Anda di halaman 1dari 192

PRODUKTIVITAS BERAS DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN

PANGAN PENDUDUK KECAMATAN MOGA KABUPATEN


PEMALANG

Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan
Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:
Eli Irmawati
NIM: 11140150000027

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

PRODUKTIVITAS BERAS DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN


PANGAN PENDUDUK KECAMATAN MOGA KABUPATEN
PEMALANG

Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi
Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

Eli Irmawati

NIM. 11140150000027

Yang Mengesahkan,

Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing II

Andri Noor Ardiansyah, M.Si Anissa Windarti, M.Sc


NIP. 198403122015031002 NIP. 198208022011012005
ABSTRAK
Eli Irmawati (11140150000027) : Produktivitas Beras Dalam Pemenuhan
Kebutuhan Pangan Penduduk Kecamatan Moga Kabupaten Pemalang
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui produktivitas beras dalam
pemenuhan kebutuhan pangan penduduk Kecamatan Moga sebagai akibat dari
adanya perubahan penggunaan lahan pertanian ke non-pertanian. Dalam penelitian
ini diterapkan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan Kuantitatif.
Sumber data dalam penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari
observasi lapangan, wawancara, dan dokumentasi, serta data sekunder yang
diperoleh dari Badan Pusat Statistik, buku, jurnal, skripsi dan dinas terkait.
Adapun teknik pengolahan data dalam penelitian ini dengan menghitung proyeksi
ketersediaan beras (supply), menghitung kebutuhan beras (demand), serta
menunjukan tingkat produktivitas beras dalam pemenuhan kebutuhan pangan
penduduk Kecamatan Moga dengan membandingkan antara permintaan (demand)
dan penawaran (supply). Teknik analisis data dalam penelitian ini dengan
menggunakan analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi padi yang dihasilkan tidak
stabil dan cenderung fluktuatif sehingga mempengaruhi produktivitas berasnya.
Dilihat dari sisi supply atau penawaran beras periode 2010-2016 diperoleh hasil
pada masing-masing tahun sebesar 11,615 ton, 10,857 ton, 10,830 ton, 11,834 ton,
12,094 ton, 10,904 ton, dan, 12,869 ton. Sementara dilihat dari sisi demand atau
kebutuhan beras diperoleh hasil pada masing-masing tahun sebesar 7,117 ton,
7,149 ton, 7,179 ton, 7,206 ton, 7,231 ton, 7,254 ton, 7,274 ton. Hal ini
disebabkan karena telah terjadi alih fungsi lahan pertanian ke non-pertanian
periode 2010-2016 seluas 1,51 Ha dengan rata-rata penyusutan sebesar 0,37 Ha.
Adapun hasil analisis tingkat produktivitas beras dalam pemenuhan kebutuhan
pangan penduduk Kecamatan Moga dengan membandingkan antara permintaan
(demand) dan penawaran (supply) menunjukkan Kecamatan Moga periode 2010-
2016 masih surplus dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya meskipun
berpotensi memiliki kerentanan terhadap ketahanan pangannya.

Kata Kunci : Produktivitas, Beras, Kebutuhan Pangan

i
ABSTRACT
Eli Irmawati (11140150000027) : Produktivitas Beras Dalam Pemenuhan
Kebutuhan Pangan Penduduk Kecamatan Moga Kabupaten Pemalang
The purpose of this study was to determine the productivity of rice in
meeting the food needs of the population of Moga District as a result of changes
in the use of agricultural land to non-agriculture. In this study descriptive research
methods were applied with a quantitative approach. The source of data in this
study uses primary data obtained from field observations, interviews, and
documentation, as well as secondary data obtained from the BPS, books, journals,
theses and related services. The data processing techniques in this study by
calculating the projection of rice availability (supply), calculating the need for rice
(demand), and showing the level of productivity of rice in meeting the food needs
of the Moga District population by comparing demand and supply. Data analysis
techniques in this study using descriptive analysis.
The results showed that the rice production produced was unstable and
tended to fluctuate, affecting rice productivity. In terms of supply or supply of
rice, the period 2010-2016 obtained results for each year of 11,615 tons, 10,857
tons, 10,830 tons, 11,834 tons, 12,094 tons, 10,904 tons, and 12,869 tons.
Meanwhile, in terms of demand or the need for rice, the results of each year were
7.117 tons, 7.149 tons, 7.179 tons, 7.206 tons, 7.231 tons, 7.254 tons, 7.274 tons.
This is because there has been a change in the function of agricultural land to non-
agricultural period 2010-2016 covering an area of 1.51 ha with an average
depreciation of 0.37 Ha. The results of the analysis of the level of rice productivity
in meeting the food needs of the population of Moga District by comparing the
demand and supply shows that Moga District in the period 2010-2016 is still
surplus in meeting the food needs of its population despite its vulnerability to food
security.

Keywords: Productivity, Rice, Food Needs

ii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat
Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
dengan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Produktivitas Beras Dalam Pemenuhan Kebutuhan Pangan Penduduk
Kecamatan Moga Kabupaten Pemalang”. untuk memenuhi salah satu
persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Tak
lupa shalawat beserta salam semoga selalu tercurahkan pada sang baginda
alam, Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan
umatnya.
Sebagai makhluk sosial pada umumnya, penulis menyadari bahwa
pengetahuan, pemahaman, pengalaman, kemampuan dan kekuatan penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, dalam proses penyelesaian skripsi ini banyak mendapatkan
bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, baik moril maupun
materil, sehingga penyusunan skripsi berjalan lancar.
Maka dengan selesainya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan
terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan.
2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd., selaku Ketua Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, yang senantisa
memberikan banyak perhatian dan motivasi kepada mahasiswa
tingkat akhir, disela-sela kesibukanya.
3. Bapak Drs. Syaripulloh, M.Si, Sekertaris Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial, yang juga senantisa memberikan
banyak perhatian dan motivasi kepada mahasiswa tingkat akhir,
disela-sela kesibukanya.

iii
4. Bapak Andri Noor Ardiansyah M.Si dan Ibu Anissa Windarti
M.Sc, selaku Dosen Pembimbing, yang senantiasa meluangkan
waktu, membimbing, memberi arahan, menasihati, dan
memotivasi penulis dengan penuh semangat dan kesabaran.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
khususnya Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang
telah memberikan ilmu pengetahuan pada penulis selama
menempuh pendidikan di bangku kuliah.
6. Kepala Kecamatan Moga yang telah memberikan kesempatan
bagi penulis melakukan penelitian di Kecamatan Moga.
7. Pengurus Instansi KESBANGPOL Kota Tangerang Selatan,
KESBANGPOL Kabupaten Pemalang, Dinas Pertanian
Kabupaten Pemalang, BAPPEDA Kabupaten Pemalang, BPS
Kabupaten Pemalang, Kantor Kecamatan Moga, yang senantiasa
memberikan kemudahan bagi penulis dalam mengurus berbagai
keperluan baik administrasi maupun pengambilan data demi
kelancaran penulis dalam penyusunan skripsi.
8. Petani Kecamatan Moga, yang rela meluangkan waktu di sela-
sela kegiatannya demi membantu penulis dalam penyusunan
skripsi.
9. Kedua orang tua ku Bapak Danuri dan Ibu Rokhani yang telah
membesarkan, mengajarkan, dan mendidik penulis dengan penuh
kasih sayang. Terimakasih atas do’a, dukungan dan motivasi
yang senantiasa kalian berikan baik moril maupun materil.
Kalian adalah salah satu alasan terbesar penulis untuk terus
berjuang sampai saat ini.
10. Kakak-kakakku Rustiyati, Sri Khatun Khojanah, Abdul Ghoni,
Atoilah, H. Marsali Tasir dan Adik-adikku Zurotun Naeli,
Khusnul Mubarok, beserta seluruh keluarga besar Bani Waras.
Terimakasih atas do’a, dukungan, dan semangat yang tulus

iv
kalian berikan kepada penulis untuk terus semangat dalam
menyelesaikan studi.
11. Eri Sandi. Terimakasih untuk Do’a motivasi, dukungan, dan
kesabarannya demi membantu kelancaran penulis menyusun
skripsi.
12. Bapak Joko, Ibu Yus yang sudah penulis anggap seperti kakak
sendiri. Terimakasih untuk motivasi dan semangatnya.
13. Sahabat Kampus Nila Selvi Adi, Deska Nirawati, Iip Siti
Fatimah, Indri Lestari, Fitria Sulistyani. Terimakasih untuk
kebersamaan, motivasi, serta dukungannya.
14. Sahabat Kos Indah Alfa Rahmatina, Ismiyatul Arifiyah, Vivi
Rahma Oktavilani. Terimakasih untuk motivasi, dukungan, dan
kekeluargaannya
15. Eva Aolia Zuhra. Terimakasih untuk motivasi dan dukungannya.
16. Sahabat/i PMII KOMFAKTAR. Terimakasih untuk pengalaman
dan kebersamaannya.
17. Sahabat IMPP Jakarta. Terimakasih untuk pengalaman,
kekeluargaan, dan kebersamaannya.
18. Sahabat Pejuang Peta Hanna, Rahma, Nila, Fay, Upeh, Nailul.
Terimakasih untuk ilmu, kesabaran, dan semangatnya, tanpa
kalian penyusunan skripsi ini akan terkendala.
19. Seluruh sahabat-sahabat Jurusan Pendidikan IPS angkatan 2014,
khususnya Konsentrasi Geografi terimakasih kebersamaannya,
pengalamannya, kekeluargaannya, dukungan dan motivasinya.
20. Semua pihak yang penulis sadari atau tidak sadari turut
membantu secara langsung maupun tidak langsung dalam
penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
Penulis berharap semoga segala kebaikan yang diberikan mendapatkan
pahala yang berlipat ganda oleh Allah SWT dan senantiasa selalu
dilindungi oleh Allah SWT.

v
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
demi perbaikan dimasa yang akan datang. Penulis berharap semoga skripsi
ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Jakarta, 28 Oktoer 2018


Penulis

Eli Irmawati

vi
DAFTAR ISI

ABSTRAK ..............................................................................................................................i
ABSTRACT .............................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................................vii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................................xi
DAFTAR GRAFIK ................................................................................................................xii
DAFTAR BAGAN ..................................................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................................xiv
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................................1
B. Identifikasi Masalah .....................................................................................................9
C. Pembatasan Masalah ....................................................................................................9
D. Rumusan Masalah ........................................................................................................9
E. Tujuan Penelitian ..........................................................................................................10
F. Manfaat Penelitian ........................................................................................................10
1. Manfaat Teoritis .....................................................................................................10
2. Manfaat Praktis ......................................................................................................10
BAB II KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teoritik .........................................................................................................11
1. Produktivitas...........................................................................................................11
a. Pengertian Produktivitas ..................................................................................11
b. Faktor-faktor Produktivitas Pertanian .............................................................12
2. Beras .......................................................................................................................27
3. Pangan ...................................................................................................................30
a. Konsep Ketahanan Pangan ..............................................................................30
b. Arah Kebijakan ................................................................................................32
B. Penelitian Relevan ........................................................................................................32
C. Kerangka Berpikir ........................................................................................................36

vii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................................................38
1. Tempat Penelitian...................................................................................................38
2. Waktu Penelitian ....................................................................................................39
B. Metode Penelitian .........................................................................................................40
C. Populasi dan Sampel ....................................................................................................40
1. Populasi ..................................................................................................................40
2. Sampel ....................................................................................................................41
D. Alat dan Bahan Penelitian ............................................................................................41
1. Alat .........................................................................................................................41
2. Bahan ......................................................................................................................41
E. Sumber Data ..................................................................................................................41
1. Sumber Data Primer ...............................................................................................41
2. Sumber Data Sekunder ..........................................................................................41
F. Teknik Pengumpulan Data ...........................................................................................42
1. Observasi Lapangan ...............................................................................................42
2. Wawancara .............................................................................................................43
3. Dokumentasi...........................................................................................................45
G. Teknik Pengolahan Data ..............................................................................................46
1. Menghitung Produksi Beras (Supply)....................................................................46
2. Menghitung Kebutuhan Beras (Demand) .............................................................46
3. Meunjukkan Tingkat Produktivitas Beras .............................................................47
H. Analisis Data.................................................................................................................47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian ...........................................................................48
1. Letak Geografis ......................................................................................................48
2. Kondisi Fisik ..........................................................................................................50
a. Iklim .................................................................................................................50
b. Topografi ..........................................................................................................55
c. Jenis Tanah .......................................................................................................57
3. Penggunaan Lahan .................................................................................................58

viii
4. Kondisi Sosial ........................................................................................................60
a. Kependudukan .................................................................................................60
b. Agama ..............................................................................................................64
c. Pendidikan ........................................................................................................65
5. Sumber Daya Alam ................................................................................................65
a. Pertanian ...........................................................................................................65
b. Perkebunan .......................................................................................................65
c. Peternakan ........................................................................................................66
B. Deskripsi Data ..............................................................................................................66
1. Data Produksi Padi Tahun 2010-2016...................................................................66
2. Data Jumlah Penduduk Tahun 2010-2016 ............................................................67
C. Hasil Penelitian .............................................................................................................68
1. Proyeksi Ketersediaan Beras .................................................................................68
a. Dari Sisi Penawaran (Supply) ..........................................................................68
b. Dari Sisi Permintaan (Demand).......................................................................73
2. Menunjukkan Tingkat Produktivitas Beras ...........................................................76
D. Hasil Observasi .............................................................................................................78
E. Hasil Wawancara ..........................................................................................................86
F. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................................................90
G. Keterbatasan Penelitian ................................................................................................96
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...................................................................................................................97
B. Saran .............................................................................................................................98
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................99
LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Relevan ....................................................................................................33


Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ......................................................................................37
Tabel 3.2 Pedoman Observasi ..................................................................................................41
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Petani.......................................................................42
Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Dinas Pertanian .......................................................43
Tabel 4.1 Luas Desa/Kelurahan Di Kecamatan Moga Tahun 2016 .................................... 47
Tabel 4.2 Banyaknya Curah Hujan Dan Hari Hujan di Kecamatan Moga ......................... 49
Tabel 4.3 Klasifikasi Iklim Scimidth-Ferguson .................................................................. 50
Tabel 4.4 Luas Penggunaan Lahan (Ha) Menurut Jenisnya ............................................... 52
Tabel 4.5 Luas Penggunaan Lahan (Ha) Menurut Jenis Irigasi .......................................... 53
Tabel 4.6 Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin ................................... 55
Tabel 4.7 Luas, Jumlah dan Kepadatan Penduduk ............................................................. 56
Tabel 4.8 Mata Pencaharian Penduduk Menurut Jenisnya ................................................. 57
Tabel 4.9 Produksi Padi di Kecamatan Moga ..................................................................... 60
Tabel 4.10 Jumlah Penduduk di Kecamatan Moga............................................................. 61
Tabel 4.11 Produksi Beras di Kecamatan Moga ................................................................. 63
Tabel 4.12 Luas Penggunaan Lahan Kecamatan Moga ...................................................... 64
Tabel 4.13 Jumlah Penduduk di Kecamatan Moga ............................................................. 67
Tabel 4.14 Kebutuhan Beras di Kecamatan Moga.............................................................. 68
Tabel 4.15 Produktivitas Beras ........................................................................................... 70

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitan....................................................................................... 36


Gambar 4.1 Peta Administrasi Kecamatan Moga ............................................................... 46
Gambar 4.2 Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Moga Tahun 2016 ................................. 54

xi
DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Luas Penggunaan Lahan Kecamatan Moga ....................................................... 65


Grafik 4.2 Produksi Beras Kecamatan Moga ...................................................................... 66
Grafik 4.3 Kebutuhan Beras Kecamatan Moga .................................................................. 69
Grafik 4.4 Produktivitas Beras Kecamatan Moga............................................................... 71

xii
DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Skema Faktor-faktor Peningkatan Produksi....................................................... 26


Bagan 2.2 Kerangka Berpikir.............................................................................................. 35

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Produksi Padi Kecamatan Moga Tahun 2010-2016


Lampiran 2 Pedoman Observasi
Lampiran 3 Pertanyaan Untuk Dinas Pertanian Kecamatan Moga
Lampiran 4 Hasil Observasi Desa/Kelurahan Kebanggan
Lampiran 5 Hasil Observasi Desa/Kelurahan Wangkelang
Lampiran 6 Hasil Observasi Desa/Kelurahan Walangsanga
Lampiran 7 Hasil Observasi Desa/Kelurahan Sima
Lampiran 8 Hasil Observasi Desa/Kelurahan Mandiraja
Lampiran 9 Hasil Observasi Desa/Kelurahan Gendoang
Lampiran 10 Hasil Observasi Desa/Kelurahan Pepedan
Lampiran 11 Hasil Observasi Desa/Kelurahan Banyumudal
Lampiran 12 Hasil Observasi Desa/Kelurahan Moga
Lampiran 13 Hasil Observasi Desa/Kelurahan Plakaran
Lampiran 14 Hasil Wawancara Dinas Pertanian
Lampiran 15 Hasil Wawancara
Lampiran 16 Dokumentasi
Lampiran 17 Lembar Pernyataan Uji Referensi
Lampiran 18 Uji Referesi
Lampiran 19 Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 20 Surat Izin Penelitian
Lampiran 21 Surat Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 22 Biografi Penulis

xiv
xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Indonesia termasuk kawasan Malesia, sebuah kawasan yang
terbentang dari Semenanjung Malaya sampai ke pulau-pulau Pasifik.
Kekayaan tumbuhan di Malesia ini telah digarap oleh sejumlah ahli-ahli
tumbuhan dari berbagai negara. Tidak kurang dari 35.000 tumbuhan hidup
di kawasan Malesia ini. Sebagian dari jenis-jenis tersebut bermanfaat
untuk pangan, obat-obatan, industri, dan lain sebagainya. Indonesia adalah
negara agraris, yang berarti bahwa sebagian besar penduduknya hidup di
sektor pertanian.1
Pertanian dapat dikatakan sebagai sektor ekonomi yang paling
banyak mendapatkan perhatian. Hal ini tercerminkan oleh ratusan buku
dan artikel yang ditulis mengenai pertanian. Terutama di negara-negara
sedang berkembang, seperti Indonesia dan India, perhatian terhadap
pembangunan sektor pertanian lebih dikaitkan dengan masalah kemiskinan
dan pembangunan ekonomi pedesaan.2 Namun demikian peran pertanian
lebih dari hanya sebagai sumber pendapatan bagi masyarakat miskin,
sebab di samping itu harus terpenuhinya kebutuhan mendasar manusia
akan karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin. Semua kebutuhan ini dapat
diperoleh dari tanaman.
Pertanian merupakan kebudayaan yang pertama kali dikembangkan
manusia sebagai respon terhadap tantangan kelangsungan hidup yang
berangsur menjadi sukar karena semakin menipisnya sumber pangan di
alam bebas akibat laju pertambahan manusia. Dalam kehidupannya
manusia memiliki beberapa kebutuhan pokok antara lain: 1) pangan untuk
energi (memanfaatkan energi kimia dari senyawa organik), nutrisi dan

1
Setijati D. Sastrapradja, Perjalanan Panjang Tanaman Indonesia, (Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia, 2012), hlm. 28
2
Tulus T.H. Tambunan, Jokowi dan Kedaulatan Pangan, (Bogor: Penerbit Mitra Wacana
Media, 2015), hlm. 1

1
2

mineral; 2) papan; dan 3) sandang.3 Namun kebutuhan paling hakiki dari


manusia adalah ingin tetap hidup.
Salah satu komoditas tanaman pangan yang memiliki posisi paling
penting dalam memenuhi kebutuhan energi, karbohidrat, lemak, protein,
dan vitamin adalah beras. Beras adalah bahan makanan pokok yang
dikonsumsi oleh hampir sebagian besar penduduk Indonesia. Menurut
peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia rata-rata konsumsi beras
per kapita masyarakat Indonesia tahun 2017 mencapai 114,6 kilogram (kg)
per kapita per tahun atau setara dengan 314 gram (gr) per kapita per hari.4
Kebutuhan akan pangan ini akan terus mengalami peningkatan sejalan
dengan pertumbuhan penduduk.
Kecamatan Moga merupakan salah satu kecamatan yang ada di
Kabupaten Pemalang. Adapun wilayah Kecamatan Moga terdiri dari 10
desa/kelurahan yaitu Desa Plakaran, Desa Mandiraja, Desa Walangsanga,
Desa Sima, Desa Banyumudal, Desa Moga, Desa Wangkelang, Desa
Kebanggan, Desa Pepedan, dan Desa Gendowang. Penduduk di
Kecamatan Moga sebagian besar mata pencahariannya bergerak dalam
bidang pertanian. Manusia yang mengubah tempat tumbuhan dan hewan
serta lingkungannya agar dapat memenuhi kebutuhan manusia disebut
petani atau pengusaha pertanian.5 Oleh karena itu kebutuhan akan lahan
pertanian menjadi lebih besar.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Kecamatan Moga dalam
angka 2017 mata pencaharian penduduk menurut jenisnya terdiri dari
petani sebanyak 7.341 jiwa (15,1%), buruh tani sebanyak 11.110 jiwa
(22,9%), nelayan sebanyak 16 jiwa (0,03%), buruh industri sebanyak
2.960 jiwa (6,1%), buruh bangunan sebanyak 3.777 jiwa (7,7%), pedagang

3
Tati Nurmala, dkk, Pengantar Ilmu Pertanian, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), hlm. 8-
9
4
Kementerian Pertanian Republik Indonesia Kementerian Pertanian Republik Indonesia
(http://www.pertanian.go.id/home/?show=news&act=view&id=2614), dikutip 10 Desember Pukul
18.15 WIB.
5
Ir. Soetrino, dkk, Pengantar Ilmu Pertanian, (Jember, Banyumedia Publishing, 2003),
hlm. 11
3

sebanyak 19.393 (39,9%), angkutan sebanyak 542 jiwa (1,11%), dan


sisanya lain-lain sebanyak 3.366 jiwa (6,9%). Penduduk yang mata
pencahariannya bergantung pada lahan berjumlah 18.451 jiwa (38%) dan
menempati jenis mata pencaharian terbanyak kedua setelah pedagang.
Bagi sektor pertanian lahan atau tanah merupakan input terpenting.
Semua komoditi pertanian tumbuh di atas tanah dan manusia bertugas
untuk memanfaatkan apa yang telah diciptakan untuk memenuhi
kebutuhan pokok dalam kehidupannya sehari-hari seperti melakukan
kegiatan bercocok tanam serta tidak melakukan kerusakan yang akan
menimbulkan kerugian. Adapun perspektif di dalam Al-Qur,an salah
satunya terdapat di dalam Surat Thaha ayat 53 yaitu sebagai berikut:

‫ك ل َ كُ أم ف ِ ي ه َ ا سُ ب ًًُل َو أ َ ن أ َز َل ِم َن ال سَّ َم ا ِء‬َ َ‫س ل‬


َ ‫ض َم ه أ دً ا َو‬ َ ‫اْل َ أر‬ ‫ا ل َّ ِذ ي َج َع َل ل َ كُ ُم أ‬
ٰ‫َم ا ًء ف َ أ َ أخ َر أج ن َا ب ِ ه ِ أ َ أز َو ا ًج ا ِم أن ن َ ب َ ا ت ٍ شَ ت َّى‬
Artinya: “Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan
yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan, dan menurunkan
dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu
berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam.” (QS
Thaha : 53).6

Pada surat Thaha ayat 53 dijelaskan bahwa Allah SWT telah


menciptakan bumi supaya manusia dapat memanfaatkan bumi yang
dipersiapkan untuk mereka, agar manusia dapat berjalan, berkebun,
bercocok tanam, dan membangun kehidupan di bumi dengan tujuan
semata-mata mengharap ridho dari-Nya. Manusia diperintahkan untuk
menjaga dan melestarikan bumi beserta isinya dengan tidak melakukan
kerusakan di bumi dan mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh
Allah SWT, tentunya nikmat tersebut senantiasa kita jaga kita rawat dan

6
Tafsir (http://www.tafsirq.com/topik/Thaaha+ayat+53) di kutip tanggal 10 Desember
2017 Pukul 18.30 WIB.
4

kita lestarikan agar kelak anak cucu kita masih dapat menikmati apa yang
telah diberikan-Nya.

Perubahan lahan pertanian merupakan salah satu bentuk dari


kerusakan alam di muka bumi, karena terkadang manusia merencanakan
pembangunan dan tata ruang tidak didasari dengan kebijakan
pembangunan dan tata ruang yang berpedoman pada nilai-nilai Islam dan
prinsip kelestarian sehingga akhirnya yang terjadi adalah kerusakan dan
bencana. Manusia hendaknya menjadi pelopor dalam menjaga kelestarian
dan keserasian lingkungan, sebab dalam berbagai ayat Al-Quran telah
dijelaskan larangan manusia merusak ekosistem atau lingkungan
hidupnya.

Lahan sawah merupakan salah satu ciri kehidupan masyarakat


tradisional yang umum dijumpai di beberapa negara yang sebagian besar
penduduknya mengonsumsi beras sebagai makanan pokoknya, seperti di
Asia (Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Asia Timur). Lahan sawah yang
merupakan ciri kehidupan masyarakat tradisional sudah ada sejak zaman
purba. Bukti-bukti bahwa lahan sawah sudah ada sejak zaman purba
menurut Rostam dan Anwar dalam Sudrajat telah dikaji oleh ahli
arkeologi yang menginformasikan bahwa pertanian lahan sawah dengan
tanaman utamanya padi dimulai di India dan China lebih dari 1000 tahun
yang lalu sebelum Masehi.7 Kegiatan pertanian lahan sawah dengan
tanaman pokok padi mulai dikembangkan ke kawasan Asia lainnya
termasuk Indonesia. Karena beberapa negara di kawasan Asia merasa
cocok beras sebagai makanan pokok maka perkembangan lahan sawah di
negara-negara Asia cukup pesat.

Pada era klasik atau dalam teori ekonomi klasik mengenai fungsi
produksi, hanya dua input yang dianggap penting yaitu lahan dan tenaga
kerja, dan memang pada zaman tersebut, pertanian merupakan sektor

7
Sudrajat, Mengenal Lahan Sawah dan Memahami Multifungsinya bagi Manusia dan
Hewan, (Yogyakarta: Gajah Mada Unversity Press, 2015), hlm. 1
5

utama atau dominan di dunia. Dalam teori dasar perdagangan internasional


(seperti teori-teori dari Adam Smith dan David Ricardo) lahan dan tenaga
kerja merupakan dua faktor yang paling menentukan keunggulan absolut
atau komparatif dari sebuah negara dan yang menciptakan perdagangan
antar negara.8 Dalam era modern seperti saat ini, walaupun teknologi
sudah jauh berkembang atau lebih maju namun tetap lahan merupakan
input dasar dari pertanian.
Menurut definisi Badan Pusat Statistik, ada 4 jenis penggunaan
lahan, yakni sawah, tegal/kebun, ladang/huma, dan ladang yang sementara
tidak diusahakan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik yang digunakan
oleh Kementrian Pertanian, luas penggunaan lahan di Indonesia secara
keseluruhan untuk periode 2008-2012 mengalami penurunan. Pada tahun
2008 luas penggunaan lahan tercatat di atas 40 juta ha, dan pada tahun
2012 berdasarkan data hasil kesepakatan antara Kementrian Pertanian dan
Badan Pertahanan Nasional atau BPN (hasil pemetaan lahan sawah), luas
penggunaan lahan mengalami penyusutan tercatat di bawah 40 juta Ha.9
Dari seluruh luas penggunaan lahan, penggunaan lahan untuk sawah yang
merupakan jenis penggunaan lahan terpenting di Indonesia karena beras
atau nasi merupakan makanan pokok masyarakatnya.
Di Kecamatan Moga sendiri menurut data Badan Pusat Statistik
Kabupaten Pemalang luas lahan tahun 2010-2016 mengalami penurunan.
Tahun 2010 tercatat seluas 14,00 ha, dan tahun 2016 tercatat di bawah
14,00 ha. Hal tersebut dapat mempengaruhi produksi padi yang dihasilkan.
Masalah produktivitas beras dalam pemenuhan kebutuhan pangan
memang tidak hanya dipengaruhi oleh menyempitnya luas garapan tani
saja, namun dapat juga dilatarbelakangi oleh berbagai faktor seperti
pertumbuhan penduduk, serangan hama, kekeringan, banjir, rusaknya
jaringan irigasi, turunnya harga padi, pengetahuan dan, pengalaman petani.
Berbagai faktor tersebut dapat menimbulkan masalah pangan akibat

8
Tambunan, Op.Cit., hlm. 34
9
Tambunan, Loc.Cit, hlm. 34
6

hilangnya peluang produksi padi sawah baik akibat penurunan luas panen
atau akibat penurunan produktivitas usaha tani. Namun, peluang produksi
yang hilang tersebut ada yang bersifat temporer dan ada pula yang bersifat
permanen. Pada peristiwa serangan hama, penurunan harga padi,
kekeringan atau banjir masalah pangan yang ditimbulkan dapat dikatakan
bersifat temporer dalam pengertian bahwa masalah pangan hanya muncul
manakala peristiwa tersebut terjadi. Tetapi pada kasus konversi lahan
masalah pangan yang ditimbulkan bersifat permanen, artinya, masalah
pangan yang ditimbulkan tetap akan terasa dalam jangka panjang
meskipun konversi lahan sudah tidak terjadi lagi.

