Anda di halaman 1dari 56

CURAH HUJAN DAN DAMPAK TERHADAP POTENSI

BANJIR DI KOTA MEDAN PROVINSI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

JULIANA ROSMAWATI MARPAUNG


141201011

DEPARTEMEN BUDIDAYA HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018

Universitas Sumatera Utara


CURAH HUJAN DAN DAMPAK TERHADAP POTENSI
BANJIR DI KOTA MEDAN PROVINSI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

OLEH:

JULIANA ROSMAWATI MARPAUNG


141201011

DEPARTEMEN BUDIDAYA HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018

Universitas Sumatera Utara


CURAH HUJAN DAN DAMPAK TERHADAP POTENSI
BANJIR DI KOTA MEDAN PROVINSI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Oleh:

JULIANA ROSMAWATI MARPAUNG


141201011

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


gelar Sarjana di Fakultas Kehutanan
Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN BUDIDAYA HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT

JULIANA ROSMAWATI MARPAUNG. Rainfall and Impact to Potency Flooding


in Medan City North Sumatra Province. Supervised by BUDI UTOMO AND
AFIFUDDIN DALIMUNTHE.

Rain is strongly influenced by the area's topography and conditions so the


situation is very different for each region. High rainfall causes water overflowed in
several rivers causing flooding . The purpose of this study to know linkage bulk
data related to urban flooding. This research was conducted in October -
December 2017 in the Simalingkar B area, Padang Bulan and Teladan. This study
observes the duration of rain, the height of the inundation, the length of inundation
to the soil and the intensity of rainfall. The results of this study indicate that the
occurrence of rainfall in urban areas from all parameters get daily rainfall criteria
data . The occurrence of rainfall in the city of Medan in three locations
(Simalingkar, Padang Bulan and Teladan) was obtained by the length of rainfall,
the height of the inundation and the length of water seeping into the soil causing
flooding on 4 November 2017 at the location of Padang Bulan.

Keywords: Urban forest, rainfall, Medan flood

i
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK

JULIANA ROSMAWATI MARPAUNG. Curah Hujan dan Dampak Terhadap


Potensi Banjir di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara. Dibimbing oleh BUDI
UTOMO DAN AFIFUDDIN DALIMUNTHE.

Hujan sangat dipengaruhi oleh iklim dan keadaan topografi daerah


sehingga keadaanya sangat berbeda untuk masing-masing daerah. Curah hujan yang
tinggi menyebabkan air meluap di beberapa sungai sehingga menyebabkan banjir.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui keterkaitan data curah berkaitan
dengan banjir perkotaan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober - Desember
2017 di Daerah Simalingkar B, Padang Bulan dan Teladan. Penelitian ini
pengamatin lama hujan, tinggi genangan, lama genangan meresap ke tanah dan
intensitas curah hujan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terjadinya curah
hujan di perkotaan dari semua parameter mendapatkan data kriteria curah hujan
harian. Terjadinya curah hujan di kota Medan pada tiga lokasi (Simalingkar,
Padang Bulan dan Teladan) diperoleh dengan lama curah hujan, tinggi genangan
dan lama air meresap ke tanah menyebabkan terjadinya banjir pada tanggal 4
November 2017 pada lokasi Padang Bulan.

Kata kunci : Hutan kota, curah hujan, banjir Medan

ii
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Bandar Selamat, Kecamatan Tanjung Siram,

Kabupaten Labuhanbatu Selatan pada tanggal 06 Juli 1994. Ayahanda saya

bernama Mustar Marpaung dan Ibu Kartini Br Tambunan. Penulis merupakan anak

kedua dari tiga bersaudara. Saat penulis berusia 8 tahun, penulis berserta keluarga

pindah ke Singmbal, Kecamatan Rantau Selatan, Kabupaten Labuhanbatu.

Penulis menempuh pendidikan di SD Inpers 115525 Sigambal dan lulus

pada 2008. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah menengah

Pertama (SMP) Negeri 1 R`antau Selatan dan lulus ada tahun 2011. Tahun yang

sama penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1

Rantau Selatan dan lulus tahun 2014 dan pada tahun yang sama juga penulis

diterima sebagai Mahasiswa di Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara melalui jalur ujian Seleksi Nasional Masuk Perguruan

Tinggi Negeri (SNMPTN) yang kini telah berubah status menjadi Fakultas

Kehutanan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif mengikuti organisasi sebagai

anggota Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS) di Program Studi Kehutanan.

Penulis Melaksanakan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Desa Sei

Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Deli Serdang dari tanggal 1 sampai

10 Agustus 2016. Penulis juga melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di

perum Perhutani KPH Bandung Utara pada tanggal 28 Januari sampai 3 Maret

2018.

iii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

rahmatNya penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian ini. Penelitian ini

merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi

Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara. Judul dari penelitian

ini adalah “Curah Hujan dan Dampak terhadap Potensi Banjir di Kota Medan

Provinsi Sumatera Utara”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama curah hujan,

tinggi genangan dan lama air meresap ke tanah terhadap wilayah kota Medan.

Penulis banyak menerima bimbingan, motivasi, saran dan juga doa dari berbagai

pihak selama penulisan skripsi ini. Teristimewa ucapan terimakasih penulis kepada

kedua orang tua penulis yang penulis sangat cintai yaitu ayahanda Mustar

Marpaung dan Ibunda Kartini Br Tambunan yang telah membesarkan, memelihara,

mendidik, memberikan kasih sayang, doa, nasehat dan dukungan kepada penulis

sampai saat ini.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada

1. Dr Budi Utomo, S.P., M.P dan Afifuddin Dalimunthe, S.P, M.P selaku ketua

dan anggota komisi pembimbing yang telah banyak membimbing dan

memberikan saran dan dukungan dalam menyelesaikan penelitian ini.

2. Ibu Dr. Anita Zaitunah, S.Hut., M. Sc dan Dr. Rudi Hartono, S.Hut., M.Si

selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran.

3. Kakak penulis Risma Br Marpaung dan adik penulis Walter Saudin Saudin

Marpaung yang selama ini membantu dan mendoakan penulis selama proses

penelitian hingga saat ini.

iv
Universitas Sumatera Utara
4. Sahabat penulis Koje Nasution, Sarah Hasibuhan dan Fajar, yang selalu ada

dalam suka dan duka memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.

5. Sahabat istimewa penulis Jules Rafael Purba yang selalu mendoakan, memberi

motivasi dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi penuli ini.

6. Sahabat Ririn Manurung, Surti, Fifi Simbolon, Sri Indah Gulo, Diana

Situmorang dan Hana Sihombing, yang selalu ada dalam suka dan duka

memberikan semangat dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan

penelitian ini.

7. Untuk tim satu dosen pembimbing penulis Yogik Ganda, Fadillah dan Aldy

Bagus, dan tim PKL Fitri Bestari, Sartika Ginting dan Wilda Lubis yang selalu

mendukung dan membeikan semangat kepada penulis.

8. Alumni HUT A 2014 dan teman-teman seperjuangan yang tak data disebutkan

satu per satu di sini yang selalu memberikan semangat dan dukungan kepada

penulis.

9. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada staf pengajar dan pegawai di

Program Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara, serta

yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini juga masih banyak terdapat

kekurangan serta keterbatasan dan masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu,

penulis mengharapkan kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini.

v
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRACT ........................................................................................... i
ABSTRAK ............................................................................................. ii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ............................................................................ iv

DAFTAR TABEL ................................................................................. v

DAFTAR GRAFIK ............................................................................... vi

PENDAHULUAN...................................................................................
LatarBelakang............................................................................ 1
Tujuan Penelitian ...................................................................... 2
Manfaat Penelitian .................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA
Deskripsi Kota Medan ............................................................... 3
Masalah Perkotaan..................................................................... 4
Curah Hujan ............................................................................... 6
Data curah Hujan ....................................................................... 7
Siklus Hidrologi ......................................................................... 7
Intensitas Hujan ......................................................................... 9
Tanah ......................................................................................... 11

BAHAN DAN METODE


Lokasi dan Waktu ...................................................................... 14
Bahan dan Alat .......................................................................... 14
Prosdur ...................................................................................... 14
Pengamatan Data ....................................................................... 15

HASIL DAN PEMBAHASAN


Lama Curah Hujan..................................................................... 15
Tinggi Genangan ......................................... ............................. 17
Intensitas Curah Hujan ............................................................. 19
Lama hujan meresap ke tanah ................................................... 24

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan ............................................................................... 29
Saran ......................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

No. Halaman
1. Pengolahan Data...................................................................................... 14

2. Rata-rata lama hujan di tiga lokasi (Simalingkar B, Padang Bulan


dan Teladan) ............................................................................................. 16

3. Rata-rata tinggi genangan di tiga lokasi (Simalingkar B, Padang Bulan


dan Teladan) ........................................................................................... 19

4. Kriteria hujan ............................................................................................ 22

5. Rata-rata intensitas curah hujan di tiga lokasi (Simalingkar B,


Padang Bulan dan Teladan) .................................................................... 26

6. Rata-rata lama hujan meresap ke tanah di tiga lokasi (Simalingkar B,


Padang Bulan dan Teladan) ..................................................................... 26

vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

No. Halaman
1. Lama Hujan di Simalingkar B............................................................. 15
2. Lama Hujan di Padang Bulan ............................................................ 15
3. Lama Hujan di Teladan ....................................................................... 16
4. Tinggi Genangan di Simalingkar B..................................................... 17
5. Tinggi Genangan di Padang Bulan ..................................................... 18
6. Tinggi Genangan di Teladan ............................................................... 18
7. Intensitas Curah Hujan Simalingkar B ............................................... 20
8. Intensitas Curah Hujan Padang Bulan................................................. 20
9. Intensitas Curah HujanTeladan ........................................................... 21
10. Lama Hujan Meresap ke Tanah Simalingkar B ................................. 24
11. Lama Hujan Meresap ke Tanah Padang Bulan .................................. 25
12. Lama Hujan Meresap ke Tanah Teladan ............................................ 25

viii
Universitas Sumatera Utara
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di Indonesia, perubahan iklim ditunjukkan oleh adanya 4 hal, yaitu: (a)

Peningkatan suhu rata-rata per tahunnya sekitar 0,3 C, (b) Curah hujan tahunan

cenderung menurun sekitar 2-3%, (c) Berubahnya rata-rata curah hujan, di

wilayah bagian selatan Indonesia cenderung menurun dan di bagian utara

cenderung meningkat, (d) Terjadi pergeseran musim (penghujan dan kemarau).

