Anda di halaman 1dari 138

ANALISIS RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)

TERHADAP KESESUAIAN LAHAN DI KECAMATAN


PARUNG PANJANG TAHUN 2008-2015

SKRIPSI

Ditujukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana pendidikan (S.Pd.)

Oleh:
ALI MACHSUN
NIM 1113015000035

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul "Analisis Rencana Tata Ruang Wilayah (RTR!Y) Terhadap


Kesesuaian Lahan di Kecamatan Parung Panjang Tahun 2008-2015" disusun oleh
Ali Machsun, NIM. 1113015000035, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengeiahuan Sosial,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang.berhak
untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

〕永 ana,〕 anllan 2い ち

Yang Mengesahkan,

Pembimbing Skripsi I Pembimbing Skripsi II

Pro■ Dr.Ulfah Faia面 ni MoSi


NIP。 196708281993032006 NIP。 198403122015031002
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul "Analisis Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Terhadap


Kesesuaian Lahan di Kecamatan Parung Panjang Tahun 2008-2015" oleh Ali
Machsun, Nomor Induk Mahasiswa 1113015000035, diajukan kepada Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah
dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah pada tanggal 19 Januari 2018 dihadapan
dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana (Si) dalam bidang
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

Jakarta, 19 Januari 2018

Panitia Ujian Munaqosah

Tanggal Tanda angan


Ketua Sidang (Ketua Jurusan P. IPS)
Dr.Iwan Purwanto. M.Pd ^/ofn
NrP. 1973042420080t | 012

Sekretaris Sidang (Sekretaris Jui'usan P. IFS)


Drs. Syaripulloh. M.Si
NIP. 19670909 200701 1 033

Dosen Penguji I
Dr. H. Nurochim MM
NIP. 19590715 198403 1 003
'/u,*d
Dosen Penguji II
Zaharah M. Ed
NIP. 19720tr5 20t411 2 002
YJ. -d
Mengetahui
Dekan Fakultas mu Tarbiyah da
atul Jakarta
\

hib Ra
03 1 007
SURAT PERNYATAAN KARYA ILⅣ IIAH

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Ali Machsun


NIⅣ I :1113015000035
Jurusan/Prodi Pcndidikan 11lnu Pengetahl■ all Sosia1/Geografl

Angkatan 2013

卜IENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang bttudul“ Analisis Rencana Tata Ruang Wilayah(RTRVI)

Terhadap Kesesuaian Lahan di Kecamatan Parung Panjang Tahun 2008… 2015"


adalah benar hasil karya sendi五 di bawah bilnbingan:

Nama Pel■ bil■ bing I Prof Dr.Ulfi Ftta五 ni,M.Si.


NIP 196708281993032006
Nalna Pcmbimbing H Andri Noor Ardiansyah,NII.Pd.,ヽ 4.Si

NIP 198403122015031002

Dellllikialll surat pemyataan ini saya buat dengan scsunggllhnya dan saya
bertanggungjawab secara akadelnis atas apa yang saya tulis.

Jakarta, Januan 2018

Ali ⅣIachsun

NIⅣ I。 1113015000035
ABSTRAK
ALI MACHSUN (1113015000035). “Evaluasi Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Terhadap Kesesuaian Lahan Di Kecamatan Parung panjang
Tahun 2008-2015”. Skripsi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negri Syarif
Hidayatullah Jakarta. 2017
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Kesesuaian Lahan di
Kecamatan Parung Panjang Kabupaten Bogor Tahun 2008-2015. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode gabungan antara metode kualitatif
deskriptif dan kuantitatif. Analisis data akan dilakukan dengan menggunakan
hasil instrumen penelitian untuk mengetahui faktor pendorong perubahan lahan
dan untuk mengetahui tingkat kesesuaian lahan di Kecamatan parung Panjang
dan dianalisis menggunakan SIG (Sistem Informasi Geografis). Instrumen
penelitian yang akan digunakan dalam analisis adalah observasi, ground check,
wawancara, dokumentasi, dan pengolahan data menggunakan aplikasi.
Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan, bahwa diketahui perubahan
penggunaan lahan yang terjadi di Kecamatan Parung Panjang terjadi cukup
seimbang terhitung mulai tahun 2008 sampai tahun 2015 yaitu peningkatan lahan
yang terjadi sebesar 20% dan penurunan lahan terjadi sebesar 21% dimana
peningkatan paling signifikan terjadi pada lahan terbangun sebesar 17% dan
penurunan yang paling signifikan terjadi pada lahan kosong sebesar 14%. Akan
tetapi berdasarkan hasil pengolahan data penurunan pan peningkatan lahan yang
terjadi sangatlah seimbang.

Kata Kunci : RTRW, Penggunaan Lahan, Kesesuaian Lahan, SIG

i
ABSTRACT
ALI MACHSUN (1113015000035). "Evaluation of the Regional Spatial
Plan (RT/RW) on the Suitability of Land in Kecamatan Parung Panjang on
2008-2015”. Skripsi, Social Sciences Education Department, Faculty of Tarbiyah
and Teacher Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.
2017.
This research intends to acquaint about the Suitability of Land in Kecamatan
Parung Panjang Kabupaten Bogor on 2008-2015. Researcher utilize two kind of
methods of research which are qualitative descriptive method, and quantitative
method. Data analysis will be done by using the results of research instrument to
discover the factors which drive the changes of the land and to acquaint the
suitability level of the land in Kecamatan Parung Panjang which are analyzed by
GIS (Geographic Information System). The research instruments that will be
utilized to analyze the issue are observation, ground check, interview,
documentations, and data processing by an application.

It’s discovered from the result of the research, that is the change of
utilization of land that occured in Kecamatan Parung Panjang is adequately
well-balanced that start from 2008 to 2015. The enhancement of land occured
about 20% and the derivation of land occured 21% which the most significant
enhancement occured on the built-land amount 17% and the most significant
derivation occured on the non-built-land amount 14%. However, based on the
results of data processing whether the enhancement and the derivation of the
land is profoundly well-balanced.

Keywords: RTRW, Land Use, Land Suitability, GIS

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur dipersembahkan kehadirat Allah yang maha indah, karena
berkat kuasa-Nya penulis diberikan kelancaran dalam menjalankan segala
aktivitas setiap hari. Alhamdulillah suatu kata yang pantas diucapkan saat ini
karena berkat limpahan rahmat dan kuasa-Nya penulis telah dapat menyelesaikan
tugas akhir ini tepat pada waktunya.

Penyusunan penelitian ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar strata 1, dan mendapatkan kelulusan pada Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Penyusunan ini dapat terlaksana dengan
lancar berkat dukungan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini saya
saya mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr.Ahmad Thib Raya, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial
3. Bapak Drs. Syaripulloh, M.Si., Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial
4. Dosen pembimbing I Prof. Dr. Ulfah Fajarini,M.Si dan Dosen Pembimbing
II Andri Noor Ardiansyah M.Si yang dengan sabar, tulus dan ikhlas telah
memberikan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
5. Segenap dosen Pendidikan IPS yang telah memberikan ilmu pengetahuan
pada penulis selama menempuh Pendidikan di bangku kuliah.
6. Ayahanda dan Ibunda (Muhammad Waras dan Oon Suhanan) yang terus
melimpahkan cinta dan kasih sayang, motivasi serta doa yang tidak pernah
berhenti. Kakak saya Mukhlisin yang senantiasa memberikan semangat dan

iii
dukungan setiap saat. Serta seluruh keluarga besar yang selalu memotivasi
penulis untuk menyelesaikan studi.
7. Kepala Kecamatan Parung Panjang beserta staf, seluruh masyarakat
Kecamatan Parung Panjang, dan petani yang sudah mengizinkan saya
melakukan penelitian di Kecamatan Parung Panjang
8. Teman-teman UKM Paduan Suara Mahasiswa UIN Jakarta, Dewan
Pengurus Harian PSM UIN Jakarta periode 2017 Jolls, Onike, Miwaltz dan
Diron, Dewan Artistik PSM UIN Jakarta Periode 2017 Sabrin, Javert, Druni,
Jota, Bakuw, Sinatra, dan Sarod, serta Seluruh Pengurus PSM UIN Jakarta
periode 2017.
9. Seluruh teman-teman geografi movement 2013 yang telah banyak
memberikan pengalaman kepada penulis tentang indahnya arti
kebersamaan.
10. Teman-teman P.IPS angkatan 2013 seperjuangan yang telah berjuang
bersama, saling bahu-membahu saling memotivasi satu sama lain.

Dan semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu yang telh
membantu saya baik secara langsung ataupun tidak langsung dalam
menyelesaikan penelitian ini.

Dalam penulisan laporan penelitian ini saya sangat menyadari masih


banyak kekurangan dan belum sempurna, oleh karena itu saya sangat membuka
hati dan menerima semua masukkan kritik atau saran yang bersifat membangun
demi perbaikan laporan penelitian ini. Saya berharap laporan penelitian ini dapat
menjadi salah satu acuan bagi peneliti lainnya dan bisa bermanfaat bagi kita
semua.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Jakarta, Desember 2017

Penulis

iv
DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................... i

ABSTRACT .................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................. iii

DAFTAR ISI ................................................................................................. v

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix

DAFTAR GRAFIK ........................................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang Penelitian ................................................................... 1


B. Identifikasi Masalah ............................................................................ 7
C. Pembatasan Masalah ........................................................................... 7
D. Perumusan Masalah ............................................................................ 7
E. Tujuan Penelitian ................................................................................ 7
F. Manfaat Penelitian .............................................................................. 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ....................................................................... 10

A. Deskripsi Teoritik ............................................................................. 10


1. Perencanaan.................................................................................. 10
2. Tata Ruang ................................................................................... 11
3. Wilayah ........................................................................................ 13
4. Rencana Tata Ruang Wilayah ...................................................... 15
5. Tujuan Perencanaan Tata Ruang Wilayah ................................... 16
6. Arahan Pembangunan Daerah Menurut RTRW
Kabupaten Bogor ......................................................................... 17
7. Lahan ............................................................................................ 22
8. Pengertian Penggunaan Lahan ..................................................... 24

v
9. Perubahan Penggunaan Lahan ..................................................... 25
10. Evaluasi Lahan ............................................................................. 25
11. Kemampuan Lahan ...................................................................... 26
12. Prinsip Evaluasi Lahan Menurut FAO ......................................... 26
13. Struktur Klasifikasi Kesesuaian ................................................... 27
14. Evaluasi Kesesuaian Lahan .......................................................... 30
a. Logika Dilakukannya Evaluasi Lahan................................... 32
b. Dasar-Dasar Evaluasi Lahan ................................................. 33
c. Tujuan Evaluasi Lahan .......................................................... 34
d. Pentingnya Evaluasi Lahan Dalam Perencanaan Tataguna
Lahan ..................................................................................... 35
B. Penelitian Yang Relevan .................................................................... 36
C. Kerangka Penelitian ......................................................................... 40

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 42

A. Lokasi Dan Waktu Penelitian ........................................................... 42


1. Lokasi Penelitian ........................................................................ 42
2. Waktu Penelitian ........................................................................ 42
B. Metode Penelitian ............................................................................. 43
C. Populasi dan Sampel .......................................................................... 45
1. Populasi ....................................................................................... 45
2. Sampel......................................................................................... 45
D. Sumber Data ....................................................................................... 45
1. Data Spasial ................................................................................ 45
2. Data Atribut ................................................................................ 46
E. Pengelolaan Data Spasial....................................................................... 46
1. Cropping Citra ............................................................................ 46
2. Pemulihan ................................................................................... 46
3. Koreksi Radiometrik ................................................................... 47
4. Klasifikasi Tidak Terbimbing (Unsupervised Clasification)...... 47
4. Ground Check ............................................................................. 47

vi
5. Analisis Akurasi Interpretasi Kappa ........................................... 47
6. Klasifikasi Terbimbing ............................................................... 48
7. Analisis Perubahan Lahan ......................................................... 48
F. Pengelolaan Data Atribut ....................................................................... 48
1. Survei Lapangan ......................................................................... 48
2. Wawancara ................................................................................ 49
3. Dokumentasi ............................................................................. 49
4. Analisis Data ............................................................................... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 51

A. Kondisi Daerah Penelitian.................................................................... 51


1. Letak Geografis ............................................................................. 51
2. Iklim .............................................................................................. 52
3. Kondisi Geologi Dan Morfologi ................................................... 52
4. Kondisi Kependudukan Kecamatan Parung Panjang .................... 53
B. Hasil Penelitian .................................................................................... 53
1. Hasil Ground Check lapangan berdasarkan interpretasi citra ....... 54
2. Hasil Penelitian ............................................................................. 59
C. Faktor Pendorong Perubahan kesesuaian Lahan Kecamatan Parung
Panjang. ................................................................................................ 63
1. Aspek Politik ................................................................................. 64
2. Aspek Ekonomi ............................................................................. 65
3. Aspek Demografi .......................................................................... 68
4. Aspek Budaya ............................................................................... 69

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 72


A. Simpulan .............................................................................................. 72
B. Saran ..................................................................................................... 73

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 75

LAMPIRAN

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian ................................................................... 42


Gambar 4.1 Peta Administrasi Kecamatan Parung Panjang ............................. 51
Gambar 4.2 Persentase Jumlah Lahan Kabupaten Bogor Tahun 2005 ............. 56
Gambar 4.3 Persentase Peningkatan Lahan Kabupaten Bogor Tahun 2005 ..... 57
Gambar 4.4 Persentase Penurunan Lahan Kabupaten Bogor Tahun 2005 ....... 58
Gambar 4.5 Peta Klasifikasi Kecamatan Parung Panjang Tahun 2015 ............ 59
Gambar 4.6 Persentase Jumlah Lahan Kecamatan Parung Panjang
Tahun 2008 ..................................................................................... 60
Gambar 4.7 Persentase Jumlah Lahan Kecamatan Parung Panjang
Tahun 2015 ..................................................................................... 61
Gambar 4.8 Perumahan Elite Serpong Kencana ............................................... 65
Gambar 4.9 Ruko-Ruko Serpong Kencana ....................................................... 65

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Daftar Kecamatan se-Kabupaten Bogor ........................................... 4


Tabel 2.1 Penelitian yang Relevan .................................................................... 36
Tabel 2.2 Kerangka Penelitian .......................................................................... 41
Tabel 3.1 Kegiatan Penelitian ........................................................................... 43
Tabel 4.1 Desa se-Kecamatan Parung Panjang ................................................. 52
Tabel 4.2 Kondisi Kependudukan ..................................................................... 53
Tabel 4.3 Ground Check ................................................................................... 54
Tabel 4.4 Jumlah Lahan Kabupaten Bogor Tahun 2005................................... 56
Tabel 4.5 Peningkatan Lahan Kabupaten Bogor Tahun 2005 .......................... 57
Tabel 4.6 Penurunan Lahan Kabupaten Bogor Tahun 2005 ............................. 57
Tabel 4.7 Lahan Kecamatan Parung Panjang ................................................... 59
Tabel 4.8 Lahan Kecamatan Parung Panjang Tahun 2015 ............................... 60
Tabel 4.9 Peningkatan Lahan Kecamatan Parung Panjang Tahun 2008 .......... 61
Tabel 4.10 Penurunan Lahan Kecamatan Parung Panjang ............................... 62

ix
DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Peningkatan Lahan Kecamatan Parung Panjang ............................. 61


Grafik 4.2 Rasio Peningkatan Luas Lahan Pertahun ........................................ 62
Grafik 4.3 Penurunan Lahan Kecamatan Parung Panjang ................................ 62
Grafik 4.4 Rasio Penurunan Luas Lahan Pertahun ........................................... 63

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Survei Lapangan


Lampiran 2 Pedoman Wawancara
Lampiran 3 Hasil Survei Lapangan
Lampiran 4 Hasil Wawancara
Lampiran 5 Dokumentasi Penelitian Lapangan
Lampiran 6 Dokumentasi Penelitian Wawancara

xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Tidak dapat dipungkiri bahwa perencanaan pengembangan wilayah
merupakan hal yang tidak dapat diabaikan dalam pembangunan negara secara
keseluruhan. Secara formal dapat didefinisikan bahwa perencanaan adalah
suatu proses untuk menentukan tindakan yang tepat. Tindakan dikatakan tepat
apabila sesuai dengan tujuan. Jadi, perencanaan berhadapan dengan
pertanyaan apa tujuan yang akan dicapai dan bagaimana cara mencapainya.
Dengan demikian, pilihan-pilihan yang harus dilakukan dalam proses
perencanaan terdiri atas tiga tahap. Yang pertama adalah pemilihan tujuan
dan kriteria, kedua adalah identifikasi dari alternatif yang sejalan dengan
tujuan tersebut, ketiga adalah pemilihan pedoman dari tindakan menuju
tujuan tersebut. Jadi, dapat disimpulkan bahwa perencanaan adalah pemilihan
tindakan untuk masa depan yang sesuai dengan keinginan kita.1
Pemanfaatan ruang akan berubah dengan cepat seiring dengan
pembangunan dan bertambahnya penduduk di suatu daerah. Bertambahnya
penduduk menimbulkan pembangunan baru sebagai fasilitas dalam kegiatan
manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pembangunan yang dilakukan
mendorong pengalihfungsian pemanfaatan ruang yang terkadang tidak
didukung oleh potensi lahan itu sendiri. Pemanfaatan ruang yang tidak
didukung oleh potensi lahannya akan menimbulkan permasalahan
penggunaan lahan. Meningkatnya kebutuhan dan persaingan penggunaan
lahan perlu pemikiran seksama dalam mengambil keputusan yang paling
menguntungkan dan tepat guna dari sumber daya lahan yang terbatas dalam
pengalihfungsian pemanfaatan ruang.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang mengisyaratkan bahwa penyusunan rencana tata ruang
dilakukan harus mencakup ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk

1
Siti Sutriah Nurzaman, Perencanaan Wilayah Dalam Konteks Indonesia, (Penerbit ITB,
Bandung, 2012). Hlm. 5

1
2

ruang di dalam bumi, disusun secara berjenjang yang pada akhirnya rencana
tata ruang tersebut ditetapkan dengan peraturan daerahnya masing-masing.
Rencana Tata Ruang Wilayah merupakan wujud dari upaya pemerintah untuk
menyelaraskan aspek fisik lahan dengan aspek sosial ekonomi. Namun
demikian, kompleksitas permasalahan sosial ekonomi masyarakat dan upaya
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) seringkali melahirkan
kebijakan-kebijakan baru yang kurang memperhatikan aspek fisik lahan
sehingga dapat mengganggu ekosistem. Hal ini dapat mengakibatkan
timbulnya degradasi lahan.
Pada dasarnya kita sebagai manusia yang berakal dituntut untuk selalu
menjaga keseimbangan lingkungan, seperti yang telah dijelaskan dalam Q.S.
Al A’raf ayat 56-58

ٌ‫صلَاحِهَاوَا ْدعُوْهُ خَ ْوفًاوَّطَمَعًاۗ اِنَّ رَحْ َمتَ اللهِ َقرِيْب‬ ْ ِ‫ض َبعْدَا‬ ِ ْ‫وَلَا ُتفْسِدُوْا فِى الْاَر‬
ّٰۤ‫شرًابََّْۗينَ يَدَيْ رَحْمَِِهَِۗ حَِّٰٰۤى ِاذَا‬ ْ ُ‫حسِنِْينَ۞ َوهُوَ الَّذِيْ ُيرْ ِسلُ الرِيٰحَ ب‬ ْ ُ‫ِمنَ الْم‬
ِِٰۗ‫َاقََّلتْ َسحَابًا ِثقَالاً ُسقْنٰهُ لِبَلَدٍمَِّيتٍ فَاَْنزَلْنَابِهِ الْمَآءَّ فَاَخْرَْْنَابِهِ ِمنْ ُُلِ الَّ َمر‬
َِ ‫ْ ُرُُ نَبَاتُهُ بِِاذْنِ رَب‬
ۗ‫ِه‬ ْ ‫َُرُوْنَ۞وَالَْبلَدُ الطَِّيبُ َي‬ َّ ‫ْ ِرُُ الْمَوْتٰى َلعََّلكُمْ تَذ‬ ْ ‫َُذٰلِكَ ُن‬
۞َ‫ْ ُرُُ اِلَّانَكِدًاۗ َُذٰلِكَ ُنصَرِفُ الْاٰ ٰيتِ ِلقَوْمِ يَّشْ ُكرُوْن‬ ْ ‫وَالَّذِيْ خَُبثَ لَاَي‬
)65-65 : ‫(الاعراف‬

Artinya: “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi


sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdo’alah kepadanya dengan rasa
takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya
rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. Dan Dia-
lah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum
kedatangan rahma-Nya (hujan) hingga apabila angin itu telah membawa
awan mendung, kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu kami turunkan
hujan di daerah itu. Maka kami keluarkan dengan sebab hujan itu berbagai
macam buah-buahan. Seperti itulah kami membangkitkan orang-orang yang
telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran. Dan tanah yang
baik, tanam-tanamannya tumbuh dengan seizin Allah, dan tanah yang tidak
subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah kami
mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang
bersyukur.” (QS Al A’raf : 56-58)
3

Dalam ayat tersebut Allah SWT melarang siapapun membuat kerusakan


dibumi dalam segala bidang. Allah menciptakan bumi dan seisinya ini dengan
sebaik-baiknya. Semuanya itu dijadikan Allah SWT untuk dimanfaatkan
manusia, tetapi bukan untuk dirusak. Selanjutnya Allah SWT mengingatkan
kepada manusia untuk senantiasa berdoa kepada-Nya dengan rasa takut jika
doanya tidak terkabulkan. Dengan berdoa manusia tidak akan berputus asa,
namun sebaliknya akan memperlebar keyakinan, kepasrahan dan keikhlasan.
Ingatlah bahwa rahmat Allah SWT itu sangat dekat dengan orang yang
berbuat kebajikan.
Dijelaskan bahwa Allah SWT menjelaskan kebaikan-Nya terhadap
makhluk ciptaan-Nya diantaranya menciptakan angin. Allah menjelaskan
salah satu fungsi angin pada ayat ini yaitu mendorong awan tebal ke berbagai
negeri sehingga penduduk negeri yang kekeringan menjadi senang karena
pertanda akan turunnya hujan. Selanjutnya Allah SWT mengingatkan, kalau
tanah yang kering, lekang, dan mati saja dapat dihidupkan kembali oleh Allah
SWT dengan menurunkan hujan, tentunya bagi Allah SWT sangatlah mudah
menghidupkan orang-orang yang telah mati meskipun yang tersisa hanyalah
tulang belulang bahkan sudah manyatu dengan tanah.
Allah menjelaskan bahwa tanah itu ada yang tidak baik dan subur.
Seperti kata Ibnu Abbas r.a bahwa orang yang baik sifat dan tabiatnya
diumpamakan dengan tanah yang subur, yaitu dapat menerima kebenaran dan
memanfaatkan untuk kemaslahatan dirinya maupun orang lain. Sedangkan
orang yang buruk sifat/tabitnya itu sama seperti tanah yang tidak subur/mati
yang tidak mau menerima kebenaran dan tidak mau menerima kebenaran dan
tidak mendapatkan faedahnya sedikitpun untuk dirinya bahkan akan merusak
orang lain.
Kabupaten Bogor merupakan salah satu Kabupaten dalam lingkungan
Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, Kabupaten Bogor berbatasan dengan
Kabupaten Tangerang, Kabupaten/Kota Bekasi dan Kota Depok di sebelah
utara, kemudian dengan Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Karawang di
sebelah timur, sedangkan di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten
4

Sukabumi dan Cianjur, sementara di sebelah barat berbatasan dengan


Kabupaten Lebak Propinsi Banten serta di tengah-tengah terletak Kota Bogor.
Wilayah Kabupaten Bogor memiliki luas ± 298.838,304 Ha, dengan tipe
morfologi wilayah yang bervariasi, dari dataran yang relatif rendah di bagian
utara hingga dataran tinggi di bagian selatan, yaitu sekitar 29,28 % berada
pada ketinggian 15-100 meter di atas permukaan laut (dpl), 42,62 % berada
pada ketinggian 100-500 meter dpl, 19,53 % berada pada ketinggian 500–
1.000 meter dpl, 8,43 % berada pada ketinggian 1.000–2.000 meter dpl dan
0,22 % berada pada ketinggian 2.000–2.500 meter dpl.2
Berdasarkan Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2003 Tentang Pembentukan
dan Perda No. 40 Tahun 2004 Tentang OTK Kecamatan Kabupaten Bogor
Memliki 40 Kecamatan, Berikut ini daftar mengenai 40 Kecamatan yang ada
di Kabupaten Bogor3 :
Tabel 1.1 Daftar Kecamatan se-Kabupaten Bogor

No Nama Kecamatan No Nama Kecamatan


1 Kecamatan Jonggol 21 Kecamatan Cigudeg
2 Kecamatan Cariu 22 Kecamatan Sukajaya
3 Kecamatan Tanjung Sari 23 Kecamatan Leuwiliang
4 Kecamatan Cileungsi 24 Kecamatan Leuwisadeng
5 Kecamatan Sukamakmur 25 Kecamatan Ciampea
6 Kecamatan Cibinong 26 Kecamatan Tenjolaya
7 Kecamatan Citeureup 27 Kecamatan Cibungbulang
8 Kecamatan Sukaraja 28 Kecamatan Pamijahan
9 Kecamatan Gunung Putri 29 Kecamatan Rumpin
10 Kecamatan Babakan Madang 30 Kecamatan Cisarua
11 Kecamatan Ciseeng 31 Kecamatan Ciomas
12 Kecamatan Kemang 32 Kecamatan Tamansari

2
https://bogorkab.go.id/index.php/page/detail/5/letak-geografis#.WBk0ci197IU di akses pada
tanggal 02 November 2016 pukul 07.30 WIB.
3
http://bogorkab.go.id/index.php/page/detail/24/kecamatan#.WB0ncy197IU di akses pada
tanggal 05 November 2016 pukul 08.00 WIB
5

13 Kecamatan Rancabungur 33 Kecamatan Cijeruk


14 Kecamatan Gunung Sindur 34 Kecamatan Cigombong
15 Kecamatan Bojonggede 35 Kecamatan Caringin
16 Kecamatan Tajur Halang 36 Kecamatan Dramaga
17 Kecamatan Jasinga 37 Kecamatan Megamendung
18 Kecamatan Nanggung 38 Kecamatan Kelapanunggal
19 Kecamatan Ciawi 39 Kecamatan Parung Panjang
20 Kecamatan Tenjo 40 Kecamatan Parung

Dari 40 kecamatan tersebut, peneliti akan meneliti Kecamatan Parung


Panjang yang saat ini tengah berkembang menjadi suatu Kecamatan yang
mengarah kepada modernisasi. Kecamatan Parung Panjang merupakan salah
satu daerah yang sedang berada dalam proses perubahan lahan. Proses ini
terjadi akibat adanya faktor-faktor yang mendorang perubahan lahan itu
terjadi seperti lahan pertanian yang dahulu mendominasi daerah tersebut kini
telah banyak dikonversi menjadi perumahan, tempat industri, fasilitas umum,
penggolahan tempat wiasta dan lain sebagainya yang memberikan pengaruh
kepada masyarakat.

