Anda di halaman 1dari 7

Sosiologi pengetahuan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Loncat ke navigasiLoncat ke pencarian
 

Sosiologi

Portal

Teori dan Sejarah

Positivisme · Antipositivisme
Fungsionalisme · Teori konflik
Strukturalisme · Interaksi simbolik · Jarak menengah · Matematis
Teori kritis · Sosialisasi
Struktur dan agen

Metode penelitian

Kuantitatif · Kualitatif
Komputasional · Etnografi

Topik dan Cabang

agama · budaya · demografi
ekonomi · hukum · ilmu · industri
internet · jejaring sosial · jenis kelamin
kejahatan · kelas · keluarga
kesehatan · kota · lingkungan
pendidikan · pengetahuan · penyimpangan
psikologi sosial · medis
mobilitas · politik · ras & etnisitas
rasionalisasi · sekularisasi · stratifikasi

  Kategori dan daftar [tampilkan]
 l
 b
 s

Sosiologi pengetahuan adalah studi tentang hubungan antara pikiran manusia dan


konteks sosial yang mempengaruhinya, dan dampak ide-ide besar terhadap
masyarakat (lihat pula sosiologi ilmu pengetahuan). Studi ini bukan bidang khusus
dari sosiologi, tetapi mempelajari pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang luas dan
batasan pengaruh sosial di dalam kehidupan individu dan dasar sosial-budaya
pengetahuan manusia tentang dunia.[1]
Sebutan ini pertama meluas pada 1920-an, ketika sejumlah sosiolog Jerman,
terutama Max Scheler dan Karl Mannheim menulis tentang hal ini secara rinci.
Dengan dominasi fungsionalisme pada pertengahan abad ke-20, sosiologi
pengetahuan masih ada di lingkaran pikiran sosiologis utama. Studi ini
dikembangkan kembali dan diterapkan lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari
pada 1960-an, terutama oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann dalam The
Social Construction of Reality (1966) dan masih menjadi pusat rujukan untuk metode
yang berurusan dengan pemahaman kualitatif masyarakat manusia. Studi
'genealogi' dan 'arkeologi' Michael Foucault adalah pengaruh kontemporer yang
besar.

Daftar isi

 1Sejarah perkembangan
 2Lihat pula
 3Referensi
 4Daftar pustaka
 5Bacaan lanjutan

Sejarah perkembangan[sunting | sunting sumber]


Gagasan yang berkaitan dengan sosiologi pengetahuan telah dikemukakan di dalam
teori ideologi Karl Marx. Pada teori ideologi, gagasan tentang sosiologi pengetahuan
masih dianggap sama dengan penjelasan tentang ideologi-ideologi. Marx
berpendapat bahwa stratifikasi sosial dan kelas sosial merupakan penyebar-
penyebar ideologi. Gagasan tentang sosiologi pengetahuan juga ditemukan di dalam
karya Friedrich Nietzsche yang menggabungkan antara pengamatan nyata dengan
sebuah teori tentang keberagaman hawa nafsu. Selain itu, gagasan tentang
sosiologi pengetahuan juga ditemukan dalam teori pengetahuan yang dikemukakan
oleh Nietzsche yang berkaitan dengan pragmatisme dalam diri seseorang. Nietzche
juga membahas budaya aristokrasi dan demokrasi sebagai kategori utama dalam
berpikir melalui penyalahan sosiologi. Gagasan sosiologi pengetahuan sangat
dipengaruhi oleh teori Marx tentang substruktur ekonomi. Penggunaan teori
substruktur ekonomi dalam sosiologi pengetahuan kemudian dilakukan oleh Max
Scheler.[2]
Scheler juga menggunakan fenomenologi yang dikemukakan oleh Edmund
Husserl untuk menjelaskan realitas sosial. Fenomenologi dipandang sebagai suatu
sikap yang tidak memerlukan adanya pemikiran terlebih dahulu. Intuisi berperan
dalam menghasilkan sikap yang mengadakan suatu hubungan langsung dengan
realitas. Hubungan antara sikap dan intuisi ini disebut pengalaman fenomenologis.
Pada awal abad ke-20 M, Scheler mengemukakan bahwa telah
terjadi globalisasi dalam masyarakat, sehingga diperlukan pendekatan baru yang
dapat menyatukan pemikiran untuk memahami kebenaran secara universal. Scheler
kemudian menggunakan sosiologi pengetahuan sebagai pendekatan untuk
mencari kebenaran.[3] Karl Mannheim kemudian menggunakan sosiologi
pengetahuan sebagai pendekatan untuk melihat masyarakat sebagai subjek yang
menentukan bentuk-bentuk pemikiran. Sosiologi pengetahuan digunakan sebagai
suatu metode ilmiah yang mendukung penelaahan sebagian besar tahap pemikiran
manusia. Mannheim mengemukakan bahwa pemikiran manusia selalu dipengaruhi
oleh ideologi dari lingkungan sosialnya.[4]
Sosiologi pengetahuan kemudian menjadi disiplin ilmiah utama yang banyak
menerima pemikiran Peter Ludwig Berger. [5] Pemikiran Berger tentang sosiologi
pengetahuan dikemukakan dalam buku-bukunya yang ditulis bersama dengan
Thomas Luckmann.[6] Pemikiran Berger tentang sosiologi pengetahuan muncul
bersamaan dengan kemunduran popularitas teori fungsionalisme dalam pemikiran
sosiolog Amerika Serikat pada tahun 1960-an. Para sosiolog mulai
menggunakan teori konflik dan humanisme dalam menelaah teori sosial. Selain itu,
para sosiolog juga mulai menggunakan metode ilmu alam dengan
pendekatan positivistik pada ilmu sosial. Pemikiran rasional teknokratik kemudian
mulai mempengaruhi perkembangan ilmu-ilmu sosial termasuk sosiologi. Sosiologi
kemudian menjadi disiplin ilmiah yang bersifat praktis dengan bidang pengetahuan
yang beragam tanpa ada pembatasan konsep yang jelas. Melalui sosiologi
pengetahuan, Berger membangun kembali pemikiran sosiologi dan
membedakannya secara jelas dari ilmu alam dan ideologi politik.[7]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]


