Anda di halaman 1dari 54

HARGA POKOK PRODUKSI TERNAK BABI

(Kasus Peternakan Babi Rachel Farm, Kecamatan Bojong Gede,


Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

SKRIPSI
ANITA MARTINOVA

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
RINGKASAN

ANITA MARTINOVA. D34103011. 2010. Harga Pokok Produksi Ternak


Babi (Kasus Peternakan Babi Rachel Farm, Kecamatan Bojong Gede,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi
Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Ir. Lucia Cyrilla ENSD., M.Si


Pembimbing Anggota : Prof. Dr. Ir. Pollung H. Siagian, MS.

Perkembangan peternakan babi di Indonesia semakin meningkat diiringi


dengan peningkatan permintaan akan daging babi. Usaha Peternakan Babi Rachel
Farm dalam memenuhi permintaan konsumen merupakan suatu peluang usaha
yang baik untuk dikembangkan. Akan tetapi, bila usaha peternakan ini dijalankan
tanpa perolehan laba yang setimpal akan sangat merugikan dan tentunya tidak
akan dapat terus berjalan. Untuk itu sangat diperlukan pengetahuan yang benar
akan nilai harga yang harus ditetapkan kepada konsumen.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1) Menganalisis biaya produksi
yang dikeluarkan oleh Peternakan Babi Rachel Farm, (2) Membandingkan harga
pokok produksi untuk satu kilogram bobot hidup ternak babi dengan metode full
costing dan metode variable costing, dan (3) Membandingkan keuntungan yang
diperoleh Peternakan Babi Rachel Farm berdasarkan metode harga pokok full
costing dan variable costing. Hasil penelitian berupa saran harga yang dihitung
berdasarkan biaya produksi yang sesuai dengan laba yang diinginkan untuk
menghindari kerugian.
Penelitian ini dilakukan di Peternakan Babi Rachel Farm yang berlokasi di
Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilik
sekaligus pengelola dan tenaga kerja peternakan juga memberikan informasi yang
dibutuhkan selama penelitian selain dari arsip peternakan. Analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis dengan dua
metode penetapan harga pokok produksi yaitu metode full costing dan metode
variable costing. Berdasarkan hasil analisis tersebut akan dilakukan perbandingan
dengan harga jual Peternakan Babi Rachel Farm. Dengan demikian akan diketahui
harga mana yang lebih baik diterapkan pada Peternakan Babi Rachel Farm.
Hasil yang diperoleh dari analisis yang telah dilakukan adalah biaya
produksi yang dikeluarkan oleh Peternakan Babi Rachel Farm adalah sebesar Rp
846.673.323 per tahun. Harga pokok produksi Peternakan Babi Rachel Farm
dengan metode full costing adalah Rp 14.933 dan dengan metode variable costing
Rp 13.255 untuk satu kilogram bobot hidup ternak babi.
Berdasarkan hasil analisis, Peternakan Babi Rachel Farm tidak perlu
mengganti atau merubah harga jualnya karena dengan harga yang selama ini
dibebankan kepada konsumen Peternakan Babi Rachel Farm sudah memperoleh
keuntungan dan untuk memudahkan serta menghindari kemungkinan terjadinya
kerugian, Peternakan Babi Rachel Farm perlu menetapkan harga jual untuk setiap
kategori ternak.

Kata-kata Kunci: biaya produksi, harga pokok produksi, full costing, variable
costing.
ABSTRACT

Hog Production Cost


(Case in Rachel Farm, Bojong Gede Subdistrict, Bogor District, West Java)

Martinova, A., L. Cyrilla, and P. H. Siagian

The aims of this research were: (1) to analyze total cost of Rachel Farm
production, (2) to compare hog production cost per kilogram live weight with full
and variable costing method, and (3) to compare Rachel Farm profit based on full
and variable costing method. This study was held on May 2009 at Rachel Farm in
Bojong Gede Subdistrict, Bogor District. Data was analyzed by used descriptive analysis,
full costing method and variable costing method. The result showed that
production cost of Rachel Farm was Rp 846.673.323 for one year. Hog production
cost of Rachel Farm was Rp 14.933 by full costing method and by variable
costing method was Rp 13.255 for one kilogram of pig life mass. Amount of
profit achieve by Rachel Farm by full costing method was Rp 1.493 and Rp 1.326
by variable costing method for one kilogram of pig live weight.

Keywords: total cost production, cost of goods manufactured, full costing method,
variable costing method.
HARGA POKOK PRODUKSI TERNAK BABI
(Kasus Peternakan Babi Rachel Farm, Kecamatan Bojong Gede,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

SKRIPSI
ANITA MARTINOVA

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk


memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Rantauprapat, Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera


Utara pada tanggal 6 Mei 1985. Penulis adalah anak pertama dari empat
bersaudara dari pasangan Bapak D. Silitonga dan Ibu D. Tampubolon.
Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak pada tahun 1991
di TK Kuntum Melati, Rantauprapat. Pendidikan Dasar diselesaikan pada tahun
1997 di SDN No 112139, Rantauprapat. Pendidikan Sekolah Lanjutan Menengah
Pertama diselesaikan pada tahun 2000 di SMPN 5, Rantauprapat. Pendidikan
Sekolah Lanjutan Menengah Atas diselesaikan pada tahun 2003 di SMAN 2,
Rantauprapat. Penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen Sosial Ekonomi
Industri Peternakan, Program Studi Sosial Ekonomi Ternak, Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada
tahun 2003.
Selama mengikuti pendidikan di Institut Pertanian Bogor, Penulis aktif
dalam Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Industri Peternakan (HIMASEIP)
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor periode tahun 2005-2006 sebagai
staff Departemen Informasi dan Komunikasi. Penulis juga aktif dalam Komisi
Pelayanan Siswa (KPS) Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Persekutuan
Mahasiswa Kristen (PMK) Institut Pertanian Bogor periode tahun 2004-2005
sebagai staff pengajar Mata Pelajaran Agama Kristen di SLTPN 2 Bogor, dan
aktif dalam Himpunan Mahasiswa Labuhan Batu (HIMLAB) Bogor periode tahun
2003-2004 dan periode 2004-2005.
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Pengasih dan
penuh berkat, atas anugerah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
sebagai tugas akhir.
Skripsi ini mengambil judul Harga Pokok Produksi Ternak Babi (Kasus
Peternakan Babi Rachel Farm, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Jawa
Barat) merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan
pada Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor. Skripsi ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai
harga jual yang seharusnya ditetapkan oleh Peternakan Babi Rachel Farm agar
dapat memberikan keuntungan yang semestinya.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai
pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah sangat
membantu Penulis hingga tersusunnya skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi Penulis maupun semua pihak
yang membutuhkan.

Bogor, Januari 2010

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
RINGKASAN ....................................................................................................... i
ABSTRACT .......................................................................................................... ii
RIWAYAT HIDUP............................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
DAFTAR ISI ......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... ix
PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
Latar Belakang .......................................................................................... 1
Perumusan Masalah .................................................................................. 1
Tujuan Penelitian ...................................................................................... 2
Kegunaan Penelitian ................................................................................. 2
KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 5
Aspek Produksi Peternakan Babi .............................................................. 5
Pakan ............................................................................................. 6
Kandang ........................................................................................ 7
Penyakit dan Obat-obatan ............................................................. 7
Tenaga Kerja ................................................................................. 7
Pendapatan ................................................................................................ 8
Penerimaan..................................................................................... 8
Biaya.............................................................................................. 9
Harga Pokok Produksi............................................................................... 10
METODE PENELITIAN ...................................................................................... 13
Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 13
Desain Penelitian....................................................................................... 13
Data dan Instrumentasi.............................................................................. 13
Pengumpulan Data .................................................................................... 13
Analisis Data ............................................................................................. 14
Analisis Deskriptif ........................................................................ 14
Analisis Harga Pokok Produksi dengan Metode Full Costing ..... 14
Analisis Harga Pokok Produksi dengan Metode Variable
Costing .......................................................................................... 15
Batasan Istilah ........................................................................................... 16
GAMBARAN UMUM PETERNAKAN .............................................................. 17
Sejarah dan Perkembangan Peternakan .................................................... 17
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 18
Aspek Budidaya Ternak Babi ................................................................... 18
Populasi Ternak Babi .................................................................... 18
Produktivitas Ternak Babi ............................................................ 19
Pemberian Pakan ........................................................................... 20
Perkandangan ................................................................................ 21
Pengawinan ................................................................................... 22
Penyakit ......................................................................................... 23
Tenaga Kerja ................................................................................. 23
Aspek Komersial ....................................................................................... 24
Aspek Biaya .............................................................................................. 25
Biaya Bahan Baku ......................................................................... 26
Biaya Pakan................................................................................... 27
Biaya Obat-obatan ......................................................................... 28
Biaya Tenaga Kerja ....................................................................... 28
Biaya Tidak Langsung (Overhead) ............................................... 28
Harga Pokok Produksi .............................................................................. 30
Metode Full Costing ..................................................................... 30
Metode Variable Costing .............................................................. 31
Analisis Perbandingan HPP/kg Bobot Hidup Metode Full Costing dan
Metode Variable Costing .......................................................................... 32
Harga Pokok Penjualan ................................................................. 32
Harga Jual ..................................................................................... 33
Harga Jual dengan Metode Full Costing....................................... 33
Harga Jual dengan Metode Variable Costing ............................... 34
Perhitungan Harga Jual dengan Metode Peternakan Babi Rachel Farm...35
Analisis Perbandingan Harga Jual Metode Harga Pokok Produksi
dengan Harga Jual di Peternakan Babi Rachel Farm ................................ 35
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 36
Kesimpulan ............................................................................................... 36
Saran.......................................................................................................... 36
UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................. 37
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 38
LAMPIRAN .......................................................................................................... 40

vi
DAFTAR TABEL

Nomor
Halaman
1. Jumlah Ternak Babi di Peternakan Babi Rachel Farm pada
Bulan Juni 2009 ........................................................................................ 18
2. Campuran Bahan Makanan Per 100 Kg Ransum Jadi .............................. 20
3. Ukuran dan Jumlah Kandang di Peternakan Babi Rachel Farm.................21
4. Komponen Biaya di Peternakan Babi Rachel Farm.................................. 25
5. Rataan Biaya Pakan di Peternakan Babi Rachel Farm.............................. 27
6. Jumlah dan Harga Peralatan di Peternakan Babi Rachel Farm ............... .29
7. Harga Pokok Produksi di Peternakan Babi Rachel Farm dengan
Metode Full Costing (Rp/Tahun) .............................................................. 30
8. Harga Pokok Produksi di Peternakan Babi Rachel Farm dengan
Metode Variable Costing (Rp/Tahun) ...................................................... 31
9. Harga Pokok Produksi Ternak Babi/Kg dengan Menggunakan
Metode Full Costing dan Variable Costing .............................................. 32
10. Rataan Harga Jual Ternak Babi dengan Menggunakan Metode
Full Costing (Rp/Kg Bobot Hidup) .......................................................... 33
11. Rataan Harga Jual Ternak Babi dengan Menggunakan Metode
Variable Costing (Rp/Kg Bobot Hidup) ................................................... 34
12. Perbandingan Rataan Harga Jual Ternak Babi Metode Harga Pokok
Produksi dengan Harga Jual di Peternakan Babi Rachel Farm ................. 36
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
1. Alur Kerangka Pemikiran Menentukan Harga Pokok Produksi
di Peternakan Babi Rachel Farm.............................................................4
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman
1. Nilai Penyusutan Peralatan dan Kendaraan Peternakan Babi
Rachel Farm 2005-2008.......................................................................41
2. Nilai Sisa Aset Peternakan Babi Rachel Farm 2008............................42
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Usaha peternakan babi sudah berjalan lama di Indonesia, akan tetapi pada
umumnya masih dalam bentuk usaha sampingan yang bersifat tradisional. Dengan
kata lain, pembangunan peternakan babi di Indonesia masih berbasiskan
peternakan rakyat, terutama berskala usaha kecil dan menengah. Kenyataan ini
dapat dilihat dari kebiasaan para petani di desa-desa dalam memelihara ternak
dengan jumlah yang terbatas. Peternak yang memelihara ternak babi secara
tradisional (semi intensif) memanfaatkan ternaknya sebagai penampung sisa-sisa
dapur atau sisa makanan dari restoran yang sewaktu-waktu dapat dipasarkan
menurut umur dan keperluan (sebagai tabungan). Sedangkan pelaku ekonomi atau
masyarakat yang menjadikan usaha peternakan babi sebagai mata pencarian utama
jumlahnya belum banyak dan tingkat produksinya juga masih relatif kecil. Hal ini
menyebabkan harga jual rendah sehingga pendapatan yang diterima juga rendah.
Tingginya pendapatan peternak hanya terjadi pada bulan-bulan tertentu saja,
misalnya Desember dan Januari, terkait dengan perayaan hari Natal dan Tahun
Baru.
Harga merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan peternak dalam
persaingan, disamping kualitas, kuantitas, dan teknologi, sehingga penentuan
harga jual merupakan suatu keputusan penting bagi peternak karena berkaitan
dengan laba yang akan diperoleh peternak. Harga jual yang tinggi akan
menurunkan minat konsumen, sedangkan harga yang rendah akan mengakibatkan
kerugian pada peternak. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan kajian
mengenai penentuan harga pokok produksi.