Masyarakat-masyarakat di daerah ini tidak berfikir panjang mengenai


dampak yang akan ditimbulkan karena adanya pengalih fungsian lahan
tersebut. Faktor pendorong yang lain ialah karena tuntutan ekonomi yang
memaksa masyarakat sekitar untuk menjual persawahan, perkebunan, ladang
kepada pemilik proyek perumahan atau industri yang akan merubah lahan
tersebut baik dalam jangka waktu cepat ataupun lambat. Maka secara cepat
atau lambat pula daerah sekitar akan menemui permasalahan seperti
pencemaran udara akibat dari proses industri, limbah perumahan yang
semakin hari semakin menumpuk, kurangnya ruang terbuka hijau didaerah
tersebut, warga sekitar tidak bisa merasakan hasil panen seperti biasanya, dan
akan menjadi ketidakseimbangan.

Pemerintah daerah sebagai salah satu peran yang cukup besar untuk
menjaga kesetabilan antara ruang yang dapat diolah untuk mendukung suatu
6

daerahnya dengan ruang yang seharusnya tetep utuh dijaga untuk


keseimbangan penggunaan lahan. Dalam era teknologi sekarang seharusnya
pemerinta membuat suatu informasi mengenai pemenfaatan ruang yang ideal
dan daerah-daerah mana saja yang potensial untuk mendukung daerah
tersebut baik dari segi penempatan perumahan, pemenfaatan ruang terbuka
hijau dan lain sebagainya yang dapat diakses oleh semua masyarakat, agar
masyarakat mengetahui pemanfaatan daerahnya agar sesuai dengan apa yang
diharapkan.

Masalah pembangunan juga erat kaitannya dengan kebijakan pemerintah


daerah. Kerjasama pembangunan tersebut tentu saja sebelumnya telah
menjadi wacana yang didiskusikan dengan seksama antara investor dengan
perusahaan terkait dengan para petinggi pemerintah, termasuk perangkat desa
yang semestinya selalu melakukan pengkontrolan atas kebijakan yang telah
disepakati bersama.

Kajian mengenai kesesuaian lahan sangat penting dilakukan agar menjadi


acuan bagi kegiatan pembangunan disuatu daerah. Konversi lahan dari satu
fungsi ke fungsi yang lainnya harus diperhitungkan dengan seksama. Selain
perubahan penggunaan lahan yang terjadi, faktor-faktor pendorong perubahan
lahan yang saling berkaitan satu sama lain juga perlu dianalisis secara
mendalam untuk mendeskripsikan bagaimana perubahan lahan itu terjadi.4
Berdasarkan uraian diatas, menyadari begitu pentingnya lahan serta
penggunaannya maka penulis tertarik untuk mengangkat masalah ini dalam
satu penelitian berjudul “Analisis Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Terhadap Kesesuaian Lahan Di Kecamatan Parung Panjang Tahun 2008-
2015.”

4
Selly Sulistiawati, Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Desa Pagedangan Kecamatan
Pagedangan Kabupaten Tangerang Tahun 1993-2013, (Skripsi pada strata 1 program Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial Konsentrasi Geografi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015) hlm 3
7

B. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang diatas telah teridentifikasi masalah-masalah
sebagai berikut:
1. Peralihan potensi lahan seperti persawahan, perkebunan, ladang dan
sebagainya akibat penjualan oleh petani karena tuntan ekonomi.
2. Kurangnya upaya untuk memperbaiki kualitas lahan yang telah
digunakan, untuk mencegah terjadinya kerusakan lingkungan.
3. Kurangnya pengawasan pemerintah terhadap pengalih fungsian lahan.
4. Kurangnya informasi mengenai kesesuaian lahan yang diharapkan.
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini dibatasi beberapa masalah berdasarkan uraian
identifikasi masalah di atas yaitu:
1. Kesesuaian lahan di Kecamatan Parung Panjang terhadap Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Bogor.
2. Faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan kesesuaian lahan di
Kecamatan Parung Panjang
D. Perumusan Masalah
Setelah mengidentifikasi masalah pada latar belakang penelitian, maka
rumusan masalah yang akan diangkat adalah sebagai berikut:
1. Apakah Rencana Tata Ruang Wilayah sudah sesuai dengan peraturan
daerah Kabupaten Bogor?
2. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan
kesesuaian lahan di Kecamatan Parung Panjang?
E. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin diperoleh dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis kesesuaian pemanfaatan ruang di Kecamatan Parung
Panjang terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor tahun
2005-2025.
8

2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan


kesesuaian lahan di Kecamatan Parung Panjang.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin diraih dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi peneliti, menambah pengalaman, wawasan dan pemahaman
dalam penerapan konsep dan teori geografi di lapangan.
b. Bagi UIN Syarif Hidayatulah Jakarta, sebagai produk penelitian di
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Konsentrai geografi
yang diharapkan daat memberikan kontrbusi yang baik.
c. Bagi dunia pendidikan, sebagai bahan pengayaan pada bahan ajar
untuk mata pelajaran geografi dan memberikan manfaat
pengaplikasian Sistem Informasi Geografi dan Penginderaan
Jauh secara teknis sesuai kajian yang diteliti.
d. Bagi pembaca, peneitian ini melengkapi kajian tentang kesesuaian
lahan dengan RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) Kabupaten
Bogor. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menamah ilmu
pengetahuan pembaca dan meningkatkan pemahaman dan kesadaran
akan pentingnya menjaga keseimbangan lingkungan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi instansi, Memberikan informasi sebagai pertimbangan kepada
pengambil kebijakan berupa rujukan mengenai keselarasan
pemanfaatan ruang. Penelitian ini juga bisa dijadikan sebagai referensi
yang dipelajari sebelum dilakukannya alih fungsi lahan dan juga
menjadi pedoman agar pihak-pihak yang berwenang bisa mengambil
keputusan dengan baik dan benar.
b. Bagi masyarakat, memberikan gambaran Kecamatan Parung Panjang
Kabupaten Bogor mengenai pentingnya memperhatikan tata ruang
wilayah dan keadaan lahan yang telah direncanakan agar memberikan
keseimbangan pada lingkungan.
9

c. Bagi peneliti lain, diharapkan berguna sebagai bahan pembanding


bagi penelitian sejenis yang sudah atau penelitian lainnya yang akan
dilakukan, serta bisa menjadi referensi dalam kaitannya dengan
penelitian yang relevan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritik
1. Perencanaan
Dalam membahas perencanaan wilayah, yang pertama kali harus
dibahas adalah pengertian mengenai perencanaan wilayah. Perencanaan
wilayah terdiri atas dua kata, yaitu perencanaan dan wilayah.
Perencanaan sebetulnya suatu kata yang tidak asing. Boleh dikatakan
semua orang serta semua badan, baik itu badan pemerintahan maupun
swasta, melakukan perencanaan.
Perencanaan adalah suatu cara berfikir mengenai masalah sosial dan
ekonomi. Perencanaan berorientasi kedepan, sangat memikirkan
hubungan antar tujuan dengan keputusan bersama dan mengusahakan
kekomprehensifan di dalam kebijakan dan program. Jadi, dapat
disimpulkan perencanaan adalah pemilihan tindakan untuk masa depan
yang sesuai dengan keinginan kita.
Lebih rinci lagi, mengadopsi definisi operasional perencanaan yang
didefinisikan oleh Friedman dalam bukunya yang terkenal, Planning in
The Public Domain, perencanaan dapat didefinisikan sebagai kegiatan
yang melibatkan tahapan berikut:
a. Mengidentifikasi dan mendefinisikan permasalahan yang akan di
intervensi
b. Memodelkan dan menganalisissituasi dan kondisi dengan tujuan
untuk menyelesaikan permasalahan.
c. Merancang satu atau lebih alternatif solusi yang potensial, baik
dalam bentuk kebijakan, rencana subtantif, rencana tindak, inovasi
institusional, metode mobilitas sosial, dan lain-lain. Alternatif-
alternatif solusi ini biasanya mempunyai karakter sebagai berikut:
a) Futuristik: spesifikasi tujuan dan sasaran, termasuk juga
peramalan kondisi masa depan, penilaian probabilitas, skenario
tahapan-tahapan kejadian yang akan terjadi, dan lain-lain

10
11

b) Ruang: lokasi, struktur spasial, desain fisik, dan lain lain


c) Resource requirements: perkiraan biaya dan kebutuhan lainnya
atas sumber daya langka, seperti foreign exchange, tenaga kerja
ahli dan lain-lain
d) Prosedur pengimplementasian alternatif solusi tersebut.
e) Prosedur untuk menilai umpan balik (feedback) dan evaluasi.
f) Mengevaluasi secara mendalam solusi alternatif yang
ditawarkan, baik dalam hal kelayakan teknis, efektifitas biaya,
dampak yang mungkin terjadi pada kelompok masyarakat,
maupun tingkat penerimaan politik, dan seterusnya.1
2. Tata Ruang
Dewasa ini istilah tata ruang sering disebut dalam berbagai
kesempatan dan oleh berbagai lapisan masyarakat mulai pejabat sampai
masyarakat umum. Fenomena ini merupakan pertanda dimulainya era
baru pemahaman dan pengakuan (legitimasi) tentang arti pentingnya tata
ruang dalam bidang pembangunan. Hal itu tidak terlepas dari lahirnya
UU No. 24 tahun 1992 tentang penataan ruang sebagai landasan
hukumnya.2
Tata dapat diartikan sebagai aturan atau kaidah aturan dan susunan
atau cara menyusun. Sedangkan ruang merupakan wadah atau tempat
atau lingkungan. Menurut pendapat Mabogonjue dalam Jayadinata dalam
buku yang berjudul Pembangunan Kawasan Dan Tata Ruang Yang
ditulis oleh Rahardjo Adisasmita bahwa ruang terbagi kedalam 3 macam
yaitu:
1. Ruang Mutlak, merupakan wadah bagi unsur-unsur yang ada di
ruang itu, misalnya ruang permukaan bumi adalah wadah berbagai
benua, gunung, kota dan sebagainya.

1
Siti Sutriah Nurzaman, Perencanaan Wilayah Dalam Konteks Indonesia, (Bandung, Penerbit
ITB, 2012) hlm, 5-6
2
Rahardjo Adisasmita, Pembangunan Kawasan Dan Tata Ruang, (Yogyakarta, Graha Ilmu,
cet. Ke-2, 2013) hlm 255
12

2. Ruang Relatif, jika tempat A dan B berdekatan tapi tidak ada jalan
yang menghubungkan sedangkan tempat A dan C berjauhan tetapi
terdapat jalan dan alat perangkutan, maka dikatakan bahwa jarak AC
menjadi lebih mudahdijangkau dan ruangnya relatif lebih kecil.
3. Ruang Relasi, yang melibatkan unsur-unsur yang mempunyai relasi
satu sama laindan saling berinteraksi, jadi ruang relasi mengandung
unsur-unsur dan atau bagian-bagian yang saling berinteraksi,
sehingga jika unsur-unsur berubah sebagai akibat interaksi ruang
dikatan bahwa ruang itu berubah. Karena berbagai unsur terus
mengadakan relasi dan interaksi maka dikatakan ruang relasi itu
bersifat dinamis karena ruang itu terus berubah. Pengertian ruang
relasi itulah yang digunakan dalam perencanaan, sehingga
perencanaan pembangunan adalah perencanaan restrukturisasi ruang.

Lebih lanjut lagi Jayadinata mendefinisikan ruang berdasarkan aspek


geografi umum dan geografi regional. Menurut aspek geografi umum,
ruang (space) adalah permukaan bumi yang merupakan lapisan biosfera,
tempat hidup tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia. Berdasarkan
geografi regional, ruang yang merupakan suatu wilayah yang mempunyai
batas geografi, yaitu batas menurut keadaan fisik, sosial atau
pemerintahan yang terjadi dari sebagian permukaan bumi dan lapisan
tanah di bawahnya serta udara di atasnya. Ini dijelaskan dalam buku
Pembangunan Kawasan Dan Tata Ruang Yang ditulis oleh Rahardjo
Adisasmita
Immanuel kant dan plato dalam Eko Budihardjo memberi batasan
tentang ruang secara filosofis yang mengartikan “Ruang bukanlah
sesuatu yang objektif sebagai hasil pikiran dan perasaan manusia”
sedangkan Plato mengemukakan bahwa “Ruang adalah sutau kerangka
atau wadah di mana objek dan kejadian tertentu berada”.3

3
Ibid, Rahardjo Adisasmita…, hlm 253-254
13

Batasan dan pengertian menurut UU No 24 tahun 1992 tentang


penataan ruang adalah sebagai berikut:
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan dan
ruang udara, sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk
lainnya melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya.
Tata ruang merupakan wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang
baik yang direncanakan maupun tidak. Penataan ruang adalah proses
perencanaan tata ruang, pemanfatan ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang.4 Sama halnya pandangan menurut tokoh yang lain,
Menurut Sugandi dan Murtopo pun yang ditulis dalam buku
Pembangunan Kawasan Dan Tata Ruang Yang ditulis oleh Rahardjo
Adisasmita, pengertian tata ruang dapat didefinisikan:
Tata ruang (dengan penekanan pada tata) adalah pengeturan susunan
ruang suatu wilayah atau daeran sehingga tercapainya persyaratan yang
bermanfaat bagi semi ekonomi, sosial, budaya, dan politik yang sangat
menguntungkan bagi perkembangan di wilayah atau daerah tersebut.
Tata ruang (dengan penekanan ruang) adalah suatu wadah dalam tiga
dimensi (trimatral), yakni tinggi, lebar, dan kedalamannya yang
menyangkut bumi, air, sungai, danau, lautan, dan segala kekayaan yang
terkandung di dalamny, udara, ruang, angkasa diatasnya secara terpadu,
sehingga peruntukan dan penggunaannya serta penggelolaannya
mencapai manfaat sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat dalam arti
kebangsaan dan kesejahteraan rakyat.5
3. Wilayah
Perencanaan wilayah adalah perencanaan yang diterpakan pada suatu
wilayah. Dengan demikian, pembahasan selanjutnyua adalah mengenai
wilayah. Pengertian pertama yang harus ditanamkan dalam
mengidentifikasikan wilayah adalah: “wilayah adalah ruang”. mengenai
“ruang” ini ada dua pandangan yang berbeda, yaitu pandangan subjektif

4
Undang undang Penataan Ruang (UU RI No. 26 Tahun 2007) (Jakarta, Sinar Grafika, 2008)
hlm 7
5
Op Cit, Rahardjo, Adisasmita..., hlm 255
14

dan objekti. Pandangan subjektif mengatakan penentuan wilayah sebagai


cara membagi ruang untuk mencapai tujuan tertentu. Penentuan wilayah
adalah suatu metode klasifikasi untuk menyusun pengelompokan ruang.
Wilayah dipandang sebagai suatu alat untuk menerangkan ruang yang
didefinisikan menurut kriteriatertentu. Dengan demikian apabila kriteria
berubah, maka batas wilayahnya pun berubah. Definisi ini dikemukakan
Glasson pada tahun 1978 dan ditulis kembali dalam buku yang ditulis
oleh Siti Sutriah Nurzaman, yang berjudul Perencanaan Wilayah Dalam
Konteks Indonesia,
Lebih dalam lagi Glasson mengungkapkan bahwa pandangan
objektif berpendapat sebaliknya. Jika menurut pandangan subjektif
penentuan wilayah adalah cara untuk mencapai tujuan, maka menurut
pandangan objektif tujuan dari penentuan wilayah adalah penentuan
wilayah itu sendiri. Wilayah dipandang sebagai satu kesatuan yang pasti,
suatu organisme yang dapat di identifikasi dan dipetakan. Pada tahun
1905 Herbertson Glasson (ahli goegrafi dari Oxford) membagi dunia
kedalam “wilayah alamiah” berdasarkan pendekatan analitis. Pembagian
ini berdasarkan empat kriteria, yaitu konfigurasi tanah, iklim, vegetasi,
dan kepadatan penduduk. Dimana iklim merupakan faktor dominan.6
Konsep Pembangunan Wilayah Internal dimaksud adalah:
a. Potensi sumber daya dan laut yang berlimpah yang merupakan
peluang bagi pembangunan wilayah
b. Kondisi alam suatu provinsi yang merupakan wilayah daratan yang
berdataran tinggi, memiliki Daerah Aliran Sungai (DAS), pesisir
pantai dan pulau-pulau kecil.
c. Adanya beberapa kawasan yang rawan bencana dapat menjadi
kendala dalam pengembangan wilayah.
d. Akses antar kabupaten masih bertumpu pada angkutan darat, dan
pelayanan angkutan lautdan udara yang masih perluditingkatkan

6
Log Cit, Siti Sutriah Nurzaman..., hlm 6-7
15

khususnya pada kabupaten yang memiliki wilayah kepulauan dan


jarak tempuh yang panjang.
e. Adanya kesenjangan ekonomi antar pusat pertumbuhan dengan
daerah-daerah belakangnya dan kawasan-kawasan pulau-pulau kecil
yang relatif masih terbelakang (khususnya yang masih sulit
dijangkau).
f. Fungsi utama kota-kota terutama sebagai simpul jasa distribusi
pemasaran, perhubungan, perdagangan, pusat kegiatan industri dan
pusat komunikasi.7
4. Rencana Tata Ruang Wilayah
Rencana umum tata ruang merupakan perangkat penataan ruang
wilayah yang disusun berdasarkan pendekatan wilayah administratif yang
secara hierarki terdiri atas rencana tata ruang wilayah nasional, rencana
tata ruang wilayah provinsi, dan rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kota.
Rencana umum tata ruang nasional adalah arahan kebijakan dan
strategi pemanfaatan ruang wilayah nasional yang disusun guna menjaga
integritas nasional, keseimbangan dan keserasian perkembangan antar
wilayah dan antar sector, serta keharmonisan antar lingkungan alam
dengan lingkungan buatan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Rencana umum tata ruang provinsi adalah rencana kebijakan
operasional dari RTRW Nasional yang berisi strategi pengembangan
wilayah provinsi, melalui optimasi pemanfaatan sumber daya,
sinkronisasi pengembangan sektor, koordinasi lintas wilayah
kabupaten/kota dan sektor, serta pembagian peran dan fungsi
kabupaten/kota di dalam pengembangan wilayah secara keseluruhan.
Rencana umum tata ruang kabupaten/kota adalah penjabaran RTRW
provinsi ke dalam kebijakan dan strategi pengembangan wilayah
kabupaten/kota yang sesuai dengan fungsi dan peranannya di dalam

7
Op Cit, Rahardjo Adisasmita..., hlm 259
16

rencana pengembangan wilayah provinsi secara keseluruhan, strategi


pengembangan wilayah ini selanjutnya dituangkan ke dalam rencana
struktur dan rencana pola ruang operasional.8
5. Tujuan Perencanaan Tata Ruang Wilayah
Tujuan perencanaan tata ruang wilayah adalah mengurangi
permasalahan dalam kinerja perencanaan tata ruang berdasarkan peluang
yang dimiliki dan tantangan yang akan dihadapi dalam rangka
meningkatkan kinerja perencanaan tata ruang di masa depan.
Sasaran penataan ruang wilayah
a. Terwujudnya keterpaduan dan keterkaitan antara perencanaan tata
ruang wilayah provinsi dengan kabupaten/kota dan antar
kabupaten/kota, dengan tersusunnya Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) kabupaten/kota yang sejalan dengan RTRW.
b. Terwujudnya keselarasan antar RTRW suatu Provinsi atau
kabupaten/kota dengan RTRW provinsi atau kabupaten/kota yang
berbatasan dengan tersusunnya kesepakatan antara pemerintah suatu
provinsi atau kabupaten/kota dengan pemerintah provinsi atau
kabupaten/kota yang berbatasan.
c. Terwujudnya sinkronisasi antara rencana tata ruang wilayah dengan
rencana sektoral dan wilayah, dengan memfungsikan RTRW
provinsi sebagai acuan perencanaan kegiatan sektoral dan wilayah.
d. Terwujudnya RTRW provinsi atau kabupaten/kota sebagai pedoman
penataan ruang dengan tersusunnya petunjuk operasional dengan
rencana detail tata ruang.
e. Terwujudnya peraturan perundangan penataan ruang di
kabupaten/kota yang sesuai dan sejalan dengan RTRW provinsi
berdasarkan hasil kesepakatan melalui evaluasi dan revisi peraturan
daerah yang berkaitan dengan penataan ruang.

8
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, Nomor: 16/PRT/M/2009, Tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Tata ruang Wilayah Kabupaten. Hlm 6
17

f. Terlaksananya RTRW provinsi, kabupaten/kota sesuai kaidah


penataan ruang dengan peningkatan fungsi kelembagaan, peran serta
masyarakat, dan ketersediaan data serta informasi penataan raung.9
6. Arahan Pembangunan Daerah Menurut RTRW Kabupaten Bogor
Untuk mewujudkan keterpaduan dan sinergitas antara Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) dengan RPJPD, maka arahan pembangunan
yang telah ditetapkan dalam RTRW menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dengan substansi dari RPJPD. Oleh karena itu, dalam sub-
bab ini akan dijelaskan secara garis besar dari substansi RTRW
sebagaimana yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah tentang
RTRW Kabupaten Bogor tahun 2005-2025. Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kabupaten Bogor disusun berasaskan keterpaduan, keserasian,
keselarasan dan keseimbangan, keberlanjutan, keberdayagunaan dan
keberhasilgunaan, keterbukaan, kebersamaan dan kemitraan, perlindungan
kepentingan umum, kepastian hukum dan keadilan serta berasaskan
akuntabilitas.10
Kebijakan penataan ruang wilayah meliputi kebijakan pengembangan
struktur ruang dan pola ruang.
Dalam kebijakan pengembangan struktur ruang, ruang lingkupnya
meliputi:
1. Kebijakan pengembangan struktur ruang, meliputi:
a. Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan
ekonomi wilayah yang merata dan berhirarki;
b. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana
transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang
terpadu dan merata di seluruh wilayah nasional.
2. Kebijakan pengembangan pola ruang, meliputi:
a. Kebijakan pengembangan kawasan lindung;

9
Op Cit, Rahardjo Adisasmita..., hlm 258
10
Lembaran Daerah Kabupaten Bogor, Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 27 Tahun
2008 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2005-
2025, hlm 19
18

b. Kebijakan pengembangan kawasan budi daya;


c. Kebijakan pengembangan kawasan strategis.
Sementara itu, dalam kebijakan pengembangan pola ruang, ruang
lingkupnya meliputi :
1. Kebijakan pengembangan kawasan lindung, meliputi:
a. Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan
hidup;
b. Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat
menimbulkan kerusakan lingkungan hidup.
2. Kebijakan pengembangan kawasan budi daya, meliputi:
a. Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar
kegiatan budi daya;
b. Pengendalian perkembangan kegiatatan budi daya agar tidak
melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan.
3. Kebijakan pengembangan kawasan strategis, meliputi:
a. Pengembangan kawasan strategis puncak sebagai kawasan
strategis lingkungan hidup yang berperan sebagai kawasan
andalan pariwisata melalui pembatasan pemanfaatan ruang yang
lebih selektif dan efisien;
b. Pengembangan kawasan strategis industri sebagai kawasan
strategis sosial ekonomi melalui penataan dan pemanfaatan ruang
serta pembangunan jaringan infrastruktur yang mendorong
perkembangan kawasan;
c. Pengembangan kawasan strategis pertambangan sebagai kawasan
strategis lingkungan hidup yang berperan sebagai kawasan
andalan sumber daya alam melalui konservasi bahan galian;
d. Pengembangan kawasan strategis lintas administrasi kabupaten
sebagai kawasan strategis sosial ekonomi melalui sinkronisasi
sistem jaringan.11

11
Ibid, Lembaran Daerah Kabupaten Bogor…, hlm 19
19

Arahan Pengelolaan Kawasan Perdesaan dan Kawasan Perkotaan


1. Arahan pengelolaan kawasan pedesaan ditujukan untuk:
a. Mendukung kegiatan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat;
b. Pengembangan lingkungan permukiman pedesaan sehingga dapat
membentuk suatu kesatuan lingkungan/kawasan pedesaan yang utuh
sesuai dengan fungsi dan peranan pedesaan;
c. Meningkatkan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
pedesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan
kegiatan ekonomi masyarakat desa;
d. Pengembangan kawasan agropolitan sebagai alternatif
pembangunan pedesaan melalui keterkaitan kawasan perkotaan-
pedesaan untuk meningkatkan peran perkembangan kawasan
pedesaan;
e. Intensitas pemanfaatan lahan diarahkan untuk menjamin
kelangsungan budidaya pertanian dan pelestarian lingkungan,
dengan pemberian koefisien tutupan rendah antara 10–20 %.
2. Arahan pengelolaan kawasan perkotaan ditujukan untuk:
a. Mendukung fungsi kawasan perkotaan antara lain sebagai pusat
kegiatan ekonomi wilayah, pusat pengolahan dan distribusi hasil
pertanian, perdagangan, jasa, pemerintahan, pendidikan, kesehatan,
serta transportasi, dan pergudangan;
b. Mendukung fungsi perkotaan sedang dan kecil sebagai pemasok
kebutuhan dan lokasi pengolahan agroindustri dan berbagai kegiatan
agrobisnis;
c. Mendukung fungsi kota sebagai pusat pelayanan serta pusat
prasarana dan sarana sosial ekonomi yang dapat mendorong wilayah
pedesaan dalam peningkatan produktifitasnya;
d. Menjaga pembangunan perkotaan yang berkelanjutan melalui upaya
menjaga keseimbangan wilayah terbangun dan tidak terbangun,
20

mengembangkan hutan kota dan menjaga eksistensi wilayah yang


bersifat pedesaan di sekitar kawasan perkotaan.12
Arahan Pengelolaan Sistem Permukiman Perdesaan dan Permukiman
Perkotaan.
Arahan pengembangan pusat permukiman pedesaan merupakan upaya
penataan struktur ruang pedesaan sebagai sistem pusat permukiman di
pedesaan yang berpotensi menjadi pusat pertumbuhan di perdesaan.
Pengelolaan struktur ruang pedesaan merupakan upaya untuk mempercepat
pertumbuhan di kawasan perdesaan, dilakukan melalui pengembangan Desa
Pusat Pertumbuhan (DPP). Setiap pusat pelayanan di permukiman perdesaan
dikembangkan melalui penyediaan berbagai fasilitas sosial-ekonomi yang
mampu mendorong perkembangan kawasan perdesaan.
Sementara itu, arahan pengembangan sistem pusat permukiman
perkotaan meliputi arahan terhadap fungsi pusat kegiatan dan arahan terhadap
penataan struktur ruang pusat- pusat permukiman perkotaan. Arahan
dimaksud meliputi pusat kegiatan wilayah dan pusat kegiatan lokal di wilayah
perkotaan.13
Arahan Pengembangan Sistem Prasarana Lingkungan
Prasarana lingkungan meliputi, sarana Tempat Pengelolaan Sampah
(TPS), sarana Tempat Pemakaman Umum dan Bukan Umum (TPU/TPBU),
sarana Pendidikan dan Balai Latihan Kerja, Sarana Olahraga, sarana
Kesehatan, sarana Kebudayaan dan Peribadatan; dan sarana Perdagangan,
dengan arahan pengembangan berikut ini.
1. Arahan pengembangan sarana tempat pengolahan sampah, meliputi:
a. Tempat pengolahan sampah (TPS) terpadu baik lokal maupun
regional menjadi bagian industri;
b. Tempat pengelolaan limbah industri B3 dan non B3. Rencana
pengembangannya dialokasikan pada: (1) Wilayah Barat di Desa
Galuga Kecamatan Cibungbulang, Desa Growong dan Desa Dago

12
Ibid, Lembaran Daerah Kabupaten Bogor…, hlm 39-40
13
Ibid, Lembaran Daerah Kabupaten Bogor…, hlm 41
21

Kecamatan Parung Panjang, serta Desa Cigudeg Kecamatan


Cigudeg; (2) Wilayah Tengah di Desa Candali dan Desa Pasir Gaok
Kecamatan Rancabungur; (3) Wilayah Timur di Desa Nambo
Kecamatan Klapanunggal dan Desa Sukasirna Kecamatan Jonggol;
(4) Khusus untuk limbah industri yang mengandung Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3), tempat pengelolaan sampah
dialokasikan di Desa Nambo Kecamatan Klapanunggal.14
Arahan Pengelolaan Tata Guna Tanah, Tata Guna Air, Tata Guna
Udara, dan Tata Guna Sumber Daya alam Lainnya.
Rencana pengelolaan tata guna tanah, tata guna air, tata guna udara, dan tata
guna sumberdaya alam lainnya, terdiri dari:
1. Tata guna tanah meliputi kebijakan penatagunaan tanah dan
penyelenggaraan penatagunaan tanah;
2. Tata guna air meliputi kebijakan penatagunaan dan penyelenggaraan air
permukaan dan air tanah;
3. Tata guna udara meliputi kebijakan penatagunaan dan penyelenggaraan
ketinggian bangunan, lintasan pesawat, saluran udara tegangan tinggi,
dan saluran udara tegangan ekstra tinggi;
4. Tata guna sumber daya alam lainnya diarahkan pada pemanfaatan sumber
daya alam dengan tetap memperhatikan fungsi kelestarian kemampuan
lingkungan hidup untuk mendukung kehidupan secara berkelanjutan,
dengan arahan pengembangan berikut ini.15
Arahan pengelolaan tata guna tanah, dilakukan melalui upaya perlindungan
tanah dan perlindungan/pengawetan keseimbangannya terhadap kelestarian
lingkungan hidup, meliputi:
1. Pengaturan peruntukan dan penggunaan tanah yang memperhatikan daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup.

