Kelas D
KONSEP MANUSIA
MENURUT WORLDVIEW ISLAM DAN KAPITALISME BARAT
Cendyd Yulia Solihatika1, Vanya Mazaya Kalilah2,
Syahna Sopha Awliya3, Syafira Rizki Regita4
1
Cendyd Yulia Solihatika, 100903211050, cendyd.solihatika@gmail.com
2
Vanya Mazaya Kalilah, 10090321136, vanyamazyaa@gmail.com
3
Syahna Sopha Awliya, 10090321153, awliyasyahna@gmail.com
4
Syafira Rizki Regita, 10090321157, kireyyregitaa24@gmail.com
Abstrak
Artikel ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan mendasar antara konsep manusia dalam pandangan
dunia Islam dan kapitalisme Barat. Dengan mengeksplorasi prinsip-prinsip utama dari dua perspektif
berbeda, penelitian ini mengkaji perspektif masing-masing mengenai nilai-nilai kemanusiaan, tujuan hidup,
dan makna. Dalam pandangan dunia Islam, manusia dianggap makhluk yang mempunyai tanggung jawab
moral terhadap Allah dan sesama manusia. Manusia dianggap sebagai perwujudan ketundukan pada
kehendak Tuhan dan perwujudan keadilan sosial. Artikel ini membahas bagaimana konsep solidaritas,
keadilan dan tanggung jawab sosial ditampilkan dalam visi Islam tentang sifat manusia. Di sisi lain,
perspektif kapitalis Barat menghubungkan sifat manusia dengan konsep kebebasan individu, kesuksesan
pribadi, dan akumulasi materi. Nilai-nilai seperti persaingan, individualisme, dan keuntungan ekonomi
merupakan inti pemahaman kapitalisme tentang kemanusiaan. Artikel ini mengkaji bagaimana perspektif
ini mempengaruhi hubungan antara individu dan masyarakat serta dampaknya terhadap struktur ekonomi
dan sosial. Melalui perbandingan tersebut, artikel ini memberikan wawasan mengenai perbedaan mendasar
pandangan terhadap eksistensi dan peran manusia dalam dua sistem ideologi yang berbeda. Pemahaman
yang lebih baik terhadap perbedaan-perbedaan ini diharapkan dapat mendorong dialog antar budaya yang
lebih baik dan penerapan nilai-nilai universal dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara global.
Kata kunci: Worldview Islam, Kapitalisme Barat, Konsep Manusia, Solidaritas, Individualisme, Keadilan.
1. Pendahuluan
Perdebatan tentang konsep manusia dan pandangan dunia yang membentuk pemahaman
tentang eksistensi manusia terus berkembang. Dalam pandangan lain, terdapat Worldview Islam
yang didasarkan pada ajaran agama Islam, sementara pada pandangan lain, Kapitalisme Barat
mencerminkan landasan filosofis dan ekonomis dari budaya Barat. Kedua pandangan ini
mendasari nilai-nilai, tujuan hidup, dan makna kemanusiaan yang berbeda, memberikan fondasi
yang beragam bagi pemahaman tentang eksistensi manusia dalam masyarakat modern.
Sebagai agama yang memiliki pengikut di seluruh dunia, Islam telah memberikan kerangka
moral dan spiritual yang kuat bagi jutaan umatnya. Konsep manusia dalam Worldview Islam
mencakup prinsip-prinsip ketuhanan, keadilan sosial, dan tanggung jawab moral yang ditafsirkan
melalui kitab suci Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW yang terkandung dalam hadist. Di
lain pihak, Kapitalisme Barat, yang menjadi dasar dari sistem ekonomi global, menekankan
kebebasan individu, keuntungan ekonomi, dan pencapaian pribadi sebagai pusat dari eksistensi
manusia.
Pada artikel yang kami tulis ini, memuat tujuan untuk mengeksplorasi perbedaan mendasar
antara konsep manusia dalam Worldview Islam dan Kapitalisme Barat. Melalui analisis terhadap
nilai-nilai, tujuan hidup, dan tanggung jawab sosial yang ditekankan oleh kedua pandangan ini.
