Anda di halaman 1dari 69

PENGARUH VARIETAS DAN PEMBERIAN TINGKAT DOSIS

PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL


KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans Poir.)

Oleh:
GABRIEL WISDOM SIREGAR

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
MALANG
2023
PENGARUH VARIETAS DAN PEMBERIAN TINGKAT DOSIS
PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL
KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans Poir.)

Oleh
GABRIEL WISDOM SIREGAR
165040200111107

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar


Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
MALANG
2023
LEMBAR PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa segala pernyataan yang tertera dalam skripsi ini
ialah rancangan penelitian saya sendiri, dibawah bimbingan dosen pembimbing.
Skripsi ini tidak pernah diajukan sebelumnya sebagai syarat kelulusan di
perguruan tinggi manapun. Semua yang tertera dalam skripsi ini ialah murni hasil
pemikiran saya dan jika terdapat hasil atau pendapat orang lain dengan jelas
diterangkan rujukannya dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Malang, Juli 2023

Gabriel Wisdom Siregar

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Mengesahkan

MAJELIS PENGUJI

Penguji I Penguji II

Dr. Euis Elih Nurlaelih. SP., M.Si. Prof. Dr. Ir. Eko Widaryanto, SU.
NIP. 197106281999032001 NIP. 195701171981031001

Penguji III

Dr. Anna Satyana Karyawati, SP., MP.


NIP. 197106242000122001

Tanggal Lulus :
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Penelitian : Pengaruh Varietas dan Pemberian Tingkat Dosis Pupuk


NPK terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kangkung Darat
(Ipomoea reptans Poir.)
Nama : Gabriel Wisdom Siregar
NIM : 165040200111107
Progam Studi : Agoekoteknologi
Departemen : Budidaya Pertanian

Disetujui oleh:
Pembimbing Utama,

Prof. Dr. Ir. Eko Widaryanto, SU.


NIP. 195701171981031001

Diketahui,
Ketua Departemen Budidaya Pertanian

Dr.agr. Nunun Barunawati, S.P., M.P.


NIP. 197407242005012001
RINGKASAN
Gabriel Wisdom Siregar. 165040200111107. Pengaruh Varietas dan
Pemberian Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kangkung Darat
(Ipomoea reptans Poir.). Di Bawah Bimbingan Prof. Dr. Ir. Eko Widaryanto,
SU.

Tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans Poir.) merupakan tanaman


musiman yang merupakan sayuran berbentuk daun tanaman berumur pendek.
Tanaman kangkung ini banyak dibudidayakan di Indonesia dan banyak
dikonsumsi oleh masyarakat setempat. Kelebihan tanaman kangkung darat adalah
mudah dibudidayakan dan relatif cepat dalam waktu panen. Tanaman kangkung
darat dapat ditanam di daerah yang beriklim panas maupun lembab, serta tumbuh
baik pada tanah yang kaya bahan organik dan unsur hara yang cukup, sehingga
dalam pembudidayaan kangkung membutuhkan pupuk yang dapat mencukupi
bahan organik dan unsur hara di dalam tanah untuk mengoptimalkan pertumbuhan
dan hasil panen. Pupuk yang biasa digunakan pembudidaya tanaman kangkung
yaitu pupuk NPK. Keuntungan dari penggunaan pupuk NPK adalah di dalam
penggunaanya yang lebih efisien, kandungan dalam pupuk ini terbilang lengkap
sehingga tidak perlu mencampur atau menambahkan pupuk lain. Selain dari
pemupukan, pembudidaya sayuran kangkung darat dalam meningkatkan produksi
mereka memanfaatkan sistem ratun. Sistem ratun merupakan sistem dimana
pembudidaya tidak perlu menyediakan bibit kangkung lagi, karena dari indukan
atau bekas pemanenan dapat tumbuh bibit baru dari batang indukan.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2023 di Kebun
Percobaan Fakultas Pertanian, Kelurahan Jatimulyo, Kecamatan Lowokwaru,
Kota Malang, Jawa Timur, pada ketinggian 440-460 mdpl. Rancangan percobaan
dalam penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), yang
terdiri dari 2 faktor yaitu varietas kangkung darat dan pupuk NPK, dengan 12
kombinasi perlakuan dan diulang 3 kali. Pengamatan dilakukan pada parameter
pertumbuhan tanaman, dan parameter panen tanaman. Pengamatan pertumbuhan
dilakukan secara non destruktif, sedangkan pengamatan hasil dilakukan pada saat
pemanenan.
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa perlakuan beberapa
varietas dan pemberian dosis pupuk NPK memberikan pengaruh nyata terhadap
semua variabel pertumbuhan yang diamati, yaitu tinggi tanaman, jumlah daun,
luas daun dan berat segar, nilai indeks klorofil. Penggunaan varietas Pusaka 33,
Serimpi dan Bangkok LP-1 dengan pupuk NPK sebesar 10 gram sudah mampu
meningkatkan bobot segar tanaman kangkung darat. Pengguna NPK dapat
meningkatkan tinggi tanaman, menambah jumlah daun, dan bobot segar tanaman
setelah dilakukan peratunan, akan tetapi tidak memberikan pengaruh pada luas
daun. Perlakuan varietas Bangkok LP-1 dan pemberian dosis 15 gram NPK lebih
optimum dibandingan varitas dan dosis pupuk NPK lainnya dalam meningkatkan
hasil dan produksi tanaman kangkung darat.

i
SUMMARY
Gabriel Wisdom Siregar. 165040200111107. The Effect of Variety and NPK
Fertilizer Doses Level on The Growth and Yield of Water Spinach (Ipomoea
reptans Poir.). Under the guidance of Prof. Dr. Ir. Eko Widaryanto, SU

The water spinach (Ipomoea reptans Poir.) is a seasonal plant that is a short-
lived leaf-shaped vegetable. This water spinach is widely cultivated in Indonesia
and is widely consumed by the local community. The advantages of water spinach
plants are that they are easy to cultivate and relatively fast in harvest time. Water
spinach plants can be grown in areas with hot and humid climates, and grow well
in soils rich in organic matter and sufficient nutrients, so that in water spinach
cultivation requires fertilizers that can provide sufficient organic matter and
nutrients in the soil to optimize growth and yield. The fertilizer commonly used
by water spinach cultivators is NPK fertilizer. The advantage of using NPK
fertilizer is that in its more efficient use, the content in this fertilizer is fairly
complete so there is no need to mix or add other fertilizers. Apart from
fertilization, land water spinach vegetable farmers in increasing production they
utilize the ratoon system. The ratoon system is a system where the cultivator does
not need to provide water spinach seeds again, because from the parent or former
harvesting can grow new seeds from the parent stem.
This research was started in February-March 2023 at the Experimental Garden
of the Faculty of Agriculture, Jatimulyo Village, Lowokwaru District, Malang
City, East Java, at an altitude of 440-460 meters above sea level. The
experimental design in this study used Randomized Group Design (RGD), which
consisted of 2 factors, namely water spinach varieties and NPK fertilizers, with 12
treatment combinations and repeated 3 times. Observations were made on plant
growth parameters, and plant harvest parameters.
The results showed that the treatment of several varieties and doses of NPK
fertilizer gave a significant effect on all observed growth variables, namely plant
height, number of leaves, leaf area and fresh weight, chlorophyll index value. The
use of Pusaka 33, Serimpi and Bangkok LP-1 varieties with 10 grams of NPK
fertilizer has been able to increase the fresh weight of water spinach plants. The
use of NPK fertilizer can increase plant height, increase the number of leaves, and
fresh weight of plants after grading, but has no effect on leaf area. The treatment
of Bangkok LP-1 variety and the provision of 15 grams of NPK is more optimum
than other varieties and doses of NPK fertilizer in increasing the yield and
production of water spinach plants.

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur saya limpahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian dengan judul
“Pengaruh Varietas dan Pemberian Tingkat Dosis Pupuk NPK terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Kangkung Darat (Ipomoea reptans Poir.).”
Terselesaikannya skripsi penelitian ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak, oleh karena itu saya menyampaikan terimakasih kepada Prof. Dr. Ir. Eko
Widaryanto, SU selaku Dosen Pembimbing, Dr. Euis Elih Nurlaelih. SP., M.Si.
selaku Dosen Pembahas, dan Dr. Anna Satyana Karyawati, S.P., M.P. selaku
majelis yang telah memberikan masukan dalam pembuatan skripsi ini. Orang tua
dan keluarga yang telah memberikan dukungan moril, material serta doa yang tak
henti hingga terselesaikannya skripsi ini serta rekan-rekan mahasiswa Fakultas
Pertanian yang selalu memberikan semangat dan dukungannya untuk
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kesalahan, sehingga saran dan kritik
yang membangun sangat diharapkan sehingga dapat lebih baik untuk kedepannya.
Penulis berharap selalu diberi kemudahan serta kelancaran dalam penyelesaian
skripsi ini, sehingga kelak hasilnya akan memberikan manfaat bagi berbagai
macam pihak.

Malang, Juli 2023

Penulis

iii
RIWAYAT HIDUP

Penulis atas nama Gabriel Wisdom Siregar dilahirkan di Kota Medan


Provinsi Sumatera Utara pada Tanggal 9 Maret 1998 sebagai anak kedua dari
pasangan suami istri, Bapak Gamaliel Siregar dan Ibu Missionaris Oktisari Dachi.
Pendidikan sekolah dasar di SD Dr. Wahidin Sudirohusodo Medan lulus pada
tahun 2010. Kemudian penulis melanjutkan pendidikannya di SMP Budi Murni 1
Medan lulus tahun 2013 dan menempuh pendidikan sekolah menengah atas di
SMA Negeri 7 Medan lulus tahun 2016. Penulis resmi menjadi mahasiswa
program studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya pada
tahun 2016 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SNMPTN). Pada tahun 2018, penulis menjadi mahasiswa Departemen Budidaya
Pertanian dan mengambil konsentrasi pada Laboratorium Sumber Daya Lahan.

iv
DAFTAR ISI
RINGKASAN...........................................................................................................i
SUMMARY.............................................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
RIWAYAT HIDUP................................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL...................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................viii
1. PENDAHULUAN...............................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Tujuan.............................................................................................................3
1.3 Hipotesis.........................................................................................................3
2. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................4
2.1 Kangkung Darat.............................................................................................4
2.2 Deskripsi 3 Jenis Tanaman Kangkung Darat.................................................6
2.3 Pupuk NPK.....................................................................................................7
2.4 Ratun pada Tanaman Kangkung Darat..........................................................9
2.5 Pengaruh Pemupukan pada Tanaman Kangkung Darat...............................10
2.6 Urban Farming.............................................................................................11
3. BAHAN DAN METODE..................................................................................13
3.1 Waktu dan Tempat.......................................................................................13
3.2 Alat dan Bahan.............................................................................................13
3.3 Metode Penelitian.........................................................................................13
3.4 Pelaksanaan Penelitian.................................................................................14
3.5 Pengamatan Penelitian.................................................................................16
3.6 Analisis Data................................................................................................17
4. HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................................18
4.1 Hasil..............................................................................................................18
4.2 Pembahasan..................................................................................................31
5. KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................................34
5.1 Kesimpulan...................................................................................................34
5.2 Saran.............................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................35
LAMPIRAN...........................................................................................................38

v
DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman


1. Varietas Kangkung Darat yang Digunakan dalam Penelitian..............................6
2. Bobot Segar Tanaman Kangkung Sistem Ratun................................................10
3. Hasil Analisis Sampel Tanah Dasar...................................................................18
4. Tinggi Tanaman Kangkung Darat akibat Perlakuan berbagai Macam Kombinasi
Varietas dan Dosis Pupuk NPK.........................................................................19
5. Jumlah Daun Tanaman Kangkung Darat akibat Perlakuan berbagai Macam
Kombinasi Varietas dan Dosis Pupuk NPK Pada Berbagai Umur Pengamatan
...........................................................................................................................21
6. Luas Daun Tanaman Kangkung Darat akibat Perlakuan berbagai Macam
Kombinasi Varietas dan Dosis Pupuk NPK Pada Berbagai Umur Pengamatan
...........................................................................................................................22
7. Tinggi Ratun Kangkung Darat akibat Perlakuan berbagai Macam Kombinasi
Varietas dan Dosis Pupuk NPK Pada Berbagai Umur Pengamatan.................24
8. Jumlah Daun Ratun Kangkung Darat akibat Perlakuan berbagai Macam
Kombinasi Varietas dan Dosis Pupuk NPK Pada Berbagai Umur Pengamatan
...........................................................................................................................25
9. Luas Daun Ratun Kangkung Darat akibat Perlakuan berbagai Macam
Kombinasi Varietas dan Dosis Pupuk NPK Pada Berbagai Umur Pengamatan
...........................................................................................................................26
10. Bobot Segar Konsumsi per Tanaman, Klorofil dan Bobot Ratun Kangkung
Darat akibat Perlakuan berbagai Macam Kombinasi Varietas dan Dosis Pupuk
NPK...................................................................................................................27

vi
DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman


1. Kemasan Pupuk NPK Mutiara.............................................................................8

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halaman


1. Denah Percobaan Tanaman Kangkung Darat....................................................38
2. Plot penelitian Tanaman Kangkung Darat.........................................................39
3. Kangkung Varietas Pusaka 33...........................................................................40
4. Kangkung Varietas Bangkok LP-1....................................................................41
5. Kangkung Varietas Serimpi...............................................................................42
6. Perhitungan Komposisi......................................................................................43
7. Tabel Analisis Ragam Tinggi Tanaman Kangkung...........................................44
8. Tabel Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Kangkung................................45
9. Tabel Analisis Ragam Luas Daun Tanaman Kangkung....................................46
10. Tabel Analisis Ragam Tinggi Ratun Tanaman Kangkung..............................47
11. Tabel Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Kangkung..............................48
12. Tabel Analisis Ragam Luas Daun Ratun Tanaman Kangkung........................48
13. Tabel Analisis Ragam Bobot Segar Konsumsi, Kadar Klorofil dan Bobot
Segar Ratun Tanaman Kangkung...................................................................49
14. Dokumentasi Penelitian...................................................................................50

