skripsi
Oleh :
Veronika Nababan
NPM. E1C013085
Dalam pelaksanaannya, penelitian ini dibagi dalam tiga tahapan, yaitu tahap koleksi
sampel yang dilakukan di Setyolembu Farm Kab. Sukoharjo Provinsi Jawa Tengah, tahap
penggilingan sampel di laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas
Bengkulu dan tahap analisis proksimat dilakukan di Laboratorium PAU IPB Bogor. Data
yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam (ANOVA). Jika hasil analisis
dari penelitian ini berpengaruh nyata (P<0,05) maka dilanjutkan dengan Least Significance
Different (LSD).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan pollard 25% dalam komposisi penyusun
konsentrat mampu meningkatkan kecernaan bahan kering (BK) dan bahan organik (BO),
tetapi penambahan level pollard 30% menurunkan kecernaan bahan kering (BK) dan bahan
organik (BO). Namun demikian, pollard sebagai bahan pakan secara nyata dapat
meningkatkan konsumsi bahan kering (BK) dan bahan organik (BO) pada kambing PE.
i
SUMMARY
The needs of meat has increased each year. One farm commodities that can be used as a
meat supplier is the goat. One of the factors to consider in the livestock business is the
availability of feed. Feed contributed to 70% of total production costs. Efforts that can be
made is by making use of agricultural waste as a feedalternative to livestock. Pollard is
a by-product from the processing of wheat. Pollard is a popular and important feed on
fodder for palatability is high enough.
This study aimed to evaluate the level of DM and OM digestibility feed concentrates made
by pollard who was given on the goat PE. The study consisted of three treatment where
each treatment consisted of 4 replicates with a population of as many as 12 PE goat. This
study uses a completely randomized design, with P1 treatment (forage Feed and
concentrate with 20% pollard), P2 (forage Feed and concentrate with 25% pollard), P3
(forage Feed and concentrate with 30% pollard). The measured variable is the data
consumption of forage and concentrate (DM and OM), production of faeces (DM and
OM), and the digestibility of the feed (DM and OM), forage was given ad libitum.
In practice, this study is divided into three stages, namely the sample collection phase
conducted in Setyolembu Farm Kab. Sukoharjo, Central Java, milling phase samples in the
laboratory of Soil Science, Faculty of Agriculture, University of Bengkulu and proximate
analysis phase conducted at the Laboratory of PAU IPB Bogor. Data were analyzed using
analysis of variance (ANOVA). If the results of the analysis of this study significant (P
<0.05), then followed by the Least Significance Different (LSD).
The results showed that the addition of pollard 25% in the composition of the concentrate
constituent can improve the digestibility of dry matter (DM) and organic matter (OM), but
the addition of pollard level 30% lower the digestibility of dry matter (DM) and organic
matter (OM). However, pollard as feed material can significantly increase the consumption
of dry matter (DM) and organic matter (OM) in goats.
ii
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat
keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau
meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau
pendapat atau pemikiran dari penulis lain, yang saya akui sebagai bagian tulisan saya
sendiri, dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau
ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan kepada penulis aslinya.
Veronika Nababan.
NPM. E1C013085
iv
RIWAYAT HIDUP
Penulis kemudian melanjutkan studi ke perguruan tinggi Universitas Bengkulu pada tahun
2013 melalui jalur SBMPTN. Penulis melaksanakan Kuliah Lapang (KL) di BIBD Talang
Kering, Bengkulu selama 14 hari kerja pada bulan Januari 2016. Penulis melakukan Kuliah
Kerja Nyata (KKN) periode 79 di desa Embong Uram, Kecamatan Uram Jaya, Kabupaten
Lebong pada tanggal 1 Juli- 31 Agustus 2016.
Untuk memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana (S1), penulis melaksanakan
penelitian yang berjudul “Kecernaan Bahan Kering (BK) dan Bahan Organik (BO) Pakan
Dengan Konsentrat Berbahan Pollard Dengan Level Berbeda pada Kambing PE” yang
bertempat di Setyolembu Farm Kab. Sukoharjo Provinsi Jawa Tengah dan analisis
proksimat dilakukan di laboratorium PAU IPB Bogor.
v
KATA PENGANTAR
1. Selama melakukan penulisan skripsi ini yang dimulai dari perencanaan sampai dengan
selesainya penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak dalam bentuk moril maupun materi. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan banyak terimakasih yaitu kepada:
2. Kedua orangtuaku, bapak dan mamak yang telah membesarkan serta mendidikku
dengan sangat baik, yang selalu mendoakan yang terbaik untukku, dan senantiasa
memberikan dukungannya.
