Pendahuluan
Pada abad kedelapan belas dan awal abad kesembilan belas, orang-orang yang
berpikiran Timur di dunia Islam mulai memodernisasi dan memperkuat tentara mereka
dengan mengirimkan kader mereka ke negara-negara Eropa, dan membawa ahli dari
Barat untuk mengajar dan merencanakan kebangkitan modern.
Dimulai dengan Turki yang muncul di belahan dunia Islam lainnya, gerakan
revivalis pramodern pada abad kedelapan belas melakukan gerakan reformasi untuk
mengatasi kemerosotan sosial dan moral akibat reformasi Islam yang didominasi Barat.
Para reformis revivalis percaya bahwa kegagalan fundamental umat disebabkan oleh
penyimpangannya dari Islam yang otentik. Solusinya adalah kembali ke dasar-dasar
Islam yang berakar pada Al-Qur'an dan Hadits.
Selama abad kesembilan belas, para reformis berusaha untuk memicu reformasi
dengan menggabungkan unsur-unsur Islam dan Barat, atau bahkan westernisasi global 4.
Gerakan westernisasi menonjolkan ide-ide sekularisme dalam basis kekuatannya.
1
Antony Black, Pemikiran Politik Islam: Dari Masa Nabi hingga Masa Kini, terj. Abdullah Ali (Jakarta:
Serambi, 2006), hal.496.
2
Nurcholish Madjid, Islam: Kemodernan dan Keindonesiaan (Bandung: Mizan, 2008),hal. 201.
3
M. Dawam Rahardjo, Intelektual, Inteligensia, dan Perilaku Politik Bangsa (Bandung: Mizan, 1996), 13.
4
John L. Esposito dan John O. Voll, Tokoh-tokoh Islam Kontemporer, terj. Sugeng Hariyanto, Sukono,
dan Umi Rohimah (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002), hal.30.
Mereka sangat mengadopsi pemikiran Barat, sehingga aspek sosial masyarakat selalu
dipandang dengan pandangan sekuler.5
Prof. Dr. K.H. Hamid Fahmy Zarkasyi, M.A.Ed., M.Phil. (lahir 13 September
1958) adalah seorang cendekiawan, akademisi, peneliti, dosen, dan cendekiawan
Muslim Indonesia. Sebagai peneliti, ia menjadi pendiri dan direktur Lembaga
Pengkajian Pemikiran dan Peradaban Islam (INSISTS), sebagai dosen, menjabat
sebagai rektor dan guru besar Universitas Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur.
putra kesembilan KH Imam Zarkasyi, salah satu pendiri Pondok Modern Darussalam
Gontor, Ponorogo.6
Aktivis dia kini:Direktur Utama Institute for the study of Islamic Thought and
civiization(INSIST), Jakarta: Ketua Majelis Intelektual dan Ulama Muda
Indonesia(MIUMI); Anggota Ittihad al-Alami li Ulama almuslimin ( Persatuan Ulama
5
l Sani, Lintasan Sejarah Pemikiran Perkembangan Modern dalam Islam (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
1998), hal.116.
6
"Hamid Fahmy Zarkasyi". Wikipedia. Ensiklopedia Gratis. Wikipedia. Ensiklopedia Gratis. 21 juni 2021.
Web akses.17 Oktober 2021. https://id.wikipedia.org/wiki/Hamid_Fahmy_Zarkasyi
7
Hamid fahmy Zarkasyi, MINHAJj:Berislam dari Ritual hingga Intelektual (Jakarta:INSISTS,2020),hal.1
se-Dunia) yang berpusat di Qatar (2018-sekarang). Kemudian juga dinobatkan menjadi
Guru Besar Filsafat Islam beberapa bulan lalu, selain itu diamanatkan menjadi Rektor
Universitas Darussalam Gontor.