viii
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans Poir.) merupakan tanaman
musiman yang merupakan sayuran berbentuk daun tanaman berumur pendek
sehingga tanaman kangkung ini banyak dibudidayakan di Indonesia dan banyak
dikonsumsi oleh masyarakat setempat. Kelebihan tanaman kangkung darat adalah
mudah dibudidayakan dan relatif cepat dalam waktu panen. Sayuran kangkung
mempunyai kandungan gizi yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan
manusia seperti vitamin B, vitamin C, vitamin A, zat besi, kalsium, potasium,
fosfor, sitoserol dan bahan-bahan mineral lainnya (Nastika et al., 2018).
Konsumsi kangkung darat mulai digemari oleh masyarakat terbukti dengan
sadarnya masyarakat peduli dengan gizi yang terkandung disayuran kangkung.
Sayuran ini dapat tumbuh dengan baik di pekarangan rumah, daerah kawasan
hutan maupun areal persawahan. Kangkung juga dapat hidup dengan baik di
daratan tinggi maupun daratan rendah sehingga hampir di seluruh kawasan di
Indonesia dapat membudidayakan sayuran kangkung ini (Fayza et al., 2022). Oleh
karena itu, sebaiknya masyarakat perkotaan dapat membudidayakan tanaman
kangkung dalam skala rumah tangga supaya bisa menyediakan bahan pangan
yang lebih hemat untuk keluarganya. Budidaya kangkung di perkotaan dapat
menerapkan dengan konsep urban farming. Urban farming merupakan pertanian
di perkotaan dengan memanfaatkan lahan yang tersisa seperti pekarangan rumah
maupun rooftop rumah. Budidaya urban farming kangkung pada perkotaan dapat
dilakukan dengan memanfaatkan polibag sebagai wadah tanam dalam proses
penanamannya dan menggunakan media hasil daur ulang (Jannah, 2021).
Tanaman kangkung darat dapat ditanam di daerah yang beriklim panas
maupun lembab, serta tumbuh baik pada tanah yang kaya bahan organik dan
unsur hara yang cukup, sehingga dalam pembudidayaan kangkung membutuhkan
pupuk yang dapat mencukupi bahan organik dan unsur hara di dalam tanah untuk
mengoptimalkan pertumbuhan dan hasil panen (Zendrato dan Adiwirman, 2018).
Pemupukan dari luar tanah telah menyediakan bahan organik dan unsur hara yang
cocok untuk tanaman yang tumbuh dan berkembang serta berproduksi di tanah
tersebut. Dalam jangka Panjang, persediaan bahan organik dan unsur hara dalam
2

tanah semakin berkurang akibatnya terjadi ketidakseimbangan antara penyerapan


bahan organik dan unsur hara yang cepat dengan pembentukan bahan organik dan
unsur hara yang lambat (Afifah et al., 2021).
Pupuk yang biasa digunakan pembudidaya tanaman kangkung yaitu pupuk
NPK. Pupuk ini dianggap para pembudidaya sebagai solusi dan alternatif yang
baik dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Menggunaan pupuk
NPK diharapkan para pembudidaya dapat mengurangi biaya produksi
dibandingkan menggunakan pupuk lainnya. Pupuk NPK mempunyai kandungan
unsur N sebanyak 16%, P sebanyak 16% dan K sebanyak 16% (Nitasari dan
Waidah, 2020). Keuntungan dari penggunaan pupuk NPK adalah di dalam
penggunaanya yang lebih efisien, dapat menghemat waktu, ruangan dan biaya.
Keuntungan lainnya yaitu kandungan dalam pupuk ini terbilang lengkap sehingga
tidak perlu mencampur atau menambahkan pupuk lain, oleh karena itu
pemupukan merupakan suatu keharusan dalam sistem pertanian untuk memenuhi
kebutuhan tanaman supaya tanaman tersebut dapat tumbuh dan berkembang serta
berproduksi dengan baik (Diana et al., 2021).
Upaya mendapatkan sayur yang bermutu serta hasil yang maksimal,
dibutuhkan pemberian nutrisi yang cocok dengan kebutuhan tumbuhan.
Pemupukan berfungsi penting dalam memperbaiki kebutuhan faktor hara untuk
tumbuhan supaya tumbuhan bisa melakukan proses perkembangan serta
pertumbuhan dengan baik. Selain dari pemupukan, pembudidaya sayuran
kangkung darat dalam meningkatkan produksi mereka memanfaatkan sistem
ratun. Sistem ratun merupakan sistem dimana pembudidaya tidak perlu
menyediakan bibit kangkung lagi, karena dari indukan atau bekas pemanenan
dapat tumbuh bibit baru dari batang indukan. Dasar perlakuan ratun adalah
kemampuan tanaman seperti tanaman perennial (tahunan) yang melanjutkan
pertumbuhan lebih dari satu siklus panen. Hal ini dimungkinkan karena
kemampuan tanaman utama setelah dipotong akan muncul tunas dari bagian dasar
batang, dekat permukaan tanah, untuk menghasilkan tanaman baru (Ahmad et al.,
2013). Keuntungan dengan sistem ini diantaranya adalah umurnya relatif lebih
pendek, kebutuhan air lebih sedikit, biaya produksi lebih rendah karena
penghematan dalam pengolahan tanah, penggunaan bibit, kemurnian genetik lebih
3

terpelihara dan hasil panen tidak berbeda jauh dengan tanaman utama (Nareswari
et al., 2021). Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang pengaruh varietas dan pemberian pupuk NPK terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman kangkung darat.
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis NPK yang optimum dari
beberapa varietas dan pemberian dosis terhadap pertumbuhan dan hasil pada
tanaman kangkung darat.
1.3 Hipotesis
Hipotesis yang diduga pada penelitian ini ialah terdapat dosis NPK yang
optimum untuk tiap varietas kangkung darat dan pemberian dosis pupuk NPK
terhadap pertumbuhan dan hasil pada tanaman kangkung darat yang diteliti.
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kangkung Darat


Kangkung darat (Ipomoea reptans Poir.) adalah satu diantara ribuan tanaman
holtikultura yang banyak di budidayakan di wilayah Asia Tenggara dan Asia
Selatan merupakan tanaman berumur pendek dan merupakan tanaman musiman
atau tahunan yang merupakan sayuran berbentuk daun (Ngatimin et al., 2019).
Klasifikasi tanaman kangkung darat yaitu: Kingdom Plantae (tumbuhan),
Subkingdom Tracheobionta (berpembuluh), Superdivisi Spermatophyta
(menghasilkan biji), Divisi Magnoliophyta (berbunga), Kelas Magnoliapsida
(berkeping dua/dikotil), Sub kelas Asteridae, Ordo Solanales, Famili
Convulvulaceae (suku kangkung-kangkungan), Genus Ipomea, Spesies Ipomea
reptans Poir (Nadila et al., 2020). Bagian dari kangkung yang digunakan dalam
bahan sayuran oleh manusia yaitu batang muda dan daun-daunnya. Tanaman
kangkung darat memiliki sistem perakaran tunggang dan cabang-cabangnya akar
menyebar kesemua arah, dapat menembus tanah sampai kedalaman 60 hingga 100
cm, dan melebar secara mendatar pada radius 150 cm atau lebih (Syam et al.,
2021).
Kangkung memiliki tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan di
ketiak daunnya terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru.
Bentuk daun umumnya runcing ataupun tumpul, permukaan daun sebelah atas
berwarna hijau tua, dan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda.
Selama fase pertumbuhanya tanaman kangkung dapat berbunga, berbuah, dan
berbiji terutama jenis kangkung darat. Bentuk bunga kangkung umumnya
berbentuk “terompet” dan daun mahkota bunga berwarna putih atau merah
lembayung. Batang kangkung bulat dan berlubang, berbuku-buku, banyak
mengandung air (herbacious) dari buku-bukunya mudah sekali keluar akar.
Memiliki percabangan yang banyak dan setelah tumbuh lama batangnya akan
menjalar (Ngatimin et al., 2019).
Buah kangkung berbentuk bulat telur yang didalamnya berisi tiga butir biji.
Bentuk buah kangkung seperti melekat dengan bijinya. Warna buah hitam jika
sudah tua dan hijau ketika muda. Buah kangkung berukuran kecil sekitar 10 mm,
dan umur buah kangkung tidak lama. Bentuk biji kangkung bersegi-segi atau
5

tegak bulat. Berwarna cokelat atau kehitam-hitaman, dan termasuk biji berkeping
dua. Pada jenis kangkung darat biji kangkung berfungsi sebagai alat perbanyakan
tanaman secara generatif (Burhan., 2022). Dalam masa penanaman tanaman
kangkung darat biasanya pembudidaya memanen dari tanaman ini berkisar saat
mencapat umur 30-35 hst dengan cara memetik pada bagian batang hingga lima
kali dala sekali penanaman dengan menggunakan sistem ratun tanaman (Fayza et
al., 2022).
Kangkung darat (Ipomea reptans Poir.) dapat tumbuh dan membutuhkan
tanah yang subur, gembur banyak mengandung bahan organik dan tidak
dipengaruhi keasaman tanah. Tanaman kangkung darat tidak dapat tumbuh dan
berkembang di tanah yang tergenang, karena akar akan mudah membusuk dan
menyebabkan terganggunya sistem perkembangannya (Amriati et al., 2021).
Tanaman kangkung (Ipomea reptans Poir.) membutuhkan tanah datar bagi
pertumbuhannya, sebab tanah datar mampu mempertahankan kandungan air di
dalamnya sedangkan tanah yang memiliki kelerengan tinggi tidak dapat
mempertahankan kandungan air secara baik, apabila dipaksa ditanam di lereng
kemungkinan tumbuh dan perkembangan tanaman kangkung darat terganggu
(Rahmaniah, 2020).
Kangkung darat dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah
sampai dataran tinggi (pegunungan) maksimal 2000 meter di atas permukaan air
laut. Baik kangkung darat dapat tumbuh di mana saja, baik di dataran rendah
maupun di dataran tinggi dengan keuntungan dan hasil yang tidak berbeda jauh.
Hasil dan keuntungan akan tetap sama asal tetap mempertahankan tata cara
penanaman kangkung dengan baik (Ngatimin et al., 2019). Selain itu tanaman ini
dapat tumbuh dengan baik sepanjang tahun. Kangkung darat (Ipomea reptans
Poir.) dapat tumbuh dan berkembang di daerah yang beriklim panas maupun
beriklim dingin. Jumlah curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini
berkisar antara 500-5000 mm/tahun (Nadila et al., 2020).
Pada musim hujan tanaman kangkung pertumbuhannya sangat cepat dan
subur, asalkan di sekelilingnya tidak tumbuh rumput liar. Dengan demikian,
kangkung pada umumnya kuat menghadapi rumput liar, sehingga kangkung dapat
tumbuh di padang rumput, lapangan, tempat gembala, kebun/ladang, maupun
6

tempat lainnya yang agak rimbun dari rumput liar. Tanaman kangkung darat dapat
tumbuh dan membutuhkan lahan yang terbuka atau mendapat sinar matahari yang
cukup. Di tempat yang terlindung (ternaungi) tanaman kangkung akan tumbuh
memanjang (tinggi) tetapi kurus-kurus. Kangkung sangat kuat menghadapi panas
terik dan kemarau yang Panjang dan apabila ditanam di tempat yang agak
terlindung, maka kualitas daun bagus dan segar sehingga disukai oleh banyak
masyarakat. Suhu udara dipengaruhi oleh ketinggian tempat, setiap naik 100 m
tinggi tempat, maka temperatur udara turun 1 °C, maka dari itu disarankan tetap
memperhatikan ketinggian dari sekitar (Nastika et al., 2018).

2.2 Deskripsi 3 Jenis Tanaman Kangkung Darat


Dalam hal ini varietas yang akan digunakan dalam penelitian yaitu varietas
Pusaka 33, varietas Bangkok LP-1 dan varietas Serimpi, deskripsi singkat pada
Tabel 1.

Tabel 1. Varietas Kangkung Darat yang Digunakan dalam Penelitian


No. Varietas Produksi Keturunan Pemulia
-1
1. Pusaka 29 t ha KKR 07.17.54.05.15.28.25.33 SP Rahmadian Ustrianto,
33 SP
2. Bangkok 30 t ha-1 Seleksi dan pemurnian kangkung PT East West Seed
LP-1 Bangkok Indonesia
3. Serimpi 27 t ha-1 Seleksi dan pemurnian kangkung PT East West Seed
Bangkok Indonesia
Kangkung varietas Pusaka 33 masa tanam sampai masa panen 35 hari.
Keunggulan dari kangkung varietas Pusaka 33 memiliki produksi yang tinggi.
Selain itu memiliki rasa tidak langu. Varietas Pusaka 33 memiliki pertumbuhan
mata tombak memanjang yang panjang. Warna daun hijau dan warna batang hijau
muda (Kresna et al., 2016). Data hasil produksi tanaman kangkung darat varietas
Pusaka 33 dengan menggunakan benih sebesar 12,5 kg menghasilkan 29 t ha -1
pada tahun 2018 (Botani, 2018). Kangkung varietas Bangkok LP-1 masa tanam
sampai masa panen 25 hari. Keunggulan dari varietas ini berupa tahan penyakit
layu fusarium, bakteri dan becak daun dan memiliki rasa manis dan memiliki serat
empuk.warna batang pada varietas ini hijau muda dan warna daun hijau tua
(Afifah et al., 2021). Data hasil produksi tanaman kangkung darat varietas
Bangkok LP-1 yang dilakukan pada tahun 2021 menghasilkan 30 t ha -1 (Mamase,
2021) menunjukkan bahwa Kangkung varietas Serimpi masa tanam sampai masa
7

panen 30 hari. Keunggulan dari varietas Serimpi tahan terhadap penyakit Powdery
Mildew dan memiliki rasa manis dan renyah. Warna batang dan warna daun
varietas ini hijau tua (Yunianti et al., 2015). Data hasil produksi tanaman
kangkung darat varietas Serimpi yang dilakukan pada tahun 2019 dengan
kebutuhan 13 kg benih mendapatkan 27 t ha-1 (Hidajati, 2019).
2.3 Pupuk NPK
Pupuk merupakan suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara
yang dibutuhkan oleh tanaman. Bahan tersebut berupa mineral atau bahan organik
yang dihasilkan oleh kegiatan alam dan atau diolah oleh manusia di pabrik atau
dirumah mereka. Unsur dibutuhkan oleh tanaman berupa O (ketersediaan di alam
masih melimpah), C, H, N, P, K, Ca, Mg, S (hara makro, kadar dalam tanaman >
100 ppm), Fe, Mn, Cu, Zn, Cl, Mo dan B (hara mikro, kadar dalam tanaman < 100
ppm) (Syam et al., 2021). Ke-13 unsur hara tersebut sangat terbatas jumlahnya,
cenderung asupannya kurang di dalam tanah dan semakin hari semakin berkurang.
Hal ini dapat diakibatkan karena produksi tanaman secara jangka panjang dan saat
diberlakukannya proses produksi tanpa diimbangi dengan pemupukan.
Mutu pupuk atau grade fertilizer artinya angka yang menunjukkan kadar hara
tanaman utama (N, P dan K) yang dikandung oleh pupuk yang dinyatakan dalam
prosen N total, P2O5 dan K2O. Misalnya pupuk Mahkota NPK 10-5-30, berarti
kadar N 10 %, P2O5 5%, K2O 30%. Perbandingan pupuk atau ratio fertilizer
adalah perbandingan unsur N, P dan K yang dinyatakan dalam N total, P 2O5 dan
K2O merupakan penyederhanaan dari grade fertilizer (Nastika et al., 2018).
Misalnya grade fertilizer 16-9-22, berarti ratio fertilizer 4:3:5. Mixed ferilizer atau
pupuk campur ialah pupuk yang berasal dari berbagai pupuk yang kemudian
dicampur oleh pemakainya misalnya, pupuk Urea, TSP dan KCl dicampur
menjadi satu dengan perbandingan tertentu sesuai dengan mutu yang diinginkan.
Hal ini berbeda dengan pupuk majemuk yaitu pupuk yang mempunyai 2 (dua)
atau lebih hara tanaman dibuat langsung dari pabriknya (Zalna et al., 2014).
Pupuk NPK merupakan pupuk kimia yang mengandung Nitrogen (N)
berkadar tinggi. Unsur nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan
tanaman. Pupuk NPK berbentuk butir-butir berwarna coklat, dengan campuran
dari berbagai jenis pupuk lainnya (Zendrato dan Adiwirman, 2018). Karena
8

mengandung nitrogen dan kalium maka pupuk NPK juga merupakan pupuk yang
mudah larut dalam air dan sifatnya sangat mudah menghisap air (higroskopis),
karena itu sebaiknya disimpan di tempat kering dan tertutup rapat. Unsur hara
nitrogen yang terkandung dalam pupuk NPK memiliki kegunaan bagi tanaman
yaitu, membuat daun lebih banyak mengandung butir hijau daun (klorofil)
(Amriati et al., 2021). Unsur phosphat berguna untuk menguatkan batang dan
membunuh jamur pada kulit tanaman dan unsur kalium berguna untuk
mempercepat pertumbuhan tanaman, dapat menambah kandungan protein
tanaman dan pupuk NPK juga dapat dipakai untuk semua jenis tanaman, baik
tanaman pangan, holtikultura, dan khususnya tanaman perkebunan (Mayani et al.,
2015).
Pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah karena berisi satu atau lebih
unsur untuk menggantikan unsur yang telah di absorbsi oleh tanaman. Memupuk
berarti menambah unsur hara ke dalam tanah. Banyak faktor yang mempengaruhi
efisiensi dan efektivitas pemupukan untuk pertumbuhan yang sehat dan
berproduksi tinggi. Tanaman membutuhkan unsur hara yang seimbang dan cukup
tersedia di dalam tanah. Jika terjadi kekurangan hara maka pertumbuhan tanaman
akan terhambat dan mengalami depresi hara tertentu (Hamid, 2019). Dalam hal ini
pupuk yang digunakan yaitu pupuk NPK Mutiara. Pupuk NPK mutiara
merupakan pupuk majemuk yang memiliki kandungan nitrogen sebesar 16%,
fosfor sebesar 16%, dan kalium sebesar 16%. Penggunaan pupuk NPK mutiara
dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan dapat mempercepat pertumbuhan.
Berikut gambar kemasan pupuk NPK mutiara dan klasifikasi kandungan
didalamnya.