Perbandingan jumlah penduduk di Kecamatan Moga periode 2010-


2016 memperlihatkan adanya peningkatan jumlah penduduk. Hal tersebut
diketahui dari data Badan Pusat Statistik tercatat bahwa pada tahun 2010
jumlah penduduk di Kecamatan Moga sebanyak 62.107 jiwa dan
kemudian pada tahun 2016 mengalami peningkatan menjadi 63.476 jiwa,
dan menunjukkan adanya kenaikan jumlah penduduk sebanyak 1.369 jiwa,
walaupun kenaikannya tidak terlalu signifikan akan tetapi akan
menimbulkan ancaman terhadap ketersediaan pangan. Hal ini terjadi
akibat semakin banyaknya penduduk yang membutuhkan pangan,
sedangkan lahan pertanian cenderung mengalami penyusutan karena
berbagai alasan. Penyusutan lahan pertanian menyebabkan penurunan
produksi bahan pangan, yang pada giliranya memaksa suatu wilayah
melakukan impor untuk mencukupi kebutuhan pangan penduduknya.

Pertumbuhan penduduk yang menyebabkan terjadinya perubahan


jumlah penduduk di suatu wilayah merupakan fenomena yang tidak dapat
dihindari sepanjang waktu. Pertumbuhan penduduk adalah perubahan
jumlah atau ukuran (size) penduduk yang terjadi akibat berlangsungnya
peristiwa kependudukan, yaitu kelahiran, kematian, dan migrasi.10

10
Mita Noveria, dkk., Pertumbuhan Penduduk dan Kesejahteraan, (Jakarta: LIPI Press,
2011), hlm. 1
7

Dampak pertumbuhan penduduk terhadap kesejahteraan, khususnya yang


terkait dengan pemenuhan hak-hak sosial ekonomi, menjadi topik diskusi
yang aktual di antara para ahli.

Pada satu pihak berpandangan bahwa pertumbuhan penduduk


berdampak negatif terhadap kesejahteraan (penduduk) karena
menimbulkan berbagai tekanan sosial, ekonomi, dan lingkungan yang
berpotensi menghambat pemenuhan kebutuhan serta hak-hak sosial dan
ekonomi. Pada pihak lain, berpandangan bahwa pertumbuhan penduduk
berdampak positif terhadap kesejahteraan penduduk karena dianggap
sebagai salah satu modal penting dalam pembangunan, penduduk yang
besar dapat dimanfaatkan untuk proses pembangunan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki.

Pada kenyataannya sebagian besar daerah yang berpenduduk padat,


pertumbuhan penduduk yang tinggi menimbulkan dampak negatif karena
meningkatnya kebutuhan akan berbagai layanan sosial dan ekonomi.
Pertumbuhan penduduk yang tinggi akibat tingginya tingkat kelahiran
menyebabkan besarnya permintaan terhadap fasilitas pendidikan bagi
anak-anak usia sekolah. Selanjutnya, ketika mereka memasuki usia kerja,
kebutuhan akan kesempatan kerja juga meningkat. Jika tidak tersedia
kesempatan kerja yang memadai, kelompok tersebut akan menjadi
pengangguran yang pada gilirannya menimbulkan dampak buruk bagi
lingkungan sosial mereka.

Selain itu sejalan dengan pertumbuhan populasi, penguasaan dan


penggunaan lahan menjadi terganggu dan mulai dianggap bermasalah. Hal
ini memunculkan kompleksitas permasalahan akibat meledaknya
pertambahan penduduk, penemuan dan pemanfaatan teknologi, serta
dinamika pembangunan. Lahan yang semula berfungsi sebagai media
bercocok tanam (pertanian) perlahan berubah menjadi multifungsi
pemanfaatan. Terjadinya penyempitan luas garapan usaha tani
8

menyebabkan menurunnya produktivitas pangan yang berpengaruh


terhadap kesejahteraan rumah tangga petani karena menyebabkan
berkurangnya lahan pertanian yang dapat diolah oleh setiap orang per
keluarga yang bekerja di sektor pertanian. Keterbatasan lahan ini
berimplikasi pada berkurangnya kesempatan kerja di sektor pertanian
sehingga memaksa penduduk desa untuk meninggalkan daerahnya dan
mencari pekerjaan di kota.

Adapun perubahan spesifik yang menyebabkan terjadinya


penyempitan luas garapan tani adalah pengalihan atau konversi lahan
untuk keperluan non-pertanian. Apabila alih fungsi lahan pertanian ini
tidak terkendali maka hal itu tentu dapat mengganggu sistem produksi dan
ketahanan pangan dalam jangka panjang. Jika luas lahan pertanian
berkurang maka produktivitas lahan serta hasil produksi berasnya akan
rendah. Di samping itu, luas lahan sifatnya tetap dan terbatas namun
kebutuhan akan pangan harus tetap terpenuhi. Selama ini perluasan lahan
pertanian di Indonesia belum sebanding dengan alih fungsi lahan yang
terjadi secara masif, terutama di Pulau Jawa yang tanahnya subur.
Meskipun sejumlah peraturan perundang-undangan telah dibuat namun
belum mampu mengendalikan alih fungsi lahan pertanian. Implementasi
perundangan sebagai instrumen pengendalian alih fungsi lahan belum
berjalan optimal.

Potensi masalah yang diduga dapat menjadi salah satu hambatan


dan ancaman serius Kecamatan Moga dalam memenuhi kebutuhan pangan
penduduknya ialah semakin berkurangnya areal pertanian akibat terjadinya
alih fungsi lahan pertanian menjadi areal-areal pemukiman atau
perumahaan rakyat karena penyebaran penduduk yang cepat dan tidak
disertai aturan yang tegas dari pemerintah mengenai pemanfaatan lahan
yang ada. Padahal tujuan pemenuhan kebutuhan pangan adalah menjamin
ketersediaan sumber pangan yang cukup, aman, bergizi baik jumlah
maupun mutunya bagi setiap penduduknya. Namun, hal tersebut
9

dikhawatirkan terbentur oleh berbagai faktor termasuk maraknya


fenomena alih fungsi lahan (konversi) yang banyak terjadi akhir-akhir ini
sehingga menyebabkan menyusutnya produktivitas beras dalam
pemenuhan kebutuhan pangan penduduk Kecamatan Moga. Ketersediaan
dan kebutuhan konsumsi beras perlu untuk diketahui, sehingga wilayah
dengan potensi produksi padi dapat dikembangkan lebih baik agar wilayah
tersebut tetap swasembada pangan.

Berdasarkan permasalahan di atas penulis termotivasi untuk


melakukan penelitian dengan judul “Produktivitas Beras dalam
Pemenuhan Kebutuhan Pangan Penduduk Kecamatan Moga
Kabupaten Pemalang”

A. Identifikasi Masalah
1. Luas lahan pertanian di Kecamatan Moga menurun.
2. Pertumbuhan penduduk di Kecamatan Moga meningkat.
3. Kebutuhan pangan penduduk Kecamatan Moga meningkat.
B. Batasan Masalah
1. Produktivitas beras Kecamatan Moga Kabupaten Pemalang Tahun
2010-2016.
2. Pemenuhan kebutuhan beras Kecamatan Moga Kabupaten Pemalang
Tahun 2010-2016.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, dirumuskan permasalahan
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana produktivitas beras Kecamatan Moga Kabupaten
Pemalang Tahun 2010-2016?
2. Bagaimana pemenuhan kebutuhan beras Kecamatan Moga Kabupaten
Pemalang Tahun 2010-2016?
10

D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Produktivitas beras dalam pemenuhan kebutuhan pangan Kecamatan
Moga Kabupaten Pemalang Tahun 2010-2016.
2. Pemenuhan kebutuhan beras Kecamatan Moga Kabupaten Pemalang
Tahun 2010-2016.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Memperkaya khasanah keilmuan terutama berkenaan dengan
masalah produktivitas beras dalam pemenuhan kebutuhan pangan.
b. Dapat dipakai sebagai salah satu bahan kajian atau rujukan dalam
penelitian selanjutnya khususnya terkait masalah tentang
produktivitas beras dalam pemenuhan kebutuhan pangan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Petani
1) Sebagai sarana untuk mengetahui produktivitas beras dalam
pemenuhan kebutuhan pangan penduduk Kecamatan Moga.
2) Memberikan informasi kepada petani tentang cara pemanfaatan
lahan sawah secara efisien dan lestari.
b. Bagi Peneliti
1) Sebagai sarana untuk menambah ilmu pengetahuan,
pengalaman serta pemahaman tentang produktivitas beras
dalam pemenuhan kebutuhan pangan penduduk.
2) Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
(S.Pd) Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
11

c. Bagi Dinas Pertanian


1) Memberikan informasi agar mengetahui produktivitas beras
dalam pemenuhan kebutuhan pangan penduduk Kecamatan
Moga.
2) Memberikan informasi tentang produktivitas beras dalam
pemenuhan kebutuhan pangan penduduk Kecamatan Moga
sehingga dapat menentukan arah kebijakan tentang cara
pemanfaatan lahan sawah secara efisien dan lestari.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teoritik
Dalam bab ini peneliti menggali informasi yang bersumber dari
penelitian-penelitian sebelumnya sabagai bahan perbandingan baik
mengenai persamaan maupun perbedaan. Selain itu, peneliti juga menggali
informasi dari buku-buku maupun sumber lain dalam rangka mendapatkan
suatu informasi yang ada sebelumnya tentang teori yang berkaitan dengan
judul guna membantu peneliti untuk memperoleh landasan teori ilmiah.
1. Produktivitas
a. Pengertian Produktivitas
Sesuai dengan Laporan 1 Dewan Produktivitas Nasional RI
1983 dalam J. Ravianto, pengertian baku produktivitas adalah
sebagai berikut:
1) Produktivitas mengandung pengertian sikap mental
yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu
kehidupan hari ini harus lebih baik dari kemarin dan
hari esok lebih baik dari hari ini.
2) Secara umum produktivitas mengandung pengertian
perbandingan antara hasil yang dicapai dengan
keseluruhan sumber daya yang dipergunakan.
3) Produksi dan produktivitas merupakan dua pengertian
yang berbeda. Peningkatan produksi menunjukan
pertambahan jumlah hasil yang dicapai, sedangkan
peningkatan produktivitas mengandung pengertian
pertambahan hasil dan perbaikan cara pencapaian
produksi tersebut.
4) Peningkatan produktivitas dapat dilihat dalam tiga
bentuk yaitu jumlah produksi meningkat dengan
menggunakan sumber daya yang sama, jumlah produksi
yang sama atau meningkat dicapai dengan
menggunakan sumber daya yang kurang, jumlah
produksi yang jauh lebih besar diperoleh dengan
pertambahan sumber daya yang relatif lebih kecil.1

1
J. Ravianto, Produktivitas dan Manajemen, (Jakarta: Lembaga Saran Informasi Usaha
dan Produktivitas,1985), hlm. 19-20

12
13

Pengertian produktivitas menurut Kamus Besar Bahasa


Indonesia adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu, daya
produksi, keproduktifan.2 Jadi produktivitas adalah kemampuan
seseorang atau kelompok orang untuk menghasilkan suatu barang
dan melakukan perbandingan antara barang yang dihasilkan
dengan sumber daya yang digunakan.
Produktivitas tanah ialah kemampuan tanah untuk
menghasilkan produksi tanaman tertentu dalam keadaan
pengolahan tanah tertentu. Tanah produktif ialah tanah yang dapat
menghasilkan produksi tanaman dengan baik dan menguntungkan.
Produktivitas merupakan perwujudan dari seluruh faktor-faktor
(tanah dan non tanah) yang berpengaruh terhadap hasil tanaman
yang lebih berdasarkan pada pertimbangan ekonomi.3 Karena itu,
faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tanah ialah
masukan (sistem pengelolaan); keluaran (hasil tanaman); dan
tanah.
Sementara produktivitas tanah menurut Foth dan Ellis
dalam Ali Munawar adalah kapasitas tanah untuk memproduksi
hasil (yield) dengan pengelolaan optimum.4 Tanah dapat saja
mengandung unsur hara dalam jumlah yang cukup dan seimbang
serta mempunyai sifat-sifat baik lainnya. Tetapi jika tanah tersebut
dibiarkan tidak dikelola, ia tidak akan mampu menghasilkan
tanaman sesuai yang diinginkan (produktif). Usaha tani tidak lepas
dari hasil produksi pertanian.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Pertanian
Di samping gandum dan jagung, padi merupakan tanaman
pangan terpenting di dunia. Bukan hanya kesejahteraan fisik umat

2
Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI (https://kbbi.web.id/produktivitas) dikutip
Tanggal 13-09-2018, Pukul 20.09 WIB
3
Nurmala, Op.Cit., hlm. 24-25
4
Ali Munawar, Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman, (Bogor: IPB Press, 2011), hlm.
5
14

manusia, melainkan juga perdamaian dunia tergantung pada


tercukupinya hasil budidaya ketiga tanaman biji-bijian (cerealia)
tersebut. Namun selama beberapa waktu terakhir ini timbul suatu
perkembangan yang tidak menyenangkan ditimbulkan karena
produksi padi sudah tidak dapat lagi mengimbangi pertambahan
jumlah penduduk. Faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan
produktivitas pertanian yaitu:
1) Aspek Fisik
a) Iklim
Iklim adalah perubahan nilai unsur-unsur cuaca
(hari demi hari dan bulan demi bulan) dalam jangka
panjang di suatu wilayah.5
Variabel cuaca dan iklim seperti suhu, curah hujan,
dan pola musim sangat berpengaruh terhadap usaha
pertanian. Jumlah curah hujan, suhu, dan kelembapan
sangat menentukan kecocokan dan optimalisasi
pembudidayaan tanaman pertanian. Diperkirakan
produktivitas pertanian di daerah tropis akan mengalami
penurunan bila terjadi kenaikan suhu rata-rata global antara
1-20C sehingga meningkatakan risiko bencana kelaparan.6
Faktor lainnya dari iklim yang sangat menentukan
dalam pemanfaatan lahan sawah adalah suhu, kelembapan,
cuaca, dan sinar matahari.7 Oleh karena itu, iklim sebagai
salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam
pemanfaatan lahan sawah harus benar-benar diinformasikan
dengan baik kepada para petani. Apalagi dengan adanya
perubahan iklim global yang menyebabkan hitungan

5
Andri Noor Ardiansyah, Klimatologi Umum, (Tangerang: UIN Jakarta Press, 2013),
hlm. 71
6
Ibid, hlm. 95
7
Sudrajat, Op.Cit., hlm 19-20
15

pranoto mongso yang menjadi pedoman para petani dalam


memanfaatkan lahan sawah sering tidak akurat lagi.
Indonesia memiliki garis pantai nomer dua
terpanjang di dunia, yaitu 81.000 km (sekitar 14% dari
garis pantai dunia) sementara luas laut Indonesia mencapai
5,8 km2, mendekati 70% luas keseluruhan wilayah
Indonesia. Dengan posisi geografis seperti ini, Indonesia
sangat rentan terhadap perubahan iklim yang terjadi dengan
cepat.8 Pola curah hujan akan berubah dan musim kering
akan bertambah panjang.
Dampak paling merugikan akan melanda sektor
pertanian di Indonesia akibat pergeseran musim dan
perubahan pola hujan. Pada umumnya semua bentuk sistem
pertanian sangat sensitif terhadap variasi iklim. Terjadinya
keterlambatan musim tanam atau panen akan memberikan
dampak yang besar baik secara langsung maupun tak
langsung, seperti ketahanan pangan, industri pupuk,
transportasi, dan lain-lain. Perubahan iklim yang
berdampak pada tingginya intensitas hujan dalam periode
yang pendek akan menimbulkan banjir yang kemudian
menyebabkan produksi padi menurun karena sawah
terendam air. Perubahan iklim tak hanya menyebabkan
banjir tetapi juga kekeringan. sebagaimana halnya banjir,
kekeringan membawa kerugian yang serupa pada sektor
pertanian.9
b) Topografi
Faktor topografi sering berkaitan dengan
kemudahan petani dalam mengolah lahan sawah,
menerapkan teknologi modern, pemeliharaan lahan sawah,
8
M. Suparmoko, Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, (Yogyakarta: Penerbit
BPFE, 2012), hlm. 313
9
Ibid, hlm., 318-319
16

maupun dalam pemeliharaan jenis komoditas yang akan


diusahakan.10 Petani yang memiliki lahan sawah dengan
topografi landai atau datar akan lebih mudah dalam
mengolah dan merawat lahan dan akan terhindar dari
kemungkinan terjadinya longsor dan erosi tanah. Namun
demikian, ancaman banjir pada daerah datar atau landai
sering tidak bisa dihindari sehingga ketika air sungai
meluap akibat hujan deras, lahan sawah sering kebanjiran.
Sebaliknya, lahan sawah yang berada di daerah dengan
topografi bergelombang atau berbukit akan mengalami
kesulitan dalam pengolahan dan penggunaan teknologi
traktor. Hal ini terjadi bila pengolahan lahan sawah terlalu
gembur mengakibatkan kesuburan lahan menurun karena
terbawa aliran air yang lebih cepat mengalir di antara
petakan sawah dan jika menggunakan teknologi traktor
akan merusak terasering.
Permasalahan lainnya pada lahan sawah dengan
topografi berbukit-bukit adalah terkait dengan longsor dan
erosi tanah. Longsor maupun erosi pada daerah berbukit-
bukit akan memiliki peluang yang lebih tinggi sehingga
kerusakan lahan sawah akan lebih besar. Demikian juga,
jika tanah terlalu sering digemburkan, maka erosi tanah
bagian atas yang subur akan cepat hilang sehingga tanah
menjadi tidak subur.
Pengolahan produk pertanian dapat dilakukan
dengan cara sederhana maupun cara yang memerlukan
pengetahuan tinggi, dapat dilakukan di pedesaan oleh
petani dengan peralatan sederhana atau dilakukan di kota
dengan peralatan modern.11

10
Sudrajat, Op.Cit, hlm 21-22
11
Soetrino, Op.Cit., hlm. 104
17

c) Jenis dan Kualitas Tanah


Sumber daya tanah merupakan sumber daya alam
yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia
karena sumber daya tanah merupakan masukan yang
diperlukan untuk setiap bentuk aktivitas manusia seperti
untuk pertanian, daerah industri, daerah pemukiman jalan-
jalan untuk transportasi, daerah-daerah rekreasi, atau
daerah-daerah yang dipelihara kondisi alamnya untuk
maksud ilmiah. Penggunaan tanah pada umumnya
tergantung pada kemampuan tanah dan lokasi tanah.12
Untuk aktivitas pertanian, penggunaan tanah tergantung
pada kemampuan tanah yang dicirikan dengan tekstur
tanah, lereng permukaan tanah, kemampuan menahan air
dan tingkat erosi.
Di berbagai belahan dunia terdapat berbagai jenis
tanah dengan kualitas yang sangat berbeda yang akan
memengaruhi tanaman yang ditanam pada lahan sawah.
Kualitas tanah yang ada pada lahan sawah sangat
ditentukan oleh tekstur, struktur, kandungan bahan organik,
pori-pori atau porositasnya. Kualitas tanah di samping
menentukan produktivitas tanaman yang ditanam pada
lahan sawah, juga akan menentukan penyebaran
tanamannya karena tanaman akan tumbuh dan berkembang
sesuai dengan jenis tanah tertentu. Sebagai contoh, tanaman
padi akan tumbuh dengan baik pada jenis tanah lempung
berpasir yang subur dan pada daerah tertentu.13 Namun
demikian, karena penyebaran kualitas dan jenis tanah tidak
merata di seluruh wilayah maka untuk mendapatkan hasil

12
Ibid, hlm., 135-136
13
Sudrajat, Op.Cit, hlm. 21
18

yang baik dari jenis tanaman yang akan ditanam pada lahan
sawah harus berpedoman pada tingkat kesesuaian lahannya.
Adapun sebaran tanah di Indonesia khususnya tanah
di luar Jawa dikategorikan sebagai tanah marginal sampai
submarginal. Tingkat kesuburan rendah banyak mempunyai
kendala untuk pengembangan pertanian. Sementara jenis
lain yang banyak dikembangkan untuk lahan pertanian
adalah tanah di daerah rawa yang terdiri atas tanah gambut
(histosols) dan tanh sulfat asam (sulfaquent dan
sulfaquepts). sedangkan jenis-jenis tanah utama yang
sebarannya di Indonesia yaitu rendzina, grumusol, andosol,
mediteran, latosol, podzolik merah kuning, podzolik
cokelat, podzol, kompleks.14
Pemanfaatan sumber daya tanah untuk berbagai
penggunaan bertujuan untuk menghasilkan barang-barang
pemuas kebutuhan manusia, jumlah kebutuhan manusia
terus meningkat sebagai akibat dari jumlah penduduk yang
terus bertambah dan ekonomi yang berkembang.15 Untuk
mengejar kebutuhan manusia yang terus berkembang dan
juga pemenuhan kebutuhan ekonomi yang tinggi,
pemanfaatan sumber daya tanah seringkali kurang
bijaksana dan untuk jangka pendek, sehingga kurang
mempertimbangkan kelestarian sumber daya tanah tersebut.
Akibat pemanfaatan tanah yang kurang bijaksana ini adalah
berkurangnya persediaan sumber daya tanah yang semakin
rendah kualitasnya.16

14
Rachman Sutanto, Dasar-Dasar Ilmu Tanah, (Yogyakrta: Penerbit Kanisius, 2005),
hlm. 162-163
15
Suparmoko, Loc.Cit., hlm. 136
16
Ibid, hlm. 137
19

Menurut Arsyad dalam Suparmoko bahwa


berdasarkan kriteria klasifikasi tanah, terdapat 8 kelas tanah
yaitu sebagai berikut:
1) Tanah kelas I adalah tanah yang sesuai
untuk penggunaan pertanian tanpa
memerlukan tindakan konservasi tanah yang
khusus. Termasuk dalam kelas ini biasanya
adalah tanah tanah yang datar, solum tanah
dalam, bertekstur halus atau sedang, mudah
diolah dan responsif terhadap pemupukan.
2) Tanah kelas II adalah tanah yang sesuai
untuk segala jenis penggunaan pertanian
dengan sedikit hambatan dan ancaman
kerusakan. Tanahnya berlereng landai,
solum tanah dalam dan bertekstur halus
sampai agak halus.
3) Tanah kelas III adalah tanah yang sesuai
untuk segala jenis penggunaan pertanian
dengan hambatan dan ancaman kerusakan
tanah lebih besar dari pada tanah kelas II,
sehingga memerlukan tindakan konservasi
tanah khusus. Tanah ini terletak pada lereng
yang agak miring, berdrainase buruk,
kedalaman tanah solum sedang.
4) Tanah kelas IV adalah tanah yang sesuai
untuk segala jenis penggunaan pertanian
dengan hambatan dan ancaman kerusakan
tanah yang lebih besar dari pada tanah kelas
III, sehingga memerlukan tindakan khusus
konservasi tanah yang lebih berat dan waktu
penggunaannya untuk tanaman semusim.
20

Tanah ini terletak pada lereng yang


berkemiringan 15-30%, atau berdrainase
buruk atau keadaan solum dangkal.
5) Tanah kelas V adalah tanah yang tidak
sesuai untuk digarap bagi tanaman semusim,
tetapi lebih sesuai untuk ditanami tanaman
untuk makanan ternak secara permanen atau
dihutankan. Tanah ini terletak pada tempat
datar atau agak cekung sehingga selalu
tergenang air atau terlalu banyak batu di atas
permukaannya.
6) Tanah kelas VI adalah tanah yang tidak
sesuai untuk digarap bagi tanaman semusim,
karena terletak pada lereng yang agak curam
(30 – 45%) sehingga mudah tererosi, atau
keadaan solum tanah yang sangat dangkal
atau telah mengalami erosi berat. Tanah ini
lebih sesuai untuk padang rumput atau
dihutankan.
7) Tanah kelas VII adalah tanah yang sama
sekali tidak sesuai untuk digarap bagi
tanaman semusim, tetapi lebih baik/sesuai
untuk ditanami vegetasi permanen. Tanah ini
terletak pada lereng yang curam (45 – 65%)
dan kedalaman solum tanah dangkal, atau
telah mengalami erosi yang sangat berat
8) Tanah kelas VIII adalah tanah yang tidak
sesuai untuk produksi pertanian, dan harus
dibiarkan pada keadaan alami atau di bawah
vegetasi alam. Tanah ini terdapat pada tanah
yang berlereng sangat curam atau lebih besar
21

dari 90% permukaan tanah ditutupi batua


lepas atau bertekstur kasar.17
d) Irigasi
Pertumbuhan tanaman sangat dibatasi oleh jumlah
air yang tersedia dalam tanah, karena air mempunyai
peranan penting dalam proses kehidupan tanaman.
Kekurangan air akan mengganggu aktivitas fisiologis
maupun morfologis, sehingga mengakibatkan terhentinya
pertumbuhan.18 Defisiensi air yang terus menerus akan
menyebabkan berbagai perubahan irreversible (tidak dapat
balik) dan pada gilirannya tanaman akan mati.
Air merupakan faktor yang sangat vital bagi
kehidupan tanaman. Kekurangan air mengakibatkan
terganggunya morfologi dan proses fisiologis tanaman.
Masalah kekurangan air timbul akibat siklus hidrologi di
alam tidak merata. Sebagai tindak lanjutnya lahir pemikiran
untuk memenuhi kekurangan yang sering terjadi. Salah satu
ilmu yang mengkaji dan membahas tentang masalah air
bagi pertanian adalah ilmu irigasi.19
Irigasi berarti pemberian air pada tanaman untuk
memenuhi kebutuhan air bagi pertumbuhannya.20
Kebutuhan air tanaman sama dengan kehilangan air per
satuan luas yang diakibatkan oleh kanopi tanaman
ditambah dengan hilangnya air melalui penguapan
permukaan tanah pada luasan tertentu. Dengan demikian
kebutuhan air tanaman ditentukan dengan menghitung
besarnya penguapan (evaporasi) permukaan tanah dan
penguapan melalui tajuk tanaman (transpirasi).

