id
Oleh :
Kartika Satriavi
H0508057
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Skripsi
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh derajat Sarjana Peternakan
di Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret
Oleh :
Kartika Satriavi
H0508057
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
2013
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Ir. YBP. Subagyo, M. S. Rysca Indreswari, S. Pt., M. Si. drh. Sunarto, M. Si. _____
NIP. 19480314 197903 1 001 NIP. 19830706 200812 2 001 NIP. 19550629 198601 1 001
Mengetahui
Universitas Sebelas Maret
Fakultas Pertanian
Dekan
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan segala kemudahan
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Estimasi
Parameter Genetik Induk Babi Landrace Berdasarkan Sifat Litter Size
Keturunannya. Selama proses penyusunan skripsi ini penulis telah mendapat
bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ketua Jurusan/Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Ir. YBP. Subagyo, M. S dan Ibu Rysca Indreswari, S. Pt., M. Si selaku
Pembimbing dan Penguji Skripsi.
4. Bapak drh. Sunarto, M. Si selaku Penguji Skripsi.
5. Segenap staf CV. Adhi Farm yang telah membantu proses penelitian ini.
6. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini dan tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Penulis
berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Penulis
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. viii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... ix
RINGKASAN ................................................................................................. x
SUMMARY .................................................................................................... xi
I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 4
A. Babi .................................................................................................... 4
B. Litter Size ........................................................................................... 6
C. Varians Genetik ................................................................................. 7
D. Heritabilitas ........................................................................................ 8
III. MATERI DAN METODE PENELITIAN ............................................ 10
A. Materi ................................................................................................... 10
B. Metode .................................................................................................. 10
1. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 10
2. Cara Penelitian ................................................................................. 10
a. Macam Penelitian ....................................................................... 10
b. Pelaksanaan Penelitian ................................................................ 10
c. Parameter yang Diestimasi ......................................................... 12
commit to user
C. Analisis Data ........................................................................................ 13
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
1. Babi Landrace............................................................................. 5
2. Babi Hampshire.......................................................................... 5
3. Babi Duroc.................................................................................. 5
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSEMBAHAN
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Kartika Satriavi
H0508057
RINGKASAN
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Kartika Satriavi
H0508057
SUMMARY
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id 1
digilib.uns.ac.id
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Babi merupakan salah satu komoditas ternak penghasil daging yang
memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Pardosi (2004) menyatakan bahwa
babi memiliki sifat dan kemampuan yang menguntungkan antara lain
pertumbuhan yang cepat, efisiensi ransum yang baik (75-80%) serta persentase
karkas yang tinggi (65-80%). Karakteristik reproduksinya berbeda bila
dibandingkan dengan ternak sapi, domba dan kuda karena babi merupakan hewan
yang memiliki sifat prolifik yaitu jumlah anak sekelahiran yang tinggi (13-15
ekor/kelahiran) dan dapat beranak dua kali dalam setahun serta jarak antara satu
kelahiran dengan kelahiran berikutnya pendek (Sihombing, 1997).
Babi Landrace merupakan bangsa babi yang berasal dari Denmark,
berwarna putih dan bertubuh panjang, memiliki telinga terkulai ke depan serta
kaki dan paha yang kuat. Babi Duroc berasal dari Amerika merupakan persilangan
dari dua bangsa babi yaitu Jersey Red dengan Duroc dari New York. Babi Duroc
mempunyai tubuh panjang dan besar, warna merah tua sampai cokelat, punggung
berbentuk busur dari leher sampai ekor, kepala sedang dengan telinga rebah ke
depan. Bangsa babi Hampshire berasal dari negeri yang namanya sama di
Hampshire, Inggris dan diintroduksikan ke Amerika Serikat sekitar pertengahan
pertama abad ke-19. Salah satu ciri khas bangsa babi ini adalah selempang atau
lilit putih melingkari tubuhnya yang berwarna hitam dan warna putih yang
terdapat pada kedua kaki depan (Blakely dan Bade, 1996; Sihombing, 1997).