 Sosiologi ilmu pengetahuan
 Konstruktivisme sosial
 Epistemologi
 Ontologi
 Pengetahuan

Referensi[sunting | sunting sumber]
1. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari  versi asli  tanggal 2012-02-25. Diakses tanggal 2010-11-18.
2. ^ Hastuti, dkk. 2018, hlm. 172.
3. ^ Hastuti, dkk. 2018, hlm. 172-173.
4. ^ Hastuti, dkk. 2018, hlm. 173.
5. ^ Sukidin dan Suharso 2015, hlm. 9.
6. ^ Sukidin dan Suharso 2015, hlm. 9-10.
7. ^ Sukidin dan Suharso 2015, hlm. 10.

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]


1. Hastuti, dkk. (2018). Ringkasan Kumpulan Mazhab Teori Sosial: Biografi,
Sejarah, Teori, dan Kritikan  (PDF). Makassar: CV. Nur Lina. ISBN 978-602-
51907-7-3.
2. Sukidin dan Suharso, P. (2015). Pemikiran Sosiologi Kontemporer  (PDF).
Jember: Jember University Press. ISBN 978-602-9030-90-7.

Bacaan lanjutan[sunting | sunting sumber]


 Michael D. Barber, The Participating Citizen: A Biography of Alfred Schutz,
SUNY UP. 2004. The standard biography of Alfred Schutz.
 Berger, Peter and Thomas Luckmann. The Social Construction of Reality: A
Treatise in the Sociology of Knowledge. New York: Doubleday, 1966.
 Aron Gurwitsch, The Field of Consciousness, Duquesne UP, 1964. The most
direct and detailed presentation of the phenomenological theory of perception
available in the English language.
 Edmund Husserl, The Crisis of the European Sciences and Transcendental
Phenomenology(1954), Northwestern UP. 1970. The classic introduction to
phenomenology by the father of transcendental phenomenology.
 Edmund Husserl, Logical Investigations [1900/1901], Humanities Press, 2000.
 Karl Mannheim, "On the Interpretation of Weltanschauung", in, From Karl
Mannheim, Kurt Wolf (ed.) Transaction Press, 1993. An important collection of
essays including this key text.
 Maurice Natanson, Edmund Husserl: Philosopher of Infinite Tasks, Northwestern
UP. 1974. Quality commentary on Husserlian phenomenology and its relation to
the phenomenology of Alfred Schutz.
 Alfred Schutz, Collected Papers V.I, Kluwer Academic. 1982. Classic essays in
phenomenological theory as applied to the social sciences.
 Alfred Schutz, The Phenomenology of the Social World, Northwestern UP. 1967.
Schutz's initial attempt to bridge the gap between phenomenology and Weberian
sociology.
 Alfred Schutz, The Structures of the Life-World, Northwestern UP. 1980. Schutz's
final programmatic statement of a phenomenology of the Life-world.
 Robert Sokolowski, Introduction to Phenomenology, Cambridge UP. 2000. The
most accessible of the quality introductions to phenomenology currently
available.