17
Ibid, hlm. 138-139
18
Hasan Basri Jumin, Agronomi, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2002), hlm. 17
19
Ibid, hlm.81
20
Hasan Jumin, Loc.Cit, hlm. 81
22

Sebenarnya untuk menentukan kebutuhan air secara


tepat, banyak faktor yang perlu mendapat perhatian,
terutama faktor meteorologi dan faktor hidrologi, yang
berhubungan langsung dengan jumlah dan efisiensi irigasi.
Kegiatan-kegiatan irigasi menyangkut penampungan air,
penyaluran air ke lahan, dan pembuangan kelebihan air
serta usaha menjaga kontinuitas air. Kegunaan air irigasi
selain yang telah disebutkan di atas juga untuk: 1)
Mempermudah pengolahan tanah; 2) Mengatur suhu tanah
dan iklim mikro; 3) Membersihkan tanah dari kotoran,
kadar unsur-unsur racun, dan garam serta asam yang
berlebihan; 4) Menekan pertumbuhan gulma, hama dan
penyakit tanaman.21
2) Aspek NonFisik
a) Luas Lahan
Tanah mempunyai nilai tersendiri yang dipengaruhi
oleh kesuburan tanah (sifat tanah), fasilitas perairan, letak
lahan terhadap jalan, sarana perhubungan, dan rencana
pemerintah.22 Luas lahan pertanian akan mempengaruhi
skala usaha. Skala usaha tersebut pada akhirnya akan
mempengaruhi efisien atau tidaknya suatu usaha pertanian.
Ukuran luas lahan yang tidak seimbang di antara
lahan para petani telah menyebabkan adanya kesenjangan
kesejahteraan petani. Hal ini terjadi karena petani yang
memiliki lahan sawah sempit tidak akan mampu
meningkatkan hasil produksinya sehingga pendapatan yang
diterima akan menjadi rendah. Sebaliknya, para petani yang
memiliki lahan sawah luas mendapatkan hasil produksi
yang besar sehingga pendapatan yang diterima akan

21
Ibid, hlm. 82
22
Ibid, hlm. 64
23

cenderung lebih besar dan pada akhirnya tingkat


kesejahteraan petani tersebut akan lebih baik.
Menurut Rostam dan Anuar dalam Sudrajat,
sempitnya pemilikan lahan sawah oleh para petani sudah
menjadi permasalahan di beberapa negara Asia yang
memiliki pertambahan jumlah penduduk yang sangat pesat
seperti di India dan beberapa negara Asia Tenggara seperti
Indonesia. Bahkan, di tengah-tengah semakin sempitnya
pemilikan lahan sawah di Indonesia, muncul juga petani
yang tidak memiliki lahan sawah yang jumlahnya semakin
besar akibat fragmentasi lahan. Akhirnya para petani yang
tidak memiliki lahan sawah ini biasanya bekerja pada tuan-
tuan tanah sebagai buruh tani atau melakukan kegiatan
usaha tani lahan sawah sebagai petani penggarap.
Permasalahan sempit atau kurangnya lahan sawah
dan tekanan penduduk yang terus meningkat pada daerah
yang landai atau datar, telah menyebabkan adanya
pembukaan lahan baru oleh petani pada lereng-lereng bukit
yang curam dan terjal.
b) Modal
Modal (uang) termasuk faktor produksi pertanian,
karena apabila petani tidak mempunyaimodal uang ia tidak
akan membeli pupuk, membayar tenaga kerja buruh tani
yang ia pergunakan dalam kegiatan usaha taninya.
Modal ditinjau dari sifatnya dapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu modal tetap dan modal tidak
tetap.23 Modal tetap adalah modal yang dapat digunakan
untuk beberapa kali proses produksi. Contoh yang termasuk
modal tetap antara lain: tanah atau lahan, mesin-mesin
pertanian, alat penyemprot hama, dll. modal tidak tetap

23
Nurmala, Op.Cit., Hlm. 128
24

adalah nilai sarana produksi yang hanya dipakai satu kali


produksi, contohnya adalah pupuk, pestisida, tenaga kerja,
dan benih tanaman.
Masalah kemiskinan di kalangan para petani lahan
sawah terus berjalan karena mereka terperangkap dalam
lingkaran kemiskinan dan kekurangan modal. Petani lahan
sawah di beberapa wilayah maupun di Indonesia sering
dihadapkan dengan masalah kekurangan tenaga kerja dalam
melakukan kegiatan usaha taninya. Kekurangan tenaga
kerja terjadi sebagai akibat dari banyaknya penduduk desa
yang berusia produktif melakukan migrasi ke wilayah
perkotaan untuk mendapatkan pekerjaan di luar sektor
pertanian. Gejala ini terjadi karena penduduk muda desa
yang berpendidikan tinggi memandang bahwa pendapatan
sebagai buruh lahan sawah dianggap lebih rendah dan
kurang terhormat. Pandangan tersebut telah memicu aliran
penduduk desa ke kota semakin deras sehingga kegiatan di
lahan sawah hanya dilakukan oleh penduduk usia lanjut
yang tidak produktif lagi. Fenomena ini menunjukan bahwa
kegiatan lahan sawah hanya diminati oleh penduduk usia
lanjut yang tidak berpendidikan sehingga dalam
pengembangannya akan menghadapi permasalahan.
Pada umumnya kurang responsifnya para petani
lahan sawah dalam memanfaatkan teknologi modern salah
satunya dikarenakan terkait dengan keterbatasan modal dan
kemiskinan. Menurut Rostam dan Anuar dalam Sudrajat
rendahnya modal dan kemiskinan yang ada pada
masyarakat petani telah menyebabkan rendahnya daya beli
25

teknologi modern untuk diterapkan dalam pengolahan lahan


sawah.24
c) Teknologi
Pertanian lahan sawah yang cenderung bersifat
tradisional dicerminkan dengan rendahnya penggunaan
teknologi.
Menurut Grubler dalam Sudrajat mengemukakan
bahwa teknologi dapat mempengaruhi perubahan
pemanfaatan lahan pertanian sawah maupun nonsawah, di
antaranya adalah perubahan teknologi telah membawa
perubahan dalam bidang pertanian melalui peningkatan
produktivitas lahan pertanian sawah dan nonsawah dan
produktivitas tenaga kerja, perubahan teknologi
meningkatkan efisiensi tenaga kerja, dan memberikan
peluang dalam meningkatkan urbanisasi daerah perkotaan,
serta teknologi dapat meningkatkan aksesbilitas pada suatu
daerah.25
d) Jenis Varietas Tanaman
Varietas tanaman yang ditanam petani pada lahan
sawah akan menentukan hasil produktivitas. Hal ini terjadi
karena ada beberapa jenis tanaman tidak bisa tumbuh
dengan baik pada kondisi lahan sawah yang tidak sesuai
dengan proses dari pertumbuhan varietas tersebut.26 Oleh
karena itu, ketersediaan jenis tanaman tertentu yang sesuai
dengan kondisi fisik lahan sawah maupun sosial budaya
petani menjadi sangat penting keberadaannya. Sebagai
contoh, tanaman padi hanya akan tumbuh dengan baik dan
hanya akan menghasilkan produktivitas tinggi jika sumber
air yang ada pada lahan sawah selama pertumbuhan cukup,
24
Sudrajat, Op.Cit., hlm. 23-24
25
Sudrajat, Loc.Cit, hlm. 24
26
Ibid
26

sedangkan jika tidak cukup air, walaupun bisa tumbuh,


tetapi hasilnya tidak akan maksimum.
e) Pendidikan dan Pengetahuan Petani
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang
menentukan keberhasilan peningkatan kesejahteraan dan
pengembangan kualitas sumber daya manusia. Menurut
Simanjuntak dalam Sudrajat, dalam teori Human Capital
disebutkan pendidikan merupakan salah satu indikator
produktivitas kerja dan indikator tingkat kesejahteraan. Hal
ini terjadi karena pendidikan mempunyai pengaruh besar
dalam menentukan berbagai kepuusan dalam meingkatkan
kesejahteraan.
Pendidikan yang rendah menyebabkan usaha-usaha
untuk memajukan bidang pertanian menjadi sangat lamban
karena tidak dengan cepat menerima kemajuan teknologi
yang diperkenalkan. Bahkan, pendidikan juga dapat
mengubah pola hidup dan pola pikir manusia yang tadinya
bersifat irasional menjadi lebih rasional. Petani yang
bertindak secara rasional mempunyai pandangan hidup
lebih modern sehingga akan mampu bertindak secara
positif dalam melakukan aktivitas produksi pertanian.
Oleh karena itu, peningkatan pendidikan bagi petani
melalui pendidikan formal maupun nonformal menjadi
sangat penting, sebagai langkah untuk meningkatkan
kualitas sumber daya petani.
Menurut Soetriono, dkk, peningkatan produksi
pertanian dapat dilakukan dengan menerapkan panca usaha
tani yang berarti lima usaha tani, yaitu:
1) Penggunaan bibit varietas unggul
Ciri-ciri suatu bibit varietas unggul antara lain:
a) Berproduksi tinggi,
b) Tahan hama dan penyakit,
27

c) Berkualitas baik,
d) Beradaptasi tinggi terhadap lingkungan.
2) Mengusahakan kultur teknik
Mengusahakan kultur teknik merupakan cara
bercocok tanam yang baik, sebab varietas akan sesuai
terhadap tanah serta iklim. Cara bercocok tanam
tersebut misalnya: umur bibit yang akan dipindahkan ke
tempat lapang, jarak tanam dan pemangkasan, dan lain-
lain. Di antara cara-cara tersebut antara lain sebagai
berikut:
a) Rotasi tanaman yakni suatu cara pergiliran tanaman
dengan tujuan memperbaiki struktur dan kesuburan
tanah, mematikan siklus kehidupan penyakit atau
mematoda tanah. Di samping itu, apabila melakukan
rotasi tanaman harus dilihat jenis tanamannya agar
tidak menimbulkan penyaakit atau inang.
b) Tumpang sari yakni menanam dua jenis tanaman atau
lebih dalam Waktu yang sama dan pada tempat yang
sama pula. Tujuan kedua cara tersebut yakni agar
menghemat pengolahan tanah, pemanfaatan tempat
kosong di antara tanaman pertama, dan menambah
penghasilan per satuan luas areal.
3) Proteksi tanaman
Proteksi tanaman merupakan suatu cara pencegahan
serangan hama dan penyakit. Pada umumnya digunakan
obat-obatan pestisida .
4) Penggunaan pupuk
Pada umumnya pupuk merupakan makanan bagi
tanaman. Dengan memberikan pupuk yang cocok,
tanaman akan tumbuh baik dan subur. Tanaman sangat
memerlukan adanya unsur-unsur seperti: C, H, N, O, S,
P, K, B, Ca, Mg, Cu, Zn, Fe, dan lainnya untuk bisa
hidup wajar. Untuk itu, diperlukan pemberian unsur
yang hilang sebagai pengganti. Unsur pengganti
tersebut bisa berupa pupuk organik atau anorganik.
5) Pengairan
Kebutuhan air sangatlah mutlak bagi pertumbuhan
dan perkembangan tanaman pertanian. Seperti
pemberian pupuk, pemberian airyang berlebihan bisa
mematikan tanaman. Air yang menggenang
menyebabkan sirkulasi udara tidak berjalan lancar dan
tanaman mudah terserang penyakit akar.27

27
Soetrino, Op.Cit., hlm. 59-62
28

Lebih lanjut Soetriono menjelaskan tentang skema


faktor-faktor yang dapat meningkatkan produksi, sebagai
berikut:
Bagan 2.1
Skema Faktor-faktor Peningkatan Produksi

Usaha Tani
(Perusahaan)
1. Tanah 4. Bahan Makanan
2. Modal 5. Serat, Papan
3. Tenaga Kerja 6. Susu
2. Beras
Beras merupakan pangan utama rakyat Indonesia. Pada umumnya,
beras berwarna putih, meskipun ada juga beras yang berwarna
merah,bahkan hitam. Tanaman yang menghasilkan beras ialah padi.
Dari perawakannya tanman padi termasuk kelompok rerumputan.28
Seperti rumput pada umumnya, perbungaan padi berbentuk malai
dengan jumlah buah yang banyak pada setiap malainya. Buah-buah
tersebut berukuran kecil dan tergolong ke dalam buah kering yang
tidak dapat merekah dengan sendirinya. Pada buah seperti itu, kulit
buah menyatu dengan kulit biji, sehingga untuk mengeluarkan biji
yang bertepung (beras) dari kulit buah (padi) tidaklah mudah.
Jenis padi pada umumnya ditanam di sawah yang pada mulanya
digenangi air. Tetapi ada pula kelompok padi yang ditanam di lahan
kering. Jika buah padi sudah menguning, buah-buahan yang kering
dirontokkan dari malai dan kemudian biji-biji padi dipisahkan dari
kulitnya. Dari buah padi yang bias disebut butiran padi atau gabah,
diperoleh beras, sekam, dedak, dan bekatul. Beras itulah yang
kemudian ditanak menjadi nasi. Bagian-bagian lainnya juga
bermanfaat. Sekam misalnya digunakan untuk media tanaman dalam

28
Sastrapradja, Op.Cit., hlm. 36
29

pot, dedak untuk pakan ayam atau ikan, sedangkan bekatul


dipergunakan untuk suplemen pangan.
Dari sistem pertanaman padi, dikenal tiga kelompok padi, yaitu:
padi sawah (irigasi), padi tadah hujan (huma), dan padi air dalam. Padi
air dalam disebut juga padi mengambang. Tinggi tanamannya bisa
mencapai 5 m, biasanya jenis padi mengambang ini bisa ditemukan di
daerah Kalimantan.29 Padi biasanya tumbuh di atas lahan sawah.
Lahan sawah berasal dari dua kata, yaitu lahan dan sawah. Menurut
Vink dalam Sudrajat lahan merupakan konsep yang dinamis yang di
dalamnya terkandung unsur ekosistem.30
Sedangkan yang dimaksud dengan sawah adalah lahan usaha
bidang pertanian yang secara fisik memiliki permukaan yang rata,
dilengkapi dengan pematang dan tujuan utama pembukaan lahannya
adalah untuk ditanami tanaman padi. Sementara pengertian sawah
menurut Puslitbang dalam Sudrajat adalah sebidang lahan pertanian
yang kondisinya selalu ada dalam kondisi basah dan kadar air yang
dikandungnya selalu di atas kapasitas lapang.31 Biasanya sebidang
sawah dicirikan oleh beberapa indikator, yaitu: (1) memiliki topografi
landai atau bergelombang; (2) antar petak sawah dibatasi oleh
pematang; (3) diolah selalu pada kondisi berair atau tanpa air di musim
kemarau; (4) ada sumber air yang kontinu, kecuali sawah tadah hujan
dan sawah rawa; (5) kesuburan tanahnya relatif stabil, meskipun
diusahakan secara intensif; (6) tanaman utama yang diusahakan petani
adalah padi atau palawija.32
Fungsi lahan sawah bagi kehidupan manusia dan lingkungan
sangat beragam selain berfungsi menghasilkan beberapa komoditas
primer seperti bahan pangan juga mempunyai fungsi dalam
pemeliharaan lingkungan, pelestarian sumber daya, dan fungsi sosial.

29
Ibid, hlm. 40
30
Sudrajat, Loc.Cit., hlm. 3
31
Ibid, hlm. 3
32
Ibid, hlm. 4
30

Namun demikian menurut Sudrajat, keberadaan lahan sawah semakin


hari semakin berkurang luasnya, akibat dari adanya alih fungsi lahan
dari lahan sawah menjadi lahan nonsawah sehingga dikhawatirkan
fungsi-fungsi lahan sawah akan hilang.33
Menurut Sudrajat strategi petani menentukan arah perubahan
pemanfaatan lahan sawah pada saat ini maupun yang akan
datang sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang
terjadi di ligkungannya. Namun demikian, semua itu sangat
dipengaruhi oleh nilai ekonomi yang akan diperoleh petani dari
hasil pemanfaatannya. Perubahan pemanfaatan lahan yang
dilakukan petani ada dua tipe, yaitu tipe pemanfaatan lahan
secara vertical dan horizontal. Bila petani melakukan perubahan
komoditas, pola tanam, intensitas, ataupun diversifikasi tanaman
yang diusahakan tanpa mengubah lahannya maka sifat ini
disebut dengan tipe pemanfaatan lahan secara vertical,
sebaliknya, jika petani melakukan perubahan lahan yang
dimilikinya dari lahan pertanian ke nonpertanian, maka disebut
dengan pemanfaatan lahan secara horizontal.34
Padi–Beras adalah komoditas ekonomi politik yang sangat
penting sejak Indonesia merdeka, mengingat masyarakat Indonesia
seolah-olah tidak mungkin mengurangi konsumsinya pada beras,
sehingga kelangkaan beras dapat menimbulkan kerentanan ekonomi
dan keresahan sosial.35 Pada tahun 2008, pemerintah Indonesia tetap
konsisten untuk tidak mengimpor beras, salah satu di antaranya
didukung oleh angka ramalan Badan Pusat Statistik (BPS, 2008) yang
menyatakan bahwa angka ramalan kedua produksi beras pada tahun
2007 adalah 67,1 juta ton gabah kering giling (GKG) atau setara
dengan 32,4 juta ton beras. Walaupun demikian angka-angka ramalan
tersebut adalah optimisme yang masih perlu dicermati karena
cenderung sarat dengan keinginan dan pesan politik, mengingat irigasi
teknis yang rusak cukup parah, serta banyaknya lahan budidaya padi
yang terkena bencana banjir atau hama penyakit. Seharusnya

33
Sudrajat, Op.Cit., hlm. 6
34
Ibid, hlm. 166
35
E. Gumbira Sa’id, Wawasan, Tantangan, dan Peluang Agrotechnopreneur Indonesia,
(Bogor: Penerbit IPB Press, 2010), hlm. 94
31

Indonesia saat ini telah mencapai status swasembada beras, seperti


yang terjadi pada tahun 1982-1984, karena usaha semua pemangku
kepentingan sudah cukup fokus dan sungguh-sungguh.36

Kebutuhan beras sebagai salah satu sumber pangan utama


penduduk Indonesia terus meningkat karena selain jumlah penduduk
yang terus bertambah dengan laju peningkatan 2% per tahun, juga
adanya perubahan pola konsumsi penduduk yang non beras ke beras.
Di lain pihak terjadinya penciutan lahan sawah subur akibat konversi
lahan untuk kepentingan selain pertanian, juga terjadinya fenomena
produktivitas padi sawah irigasi cenderung turun.37 Seperti teori yang
dikemukakan oleh Robert Malthus bahwa penduduk cenderung
tumbuh mengikuti deret ukur dan sebaliknya produksi pangan
meningkat mengikuti deret hitung. Dengan kondisi tersebut,
pertumbuhan produksi pangan cenderung tidak dapat mengimbangi
peningkatan kebutuhan pangan akibat pertumbuhan penduduk.38
3. Pangan
a. Konsep Ketahanan Pangan
Pangan merupakan istilah yang teramat penting bagi
pertanian, karena secara hakiki pangan merupakan salah satu
kebutuhan paling dasar dalam pemenuhan aspirasi humanistik.
Ketahanan pangan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan di
mana rumah tangga baik fisik maupun eokonomi mempunyai
kemampuan mencukupi kebutuhan pangan untuk seluruh anggota
keluarganya.39 Sedangkan ketahanan pangan menurut Undang
Undang Pangan Pasal 1 ayat 17 (UU nomor 7/1996) adalah kondisi
terpenuhinya pangan bagi rumahtangga yang tercermin dari

36
Ibid,hm.95
37
Azwir dan Ridwan, Peningkatan Produktivitas Padi Sawah dengan Perbaikan
Teknologi Budidaya. Jurnal Balai Pengajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat, 2009,
hlm. 213
38
Aswatini, dkk, Pertumbuhan Penduduk dan Kesejahteraan, (Jakarta: LIPI Press, 2011),
hlm. 82
39
Rudi Wibowo, Pertanian dan Pangan, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2000), hlm 12
32

tersedianya pangan yang cukup dalam jumlah, mutu, aman, merata,


dan terjangkau.40
Di dalam literatur, ketahanan pangan menekankan pada tiga
dimensi penting, yaitu (1) ketersediaan pangan, (2) aksesbilitas
masyarakat terhadap pangan, dan (3) stabilitas harga pangan.41 Jika
salah satu dari dimensi tersebut tidak terpenuhi, suatu negara
belum dapat dikatakan mempunyai ketahanan pangan yang baik.
Walaupun pangan cukup tersedia di tingkat nasional dan regional,
tetapi jika akses individu untuk memenuhi kebutuhan pangannya
tidak merata, ketahanan pangan masih dikatakan rapuh. Demikian
pula, walaupun ketersediaan dan aksesbilitas masyarakat dapat
dikatakan cukup, tetapi jika stabilitas harga pangan tidak mampu
terjaga secara baik (tentunya berakibat pada ketersediaan dan
aksesbilitas), ketahanan pangan tidak dapat dikatakan telah cukup
kuat. Oleh karena itu, aspek distribusi pangan mulai dari sentra
produksi di pedesaan sampai pada konsumen perkotaan dan
konsumen di seluruh pelosok rumah tangga pedesaan juga tidak
kalah pentingnya dalam upaya memperkuat strategi ketahanan
pangan. Aspek distribusi pangan ini mencakup eksistensi dan
perubahan fungsi tempat, fungsi ruang, dan fungsi waktu yang
melibatkan banyak pelaku di dalamnya.42
Menurut FAO, Kasryno, dan Maxwell dalam Aswatini ada
empat kondisi yang harus dipenuhi untuk mencapai ketahanan
pangan, yaitu “kecukupan, ketersediaan pangan, stabilitas
ketersediaan pangan tanpa fluktuasi dari musim ke musim atau dari
tahun ke tahun, akses atau keterjangkauan terhadap pangan, dan
kualitas serta keamanan pangan tersebut untuk dikonsumsi”.43

40
Ibid, hlm. 37
41
Bustanul Arifin, Ekonomi Pembangunan Pedesaan, (Bogor: IPB Press, 2013), hlm. 98
42
Ibid, hlm. 98-99
43
Aswatini, dkk, Op.Cit., hlm. 81-82
33

b. Arah Kebijakan
Jaminan ketahanan pangan bagi setiap penduduk
mempunyai landasan legalitas yang universal dan mempunyai
makna yang strategis bagi setiap bangsa dan penguasa.
Kekurangan pangan dan gizi buruk pada seorang penduduk berarti
pelanggaran HAM oleh penguasa. Dalam Human Right
Declaration tahu 1948 dan World Conference on Human Right
1993 disepakati bahwa setiap individu berhak memperoleh pangan
yang cukup. Seperti yang tercantum dalam UUD 1945 pasal 34,
negara bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan dasar,
termasuk kebutuhan pangan, bagi kelompok miskin, penyandang
cacat dan anak terlantar.44
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian terdahulu yang
berkaitan dengan produktivitas beras dalam pemenuhan kebutuhan pangan
penduduk, sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Shinta Prameswari Santosa dan
Sudrajat (2017) dalam jurnal Geografi UGM, tentang kajian
ketersediaan dan kebutuhan konsumsi beras di Kabupaten
Karanganyar, Jawa Tengah. Dalam jurnal tersebut penelitian
menggunakan metode kuantitatif melalui data sekunder dari
instansi terkait dan dianalisis secara deskriptif-komparatif.
Hasil penelian menunjukkan terjadi pengelompokan kecamatan
dengan tingkat ketersediaan dan kebutuhan konsumsi beras
yang sama. Wilayah timur Kabupaten Karanganyar didominasi
oleh kecamatan dengan tingkat ketersediaan beras rendah dan
wilayah barat didominasi oleh tingkat tinggi. Kebutuhan beras

44
Rudi Wibowo, Loc.Cit., hlm. 37
34

dapat dicukupi, meskipun terdapat tiga kecamatan yang


mengalami defisit beras.45
2. Penelitian yang dilakukan oleh Maswirahmah (2015) dalam
jurnal perencanaan wilayah dan kota, tentang arahan
perencanaan ketahanan pangan di Kabupaten Soppeng. Dalam
jurnal tersebut penelitian menggunakan metode kuantitatif
melalui data statistik yang terdapat pada buku Kabupaten
Soppeng dalam angka 2011. Adapun pengolahan data
dilakukan dengan program Ms.Excel kemudian dianalisis
secara deskriptif dengan membandingkan sisi permintaan
(demand) dan sisi penawaran (supply), kemudian perhitungan
permintaan kebutuhan beras dilakukan melalui dua asumsi
yaitu skenario I dan skenerio II. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa dengan sekenario I kabupaten soppeng sampai tahun
2042 mengalami surplus beras, hanya saja untuk
memertahankan kondisi seperti itu sulit diwujudkan karena laju
pertumbuhan penduduk dan konversi lahan semakin meningkat.
Begitupun dengan skenario II Kabupaten Soppeng masih
mengalami surplus beras meskipun terjadi penurunan
pemenuhan kebutuhan pangan hal ini mengindikasikan jika
Kabupaten Soppeng memiliki kerentanan terhadap pemenuhan
kebutuhan pangannya.46
3. Penelitian yang dilakukan oleh Aniszul Fuad (2016) Skripsi
Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, konsentrasi
Pendidikan Geografi, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, tentang produktivitas lahan sawah dalam
pemenuhan kebutuhan beras penduduk Kecamatan Bojong

45
Shinta Prameswari, dan Sudrajat,“Kajian Ketersediaan Dan Kebutuhan Beras di
Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah”, (Jurnal: Jurnal Geografi UGM, Volume 6 No 4, 2017),
hlm. 1
46
Maswirahmah, “Arahan Perencanaan Ketahanan Pangan Di Kabupaten Soppeng”,
(Jurnal: Jurnal Perencanaan Wilayah Dan Kota, Vol. 4 No. 1, 2015), hlm. 70
35

Kabupaten Tegal. Dalam skripsi tersebut metode yang


digunakan adalah metode deskriptif, dengan pendekatan
kuantitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan data
sekunder yang diambil dari data Badan Pusat Statisik kemudian
membandingkan sisi permintaan dan sisi ketersediaan. Untuk
mengetahui tingkat produktivitas lahan sawah digunakan rumus
daya dukung lahan pertanian. Adapun hasil penelitian tersebut
adalah Kecamatan Bojong sudah tidak swasembada pangan hal
tersebut dilihat dari laju pertumbuhan penduduk Kecamatan
Bojong dari tahun 2011-2014 sebesar 0,89% sementara daya
dukung lahan pertanian tahun 2011-2014 menunjukan
prosentase 0,92% dan 0,89%.47
Tabel 2.1
Penelitian Relevan

No Nama Judul Perbedaan Persamaan

1. Shinta Kajian Tidak membahas Membahas


Prameswari ketersediaan dan perubahan produktivitas
Santosa dan kebutuhan penggunaan beras dan
Sudrajat konsumsi beras di lahan pertanian pemenuhan
Kabupaten menjadi kebutuhan pangan
Karanganyar, nonpertanian penduduk.
Jawa Tengah. secara rinci yang
mempengaruhi
produktivitas
beras yang
dihasilkan.

47
Aniszul Fuad, “Produktivitas Lahan Sawah Dalam Pemenuhan Kebutuhan Beras
Penduduk Kecamatan Bojong”, (Skripsi: Program Studi Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), hlm. i
36

2. Maswirahmah Arahan Tidak membahas Membahas


perencanaan perubahan produktivitas padi
ketahanan pangan penggunaan lahan sawah.
di Kabupaten pertanian menjadi
Soppeng. nonpertanian
secara rinci yang
mempengaruhi
produktivitas
beras yang
dihasilkan.
3. Aniszul Fuad. Produktivitas Teknik Membahas
lahan sawah pengumpulan data produktivitas
dalam pemenuhan pada skripsi dalam pemenuhan
kebutuhan beras tersebut hanya kebutuhan
penduduk menggunakan pangan penduduk.
Kecamatan data sekunder .
Bojong
Kabupaten Tegal.

C. Kerangka Berpikir
Bagi sektor pertanian, lahan merupakan input terpenting karena
lahan merupakan media aktivitas bercocok tanam bagi penduduk yang
bermata pencaharian sebagai petani guna menghasilkan bahan pangan
pokok (padi) bagi kebutuhan umat manusia. Namun seiring dengan
perubahan zaman dan dinamika gerak langkah pembangunan serta
pertumbuhan jumlah penduduk, eksistensi lahan mulai terusik.
Pertumbuhan penduduk yang cukup cepat, serta intensitas
pembangunan yang berkembang dalam berbagai bidang tentu saja akan
menyebabkan ikut meningkatnya permintaan akan lahan. Di mana lahan
pertanian produktif akan dimanfaatkan untuk pembangunan pemukiman
37

penduduk, atau pembangunan-pembangunan yang disesuaikan dengan


kebutuhan masyarakat khususnya di wilayah Kecamatan Moga. Akibat
yang ditimbulkan dari masalah pertumbuhan penduduk dan permintaan
lahan tersebut berdampak pada produktivitas beras yang dihasilkan dalam
pemenuhan kebutuhan pangan penduduk Kecamatan Moga.

Bagan 2.2
Kerangka Berpikir

LAHAN PERTANIAN PENDUDUK

Luas Lahan Sawah Pertumbuhan Penduduk

Perubahan
Penggunaan Lahan

Produktivitas Beras

Meningkat Menurun

Pemenuhan Kebutuhan Pangan Penduduk


Kecamatan Moga

Surplus Defisit
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Moga, Kabupaten
Pemalang. Secara geografis Kecamatan Moga merupakan salah satu
kecamatan yang terletak di dataran tinggi wilayah Kabupaten
Pemalang. Memiliki luas wilayah 41,41 km2 yang merupakan 3,71%
dari total luas wilayah Kabupaten Pemalang. Berada ± 41 Km di
sebelah selatan ibukota Kabupaten Pemalang. Dalam lingkup wilayah
Kecamatan Moga, terdapat 10 wilayah administrasi setingkat
desa/kelurahan. Jarak wilayah terbentang dari Barat ke Timur ± 12 km
sedangkan jarak dari Utara ke Selatan ± 10 km.1 Adapun peta lokasi
Kecamatan Moga dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut.
Gambar 3.1
Peta Lokasi Penelitian

1
Kecamatan Moga Dalam Angka 2013 (BPS.go.id), hlm. 3

38
39

2. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara bertahap
dimulai pada bulan November 2017 sampai bulan Oktober 2018.
Berikut alur kegiatan penelitian terdapat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Penelitian

Bulan

No Kegiatan Nov Des Jan Juni Jul Agust Sept Okt Nov
2017 2017 2018 2018 2018 2018 2018 2018 2018

1. Pengajuan
proposal
2. Seminar
Proposal
3. Penyusunan
BAB I,II,III
4. Pengumpulan
Data
5. Pengolahan
Data
6. Analisis
Data
7. Penyusunan
BAB IV, V
8. Sidang
40

B. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitiannya.2
Sesuai dengan masalah yang akan diteliti, dalam penelitian ini
diterapkan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan Kuantitatif.
Metode deskriptif menurut Gay dalam Consuello G. Sevilla adalah
kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka meguji hipotesis
atau menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang
sedang berjalan dari pokok suatu penelitian.3 Sedangkan metode
kuantitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada
populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk
menguji hipotetsis yang telah ditetapkan.4
Melalui metode ini, diharapkan dapat memecahkan masalah yang
diajukan dengan tujuan mendapat gambaran objektif sesuai dengan yang
terdapat di lapangan baik berupa data primer maupun data sekunder.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari unit analisis/hasil pengukuran
yang dibatasi oleh kriteria tertentu.5 Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh wilayah dan penduduk yang berada di Kecamatan
Moga.
Adapun populasi yang yang ada dalam penelitian ini, yaitu:
a. Populasi penduduk meliputi seluruh petani di Kecamatan
Moga.
b. Populasi wilayah meliputi lahan sawah di Kecamatan Moga.

2
Suharsimi Arikunto, Prodedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), cet.14, hlm. 203
3
Consuelo G. Sevilla, dkk, Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta: UI Press, 1993), hlm.
71
4
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2009), hlm. 8
5
Sedarmayanti, dan Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian, (Bandung: Mandar Maju,
2011), hlm. 72
41

2. Sampel
Sampel merupakan sekumpulan/sebagian dari unit populasi yang
diperoleh melalui proses sampling tertentu.6 Pengambilan sampel ini
menggunakan teknik probability sampling yaitu teknik pengambilan
sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur atau
anggota populasi untuk dijadikan anggota sampel.7
Jadi dalam penelitian ini setiap anggota atau unsur dari populasi
memiliki peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 1 petani dari
setiap desa yang ada di Kecamatan Moga.
D. Alat dan Bahan Penelitian
1. Alat
a. Laptop digunakan sebagai media untuk kegiatan pengolahan data.
b. Kamera digunakan untuk dokumentasi.
c. Alat tulis digunakan untuk mencatat hal-hal yang diperlukan
selama kegiatan penelitian.
2. Bahan
a. Peta administrasi Kabupaten Pemalang.
b. Peta penggunaan lahan Kecamatan Moga.
E. Sumber Data
Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.8
Adapun untuk melihat produktivitas beras dalam pemenuhan kebutuhan
pangan penduduk Kecamatan Moga maka data yang diperlukan adalah
sebagai berikut:
1. Sumber Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan melalui pihak
pertama, diperoleh melalui angket, wawancara, jarak pendapat,

6
Sedarmayanti, dan Syarifudin Hidayat, Loc.Cit, hlm. 72
7 7
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2009), hlm. 82
8
Suharsimi Arikunto, Prodedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), ed. revisi VI, hlm. 129
42

dan lain-lain.9 Sumber data primer pada penelitian ini diperoleh


dari observasi lapangan, wawancara, dan dokumentasi.
2. Sumber Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang dikumpulkan melalui
pihak kedua, diperoleh melalui badan/instansi yang bergerak
dalam proses pengumpulan data, baik oleh intansi pemerintah
maupun swasta.10 Sumber data sekunder pada penelitian ini
diperoleh dari sumber lain seperti Badan Pusat Statistik,
Kecamatan Moga, buku, jurnal, skripsi dan dinas terkait.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah berupa
observasi, wawancara dan dokumentasi.
1. Observasi Lapangan
Observasi merupakan kegiatan pemuatan perhatian
terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat
indra.11
Dalam pelaksanaannya data diperoleh dengan pengamatan
langsung ke daerah penelitian untuk mengamati masyarakat yang
memanfaatkan lahan pertaniannya serta mengamati faktor sosial
dan fisik yang mempengaruhinya.
Hal yang diamati dan diukur adalah keadaan fisik
Kecamatan Moga di antaranya: pengairan, tanah, serta topografi
yang dilatar belakangi oleh faktor sosial (non fisik) seperti luas
lahan, tenaga kerja, alat bercocok tanam, serta kegiatan bercocok
tanam. Aspek yang diamati tersebut disajikan dalam tabel
pedoman observasi 3.2.

