Anda di halaman 1dari 4

Islam Sebagai Ideologi

Suatu Pengantar
Oleh: Rijal Jirananda

Pendahuluan

Kita saat ini tengah dihadapkan pada dunia dengan dominasi kekuatan-kekuatan besar
yang saling berebut menguasai dunia. Baik dalam bentuk ide, pemikiran, gaya hidup,
kebudayaan dan berbagai aspek kehidupan lainnya. Kisah bagaimana pertentangan antara
komunisme-sosialisme vis a vis kapitalisme-liberalisme masih begitu kuat mengendap dalam
ingatan sejarah dunia. Kekuatan-kekuatan yang pernah muncul dalam pentas kehidupan dunia
baik yang telah mulai hilang pengaruh dan daya tariknya maupun yang sampai saat ini masih
hidup dan dianut oleh sebagian besar manusia, semuanya menjanjikan kehidupan yang ideal,
maju, tentram, damai serta mampu menjawab segala persoalan hidup manusia. Namun alih-alih
memberikan janji-janji yang ideal, keberadaan paham atau ideologi-ideologi tersebut justru telah
menciptakan kondisi yang kontradiktif dengan harapan-harapan yang dibayangkan oleh masing-
masing ideologi tersebut. Semua fakta tentang bagaimana kekejaman ideologi-ideologi besar
dunia yang menggiring manusia kedalam pertentangan dan konflik yang pada akhirnya
membawa manusia pada jurang kebinasaan, telah tertulis rapi dalam buku-buku yang
mengabadikan kisah perjalanan ideologi-ideologi tersebut.

Hari ini kita melihat bagaimana bermacam bentuk ideologi muncul berusaha
mendominasi kehidupan manusia. Bahkan sebagian besar banyak yang terjerumus menjadi
sekedar pengekor dari ideologi milik pihak di luar dirinya. Sebagai contoh, realitas kehidupan
saat ini telah memberikan gambaran bagaimana kehidupan manusia diarahkan pada pemenuhan
kebutuhan, keinginan serta kesenangannya semata. Perilaku pemenuhan kebutuhan, keinginan
dan kesenangan ini bermuara pada hal-hal yang sifatnya duniawi atau kebendaan. Dari perilaku
tersebut, manusia diarahkan untuk bagaimana sekedar memperhatikan dan melayani unsur
fisiknya dan melupakan unsur rohani atau spiritual yang terdapat dalam diri manusia. Pola
kehidupan seperti ini merupakan pola hidup yang lahir dari pandangan terhadap materialisme
yang merupakan salah satu bentuk dari ideologi kapitalisme-liberalisme.

Demikianlah, bagaimana ideologi-ideologi memberikan warna tersendiri bagi dunia dan


kehidupan. Ideologi pernah membawa manusia untuk berani mengorbankan segalanya demi
tercapainya tujuan yang dicita-citakan. Ideologi memberikan harapan kepada manusia untuk
menjalani kehidupan yang lebih bermakna dari sekedar menjalani waktu-waktu menunggu
kematian. Namun kita melihat pula bagaimana ideologi-ideologi memiliki daya yang cukup
besar dalam menciptakan pertentangan dan konfik hingga melebihi batas-batas wajar
kemanusiaan.

Islam, sebagaimana pemahaman yang telah umum merupakan agama yang diturunkan
oleh Allah subhanahu wata’ala yang risalahnya dibawa oleh utusan yang kita kenal sebagai
rasul, yakni nabi Muhammad shalallahu’alaihi wasallam. Sejak awal kelahirannya Islam telah
membawa misi-misi perubahan untuk keselamatan umat manusia baik di dunia maupun di
akhirat. Agama dalam pengertian normatif, kita pahami sebagai seperangkat keyakinan yang
mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya dalam bentuk ritual-ritual peribadatan.
Pengertian ini lahir dari studi-studi yang digandrungi oleh sarjana-sarjana Barat. Tentunya
pengertian ini perlu kita tinjau ulang didasarkan atas beberpa catatan, benarkah Islam sebagai
agama berisi sekedar ritual peribadatan semata? Endang Saifuddin Anshori dalam bukunya
Wawasan Islam menerangkan bahwa pengertian agama yang sesuai dengan nafas Islam adalah
sistem keyakinan yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan
alam serta hubungan manusia dengan Tuhannya. Dalam pengertian yang diketengahkan oleh
Endang Saifuddin Anshori, dapat kita pahami, bahwa ajaran Islam meliputi seluruh aspek
kehidupan. Mulai dari pengaturan hubungan antar sesame manusia, muamalah seperti konsep
Islam tentang sosial, budaya, ekonomi, politik, negara dan sebagainya. Pengaturan hubungan
antara manusia dengan alam, terkait bagaimana pandangan Islam terhadap alam sebagai ciptaan
Allah Subhanahu wata’ala yang dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk kelangsungan
hidupnya. Serta pengaturan hubungan antara manusia dengan Tuhan sebagai manifestasi nyata
dari penghambaan manusia kepada Allah subhanahu wata’ala. Inilah pengertian yang lurus
terhadap agama dalam konteks keIsalaman.

