Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

Judul : Ikhtiar Hmi Lahirkan Generasi Muda Islam

Syarat untuk Mengikuti Intermediate Training (LK II)


Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Palopo

DISUSUN :

Oleh :

Arisman
Komisariat Fkip Unidayan

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM


(HMI)
CABANG BAUBAU
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji saya panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan seru sekalian
alam, Sang maha benar, Sang maha baik dan Sang maha indah.

Shalawat serta salam tak lupa pula saya haturkan kepada Baginda Rasulullah
SAW, Sang pembawah risalah kebenaran, kebaikan dan keindahan.

Alhamdulillah, berkat rahmat dan hidayanya, sehingga saya mampu menyusun


dan menyelesaikan Makalah yang berjudul” Ikhtiar HMI Melahirkan Generasi
Muda Islam” Makalah yang disusun ini untuk memenuhi prasyarat mengikuti
Intermediate Training ( LK II ) yang dilaksanakan oleh Himpunan Mahasiswa
Islam Cabang Palopo.

Akhir kata semoga Makalah ini dapat bermanfaat dan menembah wawasan dan
membuka cakrawala pengetahuan demi menjalankan mandat mulia dari Allah
SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Baubau, Juni 2021


DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar……………………………………………….............................

Daftar Isi……………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………

A. Latar Belakang…………………………………………………….
B. Rumusan Masalah………………………………………………
C. Tujuan………………………………………………………………
D. Manfaat……………………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………..

A. Ikthiar Dalam Islam………………………………………………


1. Pengertian Ikhtiar Dan Islam……………...…………………
2. Ikhtiar Dalam Islam………………………..…………………
B. Hmi Dan Islam…………………………………………………….
1. Hmi Dan Generasi Muda……...…………………………….
2. Hmi Lahirkan Generasi Muda Islam……………………….

BAB III PENUTUP………………………………………………………………..

A. Kesimpulan……..………………………………………………….
B. Kritik Dan Saran……..…………………………………………...

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………...
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam situasi kehidupan politik yang ditandai dengan propaganda
ideologis, sebagai organisasi mahasiswa saat itu yakni Perserikatan
Mahasiswa Yogyakarta (PMY) dalam pergerakannya cenderung condong
pada ideologi Komunis, hal demikian memicu semua mahasiswa
khususnya mahasiswa islam bersepakat untuk mendirikan organisasi baru
karena didalam kehidupan mahasiswa telah merasakan adanya ketidak
puasan terhadap organisasi PMY. Disisi lain, rasa tidak senang yang
dirasakan oleh mahasiswa Yogyakarta lainnya terhadap organisasi PMY
tentang adanya gaya hidup pergaulan hedonis yang mulai jauh dari nilai
nilai islami. Olehnya itu, mahasiswa yang beragama islam semakin
menguatkan niatnya untuk mendirikan organisasi mahasiswa islam itu
sendiri. Sehingga pada tanggal 14 Rabiul awal 1366 Hijriah atau 5
Februari 1947 di Sekolah Tinggi Islam (STI) dan saat ini telah menjadi
Universitas Indonesia tepatnya di yogyakarta berdirilah organisasi
mahasiswa yang bernama Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang
terkenal dengan sebutan Hijau hitam yang diprakasai oleh heroic seorang
mahasiswa yang bernama lafran pane.

Atas dasar proses perjalanan lahirnya HMI yang dilandasi dengan


semangat Kebangsaan dan Keislaman. Maka sebagai mahasiswa
wabilkhusus kader HMI sudah selayaknya berkomitmen mempertahankan
independensi mahasiswa serta tetap teguh menjaga dan mengajarkan nilai-
nilai keislaman sebagaimana historis lahirnya HMI. Sehingga dengan
penjelesan diatas, sangat memungkinkan dengan adanya relevansi judul
makalah yaitu ”Ikhtiar HMI lahirkan generasi muda islam”.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat
di ambil adalah sebagai berikut :
1. Apa Ikhtiar HMI lahirkan generasi muda islam..?
2. Bagaimana HMI beikhtiar dalam lahirkan generasi muda islam?

C. Tujuan
Adapun tujuan makalah ini adalah untuk mendiskripsikan Ikhtiar Hmi
Lahirkan Generasi Muda Islam.
D. Manfaat
1. Teoritis
Hasil makalah ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi pembaca
selanjutnya yang tentu ada relevansi dengan isi makalah ini.
2. Praktis
Bagi penulis mengharapkan hasil makalah ini dapat dijadikan sebagai
acuan sumber untuk mengembangkan dan menembah khazanah
pengetahuan tentang keislaman.

BAB II
PEMBAHASAN
A. IKHTIAR DALAM ISLAM
1. Pengertian Ikhtiar dan islam

Secara etimologi ikhtiar berasal dari bahasa arab yaitu ikhtara,yakhtaru


yang artinya memilih. Dengan demikian arti ikhtiar dalam istilah bahasa
(terminologi) adalah memilih mana yang lebih baik diantara yang ada.
Sedangkan menurut Harun Nasution dalam ilmu kalam(teologi) ikhtiar adalah
kebebasan dan kemerdekaan manusia dalam memilih dan menentukan
perbuatannya. Maka secara pemaknaan umum, arti Ikhtiar adalah usaha.
Sedangkan islam mempunyai beberapa arti yaitu Assalamu yang artinya
damai, kedamaian. Aslama yang artinya taat, berserah diri, salim yang artinya
bersih sementara Salaam yang artinya selamat atau keselamatan. Secara
terminology pengertian Islam ialah agama yang dibawakan oleh Nabi
Muhammad Saw untuk umat manusia agar dapat hidup bahagia didunia dan di
akhirat.