9
Sedarmayanti, dan Syarifudin Hidayat, Op.Cit, hlm. 73
10
Sedarmayanti, dan Syarifudin Hidayat, Loc.Cit, hlm. 73
11
Arikunto, Op.Cit., hlm 199
43

Tabel 3.2
Pedoman Observasi
No Indikator Sub Indikator Hasil
1 Fisik Pengairan
Tanah
Topografi

2 Sosial Luas lahan


(Non Fisik) Tenaga kerja
Kegiatan bercocok tanam
(sarana bercocok tanam)

2. Wawancara
Wawancara adalah dialog yang dilakukkan oleh
pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.12
Bentuk wawancara yang dilakukan mengunakan wawancara
semi terstruktur yaitu dengan menanyakan serentetan pertanyaan
yang sudah terstruktur, kemudian satu per satu diperdalam dalam
mengorek keterangan lebih lanjut.13
Wawancara akan dilakukan dengan Dinas terkait yaitu
Koordinator Penyuluh Pertanian Balai Penyuluhan Pertanian
Kecamatan Moga serta petani dari setiap desa sebanyak 1 orang.
Berikut merupakan tabel kisi-kisi instrumen penelitian.

12
Arikunto, ed.revisi, Op.Cit, hlm. 198
13
Ibid, hlm. 227
44

Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrumen Penelitian Petani

No
No Variabel Sub Variabel Responden
Item
1. Produktivitas beras Luas lahan yang dimiliki Petani 1

Status kepemilikan lahan Petani 1


Tingkat kesuburan tanah Petani 2
Pola penanaman padi dalam Petani 3
satu tahun
Lamanya menjadi petani Petani 4
Pendidikan petani Petani 5

Jenis/varietas tanaman padi Petani 6

Jenis pupuk/obat-obatan Petani 7


tanaman yang digunakan
Menentukan dosis pupuk/obat- Petani 8
obatan yang digunakan

2. Pemenuhan Banyaknya hasil panen dalam Petani 9


kebutuhan pangan ukuran berat (kw) /tahun
45

Tabel 3.4
Kisi-kisi Instrumen Penelitian Dinas Pertanian

No
No Variabel Sub Variabel Responden
Item
1 Produktivitas Peran meningkatkan Dinas pertanian 1
beras produktivitas beras
Tingkat produktivitas beras Dinas pertanian 2
tahun 2010-2017

Faktor yang mempengaruhi Dinas pertanian 3


poduktivitas beras
Kebijakan/upaya Dinas pertanian 4
meningkatkan produktivitas
beras
2 Pemenuhan Pemenuhan kebutuhan Dinas pertanian 5
kebutuhan konsumsi beras
pangan Alur distribusi beras Dinas pertanian 6

3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data
dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik
dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.14 Metode
dokumentasi digunakan untuk meperoleh data yang berkaitan
dengan tujuan penelitian. Adapun data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini yaitu data produksi padi Kecamatan Moga tahun
2010-2016, data jumlah penduduk Kecamatan Moga tahun 2010-
2016, serta foto keadaan lokasi penelitian. Tujuan dokumentasi
ini untuk pembukti bahwa peneliti telah melakukan sebuah
penelitian.

14
Arikunto, Op.Cit., hlm. 201
46

G. Teknik Pengolahan Data


Menganalisis dan mengolah data adalah mengubah data mentah
menjadi data yang bermakna yang mengarah pada kesimpulan.15
Teknik pengolahan data dalam penelitian ini yaitu menunjukan
tingkat produktivitas beras dalam pemenuhan kebutuhan pangan penduduk
Kecamatan Moga dengan menggunakan rumus matematis sebagai berikut:
1. Menghitung produksi beras (supply) untuk mengetahui produktivitas
beras yang dihasilkan di Kecamatan Moga dengan menggunakan
rumus:16

Total produksi beras (ton) = total produksi padi GKG (ton) x


indeks konversi padi ke beras

Catatan: Indeks konversi padi ke beras menurut peraturan Dinas


Pertanian (1 kg GKG/gabah kering giling = 0,63 kg beras) dan
hasilnya dikurangi susut 0,1049 sehingga menjadi beras bersih
2. Menghitung kebutuhan beras (demand) di Kecamatan Moga dengan
menggunakan rumus:17

Kebutuhan beras total = Jumlah penduduk x indeks konsumsi


beras

Catatan: Indeks Konsumsi beras adalah nilai standar kebutuhan


konsumsi beras perkapita. Adapun standar kebutuhan konsumsi beras
perkapita menurut BPS adalah 114,6 per kg per kapita per tahun atau
314 per gr per kapita per hari.

15
Ibid, hlm. 55
16
Maswirahmah, Arahan Perencanaan Ketahanan Pangan Di KabupatenSoppeng, Jurnal
PPSP Kabupaten Soppeng, hlm. 73
17
Shinta Prameswari Santosa dan Sudrajat, Kajian Ketersediaan dan Kebutuhan
Konsumsi Beras di Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah, Jurnal UGM, hlm. 3
47

3. Menunjukkan tingkat produktivitas beras dalam pemenuhan kebutuhan


pangan penduduk Kecamatan Moga dengan membandingkan antara
permintaan (demand) dan penawaran (supply):18
a. Jika total demand > total supply, maka dapat dikatakan Kecamatan
Moga mengalami defisit dalam pemenuhan kebutuhan pangan
(beras) penduduk.
b. Jika total demand < total supply, maka dapat dikatakan Kecamatan
Moga mengalami surpus dalam pemenuhan kebutuhan pangan
(beras) penduduk.
H. Analisis Data
Analisis data adalah kegiatan mengelompokkan data berdasarkan
variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari
seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti,
melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, melakukan
perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.19
Adapun analisis data dalam penelitian ini yaitu dengan analisis
deskriptif yaitu menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
generalisasi20. Analisis deskriptif ini digunakan untuk menjelaskan hasil
dari teknik pengolahan data dan hasil temuan dilapangan. Hasil dari
teknik pengolahan data tersebut adalah mengetahui produktivitas beras
yang dihasilkan di Kecamatan Moga, mengetahui kebutuhan beras di
Kecamatan Moga, dan mengetahui tingkat produktivitas beras dalam
pemenuhan kebutuhan pangan penduduk Kecamatan Moga, sedangkan
hasil temuan di lapangan adalah pengamatan produktivitas beras secara
langsung yang dilakukan melalui pengamatan observasi di Kecamatan
Moga.

18
Maswirahmah, Loc.Cit., hlm 73
19
Sugiyono, Op.Cit, hlm. 147
20
Ibid, hlm. 147
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian


1. Letak Geografis
Secara geografis Kecamatan Moga merupakan salah satu
kecamatan yang terletak didataran tinggi kurang lebih 650 meter di
atas permukaan laut. Memiliki luas wilayah 41,41 km2 yang
merupakan 3,71% dari total luas wilayah Kabupaten Pemalang. Berada
± 41 Km di sebelah selatan ibukota Kabupaten Pemalang dan dilalui
oleh 3 (tiga) buah sungai besar, yaitu Sungai Comal, Sungai Painang,
dan Sungai Waluh.1 Berikut disajikan peta adminitrasi Kabupaten
Pemalang pada gambar 4.1.
Gambar 4.1
Peta Administrasi Kecamatan Moga

Dalam lingkup wilayah Kecamatan Moga, terdapat 10 wilayah


administrasi setingkat desa/kelurahan yaitu Desa Plakaran, Desa

1
Kecamatan Moga Dalam Angka 2013 (BPS.go.id), hlm. 3

48
49

Mandiraja, Desa Walangsanga, Desa Sima, Desa Banyumudal, Desa


Moga, Desa Wangkelang, Desa Kebanggan, Desa Pepedan, Desa
Gendowang. Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Moga sebagai
berikut:
Sebelah Utara : Kec. Randudongkal
Sebelah Timur : Kec. Belik
Sebelah Selatan : Kec. Pulosari
Sebelah Barat : Kab. Tegal
Jarak wilayah terbentang dari Barat ke Timur ± 12 km sedangkan
jarak dari Utara ke Selatan ± 10 km. Jarak dari ibukota Kecamatan ke
ibukota Kabupaten kurang lebih 41 km.2 Adapun luas wilayah
Kecamatan Moga dirinci per Desa/Kelurahan dapat dilihat pada tabel
4.1 berikut.
Tabel 4.1
Luas Desa/Kelurahan Di Kecamatan Moga Tahun 2016

No Desa/Kelurahan Luas Wilayah (Ha)


1. Plakaran 455,04
2. Mandiraja 528,59
3. Walangsanga 313,45
4. Sima 655,15
5. Banyumudal 849,53
6. Moga 314,44
7. Wangkelang 357,08
8. Kebanggan 121,27
9. Pepedan 82,67
10. Gendowang 463,65
Jumlah 4.140,88

Sumber: Statistik Kecamatan Moga Dalam Angka 2017

2
Ibid, hlm. 3
50

Dari tabel 4.1 terlihat bahwa Desa/Kelurahan Banyumudal


merupakan Desa yang memiliki wilayah paling luas dibandingkan
dengan Desa/Kelurahan lainnya yang ada di Kecamatan Moga yaitu
849,53 Ha, sedangkan Desa/Kelurahan Pepedan merupakan Desa yang
memiliki wilayah paling sempit di Kecamatan Moga yaitu 82,67 Ha.

2. Kondisi Fisik
a. Iklim
Iklim yang menyelimuti Kecamatan Moga sama seperti
daerah lainnya di Indonesia pada umumnya yaitu tropis yang
ditandai oleh adanya dua musim (penghujan dan kemarau). Musim
penghujan biasanya dimulai pada Oktober-Maret, sedangkan
musim kemarau biasanya dimulai pada bulan April-September.
Selama tahun 2016 curah hujan di Kecamatan Moga mencapai
8.430 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 197 hari, sedangkan
temperaturnya rata-rata 230 Celcius.
Sesuai dengan iklimnya yang tropis maka flora yang ada di
wilayah Kecamatan Moga pada umumnya sama dengan daerah-
daerah lain di Indonesia, seperti: jati, kelapa, bambu, tanaman buah
(rambutan, manggis, durian, dan lain sebagainya), padi, dan
tanaman palawija (jagung, kedelai, mentimun, kacang panjang, dan
lain sebagainya). Fauna yang ada di wilayah Kecamatan Moga juga
pada umumnya sama dengan daerah lain di Indonesia, seperti: sapi,
kerbau, kambing, ayam, dan berbagai jenis binatang melata.
Berikut disajikan tabel 4.2 banyaknya hari hujan dan curah hujan
di Kecamatan Moga.
51

Tabel 4.2

Banyaknya Curah Hujan Dan Hari Hujan di Kecamatan Moga


Tahun 2016

Banyaknya Terjadi
No Bulan Curah Hujan (mm)
Hujan (Hari)
1. Januari 928 21
2. Februari 852 16
3. Maret 319 10
4. April 499 10
5. Mei 202 10
6. Juni 130 10
7. Juli 106 5
8. Agustus 30 1
9. September 85 3
10. Oktober 617 16
11. November 971 16
12. Desember 857 16
Rata-rata 466,3 11

Sumber: Statistik Kabupaten Pemalang Dalam Angka 2017

Curah hujan di Kecamatan Moga tertinggi terjadi pada


bulan November yaitu 971 mm, sedangkan rata-rata curah hujan
dalam satu tahun yaitu 466,3 mm. Adapun hari hujan tertinggi
terjadi pada bulan Januari dengan hari hujan sebanyak 21 hari.

Seperti wilayah Indonesia pada umumnya fenomena


perubahan iklim seringkali melanda Kecamatan Moga. Salah satu
dampak dari fenomena perubahan iklim adalah kejadian perubahan
pola curah hujan. Perubahan pola hujan ini dapat menyebabkan
perubahan waktu musim hujan dan kemarau. Secara umum,
perubahan iklim akan membawa perubahan pada parameter-
52

parameter cuaca, yaitu temperatur, curah hujan, tekanan,


kelembapan udara, laju serta arah angin, kondisi awan, dan radiasi
matahari. Peningkatan suhu yang besar terjadi pada daerah lintang
tinggi sehingga akan menimbulkan perubahan lingkungan global
yang terkait dengan pencairan es kutub, distribusi vegetasi alami,
dan keanekaragaman hayati, sedangkan daerah tropis atau lintang
rendah akan terpengaruh dalam hal produktivitas tanaman, dan
penyakit tanaman akibat serangan hama. Peningkatan suhu pada
gilirannya akan mengubah pola distribusi dan curah hujan.
Kecenderungannya adalah bahwa daerah kering akan menjadi
makin kering dan daerah basah menjadi lebih basah sehingga
produktivitas pertanaian akan terganggu.3

Secara umum, perubahan iklim juga akan berdampak pada


penciutan dan degradasi (penurunan fungsi) sumber daya lahan, air
dan infrastruktur terutama irigasi, yang menyebabkan terjadinya
ancaman kekeringan atau banjir. Di sisi lain, kebutuhan lahan
untuk berbagai penggunaan seperti pemukiman, pariwisata, dan
penggunaan non-pertanian lainnya terus meningkat, sejalan dengan
meningkatnya jumlah penduduk. Secara absolut lahan yang
tersedia relatif tetap, bahkan cenderung menciut dan terdegradasi,
baik akibat tidak tepatnya pengelolaan maupun dampak adanya
perubahan iklim.

Strategi adaptasi yang umumnya dilakukan petani dalam


situasi yang terjadi akibat adanya perubahan iklim yaitu dengan
penyesuaian dan pengembangan infrastruktur pertanian, terutama
irigasi sesuai dengan perubahan sistem hidrologi dan potensi
sumber daya air, serta penyesuaian sistem usahatani pada pola

3
Venny kurniati, “Dampak Perubahan Iklim Terhadap Pendapatan Dan Faktor-Faktor
Penentu Adaptasi Petani Terhadap Perubahan Iklim”, (Skripsi: Fakultas Ekonomi dan
Manajemen Institut Pertanian Bogor), hlm. 26
53

tanam, jenis tanaman atau varietas dan, sistem pengolahan tanah.4


Strategi-strategi ini umumnya juga dilakukan oleh petani
Kecamatan Moga jika terjadi pergantian musim akibat adanya
perubahan iklim, para petani mengantisipasinya dengan melakukan
perubahan pola penanaman padi dan mengganti jenis atau varietas
tanaman padi. Sehingga dalam satu tahun pola penanaman padi di
Kecamatan Moga tidak sama, begitupun dengan jenis varietas
tanaman padinya antara musim penghujan dan musim kemarau
berbeda disesuaikan dengan jenis atau varietas tanaman yang
cocok dengan keadaan musim saat itu.

Strategi adaptasi ini merupakan suatu proses yang dilakukan


masyarakat dalam menghadapi ketidakpastian iklim yang terjadi.
Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat mampu mengembangkan
cara-cara tertentu yang dapat mengurangi dampak perubahan iklim
dengan melakukan penyesuaian dan perubahan secara tepat pada
aktivitas mereka. hal ini dapat berupa penyesuaian teknologi
hingga perubahan tingkah laku individual, seperti perubahan pola
dan jenis tanaman saat ketersediaan air mulai menipis.

Setelah mengetahui curah hujan dan hari hujan Kecamatan


Moga maka dapat dilihat klasifikasi iklim menurut Scimidth-
Ferguson yang banyak digunakan termasuk di Indonesia.
Penentuan tipe iklim menurut klasifikasi ini dengan
memperhatikan data hujan bulanan dengan kriteria sebagai berikut:

Bulan Kering (BK) = Bulan dengan curah hujan < 60 mm

Bulan Lembab (BL) = Bulan dengan hujan antara 60-100 mm

44
Ibid, hlm 26
54

Bulan Basah (BB) = Bulan dengan curah hujan > 100 mm5

Klasifikasi iklim Scimidth-Ferguson ini dapat dilihat pada


tabel 4.3 berikut.

Tabel 4.3
Klasifikasi Iklim Scimidth-Ferguson

Curah Hujan
No Bulan Klasifikasi
(mm)
1. Januari 928 BB
2. Februari 852 BB
3. Maret 319 BB
4. April 499 BB
5. Mei 202 BB
6. Juni 130 BB
7. Juli 106 BB
8. Agustus 30 BK
9. September 85 BL
10. Oktober 617 BB
11. November 971 BB
12. Desember 857 BB

Data hasil olahan, 2018

Berdasarkan Keadaan iklim di Kecamatan Moga menurut


klasifikasi iklim Scimidth-Ferguson tahun 2016 terdapat 10 BB
dimulai dari Januari, Februari, Maret, April, Mei, Juni, Juli,
Oktober, November, dan Desember, 1 BK pada bulan Agustus,
serta 1 BL pada bulan September. Kenyataan ini berindikasi bahwa
wilayah Kecamatan Moga didominasi oleh Bulan Basah (BB),
sehingga termasuk tipe iklim basah. Kondisi iklim demikian sangat

5
Andri Noor Ardiansyah, Klimatologi Umum, (Tangerang: UIN Jakarta Press, 2013),
hlm. 87
55

cocok untuk pengembangan usaha pertanian. Hal ini sesuai dengan


keadaan di Kecamatan Moga di mana petani merupakan jenis mata
pencaharian yang cukup mendominasi.

Menurut sistem klasifikasi Schmidth-Fergusson (BB = CH


>100 mm Bulan –1; BK = CH < 60 mm Bulan –1) bahwa di
wilayah cakupan stasiun curah hujan tergolong tipe iklim B, atau
tipe iklim Basah maka kondisi iklim demikian sangat mendukung
untuk pengembangan padi sawah di daerah tersebut.6

Semua bentuk sistem pertanian sangat sensitif terhadap


variasi iklim. Terjadinya keterlambatan musim tanam atau panen
akan memberikan dampak yang besar baik secara langsung
maupun tak langsung, seperti ketahanan pangan, industri pupuk,
transportasi, dan lain-lain. Oleh karena itu, iklim sebagai salah satu
faktor yang menentukan keberhasilan dalam pemanfaatan lahan
sawah harus benar-benar diinformasikan dengan baik kepada para
petani. Apalagi dengan adanya perubahan iklim global yang
menyebabkan hitungan pranoto mongso yang menjadi pedoman
para petani dalam memanfaatkan lahan sawah sering tidak akurat
lagi.

b. Topografi
Topografi Kecamatan Moga terletak pada ketinggian ± 497
mdpl. Sementara kenampakan bentang alam wilayah Kecamatan
Moga merupakan areal perbukitan dan pegunungan yang memiliki
kemiringan lereng 2-15% dan lebih dari 40%.7 Dengan demikian

6
M. Tufaila dan Syamsu Alam, “Karakteristik Tanah Dan Evaluasi Lahan Untuk
Pengembangan Tanaman Padi Sawah Di Kecamatan Oheo Kabupaten Konawe Utara” (Jurnal:
Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo Kendari, Volume 24 Nomor 02 Mei
2014, ISSN 0854-0128), hlm. 186
7
Sistem Informasi Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Pemalang
(http://sitrw.bappedapemalang.info/content.php?query=topografi&top=fisik_alam ), dikutip 27-08-
2018, Pukul 21.38 WIB.
56

topografi lahan sawah di Kecamatan Moga bervariasi ada yang


landai atau datar dan ada yang bergelombang atau berbukit-bukit.
Petani yang memiliki lahan sawah dengan topografi landai
atau datar akan lebih mudah dalam mengolah dan merawat lahan
dan akan terhindar dari kemungkinan terjadinya longsor dan erosi
tanah. Namun demikian, ancaman banjir pada daerah datar atau
landai sering tidak bisa dihindari sehingga ketika air sungai meluap
akibat hujan deras, lahan sawah sering kebanjiran. Sebaliknya,
lahan sawah yang berada di daerah dengan topografi bergelombang
atau berbukit akan mengalami kesulitan dalam pengolahan dan
penggunaan teknologi traktor. Hal ini terjadi bila pengolahan lahan
sawah terlalu gembur mengakibatkan kesuburan lahan menurun
karena terbawa aliran air yang lebih cepat mengalir di antara
petakan sawah dan jika menggunakan teknologi traktor akan
merusak terasering.8
Permasalahan lainnya pada lahan sawah dengan topografi
berbukit-bukit adalah terkait dengan longsor dan erosi tanah.
Longsor maupun erosi pada daerah berbukit-bukit akan memiliki
peluang yang lebih tinggi sehingga kerusakan lahan sawah akan
lebih besar. Demikian juga, jika tanah terlalu sering digemburkan,
maka erosi tanah bagian atas yang subur akan cepat hilang
sehingga tanah menjadi tidak subur. Dengan demikian kondisi
lahan sawah dengan topografi landai atau datar memiliki peluang
yang tinggi dalam mendorong peningkatan produktivitas padi,
karena sawah dengan topografi landai atau datar akan lebih mudah
untuk diolah menggunakan teknologi modern dibandingkan dengan
sawah dengan topografi bergelombang atau berbukit-bukit. Pada
umumnya areal lahan sawah di Kecamatan Moga didominasi oleh
lahan sawah dengan topografi landai atau datar, sehingga dalam hal

8
Sudrajat, Mengenal Lahan Sawah dan Memahami Multifungsinya bagi Manusia dan
Hewan, (Yogyakarta: Gajah Mada Unversity Press, 2015), hlm. 21-22
57

ini pengolahan dan perawatan lahan sawah tersebut akan lebih


mudah dilakukan.
c. Jenis Tanah
Kecamatan Moga memiliki jenis tanah yang bervariasi,
seperti latosol coklat, regosol coklat, podsolik merah kekuningan,
dan podsolik kuning dan.9
Menurut Hardjowigeno jenis tanah latosol merupakan tanah
muda yang umumnya mempunyai horizon kambik, belum
berkembang lanjut sehingga kebanyakan jenis tanah ini cukup
subur. Tanah lastosol mepakan tanah dengan pelapukan lanjut
karena sangat tercucui, batas-batas horison baur, kandungan
mineral primer dan unsur hara rendah, PH rendah (4,5-5,5),
stabilitas agregat tinggi. Warna tanah merah, coklat kemerahan,
coklat, coklat kekuningan, atau kuning, terganung dari bahan
induk, umur, iklim, dan ketinggian. Di Indonesia, umumnya,
latosol berasal dari bahan induk vulkanik, baik rupa tufa ataupun
batuan beku. Sedangkan tanah podsolik merupakan tanah yang
bersifat masam, kejenuhan basa kurang dari 35%. Selain itu
podsolik merupakan tanah yang sangat tercuci, terdapat akumulasi
liat hingga tekstur relatif berat (kadar liat relatif tinggi), dan peka
terhadap erosi. Sementara tanah regosol merupakan jenis tanah
yang baru terbentuk ditandai dengan masih banyaknya kandungan
batu dan kerikil yang belum melapuk secara sempurna.10
Jenis-jenis tanah tersebut bermanfaat untuk kegiatan
bercocok tanam petani Kecamatan Moga, terlebih pada
persebarannya terdapat jenis tanah latosol yang tergolong tanah
yang subur, sehingga dalam hal ini jenis-jenis tanah yang tersebar
di Kecamatan Moga telah mendorong produktivitas pertanian padi
pada wilayah tersebut.
9
Ibid, dikutip 29-08-2018, Pukul 17.42 WIB
10
Sabda Mashdar, Uji Kolom Tanah Latosol, Podsolik, dan Regosol Sebagi Objek Simulasi
Parit Infiltrasi Lmbah Domestik, (Skripsi: Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor), hlm, 3-5
58

3. Penggunaan Lahan
Luas wilayah Kecamatan Moga terdiri dari daratan seluas 4.140,88
hektar yang terdiri atas lahan sawah seluas 1.400,05 hektar (33,81%)
dan lahan bukan sawah seluas 2.740,83 hektar (66,18%).11 Dari luas
lahan sawah tersebut ada tiga jenis penggunaan irigasi yang berbeda
yaitu 7 hektar lahan sawah menggunakan irigasi teknis, 399,50 hektar
lahan sawah menggunakan irigasi setengah teknis, dan 909,45 hektar
menggunakan irigasi sederhana, serta sisanya 84,10 hektar merupakan
sawah tadah hujan. Luas penggunaan lahan Kecamatan Moga disajikan
dalam tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.4
Luas Penggunaan Lahan (Ha) Menurut Jenisnya per
Desa/Kelurahan Di Kecamatan Moga Tahun 2016

No Desa/Kelurahan Sawah Bukan Sawah Jumlah


1. Plakaran 143,00 312,04 455,04
2. Mandiraja 206,15 322,44 528,59
3. Walangsanga 209,75 103,70 313,45
4. Sima 205,56 449,60 655,15
5. Banyumudal 93,90 755,63 849,53
6. Moga 148,18 166,26 314,44
7. Wangkelang 96,02 261,06 357,08
8. Kebanggan 64,05 57,22 121,27
9. Pepedan 49,80 32,87 82,67
10. Gendowang 183,64 280,01 463,65
Jumlah 1.400,05 2.740,83 4.140,88
Sumber: Statistik Kecamatan Moga Dalam Angka 2017

Dari tabel 4.4 terlihat bahwa Desa/Kelurahan Walangsanga yang


memiliki lahan sawah paling luas yaitu 209,75 hektar sementara

11
Kecamatan Moga Dalam Angka 2017 (BPS.go.id), hlm. 1-4
59

Desa/Kelurahan yang memiliki area lahan sawah paling sempit adalah


Desa/Kelurahan Pepedan seluas 49,80 hektar.
Selain itu luas lahan sawah (Ha) menurut jenis irigasi per
Desa/Kelurahan di Kecamatan Moga dapat dilihat dalam tabel 4.5
berikut.
Tabel 4.5
Luas Penggunaan Lahan (Ha) Menurut Jenis Irigasi per
Desa/Kelurahan Di Kecamatan Moga Tahun 2016

Irigasi Irigasi ½ Irigasi


No Desa/Kelurahan
Teknis Teknis Sederhana
1. Plakaran 0,00 128,34 14,66
2. Mandiraja 0,00 0,00 206,15
3. Walangsanga 0,00 75,00 134,75
4. Sima 0,00 149,56 50,00
5. Banyumudal 0,00 30,80 0,00
6. Moga 0,00 0,00 148,18
7. Wangkelang 0,00 0,00 96,02
8. Kebanggan 0,00 0,00 64,05
9. Pepedan 7,00 7,40 30,40
10. Gendowang 0,00 8,40 165,24

Jumlah 7,00 399,50 909,45

Sumber:Statistik Kecamatan Moga Dalam Angka 2017

Dari tabel 4.5 telihat bahwa irigasi sederhana merupakan jenis


irigasi yang paling banyak digunakan oleh petani di Kecamatan Moga.
Total ada 909,45 hektar lahan sawah yang sistem pengairannya
menggunakan irigasi sederhana, sementara irigasi ½ teknis digunakan
pada lahan sawah seluas 399,50 hektar, dan irigasi teknis digunakan
pada lahan sawah seluas 7,00 hektar. Irigasi sederhana biasanya
merupakan jenis irigasi yang dibangun dan dikelola secara mandiri
60

oleh petani, pembagian air tidak diukur sehingga air akan mengalir ke
saluran pembuang dengan sendirinya. Adapun peta penggunaan lahan
Kecamatan Moga tahun 2016 dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut.
Gambar 4.2
Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Moga Tahun 2016

4. Kondisi Sosial
a. Kependudukan
Kecamatan Moga terbagi menjadi 10 wilayah administrasi
setingkat desa/kelurahan yaitu Desa Plakaran, Desa Mandiraja,
Desa Walangsanga, Desa Sima, Desa Banyumudal, Desa Moga,
Desa Wangkelang, Desa Kebanggan, Desa Pepedan, dan Desa
Gendowang. Jumlah penduduk di Kecamatan Moga Berdasarkan
Proyeksi Penduduk Badan Pusat Statistik Kabupaten Pemalang
Tahun 2016 tercatat sejumlah 63.476 jiwa terdiri dari 31.501
penduduk laki-laki dan 31.975 penduduk perempuan dengan
kepadatan penduduk mencapai 15,745 jiwa/km2.12 Desa Moga

12
Ibid, hlm. 19
61

menjadi desa dengan kepadatan penduduk paling tinggi yaitu 2.610


jiwa/km2, sedangkan desa Wangkelang menjadi desa dengan
kepadatan penduduk paling rendah yaitu 647 jiwa/km2. Jumlah
penduduk di Kecamatan Moga pada umumnya mengalami
peningkatan dan dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut.
Tabel 4.6
Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di
Kecamatan Moga Tahun 2016

Kelompok
No Laki-laki Perempuan Jumlah
Umur
1. 0-4 2.976 2.964 5.939
2. 5-9 3.447 3.262 6.709
3. 10-14 3.395 3.343 6.739
4. 15-19 3.227 2.672 5.899
5. 20-24 2.249 2.165 4.414
6. 25-29 1.813 1.917 3.730
7. 30-34 1.822 2.046 3.869
8. 35-39 1.991 2.267 4.259
9. 40-44 2.047 2.105 4.152
10. 45-49 1.919 1.991 3.910
11. 50-54 1.753 1.885 3.639
12. 55-59 1.567 1.684 3.251
13. 60-64 1.210 1.347 2.558
14. 65+ 2.084 2.326 4.409
Jumlah 2016 31.501 31.975 63.476
Jumlah 2010 30.814 31.293 62.107

Sumber: Statistik Kecamatan Moga Dalam Angka 2017

Berdasarkan tabel 4.6 penduduk Kecamatan Moga


berdasarkan jenis kelamin mengalami peningkatan. Tahun
62

2010 jumlah penduduk tercatat berjumlah 62.107 jiwa


sedangkan pada tahun 2016 berjumlah 63.476 jiwa, dalam
rentang waktu 2010-2016 penduduk mengalami peningkatan
sebanyak 1.369 jiwa. Sementara itu selisih antara penduduk
laki-laki dengan penduduk perempuan di Kecamatan Moga
tahun 2016 sebanyak 474 jiwa dan didominasi oleh penduduk
perempuan, selain itu penduduk terbanyak berdasarkan umur
adalah penduduk usia 10-14 tahun sebanyak 6.739 jiwa,
sedangkan penduduk paling sedikit berdasarkan umur adalah
penduduk usia 60-64 tahun sebanyak 2.558 jiwa.