Tiga poin penting muncul dari definisi sebelumnya, yaitu bahwa pandangan dunia
adalah mesin perubahan sosial, dasar untuk memahami realitas dan prinsip tindakan
ilmiah. Pengertian worldview Islam dapat kita peroleh dari beberapa tokoh ulama
kontemporer. Karena dalam tradisi Islam klasik istilah khusus untuk konsep pandangan
dunia belum diketahui, tetapi ini tidak berarti bahwa Islam tidak memiliki pandangan
dunia. Para sarjana abad ke-20 menggunakan istilahkhusus untuk memahami pandangan
dunia ini, yang berbeda satu sama lain. Menurut al-Mauwdudi, pandangan dunia adalah
Islam Nazariyat (visi Islam), yang berarti visi hidup berdasarkan konsep keesaan Tuhan
(syahadah), yang mempengaruhi semua aktivitas kehidupan manusia di dunia. Karena
pada tahun Syahadat merupakan pernyataan moral yang mendorong manusia untuk
menerapkannya dalam kehidupan mereka secara keseluruhan.
9
Hamid Fahmy Zarkasyi, "Worldview Islam dan Kapitalisme Barat"Jurnal Tsaqafah Vol. 9, No. 1, April 2013.
Hal.8
10
M. Sayyid Qutb, Muqawwamât al-Tasawwur al-Islâmî, (Beirut: Dâr al-Shurûq, tt),hal.41
tentang realitas dan kebenaran yang nampak oleh mata hati kita dan yang menjelaskan
hakikat wujud; oleh karena apa yang dipancarkan Islam adalah wujud yang total,maka
worldview Islam berarti pandangan Islam tentang wujud.11 Naquib al-Attas melihat
worldview Islam memiliki elemen yang sangat banyak dan bahkan yang merupakan
jalinan konsep-konsep yang tak terpisahkan. Di antara yang paling utama adalah 1)
konsep tentang hakikat Tuhan, 2) konsep tentang wahyu (al-Qur’an), 3) konsep tentang
penciptaan, 4) konsep tentang hakikat kejiwaan manusia, 5) konsep tentang ilmu, 6)
konsep tentang agama, 7) konsep tentang kebebasan, 8) konsep tentang nilai dan
kebajikan,8) konsep tentang kebahagiaan, 9) dan lain sebagainya. Secara praktis
konsep-konsep penting yang diajukan al-Attas itu dapat berguna bagi penafsiran makna
kebenaran (truth) dan realitas(reality). Bagi al-Attas untuk menentukan sesuatu itu benar
dan riel dalam setiap kebudayaan berkaitan erat dengan sistem meta- fisika masing-
masing yang terbentuk oleh worldview.19 Di sini kitamelihat konsep pandangan hidup
al-Attas dengan jelas menekankan aspek epistemologis. Dan ini cukup signifikan dalam
era moderninasi dan globalisasi disaat mana terjadi disolusi konsep yang cenderung
melemahkan pandangan hidup Islam yang kekuatannya tertelak pada struktur
konsepnya.
Akibat dari pengaruh worldview Barat yang telah merasuk kedalam pemikiran-
pemikiran kaum Muslimin, maka terjadilah di sana-sini kebingungan (confusion)
intelektual dan kehilangan identitas (lost of identity)12. Hal tersebut bukanlah persoalan
sederhana karena pada gilirannya pandangan hidup dari anak-anak peradaban Islam
yang keyakinannya tauhid menjadi bermasalah. Sehingga dalam konsep keilmuan dan
sistem berfikirnya, iman tidak berhubungan dengan ilmu, alam semesta sepenuhnya
11
H "Worldview Islam dan Kapitalisme Barat"Jurnal Tsaqafah Vol. 9, No. 1, April 2013. Hal.20
12
H amid Fahmy Zarkasyi, Misykat (Refleksi Tentang Westernisasi, Liberalisasi Dan Islam), Hal. 244
material, menolak keberadaan alam metafisik, menyandarkan kebenaran pada alam
empiris dan rasio, mempertentangkan sifat subyektif-obyektif ataupun rasionalisme-
empirisme pada ilmu, dan sebagainya. Maka bukan hal yang mengagetkan jika muncul
pernyataan-pernyataan seperti: “Tuhan kan mutlak, manusia yang relatif tidak mungkin
bisa mencapainya”, “jika mengkaji persoalan demikian, lepaskan dulu imannya”,
“yang tidak rasional dan tidak ada bukti fisiknya tidak bisa dinyatakan benar”, dan
sebagainya. Kekeliruan yang ditimbulkan oleh campuran kedua pandangan alam
(worldview intrusion) inilah menurut al-Attas, yang menjadi akar permasalahan
epistemologis, dan juga seterusnya menjadi masalah teologis. 13Sehingga dampaknya,
Islam akan dipandang hanya sebagai agama saja, bukan sebagai peradaban (lost of
civilization).
Maka wajar, jika Al-Attas berani mengatakan bahwa problem terbesar yang
dihadapi kaum Muslimin adalah ilmu pengetahuan modern yang tidak netral, telah
merasuk ke dalam praduga-praduga agama, budaya dan filosofis, yang sebenarnya
berasal dari refleksi kesadaran dan pengalaman serta pemikiran manusia Barat. Jadi,
ilmu pengetahuan modern harus diislamkan.14Maka dari pada itu, menjadi urgen untuk
memahami perbedaan antara worldview Islam dan Barat, baik dari elemen-elemennya
maupun karakteristiknya. Sehingga, tidak terbawa oleh arus westernisasi ilmu
pengetahuan dari Barat.
Adapun worldview Barat sendiri bisa dilihat dari definisi worldview yang
dideskripsikan oleh lima tokoh sekular seperti halnya, James W Sire yang menyatakan
bahwa suatu pandangan hidup (worldview) adalah sebuah komitmen, atau sebuah
orientasi fundamental dari hati, yang diperoleh dari sejumlah presuposisi (asumsi-
asumsi yang mungkin benar, sebagian benar atau sama sekali salah) yang
mempengaruhi cara seseorang memandang dunia di sekitarnya; terutama berkaitan
dengan pertanyaan mendasar seperti esensi realitas pengetahuan dan moralitas.Namun,
James H Olthuis lebih mendefinisikan worldview sebagai suatu kerangka berfikir, atau
keyakinan-keyakinan mendasar tentang visi kita terhadap dunia dan visi terhadap
bayangan atau ungkapan kita di masa depan nanti. Adapun, Ludwig Wittgensteins lebih
mendefinisikan worldview sebagai, “a way of thinking about reality that rejects the
notion that one can have “knowledge” of objective reality (that is know any truth about
any nonlinguistic reality)and thus limits knowable reality to the language are finds
useful in getting what one wants.” Dan memaknainya sebagai “jalan berfikir mengenai
realitas yang kemudian menolak bahwa seorang mampu memiliki pengetahuan yang
obyektif mengenai realitas kemudian mendapatkan apa yang ia inginkan. 15Sedangkan
menurut Wilhelm Dilthey, akar dari worldview adalah kehidupan itu sendiri21 dan
Worldview itu terbentuk dari karakter atau perangai seseorang yang diperoleh dari
13
Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Islam dan Sekulerism, (Kuala Lumpur: ISTAC, 2003), hal. 19.
14
SMN al-Attas, Islam dan Sekularisme, terj. (Bandung: PIMPIN, 2010) hlm. 169
15
James W, Sire, Naming the Elephants: Worldview as a Concept, (Downers Grove, IIIinois: Inter Varsity
Press, 2004), hal. 30
pengalamannya. Sehingga ia meringkas definisi tersebut menjadi “a worldview to be a
set of mental categories arising fom deeply lived experience which essenially
determines how a person understands, feels and responds in action to what he or she
perceives of the surrounding world and the riddle it presents.16
Dari pemaparan diatas, bisa diambil kesimpulan bahwa istilah umum dari
worldview Barat19 hanya terbatas pada pengertian ideologis sekular terutama yang
16
Yang artinya “worldview adalah seperangkat kategorisasi secara mental yang timbul dari pengalaman
yang mendalam yang akan mempengaruhi cara pemahaman manusia, perasaan, dan responnya dalam
tindakan mengkompromikan dunia serta realita di dalamnya”. Lihat di, James W, Sire, Naming the
Elephants: Worldview as a Concept, hal. 27
17
Happy Susanto. Sekularisasi dan Ancaman Bagi Agama. Dalam Jurnal Tsaqafah, volume-3, Nomor 1,
Dzulqa’dah 1427, p. 54.
18
James W. Sire, The Universe Next Door, (Downer Grove : InterVarsity Press Academic, 2009) p. 22-23
19
Menurut Dictionary of Social Science, kata worldview berasal dari bahasa German, Weltanschauung,
yang dalam bahasa Inggris worldview, yang berarti pandangan hidup. Pandangan hidup (worldview)
merujuk pada sistem keseluruhan dari nilai dan keyakinan yang memberi ciri terhadap budaya atau
kelompok tertentu. Silahkan lihat, “Worldview” (2002), Dictionary of the Social Science. In: Calhoun C
(ed), Oxford Reference Online. Oxford Univeristy Press<http://www.oxfordreference.com. Lihat juga di,
berkaitan dengan studi keagamaan modern (modern study of religion),20 kepercayaan
animistis, atau sehimpunan doktrin teologis yang hanya bervisi kepada keduniaan.21
Serta hanya berangkat dari rasio dan diperkuat oleh spekulasi filosofis.Dengan
demikian, sangat tepat kesimpulan Pakar Filsafat Islam, SM. Naquib al-Attas bahwa
ilmu yang terbangun di atas visi intelektual Barat mempunyai lima faktor utama yang
menjiwainya. Pertama, rasio dengan diperkuat spekulasi filosofis yang diandalkan
untuk membimbing kehidupan manusia. Kedua, sikap dualistik terhadap realitas dan
kebenaran. Ketiga, menegaskan aspek eksistensi yang memproyeksikan pandangan
hidup sekular. Keempat, membela doktrin humanisme. Kelima, menjadikan drama dan
tragedi sebagai unsur-unsur yang dominan dalam fitrah dan eksistensi kemanusiaan. Al-
Attas menambahkan bahwa problem Barat terhadap ilmu berawal dari sikap dualisme
yang akan membentuk manusia sekular yang lebih mengagungkan ilmu serta membatasi
hakikat alam empiris dengan kecenderungan memilih akal. Oleh karena itu, Al-Attas
menyimpulkan bahwa peradaban Barat secara keseluruhan telah bersandar pada rasio
dalam menguraikan segala sesuatu. Jadi, proses tersebut telah menguatkan tesis bahwa
telah terjadi westernisasi ilmu.22Karakteristik ilmu Barat ini menghilangkan
kepercayaan terhadap nilai-nilai spiritual, dan menjadikan manusia semakin ragu dan
skeptis terhadap segala sesuatu.
Kesimpulan
Hamid Fahmy Zarkasyi, “Islam sebagai Worldview (Pandangan Hidup)”, dalam Laode Kamaluddin
(Editor), On Islamic Civilization, (Semarang: Unisulla Press, 2010), hal. 95-136.
20
Ninian Smart, Worldview: Crosscultural Explorations of Human Belief, hal. 2.
21
Hamid Fahmy Zarkasyi, Pandangan Alam Islam Sebagai Kerangka Pengkajian Falsafah Islam: Adab
dan Peradaban, (karya pengi’tirafan untuk Syed Muhammad Naquib Al-Attas), editor, Mohd. Zaidi Ismail
Wan Suhaimi Wan Abdullah,, (Malaysia: MPH. Group Publishing Sdn Bhd, 2012), hal. 134.
22
SM. Naquib al-Attas, Islam and Secularism, (Kuala Lumpur: ISTAC, 1993), hal. 137.
Namun lebih dari itu semua worldview Islam berpandangan bahwa elemen
worldview Islam adalah Wahyu Allah yang diturunkan kepada Rasulullah yang menjadi
standar kebenaran dan menjadi aturan hidup manusia yang permanen. Karakternya
adalah orientasinya yang komprehensif tauhidi dalam memandang Tuhan, manusia,
alam sekitar, dan akhirat. Keseluruhannya dibingkai dalam aturan syariah yang
mengatur hubungan antara semua hal tersebut. Sehingga membuat ruang bagi manusia
untuk memikirkan alam semesta lantas menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi
tanpa menghilangkan jejak Tuhan dalam konsepsinya. Lain dari itu, dengan hal tersebut
telah banyak masalah sosial ekonomi yang bisa diselesaikan dengan sistem Islam yang
komprehensif tersebut. Dan itulah yang terjadi, bahwa Islam – tanpa butuh sekularisasi
– pernah menjadi peradaban yang unggul di masa lalu, tentunya saat segala aspek ke-
Islaman tersebut dijalankan dengan kaaffah.
Bibiliografi
Antony Black, Pemikiran Politik Islam: Dari Masa Nabi hingga Masa Kini, terj.
Abdullah Ali (Jakarta: Serambi, 2006 Nurcholish Madjid, Islam: Kemodernan dan
Keindonesiaan (Bandung: Mizan, 2008)
M. Dawam Rahardjo, Intelektual, Inteligensia, dan Perilaku Politik Bangsa (Bandung:
Mizan, 1996) John L. Esposito dan John O. Voll, Tokoh-tokoh Islam Kontemporer, terj.
Sugeng Hariyanto, Sukono, dan Umi Rohimah (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002)
Sani, Lintasan Sejarah Pemikiran Perkembangan Modern dalam Islam (Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 1998),
Wikipedia. Ensiklopedia Gratis. Wikipedia. Ensiklopedia Gratis. 21 juni 2021.
https://id.wikipedia.org/wiki/Hamid_Fahmy_Zarkasyi
Hamid fahmy Zarkasyi, MINHAJj:Berislam dari Ritual hingga Intelektual
(Jakarta:INSISTS,2020)
Hamid Fahmy Zarkasyi, "Worldview Islam dan Kapitalisme Barat"Jurnal Tsaqafah Vol.
9, No. 1, April 2013.
M. Sayyid Qutb, Muqawwamât al-Tasawwur al-Islâmî, (Beirut: Dâr al-Shurûq, tt)
H amid Fahmy Zarkasyi, Misykat (Refleksi Tentang Westernisasi, Liberalisasi Dan
Islam),
Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Islam dan Sekulerism, (Kuala Lumpur: ISTAC,
2003)
Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Islam dan Sekularisme, terj. (Bandung: PIMPIN,
2010)
James W, Sire, Naming the Elephants: Worldview as a Concept, (Downers Grove,
IIIinois: Inter Varsity Press, 2004).
Happy Susanto. Sekularisasi dan Ancaman Bagi Agama. Dalam Jurnal Tsaqafah,
volume-3, Nomor 1, Dzulqa’dah 1427
Hamid Fahmy Zarkasyi, “Islam sebagai Worldview (Pandangan Hidup)”, dalam Laode
Kamaluddin (Editor), On Islamic Civilization, (Semarang: Unisulla Press, 2010)
Ninian Smart, Worldview: Crosscultural Explorations of Human Belief,
Hamid Fahmy Zarkasyi, Pandangan Alam Islam Sebagai Kerangka Pengkajian
Falsafah Islam: Adab dan Peradaban, (karya pengi’tirafan untuk Syed Muhammad
Naquib Al-Attas), editor, Mohd. Zaidi Ismail Wan Suhaimi Wan Abdullah,, (Malaysia:
MPH. Group Publishing Sdn Bhd, 2012),.
SM. Naquib al-Attas, Islam and Secularism, (Kuala Lumpur: ISTAC, 1993),