Anda di halaman 1dari 51

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN TERNAK TERHADAP

PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN KONSUMSI RANSUM


AYAM PEDAGING

TUGAS AKHIR

Disusun Oleh :
RIKA SAFITRI
NIM : B1317057

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA AGROINDUSTRI


JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT
PELAIHARI
2020
LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN TERNAK TERHADAP PERTAMBAHAN


BOBOT BADAN DAN KONSUMSI RANSUM AYAM PEDAGING

Oleh

RIKA SAFITRI
B1317057

Telah Memenuhi Uji Kelayakan Sebagai Tugas Akhir Diploma Tiga (D-3) Untuk
memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md)

Tanggal Ujian Kelayakan : Selasa, 12 Mei 2020

Disetujui oleh :

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Anton Kuswoyo, S.Si, MT Mariatul Kiptiah, S.Sos., M.Si


NIP 198807172019031010 NIK 170103174

Mengetahui
Direktur Ketua Program Studi
Politeknik Tanah Laut, Agroindustri,

Dr. Hj. Mufrida Zein, M.Pd Nuryati, S.T., M.Eng


NIK 130204093
NIP 196806171997022004

i
PERNYATAAN KEASLIAN
TUGAS AKHIR

Dengan ini saya menyatakan bahwa isi sebagian maupun keseluruhan Tugas
Akhir (TA) saya dengan judul "Pengaruh Pemberian Pakan Ternak Terhadap
Pertambahan Bobot Badan dan Konsumsi Ransum Ayam Pedaging" adalah benar-
benar hasil karya intelektual mandiri, diselesaikan tanpa menggunakan bahan-
bahan yang tidak diijinkan dan bukan merupakan karya pihak lain yang saya akui
sebagai karya sendiri. Semua referensi yang dikutip maupun dirujuk telah ditulis
secara lengkap pada daftar pustaka. Apabila ternyata pernyataan ini tidak benar,
saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Pelaihari, 14 Agustus 2020

Rika Safitri
B1317057

i
PENGARUH PEMBERIAN PAKAN TERNAK TERHADAP
PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN KONSUMSI RANSUM AYAM
PEDAGING

Oleh :
Rika Safitri

ABSTRAK

Pakan merupakan salah satu faktor penting untuk kebutuhan hidup ternak
khususnya ayam pedaging. Produktivitas ternak ditentukan oleh faktor nutrisi dan
pakan ternak. Pakan ternak dapat diolah menggunakan dedak fermentasi, tepung
gaplek, tepung ikan dan tepung jagung. Pengolahan pakan yang baik yaitu dari
dedak dan gaplek karena sangat cocok untuk tambahan makanan yang
dikhususkan buat ayam ras pedaging. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
pengaruh pemberian pakan ternak terhadap pertambahan bobot badan dan
konsumsi ransum ayam pedaging. Penelitian ini diawali dengan pengolahan pakan
ternak dengan formulasi bahan yang berbeda-beda pada setiap perlakuan yaitu P0
(pakan ternak asli buatan pabrik); P1 (pakan ternak dari dedak fermentasi dan
tepung gaplek); P2 dan P3 (pakan ternak dari dedak fermentasi, tepung gaplek,
tepung jagung dan tepung ikan) pakan ternak diberikan pada ayam pedaging dan
diamati perubahan yang terjadi yaitu meliputi pertambahan bobot badan dan
konsumsi ransum ayam pedaging setiap harinya dan data yang telah didapatkan
dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian yang didapatkan menunjukkan bahwa
masing-masing ayam mengalami kenaikan bobot badan selama 7 hari pengamatan
yaitu ayam A sebesar 285 gram, ayam B sebesar 761 gram, ayam C sebesar 297
gram dan ayam D sebesar 377 gram. Dan untuk konsumsi ransum masing-masing
ayam yaitu untuk ayam A sebanyak 860 gram, ayam B sebanyak 810 gram, ayam
C sebanyak 777 gram dan ayam D sebanyak 721 gram. Jadi untuk pakan ternak
buatan pabrik dan pakan ternak buatan sendiri sama-sama memberikan manfaat
untuk pertambahan bobot badan dan konsumsi ransum ayam pedaging. Sehingga
dengan pengolahan pakan ternak sendiri akan lebih menghemat biaya.

Kata Kunci : Ayam pedaging, bobot badan, dedak fermentasi, pakan ternak.

i
THE EFFECT OF ANIMAL FEED ON BODY WEIGHT GAIN AND
BROILER RATION CONSUMPTION

By :
Rika Safitri

ABSTRACT

Feed is an important factors for the living needs of livestock especially broilers.
Animal productivity is determined by nutritional factors and animal feed. Animal
feed can be processed using fermented bran, cassava flour, fish meal and corn
flour. Good feed processing namely from bran and cassava because it is very
suitable for additional food specifically for broilers. This study aims to analyze
the effect of animal feed on body weight gain and broiler ration consumption.
This research begins with processing animal feed with different material
formulations for each treatment, namely P0 (original factory made animal feed);
P1 (animal feed from fermented bran and cassava flour); P2 and P3 (animal feed
from fermented bran, cassava flour, corn flour and fish meal) animal feed was
given to broilers and the chages that occurred were observed incluiding the
increase in body weight and consumption of broilers every day and the data
obtained were analyzed descriptively. The results obtained showed that each
chicken experienced an increase in body weight during the 7 days of observation,
namely chicken A was 285 grams, chicken B was 761 grams, chicken C was 297
grams and chicken D was 377 grams. And for the ration consumption of each
chicken, namely for chicken A as much as 860 grams, chicken B as much as 810
grams, chicken C as much as 777 grams and chicken D as much as 721 grams. So
for factory made animal feed, both provide benefits for body weight gain and
broiler ration consumption so that processing the animal feed itself will save
more costs.

Keywords : Animal feed, body weight, broilers, fermented bran.

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena Rahmat dan
Karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini tepat pada
waktunya dengan judul “Pengaruh Pemberian Pakan Ternak Terhadap
Pertambahan Bobot Badan dan Konsumsi Ransum Ayam Pedaging”. Tugas akhir
ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Program
Diploma III Jurusan Teknologi Industri Pertanian di Politeknik Negeri Tanah
Laut.
Selama mengikuti pendidikan D-III Teknologi Industri Pertanian sampai
dengan proses penyelesaian Tugas Akhir berbagai pihak telah memberikan
fasilitas, membantu, membina dan membimbing penulis untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih khususnya kepada :
1. Ibu Dr. Hj. Mufrida Zein, M.Pd selaku Direktur Politeknik Negeri Tanah Laut.
2. Ibu Nuryati, S.T., M.Eng selaku ketua Jurusan Teknologi Industri Pertanian
Politeknik Negeri Tanah Laut dan Dosen Pembimbing Akademik penulis.
3. Bapak Anton Kuswoyo, S.Si., M.T selaku dosen pembimbing utama yang telah
banyak memberikan bimbingan sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.
4. Ibu Mariatul Kiptiah, S.Sos., M.Si selaku dosen pembimbing pendamping yang
telah banyak memberikan bimbingan sehingga Tugas Akhir ini dapat
terselesaikan.
5. Bapak Dwi Sandri, S.Si., MP selaku dosen penguji yang telah memberikan
saran yang membangun sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.
6. Bapak dan Ibu Dosen khususnya Jurusan Teknologi Industri Pertanian
Politeknik Negeri Tanah Laut yang telah membekali penulis dengan ilmu yang
berguna.
7. Orang tua penulis yang sudah sangat membantu memberikan doa serta
dukungan kepada penyusun baik secara moril maupun materil sehingga tugas
akhir ini bisa diselesaikan.
8. Teman –teman seperjuangan khususnya Mahasiswa Jurusan Teknologi
Industri Pertanian Politeknik Negeri Tanah Laut angkatan 2017, yang telah
banyak berdiskusi dan bekerjasama dengan penulis selama masa perkuliahan.

i
Akhir kata penulis mengucapkan Allhamdullilah, semoga Allah SWT
selalu menyertai langkah penulis. Penulis menyadari Tugas Akhir ini masih
banyak kekurangan nya. Karena itu kritik dan saran yang membangun akan
diterima dengan senang hati, Dan mudah-mudahan laporan Tugas Akhir ini dapat
bermanfaat dan menambah wawasan kita, khususnya jurusan Teknologi Industri
Pertanian mengenai bagaimana cara memanfaatkan bahan yang ada disekitar kita
menjadi suatu produk yang berguna dan bernilai jual.

Pelaihari, 14 Agustus 2020

Rika Safitri

i
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR.....................................................ii
ABSTRAK..............................................................................................................iii
ABSTRACT.............................................................................................................iv
KATA PENGANTAR.............................................................................................v
DAFTAR ISI.........................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................ix
DAFTAR TABEL....................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................3
1.3 Tujuan.......................................................................................................4
1.4 Manfaat.....................................................................................................4
1.5 Batasan Masalah.......................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................5
2.1 Dedak Padi................................................................................................5
2.2 Tepung Gaplek..........................................................................................7
2.3 Ayam Pedaging (Broiler).........................................................................8
2.4 Pengertian Pakan Ternak..........................................................................9
2.5 Tepung ikan............................................................................................10
2.6 Tepung Jagung........................................................................................11
2.7 Penelitian Terdahulu...............................................................................12
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................16
3.1 Waktu dan Tempat..................................................................................16
3.2 Alat dan Bahan........................................................................................16
3.2.1 Alat.................................................................................................16
3.2.2 Bahan.............................................................................................16

i
3.3 Rancangan Penelitian..............................................................................16
3.4 Prosedur Kerja........................................................................................17
3.4.1 Proses Pembuatan Dedak Fermentasi............................................17
3.4.2 Proses Pembuatan Tepung Gaplek.................................................17
3.4.3 Proses Pembuatan Tepung Ikan.....................................................17
3.4.4 Proses Pembuatan Tepung Jagung.................................................17
3.4.5 Proses Pembuatan Pakan Ternak...................................................17
3.4.6 Objek Penelitian.............................................................................18
3.4.7 Kandang dan Peralatan Penelitian.................................................19
3.4.8 Pelaksanaan Penelitian...................................................................19
3.4.9 Perubahan yang Diamati................................................................20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................21
4.1 Hasil........................................................................................................21
4.1.1 Proses Pengolahan Pakan Ternak Untuk Ayam Pedaging.............21
4.1.2 Hasil Akhir Pakan Ternak Yang Dibuat Dari Beberapa Formulasi
Perlakuan........................................................................................21
4.1.3 Hasil Pertambahan Bobot Badan Ayam Pedaging.........................22
4.1.4 Hasil Konsumsi Ransum Ayam Pedaging.....................................23
4.2 Pembahasan.............................................................................................23
4.2.1 Proses Pengolahan Pakan Ternak dan Hasil Akhir Dari Pakan
Ternak untuk Ayam Pedaging.......................................................23
4.2.2 Pertambahan Bobot Badan Ayam Pedaging selama 7 Hari...........25
4.2.3 Konsumsi Ransum Ayam Pedaging selama 7 Hari.......................26
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................28
5.1 Kesimpulan.............................................................................................28
5.2 Saran.......................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BIODATA PENULIS

i
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 4. 1 Diagram Alir Proses Pengolahan Pakan Ternak...............................21

i
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 4. 1 Hasil Akhir Pakan Ternak................................................................22
Tabel 4. 2 Hasil Pertambahan Bobot Badan Ayam Pedaging Hari Ketujuh. 23
Tabel 4. 3 Hasil Konsumsi Ransum Ayam Pedaging Hari Ketujuh......................23

i
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar-Gambar Dokumentasi


Lampiran 2. Data Pertambahan Bobot Badan Ayam Pedaging
Lampiran 3. Data Konsumsi Ransum Ayam Pedaging
Lampiran 4. Diagram Batang Pertambahan Bobot Badan Ayam Pedaging
Lampiran 5. Diagram Batang Konsumsi Ransum Ayam Pedaging