Pada musim hujan di wilayah selatan Indonesia semakin basah, sedangkan

wilayah utara semakin kering pada musim kemarau (Boer dan Faqih, 2004).

Dimana iklim salah satu komponen ekosistem alam, sehingga kehidupan

manusia sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim. Iklim muncul setelah

berlangsung suatu proses fisik dan dinamis yang kompleks yang terjadi di

atmosfer bumi. Belakangan ini isu tetang perubahan iklim semakin menghangat

seiring dengan semakin seringnya terjadi cuaca ekstrim.

Peningkatan suhu global akan mempengaruhi pola iklim dunia, merubah

distribusi hujan, arah dan kecepatan angin. Semua ini akan secara langsung

berbagai bentuk kehidupan di permukaan bumi, sebagai contoh, berkembangnya

berbagai jenis penyakit pada manusia, hewan dan tumbuhan; pengaruh terhadap

produktivitas tumbuhan; kekeringan, banjir dan sebagainya.

Perlu diingat bahwa perubahan iklim tidak terjadi tiba-tiba, peristiwa ini

terjadi oleh berbagai sebab, Global Warming adalah penyebab terjadinya

perubahan iklim, yang juga di pengaruhi oleh aktivitas manusia, terlebih aktivitas

manusia yang mengarah kepada pengrusakan lingkungan seperti penabangan

hutan, pembangunan pemukiman di daerah resapan air, membuang limbah pabrik

Universitas Sumatera Utara


2

sembarangan, dan lain sebagainya. Aktivitas-aktivitas manusia yang tidak

memperdulikan lingkungan membuat bumi semakin tidak ramah kepada manusia

dan menjadikan bumi semakin tidak nyaman ditempati lagi

Hujan sangat dipengaruhi oleh iklim dan keadaan topografi daerah

sehingga keadaanya sangat berbeda untuk masing-masing daerah. Curah hujan

yang tinggi menyebabkan air meluap di beberapa sungai sehingga menyebabkan

banjir. Selain itu, kurangnya sosialisasi dari pemerintah mengenai larangan

mendirikan bangunan di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS), juga ditenggarai

sebagai penyebab banjir tersebut. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi curah

hujan di kota Medan yaitu kelembaban udara, tekanan udara, kecepatan angin dan

suhu udara (Marni dan Jumarang, 2016).

Hal ini berpengaruh dengan keadaan tanah/ jenis tanah yang ada

disekitarnya. Atas dasar latar belakang pemikiran ini, perlunya penelitian

mengenai analisis curah hujan yang ada di wilayah medan yaitu daerah Padang

Bulan, Teladan dan Simalingkar B.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama curah hujan,

tinggi genangan dan lama air meresap ke tanah terhadap wilayah kota Medan.

Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai

curah hujan yang ada di kota Medan.

2. Penelitian ini diharapakan dapat memberikan informasi kepada penelitian

yang mendukung.

Universitas Sumatera Utara


3

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi Kota Medan

Kota Medan adalah ibukota Propinsi Sumatera Utara yang terletak pada

3°27’ - 3°47’ LU dan 98°35’ - 98°BT dengan ketinggian 2,5 – 37,5 m di atas

permukaan laut. Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang di

sebelah Utara, Selatan, Timur dan Barat dan merupakan salah satu dari 30 Daerah

Tingkat II di Sumatera Utara dengan luas 265,10 km². Dari data BPS Kota Medan

(2012) didapatkan jumlah penduduk pada tahun 2011 sebesar 2.117.224 jiwa,

sehingga kepadatan penduduk mencapai 7.987 jiwa/km². Kota ini merupakan

pusat pemerintahan Propinsi Sumatera Utara. Kota Medan beriklim tropis dengan

suhu minimum berkisar antara 22,49°C – 23,97°C dan suhu maksimum berkisar

antara 32,15°C – 34,21°C. Hari hujan per bulan adalah 21,50 hari dengan rata-rata

curah hujan per bulan 18,75 - 216,33 mm.

Wilayah Kota Medan pada saat memasuki masa pancaroba akan

mengalami masa transisi dari musim kemarau kemusim hujan umumnya memiliki

kondisi cuaca yang tidak stabil. Pola-pola cuaca yang menyimpang atau yang

biasa di sebut dengan ekstrim belakangan ini sangat sering terjadi dan

frekuensinya cenderung bertambah. Cuaca ekstrim yang biasa terjadi antara lain :

Angin kencang, suhu udara yang tinggi dengan periodenya yang singkat kadang-

kadang disertai dengan angin puting beliung dan curah hujan dengan intensitas

tinggi yang dapat mengakibatkan terjadinya banjir dan longsor. Cuaca ekstrim

dapat mengancam manusia dan mengakibatkan kerugian harta benda bahkan

korban jiwa (Budi dan Warsito, 2007).

Universitas Sumatera Utara


4

Masalah perkotaan

Masalah perkotaan pada saat ini telah menjadi masalah yang sulit untuk

diatasi. Perkembangan teknologi maupun infrastruktur membawa konsekuensi

negatif pada beberapa aspek, salah satunya aspek lingkungan. Awalnya, pada

tahap perkembangan kota, sebagian besar lahan di daerah perkotaan merupakan

ruang terbuka hijau. Namun seiring perkembangan zaman dan pertumbuhan

penduduk, kebutuhan ruang untuk menampung penduduk dan aktivitasnya

mengakibatkan alih fungsi lahan yang tadinya ruang terbuka hijau menjadi

kawasan terbangun (Adisasmita dan Rahardjo, 2013).

Cuaca ekstrim adalah keadaan atau fenomena kondisi cuaca di atas normal

terjadi di suatu wilayah tertentu berskala jangka pendek, misalnya suhu rata-rata

33°C, kemudian suhu menjadi 33-47°C, curah hujan melebihi 100 mm, angin

dengan kecepatan >34 knot. Walaupun Indonesia diuntungkan dengan letaknya

yang tepat di khatulistiwa, ternyata menyimpan potensi bencana yang sangat

kompleks. Kondisi cuaca ekstrim sangat berdampak terhadap timbulnya bencana

sehingga perlu diantisipasi. Beberapa studi tentang penerapan jaringan syaraf

tiruan untuk peramalan telah dilakukan (Bambang dkk., 1999).

Masalah lingkungan hidup daerah perkotaan banyak dibicarakan oleh para

ahli lingkungan. Salah satunya berupa semakin berkurangnya ruang terbuka hijau

(RTH) di kawasan kota. Hilangnya ruang terbuka hijau (RTH) mempakan pernicu

munculnya panas dan hilangnya pengendali emisi (gas buang) kota. Antara lain

berdampak pada menurunnya kualitas lingkungan hidup, perubahan sifat-sifat

radioaktif termal, aerodinamik dan hidrologi, terjadi perubahan iklim setempat,

sampai perubahan ekosistem alami (Setyowati, 2008).

Universitas Sumatera Utara


5

Perencanaan tata ruang wilayah perkotaan berperan sangat penting dalam

pembentukan ruang-ruang publik terutama RTH di perkotaan pada umunya dan di

kawasan permukiman pada khususnya. Perencanaan tata ruang dimulai dengan

mengidentifikasi kawasan-kawasan yang secara alami harus diselamatkan

(kawasan lindung) untuk menjamin kelestarian lingkungan, dan kawasan-kawasan

yang secara alami rentan terhadap bencana (prone to natural hazards) seperti

gempa, longsor, banjir maupun bencana alam lainnya. Kawasan-kawasan inilah

yang harus kita kembangkan sebagai ruang terbuka, baik hijau maupun non-hijau

(Dwiyanto, 2009).

Ruang terbuka hijau perlu dilakukan dalam mengimbangi kelestarian

hutan kota dengan hutan alam. Ruang terbuka hijau (RTH) merupakan ruang

terbuka bervegetasi yang berada di kawasan perkotaan yang mempunyai fungsi

antara lain sebagai area rekreasi, sosial budaya, estetika, fisik kota, ekologis dan

memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi bagi manusia maupun bagi

pengembangan kota (Dewiyanti 2009 dalam Setyani dkk, 2013).

