Anda di halaman 1dari 2

Islamic Worldview

Faris Fadli

Worldview merupakan suatu istilah yang lahir dari seorang pemikir abad 18 yaitu Immanuel Kant.
Istilah worldview berawal dari bahasa jerman, yaitu Weltanschauung. Menurutnya, Weltanschauung
adalah persepsi inderawi terhadap dunia (sense perception of the world). Lalu isitilah in dipopulerkan oleh

murid-muridnya, yaitu J. G Fichte, F W Joseph von Schelling. Kalangan intelektual pun mulai menggunakan
istilah Weltanschauung. Ada Schleirmacher, Novelis, para filsuf seperti J. Paul Sarte, Hegel, Gorres sampai
Wolfgang. Mulailah istilah ini diserap oleh berbagai disiplin ilmu.

Para pengkaji peradaban, filsafat, sains dan agama kini telah banyak yang menggunakan
worldview sebagai matrik atau framework (kerangka kerja). Dari worldview inilah lahir konsep-konsep
sebagai framework yang digunakannya. Kata Ninian Smart, seorang pakar perbandingan agama,
worldview adalah kepercayaan, perasaan dan apa-apa yang terdapat dalam pikiran orang yang berfungsi
sebagai motor keberlangsungan dan perubahan sosial dan moral. Thomas F Wall, dalam bukunya
“Thinking”, mengatakan worldview sendiri sebagai sistem asas yang integral tentang hakekat diri kita,
realitas, dan makna eksistensi. Prof. Alparslan Acikgence, menegaskan worldview sebagai asas bagi setiap
perilaku manusia. Semuanya dapat dilacak dalam pandangan hidupnya.

Islam beserta kalangan intelektualnya juga mulai memahami worldview dan mengaitkannya
dengan islam. Para ulama abad 20 menggunakan tema khusus untuk pengertian worldview. Maulana Al-
Maududi mengistilahkannya dengan Islami nazariat (Islamic Vision), Sayyid Qutb menggunakan istilah al-
Talawwur al-Islame (Islamic Vision), Mohammad Alif al-Zayn menyebutnya al-Mabda’ al-Isleme (Islamic
Principle), Prof. Syed Naquid al-Attas menamakannya Ru’yatul Islam lil wujud (Islamic Worldview).

Pada dasarnya, memahami worldview adalah sesuatu yang sulit. Dari mana dibentuknya
worldview ini bagaikan lingkaran setan. Banyak lapisan makna didalam worldview.
Membahas worldview bagaikan berlayar kelautan tak bertepi (journey into landless-sea) kata Nietsche.
Maka dari itu, untuk memutusnya, Para ahli sepakat nampaknya kata worldview ini selalu di tambahkan
predikat kultural. Jadilah istilah Western Worldview, Islamic worldview, Christian Worldview, Medieval
Worldview, Scientific Worldview, Modern worldview, seculer worldview, dll semuanya memiliki cara
pandang yang berbeda-beda dan ekslusif.
Kesulitan para intelektual untuk memahami worldview mengindikasikan betapa pentingnya
worldview itu. Worldview adalah sesuatu yang akan membentuk ideologi seseorang sehingga tidak
dipisahkan keberdaanya antara worldview dengan ideologi. Setiap Ideologi, memilik framework sendiri.
Memahami Islam, tidak bisa dengan framework Barat. Jika memahami Islam dengan alam pikiran sekuler,
bisa jadi Qur’an manifesto sekulerisasi ala barat. Maka dari itu, kata Sayyed Hossein Nasr, setiap ideologi
tidak bisa saling memakai framework ideologi lainnya. Jika realitas-realitas objek dipisahkan dari alam
pikiran subjek, jika realitas data dan fakta tidak diselaraskan dengan realitas alam pikiran manusia
(worldview), maka akan menjadi sesuatu yang hampa, bahkan tidak bermakna.

Pemikiran akan worldview menjadi mudah dipahami jika melihat definisi yang dirumusan oleh
Taqiyuddin An-Nabhani. Menurutnya, Worldview yang dalam bahasa arab adalah mabda. Mabda ini
adalah aqidah aqliyah yang dari sana melahirkan peraturan. Aqidah aqliyah itu sendiri adalah akidah yang
dihasilkan melalui proses berfikir dan melahirkan peraturan hidup yang menyeluruh. Aqidah yang
dimaksud disini adalah pemikiran menyeluruh tentang alam semesta, manusia, dan hidup serta tentang
apa yang ada sebelum dan sesudah alam kehidupan. Maka dari itu, Islamic worldview yang benar
dibangun dari akidah yang lahir dari proses berfikir, bukan hafalan atau sekedar warisan.

Anda mungkin juga menyukai