Islam menurut hadits bahwasannya engkau bersahadat tiada sesembahan


yang berhak disembah kecuali Allah, menegakan sholat, menunaikan, zakat,
berpuasa dibulan ramadhan, dan melaksanakan haji ke baitullah jika engkau
mampu melaksanakannya ( H.R. Muslim ). Sedangkan pengertian islam secara
umum ialah Agama yang dibawa oleh seluruh nabi dan rasul, mulai dari adam
alaihisalam hingga nabi Muhammad Saw. Dan Ikhtiar itu sendiri merupakan
suatu kemampuan dari berbagai upaya (kasb) manusia yang dimana semuanya
tentu dari Allah SWT. Manusia tidak bisa merubah segala kehendak dan
ketentuan (takdir) seperti kematian karena manusia sendiri hanya diberikan
upaya untuk bertindak, artinya manusia hanya bisa berikhtiar dalam
tindakanya namun tidak dapat menciptakan kekuatan upaya untuk
menetapkan. Hal tersebut dapat diketahui dari perdebatan panjang umat islam,
spesifiknya pada zaman kekuasaan umayah antara aliran jabariyah dan
qadariyah. Aliran qadariah mengatakan bahwa manusia memiliki kekuatan
dan kemampuan dalam menentukan segala arah kehidupan. Kemudian terjadi
metarmofosa aliran ini berubah menjadi aliran pemikiran mutazilah. Aliran
mutazilah mengatakan bahwa semua perbuatan manusia yang bersifat
Ikhtiariyah berasal dari manusia itu sendiri akan tetapi tergantung pada
kekuasaan Allah terhadap hambanya. Pada posisi ini manusia adalah sebagai
pemilih dan bukanlah penentu. Karena Allah telah menganugerahkan manusia
dengan akal agar mengetahui antara yang baik dan yang buruk.

Aliran mutazilah mendapat tantangan dari pengikut imam hanbal juga


dari ahli teologi yakni al asy’ari mengatakan bahwa manusia hanya diberi
upaya untuk berbuat namun tuhanlah yang memberikan kekuatan untuk
berupaya. Bahwa akal tidak bisa menentukan antara buruk dan baiknya. Akan
tetapi Tuhanlah yang menentukan keduanya dan memberitahukanya kepada
umat manusia lewat firmanya.

Ikhtiar dapat dilihat dari beberapa jenis antara lain sebagai berikut.

a. Kerja keras
Kerja keras memiliki arti bahwa pekerjaan dikerjakan dengan sungguh
sungguh tanpa mengenal lelah atau berhenti sebelum target tercapai. untuk
mencapai sebuah target maka perlu dibanggunya komitmen.
Seabagaimana yang diterangkan dalam QS AL-Insyiqaaq ayat 6 “ hai
manusia! Kau sungguh bekerja keras menuju tuhanmu, dank kau akan
bertemu dengannya.
b. Pantang menyerah
Adapun penegertian pantang menyerah ialah sikap yang tidak muda
pantang semangat dalam menghadapi berbagai rintangan, selalu bekerja
keras untuk mewujudkan tujuan, menganggap rintangan/ hambatan selalu
ada dalam setiap kegiatan yang dihadapi. Sesulit apapun dan sekeras
apapun perjalananmu dalam menyongsong sendi sendi kehidupan ini,
meski kadang segala carut marut pergolokan dan segala kepahitan yang
kita alami itu,dan apabila kita telah melewati itu semua, maka percayalah
tuhan telah menyiapkan sebongkah kebahagiaan dan sejuta kemewahan
setelah kian lama kita berada pada zona melelahkan itu. Jadi apapun
rintangan dan hambatan yang menghampiri jangan sekali kali kita
menyerah atau berpaling lalu jatuh akan tetapi lawan semua itu sekalipun
langit akan runtuh.
c. Tanggung Jawab
Tanggung jawab ialah keadaan dimana wajib menanggung segala sesuatu
menjadi akibat. Tentu, apapun tindakan yang kita lakukan baik dalam
keadaan sadar maupun tidak kita akan mempertanggung jawabkan semua
itu entah didunia ataupun di akhirat. Jadi perbuatan kita harus tetap pada
koridor islamiyah amar maaruf nahi mungkar
d. Tekun dan rajin belajar.
Tekun ialah mengarahkan pemikiran dan perasaan pada kegiatan yang
dilakukan dengan sungguh sungguh. Segalah perbuatan dan tindakan itu
harus dilakukan dengan sungguh sungguh untuk mencapai cita cita atau
visi dan misi dalam hidup atau biasa dikenal dengan penetapan misi
(mission statement).

