SKRIPSI
SKRIPSI
OLEH:
SKRIPSI
Oleh:
i
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
ii
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
bernama Mustar Marpaung dan Ibu Kartini Br Tambunan. Penulis merupakan anak
kedua dari tiga bersaudara. Saat penulis berusia 8 tahun, penulis berserta keluarga
Pertama (SMP) Negeri 1 R`antau Selatan dan lulus ada tahun 2011. Tahun yang
Rantau Selatan dan lulus tahun 2014 dan pada tahun yang sama juga penulis
Universitas Sumatera Utara melalui jalur ujian Seleksi Nasional Masuk Perguruan
Tinggi Negeri (SNMPTN) yang kini telah berubah status menjadi Fakultas
Kehutanan.
perum Perhutani KPH Bandung Utara pada tanggal 28 Januari sampai 3 Maret
2018.
iii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi
ini adalah “Curah Hujan dan Dampak terhadap Potensi Banjir di Kota Medan
tinggi genangan dan lama air meresap ke tanah terhadap wilayah kota Medan.
Penulis banyak menerima bimbingan, motivasi, saran dan juga doa dari berbagai
pihak selama penulisan skripsi ini. Teristimewa ucapan terimakasih penulis kepada
kedua orang tua penulis yang penulis sangat cintai yaitu ayahanda Mustar
mendidik, memberikan kasih sayang, doa, nasehat dan dukungan kepada penulis
1. Dr Budi Utomo, S.P., M.P dan Afifuddin Dalimunthe, S.P, M.P selaku ketua
2. Ibu Dr. Anita Zaitunah, S.Hut., M. Sc dan Dr. Rudi Hartono, S.Hut., M.Si
3. Kakak penulis Risma Br Marpaung dan adik penulis Walter Saudin Saudin
Marpaung yang selama ini membantu dan mendoakan penulis selama proses
iv
Universitas Sumatera Utara
4. Sahabat penulis Koje Nasution, Sarah Hasibuhan dan Fajar, yang selalu ada
dalam suka dan duka memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.
5. Sahabat istimewa penulis Jules Rafael Purba yang selalu mendoakan, memberi
6. Sahabat Ririn Manurung, Surti, Fifi Simbolon, Sri Indah Gulo, Diana
Situmorang dan Hana Sihombing, yang selalu ada dalam suka dan duka
penelitian ini.
7. Untuk tim satu dosen pembimbing penulis Yogik Ganda, Fadillah dan Aldy
Bagus, dan tim PKL Fitri Bestari, Sartika Ginting dan Wilda Lubis yang selalu
8. Alumni HUT A 2014 dan teman-teman seperjuangan yang tak data disebutkan
satu per satu di sini yang selalu memberikan semangat dan dukungan kepada
penulis.
kekurangan serta keterbatasan dan masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu,
v
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT ........................................................................................... i
ABSTRAK ............................................................................................. ii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ............................................................................ iv
PENDAHULUAN...................................................................................
LatarBelakang............................................................................ 1
Tujuan Penelitian ...................................................................... 2
Manfaat Penelitian .................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA
Deskripsi Kota Medan ............................................................... 3
Masalah Perkotaan..................................................................... 4
Curah Hujan ............................................................................... 6
Data curah Hujan ....................................................................... 7
Siklus Hidrologi ......................................................................... 7
Intensitas Hujan ......................................................................... 9
Tanah ......................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Pengolahan Data...................................................................................... 14
vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Lama Hujan di Simalingkar B............................................................. 15
2. Lama Hujan di Padang Bulan ............................................................ 15
3. Lama Hujan di Teladan ....................................................................... 16
4. Tinggi Genangan di Simalingkar B..................................................... 17
5. Tinggi Genangan di Padang Bulan ..................................................... 18
6. Tinggi Genangan di Teladan ............................................................... 18
7. Intensitas Curah Hujan Simalingkar B ............................................... 20
8. Intensitas Curah Hujan Padang Bulan................................................. 20
9. Intensitas Curah HujanTeladan ........................................................... 21
10. Lama Hujan Meresap ke Tanah Simalingkar B ................................. 24
11. Lama Hujan Meresap ke Tanah Padang Bulan .................................. 25
12. Lama Hujan Meresap ke Tanah Teladan ............................................ 25
viii
Universitas Sumatera Utara
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peningkatan suhu rata-rata per tahunnya sekitar 0,3 C, (b) Curah hujan tahunan
wilayah utara semakin kering pada musim kemarau (Boer dan Faqih, 2004).
berlangsung suatu proses fisik dan dinamis yang kompleks yang terjadi di
atmosfer bumi. Belakangan ini isu tetang perubahan iklim semakin menghangat
distribusi hujan, arah dan kecepatan angin. Semua ini akan secara langsung
berbagai jenis penyakit pada manusia, hewan dan tumbuhan; pengaruh terhadap
Perlu diingat bahwa perubahan iklim tidak terjadi tiba-tiba, peristiwa ini
perubahan iklim, yang juga di pengaruhi oleh aktivitas manusia, terlebih aktivitas
sebagai penyebab banjir tersebut. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi curah
hujan di kota Medan yaitu kelembaban udara, tekanan udara, kecepatan angin dan
Hal ini berpengaruh dengan keadaan tanah/ jenis tanah yang ada
mengenai analisis curah hujan yang ada di wilayah medan yaitu daerah Padang
Tujuan Penelitian
tinggi genangan dan lama air meresap ke tanah terhadap wilayah kota Medan.
Manfaat Penelitian
yang mendukung.