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pakan merupakan salah satu faktor penting untuk kebutuhan hidup ternak.
Produktivitas ternak ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain faktor nutrisi dan
pakan ternak. Untuk berproduksi tinggi, ternak tidak hanya membutuhkan bahan
pakan yang berkualitas, tetapi juga interaksi antara masing-masing bahan. Pakan
unggas biasanya masih didominasi dari hasil tanaman jagung yang banyak
dimanfaatkan oleh manusia, selain memiliki manfaat bagi hasil ternak, pakan
unggas juga dapat diganti dengan limbah dedak padi. Dedak padi dihasilkan dari
limbah penggilingan padi yang mempunyai potensi sebagai bahan pakan unggas
dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia, harganya murah dan memiliki
cadangan bahan pakan yang cukup banyak, sehingga mudah untuk didapatkan,
akan tetapi penggunaan untuk pakan unggas sangat terbatas disebabkan
kandungan serat dalam dedak padi memiliki serat kasar yang tinggi.
Dedak padi merupakan hasil ikutan dari penggilingan padi yang berpotensi
sebagai pakan ternak. Berdasarkan SNI 3178:2013, komposisi kandungan nutrisi
dedak padi digolongkan dalam 3 (tiga) tingkatan mutu, yaitu mutu I, mutu II, dan
mutu III. Persyaratan mutu nutrisi dedak padi yaitu: 1) Kadar air maks: 13,0 %, 2)
Abu maks (%): 11,0 (mutu I); 13,0 (mutu II); dan 15,0 (mutu III), 3) Protein kasar
min (%): 12,0 (mutu I); 10,0 (mutu II); dan 8,0 (mutu III), 4) Serat kasar min (%):
11,0 (mutu I); 14,0 (mutu II); dan 16,0 (mutu III); dan 5) Lemak maks (%): 15,0
(mutu I); 20,0 (mutu II); dan 20,0 (mutu III) (BSN, 2013).
Pengolahan dedak padi sebagai bahan pakan ternak dilakukan melalui
proses fermentasi. Fermentasi merupakan proses pemecahan senyawa organik
menjadi senyawa sederhana yang melibatkan aktifitas mikroorganisme.
Mikroorganisme dalam proses fermentasi akan memecah serat kasar menjadi
produk yang dapat dicerna oleh ternak serta dapat meningkatkan kadar protein
kasar. Metode fermentasi yang dapat digunakan untuk menurunkan serat kasar

i
pada dedak padi adalah fermentasi dengan menggunakan probiotik cair EM4 yang
mengandung sebagian besar bakteri fotosintetik (Rhodopseumonas spp), bakteri
asam laktat (Lactobacillus spp), yeast (Saccharomyces spp) yang menguntungkan
bagi pertumbuhan produksi ternak. EM4 (Effective Microorganisme) merupakan
inokulum yang dapat dipakai dalam proses fermentasi. EM4 sangat berpengaruh
terhadap penguraian zat yang akan menjadikan bahan fermentasi tersebut lebih
berkualitas (Taufik, 2014).
Potensi pembuatan pakan ternak juga dapat diolah dari bahan dasar
gaplek. Gaplek merupakan produk olahan singkong yang dihasilkan melalui
proses pengeringan dan umumnya disimpan dalam jangka waktu yang lama dalam
bentuk tepung. Tepung gaplek (Manihot Esculenta Crantz) merupakan salah satu
produk olahan dari bahan gaplek yang dikeringkan kemudian dihaluskan dengan
80 mes. Tepung gaplek memiliki warna yang lebih putih kecoklatan dan memiliki
aroma harum dan khas. Kandungan gizi dalam 100 gram gaplek yaitu Kalori 338
Kal, Protein 1,5 g, Lemak 0,7 g, Karbohidrat 81,3 g, Zat Kapur 80 mg, Phosphor
60 mg, Zat Besi 1,9 mg, Vitamin A 0 S.I, Thiamine 0 mg, dan Vitamin C 0 mg
(Direktorat Gizi Depkes RI, 1981).
Selain dedak padi dan tepung gaplek, tepung jagung dan tepung ikan juga
dapat dijadikan sebagai pakan ternak. Jagung merupakan sumber energi utama
bahan pakan, terutama untuk ternak monogastrik. Hal ini di sebabkan kandungan
energi yang dinyatakan sebagai energi metabolis (ME) relatif tinggi dibanding
bahan pakan lainnya. Jagung kaya akan bahan ekstrak tanpa nitrogen (Beta-N)
yang hampir semuanya pati, kandungan lemak dalam jagung tinggi, jagung
mengandung rendah serat kasar oleh karena itu mudah dicerna. Penggunaan
jagung pada ayam pedaging fase starter maksimum 60% dan fase finisher 70%
(Widodo, 2010).
Ikan rucah merupakan alternatif bahan baku dalam komposisi pakan yang
jumlahnya tersedia cukup banyak. Ikan rucah, ikan asin, dan kepala ikan memiliki
potensi sebagai salah satu bahan baku pakan lokal karena mengandung kadar
protein berkisar 25–75%, untuk kerabat ikan channel catfish tepung ikan yang
diperlukan dalam pakan buatan adalah sepertiga dari total protein atau lebih. Ikan
rucah adalah ikan yang berasal dari sisa-sisa hasil penangkapan ikan berupa ikan

i
utuh yang sudah tidak layak dikonsumsi manusia. Tepung ikan yang berasal dari
ikan rucah kaya akan asam amino, energi, asam lemak dan mineral serta
mengandung atraktan yang dapat meningkatkan selera makan ikan (Chandrapal,
2007).
Tepung ikan merupakan tepung yang diperoleh dari penggilingan ikan dan
termasuk bahan essensial yang sangat diperlukan untuk campuran pakan ternak
sebagai sumber protein untuk mempercepat pertambahan berat badan. Mutu
tepung ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain jenis dan kesegaran ikan
dan teknik atau cara pengolahannya. Tepung ikan yang dipasarkan memiliki
protein kasar 65%, tetapi dapat bervariasi dari 57-70% tergantung pada spesies
ikan yang digunakan. Komposisi kimia tepung ikan, yaitu protein kasar 60%,
kadar air 2,5%, lemak 2,54%, dan kadar abu 1,2% (Jassim, 2010).
Hasil pengolahan pakan ternak dari dedak dan gaplek sangat cocok untuk
tambahan makanan yang dikhususkan buat ayam ras pedaging. Ayam ras
pedaging (broiler) merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-
bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam
memproduksi daging ayam, ayam pedaging adalah jenis ternak bersayap dari
kelas aves yang telah didomestikasikan dan cara hidupnya diatur oleh manusia
dengan tujuan untuk memberikan nilai ekonomis dalam bentuk daging.
Produktivitas ayam pedaging yang optimal harus didukung oleh
penyediaan pakan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya, untuk itu perlu
dilaksanakan program pemberian pakan yang tepat sesuai dengan kebutuhannya.
Pada usaha peternakan, ransum merupakan faktor penting disamping bibit dan
tatalaksana. Pakan merupakan faktor utama yang harus dipenuhi untuk
kelangsungan hidup dan proses biologi tubuh ternak. Oleh sebab itulah penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan ternak terhadap
pertambahan bobot badan dan konsumsi ransum ayam pedaging yang bertujuan
untuk mengetahui apakah pakan buatan sendiri berpengaruh pada pertambahan
bobot badan ayam pedaging dan formulasi bahan mana yang baik untuk
pertambahan bobot badan ayam pedaging.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang ada yaitu sebagai berikut :

i
1. Bagaimana pengaruh pemberian pakan ternak terhadap pertambahan bobot
badan ayam pedaging ?
2. Bagaimana pengaruh pemberian pakan ternak terhadap konsumsi ransum ayam
pedaging ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari tugas akhir ini yaitu sebagai berikut :
1. Menganalisis pengaruh pemberian pakan ternak terhadap pertambahan bobot
badan ayam pedaging
2. Menganalisis pengaruh pemberian pakan ternak terhadap konsumsi ransum
ayam pedaging
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari tugas akhir ini yaitu sebagai berikut :
1. Menghasilkan pakan ternak yang berkualitas dan memiliki nilai jual.
2. Memberikan pembelajaran terhadap peternak ayam dalam pengolahan pakan
ternak dengan cara sederhana.
3. Memberikan nilai ekonomis bagi peternak ayam dalam pembuatan pakan yang
baik karena dapat dibuat sendiri serta dapat menghasilkan kreatifitas dalam
pemanfaatan bahan baku dari hasil pertanian.
1.5 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dari tugas akhir ini yaitu mengamati pengaruh
pemberian pakan ternak terhadap pertambahan bobot badan ayam pedaging, serta
mengamati pengaruh pemberian pakan ternak terhadap konsumsi ransum ayam
pedaging.