2. Ikhtiar Dalam Islam


Ajaran Muhammad (islam) adalah ajaran terakhir diturunkan oleh Allah
dimuka bumi sebagai agama terbaik yang menyempurnakan ajaran-ajaran
yang telah dibawah nabi-nabi sebelumnya. Islam dipilih sebagai ajaran
rahmatan lil alamin agar umat manusia suka berbuat yang maruf antara sesama
manusia. Sehingga, jika ada umat apalagi umat islam itu sendiri yang tabiat
dan pekerjaanya jauh dari sifat maruf, maka bisa dipastikan ia bukanlah dari
kalangan umat pilihan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ahmad Wahib
bahwa islam itu bukan hanya sekedar ucapan di bibir akan tetapi segala bentuk
tindakan yang kita lakukan dan ucapan yang dilontarkan itu harus islam. Jadi
islam itu bukan semata mata membaca dua kalimat syahadat lalu sholat tapi
islam lebih dari itu. Sebagaimana yang pernah di praktekan oleh tokoh
terkemuka yakni Muhammad SAW pada dahulu kala.
Sejak awalnya islam di bawa oleh Rasulullah SAW kemuka bumi, islam
sendiri bukan hanya diperuntukan untuk sekolompok atau satu negara saja
akan tetapi untuk semua mahluk dan isi alam semesta hal ini telah dijelaskan
dalam firman tuhan, bahwa Muhammad diutus untuk membawa rahmat bagi
seluruh alam semesta. Jadi islam sendiri hadir dan berupaya (ikhtiariyah)
untuk menjadikan seluruh mahluk tunduk dan pasrah kepada alalh swt serta
beramar maruf nahi mungkar. Karena itu, rasulullah berjuang untuk
mewujudkan perintah itu semasa hidupnya. Setidak tidaknya memberikan
contoh dan langkah awal alias pondasi kepada umat yang hidup kemudian.
Kita semua mesti meneruskan perjuangan rasuullah sampai terbentuknya
masyarakat dunia dengan penuh rahmat lil alamin.

Ikhtiar dalam islam sesungguhnya untuk melepaskan manusia dari


berbagai sumber ketertindasan dan kejahiliyaan. Sebagaimana di jelaskan oleh
Asgar ali engginer dalam buku teologi pembebasan bahwa islam datang untuk
melepaskan belenggu yang mengikat umat manusia dalam cengkraman
kegelapan. Asghar sendiri mengutip didalam riwayat perjalanan rasulullah
Saw yang membebaskan budak dari segala kekejaman kaum qurais, dimana
rasulullah ingin memerdekakan umat manusia dari berbagai kesengsaraan baik
dari sisi ekonomi, agama (ajaran) serta menghapus tingkatan kelas dalam
masyarakat. Akan tetapi setelah wafatnya Muhammad kesenjangan di dalam
islam itu sendiri semakin membrutal, kesenjangan terjadi ketika munculnya
berbagai aliran-aliran pemikiran islam yang dimana merubah esensi islam itu
sendiri. Islam bukan lagi dijadikan sebagai sumber kedamaian dan
keselamatan melainkan telah di jadikan sebagai sumber permasalahan. Hal
demikian dilihat ketika islam terpecah dan melahirkan beragam pemikiran
mengenai islam. Adanya pertentangan ini dimulai dari munculnya aliran
khawarij dan murjiah dikalangan umat islam kemudian disusul oleh qadariah
dan jabariah yang mempersoalkan kalam tuhan tentang kehendak dan
kekuasaan tuhan. Jabariyah mengatakan bahwa segala tindak tanduk manusia
dikontrol oleh tuhan, manusia hanya bisa berbuat. Berbeda dengan qadariyah
yang mengatakan bahwa segala perbuatan manusia tidak ada intervensi tuhan,
tetapi manusia itu sendiri memiliki kebebasan dan kemerdekaan. Aliran-aliran
islam dapat dilihat sebagai berikut :

a. Aliran jabariyah
Aliran jabariyah muncul pada saat rezim muawiyah bin abi sofyan pada
masa daulah umayah. Aliran jabariyah sebagaimana asal katanya jabara yang
artinya memaksa. Artinya bahwa tindakan atau perbuatan manusia
digerakpaksakan oleh allah sementara manusia hanya bisa menerima itu untuk
berbuat (fatalism). Hal inilah yang membuat kalangan umat islam kala itu
tidak berdaya, ekonomi semakin memburuk, semua sistem serba melemah,
semuanya hanya bisa menunggu apa yang diberikan Allah, maka tidak perlu
bekerja. Orang-orang terdoktrin dan tertekan paham jabariyah yang dianut
oleh bani umayah. Ditambah lagi rezim umayah muawiyah bin abi sofyan
yang dipandang tirani oleh umat islam terutama umat yang tidak sepaham
dengan kekuasaanya. Maka paham jabariyah semakin menjadi-jadi dikalangan
umat islam. Demikian peristiwanya hingga tiba adanya kelompok yang
melakukan perlawanan dengan menentang paham jabariyah. Aliran ini
dipelopori oleh ghalian dimasky yakni aliran Qadariah.

b. Aliran Qadariah
Sejak maraknya paham jabariyah dikalangan umat islam yang membuat
orang-orang lemah tidak berdaya sebab doktrinya, maka munculah qadariyah
aliran yang berlawanan balik dengan jabariyah. Qadariyah sebagaimana asal
katanya dari qadara yang artinya kemampuan dan kekuatan. Menurut
terminology qadariyah adalah suatu aliran yang percaya bahwa segala
perbuatan manusia tidak di intervensi oleh tuhan. Jadi tiap-tiap orang adalah
pencipta dari perbuatanya.

