SKRIPSI
Oleh:
KUSYANTI
150510190009
Dengan ini saya menyatakan bahwa penulisan skripsi berjudul “Pengaruh Pupuk
Hayati dalam Berbagai Carrier dan Pupuk N, P, K terhadap Pertumbuhan
dan Hasil Padi Gogo pada Inceptisols Jatinangor” adalah benar karya saya
berdasarkan hasil penelitian yang saya lakukan sendiri dengan arahan dari Komisi
Pembimbing. Informasi yang terdapat dalam skripsi ini belum pernah
dipublikasikan dalam bentuk apa pun, kecuali seluruh atau sebagian isinya guna
pemenuhan syarat publikasi ilmiah sesuai ketentuan pimpinan Fakultas Pertanian.
Hal-hal lain yang berkaitan dengan kepemilikan hak cipta atas hasil penelitian ini,
seperti penetapan topik penelitian, biaya penelitian dan lain-lain, merupakan hasil
kesepakatan antara saya dengan komisi Pembimbing. Semua informasi eksternal
yang ada dalam skripsi ini sudah dirujuk dengan benar secara akademik dan telah
memenuhi kaidah anti plagiarisme karya ilmiah. Semua sumber kepustakaan yang
dirujuk sudah dicantumkan dalam Daftar Pustaka.
Apabila dikemudian hari terdapat pernyataan yang terbukti tidak benar, maka saya
bersedia karya ini dibatalkan.
Kusyanti
150510190009
i
ABSTRAK
KUSYANTI. Pengaruh Pupuk Hayati dalam Berbagai Carrier dan Pupuk N,
P, K terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi Gogo pada Inceptisols
Jatinangor. Dibimbing oleh PUJAWATI SURYATMANA dan BETTY
NATALIE FITRIATIN A.
Alih fungsi lahan sawah menyebabkan padi gogo ditanam di lahan kurang subur.
Solusi untuk mengatasi rendahnya produktivitas padi adalah pemupukan
berimbang. Pengaplikasian pupuk hayati dapat mempertahankan produksi dan
mengurangi dosis pupuk N, P, K. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh pupuk hayati dengan bahan aktif konsorsium bakteri penambat nitrogen
dan bakteri pelarut fosfat dalam berbagai carrier berbeda yang dicampur dengan
berbagai dosis N, P, K terhadap pertumbuhan dan hasil padi gogo. Percobaan ini
dilakukan di Bale Tatanen Universitas Padjadjaran. Rancangan percobaan adalah
Rancangan Acak Kelompok yang terdiri atas 15 kombinasi pupuk hayati dan
dosis pupuk N, P, K dengan 3 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
aplikasi pupuk hayati dan pupuk N, P, K berpengaruh nyata terhadap kandungan
klorofil dan jumlah malai, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap bobot 1000
butir. Perlakuan pupuk hayati dalam carrier kompos, tepung azolla, dan dedak +
50% pupuk N, P, K lebih meningkatkan kandungan klorofil dan jumlah malai
dibandingkan dengan kontrol berupa perlakuan pupuk hayati dalam kultur cair.
ii
ABSTRACT
The conversion of paddy fields has caused upland rice to be planted on less fertile
land. The solution to overcome the low productivity of rice is balanced
fertilization. The application of biofertilizers can maintain production and reduce
the dose of N, P, K fertilizers. This experiment aimed to determine the effect of
biofertilizers with active ingredients of a consortium of nitrogen fixing bacteria
and phosphate-solubilizing bacteria in different carriers and doses of N, P, K on
the growth and yield of upland rice. The experiment was conducted at Bale
Tatanen, Padjadjaran University. The experimental design was a Randomized
Block Design consisting of 15 combinations of biofertilizers and N, P, K fertilizers
with 3 replications. The results showed that the application of biological
fertilizers and N, P, K fertilizers had a significant effect on chlorophyll content
and panicle number, but no significant effect on 1000 grain weight. Biofertilizer
treatment in the carrier of compost, azolla four, and bran + 50% N, P, K fertilizer
increased chlorophyll content and panicle number more than the control in the
form of biofertilizer treatment in liquid culture.
iii
PENGARUH PUPUK HAYATI DALAM BERBAGAI CARRIER
DAN PUPUK N, P, K TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
HASIL PADI GOGO PADA INCEPTISOLS JATINANGOR
COVER DALAM
Oleh:
KUSYANTI
150510190009
iv
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI
Dr. Dra. Pujawati Suryatmana, M.S. Prof. Dr. Ir. Betty Natalie Fitriatin A., M.P.
Mengetahui,
Ketua Program Studi Agroteknologi
NIP. 197407042003121001
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema
penelitian yang dilaksanakan adalah “Pengaruh Pupuk Hayati dalam Berbagai
Carrier dan Pupuk N, P, K terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi Gogo
pada Inceptisols Jatinangor.” Yang dilaksanakan pada bulan November sampai
dengan bulan April.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan karya ilmiah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang telah memberikan bimbingan, rekomendasi, dan
semangatnya kepada penulis. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
banyak kepada:
1. Dr. Muhammad Amir Solihin, S.P., M.T. selaku Ketua Program Studi
Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran
2. Dr. Dra. Pujawati Suryatmana, M.S. sebagai Ketua Komisi Pembimbing
dan Prof. Dr. Ir. Betty Natalie Fitriatin, M.P. sebagai Anggota Komisi
Pembimbing
3. Prof. Dr. Ir. Reginawanti Hindersah, M.P. sebagai Ketua Komisi Penelaah
serta Prof. Dr. Ir. Hj. Tati Nurmala sebagai Anggota Komisi Penelaah.
4. Prof. Dr. Ir. Betty Natalie Fitriatin, M.P. selaku Kepala Departemen Ilmu
Tanah dan Sumberdaya Lahan.
5. Teman-teman Fakultas Pertanian 2019, Cendikiawan DKM Al-Amanah,
BEM KEMA Unpad Kabinet Garis Depan, dan Rizka Fatimah S. Agr
yang telah memberikan motivasi
6. Nurrani Oktaviani, Vina Agustina, Isabela Anjani, Dwi Haryani Wiji
Astuti, S. Kesos, Seftiana Lestari, S.Si., serta Nurun Nahdhoh Sholihah
S.T. yang telah menemani saya untuk menyelesaikan skripsi ini.
7. Alya Rizqita Maesaroh, Tiya Nurmala Dewi S. Agr, dan Fera Siti Meilani
S. Agr yang memberi dukungan dan membantu saya dalam menyelesaikan
proposal usulan penelitian.
