aku merasa takut untuk menyimpannya karena takut
hilang.
Selain aku harus menyimpan uangnya baik-baik, akupun harus mendatanya
dengan teliti karena laporan keuangan akan dimintai pada saat akhir nanti. Semua
ini memang tidak mudah, di samping kami harus mengejar prestasi akademik, di sisi
lain juga kami harus mewujudkan mimpi besar kami.
Sampai pada akhirnya tanggal 29 Oktober 2016 hasil dari perjuangan kami
pun tiba, yaitu LKMA 2016 hari keberangkatan kami menuju Belanda dan Jerman.
Ini adalah sebuah hadiah dari proses perjuangan kami. Proses perjuangan pahit
yang telah kami lalui dibayarkan dengan manisnya keberangkatan kami menuju
Belanda dan Jerman.
Diawali dengan keberangkatan kami ke Bandara Soekarno-Hatta diantar
oleh beberapa orang tua dari kami, kami pun berangkat dengan penuh semangat.

21
Setelah bersalam-salaman untuk pamit kami bersiap berangkat menuju Turki
karena pesawat kami diharuskan untuk transit terlebih dahulu.
Sesampainya di Turki kira-kira pukul 02.00 dini hari, aku merasakan udara
lebih dingin dari Indonesia kira-kira 11 derajat, dan ini adalah pertama kalinya aku
menginjakkan kaki di Bandara Ataturk. Selama 2 jam kami harus transit di Bandara
Ataturk untuk melanjutkan penerbangan menuju Belanda.
Tempat pertama yang kami kunjungi di Belanda adalah Masjid Al-Ikhlas,
dari Bandara Schipol kami langsung menuju Masjid Al-Ikhlas dengan bus. Di sana
kami disambut dengan baik juga kami melakukan presentasi dan diskusi. Setelah
diskusi, kami mendapatkan ternyata muslim di Belanda sangat minoritas, bahkan
jika ada orang Islam yang adzan atau sekedar hanya ingin sholat berjamaah bisa
dianggap mengganggu masyarakat.
Usai sudah tempat pertama kami kunjungi yaitu Masjid Al-Ikhlas Belanda.
Kini saatnya kami bertolak menuju penginapan. Tempat pembagian penginapan
dibagi menjadi dua tempat yaitu sebagian di home stay yaitu rumah dari beberapa
Keluarga Muslim Indonesia dan Belanda yang rela memberikan bantuan kepada
kami dan sebagiannya di hostel.
Aku sendiri mendapatkan penginapan di homestay. Kami ditunjuki jalan
menuju home stay oleh Teh Rini dan Pak Abrari mereka berdua ini sepasang suami
istri berasal dari Indonesia yang tinggal di Belanda.
Cukup melelahkan perjalanan menuju homestay, dengan jarak yang lebih
jauh dari hostel kami harus menempuhnya dengan berjalan kaki, dengan suasana
malam yang dingin dan aku mengira jalan raya di Belanda pada malam hari akan
sangat ramai ternyata tidak. Berbeda dengan di Indonesia yang seringkali macet
terutama di wilayah ibukota. Selama kurang lebih satu jam kami berjalan menuju
homestay tepatnya pukul 20.00 malam alhamdulillah akhirnya kami sampai.
Sesampainya di homestay kami dijamu oleh pemilik rumah yaitu Tante Rafika beliau
blasteran Indonesia-Belanda.
Esok harinya kami bersiap menuju KBRI DenHaag, Belanda. Seperti biasa
setiap kali kami mengunjungi suatu tempat, kami selalu melakukan presentasi dan
diskusi. Di Belanda kami mengunjungi Universitas Leiden, TU Delft dan
alhamdulillah kami selalu mendapatkan apresiasi positif. Hari terakhir kami di
Belanda kami mengunjungi TU Delft.
Pada Rabu, 2 November 2016 kami mengunjungi TU Delft dan sekaligus
berpamitan dengan Tante Rafika, Teh Rini, dan anak-anaknya karena setelah ke TU
Delft kami langsung bertolak ke Berlin.
Sebelum aku ke Berlin, ada cerita yang berkesan yaitu ketika kami di Stasiun
TU Delft untuk menunggu bus yang mengantar kami ke Berlin, tepatnya waktu itu
kami akan melaksanakan sholat maghrib sekaligus menjamak sholat Isya, dan
bayangkan di sana tidak ada tempat untuk sholat kamar mandi pun sangat kotor,
menjijikkan, dan tidak ada airnya.

22
Akhirnya kami terpaksa untuk tayamum dan sholat di tempat yang
terpencil di pinggir stasiun dengan alas seadanya. Dari situ aku merasa bahwa
betapa susahnya untuk ibadah di luar negri, negara dengan muslim yang minoritas.
Beberapa jam kemudian bus kami pun datang. Sekitar 8 jam perjalanan
menuju Berlin hingga akhirnya kami sampai di hostel penginapan ikhwan. Akhwat
diarahkan untuk masuk terlebih dahulu ke hostel dan kami harus menunggu sampai
pukul 07.00 pagi untuk berangkat ke SMA Wilhelmstadt. SMA Wilhelmstadt ini
memiliki asrama dan asramanya akan menjadi tempat penginapan akhwat.
Esok harinya pada Jum’at, 4 November 2016 kami bersiap pergi ke rumah
kami yaitu KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia) Jerman. Sebelumnya kami
harus berkemas lagi karena kami akan menginap di hostel Judgengastehaus
Jerman. Di sini pengalamanku yang cukup berkesan karena pada hari itu aku
diberikan kesempatan untuk presentasi bersama ketiga temanku yaitu Khusnul,
Ariqoh, dan Azkia.
Tapi sayangnya, tidak semua temanku bisa masuk ke KBRI Jerman, hanya
diizinkan 15 orang saja karena tempat yang disediakan tidak mencukupi. Akhirnya,
selain yang 15 orang itu diharuskan untuk kembali ke hostel. KBRI Jerman beberapa
minggu yang lalu baru saja terkena musibah kebakaran. Oleh karena itu, tempat
yang seharusnya kami pakai sedang ditutup. Alhamdulillah selama di KBRI Jerman
kami diterima dengan baik. Apresiasi positif alhamdulillah kami dapatkan kembali.
Bertolak ke masjid IWKZ pada Sabtu, 5 November 2016. Masjid IWKZ ini
biasanya sering menjadi tempat berkumpulnya muslim Indonesia. Mereka bersatu
bergerak menyebarkan Islam di Jerman dengan pelan-pelan. Masjid IWKZ ternyata
sangat kecil. Kini saatnya kami menginfakkan al Qur’an dan sandal yang telah kami
bawa dari Indonesia. Ya, di setiap masjid kota selama di Belanda dan Jerman, kami
memang menyerahkan sejumlah besar al Qur’an wakaf dari Badan Wakaf Al Qur’an.
Alhamdulillah.
Sungguh luar biasa kaum muslim di sana bisa istiqomah di tengah-tengah
muslim yang minoritas, yang phobia dengan islam. Tak terasa tinggal satu hari lagi
aku menginjakkan kaki di Jerman. Kami diberi kesempatan untuk membeli buah
tangan di sebuah toko yang bernama ‘Discover Berlin’ yang berada di stasiun
Jerman. Jangan bayangkan stasiun Jerman seperti stasiun di Indonesia. Stasiun di
sana mirip dengan mall. Akhwat diberi kesempatan untuk berbelanja terlebih
dahulu dan ikhwan menunggu di luar toko. Sekitar 15 menit kami diberi waktu
untuk belanja. Ya, hanya 15 menit saja untuk ikhwan dan 15 menit berikutnya untuk
akhwat. Tak lebih.
Setelah waktu habis, kini giliran ikhwan untuk masuk dan akhwat diarahkan
untuk segera menuju Brandenburger Tor. Saat kami keluar ternyata sedang ada
demo. Banyak orang yang demo dan membawa bendera Jerman. Rupanya demo
menentang hadirnya orang asing (pengungsi). Akhirnya PakKar bilang agar kami
tetap fokus dan jangan panik walaupun saat itu kondisinya sedang hujan yang tidak
terlalu besar. Kami pun tetap semangat untuk pergi ke sana. Alhamdulillah semua
aman dan sampai di Brandenburger Tor.

23
Sesampainya di sana aku dan beberapa teman-temanku langsung
memegang dinding Brandenburger Tor. Tak peduli orang akan menganggap kami
norak atau apalah. Tapi kini yang di hadapanku adalah yang biasanya hanya sebuah
gambar yang kulihat di google. Di sana kami diberi tugas per kelompok untuk
mewawancarai orang Jerman di sekitar, dan kami harus kembali berkumpul di
tempat awal jika sudah 30 menit.
Awalnya aku bingung ingin mewawancarai siapa, tapi aku melihat ada dua
orang polisi dan aku berniat untuk mewawancarainya. Setelah aku wawancarai,
mereka tidak mengerti apa yang aku tanyakan. Aku bertanya dengan menggunakan
bahasa inggris. Memang, orang Jerman sangat sedikit yang bisa bahasa inggris.
Akhirnya aku dan teman sekelompokku memutuskan untuk mencari orang lagi.
Setelah berjalan mencari akhirnya kami mewawancarai dua orang wanita yang
sedang berjalan. Ternyata mereka juga sedikit bisa berbahasa Inggris.
Anehnya, mereka mengira kami berumur 10 tahun. Entah mengapa,
mungkin karena kami pendek-pendek. Target orang yang kami wawancarai sudah
tercapai. Sambil menunggu sampai 30 menit, aku dan temanku berfoto-foto,
mengabadikan momen-momen yang mungkin tidak akan pernah terulang lagi.
Sampai akhirnya kami disuruh berkumpul ke tempat awal dan bersiap kembali
untuk pulang ke hostel dan istirahat.
Tak terasa hari ini adalah hari terakhirku di Jerman Minggu, 6 November
2016. Sebuah perjalanan manis LKMA Belanda dan Jerman bersama Janissary akan
berakhir. Perjalanan bersejarah yang diwujudkan oleh perjuangan dan
pengorbanan kami, serta doa-doa dari guru-guru para orangtua kami dan dukungan
lainnya serta izin Allah Swt. Terima kasih banyak atas segala-galanya.
Sujud syukur langsung kami lakukan pada saat kami sampai di Bandara
Soekarno-Hatta tepatnya pada Senin, 7 November 2016, dengan dijemput oleh bus
kami pun diantar kembali ke sekolah kami tercinta SIT Insantama. Sesampainya
kami di sekolah, kami disambut dengan meriah oleh adik-adik, guru-guru, dan orang
tua tercinta. Semoga ini akan menjadi perjalanan paling bersejarah dan perjalanan
paling berharga untuk teman-teman Janissary. Terima Kasih.

24
-MENEMBUS BENUA BIRU-
Dea Nurulita Amana

Hari itu, hari dimana namaku mulai dikenal oleh seluruh siswa SIT
Insantama. Aku dipilih untuk diamanahkan menjadi petinggi dalam sebuah
organisasi di sekolah (OSIS). Rasa tidak percaya dan takut mulai menghantuiku. Tak
terasa air mata mulai menetes, lama kelamaan tak terbendung lagi dan akhirnya
tumpah. Semua orang menguatkanku.
“Bisa De..! Pasti bisa! Bismillah aja! Gak kerasa kok cuma bentaran doang
jalanin aja!” Dengan wajah mereka yang keliatannya agak meyakinkan itu ditambah
surat penyemangat dengan gambaran yang aneh (just kidding) mulai berdatangan
diloker lemariku. Aku pikir itu bentuk dukungan mereka untukku.
Keesokan harinya, bunda (panggilan kesayangan dari siswa Insantama
untuk guru kami yang nama aslinya Uun Sundari) memanggil kami.
“Dea sama Hanan ditunggu ya di depan ruang guru ikhwan lantai 1.”
Dengan muka panik dan agak degdegan, aku memberanikan diri untuk kesana.
Duduk di pojokan tembok, sambil liat ikhwan yang lalu lalang, Bunda bilang “Hanan
di Ketua Harian, Dea di LKMA ya!” Karena masih gak percaya dan takut dihujat
temen-temen sekelas, jadi aku cuma jawab “Oh iya, Bun.” (sambil ngangguk dikit).
Dan akhirnya kami kembali ke kelas. Duduk di bangku dengan binggung,
sambil mikir nanti di LKMA tugasnya apa? Ngapain aja? Pokoknya yang terpikir
cuma gimana caranya ngelakuin apa yang sudah diamanahin bisa dijalanin dengan
semaksimal mungkin. Hari-hari setelah ketemu Bunda, aku menjalankan semuanya
dengan hati-hati.
Bulan demi bulan sudah dilalui dengan baik menurutku, tibalah bulan
Januari. Tepat tanggal 07 Januari 2016, untuk pertama kalinya, kami bertemu
dengan pembina kami Pak Karebet membicarakan tentang fundrising LKMA,
dengan wajah bahagia dan sekali lagi disertai rasa degdegan yang luar biasa, aku
yakin itu dapat aku dilewati dengan baik. PakKar (panggilan khas untuk pembina
kami) bilang, “Untuk tahun ini kita gak pake voucher dari BWA (Badan Wakaf Al
Qur’an), kita pake voucher buatan sendiri. Nanti ikhwan design vouchernya,
dicetaknya di Pak Husain temen suaminya Bu Hestri. Minggu depan bapak mau liat
udah jadi ya Gus (Bagus Nugroho nama ketua LKMA)!”.
Dengan wajah senang melihat teman-temam juga senang, aku tambah
semangat dan yakin kita bisa jualin itu voucher sampe abis. Tanggal 14 Januari
2016, jengjeng voucher yang dinantikan pun jadi. Di bulan pertama penjualan,
pemasukan mencapai 20 jutaan. Tapi, tidak semudah membalik telapak tangan. Di
bulan berikutnya pemasukan menurun.

25
“Udah gak ada yang bisa dikontak lagi De, capek! keluar juga gak ada yang
mau beli, gimana De (sambil menetes air mata)?” Curhat temanku. Aku mulai panik
dan binggung.
“Waduh gimana ya??” Kataku dalam hati. Karena sudah bertekad dari awal
harus maksimal ngejalaninnya dengan tegas aku jawab pertanyaan itu.
“Ya udahlah maksimalin di jualan makanan dan minuman aja, ya. Terserah
kalian mau jualan apapun, yang penting ada pemasukan buat tambah-tambah, ntar
ana yang belanja!” Akhirnya dengan semangat kami pergi ke pasar untuk belanja,
berangkat naik motor sambil hujan-hujanan. Kami beli bahan-bahan yang murah.
Tiap malam hari di saat yang lain review pelajaran buat besok, kami
delegasi LKMA malah ngubek-ngubek dapur (masak maksudnya). Bikin sendiri
dimakan sendiri. Itu kata anak Danus LKMA. Untung sih untung tapi duit jajan abis
nih. Maklum, namanya juga anak asrama.
Saat itu kami kelas 11, dalam waktu fundrising LKMA yang cuma 6 bulan,
ada dua event yang harus kami sukseskan. Yaitu LKMA dan SMENTION yang
mengharuskan kami mencari dana juga. Kami pun bingung harus mendahulukan
yang mana. Setelah berunding dengan Bunda akhirnya kami, aku dan Hanan yang
berada dalam posisi yang penting dalam kedua event itu memutuskan untuk cari
dana SMENTION dulu, kan kalo ada sisa bisa jadi uang LKMA. Dan akhirnya temen-
temen setuju. Alhamdulillah!
Fundrising SMENTION pun dimulai. Proposal sudah disebar, perusahaan-
perusahaan pun sudah didatangi untuk diajak bekerjasama. Tapi apa dikata usaha
kita kurang membuahkan hasil. Setelah dihitung ternyata uang yang terkumpul
tidak seperti yang diharapkan.
Akhirnya, uang LKMA yang sudah terkumpul pun sebagian terpakai untuk
SMENTION. Kecewa dan menyesal pun kita rasakan karena tidak bisa melakukan
lebih maksimal untuk event ini. Tapi berkat dukungan PakKar dan guru-guru kita
pun berhasil melaksanakan program ini dengan sukses. Kata PakKar, “Kalau tidak
ada yang mau jadi sponsor, ya Kalian yang harus menjadi sponsor! Insya Allah
Kalian akan mendapatkan ganti yang lebih baik untuk LKMA!”
SMENTION akhirnya sukses. Lanjut cari dana LKMA yang masih kurang
banyak. Kunjungan ke universitas di Jawa kita lakukan dalam waktu 10 hari yang
membuatku tidak tenang, karena untuk sementara waktu fundrising ditiadakan.
Fokus pada kegiatan PRA LKMA. Mempromosikan program unggulan sekolah kami
di depan rektor dan para mahasiswa cukup membuat kami bangga, ditambah lagi
pujian yang disampaikan dari mereka. Ajang promosi pun terus terjadi antara
PakKar dan para rektor.
“Bapak lagi ‘jualan’ kalian!” ujar PakKar sambil cengengesan. Kami hanya
bisa tertawa melihat PakKar yang sibuk ‘menjual’ kami. Ya menjual agar kami bisa
masuk ke beberapa PTN yang kami kunjungi, tapi tentu dengan harga mahal!

26
Kembali lagi. Setelah 10 hari kami menjelajahi pulau Jawa dengan kereta
dan bus, akhirnya kami pulang ke asrama dan disambut meriah oleh adik kelas. Tak
sampai di situ perjuangan kami, keesokan harinya kami masih harus mencari
tambahan dana. Lelah masih kami rasakan, ngantuk apalagi. Tapi semua itu kami
lawan demi kesuksesan LKMA.
Siang itu, aku dapat kabar tentang tiket. Kabar yang tercantum dalam
sebuah pesan singkat itu berkata, “PakKar mendapat kabar bahwa ada tiket
pesawat garuda yang lagi promo. Harga tiketnya bisa setengahnya (600jt) dari yang
seharusnya (1,2 M)!”
Kami butuh 600 juta buat beli tiket tapi apa daya uang yang terkumpul
waktu itu baru 300 jutaan. Dengan sigap pada malam harinya kami semua
dikumpulkan di auditorium oleh sang Ketua. Membicarakan tentang dana yang
harus dipenuhi, dengan bantuan dana talangan orangtua. Dengan mudah uang
sebanyak itu bisa cepat terkumpul.
Keesokan harinya PakKar ditemani beberapa ikhwan pergi ke tempat
promo tiket itu di Jakarta. Setelah bernegosiasi dengan pihak Garuda, ternyata kami
tidak bisa dapet tiket itu sama sekali. Apa boleh buat, kami harus belajar menerima
kenyataan pahit itu. Yang penting proses harus kami lalui!
Untuk menambah dana kami yang masih kurang, memasuki bulan Juni
2016. Kami melakukan acara Ramadhan Gathering yang diadakan di daerah
delegasi kami berasal. Ada di pulau Jawa, Sumatra, dan Kalimantan. Alhamdulillah,
acara itu sangat menambah dana kami. Sambil berjalannya waktu, PakKar terus
mencari maskapai apa yang mau diajak bekerjasama.
Singkat cerita dengan bantuan Abah Salim, owner biro travel yang selalu
sigap membantu yang kalau kata PakKar beliau sudah menjadi panitia tetap urusan
tiket dan visa LKMA sepanjang masa (hehehe), kami bisa bekerjasama dengan
pihak Turkish Airlines. Pihak tersebut bersedia untuk dibayar setengahnya dulu.
Alhamdulillah uang yang terkumpul sudah mencukupi setengahnya waktu itu.
Bertepatan dengan bulan itu juga, waktu fundraising kami habis. Kami hanya bisa
mengkonfirmasi calon donor dan sponsor yang sebelumnya sudah dikontak.
Bingung bukan main, dalam waktu 2 minggu kami harus mendapat 300 juta
untuk melunasi tiket. Evaluasi terus dilakukan dan muhasabah tiap hari. “Kita butuh
nasrullah, kalian harus banyak berdoa, taqorrub-nya ditingkatin, jangan maksiat!
Itu yang penting” kata pakKar dan guru-guru. Beberapa opsi pun muncul, sebagai
plan B dana 300jt belum tercukupi.
Tepat tanggal 09 September 2016, Allah menurunkan nashrullah-nya untuk
kami. Pak Rokhmin guru dan teman baik PakKar setelah kami kunjungi bersedia
menalanginya untuk kami, beliau juga mencarikan donatur yang mau membantu
kami. Masya Allah.
“Bapak pinjamkan uang ini, nanti bapak juga yang cari kolega untuk ganti
uang ini. Kalo memang tidak ada yang bisa bantu, bapak ikhlaskan!” Kurang lebih
begitulah kalimatnya ketika kami bertemu dengan Beliau. Sujud syukur, nangis

27
bahagia, dan wajah tenang mulai tampak terlihat dari wajah kami semua. Dibantu
PakKar, kami pun membuat akadnya dengan Beliau.
Sampai akhirnya tanggal 3 Oktober 2016, kami pergi ke bilangan Kuningan
City untuk mengurus visa keberangkatan. Dua minggu sebelum keberangkatan
kami ke Jerman dan Belanda, visa keberangkatan pun sudah keluar. Atas izin Allah,
akhirnya semua persiapan selesai.
Koper dan tas ransel dengan logo Insantama yang terpajang didepannya
juga sudah siap pakai, tersusun rapi di dalam kelas kami. Mental untuk presentasi
sudah siap, beberapa tempat pun sudah bersedia menerima kami di sana.
Alhamdulillah.
Tanggal 28 Oktober 2016, adik kelas, guru, bahkan orangtua hadir dalam
acara pelepasan kami. Melepas dengan bangga dan rasa tidak percaya mereka
rasakan. Haru dan bangga selalu menyertai langkah kami.
Sekarang tibalah waktunya, 29 Oktober 2016 kami Janissary (nama
angkatan kami) siap untuk Launches to Netherland and Germany dengan maskapai
Turkish Airline dan sebuah koper dan tas punggung. Untuk pertama kalinya, LKMA
SMAIT Insantama bisa menembus Benua Biru. Semoga ini adalah awal yang baik
untuk LKMA selanjutnya.
LKMA 2016! Launches to Netherlands and Deutschlands, Gluckwunsche,
Geitzt 3x, Allahuakbar BOOM!!!

28
-THERE’S MUST BE A REASON-
Misykah Wihdati Rahma

27 Oktober 2016
“Demam gak sih ini Teh?” tanyaku sambil meraba kening yang sejak tadi
pagi terasa panas.
“Lumayan sih, Misy. Udahlah kamu gak usah ikut LKMA aja.” Aku terdiam
mendengar kakak perempuanku melontarkan pendapatnya yang cukup
membuatku tersontak kaget. Entahlah, itu mungkin bentuk kasih sayang yang dia
tunjukkan padaku.
Kulirik jam dinding di kamar asramaku. Sudah menunjukkan pukul 16.15,
kurang lebih. Tak terasa sedari tadi aku hanya berbaring tak berdaya di kasur bawah
asrama. Sejak tadi siang aku melakukan pemeriksaan intensif bersama kakak
perempuanku, aku langsung berbaring di kasur temanku, Asya.
Ya, Asya Haerunisa Putri Nazar, panggil saja dia Asya. Gadis putih, mancung,
asli Sukabumi ini telah aku kenal sejak aku duduk di bangku SMP, ya kurang lebih
sudah 6 tahun aku mengenalnya. Gadis aktif ini yang telah berbaik hati
meminjamkan kasurnya padaku di kala aku demam tinggi disertai flu saat itu.
Hari ini adalah H-2 keberangkatan angkatanku melaksanakan LKMA 2016 :
LAUNCHES TO NETHERLAND AND DEUTSCHLAND. Yap, kami akan terbang
menelusuri Belanda dan Jerman. Untuk mencapai titik hingga di sini tidaklah
mudah, kami harus melakukan berbagai usaha, melewati segala perihnya
fundraising selama 6 bulan, mengatur waktu yang cukup padat, menyeimbangkan
nilai akademik dan kegiatan OSIS, serta masih banyak lagi batu-batu terjal yang
telah kami lewati. Dan terbang ke Belanda dan Jerman hanyalah hadiah kecil atas
usaha kami, hadiah atas proses yang telah kami lewati. Baik terbang kemana pun
ujungnya, yang terpenting adalah prosesnya.
Tak terasa seharian ini aku banyak menghabiskan waktuku di atas kasur
sambil berbaring. Untung saja segala keperluan untuk berangkat LKMA nanti telah
aku persiapkan, jadi hari ini aku tidak perlu terlalu banyak menyiapkan berbagai hal.
Waktu pun hampir mendekati maghrib, dan kami pun delegasi LKMA 2016
diperintahkan untuk segera mengumpulkan koper agar tidak ada lagi hal-hal yang
tidak diinginkan terjadi. Aku pun segera menurunkan koper dan meletakkannya di
samping koper-koper yang telah lebih dulu dikumpulkan.
Terlihat ada pembina kami, PakKar. Pembina yang tak pernah mengenal
lelah untuk terus mendampingi kami. Baik beliau dalam keadaan sakit, senang,
maupun yang lainnya. Dua jempol untuk bapak pembina yang satu ini. Aku telah
mengenal beliau sejak aku duduk di bangku TK (Taman Kanak-kanak), ya kurang
lebih sudah 14 tahun aku telah mengenal pembina LKMA ini. Saat ini aku memanggil

29
beliau dengan sebutan ‘PakKar’, tapi dulu aku memanggil beliau dengan sebutan
‘Om Karebet’.
Aku teringat pada memoriku bersama beliau dulu. Saat itu, aku masih
berumur 4-5 tahun, dan aku sudah mengenal beliau. Tak jarang keluargaku dan
keluarga beliau menghadiri acara yang sama, dan kami pun tak jarang pergi dengan
kendaraan yang sama. Keluargaku dengan keluarga beliau memang bertetangga.
Biasanya, beliau yang menyetir mobil dan ayahku di samping beliau. Setiap
kali ada portal, beliau akan berseru “Ayo ayo semuanya nunduk!” dan dengan sigap,
kami yang ada di dalam mobil mengikuti apa yang beliau katakan. Sungguh ingatan
masa kecil yang masih melekat di memoriku.
“Misy, semua koper temen-temennya udah dikumpulin?” ujar PakKar
padaku.
“Hem… kayaknya masih ada beberapa lagi deh pak. Bentar ya Pak, ana
umumin dulu buat cepetan dibawa ke bawah” jawabku seraya berlari kecil menuju
anak tangga, PakKar pun menjawab dengan mengacungkan jempolnya.
Aku pun segera mengumumkan kepada teman-temanku untuk segera
meletakkan koper di bawah sesuai dengan perintah PakKar. Tak lama, asrama pun
sepi lantaran teman-temanku sedang berada di bawah mengumpulkan koper.

28 Oktober 2016
Pagi ini kepalaku terasa berat dan ingin pecah, mungkin karena beberapa
hari lalu aku diterpa hujan deras sambil mengendarai motor tanpa memakai jaket.
Aku pun berjalan ke arah kamar mandi dengan kondisi kesadaran yang tidak stabil.
Aku pun menggosok gigi, cuci muka, dan mengambil air wudhu untuk sholat subuh.
Sepertinya hari ini aku tidak sholat berjama’ah di aula lantaran tubuh yang tidak
mendukung.
Setelah menidurkan diri beberapa menit, aku pun bergegas pergi ke kamar
mandi untuk bersiap-siap, hari ini adalah hari pelepasan para delegasi LKMA 2016.
Hari bersejarah sebelum kami meninggalkan Indonesia selama kurang lebih 10 hari.
Setelah siap, aku pun bergegas pergi ke lantai dua untuk ke kelas.
Sesampainya aku di kelas, nampak kelas sudah ramai dengan berbagai
hiruk-pikuk. Sering terpikir di benakku, ‘Akankah nanti di kuliah kelasku seramai
ini? Semeriah ini? Akankah aku dapat cepat berdaptasi? Akankah ada teman-
teman yang seperti ini? Mungkin ada. Tapi pasti beda rasanya. Yap, aku bangga
dan senang berada di angkatan ini, JANISSARY’.
“Assalaamu’alaikum …” Ucapku. “Wa alaikumussalaam, eh Misy, gimana
kabarnya? Udah mendingan?” Tanya salah satu temanku.
“Ya gitulah, harus dipaksain. Tapi udah bisa jalan ke bawah mah udah
Alhamdulillah banget.”

30
“Alhamdulillah deh, kalau nggak kan gawat, nanti malah gak ikut LKMA.
Hehehe”
“Wah jangan dong, udah usaha ampe kepala di kaki- kaki di kepala juga ah!
Hehehe”
Pagi itu aku dan teman-temanku habiskan dengan riang. Mungkin ini efek
karena rasa syukur serta senang yang kami haturkan atas nashrullah-Nya kepada
kami. Apabila kami flashback tentang fundraising yang kami lakukan selama ini,
mungkin terbang ke dua negara Eropa sekaligus adalah hal yang mustahil, dan tak
jarang orang yang meragukan mimpi besar kami. Nah, di SMAIT Insantama ini kami
mendapatkan ilmu tentang apa itu mimpi besar.
Mimpi besar adalah perkalian antara keyakinan yang kokoh dan kuat
dengan ikhtiar yang keras, cerdas dan tak kenal menyerah. Team building
merapikan dan memuluskannya. Semuanya berlangsung dalam koridor taqarrub
ilallah.
Dengan berlandaskan itu, kami tau seberapa besar usaha yang harus kami
lakukan. Kalau kata temanku dari kelas sebelah, SWORD (nama kelas XII-1 atau yang
laki-laki) ‘mimpimu belum tinggi kalau belum ditertawakan’. Jadi, biarkan mereka
menertawakan mimpimu, karena bisa jadi mimpimu adalah mimpi yang tinggi dan
akan menjadi kenyataan. Toh, itu adalah mimpimu, kamu yang akan tau bagaimana
rasanya dan sensasinya.
Jadilah pemain, jangan penonton. Karena apabila nanti menang, penonton
hanya bersorak riang tanpa merasakan sensasi bermain dan tidak mendapatkan
apa-apa. Berbeda dengan pemain, selain merasakan sensasi terbakar semangat
saat bermain, tapi pemain juga mendapatkan hadiah berupa piala.
“Eh ini teh kita gak ngapa-ngapain? Gabut amat yak,” seru temanku.
“Iya ya, kenapa gak diliburin aja sih” timpal yang lain
“Ya udah, posting aje dah. Guru-guru sayang sama angkatan kita. Jadi
gamau kehilangan momen-momen terakhir sama angkatan kita sebelum pergi ke
luar negeri. Hehehe,” Jawabku seraya tertawa.
Tak lama setelah kami berbincang-bincang, kami pun diberi izin untuk
kembali ke asrama. Kami pun segera mengambil tas dan berhamburan keluar kelas.
Ada yang langsung kembali ke asrama, namun tak sedikit yang mampir dulu ke
kantin sekedar untuk membeli sedikit cemilan. Berbeda denganku, aku berdiri di
depan kelas seraya bertengger di balkon kelas.
Kulihat awan yang tadi pagi biru putih terang, kini telah berubah menjadi
abu-abu, tanda hujan akan hadir menampakkan dirinya. Aku diam cukup lama
menatap langit, tiba-tiba datang kakak perempuanku.
“Ngapain Misy?” Tanyanya.
“Gak, gak ngapain. Kenapa?” Tanyaku.

31
“Anterin Teteh dong ke rumahnya Astri, dia kan baru ngelahirin. Mau
jenguk” Jelasnya.
“Hem. Jauh gak? Misykah mau ada pelepasan nih di Audit” Tanyaku seraya
menekankan suara.
“Nggak kok nggak. Beneran deh. Nanti abis kamu nganter Teteh ke
rumahnya, kamu langsung balik aja. Nanti Teteh ke sini lagi sendiri aja.” Jelasnya
dengan nada memohon.
“Ya udah ayo buru, Misykah pinjem motor dulu. Ini takut hujan soalnya”
jelasku lagi seraya melangkahkan kaki pergi.
Aku pun menaiki tangga dengan sedikit tergesa-gesa. Di kamar, tiba-tiba
kepala ini sakit sekali. ‘Aduh, Masya Allah, sakit banget. Kenapa ya? Tapi masak iya
gak jadi nganter Teteh. Udah janji soalnya, ya udahlah tawakkal aja’ batinku.
Setelah mengambil helm dan kunci motor, aku pun melaju dengan cepat ke bawah.
Kulihat kakakku sudah berada di lantai satu.
“Yuk Teh nih” kuberi helm kepadanya.
Di perjalanan, langit bertambah menjadi gelap. Sepertinya sang hujan
benar-benar rindu dengan bumi Bogor, sampai-sampai Bogor dijuluki kota hujan.
Untuk mencairkan suasana, kami pun selama perjalanan berbincang-bincang. Mulai
dari hal yang serius hingga yang hanya menghasilkan tawa wajarlah, kami jarang
bertemu. Kakakku yang satu ini menuntut ilmu ke Jawa Tengah, Purwokerto, demi
menggapai cita-citanya sebagai dokter. Kakakku ini alumni angkatan pertama yang
LKMA-nya menembus Malaysia. PakKar sering menasehati kami untuk selalu
bersyukur dan berterima kasih pada kakak-kakak kelas kami terdahulu. Kalau tidak
ada LKMA Goes to Malaysia (2012), tentu tidak akan ada LKMA-LKMA selanjutnya,
apalagi sampai menembus Eropa! Pahala amal sholeh semoga mengalir pada
kakak-kakak kelas kami terdahulu atas teladan perjuangannya yang luar biasa.
Alhamdulillah tsumma alhamdulillah.
Akhirnya setelah menempuh perjalanan kurang lebih 20 menit kami pun
tiba di rumah teman kakakku. Setelah memastikan kakakku masuk ke dalam rumah
temannya, aku pun sigap melajukan motor menuju Insantama kembali lantaran
pelepasan LKMA 2016 akan segera di mulai. Baru saja setengah perjalanan, aku
sudah diserbu bertubi-tubi tetesan air hujan.
Hal ini menyebabkan baju serta seluruh tubuhku basah. Namun aku tetap
melanjutkan perjalanan. Saat tiba di asrama, aku tidak peduli dengan bajuku yang
basah kuyup. Aku langsung melesat ke lantai 3 dan mengganti baju. Dan aku
langsung memasuki Audit dan memilih untuk duduk di paling belakang.
Sebelumnya aku tidak berfikir apa efek dari hujan yang menimpaku ini, namun
setelah aku duduk barulah aku merasakannya, demam dan flu yang sebelumnya
menimpaku kini bertambah parah.
Pelepasan LKMA 2016 alhamdulillah berlangsung dengan lancar dan haru.
Tak terasa waktu telah menunjukkan waktu sholat maghrib, aku pun melaksanakan

32
sholat berjama’ah di Audit. Namun entah apa yang membuat hati ini gelisah,
perasaanku tidak karuan.
Aku langsung berlari keluar Audit dan menuju kamar mandi. Dan benar
saja, aku muntah. Itulah yang membuatku gelisah. Tak kembali ke Audit, aku
langsung kembali ke kamar dan membaringkan tubuh ini dengan dibalut selimut
dan mengoleskan fresh care di pelipis serta leher. Adzan Isya pun tiba dan aku
segera ke kamar mandi, sholat, dan tidur.

29 Oktober 2016
Bel tanda para siswa untuk bangun telah berbunyi. Aku pun bangun dan ke
kamar mandi untuk mengambil wudhu dan sholat tahajud. Setelah sholat tahajud
8 rakaat dan witir 3 rakaat, aku mulai merasakan kantuk yang teramat dahsyat. Aku
pun melirik jam dan tertidur lantaran waktu subuh yang masih lumayan lama.
Kurang lebih 15 menit aku tertidur, aku pun ke kamar mandi untuk
mengambil air wudhu dan pergi ke Audit. Lima menit kemudian adzan subuh
berkumandang dan kami pun para siswa yang sudah berada di Audit bersiap
melaksanakan sholat qobliyah subuh.
Saat aku selesai melaksanakan sholat sunnah, dan kulihat ke depan,
nampak anak anak laki-laki yang jalannya terpincang-pincang. Siapa itu? Kok
pincang gitu. Innalillahi, kasian amat ya pagi-pagi udah pincang kayak gitu,”
batinku “semoga aja bukan kelas 12 deh, hari ini kan LKMA, kasian” lanjutku.
Setelah sholat subuh, kami dipersilakan untuk kembali ke kamar.
Sesampainya aku di kamar ternyata teman-temanku sedang berbincang, kulihat
dari pintu masuk. Sepertinya topik yang mereka perbincangkan cukup seru dan
heboh.
“Eh, ada apaan si?” Tanyaku.
“Misy… Misy, masak katanya ada kelas 12 yang kecelakaan tadi malem pas
sekitar maghrib!” Ujar salah satu temanku.
“Hah?! Beneran?! Innalillahi. Tadi sih ana liat kayak ada yang pincang gitu
ikhwan jalannya. Tapi gak tau siapa, ana gak liat, soalnya ana gak pake kacamata”
Ucapku.
“Oh iya? Dua orang sih katanya.” Timpal yang lainnya
“Oh, dua orang. Ana sih tadi liatnya satu orang doang. Yang satunya
kemana tau kali yah” Balasku.
Setelah aku bersama beberapa temanku berbincang tentang musibah yang
menimpa dua orang temanku, aku pun menidurkan tubuh ini di kasur Asya.
“Sya, numpang kasur ya. Pusing banget, MasyaAllah” Ujarku.
“Iya iya sok aja” Jawab Asya.

33
Tak lama setelah aku menidurkan tubuh ini di kasur, tiba-tiba datang
temanku, namanya Fitri. Melihat aku tertidur di kasur Asya yang posisinya di
samping pintu, ia pun duduk di sebelahku seraya berkata,
“Misy, sakit? Oiya, udah tau belum Misy kalau Alif sama Rifky kecelakaan.”
Ujarnya.
Dengan perlahan aku membuka mataku “Ha? Jadi yang tadi diomongin tuh
Alif sama Rifky. Tau dari mana?” Tanyaku.
“Tadi Kak Fitriyah cerita. Ana liat fotonya Misy! Berlumuran darah bajunya
si Alif, beneran deh. Dagunya dijahit.”
Setelah mendengarkan cerita Fitri yang detail dan antusias, aku pun merasa
penasaran dengan apa yang digambarkan oleh Fitri. Maka aku dan Fitri pun menuju
kamar muaddibah untuk melihat fotonya. Dan benar saja apa yang diceritakan Fitri.
Mendengar tentang tragedi ini, membuat aku berfikir berkali-kali. ‘Ya Allah,
mungkin ada sesuatu yang menghambat perjalanan LKMA ini?’ tapi langsung
kuhilangkan pikiran aneh itu.
Jam sudah menunjukkan saatnya kami untuk meluncur ke bandara. Kami
pun tiba di bandara Soeta, saat kami tiba di sana telah nampak banyak orangtua
siswa yang mengantar hingga ke bandara. Bi idznillah, Belanda dan Jerman kami
datang!
Beberapa hari setelahnya
Homestay. Yap! Selama aku tinggal di Belanda, aku tinggal di rumah warga
di Belanda. Nama daerahnya biasa disebut Syuria yang katanya diambil dari kata
‘syara’. Aku tinggal di rumah Tante Rafika. Beliau sudah bersuami, namanya Om
Mike. Beliau juga sudah dikaruniai tiga orang putri yang cantik : Aisyah, Maryam,
Khadijah. Beliau menjamu kami dengan sangat-sangat baik. Dan aku senang
bermalam di rumahnya. Tante Rafika tidak sendirian, Tante Rafika ditemani Teh
Rini, lulusan ITB yang ikut suaminya melanjutkan studinya ke Belanda.
Di Jerman, kami menginap di sekolah Turki yang memiliki asrama dan
hostel yang bernama Jugengastehaust. Di sana kami harus merapikan tempat tidur
dengan sendiri, layaknya asrama. Apabila tidak, maka akan dikenakan denda. Dan
saat kami ingin ceck out, surprise, kami mendapat gelar sebagai tamu paling disiplin
dan rapi selama ini. Katanya, ‘Belum pernah ada rombongan dengan jumlah
sebanyak ini yang sedisiplin dan serapi kami’. Manajemen hostel meminta waktu
untuk mengucapkan apresisasi itu dan foto bersama sebagai dokumen mereka.
Yeay! Alhamdulillah.
Kami pun kembali ke Indonesia dengan membawa ilmu yang banyak sekali.
Pengalaman hidup terutama. Dan semoga pengalaman ini bisa kami ajarkan ke
banyak orang. Kemanapun kami melangkah pada akhirnya, pasti akan dapat ilmu
yang bisa kami ambil. Begitu pun LKMA.

34
-How Moslem’s Life in Europe?-
Sarah Fajriannisa

Soekarno Hatta Airport


Jakarta, 29 Oktober 2016
07.00 pm
Hari yang diimpikan pun tiba. Hari ini dan beberapa hari ke depan
merupakan hari bersejarah bagi kami, Janissary. Hari dimana kami pun mampu
mematahkan kata “impossible” terhadap mimpi besar kami. Sesaat lagi, kami akan
terbang menuju Eropa, Belanda dan Jerman. Ya, inilah hasil pengorbanan kami
selama 10 bulan terakhir. Inilah mimpi yang telah kami tancapkan dengan
keyakinan yang kuat selama tiga tahun. Siapa sangka kami berhasil membawa
mimpi yang nyaris mustahil itu menjadi kenyataan, dan hari inilah buktinya.
Rasa sedih dan bahagia yang tak dapat diceritakan dengan kata-kata,
mungkin itulah suasana hati kami saat ini. Perasaan yang hanya dapat kau rasakan
jika kau ikut merasakan segala manis pahitnya pengorbanan untuk bisa bertahan
sampai hari ini. Kau akan merasakan betapa manis dan indahnya semua perjuangan
ini. Tak ada penyesalan sedikit pun karena telah mampu bertahan. Karena hasil tak
akan mengkhianati prosesnya.

Schipol Airport
Amsterdam, 30 Oktober 2016
10.45 am
Kutatap kaca jendela, memandangi gumpalan-gumpalan putih di hamparan
langit biru cerah yang begitu menawan. Tak lama, hamparan ladang hijau terlihat
begitu indah dari atas sini. Beberapa saat lagi pesawat akan melandas. Dan saat
itulah mimpi besar kami menjadi sebuah kenyataan. Bi idznillah, kami pun tiba di
negeri kincir angin. Bersyukur. Kami sampaikan rasa syukur kami kepada Allah SWT
melalui sujud syukur kami sesaat memasuki Schipol. Ya, kami sujud syukur bersama
tak peduli tatapan pandang dari tantara yang berjaga di dekat kami. Tiga tentara
yang bertugas itu malah tersenyum dan menyapa hangat kami dengan
menggunakan Bahasa Indonesia. “Terima kasih ya Allah atas ridho dan
pertolongan-Mu, kami bisa berada di sini.”

PPME Al Ikhlas
Amsterdam, 30 Oktober 2016
02.00 pm

35
Tujuan pertama kami adalah salah satu tempat yang menjadi pusat
perkembangan dakwah Islam di Belanda, khususnya Amsterdam. PPME (Persatuan
Pemuda Muslim Eropa) Al Ikhlas atau bisa juga disebut sebagai Masjid Al Ikhlas -
meskipun bangunan ini tak terlihat seperti masjid pada umumnya. Tak ada kubah
di atas bangunan yang terlihat begitu sederhana ini. Baru pertama kali aku melihat
bentuk masjid yang seperti ini. Ya wajar saja jika bangunan masjid di sini tidak sama
seperti masjid-masjid pada umumnya.
Alasannya jelas karena untuk membangun masjid di sini memang sulit dan
harus berhati-hati. Tidak sebebas ketika kita membangun masjid di Indonesia.
Jangankan untuk membangun masjid, mengumandangkan adzan saja tidak
diperbolehkan karena dianggap mengganggu warga sekitar. Itulah kondisi yang
harus dihadapi oleh saudara-saudara muslim kita di sini sebagai kaum yang
minoritas di daratan eropa.
Sambutan hangat kami terima dengan senang hati begitu kami turun dari
bus yang membawa kami dari Schipol Airport. Suasananya begitu kental dengan
nuansa ukhuwah Islamiyah. Menyenangkan rasanya diberi kesempatan bisa
bertemu dengan saudara-saudara seiman di sini. Tak hanya bertemu dengan
sesepuh dan para pengurus saja, namun kami pun berkesempatan untuk bertemu
adik-adik dan teman sebaya kami. Kebanyakan dari mereka masih memiliki darah
keturunan Indonesia.
Mereka memang sengaja membangun masjid ini dengan tujuan untuk
mempererat silaturahmi sesama muslim di Amsterdam, khususnya bagi muslim
keturunan Belanda-Indo. Masjid ini juga berfungsi sebagai sarana pendidikan dan
dakwah Islam. Masjid ini ‘disulap’ dari bangunan TK sebelumnya yang dibeli dengan
dana urunan Muslim di sini.
Sesuai dengan tujuan kami datang ke sini, kami tak hanya sekadar
mempresentasikan kegiatan LKMA saja. Namun, kami pun mendapatkan banyak
hal di sini. Mulai dari ilmu, motivasi, inspirasi dan semangat baru dalam menuntut
ilmu dan berdakwah.
Di sini kami menjadi merasa sangat bersyukur karena kemudahan yang
Allah berikan kepada kami dalam dakwah dan menuntut ilmu Islam lebih besar
daripada saudara kami di sini. Lingkungan yang tidak mendukung, serta berbagai
hambatan dari pihak pemerintah maupun warga sekitar menjadi tantangan besar
dalam dakwah. Salah satu contohnya adalah perjuangan mendirikan masjid ini.
Tak mudah dan tak murah untuk mewujudkan terbangunnya masjid yang
sudah menjadi cita-cita Muslim Amsterdam selama bertahun-tahun. Perjuangan
dan pengorbanan yang mereka lakukan begitu besar dan tulus untuk islam. Bahkan
puluhan kilometer harus mereka tempuh hanya untuk menuntut ilmu Islam dan
mengaji. Antara kagum dan malu rasanya jika melihat semangat mereka yang
begitu luar biasa untuk menyebarkan risalah Islam dalam kondisi yang tak mudah
untuk dilalui.

36
Namun mereka tetap bertahan dan saling menguatkan satu sama lain
dalam menjalankan amanah dan kewajiban dakwah sebagai seorang muslim.
Pelajaran yang sangat luar biasa dari saudara kami di Amsterdam. Salam rindu dari
kami untuk para ustadz, pengurus, dan kawan-kawan di sini. Teruslah berjuang dan
istiqomah dalam islam dan dakwah. Semoga ini bukanlah pertemuan terakhir kita.

Homestay
Den Haag, 1 November 2016
05.30 am
Suasana rumah yang sangat hangat dan nyaman. Tempat tinggal yang
sangat sederhana namun memberikan kesan terbaik bagiku dan beberapa temanku
yang menginap di sini semenjak malam tadi. Kurasa suasana ini mampu
membayarkan rasa lelahku menggeret koper seberat dua belas kilogram berpuluh-
puluh meter selama setengah jam nonstop tadi malam dalam perjalanan menuju
tempatku menginap.
Perjalanan yang sangat melelahkan dan cukup membuat tangan dan kakiku
pegal karenanya. Singkat cerita, tadi malam setelah mengunjungi PPME Al Ikhlas,
kami melanjutkan perjalanan kami menuju kota Den Haag dengan kereta dan
langsung menuju tempat menginap masing-masing.
Rumah ini adalah milik salah satu keluarga Muslim di Den Haag yang
bersedia kami tumpangi. Tante Rafika, itulah panggilan akrab kami kepada beliau
karena beliau masih memiliki garis keturunan Indonesia. Dengan penuh senang hati
beliau mau menerima kami untuk menginap di rumahnya. Bisa dikatakan rumah ini
sangatlah sederhana karena hanya terdiri dari satu ruang keluarga, satu ruangan
baju dan sepatu, satu kamar mandi, satu toilet, satu dapur, dan dua kamar tidur.
Beliau mau menerima kami tinggal bersamanya dan ketiga gadis kecilnya
serta siap melayani kami sebagai tamu dan saudara. Bahkan suaminya pun rela
menginap di hotel agar kami bisa leluasa dan merasa nyaman menginap di rumah
sederhananya ini. Tentunya menerima tamu asing sebanyak 15 orang bukanlah hal
yang mudah. Tante Rafika pun siap menerima resiko karena telah melanggar aturan
untuk tidak mengizinkan orang banyak tinggal di rumahnya. Alasannya demi
menjaga ketertiban dan kenyamanan antara tetangga yang rumahnya memang
saling menempel satu sama lain. Dan rata-rata semua rumah di daerah ini memang
saling menempel dan terlihat seperti apartemen.
‘’Saya senang mendapatkan kesempatan yang luar biasa ini. Membantu
saudara sesama muslim itu adalah kewajiban bagi saya,’’ ucap Tante Rafika.
Aku berbincang banyak dengan Tante Rafika. Tante Rafika menceritakan
pengalaman hidupnya bersama suaminya mengenal Islam. Beliau juga
menceritakan tentang perasaanya yang sangat khawatir dengan pendidikan anak-
anaknya kelak. Sistem pendidikan dan pergaulan yang jauh dari syariat Islam
membuat Tante Rafika harus sangat berhati-hati dalam menjaga anak-anaknya.