TINJAUAN PUSTAKA
Kota Medan adalah ibukota Propinsi Sumatera Utara yang terletak pada
3°27’ - 3°47’ LU dan 98°35’ - 98°BT dengan ketinggian 2,5 – 37,5 m di atas
sebelah Utara, Selatan, Timur dan Barat dan merupakan salah satu dari 30 Daerah
Tingkat II di Sumatera Utara dengan luas 265,10 km². Dari data BPS Kota Medan
(2012) didapatkan jumlah penduduk pada tahun 2011 sebesar 2.117.224 jiwa,
pusat pemerintahan Propinsi Sumatera Utara. Kota Medan beriklim tropis dengan
suhu minimum berkisar antara 22,49°C – 23,97°C dan suhu maksimum berkisar
antara 32,15°C – 34,21°C. Hari hujan per bulan adalah 21,50 hari dengan rata-rata
mengalami masa transisi dari musim kemarau kemusim hujan umumnya memiliki
kondisi cuaca yang tidak stabil. Pola-pola cuaca yang menyimpang atau yang
biasa di sebut dengan ekstrim belakangan ini sangat sering terjadi dan
frekuensinya cenderung bertambah. Cuaca ekstrim yang biasa terjadi antara lain :
Angin kencang, suhu udara yang tinggi dengan periodenya yang singkat kadang-
kadang disertai dengan angin puting beliung dan curah hujan dengan intensitas
tinggi yang dapat mengakibatkan terjadinya banjir dan longsor. Cuaca ekstrim
Masalah perkotaan
Masalah perkotaan pada saat ini telah menjadi masalah yang sulit untuk
negatif pada beberapa aspek, salah satunya aspek lingkungan. Awalnya, pada
mengakibatkan alih fungsi lahan yang tadinya ruang terbuka hijau menjadi
Cuaca ekstrim adalah keadaan atau fenomena kondisi cuaca di atas normal
terjadi di suatu wilayah tertentu berskala jangka pendek, misalnya suhu rata-rata
33°C, kemudian suhu menjadi 33-47°C, curah hujan melebihi 100 mm, angin
ahli lingkungan. Salah satunya berupa semakin berkurangnya ruang terbuka hijau
(RTH) di kawasan kota. Hilangnya ruang terbuka hijau (RTH) mempakan pernicu
munculnya panas dan hilangnya pengendali emisi (gas buang) kota. Antara lain
yang secara alami rentan terhadap bencana (prone to natural hazards) seperti
yang harus kita kembangkan sebagai ruang terbuka, baik hijau maupun non-hijau
(Dwiyanto, 2009).
hutan kota dengan hutan alam. Ruang terbuka hijau (RTH) merupakan ruang
antara lain sebagai area rekreasi, sosial budaya, estetika, fisik kota, ekologis dan
memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi bagi manusia maupun bagi
Hutan alam hujan tropik dataran rendah tanah kering merupakan hutan
alam dengan karakteristik tegakan yang khas, yaitu memiliki keragaman jenis
pohon yang tinggi, tingkat perkembangan pohon yang beragam, dan keragaman
dimensi pohon yang tinggi. Sebagian besar areal hutan alam saat ini merupakan
areal hutan bekas tebangan atau hutan terdegradasi lainnya. Kondisi struktur
tegakan hutan bekas tebangan diduga berbeda dengan kondisi struktur tegakan di
hutan primer. Informasi tentang struktur tegakan ini dipandang penting karena
ditinjau dari faktor ekonomi, struktur tegakan dapat menunjukkan potensi tegakan
(timber standing stock) minimal yang harus tersedia sehingga layak dikelola,
Hutan kota merupakan pendekatan dan penerapan salah satu atau beberapa
masyarakat perkotaan. Untuk itu, hutan kota tidak hanya berarti hutan yang berada
di kota, tetapi dapat pula berarti bahwa hutan kota dapat tersusun dari komponen
hutan, dan kelompok vegetasi lainnya yang berada di kota, seperti taman kota,
kehidupan manusia, satwa dan tumbuhan sangat ditentukan pada tinggi rendahnya
kesadaran manusia akan arti penting hutan di dalam pemanfaatan dan pengelolaan
hutan. Hutan menjadi media hubungan timbal balik antara manusia dan makhluk
hidup lainnya dengan faktor-faktor alam yang terdiri dari proses ekologi dan
Curah Hujan
karena adanya perpindahan massa uap air ke tempat yang lebih tinggi sebagai
respon adanya beda tekanan udara antara dua tempat yang berbeda ketinggiannya.
Di tempat tersebut, karena akumulasi uap air pada suhu yang rendah maka
terjadilah proses kondensasi, dan pada gilirannya massa uap air tersebut jatuh
tiga faktor utama. Dengan kata lain, akan terjadi hujan apabila berlangsung tiga
1. Kenaikan massa uap air ke tempat yang lebih tinggi sampai saatnya atmosfer
menjadi jenuh.
3. Partikel-partikel uap air tersebut bertambah besar sejalan dengan waktu untuk
kemudian jatuh ke bumi dan permukaan laut ( sebagai hujan ) karena grafitasi.
rencana dilakukan dengan analisa frekuensi terhadap data curah hujan harian
faktor tersebut akan dianalisis manakah yang paling berpengaruh terhadap curah
angin (terutama arus samudera yang hangat), dengan posisi relatif terhadap
pegunungan, dan dengan suhu-suhu relatif pada daratan dan samudera yang
berbatasan. Intensitas curah hujan lebih besar untuk kawasan-kawasan yang lebih
Siklus Hidrologi
atmosfer kemudian ke permukaan tanah dan kembali lagi ke laut yang tidak
pernah habis, air akan tertahan (sementara) di sungai, danau/waduk, dalam tanah
sehingga dapat dimanfaatkan oleh manusia atau makhluk lain Siklus hidrologi
merupakan konsep dasar tentang keseimbangan air secara global di bumi. Siklus
ini juga menunjukkan semua hal yang berhubungan dengan air. Dengan
(Kusmadewi, 2012 ).