Penulis sampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada orang-orang
tercinta terkhusus Ayahanda Akhmad Jahidi dan Ibunda Supriyatin, serta Adik
vi
Ezy Rohman Saputra dan Ikhfina Maharani dan keluarga yang telah memberikan
bantuan moral dan material serta senantiasa mendoakan dan memberikan motivasi
kepada penulis selama ini. Akhir kata, penulis mengharapkan skripsi ini dapat
bermanfaat bagi masyarakat secara umum dan khususnya bagi penulis sendiri.
Kusyanti
vii
DAFTAR ISI
viii
3.4.3 Pemberian Perlakuan dan Penanaman ........................................... 23
3.4.4 Pemeliharaan ................................................................................. 23
3.4.5 Pengamatan.................................................................................... 24
3.4.6 Pemanenan ..................................................................................... 25
IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 26
4.1 Pengamatan Penunjang ............................................................................. 26
4.1.1 Analisis Awal Tanah ..................................................................... 26
4.1.2 Pengamatan Kondisi Cuaca ........................................................... 26
4.1.3 Pengamatan Serangan Hama Penyakit .......................................... 27
4.1.4 Kepadatan Populasi Bakteri .......................................................... 30
4.2 Pengamatan Utama .................................................................................... 32
4.2.1 Kandungan Klorofil ....................................................................... 32
4.2.2 Jumlah Malai ................................................................................. 34
4.2.3 Bobot 1000 Butir ........................................................................... 36
V SIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 39
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 40
LAMPIRAN .......................................................................................................... 47
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 76
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
I PENDAHULUAN
1
2
diaplikasikan dengan carrier kompos, dedak, dan tepung Azolla (Trisilvi dkk.,
2022).
Berdasarkan pemaparan di atas diketahui bahwa pupuk hayati
konsorsium bakteri penambat nitrogen dan bakteri pelarut fosfat pada tanaman
padi gogo dapat meningkatkan hara N dan P yang tersedia bagi tanaman
sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil padi gogo serta dapat
mengurangi pemakaian pupuk N, P, dan K. Dengan demikian, dibutuhkan
penelitian mengenai jenis carrier dan pupul N, P, dan K yang tepat untuk
meningkatkan pertumbuhan dan hasil padi gogo.
nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) terhadap kandungan klorofil, jumlah
malai, serta bobot 1000 butir padi gogo pada Inceptisols Jatinangor.
menguraikan bahan organik yang ada di dalam tanah sehingga dapat diambil
oleh tanaman. Oleh karena itu, kombinasi pupuk anorganik dan pupuk hayati
dapat menurunkan dosis pupuk anorganik. Dalam penelitian Fadiluddin (2009),
pengaplikasian pupuk hayati dan pupuk NPK 50% dari dosis rekomendasi
mampu meningkatkan produksi jagung sebesar 36,5% (Sofatin dkk., 2017).
Kelompok mikroorganisme yang umumnya dipakai dalam pupuk hayati
adalah Azotobacter sp. dan Azotobacter chroococcum yang memiliki
kemampuan pemfiksasi nitrogen, serta Bacillus altitudinis dan Bacillus cereus
yang memiliki kemampuan melarutkan fosfat. Dosis pupuk nitrogen dapat
dikurangi dengan menggunakan pupuk hayati yang mengandung
mikroorganisme pengikat nitroge. Melalui simbiosis non-simbiosis dan
melalui simbiosis dengan tanaman, bakteri dapat memfiksasi nitrogen di udara.
Fiksasi nitrogen oleh bakteri dilakukan secara biologis, yaitu dengan cara
mengubah N2 menjadi bentuk anorganik yaitu dalam bentuk ion amonium
(NH4+) dan nitrat (N03-) yang dapat diserap oleh tanaman (Simanungkalit dkk.,
2004). Setyamidjaja (1986) mengatakan bahwa unsur yang membentuk
protein dan lemak serta merupakan komponen pembentuk klorofil pada daun
adalah nutrisi yang mengandung nitrogen.
Pemanfaatan bakteri pelarut fosfat mampu melarutkan fosfat, dapat
meningkatkan ketersediaan fosfat di tanah, berpartisipasi dalam produksi
vitamin D, memperbaiki pertumbuhan akar, dan dapat meningkatkan
penyerapan nutrisi (Wulandari, 2001). Bakteri pelarut fosfat yang memiliki
kemampuan terbesar sebagai inokulan pupuk hayati adalah bakteri
Pseudomonas sp., Bacillus megaterium, Bacillus sp., dan Chromobacterium sp.
dengan cara melarutkan fosfat yang terikat pada unsur lain sehingga tanaman
dapat menggunakan fosfat yang terlarut untuk pertumbuhannya (Widawati dan
Sulasih, 2006).
Bakteri pemfiksasi nitrogen dapat menyediakan kebutuhan unsur N bagi
tanaman hingga 75%. Azotobacter menyediakan fitohormon dan antifungi
(Tilak dkk., 2006). Penelitian Kennedy (1998) menunjukkan bahwa bakteri
Azotobacter dan Azospirilium dapat memproduksi hormon asam indol asetat
atau IAA yang berfungsi untuk membantu pertumbuhan tanaman. Fitohormon
7
1.6 Hipotesis
2.1 Inceptisols
10
11
2.3 N, P, dan K
urea non-prill. Urea bersifat tidak higroskopis dan larut dalam air, sehingga lebih
mudah diserap oleh tanaman (Hardjowigeno, 2007).
Hara fosfor sangat penting bagi tanaman karena berperan dalam pembelahan
sel, pertumbuhan akar, pembentukan bunga, buah dan biji, menyimpan dan
mentransfer energi, mempercepat pematangan, serta membentuk nukeloprotein
yang merupakan penyusunan gen RNA dan DNA. Kekurangan fosfor dapat
menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi terhambat dan daun berwarna ungu
(Hardjowigeno, 2007). Kebutuhan hara fosfor tanaman dapat dipenuhi dengan
cara melakukan pemupukan SP36. Pupuk SP36 mengandung 36% P2O5.
Keunggulan pupuk SP36 ini adalah sifatnya yang mudah larut dalam air, tidak
mudah menguap. dapat memacu pertumbuhan akar, pembentukan bunga dan
pemasakan biji (Bestari dkk., 2018).
Unsur kalium merupakan kation monovalent yang bermanfaat untuk
tanaman. Kalium memiliki peran penting sebagai activator untuk berbagai enzim
dalam tanaman. Selain itu kalium juga berfungsi dalam proses pembentukan pati,
pembukaan stomata, perkembangan akar, serta membantu dalam proses fisiologis
dalam tanaman (Hardjowigeno, 2007). Kekurangan kalium dapat menyebabkan
tanaman menjadi kerdil, daun tanaman terlihat kering dan terbakar, serta
menghambat pembentukan hidrat arang pada biji. Kekurangan K pada tanaman
dapat dicegah dengan melakukan pemupukan KCl. KCl mengandung K2O
sebanyak 52-55%.