Hutan alam hujan tropik dataran rendah tanah kering merupakan hutan

alam dengan karakteristik tegakan yang khas, yaitu memiliki keragaman jenis

pohon yang tinggi, tingkat perkembangan pohon yang beragam, dan keragaman

dimensi pohon yang tinggi. Sebagian besar areal hutan alam saat ini merupakan

areal hutan bekas tebangan atau hutan terdegradasi lainnya. Kondisi struktur

tegakan hutan bekas tebangan diduga berbeda dengan kondisi struktur tegakan di

hutan primer. Informasi tentang struktur tegakan ini dipandang penting karena

ditinjau dari faktor ekonomi, struktur tegakan dapat menunjukkan potensi tegakan

(timber standing stock) minimal yang harus tersedia sehingga layak dikelola,

Universitas Sumatera Utara


6

sedangkan ditinjau dari faktor ekologi, struktur tegakan dapat memberikan

gambaran tentang kemampuan regenerasi tegakan (Suhendang 1994 dalam

Muhdin dkk, 2008).

Hutan kota merupakan pendekatan dan penerapan salah satu atau beberapa

fungsi hutan dalam kelompok vegetasi di perkotaan untuk mencapai tujuan

proteksi, rekreasi, estetika, dan kegunaan fungsi lainnya bagi kepentingan

masyarakat perkotaan. Untuk itu, hutan kota tidak hanya berarti hutan yang berada

di kota, tetapi dapat pula berarti bahwa hutan kota dapat tersusun dari komponen

hutan, dan kelompok vegetasi lainnya yang berada di kota, seperti taman kota,

jalur hijau, serta kebun dan pekarangan (Sundari, 2005).

Keberadaan hutan dalam daya dukung hutan terhadap segala aspek

kehidupan manusia, satwa dan tumbuhan sangat ditentukan pada tinggi rendahnya

kesadaran manusia akan arti penting hutan di dalam pemanfaatan dan pengelolaan

hutan. Hutan menjadi media hubungan timbal balik antara manusia dan makhluk

hidup lainnya dengan faktor-faktor alam yang terdiri dari proses ekologi dan

merupakan suatu kesatuan siklus yang dapat mendukung kehidupan

(Reksohadiprojo, 2000 dalam Rahmawaty, 2004).

Curah Hujan

Hujan (Presipitasi) adalah faktor utama yang mengendalikan

berlangsungnya daur hidrologi dalam suatu wilayah DAS. Terjadinya hujan

karena adanya perpindahan massa uap air ke tempat yang lebih tinggi sebagai

respon adanya beda tekanan udara antara dua tempat yang berbeda ketinggiannya.

Di tempat tersebut, karena akumulasi uap air pada suhu yang rendah maka

terjadilah proses kondensasi, dan pada gilirannya massa uap air tersebut jatuh

Universitas Sumatera Utara


7

sebagai air hujan. Namun demikian, mekanisme berlangsungnya hujan melibatkan

tiga faktor utama. Dengan kata lain, akan terjadi hujan apabila berlangsung tiga

kejadian (Asdak, 1995) sebagai berikut:

1. Kenaikan massa uap air ke tempat yang lebih tinggi sampai saatnya atmosfer

menjadi jenuh.

2. Terjadi kondensasi atas partikel-partikel uap air di atmosfer.

3. Partikel-partikel uap air tersebut bertambah besar sejalan dengan waktu untuk

kemudian jatuh ke bumi dan permukaan laut ( sebagai hujan ) karena grafitasi.

Data Curah Hujan

Hujan merupakan komponen yang penting dalam analisa hidrologi

perencanaan debit untuk menentukan dimensi saluran dainase. Penentuan hujan

rencana dilakukan dengan analisa frekuensi terhadap data curah hujan harian

maksimum tahunan, dengan lama pengamatan sekurang-kurangnya 10 tahun.

faktor tersebut akan dianalisis manakah yang paling berpengaruh terhadap curah

hujan (Khatab, 2010)

Curah hujan bervariasi dengan ketinggian tempat (sebagai akibat dari

pengaruh torografi), dengan dekatnya sumber-sumber kelembaban pada arah

angin (terutama arus samudera yang hangat), dengan posisi relatif terhadap

pegunungan, dan dengan suhu-suhu relatif pada daratan dan samudera yang

berbatasan. Intensitas curah hujan lebih besar untuk kawasan-kawasan yang lebih

kecil dan periode-periode waktu yang lebih singkat (Mahanani, 2015)

Siklus Hidrologi

Siklus hidrologi menunjukkan gerakan air di permukaan bumi. Selama

berlangsungnya Siklus hidrologi, yaitu perjalanan air dari permukaan laut ke

Universitas Sumatera Utara


8

atmosfer kemudian ke permukaan tanah dan kembali lagi ke laut yang tidak

pernah habis, air akan tertahan (sementara) di sungai, danau/waduk, dalam tanah

sehingga dapat dimanfaatkan oleh manusia atau makhluk lain Siklus hidrologi

merupakan konsep dasar tentang keseimbangan air secara global di bumi. Siklus

ini juga menunjukkan semua hal yang berhubungan dengan air. Dengan

perkembangan suatu wilayah atau kawasan, terutama perkotaan, tidak dapat

dihindari adanya pembangunan yang apabila tidak dilaksanakan secara terpadudan

meyeluruh (terintegrasi dan holistik) akan mempengaruhi proses-proses alami

dalam siklus hidrologi yang akhirnya menyebabkan terganggunya keseimbangan

hidrologi. Di dalam hidrologi perkotaan, pengaruh urbanisasi dan perubahan

penggunaan lahan berperan penting. Aspek-aspek urbanisasi yang berpengaruh

terhadap proses hidrologi perkotaan adalah (1) meningkatnya kepadatan

penduduk, dan (2) meningkatnya kepadatan bangunan di daerah perkotaan

(Kusmadewi, 2012 ).

Siklus terjadinya hujan dapat dimulai dari penyinaran matahari atau biasa

disebut evaporasi. Selanjutnya, uap air yang terbawa ke atmosfer mengalami

kondensasi akibat dari temperatur atmosfer yang sangat dingin dan terkumpul jadi

awan. Adanya angin yang bergerak vertikal mengakibatkan awan bergumpal,

sedangkan pergerakan horizontal angin akan membawa awan ke daerah yang

bertekanan lebih rendah. Setelah mencapai saturasi, akan terjadi presipitasi

berbentuk hujan. Hujan yang mengenai permukaan bumi akan diserap oleh tanah,

sedangkan yang mengenai sungai akan dialirkan kembali ke laut dan akan

mengulang siklus hidrologi (Navianti dkk, 2012).

Universitas Sumatera Utara


9

Banjir kilat/dadakan biasanya didefinisikan sebagai banjir yang terjadi

hanya dalam waktu kurang dari 5 jam sesudah hujan lebat mulai turun. Biasanya

juga dihubungkan dengan banyaknya awan kumulus yang menggumpal di

angkasa, kilat atau petir yang keras, badai tropis atau cuaca karena banjir ini

sangat cepat datangnya, peringatan bahaya kepada penduduk sekitar tempat itu

harus dengan segera dimulai upaya penyelamatan dan persiapan penanggulangan

dampak-dampaknya. Umumnya banjir dadakan akibat meluapnya air hujan yang

sangat deras, khususnya bila tanah bantaran sungai rapuh dan tak mampu

menahan cukup banyak air. Kerawanan terhadap banjir dadakan akan meningkat

bila wilayah itu merupakan lereng curam, sungai dangkal dan pertambahan

volume air jauh lebih besar dari pada yang tertampung (Suripin, 2001).

Intensitas Hujan

Hal terpenting dalam pembuatan rancangan dan rencana adalah distribusi

curah hujan. Distribusi curah hujan adalah berbeda-beda sesuai dengan jangka

waktu yang ditinjau yakni curah hujan tahunan (jumlah curahhujan dalam

setahun), curah hujan bulanan (jumlah curah hujan dalam sebulan), curah hujan

harian (jumlah curah hujan dalam 24jam). Dalam pembahasan data hujan ada 5

buah unsur yang harus ditinjau, yaitu :

1. Intensitas i, adalah laju hujan = tinggi air persatuan waktu misalnya,

mm/menit,mm/jam, mm/hari.

2. Lama waktu (duration) t, adalah lamanya curah hujan (durasi) dalam menit

atau jam.

3. Tinggi hujan adalah jumlah atau banyaknya hujan yang dinyatakan dalam

ketebalan air di atas permukaan datar, dalam mm.

Universitas Sumatera Utara


10

4. Frekuensi, adalah frekuensi kejadian, biasanya dinyatakan dengan waktu

ulang (return periode) T, misalnya sekali dalamT (tahun).

5. Luas adalah luas geografis curah hujan untuk menghitung intensitas hujan

(Saud, 2007).

Intensitas hujan adalah banyaknya curah hujan yang jatuh per satuan

waktu, dinyatakan dalam mm/jam. Intensitas hujan menunjukkan lebat tidaknya

hujan. Intensitas hujan yang besar, berarti air yang di curahkan jumlahnya banyak

dalam waktu singkat, butiran airnya besar,dan akan menyebabkan erosi lebih

besar lagi, karena limpasan permukaan yang besar, sementara resapan air akan

terhambat (hujan jangka pendek dinyatakan dalam intensitas per jam yang disebut

intensitas curah hujan (mm/jam) (Hanafi, 1988).