Gambar 1. Kemasan Pupuk NPK Mutiara


9

Pupuk ini juga sering disebut pupuk majemuk. Pupuk majemuk merupakan
pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara, misalnya pupuk NP, NK, PK,
NPK atau NPKMg. Disebut pupuk majemuk karena pupuk ini mengandung unsur
hara makro dan mikro dengan kata lain pupuk majemuk lengkap bisa disebut
sebagai pupuk NPK atau Compound Fertilizer. Pupuk majemuk NPK adalah
pupuk anorganik atau pupuk buatan yang dihasilkan dari pabrik-pabrik pembuat
pupuk, yang mana pupuk tersebut mengandung unsur-unsur hara atau zat-zat
makanan yang diperlukan tanaman. Kandungan unsur hara dalam pupuk majemuk
dinyatakan dalam tiga angka yang berturut-turut menunjukkan kadar N, P 2O5 dan
K2O (Gulo et al., 2020).
Penggunaan pupuk majemuk lebih praktis karena hanya dengan satu kali
penebaran dan beberapa jenis unsur hara dapat diserap oleh tanaman. Penggunaan
pupuk majemuk memegang peranan penting untuk menambah kebutuhan unsur
hara tanaman, terutama pada tanah-tanah miskin hara. Penggunaan pupuk NPK
diharapkan dapat memberikan kemudahan dalam pengaplikasian di lapangan dan
dapat meningkatkan kandungan unsur hara yang dibutuhkan di dalam tanah serta
dapat dimanfaatkan langsung oleh tanaman (Ramadhan et al., 2022).

2.4 Ratun pada Tanaman Kangkung Darat


Produksi tanaman kangkung darat dapat mencapai optimal apabila
pembudidaya menerapkan teknologi budidaya secara optimal, antara lain
penggunaan varietas yang tepat, pemupukan secara optimal, pengairan dan
pencahayaan matahari yang tepat. Sebaliknya apabila hal tersebut tidak dilakukan,
maka kemungkinan dari produksinya juga tidak akan maksimal (Ngatimin et al.,
2019). Budidaya tanaman dengan peratunan adalah sistem budidaya yang telah
dipraktekkan di daerah tropis dan secara luas diterapkan pada beberapa tanaman
misalnya pisang, padi, tebu, dan kangkung darat itu sendiri. Dasar dari perlakuan
ratun merupakan kemampuan tanaman seperti tanaman perennial (tahunan)
musimam yang dapat melanjutkan pertumbuhan lebih dari satu siklus panen
(Ahmad et al., 2013). Hal ini dimungkinkan karena kemampuan dari tanaman
utama setelah dipotong akan muncul tunas dari bagian dasar batang, dekat
permukaan tanah, untuk menghasilkan tanaman baru. Pertumbuhan tanaman ratun
umumnya lebih rendah dibanding tanaman utama (Nareswari et al., 2021).
10

Hasil penelitian Lakitan dan Kartika (2020) menjelaskan bobot segar


kangkung darat diukur dengan menimbang bobot segar tangkai dan bobot segar
daun per pot pada lima kali panen (Tabel 2). Berdasarkan hasil penelitian tersebut,
didapatkan hasil bobot segar kangkung darat populasi 4 tanaman pada panen
pertama (30 hst) adalah bobot segar tangkai 14,59 g pot -1dan bobot segar daun
10,90 g pot-1, saat panen kedua (40 hst) didapatkan hasil bobot segar tangkai 6,49
g pot-1 dan bobot segar daun 6,82 g pot -1, panen ketiga (48 hst) didapatkan hasil
bobot segar tangkai 8,55 g pot-1 dan bobot segar daun 2,14 g pot-1, panen keempat
(55 hst) hasil bobot segar tangkai 15,49 g pot -1 dan bobot segar daun 14,35 g pot -1,
panen kelima (60 hst) hasil bobot segar tangkai 11,31 g pot -1 dan bobot segar daun
12,55 g pot-1.

Tabel 2. Bobot Segar Tanaman Kangkung Sistem Ratun (Lakitan dan Kartika,
2020)
Populasi (tanaman per Pengamatan Bobot segar total (g pot-1)
pot) (hst) Tangkai Daun
30 14,59 10,90
40 6,49 6,82
4 48 8,55 9,90
55 15,49 14,35
60 11,31 12,55

2.5 Pengaruh Pemupukan pada Tanaman Kangkung Darat


Salah satu cara meningkatkan produktifitas dan menjaga kandungan unsur
yang ada di dalam tanah yaitu dengan cara memberikan suplai hara yang cukup
dan seimbang dengan melalui pemupukan. Unsur hara di dalam tanah paling
utama yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang cukup besar yaitu unsur hara
Nitrogen, Fospor, dan Kalium. Unsur hara tersebut berpengaruh terhadap tinggi
tanaman, lebar daun, panjang daun, diameter daun dan hasil suatu tanaman
(Syam et al., 2021).
Pemupukan bertujuan untuk memelihara dan memperbaiki kesuburan tanah
dengan memberikan unsur hara ke dalam tanah yang langsung atau tidak langsung
dapat meyumbangkan unsur yang ada di dalamnya dan bermanfaat bagi tanaman.
Terdapat 16 unsur hara di dalam tanah yang dibutuhkan tanaman yang unsur hara
tersebut dapat diperoleh dari udara, tanah, air dan garam-garam mineral atau
bahan-bahan organik. Akan tetapi unsur hara N, P dan K yang memiliki pengaruh
11

besar bagi setiap tanaman dan persediaan dalam tanah terbatas. Kandungan N, P
dan K pada pupuk mempunyai peranan dalam merangsang pertumbuhan tanaman
serta memacu dan mempercepat pertumbuhan jaringan tanaman terutama
pertumbuhan tinggi tanaman, lebar daun, diameter daun dan hasil suatu tanaman
(Nastika et al., 2018). Data dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Nanda et al.,
(2022) mendapatkan hasil dengan penggunaan pupuk NPK dosis 0 gram
menghasilkan 23 gram bobot segar kangkung, 2 gram pupuk menghasilkan 25
gram bobot segar kangkung, 4 gram pupuk menghasilkan 38 gram bobot segar
kangkung, dan 6 gram pupuk menghasilkan 34 gram bobot segar kangkung.

2.6 Urban Farming


Urban Farming merupakan konsep pertanian yang memanfaatkan lahan
terbatas di perkotaan mulai dari balkon, lahan pekarangan yang tidak begitu luas,
pinggir jalan atau tepian sungai hingga di atap rumah. Selain itu urban farming
juga merupakan bentuk kegiatan budidaya pertanian dalam pengertian yang luas
yang memadukan pertanian, perikanan dan atau peternakan (integrated farming)
atau kegiatan pertanian dalam arti sempit (agriculture farming). Kegiatan ini
dapat menjadi salah satu solusi dalam memenuhi kebutuhan pangan. Pada lahan-
lahan yang tidak termanfaatkan seperti lahan marjinal, median jalan, atau tanah
pekarangan milik warga dapat dimanfaatkan untuk kegiatan urban farming.
Kegiatan urban farming dapat dilakukan dengan konsep penggunaan lahan tidak
terlalu luas dengan menggunakan polybag atau dengan vertikultur. Lahan-lahan
ini kemudian dimanfaatkan supaya menjadi lebih produktif. Pemanfaatan lahan
untuk kegiatan pertanian di bak/pekarangan seadanya yang masih relatif luas
dapat menjadi solusi alternatif dalam penyediaan pangan sehat bagi keluarga.
Manfaat yang diperoleh dengan mengelola lahan di sekitar pekarangan untuk
kegiatan pertanian, sudah sangat dirasakan oleh masyarakat (Septya et al., 2022).
Kemudahan dalam penyediaan pangan sehat seperti tanaman kangkung
merupakan salah satu manfaat. Manfaat lain adalah lingkungan menjadi hijau,
sehat, asri serta menambah estetika (Khasanah, 2021). Tanaman sayur-sayuran
sering menjadi pilihan untuk kegiatan urban farming, mengingat tanaman sayuran
sering dibutuhkan keluarga dan termasuk tanaman yang cukup mudah kegiatan
budidayanya. Selain itu tanaman sayuran juga tidak membutuhkan lahan yang
12

luas dan dapat ditanam di berbagai media lainnya selain di media tanah, sehingga
sangat cocok untuk menjadi komoditi pilihan pada masyarakat perkotaan yang
melakukan urban faming.
3. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat


Penelitian dilaksanakan bulan Februari-Mei 2023 di Kebun Percobaan
Fakultas Pertanian, Kelurahan Jatimulyo, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang,
Jawa Timur. Lokasi penelitian berada pada ketinggian kurang lebih 460 meter di
atas permukaan laut (mdpl) dengan suhu rata-rata 24 ℃ dan memiliki curah hujan
rata-rata 1001 mm-1.250 mm per tahun.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis, meteran,
timbangan analitik, papan label atau alphaboard, penggaris, cangkul, Leaf Area
Meters (LAM), pot berdiameter 20 cm2 dan tinggi 25 cm, kamera dan gembor.
Sedangkan bahan yang digunakan yaitu benih kangkung darat varietas Pusaka 33,
varietas Bangkok LP-1, varietas Serimpi, pupuk NPK 16-16-16, pupuk kandang
sapi, sekam bakar, tanah dan air.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok
(RAK) non faktorial , yang terdiri dari 12 kombinasi perlakuan. Faktor perlakuan
menggunakan beberapa macam varietas tanaman kangkung dan dosis pupuk NPK
yang disajikan sebagai berikut:
1. P1: Varietas Pusaka 33 33 + 5 g NPK.pot-1
2. P2: Varietas Bangkok LP-1 + 5 g NPK.pot-1
3. P3: Varietas Serimpi + 5 g NPK.pot-1
4. P4: Varietas Pusaka 33 33 + 10 g NPK.pot-1
5. P5: Varietas Bangkok LP-1 + 10 g NPK.pot-1
6. P6: Varietas Serimpi + 10 g NPK.pot-1
7. P7: Varietas Pusaka 33 33 + 15 g NPK.pot-1
8. P8: Varietas Bangkok LP-1 + 15 g NPK.pot-1
9. P9: Varietas Serimpi + 15 g NPK.pot-1
10. P10: Varietas Pusaka 33 33 + 20 g NPK.pot-1
11. P11: Varietas Bangkok LP-1 + 20 g NPK.pot-1
12. P12: Varietas Serimpi + 20 g NPK.pot-1
14

Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali dan setiap kombinasi perlakuan


memerlukan 3 pot. Setiap unit percobaan terdiri dari 12 populasi tanaman,
sehingga jumlah total tanaman penelitian sebanyak 432 tanaman.

3.4 Pelaksanaan Penelitian


3.4.1 Persiapan Media Tanam
Persiapan media tanam yang pertama yaitu menghitung banyaknya pot dan
berat isi media tanam dalam pot yang digunakan. Pot berdiameter 20 cm 2 dengan
tinggi 20 cm berisi tanah seberat 5,8 kg pot -1 yang digunakan yaitu sebanyak 36
buah tiap ulangan. Tanah yang digunakan dalam penelitian, diambil dari Kebun
Percobaan Fakultas Pertanian, Kelurahan Jatimulyo, Kecamatan Lowokwaru,
Kota Malang, Jawa Timur, selanjutnya dikeringanginkan dan setelah itu dilakukan
pencampuran tanah, pupuk kandang, dan sekam bakar. Setelah mendapatkan total
berat tanah, kemudian tanah dimasukkan kedalam pot dengan total berat yang
sama yaitu seberat 5,8 kg per 1 buah pot beserta sekam bakar dan pupuk kandang
sapi dengan perbandingan 2:1:1. Setelah sudah tertata di pot, langkah selanjutnya
yaitu pengaturan jarak antara pot satu dengan yang lain sepanjang 30 cm.
3.4.2 Penanaman Benih
Penanaman benih dilakukan pada sore hari, hal ini bertujuan supaya benih
yang telah ditanam tidak langsung berhadapan dengan matahari atau udara kering
yang menyebabkan benih lebih lama berkecambah. Bibit tanaman kangkung yang
ditanam ke dalam pot sebanyak 2 biji per lubang tanam. Pada 7 hst, dilakukan
penjarangan dengan menyisakan 1 tanaman per lubang tanam dengan ketentuan
setiap pot terdapat 4 lubang tanam, kemudian lubang ditutup dengan tanah halus
dan kemudian disiram menggunakan air.
3.4.3 Penyulaman
Penyulaman tanaman yang tidak dapat tumbuh atau mati digantikan dengan
bibit hasil persemaian yang berumur sama. Hal ini bertujuan untuk mengurangi
adanya bibit yang tidak normal dan supaya menjaga keragaman kondisi tanaman,
penyulaman dilakukan maksimal umur 6 hst.
3.4.4 Pemupukan
Pemupukan NPK dilakukan pada saat tanaman berumur 14 hst dan 21 hst
dengan pemberian masing-masing setengah dari dosis perlakuan pupuk NPK yang
15