Melalui pemahaman yang lebih baik tentang perbedaan ini, diharapkan muncul kesempatan untuk
membangun kesepahaman dan dialog antar budaya yang memperkaya perspektif kita tentang
makna kemanusiaan. Tulisan ini memperkenalkan diskusi yang mendalam tentang pengaruh
Worldview Islam dan Kapitalisme Barat terhadap konsep manusia tentang peran penting nilai-nilai
budaya dalam membentuk masyarakat yang beragam secara global.
1
Tugas Mata Kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia Islami
Kelas D
2. Kajian Pustaka
2.1. Worldview Islam dan Worldview Kapitalisme Barat
2.1.1 Pengertian Worldview
Dalam pemahaman konsep "worldview," istilah ini pada awalnya terbatas pada pemahaman
ideologis, sekuler, animistis, atau kumpulan teologi yang terkait dengan pandangan dunia. Secara
umum, "worldview" digunakan untuk menggambarkan dan membedakan hakikat suatu agama,
peradaban, atau keyakinan. Beberapa kali digunakan sebagai pendekatan ilmu perbandingan
agama. Namun, karena ada agama dan peradaban dengan pandangan dunia yang lebih luas
daripada sekadar pandangan dunia dunia, makna pandangan hidup diperluas. Dalam bahasa
Inggris, tidak ada istilah yang tepat untuk menyampaikan pandangan yang lebih luas daripada
realitas dunia selain "worldview." Oleh karena itu, cendekiawan Muslim mengambil istilah
"worldview" dengan menambahkan kata sifat "Islam" untuk menyiratkan pandangan hidup yang
mencakup realitas dunia dan akhirat. Dalam bahasa Islam, para ulama menyatakan konsep ini
dengan istilah yang berbeda.
Worldview adalah suatu konsep yang dapat digunakan untuk menggambarkan cara pandang
manusia secara umum tanpa memandang bangsa atau agama tertentu. Beberapa definisi
"worldview" menggambarkan luasnya spektrum pandangannya. Sebagai contoh, Ninian Smart
mendefinisikannya sebagai kepercayaan, perasaan, dan apa yang ada dalam pikiran seseorang
yang berfungsi sebagai penggerak bagi perubahan sosial dan moral. Thomas F. Wall
mendefinisikannya sebagai sistem kepercayaan dasar tentang hakikat diri, realitas, dan makna
eksistensi yang terintegrasi. Prof. Alparslan mengartikannya sebagai dasar bagi setiap perilaku
manusia, termasuk aktivitas ilmiah dan teknologi.
Ada tiga poin penting dalam definisi ini: "worldview" adalah motor perubahan sosial, dasar
pemahaman realitas, dan dasar aktivitas ilmiah. Dalam konteks sains, pandangan dunia dapat
dikaitkan dengan konsep "perubahan paradigma" Thomas S. Kuhn, yang merupakan dasar bagi
kajian sains. Dengan kata lain, "worldview" adalah identitas yang membedakan suatu peradaban
dari yang lain. Selain itu, ketiga definisi tersebut berlaku secara umum untuk peradaban atau
agama. Definisi "worldview Islam" memiliki nilai tambah karena sumbernya dan cakupannya
yang luas dan menyeluruh. Penggunaan kata sifat "Islam" menunjukkan bahwa istilah ini
sebenarnya netral dan dapat digunakan untuk menggambarkan pandangan dunia lain seperti
"worldview Barat," "worldview Kristen," "worldview Hindu," dan sebagainya. Oleh karena itu,
ketika kata sifat "Islam" ditempatkan di depan "worldview," maknanya berubah.
Definisi "worldview Islam" dapat ditemukan dalam pandangan beberapa ulama kontemporer.