3. Adik-adikku Marulitua, Kristini, Laura dan Aril yang selalu menyemangati dan
memberikan dukungan selama dalam masa studiku.
4. Bapak Ir. Dwatmadji, M.Sc, PhD. selaku pembimbing utama yang selalu memberikan
dukungan dan arahan kepada penulis dalam penyelesaian karya ini.
5. Ibu drh. Tatik Suteky, M.Sc. selaku pembimbing pendamping yang dengan sabar
mendidik kami selama penelitian berlangsung.
6. Ibu Dr. Ir. Endang Sulistyowati, M.Sc. selaku dosen penguji yang telah memberikan
saran dan masukan kepada penulis.
7. Ibu Ir. Siwitri Kadarsih, M.S. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan
masukan kepada penulis.
8. Bapak Dr. Ir. Bieng Brata, M.P. selaku Ketua Jurusan Peternakan Universitas
Bengkulu.
9. Ibu Dr. Irma Badarina, S.Pt., M.P. selaku pembimbing akademik yang telah
membimbing dalam kegiatan akademik penulis.
10. Bapak Gianto dan keluarga yang telah mengijinkan saya untuk melakukan penelitian
di Setyolembu Farm, Sukoharjo, Jawa Tengah.
11. Rekan-rekan penelitian: Naomi Purba, Enjel Saragih, Mei Manurung, Indah Lestari,
dan Mafika Sari yang telah berjuang bersama-sama dalam menyelesaikan penelitian
ini.
12. Almamaterku Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu
13. Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam proses penyusunan skripsi ini.
“Tak Ada Gading Yang Tak Retak”, merupakan ungkapan yang tepat untuk
disampaikan kepada pembaca. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata
kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki
penulis, maka dari itu penulis mengharapkan perbaikan-perbaikan dimasa mendatang
agar skripsi ini dapat lebih baik lagi.
Veronika Nababan
vi
NPM. E1C013085
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................................vii
I. PENDAHULUAN..............................................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................18
LAMPIRAN.........................................................................................................................21
viii
Page 1 of 34
I. PENDAHULUAN
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini salah satunya adalah
dengan memanfaatkan limbah pertanian sebagai bahan pakan alternatif untuk ternak. Salah
satu limbah pertanian yang dapat digunakan sebagai bahan pakan untuk ternak adalah
pollard. Pollard adalah hasil sampingan dari proses pengolahan gandum. Rianto (2004)
menyatakan bahwa hasil samping penggilingan gandum dapat dibedakan menjadi tiga
yaitu bran, pollard, dan tepung anggrek. Bran dan pollard dimanfaatkan untuk makanan
ternak. Pollard merupakan pakan yang popular dan penting pada pakan ternak karena
palatabilitasnya cukup tinggi. Pollard tidak mempunyai antinutrisi, tetapi penggunaan
pollard perlu dibatasi mengingat adanya sifat pencahar pada pollard.
Karena adanya sifat pencahar tersebut, maka pollard akan bernilai sangat baik
apabila diberikan pada ternak (Sariubang dan Ismartoyo, 1983). Kelebihan dari bahan
pakan jenis dedak adalah mengandung karbohidrat yaitu 58,8-66,2 persen, mengandung
energi, protein, vitamin, mineral, asam amino, dan serat kasar. Pollard tersusun atas kulit
gandum dan pati yang menempel dan masih tercampur dengan kulit luarnya beserta
lembaganya disamping sebagai sumber energi juga sebagai sumber vitamin terlarut kecuali
niasin (Wahyuni, 2004). Kandungan protein pollard rata-rata 16,4 persen, sehingga sangat
berpotensi digunakan sebagai salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan akan
protein.
Pollard adalah bahan pakan yang dapat digunakan sebagai campuran ransum karena
mengandung tepung dan energi lebih tinggi (Gebremedhin et al., 2009). Pollard sebagai
bahan pakan mengandung zat nutrisi yang terdiri dari air dan bahan kering. Bahan kering
terdiri dari bahan organik dan bahan anorganik. Sedangkan bahan organik terdiri dari
protein, karbohidrat, lemak, dan vitamin.
Page 2 of 34
Sifat fisik dan kimia dari pollard setara dengan sifat fisik dan sifat kimia dedak padi.