Perumusan Masalah
Pengembangan usaha peternakan babi yang kurang diperhatikan
mengakibatkan ternak babi dianggap sebagai ternak yang tidak berpotensi untuk
dikembangkan. Dengan banyak anggapan bahwa manfaat yang akan didapat tidak
akan menutupi biaya yang telah dikeluarkan peternak. Padahal, ternak babi
memiliki potensi besar terutama untuk tujuan ekspor. Selama ini yang menjadi
permasalahan dalam usaha ternak babi adalah kurangnya minat masyarakat untuk
mengembangkan usaha peternakan babi. Untuk itu, ketepatan peternak dalam
menghitung atau memperkirakan harga pokok produksi akan memudahkan
peternak babi dalam memperkirakan struktur biaya produksi sehingga laba yang
akan diperoleh dapat optimal.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis biaya produksi yang dikeluarkan oleh Peternakan Babi
Rachel Farm.
2. Membandingkan harga pokok produksi untuk satu ekor babi dewasa
dengan metode full costing dan variable costing.
3. Membandingkan keuntungan yang diperoleh Peternakan Babi Rachel
Farm berdasarkan metode harga pokok full costing dan variable costing.

Kegunaan Penelitian
Penelitian yang telah dilakukan dapat berguna untuk:
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi Peternakan Rachel Farm dalam
pengambilan keputusan untuk menentukan harga jual yang layak.
2. Sebagai bahan rujukan bagi peneliti-peneliti lain.
3. Sebagai sarana bagi peneliti untuk mempunyai pengalaman dan
pengetahuan dalam usaha peternakan babi.

2
KERANGKA PEMIKIRAN

Usaha peternakan babi pada umumnya tidak terlepas dari faktor-faktor


pendukung kelancaran usaha dalam pendirian usaha. Faktor-faktor penting
tersebut adalah bibit, tatalaksana dan ransum yang diberikan. Semua ini tidak
terlepas dari biaya-biaya yang harus dikeluarkan, yaitu biaya produksi. Besar
kecilnya biaya produksi akan mempengaruhi harga jual tenak yang akan
mempengaruhi pula pendapatan peternakan itu sendiri.
Peternakan babi umumnya merupakan peternakan dengan skala usaha
kecil atau non komersial. Juga ketika sedang dilanda kasus maraknya penyebaran
flu H1N1 beberapa waktu yang lalu, keadaan ini menyebabkan harga jual tidak
sesuai dengan biaya produksi yang sudah dikeluarkan oleh peternakan itu sendiri.
Untuk itu, peternak harus mengetahui informasi tentang harga pokok produksi
yang merupakan unsur penting dalam penentuan harga jual produk. Dengan
perhitungan harga pokok produksi yang tepat, peternak akan dapat menghitung
laba yang mungkin diperoleh dan dapat menghindari kerugian yang mungkin
akan dialami. Dalam penelitian ini, dilakukan perhitungan harga pokok produksi
dengan dua cara, yaitu dengan Metode Full Costing dan dengan Metode Variable
Costing.
Keuntungan suatu usaha dapat dilihat dari besarnya penerimaan dan
pengeluaran yang terjadi dalam peternakan. Pengeluaran dapat berasal dari biaya
produksi dan biaya non produksi. Berdasarkan informasi biaya produksi yang
diperoleh akan dirumuskan penetapan harga pokok produksi dengan metode full
costing dan metode variable costing. Pada metode full costing, harga pokok
produksi akan ditentukan dengan memperhitungkan semua unsur biaya produksi
kedalam harga pokok produksi. Untuk metode variable costing, harga pokok
produksi akan ditentukan hanya dengan memperhitungkan biaya-biaya yang
temasuk biaya variabel saja kedalam harga pokok produksi. Setelah harga pokok
produksi diperoleh dengan metode full costing dan metode variable costing,
kedua harga produksi tersebut kemudian dibandingkan untuk mendapatkan
metode yang tepat dalam menetapkan harga pokok produksi bagi peternakan.
Pencarian metode penetapan harga pokok produksi yang tepat bagi
peternakan, diharapkan agar supaya peternakan mampu menetapakan harga jual
produk yang dihasilkan dengan layak dipasaran, sehingga peternakan tidak
dirugikan. Skema kerangka pemikiran yang akan dilakukan untuk menentukan
harga pokok produksi di Peternakan Babi Rachel Farm diperlihatkan pada
Gambar 1.

Peternakan Babi

Pengeluaran Penerimaan

Biaya Produksi Biaya Non Produksi

Penetapan Harga Penetapan Harga


Pokok Produksi (HPP) Pokok Produksi (HPP)
dengan Metode dengan Metode
Full Costing Variable Costing

Harga Jual yang Layak

Gambar 1. Alur Kerangka Pemikiran Menentukan Harga Pokok Produksi


di Peternakan Babi Rachel Farm

4
TINJAUAN PUSTAKA

Aspek Produksi Usaha Peternakan Babi


Babi termasuk dalam phylum Chordata, kelas Mammalia, ordo
Artiodactyl, famili Suidae, genus Sus. Babi yang dikembangbiakkan berasal dari
babi Eropa yang liar dari spesies Sus scrofa dan berasal dari babi India Timur
yang liar, yaitu Sus vittatus (Blakely dan Bade, 1994).
Pada tahun 1980-an dan tahun 1990-an, perhatian lebih kepada produksi
daging babi agar menjadi daging yang lebih efisien, yaitu rendah lemak dan lebih
benar-benar sehat untuk dikonsumsi. Seleksi genetik untuk pertumbuhan yang
cepat dengan kadar lemak rendah, cukup besar dipengaruhi oleh angka
pertumbuhan dan efisiensi pakan. Menurut Sihombing (2006), keuntungan usaha
ternak babi sebagai penghasil protein diantara ternak-tarnak lainnya adalah:
1) sebagai pengubah bahan makanan menjadi bahan makanan dalam upacara adat
yang bernilai tinggi, 2) profilik (subur) dan cepat mengembalikan modal, 3)
memungkinkan penjualan dengan tingkat sebaran badan yang luas dan 4) sebagai
pemanfaat berbagai sisa bahan makanan. Tujuan utama produsen ternak babi
adalah mengusahakan agar diperoleh keuntungan yang memuaskan dari penjualan
stok bibit, babi sapihan, babi potong atau hasil ternak babi. Keuntungan adalah
tujuan utama, dari sebab itu tujuan produksi harus ditentukan agar tercapai
keuntungan maksimum.
Terdapat beberapa bangsa babi yang dikembangkan secara komersial saat
ini, antara lain Landrace, Yorkshire, Hampshire dan Duroc dengan ciri-ciri khas
menurut bangsanya. American Landrace berwarna putih, panjang tubuh baik
dengan 16 sampai 17 pasang rusuk, dan profilik. Babi jantan dewasa berbobot
sekitar 320-410 kilogram, dan induk berbobot sekitar 250-340 kilogram
(Sihombing, 2006). Babi jenis ini menonjol karena konversi ransumnya yang baik
dan sangat besar. American Landrace lebih panjang dibandingkan bangsa babi
lainnya, karena tulang punggungnya yang lebih panjang (Blakely dan Bade,
1994).
Ada dua tipe yang berbeda dari bangsa babi Yorkshire yakni Large
Yorkshire dan Middle Yorkshire. Warna babi ini putih, tetapi ada kalanya terdapat
totol pigmen hitam di kulit babi Yorkshire. Babi jantan dewasa berbobot 320-455
kg dan induk berbobot sekitar 225-365 kg (Sihombing, 2006). Selanjutnya
dinyatakan Sihombing (2006), babi jenis Hampshire memiliki telinga tegak
dengan salah satu ciri khas selempang atau lilit putih melingkari tubuhnya yang
berwarna hitam. Warna putih juga terdapat pada kedua ujung kaki depan. Babi
jantan dewasa berbobot 275-385 kg dan induk berbobot sekitar 225-320 kg. Babi
Hampshire termasuk yang gesit dan waspada.
Duroc warnanya merah mulus tanpa ada campuran lain. Namun beberapa
diantaranya merah gelap dan beberapa ada juga merah muda. Bangsa babi ini
terkenal karena tubuh yang padat dan profilik (Sihombing, 2006). Babi Duroc
menonjol karena pertambahan berat badan dan efisiensi ransumnya yang baik
sekali. Dewasa kelaminnya cepat dan mempunyai litter size yang tinggi dan
merupakan induk yang baik dengan tipe karkas yang baik. Babi Yorkshire sering
disebut “bangsa ibu” karena babi Yorkshire betina terkenal litter sizenya banyak
dan kemampuan keindukannya bagus, juga merupakan pengubah makanan yang
baik dan menghasilkan karkas dengan persentase yang tinggi (Blakely dan Bade,
1994).
Litter size pada saat lahir adalah jumlah anaka yang dilahirkan dari seekor
induk per kelahiran. Jumlah anak babi seperindukan dipengaruhi oleh pejantan
dan induknya, bangsa, umur induk, periode beranak (parity), fertilitas, kematian
selama kebuntingan dan lama kebuntingan (Kingston, 1983).

Pakan
Menurut Sihombing (2006), bahwa masalah pemberian pakan pada babi
sangat besar peranannya untuk keberhasilan suatu usaha peternakan babi, seperti
diketahui bahwa biaya pakan mencakup 60% (dari induk melahirkan hingga anak
menjadi babi pengakhiran) hingga 80% (hanya babi pengakhiran saja) dari total
biaya produksi ternak babi. Pakan yang hanya mengandung cukup zat-zat
makanan belum tentu menjamin performans reproduksi yang baik. Zat makanan
dalam pakan harus tersedia dalam proporsi yang tepat.
Dalam beberapa hal, pakan digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu pakan
starter, grower, dan finisher yang juga merupakan ransum induk menyusui dan
untuk pejantan (Blakely dan Bade, 1994).

6
Penyusunan pakan hendaknya berpegang pada analisa bahan makanan
yang tersedia atau dapat dijangkau (Sihombing, 1980).

Kandang
Syarat kandang babi yang dianjurkan oleh Disnakkeswan Lampung (2006)
adalah cukup mendapat sinar matahari, bersih dan kering, ventilasi baik, drainase
didalam atau diluar kandang harus baik, dalam satu kandang babi harus sejenis
dan seumur. Ukuran kandang untuk anak babi adalah 2,5x1,5 m2/ekor, babi
pejantan adalah 3x2 m2/ekor, kandang penggemukan dengan berat 40 kg adalah
0,36 m2/ekor, 40-90 kg adalah 0,50 m2/ekor, dan lebih 90 kg adalah 0,75 m2/ekor.
Perencanaan lokasi usaha peternakan babi terutama usaha yang besar,
perlu dipersiapkan untuk jangka panjang, misalnya untuk jangka waktu 25-50
tahun masa yang akan datang, karena modal yang diinvestasikan relatif tinggi.
Penting pula diperhatikan dari faktor fisik, ekonomis dan sosial, terutama di
Indonesia, dan juga agar sesuai dengan makna yang terkandung dalam peraturan
yang berlaku, yaitu Undang-undang RI No. 4 tahun 1982 tentang Ketentuan-
ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup terutama Pasal 16 (Sihombing,
2006).

