Anda di halaman 1dari 53

PENGARUH MEDIA TANAMN TANAH PASIR PANTAI DAN

PUPUK KANDANG TERHADAP PERTUMBUHAN


DAN HASIL TANAMAN KEDELAI

DISUSUN
OELH

TUMBUR
SIMANJUNTAK190120094

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MARCUBUNA
YOGYAKARTA
2023

iv
PENGARUH MEDIA TANAM TANAH PASIR PANTAI DAN
PUPUK KANDANG TERHADAP PERTUMBUHAN
DAN HASIL TANAMAN KEDELAI

SKRIPSI

DI ajukan kepada fakultas agroindustry Universitas Marcu Buana yogyakarta


Untuk memenuhi persyaran guna memperoleh
Derajat sarjana pertanian

Oleh :
Tumbur Simanjuntak
190120094

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2023

iv
PENGARUH MEDIA TANAM TANAH PASIR PANTAI DAN
PUPUK KANDANG TERHADAP PERTUMBUHAN
DAN HASIL TANAMAN KEDELAI

SKRIPSI

Oleh :

Tumbur Simanjuntak
190120094

Disetujui oleh :

Dosen Pembimbing, Dosen Penguji,

Dr.Ir.F.Didiet Heru Swasono MP. Dr .Ir .Bambang Nugroho.MP.


NIDN. 0506126101 NIDN.0516036401

Yogyakarta, September 2023


Mengetahui
Dekan Fakultas Agroindustri
Universitas Marcu Buana Yogyakarta

Dr. Agus Slamet, S.TP, M.P


NIDN. 0524077101

iv
SKRIPSI

PENGARUH MEDIA TANAM TANAH PASIR PANTAI DAN


PUPUK KANDANG TERHADAP PERTUMBUHAN
DAN HASIL TANAMAN KEDELAI

Oleh:
Tumbur Simanjuntak
190120094

Telah di Setujui Dosen penguji

Dosen Penguji 1, Dosen penguji 2,

Dr. Ir. F. Didiet Heru Swasono, MP. Dr. Ir.Bambang Nugroho, MP.
NIDN. 0506126101 NIDN.0516036401

iv
PERYATAAN

Dengan ini saya menyatakan Bahwa skripsi ini adalah asli dan belum pernah Di

ajukan untuk Mendapat kan gelar akademik baik diUniversitas Marcu Buana Yogyakarta

maupun di perguruan lainnya. Skrisi ini murni gagasan, rumusan dan penilaian saya

setelah dapat arahan dan saran dari Tim Pembimbing. Dalam skripsi ini tidak terdapat

karya atau pendapat yang telah di tulis atau dipublikasikan orang lain.kecuali secara

tertulis Dengan jelas di cantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan di sebutkan nama

pengarang dan di cantumkan dalam daftar Pustaka.

Yogyakarta, September 2023

Tumbur Simanjuntak

iv
KATAPENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat allah SWT atas rahmat
dan karunia nya,penulis dapat menyusun proposal penelitian yang berjudul
“pengaruh media tanam tanah pasir pantai dan pupuk kandang terhadap
pertumbuhann dan hasil tanaman kedelai” sebagai syarat mengikuti mata
kuliah wajib di program studi Agroteknologi Fakultas Agroindustri Universitas
Mercu Buana Yogyakarta.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang-besar nya
kepada :
1. Bapak Dr.Ir.Didiet Heru Swasono,MP.selaku dosen pembimbing utama
penelitian yang telah membimbing pembuatan proposal penelitian ini
2. Bapak Dr. Ir.Bambang Nugroho,MP selaku pembahas penelitian yang telah
memberikan arahan dalam proposal penelitian sampai selesai
3. Bapak Ir.Wafid Dinarto, M.Si. Sebagai dosen pengampu mata kuliah
kolokium
4. Seluru dosen program agroteknologi,Fakultas agroindustriUniversitas marcu
Buana Yogyakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan terkait
pembuatan proposal
5. Keluarga dan teman-teman yang telah memberikan dukungan baik moral
maupun materi
Penulis berharap semoga hasil penelitian ini nantinya dapat bermanfaat
bagi semua pihak yang memerlukan .

Yogyakarta, September 20233

Penulis

Tumbur Simanjuntak

iv
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL..................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAAN……………………………………………..iii
HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………………...iv
PERNYATAAN..............................................................................................v
KATA PENGANTAR……………………………………………………….vi
DAFTAR ISI...................................................................................................vii
DAFTAR TABEL...........................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................ix
INTISARI........................................................................................................x
I.PENDAHULUAN.........................................................................................1
A.Latar Belakang…..............................................................................1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................4
C.Tujuan penelitian...............................................................................4
D.Manfaat Penelitian ...........................................................................5
II.TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………..6
I. A.Tanaman Kedelai..............................................................................6
B.Syarat Tumbuh..................................................................................7
C.Budidaya Kedelai..............................................................................8
D.Varietas Kedelai................................................................................12
E.Tanah Pasir Pantai.............................................................................13
F.Pupuk Organik Kompos....................................................................15
G.Hipotesis...........................................................................................17
III.METODELOGI PENELITIAN…………………………………………18
A.Waktu dan Tempat penelitian……………………………………....18
B.Bahan dan Alat..................................................................................18
C.Rancangan Percobaan.......................................................................18
D.Pelaksanaan Penelitian......................................................................19
E.Parameter Pengamatan......................................................................20
F.Analisis Data.....................................................................................23
G.Data Pendukung................................................................................23
BAB IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN........................................24
A.Hasil Analisis ....................................................................................24
B. Pembahasan…………………………………………………………30
BAB V.KESIMPULAN.......................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................34

iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Analisis Data Tabel Anova............................................................................23
Tabel 2. Purata Tinggi Tanaman Kedelai Umur 2 s/d 6 MST....................................24
Tabel 3. Purata Jumlah Cabang Tanaman Kedelai Umur 2 s/d 6 MST.......................25
Tabel 4. Purata Bobot Segar dan Kering Tanaman Kedelai........................................25
Tabel 5. Purata Jumlah Bintil Akar dan Volume Akar Tanaman Kedelai...................26
Tabel 6. Purata Bobot Segar dan Kering Akar Tanaman Kedelai...............................26
Tabel 7. Purata Bobot Polong Basah dan Bobot Polong Kering per Tanaman...........27
Tabel 8. Purata Jumlah Polong per Tanaman Kedelai.................................................28
Tabel 9. Purata Jumlah Biji Per Polong.......................................................................28
Tabel 10. Purata Persentase Polong Isi per Tanaman..................................................29
Tabel 11. Purata Bobot 100 Butir Biji Kering Kedelai................................................29

iv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Layout Desain Penelitian.........................................................................37
Lampiran 2. Layout Unit Percobaan............................................................................38
Lampiran 3. Kebutuhan Pupuk Kandang Per Polybag................................................39
Lampiran 4. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 s/d 6 MST............................................41
Lampiran 5. Sidik Ragam Jumlah Cabang Tanaman 2 s/d 6 MST..............................42
Lampiran 6. Sidik Ragan Bobot Segar dan Kering Tanaman Kedelai........................43
Lampiran 7. Sidik Ragam Jumlah Bintil Akar dan Volume Akar Kedelai..................44
Lampiran 8. Sidik Ragam Bobot Segar Akar dan Bobot Kering Akar........................45
Lampiran 9. Sidik Ragam Bobot Polong Basah dan Bobot Polong Kering Per
Tanaman Kedelai.....................................................................................46
Lampiran 10. Sidik Ragam Jumlah Polong Per Tanaman, Jumlah Biji per
Polong, Persentase Polong Isi Per Tanaman, dan Bobot 100 Butir
Biji Kering Kedelai................................................................................47

iv
PENGARUH MEDIA TANAM TANAH PASIR PANTAI DAN
PUPUK KANDANG TERHADAP PERTUMBUHAN
DAN HASIL TANAMAN KEDELAI

Tumbur Simanjuntak
190120094

INTISARI

Kacang kedelai (Glycine max (L.) Merril) merupakan jenis tanaman yang
termasuk dalam keluarga polong–polongan. Pemanfaatan kacang kedelai ini
banyak diolah menjadi makanan seperti kecap, tahu, dan tempe. Menurut BPS
produksi kedelai dalam negeri belum mencukupi kebutuhan. Salah satu penyebab
karena pada saat ini penggunaan lahan-lahan subur telah banyak mengalami
peralihan menjadi pemukiman karena penambahan jumlah penduduk yang pesat
(Juhaidi, 2016). Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan
memanfaatkan media tanah pasir pantai. Tipe tanah seperti ini sulit untuk
menahan air, tetapi mempunyai aerasi dan drainase yang baik. Salah satu cara
yang dapat dilakukan untuk memperbaiki unsur hara yang terkandung di tanah
pasir pantai adalah dengan penambahan pupuk kandang sapi. Penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan yaitu (K1) pupuk
kandang dosis 10 ton/ha, (K2) pupuk kandang dosis 20 ton/ha, dan (K3) pupuk kandang
dengan dosis 30 ton/ha dengan 3 ulangan. Setiap data yang diperoleh dianalisis dengan
sidik ragam, apabilan terdapat beda nyata dilanjutkan dengan Duncan’s Multiple Range
Test (DMRT) taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis pupuk kandang sapi
yang diberikan berpengaruh nyata pada pertumbuhan tanaman kedelai yaitu pada variabel
pengamatan tinggi tanaman dan bobot segar dan bobot kering tanaman kedelai, pada hasil
memberikan pengaruh yang nyata pada variabel pengamatan jumlah bintil akar, volume
akar, bobot segar dan kering akar, bobot polong basah dan kering per tanaman, dan bobot
100 butir biji kering kedelai. Perlakuan dosis pupuk kandang sapi sebesar 20 ton/ha
memberikan pengaruh yang terbaik dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya.

Kata Kunci : Kedelai, Pasir Pantai, Pupuk Kandang

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kacang kedelai (Glycine max (L.) Merril) merupakan jenis tanaman yang
termasuk dalam keluarga polong–polongan. Pemanfaatan kacang kedelai ini
banyak diolah menjadi makanan seperti kecap, tahu, dan tempe. Kacang kedelai
ini sudah mulai dibudidayakan sejak dari 3500 tahun yang lalu di Asia Timur.
Sumber utama protein nabati dan minyak nabati dunia dipasok dari tanaman
kedelai ini yang telah dipanen biji kacang kedelainya (Adisarwanto, 2005)
Kedelai berperan penting sebagai sumber protein, karbohidrat dan
minyaknabati. Setiap 100 g biji kedelai mengandung 18% lemak, 35%
karbohidrat, 8%air, 330 kalori, 35% protein dan 5,25% mineral. Kedelai
merupakan bahanmakanan penting, dan telah digunakan sebagai bahan dasar
pembuatan tempe,tahu, tauco, kecap, tauge dan sebagai bahan campuran makanan
ternak. Tepung kedelai merupakan bahan baku untuk membuat susu, keju, roti,
kue dan lain-lain. Dari industri berbahan dasar kedelai bisa dihasilkan produk-
produk non makanan, seperti kertas, cat cair, tinta cetak, tekstil dan mikrobiologi
(Agung et al., 2017).
Di Indonesia produksi kacang kedelai tahun 2018 sebesar 982,598 Ton dan
mengalami penurunan pada tahun 2019 sebesar 424,190 ton (BPS, 2020).
Selanjutnya pada Import kedelai dari tahun 2021 mencapai 2,489,690 ton
sehingga dapat disimpulkan jika produksi kedelai dalam negeri belum mencukupi
kebutuhan. Salah satu penyebab belum tercukupinya kebutuhan kedelai dalam
negeri karena pada saat ini penggunaan lahan-lahan subur telah banyak
mengalami peralihan menjadi pemukiman karena penambahan jumlah penduduk
yang pesat (Juhaidi, 2016). Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah
dengan memanfaatkan media tanah pasir pantai.