37
Pergaulan remaja di Belanda sangat bebas. Ketika seorang anak sudah
berusia 10 tahun, maka dia sudah dinyatakan memiliki hak untuk bebas dari orang
tuanya. Dia bebas melakukan apapun yang ia mau. Itulah yang membuat Tante
Rafika berencana untuk segera pindah ke Indonesia.
‘’Saya sangat kagum dengan kalian. Kalian masih sangat muda, tetapi kalian
memiliki pemahaman dan pemikiran Islam yang begitu luas dan dalam. Saya pun
jadi terinspirasi untuk menyekolahkan anak saya di tempat kalian,’’ begitulah yang
diucapkan Tante Rafika kepadaku dengan nada bicaranya yang khas. Dari beliaulah
aku mendapatkan banyak inspirasi.

Masjid IWKZ
Berlin, 7 November 2016
09.00 am
‘’That’s all from us. I’m sorry for any mistake in our performance. The last
I say, wassalaamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.’’ Alhamdulillah, aku dan
partner presentasiku, Misykah selesai menyampaikan presentasi LKMA 2016 di
hadapan pelajar dan pengurus Masjid IWKZ, Berlin.
Kami berdua menjadi presentator penutup dalam rangkaian presentasi
selama LKMA. Sambutan dan respon yang diberikan oleh pihak pengurus Masjid
IWKZ sangat baik. Mereka juga memberikan informasi-informasi terkait beasiswa
dan pengalaman mereka menjalani suka duka menuntut ilmu di negeri orang.
Tantangan dalam berdakwah juga menjadi cerita bagi mereka.
Walaupun mungkin tak sesulit yang dialami oleh saudara kita di Amsterdam
dan cenderung lebih mudah untuk diajak diskusi, tapi tetap saja harus berhati-hati
dalam menyampaikan opini kita tentang Islam. ‘’Orang-orang di sini justru lebih
terbuka dan sangat tertarik dengan Islam. Namun kita harus mampu
menyampaikan opini Islam dengan tepat agar mereka pun bisa menerimanya
dengan baik’’ begitulah yang dikatakan oleh kepala pengurus Masjid IWKZ.
***
‘’Oke, thank you. Have a nice trip too.’’ ucap Tasya mengakhiri percakapan
singkat kami dengan salah satu pengunjung di sekitar Brandenburg Gate.
Wawancara warga, itulah salah satu tugas dan tujuan kami datang ke sini. Kami
diberikan tugas untuk mewawancarai (indepth interview) terkait situasi dan kondisi
Jerman kekinian. Hasil wawancara ini menjadi salah bahan analisis SWOT yang
harus kami lakukan terhadap Belanda dan Jerman. Kami juga masih harus
membandingkan pola kepemimpinan dan manajemen pembangunan di Belanda
dan Jerman dengan Indonesia kita tercinta. Seusai wawancara, kami mengambil
kesempatan waktu yang tersisa untuk mengabadikan momen di hari terakhir ini,
tak peduli dengan hujan yang terus mengguyur tubuh kami disertai udara yang
sangat dingin.

38
Kami tak bisa lama. Kami harus bergegas. Karena persis tak jauh dari
tempat kami sedang berlangsung demonstrasi anti orang asing. Sebenarnya aku
pun tidak mengerti apa maksudnya. Namun yang aku lihat, di sekitar kawasan
Brandenburg Gate terdapat poster dan atribut bendera Suriah yang dicoret dengan
garis silang berwarna merah. Entah apa maksudnya, yang jelas kami harus segera
pergi dari sini. Bisa dibilang saat ini kondisinya tidak aman bagi kami. Apalagi kami
ini statusnya sebagai orang asing. Ditambah dengan jilbab dan khimar yang kami
gunakan bukanlah sesuatu yang biasa di sini. Bagaimanapun, kami tetap percaya
diri menggunakan pakaian syari ini. Dengan begini, kami pun bisa memperkenalkan
pakaian yang seharusnya digunakan sebagai seorang muslimah kepada warga kota.
Tenang. Tawakkal.
Jilbab dan khimar-ku basah kuyup. Tangan dan wajahku pucat kedinginan.
Aku dan teman-temanku berdiri di selasar stasiun kereta, menunggu PakKar dan
pendamping dari Kedutaan yang sedang membeli tiket. Diiringi lantunan musik
yang dibawakan oleh beberapa musisi jalanan stasiun. Inilah suasana di hari
terakhirku dan teman-teman di sini.

39
-FILOSOFI HUJAN-
Andita Khairunnisa

Kamu tahu kenapa kita mengenang banyak hal saat hujan turun? Karena
kenangan sama seperti hujan. Ketika dia datang, kita tidak bisa
menghentikannya. Bagaimana kita akan menghentikan tetes air yang turun dari
langit? Hanya bisa ditunggu, hingga selesai dengan sendirinya.
Tere Liye

Sabtu, 29 Oktober 2016.


Rain had come to smile.
Sabtu ini, merupakan Sabtu yang sudah dinanti-nanti oleh aku dan mereka
sejak dua tahun yang lalu. Sabtu yang menepis semua opini orang tentang
“khayalan” kami. Sabtu ini akan menjadi hari awal yang bersejarah, tak akan pernah
bisa dilupakan. Aku mengecek kembali perlengkapan dalam tasku. Syal, penutup
telinga, sarung tangan, camilan, botol, paspor, jangan lupa kertas kimia kehidupan,
dan lain-lain. Semua sudah lengkap.
Kami pun memulai langkah awal cerita ini, berjalan menuju masjid Nurul
Amal untuk naik bis. Beberapa menit kemudian gerimis turun kembali, bukan
gerimis ternyata. Lama kelamaan berubah menjadi hujan dan bertambah deras.
Semua berlari, yang membawa payung segera membukanya. Sebenarnya aku
membawa payung di tasku, namun aku malas mengambilnya sehingga lebih
memilih hujan-hujanan. Kemudian Khusnul yang memakai payung menawarkan
untuk berdua. Aku pun segera berlari menghampirinya.
Ah, ini bagian yang tidak kusuka. Tali sepatuku lepas, berkali-kali terinjak.
sementara hujan masih deras begini. “Duluan aja Nul, mau ngiket sepatu dulu,” aku
pun tertinggal sebentar, mengikat sepatu sambil hujan-hujanan. Kemudian berlari
untuk berpayung kembali.
Tidak hanya sekali, beberapa kali tali sepatuku lepas kembali. Tertinggal
kembali, mengikat sepatu dengan terburu-buru, kemudian berlari lagi menerpa
hujan dan memakai payung. Tak lama kemudian lepas lagi, aku pun malas
mengikatnya dan membiarkannya, padahal talinya berwarna putih dan mudah
kotor.
Sampailah kami di depan masjid Nurul Amal, beberapa orangtua telah
menunggu di sana untuk melepas anak-anaknya. Seragam batik yayasan yang kami
pakai basah kuyup, padahal akan dipakai hingga besok. Namun hal itu tidak
membuat kami mengeluh dan patah semangat, semua itu telah kalah dengan rasa
bahagia kami Sabtu ini. Lagi pula untuk apa kami mengeluh? Sementara hari ini
harusnya kami bersyukur mimpi besar kami telah tercapai.

40
Banyak orang tua kami yang khawatir dan terharu saat melihat foto hujan-
hujanan saat perjalanan ke sini di grup whatsapp khusus orangtua. Semua masuk
ke masjid untuk istirahat sebentar dan mengeringkan diri, menjemur sepatu dan
memeras kaus kaki dan baju yang basah. Ketika hari sudah hampir sore, kami pun
masuk ke dalam bis dengan baju yang belum kering sepenuhnya dan berangkat
menuju bandara internasional Soekarno-Hatta. Malamnya, ketika kami sudah
berada di dalam pesawat, tahu-tahu baju kami sudah kering.

Selasa – Rabu, 1-2 November 2016.


There’s always a rainbow after every rain.
Tak terasa, 48 jam sudah kami menginjakkan kaki di benua biru. Siang ini,
hari selasa, kami baru saja pulang setelah kunjungan ke Leiden University dan
mampir sebentar ke university shop untuk membeli cinderamata. Setelah itu
kembali melanjutkan perjalanan sekaligus menyusuri jalan-jalan di kota pelajar ini.
Langit tidak terlalu mendung, namun gerimis mulai turun perlahan. Beberapa dari
kami yang membawa payung mengambilnya dari tasnya dan membukanya,
termasuk aku. Kali ini aku tidak malas memakai payung. Kuambil payungku dari tas
dan kubuka. Sebuah payung biru bergambar kucing. “Dit, bawa payung nggak?”
tanya Ifa. “Bawa,” jawabku. “Bareng dong,” aku pun berbagi payung.
Untungnya, hari ini hanya gerimis, tidak hujan deras seperti saat berangkat.
Aku terus memandang butir-butir air itu turun dari langit. Entah mengapa, gerimis
kali ini terlihat sangat indah, sampai aku mengkhayal jika gerimis itu adalah salju.
Beberapa temanku yang lain ada yang tidak menggunakan payung, entah itu
memang tidak membawa atau sengaja menikmati suasana yang jarang dirasakan
ini. “jarang-jarang lho kayak gini, ntar pas udah pulang nggak ngerasain lagi gerimis
di Eropa,” kata salah satu temanku. Benar saja, siang itu semua tengah menikmati
gerimis disertai angin yang sejuk, gerimis pertama di benua biru.
Esok telah tiba, hari Rabu. Koper-koper sudah berbaris rapih. Setelah
menginap dua hari di hostel dan homestay, kami bergerak menuju Delft. Pagi itu
nampak pelangi. Indah, baru di sini aku melihat pelangi seperempat lingkaran,
biasanya pelangi yang aku lihat hanya terlihat sebagian kecil saja. Gerimis kemarin
siang dan pelangi pagi ini seolah-olah berkata bahwa hasil tidak akan pernah
mengkhianati proses kami selama enam bulan lamanya.

Sabtu, 5 November 2016.


Not for long rain clouds.
Kembali lagi di hari Sabtu, setelah tujuh hari lamanya kami berada di luar
tanah air. Setelah 48 jam pula kami berpindah dari negeri kincir angin menuju
Jerman. Saat ini pun saat yang paling kutunggu. Setelah kunjungan ke IWKZ, kami
melanjutkan perjalanan menuju sebuah bangunan yang menjadi ikon negara ini.

41
Namun ibarat pepatah, jalan tidak selamanya mulus. Setelah selesai makan
siang dan membeli oleh-oleh, rombongan akhwat didahulukan terlebih dahulu
demi keamanan karena saat itu sedang ada unjuk rasa menolak orang asing yang
massanya tidak sedikit. Hujan belum berhenti, dengan hati-hati kami pun berjalan
keluar stasiun sambil berpayung. Kami pun sampai di sebuah bangunan bertuliskan
“dem deutshcen volke”, berfoto bersama di sana sambil hujan-hujanan.
Ya, kami memang sampai disana dan senang bisa melihat brandenburger
tor langsung di depan mata, tidak full team, tanpa rombongan ikhwan dan tiga
akhwat lainnya yang pulang terlebih dahulu karena kondisi yang tidak
memungkinkan. Kami pun tidak foto bersama karena langit yang lumayan mendung
dan hujan belum berhenti, kami pun hanya observasi dengan masih ditemani hujan.
Aku tidak suka hujan di sore itu, tidak seperti hujan saat berangkat di hari
pertama ataupun gerimis di Leiden, tak ada waktu lagi, besok pagi kami sudah akan
pulang ke tanah air. Namun aku keliru. Esoknya kami diberi kesempatan untuk
berkunjung ke brandenburger tor sebelum ke bandara. Kami pun bersama-sama
seangkatan berhasil menjadikan bangunan itu sebagai latar belakang nyata kami,
menjadi jawaban besar dua tahun yang lalu. Hujan kemarin sore tidak seharusnya
aku benci dan kuanggap sebagai salah satu penghalang. Astaghfirullahal azhim.
Hujan memang hanya fenomena yang biasa, namun hujan menyimpan
filosofi yang indah, terutama hujan yang hadir di kisah delapan hari di benua biru.
Hujan sesungguhnya adalah rahmat, meski kadang aku tak menyadarinya.

42
-JUST TWO DAY-
Azizah Fitri Fauziyah

Rabu 02 November 2016. Pagi yang sejuk membangunkanku untuk


bersegera memulai hari ke-4 dalam pelaksanaan LKMA ini. Juga merupakan hari
terakhir kami semua di negara dam ini. Setelah semua perlengkapan dirasa siap,
kami pun berkumpul di depan guest house sekaligus berpamitan dengan orang tua
angkat kami dan berdoa bersama.
Naiklah kami ke lantai dua bis bertingkat itu. Aku memilih duduk di bagian
depan dekat tangga. Segera bersiap diri, merapikan dan memasukkan koper ke
dalam bagasi. Bis pun meluncur ke Universitas Teknologi Delft. Selama di perjalanan
rintik hujan membasahi bis yang kami tumpangi.
Masih dengan rintik hujan, setibanya kami di sana kami pun masuk ke
dalam gedung dan mereka menyambut kami dengan hangat. Seperti biasa kami
melakukan presentasi tentang program ini. Selepas itu, dilanjutkan dengan
pemaparan sekaligus tanya jawab oleh pihak Universitas Delft .
Beberapa rangkaian acara selesai, kami semua bersiap untuk berkeliling
Universitas Delft yang dipandu oleh profesornya langsung didampingi dengan salah
satu mahasiswanya. Aku dan Dina meminta izin untuk pergi ke kamar kecil terlebih
dahulu. Beberapa saat kemudian keluarlah kami dari kamar mandi tersebut.
Seketika diriku panik dan memasang wajah cemas, tidak ada seorang pembina pun
yang menunggu kami. Aku menengok kanan dan kiri untuk melihat apakah masih
ada rombongan lain yang tertinggal, walhasil yang kami dapatkan nihil.
“Duh Din, kita ditinggalin,” ujarku cemas.
“Iya nih, mana ada 2 arah lagi. Kira-kira ambil kiri atau kanan ya?” ucap
Dina.
“Hmm.. Kayaknya kiri deh coba dulu yuk, nanti kalau salah balik lagi ke sini.”
“Oke deh. Yok lah.”
Kami pun memilih untuk mengambil jalan sebelah kiri dan GOTCHA! WE
FOUND THEM! tapi tidak sedekat yang kami harapkan. Orang terakhir di
rombongan itupun sudah berlalu, mau menutup pintu lagi. Di koridor yang luas ini
kami berjalan sedikit berlari ditambah dengan langkah yang cukup lebar. Bagian kiri
koridor tersebut ada beberapa meja panjang yang penuh diduduki oleh mahasiswa
Delft. Ada yang main laptop, diskusi, baca buku dll.
Walaupun jarak kami cukup jauh dari mereka, tapi aku merasa banyak mata
yang mengarah kepada Aku dan Dina. Mungkin heran dengan cara berpakaian kami
atau jalan terburu-burunya. Akhirnya sampailah kami berdua di pintu ujung koridor
bertemu dengan pembina akhwat. Kami pun mencari ruangan yang sedang
dikunjungi rombongan.

43
Penjelasan pun usai, pergilah kami dari ruangan itu menuju depan
perpustakaan tersebut. Kami istirahat sejenak dan berfoto bersama. Perjalanan
pun berlanjut menuju stasiun Delft. Di sini kami menunggu bis yang akan kami
tumpangi. Sambil menunggu, kami berpencar. Ada yang mencari makan, membeli
buku, dll. Karena waktu telah menunjukkan waktu sholat Maghrib, kami bergegas
untuk menunaikannya di koridor stasiun Delft.
Tak berapa lama, bis kami pun sampai dan mengantar kami dalam
perjalanan malam ke negara Jerman. Setibanya di Jerman kami beristirahat sejenak
di penginapan ikhwan sambil menunggu Subuh dan kami pun sholat. Ketika mentari
mulai memancarkan sinarnya, keluarlah kami dari penginapan tersebut, berbaris di
luar dan bersegera pergi ke sekolah Wilhelmstadt Schulen. Dari penginapan, kami
berjalan menuju halte bis. Perjalanan menghabiskan waktu kurang lebih 20 menit.
Di sekolah inilah Aku, Nada dan Tania menjadi MC. Kedatangan kami semua
ke sekolah ini disambut dengan hangat pula. Kesan pertama saat aku datang, aku
sudah mulai berfikir, ‘kayaknya gak ada yang pakai hijab deh’ dan apa yang Aku lihat
berbanding terbalik 180 derajat. Tidak sedikit siswi yang mengenakan hijab di
sekolah ini, bisa dibilang cukup banyak. Kami pun memulai acara seperti biasa
dengan presentasi. Lalu, dibagilah kami menjadi empat kelompok, 2 Ikhwan dan 2
Akhwat. Kami diajak berkeliling sekolah ini dengan dipandu oleh beberapa siswa.
Kami diajak ke kelas biologi, politik, seni dan lain-lain.
Setelah puas berkeliling, kami pun dikumpulkan di ruang makan. Tidak
hanya kami anggota delegasi LKMA, tetapi juga siswa dari sekolah ini. Di sinilah
kami akan menampilkan sebuah persembahan alat musik tradisional dari Jawa
Barat yaitu Angklung.
Dalam persembahan ini aku menjadi konduktor. Lagu yang kami bawakan
berjudul Yamko Rame Yamko lagu khas dari Papua. Persembahan berjalan
sempurna. Mereka sangat tertarik dengan tampilan angklung kami. Beberapa maju
untuk mencobanya sendiri. Setelah persembahan dari akhwat selesai, dilanjut
persembahan dari ikhwan yaitu menyanyikan lagu Maher Zain yang berjudul One
Big Family. Kejutan tampilan belum berhenti. Sebelum pulang, kami serahkan
seperangkat angklung yang kami bawa untuk mereka. Mereka sangat terkesan.
Itulah pengalaman paling berkesanku selama di dua negara yang cukup
berpengaruh di dunia terutama dalam bidang teknologi ini. Dari sinilah aku
mendapat banyak sekali pelajaran untuk bekalku di masa yang akan datang. Sebuah
bagian dari perjalanan hidup yang menjadi pengalaman berharga. Tidak akan
pernah terlupakan. Tidak.

44
-LAUTAN BERPARUH BIRU-
Nabila Laila Ramadany

Rindu senja berdalih surya muncul di ufuk barat lalu pergi ke ufuk timur.
Terbentang luas lautan di sana. Bersama pesona alam di atas langit Eropa. Ini
sungguhan! Menghirup udara segar dari sang Pencipta sambil ‘mencuri’ waktu
untuk sedikit berpose mengabadikan betapa indahnya negeri kincir angin ini.
Seragam serasi dengan paduan tas dan koper yang sama layaknya sebuah
komunitas saja. Berbaris membentuk formasi. Alhamdulillah Amsterdam kini telah
kami ‘kantongi’. Tak kuasa kenyataan datang karena yakin dan percaya dan
tentunya obat yang paling manjur adalah taqarub ilallah senantiasa kami
panjatkan. Bersyukur, bersujud di atas bumi-Mu, mengucap syukur bahagia,
menelaah setiap titik perjalanan walau banyak tantangan di sana. Landasan udara,
Schipol Amsterdam Airport, 30 oktober 2016.
Islam menjadi minoritas memang, tapi jejak-jejak Islam masih tersimpan
rapi di sini. Tak banyak muslim di sini yang bisa bergerak bebas, tak banyak
bangunan masjid di sini, tak banyak muslim-muslim yang bisa berdakwah secara
terang-terangan. Tapi setidaknya, mereka yang nantinya akan menaklukkan Eropa
dengan tangan mereka sendiri. Tak perlu bersih diri, kembali mendekat kembali ke
rumahNya. Masjid Al-Ikhlas bangunan berlantai dua, bangunan yang menyejukkan
hati. Mereka menyambut kami dengan hangat, ramah seperti tak berjumpa lama.
Bercengkrama, berdiskusi, dan berbincang bersama. “Kami menunggu kalian di sini!
“ ujar ketua DKM Masjid Al-Ikhlas. Tak banyak yang bisa mereka lakukan,
berdakwah pun hanya dari mulut ke mulut, banyak hal yang harus segera kita
sebarkan. Hal itu membuatku tersentak, melihat kegigihan mereka untuk tetap
bertahan walau menjadi minoritas sekalipun. “ Wahai adik-adik, Islam pada
masamu nanti pasti akan berjaya, kamu pasti bisa menaklukkan negeri yang kamu
pijak ini.” Masjid Al-Ikhlas, Amsterdam 30 Oktober 2016, 19:00 pm.
Bertolak ke Denhaag menuju KBRI Belanda menggunakan kereta bawah
tanah. Pertempuran besar akan segera dimulai. Kembali berbaris dengan fomasi
yang rapi. Berjalan kaki di tepi kota Denhaag menikmati keindahan yang belum
pernah kami lihat sebelumnya. “Wuiiing...wuinggg..” suara sirene sepertinya, dua
orang polisi menghadang kami di depan. Mereka kira bendera yang kami pegang
adalah bendera komunitas atau untuk demo aksi. Warga di sini sangat sensitif
memang dengan orang-orang berjilbab dan berhijab. Setelah kami jelaskan panjang
x lebar x tinggi, akhirnya polisi Belanda itu tersenyum lebar dan memohon maaf
atas ketidaknyamanan ini. Hemm.
Siang menuju sore, meninggalkan kantor kedutaan dan kembali berjalan
kaki menuju penginapan. Menikmati waktu sore berjalan di tengah-tengah kota
sambil melihat panorama kota Denhaag. Kota yang indah, boleh aku kembali
berpijak di sini? Insya Allah. KBRI, Denhaag , 31 Oktober 2016.

45
Kereta listik bertingkat dua ini mengantarkan kami ke tempat selanjutnya.
Hujan di selasa sore mengguyur kota Leiden, kota sejarah. Puluhan tahun Belanda
menginjak kehormatan Indonesia silih berganti memakan waktu. Ternyata banyak
kutemukan situs sejarah di sini. Sejarah Indonesia menjadi gambaran khusus.
Terlihat rak-rak besar tersusun rapi, buku-buku peninggalan juga penemuan
Indonesia tersimpan di sini, patung-patung di sana menggambarkan lorong
kehidupan di masa lalu, mencoba menelaah segala rupa. Ada rumah Snouck
Hurgronye yang ternyata pernah menjadi guru besar di sana. Sosok penting yang
tidak bisa dilupakan dalam sejarah panjang penjajahan Belanda di Indonesia. Ada
Profesor sejarah di sana dengan fasih berbahasa Indonesia dengan EYD yang sangat
baik. Profesior yang rendah hati yang secara terbuka berani mengakui sejarah
masa lalu hubungan kedua negara apa adanya. Semua itu membuatku tersimpul
melihatnya. Leiden University, Leiden Selasa, 01 November 2016
Hari terakhir di negeri kincir angin, melihat dengan lekat tatanan kota
Denhaag masih dengan bangunan-bangunan klasik, menunggu bus bertingkat yang
akan mengantarkan kami pada tempat terakhir di belanda. TU Delft seperti ITB
rasanya, tempat perkuliahan yang luar biasa dengan orang-orang yang luar biasa.
Dimana tempat ini menjadi tempat presentasiku yang terakhir di LKMA ini.
Menyambung waktu, mengelilingi kampus ini terasa sangat berarti. Melihat
bangunan bertingkat, teknisi kemaritiman menjadi objek bagus untuk akhir cerita
singkat di Belanda. Deft of Maritime & Transport Technology, TU Delft, Rabu, 02
November 2016.
Sesuai namanya bukan JANISSARY kalau tidak menjadi pasukan yang
terdepan mencapai titik puncak mimpi besar kami kali ini. Menyebrangi jalan yang
cukup panjang. Menikmati dan bersyukur kepada Allah SWT. Menginjakkan kaki di
Berlin, semalaman perjalanan dengan bus yang mengantarkan kami pada tujuan
pertama Wilhelmsadt schule. Banyak hal yang kami dapatkan di sini, berbagi
informasi, ceria juga wawasan islam. “How old are you? “ ucapku, “ 14 years old.”
Ujar Semiha, Nedretoguz dan Meryem. Ternyata usia mereka di bawah usia kami?
Tubuh kami yang tidak lebih besar dari mereka membuat mereka terkaget-kaget.
Seperti kurcaci kah? Membuat cerita dengan mereka adalah hal yang istimewa,
berkesan. Kami jadi tahu banyak, bagaimana sistem pendidikan di sekolah ini. Agak
tersentak juga di awal ketika sapaan salam kami tak dijawab oleh mereka. Apa
sedemikian parah sekulerisme menancap di saudara-saudara Muslim kami di
sekolah ini? Gelisah melandaku. Tapi seiring berjalannya waktu, aku mulai paham
mengapa semua ini terjadi. Sebagai kenang-kenangan sekaligus salam perpisahan
dari kami, kami memainkan ‘Angklung’ dan menyumbangkan sedikit lagu ‘One Big
Family- Maher Zain’. Dan Semoga kelak kita kan dipertemukan kembali.
Wilhelmstadt schule, Berlin, Kamis, 03 November 2016.
Seragam putih abu-abu berbalut jas hitam rapi, tak lupa dengan ID card
tanda pengenal. Bersiap meninggalkan asrama Wilhelmstadt Schule untuk kembali
melanjutkan perjalanan menuju KBRI berlin. Menjadi pusat perhatian di sekeliling
orang-orang eropa kini kami yang menjadi turisnya. Menarik koper seirama
membuat satu barisan, mungkin tak ada yang seperti kami. Menunggu bus kota

46
untuk sampai di stasiun kereta bawah tanah. Menyusuri kota berlin memang
berbeda dengan kota Denhaag. Wilhelmstrabe, Berlin, Jum’at, 04 November 2016.
Hari ketiga, membuka catatan baru menikmati pesona pagi dari
Jugengastehouse. Bersiap mencari jejak Islam kembali di masjid IWKZ Berlin.
Masjid di sana bukanlah bangunan dengan kubah yang besar, atau dengan ukiran
kaligrafi yang indah, atau dengan tower yang tinggi. Masya Allah.... begitu kuatnya
Muslim di sini. Hanya sepotong ruangan di dalam bangunan bertingkat. Sudah pasti
di sini Islam lagi-lagi menjadi minoritas. Mengenal sedikit masjid IWKZ ini, dan
sekedar membuka wawasan Islam dilanjutkan dengan menyusuri ibukota Jerman.
Walau banyak demonstrasi aksi warga mereka yang menolak kedatangan
pengungsi Suriah, dengan seruan, tulisan, ataupun aksi mereka yang menyebabkan
keributan. Tak apa, kelak kita akan menaklukkan bersama negeri ini dengan
keislaman yang hakiki. Masjid IWKZ, Berlin, Sabtu, 05 November 2016.
“LKMA 2016? Launches to Netherland next to Deutchland.. Gluckwunsche!
Geizt..geizt..geizt.. Allahuakbar! BOOM! “ Penyemangat kami. Tak henti terlontar
dari mulut kami. Gedung parlemen, bangunan yang kokoh berlapis marmer.
Bendera hitam,merah dan kuning sebagai penghias di atasnya. “Kuberitahu hanya
sedikit orang yang mampu mencapai ujung dan kenyataan. Sekarang jalan sudah
terlalu panjang dan bercabang-cabang.” Menuju gerbang besar Napoleon
Bonaparte. MasyaAllah.. hari observasi sekaligus hari penutup cerita perjalanan
kami. Sungguh luar biasa pertolongan Allah. Bersama JANISSARY, Alhamdulillah..
Mimpi besar ini terwujud! Dan semoga kelak kita kan dipertemukan kembali dalam
satu barisan yang sama. Aamiin Allahumma aamiin. Brandenburger Tor, Ahad, 06
November 2016.
“Karena HASIL tidak akan pernah mengkhianati PROSES. Maka, nikmati
saja PROSESNYA.” -JANISSARY-

47
-Ketika Bocah Bermimpi-
Rifky

Saat kelas 10, kami harus menentukan destinasi LKMA. Ada dua negara
pilihan yaitu Turki dan Jerman. Akhirnya ditentukan bahwa destinasi angkatan 5
“JANISSARY” adalah Jerman dengan cara voting.
Awalnya kami merasa sebagai angkatan paling hebat karena memilih
Jerman, karena tujuan yang dituju adalah Eropa untuk pertama kalinya dan dana
yang harus dikumpulkan adalah 1,2 Miliar. Banyak juga yang menanyakan dari
kalangan kakak kelas, seperti “Itu beneran destinasinya ke Jerman?” “Yakin bisa
dapet 1.2 M, banyak itu loh!” Kami jawab dengan mantab “Yakin kok kak.” Mantap.
Mulai masuk kelas 11 semester 1 kami masih disibukkan dengan program
sekolah dan harus menanggung amanah sebagai pengurus OSIS karena di
Insantama (hanya di Insantama) 1 angkatan harus menjadi pengurus OSIS. Saat
kelas 11, kami juga disibukkan dengan fundraising untuk kegiatan LKMM (Latihan
Kepemimpinan Manajemen Tingkat Menengah) yaitu dimana kami mendatangi
suatu desa yaitu Kebon Peuteuy selama 3 hari 3 malam untuk problem solving di
daerah tersebut dengan menggunakan metode SWOT (Strength, Weakness,
Opportunity, and Threat). Alhamdulillah semua acara yang dilaksanakan di sana
berjalan dengan lancar dan memuaskan. Meski harus berkomunikasi dengan
Bahasa Sunda sebagai bahasa utama dan presentasi full Bahasa Sunda!
Mulai masuk kelas 11 semester 2, barulah pembina kami yaitu PakKar
mengadakan rapat perdana lkma dan selanjutnya rapat rutin setiap hari rabu. Di
rapat perdana Pa Karebet memberikan setiap anak voucher 50 dimana 1
vouchernya seharga 100.000. Voucher itu untuk memudahkan kami mencari dana
dan di rapat itu juga beliau membakar semangat kami agar jangan takut ketika
bertemu donatur, apabila ditolak jangan takut lagi untuk menawarkan dan harus
selalu mencoba berjualan voucher. Targetnya adalah kami harus percaya diri,
berani mengkomunikasikan gagasan LKMA, menjual ide LKMA dan mengajak
kerjasama entah itu dengan menjadi donor dengan membeli voucher kami atau
sponsor dan lain-lain.
Alhamdulillah di awal bulan kami mencapai target, kami melakukan banyak
cara yaitu menawarkan voucher-voucher kami kepada semua orang yang dikenal
hingga tidak dikenal. Apabila di Insantama ada suatu acara misalkan parenting atau
seminar maka kami sudah siap stand by di lapangan parkir untuk menawarkan
voucher tersebut kepada para wali murid SIT Insantama. Kami juga berjualan di
sekitar SIT insantama, bulan-bulan itu kami lewati dengan cepat.
Memasuki bulan-bulan pertengahan tahun, baru kami merasakan betapa
beratnya fundraising dan betapa besarnya dana yang harus dikumpulkan untuk
LKMA kali ini. Pemasukan dana kami pun mulai berkurang dari bulan ke bulannya.
Tak tahu mengapa itu terjadi mungkin dikarenakan relasi kami yang mulai habis

48
untuk ditawarkan voucher atau apa yang jelas pendapatan mulai menurun dari
bulan sebelumnya. Begitu pula dengan semangat kami, terkadang semangat kami
sangat tinggi dan saat esok harinya semangat kami bisa sangat turun.
Pertengahan tahun pula bulan krusial bagi kami setelah dana yang
dikumpulkan tak sesuai dengan target ditambah dengan harus tetap mengejar nilai
akademik, pada saat itu juga dilaksanakan UTS. Lengkaplah sudah penderitaan ini!
Cukup? Belum! Masih ada beberapa mata pelajaran yang harus diremedial dan
harus tetap dikejar juga. Banyak juga yang menanyakan posisi dana kami sudah
sampai mana dan sudah berapa, pada saat itu apabila ditanya seperti itu hanya bisa
menjawab dengan satu jurus : senyuman. Saat-saat itu kami mengalami masa-masa
“strees” karena banyak kewajiban yang harus dikerjakan dalam waktu yang singkat
dan bersamaan.
Kami pun mulai ragu dengan pencapaian dan hasil yang didapatkan apakah
cukup untuk mendanai LKMA 2016 masih dengan tujuan Jerman, apalagi maskapai
yang digunakan tidak ada penerbangan langsung ke Jerman harus transit terlebih
dahulu di Belanda dan otomatis tujuan kami berubah menjadi Jerman dan Belanda.
Kami takut, kami adalah angkatan yang pertama kalinya gagal atau destinasi LKMA
tidak sesuai dengan tujuan awal.
Apakah kami akan menjadi angkatan pertama yang gagal?
Apakah kami tidak akan sanggup mendapatkan dana yang direncanakan?
Apakah kami harus berganti destinasi ke Asia Tenggara dan tidak jadi ke
Jerman dan Belanda?
Pikiran itu terus-terus terngiang di kepala kami, memikirkan betapa “malu” apabila
akhirnya destinasi harus berubah hanya dikarenakan dana yang kami dapatkan
tidak mencukupi atau GAGAL! Apalagi waktu yang diberikan oleh sekolah untuk
fundraising pun mulai habis dan mulai mendekati bulan Juni yaitu deadline
fundraising tetapi dana yang kurang masih 300jt.
Ketika kami sedang mengalami masa-masa down, PakKar tidak pernah
menyerah atau berhenti untuk selalu mendorong dan memberikan semangat
kepada kami dengan cara memberikan cerita-cerita serta film-film motivasi yang
bisa membakar semangat kami dan melalui lisannya juga Beliau merangkai kata-
kata menjadi kalimat yang membakar semangat untuk terus mencari dana hingga
deadline benar-benar datang, sebelum deadline itu datang masih ada waktu dan
cara untuk mencari kekurangan dana itu. Beliau pun percaya dengan kami bahwa
kami bisa untuk mengejar kekurangan dana yang harus ditutupi. Beliau pun tak lupa
terus mengingatkan kami untuk selalu istiqomah dalam taqorrub ilallah, sholat
dhuha dan tahajjud, karena Allah Swt akan memberikan nasrullah kepada umat
yang pantas mendapatkannya. Ya, kami harus memantaskan diri agar
mendapatkan nashrullah itu. Harus!
Akhirnya semangat kami kembali lagi untuk mencari dana untuk menutupi
kekurangan yang tersisa. “JANISSARY HARUS TETAP PERGI LKMA 2016 DENGAN
DESTINASI JERMAN DAN BELANDA” itulah kata-kata yang ada dalam pikiran kami.

49
Akhirnya dengan segala kemungkinan yang tersisa. kami melalukan Gathering di
tempat kami masing-masing karena bertepatan dengan libur Ramadhan. Gathering
diadakan di Jakarta, Bogor, Riau, Banjarbaru, Lampung. Tamu yang datang
gathering forum adalah para orangtua siswa SIT dari daerah tersebut, teman-teman
sekitar sanak saudara dan link teman orangtua dan alhamdulillah dana yang
dikumpulkan dari tamu yang datang bisa menambah pendapatan kami.
Di rumah juga saya dan teman-teman tetap melakukan fundraising dengan
tujuan sanak saudara yang belum dijajagi menjadi donator/sponsor. Kami harus
berkorban! THR dari Om dan Tante pun langsung kami konversi menjadi dana
LKMA 2016. Alhamdulillah nashrullah pun mulai turun kami rasakan.
Saat setelah libur Ramadhan kami terus mencari dana pokoknya melakukan
segala cara dan upaya halal dan maksimal untuk menutupi sisa dana hingga detik-
detik akhir. “Biasanya Nashrullah akan turun saat detik-detik akhir asalkan kita tidak
lupa untuk selalu taqorrub dan menjauhi maksiat”, itu adalah salah satu dari ribuan
kalimat motivasi dari Pak Kar dan benar bahwa nasrullah itu datang saat detik-detik
akhir.
Saat libur Idhul Adha tiba-tiba kami mendapatkan kabar bahwa ada yang
menalangi kekurangan sisa dana LKMA. Di saat itu kami sangat-sangat senang
bukan lagi senang bahkan kami sangat bersyukur, karena kabar itu benar-benar
datang saat di waktu yang tepat dan datang saat deadline itu benar-benar datang.
Tak terbayang apabila nashrullah itu tidak datang, mungkin kami langsung rapat
dadakan untuk mencari destinasi yang cukup dengan dana kami yang ada.
Alhamdulillah setelah urusan dana clear, kami mulai mengurus yang lain
seperti persyaratan visa dan pembuatan visa di Jakarta. Rapat-rapat selanjutnya
pun masih membahas tentang dana kalau dana sudah tercukupi, membahas apa
saja yang harus keperluan-keperluan di sana dan tak lupa koper dan tas.
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, dan sampai saat H-1
keberangkatan LKMA. Hari Juma’t diadakan upacara pelepasan LKMA 2016 di
Auditorium SIT Insantama. Saat pelepasan kami diberikan wejangan dan pesan
untuk kami di sana terutama dari pihak sekolah dan yayasan agar selalu menjaga
sikap dan jatidiri Islam. Saat selesai sholat Maghrib dan berpamitan dengan
orangtua, saya dan Alif pergi keluar untuk mengambil plakat dan pin (sebenernya
keluarnya nggak pake izin ke muaddib, asal keluar saja) dengan meminjam motor
kakak alumni yang kebetulan datang untuk ikut melepas kami. Kami pun selamat
sentosa saja saat mengambil plakat dan pin, tetapi karena teringat dengan pesan
teman saya yang menitipkan untuk membelikan nasi goreng akhirnya Alif sang
pengemudi berbelok untuk membelikan makanan. Saat ingin sampai di tempat nasi
goreng, tiba-tiba “TINNNNNNNNN” “GUBRAAAAK” badan saya terpental ke depan
dan terjatuh dari motor sebelum menyadari apa yang terjadi karena mata buram
dan kepala saya pusing.
Akhirnya saya menyadari apa yang terjadi, motor kami bertabrakan dengan
angkot yang berada di sebrang saat ingin berbelok ke tempat beli makanan. Saya
panik saat melihat banyak kepingan kaca-kaca dan pin bertebaran di jalan dan yang

50
membuat makin panik, saya melihat Alif tersungkur di atas motor. Akhirnya banyak
dari warga setempat yang memenuhi TKP dan saya pun membalikkan Alif,
tersentak ada bercak darah di daerah mukanya, “Kak Ets, astagfirullah, kak Ets
kenapa?” tiba-tiba suara itu terdengar, seperti ada teriakan pertolongan dari atas
langit, saat saya menengok yang tadi teriak adalah Ditto adik kelas saya, dan benar
bahwa nashrullah datang di waktu yang tepat atau saat-saat genting. Alif langsung
dibawa ke RS PMI bersama Ditto menggunakan angkot, dan saya kembali ke
Insantama bersama Mulki dengan naik motor untuk membawa berita duka ini
dikabarkan kepada teman-teman. Akhirnya alumni, Pak Mashudi (Yayasan juga),
PakKar, Pak Anas (Muaddib) dan Pak Kurnia (Muaddib juga) berkumpul di RS PMI.
“Gimana Ki?” kata PakKar, “Alhamdulillah Pak plakat sama beberapa pin
masih bisa diselamatkan” itu pertama kali yang diucapkan (karena saat selesai
upacara PakKar menanyakan bagaimana plakat dan pin, jadi sontak saja itu yang
saya ucapkan). “Lho masih mikirin plakat aja, maksud Bapak itu gimana Alif?” “Oh
alhamdulillah Pak, Alif selamat dan masih di ruang UGD.”
Akhirnya, alhamdulillah Alif diperbolehkan pulang setelah diberi
pengobatan dan diberi obat. “Makanya sepenting apapun urusannya, izin dulu dan
jangan lupa sholat dulu!”, pesan dari Pak Anas untuk kami berdua, karena memang
selain belum izin kami berdua juga belum sholat Isya.
Keesokan harinya adalah hari yang sangat bersejarah bagi Janissary yaitu
keberangkatan menuju Belanda, untuk melaksanakan LKMA 2016. Saat sampai di
bandara, tak disangka kedua orangtuaku datang, karena sebelumnya tidak ingin
datang karena semalam tahu bahwa aku juga terkena musibah kecelakaan.
Akhirnya Janissary bisa menuntaskan mimpi yang dibangun sejak kelas 10
dan bisa membuat sejarah baru dengan pertama kalinya LKMA menuju benua biru.
Janissary bisa mematahkan argumen–argumen kalau LKMA 2016 tidak akan ke
Belanda dan Jerman.
Terima kasih Guru-guru dan Insantama telah mendidik kami hingga seperti
ini mengajarkan berbagai potensi akademik dan non akademik. Kalian juga
mengajarkan kami apa itu ilmu kehidupan untuk kita gunakan di masa depan nanti.
Terima kasih juga telah mengajarkan kami sebagai pemimpin sejati, doakan kami
bisa menjadi pemimpin yang adil dan amanah di masa depan nanti.
Terima kasih PakKar yang telah mengajarkan kami apa itu pemimpin sejati
dan mimpi besar, selalu memberikan semangat dan motivasi ketika kami down
dalam fundraising. Memberikan begitu banyak pelajaran hidup bahwa jangan
patah semangat, terus berusaha, bahwa nashrullah itu ada dan tak lupa taqorrub
kepada-NYA. Terima kasih juga telah menjadi pembina LKMA kami yang setia
walaupun kami kerap melanggar apa yang Bapak perintahkan. Selalu berusaha
untuk kami agar LKMA 2016 berhasil. Terima Kasih PAK! Kami tidak akan
melupakan pesan Bapak “Karena hasil tidak akan pernah mengkhianati proses,
maka nikmati saja prosesnya.”

51
Terima Kasih Janissary telah bersama-sama terus hingga kita lulus. Selalu
saling menjaga, selalu bersama-sama di kala suka dan duka, selalu bersama dalam
menjalani program kepemimpinan di SMAIT Insatama dari SEMESTA, LDK, LKMM,
dan LKMA, selalu bersama dalam fundraising hingga kita benar-benar mewujudkan
mimpi kita dari kelas 10 yaitu LKMA 2016 menuju BENUA BIRU bersama itu benar-
benar terjadi.
TERIMA KASIH JANISSARY TELAH MENJADI BAGIAN CERITA HIDUP DAN
MENJADIKAN CERITA ITU ADALAH SALAH SATU CERITA TERINDAH.