Penyakit dan Obat-obatan


Masalah sanitasi merupakan hal yang penting karena dalam suatu kandang
babi terkurung biasanya terdapat jumlah hewan yang lebih banyak dibandingkan
dengan ternak lainnya misalnya sapi (Blakely dan Bade, 1994).
Beberapa penyakit yang sering menyerang ternak babi antara lain adalah
Brucellosis, Kholera, Penyakit Merah atau Erisipelas, dan Anthrax, Penyakit
Ngorok, Scabies atau Kurap, dan Gastro enteritis. Untuk mencegah penyakit dapat
dilakukan vaksinasi secara teratur dan pemberian obat sesuai jenis penyakit yang
menyerang ternak (Kuswanto, 1999).

Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah suatu alat kekuatan fisik dan otak yang tidak dapat
dipisahkan dari manusia dan ditujukan pada usaha produksi. Jumlah tenaga kerja
dipengaruhi oleh kualitas kerja, jenis kelamin, musim, dan upah. Penentuan upah

7
dapat disesuaikan dengan umur tenaga kerja sehingga perhitungan upah
tergantung pada Hari Kerja Orang (HKO) atau Hari Kerja Setara Pria (HKSP)
(Soekartawi, 1993). Menurut Soekartawi et al. (1985), pekerjaan dalam usahatani
digunakan ukuran setara jam pria atau hari pria dengan menggunakan faktor
konversi 0,8 untuk wanita dan 0,5 untuk anak-anak.
Tenaga kerja dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu tenaga kerja
dalam keluarga yang melibatkan diri dalam usaha tani sendiri atau usaha keluarga
dan tenaga kerja luar keluarga yang merupakan tenaga kerja khusus dibayar
sebagai tenaga kerja upahan (Daniel, 2004).

Pendapatan
Menurut Soekartawi (2002), pendapatan usahatani adalah selisih antara
penerimaan dan pengeluaran. Tidak berbeda dengan pendapat Kadarsan (1995)
yang juga menyatakan bahwa pendapatan adalah selisih antara total penerimaan
perusahaan dengan pengeluaran.
Makeham dan Malcolm (1991) menyatakan pendapatan kotor diperoleh
dari kegiatan memelihara ternak, terdiri dari penjualan ternak, produk ternak,
hasil-hasil sampingan dan perubahan persediaan.

Penerimaan
Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi dengan hasil jual,
sedangkan biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam
suatu usahatani (Soekartawi, 2002). Sedangkan menurut Lipsey et al. (1995),
penerimaan adalah hubungan menyeluruh antara kuantitas komoditi tertentu yang
akan dibeli konsumen selama periode waktu tertentu dengan harga komoditi
tertentu.
Penerimaan kotor merupakan nilai produk total usahatani dalam jangka
waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual (Soekartawi, 2002).
Selanjutnya, dinyatakan oleh Soekartawi (2002), bahwa penerimaan usahatani
tunai didefinisikan sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan pokok
usahatani. Penerimaan tunai tidak mencakup pinjaman uang untuk keperluan
usahatani, demikian pula pengeluaran tunai usahatani tidak mencakup bunga
pinjaman dan jumlah pinjaman pokok. Penerimaan dan pengeluaran tunai tidak

8
mencakup yang berbentuk benda. Jadi nilai produk usahatani yang dikonsumsi
tidak dihitung sebagai penerimaan tunai usahatani dan nilai kerja yang dibayar
dengan benda tidak dihitung sebagai pengeluaran tunai usahatani. Selanjutnya
dinyatakan bahwa penerimaan total usahatani adalah penerimaan dari semua
sumber usahatani yang meliputi jumlah penambahan inventaris, dan nilai
penjualan hasil, nilai penggunaan untuk konsumsi keluarga.
Berdasarkan penelitian Rofik (2005) di peternakan sapi perah Pondok
Ranggon Jakarta Timur, penerimaan yang diperoleh peternakan tersebut berasal
dari penjualan susu segar, penjualan sapi jantan (pedet, muda, dan dewasa),
penjualan induk afkir serta nilai sisa pada akhir usaha. Jumlah penerimaan
dipengaruhi dua faktor, yaitu jumlah produksi dan harga jualnya.

Biaya
Biaya merupakan dasar penetapan harga, sebab suatu tingkat harga yang
tidak dapat menutupi biaya akan mengakibatkan kerugian. Sebaliknya apabila
suatu tingkat harga melebihi semua biaya, baik biaya produksi, operasi maupun
biaya non operasi akan menghasilkan keuntungan (Swastha dan Sukotjo, 2002).
Biaya atau pengeluaran adalah nilai input yang dikeluarkan untuk memproduksi
output (Lipsey et al., 1995). Sedangkan menurut Mulyadi (2000), bahwa biaya
dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan
uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rofik (2005) pada peternakan
sapi perah di Jakarta Timur, pengeluaran atau biaya terbagi atas biaya awal dan
biaya operasional. Biaya awal yang diperhitungkan meliputi biaya yang
dikeluarkan untuk mengembangkan usahaternak sapi perah. Biaya operasional
merupakan biaya yang dikeluarkan pada saat usahaternak beroperasi yang terdiri
dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya variabel adalah biaya pakan, biaya obat-
obatan, biaya pengawinan (IB), biaya peralatan, sedangkan biaya tetap terdiri dari
biaya tenaga kerja, listrik, pemeliharaan, Pajak Bumi dan Bangunan, dan biaya
transportasi. Mulyadi (2000) menyatakan biaya dalam perubahannya dengan
perubahan volume kegiatan dibagi menjadi dua, yaitu biaya variabel dan biaya
tetap. Biaya variabel yaitu biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan

9
perubahan volume kegiatan, sedangkan biaya tetap yaitu biaya yang jumlah
totalnya tetap dalam kisar kegiatan volume tertentu.

Harga Pokok Produksi


Menurut Mulyadi (2000), harga pokok produksi merupakan pengorbanan
sumber ekonomi untuk mengubah aktiva (berupa persediaan bahan baku) menjadi
aktiva lain (berupa persediaan produk jadi). Terdapat tiga tujuan utama untuk
perhitungan harga pokok produksi, yaitu: (1) sebagai dasar untuk menetapkan
harga jual di pasar; (2) untuk menetapkan besar laba yang akan diperoleh; dan (3)
alat untuk menilai efisiensi suatu proses produksi.
Harga pokok produksi ditentukan dengan cara memperhitungkan unsur-
unsur biaya kedalam harga pokok produk. Ada dua pendekatan dalam
memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam harga pokok produksi yaitu metode
full costing dan metode variable costing (Mulyadi, 1993).
Menurut Mulyadi (2000), full costing merupakan metode penentuan harga
pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi kedalam
harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun
tetap. Harga pokok produksi menurut metode full costing terdiri dari unsur biaya
berikut ini:
Biaya bahan baku a
Biaya tenaga kerja langsung b
Biaya overhead pabrik variabel c
Biaya overhead pabrik tetap d+
Harga pokok produksi e
Variable costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang
hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel kedalam harga
pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung,
dan biaya overhead pabrik variabel. Harga pokok produksi menurut metode
variable costing terdiri dari unsur biaya produksi berikut ini:

10
Biaya bahan baku a
Biaya tenaga kerja langsung b
Biaya overhead pabrik variabel c+
Harga pokok produksi e
Menurut hasil penelitian Saprinah (2003) tentang penentuan harga pokok
pesanan untuk menentukan harga jual daging ayam kampung dan broiler pada UD
Cendrawasih Jakarta Timur yang bertujuan untuk mengidentifikasi biaya produksi
daging ayam kampung dan broiler, mengetahui perhitungan harga pokok produksi
dengan metode full costing daging ayam kampung dan broiler, serta mengetahui
dasar penetapan harga jual daging ayam kampung dan broiler. Hasil penelitian
tersebut menjelaskan bahwa perhitungan rata-rata harga pokok pesanan dengan
metode full costing untuk daging ayam kampung adalah Rp 15.825 per unit dan
untuk daging ayam broiler adalah Rp 8.825 per unit. Hasil perhitungan rata-rata
harga pokok pesanan metode perusahaan untuk daging ayam kampung adalah Rp
15.723 per unit dan untuk daging ayam broiler adalah Rp 8.723 per unit.
Rendahnya hasil perhitungan harga pokok produksi per unit daging ayam
kampung dan broiler dengan menggunakan metode perusahaan karena dalam
perhitungan tersebut terdapat biaya-biaya yang tidak dimasukkan seperti biaya
telepon, penyusutan aktiva yang dimiliki perusahaan (kendaraan dan bangunan),
pembelian perlengkapan administrasi. Hasil perhitungan harga jual perusahaan
utnuk daging ayam kampung adalah Rp 16.700 per unit dan broiler adalah Rp
9.700 per unit, sedangkan hasil perhitungan dengan metode full costing daging
ayam kampung adalah Rp 16.325 per unit dan broiler adalah Rp 9.325 per unit.
Tingginya hasil perhitungan harga jual metode perusahaan karena harga jual
produk dihitung dengan metode sendiri, yaitu menjumlahkan biaya bahan baku
dan pelayanan, pengolahan dan laba diawal dan diakhir produksi.
Wulandari (2007) meneliti tentang harga pokok produksi pada ternak
domba di peternakan rakyat di Desa Cibunian, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis biaya produksi
yang dikeluarkan oleh peternak domba di Desa Cibunian, membandingkan
penetapan harga pokok produksi untuk 1 SDD (satuan domba dewasa) dengan
metode full costing dan variable costing, serta membandingkan keuntungan yang

11
diperoleh peternak berdasarkan metode harga pokok produksi full costing dan
variable costing. Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut: (1)
menjelaskan bahwa biaya produksi ternak domba pada skala I, II, dan III masing-
masing sebesar Rp 715.202,00/tahun, Rp 1.011.633,00/tahun, dan Rp
1.613.906,00/tahun; (2) harga pokok produksi ternak domba sama dengan harga
pokok penjualan, hal ini disebabkan peternak tidak mengeluarkan biaya untuk
pemasaran dan biaya administrasi dan umum, harga pokok produksi dengan
metode full costing pada skala I, II, dan III masing-masing sebesar Rp
406.365,00/SDD, Rp 310.317,00/SDD, dan Rp 265.009,00/SDD, sedangkan
dengan metode variable costing pada skala I, II, dan III masing-masing sebesar
Rp 334.987,00/SDD, Rp 270.691,00/SDD dan Rp 232.190,00/SDD; (3) besarnya
keuntungan yang diterima peternak bila menggunakan metode full costing pada
skala I adalah Rp 40.637,00, skala II Rp 31.032,00 dan skala III Rp 26.501,00,
sedangkan bila menggunakan metode variable costing besarnya keuntungan
peternak skala I Rp 112.015,00, skala II Rp 70.658,00, dan skala III Rp 59.320,00.
Berdasarkan perhitungan selisih harga jual dapat disimpulkan bahwa bagi
peternak skala I lebih menguntungkan menjual domba jantan muda, sedangkan
bagi peternak skala II dan III lebih menguntungkan menjual domba jantan
dewasa.

12
METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu


Penelitian ini dilaksanakan di usaha Peternakan Babi Rachel Farm,
Kampung China, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa
Barat. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2009.

Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan studi kasus bersifat deskriptif analisis dengan
kasus perusahaan Peternakan Babi Rachel Farm. Bentuk deskriptif digunakan
untuk menggambarkan kondisi umum perusahaan, sedangkan metode analisis
digunakan untuk mendapatkan harga pokok produksi sehingga menghasilkan
harga jual yang layak bagi Peternakan Babi Rachel Farm.