diberikan.Pemupukan dilakukan dengan membuat lubang secara tugal dengan


jarak 5 cm dari tanaman. Pupuk NPK yang diberikan pada perlakuan ini ialah,
dosis pupuk NPK 5 g pot-1, dosis pupuk NPK 10 g pot-1, dosis pupuk NPK 15 g
pot-1, dan dosis pupuk NPK 20 g pot-1, Pengaplikasian pupuk NPK dilakukan
sebanyak 2 kali, yaitu pada umur 14 hst sebanyak ½ dosis dan pada 21 hst
sebanyak ½ dosis pupuk NPK.
3.4.5 Penyiraman
Penyiraman dilakukan pada saat setelah tanam yang bertujuan untuk
membasahi dan membantu mencadangkan kebutuhan air di dalam tanah untuk
menghindari teriknya matahari. Penyiraman selanjutnya dilakukan dengan melihat
kondisi tanah pada pot, apabila tanah di pot sudah kering maka dilakukan
penyiraman 1-2 kali dalam sehari, apabila tanah di pot masih basah maka tidak
diperlukan penyiraman tanaman. Penyiraman tanaman dilakukan dengan cara
menyiramkan langsung pada setiap pot dengan air secukupnya, air tidak sampai
tumpah atau menggenangi pot.
3.4.6 Penyiangan
Penyiangan dilakukan sejak tanaman berumur 7 hst atau setelah terlihat
adanya gulma yang tumbuh di pot. Penyiangan dilakukan bertujuan untuk
mematikan dan menghindari pertumbuhan gulma yang dapat mengganggu
pertumbuhan tanaman dan menghindari persaingan dalam mendapatkan unsur
hara di dalam tanah untuk tanaman. Penyiangan dilakukan dengan cara manual
(hand weeding).
3.4.7 Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit harus dilakukan untuk mencegah dan
pemberantasan hama dan penyakit tanaman. Umumnya yang sering mengganggu
dalam proses pertumbuhan tanaman adalah serangga hama, akan tetapi yang
sering terjadi dalam proses budidaya yaitu tanaman diserang oleh hama. Hal yang
tepat untuk memberantas hama tersebut yaitu dengan cara mengambil dan
membunuh hama tersebut untuk mengurangi penggunaan pestisida dalam
budidaya tanaman kangkung ini. Hal ini tidak dilakukan supaya tanaman terbebas
dari bahan kimia yang akan tetap menempel pada tanaman dan tanaman tersebut
dikatakan kurang baik.
16

3.4.8 Panen
Pemanenan tanaman kangkung darat dilakukan dengan cara memotong
hingga menyisakan bagian batang dan menyisahkan 5 anakan cabang. Pemanenan
dilakukan pada saat tanaman kangkung darat berumur 35 hst. Setelah dilakukan
pemotongan sampai bagian batang dilakukan pencucian dengan air mengalir
supaya kotoran dan tanah yang menempel pada bagian daun atau batang lebih
bersih.
3.4.9 Peratunan
Peratunan dilakukan pada semua perlakuan dimana peratunan dilakukan
dengan cara membiarkan batang bekas panen tanaman kangkung pada umur 35
hst, kemudian tanaman kangkung darat akan tumbuh dengan cabang baru dan
perlakuan ratun dilakukan kembali setelah 15 hari setelah pemanenan pertama (50
hst) dan 15 hari setelah pemanenan kedua (65 hst).

3.5 Pengamatan Penelitian


Pengamatan penelitian ini dilakukan dengan melihat pertumbuhan dan hasil
dari pemanenan. Pengamatan pertumbuhan dengan mengamati setiap pot dengan
setiap perlakuan yang telah ditentukan. Pengamatan pertumbuhan dilakukan
menggunakan waktu interval dalam 1 minggu yaitu pada saat tanaman berumur 7,
14, 21, 28, dan 35 hst. Pertumbuhan diamati dari beberapa hasil berikut ini:
1. Tinggi tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur dari pangkal tanaman sampai ujung daun dengan
menggunakan penggaris. Data tinggi tanaman kemudian dicatat dan
dikelompokkan sesuai dengan kode atau label yang tertera pada tanaman tersebut.
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan seminggu dimulai umur tanaman 7, 14, 21,
28, dan 35 hst.
2. Jumlah daun (helai)
Jumlah daun dihitung daun yang terbuka lebar, daun yang kuning dan layu
atau menguning tidak diperhitungkan. Pengukuran jumlah daun dilakukan secara
non destruktif pada 7, 14, 21, 28, dan 35 hst.
Selanjutnya dilakukan pemanenan, pengamatan hasil dari tanaman dilakukan
dengan cara menghitung:
17

1. Berat segar konsumsi per tanaman (g)


Berat segar konsumsi yaitu berat keseluruhan bagian tanaman segar tanpa
siap konsumsi. Berupa batang dan daun tanaman yang telah dicuci, ditiriskan. Air
yang masih melekat dikering anginkan, lalu ditimbang secara keseluruhan.
Penimbangan ini dilakukan diakhir penelitian pada umur 35 hst atau setelah
pemanenan
2. Luas daun (cm2)
Pengukuan luas daun menggunakan metode Leaf Area Meter (LAM) yang
dilakukan setelah panen. Pengukuran dilakukan setelah panen pada umur 7, 14,
21, 28, 35, 50 dan 65 hst.
3. Nilai indeks klorofil
Pengukuran nilai klorofil pada daun kangkung darat menggunakan alat
klorofil meter Soil Plant Analysis Development (SPAD) yang dilakukan 35 hst.
4. Pertumbuhan ratun
Pertumbuhan ratun dilakukan dengan cara mengukur kembali tinggi tanaman,
jumlah daun, luas daun, dan bobot segar konsumsi ratun sebanyak 2 kali yaitu
pada saat 50 hst dan 65 hst.
3.6 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis ragam
(ANOVA) dengan taraf nyata 5%. Apabila hasil pengujian diperoleh pengaruh
yang nyata maka akan dilanjutkan dengan uji perbandingan antar perlakuan
dengan menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%.
.
18

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil

4.1.1 Kondisi Lingkungan


Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas
Brawijaya yang terletak di lahan sawah desa Jatimulyo, Kecamatan Lowokwaru,
Kota Malang, Jawa Timur. Letak lokasi lahan sawah berada pada koordinat
7o56’22” LS dan 112o37’04” BT. Lahan penelitian tersebut berada di tengah-
tengah kota Malang dengan batas administratifnya sebelah utara berbatasan
dengan Kelurahan Mojolangu, batas sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan
Ketawanggede, batas sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Dinoyo, dan
batas sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Tulusrejo. Kota Malang
memiliki curah hujan sebesar 837 mm dengan suhu 21-28 oC (Badan Pusat
Statistik, 2018).
Lahan penelitian tersebut merupakan lahan yang dikhususkan untuk
melakukan percobaan penelitian. Lahan penelitian sebelumnya merupakan lahan
yang sering diolah untuk dijadikan lahan sawah yang ditanami dengan tanaman
padi, akan tetapi lahan tersebut juga ditanami tanaman lain semisal tanaman
jagung dan tebu. Sebelum melakukan penelitian dilakukan analisis sampel sifat
fisika tanah dasar. Analisis dasar ini dilakukan untuk mengetahui adanya
perbedaan sebelum dan sesudah tanah diberikan perlakuan. Analisis sifat fisika
tanah dasar dilakukan secara mandiri di Laboratorium Kimia, Universitas
Muhamadiyah Malang. Analisa sifat fisika tanah dasar yang dilakukan meliputi,
c-organik, bahan organik, N total, C/N ratio, P2O5, K2O, air dan pH. Hasil
analisis sampel tanah dasar disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Analisis Sampel Tanah Dasar
Parameter Analisa Tanah
C-organik (%) 2,00
Bahan organik (%) 3,44
N total (%) 0,15
C/N Ratio 13,04
P2O5 16,90
K2O 17,41
Air 9,47
pH 5,28
Sumber: *) Hasil Laboratorium Kimia, Universitas Muhamadiyah Malang (2023)
19

Berdasarkan hasil analisis dasar tanah melalui hasil laboratorium


menunjukkan bahwa C-organik tanah berkisar 2.00%, bahan organic 3.44%, N-
total 0.15%, C/N ratio 13.04, P2O5 16.90, K2O 17.41, air 9.47 dan pH 5.28.

4.1.2 Parameter Pertumbuhan

a. Tinggi tanaman

Hasil analisis ragam menunjukan bahwa perlakuan kombinasi varietas


kangkung dan dosis pupuk NPK berpengaruh nyata pada tinggi tanaman saat
umur 21 hst, 28 hst dan 35 hst (Lampiran 8). Pada umur 7 hst dan 14 hst
(Lampiran 8) tidak menunjukan adanya pengaruh perlakuan kombinasi varietas
dengan dosis NPK terhadap tinggi tanaman kangkung. Tinggi tanaman kangkung
telah disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Tinggi Tanaman Kangkung Darat akibat Perlakuan berbagai Macam
Kombinasi Varietas dan Dosis Pupuk NPK
Tinggi Tanaman (cm) pada Umur (HST)
Perlakuan
21 28 35
Pusaka 33 + 5 gr NPK 18,00 ab 24,94 b 27,45 bc
Bangkok LP-1 + 5 gr NPK 18,47 bc 24,00 ab 26,33 ab
Serimpi + 5 gr NPK 16,81 a 21,24 a 23,10 a
Pusaka 33 + 10 gr NPK 20,17 d 24,74 ab 27,50 bc
Bangkok LP-1 + 10 gr NPK 20,06 cd 26,49 bc 27,34 bc
Serimpi + 10 gr NPK 20,64 d 25,47 bc 26,61 b
Pusaka 33 + 15 gr NPK 20,36 d 25,86 bc 28,12 bc
Bangkok LP-1 + 15 gr NPK 23,06 e 28,66 c 30,58 c
Serimpi + 15 gr NPK 20,22 d 26,71 bc 28,04 bc
Pusaka 33 + 20 gr NPK 17,91 ab 23,70 ab 25,38 ab
Bangkok LP-1 + 20 gr NPK 20,81 d 26,46 bc 28,19 bc
Serimpi + 20 gr NPK 20,56 d 26,68 bc 27,22 b
BNT 5 % 1,60 3,57 7,17
KK (%) 4,78 8,30 3,30
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, menunjukan tidak
beda nyata berdasarkan uji BNT 5 %; tn= tidak nyata; HST= hari setelah tanam;
KK = koefisien keragaman.
Pada umur 21 hst, 28, hst dan 35 hst perlakuan varietas Pusaka 33 dengan
pemberian dosis 5, 10, 15 dan 20 gram NPK menunjukan perbedaan yang nyata
terhadap tinggi tanaman kangkung (Tabel 4). Rerata tinggi tanaman kangkung
darat umur 21 hst, 28 hst dan 35 hst pada varietas Pusaka 33 dengan pemberian
dosis 15 gram NPK mampu menghasilkan tinggi tanaman yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pemberian dosis 20 gram NPK.
20

Pada umur 21 hst, 28, hst dan 35 hst perlakuan varietas Bangkok LP-1
dengan pemberian dosis 5, 10, 15 dan 20 gram NPK menunjukan perbedaan yang
nyata terhadap tinggi tanaman kangkung (Tabel 4). Rerata tinggi tanaman
kangkung darat umur 21 hst, 28 hst dan 35 hst pada varietas Bangkok LP-1
dengan pemberian dosis 15 gram NPK mampu menghasilkan tinggi tanaman yang
lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian dosis 5 gram NPK.
Pada umur 21 hst, 28, hst dan 35 hst perlakuan varietas Serimpi dengan
pemberian dosis 5, 10, 15 dan 20 gram NPK menunjukan perbedaan yang nyata
terhadap tinggi tanaman kangkung (Tabel 4). Rerata tinggi tanaman kangkung
darat umur 21 hst pada varietas Serimpi dengan pemberian dosis 10 gram NPK
mampu menghasilkan tinggi tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan
pemberian dosis 5 gram NPK. Rerata tinggi tanaman kangkung darat umur 28 hst
dan 35 hst pada varietas Serimpi dengan pemberian dosis 15 gram NPK mampu
menghasilkan tinggi tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian
dosis 5 gram NPK.

b. Jumlah daun
Hasil analisis ragam menunjukan bahwa perlakuan kombinasi varietas
kangkung dan dosis pupuk NPK berpengaruh nyata pada jumlah daun tanaman
umur 21 hst, 28 hst dan 35 hst (Lampiran 9). Pada umur 7 hst dan 14
hst(Lampiran 9) tidak menunjukan adanya pengaruh perlakuan kombinasi varietas
dengan dosis NPK terhadap jumlah daun kangkung. Jumlah daun tanaman
kangkung telah disajikan pada Tabel 5.
Pada umur 21 hst, 28, hst dan 35 hst perlakuan varietas Pusaka 33 dengan
pemberian dosis 5, 10, 15 dan 20 gram NPK menunjukan perbedaan yang nyata
terhadap jumlah daun tanaman kangkung (Tabel 5). Rerata jumlah daun tanaman
kangkung darat umur 21 hst pada varietas Pusaka 33 dengan pemberian dosis 15
gram NPK mampu menghasilkan jumlah daun tanaman yang lebih banyak
dibandingkan dengan pemberian dosis 5 gram NPK. Rerata jumlah daun tanaman
kangkung darat umur 28 hst dan 35 hst pada varietas Pusaka 33 dengan pemberian
dosis 15 gram NPK mampu menghasilkan jumlah daun tanaman yang lebih
banyak dibandingkan dengan pemberian dosis 20 gram NPK.
21