14
Ibid, Lembaran Daerah Kabupaten Bogor…, hlm 51
15
Ibid, Lembaran Daerah Kabupaten Bogor…, hlm 54
22

2. Penggunaan tanah yang mengacu pada fungsi (zona) yang telah


ditetapkan untuk kawasan lindung dengan pemanfaatan sebagai kawasan
konservasi.
3. Lahan yang berperan strategis kelestarian lingkungan seperti
pengembangan tanaman lindung pada kawasan konservasi.
4. Lahan yang dipandang strategis bagi perkembangan sosial ekonomi
seperti pengembangan bangunan tinggi.
5. Penggunaan tanah yang tidak sesuai rencana tata ruang tidak dapat
diperluas atau dikembangkan penggunaannya
6. Pola penyesuaian penggunaan/pemanfaatan tanah dilakukan melalui
penataan kembali (konsolidasi tanah), upaya kemitraan dan
penyerahan/pelepasan hak atas tanah pada negara atau pihak lain dengan
penggantian sesuai peraturan perundang-undangan.
7. Menunjang keseimbangan pembangunan dengan penyediaan tanah
disetiap tingkatan pemerintahan Pemeliharaan provinsi maupun
kabupaten/kota yang selaras dengan rencana tata ruang.
8. Rencana pengelolaan bangunan bawah tanah, melalui:
a. Pengembangan utilitas perkotaan (manhole);
b. Pengembangan fasilitas parkir bawah tanah (basement);
c. Penembangan sistem transportasi dan jaringan lainnya bawah
tanah.16
7. Lahan
Pahami pengertian tanah secara harfiah terlebih dahulu sebelum
menguraikan lebih lanjut pada pengertian lahan. Tanah sebagai tempat
hidup bisa disebut bagian dari lahan. Sementara itu, lahan mencakup
wilayah yang lebih luas dengan kondisi tanah yang beragam.
Tanah merupakan sumber daya fisik wilayah utama yang sangat
penting untuk diperhatikan dalam perencanaan tata guna lahan. Bersama
dengan sumberdaya fisik wilayah yang lain seperti iklim, topografi,
geologi dan lain-lain, sifat tanah sangat menentukan potensinya untuk

16
Ibid, Lembaran Daerah Kabupaten Bogor…, hlm 54-55
23

berbagai jenis penggunaan. Tanah sangat diperlukan manusia baik


sebagai tempat untuk mendirikan bangunan tempat tinggal dan
bangunan-bangunan lain maupun tempat untuk bercocok tanam guna
memenuhi kebutuhan hidupnya.17

Sedangngkan pengertian lahan yaitu bagian dari permukaan bumi


dengan ketinggian yang berbeda di atas permukaan laut. Bentang lahan
adalah semua keadaan fisik yang dikenali, yang secara alami terbentuk
dengan karakteristik meliputi dataran, gunung atau dataran tinggi, dan
bentuk-bentuk yang kecil seperti bukit, lembah, atau dataran alluvial.
Kualitas lahan tergantung kepada sifat-sifatnya yang memungkinkan
untuk berperan positif atau negatif terhadp penggunaan lahan. Kualitas
lahan yang berperan positif tentu yang sifatnya menguntungkan bagi
suatu penggunaan. Sebaliknya, kualitas lahan yang bersifat negatif,
karena keberadaannya akan merugikan terhadap kegunaan tertentu,
sifatnya bisa berperan sebagai faktor penghambat atau pembatas.18
Perencanaan tataguna lahan sangat diperlukan karena:
a. Jumlah lahan terbatas dan merupakan sumberdaya yang hampir tak
terbaharui (non renewable), sedangkan manusia yang memerlukan
tanah jumlahnya terus bertambah. Pertumbuhan penduduk
berlangsung dengan kecepatan sekitar 2.5 persen/tahun.
b. Meningkatnya pembangunan dan taraf hidup masyarakat dapat
meningkatkan persaingan penggunaan ruang (lahan), sehingga sering
terjadi konflik (perebutan) penggunaan lahan.
c. Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya dapat
menyebabkan kerusakan lahan.
d. Konversi lahan pertanian dengan tanah subur termasuk sawah irigasi
menjadi lahan non-pertanian seperti wilayah industri, perumahan dan
lain-lain perlu ditata karena sulitnya mencari lahan pengganti yang

17
Sarwono Hardjowigeno Widiatmaka, Evaluasi Kesesuaian Lahan Dan Perencanaan Tata
Guna Lahan, (Yogyakarta, Gaadjah Mada University Press, cet. Ke-2, 2011) hlm 1
18
Log Cit, Selly Sulistiawati…, hlm 7
24

lebih subur atau minimal sama, di luar lahan pertanian yang telah
ada.
e. Banyak lahan hutan yang seharusnya digunakan untuk melindungi
kelestarian sumberdaya air kemudian digarap menjadi lahan
pertanian tanpa memperhatikan azas kesesuaian lahan, sehingga
dapat merusak tanahnya sendiri maupun lingkungan pada umumnya.
f. Pandangan bahwa tanah semata-mata merupakan faktor produksi,
cenderung mengabaikan pemeliharaan kelestarian tanah. Padahal,
tanah juga mempunyai kemampuan terbatas dalam memberi daya
dukung bagi kehidupan manusia.19
8. Pengertian Penggunaan Lahan
Penggunaan Lahan merupakan aktivitas manusia pada dan dalam
kaitannyadengan lahan, yang biasanya tidak secara langsung tampak dari
citra. Penggunaan lahan telah dikaji dari beberapa sudut pandang yang
berlainan, sehingga tidak ada satu defenisi yang benar-benar tepat di
dalam keseluruhan konteks yang berbeda. Hal ini mungkin, misalnya
melihat penggunaan lahan dari sudut pandang kemampuan lahan dengan
jalan mengevaluasi lahan dalam hubungannya dengan bermacam-macam
karakteristik alami yang disebutkan diatas. Penggunaan lahan berkaitan
dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu, misalnya
permukiman, perkotaan dan persawahan. Penggunaan lahan juga
merupakan pemanfaatan lahan dan lingkungan alam untuk memenuhi
kebutuhan manusia dalam penyelenggaraan kehidupannya. Pengertian
penggunaan lahan biasanya digunakan untuk mengacu pemanfaatan masa
kini (present or current land use). Oleh karena aktivitas manusia di bumi
bersifat dinamis, maka perhatian sering ditujukan pada perubahan
penggunaan lahan baik secara kualitatif maupun kuantitatif.20

19
Op Cit, Sarwono Hardjowigeno Widiatmaka..., hlm 1
20
https://petatematikindo.wordpress.com/2013/01/06/penggunaan-lahan/ diakses pada selasa,
24 januari 2017 pukul 20.00 wib
25

9. Perubahan Penggunaan Lahan


Perubahan penggunaan lahan adalah bertambahnya suatu
penggunaan lahan dari satu sisi penggunaan ke penggunaan yang lainnya
diikuti dengan berkurangnya tipe penggunaan lahan yang lain dari suatu
waktu ke waktu berikutnya, atau berubahnya fungsi suatu lahan pada
kurun waktu yang berbeda (Martin, 1993 dalam Wahyunto dkk., 2001).
Dalam perkembanganya perubahan lahan tersebut akan terdistribusi pada
tempat-tempat tertentu yang mempunyai potensi yang baik. Selain
distribusi, perubahan penggunaan lahan akan mempunyai pola-pola
perubahan penggunaan lahan. Menurut Bintarto dalam Wahyudi pola
distribusi penggunaan perubahan lahan pada dasarnya dikelompokkan
menjadi:21
a. Pola memanjang mengikuti jalan
b. Pola memanjang mengikuti sungai
c. Pola radial
d. Pola tersebar
e. Pola memajang mengikuti garis pantai
f. Pola memajang mengikuti garis pantai dan rel kereta api
10. Evaluasi lahan
Evaluasi lahan merupakan salah satu komponen yang penting dalam
proses perencanaan penggunaan lahan (land use planning). Evaluasi
lahan merupakan proses penilaian atau keragaman lahan jika
diperlukan untuk tujuan tertentu, yang meliputi pelaksanaan dan
interpretasi survei dan studi bentuk lahan, tanah, vegetasi, iklim, dan
aspek lahan lainnya, agar dapat mengidentifikasi dan membuat
perbandingan berbagai penggunaan lahan yang dikembangkan.

21
Trigus Eko dan Sri Rahayu, Perubahan Penggunaan Lahan dan Kesesuaiannya Terhadap
RDTR di Wilayah Peri-Urban Studi Kasus: Kecamatan Mlati. (volume 8 (4): 330-340 Desember
2012, Biro Penerbit Planologi Undip, Jurnal Pembanguan Wilayah dan Kota). Hlm 3.
26

Berdasarkan tujuan evaluasi, klasifikasi lahan dapat berupa klasifikasi


kemampuan lahan atau klasifikasi kesesuaian lahan.22
11. Kemampuan Lahan
Klasifikasi kemampuan lahan (Land Capability Classification)
adalah penilaian lahan (komponen-komponen lahan) secara sistematik
dan pengelompokannya ke dalam beberapa kategori berdasarkan atas
sifat-sifat yang merupakan potensi dan penghambat dalam
penggunaannya secara lestari. Kemampuan lahan dipandang sebagai
kapasitas lahan itu sendiri untuk suatu macam atau tingkat penggunaan
umum. Perbedaan dalam kualitas tanah dan bentuk lahan (land form)
seringkali merupakan penyebab utama terjadinya perbedaan satuan peta
tanah dalam suatu areal.
Kemampuan penggunaan lahan adalah suatu sistematika dari
berbagai penggunaan lahan berdasarkan sifat-sifat yang menentukan
potensi lahan untuk berproduksi secara lestari. Lahan diklasifikasikan
atas dasar penghambat fisik. Sistem klasifikasi ini membagi lahan
menurut faktor-faktor penghambat serta potensi bahaya lain yang dapat
mengganggu pertumbuhan tanaman. Jadi, hasil klasifikasi ini dapat
digunakan untuk menentukan arahan penggunaan lahan secara umum
misalnya untuk budidaya tanaman semusim, perkebunan, hutan
produksi, dan sebagainya23
12. Prinsip Evaluasi Lahan Menurut FAO
Adapun prinsip utama yang digunakan dalam proses evaluasi lahan
adalah sebagai beriut:
a. Kesesuaian lahan dinilai berdasarkan macam/jenis penggunaan
lahan tertentu. Prinsip ini penting karena penggunaan yang berbeda
memerlukan syarat yang berbeda. Sebagai contoh, tanah alluvial
dari dataran banjir dengan drainase buru mungin sangat sesuai

22
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29237/4/Chapter%20II.pdf diakses pada
selasa, 24 januari 2017 pukul 20.20 wib.
23
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29237/4/Chapter%20II.pdf diakses pada
selasa, 24 januari 2017 pukul 20.20 wib
27

untuk tanaman pada tetapi tidak sesuai untuk pertanaman umum


lainnya termasuk untuk kehutanan.
b. Evaluasi lahan membutuhkan pembandingan antara keuntungan
yang diperoleh dengan masukan yang diperlukan.
c. Diperlukan pendekatan multidisiplin dari para ahli ilmu-ilmu alam,
teknologi penggunaan lahan, ekonomi, sosiologi, dan lainnya.
Evaluasi kesesuaian hampir selalu memasukan pertimbangan-
pertimbangan ekonomis.
d. Evaluasi yang dilakukan sesuai dengan kondisi-kondisi fisik lahan,
kondisi sosial dan ekonomi daerah yang dipelajari, serta kondisi
nasional.
e. Kesesuaian didasarkan atas penggunaan yang lestari. Aspek
kerusakan atau degradasi lingkungan diperhitungkan pada saat
menilai kesesuaiannya agar jangan sampai menyebabkan kerusakan
lingungan dikemudian hari meskipun dalam jangak pendek usaha
tersebut sangat menguntungkan.
f. Evaluasi melibatkan pembandingan lebih dari satu jenis
penggunaan lahan. Apabila hanya satu jenis penggunaan yang
dipertimbangkan maka hal ini dapat menyebabkan kerugian dimana
beberapa jenis penggunaan lain yang lebih menguntungkan tidak
teramati.24
13. Strutur Klasifiasi Kesesuaian
Kerangka klasifikasi lahan menurut FAO ini dapat dipakai untuk
klasifikasi kuantitatif maupun kulaitatif tergantung dari data yang
tersedia. Strutur dari sistem klasifikasi kesesuaian lahan ini terdiri dari
empat kategori yang merupakan tingkatan genealisasi yang bersifat
menurun yaitu:
1. Ordo kesesuaian lahan (Order) : menunjukan jenis/macam
kesesuaian atau keadaan kesesuaian secara umum.

24
Santun R.P. Sitorus, Evaluasi Sumberdaya Lahan, (Bandung, Tarsito, cet. Ke-3 1996) hlm
49.
28

2. Kelas kesesuaian lahan (Class) : menunjukan tingkat kesesuaian


dalam ordo.
3. Sub-kelas kesesuaian lahan (Sub-class) : menunjukan jenis
pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan di dalam kelas.
4. Satuan kesesuaian lahan (Unit) : menunjukan perbedaan-
perbedaan kecil yang diperlukan dalam penggelolaan di dalam
sub-kelas.

Kesesuaian lahan pada tingkat Ordo menunjukan apakah lahan


sesuai atau tidak sesuai dengan penggunaan tertentu. Oleh kerena itu
Ordo kesesuaian lahan dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Ordo S : Sesuai (Suitable)
Lahan yang termasuk Ordo ini adalah lahan yang dapat digunakan
untuk suatu penggunaan tertentu secara lestari, tanpa atau dengan
sedikit resiko kerusakan terhadap sumberdaya lahannya.
Keuntungan yang diharapan dari hasil pemanfaatan lahan ini akan
melebihi masukan yang diberian.
2. Ordo N : Tidak Sesuai (Not Suitable)
Lahan yang termasuk Ordo ini mempunyai pembatas sedemikian
rupa sehingga mencegah suatu penggunaan secara lestari.25

Kesesuaian lahan pada tingkat kelas. Kelas kesesuaian lahan


adalah pembagian lebih lanjut dari Ordo dan menggambarkan tingat-
tingat kesesuaian dari Ordo. Kelas ini dalam simbolnya diberi nomor
urut yang ditulis dibelakang simbol Ordo. Nomor urut ini menunjukan
tingkatan kelas yang menurun dalam suatu Ordo. Jumlah kelas dalam
setiap Ordo sebetulnya tidak terbatas, akan tetapi dianjurkan
menggunakan tiga kelas dalam Ordo sesuai dan dua kelas dalam Ordo
tidak sesuai. Penentuan jumlah kelas ini didasarkan pada keperluan
minimum untuk mencapai tujuan interpretasi dan umumnya terdiri

25
Ibid, Santun R.P. Sitorus…,hlm 52
29

dari lima kelas. Apabila tiga kelas dipakai dalam Ordo Sesuai (S) dan
dua kelas dalam Ordo Tidak Sesuai (N), maka pembagian serta
definisi kelas-kelas tersebut adalah sebagai berikut:
Kelas S1 : Sangat Sesuai (Highly Suitable)
Lahan tidak mempunyai pembatas yang berat untuk suatu
penggunaan secara lestari atau hanya mempunyai pembatas yang tidak
berarti dan tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksinya serta
tidak akan menaikkan masukan dari apa yang telah biasa di berikan.
Kelas S2 : Cukup Sesuai (Moderately Suitable)
Lahan yang mempunyai pembatas-pembatas agak beratuntuk suatu
penggunaan yang lestari. Pembatas akan mengurangi produktivitas
dan keuntungan dan meningkatkan masukan yang diperlukan.
Kelas S3 : Sesuai Marginal (Marginally Suitable)
Lahan yang mempunyai pembatas-pembatas yang sangat berat
untuk penggunaan suatu yang lestari. Pembatas akan mengurangi
produktivitas atau keuntungan dan perlu menaikkan masukan yang
diperlukan.
Kelas N1 : Tidak Sesuai Pada Saat Ini (Currently not Suitable)
Lahan mempunyai pembatas yang sangat berat, tetapi masih
memungkinkan untuk diatasi, hanya tidak dapat diperbaiki dengan
tingkat pengetahuan dengan sekarang ini dengan biaya yang rasional.
Kelas N2 : Tidak Sesuai Permanen (Permanently not Suitable)
Lahan mempunyai pembatas yang sangat berat sehingga tidak
mungkin untuk digunakan bagi suatu penggunaan yang lestari.26

Kesesuaian lahan pada tingkat sub-kelas. Sub-kelas kesesuaian


lahan mencerminkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang
diperlukan dalam satu kelas. Tiap kelas, kecuali kelas S1 dapat dibagi
menjadi satu atau lebih sub-kelas tergantung dari jenis pembatas yang
ada. Jenis pembatas ini ditunjukkan dengan simbol huruf kecil yang

26
Santun R.P. Sitorus, Evaluasi…, hlm, 53
30

diletakkan setelah simbol kelas. Sebagai contoh, kelas S2 yang


mempunyai faktor pembatas kedalam tanah efektif (s) akan
menurunkan sub-kelas S2s. Biasanya hanya ada satu simbol pembatas
di dalam setiap sub-kelas, akan tetapi bisa juga satu sub-kelas
mempunyai dua atau tiga simbol pembatas, dengan catatan jenis
pembatas yang paling dominan di tempat pertama. Sebagai contoh
dalam sub-kelas S2ts, maka pembatas keadaan bentuk wilayah/lereng
(t) adalah pembatas yang dominan dan pembatas kedalaman tanah
yang efektif (s) adalah pembatas kedua atau tambahan.

Kesesuaian lahan pada tingkat satuan. Kesesuaian lahan pada


tingkat satuan merupakan pembagian lebih lanjut dari sub kelas.
Semua satuan yang berada dalam satu sub kelas mempunyai tingkat
kesesuaian yang sama dalam kelas dan mempunyai jenis pembatas
yang sama pada tingkat sub-kelas. Satuan-satuan berbeda satu dengan
yang lainnya dalam sifat-sifat atau aspek tambahan dari pengelolaan
yang diperlukan dan sering merupakan pembedaan detail dari
pembatas-pembatasnya. Dengan diketahuinya pembatas secara detail
akan memudahkan penafsiran perencanaan pada tingkat usaha tani.
Simbol kesesuaian lahan pada tingkat satuan dibedakan oleh angka-
angka arab yang ditempatkan setalah simbol sub-kelas, misalnya S3t-2,
S3t-3. Tidak ada pembatasan mengenai jumlah satuan dalam satu sub-
kelas.27
14. Evalusi Kesesuaian lahan
Evaluasi lahan merupakanbagian dari proses perencanaan
tataguna lahan. Inti evaluasi lahan adalah membandingkan persyaratan
yang diminta oleh tipe penggunaan lahan yang akan diterapkan,
dengan sifat-sifat atau kulitas lahan yang dimiliki oleh lahan yang
akan digunakan. Dengan cara ini, maka akan diketahui potensi lahan

27
Ibid, Santun R.P. Sitorus…, hlm 53
31

atau kelas kesesuaian/kemampuan lahan untuk tipe penggaan lahan


tersebut.
Klasifikasi kesesuaian atau kemampuan lahan adalah
pengelompokan lahan berdasarkan kesesuaiannya atau
kemampuannya untuk tujuan pengguaan tertentu. Pengelompokan ini
biasanya dilakukan oleh ilmuan tanah dengan meggunakan Satuan
Peta Tanah (SPT), atau sering juga disebut Satuan Peta Lahan (SPL)
dari hasil survei tanah sebagai satuan evaluasi dan sebagai dasar untuk
menentukan batas-batas penyearannya.28
Evaluasi lahan adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan
untuk tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara
yang sudah teruji. Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi
dan/atau arahan penggunaan lahan sesuai dengan keperluan.
Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk
penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk
kondisi saat ini (kesesuaian lahan aktual) atau setelah diadakan
perbaikan (kesesuaian lahan potensial).
Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan berdasarkan data
sifat biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan tersebut
diberikan masukan-masukan yang diperlukan untuk mengatasi
kendala. Data biofisik tersebut berupa karakteristik tanah dan iklim
yang berhubungan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang
dievaluasi. Kesesuaian lahan potensial menggambarkan kesesuaian
lahan yang akan dicapai apabila dilakukan usaha-usaha perbaikan.
Lahan yang dievaluasi dapat berupa hutan konversi, lahan terlantar
atau tidak produktif, atau lahan pertanian yang produktivitasnya
kurang memuaskan tetapi masih memungkinkan untuk dapat

28
Log Cit, Trigus Eko dan Sri Rahayu..., hlm 15
32

ditingkatkan bila komoditasnya diganti dengan tanaman yang lebih


sesuai.29
a. Logika Dilakukannya Evalasi Lahan
Evaluasi lahan merupakan proses penilaian potensi suatu
lahan untuk penggunaan-penggunaan tertentu. Hasil evaluasi
lahan digambarkan dalam bentuk peta sebagai dasar untuk
perencanaan tataguna lahan yang rasional, sehingga anah dapat
digunakan secara optimal dan letari. Penggunaan lahan yang tidak
sesuai dengan kemampunnya, disamping dapat menimbulkan
terjadinya kerusakan lahan juga akan menigkatkan masalah
kemiskinan dan masalah sosial lain, bahkan dapat menghancurkan
suatu kebudayaan yang sebelumnya telah berkembang. Hal
seperti ini dapat terjadi, misalnya seperti yang pernah terjadi di
Babilonia dan Mesopotamia (Euphrat dan Tigris).
Logika dilakukannya evaluasi lahan adalah:
a) Sifat lahan beragam, sehingga perlu dikelompokan kealam
satuan-satuan yang lebih seragam, yang memiliki potensi
yang sama.
b) Keragaman ini mempengaruhi jenis-jenis penggunaan lahan
yang sesuai untuk masing-masing satuan lahan.
c) Keragaman ini bersifat sistematik sehingga dapat dipetakan.
d) Kesesuaian lahan untuk penggunaan tertentu dapat dievaluasi
dengan ketepatan tinggi bila data yan diperlukan untuk
evaluasi cukup tersedia dan berkualitas baik. Kecuai itu,
pengetahuan tentang hubungan antara sifat-sifat lahan dan
penggunaan lahan yang direncanakan harus cukup tinggi
pula.
e) Pengambil keputusan atau pengguna lahan dapat
menggunakan peta kesesuaian lahan sebagai salah satu dasar

29
Sofyan Ritung, Wahyunto, Fahmuddin Agus dan Hapid Hidayat, Panduan Evaluasi
Kesesuaian Lahan “Dengan contoh peta arahan penggunaan lahan kabupaten Aceh Barat” (Bogor,
Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre, 2007) hlm 1
33

untuk mengambil keputusan dalam perencanaan tataguna


lahan.
b. Dasar-Dasar Evaluasi Lahan
Untuk menentukan metode dan penghampiran yang
diperlukan, harus ditentukan lebih dulu dasar-dasar yang
digunakan, yang mencakup ketentuan-ketentuan berikut:
a) Kesesuaia lahan harus didasarkan ataspenggunaan lahan
untuk tujuan tertentu, karena penggunaan yang berbeda
memerlukan syarat yang berbeda. Sebagai contoh, tanah yang
digenangi air tidak cocok untuk tanaman lahan kering, tetapi
cocok untuk padi sawah.
b) Diperlukan perbandingan antara biaya dan keuntungan dalam
penggunaan lahan yang direncanakan.
c) Diperlukan penghampira multidisiplin. Proses evaluasi lahan
memerlukan sumbangan pengetahuan dari bidang ilmu tanah,
teknologi penggunaan lahan, ilmu ekonomi, ilmu sosial dan
lain-lain.
d) Harus relevan terhadap sifat-sifat fisik ekonomi dan sosial
daerah yang dimaksud, misalnya: iklim daera tersebut,
standar hidup penduduk setempat, tersedianya buruh,
besarnya upah, dan sebagainya.
e) Berdasarkan atas penggunaan untuk waktu yang tidak
terbatas (sustain basis), jangan sampai dkemudian hari
menyebabkan kemunduran lingkungan dan kerusakan lahan,
meskipun dalam jangka pendek sangat menguntungkan.
f) Evauasi meliputi lebih dari satu macam penggunaan lahan.
Perlu dibandingkan misalnya, keuntungan penggunaan lahan
untuk pertanian dengan untuk kehutanan, antara dua cara
bercocok tanam, atau antara jenis-jenis tanaman yang
berbeda.
34

Kegiatan pertama ynag perlu dilakukan dalam evaluasi lahan


adalah konsultasi pendahuluan, dimana dibicaraka tujuan
evaluasi, asumsi dan pembatas (constraint) serta metode yang
digunakan. Kegiatan-kegiatan selanjutnya dan urutan
pelaksanaannya dapat disesuaikan dengan keadaan, tergantung
dari jenis (intensitas) survei yang dilakukan serta
penghampirannya (dua tahap atau paralel).30
c. Tujuan Evaluasi Lahan
Tujuan evaluasi lahan (Land Evaluation atau Land
Assessment) adalah menentukan nilai suatu lahan untuk tujuan
tertentu. Menurut FAO (1976), dalam evaluasi lahan perlu juga
memperhatikan aspek ekonomi, sosial, serta lingkungan yang
berkaitan dengan perencanaan tataguna lahan, disamping harus
dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
a) Bagaimana lahan sekarang dikelola, dan apa akibatnya bila
cara tersebut terus dilakukan?
b) Bila ada masalah, perbaikan apa yang perlu dilakukan
terhadap penggelolaan sekarang?
c) Penggunaan-penggunaan lain apa yang mungkin dapat
dilakukan secara fisik dan relevan dari segi sosial ekonomi?
d) Diantara kemungkinan-kemungkinan penggunaan lahan
tersebut, mana yang memberikan kemungkinan “produksi
yang langgeng” dan keuntungan-keuntungan yang lain?
(aspek kelestarian).
e) Akibat apa yang tidak menguntungkan secara fisik, sosial
dan ekonomi terhadap masing-masing penggunaan lahan
tersebut? (aspek sosial dan lingkungan).
f) Input apa yang diperlukan untuk mendapatkan produksi
yang diinginkan dan untuk menekan akibat-akibat yang
tidak menguntungkan? (aspek ekonomi dan lingkungan).