Aliran qadariyah sebagaimana yang diterangkan sebelumnya bahwa


aliran ini dijelaskan luas pada aliran mutazilah. Orang-orang yang berpaham
mutazilah mengatakan bahwa akal diciptakan lebih tinggi daripada wahyu dan
akal’lah yang mengetahui baik dan buruknya suatu perbuatan. Aliran
mutazilah kemudian di jadikan sebagai madzhab resmi di daulah abasiah pada
masa kekhalifahan al-ma’mun. Pemikiran-pemikiran aliran islam yang di
jelaskan diatas mendapat tantangan dari orang dalam yang berpaham
mutazilah itu sendiri, hal demikian dianggap mutazilah yang dianutnya sudah
melenceng dari ajaran islam yang diajarkan oleh Rasululah Saw. Inilah sebab
Al asy’ari keluar dari mutazilah kemudian membuat aliran baru yakni aliran al
asy’ariyah.

c. Aliran Mutazilah
Kata mutazilah berasal dari bahasa arab yaitu I’tazala yang artinya
berpisah atau memisahkan diri. Yang berarti juga menjauh atau menjauhkan
diri. Aliran mutazilah dipelopori oleh wasil bin atha. Beberapa versi tentang
pemberian nama mutazilah ini merujuk pada peristiwa yang terjadi antara
washil bin atha dengan hasan al basri di basrah. Ketika itu wasil bin atha
mengikuti pengajaran yang diberikan oleh hasan al-basri tentang dosa besar.
Ketika itu wasil bin atha mengemukakan pendapatnya dengan mengatakan,
bahwa orang berdosa besar bukanlah mukmin juga bukan kafir tetapi
keduanya berada dalam posisi diantara keduanya (al-amzilah bain al-
manzilatin). Kemudian wasil bin atha pergi dan menjauhkan diri dari majelis
hasan al-basri dan kemudian wasil mengulangi pendapatnya diantara orang-
orang pengikutnya. Dengan peristiwa ini hasan al-basri berkata,’’ wasil bin
atha menjauhkan diri dari kita (I’tazaala anna). Menurut asy-syahrastani yang
dijelaskan oleh harun nasution dalam bukunya teologi islam, bahwa kelompok
yang menjauhkan diri inilah yang kemudian disebut sebagai mutazilah.

Aliran mutazilah berkembang pesat pada saat berkuasanya daulah


abasiah yang kala itu oleh rezim khalifah al-mamun. Aliran mutazilah
dijadikan madzhab resmi daulah abasiah dengan doktrin bahwa perbuatan
manusia dalam hal melakukan dan bertindak, manusia menciptakan
perbuatanya sendiri dan terlepas dari kehendak dan kekuasaan tuhan baik
secara langsung maupun tidak. Menurut pandangan mutazilah pelaku dosa
besar tidak dapat dikatakan sebagai orang mukmin secara mutlak. Hal ini
karena keimanan menuntut adanya kepatuhan kepada tuhan, dan tidak cukup
hanya pengakuan dan pembenaran. Begitu juga pelaku dosa besar tidak bisa
dikatakan sebagai kafir secara mutlak karena ia masih percaya kepada tuhan,
rasulnya, dan mengerjakan pekerjaan yang baik. Disisi lain mutazilah
meninggikan akal daripada wahyu, hingga mereka beranggapan bahwa untuk
mengetahui perbuatan yang wajib dan yang tidak wajib dan antara yang baik
dan buruk itu dapat diketahui oleh akal. Doktrin dan pendapat inilah yang
menjadikan banyak ulama salah satunya imam hanbal disiksa dan diseret
dimasukan kepenjara oleh rezim al-mamun dan sesudahynya akibat
ketidakmaun menganut dan mengikutinya. Imam hanbal lebih memiih
menentangnya karna menganggap mutazilah sudah melenceng dari koridor
islam yang sebenarnya. Hal ini juga sama dengan al-asy’ari keluar dari
mutazilah akibat ketidasepakatan dengan paham yang dianut oleh mutazilah.

d. Ajaran Al-asy’ari
Penamaan Aliran al-asy’ariyah diambil dari nama pendirinya yakni abu
hasan al-asy’ari. Aliran al-asy’ariyah lahir atas respon terjadinya pergolakan
islam yang mempersoalkan ilmu kalam. Dimana antara khawarij dengan
murjiah, jabariyah dengan qadariyah dan mutazilah yang masing-masing
aliran tersebut mengklaim benar. Lebih spesifiknya persoalan tentang
kedudukan yang melakukan dosa besar apakah masih sebagai mukmin atau
kafir. Hal ini juga terdapat perbedaan antara al-asy’ari dengan salah satu imam
besar mutazilah seklagus gurunya yaitu Muhammad bin abdul wahab al-jabai.
“Pembaca jangan salah, yang dimaksud bukan abdul wahab pendiri aliran
wahabi”. Perdebatan panjang antara keduanya pada persoalan kedudukan
ketika diakhirat kelak antara anak bayi, orang dewasa yang tidak berdosa (taat,
patuh) dan yang berbuat dosa (durhaka). Pendapat mutazilah pada orang
dewasa yang tidak berdosa akan masuk surge karna ketaatanya dan orang
dewasa yang berdosa dineraka karna durhakanya sementara kedudukan anak
bayi mutazilah berpendapat bahwa kedudukan anak bayi berada diantara surga
dan neraka, karena anak belum berbakti dan mengabdi kepada tuhan dalam
arti belum beramal baik dan membuat dosa.

Pada penjelasan diatas tentang perbuatan manusia Al asy’ariyah


bersepemahaman dengan ajaran Al-maturidi yang mengatakan bahwa
perbuatan manusia adalah ciptaan tuhan karena segala sesuatu dalam dzat
maupun lahir adalah ciptaanya. Lebih khusus mengenai perbuatan manusia,
kebijaksanaan, dan keadilan itu kehendak tuhan yang mengharuskan manusia
memiliki kemampuan berbuat (Ikhtiar) agar kewajiban-kewajiban yang
dibebankan kepadanya dapat dilaksanakanya. Tuhan hanya memberi
kebebasan dalam berupaya (kasb) namun manusia tidak menciptakan daya
upaya itu sendiri. Tuhanlah yang menciptakan daya (kasb) dalam diri manusia
dan manusia bebas memakainya. Daya tersebut ada bersamaan dengan
perbuatan manusia. Dengan demikian tidak ada pertentangan antara qudrat
tuhan yang telah menciptakan perbuatan manusia dan ikhtiar yang ada pada
manusia. Sama hal-NYA dengan akal hanya bekerja sebagaimana akal
diberikan kemampuan bekerja namun tidak mampu menentukan baik dan
buruk, wahyulah yang memberitahukan perbuatan buruk dan yang baik.
Sementara kedudukan anak bayi, orang dewasa yang patuh dan yang tidak
patuh sebagaimana ini diperdebatkan oleh al-asy’ari dengan al- jubai.
Tentulah anak bayi akan berada di surga karena anak masih dalam keadaan
suci, dan sangat tidak mungkin kedudukan bayi akan berada dineraka.
“Namun andaikan yang dewasa berbuat dosa dan masuk neraka menuntut
mengapa tuhan tidak mewafatkanya sejak bayi agar ia tidak masuk neraka
perkataan dan tuntutan itu karna posisinya sudah dineraka”. Dan yang dewasa
tidak berbuat dosa dan masuk surga tidak akan menuntut atas kedudukan anak
bayi yang disurga sebab mereka sama disurga. Analoginya adalah lebih baik
tidak berbuat (pahala dan dosa) daripada berbuat dosa. Namun berbuat pahala
itu lebih baik daripada tidak berbuat dan berbuat dosa.
Persoalan kematian dari sejak bayi, dewasa atau pada waktu umur tua itu
kekuasaan dan kehendak tuhan. Dari penjelasan diatas al asy’ariyah berupaya
(ikhtiar) untuk mengembalikan makna islam sebagai sumber kebenaran,
kedamaian serta keselamatan sebagaimana mulanya islam itu hadir. Dari
sinilah paham al asy’ariyah dan al-maturidiyah yang moderat dan toleran atau
saat ini dikenal dengan sebutan ahlsunnah wal jama’ah mulai disambut baik
oleh umat islam. Sehingga akibat pertentangan itu dan sekaligus mulai
terlihatnya kemunduran mutazilah setelah abasiyah di duduki oleh khalifah –
almutawakil. Diwaktu itulah Al asy’ari keluar dari mutazilah yang diakhiri
perdebatan panjang dengan gurunya Muhammad abdul wahab al jabai dengan
maksud meluruskan serta mengembalikan ajaran islam yang sebelumnya. Al-
asy’ari mengatakan bahwa ajaran islam tidak bisa hilang dari esensinya hanya
karna klaim ekstrim yang membuat umat atau pemeluknya sendiri saling
berbenturan yang mengakibatkan adanya korban.