Tabel 5. Jumlah Daun Tanaman Kangkung Darat akibat Perlakuan berbagai


Macam Kombinasi Varietas dan Dosis Pupuk NPK Pada Berbagai
Umur Pengamatan
Jumlah Daun Tanaman (helai) pada Umur (HST)
Perlakuan
21 28 35
Pusaka 33 + 5 gr NPK 17,53 ab 25,46 abc 35,46 b
Bangkok LP-1 + 5 gr NPK 17,61 ab 25,20 abc 35,20 b
Serimpi + 5 gr NPK 16,97 a 23,51 a 30,08 a
Pusaka 33 + 10 gr NPK 18,75 ab 26,15 abc 36,15 b
Bangkok LP-1 + 10 gr NPK 19,31 bc 26,40 bc 36,40 b
Serimpi + 10 gr NPK 17,47 ab 27,34 cd 37,34 b
Pusaka 33 + 15 gr NPK 19,11 abc 27,11 cd 37,11 b
Bangkok LP-1 + 15 gr NPK 21,16 c 29,69 d 40,56 c
Serimpi + 15 gr NPK 18,72 ab 27,28 cd 37,28 b
Pusaka 33 + 20 gr NPK 17,74 ab 24,22 ab 31,22 a
Bangkok LP-1 + 20 gr NPK 19,51 bc 26,62 bc 36,62 b
Serimpi + 20 gr NPK 19,31 bc 26,18 abc 36,18 b
BNT 5 % 2,19 2,72 2,80
KK (%) 6,9 6,1 4,6
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, menunjukan tidak
beda nyata berdasarkan uji BNT 5 %; tn= tidak nyata; HST= hari setelah tanam;
KK = koefisien keragaman.
Pada umur 21 hst, 28, hst dan 35 hst perlakuan varietas Bangkok LP-1 dengan
pemberian dosis 5, 10, 15 dan 20 gram NPK menunjukan perbedaan yang nyata
terhadap jumlah daun tanaman kangkung (Tabel 5). Rerata jumlah daun tanaman
kangkung darat umur 21 hst, 28 hst dan 35 hst pada varietas Bangkok LP-1
dengan pemberian dosis 15 gram NPK mampu menghasilkan jumlah daun
tanaman yang lebih banyak dibandingkan dengan pemberian dosis 5 gram NPK.
Pada umur 21 hst, 28, hst dan 35 hst perlakuan varietas Serimpi dengan
pemberian dosis 5, 10, 15 dan 20 gram NPK menunjukan perbedaan yang nyata
terhadap jumlah daun tanaman kangkung (Tabel 5). Rerata jumlah daun tanaman
kangkung darat umur 21 hst pada varietas Serimpi dengan pemberian dosis 20
gram NPK mampu menghasilkan jumlah daun tanaman yang lebih banyak
dibandingkan dengan pemberian dosis 5 gram NPK. Rerata jumlah daun tanaman
kangkung darat umur 28 hst dan 35 hst pada varietas Serimpi dengan pemberian
dosis 10 gram NPK mampu menghasilkan jumlah daun tanaman yang lebih
banyak dibandingkan dengan pemberian dosis 5 gram NPK.
22

c. Luas daun

Hasil analisis ragam menunjukan bahwa perlakuan kombinasi varietas


kangkung dan dosis pupuk NPK berpengaruh nyata pada luas daun tanaman umur
21 hst, 28 hst dan 35 hst (Lampiran 10). Pada umur 7 hst dan 14 hst (Lampiran
10) tidak menunjukan adanya pengaruh perlakuan kombinasi varietas dengan
dosis NPK terhadap luas daun kangkung. Luas daun tanaman kangkung telah
disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Luas Daun Tanaman Kangkung Darat akibat Perlakuan berbagai Macam
Kombinasi Varietas dan Dosis Pupuk NPK Pada Berbagai Umur
Pengamatan
Luas Daun Tanaman (cm2) pada Umur (HST)
Perlakuan
21 28 35
Pusaka 33 + 5 gr NPK 233,95 c 356,52 b 741,81 bc

Bangkok LP-1 + 5 gr NPK 225,11 bc 385,17 bc 785,36 bcd

Serimpi + 5 gr NPK 160,64 a 256,17 a 532,13 a

Pusaka 33 + 10 gr NPK 246,79 cd 397,99 bc 782,02 bcd

Bangkok LP-1 + 10 gr NPK 240,88 cd 388,16 bc 810,84 cd

Serimpi + 10 gr NPK 175,80 ab 358,00 b 684,06 b

Pusaka 33 + 15 gr NPK 292,37 d 473,77 c 872,44 d

Bangkok LP-1 + 15 gr NPK 262,21 cd 428,47 bc 880,59 d

Serimpi + 15 gr NPK 235,68 c 400,63 bc 825,22 cd

Pusaka 33 + 20 gr NPK 214,36 abc 358,34 b 696,13 b

Bangkok LP-1 + 20 gr NPK 242,26 cd 400,07 bc 792,84 bcd

Serimpi + 20 gr NPK 254,07 cd 390,54 bc 794,91 bcd


BNT 5 % 56,53 89,4 111,56
KK (%) 14,4 13,8 8,8
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, menunjukan tidak
beda nyata berdasarkan uji BNT 5 %; tn= tidak nyata; HST= hari setelah tanam;
KK = koefisien keragaman.
Pada umur 21 hst, 28, hst dan 35 hst perlakuan varietas Pusaka 33 dengan
pemberian dosis 5, 10, 15 dan 20 gram NPK menunjukan perbedaan yang nyata
terhadap luas daun tanaman kangkung (Tabel 6). Rerata luas daun tanaman
kangkung darat umur 21 hst dan 35 hst pada varietas Pusaka 33 dengan pemberian
dosis 15 gram NPK mampu menghasilkan luas daun tanaman yang lebih lebar
dibandingkan dengan pemberian dosis 20 gram NPK. Rerata luas daun tanaman
kangkung darat umur 28 hst pada varietas Pusaka 33 dengan pemberian dosis 15
23

gram NPK mampu menghasilkan luas daun tanaman yang lebih lebar
dibandingkan dengan pemberian dosis 5 gram NPK.
Pada umur 21 hst, 28, hst dan 35 hst perlakuan varietas Bangkok LP-1 dengan
pemberian dosis 5, 10, 15 dan 20 gram NPK menunjukan perbedaan yang nyata
terhadap jumlah daun tanaman kangkung (Tabel 6). Rerata luas daun tanaman
kangkung darat umur 21 hst, 28 hst dan 35 hst pada varietas Bangkok LP-1
dengan pemberian dosis 15 gram NPK mampu menghasilkan luas daun tanaman
yang lebih lebar dibandingkan dengan pemberian dosis 5 gram NPK.
Pada umur 21 hst, 28, hst dan 35 hst perlakuan varietas Serimpi dengan
pemberian dosis 5, 10, 15 dan 20 gram NPK menunjukan perbedaan yang nyata
terhadap jumlah daun tanaman kangkung (Tabel 6). Rerata luas daun tanaman
kangkung darat umur 21 hst pada varietas Serimpi dengan pemberian dosis 20
gram NPK mampu menghasilkan luas daun tanaman yang lebih lebar
dibandingkan dengan pemberian dosis 5 gram NPK. Rerata luas daun tanaman
kangkung darat umur 28 hst dan 35 hst pada varietas Serimpi dengan pemberian
dosis 15 gram NPK mampu menghasilkan jumlah daun tanaman yang lebih
banyak dibandingkan dengan pemberian dosis 5 gram NPK.

d. Tinggi ratun
Hasil analisis ragam menunjukan bahwa perlakuan kombinasi varietas
kangkung dan dosis pupuk NPK berpengaruh nyata pada tinggi ratun umur 50 hst
dan 65 hst (Lampiran 11). Tinggi ratun tanaman kangkung telah disajikan pada
Tabel 7.
Pada umur 50 hst dan 65 hst perlakuan varietas Pusaka 33 dengan pemberian
dosis 5, 10, 15 dan 20 gram NPK menunjukan perbedaan yang nyata terhadap
tinggi ratun tanaman kangkung (Tabel 7). Rerata tinggi ratun tanaman kangkung
darat umur 50 hst dan 65 hst pada varietas Pusaka 33 dengan pemberian dosis 5
gram NPK mampu menghasilkan tinggi ratun tanaman yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pemberian dosis 15 gram NPK.
Pada umur 50 hst dan 65 hst perlakuan varietas Bangkok LP-1 dengan
pemberian dosis 5, 10, 15 dan 20 gram NPK menunjukan perbedaan yang nyata
terhadap tinggi ratun tanaman kangkung (Tabel 7). Rerata tinggi ratun tanaman
kangkung darat umur 50 hst dan 65 hst pada varietas Bangkok LP-1 dengan
24

pemberian dosis 15 gram NPK mampu menghasilkan tinggi ratun tanaman yang
lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian dosis 5 gram NPK.
Pada umur 50 hst dan 65 hst perlakuan varietas Serimpi dengan pemberian
dosis 5, 10, 15 dan 20 gram NPK menunjukan perbedaan yang nyata terhadap
tinggi ratun tanaman kangkung (Tabel 7). Rerata tinggi ratun tanaman kangkung
darat umur 50 hst dan 65 hst pada varietas Serimpi dengan pemberian dosis 10
gram NPK mampu menghasilkan tinggi ratun tanaman yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pemberian dosis 5 gram NPK.
Tabel 7. Tinggi Ratun Kangkung Darat akibat Perlakuan berbagai Macam
Kombinasi Varietas dan Dosis Pupuk NPK Pada Berbagai Umur
Pengamatan
Tinggi Tanaman Ratun (cm) pada berbagai umur (hst)
Perlakuan
50 65
Pusaka 33 + 5 gr NPK 6,24 ab 6,57 a
Bangkok LP-1 + 5 gr NPK 6,07 ab 6,27 a
Serimpi + 5 gr NPK 4,72 a 5,08 a
Pusaka 33 + 10 gr NPK 6,21 ab 6,24 a
Bangkok LP-1 + 10 gr NPK 6,29 ab 6,34 a
Serimpi + 10 gr NPK 6,33 b 6,40 a
Pusaka 33 + 15 gr NPK 6,11 ab 6,14 a
Bangkok LP-1 + 15 gr NPK 8,15 c 8,85 b
Serimpi + 15 gr NPK 6,05 ab 6,25 a
Pusaka 33 + 20 gr NPK 6,21 ab 6,19 a
Bangkok LP-1 + 20 gr NPK 6,42 b 6,42 a
Serimpi + 20 gr NPK 4,98 ab 5,49 a
BNT 5 % 1,59 1,72
KK (%) 15,25 15,95
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, menunjukan tidak
beda nyata berdasarkan uji BNT 5 %; tn= tidak nyata; HST= hari setelah tanam;
KK = koefisien keragaman.
e. Jumlah daun ratun
Hasil analisis ragam menunjukan bahwa perlakuan kombinasi varietas
kangkung dan dosis pupuk NPK berpengaruh nyata pada jumlah daun ratun umur
50 hst dan 65 hst (Lampiran 12). Jumlah daun ratun tanaman kangkung telah
disajikan pada Tabel 8.
Pada umur 50 hst dan 65 hst perlakuan varietas Pusaka 33 dengan pemberian
dosis 5, 10, 15 dan 20 gram NPK menunjukan perbedaan yang nyata terhadap
jumlah daun ratun tanaman kangkung (Tabel 8). Rerata jumlah daun ratun
tanaman kangkung darat umur 50 hst dan 65 hst pada varietas Pusaka 33 dengan
25

pemberian dosis 15 gram NPK mampu menghasilkan jumlah ratun tanaman yang
lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian dosis 10 gram NPK.
Pada umur 50 hst dan 65 hst perlakuan varietas Bangkok LP-1 dengan
pemberian dosis 5, 10, 15 dan 20 gram NPK menunjukan perbedaan yang nyata
terhadap jumlah daun ratun tanaman kangkung (Tabel 8). Rerata jumlah daun
ratun tanaman kangkung darat umur 50 hst dan 65 hst pada varietas Bangkok LP-
1 dengan pemberian dosis 15 gram NPK mampu menghasilkan jumlah ratun
tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian dosis 20 gram NPK.
Tabel 8. Jumlah Daun Ratun Kangkung Darat akibat Perlakuan berbagai Macam
Kombinasi Varietas dan Dosis Pupuk NPK Pada Berbagai Umur
Pengamatan
Jumlah Daun (helai) Ratun pada berbagai umur (hst)
Perlakuan
50 65
Pusaka 33 + 5 gr NPK 3,03 abc 3,06 abcd
Bangkok LP-1 + 5 gr NPK 3,51 cd 3,55 cd
Serimpi + 5 gr NPK 2,53 a 2,56 ab
Pusaka 33 + 10 gr NPK 2,83 ab 2,86 abc
Bangkok LP-1 + 10 gr NPK 3,75 d 3,77 d
Serimpi + 10 gr NPK 2,86 ab 2,91 abc
Pusaka 33 + 15 gr NPK 3,08 abc 3,09 bcd
Bangkok LP-1 + 15 gr NPK 4,64 e 4,67 e
Serimpi + 15 gr NPK 2,68 a 2,69 ab
Pusaka 33 + 20 gr NPK 2,88 abc 2,89 abc
Bangkok LP-1 + 20 gr NPK 3,46 bcd 3,47 cd
Serimpi + 20 gr NPK 2,69 a 2,36 a
BNT 5 % 0,64 0,71
KK (%) 12,00 13,3
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, menunjukan tidak
beda nyata berdasarkan uji BNT 5 %; tn= tidak nyata; HST= hari setelah tanam;
KK = koefisien keragaman.
Pada umur 50 hst dan 65 hst perlakuan varietas Serimpi dengan pemberian
dosis 5, 10, 15 dan 20 gram NPK menunjukan perbedaan yang nyata terhadap
jumlah daun ratun tanaman kangkung (Tabel 8). Rerata jumlah daun ratun
tanaman kangkung darat umur 50 hst pada varietas Serimpi dengan pemberian
dosis 10 gram NPK mampu menghasilkan jumlah ratun tanaman yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pemberian dosis 5 gram NPK. Rerata jumlah daun ratun
tanaman kangkung darat umur 65 hst pada varietas Serimpi dengan pemberian
dosis 10 gram NPK mampu menghasilkan jumlah ratun tanaman yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pemberian dosis 20 gram NPK.
26

f. Luas daun ratun

Hasil analisis ragam menunjukan bahwa perlakuan kombinasi varietas


kangkung dan dosis pupuk NPK tidak berpengaruh nyata pada luas daun ratun
umur 50 hst dan 65 hst (Lampiran 13). Luas daun ratun tanaman kangkung telah
disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Luas Daun Ratun Kangkung Darat akibat Perlakuan berbagai Macam
Kombinasi Varietas dan Dosis Pupuk NPK Pada Berbagai Umur
Pengamatan
Luas Daun Ratun (cm²) pada berbagai umur (hst)
Perlakuan
50 65
Pusaka 33 + 5 gr NPK 227,26 232,89
Bangkok LP-1 + 5 gr NPK 217,21 220,54
Serimpi + 5 gr NPK 156,17 157,84
Pusaka 33 + 10 gr NPK 237,54 244,20
Bangkok LP-1 + 10 gr NPK 225,30 233,46
Serimpi + 10 gr NPK 167,12 171,41
Pusaka 33 + 15 gr NPK 213,33 220,00
Bangkok LP-1 + 15 gr NPK 245,88 257,97
Serimpi + 15 gr NPK 217,42 223,15
Pusaka 33 + 20 gr NPK 202,47 206,70
Bangkok LP-1 + 20 gr NPK 231,32 237,98
Serimpi + 20 gr NPK 243,23 246,56
BNT 5 % tn tn
KK (%) 17,58 16,56
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, menunjukan tidak
beda nyata berdasarkan uji BNT 5 %; tn= tidak nyata; HST= hari setelah tanam;
KK = koefisien keragaman.
Pada umur 50 hst dan 65 hst perlakuan varietas Pusaka 33 dengan pemberian
dosis 5, 10, 15 dan 20 gram NPK menunjukan hasil yang tidak berrbeda nyata
terhadap luas daun ratun tanaman kangkung (Tabel 9). Pada varietas Pusaka 33
umur 50 hst, pemberian dosis pupuk NPK menunjukan rerata luas daun tanaman
kangkung darat yaitu sebesar 220,15 cm. Pada varietas Pusaka 33 umur 65 hst,
pemberian dosis pupuk NPK menunjukan rerata luas daun tanaman kangkung
darat yaitu sebesar 225,95 cm .
Pada umur 50 hst dan 65 hst perlakuan varietas Bangkok LP-1 dengan
pemberian dosis 5, 10, 15 dan 20 gram NPK menunjukan hasil yang tidak
berrbeda nyata terhadap luas daun ratun tanaman kangkung (Tabel 9). Pada
varietas Bangkok LP-1 umur 50 hst, pemberian dosis pupuk NPK menunjukan
rerata luas daun tanaman kangkung darat yaitu sebesar 229,93 cm. Pada varietas
27