Data dan Instrumentasi


Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data tahun 2008 hingga
2009 yang meliputi data primer dan data sekunder. Data primer meliputi aspek
teknis dan aspek finansial. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung dan
wawancara langsung dengan pimpinan dan karyawan Peternakan Babi Rachel
Farm.
Data sekunder diperoleh dari laporan-laporan perusahaan, instansi-
instansi, dan sumber pustaka lainnya yang terkait dengan kepentingan penelitian
yang dilakukan.

Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan langsung dan
wawancara dengan pemilik, manajer, dan karyawan mengenai semua kegiatan
usaha peternakan tersebut. Pengumpulan data dilakukan selama satu bulan.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian terdiri dari:
1. Keadaan tempat penelitian berupa kondisi alam, geografis dan sejarah
berdirinya.
2. Data pengelolaan usaha peternakan yang meliputi penyediaan input,
pemanenan, sistem pemasaran, dan tatalaksana.
3. Data inventaris (jumlah ternak, penyusutan kandang, peralatan), biaya
(ransum, obat-obatan, vaksin), tenaga kerja, dan harga jual output.

Analisis Data
Analisis dilakukan untuk memperoleh gambaran secara kualitatif dan
kuantitatif mengenai biaya-biaya yang dikeluarkan peternakan selama melakukan
kegiatan produksi. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan
menggunakan alat analisis sebagai berikut:

Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan gambaran tentang
kondisi umum daerah atau lokasi penelitian, sistem pemeliharaan, dan beberapa
hal yang dibutuhkan dalam usaha peternakan tersebut.

Analisis Harga Pokok Produksi dengan Metode Full Costing


Menurut Mulyadi (2000), prosedur perhitungan harga pokok produksi
secara full costing untuk menentukan harga jual adalah sebagai berikut:
1. Menghitung biaya produksi yang dikeluarkan:
Biaya bahan baku Rp a
Biaya tenaga kerja langsung Rp b
Biaya overhead pabrik Rp c +
Total biaya produksi Rp d
2. Menghitung total harga pokok penjualan:
Biaya produksi:
Total biaya produksi Rp d
Biaya non produksi:
Biaya administrasi dan umum Rp e
Biaya pemasaran Rp f +
Total biaya non produksi Rp g +
Total harga pokok penjualan Rp h
3. Menghitung harga jual/unit yang dibebankan kepada konsumen:
Harga pokok penjualan/unit = Total harga pokok penjualan
Total unit yang dijual

14
Rp k = Rp i
j unit

Harga pokok penjualan/unit Rp k


Laba/unit Rp l +
Harga jual unit yang dibebankan kepada konsumen Rp m

Analisis Harga Pokok Produksi dengan Metode Variable Costing


Menurut Mulyadi (2000), prosedur perhitungan harga pokok produksi
secara variable costing untuk menentukan harga jual adalah sebagai berikut:
1.Menghitung biaya produksi yang dikeluarkan:
Biaya bahan baku Rp a
Biaya tenaga kerja langsung Rp b
Biaya overhead pabrik variabel Rp c +
Total biaya produksi Rp d
2. Menghitung total harga pokok penjualan:
Biaya produksi:
Total biaya produksi Rp d
Biaya non produksi:
Biaya administrasi dan umum variabel Rp e
Biaya pemasaran variabel Rp f +
Total biaya non produksi Rp g +
Total harga pokok penjualan Rp h
3. Menghitung harga jual/unit yang dibebankan kepada konsumen:
Harga pokok penjualan/unit = Total harga pokok penjualan
Total unit yang dijual
Rp k = Rp i
j unit

Harga pokok penjualan/unit Rp k


Laba/unit Rp l +
Harga jual unit yang dibebankan kepada konsumen Rp m

15
Batasan Istilah
Batasan istilah dimaksudkan untuk menyamakan persepsi pembaca tentang
istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Ransum adalah campuran bahan makanan yang dikonsumsi oleh babi dan
telah disusun dengan mengikuti aturan tertentu.
2. Biaya adalah pengorbanan peternak yang diukur dengan harga untuk
mendapatkan, menghasilkan, ataupun memelihara ternak babi. Biaya
termasuk pengorbanan yang dikeluarkan usaha peternakan untuk ransum
dan tenaga kerja (Rp/tahun).
3. Biaya tetap adalah semua biaya yang dikeluarkan selama satu tahun oleh
usaha peternakan babi (tunai dan tidak tunai) yang jumlahnya tidak
dipengaruhi oleh jumlah babi yang dipelihara (Rp/tahun).
4. Biaya variabel adalah semua biaya yang dikeluarkan usaha peternakan
selama satu tahun (tunai dan tidak tunai) yang jumlahnya dipengaruhi oleh
banyaknya jumlah ternak babi yang dipelihara (Rp/tahun).
5. Pendapatan adalah jumlah yang dihitung dari penerimaan perusahaan
Peternakan Babi Rachel Farm yang dikurangi dengan biaya (Rp/tahun).
6. Penerimaan adalah jumlah semua hasil produksi perusahaan Peternakan
Babi Rachel Farm selama satu tahun baik yang dijual maupun yang tidak
dijual (Rp/tahun).
7. Biaya produksi tidak langsung (overhead) merupakan biaya produksi yang
secara tidak langsung mempengaruhi proses produksi, yaitu biaya
penyusutan kandang, biaya penyusutan ternak, biaya penyusutan peralatan,
dan biaya perlengkapan (Rp/tahun).
8. Harga pokok produksi adalah jumlah seluruh biaya produksi yang terdiri
dari biaya bahan baku (pakan dan obat-obatan), biaya tenaga kerja, dan
biaya overhead yang dikeluarkan oleh peternakan dalam menghasilkan
produk dalam suatu periode tertentu (Rp/kg/tahun)
9. Harga pokok penjualan adalah penjumlahan antara biaya produksi dengan
biaya non produksi (biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum)
(Rp/kg/tahun).
10. Harga jual adalah penjumlahan antara harga pokok penjualan dengan
besarnya laba yang diinginkan (Rp/kg).

16
GAMBARAN UMUM PETERNAKAN

Sejarah dan Perkembangan Peternakan

Peternakan Babi Rachel Farm terletak di Kampung Cina, Kecamatan


Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat seluas 1877 m2 dan 670 m2
yang merupakan tanah terpisah. Peternakan ini berjarak kurang lebih satu
kilometer dari pemukiman penduduk yang tidak kontak langsung dengan ternak
babi, sedangkan pada rumah-rumah penduduk yang yang juga memelihara ternak
babi (hanya 1-2 ekor) bersebelahan. Akan tetapi, jarak dari satu rumah ke rumah
lainnya (bertetangga) tidak terlalu rapat karena jumlah penduduk yang tidak padat.
Peternakan Babi Rachel Farm didirikan pada bulan Mei tahun 2005
dengan 20 ekor induk, 2 ekor pejantan, dan 100 ekor anak babi untuk pembesaran.
Induk yang dipilih adalah induk pemula. Pembangunan kandang dan bangunan
lainnya dilakukan sebelumnya, yaitu pada bulan Maret 2005. Setelah berjalan
selama 11 bulan, Peternakan Babi Rachel Farm mengalami masa-masa sulit
dengan peternakan yang kurang terurus. Pada saat itu, Peternakan Babi Rachel
Farm sudah memiliki penambahan 23 ekor induk. Selama 15 bulan kedepan,
Peternakan Babi Rachel Farm hanya memiliki 18 ekor induk dengan empat ekor
pejantan, induk babi sapihan dengan anak-anaknya 28 ekor. Kemudian, dimulai
dari bulan Juli tahun 2007, kandang dibenahi untuk menambah induk.
Peternakan Babi Rachel Farm mengembangkan usaha peternakannya
dengan bibit F1 dan F2 dari bangsa (breed) Duroc, Landrace, Yorkshire,
Hampshire, Spotted Poland China, dan Pietrain. Pemilik mempekerjakan dua
orang tenaga kerja sebagai anak kandang. Peternakan menggunakan fasilitas
usaha yang dimilikinya terutama dalam pelaksanaan proses produksi, pemasaran,
dan kegiatan administrasi peternakan. Fasilitas usaha yang ada di perusahaan
antara lain adalah kandang dengan peralatannya, gudang pakan, rumah karyawan
yang sekaligus berfungsi sebagai kantor untuk melaksanakan kegiatan
administrasi peternakan, dan masing-masing satu unit mobil dan motor.
Selama penelitian berlangsung merupakan masa-masa maraknya flu babi
atau wabah H1N1 yang mengakibatkan tidak adanya permintaan terhadap ternak
babi sehingga peternakan tidak mendapatkan pemasukan.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Aspek Budidaya Ternak Babi

Populasi Ternak Babi


Bangsa ternak babi yang dipelihara Peternakan Babi Rachel Farm adalah
Breed atau bibit F1 dan F2, yaitu dari bangsa Landrace, Duroc, Hampshire,
Spotted Poland China, dan Yorkshire dengan proporsi bangsa yang tidak
diketahui dengan jelas. Bangsa babi ini sudah merupakan pilihan yang baik untuk
dikembangkan karena merupakan bangsa babi yang konversi ransumnya sangat
baik, tubuh yang padat dan profilik, mempunyai kemampuan keindukan yang
bagus dan pengubah makanan yang baik, serta penghasil karkas dengan persentase
yang tinggi. Jumlah ternak babi yang dipelihara di Peternakan Babi Rachel Farm
pada bulan Juni 2009 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Ternak Babi di Peternakan Babi Rachel Farm pada Bulan
Juni 2009
Kelas Ternak Jumlah (ekor) Bobot Badan (kg)
Pejantan Produktif 3 280-320
Induk Kering 6 180-225
Induk Bunting 22 -
Induk Menyusui 6 -
Calon Induk (Babi Dara) 4 90-100
Anak Babi Menyusu 53 1,2-10
Anak Sapihan (Weaner) 47 10-20
Grower 33 30-50
Finisher 43 70-90
Total 217
Sumber: Peternakan Babi Rachel Farm, 2009 (diolah)

Tabel 1 memperlihatkan bahwa jumlah populasi ternak babi di Peternakan


Babi Rachel Farm selama penelitian berlangsung adalah sebanyak 217 ekor. Total
ternak babi dewasa sebanyak 41 ekor yang termasuk pejantan produktif, induk
kering, induk bunting, induk menyusui, dan calon induk (babi dara) sedangkan
jumlah induk di Peternakan Babi Rachel Farm adalah sebanyak 34 ekor. Induk
kering yang dimaksud pada Tabel 1 adalah induk babi yang tidak bunting, induk
lepas sapih atau induk yang menunggu untuk dikawinkan kembali.
Pada induk bunting dan induk menyusui yang dijelaskan pada Tabel 1,
tidak tercantum bobot badan. Hal ini karena tidak pernah dilakukan penimbangan
pada kelas ternak induk babi bunting dan menyusui. Alasan tidak dilakukan
penimbangan adalah karena takut akan mengurangi produktivitasnya, yaitu
membahayakan kebuntingan dan mengurangi produktivitas dalam menghasilkan
air susu. Bobot anak babi menyusu di Peternakan Babi Rachel Farm pada Tabel 1
adalah 1,2 hingga 10 kg, menjelaskan untuk bobot lahir anak babi adalah 1,2
hingga 1,33 kg. Bobot lahir anak babi bervariasi dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Siagian (1999) menyatakan bahwa anak babi yang mempunyai bobot lahir 1,1
hingga 1,35 kg kira-kira 75% dapat hidup hingga disapih, sedangkan yang
mempunyai bobot lahir 0,57 kg atau lebih kecil, kurang dari 2% dapat hidup
hingga disapih.