B. HMI DAN ISLAM


1. Hmi dan generasi muda
Pandangan keislaman HMI, sebagaimana yang tertuang di dalam NDP
pada dasarnya merupakan penerjemahan islam sebagai rahmatan lil alamin.
Corak dan karakter HMI didalam menerjemahkan dan mempraktekan islam
tidak bersifat ekstrim namun sebaliknya lebih menonjolkan pada pendekatan
moderat dan toleran. Keislaman HMI yang tertuang dalam NDP itu sangat
universal. Tujuan dasar HMI adalah melahirkan insan cita.
Agus mustofa dalam buku membonsai islam mengatakan bahwa Islam
saat ini terlihat sedang dibonsai agar tidak menjadi besar oleh orang-orang
diluar islam dan oleh orang-orang islam sendiri. Mereka yang tidak suka islam
selalu mengerdilkan kebesaran agama ini, dan oleh pemeluknya sendiri yang
tidak paham bahwa islam bukan hanyalah agama besar dan agama sempurna,
atau tidak sekedar amar maaruf nahi mungkar melainkan juga agama yang
mengajarkan kasih sayang rahmatan lil alamin. Kedaaan yang membonsai
islam baik dari dalam maupun dari luar, seperti halnya penyebaran hoaks
diberbagai media, fitnah dimana-mana, apalagi yang belum ini pengoboman
gereja kartedal dimakasar. Hal Ini merupakan sebuah ilustrasi bahwan kondisi
islam di era sekarang ini sedang dalam keadaan tegang, apalagi dengan
banyaknya teroris dan kaum ekstremisme yang berjubahkan islam dengan
mengatasnamakan filsabililah dijalan allah padahal kenyataanya hanyalah
eksteremis-ekstremis yang tidak suka pada islam itu sendiri. Orang-orang
yang melakukan tindakan dan perbuatan brutal itu barangkali tidak memahami
nilai universal kemanusiaan. Hal ini sebagaiamana yang dijelaskan dalam QS.
Al-Hujarat ayat 13 “ Hai manusia, sesunguhnya kami menciptakan kamu dari
seorang laki laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa
bangsa dan bersuku suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu disisi allah ialah orang yang paling
bertakwa diantaramu”.
Umat manusia sesungguhnya dimuka bumi ini sebenarnya adalah
saudara. Satu keturunan, dan berasa dari bapak dan ibu yang sama. Sehingga,
kita sesungguhnya memiliki potensi untuk menciptakan suatu tatanan
kehidupan yang harmonis dan saling membahagiakan. Bukan malah
sebaliknya seperti mereka yang berpikiran radikalis itu, yang hanya kerjanya
untuk membunuh orang-orang yang tidak bersalah seperti yang terjadi baru
baru ini di makasasar. Tindakan seperti itu sungguh tidak dianjurkan oleh
islam, jadi pemikiran-kemanusiaan seperti mereka itu harus di subsidi dengan
pemahaman keislaman yang lebih ihsan dan komprehensif. Meskipun
tindakan mereka kelompok keras demikian teramat dalamnya membenci
islam, secermat apapun dan semasif apapun gerakan yang mereka bangun
untuk membonsai islam, mereka tidak akan pernah mampu memadamkan
cahaya islam itu sendiri. Itu bukan penegasan dari manusia akan tetapi dari
tuhan sendiri pemilik jagad raya ini. sebagaimana yang dijelaskan dalam quran
surat Al Israa ayat 81 yang berbunyi “Dan katakanlah yang benar telah
datang dan yang bathil telah lenyap”. Sesungguhnya yang batil itu adalah
sesuatu yang pasti lenyap.
Karena itu, perlu diketahui bahaya sesungguhnya bagi islam bukanlah
orang kafir, melainkan justru yang datang dari orang islam sendiri. Serangan
yang datang dari luar lebih mudah dilihat dan diantisipasi akan tetapi
serangan dari dalam jauh lebih sulit dikenali. Namun perlu diketahu juga
bahwa salah satu faktor melemahnya kualitas umat islam adalah ketika mereka
meninggalkan al-Quran. Dengan begitu secara tidak langsung kita telah bonsai
sendiri potensi kebesaran kita dengan cara menjauhkan diri dari petunjuk
allah. Padahal Al-Quran adalah pembimbing kita menuju kebesaran dan
kebahagiaan.
Kondisi zaman sekarang harus diperhatikan dengan benar. Diantaranya
pengaruh politik dan media sosial yang bisa mengakibatkan moral generasi
muda memburuk. Namun pada dasarnya politik dan media sosial mempunyai
sifat netral. Posisi netral ini bisa mengarah pada yang baik dan bisa juga
mengarah pada yang buruk. Semua tergantung pada pelakunya. Jika generasi
muda menggunakanya dihal positif maka jelas akan memberi pengaruh yang
baik. Posisi sebaliknya adalah saat generasi muda menggunakanya untuk hal
negative maka akan memberi pengaruh yang buruk. Zaman serba canggih dan
maraknya patologi sosial bisa menjadi buah simalakama. Tidak berbaur
dengan keadaan zaman maka tertinggal. Sedangkan jika berbaur maka akan
berada pada situasi yang penuh tantangan. Untuk melahirkan generasi muda
islam, HMI saat ini tidak hanya focus pada ruang perebutan, namun
pembangunan karakter dan pengembangan sumber daya manusia juga harus
lebih diprioritaskan. Perihal ini bisa massif dan terwujud bila HMI kembali
kekhita.
Langkah awal yang harus dilakukan yaitu memonitoring. Missal, kader
yang mengabaikan keilmuan lebih spesifiknya tentang islam maka tidak harus
segan, alumni atau pengurus lainya menegur dan mengingatkanya. Ini
merupakan upaya (Ikhtiar) dalam menjaga generasi muda agar tidak ngawur
dan terhindar dari yang mungkar. Jika alumni dan pengurus mengabaikan
kondisi tersebut maka generasi muda tidak akan paham bahwa tindakanya
tersebut salah.
Sangat nampak sebagian generasi muda saat ini senang menceritakan
sesuatu yang tidak jelas daripada pengembangan keilmuanya sendiri. Proses
edukasi yang tidak jalan dengan masif dan baik, bisa terjadi kalau semisal
HMI juga abai dengan pertumbuhan dan pengembangan keilmuan. Apalagi
saat ini alumni sibuk dan tenggelam dengan rutinitas kerjanya, artinya
menyerahkan edukasi sepenuhnya di generasi muda (kader baru) dengan cara
otodidak. Hal demikian, kader akan merasa kehilangan kasih sayang didalam
rumahnya sendiri sehingga lebih memilih jalan malala. Pengalaman yang
didapatkan dari luar akan menjadi sandaran hatinya dalam bertindak, sehingga
terkadang mereka memaknai persoalan islam dengan cara pandang yang lain.
Padahal HMI harusnya dijadikan sebagai rumah yang fungsinya sebagai
tempat pendidikan (informal) bukan diubah dan dianggap hanya sebagai
tempat berteduh saja. Jangan salah kalau generasi muda (kader) tidak segan
membantah dengan argumentasi ngawur, karena alumni hanya pandai dalam
memberi instruksi namun lemah memberi ilmu. Artinya, tidak ada nilai
keteladanan yang ditampilkan alumni kepada kader. Lupan kejenuhan inilah
yang selalu memenuhi hati generasi muda. Jenuh dengan kondisi yang
dialaminya saat dirumah karena ia kehilangan sosok panutan untuk menjadi
pribadi yang baik.

2. HMI lahirkan generasi muda Islam

Dalam perkembangan zaman tentu generasi muda sangat diperhadapkan


berbagai tantangan. Dalam hal untuk mempersiapkan generasi agar tidak
termakan oleh zaman maka HMI sebagai salah satu organisasi islam terbesar
harus bertindak menyelamatkan generasi-generasi muda dari cengkraman dan
hasutan nyata maupun yang abstrak. HMI harus memberi edukasi serta solusi
untuk generasi-generasi muda terutama dibidang pemahaman keislaman. Ada
beberapa yang harus dilakukan oleh HMI untuk melahirkan generasi muda
islam antara lain adalah sebagai berikut :

a. Pembentukan karakter (moralitas)


Di abad ke 21, ada banyak perubahan dan perkembangan terlebih dibidang
ekonomi dan informasi. Dengan perubahan jaman kemudahan yang ada
menjadikan generasi muda juga berubah. Untuk melahirkan generasi muda
islam yang tangguh dan siap menghadapi tantangan, maka HMI perlu
menyiapkan dengan baik salah satunya membekali generasi muda dengan
pembentukan karakter. Dalam pembentukan karakter, HMI tidak harus
monoton dilingkup internal saja, tetapi harus keluar mengisi ruang ruang
pendidikan lainnya baik ditingkat SMP maupun SMA. Sebab dengan itu,
agar generasi muda (Siswa) mulai berpikir untuk menentukan dan
melangkah seperti apa dirinya nanti. Sebagaimana menurut Kemendikbud
bahwa generasi muda harus dibentuk karakternya agar berakhakul
kharimah dan berkepribadian baik.
b. Penguatan keilmuan
Untuk menciptakan atau melahirkan generasi muda yang islam maka HMI
perlu membentuk dan memasifkan sistem structural keagamaan yang ada
dibidangnya. Dalam arti diskusi-diskusi tentang keislaman harus lebih giat
dan ditingkatkan lagi. Hal ini guna untuk memproduksi generasi muda
dalam mengembangkan dan menumbuhkan ilmu pengetahuan tentang
ajaran islam. Nilai-nilai islam harus di retribusikan pada generasi muda
untuk dijadikan dasar dan bekal dalam menghadapi berbagai tantangan.
Sebab Islam yang tepat mengatur kepribadian generasi muda agar tidak
liar dalam berpikir, bersikap maupun bertindak.
c. Pengamalan
Dalam melahirkan generasi muda islam, HMI tidak hanya melakukan
sebatas membentuk karakter dan penguatan keilmuan saja, akan tetapi juga
bersikap etis dalam mengamalkan. Sebagaiman yang dikatakan oleh Bung
Hatta bahwa ilmu hanya maju ditangan orang punya karakter yang tahu
menghargai pendapat orang lain namun ilmu dan karakter yang baik akan
berkembang dan dikenang ketika ada yang mengamalkan. Hal ketiga-
tiganya bisa sempurna bila ketiganya terakulturasi dalam implementasi.
Sebagaimana yang ada dalam tri logi HMI iman, ilmu, amal yang
disandarkan dengan yakin usaha sampai. Inilah menjadi focus HMI dalam
penyelesaian masalah generasi muda zaman milenial. HMI harus
menyadari dengan benar masalah yang beragam dihadapi generasi muda
islam yang memang sangat berbeda dari sebelumnya. Maka tindakan
penyelesaian masalah juga harus berbeda.

Coba kita bercermin pada layar belakang yang pernah terjadi di era-era
lalu seperti pada saat agresi militer I pada tahun 1947 itu, HMI tampil di garda
terdepan dan mengangkat senjata untuk berjihad melawan belanda. Mereka
dilatih langsung secara kilat oleh TNI Angkatan Darat. Lalu kemudian belum
lama meredenya Agresi militer itu timbul satu masalah lagi yaitu
pemberontakan PKI di madiun 18 September 1948. Lagi dan lagi HMI tampil
di permukaan dan menunjukan eksistensinya sebagai pemuda yang cinta tanah
air. Dengan peristiwa ini secara tidak langsung kita bisa katakana bahwa
mereka telah tuntas dengan persoalan semangat kebangsaan dan serta
pemahaman keislaman. Dengan semangat kebangsaan dan pemahaman
keislamannya itu, sehingga mereka bisa membuktikan bahwa HMI memang
betul-betul seperti apa yang dikatakan oleh Jendral Soedirman bahwa HMI itu
adalah Harapan Masyarakat Indonesia. Semenjak usai kejadian itu banyak
Mahasiswa yang berminat untuk masuk dalam organisasi HMI. Selain dari itu
budaya kajian dan membaca juga tak terlepas, kemana-mana mereka selalau
membawa buku bacaan baik dalam kampus ataupun diluar kampus dan
apabila mereka mendengar adzan dimesjid apapun pekerjaan dan
kesibukannya pasti mereka lepas dulu nanti selesai sholat baru dilanjutkan
kembali. Itu juga yang menambah minat mahasiswa lainnya untuk masuk di
Organisasi HMI.
Peristiwa diatas khususnya perlawanan agresi militer dan pemberontakan
PKI itu, kalau disandingkan di zaman ini barangkali sudah tidak relevan lagi
karena sekarang ini bukan lagi zaman perang angkat senjata melainkan perang
Ideologi. Apalagi di Negara kita ini, pergumulan ideologi sangat kental. .Nah
tentu kita merindui hal-hal itu bahkan kita ingin menginginkan budaya HMI
itu kembali. Ada perktaan yang mengatakan “ jika engkau ingin melihat
bintang fajar dipagi hari maka engkau harus lalui kerikil tajam yang ada
pada malam hari”. Dalam arti jika digambarkan kepada HMI maka masa
depan HMI cerah dan gemilang bukan hanya menguasai dan berada pada satu
faktor saja, melainkankan HMI juga harus tetap berada pada berbagai
penguasaan lini kehidupan. Dan yang lebih terpenting ialah tetap berada pada
koridor islam yang sesungguhnya yakni islam rahmatan lil alamin. HMI harus
diperdayakan untuk berperan dan berkiprah aktif untuk menjadikan anak
bangsa sebagai generasi yang beramar maruf nahi mungkar. Kegemilangan
HMI dilakukan dengan kerja keras pantang menyerah. Seluruh anggota dan
pengurus harus bersatu padu memajukan HMI yang mulai dari tingkat
komisariat, korkom, cabang, badko dan pengurus besar termaksud para
alumni. Dengan demikian bila kita menginginkan HMI tetap eksis dan
memberikan sumbangsih yang bermakna bagi kehidupan umat islam, maka
kita harus kerja keras, tekun, tabah, ulet, terencana semuanya harus di
ikhtiarkan dengan kerja keras.