2.4 Azotobacter
2.5 Bacillus
Selain nitrogen dan kalium, fosfor adalah makronutrien utama yang harus
diberikan dalam jumlah yang signifikan (Kalayu, 2019). Fosfor memiliki dua
peran utama dalam tanaman. Pertama, fosfor membantu dalam pembentukan
bahan kimia sekunder, makromolekul seperti protein, asam nukleat, membrane
plasma, ATP, dan vitamin. Kedua, fosfor juga penting untuk perkembangan akar,
15
kekokohan batang, pembentukan bunga dan biji, produksi energi, penyimpan dan
transfer respons, pembelahan serta pertumbuhan sel, ketahanan tanaman terhadap
penyakit, konversi gula menjadi pati, dan berperan dalam pewarisan sifat keturnan
(Sharma, 2013)
Peran fosfor yang begitu penting bagi tumbuhan, tetapi fosfor tidak tersedia
banyak di dalam tanah. Jumlah fosfor dalam tanah lapisan atas, yang biasanya
berkisar antara 50 hingga 300 mg kg-1 tanah, hanya dapat diambil oleh tanaman
dalam jumlah kecil (Zhu et al., 2018). Sebagian besar fosfor dalam tanah hadir
dalam bentuk organik yang tidak larut dan bentuk anorganik yang tidak larut
seperti Ca3(PO4)2 (Liu et al., 2015). Hanya sekitar 0,1% dari fosfor yang dapat
diambil tanaman dalam H2PO4 atau HPO42- (Zhu et al., 2011). Terbatasnya
ketersediaan fosfor di dalam tanah, menurut Krishnaraj dan Dahale (2014),
disebabkan oleh mudahnya unsur fosfor membentuk kompleks yang tidak larut
dan tidak dapat bergerak dengan kation, seperti besi dan aluminium pada dalam
keadaan tanah yang masam atau magnesium dan kalsium dalam keadaan tanah
yang basa.
Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan pengaplikasian pupuk kimia
untuk mencukupi kebutuhan tanaman terhadap unsur hara fosfor. Namun,
pengaplikasian pupuk kimia yang terus menerus dapat menyebabkan hilangnya
kesuburan tanah akibat terganggunya keanekaragaman mikroba (Sharma, 2013).
Selain itu, menurut Dandessa dan Bacha (2018), sebagian besar fosfor dalam
bentuk kimia menjadi tidak dapat diserap oleh tanaman karena pengendapan
logam mencapai 75-90%. Solusi untuk mengatasi masalah ini adalah dengan
menambahkan mikroba pelarut fosfat dalam tanah.
Telah dibuktikan bahwa penggunaan mikroba pelarut fosfat (MPF)
memiliki kemampuan untuk meningkatkan jumlah fosfor yang dapat diserap oleh
tanaman tanpa menimbulkan dampak negatif pada lingkungan (Zhu et al., 2011).
Pertumbuhan dan produktivitas padi, jagung, kedelai dapat ditingkatkan dengan
MPF (Raj et al., 2014). Bakteri Bacillus sp. adalah salah satu spesies mikroba
yang memiliki kemampuan untuk melarutkan fosfat dan pemfiksasi nitrogen.
Bacillus sp. dapat hidup bebas di tanah dan merupakan inokulan yang mampu
memfiksasi nitrogen dalam waktu yang lama (Hiremath et al., 2014). Bakteri
16
padi, tepung beras, dan blotong. Sedangkan contoh dari carrier cair adalah cairan
limbah tebu (molase), limbah cair dari pengolahan kedelai pada industri pada
industri tahu.
Carrier harus dapat memastikan kelangsungan hidup dan efektivitas
mikroorganisme yang digunakan dari pengaruh biotik dan abiotic yang
mengganggu sehingga dapat digunakan (Veen et al., 1997). Selain itu, carrier
tersebut harus mampu memudahkan bakteri untuk melakukan pertukaran gas
terutama oksigen dan memiliki kemampuan yang tinggi dalam menahan air
(Bashan, 2005). Carrier yang digunakan adalah Azolla pinnata, dedak, dan
kompos. Sumber nutrisi dari carrier dimanfaatkan oleh bakteri untuk
pembentukan sel (Ahmad dkk., 2015).
Azolla pinnata adalah paku air yang banyak dijumpai di daerah persawahan
dengan suhu rata-rata lingkungan tumbuh 28oC-35oC (Vidhya et al., 2014). Azolla
pinnata bisa digunakan sebagai carrier karena mampu menyuplai protein yang
tidak sulit didegradasi oleh mikroba (Datta, 2011). Selain itu, Azolla pinnata juga
memiliki kandungan NPK dengan persentase nitrogen 3,08-4,21%, fosfat 0,16-
0,35%, serta kalium 1,21-0,09% (Setiawati dkk., 2017).
Azolla tumbuh antara 0,355 dan 0,390 gram per hari di laboratorium, tetapi
0,144 dan 0,890 gram per hari di alam liar. Azolla mengandung unsur hara makro
nitrogen yang cukup tinggi sehingga dapat memacu pertumbuhan bakteri yang ada
di dalamnya. Kadar C-organik Azolla pinnata cukup tinggi sehingga dapat
dijadikan sumber energi yang baik untuk mikroba heterotrof. Kandungan N-Total
Azolla sebesar 4,13% terbilang tinggi karena Azolla dapat bersimbiosis dengan
Sianobakteri yaitu Anabaena yang memiliki kemampuan memfiksasi N2 di udara
dan menghasilkan nitrogen 20-100 kg ha-1 per musim (Saraswati dan Sumarno,
2008).
Setelah diinkubasi selama dua bulan, Azolla pinnata terbukti dapat membuat
kandungan N-Total dan kandungan P-Total pupuk hayati padat meningkat,
mampu membuat populasi bakteri Azotobacter sp. meningkat. Kompos Azolla
sebagai pupuk hayati padat dapat menjaga viabilitas mikroba di dalamnya yaitu
lebih besar dari 107 cfu/g media (Setiawati et al., 2019). Azolla pinnata juga
diketahui dapat meningkatkan populasi Azotobacter sp. yaitu sebesar 4,24 x 1010
18
CFU mL-1 dengan komposisi Azolla 0,5ton ha-1 ditambah 400 g ha-1 pupuk hayati
(Rosiana dkk., 2013).