Tabel 4.7

Luas, Jumlah dan Kepadatan Penduduk per


Desa/Kelurahan di Kecamatan Moga Tahun 2016

Kepadatan
Desa/
No Luas (Km2) Jumlah Penduduk Penduduk
Kelurahan
(Km2)
1. Plakaran 4,55 4.224,00 928
2. Mandiraja 5,29 5.364,00 1.014
3. Walangsanga 3,13 6.632.00 2.119
4. Sima 6,55 11.210,00 1.711
5. Banyumudal 8,50 15.653,00 1.842
6. Moga 3,14 8.194,00 2.610
7. Wangkelang 3,57 2.310,00 647
8. Kebanggan 1,21 1783,00 1.474
9. Pepedan 0,83 1672,00 2.014
10. Gendowang 4,64 6.434,00 1.387
Jumlah 41 63.476 15.745

Sumber: Statistik Kecamatan Moga Dalam Angka 2017


63

Dari tabel 4.7 terlihat bahwa Desa/Kelurahan yang


memiliki wilayah terluas adalah Desa/Kelurahan Banyumudal
yaitu 8,50 km2, selain itu jumlah penduduk terbanyak juga
terdapat pada Desa/Kelurahan Banyumudal sebanyak 15.653
jiwa. Selanjutnya, Desa/Kelurahan Sima berada pada posisi
penduduk terbanyak kedua dengan jumlah penduduk sebanyak
11.210 jiwa dan luas 6,55 km2, sementara itu kepadatan
penduduk tertinggi terdapat pada Desa/Kelurahan Moga dengan
kepadatan 2.610 jiwa/ km2. Dari jumlah penduduk tersebut
sebagian besar mata pencaharian penduduk Kecamatan Moga
bergerak pada sektor pertanian, hal tersebut dapat dilihat pada
tabel 4.8 berikut.

Tabel 4.8

Mata Pencaharian Penduduk Menurut Jenisnya per


Desa/Kelurahan di Kecamatan Moga Tahun 2016

Desa/ Buruh
No Petani Buruhtani Nelayan
Kelurahan Industri
1. Plakaran 1.628 2.253 0 98
2. Mandiraja 816 71 0 98
3. Walangsanga 716 943 0 234
4. Sima 541 621 2 0
5. Banyumudal 1.175 2.420 2 1320
6. Moga 1.171 1.871 0 667
7. Wangkelang 203 501 0 50
8. Kebanggan 46 195 0 182
9. Pepedan 218 1.180 4 138
10. Gendowang 827 1.055 8 173
Jumlah 7.341 11.110 16 2.960
64

Lanjutan

Desa/ Buruh
No Pedagang Angkutan Lain-lain
Kelurahan bangunan

1. Plakaran 171 235 30 0


2. Mandiraja 342 255 22 51
3. Walangsanga 171 1.754 24 0
4. Sima 901 12.014 34 1.221
5. Banyumudal 668 1.332 166 161
6. Moga 371 1.107 120 178
7. Wangkelang 501 98 23 1.690
8. Kebanggan 97 365 4 30
9. Pepedan 396 118 71 35

10. Gendowang 159 2.115 48 0


Jumlah 3.777 19.393 542 3.366
Sumber:Statistik Kecamatan Moga Dalam Angka 2017

Dari tabel 4.8 terlihat bahwa penduduk yang mata


pencahariannya bergantung pada lahan berjumlah 18.451 jiwa
dan menjadi jenis mata pencaharian penduduk Kecamatan
Moga terbanyak kedua setelah pedagang. Mata pencaharian
pertanian termasuk mata pencaharian yang mendominasi di
wilayah Kecamatan Moga.

b. Agama
Sebanyak 99% penduduk Kecamatan Moga dari 63.476
jiwa beragama Islam, Protestan 0,97%, dan Katholik 0,03 %.13
Sedangkan sarana peribadatan yang ada di Kecamatan Moga
berjumlah 41 Masjid dan 213 Mushola/Langgar.14

13
Ibid, hlm. 55
14
Ibid, hlm. 62
65

c. Pendidikan
Fasilitas pendidikan di Kecamatan Moga terbilang
cukup lengkap, selain sekolah negeri juga terdapat sekolah
swasta yang tersebar di beberapa wilayah Kecamatan Moga.
Jumlah sekolah setingkat taman kanak-kanak (TK)
sebanyak 20 unit, setingkat Sekolah Dasar (SD) sebanyak 37
unit, setingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 9
unit, setingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 4
unit.15
5. Sumber Daya Alam
a. Pertanian
Sebagian besar produksi padi di Kecamatan Moga
merupakan padi sawah. Tahun 2016 produksi di Kecamatan
Moga sebanyak 24,538 ton dari luas panen 4,070 hektar.
Adapun produksi palawija di Kecamatan Moga tahun 2016
sebanyak 2.443 ton dari luas panen 237,9 hektar. Selain itu,
produksi beberapa jenis sayuran seperti kol, tomat, timun, cabe
besar, cabe rawit, dan bawang merah di Kecamatan Moga
tahun 2016 sebanyak 406,12 ton dari luas panen 82,9 hektar.16
Sementara itu, produksi buah-buahan di Kecamatan Moga
tahun 2016 sebanyak 1.855 ton dari luas panen 30.658 hektar
dengan produksi di dominasi buah alpukat. 17
b. Perkebunan
Produksi beberapa komoditi perkebunan rakyat seperti
cengkeh, jahe, kelapa sayur, kopi, teh, melinjo tahun 2016 di
Kecamatan Moga sebanyak 5.725,8 kwintal dan produksi
terbanyak dihasilkan komoditi cengkeh.18

15
Ibid, hlm 47-52
16
Ibid, hlm. 66
17
Ibid, hlm. 67
18
Ibid, hlm. 68
66

c. Peternakan
Populasi ternak di Kecamatan Moga tahun 2016 antara lain
seperti sapi potong, kerbau, kambing, domba, kelinci, ayam
kampung, ayam broiler, ayam layer, itik, mentog, dan angsa.19
Adapun ternak yang paling banyak diproduksi adalah jenis unggas
yaitu ayam kampung sebanyak 177.863 ekor.
B. Deskripsi Data
1. Data Produksi Padi Tahun 2010-2016
Data produksi padi Kecamatan Moga tahun 2010-2016 diperoleh
dari dinas pertanian Kabupaten Pemalang. Data ini digunakan untuk
mengetahui produksi beras di Kecamatan Moga. Selanjutnya, data
produksi padi ini dikonversikan ke beras di kali 0,63 dan hasilnya
dikurangi susut 0,1049 menjadi beras bersih. Adapun data produksi
padi Kecamatan Moga dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut.
Tabel 4.9
Produksi Padi di Kecamatan Moga Tahun 2010-2016

Produksi GKG Produksi GKG


No Tahun
(Kw) (Ton)

1. 2010 186,04 18,604


2. 2011 174,01 17,401
3. 2012 173,57 17,357
4. 2013 189,52 18,952
5. 2014 193,64 19,364
6. 2015 174,75 17,475
7. 2016 205,94 20,594

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Pemalang

Dari tabel 4.9 terlihat bahwa produksi padi tahun 2011-2012


mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, pada tahun

19
Ibid, hlm. 69
67

2010 hasil produksi sebanyak 18,604 ton, namun tahun 2011 sebanyak
17,401 ton, dan tahun 2012 sebanyak 17,357 ton, kemudian tahun
2013-2014 produksi padi di Kecamatan Moga mengalami peningkatan
pada masing-masing tahun sebanyak 18,952 ton, dan 19,364 ton, akan
tetapi pada tahun 2015 produksi padi di Kecamatan Moga kembali
mengalami penurunan dengan perolehan produksi 17,475 ton,
kemudian tahun 2016 kembali mengalami kenaikan produksi menjadi
20,594 ton.
2. Data Jumlah Penduduk Kecamatan Moga Tahun 2010-2016
Data jumlah penduduk Kecamatan Moga tahun 2010-2016
diperoleh dari BPS Kabupaten Pemalang. Data ini digunakan untuk
menghitung kebutuhan beras penduduk per kapita per hari di
Kecamatan Moga. Adapun kebutuhan beras per kapita per tahun
adalah 114,6 (kg) per tahun atau setara dengan 314 (gr) per kapita per
hari.20 Data jumah penduduk Kecamatan Moga tahun 2010-2017 dapat
dilihat pada tabel 4.10 berikut.
Tabel 4.10
Jumlah Penduduk di Kecamatan Moga Tahun 2010-2016

No Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah


1. 2010 30.814 31.293 62.107
2. 2011 30.597 31.433 62.390
3. 2012 31.088 31.556 62.644
4. 2013 31.212 31.671 62.883
5. 2014 31.320 31.780 63.100
6. 2015 31.419 31.882 63.301
7. 2016 31.501 31.975 63.476

Sumber: BPS Kabupaten Pemalang

20
Kementerian Pertanian Republik Indonesia (http://www.pertanian.go.id/home/?show),
dikutip 22 Agustus 2018, Pukul 04.15 WIB.
68

Dari tabel 4.10 terlihat bahwa penduduk Kecamatan Moga tahun


2010-2016 terus mengalami peningkatan. Tahun 2010 jumlah penduduk
Kecamatan Moga tercatat sebanyak 62.107 jiwa dan pada tahun 2016
bertambah menjadi 63.476 jiwa dengan begitu selama kurun waktu 7
tahun terjadi pertambahan penduduk sebanyak 1.369 jiwa.

C. Hasil Penelitian
1. Proyeksi Ketersediaan Beras
Dalam penelitian ini penulis menggunakan data pertumbuhan
penduduk yang diperoleh dari BPS Kabupaten Pemalang dan data
produksi padi yang diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten
Pemalang. Kedua data tersebut diolah dari dua sisi, yaitu sisi
penawaran (supply) dan sisi permintaan (Demand)
a. Dari Sisi Penawaran (Supply)
Untuk menghitung total produksi beras menggunakan
rumus sebagai berikut:

Total produksi beras (ton) = total produksi padi GKG


(ton) x indeks konversi padi ke beras

Hasil yang diperoleh dari perhitungan produksi beras


Kecamatan Moga periode 2010-2016 disajikan pada tabel 4.11
berikut.
69

Tabel 4.11
Produksi Beras di Kecamatan Moga Tahun 2010-2016

Luas
Produksi Konversi Produksi
Tahun Lahan
No GKG Beras Beras Ket
Sawah
(Ton) (Ton)
(Ha)
1. 2010 14,00 18,604 0,63 11,615
2. 2011 13,99 17,401 0,63 10,857 Berdasar
3. 2012 13,99 17,357 0,63 10,830 kan Data
4. 2013 13,99 18,952 0,63 11,834 Dinas
5. 2014 13,94 19,364 0,63 12,094 Pertanian
6. 2015 13,67 17,475 0,63 10,904 Pemalang
7. 2016 12,49 20,594 0,63 12,869

Sumber: Hasil analisa data, 2018

Dari tabel 4.11 terlihat bahwa produktivitas beras di


Kecamatan Moga periode 2010-2016 menunjukan fluktuasi
yang berarti produksi beras di Kecamatan Moga selama kurun
waktu 7 tahun terus mengalami naik turun, kondisi tersebut
seiring dengan penurunan luas lahan sawah yang terjadi di
Kecamatan Moga. Tahun 2010 produksi beras mencapai
11,615 ton, namun dua tahun belakangan terjadi penurunan
produksi yaitu tahun 2011 sebesar 0,758 ton dan tahun 2012
sebesar 0,785 ton, kemudian, tahun 2013 dan tahun 2014
produksi beras kembali mengalami peningkatan sebesar 1,26
ton, namun, tahun 2015 terjadi lagi penurunan produksi beras
sebesar 1,19 ton, dan pada tahun 2016 beras di Kecamatan
Moga mengalami peningkatan produksi secara signifikan
sebesar 1,96 ton, perolehan ini merupakan hasil tertinggi
dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya.
70

Naik turunnya hasil produksi tersebut dapat disebabkan


oleh faktor fisik dan faktor sosial yang mempengaruhi, namun
di sisi lain adanya penyempitan luas garapan tani karena faktor
pengalihan/konversi lahan untuk keperluan non-pertanian juga
turut menjadi penyebab fluktuatifnya produksi beras di
Kecamatan Moga sehingga mempengaruhi kestabilan
produktivitas padi yang dihasilkan, seperti yang terlihat pada
tabel 4.12 tentang luas penggunaan lahan Kecamatan Moga
berikut.

Tabel 4.12
Luas Penggunaan Lahan
Kecamatan Moga Tahun 2010-2016

Bukan
No Tahun Sawah Jumlah
Sawah
1. 2010 14,00 27,42 41,42
2. 2011 13,99 27,41 41,42
3. 2012 13,99 27,41 41,42
4. 2013 13,99 27,41 41,42
5. 2014 13,94 27,46 41,42
6. 2015 13,67 27,73 41,42

7. 2016 12,49 28,91 41,42

Sumber: BPS Kabupaten Pemalang

Berdasarkan tabel 4.12 luas penggunaan lahan periode


2010-2016 Kecamatan Moga terlihat luas lahan sawah
mengalami penurunan sebesar 1,51 Ha dengan rata-rata
penyusutan sebesar 0,37 Ha. meskipun pada tahun 2011-2013
luas lahan terlihat tetap namun tahun 2014-2016 terus terjadi
penurunan luas lahan sawah. Sedangkan penyebab terjadinya
penurunan penggunaan lahan pertanian ini dikarenakan telah
71

beralih fungsi menjadi lahan non-pertanian, sehingga


penggunaan lahan bukan sawah menjadi meningkat. Sementara
peningkatan lahan bukan sawah terbesar terjadi pada tahun
2016 di mana lahan sawah seluas 1,18 Ha terkonversi menjadi
lahan bukan sawah. Adapun grafik luas penggunaan lahan di
Kecamatan Moga periode 2010-2016 dapat dilihat pada grafik
4.1 berikut.
Grafik 4.1
Luas Penggunaan Lahan Kecamatan Moga
Tahun 2010-2016

30
25
20
15
Sawah
10
Bukan Sawah
5
0

Berdasarkan grafik 4.1 terlihat adanya perubahan lahan


yang terjadi di Kecamatan Moga tahun 2010-2016. Lahan
sawah ditandai dengan warna biru yang terlihat semakin
menurun, sedangkan lahan bukan sawah ditandai dengan warna
merah yang terlihat semakin meningkat, hal ini menunjukkan
bahwa telah terjadi perubahan penggunaan lahan selama kurun
waktu 7 tahun di Kecamatan Moga, hal tersebut pulalah yang
menjadi salah satu penyebab ketidakstabilan produksi padi
periode 2010-2016 sehingga menyebabkan produktivitas beras
di Kecamatan Moga mengalami fluktuasi.
72

Adapun grafik produksi beras disajikan pada grafik 4.2


berikut.
Grafik 4.2
Produksi Beras Kecamatan Moga Tahun 2010-2016

Produksi Beras
13,5
13
12,5
12
11,5
Produksi Beras
11
10,5
10
9,5
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Dari grafik 4.2 terlihat jika produksi beras di Kecamatan


Moga periode 2010-2016 memang tidak stabil atau mengalami
fluktuasi. Produksi beras yang mengalami penurunan secara
signifikan terjadi tahun 2012, sedangkan produksi beras yang
mengalami peningkatan secara signifikan terjadi pada tahun
2016. Hal tersebut terjadi bukan karena faktor alih fungsi lahan
yang semakin menurun tetapi karena adanya kerjasama antara
petani dengan pemerintah yang selalu melakukan inovasi-
inovasi untuk meningkatkan hasil pertanian penduduk. Namun
seberapa besar pun upaya yang dilakukan untuk meningkatkan
hasil pertanian jika keberadaan lahan pertanian terus
mengalami konversi lahan maka upaya-upaya tersebut menjadi
kurang optimal karena setiap tanaman tumbuh di atas lahan.
73

b. Dari Sisi Permintaan (demand)


Untuk mengetahui kebutuhan beras penduduk digunakan
data jumlah penduduk Kecamatan Moga Tahun 2010-2017 dan
indeks konsumsi kebutuhan beras per kapita per tahun.
Tabel 4.13
Jumlah Penduduk di Kecamatan Moga Tahun 2010-2016
No Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah
1. 2010 30.814 31.293 62.107
2. 2011 30.597 31.433 62.390
3. 2012 31.088 31.556 62.644
4. 2013 31.212 31.671 62.883
5. 2014 31.320 31.780 63.100
6. 2015 31.419 31.882 63.301
7. 2016 31.501 31.975 63.476

Sumber: BPS Kabupaten Pemalang

Berdasarkan tabel di atas jumlah penduduk di Kecamatan


Moga selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya, sehingga
kondisi tersebut akan mempengaruhi jumlah dan komoditas
pertanian yang dibutuhkan sebagai bahan makanan utama.
Peningkatan jumlah penduduk tersebut berpotensi menyebabkan
terjadinya perubahan penggunaan lahan terutama untuk
pemukiman dan sarana prasarana lainnya yang menunjang
kebutuhan penduduk di Kecamatan Moga sehingga memicu
turunnya produktivitas pertanian karena semakin banyaknya alih
fungsi lahan (konversi) menjadi pemukiman penduduk.

Berdasarkan data jumlah penduduk di atas maka dapat


diketahui prediksi permintaan atau kebutuhan beras di Kecamatan
Moga periode 2010-2016. Dalam hal ini indeks konsumsi
kebutuhan beras per kapita per tahun adalah 114,6 (kg) per tahun
74

atau setara dengan 314 (gr) per kapita per hari.21 Adapun untuk
menghitung kebutuhan beras penduduk digunakan rumus berikut.

Kebutuhan beras total = Jumlah penduduk x indeks


konsumsi beras

Hasil yang diperoleh dari perhitungan kebutuhan beras


penduduk Kecamatan Moga disajikan pada tabel 4.14 berikut.

Tabel 4.14
Kebutuhan Beras di Kecamatan Moga Tahun 2010-2016

Indeks
Jumlah Kebutuhan
No Tahun Konsumsi Beras
Penduduk Beras (Ton)
(Kg/Kap/Tahun)
1. 2010 62.107 114,6 7,117
2. 2011 62.390 114,6 7,149
3. 2012 62.644 114,6 7,179
4. 2013 62.883 114,6 7,206
5. 2014 63.100 114,6 7,231
6. 2015 63.301 114,6 7,254
7. 2016 63.476 114,6 7,274
Sumber: Hasil analisa data, 2018

Seiring dengan pertambahan penduduk jumlah kebutuhan


beras yang dibutuhkan pun turut mengalami peningkatan, hingga
tahun 2016 total kebutuhan beras penduduk mencapai 7,274 ton.
Pertambahan penduduk merupakan suatu hal yang sulit untuk
dihindari, jumlah penduduk yang bertambah telah berakibat pada
peningkatan kebutuhan sehari-hari akan bahan pangan utama
seperti beras, begitupun dengan adanya perubahan penggunaan
lahan pertanian ke non pertanian yang dapat menyebabkan
21
Kementerian Pertanian Republik Indonesia (http://www.pertanian.go.id/home/?show)
dikutip 22 Agustus 2018, Pukul 06.14 WIB.
75

berkurangnya lahan pertanian yang tersedia. Adapun grafik


kebutuhan beras dapat dilihat pada grafik 4.3 berikut.

Grafik 4.3
Kebutuhan Beras Kecamatan Moga Tahun 2010-2016

Kebutuhan Beras Penduduk


7,3
7,25
7,2
7,15
Kebutuhan Beras
7,1 Penduduk
7,05
7

Dari grafik 4.3 terlihat jika meningkatnya jumlah penduduk


turut meningkatkan pula kebutuhan beras penduduk. Hal tersebut
terlihat jelas pada kedua tabel proyeksi di atas. Perbandingan
supply dan demand beras di Kecamatan Moga periode 2010-2016
menunjukkan pada satu sisi semakin berkurangnya lahan pertanian
menyebabkan ketidakstabilan produksi padi yang dihasilkan
sehingga berpengaruh terhadap produktivitas berasnya, dan di sisi
lain seiring dengan pertambahan penduduk Kecamatan Moga dari
tahun ke tahun menyebabkan kebutuhan beras yang diminta
semakin tinggi dan cenderung mengalami peningkatan. Maka
dalam hal ini Kecamatan Moga memiliki kerentanan terhadap
ketahanan pangannya dan apabila alih fungsi lahan (konversi) terus
mengalami peningkatan setiap tahunnya tanpa dibarengi dengan
kebijakan pengendalian laju konversi lahan sementara kebutuhan
beras penduduk semakin meningkat maka dalam beberapa waktu
76

kedepan dalam jangka panjang sistem produksi dan ketahanan


pangan di Kecamatan Moga akan terganggu.

2. Menunjukkan tingkat produktivitas beras dalam pemenuhan


kebutuhan pangan penduduk Kecamatan Moga dengan
membandingkan antara permintaan (demand) dan penawaran
(supply)
Untuk mengetahui tingkat produktivitas beras dalam pemenuhan
kebutuhan pangan penduduk Kecamatan Moga ialah dengan
membandingkan antara permintaan (demand) dan penawaran (supply),
dengan asumsi sebagai berikut:
a. Jika total demand > total supply, maka dapat dikatakan Kecamatan
Moga mengalami defisit dalam pemenuhan kebutuhan pangan
(beras) penduduk.
b. Jika total demand < total supply, maka dapat dikatakan Kecamatan
Moga mengalami surpus dalam pemenuhan kebutuhan pangan
(beras) penduduk.
Tabel 4.15
Produktivitas Beras Dalam Pemenuhan Kebutuhan Pangan
Penduduk Tahun 2010-2016
Permintaan Penawaran
No Tahun Keterangan
(Demand) (Supply)
1. 2010 7,117 11,615 Surplus
2. 2011 7,149 10,857 Surplus
3. 2012 7,179 10,830 Surplus
4. 2013 7,206 11,834 Surplus
5. 2014 7,231 12,094 Surplus
6. 2015 7,254 10,904 Surplus
7. 2016 7,274 12,869 Surplus

Sumber: Hasil analisa data, 2018


77

Hasil perbandingan demand dan supply menunjukkan produktivitas


beras dalam pemenuhan kebutuhan penduduk Kecamatan Moga periode
2010-2016 masih surplus. Adapun grafik produktivitas beras dalam
pemenuhan kebutuhan pangan penduduk Kecamatan Moga periode 2010-
2016 dapat dilihat pada grafik 4.4 berikut.

Grafik 4.4
Produktivitas Beras Kecamatan Moga Tahun 2010-2016

15

10 Permintaan

5 Penawaran

0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Sisi permintaan (demand) ditandai dengan warna biru yang


menunjukkan bahwa Kecamatan Moga masih mampu memenuhi
kebutuhan beras penduduknya, hal ini terlihat dari grafik perbandingan
kedua sisi, karena sisi penawaran (supply) yang ditandai dengan warna
merah jauh lebih tinggi dibandingkan dengan sisi permintaan (demand).
Namun, peningkatan jumlah penduduk merupakan suatu hal yang tidak
dapat dihindari oleh setiap wilayah tanpa terkecuali Kecamatan Moga.
Sebagai wilayah yang sedang berkembang terjadinya pengalihan/
konversi lahan untuk keperluan non-pertanian akan terus mengalami
peningkatan, yang dilatarbelakangi oleh meningkatnya jumlah penduduk
sehingga hal ini turut meningkatkan pula kebutuhan penduduk akan lahan.
Akibatnya, lahan pertanian tergusur dan berdampak pada produksi beras
yang dihasilkan sehingga pemenuhan kebutuhan bahan pangan utama
(beras) menjadi defisit. Selain itu, terkadang jumlah produksi beras yang
dihasilkan petani tidak sepenuhnya untuk pemenuhan kebutuhan pangan
78

penduduk di wilayahnya banyak petani yang justru memilih untuk menjual


seluruh hasil produksinya ke tengkulak/ penebas padi maupun ke luar
daerah dikarenakan kebutuhan manusia bukan hanya sekedar memenuhi
kebutuhan pangan saja melainkan lebih dari itu, sementara sumber
pendapatan petani hanya berasal dari hasil panen saja, sebab penduduk
yang menjadi petani rata-rata bukan penduduk usia produktif sehingga
hanya mampu bekerja di sektor pertanian tanpa memiliki pekerjaan
sampingan ditambah produksi tidak berkesinambungan, dalam arti tidak
tersedia setiap saat karena tanaman tertentu sangat tergantung musim.
Seperti yang telah dijelaskan bahwa Kecamatan Moga memiliki
kerentanan terhadap ketahanan pangannya dan apabila laju alih fungsi
lahan (konversi) terus mengalami peningkatan tanpa dibarengi dengan
kebijakan pengendalian laju konversi lahan maka sistem ketahanan pangan
di Kecamatan Moga akan terganggu.
Penelitian ini tidak hanya melihat produktivitas beras dalam
pemenuhan kebutuhan pangan penduduk Kecamatan Moga dari
pertambahan penduduk dan perubahan penggunaan lahan saja, tetapi juga
melihat produktivitas beras dalam pemenuhan kebutuhan pangan
penduduk Kecamatan Moga dari observasi lapangan, dan wawancara
kepada 11 narasumber yang dijelaskan secara rinci sebagai berikut.
D. Hasil Observasi
Observasi dilakukan di sepuluh Desa/Kelurahan yang ada di
Kecamatan Moga yaitu Desa Plakaran, Desa Mandiraja, Desa
Walangsanga, Desa Sima, Desa Banyumudal, Desa Moga, Desa
Wangkelang, Desa Kebanggan, Desa Pepedan, Desa Gendowang.
Observasi yang dilakukan di sepuluh Desa/Kelurahan yang ada di
Kecamatan Moga ialah guna melihat dan mengamati faktor fisik serta
faktor sosial yang melatarbelakangi penduduk dalam mengolah lahan
sawah.
79

1. Observasi pertama dilakukan di Desa/Kelurahan Kebanggan, dari


pengamatan didapatkan hasil sebagai berikut.
a. Pengairan lahan sawah yang ada di Desa/Kelurahan Kebanggan
memanfaatkan sumber air dari sungai dengan dan secara mandiri
petani membuat saluran irigasi untuk mengairi lahan sawah mereka
adapun sumber air tersebut didapatkan dari Sungai Granggang.
b. Tanah pertanian di Desa/Kelurahan Kebanggan rata-rata berwarna
kecoklatan sedangkan kedalaman tanah sedang.
c. Topografi lahan sawah di Desa/Kelurahan Kebanggan yaitu
topografi datar atau landai.
d. Luas lahan pertanian di Desa/Kelurahan Kebanggan terlihat masih
cukup luas meskipun ada beberapa lahan sawah yang sekarang
sudah dibangun menjadi tempat usaha seperti kuliner, dan wisata.
Rata-rata petani menanam padi dan palawija.
e. Tenaga kerja yang terlihat di sawah Desa/Kelurahan Kebanggan
rata-rata lebih dari dua orang.
f. Kegiatan bercocok tanam di Desa/Kelurahan Kebanggan masih
terlihat seperti biasanya. Para petani melakukan kegiatan bercocok
tanam di lahan pertaniannya. Adapun sarana bercocok tanam yang
digunakan para petani ialah alat sederhana seperti cangkul dan
sabit. Selain itu, terlihat beberapa hektar sawah sedang di bajak
menggunakan alat modern yaitu mesin traktor.
2. Observasi kedua dilakukan di Desa/Kelurahan Wangkelang, dari
pengamatan didapatkan hasil sebagai berikut.
a. Pengairan lahan sawah yang ada di Desa/Kelurahan Wangkelang
memanfaatkan sumber air dari sungai dan secara mandiri petani
membuat saluran irigasi untuk mengairi lahan sawah mereka
adapun sumber air tersebut didapatkan dari Sungai Comal.
b. Tanah pertanian di Desa/Kelurahan Wangkelang rata-rata berwarna
kecoklatan sedangkan kedalaman tanah sedang.
80

c. Topografi lahan sawah di Desa/Kelurahan Wangkelang yaitu


topografi datar atau landai.
d. Luas lahan pertanian di Desa/Kelurahan Wangkelang terlihat masih
cukup luas dan rata-rata petani menanam padi.
e. Tenaga kerja yang terlihat di sawah Desa/Kelurahan Wangkelang
rata-rata lebih dari dua orang.
f. Kegiatan bercocok tanam di Desa/Kelurahan Wangkelang terlihat
seperti biasanya. Adapun sarana bercocok tanam yang digunakan
para petani ialah alat sederhana seperti cangkul dan sabit dan
terlihat beberapa hektar sawah yang sedang dipanen menggunakan
alat sederhana yaitu papan gebyok terbuat dari kayu, adapun
kegunaannya untuk merontokan padi.
3. Observasi ketiga dilakukan di Desa/Kelurahan Walangsanga, dari
pengamatan di dapatkan hasil sebagai berikut.
a. Pengairan lahan sawah yang ada di Desa/Kelurahan Walangsanga
memanfaatkan sumber air dari sungai dan menggunakan sistem
irigasi sederhana. Namun kondisi perairan yang ada di
Desa/Kelurahan Walangsanga akan kering jika musim kemarau,
oleh sebab itu jika musim kemarau petani lebih memilih menanam
sayur-sayuran daripada padi.
b. Tanah pertanian di Desa/Kelurahan Walangsanga rata-rata
berwarna kecoklatan sedangkan kedalaman tanah sedang.
c. Topografi lahan sawah di Desa/Kelurahan Walangsanga ada yang
bertopografi datar atau landai namun ada pula yang bertopografi
bergelombang atau berbukit.
d. Luas lahan pertanian di Desa/Kelurahan Walangsanga terlihat
cukup luas, dan sebagian besar lahan sawah petani ditanami sayur-
sayuran.
e. Tenaga kerja yang terlihat di sawah Desa/Kelurahan Walangsanga
rata-rata lebih dari dua orang.
81

f. Kegiatan bercocok tanam di Desa/Kelurahan Walangsanga terlihat


seperti biasanya. Adapun sarana bercocok tanam yang digunakan
para petani ialah alat sederhana seperti cangkul dan sabit.
4. Observasi keempat dilakukan di Desa/Kelurahan Sima, dari
pengamatan di dapatkan hasil sebagai berikut.
a. Pengairan lahan sawah yang ada di Desa/Kelurahan Sima
memanfaatkan sumber air dari sungai dan menggunakan sistem
irigasi sederhana. Kondisi perairan yang ada di Desa/Kelurahan
Sima akan kering jika musim kemarau, oleh sebab itu jika musim
kemarau petani lebih memilih menanam sayur-sayuran daripada
padi.
b. Tanah pertanian di Desa/Kelurahan Sima rata-rata berwarna
kecoklatan sedangkan kedalaman tanah sedang.
c. Topografi lahan sawah di Desa/Kelurahan Sima ada yang
bertopografi datar atau landai namun ada pula yang bertopografi
bergelombang atau berbukit
d. Luas lahan pertanian di Desa/Kelurahan Sima terlihat cukup luas,
dan sebagian besar lahan sawah petani ditanami sayur-sayuran serta
palawija.
e. Tenaga kerja yang terlihat di sawah Desa/Kelurahan Sima rata-rata
lebih dari dua orang.
f. Kegiatan bercocok tanam di Desa/Kelurahan Sima terlihat seperti
biasanya. Adapun sarana bercocok tanam yang digunakan para
petani ialah alat sederhana seperti cangkul dan sabit.
5. Observasi kelima dilakukan di Desa/Kelurahan Mandiraja, dari
pengamatan di dapatkan hasil sebagai berikut.
a. Pengairan lahan sawah yang ada di Desa/Kelurahan Mandiraja
memanfaatkan sumber air dari sungai dengan sistem irigasi
sederhana.
b. Tanah pertanian di Desa/Kelurahan Mandiraja rata-rata berwarna
kecoklatan sedangkan kedalaman tanah sedang.
82

c. Topografi lahan sawah di Desa/Kelurahan Mandiraja rata-rata


bertopografi datar atau landai.
d. Luas lahan pertanian di Desa/Kelurahan Mandiraja terlihat cukup
luas, dan sebagian besar lahan sawah petani ditanami sayur-
sayuran dan padi.
e. Tenaga kerja yang terlihat di sawah Desa/Kelurahan Mandiraja
rata-rata lebih dari dua orang.
f. Kegiatan bercocok tanam di Desa/Kelurahan Mandiraja terlihat
seperti biasanya. Adapun sarana bercocok tanam yang digunakan
para petani ialah alat sederhana seperti cangkul dan sabit.
6. Observasi keenam dilakukan di Desa/Kelurahan Gendowang, dari
pengamatan di dapatkan hasil sebagai berikut.
a. Pengairan lahan sawah yang ada di Desa/Kelurahan Gendowang
memanfaatkan sumber air dari sungai yang dialirkan ke saluran
irigasi.
b. Tanah pertanian di Desa/Kelurahan Gendowang rata-rata berwarna
kecoklatan sedangkan kedalaman tanah sedang.
c. Topografi lahan sawah di Desa/Kelurahan Gendowang rata-rata
bertopografi datar atau landai.
d. Luas lahan pertanian di Desa/Kelurahan Gendowang terlihat cukup
luas, dan sebagian besar lahan sawah petani ditanami padi dan
palawija.
e. Tenaga kerja yang terlihat di sawah Desa/Kelurahan Gendowang
rata-rata lebih dari dua orang.
f. Kegiatan bercocok tanam di Desa/Kelurahan Gendowang terlihat
seperti biasanya. Adapun sarana bercocok tanam yang digunakan
para petani ialah alat sederhana seperti cangkul dan sabit.
83

7. Observasi ketujuh dilakukan di Desa/Kelurahan Pepedan, dari


pengamatan di dapatkan hasil sebagai berikut.
a. Pengairan lahan sawah yang ada di Desa/Kelurahan Pepedan
sebagian menggunakan sistem irigasi Teknis dengan
memanfaatkan air dari bendungan Welut Putih dan sebagian
menggunakan air yang alirannya berasal dari Sungai Comal.
b. Tanah pertanian di Desa/Kelurahan Pepedan rata-rata berwarna
kecoklatan sedangkan kedalaman tanah sedang.
c. Topografi lahan sawah di Desa/Kelurahan Pepedan rata-rata
bertopografi datar atau landai.
d. Luas lahan pertanian di Desa/Kelurahan Pepedan terlihat cukup
luas, dan sebagian besar lahan sawah petani ditanami padi.
e. Tenaga kerja yang terlihat di sawah Desa/Kelurahan Pepedan rata-
rata lebih dari dua orang.
f. Kegiatan bercocok tanam di Desa/Kelurahan Pepedan terlihat
seperti biasanya. Adapun sarana bercocok tanam yang digunakan
para petani ialah alat sederhana seperti cangkul dan sabit.
8. Observasi kedelapan dilakukan di Desa/Kelurahan Banyumudal, dari
pengamatan di dapatkan hasil sebagai berikut.
a. Pengairan lahan sawah yang ada di Desa/Kelurahan Banyumudal
memanfaatkan sumber air dari aliran Sungai Cempaka Wulung
dengan sistem irigasi ½ teknis.
b. Tanah pertanian di Desa/Kelurahan Banyumudal rata-rata berwarna
kecoklatan sedangkan kedalaman tanah sedang.
c. Topografi lahan sawah di Desa/Kelurahan Banyumudal rata-rata
bertopografi datar atau landai.
d. Luas lahan pertanian di Desa/Kelurahan Banyumudal terlihat
cukup luas, namun sudah banyak lahan sawah yang telah menjadi
pemukiman.
e. Tenaga kerja yang terlihat di sawah Desa/Kelurahan Banyumudal
rata-rata lebih dari dua orang.
84

f. Kegiatan bercocok tanam di Desa/Kelurahan Banyumudal terlihat


seperti biasanya. Adapun sarana bercocok tanam yang digunakan
para petani ialah alat sederhana seperti cangkul dan sabit,
sementara untuk pengolahan lahan di Desa/Kelurahan Banyumudal
masih menggunakan tenaga hewan.
9. Observasi kesembilan dilakukan di Desa/Kelurahan Moga, dari
pengamatan di dapatkan hasil sebagai berikut.
a. Pengairan lahan sawah yang ada di Desa/Kelurahan Moga
memanfaatkan sumber air dari sungai yang dialirkan lewat saluran
irigasi.
b. Tanah pertanian di Desa/Kelurahan Moga rata-rata berwarna
kecoklatan sedangkan kedalaman tanah sedang.
c. Topografi lahan sawah di Desa/Kelurahan Moga rata-rata
bertopografi datar atau landai.
d. Luas lahan pertanian di Desa/Kelurahan Banyumudal terlihat
cukup luas, namun sudah banyak lahan sawah yang telah menjadi
pemukiman dan tempat-tempat usaha.
e. Tenaga kerja yang terlihat di sawah Desa/Kelurahan Moga rata-rata
lebih dari dua orang.
f. Kegiatan bercocok tanam di Desa/Kelurahan Moga terlihat seperti
biasanya. Adapun sarana bercocok tanam yang digunakan para
petani ialah alat sederhana seperti cangkul dan sabit.
10. Observasi kesepuluh dilakukan di Desa/Kelurahan Plakaran, dari
pengamatan di dapatkan hasil sebagai berikut.
a. Pengairan lahan sawah yang ada di Desa/Kelurahan Plakaran
memanfaatkan sumber air dari sungai yang dialirkan lewat saluran
irigasi.
b. Tanah pertanian di Desa/Kelurahan Plakaran rata-rata berwarna
kecoklatan sedangkan kedalaman tanah sedang.
c. Topografi lahan sawah di Desa/Kelurahan Moga rata-rata
bertopografi bergelombang/berbukit.
85

d. Luas lahan pertanian di Desa/Kelurahan Plakaran terlihat masih


cukup luas.
e. Tenaga kerja yang terlihat di sawah Desa/Kelurahan Plakaran rata-
rata lebih dari dua orang.
f. Kegiatan bercocok tanam di Desa/Kelurahan Plakaran terlihat
seperti biasanya. Adapun sarana bercocok tanam yang digunakan
para petani ialah alat sederhana seperti cangkul dan sabit.

Setelah melakukan observasi pada sawah yang terletak di sepuluh


kelurahan yang ada di Kecamatan Moga dapat disimpulkan bahwa dari
segi fisik sistem pengairan yang digunakan petani yaitu secara mandiri
petani membangun wangan yang dialiri air dari sungai, sementara warna
tanah persawahan di Kecamatan Moga rata-rata kecoklatan dengan
kedalaman sedang, dan untuk topografi bervariasi ada yang landai dan ada
yang berbukit. Adapun dari segi non fisik seperti luas lahan persawahan di
Kecamatan Moga terbilang masih cukup luas dengan hamparan padi dan
beraneka macam sayuran serta palawija meskipun tidak sedikit pula area
sawah yang telah berubah menjadi pemukiman dan tempat-tempat usaha,
selain itu tenaga kerja pun terlihat masih banyak di area persawahan,
sedangkan kegiatan bercocok tanam masih seperti biasanya dengan
menggunakan alat bercocok tanam sederhana namun untuk pengolahan
lahan sebagian besar sudah menggunakan alat modern berupa mesin
traktor.

Dari hasil observasi yang telah peneliti amati menunjukkan bahwa


petani di Kecamatan Moga masih menerapkan sistem bercocok tanam
konvensional atau sederhana terlihat dari sistem pengairan maupun alat
yang digunakan untuk bercocok tanam, selain itu terlihat banyak lahan
sawah yang telah beralih fungsi menjadi pemukiman, maka konsekuensi
logis yang terjadi yaitu dapat mempengaruhi pendapatan petani terkait
produksi padi yang dihasilkan sehingga mempengaruhi produktivitas
berasnya.
86

Selanjutnya setelah observasi, peneliti mencoba melakukan


wawancara kepada petani di sepuluh kelurahan yang ada di Kecamatan
Moga sebanyak 1 orang dari masing-masing desa guna mengetahui lebih
lanjut mengenai produktivitas beras penduduk Kecamatan Moga.
E. Hasil Wawancara
Wawancara dilakukan kepada 11 orang narasumber di antaranya
10 petani di Kecamatan Moga, wawancara dilakukan langsung di area
persawahan dan 1 orang dari Dinas terkait yaitu Koordinator Penyuluh
Pertanian Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Moga.
1. Wawancara dilakukan dengan Koordinator penyuluhan pertanian
Kecamatan Moga dari Dinas Pertanian Kecamatan Moga untuk
mengetahui pendapat Dinas terkait tentang produktivitas beras dalam
pemenuhan kebutuhan pangan penduduk Kecamatan Moga didapatkan
informasi sebagai berikut.
a. Peran dinas pertanian dalam meningkatkan produktivitas beras di
Kecamatan Moga ialah sebagai motivator dan perencana program
pertanian serta pemberi informasi mengenai inovasi teknologi
pertanian.
b. Produktivitas beras di Kecamatan Moga Tahun 2010-2016 secara
keseluruhan terus mengalami peningkatan, hanya Desa/Kelurahan
Mandiraja saja yang padinya sering diserang hama tikus namun
tidak mempengaruhi produktivitas berasnya secara keseluruhan.
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh koordinator penyuluh
pertanian Kecamatan Moga Zarkasih sebagai berikut:
“Tentu saja Produktivitas beras di Kecamatan Moga
meningkat, program pemerintah sudah sangat banyak untuk
memajukan pertanian, seandainya tidak meningkat maka
memalukan. Terkadang memang ada kendala seperti hama
yang paling sering menyerang Desa Mandiraja, namun
keseluruhan produktivitasnya meningkat.”22

22
Hasil wawancara dengan Koordinator Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Moga,
Zarkasih, Rabu, 1 Agustus 2018.
87

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas beras di


Kecamatan Moga ialah adanya faktor alam seperti angin yang
dapat merobohkan tanaman, banjir yang dapat menjebol saluran
irigasi, dan serangan hama tikus serta hama wereng yang
menyebabkan gagal panen, selain itu juga adanya faktor sosial
seperti pengetahuan petani dan adanya perubahan penggunaan
lahan di beberapa wilayah di Kecamatan Moga namun semua itu
berhasil di atasi berkat kerjasama pemerintah dan petani. Dari hasil
wawancara koordinator penyuluh pertanian Kecamatan Moga
menyatakan bahwa:
“Ada beberapa faktor seperti alam disini contohnya angin
yang merobohkan tanaman, banjir menyebabkan irigasi
jebol, serangan hama tikus serta hama wereng
menyebabkan gagal panen, dan juga faktor dari manusianya
contohnya pengetahuan petani dan adanya perubahan lahan
di beberapa wilayah di Kecamatan Moga namun semua itu
berhasil di atasi berkat program-program yang dilakukan
melalui kerjasama pemerintah dan petani.”23
d. Kebijakan/upaya yang dilakukan untuk meningkatkan
produktivitas beras di Kecamatan Moga ialah bekerjasama dengan
petani, jika pemerintah memiliki program pertanian maka segera
diinformasikan kepada petani di setiap wilayah yang ada di
Kecamatan Moga.
e. Alur pendistribusian beras di Kecamatan Moga hingga sampai ke
penduduk masih di kelola oleh petani itu sendiri, ada petani yang
menjual seluruh hasil panennya ke penebas/ tengkulak padi, namun
ada juga petani yang hanya menjual separuh hasil panennya, dan
sisanya untuk konsumsi sendiri. Seperti yang diungkapkan oleh
Bapak Zarkasih yang menyatakan bahwa:

23
Hasil wawancara dengan Koordinator Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Moga,
Zarkasih, Rabu, 1 Agustus 2018.
88

“Alur distribusi disini masih dikelola sendiri, sebagian


mereka jual ke pedagang padi atau peebas kemudian
sebagian lagi mereka gunakan untuk konsumsi pribadi.”24
f. Produksi beras di Kecamatan Moga mampu memenuhi kebutuhan
konsumsi penduduk, sebab hasil produksi padi setiap
Desa/Kelurahan di Kecamatan Moga lebih dari 6 ton/hektar. Hal
ini sesuai dengan hasil wawancara koordinator penyuluh pertanian
Kecamatan Moga sebagai berikut:
“Insya Allah mampu, secara logika di masing-masing
wilayah produksi setiap desa sudah di atas 6 ton, jadi
pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat sini realnya
mampu dan berkecukupan”25
2. Wawancara dilakukan dengan 10 petani di wilayah Kecamatan Moga
untuk mengetahui pendapat petani penggarap atau pemilik lahan
tentang produktivitas beras dalam pemenuhan kebutuhan pangan
penduduk Kecamatan Moga didapatkan informasi sebagai berikut.
a. Luas lahan garapan milik petani yang diwawancara rata-rata
1.665,25 m2 dengan status kepemilikan sebagian petani menjawab
milik sendiri dan sebagian petani menjawab bagi hasil.
b. Tanah pertanian milik petani yang diwawancara rata-rata subur
karena memang terletak di kaki gunung slamet dengan curah hujan
yang tinggi dan bersuhu rendah/dingin. Hal ini sesuai dengan hasil
wawancara yang dilakukan kepada salah satu petani Kecamatan
Moga sebagai berikut:
“Iya Alhamdulillah tanah disini cukup subur karena
memang terletak di gunung slamet ditambah sumber air
mudah, sehingga membantu petani dalam pengelolaan
sawah.”26
c. Dalam satu tahun menanam sebagian petani menjawab dua kali
tanam dengan pola tanam padi-padi, dan sebagian petani menjawab

24
Hasil wawancara dengan Koordinator Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Moga,
Zarkasih, Rabu, 1 Agustus 2018.
25
Hasil wawancara dengan Koordinator Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Moga,
Zarkasih, Rabu, 1 Agustus 2018.
26
Hasil wawancara dengan petani Desa Kebanggan Kecamatan Moga, Bada, Rabu, 1
Agustus 2018.
89

tiga kali tanam dengan pola tanam padi-padi-palawija, atau


tergantung dengan keadaan musim.
d. Berprofesi sebagai petani rata-rata petani menjawab lebih dari 5
tahun.
e. Pendidikan petani rata-rata menjawab hanya tamatan sekolah dasar
(SD).
f. Jenis/varietas tanaman padi yang ditanam petani rata-rata ialah
jenis padi IR-64 .
g. Jenis pupuk/obat-obatan tanaman yang biasa dipakai rata-rata
petani menggunakan pupuk urea, sedangkan obat-obatan yang
digunakan seperti matador, rondap, dan regen yang memiliki
fungsi masing-masing.
h. Cara menentukan dosis pupuk/obat-obatan yang digunakan rata-
rata petani menggunakan perkiraan dengan tidak mengikuti dosis
yang dianjurkan, karena sebagian menjawab hal ini dilakukan
untuk mengehemat biaya pengeluaran, sebab jika mengikuti dosis
anjuran maka biaya yang dikeluarkan akan semakin banyak. Hal
ini seperti hasil wawancara salah satu petani sebagai berikut:
“Yaa saya hanya mengira-ngira saja, supaya lebih hemat
biaya, caranya dikalikan saja jika sawah ¼ hektar maka
pupuknya ½ kw, kalau mengikuti dosis yang dianjukan
malah semakin banyak pupuk yang dibutuhkan sementara
modal saya pas-pasan.”27
i. Hasil yang diperoleh dalam satu kali panen jika musim kemarau
bisa mencapai 10 kwintal sedangkan bila musim penghujan tiba
perolehan padi menurun berkisar 8-9 kwintal. Hal ini seperti yang
diungkapkan oleh salah satu petani yang menyatakan bahwa:
“Jadi dalam satu tahun hasil yang diperoleh rata-rata 18
kwintal padi. Maka hitungannya begini 1 kwintal padi sama
dengan 50 kg beras sehingga dalam satu tahun diperoleh

27
Hasil wawancara dengan petani Desa Pepedan Kecamatan Moga, Nasikhah, Jum’at, 3
Agustus 2018.
90

900 kg beras, hasil perolehan tersebut jika tidak diserang


hama dan penyakit tanaman.”28
F. Pembahasan Hasil Penelitian
Masalah produktivitas beras dalam pemenuhan kebutuhan pangan
didukung oleh pernyataan yang di gagas oleh Gumbira Sa’id yang
menyatakan bahwa “padi – beras adalah komoditas ekonomi politik yang
sangat penting sejak Indonesia merdeka, mengingat masyarakat Indonesia
tidak mungkin mengurangi konsumsinya pada beras, sehingga kelangkaan
beras dapat menimbulkan kerentanan ekonomi dan keresahan sosial”.29
Pemenuhan kebutuhan pangan merupakan salah satu kebutuhan
paling mendasar bagi setiap manusia, oleh karenanya kekurangan bahan
pokok pangan (beras) dapat memicu kerentanan stabilitas ketahanan
pangan suatu wilayah. Permasalahan yang dihadapi dalam pemenuhan
kebutuhan pangan penduduk, terutama berkaitan dengan meningkatnya
perubahan lahan pertanian ke non-pertanian yang terjadi begitu cepat tanpa
diimbangi dengan kebijakan laju konversi lahan yang tegas oleh
pemerintah akibat meningkatnya jumlah penduduk. Hal ini didukung oleh
teori Malthus yang menyebutkan bahwa “penduduk cenderung tumbuh
mengikuti deret ukur dan sebaliknya produksi pangan meningkat
mengikuti deret hitung”. Yang artinya, pertumbuhan produksi pangan
cenderung tidak dapat mengimbangi peningkatan kebutuhan pangan akibat
pertumbuhan penduduk.30
Meningkatnya jumlah penduduk dan perubahan penggunaan lahan
merupakan dua hal saling berkaitan, yang jika dikaitkan dengan teori
Malthus laju pertumbuhan penduduk dan kebutuhannya akan lahan lebih
cepat dibandingkan laju pertumbuhan pangan, dengan begitu akan terasa
sulit untuk menyeimbangkan antara produksi pangan dan kebutuhan
pangan jika laju pertumbuhan penduduk dan laju konversi lahan tersebut
28
Hasil wawancara dengan petani Desa Banyumudal Kecamatan Moga, Amirudin,
Jum’at, 3 Agustus 2018.
29
E. Gumbira Sa’id, Wawasan, Tantangan, dan Peluang Agrotechnopreneur Indonesia,
(Bogor: Penerbit IPB Press, 2010), hlm. 94-95
30
Aswatini, dkk, Pertumbuhan Penduduk dan Kesejahteraan, (Jakarta: LIPI Press, 2011),
hlm. 82
91

tidak ditekan. Perubahan penggunaan lahan ini merupakan suatu tindakan


yang diambil petani untuk memenuhi kebutuhannya akan hunian, selain itu
untuk memperoleh keuntungan yang maksimum dengan merubahnya
menjadi tempat-tempat usaha di sektor non-pertanian. Hal ini didukung
dengan gagasan yang dicetuskan oleh Sudrajat yang menyebutkan
“perubahan pemanfaatan lahan yang dilakukan petani ada dua tipe, yaitu
tipe pemanfaatan secara vertical dan horizontal, perubahan secara vertikal
adalah perubahan berbagai jenis komoditas yang diusahakan, pola tanam,
ataupun frekuensi penanaman tanpa mengubah lahannya, sedangkan
perubahan secara horizontal adalah perubahan pemanfaatan lahan
pertanian ke nonpertanian”.31
Pemanfaatan lahan yang terjadi di Kecamatan Moga merupakan
pemanfaatan lahan secara horizontal karena berdasarkan data yang
diperoleh dari BPS Kabupaten Pemalang laju perubahan lahan yang terjadi
di Kecamatan Moga periode 2010-2016 menunjukkan peningkatan sebesar
1,37% sehingga produktivitas beras yang dihasilkan tidak stabil dan
cenderung fluktuatif, hal tersebut disebabkan oleh meningkatnya jumlah
penduduk yang turut meningkatkan pula kebutuhan penduduk akan lahan.
Hasil penelitian ini relevan dengan penelitian Aniszul Fuad yang
menyatakan bahwa “meningkatnya jumlah penduduk berdampak pada
konversi lahan pertanian”.32
Berdasarkan hasil penelitian, produksi padi di Kecamatan Moga
memang tidak stabil dan cenderung fluktuatif sehingga mempengaruhi
produktivitas berasnya. Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor yang
mempengaruhi seperti faktor fisik (pengairan, iklim, tanah, topografi) dan
non fisik (luas lahan, modal, teknologi, pendidikan, pengetahuan).33 Akan
tetapi, lebih dari itu kecenderungan masalah pangan yang bersifat

31
Sudrajat, Mengenal Lahan Sawah dan Memahami Multifungsinya bagi Manusia dan
Hewan, (Yogyakarta: Gajah Mada Unversity Press, 2015), hlm. 166
32
Aniszul Fuad, “Produktivitas Lahan Sawah Dalam Pemenuhan Kebutuhan Beras
Penduduk Kecamatan Bojong”, (Skripsi: Program Studi Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), hlm. 78
33
Sudrajat, Op.Cit., hlm. 19-26
92

permanen turut menjadi penyebab tidak stabilnya produksi beras yang


dihasilkan petani di Kecamatan Moga dikarenakan terjadinya alih fungsi
lahan (konversi) lahan ke nonpertanian yang menunjukkan peningkatan
setiap tahunnya, hal ini didukung oleh pernyataan Sudrajat yang
menyatakan “keberadaan lahan sawah semakin hari semakin berkurang
luasnya, akibat dari adanya alih fungsi lahan dari lahan sawah menjadi
lahan nonsawah”.34 Perubahan penggunaan lahan yang terjadi di
Kecamatan Moga, salah satunya dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah
penduduk pada setiap tahunnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS
Kabupaten Pemalang rata-rata peningkatan jumlah penduduk yang terjadi
di Kecamatan Moga sebesar 0,35% setiap tahunnya, hal ini
mengidentifikasikan bahwa perubahan lahan berbanding lurus dengan
pertumbuhan penduduk dan berbanding terbalik dengan ketersediaan lahan
untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Hasil penelitian ini relevan
dengan penelitian Sinta Prameswari dan Sudrajat yang menyatakan bahwa
“konversi lahan sawah akan menurunkan ketersediaan beras yang
dihasilkan”.35
Berdasarkan hasil perhitungan dengan mengalikan hasil produksi
gabah kering giling (GKG) dengan angka indeks konversi beras sebesar
0,63 yang dilihat dari sisi supply atau penawaran beras di Kecamatan
Moga periode 2010-2016 diperoleh hasil pada masing-masing tahun
sebesar 11,615 ton, 10,857 ton, 10,830 ton, 11,834 ton, 12,094 ton, 10,904
ton, dan, 12,869 ton. Produksi beras di Kecamatan Moga mengalami
fluktuatif yang artinya produktivitas berasnya mengalami naik turun,
sehingga dalam hal ini Kecamatan Moga berpotensi memiliki kerentanan
terhadap ketahanan pangannya. Hal ini didukung oleh pernyataan
Aswatini yang menyatakan bahwa “Menurut FAO, ada empat kondisi
yang harus dipenuhi untuk mencapai ketahanan pangan, yaitu kecukupan,

34
Ibid., hlm. 6
35
Shinta Prameswari, dan Sudrajat,“Kajian Ketersediaan Dan Kebutuhan Beras di
Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah”, (Jurnal: Jurnal Geografi UGM, Volume 6 No 4, 2017),
hlm. 5
93

ketersediaan pangan, stabilitas ketersediaan pangan tanpa fluktuasi dari


musim ke musim atau dari tahun ke tahun, akses atau keterjangkauan
terhadap pangan, dan kualitas serta keamanan pangan tersebut untuk
dikonsumsi.36 Hal ini mengidentifikasikan bahwa ketersediaan pangan
yang mengalami fluktuasi dalam proses produksinya berarti belum
dikatakan mencapai ketahanan pangan.
Salah satu penyebabnya karena Kecamatan Moga belum mampu
menekan angka laju konversi lahan yang terus mengalami peningkatan
sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Berdasarkan hasil analisa data
Badan Pusat Statistik Kabupaten Pemalang bahwa telah tejadi penurunan
luas lahan pertanian sebesar 1,51 Ha dengan rata-rata penyusutan sebesar
0,37 Ha, yang disebabkan oleh alih fungsi lahan pertanian ke non-
pertanian. Terhitung sejak tahun 2014-2016 penurunan luas lahan sawah
terjadi secara kontinu atau berkelanjutan di mana masing-masing tahun
terjadi penurunan sebesar 0.05 Ha, 0,27 Ha, 1,18 Ha. Jika hal ini tidak
segera diatasi maka tidak menutup kemungkinan kedepannya Kecamatan
Moga akan mengalami defisit pangan dalam jangka panjang, karena lahan
yang sifatnya tetap dan terbatas sementara pertambahan penduduk dan
kebutuhannya sifatnya dinamis. Oleh sebab itu, perlu adanya kebijakan
yang tegas dari pemerintah guna mengatasi masalah perubahan
penggunaan lahan tersebut.
Sementara dilihat dari sisi demand atau kebutuhan beras
berdasarkan hasil perhitungan jumlah penduduk dikali indeks konsumsi
beras menurut peraturan Kementerian Pertanian Republik Indonesia
sebesar 114,6/kg/kapita/tahun diperoleh hasil pada masing-masing tahun
sebesar 7,117 ton, 7,149 ton, 7,179 ton, 7,206 ton, 7,231 ton, 7,254 ton,
7,274 ton. Dari hasil perhitungan tersebut jika dilihat dari sisi permintaan
atau kebutuhan beras penduduk menunjukkan peningkatan permintaan
rata-rata sebesar 0,41%. Hasil penelitian ini relevan dengan penelitian