Berbicara Islam sebagai ideologi, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan terlebih
dahulu. Kita menyepakati bahwa Islam sebagai agama, diturunkan langsung oleh Allah
subhanahu wata’ala yang tidak kita ragukan kesempurnaanya. Sebagaimana disebutkan dalam
Al-Qur’an surat al-Maidah ayat 3. Yang mana memiliki arti lain bahwa Islam dalam pengertian
ini memiliki konsep yang komprehensif dan universal tentang dunia dan kehidupan, bahkan
kehidupan setelahnya. Sedangkan ideologi merupakan hasil budaya manusia dari kontemplasi
intelektualnya terhadap dunia dan kehidupan yang tentunya dalam beberapa hal memiliki nilai
minus dari kesempurnaan. Belum lagi kenyataan yang ada, ideologi-ideologi yang diciptakan
manusia baik selengkap atau sesempurna apapun tak pernah kemarau dari kritik atasnya, yang
menunjukan ketidaksempurnaannya. Maka apakah Islam yang sempurna ini perlu untuk
diturunkan sebagai ideologi yang sarat dengan kekurangan? Ataukah Islam memiliki konsep
tersendiri terkait ideologi? Apabila benar Islam berbicara tentang ideologi, apa dasar yang
melandasinya? Persoalan-persoalan inilah yang akan kita bahas dan diskusikan kedepan.

Studi tentang Pengertian Ideologi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Versi ke 5, Ideologi diartikan sebagai, kumpulan
konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat (kejadian) yang memberikan arah dan tujuan
untuk kelangsungan hidup (1), cara berfikir seseorang atau suatu golongan (2), paham, teori dan
tujuan yang merupakan satu program sosial politik (3).

Istilah ideologi muncul sebagai dampak dari revolusi perancis. Konsep ini diciptakan
pada tahun 1797 oleh Antoine Destutt de Tracy. De Tracy mendefinisikan ideologi sebagai ilmu
pengetahuan baru yang bebas dari prasangka metafisis dan agama, namun pengertian ini kurang
popouler. Ideologi menurut de Tracy bertujuan untuk menemukan kebenaran secara objektif
serta pemikiran yang benar. (Nuswantoro, 2001: 57). Istilah itu berasal dari dua kata, yakni ideos
yang berarti gagasan dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara sederhana, ideology memiliki arti
ilmu tentang ide dan gagasan, lebih tepatnya gagasan tentang masa depan. Wildan insan fauzi
mengatakan bahwa ideologi perlu memberikan penjelasan tentang bagaimana seluruh eksistensi
yang ada ini terjadi, apa tujuan yang akan dicapai oleh kehidupan ini, untuk kemudian
memberikan arahan bagi perbuatan yang perlu dilakukan, serta menentukan kriteria tentang
mana yang benar dari yang salah. Dari definisi tersebut dapat ditarik beberapa butir-butir
penting,

1. Ideologi adalah seperangkat ide dan gagasan yang tersistem.


2. Ideologi memberikan suatu sudut pandang dalam menafsirkan (memaknai) kehidupan
3. Ideologi memberikan penjelasan tentang bagaimana segala sesuatu ini terjadi.
4. Ideologi memberikan tujuan hidup untuk mengarahkan perbuatan apa yang perlu
dilakukan
5. Ideologi memberikan kriteria perbuatan mana yang salah mana yang benar.

Dari sisi lain, ideologi juga merupakan kesatuan ide dengan metode. Dari konsep ide,
ideologi berbentuk konsep pemikiran murni yang merupakan penjelasan konseptual. Dari sisi
metode, ideology menjelaskan bagaimana pemikiran atau konsep itu diterapkan di lapangan
dalam tataran praktis. Ideologi sebagai kesatuan ide dan metode dimaksudkan untuk
menerangkan bahwa metode adalah suatu keharusan agar ide dapat terwujud. Artinya, setiap
ideologi memiliki konsep serta strategi penerapannya tersendiri.

Menimbang Islam sebagai Ideologi

Telah menjadi keyakinan yang umum dipahami oleh umat Islam, bahwa Islam
merupakan agama yang telah sempurna, sebagaimana telah disampaikan di muka. Kesempurnaan
Islam di pahami mampu menjawab setiap persoalan yang muncul seiring dengan perkembangan
zaman. Islam pula dipahami sebagai agama dakwah, yang mana aktif di dalam umatnya kegiatan
menyebarkan ajaran serta faham keIslaman. Dalam perkembangannya, gerakan dakwah Islam
kini telah bertransformasi menjadi gerakan yang terlembaga. Hal ini ditunjukan dengan
maraknya organisasi-organisasi Islam yang mulai berkembang setelah kekhilafahan terakhir
Turki Utsmani runtuh yang memicu kemunculan gerakan-gerakan pembaharuan dalam Islam
melalui wadah-wadah pergerakan seperti PAN Islamisme Jamaluddin Al-Afghani, Ikhwanul
Muslimin Hasan Al-Banna dan pergerakan-pergerakan lainnya.

Melalui pergerakan dakwah yang telah disemai dengan dengan unsur-unsur modernitas,
Islam senantiasa terus berkembang seiring dengan penawaran misi-misi serta ajaran yang
dibawanya untuk kemajuan serta keselamatan umat manusia. Dari sinilah titik tolak yang
menurut penulis sebagai tanda-tanda bahwa dalam ajaran Islam terdapat unsur-unsur yang
bersifat Ideologis. Wallahu’alam bi shawab.
Rujukan Bacaan

- Jurnal Pendidikan, Akhir Ideologi atau Ideologi tanpa Akhir, Wildan Insan Fauzi
- Konsep tentang Dunia dan Kehidupan, Irsyadunnas
- Wajah Peradaban Barat, Adian Husaini
- Pemikiran Politik Barat, Ahmad Suhelmi
- Peta Bumi Intelektualisme Islam di Indonesia, Ahmad Syafe’I Ma’arif

Anda mungkin juga menyukai