Pollard dapat menggantikan posisi dan fungsi dedak padi (seluruh atau sebagian). Kualitas
protein pollard lebih baik dari jagung, tetapi rendah daripada kualitas protein bungkil
kedelai, susu, ikan dan daging. Pollard kaya akan phospor (P) feerum (fe) tetapi miskin
akan kalsium (Ca). Pollard mengandung 1,29% P, tetapi hanya mengandung 0,13% Ca.
Bagian terbesar dari P ada dalam bentuk phitin phospor. Pollard tidak mengandung vitamin
A, tetapi kaya akan vitamin B seperti niacin dan thiamin (Anonymous, 2010).
Ternak membutuhkan bahan organik maupun bahan anorganik tetapi bahan organik
lebih banyak dibutuhkan (Tillman et al., 1989). Pollard mengandung 88,4% bahan kering
(BK), dan dalam 100% BK, pollard mengandung 17,0% protein kasar (PK), 8,8% serat
kasar (SK), 5,1% lemak kasar (LK), 45% bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) dan 24,1%
abu (Hartadi et al., 1993). Pemberian dedak gandum (pollard) meningkatkan konsumsi
bahan kering dan pemanfaatan berbagai nutrisi pada kambing dengan pakan campuran
jerami sebagai sumber serat (Maity et al., 1999). Penelitian tentang penggunaan pollard
dan limbah pertanian sebagai pakan untuk kambing masih sedikit, maka pemberian pollard
dalam pakan dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan yang potensial.
1.3 Hipotesis
Berdasarkan kandungan nutrisi yang ada pada pollard, diduga pollard sebagai bahan
pakan dapat meningkatkan kecernaan BK dan BO pada kambing PE.
Page 3 of 34
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Artiodactyla
Family : Bovidae
Sub family : Caprinae
Genus : Capra
Spesies : Capra aegagrus
Sub spesies : Capra aegagrus hircus
(Linnaeus, 1758) dikutip dari Wikipedia (2016).
Kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan ternak tipe dwiguna tetapi pada
peternakan sering diambil susunya. Menurut Triwulaningsih (1986) produksi susu kambing
PE sekitar 0,498 – 0,692 liter per ekor per hari dengan produksi tertinggi dicapai 0,868
liter. Menurut Devandra dan Burn (1994) rataan produki susu kambing Etawah berkisar
0,7–1,0 kg per hari dengan rata-rata waktu laktasi 140 hari. Dengan sistem manajemen
yang baik maka periode laktasi dapat dilakukan sampai 9 bulan dengan puncak produksi
pada bulan pertama dan kedua, dan dapat mencapai produksi 4 liter/ekor/hari. Rata-rata
bobot lahir kambing Peranakan Etawah adalah 3,5–4 Kg. Berat sapih anak jantan dan
betina kambing Peranakan Etawah adalah sekitar 13 kg dan 11 kg (Anonymous, 2015).
Standar lingkar dada untuk kambing Peranakan Etawah betina dewasa adalah 80,1 cm.
Persentase karkas 51% dengan kenaikan bobot badan rata-rata 50-150 gram/hari
tergantung dari pakan yang diberikan (Pamungkas et al., 2009).
Page 4 of 34
2.2 Kecernaan
Menurut Ismail (2011), kecernaan dapat diartikan sebagai selisih antara jumlah zat
makanan yang dikonsumsi dengan yang diekskresikan didalam feses dan dianggap telah
diserap dalam saluran pencernaan ternak. Faktor yang mempengaruhi kecernaan yaitu
kandungan serat kasar, kandungan protein kasar, spesies ternak, jumlah pakan yang
diberikan, serta perlakuan terhadap bahan pakan (Tilman et al., 1989). Sementara
berdasarkan McDonald et al. (2002), bahwa faktor yang mempengaruhi kecernaan adalah
komposisi bahan pakan, perbandingan komposisi antara bahan pakan yang satu dengan
bahan pakan lainnya, perlakuan pakan, suplementasi enzim dalam pakan, ternak, dan taraf
pemberian pakan.
menjadi terigu. Angka konversi pollard mencapai 25-26% dari bahan baku gandum
(Anonymous, 2010). Pollard atau dedak gandum mempunyai sifat yang voluminous dan
berserat tinggi sehingga kurang disukai penggunaannya pada ternak sapi finisher. Kualitas
protein pollard lebih baik dari jagung, tetapi rendah daripada kualitas protein bungkil
kedelai, susu, ikan dan daging. Pollard kaya akan phospor (P) feerum (Fe) tetapi miskin
akan kalsium (Ca). Pollard mengandung 1,29% P, tetapi hanya mengandung 0,13% Ca.
Bagian terbesar dari P ada dalam bentuk phitin phospor. Pollard tidak mengandung vitamin
A, tetapi kaya akan vitamin B seperti niacin dan thiamin (Anonymous, 2010).
2.3.6 Mollases
Molases atau tetes tebu adalah hasil sampingan pengolahan tebu menjadi gula.
Bentuk fisiknya berupa cairan yang kental dan berwarna hitam. Kandungan karbohidrat,
protein dan mineralnya cukup tinggi sehingga bisa juga dijadikan pakan ternak walaupun
sifatnya hanya sebagai pakan pendukung. Disamping harganya murah, kelebihan lain tetes
tebu terletak pada aroma dan rasanya (Widayati dan Widalestari, 1996).
2.3.7 Starbio
Starbio merupakan serbuk berwarna coklat hasil pengembangan bioteknologi
modern temuan LHM Research Station. Berisi koloni bakteri yang diisiolasi dari alam,
bersifat bersahabat dengan kehidupan (probiotik). Kandungan bakteri dalam Starbio antara
lain: Azobacter spp., Spirillum lipoferum, Trichoderma polysporeum, Cellulomonas
acidula, Bacillus cellulase, Clavaria dendroidie, Streptomyces, Pseudomonas sp,
Fusarium sp, Bacillus cellulase disolvens. Starbio bekerja secara enzimatis (menghasilkan
enzim) yang berfungsi memecah protein (proteolitik), karbohidrat struktural (selulolitik,
hemiselulolitik, lignolitik), dan lemak (lipolitik) serta dilengkapi dengan bakteri nitrogen
fiksasi non simbiosis. Starbio dapat digunakan untuk menguraikan limbah baik limbah
rumah tangga, rumah potong hewan, pabrik, tambak yang sering menimbulkan masalah
terhadap pencemaran air (LHM, 1995).
2.3.8 Garam
Garam diperlukan oleh ruminansia sebagai perangsang menambah nafsu makan.
Garam juga sebagai unsur yang dibutuhkan sekali dalam kelancaran pekerjaan faali tubuh
(Sumoprastowo, 1993). Semua herbivora akan suka memakan garam apabila disediakan
dalam bentuk jilatan (lick) atau dalam bentuk halus dalam tempat mineral. Oleh karena
hewan suka akan garam maka biasanya garam dipakai sebagai campuran fosfor atau
Page 7 of 34
mineral mikro dan senyawa lain misalnya obat parasit (Tillman et al., 1989). Hampir
semua bahan makanan nabati (termasuk khususnya hijauan tropis) mengandung Na dan Cl
relatif lebih kecil dibanding bahan makanan hewani. Oleh karena itu bahan makanan
ruminan (terutama hijauan) maka suplemen Na dan Cl dalam bentuk garam dapur dapat
dilakukan oleh peternak, pemberian tersebut dapat ad libitum (Parakkasi, 1995).
Bahan yang digunakan yaitu kambing PE jantan sebanyak 12 ekor dengan rentang
umur 7-8 bulan, rumput lapang, ampas tapioka (onggok), pollard, garam, molases, limbah
jagung (kulit jagung dan tongkol jagung), air bersih, starbio bubuk dan bahan-bahan
pendukung lainnya.
Yij = µ + ᵦi + Ɛij
Dimana:
Dimana
Perlakuan
Bahan Pakan (%)
P1 P2 P3
Pollard 20 25 30
Dedak halus 30 25 20
Limbah jagung 10 10 10
Ampas tapioka
15 15 15
(onggok)
Mollases 10 10 10
Bungkil kedelai 10 10 10
Perlakuan
Nutrisi (%)
P1 P2 P3
11,1 11,4
PK 3 1 11,42
13,2 12,6
SK 2 9 11,52
Page 10 of 34
BO = Bahan organik
Page 11 of 34
Tabel 1. Rataan konsumsi pakan dalam bahan kering (BK) pada kambing PE selama
penelitian (gram/ekor/hari)
Perlakua Ulangan
Rata-rata±sd
n 1 2 3 4
272,
P-1 265,6 380,1 263,3 295,4±91,22a
5
382,
P-2 421,3 455,3 357,8 404,2±95,51b
5
407, 462,8±121,3
P-3 467,9 475,2 500,1
9 4c
Superscript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang
nyata (P<0,05).