52
-PENCAPAIAN AKHIR-
Dina Aprilya

JANISSARY “Best Squad Ever”, yang terdiri dari Sword (ikhwan) dan Shield
(akhwat), merupakan angkatan yang bisa dibilang telah banyak berjuang. Nama itu
diambil dari nama pasukan Muhammad Al-Fatih. Ini adalah doa agar kami bisa
sekuat dan setegar pasukan terbaik Muhammad Al-Fatih. Mereka yang telah
berkorban mencurahkan darah-darah yang hampir tak terhitung banyaknya, baju
baja yang sudah kumal, pedang tajam yang sudah menusuk banyak jiwa kaum kafir,
tanpa ada rasa takut sedikit pun tetap terus maju. Hingga sebanyak apapun cobaan
yang datang, mereka selalu mencoba untuk ikhlas menerimanya walupun sangat
sulit.
Seperti halnya JANISSARY, kami sudah banyak berdedikasi dalam segala hal
yang ada di SMAIT Insantama, mulai dari program kepemimpinan seperti: LDK 1
“Pesantren Sukses : Training Motivaksi Kepemimpinan”, LDK 2 “Taklukkan Cianjur”,
LKMM “Conquer Cianjur”, SMETION 2016, PRA-LKMA 2016, LKMA 2016 “Launches
to Deutschlands and Netherlands, OSIS 2015-2016, dan banyak lagi yang lainnya
seperti memenangkan kejuaraan di berbagai ajang lomba.
Masa-masa SMA memang menjadi momen paling bersejarah, ya nggak?
Kalau dilihat di masa ini, apalagi di film-film kayak “Ada Cinta di SMA”, masa SMA
emang puncak-puncaknya kebebasan itu diberikan secara gamblang, namun itu
berarti hanya menjadi kesenangan sesaat yang dengan itu kami bisa berbuat apa
aja. Tapi, lain halnya dengan cerita SMAIT Insantama Boarding School Bogor yang
semuanya penuh dengan aturan yang diberlakukan, demi kebaikan seluruh anak
didiknya.
Kami sudah di penghujung SMA, banyak sekali pengalaman yang benar-
benar tak terlupakan. Suka duka, mungkin tidak akan sama halnya jika aku tidak
bersekolah di sini yah. Jika dihitung-hitung dulu, aku yang terlalu pemalu di
hadapan temen-temen maupun guru, kini lebih berani dan hubunganku dengan
temen-temen semakin dekat, sudah tau tuh kelebihan ama kekurangan dari
masing-masing orang. Tapi, nggak hanya itu yang jelas anak-anak kelas SHIELD
memang yang paling baik, dah. Coba bayangin, kalau misalnya kami ogah-ogahan
untuk mencari dana LKMA 2016 “Launches to Netherlands and Deutschlands” bisa
jadi gagal, ya nggak?
Tapi, karena kami punya satu tujuan yaitu untuk menyukseskan itu semua
dan memang H-5 sebelum keberangkatan banyak cobaan. Terutama kami dibilang
melanggar aturan yah gara-gara bawa mp3 ke sekolah dan sepenglihatanku guru-
guru masih kecewa dengan kami. Yah, apa yang bisa kami perbuat nasihat malam
itu oleh Pak Wahyu membuatku menangis juga temen-temen yang lain. Sampai-
sampai aku berpikir segitu parahkah angkatan kami. Di sekolah kami, yang namanya
kemaksiatan sangat dihindari, betapa pun kecilnya. Sesuatu yang mungkin di
sekolah lain biasa saja. Pacaran itu lumrah saja di sekolah lain, tapi di sekolah kami,

53
itu jelas sebuah kemaksiatan yang besar. Kami benar-benar dijaga sedemikian rupa
agar zero maksiat! Itu mengapa, membawa Mp3 yang berisi selain murottal juga
pelanggaran buat kami semua. Astaghfirullahal azhim.
Itu semua membuat aku gak tau harus berbuat apa lagi untuk
mengembalikan kepercayaan dari guru-guru. Hingga H-1 keberangkatan kami satu
angkatan dikumpulin untuk meminta maaf kepada guru-guru. Akhirnya kami
nangis sampai-sampai yang ikhwannya juga ikutan nangis. Satu hal, setiap kami
melakukan kesalahan, selalu segera setelah itu Pembina dan guru-guru kami
melakukan mental recovery. Benar kami salah dan karenanya kami harus berani
bertanggung jawab. Namun bukan berarti dunia runtuh, kiamat buat kami. “Muslim
yang baik bukan berarti Muslim yang tidak pernah salah! Namun jika ia bersalah, ia
segera bertobat.” Begitu selalu yang didengungkan pada kami. Masya Allah.
Akhirnya, keesokan harinya di tengah-tengah hujan angin, kami berangkat
dari kampus SMAIT Insantama menuju mesjid Nurul Amal di YONIF/315 dengan
berjalan kaki untuk naik bus ke Bandara Soekarno-Hatta. Ketika sampai di Bandara
Havalimani Ataturk, Turki yang suhunya hampir mencapai 120C, bisa dibilang
malam itu udaranya benar-benar menusuk kulitku, kemudian barulah kami
melanjutkan penerbangan menuju Amsterdam, Belanda yang suhunya lebih
ekstrim mencapai 80C. Tiba di landasan pesawat dan keluar dari bandara langsung
disambut Europe view, bener-bener indah dan yang pasti tertata rapi di setiap sudut
kota. Rumah-rumah yang tirainya dibuka dan terlihat penghuninya yang sedang
makan malam sembari menonton TV seperti yang ada di film-film malam. Kalau di
Islam, model rumah seperti itu tidak dianjurkan karena privasi penghuninya bisa
terlihat oleh orang lain.
Awalnya kami nggak nyangka, ternyata perjuangan kami selama hampir 6
bulan mencari dana sebesar 1 miliar 300 juta rupiah untuk LKMA 2016 “Launches
to Netherlands and Deutschlands” yang kaki ‘jadi’ kepala, kepala ‘jadi’ kaki, ditolak
banyak donatur yang terkadang bikin sakit hati, ditanya program yang minta duit
mulu, namun akhirnya terbayarkan semua itu dengan wonderful night pada malam
pertama di Eropa.
Kami dipecah menjadi dua kelompok, ada yang anak homestay ada juga
yang anak hostel, dan aku sendiri termasuk anak hostel yang tiap pagi ada aja yang
mengambil telur rebus saat sarapan, lumayan untuk camilan.
Keesokan harinya adalah giliranku menjadi MC di presentasi LKMA ini, deg-
degan ya pastinya ditambah itu adalah rumah Indonesia yang ada di Belanda yaitu
Kedutaan Besar Indonesia untuk Belanda, i can’t imagine it. Akhirnya, alhamdulillah
semuanya lancar. Presentasi tersebut tidak hanya sekedar memperkenalkan
program sekolah kami saja, tapi juga sebagai pengetahuan bahwasanya meski
negara kami dikenal dikhawatir terus meluncur menjadi ‘the failed state’ negara
gagal, tapi kami menguatkan keyakinan bahwa kita juga mampu bangkit dari
keterpurukan selama ini. Allahu Akbar !!!
Ditambah selama di Belanda, banyak sekali pengalaman dan juga
pembelajaran yang bisa diambil dan tidak heran kenapa Belanda bisa menjadi

54
negara maju dikarenakan semuanya mendukung seperti fasilitas sarana
transportasi, masyarakat yang taat dan tertib pada aturan, juga orangnya ramah
dan nggak ketinggalan free-wifi di manapun kalian berada.
Jika diperhatikan orang-orang disana itu nggak hanya ramah kepada yang
ganteng dan cantik, tapi juga ramah ke orang-orang asing seperti kami. Banyak yang
nanyain kayak “Where do you come from?”.
Tak ketinggalan PakKar (our loyal coach) mengajak berjalan kaki
mengobservasi kehidupan mereka, membelah kota Denhaag menuju penginapan
kami. Sore itu kami disuguhi jalanan penuh warna. Ada banyak lalu lalang sepeda
jengki ditingkahi trem kota dengan warna warni mencolok. Ada banyak pajangan
barang-barang bermerek di sepanjang jalan. Bukan untuk shopping yang pasti
hanya untuk refreshing, karena setiap harinya jadwal kami sangat penuh dan padat,
yah dengan itu setidaknya kami tidak terlalu penat. Yap. Kehidupan kami di sini ada
di antara kereta api dan jalan kaki dan tak lupa bis! Semuanya kami jadikan
refreshing. Tak ada hari dan waktu untuk city tour! Karena kami sedang studi bukan
jalan-jalan! Semangat !
Dipastikan semua orang terlihat bahagia, nggak ada tuh yang ngomel
pengen balik ke Indonesia, dan nggak ada juga yang sakit. Kami juga mengunjungi
beberapa universitas ternama seperti: Universiteit Leiden dan TU Delft, benar-
benar pengalaman yang tak terlupakan, aku udah merasa jadi mahasiswi luar negeri
aja, dan itu benar-benar menarik karena tak hanya berkunjung kami juga diajak
berdiskusi. Ya, datang, presentasi dari kami pakai kombinasi Bahasa Inggris dan
Arab, ikut kuliah mereka, diskusi, dan observasi fasilitas mereka. Begitu setiap
harinya!
Empat hari di Belanda, tak terasa, kami harus pergi meninggalkan negeri
kincir angin itu dan bertolak ke Jerman yang katanya orang-orangnya keras. Namun,
karena di sana kami mengunjungi Wilhemstadt Schule, kami merasa seperti murid
di sana dengan asrama yang fasilitasnya sangat mumpuni, seperti dapur yang
dipenuhi dengan makanan dan minuman juga kamar mandi dengan westafel juga
bathtub.
Tidak hanya itu, anak-anak di sana juga ramah-ramah walaupun tidak
seramah orang Belanda namun yang pasti baik tentunya. Setelah itu, kami bertolak
ke penginapan selama 2 hari, dan tibalah di ujung LKMA, kami diajak untuk ke
Hauptbanhouf Station, Reichstag Parliament, dan yang paling utama
Brandenburger Tor. Aku sangat terpukau dan perjalanan ke sana seperti yang ada
di timelapse yang dulu sering kami lihat. Terpesona dengan bangunan-bangunan
khas Europe, aku dan teman-teman langsung mengambil spot untuk mengabadikan
momen-momen tersebut.
Eits, jangan salah habis ini kita harus langsung balik ke Indonesia, yang
rasanya ingin tetap tinggal. Eropa bikin kami ketagihan. Tapi mana mungkin karena
kita masih punya masa depan yang panjang dan masih banyak ujian yang harus
dilewati. Seperti US,USBN, UN, dan SBMPTN, karena perjuangan kita belum sampai

55
di ujung mercusuar dan yang pasti ini unexpected journey banget di hidupku. Kapan
lagi coba ke luar negeri satu angkatan. Ini patut disyukuri.
Jangan salah lagi, meski kami memang terpesona dengan pemandangan
yang memanjakan mata, namun kami tidak lantas silau. Kami tetap fokus untuk
terus menganalisis. Meski nyaris terlihat sempurna, namun kami melihat masih ada
kekurangan. Kekurangan itu sangat dalam buat kami, yakni (maaf) ada cukup
banyak kotoran di pinggir jalan, seperti bekas botol bir dan (ini juga yang membuat
dahi kami berkerut dalam) kotoran anjing dimana-mana. Juga tata kehidupan
sosialnya yang sangat bebas. Kami terpekur. Benar tak dapat disangkal, Eropa
memang megah, namun kami kehilangan tata kehidupan Islam di sini. Ini menjadi
bahan penting bagi laporan kami nanti bahwa Islam memang rahmatan lil ‘alamin
jika diterapkan sempurna. Eropa sempurna jika Islam ada di sana secara paripurna!
Insya Allah, suatu hari nanti kami akan menyaksikannya!
LKMA 1 Miliar, DONE! Launches to Netherlands and Deutschlands,
Gluckwunsche, Geitzt 3x, Allahu Akbar BOOM!!!

56
-Passion 4 Jempol-
Fathurrahman Al Farizi

Passion ana adalah desain. Desain yang telah menyeret ana ke dunianya,
dunia yang penuh dengan ekspresi, kreatifitas dan ide. Di sini ana kecemplung di
dunia design.
Semua itu berawal dari kelas 9. Jadi dulu itu anak-anak asrama lagi mau
bikin baju futsal. Kalo mau bikin baju harus didesain dulu kan? Zaman itu belum ada
yang bisa desain di software. Kemudian datanglah seorang ustadz muda. Jreng
jreng… Nama ustadz muda ini adalah Ust Farhan. Nanyalah Ust Farhan ke anak-
anak. “Ada yang punya Corel Draw ga ?” salah satu temen ana ada yang punya tuh.
Waktu itu ana denger mitos-mitos Corel Draw baru 2x, yang pertama dari guru
matematika ana Ust Ricky Setiawan. Beliau yang merekomendasikan ana buat pake
software itu pas lagi bikin desain jaket angkatan. Karena waktu itu ana belum bisa,
jadi ana pake sektsa gambar tangan. Nah pas Ust Farhan ini nih ana coba-coba
mainin Corel Draw. Bermodal ilmu sok tau bin kepepet. Ana buat desain baju
futsalnya dan jadilah bajunya. Kalo mau hasilnya antum bisa liat baju futsalnya Ilyas
yang nickname-nya “Sheaffer” no.21, warna bajunya hitam ada merahnya. Baju
futsal itulah design pertama ana menggunakan Corel Draw.
Dari peristiwa itu ana kepo sama Corel Draw. Ana otak-atik tools-nya.
Seiring berjalannya waktu ana masuk SMAIT Insantama. Di Insantama ini pula ilmu
design ana menjadi meningkat drastis.
Desain pertama ana di Insantama itu ketika kegiatan LDK 2 (Latihan Dasar
Kepemimpinan) 2 “Taklukkan Cianjur”. Di situ ana yang membuat tema desainnya.
Soalnya tiap kegiatan di Insantama punya ciri khas tema desainnya masing-masing
dan tiap angkatan punya khas masing-masing juga.
Selama di Insantama ana banyak belajar dari kak Rizki atau panggilan
akrabnya kak Kimut, angkatan 4 “Avicenna”. Waktu ana pertama kali masuk ke
insantama kakak kelas yang ana kagumi itu adalah beliau (widiih beliau). Jadi kak
Kimut ini adalah seorang Master of Design di Insantama. Ana akui itu, dan
julukannya itu diakui sama teman-temannya, kakak kelasnya, adik kelasnya dan
guru-guru pun mengakuinya, PakKar juga. Dia ahli dalam Digital Imaging
(Manipulation Design), Design Graphic, Logo, Motion Effects. Yang lebih menonjol
di kak Kimut itu desain manipulasinya. Dan ana belajar software Adobe Photoshop
lihat dari ka Kimut juga. Ana lihat gerak-gerik dia saat desain di Photoshop, dibantu
sama teman sekelas ana atau bisa disebut rival desain ana hehe yaitu Alif Pratama,
panggilan akrabnya Ets. Ets ini yang mengajari ana dasar-dasar dari Photoshop,
soalnya dia udah lihai dan cukup lama di dunia Photoshop. Ada orang yang bilang
kalo ana dan Ets digabungkan akan jadi ka Kimut. Karena jalan design ana dan Ets
itu berbeda dia lebih condong ke simple, elegan, vintage, stocker, iconer. Kang
Zulhadi (Owner AQADA Studio) juga pernah bilang kalo desainer Insantama itu udah

57
melebihi anak-anak SMK yang belajar desain bahkan melebihi anak kuliahan.
(wedeehhh).
Ana terus belajar, belajar dan belajar tentang desain. Basic ana yang pake
Corel Draw pun udah meningkat, ditambah lagi ilmu baru photoshop. Desain ana
semakin berguna di Insantama untuk kegiatan-kegiatannya. Ana merasa sudah bisa
menguasai pengendalian Digital Imaging, Design Graphic dan Logo. Hampir sama
kayak Kak Kimut, yaaa karena benchmark ana itu Kak Kimut. Disamping ana bisa
desain-desain grafis gitu, ana juga bisa video editing. Sebenarnya ana bisa Video
Editing itu dari kelas 9 juga. Kalau Video editing emang ada ekskulnya, tapi ana
merasa dulu itu cuma diajarin dasar banget. Selebihnya ana otodidak.
Sempat terbesit di pikiran ana kalau tiap kali ana desain di Insantama itu
ga dibayar. Yaa wajar lah ya soalnya kan ana ngerjain desain itu buat keperluan
bersama. Nah di situ ana memutar pikiran ana, ilmu desain ana sudah cukup
banyak, saat ana mengeksekusi desain ana juga sudah cukup diterima orang,
kualitasnya juga udah di atas (kalangan Insatama). Gimana kalo ana manfaatkan
desain ana untuk bisnis. Mulailah ide nekad ana, jasa desain logo ana buka di sosial
media. Karena waktu itu ana lagi enak bikin logo, jadi ana memberanikan diri buat
buka jasa logo. Alhamdulillah ternyata ada yang memesan untuk dibuatin logo.
Client pertama ana itu Kak Ayu Larasati angkatan 4 “Avicenna”. Waktu itu Kak Ayu
minta dibuatin logo toko kue punya uminya. Jadilah logo Ida Cookies. Logo orderan
pertama ana jual Rp 100.000,00. Sebenarnya buat desainer jumlah segitu itu
muraaaahhhh bangett. Tapi karena ana masih amatiran jumlah segitu udah
lumayan dan standarlah harganya. Ga lama ada order lagi dari temennya temen
ana waktu SMP, dia minta dibuatin logo Muslimah Remaja Club. Udah ana buatin
logonya terus ana kasih tau harganya Rp 200.000,00. Dia keberatan harga segitu,
kenapa ana pasang harga 200k ? Soalnya logo yang ana buat itu logo organisasi.
Apalagi organisasinya ini udah level kota. Tapi dia tetep keukeh mau dikurangin lagi
harganya. Ana turunin jadi 150k dia masih keberatan, sampe ana turunin 100k eh
dia malah ninggalin gitu aja. Jadi ana ga dapet apa-apa dari orderan kedua.
Wajarlah bisnis ada rintangannya.
Setelah itu Abinya Zulfahmi order logo perusahaan apartemen sama logo
bisnis rumah kavling plus sama brosurnya. Alhamdulillah berjalan dengan lancar.
Yang terakhir itu ana dapet orderan dari anak mahasiswi Universitas Pakuan, dia
minta dibuatin desain proposal bisnis. Yang ada dalam pikiran ana proposal itu
bentuknya A4 biasa kayak yang dibuat di Insantama, ternyata yang dia minta itu
bukan kayak gitu. Dia minta bentuknya itu lingkaran pizza. Beuh ana bingung,
Gimana bikinnya ? Idenya bagus sih anti-mainstream, tapi susah buat dieksekusi.
Setelah melewati masa-masa yang sulit, memikirkan ide yang begitu rumit,
akhirnya cahaya Illahi datang menyinari laptop ana. Dan ana mendapatkan ide
bagaimana caranya buku dibentuk jadi lingkaran dan tiap loyang pizzanya ada
lembaran-lembaran yang isinya tentang isi bisnisnya itu. Alhamdulillah, luar biasa,
allahuakbar yess. BISA. Jadilah desain proposalnya dengan harga yaaa 100k,
sebenarnya itu ga sebanding sama kesulitan designnya harusnya mah mahal. Tapi
yaa ana masih amatir kan.

58
Seperti yang ana udah bilang bidang ana ga cuma di desain grafis, ana juga
bisa video editing. Nah kemampuan ini dibutuhkan banget di Insantama. Karena
tiap kegiatan di Insantama itu wajib untuk didokumentasikan dan diabadikan jadi
sebuah film dokumenter. Dari kegiatan LDK, LKMM, sampe LKMA yang membuat
film dokumenternya itu tim ana, yang di dalemnya itu ada Ets dan Jon. Ada suka
duka saat lagi buat film. Sukanya karena yaaa ini passion ana da ana ngejalanin
dengan bahagia, dukanya saat filmnya itu ditagih sama PakKar. “Al, film mana Al ?
udah jadi ?” Huufttt sebenarnya kata-kata itu udah jadi horror di telinga ana.
Karena ana selalu ngaret dari deadline kalau berurusan sama Beliau. Yaa soalnya
ana ngerasa kalo film itu butuh waktu yang lama buatnya. Tapi karena PakKar terus
meneror untuk film harus cepet jadi, yaa mau ga mau harus cepet jadinya. Tapi ana
beruntung digenjot seperti itu. Dengan begitu kerja ana lebih cepat, kalo ana ga
diingetin deadline udah bablas kali filmnya. Beliau mah selalu minta speed n
responsive!
Dari dunia desain ana beralih menyukai dunia perfilman. Penyebabnya
karena film LKMA. Sebelum ana membuat film LKMA, ana menonton channel
Tim2one di YouTube, dan ana belajar gaya video yang digunakan oleh Chandraliow
sang YouTuber Indonesia, ana pelajari sinematografinya, beat videonya, pokonya
ana pelajari semua apa yang ada di video Chandraliow. Hasilnya yang ana pelajari,
ana realisasikan di film LKMA. Di film LKMA ana membuat suatu dobrakan dari film
LKMA sebelumnya. Jadi yang berbeda film LKMA 2016 sama film LKMA sebelumnya
itu adalah, di film LKMA 2016 ana memakai Color Grading, transisi yang sesuai
dengan beat lagunya, soul dan feeling-nya ana tumpahkan dalam lagu dan video.
Dan menurut ana itu semua baru pertama kali di film LKMA 2016.
Tetapi tantangan terberat di pengerjaan film LKMA adalah Opening.
Opening-lah yang membuat muqaddimah film itu jadi menggelegar, yang membuat
penonton itu jadi terguncang jantungnya dan opening-lah yang dijadikan ajang
menampilkan kehebatan Visual Effect tiap angkatan. Kebetulan yang diamanahkan
membuat opening itu ana. Galaulah ana, karena apa ? Karena di opening film LKMA
2015 itu yang membuat ana down. Bagaimana caranya membuat effect yang lebih
dahsyat dari LKMA 2015 ? Bagaimana ? Opening yang dibuat sama Kak Kimut itu
menurut ana opening yang paling keren. Kak Kimut buat opening itu tanpa
template, full stock footage, keren deuh. Tapi tetap ana harus optimis kalau ana
bisa melebihi effect-nya LKMA 2015. Ana searching di youtube tentang tutorial
adobe after effect. Jujur sebelumnya ana belum bisa pakai after effect. Sebelumnya
paling cuma bisa buat stabilize video aja, selebihnya ga bisa. Ana belajar di youtube,
ana belajar ke adik kelas yang namanya Ais, karena dia udah cukup bisa main after
effect. Ana belajar dasar-dasarnya dari dia, bagaimana caranya menggunakan
element 3D, optical flare, shockwave dll. Setelah ana pelajari dasarnya dari Ais,
selebihnya ana belajar sendiri lagi lewat youtube. Ana download tutorial-nya dan
ana tonton terus videonya. Ana pelajari selama seminggu sebelum film LKMA 2016
diriliskan pada tanggal 28 Januari 2017. Akhirnya ana mendapatkan ide apa yang
harus ana reaslisasikan di opening LKMA 2016.

59
Lagu sudah dapat yang baru dan ide pun ana realisasikan selama seminggu.
Effect yang ana pakai di opening LKMA itu adalah element 3D, optical flare, twitch
dan particle. Hanya itu dan hasilnya yaa menurut ana, opening yang ana buat itu
masih sedikit di bawah opening LKMA 2015. Kalau diibaratkan hanya beda satu
tangga sama opening LKMA 2015. Masih kurang punchline. Tapi ga apa-apa yang
kesedihan ana tertutupi sama isi LKMA 2016. Menurut ana isi dari LKMA 2016 lebih
baik dari LKMA 2015.
Inti dari cerita yang ana sampaikan di cerita yang ga jelas ini adalah desain
telah meracuni ana menuju hal yang positif. Ana bersyukur dan benar-benar
bersyukur di SMAIT Insantama ana telah menemukan masa depan ana, jalan
potensi ana dan memberikan jalan pasti untuk cita-cita ana. Insantama
membiarkan siswa dan siswinya untuk menyalurkan ide kreatifitasnya pada
tempatnya tetap dalam koridor taqorrub ilallah.
Oh ya, satu lagi yang membuat ana bersyukur, PakKar juga memberi 4
jempol untuk film LKMA 2016, 2 jempol punya PakKar dan 2 lagi entah Beliau
pinjam dari siapa? Hehehe… Alhamdulillah.

60
-Beneran Gak Kerasa!-
Zondra

Sekolah di Insantama itu beneran ga kerasa waktunya. Tau-tau udah naik


ke kelas 11 aja, di kelas sebelas program latihan kepemimpinan dan manajemen
berlanjut. LKMM, ya itu adalah program kami di tahun kedua SMA. Dalam LKMM
ini kami harus melakukan problem solving di suatu desa tertinggal dan harus
mencari solusinya lalu dipresentasikan kepada warga desa dan para pejabat di
desa tersebut sebagai bahan acuan untuk membangun desa itu menjadi lebih
baik. Desa yang kami kunjungi berada di Cianjur juga sama seperti waktu LDK
tetapi beda tempat bukan di desa yang sama, lebih tepatnya di Desa
Kebonpeutey, Cianjur. Tak beda pula dengan LDK, kami harus mencari dana untuk
merealisasikan program ini, tetapi dengan jumlah dana yang lebih besar sedikit
dan dengan tenggat waktu yang lumayan lama sekitar satu minggu.
Lanjut lagi setelah LKMM kami langsung dihadapkan dengan angka 1,2
milyar untuk menggapai mimpi besar kami yang dibangun sejak kelas 10 yaitu
menaklukkan Jerman dan Belanda dalam program LKMA. Nah ini dia nih
dedengkot dari segala proses latihan kepemimpinan dan manajemen yang ada di
Insantama. Kami harus mendapatkan uang sebanyak itu hanya dalam 6 bulan jadi
sekitar 200 juta per bulan.
Awalnya sih ragu buat dapetin uang segitu. Ya namanya baru SMA tingkat
2 udah disuruh nyari duit segitu tanpa harus minta sama orang tua, tetapi
pembina kami yaitu pakKar itu sebutan akrabnya yang kagak pernah ganti dari
LDK ini (hehehe becanda Pak) ga pernah berhenti buat selalu memotivasi kami
untuk ga gampang menyerah dan selalu bicara "Jerman dan Belanda sudah di
depan mata kalian!" Alhasil bulan pertama Januari kami berhasil dapet 200 juta,
tetapi bulan-bulan berikutnya yang kami dapatkan turun drastis tak sebanyak
bulan pertama. Ditambah lagi kami amanah sebagai Pengurus OSIS dan menjadi
EO di acara SMENTION 2016. Kalo SMENTION ana ceritain juga alangkah
panjangnya cerita ana ini…
Walaupun dana yang kami kumpulkan tidak semaksimal layaknya bulan
januari kami tetap berjuang keras dan bertaqarrub pada Allah untuk
mendapatkan pertolongan dari-Nya. Selagi kami mencari dana kami juga harus
berlatih presentasi tentang materi LKMA itu sendiri untuk dapat ditampilkan
ketika kami melakukan kunjungan ke perusahaan atau yang lainnya. Karena
presentasi ini jugalah kakak-kakak kelas kami mendapatkan pujian antara lain
mulai dari disebut sebagai ‘gila’, layak jadi mahasiswa tingkat 4, diplomat, dan
tak lupa juga sudah layak jadi pemimpin pastinya. Alhamdulillah.
Waktu kian berlalu dana terus kami kumpulkan, presentasi terus kami
latih dengan menggunakan tiga bahasa yaitu bahasa Indonesia, Inggris dan Arab
tentunya. Kami juga tidak lupa untuk menyiapkan dokumen perjalanan. Awalnya
kami akan menggunakan maskapai Garuda Indonesia karena kakak kelas kami

61
(angkatan 4) yang telah menaklukkan Jepang membuka jalan dengan bekerja
sama bersama Garuda dengan harapan kami dapat potongan biaya tiket. Tetapi
Garuda mematok harga tiket untuk satu orangnya sekitar 14 juta, nilai ini masih
terlalu besar bagi kami Janissary (nama angkatan yang dapet idenya pas rapat
perdana LKMA). PakKar terus mengupayakan agar harga tiket bisa turun lagi.
Tetapi Garuda tidak bisa menurunkan harga lagi. Pernah pada suatu kesempatan
ada bazar tiket di Senayan, Jakarta harganya bisa jadi 8 jutaan. Pembina kami
bergerak cepat untuk bisa mendapatkan tiket dengan harga tiket sekitaran 8juta,
tetapi ternyata setelah ke sana, tetap tidak bisa juga.
Tidak bisa dapat tiket dengan harga yang murah tentunya kecewa tetapi
nashrullah itu pasti. Abah Salim owner Safinaa (travel perjalanan yang kami
percayai dari angkatan-angkatan sebelumnya untuk membantu proses tiket dan
visa) mengusulkan untuk naik Turkish Airlines saja karena harganya hanya sekitar
10 jutaan lebih murah dari Garuda maupun maskapai yang lainnya. Alhamdulillah.
Oh iya yang awalnya mimpi besar kami cuma ke Jerman tapi malah dapet
bonus dari Allah kami berkesempatan mengunjungi Belanda juga, karena tidak
ada pesawat yang langsung ke Jerman alhasil digantilah tagline LKMA 2016
Launches to Germany jadi LKMA 2016 Launches to Netherland next to Deutschland.
Keren kan? Alhamdulillah.
Akhirnya perjuangan kami selama ini berusaha keras, senantiasa tahajjud
dan dhuha di setiap waktunya, mengupayakan zero maksiat, bertaqarrub kepada
Allah terbayarkan. Proses demi proses kami lewati untuk keberhasilan LKMA ini.
Tempaan agar menjadi muslim yang tak mudah menyerah terbayarkan lunas
sudah. Hari keberangkatan tiba 29 oktober 2016 menjadi hari bersejarah bagi
kami Janissary dan civitas Insantama karena menjadi LKMA pertama yang dapat
menaklukkan Eropa. Setelah sebelumnya dilepas oleh adik kelas dengan acara
bersama orang tua, guru, dan para mitra di hari sebelumnya. LKMA 2016 Launches
to Netherland next to Deutschland berhasil sudah, dengan begitu rangkaian
program kepemimpinan dan manajemen di Insantama dengan kata lain sudah
selesai dan juga mimpi besar pertama kami sudah tercapai. Benar kata PakKar
"Hasil tak pernah mengkhianati proses, maka nikmatilah prosesnya".

62
#KunciMasaDepan

PESANTREN WISUDA
 Pendekatan Metode : Training Motivaksi
 Tujuan : (1) Mereview semua materi pembelajaran selama menjalani masa
pendidikan di SMAIT, khususnya sesuai dengan karakter lulusan yang
dikehendaki dan (2) me-recharge energi menuju sukses masa depan, khususnya
pada jenjang perguruan tinggi, serta (3) membangun jaringan alumni.
 Durasi Waktu : Pola 24 jam efektif (3 hari 2 malam) pada akhir semester 6 tahun
ke-3.
 Tempat : Pusdiklat (indoor dan outdoor).
 Garis Besar Materi : Resume materi pembelajaran dan pembinaan kesiswaan,
Mimpi Besar di jenjang pasca SMA dan Jaringan Alumni.

63
64
-PeWe KAMI-
Jamilah Afifah

Banyak momen yang telah kami (Janissary) lewati selama hampir enam
semester. Mulai dari hal biasa-biasa saja sampai hal paling tidak biasa. Mulai dari
hal yang menyenangkan hingga menegangkan. Mulai dari suka cita hingga duka
lara. Semua orang tentunya tau, hidup di dunia ini hanya sementara. Bahkan sangat
sebentar kalau dibandingkan dengan hidup di akhirat yang abadi tahun lamanya.
Saat ini Janissary sedang melaksanakan Pesantren Wisuda di Kebun Raya
Cibodas. Acara ini dilaksanakan sekaligus sebagai bentuk refreshing setelah Ujian
Nasional. Walau begitu, tetap ada saja yang gak suka sama acara beginian, ya kan
mendingan pulang ke rumah, kira-kira begitu. Itu mengapa ada saja yang sepertinya
gak suka.
Tepat hari Senin, tanggal 17 April 2017 kami segera menuju tempat
dilaksanakannya Pesantren Wisuda yaitu Kebun Raya Cibodas. Tidak ada persiapan
khusus sih, karena ini memang salah satunya ditujukan untuk refreshing setelah
penat melakukan Ujian Nasional. Kami menuju ke sana sekitar pukul tujuh pagi,
menggunakan mobil yang telah disiapkan. Tidak lain dan tidak bukan, adalah mobil
jemputan Insantama, dan beberapa mobil pribadi. Mungkin memang lebih baik
daripada menggunakan bis, yang ukurannya terlalu besar dan perlu mengeluarkan
biaya tambahan.
Gak kerasa setelah beberapa jam berada di dalam mobil dari kejauhan kami
sudah melihat perbukitan-perbukitan. Akhirnya, sampailah kami ke villa yang akan
kami gunakan untuk menginap. Setelah mendapat kamar masing-masing, aku
segera membereskan barang dan beristirahat. Hari pertama pun dihabisi dengan
materi-materi yang disampaikan oleh beberapa pembicara yang merelakan
waktunya untuk datang ke Cibodas,
Pesantren Wisuda (PW) kali ini berlangsung selama tiga hari dua malam.
Setelah hari pertama dilewati dengan mendengarkan banyak nasehat, hari kedua
pun diawali dengan berkeliling di Kebun Raya Cibodas. Sekitar jam delapan kami
sudah berkumpul, perjalanan pertama menuju taman paku-pakuan. Ternyata tidak
terlalu jauh dari villa yang ditempati.
Kemudian berlanjut ke taman lumut, dan kami pun berkesempatan untuk
melihat bunga bangkai raksasa yang sayangnya tidak sedang mekar sempurna.
Selain itu kami juga melihat salah satu tanaman insektivora yang dilindungi, yaitu
kantong semar. Banyaknya spot bagus juga tidak kami lewatkan untuk bisa
mengabadikannya dalam kamera. Melihat ini, ada semburat penyesalan, mengapa
ada yang masih tidak suka. Padahal, bukan saja materi-materinya yang penting buat
kami sebagai kunci pembuka pintu masa depan, tapi juga taddabur alamnya yang
subhanallah… laksana ‘taman surga’ di dunia.

65
Ternyata PakKar dan tim guru membawa kami ke tempat air terjun dengan
berjalan kaki. Perjalanan menuju air terjun cukup menguras tenaga. Tapi
lumayanlah, sedikit terbayar setelah melihat pemandangan air terjun dan
keindahan pemandangan alamnya. Tapi yang membuat kami sangat kelelahan
adalah setelah kembali dari air terjun. Pertama-tama kami harus menaiki anak
tangga yang lumayan terjal. Setelah itu kami harus berjalan kaki untuk bisa kembali
ke jalan yang kami lewati sebelumnya.
Di tengah perjalanan, PakKar menawarkan kepada kami untuk melewati
‘jalan tikus’. Berpikir perjalanan akan semakin cepat, kami pun mengiyakannya.
Namun tantangan justru semakin besar karena adanya pohon tumbang yang
menghalangi perjalanan kami. Akan tetapi, alhamdulillah tidak terlalu sulit karena
semua dari kami pun berhasil melewatinya.
Setelah sampai di villa, kami segera membersihkan diri dan beristirahat
sekenanya karena akan dilanjutkan kembali dengan materi-materi. Puncak lelah
kami terjadi ketika malam hari. Rasa kantuk dirasakan hampir semua dari kami.
Semangkuk bakso yang diberikan kepada kami, cukup mampu menahan kantuk
yang sudah dirasakan sejak tadi. Sekitar pukul 10 malam, kami pun bisa kembali
menuju kamar.
Hari Rabu, tanggal 19 April 2017, adalah hari terakhir pesantren wisuda.
Hari terakhir ini, akan dihabiskan untuk mendaki Gunung Gede Pangrango yang
terletak tidak jauh dari Kebun Raya Cibodas.
Pertama, kita diberi penjelasan terlebih dahulu di ruang audio visual Kantor
Pengelola Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Setelah itu langsung menuju
ke Gunung Gede Pangrango. Tidak banyak persiapan khusus, toh kami tidak menuju
sampai puncak gunung. Walau tidak jauh tantangan yang harus dihadapi namun
cukup menarik dan lumayan mengerikan. Suasana hutan yang lembab, dan tanah
yang dipenuhi lumut sehingga membuat kesan tersendiri. Kami benar-benar
merasakan suasana hutan tropis yang masih alami.
Salah satu rintangan yang akan kami lalui adalah canopy trail. Jembatan
setinggi empat puluh meter, sepanjang 123 meter dan selebar 90 centimeter
menjadi hal yang wajib kami lewati. Tak ada pilihan lain bagi kami! Aku sangat
menikmati perjalananku selama melewati jembatan tersebut. Keindahan yang tak
tertandingi ketika melihat pemandangan hutan dari ketinggian sejauh empat puluh
meter.
Kami pun segera melanjutkan perjalanan menuju tujuan selanjutnya yaitu
air terjun. Pendakian yang cukup singkat, namun bisa menggambarkan sedikit
keadaan hutan yang begitu luas. Sesuai dengan cita-citaku untuk menjadi
mahasiswa konservasi sumberdaya hutan dan ekowisata. Walaupun sih tujuan
lainnya biar bisa travelling ke berbagai tempat. Pada akhirnya, telah sampai deh di
akhir cerita. Sedikit dari pengalaman di masa-masa terakhirku di SMAIT Insantama.

66
-QUALITY TIME-
Holilaturrosyidah
“Yeee!!!”, begitulah teriakan anak kelas SHIELD saat mendengar kabar
bahwa Pesantren Wisuda (PW) dimajukan menjadi tanggal 24-26 April 2017. Masih
ada waktu satu minggu untuk persiapan sebelum keberangkatan, artinya kami bisa
pulang. Alhamdulillah....
Belajar itulah aktivitas yang akhir-akhir ini selalu kami lakukan, baik di
sekolah, asrama, maupun tempat les khusus. Belajar untuk persiapan UN adalah hal
yang berat karena harus memahami betul pelajaran dari kelas 10 sampai kelas 12.
Setiap hari kami mengerjakan soal-soal tipe UN. Aku memilih UN pilihannya KIMIA
dan kata orang-orang mapel KIMIA itu termasuk yang cukup sulit di kalangan SMA.
Emang bener sih, tapi sepertinya nggak seperti kebanyakan orang-orang pikirkan.
***
Tak terasa UN tinggal sehari lagi, ujian di hari terakhir ya tadi mapel pilihan
(KIMIA/FISKA/BIOLOGI) untuk UN kali ini. Di kelas XII - IPA 2 ada 16 orang yang milih
KIMIA, 10 orang yang milih BIOLOGI, dan 6 orang yang milih FISIKA. Malam sebelum
UN itu, aku dan teman-teman sekamarku (Nada, Yasmin, Hanan, Ariqoh, Chintya,
Andita, Ningrum, dan Nurun) sampai bergadang untuk mempersiapkannnya, yah
tinggal tawakkal aja.
Akhirnya UN telah berakhir, kami semua sudah mempersiapkan jadwal
yang akan dilakukan hari itu, tapi tanpa acara corat-coret, tentunya. Sebelum
kembali ke asrama, kami dikumpulkan di kelas XI-3 untuk mendapatkan berbagai
pengumuman dari guru-guru. Hari itu juga, kami disuruh menulis kesan-pesan yang
dirasakan saat UN. Setelah itu, Pak Uno, kepala sekolah kami, masuk dan
mengumumkan beberapa hal yang intinya tidak boleh menginap di rumah setelah
berakhirnya UN, ya kecuali hari Sabtu.
Tanggal 17 April 2017. Hari dimana tiba saatnya kami melaksanakan PW.
Berangkat pukul 07.00 WIB dari sekolah dengan mobil jemputan SDIT Insantama.
Kebun Raya Cibodas-lah tujuan kami. Selama dua hari kedepan, kami akan
menginap di Guest House. Untuk akhwat di Villa Medinila dan ikhwan di Villa
Sakura. Perjalanan ditempuh dalam waktu 3 jam dan pemandangan yang begitu
indah. Hamparan pepohonan dan kebun teh nan hijau sangat menyejukkan mata
di kawasan Puncak. Tapi, selama perjalanan kami lebih sering tidur karena lelah dan
juga berhubung kami sedang puasa senin-kamis.
Sesampainya di sana, ketua kelas XII-IPA 2 (Khusnul Khotimah) langsung
membagi kelompok kamar. Aku yang satu kamar dengan Ulya, Ningrum, Zizi, Azkia
dan Annisa. Setelah menaruh barang di kamar, aku langsung berjalan-jalan di
sekitar villa bersama Ningrum, Yasmin, Tania, Iqoh, Khusnul, Jamilah, Afifah dan
Aisa. Saat berkeliling dari kejauhan kami melihat seekor monyet mendekati kami.
Kami kira monyet itu diikat dan ternyata tidak, “LARIII!!!!”, teriak kencang Yasmin
membuat kami benar-benar lari ketakutan. Dengan sekuat tenaga, kami berlari

67
sampai akhirnya monyet itu berhenti di bawah pohon, kami pun berlari. Lelah.
Lelah dikejar monyet.
Siangnya kami sholat dzuhur berjamaah di Villa Medinila. Setelah itu, Pak
Ikbar menjelaskan rundown. Jadwal sangat padat. Dari pagi sampai malam full
activity dengan forum diskusi dari pihak yayasan maupun alumni. Pertemuan
pertama diisi oleh Pak Rimun dan Yak Arif Yunus pada siang harinya. Tapi
dikarenakan beliau berhalangan hadir, maka digantikan oleh Kak Yusuf angkatan
tiga yang saat ini berkuliah di Sastra Arab UI. Di sesi ini, tidak ada penyampaian
materi tapi hanya ngobrol santai saja. Mengorek seputar kehidupan mahasiswa dan
apakah semua bekal selama ini yang didapat saat di Insantama cukup untuk
mengatasinya. Malamnya kami bertemu dengan Kak Hazi angkatan dua yang saat
ini berkuliah di FKH IPB dan kembali membicarakan seputar dunia kampus. Di sesi
ini, aku merasa ngantuk, maklumlah karena faktor puasa dan dikejar-kejar monyet
tadi masih menyisakan trauma di hatiku. Hehehe...
18 April 2017. Dingin. Kami dibangunkan pukul 03.00 WIB untuk shalat
tahajud. Udara pagi yang dingin membuatku malas beranjak dari tempat tidur. Mau
tak mau, kami harus bangkit karena guru-guru terus membangunkan. Begitu
menyentuh lantai kamar mandi, sontak aku langsung mengangkat kakiku karena
dinginnya bukan main.
Untung saja shower-nya bisa diatur jadi gak terlalu dingin. Setelah shalat
subuh, kami langsung berkumpul untuk mendengarkan kuljam. Kuljam di sini bukan
berarti Kuliah satu jam melainkan kultum berjamaah. Kali ini kultumnya, bukan dari
guru, tapi dari murid yang ditunjuk langsung oleh PakKar. Sepertinya PakKar
memilih murid-murid yang memiliki kekhasan, seperti pemalu, periang dan lain-
lain. Judul kultum pun baru disampaikan setelah kultumator sudah berada di
tempat yang disediakan. Serba dadakan. Lagi-lagi beliau selalu improvisasi. Tapi tak
apa, semua ini tetap latihan buat kami agar selalu speed n responsive. Hehehe.
Pukul 07.00 WIB, kami berkumpul di halaman depan villa, soalnya pagi ini
kami akan mengitari seluruh sisi Kebun Raya Cibodas hingga pukul 10.00. Jalanan
yang naik turun membuat kaki terasa pegal. Walaupun begitu, semua kelelahan
terbayar oleh udara segar dan pemandangan indah di sana. Tidak hanya itu, kami
juga mendapatkan pengetahuan tentang tanaman. Berbagai macam tumbuhan
langka pun bisa kami lihat secara langsung, seperti bunga bangkai dan kantong
semar.
Setelah selesai, kami langsung bersih-bersih diri dan beres-beres kamar.
Pukul 11.00 WIB, kami berkumpul untuk mendapatkan materi Personal
Achievement yang disampaikan oleh Ust Rahmat Kurnia, Direktur Pendidikan kami.
Satu jam berlalu. Kami melaksanakan sholat berjama’ah kemudian makan siang.
Pukul 13.00 WIB, kami berkumpul kembali untuk melanjutkan materi yang
disampaikan oleh Ust Ismail Yusanto, Ketua Yayasan kami. Beliau menyampaikan
tentang perbedaan antara keinginan dan keharusan. Alhamdulillahnya, tidak ada
yang tidur selama penyampaian materi. Bagaimana pun ini materi yang sanggat
spesial.

68
Ada yang membuat kami heboh saat acara berlangsung. Bu Popon (guru
dan sekaligus muaddibah kami) membisikkan sesuatu kepada Khusnul. Dia pun
langsung naik ke lantai dua ditemani beberapa dari kami untuk mengecek kamar-
kamar. Kami yang berada di lantai satu merasa keheranan, saling bertanya-tanya
apa yang terjadi di atas. Tak lama, terdengar suara riuh dari atas dan mereka turun
dari tanggal sambil lari-larian membuat kami tak fokus pada acara. “Kenapa? Ada
apa di atas?”, tanyaku. “Ada monyet ke kamar no. 6”, jelas Khusnul. Panik. Monyet
lagi. Baru saja kemarin dikejar monyet, sekarang monyetnya masuk ke dalam
kamar. Untungnya monyet itu tidak masuk ke kamarku. Akibat perbuatan monyet
itu, kamar no.6 berantakan. Waduh!
Sorenya, kami bertemu dengan Ayah dan Bunda Yayasan SIT Insantama.
Walaupun tidak semuanya datang, acara tersebut tetap berlangsung khidmat dan
gayeng dan penuh kekeluargaan. Sharing non formal. Acara berlangsung hingga
maghrib. Pukul 20.00 WIB, acara bersama Bapak Rimun dan Bapak Arif Yunus.
Beliau menyampaikan motivasi-motivasi persiapan menjelang kuliah. Dilanjutkan
dengan penjelasan IKATAMA (Ikatan Alumni Insantama) yang disampaikan oleh
kakak-kakak alumni Insantama, hingga pukul 22.30 WIB.
19 April 2017. Seperti biasa, kami dibangunkan pukul 03.00 WIB untuk
melaksanakan sholat tahajud dan shubuh. Hari ini kami akan pergi ke salah satu
curug yang ada di kawasan Gunung Gede Pangrango, Cibodas. Setelah selesai
sarapan dan sholat dhuha, kami berkumpul di depan guest house sambil berbaris
dengan rapi. Jalanan menuju Gunung Gede Pangrango menurun, membuat kami
harus berhati-hati sambil menjaga keseimbangan agar tubuh tidak terjatuh.
Sebelum menuju curug, kami mendapat sajian beberapa tayangan tentang Gunung
Gede Pangrango di sebuah aula kecil. Ada beberapa jenis hewan dan tumbuhan
yang dilindungi di tempat ini. Setelah menonton, perjalanan menuju curug pun
dimulai.
Naik turun, jalan becek, bebatuan licin, menyeberangi sungai kecil, itulah
medan yang kami lalui untuk sampai menuju curug. Oh iya, ada jembatan panjang
yang harus kami lewati. Canopy trail. Jembatan itu maksimal dilalui oleh lima orang
atau jika dijumlahkan beratnya maksimal 350kg. Ketika sampai di sana, semua rasa
penat pun hilang begitu melihat air terjun yang mengalir deras. Akhirnya kelelahan
yang kami rasakan terbayar oleh keindahan curug yang menawan.
Begitulah acara pesantren wisuda. Banyak pembelajaran yang kami
dapatkan, seperti bersyukur, istiqomah, teamwork, dll. Ingat kata-kata Ust Ismail
Yusanto, “Utamakan yang menjadi keharusan karena semua itu akan menentukan
masa depanmu yang hakiki di akhirat”.

69
-Reportase Pamungkas-
Ranty

Senin, 17 April 2017, Hari ke-1 Pesantren Wisuda


Pagi yang cerah menyambut angkatan 5 SMAIT Insantama (Jannisary) yang
akan melaksanakan Pesantren Wisuda. Bertempatkan di Kebon Raya Cibodas,
seluruh siswa telah bersiap dari jam 07.00 dengan mengendarai beberapa mobil
jemputan SD serta didampingi oleh beberapa guru.
Perjalanan menuju Cibodas cukup macet oleh keramaian pengguna jalan
yang berangkat kerja. Namun hal itu tak berlangsung lama ketika udara sejuk nan
dingin menyambut kedatangan Janissary di Cibodas. Rumput hijau dan pohon-
pohon yang terhampar sejauh mata memandang menambah suasana syahdu dan
syukur.
Setelah sampai, Janissary langsung menuju wisma yang telah disewa.
Wisma Sakura untuk ikhwan dan wisma Medinila untuk akhwat. Sembari
menunggu persiapan acara selanjutnya, Janissary berkeliling wisma sambil berfoto.
Quality time bersama teman sekaligus refreshing sejenak.
Azan dzuhur berkumandang, saatnya mendirikan sholat. Setelah
mengambil air wudhu, Janissary berkumpul di ruang tengah untuk Sholat Dzuhur.
Usai sholat, acara selanjutnya sharing bersama alumni yaitu kak Yusuf, mahasiswa
Sastra Arab UI. Sharing dipenuhi canda tawa yang tetap terjaga dengan dipandu
oleh moderator spesial, PakKar.
Menjelang sore, sharing berakhir dengan datangnya waktu ashar. Janissary
kembali bersiap untuk melaksanakan sholat Ashar. Usai sholat, acara berlanjut
yaitu pemberian wejangan motivaksi dari Ketua Fosis Bp Mujianto, mewakili
seluruh orangtua kami yg dihost-i oleh Pak Badri.
"Orang tua tidak mengharapkan harta yang antum berikan, tetapi
kesholihan antum." Pesan kuat beliau untuk kami semua. Sungguh, penuh haru dan
rasa syukur.
Meski dalam keadaan berpuasa sunnah Senin, tapi Janissary tetap
semangat menjalani setiap sesi acara Pesantren Wisuda. Usai 'ngabuburit' bersama
Pak Mujianto, Janissary bersiap untuk berbuka puasa dengan menu bubur kacang
hijau hangat. Alhamdulillah, azan maghrib berkumandang dan Janissary pun
berbuka puasa. Setelah berbuka, Janissary sholat Maghrib dan dilanjutkan makan
malam hingga menjelang isya kemudian sholat Isya.
Acara masih berlanjut. Yaitu sharing bersama alumni lagi yang diisi oleh kak
Hazzi, mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Ditemani camilan kacang rebus
dan jagung rebus, malam terasa hangat meski terus larut hingga pukul 22.00.
Selesai acara, Janissary bersiap untuk istirahat menyambut hari esok dengan acara
yang tak kalah seru.

70
Selasa, 18 April 2017, Hari ke-2 Pesantren Wisuda
Langit masih gelap dan udara di luar cukup menggigil hingga menembus
wisma. Sisa hujan tadi malam yang tidak deras masih terasa segar, bahkan burung-
burung masih belum berkicau menyambut fajar. Meski waktu masih menunjukkan
pukul 03.15 pagi, tapi suasana wisma tengah syahdu saat Janissary terbangun
mendirikan qiyamullail. Alhamdulillah, doakan kami agar bisa terus istiqomah
menjaganya. Aamiin.
Hingga pukul 04.37, azan subuh berkumandang. Semua bersiap untuk
sholat subuh. Selesai sholat, agenda PW (Pesantren Wisuda) dilanjutkan dengan
kuljam, kuliah sepesial satu jam dengan tema Menjadi Pemimpin Ummat yang
Sungguh-sungguh. Kuljam diisi oleh personil Janissary bergantian yang ditunjuk
langsung oleh PakKar, kemudian dilanjutkan sarapan. Penunjukkan dadakan dan
temanya pun dadakan untuk terus melatih kemampuan improvisasi yang
alhamdulillah sudah kami miliki. Suasana gayeng bin penuh keakraban yang Islami.
Setelah selesai, Janissary berkumpul di halaman wisma untuk mendapat
pengarahan. Agenda selanjutnya, Janissary akan berkeliling Kebun Raya Cibodas.
Tadabbur alam, menikmati pemandangan sembari mengenal tumbuhan-tumbuhan
di KRC. Rute kami melewati kawasan tematik seperti Taman Lumut, Taman Bunga
Bangkai, Paku-pakuan, Rumah Kaca Kaktus, Anggrek dll. Subhanallah.
Medan yang ditempuh cukup terjal karena KRC berada di daerah kaki
Gunung Gede Pangrango. Bahkan ketika kembali ke wisma, beberapa Janissary
harus melewati pohon tumbang yang sangat besar. Suhu udara terasa dingin
pegunungan dan hangat matahari pagi. Cukup jauh Janissary berjalan karena KRC
jauh lebih luas dari KRB. Kata PakKar, ini juga sekaligus menjadi latihan untuk besok.
Karena agenda besok Janissary akan hiking masuk ke pedalaman Hutan Nasional
Gunung Gede Pangrango.
Pukul 09.50 Janissary sampai di wisma untuk membersihkan diri kemudian
melanjutkan agenda yaitu materi Personal Achievement, Syakhsiyyah Islamiyyah
yang disampaikan oleh Ust Rahmat Kurnia, Direktur Pendidikan kami. Materi ini
penting untuk membangun syakhsiyyah Islam bagi Janissary yang akan menjadi
calon alumni. Menjadi komitmen kami agar penampakan kami selalu berbalut
kepribadian Islam. Setiap berpikir, berkata dan berbuat selalu menampakkan
identitas Islam. Kapan pun dan dimana pun. Insya Allah.
Setelah selesai, semua bersiap untuk sholat dzuhur lalu makan siang.
Agenda selanjutnya materi Building The Future oleh ayahanda Ketua Yayasan, Ust
Ismail Yusanto. Membangun masa depan tidak hanya terbatas pada dunia tetapi
juga akhirat.
"Dakwah adalah sebuah keharusan, maka utamakan yang menjadi
keharusan." Pesan utama beliau pada kami semua. Luar biasa, Allahuakbar. Kami
juga mendapat wejangan tentang menikah. Menikah harus menjadi bagian yang

71
makin menguatkan keIslaman kami. Keluarga bukan hanya untuk kebahagiaan kami
semata, tapi juga untuk kemuliaan umat. Sakinah penuh berkah, dunia akhirat.
Sore menjelang, sesi materi kedua berakhir. Semua bersiap untuk sholat
ashar kemudian dilanjutkan acara ramah tamah bersama ibu-ibu RnD dan yayasan.
Acara diisi dengan berbagai cerita dan pesan kesan baik dari Janisssary maupun
yayasan. Karena ramah tamah ini menjadi acara resmi terakhir bagi calon alumni.
Rasa terima kasih yang dalam berhamburan dari kami. Banyak yang semula
terpaksa masuk hanya karena taatnya pada orangtua, ternyata lambat laun makin
bersyukur atas pilihan orangtua. Banyak yang masuk karena pilihan sendiri,
ternyata lambat laun makin membuktikan pilihannya yang tepat. Alhamdulillah.
Beribu wejangan, suntikan semangat tak henti terus disampaikan Bunda-Bunda
RnD dan Bapak Bapak Yayasan untuk kami. Terus maju menjadi pemimpin sejati
demi kehormatan diri, kebahagiaan keluarga, dan kemuliaan umat. Allahu Akbar !!!
Petang pun tiba dan matahari kembali keperaduannya. Azan maghrib
dikumandangkan tanda waktu magrib telah datang. Semua bersiap sholat magrib
kemudian makan malam dan istirahat sambil menunggu azan isya lalu dilanjutkan
sholat Isya.
Ba'da Isya, acara dilanjutkan dengan sharing bersama kakak-kakak
IKATAMA, Ikatan Alumni Insantama. Alumni yang hadir ada kak Billa, kak Acha, Kak
Azzam, Kak Yusuf, Kak Farhan, Kak Fadhil, Kak Hazzi, Kak Addin, dan Kak Imad.
IKATAMA merupakan wadah untuk menjalin silaturahmi antar alumni, ajang saling
menasehati, dan bertukar informasi. Kalau malam kemarin ditemani kacang rebus,
malam ini ditemani camilan semangkuk bakso hangat. Kembali suntikan semangat
berhamburan dari kakak-kakak kami agar kami selalu istiqomah.
Pukul 22.10, acara berakhir. Semua kembali ke kamar masing-masing untuk
beristirahat, memulihkan stamina untuk persiapan hiking esok. Hari terakhir PW
Janissary bersama Insantama tercinta.
Alhamdulillah...luar biasa...Allahu Akbar !!!