Siklus terjadinya hujan dapat dimulai dari penyinaran matahari atau biasa
kondensasi akibat dari temperatur atmosfer yang sangat dingin dan terkumpul jadi
berbentuk hujan. Hujan yang mengenai permukaan bumi akan diserap oleh tanah,
sedangkan yang mengenai sungai akan dialirkan kembali ke laut dan akan
hanya dalam waktu kurang dari 5 jam sesudah hujan lebat mulai turun. Biasanya
angkasa, kilat atau petir yang keras, badai tropis atau cuaca karena banjir ini
sangat cepat datangnya, peringatan bahaya kepada penduduk sekitar tempat itu
sangat deras, khususnya bila tanah bantaran sungai rapuh dan tak mampu
menahan cukup banyak air. Kerawanan terhadap banjir dadakan akan meningkat
bila wilayah itu merupakan lereng curam, sungai dangkal dan pertambahan
volume air jauh lebih besar dari pada yang tertampung (Suripin, 2001).
Intensitas Hujan
curah hujan. Distribusi curah hujan adalah berbeda-beda sesuai dengan jangka
waktu yang ditinjau yakni curah hujan tahunan (jumlah curahhujan dalam
setahun), curah hujan bulanan (jumlah curah hujan dalam sebulan), curah hujan
harian (jumlah curah hujan dalam 24jam). Dalam pembahasan data hujan ada 5
mm/menit,mm/jam, mm/hari.
2. Lama waktu (duration) t, adalah lamanya curah hujan (durasi) dalam menit
atau jam.
3. Tinggi hujan adalah jumlah atau banyaknya hujan yang dinyatakan dalam
5. Luas adalah luas geografis curah hujan untuk menghitung intensitas hujan
(Saud, 2007).
Intensitas hujan adalah banyaknya curah hujan yang jatuh per satuan
hujan. Intensitas hujan yang besar, berarti air yang di curahkan jumlahnya banyak
dalam waktu singkat, butiran airnya besar,dan akan menyebabkan erosi lebih
besar lagi, karena limpasan permukaan yang besar, sementara resapan air akan
terhambat (hujan jangka pendek dinyatakan dalam intensitas per jam yang disebut
pada beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS) yang ada di Indonesia. Banjir secara
kerugian bagi manusia. Banjir sangat terkait dengan siklus hidrologi, yaitu banjir
akan terjadi apabila jumlah air hujan yang masuk melebihi kapasitas air yang
keluar sehingga terjadi kelebihan simpanan air (surplus). Masalah banjir pada
umumnya terjadi akibat adanya interaksi berbagai faktor penyebab, baik yang
banjir dan banjir lokal anatara lain adalah: 1. Kurang atau tidak tersedianya
Pada kejadian bencana banjir tersebut faktor penyebab utama banjir adalah
adanya intensitas curah hujan yang tinggi, sehingga kapasitas sungai tidak mampu
daerah sekitarnya. Kejadian tersebut juga terjadi pada bencana banjir. Mengingat
faktor curah hujan merupakan faktor yang dinamis sebagai faktor penyebab banjir
dibandingkan dengan faktor lainnya, seperti faktor kondisi DAS dan saluran
drainase, maka curah hujan sangat menarik untuk terus diteliti (Nugroho, 2002).
Tekanan udara merupakan unsur dan pengendali iklim yang sangat penting
kecepatan dan arah angin, perubahan ini akan pula pada perubahan suhu dan curah
berhubungan sangaterat dengan sistem tekanan udara dan angin. Tekanan udara
Tanah
apabila berada pada kondisi kepadatan dan kadar air tertentu akan memiliki
Pada tanah yang mempunyai bentuk fisik yang berbeda ini diberikan
sebuah nama yang mencerminkan sifat dan ciri yang dominan yang dipunyainya.
pada tanah yang ada pada suatu daerah / negara. Tanah-tanah yang mempunyai
tanah sebagai berikut: tanah humus, tanah liat atau tanah lempung, tanah berpasir
dan tanah vulkanik. Setiap jenis tanah memiliki kemampuan yang berbeda-beda
menyerap air tanah liat dan tanah berpasir sulit menyerap air. Partikel diatas 2,0
lempeng kurang dari 0,002 (Rao, 1994). Berdasarkan ukuran bahan padat tersebut,
tanah digolongkan menjadi 3 partikel yaitu: pasir, debu dan liat. 3 partikel tersebut
dinyatakan dalam persen (%) bersama-sama menyusun tanah disebut tekstur tanah
serap air pada tanah pasir sangat rendah, ini disebabkan karena tanah pasir
tersusun atas 70% partikel tanah berukuran besar (0,02 mm – 2 mm). Tanah pasir
METODE PENELITIAN
Padang Bulan dan Teladan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2017
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dari curah hujan
di tiga lokasi pengukuran (Simalingkar B, Padang Bulan dan Teladan) pada setiap
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah penakar curah hujan
Prosedur
Pengambilan Data
untuk mempelajari pustaka yang berkaitan dengan curah hujan dengan tanah
2. Pengambilan Data
Data diperoleh :
a. Data sekunder
Data sekunder yang diambil intensitas curah hujan setiap hari oleh Pusat
Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) dan data ini dicatat oleh penelitian untuk
intensitas curah hujan setiap hari yang terjadi selama 3 bulan Okotober,
b. Data premier
Lama curah hujan diambil setiap saat terjadi hujan dan dihitung
b. Tinggi genanagan
permukaan tanah
Air meresap ke tanah diambil setiap saat terjadi hujan dan dihitung
d. Analisis data
melihat pengaruh curah hujan terhadap lama resapan air di wilayah kota.
