Anda di halaman 1dari 3

MANAJEMEN PERENCANAAN MASA

DEPAN

Nama : Silvia Putri Kinanti

NIM : 22234022

Program Studi : Perpustakaan dan Ilmu Informasi

Mata Kuliah : Pengantar Kewirausahaan

Kelas/seksi : Daring101/202211280751

Dosen Pengampu : Arief Maulana, S.E., M.M.

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


SEMESTER 1/TAHUN AJARAN 2022
QUARTER LIFE QRISIS
Quarter-life crisis adalah suatu periode ketidakpastian dan
pencarian jati diri yang dialami individu pada saat mencapai usia
pertengahan 20 hingga awal 30 tahun. Pada periode ini, individu
dihantui perasaan takut dan khawatir terhadap masa depannya,
termasuk dalam hal karier, relasi, dan kehidupan sosial
(Aristawati, Meiyuntariningsih, Cahya, & Putri, 2021). Menurut
Afnan, Fauzia, dan Tanau (2020), quarter-life crisis merupakan
reaksi individu terhadap ketidakstabilan yang memuncak,
perubahan yang konstan, dan terlalu banyaknya pilihan-pilihan
yang disertai rasa panik dan tidak berdaya.

Transisi dan krisis yang biasanya di alami anak muda:

1. Mind-set
2. Mental
3. Life Pattern
4. From Academic World to Real World
Perlu dicatat bahwa Quarter Life Crisis adalah hal yang lumrah terjadi dikalangan
anak muda. kita harus berdamai dengan Quarter Life Qrisis. Berikut adalah
langkah-langkah yang harus dilakukan untuk berdamai dengan Quarter Life
Qrisis:
1. Berhati-hati dengan Informasi
2. Netralisir toxic feeling dan kembangkan growth mind-set
3. Makanlah makanan yang bernutrisi (makanan yang membuat mood baik)
4. Tidur yang berkualitas
5. Olahraga sebaiknya minimal 2x seminggu
6. Tingkatkan spiritual hidup (sedekah, memaafkan, bersyukur)
Jangan berpatokan pada orang lain tentang keberhasilan. Karena setiap individu
memiliki proses dan timeline kesuksesan masing-masing. Jangan pernah
membadingkan diri dengan orang lain. Intinya terus perbaiki dan tingkatkan
kuaslitas diri, mencari berbagai peluang dan bersabar dengan proses, serta bukalah
diri untuk menjalin silaturrahmi dengan orang lain.
RENCANA
Sebagai manusia biasa, kita hanya bisa berencana, entah terwujud atau
tidak itu semua ada di tangan Tuhan. Ada banyak hal yang bisa direncanakan oleh
manusia, baik rencana pedidikan, pernikahan, anak, bahkan kematian. Saya
pribadi adalah orang yang jarang melakukan perencanaan dalam hidup. Karena
dari dulu saya lebih suka menikmati hidup layaknya air yang mengalir. Namun
setelah saya menonton Career Talk pada e-learning, saya menyadari bahwa
perencanaan masa depan itu penting. Oleh karena itu saya akan memaparkan
bagaimana rencana masa depan yang saya pikirkan.
Saat ini, saya adalah seorang mahasiswa program studi Perpustakaan dan
Ilmu informasi. Saya memikirkan bagaimana Kehidupan saya setelah
menyelesaikan pendidikan ini. Saya berpikir bahwa manjadi Pegawai negri adalah
hal yang cukup bijak karena dapat menjamin hidup saya hingga hari tua. Namun
ada beberapa kesulitan yang tidak mudah ditangani jika ingin menjadi pegawai
negeri. Jika seandainya saya tidak mendapatkan kesempatan untuk menjadi
pegawiai negeri, maka saya ingin menjadi Wirausahawan atau pebisnis. Saya
penah berpikir untuk mendirikan percetakan dan rumah baca yang dilengkapi
cafe. Saya sama sekali tidak memikirkan keuntungan, yapi saya memikirkan
bagaimana usaha yang saya huatdapat bermanfaat bagi orang lain.
Jika boleh berencana, maka saya akan memilih untuk menikah di rentang
usia 25-27 tahun. Mengapa demikian? saya adalah orang yang suka kebebasan,
saya suka bertemu orang banyak, dan saya suka mengikuti berbagai kegiatan.
Saya adalah orang yang aktif. Saya ingin menikmati dulu masa sendiri. Selain itu
saya juga ingin menyiapkan diri. Ini tidak tentang keberhasilan dan kesuksesan.
Malah saya merasa bahwa pasangan bisa membawa dampak positif bagi
perkembangan karir karena memberi semangat dalam perjuangan yang kita
lakukan. Namun, saya ingin memuaskan masa sendiri sebelum bernar-benar
terikat sebagai seorang istri.
Saya ingin tinggal di daerah yang dekat dengan tempat kerja. jika
seandainya saya mendirikan bisnis, maka saya ingin tinggal di Kota Metropolitan.
Saya juga ingin kelak anak saya bersekolah di sekolah terbaik yang ada di kota
itu. Mungkin tidak seramai Kota Jakarta, tapi lebih seperti kota Padang, Aceh,
Palembang, dan lain lain.
Dihari tua, saya tidak ingin tinggal di kota besar. Saya ingin tinggal di
pinggiran kota yang masih asri, kaya akan sumber air, dan jauh dari polusi udara.
Kota yang saya maksud adalah kota kecil yang tidak terlalu kental dengan aura
metropolitan.
Demikianlah rencana masa depan yang telah saya pikirkan. Banyak hal yang
harus saya lakukan untuk mencapai semua itu. Saya yakin bahwa segalanya butuh
proses dan tantangan.

Anda mungkin juga menyukai