Rabu, 19 April 2017, Hari ke-3 Pesantren Wisuda (last day)

'Jangan meninggalkan apapun selain jejak, jangan mengambil apapun


selain gambar, dan jangan membunuh apapun selain waktu.' (Pak Ikbar, 2017)

Yap, kemarin, kami telah meninggalkan jejak kenangan pada setiap langkah
di KRC. Kemarin kami telah mengabadikan banyak gambar untuk dijadikan
kenangan. Kemarin juga kami telah membunuh waktu saat melalui banyak
kenangan itu. Dan hari ini adalah hari terakhir kami melakukan hal itu semua untuk
dijadikan sebagai pelengkap motivasi, bekal masa depan dan kenangan dalam
Pesantren Wisuda.

72
Malam yang dingin terus memaksa siapapun untuk tetap meringkuk dalam
selimutnya. Tapi tidak bagi kami yang tetap istiqomah mendirikan qiyamullail.
Semoga keistiqomahan senantiasa menyertai setiap langkah kita. Aamiin.
Subuh datang dan azan pun dikumandangakan. Kami bersiap untuk sholat
subuh. Usai sholat, seperti biasa agenda selanjutnya yaitu kuljam oleh personil
Janissary. Improvisasi yang sudah kami miliki terus meningkat dengan penunjukkan
dadakan oleh PakKar. Kami harus berkultum dengan cepat, lugas dan khas.
Tsaqofah yang matang diramu dengan update maklumat. Harus !
Hingga pukul 06.30 saat matahari pagi telah menyingsing, acara dilanjutkan
dengan sholat duha dan sarapan. Kemudian kami bersiap untuk berkumpul di
halaman wisma.
Selanjutnya adalah energizer tour terakhir yaitu hiking menuju pedalaman
Hutan Nasional Gunung Gede Pangrango. Sebelumnya kami menuju kantor
pengelola Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) untuk melihat
tayangan yang berisi penjelasan terkait TNGGP.
Setelah selesai, saatnya kami memulai hiking. Jalanan yang berbatu,
tanjakan yang terjal, dan turunan yang curam kami lewati dengan segenap tenaga.
Cukup jauh perjalanan meski kami tidak mencapai puncak Gunung Gede
Pangrango. Tapi kami melewati canopy trail, jembatan goyang yang cukup panjang
123 meter dan lebarnya tidak lebih dari satu meter. Tingginya 40 meter ! Ini
ternyata dimaksudkan untuk menjadi pengingat kami andai di masa depan kami
berjumpa segala macam hadangan, tantangan, kami tak boleh gentar, tak boleh
takut, kami harus terus melaju untuk menaklukkannya dengan selalu berpegang
pada senjata taqorrub ilallah dan nashrullah!!! Allahu Akbar !!!
Kemudian kami mampir di Air Terjun Ciwalen. Air dingin dan udara sejuk
khas air terjun menyambut kedatangan kami. Alam ini harus terus dijaga
kelestariannya agar tetap hidup hingga ke generasi-generasi yang akan datang.
Sayangnya banyak manusia yang kurang menyadari hal itu, semoga kita bisa
menjadi pelestari alam yang mumpuni lagi ideologis.
Selesai berfoto satu angkatan dan tadabbur sejenak, kami turun dan
melewati canopytrail kembali. Karena jalan turun hanya satu jalan. Setelah turun,
kami diberi waktu untuk membeli oleh-oleh sebentar. Ada strowberry, blueberry,
dan beberapa buah berry lainnya. Juga souvenir seperti baju dan gantungan kunci.
Kesempatan yang sebentar.
Kemudian, kami kembali ke wisma untuk membersihkan diri sekaligus
membereskan kamar. Karena setelah ini kami akan kembali ke kampus tercinta.
Dzuhur tiba dan kami sholat dzuhur di kamar masing-masing. Setelah itu, kami
berkumpul di halaman wisma.
Sebelum pulang, ada penyampaian penghargaan dari guru kepada siswa.
Juga penghargaan dari siswa kepada guru. Atmosfir terasa dipenuhi suasana
keakraban islami. Hal ini tentu tak akan pernah terulang.

73
Langit seolah menangis kehilangan kami yang akan segera beranjak dari
KRC, hujan turun sedikit demi sedikit hingga akhirnya turun ramai. Kami segera
berlari menuju teras wisma dan melanjutkan acara dalam keadaan 'darurat'.
Selanjutnya acara penyerahan cenderamata berupa panji Rasulullah SAW, liwa dan
rayyah. Panji yang menjadi bagian dari doa kaum Muslimin. Panji yang akan
menaungi umat Islam saat yaumil akhir nanti. Ini merupakan pesan agar kami tetap
memegang teguh pada syariat Islam dimanapun, kapanpun, dan apapun
keadaannya. Agar Islam senantiasa berada di hati orang-orang yang beriman dan
selalu mendawamkan apa yang menjadi keharusan. Agar kami terus menjadi anak
sholih bagi kedua orangtua kami, pemimpin umat di masa depan. Insya Allah.
Acara selesai, saatnya kembali ke kampus perjuangan setelah sebelumnya
melaksanakan sholat Ashar. Meski ada beberapa kendala terkait transportasi, tapi
akhirnya kami semua bisa pulang dengan selamat sampai tujuan.
Pesantren Wisuda telah usai. Tahap pembinaan di SMAIT Insantama telah
sempurna. Saatnya meneruskannya dengan membangun ketaatan dalam meraih
cita. Menggapai ridho-Nya dan mengokohkan tekad untuk mewujudkan mimpi
besar. Semoga Janissary menjadi angkatan militan, pemimpin ummat di masa
depan. Semoga. Amiin...
AllahuAkbar!

... bunga mawar bunga melati...


.... (haru tak tertahankan melepas mereka )

74
-Salah Paham-
Ariqoh Qurrota’ayun Sarifudin

Rabu, 19 April 2017


Jam menunjukkan pukul 3 sore, aku dan teman-teman sedang menunggu
mobil jemputan untuk kembali ke sekolah tercinta Insantama usai melaksanakan
Pesantren Wisuda atau sering aku sebut dengan Peswis selama tiga hari di sini,
guest house Kebun Raya Cibodas, Jawa Barat.
Biar kuberitahu sedikit tentang Peswis, ini merupakan program terakhir
sebelum lulus, seluruh siswa tahun ketiga di SMAIT Insantama wajib mengikuti
program ini. Berisi materi-materi dan energizer dari pihak Yayasan yang berfungsi
merefresh kembali pembelajaran non-akademik yang sudah didapat selama tiga
tahun di Insantama sehingga siswa benar-benar siap untuk meninggalkan
Insantama tanpa lupa terhadap apa yang sudah diajarkan. Demi memberikan
suasana berbeda, juga agar kembali segar setelah kelas 12 menjalani rentetan
ujian-ujian akhir, Peswis dilaksanakan di tempat yang jauh dari sekolah yang sangat
jauh dari kesibukan kota, yaitu di Kebun Raya Cibodas.
----
Hujan yang tadinya deras kini mulai reda. Tak terasa kami sudah menunggu
mobil jemputan selama satu jam. Memang sih, tadi salah satu supir mengabarkan
bahwa mereka terjebak macet di Puncak, jadi lama. Selang beberapa menit,
datanglah bergantian mobil jemputan yang mereka tunggu dari tadi siang.
Sementara aku dan beberapa yang lain baru ingat kalau kami naik mobil PakKar. Ya,
PakKar menyediakan mobilnya yang sederhana sebagai salah satu mobil Peswis.
Beliau didampingi kak Azzam.
Seiring kedatangan mobil-mobil itu, semakin berkurang juga teman-
temanku meninggalkanku. PakKar sebagai penanggung jawab, beliau harus
memastikan semua orang pulang dulu, baru beliau bisa pulang. Otomatis
rombongan mobilnya juga pulang akhiran. Di situ ada aku, Ranty, Misykah, Zizi,
Chintya, Nabila, dan tentu saja Kak Azzam.
Pukul 5 sudah lewat. Hari semakin gelap, hujan mulai deras kembali. Masih
sisa sembilan ikhwan yang belum mendapat mobil jemputan, dua mobil jemputan
belum datang juga. Karena situasi makin gelap, kami pun diminta masuk ke dalam
mobil PakKar dan menunggu sambil ngemil dan berbincang. PakKar menunggu
bersama ikhwan di luar sana.
Adzan maghrib berkumandang, dua mobil terakhir itu belum juga datang.
PakKar menyuruh kami untuk meniatkan sholat jamak takhir. Hari semakin gelap,
vila yang sangat besar itu juga sudah dikunci dan kosong tanpa penjaga, tanpa
lampu menyala. Kami tetap menunggu dua mobil itu. Coba bayangkan, sesuai
namanya, Kebun Raya Cibodas yang sangat luas ini, kosong, hanya ada kami di sini

75
tanpa penjaga di Wisma tengah hutan tanpa penerangan di jalan sama sekali, hanya
di teras wisma saja lampu menyala. Betapa menyeramkannya. Hiii!
Tiba-tiba Kak Imad dan Kak Azzam masuk mobil, duduk berdua di satu jok
depan, mereka berhimpitan. Disusul PakKar duduk di jok pengendara
“Anak-anak, dua mobil ini belum datang juga, bapak khawatir ada apa-
apa,” kata PakKar sambil memasang seatbelt lalu memundurkan mobil.
“Kalian duduk yang enak, ini misi penyelamatan, kita akan keluar menuju
gerbang utama lewat jalur masuk, semoga ketemu dua mobil itu. Imad dan Azzam
cari kontak supirnya, hubungi Pak Muharrom” Jelas PakKar. Speed n responsive.
Aku langsung membenarkan posisi dudukku yang tadinya sila. Mobil mulai
menelusuri jalur masuk ini, yang tidak ada sama sekali penerangan jalan, sumber
cahaya hanya dari mobil kami. Aku – kebetulan duduk di samping jendela – tidak
berani menoleh ke arah jendela, hanya fokus ke depan memerhatikan jalan.
“Gak ada sinyal internet Pak, WA gak kekirim, telepon WA juga gak
nyambung ke siapa pun” Kak Imad memberi tahu.
“Allahu Akbar, coba telepon biasa, jangan pakai WA” jawab PakKar yang
sedang menyetir, mencondongkan badannya ke depan agar lebih jelas melihat
jalan.
Aku terus memerhatikan jalan, sampai aku sadar bahwa aku tidak
mengenali lagi jalur ini.
“Ini di mana Pak ?” tanyaku spontan.
“Iya pak, kayaknya gak pernah lewat sini” sambung yang lainnya.
“Em, iya, kayaknya tadi kita salah belok deh” jawab PakKar sambil tengok
kanan kiri. Hening sejenak. Semuanya melihat kanan kirinya.
“Kita kesasar ya…” celetukku, lagi-lagi spontan.
Suasana semakin mencekam. Kesasar di lahan seluas ini, tak berpenghuni,
tanpa penerangan jalan, jalur yang hampir semuanya tanjakan dan turunan, juga
tikungan tajam, dikelilingi pepohonan besar, pantulan cahaya dari mata binatang-
binatang di pepohonan mungkin monyet, ditambah efek suara rintik hujan dan
karet sweaper mobil yang setiap gerakannya bunyi “Srok.. Srok..” memecah
keheningan malam. Lengkap sudah.
Benar saja, kami menaiki tanjakan yang cukup terjal, dan saat sampai atas,
jalan di depan sudah tidak terlihat apa-apa. Semuanya putih. Kabut tebal menutupi
jalan, kami melongo melihat ke depan.
“Astaghfirullah, astaghfirullah, ayo bantu dengan istighfar nak” PakKar
mengomando merespon situasi yang dihadapi.
“Astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah” kami pun serentak
menuruti.

76
Mobil terus melaju perlahan-lahan dan berhati-hati menembus kabut tebal
ini, aku tetap memerhatikan jalan. Alhamdulillah, sampai akhirnya kulihat cermin
cembung di pertigaan yang aku kenali, tadi saat jalan pagi aku berfoto di sini.
“Oh, ini yang deket air terjun tadi pagi bukan sih” kataku.
“Eh, oh, iya, iya betul” yang lain setuju sambil melihat sekeliling.
Alhamdulillah, akhirnya kami menemukan jalannya dan sampai di gerbang
masuk utama. Ternyata di sini ada dua satpam berjaga. PakKar langsung
menanyakan tentang dua mobil itu.
“Iya pak, tadi sudah keluar lagi, dia bilang ‘kayaknya semuanya udah
diangkut pulang, gelap banget gini’ makanya mereka balik lagi, baru aja, baru
banget Pak!” jelas satpam.
“Oh ok, makasih Pak”
Kulihat PakKar cukup kaget, akupun ikut kaget atas sikap dua supir itu.
Tanpa membuang waktu PakKar langsung tancap gas mengejar dua mobil yang
diamanahi menjemput itu dengan kecepatan lebih tinggi.
Sambil terus berupaya mengejar kedua mobil jemputan itu, PakKar
menyiapkan skenario, “Imad, nanti kalau ternyata kedua mobil itu tidak juga
ketemu. Segera sewa mobil di depan lalu bawa ke dalam. Berapa pun harganya.
Antum naik di mobil itu dan bapak akan ikuti dari belakang. Yang penting anak-anak
bisa pulang dengan selamat.”
“Baik Pak.” Kak Imad menjawab sambal terus mencoba menghubungi
nomor telepon Pak Muharrom.
“Hati-hati Pak…” kataku mengingatkan karena laju mobil tetap tinggi, meski
memang PakKar hati-hati juga.
Saat ini kami masih belum dapat menyusul dua mobil jemputan itu, Kak
Imad dan Kak Azzam masih sibuk menghubungi Pak Muharrom, tapi tidak diangkat-
angkat. Mungkin karena masih waktu sholat maghrib. Lalu mereka ganti hubungi
Pak Ahkam, syukurnya Pak Ahkam langsung bisa dihubungi dan memberikan
kontaknya. Tanpa aba-aba, Kak Imad langsung menelepon.
“Halo Pak Supir, dimana ini?!”
“Iya, ini di gerbang..”
“Lho, gerbang mana Pak? Di wisma masih ada 9 orang lagi yang belum
pulang” kata Kak Imad. Kami semua kaget karena mobil kami sudah cukup jauh dari
gerbang akibat mengejar mereka. Wajar kalau Kak Imad bertanya gerbang yang
mana? Karena hanya ada dua gerbang, gerbang utama dan gerbang keluar.
Gerbang keluar sudah ditutup, jadi praktis tinggal gerbang utama saja.
“Oh iya pak, ini udah di gerbang kok” jawab supir.
“Gerbang mana sih?! Ya pokoknya jemput yang di wisma segera ya pak”
kata Kak Imad menutup telpon.

77
PakKar langsung memutar balik mobilnya dan kembali menuju wisma.
Sesampainya di gerbang, PakKar langsung menanyakan tentang dua mobil itu
kepada satpam, dan satpam juga langsung mengiyakan bahwa ada dua mobil baru
saja masuk. Lho? Kok informasinya berbeda dengan yang sebelumnya. Hemmm.
Mendengar itu, kami langsung bernapas lega. Mobil terus melaju menuju
wisma kali ini dengan kecepatan tidak terlalu kencang. Tapi tunggu. Ada yang aneh.
Dari tadi kami belum melihat di depan ada tanda-tanda mobil melintas. benar saja,
sesampainya kami di wisma, tidak ada dua mobil terparkir. Hanya ada 9 ikhwan itu
menunggu dengan sabar.
Sang supir langsung ditelepon oleh PakKar. Alhamdulillah, kali ini sinyalnya
masuk.
“Sebenarnya Bapak ada dimana?!”
“Sa..Saya gak tau letak wismanya dimana..” jawab supir seperti ketakutan.
“Hmmm, ya sudah kita ketemu di gerbang masuk tadi ya Pak” kata PakKar.
PakKar langsung memutar balik mobilnya kembali menuju gerbang masuk
(((lagi))). Melewati pepohonan gelap lagi, dan segalanya hufffff sabar banget ya ini.
Tapi belum sampai setengah jalan, kami sudah melihat sorotan lampu
mobil lain. Kuyakin pasti mobil jemputan itu. Mobil kami membunyikan klakson dua
kali, dan dijawab oleh mobil itu dua kali juga, pertanda itulah mobil yang kami cari.
Kami benar-benar lega saat ini. Alhamdulillah ya Allah tidak terjadi apa-apa.
PakKar langsung membuka jendelanya bersiap mengatakan sesuatu
kepada supir.
“Jangan dimarahin ya Pak…” Kata Ka Azzam sambil bercanda mengingatkan
Pak Kar.
“Gak marah kok Zam… hehehe cuma kesel. Nih lihat gak marah” jawab
PakKar juga sambil bercanda memperlihatkan mimik muka Beliau. Sepertinya
Beliau menahan kekesalan dengan candaan. Hemmm.
“Pak, langsung ke wisma ya sudah ditunggu,” kata Pak Kar kepada supir.
Melihat itu semua, aku dan kami semua senyum-senyum sendiri. Aya-aya
wae.
Lalu mobil kami kembali ke wisma (((lagi))), konvoy dengan mobil dua itu.
Sesampainya di wisma, PakKar langsung melepas seatbelt dan membuka pintu
untuk keluar mobil.
“Tarik napas dulu, Pak” kataku sebelum PakKar benar-benar turun mobil.
“Oke oke mmhhhhhh…. Huffffff” jawab PakKar lalu menarik napas. “Terima
kasih ya semua atas kesabaran kalian. Sepanjang peradaban pesantren wisuda,
baru kali ini ada kejadian seperti ini. Untung kalian sabar. Selalu ada hikmah di
dalamnya. Kita nikmati saja prosesnya. Alhamdulillah.”

78
Akhirnya kami semua bisa benar-benar pulang. Alhamdulillah.

79
-Bad Ending? Bukan!-
Muhammad Fikri Ilyas
Menurut pengamatanku, seseorang akan mengalami pertumbuhan sikap
yang sangat berpengaruh dalam hidup itu ada pada masa remaja. Apakah dia akan
menjadi baik, jahat, nakal, shalih, shalihah, dan sebagainya. Memang, mungkin saja
orang bisa merubah sikapnya pada saat dia dewasa. Tetapi tetap saja, masa remaja
lebih berpengaruh daripada masa yang lainnya.

Maksudku adalah, tentu saja sikap dan pola pikirku akan terbentuk saat aku
remaja. Oke, karenanya aku bersyukur masa remajaku dihabiskan di Insantama.
Haha. Benar-benar tak terbayangkan jika aku menghabiskan masa 3 tahun
berhargaku selain disini. Ya, di Insantama.

Tiga tahun. Waktu yang sangat lama sepertinya. Tapi, jika kamu mau
menghabiskannya di Insantama, itu benar-benar tidak terasa. “Perasaan kemarin
ana baru Semesta deh!” “LDK waktu itu gak kebayang ya jalan sejauh itu.” “Kangen
masa-masa sibuk kaya dulu dah.” “Gila! Liat nih poto ane di Bradenburg Gate!”
“Pengen ke Belanda lagi ih.” Itulah beberapa obrolan ringan kami di kelas, kamar,
sekolah, bahkan di kamar mandi. Kami selalu merindukan kenangan-kenangan itu.
Dimana kami selalu berada di bawah tekanan yang besar. Dari guru di sekolah,
muaddib di boarding, atau Pak Kar disetiap tugas yang diberikannya. Ah, benar-
benar masa yang sulit dilupakan.

Tak terasa, ujian demi ujian di sekolah pun telah kami lewati. Tetapi, apakah
semua itu cukup? Mungkin cukup, mungkin juga tidak. Inilah sebabnya, dari
serangkaian program yang telah diberikan oleh Insantama kepadaku dan teman-
temanku, masih ada satu lagi agenda yang disiapkan untuk kami sebelum acara
wisuda. Khusus kali ini, kami tidak perlu mencari dana. Tidak perlu menyusun
kepanitiaan. Tidak perlu susah payah menyiapkannya. Ini adalah persembahan
special dari Insantama untuk kami. Kegiatan pembekalan terakhir yang disiapkan
untuk kami yang akan menempuh jalan masing-masing. Tidak ada sekolah lain yang
memberikan pembekalan ini di sekolahnya. Inilah, Our last agenda: Pesantren
Wisuda.

17 April 2017. Pagi itu, Janissary bersiap berangkat menuju Kebon Raya
Cibodas, menuju daerah puncak menggunakan mobil jemputan insantama. 3 jam.
Bukan perjalanan yang sebentar dan mudah, karena melewati perbukitan daerah
puncak, akhirnya kami sampai di pintu gerbang Kebon Raya Cibodas. Wow!
Menurutku ini mah benar-benar jauh lebih besar daripada Kebun Raya Bogor!
Tanah lapang, diantara perbukitan, pohon-pohon tinggi menjulang dengan tata
yang rapih. Oke cukup, ciptaan Allah emang ga ada habisnya!

80
Sesampai disana, kami menuju wisma kami masing-masing. Ikhwan dan
Akhwat berada di rumah yang bersebelahan. Kami memiliki waktu istirahat sampai
Dzuhur. Nah, Sword (Ikhwan angkatan 5) memilih untuk berlatih baris-berbaris
untuk dipersembahkan. Oke. Ini sulit. “Ayo, semua dengerin Almas!” “Siap Grak!”
“Blab bla bla!” Tak lama kami latihan, Guru sudah memanggil kami untuk bersiap
Sholat Dzuhur berjama’ah. Oke kita sholat.

Setelah sholat, ini dia acara pertama pembekalan kami. Sharing Talkshow
dengan alumni yang sudah kuliah di UI jurusan sastra Arab, Ka Soey (Yusuf). Yak, Ka
Soey memang kelihatan biasa-biasa saja, tapi sebenarnya dia punya perngalaman
yang hebat dalam melawan MOS kampus. Dengan seru Pak Kar memandu acara.
Ba’da Ashar pun dilanjutkan kembali dengan talkshow dari Pak Mujiyanto sebagai
perwakilan FOSIS Insantama. Amanat demi amanat dari orang tua disampaikan
dengan lembut oleh Pak Muji. Sampai maghrib menjelang, acara ditutup dengan
do’a.

Alhamdulillah adzan maghrib berkumandang dan kami pun berbuka puasa


bersama dengan sajian bubur kacang hijau yang menghangatkan tubuh. Memang,
dari sore hari sampai malam hari di Cibodas ini terasa sangat dingin-walaupun tidak
sedingin Eropa sih. Makan malam kami lakukan bersama-sama dengan selingan
senda-gurauan.

Ba’da Isya sesi sharing bersama alumni pun dilanjutkan. Kali ini diisi oleh
Kak Hazzi, alumni angkatan 2, mahasiswa jurusan kedokteran hewan IPB. Sharing
tentang tantangan dakwah di kampus, cara-cara jitu berdakwah, bagaimana
kehidupan disana. Wah, sangat banyak hal baru yang aku dapatkan dari Kak Hazzi.

Ngantuk. Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Acara pun disudahi dan
semuanya pun beranjak untuk beristirahat di kamar masing-masing.

18 April 2017. Burung-burung berkicau menentramkan hati. Udara


pegunungan pagi yang sejuk membuat rambut terbuai. Sungguh pagi yang sangat
cerah. Kami menikmati sarapan pagi yang menggugah selera. Tiga jam sebelumnya,
kami telah bangun untuk melakukan Qiyamul Lail dan bertadarus al qur’an. Di
tengah hawa yang sangat dingin, salah seorang temanku mengumandangkan adzan
subuh dengan langgam khasnya. Shalat dengan khusyuk, kami melanjutkan
kegiatan Pesantren Wisuda ini. Kuliah Satu Jam (Kuljam) pun kami lakukan untuk
mengisi pagi hari. Satu per satu dari kami melakukan tausiyah singkat tanpa ada
persiapan. Inilah salah satu soft skill yang harus kami kuasai. Improvisasi.

Pagi ini dilanjutkan dengan persiapan untuk berkeliling ke berbagai penjuru


Kebon Raya Cibodas. Kami berbaris di depan wisma, dan diberi pengarahan oleh

81
PakKar. Satu kata yang selalu kami ucapkan selama berkeliling. Subhanallah! Betapa
indahnya berbagai macam ciptaan Allah ini. Ada bunga bangkai, kera, kantung
semar, dan yang lainnya. Memang agak melelahkan, tetapi terbayar dengan
pemandangan-pemandangan yang memanja mata. Tidak lupa kami mengabadikan
banyak momen-momen kebersamaan kami. Di saat matahari mulai naik, kami
kembali ke wisma untuk bersih-bersih diri.

Selanjutnya kami mendapatkan wejangan dari Direktur Pendidikan SIT


Insantama, Ust. Rahmat Kurnia. Ia menyampaikan materi yang penting. Berkaitan
dengan pentingnya pengembangan syakhsiyyah islam kami jika sudah lulus dari
Insantama. Bagaimana kami harus menjaga sikap dan beramal.

Istirahat siang pun berlangsung. Dan dilanjutkan dengan materi penting


lainnya yaitu: Building the Future yang disampaikan oleh Ketua Yayasan Insantama
Cendekia, Ust. Ismail Yusanto. Dengan gayanya yang khas beliau menyampaikan
materi dengan retorika yang dapat kami mengerti.

Ba’da Ashar, acara terus dilanjutkan. Kali ini adalah sesi ramah tamah
bersama ibu-ibu RnD dan Bapak-bapak yayasan. Banyak hal yang tersampaikan
pada sesi itu. Rasa terima kasih yang besar kepada insantama, cerita pengalaman
di insantama, dan berbagai kebahagiaan serta rasa haru tersampaikan pada sesi ini.
Alhamdulillah.

Isya. Kami sudah mulai mengantuk. Tetapi, ini adalah materi terakhir yang
akan diberikan. Yaitu, sharing dengan para alumni. Ada banyak alumni yang
bersedia hadir untuk menceritakan pengalaman menarik mereka selama di
kampus. Semakin banyak bekal yang kami dapatkan untuk persiapan kelulusan
kami. Hore!

19 April 2017. Pagi yang hamper sama seperti sebelumnya. Tapi, ada
beberapa anak yang merasa kecewa. Loh kok kecewa? Iya, kecewa karena ini
adalah hari terakhir mereka di Pesantren Wisuda. Karena kapan lagi kita bisa
kumpul bareng-bareng lagi? Iya kan?

Agenda hari ini adalah mendaki kaki gunung Gede Pangrango. Kami akan
pergi menuju sebuah air terjun yang ada di sana. Setelah sarapan, kami sudah siap
dengan pakaian olahraga. Sambil sekali-sekali kami berfoto, kami menikmati buaian
cahaya lembut mentari pagi.

Berangkat, kami mulai menyusuri jalan yang naik-turun gak ada habisnya.
Saat itu, aku sedang bersama anak Pak Ikbar, Faqih namanya. Dia sangat manja dan
selalu ingin aku gendong. Oke. Mau tidak mau aku mengendongnya di atas bahuku,
dengan melingkarkan kakinya di kepalaku. Huft. Berat. Iya berat. Tapi aku senang

82
juga karena Faqih menjadi ceria ketika aku gendong. Oke. Tapi beneran berat.
Akhirnya Ghozy bersedia menggantikanku yang sudah pegal-pegal menggendong
Faqih.

Akhirnya kami sampai di sebuah kantor pengelola Taman Nasional Gunung


Gede Pangrango. Kami memasuki sebuah ruangan yang mirip bioskop mini. Kami
menyaksikan beberapa video penjelasan mengenai Gunung Gede Pangrango.
Menarik.

Setelah itu, kami langsung menaiki gunung. Mulai kerasa terjalnya, masuk
melalui hutan, terdengar banyak suaara burung yang berkicau. Huftt.. gak capek-
capek amat sebenarnya sih. Dan ternyata tidak lama, kami akhirnya sampai di
Jembatan Gantung atau disebut Canopy Trail. Wow! Ini tinggi. Dengan tinggi
jembatan ini 40 meter, ini menakutkan. Tapi yaa, coba aja, nanti juga nyampe di
ujung satunya. Haha. Jembatan ini maksimal dilewati oleh lima orang sekali jalan,
atau sekitar 350 kg. Agar gak terlalu berat kali ya?

Setelah Canopy Trail, kami akhirnya sampai di Air Terjun Ciwalen. Air murni
dari pegunungan ini sangat dingin. Kami sempat berfoto-foto bersama terlebih
dahulu di sana, bermain air, yah seru-seruan disanalah. 20 menit, kami pun
bergantian dengan akhwat. Memang, tidak terlalu melelahkan. Kami tidak sampai
ke puncak Gunung Gede Pangrango. Tapi itu sudah cukup bagi kami untuk
menikmati keindahan ini. Bertadabbur sejenak.

Saatnya kami turun kembali. Kami membeli oleh-oleh di perjalanan kembali


ke wisma. Ada buah-buahan khas daerah sana, seperti stroberi, bluberi, da nada
juga kue mochi. Sudah puas, kami kembali ke wisma untuk bersih-bersih diri, sholat
Dzuhur, dan makan siang.

Ba’da Zuhur, kami berkumpul di depan wisma. Guru membacakan award


yang mereka berikan kepada kami. Canda dan gelak tawa selalu terlontarkan dari
kami maupun dari para guru. Kami pun juga memberikan penghargaan untuk para
guru. Sangat menyenangkan. Rasanya, susah sekali ya kita mendapatkan momen
yang indah seperti ini. Salah satu hal yang membuatku terkesan adalah, guru
memberikan kami sebuah bendera Ar-Raya untuk masing-masing anak. Bendera
panji Rasulullah SAW. Para guru, dan segenap sivitas akademika Insantama ingin
kami selalu mengingat akan perjuang kita dalam mempertahankan panji Rasul ini
agar dapat tegak di muka bumi. Ini akan menjadi penyemangat tersendiri bagiku
untuk tetap istiqomah dalam jalan kebaikan. Alhamdulillah.

Oke, selanjutnya, mungkin akan menjadi salah satu pengalaman yang tidak
akan pernah aku lupakan. Aku akan menceritakannya.

83
Awan mulai memuntahkan air ke tanah saat kami sedang melakukan
penutupan Pesantren Wisuda. Kami segera pindah ke bawah teras-teras wisma.
Kami sudah tidak bisa masuk lagi, karena wisma akan dipakai oleh penghuni baru
lainnya. Sambil menunggu jemputan, kami pun segera melaksanakan sholat Ashar
berjama’ah bergantian antara ikhwan dan akhwat. Hujan semakin deras. Langit
juga semakin gelap. Kami menunggu jemputan kami dengan berdiri di sekitar teras.
Oiya, ada beberapa hal menyebalkan yang membuatu sangat kesal. Walaupun
mungkin ini bagian ujian dari Allah. Pertama, sakit gigiku kambuh. Oke, ini benar-
benar sakit. Aku merasakan ngilu yang sangat di pipi kananku. Aku pun
memutuskan untuk memasang koyo di pipi. Mungkin saja sakitnya bisa mereda.
Kedua, atap teras wisma yang ikhwan tempati, memiliki bocor yang sangat random.
Jadi, kalau aku berdiri di suatu tempat, nah pasti kena air dari bocornya atap.
Kalaupun pindah, tetap akan ada tetesan lain yang jatuh. Sebal. Ketiga, aku sakit
perut. Mungkin karena aku makan sambal pada makan sebelumnya, sehingga aku
merasakan sakit perut melilit saat itu. Keempat, aku lapar. Oke itu tidak usah
dibahas. Dengan empat kendala itu, aku harus menunggu jemputan yang rasanya
lambat sekali datangnya.

Alhamdulillahnya, satu per satu jemputan mulai datang. Tapi, jemputan itu
harus didahulukan untuk akhwat terlebih dahulu. Aku pun tetap menunggu dengan
4 kendala tadi yang menghantui. Hufft. Terus datang jemputan selanjutnya. Sampai
akhirnya aku ternyata sudah berada di kloter terakhir. Bersama Zul, Al, Koko, Bagus,
Faris, Hamdi, Kak Imad, Kak Azzam, Kak Soey, Pak Fiat, Pak Jajang, PakKar, dan
beberapa akhwat yang akan menaiki mobil PakKar.

Waktu sudah menunjukkan jam 5 lewat. Oke, ini horor. Di tengah Kebon
Raya ini, hanya ada wisma yang sudah gelap karena kosong, kami menunggu.
Dengan perut kelaparan, kami hanya bisa mengobrol ringan agar tidak bosan. Tiba-
tiba, Hamdi berseru: “Wey, ana nemu pisang! Wah mantap jiwa nih!” Hamdi
menemukan buah sisa makan siang tadi. “Eh bagi-bagi dong di! Laper juga nih kita.”
Seketika aku merasa kita seperti di alam liar. Aku pun baru sadar, ternyata di
sebelahku ada botol air mineral yang masih utuh. “Alhamdu, ada minum nih!” Satu
per satu kami mulai menemukan makanan ‘sisa’ yang masih layak. Lalu, entah siapa
yang punya inisiatif konyol. Kami pun mulai mencoba mengecek sampah makan
siang tadi. Liar memang. Dan ternyata, kami menemukan beberapa snack yang
masih utuh tertutupi oleh plastik-plastik di atasnya. Ada air mineral, energen, kripik,
dan yang lainnya. Alhamdulillah. Kami pun bertanya ke PakKar apakah boleh
dimakan atau tidak.

“Boleh, makan saja, tapi bagi-bagi juga sama akhwat. Pisahin ya buat
akhwat.” Wohooo, kami bersorak dan mulai memisahkan untuk akhwat. Setelah itu

84
kami menikmati makanan ‘sisa’ ini. Daripada kami benar-benar kelaparan di sini,
lebih baik kami mengganjal perut saja kan?

Karena sudah terlalu lama, PakKar pun memutuskan untuk melacak


kemana jemputan yang seharusnya menjemput kami. Kak Imad dan Kak Azzam,
beserta akhwat lainnya pun naik ke mobil dan meninggalkan kami. Iya kami. Sisa
anak-anak kurang beruntung. Oke itu sedikit lebay. Dan kami hanya bergantung
pada satu handphone milik Kak Soey yang baterainya tinggal 50 %. Karena baterai
Pak Fiat dan Pak Jajang sudah habis semua. Sambil cemas, kami memrhatikan layar
handphone. Mungkin ada kabar dari PakKar.

Setelah lama menunggu, akhirnya ada cahaya sorot lampu yang datang.
Lah, ternyata mobil PakKar lagi. Mana jemputannya? Lalu Kak Imad turun dari mobil
dan menghampiri kami. “Ternyata mobilnya ngira udah ga ada orang lagi di wisma
ini, terus tadi udah disuruh buat balik kseini. Tapi, ternyata dia malah kesasar,
jadinya PakKar mau jemput lagi.” Oke deh, berarti kami harus menunggu lagi.

Huffft. Akhirnya, ada sorot lampu lagi yang datang, kali ini ada tiga! Yeay!
Alhamdulillah. Akhirnya kami bisa pulang. Langsung kami menaiki mobil dan pulang
menuju Insantama.

Memang kelihatannya bad ending ya? Tetapi itu tetap menjadi pengalaman
yang berharga bagiku. Dan pastinya ada hikmah baik dari semua rencana Allah
bukan? Alhamdulillah.

85
-Flashback-
Araffianti Kusumawati Martin

Jujur aku bukanlah orang sastra, suka sastra pun tidak. Bahkan, aku
bukanlah orang yang biasa mencurahkan sesuatu lewat tulisan karena bisa pun
tidak, kecuali quotes bahasa Inggris. Begitupun dengan istana berpikirku yang tidak
bisa diganggu oleh orang lain. Because, I am extrovert and thinking. Saking thinking-
nya, kalau ada sesuatu yang mengganjal, aku pasti akan mematahkan argumen
orang lain dan cenderung aku lebih baik berada pada posisi yang aku inginkan
karena itu akan berpengaruh pada hasil yang aku kerjakan.
Oke, kita masuk ke bagiannya. Jadi begini, di sini aku akan menceritakan
beberapa hal, momen, dan kejadian selama aku menjadi siswi di Insantama.
Melanjutkan jenjang SMA di Insantama ini tentu bukan kemauanku sendiri
walaupun awalnya berat hati. Apalagi, aku tau bahwa NEM SMP-ku itu cukup untuk
masuk SMA favorit, tapi aku bersyukur di Insantama ini karena aku bertemu dengan
teman-teman dan orang terdekatku sekarang.
Insantama itu UNIK ! Berbeda dengan sekolah yang lainnya. Begitupun
dengan rangkaian kegiatannya, peraturannya, guru, keputusan maupun aspek
lainnya. Bukan karena peraturan ataupun masalah teman. Sama dengan teman
yang lainnya, hal yang paling berat selama aku berada di Insantama ini adalah
‘BATIN ‘ entah kenapa, terkadang kita sulit untuk mengatakannya.
Tapi selain itu, banyak momen yang gak bisa aku lupain. Pertama, Seperti
waktu ketika aku jalan kaki mau pulang. Bu Uun guru kimiaku, beliau tersenyum
kepadaku. Sampai sekarang, entah apa yang membuatku merasa hal itu berkenang
sekali. Kedua, waktu aku, Yasmin, Iqoh dan Tasya izin ke pak Uno untuk pergi ke
Indofood, tapi yang diizinkan hanya Tasya karena nilai akademik dia aman. Ya, aku
tau betul sih, nilai akademik yang aku peroleh sekarang memang turun drastis.
Walaupun dengan begitu kita tetap memaksa untuk pergi.
Ketiga, dari awal aku memang memilih untuk mengambil SOSHUM
dibandingkan dengan SAINTEK. Tapi, karena Insantama hanya ada jurusan
IPA/SAINTEK saja, jadi bisa dipastikan aku akan silang jurusan dan berjuang di
jenjang SBMPTN. Kadang aku merasa Insantama ini kurang mendukungku akan hal
ini. Kenapa? Karena yang aku katakan sebelumnya, Insantama UNIK! Dengan waktu
yang serba terbatas ini dengan waktu bimbel hanya 4 jam dalam sehari, aku ingin
lebih fokus untuk menghadapi SBMPTN. Bisa dibayangkan anak-anak SMA lain yang
berada di luar sana mereka sudah bebas dan mereka sudah difokuskan untuk
mengejar SBMPTN itu, sampai-sampai mereka menginap di tempat bimbel
tersebut.
Tapi dengan semua yang telah kulalui ini, di Insantama ini, banyak hal yang
aku dapatkan, bahkan lebih dari espektasiku sendiri. Aku bersyukur atas segalanya,
seperti aku bisa lebih survive dengan diriku sendiri. Aku juga semakin kritis di sini

86
dan hal itulah yang membuat aku menemukan celah-celah di balik pemikiran-
pemikiranku, jadi aku bisa lebih berpikir luas walaupun terkadang aku selalu merasa
tidak puas. Aku jadi selalu terdorong untuk berbenah diri! Alhamdulillah.
Enam tahun pun berlalu (SMP dan SMA di sini), memang banyak suka
maupun duka. Walaupun dengan begitu, banyak hal yang kudapatkan dari sekolah
ini. Pengalaman, perjuangan juga pengorbanan serta merta kulalui. Bagaimana cara
kita untuk berbicara di depan, team building, manajemen waktu, dan lain
sebagainya. Syukuri dan nikmati saja prosesnya sebagaimana akhirnya aku bisa
seperti ini. Alhamdulillah… luar biasa… Allahu Akbar!!!

87
-Tameng-
Hasya Nazihatussalma Aghniya

Awalnya aku tidak akan menyangka semua rangkaian metamorfosa ini


akan terjadi. Yang aku pikirkan masa putih abu-abu ini adalah masa untuk
menikmati hidup. Masa dimana kita bisa bebas mengekspresikan semua yang ada
dalam pikiran kita. Rasa suka, senang, sedih, benci, marah, serta kecewa, kita bisa
keluarkan sesuai kemauan kita. Tidak ada hal yang dapat melarangku untuk
mengeluarkan berbagai perasaan itu.
Aku menyangka aku akan masuk di salah satu SMA favorit di kotaku. Karena
NEM yang aku peroleh ketika SMP memenuhi NEM minimum untuk masuk ke
sekolah tersebut. Hari hari yang akan aku habiskan untuk belajar dengan tekun dan
rajin semata-mata karena rasa ambisius serta gengsi yang tinggi.
Ketika ada waktu luang, tidak pernah absen untuk hangout bareng teman-
teman. Barang-barang branded pun menjadi santapan sehari-hari. Memang benar
kata orang, jangan menyiakan masa SMA karena masa SMA adalah masa untuk
menikmati hidup.
Namun percaya atau tidak, kenyataannya semua angan-angan itu tidak
pernah dan tidak akan pernah terjadi sampai saat ini. Takdir berkata lain ketika
akhirnya aku masuk di SMAIT Insantama. Awalnya terasa biasa saja hingga ternyata
SMA ini berbeda dengan kabanyakan SMA lain. Di sini kita tidak hanya mengejar
target akademik tetapi juga dituntut untuk dapat menguasai lifeskill. Penguasaan
lifeskill tersebut dilatih melalui beberapa tahapan pelatihan, yaitu LDK, LKMM,
SMENTION, Pra LKMA, dan LKMA.
LDK berlangsung di tahun pertama. Di LDK ini terbagi menjadi dua tahapan
yaitu LDK1 dan LDK 2. Di LDK 1, kita dilatih untuk bisa membuat mimpi besar, serta
target-target yang harus dicapai selama 5 tahun. Karena memang aku termasuk
orang yang sedikit ambisius dan juga judging (mentargetkan sesuatu) tahap ini
menjadi tahap awalan yang cukup seru. Lain halnya LDK1, di LDK 2 kita diuji
ketahanan fisik serta ketahanan mental dengan berjalan kaki sejauh 60 KM dari
Bogor menuju Cianjur. Karena pada saat itu masih menjadi anak baru, jadi tidak
terlalu menjadi beban.
Ketika masuk di tahun kedua ada tiga tahapan pelatihan yaitu LKMM,
SMENTION, Pra LKMA. Menurutku di tahun kedua ini adalah awal dari masa-masa
terberat dan tersulit ketika di SMA. Di LKMM kita dilatih untuk bisa menyelesaikan
suatu masalah suatu desa dengan menggunakan metode SWOT (strength,
weakness, opportunity dan threat) yang biasa digunakan oleh para konsultan untuk
menyelesaikan suatu masalah. Tahap ini seperti KKN ketika di perkuliahan.
Tahap selanjutnya yaitu SMENTION atau smart teen competition. Kita
dilatih untuk bisa menyelenggarakan event besar yaitu kompetisi skala nasional.
Kita sendiri yang jadi panitianya dan aku menjadi tim kesekretariatan yang

88
kerjaannya duduk di depan laptop dengan printer di samping, kertas-kertas
berserakan, ditambah bercak-bercak tinta yang tersebar dimana-mana. Lanjut ke
tahap selanjutnya masih di tahun kedua adalah Pra LKMA. Pra LKMA berlangsung
di berbagai universitas ternama di Indonesia seperti UI, IPB, ITB, Unpad, UGM, STEI
Hamfara dll. Di sini kita dilatih untuk bisa presentasi, public speaking, baik Bahasa
Inggris, Arab dan tentu dikombinasi dengan Bahasa Indonesia, dengan baik di
depan banyak orang.
Di tahun ketiga, tahap pelatihan terakhir yaitu LKMA. Di sinilah salah satu
pembuktian terwujudnya mimpi besar yang dibuat pada tahun pertama. Belanda
dan Jerman adalah mimpi besar kami. Semua yang kita dapat dari pelatihan tahap
pertama hingga terakhir, diaplikasikan ketika LKMA. Beban yang kami pikul semakin
berat. Tidak hanya itu target untuk mengumpulkan uang sebesar 1,2 milyar selama
6 bulan sudah cukup membuat kami hampir menyerah. Namun kami sadar,
menyerah bukan jalan keluarnya.
Semua rangkaian metamorfosa ini akhirnya sudah terlaksana. Semua tidak
akan terlaksana tanpa adanya pengorbanan, kerja keras, serta kesungguhan.
Semua tidak akan terjadi bila hanya ada kemudahan, kenyamanan, dan
kesenangan. Semua tidak akan terjadi jika tidak ada kesukaran, tantangan, dan tak
jarang air mata. Kini aku mengerti betul semua pengorbanan yang diberikan bukan
berarti tidak ada apa-apanya. Semua proses itu menurutku menjadi sebuah tameng
kehidupan. Tahan terhadap berbagai serangan yang mungkin terjadi suatu hari
nanti.
Tidak hanya sekedar membentuk pertahanan, aku rasa semua proses itu
mengubah bagaimana aku memandang kehidupan. Aku jadi mengerti hidup tidak
selalu sesuai dengan apa yang kita inginkan. Kita tidak dilahirkan untuk bisa hidup
bebas sesuka hati. Ibarat sebuah mesin cuci tidak bisa dijalankan dengan buku
panduan kulkas. Mesin cuci bisa dijalankan dengan buku panduan mesin cuci itu
sendiri. Yang kita butuhkan dalam kehidupan ini adalah panduan dari Allah SWT.
Panduan langsung dari Dzat Maha Pencipta.
Aku juga jadi memahami bahwa rasa suka, senang, sedih, benci, marah,
serta kecewa, tidak bisa kita ekspresikan sesuai kemauan kita. Semua rasa itu kita
ekspresikan sesuai dengan panduan kehidupan kita. Kita harus senang jika ada
sesuatu yang sesuai dengan panduan hidup kita. Sebaliknya, Kita harus marah jika
ada sesuatu yang tidak sesuai dengan panduan hidup kita.
Sekarang tameng yang telah terbentuk siap untuk menghadapi langsung
kerasnya peperangan. Medan dunia perkuliahan telah ada di depan mata. Semua
hal yang didapat selama SMA ini menjadi bekal kita untuk bisa bertahan di kuliah
nanti. Seberapa kuat kita melawan kerasnya peperangan, berarti tameng yang
terbentuk bukanlah tameng biasa. Kekuatan tameng setiap orang berbeda-beda,
dan aku salah satu orang yang punya tameng terbaik.