Budaya organisasi mahasiswa, Kajian dan diskusi seputaran keislaman


itu harus terus di agendakan dan diakukan oleh tiap komisariat. Jika kajian dan
diskusi itu rutin apalagi didukung dari pengurus Badko maupun PB maka
sudah pasti generasi muda islam akan terwujud seperti yang diharapkan.
Karena tujuan ber-HMI semata mata hanya untuk Alah Swt, maka aktifitas
dan pengabdian seorang kader pada dasarnya adalah upaya mengenal
(marifat), mendekat (taqarub), kembali (ruju), lebur (fana), atau memperoleh
cinta (ridhanya). Namun walaupun begitu, jangan mengurangi implikasi HMI
terhadap permasalahan yang ada, dan biar perlu HMI tetap berdiri di garda
terdepan untuk menyurakan itu meski harus bersenjatakan toa, pamflet dan
seleberan. dalam artian mesti imbang antara membaca, kajian dan diskusi
jangan berat sebelah. Idealnya kedua dimensi ini ( fisik dan spiritual ) berjalan
seimbang. Namun ketika dominasi fisik terlalu mendominasi, manusia
menjadi terkunkung daam nafsu tidak terkontrol. Akhirnya mereduksi potensi
ilahiyah yang ada dalam dirinya. Pada tarikan nafsu dan dunia materi yang
tidak terkendali inilah manusia mengalami kegelapan ( dhulm ), kebodohan
(jahil), keraguan (sceptism), penolakan ( ateisme ), pengingkaran (kufr),
sampai kepada penyembahan penyembahan kepada selain dia ( syirk ).
Seperti yang dikatakan oleh murtadha muthari bahwasannya” kelaparan sejati
ialah bukan sehari tanpa makan akan tetapi sehari tanpa membaca”. Dalam
alquran pun menganjurkan dan mengatakan hal demikian juga, iqra artinya
bacalah.
Hidup adalah perjuangan; sebuah usaha panjang untuk membebaskan diri dari
penjara fisik (being), menuju kesadaran spiritual (becoming). Sebab jika
hanya bertumpu pada realiatas material, maka hidup tidak ada bedanya dengan
binatang. Sebaliknya, jika potensi spiritual dan material termenej dengan
baik, manusia dapat melampaui kualitas malaikat. Jika ini sampai terjadi,
malaikat pun diharuskan “Sujud”( hormat ) kepada manusia. Sebagaimana
yang termaktub dalam alquran surah al baqarah ayat 34 yaitu dan( ingatlah)
ketika kami berfirman kepada para malaikat, sujudlah kamu kepada adam!!
Maka mereka pun sujud kecuali iblis. Ia menolak dan menyombongkan diri
dan ia termasuk golongan yang kafir. Namun jika potensi itu gagal terkelola,
manusia menjadi jauh dari tuhan, “terlempar” dari syurganya, bahkan bisa
hina dari binatang.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dengan penjelasan di Bab sebelumnya maka dapat ditarik benang merahnya


bahwa upaya untuk lahirkan generasi muda islam, HMI harus memiliki
integritas dan energi dalam berikhtiar guna untuk melepaskan manusia lebih
khusus pada generasi muda dari berbagai sumber ketertindasan dan
kejahiliyaan. Hal ini juga HMI harus menyiapkan berbagai ruang untuk
membentuk karakter, menguatkan keilmuan dan memasifkan pengamalan
keislaman terhadap generasi muda.

B. KRITIK DAN SARAN

Dengan penjelasan dan kesimpulan yang diambil mohon kiranya dapat


dimaklumi jika ada kekeliruan dan kesalahan. Demikian kritik dan saran yang
sifatnya membangun sangat diharapkan agar dapat menunjang keberhasilan
makalah berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Drs. H. Solichin Candra dimuka : Sinergi persadatama Foundation

; Perpustakaan nasional

Agus Mustofa Membonsai Islam: Padma Press

Dr. Ali Syariati Manusia dan Islam : Cakrawangsa

Asghar Ali EngineerI Islam dan Teologi Pembebasan : Pustaka Pelajar

Haru Nasution Teologi Islam : Universitas Indonesia ( UI Press )

Said Muniruddin Bintang Arasy : www.saidmuniruddin.com” The

Zawiyah For Spritual Leadership” Majelis Wilayah Korps Alumni

Himpunan Mahasiswa Islam ( Mw Kahmi Aceh )

Ahmad Wahib Pergolakan Pemikiran Islam : Democracy Project Yayasan

Abad Demokrasi.

Http://eprints.umpo.ac.id

Https://www.pikiran-rakyat.com

https://brainly.co.id

Anda mungkin juga menyukai