Anda di halaman 1dari 21

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG

MANIS (Zea mays var. Saccharate) DENGAN PEMBERIAN


PUPUK NPK PHONSKA

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh

ARIE ICHSAN FAHRIZAL


2011911055

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
BALUNIJUK
2023
RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG
MANIS (Zea mays var. Saccharate) DENGAN PEMBERIAN
PUPUK NPK PHONSKA

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh:

ARIE ICHSAN FAHRIZAL


2011911055

Proposal Penelitian
Sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan penelitian
Di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Perikanan dan Biologi

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN, DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
BALUNIJUK
2023
RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG
MANIS (Zea mays var. Saccharate) DENGAN PEMBERIAN
PUPUK NPK PHONSKA

Oleh
ARIE ICHSAN FAHRIZAL
2011911055

Telah diterima sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan penelitian di


Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Kartika, S.P., M.Si Dr. Tri Lestari, S.P., M.Si

Balunijuk, Juni 2023

Ketua Program Studi Agroteknologi

Gigih Ibnu Prayoga, S.P., M.P


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian dengan
judul “Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays
var. Saccharate) dengan Pemberian Pupuk NPK Phonska” dapat di selesaikan
sebaik-baiknya. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2023 - Oktober
2023 di Kebun Penelitian dan Percobaan (KP2), Fakultas Pertanian Perikanan dan
Biologi, Universitas Bangka Belitung. Proposal Penelitian ini merupakan
persyaratan untuk melaksanakan penelitian Skripsi. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang selalu membimbing, menguatkan dan merahmati penulis
hingga dapat menyelesaikan penulisan proposal penelitian ini.
2. Kedua orangtua tercinta dan keluarga yang telah memberikan doa, dukungan,
dan semangat yang tiada hentinya kepada penulis.
3. Dosen pembimbing utama Ibu Kartika, S.P., M.Si. dan Dosen pendamping Ibu
Dr. Tri Lestari, S.P., M.Si. yang telah memberikan banyak arahan dan masukan
dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal
penelitian ini.
4. Teman-teman Agroteknologi Angkatan 2019 dan orang terdekat yang telah
membantu, memotivasi, dan memberikan dukungan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat pada
penulisan proposal penelitian ini. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan oleh penulis. Penulis berharap semoga proposal
penelitian ini dapat memberikan informasi dan manfaat bagi para pembaca.

Balunijuk, Juni 2023

Penulis

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI............................................................................................................v
DAFTAR TABEL..................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................ix
I. PENDAHULUAN...............................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................2
1.3 Tujuan............................................................................................................2