Banjir merupakan salah satu permasalahan lingkungan yang banyak terjadi

pada beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS) yang ada di Indonesia. Banjir secara

sederhana dapat diartikan sebagai aliran atau genangan yang menyebabkan

kerugian bagi manusia. Banjir sangat terkait dengan siklus hidrologi, yaitu banjir

akan terjadi apabila jumlah air hujan yang masuk melebihi kapasitas air yang

keluar sehingga terjadi kelebihan simpanan air (surplus). Masalah banjir pada

umumnya terjadi akibat adanya interaksi berbagai faktor penyebab, baik yang

bersifat alamiah maupun beberapa faktor yang merupakan akibat kegiatan

manusia. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kerawanan terhadap bencana

banjir dan banjir lokal anatara lain adalah: 1. Kurang atau tidak tersedianya

tempat-tempat penampungan pengungsi yang lengkap dengan fasilitas yang

dibutuhkan, di tempat ketinggian yang melebihi ketinggian luapan air, 2.

Kurang/tidak adanya informasi yang diterima masyarakat tentang jalur-jalur

Universitas Sumatera Utara


11

pengungsian 3. Kurang/tidak efektifnya kegiatan-kegiatan penanggulangan

bencana (Sebastian, 2002).

Dampak negatif yang ditimbulkan akibat intensitas curah hujan berlebih

adalah banjir. Memang hujan bukanlah faktor utama yang menyebabkan

meluapnya air sungai, tetapi lebih disebabkan banyaknya sampah yang

menyumbat aliran air (Kristianda, 2016).

Pada kejadian bencana banjir tersebut faktor penyebab utama banjir adalah

adanya intensitas curah hujan yang tinggi, sehingga kapasitas sungai tidak mampu

mengaturkan limpasan permukaan. Akibatnya limpasan permukaan menggenangi

daerah sekitarnya. Kejadian tersebut juga terjadi pada bencana banjir. Mengingat

faktor curah hujan merupakan faktor yang dinamis sebagai faktor penyebab banjir

dibandingkan dengan faktor lainnya, seperti faktor kondisi DAS dan saluran

drainase, maka curah hujan sangat menarik untuk terus diteliti (Nugroho, 2002).

Tekanan udara merupakan unsur dan pengendali iklim yang sangat penting

bagi kehidupan makhluk di bumi, karena peranannya sebagai penentu dalam

penyebaran curah hujan. Perubahan tekanan udara akan menyebabkan perubahan

kecepatan dan arah angin, perubahan ini akan pula pada perubahan suhu dan curah

hujan. Dengan demikian penyebaran curah hujan di seluruh permukaan bumi

berhubungan sangaterat dengan sistem tekanan udara dan angin. Tekanan udara

berkurang dengan bertambahnya ketinggian tempat (Pradipta dkk., 2013).

Tanah

Tanah adalah material yang sangat banyak terdapat di alam dan

merupakan material konstruksi yang murah. Pada kebanyakan material tanah,

apabila berada pada kondisi kepadatan dan kadar air tertentu akan memiliki

Universitas Sumatera Utara


12

kekuatan yang cukup untuk menopang struktur di atasnya, khususnya apabila

bebannya merupakan beban kompresi atau tekan (Utomo, 2004).

Pada tanah yang mempunyai bentuk fisik yang berbeda ini diberikan

sebuah nama yang mencerminkan sifat dan ciri yang dominan yang dipunyainya.

Akibatnya terdapat bermacam-macam nama tanah yang diberikan oleh manusia

pada tanah yang ada pada suatu daerah / negara. Tanah-tanah yang mempunyai

kesamaan dikelompokkan pada kelas tertentu sedangkan tanah-tanah yang

berbeda dimasukan kedalam kelas yang berbeda pula.

Penyerapan air kedalam tanah bergantung pada jenis tanah, jenis-jenis

tanah sebagai berikut: tanah humus, tanah liat atau tanah lempung, tanah berpasir

dan tanah vulkanik. Setiap jenis tanah memiliki kemampuan yang berbeda-beda

menyerap air tanah liat dan tanah berpasir sulit menyerap air. Partikel diatas 2,0

mm dikelompokkan sebagai kerikil, pasir antara 0,05 mm dan 2,0 mm dan

lempeng kurang dari 0,002 (Rao, 1994). Berdasarkan ukuran bahan padat tersebut,

tanah digolongkan menjadi 3 partikel yaitu: pasir, debu dan liat. 3 partikel tersebut

dinyatakan dalam persen (%) bersama-sama menyusun tanah disebut tekstur tanah

(Islami dan Utomo, 1995).

Kapasitas lapang adalah kemampuan tanah untuk menyerap air. Kapasitas

serap air pada tanah pasir sangat rendah, ini disebabkan karena tanah pasir

tersusun atas 70% partikel tanah berukuran besar (0,02 mm – 2 mm). Tanah pasir

berrtekstur kasar, dicirikan adanya ruang pori besar diantara buti-butirnya.

Kondisi ini menyebabkan tanah menjadi berstruktur lepas dan gembur

(Bukman dan Brody, 1982).

Universitas Sumatera Utara


13

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di tiga lokasi di kota Medan yaitu Simalingkar B,

Padang Bulan dan Teladan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2017

sampai bulan Desember 2017.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dari curah hujan

di tiga lokasi pengukuran (Simalingkar B, Padang Bulan dan Teladan) pada setiap

bulan (Oktober, November dan Desember).

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah penakar curah hujan

manual, kamera, alat tulis, penggaris, meteran gulung.

Prosedur

Pengambilan Data

Proses atau tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1. Studi Literatur/ studi pustaka Studi Literatur digunakan sebagai panduan

untuk mempelajari pustaka yang berkaitan dengan curah hujan dengan tanah

2. Pengambilan Data

Data diperoleh :

a. Data sekunder

Data sekunder yang diambil intensitas curah hujan setiap hari oleh Pusat

Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) dan data ini dicatat oleh penelitian untuk

selanjutnya di labulasi sebagai data sekunder untuk memberi informasi tentang

intensitas curah hujan setiap hari yang terjadi selama 3 bulan Okotober,

November dan Desember.

Universitas Sumatera Utara


14

b. Data premier

Data primer yang diambil adalah :

a. Lama curah hujan

Lama curah hujan diambil setiap saat terjadi hujan dan dihitung

menggunakan stopwatch sehingga hujan berhenti

b. Tinggi genanagan

Tinggi genanagan di ukur setiap saat terjadi hujan menggunakan meteran /

pengaris setelah hujan berhenti hingga air genangan tidak ada di

permukaan tanah

c. Air meresap ke tanah

Air meresap ke tanah diambil setiap saat terjadi hujan dan dihitung

menggunakan stopwatch menunggu sampai air meresap ke dalam tanah

d. Analisis data

Data seleruh yang diperoleh selanjutnya ditabulasikan dalam tabel utuk

melihat pengaruh curah hujan terhadap lama resapan air di wilayah kota.

Kriteria data ini di ambil dari Badan Meterologi Klimatologi dan

Geofisika (BMKG) di Medan.

Intensitas Curah Hujan


Kategori
Setiap jam (mm/jam) Setiap hari (mm/jam)
1 Tidak hujan (berawan) - -
2 Hujan Ringan 0,1 – 0,9 0,1 – 19,9
3 Hujan sedang 5,0 – 9,9 20,0 – 49,9
4 Hujan lebat 10,0 – 20 50,0 – 100
5 Hujan sangat lebat >20,0 >100.0

Universitas Sumatera Utara


15

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Lama Curah Hujan

Hasil dari pengukuran lama curah hujan pada tiga lokasi pengukuran

(Simalingkar, Padang Bulan dan Teladan) pada setiap lokasi pengukuran memiliki

nilai yang berbeda-beda, dapat dilihat pada Gambar 1, Gambar 2 dan Gambar 3.

45 Oktober
40 40 November
36 37
35 35 Desember
Lama hujan (menit)

30
28
25
20 20 20
18 18 19 17 18 18 17
15 16
15 15 15 15 15 15 16 15 15
11 12 12 12 12 12
10 10 10 10
8
5 6 5
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728293031
Tanggal
Gambar 1. Lama Hujan di Padang Bulan

100
90 90 Oktober
80 November
Lama Hujan (menit)

70 67 Desember
60 60
50
44
40
30 32
27 26 24 24
20 20 23 20
15 12 15 14 12 14 15 18 17 18
12 12 14 12 15 11 14 14
10 10 7 8 710 9 9 12
4
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728293031
Tanggal

Gambar 2. Lama Hujan di Padang Bulan

Universitas Sumatera Utara


16

120

100 100
Lama Hujan (menit)

90
80 Oktober
70 November
60
54 50 Desember
40 40

20 24 20 24 20
19 18
12 15 128 10 15 15
12 11 11 9 13 10 10 9 10 17 17
10 10 6
7 6 7 5 7
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728293031
Tanggal

Gambar 3. Lama Hujan di Teladan

Dari hasil pengamatan dan pengukuran lamanya curah hujan yang telah

dilakukan di tiga lokasi pengukuran dalam tiga bulan (Oktober, November dan

Desember) lamanya curah hujan tertinggi terdapat pada lokasi Teladan pada bulan

Desember sedangkan lamanya curah hujan terendah terdapat di Padang Bulan

pada November.