 Foucault, Michel (1994). The Birth of the Clinic: An Archeology of Medical


Perception. Vintage.
Artikel bertopik  sosiologi ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia
dengan  mengembangkannya.
Kategori: 
 Cabang sosiologi\
Konsep dan Teori Sosiologi Pengetahuan
(Sumber: Coser bab 1,2,4,12 dan Dant bab 1,2,3)

Sosiologi pengetahuan merupakan “cabang baru” dalam sosiologi yang secara umum mulai ramai
dikembangkan semenjak tahun 1960-an. Semenjak saat itu sampai kini, sosiologi pengetahuan tetap
menarik perhatian, meskipun terjadi beberapa perubahan penekanan dalam perkembangannya.
Paper berikut disusun dari Buku Coser dan Dant, khususnya berkenaan dengan penjelasan konsep
dan sedikit perkembangan sosiologi pengetahuan yang “hanya” menjadi wacana di kawasan Eropa
dan AS.

Posisi sosiologi pengetahuan dalam sosiologi dan perkembangannya

Secara sederhana, sosiologi pengetahuan dapat dimaknai sebagai upaya menjadikan pengetahuan
sebagai objek perhatian dengan menerapkan perspektif sosiologi. Dalam bukunya, Tim Dant
dijelaskan bahwa pengetahuan merupakan key factor dalam masyarakat. Ia merupakan komponen
sehingga seklompok orang layak disebut ‘masyarakat”. Objek sosiologi pengetahuan berbeda dengan
sosiologi dan juga discourse. Sosiologi pengetahuan adalah suatu perspektif yang menekankan
tentang karakter sosial dari pengetahuan. Ia merefleksikan nilai-nilai dalam masyarakat yang
ditransfer melaui diskursus.

Pengetahuan selalu dibentuk dalam konteks. Hal-hal yang secara subjektif dianggap benar, hanya
benar secara subjektif. Dengan demikian, pengetahuan di satu masyarakat tidak bisa dibandingkan
dengan di masyarakat lain. Demikian pula, pengetahuan orang awam tidak berarti lebih rendah
dibandingkan ekspert.

Pada hakekatnya, dapat dikatakan bahwa sosiologi pengetahuan merupakan suatu cabang dari ilmu-
ilmu sosiologi. Dalam bidang ini dipelajari bagaimana hubungan antara pengetahuan dan masyarakat,
yaitu bagaimana pengetahuan diproduksi, didistribusi dan direpoduksi di tengah masyarakat melalui
relasi-relasi sosial. Hal ini sangat berbeda dengan filsafat. Dalam filsafat, pengetahuan tidak
berhubungan dengan masyarakat, ia disusun terpisah dari masyarakatnya. Ia “benar” dengan
sendirinya, dan hanya menurut kalangan ahli filsafat. Pengetahuan bukan suatu yang relatif, karena ia
menjadi satu kebenaran.

Dalam buku Tim Dant juga dipaparkan tentang perkembangan sosiologi pengetahuan dan
sumbangan berbagai ahli. Ia menemukan bahwa sosiologi pengetahuan berakar dari pemikiran
filsafat. Pada masa awal, disebutkan Merton telah mendiskusikan peran sosial dari intelektual dalam
birokrasi politik. Ia melakukan studi sosiologis tentang science sehingga melahirkan apa yang
dilabelinya ”ethos of science”. Selanjutnya perlu pula disebut peran Znaniecki yang mulai membahas
ini semenjak tahun 1940-an. Sementara Parson tertarik dengan operasi nilai-nilai dalam lapangan
pengetahuan. Di kalangan modern dapat misalnya disebut Neisse dan Eriksson yang
mengembangkan metodologi bagaimana melakukan sosiologi pengetahuan sehingga menjadi ilmiah.

Pada era tahun 1970-an, Merton mengatakan bahwa sosiologi mampu melihat pengetahuan, baik
yang berupa scientific proposition maupun scientific community. Merton menemukan bahwa ada
institusi keilmuan di dalam masyarakat. Ia pun melihat bahwa nilai-nilai yang dikembangkan di
komunitas ilmiah sama dengan nilai-nilai yang dikembangkan melalui demokrasi. Masyarakat sebagai
lokasi pengetahun berbeda dengan masyarakat sebagai sumber pengetahuan, dimana pada yang
pertama dilahirkan kebijakan lokal (local wisdom).
Dari analisa sosiologi pengetahuan, disimpulkan bahwa apa yang diagung-agungkan sebagai sifat
universalitas dari pengetahuan, sesungguhnya tidak lebih dari universalitas fikiran Barat, khususnya
Eropa Barat. Kebenaran universal ini ini misalnya lalu dipakai dalam menyusun teori-teori
developmentalis. Demikian pula, ilmu pengetahuan yang disusun dan berkembang di era kolonial
cenderung mengklaim bahwa ilmu (mereka) universal.

Beberapa Konsep dan Teori Sosiologi Pengetahuan


Secara sadar atau tidak, objek sosiologi pengetahuan telah menjadi perhatian para ahli sosiologi,
semenjak era sosiologi klasik. Comte misalnya memaparkan bahwa pengetahuan dan masayarakat
saling mempengaruhi secara timbal balik. Karena relasinya yang timbal balik, maka pola-pola
pengembangan masyarakat tercermin pula dari pola-pola pengetahuan yang dominan. Menurut
Comte, pengetahuan bermula dari bentuk-bentuk teologis, berlanjut menjadi metafisik, dan akhirnya
menjadi positivistik. Pada era teologis benda-benda merupakan sumber pengetahuan. Pembabakan
ini hanya melihat modus intelektual yang dominan, karena sedikit banyak tipe pengetahuan yang
tahayul misalnya masih tetap ada dalam satu masyarakat meskipun perkembangannya telah lanjut.

Selanjutnya Emile Durkheim, sebagaimana ide dasarnya “fakta sosial”, ia melihat bahwa
pengetahuan dibentuk dalam relasi yang intersubjektif. Pengetahuan merupakan sesuatu yang
berada di luar kontrol individu, dan melekat padanya berbagai atribut lain karena ia merupakan fakta
sosial. Bahkan, agama juga merupakan suatu yang intersubjektif, karena berbentuk sebagai sebuah
kesadaran. Agama, sebagaimana pengetahuan, berkembang seirama dengan corak solidaritas sosial
di masyarakat bersangkutan. Agama totem misalnya berkembang pada masyarakat dengan ciri
solidaritas mekanis. Durkheim melihat cukup besarnya peran agama dalam masyarakat, dimana ia
menjelaskan masyarakat melalui agama yang dianutnya. Dalam konteks pengetahuan, Durkheim
meyakini bahwa agama lah yang telah mengenalkan konsep ruang dan waktu pada masyarakat. Ia
menjadi basis terbentuknya pengetahuan di masyarakat bersangkutan.

Demikian pula Karl Marx dengan ide besarnya tentang kelas dan mode of production. Menurut Marx,
pengetahuan berkaitan dengan relasi produksi, dan ia pun menjadi modes of production. Relasi kelas
yang eksis dapat dilihat juga sebagai sebuah relasi pengetahuan. Dengan kata lain, pengetahuan ada
dalam modes of production, sebagai modal untuk memperoleh ekonomi. Di sisi lain, pengetahuan
juga menjadi dasar untuk menjalankan modes of production tersebut. Marx berpendapat bahwa
pengetahuan pada abad ke 20 dibentuk dari revolusi proletariat dan revolusi borjuasi. Clash of
civilization telah menyebabkan pula lahirnya clash of development.
Satu tokoh yang cukup penting berkenaan dengan sosiologi pengetahuan adalah Karl Mannheim,
yang sedikit banyak ikut dipengaruhi oleh Marx khususnya pemikirannya tentang ideologi. Sosiologi
pengetahuan menurut Mannheim adalah studi secara sistematis terhadap pengetahuan, gagasan,
dan fenomena intelektual secara umum. Mannheim mengaitkan gagasan tentang kelompok dengan
pandangan tentang kelompok dalam struktur sosial.
Dalam pemikiran Mannheim, “ideologi” merupakan satu bentuk pengetahuan yang diberinya
perhatian secara lebih. Dalam bukunya “Ideologi dan Utopia”, ideologi dimaknainya sebagai sistem
gagasan yang berupaya menyembunyikan dan mempertahankan masa kini dengan menafsirkannya
dari sudut pandang masa lalu.

Sosiologi pengetahuan di satu sisi menyingkap untuk memahami pemikiran dan perilaku, di sisi lain
untuk mengembangkan teori untuk situasi kontemporer berkenaan dengan signifikansi faktor kondisi
non teoritis dalam pengetahuan. Pengetahuan tidak mudah diidentifikasi secara empiris, berbeda
dengan ideologi yang lebih mudah mengidentifikasinya. Ideologi merupakan pengetahuan khusus
yang hidup di setiap masyarakat yang memiliki perspektf politik dan berkaitan dengan kelas dan
strata politik.

Menurut Mannheim, “ideologi” merupakan pengetahuan yang tidak mencerminkan masyarakatnya.


Pengetahuan melekat di kultur, dimana basisnya adalah masyarakat. Namun ideologi tidak memiliki
basis sosial sama sekali. Ideologi hanya disusun oleh sebagian kecil elit, lalu disebarkan untuk
diamini. Pengetahuan merupakan produksi kelompok (group product) karena membutuhkan
pengakuan secara sosial. Mannheim tidak membedakan antara kultur dan pengetahuan ilmiah
(scientific knowledge), sehingga juga tidak bisa membedakan sosiololgi pengetahuan dan filsafat ilmu
pengetahuan.

Karl Mannheim merupakan salah satu tokoh yang penting dalam sosiologi pengetahuan. Menurutnya,
analisis struktural dari teori-teori pengetahuan itu sebenarnya tidak dirancang untuk membedakan
teori pengetahuan dengan berbagai bentuk elemen pendukung dan katrakteristik yang ada pada
setiap teori. Oleh karenanya, harus diupayakan untuk mengurangi perbedaan-perbedaan antara
konsep liberalisme sebagai suatu sistem politik dan liberalisme sebagai suatu struktur pengetahuan.
Atas dasar itu, harus ada keseimbangan antara konflik atau krisis dengan kompromi terutama yang
menyangkut masalah-masalah politik dan kehidupan sosial. Di situ, harus ada keseimbangan antara
janji-janji dan ancaman secara bersama-sama.

Mannheim telah berbicara mengenai konsep-konsep yang menyangkut sosiologi pengetahuan,


ideologi, politik, dan kehidupan sosial. Secara jelas ia menerapkan konsepnya Marx berkenaan
kesadaran kelas. Dalam kaitan ini ada dua hal penting yang harus diperhatikan, pertama adalah
adanya konsep-konsep ideologi sebagai struktur kognitif yang dianggap lemah, karena hanya
memiliki perspektif tunggal yang memerlukan koreksi dari perspektif lain. Kedua adalah bahwa
sosiologi pengetahuan itu muncul dari isu-isu substansial yang terwujud karena berbagai ideologi
yang ada memberikan kontribusinya secara langsung di dalam orientasi dan kehidupan politik.

Manheim menyebutkan betapa pentingnya sosiologi pengetahuan sebagai salah satu bidang kajian.
Secara relatif, sosiologi pengetahuan merupakan bidang yang masih muda perkembangannya. Ia
menyusun tahapan-tahapan dari satu ideologi menjadi wacana dalam sosiologi pengetahuan.
Langkah-langkah tersebut diawali dengan mengeksplorasi filasafat kesadaran, dilanjutkan dengan
meneguhkan perspektif historis, dan berakhir dengan analisa proses sosial historis. Melalui jalan ini,
konsep totalitas dalam ideologi yang bersifat generalis perlahan-lahan bertransformasi ke sistem riset
dan pengamatan dalam sosiologi pengetahuan.

Sumber Bacaan:
Coser, Lewis. 1977. Masters of Sociological Thought: Ideas in Historical and Social Context. New
York: Harcourt Brace Jovanovich.
Dant, Tim. 1991. Knowledge, Ideologi and Discourse: a Sociological Perspective. London: Routledge.

*****

Anda mungkin juga menyukai