v
DAFTAR TABEL

vii
DAFTAR GAMBAR

viii
DAFTAR LAMPIRAN

ix
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jagung manis (Zea mays saccharata Sturt). adalah tumbuhan hortikultura yang banyak
dikenal oleh masyarakat luas karena memiliki rasa yang nikmat dan aromanya yang khas. Jagung
manis memiliki peran cukup besar yaitu menjadi sumber nutrisi bagi kesehatan untuk memenuhi
kebutuhan gizi masyarakat (Novira et al., 2015). Permintaan jagung manis semakin hari semakin
meningkat sehingga perlu adanya peningkatkan produksi jagung manis setiap tahunnya. Kebutuhan
jagung di Indonesia untuk industri pangan pada tahun 2021 mencapai 1,2 juta ton, pada tahun 2022
diperkirakan mengalami peningkatan mencapai 1,5-1,6 juta ton (Kemenperin, 2022).
Indonesia merupakan Negara Agraris yang sangat mendukung perkembangan komoditi
jagung manis karena tanaman jagung manis memiliki potensi yang cukup untuk dibudidayakan dan
mudah untuk diusahakan (Nurlaela, 2018). Tanaman jagung manis merupakan tanaman yang
memerlukan kebutuhan hara yang cukup untuk pertumbuhan dan produksinya. Kementerian
Pertanian terus berupaya meningkatkan produksi jagung untuk memberikan hasil yang maksimal
guna mencukupi kebutuhan jagung nasional termasuk di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung. Sepanjang Tahun 2015-2019, terjadi peningkatan luas tanam jagung di Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung yang awalnya seluas 553 hektar menjadi 1.131 hektar, hal ini tentu saja
berpengaruh positif pada peningkatan produksi jagung dari 666 ton menjadi 2.776 ton (BPS Babel,
2020). Upaya peningkatan produksi jagung nasional masih terbuka lebar baik melalui peningkatan
produktivitas maupun perluasan areal tanam, utamanya di luar Pulau Jawa. Meskipun produksi
jagung meningkat, namun rata-rata tingkat produktivitas jagung nasional baru mencapai 5,4 t/ha
(BPS Babel,2020) Pengembangan tanaman jagung di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
dilakukan pada berbagai agroekosistem lahan dengan karakteristik beragam sehingga untuk
mengoptimalkan provitas jagung hibrida diperlukan teknologi yang sesuai dengan agroekosistem
pengembangannya masing-masing. Penerapan teknologi budidaya jagung oleh petani saat ini, pada
umumnya masih bersifat parsial, dan anjuran teknologi belum seluruh diterapkan dan cenderung
kurang memperhatikan kondisi agroekosistemnya. Seperti halnya menanam jagung pada lahan
kering tentunya berbeda dengan menanam jagung pada agroekosistem lahan rawa, lahan sawah
irigasi, dan lahan sawah tadah hujan. Lahan kering memiliki tingkat kesuburan tanah yang rendah,
terutama pada tanah-tanah yang tererosi, sehingga lapisan olah tanah menjadi tipis dan kadar bahan
organik rendah. Kondisi ini makin diperburuk dengan terbatasnya penggunaan pupuk organik,
terutama pada tanaman pangan semusim seperti tanaman jagung (BPS Babel,2020).
Pupuk yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman untuk tanaman
jagung umumnya adalah pupuk anorganik dan dalam jumlah yang cukup besar (Khairiyah et al.,
2017). Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas tanaman adalah dengan
pemberian pupuk baik organik maupun anorganik. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan
pemupukan berimbang yang memenuhi unsur hara untuk menyokong pertumbuhan tanaman
sehingga unsur hara bagi tanaman dapat tercukupi (Suntoro dan Astuti, 2014). Pemberian pupuk
bertujuan untuk meningkatkan ketersediaan unsur hara dalam tanah. NPK Phonska merupakan salah
satu jenis pupuk yang dapat digunakan untuk meningkatkan produktivitas tanaman jagung manis.
Pupuk phonska adalah pupuk majemuk yang mengandung unsur N, P, K. mudah larut dalam
air dan dapat meningkatkan produksi dan kualitas panen, memacu pertumbuhan akar, pembentukan
bunga, mempercepat panen, menjadikan batang kuat dan dapat mengurangi resiko rebah,
memperbesar ukuran buah dan biji-bijian. Penggunaan pupuk NPK merupakan salah satu teknologi
dalam usaha pertanian guna memudahkan petani dalam mengaplikasikan nutrisi tanaman,
dikarenakan pupuk NPK mengandung lebih dari satu jenis unsur hara. Kandungan Hara Nitrogen
(N), Fosfor (P2O5), dan Kalium (K2O) pada pupuk NPK dapat meningkatkan fungsi metabolisme
dan biokimia sel tanaman, sehingga memberikan pengaruh baik pada tanaman. Nitrogen digunakan
untuk membangun asam nukleat, protein, bioenzim, dan klorofil. Fosfor untuk pembangun asam
nukleat, bioenzim, fosforlipid, dan protein. Kalium untuk mengatur keseimbangan ion-ion sel yang
berfungsi dalam mengatur keseimbangan ion sel dalam mengatur mekanisme metabolik fotosintesis.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian ini dapat dilaksanakan sebagai langkah
untuk mengetahui respon pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis dengan pemberian pupuk
phonska. Sehingga diharapkan penelitian ini didapatkanlah berapa dosis pupuk phonska yang terbaik
dan cocok untuk diaplikasikan di tanaman jagung manis (Zea mays var. Saccharate).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat pengaruh pemberian dosis pupuk phonska terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman jagung manis?
2. Berapa dosis optimum pupuk NPK phonska yang dipakai untuk meningkatkan hasil
produksi tanaman jagung manis?
3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan dalam pemberian pupuk NPK phonska dalam
perbandingan 50 : 100 gr/ha pada budidaya tanaman jagung manis?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui respon pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis dengan pemberian pupuk
phonska.
2. Mengetahui dosis pupuk NPK phonska yang
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Jagung Manis
Jagung manis merupakan tanaman hortikultura, komoditas palawija yang termasuk dalam
famili rumput-rumputan (Gramineae) spesies Zea mays saccharata Sturt. Menurut Riwandi et al.,
(2014), tanaman jagung manis diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledone
Ordo : Graminae
Famili : Graminaceae
Genus : Zea
Species : Zea mays saccharata Sturt.
Jagung manis merupakan tanaman semusim. Batang jagung tegak, beruas-ruas dan
terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku batang jagung. Daun sempurna berbentuk
memanjang. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun, permukaan daun licin dan berambut. Setiap
stomata dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon
tanaman menanggapi kekurangan air pada sel-sel daun (Budiman, 2013). Jagung memiliki bunga
jantan dan bunga betina yang terpisah dalam satu tanaman. Bunga jantan tumbuh di bagian pucuk
tanaman. Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol.
Tongkol tumbuh pada buku, di antara batang dan pelepah daun (Budiman, 2013).