Produktivitas Ternak Babi


Produksi utama dari kegiatan usaha peternakan ini adalah menghasilkan
babi potong. Sistem produksi yang diterapkan oleh Peternakan Babi Rachel Farm
adalah peternakan babi secara intensif, dimana babi dikandangkan dan diberi
pakan sesuai dengan fase pertumbuhan dan kebutuhannya. Sistem produksi yang
digunakan merupakan kombinasi dari tiga kegiatan, yakni 1) dari anak lahir
sampai sapihan (weaner), 2) dari anak lahir sampai grower, dan 3) dari anak lahir
sampai finisher. Adapun bobot badan babi sapihan (weaner) yang biasa dijual
adalah 10-20 kg dengan lama pemeliharaan 51 hari, grower (20-50 kg) dengan
lama pemeliharaan 111 hari, sedangkan finisher (70-90 kg) dengan lama
pemeliharaan 141 hari. Sistem produksi yang dilakukan peternakan sudah baik,
karena menurut Blakely dan Bade (1994), dalam beberapa hal ransum
digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu ransum starter, grower, dan finisher
yang juga merupakan ransum untuk induk menyusui dan pejantan. Keadaan
seperti itu diharapkan dapat memaksimalkan produktivitas masing-masing
golongan ternak babi yang dipelihara.

19
Pemberian Pakan
Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan peternakan babi adalah
pemberian pakan. Cara pemberian pakan yang salah dapat menyebabkan
penurunan produksi, gangguan kesehatan bahkan dapat juga menyebabkan
kematian. Bahan baku atau input produksi yang digunakan adalah pakan (jagung,
dedak, konsentrat, minyak, dan kapur), vitamin, dan obat-obatan. Kegiatan
pemeliharaan dimulai dengan penyusunan dan pengadukan ransum dengan
komposisi yang telah ditentukan untuk berbagai kelas ternak babi, seperti
diperlihatkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Campuran Bahan Makanan Per 100 Kg Ransum Jadi.


Prestarter*) Starter**) Grower Finisher
Bahan
(kg) (kg) (kg) (kg)
Jagung 63,5 58 45 50
Dedak 35 10,5 37,5 37,5
Konsentrat Starter - 30 14 10
Konsentrat Grower - - 1,5 -
Konsentrat Finisher - - - 1,5
Kapur - - 1 -
Minyak 1,5 1,5 1 1
Jumlah 100 100 100 100
Keterangan: *) sama dengan anak lahir hingga lepas sapih (anak babi menyusu)
**) sama dengan anak sapihan (weaner)
Sumber: Peternakan Babi Rachel Farm, 2009 (diolah)

Pemberian pakan basah seperti ampas tahu dan sisa-sisa penjualan


pedagang pasar (sayuran dan buah-buahan tertentu) beberapa kali diberikan oleh
peternak untuk semua kelas ternaknya. Hal ini dilakukan karena pengaruh
maraknya flu H1N1 pada pertengahan tahun 2009 yang menyebabkan penurunan
permintaan pasar dengan diikuti harga ternak yang menurun secara drastis bahkan
sampai pada titik permintaan sama dengan nol, sementara harga pakan semakin
meningkat bahkan sampai pada titik tidak ada permintaan. Perubahan campuran
pakan ini dilakukan peternak sebagai satu kebijakan karena berkurangnya
pendapatan peternak serta menghindari kerugian yang lebih besar.
Sihombing (1980) menyatakan, bahwa penyusunan ransum berpedoman
pada analisa bahan makanan yang tersedia atau dapat dijangkau. Ransum yang
diberikan oleh peternak dipilih berdasarkan pada pertimbangan mudah tidaknya
bahan makanan penyusunan ransum diperoleh dan diberikan berbeda-beda sesuai

20
dengan tujuan dan umur ternak. Sebagai indikator produktivitas dalam peternakan,
rasio konversi pakan di Kanada adalah sebesar 2,92 (Coulibaly, 2009).
Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari, yaitu pagi hari (08.00 WIB)
dan sore hari (16.00 WIB). Pemberian air minum dilakukan ad libitum atau air
selalu tersedia setiap saat karena menggunakan water nipple (air tersedia dari kran
berbentuk dot), tetapi ada sebagian yang minumnya terbatas karena water nipple
di beberapa kandang tidak berfungsi. Namun, sistem pemberian minum yang
dilakukan sekarang adalah dengan cara manual, yaitu dengan mengisi bak air
yang tersedia disetiap kandang.

Perkandangan
Lokasi perkandangan didirikan diatas lahan seluas 1877 m2 yang terdiri
dari dua unit bangunan masing-masing berukuran 15 x 7 m2 dan didalamnya
terdapat 37 kandang kerangkeng (untuk babi bunting, kering dan calon induk), 8
kandang laktasi, 13 kandang pembesaran masing-masing dengan kapasitas 10
ekor, dan 3 kandang besar untuk pembesaran masing-masing dengan kapasitas 10-
20 ekor. Ukuran dan jumlah kandang di Peternakan Babi Rachel Farm dapat
dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Ukuran dan Jumlah Kandang di Peternakan Babi Rachel Farm


Jenis Kandang Ukuran (m3) Jumlah (buah)
1. Segi empat:
a. kandang laktasi 2,0 x 1,8 x 1,0 8
b. kandang pembesaran (10 ekor) 3,0 x 3,0 x 1,0 13
c. kandang pembesaran (10-20 ekor) 8,0 x 3,0 x 1,0 3
2. Kerangkeng 1,2 x 0,6 x 0,8 37

Pada Peternakan Babi Rachel Farm, semua unit kandang bertipe sejajar
dan saling berhadapan (jenis ganda). Masing-masing kandang berlantai semen
dengan tiang kayu dan beratap seng. Dinding dipasangi terpal yang dapat dibuka
tutup untuk menjaga tetap adanya sirkulasi udara dan sinar matahari yang cukup
didalam kandang. Kerangka kandang terbuat dari besi dan beton. Sementara lantai
kandang induk menyusui/beranak dan lantai kandang weaner kurang memenuhi

21
standar kesehatan yang seharusnya terbuat dari jeruji besi (slotter floor), agar
kotoran dan urin dapat langsung jatuh atau mengalir kebawah sehingga kebersihan
kandang benar-benar terjaga dan ternak dapat terkontrol kesehatannya dengan
baik, juga untuk menghindari jumlah kematian anak babi baru lahir akibat terinjak
induk babi. Akan tetapi, Peternakan Babi Rachel Farm punya cara tersendiri untuk
mengatasi hal tersebut yaitu dengan menaburkan serbuk kayu pada lantai kandang
sehingga kandang tetap dalam keadaan kering agar anak babi tidak kedinginan
dan tetap hangat.

Pengawinan.
Pengaturan pengawinan merupakan faktor yang sangat penting dalam
tatalaksana pemeliharaan ternak babi. Pengawinan adalah upaya untuk
melanjutkan keturunan dan menambah populasi ternak babi sehingga dapat
meningkatkan penjualan. Sebelum dilakukan pengawinan, pekerja harus
mengetahui tanda-tanda birahi agar pengawinan yang dilakukan bisa berhasil.
Pelaksanaan pengawinan pada peternakan dilakukan dengan pengawinan
secara alami. Pengawinan alami dilakukan karena litter size lahir pada Peternakan
Babi Rachel Farm sudah baik, dengan rataan 9,67 ekor, sehingga menghindari
biaya produksi yang lebih tinggi (biaya pembelian semen bibit babi). Menurut
Kingston (1983), seekor induk babi dapat menghasilkan anak sebanyak 8-12 ekor
setelah periode kebuntingan selama 112-120 hari. Alasan lainnya adalah jenis
ternak babi yang dikembangkan, yaitu Landrace, Duroc, Hampshire, Spotted
Poland China, dan Yorkshire. Menurut Blakely dan Bade (1994), babi bangsa
Duroc mempunyai litter size yang tinggi dan merupakan induk yang baik, sama
halnya dengan Yorkshire. Induk yang digunakan rata-rata delapan kali beranak
sampai afkir. Induk biasanya dikawinkan sebanyak dua kali dalam setiap masa
birahi dengan menggunakan pejantan yang berbeda. Induk babi biasanya akan
dikawinkan 1-2 minggu setelah penyapihan. Patience et al. (2007) menyatakan
dalam penelitiannya, bahwa di Amerika litter size dibagi kedalam tiga kategori
berdasarkan angka lahir hidup, yaitu kurang dari 10 (rataan 9,3 litter), 10 hingga
13 (rataan 12,9) dan lebih dari 13 (rataan 15,0).

22
Penyakit
Pencegahan penyakit yang dilakukan di Peternakan Babi Rachel Farm
adalah dengan memandikan ternak babi satu kali sehari, yaitu pagi jam 10.00 WIB
bersamaan dengan sanitasi kandang atau pemeliharaan kebersihan kandang agar
ternak babi tetap bersih dan terhindar dari bakteri. Limbahnya kemudian dialirkan
kedalam bak penampungan yang kemudian akan dijadikan pupuk kompos. Selain
teratur membersihkan kandang, seharusnya peternakan juga mendatangkan Dokter
Hewan untuk memeriksa keadaan ternak babi dan melakukan kastrasi, vaksinasi
secara teratur khususnya untuk ternak babi yang terserang penyakit. Jenis-jenis
vaksin dan obat-obatan yang digunakan oleh Peternakan Babi Rachel Farm adalah
vaksin Hog cholera, calsidex (kalsium), hemadex (zat besi), intermectin,
hormonivra, neoxil dan juga beberapa obat farmasi yang sama dengan obat yang
digunakan manusia ketika sakit. Beberapa penyakit yang biasanya menyerang
ternak babi pada Peternakan Babi Rachel Farm adalah balanopostitis dan scour
(kotoran putih).

Tenaga Kerja
Tenaga kerja dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu tenaga kerja
dalam keluarga yang melibatkan diri dalam usaha tani sendiri atau usaha keluarga
dan tenaga kerja luar keluarga yang merupakan tenaga kerja khusus dibayar
sebagai tenaga kerja upahan (Daniel, 2004). Tenaga kerja yang digunakan di
Peternakan Babi Rachel Farm adalah tenaga kerja dalam keluarga (sanak saudara
pemilik peternakan). Tenaga kerja yang dipekerjakan oleh peternakan ini
memiliki tingkat pendidikan lulusan SLTA, sedangkan pemilik sekaligus
pengelola merupakan lulusan perguruan tinggi Strata satu (S1).
Selain pendidikan, faktor usia dan pengalaman pekerja juga
mempengaruhi usaha peternakan ternak babi. Tenaga kerja di Peternakan Babi
Rachel Farm adalah berusia produktif, yaitu antara usia 25 hingga 40 tahun. Hal
ini sangat penting mengingat usaha ternak babi memerlukan tenaga kerja yang
produktif. Proses perekrutan tenaga kerja di Peternakan Babi Rachel Farm tidak
menerapkan proses khusus yang terstruktur. Jumlah tenaga kerja yang ada di
Peternakan Babi Rachel Farm untuk bagian peternakan dinilai sudah cukup,
sedangkan dari segi kualitas masih perlu dilakukan peningkatan keterampilan,

23
mengingat sebagian besar karyawan di peternakan ini merupakan lulusan SLTA
dengan pengalaman sebelumnya tidak ada sama sekali, sehingga pengetahuan
lapangan dan ketrampilan masih minim. Menurut Coulibaly (2009), di Kanada
rata-rata jam kerja tenaga kerja di peternakan babi adalah 0,29 jam per ekor ternak
babi yang dijual.
Jam kerja untuk semua tenaga kerja adalah sama, yaitu sembilan jam per
hari, bekerja dari pukul 08.00 WIB hingga 17.00 WIB terkecuali ada karyawan
yang sedang keluar peternakan untuk membeli input. Jam kerja yang dihitung
sudah termasuk waktu istirahat dan jam makan siang pekerja (12.00 - 13.00 WIB).
Gaji atau upah yang diterima oleh pekerja bervariasi tergantung lamanya
bekerja pada peternakan. Tenaga kerja tidak menuntut terlalu banyak mengenai
pemberian gaji. Hal ini dikarenakan pekerja merasakan bahwa pemilik peternakan
sudah cukup baik dengan memberikan fasilitas berupa tempat tinggal (untuk satu
orang pekerja) sehingga pekerja tidak harus mengeluarkan biaya lagi untuk
mengontrak rumah. Disamping fasilitas berupa tempat tinggal, pekerja juga tidak
harus mengeluarkan biaya untuk makan karena pemilik peternakan sudah
menanggung biaya tersebut.