i
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dedak Padi


Hasil ikutan yang terbesar dari proses penggilingan padi adalah dedak
padi. Dedak padi merupakan salah satu bahan penyusun pakan ternak yang sangat
populer, selain ketersediaannya melimpah, juga penggunaannya sampai saat ini
belum bersaing dengan kebutuhan pangan dengan harga yang relatif sangat murah
dibandingkan dengan bahan pakan ternak yang lain seperti bungkil sawit maupun
tepung tulang. Kelemahan dedak padi antara lain tingginya serat kasar dan asam
fitat (Wahyuni, 2011).
Dedak padi merupakan limbah pengolahan padi menjadi beras dan
kualitasnya bermacam-macam tergantung varietas padi. Dedak padi digunakan
sebagai pakan ternak, karena mempunyai kandungan gizi yang tinggi, harga relatif
murah, mudah diperoleh dan penggunaannya tidak bersaing dengan manusia.
Produksi dedak padi di Indonesia cukup tinggi per tahun dapat mencapai 4 juta
ton dan setiap kuwintal padi dapat menghasilkan 18-20 gram dedak (Astawan,
2010).
Salah satu cara untuk meningkatkan nilai nutrisi dan kecernaan dedak
padi serta aman penggunaanya adalah dengan cara biologis yaitu dengan teknik
fermentasi. Peningkatan yang terjadi pada dedak padi fermentasi adalah
meningkatnya kandungan nutrisi dedak padi. Fermentasi merupakan salah satu
teknologi pengolahan bahan makanan secara biologis yang melibatkan aktivitas
mikrorgnisme guna memperbaiki gizi bahan berkualitas rendah. Biasanya bahan
produk fermentasi akan tahan disimpan lama. Fermentasi dapat meningkatkan
kualitas nutrisi bahan pakan, karena pada proses fermentasi terjadi perubahan
kimiawi senyawa-senyawa organik (karbohidrat, lemak, protein, serta serat kasar
dan bahan organik lain) baik dalam bentuk aerob maupun anaerob, melalui kerja
enzim yang dihasilkan mikroba (Rosyidi, 2015).
Kebutuhan akan bahan pangan misalnya ketersedian daging dari tahun ke
tahun mengalami peningkatan seiring dengan semakin meningkatnya jumlah

i
penduduk, tingkat pendidikan dan kesadaran masyarakat akan peranan zat-zat
makanan khususnya protein bagi bagi kehidupan. Selain itu industri pengolahan
produk asal ternak juga berkembang seiring dengan berkembangnya daerah
perkotaan. Salah satu komoditas peternakan yang dapat memberikan kontribusi
yang besar dalam penyediaan protein hewani adalah ayam ras pedaging (broiler).
Ayam broiler atau disebut juga ras pedaging adalah jenis ras unggulan hasil
persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki produktifitas tinggi, terutama
dalam produksi daging (Fischer, et al, 2014).
Salah satu faktor penentu keberhasilan suatu peternakan adalah faktor
pakan, disamping faktor genetik dan tatalaksana pemeliharaan. Biaya pakan
dalam suatu usaha peternakan merupakan komponen terbesar dari total biaya
produksi yang harus dikeluarkan peternak selama proses produksi yaitu sekitar
60-70%. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang lengkap diperlukan pemberian
pakan yang beragam dan berkualitas, baik pakan yang berasal dari tumbuhan
maupun pakan asal hewan. Untuk mengatasi kendala tersebut dibutuhkan inovasi-
inovasi baru dalam penyediaan pakan yang berkualitas, salah satu alternatif adalah
penggunaan dedak fermentasi dalam formulasi ransum broiler. Dedak padi (rice
bran) merupakan hasil samping limbah pertanian yang dapat dimanfaatkan
sebagai sumber energi pada pakan ternak dengan kandungan serat kasar 26-27 %.
Masalah utama dari penggunaan dedak padi sebagai pakan ternak adalah
rendahnya kandungan protein kasar dan tingginya kandungan serat kasar
(Gunawan et al, 2014). Cara untuk meningkatkan nilai nutrisi dan kecernaan
dedak padi serta aman penggunaannya adalah dengan cara biologis yaitu dengan
teknik fermentasi.
Peningkatan yang terjadi pada dedak padi fermentasi adalah
meningkatnya kandungan protein kasar. Fermentasi merupakan salah satu
teknologi pengolahan bahan pakan secara biologis yang melibatkan aktifitas
mikroorganisme guna memperbaiki gizi bahan berkualitas rendah. Biasa bahan
produk fermentasi relatif bisa bertahan lama. Fermentasi dapat meningkatkan
kualitas nutrisi bahan pakan, karena proses fermentasi terjadi perubahan kimiawi
senyawa-senyawa organik (karbohidrat, lemak, protein, serat kasar dan bahan
organik lain baik dalam keadaan aerob maupun anaerob, melalui kerja enzim yang

i
dihasilkan mikroba. Menurut (Sukaryana et al, 2011), proses fermentasi dapat
meminimalkan pengaruh antinutrisi dan meningkatkan kecernaan bahan pakan
dengan kandungan serat kasar tinggi yang terdapat pada dedak padi.
2.2 Tepung Gaplek
Singkong atau yang dikenal juga dengan nama ubi kayu (Manihot
Utilissima) merupakan tumbuhan tahunan tropika dari keluarga Euphorbiaceae.
Singkong merupakan tanaman berumur panjang yang tumbuh di daerah tropika
dengan kemampuan adaptasi terhadap lingkungan yang tinggi, tetapi sensitif
terhadap suhu rendah. Tanaman singkong mempunyai adaptasi yang luas. Hal
inilah yang menyebabkan singkong dapat ditanam dimana-mana setiap waktu
sepanjang tahun dengan resiko kegagalan kecil. Tanaman singkong memiliki
beberapa kelebihan diantara dapat tumbuh disegala tanah, tidak memerlukan tanah
yang subur asal cukup gembur, tetapi sebaliknya tidak tumbuh dengan baik pada
tanah yang terlalu banyak airnya (Cecep, 2009).
Ubi kayu memiliki kadar air yang tinggi sehingga diperlukan proses
pengeringan. Kadar air tersebut apabila masih tersimpan dan tidak dihilangkan,
maka dapat mempengaruhi kondisi fisik bahan pangan. Keterlambatan proses
pengeringan dapat menyebabkan kerusakan pada ubi kayu sehingga kualitasnya
dapat menurun. Kerusakan terjadi akibat dari penyerapan enzim yang terdapat
dalam bahan pangan oleh jasad renik yang tumbuh dan berkembang biak dengan
bantuan media kadar air dalam bahan pangan tersebut. Mikroorganisme
membutuhkan air untuk pertumbuhan dan perkembangbiakannya. Jika kadar air
pangan dikurangi, pertumbuhan mikroorganisme akan diperlambat (Ana, 2012).
Metode pengeringan dapat dilakukan dengan cara tradisional maupun
modern. Adapun metode pengeringan dengan cara tradisional yaitu dengan
menggunakan sinar matahari. Proses pengeringan di bawah sinar matahari
memerlukan waktu 4-5 hari di musim kemarau namun saat musim penghujan
waktu pengeringan bisa lebih lama. Selain itu, cara konvensional untuk
pengeringan masih kurang efisien karena memerlukan media yang luas dan mutu
hasil pengeringan relatif rendah dan tidak seragam (Muchlis dkk, 2013).
Tepung gaplek (Manihot Esculenta Crantz) bersifat higroskopis yaitu
mudah menyerap air dari udara sehingga mudah rusak dan menjadi asam. Oleh
karena itu, setelah selesai penggilingan tepung gaplek harus segera dikemas dalam
i
kantong plastik dan ditutup rapat, tepung gaplek merupakan salah satu produk
olahan dari bahan gaplek dikeringkan kemudian dihaluskan dengan 80 mes.
Tepung gaplek memiliki warna putih kecoklatan dan memiliki aroma yang harum
dan khas dari gaplek. Tepung gaplek mempunyai kandungan gizi yang tinggi dan
tepung gaplek pun mempunyai kegunaan yang cukup banyak dalam pengolahan
makanan seperti halnya tepung terigu, tepung gaplek dapat digunakan pula
sebagai bahan utama ataupun bahan campuran dalam pembuatan roti, kue–kue,
mie dan makanan bayi ataupun produk olahan makanan lain. Tepung gaplek
merupakan bahan makanan sumber karbohidrat yang cukup baik karena dalam
tiap 100 g – nya terkandung karbohidrat sebesar 88,20 g. Dibandingkan dengan
sumber karbohidrat lain, misalnya beras, jagung, ataupun gandum, tepung gaplek
mempunyai kandungan serat yang cukup tinggi dan kandungan gula yang rendah.
Oleh karena itu tepung gaplek sangat baik bagi pencernaan. Berdasarkan
kandungan kalsium, tepung gaplek lebih unggul karena dalam tiap 100 g – nya
terkandung kalsium 84,00 mg dan kandungan fosfornya juga tinggi 125,00 mg,
sementara kandungan zat besinya juga hampir sama (Soetanto, 2008).
2.3 Ayam Pedaging (Broiler)
Menurut Hanifah (2010), Taksonomi ayam adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Subkelas : Neornithes
Ordo : Galliformis
Genus : Gallus
Spesies : Gallus domesticus
Ayam broiler adalah ayam ras yang mempunyai kemampuan untuk
tumbuh cepat sehingga dapat menghasilkan daging dalam waktu relatif singkat (5-
7 minggu). Ayam broiler mempunyai peranan yang penting sebagai sumber
protein hewani asal ternak. Dalam pemeliharaan ternak ayam broiler dipengaruhi
oleh beberapa faktor agar ternak yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik.
Salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas ternak ayam broiler yaitu
pada pakan ternak yang diberikan. Ayam pedaging atau yang lebih dikenal dengan