Bangkok LP-1 umur 65 hst, pemberian dosis pupuk NPK menunjukan rerata luas
daun tanaman kangkung darat yaitu sebesar 237,49 cm.
Pada umur 50 hst dan 65 hst perlakuan varietas Serimpi dengan pemberian
dosis 5, 10, 15 dan 20 gram NPK menunjukan hasil yang tidak berrbeda nyata
terhadap luas daun ratun tanaman kangkung (Tabel 9). Pada varietas Serimpi
umur 50 hst, pemberian dosis pupuk NPK menunjukan rerata luas daun tanaman
kangkung darat yaitu sebesar 195,98 cm. Pada varietas Serimpi umur 65 hst,
pemberian dosis pupuk NPK menunjukan rerata luas daun tanaman kangkung
darat yaitu sebesar 199,74 cm.
4.1.2 Parameter Hasil

a. Bobot Segar Konsumsi


Hasil analisis ragam menunjukan bahwa perlakuan kombinasi varietas
kangkung dan dosis pupuk NPK berpengaruh nyata pada bobot segar konsumsi
(Lampiran 14). Pada umur 35 hst perlakuan varietas Pusaka 33 dengan pemberian
dosis 5, 10, 15 dan 20 gram NPK menunjukan perbedaan yang nyata terhadap
bobot segar konsumsi tanaman kangkung (Tabel 10). Rerata bobot segar
konsumsi tanaman kangkung darat umur 35 hst pada varietas Pusaka 33 dengan
pemberian dosis 10 gram NPK mampu menghasilkan bobot segar konsumsi
tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian dosis 5 gram NPK.
Tabel 10. Bobot Segar Konsumsi per Tanaman Kangkung Darat akibat Perlakuan
berbagai Macam Kombinasi Varietas dan Dosis Pupuk NPK
Bobot Segar Konsumsi Panen
Perlakuan
(g tan -1)
Pusaka 33 + 5 gr NPK 24,26 a
Bangkok LP-1 + 5 gr NPK 24,20 a
Serimpi + 5 gr NPK 24,21 a
Pusaka 33 + 10 gr NPK 35,82 bc
Bangkok LP-1 + 10 gr NPK 28,36 ab
Serimpi + 10 gr NPK 38,73 bc
Pusaka 33 + 15 gr NPK 33,43 ab
Bangkok LP-1 + 15 gr NPK 45,66 c
Serimpi + 15 gr NPK 36,56 bc
Pusaka 33 + 20 gr NPK 34,10 ab
Bangkok LP-1 + 20 gr NPK 39,25 bc
Serimpi + 20 gr NPK 34,32 ab
BNT 5 % 10,59
KK (%) 19,45
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, menunjukan tidak
beda nyata berdasarkan uji BNT 5 %; tn= tidak nyata; HST= hari setelah tanam;
28

KK = koefisien keragaman.
Pada umur 35 hst perlakuan varietas Bangkok LP-1 dengan pemberian dosis 5,
10, 15 dan 20 gram NPK menunjukan perbedaan yang nyata terhadap bobot segar
konsumsi tanaman kangkung (Tabel 10). Rerata bobot segar konsumsi tanaman
kangkung darat umur 35 hst pada varietas Bangkok LP-1 dengan pemberian dosis
15 gram NPK mampu menghasilkan bobot segar konsumsi tanaman yang lebih
tinggi dibandingkan dengan pemberian dosis 5 gram NPK.
Pada umur 35 hst perlakuan varietas Serimpi dengan pemberian dosis 5, 10,
15 dan 20 gram NPK menunjukan perbedaan yang nyata terhadap bobot segar
konsumsi tanaman kangkung (Tabel 10). Rerata bobot segar konsumsi tanaman
kangkung darat umur 35 hst pada varietas Serimpi dengan pemberian dosis 10
gram NPK mampu menghasilkan bobot segar konsumsi tanaman yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pemberian dosis 5 gram NPK.

b. Indeks Klorofil

Hasil analisis ragam menunjukan bahwa perlakuan kombinasi varietas


kangkung dan dosis pupuk NPK berpengaruh nyata pada indeks klorofil
(Lampiran 14). Pada umur 35 hst perlakuan varietas Pusaka 33 dengan pemberian
dosis 5, 10, 15 dan 20 gram NPK menunjukan perbedaan yang nyata terhadap
kadar klorofil tanaman kangkung (Tabel 11). Rerata kadar klorofil tanaman
kangkung darat umur 35 hst pada varietas Pusaka 33 dengan pemberian dosis 10
gram NPK mampu menghasilkan bobot segar konsumsi tanaman yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pemberian dosis 5 gram NPK.
Pada umur 35 hst perlakuan varietas Bangkok LP-1 dan Serimpi dengan
pemberian dosis 5, 10, 15 dan 20 gram NPK menunjukan perbedaan yang nyata
terhadap kadar klorofil tanaman kangkung (Tabel 11). Rerata kadar klorofil
tanaman kangkung darat umur 35 hst pada varietas Bangkok LP-1 dan Serimpi
dengan pemberian dosis 15 gram NPK mampu menghasilkan kadar klorofil
tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian dosis 5 gram NPK.
29

Tabel 11. Indeks Klorofil Tanaman Kangkung Darat akibat Perlakuan berbagai
Macam Kombinasi Varietas dan Dosis Pupuk NPK
Indeks
Perlakuan
Klorofil
Pusaka 33 + 5 gr NPK 45,96 ab
Bangkok LP-1 + 5 gr NPK 46,19 ab
Serimpi + 5 gr NPK 42,91 a
Pusaka 33 + 10 gr NPK 47,18 ab
Bangkok LP-1 + 10 gr NPK 46,38 ab
Serimpi + 10 gr NPK 49,85 b
Pusaka 33 + 15 gr NPK 46,43 ab
Bangkok LP-1 + 15 gr NPK 56,02 c
Serimpi + 15 gr NPK 50,12 b
Pusaka 33 + 20 gr NPK 46,41 ab
Bangkok LP-1 + 20 gr NPK 48,50 b
Serimpi + 20 gr NPK 48,63 b
BNT 5 % 4,86
KK (%) 6,00
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, menunjukan tidak
beda nyata berdasarkan uji BNT 5 %; tn= tidak nyata; HST= hari setelah tanam;
KK = koefisien keragaman.

c. Bobot Segar Konsumsi Ratun

Hasil analisis ragam menunjukan bahwa perlakuan kombinasi varietas


kangkung dan dosis pupuk NPK berpengaruh nyata pada bobot konsumsi ratun
(Lampiran 14). Pada umur 50 dan 65 hst perlakuan varietas Pusaka 33 dengan
pemberian dosis 5, 10, 15 dan 20 gram NPK menunjukan perbedaan yang nyata
terhadap bobot segar konsumsi ratun tanaman kangkung (Tabel 12). Rerata bobot
segar konsumsi ratun tanaman kangkung darat umur 35 hst pada varietas Pusaka
33 dengan pemberian dosis 15 gram NPK mampu menghasilkan bobot segar
konsumsi ratun tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian dosis
5 gram NPK.
Pada umur 50 dan 65 hst perlakuan varietas Bangkok LP-1 dengan pemberian
dosis 5, 10, 15 dan 20 gram NPK menunjukan perbedaan yang nyata terhadap
bobot segar konsumsi ratun tanaman kangkung (Tabel 12). Rerata bobot segar
konsumsi ratun tanaman konsumsi kangkung darat umur 35 hst pada varietas
Bangkok LP-1 dengan pemberian dosis 15 gram NPK mampu menghasilkan
bobot segar konsumsi ratun tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan
pemberian dosis 20 gram NPK.
30

Tabel 12. Bobot Segar Konsumsi Ratun per Tanaman Kangkung Darat akibat
Perlakuan berbagai Macam Kombinasi Varietas dan Dosis Pupuk NPK
Bobot Segar Konsumsi Ratun
Perlakuan (g tan-1)
50 hst 65 hst
Pusaka 33 + 5 gr NPK 6,19 ab 17,47 ab
Bangkok LP-1 + 5 gr NPK 7,86 de 17,44 ab
Serimpi + 5 gr NPK 6,07 a 16,94 a
Pusaka 33 + 10 gr NPK 7,00 abcd 18,75 ab
Bangkok LP-1 + 10 gr NPK 7,25 cde 19,31 bc
Serimpi + 10 gr NPK 7,08 bcde 17,47 ab
Pusaka 33 + 15 gr NPK 7,06 bcde 19,11 abc
Bangkok LP-1 + 15 gr NPK 7,97 e 21,12 c
Serimpi + 15 gr NPK 6,50 abc 18,67 ab
Pusaka 33 + 20 gr NPK 6,08 a 17,66 ab
Bangkok LP-1 + 20 gr NPK 7,00 abcd 19,51 bc
Serimpi + 20 gr NPK 6,08 a 19,28 bc
BNT 5 % 0,94 2,24
KK (%) 8,15 7,13
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, menunjukan tidak
beda nyata berdasarkan uji BNT 5 %; tn= tidak nyata; HST= hari setelah tanam;
KK = koefisien keragaman.
Pada umur 50 dan 65 hst perlakuan varietas Bangkok LP-1 dengan pemberian
dosis 5, 10, 15 dan 20 gram NPK menunjukan perbedaan yang nyata terhadap
bobot segar konsumsi ratun tanaman kangkung (Tabel 12). Rerata bobot segar
konsumsi ratun tanaman konsumsi kangkung darat umur 35 hst pada varietas
Bangkok LP-1 dengan pemberian dosis 15 gram NPK mampu menghasilkan
bobot segar konsumsi ratun tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan
pemberian dosis 20 gram NPK.
Pada umur 50 dan 65 hst perlakuan varietas Serimpi dengan pemberian dosis
5, 10, 15 dan 20 gram NPK menunjukan perbedaan yang nyata terhadap bobot
segar konsumsi ratun tanaman kangkung (Tabel 12). Rerata bobot segar konsumsi
ratun tanaman kangkung darat umur 35 hst pada varietas Serimpi dengan
pemberian dosis 10 gram NPK mampu menghasilkan bobot segar konsumsi ratun
tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian dosis 5 gram NPK.

d. Total Bobot Segar Konsumsi Panen

Panen umur 35 sampai 65 hst perlakuan varietas dengan pemberian dosis 5,


10, 15 dan 20 gram NPK menunjukan terdapat peningkatan terhadap bobot segar
31

konsumsi ratun tanaman kangkung. Pada varietas Bangkok LP-1 dengan


pemberian pupuk NPK sebesar 15 gram mampu meningkatkan bobot segar
konsumsi lebih tinggi, pada varietas Pusaka 33 dengan pemberian pupuk NPK
sebesar 10 gram mampu meningkatkan bobot segar konsumsi lebih tinggi, dan
pada varietas Serimpi dengan pemberian pupuk NPK sebesar 10 gram mampu
meningkatkan bobot segar konsumsi lebih tinggi dibandingan dengan dosis pupuk
NPK lainnya.

Tabel 13. Total Bobot Segar Konsumsi Ratun per Tanaman Kangkung Darat
akibat Perlakuan berbagai Macam Kombinasi Varietas dan Dosis Pupuk NPK

Total Bobot Segar Konsumsi Panen


Total
Perlakuan (g tan -1)
(gr.tan-1 )
35 hst 50 hst 65 hst
Pusaka 33 + 5 gr NPK 24,26 6,19 17,47 47,92
Bangkok LP-1 + 5 gr NPK 24,20 7,86 17,44 49,5
Serimpi + 5 gr NPK 24,21 6,07 16,94 47,22
Pusaka 33 + 10 gr NPK 35,82 7,00 18,75 61,57
Bangkok LP-1 + 10 gr NPK 28,36 7,25 19,31 54,92
Serimpi + 10 gr NPK 38,73 7,08 17,47 63,28
Pusaka 33 + 15 gr NPK 33,43 7,06 19,11 59,6
Bangkok LP-1 + 15 gr NPK 45,66 7,97 21,12 74,75
Serimpi + 15 gr NPK 36,56 6,50 18,67 61,73
Pusaka 33 + 20 gr NPK 34,10 6,08 17,66 57,84
Bangkok LP-1 + 20 gr NPK 39,25 7,00 19,51 65,76
Serimpi + 20 gr NPK 34,32 6,08 19,28 59,68

Keterangan: Angka yang tertera menunjukkan total keseluruhan bobot segar konsumsi panen
4.2 Pembahasan
Perlakuan dosis pupuk NPK dan perbedaan varietas kangkung darat mampu
menunjukan perbedaan yang nyata pada perubah tinggi tanaman (Tabel 4), jumlah
daun (Tabel 5) dan luas daun (Tabel 7). NPK merupakan pupuk kimia yang
mengandung unsur hara nitrogen, fosfor dan kalium yang dimana unsur tersebut
merupakan unsur hara makro yang di butuhkan dalam jumlah banyak oleh
tumbuhan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapattkan bahwa
pemberian pupuk NPK sebesar 15 gram mampu berkontribusi dalam
meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun dan luas daun. Unsur hara nitrogen
(N) yang terkandung di dalam pupuk NPK memiliki fungsi untuk merangsang
pertumbuhan tanaman secara keseluruhan terutama batang, cabang dan daun.
Pembentukan daun hijau juga erat kaitannya dengan unsur nitrogen. Selain itu
32

unsur-unsur tersebut berpengaruh dalam pembentukan protein, lemak dan


berbagai senyawa organik lainnya. Unsur hara fosfor (P) bagi tanaman lebih
banyak berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar, terutama akar tanaman
muda. Beberapa jenis protein tertentu membutuhkan unsur fosfor sebagai bahan
bakunya (Handayanto et al., 2017). Fosfor juga berfungsi untuk membantu
asimilasi dan respirasi, serta mempercepat pematangan biji dan buah. Zat gizi
kalium (K) nya tujuan utamanya untuk membantu pembentukan protein dan
karbohidrat. Pemberian unsur tersebut akan menguatkan tanaman sehingga daun,
bunga dan buah tidak mudah rontok. Penambahan kalium juga membuat tanaman
tahan terhadap kekeringan dan penyakit (Novenda dan Nugroho, 2017). Selain itu,
kalium juga membuat tanaman tahan terhadap kekeringan dan penyakit (Praja,
2015).
Tanaman kangkung merupakan sayuran yang dimanfaatkan daunnya. Daun
merupakan bagian tanaman yang mengandung klorofil dengan demikian bila
unsur nitrogen yang tersedia cukup maka daun menjadi lebih hijau dan proses
fotosintesis berjalan lebih besar. Perlakuan dosis pupuk NPK dan perbedaan
varietas kangkung mampu memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan
tanaman yaitu pada tinggi tanaman pada umur 21-35 HST (Tabel 4), Jumlah daun
pada umur 21-35 HST (Tabel 5) dan luas daun pada umr 21-35 HST(Tabel 7). Hal
ini sesuai dengan pernyataan Lingga et al. (2008), yang menyatakan bahwa
pemberian pupuk yang mengandung nitrogen berperan dalam merangsang
pertumbuhan secara keseluruhan khususnya batang, cabang, dan daun. Selain itu
tanaman dengan jumlah daun yang banyak akan tumbuh dengan baik karena
proses fotosintesis akan berjalan dengan baik juga sehingga fotosintesis yang
dihasilkan akan lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat (Hanafiah, 2005),
yang menyatakan bahwa untuk memperoleh laju pertumbuhan tanaman yang
maksimal harus ada cukup daun pada tajuk untuk menyerap sebagian besar radiasi
matahari yang jatuh di atas tajuk tanaman yang digunakan untuk fotosintesis.
Meningkatnya laju fotosintesis, akan menghasilkan karbohidrat dalam jumlah
banyak. Pada luas daun, meningkatnya luas daun berarti kemampuan daun untuk
menerima dan menyerap cahaya matahari akan lebih tinggi sehingga fotosintat
dan energi yang dihasilkan lebih tinggi pula. Menurut penelitian Sari et al. (2016)
33