Munculnya akar primer pada jagung manis setelah berkecambah yang menandakan
pertumbuhan tanaman. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan
tumbuh menyamping. Tanaman jagung memiliki sistem perakaran serabut yang terdiri dari akar-akar
radikal atau primer, ditambah dengan sejumlah akar lateral yang muncul sebagai akar adventif pada
dasar di buku pertama di atas pangkal batang (Rukmana dan Yudirachman, 2007).

Tanaman jagung manis tumbuh optimal pada ketinggian 0 – 600 m dpl. Secara umum jagung
manis memerlukan air sebanyak 85 – 200 mm/bulan, jika terjadi kekurangan air kelembaban udara
rendah dan cuaca panas maka produksi tongkol rendah akibat dari rendahnya fotosintat. Suhu yang
optomal untuk pertumbuhan tanaman jagung manis berkisar 23 – 27 ˚C. Tanaman jagung manis
tidak membutuhkan persyaratan yang khusus, karena tanaman ini dapat tumbuh hampir pada semua
jenis tanah, dengan kriteria tanah harus subur, gembur, kaya akan bahan organik dan drainase
maupun aerasi baik. Kemasaman tanah (pH) yang dibutuhkan untuk pertumbuhan optimal antara 5,6
– 7,5 (Budiman, 2013).
2.2. Pemupukan
Pemberian pupuk sesuai dengan kebutuhan tanaman tidak hanya berkaitan dengan tingkat
produktivitas dan kualitas hasil, tetapi juga efesiensi ekonomi dan dampak lingkungan. Kekurangan
pemberian pupuk akan menyebabkan produktivitas dan kualitas hasil menurun, sebaliknya kelebihan
pemberian pupuk menyebabkan tanaman terganggu pertumbuhannya dan juga berdampak pada
lingkungan. Solusi dari masalah tersebut yaitu dalam pemupukan harus sesuai dan mengetahui
takaran pupuk yang tepat diberikan terhadap tanaman (Syafruddin, 2015).

Pupuk majemuk merupakan salah satu pupuk buatan yang sengaja dibuat oleh pabrik dengan
kandungan lebih dari satu atau dua unsur. Jenis pupuk NPK misalnya, jenis pupuk ini terdiri tiga
unsur sekaligus yaitu nitrogen, phosphor, dan kalium. Untuk jenis pupuk NPK ini memiliki unsur
kalium yang dimana unsur kalium ini sangat membantu bagi tanaman dalam pembentukan protein ,
dan karbohidrat. Kalium juga berperan untuk memperkuat tubuh tananman agar daun, bunga, dan
buah tidak mudah rontok (Banaran, 2013; Nurjanani 2016).

Penambahan pupuk NPK pada budidaya jagung dapat meningkatkan produksi pada dosis
yang optimal. Hara N, P, dan K merupakan hara esensial bagi tanaman. Peningkatan dosis
pemupukan N di dalam tanah secara langsung dapat meningkatkan kadar protein (N) dan produksi
tanaman jagung, tetapi pemenuhan unsur N saja tanpa P dan K akan menyebabkan tanaman mudah
rebah, peka terhadap serangan hama penyakit dan menurunya kualitas produksi (Rauf dkk, 2000 ;
Praktikta, 2013) , dengan tersedianya pupuk majemuk NPK diharapkan dapat membantu para petani
untuk menggunakan pupuk sesuai kebutuhan tanaman karena komposisi N, P, dan K dapat
diformulasikan berdasarkan uji tanah. Pemberian pupuk sesuai dengan kebutuhan tanaman tidak
hanya berkaitan dengan tingkat produktivitas dan kualitas hasil, tetapi juga efesiensi ekonomi dan
dampak lingkungan. Kekurangan pemberian pupuk akan menyebabkan produktivitas dan kualitas
hasil menurun, sebaliknya kelebihan pemberian pupuk menyebabkan tanaman terganggu
pertumbuhannya dan juga berdampak pada lingkungan. Solusi dari masalah tersebut yaitu dalam
pemupukan harus sesuai dan mengetahui takaran pupuk yang tepat diberikan terhadap tanaman
(Syafruddin, 2015).

Pupuk NPK Phonska (15:15:15) merupakan salah satu produk pupuk NPK yang telah beredar
di pasarandengan kandungan nitrogen (N) 15%, Fosfor (P2O5) 15%, Kalium (K2O) 15%, Sulfur (S)
10%, dan kadar air maksimal 2%. Pupuk majemuk ini hampir seluruhnya larut dalam air, sehingga
unsur hara yang dikandungnya dapat segera diserap dan digunakan oleh tanaman dengan efektif
(Kaya, 2013). Kandungan unsur hara nitrogen yang ada didalam pupuk NPK Phonska bermanfaat
untuk merangsang pertumbuhan tanaman terutama tinggi tanaman, sehingga tanaman yang
mendapatkan nitrogen yang cukup dapat tumbuh lebih tinggi.
Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain: andosol (berasal dari gunung berapi),
latosol, grumosol, tanah berpasir. Pada tanah-tanah dengan tekstur berat (grumosol) masih dapat
ditanami jagung manis dengan hasil yang baik dengan pengolahan tanah secara baik. Sedangkan
untuk tanah dengan tekstur lempung/liat (latosol) berdebu adalah yang terbaik untuk
pertumbuhannya. Tanaman jagung manis tumbuh dengan baik pada tanah yang subur, gembur, dan
kaya humus. Keasaman tanah erat hubungannya dengan ketersediaan unsur-unsur hara tanaman.
Keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung manis adalah pH antara 5,6 - 7,5
(Purwono dan Rudi, 2011).

2.3 Hipotesis

1. Diduga pemberian dosis pupuk NPK Phonska berpengaruh terhadap pertumbuhan


dan hasil tanaman jagung manis
2. Diduga perbandingan dosis pupuk NPK Phonska yang diberikan pada tanaman
jagung manis dapat menemukan dosis optimum pupuk.
3. Diduga pupuk NPK Phonska 50 g/tanaman dan 100 g/tanaman merupakan perlakuan
yang memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis terbaik.
I. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juli 2023 – Oktober 2023.


Penelitian akan dilaksanakan di Kebun Percobaan dan Penelitian Fakultas
Pertanian Perikanan dan Biologi Universitas Bangka Belitung.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu alat tulis, portrait,
cangkul, gembor, label, mesin rumput, meteran, Munsell Color Chart, pencakar,
tali dan timbangan analitik. Bahan yang akan digunakan yaitu benih jagung manis,
kompos bosganik, mulsa plastik hitam perak, kapur pertanian, pupuk kandang,
pupuk NPK Phonska.

3.3. Metode penelitian

Penelitian ini akan menggunakan Rancangan Acak kelompok (RAK)


tunggal, yaitu

Dari kedua faktor perlakuan tersebut diperoleh 12 kombinasi perlakuan.


Setiap kombinasi perlakuan diulang 3 kali, sehingga terdapat 36 unit percobaan.
Setiap unit percobaan ditanam 8 tanaman sehingga populasi tanamannya sebanyak
288 tanaman dan diambil sebanyak 5 tanaman sebagai sampel sehingga total
keseluruhan sampel sebanyak 180 tanaman .
9

3.4. Cara Kerja

3.4.1. Persiapan lahan


Persiapan lahan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah
pengukuran lahan, pembersihan lahan, pembuatan bedengan, pengapuran,
pemberian pupuk dasar, dan pemasangan mulsa plastik hitam perak. Lahan yang
akan digunakan berukuran 15 m x 16 m. Lahan akan dibersihkan dari gulma
kemudian di buat bedengan berukuran 0,8 m x 4 m dengan jarak antar bedengan
yaitu 50 cm, total bedengan yang digunakan sebanyak 36 bedengan. Setiap
bedengan akan diberikan kapur pertanian untuk menaikkan pH tanah dengan
dosis sebanyak 480 g/bedengan.
Seminggu setelah aplikasi kapur pertanian bedengan akan diberikan pupuk
dasar menggunakan pupuk kotoran ayam dengan dosis sebanyak 5 kg/bedengan,
setelah pemberian pupuk dasar maka bedengan akan di angin-anginkan selama 2
minggu agar terjadi proses oksidasi (pengubahan) senyawa-senyawa beracun
menjadi senyawa yang tidak beracun, kemudian di pasang mulsa plastik hitam
perak, pemasangan mulsa plastik hitam perak akan dilakukan pada saat cuaca
panas agar mulsa mudah mengembang saat ditarik.

3.4.2. Persiapan Bibit


Persemaian akan dilakukan dengan menabur benih cabai yang sudah
direndam dengan air hangat dengan suhu 450C selama 12 jam. Persemaian benih
akan dilakukan di dalam portrait yang telah diisi dengan media semai dengan
komposisi tanah topsoil, pasir dan kompos bosganik dengan perbandingan 1:1:1.
Persemaian benih akan dilakukan selama 1 bulan sebelum dipindah tanam ke
lahan yang sudah dipersiapkan, selama persemaian akan dijaga kelembabannya
dengan penyiraman.

3.4.3. Penanaman
1 hari sebelum penanaman akan di buat lubang tanam dengan ukuran
diameter 10 cm. Penanaman akan dilakukan dengan memindahkan bibit cabai
rawit dari bak semai ke dalam lubang tanam yang sudah disemai selama 1 bulan
dengan 1 lubang tanam akan di tanam 1 bibit. Bibit yang akan ditanam adalah
10

bibit dengan pertumbuhan yang bagus dan tidak terserang penyakit. Jarak tanam
yang digunakan mengacu kepada Bahar et al. (2009) yaitu 40 cm x 50 cm.

3.4.4. Pemupukan
Pupuk yang akan digunakan adalah pupuk ZA plus dengan kandungan N
(21%), S (24%), Zn (1.000 ppm) dan Pupuk Fosfat Phosgreen dengan kandungan
P2O5 (20%), CaO (20%), MgO (3%). Pemberian pupuk dibagi menjadi 3 tahap.
Tahap pertama diberikan saat tanaman berumur 15 HST dengan dosis N1 (3
g/tanaman), N2 (5 g/tanaman), N3 (8 g/tanaman), P1 (6 g/tanaman), dan P2 (12
g/tanaman). Tahap kedua diberikan saat tanaman berumur 28 HST dengan dosis
N1 (3 g/tanaman), N2 (7 g/tanaman), N3 (10 g/tanaman), P1 (8 g/tanaman), dan
P2 (16 g/tanaman). Tahap ketiga diberikan saat tanaman berumur 42 HST dengan
dosis N1 (4 g/tanaman), N2 (8 g/tanaman), N3 (12 g/tanaman), P1 (11
g/tanaman), dan P2 (22 g/tanaman). Aplikasi pupuk dilakukan dengan cara di
tabur dekat tanaman.

3.4.5. Pemeliharaan
Pemeliharaan meliputi penyulaman, penyiraman, penyiangan gulma,
pemasangan ajir, dan pengendalian hama dan penyakit tanaman. Penyulaman akan
dilakukan apabila bibit cabai rawit yang ditanam sebelumnya mengalami
kematian. Penyulaman akan dilakukan saat umur t

anaman cabai rawit maksimal 1 minggu setelah tanam. Penyiraman


dilakukan setiap hari pada sore hari menggunakan gembor. Penyiangan gulma
dilakukan dengan mencabut gulma pada lubang tanam yang tidak tertutupi oleh
mulsa plastik hitam perak dan di sekitar bedengan.
Pemasangan ajir dilakukan pada saat umur tanaman mecapai 1 bulan
setelah pindah tanam dengan menancapkan ajir disekitar lubang tanam.
Pengendalian hama dan penyakit tanaman akan dilakukan secara mekanis dan
kimiawi.
11

3.4.6. Pemanenan
Pemanenan akan dilakukan pada saat umur tanaman cabai rawit sudah
mencapai umur 4 bulan setelah pindah tanam dengan cara di petik menggunakan
tangan dan pemanenan dilakukan 4 hari sekali sampai periode panen ke delapan.
Buah yang di panen adalah buah yang sudah matang ataupun setengah matang,
atau bisa juga dengan melihat warna buah, apabila buah sudah berwarna kuning,
orange, dan merah berarti sudah siap untuk di panen.

3.5. Peubah yang diamati

3.5.1 Tinggi Tanaman (cm)


Pengukuran tinggi tanaman (cm) dengan cara mengukur setiap tanaman
mulai dari pangkal batang yang berada di atas permukaan tanah sampai tajuk
dengan penggaris/meteran. Tinggi tanaman diukur setiap 2 minggu sekali mulai
dari umur 2 minggu setelah pindah tanam (MSPT) hingga tanaman berbunga.

3.5.2 Jumlah Cabang Tersier Produktif (cabang)


Penghitungan jumlah cabang tersier produktif dilakukan pada saat
tanaman memasuki masa generatif, dengan cara menghitung cabang yang ada
buahnya, penghitungan jumlah cabang dilakukan 2 minggu sekali sampai selesai
masa periode panen ke delapan.

3.5.3 Warna Daun


Warna daun diukur pada saat tanaman di fase vegetatif maksimal pada
daun ke-3 dari tajuk. Pengamatan warna daun menggunakan buku Munsell Color
Chart.

3.5.4 Umur Muncul Bunga (HST)


Pengamatan umur berbunga dengan mengamati jumlah hari sejak pindah
tanam sampai bunga mekar sempurna pada tanaman sampel.
12

3.5.5 Jumlah Bunga (Buah)


Pengamatan jumlah bunga pada fase generatif sebelum munculnya bakal
buah.

3.5.6 Jumlah Buah/Tanaman (Buah)


Pengamatan jumlah buah per tanaman dilakukan pada saat panen dengan
cara menghitung dan menjumlahkan buah pada tahap panen pertama sampai
dengan panen tahap ke delapan, kemudian dihitung rataan buah per tanaman.

3.5.7 Umur Panen (HST)


Umur panen diamati dengan cara menghitung jumlah hari setelah tanam
(HST) hingga tanaman tersebut memiliki buah masak pada percabangan pertama.

3.5.8 Bobot Buah/Tanaman (g)


Pengamatan bobot buah dilakukan pada saat panen dengan cara
menimbang buah pada setiap tanaman sampel kemudian dijumlahkan dan dihitung
rataan per tanaman.

2.5.9 Bobot Buah/Bedengan (g)


Pengamatan bobot buah per bedengan dilakukan pada saat panen dengan
cara menimbang buah pada setiap tanaman per bedengan kemudian dijumlahkan
dan dihitung rataan per bedengan.

3.5.10 Panjang Akar Primer (cm)


Pengamatan panjang akar primer dilakukan setelah panen tahap ke delapan
dengan cara mencabut tanaman sampel, kemudian diukur menggunakan
penggaris.
3.5.11 Bobot Basah Akar (g)
Pengamatan bobot basah akar dilakukan pada saat
setelah panen tahap ke delapan dengan cara membersihkan
kotoran yang menempel di akar, kemudian ditimbang
menggunakan timbangan analitik.

3.5.12 Bobot Kering Akar (g)


Pengamatan bobot kering akar dilakukan setelah
pengamatan bobot basah akar dengan cara akar segar di oven
dengan suhu 700C hingga mencapai bobot konstan, kemudian
di timbang menggunakan timbangan analitik.

3.6. Analisis Data

Analisis hasil pengamatan menggunakan Uji F dengan


taraf kepercayaan 95%, apabila terdapat perlakuan yang
berpengaruh nyata maka akan dilakukan uji lanjut dengan uji
DMRT (Duncan's Multiple Range Test) dengan taraf
kepercayaan 95%.
2

DAFTAR PUSTAKA

Khairiyah, S Khadijah, M Iqbal, S Erwan, Norlian dan, Mahdiannoor. 2017. Pertumbuhan


dan Hasil Tiga Varietas Jagung Manis (Zea mays saccharate Sturt) Terhadap
Berbagai Dosis Pupuk Organik Hayati Pada Lahan Rawa Lebak. Ziraa’ah. 42 (3) :
230-240.

Novira, F., Husnayetti dan Yoseva, S. 2015. Pemberian Pupuk Limbah Cair Biogas dan Urea,
TSP, KCL Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Manis. Fakultas
Pertanian Universitas Riau. Riau.

Nurlaela. 2018. Analisis Teori Efisensi Pada Tanaman Jagung Manis di Kabupaten Lampung
Utara. Lampung

Suntoro dan P. Astuti. 2014. Pengaruh Waktu Pemberian dan Dosis Pupuk NPK Pelangi
Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis Varietas Sweet Boys. Jurnal Agrifor
Vol. XIII No. 2. Hal 213 - 222

Anda mungkin juga menyukai