Mereka menggunakan berbagai istilah untuk menggambarkan "worldview Islam." Maududi,
misalnya, menggambarkannya sebagai "Islâmî Nazariyat" (Pandangan Islam), yang dimulai
dengan konsep keesaan Tuhan dan mencakup seluruh aspek kehidupan manusia di dunia. Sheykh
Atif al-Zayn mengartikannya sebagai "al-Mabda’ al-Islâmî" (Prinsip Islam), yang merupakan
keyakinan asas yang integral tentang hakikat diri, realitas, dan makna eksistensi. Sayyid Qutb
melihatnya sebagai "al-Tasawwur al-Islâmî" (Visi Islam), yang mencakup keyakinan dasar yang
membentuk pemahaman tentang kebenaran dan realitas di baliknya. Naquib al-Attas
memahaminya sebagai "Ru’yah al-Islâm li al-wujûd" (Pandangan Islam tentang Realitas), yang
mencakup pandangan Islam tentang eksistensi.
Dari definisi-definisi "worldview Islam" ini, dapat disimpulkan bahwa, meskipun istilah yang
digunakan berbeda-beda, pada umumnya ulama sepakat bahwa Islam memiliki cara pandang yang
khas terhadap berbagai aspek kehidupan. Ini menciptakan identitas khas Islam yang
membedakannya dari pandangan dunia lainnya. Dalam pandangan ulama ini, "worldview Islam"
menggambarkan cara pandang yang mencakup aspek moral, ideologi, filosofis, dan epistemologis
Islam dalam menyikapi realitas dunia dan akhirat.
2
Tugas Mata Kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia Islami
Kelas D
mendasari nilai-nilai dan prinsip yang membentuk sistem pandangan tersebut. Dalam konteks
perbandingan antara pandangan hidup Barat dan pandangan hidup Islam, terdapat perbedaan
dalam elemen-elemen yang membentuk masing-masing pandangan hidup. Thomas
mengidentifikasi enam bidang pembahasan yang mendefinisikan pandangan hidup: Tuhan, Ilmu,
Realitas, Diri, Etika, dan Masyarakat. Elemen-elemen ini dianggap sebagai sistem yang integral,
di mana setiap konsep berkaitan dengan konsep lain secara sistemik. Di sisi lain, Ninian Smart,
yang mengkaji pandangan hidup dalam konteks agama, mengajukan enam elemen utama: doktrin,
mitologi, etika, ritus, pengalaman, dan kemasyarakatan. Pendekatan Smart lebih menekankan
elemen-elemen dalam agama dan kepercayaan masyarakat.
Namun, pandangan hidup Islam lebih kompleks. Terdapat elemen-elemen yang berjumlah
lebih dari dua belas, yang mencakup konsep tentang Tuhan, wahyu (Al-Qur'an), penciptaan,
hakikat kejiwaan manusia, ilmu, agama, kebebasan, nilai, kebajikan, kebahagiaan, dan banyak
lainnya. Elemen-elemen ini membentuk suatu struktur konsep yang saling terkait, menciptakan
pandangan hidup yang sistemik. Elemen-elemen pandangan hidup Islam dilihat dalam konteks
epistemologis dan praktis, mengenai bagaimana kebenaran dan realitas ditentukan oleh pandangan
dunia Islam. Pandangan ini terkait erat dengan tawhid (keesaan Tuhan) dan prinsip-prinsip ajaran
Islam. Sementara pandangan hidup Barat juga memiliki elemen-elemen yang mencirikan filosofi
dan cara berpikir Barat, perbandingan ini membantu memahami perbedaan antara pandangan
hidup Islam dan Barat dalam konteks epistemologi, ajaran, dan praktik.
3
Tugas Mata Kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia Islami
Kelas D
masyarakat rasional (rational society), yaitu suatu masyarakat yang segala kegiatannya termasuk
bidang sains dan teknologi serta kehidupan politiknya dikontrol oleh rasio. Karena rasionalitas
adalah satu-satunya prinsip yang mengaturkehidupan individu dan sosial, termasuk kehidupan
keagamaan, maka rasionalisasi berkaitan erat dengan tema sekularisasi. Jadi, dua elemen penting
peradaban modern adalah rasionalisasi dan sekularisasi. Dengan kedua elemen ini, maka
pandangan hidup Barat tidak lagi bersifat teistik dalam memandang segala sesuatu. Pandangan
hidup Barat yang saintifik tersebut akhirnya memarginalkan agama. Diskursus yang meletakkan
Tuhan secara sentral hanya terbatas pada para teolog, sedangkan para filsuf lebih tertarik pada
sains. Habermas menyatakan bahwa proyek modernisasi berkulminasi pada abad ke 18 M, di saat
mana model pemikiran rasional menjanjikan liberalisasi masyarakat dari mitologi irrasional,
agama, dan takhayul. Inilah gerakan sekularisasi yang sebenarnya yang berupaya untuk
menyuntikkan gagasan desakralisasi ilmu dan organisasi sosial. Menurut James E. Crimmins,
proses desakralisasi, atau dalam istilah Weber ‘disenchantment’ ini memang sengaja diarahkan
untuk melawan agama dan digambarkan sebagai agen utama untuk menggusur dan menggeser
agama tradisional. Hasil dari gerakan desakralisasi agama itu sendiri adalah peminggiran agama
dari fungsinya yang sentral dalam kehidupan publik dan berbagai diskursus tidak dapat dielakkan.
4
Tugas Mata Kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia Islami
Kelas D
demikian, kapitalisme bukan hanya sistem ekonomi, tetapi juga pandangan hidup dan kebudayaan.
Di sisi lain, pandangan hidup Islam berbeda secara konseptual dari pandangan hidup Barat
Kapitalis. Islam tidak memisahkan moralitas dari teologi, dan konsep rasional dalam Islam
melibatkan dimensi spiritual metafisik. Pandangan hidup Islam mencakup aspek kehidupan dunia
dan akhirat secara bersamaan. Islam memiliki nilai moralitas, doktrin politik, dan keadilan sosial
yang berbeda, serta mencerminkan pandangan hidup yang berakar dalam nilai-nilai spiritual dan
ketentuan syariah. Fukuyama mengakui bahwa Islam pada awalnya merupakan tantangan bagi
demokrasi liberal dan prinsip liberal, tetapi seiring berjalannya waktu, umat Islam telah mulai
bersikap kritis terhadap nilai-nilai liberal dan Barat. Meskipun munculnya fundamentalisme Islam
disebabkan oleh ancaman nilai-nilai liberal, Islam sekarang bangkit dengan gagasan dan praktek
ekonomi Islam yang berbeda dari kapitalisme. Dalam proses ini, Islam tidak melemah, melainkan
berkembang dengan membawa ekonomi Islam melalui asimilasi dan Islamisasi. Dengan kata lain,
pandangan hidup Islam dan Barat Kapitalis memiliki perbedaan mendasar dalam nilai, etika, dan
pandangan dunia mereka, dan keduanya menggambarkan pandangan hidup yang sangat berbeda
terhadap kehidupan, ekonomi, dan masyarakat.
5
Tugas Mata Kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia Islami
Kelas D
mereka sememangnya terkenal mempunyai dewa sembahan yang banyak. Dalam pandangan ini,
manusia dijadikan oleh dewa-dewa. Kisah-kisah penciptaan itu kadang kala penuh dengan mistik
dan simbol yang mempunyai hubungan dengan alam sekitarnya (Abu Hassan,1984). Manusia
pada tamadun ini dianggap tidak signifikan, kerana para dewa tidak mengambil kisah terhadap
manusia dan hanya memerlukan manusia melakukan ritual dan pengorbanan kepada mereka
sahaja. Sebagai contoh dalam mitologi Yunani kuno, salah satu dewa mereka, Prometheus
menciptakan manusia daripada tanah liat. Prometheus di bantu adiknya, Epimetheus, tetapi beliau
berlaku cuai dan telah memberikan haiwan kelebihan fizikal yang lebih berbanding manusia.
Maka prometheus membetulkan keadaan dengan memberikan manusia kebolehan menggunakan
api dan kemahiran bertukang. Pandangan ini mula berubah apabila ahli–ahli falsafah Yunani
seperti Socrates (470-399SM), Plato (428-347 SM) dan Aristotle (384 –322 SM) menyebarkan
ajaran mereka kepada masyarakat Yunani (Wan Fuad, 2009). Menurut Aristotle dewa-dewa yang
dipercayai oleh generasi sebelumnya tidak tepat dan bertentangan dengan rasional. Beliau
mengemukakan pandangan yang baru dimana beliau mengenepikan perincian-perincian material
dan zat dewa Yunani yang mempunyai ciri-ciri manusiawi karena ia langsung tidak menepati
ciri-ciri ketuhanan seperti yang difikirkannya. Walaupun begitu para ahli falsafah pada zaman ini
masih lagi menerima perpsektif mistik mengenai Tuhan. Mereka masih lagi mempercayai bahawa
manusia diciptakan oleh dewadewa namun melalui pemahaman yang berbeda. Contohnya Plato
telah memberi komentar di dalam karyanya yang terkenal bertajuk Republic, bahawa dewa-dewa
telah bereksperimen dengan logam bermula daripada emas berakhir dengan besi dalam
menciptakan manusia, maka keturunan manusia adalah berasal daripada besi.
2.2.3 Manusia Dalam Pandangan Barat
Ada beberapa konsepsi tentang manusia menurut ilmuan barat, antara lain:
Pandangan Behavioristik
Pada dasarnya kelompok behavioristik menganggap manusia sebagai makhluk yang reaktif
dan tingkah lakunya dikendalikan oleh faktor-faktor dari luar dirinya, yaitu lingkungannya.
Lingkungan merupakan faktor dominan yang mengikat hubungan individu. Hubungan ini
diatur oleh hukum-hukum belajar, seperti adanya teori conditioning atau teori pembiasaan
dan keteladanan. Mereka juga meyakini bahwa baik dan buruk itu adalah karena pengaruh
lingkungan.
Pandangan Mekanistik
Dalam pandangan mekanistik semua benda yang ada di dunia ini termasuk makhluk hidup
dipandang sebagai sebagai mesin, dan semua proses termasuk proses psikologi pada
akhirnya dapat diredusir menjadi proses fisik dan kimiawi. Berdasarkan asumsi ini
manusia dipandang sebagai robot yang pasif yang digerakkan oleh daya dari luar dirinya.
Pandangan Organismik
Pandangan organismik menganggap manusia sebagai suatu keseluruhan (gestalt), yang
lebih dari pada hanya penjumlahan dari bagian-bagian. Dalam pandangan ini dunia
dianggap sebagai sistem yang hidup seperti halnya tumbuhan dan binatang.
Pandangan Kontekstual
Dalam pandangan kontekstual manusia hanya dapat dipahami dalam konteksnya. Manusia
tidak independen, melainkan merupakan bagian dari lingkungannya. Manusia adalah
individu yang aktif dan organisme sosial. Untuk bisa memahami manusia maka pandangan
ini megharuskan mengenal perkembangan manusia secara utuh seperti memperhatihan
gejalagejala fisik, psikis, dan juga lingkungannya, serta peristiwa-peristiwa budaya dan
historis.
6
Tugas Mata Kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia Islami
Kelas D
7
Tugas Mata Kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia Islami
Kelas D
Jadi, menurut Al-Attas, pandangan hidup Islam adalah visi mengenai realitas dan kebenaran
(the vision of reality and truth), atau pandangan Islam mengenai eksistensi (ru’yat al-Islam lil
wujud). Al-Attas juga menegaskan, bahwa pandangan hidup Islam bersifat final dan telah dewasa
sejak lahir. Islam tidak memerlukan proses ’pertumbuhan’ menuju kedewasaan mengikuti proses
perkembangan sejarah. Jadi, karakteristik pandangan hidup Islam adalah sifatnya yang final dan
otentik sejak awal. Ini sangat berbeda dengan sifat agama-agama lainnya maupun kebudayaan/
peradaban umat manusia yang berkembang mengikuti dinamika sejarah. Pandangan hidup Islam
terbentuk dari serangkaian pemahaman tentang konsep- konsep pokok dalam Islam, seperti konsep
Tuhan, konsep kenabian, konsep agama, konsep wahyu, konsep manusia, konsep alam, dan
konsep ilmu. Seluruh elemen itu terkait satu dengan lainnya, dan konsep Tuhan menjadi landasan
bagi konsep-konsep lainnya.
2.3.2 Pembahasan kasus Islamic Worldview
Pada tahun 1990, negara-negara yang rakyatnya mayoritas beragama Islam yang tergabung
dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI) mengeluarkan suatu deklarasi mengenai hak asasi
manusia versi Islam, yang lebih dikenal dengan Deklarasi Kairo. Deklarasi Kairo dijadikan prinsip
bagi negara anggotanya dalam melaksanakan hak asasi manusia. Deklarasi tersebut dikeluarkan
bukan dalam rangka menentang Deklarasi Universal HAM (UDHR) secara keseluruhan, namun
hanya hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Islam saja yang direvisi agar sesuai dengan
ketentuan syariat. Salah satu perbedaan materi antara UDHR dan DK adalah mengenai hak
kebebasan beragama.
Definisi Hak Kebebasan beragama dalam Islam dengan kebebasan agama versi HAM memiliki
perbedaan. Sejak awal Islam telah menyebutkan bahwa menganut suatu agama atau kepercayaan
sepenuhnya diserahkan kepada manusia itu sendiri untuk memilihnya. Menganut suatu agama atau
kepercayaan tidak boleh ada pemaksaan-pemaksaan dari pihak manapun karena antara jalan yang
benar dan yang salah sudah sedemikian jelas. Islam hanya melarang seseorang keluar dari Islam
(murtad) apabila telah menjadi muslim dan menjadi Atheis. Lebih jauh lagi deklarasi Kairo
mengakui otoritas dan peran Tuhan dalam kehidupan, dan idak mentolerir anti-Tuhan (atheis) dan
pindah agama (dari Islam).
Berbeda dengan konsepsi kebebasan beragama versi HAM yang lahir dari Barat, konsepsi
kebebasan versi HAM tersebut lahir tentu memiliki dasar tertentu. Sejarah peradaban barat
memang dipenuhi dengan pelanggaran hak kebebasan beragama. Pembunuhan yang dilakukan
oleh orang-orang Katolik terhadap orang-orang Protestan dapat dijadikan salah satu bukti. Selain
daripada itu, kekuasaan gereja pada zaman kegelapan telah membuat orang-orang Barat menjadi
sangat frustrasi dan trauma. Itulah yang menyebabkan lahirkan konsep kebebasan beragama.
Selain masalah kebebasan beragama, masalah perkawinan juga dibahas dalam deklarasi Kairo.
Misalnya dalam pasal 5 ditegaskan keluarga merupakan fondasi masyarakat, dan pernikahan
merupakan landasan pembentukannya. Laki-laki dan perempuan mempunyai hak untuk menikah,
dan tidak ada pembatasan apa pun yang berdasarkan ras, warna kulit atau kebangsaan yang
mengahalangi mereka untuk menikmati hak ini. Ini sangat berbeda dengan apa yang disebutkan
dalam deklarasi HAM versi barat di mana perkawinan tidak ada pembatasan apa pun mengabaikan
faktor agama, bahkan belakangan jenis kelamin pun diabaikan. Negara-negara Islam sepakat
bahwa perkawinan harus memerhatikan masalah agama, karena wanita muslimah haram menikah
dengan lelaki kafir.
Dalam Deklarasi Kairo, negara-negara yang tergabung di dalamnya sepakat untuk meletakkan
syariah Islam di atas HAM, bukan sebaliknya meletakkan HAM di atas syariat Islam. Dari kedua
contoh di atas, yakni kebebasan beragama dan perkawinan kita bisa melihat bahawa hak asasi
manusia versi barat berbeda dengan hak asasi manusia versi Islam, sebab pandangan hidup yang
mendasari keduanya berbeda. Deklarasi HAM versi Barat dirumuskan dengan berbasis paham
humanisme sekuler yang menempatkan faktor kemanusiaan lebih tinggi daripada agama. Bagi
mereka agama tak ubahnya sama dengan ras dan kebangsaan. Sehingga ketika orang berbicara
tentang suku agama ras dan antargolongan (SARA) maka mereka menuntut tidak ada diskriminasi
8
Tugas Mata Kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia Islami
Kelas D
* Basyar
Basyar yang dalam Al-Quran disebut sebanyak 27 kali, memberikan referensi pada manusia
sebagai makhluk biologis. Sebagai makhluk biologis, manusia dapat dilihat dari perkataan
Maryam kepada Allah pada surat Ali-Imran [3]: 47. Maryam berkata: “Ya Tuhanku, betapa
mungkin aku mempunyai anak, Padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-laki pun.”
Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): “Demikianlah Allah menciptakan apa yang
dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup
berkata kepadanya: “Jadilah”, lalu jadilah Dia. Nabi Muhammad saw. disuruh Allah menegas-kan
bahwa secara biologis, ia seperti pada manusia lain. Allah berfirman pada surat Al-Kahfi [18]: 110
Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku:
“Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa”. Barang siapa mengharap
perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia
mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya”.
Semua kata basyar dalam Al-Quran menunjukkan gejala umum yang nampak pada fisiknya
atau lahiriyahnya. Dengan demikian pengertian basyar tidak lain adalah manusia dalam kehidupan
sehari-hari yang berkaitan dengan aktivitas lahiriahnya yang dipengaruhi oleh dorongan-dorongan
biologis, seperti makan, minum dan akhirnya mati sebagai kegiatannya di dunia.
* Insan
Insan yang dalam Al-Quran disebut sebanyak 65 kali, digunakan untuk menyatakan manusia
dalam lapangan yang amat luas, antara lain dalam konteks ilmu. Manusia didorong untuk meraih
pengetahuan sebanyak-banyaknya dan pengetahuan merupakan karunia khusus bagi manusia.
Allah mengajarkan kepada manusia segala sesuatu yang tidak mungkin diketahui oleh makhluk
lainnya. Firman Allah dalam surat Al-‘Alaq 1-4, “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu
yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam”.
Dengan demikian makna insan yang disebutkan dalam Al-Quran adalah manusia dilihat dari
sisi bagaimana manusia melakukan kegiatan yang disadari oleh akalnya serta aktualisasi dalam
kehidupan secara nyata, yaitu perencanaan, tindakan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya.
Manusia dalam konteks al- insan selalu berkaitan dengan unsur ruhani.
* An-Nas
9
Tugas Mata Kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia Islami
Kelas D
Konsep kunci yang ketiga adalah an-nas yang mengacu pada manusia sebagai makhluk sosial.
An-nas disebut dalamAl-Quran sebanyak 240 kali. Berdasarkan fitrahnya manusia memang
makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Tentunya sebagai makhluk sosial,
manusia harus mengutamakan keharmonisan bermasyarakat. Manusia harus hidup sosial artinya
tidak boleh sendiri-sendiri karena manusia tidak bisa hidup sendiri. Asal mula terjadinya manusia
yang bermula dari pasangan laki-laki dan wanita (Adam dan Hawa) kemudian berkembang
menjadi masyarakat. Dengan kata lain, adanya pengakuan terhadap spesies di dunia ini
menunjukkan bahwa manusia harus hidup bersaudara dan tidak boleh saling menjatuhkan. Secara
sederhana, inilah sebenarnya fungsi manusia dalam konsep An- Naas. Mengenai asal kejadian
keturunan umat manusia, dijelaskan dalam ayat berikut.
Sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran surat An-Nisa (4) ayat 1, “Hai sekalian manusia,
bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya
Allah menciptakan istrinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan)
nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”
Dari kedua pandangan tadi (Barat dan Islam) kita bisa menyimpulkan bahwa Barat sendiri
masih bingung menyimpulkan hakikat manusia, apakah manusia hanyalah sebuah entitas organis
biologis semata yang tak ubahnya tumbuhan ataupun hewan, ataukah sebuah organ mekanis yang
tingkah lakunya digerakkan oleh lingkungan. Mereka sama sekali tidak membahas manusia
kaitannya dengan sang pencipta manusia, yaitu Allah, sang Maha Pencipta. Inilah ciri humanisme
sekuler yang memang memisahkan pembahasan manusia dari konsepsi wahyu.
Berbeda dengan pandangan Al-Quran tentang manusia yang meskipun mempunyai banyak
peran namun semua terikat dan terhubung dengan konsepsi wahyu tentang hakikat manusia itu
sendiri. Sehingga apa pun peran manusia baik sebagai individu maupun sosial harus dikembalikan
kepada aturan yang digariskan tuhannya dalam wahyu.
2.4. Kesimpulan
Dari analisa yang cermat terhadap konsep-konsep kemanusiaan dalam pandangan dunia Islam
dan kapitalisme Barat, dapat disimpulkan bahwa kedua perspektif ini menawarkan perspektif yang
berbeda mengenai hakikat dan tujuan hidup manusia. Pandangan dunia Islam menekankan
pentingnya menyeimbangkan tanggung jawab moral kepada Tuhan dan tanggung jawab sosial
kepada manusia lainnya. Konsep solidaritas, keadilan, dan penghormatan terhadap nilai-nilai
agama merupakan inti dari visi kemanusiaan umat Islam.
Kapitalisme Barat, sebaliknya, menekankan kebebasan individu, kapasitas untuk sukses
pribadi, dan akumulasi materi sebagai ukuran utama kesuksesan manusia. Sistem ini menekankan
pentingnya persaingan, efisiensi dan pertumbuhan ekonomi sebagai sumber kemajuan sosial.
Namun keduanya berpotensi saling melengkapi. Menggabungkan nilai-nilai keadilan sosial dalam
perspektif Islam dengan pentingnya kebebasan individu dan inovasi dari kapitalisme Barat dapat
memberikan landasan yang lebih kuat bagi masyarakat yang inklusif dan berkelanjutan. Penerapan
prinsip-prinsip etika Islam dalam konteks bisnis dan ekonomi dapat memberikan dasar yang lebih
berkelanjutan dan adil bagi pembangunan sosial.
Oleh karena itu, penting bagi komunitas global untuk menghargai perbedaan antara perspektif
ini dan mencari titik temu yang memungkinkan terjadinya dialog dan kerja sama lintas budaya.
Hanya dengan pemahaman yang lebih dalam dan toleransi antar budaya dan pandangan dunia
yang berbeda, kita dapat membangun masyarakat yang beragam namun harmonis, yang mampu
menyelesaikan tantangan global secara damai dan komprehensif.
10
Tugas Mata Kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia Islami
Kelas D
4. Daftar Pustaka
Ahmad., Abdul, R., Amir, R., M. Ari, F. 2021. Melacak Makna Worldview: Worldview Barat dan Islam. Journal of
Kanz Philosophia 7: 45-64.
Edy, W. 2017. Concept of Humanity in View of Islam. Al-Karima 1: 30-236.
Mohd. Yusuf, O., Faszly, R., Wan N.W.A., Aulia, R.Z. 2018. Evolution of Human Concepts in Western Tasawur. Sains
Insani 03: 21-27.
11