i
ayam potong menempati posisi teratas sebagai ayam yang ketersediaannya cukup
banyak, disusul ayam kampung, kemudian petelur afkir. Namun, karena
permintaan daging ayam yang cukup tinggi, terutama pada saat tertentu yaitu
menjelang puasa, menjelang lebaran, serta tahun baru, menyebabkan pasokan
daging dari ketiga jenis ayam penghasil daging tersebut tidak dipenuhi (Nuroso,
2009).
Broiler adalah istilah untuk menyebutkan strain ayam hasil budidaya
teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan cirri khas yaitu
pertambahan bobot badan yang cepat, konversi ransum yang baik dan dapat
dipotong pada usia yang relatif muda sehingga sirkulasi pemeliharaannya lebih
cepat dan efisien serta menghasilkan daging yang berkualitas baik.
2.4 Pengertian Pakan Ternak
Peternakan merupakan sektor penyumbang terbesar dalam penyediaan
kebutuhan pangan khususnya kebutuhan protein hewani. Ternak unggas
berperanan besar dalam memproduksi protein hewani yang dibutuhkan manusia.
Salah satu sumber protein hewani yang diminati masyarakat adalah ayam broiler,
karena harganya lebih terjangkau dibandingkan dengan ternak besar seperti sapi
dan kambing. Namun pada saat sekarang usaha ternak ayam broiler belum dapat
memberikan keuntungan yang maksimal bagi peternak, hal ini disebabkan
tingginya harga ransum. Pada peternakan ayam broiler biaya ransum dapat
mencapai 70%-80% dari total biaya produksi. Jadi apabila biaya ransum dapat
ditekan berarti dapat meningkatkan efisiensi biaya produksi (Wijaya,2010).
Pakan merupakan bahan baku yang telah dicampur menjadi satu dengan
nutrisi yang sesuai sehingga dapat dikonsumsi dan dapat dicerna oleh ternak yang
penting untuk perawatan tubuh, pertumbuhan dan reproduksi (Unadi et al., 2007).
Pakan harus mengandung semua nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh ternak,
namun tetap dalam jumlah yang seimbang, beberapa nutrien yang dibutuhkan oleh
ternak antara lain karbohidrat, lemak, protein, vitamin, air serta mineral. Pakan
berkualitas baik jika mampu memberikan seluruh kebutuhan nutrisi secara tepat,
baik, jenis jumlah serta imbangan nutrisi bagi ternak sehingga proses metabolisme
yang terjadi didalam tubuh ternak akan berlangsung secara sempurna.
Pakan ternak (ransum) menempati posisi penting pada usaha peternakan.
Dalam sudut pandang ekonomi, biaya untuk pembelian ransum ternak merupakan
i
biaya tertinggi dalam usaha peternakan, sehingga biaya tersebut harus ditekan
serendah mungkin untuk memaksimalkan pendapatan. Tingginya pertumbuhan
industri ternak juga akan meningkatkan kebutuhan ransum ternak di Indonesia.
Para pelaku usaha peternakan membutuhkan teknik pemberian bahan ransum
yang efesien untuk menyiasati tingginya biaya dalam membeli bahan ransum.
Ternak memerlukan nutrisi (karbohidrat, lemak, protein, dan lain-lain) untuk
menunjang hidupnya dan meningkatkan produk yang dihasilkan, seperti daging,
susu, maupun telur. Kebutuhan nutrisi itu dipenuhi dari berbagai jenis bahan
ransum (jagung, dedak padi, bungkil kedelai, dan lain-lain) yang dicampurkan
menjadi satu dalam komposisi yang tepat.
Pakan merupakan bagian dari faktor lingkungan yang perlu mendapat
perhatian khusus, mengingat biaya pakan dalam usaha peternakan menduduki
biaya tertinggi yaitu kurang lebih 65% dari biaya produksi. Salah satu manajemen
pemberian pakan yang dapat diterapkan adalah pemberian pakan pada pagi hari,
karena berkaitan dengan suhu lingkungan Indonesia yang berfluktuasi. Dilihat
dari perubahannya dari suhu rendah, tinggi, kemudian turun lagi maka dapat
diperkirakan suhu nyaman pada ayam yaitu pada pagi hari. Suhu udara di daerah
tropis akan mencapai titik terendah pada jam 05.00-06.00 pagi sebesar 19ºC dan
terus naik hingga mencapai puncak pada jam 12.00-13.00 sebesar 32,2ºC (Hafni
et al., 2015). Menurut Nastiti (2010), jatah pemberian ransum dalam satu hari
tidak boleh diberikan terlalu banyak, namun harus diatur agar bisa diberikan lebih
dari 2 kali sehari dikarenakan dapat menghemat ransum, mengurangi resiko
kandang kotor karena tumpahan ransum, menambah nafsu makan dan ayam tidak
malas untuk minum.
2.5 Tepung ikan
Salah satu penunjang optimalisasi pertumbuhan broiler adalah kualitas
pakan khususnya protein. Bahan pakan yang biasa digunakan dalam ransum
unggas sebagai sumber protein adalah tepung ikan. Tepung ikan dalam ransum
ayam biasanya berkisar 10-15% atau sepertiga bagian dari total protein ransum.
Ikan rucah merupakan hasil tangkapan dari laut yang tidak dikonsumsi manusia
namun dapat dijadikan pakan ternak unggas atau pakan ikan lele. Potensi sumber

i
daya perikanan hasil laut di dapat mencapai 331 ton (Ditjen Perikanan Tangkap,
2016).
Pemanfaatan ikan rucah dengan mengolahnya menjadi tepung ikan.
Pembuatan tepung ikan mempunyai beberapa keuntungan yaitu meningkatkan
devisa negara, mingkatkan taraf hidup nelayan, penyerapan tenaga kerja dan dapat
membantu usaha peternakan. Proses pengolahan tepung ikan rucah ada beberapa
tahapan yaitu ikan yang masih segar dicuci menggunakan air mengalir dan
dilanjutkan dengan proses pengukusan selama 30 menit. Ikan rucah yang telah
dikukus, selanjutnya ditiriskan dan dihaluskan. Proses penghalusan menggunakan
grinder atau blender. Ikan yang telah halus dikeringkan dengan cara dijemur di
bawah sinar matahari atau menggunakan oven dan ikan yang telah kering
dihaluskan sehingga menjadi tepung. Kualitas tepung ikan ditentukan berdasarkan
bahan baku yang digunakan maupun proses pembuatannya. Pengolahan tepung
ikan yang dilakukan dengan proses pemanasan berlebihan menghasilkan tepung
ikan yang berwarna cokelat dan kandungan dari protein kasarnya menurun
sehingga menyebabkan kerusakan (Assadad et al., 2015).
2.6 Tepung Jagung
Jagung merupakan salah satu serealia yang strategis dan bernilai ekonomi
serta mempunyai peluang untuk dikembangkan karena kedudukannya sebagai
sumber utama karbohidrat dan protein setelah beras juga sebagai sumber pakan
(Purwanto, 2008). Upaya peningkatan produksi jagung masih menghadapi
berbagai masalah sehingga produksi jagung dalam negeri belum mampu
mencukupi kebutuhan nasional (Soerjandono, 2008). Salah satu penyebab
rendahnya hasil tanaman jagung adalah kehadiran gulma pada tanaman jagung
tersebut. Pengaruh gulma pada tanaman dapat terjadi secara langsung, bersaing
untuk mendapatkan unsur hara, air, cahaya dan ruang tumbuh. Gulma yang
dibiarkan tanpa pengendalian pada jagung dapat menurunkan hasil 20-80%
(Bilman, 2011).
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang
terpenting selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika
Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika
Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa

i
Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Biji jagung kaya
akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada endosperma. Kandungan
karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat
dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Oleh
karena itu jagung sangat berpotensi sekali jika diolah menjadi produk setengah
jadi yaitu tepung jagung. Tepung jagung dapat diperoleh dengan cara menggiling
biji jagung. Pada prinsipnya penggilingan biji jagung menjadi tepung adalah
proses pemisahan perikarp, endosperm dan lembaga dan dilanjutkan dengan
proses pengecilan ukuran. Limbah tanaman jagung juga dapat dimanfaatkan untuk
pakan, tetapi hanya untuk ternak ruminansia karena tingginya kandungan serat.
Jerami jagung merupakan bahan pakan penting untuk sapi pada saat rumput sulit
diperoleh, terutama pada musim kemarau. Penggunaan jagung dalam ransum
pakan ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain jenis ransum yang dibuat,
kandungan gizi yang dikehendaki, alternatif dari bahan baku lain, dan harganya.
Di Indonesia, jagung masih mendominasi sumber bahan baku ransum pakan
ayam, puyuh, itik, dan babi.
2.7 Penelitian Terdahulu
Ali (2019), telah melakukan penelitian dengan judul “Pemberian Dedak
Yang Difermentasi Dengan EM4 Sebagai Pakan Ayam Broiler”. Dalam penelitian
ini formula yang tepat untuk broiler yang mendapatkan ransum berbahan dedak
fermentasi untuk menghasilkan pertambahan berat badan (PBB) yang tinggi.
Percobaan dilakukan dengan menggunakan 36 ekor DOC ayam broiler.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 4
perlakuan dan 3 ulangan. Dalam setiap unit penelitian terdapat 3 ekor DOC.
Perlakuan yang diterapkan adalah sebagai berikut P0 = 100% dedak fermentasi,
P1 = 90% dedak fermentasi + 10% BP 11, P2 = 80% dedak fermentasi + 20% BP
11, P3 = 70% dedak fermentasi + 30% BP 11. Penelitian dilakukan selama 4
minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa level pemberian dedak fermentasi
EM 4 (P0, P1, P3) sangat nyata menghasilkan pertambahan berat badan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan P0. Pemberian dedak fermentasi tidak
berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi dan konversi ransum, tetapi terdapat
perbedaan pada tingkat konsumsi yaitu pada P3 = 70% dedak fermentasi + 30%

i
BP11memperlihatkan tingkat konsumsi ransum dan konversi ransum lebih tinggi
dari perlakuan lainnya (P0, P1, P2). Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan
bahwa pemberian dedak fermentasi dengan EM4 sebagai pakan ayam broiler
dapat diberikan hingga 70%.
Wati (2018), telah melakukan penelitian dengan judul “Performan Ayam
Broiler dengan Penambahan Tepung Daun Calliandra calothyrsus dalam Pakan”.
Dalam penelitian ini menggunakan 60 ekor ayam dengan lima perlakuan yaitu
penambahan tepung daun kaliandra 0,0, 2,5, 5,0, 7,5 dan 10,0%. Setiap perlakuan
terdiri dari tiga ulangan dan setiap ulangan terdiri dari 4 ekor ayam. Pakan
perlakuan diberikan pada umur 8-35 hari. Pengambilan data konsumsi pakan,
pertambahan bobot badan, konsumsi protein, konsumsi energi dan konversi pakan
dilakukan setiap seminggu sekali selama 4 minggu. Data yang diperoleh dianalisis
menggunakan analisis variansi pola searah dan jika ada perbedaan rerata
perlakuan diuji dengan Duncan’s New Multiple Range Test (DMRT). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tepung daun kaliandra berpengaruh
nyata (P<0,05) terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, konsumsi
protein, konsumsi energi dan konversi pakan. Hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa penambahan tepung daun kaliandra maksimal pada level 5,0% dalam
pakan broiler.
Salam (2019), telah melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Penggunaan Campuran Gaplek dan Ampas Tahu Terfermentasi Trichoderma
viride Sebagai Subtitusi Pakan Komersial Terhadap Konsumsi Pakan dan
Pertambahan Bobot Badan Pada Broiler Finisher”. Dalam penelitian ini campuran
gaplek dan ampas tahu yang difermentasi, inokulan Trichoderma viride dan ayam
broiler umur 21 hari sebanyak 64 ekor. Penelitian dilakuan dengan 4 macam
perlakuan dengan level subtitusi pakan P0 (0%), P1 (10%), P2 (20%), dan P3
(30%) dan diulang sebanyak 4 kali. Metode penelitian ini eksperimental dengan
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Data yang diperoleh dianalisa
dengan analisis of varian (ANOVA). Hasil analisis menunjukkan bahwa
penggunaan campuran gaplek dan ampas tahu terfermentasi Trichoderma viride
sebagai subtitusi pakan komersial berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap konsumsi
pakan dan pertambahan bobot badan pada broiler. Rataan konsumsi pakan pada