Aspek Komersial

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jalur pemasaran oleh Peternakan


Babi Rachel Farm hanya kepada pemotong dan konsumen langsung. Hal ini
karena peternakan hanya memasarkan hasil produksi dari peternakannya sendiri
kepada pemotong atau pedagang daging dan rumah makan (distribusi tidak
langsung), juga kepada konsumen akhir untuk keperluan acara adat.
Peternakan memproduksi babi potong hidup berupa weaner (lepas sapih),
grower dan finisher sebagai produk yang akan dipasarkan. Peternak selalu
memperhatikan kualitas babi potong yang ditawarkan kepada pembeli. Pelayanan
kepada konsumen sangat diperhatikan oleh peternak, seperti ketepatan waktu
pengiriman atas permintaan konsumen dan penyediaan pesanan konsumen.
Dengan demikian konsumen tidak merasa dirugikan dan memiliki kepercayaan
yang tinggi kepada peternak. Peternak selalu menjual ternak babi dalam keadaan
sehat, sedangkan untuk ternak yang sakit atau cacat, tidak pernah dijual.

24
Peternakan Babi Rachel Farm menjual ternak babi seharga dari Rp 12.000
hingga Rp 16.000/kg untuk finisher pada tahun 2008. Selama penelitian
berlangsung, harga jual anak babi (maksimum 25 kg/ekor) adalah Rp 400.000
untuk 12 kg pertama dan selebihnya adalah Rp 26.000/kg untuk setiap kelebihan
bobot potong. Ternak babi afkir dijual seharga Rp 12.000/kg bobot hidup ternak
babi. Pembayaran yang dilakukan untuk setiap transaksi adalah dengan cara
pembayaran tunai (langsung).
Pembelian pakan konsentrat dilakukan melalui sistem pemesanan dan
pembayaran dilakukan setelah pakan sampai di gudang, sedangkan pembelian
dengan langsung dibayar secara tunai. Pemesanan dilakukan jika pakan yang ada
di gudang sudah tidak mencukupi. Pembelian obat-obatan dilakukan tidak hanya
ketika ada ternak babi yang sakit, namun dibeli untuk persediaan.

Aspek Biaya

Biaya yang dikeluarkan dalam peternakan babi terdiri dari biaya tetap dan
biaya variabel. Biaya tetap yang dikeluarkan yaitu biaya penyusutan (peralatan,
kandang, lahan, kendaraan, dan induk), sedangkan yang termasuk dalam biaya
variabel adalah biaya pakan, tenaga kerja, obat-obatan dan biaya pembelian
perlengkapan. Komponen biaya di Peternakan Babi Rachel Farm selengkapnya
dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 4. Komponen Biaya di Peternakan Babi Rachel Farm


Komponen Biaya (Rp/tahun) (100%)
Biaya Variabel:
Pakan 689.900.323 81,48
Obat-obatan 289.000 0,03
Perlengkapan 3.750.000 0,44
Tenaga kerja 21.600.000 2,55
Biaya Tetap:
Tenaga kerja 36.000.000 4,25
Penyusutan induk 14.620.000 1,73
Penyusutan peralatan 10.490.000 1,24
Penyusutan kandang (bangunan) 16.500.000 1,95
Penyusutan lahan 14.000.000 1,65
Penyusutan kendaraan 39.524.000 4,67
Jumlah 846.673.323 100

25
Tabel 4 memperlihatkan, bahwa total biaya produksi di Peternakan Babi
Rachel Farm adalah Rp 846.384.612/tahun. Biaya pakan merupakan komponen
biaya terbesar dari semua komponen biaya, yaitu Rp 689.900.323/tahun atau
81,48% dari seluruh total biaya yang harus dikeluarkan per tahunnya. Bila
dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Kanada yang persentase biaya
pakannya rendah (65%) (Taylor et al., 2006) dan Australia yang hanya 57,4%,
(Coulibaly, 2009) angka persentase untuk biaya pakan di Peternakan Babi Rachel
Farm (81,48%) merupakan angka yang cukup besar. Menurut Taylor et al. (2006),
rasio konversi pakan sangat mempengaruhi biaya produksi secara signifikan.
Rasio konversi pakan yang standar atau yang akan menghasilkan keuntungan
positif bagi peternakan babi adalah 3,6 DW (dressed weight) sedangkan rasio
konversi pakan kurang dari 3,6 atau lebih dari 3,6 akan merugikan peternakan
babi.
Menurut Coulibaly (2009), persentase biaya tenaga kerja pada peternakan
babi di Australia adalah 3%, sedangkan pada Peternakan Babi Rachel Farm rataan
persentase biaya tenaga kerja lebih tinggi (3,4%). Dari perbandingan tersebut
dapat dilihat bahwa Peternakan Babi Rachel Farm perlu melakukan tindakan baru
sebagai kebijakan baru dalam penekanan biaya produksinya terutama biaya pakan
yang dapat dialihkan pada biaya tenaga kerja atau untuk kesejahteraan pekerjanya.
Biaya dapat dikelompokkan menjadi biaya produksi dan biaya non
produksi. Biaya produksi yang dikeluarkan berupa biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja dan biaya overhead. Biaya bahan baku antara lain biaya pakan dan biaya
obat-obatan, sedangkan yang termasuk biaya overhead adalah biaya
perlengkapan, biaya penyusutan kandang dan biaya penyusutan induk. Biaya non
produksi terdiri dari biaya pemasaran, biaya administrasi dan biaya umum.

Biaya Bahan Baku


Seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh bahan baku adalah
merupakan biaya bahan baku. Biaya bahan baku yang dikeluarkan Peternakan
Babi Rachel Farm meliputi biaya pakan dan biaya obat-obatan masing-masing
Rp 689.900.323 (81,48%) dan Rp 289.000 (0,03%).

26
Biaya Pakan
Komponen utama biaya terbesar yang mempengaruhi penyusunan biaya
bahan baku adalah biaya pakan. Perhitungan rataan biaya pakan untuk tiap kelas
ternak di Peternakan Babi Rachel Farm dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan Biaya Pakan di Peternakan Babi Rachel Farm

Kelas Ternak Jumlah pakan yang Harga pakan Biaya pakan


diberikan (Kg/Tahun) (Rp/Kg) (Rp/Tahun)
Induk kering 14.664 4.340 63.641.760
Induk bunting 15.732 2.686 42.256.152
Induk menyusui 5.160 2.723 14.052.401
Pejantan 2.920 4.340 12.672.800
Anak babi menyusu 472,5 5.240 2.475.900
Anak sapihan (weaner) 787,5 4.767 3.754.013
Grower 1.102,5 3.516 3.876.390
Finisher 1.732,5 3.301 5.718.983
Sumber: Peternakan Babi Rachel Farm, 2009 (diolah)

Pada Tabel 5, terlihat bahwa biaya pakan yang dikeluarkan oleh


Peternakan Babi Rachel Farm mempunyai harga dan jumlah yang berbeda-beda
untuk tiap kelas ternak. Hal ini disebabkan oleh komposisi ransum yang diberikan
juga berbeda-beda untuk tiap kelas ternak babi. Rataan total biaya pakan terbesar
terdapat pada kelas ternak induk kering yaitu Rp 63.641.760/tahun. Hal ini
dikarenakan jumlah pakan yang diberikan per tahunnya besar, yaitu 14.664 kg
dengan harga pakan Rp 4.340/kg. Besarnya jumlah pakan yang diberikan
diperoleh dari perhitungan setiap induk selama mengalami masa kering dalam
setahun.
Kelas ternak anak babi menyusu merupakan kelas ternak dengan biaya
pakan terkecil (Rp 2.475.900). Hal ini terjadi karena jumlah pakan yang diberikan
adalah sedikit, yaitu hanya 472,5 kg saja per tahunnya meskipun dengan harga per
kilogramnya lebih mahal daripada ransum yang lain. Jumlah pemberian pakan
yang rendah adalah karena anak babi hanya mengkonsumsi ransum sedikit saja
dan tentunya lebih banyak mengkonsumsi air susu dari induknya.

27
Biaya Obat-obatan
Penyakit dapat mengurangi nilai pendapatan suatu peternakan secara tidak
langsung. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya ternak yang sakit akan
mengakibatkan kenaikan biaya obat-obatan. Tetapi tidak termasuk pada vitamin
rutin yang harus diberikan oleh peternak pada ternaknya, seperti vitamin untuk
anak yang baru lahir karena vitamin merupakan asupan yang sangat penting untuk
menambah pendapatan pada peternakan secara tidak langsung.
Biaya obat-obatan termasuk biaya vitamin rata-rata yang dikeluarkan
Peternakan Babi Rachel Farm per tahunnya adalah sebesar Rp 289.000.
Pengeluaran tersebut merupakan biaya yang cukup rendah. Hal ini terjadi karena
selain peternak yang sangat menjaga kesehatan ternaknya, juga menggunakan
jenis obat yang sederhana dan mudah didapat dengan tidak mengurangi khasiat
obat tersebut.

Biaya Tenaga Kerja


Pada Peternakan Babi Rachel Farm, tenaga kerja yang digunakan atau
terlibat adalah tenaga kerja dalam keluarga. Namun, biaya tenaga kerja dalam
keluarga pun harus diperhitungkan dalam penentuan biaya produksi. Untuk
pemilik sekaligus pengelola, Peternakan Babi Rachel Farm memberikan gaji rata-
rata per tahunnya sebesar Rp 36.000.000 atau Rp 3.000.000 per bulan, sedangkan
biaya tenaga kerja dalam keluarga yang lebih singkat masa kerjanya memperoleh
gaji sebesar Rp 800.000/bulannya dan untuk tenaga kerja dalam keluarga yang
lebih lama masa kerjanya (pengalaman bekerja pada Peternakan Babi Rachel
Farm lebih lama) mendapatkan gaji sebesar Rp 1.000.000/bulan dengan waktu
bekerja sembilan jam per hari. Sehingga total biaya tenaga kerja variabel yang
dikeluarkan oleh Peternakan Babi Rachel Farm untuk tiap tahunnya adalah
sebesar Rp 21.600.000.

Biaya Tidak Langsung (Overhead)


Biaya tidak langsung (overhead) merupakan biaya yang secara tidak
langsung mempengaruhi proses produksi. Biaya tidak langsung yang dikeluarkan
oleh Peternakan Babi Rachel Farm berupa biaya yang timbul sebagai akibat
penilaian terhadap aktiva tetap dan biaya yang secara langsung memerlukan uang

28
tunai. Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap berupa
penyusutan peralatan, penyusutan kandang, dan penyusutan ternak. Total biaya
tidak langsung pada Peternakan Babi Rachel Farm adalah sebesar Rp
98.884.000/tahun. Jenis dan jumlah peralatan yang digunakan serta masing-
masing harga dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah dan Harga Peralatan di Peternakan Babi Rachel Farm


Rincian Jumlah (unit) Harga (Rp/unit)
1. Pompa air 1 2.450.000
2. Tangki air 1 15.000.000
3. Lemari pembeku 2 5.000.000
4. Mesin las 1 1.200.000
5. Lorry 1 200.000
6. Pompa jet 1 1.000.000
7. Timbangan bak 1 1.000.000
8. Timbangan gantung besar 1 475.000
9. Timbangan gantung kecil 1 125.000
10. Beko 2 190.000
11. Hp flexi 3 600.000
12. Keranjang babi 5 300.000
13. Spuit jarum suntik 1 200.000
14. Komputer 1 2.000.000
Sumber: Peternakan Babi Rachel Farm, 2009 (diolah)

Biaya pembuatan kandang, rumah dan bangunan lain (gudang) adalah


sebesar Rp 165.000.000 dengan usia ekonomis 10 tahun, sehingga biaya
penyusutan bangunan adalah Rp 16.500.000/tahun. Biaya penyusutan terbesar
adalah biaya penyusutan kendaraan, yaitu sebesar Rp 39.524.000/tahun. Hal ini
dikarenakan kendaraan mempunyai nilai awal yang tinggi dengan usia ekonomis
hanya lima tahun.
Biya tidak langsung (overhead) yang memerlukan pengeluaran uang tunai
adalah biaya perlengkapan. Perlengkapan yang digunakan antara lain sapu lidi,
ember, dan perlengkapan kantor.

