Anda di halaman 1dari 3

Fakta Milenial

1. Tidak Bisa Berpisah Dengan HP dan internet

Berdasarkan eternitywebdev.com, millennial menghabiskan lebih dari 85% waktunya setiap hari untuk
berkutat dengan Handphone mereka. Hal ini sebenarnya mengonfirmasi peluang bisnis online, terutama
yang dapat dijamah/diakses dengan menggunakan telepon genggam.

The Nielsen Global Survey of E-commerce juga melakukan penelitian terhadap pergeseran perilaku
belanja para generasi internet. Penelitian dilakukan berdasar penetrasi internet di beberapa negara.

Nielsen melakukan riset terhadap 30 ribu responden yang memiliki akses internet memadai. Responden
tersebut berasal dari 60 negara di Asia Pasifik, Eropa, Amerika Latin dan Utara, serta Timur Tengah.

Studi tersebut menggambarkan perilaku generasi akrab internet ini memilih jalur daring untuk meneliti
dan membeli beragam produk atau jasa dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Nielsen mencatat,
pertumbuhan penetrasi perangkat mobile di kota-kota besar Indonesia mencapai 88 persen

Pada perilaku ini, ARC membagi menjadi 2 kategori kecanduan internet yakni penetrasi pengguna
internet di Indonesia dan pola penggunaan fitur-fitur smartphone. Di kategori penetrasi pengguna
internet di Indonesia menunjukkan grafik paling tinggi sebesar 85,4 persen ada pada generasi
milenial berumur 17-25 tahun. Kemudian untuk pola penggunaan fitur-fitur smartphone, responden
berusia 46-65 tahun cenderung menggunakan fitur telepon dan SMS. Sementara, responden
berusia 17-25 tahun lebih memprioritaskan menggunakan fitur games, browsing, sosial media, dan
messaging. Management Office Alvara Research Center (ARC), Hasanudin Ali (40), saat
dihubungi Kompas.com, Kamis (16/8/2018), mengatakan, generasi milenial mengonsumsi internet
rata-rata di atas 7 jam sehari. "Dalam riset kami, responden yang berusia di kategori generasi
milenial rata-rata menggunakan internet selama 7 jam," ujar Hasanudin ketika dihubungi
Kompas.com pada Kamis (16/08/2018).

Jika dipresentasikan dalam angka, ternyata menampilkan beberapa hal yang unik, seperti 1 dari 3
penduduk Indonesia adalah milenial dan 8 dari 10 generasi milenial terkoneksi dengan internet. Ada
juga survei yang mengatakan generasi milenial paling tidak ada 30,7 persen yang pergi ke mall tiap
2 minggu sekali, 40,1 persen memiliki akun Instagram, dan 22,3 persen masih membaca koran.

Salah satu ciri khas yang melekat pada generasi milenial (kelahiran 1986-2000) adalah keseharian
mereka dengan dunia media sosial. Dikutip dari survei Hootsuite We Are Social (www.wearesocial.com)
Januari 2018, jumlah pengguna aktif social media di Indonesia adalah 130 juta orang, 49% dari total
populasi Indonesia sebanyak 265,4 juta orang.

Dengan segala perdebatannya, mendekati milenial adalah sebuah keharusan.


Karena itu, mendekati media sosial pun menjadi sebuah keniscayaan.
Menurut survei CSIS, sebanyak 81,7% milenial memiliki Facebook, 70,3%
memiliki Whatsapp, 54,7% memiliki Instagram. Twitter sudah mulai
ditinggalkan milenial, hanya 23,7% yang masih sering mengaksesnya. 
2. Ingin Membuat Perubahan Positif

Dilansir dari bestlifeonline.com, 84% millennials ingin membuat perubahan untuk lingkungan sekitar dan
dunia. Kita lihat banyak sekali perusahaan startup baru yang didirikan. Masing-masing dari perusahaan
tersebut memiliki misi untuk berkontribusi kepada masyarakat.
Perilaku suka berbagi juga tercermin dari generasi milenial. Pihak ARC mengatakan, milenial
memiliki kemurahan hati untuk berbagi pada aktivitas sosial dan sharing, baik konten offline maupun
online. Kemudian, pihak ARC pun mengkategorikan perilaku ini menjadi 3 jenis yakni Two Face
Solidarity, Sharing is Better, dan Followers is Family. Two Faces of Solidarity mengindikasikan
milenial peduli dengan masalah-masalah sosial. Namun, sikap tersebut masih sebatas euforia dan
belum masif. Sharing is better artinya milenial saat ini senang berbagi pengetahuan, ketrampilan,
dan wawasan lainnya. Selanjutnya, Followers is family yang berarti milenial memiliki solidaritas yang
tinggi, terutama pada pengikutnya.

Lebih Condong ke Kualitas Dibandingkan Kuantitas

Banyak orang dalam generasi millennial yang lebih suka bekerja di tempat yang nyaman dengan gaji
lebih rendah dibandingkan dengan tempat kerja dengan gaji tinggi namun tidak memberikan
kenyamanan.

Untuk itu para pebisnis harus bisa menyesuaikan dengan keinginan generasi millennial. Untuk
mengelola karyawan misalnya, tidak cukup hanya dengan gaji tinggi saja tapi juga dengan memberikan
mereka kenyamanan dan rasa memiliki di tempat kerja.

Selain itu untuk pelanggan, anda tidak bisa hanya menawarkan harga murah saja tapi berikanlah pula
pelayanan yang terbaik bagi pelanggan anda.

3. Cuek dengan politik


Berdasarkan data Komisi Pemilihan Umum (KPU), jumlah pemilih milenial mencapai 70 juta–
80 juta jiwa dari 193 juta pemilih.

Pada Januari 2018, ARC telah menemukan bahwa generasi milenial menganggap politik
adalah generasi lebih tua. Sehingga mereka acuh terhadap berbagai proses politik. Hal ini
tergambar pada gambar segmentasi pemilih di Indonesia yang terbagi menjadi empat, yakni
rasional, konservatif, swing (belum menentukan pilihan), dan apatis. "Diantara keempat
segmen tadi, pemilih milenial paling banyak ada di pemilih apatis dan swing," ujar
Hasanudin. Begitu juga dalam hal perbincangan yang dilakukan sehari-hari. Generasi
milenial cenderung lebih asik mengobrol tentang musik/film, olahraga, dan teknologi
informasi. Dalam hal ini, politik lebih digagas oleh generasi sebelumnya yakni responden
yang berusia 35-49 tahun.

Artinya, sekitar 35–40 persen memiliki pengaruh besar terhadap hasil pemilu dan
menentukan siapa pemimpin pada masa mendatang.

Mereka juga dianggap kerap mengalami putus hubungan dengan komunitasnya, tidak
berminat pada proses politik dan persoalan politik, serta memiliki tingkat kepercayaan
rendah pada politisi serta sinis terhadap berbagai lembaga politik dan pemerintahan (Pirie &
Worcester, 1998; Haste & Hogan, 2006).

tudi tersebut menyebutkan bahwa generasi muda adalah kelompok yang dinilai paling peduli
terhadap berbagai isu politik (Harris, 2013).

Di Indonesia sendiri, utamanya terkait apatisme politik, hal ini


terkonfirmasi dengan survei yang dirilis oleh CSIS dan
Litbang Kompas. Survei CSIS yang dirilis pada awal November lalu
menunjukkan bahwa hanya 2,3% dari generasi milenial yang tertarik
dengan isu sosial-politik. Salah satu isu yang paling tidak diminati oleh
generasi milenial. Litbang Kompas juga menunjukkan hanya 11% dari
generasi milenial yang mau menjadi anggota partai politik. 

https://nasional.kompas.com/read/2018/08/17/07383901/8-perilaku-milenial-indonesia-cerdas-
dompet-tipis-hingga-cuek-dengan-politik

https://www.kompasiana.com/ratugosip/5a98a3a7f13344422a0d2716/generasi-milenial-nongkrong-
dan-eksis-kebutuhan-primer-dan-mendesak
https://nasional.kompas.com/read/2018/09/17/19090001/beda-cara-generasi-milenial-dalam-politik. 

http://marketeers.com/enam-senjata-merangkul-generasi-millennial/

https://nasional.kompas.com/read/2018/08/17/07383901/8-perilaku-milenial-indonesia-cerdas-
dompet-tipis-hingga-cuek-dengan-politik

https://www.republika.co.id/berita/koran/inovasi/16/12/26/ois64613-mengenal-generasi-millennial

https://news.detik.com/kolom/d-3755077/milenial-politik-dan-media-sosial

http://mediaindonesia.com/read/detail/130700-apa-yang-dipikirkan-generasi-milenial-kita

http://harian.analisadaily.com/opini/news/generasi-milenial-dampak-internet/501164/2018/02/08

https://rmol.co/read/2018/07/06/346727/merebut-hati-generasi-milenial

https://www.kanal.web.id/apakah-generasi-milenial-itu

https://katadata.co.id/berita/2018/07/18/lipi-60-anak-muda-akses-berita-politik-lewat-media-sosial

https://id.techinasia.com/tip-bekerja-dengan-millennial

http://www.kisara.or.id/artikel/pengaruh-media-sosial-terhadap-karakter-remaja.html

Anda mungkin juga menyukai