Usaha untuk meningkatkan produktivitas ternak babi tidak terlepas dari
adanya program pemuliaan untuk meningkatkan kualitas genetik ternak.
Produktivitas ternak babi ditentukan oleh dua faktor utama yaitu faktor genetik
dan faktor lingkungan. Selain itu, juga ditentukan oleh interaksi faktor genetik dan
lingkungan. Faktor genetik dipengaruhi oleh susunan gen dan kromosom yang
dimiliki oleh individu. Susunan genetik dapat diwariskan dari tetua pada
commit to userketurunan dengan sifat produksi
keturunannya sehingga untuk mendapatkan
1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id
tinggi, dipilih tetua yang memiliki sifat genetik tinggi pula. Falconer dan Mackay
(1996) menyatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan akan memengaruhi
fenotip ternak. Parameter genetik perlu diketahui sebelum melakukan program
pemuliaan agar diperoleh hasil optimum (Warwick et al., 1984).
Adanya variasi dalam suatu kehidupan dipelajari dalam ilmu hayati.
Variasi dapat disebabkan oleh faktor lingkungan atau faktor biologis dari individu
ternak tersebut. Hardjosubroto (1994) menyatakan bahwa heritabilitas merupakan
suatu konsep atau penjelasan yang memprediksi seberapa besar proporsi suatu
sifat dalam tetua yang dapat diwariskan kepada keturunannya. Litter size
merupakan salah satu sifat kuantitatif yang mempunyai nilai ekonomis tinggi
sehingga dengan mengetahui nilai heritabilitas litter size, maka sifat tersebut dapat
dijadikan dasar untuk program pemuliaan yang lebih terarah (Sihombing, 1997).
Menurut Putro et al. (2010) nilai estimasi heritabilitas litter size babi tergolong
rendah yaitu sebesar 0,13±0,69. Sementara itu, Ferguson et al. (1985) menyatakan
bahwa nilai heritabilitas litter size babi sebesar 0,21±0,14. Penelitian yang
dilakukan Siewerdt et al. (1995) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
lingkungan yang menyebabkan rendahnya nilai heritabilitas pada sifat litter size
babi.
B. Rumusan Masalah
Pengaruh faktor genetik bersifat kasat mata sehingga pengamatan terhadap
faktor genetik tidak dapat dilakukan secara langsung. Pengamatan genetik dapat
dilakukan menggunakan sifat fenotip yang diukur melalui parameter genetik.
Parameter genetik yang dapat diestimasi diantaranya adalah varians genetik dan
heritabilitas dari ternak.
Salah satu fakta paling mencolok dalam bidang reproduksi adalah
kesanggupan ternak dalam mewariskan sifat-sifat khusus. Apabila kita memeriksa
terperinci sifat-sifat sekelompok babi yang bangsa dan umurnya sama, ditemukan
adanya variasi pada sifat tertentu dan keseragaman untuk sifat-sifat yang lain di
antara individu dalam kelompok tersebut. Tetua sangat berpengaruh terhadap
performan anak yang dilahirkancommit
sepertitojumlah
user anak sekelahiran (litter size).
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id
Apabila seekor ternak menunjukkan keunggulan pada sifat yang memiliki angka
pewarisan tinggi, maka diharapkan keturunannya juga memiliki keunggulan
dalam sifat tersebut.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain:
1. Melakukan partisi varians pada tetua terhadap sifat litter size anak babi.
2. Mengestimasi angka pewarisan (heritabilitas) pada tetua berdasarkan
informasi data litter size anak babi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id
A. Babi
Babi merupakan ternak monogastrik yang memiliki kesanggupan dalam
mengubah bahan makanan secara efisien ditunjang dengan kualitas ransum yang
dikonsumsi. Babi lebih cepat tumbuh, cepat dewasa dan bersifat prolifik yang
ditunjukkan dengan banyaknya anak dalam setiap kelahiran yang berkisar antara
8-14 ekor dengan rata-rata dua kali kelahiran per tahun. Babi yang berumur enam
bulan sudah dapat dipasarkan. Selain itu, ternak babi mampu memanfaatkan
pakan yang berasal dari biji-bijian. Pertumbuhan babi untuk mencapai ternak siap
potong lebih cepat sehingga merupakan ternak yang paling ekonomis
dibandingkan ternak lainnya (Subagyo, 2009).