Hasil dari pengukuran lama curah hujan pada tiga lokasi pengukuran
(Simalingkar, Padang Bulan dan Teladan) pada setiap lokasi pengukuran memiliki
nilai yang berbeda-beda, dapat dilihat pada Gambar 1, Gambar 2 dan Gambar 3.
45 Oktober
40 40 November
36 37
35 35 Desember
Lama hujan (menit)
30
28
25
20 20 20
18 18 19 17 18 18 17
15 16
15 15 15 15 15 15 16 15 15
11 12 12 12 12 12
10 10 10 10
8
5 6 5
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728293031
Tanggal
Gambar 1. Lama Hujan di Padang Bulan
100
90 90 Oktober
80 November
Lama Hujan (menit)
70 67 Desember
60 60
50
44
40
30 32
27 26 24 24
20 20 23 20
15 12 15 14 12 14 15 18 17 18
12 12 14 12 15 11 14 14
10 10 7 8 710 9 9 12
4
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728293031
Tanggal
120
100 100
Lama Hujan (menit)
90
80 Oktober
70 November
60
54 50 Desember
40 40
20 24 20 24 20
19 18
12 15 128 10 15 15
12 11 11 9 13 10 10 9 10 17 17
10 10 6
7 6 7 5 7
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728293031
Tanggal
Dari hasil pengamatan dan pengukuran lamanya curah hujan yang telah
dilakukan di tiga lokasi pengukuran dalam tiga bulan (Oktober, November dan
Desember) lamanya curah hujan tertinggi terdapat pada lokasi Teladan pada bulan
pada November.
Dari hasil pengamatan lama curah hujan tertinggi pada lokasi Teladan
yaitu 40.28 menit pada Desember, Sedangkan lama hujan yang terrendah pada
Lama curah hujan pada setiap lokasi pengukuran pada penelitian ini
sangat erat dengan sistem tekanan udara. Hal ini sesuai pernyataan Pradita (2013)
yang menyatakan bahwa tekanan udara merupakan unsur dan pengendali iklim
yang sangat penting bagi kehidupan makhluk di bumi, karena peranannya sebagai
menyebabkan perubahan kecepatan dan arah angin, perubahan ini akan membawa
pula pada perubahan suhu dan curah hujan. Dengan demikian penyebaran curah
hujan di seluruh permukaan bumi berhubungan sangat erat dengan sistem tekanan
tempat.
B. Tinggi Genangan
Tinggi genangan pada tiga lokasi pengukuran memiliki nilai yang berbeda-
beda. Tinggi hujan pada setiap lokasi dapat dilihat pada Gambar 4, Gambar 5 dan
Gambar 6.
200
180 180 Oktober
170
160
Tinggi Genangan (mm)
November
140
Desember
120
100
90 90
80 80
70
60 60 63 57 60 60
56 50 55 56 50 50 50
48 45 40
40 40 40 40 40
30 30 25 30 3035 35 30
20 20 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728293031
Tanggal
Gambar 4. Tinggi genangan di Simalingkar B
140
Oktober
120 120 November
Desember
Tinggi genangan (mm)
100
90 87 90 90
80 80 80 77 75
70
65
60 60 60 57 60
55 54 56
50 50 50 50 50 50
45 42 40 40 42
40 40 40 40
30
20 20 20 17 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728293031
Tanggal
160
150 Oktober
140 140 November
Desember
Tinggi genangan (mm)
120
110 110
100 100
93 91 90 90
86 87 85
80 80 80
70 70 70 71 72 70
67 65
60 57
50 49 50 49
40
28 30 30 32
30 30 30
20 20 20 20 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728293031
Tanggal
Dari hasil pengamatan dan pengukuran tinggi hujan yang telah dilakukan
di tiga lokasi pengukuran dalam tiga bulan (Oktober, November dan Desember)
tinggi genangan tertinggi terdapat pada lokasi Padang Bulan pada bulan yaitu
Pada lokasi pengukuran pada penelitian ini lokasi yang memiliki tinggi
daerah yang sering mengalami tinggi hujan yang tinggi. Hasil penelitian Rambe
tersebut yaitu curah hujan, penggunaan lahan (jenis penggunaan lahan di daerah
tersebut adalah pemukiman, persawahan, tubuh air dan kebun campuran) dimana
pemukiman merupakan penggunaan lahan yang paling luas dan saluran drainase
(belum tersedianya drainase yang belum memadai terlihat dari kapasitas saluran
Bulan dan Teladan) pada setiap lokasi pengukuran memiliki nilai yang berbeda-
70
60 60 Oktober
58
Intensitas curah hujan mm/jam
November
50
Desember
40
36
33 34
30 32 31
27 27 28
24 25
22 22 23
20 20 21 20 20 20
18 19
16 15 16 16
14
10 12 12
1010 10 10
7 7 8
0 2
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728293031
Tanggal
140
Oktober
Intensitas curah hujan mm/jam
80
66 62
60 58 55 5255 55
50 48
40 4238 40 41
34 37 33 34
28 30 29 32
20 21 23 20 19 19 22 20
1215 129 13 10 1314
5
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728293031
Tanggal
80
75 Oktober
70 70
Intensitas curah hujan mm/jam November
60 60
55 Desember
50 52 50 51
44
40
37
34
30 29 30
25 27 29 25 25 25
20 20 22
21 22
19 19 19 19 17
15 15 16
10 11 12 11 12
7 9 8
0 2
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728293031
Tanggal
Dari hasil pengamatan dan pengukuran intensitas curah hujan yang telah
dalam tiga bulan (Oktober, November dan Desember) intensitas curah hujan
tertinggi terdapat di Padang Bulan pada bulan Oktober yaitu 51.4 mm/jam
Intensitas curah hujan merupakan besarnya hujan harian yang terjadi pada
suatu waktu yang memiliki satuan mm/jam dan mm/perhari. Pada penelitian ini
Intensitas curah hujan pada tiga lokasi pengukuran (Simalingkar B, padang Bulan
dan Teladan) dalam tiga bulan (Oktober, November dan Desember) dapat dibagi
menjadi empat kategori kriteria hujan (hujan ringan, hujan sedang, hujan lebat dan
sagat lebat).
hujan ringan, hujan sedang dan hujan lebat. Hujan ringan terjadi sebanyak 9 kali,
hujan edang terjadi sebanyak 4 kali dan hujan lebat terjadi sebanyak 2 kali. Pada
bulan November terdapat tiga kriteria hujan yaitu hujan ringan, hujan sedang dan
hujan lebat hujan. Hujan ringan terjadi sebanyak 3 kali , hujan sedang terjadi
hujan sebanyak 11 kali dan hujan lebat terjadi sebanyak 1 kali. Pada bulan
Desember terdapat dua kriteria hujan yaitu hujan ringan dan hujan sedang. Hujan
Di Padang Bulan pada bulan Oktober terdapat tiga kriteria hujan yaitu
hujan ringan, hujan sedang dan hujan lebat. Hujan ringan terjadi sebanyak 5 kali,
hujan sedang terjadi sebanyak 4 kali dan hujan lebat terjadi sebanyak 4 kali. Pada
bulan November terdapat 3 kriteria hujan yaitu hujan ringan, hujan sedang dan
lebat. Hujan ringan terjadi sebanyak 3 kali, hujan sedang terjadi sebanyak 11 kali
dan hujan lebat terjadi sebanyak 3 kali. Pada bulan Desember terdapat 4 kriteria
hujan yaitu hujan ringan, hujan sedang, hujan lebat dan hujan sangat lebat. Hujan
ringan terjadi sebanyak 3 kali, hujan sedang terjadi sebanyak 2 kali, hujan lebat
terjadi sebanyak 1 kali dan hujan sangat lebat terjadi sebanyak 1 kali.
Di Teladan pada bulan Oktober terdapat tiga kriteria hujan yaitu hujan
ringan, hujan sedang dan lebat. Hujan ringan terjadi sebanyak 8 kali, hujan sedang
terjadi sebanyak 7 kali, dan hujan lebat terjadi sebanyak 3. Pada bulan November
terdapat tiga kriteria hujan yaitu hujan ringan, hujan sedang dan hujan lebat.
Hujan ringan terjadi sebanyak 7 kali, hujan sedang terjadi sebanyak 6 kali dan
hujan lebat terjadi sebanyak 2. Pada bulan Desember terdapat tiga kriteria hujan
yaitu hujan ringan , hujan sedan dan lebat. Hujan ringan terjadi sebanyak 1 kali
hujan sedang terjadi sebanyak 3 kali dan hujan sangat lebat terjadi sebanyak 3
kali.
dan lama genangan meresap ke dalam tanah pada tiga lokasi pengukuran
(Simalingkar, Padang Bulan dan Teladan) pada tiga bulan (Oktober. November,
Desember) diperoleh bahwa lama hujan hujan terdapat di Padang Bulan yaitu
dari hasil yang diperoleh bahwa keterkaitan antara tinngi geanagan dan
penting harus diperhatikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Asdak (1995) yang
beberapa sifat hujan yangpenting untuk untuk diperhatikan, antara lain adalah
intensitas hujan (I), lama hujan (t), dan tinggi hujan. Intensitas hujan adalah tinggi
atau kedalaman air hujan per satuan waktu. Dengan kata lain bahwa intensitas
curah hujan menyatakan besarnya curah hujan dalam jangka pendek yang
berhenti.
Hasil pengukuran lama genangan meresap ke dalam tanah pada tiga lokasi
Oktober
November
Lama enangan meresap ke tanah ( menit)
Desember
18
17 17
16 16
1515 15 15
14 14
13
12 12 12 12 12
1111 11 11
10 10 10
9 9
8 8 8 8 8
7 7
6 6 6 6
5 5
4 4 4
3 3
2
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728293031
Tanggal
25
Lama genangan meresap ke tanah (menit)
Oktober
20 20
November
17
16 16
15 15 Desember
12
11 11 11
10 10 10
9 9 9
8 8 8 8 8
7 7 7 7
6 6
5 5 5
4 4
3 3 3 3 3 3
2 2 2
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728293031
Tanggal
Bulan dan Teladan) dalam tiga bulan (Oktober, November dan Desember) nilai
meresap terlama terdapat di pada Padang Bulan yaitu 11 menit menit sedangkan
nilai meresap tercepat terdapat di Teladan pada bulan November yaitu 6 menit.
Proses terjadinya banjir disebabkan dua faktor yaitu faktor pertama karena
faktor alami, seperti intensitas hujan yang tinggi dan karakteristik daerah yang
berupa daerah cekungaan, kedua faktor bukam alami seperti mengurangi daerah
Dari tiga lokasi yang di teliti menurut Subagyo dalam Syaputra (2013)
sebagian besar sub ordo tanah Ultisol di Sumatera terdiri atas Udults dan Aquults.
Tanah ultisol di wilayah Sumatera Utara terdiri berapa sub diantaranya adalah
Typic hapludults dan Typic Paleudults. Tanah ultisol merupakan salah satu jenis
tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas. Ultisol dapat berkembang dari
berbagai bahan induk, yang bersifat masam hingga basa. Namun sebagian besar
bahan induk tanah ini adalah batuan sedimen masam. Ciri morfologi yang penting
pada ultisol adanya peningkatan fraksi liat dalam jumlah tertentu pada horzin.
Tanah ultisol umumnya mempunyai nilai kejenuhan basa < 35%, karena batas ini
merupakan salah satu syarat untuk klasifikasi tanah ultisol. Ultisol dicirikan oleh
adanya akumulasi liat pada horizon bawah permukaan sehingga mengurangi daya
serap air dan meningkatkan aliran permukaan dan erosi tanah karena kesuburan
tanah ultisol berada pada kandungan bahan organik pada lapisan atas.
Infiltrasi adalah suatu proses masuknya air, baik air hujan maupun air
irigasi dari permukaan tanah ke dalam permukaan tanah karena daerah penelitian
ini pembentukaan tanahnya berasal dari jenis tanah Ultisol. Dari yang diatas
dapat disimpulkan bahwa kondisi tanah di kota memiliki jenis tanah yang sama
dengan kondisi tanah di hutan dimana jenis tanahnya ialah tanah ultisol. Namun
bangunan rumah disebabkan daya serap air sudah semakin berkurang apabila
terjadi hujan dengan intensitas cukup tinggi dan dengan durasi yang lama maka
tanah tidak dapat meloloskan air ke dalam tanah karena telah jenuh sehingga
mengakibatkan banjir. Kondisi ini dipengaruh oleh tidak adanya resapan air warga
menyemen perkarangan rumah sehingga semua air yang turun akan menyalurkan
dengan baik maka menghambat dalam penyalurannya sehingga air huan meluapm
karena akar-akarnya dapat mengikat partikel. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Tolaka dkk (2013) yang menyatakan bhawa ,Hutan dan vegetasinya memperan
akarnya dapat mengikat partikel-partikel tanah dan juga mampu menahan daya
penghancuran tanah dapat dicegah. Selain itu serasah yang berasal dari daun-
daunnya dapat meningkatkan kandungan bahn organic tanah. Hal inilah yang
Kesimpulan
Padang Bulan dan Teladan) diperoleh dengan lama curah hujan, tinggi genangan
dan lama air meresap ke tanah menyebabkan terjadinya banjir pada tanggal 4
Saran
dengan jumlah data hujan dan stasiun yang lebih banyak lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Bambang, D.P., Budi. 1999. Teknik Jaringan Syaraf Tiruan Feedforward Untuk
Prediksi Harga Saham pada Pasar Modal Indonesia. Jurnal Informatika.
Program Pascasarjana Peran Teknik Kendali, Institut Teknologi Bandung.
1 (1): 33-37.
Budi, dan Warsito, S. S. (2007). Prediksi Curah Hujan Kota Semarang Dengan
Feedforward Neural Network Menggunakan Algoritma Quasi newton
BPFGS Dan Levenberg- Marquardt.[Skripsi]. 3(2): 1907- 1878.
Darmawan, M. S., Suprajak. 2013 Analisis Tingkat Risiko Bencana Banjir Pada
Kawasan Permukiman (Studi Kasus: Kelurahan Cengkareng Timur dan
Kapuk). Universitas Esa Unggul dan Badan Informasi Geospasial (BIG).
Dwiyanto, A. 2009. Kuantitas Dan Kualitas Ruang Terbuka Hijau Di Permukiman
Perkotaan. Jurnal Teknik Arsitektur. Universitas Dipenogoro. Semarang.
3 ( 2) : 561-567.
Handayani, Y, L., Andy, H dan Hadie, S. 2007. Pemilihan Metode Intensita Hujan
yang Sesuai Dengan Karakteristik Stasiun Pekanbaru. Jurnal Teknik
Sipil. Universitas Riau. 1(1) : 1-15.
Mahanani, U.A. E., Fahrudin, Nurlina. 2015. Penerapan logika Fuzzy Untuk
Memperdeksi Cuaca Harian Di Bandar Baru. Program Studi Fisika
FMIPA Universitas Lambung Mangkurat. Jurnal Fisika Flux. 1(2): 13-19.
Samsoedin, I., Dharmawan, S., dan Siregar, A. 2009. Potensi Biomasa Karbon
Hutan Alam Dan Hutan Bekas Tebangan Setelah 30 Tahun Di Hutan.
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. Kalimantan Timur. 6(1) :
47-56.
Setyowati, D. I. 2008. Iklim Mikro Dan Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Di Kota
Semarang. 1(3) : 127-130
Sundari, E. 2005. Studi Untuk Menentukan Fungsi Hutan Kota Dalam Masalah
Lingkungan Perkotaan. Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota.
Tolaka, W. Wardah., Rahmawati. 2013. Sifat Fisik Tanah Pada Hutan Premier,
Agroforestri Dan Kabun Kakao Di Subdas Saluopa Desa Leboni Kecamatan
Pamona Puselemba Kabupaten Poso.Fakultas Kehutana. Universitas
Tadulako. 1(1) : 5-25
Utomo, P. 2004. Daya Dukung Ultimit Pondasi Dangkal Di Atas Tanah Pasir
Yang Diperkuat Geogrid. Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil,
Universitas Tadulako, Palu, Sulawesi Tengah. 6(1) : 15-20.
LAMPIRAN
CURAH HUJAN
PUSAT PENELITIAN : Puslit Kelapa
Kebun
KELAPA SAWIT Sawit
Simalingkar
MEDAN : Puslit Kelapa
Maskapai
Sawit
Tgl. Okto. Nop. Des. Catatan
1 2 0 12
2 56 0 20
3 10 18 16
4 0 21 10
5 0 14 12
6 0 32 0
7 15 20 0
8 0 27 17
9 7 0 0
10 15 0 0
11 10 0 0
12 8 16 0
13 10 27 0
14 22 33 0
15 0 24 0
16 0 0 0
17 0 0 0
18 0 0 0
19 58 0 28
20 0 0 0
21 0 20 0
22 0 34 0
23 0 0 0
24 22 0 0
25 0 60 0
26 20 0 0
27 16 0 0
28 0 25 0
29 19 31 0
30 23 0 0
31 0 0 0
Rata-rata 21.2 26.8 16.4
Keterangan
-- = curah
hujan tidak
-- = curah
0=tiada dicatat
hujan tidak
hujan dan kurang
dicatat
dari 0,5
mm
CURAH HUJAN
PUSAT PENELITIAN : Puslit Kelapa
Kebun
KELAPA SAWIT Sawit Padang
MEDAN : Puslit Kelapa Bulan
Maskapai
Sawit
Tgl. Okto. Nop. Des. Catatan
1 23 0 12
2 40 0 15
3 23 42 34
4 0 38 28
5 0 55 9
6 50 41 0
7 0 20 0
8 40 13 118
9 0 0 0
10 25 0 0
11 36 0 0
12 0 55 0
13 0 0 0
14 0 30 0
15 48 0 0
16 28 0 0
17 68 0 0
18 0 0 0
19 80 0 55
20 44 0 0
21 0 0 0
22 0 29 0
23 22 57 0
24 0 0 0
25 0 33 0
26 66 29 0
27 0 0 0
28 0 13 0
29 52 20 0
30 86 34 0
31 17 0 0
Rata-rata 47.5 33.9 38.7
Keterangan
-- = curah
hujan tidak
-- = curah
0=tiada dicatat
hujan tidak
hujan dan kurang
dicatat
dari 0,5
mm
CURAH HUJAN
PUSAT PENELITIAN : Puslit Kelapa
Kebun
KELAPA SAWIT Sawit
Teladan
MEDAN : Puslit Kelapa
Maskapai
Sawit
Tgl. Okto. Nop. Des. Catatan
1 2 0 75
2 20 0 19
3 19 15 44
4 11 29 52
5 0 22 21
6 0 55 0
7 70 15 0
8 50 11 34
9 0 0 0
10 0 0 0
11 0 0 0
12 19 51 0
13 37 27 0
14 29 0 0
15 0 19 0
16 0 0 0
17 25 0 0
18 0 0 0
19 0 0 20
20 0 0 0
21 0 30 0
22 17 8 0
23 12 0 0
24 7 0 0
25 9 12 0
26 15 0 0
27 25 11 0
28 22 16 0
29 0 25 0
30 0 0 0
31 0 0 0
Rata-rata 22.8 23 37.8
Keterangan
-- = curah
hujan tidak
-- = curah
0=tiada dicatat
hujan tidak
hujan dan kurang
dicatat
dari 0,5
mm
Tabel 1.1. Data Curah Hujan Harian Pada Bulan Oktober di Simalingkar
Tinggi Lama
Lama Hujan
Tgl. Genangan Genangan
(menit)
(mm) (menit)
(menit)
1 40 180 15
2 6 30 15
3 12 48 11
4 0 0 0
5 0 0 0
6 0 0 0
7 15 55 12
8 0 0 0
9 15 24 10
10 0 0 0
11 10 30 15
12 8 20 9
13 10 50 8
14 10 70 9
15 0 0 0
16 0 0 0
17 0 0 0
18 0 0 0
19 0 0 0
20 0 0 0
21 0 0 0
22 0 0 0
23 0 0 0
24 17 50 17
25 0 0 0
26 12 40 14
27 5 30 4
28 0 0 0
29 15 40 7
30 15 60 8
31 0 0 0
Rata-rata 13.571 51.929 10.57
Tinggi
Lama Hujan Lama
Tgl. Genangan
(menit) Genangan
(mm)
(menit)
1 0 0 0
2 0 0 0
3 26 40 6
4 18 60 11
5 15 50 8
6 24 80 17
7 18 63 10
8 19 40 13
9 0 0 0
10 0 0 0
11 0 0 0
12 16 57 11
13 12 40 5
14 17 30 6
15 12 35 4
16 0 0 0
17 0 0 0
18 0 0 0
19 0 0 0
20 0 0 0
21 24 50 12
22 18 90 16
23 0 0 0
24 0 0 0
25 20 60 6
26 0 0 0
27 0 0 0
28 12 45 12
29 20 70 11
30 0 0 0
31 0 0 0
Rata-rata 18.067 54 9.8
Tabel 1.3. Data Curah Hujan Harian Pada Bulan Desember di Simalingkar
Tinggi
Lama Hujan Lama
Tgl. Genangan
(menit) Genangan
(mm)
(menit)
1 11 30 3
2 36 56 12
3 15 25 5
4 37 90 15
5 35 170 3
6 0 0 0
7 0 0 0
8 15 35 8
9 0 0 0
10 0 0 0
11 0 0 0
12 0 0 0
13 0 0 0
14 0 0 0
15 0 0 0
16 0 0 0