30
Log Cit, Sarwono Hardjowigeno Widiatmaka..., hlm 18
35

g) Apa keuntungan dari masing-masing penggunaan lahan


tersebut? (aspek ekonomi)31
Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut,
diperlukan berbagai langkah. Sebagai langkah pertama, tujuan
dari evaluasi harus jelas. Selanjutnya, faktor-faktor yang
digunakan sebagai perinci harus ditentukan. Faktor-faktor ini
harus merupakan sifat-sifat yang dapat diukur atau ditaksir dan
erat hubungannya dengan tujuan evaluasi.
d. Pentingnya Evaluasi Lahan Dalam Perencanaan Tataguna
Lahan
Kebijakan penggunaan lahan didasaran pada berbagai aspek,
yaitu:
a) Aspek tekis yang menyangkut potensi sumberdaya lahan
yang dapat diperoleh dengan cara melakukan evaluasi
kesesuaian lahan.
b) Aspek lingkungan, yaitu dampaknya terhadap lingkungan.
c) Aspek hukum, yaitu sesuai dengan peraturan dan undang-
undang yang berlaku
d) Aspek sosial, menyangkut penggunaan lahan untuk
kepentingan sosial. Penggunaan lahan tidak boleh hanya
mengunungkan seseorang, melainkan juga harus bermanfat
bagi seluruh masyarakat yang tinggal di daerah tersebut dan
sekitarnya.
e) Aspek politik atau kebijakan pemerintah.
Karena itu, evaluasi kesesuaian lahan merupakan salah satu
mata rantai yang harus dilakukan agar rencana tataguna lahan
dapat tersusun dengan baik. Dalam perencanaan tataguna lahan,
perlu diketahui terlebih dulu potensi dan kesesuaian lahannya
untuk berbagai jenis penggunaan lahan, yang dapat diperoleh
dengan cara melakukan survei dan pemetaan tanah adalah peta

31
Ibid, Sarwono Hardjowigeno Widiatmaka…, hlm 17
36

tanah dan peta kesesuaian lahan untuk berbagai jenis


penggunaan. Dengan peta ini, maka berbagai alternatif
penggunaan lahan terbaik secara fisik dapat ditentukan.
Selanjutnya, dilakukan analisis dampak lingkungan dan analisis
sosial ekonomi terhadap jenis-jenis penggunaan lahan terbaik
secara fisik tersebut. Dengan memperhatikan peraturan
perundangan yang berlaku dan dengan memperhatikan
kebijakan pemerintah, kemudian dapat diputuskan jenis-jenis
penggunaan lahan yang optimal untuk daerah yang
direncanakan.32
B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian sebelumnya mengenai RTRW (Rencana Tata Ruang
Wilayah) terhadap kesesuaian lahan telah banyak dilakukan diberbagai
daerah. Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini diantaranya
adalah:
No Nama Judul Hasil Penelitian
1 Arif Ismail Pengaruh Perubahan perubahan penggunaan lahan
penggunaan Lahan terjadi di daerah tangkapan air
terhadap (DTA) Waduk Darma selama
karakteristik kurun waktu tahun 1991
Hidrologi Daerah sampai tahun 2008. jenis
tangkapan Air penggunaan lahan yang
Waduk Darma dominan berubah adalah hutan,
kabupaten kuningan tegalan, dan pemukiman. Jenis
Provinsi Jawa Barat penggunaan lahan yang
bertambah luas antara lain
tegalan (242 Ha), pemukiman
(68 Ha), dan kebun campur (3
Ha). Sedangkan jenis

32
Ibid, Sarwono Hardjowigeno Widiatmaka…, hlm 2-3
37

penggunaan lahan yang


luasnya berkurang adalah
hutan (255 Ha), semak belukar
(27 Ha), sawah tadah hujan (26
Ha) dan sawah irigasi (4 Ha).33
2 Syamsyahrir Perubahan Lahan Lahan pertanian pada periode
Arsyad Pertanian di tahun 1996 hingga
Kabupaten Talakar 2010mengalami penyusutan
Tahun 1996 dan lahan pertanian dari 24.219,09
2013 Menggunakan Ha atau 95% dari total luas
Citra Satelit Landsat area pada tahun 1996 menjadi
5 TM (Studi Kasus 20.758,41 Ha atau 82% dari
Kecamatan total luas area pada tahun
Polombangkeng 2010.34
Utara dan
Kecamatan
Pattalassang).
3 Ummu Pemanfaatan memetakan pemanfaatan ruang
Salamah Pengindraan Jaun eksisting dan mengetahui
Dan Sistem lokasi sebaran dan tingkat
Informasi Geografi keselarasan pemanfaatan ruang
Dalam Pemetaan dikawasan Cibinong Raya
keselarasan tahun 2013, penelitian ini
Pemanfaatan Ruang menggunakan interpretasi citra
Terhadap Quickbird 2010, cek lapangan

33 Arif Ismail, Pengaruh Perubahan penggunaan Lahan terhadap karakteristik Hidrologi


Daerah tangkapan Air Waduk Darma kabupaten kuningan Provinsi Jawa Barat. (Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, program magister Ilmu Geografi, Universitas Indonesia
tahun 2009). Diakses pada 2 Februari 2017 pukul 08.50 WIB
34 Syamsyahrir Arsyad, Perubahan Lahan Pertanian di Kabupaten Talakar Tahun 1996 dan

2013 Menggunakan Citra Satelit Landsat 5 TM (Studi Kasus Kecamatan Polombangkeng Utara
dan Kecamatan Pattalassang). (Program Studi Keteknikan Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar, tahun 2013). Diakses pada 2 Februari 2017
pukul 09.00 WIB.
38

Perencanaan tata tahun 2013 dan tumpang susun


Ruang Wilayah peta. Dari hasil penelitian ini
Kabupaten Bogor maka dapat diketahui peta
(Kasus Kawasan pemanfaatan ruang eksisting,
Cibinong Raya), peta keselarasan pemanfaatan
(Tugas Akhir ruang, dan tabel keselarasan
Memperoleh Gelar pemanfaatan ruang dikawasan
Ahli Madya Sekolah Cibinong Raya.35
Vokasi Universitas
Gadjah Mada, 2013)
4 Rosnila Pengaruh luas di tujuh situ selama kurun
Penggunaan Lahan waktu 1991-2001 memiliki
dan Pengaruhnya kecenderungan menurun.
Terhadap Kondisi umum ketujuh situ
Keberadaan Situ telah mengalami sedimentasi,
(Studi Kasus Kota banyaknya gulma yang
Depok) tumbuh, penguguran dan alih
fungsi lahan di areal situ.36
5 Ine Wasillah Evaluasi Kawasan evaluasi kawasan lindung
Lindung berdasarkan RTRW Kabupaten
Berdasarkan Cianjur periode tahun 2005-
Rencana Tata Ruang 2015 memperlihatkan adanya
Wilayah Kabupaten penyimpangan pemanfaatan
Cianjur, Provinsi ruang yang diperuntukan bagi
Jawa Barat (Aplikasi kawasan lindung menjadi
Sistem Informasi penutupan lahan aktual.
Geografi) Penyimpangan yang terjadi

35
Ummu Salamah, Pemanfaatan Pengindraan Jaun Dan Sistem Informasi Geografi Dalam
Pemetaan keselarasan Pemanfaatan Ruang Terhadap Perencanaan tata Ruang Wilayah
Kabupaten Bogor (Kasus Kawasan Cibinong Raya), (Tugas Akhir Memperoleh Gelar Ahli Madya
Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada, 2013) Diakses pada 2 Februari 2017 pukul 09.35 WIB.
36 Log Cit, Selly Sulistiawati…, hlm 18-19.
39

sebesar 41.578,92 Ha atau


32,89% dari keseluruhan
kawasan lindung berdasarkan
RTRW Kabupaten Cianjur.
Penyimpangan kelas
penutupan lahan aktual
terhadap kawasan lindung
meliputi: kelas penutupan
lahan perkebunan, kebun
campuran, lahan pertanian,
semak belukar, lahan
terbangun, dan lahan terbuka.37
6 Fitriani Analisis Deviasi Perkembangan Kecamatan
Pemanfaatan Ruang Ngaglik tahun 2008-2013,
Aktual Terhadap yaitu pemukiman sebesar
Rencana Detil Tata 219,962 Ha, perumahan
Ruang Kota sebesar 60,943 Ha,
(RDTRK) perdagangan dan jasa sebesar
Kecamatan Ngaglik 17,08 Ha, fasilitas pendidikan
Tahun 2009-2018 sebesar 4,708 Ha, industri
sebesar 3,888 Ha, kantor
pemerintahan sebesar 0,763
Ha, pasar sebesar 0,605 Ha,
gudang sebesar 0,241 Ha,
fasilitas peribadatan sebesar
0,220 Ha, dan fasilitas
kesehatan sebesar 0,105 Ha.
Deviasi terbesar ditunjukan

37 Ine Wasillah, Evaluasi Kawasan Lindung Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat (Aplikasi Sistem Informasi Geografi,) (Departemen
Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
2010) Diakses pada 2 Februari 2017 pukul 09.57 WIB.
40

dengan rencana untuk kebun


campuran menjadi pemukiman
yaitu seluas 137,446 Ha atau
49,397% dari luas seluruh
deviasi. Jenis deviasi terkecil
adalah rencana untuk
perumahan menjadi
perdagangan dan jasa sebesar
0,030 Ha atau 0,018% dari luas
keseluruhan deviasi
pemanfaatan ruang di
Kecamatan Ngaglik tahun
2013.38

C. Kerangka Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memetakan pemanfaatan ruang
eksisting serta mengetahui lokasi sebaran dan tingkat keselarasan
pemanfaatan ruang sebagai salah satu cara awal dalam menangani
keselarasan pemanfaatan ruang di Kecamatan Parung Panjang.
Peta keselarasan pemanfaatan ruang dapat dimanfaatkan sebagai
informasi lokasi sebaran keselarasan pemanfaatan ruang dan rujukan
pengalihfungsian ruang yang dapat digunakan oleh stakeholder setempat.
Rekomendasi dilakukan sebagai upaya penyelarasan antara peta rencana
tata ruang wilayah dan pemanfaatan ruang eksisting. Dengan informasi ini,
pemerintah dapat melakukan penanganan dan evaluasi perencanaan tata
ruang agar sesuai dengan fungsinya dan potensi lahan di suatu wilayah.39

38 Fitriani, Analisis Deviasi Pemanfaatan Ruang Aktual Terhadap Rencana Detil Tata Ruang

Kota (RDTRK) Kecamatan Ngaglik Tahun 2009-2018. (Fakultas Geografi Universitas


Muhammadiyah Surakarta. 2013) Diakses pada 2 Februari 2016 pukul 10.50 WIB.
39
Log Cit, Ummu Salamah..., hlm 16
41

Tabel 2.1 Kerangka Penelitian

Pemanfaatan Ruang

Data Instansi Penginderaan Jauh

Selaras Belum Selaras Tidak Selaras


Interpretasi Citra

Pemanfaatan Belum Pemanfaatan Tidak


Maksimal Sesuai Fungsi Survei Lapangan

Pengecekan

Pemanfaatan Ruang
Peta Pola Ruang RTRW
Eksisting

Keselarasan Tata Ruang


Terhadap RTRW
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Parung Panjang Kabupeten
bogor Provinsi Jawa Barat. Kecamatan Parung Panjang merupakan salah
satu dari 40 kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor yang terdiri dari 11
desa dengan batas administratif sebelah utara berbatasan dengan
Kabupaten Tangerang, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan
Tenjo, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Cigudeg dan
sebelah timur berbatasan dengan Kecamataan Ciseeng, dengan luas
wilayah sebesar 7.118,06 hektar.
Gambar 3.1 Peta Administrasi Kecamatan Parung Panjang.

2. Waktu Penelitian
Waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan penelitian ini dimulai
pada Maret 2017 sampai dengan Desember 2017. Dibawah ini adalah tabel
kegiatan penelitian yang memberikan gambaran apa saja yang dilakukan
dalam proses penelitian.

42
43

Tabel 3.1 Kegiatan Penelitian

Maret April Mei Juni Juli


Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Penyusunan BAB 1

Penyusunan BAB
II
Melengkapi buku-
buku dan jurnal
pendukung
Penyusunan BAB
III
Melakukan survei
lapangan
Melakukan ground
check
Wawancara dan
dokumentasi
Agustus September Oktober November Desember
Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengolahan data
dan hasil
wawancara
Penyusunan BAB
IV
Menyusun BAB V
kesimpulan dan
saran

B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif
dan kualitatif deskriptif. Harus diakui bahwa kedua pendekatan (kuantitatif
dan kualitatif) memang memiliki karakteristik yang spesifik antara satu dan
lainnya. Dalam buku Brannen yang berjudul Memadu Metode Penelitian
Kualitatif dan Kuantitatif yang di kutip kembali dalam buku Metode
Penelitian Ilmu Sosial karangan Muhammad Idrus, mengidentifikasi beberapa
44

hal yang menjadi pembeda diantara keduanya dengan memfokuskan pada


cara kedua paradigma penelitian tersebut memperlakukan data secara teori,
penelitian kuantitatif menyisihkan dan menentukan ubahan-ubahan dan
kategori-kategori variabel. Semua variabel tersebut terikat dalam bingkai
hipotesis yang seringkali hadir terlebih dahulu sebelum adanya data.
Sementara itu, bagi paradigma kualitatif, dimulai dengan cara mendefinisikan
konsep yang sangat umum, yang mengalami perubahan karena hasil
penelitian. Tentu saja bagi pendekatan kuantitatif, variabel merupakan sarana
atau alat untuk menganalisis, sedangkan bagi pendekatan kualitatif, variabel
dapat merupakan produk atau hasil penelitian itu sendiri.1
Penelitian kuantitatif, menurut Robert Donmoyer (dalam Given) yang
dikutip oleh Subagio Budi Prajitno, dalam jurnal metodologi penelitian
kuantitatif adalah pendekatan-pendekatan terhadap kajian empiris untuk
mengumpulkan, menganalisa, dan menampilkan data dalam bentuk numerik
daripada naratif.2 Sedangkan Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian
ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks sosial
secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang
mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti.3
Dengan demikian, metode kualitatif dan kuantitatif dapat digunakan
bersama-sama atau digabung dengan persyaratan tertentu. Pertama, dapat
digunakan bersama-sama untuk objek penelitian yang sama, tetapi tujuannya
berbeda. Pendekatan kualitatif dimaksudkan untuk menemukan atau
merumuskan hipotesis, sedangkan pendekatan kuantitatif untuk menguji
hipotesis. Kedua, dapat digunakan secara bergantian dimulai dengan
pendekatan kualitatif untuk mendapatkan hipotesis kemudian dilanjutkan
dengan menggunakan metode kuantitatif untuk menguji hipotesis. Ketiga,
pendekatan kualitatif dan kuantitatif dapat digunakan bersamaa n bagi peneliti

1
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, (Universitas Islam Indonesia Yogyakarta,
Erlangga, 2009) hlm 21.
2
Metodologi Penelitian Kuantitatif oleh Subagio Budi Prajitno Dosen komunikasi UIN SGD
Bandung.
3
Haris Hardiansyah, Model Penelitian Kualitatif, (Jakarta, Salemba Humanika, cet. Ke-3,
2012) hlm 9.
45

yang cukup berpengalaman penelitian. Hal ini karena diperlukan pengetahuan


yang cukup baik tentang seluk-beluk metode kuantitatif dan kualitatif dalam
penelitian.4
Data adalah sesuatu yang diperoleh melalui suatu metode pengumpulan
data yang akan diolah dan dianalisis dengan suatu metode tertentu yang
selanjutnya akan menghasilkan suatu hal yang dapat menggambarkan atau
mengindikasikan sesuatu.5
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas, objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.6
Populasi dalam penelitian ini adalah Kecamatan Parung Panjang yang
terdiri dari 11 desa.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut.7 Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penentuan
sampel dengan menggunakan pengambilan sampel secara acak. Dari
11 desa yang ada di wilayah Parung Panjang peneliti akan
menentukan 5 desa dengan hasil pemetaan yang memiliki tingkat
perubahan lahan tertinggi.
D. Sumber Data
Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini dapat dibagi menjadi dua
jenis, yaitu data spasial dan data atribut.
1. Data Spasial (Primer)
Sumber data primer yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah
bersumber dari aplikasi berbasis sistem informasi geografis, dalam
aplikasi tersebut akan terlihat bagaimana perubahan lahan pertanian
4
Sofian Effendi dan Tukiran, Metode Penelitian Survei, (Jakarta, LP3ES, 2012) hlm 11.
5
Op Cit, Haris Hardiansyah…, hlm 116
6
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B, (Bandung : ALFABETA,
2009), hlm. 80.
7
Ibid, Sugiyono…, hlm. 81
46

menjadi pembanggunan perumahan di Kecamatan Parung Panjang yang


mana dari hasil persebaran tersebut akan dibuktikan melalui observasi,
wawancara dan dokumentasi.
2. Sumber Atribut (Sekunder)
Sumber data sekunder diperoleh dari sumber lain seperti Badan Pusat
Statistik, Kecamatan Parung Panjang, buku, jurnal dan skripsi.
E. Pengolahan Data Spasial
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam pengolahan data spasial adalah
pembuatan peta digital dan pengolahan citra.
Teknik pengolahan data dalam penelitian ini adalah berupa:
1. Cropping Citra
Cropping adalah proses pemotongan citra pada koordinat tertentu pada
area citra. Untuk memotong bagian dari citra digunakan dua koordinat,
yaitu koordinat awal yang merupakan awal koordinat bagi citra hasil
pemotongan dan koordinat akhir yang merupakan titik koordina takhir
dari citra hasil pemotongan. Sehingga akan membentuk bangun segi
empat yang mana tiap-tiap pixel yang ada pada area koordinat tertentu
akan disimpan dalam citra yang baru.8 Cropping citra yang akan
dilakukan pada penelitian ini adalah memotong area kajian penelitian
dengan menggunakan poligon batas administrasi.
2. Pemulihan
a. Koreksi Geometrik
Koreksi geometri diperlukan untuk menghasilkan data yang
lebih teliti dalam aspek planimetrik. Pada koreksi ini, sistem
koordinat atau proyeksi peta dijadikan rujukan, sehingga
dihasilkan citra yang mempunyai sistem koordinat dan skala
yang beragam.9

8
Arief, Operasi Cropping, (http://informatika.web.id/operasi-cropping.htm) diakses 18 juli
2017, Jam 00.15
9 Sodikin, Sistem Informasi Geografis & Penginderaan Jauh, (Ciputat: Pendidikan IPS FITK

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016), hlm. 54.


47

b. Koreksi Radiometrik
Koreksi radiometri dilakukan untuk memperbaiki kesalahan atau
distorsi yang diakibatkan oleh ketidaksempurnaan operasi dan
sensor, adanya atenuasi (penyebaran, hamburan) gelombang
elektromagnetik oleh atmosfer, variasi sudut pengambilan data
(sudut datang radiasi), variasi sudut iluminasi, sudut pantul, dan
lain-lain yang dapat terjadi selama pengambilan, pengiriman
serta perekaman data.10
3. Klasifikasi tidak terbimbing (unsupervisied clasification)
Klasifikasi tidak terbimbing merupakan metode yang memberikan
mandat sepenuhnya kepada sistem/komputer untuk
mengelompokkan data raster berdasarkan nilai digitalnya masing-
masing, intervensi pengguna dalam hal ini diminimalisasi.11
4. Ground check
Pada penelitian selanjutnya ialah melakukan ground check yang
bertujuan untuk melihat kembali hasil interpretasi obyek atau
penggunaan lahan, pengamatan penggunaan lahan berdasarkan peta
penggunaan lahan yang sudah ada secara fisik, Pada proses
penelitian ini, penulis melihat langsung ke lapangan untuk melihat
kesamaan antara data interpretasi yang telah diperoleh dengan hasil
lapangan .
5. Analisis Akurasi Interpretasi Kappa
Penelitian dengan menggunakan analisis akurasi interpretasi Kappa
ini bertujuan untuk melihat kesamaan antara data yang telah
diperoleh dengan bukti yang didapat melalui hasil lapangan. Yang
mana hasil tersebut dapat terlihat seberapa besar kesamaan yang
diperoleh antara data yang ada dengan data lapangan yang terlihat.

10
Sri Hartati Soenarmo, Penginderaan Jauh dan Pengenalan Sistem Informasi Geografis
Untuk Bidang Ilmu Kebumian, (Bandung, Penerbit ITB, 2009), hlm. 120.
11 Log Cit, Sodikin…, hlm. 106
48

6. Klasifikasi terbimbing (supervised clasification)


Klasifikasi terbimbing merupakan metode yang dipandu dan
dikendalikan sebagian besar atau sepenuhnya pengguna dalam
proses pengklasifikasiannya.12 Pada klasifikasi ini. Digolongkan
menjadi 5 bagian, yaitu pengklasifikasian pada pemukiman, hutan,
air, dan lahan kosong. Klasifikasi tersebut sebagai penentu
bagaimana ketersediaan lahan pertanian di Kecamatan pondok aren
7. Analisis perubahan lahan
Setelah metode diatas telah selesai dilakukan, maka terlihat peta
perubahan lahan di Kecamatan Pondok Aren, yang mana pada peta
tersebut akan di lihat persebarannya serta perubahannya pada tahun
2008 dan tahun 2015.
F. Pengolahan Data Atribut
Pengolahan data atribut dimaksudkan agar data yang sudah terkumpul
memberikan gambaran mengenai perubahan penutupan lahan yang terjadi di
lapangan dengan RTRW Kabupaten Bogor yang sudah ditetapkan. Data
atribut disajikan dalam bentuk tabulatif dan deskriftif.13
1. Survei Lapangan
Pada survei lapangan dilakukan berbagai kegiatan seperti
wawancara, observasi terhadap kondisi di lapangan (ground truth). survei
lapangan merupakan suatu hal yang perlu dilakukan pada setiap
penelitian sebagai penunjang dalam interpretasi citra satelit suatu daerah
observasi. Dengan kata lain, pengamatan kondisi dilapangan bertujuan
untuk verifikasi data citra dengan kenampakan sebenarnya di bumi. Hasil
pengecekan lapangan akan dijadikan acuan untuk membuat klasifikasi
citra yang lebih tepat.
Ground truth dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kondisi
lapangan dan perubahan penutupan lahan. Pengambilan titik kontrol ini
tidak dilakukan secara menyeluruh, melainkan hanya pada beberapa

12
Ibid, Sodikin…, hlm. 116.
13
Log Cit, Ine Wasillah..., hlm 32
49

tempat yang dianggap mewakili masing-masing kelas klasifikasi


penutupan lahan, misalnya kelas untuk daerah permukiman, hutan,
sawah, lahan kosong atau tegalan, dan perkebunan. Setiap lokasi survei
yang mewakili masing-masing kelas penutupan lahan diambil titik
koordinatnya dengan menggunakan GPS untuk di verifikasi dengan data
citra. Selain itu, kegiatan lainnya adalah melakukan wawancara dengan
penduduk sekitar lokasi studi untuk mengetahui sejarah dan
perkembangan lokasi serta wawancara dengan instansi terkait dengan
perencanaan dan pelaksanaan RTRW.14
2. Wawancara
Menurut Moleong, wawancara adalah percakapan dengan maksud
tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.
Definisi menurut Gorden bahwa wawancara merupakan percakapan
antara dua orang yang salah satunya bertujuan untuk menggali dan
mendapatkan informasi untuk suatu tujuan tertentu.
sedangkan menurut Stewart & Cash, wawancara dirtikan sebagai
sebuah interaksi yang didalamnya terdapat pertukaran atau berbagi
aturan, tanggung jawab, perasaan, kepercayaan, motif dan informasi.15
3. Dokumentasi
Menurut Herdiansyah Studi dokumentasi adalah salah satu metode
pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau memganalisis
dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain
tentang subjek. Studi dokumentasi merupakan salah satu cara yang dapat
dilakukan peneliti kualitatif untuk mendapatkan gambaran dari sudut
pandang subjek melalui suatu media tertulis dan dokumen lainnya yang
ditulis atau dibuat langsung oleh subjek yang bersangkutan.16

14
Ibid, Ine Wasillah..., hlm 32
15
Log Cit, Haris Hardiansyah…, hlm 118
16
Ibid Haris Hardiansyah…, hlm 143
50

4. Analisis Data
Analisis Data dilakukan berdasarkan hasil tampilan dan overlay
antara citra yang telah diklasifikasikan menjadi bentuk peta penutupan
lahan dengan peta digital.17

17
Op Cit, Ine Wasillah..., hlm 32
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Daerah Penelitian
1. Letak Geografis
Secara geografis letak Kecamatan Parung Panjang terletak pada
koordinat geografis 06° 34 '40.94" LS dan 106° 56' 98.12" BT dengan luas
wilayah 7.118,06 hektar, dan batas-batas administrasi sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kabupaten Tangerang
Sebelah Barat : Kabupaten Tenjo
Sebelah Selatan : Kabupaten Cigudeg
Sebelah Timur : Kabupaten Ciseeng

Gambar 4.1 Peta Administratif Kecamatan Parung Panjang

51
52

Wilayah Kecamatan Parung Panjang terdiri dari 11 desa yaiu:

Table 4.1 Desa se-Kecamatan Parung Panjang

No Nama Desa No Nama Desa


1 Desa Jagabaya 7 Desa Gintung Cilejet
2 Desa Gorowong 8 Desa Jagabita
3 Desa Dago 9 Desa Cibunar
4 Desa Cikuda 10 Desa Parung Panjang
5 Desa Pingku 11 Desa Kabasiran
6 Desa Lumpang

2. Iklim
Iklim wilayah Kabupaten Bogor termasuk iklim tropis sangat
basah di bagian selatan dan iklim tropis basah di bagian utara, dengan
rata-rata curah hujan tahunan 2.500–5.000 mm/tahun, kecuali di
wilayah bagian utara dan sebagian kecil wilayah timur curah hujan
kurang dari 2.500 mm/tahun. Suhu rata-rata di wilayah Kabupaten
Bogor adalah 20°-30°C, dengan rata-rata tahunan sebesar 25°C.
Kelembaban udara 70 %. Kecepatan angin cukup rendah, dengan rata–
rata 1,2 m/detik dengan evaporasi di daerah terbuka rata–rata sebesar
146,2 mm/ bulan.1
3. Kondisi Geologi Dan Morfologi
Secara umum wilayah Bogor terbentuk oleh batuan vulkanik
yang bersifat piroklastik, yang berasal dari endapan (batuan sedimen)
dua gunung berapi, yaitu Gunung Pangrango (berupa batuan breksi
tufaan/ kpbb) dan Gunung Salak (berupa aluvium/kal dan kipas
aluvium/kpal). Endapan permukaan umumnya berupa aluvial yang
tersusun oleh tanah, pasir, dan kerikil hasil dari pelapukan endapan.

1
Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 27 Tahun 2008 Tentang: Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025. Hlm 2
53

Bahan induk geologi tersebut menghasilkan tanah–tanah yang relatif


subur.
Kabupaten Bogor merupakan wilayah daratan dengan tipe
morfologi wilayah yang bervariasi, dari dataran yang relatif rendah di
bagian Utara hingga dataran tinggi di bagian Selatan, sehingga
membentuk bentangan lereng yang menghadap ke utara, dengan
klasifikasi keadaan morfologi wilayah serta prosentasenya sebagai
berikut:
a. Dataran rendah (15-100 m dpl) sekitar 29,28%, merupakan
kategori ekologi hilir;
b. Dataran bergelombang (100-500 m dpl) sekitar 42,62%,
merupakan kategori ekologi tengah;
c. Pegunungan (500–1.000 m dpl) sekitar 19,53%, merupakan
kategori ekologi hulu;
d. Pegunungan tinggi (1.000–2.000 m dpl) sekitar 8,43%,
merupakan kategori ekologi hulu;
e. Puncak-puncak gunung (2.000–2.500 m dpl) sekitar 0,22%,
merupakan kategori ekologi hulu;2
4. Kondisi Kependudukan Kecamatan Parung Panjang
Table 4.2 Kondisi Kependudukan
Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah Rasio Jenis Kelamin
2012 59.617 55.439 115.056 108
2013 60.839 56.993 117.832 107
2014 63.413 59.425 122.838 107
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor

B. Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang dilakukan penulis dapat menjawab pertanyaan
dalam perumusan masalah penelitian ini, yaitu mengenai pemanfaatan ruang
yang terdapat di Kecamatan Parung Panjang dan kesesuaian tata ruang yang
talah dibuat pemerintah dengan kondisi dilapangan.

2
Ibid, Peraturan Daerah Kabupaten…, hlm 2
54

1. Hasil Ground Check lapangan berdasarkan interpretasi citra

Tabel 4.3 Ground Check

Hasil
Titik Hasil Ground
No Citra Foto Keterangan
Koordinat Interpretasi Check
Lapangan

06°34'44.60"
1 Lapangan Lapangan Sesuai
106°55'69.93"

06°34'26.73"
2 Sawah Sawah Sesuai
106°55'77.89"

06°34'53.70" Lahan Tidak


3 Perumahan
106°55'57.04" Kosong Sesuai

06°34'65.52" Tidak
4 Sawah Perumahan
106°55'92.50" Sesuai

06°34'17.10"
5 Jalan Raya Jalan Raya Sesuai
106°56'99.04"

Stasiun Stasiun
06°34'40.94" Kereta Api Kereta Api
6 Sesuai
106°56'98.12" Parung Parung
Panjang Panjang
Kantor Kantor
06°34'26.04" Kecamatan Kecamatan
7 Sesuai
106°56'73.99" Parung Parung
Panjang Panjang

06°35'19.25"
8 Perumahan Perumahan Sesuai
106°57'51.57"
55

06°35'67.96" Lahan Tidak


9 Perumahan
106°57'14.13" Kosong Sesuai

06°34'26.79" Lahan Tidak


10 Perumahan
106°57'74.74" Kosong Sesuai

06°34'17.16" Tidak
11 Sawah Perumahan
106°55'44.86" Sesuai

06°34'37.72"
12 Jalan Raya Jalan Raya Sesuai
106°55'47.60"

06°34'56.79" Lahan Tidak


13 Perumahan
106°56'29.45" Kosong Sesuai

06°34'72.28" Lahan Lahan


14 Sesuai
106°56'13.47" Terbangun Terbangun

06°34'40.67" Rel Kereta Rel Kereta


15 Sesuai
106°56'39.98" Api Api

06°34'17.89" Lahan Lahan


16 Sesuai
106°55'26.74" Terbuka Terbuka

06°34'47.57"
17 Jalan Raya Jalan Raya Sesuai
106°55'81.98"

06°34'39.52"
18 Sungai Sungai Sesuai
106°45'84.10"

06°34'26.96"
19 Sawah Sawah Sesuai
106°54'91.11"

Tempat Tempat
06°34'10.42"
20 Pemakaman Pemakaman Sesuai
106°55'64.90"
Umum Umum
56

Berdasarkan hasil data dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten


Bogor tahun 2005-2025 dapat diketahui jumlah lahan dan penurunan lahan
terhitung sampai tahun 2005 adalah sebagai berikut:
Table 4.4 Jumlah Lahan Kabupaten Bogor tahun 2005
No Nama Lahan Luas Awal Presentase
1 kebun campuran 85.202,5 Ha 28,48 %
2 Pemukiman 47.831,2 Ha 15,99 %
3 semak belukar 44.956,1 Ha 15,03 %
hutan vegetasi lebat dan
4 57.827,3 Ha 19,33 %
perkebunan/tanaman tahunan
5 sawah irigasi/tadah hujan 23,794 Ha 7,95 %
6 tanah kosong 36.351,9 Ha 12,15 %
Jumlah 272.192,79 Ha 98,93%

Gambar 4.2 Persentase Jumlah Lahan Kabupaten Bogor Tahun 2005

Persentase Jumlah Lahan Kabuparten Bogor


Tahun 2005

12%
8% 29%

20%
16%
15%

1 kebun campuran 85.202,5 Ha


2 pemukiman 47.831,2 Ha
3 semak belukar 44.956,1 Ha
4 hutan vegetasi lebat dan perkebunan/tanaman tahunan 57.827,3 Ha
5 sawah irigasi/tadah hujan 23,794 Ha
6 tanah kosong 36.351,9 Ha
57

Tabel 4.5 Peningkatan Lahan Kabupaten Bogor tahun 2005


Peningkatan
No Nama Lahan Luas Awal Jumlah Persentase
Luas
1 Permukiman 47.831,2 Ha 52.028,2 Ha 4.197 Ha 17%
2 Tanah Kosong 36.351,9 Ha 53.054,9 Ha 16.703 Ha 18%
3 Kebun Campuran 85.202,5 Ha 114.175,5 Ha 28.973 Ha 38%
Jumlah 169.385,60 Ha 219.258,60 Ha 49.837 Ha 73%

Gambar 4.3 Persentase Peningkatan Lahan kabupaten Bogor Tahun 2005

P E R S E N TA S E P E N I N G K ATA N
LAHAN

1 Permukiman 52.028,2 Ha 17%

2 Tanah Kosong 53.054,9 Ha


38%
18%

Tabel 4.6 Penurunan Lahan Kabupaten Bogor tahun 2005


Penurunan
No Nama Lahan Luas Awal Jumlah Persentase
Luas
Sawah Irigasi,
1 23,794 Ha 8.026 Ha 15.768 Ha 3%
Sawah Tadah Hujan
2 Perkebunan, Hutan 57.827,3 Ha 53.440,3 Ha 4.383 Ha 18%
3 Semak/Belukar 44.956,1 Ha 43.941,1 Ha 1.015 Ha 15%
4 Badan-badan air 707 Ha
Jumlah 102.807,19 Ha 105.407,40 Ha 21.873 Ha 36%
58

Gambar 4.4 Persentase penurunan lahan Kabupaten Bogor tahun 2005

P E R S E N TA S E P E N U R U N A N L A H A N

3%
1 Sawah Irigasi, Sawah Tadah Hujan 8.026 Ha
2 Perkebunan, Hutan 53.440,3 Ha 15%
3 Semak/Belukar 43.941,1 Ha

18%

Maka dapat diketahui bahwa jumlah penurunan lahan yang terjadi di


Kabupaten Bogor setiap tahunnya sangat signifikan, terlihat dari Rencana Tata
Ruang Wilayah pada tahun 2005-2025 yang terlah diketahui seperti data diatas.
Berdasarkan data yang telah termuat dalam RTRW Kabupaten Bogor,
penulis meneliti dan mengidentifikasi wilayah Kecamatan Parung Panjang yang
mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor sebagai lokasi
yang dijadikan tempat penelitian. Dari hasil penelitian yang telah penulis peroleh
didapatkan data sebagai berikut:
59

2. Hasil Penelitian
Gambar 4.5 Peta klasifikasi Kecamatan Parung Panjang tahun 2015

Table 4.7 Lahan Kecamatan Parung Panjang 20083


No Nama Lahan Luas Tahun 2008 Persentase
1 Lahan Pertanian 2.795 Ha 39%
2 Lahan Terbangun 2.546 Ha 36%
3 Jalan 156 Ha 2%
4 Perairan 553 Ha 8%
5 Lahan Kosong 1.033 Ha 15%
6 Lain-Lain 35 Ha 0%
Jumlah 7.118 Ha 100%

3
Kecamatan Parung Panjang Dalam Angka Tahun 2009
60

Gambar 4.6 Persentase Jumlah Lahan Kecamatan Parung Panjang Tahun 2008
PERSENTASE JUMLAH LAHAN KECAMATAN
PARUNG PANJANG TAHUN 2008
Lain-Lain
Lahan
0%
Kosong
15%

Lahan
Perairan
Pertanian
8%
39%
Jalan
2%

Lahan
Terbangun
36%

Table 4.8 Lahan Kecamatan Parung Panjang 2015


No Nama Lahan Luas Tahun 2015 Persentase
1 Lahan Pertanian 2.808 Ha 39%
2 Lahan Terbangun 3.772 Ha 53%
3 Jalan 349 Ha 5%
4 Perairan 83 Ha 1%
5 Lahan Kosong 71 Ha 1%
6 Lain-Lain 35 Ha 0%
Jumlah 7.118 Ha 100%
61

Gambar 4.7 Persentase Jumlah Lahan Kecamatan Parung Panjang Tahun 2015

PERSENTASE JUMLAH LAHAN


KECAMATAN PARUNG PANJANG TAHUN
2015
Lahan Perairan
Kosong 1%
1% Lain-lain
Jalan
0%
5%

Lahan
Pertanian
39%

Lahan
Terbangun
53%

Tabel 4.9 Peningkatan Lahan Kecamatan Parung Panjang Tahun 2008


Luas 2008 Luas 2015 Peningkatan Rasio per
No Nama Lahan Persentase
(ha) (ha) Luas (ha) Tahun
1 Lahan Pertanian 2.795 2.808 13 0% 1.85
2 Lahan Terbangun 2.546 3.772 1.226 17% 175.14
3 Jalan 156 349 193 3% 27.57
Jumlah 5.497 6.929 1.432 20% 204.56

Grafik 4.1 Peningkatan Lahan Kecamatan Parung Panjang


PERSENTASE PENINGKATAN LAHAN

20%
17%

3%
0%

13 Ha 1.226 ha 193 Ha 1.432 Ha


Lahan Lahan Jalan
Pertanian Terbangun
1 2 3 Jumlah
62

Grafik 4.2 Rasio Peningkatan Luas Lahan Pertahun


PENINGKATAN LUAS LAHAN
KECAMATAN PARUNG PANJANG (ha)
Lahan Pertanian Lahan Terbangun Jalan

4,000
Peningkatan Luas (ha)

3,500
3,000
2,500
2,000
1,500
1,000
500
0
Luas 2008 Luas 2015

Tabel 4.10 Penurunan Lahan Kecamatan parung Panjang


Luas 2008 Luas 2015 Penurunan Rasio
No Nama Lahan Persentase
(ha) (ha) Luas (ha) Pertahun (ha)
1 Perairan 553 83 470 7% 67.14
2 Lahan Kosong 1.033 71 962 14% 137.42
3 Lain-Lain 35 35 0 0% 0
Jumlah 1.621 189 1.432 21% 204.56

Grafik 4.3 Penurunan Lahan Kecamatan Parung Panjang

PERSENTASE PENURUNAN LAHAN

21%
14%
7%
0%

470 Ha 962 Ha 0 Ha 1.432 Ha


Perairan Lahan Lain-Lain
Kosong
1 2 3 Jumlah
63

Grafik 4.4 Rasio Penurunan Luas Lahan Pertahun

PENURUNAN LUAS LAHAN


KECAMATAN PARUNG PANJANG (ha)
Perairan Lahan Kosong

1200

1000
Penurunan Luas (ha)

800

600

400

200

0
Luas 2008 Luas 2015

Penulis juga memaparkan hasil wawancara dan dokumentasi


mengenai faktor pendorong perubahan kesesuaian lahan.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan oleh penulis maka
hasil penelitian dapat dideskripsikan sebagai berikut.
C. Faktor Pendorong Perubahan kesesuaian Lahan Kecamatan Parung
Panjang.
Perubahan penggunaan lahan terhadap kesesuainan tata ruang di
Kecamatan Parung Panjang terjadi secara bertahap. Hal ini didasari pada
perkembangan zaman seiring dengan kemajuan teknologi dan pertumbuhan
penduduk yang semakin meningkat. Peralihan masyarakat pertanian menjadi
masyarakat industri juga menjadi salah satu indikator pendukung tata ruang
wilayah dan penggunaan lahan untuk pembangunan segala fasilitas umum
untuk masyarakat.
Berdasarkan hasil wawancara dan dokumentasi yang telah dilakukan
penulis maka hasil analisis data menunjukan bahwa faktor-faktor pendorong
perubahan lahan terhadap kesesuaian tata ruang yang terjadi di Kecamatan
Parung Panjang dapat diuraikan sebagai berikut.
64

1. Aspek Politik
Di Kecamatan parung Panjang ini aspek politik tidak begitu
berperan banyak dalam hal perubahan penggunaan lahan, terutama dalam
lingkup pemerintahan tingkat Kecamatan. Kepala camat tidak mengatur
dan merekomendasikan wilayah mana saja yang boleh dijadikan proyek
pembangunan oleh pengembang. Pemerintah Kecamatan hanya sebagai
perantara administrasi dan sebagai pengantar kepada pemerintah
Kabupaten Bogor dalam hal perizinan yang diajukan pengembang.
Keterangan perihal kebijakan sesuai dengan yang diungkapkan oleh
kepala camat Kecamatan Parung panjang, Edi Mulyadi (55)
Karena dalam hal ini kami tidak pernah merekomendasikan dan
dalam perizinan tetap mengarah kepada pemerintah Kabupaten,
disana terdiri dari beberapa tim seperti peninjauan lokasi, ada
pembahasana badan Pelayanan terpadu, dan beberapa dinas teknis
seperti pertanian, kehutanan, BAPPEDA, mereka berkumpul dan
membahas alokasi lahan.4
Keterangan ini pun ditambahkan oleh sekretaris camat Kecamatan
Parung Panjang, Icang Aliudin (50)
Kecamatan tidak memiliki kebijakan yan menjadi keharusan tetapi
tetap mengikuti perencanaan BAPPEDA artinya kebijakan itu
muncul dari hasil kajian yang diikutsertakan ialah kepala desa dan
dari pihak Kecamatan. Intinya Kecamatan hanya mengikuti apa
yang sesuai dengan rencana tata ruang yang sudah direncanakan
Kabupaten Bogor.5

Setiap pengembang memiliki kesempatan yang sama untuk


melakukan pendekatan secara persuasif kepada masyarakat di kecamatan
Parung Panjang. Alih fungsi lahan terjadi setelah lahan berpindah tangan
dari penduduk asli ke tangan pengembang. Semetara itu tidak ada
kebijakan khusus yang mengatur apakah masyarakat boleh menjual tanah
mereka atau tidak, karena jual beli tanah adalah hak pemilik tanah.

4
Edi Mulyadi, Kepala Camat Kecamatan Parung Panjang, (21 Juni 2017), Lampiran 4 Hasil
Wawancara.
5
Icang Aliudin, Sekretaris Camat Kecamatan Parung Panjang, (20 Juni 2017) Lampiran 4
Hasil Wawancara.
65

2. Aspek Ekonomi
Perubahan penggunaan lahan juga didukung oleh aspek ekonomi.
Peningkatan pendapatan perkapita dan kebutuhan penduduk akan tepat
tinggal membuat para pengebang berlomba-lomba untuk membangun
tepat hunian, fasilitas umum, serta pusat bisnis dengan berbagai
kelebihan yang ditawaran.
Salah satu perumahan yang masih dalam proses pengerjaan adalah
Serpong Kencana yang dibangun dengan konsep perumahan elite. Proyek
perumahan ini mulai dikerjakan pada tahun 2015 yang terdiri dari
peruahan mewah dan ruko-ruko yang berjajar, dan sekarang sudah hapir
seluruh rumah dihuni oleh masyarakat dari berbagai daerah. Berikut
adalah gambar yang dapat menunjukan perbandingan mengenai
perubahan penggunaan lahan yang terjadi.
Gambar 4.8 Peruahan elite Serpong Kencana

Gambar. 4.9 Ruko-ruko Serpong Kencana


66

Dari foto yang ditunjukan diatas dapat terlihat jelas pembangunan


perumahan dan ruko-ruko yang telah berdiri dengan mewah. Dari semua
pembangunan ini didukung juga oleh masyarakat yang menjual tanahnya
pada pengembang-pengembang. Dan tanah-tanah tersebut dijadikan
daerah proyek pembangunan.
Karena faktor ekonomi juga lah sebagian besar masyarakat di
Kecamatan Parung Panjang menjual lahan mereka, baik itu sawah,
ladang, perkebunan dan lain sebagainya. Pekerjaan sebagai petani yang
dinilai tidak bisa mendukung kehidupan keluarga secara maksimal
membuat masyarakat di daerah ini lebih memilih untuk menjual lahan
mereka.
Keterangan diatas pun sesuai dengan yang diungkapkan oleh Icang
Aliudin (50) selaku sekretaris camat Kecamatan Parung Panjang.
Tidak mempunyai kewenangan untuk mengarahkan akan tetapi
biasanya perusahan tersebut datang kepada masyarakat
menyampaikan bahwa wilayah ini menjadi lokasi perumahan atau
apapun dan itu kembali kepada masyarakat. Jika masyarakat
setuju maka akan ada transaksi jual beli atau pelepasan hak.
Kecamatan hanya fasilitas secara administratif.6

Sebagian warga pun banyak sekali yang menanggapi permasalahan ini


secara beragam baik itu yang setuju dengan adanya perkembangan
pembangunan dan ada pula yang tidak setuju.
Seperti yang dikatakan seorang warga bernama Satria (31)
merurut saya selama saya tinggal di Parung Panjang persawahan
yang ada di wilayah ini masih luas jadi pemerintah melalui badan
pertahanan nasional seharusnya sudah mempunyai sketsa lahan
yang ada di wilayah ini, jadi para pengembang masih wajar untuk
melakukan pembangunan diwilayah ini karena memang lahan
persawahan atau perkebunan masih cukup luas.7

6
Icang Aliudin, Sekretaris Camat Kecamatan Parung Panjang, (20 Juni 2017) Lampiran 4
Hasil Wawancara
7
Satria, Masyarakat Kecamatan Parung Panjang, (16 Juli 2017), Lampiran 4 Hasil
Wawancara
67

Ungkapan tersebutpun ditambahkan oleh seorang warga bernama


Suryadi Sinaga (65)
Kalau untuk Parung Panjang menurut saya tidak ada masalah
sebab tanah disini bukan tanah produktif jani jenis tanah disini
mungkin terlalu asam atau terlalu banyak zat kapur sehingga sayur
mayur tidak subur, jadi jika diperuntukan untuk perumahan ya oke
oke saja, tapi misalkan jika tanah ini subur dan bisa memasok
pemasukan untuk daerahnya saya tidak setuju jika dibangun
perumahan, akan tetapi apa daya karena saya mengikuti alur
saja.8

Dari penjelasan diatas saya menyimpulkan bahwa masyarakat yang


notabene hanya penduduk dengan penghasilan kecil akan sangat tertarik
dengan transaksi jual beli lahan yang ditawarkan pengembang karena
memang lahan yang berada di Kecamatan ini masih terbilang cukup
murah untuk sekelas pengusaha yang mempunyai perusahaan besar.
Ditambah dengan banyaknya asumsi para warga yang menganggap lahan
di wilayah ini masih sangat luas dan kurang begitu subur, banyak
masyarakat yang beranggapan seperti itu karena kebiasaannya belum
terlalu berubah karena proses pembangunan masih dalam tahap
pengerjaan, akan tetapi semua itu akan terasa oleh masyarakat beberapa
tahun kemudian. Yang saya fikirkan adalah tetap mempertimbangkan
keseimbangan ekologi yang ada di Kecamatan Parung Panjang ini.
Seperti yang diungkapkan oleh Mahfudz Sarifudin (50) ia
mengatakan ada untung dan ruginya jika menghadapi permasalahan
seperti ini.
Ada rugi dan untungnya, ketika pengembang memasuki wilayah ini
maka sudah otomatis lahan pertanian akan tergerus dan semakin
menyempit maka dampak kedepannya di wilayah ini akan semakin
banyak masalah sosial, termasuk masalah lumbung padi semakin
menipis. Jika memang pemerintah pusat tidak memberikan
kebijakan untuk segera mengalihfungsikan lahan yang lain untuk
lahan pertanian, jadi memang harus ada penggantinya dan harus
berimbang. Ketika ada izin yang diturunkan di wilayah ini harus

8
Suryadi Sinaga, Masyarakat Kecamatan Parung Panjang, (16 Juli 2017), Lampiran 4 Hasil
Wawancara
68

ada lahan pengganti untuk lahan pertanian jika yang digunakan


adalah lahan pertanian.9

3. Aspek Demografi
Pertubuhan penduduk yang semakin tinggi membuat kebutuhan
akan lahan tempat tinggal juga meningat tajam. Jika kedua aspek ini
tidak bisa diseimbangkan maka akan muncul daerah-daerah kumuh di
pinggiran sungai, kolong jembatan, tempat pembuangan sampah, atau
bahkan tempat pemakaman umum. Kesenjangan sosial yang terjadi
terutama di ibu kota memang belum bias dicarikan solusi yang paling
tepat. Pemerintah sudah melakukan usaha mulai daripembatasan
urbsnisasi sampai penertiban pengemis di ibu kota, namun hasilnya
belum terlalu baik.
Perpindahan penduduk mempengaruhi struktur penduduk dalam
suatu daerah, begitupun yang terjadi di Kecamatan Parung Panjang.
Pembangunan perumahan oleh perusahan real estate menarik para
pendatang. Dalam hal ini, struktur penduduk harus diperbaharui setiap
bulan. Laporan penduduk masuk dan penduduk yang keluar dari desa
pagedangan menunjukan perubahan yang cukup banyak dari tahun ke
tahun. Terutama sejak perumahan-perumahan selesai dibangun dan mulai
dihuni.
Berdasarkan keterangan yang didapatkan dari Yayah (37), salah
satu masyarakat di Kecamatan Parung Panjang,
Perubahan yang dirasakan saat ini adalah semakin banyaknya
pendatang yang mencari perumahan disini, mencari ruko-ruko
untuk dijadikan usaha bagi para pendatang. Lahan pertanian yang
sekarang sudah dirubah menjadi tempat nongkrong.10

Pemaparanpun ditambahkan oleh salah satu masyarakat bernama


Oon Suhanan (49)
Dampak positifnya yaitu semakin ramai di Kecamatan Parung
Panjang. Sedangkan dampak negatifnya jika masyarakat disini
9
Mahfudz Sarifudin, Staf Pembangunan, (21 Juni 2017) Lampiran 4 Hasil Wawancara
10
Yayah, Masyarakat Kecamatan Parung Panjang, (21 Agustus 2017), Lampiran 4 Hasil
Wawancara
69

ataupun pendatang dapat diberikan pemahaman tentang menjaga


lingkungan dengan baik, jika mereka tidak bisa diberikan
pemahaman maka dampaknya akan semakin berbahaya terhadap
lingkungan, semakin tingginya kesenjangan sosial dan masyarakat
disini semakin terpengaruh yang menjadikan budaya didaerah ini
semakin luntur.11

Sama halnya seperti pemaparan diatas, masyarakat bernama Suryadi


Sinaga (65) pun mengungkapkan hal yang sama.
Dampak positifnya semakin bertambahnya jumlah penduduk.
sedangkan dampak negatifnya seperti sebuah istilah bahwa yang
punya uang yang berkuasa, seperti kita yang perumahan kecil yang
bisa saja digusur oleh perumahan besar. Itu yang saya khawatirkan
karena memang sudah banyak yang seperti itu dan saya rasa itu
adalah bentuk ketidakadilan yang justru di dukung oleh pemerintah.
Bagaimanapun serendah apapun kita ya semestinya harus dihormati
dulu karena kita manusia beragama.12

Dari beberapa pemaparan diatas yang disampaikan oleh


masyarakat Kecamatan Parung Panjang bahwa aspek demografi sangat
mempengaruhi terhadap struktur penduduk berdasarkan jenis kelamin,
agama, tingkat Pendidikan, dan mata pencaharian, juga terus berubah
seiring dengan keluar masuknya masyarakat dan bertambahnya jumlah
penduduk di Kecamatan Parung Panjang.
4. Aspek Budaya
Bersamaan dengan perubahan kesesuaian lahan yang terjadi di
Kecamatan Parung Panjang. Beberapa kebiasaan masyarakat juga
berubah cukup banyak. Perubahan pekerjaan sebagai petani yang
sebelumnya mendominasi kini mulai hilang. Perubahan perilaku
dirasakan terjadi pada masyarakat. Kebiasaan-kebiasaan lama yang mulai
ditinggalkan dan kebiasaan baru yang mulai dilakukan. Peralihan dari
masyarakat pertanian menjadi masyarakat industri, atau peralihan dari
Desa ke Kota membuat perubahan kebiasaan tersebut terjadi.

11
Oon Suhanah, Masyarakat Kecamatan Parung Panjang (19 Agustus 2017), Lampiran 4
Hasil Wawancara
12 Suryadi Sinaga, Masyarakat Kecamatan Parung Panjang, (16 Juli 2017), Lampiran 4 Hasil

Wawancara
70

Seperti yang diungkapkan oleh salah satu masyarakat Kecamatan


Parung Panjang bernama Aris (63)
Selama pembangunan itu belum dibangun dan sawah belum
diratakan saya masih diperbolehkan untuk bertani, akan tetapi
mendengar kabar bahwa dalam waktu dekat sekitar tahun 2018-
2019 pembangunan sudah mulai dilakukan dan itu artinya para
petani yang ada di daerah ini tidak bisa di bertani lagi.13

Perubahan yang dirasakan tidak hanya oleh petani setempat, tetapi


juga terhadap masyarakatnya yang juga merasakan perubahan. Seperti
yang diungkapkan oleh Yayah (37)
Sudah sangat banyak perubahan yang saya rasakan semenjak saya
tinggal di Kecamatan Parung Panjang. Contohnya saja jalan raya
yang dahulu dipenuhi dengan lumpur tapi sekarang sudah berubah
menjadi aspal, areal persawahan yang dahulu puluhan hektar tapi
sekarang sudah beralih ke ruko, perumahan, semakin banyaknya
penduduk pendatang. Yang memang saya rasakan Kecamatan
Parung Panjang ini dari tahun ketahun mengalami kemajuan yang
terus meningkat.14

Mulai dari hal kecil yang berubah secara perlahan-lahan seperti


infrastruktur sampai kepada perubahan yang besar seperti peningkatan
jumlah penduduk dan perubahan lahan yang terjadi di Kecamatan Parung
Panjang. Dalam hal ini, perubahan dari pertanian ke industri membuat
para petani yang beralih ke profesi lain merasa lebih baik atau tidak. Pola
interaksi social yang sebelumnya dibangun kini berubah seiring dengn
banyaknya perubahan lingkungan hidup yang bias dirasakan sehari-hari.
Nilai dan norma yang dalam masyarakat juga mulai berubah. Dulu,
hal yang dianggap tabu dana sing, kini mulai dianggap biasa. Masyarakat
Kecamatan Parung Panjang termasuk dalam masyarakat yang masih
sangat menjunjung tinggi nilai dan norma. Tapi sebagian hal yang dulu
ada mungkin tidak bisa diterima sama sekali kini mulai diperlakukan
lebih demokratis.

13
Aris, Petani, (30 Agustus 2017), Lampiran 4 Hasil Wawancara
14
Yayah, Masyarakat Kecamatan Parung Panjang, (21 Agustus 2017), Lampiran 4 Hasil
Wawancara
71

Perubahan kesesuaian lahan di Kecamatan Parung Panjang dalam


kurun waktu 7 tahun, dimulai sejak tahun 2008 sampai dengan tahun
2015 terjadi secara bertahap diikuti oleh perubahan-perubahan ekonomi,
sosial, budaya, dan masyarakat.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis dapat menemukan
jawaban dari pertanyaan penelitian yang dituliskan sebelumnya dan penulis
menarik dua simpulan darihasil penelitian tersebut yaitu,
1. Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan, bahwa diketahui perubahan
penggunaan lahan yang terjadi di Kecamatan Parung Panjang terjadi
cukup seimbang terhitung mulai tahun 2008 sampai tahun 2015 yaitu
peningkatan lahan yang terjadi sebesar 20% dan penurunan lahan terjadi
sebesar 21% dimana peningkatan paling signifikan terjadi pada lahan
terbangun sebesar 17% dan penurunan yang paling signifikan terjadi
pada lahan kosong sebesar 14%. Akan tetapi berdasarkan hasil
pengolahan data penurunan dan peningkatan lahan yang terjadi
sangatlah seimbang, sesuai pendapat Sitorus,1 bahwa lahan yang ada di
Kecamatan Parung Panjang masuk kedalam Kelas S2 cukup sesuai,
dimana lahan yang mempunyai pembatas-pembatas agak berat untuk
suatu penggunaan yang lestari. Pembatas akan mengurangi produktivitas
dan keuntungan dan meningkatkan masukan yang diperlukan.
2. Faktor-faktor pendorong perubahan penggunaan lahan di Kecamatan
Parung Panjang dalam kurun waktu 7 tahun terkhir, dimulai sejak tahun
2008 sampai dengan tahun 2015 terjadi diakibatkan aspek ekonomi dan
sosial yang sangat berpengaruh pada perubahan penggunaan lahan
tersebut. Dimana masyarakat di Kecamatan Parung Panjang yang
mayoritas bekerja sebagai petani rela menjual lahan miliknya seperti
sawah, ladang, kebun, lahan kosong kepada pemilik perusahan untuk
memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Dan ada beberapa masyarakat
yang sebenarnya tetap mempertahankan lahan miliknya akan tetapi
tekad kuat masyarakat untuk mempertahankan lahan lenyap dengan

1
Log Cit, Santun R.P. Sitorus…, hlm 52-53

72
73

tawaran dan iming-iming harga yang lebih tinggi yang ditawarkan oleh
perusahaan dan pada akhirnya masyarakat rela menjual lahan tersebut.
B. Saran
Pemanfaatan sumber daya lahan sebaiknya dilakukan secara benar dan
terarah. perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Parung Panjang
membawa dampak positif dan negatif, masyarakan diharapkan bisa tetap
mengikuti perkembangan zaman dengan tanpa meninggalkan nilai-nilai
kehidupan tradisional yang baik. Saran-saran yang dapat disampaikan
penulis adalah sebagai berikut.
1. Untuk pemerintah Kecamatan Parung Panjang
Saran yang dapat disampaikan untuk pemerintah Kecamatan Parung
Panjang adalah dengan melakukan regulasi untuk penggunaan lahan.
Peraturan seperti ini bertujuan untuk penggunaan lahan yang arif dan
bijaksana sehingga dapat meminimalisir dampak negatif dan
perubahan yang terjadi di Kecamatan Parung Panjang
2. Untuk masyarakat
Menyikapi perubahan lahan yang terjadi secara cerdas dan bisa
menerima semua kebiasaan baru dengan melakukan hal yang positif
dan meninggalkan hal negatif serta dapat menyesuaikan diri terhadap
perubahan yang teradi dari semua aspeknya.
3. Untuk peneliti selanjutnya
Saran untuk peneliti selanjutnya adalah agar bisa melakukan
penelitian yang lebih mendalam mengenai evaluasi kesesuaian lahan.
Dengan seperti itu, maka kajian tentang lahan akan semakin banyak
dilakukan dan diharapkan bisa memperbaiki pemanfaatan sumber
daya lahan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU

Adisasmita, Rahardjo. cet. Ke-2, 2013 Pembangunan Kawasan Dan


Tata Ruang, Yogyakarta, Graha Ilmu.

Effendi Sofian dan Tukiran, 2012 Metode Penelitian Survei, Jakarta,


LP3ES.

Hardiansyah, Haris. 2012 Model Penelitian Kualitatif, Jakarta, Salemba


Humanika.

Idrus Muhammad, 2009, Metode Penelitian Ilmu Sosial, Universitas Islam


Indonesia Yogyakarta, Erlangga.

Sitorus, Santun R.P., 1996 Evaluasi Sumberdaya Lahan, Bandung, cet. Ke-
3, Tarsito.

Sodikin, 2016, Sistem Informasi Geografis & Penginderaan Jauh, Ciputat:


Pendidikan IPS FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Soenarmo, Sri Hartati., 2009 Penginderaan Jauh dan Pengenalan Sistem


Informasi Geografis Untuk Bidang Ilmu Kebumian, Bandung,
Penerbit ITB.

Sugiyono, 2014, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D,


Bandung, Alfabeta.

Sutriah Nurzaman, Siti. 2012, Perencanaan Wilayah Dalam Konteks


Indonesia, Bandung, Penerbit ITB.

Undang undang Penataan Ruang (UU RI No. 26 Tahun 2007) 2008,


Jakarta, Sinar Grafika.

Widiatmaka, Sarwono Hardjowigeno. cet. Ke-2. 2011 Evaluasi Kesesuaian


Lahan Dan Perencanaan Tata Guna Lahan, Yogyakarta, Gadjah
Mada University Press.

75
76

JURNAL

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, Nomor: 16/PRT/M/2009, Tentang


Pedoman Penyusunan Rencana Tata ruang Wilayah Kabupaten.

Wahyunto Sofyan Ritung, dkk. 2007 Panduan Evaluasi Kesesuaian Lahan


“Dengan contoh peta arahan penggunaan lahan kabupaten Aceh
Barat” Bogor, Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre.

Trigus Eko dan Sri Rahayu, Perubahan Penggunaan Lahan dan


Kesesuaiannya Terhadap RDTR di Wilayah Peri-Urban Studi Kasus:
Kecamatan Melati. (volume 8 (4): 330-340 Desember 2012, Biro
Penerbit Planologi Undip, Jurnal Pembanguan Wilayah dan Kota).

Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 27 Tahun 2008 Tentang


Rencana Pembangunan jangka Panjang Daerah Kabupaten Bogor
Tahun 2005-2025.

Metodologi Penelitian Kuantitatif oleh Subagio Budi Prajitno Dosen


komunikasi UIN SGD Bandung.

SKRIPSI

Salamah, Ummu. 2013 Pemanfaatan Pengindraan Jaun Dan Sistem


Informasi Geografi Dalam Pemetaan keselarasan Pemanfaatan
Ruang Terhadap Perencanaan tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor
(Kasus Kawasan Cibinong Raya), Tugas Akhir Memperoleh Gelar
Ahli Madya Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada.

Sulistiawati, Selly. 2015 Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Desa


Pagedangan Kecamatan Pagedangan Kabupaten Tangerang Tahun
1993-2013, Skripsi pada strata 1 program Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Konsentrasi Geografi, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.

Wasillah Ine, 2010 Evaluasi Kawasan Lindung Berdasarkan Rencana Tata


Ruang Wilayah Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat (Aplikasi
Sistem Informasi Geografi), Departemen Konservasi Sumberdaya
Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
77

Fitriani, 2013 Analisis Deviasi Pemanfaatan Ruang Aktual Terhadap


Rencana Detil Tata Ruang Kota (RDTRK) Kecamatan Ngaglik Tahun
2009-2018. Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

INTERNET

http://bogorkab.go.id/index.php/page/detail/24/kecamatan#.WB0ncy19U di
akses pada tanggal 05 November 2016 pukul 08.00 WIB

https://bogorkab.go.id/index.php/page/detail/5/letak-
geografis#.WBk0ci197IU di akses pada tanggal 02 November 2016
pukul 07.30 WIB.

http://informatika.web.id/operasi-cropping.htm Arief, Operasi Cropping,


diakses pada Rabu 18 juli 2017, pukul 00.15 WIB

https://petatematikindo.wordpress.com/2013/01/06/penggunaan-lahan/
diakses pada selasa, 24 januari 2017 pukul 20.00 WIB

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29237/4/Chapter%20II.pdf
diakses pada selasa, 24 januari 2017 pukul 20.20 WIB.
LAMPIRAN 1 PEDOMAN SURVEI LAPANGAN

PEDOMAN SURVEI LAPANGAN


Memulai kegiatan survei lapangan ini peneliti mengucapkan basmallah.
Identifikasi penelitian yang dilakukan yaitu: Evaluasi Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Terhadap Kesesuaian Lahan di Kecamatan Parung Panjang
Tahun 2005-2016.
Dalam survei ini, semua indera peneliti harus menjadi alat penelitian yang
peka dan terintergrasi secara aktif serta dapat diandalkan. Pengamatan dapat
dilakukan secara menyeluruh dibeberapa tempat yang sudah menjadi tempat
pembangunan perumahan baru diantaranya: Perumahan Puri Harmoni 8, Serpong
Green Paradise, Sentraland, dan Serpong Kencana. Hal yang akan diamati
diantaranya adalah:
1. Kegiatan pembangunan yang sedang berlangsung di Kecamatan Parung
Panjang
2. Konversi lahan yang terjadi di Kecamatan Parung Panjang
3. Kegiatan masyarakat di Kecamatan Parung Panjang

Hasil survei lapangan akan dituliskan dengan format sebagai berikut:


Survei ke :
Lokasi :
Waktu :
No Perilaku yang tampak

1.

Dst.
LAMPIRAN 2 PEDOMAN WAWANCARA

PEDOMAN WAWANCARA
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Selamat pagi/siang/sore/malam Saya Ali Machsun, mahasiswa Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang sedang melakukan penelitian skripsi tentang “Evaluasi
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Terhadap Kesesuaian lahan di Kecamatan
Parung Panjang Tahun 2005-2016”
Bapak/Ibu akan saya wawancara sesuai dengan kualifikasi tujuan
penelitian dan dan kemampuan yang Bapak/Ibu miliki untuk menjawab.
Untuk keperluan tersebut, dengan segala hormat saya memohon kesediaan
Bapak/Ibu sebagai Pemerintah Kecamatan Parung Panjang, petani, pemilik lahan,
penduduk pendatang atau yang melakukan migrasi, dan orang-orang yang terlibat
di wilayah Kecamatan parung panjang Kabupaten Bogor untuk saya wawancarai.

Data Responden
Wawancara Ke :
Narasumber :
Umur :
Pekerjaan :
Waktu :
Lokasi :
Pertanyaan Untuk Pemerintah Kecamatan Parung Panjang
No Pertanyaan Tema

1 Bagaimana keadaan tata ruang di Kecamatan Sosial


Parung Panjang?
2 Bagaimana Rencana Tata Ruang Wilayah di Sosial
Kecamatan Parung Panjang?
3 Perumahan apa saja yang ada di Kecamatan Ekonomi
Parung Panjang?
Kebijakan apa saja yang diberlakukan di
4 Kecamatan Parung Panjang dalam hal alih Politik
fungsi lahan?
5 Adakah batasan wilayah untuk kegiatan Politik
pembangunan yang dilakukan pengembang?
Kerjasama apa saja yang sudah dilakukan
6 Kecamatan Parung Panjang dengan pemilik Politik, Sosial, Ekonomi
perusahaan?
7 Bagaimana dengan lahan-lahan yang tergusur Sosial
oleh perusahaan pengembang?

Pertanyaan Untuk Petani


No Pertanyaan Tema

1 Sudah berapa lama Bapak/Ibu menjadi petani? Sosial dan Ekonomi

2 Berapa pendapatan yang diperoleh dari Pekerjaan Ekonomi


Bapak/Ibu?

3 Apakah penghasilan yang diperoleh dapat Ekonomi


memenuhi kebutuhan keluarga?
4 Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai alih Ekonomi dan Budaya
fungsi lahan di wilayah ini?
Kebiasaan apa yang berubah dalam kehidupan
5 sehari-hari setelah terjadinya perubahan Budaya
penggunaan lahan di wilayah ini?
Pertanyaan Untuk Masyarakat
No Pertanyaan Tema

1 Darimana Bapak/Ibu berasal dan sejak kapan Budaya


tinggal disini?
2 Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai alih Ekonomi
fungsi lahan dari persawahan ke perumahan yang Budaya
terjadi di Kecamatan Parung Panjang?
3 Perubahan seperti apa yang dirasakan setelah Ekonomi, Sosial dan
banyak pembangunan perumahan di Kecamatan Budaya
Parung Panjang
4 Apa dampak positif dan negatif dari pembangunan Ekonomi, Sosial dan
perumahan tersebut? Budaya

5 Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai Budaya


Kecamatan Parung Panjang saat ini?
LAMPIRAN 3 HASIL SURVEI LAPANGAN

HASIL SURVEI LAPANGAN


Survei ke : 1 (Satu) Perumahan Puri Harmoni 8
Lokasi : Kampung Pabuaran, Desa Cibunar, Kecamatan Parung Panjang
Hari, Tanggal : Sabtu, 17 Juni 2017
Waktu : 10.22 WIB s.d Selesai

No Perilaku yang tampak

1 Puri Harmoni 8 merupakan suatu perumahan yang didirikan diatas lahan


persawahan warga, yang mana lahan tersebut dijual kepada para
pengembang untuk dijadikan suatu perumahan yang proses
pembangunannya dimulai pada awal tahun 2017 dan sekarang sudah berdiri
puluhan unit yang proses pembangunannya masih sangat lama

2 Pembangunan perumahan ini dibangun diatas lahan persawahan dengan total


luas lahan kurang lebih 10 hektar. Yang mana sebelum masuk perumahan ini
masyarakat sekitar selalu melakukan kegiatan pertanian untuk keperluan
sehari-hari.

3 Kegiatan masyarakat yang ada di wilayah ini setelah peneliti amati banyak
sekali masyarakat dari luar wilayah yang melihat perumahan tersebut pada
hari libur dan banyak juga masyarakat sekitar yang meluangkan waktunya
untuk berjalan-jalan sore atau bersantai sambil melihat proses pembangunan
perumahan tersebut.
Survei ke : 2 (Dua) Perumahan Serpong Green Paradise
Lokasi : Kampung Proweh, Desa Cibunar Kecamatan Parung Panjang
Hari, Tanggal : Minggu, 18 Juni 2017
Waktu : 09.52 WIB s.d Selesai

No Perilaku yang tampak

1. Perumahan ini dibangun diatas lahan persawahan, berbeda dengan


perumahan Puri Harmoni 8 perumahan ini masih dalam tahap pembuatan
contoh rumah yang akan dipajangkan apabila ada penduduk yang ingin
melihat perumahan tersebut

2 Luas lahan pada perumahan ini tidak seluas perumahan sebelumnya yakni
kurang dari 10 hektar. Akan tetapi peralihan persawahan ke perumahan ini
yang akan merubah kebiasaan pada penduduk sekitar.

3 Kegiatan penduduk disini belum terlalu signifikan. Sebab perumahan ini


baru saja akan memulai proses pembangunan. Akan tetapi setiap memasuki
hari libur banyak berdatangan penduduk dari luar daerah untuk melihat atau
membeli perumahan tersebut.

Survei ke : 3 (Tiga) Perumahan Sentraland


Lokasi : Kampung Cicalung, Desa Parung Panjang,
Kecamatan Parung Panjang
Hari, Tanggal : Rabu, 21 Juni 2017
Waktu : 11.42 WIB s.d Selesai
No Perilaku yang tampak

1. Perumahan ini sudah hampir seluruhnya rampung dalam proses


pembangunan, sekitar 90% pembangunan rumah sudah selesai di bangun
bahkan sudah banyak rumah-rumah yang di huni oleh penduduk pendatang

2 Lahan yang beralih ke perumahan ini merupakan bekas lahan kosong yang
di jual kepada para pengembang, bahkan di perumahan ini akan ada wahana
air sebagai tempat rekreasi untuk anak.

3 Kegiatan penduduk pada perumahan atau sekitarnya sudah berjalan biasa


saja, karena pada perumahan tersebut dibatasi oleh gerbang dan terdapat pos
keamanan, jadi setiap penduduk yang ingin masuk harus mendapatkan izin
dari petugas perumahan.

Survei ke : 4 (Empat) Perumahan Serpong Kencana


Lokasi : Kampung , Desa Kabasiran Kecamatan Parung Panjang
Hari, Tanggal : Jumat, 7 Juli 2017
Waktu : 15.30 WIB s.d Selesai
No Perilaku yang tampak

1. Serpong Kencana merupakan perumahan elit yang ada di kecamatan Parung


Panjang, dimana perumahan ini dibangun dengan mewah dan mempunyai
harga hingga ratusan juta. Perumahan ini sudah selesai pada tahap
pembangunan bahkan sudah ramai di huni oleh penduduk pendatang.

2 Sama halnya seperti Sentraland, perumahan ini juga di bangun diatas lahan
kosong milik warga.

3 Penjagaan diperumahan ini cukup ketat, dimana peneliti harus menyerahkan


kartu identitas ketika ingin memasuki perumahan tersebut untuk melakukan
penelitian, karena penjagaan yang lumayan ketat tidak ada warga sekitar
yang diizinkan masuk oleh petugas keamanan selain yang punya rumah dan
pekerja yang berada di perumahan tersebut.
LAMPRAN 4 HASIL WAWANCARA

HASIL WAWANCARA
PEMERINTAH KECAMATAN

Data Responden
Wawancara Ke : 1 (Satu)
Narasumber : Edi Mulyadi
Umur : 55 Tahun
Pekerjaan : Kepala Camat Kecamatan Parung Panjang
Hari, Tanggal : Rabu, 21 Juni 2017
Waktu : 14.00-Selesai
Lokasi : Kantor Kecamatan Parung Panjang

No Pertanyaan Tema Uraian Wawancara


Bagaimana keadaan tata Keadaan tata ruang sekarang ini sudah
1 ruang di Kecamatan Sosial berkembang semakin modern,
Parung Panjang? contohnya saja di Kecamatan Parung
Panjang sudah banyak berdiri
perumahan yang pastinya melihat dari
kebutuhan dan kesesuaian lahan yang
ada di wilayah ini, semua perumahan
yang di bangun dibekas lahan
persawahan tentunya sudah sesuai
dengan yang tertera pada tata ruang
Kabupaten Bogor, karena memang
Kecamatan parung Panjang hanya
mengikuti peraturan yang sudah dibuat
pemerintah pusat.
Bagaimana Rencana Kemungkinan-kemungkinan untuk
2 Tata Ruang Wilayah di Sosial perubahan RTRW ada beberapa
Kecamatan Parung peruntukan perubahan yang dulunya
Panjang? pedesaan sekarang telah menjadi
perumahan perkotaan kategori 2, dulu
ada PP 2 sekarang berubah menjadi JI,
karena sekarang peta tata ruang sudah
berubah dan Kecamatan hanya
mengikuti Kabupaten Bogor.
Perumahan apa saja Griya parung panjang, Perumnas 1,
3 yang ada di Kecamatan Ekonomi perumnas 2, perumnas 3, perumahan di
Parung Panjang? wilayah Gintung, Jagabaya, Cibunar,
Kabasiran, Parung Panjang. Perumahan
sudah tersebar di beberapa wilayah dan
semakin banyak.
Kebijakan apa saja yang Karena dalam hal ini kami tidak pernah
diberlakukan di merekomendasikan dan dalam perizinan
4 Kecamatan Parung Politik tetap mengarah kepada pemerintah
Panjang dalam hal alih Kabupaten, disana terdiri dari beberapa
fungsi lahan? tim seperti peninjauan lokasi, ada
pembahasana badan Pelayanan terpadu,
dan beberapa dinas teknis seperti
pertanian, kehutanan, bapeda, mereka
berkumpul dan membahas alokasi
lahan.
Adakah batasan wilayah Pasti ada dan sesuai dengan
untuk kegiatan permohonan izin pertamanya,
5 pembangunan yang Politik pengembang akan mengajukan izin
dilakukan pengembang? pembebasan lahan, dan itu akan
diberikan jangka waktu oleh pemerintah
daerah. Setelah ada pembebasan laha
maka izin berikutnya yaitu amdal
lingkungan hidup dsb dan itu tergantung
pengembang mengajukan permohonan
izinnya.
Kerjasama apa saja yang Belum ada kerjasama yang ditawarkan
sudah dilakukan Politik pihak pengembang kepada kecamatan
6 Kecamatan Parung Sosial parung panjang.
Panjang dengan pemilik Ekonomi
perusahaan?
Bagaimana dengan Untuk alih fungsi ini tidak bisa
7 lahan-lahan yang Sosial dipungkiri kaerna memang sudah terjadi
tergusur oleh seperti ini. Juga perlu diketahui bahwa
perusahaan Kecamatan parung panjang ini sebagian
pengembang? besar wilayahnya sudah dikuasai oleh
pengembang. Bahkan ada 1
pengembang yang mempunyai sekitar
650 hektar lahan di 3 desa (Dago,
Cikuda, Pingku) dan itu milik PT Badra
tetapi sampai saat ini belum ditindak
lanjuti untuk pembangunan jadi masih
berupa lahan kosong.

Data Responden
Wawancara Ke : 2 (Dua)
Narasumber : Icang Aliudin
Umur : 50 Tahun
Pekerjaan : Sekretaris Camat Kecamatan Parung Panjang
Hari, Tanggal : Selasa, 20 Juni 2017
Waktu : 15.10-Selesai
Lokasi : Kantor Kecamatan Parung Panjang

No Pertanyaan Tema Uraian Wawancara


Bagaimana keadaan tata Kecamatan parung itu berfariasi ada
1 ruang di Kecamatan Sosial PP1, PP2, PD, Lahan basah, dan ada
Paung Panjang? juga zona industri dan sebagian di
wilayah caringin ada lahan untuk
kehutanan.
Bagaimana Rencana Tata Disini banyak perusahan pengembang
2 Ruang Wilayah di Sosial di PP2 sudah banyak berdiri
Kecamatan Parung perumahan yang sudah izin kepada
Panjang? Kabpuaten. Adapun Kecamatan hanya
mengikuti dari hasil kajian yang
direncanakan oleh pemerintah daerah,
yang terdiri dari KDB sebesar 60
berbanding 40 yakni (60 untuk
perumahan dan 40 untuk lahan hijau).
Perumahan apa saja yang Terdiri dari perumahan lama yakni
3 ada di Kecamatan Parung Ekonomi perum 1, perum 2, griya Parung
Panjang? panjang. Sedangkan perumahan yang
baru dibangun yakni Serpong kencana,
sentraland, PT Vista, di daerah Cibunar
ada beberapa perumahan seperti metro
dan masih banyak yang lainnya.
Kebijakan apa saja yang Kecamatan tidak memiliki kebijakan
diberlakukan di yang menjadi keharusan tetapi tetap
4 Kecamatan Parung Politik mengikuti perencanaan bapeda artinya
Panjang dalam hal alih kebijakan itu muncul dari hasil kajian
fungsi lahan? yang diikutsertakan ialah kepala desa
dan dari pihak Kecamatan. Intinya
Kecamatan hanya mengikuti apa yang
sesuai dengan rencana tata ruang yang
sudah direncanakan Kabupaten Bogor.
Adakah batasan wilayah Ada, beberapa infestor yang
untuk kegiatan mendirikan perumahan antara lain di
5 pembangunan yang Politik wilayah Kabasiran, Parung Panjang,
dilakukan pengembang? Cibunar, Jagabita, Lumpang.
sedangkan di beberapa wilayah tidak
diperuntukan untuk mendirikan
perumahan dikarenakan lahan tersebut
adalah lahan basah yang cocok untuk
wilayah pertanian seperti wilayah
Cikuda. Ada juga untuk perumahan
pedesaan seperti di wilayah Gorowong,
Cikuda, Pingku. Wilayah yang sudah
ditetapkan untuk suatu lahan memang
tidak boleh digunakan untuk
perumahan ataupun industri karena
mempunyai batasan-batasan yang telah
diatur oleh pemerintah.
Kerjasama apa saja yang Intinya Kecamatan Parung Panjang
sudah dilakukan Politik hanya memfasilitasi asal sesuai dengan
6 Kecamatan Parung Sosial tata ruang yang telah direncanakan.
Panjang dengan pemilik Ekonomi Jika tata ruang diperuntukan untuk
perusahaan? perumahan maka Kecamatan akan
memfasilitasi agar wilayah tersebut
dapat dikembangkan menjadi sebuah
usaha nantinya Kecamatan
bekerjasama dengan perusahan dalam
hal pengembangan wilayah.
Bagaimana dengan lahan- Tidak mempunyai kewenangan untuk
7 lahan yang tergusur oleh Sosial mengarahkan akan tetapi biasanya
perusahaan pengembang? perusahan tersebut datang kepada
masyarakat menyampaikan bahwa
wilayah ini menjadi lokasi perumahan
atau apapun dan itu kembali kepada
masyarakat. Jika masyarakat setuju
maka akan ada transaksi jual beli atau
pelepasan hak. Kecamatan hanya
fasilitas secara administratif.

Data Responden
Wawancara Ke : 3 (Tiga)
Narasumber : Narkiah
Umur : 57 Tahun
Pekerjaan : Koordinator Staf Ekonomi dan Pembangunan
Hari, Tanggal : Selasa, 20 Juni 2017
Waktu : 10.40-Selesai
Lokasi : Kantor Kecamatan Parung Panjang

No Pertanyaan Tema Uraian Wawancara


Bagaimana keadaan tata Keadaan tata ruang di wilayah ini
1 ruang di Kecamatan Sosial seperti yang kita telah ketahui bahwa
Paung Panjang? semua sudah ada ploting masing-
masing dari pemerintah pusat atau
kabupaten, dari setiap wilayah di
Kecamatan Parung Panjang sudah
direncanakan dan dimusyawarahkan
bersama.
Bagaimana Rencana Tata Kalau Kecamatan parung panjang
2 Ruang Wilayah di Sosial tidak bisa memutuskan apa-apa karena
Kecamatan Parung Kebijakan tetap berada di kabupaten,
Panjang? jika ada pengembang yang
mengusulkan izin kecamatan hanya
memberikan kepada Pemerintah pusat
dan akan dimusyawarahkan bersama
yang akan di izinkan atau tidaknya.
Perumahan apa saja yang Perumnas, Griya Parung Panjang,
3 ada di Kecamatan Parung Ekonomi Sekartanjung, Sentraland, The River,
Panjang? Serpong Kencana, Aster, dan beberapa
perumahan yang berada di wilayah
Cibunar. Karena memang wilayah ini
merupakan sebagai wilayah penyangga
ibu kota.
Kebijakan apa saja yang Kebijakan tetap mengarah kepada
diberlakukan di pemerintah Kabupaten Bogor, jadi
4 Kecamatan Parung Politik nanti ada musyawarah gabungan yang
Panjang dalam hal alih akan menentukan perizinan terkait
fungsi lahan? akan dikabulkan atau tidak, rapat
tersebut dari tingkat Kabupaten seperti,
perizinan, tata ruang, lingkungan
hidup, dinas terkait yang berhubungan
dengan masalah ini akan diundang, dan
nanti akan diputuskan jika sudah ada
kesepakatan bersama.
Adakah batasan wilayah Sudah ada plotnya udah ada tata
untuk kegiatan ruangnya, ada untuk pertanian, untuk
5 pembangunan yang Politik perumahan, sudah dikelola di bagian
dilakukan pengembang? pemerintahan.
Kerjasama apa saja yang Tidak ada kerjasama yang diajukan
sudah dilakukan Politik pengembang kepada Kecamatan
6 Kecamatan Parung Sosial parung Panjang. Kecamatan hanya
Panjang dengan pemilik Ekonomi memberikan rekomendeasi terhadap
perusahaan? pengembang.
Bagaimana dengan lahan- Karena udah ada ploting untuk
7 lahan yang tergusur oleh Sosial perumahan misalkan kalau itu salah
perusahaan pengembang? tapi diperuntukan untuk perumahan
atau PP itu boleh boleh di ajukan dan
Kecamatan hanya mengajukan
pengantar kepada pemerintah
Kabupeten, jika kita tidak memberikan
pengantar maka kita juga sudah
menyalahi aturan karena pengembang
biasanya melihat tata ruang di wilayah
yang dituju.
Data Responden
Wawancara Ke : 4 (Empat)
Narasumber : Mahfudz Sarifudin
Umur : 50 Tahun
Pekerjaan : Staf Pembangunan
Hari, Tanggal : Rabu, 21 Juni 2017
Waktu : 10.57-Selesai
Lokasi : Kantor Kecamatan Parung Panjang

No Pertanyaan Tema Uraian Wawancara


Bagaimana keadaan tata Merupakan satu kesatuan dengan tata
1 ruang di Kecamatan Sosial ruang kabupaten Bogor, payung
Paung Panjang? hukumnya menjadi perda yang
ditetapan oleh kabupeten Bogor.
kecamatan Parung Panjang hanya
memberian masukan, usulan, ingin di
kembangan seperti apa di wilayah ini.
Bagaimana Rencana Tata Termasuk daerah penyangga ibu kota
2 Ruang Wilayah di Sosial dan berbatasan langsung dengan
Kecamatan Parung kabupaten Tangerang, sehingga disini
Panjang? termasuk gerbang ekonomi untuk
wilayah Bogor Barat, jadi rencana
kedepan untuk wilayah ini adalah lebih
mengutamakan kepada infrastruktur
yang menunjang pengembangan
wilayah dan pengembangan ekonomi
wilayah dengan tidak meninggalan
aspek-aspek pertanian, tanaman
tahunan untuk penyeimbang lingungan
Perumahan apa saja yang Perumahan yang sudah masuk
3 ada di Kecamatan Parung Ekonomi lumayan cukup banyak ini semua ada
Panjang? di zona PD 1 yaitu perumahan
perkotaan karena memang ada desa
yang bisa dibangun perumahan ada
juga desa yang tidak memunginan
dibangun perumahan karena sudah
dibuatkan pemetaan mana desa yang
bisa dibangun perumahan perotaan dan
mana desa yang bisa di bangun
perumahan pedesaan. Perumahan yang
sudah masu seperti Sentraland,
Serpong Kencana, The River, Metro,
di daerah Cibunar sudah lebih dari 5
pengembang dan masih banyak yang
lainnya.
Kebijakan apa saja yang Yang paling utama adalah menaati
diberlakukan di perda yang sudah ditetapkan. mana
4 Kecamatan Parung Politik fungsi lahan untuk pertanian, mana
Panjang dalam hal alih lahan untuk irigasi, tanpa tercantum
fungsi lahan? dalam perda maka kita tidak bisa
memberikan izin. Kita akan tetap
mengikuti aturan yang ada di
Kabupaten Bogor.
Adakah batasan wilayah Itu biasanya pengembang akan
untuk kegiatan mengurus izin dan dari itu maka akan
5 pembangunan yang Politik timbul persyaratan-persyaratan, contoh
dilakukan pengembang? KDB harus berapa. Misalkan
pengembang mempunyai lahan 10
hektar Jadi dari total lahan yang sudah
dimiliki pengembang berapa persen
yang boleh dibangun perumahan. Jadi
tidak bisa dibangun semuanya harus
ada lahan terbuka. Jadi ini semua
sudah diatur dalam perda.
Kerjasama apa saja yang Sejauh ini belum ada kerjasama antara
sudah dilakukan Politik perusahan pengembang dengan
6 Kecamatan Parung Sosial Kecamatan Parung panjang.
Panjang dengan pemilik Ekonomi
perusahaan?
Bagaimana dengan lahan- Ada rugi dan untungnya, ketika
7 lahan yang tergusur oleh Sosial pengembang memasuki wilayah ini
perusahaan pengembang? maka sudah otomatis lahan pertanian
akan tergerus dan semakin menyempit
maka dampak kedepannya di wilayah
ini akan semakin banyak masalah
sosial, termasuk masalah lumbung padi
semakin menipis. Jika memang
pemerintah pusat tidak memberikan
kebijakan untuk segera
mengalihfungsikan lahan yang lain
untuk lahan pertanian, jadi memang
harus ada penggantinya dan harus
berimbang. Ketika ada izin yang
diturunkan di wilayah ini harus ada
lahan pengganti untuk lahan pertanian
jika yang digunakan adalah lahan
pertanian.

PETANI

Data Responden
Wawancara Ke : 1 (Satu)
Narasumber : Ikah
Umur : 54 Tahun
Pekerjaan : Petani/Ibu Rumah Tangga
Hari, Tanggal : Rabu, 30 Agustus 2017
Waktu : 09.26 s.d Selesai
Lokasi : Kp. Cibunar Cakung Desa Cibunar Kecamatan Parung
Panjang

No Pertanyaan Tema Uraian Wawancara


Sudah berapa lama Sosial Saya bertani sudah lumayan cukup
1 Bapak/Ibu menjadi Ekonomi lama sekitar 10 tahun.
petani?
Berapa pendapatan yang Kalau untuk pendapatan sebenarnya
2 diperoleh dari Pekerjaan Ekonomi tidak menentu tergantung dari hasil
Bapak/Ibu? panen, jika musim hujan panennya
akan banyak dan sebaliknya kalau
musim kemarau hasil panennya akan
sedikit dikarenakan kurangnya air.
Tapi untuk kebutuhan dapur dan
makan sehari-hari cukup.
Apakah penghasilan yang Selama panen bagus itu akan
3 diperoleh dapat Ekonomi memenuhi kebutuhan selama kurang
memenuhi kebutuhan lebih 3 bulan, jadi mayoritas petani
keluarga? disini tidak menjual berasnya kepada
pedagang atau pasar melainkan
disimpan untuk kebutuhan yang akan
datang, tetapi jika persediaan sudah
mulai habis saya biasanya membeli
beras.
Bagaimana pendapat Ya saya sudah tidak bisa apa-apa lagi
Bapak/Ibu mengenai alih soalnya semua lahan sudah jatuh ke
4 fungsi lahan dari Ekomoni tangan pengembang, ibarat kata mau
persawahan ke Budaya dijadikan penyesalan pun percuma,
perumahan di wilayah sebenarnya kami menjual sawah-sawah
ini? ini karena kebutuhan ekonomi.
Kebiasaan apa yang Untuk saat ini masih berjalan dengan
berubah dalam kehidupan normal, saya pun masih bertani seperti
sehari-hari setelah biasanya karena sawah yang sudah di
5 terjadinya perubahan Budaya miliki pengembang belum melakukan
penggunaan lahan di pembangunan, akan tetapi para
wilayah ini? pengembang akan segera melakukan
pembangunan dalam waktu dekat, dan
jika itu sedah dilakukan kami tidak
bisa bertani lagi.

Data Responden
Wawancara Ke : 2 (Dua)
Narasumber : Aris
Umur : 63 Tahun
Pekerjaan : Petani
Hari, Tanggal : Rabu, 30 Agustus 2017
Waktu : 10.08 s.d Selesai
Lokasi : Kp. Cibunar Cakung Desa Cibunar Kecamatan Parung
Panjang

No Pertanyaan Tema Uraian Wawancara


Sudah berapa lama Sosial Sebenarnya saya bertani itu sejak dari
1 Bapak/Ibu menjadi Ekonomi dahulu dikarenakan saya membantu
petani? orang tua, jadi kurang lebih sudah
sekitar 30 tahun.
Berapa pendapatan yang Biasanya tergantung dari hasil panen
2 diperoleh dari Pekerjaan Ekonomi yang saya dapatkan, tetapi biasanya
Bapak/Ibu? satu kali panen saya mendapat sekitar
250 kilogram beras.
Apakah penghasilan yang Dari hasil panen itu biasanya saya
3 diperoleh dapat Ekonomi tidak dijual, karena masyarakat disini
memenuhi kebutuhan mayoritas petani, dan biasanya hanya
keluarga? untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya saja. Kalau saya dari hasil
panen itu bisa mencukupi sekitar 3-4
bulan sampai pada waktu menggarap
sawah lagi, dan siklusnya akan
berulang seperti itu. Jadi untuk
memenuhi kebutuhan keluarga sudah
cukup.
Bagaimana pendapat Pendapat saya sebenarnya dari sisi
Bapak/Ibu mengenai alih seorang petani sangat tidak setuju,
4 fungsi lahan dari Ekomoni dikarenakan lahan yang menjadi
persawahan ke Budaya sumber penghasilan kami sudah tidak
perumahan di wilayah ada lagi, dan saya pun tidak bisa
ini? menyalahkan siapapun karena ini
memang sudah tuntutan kebutuhan
yang mengharuskan kami menjual
lahan persawahan yang kami punya.
Apa boleh buat hampir semua lahan
yang ada di wilayah ini sudah beralih
ke tangan pengembang yang sebentar
lagi akan di bangun perumahan.
Kebiasaan apa yang Selama pembangunan itu belum
berubah dalam kehidupan dibangun dan sawah belum diratakan
sehari-hari setelah saya masih diperbolehkan untuk
5 terjadinya perubahan Budaya bertani, akan tetapi mendengar kabar
penggunaan lahan di bahwa dalam waktu dekat sekitar tahun
wilayah ini? 2018-2019 pembangunan sudah mulai
dilakukan dan itu artinya para petani
yang ada di daerah ini tidak bisa di
bertani lagi.
Data Responden
Wawancara Ke : 3 (Tiga)
Narasumber : Acih
Umur : 40 Tahun
Pekerjaan : Petani
Hari, Tanggal : Jumat, 01 September 2017
Waktu : 08.15 s.d Selesai
Lokasi : Kp Cibunar Cakung Desa Cibunar Kecamatan Parung
Panjang

No Pertanyaan Tema Uraian Wawancara


Sudah berapa lama Sosial Saya tidak menghitung berapa lama
1 Bapak/Ibu menjadi Ekonomi saya menggarap sawah, tetapi kalau di
petani? perkirakan udah sekitar 15 tahun.
Berapa pendapatan yang Jika memang hasil panen itu bagus dan
2 diperoleh dari Pekerjaan Ekonomi melimpah biasanya dapat sekitar 7
Bapak/Ibu? karung padi, sedangkan jika sudah
menjadi beras dan dalam keadaan
bersih biasanya saya mendapatkan
sekitar 6 karung beras. Saya tidak
menjual hasil panen ini karena
memang warga disinipun mempunyai
stok persediaan beras masing-masing,
jadi hanya untuk konsumsi pribadi.
Apakah penghasilan yang Jika dilihat dari hasil panen ketika
3 diperoleh dapat Ekonomi bagus, biasanya cukup sampai 4 bulan
memenuhi kebutuhan persediaan. Jika dikatakan cukup atau
keluarga? tidak yaa alhamdulillah mencukupi.
Bagaimana pendapat Sebenarnya saya tidak setuju, karena
Bapak/Ibu mengenai alih memang pendapatan saya hanya pada
4 fungsi lahan dari Ekomoni bertani, apalagi saya yang sudah tidak
persawahan ke Budaya memiliki suami dan anak saya juga
perumahan di wilayah masih kecil jadi tidak bisa diandalkan.
ini? Dari mana lagi saya harus
mendapatkan penghasilan jika sawah-
sawah itu sudah tidak ada, tapi saya
hanya rakyat kecil yang tidak bisa apa-
apa jadi saya mengikuti apa yang
sudah terjadi saja. Karena rezeki sudah
ada yang mengatur.
Kebiasaan apa yang Kalau kebiasaan masih sama saja
berubah dalam kehidupan seperti dahulu jadi masyarakat disini
sehari-hari setelah masih menjalankan pertanian
5 terjadinya perubahan Budaya walaupun sudah sebagian areal
penggunaan lahan di persawahan di penuhi dengan
wilayah ini? bangunan perumahan. Tapi sepertinya
waktu kami bertani sudah tidak lama
lahi sebab jika perumahan Harmoni
telah selesai makan pembangunan
perumahan yang lain akan segera di
garap dan kami sudah tidak bisa lagi
bercocok tanam.

Data Responden
Wawancara Ke : 4 (Empat)
Narasumber : Iyok
Umur : 50 Tahun
Pekerjaan : Petani/Ibu Rumah Tangga
Hari, Tanggal : Jumat, 01 September 2017
Waktu : 19.11 s.d Selesai
Lokasi : Kp Cibunar Cakung Desa Cibunar Kecamatan Parung
Panjang

No Pertanyaan Tema Uraian Wawancara


Sudah berapa lama Sosial Saya sebenarnya tidak memiliki lahan
1 Bapak/Ibu menjadi Ekonomi persawahan tapi saya mengolah sawah
petani? milik orang lain dan nanti hasilnya
dibagi dua dengan saya. Saya sudah
cukup lama menjadi petani bahkan dari
saya perawan pun saya sudah
mengolah persawahan milik orang lain,
jadi kalau dihitung-hitung sudah
sekitar 30 tahun yang lalu.
Berapa pendapatan yang Tergantung dari hasil panennya, kalau
2 diperoleh dari Pekerjaan Ekonomi misal semuanya mendukung pasti
Bapak/Ibu? panennya akan bagus seperti airnya
cukup, pupuknya cukup, hamanya
sedikit, itu pasti membuat hasil panen
jadi melimpah. Saya tidak tahu jika
harus diuangkan jadinya berapa karena
saya tidak pernah menjual beras
tersebut tetapi jika sudah musim panen
saya biasa mendapatkan sekitar 6
karung padi.
Apakah penghasilan yang Jika dibilang cukup atau tidak, saya
3 diperoleh dapat Ekonomi bilang cukup karena itu hanya untuk
memenuhi kebutuhan keluarga saja. Karena biasanya hasil
keluarga? panen itu akan terpakai sekitar 4 bulan.
Bagaimana pendapat Sebenarnya saya tidak bisa apa-apa
Bapak/Ibu mengenai alih karena saya hanya mengikuti alur yang
4 fungsi lahan dari Ekomoni sudah terjadi saja, akan tetapi jika saya
persawahan ke Budaya setuju berarti penduduk disini semakin
perumahan di wilayah ramai dan wilayah sini akan semakin
ini? maju, dan jika saya tidak setuju saya
juga tidak bisa berbuat apa-apa, karena
lahan itu sudah milik orang lain.
Kebiasaan apa yang Saya mendengar dari omongan orang-
berubah dalam kehidupan orang persawahan yang ada sekarang
sehari-hari setelah akan segera di bangun perumahan
5 terjadinya perubahan Budaya dalam waktu dekat, dan kami
penggunaan lahan di kemungkinan hanya bisa bertani
wilayah ini? sekitar 1 kali lagi dan setelah itu kami
tidak bisa bertani.
Data Responden
Wawancara Ke : 5 (Lima)
Narasumber : Usman
Umur : 45 Tahun
Pekerjaan : Petani
Hari, Tanggal : Jumat, 01 September 2017
Waktu : 19.54 s.d Selesai
Lokasi : Kp Cibunar Cakung Desa Cibunar Kecamatan Parung
Panjang

No Pertanyaan Tema Uraian Wawancara


Sudah berapa lama Sosial Saya sudah menjadi petani sekitar 10
1 Bapak/Ibu menjadi Ekonomi tahun, dan saya menggarap sawah-
petani? sawah milik orang lain bersama
dengan masyarakat disini.
Berapa pendapatan yang Pendapatan untuk sekali panen per 800
2 diperoleh dari Pekerjaan Ekonomi meter biasanya saya mendapatakan 4
Bapak/Ibu? karung, saya tidak pernah menjual
hasil panen karena itu untuk kebutuhan
dirumah.
Apakah penghasilan yang Biasanya ini tergantung dari
3 diperoleh dapat Ekonomi pemakaian dirumah banyak atau tidak,
memenuhi kebutuhan tapi alhamdulillah mencukupi untuk
keluarga? kebutuhan sehari-hari selama 2 bulan.
Bagaimana pendapat Saya bingung harus menjawab apa,
Bapak/Ibu mengenai alih karena memang dari sudut pandang
4 fungsi lahan dari Ekomoni saya serba salah. Dalam hal ini, petani
persawahan ke Budaya akan merasa kesusahan dikarenakan
perumahan di wilayah lahan tempat mereka mencari
ini? penghasilan sudah tidak ada, tetapi jika
dilihat dari perkembangan wilayah ini
akan semakin maju.
Kebiasaan apa yang Kebiasaan masih seperti pada
berubah dalam kehidupan umumnya karena masih banyak sawah
sehari-hari setelah yang belum digarap menjadi
5 terjadinya perubahan Budaya perumahan dan kami masih
penggunaan lahan di diperbolehkan untuk bertani, akan
wilayah ini? tetapi jika perumahan itu siap dibangun
dan sudah mulai meratakan
persawahan kami dipaksa berhenti
untuk bertani dan kebiasaan akan
berubah seiring dengan berjalannya
waktu.

MASYARAKAT

Data Responden
Wawancara Ke : 1 (Satu)
Narasumber : Hartono
Umur : 59 Tahun
Pekerjaan : Bengkel
Hari, Tanggal : Sabtu, 8 Juli 2017
Waktu : 07.18 WIB s.d Selesai
Lokasi : Perumnas II Kecamatan Parung Panjang

No Pertanyaan Tema Uraian Wawancara


Darimana Bapak/Ibu Saya berasal dari Solo. Saya tinggal di
1 berasal dan sejak kapan Budaya perumahan ini sejak 2010, jadi kurang
tinggal disini? lebih sudah sekitar 7 tahun
Bagaimana pendapat Untuk di kecamatan parung panjang ini
Bapak/Ibu mengenai alih akan lebih berkembang dan maju, akan
fungsi lahan dari Ekonomi tetapi pendapatan penduduk asli
2 persawahan ke Budaya daerahnya yaitu petani akan berkurang
perumahan yang terjadi di dikarenakan lahan yang sudah habis
Kecamatan Parung oleh perumahan tersebut
Panjang?
Perubahan seperti apa Setelah terjadinya perubahan yang
yang dirasakan setelah Ekonomi terjadi diakibatkan oleh masuknya
3 banyak pembangunan Sosial berbagai perumahan di Kecamatan ini
perumahan di Kecamatan Budaya maka akan semakin bagus jalan raya
Parung Panjang Parung Panjang dibandingkan dengan
sebelum masuknya berbagai
perumahan tersebut.
Apa dampak positif dan Ekonomi Yang tadi sudah saya sebutkan kalau
4 negatif dari pembangunan Soaial dampak positifnya jalan raya jadi
perumahan tersebut? Budaya bagus, tetapi untuk pembangunannya
belum maju, angka pengangguran
semakin bertambah akibatnya
kriminalitas semakin tinggi
Bagaimana pendapat Kalau untuk perubahan belum terlalu
5 Bapak/Ibu mengenai Budaya kelihatan karena di Kecamatan ini
Kecamatan Parung masih dalam proses pembangunan,
Panjang saat ini? tetapi saya berharapnya daerah ini
lebih maju.

Data Responden
Wawancara Ke :2
Narasumber : Satria
Umur : 31 Tahun
Pekerjaan : Ojek Online
Hari, Tanggal : Minggu, 16 Juli 2017
Waktu : 12.31 WIB s.d Selesai
Lokasi : Perumahan Griya Parung Panjang

No Pertanyaan Tema Uraian Wawancara


1 Darimana Bapak/Ibu Budaya Saya asli dari Jakarta kelahiran Duren
berasal dan sejak kapan Sawit, saya tinggal disini baru 1 tahun
tinggal disini? saya pindah kesini puasa tahun
kemarin jadi sudah 1 tahun lebih
sebulan.
Bagaimana pendapat Karna saya masih baru disini jadi saya
Bapak/Ibu mengenai alih masih kurang tahu akan tetapi merurut
fungsi lahan dari Ekonomi saya selama saya tinggal di Parung
2 persawahan ke Budaya Panjang persawahan yang ada di
perumahan yang terjadi di wilayah ini masih luas jadi pemerintah
Kecamatan Parung melalui badan pertahanan nasional
Panjang? seharusnya sudah mempunyai sketsa
lahan yang ada di wilayah ini, jadi para
pengembang masih wajar untuk
melakukan pembangunan diwilayah ini
karena memang lahan persawahan atau
perkebunan masih cukup luas.
Perubahan seperti apa Semakin bagus dengan adanya
yang dirasakan setelah Ekonomi perumahan yang semakin banyak di
3 banyak pembangunan Sosial Kecamatan Parung Panjang ini maka
perumahan di Kecamatan Budaya akan meningkatkan perekonomian, dan
Parung Panjang semoga bisa bisa memajukan
masyarakat.
Apa dampak positif dan Ekonomi Dampak positifnya dari segi ekonomi
4 negatif dari pembangunan Soaial semakin meningkat, wawasan
perumahan tersebut? Budaya masyarakat semakin nambah.
Sedangkan dampak negatifnya semoga
tidak ada tempat maksiat di Parung
Panjang seperti tempat pemancingan
yang dipakai untuk berjudi.
Bagaimana pendapat Semenjak saya tinggal di Parung
5 Bapak/Ibu mengenai Budaya Panjang selama 1 tahun ini, menurut
Kecamatan Parung saya masyarakat di Parung Panjang
Panjang saat ini? masih baik ramah dan masih kenal satu
sama lain, tidak seperti di kota yang
tidak mengenal tetangganya sendiri,
dan keamanan perlu di tingkatkan
karena masih banyak sekali kasus
curanmor yang terjadi disini.