Kompos merupakan salah satu pupuk yang berasal dari senyawa organik
yang telah terurai dan didaur ulang. Kandungan nitrogen, fosfor, kalium, serta
mikronutrien pada kompos dapat bermanfaat untuk pertumbuhan tanaman dan
ketahanan tanaman. Kompos mempunyai beberapa manfaat bagi tanaman,
termasuk memiliki potensi untuk menyuburkan tanah, memperbaiki sifat tanah-
tanah yang rusak, meningkatkan penyerapan air tanah, menstimulasi aktivitas
mikroba, meningkatkan kualitas tanaman, serta dapat menambah ketersediaan
unsur hara tanah.
Kompos dapat dimanfaatkan sebagai carrier pupuk hayati karena memiliki
karakteristik yang sesuai untuk tempat pertumbuhan bakteri. Karakteristik
kompos diantaranya memiliki pH 7,23, kemampuan ikat air 186%, kadar bahan
organik 55,44%, kadar karbon 24,72%, kadar N-Kjeldahl 1,86%, kadar fosfat
(P2O5) 980 mg kg-1, kadar potassium (K2O) 8030 mg kg-1, kandungan unsur hara
yang sesuai untuk kelangsungan hidup bakteri, serta dapat mempertahankan kadar
kelembaban dengan baik. Oleh karena itu, kompos dapat dijadikan alternatif
carrier yang berlimpah, terbarukan, serta ramah lingkungan (Larasati, dkk., 2010).
III BAHAN DAN METODE
19
20
bakteri pelarut fosfat yang digunakan adalah 50 kg ha-1 atau 0,78gram dalam
setiap Polybag (Lampiran 3). Sedangkan perhitungan dosis N, P, K dapat dilihat
pada lampiran 4.
Perlakuan kombinasi yang diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
A: pupuk hayati dalam kultur cair + tanpa pupuk N, P, dan K
B: pupuk hayati dalam kultur cair + 50% pupuk N, P, dan K
C: pupuk hayati dalam kultur cair + 100% pupuk N, P, dan K
D: pupuk hayati dalam kompos + tanpa pupuk N, P, dan K
E: pupuk hayati dalam kompos + 50% pupuk N, P, dan K
F: pupuk hayati dalam kompos + 100% pupuk N, P, dan K
G: pupuk hayati dalam tepung azolla + tanpa pupuk N, P, dan K
H: pupuk hayati dalam tepung azolla+ 50% pupuk N, P, dan K
I: pupuk hayati dalam tepung azolla + 100% pupuk N, P, dan K
J: pupuk hayati dalam dedak + tanpa pupuk N, P, dan K
K: pupuk hayati dalam dedak+ 50% pupuk N, P, dan K
L: pupuk hayati dalam dedak+ 100% pupuk N, P, dan K
M: pupuk hayati dalam campuran kompos, tepung azolla dan dedak+ tanpa pupuk
N, P, dan K
N: pupuk hayati dalam campuran kompos, tepung azolla dan dedak + 50% pupuk
N, P, dan K
O: pupuk hayati dalam campuran kompos, tepung azolla dan dedak + 100%
pupuk N, P, dan K
tanaman padi memasuki fase generatif. Perhitungan bobot 1000 butir gabah per
rumpun dilakukan pada saat panen. Pengamatan penunjang yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah:
1. Kondisi tanah awal
2. Kondisi cuaca: suhu, kelembapan tanah, kelembapan udara, pH tanah
3. Serangan hama dan penyakit pada tanaman padi gogo
4. Kepadatan populasi bakteri Azotobacter sp. dan Bacillus sp., serta bakteri
total pada bulk soil pertanaman padi gogo
Keterangan:
Pemberian pupuk hayati dilakukan pada saat penanaman bibit padi gogo.
Pemberian pupuk anorganik meliputi pupuk urea dan pupuk SP-36. Pemupukan
urea dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada 14 HST, 42 HST, dan 55 HST, dengan
3 dosis, yaitu kontrol (tanpa pemberian pupuk urea), 50% dosis rekomendasi, dan
100% dosis rekomendasi. Sedangkan pemupukan SP-36 dilakukan pada 14 HST
dengan dosis tercantum pada lampiran 4.
Pemberian pupuk hayati dilakukan dengan cara ditanam pada lubang tanam
sesuai dengan perlakuan dengan metode soil inoculation atau dengan
memasukkan pupuk hayati ke dalam tanah melalui lubang tanam sedalam ± 5 cm.
Tanah dalam Polybag yang sudah diberi inokulan kemudian ditanami benih padi
gogo. Dua benih padi gogo dimasukkan ke dalam lubang tanam yang sudah diberi
inokulan dan ditutup kembali dengan tanah.
3.4.4 Pemeliharaan
dilakukan pada saat awal penanaman dan 42 HST dengan cara dibenamkan.
Perhitungan dosis pupuk KCl yang diberikan terdapat pada lampiran 4.
Penyulaman dilakukan bila ada tanaman padi gogo yang mati. Penyiangan gulma
dilakukan secara manual. Penyiraman dilakukan sesuai dengan kapasitas lapang
tanah padi gogo, yaitu 500 ml pada setiap Polybag. Sedangkan untuk
mengendalikan hama dan penyakit dilakukan dengan beberapa tindakan kuratif
berupa pengambilan tanaman yang terkena serangan hama atau penyakit jika
serangan ringan dan menggunakan pestisida curacron untuk mengendalikan hama
belalang.
3.4.5 Pengamatan
Keterangan:
fp = factor pengenceran pada cawan petri yang koloninya dihitung
bk = berat kering contoh tanah (g)
3.4.6 Pemanenan
Kegiatan pemanenan dilakukan pada saat padi gogo berumur 126 HST
dengan ciri-ciri malai menguning 90-95%, tanaman rebah, dan gabah mengeras.
Proses pemanenan dilakukan dengan memotong bagian bawah padi, lalu gabah
dipisahkan dengan cara digebot untuk merontokkan gabah dari malainya. Setelah
itu gabah dikeringkan di bawah panas matahari, dan dilakukan pengamatan sesuai
dengan parameter yang telah ditentukan.
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
26
27
tanaman padi gogo merupakan tanaman yang bergantung terhadap curah hujan
(Nursalis, 2011).Curah hujan lahan penelitian tidak sesuai dengan syarat tumbuh
tanaman padi gogo karena padi gogo memerlukan curah hujan 200 mm/bulan
selama 3 bulan berturut-turut atau 1500-2000 mm/tahun (Nursalis, 2011).
Suhu rata-rata lingkungan pertanaman padi gogo tertinggi pada saat
penelitian terjadi pada bulan April yaitu mencapai 23,7 C sedangkan suhu rata-
rata terendah terjadi pada bulan November dan Februari yang mencapai 22,7 C.
Taufik et al. (2016) mengatakan bahwa suhu yang diperlukan agar tanaman padi
gogo tumbuh optimal adalah 20-30 C, suhu pertanaman padi selama penelitian
sesuai dengan syarat tumbuh optimal padi gogo.
Tingkat kelembapan yang sesuai untuk pertanaman padi berdasarkan
Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluh Pertanian Aceh pada tahun 2009 adalah
sekitar 33-90% (Nazirah, 2018). Sedangkan kelembapan rata-rata pada
pertanaman padi gogo selama penelitan adalah sekitar 88-93%. Kelembapan dapat
mempengaruhi laju respirasi dan kemampuan tanaman untuk menyerap nutrisi.
Jika kelembapan pada sekitar pertanaman tinggi, maka laju respirasi akan
menurun dan kemampuan tanaman untuk menyerap nutrisi juga rendah(Nurnasari
dan Djumali, 2010).
Pengamatan serangan hama penyakit dan gulma dilakukan setiap satu kali
dalam seminggu. Hama yang ditemukan pada padi gogo selama penelitian yaitu
belalang (Locustana pardalina), bapak pucung (Dysdercus cingulatus), ulat
grayak (Spodoptera litura), dan ulat tanduk hijau (Melanitis neda). Hama belalang
merusak tanaman padi dengan cara memakan daun tanaman. Pada penelitian,
hama belalang muncul secara terus-menerus dari fase vegetatif samapi panen
dengan intensitas yang tidak terkendali. Oleh karena itu dilakukan pengendalian
secara kimiawi yaitu menyemprotkan insektisida curacton dengan dosis 1,5ml/l
air. Bapak pucung merupakan salah satu spesies kepik sejati yang mengisap cairan
dari tanaman inangnya. Hama ini memiliki tipe mulut pencucuk penghisap.
Pengendalian hama ini dilakukan secara mekanik yaitu dengan menggunakan
tangan karena intensitas hama ini masih terkendali.
28
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 1. Hama Padi Gogo (a) Locustana pardalina (b) Dysdercus cingulatus (c)
Spodoptera litura (d) Melanitis leda
Pengendalian hama ulat grayak dan ulat bertanduk hijau dengan cara
mekanis yaitu mengambilnya menggunakan tangan secara langsung karena
intensitas serangan hama ulat grayak dan ulat bertanduk hijau masih dapat
dikendalikan. Ulat grayak menyerang tanaman padi dengan memakan bagian daun.
Ulat grayak termasuk hama yang sulit dikendalikan karena memiliki kisaran inang
yang luas dan dapat menyerang berbagai jenis tanaman. Siklus hidup ulat grayak
termasuk ke dalam metamofosis sempurna yaitu telur-larva-ulat-pupa-dewasa.
Hama ini memerlukan waktu 30-60 hari untuk siklus hidupnya (Marwoto dan
Suharsono, 2008). Fase yang berperan menjadi hama tanaman adalah fase larva.
Larva ulat grayak berwarna hijau pucat, mempunyai dua bintik hitam di ruas
perutnya, dan dengan kepala berwarna hitam pekat.
29
(a) (b)
30
(c)
Gambar 3. Gulma pada padi gogo (a) Cynodon dactylon (b) Mimosa pudica (c)
Alternanthera sessilis
Tabel 2. Populasi Bakteri Azotobacter, Bacillus dan Total Bakteri pada 12 MST
Populasi (107 CFU g-1)
Perlakuan
(Pupuk hayati dalam carrier) Azotobact Bacillu Total
er sp. s sp. Bakteri
A kultur cair + tanpa pupuk N, P, dan K 102,50 157,50 69
B kultur cair + 50% pupuk N, P, dan K 136 90,50 67
C kultur cair + 100% pupuk N, P, dan K 135 68,50 66
D kompos + tanpa pupuk N, P, dan K 106,50 69 55
E kompos + 50% pupuk N, P, dan K 140 110,50 67
F kompos + 100% pupuk N, P, dan K 138 68 55
G tepung azolla + tanpa pupuk N, P, dan K 115,50 92,50 47
H tepung azolla+ 50% pupuk N, P, dan K 131 105 54
I tepung azolla + 100% pupuk N, P, dan K 150 137,50 57,50
J dedak + tanpa pupuk N, P, dan K 122 77,50 49
K dedak+ 50% pupuk N, P, dan K 129 63 49,50
L dedak+ 100% pupuk N, P, dan K 112 155 78
M campuran kompos, tepung azolla dan dedak+ 130 137,50 65
tanpa pupuk N, P, dan K
N campuran kompos, tepung azolla dan dedak + 171 105 65
50% pupuk N, P, dan K
O campuran kompos, tepung azolla dan dedak + 145 125 55,50
100% pupuk N, P, dan K
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan faktor perlakuan yang
sama tidak berbeda nyata pada uji Scott Knott pada α= 5%
Populasi bakteri Azotobacter dan Bacillus pada saat analisis awal lebih
rendah dibandingkan dengan kondisi setelah ada tanaman padi. Rata-rata jumlah
populasi bakteri Azotobacter dan Bacillus pada 12 MST adalah 13,09 x 108 CFU
g-1 dan 10,41 x 108 CFU g-1. Sedangkan rata-rata jumlah populasi Azotobacter dan
Bacillus pada analisis awal adalah 3,04 x 108 CFU g-1, sedangkan jumlah populasi
bakteri Bacillus sp. Adalah 6,15 x 108. Hal ini diduga disebabkan oleh
penggunaan carrier dalam pengaplikasian pupuk hayati pada tanah yang dapat
mempertahankan viabilitas mikroba. Kompos Azolla dapat menjaga viabilitas
mikroba di dalamnya (Setiawati et al., 2019) serta dapat meningkatkat populasi
Azotobacter sp. (Rosiana et al., 2013). Dedak dapat menyediakan nutrisi untuk
pertumbuhan bakteri terlebih untuk Bakteri Pelarut Fosfat (Ahmad et al., 2015).
Sedangkan kompos memiliki karakteristik dan kandungan unsur yang sesuai
untuk tempat pertumbuhan bakteri (Larasati et al., 2010).
32
Tabel 3. Hasil Analisis Pengaruh Aplikasi Kombinasi Pupuk Hayati dan pupuk N,
P, dan K terhadap Indeks Kandungan Klorofil
bakteri pemfiksasi nitrogen, hal tersebut dapat disebabkan oleh kandungan yang
ada dalam carrier tersebut dapat menyuplai nutrisi bagi bakteri.
Klorofil memiliki peran penting dalam fotosintesis karena klorofil
merupakan pigmen yang dapat memanfaatkan cahaya matahari sebagai pemicu
fiksasi karbon dioksida untuk menghasilkan karbohidrat. Karbohidrat tersebut
akan berubah lemak, protein, asam nukleat, serta molekul organik bagi ekosistem
secara menyeluruh (Juanda et al., 2020). Semakin tinggi kandungan nutrisi, daun
tanaman akan semakin berwarna hijau. Kandungan nutrisi tanaman contohnya
nitrogen akan berpengaruh terhadap produktivitas tanaman. Jika tanaman
mendapatkan nutrisi yang mencukupi, produktivitasnya juga akan meningkat
(Song et al., 2006).
Unsur hara nitrogen berpengaruh terhadap proses pembentukan klorofil
sehingga dalam pembentukan klorofil dibutuhkan suplai unsur hara nitrogen
dalam jumlah yang cukup. Selain itu, dalam pembentukan klorofil dan sintesis
protein dibutuhkan unsur hara Fe (Permatasari dan Nurhidayati, 2014). Intensitas
cahaya merupakan salah satu faktor eksternal yang memengaruhi pertumbuhan
tanaman. Dalam proses fotosintesis, intensitas cahaya memegang peran kunci
dalam penyerapan energi yang terjadi melalui penyerapan langsung foton oleh
pigmen-pigmen seperti klorofil (Zakiyah dkk., 2018).
pupuk N, P, dan K, pupuk hayati dalam dedak + tanpa pupuk N, P, dan K, pupuk
hayati dalam dedak + 100% pupuk N, P, dan K, serta pupuk hayati dalam
campuran kompos, tepung azolla, dan dedak + tanpa pupuk N, P, dan K.
Tabel 4. Hasil Analisis Pengaruh Aplikasi Kombinasi Pupuk Hayati dan pupuk N,
P, dan K terhadap Jumlah Malai
Parameter Jumlah Malai
(Pupuk hayati dalam carrier)
A kultur cair + tanpa pupuk N, P, dan K 11,66 b
B kultur cair + 50% pupuk N, P, dan K 23,33 a
C kultur cair + 100% pupuk N, P, dan K 20,66 a
D kompos + tanpa pupuk N, P, dan K 13,33 b
E kompos + 50% pupuk N, P, dan K 16,66 b
F kompos + 100% pupuk N, P, dan K 27 a
G tepung azolla + tanpa pupuk N, P, dan K 14 b
H tepung azolla+ 50% pupuk N, P, dan K 24 a
I tepung azolla + 100% pupuk N, P, dan K 22,33 a
J dedak + tanpa pupuk N, P, dan K 15,33 b
K dedak+ 50% pupuk N, P, dan K 26,33 a
L dedak+ 100% pupuk N, P, dan K 22,33 a
M campuran kompos, tepung azolla dan dedak+ 19,66 a
tanpa pupuk N, P, dan K
N campuran kompos, tepung azolla dan dedak + 30,33 a
50% pupuk N, P, dan K
O campuran kompos, tepung azolla dan dedak + 21,66 a
100% pupuk N, P, dan K
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan faktor perlakuan yang
sama tidak berbeda nyata pada uji Scott Knott pada α= 5%.
Tabel 5. Hasil Analisis Pengaruh Aplikasi Kombinasi Pupuk Hayati dan Pupuk N,
P, dan K terhadap bobot 1000 butir
banyak tersimpan dalam biji karena merupakan penyusun fitin, fosfolipid dan
nukleorotein.
V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
5.2 Saran
39
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2022. Produksi padi tahun 2021 turun 0,43%.
Diakses pada 09 Juli 2023 dari :
https://www.bps.go.id/pressrelease/2022/03/01/1909/produksi-padi-tahun-
2021-turun-0-43-persen--angka-tetap-.html
[PUSDATIN] Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal
Kementerian Pertanian, 2022. Buletin Konsumsi Pangan, 13(1), 12-21.
Abdurachman, A., Dariah, A., & Mulyani, A. 2008. Strategi dan teknologi
pengelolaan lahan kering. Jurnal Litbang Pertanian, 27(2), 43–49.
Ahmad, A., Susilowati, L., & Arifin, Z. 2015. Uji carrier bakteri pelarut fosfat
sebagai agen pupuk hayati. Jurnal Crop Agro, 3(2), 1-9.
Asniah, Aidawati, N., & Razie, F. 2019. Uji kemampuan Bacillus sp. asal
persawahan Kalimantan Selatan dalam memacu pertumbuhan tanaman
padi (Oryzah sativa L.). Jurnal Tugas Akhir Mahasiswa, 2(2), 1-6.
Antralina, M., Kania, D., & Santoso, J. 2015. Pengaruh pupuk hayati terhadap
kelimpahan bakteri penambat nitrogen dan pertumbuhan tanaman kina
(Cinchona ledgeriana Moens ) klon Cib . 5. Jurnal Penelitian Teh dan
Kina, 18(2), 177–185.
Artacho, P., Bonomelli, C., & Meza, F. 2009. Nitrogen application in irrigated
rice grown in mediterranean conditions: Effects on grain yield, dry matter
production, nitrogen uptake, and nitrogen use efficiency. Journal of Plant
Nutrition, 32(9), 1574–1593. https://doi.org/10.1080/01904160903094339
Bestari, R. M., Indrawanis, E., & Ezward, C. 2018. Uji kompos sludge dan pupuk
sp-36 terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang hijau
(Phaseolus radiatus. L) (The. Jurnal Pertanian UMSB, 2(1), 28–43.
Bashan, Y. 2005. Bacteria / Plant growth-promotion. Encyclopedia of soils in the
environment. 1, 103-115.
Castillo, T., Adres, G., Claudio P-C., Alvaro D-B., & Carlos Pena. 2020.
Respiration in Azotobacter vinelandii and its relationship with the
synthesis of biopolymers. Electronic Journal of Biotechnology. 48, 36–45.
https://doi.org/10.1016/j.ejbt.2020.08.001
Dandessa, C., & Ketema Bacha. 2018. Review on role of phosphate solubilizing
microorganisms in sustainable agriculture. International Journal of Current
Research and Academic Review. 6(11), 48–55.
https://doi.org/10.20546/ijcrar.2018.611.006
Datta, S. N. 2011. Culture of Azolla and its efficacy in diet of Labeo rohita.
Aquaculture. 310(3–4), 376–379.
https://doi.org/10.1016/j.aquaculture.2010.11.008
EFSA. Opinion of the Scientific Panel on Biological Hazards on Bacillus cereus
and other Bacillus spp in foodstuff. 2005. EFSA J, 3(4), 1-48, https://
10.2903/j.efsa.2005.175
40
41
Rauf A.W, T. Syamsuddin &S.R. Sihombing. 2000. Peranan Pupuk NPK pada
Tanaman Padi. Departemen Pertanian Badan Penelitian dan
Pengembangan. Irian Jaya: Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Koya
Barat Irian Jaya.
Resman, Syamsul, A. S., & H. S. Bambang. 2006. Kajian beberapa sifat kimia dan
fisika Inceptisols pada toposekuen lereng selatan Gunung Merapi
Kabupaten Sleman. Jurnal Ilmu Tanah Dan Lingkungan, 6(2), 101–108.
Rosalina, E., & Nirwanto, Y. 2021. The effect of phosphor (p) fertilizer measures
on the growth and yield of some varieties rice plant (Oryza sativa L.).
Media Pertanian, 6(1), 45–59.
Rosiana, Turmuktini, Yuwariah, Simarmata, & Arifin. 2013. Aplikasi kombinasi
kompos jerami , kompos azolla dan pupuk hayati untuk meningkatkan
jumlah populasi bakteri penambat nitrogen dan produktivitas tanaman padi
berbasis IPAT-BO. Agrovigor, 6(1), 16–22.
Salisbury, B., F., & Ross, C. W. 1995. Pengantar Fisiologi Tumbuhan Jilid I,
diterjemahkan oleh Diah R, Lukman dan Sumaryono. Bandung: Institut
Teknologi Bandung.
Sapalina, F., Ginting, E. N., & Hidayat, F. 2022. Bakteri penambat nitrogen
sebagai agen biofertilizer. Warta Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 27(1), 41–
50.
Saraswati, Risa & Sumarno. 2008. Pemanfaatan mikroba penyubur tanah sebagai
komponen teknologi pertanian. Iptek Tanaman Pangan, 3(1), 41-58
Setiawati, M. R., D. H. Arief, , P. Suryatmana, & R. Hudaya. 2008. Aplikasi
bakteri endofitik penambat N2 untuk meningkatkan populasi bakteri
endofitik dan hasil tanaman padi sawah. Agrikultura, 19(3), 13–19.
https://doi.org/10.24198/agrikultura.v19i3.1009
Setiawati, M. R., Damayanti, M., Herdiyantoro, D., Suryatmana, P., & Khumairah,
F. H. 2019. Uji Formulasi pupuk hayati padat berbasis azolla terhadap
populasi dan fungsional mikroba tanah menguntungkan. SoilREns, 15(2),
21–25. https://doi.org/10.24198/soilrens.v15i2.21461
Setyamidjaya, D. 1986. Pupuk dan Pemupkan. Bogor : Pusat Pendidikan dan
Latihan Pertanian.
Simanungkalit, R. D. 2001. Aplikasi Pupuk Hayati dan Pupuk Kimia : Suatu
Pendekatan Terpadu. Buletin Agrobio, 4(2), 56–61.
Simanungkalit, R. D. M., R. Saraswati, R. D. Hastuti, & D. E. Husen. 2004.
Bakteri Penambat Nitrogen. Pupuk Organik Dan Pupuk Hayati, 2(1), 27.
Simanungkalit, R., et al. 2006. Pupuk Organik dan Pupupk Hayati. Bogor: Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.
Sirappa, M.P., & Edwen D. Waas. 2009. Kajian varietas dan pemupukan terhadap
peningkatan hasil padi sawah di dataran Pasahari, Maluku Tengah. Jurnal
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian 12(1), 79-90.
Sharma, S. B. 2013. Phosphate solubilizing microbes: sustainable. Springer Plus,
1-14.
45
47
48
LAMPIRAN
Lampiran 1. Deskripsi Benih Padi Gogo Varietas Situ Bagendit
Nomor seleksi : S4325D-1-2-3-1
Asal persilangan : Batur/2 *S2823-7D-8-1-A
Golongan : Cere
Umur tanaman : 110 – 120 hari
Bentuk tanaman : Tegak
Tinggi tanaman : 99 – 105 cm
Anakan produktif : 12 – 13 batang
Warna kaki : Hijau
Warna batang : Hijau
Warna telinga daun : Tidak berwarna
Warna lidah daun : Tidak berwarna
Warna daun : Hijau
Muka daun : Kasar
Posisi daun : Tegak
Daun bendera : Tegak
Bentuk gabah : Panjang ramping
Warna gabah : Kuning bersih
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Sedang
Tekstur nasi : Pulen
Kadar amilosa : 22%
Rata-rata hasil : 4,0 t/ha (lahan kering) 5,5 t/ha (sawah)
Potensi hasil : 6,0 t/ha
Ketahanan terhadap penyakit : Agak tahan terhadap blas dan Agak tahan
terhadap hawar daun bakteri strain III dan
IV
Anjuran tanam : Cocok ditanam di lahan kering maupun
ditanam di lahan sawah
Pemulia : Z. A. Simanulang, Aan A. Daradjat, Ismail
B. P., dan N. Yunani
Tim peneliti : Mukelar Amir, Atito D., dan Y. Samaullah
Teknisi : Meru, U. Sujanang, Karmita, dan Sukarno
Dilepas tahun : 2003
49
Keterangan:
A: pupuk hayati dalam kultur cair + tanpa pupuk N, P, dan K
B: pupuk hayati dalam kultur cair + 50% pupuk N, P, dan K
C: pupuk hayati dalam kultur cair + 100% pupuk N, P, dan K
D: pupuk hayati dalam kompos + tanpa pupuk N, P, dan K
E: pupuk hayati dalam kompos + 50% pupuk N, P, dan K
F: pupuk hayati dalam kompos + 100% pupuk N, P, dan K
G: pupuk hayati dalam tepung azolla + tanpa pupuk N, P, dan K
H: pupuk hayati dalam tepung azolla+ 50% pupuk N, P, dan K
I: pupuk hayati dalam tepung azolla + 100% pupuk N, P, dan K
J: pupuk hayati dalam dedak + tanpa pupuk N, P, dan K
K: pupuk hayati dalam dedak+ 50% pupuk N, P, dan K
L: pupuk hayati dalam dedak+ 100% pupuk N, P, dan K
M: pupuk hayati dalam campuran kompos, tepung azolla dan dedak+ tanpa pupuk
N, P, dan K
N: pupuk hayati dalam campuran kompos, tepung azolla dan dedak + 50% pupuk
N, P, dan K
O: pupuk hayati dalam campuran kompos, tepung azolla dan dedak + 100%
pupuk N, P, dan K
50
Lampiran 4. Perhitungan N, P, K
𝑫𝒐𝒔𝒊𝒔 𝒓𝒆𝒌𝒐𝒎𝒆𝒏𝒅𝒂𝒔𝒊 𝒑𝒆𝒓 𝒉𝒆𝒌𝒕𝒂𝒓
Kebutuhan pupuk = 𝑷𝒐𝒑𝒖𝒍𝒂𝒔𝒊 𝒕𝒂𝒏𝒂𝒎𝒂𝒏
Sumber: Hasil Analisis Laboratorium Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman dan Laboratorium
Mikrobiologi Tanha, Departemen Ilmu Tanah dan Nutrisi Tanaman, Fakultas Pertanian,
Universitas Padjadjaran, 2022
53
Lanjutan
Sumber: Balai Meteorologi dan Geofisika Wilayah – II, Stasiun Klimatologi Klas I Darmaga
Bogor
55
Cara Kerja:
1. Siapkan bahan-bahan yang diperlukan dalam pembuatan media Ashby’s
yang sudah dituliskan di atas dan menimbang sesuai dengan jumlah yang
diperlukan
2. Larutkan bahan-bahan tersebut dalam 1000 ml air distilasi sampai
mendidih pada pH 6,2
3. Sterilisasikan dengan autoklaf dalam tenakan 15 lbs (121oC) selama 15
menit
4. Aduk dan tuangkan pada cawan petri yang sudah disterilkan
56
Bahan Jumlah
Pepton 5g
Beef extract 3g
Agar 15 g
Air distilasi 1000 ml
Sumber: Handbook of Microbiological Media (Ronald M. Atlas, 2010)
Cara Kerja:
1. Siapkan bahan-bahan yang sudah tercantum di atas dan timbang sesuai
jumlah yang dibutuhkan
2. Larutkan bahan-bahan tersebut dengan 1000 ml air distilasi, kemudian
panaskan hingga mendidih
3. Sterilkan media dengan autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit
57
Lanjutan
Lampiran 12. Uji Normalitas, Sidik Ragam, dan Uji Lanjut Kandungan
Klorofil
Uji Normalitas
Test of Normality
Perlakuan Shapiro-Wilk
(Pupuk hayati dalam carrier) Statistic df Sig.
A (kultur cair + tanpa pupuk N, P, dan K) .800 3 .114
B (kultur cair + 50% pupuk N, P, dan K) .932 3 .497
C (kultur cair + 100% pupuk N, P, dan K) .988 3 .789
D (kompos + tanpa pupuk N, P, dan K) 1.000 3 .962
E (kompos + 50% pupuk N, P, dan K) .848 3 .235
F (kompos + 100% pupuk N, P, dan K) .785 3 .080
G (tepung azolla + tanpa pupuk N, P, dan K) .924 3 .466
H (tepung azolla+ 50% pupuk N, P, dan K) .931 3 .493
I (tepung azolla + 100% pupuk N, P, dan K) .977 3 .712
J (dedak + tanpa pupuk N, P, dan K) .996 3 .882
K (dedak+ 50% pupuk N, P, dan K) .979 3 .720
L (dedak+ 100% pupuk N, P, dan K) .846 3 .229
M (campuran kompos, tepung azolla dan dedak+ .918 3 .446
tanpa pupuk N, P, dan K)
N (kompos, tepung azolla dan dedak + 50% pupuk 1.000 3 .991
N, P, dan K)
O (kompos, tepung azolla dan dedak + 100% pupuk .903 3 .396
N, P, dan K)
a. Lilliefors Significance Correction
63
Tabel Anova
Source Type III df Mean F Sig.
Sum of Square
Squares
Perlakuan N Subset
1 2 3
A 3 20.0667
D 3 25.2233
I 3 26.0833
C 3 28.6633
G 3 29.1233
E 3 29.4067
M 3 29.7067
K 3 30.3733
J 3 30,79
F 3 30,79
B 3 31,16
O 3 31,25
H 3 31,74
L 3 31,74
N 3 32,12
Sig. 1.000 .054 .065
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square (Error) = 5.896.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
b. Alpha = 0.05.
64
Lampiran 13. Uji Normalitas, Sidik Ragam dan Uji Lanjut Jumlah Malai
Test of Normality
Perlakuan Shapiro-Wilk
(Pupuk hayati dalam kultur cair) Statistic df Sig.
Tabel Anova
Lampiran 14. Uji Normalitas dan Sidik Ragam Bobot 1000 Butir
Uji Normalitas
Test of Normality
Perlakuan Shapiro-Wilk
(Pupuk hayati dalam carrier) Statistic df Sig.
Tabel Anova
Persiapan carrier
Formulasi pupuk
hayati
Pelaksanaan
penanaman dan
pemberian perlakuan.
69
Pemupukan
Penyiraman
Pengamatan parameter
70
Penimbangan dan
Pengeringan padi gogo
71
inokulan dalam 8.
identifikasi
masalah, tujuan
penelitian,
manfaat
penelitian, dan
hipotesis menjadi
pupuk hayati
Perbaikan pada Diperbaiki
tinjauan Pustaka halaman 9-18.
harus disertai
dengan referensi.
Penambahan Diperbaiki pada
hubungan sifat paragraf 1
Inceptisol dengan halaman 9.
potensi budidaya
padi gogo pada
tinjauan Pustaka.
Penambahan Diperbaiki pada
pembahasan paragraf 2
mengenai halaman 14.
produksi hormon
Azotobacter.
Perlunya Diperbaiki pada
dilakukan uji halaman 33.
statistik untuk
mengetahui
pengaruh carrier
terhadap populasi
bakteri.
Penambahan Diperbaiki pada
pembahasan hasil halaman 32-41.
anova, hasil uji
lanjut, serta alas
an fakta dari hasil
pada semua poin
hasil dan
pembahasan.
Penelaah 2 Penambahan data Diperbaiki pada
produktivitas padi paragraf 1
gogo di lahan halaman 11.
kering.
Penambahan Diperbaiki pada
satuan kandungan halaman 34-35.
klorofil
Penambahan Diperbaiki pada
penjelasan dari halaman 32-41.
tabel hasil
73
penelitian
Perbaikan Diperbaiki pada
kesimpulan lebih paragraf 1-2
spesifik halaman 42.
Perbaikan daftar Diperbaiki pada
pustaka agar halaman 42-50.
sesuai dengan
format penulisan.
Berdasarkan hasil perbaikan penulis pada naskah draft skripsi hasil kolokium,
maka naskah skripsi bersifat final dapat dinyatakan selesai.
Dr. Dra. Pujawati Suryatmana, M.S Prof. Dr. Ir. Betty Natalie Fitriatin A., M.P.
Berdasarkan hasil perbaikan penulis pada naskah draft skripsi hasil komprehensif
maka naskah skripsi bersifat final dapat dinyatakan selesai.
75
Dr. Dra. Pujawati Suryatmana, M.S Prof. Dr. Ir. Betty Natalie Fitriatin A., M.P.
RIWAYAT HIDUP