i
broiler finisher umur 21-34 hari (g/ekor), (P0) sebesar 1926,13b, (P1) 1888,75b,
(P2) 1863,19ab dan (P3) 1801,75a. Rataan PBB broiler finisher umur 21-34 hari
(g/ekor) yaitu 943,50bpada P0, P1 = 920,50b, P2 = 892,25ab dan P3 = 856,25a.
Disimpulkan bahwa Penggunaan campuran gaplek dan ampas tahu terfermentasi
Trichoderma viride sebagai substitusi pakan komersial berpengaruh nyata
terhadap konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan ayam broiler finisher.
Untuk mengoptimalkan pertambahan bobot badan pada broiler finisher sebanyak
892,25ab (g/ekor) menggunaan campuran gaplek dan ampas tahu terfermentasi
Trichoderma viride sebagai substitusi pakan komersial sebanyak 20%.
Sari (2017), telah melakukan penelitian dengan judul “Manajemen
Pemberian Pakan Ayam Broiler di Desa Tanjung Pinang Kecamatan Tanjung
Batu Kabupaten Ogan Ilir. Dalam penelitian ini yang dilaksanakan selama 4 bulan
dengan melakukan survey langsung dan penyebaran kuisioner mengenai
tatalaksana pemberian pakan ayam broiler, serta mengadakan wawancara dengan
peternak. Wawancara dilakukan dengan pihak terkait, seperti kepala desa,
manajer, dan pegawai di peternakan di desa Tanjung Pinang. Berdasarkan hasil
penelitian, pakan yang digunakan adalah pakan komersial yang didapatkan dari
PT. Charoen Pokphand Indonesia. Pakan diberikan sebanyak dua kali sehari, yaitu
pada pukul 06.30 pagi dan pada pukul 16.00 sore, dengan jumlah pakan berkisar
180-200 g. Ayam broiler dipelihara dengan sistem pemeliharaan secara intensif.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa managemen pemberian pakan aya broiler di desa
Tanjung Pinang, kecamatan Tanjung Batu, kabupaten Ogan Ilir belum tergolong
baik karena masih banyak persyaratan yang belum terpenuhi.
Adapun dari penelitian yang telah saya lakukan dengan judul “Pengaruh
Pemberian Pakan Ternak Terhadap Pertambahan Bobot Badan dan Konsumsi
Ransum Ayam Pedaging” memiliki beberapa perbedaan dengan penelitian
terdahulu yang telah dilakukan. Perbedaan tersebut meliputi bahan yang
digunakan dan banyaknya bahan yang akan ditambahkan karena setiap peneliti
pun memiliki formulasi penambahan bahan pakan yang berbeda-beda, lamanya
penelitian yang akan dilakukan, banyaknya ayam yang diperlukan, umur ayam
yang digunakan dan perlakuan pemeliharaan ayam yaitu meliputi pemberian
banyaknya minum dan makan serta pembersihan kandang. Dan untuk analisis data

i
yang didapatkan selama pengamatan ayam pedaging yaitu di analisis secara
deskriptif yang tingkat pekerjaannya mencakup cara-cara pengumpulan,
menyusun atau mengatur, mengolah, menyajikan dan menganalisis data angka,
agar dapat memberikan gambaran yang teratur, ringkas dan jelas, mengenai
keadaan, peristiwa atau gejala tertentu sehingga dapat ditarik pengertian atau
makna tertentu.

BAB III
METODE PENELITIAN

i
3.1 Waktu dan Tempat
Pengamatan dan pengujian ini dilaksanakan selama 4 bulan dari April
sampai Juli 2020. Bertempat di Jalan Mawar Desa Panggung Kecamatan Pelaihari
Kabupaten Tanah Laut Provinsi Kalimantan Selatan.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu ember, gayung, sendok,
timbangan, pisau, nampan, kompor, panci, blender, saringan, gilingan daging,
plastik PE, tempat minum dan makan ayam pedaging.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu dedak padi, em4, gula
pasir, air bersih, singkong manggu, ikan rucah (Bentopelagik), jagung mutiara dan
pakan ternak buatan pabrik comfeed broiler I.
3.3 Rancangan Penelitian
Penelitian yang dilakukan tentang pengaruh pemberian pakan ternak
terhadap pertambahan bobot badan dan konsumsi ransum ayam pedaging ini
merupakan penelitian eksperimental yaitu dengan cara membuat dedak fermentasi
ditambahkan dengan EM4 (Effective Microorganisme) sebagai salah satu bahan
yang digunakan dalam pembuatan pakan ternak untuk ayam pedaging.
Pengamatan dilakukan selama 7 hari dan untuk setiap 1 pakan ternak memerlukan
1 ekor ayam pedaging jadi ada 4 ekor ayam pedaging yang akan digunakan dalam
penelitian. Adapun pembagian dari formulasi penambahan bahan yang digunakan
untuk pengolahan pakan ternak ayam pedaging yaitu sebagai berikut :
PT0 = ayam pedaging yang diberi makan berupa pelet buatan pabrik
PT1 = dedak fermentasi 80% + tepung gaplek 20%
PT2 = dedak fermentasi 70% + tepung gaplek 10% + tepung ikan 15% + tepung
jagung 5%
PT3 = dedak fermentasi 60% + tepung gaplek 5% + tepung ikan 20% + tepung
jagung 15%
3.4 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dalam penelitan ini yaitu sebagai berikut :
3.4.1 Proses Pembuatan Dedak Fermentasi
(YouTube : Berkahfarm Channel “Dedak Fermentasi”)

i
Ditimbang dedak padi sebanyak 6 kg kemudian dibuat larutan untuk
fermentasi yaitu dengan menggunakan EM4 sebanyak 10 ml, gula pasir sebanyak
16 gram dan air bersih sebanyak 1 liter lalu masukkan dedak ke dalam larutan
yang sudah dibuat sedikit demi sedikit sampai rata dan tanda dedak yang siap
difermentasi yaitu apabila saat digenggam tidak menggumpal dan juga tidak
langsung berjatuhan lalu setelah itu pindahkan dedak tersebut ke dalam plastik
dan simpan didalam wadah yang tertutup selama 3 hari atau sampai aroma dedak
berubah.
3.4.2 Proses Pembuatan Tepung Gaplek
Ditimbang singkong manggu sebanyak 1 kg kemudian kupas singkong
dari kulitnya dan di potong kecil-kecil lalu haluskan singkong yang telah di
potong menggunakan blender, singkong yang telah di haluskan kemudian di peras
untuk mengurangi kadar air nya lalu dijemur di bawah sinar matahari sampai
benar-benar kering agar tidak ada air yang tersisa.
3.4.3 Proses Pembuatan Tepung Ikan
Ditimbang ikan rucah sebanyak 300 gram kemudian masukkan ikan ke
dalam panci yang berisi air kemudian direbus selama 20 menit lalu setelah selesai
direbus susun ikan di atas nampan kemudian jemur selama 3 hari atau sampai ikan
benar-benar kering dan setalah ikan kering haluskan ikan menggunakan blender
dan di ayak menggunakan saringan.
3.4.4 Proses Pembuatan Tepung Jagung
Ditimbang jagung mutiara yang sudah kering sebanyak 200 gram
kemudian haluskan jagung menggunakan blender lalu di ayak jagung yang telah
dihaluskan menggunakan saringan sampai benar-benar menjadi tepung yang
halus.
3.4.5 Proses Pembuatan Pakan Ternak
a.) PT1 = dedak fermentasi 80% + tepung gaplek 20%
Di timbang terlebih dahulu bahan yang di perlukan yaitu dedak fermentasi
sebanyak 800 gram dan tepung gaplek sebanyak 200 gram. Kemudian bahan yang
sudah di timbang di homogenkan dan diberi air sebanyak 500 ml atau secukupnya
sampai semua bahan tercampur rata dan giling bahan yang telah di homogenkan
tadi menggunakan gilingan daging kemudian jemur bahan yang telah di giling di
bawah sinar matahari sampai benar-benar kering dan setelah pakan olahan kering

i
masukkan ke dalam plastik PE dan di timbang berapa berat akhir yang di
dapatkan.
b.) PT2 = dedak fermentasi 70% + tepung gaplek 10% + tepung ikan 15% +
tepung jagung 5%
Di timbang terlebih dahulu bahan yang di perlukan yaitu dedak fermentasi
sebanyak 700 gram, tepung gaplek sebanyak 100 gram, tepung ikan sebanyak
150 gram dan tepung jagung sebanyak 50 gram. Kemudian bahan yang sudah di
timbang di homogenkan dan diberi air sebanyak 700 ml atau secukupnya sampai
semua bahan tercampur rata dan giling bahan yang telah di homogenkan tadi
menggunakan gilingan daging kemudian jemur bahan yang telah di giling di
bawah sinar matahari sampai benar-benar kering dan setelah pakan olahan kering
masukkan ke dalam plastik PE dan di timbang berapa berat akhir yang di
dapatkan.
c.) PT3 = dedak fermentasi 60% + tepung gaplek 5% + tepung ikan 20% + tepung
jagung 15%
Di timbang terlebih dahulu bahan yang di perlukan yaitu dedak fermentasi
sebanyak 600 gram, tepung gaplek sebanyak 50 gram, tepung ikan sebanyak 200
gram dan tepung jagung sebanyak 150 gram. Kemudian bahan yang sudah di
timbang di homogenkan dan diberi air sebanyak 700 ml atau secukupnya sampai
semua bahan tercampur rata dan giling bahan yang telah di homogenkan tadi
menggunakan gilingan daging kemudian jemur bahan yang telah di giling di
bawah sinar matahari sampai benar-benar kering dan setelah pakan olahan kering
masukkan ke dalam plastik PE dan di timbang berapa berat akhir yang di
dapatkan.
3.4.6 Objek Penelitian
Penelitian menggunakan 4 ekor ayam pedaging muda umur 10 hari dengan
rata-rata bobot badan sebesar >200 gram. Ayam pedaging diperoleh dari kandang
ayam di Desa Panggung Kec. Pelaihari Kab. Tanah Laut.
Untuk mengetahui pertambahan bobot badan ayam pedaging tersebut
dilakukan dengan melakukan pengukuran terhadap :
1. Pakan ternak kontrol :
a. ayam pedaging yang diberi makan berupa pelet buatan pabrik
2. Pakan ternak formulasi yang terdiri dari :
i
a. dedak fermentasi 80% + tepung gaplek 20%
b. dedak fermentasi 70% + tepung gaplek 10% + tepung ikan 15% + tepung
jagung 5%
c. dedak fermentasi 60% + tepung gaplek 5% + tepung ikan 20% + tepung
jagung 15%
3.4.7 Kandang dan Peralatan Penelitian
Kandang yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang yang dibuat
sendiri dengan ukuran 1x1x1x1 m sebanyak 4 sekat. Dan adapun peralatan
penelitian yang digunakan, yaitu :
1. Mesin penggiling yang digunakan untuk menghaluskan bahan pakan
2. Plastik PE yang digunakan untuk menyimpan pakan ternak
3. Tempat minum dan makan untuk ayam pedaging
4. Satu buah timbangan dengan kapasitas 10 kilogram untuk menimbang
pertambahan bobot badan ayam pedaging dan untuk menimbang bahan pakan
yang akan digunakan
5. Satu buah lampu untuk penerangan ayam pada saat malam hari dan untuk
menghangatkan tubuh ayam dengan daya sebesar 5 Watt
6. Seperangkat alat tulis untuk mencatat hasil pengamatan
3.4.8 Pelaksanaan Penelitian
Tahapan pelaksanaan pemeliharaan ternak ayam pedaging yaitu sebagai
berikut :
1. Membersihkan tempat minum, makan dan kandang dari kotoran ayam serta
mencatat sisa pakan
2. Memberikan pakan tiga kali sehari dan menimbang berat pakan yang akan
diberikan setiap pemberian pakan
3. Mengamati pertumbuhan bobot badan ternak dengan cara menimbang nya
setiap hari selama 7 hari
3.4.9 Perubahan yang Diamati
a.) Pertambahan Bobot Badan (PBB)
Pertumbuhan mencakup pertambahan dalam bentuk jaringan pembangun
seperti urat daging, tulang, jantung, otak dan semua jaringan tubuh lainnya (dalam
hal ini tidak termasuk penggemukan karena penggemukan merupakan
pertambahan dalam bentuk lemak (Anggorodi, 1985 dalam Jaelani, 2011).

i
Menurut Jaelani (2011) menyatakan bahwa rumus yang digunakan dalam
pertambahan bobot badan yaitu sebagai berikut :
PBB = bobot badan akhir (gr) – berat badan awal (gr)
b.) Konsumsi ransum
Konsumsi ransum adalah kemampuan ternak dalam mengkonsumsi
sejumlah ransum yang digunakan dalam proses metabolisme tubuh (Anggorodi,
1985 dalam Rudi, 2013). Menurut Jaelani (2011) menyatakan bahwa rumus yang
digunakan dalam konsumsi ransum sebagai berikut :
Konsumsi Ransum = ransum yang diberi (gr) – ransum sisa (gr)

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Dari pengamatan yang telah dilakukan didapatkan hasil dari pengaruh
pemberian pakan ternak terhadap pertambahan bobot badan dan konsumsi ransum
ayam pedaging, yaitu meliputi :
4.1.1 Proses Pengolahan Pakan Ternak Untuk Ayam Pedaging
Proses pengolahan pakan ternak untuk ayam pedaging dapat dilihat pada
gambar 4. 1 dibawah ini :
Gambar 4. 1 Diagram Alir Proses Pengolahan Pakan Ternak

i
Di siapkan alat dan bahan

Di timbang bahan yang


diperlukan

Di campur semua bahan dan di


beri air secukupnya

Bahan yang sudah tercampur


kemudian di giling

Kemudian di jemur dan


sesudah kering di simpan
dalam plastik PE

4.1.2 Hasil Akhir Pakan Ternak Yang Dibuat Dari Beberapa Formulasi
Perlakuan
Hasil akhir yang didapatkan dari proses pengolahan pakan ternak yaitu
pakan berupa pellet. Dari tiga formulasi perlakuan yang telah dibuat didapatkan
hasil dari pakan ternak yaitu meliputi warna, tekstur, ukuran dan aroma. Adapun
hasil akhir dari pakan ternak dapat dilihat pada tabel 4. 1 dibawah ini :
Tabel 4. 1 Hasil Akhir Pakan Ternak

No. Perlakuan Hasil

1. Pakan ternak asli buatan


pabrik

i
2. Dedak fermentasi 80% +
tepung gaplek 20%

3. Dedak fermentasi 70% +


tepung gaplek 10% +
tepung ikan 15% + tepung
jagung 5%

4. Dedak fermentasi 60% +


tepung gaplek 5% + tepung
ikan 20% + tepung jagung
15%

4.1.3 Hasil Pertambahan Bobot Badan Ayam Pedaging


Pengaruh pemberian pakan ternak terhadap pertambahan bobot badan
ayam pedaging selama 7 hari yaitu berbeda-beda setiap hari nya. Untuk ayam A
yaitu yang diberi makan berupa pakan ternak buatan pabrik, dan untuk ayam B, C
dan D diberi makan berupa pakan ternak buatan sendiri. Untuk ayam A yang
diberi pakan buatan pabrik pertambahan bobot badannya tidak ada perbedaan
yang terlalu jauh dengan ayam B, C dan D yang mengkonsumsi pakan buatan
sendiri. Adapun hasil dari pertambahan bobot badan ayam pedaging pada hari
ketujuh yaitu dapat dilihat pada tabel 4. 2 dibawah ini :
Tabel 4. 2 Hasil Pertambahan Bobot Badan Ayam Pedaging Pada Hari Ketujuh
No. Perlakuan Pertambahan Bobot Badan (gram)
1. PT0 285 gram
2. PT1 761 gram
3. PT2 297 gram
4. PT3 377 gram

i
4.1.4 Hasil Konsumsi Ransum Ayam Pedaging
Konsumsi ransum dapat dihitung dari ransum yang diberikan kepada
ayam pedaging di kurang dengan ransum yang tersisa. Pakan yang tersisa setiap
hari nya berbeda-beda dan tidak setiap hari langsung habis itu disebabkan oleh
cuaca yang tidak mendukung, misalnya pada saat musim kemarau suhu udara
menjadi tinggi yang berimbas pada produktivitas ayam. Dan penurunan konsumsi
pakan mempengaruhi pertumbuhan, konsekuensi dari menurunnya konsumsi
ransum yaitu diikuti dengan meningkatnya konsumsi air minum yang
mengakibatkan nutrient penting dan kritis untuk produksi, seperti asam amino,
mineral maupun vitamin juga akan ikut turun. Adapun hasil dari konsumsi ransum
ayam pedaging hari ketujuh dapat dilihat pada tabel 4. 3 dibawah ini :
Tabel 4. 3 Hasil Konsumsi Ransum Ayam Pedaging Hari Ketujuh

No. Perlakuan Konsumsi Ransum (Gram)


1. PT0 860 gram
2. PT1 810 gram
3. PT2 777 gram
4. PT3 721 gram
4.2 Pembahasan
4.2.1 Proses Pengolahan Pakan Ternak dan Hasil Akhir Dari Pakan Ternak
untuk Ayam Pedaging

Pengolahan pakan merupakan suatu kegiatan untuk mengubah pakan


tunggal atau campuran menjadi bahan pakan baru atau pakan olahan. Tujuan
pengolahan pakan yaitu untuk meningkatkan keuntungan, merubah ukuran
partikel, merubah kadar air, merubah densitas pakan, meningkatkan
palatabilitas/akseptabilitas, merubah kandungan nutrien, meningkatkan
ketersediaan nutrient, dektosifikasi, mempertahankan kualitas selama
penyimpanan dan mengurangi kontaminasi (Hanafi, 2008). Pakan merupakan
bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang tidak
diolah, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi, dan
berkembang biak (SNI 7652.2.2011/Pakan Bibit Induk Ayam Ras Tipe Pedaging).
Pakan adalah segala sesuatu yang dapat dicerna atau dimakan dan diserap untuk
memenuhi kebutuhan nutrien sehingga proses metabolis dalam tubuh dapat
berjalan dengan optimal.

i
Dari pengamatan yang telah dilakukan didapatkan hasil dari proses
pengolahan pakan ternak dan hasil akhir dari pakan ternak untuk ayam pedaging.
Yaitu untuk proses pengolahan pakan ternak PT1 bahan yang diperlukan yaitu
dedak fermentasi 80% + tepung gaplek 20% maka dedak yang diperlukan untuk
pembuatan 1 kg pakan ternak yaitu 800 gram dedak fermentasi dan 200 gram
tepung gaplek yang ditambah dengan air 500 ml atau secukupnya, untuk pakan
ternak PT2 bahan yang diperlukan yaitu dedak fermentasi 70% + tepung gaplek
10% + tepung ikan 15% dan tepung jagung 5% maka dedak yang diperlukan
untuk pembuatan 1 kg pakan ternak yaitu 700 gram dedak fermentasi, 100 gram
tepung gaplek, 150 gram tepung ikan dan 50 gram tepung jagung yang ditambah
dengan air 700 ml atau secukupnya, dan untuk pakan ternak PT3 bahan yang
diperlukan yaitu dedak fermentasi 60% + tepung gaplek 5% + tepung ikan 20%
dan tepung jagung 15% maka dedak yang diperlukan untuk pembuatan 1 kg pakan
ternak yaitu 600 gram dedak fermentasi, 50 gram tepung gaplek, 200 gram tepung
ikan dan 150 gram tepung jagung. Bahan yang diperlukan dicampur menjadi satu
lalu setelah itu ditambahkan air dan kemudian masukkan ke dalam gilingan dan
giling bahan sampai habis dan kemudian jemur dibawah sinar matahari sampai
kering yaitu jika dipegang tidak rusak atau rapuh dan tidak basah. Setelah pakan
kering maka di dapatkan hasil akhir berupa pakan ternak berbentuk pellet
berwarna coklat muda, bertekstur keras namun tidak sulit jika dipatahkan,
beraroma khas dedak padi dicampur dengan gaplek dan berukuran ± 0,2 cm lebih
besar dari pakan ternak asli buatan pabrik. Untuk pakan perlakuan 2 dan 3
hasilnya sama saja karena bahan yang digunakan sama bedanya hanya pada
penambahan berapa banyak bahan tambahan yang akan digunakan. Pakan
perlakuan 2 dan 3 untuk warna, teksur dan ukuran sama saja dengan pakan
perlakuan 1 yaitu berwarna coklat muda, bertekstur keras namun tidak sulit jika
dipatahkan, berukuran ± 0,2 cm lebih besar dari pakan ternak asli buatan pabrik
dan untuk aroma nya pakan perlakuan 3 aroma tepung ikan nya lebih jelas itu
disebabkan oleh penambahan tepung ikan yang lebih banyak dari pada pakan
ternak perlakuan 2.
4.2.2 Pertambahan Bobot Badan Ayam Pedaging selama 7 Hari
Dari pengamatan yang telah dilakukan terhadap pengaruh pemberian
pakan ternak terhadap pertambahan bobot badan dan konsumsi ransum ayam
i
pedaging yaitu untuk pertambahan bobot badan masing-masing ayam berbeda-
beda setiap harinya. Pada hari pertama pengambilan ayam dari kandang di Desa
Panggung untuk berat ayam A yaitu 212 gram, ayam B 353 gram, ayam C 222
gram dan ayam D 254 gram. Dari pengamatan secara langsung selama 7 hari
pengamatan ayam B lebih cepat pertumbuhannya di bandingkan ayam A, C dan
D. Pada hari ke-7 berat akhir ayam pedaging yaitu untuk ayam A 285 gram, ayam
B 761 gram, ayam C 297 gram dan ayam D 377 gram.
Untuk ayam A yang diberi makan berupa pakan ternak asli buatan pabrik
pertambahan berat badan selama 7 hari bertambah 73 gram, ayam B yang diberi
makan berupa pakan ternak buatan sendiri yaitu dedak fermentasi 80%+ tepung
gaplek 20% pertambahan berat badan selama 7 hari bertambah 408 gram, ayam C
yang diberi makan berupa pakan ternak buatan sendiri yaitu dedak fermentasi
70%+tepung gaplek 10%+tepung ikan 15%+tepung jagung 5% pertambahan berat
badan selama 7 hari bertambah 75 gram dan untuk ayam D yang diberi makan
berupa pakan ternak buatan sendiri yaitu dedak fermentasi 60%+tepung gaplek
5%+tepung ikan 20%+tepung jagung 15% pertambahan berat badan selama 7 hari
bertambah 123 gram. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ayam pedaging
yaitu tipe ternak, jenis ternak, suhu lingkungan dan kandungan gizi yang ada
dalam ransum. Dari beberapa faktor tersebut dapat dilihat bahwa jenis ternak
dapat mempengaruhi pertambahan bobot ayam jadi untuk ayam A dan C mungkin
saja termasuk ke dalam ayam afkir atau ayam yang tidak produktif karena dari
segi jengger nya saja tidak besar dan berwarna merah muda tidak berwarna
merah, sedangkan untuk ayam B dan D pertambahan bobot badan nya dalam
jangka waktu 7 hari cukup baik dan dari jengger saja ukuran nya lebih besar dan
berwarna merah. Dan dapat dijelaskan juga bahwa faktor yang membuat
perbedaan pertambahan bobot badan pada masing-masing ayam pedaging yaitu
banyaknya makanan yang dihabiskan oleh ayam, selera makan pada ayam dan
ayam sudah masuk dalam ternak yang produktif atau tidak karena jika ayam yang
tidak produktif biasanya dipisahkan agar tidak menggangu pertumbuhan ayam
yang produktif.
Dan untuk faktor selanjutnya mengenai suhu lingkungan yaitu apabila
suhu udara disekitar tinggi maka ayam pedaging akan menderita stress yaitu

i
dengan memperlihatkan ciri-ciri gelisah, banyak minum dan nafsu makan
menurun. Dan cekaman panas menyebabkan penurunan pertumbuhan dan
efisiensi penggunaan pakan pada ayam pedaging. Tetapi untuk pengamatan secara
langsung yang telah dilakukan pada masing-masing ayam setiap harinya bobot
badan ayam pedaging selalu bertambah walaupun pertambahannya ada yang
hanya bertambah sebanyak 3 gram dalam 1 hari. Sehingga untuk hasil dari
analisis secara deskriptif masing-masing pakan ternak memberikan pengaruh
terhadap pertambahan bobot badan ayam pedaging karena pakan ternak buatan
yang diberikan kepada ayam dapat memberikan manfaat dan fungsi yang sama
dengan pakan ternak buatan dari pabrik, jadi untuk setiap pakan ternak masing-
masing memberikan pertambahan bobot badan pada ayam pedaging walaupun
pertambahan pada setiap ayam berbeda-beda.
4.2.3 Konsumsi Ransum Ayam Pedaging selama 7 Hari
Konsumsi ransum yaitu jumlah pakan yang diberikan dikurang dengan
pakan yang tersisa dan dari hasil pengamatan yang telah dilakukan untuk
konsumsi ransum ayam pedaging dari masing-masing ayam setiap hari nya
berbeda-beda. Untuk konsumsi ransum masing-masing ayam selama 7 hari
berbeda yaitu untuk ayam A menghabiskan ± 860 gram, ayam B menghabiskan ±
810 gram, ayam C menghabiskan ± 777 gram dan ayam D menghabiskan ± 721
gram. Dari hasil pengamatan yang telah didapatkan dapat dilihat bahwa ayam
yang menghabiskan pakan lebih banyak yaitu ayam A dan ayam yang
menghabiskan pakan paling sedikit yaitu ayam D. Selama 7 hari pemberian pakan
dalam 1 hari ada saja pakan yang tidak habis sehingga harus di tambahkan lagi
untuk pakan ayam yang sudah hampir habis. Dan adapun pemberian pakan dalam
1 hari sebenarnya tidak menentu terkadang <200 gram atau terkadang >200 gram.
Maka dari itu data yang didapatkan hanya 5 hari saja dan untuk memudahkan
perhitungan di ambil pemberian pakan sebanyak 200 gram.
Dari hasil analisis secara deskriptif tentang pengaruh pemberian pakan
ternak terhadap pertambahan bobot badan dan konsumsi ransum ayam pedaging
untuk konsumsi ransum pada ayam pedaging yaitu jumlah pakan yang dihabiskan
masing-masing ayam pedaging sama saja yaitu ± 700 sampai 800 gram. Karena
tidak ada perbedaan yang terlalu jauh pada konsumsi ransum ayam pedaging
maka dapat dijelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi konsumsi ransum yaitu
i
jenis kelamin, umur, suhu lingkungan, adanya cekaman/stress dan kepadatan
kandang. Konsumsi ransum dapat mempengaruhi pertambahan bobot badan ayam
pedaging, karena jika konsumsi pakan tinggi maka konsumsi protein juga semakin
tinggi dan begitu juga sebaliknya. Ayam akan merasa tertekan dan menjadi stress
apabila suhu lingkungan tinggi, sehingga ayam akan berusaha mengeluarkan
panas tubuh dengan mekanisme painting. Sehingga apabila suhu lingkungan di
sekitar tinggi maka kebutuhan air minum pada ayam pedaging harus diperhatikan
jangan sampai kehabisan karena pada cuaca panas ayam akan lebih banyak
minum. Dan untuk banyaknya tempat makan dan pemberian pakan pada ayam
pedaging juga harus diperhatikan karena apabila tempat makan terlalu sedikit
maka pada saat makan ayam akan berdesakan dan ada ayam yang tidak
mendapatkan makan sehingga pertambahan bobot badan pada ayam tersebut
terganggu.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Proses pengolahan pakan ternak dimulai dari persiapan alat dan bahan,
penimbangan bahan, pencampuran bahan, penggilingan bahan dan penjemuran.
Hasil akhir dari masing-masing pakan ternak dari segi warna, tekstur dan
ukuran tidak ada perbedaan dan bedanya hanya di aroma dan adapun untuk
pakan ternak yang ditambahkan dengan tepung ikan 15% dan 20% terdapat
perbedaan yaitu untuk pakan ternak yang ditambahkan tepung ikan 20% lebih
memberikan manfaat pada ayam karena tepung ikan mengandung protein yang
dapat memaksimalkan perkembangan ternak jadi semakin banyak penambahan

i
tepung ikan pada pakan maka semakin banyak protein yang didapatkan oleh
ayam.
2. Pertambahan bobot badan dan konsumsi ransum ayam pedaging masing-
masing ayam mengalami kenaikan bobot badan di setiap harinya sedangkan
untuk konsumsi ransum masing-masing ayam menghabiskan pakan dengan
jumlah pakan yang kurang lebih sama saja hal itu dapat disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu antara lain jenis ayam, selera makan ayam, umur ayam,
suhu lingkungan, kelembaban dan lain-lain. Dan adapun hasil dari analisis
secara deskriptif yang telah dilakukan untuk menganalisis pertambahan bobot
badan dan konsumsi ransum ayam pedaging dari pengamatan yang telah
dilakukan yaitu pakan ternak asli buatan dari pabrik dengan pakan ternak
buatan sendiri tidak ada perbedaan karena sama-sama dapat menambah bobot
badan dan sama-sama disukai ayam pedaging, sehingga jika menggunakan
pakan ternak buatan sendiri maka akan lebih menghemat biaya.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan dari hasil pengamatan yang
telah dilakukan yaitu sebagai berikut :
1. Mengolah pakan ternak dapat dilakukan sendiri dengan bahan-bahan yang
mudah didapatkan disekitar kita dan apabila memberi ternak menggunakan
pakan buatan sendiri maka dapat menghemat biaya pengeluaran.
2. Semoga laporan tugas akhir dengan judul pengaruh pemberian pakan ternak
terhadap pertambahan bobot badan dan konsumsi ransum ayam pedaging ini
dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan untuk para pembaca
khususnya Program Studi Agroindustri Jurusan Teknologi Industri Pertanian.

i
DAFTAR PUSTAKA

Ali et al., (2019). Pemberian Dedak Yang Difermentasi Dengan Em4 Sebagai
Pakan Ayam Broiler. Program Studi Peternakan, Fakultas Peternakan dan
Perikanan Universitas Sulawesi Barat.

Ananto Dwi et al., (2015). Pengaruh Pemberian Dedak Fermentasi Terhadap


Pertumbuhan Ayam Broiler. Alumnus Fakultas Peternakan Universitas Halu
Oleo, Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo.

Ana, Nurhasanah. (2012). Pengembangan Mesin Pengering Mocaf. Wonogiri.

Arif Gunarso, (2015). Kandungan Nutrisi Silase Campuran Ampas Sagu, Kulit
Buah Kopi dan Jagung Sebagai Pakan Ternak Alternatif. Skripsi thesis,
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Assadad, L., A. R. Hakim, dan T. N. Widianto. (2015). Mutu Tepung Ikan Rucah
Pada Berbagai Proses Pengolahan. Seminar Nasional Hasil Penelitian
Perikanan dan Kelautan. Yogyakarta, 8 Agustus 2015. Universitas Gajah
Mada, Yogyakarta. 53-62.

Astawan M. (2010). Potensi Dedak dan Bekatul Beras Sebagai Ingredient


Pangan dan Produk Pangan Fungsional. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

i
Badan Standarisasi Nasional. (2013). Dedak Padi – Bahan Pakan Ternak. SNI
3178:2013. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. 10 hlm

Bagau, B., (2012). Bioavailabilitas Kalsium Dan Fosfor Special Bone


Mealproduk Hidrolisis Alkali Tulang Ikan Cakalang (Katsuwonus Pelamis
L) Pada Ayam Broiler. Disertasi Unpad Bandung.

Chandarpal GD. (2007). Status of trash fish utilization and fish feed reqirements
in aquaculture-india. Low value and trash fish in the Asia-Pacific region.

Bilman, (2011). Analisis Pertumbuhan TanamanJagung (Zea mays L.),


Pergeseran Komposisi Gulma pada Beberapa Jarak Tanam.

Direktorat Gizi Depkes. RI. (1981). Daftar Komposisi Bahan Makanan. Jakarta:
Bhratara Karya Aksara.

Ditjen Perikanan Tangkap. (2016). Kebijakan dan Program Prioritas tahun 2016.
Makalah disampaikan dalam Rakornas Departemen Kelautan dan Perikanan
tahun 2016. Departemen Kelautan dan Perikanan, Jakarta.

Fischer, T., et al., (2014). Crop yields and global food security. ACIAR
Monograph No. 158. Australian Centre for internasional Agricultural
Research: Canberra. Xxii + 634pp.

Ghozali, Imam. 2009. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS “.


Semarang : UNDIP.

Gunawan., et al., (2014). Teknologi Pakan Mendukung Pengembangan Sapi


Potong di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Hafni, et al., (2015). Analisis variabilitas temperatur udara di daerah Kototabang


periode 2003 –2012. J. Fisika Unand. 4 (2) : 185-192.

Hanafi dan Nevy D. (2008). Teknologi Pengawetan Pakan Ternak. Departemen


Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatra Utara, Medan.

Hanifah, A. (2010). Taksonomi Ayam. Fakultas Pertanian Jurusan Peternakan


UNS.

Hidayat. S dan Muhlas. I, (2015). Rancangan Bangun dan Implementasi Sistem


Pendukung Keputusan Berbasis Web untuk Menentukan Formulasi Ransum
Pakan Ternak. Jurnal Sains dan Seni ITS. 4(2): 2337-3520.

Hidayat, Cecep. (2009). Peluang Penggunaan Kulit Singkong Sebagai Pakan


Unggas. Balai Penelitian Ternak. Bogor.

i
Jaelani, A. (2011). Performans Ayam Pedaging yang diberi Enzim Beta
Mannanase dalam Ransum yang Berbasis Bungkil Inti Sawit. Skripsi
Peternakan. Jurusan Peternakan. Fakultas Peternakan. Universitas Islam
Kalimantan Selatan. Kalimantan.

Jassim, J.M. (2010). Effect of using local fish meal (Liza abu) as protein
concentration in broiler diets. J. Poultry Sci., 9(12):1097-1099.

Muchlis R.D., et al., (2013). Modifikasi Ubi Kayu dengan Proses Fermentasi
Menggunakan Starter lactobacillus casei untuk Produk Pangan.
Semarang. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, Vol. 2, No. 4 :137-145.

Nastiti, R. (2010). Menjadi Milyarder Budidaya Ayam Broiler. Pustaka Baru


Press. Yogyakarta.

Nuroso, (2009). Panen Ayam Pedaging dengan Produksi 2x Lipat. Cetakan Ke-1.
Penebar Swadaya. Gramedia. Jakarta.

Purwanto, S., (2008). Perkembangan Produksi danKebijakan dalam Peningkatan


Produksi Jagung. Direktorat Budi Daya Serealia,Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan.Bogor.

Resty Oktaviani, (2018). Analisis Kadar Air dan Organoleptik Dough Pizza
Dengan Penambahan Tepung Gaplek Dari Singkong Sebagai Alternatif
Sumber Belajar Pada Materi Koloid Di Sekolah Menengah Atas Taruna
Pekanbaru. Skripsi thesis, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim
Riau.

Rosyidi, et al., (2015). Pengaruh Penambahan Limbah Udang Terfermentasi


Aspergillus niger pada Pakan Terhadap Kualitas Fisik Daging Ayam
Broiler. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Februari 2015, Hal 1-10
Vol. 4, No. 1. ISSN: 1978 – 0303.

Rudi, (2013). Kebutuhan nutrisi pada ayam broiler.


http://rudinunhalu.blogspot.com/2013/10/kebutuhan-nutrisi-pada-ayam-
broiler.html.(10).

Salam et al., (2019). Pengaruh Penggunaan Campuran Gaplek dan Ampas Tahu
Terfermentasi Trichoderma viride Sebagai Subtitusi Pakan Komersial
Terhadap Konsumsi Pakan dan Pertambahan Bobot Badan Pada Broiler
Finisher. Jurnal Rekasatwa Peternakan, Vol. 1 No.1, 1 Februari 2019

Sari dan Romadhon, (2017). Manajemen Pemberian Pakan Ayam Broiler di Desa
Tanjung Pinang Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir. Program

i
Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Jurnal
Peternakan Sriwijaya. ISSN 2303-1093. Vol. 6, No. 1, Juni 2017, pp.37-43

SNI 7652.2.2011. (2011). Pakan bibit induk (parent stock) ayam ras tipe
pedaging. Bagian 2: Starter 2. Badan Standarisasi Nasional. Bandung.

Soerjandono, N. B. (2008). Teknik Produksi Jagung Anjuran di Lokasi Peima


Tani Kabupaten Sumenep. Buletin Teknik Pertanian.

Soetanto, E. (2008). Tepung Kasava dan Olahannya. Yogyakarta : Kanisius

Sukaryana., et al., (2011). Peningkatan Nilai Kecernaan Protein Kasar dan


Lemak Kasar Produk Fermentasi Campuran Bungkil Inti Sawit dan dedak
Padi pada Broiler. JITP, 1(3) : 167-172.

Taufik , D. (2014). Teori praktis fermentasi pakan dan bokashi.


http://organichcs.com/2014/03/10/teori-praktis-fermentasi-pakan-dan
bokashi/.

Unadi., et al., (2007). Rekayasa teknologi mesin pengepres pakan blok. Jurnal
enjiniring pertanian. Vol 5 (1) : 35 – 44.

Wati K, et al., (2018). Performan Ayam Broiler dengan Penambahan Tepung


Daun Calliandra calothyrsus dalam Pakan. Fakultas Peternakan Universitas
Gadjah Mada.

Wahyuni, et al., (2011). Respon Broiler terhadap Pemberian Ransum


Mengandung Dedak Padi Fermentasi oleh Kapang Aspergillus ficuum. J.
Ilmu Ternak, Juni 2011, No.10 Vol. 1. Bandung. 26-31.

Wibowo, AH. (2010). Pendugaan Kandungan Nutrient Dedak Padi Berdasarkan


Karakterisktik Sifat Fisik. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Widodo, E. (2010). Teori dan Aplikasi Pembuatan Pakan Ternak Ayam dan Itik.

Wijaya, G.H. (2010). Persentase Karkas, Lemak Abdominal, dan Organ Dalam
Ayam Broiler Yang Diberi Ransum Dengan Penambahan Cassabio.
Fakultas Peternakan [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor.

i
LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar-Gambar Dokumentasi

i
i
i
i
Lampiran 2. Data Pertambahan Bobot Badan Ayam Pedaging
Hari Ayam A (PT0) Ayam B (PT1) Ayam C (PT2) Ayam D (PT3)
ke-
1 212 gram 353 gram 222 gram 254 gram
2 230 gram 470 gram 258 gram 287 gram
3 237 gram 538 gram 270 gram 290 gram
4 250 gram 585 gram 278 gram 297 gram
5 256 gram 674 gram 281 gram 316 gram
6 260 gram 701 gram 288 gram 328 gram
7 285 gram 761 gram 297 gram 377 gram

Lampiran 3. Data Konsumsi Ransum Ayam Pedaging


Hari Ayam A (PT0) Ayam B (PT1) Ayam C (PT2) Ayam D (PT3)
ke-
1 181 gram 146 gram 121 gram 132 gram
2 187 gram 173 gram 159 gram 140 gram
3 159 gram 147 gram 167 gram 142 gram
4 170 gram 161 gram 174 gram 159 ram
5 165 gram 183 gram 156 gram 148 gram

Lampiran 4. Diagram Batang Pertambahan Bobot Badan Ayam Pedaging

i
Pertambahan Bobot Badan
800
700
600
500 Ayam A (PT0)
400 Ayam B (PT1)
300
Ayam C (PT2)
200
100 Ayam D (PT3)
0
Hari ke- Hari ke- Hari ke- Hari ke- Hari ke- Hari ke- Hari ke-
1 2 3 4 5 6 7

Lampiran 5. Diagram Batang Konsumsi Ransum Ayam Pedaging

Konsumsi Ransum
200

150
Ayam A (PT0)
100 Ayam B (PT1)
Ayam C (PT2)
50 Ayam D (PT3)

0
Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-4 Hari ke-5

BIODATA PENULIS

i
Nama : Rika Safitri
NIM : B1317057
Tempat Tanggal Lahir : Angsau, 18 Juli 1999
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Status : Belum Menikah
Alamat : Jalan. Mawar RT.13B RW.01 Desa Panggung Kecamatan Pelaihari
Kabupaten Tanah Laut Provinsi Kalimantan Selatan
No. Telp : 082250445703
E-mail : rikasftri18@gmail.com
Pendidikan :
1. TK Tunas Harapan (Tahun 2005-2006)
2. SD Negeri Panggung 2 (Tahun 2006-2011)
3. MTS Negeri 1 Pelaihari (Tahun 2011-2014)
4. SMK Negeri 1 Pelaihari (Tahun 2014-2017)
5. Politeknik Negeri Tanah Laut (Tahun 2017-2020)

Anda mungkin juga menyukai