89
-Tentang Kalian-
Zulfahmi

Hatiku tidak secerah pagi hari ini. Bagaimana tidak, hari ini adalah hari
dimana aku meninggalkan ibu, bapak, dan adik-adikku di rumah. “Nak, hati-hati di
di sana nah”, kata ibuku dengan nada khawatir. “Iye’, baek-baek ja InsyaAllah”,
jawabku. “Jangan lupa, do’akan ibu, bapak di sana nah”, lanjut ibuku. “Iye’ nanti
kalau sampai di Bogor ku kabari ki” jawabku sambil menyalami tangan ibu.
Sekitar pukul 7.00 WITA aku berangkat ke International Airport Sultan
Hasanuddin, Makassar. Aku menyandarkan kepalaku di jendela mobil, menikmati
saat-saat terakhir aku berada di kota ini. Semakin dekat dengan dekat bandara
semakin sedih pula hati ini. Berat rasanya meninggalkan kota ini, kota dimana aku
dibesarkan dan mengukirkan kenangan. Riuh ramai bandara membuat jantungku
makin berdegup. “Harus bisa !” batinku. Kala itu aku berangkat menuju Bogor
bersama kakakku yang telah bersekolah di sana selama 2 tahun. “Dia aja bisa, aku
juga harus bisa dong, jangan manja kamu sudah besar” aku memotivasi diriku
berusaha meyakinkan. Check-in selesai, tandanya aku harus segera menuju
boarding pass.
Dengan langkah ragu, aku menuju ke ruangan boarding pass. Jujur, aku
orangnya suka deg-degan kalau naik pesawat, takut jatuh. Akhirnya, petugas
bandara memanggil kami agar segera menuju pesawat. Sebelumnya aku sudah
pernah naik pesawat. Sama, ke Bogor juga, tapi kali ini perasaanku berbeda,
suasana terasa lebih dingin. Aku berusaha menyibukkan diriku dengan membaca
majalah yang sudah disediakan. Karena lelah membaca dan mata ini sudah sakit
membaca, akhirnya akupun tertidur. “Grrrrrr” suara pesawat bergetar.
Membangunkanku dan cukup membuat mataku langsung kembali terbuka lebar.
Suasana semakin tidak enak ketika pramugari mengumumkan bahwa pesawat
sedang berada di cuaca buruk. Lisanku terus melantunkan istighfar. Alhamdulillah,
cuaca buruk berakhir sudah. Pesawat segera mendarat, kabar yang cukup
membuatku sedikit lega. Alhamdulillah, bisa menginjak daratan lagi.
Singkat cerita, aku segera menuju bus yang menuju ke Bogor. Dua jam
perjalanan tidak terasa karena aku tertidur pulas. Kata orang, kota Bogor terkenal
dengan sebutan ‘kota seribu angkot’, dan benar, ternyata banyak angkutan umum
disini. Aku dan kakak akhirnya menaiki angkot untuk menuju ke sekolah baruku.
“Gunung batu Kang” kata kakakku yang sudah tahu pasti dimana sekolah itu
berada. Hijau, kota ini memang hijau, ditambah lagi dengan angkot yang berwarna
hijau menunjukkan kota ini masih asri.
Kota Bogor sangat berbeda dengan kota kelahiranku. Di sini, banyak
pepohonan rindang yang menjulang tinggi, sedangkan di Makassar sangat panas
karena sangat jarang ditemukan pepohonan yang tinggi. Disini juga banyak taman-
taman kecil yang indah. Sejenak rasa sedihku hilang karena keindahan kota ini. “Kiri
bang !” kakakku memecah. Cukup sudah menikmati pemandangan kota Bogor, rasa

90
sedih kembali menghampiri, karena sebentar lagi aku sampai di sekolah sekaligus
tempat tinggalku di sini.
Gerbang sekolah pun sudah terlihat. Deg-degan rasanya, sekolah baru
kehidupan baru. Selamat datang kehidupan baruku.
Insantama nama sekolahnya, sekolah ini mempunyai misi menjadikan
siswanya menjadi pemimpin umat masa depan. Aku tinggal di boarding. Mirip
pesantren memang, tapi agak modern. Waktu itu aku dipersilakan menempati
kamar oleh salah seorang murid yang awalnya aku kira dia adalah Ustadz atau
Pembina di sini. Aku kebagian di kamar Ali. Aku sangat lelah, tanpa pikir panjang
aku langsung tidur di ranjang yang bertuliskan namaku. Meski pun ada orang yang
lagi menempati ranjang itu, aku tetap tidur. Aku orangnya agak susah berteman
sebenarnya. Malam pertama, di sini sedih rasanya. Makan harus ambil sendiri,
bangun juga sendiri. Berbeda dengan di rumah, ada ibu yang selalu
membangunkanku tiap pagi dan menyiapkan makanan tiap harinya. Hari demi hari
berlalu. Aku belum menemukan kesenangan disini.
“Adeknya Zuhdi ya?” sapa salah seorang kakak kelasku, “Iya” jawabku biasa
saja. “Pantesan mirip” lanjutnya, “Mirip darimana” gumamku. Akhirnya kami
bercakap-cakap sebentar dan dari percakapan tersebut aku tahu namanya Kak Ino.
Selama beberapa minggu di sini, aku telah berkenalan dengan anak
sekamar yang ternyata mereka juga berasal dari kota yang jauh dari Bogor. Naufal
dari Kalimantan, Bagas dan Zondra dari Lampung, Yoga dari Riau, serta Teguh dari
Jakarta. Akhirnya, aku menemukan kesenangan bersama mereka. Sedikit demi
sedikit rasa sedihku tergantikan oleh rasa senang. Alhamdulillah. Aku juga
berkenalan dengan teman sekelas. ‘Sword Class’ nama kelas kami.
Sekarang, aku sudah mau lulus, tak terasa, padahal baru kemarin aku
berkenalan dengan kalian semua. Selama hampir 3 tahun di sini aku telah kenal
dengan mereka semua. Mereka mempunyai ciri khas masing-masing. Kami ber-30
telah berhasil melewati serangkaian program disini mulai dari SEMESTA (Sepekat
mengenal Insantama), LDK 1, LDK 2, LKMM, pra-LKMA, LKMA, dan yang terakhir
Ujian Nasional. Kalian semua telah memberiku semangat untuk terus berjuang di
sini. Terimakasih teman !
Terimakasih Adham Hilmi. Orang pertama yang kulihat di Insantama.
Orangnya kecil, mukanya polos, ditambah lagi dengan tampilan sederhananya
memberikan kesan bahwa anak ini biasa-biasa saja. Ternyata itu semua salah. Di
balik penampilan itu tersimpan sosok asli seorang pemimpin di dalamnya. Yaitu,
berani bertanggung jawab. Itulah adham.
Terimakasih Alif Pratama. Ets panggilannya. Setelah berkenalan dengan
dia, akhirnya aku tahu bahwa dia diberi julukan ‘Ets’ ternyata dia orang yang cadel
huruf ‘S’. Jago desain, banyak gaya. Tapi, dia orangnya baik, setia kawan.
Terimakasih Almas Luthfi Riziqi. Orangnya kalem, ganteng. Kesan awal
melihat dia, agak benci soalnya dia anak dengan banyak gaya, dan tidak mau
berteman dengan orang-orang baru. Tapi, dia adalah orang terpandang di

91
Insantama, jadi aku tidak bisa banyak bicara tentang dia. Dia orang yang
mengamanahkanku dalam sebuah acara di sekolah, SMENTION (Smart Teen
Competition) namanya. Waktu itu, aku ditunjuk menjadi Koordnator Logistik dalam
acara tersebut. Karena adanya acara tersebut aku jadi lebih mengenal sosok
terpendam dari Almas. Ternyata dia orangnya asik, suka ketawa, orangnya ‘Gaje’
(Gajelas). Almas yang dulu bukan Almas yang sekarang.
Terimakasih Andrew Irfano Sembiring. Terus terang aku dulu benci sama
dia. Entah kenapa, menurutku dia orangnya haus jabatan, sok menjadi pemimpin,
istilahnya dia itu sok suci. Maaf ya Drew, agak kasar. Tapi, ternyata dia bukan sok
atau berlagak jagoan. Dia memang jagoan, bisa memimpin, sangat percaya diri
tampil di depan, dia menduduki posisi-posisi penting dalam sebuah organisasi. OSIS
dan LKMA cukup membuat pandanganku berubah seketika.
Terimakasih Badzlin Maladzi. Anak ini, pindahan dari SMA yang ada di
Tangerang. “Eh, ada anak baru tuh kamarnya di ABDR” kata teman-temanku.
Seketika aku langsung menuju kamar ABDR. Kecil, mancung, otot-ototnya kuat
memberiku kesan anak ini suka berolahraga. Dia sedang melamun di koridor. Dia
ternyata suka main games, akrab dengan dia lewat games. Heheheh, anak ini jago
tentang barang-barang elektronik.
Terimakasih Bagus Nugroho. Hitam legam warna kulitnya. Anak paling
supel di Insantama. Dia menjabat sebagai ketua LKMA 2016. “Jul, antum jadi
sekretaris LKMA 2016 ya” serunya sambil menepuk pundakku. “Apa gus ? Sek----“
belum sempat mengeluarkan kata-kata, dia sudah berjalan menjauh. Awalnya aku
kira dia hanya bercanda. Karena tidak mungkin orang sepertiku menjadi sekretaris.
Tapi, aku salah besar, dia serius. Bagus benar-benar menunjukku sebagai sekretaris
sekaligus tangan kanannya. Terima Kasih Bagus, aku tidak akan seperti ini kalau
waku itu aku tidak diamanahkan menjadi seorang sekretaris LKMA 2016.
Terimakasih Anta Syahadillah Pratama. Memiliki sifat yang sangat peduli
dengan teman, membuat dia disenangi teman-teman sekelas. “Eh Jul, antum dari
Makassar? Disana serem-serem ya orangnya ?” tanyanya sambil menepuk pundak
ku, “Eh enggak juga si” jawabku, “Kalau di Bengkulu orangnya serem-serem Jul”,
lanjutnya lagi. Itu awal mula aku bertemu dengan dia. Dia juga memiliki sifat
penyayang dalam dirinya, taat aturan, bersih, jago main futsal. Itulah Anta. Kami
berdua sangat akrab, InsyaAllah kami akan melanjutkan kuliah di kota yang sama.
Cita-cita kami berdua, ingin menjalankan bisnis berdua pas kuliah nanti. Amin.
Terimakasih Defriansyah Arraihan. Aku mungkin tidak terlalu akrab
dengannya. Tapi, kalau ditanya orang yang paling menginspirasi di Insantama, aku
akan menjawab “Defriansyah”. Bagaimana tidak, dia satu-satunya orang yang bisa
bertahan mengikuti dan menyelesaikan program di Insantama yang terbilang
sangat menguras tenaga. Dengan segala keterbatasannya dia dia berhasil melewati
semua. Dia harus berbagi waktu antara belajar di sini dengan operasi di rumah sakit
sekian kali. Puitis, tabah, sabar, memiliki hati yang kuat, itulah Defri.
Terimakasih Fahmi Fadhillah. Orang yang berhasil membuatku berada di
tingkat kekesalan tertinggi di Insantama. Waktu itu, dia sering menampar pelan di

92
bagian pipiku. Hal itu tentu membuat aku marah. Sabar juga ada batasnya, di kamar
ABDR dia menamparku lagi, dan seketika aku mendorongnya ke belakang hingga
terbentur tembok. Walaupun orangnya suka bikin kesel, dia orangnya speed and
responsive. Lambat laun baru aku paham, itu adalah karena dia merasa akrab
denganku.
Terimakasih Faqih Arif. Kalau ditanya siapa orang yang paling pintar di
Insantama, pasti semua akan menjawab “Faqih”. Dia satu-satunya orang yang
berhasil menaklukkan semua soal-soal US dan USBN tahun 2017 dengan hasil yang
hampir sempurna. Kalau mau konsultasi ke dia aja ya.
Terimakasih Faris Fadli. Terimakasih telah menjadi orang yang mampu
membuatku seperti sekarang. Motivasi, caramu mengajak kepada kebaikan bisa
dibilang berhasil. Kemampuannya mempengaruhi dan meyakinkan orang dalam
berbuat kebaikan patut diacungi jempol.
Terimakasih Fikry Audy. Perjuanganmu di sini sangat menginspirasi.
Awalnya dia orangnya biasa-biasa saja. Ditanya bengong, belajar bengong, sering
ngelamun iya. Tapi usaha tidak akan mengkhianati proses. Sempat mau pindah
sekolah, tapi kami melarang dia keluar dari Insantama. Kami semua mau, dia
berubah. Dan benar dia mencapai titik tertinggi seorang Audy. Belajar tiap hari, les
di luar agar dapat melanjut studi ke jenjang yang lebih tinggi yaitu perkuliahan.
Terus berjuang kawan !
Terimakasih Ghilman Ihsanurrahman. Kuat ! Cuma itu, terus terang aku
segan dengan dia. Bagaimana tidak, dia adalah orang terkuat di sini. Banyak gerak,
tidak bisa diam. Waktu itu, kami semua berada di Stasiun Lempuyangan Yogya,
dalam rangka pra-LKMA. “Assalamu’alaikum, ibu, bapak.” Suara teriakan terdengar
di kerumunan banyak orang. Dia sedang melakukan presentasi di tempat umum.
“Gila !” gumamku. Berani sekali dia. Berani, itulah Ghilman.
Terimakasih Ghozyudin Fawaz. Sifatnya yang tegas, mampu membuat dia
menjadi pemimpin kami. Pemimpin sejati itu Ghozy.
Terimakasih Hamdi Ali Haditama. Ahli dalam fisika dan suka berolahraga.
Orang yang paling gila ilmu, dia rela sakit untuk mendapatkan hasil maksimal dalam
ujian. Usaha tidak akan mengkhianati proses. Dia adalah salah satu orang terpintar
di sini.
Terimakasih Hasbyallah Maulana Akhyar. Bocah ! Itu yang akan dikatakan
teman-temanku ketika Hasby membuat ulah. Tapi jangan salah, walapun dia sering
berulah, ketika dia serius, semua akan ditaklukkannya. Gapai mimpimu !
Terimakasih Hilman Muhammad Firdaus. Orang paling tabah se-Insantama.
Rajin, membuat dia bisa melakukan hal yang tidak bisa dilakukan oleh teman-
temannya.
Terimakasih Ibnu Fadhil. Tingkah lakunya yang kocak membuat teman-
temannya suka ketawa. Teman seperjuangan di OSIS dan sekolah. Makasih Ibnu
telah membuat suasana yang tegang menjadi cair kembali berkat lawakanmu.

93
Terimakasih Kautsar Thariq Syah. Sejarawan di Insantama. Dia senang
menceritakan tentang masa lalu, baik itu sejarah Indonesia, sejarah Islam, dan lain-
lain. Orang yang anti-mainstream, amanah, berani. Itulah Kautsar.
Terimakasih Fathurrahman Alfarizi. Siapa yang tidak mengenal dia?
Desainer paling jago di angkatan kami. Dengan janggut, dan kumis yang lebat,
membuatnya dia dipanggil Om Brewok. Dia mampu membuat film-film setara film
Hollywood. Hehehe, ga percaya ? Coba cek film angkatan kami di Youtube LKMA
2016.
Terimakasih Muhammad Fikri Ilyas. Kurus, jago main basket, gerakannya
lincah. Dia adalah teman seperjuanganku, basket. Dia mengajarkanku bermain
basket dengan benar sampai menjadi master. Makasih ilyas ! Sebenarnya banyak
yang aku ingin deskripsikan di sini tapi waktunya tidak cukup.
Terimakasih Naufal Mahdi Maulana. Orang yang sekamar denganku. “Eh
Fal, bagi sabun dong”, kalimat itu sering keluar kalau aku kehabisan sabun di
boarding. Dan tanpa mikir panjang dia langsung mengiyakan permintaanku
tersebut. Coba bayangkan kalau dia menolak, gimana jadinya badan ini. Makasih
Naufal! kami berdua sebenarnya sudah akrab dari kelas 10 karena memiliki
penderitaan yang sama, yaitu jauh dari orang tua dan tidak punya siapa-siapa di
sini.
Terimakasih Raihan Ramadhana. Siapa sangka bocah yang dulunya polos
sekarang memiliki kumis lebat seperti seorang bapak. Ya, tidak hanya
perawakannya saja seperti bapak-bapak. Dia juga memiliki sifat seorang bapak,
yaitu bertanggung jawab.
Terimakasih Rifky Muhammad Firdaus. Anak yang lahir tahun 2000.
Menjadikan dia orang termuda di angkatan 5 ini. Kalau melihatnya, orang tidak
akan menyangka bahwa dia masih berumur 17 tahun. Soalnya dia memiliki sifat
orang dewasa.
Terimakasih Sandi Bagas. Pernah sekamar denganku. Membuat kami akrab.
Di balik badannya yang kekar, ternyata dia memiliki hati yang lembut. Sholeh !
Itulah Bagas. Tetap istiqomah sobat !
Terimakasih Taufiqul Hakim. Dia adalah tangan kananku saat menjabat
sebagai koordinator Logistik dalam acara SMENTION (Smart Teen Competition).
Satu kejadian yang membuat semua orang kesal dan yang paling aku ingat adalah
ketika dia memesan dua tenda pada acara SMENTION. Cukup menghabiskan dana
sebanyak 500rb pada waktu itu. Tapi dia adalah orang terinisiatif yang pernah
dimiliki di Insantama.
Terimakasih Teguh Abdurrahim Tanjung. “Kak, besok acaranya ngapain?”
tanya Naufal teman kamarku. Awalnya kami kira dia adalah kakak kelas. Ternyata
dia adalah teman sekelasku yang sering bermain dengan kakak kelas. Dia orangnya
jago main futsal, lucu.

94
Terimakasih Yoga Baktiawan Megpa. Bisa dibilang, kelas 10 aku paling
akrab dengan dia. Kemana-mana bareng dia. Sekarang dia sudah berubah, mulai
dari penampilan, sifat, dan masih banyak yang lain lagi. Yoga yang dulu bukan Yoga
yang sekarang.
Terimakasih Zondra Amanata Putra. Oh iya, kalau kalian membaca ceritaku
ini dari awal. Orang yang tidur di kasurku ternyata dia. Dia orang yang paling dewasa
di Insantama. Teman yang paling tidak mau temannya kesusahan itu dia.
Terimakasih kalian semua, telah membuat hari -hari ku di sini menjadi lebih
berwarna. Tanpa ada kalian entah jadi apa aku di luar sana. Tinggal beberapa bulan
kita bisa menghabiskan waktu bersama. Perasaan baru kemarin aku mengenal
kalian semua. Canda tawa kalian tak akan pernah kulupakan, kita pernah sedih,
susah, senang bersama. Kalian semua adalah teman terbaik yang pernah kutemui
di dunia ini. Semoga impian kalian semua tercapai. Dan maaf kalau aku selama ini
punya salah sama kalian. Mungkin aku tidak sengaja melakukan hal itu. Tapi ingat !
kalian secara tidak langsung menginspirasi.
Sukses satu sukses semua, gagal satu …. tidak boleh!

95
96
-Melelahkan Tapi Mencerahkan-
Reportase D’RISE, Reportase LDK2 Pertama (D’Rise, 23.10.2010)

"Mulai dari rapat pertama pembentukan jabatan, proker, en jobdesc buat kita LDK
itu udah dimulai. Coz, penempaan kita buat merencanakan, melaksanakan, en
menargetkan hasil tuh dimulai dari titik ituh. Sikap yang ikhlas buat mau diarahkan
(dipimpin) en mengarahkan (memimpin), kita semua ngerasain itu. Itu semua
proses kita belajar buat jadi lebih baik." (Syifa, siswi SMAIT Insantama, angkatan
pertama, sekarang Kuliah di FK UGM).
Fiuuhhhh, capek, itulah yang dirasakan D’RISE dan anak-anak Sekolah Menengah
Atas Islam Terpadu (SMAIT) Insantama Bogor saat menjalani Latihan Dasar
Kepemimpinan (LDK) pada tanggal 6-7 Oktober lalu. LDK ini emang melelahkan,
karena mereka harus menaklukkan serangkaian tantangan dan jarak tempuh yang
jauhnya sekitar 91 km antara Bogor-Cianjur, wueeehh. Sebagiannya mesti
ditempuh jalan kaki alias nyikreuh sekitar 41 km. Bener-bener gokil dan nggak
maen-maen nih. Tapi LDK ini sangat mencerahkan lho, sebab berhasil melatih anak-
anak Insantama untuk jadi kuat, tangguh, dan sanggup menerjang tantangan.
Mereka juga dilatih untuk sabar, mengendalikan diri, memecahkan masalah,
bernegosiasi, dan banyak lagi.
Kalau ada acara Award of The Year kategori "Program Sekolah Terdahsyat",
LDK SMAIT INSANTAMA kemaren sangat pantas jadi juaranya. Nggak pake sotoy
buat GR apalagi kepedean D'RISE blak-blakan kayak gini. Coz, emang ASLI PISAN!
Sekian belas taun gitu, D'RISE juga pernah ngerasain jadi anak sekolah. En selama
itu pula kita tuh tau, paham, sadar, en yakin (hingga akhirnya bisa menilai) kalo
emang belum ada LDK sesyahdu ini di sepanjang peradaban jahiliyyah. Belum sama
sekali! Yang sudah-sudah justru semakin menjamurnya program-program yang
merusak aqidah en syakhsiyyah (kepribadian) seorang Muslim. So, ini bener-bener
THE FIRST banget buat D'RISE nemuin acara LDK yang BARU BISA disebut sebagai
LDK. Sou desu nee!
Tadrib al-Qiyadah al-Asaasiyah, begitu LDK kalo diterjemahkan dalam
bahasa Arab. En sesuai dengan kepanjangannya (Latihan Dasar Kepemimpinan),
INSANTAMA bener-bener mengemas gagasannya ini seapik mungkin. Secerdas al-
Qur'an yang penuh dengan tuntunan, nggak menghendaki satu pun metodenya
tercemar dengan pembelajaran ala kapitalisme. Kagak ada unsur-unsur ngerjain
(bikin repot), intimidasi, penekanan mental versi penjajah, teriakan/bentakan, caci-
maki, apalagi kekerasan fisik yang menyakitkan en menimbulkan trauma.
INSANTAMA memahami benar bahwa hal-hal semacam itu bukanlah pendidikan
yang Rasulullah saw. contohkan. Coz, buat mencetak generasi pemimpin haruslah
dikokohkan aqidahnya terlebih dahulu. Sehingga nantinya mereka otomatis bisa
disiplin untuk senantiasa menaati hukum-hukum syariat dengan penuh kesadaran
bahwa kita ini memanglah makhluk Allah Swt. yang wajib memiliki kepemimpinan
berpikir Islam, en sikap-sikapnya terjaga. Makanya LDK ini adalah salah satu bentuk

97
pelatihan yang arahannya adalah pendekatan interaktif en learning by doing. Yang
harepannya ntar bakal membentuk pribadi-pribadi yang punya motivasi kuat buat
SIAP DIPIMPIN en SIAP MEMIMPIN serta BERPRESTASI.
Kegiatan ini baru pertama kali diadakan SMAIT Insantama, dan langsung yang
ekstrim. Waaah rekor dong? Woits ternyata mereka nggak puas sampe di situ,
mereka berencana untuk mengadakan kegiatan yang lebih ekstrim lagi, tunggu aja
tanggal mainnya.
LDK ini bukan hanya diperuntukkan bagi anak-anak pengurus OSIS ajah
seperti yang terjadi di sekolah-sekolah lain. INSANTAMA mengadakannya buat
seluruh murid yang sekolah di sana. Sebelum anak-anak SMA, anak-anak SMP
beberapa waktu yang lalu pun ternyata udah ngegelar LDK-nya duluan. En katanya
ampe masuk TV tuh. Hueh, berasa artis dongs! Yah, pokoknya LDK milik bersama!
Seluruh anak merasakan pembinaan en dibebani tanggung jawab yang juga sama
besarnya. Itu baru namanya adil.
D’RISE mengintili (maksudnya mengikuti) wara-wiri anak-anak Insantama
dalam menyelenggarakan kegiatan LDK ini dari awal sampe selesai. D’RISE telah
bersimbah peluh bersama mereka (beukh). LDK ini diadakan dan diikuti oleh siswa-
siswi SMAIT Insantama kelas 10, mereka adalah para pionir dari angkatan pertama
jenjang SMA di Yayasan Insantama Cendekia. Waktu D’RISE pertama kali kenalan
dengan mereka, kesan anak ABG yang imut dan lucu langsung kegambar. Tapi
ternyata di balik sosok itu tersimpan jiwa-jiwa yang mandiri, karena telah sekian
lama dididik dengan aturan-aturan Islam di Insantama. Buktinya mereka hanya
diberi waktu 10 hari untuk mempersiapkan kegiatan itu, dan mampu
menyelesaikannya dengan baik. Semua dana yang diperlukan mereka maksimalkan
dari fundraising (penggalangan dana) keluar, bukan dari sekolah atau dari orang tua
siswa. Sekolah cuma ngasih dana awal 300 ribu perak, padahal dana yang
dianggarkan gede banget lho, sekitar 20 juta perak. Ternyata 2 hari menjelang
pelaksanaan kegiatan mereka udah berhasil menggalang dana sebesar 13 juta
perak. Fantastis banget kan!
“Kita menggalang dana mulai dari Bogor sampe ke Depok, Kak” kata Azzam,
Ketua Panitia LDK waktu kena todong D’RISE. Cowok jangkung imut ini pun
mengatakan bahwa LDK ini akan membekas di hati kawan-kawannya.
Kesuksesan LDK ini pun nggak lepas dari campur tangan tim pembimbing
yang dikomandoi Pak Muhammad Karebet Widjajakusuma yang juga pengasuh
rubrik Muslimpreneur (waktu itu). Pada malam sebelum pelaksanaan acara, Pak
Karebet mengundang sahabatnya yang juga trainer, Pak Felix Siauw untuk
mendongkrak semangat para peserta. Dengan semangat menggelora, Pak Felix
menceritakan riwayat penaklukan Muhammad Al Fatih atas Konstantinopel.
Ruaaarr biasa! Pekik takbir membahana dan peserta telah siap untuk jalankan misi
“Menaklukkan Cianjur.”
Sejak jam 3 pagi para peserta LDK telah mandi dan melaksanakan solat
tahajjud. Selepas subuh para peserta dilepas ke medan juang LDK. Mereka dibrifing
untuk bisa menaati aturan dan perintah, serta menjaga kesatuan tim. Salah satu

98
aturan yang harus mereka taati adalah mereka harus minum hanya seteguk air,
atau paling banyak dua teguk sekali minum. Nahloh! Pukul 04.50 WIB kami semua
udah ada di lapangan buat apél. Sambutan dari Bapak Muhammad Adhi Maretnas
mewakili pihak yayasan en sekolah, lalu doa bersama yang berlangsung dengan
khidmat. En akhirnya pukul 05.00 WIB kami siap melangkahkan kaki memulai LDK,
menuju Pos 2.
Pos kedua terletak di Villa Indah Pajajaran kota Bogor (pos pertamanya
kampus Insantama), kediaman Pak Rokhmin Dahuri, mantan Menteri kelautan dan
Perikanan RI. Dari kampus Insantama para peserta jalan kaki menuju pos kedua ini.
D’RISEr tau ga, beliau adalah sosok yang jujur yang kemudian menjadi korban
sistem kapitalisme karena kejujuran beliau. Nah, para peserta LDK mendapat tugas
untuk mewawancarai beliau untuk mengungkap visi hidup, kekuatan dan
keteguhan beliau. Namun sayangnya Pak Rokhmin sedang ada tugas ke Batam,
maka beliau digantikan oleh isterinya, Ibu Evi Rokhmin Dahuri yang didampingi
muhrimnya. Woits jangan salah, di belakang seorang suami yang kuat tentunya ada
seorang istri yang juga kuat dong. Selain visi hidup yang kuat, para peserta LDK
banyak mempelajari keteguhan Pak Rokhmin dan Ibu Evi dalam menghadapi masa-
masa sulit itu.
Dari kediaman Pak Rokhmin, rombongan yang berjumlah 75 orang (30 siswa,
25 siswi, dan 20 pembina) ini melanjutkan perjalanan menuju pos ketiga di Sumber
Karya Indah (SKI) Tajur, di Jalan Raya Katulampa kota Bogor. Di sana para peserta
belajar analisis SWOT dan mendapat tugas yang lagi-lagi bikin puyeng, ngitungin
ikan yang ada di kolam besar SKI (euleuh). Haduh, D’RISE yakin yang punya SKI aja
nggak pernah ngitungin ikannya ada berapa. Tapi pastinya ilmu pengetahuan
punya jawabannya. Lha wong jarak bumi-matahari aja bisa diitung.
Hari terus beranjak siang, cuaca ekstrim yang tengah menggantang Indonesia
memanaskan suasana. Namun dengan semangat menggebu dan tekad masa muda
yang pantang menyerah para peserta tetap melanjutkan perjalanan ke pos
selanjutnya di Bendung Katulampa. Sesampainya di sana, Pak Haji yang telah turun-
temurun mengawal Bendung Katulampa memberikan presentasi tentang sejarah
bendung yang selalu kena getahnya kalo Jakarta dan Depok kena banjir, padahal
dia nggak pernah makan nangka. Emang malang nasib si Katulampa. Oia, Pak Haji
juga ngasih tau kalo kita nyebut “bendungan” itu salah, yang bener tu “bendung”.
Oh gitu ya, Pak!
Cuaca emang lagi ekstrim banget lho. Masa dari panas tiba-tiba mendung
datang, awan makin berat dan terus berat. Tapi awan hitam itu nggak menyurutkan
langkah para peserta untuk terus maju. Pantang mundur bleh!! Mereka terus
melangkahkan kaki menuju pos selanjutnya. Setelah beristirahat sejenak di pos
bayangan, sampailah mereka di masjid Sayyida Khadija, dekat jalan tol Jagorawi. Di
sana rombongan menunaikan sholat zuhur dan mengumpulkan tenaga. Tapi tiba-
tiba tetes air hujan mulai berjatuhan, terus jadi deras. Dari sana rombongan naek
angkot carteran menuju pos keempat di Radio Wadi FM di penghujung Gadog kota
Bogor. Hujannya deras.

99
Di Wadi FM para peserta mendapatkan pembekalan tentang bisnis media
terutama radio. Habib Bagir Shahab, Direktur Wadi FM, memberikan penjelasan
dengan antusias. Bahkan beliau menawarkan para peserta untuk turut siaran di
radio Wadi FM lho, sayangnya lagi mati lampu (euleuh lagi). Hujan lebat masih terus
menemani rombongan, terpaksa deh harus pake jas ujan seragam yang warnanya
putih-putih… hihihi, mirip poling (pocong keliling). Dari sana rombongan
melanjutkan perjalanan menuju masjid At Ta’awun puncak. Perjalanan lumayan
jauh lho.
Menjelang isya, rombongan tiba di pos keenam di Masjid At Ta’awun,
Puncak, kabupaten Bogor. Karena dalam safar jadinya sholat magrib dan isya
dijama’. Pada pos keenam ini peserta ditugasi untuk mengungkap bagaimana
kesuksesan masjid At Ta’awun dengan visi misinya kepada imam besarnya, KH.
Asep.
Awan mendung menaungi langit gelap. Rombongan melanjutkan perjalanan
menuju titik selanjutnya, tempat perhentian terakhir, pos ketujuh, Pesantren
Enterpereneur Miftahul Falah di Kampung Cibadak, Kabupaten Cianjur (perasaan
nama Cibadak banyak banget, di kampungnya D’RISE juga ada Cibadak. Yang langka
cuman Chicago, hehe). Anak-anak cowok mesti rela jalan kaki dari At Ta’awun
sampe sebuah pos bayangan di pertigaan jalan menuju Cianjur, sejauh kira-kira 2
jam perjalanan jalan kaki. Sementara anak-anak cewek naik kendaraan ke sana. Di
sinilah kesabaran mereka diuji.
Di pertigaan itu Ust. Basith dari pihak pesantren telah menyiapkan kendaraan
berupa angkot untuk anak cewek, dan mobil bak terbuka untuk anak cowok (yang
cowok lebih macho kendaraannya). Jalur yang dilewati menuju pesantren adalah
jalur yang nggak biasa, jalannya jelek, gelap, di kanan kiri rimbun dengan semak
dan pepohonan, berkelok-kelok pula, malah katanya suka ada rampoknya lho. Hiiii.
Tukang angkot aja nggak berani kalo lewat situ sendirian, mesti ada konvoy yang
rame baru berani. Semua orang ketiduran, kecuali supir, kalo supir nyetir sambil
tidur kan berabe. D’RISE aja ketiduran, saat bangun dan mengintip keluar ternyata
kegelapan masih membayang, dan kendaraan masih terguncang kerikil tajam
(mantab). Akhirnya merem lagi, pas melek ternyata masih sama.
Setelah perjalanan yang terasa jauuuuhhh banget, akhirnya sampailah
rombongan di suatu tempat yang ketika itu belum jelas ada di mana, abisnya gelap
banget. Yang pasti masih dikelilingi batang-batang pohon dan tanah perbukitan.
Anak cewek ditempatkan di sebuah rumah yang cukup luas bersama dengan
pembimbingnya, dan anak cowok ditempatkan di sebuah masjid tak jauh dari sana.
Itu sekitar jam 1 pagi lho, para peserta udah pada tepar di bak belakang mobil, pada
kemasukan angin (masih mending daripada kemasukan setan), mata ngantuk,
menggigil, perut kelaparan, pokoknya kondisi berat deh. Tapi alhamdulillah di
masjid dihidangkan makanan yang menggugah selera di atas nampan, maknyos.
Abis itu pergi ke pulau mimpi.
Ayam berkokok di pagi buta, ketika sinar matahari menyeruak barulah
semuanya kelihatan jelas. Keindahan alam ciptaan Allah telah membuai mata

100
semua peserta LDK. Ternyata Pesantren Enterpreneur Miftahul Falah terletak di
suatu tempat yang dikelilingi gunung, salah satunya Gunung Gede. Subhanallah,
luar biasa.
Acara pagi dimulai dengan olah raga push up (sebenernya dihukum, tapi
sekalian olah raga, hehe). Kemudian disusul dengan tracking menyusuri puncak
bukit milik pesantren yang luasnya 20 hektar lho. Para peserta diberi tugas untuk
mewawancarai para santri, penduduk, pengajar, sekaligus pimpinan pesatren
Miftahul Falah yaitu Ustadz Purnomo. Beliau dengan senang hati menjelaskan
berbagai hal. Terungkaplah sejarah, visi dan perjalanan kiprah pesantren. Yang
nggak kalah asiknya adalah menikmati degan bersama, airnya seger banget.
Menjelang sore, rombongan berpamitan dengan staf pesantren seiring dengan
berakhirnya kegiatan LDK. Selepas Isya rombongan telah tiba kembali di kampus
Insantama dan menjalani upacara penutupan. Di kampus para peserta disambut
oleh adik kelas mereka yang masih SMP dengan kalungan sarung (bukan kalungan
bunga, hehe). Fiuuhh emang melelahkan, tapi mencerahkan. D’RISE ngerasain
sendiri lho capeknya nguntit mereka. Pokoknya ini LDK anak SMA TERDAHSYAT.!!
Jempolan lah!!
Kegiatan LDK ini adalah bagian dari implementasi visi misi Yayasan Insantama
Cendekia untuk mencetak generasi Islam yang unggul, cerdas, dan terdepan. Yang
paling penting adalah memiliki kepribadian Islam. SMAIT Insantama adalah sebuah
sekolah yang memadukan sains, tsaqofah Islamiyah (wawasan Islam), dan
Syakhshiyyah Islamiyyah (kepribadian Islam). Sistem boarding schoolnya akan
membentuk generasi Islam yang tangguh dan berada di garis depan. Kampus SMAIT
Insantama beralamat di Jalan Hegarmanah IV Gunung Batu, Bogor Barat, Kota
Bogor. Bravo!!!

101
- SMAIT Insantama SERUUUU!-
Salma Fadhilah,
Mahasiswi Berprestasi Institut Pertanian Bogor
Alumni Angkatan 1

Insantama, 2010. SMAIT Insantama? Satu kata buat sekolahku itu:


SERUUUU! SMAIT Insantama Bogor itu sebuah sekolah Islam terpadu sekaligus
pesantren. Tapi lebih pantesnya sih disebut boarding school. Kenapa? Karena
walaupun namanya pesantren, tapi suasananya nggak kayak pesantren. Contohnya
nih, santri dibolehkan bawa hp (walaupun gak bisa dipakai setiap hari, hanya sabtu
dan ahad), terus pakaiannya dicuciin pula, terus suasananya juga nggak kayak
pesantren. Ya jadi belum bener-bener terasa pas kalo dibilang pesantren.

Di SMAIT Insantama, kehidupan akhwat dan ikhwannya bener-bener


dipisah. Dari kegiatan sekolah yang membedakan kelas akhwat dan ikhwan, asrama
yang tidak berdekatan, sampai di dalam keorganisasian OSIS-nya. Jadi, ya nggak
ada alasan bagi santri akhwat dan ikhwan untuk saling berkomunikasi dan
berinteraksi. Karena, udah beda dunia istilahnya. Jadi pergaulan kami bener-bener
kejaga banget.
Dan curhat dikit nih yaaaa, sekarang, walaupun baru 1,5 bulan sekolah di
SMAIT Insantama, udah kerasa banget yang namanya rasa kekeluargaannya.
Gimana enggak, kami beraktivitas bareng selama 24 jam setiap hari. Dari waktu
kegiatan pesantren, sekolah, dan saat istirahat. Di asrama, di kamar, di kelas, di
aula, dan dimana-mana kami selalu bareng. Karena kami angkatan pertama, maka
jumlah murid di sini tidak terlalu banyak, maka semua bisa dekat satu sama lain,
bahkan sangat dekat. Sampai saat liburan seperti ini, kami gak sabar buat balik ke
asrama. Kenapa? Karena udah kangen banget sama temen-temen, yang udah kayak
keluarga. Kok bisa? Padahal kita ketemu belum ada 2 bulan, hemm..
Yah, itulah hebatnya SMAIT Insantama yang pastinya nggak ada di sekolah
lain, dalam 1,5 bulan bisa bikin kita sekelas (yang isinya nggak sampe 30 orang) ini
saling dekat dan mengenal satu sama lain bahkan kayak udah kenal berbulan-bulan.
Hebat ya? sampe kami sendiri bingung, baru aja kenal 1,5 bulan kok udah kayak
gini ya? Hahaha.
Beginilah SMAIT Insantama. Penuh dengan cerita bahagia, walaupun nggak
pernah lepas dari sedih, dan dinamika perjuangan menggapai cita bersama.
Semoga kebersamaan kami akan tetap seperti itu, sampai kapanpun.
Love you because of Allah friends…

102
103
-Menginisiasi LKMA Pertama (2012) : Malaysia Kami Datang!-
M Karebet Widjajakusuma, Direktur Kesiswaan

Insya Allah, dengan izin Allah Swt, delegasi SMAIT Insantama Bogor yang
terdiri dari 45 siswa kelas XII didampingi 6 guru pendamping dan 2 perwakilan
orangtua siswa akan berangkat ke negeri jiran Malaysia dalam rangka
melaksanakan Latihan Kepemimpinan dan Manajemen Tingkat Akhir (LKMA).
Latihan ini bertajuk ‘Studi Kepemimpinan dan Manajemen ke Malaysia’ yang
dilaksanakan pada 25 November hingga 1 Desember 2012.

Bermula dari Konsep Pembinaan yang Penuh Kesungguhan


Lahirnya ide kegiatan Latihan Kepemimpinan dan Manajemen Tingkat Akhir
(LKMA) ‘Studi Kepemimpinan & Manajemen Ke Malaysia’ 25 November – 1
Desember 2012 sesungguhnya bermula dari konsep pembinaan kepemimpinan
yang diselenggarakan di SMAIT Insantama Bogor. Meski terbilang sekolah yang
sederhana, namun keyakinan untuk dapat melahirkan calon pemimpin masa depan
sangatlah kuat. Meski latar belakang pendidikan asal siswa sangat beragam dan
tersebar dari berbagai daerah di Indonesia, namun keyakinan untuk mewujudkan
mimpi besar sukses dunia dan akhirat pada diri siswa amatlah kuat. Ya, menyiapkan
generasi calon pemimpin yang sukses dunia dan akhirat diyakini sebagai bagian dari
solusi terhadap berbagai persoalan yang terus mendera negeri ini yang dikontribusi
salah satunya oleh persoalan kepemimpinan. Hal ini juga disiratkan dari slogan
sekolah ini sebagai Sekolah Calon Pemimpin.
Dalam konsep pembinaan kepemimpinan di SMAIT Insantama, Latihan
Kepemimpinan dan Manajemen Tingkat Akhir (LKMA) diprogramkan untuk dapat
menguatkan dasar-dasar ilmu kepemimpinan transformasional yang telah diterima
peserta pada jenjang pelatihan sebelumnya, yakni LDK 1, LDK 2 dan LKMM.
Tepat setelah program LKMM selesai, dilontarkanlah gagasan perlunya
program LKMA ke luar negeri untuk memberi tantangan yang lebih besar kepada
para siswa dalam mempraktekkan semua hasil pembinaan kepemimpinan dari LDK
1 hingga LKMM. Dipilihlah kemudian Malaysia. Mengapa ? Malaysia dipilih karena
negeri ini termasuk satu dari sedikit negara yang nyaris tidak terkena dampak krisis
dunia. Malaysia juga mampu membalik keadaan dari negeri yang dulu banyak
mengirim SDM-nya untuk belajar ke Indonesia, kini menjadi sebaliknya. Meski tentu
Malaysia sebagai sebuah negara ada saja plus dan minusnya, namun dengan dua
alasan ini, setidaknya kita dapat belajar banyak bagaimana pola kepemimpinan
yang diterapkan di sana sehingga dapat menghasilkan SDM yang bisa bersaing di
pentas dunia dan negeri yang cukup diperhitungkan tingkat kesejahteraannya.
Maka, dengan tajuk ‘Studi Kepemimpinan dan Manajemen ke Malaysia’, Pelajar
SMAIT Insantama dapat mempraktikkan ilmu kepemimpinan transformasional

104
yang telah didapatkannya selama ini serta menimba langsung ilmu kepemimpinan
dari sejumlah perguruan tinggi terkemuka dan institusi penting lainnya yang ada
di Malaysia.

Energi dan Mimpi Besar Siswa dan Dukungan Penuh Orang Tua
Di luar itu semua, gagasan ke Malaysia ternyata juga disambut antusias
oleh siswa dan orangtuanya, karena hal ini juga berarti akan semakin mendekatkan
perguruan tinggi terkemuka di luar negeri dengan siswa SMAIT Insantama sebagai
calon mahasiswanya. Tak heran, sejumlah logo/lambang perguruan tinggi
terkemuka di Malaysia ini pun dipajang di dinding kelas mereka berbarengan
dengan logo dari sejumlah perguruan tinggi terkemuka dari dalam negeri dan
negara lainnya. Sungguh tak berlebihan jika perguruan tinggi di Malaysia ini telah
menjadi bagian dari Mimpi Besar yang dibangun oleh siswa sekolah ini.
Setelah berbagai persiapan dilakukan, melibatkan semua siswa yang masih
kelas XI (tahun kedua), dan dewan guru serta restu dan dukungan penuh yang
didapatkan dari forum orang tua siswa saat sosialisasi gagasan ini di penghujung
Desember 2011, akhirnya pada tanggal 21 Januari 2012 dilakukanlah workshop
penyusunan proposal LKMA. Peserta workshop adalah semua siswa dan difasilitasi
oleh pembina kesiswaan. Dalam workshop 1 hari itu berhasil disusun proposal
lengkap dengan anggarannya. Biayanya terbilang fantastis, total Rp 257.250.000,-.
Tampak terbayang tingkat kesulitan yang akan segera dihadapi. Tingkat kesulitan
semakin tinggi, ketika Kepala Sekolah memberikan syarat tambahan jika LKMA ini
ingin benar-benar dilaksanakan ke Malaysia. Syarat itu ada 3 : (1) 80% dari semua
siswa harus mendapat nilai akademis di atas rata-rata, (2) semua siswa harus mahir
berbahasa Inggris dan Arab, minimal dapat berbicara lancar, dan (3) biaya harus
dicari dengan fundraising mandiri! Tentu syarat yang sangat tidak mudah. Namun,
alhamdulillah, gemblengan dari latihan-latihan sebelumnya telah berhasil
membuat semua siswa tegar dan siap berjuang untuk mewujudkannya.

Perjuangan Tak Kenal Menyerah


Perjuangan pun dimulai. Aktivitas pembelajaran mandiri secara team di
antara siswa dilakukan. Semua siswa bahu membahu saling membantu di sela
jadwal kegiatan belajar yang sudah sangat ketat. Sistem piket untuk memantau
keaktivan berbahasa Inggris dan Arab digelar rutin. Semua guru, pembina dan siswa
jika bertemu harus berbahasa Inggris dan/atau Arab. Hampir setiap Sabtu malam
pukul 20.00 s.d 22.00 di tiap bulan dilakukan evaluasi dan presentasi program LKMA
beserta tawaran sponsorship-nya kepada para tokoh, pengusaha yang bersedia
datang ke kampus SMAIT Insantama. Beberapa bahkan dikunjungi siswa. Para siswa
bergiliran menjadi presenter dengan menggunakan kombinasi bahasa Inggris, Arab
dan Indonesia. Tercatat ada beberapa tokoh yang sudah mendengarkan presentasi
mereka. Diantara mereka ada :

105
 Mantan Menteri seperti Prof. Dr. Rokhmin Dahuri (mantan Menteri Kelautan RI),
Dr. MS Ka’ban (mantan Menteri Kehutanan RI),
 Pejabat Lembaga Pertahanan Negara : Marsekal Madya Surya Darma,
 Dosen/Pendidik : Prof. Agus Tamsir (Dosen senior UI),
 Sejumlah Pengusaha Nasional, seperti Ir. Dickdick Sodikin, MM (APINDO DKI
Jakarta), Bp. Ahmad Hidayat (Pemilik sejumlah rumah makan asal Yogyakarta),
dan Ir. Ivan Selairy (Pengusaha jasa perkapalan).
 Tamu Khusus dari Malaysia : H. Shamsul B. Mohd Nor (Motivator Nasional
Malaysia, Ketua Kopersi Pembangunan Komuniti Insan Selangor Berhad) dan Dr.
Abu Bakar (Dosen senior UKM Malaysia), dan
 Forum Orang Tua Siswa (Fosis) SMAIT Insantama : Ir. Hasanuluddin Harahap
(Ketua), Bp. Agus Fanani, Ibu Ainal Mardiaty, Ibu Putri Arimurti, dll. Mereka
setia menemani siswa dalam forum-forum presentasi, bahkan memfasilitasi
hubungan dengan Tamu Khusus dari Malaysia. Kehadiran mereka memberi
motivasi ekstra dan doa restu tak terkira bagi siswa.

Komentar dari semuanya nyaris sama, yakni memberikan apresiasi positif


dan menyatakan dukungan luar biasa. Presentasi dengan kombinasi bahasa asing
(Arab, Inggris dan diselingi bahasa Indonesia dan daerah) pun mendapat pujian.
Konsep kepemimpinan yang dipresentasikan pun dinilai sebagai konsep yang
seharusnya dilakukan di level negara dan disampaikan oleh ahli itu tak dinyana
datang dari kalangan siswa SMA. Kegiatan ini juga dinilai unik bahkan masuk
kategori the first in the world. Karenanya, apapun yang terjadi, mereka mendorong
semua siswa untuk terus memperjuangkannya. Tak hanya itu, tamu Malaysia yang
datang atas fasilitasi orang tua siswa secara simbolis menyerahkan surat undangan
resmi untuk berkunjung ke Malaysia dalam rangka studi kepemimpinan dan
manajemen. Surat ini merespon proposal LKMA yang dipresentasikan kepada
mereka. Sontak, para siswa pun makin menguat keyakinannya, Malaysia tinggal
selangkah lagi. Seorang pengusaha nasional asal Yogyakarta yang datang di tengah
bulan Mei bahkan bernazar untuk mensponsori seluruh tiket LKMA jika bisnis
barunya bisa berjalan. Dan yang ditunggu pun tiba, sponsor pun mulai datang di
akhir bulan Mei hingga hari-hari menjelang keberangkatan. Mereka pun berbisnis
kreatif. Moment Idul Adha pun tak mereka lewatkan sebagai ajang bisnis hewan
kurban. Alhamdulillah, meski belum bisa menutupi semua mata anggaran, namun
setidaknya para siswa semakin yakin bahwa Malaysia benar-benar tinggal
selangkah lagi.
Di luar itu, mereka juga melakukan try out pra LKMA ke Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan IPB untuk melakukan kegiatan yang hampir serupa akan
dilakukan di Malaysia. Hasilnya, sambutan dari pihak Dekanat, dosen dan
mahasiswa juga sangat positif dan tak menyangka jika siswa SMA sudah dapat

106
melakukan ini semua. Mereka bahkan meminta agar siswa-siswa mau melanjutkan
kuliahnya di fakultas ini. Subhanallah.
Di tengah-tengah kegiatan presentasi dan fundraising lainnya, semua siswa
secara mandiri dalam kelompok-kelompok kecil mengurus sendiri paspor mereka.
Bulan April hingga Mei dihabiskan untuk menuntaskan penyelesaian paspor. Biaya
paspor diambil dari dana tabungan mereka yang sudah dihimpun sejak Januari
2012.
Dari itu semua, para pembina, semua guru dan orangtua siswa sepakat
bahwa semua siswa ini layak untuk mendapatkan hasil perjuangan mereka selama
ini yang tak kenal lelah, yakni mewujudkan Mimpi menuju Malaysia.