Data Responden
Wawancara Ke :3
Narasumber : Oky Isra Pramanca
Umur : 24 Tahun
Pekerjaan : Guru
Hari, Tanggal : Minggu, 16 Juli 2017
Waktu : 13.09 WIB s.d selesai
Lokasi : Perumahan Griya Parung Panjang

No Pertanyaan Tema Uraian Wawancara


1 Darimana Bapak/Ibu Budaya Kalau asal dari Pademangan Jakarta
berasal dan sejak kapan Utara, kalau tinggal disini sudah dari
tinggal disini? tahun 2000 jadi sudah 17 tahun di
Parung Panjang.
Bagaimana pendapat Menurut saya bagus karena menambah
Bapak/Ibu mengenai alih jumlah penduduk dan meningkatkan
fungsi lahan dari Ekonomi desa menjadi desa kota, dan
2 persawahan ke Budaya menambahnya sumber tenaga kerja
perumahan yang terjadi di jadi disini tidak sepi.
Kecamatan Parung
Panjang?
Perubahan seperti apa Perubahan yang saya rasakan sangat
yang dirasakan setelah Ekonomi signifikan dan sangat terasa selama 17
3 banyak pembangunan Sosial tahun terakhir kalau dulu disini sejuk
perumahan di Kecamatan Budaya dan adem tapi kalau sekarang sudah
Parung Panjang panas karena sudah jarang sekali
pohon besar disini.
Apa dampak positif dan Ekonomi Kalau dampak positifnya saya melihat
4 negatif dari pembangunan Soaial dari segi sekolah disini waktu dulu
perumahan tersebut? Budaya setiap sekolah pasti kelasnya selalu
sepi, tetapi dengan bertambahnya
jumlah penduduk sekarang kelas sudah
ramai, sedangkan dampak negatifnya
semakin panas di Parung Panjang
Bagaimana pendapat Karena disini sudah ramai jadi
5 Bapak/Ibu mengenai Budaya seharusnya infrastruktur harus di
Kecamatan Parung perhatiakan seperti jalan raya, dan
Panjang saat ini? pohon harus tetap ada minimal 1
rumah 1 pohon.
Data Responden
Wawancara Ke :4
Narasumber : Suryadi Sinaga
Umur : 65 Tahun
Pekerjaan : Ustadz
Hari, Tanggal : Minggu, 16 Juli 2017
Waktu : 13.53 WIB s.d selesai
Lokasi : Perumahan Griya Parung Panjang

No Pertanyaan Tema Uraian Wawancara


1 Darimana Bapak/Ibu Budaya Saya dari kota Barus Tapanuli Tengah
berasal dan sejak kapan Sumatera Utara. Saya dissini dari
tinggal disini? tahun 1998 sudah sekitar 20 tahun,
semenjak tragedi trisakti saya pindah
kesini.
Bagaimana pendapat Kalau untuk Parung Panjang menurut
Bapak/Ibu mengenai alih saya tidak ada masalah sebab tanah
fungsi lahan dari Ekonomi disini bukan tanah produktif jani jenis
2 persawahan ke Budaya tanah disini mungkin terlalu asam atau
perumahan yang terjadi di terlalu banyak zat kapur sehingga
Kecamatan Parung sayur mayur tidak subur, jadi jika
Panjang? diperuntukan untuk perumahan ya oke
oke saja, tapi misalkan jika tanah ini
subur dan bisa memasok pemasukan
untuk daerahnya saya tidak setuju jika
dibangun perumahan, akan tetapi apa
daya karena saya mengikuti alur saja.
Perubahan seperti apa Untuk perubahannya ada sedikit
yang dirasakan setelah Ekonomi kenyamanan karena jika saya melihat
3 banyak pembangunan Sosial dahulu jalanan masih rusak, gelap,
perumahan di Kecamatan Budaya rumah warga masih jauh dan jarang,
Parung Panjang sedangkan sekarang sudah ramai
Apa dampak positif dan Ekonomi Dampak positifnya semakin
4 negatif dari pembangunan Soaial bertambahnya jumlah penduduk.
perumahan tersebut? Budaya sedangkan dampak negatifnya seperti
sebuah istilah bahwa yang punya uang
yang berkuasa, seperti kita yang
perumahan kecil yang bisa saja digusur
oleh perumahan besar. Itu yang saya
khawatirkan karena memang sudah
banyak yang seperti itu dan saya rasa
itu adalah bentuk ketidakadilan yang
justru di dukung oleh pemerintah.
Bagaimanapun serendah apapun kita
ya semestinya harus dihormati dulu
karena kita manusia beragama.
Bagaimana pendapat Saya sudah tidak perduli dengan
5 Bapak/Ibu mengenai Budaya urusan duniawi jadi kalau misalkan
Kecamatan Parung pemerintah melakukan sesuatu ya saya
Panjang saat ini? tinggal mengikutinya saja. Jadi Parung
Panjang untuk saat ini semakin maju
seiring dengan perkembangan zaman.

Data Responden
Wawancara Ke : 5 (Lima)
Narasumber : Sanwasih
Umur : 23 Tahun
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Hari, Tanggal : Minggu, 06 Agustus 2017
Waktu : 17.40 WIB s.d Selesai
Lokasi : Kampung Leles Desa Jagabita Kecamatan Parung Panjang

No Pertanyaan Tema Uraian Wawancara


Darimana Bapak/Ibu Saya berasal dari Kampung Leles Desa
1 berasal dan sejak kapan Budaya Jagabita Kecamatan Parung Panjang,
tinggal disini? saya asli orang sini sejak lahir saya
sudah disini, jadi sudah cukup lama
saya tinggal disini.
Bagaimana pendapat Beruntungnya belum semua dialih
Bapak/Ibu mengenai alih fungsikan keperumahan dari seluruh
fungsi lahan dari Ekonomi yang ada di kampung saya khususnya,
2 persawahan ke Budaya jadi dikampung saya masih luas
perumahan yang terjadi di sawahnya tapi jika melihat areal dekat
Kecamatan Parung jalan raya itu semua sudah di
Panjang? alihfungsikan. Para pengembang juga
tidak bodoh pasti dia juga akan
memperhatikan sistem informasi
geografis kedepannya. Ada bagusnya
juga untuk mengurangi kepadatan
penduduk di kota dan menjadikan
wilayah ini menjadi lebih produktif
lagi.
Perubahan seperti apa Sejauh ini belum terasa signifikan
yang dirasakan setelah Ekonomi karena perubahan ini masih bersifat
3 banyak pembangunan Sosial proses. Mudah-mudahan saja ketika
perumahan di Kecamatan Budaya adanya perumahan, adanya penduduk,
Parung Panjang pendatang dari luar, akan lebih
produktif lagi wilayahnya, tapi untuk
sejauh ini belum terasa karena
semuanya masih proses
Apa dampak positif dan Ekonomi Dampak positif yang mungkin bakal
4 negatif dari pembangunan Soaial dirasakan kedepannya yaitu menjadi
perumahan tersebut? Budaya kawasan produktif, bisa menciptakan
lapangan pekerjaan, wilayah semakin
ramai. kalau negatifnya karena
perubahan itu pendatang yang sulit
bersosialisasi karena perbedaan
budaya, para petani tidak bisa bertani
lagi, semakin panas dan ngebul.
Bagaimana pendapat Dulu sih kita serba sulit salah satunya
5 Bapak/Ibu mengenai Budaya mengenai tentang transportasi, untuk
Kecamatan Parung ke kota kita juga sangat terbatas hanya
Panjang saat ini? bisa menggunakan kereta namun itu
semua terbatas dan sedikit, tadi
sekarang sudah sangat mudah banyak
akses kemana-mana murah, mudah dan
nyaman.
Data Responden
Wawancara Ke : 6 (Enam)
Narasumber : Oon Suhanah
Umur : 49 Tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Hari, Tanggal : Sabtu, 19 Agustus 2017
Waktu : 19.00 s.d Selesai
Lokasi : Kp Cibunar Cakung Desa Cibunar Kecamatan Parung
Panjang

No Pertanyaan Tema Uraian Wawancara


Darimana Bapak/Ibu Saya berasal dari Jakarta pindah kesini
1 berasal dan sejak kapan Budaya tahun 1985 jadi sudah sekitar 37 tahun
tinggal disini? yang lalu.
Bagaimana pendapat Kalau menurut saya dilihat dari sisi
Bapak/Ibu mengenai alih keramaian memang sudah semakin
fungsi lahan dari Ekonomi ramai akan tetapi untuk petani akan
2 persawahan ke Budaya semakin sulit karena mayoritas
perumahan yang terjadi di penduduk disini merupakan bekerja
Kecamatan Parung sebagai petani, kecuali bagi penduduk
Panjang? pendatang yang sudah mempunyai
pekerjaan. Dahulu banyak sekali
pepohonan, adem, asri, tetepi sekarang
banyaknya polusi.
Perubahan seperti apa Kalau jalan raya sudah semakin bagus
yang dirasakan setelah Ekonomi tidak seperti dahulu, penduduk
3 banyak pembangunan Sosial semakin banyak dan padat, kurangnya
perumahan di Kecamatan Budaya pohon-pohon besar yang
Parung Panjang mengakibatkan terjadinya polusi
Apa dampak positif dan Ekonomi Dampak positifnya yaitu semakin
4 negatif dari pembangunan Soaial ramai di Kecamatan Parung Panjang.
perumahan tersebut? Budaya Sedangkan dampak negatifnya jika
masyarakat disini ataupun pendatang
dapat diberikan pemahaman tentang
menjaga lingkungan dengan baik, jika
mereka tidak bisa diberikan
pemahaman maka dampaknya akan
semakin berbahaya terhadap
lingkungan, semakin tingginya
kesenjangan sosial dan masyarakat
disini semakin terpengaruh yang
menjadikan budaya didaerah ini
semakin luntur.
Bagaimana pendapat Dahulu sewaktu saya baru pindah
5 Bapak/Ibu mengenai Budaya kesini aksesnya sangat sulit sekali
Kecamatan Parung tetapi sekarang sudah mudah, sudah
Panjang saat ini? banyak transportasi, tetapi perubahan
yang signifikan itu sekarang sudah
jarang sekali ditemukan pohon-pohon
besar.

Data Responden
Wawancara Ke : 7 (Tujuh)
Narasumber : Yayah
Umur : 37 Tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga atau Penjual Gorengan
Hari, Tanggal : Senin, 21 Agustus 2017
Waktu : 14.35 s.d Selesai
Lokasi : Kp Kasdun Desa Cibunar Kecamatan Parung Panjang

No Pertanyaan Tema Uraian Wawancara


Darimana Bapak/Ibu Saya berasal dari sini dan memang
1 berasal dan sejak kapan Budaya lahir disini jadi sudah sejak kecil saya
tinggal disini? hidup di Parung Panjang
Bagaimana pendapat Antara pro dan kontra, karena kita
Bapak/Ibu mengenai alih setujunya memang sebagai fasilitas
fungsi lahan dari Ekonomi untuk memajukan Kecamatan parung
2 persawahan ke Budaya Panjang, dan yang saya tidak setujunya
perumahan yang terjadi di mengurangi produktifitas petani yang
Kecamatan Parung sebagian besar lahannya sudah habis
Panjang? dialihfungsikan menjadi perumahan.
Perubahan seperti apa Perubahan yang dirasakan saat ini
yang dirasakan setelah Ekonomi adalah semakin banyaknya pendatang
3 banyak pembangunan Sosial yang mencari perumahan disini,
perumahan di Kecamatan Budaya mencari ruko-ruko untuk dijadikan
Parung Panjang usaha bagi para pendatang. Lahan
pertanian yang sekarang sudah dirubah
menjadi tempat nongkrong.
Apa dampak positif dan Ekonomi Dampak positifnya dapat membantu
4 negatif dari pembangunan Soaial masyarakat disini bagi mereka yang
perumahan tersebut? Budaya belum mempunyai rumah dan
memiliki keterbatasan penghasilan,
jadi bisa memesan rumah yang
harganya terjangkau. Sedangkan
negatifinya mengurangi produktifitas
petani, mengurangi pendapatan,
menambah jumlah pengangguran
dikarenakan masyarakat disini hanya
bisa bercocok tanam.
Bagaimana pendapat Sudah sangat banyak perubahan yang
5 Bapak/Ibu mengenai Budaya saya rasakan semenjak saya tinggal di
Kecamatan Parung Kecamatan Parung Panjang.
Panjang saat ini? Contohnya saja jalan raya yang dahulu
dipenuhi dengan lumpur tapi sekarang
sudah berubah menjadi aspal, areal
persawahan yang dahulu puluhan
hektar tapi sekarang sudah beralih ke
ruko, perumahan, semakin banyaknya
penduduk pendatang. Yang memang
saya rasakan Kecamatan Parung
Panjang ini dari tahun ketahun
mengalami kemajuan yang terus
meningkat.
LAMPIRAN 5 DOKUMENTASI PENELITIAN LAPANGAN

DOKUMENTASI PENELITIAN LAPANGAN

Pembangunan perumahan Puri Harmoni 8 Terdapat contoh rumah yang dibangun


yang dibangun diatas lahan persawahan disebelah landmark Puri Harmoni 8

Ratusan rumah yang telah diangun dan Alat berat yang digunakan dalam proses
sudah banyak dipesan oleh warga pendatang pembangunan permahan

Plang yang sudah berdiri tegak milik PT Persawahan seluas lebih dari 10 hektar
BNA yang akan segera dibangun perumahan yang akan dibangun perumahan milik PT
BNA
Landmark Serpong Green Paradise Proses pembangunan perumahan milik
Serpong Green Paradise

Landmark Sentraland Paradise Ruko-ruko yang berjajar milik Sentraland


Paradise

Perumahan baru yang sudah dibangun milik Dilahan seluas kurang lebih 10 hektar ini
Sentraland Paradise Sentraland Paradise sudah mendirikan
ratusan unit perumahan dan ruko yang siap
dihuni
Dilahan bekas ladang ini akan dibangun BSA Land wahana bermain anak selain
Thempark wahana bermain anak ThemPark

Puluhan ruko berjajar yang siap untuk


Landmark Serpong Kencana
dihuni milik Serpong Kencana

Ruko-ruko baru yang siap dihuni Perumahan elite Serpong Kencana dengan
harga ratusan juta berdiri kokoh ditanah
bekas ladang milik warga.
Cluster Silver Perumahan baru milik Cluster Silver

The River Proses pembangunan perumahan The


River di lahan seluas belasan hektar

Landmark Sentraland Boulevard Perumahan baru milik Sentraland


Boulevard masih dalam proses
pembangunan
Landmark Perumahan Metro Perumahan Metro yang akan segera
dibangun
LAMPIRAN 6 DOKUMENTASI PENELITIAN WAWANCARA

DOKUMENTASI PENELITIAN WAWANCARA

1. PEMERINTAH KECAMATAN PARUNG PANJANG

Edi Mulyadi (55) Kepala Camat Icang Aliudin (50) Sekretaris Camat
Kecamatan Parung Panjang Kecamatan Parung Panjang

Narkiah (57) Koordinator Staf Ekonomi Mahfudz Sarifudin (50) Staf Pembangunan
dan Pembangunan
2. PETANI

Ikah (54) Aris (62)

Acih (40) Iyok (50)

Usman (45)
3. MASYARAKAT

Satria (31)
Hartono (59)

Oky Isra Pramanca (24) Suryadi Sinaga (65)


Sanwasih (23)
Oon Suhanan (49)

Yayah (37)
KEMENTERIAN AGAMA No.Dokumen : FITK― FR― ДKD¨ 082
UIN JAKARTA 丁gl.丁 erbit : l Maret 201o
FITK
FORM(FR) No. Revisi: : 01
」′′ 晟 Jυ anda N0 95 Clpυ ね ′イ5イ イ2 171doρ esわ
Ha
SURAtt PERMOHONAN IZIN PENELITIAN
Nomor : Un.0 1lF. 1lKM .0l.3 1314612017 Jakarta,21]Dcscll■ bCr 2017
Lamp. : Outline/Proposal
Hal : Permohonan Izin Penelitian

Kepada Yth.
Kepala Kecamatan Parung Panjang
Di Tempat

As s al amu' alaikum wr.wb.

Dengan hormat kami sampaikan bahwa,

Nama Ali pllachsun

NIM ll13015000035
Jurusan Pendidikan IPS
Semester EK(Scmbilan)
Judul Skripsi Evaluasi Rencalla Tata Ruang Wilayah(RTRW)Tcrhadap
Kesesuaian Lahan di Kccalnatan Parulllg PanJang
Tahun 2005… 2015.

adalah benar mahasiswa/i Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yalg
sedang men)rusun Skripsi, dan akan mengadakan penelitian (riset) di instansi yang
BapaVlbu pimpin.

Untuk itu kami mohon tsapak/Ibu dapat mengizinkan mahasiswa tersebut melaksanakan
penelitian dimaksud.

Atas perhatian dan kerja sama Bapak/Ibu, kami ucapkan terima kasih.

Was s alamu' alaikum wr.wb.

a.n. Dekan

allto.Ⅳ l.Pd
0424200801 1 012
Tembusan:
l. Dekan FITK
2. Pembantu Dekan Bidang Akademik
3. Mahasisrva yang bersangkutan
KEMENTERIAN AGAMA NO Dokumen i FITK― FR― AKD‐ 082
UIN JAKARTA FORM(FR) 丁gl 丁erbl : l Maret 2010
F:TK No Revisi: : 01
」′′ H」 υanda No 95 Clpυ rar′ 54,2′ndonesla
「 Ha
SURAtt PERMOHONAN:ZIN PENELI丁 :AN
Nomor:Un.01/F1/KM.013/.119./2017 」akarta,12 Juni 2017
Lamp i Otrtline/Proposal
Hal :Perrnohonan:zin Pene:itian

Kepada Yth.
Kepala Camat Kecamatan Parung Panjang
di
Tempat

Assalam u' al a iku m wr.wb.


Dengan hormat kami sampaikan bahwa,

Nama :AII Machsun


NIM :1113015000035
Jurusan :Pendidikan llrnu Pengetahuan Sosial
Semester : Vlll (Delapan)
Judul Skripsi .Evaluasi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Terhadap
Kesesuaian Lahan di Kecamatan Parung Panjang-Bogor Tahun
2005-2016

acJalah benar mahasiswa/i Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan UIN iakarta yang
sedang menyusun Skripsi, dan akan mengadakan penelitian (riset) di wilayah yang
Saudara pimpin.

Untuk itu kami mohon Saudara dapat mengizinkan mahasiswa tersebut


melaksanakan penelitian dimaksud.

Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.

Wassal am u' al aiku m wr.wb.

Dekan
ikan llmu Pengetahuan Sosial

M.Pd
2008011012
Tembusan:
1. Dekan FITK
2 Pembantu Dekan Bidang Akademik
3. Mahasiswa yang bersangkutan
l」 EⅣ IBAR IJJI REFERENSI

Nama. :Ali Machsun


NIM :1113015000035

Fakultas : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Jurusan,{Prodi : Pendidikan Ilnru Pengetahuan Sosial/Geografi

Surr.rbcr Ileltrensi

Siti Sutriah Nurzaman, Perencanaan W'ilayah Dalom Konteks lndonesia,


(Penerbit ITB. Bandung. 2012). Hlm 5

httpSllbpgorkaU. eo. i d/i n e/dctai l/5/l etak-

Ce_ACdD4-ULB_kQlrl 911!.1 di akscs pada tanggal 02 Nolcrrbcl2016 pukul


07.30 \\'lB.

hupi /bogqlk4beajllldClfrl11'pagcrdctail,l.l kccanraranir \\'U0ncr, I97Il.t


cii akscs pada tanggal 05 Nor'ember 2016 |uliLrl 0l't 00 WIII
Seltl Sulistiarvali. Analisis Penrbahon l'enggunuan l-ohctn Desa

Pagedangan Kecamaton Pagedangan Kobttpulen 'l


ctngercrng 'Tohrrn 1993-

2013, (Skripsi pada strata I program l'endidikan Ilrru Pcngelahuan Sosial

Konsentlasi Ceografi. UIN Syarilllidayatullah Jakarta. 2015) hlm 3

Siti Sutriah Nurzaman. Perencanaon l,L'ilovuh l)aiom Konteks Indonesio.


( Bandung. Penerbil lTB.20 l2) hlm. -5-6

l{ahardlo Aclisasmita. Pemhcrngrrnun K.lrt o.rtrn i)on l-ulu ilttung,


(Yogyakalta. Graha iimu. cet I(e-2. 2013) hlnr 255

/Dld, Rahardjo Adisasmita.... hlm 253-254

Undang undang Penataan Ruang (UU RI No. 26 1'ahun 2007) (Jakarta,

Sinar Grallka. 2008) hlm 7

Op Cit,'Rahardjo Adisasmita..., hlm 255

Log Cit, Siti Sutriah Nurzaman .., hlm 6-7


Op Cit. Rahardjo Adisasrrita , hlm 259

l)craluran McnLcri I'ckcriaan I Irnum. Nonror: I (r,l)R-l-/\4 /2(X)9 l cntang

[)cdoman [)enr usr-rnan Rencarra I'ata lLunr.l \\'iIr,r xh Klhuirirtcn , IIlnr (r

Op ('lr l{ahardio,\disasmilir hlnr lili


Lembaran Daerah Kabupaten llogor. I)e ratulan l)aelah I(abupatcn Ilogor

Nomor 27'l'ahun 2008 -fcntang


llencirna l)cmhaneu nan .laneka I'an jan g
[)aerah Kabupaten Bogor 1-ahun 2005-2025. hlm l 9

Ibid, Lembaran Daerah Kabupaten Bogor, . ., h lm l9


Ibid, Lembaran Daerah Kabupaten Bogor..., hlm 39-40
Ibid, Lembaran Daerah Kabupaten Bogor".., hlm 4l
Ibid, Lembaran Daerah Kabupaten Bogor..., hlm 5l
Ibid, Lembaran Daerah Kabupaten Bogor..., hlm 54
lbid. Lembaran Daerah Kabupaten []ogor . hlm ,iJ-5 j
Sat'rror.to ilarrliorriqcrlo \\'icliaLnrlka. i r ttlttttrr KLst\u(ntn Itrlt,rrt l)tttt


I'ercntuttaon lulu Otrna l.trhtrn \ \'ogrukur Llr. (luurl ah \'!acir I rrircrsii,r

Press. cet Ke-2.2011) hlm I

Log Cit, Selll' Sulistiawati ., hlm 7



Op Cil, Sarwono Hardjowigeno Widiatmaka..., hlm I
4

41
24
diakses pada selasa, 24 janu ari 2017 pukul 20.00 wib ル
Trigus E,ko dan Sri Rahayu. Perubahon Penggunaan Lahan dan
K e,s e s u a i an nyo'le r hada p R DT R di tt/ i l ct1'a h Per i - (ir ba n S' t t r di K us u,s

Kecomatan ,\,ilati (volume 8 (4): 330-340 T)csembcr 2012. lliro ['enerbit る


Planologi t.lndip. .lurnal Pcnrbanguan \\'ilar uh clan Kr.rta) IIlnr 3

J﹁
http:,"/reTositor).usu.ac.id/bitstrearrillllf(r7E9 ?92)L4 (lhrrftcril,olllLl.pdl-


,/
diakses pada sclasa. 24.lanuali 2017 puliLrl 20 20 ri'ib,

http:/i repository. usu.ac. id/bitstream/123 4567 891292-i7 t41-!.haptery12q11, p rt1'


ρ
diakses pada sclasa.24januari 2017 pukul 20 20 uib

Santun R.P. Sitorus. Evaluasi Strmberdaya Lahon, (Bandung. Tarsito. cct.




つ4

Ke-3 1996) hlm 49.


/わ ″ Santun R P Sito「 us ,hlin 52


/6rd Santun R I) Sitorus . . hlm. 53


わ714 Santun R P Sit()rus .hllm 53

l.og Cit. Trigus liko dan Sri Rahal u hinr i5

Sofyan Ritung. Wahlunto. Irahmuddin As.us dan Ilapid IIidalal. Pcttdttttn

Evaluasi Kesesuaian Lahan "Dcngan contoh peta arahan pcngglrnaan


lahan kabupalen Aceh Barat" (Bogor', Balai Pcnelitian Tanah dan World

Aglolbrestry Centre, 2007) hhr 1

34 Log Cit, Sarwono Hardjowigeno Widiatmaka..., hlm \,^


18
@
.Ibid Sarwono Hardjowigeno Widiatmaka..., hlm 17 L,J
4)
ru
摯r

/birl, Saruono Hard.lol,r,igeno Widiatmaka . hlrn 2-3


Unrrru Salamiih. Pemonfootan Pangintlr utul ,itnttl l)on .\isletn lnfrtrmosi
()eogt'r.r/i l)olttnt t)entetaun k.e.seluru.srtn l)t'ttttrnf irrrltrtr l?rriitt,< /,:r ltrrtlttl,
Perenconaon toto RLtong W'iloyoh Kahuputan Bogor' (Kustts Kott asqn

Cibinong /(a1,a/, ('l'ugas Akhir lVlcmpcrolch Clclar Ahli Vadl a Sckolah


Vokasi [-]nivcrsitas (ladiiih Mada. 201 3)

Log ('it, Selll' Sulistiawati , hlrn I 8- l9


lne Wasillah. f:t,aluasi Knlason Lindung lJerdosarkan ]?encana'l ala
Ruang Wilayah Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Borat (,,1plikasi Sistem

Informasi Geografi,) (Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan


Ekor.visata ['akultas Kehutanan, lnstitut Pcr'larrian Bogor. 2010) Diakses
pada 2 Fcbruari20l6 pukul 09.57 WIIl
Fitriani. .4nali,sis Deviosi Pentanfaatan Rrrang ,,lklutrl 7 crhudap Ranc'onr:r
l)elil 'l'alo Ruong Kolu (lll)1.llK) Kec'ortttrttlt \,cr€/lir l uhun 2l)09-2() l8
(t-rkrrltas (iecrurlll ['nirclsilits \lttlrlrrrnr.r.]r'illl \ririrl\lt:'tlt loi.itl)ilir':cs
pada 2 t cbruari 20 l (r pukLrl I 0 50 \\ l lJ

Log (:it, Urnmu Salan.rah , hlnr l6

Muhammad ldrus. Metode Penelilian Ilmu Sosial, (Universitas Islam


lndonesia Yogi,akarta, Erlangga. 2009) hlm 21

Metodologi Pcnclitian Kuantitatif olch Subagio Budi Prajitno Doscn


kornunikasi l-llN SCID Bandung.
l l ari s l laldi an sy ah. t\l ode l P e ne l i l i o nKt r ul i t tr r i /, (.lakar1a. Saicrr ba
llunranika. cct Ke-3. 20 l2) hlrn 9

Sollan [;l'l'cndi cian J'ukiran. .\lelotle l)eneli/iutt.5ttr lcr, (.lakalLri. LI)il:S.


2012) hlrn ll.
Op Cit, [{alis Hardiansyah .., hlm I l6

Prol-. Dr. Su giyono. Metodc Penel i l"ian KLrantiLati 1- Kual i tati 1' dan

R&B.(Bandung : ALIABETA. 2009). hlm. 80.


Ibid, Pnof,Dr. Sugiyono..., htm. 81

Alicl-. Operasi C'ropping. (h-t1p.t4!lourAlil1i rr cb.iqli qpclasi-cloppilg.hlrl)


diakscs l8 juli 20 17. .larr 00.15
Sodikin. S l)d. M.Si. Sisterrr lnfornru:i (icrt,qr rriis & l'c,tHrttLlcruutr ')uttlt.
((liputat: t'endidikan ll']S Fl fK UIN Sraril Ilidarattrllah Jakarta.2016). h.

5,1

Sli Hartati Soenarmo. Penginderaon Jauh tlun Pengenalon Sistent


Informasi Geografis Lntuk Bidang Ilmu Kebutniar. (Bandung. I)cncrbit
ITB.2009). hlm. 120.
Op C'it, Sodikin.... hlm. 106

″ Sodikin… .hlm l16


ん′

l.og (-it, lne Wasillah.... hlm 32


/わ ′ incヽやasi1lah… hhnn 32
`′
Log Cit, Ilaris Haldiansl,ah , hlrr I l8
IbidHaris Hardiansyah..., hlm 143

Op Cit, lne \\/asillah..., hlm 32

´
Pcraturaln I)acrah Kabupatcn 3ogor lonlor
↑ 27 「 ahun 2008 1 cntang:
バ′77σ α′
つα ′′77,ι α′
,glr′,α ′
7プ ζ
′′
つgた α ″t777/α ′
´rα /71r/7
,8/Dα ′′.7/7κ ″わ ρα/`77/10gο ′
7′

2θ θ5-2θ 25 Him2
60 Ibid, Peraturan Daerah Kabupaten..., hlm 2
/′
Kecamatan Parung Panjang Dalam Angka Tahun 2009
す つ
‘υ
う4

Log Cit,Santun R.P.Sitorus_,hlrn 52-53 /と 」 に ヽ


Judul:Analisis Rencalla Tata Ruang VVilayah(RTRヽ り Terhadap Kescsuaian Lahan Di


Kecamatan Parung Pall」 ang Tallun 2008-2015

Jakarta, Dcsember 2017

Pembimbing I Pcmbilnbing II

Prof Dr.Ulfah Fttarini,M.Si AndriNoor Ardiansyah, M, Si

NIP. 196708281993032006 NIP.198403122015031002

Anda mungkin juga menyukai