Tabel 1. Rata-rata lama hujan pada tiga lokasi (Simalingkar,PadangBulan dan


Teladan)
Lama hujan (menit)
Lokasi Bulan
Oktober November Desember
Simalingkar 13.57 18.067 23.85
Padang Bulan 19.25 12.2 40.28
Teladan 17.82 13.71 46.47

Dari hasil pengamatan lama curah hujan tertinggi pada lokasi Teladan

yaitu 40.28 menit pada Desember, Sedangkan lama hujan yang terrendah pada

lokasi Simalingkar yaitu 13.57 menit

Lama curah hujan pada setiap lokasi pengukuran pada penelitian ini

berbeda-beda. Penyebaran curah hujan di seluruh permukaan bumi berhubungan

Universitas Sumatera Utara


17

sangat erat dengan sistem tekanan udara. Hal ini sesuai pernyataan Pradita (2013)

yang menyatakan bahwa tekanan udara merupakan unsur dan pengendali iklim

yang sangat penting bagi kehidupan makhluk di bumi, karena peranannya sebagai

penentu dalam penyebaran curah hujan. Perubahan tekanan udara akan

menyebabkan perubahan kecepatan dan arah angin, perubahan ini akan membawa

pula pada perubahan suhu dan curah hujan. Dengan demikian penyebaran curah

hujan di seluruh permukaan bumi berhubungan sangat erat dengan sistem tekanan

udara dan angin. Tekanan udara berkurang dengan bertambahnya ketinggian

tempat.

B. Tinggi Genangan

Tinggi genangan pada tiga lokasi pengukuran memiliki nilai yang berbeda-

beda. Tinggi hujan pada setiap lokasi dapat dilihat pada Gambar 4, Gambar 5 dan

Gambar 6.

200
180 180 Oktober
170
160
Tinggi Genangan (mm)

November
140
Desember
120
100
90 90
80 80
70
60 60 63 57 60 60
56 50 55 56 50 50 50
48 45 40
40 40 40 40 40
30 30 25 30 3035 35 30
20 20 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728293031
Tanggal
Gambar 4. Tinggi genangan di Simalingkar B

Universitas Sumatera Utara


18

140
Oktober
120 120 November
Desember
Tinggi genangan (mm)

100
90 87 90 90
80 80 80 77 75
70
65
60 60 60 57 60
55 54 56
50 50 50 50 50 50
45 42 40 40 42
40 40 40 40
30
20 20 20 17 20

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728293031
Tanggal

Gambar 5. Tinggi genangan di Padang Bulan

160
150 Oktober
140 140 November
Desember
Tinggi genangan (mm)

120
110 110
100 100
93 91 90 90
86 87 85
80 80 80
70 70 70 71 72 70
67 65
60 57
50 49 50 49
40
28 30 30 32
30 30 30
20 20 20 20 20

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728293031
Tanggal

Gambar 6. Tinggi genangan di Teladan

Universitas Sumatera Utara


19

Tabel 2. Rata-rata tinggi genangan pada tiga lokasi (Simalingkar B, Padang


Bulan dan Teladan)
Tinggi genangan (mm)
Lokasi Bulan
Oktober November Desember
Simalingkar B 51.92 54 66
Padang Bulan 60.62 53.93 81.71
Teladan 73.41 59.14 62.28

Dari hasil pengamatan dan pengukuran tinggi hujan yang telah dilakukan

di tiga lokasi pengukuran dalam tiga bulan (Oktober, November dan Desember)

tinggi genangan tertinggi terdapat pada lokasi Padang Bulan pada bulan yaitu

81.71 mm pada bulan Desember sedangkan tinggi genangan terendah terdapat di

Simalingkar yaitu 51.92 pada bulan Oktober.

Pada lokasi pengukuran pada penelitian ini lokasi yang memiliki tinggi

genangan tertinggi yaitu di Padang Bulan, dimana Padang bulan merupakan

daerah yang sering mengalami tinggi hujan yang tinggi. Hasil penelitian Rambe

(2014) menunjukkan bahwa Padang bulan merupakan daerah yang termasuk

dataran rendah. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi banjir di daerah

tersebut yaitu curah hujan, penggunaan lahan (jenis penggunaan lahan di daerah

tersebut adalah pemukiman, persawahan, tubuh air dan kebun campuran) dimana

pemukiman merupakan penggunaan lahan yang paling luas dan saluran drainase

(belum tersedianya drainase yang belum memadai terlihat dari kapasitas saluran

drainase yang tersumbat oleh sampah).

C. Intensitas Curah Hujan

Intensitas curah hujan pada tiga lokasi pengukuran (Simalingkar, Padang

Bulan dan Teladan) pada setiap lokasi pengukuran memiliki nilai yang berbeda-

beda, dapat dilihat pada gambar 7, gambar 8 dan gambar 9.

Universitas Sumatera Utara


20

70

60 60 Oktober
58
Intensitas curah hujan mm/jam
November
50
Desember

40
36
33 34
30 32 31
27 27 28
24 25
22 22 23
20 20 21 20 20 20
18 19
16 15 16 16
14
10 12 12
1010 10 10
7 7 8

0 2
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728293031
Tanggal

Gambar 7. Intensitas curah hujan pada lokasi Simalingkar B

140
Oktober
Intensitas curah hujan mm/jam

120 118 November


Desember
100

80
66 62
60 58 55 5255 55
50 48
40 4238 40 41
34 37 33 34
28 30 29 32
20 21 23 20 19 19 22 20
1215 129 13 10 1314
5
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728293031
Tanggal

Gambar 8. Intensitas curah hujan pada lokasi Padang bulan

Universitas Sumatera Utara


21

80
75 Oktober
70 70
Intensitas curah hujan mm/jam November
60 60
55 Desember
50 52 50 51
44
40
37
34
30 29 30
25 27 29 25 25 25
20 20 22
21 22
19 19 19 19 17
15 15 16
10 11 12 11 12
7 9 8
0 2
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728293031
Tanggal

Gambar 9. Intensitas curah hujan pada lokasi Teladan

Tabel 3 Rata-rata Intensitas di tiga lokasi (Simalingkar B, Padang Bulan dan


Teladan)
Intensitas curah hujan ( mm/jam)
Lokasi Bulan
Oktober November Desember
Simalingkar B 21.2 26.8 16.4
Padang Bulan 51.4 33.9 38.7
Teladan 22.8 23 37.8

Dari hasil pengamatan dan pengukuran intensitas curah hujan yang telah

dilakukan di tiga lokasi pengukuran (Simalingkar, padang Bulan dan Teladan)

dalam tiga bulan (Oktober, November dan Desember) intensitas curah hujan

tertinggi terdapat di Padang Bulan pada bulan Oktober yaitu 51.4 mm/jam

sedangkan intensitas curah hujan terendah terdapat di Simalingkar pada bulan

Desember yaitu 16.4 mm/jam.

Intensitas curah hujan merupakan besarnya hujan harian yang terjadi pada

suatu waktu yang memiliki satuan mm/jam dan mm/perhari. Pada penelitian ini

menggunakan intensitas curah hujan harian yang memakai satuan mm/jam.

Intensitas curah hujan pada tiga lokasi pengukuran (Simalingkar B, padang Bulan

Universitas Sumatera Utara


22

dan Teladan) dalam tiga bulan (Oktober, November dan Desember) dapat dibagi

menjadi empat kategori kriteria hujan (hujan ringan, hujan sedang, hujan lebat dan

sagat lebat).

Tabel 5. Kriteria intensitas curah hujan di tiga lokasi (Simalingkar B, Padang


Bulan dan Teladan)
Lokasi
Kritera Intensitas
No Hujan Curah
Bulan
Hujan
mm/jam
Simalingkar Padang Bulan Teladan
Okto Nov Des Okto Nov Des Okto Nov Des
1 Hujan 0,10, -19,9 9 3 5 5 3 3 8 kali 7 1
ringan kali kali kali kali kali kali kali kali
2 Hujan 20,0 - 49,9 4 11 2 4 11 2 7 kali 6 3
sedang kali kali kali kali kali kali kali kali
3 Hujan 50,0 - 100 2 1 - 4 3 1 3 kali 2 3
lebat kali kali kali kali kali kali kali
4 Hujan >100 - - - - - 1 - - -
sangat kali
lebat

Di Simalingkar B pada bulan Oktober terdapat tiga kriteria hujan yaitu

hujan ringan, hujan sedang dan hujan lebat. Hujan ringan terjadi sebanyak 9 kali,

hujan edang terjadi sebanyak 4 kali dan hujan lebat terjadi sebanyak 2 kali. Pada

bulan November terdapat tiga kriteria hujan yaitu hujan ringan, hujan sedang dan

hujan lebat hujan. Hujan ringan terjadi sebanyak 3 kali , hujan sedang terjadi

hujan sebanyak 11 kali dan hujan lebat terjadi sebanyak 1 kali. Pada bulan

Desember terdapat dua kriteria hujan yaitu hujan ringan dan hujan sedang. Hujan

ringan terjadi sebanyak 5 kali dan hujan sedang sebanyak 2.

Di Padang Bulan pada bulan Oktober terdapat tiga kriteria hujan yaitu

hujan ringan, hujan sedang dan hujan lebat. Hujan ringan terjadi sebanyak 5 kali,

hujan sedang terjadi sebanyak 4 kali dan hujan lebat terjadi sebanyak 4 kali. Pada

bulan November terdapat 3 kriteria hujan yaitu hujan ringan, hujan sedang dan

Universitas Sumatera Utara


23

lebat. Hujan ringan terjadi sebanyak 3 kali, hujan sedang terjadi sebanyak 11 kali

dan hujan lebat terjadi sebanyak 3 kali. Pada bulan Desember terdapat 4 kriteria

hujan yaitu hujan ringan, hujan sedang, hujan lebat dan hujan sangat lebat. Hujan

ringan terjadi sebanyak 3 kali, hujan sedang terjadi sebanyak 2 kali, hujan lebat

terjadi sebanyak 1 kali dan hujan sangat lebat terjadi sebanyak 1 kali.

Di Teladan pada bulan Oktober terdapat tiga kriteria hujan yaitu hujan

ringan, hujan sedang dan lebat. Hujan ringan terjadi sebanyak 8 kali, hujan sedang

terjadi sebanyak 7 kali, dan hujan lebat terjadi sebanyak 3. Pada bulan November

terdapat tiga kriteria hujan yaitu hujan ringan, hujan sedang dan hujan lebat.

Hujan ringan terjadi sebanyak 7 kali, hujan sedang terjadi sebanyak 6 kali dan

hujan lebat terjadi sebanyak 2. Pada bulan Desember terdapat tiga kriteria hujan

yaitu hujan ringan , hujan sedan dan lebat. Hujan ringan terjadi sebanyak 1 kali

hujan sedang terjadi sebanyak 3 kali dan hujan sangat lebat terjadi sebanyak 3

kali.

Berdasarkan hasil pengukuran lama hujan, tinggi hujan, intensitas hujan

dan lama genangan meresap ke dalam tanah pada tiga lokasi pengukuran

(Simalingkar, Padang Bulan dan Teladan) pada tiga bulan (Oktober. November,

Desember) diperoleh bahwa lama hujan hujan terdapat di Padang Bulan yaitu

menit dengan tinggi genangan 80 mm dan intensitas 118 mm/jam.

dari hasil yang diperoleh bahwa keterkaitan antara tinngi geanagan dan

lamanya hujan mempengaruhui jumlah intensitas hujan dan merupakan hal

penting harus diperhatikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Asdak (1995) yang

menyatakan bhawa dalam proses pengalihragaman hujan menjadi aliran ada

beberapa sifat hujan yangpenting untuk untuk diperhatikan, antara lain adalah

Universitas Sumatera Utara


24

intensitas hujan (I), lama hujan (t), dan tinggi hujan. Intensitas hujan adalah tinggi

atau kedalaman air hujan per satuan waktu. Dengan kata lain bahwa intensitas

curah hujan menyatakan besarnya curah hujan dalam jangka pendek yang

memberikan gambaran derasnya hujan perjam. Untuk mendapatkan nilai

intensitas hujan di suatu tempat, berlangsungnya hujan sampai hujan tersebut

berhenti.

D. Lama Genangan Meresap Ke Dalam Tanah

Hasil pengukuran lama genangan meresap ke dalam tanah pada tiga lokasi

pengukuran (Simalingkar, Padang Bulan dan Teladan) pada setiap lokasi

pengukuran memiliki nilai yang berbeda-beda, dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 11 dan Gambar 12.

Oktober
November
Lama enangan meresap ke tanah ( menit)

Desember
18
17 17
16 16
1515 15 15
14 14
13
12 12 12 12 12
1111 11 11
10 10 10
9 9
8 8 8 8 8
7 7
6 6 6 6
5 5
4 4 4
3 3
2
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728293031
Tanggal

Gambar 10. Lama genangan meresap ke dalam tanah di Simalingkar B

Universitas Sumatera Utara


25

Lama genangan meresap ke tanah (menit) 30


Oktober
25 26
November
Desember
20 20
17
15 16
1515
14
13 13
10 11 11
10 10 10
9 9
8 8 8 8 8
7 7 7
5 6
5 5 5 5 5 5 5 5
3 3 3 3
2 2
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728293031
Tanggal

Gambar 11. Lama genangan meresap ke dalam tanah di Padang Bulan

25
Lama genangan meresap ke tanah (menit)

Oktober
20 20
November
17
16 16
15 15 Desember
12
11 11 11
10 10 10
9 9 9
8 8 8 8 8
7 7 7 7
6 6
5 5 5
4 4
3 3 3 3 3 3
2 2 2
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728293031
Tanggal

Gambar 12. Lama genangan meresap ke dalam tanah di Teladan

Universitas Sumatera Utara


26

Tabel 6. Rata-rata Lama genangan meresap tanah di tiga lokasi ( Simalingkar B,


Padang Bulan dan Teladan)
Lama genangan meresap ke tanah (menit)
Lokasi Bulan
Oktober November Desember
Simalingkar B 11 10 7
Padang Bulan 8 6 10
Teladan 8 8 8

Dari hasil pengamatan dan pengukuran lama genangan meresap kedalam

tanah yang telah dilakukan di tiga lokasi pengukuran (Simalingkar B, padang

Bulan dan Teladan) dalam tiga bulan (Oktober, November dan Desember) nilai

meresap terlama terdapat di pada Padang Bulan yaitu 11 menit menit sedangkan

nilai meresap tercepat terdapat di Teladan pada bulan November yaitu 6 menit.

Proses terjadinya banjir disebabkan dua faktor yaitu faktor pertama karena

faktor alami, seperti intensitas hujan yang tinggi dan karakteristik daerah yang

berupa daerah cekungaan, kedua faktor bukam alami seperti mengurangi daerah

resapan yang berlebihan, serta peninggian bangunan yang belum mengindahkan

drainase yang baik.

Dari tiga lokasi yang di teliti menurut Subagyo dalam Syaputra (2013)

sebagian besar sub ordo tanah Ultisol di Sumatera terdiri atas Udults dan Aquults.

Tanah ultisol di wilayah Sumatera Utara terdiri berapa sub diantaranya adalah

Typic hapludults dan Typic Paleudults. Tanah ultisol merupakan salah satu jenis

tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas. Ultisol dapat berkembang dari

berbagai bahan induk, yang bersifat masam hingga basa. Namun sebagian besar

bahan induk tanah ini adalah batuan sedimen masam. Ciri morfologi yang penting

pada ultisol adanya peningkatan fraksi liat dalam jumlah tertentu pada horzin.

Tanah ultisol umumnya mempunyai nilai kejenuhan basa < 35%, karena batas ini

merupakan salah satu syarat untuk klasifikasi tanah ultisol. Ultisol dicirikan oleh

Universitas Sumatera Utara


27

adanya akumulasi liat pada horizon bawah permukaan sehingga mengurangi daya

serap air dan meningkatkan aliran permukaan dan erosi tanah karena kesuburan

tanah ultisol berada pada kandungan bahan organik pada lapisan atas.

Infiltrasi adalah suatu proses masuknya air, baik air hujan maupun air

irigasi dari permukaan tanah ke dalam permukaan tanah karena daerah penelitian

ini pembentukaan tanahnya berasal dari jenis tanah Ultisol. Dari yang diatas

dapat disimpulkan bahwa kondisi tanah di kota memiliki jenis tanah yang sama

dengan kondisi tanah di hutan dimana jenis tanahnya ialah tanah ultisol. Namun

hutan tidak pernah menglami banjir sedangkan perkotaan mengalami banjir.

Tanah di kota sudah mengalami perubahan di sebabkan kepadatan penduduk dan

bangunan rumah disebabkan daya serap air sudah semakin berkurang apabila

terjadi hujan dengan intensitas cukup tinggi dan dengan durasi yang lama maka

tanah tidak dapat meloloskan air ke dalam tanah karena telah jenuh sehingga

mengakibatkan banjir. Kondisi ini dipengaruh oleh tidak adanya resapan air warga

menyemen perkarangan rumah sehingga semua air yang turun akan menyalurkan

kepembuangan air (Drainase) karena sistem pembuangan airnya tidak terawatt

dengan baik maka menghambat dalam penyalurannya sehingga air huan meluapm

kejalan-jalan dan kerumah warga.

Hutan memiliki peranan dalam pembentukan tanah dan vegetasinya

karena akar-akarnya dapat mengikat partikel. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Tolaka dkk (2013) yang menyatakan bhawa ,Hutan dan vegetasinya memperan

dalam pembentukan dan pemantapan agregat tanah. Vegetasinya karena akar-

akarnya dapat mengikat partikel-partikel tanah dan juga mampu menahan daya

tumbuk butir-butir air hujan secara langsung kepermukaan tanah sehingga

Universitas Sumatera Utara


28

penghancuran tanah dapat dicegah. Selain itu serasah yang berasal dari daun-

daunnya dapat meningkatkan kandungan bahn organic tanah. Hal inilah yang

dapat mengakibatkan perbaikan terhadap sifat fisik tanah, yaitu pembentukan

struktur tanah yang baik.

Universitas Sumatera Utara


29

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Terjadinya curah hujan di kota Medan pada tiga lokasi (Simalingkar,

Padang Bulan dan Teladan) diperoleh dengan lama curah hujan, tinggi genangan

dan lama air meresap ke tanah menyebabkan terjadinya banjir pada tanggal 4

November 2017 di di lokasi Padang Bulan.

Saran

Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik perlu dilakukan penelitian

dengan jumlah data hujan dan stasiun yang lebih banyak lagi.

Universitas Sumatera Utara


30

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita., Raharjo. R. 2013. Pembangunan Kawasan Dan Tata Ruang. Graha


Ilmu. Yogyakarta.

Asdak, C. 2002., Hidrologi dan pengolahan daerah Aliran Sungai, UGM.


Yogyakarta.

As-syakur, R. 2007. Identifikasi Hubungan Fluktuasi Nilai Soi Terhadap Curah


Hujan Bulanan Di Kawasan Batukaru-Bedugul, Bali. Puat Penelitian
Likungan Hidup (PPLH) Universitas Undayana. Jurnal Bumi Lestari.
7(2): 123-129.

Bambang, D.P., Budi. 1999. Teknik Jaringan Syaraf Tiruan Feedforward Untuk
Prediksi Harga Saham pada Pasar Modal Indonesia. Jurnal Informatika.
Program Pascasarjana Peran Teknik Kendali, Institut Teknologi Bandung.
1 (1): 33-37.

Benyamin, L. 1994. Dasar-Dasar Klimatologi. PT. Raja Grafindo Persada,


Jakarta.

Boer, W., F. D. 2004. Pengaruh Iklim Terhadap Tanaman. Jurnal Teknologi


Modifikasi Cahaya. Universitas Bandung 1(1) : 18-28.

Budi, dan Warsito, S. S. (2007). Prediksi Curah Hujan Kota Semarang Dengan
Feedforward Neural Network Menggunakan Algoritma Quasi newton
BPFGS Dan Levenberg- Marquardt.[Skripsi]. 3(2): 1907- 1878.

BMG [Badan Metereologi dan Geofisika]. 2014. Pengkajian prakiraan Musim


untuk Pertanian di Kabupaten Indramayu. Badan Metereologi dan
Geofisika, Jakarta.

Darmawan, M. S., Suprajak. 2013 Analisis Tingkat Risiko Bencana Banjir Pada
Kawasan Permukiman (Studi Kasus: Kelurahan Cengkareng Timur dan
Kapuk). Universitas Esa Unggul dan Badan Informasi Geospasial (BIG).
Dwiyanto, A. 2009. Kuantitas Dan Kualitas Ruang Terbuka Hijau Di Permukiman
Perkotaan. Jurnal Teknik Arsitektur. Universitas Dipenogoro. Semarang.
3 ( 2) : 561-567.

Universitas Sumatera Utara


31

Handayani, Y, L., Andy, H dan Hadie, S. 2007. Pemilihan Metode Intensita Hujan
yang Sesuai Dengan Karakteristik Stasiun Pekanbaru. Jurnal Teknik
Sipil. Universitas Riau. 1(1) : 1-15.

Hanafi. 1988. Klimatologi. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Bandung.


6(1) : 24-35

Khatab, Ivan, I. 2010. Evaluasi Waduk Pusong Sebagai Upaya Pengendalian


Banjir Di Kota Lhokseumawe Kabupaten Aceh Utara.

Kristianda, F., Kartika Fithriasari. 2016 Peramalan Curah Hujan di Wilayah


Surabaya Timur dengan Vector Autoregressive Neural Network
Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).

Kusmadewi, Luthfi, D. 2012. Arahan Spasial Teknologi DrainaseUntuk


Mereduksi Genangan Di Sub Daerah Aliran Sungai Watu Bagian Hilir.

Mahanani, U.A. E., Fahrudin, Nurlina. 2015. Penerapan logika Fuzzy Untuk
Memperdeksi Cuaca Harian Di Bandar Baru. Program Studi Fisika
FMIPA Universitas Lambung Mangkurat. Jurnal Fisika Flux. 1(2): 13-19.

Muhdin., Suhendang, E., Wahjono, D. 2008. Keragaman Struktur Tegakan Hutan


Alam Sekunder. Jurnal Departemen Manajemen Hutan, Fakultas
Kehutanan IPB. Bogor. 14 (2): 81-87.

Navianti, D. R,. I. Usadha., F. A,. Widjajati. 2012. Penerapan Fuzzy Inference


System Pada Prediksi Curah Hujan DI Kota Surabaya Utara. Jurnal Sains
dan Seni ITS. 1 (1): 23-27.

Nugroho, P. D. 2002 Evaluasi Dan Analisis Curah Hujan Sebagai Faktor


Penyebab Bencana Banjir Jakarta. Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi
Cuaca. 3(2) : 91-97.

Pradipta, N. R., Paskuat , S. Pengarapen. B. 2013. Analisis Pengaruh Curah


Hujan Di Kota Medan Teknik Matematika. 1(5) : 459-468.

Rahmawaty. 2004. Hutan Fungsi Dan Peranannya Bagi Masyarakat. Fakultas


Pertanian. Universitas Sumatera Utara.

Saud, I . 2007. Kajian Penanggulangan Banjirdi Wilayah Pematusan Surabaya


Barat. Jurnal Aplikasi Dosen D3 Teknik Sipil. 3(1) 90-100.

Samsoedin, I., Dharmawan, S., dan Siregar, A. 2009. Potensi Biomasa Karbon
Hutan Alam Dan Hutan Bekas Tebangan Setelah 30 Tahun Di Hutan.
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. Kalimantan Timur. 6(1) :
47-56.

Universitas Sumatera Utara


32

Setyowati, D. I. 2008. Iklim Mikro Dan Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Di Kota
Semarang. 1(3) : 127-130

Setyani, W. Sitorus, S. R. P, Panuju, D. R. 2017. Analisis Ruang Terbuka Hijau


Dan Kecukupannya Di Kota Depok. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor. 1(1) : 121-127.

Sudrajat, A. 2007. Bengkulu Sebagai Daerah Rawan Bencana. Badan Meteorologi


dan Geofisika. Bengkulu.

Surafi, G. 2001. Pendekatan Pencegahan dan Penanggulangan Banjir. Program


Pascasarjana Universitas Sriwijaja Palembang.

Sundari, E. 2005. Studi Untuk Menentukan Fungsi Hutan Kota Dalam Masalah
Lingkungan Perkotaan. Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota.

Tolaka, W. Wardah., Rahmawati. 2013. Sifat Fisik Tanah Pada Hutan Premier,
Agroforestri Dan Kabun Kakao Di Subdas Saluopa Desa Leboni Kecamatan
Pamona Puselemba Kabupaten Poso.Fakultas Kehutana. Universitas
Tadulako. 1(1) : 5-25

Utomo, P. 2004. Daya Dukung Ultimit Pondasi Dangkal Di Atas Tanah Pasir
Yang Diperkuat Geogrid. Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil,
Universitas Tadulako, Palu, Sulawesi Tengah. 6(1) : 15-20.

Universitas Sumatera Utara


33

LAMPIRAN

CURAH HUJAN
PUSAT PENELITIAN : Puslit Kelapa
Kebun
KELAPA SAWIT Sawit
Simalingkar
MEDAN : Puslit Kelapa
Maskapai
Sawit
Tgl. Okto. Nop. Des. Catatan
1 2 0 12
2 56 0 20
3 10 18 16
4 0 21 10
5 0 14 12
6 0 32 0
7 15 20 0
8 0 27 17
9 7 0 0
10 15 0 0
11 10 0 0
12 8 16 0
13 10 27 0
14 22 33 0
15 0 24 0
16 0 0 0
17 0 0 0
18 0 0 0
19 58 0 28
20 0 0 0
21 0 20 0
22 0 34 0
23 0 0 0
24 22 0 0
25 0 60 0
26 20 0 0
27 16 0 0
28 0 25 0
29 19 31 0
30 23 0 0
31 0 0 0
Rata-rata 21.2 26.8 16.4
Keterangan
-- = curah
hujan tidak
-- = curah
0=tiada dicatat
hujan tidak
hujan dan kurang
dicatat
dari 0,5
mm

Universitas Sumatera Utara


34

CURAH HUJAN
PUSAT PENELITIAN : Puslit Kelapa
Kebun
KELAPA SAWIT Sawit Padang
MEDAN : Puslit Kelapa Bulan
Maskapai
Sawit
Tgl. Okto. Nop. Des. Catatan
1 23 0 12
2 40 0 15
3 23 42 34
4 0 38 28
5 0 55 9
6 50 41 0
7 0 20 0
8 40 13 118
9 0 0 0
10 25 0 0
11 36 0 0
12 0 55 0
13 0 0 0
14 0 30 0
15 48 0 0
16 28 0 0
17 68 0 0
18 0 0 0
19 80 0 55
20 44 0 0
21 0 0 0
22 0 29 0
23 22 57 0
24 0 0 0
25 0 33 0
26 66 29 0
27 0 0 0
28 0 13 0
29 52 20 0
30 86 34 0
31 17 0 0
Rata-rata 47.5 33.9 38.7
Keterangan
-- = curah
hujan tidak
-- = curah
0=tiada dicatat
hujan tidak
hujan dan kurang
dicatat
dari 0,5
mm

Universitas Sumatera Utara


35

CURAH HUJAN
PUSAT PENELITIAN : Puslit Kelapa
Kebun
KELAPA SAWIT Sawit
Teladan
MEDAN : Puslit Kelapa
Maskapai
Sawit
Tgl. Okto. Nop. Des. Catatan
1 2 0 75
2 20 0 19
3 19 15 44
4 11 29 52
5 0 22 21
6 0 55 0
7 70 15 0
8 50 11 34
9 0 0 0
10 0 0 0
11 0 0 0
12 19 51 0
13 37 27 0
14 29 0 0
15 0 19 0
16 0 0 0
17 25 0 0
18 0 0 0
19 0 0 20
20 0 0 0
21 0 30 0
22 17 8 0
23 12 0 0
24 7 0 0
25 9 12 0
26 15 0 0
27 25 11 0
28 22 16 0
29 0 25 0
30 0 0 0
31 0 0 0
Rata-rata 22.8 23 37.8
Keterangan
-- = curah
hujan tidak
-- = curah
0=tiada dicatat
hujan tidak
hujan dan kurang
dicatat
dari 0,5
mm

Universitas Sumatera Utara


36

Tabel 1.1. Data Curah Hujan Harian Pada Bulan Oktober di Simalingkar

Tinggi Lama
Lama Hujan
Tgl. Genangan Genangan
(menit)
(mm) (menit)
(menit)
1 40 180 15
2 6 30 15
3 12 48 11
4 0 0 0
5 0 0 0
6 0 0 0
7 15 55 12
8 0 0 0
9 15 24 10
10 0 0 0
11 10 30 15
12 8 20 9
13 10 50 8
14 10 70 9
15 0 0 0
16 0 0 0
17 0 0 0
18 0 0 0
19 0 0 0
20 0 0 0
21 0 0 0
22 0 0 0
23 0 0 0
24 17 50 17
25 0 0 0
26 12 40 14
27 5 30 4
28 0 0 0
29 15 40 7
30 15 60 8
31 0 0 0
Rata-rata 13.571 51.929 10.57

Universitas Sumatera Utara


37

Tabel1.2. Data Curah Hujan Harian Pada Bulan November di Simalingkar

Tinggi
Lama Hujan Lama
Tgl. Genangan
(menit) Genangan
(mm)
(menit)
1 0 0 0
2 0 0 0
3 26 40 6
4 18 60 11
5 15 50 8
6 24 80 17
7 18 63 10
8 19 40 13
9 0 0 0
10 0 0 0
11 0 0 0
12 16 57 11
13 12 40 5
14 17 30 6
15 12 35 4
16 0 0 0
17 0 0 0
18 0 0 0
19 0 0 0
20 0 0 0
21 24 50 12
22 18 90 16
23 0 0 0
24 0 0 0
25 20 60 6
26 0 0 0
27 0 0 0
28 12 45 12
29 20 70 11
30 0 0 0
31 0 0 0
Rata-rata 18.067 54 9.8

Universitas Sumatera Utara


38

Tabel 1.3. Data Curah Hujan Harian Pada Bulan Desember di Simalingkar

Tinggi
Lama Hujan Lama
Tgl. Genangan
(menit) Genangan
(mm)
(menit)
1 11 30 3
2 36 56 12
3 15 25 5
4 37 90 15
5 35 170 3
6 0 0 0
7 0 0 0
8 15 35 8
9 0 0 0
10 0 0 0
11 0 0 0
12 0 0 0
13 0 0 0
14 0 0 0
15 0 0 0
16 0 0 0
17 0 0 0
18 0 0 0
19 18 56 7
20 0 0 0
21 0 0 0
22 0 0 0
23 0 0 0
24 0 0 0
25 0 0 0
26 0 0 0
27 0 0 0
28 0 0 0
29 0 0 0
30 0 0 0
31 0 0 0
Rata-rata 23.857 66 7.57

Universitas Sumatera Utara


39

Tabel 2.1. Data Curah Hujan Harian Pada Bulan Oktober di Padang bulan

Tinggi
Lama Hujan Lama
Tgl. Genangan
(menit) Genangan
(mm)
(menit)
1 15 45 5
2 12 50 7
3 60 55 13
4 0 0 0
5 0 0 0
6 7 20 3
7 0 0 0
8 10 50 6
9 0 0 0
10 15 30 2
11 24 60 10
12 0 0 0
13 0 0 0
14 0 0 0
15 12 50 5
16 17 80 14
17 12 50 5
18 0 0 0
19 23 54 9
20 14 40 5
21 0 0 0
22 0 0 0
23 12 40 8
24 0 0 0
25 0 0 0
26 11 50 8
27 0 0 0
28 0 0 0
29 18 56 7
30 32 165 17
31 14 75 15
Rata-rata 19.25 60.625 8.17

Universitas Sumatera Utara


40

Tabel 2.2. Data Curah Hujan Harian Pada Bulan November di Padang bulan

Tinggi
Lama Hujan Lama
Tgl. Genangan
(menit) Genangan
(mm)
(menit)
1 0 0 0
2 0 0 0
3 15 42 5
4 14 80 30
5 10 40 3
6 12 50 5
7 8 60 8
8 7 20 3
9 0 0 0
10 0 0 0
11 0 0 0
12 0 0 0
13 9 57 8
14 0 0 0
15 18 42 4
16 0 0 0
17 0 0 0
18 0 0 0
19 0 0 0
20 0 0 0
21 0 0 0
22 4 20 3
23 15 90 17
24 0 0 0
25 24 60 11
26 9 40 7
27 0 0 0
28 12 77 13
29 14 26 5
30 24 90 16
31 0 0 0
Rata-rata 12.2 53.933 9.2

Universitas Sumatera Utara


41

Tabel 2.3. Data Curah Hujan Harian Pada Bulan Desember di Padang bulan

Tinggi
Lama Hujan Lama
Tgl. Genangan
(menit) Genangan
(mm)
(menit)
1 90 90 9
2 27 120 17
3 67 97 11
4 20 40 5
5 44 88 10
6 0 0 0
7 0 0 0
8 14 70 8
9 0 0 0
10 0 0 0
11 0 0 0
12 0 0 0
13 0 0 0
14 0 0 0
15 0 0 0
16 0 0 0
17 0 0 0
18 0 0 0
19 20 67 8
20 0 0 0
21 0 0 0
22 0 0 0
23 0 0 0
24 0 0 0
25 0 0 0
26 0 0 0
27 0 0 0
28 0 0 0
29 0 0 0
30 0 0 0
31 0 0 0
Rata-rata 40.286 81.714 9.71

Universitas Sumatera Utara


42

Tabel 3.1. Data Curah Hujan Harian Pada Bulan Oktober di Teladan

Tinggi
Lama Hujan Lama
Tgl. Genangan
(menit) Genangan
(mm)
(menit)
1 12 50 5
2 15 70 7
3 24 80 7
4 18 87 8
5 0 0 0
6 0 0 0
7 12 91 8
8 17 80 10
9 0 0 0
10 0 0 0
11 0 0 0
12 11 90 8
13 11 30 3
14 90 150 15
15 0 0 0
16 0 0 0
17 9 71 11
18 0 0 0
19 0 0 0
20 0 0 0
21 0 0 0
22 13 20 3
23 10 50 4
24 10 67 5
25 9 90 17
26 15 65 12
27 10 72 10
28 17 85 9
29 0 0 0
30 0 0 0
31 0 0 0
Rata-rata 17.824 73.412 8.3

Universitas Sumatera Utara


43

Tabel 3.2. Data Curah Hujan Harian Pada Bulan November di Teladan

Tinggi
Lama Hujan Lama
Tgl. Genangan
(menit) Genangan
(mm)
(menit)
1 0 0 0
2 0 0 0
3 12 70 7
4 40 140 20
5 10 20 2
6 15 70 6
7 18 100 16
8 6 20 2
9 0 0 0
10 0 0 0
11 0 0 0
12 7 30 3
13 5 32 2
14 0 0 0
15 7 57 7
16 0 0 0
17 0 0 0
18 0 0 0
19 0 0 0
20 0 0 0
21 20 110 11
22 19 30 3
23 0 0 0
24 0 0 0
25 0 0 9
26 0 0 0
27 10 49 3
28 17 70 6
29 6 30 3
30 0 0 0
31 0 0 0
Rata-rata 13.714 59.142 6.6

Universitas Sumatera Utara


44

Tabel 3.3. Data Curah Hujan Harian Pada Bulan Desember di Teladan
Tinggi Lama
Lama Hujan
Tgl. Genangan Genangan
(menit)
(mm) (menit)
1 100 110 16
2 54 86 11
3 70 93 8
4 8 28 4
5 20 30 3
6 0 0 0
7 0 0 0
8 50 49 7
9 0 0 0
10 0 0 0
11 0 0 0
12 0 0 0
13 0 0 0
14 0 0 0
15 0 0 0
16 0 0 0
17 0 0 0
18 0 0 0
19 24 40 8
20 0 0 0
21 0 0 0
22 0 0 0
23 0 0 0
24 0 0 0
25 0 0 0
26 0 0 0
27 0 0 0
28 0 0 0
29 0 0 0
30 0 0 0
31 0 0 0
Rata-rata 46.571 62.285 8.14

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai