GABAH DI INDONESIA
SKRIPSI
Oleh :
Ayu Lestari
NPM. E1D017055
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2023
PERNYATAAN
Ayu Lestari
NPM. E1D017055
RINGKASAN
Salah satu komoditas pangan dengan nilai ekonomi, sosial dan politik yang
strategis yaitu beras. Stabilisasi harga dan pasokan beras menjadi salah satu faktor yang
sangat penting untuk mewujudkan pembangunan negara yang berkelanjutan dalam konteks
ketahanan pangan. Indonesia merupakan salah satu negara dengan konsumsi beras yang
tinggi. Bahan pangan pokok berupa beras sulit tergantikan. Berapapun harga beras di
pasaran, orang akan tetap berusaha membelinya. Tentunya masyarakat menginginkan beras
yang terbaik atau kualitas terbaik. Namun karena fluktuasi harga, kemampuan masyarakat
untuk memperoleh beras dengan kualitas terbaik semakin menurun dikarenakan harga yang
cenderung meningkat. Petani sebagai produsen membutuhkan harga jual yang pasti. Bagi
konsumen yang menggunakan beras dalam jumlah besar sebagai bahan baku, kepastian
harga membantu perencanaan produksi. Permintaan beras yang tinggi akan menyebabkan
harga beras berfluktuasi. Fluktuasi harga gabah dan beras yang terjadi dalam hal ini
merupakan gambaran dari perilaku harga beras dan gabah, ini artinya menganalisa perilaku
harga menjadi menarik. Harga sering digunakan sebagai sinyal bagi petani atau produsen
untuk berproduksi dan memasarkan. Oleh karena itu, diperlukan analisa lebih lanjut
dengan melihat pola trend harga, perubahan harga musiman, variasi harga yang terjadi
harga pada beras dan gabah.
Kata Kunci : Perilaku Harga, Variasi Harga, Trend, Musiman, Korelasi Harga.
(Program Studi Agribisnis, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Bengkulu, 2023)
SUMMARY
One of the food commodities with strategic economic, social and political value is
rice. Stabilisation of rice price and supply is one of the most important factors to achieve
sustainable development of the country in the context of food security. Indonesia is one of
the countries with high rice consumption. The staple food of rice is difficult to replace.
Regardless of the price of rice in the market, people will still try to buy it. Of course,
people want the best or best quality rice. However, due to price fluctuations, people's
ability to obtain the best quality rice is decreasing as prices tend to increase. Farmers as
producers need a fixed selling price. For consumers who use large quantities of rice as raw
materials, price certainty helps with production planning. High demand for rice will cause
rice prices to fluctuate. The fluctuations in grain and rice prices that occur in this case are
an illustration of the price behaviour of rice and grain, which means that analysing price
behaviour is interesting. Prices are often used as a signal for farmers or producers to
produce and market. Therefore, further analysis is needed by looking at price trend
patterns, seasonal price changes, price variations that occur in rice and grain prices.
The author conducted or takes the research location purposively in Indonesia with
the consideration that Indonesia is a country with high rice and paddy production. This
research was conducted in order to see the behaviour of rice and paddy prices in Indonesia
in 2017-2021. The data analysis method carried out in this study is a measurement using
price variation analysis, trend, seasonality and price correlation. The results of the research
conducted are that the price variations of rice and paddy Indonesia have low price
fluctuations, the trend of rice prices has a positive value while the trend of paddy prices has
a negative value, the prices of rice and paddy are high at the beginning and end of the year,
this means that the prices of rice and paddy do not follow seasonal patterns, the prices of
rice and paddy in Indonesia have no correlation.
1 Timotius 4:12
“ Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan
bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu
dan dalam kesucianmu”
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kemurahan dan kasih-Nya yang
selalu memberikan berkat, pengharapan dan kesempatan sehingga dengan izin-nya saya
dapat menyelesaikan skripsi ini, sebagai rasa syukur dan cinta yang tulus skripsi ini saya
persembahkan kepada:
Bapak (Mangapul Siitonga) yang selalu berjuang dan membimbing saya sehingga
mampu menyelesaikan tugas akhir dari perkuliahan ini.
Mama (Rospita Pasaribu) yang menjadi role model of my life dan memberikan kasih
sayang serta doa yang tulus.
Adik-adik ku “The Silitonga’s” (Widya, Ryaldi, Noni, Sopi, Marino, Geo) yang selalu
mensupport dan menghibur serta mendoakan saya dalam menyelesaikan perkuliahan
ini.
Untuk yang selalu bertanya “ Kapan skripsimu selesai? ”
Terlambat lulus atau lulus tidak tepat waktubukanlah sebuah kejahatan, bukan pula
sebuah aib. Alangkah kerdilnya jika mengukur kecerdasan seseorang hanya dari siapa
yang paling cepat lulus. Bukankah sebaik-baiknya skripsi adalah skripsi yang selesai?
Karena mungkin ada suatu hal dibalik terlambatnya mereka lulus, dan percayalah alas
an saya disini merupakan alas an yang sepenuhnya baik.
Keluarga besar HIMASETA UNIB.
Almamater kebangganku, Universitas Bengkulu.
UCAPAN TERIMAKASIH
Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini.
Kedua orang tua yaitu Mangapul Silitonga dan Rospita Pasaribu yang tak henti-
hentinya memberikan doa, semangat, dukungan untuk terus berjuang serta kasih
saying yang begitu besar.
Kepada adik-adik ku (The Silitonga’s) yang menjadi tempat untuk berbagi suka duka,
tempat bertukar pikiran, memberikan motivasi serta mau berjuang bersama untuk
menyelesaikan tanggung jawab.
Bapak Prof. Dr. Ir. Ketut Sukiyono, M. Ec selaku dosen pembimbing utama yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbingku, mengarahkan penulis dan selalu sabar
dalam membimbing penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi.
Ibu Ir. Ellys Yuliarti, M.Si selaku dosen pembimbing akademik dan pembimbing
pendamping yang selalu meluangkan waktunya untuk membimbing dalam penulisan
skripsi serta sabar dalam membimbing penulis sehingga dapat memyelesaikan skripsi.
Bapak Dr. Indra Cahyadinata, S.P, M.Si selaku dosen penguji yang telah bersedia
memberikan masukan, kritikan, dan saran sehingga dapat terciptanya skripsi saya ini.
Bapak Ir. Nusril, M.M. selaku dosen penguji yang telah bersedia memberikan
masukan, kritikan, dan saran sehingga dapat terciptanya skripsi saya ini.
Seluruh dosen dan staf serta karyawan administrasi Lab Sosial Ekonomi Pertanian dan
Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
Anggranda Squad yang selalu memberikan semangat, motivasi serta saran yang
membangun.
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah turut mendoakan
dan mendukung penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.
Last but least, I wanna thank me. I wanna thank for believing in me. I wanna thank me
for doing all this hard work. Iwanna thank me for having days off. I wanna thank me
for never quitting.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat
serta karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISIS
PERILAKU HARGA BERAS DAN GABAH DI INDONESIA”. Penulisan skripsi ini
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata I pada jurusan Sosial
Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
Melalui kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. Ir.
Ketut Sukiyono M.Ec selaku dosen Pembimbing Utama dan Ir. Ellys Yuliarti, M.Si selaku
dosen Pembimbing Pendamping, yang telah memberikan saran, wawasan dan semangat
dan keberanian bagi penulis dan atas bantuan pemikiran serta kesediaan untuk meluangkan
waktu sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Tak lupa penulis mengucapkan
terima kasih kepada seluruh staff Pengajar Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, rekan-rekan
mahasiswa SOSEK, serta seluruh pihak yang telah memberikan bantuan moril dan spiritual
sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan.
Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
penulis. Akhirnya penulis dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin.
Ayu Lestari
E1D017055
9
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................................... vi
DAFTAR ISI.............................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL...................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................. x
I. PENDAHULUAN............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................................ 5
II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................... 7
2.1 Landasan Teori.............................................................................................. 7
2.2 Penelitian Terdahulu..................................................................................... 16
2.3 Kerangka Berpikir......................................................................................... 20
III. METODE PENELITIAN..................................................................................... 22
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian....................................................................... 22
3.2 Metode Pengumpulan data............................................................................ 22
3.3 Metode Analisis Data.................................................................................... 22
3. 4 Defenisi dan Konsep Pengkuran Variabel................................................... 26
IV. GAMBARAN UMUM........................................................................................ 27
4.1 Kondisi Pertanian.......................................................................................... 27
4.2 Beras/ Padi di Indonesia................................................................................ 28
4.3 Luas Panen Serta Produksi Gabah dan Beras............................................... 29
4.4 Perkembangan Harga Gabah dan Beras di Indonesia................................... 33
V. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................. 37
5. 1 Deskripsi Data.............................................................................................. 37
5. 2 Analisis Variasi Harga................................................................................. 39
5.3 Analisis Trend Harga.................................................................................... 42
5.4 Perilaku Musiman......................................................................................... 49
5.5 Analisis Korelasi Harga Gabah dan Beras di Indonesia............................... 59
5.6 Faktor- Faktor Yang Mmepengaruhi Harga Beras........................................ 61
10
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Harga rata- rata beras di Indonesia 2021 (Rp/ Kg)..................................................... 3
2.1 Penelitian Terdahulu .................................................................................................. 15
5.1 Statistik Deskripsi Harga Beras dan Gabah di Indonesia............................................ 37
5.2 Variasi harga Gabah di Indonesia............................................................................... 39
5.3 Variasi harga Beras di Indonesia................................................................................. 41
5.4 Estimasi Trend Linear Harga Gabah Kering Panen (GKP) dan Gabah Kering
Giling (GKG) ditingkat Petani Tahun 2017-2021..................................................... 42
5.5 Estimasi Trend Linear Harga Gabah Kering Panen (GKP) dan Gabah Kering
Giling (GKG) ditingkat Penggiling Tahun 2017-2021.............................................. 44
5.6 Hasil Analisis Estimasi Trend Linear Harga Beras ditingkat Penggiling Tahun
2017-2021.................................................................................................................. 46
5.7 Indeks Musiman Harga Gabah ditingkat Petani dan ditingkat Penggiling................. 49
5.8 Indeks Musiman Harga Beras ditingkat Penggiling dan ditingkat Pedagang............. 55
5.9 Korelasi harga gabah dan beras di Indonesia.............................................................. 59
11
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Grafik Rata-rata harga gabah di Indonesia .......................................................... 2
2.1 Kurva Pasar Persaingan Sempurna...................................................................... 9
2.2 Kurva Pasar Monopoli......................................................................................... 9
2.3 Pola data horizontal.............................................................................................. 14
2.4 Pola data musiman............................................................................................... 14
2.5 Pola data sikklikal................................................................................................ 14
2.6 Pola data trend...................................................................................................... 14
2.7 Kerangka Berpikir................................................................................................ 21
4.1 Perkembangan Luas Panen di Indonesia Tahun 2021-2022................................ 29
4.2 Perkembangan Produksi Gabah di Indonesia 2017-2022................................... 30
4.3 Perkembangan Produksi Gabah Berdasarkan Provinsi ........................................ 31
4.4 Perkembangan Produksi Beras di Indonesia 2021-2022 ................................... 32
4.5 Perkembangan Harga Gabah di Indonesia........................................................... 34
4.6 Perkembangan harga beras di Indonesia ........................................................... 36
5.1 Kurva Trend Harga Beras dan Gabah Bulanan di Indonesia .............................. 37
5.2 Kurva Trend Harga GKP tingkat petani ………….………................................. 43
5.3 Kurva Trend Harga GKG tingkat petani.............................................................. 44
5.4 Kurva Trend Harga GKP tingkat penggiling ………………………………….. 45
5.5 Kurva Trend Harga GKG tingkat penggiling....................................................... 46
5.6 Kurva Trend Harga Beras Premium tingkat penggiling...................................... 47
5.7 Kurva Trend Harga Beras Medium tingkat penggiling........................................ 48
5.8 Kurva Trend Harga Beras Tingkat Pedagang...................................................... 48
5.9 Kurva Indeks Variasi Harga GKP ditingkat Petani............................................. 51
5.10 Kurva Indeks Variasi Harga GKG ditingkat Petani........................................... 51
5.11 Kurva Indeks Variasi Harga GKP tingkat Penggiling....................................... 52
5.12 Kurva Indeks Variasi Harga GKG tingkat Penggiling....................................... 53
5.13 Kurva Indeks Variasi Harga Beras Premium..................................................... 56
5.14 Kurva Indeks Variasi Harga Beras Medium...................................................... 57
5.15 Kurva Indeks Variasi Harga Beras di tingkat Pedagang.................................... 57
12
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Data Harga Gabah................................................................................................... 71
2 Data Harga Beras.................................................................................................... 73
3 Data Produksi Beras Di Indonesia.......................................................................... 75
4 Data Impor Beras.................................................................................................... 76
5 Standar Deviasi Gabah ditingkat Petani dan Penggiling......................................... 76
6 Standar Deviasi Beras ditingkat Petani dan Penggiling………………………….. 76
7 Koefisien Variasi Harga Gabah............................................................................. 77
8 Koefisien Variasi Harga Beras................................................................................ 76
9 Hasil Analisis Trend................................................................................................ 77
10 Hasil Analisis Musiman........................................................................................ 84
11 Hasil Analisis Korelasi Harga............................................................................... 85
12 Hasil Analisis Regresi Linier Menggunakan SPSS............................................... 86
13
I. PENDAHULUAN
14
masuknya beras impor, harga beras dalam negeri turun dan keadaan petani semakin
terpuruk. Rata-rata harga beras dan gabah di Indonesia selama 5 tahun terakhir dapat
dilihat pada gambar 1.1:
5510 5450 5566 5551
5487
4856 4809
4600 4771 4650
Harga GKG
Harga GKP
15
masyarakat menginginkan beras yang terbaik atau kualitas terbaik. Namun karena fluktuasi
harga, kemampuan masyarakat untuk memperoleh beras dengan kualitas terbaik semakin
menurun dikarenakan harga yang cenderung meningkat. Rata-rata harga beras di Indonesia
disajikan pada tabel 1.1
Tabel 1.1 Harga rata- rata beras di Indonesia 2021 (Rp/ Kg)
16
Pasokan beras mempengaruhi harga beras. yang juga dipengaruhi oleh harga
komoditas lain dan kebijakan pemerintah (Agus, 2006). Saat musim panen, jumlah
produksi akan melimpah sedangkan di luar musim panen, hasil panen akan rendah bahkan
berkualitas buruk. Ini akan mengakibatkan terjadinya peningkatan pada harga produk
pertanian. Hal ini selaras dengan Anindita (2004) menjelaskan bahwa fluktuasi harga
pertanian disebabkan oleh tiga alasan, yaitu fluktuasi permintaan dan penawaran dan
eksperimen dalam proses penentuan harga. Semakin banyak saluran/lembaga pemasaran
yang terlibat, maka semakin beragam situasi keuangan suatu lembaga yang mempengaruhi
fluktuasi penawaran dan permintaan, termasuk menyalahgunakan kekuasaan untuk
keuntungan sementara.
Keadaan dilapangan menunjukkan bahwa harga jual beras melambung tinggi di
pasar-pasar Indonesia. Menurut data yang di publikasi oleh Pusat Informasi Harga Pangan
Strategis Nasional (2021) mengungkapkan bahwa harga beras meningkat sebesar Rp.
10.000/kg – Rp. 19.000/kg dengan kualitas medium pada kuartal pertama di tahun 2021.
Hal ini dikarenakan margin keuntungan yang diambil pengepul beras terlalu besar.
Pengumpul beras sering melakukan penipuan saat melakukan kartel harga, sehingga
menyulitkan konsumen untuk melihat harga beras yang fluktuatif. Kebijakan tentang
jumlah produksi. kualitas dan stabilisasi harga sangat diperlukan untuk menjaga produksi
beras yang berkelanjutan.
Petani sebagai produsen membutuhkan harga jual yang pasti, Ketidakpastian harga
jual akan mempengaruhi alokasi faktor produksi petani untuk waktu yang lama, membuat
petani harus menanggung lebih banyak risiko perubahan harga. Bagi konsumen yang
menggunakan beras dalam jumlah besar sebagai bahan baku, kepastian harga membantu
perencanaan produksi. Situasi saat ini menunjukkan bahwa permintaan beras akan terus
meningkat. Jika permintaan beras tidak seimbang dengan produksi, maka permintaan beras
yang tinggi akan menyebabkan harga beras berfluktuasi. Hal ini sesuai dengan penelitian
Sugiharti (2004) bahwa ada hubungan antara fluktuasi dan jumlah produksi.
Fluktuasi harga gabah dan beras yang terjadi dalam hal ini merupakan gambaran
dari perilaku harga beras dan gabah, ini artinya menganalisa perilaku harga menjadi
menarik. Beberapa penelitian terkait dengan perilaku harga yang di lakukan oleh Juliyanto
(2021) dan Devina (2016) bahwa trend harga di pengaruhi oleh harga sebelumnya.
Temuan-temuan ini menunjukkan pentingnya informasi harga bagi petani, termasuk
konsumen. Harga sering digunakan sebagai sinyal bagi petani atau produsen untuk
berproduksi dan memasarkan. Mengkaji perilaku harga produk pertanian sangat penting
17
tidak hanya bagi petani dan konsumen tetapi juga untuk pengambilan keputusan dalam
merumuskan kebijakan harga. Oleh karena itu, diperlukan analisa lebih lanjut dengan
melihat pola trend harga, perubahan harga musiman, variasi harga yang terjadi harga pada
beras dan gabah. Hal ini menjadi penting, apabila di lihat dari penelitian sebelumnya
perilaku yang di teliti berbeda-beda serta terbatasnya penelitian terdahulu yang ditemukan
dalam menganalisa perilaku harga beras dan gabah membuat perlunya keterbaruan dalam
penelitian.
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, hal ini membuat peneliti tertarik
untuk mengkaji lebih lanjut bagaimana perilaku harga beras dan gabah di Indonesia dan
Provinsi Bengkulu.
18
2. Bagi konsumen beras dan gabah, penelitian ini diharapkan bisa memberikan
informasi yang bermanfaat tentang perilaku harga beras dan gabah sehingga
konsumen dapat mengambil keputusan yang tepat.
3. Bagi pemerintah atau instansi terkait, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
bahan pertimbangan dalam perumusan kebijakan dalam pengendalian harga beras
dan gabah sehingga produsen dan konsumen tidak dirugikan dalam situasi ini.
19
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Harga
Menurut Anindita (2004), harga menyatakan nilai rupiah suatu negara atau sarana
finansial apapun. Menurut Gunadarma (2010), harga adalah nilai ganti dari penerimaan
produk (kepada konsumen dan produsen), umumnya dinyatakan pada unit moneter.
Menurut Buchari dalam Sutanto (2010), harga adalah nilai ekonomis satu produk
yang dinyatakan dalam unit moneter. Sedangkan menurut Saladin dalam Susanto (2010),
harga adalah sebanyak uang yang digunakan jadi sarana bayar untuk mendapatkan barang
dan jasa.
Harga adalah total yang dikenakan untuk suatu barang atau total harga yang
ditukar konsumen sebab mempunyai atau memanfaatkan barang tersebut (Kotler dan
Armstrong, 2010). Dari sejumlah penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa harga adalah
nilai unit suatu barang yang dinyatakan menjadi total yang dibayarkan untuk berbelanja
barang atau jasa tersebut atau menggunakannya sebagai sarana tukar.
20
sungguh penting baik bagi produsen maupun konsumen. Produsen berfungsi sebagai tolak
ukur produksi barang dan jasa dan konsumen sebagai salah satu tolak ukur mendukung
menetapkan barang dan jasa yang diinginkan untuk menilai faktor produksi dan mutu.
21
Gambar 2.1 Kurva Pasar Persaingan Sempurna
Kurva penawaran produsen adalah bagian dar kurva biaya marjinal yang terletak
diatas kurva biaya rata-rata minimum. Kurva penawaran diperoleh dari perpotongan kurva
biaya marjinal dan garis harga. Persimpangan ini membentuk kurva penawaran. Kurva
penawaran dalam pasar persaingan sempurna dapat diturunkan dari kondisi keseimbangan
pasar yang berbeda pada tingkat harga yang berbeda.
B. Pasar monopoli
Pasar monopoli memiliki ciri yaitu terdapat hanya satu penjual barang ataupun jasa
dan barang substitusi (pengganti) tidak ada. Sehingga pada pasar monopoli tidak ada
persaingan antar penjual.
Penggambaran serta penjelasan pada pasar monopoli melalui kurva 2.2 berikut:
22
yang dapat mebentuk harga yaitu: biaya produksi, biaya distribusi, biaya penyimpanan,
biaya pemasaran, bunga pinjaman bank dan lai-lain. Nicholson (2004) mengatakan bahwa
struktur pasar dapat mempengaruhi kekuatan penjual atau distributor sehingga
mempengaruhi harga yang terbentuk dipasar. Secara teori, struktur pasar dapat berupa
pasar monopoli, duopoli, oligopoli, persaingan monopolistik dan persaingan sempurna.
Melimpahnya hasil pertanian saat musim panen raya membuat petani tidak
memiliki daya tawar untuk membuat perubahan harga dan bertindak sebagai price taker. Di
sisi lain, industri penggilingan padi dan pedagang yang terbatas cendrung membentuk
struktur pasar oligopolistic, dimana pasar ini memiliki kekuatan untuk mempengaruhi
harga. Harga pada komoditi dapat terbentuk karena hasil interaksi permintaan dan
penawaran. Harga yang terbentuk di pengaruhi oleh jumlah barang yang diperdagangkan.
Di sisi lain, jumlah permintaan semakin banyak tentunya harga akan naik dan dari sisi
penawaran, semakin banyak barang yang ditawarkan maka harga akan turun. Banyak
faktor yang mempengaruhi perilaku penawaran dan permintaan dalam pembentukan harga.
Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi perilaku penawaran dan permintaan dalam
pembentukan harga. Namun, untuk komoditas beras pembentukan harga cenderung
dipengaruhi dari sisi penawaran (supply shocks). karena jumlah permintaan lebih stabil
dari waktu ke waktu seiring dengan pola trend yang berkembang.
Ada banyak faktor yang menyebabkan jumlah penawaran produk pertanian yang
seringkali susah untuk dikendalikan. Studi oleh Deaton dan Laroque (1992), Chambers dan
Bailey (1996) serta Tomek dan Kenneth (1990) dalam Saptana (2019) menarik
kesimpulan bahwa terdapat dua penyebab yang mempengaruhi pembentukan harga
pertanian. yaitu masalah yang terjadi saat panen dan system penyimpanan yang dilakukan
oleh petani. Perubahan harga beras di Indonesia memiliki pola siklus yang sistemik, pola
pertumbuhan yang lebih cepat dan beragamnya harga beras yang terbentuk. Perubahan
harga cenderung mengalami peningkatan pada saat musim tanam dan menurun pada saat
musim panen. Pasokan dan distribusi produk pertanian akan mempengaruhi harga
komoditas tersebut. Tekanan dari sisi permintaan juga dapat mendorong harga pertanian,
meskipun pada tingkat yang lebih rendah daripada tekanan dari sisi penawaran. Menurut
Tomekand Kenneth (1990), penyebab meningkatnya harga pangan yaitu pendapatan
masyarakat jumlah dan kepadatan penduduk.
Dengan asumsi persaingan sempurna di pasar, harga beras dan gabah terbentuk
karena adanya hubungan antara penawaran dan permintaan yang terjadi dan dalam
praktiknya pasar tidak selalu bekerja dengan sempurna. Pada musim panen, tatanan pasar
23
beras dan gabah cenderung menjadi struktur pasar oligopolistik dimana pembeli memiliki
kekuatan dalam menentukan harga. terutama kekuatan dalam menentukan harga
penggilingan padi sedang (PPM) dan penggilingan padi besar (PPB).
Situasi ini sering diperparah ketika panen raya tiba dengan curah hujan yang tinggi
mengakibatkan terhambatnya proses kegiatan panen, pengeringan dan distribusi gabah dan
beras serta terbatasnya jumlah pekerja. Hal ini dapat mendorong turunnya harga selama
musim panen. Saat puncak panen, petani padi cenderung membayar lebih rendah dari biaya
produksi. Oleh karena itu, pemerinah perlu menggabungkan kebijakan non harga dan
kebijakan harga (Sawit dan Halid 2010; Maulana 2012).
24
Para ahli ekonomi menilai fluktuasi harga sebagi standar kestabilan harga. Pada
tingkat fluktusi yang lebih kecil, maka koefisien variasi lebih kurang sama dengan standar
deviasi yang digunakan. Menurut Gilbert (2011), fluktuasi merupakan sebuah istilah dalam
ekonomi dan finasial untuk mendiskusikan perkembangan harga. Pada level teknikal,
fluktuasi harga memiliki ukuran kuantitatif untuk tingkat perubahan harga. Secara umum,
sebagian orang berpendapat bahwa harga di katakan berfluktuasi apabila harga semakin
meningkat. Jumlah pemintaan yang besar namun tidak diiringi dengan jumlah penawaran
mengakibatkan harga cenderung melambung tinggi dan berfluktuasi.
Menurut Anindita (2004), fluktuasi harga musiman bergantung pada penyimpanan
dan resiko sebagai dampak dari cara penanganan komoditas sepanjang tahun. Teknik yang
digunakan dalam menganalisis perubahan harga musiman yang bersifat deskriptif yaitu
dengan melihat perubahan harga bulanan yang digambarkan melalui grafik. Dari hasil
pengamatan, ini dapat menjadi suatu informasi untuk melihat pola perubahan harga
musiman.
Perubahan harga ini biasanya mengikuti system pola tahunan dan ketika pola ini
perhatikan maka polanya akan sama sepanjang tahun. Namun nyatanya biasanya harga
komoditas pertanian bersifat pola musiman. Fluktuasi musiman ini biasanya terjadi ketika
terdapat perubahan penawaran terhadap permintaan. Faktor yang menyebabkan terjadinya
fluktuasi harga yaitu iklim dan permintaan musiman. Karena hasil pertanian sangat
bergantung padakondisi iklim yang terjadi. sehingga terdapat waktu dimana harga prduk
pertanian menjadi meningkat dan menurun. Maka pada sebagian hasil pertanian pada
produksinya dicerminkan dengan pola dasar musiman.
2.1.6 Trend
Suatu metode analisa yang diracang untuk memperkirakan atau meramalkan harga
dimasa depan dan memahami peningkatan maupun penurunan trend data disebut analisis
trend. Untuk mendapat hasil peramalan yang baik diperlukan informasi tentang data yang
diamati, dimana data ini diamati dalam kurung waktu yang lama sehingga diperoleh hasil
peramalan yang lebih akurat. Dari hasil analisis yang diperoleh dapat diketahui bagaimana
perubahan fluktuasi serta penyebabnya.
Trend merupakan suatu peramalan terhadap suatu variabel dimana variabel yang
digunakan yaitu waktu. Trend dapat digolongkan menjadi tiga motede yaitu trend linier,
trend parabolik dan trend eksponensial. Trend linier dapat diketahui dengan melihat
diagram yang terbentuk yaitu linier. Jika diagram yang terbentuk membentuk parabola
baim terbuka kebawah maupun keatas maka disebut trend parabolik dan uji yang
25
digunakan yaitu uji Kai-Kwadrat. Sedangkan trend eksponensial dapat diketahui dengan
menghitung logaritma terlebih dahulu dan kenaikan yang berlipat ganda.
Adapun persamaan dari ketiga metode trend tersebut adalah berikut ini :
a. Trend linier : Y= a + bX + e
b. Trend parabolik : Y= a + bX + cX + e
c. Trend eksponensial : Y= a.b + e
Suatu trend dikatakan linier jika peningkatan dan penurunan yang akan diramalkan
membentuk linier. Dalam sebuah trend, waktu menjadi variabel bebas yang digunakan baik
data harian, mingguan, bulanan, semesteran dan tahunan. Model yang digunakan
ergantung dari variabel waktu yang digunakan dan data data yang digunakan harus sesuai
dengan kebutuhan. Persamaan pada trend linier dapat ditulis dengan persamaan berikut:
Y= a + bX+ e
Dimana:
Y : trend
X : waktu (hari. minggu. bulan. tahun)
a.b : bilangan konstan
2.1.7 Pola Data Time Series
Data yang amati sepanjang tahun secara berkala disebut sebagai data time series.
Waktu pengamatan yang dilakukan dapat berupa data mingguan, bulanan, kuartal hingga
tahunan. Namun pada sebagian masalah dapat juga berupa hari ataupun jam. Analisis time
series berfungsi untuk mengetahu pola variasi yang digunakan untuk meramalkan pola
dimasa depan serta membantu pembuatan perencanaa manajemen operasi. Menganalisa
time series berarti mengolah data masa lampau yang kemudian diproyeksikan untuk
memperkirakan pola dimasa depan dengan melihat pola hubungan yang terjadi antar
variabel (Yamit. 1996).
Hal yang harus diperhatikan dalam suatu data time series yaitu pola atau tipe yang
dimiliki oleh data tersebut. Menurut Hanke dan Wichern (2005) dalam Setyowati (2018)
ada beberapa pola pada data time series yaitu:
1. Pola data trend terbentuk jika nilai rata-rata terus berubah dalam kurun waktu yang
panjang. Trend merupakan salah satu komponen jangka panjang yang mendasari
pertumbuhan pada data time series (Hanke dan Wichern. 2003). Pola data trend ini
dapat terjadi apabila terdapat kanaikan ataupun penurunan dalam jangka panjang.
Menurut Jonathan. D dan Kung. S.C (2008), grafik pada pola data trend di gambarkan
sebagai berikut:
26
Gambar 2.1 Pola data musiman
2. Pola musiman merupakan pola data yang dipengaruhi oleh sifat musiman dimana data
dapat terus berubah-ubah dan berulang dari tahun ke tahun sesuai dengan musim yang
terjadi (Hanke dan Wichern. 2003). Sedangkan menurut Makradis dan Wheelright
(1983) dalam Yamit (2003) pola data musiman terjadi jika data yang terbentuk
dipengaruhi oleh musiman. Adapun pola musiman menurut Jonathan. D dan Kung. S.C
(2008) digambarkan melalui grafik berikut:
27
2.1.8 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Beras
Mudya Dewi Afsari dan Astri Ridha Yanuarti (2016), pergerakan harga beras
sangat dipengaruhi oleh tiga faktor, diantaranya:
1. Faktor ketersediaan beras
Hal ini berkaitan dengan hasil produksi panen petani padi di daerah sentra
produksi. Ketersediaan beras ini juga sangat dipengaruhi oleh beberapa keadaan seperti
luas lahan panen, perubahan iklim yang terjadi yang berdampak terhadap produksi,
produktivitas, pergeseran musim tanam dan musim panen, serta adanya serangan hama
penyakit terhadap proses budidaya padi yang berdampak terhadap produksi. Di samping itu
ketersediaan stok beras di Bulog juga mampu mempengaruhi harga beras, mengingat
Bulog bisa melakukan pembelian dan penjualan secara besar pada komoditas beras.
2. Faktor permintaan dari konsumen
Faktor peningkatan dan penurunan permintaan konsumen dapat mempengaruhi
harga beras terutama saat menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional, adanya kepanikan
atau kekhawatiran konsumen akan kelangkaan beras dipasar serta adanya perubahan pola
konsumsi, preferensi dan diversifikasi pangan kebutuhan pokok konsumen.
3. Faktor distribusi
Faktor distribusi menjadi pemicu kenaikan dan penurunan harga beras. Proses
distribusi beras mengeluarkan beberapa biaya seperti biaya distribusi, jarak dari sentra
produksi ke sentra konsumsi, dan adanya gangguan dalam proses distribusi. Di sisi lain
faktor kebijakan pemerintah juga mempunyai andil dalam pergerakan harga beras, yaitu
berkaitan dengan kebijakan impor ekspor beras serta kebijakan pembelian dan penjualan
beras dengan harga tertentu yang dilaksanakan oleh Bulog.
28
29
sifatnya yang musiman. Sehingga mempengaruhi jumlah permintaan dan penawaran yang
pada akhirnya menyebabkan harga yang terus berubah-ubah (tidak stabil). Fluktuasi harga
yang terjadi merupakan salah satu bentuk dari perilaku harga. Perilaku harga yang di
analisis pada penelitian ini yaitu variasi harga, trend, musiman dan korelasi harga dimana
indikator yang di gunakan pada penelitian sebelumnya yang di lakukan oleh Pandit
(2012).
Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka bagan penelitian digambarkan seperti
berikut ini:
Harga Beras
dan Gabah
Harga GKP dan Harga GKP dan Harga Beras Harga Beras
GKG di tingkat GKG di tingkat di tingkat di tingkat
petani penggiling penggiling pedagang besar
Ket:
: Garis Hubungan
: Garis Analisis
35
1=i
Dimana :
Y = nilai trend
X = periode waktu (bulan)
a = konstanta
b = koefisien X
n = jumlah periode waktu
T ×C × S × I
=S
T ×C×I
Dimana :
T =Trend
C = Komponen Siklus
S = Komponen Musiman
I = Komponen Tidak Beraturan
37
Dimana:
r = Koefisien Korelasi
n = Jumlah Pengamatan dari Tahun 2017- 2021.
∑Hb = Jumlah dari Pengamatan Harga Beras.
∑Hg = Jumlah Pengamatan Harga Gabah.
Yt = β0 + β1 X1,t + et
pengaruh dari masing-masing variabel bebas secara parsial atau untuk mengetahui variabel
mana yang lebih mempengaruhi impor beras di indonesia digunakan uji-t dengan kaidah
pengambilan keputusan sebagai berikut:
1. Tingkat signifikan yang akan digunakan adalah 0,05 dengan kriteria jika thitung
(ditunjukan pada Prob.) > α maka Ho diterima dan Ha ditolak.
2. Jika thitung < α, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara bersama-sama
terhadap variabel dependen dari suatu persamaan regresi dengan menggunakan hipotesis
statistik. Pengambilan keputusan didasarkan pada nilai yang didapatkan dari hasil
pengolahan uji berikut :
1. Jika probabilitas <0,05 maka H0 ditolak
2. Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima
c. Koefisien Determinasi (R2)
Pada model linier berganda ini, akan dilihat besarnya kontribusi untuk variabel
bebas secara bersama sama terhadap variabel terikatnya dengan melihat besarnya koefisien
determinasi totalnya (R2). Jika determinasi totalnya (R2) yang diperoleh mendekati 1 (satu)
maka dapat dikatakan semakin kuat model tersebut menerangkan hubungan variabel bebas
terhadap variabel terikat. Sebalikya jika determinasi totalnya (R 2) semakin mendekati 0
(nol) maka semakin lemah variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat.
dan meningkatnya biaya negara imbas angka impor beras. Grafik impor beras Indonesia
disajikan dibawah ini:
Volume Impor Beras (Ton)
900,000.0
800,000.0
700,000.0
600,000.0
India
500,000.0 Thailand
Vietnam
400,000.0 Pakistan
Myanmar
300,000.0
200,000.0
100,000.0
0.0
2017 2018 2019 2020 2021
Maret, lebih awal dari 2020. Rangkaian Luas Panen padi di Indonesia disajikan pada
diagram 4.1
1.7
1.3
Juta Hektare
0.9
0.5
0.1
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2021 0.41 0.77 1.78 1.46 0.78 0.79 1.07 0.85 0.83 0.74 0.52 0.37
2022 0.47 0.77 1.76 1.42 0.83 0.87 0.93 0.81 0.84 0.93 0.51 0.48
GKG, atau mengalami kenaikan sebanyak 1,25 juta ton GKG (2,31 persen) dibandingkan
2021 yang sebesar 54,42 juta ton GKG.
Produksi padi maksimum pada tahun 2021 dan tahun 2022 akan berlangsung pada
bulan Maret. Sedangkan produksi beras minimal pada tahun 2022 berlangsung pada bulan
Januari, sedangkan produksi beras minimal pada tahun 2021 berlangsung pada bulan
Desember. Produksi padi pada Maret 2022 sejumlah 9,54 juta ton GKG, sebaliknya
produksi beras pada Januari 2022 sejumlah 2,46 juta ton GKG. Perkembangan produksi
Juta Ton- GKG
11
9
7
5
3
1
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2021 2.08 4.06 9.67 7.77 3.95 4.04 5.51 4.16 4.27 3.99 2.87 2.04
2022 2.46 4.08 9.54 7.74 4.13 4.36 4.71 4.08 4.34 4.94 2.81 2.48
ini:
12,000
10,000 2021
8,000 2022
6,000
J Produksi
t
ra
4,000
n
n
n
ta
a
ra
t
ta
ta
ra
2,000
B
h
la
r
ta
t
la
a
a
u
a
ra
te ng
e
ra
l
g
im
B
e
0
S
e
n
a
ha
S
te
B
n
ra
ra
g
T
e
p
ra
T
si
ta
gc
m
te
a
a
eA
n
e
te
n
a
w
w
a
a
w
a
w
m
m
L
a
m
a
m
la
a
J
u
u
li
J
a
u
S
S
a
S
K
N
Pada gambar 4.3 Pada tahun 2022, produksi beras di sejumlah sentra produksi beras
seperti Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Sumatera Selatan akan melonjak secara
signifikan. Di sisi lain, produksi beras turun signifikan di sejumlah provinsi seperti
Kalimantan Selatan, Jawa Timur, dan Aceh. Sebagian besar provinsi yang akan
memberikan partisipasi signifikan terhadap kemerosotan dan pertambahan produksi beras
pada tahun 2022 adalah provinsi-provinsi sentra produksi beras Indonesia.
3.5
2.5
1.5
0.5
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2021 1.2 2.34 5.57 4.48 2.28 2.33 3.18 2.4 2.46 2.3 1.65 1.17
2022 1.42 2.35 5.49 4.45 2.38 2.51 2.71 2.35 2.5 2.85 1.62 1.43
tahunnya, maka pertambahan produksi beras ini untuk menjajarkan pertambahan kuantitas
masyarakat yang mengkonsumsi beras.
Perkiraan rendemen beras dilakukan menurut transformasi beras pecah kulit.
Sewaktu sepanjang mekanisme ini terjadi penyusutan/pencaran bagi keperluan non pangan
seperti makanan ternak dan materi pabrik. Hal ini menyebabkan produksi beras makin
sedikit dari produksi gabah, dan perbandingan lahan pertanian yang digunakan untuk
bercocok tanam selain padi dan lahan tegalan (tebang) pada tahun 2021 akan bertambah
dari tahun sebelumnya. Berkurangnya lahan pasti akan berpengaruh pada hasil panen padi.
berprofesi sebagai pedagang. Model ini sering digunakan oleh pabrik/pedagang besar.
Selama itu, pabrik-pabrik kecil yang menyediakan pasokan berupa beras merah dan
menjualnya sebagai beras wajib mengalami ancaman kerugian pangan yang besar, yang
tentu mempengaruhi ketersediaan beras. Harga beras di pabrik-pabrik kecil ditentukan oleh
penjual besar atau peserta tata niaga berikutnya
Jadi seperti petani, kilang padi kecil hanyalah pemeroleh harga. Akan tetapi,
mereka sedang bisa memperoleh batas laba yang makin besar daripada penjual grosir
dibandingkan dengan petani. Keberadaan pemanen pedesaan (pabrik kecil) berguna bagi
petani, dengan atau tanpa ikatan eksploitatif. Mereka juga sering memberi petani pinjaman
pertanian yang dilunasi setelah panen, atau sistem "pembayaran panen" atau "yarnen".
Peran mereka dalam memasarkan pangan kepada petani melebihi KUD atau kelompok tani
yang sebagian besar masih sebatas teknik bercocok tanam dan pendistribusian saprodi
Harga gabah Rp / Kg
produksi pertanian. Bagan di bawah ini menunjukkan tren harga pangan di Indonesia:
5500
4500
3500
2500
1500
500
harga setiap tahunnya. Pada Juli 2021, proporsi kasus harga gabah GKP lebih rendah dari
HPP tertinggi, 46,66% di tingkat petani dan 44,68% di tingkat pabrik. Pada tahun 2021,
situasi harga gabah yang lebih rendah dari harga maksimum akan meningkat dibandingkan
dengan tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan musim panen pada bulan Maret hingga Juli
2021, terutama pada bulan April 2021, menyebabkan permintaan lebih rendah dari tahun
sebelumnya sehingga stok melimpah dan menyebabkan harga turun di bawah HPP. Selama
musim panen raya, harga gabah meningkat, hal ini ditunjukkan dengan indeks yang tinggi
yaitu 1,59832 dan terjadi pada April 2021.
Dalam rangka mengamankan harga pengadaan pemerintah (HPP), perlu dilakukan
pemantauan harga bagi produsen pangan untuk stabilisasi harga pasar. Data harga pangan
dikumpulkan untuk 29 provinsi dari Januari hingga Desember 2021. Kampanye penilaian
dilakukan terhadap 20.520 observasi harga produsen gabah, dimana Gabah Kering Panen
(GKP) sebesar 62,81%, diikuti oleh Gabah Kering Giling (GKG) sebesar 19,93% dan
Kualitas luar sebesar 17,26% dari total petani. penjualan biji-bijian transaksional.
Komposisi tersebut menunjukkan bahwa petani masih belum mampu meningkatkan
kualitas produksi pangan. Petani umumnya masih bermasalah dengan sarana penjemuran
atau penyimpanan padi dan tekanan likuiditas pasca panen. April 2021 merupakan harga
terendah pada Gabah Kering Panen dan bulan Juli untuk Gabah Kering Giling.
Keadaan ini memperlihatkan bahwa secara umum titik terendah harga gabah
kadang-kadang berlangsung pada periode panen raya dan bulan-bulan berikutnya,
sebaliknya titik maksimum harga gabah kadang-kadang berlangsung pada puncak periode
sepi di awal tahun. Maksimal kenaikan harga pangan semua kualitas pada tahun 2021
sekitar 2-4%. Di sisi lain, kemerosotan harga pangan pada saat panen raya optimal juga
akan berkisar 6-8%.
Periode panen senantiasa berpengaruh pada harga gabah tahunan di bawah HPP.
Pada Juli 2021, proporsi masalah harga gabah di bawah HPP mutu GKP maksimum di
tingkat petani dan industri pengolahan masing-masing sebanyak 46,66% dan 44,68%.
Sebaliknya untuk GKG kejadian terbesar terjadi pada April 2021 yakni menggapai
78,61%.
Gambar 4.7 di bawah ini memperlihatkan tren harga beras dari tahun 2017 hingga
2021, dan harga rata-rata nasional membentuk pada harga akhir bulan. Harga beras yang
digunakan adalah harga di pasar konvensional, penetapan klasifikasi beras yang digunakan
di setiap wilayah berlainan sebab klasifikasi beras yang dimakan oleh masyarakat di setiap
provinsi berlainan, sehingga digunakan nama yang berlainan selaras dengan alternatif
harga beras Rp / Kg
pilhan konsumen.
12300
12100
11900
11700
11500
11300
11100
1
7
1
17
18
19
20
21
7
1
-1
-1
-1
-2
-2
-1
-1
-1
-2
-2
l-1
l-1
l-1
l-2
l-2
n-
n-
n-
n-
n-
ct
ct
ct
ct
ct
pr
pr
pr
pr
pr
Ju
Ju
Ju
Ju
Ju
Ja
Ja
Ja
Ja
Ja
O
O
A
A
GKP pt GKG pt GKP pg GKG pg Beras Premium
Beras Medium Beras pd
Gambar 5.1 Kurva Trend Harga Beras dan Gabah Bulanan di Indonesia
Sumber : Badan Pusat Statistik (2021)
Beras dan gabah di Indonesia memiliki harga yang bervariasi, selama pengamatan
harga beras dan gabah tinggi pada bulan Januari hingga Maret kemudian menurun hingga
bulan Desember. BPS (2021) mengungkapkan terjadi persegeseran pola panen dari bulan
Maret menjadi bulan April. Kenaikan harga tertinggi gabah baik tingkat petani maupun
tingkat penggiling terjadi pada tahun 2018 untuk GKP, tahun 2020 untuk GKG. Sedangkan
beras tingkat penggiling, harga paling meningkat di 2020 untuk beras premium dan
medium. Sementara itu, kenaikan harga tertinggi beras tingkat pedagang terjadi pada tahun
2020. Di sisi lain, lonjakan produksi selama musim panen raya menyebabkan terjadinya
penurunan harga. Hal ini tercermin pada rendahnya harga gabah pada bulan Maret – April
dimana bulan tersebut merupakan musim panen di Indonesia.
51
menetapkan bias data pada suatu sampel dan guna melihat seberapa erat informasi tertera
dengan mean. Sementara itu, GKP tingkat petani memiliki nilai standar deviasi terbesar
kedua diikuti dengan beras tingkat pedagang dimana masing-masing memiliki nilai standar
deviasi sebesar 280.54 dan 271.148. Semakin tinggi nilai standar deviasi menunjukkan
bahwa data tersebut memiliki variasi yang tinggi atau penyebaran data yang luas.
Sebaliknya, semakin rendah standar deviasi maka semakin kecil variasi data atau
penyebaran data.
kota/provinsi dikatakan memiliki harga yang tetap atau tidak fluktuatif jika koefisien
variasi harga berada dalam kisaran 9%. Pemicu fluktuasinya tidak besar karena penyaluran
menyeluruh sepanjang tahun, sistem persediaan berlangsung dengan efektif, dan produksi
di periode puncak dapat memenuhi permintaan di luar periode.. Hal ini sejalan dengan
temuan hasil Jam’an (2018) bahwa fluktuasi harga Beras umumnya dipengaruhi oleh
periode panen raya dan luar periode, yaitu harga yang relatif murah pada periode panen
raya, dan sebaliknya, harganya lebih mahal pada periode menjelang panen atau paceklik.
Keberhasilan rancangan pengembangan produksi beras yang dilaksanakan oleh
pemerintah telah mendorong pengembangan penyediaan pangan melalui pelaksanaan
rancangan pengembangan produksi beras secara berkesinambungan melalui kebijakan
subsidi saprodi. Guna menanggulangi produksi yang melimpah itu, Bulog membeli gabah
dari petani dengan tarif di atas harga pokok. Akan tetapi di sisi lain, Bulog kesulitan modal
usaha untuk memperoleh gabah dari petani. Jadi pemerintah mensubsidi pembelian gabah
dari petani. Seperti penelitian yang dilakukan Timmer, kendala keuangan Bulog dalam
membeli bahan pangan dari petani dapat diatasi dengan dukungan pemerintah. Jika
lonjakan harga terlalu besar, perkembangan harga akan menimbulkan persoalan, sebab
persediaan barang sulit dan tidak bisa diprediksi sehingga memunculkan ketidakpastian.
Memajukan harga akan menambah risiko untuk produsen, penjual, pengguna, dan tentunya
pemerintah. Menurut Kemendag (2010) Perkembangan harga yang tidak sesuai dengan
kapasitas pasar menimbulkan persoalan baru, yang bisa mengakibatkan buruknya
pembuatan strategi oleh pemerintah.
Umumnya, harga gabah dan beras konsumsi pertanian terbanyak berlangsung pada
bulan Desember sampai Januari setiap tahunnya, sebaliknya harga terendah berlangsung
pada bulan Mei dan Juli setiap tahunnya. Hal ini terkait dengan bulan Mei-Juli yang
menjadi periode panen raya dengan produksi yang banyak dan harga yang rendah.
Bertentangan dengan periode paceklik November-Desember saat produksi merosot dan
harga condong melonjak, hal ini sejalan dengan Mears (1982) bahwa harga gabah dan
beras di Indonesia berfluktuasi secara musiman, biasanya menuruti periode tanam padi.
Sejalan dengan temuan hasil Aldi (2022), konsistensi harga gabah dan beras di petani atau
penggilingan beras adalah adanya aturan harga yang mengendalikan tarif dasar beras.
Yaitu apabila terjadi peningkatan produksi gabah yang mengakibatkan surflus maka gabah
yang beredar dipasar akan diserap oleh Bulog, begitu pula sebaliknya apabila terjadi
kelangkaan atau defisit permintaan maka Bulog akan mencukupi permintaan sehinggaa
harga gabah akan tetap stabil.
54
antar musim. Jadi Bulog sekadar bisa meredam gejolak harga mencapai batasan tertentu.
Naik-turun harga sesungguhnya ialah hal yang sangat wajar, dan juga merupakan syarat
mutlak bagi kelangsungan fungsi pasar, yaitu mewujudkan pasar yang kompetitif. Jika
kenaikan harga sangat tinggi dan tidak dapat diprediksi, perubahan harga akan menjadi
masalah, yang akan menimbulkan ketidakpastian dan dengan demikian menumbuhkan
ancaman bagi produsen, pedagang, konsumen, dan tentu saja pemerintah. Perkembangan
harga yang tidak merefleksikan kemampuan pasar memicu persoalan baru yang bisa
menimbulkan kekeliruan strategi oleh pemerintah (Departemen Perdagangan RI, 2015).
Harga beras Indonesia menunjukkan laju pertumbuhan dan harga yang relatif berfluktuasi
tetapi masih dalam standar yang rendah. Ini terjadi akibat dari adanya aktivitas impor
sehingga harga beras lebih berfluktuatif.
Ketika arus beras masuk dan keluar suatu daerah tidak tetap, maka harga beras akan
menyimpang dan berfluktuasi, sehingga strategi pemerintah wilayah melalui peran aktif
Kementerian Pertanian juga dituntut untuk secara teratur menyeimbangkan produksi,
persediaan dan permintaan di suatu daerah. Dinas Perdagangan, Pertanian dan Tanaman
Pangan dan Bulog. Hasil kajian Hermanto dan Saptana (2017) menunjukkan bahwa untuk
mencapai konsistensi harga gabah/beras, pemerintah menjalankan strategi harga dasar dan
harga optimum. Harga dasar dimaksudkan untuk menyelamatkan petani sebagai produsen
dari jatuhnya harga pangan pada saat panen besar, sedangkan harga optimum dimaksudkan
untuk menyelamatkan konsumen dari lonjakan harga apalagi pada saat di luar periode.
Strategi harga gabah/beras saat ini telah menciptakan strategi harga yang menitikberatkan
pada perbandingan aspek wujud rantai pasar, variasi, mutu, dan level, serta belum
memperhitungkan aspek periode panen.
Berdasarkan tabel 5.4, diketahui bahwa GKP mendapatkan nilai R 2 yang paling
tinggi dengan nilai 69.9% sedangkan koefisien determinasi GKG sebesar 55.45. Nilai ini
memberikan informasi bahwa model trend cukup untuk menjelaskan variasi harga gabah
tingkat petani dengan variabel trend. Nilai R2 yang mendekati 1 (100%) menyiratkan
bahwa terdapat hubungan yang hampir sempurna antara model dengan data serta
perkembangan harga gabah tingkat petani sangat erat antara kronologis waktu ke waktu.
Meskipun tidak ada standar yang di terima secara umum untuk apa memilih nilai R 2
terbaik.
Perbedaan harga antara GKP dan GKG biasanya di pengaruhi oleh kadar air dan
standar eror. Semakin rendah standar erornya maka estimasi semakin kuat sehingga
fluktuasi harga semakin jelas, fluktuasinya bisa diketahui dengan jelas. Adang (2018)
menyatakan penyusunan harga pangan di tingkat petani dipengaruhi oleh sistem periode
panen atau paceklik dan permulaan atau selesai panen, anggaran pertanian, kesuksesan
panen dan mutu pangan yang dijual.
1. Trend Harga Gabah Kering Panen Tingkat Petani
6000
5000
f(x) = 4.32949096971381 x + 4674.99185875706
R² = 0.0577496790615651
4000
3000
2000
1000
0
17
18
19
20
21
7
18
19
20
21
7
1
be 17
be 18
be 19
be 20
be 21
01
01
01
01
02
02
nu ,20
nu ,20
nu ,20
nu ,20
20
20
20
20
20
to 20
to 20
to 20
to 20
to 20
,2
l,2
l,2
l,2
l,2
l,2
r,
i,
i,
i,
i,
r
r
ok li,
ok li,
ok li,
ok li,
ok li,
i
ar
ar
ar
ar
ar
ri
ri
ri
ri
ri
ju
ju
ju
ju
ju
ap
ap
ap
ap
ap
nu
ja
ja
ja
ja
ja
6000
3000
2000
1000
0
17
18
19
20
21
17
18
19
20
21
17
1
be 1 7
be 1 8
be 1 9
1
01
01
02
02
02
2
nu 2 0
nu ,20
nu ,20
nu ,20
20
0
20
20
20
20
20
to 20
to 20
to 20
,2
l,2
l,2
l,2
l,2
2
2
r,
r,
i,
i,
i,
i,
r
r
il,
ok li,
ok li,
ok li,
ok li,
ok li,
i
be
be
ar
ar
ar
ar
ar
ri
ri
ri
ri
r
ju
ju
ju
ju
ju
ap
ap
ap
ap
ap
nu
to
to
ja
ja
ja
ja
ja
GKG tingkat petani Linear (GKG tingkat petani)
sedangkan nilai uji F hitung GKG sebesar 69.41 lebih besar dari taraf signifikasnsinya
yaitu 4.01 maka model trend dapat diterapkan dalam menjelaskan variasi harga gabah
tingkat penggiling dalam hubungannya dengan variabel trend. Adapun rataan rendemen
GKG ke beras dengan rincian biaya yang dikeluarkan pada penggilingan skala besar
adalah: biaya angkut, biaya pengeringan + penyusutan, biaya giling, biaya tenaga, biaya
kemasan dan biaya transportasi angkutan penjualan sekitar.
1. Trend Harga Gabah Kering Panen Tingkat Penggiling
7000
6000
5000
f(x) = 6.31749708252292 x + 4734.42367231639
R² = 0.129440520924217
4000
3000
2000
1000
0
i, 7
i, 8
i, 9
i, 0
21
17
18
19
20
21
17
1
be 1 7
be 1 8
be 1 9
be 2 1
1
2
01
01
02
02
02
nu 20
nu ,20
nu ,20
nu ,20
20
0
20
20
20
20
20
to 20
to 20
to 20
,2
l,2
l,2
l,2
l,2
2
ok li,2
r,
r,
r
r
il,
ok li,
ok li,
ok li,
ok li,
i
be
ri
ri
ri
ri
ar
ar
ar
ar
ar
r
ju
ju
ju
ju
ju
ap
ap
ap
ap
ap
nu
to
to
ja
ja
ja
ja
ja
GKP Penggiling Linear (GKP Penggiling )
Gambar 5.4 Kurva Trend Harga GKP tingkat penggiling
Harga GKP tingkat Penggiling memiliki nilai trend coefficient sebesar 0.994.
Nilai ini mengindikasikan perkembangan harga yang semakin meningkat. Dalam rangka
menjaga stabilitas dan keseimbangan harga gabah/beras baik di tingkat petani,
penggilingan, pedagang, serta masyarakat, pemerintah melalui Badan Pangan
Nasional/National Food Agency (NFA) menerbitkan Surat Keputusan Kepala Badan
Pangan Nasional Nomor: 62/KS.03.03/K/3/2023 tentang Fleksibilitas Harga Gabah Atau
Beras Dalam Rangka Penyelenggaraan Cadangan Beras Pemerintah. Surat Keputusan ini
secara umum mengatur harga pengadaan Bulog dalam rangka pengisian Cadangan Beras
Pemerintah (CBP), di mana untuk Gabah Kering Panen (GKP) di petani Rp 5.000/kg,
Gabah Kering Giling (GKG) di penggilingan Rp 6.200/kg, GKG di Gudang Perum
BULOG Rp 6.300/kg, beras di Gudang Perum Bulog Rp 9.950/kg. Ini berarti harga gabah
ada kenaikan. Poin pentingnya perlu segera menjaga harga pembelian gabah dan beras
petani di musim panen raya, pemerintah tidak ingin saat panen raya harga gabah/beras di
tingkat petani jatuh.
59
6000
f(x) = 1.68216838010559 x + 5574.23753107345
5000 R² = 0.0142930272651506
4000
3000
2000
1000
0
ar 17
ar 18
ar 19
ar 20
1
7
1
7
1
be 17
be 18
be 19
be 20
1
02
ap 01
ap 01
ap 01
ap 02
ap 02
01
01
01
02
02
2
nu ,20
nu ,20
nu ,20
nu ,20
to 0
to 0
to 0
to 0
to 0
r,2
2
2
,2
,2
,2
,2
,2
ok li,2
ok li,2
ok li,2
ok li,2
ok li,2
i,
i,
i,
i,
i,
r
r
ril
ril
ril
ril
ril
be
ar
ju
ju
ju
ju
ju
nu
ja
ja
ja
ja
ja
GKG penggiling Linear (GKG penggiling )
Gambar 5.5 Kurva Trend Harga GKG tingkat penggiling
Pada harga GKG tingkat Penggiling, nilai trend coefficient sebesar 0.773. Nilai ini
memberikan informasi bahwa pertambahan harga akan terjadi setiap bulannya sebesar
0.773 rupiah. Berdasarkan data BPS (2023), rata-rata harga gabah ditingkat penggiling
naik 17,76 persen. Kenaikan harga tersebut adalah sebagai dampak dari biaya penggilingan
yang meningkat. Dari hasil analisis trend di atas menunjukkan bahwa harga gabah baik
ditingkat petani maupun tingkat penggiling cenderung mengalami trend harga positif. Hasil
uji t menyatakan bahwa harga GKP dan GKG baik tingkat petani maupun penggiling
signifikan. Hal ini karena inflasi lemah, iklim, dan waktu panen yang bersamaan. Dan
adanya peraturan perdagangan yaitu aktivitas permintaan dan penawaran.
Dari hasil analisis, harga beras Premium mendapatkan nilai R 2 yang paling rendah
dengan nilai 43.17%. Berdasarkan tabel diatas nilai koefisien determinasi paling tinggi
yaitu beras medium ditingkat penggiling yaitu sebesar 55.44% kemudian beras ditingkat
pedagang dengan nilai koefisien determinasi sebesar 53.14%. Ghozali (2002) menyatakan
bahwa koefisien determinasi (R2) pada dasarnya menguji kekuatan model dalam
menyatakan ragam faktor terikat. Angka yang mencapai 1 bermakna faktor bebas
menyajikan hampir seluruh penjelasan yang dibutuhkan guna memperkirakan faktor
dependen.
Semua koefisien trend memiliki tanda positif dan berbeda secara signifikan secara
nol. Hasil uji t menyatakan bahwa harga beras baik tingkat penggiling maupun tingkat
pedagang signifikan pada semua taraf signifikansi. Hal ini juga mencerminkan bahwa
harga yang signifikan pada semua tingkat harga menggambarkan rendahnya fluktuasi
harga. Pada uji F diketahui bahwa rasio F lebih besar dari taraf signifikansinya. Nilai uji F
hitung pada beras premium sebesar 44.059, beras medium sebesar 72.159 dan beras tingkat
pedagang sebesar 65.772. Nilai tersebut lebih besar dari taraf signifikasnsinya yaitu 4.01,
maka model trend dapat diterapkan dalam menjelaskan variasi harga beras baik tingkat
penggiling maupun tingkat pedagang dalam hubungannya dengan variabel trend.
1. Trend Harga Beras Premium tingkat Penggiling
10600
10400
10200
10000
9800
9600 f(x) = 2.40099499861073 x + 9605.97348587571
R² = 0.0288773482932195
9400
9200
9000
8800
8600
i, 7
i, 8
i, 9
i, 0
21
7
18
19
20
21
7
1
7
be 18
be 20
be 21
1
2
01
01
01
01
02
02
1
01
nu ,20
nu ,20
nu ,20
nu ,20
20
20
20
20
20
to 20
to 20
to 20
to 20
,2
l,2
l,2
l,2
l,2
l,2
2
r,
r
r
ok li,
ok li,
ok li,
ok li,
ok li,
i
be
be
ri
ri
ri
ri
ri
ar
ar
ar
ar
ar
ju
ju
ju
ju
ju
ap
ap
ap
ap
ap
nu
to
ja
ja
ja
ja
ja
10000
9500
f(x) = 1.05882772992498 x + 9263.02392090395
9000 R² = 0.00273834103621517
8500
8000
7500
17
18
19
20
21
17
18
19
20
21
17
1
be 1 7
be 1 8
be 1 9
1
01
01
02
02
02
2
nu 2 0
nu ,20
nu ,20
nu ,20
20
0
20
20
20
20
20
to 20
to 20
to 20
,2
l,2
l,2
l,2
l,2
2
2
r,
r,
i,
i,
i,
i,
r
r
il,
ok li,
ok li,
ok li,
ok li,
ok li,
i
be
be
ar
ar
ar
ar
ar
ri
ri
ri
ri
r
ju
ju
ju
ju
ju
ap
ap
ap
ap
ap
nu
to
to
ja
ja
ja
ja
ja
Medium tingkat Penggiling Linear (Medium tingkat Penggiling)
i, 8
i, 9
i, 0
21
17
18
19
20
21
7
1
be 17
be 18
be 19
1
1
2
01
01
01
02
02
02
2
nu ,20
nu ,20
nu ,20
nu ,20
20
0
20
20
20
20
to 20
to 20
to 20
to 20
,2
l,2
l,2
l,2
l,2
l,2
ok li,2
r,
r
r
ok li,
ok li,
ok li,
ok li,
i
be
be
ri
ri
ri
ri
ri
ar
ar
ar
ar
ar
ju
ju
ju
ju
ju
ap
ap
ap
ap
ap
nu
to
ja
ja
ja
ja
ja
masa yang akan datang. Temuan ini sama dengan penelitian Sri Era Wati (2017), bahwa
harga beras menunjukkan bahwa arah perkembangan harga beras menunjukkan pada suatu
arah kenaikan untuk setiap tahunnya. Harga gabah di Indonesia baik tingkat petani maupun
tingkat penggiling memiliki tingkat harga yang lebih rendah daripada tingkat harga beras
baik tingkat penggiling maupun tingkat pedagang di Indonesia. Hal ini senada dengan
pernyataan Ariyani (2012) bahwa harga gabah untuk produsen lebih murah dibandingkan
harga untuk konsumen. Hal ini timbul sebab adanya sistem pengolahan atau peralihan
gabah menjadi beras yang memerlukan anggaran produksi.
Banyak faktor yang diduga menjadi penyebab fenomena ini salah satunya adalah
kebijakan pemerintah terkait stabilisasi harga beras. Pemerintah tertarik membuat
peraturan guna mewujudkan tata niaga beras yang adil dengan menerbitkan Peraturan
Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 57 Tahun 2017 dan Peraturan Menteri Pertanian
(Permentan) tentang Penetapan Harga Eceran Maksimal Beras Kualitas beras grade No 31
Tahun 2017 . Peraturan Permendag 57 mengenai Harga Eceran Tertinggi (HET) Produk
Beras Tahun 2017 memperhitungkan sistem anggaran yang normal dalam hal anggaran
produksi, penyaluran, manfaat bagi semua pelaku dan anggaran lainnya. Penentuan
besaran HET wajib sebagai referensi untuk semua pelaku usaha dalam penjualan beras di
jenjang pengecer.
Tabel 5.7 Indeks Musiman Harga Gabah ditingkat Petani dan ditingkat Penggiling
Indeks Musiman tingkat Petani Indeks Musiman tingkat Penggiling
GKP GKG GKP GKG
LCR SVI HCL LCR SVI HCL LCR SVI HCL LCR SVI HCL
100. 108,3 102,2 104,9 100,0 108,2 101,9 104,8 106,8
Jan 111.09 106,99 110,89
1 5 8 7 1 0 2 1 8
97.7 104,8 101,9 105,0 104,8 101,6 105,0 107,4
Feb 109.05 107,52 97,67 108,93
3 9 6 4 7 4 3 8
92.1 100,6 101,1 100,6 101,2 106,4
Mar 97,14 103.99 106,41 92,09 97,13 103,86
3 1 4 2 3 6
90.7 105,0
Apr 93,10 96.90 96,33 96,49 104,66 90,65 93,20 96,87 96,07 96,57
5 2
94.4 102,0 101,6 103,2
Mei 94,44 97.38 97,82 103,12 94,36 94,51 97,66 97,82
8 8 5 0
95.3 102,6 102,6 107,7
Juni 96,89 102.69 99,58 107,88 95,29 96,93 99,50 99,63
9 9 6 3
94.4 100,7 100,3 101,2
Juli 96,20 100.87 96,95 100,61 94,35 96,17 100,82 97,10
5 1 5 8
100,9 100,8
Ags 95 98,20 101.49 97,89 99,59 94,80 98,14 101,27 97,88 99,75
6 8
98.0 100,6 101,5 100,7 101,0
Sep 103.04 98,66 99,47 97,94 103,14 98,72 99,81
6 5 5 1 9
100. 101,8 102,0 100,8 101,9 101,6
Okt 101.43 99,39 99,76 101,76 99,31 99,94
9 1 9 6 8 4
No 102. 103,0 103,2 100,5 102,2 102,9 102,8 100,4
99.47 98,03 99,42 98,37
v 5 2 2 1 3 6 6 8
105. 105,3 103,4 101,5 104,9 105,2 102,8 101,4
Des 100.62 98,86 100,65 99,01
2 1 5 6 0 0 7 1
Sumber : Data Sekunder Diolah, (2023)
Keterangan :
HCL : Batas Atas
SVI : Standar Variasi Musiman
LCR : Batas Bawah
Perubahan harga musiman dapat terjadi secara teratur dalam setiap tahun. Dapat
dilihat dari tabel bahwa variasi dalam indeks musiman tidak terlalu besar, tidak seperti
komoditas yang mudah rusak seperti cabai (Khunt et al., 2006). Secara umum dapat
disimpulkan bahwa hampir semua tingkat harga yang diteliti memiliki perilaku musiman
yang sama dengan nilai SVI yang relatif sama, berkisar antara 93% hingga 111%. Ini juga
di tunjukkan dengan trend yang negatif, nilai SVI lebih besar dari koefisie trend. Hal ini
berarti bahwa terdapat kenaikan dan penurunan harga yang relatif kecil. Nilai SVI
terendah terjadi pada bulan Maret hingga Agustus untuk harga GKP, sedangkan untuk
harga GKG nilai SVI terendah terjadi pada bulan April hingga Oktober dimana nilai SVI
berada dibawah 100. Hal ini mengindikasikan bahwa harga gabah berada di bawah rata-
rata selama pengamatan. Seperti yang telah dijelaskan pada bab empat terkait dengan
produksi padi di Indonesia bahwa bulan April hingga Agustus merupakan musim panen,
sehingga volume produksi gabah meningkat mengakibatkan harga menjadi turun.
SVI lebih dari 100 sangat menguntungkan bagi petani karena SVI yang tinggi juga
mengimplikasikan harga gabah yang tinggi. Kondisi ini tentunya akan berkaitan dengan
64
risiko harga yang dihadapi oleh petani. Secara teoritis, SVI yang rendah seharusnya
mendorong konsumen untuk mengkonsumsi beras lebih banyak begitupun sebaliknya.
100
80
60
LCR
SVI
40
HCL
20
er
er
er
i
er
s
i
ar
et
l
ar
u
i
b
ei
b
li
ri
b
st
em
ar
ru
em
Ju
u
Ju
to
u
n
te
M
eb
k
Ja
es
ep
A
o
F
D
N
S
110
108
106
104
102
100
LCR
98 SVI
96 HCL
94
92
90
er
er
er
i
er
s
i
ar
et
l
ar
b
i
b
ei
li
ri
b
n
st
em
ar
ru
em
Ju
u
to
Ju
u
n
te
M
A
eb
k
Ja
es
ep
A
o
F
D
N
S
Gambar 5.3 Kurva Indeks Variasi Harga GKG ditingkat Petani
Berdasarkan kurva SVI GKG pada tingkat petani kurang dari 100 terjadi pada
bulan April hingga Oktober dengan nilai SVI terendah terjadi pada bulan April yaitu 96.49.
Dan SVI tertinggi terjadi pada bulan Februari yaitu 105.04. Ini berarti bahwa bulan Januari
hingga Maret dan bulan November hingga Desember merupakan musim harga tertinggi
GKG ditingkat petani. Tinggi rendahnya harga tentu dipengaruhi oleh jumlah
produktivitas. Hal ini sesuai dengan hasil publikasi yang BPS (2021) bahwa rata–rata
harga gabah tertinggi di tingkat penggilingan untuk kualitas GKG, GKP dan gabah luar
kualitas terjadi di Januari . Rata–rata harga terendah untuk kualitas GKG dan GKP terjadi
di April, sedangkan gabah luar kualitas terjadi di Juli.
Hasil temuan Okta (2019), harga gabah di bulan Maret dan April, harga gabah dan
volume pembelian beras relatif besar, karena sedang periode panen besar. Dalam bulan
seterusnya yaitu bulan Juni hingga Oktober masih terdapat pendapatan pembelian gabah
dan beras, tetapi penurunan pendapatan pembelian tidak sebesar bulan sebelumnya. Pada
bulan November dan Desember nyaris tidak ada persediaan beras, sebab bukan periode
panen, dan petani tidak menanam padi, atau hanya sedikit orang yang menanam padi.
Tidak ada pembelian pada bulan Januari dan Februari karena periode tanam padi akan
dimulai pada bulan tersebut.
3. Variasi Musiman Harga GKP tingkat Penggiling
Variasi musiman harga GKP tingkat penggiling disajikan pada gambar berikut:
66
120
100
80
60 LCR
SVI
40 HCL
20
er
er
er
0
i
er
s
i
ar
et
u
ar
b
i
ei
li
ri
b
n
st
em
em
ru
ar
Ju
u
to
M
Ju
u
n
te
M
A
eb
v
Ja
es
ep
A
o
F
D
N
S
Gambar 5.4 Kurva Indeks Variasi Harga GKP tingkat Penggiling
SVI GKP ditingkat penggiling kurang dari 100 terjadi pada bulan Maret hingga
Agustus dengan nilai terendah terjadi pada bulan April yaitu 93.2. Sedangkan nilai SVI
tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu 108. Gambar diatas memberikan informasi bahwa
bulan Januari hingga Februari dan bulan September hingga Desember merupakan musim
harga tertinggi pada GKP ditingkat penggiling. BPS (2021) mengungkapkan bahwa
persentase kasus harga gabah di bawah HPP relatif lebih tinggi dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh turunnya permintaan dibandingkan tahun sebelumnya
akibat panen raya di Maret - Juli, terutama April sehingga stok melimpah yang
menyebabkan harga jatuh sampai di bawah HPP.
4. Variasi Musiman Harga GKG tingkat Penggiling
Berikut ini disajikan gambar variasi harga musiman GKG tingkat Penggiling:
110
108
106
104
102
100 LCR
98 SVI
96 HCL
94
92
r
r
e
e
ri
r
s
90
ri
e
t
b
l
b
a
i
re
i
ri
li
a
b
st
m
n
e
m
ru
u
Ju
to
p
M
a
Ju
te
e
n
se
b
v
Ja
e
A
o
F
D
N
S
Anonimous (2008) berpendapat bahwa industri pelayanan kilang padi biasanya tidak buka
penuh sepanjang tahun atau musiman, sebab gabah tidak tersedia sepanjang tahun.
Aktivitas upaya pelayanan kilang padi hanya dilakukan pada periode panen dan bulan-
bulan sesudahnya, tergantung banyak perolehan panen di daerah sekeliling kilang padi.
Dengan demikian, hari kerja tahunan kilang padi ditentukan oleh perolehan dan frekuensi
panen daerah sekitarnya. Di luar periode panen, pemilik dan buruh pelayanan kilang padi
kebanyakan menghabiskan waktunya untuk aktivitas lain, seperti bercocok tanam dan
berdagang.
Sistem tanam padi yang nyaris bersamaan pada beberapa periode berdampak pada
kapabilitas cadangan pada saat panen dan kekurangan pada saat paceklik. Gejala panen
raya sering berujung pada jatuhnya harga pangan akibat lonjakan produksi. Oleh karena
itu, jenjang harga pada periode panen relatif murah dan berangsur-angsur melonjak
menjelang periode panen berikutnya. Secara umum volatilitas harga di jenjang petani
benar-benar dipengaruhi oleh aspek periode dan mutu produksi gabah. Kecenderungan
harga gabah pabrik umumnya menjadi petunjuk adanya naik-turun harga gabah petani dan
pasokan beras cadangan selama periode tertentu.
Selain dampak musim, tren tingginya harga gabah di jenjang petani dan jenjang
pengolahan di tiap daerah umumnya dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti mutu gabah
yang dipanen, tingkat kapasitas produksi yang dimiliki, dan sulitnya akses panen. Biaya
transportasi yang besar dan volume perdagangan yang tinggi dengan daerah lain membuat
berkurangnya pasokan pasca panen. Rendahnya harga pangan terutama dipengaruhi oleh
mutu pangan dan periode panen.
Pasar gabah sungguh dipengaruhi oleh sifat produksi beras (panen), sifat produk
gabah, dan keunikan petani. Pertama, produksi padi berupa musiman dan peka akan
ancaman lingkungan (penyimpangan iklim dan hantaman wereng dan kelainan), sehingga
pasokan pangan berfluktuasi secara teratur (dan dapat diperkirakan) selaras periode dan
ketidakteraturan dampak batal panen imbas bahaya lingkungan (Accidental) volatilitas .
Kedua, kekuatan tawar petani beras pada penjualan gabah rendah, selisih kuantitas
pemasaran biasanya sedikit, kemampuan penyimpanan gabah kurang, dan tekanan
permintaan likuiditas tinggi
Safitri dan Yulianto (2019) mengungkapkan bahwa Perbandingan masa tanam
disebabkan situasi air yang buruk, keadaan tanah yang tidak datar, fasilitas dan
infrastruktur yang terbatas, kurangnya kemampuan aktivitas, dan petani mengikuti masa
68
tanam berikutnya. Budidaya yang tidak bersamaan sepertinya karena keterbatasan fasilitas
dan infrastruktur serta kurangnya kemampuan kerja.
Tabel 5.8 Indeks Musiman Harga Beras ditingkat Penggiling dan ditingkat Pedagang
Indeks Musiman Beras ditingkat Penggiling Indeks Musiman Beras
ditingkat Penggiling
Premium Medium
LCR SVI HCL LCR SVI HCL LCR SVI HCL
Januari 97,4 103 104 97,9 104 105 96,44 100,9 102,8
Februari 97,2 103 104 97,3 104 106 96,37 101,2 102,9
Maret 97 101 104 93,7 101 106 95,73 100,6 103,01
April 96,3 98,9 104 93,1 98,3 104 95,35 99,83 103,12
Mei 97,5 98,9 102 94,6 98 102 95,49 99,59 102,38
Juni 97,6 99 102 94,6 97,8 102 95,49 99,42 101,81
Juli 96,9 98,7 103 94,1 97,6 100 95,34 99,39 101,71
Agustus 97,5 98,9 103 94,9 97,8 100 95,04 99,25 101,71
September 97,8 99,1 102 94,9 98,8 101 95,63 99,38 101,51
Oktober 98,2 99,3 101 98,1 99,9 102 96,21 99,67 101,5
November 98,5 99,8 100 99,8 101 101 97,15 100 101,43
Desember 102 101 101 102 102 101 98,59 100,7 101,48
Sumber : Data Sekunder Diolah, (2023)
Keterangan :
HCL : Batas Atas
SVI : Standar Variasi Musiman
LCR : Batas Bawah
Variasi musiman adalah komponen lain dari deret waktu yang mencerminkan
frekuensi aktivitas di atas rata-rata dan di bawah rata-rata sepanjang tahun. Dalam harga
69
beras, harga rill untuk beberapa bulan biasa lebih tinggi dari rata-rata, hal ini ditunjukkan
dengan nilai SIV lebih besar dari 100. Tabel diatas memberikan informasi bahwa periode
puncaknya terjadi pada bulan Desember hingga Maret. Harga umumnya rendah terjadi
pada bulan April hingga November kemudian mengalami peningkatan pada bulan
Desember hingga Maret. Pada bulan Juli mengalami tren penurunan dibuktikan dengan
nilai SVI yang paling rendah selama sepanjang tahun. Hal ini dikarenakan melimpahnya
jumlah produksi beras pada bulan tersebut mengakitbatkan terjadinya penurunan harga.
Senada dengan hasil survei BPS (2021) bahwa jumlah total observasi harga beras
persentase tertinggi terjadi di bulan Januari, Februari dan bulan Desember. Hal ini
disebabkan pada awal tahun sudah mulai panen dan stok gabah sudah mulai masuk ke
penggilingan. Sedangkan pada bulan April hingga Agustus petani masih dalam masa tanam
padi sehingga stok gabah yang masuk ke penggilingan mengalami penurunan.
Hasil temuan Rizka (2018), Walaupun naik-turun harga yang kecil, perubahan
harga musiman tetap ada, terutama sewaktu sepanjang panen besar. Oleh karena itu,
strategi pengurangan impor beras untuk menjaga petani dalam negeri perlu diimbangi
dengan pengelolaan penyaluran cadangan yang efektif sebagai tindakan untuk
memperkirakan volatilitas harga. Pengelolaan alokasi suplai dapat dilakukan dengan
menetapkan sistem produksi, sistem tanam dan membangun areal produksi baru sebagai
daerah penyangga. Upaya ini diikuti dengan pembaharuan mekanisme penyediaan, pasca
panen dan struktur dagang, khususnya untuk meredam kerugian hasil.
5. Variasi Musiman Harga Beras Premium tingkat Penggiling
Variasim musiman Harga Beras Premium tingkat Penggiling disajikan pada gambar
5.6
106
104
102
100
LCR
98
SVI
96 HCL
94
92
r
r
i
us
be
be
e
be
ar
et
il
ni
ei
li
ob
n
pr
st
ar
em
ru
em
Ju
Ja
Ju
gu
kt
A
M
te
eb
ov
es
O
ep
A
F
D
N
S
Pada gambar 5.6 SVI harga beras premium lebih dari 100 terjadi pada bulan
Januari hingga Maret kemudian pada bulan Desember sedangkan nilai terendah terjadi
pada bulan Juli dengan nilai 98.7 dan nilai SVI tertinggi terjadi pada bulan Januari hingga
Februari yaitu 103. Data diatas menjelaskan bahwa beras premium sangat dipengaruhi oleh
musim, dimana musim tentunya mempengaruhi ketersediaan beras itu sendiri. Dengan
kondisi yang demikian mengakibatkan adanya fluktuasi harga.
Menurut publikasi BPS (2021), harga terendah beras kualitas premium adalah
Rp6.300,00 per kg yang terjadi pada Juli dan Agustus, untuk kualitas beras medium
sebesar Rp5.900,00 per kg yang terjadi pada bulan Juli, dan beras luar kualitas sebesar
Rp6.000,00 per kg yang terjadi pada Juni. Sihono (2007) Dalam kajiannya tentang selisih
harga beras pasca krisis ekonomi Indonesia, ia menyimpulkan bahwa periode juga
memiliki dampak yang relevan tentang harga beras, sebab hasil panen padi akan lebih baik
pada periode kemarau dibandingkan periode hujan. Senada dengan itu, hasil temuan Lim
(2010), kualitas beras hasil giling cenderung kurang baik karena kekurangan ketersediaan
air (memasuki musim kemarau), sehingga harga beras cenderung rendah.
105
100
LCR
95 SVI
HCL
90
r
r
e
e
ri
e
s
e
ri
b
tu
b
t
85
a
b
re
i
a
m
i
ri
m
li
ru
n
e
to
s
u
u
a
u
u
te
e
n
k
M
J
A
v
g
J
s
a
p
e
e
o
A
J
D
N
S
Baru Imlek. Rata-rata harga terendah untuk semua kualitas yaitu premium sebesar
Rp9.401,61 per kg, medium sebesar Rp8.886,90, dan luar kualitas sebesar Rp8.481,43
terjadi pada bulan Juli. Hal ini karena kualitas gabah sebagai bahan baku beras kurang
bagus sehingga beras yang dihasilkan juga tidak cukup baik. Harga akan cenderung naik
ketika kualitas beras yang dihasilkan juga meningkat seperti warna yang putih bersih, tidak
banyak beras patah.
7. Variasi Musiman Harga Beras ditingkat Pedagang
Variasi musiman harga beras tingkat pedagang disajikan pada gambar di bawah ini:
104
102
100
98
LCR
96
SVI
94 HCL
92
r
R
e
e
ri
e
s
ri
b
90
u
t
b
l
e
a
re
i
i
a
ri
m
li
st
m
b
ru
n
e
u
Ju
p
a
to
Ju
te
se
n
v
Ja
k
p
e
e
o
A
F
O
e
D
N
S
bulan lainnya. Kestabilan harga pangan dipengaruhi oleh masa panen dan hari raya besar
keagamaan. Harga beras yang berlangsung di pasar bersumber pada perolehan investigasi
dan perbincangan dengan petani produsen dan instansi penjualan yang tidak memahami
harga eceran maksimum beras yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Perdagangan No. 57
Tahun 2017, sehingga tidak ada perbandingan antara harga pemerintah dan pasar yang
berlaku Perbedaan harga antar harga.
GKP 1
Gabah tingkat -----
Petani GKG 0.821154 1
10.958*** -----
GKP 0.952838 0.759464 1
Gabah tingkat 23.911*** 8.891*** -----
Penggiling GKG 0.798381 0.978562 0.795412 1
10.098*** 36.186*** 9.995*** -----
0.540051 0.520558 0.538248 0.537101 1
Premium
Beras tingkat 4.887*** 4.643*** 4.864*** 4.849*** -----
Penggiling 0.593137 0.492657 0.573347 0.492147 0.916595 1
Medium
5.611*** 4.311*** 5.329*** 4.306*** 17.46*** -----
0.438779 0.241558 0.492241 0.296606 0.7445 0.7292 1
Beras tingkat Pedagang
3.719*** 1.896** 4.307*** 2.365** 8.49*** 8.11*** -----
73
penelitian yang telah dilakukan oleh Reny Oktavia (2016), bahwa harga gabah
berpengaruh signifikan terhadap harga beras di Indonesia dengan korelasi positif, artinya
ketika harga gabah naik maka harga beras akan ikut naik.
Sejak tahun 2001, pemerintah memiliki peraturan HPP untuk beras dan beras
merah. Pemerintah secara teratur menerapkan peraturan HPP untuk menjajarkan
peningkatan nilai input dan inflasi. Harga pembelian beras merah kering (GKP) dengan
takaran air sebanyak-banyaknya 25% dan porositas sebanyak-banyaknya 10% untuk panen
di dalam negeri melalui Perpres No. 5 Tahun 2015. Kebijakan harga lain yang juga
diterapkan di Indonesia adalah harga eceran beras (HEB). Pemerintah tidak akan berbuat
banyak untuk menstabilkan harga beras di pasar dalam negeri karena akan mengurangi
kemampuan beli masyarakat dan pada akhirnya memicu ketidakstabilan ekonomi dan
politik.Pengendalian harga eceran beras biasanya dilakukan pada saat produksi beras
berkurang Berdampak pada berkurangnya cadangan beras di tingkat pasar, merangsang
naiknya harga beras.. Hasil temuan Tinjung (2020), HPP (Harga Pembelian Pemerintah)
gabah berkorelasi dengan HEB (Harga Eceran Beras) tetapi tidak berkorelasi dengan
produktivitas. Senada dengan penelitian Saputra et al. (2014) menyatakan bahwa interaksi
antara harga pengadaan pemerintah (harga GKP dan GKG) dan HEB bersifat searah.
Koefisien regresi linier berganda variabel produksi beras positif yaitu sebesar 0.19,
hal ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan produksi beras maka akan meningkatkan
perubahan harga sebesar 0.19 rupiah.
5.6.1 Uji Simultan ( Uji F )
Untuk mengetahui pengaruh simultan semua variable independen terhadap variabel
dependen digunakan uji F. pada penelitian ini uji F di lakukan dengan bantuan program
SPSS dengan taraf signifikan 5% atau 0.05. Jika Fhitung > Ftabel dan nilai probabilitas
signifikan lebih kecil dari 0,05 maka model regresi dikatakan signifikan. Sedangkan jika
Fhitung < Ftabel dan nilai probabilitas signifikan lebih besar dari 0,05 maka model regresi
dikatakan tidak signifikan (Ghozali,2005:84). Dengan taraf signifikan sebesar 0,05, df1
(N1) = k-1 = 2-1 = 1 dan df2 (N2) = n – k = 60 – 1 = 59, dimana k adalah jumlah variabel
dan n adalah jumlah sampel, makan dapat di tentukan F tabel pada penelitian ini adalah
4.004. Berikut ini adalah hasil uji simultan (uji F):
didukung oleh penelitian yang di lakukan oleh (Nursakinah, 2020) yang menyatakan,
secara simultan variable jumlah produksi, kualitas padi mempengaruhi harga dan
pendapatan secara signifikandan secara signifikan.
6.2 Saran
1. Studi lanjutan diperlukan untuk mengidentifikasi faktor lain yang terkait dengan
perilaku harga gabah dan beras di Indonesia untuk membantu atau
menyempurnakan temuan studi ini dan studi sebelumnya..
2. Tetap menjalankan fungsi operasi pasar dan peraturan lain terkait stabilisasi harga
gabah dan beras, mengoptimalkan fungsi pasar, dan menurunkan harga beras di
pasar dalam negeri. Saat menerapkan strategi operasi pasar, perhatian harus
78
diberikan pada dimensi waktu pelaksanaan, seperti di luar periode (musim tanam),
sebelum hari raya keagamaan nasional, dll. Selain itu, ketersediaan dan mutu beras
di pasokan nasional perlu diperhatikan sebelum didistribusikan ke masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Adams, S. K., Kuhn, J., & Rhodes, J. (2006). Self-esteem changes in the middle school
years: A study of ethnic and gender groups. Research in Middle Level Education
(RMLE), 29 (6), hlm. 1-9.
Adrianto, Aldi. 2022. Analisis Integrasi Pasar Gabah Ditingkat Petani Dan Kilang Padi
Di Desa Cinta Rakyat Kecamatan Percut Sei Tuan. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara.
Agustian, Adang. 2018. Analisis Perkembangan Harga Dan Rantai Pasok Komoditas
Gabah/Beras Di Provinsi Jawa Timur. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Pertanian. Kementerian Pertanian
Alimoeso. S. 2011. Kebijakan Pangan. BULOG dan Ketahanan Pangan. Makalah Lustrum
XIII Fakultas Pertanian UGM. Yogyaarta
Amang. B dan Husein Sawit. 2001. Kebijakan Beras dan pangan nasional Pelajaran dari
Orde baru dan era Reformasi. IPB Press. Bogor.
Anandyani, dkk. 2021. Prediksi Rata-Rata Harga Beras Yang Dijual Oleh Pedagang Besar
(Grosir) Menggunakan Metode Arima Box Jenkins. Jurnal Teknosains, Volume 15,
Nomor 2, Mei-Agustus 2021, hlm. 151-160.
Anderson, D. R., Sweeney, D. J., & Williams, A. T. (2008). Statistic for business and
economics. Tenth edition. Ohio: South Western - Thomson Learning.
Anindita. R. 2004. Pemasaran Hasil Pertanian. Papyrus. Surabaya.
Badan Pusat Statistik. 2021. Evaluasi strategi harga produsen gabah 2021. Statistik
Indonesia.
Badan Pusat Statistik. 2021. Statistik Harga Beras Nasional 2017-2021. Badan Pusat
Statistik.
79
Badan Pusat Statistika. 2021. Statistik Harga Produsen Gabah 2017-2021 di Indonesia.
Badan Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistika. 2021. Statistik Konsumsi Pangan Rumah Tangga. Badan Pusat
Statistik: Jakarta.
Besanko. D dan Ronald. R. (2011). Macroeconomics. 4th Edition. John Wiley & Sons. Inc.
Brümmer BS. Taubadel VC. Zorya S. 2009. The Impact of Market and Policy Instability
on Price Transmission between Wheat and Flour in Ukraine. European Review of
Agricultural Economics. 36(2):203- 230.
Bustaman. A. D. 2003. Analisis Integrasi Pasar Bebas di Indonesia. Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Chambers. M.J. and Bailey. R.E. 1996. A Theory of Commodity Price Fluctuations.
Journal of Political Economy. 104 (924-957).
Damanik. Teresia. 2013. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Jual Gabah
Petani Di Serdang Bedagai (Studi Kasus: Desa Melati Ii. Kecamatan Perbaungan).
Jurnal Agribisnis USU. 5-17
Deni, dkk. 2021. Analisis Pola Tanam Dan Kalender Tanam Padi Sawah Menggunakan
Data Citra Landsat 8 Oli Tirs Di Daerah Irigasi Batang Anai Kabupaten Padang
Pariaman. Jurnal Teknologi Pertanian Andalas Vol. 25, No.1.
Departemen Pertanian. 2006. Keragaan dan Kebijakan Perberasan Indonesia. Departemen
Pertanian. Jakarta
Desmayanti et al. 2017. Analisis variasi harga beras di provinsi riau dan daerah pemasok.
Jurnal dinamika pertanian. Vol XXXIII (137-144). ISSN 0215-2525
Ghozali, Imam. 2002, Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gilbert. G.R. et.al. 2004. Measuring Customer Satisfaction in The Fast Food Industry: A
cross-national Approach. The Journal of Services Marketing. 18.
Hardinawati. Lusiana Ulfa. 2017. Alasan Petani Muslim Menjual Hasil Panen kepada
Tengkulak di Desa Glagahagung Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi.
Universitas Airlangga. Surabaya
Hariati. Titik. 2012. Analisis Perilaku Harga Dalam Pemasaran Cabal Merah (Capsicum
Annum L) di Kabupaten Sragen. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian. 20-29
Hidayat, Taufan. 2011. Analisis Perubahan Musim Dan Penyusunan Pola Tanam Tanaman
Padi Berdasarkan Data Curah Hujan Di Kabupaten Aceh Besar. Agrista. Vol. 15,
no 13.
Jam’an, dkk. 2018. Analisis Trend Produksi, Konsumsi Dan Harga Komoditas Pangan
Strategis Di Sulawesi Selatan. Agrokompleks. Vol 19, No 1.
Jamal.E.. E. Ariningsih. Hendiarto. K. M. Noekman dan A.Askin. 2007. Beras dan Jebakan
Kepentingan Jangka Pendek. Analisis Kebijakan Pertanian.
80
Jonathan. D. Cryer dan Kung. S. Chan. 2008.Time Series Analysis With Application In R.
Ed. Ke-2. Springer science business media. LLC. 233 spring street. New York.
USA.
Kementerian Perdagangan. 2015. Rencana Strategis Kementerian Perdagangan Periode
2010- 2014. Kementerian Perdagangan. Jakarta.
Lantarsih. R. 2012. Permintaan. Penawaran. Transmisi Vertikal Harga Beras dan
Kebijakan Perberasan di Indonesia. Disertasi. UGM. Yogyakarta.
Lihan, Irham. 2009. Analisis Struktur Pasar Gabah Dan Pasar Beras Di Indonesia. NeO Bis
Journal. Vol.3, No 2
Lipsey. G. Richard. dkk. 1995. Pengantar Mikro Ekonomi. Edisi Kesepuluh.
Binarupa Aksara. Jakarta
Machmud Z. 2005. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat suku bunga di Indonesia. J
Ekonomi dan Bisnis Indonesia. 21(1)
Malian. H.. R. Sayuti. M. Ariani dan S. Mardianto. 2003. Dampak perubahan harga
gabah/beras terhadap produksi. konsumsi dan inflasi. Laporan Penelitian
Puslitbang Sosek Pertanian. Bogor.
Marwati. 2020. Analisis Fluktuasi Harga Beras Di Sulawesi Selatan. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Mary Prihtanti, Tinjung. 2016. Dinamika Produktivitas Padi, Harga Eceran Beras (HEB),
dan Harga Pembelian Pemerintah (HPP), serta Korelasi antara HPP dan HEB.
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI). Januari 2020 Vol. 25 (1): 19
Marzuki. A. 2018. Analisis factor-faktor yang mempengaruhi harga beras di Indonesia
tahun 1981-2006. Jurnal ekonomi. Sukarta.
Maulana. M. 2012. Prospek implementasi kebijakan harga pembelian pemerintah (hpp)
multikualitas gabah dan beras di Indonesia. AKP. 10(3):211-223.
Mears L. Agabin MH. Anden TL. MarquezRC.1974. Rice economy of the Philippines.
Quezon City (PH): University of the Philippines Press
Melgiana. 2018. Analisis Stabilitas Harga Beras Di Kota Kupang. Jurnal Partner Politani
Kupang. vol 25 No 1, Hal 1160-1165
Mikhail dan Gracie, 1981. Analysis and Adjustment of Survey Measurement. Van Nostrand
Reinhold Company Inc.
Murty. S. (2000). Regional Disparities: Need and Measures of Balanced Development. In
Shukla. AL Ed.. Regional Planning and Sustainable Development
Nicholson W. 2004. Microeconomic Theory: Basic Principles and Extensions. Ed ke-9.
New York (US): Thomson South Western.
Nuraeni, Dini dkk. 2016. Analisis Variasi Harga Dan Integrasi Pasar Bawang merahdi
Jawa. Thesis. Universitas Brawijaya. Malang.
81
Nursakinah. 2020. Pengaruh Jumlah Produksi, Kualitas Padi, Dan Harga Terhadap
Pendapatan Petani Di Kecamatan Dua Koto Kabupaten Pasaman. Skripsi. Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi.
Okta, dkk. 2019. Peramalan Pengadaan Gabah Beras Tahun 2019 Di Kabupaten Sumbawa
Dan Sumbawa Besar. EKSATA JOURNAL. VOL.19 (2), Hal 94-104
Pandit et al. 2012. An analysis of price behaviour of rice in eastern indian market. Ind
journal agril Mktg. 26 (2)
Philip, Kotler dan Armstrong. 2010. Principles of marketing thirteen edition. Prentice Hall,
inc. 314
PIHPS. 2021. Tabel Harga Berbagai Komoditas. Di unduh dari file
https://hargapangan.id/tabel-harga/pasar-modern/komoditas pada tanggal 07 Maret
2021 Jam 21.40 WIB
Prastowo. N.J.. T. Yanuarti. dan Y. Depari. 2008. Pengaruh distribusi dalam pembentukan
harga komoditas dan implikasinya terhadap inflasi. Working paper Bank
Indonesia. WP/07/2008.
Pujiharto. 2010. Studi Sistem Tanam Jajar Legowo terhadap Peningkatan Produktivitas
Padi Sawah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat Jl. Raya
Padang-Solok Km 40 Sukarami. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 14 (2):
106-11
Rachman B. Dermorejo SK. 2001. Dinamika harga dan perdagangan beras. Dalam:
Ekonomi padi dan beras Indonesia. Jakarta : Badan Litbang Pertanian.
Rachman. H. 2005. Metode Analisis Harga Pangan. Disampaikan pada Apresiasi Distribusi
Pangan dan Harga Pangan oleh Badan Ketahanan Pangan. Departemen Pertanian.
Bogor.
Ramses Simbolon, dkk. 2021. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Jual
Gabah Usahatani Padi Sawah di CV. Sidomakmur Desa Saentis Kecamatan Percut
Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Jurnal Agriust .Vol 2 No. 1.
Rizka, dkk. 2018. Analisis Volatilitas Harga Cabai Keriting Di Indonesia Dengan
Pendekatan Arch Garch. Jurnal Agro Ekonomi, Vol. 36 No. 1, Mei 2019:25-37
Samuelson. Paul A. Nordhaus. William D. 2004. Ilmu mikroekonomi. Edisi Bahasa
Indonesia. Jakarta (ID): PT. Media Global Edukasi.
Sanny , Lim. 2010. Analisis Produksi Beras Di Indonesia. Binus Business Review. Vol.1
No.1 Mei 2010: 245-251.
Sanny, Lim. 2010. Analisis produksi beras di Indonesia. Binus Business Review. 1(1):
245-251.
Saputra A, Arifin B, Kasymir E. 2014. Analisis Kausalitas Harga Beras, Harga Pembelian
Pemerintah (HPP), Dan Inflasi Serta Efektivitas Kebijakan HPP Di Indonesia.
Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis. 2(1).
Sawit MH.H Halid. 2010. Arsitektur Kebijakan Beras di Era Baru. Penerbit IPB Press.
Bogor
82
Sihono, Joko. (2007). Diferensiasi Harga Beras di Indonesia Pasca Krisis Ekonomi.
Skripsi, Fakultas Pertanian UPN Yogyakarta.
Sugiyono. 2011. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suhardi. Purwanto. 2004. Metode Penelitian. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sukirno. S. 2005. Mikroekonomi Teori Penghantar Edisi 3. Jakarta: Rajawali Press.
Sukirno. S. 2008. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Suparmin. 2006. Tingkat Stabilitas Dan Fluktuasi Harga Gabah Dan Beras Di Indonesia.
Agrimansion. vol 7 no (1).
Surindah, A. 2021. Analisis Stabilitas Harga Gabah Pada Tingkat Petani Menurut Harga
Pembelian Pemerintah Di Kecamatan Sinjai Utara Kabupaten Sinjai. Skripsi.
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Surono. S. 2001. Perkembangan Produksi dan Kebutuhan Impor Beras Serta Kebijakan
Pemerintah Untuk Melindungi Petani. dalam Suryana. Achmad dan Sudi Mardianto
(penyunting). Bunga Rampai Ekonomi Beras. LPEM-UI. Jakarta.
Suryana. Achmad. Benny Rachman. dan Maino Dwi Hartono. 2014. Dinamika Kebijakan
Harga Gabah Dan Beras Dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional.
Pengembangan Inovasi Pertanian.Vol. 7 No. 4 Desember 2014: 155-168
TomeckWG. Kenneth LR. 1990. Agricultural product prices. Third Edition. Ithaca NY
(ID): Cornell University Press
Vira. 2021. Pengaruh Produksi Padi, Harga Gabah Kering Panen Dan Konsumsi Beras
Terhadap Harga Beras Di Indonesia Tahun 2013-2019 (Study Kasus 34 Provinsi Di
Indonesia). The Economic Journal Of Emerging Markets. Volume 14 (2), hal 151-
161.
Wan, Jumana dkk. 2018. Analisis Variasi Harga Dan Integrasi Pasar Vertikal Cabai Merah
Di Kabupaten Gayo Lues. jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Unsyiah. Volume 3,
Nomor 4.
William G. Tomek and Kenneth L. Robinson.2004. Agricultural product prices European
Review of Agricultural Economics. 9(1).
83
L
A
M
P
84
I
R
A
N
85
Negara
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Asal
Berat Bersih : Ton
India 34.167,5 36.142,0 32.209,7 337.999,0 7.973,3 10.594,4 215.386,5
108.944,
Thailand 126.745,7 557.890,0 8 795.600,1 53.278,0 88.593,1 69.360,0
Vietnam 509.374,2 535.577,0 16.599,9 767.180,9 33.133,1 88.716,4 65.692,9
110.516,
Pakistan 180.099,5 134.832,5 87.500,0 310.990,0 182.564,9 5 52.479,0
Myanmar 8.775,0 16.650,0 57.475,0 41.820,0 166.700,6 57.841,4 3.790,0
|_*GKG*
|_sample 1 60
|_ols GKG T/pcor pcov
|_*GKG*
|_sample 1 60
|_ols GKG T/pcor pcov
|_stop
TYPE COMMAND
|_*PREMIUM*
|_sample 1 60
|_ols Pr T/pcor pcov
|_*MEDIUM*
|_sample 1 60
|_ols Md T/pcor pcov
|_*PEDAGANG*
|_sample 1 60
|_ols Pd T/pcor pcov
10 Oktober 5531,88 5467,2 5508,36 5405,62 5890,72 26928,98 5385,796 99,39287037 102,0888 99,75871
11 November 5593,36 5646,37 5619,4 5311,8 5985,25 27231,39 5446,278 100,5090433 103,2234 98,0273
12 Desember 5605,6 5713,71 5774,65 5357,08 6166,24 27515,51 5503,102 101,5577091 103,4493 98,86293
11 November 9538,75 9770,97 9742,16 9714,5 9539,29 48305,67 9661,134 99,81331281 98,54891 100,3647
12 Desember 9860,39 9818,07 9838,26 9787,86 9672,54 48977,12 9795,424 101,2007203 101,8719 101,1226
100,933217
Januari
1 11579 12276 12211,09 12342,74 12186,56 60595,39 12119,08 5 96,4352 102,796
2 Februari 11571,24 12414 12222 12355,15 12191,05 60753,44 12150,69 101,19648 96,37057 102,8993
100,627996
Maret
3 11494 12299 12124 12368 12127,15 60412,15 12082,43 2 95,72728 103,0064
99,8317124
April
4 11449 12035 12019 12382,1 12049 59934,1 11986,82 3 95,3525 103,1238
99,5942181
Mei
5 11465 11943 12008 12293,03 12082,49 59791,52 11958,3 5 95,48576 102,382
99,4191706
Juni
6 11465 11907,26 12009 12223,98 12081,19 59686,43 11937,29 5 95,48576 101,8069
99,3945850
Juli
7 11448 11936 12021 12212,63 12054,04 59671,67 11934,33 4 95,34417 101,7124
99,2502362
Agustus
8 11411 11899 12018 12212,07 12044,94 59585,01 11917 3 95,03602 101,7077
Septembe 99,3816093
9 r 11481,84 11900 12050 12188,86 12043,18 59663,88 11932,78 1 95,62601 101,5144
99,6659594
Oktober
10 11552 11926,21 12108 12186,97 12061,41 59834,59 11966,92 8 96,21033 101,4987
Novembe 100,019902
11 r 11665,08 12013 12120 12178,62 12070,38 60047,08 12009,42 2 97,15211 101,4291
100,684912
Desember
12 11838 12106,77 12183,03 12184,52 12134 60446,32 12089,26 9 98,59227 101,4782
9. Analisis Korelasi
Analisis Korelasi Harga Gabah dan Beras di Indonesia menggunakan Eviews.
Covariance Analysis: Ordinary
Date: 05/16/23 Time: 04:28
Sample: 2017M01 2021M12
Included observations: 60
Correlation
t-Statistic
GKP_TINGKAT_ GKG_TINGKAT_ GKP_TINGKAT_ GKG_TINGKAT_ BERAS_PED
Probability PETANI PETANI PENGGILING PENGGILING PREMIUM MEDIUM AGANG
GKP_TINGKAT_PETA
NI 1.000000
86
-----
GKG_TINGKAT_PETA
NI 0.821154 1.000000
10.95784 -----
GKP_TINGKAT_PENG
GILING 0.952838 0.759464 1.000000
23.91122 8.890790 -----
GKG_TINGKAT_PENG
GILING 0.798381 0.978562 0.795412 1.000000
10.09760 36.18598 9.995039 -----
Model Summary
ANOVAa
Total 43.933 59
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta