Sosiologi
Portal
Teori dan Sejarah
Positivisme · Antipositivisme
Fungsionalisme · Teori konflik
Strukturalisme · Interaksi simbolik · Jarak menengah · Matematis
Teori kritis · Sosialisasi
Struktur dan agen
Metode penelitian
Kuantitatif · Kualitatif
Komputasional · Etnografi
Topik dan Cabang
agama · budaya · demografi
ekonomi · hukum · ilmu · industri
internet · jejaring sosial · jenis kelamin
kejahatan · kelas · keluarga
kesehatan · kota · lingkungan
pendidikan · pengetahuan · penyimpangan
psikologi sosial · medis
mobilitas · politik · ras & etnisitas
rasionalisasi · sekularisasi · stratifikasi
Kategori dan daftar [tampilkan]
l
b
s
Daftar isi
1Sejarah perkembangan
2Lihat pula
3Referensi
4Daftar pustaka
5Bacaan lanjutan
Referensi[sunting | sunting sumber]
1. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-02-25. Diakses tanggal 2010-11-18.
2. ^ Hastuti, dkk. 2018, hlm. 172.
3. ^ Hastuti, dkk. 2018, hlm. 172-173.
4. ^ Hastuti, dkk. 2018, hlm. 173.
5. ^ Sukidin dan Suharso 2015, hlm. 9.
6. ^ Sukidin dan Suharso 2015, hlm. 9-10.
7. ^ Sukidin dan Suharso 2015, hlm. 10.
Sosiologi pengetahuan merupakan “cabang baru” dalam sosiologi yang secara umum mulai ramai
dikembangkan semenjak tahun 1960-an. Semenjak saat itu sampai kini, sosiologi pengetahuan tetap
menarik perhatian, meskipun terjadi beberapa perubahan penekanan dalam perkembangannya.
Paper berikut disusun dari Buku Coser dan Dant, khususnya berkenaan dengan penjelasan konsep
dan sedikit perkembangan sosiologi pengetahuan yang “hanya” menjadi wacana di kawasan Eropa
dan AS.
Secara sederhana, sosiologi pengetahuan dapat dimaknai sebagai upaya menjadikan pengetahuan
sebagai objek perhatian dengan menerapkan perspektif sosiologi. Dalam bukunya, Tim Dant
dijelaskan bahwa pengetahuan merupakan key factor dalam masyarakat. Ia merupakan komponen
sehingga seklompok orang layak disebut ‘masyarakat”. Objek sosiologi pengetahuan berbeda dengan
sosiologi dan juga discourse. Sosiologi pengetahuan adalah suatu perspektif yang menekankan
tentang karakter sosial dari pengetahuan. Ia merefleksikan nilai-nilai dalam masyarakat yang
ditransfer melaui diskursus.
Pengetahuan selalu dibentuk dalam konteks. Hal-hal yang secara subjektif dianggap benar, hanya
benar secara subjektif. Dengan demikian, pengetahuan di satu masyarakat tidak bisa dibandingkan
dengan di masyarakat lain. Demikian pula, pengetahuan orang awam tidak berarti lebih rendah
dibandingkan ekspert.
Pada hakekatnya, dapat dikatakan bahwa sosiologi pengetahuan merupakan suatu cabang dari ilmu-
ilmu sosiologi. Dalam bidang ini dipelajari bagaimana hubungan antara pengetahuan dan masyarakat,
yaitu bagaimana pengetahuan diproduksi, didistribusi dan direpoduksi di tengah masyarakat melalui
relasi-relasi sosial. Hal ini sangat berbeda dengan filsafat. Dalam filsafat, pengetahuan tidak
berhubungan dengan masyarakat, ia disusun terpisah dari masyarakatnya. Ia “benar” dengan
sendirinya, dan hanya menurut kalangan ahli filsafat. Pengetahuan bukan suatu yang relatif, karena ia
menjadi satu kebenaran.
Dalam buku Tim Dant juga dipaparkan tentang perkembangan sosiologi pengetahuan dan
sumbangan berbagai ahli. Ia menemukan bahwa sosiologi pengetahuan berakar dari pemikiran
filsafat. Pada masa awal, disebutkan Merton telah mendiskusikan peran sosial dari intelektual dalam
birokrasi politik. Ia melakukan studi sosiologis tentang science sehingga melahirkan apa yang
dilabelinya ”ethos of science”. Selanjutnya perlu pula disebut peran Znaniecki yang mulai membahas
ini semenjak tahun 1940-an. Sementara Parson tertarik dengan operasi nilai-nilai dalam lapangan
pengetahuan. Di kalangan modern dapat misalnya disebut Neisse dan Eriksson yang
mengembangkan metodologi bagaimana melakukan sosiologi pengetahuan sehingga menjadi ilmiah.
Pada era tahun 1970-an, Merton mengatakan bahwa sosiologi mampu melihat pengetahuan, baik
yang berupa scientific proposition maupun scientific community. Merton menemukan bahwa ada
institusi keilmuan di dalam masyarakat. Ia pun melihat bahwa nilai-nilai yang dikembangkan di
komunitas ilmiah sama dengan nilai-nilai yang dikembangkan melalui demokrasi. Masyarakat sebagai
lokasi pengetahun berbeda dengan masyarakat sebagai sumber pengetahuan, dimana pada yang
pertama dilahirkan kebijakan lokal (local wisdom).