Survey LKMA, Malaysia Di Depan Mata


Merespon hasil evaluasi perkembangan persiapan LKMA selama ini,
yayasan dan sekolah memutuskan untuk segera melakukan survey penjajagan
lokasi LKMA ke Malaysia. Bp. SM Pertiwiguno, Kepala Sekolah SMAIT Insantama
didampingi Bp. Muhammad Karebet Widjajakusuma (atau sering dipanggil PakKar),
Direktur Kesiswaan Yayasan Insantama Cendekia selaku penanggung jawab
kegiatan LKMA akhirnya diutus Yayasan untuk melakukan survey ke Malaysia.
Bermodal hubungan yang sudah terjalin selama ini dengan pihak Kopersi
Pembangunan Komuniti Insan Selangor Berhad dan dibantu orang tua siswa,
akhirnya survey pun dilakukan pada tanggal 16 s.d 19 Juni lalu. Tim berangkat dan
kembali dengan menggunakan pesawat Garuda Indonesia. Hal ini ditempuh untuk
mensimulasi keberangkatan dan kepulangan saat LKMA nanti. Berikut adalah
agenda survey dan sejumlah hasilnya.
Sabtu, 16 Juni 2012, didampingi oleh Bp. Agus Fanani, tim bertemu dengan
H. Shamsul, Ketua Kopersi Pembangunan Komuniti Insan Selangor Berhad, Dr. Abu
Bakar (Dosen senior UKM) dan Prof. Masna (Dosen Senior Universiti Putra
Malaysia/UPM) serta tim Persatuan Pelajar Internasional UPM yang dipimpin Sdr.
Mustafa, mahasiswa program Doktor dari Nigeria. Hasilnya, disepakati pada Senin
18 Juni 2012, tim survey akan dipertemukan dengan pihak Naib Canselor
(Pembantu Rektor) Bidang Akademik dan Antarabangsa UPM dan menjajagi
fasilitas pendidikan yang akan dikunjungi. Pada hari Senin itu juga, tim dijajagi untuk
bisa datang ke Universiti Malaya (UM).
Di luar itu secara pribadi, H. Shamsul, Ketua Kopersi Pembangunan
Komuniti Insan Selangor Berhad yang juga owner Pearl Mentor (M) Sdn Bhd
mengagendakan studi kepemimpinan bagi siswa di kedua lembaga ini akan
dilakukan di (Kamis dan Jumat, 29 dan 30 November 2012). Pada saat LKMA nanti,
beliau juga akan bertindak sebagai pemandu rombongan.
Ahad, 17 juni 2012, tim berkunjung ke Masjid Negara, Masjid Besi
Putrajaya, Kedutaan Besar Indonesia dan Central Market. Masjid dikunjungi untuk
melihat bagaimana pengelolaan Masjid didasarkan pada sebuah visi yang kuat dan
jelas. Central Market dijajagi sebagai tempat pembelian cinderahati yang relatif

107
terjangkau di sela kunjungan LKMA nanti. Kedutaan Besar Indonesia dijajagi sebagai
tempat studi dan diskusi komparasi kepemimpinan di dua negara, dimana Duta
Besar atau Atase Pendidikan Indonesia menjadi narasumbernya dan sekaligus
silaturahmi dan tukar pikiran antara siswa dengan pelajar/mahasiswa Indonesia di
Malaysia. Alhamdulillah, pihak Kedutaan Besar mengapresiasi kegiatan ini dan siap
menyambut kedatangan para siswa nanti. Pihak Kedutaan meminta tim untuk
segera mengajukan surat kunjungan resmi.
Senin, 18 Juni 2012, tim berkunjung ke UPM dan UM. Di UPM, tim diterima
oleh Prof. Datin Paduka Dr. Aini Ideris FASc DVM, MVSc, PhD, Timbalan Naib
Canselor Akademik dan Antarabangsa didampingi Prof Masna dan Sdr Mustafa.
Maksud kedatangan tim diterima baik, bahkan saat diceritakan tentang Insantama
dan bagaimana proses perjuangan siswa dalam mewujudkan LKMA ini, beliau
sangat mengapresiasi. Di sini disepakati UPM akan menerima kunjungan LKMA
pada hari senin, 26 November 2012. Kunjungan studi akan diisi dengan presentasi
dari pihak Canselor UPM dan wakil dari Persatuan Pelajar Internasional UPM serta
presentasi dari wakil siswa SMAIT Insantama yang dilanjutkan dengan diskusi dan
tanya jawab serta kunjungan ke fasilitas-fasilitas pendidikan yang ditentukan di
UPM. Beliau meminta agar tim segera mengajukan surat kunjungan resmi kepada
UPM. Selanjutnya tim juga melihat beberapa unit fasilitas pendidikan, seperti
laboratorium biosains di UPM.
Di UM, tim diterima Prof. Dr. Sharifuddin Md Zain, Direktur Bright Sparks
Unit UM. Seperti halnya di UPM, beliau juga memberikan respon sangat positif,
bahkan beliau membandingkan dengan siswa di Malaysia yang belum memiliki
kegiatan seperti ini. Beliau meminta tim datang lagi pada hari Selasa untuk
dipertemukan dengan Person in Charge UM untuk kegiatan seperti ini.
Selasa, 19 Juni 2012, tim berkunjung International Student Centre (ISC)
UM. Ditemani Prof. Dr. Sharifuddin Md Zain, tim diterima oleh Bp Nasarruddin
Sulaiman, B.Mgmt (Assistant Registrar) dan Ibu Wang Sok Wai, BEc, MEc (Assistant
Registrar). Sebagaimana halnya Prof. Dr. Sharifuddin, beliau berdua juga
memberikan respon sangat positif seraya menegaskan bahwa kunjungan seperti ini
termasuk dalam salah satu KPI (key performance indicator) kinerja UM. Kepada tim,
beliau berdua juga menawarkan untuk berkunjung ke Institut Kepemimpinan UM,
sehingga kunjungan studi ke UM menjadi 2 hari. Tim langsung menyambut setuju.
Alur acara di kedua tempat tersebut dibuat sama seperti di UPM. Hanya saja,
kunjungan studi di Institut Kepemimpinan UM hanya berlangsung setengah hari.
Jadi, kunjungan ke UM dilakukan pada tanggal 27 dan 28 November 2012. Di sini,
tim juga menyempatkan diri untuk melihat dua fasilitas pendidikan di UM, yaitu
Jabatan (Jurusan) Kimia dan Akademi Pengajian Islam dan komplek Internasional
Student Centre.
Pada kesempatan ini, beliau juga memberikan komitmen tawaran fasilitas
penginapan dan kendaraan bagi rombongan, meski harus melalui mekanisme
pengajuan surat resmi. Tawaran ini sebagai jawaban atas penjajagan tim terhadap
fasilitas yang mungkin diberikan pada rombongan selama di Malaysia. Ini
dimungkinkan, karena faktor KPI kinerja sebagaimana sudah disebutkan

108
sebelumnya. Atas semua ini, beliau pun meminta tim segera menindaklanjuti
survey ini dengan mengirimkan surat kunjungan resmi.
Hari ini juga, tim mendatangi International Islamic University Malaysia
(IIUM) di kampus Petaling Jaya. Di sini tim diterima oleh Bp Taifunisyam Taib,
BSc.Ed, MSc, Dip in IRK (Lecturer dan sekaligus Kepala Asrama Putra). Kepada tim,
beliau menyatakan apresiasinya. Setelah beliau berkoordinasi dengan pihak
Canselor di kampus Gombak, kunjungan LKMA nanti akan dilakukan di kampus
Petaling Jaya. Di sini, tim juga diajak berkeliling melihat fasilitas pendidikan dan
asrama mahasiswa yang ada. Atas nama pihak Canselor, beliau juga meminta tim
untuk segera melayangkan surat kunjungan resmi. Jadwal kunjungan ke IIUM ini
akan dilakukan pada tanggal 29 November 2012.

Tindak Lanjut Pasca Survey LKMA Ke Malaysia


Jumat malam, 21 Juni 2012, hasil survey LKMA ke Malaysia disampaikan
lengkap kepada seluruh siswa. Penjelasan lengkap ini disertai dengan penguatan
tekad untuk memaksimalkan seluruh kemampuan yang dimiliki dalam
menyukseskan kegiatan ini. Pada forum itu, secara bersama, ditetapkan tempat
yang akan dikunjungi beserta jadwal kegiatannya. Tempat-tempat studi itu adalah
:
(1) Universiti Putra Malaysia (Senin, 26 November 2012),
(2) Universiti Malaya (Selasa & Rabu, 27-28 November 2012),
(3) Masjid Besi Putrajaya (Rabu, 28 November 2012),
(4) International Islamic University (Kamis, 29 November 2012),
(5) Pearl Mentor (M) Sdn Bhd (Kamis, 29 November 2012),
(6) Kedutaan Besar Republik Indonesia (Jum’at, 30 November 2012),
(7) Masjid Negara (Jum’at, 30 November 2012),
(8) Kopersi Pembangunan Komuniti Insan Selangor Berhad (Jum’at, 30 November
2012)

Data detail tempat dan jadwal dimasukkan kembali dalam proposal yang
telah disempurnakan sesuai dengan hasil survey. Selain itu, seluruh siswa
berkomitmen untuk terus meningkatkan nilai akademik, kemampuan berbahasa
asing dan kinerja fundraising-nya agar syarat yang telah ditetapkan Kepala Sekolah
benar-benar maksimal dapat dipenuhi. Alhamdulillah.

LKMA adalah Langkah Penting untuk Menapak Jenjang Lebih Tinggi


Alhamdulillah, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah bersedia membantu keberhasilan pelaksanaan kegiatan ini. Semoga hasil

109
Latihan Kepemimpinan dan Manajemen Tingkat Akhir ini, sebagai upaya aktif Siswa
SMAIT Insantama dalam meningkatkan kompetensi dan perannya dalam konteks
pembangunan sumberdaya manusia nasional, dapat bermanfaat bagi
pengembangan pembinaan kesiswaan di SMAIT Insantama khususnya dan di
Indonesia umumnya. Kegiatan ini juga membawa manfaat yang besar bagi
terpeliharanya hubungan silaturahmi kedua negeri. Semoga Allah Swt meridlai
langkah kami. Aamiin.

Malaysia, nantikan kami di LKMA 25 November hingga 1 Desember 2012 nanti!


Insya Allah

110
-LKMA 2013, Sebuah Catatan Dari Pembina-
M Karebet Widjajakusuma, Direktur Kesiswaan

Alhamdulillah...luar biasa...Allahu akbar... Yes!!! Alhamdulillah, selalu


penuh syukur atas nikmat Allah Swt dari dulu, sekarang hingga nanti. Luar biasa,
selalu merasa luar biasa, pantang putus asa, dan selalu haus akan prestasi karena
kita adalah Muslim Terbaik. Allahu akbar, karena semua ini terjadi ataz izin Allah
yang Maha Besar. Yes, menjadi pamungkas agar keyakinan kita semakin kuat.
Latihan Kepemimpinan dan Manajemen tingkat Akhir 2013 atau biasa
disingkat LKMA 2013 baru saja usai. Jamaknya sebuah program pelatihan, ada saja
kisah-kisah yang tak terceritakan di dalamnya. Kisah itu seringkali menjadi bagian
yang mengharubiru dan sungguh unforgetable. Entah itu untuk pesertanya,
pembinanya atau juga orang lain yang konsen terhadapnya.
Kisah harian yang dialami delegasi SMAIT Insantama yang terdiri atas 38
siswa kelas 12 dan 8 Pembina dan Pendamping (2 Yayasan, 4 Guru dan 2 Wakil
Orangtua Siswa) sudah tersaji dalam Kabar Reportase Harian di Blog spesial
LKMA2013.blogspot.com. Tersaji lugas dengan gaya khas siswa cergas. Insya Allah
semua bisa sangat menikmati tulisannya. Ssst...sekadar info, mereka membuatnya
sesaat setelah program harian selesai mereka laksanakan dan itu artinya reportase
baru mereka buat di jam 22 sampai dengan 23 atau 24, sementara mereka sudah
harus siap untuk program keesokan harinya pukul 4. Reportase ini mau tidak mau
sudah harus selesai dan siap upload pada jam 6 pagi saat briefing harian
dilaksanakan, jika tidak....hmmm mereka harus bersiap dengan ‘gempuran’
pertanyaan tajam dari para pembinanya! Weleh-weleh... Tegas sekali (tapi melihat
faktanya, mungkin lebih tepat disebut keras sekali) sikap para pembinanya. Tapi
percayalah Nak, kami semua menitikkan air mata haru, meski – tentu saja – kami
tahan agar jangan sampai tumpah ke bumi. Mengapa? Karena respon kalian yang
luar biasa. Kalian selalu mau menuruti perintah, nasihat dan semua masukan kami.
Kalian segera beristighfar ketika salah, bersujud syukur ketika selalu mendapat
kemudahan dan sekaligus kebahagiaan di tengah kesulitan yang datang menerpa,
berimprovisasi tinggi ketika mendapat tantangan dari kami. Singkatnya, kalian
selalu always cemungudh apapun yang terjadi. Alhamdulillah... Sungguh, kami
berjuang keras agar air mata ini tidak sampai jatuh! Uugh... Kami tak ingin
mencederai suasana pelatihan yang so good, so nice, so delicious and so wauw....
Ok, back to the topic... seperti judulnya, tulisan ini hendak melihat LKMA
lebih dalam apa sesungguhnya yang tengah berkecamuk di pikiran dan hati para
siswa peserta pelatihan, tentu saja dari sisi catatan pembina. Meski tidak bisa
semua (wew, bayangkan akan berapa banyak jumlah halamannya kalau mesti
merangkum 38 pendapat siswa yang bagus-bagus ini!) Ok, kita mulai...
Siapa sesungguhnya mereka ini ? Almas Radifan, siswa yang sejak kelas
10 mengklaim dirinya sebagai calon mahasiswa FK UGM, menjawabnya,
‘sebenarnya setiap individu dari kami tidak memiliki kemampuan yang istimewa.

111
LKMA ini diberikan bukan semata-mata diberikan karena, misalkan, ada individu
yang sangat pintar, kaya, rajin dan sangat hebat. Bukan! Akan tetapi, itu semua
(kemampuan yang diberikan dalam LKMA) didapatkan kami semua dalam sebuah
TEAM dan tentunya proses mendapatkannya juga tidak mudah. Karenanya, LKMA
ini ibarat hadiah buat kami sebagai sebuah tim. Sungguh luar biasa...’
Yap. Mereka masuk ke sekolah ini dengan latar belakang yang berbeda satu
dengan lainnya bahkan dengan disparitas kapasitas individual yang cukup tinggi.
Dari nilai, potensi dan kemampuan akademis, kesukaan dan keaktifan berorganisasi
sebelumnya, karakter cara berpikir dan bersikap, asal daerah dan buanyak lagi
lainnya. Meski terbilang sekolah sederhana, namun siswanya datang dari seluruh
Indonesia dan bahkan ada juga dari Malaysia. Dalam istilah saya, ini sekolah
sederhana namun dengan mimpi besar yang luar biasa. Itulah sebabnya, salah satu
pendekatan dalam pembinaan kepemimpinan yang diberikan, sejak awal mereka
diperlakukan sebagai sebuah team, together everyone achieves more. Sejak dini
mereka digesa harus punya 3 in 1, pemikiran yang satu, perasaan yang satu dan
aturan yang satu. Berapa pun disparitas kapasitas yang ada abaikan saja. Mengapa?
Itu karena semua harus sukses dunia akhirat bersama-sama! Moto kita, ‘Tidak ada
orang yang gagal, yang ada adalah orang yang tidak mau sukses’ !
Bagaimana sikap mereka pada mulanya? Sikap beragam ditunjukkan.
Karena sudah menerima materi LDK 1 dan 2 beserta training lanjutannya di Kelas
10 dan LKMM di kelas 11, mereka umumnya relatif menerima, pasrah (wedew
pasrah!) dan semangat 45, bahkan menantang balik pembinanya agar segera
mewujudkannya. Nah lho! Namun ada juga yang masih ‘kritis’. Fadliyah Rahmah
Natsir, siswa yang kerap disebut teman-temannya sebagai bu dosen ini
menuturkan, ‘sekilas LKMA ini memang hal yang tidak wajar! Mana mungkin anak
seusia SMA dilatih berani berbicara tentang model kepemimpinan suatu negara?
Mana mungkin remaja 17 tahun berani berbicara bahwa negeri kita sudah
diambang kehancuran, the failed state secara ilmiah? Mana mungkin anak yang
masih belia ini dilatih untuk berpikir kritis, sistematis untuk dapat menganalisis
keadaan dan berkontribusi membangun peradaban dunia yang telah rusak ini?
Manalah mungkin...? Fikriyyah Khairani yang selalu menyebut dirinya Sang
Pemimpi ini menambahkan, ‘...belum lagi kisah ‘menyedihkan’ yang harus dilalui
dalam 11 bulan persiapan sejak Januari 2013 sampai dengan November 2013
jelang keberangkatannya. Di sini ada proses panjang pembentukan sikap mental
individual dan team (menyusun proposal, presentasi, membangun jaringan dan
relasi, disiplin menabung, berjualan apa saja yang bisa kita jual, jualan kambing
qur’ban spesial, mendatangi kampus-kampus favorit di Bandung dan Jakarta untuk
presentasi konsep kita dan diskusi, fundraising sendiri dan....hmmm masih sangat
banyak lagi; juga membagi waktu antara sekolah, dakwah dan LKMA dengan
segala pernak perniknya). Atas semua ‘jatuh bangun’ dan hiruk pikuk di dalamnya,
benar sekali kata Ustadz Ismail Yusanto saat melepas kita, ‘ini badai yang kita buat
sendiri! Ya, badai yang bermanfaat untuk masa depan kita nanti’. Wajar kalau ada
saja yang tidak yakin akan berhasilnya program ini. Sebut saja Najway Azka Ar-
Robbaniy. Finalis LKIR LIPI 2013 ini menyatakan, ‘... jujur, awalnya saya tak percaya

112
ini akan terwujud. Tapi kini saya membuktikan sendiri apa yang dimaksud dengan
Keyakinan Secara Pasti, Tanpa Keraguan!’ Nah!
Lantas apa julukan untuk program ini dari mereka? Wah, untuk yang satu
ini, saya harus bersiap dengan segala komentar mereka dari yang ‘miring’ sampai
dengan yang ‘lurus’. Tapi, apapun saya menerimanya, karena semua ini adalah
bentuk apresiasi mereka pada program sekolah ini ... dan lagi ... kalau gak ada
mereka, lalu siapa yang akan melakukannya? Plis deh... (hehehe). Ok, back to the
topic again... Rahmah tadi bilang, ini ‘Program yang Tidak Wajar! Jihan Fadhilah,
siswa yang sempat nyaris ketinggalan pesawat karena tertahan di ruang tunggu
(hehehe...) menyebutnya ‘The Most Extreamly Event!’. Aulia Faricha Hidayat said
that It’s not just a dream, it’s Our Big Dream’. Yap, ‘It’s amazing event for my life,
kata Reka Anita mengamini. Juga Afif Muhammad Sholahuddin Afif menyebutnya,
‘Luar Biasa!!!’. Afif kehabisan kata, maklum mantan Redaktur Jaish Update. Indira
Saramitha Batubara, editor reportase LKMA 2013 pun memungkasinya, ‘Impresif!
Ini program master piece SMAIT Insantama sebagai satu rangkaian kegiatan
pembinaan kepemimpinan sejak kelas 10 hingga 12. Lebih dalam lagi, program ini
sangat menguji keimanan kita kepada Allah Swt.’
Apa yang mereka rasakan saat LKMA ? ‘Terlalu banyak... satu kertas gak
cukup’, tegas Muhammad Afifuddin al Fakkar, ketua panitia LKMA 2013 mewakili
teman-temannya. Pokoknya, ‘alhamdulillah saya bisa mengikuti serangkaian
pembinaan kepemimpinan yang belum pernah ada di sekolah lain’ sambung Ziza
Amira Syafini, siswa asal Malaysia yang rela turun kelas agar bisa masuk ke sekolah
ini. Subhanallah.
Bagaimana komentar pihak yang dikunjungi? Setelah melihat presentasi,
cerita dan berdiskusi langsung dengan mereka, Kak Bintang Pamungkas, Ketua
Umum Persatuan Pelajar Indonesia Universiti of Malaya (PPI UM) menyebut
sekolah ini, program ini dan mereka dengan 3 kata yang setara : ‘Gila’, ‘Gila’ dan
‘Gila’!!! Masya Allah deh. Komentar ini sama dengan yang ia berikan saat bertemu
dengan angkatan pertama! Kak Firman, Kabid Pengembangan Organisasi PPI UM
menyatakan ‘Great Days, kami sangat respek dengan kegiatan ini... saya masih
terngiang dengan kakak kelas kalian yang pernah datang kemari dengan performa
yang luar biasa. Kalian juga. It’s a great performance presentation... tak banyak
sekolah level SMA yang bisa seperti ini. Saya yakin kalian akan diterima di
universitas-universitas terbaik di Malaysia dan Singapore. Teknik presentasi,
kombinasi bahasa Arab dan Inggris, konten yang dibawakan di usia seperti ini...
Saya speechless... Subhanallah. Insya Allah lebih dari semua itu, kalian akan jadi
generasi pemimpin masa depan.’ Prof. Dr. Sharifuddin Muhammad Zein, Head of
Chemistry Dept. UM mengalu-alukan mereka, respek atas perjuangan luar biasa
yang ditempuh mereka untuk bisa menembus Malaysia dan Singapura. Sesuatu
yang jarang atau bahkan tidak dilakukan oleh siswa selevel mereka di Malaysia.
Tak ketinggalan, Prof. Dr. Yazrina Yahya, Deputy Director Office of International
Relations Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) pun memuji mereka, ‘Presentasi
yang cemerlang, keep a goodwork’ seraya memastikan bahwa program seperti ini
baru kali ini terjadi ...

113
Dr. Amri bin Md Yunus dari Faculty of Electrical Engineering Universiti
Teknologi Malaysia di Johor mengagumi mereka, ‘Saya melihat potensi yang luar
biasa pada diri kalian, apalagi dengan kemampuan bahasa Arab dan Inggrisnya.
Teruskan, kalian calon pemimpin masa depan!’
Prof. Rusdi, Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI di Kuala Lumpur tidak
dapat menahan keharuannya setelah melihat presentasi dan berdiskusi dengan
mereka, ‘inilah sesungguhnya esensi pendidikan. Inilah bagian yang sering hilang di
dunia pendidikan! Seraya menepuk saya, ‘Sekolah ini harus segera memiliki sister
school di sini. Tahun depan saya akan pertemukan Anda dengan Kepala Sekolah
Indonesia Kuala Lumpur untuk merintis jalan ke arah itu!’ Spontan saya pun
menganggukkan kepala, ‘Siap Pak!’ Hmmmm, mereka sungguh luar biasa. Mereka
memberi kami para pembinanya bonus yang tidak disangka-sangka ... Subhanallah.
Pemirsa, komentar lebih haru dan membiru juga datang dari yang lain.
Sesaat setelah kami beranjak dari kantin Kolej 10 University of Malaya (UM) untuk
bergerak ke KBRI dan meneruskan perjalanan ke kota kedua setelah Kuala Lumpur,
yakni Johor, seseorang memanggil saya. Akrab di telinga saya, ‘Pak, tahan sebentar,
ada yang menangis di dapur kantin melihat rombongan Bapak akan pergi!’ Saya
pun segera berbalik arah, subhanallah saya jumpai seorang karyawan kantin sedang
menangis haru. Selama rombongan kami di UM dan makan di kantin ini, ia senang
sekali. Ia melihat sosok-sosok yang masih belia dan penuh semangat. Ini
mengingatkannya akan keluarganya di Jawa Timur. Ya, ia datang dari Jatim
beberapa tahun lalu. Atasannya di kantin, Pakcik Yusuf, dekat dengan saya, karena
dulu saat kuliah S2, saya pun sering makan di kantin ini. Menyadari situasi penuh
keharuan ini, saya memanggil kembali seluruh rombongan untuk berpamitan
khusus dengan sang karyawan dan didampingi Pakcik atasannya...
Kejadian yang hampir sama, bahkan keharuan menyelimuti rombongan
kami dan pihak tuan rumah terjadi di Maktab Rendah Sains Mara (MRSM) Johor.
Boarding school milik pemerintah ini didirikan hanya 48 buah dan tersebar di
seluruh Malaysia. Sekolah yang dikemas khusus untuk anak-anak paling pintar se
Malaysia lewat seleksi adu pintar yang ekstra ketat. Saking dahsyatnya fasilitas yang
diberikan, bolehlah mereka disebut sebagai masa depan Malaysia. Selama 3 hari 3
malam kami menginap di sana dimana 1 harinya kami melakukan kunjungan resmi
(presentasi dan diskusi), sungguh tak bisa dilupakan. Waktu yang singkat tak
menghalangi mereka untuk merajut ukhuwah dengan siswa MRSM yang juga
seumuran dengan mereka. Saya tidak ingin mengulang kisah kunjungan resminya.
Saya hanya ingin menuliskan hal ihwal tidak resminya yang jika Anda tidak
meneteskan air mata, itu karena ketidakmampuan saya menuliskannya. Plis,
forgive me, coz sama sekali saya tidak menyangka sedalam itu... Hari itu adalah hari
terakhir rombongan berada di MRSM. Seperti biasa, kami memulai hari dengan
tahajjud, tadarus, sholat Subuh berjamaah dan briefing pagi. Nah, saat briefing pagi
itu, sesuatu yang penuh haru terjadi. Tak diduga, briefing juga diikuti oleh teman-
teman mereka dari MRSM yang ingin ikut mendengarkan dan bahkan ingin terus
bersama mereka hingga naik bis nanti siang. Cukup banyak yang ikut. Kalau
dihitung, rasanya setiap siswa punya 1 siswa MRSM. Ikhwan dengan ikhwan,

114
akhwat dengan akhwat. Melihat situasi seperti itu, akhirnya saya memberikan
kesempatan di sela-sela briefing, secara bergantian kepada mereka dan tuan rumah
untuk memberikan sambutan ‘perpisahan’. Sambutan dua belah pihak sangat
menyentuh, seolah-olah mereka tak hendak dipisahkan. Siswa MRSM tak ingin
kami pergi. Anak-anak pun tak hendak pergi dari MRSM. Terungkap juga di sini
bahwa, diantara mereka sudah terjadi saling tukar hadiah, dari benda-benda yang
kecil sebangsa pin, gantungan kunci hingga jilbab yang dikenakan. Bahkan, kami
pembina ikhwan pun turut kebagian kaos MRSM dari siswa-siswa di sini. Di sinilah
saya tidak lagi melihat anak umur 17 tahun yang kadang ada unsur kekanak-
kanakan. Mereka sungguh telah dewasa pola pikir dan sikapnya. Karuan, kami para
pembina tak dapat lagi menahan rasa haru...
Air mata juga menetes saat berpamitan dengan keluarga besar KBRI di
Singapura. Di Masjid KBRI, mereka siswa akhwat juga mendapat tugas khusus untuk
melakukan pendekatan dan sharing dengan para TKW yang sedang menghadapi
masalah. Ada sekitar 63 TKW yang sedang dibantu KBRI. Saat pamitan hari Rabu 20
November 2013 lepas subuh, jamaah TKW pun ikut memberikan kata-kata
perpisahan. Saat itulah, wakil dari TKW tak kuat lagi menahan tangis. Beliau
berterima kasih atas kehadiran kami, atas doa yang diucapkan khusus untuk
mereka. Ya, anak-anak mendoakan para TKW agar selesai persoalan yang
dihadapinya dan dapat kembali ke pangkuan keluarganya dengan selamat. Kepada
mereka, atas inisiatif Bp Ridwan, Wakil Dubes RI untuk Singapura, kami berikan
sedikit tausiyah dan sekaligus motivasi untuk hidup lebih baik sesuai syariat Islam.
Siswa akhwat pun berpamitan sambil berpelukan dengan para TKW. Sungguh
pemandangan yang mengharukan.
Mereka memang Mutiara Umat...
Pak Andri Hadi, Dubes Indonesia untuk Singapura, yang awal Desember ini
akan menempuh ujian Doktoralnya, mengingatkan dan menguatkan kita semua
untuk istiqomah di jalan yang telah dan terus kita tempuh ini, ‘Kami sangat yakin
bahwa kalian telah ditempa luar biasa dari kelas 10 hingga kelas 12 sekarang ini.
(Dari cara kalian menyampaikan secara tidak biasa), ada teknik presentasi dengan
seni drama intelektual, cara menyampaikan, penguasaan materi, kemampuan
melihat kondisi, semuanya ditampilkan seperti layaknya mahasiswa tingkat 4
padahal masih SMA. Sungguh sesuatu yang membanggakan kita semua. Kita punya
anak muda yang sangat self confidence. (Saya yakin), insya Allah Indonesia akan
lebih baik di masa depan.’
Tak hanya itu, Mr. Mohd. Anuar Yusop, Executive Director of Association of
Muslim Professionals of Singapore yang dikunjungi 2 hari sebelum kembali ke tanah
air, menitipkan pesan yang amat kuat, ‘Your School has done very well...and we’re
feeling happy to meet you, Guys...This is what we can proud of. Hope you will be the
next leader in the future.”
Hmmm...saat pertama kali melihat dan bertemu dengan mereka (juga
semua siswa Insantama), kami semua di keluarga besar SMAIT Insantama (juga SIT
Insantama) sangat yakin bahwa mereka adalah mutiara umat! Keyakinan inilah

115
modal utama kami untuk membina mereka selayaknya kami melihat diri kami
sendiri saat ini dan yang akan datang juga dengan modal yang sama...Keyakinan.
LDK, LKMM, LKMA dan kelak Pesantren Wisuda hanyalah alat untuk menanam,
memupuk dan mengokohkan keyakinan itu. Semoga kalian tumbuh berkembang
menjadi pemimpin umat yang pantang menyerah, pejuang yang tangguh, selalu
gembira, setia pada syariat dan tetap tawadlu. Insya Allah.

116
- BATAN Expo-
2014lkma.blogspot.com

Bismillah. Latihan Kepemimpinan dan Manajemen Tingkat Akhir. Studi


Komparasi Kepemimpinan dan Manajemen ke Australia. 2014.
Perjalanan LKMA kami dimulai sejak kami berada di bangku kelas 10 (2012).
Singkat cerita, kami begitu semangat ketika kami berhasil memutuskan untuk pergi
ke Australia di tahun 2014 nanti. Kami sangat antusias dalam pencarian dana. Kami
menggiatkan jurus menabung (student's saving), dan dana kreatif (own creativiy
bussiness).
Memasuki kelas 11 (2013), kami semakin fokus dengan LKMA, mimpi besar
kami. Semakin gencar lagi kami mencari dana. Banyak cerita dan pengalaman kami
ketika pencarian dana, salah satunya adalah yang kemarin sudah kami lalui.
Kami akan menceritakan pengalaman kami di Batan Expo, Pameran Batan.
Dari awal, kami begitu senang dan tidak lupa pula bersyukur begitu kami diberi
kesempatan untuk bisa membuka stand di pameran tersebut. Selain
mempromosikan SIT Insantama, dan program LKMA kami, kami juga memamerkan
sekaligus menjual hasil produk kami. Produk kami diantaranya adalah t-shirt,
kerudung Haura (brand kerudung kami), dan totte bag, yang semuanya adalah
desain dari kami sendiri.
Dekorasi stand dimulai di hari Kamis, 28 November 2013. Tim dekorasi dan
logistik pun menuju Lapangan Tennis Indoor Senayan dan mulai mendekorasi stand
kami yang berukuran 3x2. Pameran itu sendiri dimulai dari tanggal 29 November -
1 Desember 2013. Di sana, tidak sedikit tamu yang mampir di stand kami. Banyak
yang penasaran dengan sekolah kami, membeli produk kami, memberi kesan, dan
segala macamnya. Bayangkan saja, kami adalah satu-satunya stand dari SMA. Dan
ini yang membuat kami semakin bersemangat. Meski awalnya banyak hal-hal tidak
terduga, tapi lihatlah sekarang, ternyata kami sudah melaluinya.
Perjalanan LKMA kami benar-benar dimulai. Batan Expo adalah awal yang
baru kami kami dan banyak sekali pengalaman yang kami dapat. Bi idznillah,
Australia kami datang!

117
-Ketika Wartawan Mengerti LKMA-
Muhammad Afif Sholahuddin
Mahasiswa Berprestasi IAIN Sunan Gunung Djati
Alumni Angkatan 3

LKMA 2013 sudah di ujung tanduk. Tiga hari sebelum pelepasan suasana
sudah semakin menegangkan. Tinggal hanya dijalankan dan dipastikan bahwa
LKMA merupakan solusi terbaik menciptakan pemimpin umat. Hanya ada satu
kendala lagi yang masih mengganjal di benak para peserta, media partner. Kami
sudah mengambil beberapa pilihan yang kira-kira bisa menjadi media partner untuk
LKMA ini. Akhirnya pun kita dapatkan PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) sebagai
media partner kami.
Kami berangkat langsung ke gedung PWI cabang Kota Bogor. Untuk jadwal
pertemuan sudah direncanakan dari sebelum-sebelumnya hanya tinggal menunggu
kedatangan kami di tempat. Tepat pukul 14.00 WIB agenda diskusi pun dimulai.
Dari 11 orang yang hadir, 4 perwakilan dari PWI dan 7 orang perwakilan dari kami
yang terdiri dari 2 pendamping dan 5 siswa. Diskusi ini hanya sekedar
memperkenalkan apa itu LKMA dan mengajak PWI sebagai media partner kami.
Kami disambut baik dari pihak PWI hingga akhirnya dimulainya agenda
diskusi mengenai LKMA.
“Sekolah kami dilandaskan sekolah calon pemimpin. Jadi di beberapa agenda
harian siswa kami memang ada beberapa berbeda dari sekolah lain. Tapi banyak
dari aktivitas-aktivitas siswa kami sematkan beberapa aktivitas yang dapat memacu
sifat kepemimpinan itu timbul pada diri masing-masing siswa. Itu semua karena kita
berlandaskan Sekolah Calon Pemimpin.” Kata Bapak Andi, selaku perwakilan dari
Kepala Sekolah SMAIT Insantama.
Dari pihak PWI sendiri mereka sangat kagum melihat sekolah seperti ini.
Karena memang jarang-jarang sekolah yang mengedepankan aspek
kepemimpinan. Dan mereka pun baru menyadari kalau misalnya hal seperti inilah
yang sangat dibutuhkan oleh Negara kita agar Negara kita bisa berubah menjadi
lebih baik.
“Sebenarnya tugas kami sebagai seorang wartawan itu hanyalah menyalurkan opini
masyarakat. Tapi lain halnya jika kita menyalurkan aspirasi sendiri namanya bukan
menyalurkan opini tapi beropini.” Kata salah satu pengurus PWI.
Setelah itu barulah dari pihak siswa menjelaskan apa itu LKMA dan alasan betapa
pentingnya LKMA itu dilaksanakan.
“Sesudah tiga kali kita melaksanakan program kepemimpinan di SMAIT Insantama
dan LKMA inilah yang terakhir. Mulai dari LDK 1, LDK 2 dan LKMM sudah kami
lewati. Hanya tingkat akhir ini saja yang tinggal kita jalankan.” Kata Addin, selaku
Ketua LKMA 2013.

118
Dari pihak PWI, mereka sangat kagum melihat program ini karena beberapa
alasan menurut mereka program ini HARUS dilaksanakan. Menurut mereka
sebenarnya banyak sekali program sekolah jalan-jalan ke luar negeri dan itu bersifat
tidak bermanfaat. Baru kali ini mereka mendengar program yang dilakukan untuk
studi komparasi kepemimpinan di dua Negara. Tujuannya pun tidak main-main
melainkan untuk belajar dan menerapkan kepemimpinan sebagai lulusan sekolah
yang berslogan “Sekolah Calon Pemimpin” ini.
“Saya salut dengan sekolah ini, tapi menurut saya sekolah ini nanggung. Mengapa
tidak sekalian dibuat universitas yang bisa menjadi tingkat lanjutan dari SMAnya.
Sekali lagi sekolah ini sebenarnya nanggung.” Kata Bapak Pengurus PWI Bidang
Organisasi.
Banyak lagi kemudian yang diceritakan oleh Pak Karebet mengenai
perjuangan berdirinya sekolah Insantama dan bagaimana bisa meraih banyak
penghargaan pemenang padahal statusnya masih sekolah baru. Ajang internasional
sudah pernah diikutkan dan menjadi perwakilan Indonesia. Lalu banyak lomba
tingkat jabodetabek yang dimenangkan oleh siswa-siswinya.
Oleh karena itu tidak heran jika dari pihak PWI sendiri mengira anak-anak
dari SMAIT Insantama selalu mempunya mimpi tinggi. Seperti ingin terbang ke
Malaysia dan Singapura dengan mencari uang sendiri atau found rising. Kemudian
cita-cita adik kelasnya yang ingin terbang ke Australia dan dilanjutkan angkatan
berikutnya ke Jepang. Dan yang terakhir yaitu lulus menjadi seseorang yang dapat
mengubah umat dari kondisi sekarang ini.
“Baiklah, sungguh pertemuan ini sangat berharga. Semula yang kami harapkan satu
tapi yang kami dapatkan malah lima. Semoga kerjasama PWI dan Insantama
semakin baik untuk kedepannya.” Kata Pak Karebet sebagai penutup diskusi kami
dengan pihak PWI.
Nah, ternyata memang benar rezeki itu datangnya tidak disangka-sangka. Awalnya
kami hanya ingin menampilkan reportase kami di PWI malah ditambah kerjasama
yang baik untuk di banyak bidang. Itu semua karena keinginan PWI yang kuat untuk
menyalurkan opini kami yang mereka anggap itu penting diketahui oleh banyak
orang. Dan semakin lama maka insya Allah insantama akan semakin banyak dikenal
orang. Dan sekali lagi, perjuangan kami tidak hanya sampai di sini. Sampai kondisi
umat belum berubah maka kami tidak akan pernah berhenti bertindak.

119
- Garuda Dukung Karyawisata SMAIT Insantama Ke Jepang-
Aat Surya Safaat, LKBN Antara

Sabtu, 31 Oktober 2015 21:01 WIB - 15.360 Views

Bogor (ANTARA News) - Perseroan Terbatas Garuda Indonesia mendukung program


karyawisata 62 pelajar Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu (SMAIT) Insantama
Bogor ke Jepang sebagai bagian dari kepedulian perusahaan penerbangan nasional
itu dalam pembinaan generasi muda bangsa.

"Kami mendukung program SMAIT Insantama ke Jepang. Bahkan, untuk jangka


panjang kami sudah menandatangani kerjasama antara Garuda dan sekolah ini,"
kata Refki Riyantori, Manajer Senior Korporat untuk Penjualan Premium dan
Komunitas PT Garuda Indonesia di Bogor, Jabar, Sabtu.

Menurut Refki, bentuk bantuan nyata Garuda untuk program 62 murid kelas 12
Insantama dan tujuh guru pendampingnya itu adalah dengan memberi potongan
harga cukup besar untuk tiket Jakarta-Tokyo-Kansai-Jakarta. "Pihak Insantama
sudah booking jauh-jauh hari sebelumnya," jelasnya.

Garuda Indonesia makin menyadari tanggung jawabnya dalam turut membantu


pembinaan kaum muda bangsa, termasuk murid-murid SMAIT Insantama guna
mempersiapkan mereka menjadi calon-calon pemimpin bangsa yang baik dan
tangguh pada masa depan.

Dalam acara pelepasan rombongan di Hegarmanah Kota Bogor itu, pihak Garuda
menandatangani kerjasama dengan sekolah tersebut yang diwakili Ketua Yayasan
Ismail Yusanto. Berdasarkan kerja sama itu, Insantama akan terus menggunakan
Garuda dalam program-program serupa mendatang.

Ismail mengatakan bahwa perjalanan para siswanya ke Jepang, 2-10 November


2015 itu bertema Latihan Kemimpinan dan Manajemen Tingkat Akhir (LKMA) dan
dibiayai sendiri oleh para siswa.

"Kami hanya memfasilitasi dan mengarahkan. Biaya mereka usahakan sendiri,"


katanya.

Sementara itu, guru pembimbing Insantama Ir. Muhammad Karebet


Widjajakusuma menjelaskan biaya program LKMA 2015 itu adalah sebesar Rp
850.500.000,00 dan didapat melalui kegiatan penggalangan dana.

"Mereka kami tantang untuk mampu menghasilkan dana sebesar itu dalam waktu
enam bulan sejak Januari lalu," katanya.

120
Selain penggalangan dana, Karebet mengatakan bahwa para siswa juga melakukan
program pra pemberangkatan, termasuk enam kali presentasi di lembaga-lembaga
negara, universitas, dan organisasi media, termasuk di Kantor Berita Antara pada
tanggal 27 Oktober 2015.

Program-program LKMA SMAIT Insantama sebelumnya yang diselenggarakan sejak


2012 telah dilaksanakan dengan karyawisata ke Malaysia dan Australia.

Editor: Ruslan Burhani

121
- Gigihnya Perjuangan Siswa-Siswa Ini Menaklukkan Negeri Sakura-
Aat Surya Safaat, LKBN Antara

Friday, 27 March 2015 | 11:43 WIB


REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Senja semakin jingga di stasiun kereta Bogor Kota,
pertanda Rizka harus kembali ke pondok (boarding) SMAIT Insantama. Namun, risol
yang dijajakan belum laku semua. Siswi kelas XI memutuskan berjalan kaki menuju
sekolahnya sambil menawarkan risol.
Meski tubuh penuh peluh karena berjalan kaki 3,5 kilometer, Rizka tidak mengeluh.
Ia bertekad untuk pantang pulang ke asrama sebelum habis dagangan. Rizka tidak
sendirian, ia dan juga 62 siswa siswi melakukan hal yang sama. Mereka berjualan di
tempat tempat strategis di kota hujan. Begitulah salah satu upaya mereka
mengumpulkan dana agar dapat ‘menaklukkan’ Jepang.
Menimba ilmu dan pengalaman di Negeri Sakura pada 1-8 November 2015
merupakan mimpi besar dan tekad bulat siswa siswi angkatan IV SMAIT Insantama
dalam menjalani Latihan Kepemimpinan dan Manajemen Tingkat Akhir (LKMA).
Tingginya semangat mereka untuk mewujudkan LKMA ke Jepang menjadikan
mereka melakukan fundraising dari sejak kelas X. Dimulai dari tabungan setiap
siswa yang Rp 500 per hari.
Mereka selalu memanfaatkan kesempatan untuk mengumpulkan dana tanpa
mengenyampingkan kewajiban menuntut ilmu di sekolah dan boarding.
Mereka sering memanfaatkan kesempatan berjualan di boarding ketika ada agenda
yang bisa dimanfaatkan. Mereka menjual berbagai makanan dan minuman bagi
warga boarding, seperti cireng, batagor, milkshake, dan lain-lain.
Selain itu, mereka juga menyelenggarakan agenda nonton bareng (nobar) dengan
harga tiket Rp 3.000. Film yang ditayangkan telah diseleksi terlebih dahulu oleh
guru pembimbing dan pembina boarding. Film dakwah atau edukasi.
Ketika naik ke kelas XI, kualitas perjuangan ditingkatkan dengan menabung Rp
1.000 per hari. Agenda jualan mereka tidak hanya di boarding, tetapi juga ke luar
Insantama dengan berjualan ke berbagai tempat strategis seperti yang disinggung
di atas. Tidak hanya itu, kualitas bahasa Arab dan Inggris untuk presentasi di
berbagai institusi dan perusahaan yang mereka datangi juga ditingkatkan. Hingga
saat ini, berdasarkan agenda audiensi atau presentasi-presentasi yang telah
dilakukan, mereka telah fasih mempresentasikan LKMA dan Transformational
Leadership menggunakan bahasa Arab dan Inggris tanpa teks.
“Berlatih manajemen dan kepemimpinan justru pada saat kami membentuk tim
yang satu, melakukan presentasi, berjualan dan bertemu dengan berbagai pihak
agar bersedia memberikan dukungan, terutama dana atas rencana kami ini.

122
Pergi ke Jepangnya adalah bonus bagi kesuksesan kami melakukan rangkaian
kegiatan tersebut,” ungkap Nashir, dalam bahasa Arab saat mempresentasikan
rencana LKMA ‘menaklukkan Jepang’ di kantor BWA, Tebet, Jaksel, 3 Maret lalu.
Red: Dwi Murdaningsih

123
- See Beyond The Eyes Can See!-
Azimatur Rosyida,
Mahasiswi Berprestasi Universitas Airlangga Surabaya
Alumni Angkatan 1

Saya sebagai alumni, masih menyimpan kesan mendalam terhadap SMAIT


Insantama. Sekolah yang menjadikan saya pada akhirnya rela untuk pindah jauh
dan turun kelas, berawal dari ketertarikan dengan visi misi SMAIT Insantama
membentuk kepribadian Islam pada setiap anak didiknya, yang sebelumnya belum
pernah saya dapatkan di sekolah lama. Bagaimana keberanian untuk membuat cita,
perjuangan menggapai impian, membentuk karakter diri sebagai seorang muslim,
semua pelatihan kehidupan itu saya peroleh di SMAIT Insantama.
Masih hangat dalam ingatan saya bagaimana suasana boarding yang erat
dengan kekeluargaan, saling mengingatkan dalam kebaikan dan ketaatan kepada
Allah, saling memberikan kekuatan dikala futur. Padahal kami berasal dari kota,
kebiasaan, dan karakter yang berbeda-beda. Tapi, kami dapat dipersatukan dalam
ikatan aqidah dan kecintaan yang sama terhadap Allah.
Di sekolah juga kental dengan pengajaran berbasis aqidah. Setiap pelajaran
yang diajarkan senantiasa dikaitkan dengan Islam, sehingga nuansa ibadah selalu
mengiri di setiap aktivitas kami. Tidak lepas dari ingatan pula, setiap hari senin
sebelum masuk kelas diadakan apel pagi. Saya menyebutnya sebagai apel istimewa,
karena apa? Kami selalu diberi suntikan motivasi ruhiyah, kisah-kisah para penakluk
Islam terdahulu, dan bersama-sama menyanyikan lagu ‘Bingkai Kehidupan’ yang
liriknya… Masya Allah deh, berasa seperti tentara berbaris yang dipersiapkan
sebagai penakluk, al-Ghazi.
Pengalaman dalam berorganisasi membuat kami tertantang untuk
menyelesaikan permasalahan dan menjadi wadah untuk eksplorasi kemampuan
diri. Insantama menyediakan peluang besar untuk unjuk kreasi dan bakat. Setiap
siswa berkesempatan besar untuk show up diri dalam berbagai perlombaan sesuai
bidang yang digemari. Pada masa saya bersekolah, Insantama kerap kali menyabet
gelar juara umum di berbagai perlombaan, mulai dari perlombaan jurnalistik,
nasyid, olimpiade, dll. Memang Insantama adalah Sekolah Para Juara dan Calon
Pemimpin.
Belum lagi program latihan kepemimpinannya, kalau saya pinjam kalimat
dari buku Ust. Felix Siauw, ‘see beyond the eyes can see’, mungkin bagi keumuman
orang menjadi suatu hal yang mustahil untuk dilampaui oleh siswa tingkat SMA.
Melewati rintangan dengan berjalan kaki berkilo-kilo meter pada Latihan Dasar
Kepemimpinan (LDK), membuat analisa SWOT terhadap kondisi di suatu desa pada
Latihan Kepemimpinan dan Managemen Tingkat Menengah (LKMM), dan
menaklukkan cita yang tinggi dan jauh untuk sampai di negeri orang bersama satu
angkatan pada Latihan Kepemimpinan dan Managemen Tingkat Akhir (LKMA).