bahan organik di dalam tanah dapat berpengaruh positif yaitu merangsang


pertumbuhan tanaman. Semakin tinggi luas daun maka proses penangkapan sinar
matahari dan fiksasi CO2 makin tinggi sehingga proses fotosintesis berjalan
dengan baik dan fotosintat yang dihasilkan semakin banyak. Semakin tinggi
fotosintat yang dihasilkan maka akan semakin tinggi bobot segar total tanaman,
berhubungan peningkatan hasil tanaman kangkung. Pada penelitian ini, luas daun
(Tabel 6) telah mengalami peningkatan setiap minggunya dan berbandung lurus
dengan bobot segar, kadar klorofil dan ratun tanaman kangkung (Tabel 11).
Varietas tanaman dapat berbeda pada kisaran lingkungan yang optimum dan
tidak optimum untuk pertumbuhan sebagai akibat dari daya adaptasi suatu
tanaman (Sitompul, 2016). Varietas pada tanaman kangkung memiliki
karakteristik yang bermacam-macam. Bentuk serta ukuran varietas dapat berbeda
antara satu dengan yang lain. Pada tiga varietas tanaman kangkung yaitu Bangkok
LP-1, Serimpi dan Pusaka 33 masing-masing memiliki karakteristik yang sanngat
berbeda sehingga respon terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman juga berbeda.
Pada Tabel 4, varietas yang memiliki pertumbuhan tinggi tanaman paling tinggi
adalah varietas Bangkok LP-1. Pertumbuhan varietas Bangkok LP-1 pada peubah
tinggi tanaman (Tabel 4) dan jumlah daun (Tabel 5) mampu meberikan pengaruh
lebih tinggi dibandingkan dengan varietas lain. Pertumbuhan varietas Pustaka
pada peubah luas daun (Tabel 7) mampu meberikan pengaruh lebih tinggi
dibandingkan dengan varietas lain Berdasarkan hasil penelitian pada bobot segar
konsumsi da klorofil, varietas yang memiliki bobot segar paling baerat dan kadar
klorofil tertinggi yaitu varietas Bangkok LP-1 (Tabel 12). Hal ini bisa terjadi
akbibat dari faktor genetik dari varietas masing masing. Menurut Sianipar et al.
(2020) meningkatnya panjang dan luas daun tanaman maka akan secara otomatis
meningkatkan bobot segar tanaman, karena daun merupakan tempat proses
pembentukan zat makanan bagi tanaman. Daun pada tanaman sayuran merupakan
organ yang banyak mengandung air, sehingga dengan jumlah daun yang semakin
banyak maka kadar air tanaman akan tinggi dan menyebabkan bobot segar
tanaman semakin tinggi.
34

5.1 KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan ini dapat disimpulkan
bahwa berikut:
1. Penggunaan varietas Bangkok LP-1 dengan pupuk NPK sebesar 15 gram
berbeda nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, luas
daun, kadar klorofil, jumlah daun ratun, tinggi ratun dan bobot segar
konsumsi ratun tanaman kangkung darat.
2. Penggunaan varietas Pusaka 33 dengan pupuk NPK sebesar 15 gram
berbeda nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, luas
daun, jumlah daun ratun dan bobot segar konsumsi ratun tanaman kangkung
darat.
3. Penggunaan varietas Serimpi dengan pupuk NPK sebesar 10 gram berbeda
nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah daun
ratun dan bobot segar konsumsi ratun tanaman kangkung darat.
4. Penggunaan varietas Pusaka 33, Serimpi dan Bangkok LP-1 dengan pupuk
NPK sebesar 10 gram berbeda nyata terhadap bobot segar tanaman
kangkung darat.
5. Perlakuan varietas Bangkok LP-1 dengan pemberian dosis 15 gram pupuk
NPK menunjukkan pertumbuhan dan hasil tanaman kangkung darat yang
terbaik dibandingkan dengan perlakuan yang lain dilihat dari tinggi
tanaman, jumlah daun, luas daun, tinggi tanaman ratun, jumlah daun ratun,
bobot segar konsumsi, indeks klorofil, bobot segar konsumsi ratun, total
bobot segar konsumsi.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian disarankan ketika melakukan budidaya tanaman
kangkung darat agar disesuaikan dengan umur dan jenis varietas yang akan
ditanaman sesuai dengan kondisi lahan.
35

DAFTAR PUSTAKA
Afifah, N, N., H. Rahmi., dan B. Syah. 2021. Respon Pertumbuan Tanaman
Kangkung Darat (Ipomoea reptans Poir.) Varietas Bangkok LP-1 Secara
Vertikultural Akibat Pemberian Limbah Air Kelapa (Cocos nucifera L). J.
Ilmiah Wahana Pendidikan. 7(3):162-169.
Ahmad., Sunawan., dan A. Sugianto. 2021. Pengaruh Komposisi Media Tanam
dan Dosis Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Kangkung Darat (Ipomoea reptans Poir.). J. Agronisma. 9(1):1-8.
Amriati, B., R. Hussein., S. Naa., S. Prabawardani., dan H. J. Namserna. 2021.
Pertumbuhan dan Produksi Kangkung Darat (Ipomoea reptans Poir.) pada
Berbagai Dosis Pupuk Papua Nutrient Granule di Manokwari. J. Agrotek.
9(1):11-16.
Botani, S., I. 2018. Kangkung Pusaka 33. Botani Seed Deskripsi.
Burhan, A. 2022. Respon Pertumbuhan Tanaman Kangkung Darat (Ipomoea
reptans Poir.) terhadap Pemberian Pupuk Organik Di Lahan Sawah Desa
Kelondom. JIP. 2(12):4211-4218.
Diana, S., dan N. Wahyudi. 2021. Aplikasi Air Kelapa dan Pupuk N, P dan K
Untuk Meningkatkan Perumbuhan dan Produksi Padi Ratun pada Padi
Sawah Tadah Hujan. Lansium 2(2):1-12.
Fayza, H, N., A. Azizah., A. Syahri., F. Fadlurrahman., dan R. S. Arifin. 2022.
Budidaya Tanaman Kangkung Darat dengan Memanfaatkan Perkarangan
Rumah. J. LPPM UMJ Pegabdian Masyarakat 1(1):1-5.
Gulo, Y, S, K., S. G. Marpaung., dan A. I. Manurung. 2020. Pengaruh Pemberian
Pupuk NPK Mutiara dan Banyaknya Biji Lubang Tanam terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah Varietas Tasia I (Arachis
hypogaea L.). J. Darma Agung 28(3):525-548.
Hanafiah, K. A. 2005. Dasar Dasar Ilmu Tanah. Jakarta:Penebar Swadaya
Handayanto, E., N. Muddarisna., dan A. Fiqri. 2017. Pengelolaan Kesuburan
Tanah. Universitas Brawijaya Press
Hamid, I. 2019. Pengaruh Pemberian Pupuk NPK Mutiara terhadap Pertumbuhan
dan Produksi Tanaman Jagung (Zea mayz L). J. Biosainstek. 2(1):9-15.
Hidajati,W. 2019. Bercocok Tanam Kangkung dengan Teknologi EMP. Cybext
Pertanian 4(2):75-81.
Jannah, S. 2021. Membangun Ketahanan Pangan Keluarga pada Masa Pandemi
Covid-19 Melalui Penerapan Urban Farming di Kampung Edukasi Sampah
Kelurahan Sekardangan Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo. Fakultas
Dakwah dan Komunikasi. Univ. Islam Neg. Sunan Ampel.
Khasanah, N. 2021. Urban Farming Sebagai Upaya Peningkatan Ekonomi
Sulampua. J. Media Komunikasi dan Bisnis Stiei Putra Bangsa. 12(2):10-
19.
Kresna, I. G. P. D. B., I. M. Sukerta., dan I. M. Suryana. 2016. Pertumbuhan dan
Hasil Beberapa Varietas Tanaman Kangkung Darat (Ipomoea reptans P.)
pada Tanah Alluvial Coklat Kelabu. J. Agrimeta Universitas Mahasaraswati
Denpasar. 6(12):52-65.
36

Lakitan, B., dan K. Kartika. 2020. Population density, multiple harvesting, and
ability of Ipomoea reptans to compete with native weeds at tropical
wetlands. Biodiversitas, 21(9):4376-4383.
Lingga P dan Marsono, (2008). Petunjuk Penggunaan Pupuk. Bandung: Penebar
Swadaya
Mamase, S. 2021. Kangkung Bangkok LP-1. BPTP Gorontalo.
Nadila, M. N. Arifah., Nueshakila, A. F. Rizki., Vlorensius., dan Zulfadli. 2020.
Studi Variasi Morfologi Genus Ipomoea Di Kota Tarakan. BJBE. 2(1):33-
41
Nanda, C, V., V. K. Sari., dan M. N. Khozin. 2022. Respon Pertumbuhan
Tanaman Kangkung (Ipomoea reptans Poir.) pada Berbagai Dosis Pupuk
NPK. J. Agribios. 20(2):296-303.
Nastika, A., Violita., dan I. Leailani. 2018. The Effect of Sargassum sp. Liquid
Organic Fertilizer in The Growth of Land Kangkung (Ipomoea reptans
Poir.) By Using Hydroponic. Biosci. 2(2):65-75.
Nitasari, L., dan B. F. Wahidah. 2020. Perbandingan Pertumbuhan Tanaman
Kangkung pada Media Hidroponik dan Media Tanah. J. Biologo UIN
Alauddin Makassar. 6(1):423-427.
Novenda, I. L., dan S. A. Nugroho. 2017. Analisis Kandungan Prolin Tanaman
Kangkung (Ipomoea reptana Poir), Bayam (Amaranthus spinosus), Dan
Ketimun (Cucumis sativus L.). Tesis. Universitas Merdeka
Praja, D. I. 2015. Zat Aditif Makanan: Manfaat dan Bahayanya. Garudhawaca.
Ramadhan, A., D. R. Nurhayati., dan S. Bahri. 2022. Pengaruh Pupuk NPK
Mutiara (16-16-16) Pertumbuhan beberapa Varietas Kacang Hijau (Vigna
Radiata L.). J. Ilmiah Pertanian. 18(1):1-4.
Sari, W. I., S. Fajriani, dan Sudiarso. 2016. Respon pertumbuhan tanaman jagung
manis (Zea mays saccharata Sturt.) terhadap penambahan berbagai dosis
pupuk organik vermikompos dan pupuk anorganik. J. Produksi Tanaman.
4 (1): 7 - 62.
Sajuri., H. D. Mawaripta., E. A. Supriyanto., dan S. Jazilah. 2022. Respon
Pertumbuhan Tanaman Kangkung (Ipomoea reptans Poir) pada Perlakuan
Jumlah Benih dan Nutrisi dengan Sistem Hidroponik Sumbu Di Wilayah
Pesisir. J. Agrotek. 6(1):1-6.
Septya, F., Rosnita., Yulida., dan Y. Andriani. 2022. Urban Farming sebagai
Upaya Ketahanan Pangan Keluarga Di Kelurahan Labuh Baru Timur Kota
Pekanbaru. J. Pengabdian Masyarakat. 3(1):105-114.
Syam, D, W. Kamaliah., dan N. Handriyani. 2021. Pengaruh Jumlah Biji dan
Tanah Kompos terhadap Pertumbuhan Tanaman Kangkung Darat (Ipomoea
reptans Poir.) Di Kebun Opal Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Selatan.
Repository student Ar-Raniry. 1(2):43-50.
Yunianti, I, F., D. M. W. Paputri., dan P. Setyanto. 2015. Pengaruh Pemberian
Pupun Anorganik dan Organik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Kangkung Di Lahan Tadah Hujan. Balai Penelitian Lingkungan Pertanian.
66(1):455-459.
37

Zendrato, Y., dan A. Adiwirman. 2018. Pengaruh Pemberian Kompos Jerami Padi
dan Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kangkung
Darat (Ipomoea reptans Poir.). J. FAPERTA Universitas Riau. 1(5):2-3.
38

LAMPIRAN
Lampiran 1. Denah Percobaan Tanaman Kangkung Darat

Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3

P1 P12 P8
30 cm
30 cm
P5 P7 P3

P9 P6 P10

P4 P11 P2

P2 P4 P9

P6 P9 P4
12m

P10 P3 P11

P8 P1 P6

P12 P2 P7

P7 P5 P12

P11 P8 P1

P3 P10 P5

3m
39

Keterangan:
P1: Varietas Pusaka 33 + 5 g NPK. pot-1
P2: Varietas Bangkok LP-1 + 5 g NPK. pot-1
P3: Varietas Serimpi + 5 g NPK. pot-1
P4: Varietas Pusaka 33 + 10 g NPK. pot-1
P5: Varietas Bangkok LP-1 + 10 g NPK. pot-1
P6: Varietas Serimpi + 10 g NPK. pot-1
P7: Varietas Pusaka 33 + 15 g NPK. pot-1
P8: Varietas Bangkok LP-1 + 15 g NPK. pot-1
P9: Varietas2.Serimpi
Lampiran + 15 g NPK.
Plot penelitian pot-1 Kangkung Darat
Tanaman
P10: Varietas Pusaka 33 + 20 g NPK. pot-1
P11: Varietas Bangkok LP-1 + 20 g NPK.
120 pot-1
cm
P12: Varietas Serimpi + 20 g NPK. pot-1
40

P1

5cm

10 cm

Keterangan:
Jarak antar tanaman = 10 cm
Jarak tepi ke tanaman = 5 cm
Kedalaman lubang tanam = 5 cm
41