Dari analisa sosiologi pengetahuan, disimpulkan bahwa apa yang diagung-agungkan sebagai sifat
universalitas dari pengetahuan, sesungguhnya tidak lebih dari universalitas fikiran Barat, khususnya
Eropa Barat. Kebenaran universal ini ini misalnya lalu dipakai dalam menyusun teori-teori
developmentalis. Demikian pula, ilmu pengetahuan yang disusun dan berkembang di era kolonial
cenderung mengklaim bahwa ilmu (mereka) universal.
Selanjutnya Emile Durkheim, sebagaimana ide dasarnya “fakta sosial”, ia melihat bahwa
pengetahuan dibentuk dalam relasi yang intersubjektif. Pengetahuan merupakan sesuatu yang
berada di luar kontrol individu, dan melekat padanya berbagai atribut lain karena ia merupakan fakta
sosial. Bahkan, agama juga merupakan suatu yang intersubjektif, karena berbentuk sebagai sebuah
kesadaran. Agama, sebagaimana pengetahuan, berkembang seirama dengan corak solidaritas sosial
di masyarakat bersangkutan. Agama totem misalnya berkembang pada masyarakat dengan ciri
solidaritas mekanis. Durkheim melihat cukup besarnya peran agama dalam masyarakat, dimana ia
menjelaskan masyarakat melalui agama yang dianutnya. Dalam konteks pengetahuan, Durkheim
meyakini bahwa agama lah yang telah mengenalkan konsep ruang dan waktu pada masyarakat. Ia
menjadi basis terbentuknya pengetahuan di masyarakat bersangkutan.
Demikian pula Karl Marx dengan ide besarnya tentang kelas dan mode of production. Menurut Marx,
pengetahuan berkaitan dengan relasi produksi, dan ia pun menjadi modes of production. Relasi kelas
yang eksis dapat dilihat juga sebagai sebuah relasi pengetahuan. Dengan kata lain, pengetahuan ada
dalam modes of production, sebagai modal untuk memperoleh ekonomi. Di sisi lain, pengetahuan
juga menjadi dasar untuk menjalankan modes of production tersebut. Marx berpendapat bahwa
pengetahuan pada abad ke 20 dibentuk dari revolusi proletariat dan revolusi borjuasi. Clash of
civilization telah menyebabkan pula lahirnya clash of development.
Satu tokoh yang cukup penting berkenaan dengan sosiologi pengetahuan adalah Karl Mannheim,
yang sedikit banyak ikut dipengaruhi oleh Marx khususnya pemikirannya tentang ideologi. Sosiologi
pengetahuan menurut Mannheim adalah studi secara sistematis terhadap pengetahuan, gagasan,
dan fenomena intelektual secara umum. Mannheim mengaitkan gagasan tentang kelompok dengan
pandangan tentang kelompok dalam struktur sosial.
Dalam pemikiran Mannheim, “ideologi” merupakan satu bentuk pengetahuan yang diberinya
perhatian secara lebih. Dalam bukunya “Ideologi dan Utopia”, ideologi dimaknainya sebagai sistem
gagasan yang berupaya menyembunyikan dan mempertahankan masa kini dengan menafsirkannya
dari sudut pandang masa lalu.
Sosiologi pengetahuan di satu sisi menyingkap untuk memahami pemikiran dan perilaku, di sisi lain
untuk mengembangkan teori untuk situasi kontemporer berkenaan dengan signifikansi faktor kondisi
non teoritis dalam pengetahuan. Pengetahuan tidak mudah diidentifikasi secara empiris, berbeda
dengan ideologi yang lebih mudah mengidentifikasinya. Ideologi merupakan pengetahuan khusus
yang hidup di setiap masyarakat yang memiliki perspektf politik dan berkaitan dengan kelas dan
strata politik.
Karl Mannheim merupakan salah satu tokoh yang penting dalam sosiologi pengetahuan. Menurutnya,
analisis struktural dari teori-teori pengetahuan itu sebenarnya tidak dirancang untuk membedakan
teori pengetahuan dengan berbagai bentuk elemen pendukung dan katrakteristik yang ada pada
setiap teori. Oleh karenanya, harus diupayakan untuk mengurangi perbedaan-perbedaan antara
konsep liberalisme sebagai suatu sistem politik dan liberalisme sebagai suatu struktur pengetahuan.
Atas dasar itu, harus ada keseimbangan antara konflik atau krisis dengan kompromi terutama yang
menyangkut masalah-masalah politik dan kehidupan sosial. Di situ, harus ada keseimbangan antara
janji-janji dan ancaman secara bersama-sama.
Manheim menyebutkan betapa pentingnya sosiologi pengetahuan sebagai salah satu bidang kajian.
Secara relatif, sosiologi pengetahuan merupakan bidang yang masih muda perkembangannya. Ia
menyusun tahapan-tahapan dari satu ideologi menjadi wacana dalam sosiologi pengetahuan.
Langkah-langkah tersebut diawali dengan mengeksplorasi filasafat kesadaran, dilanjutkan dengan
meneguhkan perspektif historis, dan berakhir dengan analisa proses sosial historis. Melalui jalan ini,
konsep totalitas dalam ideologi yang bersifat generalis perlahan-lahan bertransformasi ke sistem riset
dan pengamatan dalam sosiologi pengetahuan.
Sumber Bacaan:
Coser, Lewis. 1977. Masters of Sociological Thought: Ideas in Historical and Social Context. New
York: Harcourt Brace Jovanovich.
Dant, Tim. 1991. Knowledge, Ideologi and Discourse: a Sociological Perspective. London: Routledge.
*****