29
Harga Pokok Produksi
Metode Full Costing
Metode full costing adalah penentuan harga pokok produksi dengan
memasukkan semua biaya baik yang bersifat variabel maupun tetap. Rincian
harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing dapat dilihat
pada Tabel 7.

Tabel 7. Harga Pokok Produksi di Peternakan Babi Rachel Farm dengan


Metode Full Costing (Rp/Tahun)
Rincian Biaya Persentase
A. Biaya Bahan Baku
Biaya Pakan 689.900.323 81,48
Biaya Obat-obatan 289.000 0,03
B. Biaya Tenaga Kerja 57.600.000 6,8
C. Biaya Overhead
Biaya Penyusutan Peralatan 10.490.000 1,24
Biaya Penyusutan Bangunan 16.500.000 1,95
Biaya Penyusutan Lahan 14.000.000 1,65
Biaya Penyusutan Induk 14.620.000 1,73
Biaya Penyusutan Kendaraan 39.524.000 4,67
Biaya Perlengkapan 3.750.000 0,44
Total Harga Pokok Produksi 846.673.323 100
Harga Pokok Produksi per Kg 14.933

Tabel 7 menunjukkan nilai harga pokok produksi untuk per kilogram


bobot hidup ternak jual adalah sebesar Rp 14.933. Nilai ini diperoleh dari total
harga pokok produksi dibagi dengan bobot per kilogram dari total ternak babi
yang dijual, yaitu 56.700 kg dengan memperhitungkan biaya yang dikeluarkan
selama kebuntingan induk.
Berdasarkan nilai persentase biaya, komponen biaya yang nilai
persentasenya cukup menonjol adalah biaya tenaga kerja dan biaya penyusutan
kendaraan. Kedua komponen ini mempunyai nilai persentase terbesar kedua dan
ketiga setelah biaya pakan, masing-masing sebesar 6,8 dan 4,67%. Sedangkan

30
komponen biaya lainnya hampir sama rataan nilai persentasenya. Untuk
komponen biaya dengan nilai persentase terendah adalah biaya obat-obatan
(0,03%).

Metode Variable Costing


Pada metode variable costing, total harga pokok produksi diperoleh
dengan menjumlahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead
yang bersifat variabel. Komponen biaya produksi overhead yang dimasukkan
adalah biaya bahan baku ( biaya pakan dan biaya obat-obatan), biaya tenaga kerja,
dan biaya overhead (biaya perlengkapan). Komponen biaya produksi per kilogram
ternak babi diperoleh dengan membagi harga pokok produksi total dengan total
bobot hidup ternak babi yang dipelihara di Peternakan Babi Rachel Farm.

Tabel 8. Harga Pokok Produksi di Peternakan Babi Rachel Farm dengan


Metode Variable Costing (Rp/Tahun)
Rincian Biaya Persentase
A. Biaya Bahan Baku
Biaya Pakan 689.900.323 91,8
Biaya Obat-obatan 289.000 0,04
B. Biaya Tenaga Kerja 57.600.000 7,66
C. Biaya Overhead
Biaya Perlengkapan 3.750.000 0,5
Total Harga Pokok Produksi 751.539.323 100
Harga Pokok Produksi per Kg 13.255

Pada Tabel 8, dapat dilihat perhitungan harga pokok produksi dengan


menggunakan metode variable costing yang menunjukkan bahwa biaya pakan
tetap merupakan komponen biaya dengan nilai persentase tertinggi (91,8%) bila
dibandingkan dengan komponen biaya lainnya. Sedangkan biaya obat-obatan
mempunyai persentase terkecil penentuan harga pokok. Nilai persentase biaya
tenaga kerja cukup menonjol (7,66%) dan biaya perlengkapan (0,5%) merupakan
nilai persentase terendah kedua setelah biaya obat-obatan.

31
Analisis Perbandingan Harga Pokok Produksi/Kg Bobot Hidup dengan
Metode Full Costing dan Metode Variable Costing

Hasil perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode full


costing dan variable costing dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Harga Pokok Produksi Ternak Babi/Kg dengan Menggunakan


Metode Full Costing dan Variable Costing
Metode Full Costing Metode Variable Costing
(Rp/Kg) (Rp/Kg)

14.933 13.255

Berdasarkan informasi dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa rataan harga


pokok produksi untuk menghasilkan satu kg bobot hidup ternak babi dengan
menggunakan metode full costing (Rp 14.933/kg) lebih tinggi bila dibandingkan
dengan menggunakan metode variable costing (Rp 13.255/kg). Hal ini disebabkan
dalam metode variable costing biaya penyusutan (peralatan, bangunan, lahan,
induk, dan kendaraan) tidak dimasukkan dalam perhitungan harga pokok.

Harga Pokok Penjualan

Pada dasarnya harga pokok penjualan adalah sama dengan harga pokok
produksi jika peternakan tidak mengeluarkan biaya non produksi seperti biaya
administrasi dan biaya pemasaran. Akan tetapi pada Peternakan Babi Rachel
Farm, harga pokok penjualan berbeda dengan harga pokok produksinya. Harga
pokok penjualan lebih mahal bila dibandingkan dengan harga pokok produksi, hal
ini disebabkan biaya non produksi seperti biaya pemasaran dan biaya administrasi
dan umum harus diperhitungkan agar peternak tidak mengalami kerugian.
Penjualan ternak babi hampir seluruhnya berlangsung di peternakan karena
konsumen biasanya datang sendiri mengambil ternak babi yang dibeli walaupun
terkadang berdasarkan permintaan konsumen, ternak yang dipesan diantarkan
langsung ketempat konsumen. Keadaan seperti ini tentunya membutuhkan biaya
seperti biaya bahan bakar dan administrasi. Peternakan Babi Rachel Farm
menetapkan biaya tambahan untuk biaya transportasi sebesar Rp 35.000 per satu
kali pemesanan untuk setiap pembelian ternak babi.

32
Harga Jual

Harga jual diperoleh dari penjumlahan harga pokok penjualan dengan laba
yang diinginkan. Harga jual ternak babi di Peternakan Babi Rachel Farm cukup
bervariasi. Harga jual ditentukan oleh bobot hidup ternak untuk per ekornya,
sehingga berapapun banyaknya jumlah ternak yang dibeli, harga jual tetap
ditentukan atau dihitung berdasarkan total bobot hidup ternak yang dibeli. Rataan
harga jual ternak babi tahun 2009 di Peternakan Babi Rachel Farm adalah berkisar
dari antara Rp 18.500- Rp 30.000 per kilogram bobot hidup finisher. Sedangkan
untuk harga jual anak babi sapihan adalah Rp 400.000/12 kg pertama dan untuk
kelebihan bobot badan selanjutnya adalah Rp 26.000/kg. Variasi harga yang
diberikan tergantung pada berbagai alasan seperti musim, banyaknya permintaan,
ada tidaknya biaya tambahan pada saat itu, dan lain sebagainya.

Harga Jual dengan Metode Full Costing


Harga jual diperoleh dari penjumlahan harga pokok penjualan dengan laba
yang diinginkan. Besarnya persentase laba yang diinginkan diasumsikan sama
dengan besarnya suku bunga tabungan yang berlaku di Bank untuk metode full
costing, yaitu sebesar 10% per tahun. Besarnya harga jual dengan menggunakan
metode full costing dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Rataan Harga Jual Ternak Babi dengan Menggunakan Metode
Full Costing (Rp/Kg Bobot Hidup)
Rincian Tanpa biaya transportasi Dengan biaya transportasi
Harga Pokok Penjualan 14.933 15.633
Laba yang Diinginkan 1.493 1.563
Harga Jual 16.426 17.196

Pada Tabel 10 terlihat perbedaan harga jual di Peternakan Babi Rachel


Farm. Perbedaan harga jual tersebut diperoleh dengan membandingkan harga
pokok penjualan dengan biaya tambahan non produksi (biaya transportasi) dengan
harga pokok penjualan tanpa tambahan biaya non produksi atau sama dengan
harga pokok produksi per kilogram bobot hidup ternak. Harga jual yang diperoleh
tanpa tambahan biaya non produksi adalah sebesar Rp 16.426/kg, sedangkan

33
harga jual yang diperoleh dengan memperhitungkan tambahan biaya non produksi
adalah sebesar Rp 17.196/kg. Hasil perolehan yang didapat memperlihatkan
bahwa tambahan biaya non produksi (biaya transportasi) lebih besar daripada
harga jual tanpa memperhitungkan tambahan biaya non produksi (harga pokok
produksi). Jadi, sudah seharusnya biaya non produksi seperti biaya transportasi
dan biaya administrasi tetap diperhitungkan sehingga mengurangi resiko kerugian
pada peternakan.

Harga Jual dengan Metode Variable Costing


Besarnya laba yang diinginkan dengan menggunakan metode variable
costing diperoleh dengan cara menetapkan harga jual yang sama dengan metode
full costing, sehingga besarnya persentase laba berbeda untuk setiap skala
kepemilikan. Besarnya harga jual dengan menggunakan metode variable costing
dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Rataan Harga Jual Ternak Babi dengan Menggunakan Metode
Variable Costing (Rp/Kg Bobot Hidup)
Rincian Tanpa biaya transportasi Dengan biaya transportasi
Harga Pokok Penjualan 13.255 13.955
Margin Kotor 3.171 3.241
Harga Jual 16.426 17.196

Besarnya persentase laba yang ditetapkan untuk harga jual tanpa biaya non
produksi adalah sebesar 23,93% dan harga jual dengan tambahan biaya non
produksi adalah sebesar 23,23%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar
harga pokok penjualan yang dihasilkan, maka besarnya margin kotor akan
semakin besar pula dengan tingkat persentase yang semakin kecil.
Peternakan Babi Rachel Farm sebaiknya menggunakan harga jual dengan
menggunakan metode full costing. Hal ini disebabkan pada metode full costing
semua biaya sudah dimasukkan dalam perhitungan sehingga laba yang diinginkan
merupakan laba yang sebenarnya akan didapatkan.

34
Perhitungan Harga Jual dengan Metode Peternakan Babi Rachel Farm

Peternakan Babi Rachel Farm mempunyai perhitungan tersendiri dalam


menjalankan usahanya. Pemilik sekaligus pengelola melakukan perhitungan
sederhana dalam menentukan harga jual ternak babi yang diproduksinya, yaitu
dengan memperhitungkan biaya pembesaran anak babi untuk ditambahkan
kedalam harga jual ternak per kilogramnya. Penjualan yang dilakukan berkisar
dari antara Rp 13.000 sampai Rp 30.000. Kisaran harga tersebut tergantung pada
situasi dan kondisi Peternakan Babi Rachel Farm pada saat transaksi penjualan.
Faktor lain yang mempengaruhi harga jual ternak babi pada Peternakan Babi
Rachel Farm adalah banyaknya permintaan dan harga pasar yang sedang berlaku
saat itu.
Kisaran harga jual pada Peternakan Babi Rachel Farm tidak selalu
menghasilkan keuntungan (laba sama dengan nol). Keadaan tersebut lebih sering
terjadi jika harga jual pasar yang sedang berlaku lebih rendah dari biaya produksi
yang dikeluarkan Peternakan Babi Rachel Farm untuk menghasilkan daging babi
setiap kilogramnya. Akan tetapi, Peternakan Rachel Farm bisa mengatasinya
dengan melakukan tawar menawar dan membuat kesepakatan bersama dengan
konsumen. Untuk kondisi normal dan konstan, Peternakan Babi Rachel Farm
menetapkan harga jual Rp 25.000 untuk setiap kilogram bobot hidup ternak babi
yang dijual.

Analisis Perbandingan Harga Jual Metode Harga Pokok Produksi


dengan Harga Jual di Peternakan Babi Rachel Farm

Penentuan harga jual merupakan faktor penting yang menentukan berapa


besar keuntungan yang akan diperoleh oleh peternakan. Hasil perhitungan harga
jual metode harga pokok produksi dengan harga jual di Peternakan Babi Rachel
Farm perbandingannya dapat dilihat pada Tabel 12.

35
Tabel 12. Perbandingan Rataan Harga Jual Ternak Babi dengan Metode
Harga Pokok Produksi dan Harga Jual di Peternakan Babi
Rachel Farm
Rincian Harga Jual (Rp/Kg)
Metode Harga Pokok Produksi 17.196
Harga Jual di Peternakan Babi Rachel Farm 25.000
Selisih 7.804

Berdasarkan Tabel 12 dapat disimpulkan bahwa Peternakan Babi Rachel


Farm sudah mendapatkan keuntungan dari harga jual yang selama ini ditetapkan,
karena biaya yang dikeluarkan sudah tertutupi oleh harga jual ternak. Besarnya
keuntungan (Tabel 12) yang diperoleh (Rp 7.804) melebihi daripada jumlah laba
yang diinginkan (Tabel 10), yaitu Rp 1.563.

36
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang ada, dapat diambil beberapa


kesimpulan sebagai berikut:
1. Total biaya produksi ternak babi di Peternakan Babi Rachel Farm adalah
sebesar Rp 846.673.323/tahun.
2. Harga pokok produksi ternak babi berbeda dengan harga pokok penjualan. Hal
ini disebabkan Peternakan Babi Rachel Farm harus mengeluarkan biaya non
produksi untuk setiap pengiriman permintaan ternak oleh konsumen. Harga
pokok produksi dengan metode full costing adalah sebesar Rp 14.933/kg,
sedangkan dengan metode variable costing adalah sebesar Rp 13.255/kg.
3. Besarnya keuntungan yang diterima oleh Peternakan Babi Rachel Farm bila
menggunakan metode full costing adalah sebesar Rp 1.493/kg dan bila
menggunakan metode variable costing adalah sebesar Rp 1.326/kg. Berdasarkan
perhitungan selisih harga jual dapat disimpulkan bahwa Peternakan Babi Rachel
Farm sudah mendapatkan keuntungan dari harga jual yang selama ini
ditetapkan.

Saran

Adapun saran yang dapat diberikan adalah:


1. Peternakan Babi Rachel Farm tidak perlu mengganti atau merubah harga jual
ternaknya karena sudah mendapatkan keuntungan.
2. Peternakan Babi Rachel Farm perlu menetapkan harga jual per kategori ternak
untuk lebih memudahkan dan menghindari kemungkinan terjadinya kerugian.
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-
Nya yang tak terhingga sehingga penulisan skripsi ini bisa terselesaikan. Dengan
segala ketulusan hati juga Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua Penulis (Bapak dan Mama) atas segala kasih sayang, doa,
dukungan, bimbingan, serta materi yang telah diberikan, dan juga kepada adik-
adik Penulis Theresia, William, dan Samson.

2. Ibu Ir. Lucia Cyrilla ENSD., M.Si. selaku dosen pembimbing utama dan Bapak
Prof. Dr. Ir. Pollung H. Siagian, MS. selaku pembimbing anggota, terima kasih
atas segala bimbingan, waktu, pikiran, kesabaran yang telah diberikan.

3. Bapak Ir. Asi H. Napitupulu, MSc selaku pembimbing akademik selama


menempuh pendidikan di IPB.

4. Ibu Ir. Hj. Dewi Ulfah Wardani, MS selaku dosen penguji seminar, terima kasih
atas saran dan masukan yang telah diberikan.

5. Bapak Dr. Ir. Kartiarso, MSc. dan Ibu Ir. Hotnida C. H. Siregar, M.Si. selaku
dosen penguji sidang, terima kasih atas kritik dan sumbangan pemikiran dalam
penyempurnaan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen dan Staff Fakultas Peternakan, khususnya Departemen SEIP.

7. Pemilik sekaligus pengelola peternakan, Joseph Sinaga beserta keluarga untuk


izin tempat dan semua bantuan yang telah diberikan selama penelitian. Tak lupa
juga kepada Tulang Tobing dan keluarga.

8. J. Wibowo, atas segala dukungannya serta kesabaran dalam membimbing dan


mendampingi penulis didalam segala hal. Terima kasih atas kasih sayang yang
diberikan.

9. Adhitya Akbar Wibowo (anugrah) kecil sayang, segala kesakitan berubah jadi
indah karena tangis dan tawamu.

10. Sri Mardhiani Penta Putri (chee) sahabat penulis tersayang yang melebihi
saudara. Terima kasih telah ada disetiap waktu.

11. Alice Gracia Farrelz (anugrah) terkasih dari Tuhan atas keceriaan yang diberikan.

12. Teman-teman keluarga besar SEIP semua angkatan, khususnya Bisnis’40 atas
persaudaraannya.
Bogor, Januari 2010

Penulis
DAFTAR PUSTAKA

Blakely, J. dan D. H. Bade. 1994. Ilmu Peternakan. Edisi Keempat. Yogyakarta:


Gadjah Mada University Press.
Coulibaly, A. L. 2009. Hog production costs-what is needed to stay competitive?.
Anvances in Pork Production Volume 20, page 97-106.
Daniel, M. 2004. Pengantar Ekonomi Pertanian. Cetakan Kedua. PT Bumi
Aksara, Jakarta.
Disnakkeswan. 2006. Beternak Babi. http://disnakkeswan-lampung.go.id/brosur/
babi.pdf. [16 Oktober 2006].
Kadarsan, W. H. 1995. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan Perusahaan
Agribisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Kingston, N. G. 1983. The problem of low litter size. Anim. Breed. Abstr. 51
(12): 912
Kuswanto, S. A. 1999. Quo Vadis Politik Pertanian. http://www.dinamika
pertanian.com [31 Oktober 2006].
Lipsey, R., P. Courant, D. Purvis dan Steiner. 1995. Pengantar Ilmu Ekonomi.
Jilid 1. Binarupa Aksara, Jakarta.
Mahekam, J. P., dan R. P. Malcolm. 1991. Manajemen Usahatani Daerah Tropis.
Terjemahan: Basilius B. Teku. LP3ES, Jakarta.
Mulyadi. 1993. Akuntansi Biaya. Edisi Kelima. Bagian Penerbitan Sekolah
Tinggi Ilmu EkonomiYKPN, Yogyakarta.
Mulyadi. 2000. Akuntansi Biaya. Edisi 5. Aditya Media, Yogyakarta.
Patience, J., D. Beaulieu dan J. Aalhaus. 2007. Litter size impact on growth rate
studied. http://nationalhogfarmer.com/genetics-reproduction/evaluation-
selection/litter-size-impact-growth-rate/. [24 Januari 2010].
Rofik, A. 2005. Analisis kelayakan finansial usaha peternakan sapi perah Pondok
Ranggon Jakarta Timur. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Saprinah, E. 2003. Kajian penetapan harga pokok pesanan untuk menentukan
harga jual daging ayam kampung dan broiler pada UD Cendrawasih
Jakarta Timur. Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Siagian, P. H. 1999. Manajemen ternak babi. Diktat kuliah. Jurusan Ilmu Produksi
Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sihombing, D. T. H. 1980. Pengetahuan Makanan Ternak Babi Disusun untuk
Latihan Demonstrator Ternak Kerbau dan Babi 17 Desember 1979 s/d 5
Januari 1980. Dalam Kumpulan Karya Tulis. Departemen Produksi
Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor
Sihombing, D. T. H. 2006. Ilmu Ternak Babi. Cetakan kedua. Gadjah Mada
University Press, yogyakarta
Soekartawi. 1993. Prinsip-prinsip Dasar Ekonomi Pertanian: Teori dan Aplikasi.
PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Soekartawi, A. Soeharjo, J. L. Dillon, dan J. B. Hardaker. 1985. Ilmu Usaha dan
Penelitian Untuk Perkembangan Petani Kecil. Jakarta: U-I Press.
Swastha, B. dan I. Sukotjo. 2002. Pengantar Bisnis modern. Liberty, Yogyakarta.
Taylor, G. dan G. Roese. 2006. Pork cost of production. Primefact 66. Second
Edition. NSW Departement of Primary Industries.
www.dpi.nsw.gov.au/primefacts.
Wulandari, S. 2007. Harga pokok produksi ternak domba pada peternakan rakyat
di Desa Cibunian Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor. Skripsi.
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

39
LAMPIRAN
Lampiran 1. Nilai Penyusutan Peralatan dan Kendaraan Peternakan
Babi Rachel Farm 2005-2008
Usia Tahun
Rincian
Ekonomis 2005 2006 2007 2008
1. Mobil truk 5 thn 177.520.000 0 0 0
Penyusutan 35.504.000 35.504.000 35.504.000 35.504.000
2. Motor Honda 5 thn 20.100.000 0 0 0
Penyusutan 4.020.000 4.020.000 4.020.000 4.020.000
3. Pompa air 5 thn 2.450.000 0 0 0
Penyusutan 490.000 490.000 490.000 490.000
4. Tangki air 5 thn 15.000.000 0 0 0
Penyusutan 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000
5. Lemari pembeku (2) 5 thn 10.000.000 0 0 0
Penyusutan 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000
6. Mesin las 5 thn 1.200.000 0 0 0
Penyusutan 240.000 240.000 240.000 240.000
7. Lorry 5 thn 200.000 0 0 0
Penyusutan 40.000 40.000 40.000 40.000
8. Pompa jet 5 thn 1.000.000 0 0 0
Penyusutan 200.000 200.000 200.000 200.000
9. Timbangan bak 3 thn 1.000.000 0 0 0
Penyusutan 333.333 333.333 333.333 333.333
10. Timbangan gantung besar 3 thn 475.000 0 0 0
Penyusutan 158.333 158.333 158.333 158.333
11. Timbangan gantung kecil 3 thn 125.000 0 0 0
Penyusutan 41.667 41.667 41.667 41.667
12. Beco (2) 3 thn 380.000 0 0 0
Penyusutan 126.667 126.667 126.667 126.667
13. Hp flexi (3) 3 thn 1.800.000 0 0 0
Penyusutan 600.000 600.000 600.000 600.000
14. Keranjang babi (5) 3 thn 1.500.000 0 0 0
Penyusutan 500.000 500.000 500.000 500.000
15. Spuit (5 jarum) 2 thn 400.000 0 0 0
Penyusutan 200.000 200.000 200.000 200.000
16. Komputer 5 thn 2.000.000 0 0 0
Penyusutan 400.000 400.000 400.000 400.000
Sumber: Rachel Farm, 2009 (diolah)

41
Lampiran 2. Nilai Sisa Aset Peternakan Babi Rachel Farm 2008
Rincian Nilai Awal Penyusutan Nilai Sisa
--------------------- -------- Rp --------- ---------------------
1. Kandang/bangunan 165.000.000 66.000.000 99.000.000
2. Lahan 140.000.000 56.000.000 84.000.000
3. Mobil truk 177.520.000 142.016.000 35.504.000
4. Motor Honda 20.100.000 16.080.000 4.020.000
5. Pompa air 2.450.000 1.960.000 490.000
6. Tangki air 15.000.000 12.000.000 3.000.000
7. Lemari pembeku 10.000.000 8.000.000 2.000.000
8. Mesin las 1.200.000 960.000 240.000
9. Lorry 200.000 160.000 40.000
10. Pompa jet 1.000.000 800.000 200.000
11. Timbangan bak 1.000.000 1.000.000 0
12. Timbangan gantung besar 475.000 475.000 0
13. Timbangan gantung kecil 125.000 125.000 0
14. Beco 380.000 380.000 0
15. Hp flexi 1.800.000 1.800.000 0
16. Keranjang babi 1.500.000 1.500.000 0
17. Spuit (5 jarum) 400.000 400.000 0
18. Komputer 2.000.000 1.600.000 400.000
Total 228.894.000
Sumber: Rachel Farm, 2009 (diolah)

42

Anda mungkin juga menyukai