Berdasarkan hasil penelitian, respon perlakuan P1, P2, dan P3 berpengaruh terhadap
konsumsi bahan kering yaitu dengan rata-rata 2,1±0,65%, angka ini berbeda dengan NRC
(1981) yaitu sebanyak 2,4±0,23% dari bobot hidup. Konsumsi bahan kering tertinggi yaitu
pada ternak kambing yang mendapat perlakuan P3 dengan level pollard 30% yaitu sebesar
2,4%. Sementara untuk konsumsi bahan kering terendah terjadi pada ternak kambing
dengan perlakuan P1 dengan level pollard 20%. Namun demikian, konsumsi bahan kering
pada penelitian ini lebih rendah dari penelitian sebelumnya, dimana rata-rata konsumsi
bahan kering sebesar 2,8% dari bobot hidup (Mathius et al., 2002). Berdasarkan hasil
analisis ragam, rata-rata konsumsi pakan tertinggi yaitu pada P3 462,8 gram/ekor/hari dan
untuk konsumsi pakan dalam bahan kering terendah yaitu pada perlakuan P1 295,4
gram/ekor/hari. Penelitian Yusuf et al., pada tahun 2016 menemukan kisaran konsumsi
Page 13 of 34
pakan dalam bahan kering yaitu 360-480 gram/ekor/hari. Konsumsi perlakuan P1 lebih
kecil dibandingkan dengan penelitian tersebut, namun untuk konsumsi perlakuan P2 dan
P3 tidak jauh berbeda.
Tabel 2. Rataan produksi bahan kering (BK) feses pada kambing PE selama
penelitian (gram/ekor/hari)
53, 57,8±24,58
P-1 55,9 77,6 44,1
7 a
88, 79,3±19,45
P-2 76,9 84,9 66,6
8 b
Superscript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang
nyata (P<0,05).
Pada umumnya, produksi feses dipengaruhi oleh jumlah konsumsi bahan pakan dan
kemampuan cerna ternak itu sendiri. Hasil analisis ragam, diketahui bahwa produksi feses
terbanyak pada perlakuan P3 dengan rata-rata produksi sebanyak 108,7 gram/hari, sama
seperti pada hasil analisis ragam konsumsi bahan kering pakan yang menunjukkan bahwa
konsumsi tertinggi pada P3. Produksi feses yang paling sedikit adalah pada perlakuan P1
dengan rata-rata 57,8 gram/ hari.
Tabel 3. Rataan kecernaan bahan kering (BK) pada kambing PE selama penelitian
(%)
Page 14 of 34
Superscript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang
nyata (P<0,05).
Tabel 4. Rataan konsumsi pakan dalam bahan organik (BO) pada kambing PE
selama penelitian (gram/ekor/hari)
Superscript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang
nyata (P<0,05).
rata-rata konsumsi bahan organik pakan dari yang tertinggi berturut-turut adalah P3, P2,
dan P1. Dapat dilihat pada Tabel 5 bahwa secara nyata konsumsi bahan organik P3 paling
tinggi dibandingkan dengan perlakuan P1 dan P2. Hal ini sejalan dengan konsumsi bahan
kering P3 dimana pada Tabel 1 (konsumsi bahan kering) memperlihatkan bahwa konsumsi
BK tertinggi yaitu pada perlakuan P3. Perhitungan konsumsi bahan organik ditentukan
berdasarkan perhitungan konsumsi bahan kering. Menurut Parakkasi (1995), bahan kering
(BK) sebagian terdiri dari bahan organik (BO) yang terdiri dari karbohidrat, protein,
lemak, dan vitamin.
Tabel 5. Rataan produksi bahan organik (BO) feses pada kambing PE selama
penelitian (gram/ekor/hari)
Superscript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang
nyata (P<0.05).
Superscript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang
nyata (P<0,05).
Hasil penelitian pada Tabel 7 memperlihatkan rata-rata tingkat kecernaan dari ketiga
perlakuan adalah 79,37%. Tingkat kecernaan ini lebih tinggi daripada penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Cakra et al. (2014) tentang kecernaan bahan kering pada
kambing PE dengan konsentrat yang mengandung pollard 45% penyusun konsentrat,
menemukan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap kecernaan bahan
organik kambing PE yaitu dengan rata-rata tingkat kecernaannya adalah 69,07%.
Page 17 of 34
V. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeny, Y.N., U. Umiyasih dan N.H. Krishna. 2008. Potensi limbah jagung siap
rilis sebagai sumber hijauan sapi potong. Prosiding Lokakarya Nasional Jejaring
Pengembangan Sistem Integrasi Jagung-Sapi. Puslitbangnak, Pontianak, 9-10 Agustus
2006. hal.149-153.
Anonymous. 2008. Perkembangan industri pakan ternak di Indonesia.
http://www.datacon.co.id/MakananTernak2008.html. (Diakses pada tanggal 11 Juni 2016).
Anonymous. 2010. Bahan makanan ternak : dedak dan pollard.
https://intannursiam.wordpress.com/2010/08/18/bahan-makanan-ternak-dedak-dan-
pollard/. (Diakses pada tanggal 26 September 2016).
Anonymous. 2013. Proses Pembuatan Bungkil Kedelai.
http://galihghung.blogspot.co.id/2013/06/proses-pembuatan-bungkil-kedelai.html. (Di
akses pada 03 Oktober 2016).
Anonymous. 2014. Daftar Istilah Dalam Peternakan.
http://www.peternakankita.com/daftar-istilah-dalam-peternakan/. (Di akses pada tanggal
25 September 2016).
Anonymous. 2015. Kambing Peranakan Etawah.
http://www.ilmuternak.com/2015/06/kambing-peranakan-etawah-pe.html. (Di akses pada
tanggal 15 September 2016).
Mathius, I-W., I. B. Gaga dan I-K. Sutama. 2002. Kebutuhan Kambing PE Jantan
Muda akan Energi dan Protein Kasar : Konsumsi, Kecernaan, Ketersediaan, dan
Pemanfaatan Nutrien. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. 7 (2) : 100-102.
Piao, X.S., I.K. Han, J.H. kim, W.T. cho, Y.H. Kim and C. Liang. 1999. Effects of
Kemzyme, Phytase and Yeast. Asian-Australia Journal of Animal Science. 16 (2) : 239-
247.
Purnomo, A., Hartatik, Khusnan, S.I.O. Salasia dan Soegiyono. 2006. Isolasi dan
Karakterisasi Staphylococcus aureus Asal Susu Kambing Perah Peranakan Etawa. Media
Kedokteran Hewan. 22:142
Rianto, E.H. 2004. Memanfaatkan hasil samping penggilingan gandum.
http://www.Radar Banjar.com. Di akses pada tanggal 12 Juni 2016.
Sakadoci. 2016. Ampas tahu vs ampas tapioka.
http://www.sakadoci.com/2016/06/ampas-tahu-vs-ampas-ketela-mana-lebih.html. Di akses
pada 12 Februari 2017.
Sariubang dan Ismartoyo, 1983. Karakteristik Degradasi Beberapa Jenis Pakan
Dalam Rumen Ternak Kambing. Buletin Nutrisi dan Makanan Ternak. 3:1-7.
Sulistyowati, E., I. Badarina, and E. Soetrisno. 2010. Supplementation of Starbio
probiotic and yeast on milk production and nutrient digestibility of lactating Holstein cows
fed a ration containing cassava meal. Journal Dairy Science. 93. E-Suppl. 1 : 860.
Sumoprastowo, R.M. 1993. Beternak Domba Pedaging dan Wol. Bhratara, Jakarta.
Sutardi, T. 1979. Ketahanan protein bahan makanan terhadap degradasi mikroba
rumen dan manfaatnya bagi peningkatan produktivitas ternak. Prosiding Seminar
Penelitian dan Penunjang Peternakan. LPP Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sutardi, T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Jilid 1. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Page 20 of 34
LAMPIRAN
Total 83 1272744.139
95% Confidence
Interval
(I) (J) Mean
TRT_I TRT_I Difference Lower Upper
D D (I-J) Std. Error Sig. Bound Bound
LS - -
D 1 2 108.87528* 27.67373 0.000 163.9373 -53.8132
-
- - 112.370
3 167.43257* 27.67373 0.000 222.4946 5
163.937
2 1 108.87528* 27.67373 0.000 53.8132 3
-
3 -58.55728* 27.67373 0.037 113.6193 -3.4952
222.494
3 1 167.43257* 27.67373 0.000 112.3705 6
113.619
2 58.55728* 27.67373 0.037 3.4952 3
Page 22 of 34
Total 83 81120.637