A. PENDAHULUAN
B. WORLDVIEW ISLAM
Nilai dasar ekonomi Islam adalah seperangkat nilai yang telah diyakini
dengan segenap keimanan, dimana ia akan menjadi landasan paradigma
ekonomi Islam. Nilai-nilai dasar tersebut berdasarkan al-Qur`an dan as-
Sunnah. Kemudian sebagai ekonomi yang bersifat Rabbani maka Ekonomi
Islam mempunyai sumber “nilai-nilai normatif-imperatif” (meminjam istilah
dari Ismail Al Faruqi), sebagai panduan serta pedoman yang mengikat.
Dengan mengakses kepada aturan Ilahiyah(ketuhanan), setiap perbuatan
manusia mempunyai unsur moral, etika, dan ibadah. Setiap tindakan manusia
tidak boleh lepas dari nilai, yang secara vertikal merefleksikan moralitas yang
baik, dan secara horizontal memberi manfaat bagi manusia dan makhluk
lainnya. Nilai moral samahah (lapang dada, lebar tangan, dan murah hati)
ditegaskan sebagai prasyarat bagi pelaku ekonomi untuk mendapatkan rahmat
atau kasih dari Tuhan, baik selaku pedagang/pebisnis, produsen, konsumen,
debitor maupun kreditor.
Prinsip atau nilai sebagai landasan dan dasar pengembangan ekonomi
Islam terdiri dari 5 (lima) nilai universal, yaitu: tauhid (keimanan), ‘adl
(keadilan), nubuwwah (kenabian), khilafah (pemerintahan), dan ma’ad (hasil).
Kelima nilai ini menjadi dasar inspirasi untuk menyusun proposisi-proposisi
dan teori-teori ekonomi Islam.
Kegiatan ekonomi dalam Islam bersifat muamalah. Kegiatan muamalah
merupakan kegiatan-kegiatan yang menyangkut hubungan antar manusia.
Kegiatan ini sama halnya dengan transaksi, sebagaimana muamalah transaksi
juga banyak macamnya salah satunya yaitu sewa-menyewa. Kajian hukum
Islam tentang muamalah secara garis besar terkait dengan dua hal. Pertama
muamalah yang berkaitan dengan kebutuhan hidup yang bertalian dengan
materi dan inilah yang dinamakan dengan ekonomi. Sedangkan yang kedua,
muamalah yang terkait dengan pergaulan hidup yang dipertalikan oleh
kepentingan moral rasa kemanusiaan dan inilah yang dinamakan sosial.
Dalam Islam, akal memiliki posisi yang sangat mulia. Meski demikian,
bukan berarti akal diberi kebebasan tanpa batas dalam memahami agama.
Islam memiliki aturan untuk menempatkan akal sebagaimana mestinya.
Bagaimanapun, akal yang sehat akan selalu cocok dengan syariat Allah SWT,
dalam permasalahan apa pun. Akal adalah nikmat besar yang Allah swt
titipkan dalam jasmani manusia. Akal merupakan salah satu kekayaan yang
sangat berharga bagi diri manusia. Keberadaannya membuat manusia berbeda
dengan makhluk-makhluk lain ciptaan Allah. Bahkan tanpa akal manusia
tidak ubahnya seperti binatang yang hidup di muka bumi ini. Dengan bahasa
yang singkat, akal menjadikan manusia sebagai makhluk yang berperadaban.
Tetapi meskipun demikian, akal yang selalu diagung-agungkan oleh golongan
pemikir sebut saja golongan ra’yu atau mu’tazilah juga memiliki keterbatasan
dalam fungsinya.
Akal itu adalah sebuah timbangan yang cermat, yang hasilnya adalah
pasti dan dapat dipercaya. Khaldun menjelaskan mempergunakan akal itu
menimbang soal-soal yang berhubungan dengan keesaan Allah SWT, atau
hidup di akhirat kelak, atau hakikat kenabian (nubuwah), atau hakikat sifat-
sifat ketuhanan atau hal-hal lain di luar kesanggupan akal, adalah sama dengan
mencoba mempergunakan timbangan tukang emas untuk menimbang gunung.
Ini tidaklah berarti bahwa timbangan itu sendiri tidak boleh dipercaya. Soal
yang sebenarnya ialah bahwa akal itu mempunyai batas-batas yang dengan
keras membatasinya.
Akal akan mempertimbangkan hal-hal yang dilihat atau didengar lewat
indera penglihatan atau pendengaran. Ini berarti bahwa akal dapat berfungsi
setelah ada informasi yang bersifat empirik dari indera yang lain. Lalu
bagaimana dengan fungsi akal untuk memikirkan hal-hal yang bersifat
abstrak? Hal-hal yang bersifat gaib? Mempertimbangkan bahwa akal dapat
berfungsi ketika ada informasi yang bersifat empirik dari panca indera yang
lain, ini berarti akal akan berfungsi sebagaimana mestinya untuk hal-hal yang
bersifat dapat diraba dan didengar. Adapun untuk hal-hal yang bersifat gaib
atau abstrak diperlukan petunjuk khusus, yakni wahyu (agama). Dengan
begitu, meskipun di dalam al-Qur’an sangat ditekankan pada penggunaan akal
dalam setiap persoalan, namun di sisi lain akal sangat membutuhkan wahyu
(agama) atau lebih tepatnya religiusitas dalam menimbang hal-hal yang
bersifat abstrak (gaib).
Islam adalah agama yang sangat memperhatikan peran dan fungsi akal
secara optimal, sehingga akal dijadikan sebagai standar seseorang diberikan
beban taklif atau sebuah hukum. Jika seseorang kehilangan akal maka hukum
tidak berlaku baginya. Saat itu dia dianggap sebagai orang yang tidak terkena
beban apapun. Di dalam Islam, dalam menggunakan akal mestilah mengikuti
kaidah-kaidah yang ditentukan oleh wahyu supaya akal tidak terbabas, tidak
digiring oleh kepentingan, tidak menghalalkan yang haram dan
mengharamkan yang halal, tidak menjadikan musuh sebagai kawan dan
kawan sebagai musuh.
Meskipun demikian, akal bukanlah penentu segalanya. Ia tetap memiliki
kemampuan dan kapasitas yang terbatas. Oleh karena itu, Allah SWT
menurunkan wahyu-Nya untuk membimbing manusia agar tidak tersesat. Di
dalam keterbatasannya, akal manusia menjadi mulia. Sebaliknya, ketika ia
melampaui batasnya dan menolak mengikuti bimbingan wahyu, maka ia akan
tersesat.
Referensi
c) Self-goal choice: setiap pilihan seseorang diikuti oleh tujuan tertentu (dan
khususnya, tidak dibatasi oleh adanya ketergantungan atau hubungan
timbal balik, karena masing-masing mengejar tujuan mereka).
Referensi
A. Pengertian Syariah
Secara etimologis (lughawi) kata “syariah” berasal dari kata berbahasa Arab
al syarī’at ( )الشريعةyang berarti “jalan ke sumber air” atau jalan yang harus
diikuti, yakni jalan ke arah sumber pokok bagi kehidupan. Secara harfiah kata
kerja syara’a berarti menandai atau menggambar jalan yang jelas menuju
sumber air. Dalam pemakaiannya yang bersifat religius, kata syariah mempunyai
arti jalan kehidupan yang baik, yaitu nilai-nilai agama yang diungkapkan secara
fungsional dan dalam makna yang konkret, yang ditujukan untuk mengarahkan
kehidupan manusia.
Pengertian Syariah menurut Ash-shiddieqy adalah sebagai nama bagi
hukum yang ditetapkan Allah untuk para hamba-Nya dengan perantara
Rasulullah, supaya para hamba melaksanakannya dengan dasar iman dan takwa,
baik hukum mengenai amaliyah lahiriyah maupun yang mengenai akhlak dan
akidah, kepercayaan yang bersifat batiniah. Menurut Agnides, pengertian
Syariah ialah sesuatu yang tidak akan diketahui adanya, seandainya saja tidak
ada wahyu ilahi. Fyzee mengemukakan pengertian Syariah yaitu sebagai
berikut, syariat dalam bahasa Inggris disebut Common of Law yakni keseluruhan
perintah Tuhan. Dimana tiap-tiap perintah itu dinamakan hukum. Hukum Allah
tidak mudah dipahami dan syariah itu meliputi semua tingkah laku manusia.
Pengertian Syariah menurut Hanafi adalah apa (hukum-hukum) yang diadakan
oleh Tuhan untuk hamba-hamba-Nya yang dibawa oleh salah seorang Nabi-Nya,
baik hukum-hukum itu berhubungan dengan cara mengadakan perbuatan, yaitu
yang disebut sebagai "hukum-hukum cabang dan amalan". Oleh karenanya,
maka dihimpunlah ilmu fiqih, ataupun mengenai hal-hal yang berhubungan
dengan kepercayaan yang disebut sebagai "hukum-hukum pokok" atau
keimanan, yang terhimpun dalam kajian ilmu kalam. Menurut Rosyada,
pengertian syariah ialah menetapkan norma-norma hukum untuk menata
kehidupan manusia baik hubungannya dengan Tuhan maupun dengan umat
manusia lainnya. Zuhdi mengatakan, pengertian syariah yaitu sebagai hukum
yang ditetapkan Allah melalui Rasul-Nya untuk Hamba-Nya agar mereka
menaati hukum itu atas dasar iman dan takwa, baik yang berkaitan dengan
akidah, amaliyah (ibadah dan muamalah) dan yang berkaitan dengan akhlak.
Berdasarkan pengertian syariah diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian
syariah adalah segala apa yang disyariatkan oleh Allah. Baik dengan Al-qur'an
maupun dengan Sunnah Nabi ataupun yang dapat melengkapi semua dasar-dasar
agama, akhlak, hubungan manusia dengan manusia, bahkan meliputi juga apa
yang menjadi tujuan hidup dan kehidupan manusia untuk keselamatan dunia dan
akhirat.
d) Puasa
Puasa memiliki tujuan dalam membiasakan manusia untuk jujur
pada diri sendiri dan berempati atas penderitaan orang lain dengan
cara meniru sifat-sifat Allah SWT, seperti sifat Allah SWT yang
tidak pernah makan, minum, dan berkeluarga.
e) Haji
Terakhir haji. Hal tersebut bertujuan dalam mempersiapkan manusia
untuk sanggup datang kepada Allah SWT sendiri-sendiri dengan
menanggalkan seluruh kekayaan, ikatan kekerabatan, jabatan
kekuasaan, kecuali amal perbuatan yang telah dilakukannya.
2. Hubungan Manusia Dengan Manusia Secara Horizontal (Muamalat),
Seperti :
a) Ikatan Pertukaran Barang dan Jasa
Ikatan ini bertujuan agar kehidupan dasar manusia yang satu dengan
yang lain dapat tercukupi dengan sportif.
b) Ikatan Pernikahan
Pernikahan memiliki tujuan untuk melestarikan generasi manusia
berdasarkan aturan yang berlaku.
c) Ikatan Pewarisan
Tujuan dari ikatan waris adalah menjamin kebutuhan dasar hidup
bagi anggota keluarga sebagai tanggungan orang yang meninggal
dunia.
d) Ikatan Kemasyarakatan
Ikatan ini memiliki tujuan agar terjadi pembagian peran dan fungsi
sosial yang seadil-adilnya atas dasar musyawarah di bawah hukum
kemasyarakatan yang dibuat bersama.
e) Ikatan Kemanusiaan
Ikatan kemanusiaan bertujuan agar terjadi saling tenggang rasa,
karya, dan cipta di antara manusia yang berkaitan.
C. Tujuan Syariah
Menurut buku “Syariah dan Ibadah” (Pamator 1999) yang disusun oleh Tim
Dirasah Islamiyah dari Universitas Islam Jakarta, ada 5 (lima) hal pokok yang
merupakan tujuan utama dari Syariat Islam, yaitu:
1. Memelihara Kemaslahatan Agama (Hifzh Ad-din)
Agama Islam harus dibela dari ancaman orang-orang yang tidak
bertanggung-jawab yang hendak merusak akidah, ibadah dan akhlak umat.
Ajaran Islam memberikan kebebasan untuk memilih agama, seperti ayat Al-
Qur’an:
ِسكا بِ ْالعُ ْر اوة ِ ٰ ِت اويُؤْ مِ ْۢ ْن ب
اّلل فاقا ِد ا ْست ْام ا ِ غ ْو َّ الر ْشدُ مِ نا ْالغاي ِ ۚ فا ام ْن يَّ ْكفُ ْر بِال
ُ طا ُّ الدي ِۗ ِْن قادْ تَّبايَّنا
ِ َل اِ ْك اراها فِى
ٓا
٢٥٦ - ع ِل ْي ٌم سمِ ْي ٌع ا ٰ ام ال اها اِۗو
ّٰللاُ ا ص ا ْال ُوثْ ٰقى اَل ا ْن ِف ا
Artinya,
“Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah
jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang
siapa ingkar kepada Tagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia
telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus.
Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 256).
Akan tetapi, untuk terpeliharanya ajaran Islam dan terciptanya rahmatan
lil’alamin, maka Allah SWT telah membuat peraturan-peraturan, termasuk
larangan berbuat musyrik dan murtad seperti ayat dalam Al-Qur’an
– عظِ ْي ًما ِ ٰ ِّٰللا اَل يا ْغف ُِر ا ا ْن يُّ ْش اركا بِ ٖه اويا ْغف ُِر اما د ُْونا ٰذلِكا ِل ام ْن يَّش ۤاا ُء ۚ او ام ْن يُّ ْش ِر ْك ب
اّلل فاقا ِد ا ْفت ٰ ٓارى اِثْ ًما ا ا َِّن ٰ ا
٤٨
Artinya,
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka
sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (Q.S. An-Nisaa [4]: 48).
Dengan adanya Syariat Islam, maka dosa syirik maupun murtad akan
ditumpas.
2. Memelihara jiwa (Hifzh al-nafsi)
Agama Islam sangat menghargai jiwa seseorang. Oleh sebab itu,
diberlakukannya hukum qishash yang merupakan suatu bentuk hukum
pembalasan. Seseorang yang telah membunuh orang lain akan dibunuh,
seseorang yang telah mencederai orang lain, akan dicederai, seseorang yang
telah menyakiti orang lain, akan disakiti secara setimpal. Dengan demikian
seseorang akan takut melakukan kejahatan. Ayat Al-Qur’an menegaskan:
ِي
عف ا ُ اص فِى ْالقاتْ ٰل ِۗى ا ا ْل ُح ُّر ِب ْال ُح ِر او ْال اع ْبدُ ِب ْال اع ْب ِد او ْاَلُ ْن ٰثى ِب ْاَلُ ْن ٰث ِۗى فا ام ْن ُ ص علا ْي ُك ُم ْال ِق ا ِب اٰ ٓياايُّ اها الَّ ِذيْنا ٰا امنُ ْوا ُكت ا
ْف مِ ْن َّر ِب ُك ْم او ارحْ امةٌ ِۗفا ام ِن ا ْعت ا ٰدى اب ْعدا ٌ ان ِۗ ٰذلِكا ت ا ْخ ِفي ٍ س ش ْي ٌء فااتِ اباعٌ ْۢ ِب ْال ام ْع ُر ْوفِ اواادا ۤا ٌء اِلا ْي ِه ِب ِا ْح ا
لاهٗ مِ ْن ااخِ ْي ِه ا
١٧٨ - عذاابٌ اا ِل ْي ٌم ٰذلِكا فالاهٗ ا
Artinya,
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu (melaksanakan)
qisas berkenaan dengan orang yang dibunuh. Orang merdeka dengan
orang merdeka, hamba sahaya dengan hamba sahaya, perempuan dengan
perempuan. Tetapi barangsiapa memperoleh maaf dari saudaranya,
hendaklah dia mengikutinya dengan baik, dan membayar diat (tebusan)
kepadanya dengan baik (pula). Yang demikian itu adalah keringanan dan
rahmat dari Tuhanmu. Barangsiapa melampaui batas setelah itu, maka ia
akan mendapat azab yang sangat pedih.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 178).
Namun, qishash tidak diberlakukan jika si pelaku dimaafkan oleh yang
bersangkutan, atau diyat (ganti rugi) telah dibayarkan secara wajar. Ayat
Al-Qur’an menerangkan hal ini:
Dengan adanya Syariat Islam, maka pembunuhan akan tertanggulangi
karena para calon pembunuh akan berpikir ulang untuk membunuh karena
nyawanya sebagai taruhannya. Dengan begitu, jiwa orang beriman akan
terpelihara.
3. Memelihara Akal (Hifzh al-‘aqli)
Kedudukan akal manusia dalam pandangan Islam amatlah penting. Akal
manusia dibutuhkan untuk memikirkan ayat-ayat qauliyah (Al-Qur’an) dan
kauniah (sunnatullah) menuju manusia kamil. Salah satu cara yang paling
utama dalam memelihara akal adalah dengan menghindari khamar
(minuman keras) dan judi. Ayat-ayat Al-Qur’an menjelaskan sebagai
berikut:
اس اواِثْ ُم ُه اما ٓ ا ا ْكبا ُر مِ ْن نَّ ْف ِع ِه ام ِۗا اوياسْـَٔلُ ْوناكا اماذاا
ِۖ ِ َّع ِن ْالخ ْام ِر او ْال ام ْيس ِۗ ِِر قُ ْل فِ ْي ِه اما ٓ اِثْ ٌم اكبِي ٌْر َّو امناافِ ُع لِلن
ياسْـَٔلُ ْوناكا ا
٢١٩ - ت لاعالَّ ُك ْم تاتافا َّك ُر ْو َۙنا ٰ ْ ّٰللاُ لا ُك ُم
ِ اَل ٰي ٰ يُ ْن ِفقُ ْونا ەِۗ قُ ِل ْالعا ْف ِۗ او ك ٰاذلِكا يُبايِ ُن
Artinya,
“Mereka bertanya kepadamu (wahai Muhammad) mengenai khamar
(minuman keras) dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya itu terdapat dosa
besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa kedua-duanya lebih
besar dari manfaatnya.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 219).
Syariat Islam akan memelihara umat manusia dari dosa bermabuk-
mabukan dan dosa perjudian.
4. Memelihara Keturunan dan Kehormatan (Hifzh al-nashli)
Islam secara jelas mengatur pernikahan, dan mengharamkan zina. Di
dalam Syariat Islam telah jelas ditentukan siapa saja yang boleh dinikahi,
dan siapa saja yang tidak boleh dinikahi. Al-Qur’an telah mengatur hal-hal
ini dalam surat Al-Qur’an:
َل امةٌ ُّمؤْ مِ ناةٌ اخي ٌْر ِم ْن ُّم ْش ِر اك ٍة َّولا ْو ا ا ْع اج ابتْ ُك ْم ۚ او اَل ت ُ ْن ِك ُحوا ْال ُم ْش ِر ِكيْنا ِ او اَل ت ا ْن ِك ُحوا ْال ُم ْش ِر ٰك
ت احتٰى يُؤْ مِ َّن ِۗ او ا ا
ٰۤ ُ ُ
ّٰللاُ يادْع ُْٓوا اِلاى ْال اجنَّ ِة
ٰ ار ِۖ اوِ َّولىِٕكا يادْع ُْونا اِلاى الن احتٰى يُؤْ مِ نُ ْوا ِۗ اولاعا ْبدٌ ُّمؤْ مِ ٌن اخي ٌْر مِ ْن ُّم ْش ِركٍ َّولا ْو ا ا ْع اجباك ْم ِۗ ا
ِ َّاو ْال ام ْغف اِرةِ بِ ِاذْن ٖ ِۚه اويُبايِ ُن ٰا ٰيت ِٖه لِلن
٢٢١ - ࣖ اس لاعالَّ ُه ْم ياتاذا َّك ُر ْونا
Artinya,
“Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka
beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita
musyrik, walaupun dia menarik hatimu.” (Q.S. Al Baqarah [2]: 221).
ِ ٰ الزانِ ْي فاا ْج ِلد ُْوا ُك َّل اواحِ ٍد مِ ْن ُه اما مِ ائاةا اج ْلداةٍ َِّۖو اَل تاأ ْ ُخذْ ُك ْم بِ ِه اما ارأْفاةٌ فِ ْي ِدي ِْن
ّٰللا ا ِْن ُك ْنت ُ ْم تُؤْ مِ نُ ْونا َّ لزانِياةُ او
َّ ا ا
٢ – ط ۤا ِٕىفاةٌ ِمنا ْال ُمؤْ مِ نِيْنا ٰ ْ اّلل او ْاليا ْو ِم
اَلخِ ۚ ِر او ْليا ْش اهدْ ا
عذاابا ُه اما ا ِ ٰ ِب
Artinya,
“Perempuan dan lak-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari
keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya
mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman
kepada Allah dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman
mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman.” (Q.S.
An-Nur [24]: 2).
Syariat Islam akan menghukum dengan tegas secara fisik (dengan cambuk)
dan emosional (dengan disaksikan banyak orang) agar para pezina
bertaubat.
5. Memelihara Harta Benda (Hifzh al-mal)
Dengan adanya Syariat Islam, maka para pemilik harta benda akan
merasa lebih aman, karena Islam mengenal hukuman Had, yaitu potong
tangan dan/atau kaki. Seperti yang tertulis di dalam Al-Qur’an:
٣٨ – ع ِزي ٌْز اح ِك ْي ٌم
ّٰللاُ ا
ٰ ّٰللا اِۗو طعُ ْٓوا ا ا ْي ِديا ُه اما اجزا ۤا ْۢ ًء ِب اما اك ا
ِ ٰ سباا ناك ًااَل ِمنا َّارقاةُ فاا ْق ا
ِ َّار ُق اوالس
ِ اوالس
Artinya,
“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan
keduanya (sebagaimana) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan
sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”
(Q.S. Al-Maidah [5]: 38).
Hukuman ini bukan diberlakukan dengan semena-mena. Ada
batasan tertentu dan alasan yang sangat kuat sebelum diputuskan. Jadi
bukan berarti orang mencuri dengan serta merta dihukum potong tangan.
Dilihat dulu akar masalahnya dan apa yang dicurinya serta kadarnya. Jika
ia mencuri karena lapar dan hanya mengambil beberapa butir buah untuk
mengganjal laparnya, tentunya tidak akan dipotong tangan. Berbeda dengan
para koruptor yang sengaja memperkaya diri dengan menyalahgunakan
jabatannya, tentunya hukuman berat sudah pasti buatnya. Dengan demikian,
Syariat Islam akan menjadi andalan dalam menjaga suasana tertib
masyarakat terhadap berbagai tindak pencurian.
6. Sumber-sumber Syariah
a) Al-Qur’an
Al-Qur'an sebagai kitab suci umat Islam adalah firman Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada
seluruh umat manusia hingga akhir zaman. Selain sebagai sumber ajaran
Islam, Al-Qur’an disebut juga sebagai sumber pertama atau asas pertama
syarak.
Al-Qur’an merupakan kitab suci terakhir yang turun dari
serangkaian kitab suci lainnya yang pernah diturunkan ke dunia. Dalam
upaya memahami isi Al-Qur’an dari waktu ke waktu telah berkembang
tafsiran tentang isi-isi Al-Qur’an namun tidak ada yang saling
bertentangan.
b) Al-Hadist
Hadits terbagi dalam beberapa derajat keasliannya, di antaranya adalah:
• Sahih
• Hasan
• Daif (lemah)
• Maudu' (palsu)
Hadis yang dijadikan acuan hukum hanya hadis dengan derajat sahih
dan hasan, kemudian hadis daif menurut kesepakatan ulama salaf
(generasi terdahulu) selama digunakan untuk memacu gairah beramal
(fadilah amal) masih diperbolehkan untuk digunakan oleh umat Islam.
Adapun hadis dengan derajat maudhu dan derajat hadis yang di
bawahnya wajib ditinggalkan, namun tetap perlu dipelajari dalam ranah
ilmu pengetahuan.
Perbedaan Al-Qur’an dan al-hadis adalah Al-Qur’an, merupakan
kitab suci yang berisikan kebenaran, hukum hukum dan firman Allah,
yang kemudian dibukukan menjadi satu bundel untuk seluruh umat
manusia. Sedangkan al-hadis, merupakan kumpulan yang khusus
memuat sumber hukum Islam setelah Al-Qur’an berisikan aturan
pelaksanaan, tata cara ibadah, akhlak, ucapan yang dinisbatkan kepada
Nabi Muhammad SAW. Walaupun ada beberapa perbedaan ulama ahli
fiqih dan ahli hadis dalam memahami makna di dalam kedua sumber
hukum tersebut tetapi semua merupakan upaya dalam mencari kebenaran
demi kemaslahatan umat, namun hanya para ulama mazhab (ahli fiqih)
dengan derajat keilmuan tinggi dan dipercaya umat yang bisa
memahaminya dan semua ini atas kehendak Allah.
c) Ijtihad
Ijtihad adalah sebuah usaha para ulama, untuk menetapkan sesuatu
putusan hukum Islam, berdasarkan Al-Qur’an dan al-Hadis. Ijtihad
dilakukan setelah Nabi Muhammad wafat sehingga tidak bisa langsung
menanyakan pada beliau tentang sesuatu hukum maupun perihal
peribadatan. Namun, ada pula hal-hal ibadah tidak bisa di ijtihadkan.
Beberapa macam ijtihad, antara lain :
• Ijma’
Ijma’ adalah kesepakatan seluruh ulama mujtahid dari umat Nabi
SAW. di suatu masa atas hukum syariat. Oleh karena itu,
kesepakatan mereka baik di masa sahabat atau setelahnya tentang
suatu hukum dari hukum-hukum syariat, maka hal itu dinamakan
ijma’, dan umat Muslim wajib melaksanakannya. Hal ini
berdasarkan hadis riwayat Abu Basrah Al-Ghifari bahwa Rasulullah
SAW. bersabda:
ضاللا ٍة فاأ ا ْع ا
طانيها ع َّز او اج َّل أ ا ْن َلا يا ْج ام اع أ ُ َّمتي ا
على ا سأ ا ْلتُ َّ ا
ّٰللا ا ا
Artinya,
“Aku minta kepada Allah azza wajalla agar umatku tidak bersepakat
tentang kesesatan, lalu Allah memberikannya kepadaku tentang hal
itu.” (H.R. Ahmad).
• Qiyas
Qiyas adalah menyamakan suatu hal yang belum ditemukan hukum
syariatnya dengan hal lain yang telah ada penjelasan hukumnya
karena adanya suatu alasan yang sama antara keduanya. Qiyas
merupakan alternatif setelah kita tidak menemukan hukum atas
suatu masalah di dalam Al-Qur’an, sunah, maupun ijma’.
• Maslahah Mursalah
Maslahah Mursalah adalah sesuatu kejadian yang syara’ atau ijma’
tidak menetapkan hukumnya dan tidak pula nyata ada illat yang
menjadi dasar syarat menetapkan satu hukum, tetapi ada pula
sesuatu yang munasabah untuk kemaslahatan dan kebaikan umum.
• Urf
Urf merupakan segala sesuatu yang sudah dikenal masyarakat dan
telah dilakukan secara terus menerus baik berupa perkataan maupun
perbuatan.
Terkait dengan susunan tertib syariat, Al-Qur’an dalam Surah Al-
Ahzab ayat 36 yang berbunyi
س ْولُ ٗ ٓه ا ا ْم ًرا ا ا ْن يَّ ُك ْونا لا ُه ُم ْالخِ يا ارة ُ مِ ْن ا ا ْم ِر ِه ْم اِۗو ام ْن
ُ ّٰللاُ او ار
ٰ ضىاو اما اكانا ِل ُمؤْ مِ ٍن َّو اَل ُمؤْ مِ نا ٍة اِذاا قا ا
٣٦ – ض ٰل ًال ُّمبِ ْينً ِۗا ض َّل ا س ْولاهٗ فاقادْ ا ُ ّٰللا او ار
ص ٰا ِ يَّ ْع
Artinya,
“Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan
yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu
ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan
mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka
sungguh, dia telah tersesat, dengan kesesatan yang nyata.”
Dalam ayat tersebut mengajarkan bahwa sekiranya Allah
dan Rasul-Nya sudah memutuskan suatu perkara, maka umat Islam
tidak diperkenankan mengambil ketentuan lain. Oleh sebab itu,
secara implisit dapat dipahami bahwa jika terdapat suatu perkara
yang Allah dan rasul-Nya belum menetapkan ketentuannya, maka
umat Islam dapat menentukan sendiri ketetapannya itu. Pemahaman
makna ini didukung oleh ayat Al-Qur’an dalam Surah Al-Mai'dah
ayat kelima yang berbunyi,
ع ْن اها حِ يْنا يُن َّاز ُل ْالقُ ْر ٰا ُن ُ ع ْن ا ا ْشيا ۤا اء ا ِْن ت ُ ْبدا لا ُك ْم ت ا
سؤْ ُك ْم اۚوا ِْن تاسْـَٔلُ ْوا ا ٰيٓاايُّ اها الَّ ِذيْنا ٰا امنُ ْوا اَل تاسْـَٔلُ ْوا ا
١٠١ – غفُ ْو ٌر اح ِل ْي ٌم ٰ ع ْن اها اِۗو
ّٰللاُ ا ّٰللاُ ا ت ُ ْبدا لا ُك ْم ِۗ ا
ٰ عفاا
Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu
menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan
kepadamu (justru) menyusahkan kamu. Jika kamu menanyakannya
ketika Al-Qur'an sedang diturunkan, (niscaya) akan diterangkan
kepadamu. Allah telah memaafkan (kamu) tentang hal itu. Dan
Allah Maha Pengampun, Maha Penyantun.”
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa hal-hal yang tidak
dijelaskan ketentuannya sudah dimaafkan Allah. Dengan demikian,
perkara yang dihadapi umat Islam dalam menjalani hidup
beribadahnya kepada Allah itu dapat disederhanakan dalam dua
kategori, yaitu apa yang disebut sebagai perkara yang termasuk
dalam kategori Asas Syarak (ibadah Mahdah) dan perkara yang
masuk dalam kategori Furuk Syarak (Gairu Mahdah).
Referensi
TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM ISLAM Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag.
(http://staffnew.uny.ac.id/upload/132001803/lainlain/Dr.+Marzuki,+M.Ag_.+Tinj
auan+Umum+te ntang+Hukum+Islam.pdf)
MENGENAL SYARI’AH ISLAM
(http://file.upi.edu/Direktori/FPEB/PRODI._MANAJEMEN_FPEB/BUDHI_PA
MUNGKAS_GA UTAMA/1-MENGENAL_SYARIAH_ISLAM.pdf)
BAB 4
MAQASHID SYARIAH
i. Imam al-Ghazali
Imam al-Ghazali mengatakan bahwa maslahat adalah menarik
manfaat atau menolak bahaya, yang merupakan esensi syariat. Esensi
syariat ini terbagi menjadi lima, yaitu menjaga agama, jiwa, akal, nasab, dan
harta manusia.
Secara implisit, al-Ghazali ingin mengungkapkan bahwa setiap
hukum syari’at pasti memiliki esensi pembentukannya yakni mewujudkan
kebaikan universal bagi manusia dan tidak mungkin menjerumuskan
manusia ke dalam lubang kehancuran. Menurutnya, maslahat adalah
maslahat menurut syariat, bukan menurut persepsi manusia. Oleh karena itu,
al-Ghazali melontarkan kritik pedas terhadap produk ijtihad ulama terhadap
raja yang menggauli isterinya pada siang hari Ramadan dengan berpuasa
dua bulan berturut-turut. Karena ini kontradiksi dengan ketentuan syariat
secara tekstual yakni membebaskan budak.
Lebih lanjut, al-Ghazali menyatakan bahwa syariat tidak mungkin
hampa dari esensi pembentukannya yang berkisar pada lima term, yaitu
menjaga agama, jiwa, akal, nasab dan harta. Bahkan seluruh agama dan
ajarannya pasti memiliki esensi yang sama dalam menyikapi fenomena
kekafiran, pembunuhan, seks bebas, pencurian dan minuman keras. Di
sinilah titik temu semua agama. Kebaikan universal, kebenaran hakiki dan
sebuah keniscayaan dalam setiap agama.
ii. Imam Haramain al-Juwaini
Imam Haramain al-Juwaini (wafat tahun 478 H/ 1185 M)
mengatakan, “Siapapun yang tidak memahami adanya maksud dan tujuan
perintah dan larangan syariat, ia tidak akan mengetahui hakikat penetapan
hukum syariat.” Selain itu, al-Juwaini juga menyatakan bahwa
ketidaktahuan terhadap tujuan dasar syariat dalam perintah dan larangan
menyebabkan terjadinya benturan keras di kalangan ulama. Al-Juwaini
berargumentasi bahwa para sahabat telah melakukan transformasi makna
dan esensi syariat dari teks kemudian menerapkannya pada masalah yang
secara tektual tidak ditemukan dalam teks.
iii. Al Izz bin Abdus Salam
Al Izz bin Abdus Salam (wafat tahun 660 H/1261 M) berkata,
“Siapapun yang memperhatikan esensi syariat, dalam upaya mendatangkan
maslahat dan menolak mafsadat, ia akan memperoleh keyakinan dan
pengetahuan yang mendalam bahwa maslahat tidak boleh diabaikan dan
mafsadat tidak boleh didekati, kendatipun tidak ada ijma, teks maupun qiyas
yang khusus membahasnya. Karena pemahaman inti syariat meniscayakan
hal tersebut.”
Jumlah teks syariat sangat terbatas dan respon teks terhadap
permasalahan yang muncul dengan wajah baru pun, tidak serta merta dapat
digali secara cepat. Namun, dengan mengembalikan teks kepada dasar
falsafah pembentukannya akan dapat diketahui mana yang dikehendaki teks
dan mana yang tidak. Sehingga, parameternya adalah maslahah dan
mafsadah. Bila maslahah adalah yang dikehendaki oleh syariat, maka
mafsadah adalah yang ditentang oleh syariat.
iv. Ibnu al-Qayyim al-Jauziyyah
Ibnu al-Qayyim al-Jauziyyah (w. 751 H/1350 M), di dalam kitabnya
“I’lam al-Muwaqqi’in ‘an Rabb al- ‘Alamin” menyatakan bahwa seorang
tidak akan mengetahui mana qiyas yang benar dan mana qiyas yang salah
tanpa mengetahui rahasia-rahasia dan tujuan-tujuan syari’at.92 Kajian
maqâshid di tangan Ibnu al-Qayyim al-Jauziyyah sangat tampak
signifikansinya dalam mengetahui kebenaran qiyas, yaitu dengan
melakukan penyesuaian terhadap semangat syariah.
Meskipun secara eksplisit, penulis belum menemukan tata kerja
maqâshid sebagai barometer benar dan salah dalam proses operasional qiyas
sebagaimana yang diklaim Ibnu al-Qayyim, namun dapat ditarik benang
merah bahwa maqâshîd asy syari'ah memberi rambu-rambu praktek qiyas
bagi para mujtahid agar tepat pada sasarannya.
v. Nuruddin al-Khadimi
Nuruddin al-Khadimi merangkum beberapa urgensi ilmu terhadap
maqâshîd asy-syari’ah, di antaranya, yaitu:
a) Pertama, menampakkan illah, hikmah dan tujuan dari syariat, baik
secara parsial ataupun komunal, baik secara umum ataupun khusus,
dalam segala sendi kehidupan dalam berbagai tema dalam hukum
Islam.
b) Kedua, memberikan kemampuan bagi seorang ahli hukum (faqih)
dalam menggali hukum (istinbath) berdasarkan tujuan tersebut, yang
akan membantunya dalam memahami hukumnya serta penerapannya.
c) Ketiga, meminimalisir perbedaan dan perdebatan dalam ranah fiqih (al-
ahkam al-furu’iyyah) dan fanatisme bermadzhab. Yaitu dengan
menjadikan ilmu maqâshîd sebagai patokan dalam proses pembentukan
hukum dan mengorganisir berbagai macam pendapat dan mencegah
terjadinya kontradiksi.
d) Keempat, memadukan antara dua sikap ekstrim, yaitu ekstrim kanan
yang cenderung tekstualis-skripturalis dan yang ekstrim kiri yang
cenderung pada esensi dan ruh teks, namun mengesampingkan yang
tampak pada teks itu sendiri.
e) Kelima, membantu seorang mukallaf dalam melaksanakan taklif secara
maksimal dan sempurna.
f) Keenam, membantu seorang penceramah, juru dakwah, guru, hakim,
mufti, dan lain sebagainya untuk melaksanakan tugas-tugas mereka
agar sesuai dengan yang dikehendaki oleh syariat, bukan sekedar
berdasarkan teks secara letterlijk.
ض ٍ ض ُه ْم ِببا ْع اس با ْع ا ّٰللا النَّ ا ٰ َِل ا ا ْن يَّقُ ْولُ ْوا اربُّناا
ِ ٰ ّٰللاُ اِۗولا ْو اَل دا ْف ُع ٓ َّ ق ا ِ الَّ ِذيْنا ا ُ ْخ ِر ُج ْوا مِ ْن ِديا
ٍ ار ِه ْم ِبغاي ِْر اح
ص ُر ِٗۗه ا َِّن
ُ ّٰللاُ ام ْن يَّ ْن
ٰ ص ار َّنُ ّٰللا اكثِي ًْر ِۗا اولا اي ْن
ِ ٰ صلا ٰوتٌ َّو امسٰ ِجدُ يُذْك ُار فِ ْي اها ا ْس ُم ص اوامِ ُع او ِب اي ٌع َّو ا
ت ا ْ لَّ ُه ِد ام
٤٠ – ع ِزي ٌْز ٌّ ّٰللا لاقا ِو
ي ا ٰا
Artinya“(yaitu) orang-orang yang diusir dari kampung halamannya
tanpa alasan yang benar, hanya karena mereka berkata, “Tuhan kami
ialah Allah.” Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian
manusia dengan sebagian yang lain, tentu telah dirobohkan biara-
biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi dan
masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Allah
pasti akan menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sungguh,
Allah Mahakuat, Mahaperkasa.” (Q.S. Al-Hajj : 40)
• Memelihara Nyawa
Syariat Islam sangat menghargai nyawa seseorang, bukan hanya
nyawa pemeluk Islam, bahkan meski nyawa orang kafir atau orang
jahat sekali pun. Adanya ancaman hukum qishash menjadi jaminan
bahwa tidak boleh menghilangkan nyawa.
ض فا اكاانَّ اما ِ اَل ْر سا ٍد فِى ْ ا س ْۢا ِبغاي ِْر نا ْف ٍس اا ْو فا اً ع ٰلى ابن ِْٓي ِاس اْر ۤاءِ ْي ال ا ا َّنهٗ ام ْن قات ا ال نا ْف مِ ْن ا ا ْج ِل ٰذلِكا ۛ اكت ا ْبناا ا
ت ث ُ َّم ا َِّن اك ِثي ًْرا ُ اس اجمِ ْي ًعا اِۗولاقادْ اج ۤا اءتْ ُه ْم ُر
ِ سلُناا ِب ْال اب ِي ٰن اس اجمِ ْي ًع ِۗا او ام ْن ا ا ْح اياهاا فا اكاانَّ اما ٓ ا ا ْح ايا النَّ ا
قات ا ال النَّ ا
٣٢ – ض لا ُمس ِْرفُ ْونا ِ ِم ْن ُه ْم با ْعدا ٰذلِكا فِى ْاَلا ْر
Artinya,“Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani
Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan
karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena
membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah
membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara
kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara
kehidupan manusia semuanya.” (Q.S. Al-Maidah : 32)
• Memelihara Akal
Syariat Islam sangat menghargai akal manusia, sehingga diharamkan
manusia minum khamar biar tidak mabuk lantaran menjaga agar
akalnya tetap waras.
اس اواِثْ ُم ُه اما ٓ ا ا ْكبا ُر مِ ْن نَّ ْف ِع ِه ام ِۗا ِۖ ِ َّع ِن ْالخ ْام ِر او ْال ام ْيس ِۗ ِِر قُ ْل فِ ْي ِه اما ٓ اِثْ ٌم اك ِبي ٌْر َّو امناافِ ُع لِلن ياسْـَٔلُ ْوناكا ا
٢١٩ – ت ال اع َّل ُك ْم تاتافا َّك ُر ْو َۙنا ٰ او ايسْـَٔلُ ْوناكا اماذاا يُ ْن ِفقُ ْونا ەِۗ قُ ِل ْال اع ْف ِۗ او ك ٰاذلِكا يُ اب ِي ُن
ٰ ْ ّٰللاُ ال ُك ُم
ِ اَل ٰي
Artinya,
“Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang khamar dan
judi. Katakanlah, “Pada keduanya terdapat dosa besar dan beberapa
manfaat bagi manusia. Tetapi dosanya lebih besar daripada
manfaatnya.” Dan mereka menanyakan kepadamu (tentang) apa
yang (harus) mereka infakkan. Katakanlah, “Kelebihan (dari apa
yang diperlukan).” Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu agar kamu memikirkan,” (Q.S. Al-Baqarah : 219)
• Memelihara Nasab
Syariat Islam menjaga urusan nasab lewat diharamkannya perzinaan,
dimana pelakunya diancam dengan hukum cambuk dan rajam.
ِ ٰ الزانِ ْي فااجْ ِلد ُْوا ُك َّل اواحِ ٍد مِ ْن ُه اما مِ ائاةا اج ْلداةٍ َِّۖو اَل ت اأ ْ ُخذْ ُك ْم بِ ِه اما ارأْفاةٌ فِ ْي ِدي ِْن
ّٰللا ا ِْن َّ لزانِياةُ او
َّ ا ا
٢ – ط ۤا ِٕىفاةٌ ِمنا ْال ُمؤْ مِ نِ ْينا ٰ ْ اّلل او ْاليا ْو ِم
اَلخِ ۚ ِر او ْليا ْش اهدْ ا
عذاابا ُه اما ا ِ ٰ ُِك ْنت ُ ْم تُؤْ مِ نُ ْونا ب
Artinya,
“Wanita dan laki-laki yang berzina maka jilidlah masing-masing
mereka 100 kali. Dan janganlah belas kasihan kepada mereka
mencegah kamu dari menjalankan agama Allah, jika kamu beriman
kepada Allah dan hari Akhir. Dan hendaklah pelaksanaan hukuman
mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang beriman.”
(Q.S. An-Nur : 2)
Dan secara praktik, selama masa hidup Rasulullah SAW paling
tidak tercatat 3 kali beliau merajam pezina yaitu Asif, Maiz dan
seorang wanita Ghamidiyah. Asif berzina dengan seorang wanita dan
Rasulullah SAW memerintahkan kepada Unais untuk menyidangkan
perkaranya dan beliau bersabda :
“Wahai Unais, datangi wanita itu dan bila dia mengaku zina maka
rajamlah.”
(HR. Bukhari)
• Memelihara Harta
Syariat Islam sangat menghargai harta milik seseorang,
sehingga mengancam siapa mencuri harta hukumannya adalah
dipotong tangannya.
- ع ِزي ٌْز اح ِك ْي ٌم
ّٰللاُ ا
ٰ ّٰللا اِۗو طعُ ْٓوا ا ا ْي ِديا ُه اما اجزا ۤا ْۢ ًء بِ اما اك ا
ِ ٰ سباا ناك ًااَل ِمنا َّارقاةُ فاا ْق ا
ِ َّار ُق اوالس
ِ اوالس
٣٨
Artinya,
“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah
tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka
kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. Al-Maidah: 38)
Referensi
melunasi hutang
• Kemerosotan Perekonomian.
Faktor Eksternal
• Invasi Mongol.
Hal yang sulit dipahami, jika ilmuwan Barat tidak menyadari bahwa sejarah
pengetahuan adalah suatu proses yang berkesinambungan, yang dibangun di atas
fondasi yang diletakan ilmuwan sebelumnya. Menurut Chapra, jika proses ini
disadari sepenuhnya, maka Schumpeter mungkin tidak mengasumsikan adanya
loncatan selama 500 tahun, tetapi akan mencari pondasi pengetahuan yang
digunakan oleh para ilmuwan Skolastik.
• Dalam jual beli salam, Abu Hanifah merinci apa yang harus
diketahui dan dinyatakan secara jelas di dalam kontrak, seperti
jenis komoditasnya, kuantitas dan kualitasnya, serta tanggal dan
tempat penyerahannya.
• Pembelaan hak-hak ekonomi kaum lemah.
Abu Yusuf adalah salah satu murid dari Abu Hanifah. Salah
satu karya beliau yang paling terkenal adalah kitab Al-kharaj.
Kitab tersebut disusun atas permintaan dari Khalifah Harun Al-
Rasyid yang banyak membahas tentang keuangan publik,
perpajakan dan pertanian. Beberapa bentuk pemikiran ekonomi
Abu Yusuf diantaranya sebagai berikut.
• Pembangunan infrastruktur adalah tanggung jawab pemerintah.
Shah Waliullah memiliki nama asli Qutb al-Din Ahmad bin Abd
al-Rahim bin Wajih al-Din al-Syahid bin Mu’azam bin Mansur bin
Ahmad bin Mahmud bin Qiwam al-Din al- Dihlawi. Ia dilahirkan pada
hari Rabu, tanggal 21 Februari 1703 M atau 4 Syawal 1114 H di Phulat,
sebuah kota kecil di dekat Delhi dan wafat pada tahun 1762 M atau
1176 H. Beliau adalah salah satu ekonom muslim yang berada pada fase
ketiga atau fase stagnasi. Beberapa buah pemikirannya yang tertuang
dalam kitab Hujjatullah al Balagha diantaranya:
Referensi
A. Masalah kelangkaan
1. Barang apa yang akan diproduksi dan berapa banyak (what). Masalah ini
menyangkut persoalan jenis dan jumlah barang dan jasa yang perlu
diproduksi agar sesuai dengan yang dibutuhkan masyarakat.
2. Bagaimana cara memproduksi barang tersebut (how). Masalah ini
menyangkut cara berproduksi, yaitu penggunaan teknologi dan pemilihan
sumber daya yang dipakai dalam proses produksi.
3. Untuk siapa barang-barang tersebut diproduksi (for whom). Masalah ini
menyangkut distribusi hasil produksi di masyarakat dan siapa saja yang
akan ikut menikmati hasilnya.
C. Konsep Rasionalitas
Dalam teori ekonomi tradisional, manusia sering digambarkan sebagai orang yang
sepenuhnya rasional. Beberapa ekonom neo klasik berasumsi bahwa individu akan
membentuk pilihan dan penilaian sendiri yang pada dasarnya mereka anggap benar.
Rasionalitas dalam ekonomi mendorong individu dalam mengurutkan alternatif
kepuasan yang tersedia atau disebut individu memiliki sejumlah himpunan
preferensi rasional yang dibentuk oleh transitivity, completeness, dan continuity.
Perubahan harga barang itu sendiri akan membuat kurva permintaan moving along
the curve. Jika harga suatu barang semakin murah maka permintaan barang itu
bertambah, dan sebaliknya.
Perubahan harga barang lain akan membuat kurva permintaan shifting. Harga
barang lain memengaruhi permintaan ketika kedua barang memiliki keterkaitan.
Keterkaitan barang bisa bersifat pengganti (substitusi) dan pelengkap
(komplementer). Barang yang bersifat substitusi memiliki hubungan positif
sedangkan barang komplementer bersifat negatif.
Tingkat pendapatan seseorang memengaruhi permintaan. Jika pendapatan
seseorang meningkat maka permintaan akan naik yang ditunjukkan kurva
permintaan bergeser ke kanan, dan sebaliknya.
Selera konsumen memengaruhi permintaan secara positif.
Jumlah penduduk memengaruhi permintaan secara positif. Semakin banyak jumlah
penduduk, maka permintaan suatu barang semakin besar.
Perkiraan harga dimasa yang akan datang akan memengaruhi keputusan konsumen
membeli suatu barang di masa kini. Jika harga suatu barang diekspektasikan akan
naik di masa depan, maka permintaan barang tersebut di masa sekarang akan
meningkat.
Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi penawaran suatu barang. Faktor ini
akan menyebabkan kurva permintaan bergerak sepanjang kurva (moving) dan
bergeser (shifting).
Perubahan harga barang itu sendiri akan membuat kurva penawaran moving along
the curve. Jika harga suatu barang meningkat maka penawaran barang itu
bertambah, dan sebaliknya.
Perubahan harga barang lain akan membuat kurva penawaran shifting. Harga
barang lain memengaruhi penawaran ketika kedua barang memiliki keterkaitan.
Keterkaitan barang bisa bersifat pengganti (substitusi) dan pelengkap
(komplementer). Barang yang bersifat substitusi memiliki hubungan positif
sedangkan barang komplementer bersifat negatif.
Kenaikan harga faktor produksi, seperti tingkat upah yang lebih tinggi, harga bahan
baku yang meningkat, atau kenaikan tingkat bunga modal, akan menyebabkan
perusahaan memproduksi outputnya lebih sedikit dengan jumlah anggaran yang
tetap. Sehingga kenaikan harga faktor produksi akan membuat penawaran
berkurang.
Kemajuan teknologi menyebabkan penurunan biaya produksi dan menciptakan
barang-barang baru. Sehingga kemajuan teknologi menyebabkan kenaikan dalam
penawaran barang.
Apabila jumlah penjual suatu produk tertentu semakin banyak, maka penawaran
barang tersebut akan bertambah.
Bentuk-bentuk pasar
Secara teoritis ada dua kondisi ekstrim perusahaan dalam pasar. Ekstrim pertama
adalah pasar persaingan sempurna dan yang kedua adalah pasar monopoli. Adapun
secara umum struktur pasar dibagi menjadi dua yakni pasar persaingan sempurna
dan pasar persaingan tidak sempurna. Dimana dalam pasar persaingan tidak
sempurna terdiri dari 3 yaitu, monopoli, oligopoly, dan persaingan monopolistik.
Pasar persaingan sempurna
Pasar persaingan sempurna adalah pasar dimana terdapat banyak penjual dan
banyak pembeli untuk memperdagangkan barang yang homogen. Ciri-ciri pasar
persaingan sempurna:
Jumlah penjual dan pembeli sangat banyak
Barang yang dijual bersifat homogen (homogeneous product)
Terdapat kebebasan keluar masuk pasar, baik bagi pembeli maupun penjual (free
entry and exit)
Ada mobilitas barang, sehingga pembeli dapat memperoleh barang dalam jumlah
berapapun
Penjual dan pembeli memahami keadaan pasar yang sebenarnya (perfect
knowledge)
Penjual menerima harga yang ditentukan pasar (price taker)
Dalam jangka pendek, perusahaan atau penjual bisa memperoleh laba normal, laba
supernormal, maupun rugi. Tetapi dalam jangka panjang, perusahaan memperoleh
laba normal.
Pasar diasumsikan sangat efisien
Pasar Monopoli
Suatu industri dikatakan berstruktur monopoli bila hanya ada satu produsen atau
penjual (single firm) tanpa pesaing langsung atau tidak langsung. Produk yang
dihasilkan tidak mempunyai substitusi (closed substitution)
Jumlah penjual hanya satu dan pembeli sangat banyak
Barang yang dijual bersifat closed substitution
Ada hambatan besar untuk masuk pasar (karena satu-satunya perusahaan)
Penjual menentukan harga pasar (price maker)
Kurva permintaan pasar sama dengan perusahaan (downward sloping)
Perusahaan mengontrol penuh supply
Dalam jangka pendek, perusahaan atau penjual bisa memperoleh laba normal, laba
supernormal, maupun rugi. Tetapi dalam jangka panjang, perusahaan memperoleh
laba super normal.
Muncul ketidakefisienan pasar
Pasar Oligopoli
Struktur pasar atau industri oligopoli adalah pasar (industri) yang terdiri dari hanya
sedikit perusahaan (produsen). Setiap perusahaan memiliki kekuatan (cukup) besar
untuk memengaruhi harga pasar. Produk dapat bersifat homogen atau diferensiasi.
Perilaku setiap perusahaan akan memengaruhi perilaku perusahaan lainnya dalam
industri. Dari definisi di atas, kondisi pasar oligopoli mendekati kondisi pasar
monopoli.
Jumlah penjual sedikit (few number of firms)
Barang yang dijual bersifat homogen atau terdiferensiasi
Ada hambatan besar untuk masuk pasar
Pengambilan keputusan yang saling memengaruhi (interdependence decisions)
Kompetisi non harga (non pricing competition)
Kurva permintaan berbentuk patah (kinked demand curve) menunjukkan keputusan
yang saling memengaruhi antar perusahaan.
Dalam jangka pendek, perusahaan atau penjual bisa memperoleh laba normal, laba
supernormal, maupun rugi. Tetapi dalam jangka panjang, perusahaan memperoleh
laba super normal.
Muncul ketidakefisienan pasar
Sistem Ekonomi
Ada tiga jenis sistem yang memungkinkan masyarakat dapat menyelesaikan
tantangan ekonominya, yakni sistem ekonomi tradisional, komando, dan pasar.
Sistem Ekonomi Pasar: Keputusan untuk menetapkan produk yang dibuat, berapa
banyak, dan bagaimana mendistribusikannya ditetapkan oleh pasar itu sendiri. Jadi
mekanisme pasar, penawaran, dan permintaan terhadap setiap hal yang
diperdagangkan tergantung pada kebutuhan masing-masing pihak yang melakukan
transaksi.
Sistem Ekonomi Terpimpin/Terpusat: Segala sesuatu yang diproduksi, baik jumlah
maupun kualitasnya, serta distribusinya diatur oleh pemerintah pusat.
Sistem Ekonomi Campuran: Pemerintah ikut campur dalam pengaturan beberapa
hal- berfungsi sebagai regulator, memastikan para pelaku ekonomi berperilaku
sehat, bersaing dengan baik, sehingga faktor produksi dimanfaatkan secara optimal
dan efisien.
Referensi:
Manurung, M., & Prathama, R. (2008). Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikro Ekonomi
dan Makro Ekonomi). Edisi Ketiga. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia. Mankiw, N. G. (2014). Principles of Economics. Cengage
Learning.
Parkin, M. (2006). Economics. Pearson Education.
Graafland, J. J. (2006). Economics, Ethics and The Market: Introduction and
Application, Routledge.
Heilbroner, R.L., & Milberg, W. (2012). The Making of Economic Society. Pearson
Education Company.
BAB 7
FIQH MUAMALAH
A. Muamalah
4. Prinsip-Prinsip Muamalah
1. Riba
d) Secara garis besar, riba dikelompokkan menjadi 2 jenis yaitu riba utang
piutang dan riba jual beli. Riba utang-piutang terbagi menjadi riba
qardh dan riba jahiliyah. Sedangkan riba jual-beli terbagi menjadi riba
fadhl dan riba nasi’ah.
e) Riba Qardh adalah riba yang terjadi karena pihak yang memberi utang
menuntut pengembalian lebih kepada pihak yang berutang dengan
mejadikannya syarat dalam akad. Contoh : Sebuah bank konvensional
memberi pinjaman kepada nasabah dengan syarat bunga 5% yang wajib
dibayar beserta bunganya saat pelunasan.
f) Riba Jahilyah adalah riba yang terjadi dari adanya utang yang dibayar
lebih dari pokoknya karena peminjam tidak mampu melunasi utangnya
pada saat jatuh tempo. Contoh :Denda keterlambatan yang dibebankan
kepada nasabah karena sudah melewati batas tempo pelunasan.
g) Riba Fadhl adalah riba yang terjadi akibat pertukaran barang ribawi
sejenis yang tidak seimbang secara kualitas dan kuantitas. Contoh :
Pertukaran uang baru senilai Rp 1.000.000 dengan uang lama senilai Rp
1.050.000.
h) Riba Nasi’ah adalah riba yang terjadi akibat pertukaran barang ribawi
yang tidak dilaksanakan secara tunai atau terdapat perbedaan waktu
antara serah dan terima. Contoh : Pertukaran dollar dengan rupiah di
mana USD 100 diterima hari ini sedangkan Rp 1.400.000 diserahkan
pada esok hari.
2. Gharar
f) Bai’ Hablul Hablah, jual beli secara tidak tunai yang batas waktu
pembayarannya ditentukan berdasarkan kelahiran sebuah janin.
h) Bai’ Madhamin wa Malaqih, jual beli janin yang masih berada dalam
perut induknya.
i) Bai’ Muhaqalah, jual beli biji-bijian yang masih berada di sawah dan
belum dilepas dari tangkainya.
j) Bai’ Muzabanah, jual beli buah-buahan secara barter antara yang mentah
dan sudah matang.
k) Bai’ataini fil bai’ah, jual beli dimana dalam satu akad ada dua harga yang
dalam praktiknya tidak ada kejelasan harga mana yang akan diputuskan.
3. Dzalim
c) Tas’ir adalah penetapan standar harga pasar yang tidak wajar dan harus
dipatuhi secara paksa oleh masyarakat.
e) Ihtinaz adalah upaya menimbun harta seperti uang, emas, perak, dan
sejenisnya sehingga perputaran ekonomi menjadi terhambat.
g) Bai’ Ba’adh ‘ala Ba’adh adalah jual beli di atas jual beli orang lain
sehingga membatalkan transaksi yang hampir terjadi sebelumnya.
Gambarannya yaitu ada dua orang yang melakukan jual beli pada barang
tertentu dengan harga yang sudah jelas, lalu sebelum jual beli itu
terlaksana secara sempurna dan hak untuk menentukan pilihan (jadi atau
tidak transaksi jual beli) di tempat transaksi belum berakhir, tiba-tiba ada
orang lain (pihak ketiga) yang datang kepada si pembeli, lalu ia berkata
kepadanya, “Saya bisa menjual barang yang sama kepadamu dengan
harga yang lebih murah dari harga yang akan engkau beli dari penjual
pertama.”
4. Lain-lain
d) Bai’ Ma’dum adalah jual beli barang yang belum sepenuhnya dimiliki.
e) Bai’ Al-Ikrah adalah jual beli dengan paksaan sehingga tidak memenuhi
prinsip saling ridha.
f) Bai’ Kali bil Kali adalah jual beli utang dengan utang di mana uang dan
barang sama-sama tidak diserahkan secara tunai saat akad. Praktek ini
berupa seseorang (si A) menjual barang miliknya yang masih terutang
kepada pembeli (si B) dengan pembayaran yang masih terutang di tempat
orang lain (si C).
C. Harta
1. Pengertian Harta
3. Macam-Macam Harta
a) Dilihat dari segi kebolehan memanfaatkannya oleh syara’ :
• Mutaqawwim : sesuatu yang boleh dimanfaatkan menurut
syara’.
• Ghairu Mutaqawwim : sesuatu yang tidak boleh dimanfaatkan
menurut syara’, baik jenisnya, cara memperolehnya, maupun
penggunaannya.
b) Dilihat dari segi jenisnya :
• Manqul : harta yang dapat dipindahkan dari satu tempat ke tempat
lain.
• Ghairu Manqul : harta yang tidak dapat dipindahkan dari satu
tempat ke tempat lain.
c) Dilihat dari segi pemanfaatannya :
• Isti’mali : harta yang apabila dimanfaatkan atau digunakan,
maka fisiknya tetap utuh, sekalipun manfaatnya sudah banyak
digunakan.
• Istihlaki : harta yang apabila dimanfaatkan atau digunakan, maka
akan menghabiskan harta itu secara fisik.
d) Dilihat dari segi ada atau tidak adanya harta sejenis di pasaran :
• Mitsli : harta yang ada jenisnya di pasaran, yaitu harta yang
ditimbang atau ditakar seperti gandum, beras dsb.
• Qimi : harta yang tidak ada jenis yang sama dalam satuannya
di pasaran, atau ada jenisnya tetapi pada setiap unitnya
berbeda-beda dalam kualitasnya.
e) Dilihat dari status harta :
• Mamluk : harta yang telah dimiliki, baik milik perorangan atau
milik badan hukum atau milik negara.
• Mubah : harta yang asalnya bukan milik seseorang, seperti : mata
air, laut.
• Mahjur : harta yang ada larangan syara’ untuk memiliknya,
baik karena harta itu dijadikan harta wakaf maupun
diperuntukkan untuk kepentingan umum.
f) Dilihat dari segi boleh dibagi atau tidak :
• Mal qabil li al-qismah (harta yang dapat dibagi) : harta yang
tidak menimbulkan suatu kerugian atau kerusakan apabila
harta itu dibagi-bagi dan manfaatnya tidak hilang.
• Mal ghair qabil li al-qismah (harta yang tidak dapat dibagi) :
harta yang dapat menimbulkan suatu kerugian atau kerusakan
atau hilang , bila harta itu dibagi- bagi. Misal : gelas.
g) Dilihat dari segi berkembang atau tidaknya harta :
• Ashl : harta yang menghasilkan, misalnya : rumah, pohon.
• Ats-samar : buah hasil dari suatu harta, misalnya : sewa rumah,
buah, susu kambing.
h) Dilihat dari segi pemiliknya :
• Khas : harta pribadi, tidak bersekutu dengan yang lain, tidak
boleh diambil manfaatnya tanpa persetujuan pemiliknya.
• ‘Am : harta milik umum (bersama) yang boleh diambil
manfaatnya.
i) Dilihat dari segi harta berbentuk benda dan tanggungan :
• ‘Ain : harta yang berbentuk benda dan telah dimiliki
seutuhnya.
• Dayn : harta yang masih berupa tanggungan.
4. Asas Kepemilikan Harta
D. Hak Milik
2. Sumber Hak
a) Aqad (kehendak bersama), hak yang timbul dari kesepakatan kedua belah
pihak untuk menjalin ikatan. Contoh : akad jual beli, sewa-menyewa, dan
lainnya.
3. Sumber Kepemilikan
4. Macam-Macam Hak
a) Berdasarkan subjeknya :
• Hak Allah, yaitu suatu tanggung jawab yang dimaksudkan untuk
mendekatkan diri kepada Allah dan melaksanakan perintah-Nya.
• Hak Manusia, yaitu suatu tanggung jawab yang dimaksudkan
untuk melindungi kemaslahatan seseorang.
• Hak Musytarak, suatu tanggung jawab yang di dalamnya
bercampua hak Allah dan hak manusia.
b) Berdasarkan objeknya :
• Hak ‘Aini, yaitu hak yang ditetapkan oleh syara’ bagi seseorang
atas sesuatu yang sudah jelas zatnya.
• Hak ‘Syakhsi, yaitu hak yang ditetapkan oleh syara’ kepada
seseorang atas keberadaan orang lain.
c) Berdasarkan kaitannya dengan harta :
• Hak Maaliyah, yaitu hak yang berkaitan dengan harta dan
manfaatnya.
• Hak Ghair Maaliyah, yaitu hak yang tidak berkaitan dengan harta
dan manfaatnya.
d) Berdasarkan prosesnya :
• Hak Mujarrad, yaitu hak yang tidak hilang akibat tanazul
(pelepasan) dari pihak yang bersangkutan. Contoh : Utang orang
meninggal yang tetap harus dilunasi oleh ahli waris.
• Hak Ghair Mujarrad, yaitu hak yang dapat hilang akibat tanazul
(pelepasan) dari pihak yang bersangkutan. Contoh : Hukuman
qisash yang dapat gugur apabila dimaafkan.
5. Macam-Macam Kepemilikan
a) Berdasarkan cakupannya :
• Milk At-Tam, kepemilikan yang mencakup penguasaan
sepenuhnya terhadap materi dan manfaat dari suatu harta.
• Milk An-Naqish, kepemilikan yang tidak mencakup sepenuhnya
penguasaan terhadap suatu harta, baik hanya manfaatnya atau
materinya saja.
b) Berdasarkan objeknya :
• Milk Al-‘Ain, kepemilikan terhadap suatu harta yang terbatas pada
penguasaan materinya saja.
• Milk Al-Manfa’ah, kepemilikan terhadap suatu harta yang
terbatas pada penguasaan manfaatnya saja.
• Milk Ad-Dayn, kepemilikan terhadap suatu harta yang diperoleh
dengan cara berutang.
c) Berdasarkan subjeknya :
• Milk Al-Fardi, suatu harta yang dimiliki oleh seseorang atau
sekelompok orang tertentu yang tidak dapat dimanfaatkan secara
umum kecuali atas izin pemiliknya.
• Milk Al-‘Aam, suatu harta yang dimiliki bersama oleh masyarakat
dan dapat dimanfaatkan secara umum oleh siapapun.
• Milk Ad-Daulah, suatu harta yang dimiliki oleh negara dan
pemanfaatannya diatur berdasarkan ketentuan negara.
d) Berdasarkan batasannya :
• Milk Al-Mutamayyiz, kepemilikan terhadap sesuatu yang
memiliki batasan-batasan yang jelas yang dapat memisahkannya
dengan hal lainnya.
• Milk As-Syai’, kepemilikan terhadap sesuatu yang berpautan
dengan sekumpulan harta baik dalam jumlah besar atau sedikit.
E. Akad
1. Pengertian Akad
a) Akad secara etimologis berasal dari Bahasa Arab Al-‘Aqdu yang berarti
ikatan. Sedangkan menurut ulama fiqih, secara terminologis berarti
hubungan antara ijab dan kabul sesuai dengan kehendak syariat yang
menetapkan adanya pengaruh (akibat) hukum dalam objek perikatan.
2. Rukun Akad
c) Ma’qud Alaihi : Objek akad berupa barang atau jasa yang halal dan
dibutuhkan oleh masing-masing pihak.
d) Tujuan pokok akad : Tujuan yang jelas dan diakui syara’ yang terkait
erat dengan bentuk akad yang dilakukan.
3. Syarat Akad
a) Syarat umum adanya sebuah akad terdiri dari :
• Memenuhi semua rukun akad beserta syaratnya masing-masing.
• Akad yang dilakukan bukanlah akad yang terlarang atau
mengandung unsur pertentangan.
• Akad yang dilakukan harus bermanfaat bagi setiap pihak yang
terlibat.
d) Syarat sah akad, yaitu tidak terdapatnya lima hal yang dapat merusak
akad :
• Jual beli dalam ilmu Fiqih dikenal dengan istilah al-bai’ yang
berarti mengganti atau menukar.
• Objek jual beli diketahui oleh kedua belah pihak saat akad.
Istishna’ berbeda dengan Salam karena barang yang menjadi objek akad
dalam istishna’ adalah barang yang harus melalui proses produksi
sebelum diserahkan kepada pembeli. Perbedaan antara keduanya juga
terletak pada cara pembayaran di mana akad Salam mewajibkan
pembayaran dilakukan secara tunai di muka, sedangkan istishna’ tidak
mewajibkan syarat demikian. Praktek istishna’ dalam perbankan dapat
ditemukan pada pembiayaan perumahan di mana nasabah meminta
kepada bank untuk membangun sebuah rumah yang akan
diserahterimakan setelah rumah tersebut selesai dibangun.
2. AKAD KEMITRAAN
a) Mudharabah
• Dasar hukum muzara’ah dan musaqah adalah hadits yang diriwayatkan oleh
Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar yang berbunyi “Bahwa Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam menyuruh penduduk Khaibar untuk menggarap tanah di
Khaibar dan mereka mendapat setengah dari hasil buminya berupa buah atau
hasil pertanian”.
1. Pemilik lahan/tanaman
2. Penggarap lahan/tanaman
4. Akad (shigat)
• Muzara’ah juga identik dengan mukhabarah, tetapi keduanya berbeda dari segi
penyedia benih. Dalam muzara’ah, benih disediakan oleh pemilik lahan.
Sedangkan dalam mukhabarah, benih disediakan oleh penggarap lahan.
3. AKAD SEWA
a) Ijarah
• Ijarah secara etimologis berasal dari kata ujrah yang berarti upah
atau imbalan. Sedangkan secara terminologis berarti transaksi
sewa menyewa atas suatu barang dan atau upah mengupah atas
suatu jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran imbalan
yang ditentukan dan disepakati Bersama.
• Dasar hukum ijarah adalah QS. Al-Baqarah ayat 233 dan hadits
yang diriwayatkan Ibnu Majah dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah
bersabda “Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering”.
4. AKAD JASA
a) Hawalah (Pengalihan Utang/Piutang)
b) Wadi’ah (Penitipan)
- Penitip (Muwaddi’)
- Penerima titipan (Mustauda’)
- Harta titipan (Wadi’ah bihi)
- Akad (shigat)
c) Rahn (Gadai)
d) Wakalah (Perwakilan)
e) Kafalah (Penjaminan)
• Kafalah secara etimologis memiliki makna serupa dengan
dhaman atau za’amah yang berarti jaminan. Sedangkan secara
terminologis berarti menjamin tanggungan orang yang dijamin
dalam melaksanakan hak dan kewajiban yang menjadi tanggung
jawabnya terhadap pihak lain.
4. Upah (al-ju’l)
5. Akad (shigat)
5. AKAD
a) Ariyah (Pinjaman)
b) Qardh (Utang)
• Dasar hukum qardh adalah QS. Al-Baqarah ayat 245 dan hadits
riwayat Ibnu Majah dari Ibnu Mas’ud bahwa Rasulullah bersabda
“Tidaklah seorang muslim memberi pinjaman kepada muslim
lainnya melainkan pinjaman itu berkedudukan seperti sedekah
satu kali”
- Harta berupa harta yang ada padanya, yaitu harta yang satu
sama lain tidak banyak berbeda dalam jenis yang sama.
- Harus berupa benda, oleh karena itu tidak sah mengutangkan
jasa.
- Diketahui kadar dan sifatnya secara jelas.
c) Hibah (Pemberian)
Sumber:
Mardani. 2012. Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah. Jakarta : Kencana
Tarmidzi, Erwandi. 2013. Harta Haram Muamalat Kontemporer . Yogyakarta :
Berkat Mulia Insani
Publishing.
BAB 8
MIKRO EKONOMI ISLAM
“Tidak ada batasan tertentu tentang murah dan mahal yang dapat dipastikan.
Hal tersebut ada yang mengatur. Prinsipnya tak diketahui. Murah bukan karena
melimpahnya makanan, demikian juga mahal bukan disebabkan karena
kelangkaan makanan. Murah dan mahal merupakan ketentuan Allah” (Abu
Yusuf)
Elastisitas permintaan :
“mengurangi margin keuntungan dengan menjual pada harga yang lebih
murah akan meningkatkan volume penjualan dan ini pada gilirannya akan
meningkatkan keuntungan”
Keuntungan :
“kompensasi dari kepayahan perjalan, risiko bisnis dan ancaman keselamatan
diri si pedagang”
1. Asumsi Rasionalitas
a) Asumsi Rasionalitas → anggapan bahwa manusia berperilaku secara
rasional (masuk akal).
b) Perilaku Rasional memiliki dua makna :
• Metode : Tindakan rasional adalah tindakan yang dipilih
berdasarkan pikiran yang beralasan, bukan berdasarkan
kebiasan/prasangka/emosi.
• Hasil : Tindakan rasional adalah tindakan yang benar-benar dapat
mencapai tujuan yang ingin dicapai.
c) Self interest rationality (Rasionalitas kepentingan pribadi) : Manusia
memilih alternatif berdasarkan kepentingan pribadinya.
d) Present-aim rationality : Manusia memilih alternatif berdasarkan
aksioma.
e) Kelengkapan (Completeness) : Dalam situasi apa pun seorang individu
selalu dapat menentukan secara pasti apa yang diinginkannya → “Ku
Tahu Yang Ku Mau” . Dalam bahasa fiqihnya : yakin, keyakinan, iman,
amantu.
f) Transitivitas (Transitivity) : Pilihan individu bersifat konsisten →
“Tidak Mencla- Mencle”. Dalam bahasa fiqihnya : istiqamah.
g) Kontinuitas (Continuity) : Alternatif yang mendekati alternatif yang
disukai cenderung dipilih → “Tak ada rotan, akar pun jadi”. Dalam
bahasa fiqihnya : Maa la yudrakukulluhu, la yutrakukulluhu (Jika tidak
dapat melakukan yang baik sepenuhnya, jangan meninggalkan yang baik
seluruhnya).
h) Kemonotonan yang kuat (Strong Monotonicity) : lebih banyak lebih baik.
i) Local Nonsatiation : seseorang dapat selalu berbuat lebih baik sekecil apa
pun.
j) Konveksitas Ketat (Strict Convexity) : Seseorang lebih menyukai yang
rata-rata daripada yang ekstrim.
2. Perspektif Islam tentang Asumsi Rasionalitas
a) Perluasan Konsep Rasionalitas (untuk transitivitas) : Prasyarat
transitivitas, utilitas dan infak (sedekah).
b) Perluasan Spektrum Utilitas (untuk Strong Monotonicity dan Local
Nonsatiation)
• Dalam Islam lebih banyak tidak selalu berarti lebih baik, asumsi
lebih banyak lebih baik hanya benar jika kita harus memilih
antara kedua barang halal (Kurva Indiferen : X halal, Y halal).
• Melonggarkan persyaratan kontinuitas (untuk permintaan barang
haram, karena bukan permintaan yang kontinu, permintaannya
berupa permintaan titik/point demand. Misal : permintaan untuk
daging babi jika tidak ada makanan yang tersedia, berapapun
harga daging babi saat itu, permintaanya yakni sejumlah tertentu
daging babi untuk memenuhi kebutuhan kelangsungan hidup)
• Economic value of time
• Diskon tidak disamaratakan semua barang
3. Rasionalitas Konsumsi Islami – Kurva IM (Iso-Maslahah)
Kaidah fiqih : “adh dharuratu tubihul mahzhuraat” (sesuatu yang darurat
membolehkan yang dilarang)
“...Barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang Dia
1. Halal – Sesuai Perluasan spektrum utilitas (untuk strong
Halal budget line monotonicity dan local nonsatiation): lebih
banyak lebih baik
2. Halal – Y=0 Ambil yang halal, tinggalkan yang haram
Haram
3. Haram – X=0 Ambil yang halal, tinggalkan yang haram
Halal
4. Haram – Titik origin Ambil yang halal, tinggalkan yang haram
Haram (tidak
darurat)
5. Haram – Tidak Melonggarkan persyaratan kontinuitas
Haram optimal (untuk kontinuitas): menghitung permintaan
komoditi haram dalam keadaan darurat*
tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka tidak
ada dosa baginya...” (al Baqarah : 173).
5. Sistem Bunga
Karakteristiknya adalah adanya biaya yang harus selalu dibayarkan oleh
produsen. Biaya bunga tersebut bagian dari fixed cost sehingga adanya
bunga akan meningkatkan total cost. Sementara, biaya bunga tidak
mempengaruhi kurva penerimaan (total revenue).
6. Sistem Bagi Hasil
Pada sistem bagi hasil, fixed cost tidak terpengaruh. Sementara, penerapan
sistem ini akan berpengaruh pada kurva total revenue (TR).
a) Revenue Sharing: bila yang disepakati adalah biaya ditanggung oleh
pelaksana, berarti yang dilakukan adalah bagi penerimaan. Dalam
sistem revenue sharing, kurva TR akan berputar sampai mendekati
garis horizontal sumbu X.
b) Profit Sharing: bila yang disepakati adalah biaya ditanggung oleh si
pemodal, berarti yang dilakukan adalah bagi untung. Dalam sistem
profit sharing, kurva TR hanya akan berputar di dalam “mulut buaya”
TR dan TC, yaitu area yang menggambarkan besarnya keuntungan. TR
tidak dapat berputar melewati TC, karena pada area itu sudah tidak ada
lagi keuntungan yang akan dibagihasilkan.
Revenue/profit sharing akan menghasilkan efisiensi produksi,
baik melalui minimalisasi biaya untuk memproduksi jumlah yang sama
maupun maksimalisasi produksi dengan jumlah biaya yang sama.
7. Penentu Kekayaan Suatu Negara (Muqaddimah – Ibnu Khaldun)
a) Tingkat produksi domestik
b) Neraca pembayaran yang positif
B. Mekanisme Pasar
1. Mekanisme Pasar Menurut Ibnu Taimiyah
a) Ibnu Taimiyah dalam kitabnya “Hisbah fi al-Islami”
• Harga pasar: harga pasar haruslah terjadi dalam pasar yang
kompetitif dan tidak boleh ada penipuan. Penetapan pagu harga
pada waktu terjadi perbedaan pengenaan harga dari harga pasar
dengan mempertimbangkan nilai subjektif objek dari sisi penjual
dan pembeli. Selain itu, adanya konsep tentang keuntungan yang
adil (just profit), upah yang adil (just wage) dan kompensasi yang
adil (just compensation).
• Dalam kasus harga bahan pokok naik akibat manipulasi: harga
harus ditetapkan oleh pemerintah, penyediaan industri-industri
tertentu oleh pemerintah, dan pemerintah memperbaiki tingkat
pengupahan. Sebab industri-industri dan jasa-jasa yang berbeda
itu fardhu kifayah (merujuk pada pemikiran Al Ghazali)
• Pemerintah tidak perlu ikut campur dalam menentukan harga
selama pasar berjalan normal.
• Bila seluruh transaksi sudah sesuai aturan, kenaikan harga yang
terjadi merupakan kehendak Allah (5 abad kemudian Adam
Smith menyebutnya dengan invisible hand).
• Mengemukakan relevansi antara kredit dan penjualan. Ketika
menetapkan harga, para penjual harus memperhatikan
ketidakpastian pembayaran pada masa yang akan datang. Selain
itu, ia juga mengakui adanya kemungkinan penjual menawarkan
diskon untuk transaksi tunai.
• Mendukung kebebasan keluar-masuk pasar. Memaksa menjual
barang yang dilarang, dan melarang menjual barang yang
diperbolehkan, termasuk melanggar hukum.
• Mengkritik adanya kolusi antara penjual dan pembeli.
• Mendukung homogenitas, standarisasi produk, melarang
pemalsuan produk, melarang penipuan pengemasan produk.
• Bila ada monopoli barang kebutuhan pokok, pemerintah harus
melarangnya.
b) Ibnu Taimiyah dalam kitabnya “Majmu’ Fatawa”
Kritik atas anggapan masyarakat bahwa peningkatan harga semata-mata
akibat tindakan penjual yang tidak adil, dan manipulasi pasar:
• Harga ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan.
• Indikator penawaran adalah jumlah barang yang ditawarkan.
Kelangkaan dan melimpahnya barang bisa disebabkan oleh
tindakan yang adil (tekanan pasar otomatis, normal) maupun
tidak adil (penimbunan). Penawaran bisa datang dari domestik
(inefisiensi produksi) atau dari luar (penurunan jumlah impor).
• Indikator permintaan adalah jumlah banyaknya permintaan.
Permintaan sangat ditentukan oleh raghbah fi al-syai-in (selera) ,
al mu’awid (kualitas pembeli/ pendapatan), Tullab (jumlah
peminat), kondisi kepercayaan, serta cara, besaran, dan diskonto
dari pembayaran juga turut mempengaruhi.
d) Intervensi Pasar
• Usaha pemerintah menambah jumlah ketersediaan barang, dan
menjamin kelancaran perdagangan antar kota.
• Pada masa khalifah Umar r.a, harga gandum di Madinah naik,
maka pemerintah melakukan impor gandum dari Mesir. Karena
daya beli kaum Muslimin saat itu melemah, memaksa Umar r.a.
mengeluarkan sejenis cek yang dibagikan kepada mereka yang
berhak.
• Pemerintah bisa memaksa pedagang yang menahan barangnya
untuk menjual barangnya ke pasar.
• Pemerintah bisa membeli barang kebutuhan pokok tersebut
dengan uang Baitul Maal. Kemudian menjualnya dengan tangguh
bayar. Ini dilaksanakan jika daya beli masyarakat masih rendah.
Pemerintah bisa meminta si kaya untuk menambah kontribusinya.
Bila harta yang ada di Baitul = Mal tidak mencukupi
e) Intervensi Harga
• Ceiling Price : penetapan harga maksimum, ceiling price a
kan menyebabkan konsumen mendapatkan tambahan consumer
surplus dan bagi produsen akan menurunkan producer surplus.
• Floor price : penetapan harga terendah, floor price akan
menyebabkan produsen mendapat tambahan producer surplus
dan bagi konsumen akan menurunkan consumer surplus.
• Islam menentang intervensi harga, akan tetapi bila kenaikan
harga akibat adanya distorsi terhadap permintaan dan penawaran,
maka pemerintah boleh melakukannya (al Ghazali) bahkan wajib
(Ibnu Taimiyyah), dengan syarat keadaannya :
- Penjual tidak mau menjual barangnya kecuali pada harga
yang lebih tinggi daripada harga pasar, padahal masyarakat
membutuhkannya.
- Penjual menawarkan harga terlalu tinggi menurut
masyarakat, dan masyarakat meminta pada harga yang
terlalu rendah menurut penjual.
- Pemilik jasa menolak bekerja kecuali pada harga yang lebih
tinggi daripada harga pasar, padahal masyarakat
membutuhkannya.
• Hatib bin Abi Balta’ah menjual anggur kering pada harga
dibawah harga pasar. Umar r.a. langsung menegurnya: “Naikkan
hargamu pada harga pasar atau tinggalkan pasar kami”. Price
Intervention dibolehkan, sebab : melindungi penjual (dalam hal
profit margin) dan melindungi pembeli (dalam hal purchasing
power), mencegah penjual menaikkan harga dengan cara ikhtikar
atau ghaban faa hisy, dan melindungi kepentingan masyarakat
luas. (Ibnu Qudamah al Maqdisi).
• Islamic price intervention yang diusulkan oleh Ibn Taimiyah
malah melindungi kepentingan penjual dan pembeli. Islamic
market intervention tidak akan menimbulkan excess supply atau
excess demand serta dead weight loss seperti pada market
intervention konvensional.
• Fungsi (Mannan) :
- Fungsi ekonomi: berhubungan dengan peningkatan
produktivitas dan peningkatan pendapatan masyarakat
miskin melalui alokasi dan relokasi sumber daya ekonomi.
- Fungsi sosial: mempersempit kesenjangan antara
masyarakat kaya dan masyarakat miskin.
- Fungsi moral : upaya menegakkan nilai-nilai islami dalam
aktivitas perekonomian.
f) Hisbah dan Pengawasan Pasar
• Definisi
Hisbah merupakan sistem untuk memerintahkan yang baik dan
adil jika kebaikan dan keadilan secara nyata dilanggar atau tidak
dihormati, selain itu lembaga ini juga melarang kemungkaran dan
ketidakadilan ketika hal tersebut secara nyata sedang dilakukan
terkait dengan mencegah terjadinya kemungkaran ini salah satu
wewenang lembaga hisbah adalah pencegahan penipuan di pasar,
seperti masalah kecurangan dalam timbangan, ukuran maupun
pencegahan penjualan barang yang rusak serta tindakan-tindakan
yang merusak moral (Imam Mawardi dan Abu Ya’la).
• Landasan Hisbah
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan
mencegah dari yang mungkar, ...” (Ali Imron : 104)
• Pembentukan Hisbah
Cikal Bakal Hisbah telah ada sejak zaman Rasulullah SAW.,
ditandai dengan ditunjuknya muhtasib, di berbagai tempat. Mulai
dilembagakan secara resmi pada masa pemerintahan Umar r.a.
dengan cara “menunjuk seorang perempuan untuk mengawasi
pasar dari tindakan-tindakan penipuan”
C. Distorsi Pasar
1. Hambatan Masuk
Hambatan masuk merupakan faktor-faktor yang menyebabkan pemain
lama mendapatkan keuntungan yang positif, dan pada saat yang sama
menyebabkan pemain baru tidak mendapatkan keuntungan untuk masuk ke
pasar.
a) Hambatan Masuk Struktural
• Kontrol atas Sumber Daya Pokok : Produsen yang menguasai
sumber daya pokok berpotensi untuk menjadi monopoli. Pemain
baru yang akan masuk pasar akan membatalkan niatnya ketika
memahami mereka akan kesulitan mendapatkan bahan baku
utama untuk produksi.
• Skala Ekonomi dan Cakupannya : Pemain lama yang telah
berhasil mencapai skala ekonomi yang besar, dapat menekan
biaya per unit menjadi lebih kecil dibandingkan pemain baru yang
skala ekonominya masih kecil.
• Keunggulan Marketing Pemain Lama : Paling tidak ada tiga
aspek pemasaran yang dapat menjadi hambatan masuk yaitu
merek (brand) pemain lama telah dikenal luas, jaringan
pemasaran dan agen penjualan pemain lama yang telah dibangun
serta kepercayaan yang telah terjalin antara pemain lama dan
jaringan pemasaran.
b) Hambatan Masuk Strategi
• Limit Pricing : Strategi pemain lama yang menetapkan harga
yang rendah sebelum masuknya pemain baru ke dalam pasar
karena dengan rendahnya harga tersebut pemain baru tidak
mendapatkan keuntungan. Sehingga strategi ini bertujun untuk
mencegah pesaing baru masuk ke pasar
• Predatory Pricing : Strategi yang menetapkan harga rendah
untuk mengeluarkan pesaing dari pasar. Dilaksanakan
dilaksanakan dengan cara menetapkan harga yang rendah setelah
pemain baru masuk, bertujuan agar pemain baru turur bereaksi
banting harga, akibatnya pemain baru rugi, sebab modalnya yang
belum kuat, hingga akhirnya pemain baru keluar dari pasar.
• Excess Capacity (Kapasitas berlebihan) : Komitmen nyata yang
kredibel dari pemain lama, sehingga pemain baru akan
melihatnya sebagai suatu kekuatan nyata untuk menghambatnya
masuk ke pasar. Hal ini dikarenakan pemain lama mampu
menetapkan harga yang rendah, sebab biaya rata-rata pemain
lama yang telah rendah, akibat telah tercapainya skala ekonomi
tertentu.
2. Hambatan Keluar
a) Dalam hal hambatan untuk keluar dari pasar , ada dua kategori yaitu :
• Internal => adanya biaya-biaya tetap
• Eksternal => adanya aturan dari pemerintah
b) Ketentuan:
• Jika harga pasar > ATC, maka ia akan masuk pasar (entry price)
• Jika harga pasar < AVC, maka ia akan keluar pasar (exit price)
• Jika AVC < harga pasar < ATC, maka ia akan tetap beroperasi,
sebab ini adalah hambatannya (exit barriers), jika memaksakan
keluar akan menimbulkan kerugian yang lebih banyak.
Referensi :
Karim, Adiwarman. 2012. Ekonomi Mikro Islami Edisi Keempat. Cet ke-4.
Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Arif, M. L. F. 2015. Distorsi Pasar Menurut Analisis Teori Pasar Islami.
Semarang : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Walisongo. Dipetik 10 Juli
2015, dari academia.edu.
BAB 9
MAKRO EKONOMI ISLAM
3. Pendapatan Nasional
a) Pendapatan nasional : jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh
rumah tangga keluarga (RTK) di suatu negara dari penyerahan faktor-
faktor produksi dalam satu periode,biasanya selama satu tahun.
Pada gambar tersebut terlihat peran pemerintah yaitu
melakukan konsumsi dan juga mendapatkan pendapatan. Konsumsi
pemerintah dilakukan kepada perusahaan untuk membeli barang atau
jasa sementara kepada rumah tangga untuk membayar gaji, bunga,
ataupun transfer payment. Pendapatan pemerintah diperoleh dari pajak
yang dibayarkan oleh Perusahaan dan juga rumah tangga.
b) Pendapatan nasional dapat dihitung dengan tiga pendekatan, yaitu:
• Pendekatan pendapatan, dengan cara menjumlahkan seluruh
pendapatan (upah, sewa, bunga, dan laba) yang diterima rumah
tangga konsumsi dalam suatu negara selama satu periode tertentu
.Y=r+w+i+p
• Pendekatan produksi, dengan cara menjumlahkan nilai seluruh
produk jadi yang dihasilkan suatu negara.
• Pendekatan pengeluaran, dengan cara menghitung jumlah seluruh
pengeluaran untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi
dalam suatu negara selama satu periode tertentu. Y = C + I + G +
(X – M).
4. Inflasi
a) Inflasi : Meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus.
Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi
kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga)
pada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi disebut deflasi. Mengukur
tingkat inflasi: Indeks Harga Konsumen (IHK/CPI) atau dengan GDP
Deflator.
b) Jenis Inflasi berdasarkan penyebabnya:
• Demand Pull Inflation → karena tarikan permintaan
(permintaan naik, harga naik)
• Cost Push Inflation → karena dorongan penawaran (penawaran
turun, harga naik)
• Spiralling inflation → karena inflasi yang terjadi sebelumnya
• Imported inflation dan domestic inflation
5. Pengangguran
a) Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak
bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari
selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan
pekerjaan yang layak.
b) Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau
para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang
ada. Pengangguran menjadi masalah dalam perekonomian karena
dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan
masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya
kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
c) Jumlah pengangguran dalam perekonomian diukur dengan angka
pengangguran, yaitu persentase pekerja-pekerja tanpa pekerjaan yang
ada di dalam angkatan kerja. Angkatan kerja hanya memasukan pekerja
yang aktif mencari kerja. Orang-orang pensiunan, mengejar pendidikan
atau yang tidak mendapat dukungan mencari kerja karena ketiadaan
prospek kerja, tidaklah termasuk didalam angkatan kerja.
d) Pengangguran sendiri bisa dibagi menjadi beberapa jenis:
• Pengangguran klasikal terjadi ketika gaji karyawan terlalu
tinggi sehingga pengusaha tidak berani memperkerjakan
karyawan lebih dari yang sudah ada. Gaji bisa menjadi terlalu
tinggi karena peraturan upah minimum atau adanya aktivitas
serikat pekerja.
• Pengangguran friksional terjadi apabila ada lowongan
pekerjaan untuk pekerja tetapi waktu untuk mencarinya
menyebabkan adanya periode dimana si pekerja tersebut menjadi
pengangguran.
• Pengangguran struktural meliputi beberapa jenis penyebab
pengangguran termasuk ketidakcocokan antara kemampuan
pekerja dan kemampuan yang dicari oleh pekerjaan yang ada.
Pengangguran besar-besaran bisa terjadi ketika sebuah ekonomi
mengalami masa transisi industri dan kemampuan para pekerja
menjadi tak terpakai. Pengangguran struktural itu juga cukup
mirip dengan pengangguran friksional karena dua-duanya
berkutat pada permasalahan ketidakcocokan kemampuan pekerja
dengan lowongan pekerjaan, tetapi pengangguran struktural
berbeda karena meliputi juga kebutuhan untuk menambah
kemampuan diri, tidak hanya proses pencarian jangka pendek.
• Pengangguran siklikal terjadi ketika pertumbuhan ekonomi
menjadi stagnan. Hukum Okun menunjukan hubungan empiris
antara pengangguran dan pertumbuhan ekonomi. Versi asli dari
Hukum Okun menyatakan bahwa 3% kenaikan keluaran
ekonomi akan mengakibatkan 1% penurunan angka
pengangguran.
b) Kebijakan Moneter
• Kebijakan moneter dalam Islam memiliki fokus utama dalam
pemeliharaan perputaran sumber daya ekonomi, dengan hukum-
hukum syariah seperti ketiadaan suku bunga dalam ekonomi,
sehingga tidak ada lagi alasan bagi para pemegang dana untuk
menahan uangnya di pasar keuangan. Semakin berkembang pasar
keuangan berdampak pada peningkatan jumlah uang di pasar
keuangan yang menjadikan gap antara sektor moneter dan riil
semakin meningkat.
• Kebijakan moneter Islam mengantarkan pada pola regulator
untuk mengurangi gap jumlah uang antara sektor riil dan sektor
moneter dengan menghilangkan transaksi dan produk di pasar
keuangan yang tidak dilandasi oleh usaha produktif di sektor riil.
• Menurut (Solikin M. Juhro, 2020), kebijakan moneter dalam
Islam memiliki tujuan sebagai berikut:
- kesejahteraan ekonomi dengan kesempatan kerja penuh
- Keadilan sosio-ekonomi dan distribusi pendapatan dan
kekayaan, dan stabilitas nilai uang
• Dalam mencapai tujuan tersebut, instrumen moneter Islam
memiliki fungsi sebagai berikut:
- Menjaga keseimbangan antara sektor riil dengan sektor
keuangan dalam perekonomian
- Mencegah penumpukan jumlah uang di sektor keuangan
secara berlebihan
- Mencegah pelipatgandaan uang tanpa dilandasi kegiatan
produktif di sektor riil
- Meningkatkan daya tahan perekonomian pada masa krisis
- Menjadi channel untuk menyalurkan kelebihan dana di
perekonomian
- Mengoptimalkan alokasi sumber daya perekonomian.
• Dalam sistem ekonomi Islam, perumusan dan penentuan
instrumen moneter tentu harus mempertimbangkan strategi yang
sesuai dengan prinsip dan aturan Islam. Hal ini dapat dijelaskan
sebagai berikut (Uddin & Halim, 2015).
- Tidak ada interest bearing assets dalam perekonomian
- Peluang long term sama seperti peluang short term financing
- Tidak ada penimbunan uang (hoarding)
- Pembagian rate of profit (keuntungan) berdasarkan atas
profit sharing ratio
• Menurut (Karim, 2006), instrumen moneter Islam dapat
dibedakan berdasarkan tiga mazhab berikut:
- Mazhab Iqtiṣᾱduna
Pada masa awal Islam dapat dikatakan bahwa tidak
diperlukan suatu kebijakan moneter dikarenakan hampir
tidak adanya sistem perbankan dan minimnya penggunaan
uang. Jadi hampir tidak ada alasan untuk mengubah
penawaran dan permintaan uang karena kredit pada waktu itu
hanya berlaku di antara pedagang saja. Instrumen moneter
yang digunakan adalah Promissory Notes atau Bill Of
Exchange, surat ini dapat dijadikan sebagai pinjaman untuk
mendapatkan dana segar, namun surat tersebut tidak dapat
dimanfaatkan untuk tujuan kredit.
- Mazhab Mainstream
- Mazhab Alternatif
ZAKAT PAJAK
Arti Nama Bersih, bertambah, dan Utang, pajak, dan upeti
berkembanga
Dasar Hukum Alquran dan As-Sunnah UU suatu negara
Nisab dan Ditentukan Allah dan Ditentukan oleh negara lain
Tarif bersifat mutlak (nisab zakat yang bersifat relatif (pajak
memiliki ukuran tetap) berubah-ubah sesuai dengan
neraca anggaran negara)
Sifat Kewajiban yang bersifat Kewajiban yang sesuai
tetap dan terus-menerus dengan kebutuhan dan dapat
dihapuskan
Subjek Muslim Semua warga negara
Objek Alokasi 8 Golongan Untuk dana pembangunan dan
Penerima anggaran rutin
Harta yang Harta produktif Semua harta
Dikenakan
Syarat Ijab Disyaratkan Tidak disyaratkan
Kabul
Imbalan Pahala dari Allah dan Tersedianya barang dan jasa
keberkahan harta publik
Sanksi Dari Allah dan negara Dari negara
Motivasi Keimanan dan ketakwaan Ada pembayaran pajak
Pembayaran kepada Allah serta ketaatan dimungkinkan adanya
dan ketakutan pada negara manipulasi besarnya jumlah
beserta sanksinya harta wajib pajak
Perhitungan Dipercayakan pada Muzaki Selalu menggunakan jasa
dan dapat juga dibantu oleh akuntan pajak
Amil
C. Uang
1. Definisi Uang
Uang diartikan sebagai segala sesuatu yang diterima secara umum sebagai
alat pembayaran yang sah.
2. Jenis Uang
a) Uang Barang (Commodity Money), yaitu alat tukar yang memiliki nilai
komoditas atau bisa diperjualbelikan. Ada 3 syarat utama barang bisa
dijadikan uang: kelangkaan yaitu persediaan barang itu harus terbatas,
daya tahan yaitu barang tersebut harus tahan lama, nilai tinggi yaitu
barang yg dijadikan uang harus bernilai tinggi, sehingga tidak
memerlukan jumlah yang banyak dalam melakukan transaksi.
b) Uang kertas (Token Money) – fiat money
c) Uang Giral adalah uang yg dikeluarkan oleh bank-bank komersial
melalui pengeluaran Cek dan alat pembayaran giro lainnya.
Sumber:
Karim, Adiwarman. 2012. Ekonomi Makro Islami Edisi Keempat. Cet ke-5.
Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Madya, Salman. Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional. Kementerian
Agama Provinsi Sumatera Selatan.
BAB 10
LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH
• Pegadaian Syariah
Menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata pasal 1150,
gadai adalah suatu hak yang diperoleh pihak yang mempunyai
piutang atas suatu barang bergerak. Barang bergerak tersebut
diserahkan oleh pihak yang berutang kepada pihak yang
berpiutang. Pihak yang berutang memberikan kekuasaan kepada
pihak yang mempunyai piutang untuk memiliki barang yang
bergerak tersebut apabila pihak yang berutang tidak dapat
melunasi kewajibannya pada saat berakhirnya waktu pinjaman.
Sesuai dengan landasan konsep di atas, pada dasarnya Pegadaian
Syariah berjalan di atas dua akad transaksi syariah:
- Akad Rahn. Rahn yang dimaksud adalah menahan harta
milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang
diterimanya, pihak yang menahan memperoleh jaminan
untuk mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya.
Dengan akad ini Pegadaian menahan barang bergerak
sebagai jaminan atas utang nasabah.
- Akad Ijarah. Yaitu akad pemindahan hak guna atas barang
dan atau jasa melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti
dengan pemindahan kepemilikan atas barangnya sendiri.
Melalui akad ini dimungkinkan bagi Pegadaian untuk
menarik sewa atas penyimpanan barang bergerak milik
nasabah yang telah melakukan akad. Rukun dari akad
transaksi tersebut meliputi (a) Orang yang berakad: Yang
berhutang (rahin) dan Yang berpiutang (murtahin); (b) Sighat
(ijab qabul).; (c) Harta yang di-rahn-kan (marhun) (d)
Pinjaman (marhun bih).
Dari landasan Syariah tersebut maka mekanisme operasional
Pegadaian Syariah dapat digambarkan sebagai berikut: Melalui
akad rahn, nasabah menyerahkan barang bergerak dan kemudian
Pegadaian menyimpan dan merawatnya di tempat yang telah
disediakan oleh Pegadaian.
Akibat yang timbul dari proses penyimpanan adalah
timbulnya biaya-biaya yang meliputi nilai investasi tempat
penyimpanan, biaya perawatan dan keseluruhan proses
kegiatannya. Atas dasar ini dibenarkan bagi Pegadaian
mengenakan biaya sewa kepada nasabah sesuai jumlah yang
disepakati oleh kedua belah pihak. Pegadaian Syariah akan
memperoleh keuntungan hanya dari bea sewa tempat yang
dipungut bukan tambahan berupa bunga atau sewa modal yang
diperhitungkan dari uang pinjaman.
• Reksadana Syariah
Reksadana adalah sebuah wadah dimana masyarakat dapat
menginvestasikan dananya dan oleh pengurusnya (manajer
investasi) dana itu diinvestasikan ke portofolio efek. Reksadana
merupakan jalan keluar bagi para pemodal kecil yang ingin ikut
serta dalam pasar modal dengan modal minimal yang relatif kecil
dan kemampuan menanggung risiko yang sedikit. Pada reksadana
syariah dana akan disalurkan kepada saham syariah dan surat
berharga syariah seperti sukuk.
• Saham Syariah
Saham syariah adalah kepemilikan atas usaha tertentu dimana usaha
tersebut harus sesuai dengan prinsip syariah Islam. Sedangkan
kegiatan transaksi saham syariah tidak berbeda jauh dengan saham
konvensional. Oleh sebab itu, sudah menjadi kewajiban pejuang
ekonomi syariah untuk terus mengkaji saham syariah lebih syar’i
dalam transaksinya. Akad antara investor dengan lembaga hendaknya
dilakukan dengan sistem mudharabah/qiradh.
• Sukuk
Sukuk adalah surat berharga yang diterbitkan berdasarkan prinsip
syariah sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset surat
berharga syariah, yang dijual kepada individu atau perseorangan
melalui agen penjual dengan volume minimum yang telah ditentukan.
Tujuan penerbitan sukuk adalah membiayai anggaran perusahaan,
diversifikasi sumber pembiayaan, memperluas basis investor,
mengelola portofolio pembiayaan. Dalam melakukan transaksi
Reksadana Syariah tidak diperbolehkan melakukan tindakan
spekulasi, yang didalamnya mengandung gharar seperti najsy
(penawaran palsu). Ada beberapa hal yang juga harus diperhatikan
dalam investasi syariah ini.
• Kelembagaan
Dalam syariah Islam belum dikenal lembaga badan hukum
seperti sekarang. Tapi lembaga badan hukum ini sebenarnya
mencerminkan kepemilikan saham dari perusahaan yang secara
syariah diakui. Namun demikian, dalam hal reksa dana syariah,
keputusan tertinggi dalam hal keabsahan produk adalah Dewan
Pengawas syariah yang beranggotakan beberapa alim ulama dan
ahli ekonomi syariah yang direkomendasikan oleh Dewan
Pengawas Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. Dengan
begitu proses di dalam akan terus diikuti perkembangannya agar
tidak keluar dari jalur syariah yang menjadi prinsip investasinya.
• Hubungan investor dan perusahaan
Akad antara investor dengan lembaga hendaknya dilakukan
dengan sistem mudharabah. Secara teknis, al-mudharabah adalah
akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama
menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya
menjadi pengelola. Keuntungan secara mudharabah dibagi
menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan
apabila rugi, ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian
tersebut bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian
tersebut karena kecurangan atau kelalaian pengelola maka
pengelola harus bertanggungjawab atas kerugian tersebut. Dalam
hal ini transaksi jual beli, saham-saham dalam reksa dana syariah
dapat diperjual belikan.
Saham-saham dalam reksa dana syariah merupakan yang
harta (mal) yang dibolehkan untuk diperjual belikan dalam
syariah. Tidak adanya unsur penipuan (gharar) dalam transaksi
saham karena nilai saham jelas. Harga saham terbentuk dengan
adanya hukum supply and demand. Semua saham yang
dikeluarkan reksa dana tercatat dalam administrasi yang rapih dan
penyebutan harga harus dilakukan dengan jelas.
• Kegiatan investasi reksa dana
Dalam melakukan kegiatan investasi reksa dana syariah
dapat melakukan apa saja sepanjang tidak bertentangan dengan
syariah, diantara investasi tidak halal yang tidak boleh dilakukan
adalah investasi dalam bidang perjudian, pelacuran, pornografi,
makanan dan minuman yang diharamkan, lembaga keuangan
ribawi dan lain-lain yang ditentukan oleh Dewan Pengawas
Syariah. Dalam kaitannya dengan saham-saham yang
diperjualbelikan di bursa saham, BEJ sudah mengeluarkan daftar
perusahaan yang tercantum dalam bursa yang sesuai dengan
syariah Islam atau saham-saham yang tercatat di Jakarta Islamic
Index (JII). Dimana saham-saham yang tercantum didalam indeks
ini sudah ditentukan oleh Dewan Syariah. Dalam melakukan
transaksi reksa dana syariah tidak diperbolehkan melakukan
tindakan spekulasi, yang didalamnya mengandung gharar seperti
penawaran palsu dan tindakan spekulasi lainnya.
• Obligasi Syariah
Obligasi syariah di dunia internasional dikenal dengan
sukuk. Sukuk berasal dari bahasa Arab “sak” (tunggal) dan
“sukuk” (jamak) yang memiliki arti mirip dengan sertifikat atau
note. Dalam pemahaman praktisnya, sukuk merupakan bukti
(claim) kepemilikan. Sebuah sukuk mewakili kepentingan, baik
penuh maupun proporsional dalam sebuah atau seumpulan aset.
Jika ditinjau dari aspek akad, obligasi dapat dimodifikasi ke
pelbagai jenis seperti obligasi saham, istisna, murabahah,
musyarakah, mudharabah ataupun ijarah, namun yang lebih
populer dalam perkembangan obligasi syariah di Indonesia
hingga saat ini adalah obligasi mudharabah dan ijarah. Obligasi
syariah di Indonesia mulai diterbitkan pada paruh akhir tahun
2002, yakni dengan disahkannya Obligasi Indosat obligasi yang
diterbitkan ini berdasarkan prinsip mudharabah.
Obligasi mudharabah mulai diterbitkan setelah fatwa tentang
obligasi syariah (Fatwa DSN-MUI No.32/DSN-MUI/ /2002)dan
obligasi syariah mudharabah (Fatwa DSN-MUI No.33/DSN-
MUI/ /2002). Sedangkan obligasi syariah ijarah pertama kali
diterbitkan pada tahun 2004 setelah dikeluarkannya fatwa tentang
obligasi syariah ijarah (Fatwa DSN-MUI No.41/DSN-MUI/
/2003). Penerapan mudharabah dalam obligasi cukup sederhana.
Emiten bertindak selaku mudharib, pengelola dana dan investor
bertindak sebagai shahibul maal, alias pemilik modal.
Keuntungan yang diperoleh investor merupakan bagian
proporsional keuntungan dari pengelolaan dana oleh investor.
• Modal Ventura Syariah
Modal Ventura Syariah adalah suatu pembiayaan dalam
penyertaan modal dalam suatu perusahaan pasangan usaha yang
ingin mengembangkan usahanya untuk jangka waktu tertentu
(bersifat sementara). Modal ventura merupakan bentuk
penyertaan modal dari perusahaan pembiayaan kepada
perusahaan yang membutuhkan dana untuk jangka waktu
tertentu. Perusahaan yang diberi modal sering disebut sebagai
investee, sedangkan perusahaan pembiayaan yang memberi dana
disebut sebagai venture capitalist atau pihak investor.
Penghasilan modal ventura sama seperti penghasilan saham
biasa, yaitu dari dividen (kalau dibagikan) dan dari apresiasi nilai
saham dipegang (capital gain). Dari pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa Modal Ventura Syariah yakni penanaman
modal dilakukan oleh lembaga keuangan Syariah untuk jangka
waktu tertentu, dan setelah itu lembaga keuangan tersebut
melakukan divestasi atau menjual bagian sahamnya kepada
pemegang saham perusahaan.
Lahirnya perusahaan Modal Ventura telah memberi bantuan
nyata kepada usaha kecil menengah dan koperasi. Adapun konsep
perusahaan Modal Ventura Syariah adalah sebagai berikut:
- Mekanisme pembiayaan dalam Modal Ventura dilakukan
dalam bentuk penyertaan modal.
- Metode pengambilan keuntungan dalam Modal Ventura
dilakukan melalui bagi hasil atas keuntungan yang diperoleh
kegiatan usaha yang dibiayai.
- Produk pembiayaan Modal Ventura dikeluarkan oleh
lembaga keuangan bukan bank, yaitu perusahaan
pembiayaan Modal Ventura.
- Jaminan dalam pembiayaan Modal Ventura tidak diperlukan,
karena sifat pembiayaannya lebih condong ke sebuah bentuk
investasi.
- Sumber dana untuk pembiayaan Modal Ventura bisa berasal
dari perusahaan Modal Ventura sendiri dan juga berasal dari
pihak lain.
- Upaya penyelesaian apabila terjadi wanprestasi dalam
pembiayaan Modal Ventura, baik yang dilakukan oleh
perusahaan Modal Ventura maupun perusahaan pasangan
usaha, maka upaya penyelesaiannya dapat dilakukan melalui
upaya damai, pengadilan negeri, dan lembaga arbitrase.
Referensi:
Perpustakaan Digital Universitas Terbuka. Gambaran Umum Lembaga Keuangan
Syariah – Modul 1. Available at: https://pustaka.ut.ac.id/lib/wp-
content/uploads/pdfmk/EKSA4206-M1.pdf
ER. PERMANA.
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/2087/05.2%20bab%202.pdf?s
equence=8&isAllo
wed=y
BAB 11
PENGANTAR AKUNTANSI SYARIAH
A. Definisi Akuntansi
1. Persaudaraan (ukhuwah);
2. Keadilan (‘adalah);
3. Kemaslahatan (mashlahah);
a) Keseimbangan (tawazun);
Prinsip keseimbangan (tawazun) esensinya meliputi keseimbangan
aspek material dan spiritual, aspek privat dan publik, sektor keuangan
dan sektor riil, bisnis dan sosial, dan keseimbangan aspek pemanfaatan
dan pelestarian
b) Universalisme (syumuliyah);
Prinsip universalisme (syumuliyah) esensinya dapat dilakukan oleh,
dengan, dan untuk semua pihak yang berkepentingan (stakeholder)
tanpa membedakan suku, agama, ras dan golongan, sesuai dengan
semangat rahmatan lil alamin.
Referensi:
Akuntansi Syariah di Indonesia, Sri Nurhayati dan Wasilah, 2008
Memahami Akuntansi Syariah di Indonesia. Slamet Wiyono dan Taufan
Maulamin. 2012.
Fundamentals of Corporate Finance. Ross, Westerfield, dan
Jordan. 2003. Akuntansi Transaksi Syariah, Wiroso IAI, 2011
BAB 12
FILANTROPI ZISWAF DAN MAWARIS
B. Ilmu Faraidh
1. Pengertian Faraidh
a) Faraidh adalah bentuk jamak dari al-faridhah: kewajiban, atau
pembagian yang telah ditentukan sesuai kadarnya masing-masing.
Jadi, ilmu faraidh adalah ilmu yang mempelajari perhitungan dan tata
cara pembagian harta warisan untuk setiap ahli waris berdasarkan
syariat Islam, yang terdapat dalam QS. An-Nisa:11-12 dan 176 dan
QS. Al-Anfal:75.
b) Sebelum harta warisan dibagikan, ahli waris harus memenuhi
kewajiban sebagai berikut:
• Membiayai penyelenggaraan jenazah dari harta yang
ditinggalkan oleh jenazahnya
• Membayar utang si jenazah (jika punya utang).
• Melaksanakan wasiat si jenazah (jika berwasiat) dengan
ketentuan wasiat tidak boleh dari 1/3 total harta yang
ditinggalkan nya. Jika lebih dari 1/3, maka harus dikurangi
menjadi 1/3.
• Membayar zakat (jika memenuhi syarat).
2. Macam-Macam Ahli Waris
a) Ahli waris dengan bagian tertentu (ashabul furudh): Ahli waris yang
sudah ditentukan bagiannya, tercantum dalam nash Al Quran dan
Hadits. Mereka mendapat bagian secara pasti yaitu 2/3, 1/3, dan
seterusnya.
b) Ahli waris dengan bagian yang tidak ditentukan (‘ashabah): Ahli waris
yang tidak ditentukan bagiannya. Mereka mendapat sisa bagian setelah
harta waris dibagikan kepada ashabul furudh atau mendapat seluruh
harta karena tidak ada ashabul furudh.
c) Ahli waris karena pertalian rahim/ darah (dzawul arham)
d) Mereka yang tidak termasuk golongan ashabul furudh dan asabah.
3. Rukun Waris
a) Orang yang mewariskan (al-muwarrits), yakni mayit yang diwarisi
oleh orang lain yang berhak mewarisinya.
b) Orang yang mewarisi (al-wârits), yaitu orang yang bertalian dengan
mayit dengan salah satu dari beberapa sebab yang menjadikan ia bisa
mewarisi.
c) Harta warisan (al-maurûts), yakni harta warisan yang ditinggalkan
mayit setelah kematiannya.
4. Syarat-Syarat Waris
a) Telah meninggalkan pewaris.
b) Adanya ahli waris yang masih hidup.
c) Seluruh ahli waris telah diketahui secara pasti.
5. Sebab-Sebab Mendapatkan Hak Waris
a) Telah meninggalkan pewaris.
b) Adanya ahli waris yang masih hidup.
c) Seluruh ahli waris telah diketahui secara pasti.
6. Penggugur Hak Waris
Fardh
KPK=6
(bagian)
No. Ahli Waris
Asal Masalah Bagian/
=6 Perolehan
1 Suami ½ 3/6 3
Jumlah 7/6
Bagian masing-masing yaitu:
Suami: 3/6 x 21.000.000 = 10.500.000
2 orang saudara perempuan kandung: 4/6 x 21.000.000 =
14.000.000
Jumlah: = 24.500.000
KPK=6 Total
Bagian =
7
No Ahli Waris Fardh
.
(bagian) Bagian
Asal
Masalah = 6 (Individu)
1 Suami ½ 3/6 3
2 2 orang saudara perempuan 2/3 4/6 4
kandung
Jumlah 7/6 7
• Radd
Secara bahasa, kata al-radd berarti mengembalikan. Sedangkan
menurut pengertian syara', al-radd adalah membagi sisa harta
warisan kepada ahli waris menurut pembagian masing- masing,
setelah menerima bagiannya. Radd dilakukan karena setelah harta
diperhitungkan untuk ahli waris, ternyata masih ada sisa harta.
Sedangkan ahli waris tidak ada 'ashabah. Maka sisa harta tersebut
dibagikan kepada ahli waris yang ada, kecuali suami/ istri.
Contoh penyelesaian kasus Radd yaitu:
KPK=6 Total
Fardh Bagian=
(Bagian) 4
KPK=6 Total
Fardh Bagian=4
(Bagian)
No. Ahli Waris Asal Masalah Bagian (Tiap
=6 Individu)
Jumlah 4/6 4
Asal masalah dari bagian waris diatas dari 6 diganti menjadi 4 agar harta
yang dibagi habis. Total bilangan 4/6 akan menyisakan harta warisan yaitu sebesar
2/6. Agar pembagian warisan menjadi habis maka harus diganti menjadi 4/4
(menggunakan total bagian yaitu 4 sebagai pengganti asal masalah, sehingga
pembagian waris akan utuh yaitu 4/4=1). Efek dari penggantian bilangan ini akan
memperbesar bagian harta yang dibagikan. Perhitungannya yaitu:
Referensi
Khairina, N. (2019). Analisis Pengelolaan Zakat, Infak, dan Sedekah (ZIS) untuk
Meningkatkan Ekonomi Duafa (Studi Kasus di Lembaga Amil Zakat Nurul
Hayat Cabang Medan). At Tawassuth, IV(1), 160–184.
BAB 13
ETIKA BISNIS ISLAM
Referensi
ETIKA BISNIS AL-GHAZALÎ, Fahadil Amin Al Hasan, Jurnal E-Sya Vol. 1, No.
1, April 2014
ETIKA BISNIS PERSPEKTIF ISLAM Oleh : Drs. H. Aris Baidowi, M.Ag JHI,
Volume 9, Nomor 2, Desember 2011
Etika Bisnis Dalam Islam Penulis : Faisal Badroen Drs. M.BA dan Suhendra. S.Ag.
MM Penerbit : UIN Jakarta Press Terbit : 2006 Cetakan : Pertama, Juli 2006
Globethics.net Focus 16, Yahya Wijaya/Nina Mariani Noor (eds.): Etika Ekonomi
dan Bisnis. Perspektif Agama-Agama di Indonesia, Economic and Business
Ethics. Religious Perspectives in Indonesia Geneva: Globethics.net, 2014
ISBN 978-2-940428-66-3 (online version), penulis : Hamam Burhanuddin.
BAB 14
PERBANDINGAN ILMU EKONOMI
Mazhab Iqtishaduna
Mazhab pertama adalah al Iqtishaduna, dipelopori oleh Baqir al-Sadr beserta para
pendukung lainya, Baqir Al-Hasani, Qadim al-Sadr, Iraj Toutoununchin, Abas
Mirakhor, Hedayati dan lain-lain. Mazhab ini berpandangan bahwa ilmu ekonomi
(economics) tidak pernah sama dengan Islam, ekonomi tetap ekonomi dan Islam
tetap Islam. Keduanya tidak akan dapat disatukan, karena keduanya dari filosofi
yang kontradiktif. Berkaitan dengan kemunculan masalah ekonomi, mazhab ini
berpendapat disebabkan karena adanya distribusi yang tidak adil sebagai akibat
sistem ekonomi yang membolehkan eksploitasi pihak yang kuat pada pihak yang
lemah. Yang kuat lebih mengakses sumber daya sehingga kaya, yang lemah tidak
memiliki akses sumber daya, sehingga menjadi sangat miskin. Karena itulah
menurut pandangan mazhab ini, ekonomi muncul tidak karena sumber daya yang
terbatas, tetapi karena keserakahan manusia yang tidak terbatas.
Mazhab Mainstream
Alternatif-kritis
Tokoh pemikir alternatif kritis meliputi Timur Kuran, Jomo, dan M. Arif. Mazhab
Baqr As Sadr dikritik sebab dianggap berusaha menghancurkan teori lama dengan
menemukan sesuatu yang baru, padahal sebenarnya sudah pernah ditemukan.
Adapun Mazhab Mainstream dikritik sebab serupa dengan ekonomi klasik/
perbedaannya hanya terletak pada penambahan variabel zakat dan niat serta
pengurangan variabel riba. Kritik tidak hanya ditujukan pada sosialisme dan
kapitalisme, tetapi juga ekonomi Islam. Meskipun Islam secara konseptual
merupakan agama yang sempurna, ekonomi Islam masih perlu dikritisi dalam
proses pengembangannya. Oleh karena itu, dalam menyelesaikan permasalahan
ekonomi berupa kelangkaan tersebut, dibentuklah sistem ekonomi. Terdapat
beberapa jenis sistem ekonomi yang ada di dunia, yaitu terpusat atau komando,
pasar, campuran, dan Islam.
B. Sistem Ekonomi
dunia dan
akhirat
Seorang muslim harus takut kepada Allah swt dan hari penentuan di akhirat nanti.
Zakat harus dibayarkan atas kekayaan yang telah memenuhi batas (nisab).
Kesamaan ekonomi.
Disiplin Politik.
Positivisme
Dalam konvensional positivisme adalah kenetralan mutlak antar seluruh tujuan atau
bebas dari posisi etika tertentu atau pertimbangan-pertimbangan normatif. Sejak
seluruh sumber daya yang dapat dikonsumsi disadari adalah milik Tuhan,
sedangkan manusia hanyalah pemegang amanah saja. Manusia akan bertanggung
jawab kepada-Nya atas penggunaan yang sesuai dengan syarat-syarat dan kondisi
pemberian amanah.
Keadilan
Sumber daya alam yang merupakan amanah dari Allah kepada manusia, yang akan
dimintai pertanggungjawabannya kelak, hendaklah digunakan dengan sebaik-
baiknya dan seadil- adilnya. Persaudaraan (Brotherhood) sebagai tujuan utama dari
syariah hanyalah akan menjadi sebuah jargon yang tidak berarti jika saja tidak
didukung oleh keadilan dalam pengalokasian dan distribusi sumberdaya yang
diberikan oleh Allah.
Pareto Optimum
Peranan Negara
Referensi
A. Pendahuluan
Muawanah
Manfa’ah
An-Tarodhim
Adamul Gharar
Al Musawah
Ash Shiddiq
Dalam Islam, manusia diperintahkan untuk menjunjung kejujuran dan
kebenaran. Adapun hukum dasar muamalah adalah halal. Karena
adanya prinsip halal ini maka Islam memberikan peluang sangat besar
kepada umatnya untuk berinovasi dalam bermuamalah untuk
mengembangkan aktivitas ekonomi selama masih dalam koridor
syariah.
Ba’i al-wafa’ adalah jual beli dengan hak membeli kembali adalah
jual beli yang dilangsungkan dengan syarat bahwa barang dijual
tersebut dapat dibeli kembali oleh penjual apabila tenggang waktu yang
disepakati telah tiba. Misalnya, Ruslan sangat memerlukan uang saat
ini, lalu ia menjual sawahnya seluas dua hektar kepada Riadi seharga
Rp 10.000,- selama dua tahun. Mereka sepakat menyatakan bahwa
apabila tenggang waktu dua tahun itu telah habis, maka Ruslan akan
membeli sawah itu kembali seharga penjualan semula, yaitu Rp
10.000,- kepada Riadi. Disebabkan akad yang digunakan adalah akad
jual beli, maka tanah sawah boleh dieksploitasi Riadi selama dua tahun
itu dan dapat ia manfaatkan sesuai dengan kehendaknya, sehingga tanah
sawah itu menghasilkan keuntungan baginya. Akan tetapi, tanah sawah
itu tidak boleh dijual kepada orang lain. Mustafa Ahmad al-Zarqa’
mengatakan, bahwa barang yang diperjualbelikan dalam ba’i al-wafa’
adalah barang tidak bergerak, seperti tanah perkebunan, rumah, tanah,
perumahan dan Sawah.
Syirkah Kontemporer
Syirkah adalah kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu
usaha tertentu dimana setiap pihak memberi kontribusi dana/modal
usaha (ra’s al-mal) dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi sesuai
nisbah yang disepakati atau secara proporsional, sedangkan kerugian
ditanggung oleh pihak secara proporsional.
Syirkah Mu’aqqadah
Syirkah Da’imah
Syirkah Amwal
Referensi
A. Pengantar Riset
Seperti halnya disiplin ilmu lain, ekonomi Islam juga memerlukan riset untuk terus
mengembangkan bidang ilmunya. Dalam menjalankan riset ekonomi Islam, kita
perlu terlebih dahulu mengetahui lingkup dari ekonomi Islam. Susamto (2018)
menjelaskan bahwa ekonomi Islam melingkupi beberapa tahap pekerjaan .
Tahap pekerjaan kedua berarti evaluasi perilaku aktual individu, perusahaan, pasar
dan pemerintah dan dampaknya terhadap ekonomi.
Tahap pekerjaan ketiga adalah perbandingan antara kondisi ideal dan perilaku
aktual individu, perusahaan, pasar, dan pemerintah, serta penjelasan mengapa bisa
ada kesenjangan jika terjadi perbedaan di antara dua kondisi tersebut.
Tahap pekerjaan keempat dalam ekonomi Islam adalah perumusan strategi yang
dapat membantu membawa perilaku aktual individu, perusahaan, pasar dan
pemerintah sedekat mungkin ke ideal.
Berdasarkan cara memperolehnya, terdapat dua jenis data yang dapat digunakan,
yaitu primer dan sekunder. Data primer berarti data yang telah dikumpulkan dari
tangan pertama dikenal sebagai data primer. Data primer belum dipublikasikan dan
lebih dapat diandalkan, otentik dan objektif. Pengumpulan data primer dapat
dilakukan dengan berbagai metode, antara lain kuesioner, wawancara, Focus Group
Discussion (FGD), Participatory Rural Appraisal (PRA), Rapid Rural Appraisal
(RRA), observasi, survei, studi kasus, dan eksperimen (Kabir, 2016)
Data sekunder berarti data yang dikumpulkan dari sumber yang telah
dipublikasikan. Tinjauan literatur dalam penelitian apapun didasarkan pada data
sekunder. Data tersebut dikumpulkan oleh orang lain untuk tujuan lain, tetapi
digunakan oleh simpatisan untuk tujuan lain. Sebagai contoh, data Sensus
digunakan untuk menganalisis dampak pendidikan terhadap pilihan dan
penghasilan karier (Kabir, 2016). Data sekunder dapat berupa data kualitatif atau
kuantitatif. Data sekunder kualitatif dapat diperoleh dari buku, jurnal, atau artikel
dari internet. Data sekunder kuantitatif disediakan oleh beberapa lembaga survei
atau statistik. Contoh data sekunder kuantitatif seperti data World Bank, Badan
Pusat Statistik, International Monetary Fund, Susenas, dan Indonesian Family Life
Survey (IFLS).
Metode analisis data juga dibagi menjadi dua, yaitu metode analisis data kualitatif
dan kuantitatif. Metode kuantitatif berkaitan dengan upaya untuk mengukur
sesuatu, seperti menanyakan pertanyaan 'berapa lama', 'berapa banyak' atau 'sejauh
mana'. Metode kuantitatif digunakan untuk mengukur data dan menggeneralisasi
hasil dari sampel populasi yang diminati. Hal ini dapat mengukur timbulnya
berbagai pandangan dan pendapat dalam sampel yang dipilih untuk contoh atau
hasil agregat (The Centre for Local Economic Strategies, 2011).
Analisis kuantitatif yang biasa digunakan adalah analisis statistik. Analisis statistik
dibagi menjadi 2, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial. Analisis statistik
deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana
adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
generalisasi. Analisis ini hanya berupa akumulasi data dasar dalam bentuk deskripsi
semata dalam arti tidak mencari atau menerangkan hubungan, menguji hipotesis,
membuat ramalan, atau melakukan penarikan kesimpulan (Muhson, 2006).
Teknik analisis statistik deskriptif yang dapat digunakan menurut Muhson (2006)
antara lain:
penyajian data dalam bentuk tabel atau distribusi frekuensi dan tabulasi silang
(crosstab). Melalui analisis ini akan diketahui kecenderungan hasil temuan
penelitian, apakah masuk dalam kategori rendah, sedang atau tinggi,
penyajian data dalam bentuk visual seperti histogram, poligon, ogive, diagram
batang, diagram lingkaran, diagram pastel (pie chart), dan diagram lambang,
Menurut Muhson (2006), analisis statistik inferensial secara umum dapat dibagi
menjadi dua jenis.
Analisis Korelasional
Analisis statistik yang berusaha untuk mencari hubungan atau pengaruh antara dua
buah variabel atau lebih. Dalam analisis korelasional ini, variabel dibagi ke dalam
dua bagian, yaitu variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen).
Banyak sekali teknik analisis statistik yang dapat digunakan untuk analisis
korelasional ini, baik statistik parametrik maupun nonparametrik. Penggunaan
masing-masing teknik analisis tersebut sangat tergantung pada jenis skala datanya.
Terdapat tiga jenis skala data. (a) Data nominal, yaitu data kualitatif yang tidak
memiliki jenjang. Contoh jenis kelamin, asal daerah, pekerjaan orang tua, hobby,
dan sebagainya. (b) Data ordinal, yaitu data kualitatif yang memiliki jenjang, seperti
tingkat pendidikan, jabatan, pangkat, ranking kelas, dan sebagainya. (c) Data
interval/rasio, yaitu data kuantitatif atau data yang berupa angka atau dapat
diangkakan. Contoh penghasilan, prestasi belajar, tinggi badan, tingkat kecerdasan,
volume penjualan, dan sebagainya. Adapun jenis analisis korelasional jika dilihat
dari skala data dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Analisis Komparasi
Selain dibagi menjadi dua, yaitu deskriptif dan inferensial, analisis statistik juga
dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis menurut parameternya, yaitu satistik
parametrik dan nonparametrik. Statistik parametrik adalah analisis statistik yang
pengujiannya menetapkan syarat-syarat tertentu tentang bentuk distribusi
parameter atau populasinya, seperti data berskala interval dan berdistribusi normal,
sedangkan statistik nonparametrik adalah analisis statistik yang tidak menetapkan
syarat-syarat tersebut (Muhson, 2006).
Menurut Komariah dan Satori (2011) dalam melakukan analisis data kualitatif,
terdapat beberapa alternatif metode yang dapat digunakan oleh peneliti. Berikut
adalah beberapa alternatif metode yang dapat digunakan oleh peneliti.
Biografi
Penulisan model biografi dipilih untuk meneliti satu individu jika materi
tersedia,mudah didapat, dan individu yang diteliti bersedia berbagi informasi (jika
individu masih hidup).
Fenomenologi
Penelitian ini menggambarkan pendekatan psikologi terhadap penelitian
fenomenologis. Model ini dipilih untuk meneliti sebuah fenomena dan makna yang
dikandung untuk suatu individu.
Grounded Theory
Etnografi
Pendekatan ini digunakan untuk meneliti perilaku grup pertukaran kebudayaan atau
individual. Dalam melakukan pendekatan ini, peneliti harus melakukan interview
serta penyelidikan tema-tema yang muncul dari penelitian perilaku manusia.
Studi Kasus
Model pendekatan ini digunakan untuk meneliti kasus yang terjadi pada tempat dan
waktu tertentu. Untuk mendapatkan gambaran kasus yang ideal, perlu adanya
pengumpulan informasi kontekstual sebanyak mungkin.
Referensi
Muhson, A. (2006). Teknik Analisis Kuantitatif. Diambil kembali dari Staff Site
Universitas Negeri Yogyakarta:
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132232818/lainlain/Ali+Muhson+(2006)+Analisi
s+Kuantitatif.pdf
Sekaran, U., & Bougie, R. (2016). Research Methods for Business. Chichester:
John Wiley & Sons. Susamto, A. A. (t.t.). Toward a New Framework of Islamic
Economic Analysis. 29.
The Centre for Local Economic Strategies. (2011). Research Methods Handbook.
Manchester: CLES.
A. Definisi Akuntansi
• Persaudaraan (ukhuwah);
Ukhuwah dalam transaksi syariah berdasarkan prinsip saling mengenal
(ta’aruf), saling memahami (tafahum), saling menolong (ta’awun), saling
menjamin (takaful), saling bersinergi dan beraliansi (tahaluf).
• Keadilan (‘adalah);
Adil diartikan dengan menempatkan sesuatu pada tempatnya dan
memberikan sesuatu hanya pada yang berhak.Adapun implementasi
keadilan dalam kegiatan muamalah aturan prinsip muamalah yang melarang
adanya unsur:
a) Riba
b) Kezaliman
c) Maysir (unsur judi dan sikap spekulatif);
d) Gharar (unsur ketidakjelasan); dan
e) Haram (unsur haram baik dalam barang maupun jasa serta aktivitas
operasional yang terkait).
• Kemaslahatan (mashlahah);
Kemaslahatan yang diakui harus memenuhikepatuhan syariah (halal) serta
bermanfaat dan membawa kebaikan (thayib) dalam semua aspek secara
keseluruhan termasuk pemeliharaan terhadap 5 maqashid syariah.
• Keseimbangan (tawazun); dan
Prinsip keseimbangan (tawazun) esensinya meliputi keseimbangan aspek
material dan spiritual, aspek privat dan publik, sektor keuangan dan sektor
riil, bisnis dan sosial, dan keseimbangan aspek pemanfaatan dan pelestarian
• Universalisme (syumuliyah)
Prinsip universalisme (syumuliyah) esensinya dapat dilakukan oleh,
dengan, dan untuk semua pihak yang berkepentingan (stakeholder) tanpa
membedakan suku, agama, ras dan golongan, sesuai dengan semangat
rahmatan lil alamin.
• Pengawas syariah
• Karyawan
• Pelanggan
• Masyarakat.
Referensi
Jenis Murabahah
Unsur Murabahah
Akuntansi Penjual
Kategori Diskon
Piutang Murabahah
Saat akad murabahah -> diakui sebesar biaya perolehan aset murabahah ditambah keuntunganyang disepakati.
->
Akhir periode laporan keuangan dinilai sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi, yaitu saldopiutang dikurangi
penyisihan kerugian piutang.
(dimuka)
Setahun
Besar
Keuntungan diakui saat penyerahan aset murabahah. Jika risiko penagihan kas dari
piutang murabahah dan beban pengelolaan piutang serta penagihannya relatif kecil.
Diakui proporsional dengan besaran kas yang berhasil ditagih dari piutang
murabahah. untuk transaksi murabahah tangguh dimana risiko piutang tidak
tertagih relatif besar dan/atau beban untuk mengelola dan menagih piutang tersebut
relatif besar juga.
Pengakuan keuntungan -> dilakukan secara proporsional atas jumlah piutang yang
jatuh tempo dalam setiap periode dengan mengalikan persentase keuntungan
terhadap jumlah piutang yang jatuh tempo pada periode yang bersangkutan.
Persentase keuntungan dihitung dengan perbandingan antara margin dan biaya
perolehan aset murabahah.
Diakui saat seluruh piutang murabahah berhasil ditagih. untuk transaksi murabahah
tangguh dimana risiko piutang tidak tertagih dan beban pengelolaan piutang serta
penagihannya cukup besar.
Dalam praktek, metode ini jarang dipakai, karena transaksi murabahah tangguh
mungkin tidak terjadi bila tidak ada kepastian yang memadai akan penagihan
kasnya. Hal ini terjadi bila tidak ada kepastian yang memadai akan penagihan
kasnya misalnya untuk piutang murabahah dalam kualitas macet. (penjelasan
PAPSI, draft revisi).
Potongan Murabahah
Melunasi tepat waktu atau lebih cepat dari waktu yang disepakati = diakui sebagai
pengurang keuntungan murabahah dapat dilakukan dengan menggunakan salah
satu metode berikut:
Diberikan pada saat pelunasan, yaitu penjual mengurangi piutang murabahah dan
keuntungan murabahah
Dalam catatan bank syariah sisa pokok Rp 60 juta, sisa margin Rp 12,6 juta, margin
2 bulan Rp 4,2 juta maka potongan pelunasannya 12,6 juta – 4, 2 juta = 8,4 juta atau
60 juta + 4,2 juta = 64,2 juta (dibayarkan nasabah).
Nasabah yang tidak mampu disebabkan force major tidak boleh dikenakan sanksi
Nasabah mampu = tidak mempunyai kemauan dan itikad baik = boleh dikenakan sanksi
Sanksi = besarnya ditentukan atas dasar kesepakatan dan dibuat saat akad ditandatangani. Danaberasal dari denda
diperuntukkan sbg dana
Denda dikenakan jika pembeli lalai dalam melakukan kewajibannya sesuai dengan akad = diakuisebagai bagian
dana kebajikan
Akuntansi Pembeli
Penyajian
Piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan, yaitu saldo piutang murabahah
dikurangi penyisihan kerugian piutang.
Margin murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account) piutang murabahah.
Beban murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account) hutang murabahah
Pengungkapan
Penjual mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi murabahah, tetapi tidak terbataspada:
Janji pemesanan dalam murabahah berdasarkan pesanan sebagai kewajiban atau bukan
Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
Pembeli mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi murabahah, tetapi tidak terbataspada:
Nilai tunai aset yang diperoleh dari transaksi murabahah Jangka waktu murabahah tangguh. Pengungkapan yang
diperlukan sesuai PSAK 101: Penyajian Laporan keuangan Syariah
Pengertian
Akad jual beli barang pesanan (muslam fiih) dengan pengiriman dikemudian hari oleh penjual (muslam illaihi) dan
pelunasannya dilakukan oleh pembeli pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu (PSAK 103,
paragraf 4). Transaksi jual beli barang dengan cara pemesanan dan pembayaran harga lebih dahulu dengan syarat-
syarat tertentu (Fatwa DSN No. 05/DSN-MUI/IV/2000).
JURNAL :
PEMBELI PENJUAL
Penyerahan modal salam dalam bentuk Penyerahan modal salam dalam bentuk
salam
dilakukan sama.
1. Kontrak diperpanjang
2. Kontrak dibatalkan
3. Jaminan dijual
Dr. Kas
MODAL USAHA
PEMBELI PENJUAL
SALAM
Kas (measurement) Diukur sebesar kas yang Diukur sebesar kas yang
diserahkan diterima
Diakui
diungkapkan
DIMENSI KUALITAS BARANG PESANAN YANG DITERIMA PEMBELI
PENGUKURAN
Kualitas barang sesuai dengan akad Diukur sesuai dengan nilai akad yang
disepakati
Kualitas barang berbeda dan nilai Diukur sesuai dengan nilai akad yang
Kualitas barang berbeda dan nilai Diukur sesuai dengan nilai wajar
wajar pada saat diterima lebih rendah kualitas barang yang diterima, dan
dibatalkan
Pembatalan akad dengan penjualan Jika hasil penjualan jaminan > piutang
4. Keuntungan Salam
Penyajian
Pembeli menyajikan modal usaha salam yang diberikan sebagai piutang salam.
Piutang yang harus dilunasi oleh penjual karena tidak dapat memenuhi kewajibannya dalamtransaksi salam
disajikan secara terpisah dari piutang salam.
Penjual menyajikan modal usaha salam yang diterima sebagai kewajiban salam.Pengungkapan
Piutang salam kepada supplier (dalam salam paralel) yang memiliki hubungan istimewa
Pengungkapan lain sesuai dengan PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah
Besarnya modal usaha salam, baik yang dibiayai sendiri maupun yang dibiayai secarabersama-sama dengan pihak
lain
Pengungkapan lain sesuai dengan PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah
Akuntansi Penjual
3. Keuntungan Istishna
Tangguhan
Penyelesaian
5. Termin Istishna
PEMBELI PENJUAL
(produksi) Istishna
Penyelesaian
harga aset
harga barang
Produksi
Penyelesaian
Istishna
Penyelesaian
Penyelesaian
Pemesan melakukan
pembayaran
Dr. Kas/Rekening Nasabah
Cr. Piutang Istishna
Nilai akad sebanding pekerjaan yang telah diselesaikan = diakui sebagai “pendapatan Istishna’”
Margin keuntungan Istishna’ yang diakui selama periode pelaporan ditambahkan kepada “asetIstishna’dalam
penyelesaian”
Akhir periode = “harga pokok Istishna’” = diakuisebesar biaya Istishna’ yang telah dikeluarkansampaidengan
periode tersebut.
Jika estimasi persentase penyelesaian akad dan biaya untuk penyelesaiannya tidak dapat ditentukan secara rasional
pada akhir periode laporan keuangan, maka digunakan metode akad selesai/metode penyelesaian.
Tidak ada bagian keuntungan yang diakui dalam Istishna’ dalam penyelesaian pengakuan pendapatan Istishna’, harga
pokok Istishna’, dan keuntungan dilakukan hanya pada akhir penyelesaian pekerjaan.
Metode akad selesai dan pelunasan lebih dari satu tahun dari penyerahan barang = pengakuan pendapatan dibagi
dua bagian, yaitu:
Margin keuntungan pembuatan barang pesanan yang dihitung apabila Istishna’dilakukan secara tunai, diakui pada
saat penyerahan barang pesanan; dan
Selisih antara nilai akad dan nilai tunai pada saat penyerahan diakui selamaperiode pelunasan secara proporsional
sesuai dengan jumlah pembayaran.
Meskipun Istishna’ dilakukan dengan pembayaran tangguh, penjual harus menentukan nilai tunai Istishna’ pada saat
penyerahan barang pesanan sebagai dasar untuk mengakui margin keuntungan terkait dengan proses pembuatan
barang pesanan.
Tagihan setiap termin kepada pembeli diakuisebagai “piutang Istishna’”dan “termin Istishna’(Istishna’ billing)” pada
pos lawannya.
Penagihan termin yang dilakukan oleh penjual dalam transaksi Istishna’ dilakukan sesuai dengan kesepakatan dalam
akad dan tidak selalu sesuai dengan persentase penyelesaian pembuatan barang pesanan.
Selisih nilai akad dan nilai tunai yg diakui selama 3 thn Rp. 400,00
Biaya perolehan Istishna’ yang terjadi selama periode laporan keuangan, diakui sebagai “aset Istishna’ dalam
penyelesaian” pada saat terjadinya.
Beban umum dan administrasi, beban penjualan, serta biaya riset dan pengembangan tidak termasuk dalam biaya
Istishna’.
Biaya perolehan barang pesanan sebesar tagihan produsen atau kontraktor kepada entitas
Biaya tidak langsung adalah biaya overhead, termasuk biaya akad dan praakad Semuabiaya akibat produsen atau
kontraktor tidak dapat memenuhi kewajibannya, jika ada.
Biaya perolehan Istishna’ paralel diakui sebagai “aset Istishna’ dalam penyelesaian” pada saatditerimanya tagihan
dari produsen atau kontraktor sebesar jumlah tagihan.
Akuntansi Pembeli
Pembeli mengakui aset Istishna’ dalam penyelesaian sebesar jumlah termin yang ditagih oleh penjual dan sekaligus
mengakui hutang Istishna’ kepada penjual. (psak 104, prgf 36)
Aset Istishna’ yang diperoleh melalui transaksi Istishna’ dengan pembayaran tangguh lebih dari satu tahun diakui
sebesar biaya perolehan tunai. Selisih antara harga beli yang disepakati dalam akad Istishna’ tangguh dan biaya
perolehan tunai diakui sebagai beban Istishna’ tangguhan. (psak 104, prgf 37)
Beban Istishna’ tangguhan diamortisasi secara pro-porsional sesuai dengan porsipelunasan hutang Istishna’. (psak
104, prgf 38)
Jika barang pesanan terlambat diserahkan karena kelalaian atau kesalahan penjual dan mengakibatkan kerugian
pembeli, maka kerugian itu dikurangkan dari garansi penyelesaian proyek yang telah diserahkan penjual. Jika
kerugian tersebut melebihi garansi penyelesaian proyek, maka selisihnya akan diakui sebagai piutang jatuh tempo
kepada penjual dan jika diperlukan dibentuk penyisihan kerugian piutang. (psak 104, prgf 39)
Jika pembeli menolak menerima barang pesanan karena tidak sesuai dengan spesifikasidan tidak memper-oleh
kembali seluruh jumlah uang yang telah dibayarkan kepada penjual, maka jumlah yang belum diperoleh kem-bali
diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada penjual dan jikadiperlukan dibentuk penyisihan kerugian piutang. (psak
104, prgf 40)
Jika pembeli menerima barang pesanan yang tidak sesuai dengan spesifikasi, maka barang pesanan tersebut diukur
dengan nilai yang lebih rendah antara nilai wajar dan biaya perolehan. Selisih yang terjadi diakui sebagai kerugian
pada periode berjalan. (psak 104, prgf 41)
Dalam Istishna’ paralel, jika pembeli menolak menerima barang pesanan karena tidak sesuai dengan spesifikasi yang
disepakati, maka barang pesanan diukur dengan nilai yang lebih rendah antara nilai wajar dan harga pokok Istishna’.
Selisih yang terjadi diakui sebagai kerugian pada periode berjalan. (psak 104, prgf 42)
Penyajian
Piutang Istishna’ yang berasal dari transaksi Istishna’ sebesar jumlah yang belum dilunasi olehpembeli akhir.
Termin Istishna’ yang berasal dari transaksi Istishna’ sebesar jumlah tagihan termin penjualkepada pembeli akhir.
Pembeli menyajikan dalam laporan keuangan hal-hal sebagai berikut:
Hutang Istishna sebesar tagihan dari produsen atau kontraktor yang belum dilunasi.
Persentase penyelesaian dari nilai kontrak penjualan kepada pembeliakhir, jika Istishna’
paralel
Penjual mengungkapkan transaksi Istishna’ dalam laporan keuangan, tetapi tidak terbatas, pada:
Metode akuntansi yang digunakan dalam pengukuran pendapatan dan keuntungan kontrak Istishna’
Metode yang digunakan dalam penentuan persentase penyelesaian kontrak yang sedangberjalan
Rincian piutang Istishna’ berdasarkan jumlah, jangka waktu, dan kualitas piutang
Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101: Penyajian Laporan KeuanganSyariah.
Pembeli mengungkapkan transaksi Istishna’ dalam laporan keuangan, tetapi tidak terbatas, pada:
Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101: Penyajian Laporan KeuanganSyariah.
Modal/Dana Mudharabah => diakui sebagai akun “DANA SYIRKAH TEMPORER (DST)”
Bagi Hasil Diumumkan tetapi Belum Dibagi (Kewajiban Bagi Hasil) : Hak pihak ketiga atas bagi hasildana syirkah
temporer yang sudah diumumkan dan belum dibagikan.
JURNAL :
Cr. Kas
Saat Penyerahan Modal Non Kas : Penerimaan Modal Mudharabah Non Kas :
(sesuai nilai wajar)
1. Nilai wajar modal non kas lebih tinggi dari
nilai tercatatnya Dr. Aset mudharabah/PersediaanCr. Dana Syirkah
Temporer
Dr. Investasi Mudharabah
Amortisasi Keuntungan :
2. Nilai wajar modal non kas lebih rendah Penerimaan Modal Mudharabah Non Kas :
dari nilai tercatatnya (sesuai nilai wajar)
3. Nilai wajar modal non kas sama dengan Penerimaan Modal Mudharabah Non Kas :
nilai tercatatnya (sesuai nilai wajar)
Saat Penerimaan dan Pengakuan Bagi Hasil Pembagian hasil usaha yang dibayar: Dr. Hak
Mudharabah : Pihak Ketiga Atas Bagi Hasil Cr. Kas
Dr. Kas
Bagi Hasil yang Belum Dibayar Pembagian Hasil Usaha yang Belum
Dibayar
Dr. Piutang Bagi Hasil Mudharabah Cr.
Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah Menerima Dr. Hak Pihak Ketiga Atas Bagi Hasil
Pembayaran Bagi Hasil Dr. Kas
Cr. Bagi Hasil Diumumkan Belum Dibagi
Cr. Piutang Bagi Hasil Mudharabah Pembayaran Bagi Hasil yang Belum DibagiDr.
Bagi Hasil Diumumkan Belum Dibagi
Cr. Kas
Pengakuan Kerugian Secara Langsung :
Penerimaan Kembali Modal Non Kas Pengembalian Modal Mudharabah Non Kas
Nilai Wajar Lebih Tinggi Dari Nilai Tercatat Dr. Dana Syirkah TemporerCr. Aset Mudharabah
Dr. Kas
Dr. Kas
Cr. Kas
2. Nilai wajar lebih rendah dari nilai buku 2. nilai wajar lebih rendah dari nilai buku
Dr. Investasi musyarakah Dr. Investasi musyarakah
Dr. Kerugian penyerahan aset musyarakah Cr. Kerugian penyisihan aset musyarakah
Cr. Persediaan/aset musyarakah Cr. Aset musyarakah/persediaan
3. Nilai wajar lebih tinggi dari nilai buku 3. nilai wajar lebih tinggi dari nilai buku
Dr. Investasi musyarakah Dr. Investasi Musyarakah
Cr. Persediaan/aset musyarakah Cr. Persediaan/ Aset Musyarakah
Cr. Keuntungan musyarakah tangguhan Cr. Selisih penilaian aset musyarakah
Penyusutan modal musyarakah non kas Penyusutan modal musyarakah non kas
1. Jika aset musyarakah sepakat untuk 1. Modal musyarakah non kas sepakat
dikembalikan kepada mitra pasif untuk dikembalikan kepada pemilik modal
Dr. Biaya penyusutan aset musyarakah Dr. Beban penyusutan aset musyarakah
Cr. Akumulasi penyusutan aset Cr. Akumulasi penyusutan aset
musyarakah musyarakah
Apabila penerimaan pendapatan bagi hasil Apabila bagi hasil musyarakah belum
musyarakah – akrual dibayar secara kas :
Dr. Pendapatan yadit musyarakah Dr. Pendapatan yang diterima musyarakah
Cr. Pendapatan bagi hasil musyarakah Cr. Pendapatan bagi hasil musyarakah
Akhir Akad :
Pada saat jatuh tempo mitra aktif belum
membayar sisa kewajiban untuk
mengembalikan modal musyarakah :
Dr. Piutang mitra
Cr. Investasi musyarakah
Penyusutan modal musyarakah non kas Dr. Beban penurunan nilai (penyusutan)
Pada saat dilakukan perhitungan dan belum diserahkan sampai akhir bulan Dr. Hak mitra atas bagi hasil
Musyarakah permanen
Pengalihan modal musyarakah kas mitra pasif ke mitra aktif :Dr. Dana syirkah temporer (musyarakah)
Pengalihan modal musyarakah non kas dari mitra pasif ke mitra aktif :Dr. Dana syirkah temporer (musyarakah)
Cr. Kas sebesar nilai wajar pada saat penyerahan dikurangi penyusutan atau kerugian(jika ada)
Akhir Akad
Jika terdapat modal mitra pasif yang hingga akhir akad musyarakah belum dialihkan(dikembalikan) :
Jika dilakukan pembayaran atas modal musyarakah yang telah jatuh tempo :Dr. Hutang mitra pasif
Cr. Kas
Objek Ijarah
Dr. Persediaan/aset
Cr. Kas
Keuntungan : x % x harga perolehan objek ijarah per tahun xxxxxx +Harga sewa per tahun xxxxxx
Harga perolehan objek ijarah xxxxxx Umur ekonomis x tahun (sesuai masa akad)Keuntungan yang diharapkan x %
Keuntungan : x % x harga perolehan objek ijarah per tahun xxxxxx +Harga sewa per tahun xxxxxx
Cr. Persediaan/aset
Dr. Kas
Ciri-ciri :
Sederhana
Ciri-ciri :
Ciri-ciri :
𝑢𝑚𝑢𝑟 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑎𝑘
Pendapatan Ijarah
Dr. Kas
Dr. Kas
Perpindahan Kepemilikan
Hibah
Hibah
Penjualan
Dr. Kas
Dr. Akumulasi penyusutan aset ijarah Dr. Biaya kerugian pelepasan aset IMBTCr. Aset ijarah
Dr. Kas
Dr. Kas
Dr. Akumulasi penyusutan aset ijarah Dr. Biaya kerugian pelepasan aset IMBTCr. Aset ijarah
Dr. Kas
Beban Sewa
Pada saat jatuh tempo atau pengakuan beban sewa pada bulan yang bersangkutan
Jika sewa telah jatuh tempo tetapi penyewa belum melakukan pembayaran
Jika pembayaran harga sewa dilakukan lebih dulu, maka pembayaran tersebut dicatatsebagai sewa dibayar
dimuka
Atas transaksi ijarah dilakukan pembayaran harga sewaDr. Sewa dibayar dimuka IMBT
Cr. Kas
Pada saat jatuh tempo atau pengakuan beban sewa pada bulan yang bersangkutanDr. Beban sewa IMBT
Jika sewa telah jatuh tempo tetapi penyewa belum melakukan pembayaran
Pada saat melakukan pembayaran beban ijarah yang tertunggak Dr. Hutang sewa IMBT
Cr. Kas
Beban Pemeliharaan dan Perbaikan Rutin
Dr. Aktiva
Perusahaan Mengelola Kumpulan Resiko Dari Masyarakat Dan Bukan Menerima Transfer Resiko Dari Masyarakat.
Konvensional : jual beli resiko (tabaduli), syariah : berbagi resiko / sharing risk (takaful).
Jangka pendek : Akad asuransi yang memberi proteksi untuk periode sampai 12 bulan ataulebih dan memungkinkan
penyesuaian akad
Dana peserta : Semua dana milik peserta baik individual atau pun kolektif berupa dana tabarru’dan investasi
Kontribusi : Jumlah bruto yang menjadi kewajiban peserta untuk porsi resiko dan ujrah
Laporan Keuangan Perusahaan Asuransi
Aset
Piutang Kontribusi
Piutang Reasuransi
Kewajiban
Utang klaim
Bagian reasuransi dari pihak lain atas klaim yg masih harus dibayar
Bagian peserta atas SU yg belum dibayar
Utang reasuransi
Dana Peserta
Dana Tabarru’
–
Laporan Laba Rugi Entitas Asuransi Syariah
Pendapatan
Pendapatan investasi
Beban
Beban komisi
Ujrah dibayar
Beban pemasaran
Beban Pengembangan
Pendapatan Asuransi
Beban Asuransi
Pendapatan Netto
Jurnal
Kontribusi dari peserta diakui sebagai bagian pendapatan dana tabarru’ dengan ketentuan :
Akad asuransi jangka pendek diakui sebagai pendapatan dana tabarru’ sesuai periode akad
Akad asuransi jangka panjang diakui sebagai pendapatan dana tabarri pada saat jatuh tempo
Bagian pembayaran dari peserta untuk investasi diakui sebagai dana investasi mudharabah, dana investasi
mudharabah musytarakah, dana investasi wakalah:
dana syirkah temporer jika menggunakan akad mudharabah atau mudharabah musytarakah
Penyaluran dana investasi yang menggunakan akad wakalah bil ujrah, maka mengurangikewajiban dan dilaporkan
dalam laporan perubahan dana investasi terikat
Bagian kontribusi untuk ujrah/fee diakui sebagai pendapatan dalam laporan laba rugi secara garislurus sesuai dengan
masa akad dan menjadi beban dalam laporan surplus defisit dana tabarru’ Jurnal :
Pada saat pengakuan ujrah untuk entitas pengelola:Dr. Bagian pengelola atas kontribusi xxx
LSD DTCr. Ujrah diterima dimuka xxx
LPK
Dr. Ujrah diterima dimuka xxx LPK Cr. Pendapatan pengelolaan asuransi (ujrah) xxx
LLRK
Pada saat penyaluran dana peserta untuk investasi yang berasal dari dana syirkahtemporer:
Pada saat penyaluran dana peserta untuk investasi yang berasal dari investasi terikat:
Dr. Kewajiban investasi terikat xxx LPKCr. Kas dan setara kas xxx LPK
Underwriting Dana Tabarru’
Bagian surplus underwriting dana tabarru’ untuk peserta dan entitas asuransi syariah diakuisebagai pengurang surplus
underwriting dalam laporan perubahan dana tabarru’
Surplus underwriting dana tabarru’ yang diterima entitas asuransi syariah diakui sebagaipendapatan dalam laporan
laba rugi entitas
Surplus underwriting dana tabarru’ yang didistribusikan kepada peserta diakui sebagaikewajiban dalam neraca
Defisit underwriting dana tabarru’ wajib ditanggulangi oleh entitas asuransi syariah denganpinjaman (qardh)
Jurnal :
Dr. Surplus (Defisit) underwriting dana tabarru’ xxx LSD DTCr. Dana Tabarru’ xxx
LPK
Cr. Bagian peserta atas SUDT yang masih harus dibayar xxx LPK
Penyisihan Teknis
Penyisihan teknis diakui pada saat akhir periode pelaporan sebagai beban dalam laporan surplusdefisit dana tabarru’
Penyisihan Teknis
Jurnal :
Pada saat pembentukan penyisihan atas kontribusi yang belum menjadi hak:
xxx
Pada saat pembentukan penyisihan atas klaim dalam proses dan klaim terjadi tetapibelum dilaporkan:
Dr. Perubahan klaim dalam proses xxx LSD DTDr. Perubahan klaim yang
sudah terjadi tetapi
Penyajian
Saldo dana tabarru’ dan saldo dana investasi peserta disajikan di dana peserta yangterpisah dari liabilities dan ekuitas
pada laporan posisi keuangan
Pengungkapan
Kontribusi
Kebijakan akuntansi, piutang kontribusi, rincian, kontribusi risiko dan ujrah, kebijakan perlakuan surplus/defisit
underwriting dana tabarru’, qardh untuk defisit underwriting danatabarru’)
Dana investasi
Penyisihan teknis
Dana zakat
Dana amil
Dana infaq/shodaqoh
ASET KEWAJIBAN
SALDO DANA
Dana infaq/shodaqoh
DANA ZAKAT
Penerimaan
Penerimaan dari Muzaki XXX
XXX
entitas XXX
individu xxx
(XXX)
Hasil Penempatan
Jumlah Penerimaan setelah bagian amil xxx
Penyaluran (XXX)
Fakir Miskin
Riqab (XXX) (XXX)
Gharim
(XXX)
Mualaf
Sabilillah (XXX)
Ibnu Sabil
DANA INFAQ/SEDEKAH
Penerimaan
Penerimaan xxx
Penggunaan
Penyaluran
Dr. Aset/persediaan
Penurunan Aset
Dr. Penyisihan Penurunan Aset ZakatCr. Aset Kelolaan Zakat
Dana infaq/sedekah sebelum disalurkan dapat dikelola, hasil pengelolaan sebagai penambahdana infaq/sedekah :
Dr. Bagian amil atas penerimaan dana infaqCr. Kas – dana infaq
Penyaluran infaq :
PSAK No.110 tentang akuntansi sukuk hanya mengatur 2 jenis sukuk yaitu : sukuk
mudharabah dan sukuk ijarah. Hal ini disebabkan penerbitan sukuk di Indonesia
sebagian besar didominasi oleh sukuk ijarah dan sebagian kecil adalah sukuk
mudharabah.
SUKUK IJARAH
Contoh Soal
PT A menerbitkan sukuk ijarah atas suatu aset: nilai nominal Rp100 miliar, jangka
waktu 4 tahun,kupon imbal hasil 15% per tahun.
Sukuk ijarah tersebut dijual seharga Rp103 miliar dan biaya penerbitan Rp5 miliar.
Pembahasan
Tahun 0
Tahun 1
Tahun 2
Tahun 3
Tahun 4
Sukuk Mudharabah
PT A
Penerbit saham
Investor
PT A menerbitkan sukuk ijarah atas suatu proyeknya: nilai nominal Rp100 miliar, jangka waktu4 tahun, imbal hasil
dari laba proyek dengan nisbah untuk penerbit : investor adalah 40% : 60%.
Sukuk mudharabah tersebut dijual seharga Rp100 miliar dan biaya penerbitan Rp5 miliar.
Realisasi laba proyek: tahun 1 Rp20 miliar, tahun 2 Rp5 miliar, tahun 3 Rp10 miliar, dan tahun 4Rp15 miliar
Pembahasan :
Tahun 0
Tahun 1
Tahun 2
Tahun 3
Tahun 4
Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan atau PSAK 101 tentang penyajian laporan keuangan syariah
menjelaskan bahwasanya laporan keuangan dalam lembaga keuangan syariah memiliki
perbedaan dengan lembaga keuangan konvensional. Hal ini disebabkan karena pada
lembaga keuangan syariah harus memiliki 2 tambahan laporan yakni laporan sumbe
dan penggunaan zakat serta laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan.
Berikut adalah laporan keuangan yang ada di lembaga keuangan syariah:
Laporan Neraca
Dalam laporan laba rugi entitas syariah disajikan untuk menonjolkan berbagai
unsur kinerja keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar. Menurut
PSAK 101 didalam laporan laba rugi entitas syariah minimal mencakup pos:
Pendapatan usaha
Beban usaha
Beban pajak
Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta perubahannya
Laporan arus kas menyediakan informasi aliran keluar masuknya kas pada lembaga
keuangan syariah kepada para pengguna informasi tersebut, seperti manajer,
investor, dan lain sebagainya
Laporan sumber dan penggunaan dana zakat
Laporan sumber dan penggunaan dana zakat yang menjadi salah satu komponen
utama dalamlaporan keuangan lembaga keuangan syariah menunjukkan tentang:
Dana zakat dari wajib zakat (dari dalam entitas syariah dan pihak luar entitas
syariah)
dan juga dana zakat yang dikumpulkan oleh entitas syariah tidak diperkenankan
untuk menutup penyisihan kerugian aset produktif dalam entitasnya. Hal ini karena
dana zakat hanya diperkenankan untuk diberikan kepada 8 asnaf.
Sumber dana kebajikan yang berasal dari infak, sedekah, hasil pengelolaan
wakaf, pengembaliandana kebajikan produktif, denda, dan pendpaatan nonhalal
Penerimaan dana kebajikan oleh entitas syariah diakui sebagai kewajiban paling
likuid dan diakui sebagai pengurang kewajiban ketika disalurkan.
Catatan atas laporan keuangan menjelaskan tentang informasi terkait setiap pos
yang ada dalam laporan neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas,
laporan arus kas, laporan sumber dan penggunaan dana zakat, serta laporan sumber
dan penggunaan dana kebajikan. Oleh karena itu semua pos yang ada di laporan
diatas harus sesuai dengan informasi yang terdapat dalam catatan atas laporan
keuangan. Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan:
Informasi yang diwajibkan dalam PSAK tetapi tidak disajikan di laporan neraca,
laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, laporan sumber dan
penggunaan dana zakat, dan laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan.
Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan
dalam rangka penyajian secara wajar.
Referensi
Pengaturan Standar Akuntansi Keuangan 101 tentang tentang penyajian laporan keuangan Syariah
BAB 19
MANAJEMEN SYARIAH
a) Setiap perdagangan harus didasari sikap saling ridha atau atas dasar
suka sama suka di antara dua pihak sehingga para pihak tidak merasa
dirugikan atau dizalimi;
• Mudharabah
• Berbasis utang, bai salam, ishtisna’, qard hasan, rahn, bai inah.
Citra Pemasaran Syariah, Spiritual merupakan Strategi yang paling jitu dan
paling unggul, dimana strategi ini mampu memayungi berbagai macam
strategi lainya. Melalui pemasaran spiritual, maka perusahaan dalam
kegiatan pemasarannya dapat menguasai mind share, market share, dan
heart share. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa aktivitas pemasaran
syariah lebih bersifat holistic, sempurna, untuk menciptakan suntainability,
perusahaan dalam jangka panjang serta membangun image perusahaan yang
baik. Inti pemasaran syariah adalah kejujuran yang dilandasi keyakianan
akan allah Swt. beserta segala kebesaran dan keagungan-Nya. yang akan
mengawasi perbuatan manusia.
a) Produk
Kualitas produk yang dipesan oleh pelanggan selalu sesuai dengan
barang yang diserahkan. Seandainya terjadi ketidak cocokan, maka
pelanggan berhak untuk menuntut hak khiyar, dengan cara
membatalkan jual beli.
b) Price (harga)
c) Place (tempat)
d) Promotion (promosi)
Promotion (promosi) adalah komunikasi informasi antara penjual dan
pembeli yang bertujuan untuk mengubah sikap dan tingkah laku
pembeli, yang tadinya tidak mengenal kemudian mengenal sehingga
menjadi pembeli dan tetap mengingat produk tersebut. Dalam kegiatan
memasarkan barang tidak diperbolehkan menipu (sumpah palsu) untuk
melariskan penjuaanya. Seperti yang di riwayatkan oleh (HR Muslim):
Sumpah yang diucapkan untuk melariskan dagangan, dapat merusak
keuntunganya.
a) Barang dan jasa (Goods and Services): Ini termasuk mencari cara untuk
menerapkan konsistensi dalam biaya, kualitas, dan sumber daya di
semua divisi bisnis.
10 area ini dapat diterapkan pada bisnis ukuran apa pun untuk meningkatkan
efisiensi, tidak hanya raksasa global seperti Ford dan Jet Blue.
Referensi
Alma Buchari dan Priansa Juni Donni, Manajemen Bisnis Syariah, Bandung:
Alfabeta, 2014
Purnama Putra dan Wiwik Hasbiyah, Teori Dan Praktik Pemasaran Syariah,
Depok : PT Raja Grafindo Persada, 2018
Kebijakan fiskal adalah suatu kebijakan yang meliputi kegiatan penerimaan dan
pengeluaran Negara yang digunakan oleh pemerintah untuk menjaga stabilitas
ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Salah satu fungsi kebijakan fiskal
adalah untuk mengurangi kesenjangan dan mendistribusikan kesejahteraan secara
adil antara golongan kaya dan miskin. Hal ini dilakukan melalui mekanisme
pengenaan pajak yang relatif besar terhadap golongan kaya dan mendistribusikan
kepada yang miskin melalui:
1. Struktur Penerimaan
a) Pajak
b) Non-pajak: seperti pendapatan dari BUMN, SDA.
2. Belanja Negara
a) Belanja rutin
b) Belanja non-rutin/ pembangunan
3. Pembiayaan Anggaran
Pembiayaan anggaran ini dilakukan dalam rangka menutup defisit,
baik dilakukan dari dalam negeri maupun luar negeri.
A. Guarantee of minimum level of living in an Islamic State
Cara dan sarana pemenuhan kebutuhan, yaitu.
4. Diskusi ini diikuti oleh pernyataan fungsi negara Islam yang melibatkan tiga
kategori di mana main heads dari pengeluaran publik dipelajari.
Dasar dari prinsip dibawah ini dilandasi oleh praktik pinjaman publik yang
dilakukan sejak zaman Rasulullah Saw hingga penerusnya, untuk penjelasan lebih
rinci hal - hal yang menjadi pedoman sila mengacu pada buku referensi Role of The
State in The Economy: an Islamic Perspective karya M. Nejatulah Siddiqi. .
Referensi
Fase pertama adalah pertumbuhan ekonomi lama dari ekonom klasik yang
menjelaskan pertumbuhan ekonomi jangka panjang dalam kerangla liberal
kapitalisme laissez-faire. Pertumbuhan ekonomi ini yang melatarbelakangi dan
menjadi pusat perhatian para ekonom klasik untuk membahas area lain dari ilmu
ekonomi. Ekonomi pembangunan kembali diannggap penting setelah perang dunia
kedua ketika negara ketiga menjadi independen dan analisis masalah yang berkaitan
dengan pembangunan menjadi perhatian. Namun, kapitalisme laissez-faire pada
saat itu telah kehilangan posisi sebagai akibat dari Great Depression yang terjadi
di Amerika serikat dan masalah-masalah rekonstruksi pasca-Perang, kemudain hal
ini diikuti dengan ekonomi dan sosialisme Keynesian menjadi populer.
Islam sebagai sebuah agama memiliki sistem nilai yang perlu diterapkan,
tidak terkecuali dalam kegiatan ekonomi. Pengaplikasian nilai Islam dalam
aktivitas ekonomi pada periode ekonomi modern sudah dimulai sejak empat decade
belakang yang dikenal dengan sistem ekonomi Islam. Di awal perkembangannya
pengaplikasian nilai-nilai Islam dalam kegiatan ekonomi lebih banyak diterapkan
di sektor keuangan. Seiring berjalannya waktu, implementasi perspektif Islam
dalam praktik ekonomi sudah hampir menyeluruh pada semua bidang ekonomi
termasuk ekonomi pembangunan