Lampiran 3. Kangkung Varietas Pusaka 33


Asal : Dalam negeri
Silsilah : KKR 07.17.54.05.15.28.25.33 SP
Golongan varietas : Bersari bebas
Umur panen : 35-40 hst
Tinggi tanaman : 30-35 hst
Bentuk penampang batang : Bulat berongga
Diameter batang : 0,5-0,7 cm
Warna batang : Hijau Muda
Bentuk daun : Mata tombak memanjang
Ukuran daun : Panjang 12,3-19,8 cm; Lebar 2,2-2,9 cm
Warna daun : Hijau
Bentuk bunga : Seperti terompet
Warna bunga : Putih
Warna kelopak bunga : Hijau Muda
Warna mahkota bunga : Putih
Warna kepala putik : Putih
Warna benang sari : Putih
Rasa kangkung : Tidak langu
Bentuk biji : Oval persegi
Warna biji : Coklat gelap
Jumlah biji per kapsul : 1-4 biji
Berat 1.000 biji : 40-50 gram
Berat per tanaman : 21-33 gram
Daya simpan kangkung : pada suhu 25-28℃ selama 1-2 hari
Hasil kangkung per hektar : 25,53-28,73 ton
Populasi kangkung per hektar: ± 280.000 tanaman
Kebutuhan benih per hektar : 13 kg
Penciri utama : Lebar daun 2,2-2,9 cm, bentuk daun mata tombak
memanjang, bentuk ujung daun runcing.
Keunggulan varietas : Potensi produksi tinggi
Wilayah adaptasi : Beradaptasi dengan baik pada dataran rendah di Kabupaten
Kediri, pada musim penghujan.
Pemohon : CV. Sumber Horti Nasional
Pemulia : Rahmadian Ustrianto, SP
Peneliti : Rahmadian Ustrianto SP, M. Riza Maftuhir SP,
Vina Kusumawati SP. (CV. Sumber Horti Nasional),
Ir. Suryo (UPT BPSBTPH Jawa Timur)
42

Lampiran 4. Kangkung Varietas Bangkok LP-1


Asal : Dalam negeri
Silsilah : Seleksi dan pemurnian kangkung Bangkok
Golongan varietas : Menyerbuk sendiri
Umur panen : 20-25 hst
Tinggi tanaman : 32-38 hst
Bentuk penampang batang : Bulat berongga
Diameter batang : 0,5-1 cm
Warna batang : Hijau Muda
Bentuk daun : Lonjong berujung lancip
Ukuran daun : Panjang 15 - 16 cm; Lebar 2 – 3 cm
Warna daun : Hijau tua
Bentuk bunga : Seperti terompet
Warna bunga : Putih
Warna mahkota bunga : Putih
Warna kepala putik : Putih
Warna benang sari : Putih
Rasa kangkung : Manis dan serat empuk
Bentuk biji : Oval persegi
Warna biji : Coklat kemerahan
Jumlah biji per kapsul : 1-6 biji
Berat 1.000 biji : 40-60 gram
Berat per tanaman : 25-40 gram
Daya simpan kangkung : 25-28℃ selama 1-5 hari
Hasil kangkung per hektar : 30 Ton
Populasi kangkung per hektar: ± 200.000 tanaman
Kebutuhan benih per hektar : 8,5 kg
Penciri utama : Daun warna hijau tua dengan rasa manis serta tidak berserat
Keunggulan varietas : Potensi produksi tinggi, tahan penyakit seperti penyakit layu
fusarium serta bercak daun
Wilayah adaptasi : Beradaptasi baik di dataran rendah pada musim panas
Pemulia : PT East West Seed Indonesia
Peneliti : PT East West Seed Indonesia

Lampiran 5. Kangkung Varietas Serimpi


Asal : Dalam negeri
Silsilah : Seleksi dan pemurnian kangkung Serimpi
Golongan varietas : Menyerbuk sendiri
Umur panen : 20-30 hst
Tinggi tanaman : 20-30 cm
Bentuk penampang batang : Bulat berongga
Diameter batang : 0,5-0,9 cm
Warna batang : Hijau tua
Bentuk daun : Bertangkai panjang
Ukuran daun : Panjang 12-16 cm; Lebar 3-4 cm
Warna daun : Hijau tua
43

Bentuk bunga : Seperti terompet


Warna bunga : Putih
Warna mahkota bunga : Putih
Warna kepala putik : Putih
Warna benang sari : Putih
Rasa kangkung : Manis dan renyah
Bentuk biji : Oval
Warna biji : Coklat kemerahan
Jumlah biji per kapsul : 1-5 biji
Berat 1.000 biji : 40-60 gram
Berat per tanaman : 25-27 gram
Daya simpan kangkung : 25-28 derajat Celcius selama 1-5 hari
Hasil kangkung per hektar : 27 Ton
Populasi kangkung per hektar: ±220.000 tanaman
Kebutuhan benih per hektar : 8-10 kg
Penciri utama : Tahan penyakit Powdery Mildew, rasa manis dan renyah
Keunggulan varietas : Tahan penyakit Powdery Mildew
Wilayah adaptasi : Dataran rendah sampai menengah
Pemulia : PT East West Seed Indonesia
Peneliti : PT East West Seed Indonesia
44

Lampiran 6. Perhitungan Komposisi


Diketahui :
Ukuran Polibag = 20 x 25 cm, maka r = 10 cm
BI Tanah = 1,2 g cm-3
KLO = 20 cm
Perhitungan Volume Polibag = πr2
= 3,14 (10)2
= 314 m2

Tanah 50%
Perhitungan Tanah = Volume x KLO x BI Tanah
= 314 x 20 cm x 1,2 g cm-3
= 7536 gram
50
= 7536 x
100

= 3768 g pot-1

Pupuk kandang sapi 25%

Perhitungan Kompos = Volume x KLO x BI p


= 240,40 x 20 cm x 0,8 g cm-3
= 3.846,4 gram
30
= 3.846,4 x
100

= 1153,92 g polibag-1
45

Lampiran 7. Tabel Analisis Ragam Tinggi Tanaman Kangkung


a. Analisis ragam tinggi tanaman kangkung 7 HST
F.TAB
SK DB JK KT F.HIT KET
5%
Kelompok 2 0,713 0,356 7,048 3,44 *
Perlakuan 11 0,925 0,084 1,663 2,26 tn
Galat 22 1,112 0,051
Total 35 2,750

b. Analisis ragam tinggi tanaman kangkung 14 HST


F.TAB
SK DB JK KT F.HIT KET
5%
Kelompok 2 0,834 0,417 1,518 3,44 tn
Perlakuan 11 6,329 0,575 2,095 2,26 tn
Galat 22 6,041 0,275
Total 35 13,203

c. Analisis ragam tinggi tanaman kangkung 21 HST


F.TAB
SK DB JK KT F.HIT KET
5%
Kelompok 2 2,501 1,251 1,405 3,44 tn
Perlakuan 11 92,733 8,430 9,475 2,26 **
Galat 22 19,574 0,890
Total 35 114,808

d. Analisis ragam tinggi tanaman kangkung 28 HST


F.TAB
SK DB JK KT F.HIT KET
5%
Kelompok 2 488,458 244,229 54,932 3,44 **
Perlakuan 11 117,934 10,721 2,411 2,26 *
Galat 22 97,813 4,446
Total 35 704,205

e. Analisis ragam tinggi tanaman kangkung 35 HST


F.TAB
SK DB JK KT F.HIT KET
5%
Kelompok 2 3,611 1,805 0,476 3,44 tn
Perlakuan 11 105,971 9,634 2,539 2,26 *
Galat 22 83,468 3,794
Total 35 193,049
46

Lampiran 8. Tabel Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Kangkung


a. Analisis ragam jumlah daun tanaman kangkung 7
HST
F.TAB
SK DB JK KT F.HIT KET
5%
Kelompok 2 0,189 0,095 4,433 3,44 *
Perlakuan 11 0,474 0,043 2,020 2,26 tn
Galat 22 0,470 0,021
Total 35 1,133

b. Analisis ragam jumlah daun tanaman kangkung 14


HST
F.TAB
SK DB JK KT F.HIT KET
5%
Kelompok 2 0,782 0,391 3,065 3,44 tn
Perlakuan 11 2,692 0,245 1,917 2,26 tn
Galat 22 2,808 0,128
Total 35 6,283

c. Analisis ragam jumlah daun tanaman kangkung 21


HST
F.TAB
SK DB JK KT F.HIT KET
5%
Kelompok 2 1,404 0,702 0,420 3,44 tn
Perlakuan 11 46,463 4,224 2,528 2,26 *
Galat 22 36,752 1,671
Total 35 84,619

d. Analisis ragam jumlah daun tanaman kangkung 28


HST
F.TAB
SK DB JK KT F.HIT KET
5%
Kelompok 2 11,025 5,512 2,143 3,44 tn
Perlakuan 11 85,101 7,736 3,008 2,26 *
Galat 22 56,591 2,572
Total 35 152,716
47

e. Analisis ragam jumlah daun tanaman kangkung 35


HST
F.TAB
SK DB JK KT F.HIT KET
5%
Kelompok 2 9,152 4,576 1,670 3,44 tn
Perlakuan 11 253,423 23,038 8,406 2,26 **
Galat 22 60,298 2,741
Total 35 322,872

Lampiran 9. Tabel Analisis Ragam Luas Daun Tanaman Kangkung


a. Analisis ragam luas daun tanaman kangkung 7
HST
F.TAB
SK DB JK KT F.HIT KET
5%
Kelompok 2 0,399 0,199 0,474 3,44 tn
Perlakuan 11 5,201 0,473 1,124 2,26 tn
Galat 22 9,252 0,421
Total 35 14,852

b. Analisis ragam luas daun tanaman kangkung 14


HST
F.TAB
SK DB JK KT F.HIT KET
5%
Kelompok 2 67,209 33,605 1,126 3,44 tn
Perlakuan 11 432,632 39,330 1,318 2,26 tn
Galat 22 656,719 29,851
Total 35 1156,560
c. Analisis ragam luas daun tanaman kangkung 21
HST
F.TAB
SK DB JK KT F.HIT KET
5%
Kelompok 2 2211,43 1105,716 0,992 3,44 tn
Perlakuan 11 42219,22 3838,111 3,444 2,26 *
Galat 22 24518,62 1114,483
Total 35 68949,28
48

d. Analisis ragam luas daun tanaman kangkung 28 HST


F.TAB
SK DB JK KT F.HIT KET
5%
Kelompo
k 2 11440,34 5720,171 2,053 3,44 tn
Perlakua
n 11 87725,07 7975,006 2,862 2,26 *
Galat 22 61293,22 2786,056
160458,6
Total 35 4

e. Analisis ragam luas daun tanaman kangkung 35 HST


F.TAB
SK DB JK KT F.HIT KET
5%
Kelompok 2 4024,147 2012,073 0,464 3,44 tn
Perlakuan 11 297120,85 27010,987 6,224 2,26 *
Galat 22 95481,34 4340,061
Total 35 396626,34

Lampiran 10. Tabel Analisis Ragam Tinggi Ratun Tanaman Kangkung


a. Analisis ragam tinggi ratun tanaman kangkung 50
HST
F.TAB
SK DB JK KT F.HIT KET
5%
Kelompok 2 1,304 0,652 0,741 3,44 tn
Perlakuan 11 22,807 2,073 2,358 2,26 *
Galat 22 19,347 0,879
Total 35 43,457
b. Analisis ragam tinggi ratun tanaman kangkung 65
HST
F.TAB
SK DB JK KT F.HIT KET
5%
Kelompok 2 5,444 2,722 2,651 3,44 tn
Perlakuan 11 26,220 2,384 2,321 2,26 *
Galat 22 22,593 1,027
Total 35 54,258
49

Lampiran 11. Tabel Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Kangkung


a. Analisis ragam jumlah daun ratun tanaman kangkung
50 HST
F.TAB
SK DB JK KT F.HIT KET
5%
Kelompok 2 0,400 0,200 1,391 3,44 tn
Perlakuan 11 11,669 1,061 7,377 2,26 **
Galat 22 3,164 0,144
Total 35 15,233
b. Analisis ragam jumlah daun ratun tanaman kangkung 65 HST
F.TAB
SK DB JK KT F.HIT KET
5%
Kelompok 2 0,429 0,215 1,211 3,44 tn
Perlakuan 11 13,040 1,185 6,695 2,26 **
Galat 22 3,896 0,177
Total 35 17,365

Lampiran 12. Tabel Analisis Ragam Luas Daun Ratun Tanaman Kangkung
a. Analisis ragam luas daun ratun tanaman kangkung 50
HST
F.TAB
SK DB JK KT F.HIT KET
5%
Kelompok 2 4075,20 2037,598 1,422 3,44 tn
Perlakuan 11 26109,01 2373,547 1,656 2,26 tn
Galat 22 31525,93 1432,997
Total 35 61710,14
b. Analisis ragam luas daun ratun tanaman kangkung 65
HST
F.TAB
SK DB JK KT F.HIT KET
5%
Kelompok 2 2081,24 1040,622 0,776 3,44 tn
Perlakuan 11 29408,78 2673,526 1,995 2,26 tn
Galat 22 29489,46 1340,430
Total 35 60979,48
50

Lampiran 13. Tabel Analisis Ragam Bobot Segar Konsumsi, Kadar Klorofil dan
Bobot Segar Ratun Tanaman Kangkung
a. Analisis ragam bobot segar tanaman kangkung 35
HST
F.TAB
SK DB JK KT F.HIT KET
5%
Kelompok 2 327,996 163,998 3,921 3,44 *
Perlakuan 11 1523,320 138,484 3,311 2,26 *
Galat 22 920,101 41,823
Total 35 2771,417
b. Analisis ragam kadar klorofil tanaman kangkung 35
HST
F.TAB
SK DB JK KT F.HIT KET
5%
Kelompok 2 33,485 16,743 2,029 3,44 tn
Perlakuan 11 343,360 31,215 3,784 2,26 *
Galat 22 181,495 8,250
Total 35 558,340
c. Analisis ragam bobot ratun tanaman kangkung 50 HST
F.TAB
SK DB JK KT F.HIT KET
5%
Kelompok 2 2,022 1,011 3,453 3,44 tn
Perlakuan 11 14,697 1,336 4,564 2,26 *
Galat 22 6,441 0,293
Total 35 23,160
d. Analisis ragam bobot ratun tanaman kangkung 65 HST
F.TAB
SK DB JK KT F.HIT KET
5%
Kelompok 2 1,503 0,751 0,428 3,44 tn
Perlakuan 11 47,762 4,342 2,474 2,26 *
Galat 22 38,615 1,755
Total 35 87,880
51

Lampiran 14. Dokumentasi Penelitian

Persiapan media tanam Penyusunan polybag


berdasarkan plot penelitian

Pemasangan Alvaboard Penanaman benih kangkung


pada setiap plot penelitian

Penyulaman tanaman kangkung Penyiraman tanaman kangkung


52

Pengamatan tinggi tanaman


Pemupukan tanaman
dan jumlah daun sesuai dosis perlakuan

Pengukuran index klorofil Penyiangan gulma


tanaman kangkung menggunakan
alat SPAD

Berbagai dosis pupuk NPK Berbagai macam varietas


53

yang diaplikasikan kangkung yang diaplikasikan

Tanaman Kangkung umur 7 HST Tanaman Kangkung umur 14 HST

Tanaman Kangkung umur 21 HST Tanaman Kangkung umur 28 HST


54

Panen tanaman kangkung Teknik pemanenan ratun pada


tanaman kangkung
55

Pengukuran luas daun dengan LAM Kegiatan supervisi

Hasil panen ulangan 1

Hasil panen ulangan 2


56

Hasil panen ulangan 3

Hasil

Anda mungkin juga menyukai