Sihombing (1997) menyatakan bahwa babi Landrace berasal dari
Denmark, memiliki warna putih, tubuh dan kakinya panjang, tampilan yang khas
telinganya rebah ke depan (Gambar 1). Panjang tubuh baik yaitu antara 16 sampai
17 tulang rusuk, subur, mempunyai puting susu yang banyak, jantan dewasa
berbobot 320-410 kg dan betina 250-340 kg. Babi ini mampu menghasilkan
karkas bagus, memiliki paha besar, daging di bawah dagu gemuk dengan kaki
pendek dan dikenal karena konversi pakannya sangat baik dan berat badan yang
tinggi. Kelemahannya adalah kaki belakang yang lemah saat bunting, daging
pucat, lembek dan eksudatif karena inbreeding yang terlalu lama.
Bangsa babi Hampshire berasal dari negeri yang namanya sama di
Hampshire, Inggris dan diintroduksikan ke Amerika Serikat sekitar pertengahan
pertama abad ke-19. Salah satu ciri khas bangsa babi ini adalah selempang atau
lilit putih melingkari tubuhnya yang berwarna hitam serta warna putih yang
terdapat pada kedua kaki depan (Gambar 2). Penampilan umum babi Hampshire
tergolong besar dengan kekuatan tulang kaki yang sedang. Sesuai dengan standar
Hampshire Swine Registry, lebar selempang putih tidak boleh lebih dari 2/3
panjang tubuh. Babi untuk bibit dengan ujung kaki belakang berwarna putih boleh
commit
dicatatkan asalkan warna putih tidak to user ujung paha (lutut). Babi jantan
mencapai
4
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id
B. Litter Size
Jumlah anak sekelahiran (litter size) merupakan jumlah anak yang lahir
per induk per kelahiran. Seekor induk babi mampu menghasilkan anak sebanyak
8-12 ekor per kelahiran setelah melewati periode kebuntingan selama 112-120
hari. Induk babi mencapai dewasa reproduksi saat berumur 3 tahun atau pada saat
kelahiran ke-4 dan ke-5. Induk babi yang telah berumur 4,5 tahun sebaiknya
diafkir karena tidak efektif lagi untuk dikawinkan. Litter size sangat bervariasi
menurut individu. Babi Hampshire memiliki rata-rata litter size 9,57 ekor, bangsa
babi Duroc sebesar 10,24 ekor sedangkan bangsa babi Landrace adalah 10,94 ekor
(Sihombing, 1997).
Kondisi lingkungan sangat berpengaruh terhadap litter size anak babi baik
saat prenatal maupun postnatal. Prenatal adalah kehidupan embrio saat
berlangsung di dalam uterus sedangkan postnatal adalah kehidupan anak babi
setelah proses kelahiran yang sangat dipengaruhi oleh sifat keindukan dan
produksi susu induk. Kolostrum yang dihasilkan induk babi sedikit tetapi jumlah
anak yang dilahirkan banyak sehingga porsi setiap anak memperoleh kolostrum
tidak sama (Legates, 1992). Kondisi lingkungan yang kurang baik di dalam uterus
dapat disebabkan oleh penyakit, stres dan pengaruh hormon. Penyakit pada induk
yang menimbulkan peningkatan suhu tubuh dan demam dapat menimbulkan
kematian embrio sedangkan faktor stres panas pada uterus disebabkan suhu
kandang yang tinggi. Faktor hormonal khususnya ketidakseimbangan hormon
estrogen dan progesteron. Kadar hormon estrogen yang berlebih dalam darah pada
awal kebuntingan menyebabkan terjadinya kontraksi dinding uterus yang
berlebihan sehingga diikuti oleh kematian embrio dini. Demikian juga dengan
kekurangan sekresi hormon progesteron yang disebabkan adanya regresi korpus
luteum pada awal kebuntingan dapat diikuti kematian embrio dini sehingga dapat
mengakibatkan abortus. Hormon progesteron pada awal kebuntingan berfungsi
untuk memelihara pertumbuhan mukosa uterus dan kelenjarnya sehingga mampu
menghasilkan cairan sebagai bahan penting sumber pakan embrio
(Hardjopranjoto, 1995). Faktor lain yang memengaruhi litter size yaitu pejantan
dan induk, banyaknya sel telurcommit to user
yang dilepaskan indung telur (ovulasi), laju
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id
pembuahan atau persentase sel telur yang dapat dibuahi dan dapat terus hidup,
umur induk dan paritas. Selain itu, juga dipengaruhi oleh bangsa babi, manajemen
dan kemampuan kapasitas uterus (Pardosi, 2004; Gordon, 2008).
Litter size pada kelahiran pertama bervariasi antara 6,71 sampai 9,45 ekor
bagi bangsa murni dan angka ini naik sampai induk berumur 3 tahun atau
kelahiran ke-5 yang bervariasi antara 8,32 sampai 12,43 ekor. Babi dara yang baru
dikawinkan akan menghasilkan litter size yang lebih sedikit daripada babi induk
(Toelihere, 1993; Sihombing, 1997). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Irgang et al. (1994) paritas pertama menghasilkan litter size yang paling sedikit
dibandingkan dengan paritas selanjutnya dan terus meningkat sampai paritas
ketiga (Tabel 1).
Tabel 1. Rataan litter size lahir dengan paritas induk yang berbeda
Paritas Rataan Litter Size (Ekor)
1 9,05
2 9,65
3 10,61
Sumber: Irgang et al. (1994)
C. Varians Genetik
Hardjosubroto (1994) menyatakan bahwa sifat-sifat kuantitatif pada seekor
ternak banyak dipengaruhi oleh genetik seekor ternak. Pengaruh genetik pada
suatu individu ternak tidak dapat dihitung besarnya pengaruh secara pasti. Oleh
karena itu hanya dapat dilakukan estimasi. Hampir tidak mungkin untuk
menentukan pengaruh atau cara berperannya masing-masing gen atau lokus pada
sifat kuantitatif. Pengaruh faktor genetik ini dapat diturunkan pada anak-anaknya.
Faktor genetik akan memengaruhi jumlah anak sekelahiran dan kawin
silang biasanya akan memberikan pengaruh positif terhadap jumlah anak
sekelahiran tersebut (Horstgen et al., 1984). Crossbreeding di antara kelompok
betina yang berbeda akan berpengaruh terhadap litter size. Noor (2004)
menyatakan bahwa ternak-ternak hasil silang dalam pada umumnya akan
mengalami penurunan fertilitas yang disebabkan oleh pengaruh gabungan gen-gen
resesif yang homozigot.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id
D. Heritabilitas
Sihombing (1997) menyatakan bahwa heritabilitas merupakan derajat
suatu sifat yang dipengaruhi oleh komposisi faktor genetik. Heritabilitas adalah
istilah yang digunakan untuk menunjukkan bagian dari keragaman total yang
diukur dengan ragam atau variansi dari suatu sifat yang dipengaruhi oleh faktor
genetik. Heritabilitas secara sederhana didefinisikan sebagai bagian dari variasi
yang disebabkan oleh sifat yang diwariskan.
Heritabilitas merupakan ukuran yang penting dari suatu sifat yang
diturunkan pada ternak dan pendugaan heritabilitas tersebut didasarkan pada
proporsi ragam gen aditif yang mempunyai peranan dalam membawa sifat
menurun pada tiap generasi yang sifatnya permanen. Namun, heritabilitas suatu
sifat ternyata tidak selalu konstan tetapi merupakan sifat spesifik suatu populasi
(Rice, 1957; Lasley, 1978).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id
A. Materi
Materi yang digunakan dalam penelitian adalah babi jantan, babi betina
dan anak babi serta data recording yang diperoleh dari perusahaan. Pejantan yang
digunakan berjumlah 2 ekor yang berasal dari bangsa berbeda yaitu Duroc yang
berumur 2 tahun dengan bobot badan 190 kg dan Hampshire yang berumur 2
tahun dengan bobot badan 185 kg. Babi betina berasal dari bangsa Landrace
sebanyak 36 ekor yang berumur 2 tahun dengan bobot badan rata-rata 180 ± 15 kg
dan telah melahirkan hingga 3 kali (paritas 3).
B. Metode
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan, yaitu bulan Agustus-September
2012 di perusahaan ternak babi CV. Adhi Farm, Dukuh Sepreh, Desa Kemiri,
Kebakkramat, Kabupaten Karanganyar.
2. Cara Penelitian
a. Macam Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional.
b. Pelaksanaan Penelitian
Tahap-tahap yang dilaksanakan pada penelitian ini antara lain: tiap ekor
babi jantan dikawinkan dengan 18 ekor babi betina dari bangsa Landrace
sedangkan tiap betina hanya kawin dengan satu ekor pejantan. Perkawinan
dilakukan dengan menggunakan sistem Inseminasi Buatan. Data yang digunakan
pada penelitian adalah litter size anak babi serta data recording dari paritas
sebelumnya. Pada tahapan ini dilakukan pencatatan mengenai informasi betina
yang melahirkan meliputi: identitas keturunan dan pejantan, umur serta paritas.
Selain itu dilakukan pencatatan mengenai data pejantan yang meliputi: identitas,
bangsa, umur dan bobot badan. Perhitungan nilai varians diperoleh berdasarkan
commit to user
10
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id
Kuadrat Tengah (KT) dari analisis ragam sedangkan nilai heritabilitas dilakukan
menggunakan analisis ragam dengan metode Rancangan Tersarang (Tabel 2).
Y2
ij
i j n ij
σ 2w = KTw
σ 2
d = (KTd-KTw)/k1
σ 2
S = [(KTS-(KTW+k2 σ d2 )]/ k3
Nilai heritabilitas (h2) dihitung dengan menggunakan rumus:
1) h S2 = 4 σ S2 / ( σ S2 + σ d2 + σ 2w )
2) h d2 = 4 σ d2 / ( σ S2 + σ d2 + σ 2w )
c. Parameter yang Diestimasi
1) Varians genetik pejantan
Varians genetik pejantan merupakan ragam genetik pejantan yang dihitung
berdasarkan informasi dari litter size anak babi keturunannya.
KTs - KTd
σ2 s
n
Keterangan : σ 2 s = varians genetik pejantan
KTs = kuadrat tengah pejantan
KTd = kuadrat tengah pejantan (betina)
n = jumlah paritas tiap pejantan (Falconer dan Mackay, 1996).
2) Varians genetik betina
Varians genetik betina merupakan estimasi atau pendugaan keragaman
genetik pada induk babi berdasarkan informasi dari litter size anak babi
keturunannya.
KTd KTw
σ2 d
k
Keterangan : σ 2 d = varians genetik betina
KTd = kuadrat tengah pejantan (betina)
KTw = kuadrat tengah keturunan
k = jumlah paritas tiap betina (Falconer dan Mackay, 1996).
3) Heritabilitas pejantan
Heritabilitas pejantan merupakan estimasi atau pendugaan nilai pewarisan
sifat dari pejantan yang diturunkan pada anak-anaknya berdasarkan informasi
litter size.
4σ 2 s
h2 s
σ 2s σ 2 d σ 2 w
Keterangan : commit
h 2 s = heritabilitas to user
pejantan
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id
C. Analisis Data
Berdasarkan data litter size diperoleh hasil perhitungan parameter varians
dan heritabilitas. Keseluruhan parameter tersebut kemudian dianalisis secara
deskriptif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id
A. Varians Genetik
Berdasarkan hasil analisis ragam dapat dilakukan pendugaan komponen
ragam untuk sifat litter size anak babi. Perhitungan KT menunjukkan nilai varians
pada keturunan sebesar 4,18 (Tabel 3). Nilai varians pejantan dan betina yang
tersarang pada pejantan diperoleh melalui perhitungan antara komponen ragam di
dalamnya (Tabel 2).
Tabel 3. Hasil analisis ragam dan perhitungan heritabilitas
Sumber σ² σ² (%) h2 a) h2 b)
Pejantan 0,07 1,35 0,05±0,01 0,05±0,01
Pejantan (betina) 0,95 18,27 0,73±0,15 0,43±0,15
Keturunan 4,18 80,38 − −
Total 5,20 100 0,39±0,06 0,24±0,06
a)
Keterangan: Nilai heritabilitas sebelum pemisahan pengaruh lingkungan
bersama (Ec)
b)
Nilai heritabilitas setelah pemisahan pengaruh lingkungan
bersama (Ec)
Nilai varians genetik pada pejantan sebesar 0,07 yang dapat dikatakan
varians pada sifat litter size dipengaruhi oleh varians dari pejantan sebesar 1,35%
(Tabel 3). Varians genetik pada betina sebesar 0,95 sehingga dapat diartikan
bahwa sifat fenotip litter size anak babi dipengaruhi oleh variasi dari betina
sebesar 18,27% (Tabel 3). Terlihat dari hasil tersebut bahwa nilai varians genetik
pada betina lebih besar daripada nilai varians genetik pada pejantan. Hal ini
menunjukkan bahwa faktor betina memiliki proporsi pengaruh yang lebih besar
daripada pejantan untuk sifat litter size anak babi.
Krider dan Carrol (1971) menyatakan bahwa induk babi lebih
memengaruhi sifat litter size yang diturunkan kepada anak-anaknya. Sifat individu
dari induk satu dengan induk yang lain memiliki kemampuan yang berbeda dalam
menghasilkan keturunan. Gordon (2008) juga menyatakan bahwa sifat litter size
anak babi banyak dipengaruhi oleh faktor induk seperti banyaknya sel telur yang
dilepaskan indung telur (ovulasi), laju hidup embrio selama berkembang, laju
commit to user
pembuahan atau persentase sel telur yang dapat dibuahi dan dapat terus hidup,
14
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id
umur induk serta paritas. Selain itu juga dipengaruhi oleh manajemen dan
kemampuan kapasitas uterus induk. Penelitian yang dilakukan Siewerdt et al.
(1995) menunjukkan bahwa pengaruh lingkungan yang menyebabkan rendahnya
nilai heritabilitas pada sifat litter size anak babi sebagian besar disebabkan oleh
performan induknya sehingga diperoleh tingginya keragaman induk dengan
genetik yang berbeda pula.
B. Heritabilitas
Nilai heritabilitas atau angka pewarisan pada pejantan berdasarkan sifat
litter size keturunannya adalah sebesar 0,05±0,01 (Tabel 3). Hal ini menunjukkan
angka heritabilitas yang rendah sehingga dapat diartikan bahwa ragam yang
terlihat oleh faktor genetik hanya 0,05 yang disebabkan oleh warisan dari pejantan
dan 0,95 disebabkan oleh lingkungan. Warwick et al. (1984) menyatakan bahwa
sifat seperti jumlah anak sekelahiran mempunyai nilai heritabilitas rendah dengan
kisaran umum antara 0,05 sampai 0,15 yang menunjukkan bahwa sebagian besar
keragaman disebabkan oleh lingkungan. Hardjosubroto (1994) menyatakan angka
pewarisan dikatakan rendah apabila nilainya berkisar antara 0 sampai 0,1, dapat
dikatakan sedang atau intermedia apabila nilainya berkisar antara 0,1 sampai 0,3
dan tinggi apabila nilai heritabilitas melebihi 0,3. Namun, tidak menuntut
kemungkinan apabila nilai heritabilitas yang diperoleh dalam suatu penelitian
melebihi kisaran yang telah ada. Hal ini dikarenakan adanya faktor lingkungan
yang tidak bisa lepas dari suatu individu.
