Anda di halaman 1dari 4

Saya merupakan salah satu warga negara Indonesia asli yang semenjak lahir berkebangsaan

Indonesia dan sangat memahami bahwa Indonesia merupakan negara dengan penduduk yang
padat yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia dengan beragam karakteristik dan
budayanya. Grafik jumlah penduduk terus mengalami kenaikan. Hal ini memberikan
konsekuensi logis bahwa terdapat potensi sumber daya manusia yang juga sangat besar, yang
jika dikelola dengan baik akan mendukung pembangunan Indonesia di masa depan.
Pembangunan sumber daya manusia tersebut tidak hanya melalui pengembangan skill dan
pengetahuan dalam menekuni bidang keahliannya, namun juga dibekali dengan pemahaman
yang baik mengenaik akhlak dan budi pekerti.
Indonesia saat ini sedang mengalami bonus demografi. Bonus demografi adalah suatu
keadaan dimana masyarakat yang berusia produktif lebih banyak dibandingkan masyarakat
non produktif. Bonus demografi memiliki dampak yang besar bagi suatu tatanan sosial dan
ekonomi di suatu negara. Fenomena ini bisa menjadi peluang baik bagi Indonesia namun jika
tidak dimanfaatkan dengan baik akan menjadi hal yang buruk bagi negeri ini. Oleh karena itu,
agar tidak menjadi hal yang buruk bagi negeri ini para kaum milenial harus memiliki
pendidikan dan keterampilan yang cukup memadai.
Namun para kaum milenial di negeri ini masih banyak yang menganggap remeh
tentang pendidikan, padahal pendidikan adalah kunci segalanya dengan adanya pendidikan
yang baik di negeri ini akan menciptakan sumber daya manusia yang baik kelak tentu saja
akan melahirkan generasi yang unggul dan berkompetensi. Sumber daya manusia yang baik
merupakan sumber daya yang berpendidikan, memiliki keahlian, kreatif, inovatif serta
berakhlak. Mengacu kepada hal tersebut, maka peran pendidikan sangatlah krusial. Sumber
daya manusia yg baik akan membangun generasi yang baik serta berkualitas yang akan
membantu perkembangan serta pembangunan bangsa. Masa depan bangsa dipengaruhi
seberapa unggul generasinya. Generasi saat ini pasti ingin memperbaiki hal jelek yang
berasal dari generasi sebelumnya, sedang generasi yang akan mendatang tentu ingin menjadi
lebih baik berasal generasi sekarang. Saya ibaratkan pendidikan merupakan kunci, sedangkan
manusia merupakan pintunya. Tanpa kunci kita tidak bisa membuka pintu tersebut. Layaknya
manusia tanpa pendidikan tidak bisa memiliki wawasan yang luas. Dua hal yang tidak bisa
terpisahkan. Pendidikan bangsa wajib ditingkatkan untuk Indonesia maju serta lebih baik.
Menjadi salah satu anak bangsa saya menyadari posisi saya. Sesuai dengan program
pemerintah yakni program pendidikan untuk generasi masa bonus demografi tentunya harus
memiliki akhlak yg baik, wawasan yang luas, softskill serta kreatifitas yang inovatif. Saya
menjadi pemuda tentu saya tidak ingin hanya menjadi sekedar generasi biasa saja, akan tetapi
saya akan menjadi generasi unggul kebanggaan bangsa Indonesia. Saat ini saya sedang
menjalani pendidikan S1 di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Surabaya yaitu Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Saya mempunyai impian serta tekad yang besar untuk
menjadi orang yang berkontribusi penuh demi kemajuan bangsa. Serta atas izin Allah saya
yakin bahwa saya merupakan salah satu bagian dari generasi unggul tersebut.
Perkenalkan nama saya Firmansyah Ragil Juniar anak ke-3 dari 3 bersaudara. Saya
lahir di Kabupaten Sidoarjo pada tanggal 21 Juni 2001 saat ini saya merupakan mahasiswa
baru di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, jurusan Ilmu Komunikasi S-1
angkatan 2021 yang merupakan salah satu Perguruan Tinggi Islam Negeri di Indonesia.
Seperti yang sudah diketahui banyak orang bagaimana rasanya ketika dapat diterima di
Perguruan Tinggi Negeri adalah hal yang luar biasa, karena tidak semua orang bisa masuk
dan diterima di Perguruan Tinggi Negeri. Dalam perjalanan saya untuk bisa masuk Perguruan
Tinggi Negeri bukanlah hal yang mudah. Saya melalui banyak sekali hambatan dan
kegagalan. Kendalan yang pertama saya rasakan adalah ketika tidak bisa mengikuti
SNMPTN ( Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) karena saya tidak termasuk
dalam 30% perangkingan paralel di SMA. Namun saya tidak menyerah, saya mencoba
mengikuti tes masuk Perguruan Tinggi Negeri SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan
Tinggi Negeri), Seleksi Mandiri Universitas Diponegoro dan Seleksi Masuk Sekolah
Kedinasan Politeknik Imigrasi. Tetapi saya mengalami kegagalan juga. Hingga pada akhirnya
saya memutuskan untuk GAP Year (menunda satu tahun) untuk mengikuti kesempatan tes
masuk Perguruan Tinggi Negeri 2021. Saya mengisi masa 1 tahun tersebut untuk belajar dan
mencoba pengalaman baru dengan menjadi seorang cook helper di salah satu Cafe Sidoarjo.
Bekerja menjadi cook helper bukanlah hal yang mudah, karena harus bekerja di dalam
ruangan yang panas dan harus cepat memotong sayuran, tetapi disitu saya sangat menikmati
pengalaman tersebut. Karena saya dapat bertemu dengan orang-orang baru yang hebat dan
bisa mendapatkan ilmu baru serta menambah soft skill dan hard skill saya. Mulai dari
manajemen waktu, ketelitian, tanggung jawab, kepemimpinan, kejujuran, teknik memasak
yang tidak saya ketahui serta cara menentukan harga makanannya dan masih banyak lagi.
Dari situ saya dapat mengambil pelajaran bagaimana ketika saya dihadapkan dengan sebuah
masalah agar tidak tergesa-gesa dalam memilih keputusan dan memikirkan solusinya.
Bertanggung jawab dengan tugas yang telah diberikan oleh atasan. Teliti dalam melakukan
hal apapun selalu membuat catatan agar tidak mudah lupa dengan apa yang sudah dikerjakan
atau tugas yang telah diberikan, lalu bagaimana cara menjadi sebuah pemimpin dalam sebuah
tim karena bekerja di dapur tidaklah sendirian.
Kemudian di tahun 2021 saya mencoba lagi mengikuti SBMPTN dan saya dinyatakan
lolos di pilihan kedua saya yaitu Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya prodi Ilmu
Komunikasi S-1. Saya berhasil membuktikan kepada diri saya sendiri bahwa kegagalan
adalah proses yang tertunda. Di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya akan ada
banyak hal yang akan saya temui. Dari sinilah saya memulai untuk mengembangkan potensi-
potensi yang saya miliki. Semua akan saya kembangkan melalui akademik serta kegiatan-
kegiatan kampus di fakultas saya. Saya meyakini potensi dalam diri saya mampu
memberikan motivasi dan dampak positif terhadap orang lain.
Dari awal saya masuk Perguruan Tinggi Negeri, saya memiliki niat untuk belajar dan
mengembangkan minat saya dibidang public speaking. Kuliah bagi saya bukan hanya untuk
mendapatkan gelar dan selembar ijazah untuk memudahkan dalam mencari pekerjaaan.
Namun lebih jauh dan lebih utama dari itu, kuliah bagi saya adalah jalan untuk menuntut ilmu
yang merupakan sunnatullah sebagai seorang muslim.
“Sebaik-baik Manusia Adalah yang paling Bermanfaat Bagi Orang Lain” (Hadist
Riwayat Ath-Thabrani, Al-Mu’jam al-Ausath).
Dari hadist tersebut serta kenyataan yang ada saya menaruh harapan kepada diri saya
sendiri, bahwasanya kelak suatu saat nanti saya harus memberikan manfaat kepada orang lain
dari ilmu yang telah saya pelajari dalam dunia perkulihan ini.
Saya memilih Prodi Ilmu Komunikasi karena yang pertama saya menyukai dunia
Public Speaking. Kedua saya ingin memberikan motivasi kepada masyarakat khususnya pada
generasi penerus bangsa. Karena dengan public speaking pembicara bisa mempengaruhi para
pendengarnya agar mengubah pola pikir. Pada saat SMA saya mengikuti organisasi Paskibra.
Saya mendapatkan pengalaman tentang public speaking yaitu percaya diri saat berbicara
didepan umum. Saat di depan umum kita harus percaya diri, dengan percaya diri kita dapat
menyakinkan orang lain. Saya juga diajarkan untuk bisa menguasai intonasi kata dan
mengolah kata agar bisa diterima oleh orang lain, karena lewat intonasi dan pengolahan kata
yang baik dan benar bisa membuat orang yang tadinya pemalas menjadi rajin karena
termotivasi lewat public speaking yang baik dan benar.
Di negeri ini punya banyak generasi yang memiliki potensi tetapi mereka tidak
mendapatkan motivasi semangat yang sama khususnya para generasi dari timur Untuk itu
saya ingin memperbaiki semua itu kedepannya supaya para generasi bangsa ini memiliki
motivasi dan semangat belajar yang sama. Karena negeri ini butuh generasi yang cerdas,
kreatif, inovatif dan ahklak yang bagus agar bonus demografi yang sedang dialami negeri ini
tidak menjadi kerugihan. Tetapi semua itu memanglah tidak mudah namun saya yakin bahwa
saya bisa menjadi orang yang membawa perubahan pada generasi penerus bangsa ini maka
dari itu saya berusaha semaksimal mungkin dalam mempelajari tentang ilmu public speaking.
Saya tidak hanya belajar dari buku saja tetapi mencoba mencari tahu hal-hal yang
berkaitan dengan dunia public speaking dan pendidikan yang sedang populer. Hal itu saya
lakukan supaya tidak tertinggal informasi kemudian saya juga mencoba berdiskusi dengan
teman sefakultas untuk membahas topik mengenai bonus demografi di negeri ini. Hal itu saya
lakukan agar dapat mengetahui apa tanggapan mereka terhadap topik yang dibicarakan dan
bisa membuat kesimpulan, karena kesimpulan dari berbagai macam pendapat akan lebih baik
dibandingkan kesimpulan yang diambil dari satu pihak saja.
Selain berdiskusi saya juga mencoba bersosialisasi dengan lingkungan sekitar agar
peduli terhadap lingkungan sekitar. Hal tersebut saya lakukan agar menjadi suatu kebiasaan
untuk peduli terhadap lingkungan sekitar, sebagai seorang yang berintelektual saya harus
menjadi sebuah contoh yang baik bagi masyarakat dan harus membawa dampak yang positif.
Saya juga akan menerapkan dan memberikan contoh dalam kehidupan mengenai ilmu public
speaking saya kepada kaum milenial bangsa ini karena tidak ada gunanya sebuah teori yang
dipelajari tanpa sebuah praktek langsung dan sebaik-baiknya ilmu yang dituntut adalah ilmu
yang mampu bermanfaat bagi orang-orang disekitar.
Sebagai mahasiswa saya menyadari kompleksnya permasalahan bangsa ini. Apalagi
ditambah dengan adanya masa bonus demografi yang kelak penyelesaiannya dapat
dipecahkan oleh berbagai kalangan terutama kaum intelektual saat ini. Memahami sulitnya
lapangan pekerjaan, saya berniat untuk kelak dapat berwirausaha agar dapat membantu
menyerap tenaga kerja. Disamping itu saya tetap berkeinginan menjadi akademisi yang
menguasai bidang public speaking dan pengajaran. Saya merasa bahwa untuk menjadi anak
muda kebanggaan bangsa saya harus berusaha lebih keras lagi untuk mengasah potensi dan
skill yang dibutuhkan untuk cita-cita bangsa kedepannya. Saya berupaya memberikan contoh
terhadap sekitar, betapa nikmatnya menjadi pemuda-pemudi berilmu, berpendidikan tinggi,
menjadi warga negara yang budiman dan taat peraturan serta berakhlak mulia sesuai ajaran
agama.
Dengan saya berpendidikan tinggi, minimal saya harus bisa mendorong adik dan
saudara saya untuk bisa seperti saya. Saya ingin bisa memotivasi teman-teman saya tentang
pentingnya pendidikan. Sehingga apabila semakin banyak masyarakat Indonesia yang
memahami tentang pentingnya pendidikan, maka bonus demografi ini bisa menjadi sebuah
salah satu keuntungan untuk negeri ini.
Melalui pengalaman yang telah saya lewati, saya, generasi unggul kebanggaan bangsa
Indonesia akan terus belajar dan mengembangkan diri, berahklak yang mulia, kreatif serta
inovatif, membawa perubahan terhadap negeri ini dan menciptakan kaum milenial yang
berintelektual, berakhlak yang mulia, kreatif dan inovatif.

Anda mungkin juga menyukai