Anda di halaman 1dari 2

Peran Pendidikan dalam Membangun Generasi Cerdas Berkualitas

Oleh : Retianingsih

Cita-cita? Apakah setiap orang mempunyai cita-cita? Pasti semua orang menjawab
ya, saya punya cita-cita. Menjadi seorang dosen adalah cita-cita saya. Kebanyakan orang
beranggapan bahwa cita-cita hanya sekadar impian. Namun, nyatanya harus ada motivasi
dan keinginan kuat agar dapat mewujudkannya. Sama halnya dengan sebatang lidi pasti
tidak akan berfungsi maksimal untuk membersihkan halaman. Dibutuhkan banyak lidi yang
dikumpulkan menjadi satu agar halaman tersebut bersih sempurna. Karena jika hanya
mampu berangan-angan tanpa melakukan usaha, maka mimpi tersebut tidak akan pernah
terwujud.

Lantas jika kita tidak boleh berangan-angan, apakah kita tidak boleh bercita-cita?
Tentu saja tidak demikian, karena itu adalah dua hal yang berbeda, tetapi pasti kita setuju
bahwa dalam menggapai cita-cita dimasa depan yang diimpikan itu tak semudah seperti kita
membuat kopi, juga tak semudah seperti kita membuat roti, sebagaimana terdapat dalam
bait lagu 86 band yang berjudul "Jinak-Jinak Merpati". Meskipun sederhana, tapi maknanya
sangat luas dan mendalam. Banyak sekali kerikil tajam di setiap fase kehidupan yang harus
dilewati.

Menjadi dosen tidak hanya bicara kuantitas (peringkat, penguasaan ilmu, jabatan,
dan background lulusan) semata, tetapi lebih mengedepankan faktor kualitas. Dosen tidak
pernah perhitungan dalam berbagi ilmu. Karena ilmu selayaknya bukan barang yang dapat
dijual belikan, melainkan sebagai amalan yang pahalanya tidak akan terputus pada hari akhir
kelak dan kontribusi nyata sebagai pendidik yang berintegritas. Dosen yang amanah akan
mengajar dengan persiapan yang baik, tidak hanya mengandalkan materi saja, melainkan
diperlukannya pemahaman, agar ilmu dapat bermanfaat dan dapat menjadi pewaris ilmu
untuk generasi berikutnya.

Banyak orang punya mindset salah mengenai dosen, banyak yang memandang dosen
hanya sebelah mata saja, bahkan untuk “Gelar” semata. Padahal melalui profesi dosen ini
bisa hadir segudang kesempatan dikehidupan kita. Sebut saja menjadi ada kesempatan
untuk meningkatkan public speaking, ikut workship/pelatihan gratis, relasi yang semakin
luas, kesempatan untuk mengenal banyak karakter manusia sebagai ajang pembelajaran,
bahagia lahir dan batin, dan masih banyak kesempatan baik lainnya. Hal ini sangatlah saya
inginkan untuk membangun daerah saya ke taraf yang lebih maju, dimana hal tersebut
masih saya pelajari.
Salah satu cita-cita atau impian saya untuk daerah saya adalah membangun rumah
belajar gratis bagi anak-anak yang membutuhkan dan tidak bisa membaca serta menulis.
Tujuannya adalah agar anak-anak tidak putus sekolah, meningkatkan kualitas pendidikan,
dan menanamkan hati mereka agar dekat dengan Sang Rabb. Program ini juga mendidik
agar mereka berbuat jujur. Karena masyarakat Indonesia mayoritasnya memiliki kecerdasan
dan keingintahuan yang tinggi, akan tetapi minimnya kejujuran dan akhlak untuk saat ini.

Dengan banyaknya orang jujur, maka akan berkurangnya bibit-bibit koruptor di


Indonesia. Bahkan saya yakin sikap kejujuran itu dapat memutus mata rantai perbuatan
korupsi. Hal ini perlu dikembangkan bukan hanya untuk pelajar saja. Namun, seluruh
anggota masyarakat dan pemerintahan bisa respect dalam hal aturan hukum. Selama ini,
penindakan hukuman bagi pelaku koruptor di Indonesia belum berjalan maksimal. Artinya,
kejahatan korupsi yang nilainya mencapai triliunan rupiah belum berhasil terungkap. Maka
dari itu, perlunya peningkatan terhadap supremasi hukum dan sikap kejujuran harus terus
dikembangkan. Sehingga akan menimbulkan rasa aman dan ketenangan yang akan
dirasakan oleh seluruh masyarakat, khususnya daerah saya. Semua orang dapat bermain
peran. Tetapi untuk masalah nurani tak bisa dijadikan mainan. Hanya diketahui masing-
masing insan. Karena setiap insan pasti punya cita-cita dan harapan untuk dapat
terwujudkan.

Peranku untuk membangun daerah adalah membangun dan mengembangkan sikap


jujur dalam masyarakat khususnya pelajar, dimana hal tersebut sangatlah saya rasakan.
Seharusnya pendidik bukan hanya mengutamakan nilai akademis saja. Namun, harus
disertai dengan nilai kejujuran. Banyak siswa yang mencontek saat ujian tentunya sangat
merugikan pihak yang sudah berikhtiar untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Sedangkan
oknum yang berperilaku curang, tidak merasa bersalah sedikit pun. Ini disebabkan
kesadaran masyarakat khususnya pelajar tersebut masih kurang. Dengan ditanamkannya
sikap jujur di sekolah setidaknya akan membangun suatu masyarakat yang adil dan sportif
dalam melakukan sesuatu.

Saya membutuhkan dukungan yang kuat untuk membangun daerah, mencapai


keadilan dan kejujuran yang merata seperti yang tercermin dalam Pancasila tepatnya sila ke-
5 yang berbunyi "Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia", peran dari seluruh
masyarakat mengupayakan hal tersebut sangat diperlukan. Agar implementasi dari sila
tersebut dapat benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat dan bukan malah
merugikan masyarakat. Sehingga dapat terciptanya suatu keadilan dan kejujuran, serta
permasalahan dalam masyarakat bisa teratasi.

Anda mungkin juga menyukai