Angka pewarisan sifat pada betina dan heritabilitas total berdasarkan
informasi dari litter size keturunannya adalah sebesar 0,73±0,15 dan 0,39±0,06
(Tabel 3). Angka heritabilitas ini tergolong tinggi karena lebih dari 0,3
(Hardjosubroto, 1994). Namun, angka heritabilitas ini tidak nyata karena masih
terdapat faktor yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan dari betina dan
pengaruh dominansi dari genetik pejantan maupun betina. Falconer dan Mackay
(1996) berpendapat adanya faktor maternal effect pada saat prenatal sebagai
common environmental factor (faktor lingkungan bersama). Prenatal diartikan
sebagai keadaan dimana anak babicommit
beradatodalam
user kandungan induk. Babi memiliki
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id
banyak fetus dalam satu kali kebuntingan. Fetus-fetus ini berbagi dalam
lingkungan uterus yang sama sehingga ikut berkontribusi dalam sifat fenotip anak
babi. Faktor genetik bukan satu-satunya alasan untuk menjamin kemiripan di
antara saudara, ada juga pengaruh keadaan lingkungan yang cenderung
mempengaruhinya. Jika sekelompok ternak dipelihara bersama-sama, mereka
akan berbagi lingkungan yang sama. Hal ini dapat diartikan perbedaan di antara
individu terjadi akibat kondisi lingkungan yang sama (σ2Ec).
Penelitian Gama dan Johnson (1993) serta Azzam et al. (1984)
mengatakan bahwa maternal effect sebagai pengaruh lingkungan negatif pada
performan sifat reproduksi seperti litter size. Pada jumlah anak sekelahiran yang
tinggi, terdapat pengurangan sumber maternal effect untuk masing-masing anak
babi serta pengaruh lingkungan yang sama dapat mengurangi proporsi litter size.
Hal ini mengakibatkan adanya korelasi genetik negatif di antara litter size induk
dan anak-anaknya meskipun korelasi negatif tersebut terjadi pada induk yang
memiliki litter size tinggi (Siewerdt et al., 1995).
Nilai heritabilitas atau angka pewarisan sifat pada betina berdasarkan
informasi dari litter size anak babi setelah dilakukan pemisahan pengaruh
lingkungan yang sama adalah sebesar 0,43±0,15 (Tabel 3). Hal ini menunjukkan
nilai heritabilitas yang lebih rendah daripada sebelumnya ketika belum dilakukan
pemisahan pengaruh lingkungan yang sama sehingga dapat diartikan bahwa
ragam sifat litter size yang terlihat oleh faktor genetik hanya 0,43 yang
disebabkan oleh warisan betina dan sisanya disebabkan oleh pejantan dan
lingkungan. Angka pewarisan total untuk sifat litter size dari kedua tetuanya
adalah sebesar 0,24±0,06 (Tabel 3). Hasil yang diperoleh ini lebih tinggi dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Ferguson et al. (1985) maupun Irvin dan
Swiger (1984) yang memperoleh nilai heritabilitas litter size babi masing-masing
sebesar 0,21±0,14 dan 0,20±0,11.
Angka pewarisan untuk sifat litter size anak babi tergolong rendah. Hal ini
dikarenakan terlalu bervariasinya jumlah anak per pejantan maupun jumlah anak
per induk. Jumlah anak sekelahiran tiap induk berkisar antara 13 sampai 15.
commit
Hardjosubroto (1994) menyatakan to user
bahwa variasi yang terlalu tinggi hingga
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
V. SIMPULAN
commit to user
18