Sebagai manusia yang berpikir tentu kita mengerti bahwasannya pandemik ini
adalah skenario kehidupan yang pencipta berikan. Kita dituntut untuk mengerti
dan paham dengan masa istirahat ini kita seharusnya mengistirahatkan jiwa tetapi
tetap menjalankan semua keinginan kita dengan membuat otak kita cekatan dalam
berpikir demi tujuan masa depan.
Saya sebagai generasi milenial, ada juga yang bilang generasi Z katanya, dan juga
sebagai seorang calon dokter gigi tidak pernah berhenti berpikir tentang apa yang
harus saya lakukan untuk berkontribusi di bidang kesehatan setelah saya lulus
kuliah nanti. Meski jiwa menyukai rebahan, tetapi heran mengapa otak selalu
cekatan di tengah malam.
Selain itu, saya juga ingin membantu program pemerintah untuk mewujudkan
“Indonesia Bebas Karies 2030” dan program yang saya rencanakan sejak
memutuskan bercita-cita menjadi seorang dokter gigi yaitu “Bebas biaya
konsultasi kesehatan gigi dan mulut bagi mereka yang kurang mampu dalam hal
finansial”. Selain menjadi seorang dokter gigi setelah kuliah saya juga ingin
menjadi seorang wirausahawan dengan tujuan dapat membuka lapangan kerja
sehingga saya dapat membantu menurunkan angka pengangguran di Indonesia.
Penjabaran diatas adalah salah satu contoh keinginan hati dan keberhasilan otak
dalam berpikir namun hanya saja belum terealisasi. Nah, bagaimana dengan
kalian? apakah rebahan tetap membuat kita menjadi insan yang berharap
semuanya terjadi dengan instan? menurut saya jangan lakukan harapan yang
demikian. Tidak ada keuntungan hanya ada kerugian.
Sudah saatnya kita memulai untuk berbenah, sudah saatnya kita untuk fokus
terhadap hal-hal yang terjadi kedepannya. Jadikan lah momen rebahan di tengah
pandemik ini sebagai momen rebahan yang produktif dimana otak juga bisa
produktif meski suasananya sedang rebahan. Mengingat kembali, mata kuliah
Pancasila. Disana kita telah dijelaskan bahwasannya kita sebagai seorang
mahasiswa mempunyai sebutan yang kerap kali kita dengar yaitu “Agent Of
Change” yang artinya Agen dari Sebuah Perubahan.
Masa iya, nilai pada mata kuliah tersebut memuaskan tapi ilmunya tak pernah kita
terapkan? Jadi, apa artinya kita menimba ilmu jikalau semua hanya didengar tanpa
sempat untuk dipikirkan dan diimplementasikan. Agen perubahan? seseorang
yang pantas disebut sebagai agen perubahan bukan mereka yang inginnya besar
tapi usahanya kasar. Agen perubahan adalah mereka yang mampu mengkritisi apa
yang terjadi di negaranya dan berpikir bagaimana kontribusinya terhadap
negaranya tersebut.
Sederhananya, agen perubahan adalah mereka yang terus berproses untuk bisa
berkontribusi terhadap diri, keluarga, orang sekitar dan negaranya di bidangnya
masing-masing.
Kita sebagai agen dari sebuah perubahan harus mampu menciptakan ide-ide untuk
kebermanfaatan pada masyarakat. Tidak perlu ide yang banyak, karena menurut
saya yang dibutuhkan itu adalah kualitas bukan kuantitas dari sebuah ide. Namun,
jika semua ide yang mampu kita ciptakan semuanya berkualitas hal tersebut jauh
lebih baik.
Semisal saya ambil contoh ide dari bidang saya yaitu kesehatan gigi dan mulut.
Saya mempunyai ide bahwasannya ketika saya telah menyandang profesi dokter
gigi nanti saya ingin menciptakan program “Dokter GiLing” yang artinya “Dokter
Gigi Keliling” mengapa? karena mengingat Negara Indonesia masih menyandang
predikat negara berkembang. Hal tersebut membuat saya berpikir bukan tidak
mungkin jarak menjadi hambatan bagi mereka warga yang ada di daerah
pedalaman untuk mencari seorang dokter gigi agar bisa melihat kondisi kesehatan
gigi dan mulut mereka. Oleh karena itu, saya harus turun ke desa dengan program
yang saya ingingkan yaitu “Dokter GiLing”. Beranjak dari pikiran tersebutlah
saya dapat menciptakan sebuah ide untuk masa depan di bidang saya demi
senyum indah masyarakat Indonesia. Bagaimana dengan kalian?
Kalau bukan kita? siapa lagi? apakah kita harus terus-terusan menjadi penyorak
diatas tribun tanpa berpikir untuk turun langsung ke lapangan dan mengambil
tindakan? saya rasa inilah waktunya untuk merubah pola pikir kita. Pikirkan apa
yang menjadi permasalahan dalam bidang kita saat ini lalu ciptakan ide terbaikmu
sebagai solusinya. Selagi usia muda ciptakanlah sebuah karya yang nantinya bisa
bermanfaat untuk generasi selanjutnya. Selagi usia muda tak ada salahnya untuk
keluar dari zona nyaman dan menciptakan sebuah perubahan. Hidup hanya sekali,
jadilah berarti.
Mari teman-teman, kita terapkan sebutan “Agen Perubahan” dalam diri kita
sebagai mahasiswa yang mengaku bahwa pancasila adalah dasar negaranya,
merah putih adalah warna benderanya, Indonesia adalah tanah airnya, bahasa
Indonesia adalah bahasa persatuannya dan ramah tamah adalah ciri khasnya.
Karena, semua tidak akan terjadi apabila tidak dimulai dari diri kita sendiri, dari
hal kecil, dan dari sekarang. Seseorang yang hebat bukanlah mereka yang sukses
hanya untuk memikirkan tentang dirinya. Namun, seseorang yang hebat adalah
mereka yang sukses menebar kebermanfaat untuk orang banyak.
Meski kabarnya daring akan diperpanjang yang artinya kuliah sambil rebahan
akan terus dilakukan. Bukan berarti kita tetap terus mendoktrin pikiran kita
bahwasannya dengan sistem daring ini yang hanya kita dapat adalah ilmu rebahan.
Buktikan bahwasannya dengan kondisi dan suasana yang sebelumnya tidak
pernah terpikirkan tetapi selalu kita minta kepada pencipta dengan kalimat “kapan
yah saya bisa menikmati hari libur?” dan saat ini telah dikabulkan, kita bisa
mendapatkan sebuah pembelajaran yang tak kalah berarti dari tahun-tahun
sebelumnya.
Jadikan momen yang umumnya dinikmatin dengan rebahan ini membuat otak kita
semakin cekatan dalam berkarya, menciptakan berbagai ide dan hal positif
lainnya. Jika tahun ini kita hanya bisa menciptakan idenya dan masih tetap harus
#dirumahaja. Semoga tahun-tahun yang akan datang kita mampu merealisasikan
ide-ide kita. Semoga bumi perlahan lekas pulih, semoga ada hikmah yang bisa
kita dapatkan. Semoga kedepannya kita dapat lebih menghargai waktu,
pertemuan, dan hal lain yang saat ini kita semua rindukan.
Mengutip perkataan Bapak Ir.Soekarno “Bermimpilah engkau setinggi langit,
karena jika jatuh ia akan jatuh di antara bintang-bintang” meski kebanyakan orang
memanfaatkan waktunya di tengah pandemik ini dengan benar-benar rebahan.
Semoga kita yang juga menyukai rebahan ini tidak menjadikan otak kita benar-
benar rebahan. Sangat disayangkan sekali waktu yang sangat banyak terlewati
diisi hanya dengan rebahan. Takutnya, jika keadaan kembali normal otak kita
stuck berpikir dan tak lagi menjadi insan yang cekatan. Boleh rebahan, tetapi otak
harus cekatan.