17 0 0 0
18 0 0 0
19 18 56 7
20 0 0 0
21 0 0 0
22 0 0 0
23 0 0 0
24 0 0 0
25 0 0 0
26 0 0 0
27 0 0 0
28 0 0 0
29 0 0 0
30 0 0 0
31 0 0 0
Rata-rata 23.857 66 7.57
Tabel 2.1. Data Curah Hujan Harian Pada Bulan Oktober di Padang bulan
Tinggi
Lama Hujan Lama
Tgl. Genangan
(menit) Genangan
(mm)
(menit)
1 15 45 5
2 12 50 7
3 60 55 13
4 0 0 0
5 0 0 0
6 7 20 3
7 0 0 0
8 10 50 6
9 0 0 0
10 15 30 2
11 24 60 10
12 0 0 0
13 0 0 0
14 0 0 0
15 12 50 5
16 17 80 14
17 12 50 5
18 0 0 0
19 23 54 9
20 14 40 5
21 0 0 0
22 0 0 0
23 12 40 8
24 0 0 0
25 0 0 0
26 11 50 8
27 0 0 0
28 0 0 0
29 18 56 7
30 32 165 17
31 14 75 15
Rata-rata 19.25 60.625 8.17
Tabel 2.2. Data Curah Hujan Harian Pada Bulan November di Padang bulan
Tinggi
Lama Hujan Lama
Tgl. Genangan
(menit) Genangan
(mm)
(menit)
1 0 0 0
2 0 0 0
3 15 42 5
4 14 80 30
5 10 40 3
6 12 50 5
7 8 60 8
8 7 20 3
9 0 0 0
10 0 0 0
11 0 0 0
12 0 0 0
13 9 57 8
14 0 0 0
15 18 42 4
16 0 0 0
17 0 0 0
18 0 0 0
19 0 0 0
20 0 0 0
21 0 0 0
22 4 20 3
23 15 90 17
24 0 0 0
25 24 60 11
26 9 40 7
27 0 0 0
28 12 77 13
29 14 26 5
30 24 90 16
31 0 0 0
Rata-rata 12.2 53.933 9.2
Tabel 2.3. Data Curah Hujan Harian Pada Bulan Desember di Padang bulan
Tinggi
Lama Hujan Lama
Tgl. Genangan
(menit) Genangan
(mm)
(menit)
1 90 90 9
2 27 120 17
3 67 97 11
4 20 40 5
5 44 88 10
6 0 0 0
7 0 0 0
8 14 70 8
9 0 0 0
10 0 0 0
11 0 0 0
12 0 0 0
13 0 0 0
14 0 0 0
15 0 0 0
16 0 0 0
17 0 0 0
18 0 0 0
19 20 67 8
20 0 0 0
21 0 0 0
22 0 0 0
23 0 0 0
24 0 0 0
25 0 0 0
26 0 0 0
27 0 0 0
28 0 0 0
29 0 0 0
30 0 0 0
31 0 0 0
Rata-rata 40.286 81.714 9.71
Tabel 3.1. Data Curah Hujan Harian Pada Bulan Oktober di Teladan
Tinggi
Lama Hujan Lama
Tgl. Genangan
(menit) Genangan
(mm)
(menit)
1 12 50 5
2 15 70 7
3 24 80 7
4 18 87 8
5 0 0 0
6 0 0 0
7 12 91 8
8 17 80 10
9 0 0 0
10 0 0 0
11 0 0 0
12 11 90 8
13 11 30 3
14 90 150 15
15 0 0 0
16 0 0 0
17 9 71 11
18 0 0 0
19 0 0 0
20 0 0 0
21 0 0 0
22 13 20 3
23 10 50 4
24 10 67 5
25 9 90 17
26 15 65 12
27 10 72 10
28 17 85 9
29 0 0 0
30 0 0 0
31 0 0 0
Rata-rata 17.824 73.412 8.3
Tabel 3.2. Data Curah Hujan Harian Pada Bulan November di Teladan
Tinggi
Lama Hujan Lama
Tgl. Genangan
(menit) Genangan
(mm)
(menit)
1 0 0 0
2 0 0 0
3 12 70 7
4 40 140 20
5 10 20 2
6 15 70 6
7 18 100 16
8 6 20 2
9 0 0 0
10 0 0 0
11 0 0 0
12 7 30 3
13 5 32 2
14 0 0 0
15 7 57 7
16 0 0 0
17 0 0 0
18 0 0 0
19 0 0 0
20 0 0 0
21 20 110 11
22 19 30 3
23 0 0 0
24 0 0 0
25 0 0 9
26 0 0 0
27 10 49 3
28 17 70 6
29 6 30 3
30 0 0 0
31 0 0 0
Rata-rata 13.714 59.142 6.6
Tabel 3.3. Data Curah Hujan Harian Pada Bulan Desember di Teladan
Tinggi Lama
Lama Hujan
Tgl. Genangan Genangan
(menit)
(mm) (menit)
1 100 110 16
2 54 86 11
3 70 93 8
4 8 28 4
5 20 30 3
6 0 0 0
7 0 0 0
8 50 49 7
9 0 0 0
10 0 0 0
11 0 0 0
12 0 0 0
13 0 0 0
14 0 0 0
15 0 0 0
16 0 0 0
17 0 0 0
18 0 0 0
19 24 40 8
20 0 0 0
21 0 0 0
22 0 0 0
23 0 0 0
24 0 0 0
25 0 0 0
26 0 0 0
27 0 0 0
28 0 0 0
29 0 0 0
30 0 0 0
31 0 0 0
Rata-rata 46.571 62.285 8.14