124
Sebuah proses yang hanya bisa dibayar dengan ambisi mulia, ketaatan, dan
keyakinan.
Sekolah yang sangat kental dengan pembentukkan karakter dan
kepemimpinan Islam ini menjadi bekal besar bagi saya untuk terjun ke dunia
kampus. Terutama bagaimana mengkaitkan setiap aktivitas dengan Islam dan
mendakwahkan Islam, sehingga Islam selalu hidup dalam diri kita dan memberikan
pengaruhnya pada masyarakat kampus.

125
-Sekolah Generasi Muhammad al-Fatih Selanjutnya-
Ahsin Fara Diba
Mahasiswa Berprestasi Universitas Airlangga Surabaya
Alumni Angkatan 2

Mengenalnya berawal dari tabloid Media Umat. Sekilas membaca


membuat hati ini tertarik tuk menjadi bagian dari salah satu siswi SMAIT Insantama,
karena rasa penasaran dengan visi-misi dan kepemimpinan seperti apa sih yang
bakal diajarkan?
Bukan sekedar pembinaan yang hanya diajarkan satu-dua jam sehingga
bisa mencetak para pemipimpin sejati. Segala proses pembinaan yang diberikan
selama tiga tahun merupakan pembinaan untuk membangun kepemimpinan dalam
jangka dekat dan panjang. Karena pembinaan inilah kami percaya bahwa saya, kita,
kaum muslimin adalah mutiara umat dan pemimpin umat di masa yang akan
datang. Kepercayaan itu kami dapatkan ketika LDK 1 “Training Motivaksi
Kepemimpinan” dan LDK 2 “Taklukkan Cianjur”. Di LDK 2 kami berjalan kaki
sepanjang 60 km dari total jarak tempuh 91 km, di situlah saya sebagai ketua
kelompok merasa sangat diuji bagaimana mengontrol emosi agar dapat memimpin
dan menjalankan tugas dengan baik. Kami diajarkan untuk meraih makna
kebahagian hakiki bersama-sama yaitu senantiasa istiqomah dalam satu
perjuangan Islam. Semua itu kami dapatkan sejak kelas 10.
Libur UTS semester 1 kelas 10, saya kembali ke rumah dan menceritakan
bahwa Insantama adalah sekolah yang hebat, tak tertandingi, dan mencetak
generasi pemimpin umat terbaik. Mendengar cerita dan melihat perubahan yang
saya alami, membuat ortu tertarik dan yakin untuk memindahkan sekolah kaka
saya (ka zizi) ke Insantama meski harus turun kelas.
Tak cukup di situ. Kelas 11 kami mendapatkan LKMM (Latihan
Kepemimpinan Manajemen Menengah) di desa Cibitung Kulon, kami dilatih untuk
membuat analisis SWOT (strength, weakness,
opportunities, threats). Alhmadulillah, Bapak
Sekretaris Desa tersebut menyatakan hasil
analisis SWOT kami 95% benar-benar sesuai
fakta di lapangan. Beliau pun menerima
rekomendasi yang kami sampaikan.
Menariknya, hasil LKMM tak berhenti sampai
di sini, tapi terus diolah untuk diikutkan di
ajang ilmiah. Oleh beberapa teman, tentu
dengan dibimbing guru, tulisan hasil LKMM ini
diolah kembali hingga memenuhi syarat tulisan
ilmiah untuk dikirimkan ke ajang Call for Paper
‘The 1st International Conferencene on Islamic
Wealth Management’. Judulnya,
Pengembangan Potensi Wilayah Perspektif
Syariah : Studi Kasus Desa Cibitung Kulon, Kabupaten Bogor. Hasilnya, melalui

126
penjurian dengan teknik ‘blind methode’, seorang Profesor menuliskan
apresiasinya atas tulisan ini dan… akhirnya tulisan ini menjadi salah satu dari sekitar
45 karya ilmiah hasil seleksi dari lebih dari 80 tulisan yang dikirimkan. Tulisan ini
juga ternyata menjadi satu-satunya wakil dari SMA. Selebihnya adalah tulisan dari
para professor, doktor, master dan sarjana. Masya Allah, Alhamdulillah!
Pembinaan terus berlanjut hingga kami kelas 12 yaitu LKMA (Latihan
Kepemimpinan Manajemen Tingkat Akhir) Goes to Malaysia and Singapore.
Membutuhkan dana spektakuler untuk menempuhnya saat itu, tak banyak sih
kalau dihitung saat ini. Hanya sekitar 150 juta. Atas izin Allah kami berhasil
mendapatkannya dan kami pun berhasil menghadapi hambatan dan tantangan.
Tantangan bukanlah satu hal yang bisa kita pilih sehingga fokus kita adalah mencari
jalan keluar dari tantangan tersebut. Karena Insantama hanya mengajarkan hadapi
atau hindari? Kami memilih dengan haqul yakin, HADAPI! Sejatinya, kesulitan itu
untuk dihadapi dengan penyelesaian pemikiran yang telah kita fahami dan kita
emban. Itulah sikap mental calon pemimpin umat masa depan yang terus
digencarkan pada setiap siswanya.
Di boarding kami juga dibiasakan untuk puasa senin-kamis dan terus
mengejar amalan sunnah lainnya. Tak hanya itu, kami juga dilatih untuk
menghafalkan setidaknya 3 juz. Meski saat itu saya hanya bisa sedikit melampaui
dari yang ditentukan. Semoga terus bertambah hingga 30 juz, sedang berusaha,
mohon doanya ya. Aamiin Allahumma aamiin. Menjadi Hafidzah adalah salah satu
cita-cita saya.
Latihan kepemimpinan ini merupakan serangkaian pembinaan agar siswa
merasa butuh dan siap menanggung resiko ketika menerima kepemimpinan yang
diberikan maupun yang akan datang. Kepemimpinan yang diajarkan bukan sekedar
motivasi atau training ketika keluar dari forum tersebut menghilang, tapi justru
merupakan bekal yang melekat erat untuk jangka panjang dan saya sangat
merasakan ketika terjun di kampus. Membuat saya semakin yakin untuk memegang
teguh kebenaran sehingga tidak ada keraguan atau ketakutan ketika
memperjuangkan Islam. Senantiasa bisa menikmati ritme kehidupan kampus tanpa
melanggar hukum syara dan mengajak teman sejawat, kakak tingkat, serta adik
tingkat untuk ‘pede’ dengan identitasnya sebagai muslim dan turut
memperjuangkan identitasnya.
Sejatinya kepemimpinan yang diajarkan SMAIT Insantama adalah
kepemimpinan hakiki semata-mata untuk mendapatkan ridlo Allah sehingga tak
ada kegelisahan dalam diri ini dan tentu sangat dibutuhkan oleh setiap siswa
Insantama. Rangkaian latihan kepemimpinan yang diberikan Insantama sangat
berbeda dengan latihan kepemimpinan yang saya dapatkan ketika di kampus. Di
kampus, saya hanya duduk dan menginap di sebuah hotel. Tak lebih.
Kata demi kata hingga terangkai sebuah kalimat yang saya tulis sekarang,
merupakan hasil rangkaian pembinaan yang saya dapatkan selama 3 tahun di
SMAIT Insantama. InsyaAllah, jika saya masih diberi umur setelah saya lulus kuliah
akan kembali ke Insantama untuk menjadi muadibah dan guru. Wallahua’alam.
Jazzakumullah khoiran katsiran.

127
- Menjadi Manusia Masa Depan-
Fatimah Azzahra
Mahasiswa Berprestasi UIN Syarif Hidayatullah
Alumni Angkatan 4

Sekolah adalah sarana pembinaan bagi setiap siswa yang di pundaknya


tergantung harapan, mulai dari harapan orang tua yang “sekedarnya” saja, bahkan
lebih. Saya, alhamdulillah, sebagai lulusan SMAIT INSANTAMA menilai bahwasanya
sekolah ini mampu meng-cover siswanya lebih dari harapan yang “sekedarnya”
saja. Based on my experiences, SMAIT INSANTAMA mampu menghasilkan siswa
yang bukan sekedar tajam dalam analisis kimia, tapi juga memiliki leadership-soul
yang luar biasa.
Bisa saya katakan mereka bukanlah “sekedar” pembelajar dalam kelas tapi
juga di dunia luas. Tentu saja soul ini tidak didapatkan secepat mengedipkan mata.
Kepribadian optimis pada setiap murid dibangun bersama kesulitan yang mendidik.
Kenapa saya katakan mendidik? Sebab tidak semua anak dilahirkan dengan
keadaan sama, tetapi di sini mereka berkumpul dengan latihan kepemimpinan atau
education pressure yang sama.
Dimulai dari melatih memimpin diri sendiri, sehingga mampu
menyeimbangkan kewajiban sebagai harapan orang tua, kewajiban mencari ilmu
agama juga melaksanakannya, dan tidak berhenti pada terciptanya ketaatan
individual tapi semangat menebarkannya dimanapun ia berpijak.
Rangkaian detail pelatihan pembentukan leadership-soul para siswa SMAIT
INSANTAMA mungkin sudah tidak asing lagi didengar oleh para wali murid, mulai
dari LDK, LKMM, hingga berujung dengan sit in para siswa di luar negeri. Sejarah
mencatat, perjalanan siswa mulai dari Malaysia (2012), Malaysia dan Singapura
(2013), Australia (2014), Jepang (2015), dan Belanda dan Jerman (2016), sungguh
atas kehendak Allah semua ini terwujud. Yang paling terdengar worthy dari
perjalanan itu adalah lebih dari sekedar ‘’mereka bisa cari uang sendiri’’ atau
sekedar ‘’mereka jago meng-handle acara’’ atau berhenti pada “mereka hebat
dalam manajemen waktu”. Perjalanan itu lebih menggambarkan daya tahan
mereka di masa depan dengan segenap tsaqofah Islam yang sudah dimiliki yang
berpadu dengan beragam softskill yang sudah mereka kuasai. Alhamdulillah.
Suatu ilmu yang bagi saya paling berharga saat belajar di SMAIT
INSANTAMA, ialah “pendidikan keabadian”. Banyak ilmu yang ibu dan bapak guru
berikan kepada saya. Alhamdulillah, bagi saya itu adalah sebuah kenikmatan yang
abadi, karena dengannya terbebaslah saya dari ketidaktahuan meskipun bukan
berarti saya paling tahu.
Hal yang paling berkesan bagi saya adalah bagaimana ibu dan bapak guru
mengajarkan kami bahwasannya setiap kenikmatan ilmu yang kami terima akan
abadi jika kami bisa menggunakannya di jalan Allah. Ilmu agama, IPA,

128
kepemimpinan, manajemen waktu bagi saya itu adalah kebahagiaan yang abadi,
yang bisa dijadikan kendaraan menuju negeri kekekalan (akhirat).
Kalau saya sudah menulis seperti ini, para wali murid sudah bisa membaca
bukan bagaimana kesan saya selama bersekolah di SMAIT INSANTAMA? Tentu saja
bukan sekedar manis, senang atau bahagia saja, karena saya belajar menjadi
manusia masa depan yang melakukan perjalanan panjang, begitulah kami dididik
menjadi manusia yang revolusioner, harapan ibu dan ayah akan lebih dari
‘’sekedarnya” saja sebab berniat jalan 10 KM, maka pada jarak 3 KM saya tidak akan
berkompromi dengan kelelahan, karena pemuda, tugas dunia dan akhirat anda
masihlah sangat jauh. Selamat berproses wahai para calon pemimpin masa depan!

129
- Mesin Pencetak Pemimpin-
Naufal Ardiansyah
Mahasiswa Berprestasi IAIN Sunan Kalijaga
Alumni Angkatan 3

Seorang pemimpin lahir bukan sembarang hadir begitu saja.


Kemampuannya bukan karena keturunan, tapi karena tempaan yang dialami hingga
kesadaran akan menjadi seorang pemimpin berdegup kencang dalam dadanya.
Tempaan itulah yang disebut dengan pembinaan, seperti pisau yang akan menjadi
tajam yang berawal dari besi yang tumpul, kemudian ditempa oleh palu dengan
proses yang panjang, dibakar oleh api, diasah dengan batu. Kelak ia akan menjadi
pisau yang tajam dan akan tetap tajam jika digunakan dan terus diasah.
Begitulah manusia, yang fitrahnya memiliki potensi dalam dirinya. Namun
pertanyaannya ialah, apakah ia akan memaksimalkan potensinya ataukah tidak? Di
sanalah awal mula keyakinan seseorang untuk menjadi bermanfaat atau
sebaliknya. Kesadaran yang timbul atas dasar keyakinan yang kuat dan tak mudah
goyah. Karenanya Islam hadir dalam kehidupan. Meyakini adanya Allah Swt Tuhan
semesta alam, mengetahui tujuan hidupnya yang hanya untuk menyembah kepada
Sang pencipta. Karena ia tahu, bahwa dirinya kelak kembali pada Sang pencipta,
maka ia akan tunduk patuh pada setiap aturan-Nya. Maka tujuan menjadi
bermanfaat bukan karena hal yang bersifat material, karena akan hilang pada
waktunya.
Ketika keyakinan sudah kuat, maka selanjutnya adalah menempa diri,
melatih, belajar dengan proses yang panjang. Disanalah kita membutuhkan orang-
orang yang sholeh nan cerdas. Muhammad Al-Fatih tidak akan ada apa-apanya
tanpa kedua Syeikh yang ikhlas dan sabar mengajarinya hingga kelak ia menjadi
Pembebas Konstantinopel, menjadi sebaik-baiknya pemimpin pasukan. Begitulah
Islam mengajarkan, orang yang pintar belum tentu cerdas, dan orang yang cerdas
haruslah bersandar pada fitrah manusia. Tsaqofah (pola fikir) Islam, ilmu kehidupan
harus ia kuasai sehingga tantangan zaman mampu ia hadapi. Nafsiyah (pola sikap)
Islam harus terpancar pada dirinya, akhlak yang baik menjadikan ilmu berkah,
bukan sekedar banyak ilmu tetapi nihil akhlak, maka sia-sia. Dengan perpaduan
tersebut maka akan terbentuklah Syakhsiyah (kepribadian) Islam yang kuat pada
diri seorang muslim. Kehausan akan menyebarkan risalah Islam, melalui sisi-sisi
keilmuan dunia, agar orang lain bisa merasakan indahnya serta mulianya jika hidup
dalam kehidupan Islam.
Begitulah kami diajarkan dalam proses pembinaan di Insantama, kami
dibina dengan Islam. Dipertemukan dengan pendidik yang ikhlas dan sabar,
mengajarkan berbagai ilmu kehidupan kepada kami para santri. Ditempa dengan
proses pembinaan yang banyak, dari bangun tidur hingga tidur lagi. Melalui proses
kegiatan belajar-mengajar (sains-teknologi), kajian rutin keIslaman, manajemen
serta kepemimpinan (LDK, LKMM, LKMA) yang telah kami lewati setiap hari selama

130
3 tahun, dengan harapan modal ini, akan menjadikan setiap santri siap menghadapi
tantangan zaman dan kelak menjadi pemimpin-pemimpin masa depan.

131
- Insantama Sudah Lebih Dulu Dari UGM!-
Muhammad Alauddin Azzam
Mahasiswa Berprestasi UGM
Alumni Angkatan 1

“So exited and amazing program!” imbuh saya bersama perasaan kagum
dengan pembinaan kesiswaan di SMAIT Insantama. Meskipun saya adalah siswa
yang mengenyam pendidikan selama 12 tahun di sekolah ini (SD, SMP dan SMA),
kesan amazing yang saya lisankan bukan hanya kata apresiasi datar tanpa makna.
Akan tetapi ini berasal dari perasaan saya mendalam. Pembinaan kesiswaan
selama 3 tahun di SMAIT Insantama bukan hanya membentuk pribadi bermental
pemimpin, prestatif, unggul, namun juga ber-syakhsyiyyah Islamiyyah. Inilah
model muslim sejati yang saya rasakan. Dan kini saya terus rasakan ketika menjadi
alumni yang sudah berada di semester 8. Alhamdulillah…
“Proses tidak pernah mengkhianati hasil.” Sebuah kalimat yang selalu saya
ingat sampai hari ini. Kalimat dari salah satu pembina sekaligus guru saya selama
penempaan dan pembinaan di SMAIT Insantama, Pak Karebet. Beliau banyak
menginspirasi saya selama masa pembinaan hingga menuai hasilnya saat ini. Saya
ingin berkomentar tentang hasil dari pembinaan kesiswaan yang saya kaitkan
dengan experience saya selama mengenyam pendidikan lanjut di perguruan tinggi
negeri. Jujur, hingga semester 8 ini, seluruh materi dan latihan pembinaan
kesiswaan, betul-betul saya rasakan manfaatnya. Terlebih pada masa-masa awal
kuliah, berdinamika di organisasi, memimpin sebuah kegiatan, berinteraksi dengan
teman, membangun jaringan dakwah, dan sebagainya. Segala ilmu dan kecakapan
saya gunakan. Tidak lain karena proses pembinaan kesiswaan di SMAIT Insantama.
Apabila saya runutkan proses pembinaan sejak saya masuk ke kelas 10
hingga kelas 12 SMAIT Insantama, maka saya memanfaatkan semua pelatihan dan
pembinaan itu di masa saya lanjut di perkuliahan. Betul saya rasakan. Misal, kelas
10 saya dilatih merancang mimpi besar. Kala itu, latihan itu seolah menjadi hal
sepele. Mungkin kita merasa agak naif mengatakan mimpi besar, seperti anak-anak
ketika ditanya apa cita-citamu ketika sudah besar. Mungkin. Namun, saat masa
kuliah awal, tepatnya persiapan pra kuliah, atau dikenal di UGM dengan kegiatan
PPSMB, seluruh mahasiswa diminta membuat rancangan mimpi besar 5, 10, 15, 20
tahun ke depan. Bukankah kita sudah belajar dulu ketika baru kelas 10?
Selanjutnya, saya juga dilatih merancang kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan
atau disingkat LDK saat kelas 10. Inilah masa ketika saya menjadi ketua panitia LDK
dan mengordinasi tim untuk sukses kegiatan. Dan ternyata, ketika kuliah saya pun
menggunakan hasil dari tempaan saya ini, tanpa terkecuali. Begitu pun saya juga
belajar latihan menggunakan analisis SWOT di masyarakat. Saya juga merasakan ini
di kuliah.
Kala itu, saya ikut Latihan Dasar Kepemimpinan, BEM KM UGM pada tahun
2013. Pada satu session, seluruh kelompok harus melakukan wawancara kepada
warga pantai (ketika itu pantai Depok, dekat pantai Parangtritis, DIY) dan presentasi

132
hasil ansos, analisis sosial. Ketika itu, saya mewakili kelompok melakukan
presentasi. Dan saya ingat betul, kelompok kami mendapatkan apresiasi luar biasa
dari kakak panitia karena analisis yang bagus. Saya ingat, analisis model itu adalah
ide saya untuk melakukan analisis model SWOT dengan menjelaskan seperti apa
analisis tersebut. Jauh lebih banyak lagi manfaatnya, saya juga merasakan Latihan
Kepemimpinan dan Manajemen Tingkat Akhir ke Malaysia yang secara langsung
menjadi buah dari seluruh pembinaan saya.
Di kuliah, hasil dari LKMA di SMAIT Insantama begitu terasa. Saya akan
sampaikan komentar ini menjadi lebih menarik dan apresiatif mengingat LKMA
adalah ajang super implementatif dari seluruh skill yang ada. Saya merasakan betul
seluruh soft skill yang saya punya diasah seperti pisau yang terus digesek dengan
asahan hingga menjadi tajam dan siap memotong seluruh benda-benda. Saya terus
diasah. Presentasi, negosiasi, teknik lobby, teamwork, speed and responsive,
analisis sosial, manajemen resolusi konflik, dan sebagainya hingga saya tidak
mampu menghitungnya satu per satu. Seluruh soft skill ini saya lakukan. Dan saya
sangat bersyukur. Ya, “syukur” kata yang tepat bagi saya untuk LKMA bagi hidup
saya. Rasa syukur saya karena merasakan LKMA. Dari sinilah, saya merasakan
manfaat lebih banyak yang dirasakan ketika kuliah. Dari LKMA, Bahasa Inggris dan
Arab saya lebih diperhatikan, kerja tim lebih diutamakan, kepemimpinan menjadi
keberhasilan, dan sebagainya. Dan yang lebih penting dari semua itu adalah
mentaati syari’at. Suatu keberhasilan tidak akan tercapai bila kita maksiat, namun
sebaliknya, taat syariat adalah kunci mencapai jalan lurus untuk membuka seluruh
pintu kemudahan dan kesuksesan dunia dan akhirat. Insya Allah !

133
-Efek Samping Pembinaan, Menjadi Wakil Indonesia ke Amerika-
Muhammad Imaduddin Siddiq,
Mahasiswa berprestasi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto,
Alumni Angkatan 1

Perjalanan dalam bidang Kegiatan Ilmiah memang bukan serta merta


kemauan diri sendiri. Hal, ini tak lepas dari dorongan dan bantuan orang di sekitar
saya. Terkhusus, guru. Berkat beliaulah, pertama kali menawarkan hal ini kepada
saya, saat itu beliau menawarkan acara LKPS semacam lomba karya tulis yang
diadakan oleh Kelompok KIR Jaksel (KIRJAS). Awalnya memang saya tidak berminat,
namun karena dorongan beliau dan keinginan saya tuk jalan-jalan. Terlebih
membuat saya bisa absen di kelas untuk beberapa saat, akhirnya saya bersama
keempat teman lainnya menyanggupi tuk mengikutinya dan alhamdulillah akhirnya
tim kami mendapatkan juara 3 dalam lomba tersebut.
Terus berlanjut, tak disangka, saya diamanahi sebagai Ketua ekskul Peneliti
Muda Kelompok Ilmiah Remaja (PEMI_KIR; KIR yang ada di SMAIT Insantama) tuk
periode pertama. Ya, mungkin dalam benak saya, tidak ada yang mau lagi, jadi
terpaksa saya yang terpilih. Kegiatan demi kegiatan coba saya jalani dan setelah
mendapat amanah tersebut, saya semakin lebih nyaman dan senang menjalani
sebuah siklus baru dalam hidup saya.
Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) LIPI Ke-44
Pertengahan Februari 2012 saya mendapatkan informasi lomba LKIR LIPI
Ke-44 dari salah satu pengurus OSIS. Karena memang lomba ini sejalan dengan
ekskul yang saya ikuti, akhirnya berdiskusilah dengan pembina PEMI_KIR dan
akhirnya diputuskan tuk mengikuti lomba skala nasional tersebut. Setelah itu ekskul
kami mempersiapkan lomba ini cukup serius, lagi-lagi kami bersyukur dengan
hadirnya pembina kami yang terus men-support kami. Sebelas proposal tuk LKIR
LIPI pun dikirim. Saya single fighters alias tanpa teman dalam tim saya. Alasannya
cukup simpel, biar gak repot tuk diskusinya, karena suara cuma satu ya saya sendiri.
Akhir Juni 2012, pengumuman proposal terbimbing pun diumumkan. Awalnya saya
memang gak terlalu yakin dengan hasilnya, namun alhamdulillah akhirnya dari
PEMI_KIR lolos 3 tim, dan saya salah satunya, yaitu di bidang Ilmu Pengetahuan
Teknik (IPT).
Lolosnya terbimbingnya proposal saya di LKIR LIPI Ke-44 ini, berakibat pada
terpangkasnya waktu libur kenaikan kelas, kala itu. Libur selama 2 minggu terpaksa
saya habiskan di dalam Laboratorium Surfactant and Bioenergi Research Center
(SBRC) LPPM IPB. Namun akhirnyanya dengan hal itu, saya semakin enjoy dan
senang menggeluti hal tersebut, saya bisa belajar banyak dari kakak peneliti di sana,
kakak mahasiswa IPB yang sedang mengerjakan skripsinya dan lain sebagainya, lalu
saya sedikit lebih tau beberapa peralatan Lab, cara pengunaannya dan lain
sebagainya. Walau, memang perjalanan penelitian Bioplastik Anti Semut ini
mengalami beberapa kendala, tetapi dengan hal itu membuat saya semakin yakin

134
tuk terus mencoba. Akhirnya, setelah penelitian ini rampung, kemudian hasil
dikirim, dan alhamdulillah, dari 3 tim, 2 tim lolos ke tahap finalis, termasuk saya
menjadi salah satunya. Akhirnya, setelah 3 hari berjibaku di tahapan final,
presentasi-gelar poster, dan alhamdulillah lagi-lagi ketika pengumuman pemenang
LKIR LIPI ke-44 saya mendapatkan Juara III bidang Imu Pengetahuan Teknik (IPT).
Tentu hal itu di luar prediksi saya sebenarnya.
Awal September 2012 seluruh pemenang LKIR dikumpulkan kembali, dan
ternyata akan ada persiapan lanjutan sekaligus proses seleksi tuk membentuk
Indonesian Team di ISEF 2013 yang kan dilaksanakan di Phoenix, USA Mei 2013
mendatang. Setelah melalui proses penyempurnaan, tak disangka, saya terpilih tuk
mengikuti ISEF 2013 di Phoenix USA, Mei 2013. Sungguh, sama sekali tidak
menyangka akan hal itu, tentu ini adalah berkat rizki dan amanah Allah yang
diberikan pada saya.
**
Itulah sekelumit dari sedikit yang sudah saya dapatkan. Bila melihat proses
pembinaan wajib yang diberikan, mulai dari LDK 1, LDK 2, LKMM, dan LKMA. Maka,
saya simpulkan hal di atas adalah sedikit hasil dan dampak secara langsung yang
saya rasakan dari perkembangan saya. Ternyata, berkat pembinaan yang saya
dapatkan di bangku SMA juga memberikan banyak manfaat di dunia perkuliahan.
Kecintaan saya terhadap ilmu pengetahuan, penelitian, berorganisasi, serta yang
terpenting adalah kesadaran akan kewajiban berdakwah menjadi modal penting
yang saya dapatkan. Terimakasih guru-guru, segenap yayasan, dan seluruh pihak
yang berkontribusi akan perkembangan diri dan kualitas diri. Semoga kebaikan
selalu tercurah kepada mereka semua. Aamiin.

Thursday, May 9, 2013


LIMA SISWA INDONESIA DIKIRIM KE AMERIKA
Lima Siswa Indonesia Dikirim ke Amerika
Rabu, 8 Mei 2013

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA --Lima siswa Indonesia akan dikirim ke ajang Intel


International Science and Engineering Fair (ISEF) 2013 di Arizona Amerika 12-17
Mei. Mereka diseleksi secara ketat oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI) bekerjasama dengan Intel Indonesia.
Kelima siswa berprestasi itu adalah Jopvita Nathania, Maria Christina Yolenta
Lestari, Rosinta Handinata (SMA Tarsisius), Hani Devinta Sari (SMA Negeri 63
Jakarta), dan Muhammad Imaduddin Siddiq (SMAIT Insantama Bogor).
Dalam ajang tetrsebut mereka akan dibagi dalam tiga kelompok, yang masing-
masing mempresentasikan proyek penelitian mereka berjudul "Having Fun
Learning about Coral, Magic Test Paper: Formaldehyde Tes Kit Derived from
Natural Bluie Pigment of Clitoria ternatea Flower Extract" dan "Utilization of
Eggshell Weste as Ant Repellent for Bio-plastic Food Packaging."

135
Deva Rachman, Director of Public Affairs Intel Indonesia mengatakan, kelima
siswa berprestasi tersebut akan berada di Amerika Serikat untuk berkompetisi dan
menunjukkan inovasi ilmiah mereka bersama 1.500 pelajar lain dari seluruh dunia.
"Ini adalah inisiatif sangat baik. Saya sangat senang melihat anak-anak muda ini
memperoleh kesempatan untuk memperlihatkan kemampuan mereka di bidang
inovasi dan sains di tingkat internasional," kata Dubes AS untuk Indonesia Scot
Marciel.
Wamendikbud Musliar Kasim mendorong para siswa tersebut meraih prestasi
gemilang di tingkat dunia. "Asal ada kemauan pasti akan berhasil baik," katanya
seraya mengharapkan Indonesia juga bisa setara dengan negara-negara lain di
dunia.
Untuk mendorong peningkatan kualitas pendidikan, Pemerintah menyediakan
program beasiswa mulai dari tingkat SD sampapi perguruan tinggi. "Nanti tidak
ada lagi anak-anak berprestasi yang tidak bersekolah. Semua harus bersekolah,"
katanya.

136
-Metode Pembelajaran yang Konstruktif-
Prof. DR. Rosdaneli Hasibuan, Akademisi, Orang Tua Siswa

Saya mulai saja dari pengalaman mencari SMA untuk puteri kami yang
masih duduk di bangku SMP di tahun 2013. Awalnya anak kami menunjukkan laman
web sekolah di Bogor dengan nama Insantama Cendekia, kami penasaran mengapa
dan kenapa sekolah ini dipilih putri kami? Ternyata dia mendengar berita tentang
sekolah tersebut dari guru lesnya. Akhirnya anak kami diterima di SMAIT
Insantama. Kami mengikuti perkembangan dan perubahan yang signifikan terjadi
pada puteri kami setelah menjadi siswa di Insantama.
Saat mengunjungi puteri kami di asrama, kami selalu menanyakan
bagaimana metode pembelajaran yang digunakan di sekolah. Puteri kami bercerita
dengan bangga dan senang atas sekolah yang dipilihnya, walau terkadang
mengeluhkan susahnya mengikuti pelajaran yang terkadang melemahkan
semangat belajarnya, namun dengan motivasi dan kasih sayang yang diberikan oleh
para guru menaikkan semangat belajarnya. Kami berkesimpulan bahwa anak kami
merasa nyaman berada di sekolah Insantama.
Saya penasaran dan mencari tahu bagaimana sekolah dapat mengubah
pribadi siswanya menjadi baik dan terus berkembang semakin baik. Kami bersyukur
terjadi perubahan yang signifikan ke arah yang lebih baik dari puteri kami.
Penasaran dengan metode yang digunakan dalam pembinaan siswa saya gali dan
gali apa saja yang dilakukan di Sekolah. Metode apa yang digunakan oleh para
pendidik di SMAIT Insantama, maka saya coba membandingkan dengan metode-
metode pembinaan yang saya dapatkan dari pengalaman-pengalaman teman-
teman saya yang menyekolahkan anak-anaknya di sekolah-sekolah lain dengan
yang dilakukan di SMAIT Insantama.
Saya dan teman-teman mendiskusikan metode-metode pembelajaran,
akhirnya saya berkesimpulan metode yang digunakan di SMAIT Insantama adalah
metode pembelajaran konstruktif yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta
sesuatu makna dari apa yang dipelajari, dimana pelajar aktif membina
pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada, selanjutnya pelajar
membina sendiri pengetahuan mereka. Unsur terpenting metode pembelajaran
konstruktif adalah seseorang membina pengetahuan dirinya secara aktif dengan
cara membandingkan informasi baru dengan pemahamannya yang sudah ada. Apa
yang dilakukan oleh pengelola atau para guru untuk menarik minat pelajar, saya
gali dari cerita siswa-siswi Insantama mengenai bahan pengajaran baik di dalam
kelas maupun di lapangan seperti kegiatan-kegiatan LDK, LKMM dan LKMA yang
disediakan selalu mempunyai keterkaitan dengan pengalaman siswa, sehingga
siswa dapat belajar dengan baik jika mereka mampu mengaktifkan konstruksi
pemahaman mereka sendiri.
Dalam proses pembelajaran para siswa didorong untuk menggali dan
menemukan pemecahan masalah mereka sendiri serta mencoba untuk

137
merumuskan gagasan-gagasan dan hipotesis. Siswa diberikan peluang dan
kesempatan yang luas untuk membangun pengetahuan mereka dengan
menerjunkan siswa ke lapangan seperti pada LDK dilakukan pembinaan mental dan
fisik sehingga mereka menjadi siswa yang bermental tangguh dan memiliki fisik
yang sehat, dilanjutkan dengan kegiatan LKMM yang dapat memenej dirinya,
kelompoknya dan lingkungannya.
Yang membuat saya kagum, Masya Allah, siswa dapat menganalisis
menggunakan analisis SWOT di sebuah desa miskin di pedalaman Garut, Jawa
Barat. Saya sebagai seorang Dosen saja baru dapat analisis SWOT setelah saya
menjadi Dosen di sebuah Perguruan Tinggi. Masyaa Allah, yang paling membuat
saya kagum saat siswa mempersiapkan kegiatan LKMA. Saya terharu dan bangga
mendengar pengalaman-pengalaman ananda mencari dana yang tidak sedikit
untuk keberangkatan mereka. Semua yang dilakukan seluruh siswa tidak lepas dari
pembinaan dari pengelola, guru, termasuk juga alumni yang selalu mendapat peran
dalam pembinaan fisik, mental, dan akhlak siswa. Khususnya apresiasi kepada Pak
Karebet yang selalu bersemangat dan kreatif membimbing dan mendampingi para
siswa di lapangan. Semua pembelajaran meliputi dua aspek yakni aspek ilmu
keagamaan dan aspek ilmu pengetahuan yang kedua aspek tersebut disampaikan
secara terpadu, sehingga kami yakin Insya Allah siswa yang menjadi alumni SMAIT
Insantama akan menjadi seorang pemimpin yang bertaqwa, berintegritas, memiliki
wawasan yang luas serta memiliki kemampuan kepemimpinan yang mumpuni serta
senantiasa menjalankan syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari berlandaskan
Al-Quran dan Assunnah.
Saya berkesimpulan SMAIT Insantama adalah sekolah yang tepat bagi anak-
anak saya, ponakan dan anak-anak tetangga dan anak-anak teman-teman saya,
sehingga pada tahun-tahun berikutnya saya mendaftarkan anak saya dan anak-
anak tetangga dan tahun berikutnya pula saya mendaftarkan keponakan saya
untuk menimba ilmu di SMAIT Insantama agar anak-anak ini kelak menjadi manusia
yang siap menjadi kader-kader bangsa yang siap menghadapi berbagai tantangan
zaman baik di tingkat lokal, nasional maupun global dan dengan tetap
mempertahankan jati dirinya sebagai seorang muslim yang intelektual sekaligus
profesional.
Atas dedikasi dan jerih payah para pengelola, dan para guru SMAIT
Insantama yang telah mendidik anak-anak dengan tekun, ikhlas dan penuh kasih
sayang, saya mengucapkan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya
semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kasih sayang, rizki lahir batin, ridho dan
berkahNya kepada mereka semua. Aamiin Allahumma aamiin.
 Prof. DR. Rosdaneli Hasibuan, MT : Pengelola Prodi S2/S3 Teknik Kimia FT USU
Medan, Wakil Direktur LPPOM MUI Sumatera Utara, Wakil Ketua Masyarakat
Ekonomi Syariah Sumatera Utara dan Anggota Dewan Pakar KAHMI Nasional;
Orang Tua dari :
1. Zauza Hawa Zahara (alumni angkatan 4, sekarang kuliah di IPB),
2. Muhammad Afdhalul Ikhsan (siswa kelas 11)

138
-Air Mata Ini Tak Terbendung Lagi-
Ita Sri Rahayu, Profesional, Orang Tua Siswa

Sejauh yang saya ketahui, proses pembinaan kesiswaan di SMAIT


Insantama berbeda dengan sekolah lain. Setiap siswa dimotivasi untuk melejitkan
potensinya karena sesungguhnya setiap anak itu pandai. Proses pembinaannya
antara lain Latihan Dasar Kepemipinan (LDK), Latihan Kepemimpinan Manajemen
tingkat Menengah (LKMM), hingga Latihan Kepemimpinan Manajemen tingkat
Akhir (LKMA).
Banyak cobaan yang harus ananda lalui untuk tembus LKMA. Ananda harus
banyak berhemat dari segi materi, berani mencari dana dengan cara yang kreatif
tanpa membebani orang tua dan banyak menahan diri dalam melakukan perbuatan
yang tidak diridhoi Allah agar Allah menghadirkan nashrullah-Nya. Ananda dibina
oleh para guru dengan cara menanamkan keyakinan “hanya kepada Allah kita
bergantung”, sebagaimana waktu Al-Fatih membina pasukannya dalam
menaklukkan Konstantinopel.
Pada tahun 2013, alhamdulillah saya mewakili Forum Orangtua Siswa
(Fosis) SMAIT Insantama, diberi amanah untuk mendampingi ananda angkatan 2
dalam menjalani Latihan Kepemimpinan Manajemen tingkat Akhir ke Malaysia dan
Singapura. Tidak pernah terbayang sebelumnya harus mendampingi anak-anak
satu angkatan sebagai perwakilan orang tua siswa.
Sangat terharu dan bersyukur bisa menyaksikan mujahid dan mujahidah
Insantama menunjukkan bakat dan kelebihannya masing-masing dalam presentasi
di depan para akademisi setingkat doktor dan profesor dan pengusaha muslim.
Selama di sana, saya amati betul kegiatan persiapan ananda dimulai dari sholat
tahajud, sholat shubuh berjamaah, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan yang
padat sampai tengah malam dan ditutup dengan evaluasi harian. Nampaknya
ananda memiliki stamina yang prima karena punya tujuan mulia.
Kesannya selama perjalanan di Malaysia dan Singapura, karena jumlah
siswa yang tidak banyak jadi cukup dengan 1 bis untuk 1 angkatan, kita kemanapun
selalu bersama sehingga suka dan duka kita alami bersama. Apalagi dihibur oleh
guru-guru dan motivator yang kocak, khususnya Pak Karebet yang sangat bijak dan
kocak abis dalam membina ananda.
Alhamdulillah ananda patuh dengan semua arahan dan nasehat yang
disampaikan, sehingga barokahnya ananda sangat percaya diri setiap presentasi di
manapun dan kapan pun, walau ditugaskan presentasi secara mendadak.
MasyaAllah… keren abis deh ananda. Finish-nya ketika 8 siswa dengan persiapan
yang minim harus tampil presentasi di Kedutaan Besar Indonesia di Singapura.
Penampilan dibuka dengan kreativitas 4 orang ikhwan yang menyanyikan lagu-lagu
daerah Indonesia yang sangat menghibur. Lalu, dilanjutkan dengan presentasi dari
2 ikhwan dan 2 akhwat yang sangat memukau. Masya Allah, suatu pencapaian yang
luar biasa untuk anak remaja setingkat SMU. Tanpa terasa air mata mengalir tanpa

139
bisa dibendung, kami sebagai orang tua sungguh beruntung bisa menyekolahkan
anak di sekolah yang sangat luar biasa ini.
Sebetulnya masih banyak lagi pengalaman yang belum diceritakan, tapi
karena terbatasnya tempat, mudah-mudahan cerita di atas bisa mewakili. Sekian
dan terima kasih.

 Bu Ita Sri Rahayu, Ibu rumah tangga profesional merangkap terapis, Orang tua
dari :
1. Muhammad Khudzaifah Triatmodjo (alumni angkatan 1, sekarang kuliah di
UI),
2. Indah Setya Lestari (alumni angkatan 1, sekarang kuliah di Unes Semarang),
3. Fatimah Azzahra Hayatiningrum (alumni angkatan 2, sekarang kuliah di UI),
4. Muhammad Yusuf Ghawaridzki (alumni angkatan 3, sekarang kuliah di UI),
5. Raheel Maghfirullah Srikandina (siswa angkatan 6, kelas 11)

140
-Terima Kasih Insantama-
Agus Fanani Cholil, Profesional, Orangtua Siswa

Alhamdulillah puji syukur selalu kami panjatkan ke hadirat Allah azza


wajalla, yang selalu memberikan kepada kami dan keluarga nikmat Iman wal Islam
serta kekuatan sehingga bisa menorehkan sekelumit kalimat semoga bermanfaat.
Sholawat dan salam selalu kami sampaikan ke atas junjungan Nabi Besar
Muhammad SAW. Semoga kami dan keluarga bisa mengikuti ajaran dan jejak
Rosulullah Saw.
Terimakasih kepada semua guru, pendidik dan pembina SMAIT Insantama
yang telah menerima 3 Ananda saya untuk dididik dan dibina agar menjadi Anak
yang sholeh dan sholehah.
Dalam pandangan Islam pendidikan adalah hal yang terpenting dalam
kehidupan manusia, dimulai dari buaian ibu sampai liang lahat. Pendidikan dan
pengajaran harus dilakukan dengan niat yang benar, proses-prosesnya pun harus
diikuti dengan syariat yang benar dan profesional, agar mendapatkan hasil yang
maksimal, mempunyai anak didik yang berjiwa pemimpin, jujur, amanah, semangat
juang serta berakhlaq mulia.
Saya melihat dan mengamati ada 3 hal sistem penerapan pendidikan yang
ada di insantama.
1. Penerapan Ilmu Agama, dan Ilmu kehidupan. Ilmu Agama lebih mendekatkan
pada Kepribadian yang Islami, memberikan kefahaman tentang Tsaqofah
Islamiyah, serta membekali ilmu pengetahuan umum dan teknologi terkini.
Hal ini saya buktikan dengan adanya perubahan gaya hidup anak-anak saya
yang lebih baik dari sebelumnya, sudah memahami akan syariat-syariat Islam
yang telah mereka terima dari sekolah, serta mempunyai skill tersendiri dari
ilmu teknologi sesuai dengan bakatnya masing-masing.
2. Penerapan keterpaduan Pendidikan sekolah dengan keluarga dan masyarakat.
Hal ini juga kami buktikan adanya komunikasi aktif antar guru terhadap orang
tua, pihak sekolah selalu memberikan informasi perihal ihwal anak, dari mulai
pemberian penghargaan karena berprestasi, dan atau peringatan karena
pelanggaran, ini menunjukkan bahwa sekolah sangat peduli dan mengamati
berkembangan tingkah laku dan gerak gerik anak-anak sehari-hari. Juga adanya
kunjungan dan aktivitas yang peduli terhadap masyarakat seperti, kunjungan
ke desa-desa tertinggal, penyuluhan yang dikemas pada program LKMM
(Latihan Kepemimpinan Management tingkat Menengah) dan bahkan
kunjungan keluar negeri sebagai perbandingan perkembangan pendidikan di
luar Negeri yang dikemas pada program LKMA (Latihan Kepemimpinan
Management tingkat Atas).
3. Penerapan keterpaduan sekolah, Pesantren dan Masjid, hal ini juga terlihat
adanya Boarding School yang mewajibkan seorang anak didik untuk tinggal di
sekolah guna mendapatkan ilmu dan pendidikan kepesantrenan, yang

141
mempunyai jiwa keikhlasan, kesederhanaan, berdikari serta perjuangan dan
ukhuwah Islamiyah.
Dari tiga hal penerapan pendidikan di atas, saya doakan SMAIT Insantama
akan sukses mencetak anak didik yang berjiwa pemimpin yang Islami, serta
berpengetahuan yang luas, demikian pandangan saya terhadap SMAIT Insantama,
semoga tetap menjadi sekolah unggulan yang berbasiskan Islam demi tegaknya
kembali kehidupan Islam yang kita idamkan.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar!

 Agus Fanani Cholil, Profesional swasta, Orang tua dari :

142
-Tiga Tahun Yang Mendewasakan-
Nur Ashari dan Yayuk, Wiraswastawan, Orang Tua Siswa

Tiga tahun sudah ananda melewati proses kehidupan fase remajanya


sebagian besar di lingkungan boarding dan sekolah SMAIT INSANTAMA, yang
sengaja kami lakukan hanya demi satu tujuan dan harapan yang selalu tersebut
dalam doa kami dan kita semua, "Rabbana hablanaa min azwaajina wa dzurriyatina
qurrata a'yun waj'alnaa lil muttaqiina imaamaa." Kami sungguh berharap ananda
menjadi sosok yang berkepribadian Islami, pikiran dan perbuatan nyambung,
nyambung dengan Islam.
Tiga tahun sudah ananda berproses dan berinteraksi dalam sebuah
lingkungan kelurga besar SIT insantama, teman dengan berbagai latar belakang,
beragam sifat dan karakter, guru-guru, pembina boarding (muadib/ah), juga
Satpam, OB, dll yang semuanya DIUPAYAKAN tertata berangkat dari sebuah konsep
yang khas yaitu konsep Islami. Tampak dengan ke-infisholan-nya antar lawan jenis,
keikhlasan, kesabaran, kekeluargaan, muamalah dan akhlaqul karimah tim
pendidik di sekolah dan boarding yang ingin ditularkan ke para siswa/siswi.
Tiga tahun sudah ananda berproses dan sampai nanti pun akan terus
berproses untuk mempertahankan dan meningkatkan dari yang sekarang tampak.
Ananda yang sekarang lebih tawadhu' pada ummi dan abi-nya, yang tenang tidak
meletup-letup, cara berpakainnya yang islami dengan jilbab dan kerudungnya yang
dulu masih enggan menutup aurat dengan sempurna, tidak konsumtif dan lebih
sabar, pola kepemimpinannya yang terbangun dengan segala kreativitasnya,
ibadahnya yang meningkat, utamanya puasa, yang kami faham betul dulu ananda
rasanya enggan untuk berpuasa sunnah tapi sekarang menjadi sesuatu yang biasa,
serasa menikmati, tanpa mengeluh seperti dulu, kami merasakan dan melihat itu.
Alhamdulillah.
Dan....kami melihat sosok remaja yang tetap dinamis dengan kekhasannya
sebagai remaja, bernyanyi-nyanyi tapi tetap terjaga dengan syair lagu yang tidak
menjauhkan dari Allah, lagu percintaan no, religi dan edukatif yes dan.... 3,5 juz
Qur'an alhamdulillah hafal (sesuai target minimal sekolah, meski inginnya lebih).
Satu catatan penting, yaitu terjaganya interaksi dan pikiran tentang lawan
jenis, kami mengaguminya, kami melihat anak seusia ananda, kategori remaja yang
jika saya bandingkan dengan teman remaja lain seusianya di luar sana, serasa hati
ini terhibur. Ghadhul bashar, infishal, tayangan yang terjaga, lagu dan pendengaran
yang terus diupayakan oleh pembina dengan segala aturannya demi menjaga diri
dari hal-hal yang mengarah pada kemaksiatan.
Dari ungkapan atau cerita-cerita ananda yang menyangkut dirinya maupun
teman-temannya tidak didominasi cerita tentang lawan jenis, mungkin ini salah
satu pemicu kreativitas dan produktivitas ananda dan tentu teman-teman Ananda.

143
Tidak seperti yang biasa nampak pada sebagian besar remaja saat ini, banyak angan
dan hampa. Dan semakin nampak lagi bagaimana sekolah maupun boarding
memproses ananda dan teman-temannya dalam LDK, LKMM, LKMA-nya.
Konsep rezeki, kepemimpinan, tawakkal, ikhtiar dalam koridor syar'i, team
building ikhwan akhwat yang selalu tertata rapi, tetap bisa bekerja sama meski
kudu infishal yang mengajarkan ananda bahwa interaksi dengan lawan jenis tidak
melulu ketertarikan tapi bisa hanya untuk taawun/tolong-menolong. Sungguh
sebuah upaya penuh kesungguhan untuk merealisasikan konsep pendidikan
tentang aqidah, ibadah mahdhah, muamalah dan sistem pergaulan terangkum
semuanya. Semua diupayakan se-Islami mungkin.
Kami sadar betul, semua itu karena ananda telah berproses dan diproses
dengan boardingnya, dengan akademisnya, dengan LDK, LKMM dan LKMA-nya
sehingga terbangun pribadi saat ini dan akan tersimpan memori dalam benak
ananda sebagai perangkat untuk menghadapi dan menjalani kehidupan selanjutnya
yang sudah terasuh dan terasah, insya Allah akan mandiri, kreatif, tangguh dan
tetap terjaga keislamiannya. Aamiin Allahumma aamiin.
Dan pada akhirnya ungkapan rasa syukur ke hadirat iIaahi dan rasa
terimakasih yang sebesar -besarnya kami pada yayasan yang selama ini telah dan
selalu memberi kemudahan, para Pembina yang masya Allah bernyali kuat, bapak
dan ibu guru, muadib/ah yang terus selalu berupaya untuk ikhlas, sabar, dan
berupaya keras demi terwujudnya generasi pemimpin yang tangguh dan bertaqwa.
Jazakumullah khairan katsiran atas semua, semoga Allah selalu memberi
kemudahan pada kita semua. Aamiin.
 Nur Ashari dan Yayuk, Orang Tua Siswa dari :
1. Muhammad Fadhil Akbar Sarifudin (alumni angkatan 4, diterima di ITS
Surabaya)
2. Ariqoh Qurrota A’yun Sarifudin (siswa angkatan 5, Kelas 12)
3. Muhammad Wildani Firdaus Sarifudin (siswa kelas 7)
4. Afifah Zahrotal Khoir Sarifudin (siswa kelas 6)
5. Mukhlishal Kholish Ashowabi Sarifudin (siswa kelas 2)

144
-Kesan Pertama Begitu Menggoda-
Dra. Psi. Zulia Ilmawati, Psikolog SIT Insantama

Ups… Jangan berpikir yang bukan-bukan dulu ketika membaca judul di


atas. Kamis siang 5 Maret 2015 lalu, saya sudah ditunggu orang tua calon siswa
baru. Setelah semua data lengkap, segera saya persilakan kedua orang tua calon
siswa masuk ruangan untuk melakukan wawancara. Saya sapa hangat, dan kami
pun berkenalan singkat.
“Kenapa ingin pindah ke SMP Insantama?” Itu kalimat pertama yang
meluncur dari mulut saya di awal wawancara. Dan, sang ayah pun memulai
bercerita. “Anak saya ini kepingin masuk pesantren. Kebetulan di lingkungan
tempat saya tinggal juga banyak orang tua yang memasukkan anaknya ke
pesantren. Kami belum menemukan yang cocok. Akhirnya Salsa sekolah di SMP
dekat kami tinggal.”
Ia melanjutkan, “Keinginan untuk nyantri itu masih ada sampai sekarang.
Dan dalam kegalauan saya dengan istri, tiba-tiba ada yang menarik saat kami ada
di Bandara Soetta. Waktu itu kalau tidak salah sekitar bulan November, saya dan
istri akan terbang ke Malaysia menghadiri wisuda anak saya. Saat berada di ruang
tunggu kami melihat ada rombongan berseragam yang sama-sama mau terbang ke
Malaysia juga.”
“Saya dan istri memperhatikan dengan rasa penasaran. Awalnya kami
hanya menebak-nebak, ah paling rombongan karyawan perusahaan yang mau
mengadakan pelatihan ke Malaysia. Semakin lama diperhatikan, kami semakin
ragu. Tidak mungkin kalau karyawan, wajah-wajahnya masih sangat muda. Saya
semakin penasaran. Akhirnya saya mendekat ke salah satu peserta rombongan.
Saya perhatikan atribut yang menempel di jaketnya. “Insantama”. Ini pasti
rombongan anak-anak sekolahan, guman saya sambil masih terkagum-kagum.
Anak-anak sekolahan dalam rombongan besar tapi mereka sangat tertib dan rapi.
Luar biasa.”
“Dalam kekaguman saya dan istri, saya berkeyakinan sekolah anak-anak ini
pasti bukan sekolah yang biasa. Bisa membuat anak-anak terlihat percaya diri,
sopan, tertib dan rapi. Kepenasaran saya dan istri rupanya menjawab kegalauan
saya selama ini. Inilah sekolah yang cocok buat anak saya, Salsa. Maka, sekembali
saya ke Indonesia, saya meminta Salsa untuk menengok Insantama Bogor di
internet. Salsa mempelajari semua informasi tentang Insantama dan langsung
tertarik.”
Cerita ayah Salsa di atas, yang bertemu dengan peserta LKMA SMAIT
Insantama di Bandara Soetta saat hendak bertolak ke Sydney Australia via Malaysia
tahun lalu (liputannya bisa dibaca pada Kabar Insantama edisi 02), menunjukkan
bahwa pendidikan karakter, yang dalam istilah Insantama disebut syakhsiyyah atau

145
kepribadian, bila digarap dengan sungguh-sungguh terbukti bisa menghasilkan
sosok siswa yang luar biasa. Di sinilah makna pendidikan sesungguhnya, yakni
mengubah kebiasaan dan perilaku dari sebelumnya menjadi lebih baik. Dan
kepribadian istimewa yang ditunjukkan oleh para peserta LKMA SMAIT Insantama
itulah rupanya yang memberikan kesan mendalam pada orang tua Salsa. Kesan
pertama begitu menggoda, selanjutnya Salsa pindah sekolah ke Insantama.
Alhamdulillah. []

146
-Mereka Mutiara Umat-
Dra. Psi. Zulia Ilmawati, Psikolog SIT Insantama

Ada sesuatu yang menarik buat saya, saat salah satu peserta undangan,
utusan dari salah satu organisasi dakwah kampus diminta host untuk berbicara
dalam acara talkshow Sehari Bersama Perempuan yang diselenggarakan oleh
Keputrian DKM Universitas Padjadjaran Bandung, Sabtu, 14 Mei 2016. Hal ini
kemudian menjadi obrolan saya dengan anak saya, Mila, yang menemani
perjalanan saya pulang menuju Bogor.
“Mila tadi lihat nggak yang bicara pertama sebagai panelis saat host
meminta bicara. Kok wajahnya nggak asing ya buat Umi.” Spontan putri saya
menjawab: “Itu kan Rahma Umi, alumni Insantama.”
“Hah...? Dari awal bicara, semua serba tertata. Mulai dari gaya bicaranya,
pilihan katanya, idenya, analisanya yang tajam, semua membuat Umi terpesona.”
Anaknya juga tampak cerdas dan santun. Beda sekali dengan para panelis
lainnya. Mendengar Rahma bicara tadi, saya seperti sedang melihat seorang
mahasiswa tingkat akhir yang nampak telah matang, baik dalam berpikir maupun
dalam bertutur kata.
Alhamdulillah, ada rasa syukur yang sangat mendalam menyaksikan para
alumni SIT Insantama berkiprah di berbagai perguruan tinggi. Tidak hanya di Unpad
Bandung, di beberapa kampus lain yang kebetulan pernah saya kunjungi, selalu
didapati alumni SIT Insantama yang aktif dan berprestasi. Aktif dalam kegiatan
kampus dan bergerak dalam dakwah Islam. Sungguh sangat melegakan. Di tengah
banyaknya polah tingkah mahasiswa yang jauh dari nilai-nilai Islam, mereka tetap
mampu menjaga jatidirinya sebagai pemuda Islam.
Ini tentu tidak lepas dari apa yang mereka dapatkan selama bersekolah di
SIT Insantama. Setidaknya selama tiga tahun di SMA, mereka telah digembleng
kepribadian Islamnya, kemampuan tsaqafah dan kepemimpinan dan manajerialnya
untuk bisa berkiprah di dunia kampus. Bahkan di ujung masa pendidikan di SMAIT
Insantama, mereka masih mendapatkan pembekalan akhir melalui acara Pesantren
Wisuda selama tiga hari dua malam. Ini semacam sentuhan akhir guna
memantapkan langkah mereka menuju masa depan dengan segala tantangannya.
Kita berharap anak-anak kita tidak hanya sekedar mampu memimpin
dirinya sendiri agar selalu berada di jalan kebenaran, tapi juga harus mampu
menebarkan kebaikan di lingkungan sosialnya. Meminjam istilah Ustadz Rahmat
Kurnia, kita harus bisa menjadi “Bunga Dakwah” alias Buku (berprestasi di dunia
akademik), Ngaji (mengaji) dan Dakwah. Juga harus mampu mengkombinasikan
antara keinginan dan keharusan (kewajiban sebagai Muslim), dan menjadikannya
sebagai basis membangun masa depan agar berkah di dunia dan akhirat.
Tak ada yang membanggakan buat para kita orang tua selain memiliki anak
yang sholih. Pun begitu, tak ada yang membanggakan bagi seluruh keluarga besar

147
SIT Insantama, selain melihat para alumni yang tetap istiqamah dalam jalan
dakwah, berprestasi, memegang teguh nilai-nilai Islam dan mewujudkannya dalam
realitas kehidupan. Mereka itulah mutiara ummat. Calon pemimpin dan agen
perubahan peradaban jahiliyah menuju Islam. Dan sebagian kecil menuju kesana
telah ditunjukkan dengan sangat baik oleh sejumlah alumni yang tersebar di
berbagai Perguruan Tinggi terkemuka di Indonesia. Alhamdulillah…[]

148
-Pulang dari Belanda dan Jerman, Insantama Berikan Tiga
Rekomendasi -
Rep-Humas Pemkot Bogor
http://www.jabarprov.go.id/assets/images/berita/gambar_21039.jpg

KOTA BOGOR - Sebanyak 75 siswa kelas XII Sekolah Islam Terpadu (SIT) Insantama
memberikan laporan kepada Wali Kota Bogor Bima Arya atas kegiatan Latihan
Kepemimpinan Manajamen Tingkat Akhir (LKMA), Kamis (26/01/2017) di Paseban
Sri Bima, Balikota Bogor.
Dalam laporan tersebut LKMA Insantama mempresentasikan hasil analisis SWOT
atas dua negara kunjungan mereka yakni Jerman dan Belanda. Serta turut
memberikan rekomendasi kepada Pemerintah Kota Bogor.
Dari hasil kunjungan, LKMA membuat analisis SWOT untuk kedua negara tersebut
untuk kemudian dikomparasikan dengan Indonesia termasuk rekomendasi untuk
Kota Bogor. Rekomendasi tersebut dibagi menjadi tiga bagian Fasilitas, SDM dan
Organisasi.
Dari sisi fasilitas, sebagai kota yang maju sebaiknya Kota Bogor memiliki sarana
publik yang memadai bagi para warganya. Memberikan akses wifi gratis di tempat-
tempat umum. Dan Ikon Kota Bogor seperti Tugu Kujang, Kebun Raya Bogor (KRB)
serta taman-taman bisa dimanfaatkan menjadi daya tarik wisatawan
Dari sisi SDM, menekankan kedisiplinan mulai sejak dini. Stakeholder saling
berkoordinasi untuk membangun Kota Bogor. Menciptakan masyarakat yang haus
terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi terbaru dan mengajak masyarakat
berpikir terbuka dan senang diajak diskusi.
Dari sisi organisasi, membuat kualitas pendidikan menjadi referensi se-Indonesia.
Meningkatkan ketertiban berlalu lintas. Sistem pendidikan yang menyediakan
ruang bagi pelajar berkreasi, berinovasi serta bereksplorasi. Penerapan hukum
yang tegas. Menyediakan banyak beasiswa dan fasilitas penunjang pendidikan yang
lengkap dan memadai. Dan memfasilitasi mimpi besar setiap warga sejak dini
sekaligus menyiapkan fasilitas pendidikan mewujudkan mimpi besar tersebut.
“Rekomendasi tersebut hasil dari analisis siswa untuk kemajuan Kota Bogor,” jelas
Direktur Kesiswaan SIT Insantama Karebet Widjajakusuma saat mendampingi siswa
mempresentasikan hasil LKMA. Karebet menambahkan, kunjungan ke Belanda dan
Jerman bertujuan sebagai latihan sikap mental kepemimpinan transformasional
siswa. Di sana siswa mempelajari sistem kepemimpinan dan manajeman
pembangunan yang diterapkan di dua negara yang masih menjadi corong kemajuan
dunia.
“Kami melakukan studi ke pusat-pusat unggulan mulai dari perguruan negeri, pusat
komunitas, pusat Islam, pusat budaya hingga observasi kota dengan cara
mewawancarai warga,” ujar Karebet.

149
Sementara itu Wali Kota Bogor Bima Arya menanggapi rekomendasi tersebut
dengan apresiasi. Menurutnya, tidak banyak orang seusia mereka yang mempunyai
kesempatan ke luar negeri, melihat paradigma dunia luar dengan cara pandang
berbeda serta melatih mengenal dunia, manusia dan diri sendiri. Seperti yang
dilakukan tokoh-tokoh besar dunia yang juga mengeksplorer dunia.
“Kalian generasi yang sangat beruntung. Saya kagum dengan proses analisis SWOT
kalian dan terima kasih atas rekomendasinya,” pungkasnya. (fla/

150
-Mereka Memang Mutiara Pemimpin Umat Masa Depan-
Galeri Komentar

 Nasaruddin Sulaiman, International Student Centre - University of Malaya :


‘Saya sangat senang dapat membantu kegiatan ini karena sangat bagus untuk
menumbuhkan sikap mental kepemimpinan.’
 Prof. Mahiran, Universiti Putra Malaysia (LKMA 2012): ‘Program ini sangat
bagus, its very interesting and entertaining.’
 Mohd Salmee Hj. Mohd Sari, International Islamic University (LKMA 2012):
‘Saya amat mengagumi sekolah ini. Its’ very incredible. Saya menangkap
semangat, keceriaan dan kesungguhan. Kita sehaluan untuk mencapai
kejayaan.’
 Siti Fatihah, Setia Usaha/Sekjen Majelis Perwakilan Mahasiswa Universiti
Putera Malaysia (LKMA 2012): ‘Anak-anak ini tak tampak kualitas anak SMA,
pandangannya, wawasannya, kedewasaannya sudah selayaknya mahasiswa.
Saya pun jadi grogi dan respek pada mereka.’
 Puan Sofiah, Trainer Pearl Mentor (M) Sdn Bhd dan Kopersi Pembangunan
Komuniti Insan Berhad (LKMA 2012): ‘I’m so excited dengan anda. Tahniah
untuk Anda Calon Pemimpin Masa Depan.’
 Ibu Dewi, Sekretaris III Bidang Penerangan dan Sosbud KBRI Malaysia (LKMA
2012): ‘Bersyukurlah, anak-anak sangat beruntung bersekolah di tempat yang
mampu mengeluarkan seluruh potensi murid-muridnya. Saya yakin anak-anak
akan menjadi pemimpin masa depan.’
 Kak Bintang Pamungkas, Ketua Umum Persatuan Pelajar Indonesia University
of Malaya (LKMA 2012) : ‘Gila, Gila dan Gila!!!’
 Kak Firman, Kabid Pengembangan Organisasi PPI University of Malaya (LKMA
2013): ‘Great Days, kami sangat respek dengan kegiatan ini... saya masih
terngiang dengan kakak kelas kalian yang pernah datang kemari dengan
performa yang luar biasa. Kalian juga. It’s a great performance presentation...
tak banyak sekolah level SMA yang bisa seperti ini. Saya yakin kalian akan
diterima di universitas-universitas terbaik di Malaysia dan Singapore. Teknik
presentasi, kombinasi bahasa Arab dan Inggris, konten yang dibawakan di usia
seperti ini... Saya speechless... Subhanallah. Insya Allah lebih dari semua itu,
kalian akan jadi generasi pemimpin masa depan.’
 Prof. Dr. Sharifuddin Muhammad Zein, Head of Chemistry Dept. University of
Malaya (LKMA 2013): ‘Respek atas perjuangan luar biasa yang ditempuh
mereka untuk bisa menembus Malaysia dan Singapura. Sesuatu yang jarang
atau bahkan tidak dilakukan oleh siswa selevel mereka di Malaysia.’

151
 Prof. Dr. Yazrina Yahya, Deputy Director Office of International Relations
Universiti Kebangsaan Malaysia (LKMA 2013) : ‘Presentasi yang cemerlang,
keep a goodwork. Kegiatan seperti ini baru pertama kali ini terjadi!’
 Dr. Amri bin Md Yunus, Faculty of Electrical Engineering Universiti Teknologi
Malaysia, Johor (LKMA 2013) : ‘Saya melihat potensi yang luar biasa pada diri
kalian, apalagi dengan kemampuan bahasa Arab dan Inggrisnya. Teruskan,
kalian calon pemimpin masa depan!’
 Mr. Mohd. Anuar Yusop, Executive Director of Association of Muslim
Professionals of Singapore (LKMA 2013) : ‘Your School has done very well...and
we’re feeling happy to meet you, Guys...This is what we can proud of. Hope you
will be the next leader in the future.”
 Prof. Rusdi PhD, Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI di Kuala Lumpur
(LKMA 2013) : ‘Inilah sesungguhnya esensi pendidikan. Inilah bagian yang
sering hilang di dunia pendidikan. Sekolah ini harus segera memiliki sister school
di sini. Tahun depan (2014) saya akan pertemukan Anda dengan Kepala Sekolah
Indonesia Kuala Lumpur untuk merintis jalan ke arah itu!’
 Dr. Andri Hadi, Dubes Indonesia untuk Singapura (LKMA 2013) : ‘Kami sangat
yakin bahwa kalian telah ditempa luar biasa dari kelas 10 hingga kelas 12
sekarang ini. (Dari cara kalian menyampaikan secara tidak biasa), ada teknik
presentasi dengan seni drama intelektual, cara menyampaikan, penguasaan
materi, kemampuan melihat kondisi, semuanya ditampilkan seperti layaknya
mahasiswa tingkat 4 padahal masih SMA. Sungguh sesuatu yang
membanggakan kita semua. Kita punya anak muda yang sangat self confidence.
(Saya yakin), insya Allah Indonesia akan lebih baik di masa depan.’
 Fatin – Ketua OSIS SMPIT Insantama (LKMA 2014) : ‘‘Mana ada anak SMA lain
yang keluar negeri dengan mencari uang sendiri, dengan pengorbanan tenaga,
waktu dan mengerahkan semua kemampuan yang dimiliki tanpa meminta
bantuan langsung dari orang tua...’’
 Bp. Roy Suryo, Menteri Pemuda dan Olahraga (LKMA 2014) : “Anak-anak yang
membanggakan. Ide ke Australia menarik, apapun, kegiatan ini harus jalan.
Anak-anak harus sampai ke Sydney, bagaimana pun caranya!”
 Bp. Haris Iskandar, PhD, Direktur Pembinaan SMA Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan (LKMA 2014) : “Luar biasa... super... dari 9 juta siswa SMA di
Indonesia, hanya kalian yang bisa seperti ini... adik-adik sudah on the right
track... program ini layak dicontoh sekolah lain...”
 Mr. Sean Lee, Sydney University (LKMA 2014) : “Having such a good
presentation of yours, I really really apreciate....”
 Dr. Luqman Hakim, Presiden CIDE Islamic Centre Sydney (LKMA 2014) : “Apa
yang dilakukan oleh adik-adik kita ini sangat luar biasa dan mengingatkan kita
semua di sini yaitu bahwa mereka datang ke Sydney dengan lebih dulu
menyinggahi Masjid ini lalu mengakhirinya juga dengan menyinggahi dan

152
bahkan mabit di Masjid ini. Ini semua menggambarkan bahwa mereka memiliki
niat yang lurus dan hanya berharap akan keridloan Allah Swt... semoga mereka
menjadi pemimpin umat yang mampu membawa perubahan negeri kita dan
dunia ke arah Islam!”
 Pak Bram, Wakil Komunitas Muslim Sydney (LKMA 2014) : “Saya belum pernah
melihat, seorang remaja seumuran kalian mampu menjawab pertanyaan
seperti ini (tentang Aqidah) dengan begitu sempurna!”
 Bp. Nicolas Manopo, Atase Pensosbud KJRI Sydney (LKMA 2014) : “Kami
sangat bangga dan terharu atas penampilan kalian.
Kalian sudah layak menjadi diplomat!"
 Para Instruktur – Malaysia Airlines Academy Kuala Lumpur (LKMA 2014) :
“Anak-anak ini diapakan hingga bisa seperti ini?”
 Bapak Suharto - Asda 2 Bidang Kemasyarakatan dan Pembangunan Kota
Bogor (LKMA 2014) : “Sekarang saya punya sahabat dari Insantama untuk
meluruskan hal-hal yang bengkok di Kota Bogor.”
 Bapak Iqbal Djawwad, PhD, Atase Dikbud Indonesia untuk Jepang (LKMA
2015) : “Bukukan hasil LKMA ini agar semua orang di dunia bisa membaca dan
mempelajari cara kalian pergi ke Jepang untuk latihan kepemimpinan dan
manajemen dengan mengandalkan pencarian dana secara mandiri. Jika perlu
Bapak bersedia menjadi Editornya.”
 Dr. Hiroyuki Daimon, Director of Center for International Relations of
Toyohashi University of Technology (LKMA 2015) : “Terima kasih sudah datang
kemari, terharu melihat perjuangan dan penampilan anak-anak ini.”
 Dr. Eugene, Dosen Khusus Bahasa Inggris Toyohashi University of Technology
(LKMA 2016) : “Presentasinya bagus sekali, salah-salah sedikit tak mengapa.
Kalian bisa menutupinya dengan sangat baik. Surprise! Indonesia bisa seperti
Jepang, bahkan melebihinya karena Indonesia punya kalian! Apa yang sudah
kalian lakukan hingga sekarang kalian ada di sini, apa yang kalian
presentasikan, dan jawaban-jawaban kalian terhadap pertanyaan kritis sudah
menunjukkan itu!”
 Prof. Kosugi, Ketua Dewan Pembina Kyoto Muslim Association, Pakar Islam
Kyoto University (LKMA 2015) : “Presentasi dalam bahasa Arab dan Inggris
yang benar-benar impresif. Hari ini saya bahagia melihat kalian jauh datang-
datang kemari dengan usaha sendiri menunjukkan kepedulian yang sangat
tinggi pada ummat dan saya yakin pada kalian. Teruskan. Barakallahu fikum.”
 Dr. Syahbaz, Chairman of Kyoto Halal Affair (LKMA 2015) : “Bagaimana kalian
mengatur kegiatan seperti ini dengan sedemikian rupa, yang tidak biasa
dilakukan oleh remaja seumur kalian?”
 Bapak Jamal, Kepala Sekolah Republik Indonesia Tokyo (LKMA 2015):
“Subhanallah, kalian sangat mengagumkan. Bersyukurlah bisa belajar Islam

153
sejak dini. Semua ini adalah ibadah, maksimalkan ibadah kalian di sini!
Meminjam istilah azimah (keutamaan) dan rukhshoh (keringanan), maka
sesungguhnya dalam proses LKMA yang kalian jalani, kalian sudah
menunjukkan sebagai pribadi yang mengambil azimah. Jadi, teruskanlah itu!”
 Ustadz Wiwin, wakil Keluarga Masyarakat Islam Indonesia Jepang, mantan
Instruktur Kepemimpinan di Indonesia (LKMA 2015) : “Kalian harus bersyukur
karena sudah memiliki ilmu dan wawasan yang luas juga cara dakwah yang
baik. Kalian harus kembali lagi ke Jepang untuk mendakwahkan Islam seluas-
luasnya di Jepang. This is 99% perfect presentation di usia kalian. Kalau anak
saya sudah besar, akan saya sekolahkan di sekolah ini, agar jadi pemimpin yang
mampu menguatkan Islam di dunia!”
 Bapak Refky Riyantori, Manajer Senior Korporat untuk Penjualan Premium
dan Komunitas Garuda Indonesia (LKMA 2015) : “Inilah the power of dream dan
the power of du’a. Garuda bangga menerbangkan kalian untuk mewujudkan
mimpi besar kalian. Kalian sangat inspiratif buat kami.”
 Bapak Usmar Hariman, Wakil Wali Kota Bogor (LKMA 2015) : “Bapak ini iri
sebenarnya dengan kalian. Dulu itu rasanya waktu SMA cuma bermimpi bisa
berbicara di sana-sini, kalian justru di usia SMA.”
 Bapak Fakhruddin, Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Bogor (LKMA 2015) : “Ini
sekolah yang luar biasa, semuda ini sudah berprestasi di atas sekolah-sekolah
yang ada di Bogor khususnya dan kegiatannya juga sudah internasional. Saya
datang ke sini, selain ditugaskan mewakili Walikota dan Ka Disdik, juga karena
ingin tahu apa rahasia sekolah ini bisa jadi seperti ini.”
 Bapak Bambang Purwanto, Wapemred LKBN Antara (LKMA 2015) : ‘Memang
kita hidup harus punya mimpi besar seperti kalian! Apalagi di saat seperti ini
dimana sekulerisme menggila, dunia perlu pemimpin-pemimpin seperti kalian.
Sejak Ottoman empire runtuh, kita jatuh pada sekulerisme. Tapi jangan putus
asa, karena Allah Swt telah berjanji…dan kalianlah pemimpin itu! Kalian benar-
benar menjalankan second track diplomacy, diplomasi akar rumput!
 Bapak Yuji Hamada, Editor Senior The Daily Jakarta Shimbun yang pernah
berkarir di Deplu Jepang selama 40 tahun dan 17 tahun berdinas di Indonesia
(LKMA 2015) : ‘Semangat kalian luar biasa… Indonesia masa depan di tangan
kalian!’.
 Ir. Heru Binawan, Founder & Chairman Badan Wakaf Al Qur’an Jakarta (LKMA
2015) : “Bagus sekali dan unbelieveable jika murid SMA yang melakukan.”
 Bu Ifthida Yassar, Pengurus Pusat APINDO dan KADIN (LKMA 2015) :
“Mengharukan dan membanggakan, mereka adalah anak-anak yang hebat.”
 Bu Melani, Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjajaran
(LKMA 2015) : “Anak-anak ini sudah setara dengan mahasiswa FISIP yang ikut
seleksi mahasiswa berprestasi, maka pertahankan rekam jejak yang sudah baik
ini! Harusnya sekolah yang ada di Indonesia bisa mencontoh sekolah seperti ini!”

154
 Dr. Arief Satria, Dekan Fakultas Ekologi dan Manusia IPB (LKMA 2015) : “Bukan
IPK yang menjadi tolok ukur saat bekerja nanti, namun kinerja bagus yang
diperlukan. Kredibilitas penentu masa depan. Karena itu saya berharap bisa
bertemu kalian lagi setelah berstatus Mahasiswa FEMA IPB!”
 Prof. Zaenal A. Hasibuan, Guru Besar Fakultas Sistem Informasi dan Ilmu
Komputer Universitas Indonesia (LKMA 2015) : “Saya sebetulnya merasa grogi
berbicara di hadapan adik-adik sekalian. Karena kalianlah yang kelak akan
menjadi pemimpin di masa depan.”
 Bp. Harry Budi Santoso, S.Kom, M.Kom, Ph.D., Kepala Laboratorium Komputer
UI (LKMA 2015) : “Satu kata dari saya untuk teman-teman sekalian…
Impressive!”
 Bp. Regi, Instruktur ESQ 165 Leadership (LKMA 2015) : “Sekarang saya bukan
sedang berhadapan dengan siswa SMA biasa, tapi sedang berhadapan dengan
GREAT LEADERS!”
 Audy Fathia Indramulya, Ketua BEM Fakultas Teknologi Pertanian IPB (LKMA
2016) : “Saya sangat terpesona, adik-adik merancang kegiatan yang luar biasa
ini dari awal, merealisasikannya hingga tuntas! Jujur saya bersyukur bisa
bertemu dengan kalian. Bukan hanya kalian yang tersemangati, tapi juga saya!”
 Rizky Maha Putra, Ketua BKIM IPB (LKMA 2016) : “Kalian sungguh bukan siswa
biasa. Bahkan semangat dan kesungguhan kalian melebihi mahasiswa. Salut!”
 Yuji Hamada, Senior Editor the Daily Jakarta Shimbun (LKMA 2016) : “LKMA
2015 Swings to Japan telah sukses, terima kasih atas laporan kegiatan dan film
dokumenternya. Sekarang giliran kalian LKMA 2016 Launches to Netherland and
Germany. Kalian harus belajar banyak dari Belanda dan Jerman. Belanda
eksportir makanan terbesar kedua setelah Amerika, padahal luas negaranya
kecil, sumber daya alamnya juga sangat sedikit. Apa rahasianya? Mereka bisa
begitu karena negeri kalian, Indonesia. Begitu juga Jerman, sebagai pemimpin
di Eropa, mereka kompak sebagai bangsa. Ambil banyak disana, setelah itu
komparasikan dengan Indonesia. Negeri kalian besar, mestinya bisa lebih
dahsyat dari mereka. Luar biasa, sekolah kalian, Insantama, sebagai model
pesantren sangat penting buat Indonesia.”
 Bambang Purwanto, Deputy Chief Editor for International and Economic News
LKBN Antara (LKMA 2016) : “Kalian duta besar tidak hanya untuk sekolah, tapi
juga negara ini. Kalian benar-benar menjalankan second track diplomacy. Kalian
menjelaskan berbagai kelebihan negeri ini sebagai negeri yang penuh harapan,
kalian juga menjelaskan keprihatinan kalian secara dewasa dan menegaskan
pentingnya peran kalian sebagai pemimpin masa depan untuk negri ini. Ini
sangat menarik. Jangan lupa untuk tetap membawa misi keislaman di sana.”
 Drs. Djubaidi Adih, Kepala Badan Zakat Infaq dan Shodaqoh (Bazis) DKI Jakarta
(LKMA 2016) : “Perubahan negara bergantung dari pendidikan. Saya respek
dengan upaya kalian, kalian calon pemimpin umat masa depan. Jangan
khawatir selama di Belanda dan Jerman, Allah bersama kalian.”

155
 Prof. DR. Ono Suparno, Wakil Dekan Bidang Akademik & Kemahasiswaan
Fateta IPB (LKMA 2016) : “Kegiatan ini sangat bagus, Insya allah sukses dan
berkah. Kalian sangat layak masuk Fateta lewat SNMPTN.”
 Prof. DR. Kudang Boro, Seminar Dekan Fateta IPB (LKMA 2016) : “Saya dukung
ananda semua menjadi pemimpin orang-orang yang bertaqwa. Saya
mendukung dan ikut bersama anda. Moga dengan kesungguhan dan ketulusan
Insantama berhasil.”
 Harry Budi Santoso, PhD, Dosen Senior Fakultas Komputer UI (LKMA 2016) :
“Sangat impresif, merinding mendengar presentasi kalian. Sukses bersama
kalian pemimpin Umat Masa Depan.”
 Kakak-kakak dari Remaja Masjid UI (LKMA 2016) : “Kami bersyukur, dari sekian
tempat yang ada di UI, Adik-adik memilih masjid ini, Insya Allah akan
dimudahkan Alllah SWT. Apa yang kalian lakukan ini menunjukkan militansi
yang tinggi yang akan sangat memudahkan kalian saat nanti berkiprah di dunia
mahasiswa. Terlebih lagi dakwah memerlukan orang-orang seperti kalian.”
 Maya, S.AP Sekretaris Dekan FK Unpad (LKMA 2016) : “Bagus sekali. Saya yakin
kalian sudah dipersiapkan dengan baik. Semoga ada di antara kalian yang
masuk FK Unpad.”
 Riki, Mantan Ketua LDK DKM Unpad (LKMA 2016) : “Luar biasa bagus!
Kemanapun kalian masuk perguruan tinggi, jangan lupa untuk tetap komitmen
dan konsisten dengan Islam!”
 M Kamal Muzaki, Direktur Rumah Amal Wakil Manajemen Masjid Salman ITB
(LKMA 2016) : “Apa yang dilakukan adik-adik ini sejalan dengan yang kami
jalankan di Salman ITB. Semua anggota di sini harus punya paspor dan menjalani
kegiatan keluar negeri dengan dana sendiri, meski tidak seketat kalian. Karena
kita menyadari pentingnya program seperti ini. Namun begitu, program kalian
jauh lebih keren.”
 Akbar Nazary Muhammad, Ketua Harian DKM Unpad (LKMA 2016) : “Keluarga
besar DKM Masjid Unpad sangat senang dapat menerima adik-adik dengan
program LKMA yang luar biasa. Harapannya, moga adik-adik bisa menghasilkan
karya terbaik untuk umat. Kami sangat berharap, ada diantara adik-adik yang
masuk Unpad. Dengan sikap mental dan kemampuan kepemimpinan serta
manajemen yang dimiliki, Insya Allah adik-adik akan sukses akademis dan
dakwah kampus.”
 Dr. dr. Fitranto, Dekan FK Unsoed (LKMA 2016) : “Saya ingin apresiasi gagasan
pergi ke luar negeri bagus untuk membuka wawasan dan lebih siap bertempur
dalam kehidupan, berkompetisi dengan dunia internasional. Yang kedua,
program ini memberikan kecerdasan survival, bertahan hidup. Hal seperti ini
sesuatu yang jarang diberikan pada mahasiswa kita. Presentasi kalian sangat
bagus sudah mengalahkan dosen-dosen yang ada disini. Saya harap impian
kalian terwujud pergi ke Jerman. Saya juga berharap ada dari kalian yang masuk
ke FK Unsoed.”
 Hivankatic Hideki, Ketua OSIS SMA Islam Hidayatullah Semarang (LKMA 2016)
: “Kalian dengan program yang kalian presentasikan tadi adalah GILA! Kami
sepakat semua pengurus OSIS SMA Hidayatullah yang hadir ingin seperti kalian.”

156
 Ir. Umar Toha, Direktur Yayasan Abul Yatama SMA Islam Hidayatullah
Semarang (LKMA 2016) : “Masya Allah, banyak hal yang perlu diambil dari apa
yang dipresentasikan. Pertemuan hari ini sangat berharga untuk kita semua.
Harus dilanjutkan dengan kerjasama jangka panjang. Untuk jangka pendek,
mungkin 2 sampai dengan 5 anak kami bisa diikutkan dalam program ini.”
 Ir. Abdullah, MT Dosen Senior Undip (LKMA 2016) : “Ini sebuah model membuat
karakter generasi muda dengan membuat tantangan sendiri harus berani hidup
di zona tidak nyaman. Saatnya nanti siap mengarungi kehidupan sesungguhnya
kalian pemimpin masa depan. Apresiasi dan salut untuk anda semua.”
 Ir. Heru Isnawan, Ketua KADIN Kota Semarang (LKMA 2016) : “Sungguh
bangga bertemu dengan ananda semua. Riwayat kakak-kakak kalian sukses
menembus mimpi besarnya masing-masing. Itu karena Allah SWT
memudahkannya. Keyakinan yang kuat akan pertolongan Allah akan
memudahkan semuanya. Insya Allah semoga kalian selalu beristiqomah. Kalian
pemimpin Umat Masa Depan.”
 Ust. Ainul Yaqin, Mentor Para Pengusaha Semarang (LKMA 2016) : “Luar Biasa!
Tidak ada sesuatu yang mustahil. Maka sandarkanlah semua kepada Allah.
Ketika sesuatu itu disandarkan kepada Allah sesuatu itu akan kecil Jerman akan
bisa diraih dengan cara Allah SWT. Karena itu, perbanyak do’a untuk mimpi
besar kalian.”
 Ust. Genri, Pengasuh Pesantren Saubari Bening Hati Semarang (LKMA 2016) :
“Apa yang disampaikan ananda semua menjadi energi yang dahsyat yang akan
menggerakkan semua potensi kalian semua. Semangat dakwah kalian yang
membedakan mimpi besar kalian dengan yang lain. Insya Allah sukses. Saya
yakin, kalian disampaikan Allah ke Jerman.”
 Sri Indrawati, Ketua Yayasan Saubari Bening Hati Semarang (LKMA 2016) :
“Saya bangga sudah kedatangan ananda semua, yang sangat antusias untuk
memperbaiki kondisi negeri kita ini.”
 Aldi Pradana, Ketua Umum Jamaah Shalahuddin LDK UGM (LKMA 2016) :
”Adik-adik ini telah dipersiapkan sedemikian rupa di sekolah ini dari bekal agama
hingga manajemen. Sesuatu yang tidak diberikan kepada siswa di sekolah
lainnya. Bekal yang sangat bagus untuk jenjang selanjutnya di dunia
kemahasiswaan.
 dr. Eko Pujiyanto, Dosen Fakultas Teknik UNS (LKMA 2016) : ”Luar biasa !
Presentasi yang sangat luat biasa. Memberikan pelajaran yang luar biasa bagi
mahasiswa kami.”
 Jatmiko Wirawan, Ketua Departemen Kajian Strategis BEM KM UGM (LKMA
2016) : “Dengan program yang sudah dipresentasikan, teman-teman sudah
dipersiapkan sedemikian rupa di Insantama ini agar kelak berkontribusi besar
bagi negeri ini. Saya apresiasi terhadap program-program yang luar biasa ini,
BOOM!”
 Bapak Eddie Nalapraya, Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta (LKMA 2016) :
“Saya prihatin dengan kondisi negeri kita. Saya datang kemari ingin bertemu
dengan kalian sebelum kalian berangkat ke Belanda dan Jerman setelah
menjalani proses perjuangan yang sangat tidak mudah. Saya yakin dengan

157
kalian. Kalian harus istiqomah, sungguh-sungguh belajar. Jangan berhenti untuk
berhati bersih dan berbuat kebaikan. Kalian sangat diharapkan menjadi
pemimpin masa depan untuk membangun negeri ini. Semoga sehat, lancar, dan
berkah. Insyaallah, sekembali kalian dari sana, saya undang kalian ke
padepokan pencak silat saya.”
 Bp. Timbul Saruno, Marketing Radio Republik Indonesia (LKMA 2016) :
“Sungguh hebat anak-anak sejak dini diajarkan untuk menggali potensi diri.
Mudah-mudahan adik-adik ini bisa berguna untuk memajukan daerah,
khususnya Kota Bogor.”
 Ibu Yuni, Perwakilan Radio Republik Indonesia (LKMA 2016) : “Saya terkesima
dengan tampilan adik-adik waktu di Bandung mewakili RRI Bogor. Saya lihat
presentasi Insantama yang paling bagus.”
 Ustadz Budi Santoso, Sesepuh dan Kepala Bidang Dakwah Persatuan Pemuda
Muslim Eropa - Masjid Al Ikhlas Amsterdam (LKMA 2016) : “Semula kaget,
karena saya kira kalian hanya sekedar silaturrahim biasa, ternyata lebih dari itu,
kalian presentasi berbagi ilmu tentang dakwah, pendidikan karakter dan
kepedulian terhadap negeri kita. Kaget lagi, karena kalian ternyata masih sangat
muda, namun sudah bisa melakukan kegiatan seperti. Ini sangat memotivasi
kami semua, khususnya remaja-remaja kami di sini. Tidak banyak sekolah yang
membuat program seperti ini, saya sangat mengapresiasi kegiatan ini. Semoga
kalian benar-benar menjadi pemimpin umat masa depan...”
 Prof. Bambang Hari, Atase Dikbud KBRI Denhaag (LKMA 2016) : “Saya percaya
kalian sudah digembleng leadership-nya sedemikian rupa di sekolah ini. Melalui
program ini, kalian juga digembleng langsung di negara yang dituju. Program
yang luar biasa, moga jadi benchmark bagi sekolah-sekolah unggulan di
Indonesia. Moga kalian menjadi pemimpin bangsa di masa depan.”
 Syeikh Ahmad bin Nasher, Imam Masjid al Hijra Leiden (LKMA 2016) : "Kalian
hebat, masih muda sudah melakukan safar untuk belajar. Kalian niatkan safar
ini untuk menegakkan kalimatullah, juga berdoalah supaya kalimatullah tegak
di tanah ini karena kalimat laa ilaha ilallah adalah kalimat yang tinggi dan
kalimat kufur adalah kalimat rendah. Mabruk. Barakallah fikum."
 Prof. Williem van Der Molen, Pakar Sejarah Indonesia, Guru Besar Leiden
University (LKMA 2016) : “Penampilan kalian adalah sebuah proses yang
menunjukkan bahwa teamwork sudah berjalan sangat baik pada diri kalian.
Kesadaran kalian bahwa di samping ada banyak kebaikan pada negeri kalian
namun juga tidak sedikit hal-hal yang menunjukkan ketidakbaikan adalah hal
yang sangat bagus. Kesadaran akan masih adanya kekurangan adalah modal
dasar untuk sebuah harapan ke depan. Saya sangat berharap pada kalian.”
 Prof. Rene Huijsman, Guru Besar Faculty of Mechanical, Maritime and
Materials Engineering Delft University (LKMA 2016) : “You are very potential
student to be good and make a change, don’t afraid to make a mistakes, because
from the mistakes you can learn about how to be good.”
 Mrs. Herna, Humas dan Guru Bahasa Prancis dan Inggris di SMA Wilhelmstadt
Schule (LKMA 2016) : “I’m very happy to meet all of you. I think you can make a
change for your country, because you are a flexible person, and don’t shine and

158
afraid to meet the others and you can show in front of people bravely, it’s a
good, I think.”
 Ahmad Saufi, PhD, Atase Dikbud KBRI Jerman (LKMA 2016) : “Niatkan LKMA ini
dengan benar, semoga kegiatan ini bermanfaat dan semoga maksud dan tujuan
dapat tercapai. Perjalanan kalian di Jerman dan Belanda, jadikan itu sebagai
pelajaran, diblend-lah, ambil yang baik dan buang yang buruk, menjadi bekal
kalian di kemudian hari… Upaya kalian untuk datang kemari membuat saya
terkagum-kagum karena kalian menggunakan swadaya kalian sendiri.”
 Salim Ali Bahanan, Abah Delegasi (LKMA 2016) : “Tidak mudah membuat
program, mengatur, mengurus perjalanan studi jauh ke Eropa (Belanda dan
Jerman) bagi sebanyak 62 siswa/i SMA (satu angkatan). Namun para guru,
pendamping telah membuktikannya bisa dan berhasil… Alhamdulillah. Kerja
keras, kedisiplinan, komitmen serta kerjasama yang solid telah menjadikan
‘Mimpi Besar’ mereka dapat terwujud… Bravo untuk SMAIT Insantama. Semoga
program-program seperti ini (LKMA) dapat menginspirasi dan dijadikan contoh
oleh sekolah-sekolah lain di Tanah Air.”
 Drs Maman Suherman, Kabid Dikmenti Kota Bogor (LKMA 2016) :
“Mencengangkan! Saya sempat melepas kalian saat keberangkatan dari
sekolah, saya berseragam Pramuka waktu itu… Saya garisbawahi pentingnya
Kota Bogor memfasilitasi seluruh warganya sejak dini untuk memiliki mimpi
besar dan mewujudkannya seperti yang dilakukan oleh adik-adik ini, karena
masa depan memang harus disiapkan !!!”
 DR. Bima Arya Walikota Bogor (LKMA 2016) : “Melihat apa yang telah kalian
lakukan, saya menyimpulkan bahwa paradigma sangat mempengaruhi karakter
dan sikap. Akan semakin bagus jika kita berkesempatan untuk keluar dari daerah
kita seperti yang kalian lakukan. Sesungguhnya kalian jadi semakin mengenal
dunia, manusia dan diri kalian sendiri, apalagi kalian juga menganalisisnya
dengan pisau analisis. Saya salut kalian sudah bisa menganalisis seperti ini sejak
SMA, saya saja baru belajar saat kuliah… Sungguh kalian sangat beruntung.”

159
Alhamdulillah

Salam takzim dan terimakasih yang dalam untuk semua


orangtua kami yang dengan ketulusannya memberikan
kami kepercayaan untuk menimba ilmu kehidupan di
sekolah ini.

‘Ya Rabbku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang


termasuk orang-orang yang sholeh.’
QS. Ash Shaffaat : 100

‘Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami, istri-istri kami dan


keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah
kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.’
QS. Al Furqon : 74

2
Page

2
Kami…

JANNISARY (angkatan 5) saat ini menjadi alumni SMAIT Insantama Bogor tahun ke-
5. Mempunyai penguasaan ilmu kehidupan (sains) yang cukup sehingga dapat
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi pada perguruan tinggi ternama
di dalam dan luar negeri. Memiliki pemahaman Islam, nafsiyyah Islam dan sejumlah
kemampuan pendukung seperti Bahasa Arab, Bahasa Inggris, hafal Al-Qur’an 3 juz
serta hafal ayat-ayat dan hadits-hadits pilihan.
Kami juga telah memiliki kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang
aplikatif, mandiri dalam penerapan prinsip perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengontrolan kegiatan serta telah menguasai berbagai
pengetahuan produktif yang dapat dikembangkan serta terlatih untuk bekerjasama
dalam tim.
Kami juga memiliki pengalaman internasional. Kami telah melakukan studi
kepemimpinan di dalam dan luar negeri (Jerman dan Belanda, 2016). Pernah
menjabat melakukan serangkaian program kepemimpinan selama di SMAIT
Insantama : Latihan Dasar Kepemimpinan 1 (LDK 1), Latihan Dasar Kepemimpinan
2 (LDK 2) di Cianjur, Latihan Kepemimpinan dan Manajemen Tingkat Menengah
(LKMM) di Desa Kebonpeuteuy, penyelenggara event nasional Smart Teen
Competition (SMENTION) dan Latihan Kepemimpinan dan Manajemen Tingkat
Akhir (LKMA) di Belanda dan Jerman. Serta pernah melakukan kunjungan studi ke
Leiden University, TU Delft: Delft University of Technology, dan Wilhelmstadt-
schulen di Jerman dan Belanda dan menghasilkan Hasil Studi Kepemimpinan dan
Manajemen Pembangunan di Belanda dan Jerman yang didalamnya juga
dikomparasikan dengan Indonesia berikut Film Dokumenternya.
Mengikuti jejak kakak-kakak kelas kami, berpengalaman dalam mengikuti berbagai
macam lomba dari tingkat kota hingga nasional. Beberapa kejuaraan yang pernah
diraih : Olimpiade Sains dan Kesehatan dari UIN se-Jawa Barat, Banten, DKI Jakarta;
Lomba siswa Berpestrasi dari Dinas Pendidikan SMA/SMK; Olimpiade Matematika
dari Bina Nusantara University; Olimpiade Kimia dari Universitas Pakuan, dll.

Personil Janissary
3

Personil Janissary terdiri atas 30 putra dan 32 putri yang terdiri dari : Adham Hilmi
Page

Banafsaj, Alif Pratama, Almas Luthfi Riziqi, Andrew Irfano Sembiring, Anta

3
Syahadillah Pratama, Bagus Nugroho, Fahmi Fadilah, Faris Fadli, Fathurrahman Al
Farizi, Fikri Audy Rochman, Ghilman Ihsanurrahman, Ghozyudin Fawaz, Hamdi Ali
Haditama, Hasbyallah Maulana Akhyar, Hilman Muhammad Firdaus, Ibnu Fadhil
Ramdan, Muhammad Raihan Ramadhana, Muhamad Rifky Firdaus, Muhammad
Defriansyah Arraihan, Muhammad Fikri Ilyas, Muhammad Kautsar Thariq Syah,
Muhammad Taufiqul Hakim, Muhammad Zulfahmi Huwaidi, Naufal Mahdi
Maulana, Sandi Bagas Setiawan, Teguh Abdurrahim Tanjung, Yoga Baktiawan
Megpa, Zondra Amanata Putra, Faqih Muhammad Arif, Badzlin Maladzi, Afifah
Ramadhani, Aisa Soviani, Andita Khairunnisa, Annisa Putri Aprilia, Araffianti
Kusumawati Martin, Arina Eka Wahyuningrum, Ariqoh Qurrota’ayun Sarifudin, Asya
Haerunisa Putri Nazar, Azizah Fitri Fauziyah, Azkia Yasna Nadhratuzzaman Ash-
Shidiqie, Azzahra Nufaisa, Chintya Prima Chairunnisa, Dea Nurulita Amana, Dina
Aprilya, Hanan Amirah Nur Rahmi, Hasya Nazihatussalma Aghniya,
Holilaturrosyidah, Jamilah Afifah, Khusnul Khatimah, Kulsum Qatrunnada, Misykah
Wihdati Rahma, Nabila Laila Ramadany, Nadine Fath Tania, Nadzifah Fiddiana, Nur
Syifa Kamila, Nurun Nadrota Naima, Raden Roro Ranty Kusumaningayu, Sarah
Fajriannisa, Tasya Qonitah Salsabila, Yasmin Khairunnisa, Zaimatu Nabilah, Alifah
‘Ulya Labibah.

Demikian daftar riwayat hidup ini kami buat dengan sebenar-benarnya. Semoga
kami bisa menjadi angkatan terbaik SMAIT Insantama dan menjadi pemimpin
ummat masa depan. Aaamiin.

Tertanda,
April, 2016

JANISSARY

4
Page

4
Alhamdulillah

Salam takzim dan terimakasih yang dalam untuk semua


guru-guru kami yang dengan kesahajaannya telah
memberikan pemahaman dan keteladanan tak pernah
putus bahwa kami adalah mutiara pemimpin umat.

‘Barangsiapa yang menyeru pada petunjuk (kebaikan), maka


baginya pahala seperti pahala-pahala orang-orang yang
mengikutinya, hal tersebut tidak mengurangi pahala-pahala
mereka sedikitpun dan barangsiapa yang menyeru pada sebuah
kesesatan maka atasnya dosa seperti dosa-dosa yang
mengikutinya, hal tersebut tidak mengurangi dosa-dosa mereka
sedikitpun.’
HR. Muslim

5
Page

5
Salam takzim dan terimakasih yang dalam untuk semua
Sponsor, Donor, Mitra kami yang telah berkenan
mempercayai dan bekerjasama dengan kami dengan
berbagai jenis akad muamalah.

‘… Barang siapa yang menjadikan mudah urusan orang lain,


pasti Allah akan memudahkannya di dunia dan akhirat...’
HR. Muslim

6
Page

Anda mungkin juga menyukai