36
Aswatini, dkk, Pertumbuhan Penduduk dan Kesejahteraan, (Jakarta: LIPI Press, 2011),
hlm. 81-82
94

Maswirahmah yang menyatakan “jumlah penduduk yang bertambah telah


berakibat pada peningkatan kebutuhan sehari-hari termasuk kebutuhan
pangan, begitupun dengan perubahan penggunaan lahan pertanian ke non
pertanian dapat menyebabkan berkurangnya ketersediaan lahan pertanian
pangan”.37
Adapun hasil analisis tingkat produktivitas beras dalam pemenuhan
kebutuhan pangan penduduk Kecamatan Moga yang diperoleh dengan
membandingkan antara permintaan (demand) dan penawaran (supply)
menunjukkan Kecamatan Moga periode 2010-2016 masih surplus dalam
memenuhi kebutuhan pangan penduduknya, akan tetapi seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya jika pertumbuhan penduduk tidak dapat dihindari
oleh setiap wilayah, sementara lahan sifatnya tetap dan terbatas jika angka
laju konversi lahan terus meningkat ditambah dengan tidak stabilnya
produksi padi yang dihasilkan maka Kecamatan Moga memiliki
kerentanan terhadap ketahanan pangannya di masa yang akan datang dan
perlu meningkatkan kewaspadaan dengan menekan angka laju konversi
lahan, serta meningkatkan hasil produksi padinya dengan terus
menciptakan inovasi-inovasi di dunia pertanian secara optimal melalui
kerjasama pemerintah dan petani.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada lahan sawah di
wilayah Kecamatan Moga memang terlihat masih cukup luas, tetapi tidak
sedikit lahan sawah yang sekarang telah beralih fungsi menjadi
pemukiman penduduk dan tempat-tempat usaha seperti rumah makan,
penginapan, tempat wisata dll. Hampir seluruh wilayah administrasi
Kecamatan Moga terlihat pernah mengalami perubahan penggunaan lahan
sawah di wilayahnya, guna memenuhi kebutuhan pemukiman
penduduknya maupun kebutuhan lain yang harus mengubah lahan
pertanian menjadi nonpertanian. Selain itu, sistem bercocok tanam petani
juga telihat masih sederhana (konvensional), hal itu terlihat dari sistem

37
Maswirahmah, “Arahan Perencanaan Ketahanan Pangan Di Kabupaten Soppeng”,
(Jurnal: Jurnal Perencanaan Wilayah Dan Kota, Vol. 4 No. 1, 2015), hlm. 78
95

pengairan lahan sawah milik petani yang rata-rata masih sederhana, serta
alat bercocok tanam yang digunakan masih seadanya. Walaupun di era
teknologi seperti sekarang, petani masih mengandalkan alat bercocok
tanam sederhana guna menunjang pekerjaannya, bahkan di saat
kebanyakan lahan sawah yang kini dalam pengolahannya telah
menggunakan mesin traktor, ada lahan sawah di wilayah di Kecamatan
Moga yang masih menggunakan tenaga sapi dan alat cangkul, hal ini tentu
akan memakan waktu lama sehingga biaya yang dikeluarkan untuk
membayar tenaga kerja menjadi lebih banyak, akibatnya perolehan
produksinya menjadi tidak maksimal.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan 11
narasumber di mana satu diantaranya adalah koordinator penyuluhan
pertanian Kecamatan Moga menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi produktivitas beras di Kecamatan Moga ialah adanya
faktor alam seperti angin yang dapat merobohkan tanaman, banjir yang
dapat menjebol saluran irigasi, serangan hama tikus serta hama wereng
yang menyebabkan gagal panen, selain itu, juga adanya faktor sosial
seperti pengetahuan petani dan adanya perubahan penggunaan lahan di
beberapa wilayah Kecamatan Moga.
Sedangkan berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada 10
petani yang tersebar di wilayah Kecamatan Moga menyatakan rata-rata
petani hanya tamatan sekolah dasar (SD), hal ini memicu kurang atau
terbatasnya masyarakat akan ilmu pengetahuan khususnya dibidang
pertanian dalam mewujudkan sektor pertanian yang handal dan mampu
memanfaatkan segala sumber daya yang ada. Selain itu, sempitnya
kepemilikan luas garapan tani juga menjadi pemicu tidak maksimalnya
produktivitas beras yang dihasilkan, serta, cara menentukan dosis pupuk/
obat-obatan rata-rata petani menggunakan perkiraan dengan tidak
mengikuti dosis yang dianjurkan, hal tersebut tentu dapat menyebabkan
kerusakan tanaman sehingga pada saatnya, hasil perolehan panennya
menjadi tidak maksimal.
96

Hasil kesimpulan secara umum berdasarkan hasil observasi dan


wawancara yaitu kurang optimalnya produksi padi yang dihasilkan petani
sehingga mempengaruhi produktivitas berasnya. Hal ini terlihat dari
sistem bercocok tanam petani yang masih sederhana (konvensional), serta
alat bercocok tanam yang digunakan masih seadanya pada saat peneliti
melakukan observasi, selain itu, tidak sedikit lahan yang dulunya
merupakan lahan sawah, sekarang telah beralih fungsi menjadi
pemukiman dan tempat-tempat usaha nonpertanian, hal itu terlihat dari
lahan yang dahulunya sawah kini telah berubah menjadi lahan buka sawah
dan banyak dijumpai hampir di setiap wilayah administrasi Kecamatan
Moga . Sementara pada hasil wawancara dinas terkait, membenarkan jika
telah terjadi perubahan penggunaan lahan di beberapa wilayah Kecamatan
Moga, di samping itu adanya faktor alam seperti angin yang dapat
merobohkan tanaman, banjir yang dapat menjebol saluran irigasi, serangan
hama tikus serta hama wereng yang menyebabkan gagal panen, serta
faktor sosial seperti pengetahuan petani turut mempengaruhi produktivitas
beras yang dihasilkan petani Kecamatan Moga.
G. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih terdapat kekurangan
dan kelemahan, di antaranya:
1. Pembahasan faktor produktivitas beras dalam pemenuhan kebutuhan
penduduk tidak dikaji secara luas dan terperinci, padahal selain adanya
perubahan penggunaan lahan juga adanya faktor fisik dan faktor sosial
yang mempengaruhi, meskipun sudah dilakukan wawancara namun
belum mengungkapkan keseluruhan aspek yang seharusnya diteliti.
2. Banyak hal-hal di luar kemampuan peneliti yang tidak terjangkau, hal
ini sehubungan dengan keterbatasan tenaga, waktu, dan pemikiran
peneliti, sehingga memungkinkan penelitian kurang optimal.
97

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Produktivitas beras di Kecamatan Moga periode 2010-2016
cenderung fluktuatif yang diketahui dari produksi padinya pada
masing-masing tahun sebesar 11,615 ton, 10,857 ton, 10,830 ton,
11,834 ton, 12,094 ton, 10,904 ton, dan, 12,869 ton. Salah satu
penyebabnya karena Kecamatan Moga belum mampu menekan angka
laju konversi lahan yang terus mengalami peningkatan sejalan dengan
pertumbuhan penduduk, sementara angka kebutuhan beras penduduk
terus mengalami peningkatan setiap tahunnya sebesar 7,117 ton, 7,149
ton, 7,179 ton, 7,206 ton, 7,231 ton, 7,254 ton, 7,274 ton. Berdasarkan
hasil analisa data Badan Pusat Statistik Kabupaten Pemalang bahwa
telah tejadi penurunan luas lahan pertanian sebesar 1,51 Ha dengan
rata-rata penyusutan sebesar 0,37 Ha, yang disebabkan oleh alih fungsi
lahan pertanian ke nonpertanian. Terhitung sejak tahun 2014-2016
penurunan luas lahan sawah terjadi secara kontinu atau berkelanjutan
di mana masing-masing tahun terjadi penurunan sebesar 0.05 Ha, 0,27
Ha, 1,18 Ha, sedangkan rata-rata peningkatan jumlah penduduk yang
terjadi di Kecamatan Moga sebesar 0,35%.
2. Hasil analisis tingkat produktivitas beras dalam pemenuhan kebutuhan
pangan penduduk Kecamatan Moga yang diperoleh dengan
membandingkan antara permintaan (demand) dan penawaran (supply)
menunjukkan Kecamatan Moga periode 2010-2016 masih surplus
dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Namun, terjadinya
pertumbuhan penduduk tidak dapat dihindari oleh setiap wilayah,
sementara lahan sifatnya tetap dan terbatas jika angka laju konversi
lahan terus meningkat ditambah dengan tidak stabilnya produksi padi
98

yang dihasilkan maka Kecamatan Moga memiliki kerentanan terhadap


ketahanan pangannya, sehingga perlu meningkatkan kewaspadaan
dengan menekan angka laju alih fungsi lahan, serta meningkatkan hasil
produksi padinya dengan terus menciptakan inovasi-inovasi di dunia
pertanian secara optimal melalui kerjasama pemerintah dan petani.
B. Saran
Pangan merupakan istilah yang teramat penting bagi pertanian,
karena secara hakiki pangan merupakan salah satu kebutuhan paling
mendasar manusia. Oleh sebab itu, kelangkaan pangan dapat menimbulkan
kerentanan ekonomi dan keresahan sosial. Adapun saran yang dapat
penulis sampaikan adalah sebagai berikut.
1. Untuk Petani
Diharapkan petani mampu mengoptimalkan pemanfaatan sumber
daya lahan agar lebih produktif dan lestari baik secara kualitas maupun
kuantitas, sehingga produksi yang dihasilkan mampu memenuhi
kebutuhan tanpa harus menjualnya atau merubahnya menjadi lahan
nonpertanian.
2. Untuk Dinas Pertanian
Diharapkan pemerintah mampu meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan petani dalam pemanfaatan lahan serta melakukan
penyediaan, perbaikan, pemeliharaan, dan peningkatan infrastruktur
berupa irigasi dan sarana produksi yang terjangkau bagi petani
sehingga dapat meningkatkan produktivitas pertanian yang dihasilkan,
selain itu mendorong peningkatan kesadaran petani tentang nilai sosial
sawah (padi) untuk mengendalikan laju konversi lahan pertanian.
3. Untuk Peneliti Selanjutnya
diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengkaji tentang
produktivitas beras dalam kebutuhan pangan penduduk secara luas
dan terperinci, sehingga dapat diketahui bagaimana cara
mengoptimalkan produktivitas pertanian dan pemanfaatan sumber
daya lahan.
99

DAFTAR PUSTAKA

Buku:
Ardiansyah, Andri Noor. Klimatologi Umum. Tangerang: UIN Jakarta Press,
2013.
Arifin, Bustanul. Ekonomi Pembangunan Pedesaan. Bogor: IPB Press, 2013.
Arikunto, Suharsimi. Prodedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta, 2010, cet 14.

Arikunto, Suharsimi. Prodedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta, 2010, ed. revisi VI.

Hohnholz, Jurgen H. Geografi Pedesaan Masalah Pengembangan Pangan. terj.


Thomas Rieger dan Sonny Keraf. Jakarta: PT. Karya Unipress, 1986.
Hadari, Nawawi. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: UGM Press,
1998.
Jumin, Hasan Basri. Agronomi. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2002.
Munawar, Ali. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. Bogor: IPB Press, 2011.
Noveria, Mita, dkk. Pertumbuhan Penduduk dan Kesejahteraan, Jakarta: LIPI
Press, 2011.
Nurmala, Tati, dkk. Pengantar Ilmu Pertanian. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.
Ravianto, J. Produktivitas dan Manajemen. Jakarta: Lembaga Saran Informasi
Usaha dan Produktivitas, 1985.
Sa’id, E. Gumbira. Wawasan, Tantangan, dan Peluang Agrotechnopreneur
Indonesia. Bogor: IPB Press, 2010.
Sastrapradja, Setijati D. Perjalanan Panjang Tanaman Indonesia. Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2012.
Sedarmayanti, dan Hidayat, Syarifudin. Metodologi Penenlitian. Bandung:
Mandar Maju, 2011.
Soetrino, Ir., dkk. Pengantar Ilmu Pertanian, Jember: Banyumedia Publishing,
2003.
100

Sudrajat. Mengenal Lahan Sawah dan Memahami Multifungsinya bagi Manusia


dan Hewan. Yogyakarta: Gajah Mada Unversity Press, 2015.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta, 2009.
Sukandarrumidi. Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula.
Yogyakarta: UGM Press, 2012.
Sulistyaningsih. Metodologi Penelitian Kebidanan: Kuantitatif-Kualitatif
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011.
Sutanto, Rachman. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Yogyakrta: Penerbit Kanisius,
2005.
Suparmoko, M. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkunga., Yogyakarta:
Penerbit BPFE, 2012.
Tambunan, Tulus T.H. Jokowi dan Kedaulatan Pangan. Bogor: Penerbit Mitra
Wacana Media, 2015.
Trianto. Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi
Pendidikan Tenaga Pendidikan. Jakarta: Kencana, 2010.
Wibowo, Rudi. Pertanian dan Pangan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2000.

Jurnal:
Maswirahmah. “Arahan Perencanaan Ketahanan Pangan Di Kabupaten
Soppeng”. Jurnal Perencanaan Wilayah Dan Kota, Vol. 4 No. 1,
2015.
Shinta Prameswari. dan Sudrajat. “Kajian Ketersediaan Dan Kebutuhan Beras di
Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah. Jurnal Geografi UGM, Volume 6
No 4, 2017.
Ridwan, Azwir. Peningkatan Produktivitas Padi Sawah dengan Perbaikan
Teknologi Budidaya”. Jurnal Balai Pengajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Sumatera Barat, 2009.
Tufaila, M. dan Alam, Syamsu “Karakteristik Tanah Dan Evaluasi Lahan Untuk
Pengembangan Tanaman Padi Sawah Di Kecamatan Oheo Kabupaten
Konawe Utara” Jurnal Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Halu
Oleo Kendari Volume 24 Nomor 02 Mei 2014, ISSN 0854-0128.
101

Instansi:
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Pemalang.
Dinas Pertanian Kabupaten Pemalang.

Skripsi:
Fuad, Aniszul. “Produktivitas Lahan Sawah dalam Pemenuhan Beras Penduduk
Kecamatan Bojong Kabupaten Kabupaten Tegal”. Skripsi UIN Jakarta,
2014.
Mashdar, Sabda. “Uji Kolom Tanah Latosol, Podsolik, dan Regosol Sebagi Objek
Simulasi Parit Infiltrasi Lmbah Domestik” Skripsi Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor.

Website:
Gambaran Umum Daerah (www.pemalangkab.go.id)
Kementerian Pertanian Republik Indonesia (http://www.pertanian.go.id), dikutip
10 Desember Pukul 18.15 WIB.
Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI (https://kbbi.web.id/produktivitas) dikutip
dikutip 13-09-2018, Pukul 20.09 WIB
Kecamatan Moga Dalam Angka 2013 (BPS.go.id).

Kecamatan Moga Dalam Angka 2017 (BPS.go.id).

Kabupaten Pemalang Dalam Angka 2017 (BPS.go.id).

Sistem Informasi Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Pemalang


(http://sitrw.bappedapemalang.info.com), dikutip 27-08-2018, Pukul 21.38
WIB

Tafsir (http://www.tafsirq.com/topik/Thaaha+ayat+53) di kutip tanggal 10


Desember 2017 Pukul 18.30 WIB.
Lampiran 1

A. Data Produksi Padi Kecamatan Moga Tahun 2010-2016

Luas Lahan Sawah Produksi Padi GKG


No Tahun
(Ha) (Ton)

1. 2010 14,00 18,604


2. 2011 13,99 17,401
3. 2012 13,99 17,357
4. 2013 13,99 18,952
5. 2014 13,94 19,364
6. 2015 13,67 17,475
7. 2016 12,49 20,594

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Pemalang

B. Data Jumlah Penduduk Kecamatan Moga Tahun 2010-2016

No Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah


1. 2010 30.814 31.293 62.107
2. 2011 30.597 31.433 62.390
3. 2012 31.088 31.556 62.644
4. 2013 31.212 31.671 62.883
5. 2014 31.320 31.780 63.100
6. 2015 31.419 31.882 63.301
Sumber: BPS Kabupaten Pemalang
C. Data Penggunaan Lahan Kecamatan Moga Tahun 2010-2016

Bukan
No Tahun Sawah Jumlah
Sawah
1. 2010 14,00 27,42 41,42
2. 2011 13,99 27,41 41,42
3. 2012 13,99 27,41 41,42
4. 2013 13,99 27,41 41,42
5. 2014 13,94 27,46 41,42
6. 2015 13,67 27,73 41,42

7. 2016 12,49 28,91 41,42

Sumber: BPS Kabupaten Pemalang


Lampiran 2

Pedoman Observasi

Produktivitas Beras Dalam Pemenuhan Kebutuhan Pangan Penduduk


Kecamatan Moga Kabupaten Pemalang

Observasi ke :
Lokasi :
Waktu :

No Indikator Sub Indikator Hasil


1 Fisik Pengairan
Tanah
Topografi

2 Sosial (Non Fisik) Luas lahan


Tenaga kerja
Kegiatan bercocok tanam
(sarana bercocok tanam)
Lampiran 3

Pertanyaan Untuk Dinas Pertanian Kecamatan Moga

A. Identitas Responden
1. Nama responden :
2. Alamat responden :
3. Jenis kelamin responden : Laki-laki/Perempuan
4. Pekerjaan responden :
5. Jabatan responden :
B. Daftar Pertanyaan
1) Produktivitas Beras
1. Apa peran dinas pertanian dalam meningkatkan produktivitas beras
di Kecamatan Warungpring?
2. Bagaimana produktivitas beras di Kecamatan Warungpring Tahun
2010-2017?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produktivitas beras di
Kecamatan Warungpring?
4. Bagaimana kebijakan/upaya yang dilakukan untuk meningkatkan
produktivitas beras di Kecamatan Warungpring?
2) Pemenuhan Kebutuhan Pangan
5. Bagaimana alur pendistribusian beras di Kecamatan Warungpring
hingga sampai ke penduduk?
6. Apakah produksi beras di Kecamatan Warungpring mampu
memenuhi kebutuhan konsumsi penduduk?
Pertanyaan Untuk Petani
A. Identitas Responden
1. Nama responden :
2. Alamat responden :
3. Jenis kelamin responden : Laki-laki/Perempuan
4. Usia responden :
5. Pekerjaan :
No Jenis Pekerjaan Pekerjaan Pokok Pekerjaan
Sampingan
1 Petani
2 Buruh tani
3 Buruh lain-lain
4 Jasa
5 Lain-lain

B. Daftar Pertanyaan
1. Karakteristik Fisik Lahan Garapan
1) Berapakah luas lahan garapan Bapak/Ibu yang ditanami padi?
No Status Kepemilikan Luas Lahan (m2)
1 Milik sendiri
2 Sewa
3 Bagi hasil
4 Pemerintah/lembaga
2) Apakah tanah yang Bapak/Ibu miliki termasuk subur?
(1) Sangat subur
(2) Subur
(3) Kurang subur
(4) Tidak subur
3) Berapa kali Bapak/Ibu menanam padi dalam satu tahun?
Pola tanam:
(1) Padi-padi-padi
(2) Padi-padi-palawija
(3) Padi-palawija-palawija
(4) Lainnya
2. Pengalaman dan Pengetahuan
4) Berapa lama Bapak/ibu berprofesi sebagai petani?
Jawab:
5) Apakah pendidikan terakhir Bapak/Ibu?
(1) Tidak lulus SD (4) SMA/Sederajat
(2) SD (5) Akademi (D1/D2/D3)
(3) SMP/Sederajat (6) Perguruan Tinggi (S1/S2/S3)
6) Apakah jenis/varietas tanaman padi yang Bapak/Ibu tanam?
(1) Ciliwung
(2) Cibogo
(3) IR-64
(4) Lainnya
7) Apa jenis pupuk/obat-obatan tanaman yang biasa Bapak/Ibu
gunakan?
Jawab:
8) Bagaimana cara Bapak/Ibu menentukan dosis pupuk/obat-obatan
yang digunakan?
Jawab:
3. Produksi
9) Berapa hasil pertanian yang Bapak/Ibu peroleh dalam satu kali
panen?
No Panen Hasil Produksi (kw)
1 Panen ke – 1
2 Panen ke – 2
3 Panen ke – 3
Lampiran 4
Hasil Observasi Desa/Kelurahan Kebanggan

Observasi ke :1
Lokasi : Desa Kebanggan
Waktu : 1 Agustus Pukul 09.00 WIB

No Indikator Sub Indikator Hasil


1 Fisik Pengairan Memanfaatkan
sumber air dari
sungai dengan dan
secara mandiri
petani membuat
wangan untuk
mengairi lahan
sawah mereka
adapun sumber air
tersebut didapatkan
dari sungai
Granggang
Tanah Rata-rata berwarna
kecoklatan
sedangkan
kedalaman tanah
sedang
Topografi Topografi datar
atau landai
2 Sosial (Non Fisik) Luas lahan Terlihat cukup luas
meskipun ada
beberapa lahan
sawah yang
sekarang sudah
dibangun menjadi
tempat usaha
seperti kuliner, dan
wisata. Rata-rata
petani menanam
padi dan palawija
Tenaga kerja Tenaga kerja yang
terlihat rata-rata
lebih dari dua
orang
Kegiatan bercocok tanam Para petani
(sarana bercocok tanam) melakukan kegiaan
bercocok tanam di
lahan pertaniannya.
Adapun sarana
bercocok tanam
yang digunakan
para petani ialah
alat sederhana
seperti cangkul dan
sabit.
Lampiran 5

Hasil Observasi Desa/Kelurahan Wangkelang

Observasi ke :2
Lokasi : Desa Wangkelang
Waktu : 1 Agustus 2018, Pukul 10.43 WIB

No Indikator Sub Indikator Hasil


1 Fisik Pengairan Memanfaatkan
sumber air dari
sungai dan secara
mandiri petani
membuat wangan
untuk mengairi
lahan sawah
mereka adapun
sumber air tersebut
didapatkan dari
sungai Comal
Tanah Rata-rata berwarna
kecoklatan
sedangkan
kedalaman tanah
sedang
Topografi Topografi datar
atau landai
2 Sosial (Non Fisik) Luas lahan Terlihat cukup luas
meskipun ada
beberapa lahan
sawah yang
sekarang sudah
dibangun menjadi
tempat usaha
seperti kuliner, dan
wisata. Rata-rata
petani menanam
padi dan palawija
Tenaga kerja Tenaga kerja yang
terlihat rata-rata
lebih dari dua
orang
Kegiatan bercocok tanam Para petani
(sarana bercocok tanam) melakukan kegiaan
bercocok tanam di
lahan pertaniannya.
Adapun sarana
bercocok tanam
yang digunakan
para petani ialah
alat sederhana
seperti cangkul dan
sabit.
Lampiran 6

Hasil Observasi Desa/Kelurahan Walangsanga

Observasi ke :3
Lokasi : Desa Walangsanga
Waktu : 2 Agustus 2018, Pukul 09.20 WIB

No Indikator Sub Indikator Hasil


1 Fisik Pengairan Memanfaatkan
sumber air dari
sungai dan
menggunakan
sistem irigasi
sederhana
Tanah Rata-rata berwarna
kecoklatan
sedangkan
kedalaman tanah
sedang
Topografi Ada yang
bertopografi datar
atau landai namun
ada pula yang
bertopografi
bergelombang atau
berbukit
2 Sosial (Non Fisik) Luas lahan Terlihat cukup
luas, dan sebagian
besar lahan sawah
petani ditanami
sayur-sayuran.
Tenaga kerja Tenaga kerja yang
terlihat rata-rata
lebih dari dua
orang
Kegiatan bercocok tanam Para petani
(sarana bercocok tanam) melakukan kegiaan
bercocok tanam di
lahan pertaniannya.
Adapun sarana
bercocok tanam
yang digunakan
para petani ialah
alat sederhana
seperti cangkul dan
sabit.
Lampiran 7

Hasil Observasi Desa/Kelurahan Sima

Observasi ke :4
Lokasi : Desa Sima
Waktu : 2 Agustus 2018, Pukul 10.15 WIB

No Indikator Sub Indikator Hasil


1 Fisik Pengairan Memanfaatkan
sumber air dari
sungai dan
menggunakan
sistem irigasi
sederhana
Tanah Rata-rata berwarna
kecoklatan
sedangkan
kedalaman tanah
sedang
Topografi Ada yang
bertopografi datar
atau landai namun
ada pula yang
bertopografi
bergelombang atau
berbukit
2 Sosial (Non Fisik) Luas lahan Terlihat masih
cukup luas, dan
sebagian besar
lahan sawah petani
ditanami sayur-
sayuran dan
palawija.

Tenaga kerja Tenaga kerja yang


terlihat rata-rata
lebih dari dua
orang
Kegiatan bercocok tanam Para petani
(sarana bercocok tanam) melakukan kegiaan
bercocok tanam di
lahan pertaniannya.
Adapun sarana
bercocok tanam
yang digunakan
para petani ialah
alat sederhana
seperti cangkul dan
sabit.
Lampiran 8

Hasil Observasi Desa/Kelurahan Mandiraja

Observasi ke :5
Lokasi : Desa Mandiraja
Waktu : 3 Agustus 2018, Pukul 08.20 WIB

No Indikator Sub Indikator Hasil


1 Fisik Pengairan Memanfaatkan
sumber air dari
sungai dan
menggunakan
sistem irigasi
sederhana
Tanah Rata-rata berwarna
kecoklatan
sedangkan
kedalaman tanah
sedang
Topografi Topografi rata-rata
terlihat
bertopografi datar
atau landai.
2 Sosial (Non Fisik) Luas lahan Luas lahan
pertanian di
Desa/Kelurahan
Mandiraja terlihat
cukup luas, dan
sebagian besar
lahan sawah petani
ditanami sayur-
sayuran dan padi
Tenaga kerja Tenaga kerja yang
terlihat lebih dari
dua orang
Kegiatan bercocok tanam Para petani
(sarana bercocok tanam) melakukan kegiaan
bercocok tanam di
lahan pertaniannya.
Adapun sarana
bercocok tanam
yang digunakan
para petani ialah
alat sederhana
seperti cangkul dan
sabit.
Lampiran 9

Hasil Observasi Desa/Kelurahan Gendowang

Observasi ke :6
Lokasi : Desa Gendowang
Waktu : 3 Agustus 2018, Pukul 09.10 WIB

No Indikator Sub Indikator Hasil


1 Fisik Pengairan Memanfaatkan
sumber air dari
sungai dan
menggunakan
sistem irigasi
sederhana
Tanah Rata-rata berwarna
kecoklatan
sedangkan
kedalaman tanah
sedang
Topografi Topografi rata-rata
terlihat
bertopografi datar
atau landai.
2 Sosial (Non Fisik) Luas lahan Luas lahan di
Desa/Kelurahan
Gendowang
pertanian terlihat
cukup luas, dan
sebagian besar
lahan sawah petani
ditanami sayur-
sayuran dan padi
Tenaga kerja Tenaga kerja yang
terlihat lebih dari
dua orang
Kegiatan bercocok tanam Para petani
(sarana bercocok tanam) melakukan kegiaan
bercocok tanam di
lahan pertaniannya.
Adapun sarana
bercocok tanam
yang digunakan
para petani ialah
alat sederhana
seperti cangkul dan
sabit.
Lampiran 10

Hasil Observasi Desa/Kelurahan Pepedan

Observasi ke :7
Lokasi : Desa Pepedan
Waktu : 3 Agustus 2018, Pukul 09.52 WIB

No Indikator Sub Indikator Hasil


1 Fisik Pengairan Sebagian
menggunakan
sistem irigasi
Teknis dengan
memanfaatkan air
dari bendungan
Welut Putih dan
sebagian
menggunakan air
yang alirannya
berasal dari sungai
Comal
Tanah Rata-rata berwarna
kecoklatan
sedangkan
kedalaman tanah
sedang
Topografi Topografi datar
atau landai
2 Sosial (Non Fisik) Luas lahan Lahan sawah
terlihat cukup luas
Rata-rata petani
menanam padi dan
palawija
Tenaga kerja Tenaga kerja yang
terlihatr ata-rata
lebih dari dua
orang
Kegiatan bercocok tanam Para petani
(sarana bercocok tanam) melakukan kegiaan
bercocok tanam di
lahan pertaniannya.
Adapun sarana
bercocok tanam
yang digunakan
para petani ialah
alat sederhana
seperti cangkul dan
sabit.
Lampiran 11

Hasil Observasi Desa/Kelurahan Banyumudal

Observasi ke :8
Lokasi : Desa Banyumudal
Waktu : 3 Agustus 2018, Pukul 11.15 WIB

No Indikator Sub Indikator Hasil


1 Fisik Pengairan Memanfaatkan
sumber air dari
aliran sungai
Cempaka Wulung
dengan sistem
irigasi ½ teknis
Tanah Rata-rata berwarna
kecoklatan
sedangkan
kedalaman tanah
sedang
Topografi Topografi datar
atau landai
2 Sosial (Non Fisik) Luas lahan Lahan sawah yang
ada di
Desa/Kelurahan
Banyumudal
terlihat masih
cukup luas, namun
sudah banyak lahan
sawah yang telah
beralih fungsi
menjadi
pemukiman.
Tenaga kerja Tenaga kerja yang
terlihat rata-rata
lebih dari dua
orang
Kegiatan bercocok tanam Para petani
(sarana bercocok tanam) melakukan kegiaan
bercocok tanam di
lahan pertaniannya.
Adapun sarana
bercocok tanam
yang digunakan
para petani ialah
alat sederhana
seperti cangkul dan
sabit, sementara
untuk pengolahan
lahan masih
menggunakan
tenaga hewan
Lampiran 12

Hasil Observasi Desa/Kelurahan Moga

Observasi ke :9
Lokasi : Desa Moga
Waktu : 4 Agustus 2018, Pukul 10.00 WIB

No Indikator Sub Indikator Hasil


1 Fisik Pengairan Memanfaatkan
sumber air dari
aliran sungai
Cempaka Wulung
dengan sistem
irigasi ½ teknis
Tanah Rata-rata berwarna
kecoklatan
sedangkan
kedalaman tanah
sedang
Topografi Topografi datar
atau landai
2 Sosial (Non Fisik) Luas lahan Lahan sawah yang
ada di
Desa/Kelurahan
Moga terlihat
masih cukup luas,
namun sudah
banyak lahan
sawah yang telah
beralih fungsi
menjadi
pemukiman dan
tempa-tempat
usaha.
Tenaga kerja Tenaga kerja yang
terlihat rata-rata
lebih dari dua
orang
Kegiatan bercocok tanam Para petani
(sarana bercocok tanam) melakukan kegiaan
bercocok tanam di
lahan pertaniannya.
Adapun sarana
bercocok tanam
yang digunakan
para petani ialah
alat sederhana
seperti cangkul dan
sabit.
Lampiran 13

Hasil Observasi Desa/Kelurahan Plakaran

Observasi ke : 10
Lokasi : Desa Plakaran
Waktu : 5 Agustus 2018, Pukul 09.30 WIB

No Indikator Sub Indikator Hasil


1 Fisik Pengairan Memanfaatkan
sumber air dari
aliran sungai
Cempaka Wulung
dengan sistem
irigasi ½ teknis
Tanah Rata-rata berwarna
kecoklatan
sedangkan
kedalaman tanah
sedang
Topografi Rata-rata
bertopografi
bergelombang/
berbukit.

2 Sosial (Non Fisik) Luas lahan Luas lahan


pertanian di
Desa/Kelurahan
Plakaran terlihat
cukup luas, dan
sebagian besar
lahan sawah petani
ditanami sayur-
sayuran dan
palawija
Tenaga kerja Tenaga kerja yang
terlihat rata-rata
lebih dari dua
orang
Kegiatan bercocok tanam Para petani
(sarana bercocok tanam) melakukan kegiaan
bercocok tanam di
lahan pertaniannya.
Adapun sarana
bercocok tanam
yang digunakan
para petani ialah
alat sederhana
seperti cangkul dan
sabit.
Lampiran 14

Hasil Wawancara Dinas Pertanian

A. Identitas Responden
1. Nama responden : Zarkasih
2. Alamat responden : Desa Banyumudal RT 02/01
3. Jenis kelamin responden : Laki-laki/Perempuan
4. Pekerjaan responden : PNS
5. Jabatan responden : Kepala Penyuluh Pertanian
B. Daftar Pertanyaan
1) Produktivitas Beras
1. Apa peran dinas pertanian dalam meningkatkan produktivitas beras
di Kecamatan Moga?
Jawab: sebagai motivator dan perencana program pertanian serta
pemberi informasi mengenai inovasi teknologi pertanian
2. Bagaimana produktivitas beras di Kecamatan Moga Tahun 2010-
2016?
Jawab: Produktivitas beras di Kecamatan Moga Tahun 2010-2016
secara keseluruhan terus mengalami peningkatan, hanya
Desa/Kelurahan Mandiraja saja yang padinya sering diserang hama
tikus namun tidak mempengaruhi produktivitas berasnya secara
keseluruhan
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produktivitas beras di
Kecamatan Moga?
Jawab: adanya faktor alam seperti angin yang dapat merobohkan
tanaman, banjir yang dapat menjebol saluran irigasi, dan serangan
hama tikus serta hama wereng yang menyebabkan gagal panen,
selain itu juga adanya faktor sosial seperti pengetahuan petani dan
adanya perubahan penggunaan lahan di beberapa wilayah di
Kecamatan Moga namun semua itu berhasil di atasi berkat
kerjasama pemerintah dan petani.
4. Bagaimana kebijakan/upaya yang dilakukan untuk meningkatkan
produktivitas beras di Kecamatan Moga?
Jawab: bekerjasama dengan petani, jika pemerintah memiliki
program pertanian maka segera diinformasikan kepada petani di
setiap wilayah yang ada di Kecamatan Moga.
2) Pemenuhan Kebutuhan Pangan
5. Bagaimana alur pendistribusian beras di Kecamatan Moga hingga
sampai ke penduduk?
Jawab: masih di kelola oleh petani itu sendiri, ada petani yang
menjual seluruh hasil panennya ke penebas/ tengkulak padi, namun
ada juga petani yang hanya menjual separuh hasil panennya, dan
sisanya untuk konsumsi sendiri.
6. Apakah produksi beras di Kecamatan Moga mampu memenuhi
kebutuhan konsumsi penduduk?
Jawab: masih mampu memenuhi kebutuhan konsumsi penduduk,
sebab hasil produksi padi setiap Desa/Kelurahan di Kecamatan
Moga lebih dari 6 ton/hektar
Lampiran 15

Hasil Wawancara Petani 1

A. Identitas Responden
1. Nama responden : Bada
2. Alamat responden : Desa Kebanggan RT 02/01
3. Jenis kelamin responden : Laki-laki/Perempuan
4. Usia responden : 65
5. Pekerjaan : Petani
B. Daftar Pertanyaan
1. Karakteristik Fisik Lahan Garapan
1) Berapakah luas lahan garapan Bapak/Ibu yang ditanami padi?
No Status Kepemilikan Luas Lahan (m2)
1 Milik sendiri
2 Sewa
3 Bagi hasil 1.750 m2
4 Pemerintah/lembaga
2) Apakah tanah yang Bapak/Ibu miliki termasuk subur?
(1) Sangat subur
(2) Subur
(3) Kurang subur
(4) Tidak subur
3) Berapa kali Bapak/Ibu menanam padi dalam satu tahun? Dua kali
Pola tanam:
(1) Padi-padi-padi
(2) Padi-padi-palawija
(3) Padi-palawija-palawija
(4) Lainnya
1. Pengalaman dan Pengetahuan
4) Berapa lama Bapak/ibu berprofesi sebagai petani?
Jawab: 40 tahun
5) Apakah pendidikan terakhir Bapak/Ibu?
(1) Tidak lulus SD (4) SMA/Sederajat
(2) SD (5) Akademi (D1/D2/D3)
(3) SMP/Sederajat (6) Perguruan Tinggi (S1/S2/S3)
6) Apakah jenis/varietas tanaman padi yang Bapak/Ibu tanam?
(1) Ciliwung
(2) Cibogo
(3) IR-64
(4) Lainnya
7) Apa jenis pupuk/obat-obatan tanaman yang biasa Bapak/Ibu
gunakan?
Jawab: Matador
8) Bagaimana cara Bapak/Ibu menentukan dosis pupuk/obat-obatan
yang digunakan?
Jawab: 25 Kg pupuk untuk luas tanah garapan saya
2. Produksi
9) Berapa hasil pertanian yang Bapak/Ibu peroleh dalam satu kali
panen?
No Panen Hasil Produksi (kw)
1 Panen ke – 1 10 Kw
2 Panen ke – 2 8 Kw
3 Panen ke – 3
Hasil Wawancara Petani 2

A. Identitas Responden
1. Nama responden : Sulam
2. Alamat responden : Desa Wangkelang RT 08/09
3. Jenis kelamin responden : Laki-laki/Perempuan
4. Usia responden : 70
5. Pekerjaan : Petani
B. Daftar Pertanyaan
1. Karakteristik Fisik Lahan Garapan
1) Berapakah luas lahan garapan Bapak/Ibu yang ditanami padi?
No Status Kepemilikan Luas Lahan (m2)
1 Milik sendiri
2 Sewa
3 Bagi hasil 437,5 m2
4 Pemerintah/lembaga
2) Apakah tanah yang Bapak/Ibu miliki termasuk subur?
(1) Sangat subur
(2) Subur
(3) Kurang subur
(4) Tidak subur
3) Berapa kali Bapak/Ibu menanam padi dalam satu tahun? Tiga kali
Pola tanam:
(5) Padi-padi-padi
(6) Padi-padi-palawija
(7) Padi-palawija-palawija
(8) Lainnya
2. Pengalaman dan Pengetahuan
4) Berapa lama Bapak/ibu berprofesi sebagai petani?
Jawab: 50 tahun
5) Apakah pendidikan terakhir Bapak/Ibu?
(1) Tidak lulus SD (4) SMA/Sederajat
(2) SD (5) Akademi (D1/D2/D3)
(3) SMP/Sederajat (6) Perguruan Tinggi (S1/S2/S3)
6) Apakah jenis/varietas tanaman padi yang Bapak/Ibu tanam?
(1) Ciliwung
(2) Cibogo
(3) IR-64
(4) Lainnya
7) Apa jenis pupuk/obat-obatan tanaman yang biasa Bapak/Ibu
gunakan?
Jawab: Matador, poska, TS
8) Bagaimana cara Bapak/Ibu menentukan dosis pupuk/obat-obatan
yang digunakan?
Jawab: kira-kira saja
3. Produksi
9) Berapa hasil pertanian yang Bapak/Ibu peroleh dalam satu kali
panen?
No Panen Hasil Produksi (kw)
1 Panen ke – 1 3,5 Kw
2 Panen ke – 2 3 Kw
3 Panen ke – 3 2 Kw
Hasil Wawancara Petani 3

A. Identitas Responden
1. Nama responden : Darsono
2. Alamat responden : Desa Walangsanga RT 10/11
3. Jenis kelamin responden : Laki-laki/Perempuan
4. Usia responden : 55
5. Pekerjaan : Petani
B. Daftar Pertanyaan
1. Karakteristik Fisik Lahan Garapan
1) Berapakah luas lahan garapan Bapak/Ibu yang ditanami padi?
No Status Kepemilikan Luas Lahan (m2)
1 Milik sendiri 3.500 m2
2 Sewa
3 Bagi hasil
4 Pemerintah/lembaga
2) Apakah tanah yang Bapak/Ibu miliki termasuk subur?
(1) Sangat subur
(2) Subur
(3) Kurang subur
(4) Tidak subur
3) Berapa kali Bapak/Ibu menanam padi dalam satu tahun? Tiga kali
Pola tanam:
(1) Padi-padi-padi
(2) Padi-padi-palawija
(3) Padi-palawija-palawija
(4) Lainnya
2. Pengalaman dan Pengetahuan
4) Berapa lama Bapak/ibu berprofesi sebagai petani?
Jawab: 50 tahun
5) Apakah pendidikan terakhir Bapak/Ibu?
(1) Tidak lulus SD (4) SMA/Sederajat
(2) SD (5) Akademi (D1/D2/D3)
(3) SMP/Sederajat (6) Perguruan Tinggi (S1/S2/S3)
6) Apakah jenis/varietas tanaman padi yang Bapak/Ibu tanam?
(1) Ciliwung
(2) Cibogo
(3) IR-64
(4) Lainnya
7) Apa jenis pupuk/obat-obatan tanaman yang biasa Bapak/Ibu
gunakan?
Jawab: Matador, roda3
8) Bagaimana cara Bapak/Ibu menentukan dosis pupuk/obat-obatan
yang digunakan?
Jawab: perkiraan untuk menghemat modal
3. Produksi
9) Berapa hasil pertanian yang Bapak/Ibu peroleh dalam satu kali
panen?
No Panen Hasil Produksi (kw)
1 Panen ke – 1 5 Kw
2 Panen ke – 2 5 Kw
3 Panen ke – 3 8 Kw
Hasil Wawancara Petani 4

A. Identitas Responden
1. Nama responden : Nasirin
2. Alamat responden : Desa Sima RT 02/04
3. Jenis kelamin responden : Laki-laki/Perempuan
4. Usia responden : 50
5. Pekerjaan : Petani
B. Daftar Pertanyaan
1. Karakteristik Fisik Lahan Garapan
1) Berapakah luas lahan garapan Bapak/Ibu yang ditanami padi?
No Status Kepemilikan Luas Lahan (m2)
1 Milik sendiri 1.670 m2
2 Sewa
3 Bagi hasil
4 Pemerintah/lembaga
2) Apakah tanah yang Bapak/Ibu miliki termasuk subur?
(1) Sangat subur
(2) Subur
(3) Kurang subur
(4) Tidak subur
3) Berapa kali Bapak/Ibu menanam padi dalam satu tahun? Tiga kali
Pola tanam:
(1) Padi-padi-padi
(2) Padi-padi-palawija
(3) Padi-palawija-palawija
(4) Lainnya
2. Pengalaman dan Pengetahuan
4) Berapa lama Bapak/ibu berprofesi sebagai petani?
Jawab: 10 tahun
5) Apakah pendidikan terakhir Bapak/Ibu?
(1) Tidak lulus SD (4) SMA/Sederajat
(2) SD (5) Akademi (D1/D2/D3)
(3) SMP/Sederajat (6) Perguruan Tinggi (S1/S2/S3)
6) Apakah jenis/varietas tanaman padi yang Bapak/Ibu tanam?
(1) Ciliwung
(2) Cibogo
(3) IR-64
(4) Lainnya
7) Apa jenis pupuk/obat-obatan tanaman yang biasa Bapak/Ibu
gunakan?
Jawab: Matador, TS
8) Bagaimana cara Bapak/Ibu menentukan dosis pupuk/obat-obatan
yang digunakan?
Jawab: sesuai anjuran yang tertulis di botol
3. Produksi
9) Berapa hasil pertanian yang Bapak/Ibu peroleh dalam satu kali
panen?
No Panen Hasil Produksi (kw)
1 Panen ke – 1 8 Kw
2 Panen ke – 2 8 Kw
3 Panen ke – 3 8 Kw
Hasil Wawancara Petani 5

A. Identitas Responden
1. Nama responden : Zaenal
2. Alamat responden : Desa Mandiraja RT 01/05
3. Jenis kelamin responden : Laki-laki/Perempuan
4. Usia responden : 60
5. Pekerjaan : Petani
B. Daftar Pertanyaan
1. Karakteristik Fisik Lahan Garapan
1) Berapakah luas lahan garapan Bapak/Ibu yang ditanami padi?
No Status Kepemilikan Luas Lahan (m2)
1 Milik sendiri 1.750 m2
2 Sewa
3 Bagi hasil
4 Pemerintah/lembaga
2) Apakah tanah yang Bapak/Ibu miliki termasuk subur?
(1) Sangat subur
(2) Subur
(3) Kurang subur
(4) Tidak subur
3) Berapa kali Bapak/Ibu menanam padi dalam satu tahun? Tiga kali
Pola tanam:
(1) Padi-padi-padi
(2) Padi-padi-palawija
(3) Padi-palawija-palawija
(4) Lainnya
2. Pengalaman dan Pengetahuan
4) Berapa lama Bapak/ibu berprofesi sebagai petani?
Jawab: 5 tahun
5) Apakah pendidikan terakhir Bapak/Ibu?
(1) Tidak lulus SD (4) SMA/Sederajat
(2) SD (5) Akademi (D1/D2/D3)
(4) SMP/Sederajat (6) Perguruan Tinggi (S1/S2/S3)
6) Apakah jenis/varietas tanaman padi yang Bapak/Ibu tanam?
(1) Ciliwung
(2) Cibogo
(3) IR-64
(4) Lainnya
7) Apa jenis pupuk/obat-obatan tanaman yang biasa Bapak/Ibu
gunakan?
Jawab: Matador, TS, ZA
8) Bagaimana cara Bapak/Ibu menentukan dosis pupuk/obat-obatan
yang digunakan?
Jawab: perkiraan saja
3. Produksi
9) Berapa hasil pertanian yang Bapak/Ibu peroleh dalam satu kali
panen?
No Panen Hasil Produksi (kw)
1 Panen ke – 1 10 Kw
2 Panen ke – 2 8 Kw
3 Panen ke – 3 10 Kw
Hasil Wawancara Petani 6

A. Identitas Responden
1. Nama responden : Fainusah
2. Alamat responden : Desa Gendowang RT 05/04
3. Jenis kelamin responden : Laki-laki/Perempuan
4. Usia responden : 52
5. Pekerjaan : Petani
B. Daftar Pertanyaan
1. Karakteristik Fisik Lahan Garapan
1) Berapakah luas lahan garapan Bapak/Ibu yang ditanami padi?
No Status Kepemilikan Luas Lahan (m2)
1 Milik sendiri 3.500 m2
2 Sewa
3 Bagi hasil
4 Pemerintah/lembaga
2) Apakah tanah yang Bapak/Ibu miliki termasuk subur?
(1) Sangat subur
(2) Subur
(3) Kurang subur
(4) Tidak subur
3) Berapa kali Bapak/Ibu menanam padi dalam satu tahun? Dua kali
Pola tanam:
(5) Padi-padi-padi
(6) Padi-padi-palawija
(7) Padi-palawija-palawija
(8) Lainnya
2. Pengalaman dan Pengetahuan
4) Berapa lama Bapak/ibu berprofesi sebagai petani?
Jawab: 30 tahun
5) Apakah pendidikan terakhir Bapak/Ibu?
(1) Tidak lulus SD (4) SMA/Sederajat
(2) SD (5) Akademi (D1/D2/D3)
(3) SMP/Sederajat (6) Perguruan Tinggi (S1/S2/S3)
6) Apakah jenis/varietas tanaman padi yang Bapak/Ibu tanam?
(1) Ciliwung
(2) Cibogo
(3) IR-64
(4) Lainnya
7) Apa jenis pupuk/obat-obatan tanaman yang biasa Bapak/Ibu
gunakan?
Jawab: Matador, rondap, regen
8) Bagaimana cara Bapak/Ibu menentukan dosis pupuk/obat-obatan
yang digunakan?
Jawab: dikalikan saja jika ¼ hektar sawah pupuknya ½ kw
3. Produksi
9) Berapa hasil pertanian yang Bapak/Ibu peroleh dalam satu kali
panen?
No Panen Hasil Produksi (kw)
1 Panen ke – 1 3 Ton
2 Panen ke – 2 3 Ton
3 Panen ke – 3 -
Hasil Wawancara Petani 7

A. Identitas Responden
1. Nama responden : Nasikhah
2. Alamat responden : Desa Pepedan RT 01/05
3. Jenis kelamin responden : Laki-laki/Perempuan
4. Usia responden : 60
5. Pekerjaan : Petani
B. Daftar Pertanyaan
1. Karakteristik Fisik Lahan Garapan
1) Berapakah luas lahan garapan Bapak/Ibu yang ditanami padi?
No Status Kepemilikan Luas Lahan (m2)
1 Milik sendiri
2 Sewa
3 Bagi hasil 1.750 m2
4 Pemerintah/lembaga
2) Apakah tanah yang Bapak/Ibu miliki termasuk subur?
(1) Sangat subur
(2) Subur
(3) Kurang subur
(4) Tidak subur
3) Berapa kali Bapak/Ibu menanam padi dalam satu tahun? Dua kali
Pola tanam:
(1) Padi-padi-padi
(2) Padi-padi-palawija
(3) Padi-palawija-palawija
(4) Lainnya
2. Pengalaman dan Pengetahuan
4) Berapa lama Bapak/ibu berprofesi sebagai petani?
Jawab: 10 tahun
5) Apakah pendidikan terakhir Bapak/Ibu?
(1) Tidak lulus SD (4) SMA/Sederajat
(2) SD (5) Akademi (D1/D2/D3)
(3) SMP/Sederajat (6) Perguruan Tinggi (S1/S2/S3)
6) Apakah jenis/varietas tanaman padi yang Bapak/Ibu tanam?
(1) Ciliwung
(2) Cibogo
(3) IR-64
(4) Lainnya
7) Apa jenis pupuk/obat-obatan tanaman yang biasa Bapak/Ibu
gunakan?
Jawab: Matador, rondap, regen
8) Bagaimana cara Bapak/Ibu menentukan dosis pupuk/obat-obatan
yang digunakan?
Jawab: hanya mengira-ngira saja untuk menghemat biaya
3. Produksi
9) Berapa hasil pertanian yang Bapak/Ibu peroleh dalam satu kali
panen?
No Panen Hasil Produksi (kw)
1 Panen ke – 1 10 Kw
2 Panen ke – 2 10 Kw
3 Panen ke – 3 -
Hasil Wawancara Petani 8

A. Identitas Responden
1. Nama responden : Amirudin
2. Alamat responden : Desa Banyumudal RT 05/04
3. Jenis kelamin responden : Laki-laki/Perempuan
4. Usia responden : 58
5. Pekerjaan : Petani
B. Daftar Pertanyaan
1. Karakteristik Fisik Lahan Garapan
1) Berapakah luas lahan garapan Bapak/Ibu yang ditanami padi?
No Status Kepemilikan Luas Lahan (m2)
1 Milik sendiri 1.975 m2
2 Sewa
3 Bagi hasil
4 Pemerintah/lembaga
2) Apakah tanah yang Bapak/Ibu miliki termasuk subur?
(1) Sangat subur
(2) Subur
(3) Kurang subur
(5) Tidak subur
3) Berapa kali Bapak/Ibu menanam padi dalam satu tahun? Dua kali
Pola tanam:
(1) Padi-padi-padi
(2) Padi-padi-palawija
(3) Padi-palawija-palawija
(4) Lainnya
2. Pengalaman dan Pengetahuan
4) Berapa lama Bapak/ibu berprofesi sebagai petani?
Jawab: 5 tahun
5) Apakah pendidikan terakhir Bapak/Ibu?
(1) Tidak lulus SD (4) SMA/Sederajat
(2) SD (5) Akademi (D1/D2/D3)
(3) SMP/Sederajat (6) Perguruan Tinggi (S1/S2/S3)
6) Apakah jenis/varietas tanaman padi yang Bapak/Ibu tanam?
(1) Ciliwung
(2) Cibogo
(3) IR-64
(4) Lainnya
7) Apa jenis pupuk/obat-obatan tanaman yang biasa Bapak/Ibu
gunakan?
Jawab: Matador, rondap, regen, TS
8) Bagaimana cara Bapak/Ibu menentukan dosis pupuk/obat-obatan
yang digunakan?
Jawab: perkiraan saja
3. Produksi
9) Berapa hasil pertanian yang Bapak/Ibu peroleh dalam satu kali
panen?
No Panen Hasil Produksi (kw)
1 Panen ke – 1 10 Kw
2 Panen ke – 2 8 Kw
3 Panen ke – 3 -
Hasil Wawancara Petani 9

A. Identitas Responden
1. Nama responden : Toni
2. Alamat responden : Desa Moga RT 01/06
3. Jenis kelamin responden : Laki-laki/Perempuan
4. Usia responden : 45
5. Pekerjaan : Petani
B. Daftar Pertanyaan
1. Karakteristik Fisik Lahan Garapan
1) Berapakah luas lahan garapan Bapak/Ibu yang ditanami padi?
No Status Kepemilikan Luas Lahan (m2)
1 Milik sendiri 1.750 m2
2 Sewa
3 Bagi hasil
4 Pemerintah/lembaga
2) Apakah tanah yang Bapak/Ibu miliki termasuk subur?
(1) Sangat subur
(2) Subur
(3) Kurang subur
(4) Tidak subur
3) Berapa kali Bapak/Ibu menanam padi dalam satu tahun? Dua kali
Pola tanam:
(1) Padi-padi-padi
(2) Padi-padi-palawija
(3) Padi-palawija-palawija
(4) Lainnya
2. Pengalaman dan Pengetahuan
4) Berapa lama Bapak/ibu berprofesi sebagai petani?
Jawab: 5 tahun
5) Apakah pendidikan terakhir Bapak/Ibu?
(1) Tidak lulus SD (4) SMA/Sederajat
(2) SD (5) Akademi (D1/D2/D3)
(3) SMP/Sederajat (6) Perguruan Tinggi (S1/S2/S3)
6) Apakah jenis/varietas tanaman padi yang Bapak/Ibu tanam?
(1) Ciliwung
(2) Cibogo
(3) IR-64
(4) Lainnya
7) Apa jenis pupuk/obat-obatan tanaman yang biasa Bapak/Ibu
gunakan?
Jawab: Matador, TS
8) Bagaimana cara Bapak/Ibu menentukan dosis pupuk/obat-obatan
yang digunakan?
Jawab: jika menurut ukuran sawah saya 1 kw pupuk
3. Produksi
9) Berapa hasil pertanian yang Bapak/Ibu peroleh dalam satu kali
panen?
No Panen Hasil Produksi (kw)
1 Panen ke – 1 10 Kw
2 Panen ke – 2 8 Kw
3 Panen ke – 3 -
Hasil Wawancara Petani 10

A. Identitas Responden
1. Nama responden : Fahrudin
2. Alamat responden : Desa Plakaran RT 02/08
3. Jenis kelamin responden : Laki-laki/Perempuan
4. Usia responden : 50
5. Pekerjaan : Petani
B. Daftar Pertanyaan
1. Karakteristik Fisik Lahan Garapan
1) Berapakah luas lahan garapan Bapak/Ibu yang ditanami padi?
No Status Kepemilikan Luas Lahan (m2)
1 Milik sendiri 1.750 m2
2 Sewa
3 Bagi hasil
4 Pemerintah/lembaga
2) Apakah tanah yang Bapak/Ibu miliki termasuk subur?
(1) Sangat subur
(2) Subur
(3) Kurang subur
(4) Tidak subur
3) Berapa kali Bapak/Ibu menanam padi dalam satu tahun? Tiga kali
Pola tanam:
(1) Padi-padi-padi
(2) Padi-padi-palawija
(3) Padi-palawija-palawija
(4) Lainnya
2. Pengalaman dan Pengetahuan
4) Berapa lama Bapak/ibu berprofesi sebagai petani?
Jawab: 15 tahun
5) Apakah pendidikan terakhir Bapak/Ibu?
(1) Tidak lulus SD (4) SMA/Sederajat
(2) SD (5) Akademi (D1/D2/D3)
(3) SMP/Sederajat (6) Perguruan Tinggi (S1/S2/S3)
6) Apakah jenis/varietas tanaman padi yang Bapak/Ibu tanam?
(1) Ciliwung
(2) Cibogo
(3) IR-64
(4) Lainnya
7) Apa jenis pupuk/obat-obatan tanaman yang biasa Bapak/Ibu
gunakan?
Jawab: Matador, roda3
8) Bagaimana cara Bapak/Ibu menentukan dosis pupuk/obat-obatan
yang digunakan?
Jawab: perkiraan saja
3. Produksi
9) Berapa hasil pertanian yang Bapak/Ibu peroleh dalam satu kali
panen?
No Panen Hasil Produksi (kw)
1 Panen ke – 1 8 Kw
2 Panen ke – 2 5 Kw
3 Panen ke – 3 -
Lampiran 16

Dokumentasi Observasi Desa/Kelurahan Kebanggan

Keadaan Fisik Lahan Sawah Di Desa/


Kelurahan Kebanggan

Keadaan Non Fisik Lahan Sawah Di Desa/


Kelurahan Kebanggan
Dokumentasi Observasi Desa/Kelurahan Wangkelang

Keadaan Fisik Lahan Sawah Di Desa/


Kelurahan Wangkelang

Keadaan Non Fisik Lahan Sawah Di Desa/


Kelurahan Wangkelang
Dokumentasi Observasi Desa/Kelurahan Walangsanga

Keadaan Fisik Lahan Sawah Di Desa/


Kelurahan Walangsanga

Keadaan Non Fisik Lahan Sawah Di Desa/


Kelurahan Walangsanga
Dokumentasi Observasi Desa/Kelurahan Sima

Keadaan Fisik Lahan Sawah Di Desa/


Kelurahan Sima

Keadaan Non Fisik Lahan Sawah Di Desa/


Kelurahan Sima
Dokumentasi Observasi Desa/Kelurahan Mandiraja

Keadaan Fisik Lahan Sawah Di Desa/


Kelurahan Mandiraja

Keadaan Non Fisik Lahan Sawah Di Desa/


Kelurahan Mandiraja
Dokumentasi Observasi Desa/Kelurahan Gendowang

Keadaan Fisik Lahan Sawah Di Desa/


Kelurahan Gendowang

Keadaan Non Fisik Lahan Sawah Di Desa/


Kelurahan Gendowang
Dokumentasi Observasi Desa/Kelurahan Pepedan

Keadaan Fisik Lahan Sawah Di Desa/


Kelurahan Pepedan

Keadaan Non Fisik Lahan Sawah Di Desa/


Kelurahan Pepedan
Dokumentasi Observasi Desa/Kelurahan Banyumudal

Keadaan Fisik Lahan Sawah Di Desa/


Kelurahan Banyumudal

Keadaan Non Fisik Lahan Sawah Di Desa/


Kelurahan Banyumudal
Dokumentasi Observasi Desa/Kelurahan Moga

Keadaan Fisik Lahan Sawah Di Desa/


Kelurahan Moga

Keadaan Non Fisik Lahan Sawah Di Desa/


Kelurahan Moga
Dokumentasi Observasi Desa/Kelurahan Plakaran

Keadaan Fisik Lahan Sawah Di Desa/


Kelurahan Plakaran

Keadaan Non Fisik Lahan Sawah Di Desa/


Kelurahan Plakaran
Dokumentasi Wawancara

Narasumber Dinas Pertanian Koordinator


Penyuluh Pertanian Kecamatan Moga
Zarkasih

Narasumber 1 (Bada) Narasumber 2 (Sulam)


Narasumber 3 (Darsono) Narasumber 4 (Nasirin)

Narasumber 5 (Zaenal) Narasumber 6 (Fainusah)


Narasumber 7 (Nasikhah) Narasumber 8 (Amirudin)

Narasumber 9 (Toni) Narasumber 10 (Fahrudin)


BIOGRAFI PENULIS

Eli Irmawati, lahir di Pemalang 31 Agustus 1995.


Merupakan putri ke-empat dari Bapak Danuri dan Ibu
Rokhani. Riwayat Pendidikan penulis di mulai dari SDN 08
Warungpring, melanjutkan ke SMP Negeri 1 Moga,
melanjutkan ke SMA Negeri 1 Randudongkal, dan
melanjutkan ke Perguruan Tinggi Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial/Konsentrasi Geografi. Penulis
berasal dari Kota Pemalang, salah satu Kota yang terletak di Jawa Tengah. Saat
ini, penulis tinggal di Kota Cengkareng, Jakata Barat. Adapun organisasi aktif
PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) Cabang Ciputat dan Oganisasi
Primordial IMPP-J (Ikatan Mahasiswa Pelajar Pemalang Jakarta).

Anda mungkin juga menyukai