Menurut Mulyani dan Agus (2017) untuk mendapatkan areal perluasan

1
baru lahan pertanian dapat diarahkan ke lahan terlantar, salah satu diantaranya
adalah tanah pasir/tanah pasir pantai. Selanjutnya Sukarman et al. (2017)
menyatakan bahwa tanah pasir pantai adalah tanah yang penyusunnya
sebagian besar berupa bahan tanah berukuran pasir (sand) yaitu partikel tanah
yang berukuran antara 0,05 - 2,0 mm. Secara nasional tanah pasirpantai
menyebar terpencar-pencar dalam luasan yang kecil. Tetapi, tanah ini
merupakan sumber penghidupan utama bagi masyarakat setempat. Tanah
pasir pantai merupakan salah satu sumberdaya potensial pada kondisi tanah
yang produktif untuk pertanian yang semakin terbatas. Selain itu tanah pasir
pantai dapat digunakan untuk budidaya tanaman pangan semusim, tanaman
sayuran, tanaman tahunan (Sulaeman dan Sukarman, 2018).
Tanah pasir pantai banyak mengandung pori-pori makro, sedikit pori-
pori sedang danpori-pori mikro. Tipe tanah seperti ini sulit untuk menahan
air, tetapi mempunyai aerasi dan drainase yang baik. Pada umumnya tanah
pasir pantai banyak didominasi mineral primer jenis kwarsa (SiO2) yang
tahan terhadap pelapukan dan sedikitmineral sekunder. Mineral kwarsa
mempunyai sifat ”inert” atau sulit bereaksi dengan senyawa lain dan sukar
mengalami pelapukan. Kondisi ini menjadikan tanah pasir pantai merupakan
tanah yang tidak subur, kandungan unsur hara rendah dan tidak produktif
untuk pertumbuhan tanaman (Nurhayati et al., 2018). Salah satu cara yang
dapat dilakukan untuk memperbaiki unsur hara yang terkandung di tanah
pasir pantai adalah dengan penambahan pupuk kandang sapi.
Pupuk kandang sapi mempunyai kelebihan pada kadar serat yang tinggi
seperti selulosa, pupuk kandang sapi dapat memberikan manfaat pada
tanaman dan tanah yaitu menyediakan unsur hara makro dan mikro bagi
tanaman, menggemburkan tanah, memperbaiki tekstur dan stuktur tanah,
meningkatkan komposisi nikroorganisme tanah dan daya megikat air yang
lebih lama pada tanah (Rukmini, 2017). Penelitian dari Wang et al.,. (2013)
menunjukkan bahwa aplikasi pupuk kandang sapi dapat meningkatkan
penyimpanan air tanah sekitar 5,27-13,1, dan meningkatkan penggunaan
efisiensi air 8,51-36,58%

2
Sejalan dengan penelitian Putra et al., (2020) yang menyatakan jika
pembenahan unsur hara dengan menggunakan pupuk organik pada media
tanah pasir pantai yang diharapkan dapat mengurangi terjadinya pencucian
hara Nitrogen (N), Pospor (P), dan Kalium (K) yang dibutuhkan tanaman
dalam jumlah yang besar. Salah satu sumber unsur hara yang dapat diberikan
adalah dengan penambahan pupuk kandang karena pupuk kandang lebih
lambat bereaksi karena didalam tanah pupuk kandang merupakan persediaan
unsur hara berangsur-angsur menjadi bebas dan tersedia bagi tanaman,
akibatnya tanah yang dipupuk dengan pupuk kandang dalam jangka waktu
lama masih dapat memberikan hasil yang baik. Paputri et al., (2020)
menambahkan jika penggunaan bahan organik seperti pupuk kandang sapi
jelas memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah seperti bahan organik total, N,
pH, berat jenis, dan kapasitas menahan air, untuk rekomendasi penggunaan
pupuk kandang sapi yang terbaik pada dosis 30 ton/ha.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai pengaruh pemberian pupuk kandang sapi terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai pada tanah pasir pantai dengan judul
penelitian “Pengaruh Media TanamTanah Pasir Pantai Dan Pupuk
Kandang Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kedelai”

3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah disusun sebagai
berikut :
1. Bagaimana pengaruh pupuk kandang sapi pada media tanam tanah pasir
pantai terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai?
2. Berapakah dosis terbaik pupuk kandang yang terbaik untuk meningkatkan
pertumbuhan dan hasil kedelai?

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui apakah pertumbuhan dan hasil kedelai dipengaruhi oleh pupuk
kandang sapi yang diberikan pada tanah pasir pantai.
2. Untuk mengetahui dosis pupuk kandang sapi yang terbaik untuk
pertumbuhan dan hasil kedelai.
D. Manfaat Penelitian

Adapun Menfaat yang diharapkan dari penelitian adalah :

1. Penelitian ini di harapkan dari memberi informasi mengenai kombinasi

dosis terbaik pupuk kadang pada pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai.

2. Meningkatkan produksi kedelai dikalangan petani.

4
BAB II

TINJAUANPUSTAKA

A. Tanaman Kedelai

1. Klasifikasi Tanaman Kedelai

Kedelai (Glycine max L. Merr.) menurut Suprapto (2001) kedelai

termasuk dalam family Leguminosae, sub famili Papilionoidae, genus

Glycine dan spesies max. Berdasarkan hal ini, maka klasifikasi tanaman

kedelai menurut Rukmana dan Aak (1989), yaitu sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Devisi : Spermatophyta

Sub-devisi : Angiospermae

Class : Dycotyledon

Ordo : Polypetales

Famili : Leguminosea

Genus : Glycine

Spesies : Glycine max (L.) Merr.

Kedelai mempunyai akar yang muncul dari belahan biji di sekitar

misofil. Calon akarnya selanjutnya berkembang sangat cepat kedalam tanah,

sedangkan kotiledon yang terdiri dari dua keping akan terangkat ke

permukaan tanah akibat pertumbuhan yang cepat dari hipokotil. Tipe

perakaran terdiri dari dua tipe, yaitu akar tunggang dan akar sekunder. Akar

kedelai juga memiliki bintil akar sebagai pengikat nitrogen (Zuyasna, 2017).

5
Kedelai berdaun majemuk yang tersusun 3 helaian anak daun setiap

helaian (daun bersusun tiga). Bentuk daun lonjong dengan bagian ujungnya

runcing. Warna daun tanaman kedelai berwarna hijau dan disekitaran

daunnya berbuluh halus dan ada juga yang tidak memiliki buluh di

permukaannya sesuai dengan varietasnya. Daun juga mempunyai macam

ukuran yang beragam sesuai dari varietasnya juga. Daun yang segar akan

berwarna hijau mudah (Paulina, 2010).

Munculnya polong pertama berkisaran antara 8-11 hari sesudah

keluarnya bunga. Polong kedelai berbuluh halus tetapi apabila sudah

memasuki umur panen bulu-bulu pada polong akan berkurang. Apabila

pembentukan bunganya berakhir pembentukan polong dan juga pembesaran

polongnya menjadi cepat. Ukuran dan bentuk polongnya menjadi sangat baik

pada waktu awal periode pemasakan biji kemudian dapat dikenali oleh

perubahan warna polongnya, dari hijau menjadi kuning kecoklatan pada saat

masak (Sukmawati, 2013).

B. Syarat Tumbuh
Tanaman kedelai mampu tumbuh pada berbagai jenis tanah dengan syarat
drainase dan aerasi tanah cukup baik serta ketersediaan air yang cukup selama
masa pertumbuhan. Kedelai dapat tumbuh pada jenis tanah Alluvial, Regosol,
Grumosol, Latososl, Andosol, Podsolik Merah Kuning (PMK), dan tanah yang
mengandung pasir kuarsa. Tanah yang digunakan perlu diberi pupuk organik atau
kompos, fosfat dan pengapuran dalam jumlah yang cukup. Pada dasarnya kedelai
menghendaki kondisi tanah yang tidak terlalu basah tetapi air tetap tersedia.
Toleransi keasaman tanah bagi kedelai adalah pH 5,8 – 7,0. Pada pH kurang dari
5,5 pertumbuhan tanaman terhambat karena terjadi keracunan alumunium
(Adisarwanto, 2008).

6
Temperatur terbaik untuk pertumbuhan tanaman kedelai adalah 25 – 27 o C
dengan penyinaran penuh (minimal 10 jam/hari). Tanaman kedelai menghendaki
curah hujan optimal antara 100 – 200 mm/bulan dengan kelembaban rata 50%.
Tanaman kedelai dapat tumbuh pada ketinggian 0 – 900 meter dari permukaan
laut namun akan tumbuh optimal pada ketinggian 650 meter dari permukaan laut
(Adisarwanto, 2008).

C. Budidaya Kedelai

Menurut Badan Ketahanan Pangan dan Peyuluh Pertanian (2009), budidaya

tanaman kedelai adalah sebagai berikut :

1. Persiapan Bahan Tanam

Benih yang digunakan harus memiliki persyaratan kualitas seperti: berdaya

tumbuh tinggi (>85%); matang penuh, sehat, bernas, tidak keriput, tidak cacat;

benih murni (minimal 97%); bersih dari kotoran (maksimum 3%), kadar air

minimum 11%; dan benih baru (<6 bulan sejak dipanen). Selain itu tanama

kedelai membutuhkan tanah yang subur serta memerlukan pengairan dan

pemeliharaan yang baik.

2. Persiapan Lahan

Pada lahan kering, tanah dibajak 2 kali sedalam 30 cm sedangkan pada

tanah sawah dengan tanaman monokultur tanah dibersihkan dan diolah satu

kali kemudian dibuat saluran drainase dimaksudkan untuk mencegah

terjadinya penggenangan air, karena tanaman kedelai tidak tahan terhadap

genangan air.

Jika budidaya kedelai pada lahan masam perlu diberi kapur bersamaan
dengan pengolahan lahan yang kedua atau paling lambat semingu sebeum
tanam dengan tambahan kapur dolomit dengan dsis 1,5 ton/ha. Jika

7
ditambahkan pupuk kandang 2,5 ton/ha maka dosis dolomit dikurangi
menjadi 750 kg/ha.
3. Penanaman
Pilihlaah waktu tanam yang tepat sehingga tidak mengalami kebanjira
atau sebaliknya kekeringan. Penanaman dilakukan dengan cara ditugal
dengan jarak tanam 40 cm x 20 cm atau dengan 40 cm x 40 cm dengan 2 biji
perlubang tanam. Apabila semakin subur lahan maka jarak tanam bisa dibuat
semakin lebar. Jika lahan tidak subur jarak tanam dipersempit.
4. Pemupukan
Untuk lahan kering masam dosis pupuk yang diberikan 75 kg urea +
100 kg SP36 + 100 kg KCL/ha + 500 kg CaCO3/ha (setara 1500 kg dolomit).
Pupuk urea, SP36 dan KCL diberikan paling lambat saat tanaman berumur 14
hari. Pupuk diberikan dengan cara ditugal atau dilarik 5-7 cm dari tanaman,
kemdian ditutup tanah. Sedangkan kapur (dolomit) ditebar sebelum tanam
saat pengolahan lahan kedua. Untuk lahan sawah dosis pupuk 50 kg urea + 50
kg SP36 + 100 kg KCL/ha. Teknik memasukkan pupuk kedalam lubang tugal
yang telah dipersiapkan.
5. Penyiangan
Penyiangan dilakukan pra maupun pasca tumbuh dengan cara
pemantauan baik secara mekanik – konvenional atau manual maupun kimia
dengan menggunakan herbisida. Penyiangan dilakukan pada umur 15 dan 30
hari. Bila rumput masih banyak penyiangan dapat dilakukan lagi pada umur
55 hari.
6. Pengendalian Hama Kedelai
Tanaman kedelai pada musim tanam kedua bisanya akan lebih banyak
diserang oleh hama seperti lalat bibit (Ophiomyia phaseoli), ulat pemakan
daun seperti ulat grayak (Spodoptera litura), ulat jengkal (Chrysodeixi
chalcites), dan ulat Heliothis, Sp serta penggulung daun (Lamprosema
indicata), penghisap polong (Riptortus linearis, Nezara viridula dan
Piezodorus rubrofasciatus), penggerek polong (Etiella zinckenella),
penggerek batang (Melanagromyza), kutu kebul (Bemisiasp), dan kutu daun

8
(Aphisglycines).
Dalam pengendalian hama kedelai penggunaan insektiida harus secara
bijaksana apabila populasi hama telah mencapai ambang kendali. Kalau
kemampuan mengamati hama terbatas, aplikasi insektisida dapat berpedoman
pada kondisi tanaman dalam periode kritis yaitu ketika tanaman berumur 5-7
hari untuk lalat kacang, 16-24 hari untk hama daun, umur 40-50 hari untuk
hama daun dan polong, dan umur 60-70 hari untuk hama polong. Hal yang
perlu mendapat perhatian dalam penggunaan insektisida adalah ketepatan
waktu, takaran, dan cara penyemprotan.
7. Pengendalian Penyakit Kedelai
Penyakit hawar batang disebabkan oleh jamur Sclertium rolfsii Sacc.
Gejala layu mendadak, daun-daun yang terinfeksi mula-mula bercak
berwarna merah, kemudian mengering. Untuk penyakit hawar batang
pengendaliannya dengan melakukan perawatan benih dengan fungisida
mankozeb.
Penyakit karat daun penyebabnya adalah jamur Phakopsora pachyrhizi
Syd. Gejala serangan terjadi pada daun timbul bercak-bercak berwarna
klorotik sampai coklat kemerahan. Penyakit ini dikendalikan dengan
fungisisda mancozeb.
Penyakit virus kerdil kedelai, virus mosaik edelai. Penyebabnya adalah

virus SMV (Soybean Msaic Virus). Untuk penyakit yang disebabkan oleh

virus dapat dilakukan dengan upaya pencegahan dengan rotasi tanam,

pembaaran tanaman inang, pemberantasan serangga vektor, penggunaan

benih sehat dan pembuangan tanaman sakit.

8. Panen

Ciri-ciri tanaman siap panen yaitu daun berwarna kuning merata dan

mudah rontok, batang tanaman mulai mengering dan berwarna kunung

kecoklatan, polong sebagian besar telah berwarna kuning kecoklatan atau

9
kehitaman.

D. Varietas Kedelai

Menurut Firmanto (2011) varietas kedelai yang dianjurkn mempunyai

kriteria-kriteria tertentu misalnya umur panen, produksi perhektar, daya tahan

terhadap serangan hama dan penyakit sehingga menguntungkan petani. Beberapa

varietas kedelai unggul yang telah dilepas oleh Balitkabi (2013) antara lain

varietas Grobogan, Gema, dan Gepak Kuning.

1. Varietas Kedelai Grobogan

Kedelai varietas grobogan memiliki umur polong berkisar 76 hari, bobt

biji berkisar 18 g/100 biji. Warna kulit biji kuning muda dan warna polong tua

berwarna cokelat. Kedelai varietas grobogan dilepas tahun 2008 dengan SK

Mentan No. 238?Kpts/SR.2013/2008. Berasal dari pemurnian populasi lokal

Malabar. Tipe pertumbuhan determinate, warna hipokotil berwarna ungu,

warna epikotil berwarna ungu, warna hilu, biji berwarna cokelat, memiliki

umur berbunga berkisar 30-32 hari, tinggi tanaman berkisar 50-60 cm, rata-rata

hasil 2,77 ton/ha, potensi 3,40 ton/ha.

2. Varietas Kedelai Gema

Kedelai varietas gema berasal dari malang yang merupakan kedelai super

genjah dengan umur panen dibawah 75 hari yang mmeiliki rata-rata produksi

2,47 ton/ha yang telah dilepas pada tanggal 9 Desember 2011 dengan SK

10
Mentan No. 5039/Kpts/SR.120/12/2011 yang berasal dari seleksi persilangan

galur introduksi Shirome dengan Wilis. Tinggi tanaman kurang lebih 55 cm,

tipe pertumbuhan determinate, warna daun berwarna hijau, warna bulu

berwarna cokelat muda, bentuk daun lonjong, warna hipokotil berwarna ungu,

warna epikotil berwarna hijau, umur berbunga berkisar 36 hari, bobot 100 biji

kurang lebih 11,90 gram.

3. Varietas Kedelai Gepak Kuning

Kedelai gepak kuning dilepas tahun 2008 yang berasal dari selesi varietas

lokal gepak kuning dengan tipe pertumbuhan determinate, warna hipokotil

berwarna ungu, warna epikotil berwarna hijau, warna daun hijau, warna bulu

batang coklat, warna bunga ungu, warna kulit biji kuning muda sampai

kehijauan, warna polong tua coklat, warna biji coklat, bentuk buah lonjong,

percabangan agak tegak, umur berbunga 28 hari, umur polong masak 73 hari,

tinggi tanaman 55 cm, bobot 100 biji 8,25 gram, rata-rata hasil 2,22 ton/ha,

potensi hasil 2,86 ton/ha.

E. Tanah Pasir Pantai

Untuk meningkatkan produktivitas lahan tanah pasir pantai sangat banyak

permasalahan yang harus dipecahkan. Salah satunya ialah kurang efektifnya

pemupukan P dan K pada setiap tanaman pangan. Hal ini disebabkan karena

kemampuan penyediaan hara P di tanah pasir pantai sangat rendah, hara P

mudah terfiksasi oleh ion Ca menjadi senyawa fosfat sehingga tidak tersedia

bagi tanaman hara K, di tanah, mudah terfiksasi oleh mineral lempung

11
montmorillonit yang sulit tersedia bagi tanaman. Dilahan kering, kemampuan

penyediaan hara K tanah yang dinyatakan dalam K total dan K dapat ditukar

(Exchangable K)umumnya rendah sekali. Tanaman ubikayu sangat respon

terhadap pupuk N, disamping itu, dalam pembentukan umbi, tanaman ubikayu

memerlukan hara P danKyang cukup. (Fitriet al., 2021)

Ketersediaan tanah subur saat ini untuk media pembibitan sangat

terbatas,sehingga untuk mencukupi kebutuhan di pembibitan digunakan

tanah yang kurang subur seperti tanah pasir pantai. Tanah pasir pantai

meskipun aerasi dan drainasinya baik yang menjamin proses respirasi

dengan lancar, tetapi kemampuannya menyediakan unsur hara bagi tanaman

sangat rendah. Rendahnya ketersediaan unsur hara dapatmenjadi faktor

penghambat di pembibitan. Untuk mengatasi segala kekurangan yang

terjadi pada tanah pasir pantai maka diperlukan bahan pembenah tanah yang

dapat untuk memperbaiki sifat fisik, biologi dan kimia salah satunya adalah

penambahan pupuk kandang (Saptiningsih, 2017)

Tanah pasir pantai memiliki kapasitas rendah dalam menyimpan

unsur hara dan air dan rentan terhadap longsor (erosi). Beberapa tipe tanah

pasir pantai diketahui memiliki agregat tanah yang rendah (kecil).

Dampaknya yaitu tanah jenis ini rentan terjadinya erosi sehingga

menyebabkan kehilangan hara. Tanah pasir pantai juga dikatakan sebagai

lahan marjinal namun memiliki potensi sebagai lahan perkebunan atau

pertanian. Tanah pasir pantai mempunyai tekstur yang didominasi fraksi

pasir(>50%). Tanah ini juga didominasi adanya pori makro, memiliki

12
kandungan BO rendah (Pamungkas, 2017)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hasanah (2013)

melaporkan jika penambahan tanah pasir pantaisejumlah 300g dalam tanah

700g menghasilkan rata-rata hasil yang terbaik, baik pada fase pertumbuhan

maupun hasil dibandingkan dengan perlakuan lain yaitu tanah pasir pantai

400g, 500g, maupun yang 600g per total 1000g beserta dengan tanah

didalam polybag.

F. Pupuk Organik Kompos

Pupuk organik mengandung unsur hara makro yang rendah tetapi

mengandung unsur hara mikro dalam jumlah cukup, yang sangat diperlukan

untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk organik juga mempengaruhi sifat fisik

dan sifat kimia, maupun sifat biologi tanah, juga mencegah erosi dan

mengurangi terjadinya keretakan tanah. Pupuk kandang unggas atau ayam

pada saat ini telah banyak dipergunakan petani karena banyaknya

peternakan ayam secara besar-besaran di Indonesia memberi peluang untuk

memanfaatkan kotoran ayam sebagai pupuk. Dari hasil penelitian,pupuk

kandang ayam memberikan pengaruh yang sangat baik terhadap kesuburan

tanah dan pertumbuhan tanaman, bahkan lebih baik dari pupuk kandang

hewan besar (Khair, 2013)

Pupuk Organik Padat Supernasa adalah formula khusus yang dibuat


murni dari bahan bahan organik dengan fungsi meningkatkan kesuburan
fisik tanah memperbaiki tanah yang keras menjadi gembur, meningkatkan
kesuburan kimia tanah memberikan semua jenis unsur hara makro dan

13
mikro lengkap bagi tanaman, meningkatkan kesuburan biologi tanah
membantu perkembangan mikroorganisme tanah yang bermanfaat bagi
tanaman, mengurangi jumlah penggunaan pupuk kimia, mempercepat
perkecambahan biji, pertumbuhan akar, pertumbuhan fase vegetatif tanaman
serta memperbanyak dan mengurangi kerontokan bunga dan buah, memacu
perbanyakan pembentukan senyawa polyfenol untuk meningkatkan
dayatahan tanaman terhadap serangan penyakit, meningkatkan kuantitas dan
kualitas poduksi tanaman, melarutkan sisa-sisa pupuk kimia dalam tanah,
sehingga dapat dimanfaatkan tanaman kembali (Fefiani, 2014)
Pupuk organik mengandung unsur hara makro dan mikro. Pupuk
organik dapat melengkapi unsur hara makro dan mikro bagi tanaman,
menggemburkan tanah,memperbaiki tekstur dan struktur tanah. Bahan
organik juga dapat meningkatkan propositas, aerase dan komposisi
mikroorganisme tanah, membantu pertumbuhan akar tanaman,
meningkatkan daya serap air yang lebih lama oleh tanah (Bela, 2019).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Putra et al., (2020)
melaporkan jika pemberian pupuk kandang sapi sebanyak 30 ton/ha dalam
tanah pasir pantai memberikan pengaruh nyata terhadap peningkatan
ketersediaan unsur hara, perubahan nilai Ph serta peningkatan C-organik
dan kapasitas tukar kation. Maya (2017) menambahkan jika penambahan
pupuk kandang sebanyak 30 ton/ha mampu meningkatkan pertumbuhan
kedelai hingga mencapai berat 13,19 gram per 100 biji kedelai.

G. Hipotesis

1. Pupuk kandang sapi dan media tanah pasir pantai berpengaruh nyata

terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai.

2. Diduga perlakuan pupuk kandang sapi dengan dosis 30 ton/ha pada tanah

pasir pantaimemberikan pertumbuhan dan hasil kedelai terbaik

14
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

A. Waktu Penelitian Dan Tempat Penelitian


Pelaksanaan penelitian dilaksanakan di screenhouse mandiri yang
terletak di Jl. Iromejan GK III No. 770, Klitren, Gondokusuman, Kota
Yogyakarta. Waktu pelaksanaan penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan
April – Juli Tahun 2023.

B. Alat dan Bahan


Dalam penelitian ini alat dan bahan yang digunakan yaitu sebagai
berikut: Tanaman Kedelai varietas grobogan, Tanah Pasir Pantai Shamas,
Pupuk Organik Kompos dan pupuk kimia ,Polybag Ukuran 40x40 Cm,
gembor, Paranet Ketebalan 80%, Timbangan digital, Jangka sorong,
Penggaris Ukuran 60 cm, Pulpen, dan buku.

C. Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan rancangan perlakuan faktor tunggal
dengan 3 perlakuan. Adapun faktor – faktornya adalah sebagai berikut:
1. K1 = Pupuk kandang dengan dosis 10ton/ha
2. K2 = Pupuk kandang dengan dosis 20ton/ha
3. K3 = Pupuk kandang dengan dosis 30ton/ha
Unit percobaan ditata dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3
ulangan, sehingga jumlah unit percobaan ada 9.

15
D. Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan Benih
Kualitas benih sangat menentukan keberhasilan dalam budidaya
kedelai. Pada penanaman kedelai, biji atau benih ditanam secara langsung
dalam polybag. Di samping itu, kedelai tidak dapat membentuk anakan
sehingga apabila benih tidak tumbuh, tidak dapat ditutup oleh tanaman
yang ada. Oleh karena itu, agar dapat memberikan hasil yang memuaskan,
harus dipilih varietas kedelai yang sesuai dengan kebutuhan, mampu
beradaptasi dengan kondisi lapang dan memenuhi standar mutu benih
yang baik.
2. Persiapan Media Tanam
Persiapan dan pengisian media tanam dilakukan pada polybag
ukuran 40 x 40 cm dengan berat isi 20 kg sebanyak 54 polybag. Tanah
yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah pasir pantai yang telah
dibersihkan dari kotoran seperti gulma, akar dan dedaunan kering.
Pengaplikasian pemberian pupuk kandang sapi bersamaan dengan tanah
yang akan dimasukkan kedalam polybag. Pemberian pupuk dan tanah ini
dilakukan berdasarkan dosis yang telah ditentukan pada polybag sesuai
perlakuan yang ada (Lampiran 2).
3. Penanaman
Benih yang akan di tanam, terlebih dahulu direndam dalam air
selama 3 jam. Penanaman dilakukan dengan membuat lubang tanam
dengan kedalaman 2 cm. Setiap polybag diisi 2 biji, setelah tumbuh
disisihkan 1 tanaman yang pertumbuhannya baik. Biji kedelai ditanam
pada 54 polybag dan diberi pelabelan berdasarkan perlakuan dan ulangan.

16
4. Penyiangan Penyiangan pada tanaman kedelai meliputi kegiatan
penyiangan yang dilakukan saat tanaman berumur 2 minggu setelah
tanam dan pada saat tanamanselesai berbunga.

5. Penyiraman
Penyiraman yang dilakukan sehari 2 kali pada pagi dan sore hari.
Kedelai merupakan tanaman yang mengkehendaki kondisi tanah yang
lembab tetapi tidak becek sehingga penyiraman disesuaikan dengan
kebutuhan pada polybag.
6. Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama penyakit tanaman yang dapat dilakukan secara
mekanis maupun dengan penyemprotan pestisida tergantung dengan
kondisi yang terjadi dilapangan. Apabila serangan melewati ambang
ekonomi maka dilakukan secara kimia dengan menggunakan pestisida
berbahan aktif Atabron 50 EC.
7. Pemanenan
Panen biji kering kedelai dilakukan pada saat masak panen yaitu
90% dari polong yang ada pada masing-masing petak telah mencapai
warna polong masak (kuning kecoklatan), pengisian polong sudah
maksimal, dan sebagian besar daun sudah menguning dan gugur.

17
E. Parameter Pengamatan
Pengamatan variabel pertumbuhan dan hasil dilakukan 2 minggu setelah
tanam. Dengan interval pengamatan 1 minggu. Pengukuran dilakukan pada 3
tanaman sampel dan 2 tanaman korban yang telah ditentukan secara acak.
1. Variabel Pertumbuhan
a. Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur sejak 2 minggu setelah tanam hingga tanaman
memasuki puncak masa vegetatif. Tanaman diukur mulai dari pucuk
tanaman hingga pangkal tanaman kedelai yang dinyatakan dengan satuan
sentimeter (cm).
b. Jumlah Cabang per Tanaman
Penghitungan jumlah cabang per tanamanpada tanaman sampel kedelai
yang telah ditentukan sebelumnya yang dilakukan sejak 2 minggu setelah
tanam hingga tanaman memasuki puncak masa vegetatif.
c. Bobot Segar Tanaman (g)

Bobot segar tanaman di ambil dari tanaman korban yang telah

ditentukan pada awal penanaman yang dinyatakan dalam satuan gram (g).

4. Bobot Kering Tanaman (g)

Bobot kering tanaman kedelai dinyatakan dalam satuan g yang

diperoleh dari hasil pengovenan dengan suhu 80 oC hingga diperoleh bobot

konstant yang dilakukan pada tanaman bawang merah yang telah diambil

sebelumnya.

18
2. Variabel Hasil

a. Jumlah Bintil Akar

Jumlah bintil akar adalah jumlah rata-rata bintil akar per tanaman

korban yang dilakukan pada awal fase generatif (30 HST)

b. Bobot polong per tanaman (g)

Bobot polong per tanaman dinyatakan dalam satuan gram (g) dengan

cara menimbang seruluh polong dari masing – masing sampel.

c. Bobot polong kering per tanaman (g)

Bobot polong kering per tanaman adalah bobot polong kering yang

dihasilkan dari tanaman sampel, pengamatan dilakuakn pada setiap kali

panen setelah dikeringkan.

d. Jumlah polong per tanaman

Jumlah polong dihitung keseluruhan pada tiap tanaman dalam polibag.

Perhitungan dilakukan setipa panen pada masing-masing tanaman sampel.

e. Jumlah biji per polong

Jumlah biji per polong adalah jumlah rata-rata biji per polong tanaman,

pengamatan dilakukan pada saat panen.

f. Persentase polong isi per tanaman (%)

Persentase polong isi per tanaman dihitung dengan car menghitung

semua jumlah polong per tanaman kemudian menghitung jumlah polong

yang berisi lalu dihitung dalam persen.

19
g. Bobot 100 butir biji kering (g)

Bobot 100 butir biji kering adalah 100 butir biji kering yang dihasilkan

dari tanaman. Biji diambil secara acar kemudian ditimbang, diulang

sebanyak 3 kali dan dirata-ratakan.

F. Analisis Data

Seluruh data yang diperoleh dari hasil pengamatan dianalisis dengan

menggunakan analisis varian taraf nyata 5%. Bila terdapat beda nyata, analisis

dilanjutkan dengan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) taraf 5%.

Tabel 1. Analisis Data Tabel Anova


SV Db JK KT F.Hitung F.Tabel α = 5%
JK JK perlakuan KT ulangan
Perlakuan p–1
perlakuan db perlakuan KT error
JK error
Error P*(u-1) JK eror
db error
Total (p + e)

G. Data Pendukung

Sebelum dilakukan penelitian dilaksanakan terlebih dahulu analisis pada

tanah pasir pantai yang digunakan dalam penelitian ini yang terkait dengan

kandungan unsur hara tanah seperti N, P, K, dan C-organik.

20
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Analisis
1. Tinggi Tanaman
Hasil sidik ragam tinggi tanaman kedelai pada umur 2,3 dan 6
minggu setelah tanam dengan perlakuan dosis pupuk kandang menunjukkan
hasil yang berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman kedelai
(lampiran 4). Purata tinggi tanaman kedelai pada setiap minggu disajikan
pada tabel 2.
Tabel 2. Purata Tinggi Tanaman Kedelai Umur 2 sampai 6 MST (cm)
Tinggi Tanaman (cm) 2 s/d 6 MST
Perlakuan
2 3 4 5 6
10 ton/ha 30,33 b 39,11 b 50,78 a 53,11 a 58,44 c
20 ton/ha 35,89 a 45,22 a 51,11 a 57,11 a 63,55 a
30 ton/ha 35,78 a 43,00 a 49,11 a 54,00 a 60,89 b
Keterangan : Nilai purata yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan
adanya beda nyata menurut uji DMRT taraf 5%
Pada tabel 2 diatas dapat dilihat jika perlakuan pupuk kandang pada
masing-masing dosis memberikan pengaruh yang nyata terhadap
pertumbuhan tinggi tanaman kedelai pada waktu pengamatan 2, 3, dan 6
MST. Pada umur 6 MST pemberian dosis pupuk kandang 20 ton/ha
memberikan hasil tertinggi yaitu dengan rata-rata tinggi tanaman 63,55 cm.
2. Jumlah Cabang
Hasil sidik ragam jumlah cabang per tanaman kedelai umur 2 sampai

21
6 MST tidak berpengaruh nyata (lampiran 5). Purata jumlah cabang per
tanaman kedelai disajikan pada tabel 3.
Tabel 3. Purata Jumlah Cabang Kedelai Umur 2 sampai 6 MST
Jumlah Cabang 2 s/d 6 MST
Perlakuan
2 3 4 5 6
10 ton/ha 0,22 a 1,44 a 2,22 a 3,00 a 4,00 a
20 ton/ha 0,11 a 1,44 a 2,44 a 3,00 a 3,89 a
30 ton/ha 0,11 a 1,45 a 2,33 a 3,00 a 3,89 a
Keterangan: Nilai purata yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut uji F taraf 5 %.

3. Bobot Segar dan Kering Tanaman


Hasil sidik ragam bobot segar dan kering tanaman kedelai
berpengaruh nyata (lammpiran 6). Purata bobot segar dan kering tanaman
kedelai disajikan pada tabel 4.
Tabel 4. Purata Bobot Segar dan Kering Tanaman Kedelai
Variabel Pengamatan
Perlakuan
Bobot Segar (g) Bobot Kering (g)
10 ton/ha 13,85 c 4,93 c
20 ton/ha 20,32 a 10,52 a
30 ton/ha 17,70 b 8,43 b
Keterangan: Nilai purata yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan
adanya beda nyata menurut uji DMRT taraf 5 %.

Pada tabel 4 diatas terlihat jika pemberian pupuk kandang pada


masing-masing dosis memberikan pengaruh yang nyata. Pada dosis pupuk
kandang 20 ton/ha memberikan bobot segar dan bobot kering terbaik pada
tanaman kedelai yaitu dengan rata-rata bobot segar tanaman kedelai sebesar
20,31 g, dan pada bobot kering tanaman kedelai memiliki rata-rata sebesar
10,52 g.
4. Jumlah Bintil dan Volume Akar
Hasil sidik ragam jumlah bintil akar dan volume akar berpengaruh
nyata (lampiran 7). Purata jumlah bintil akar dan volume akar tanaman
kedelai disajikan pada tabel 5.
Tabel 5. Purata Jumlah Bintil Akar dan Volume Akar Tanaman Kedelai
Variabel Pengamatan
Perlakuan Jumlah Bintil Volume Akar
Akar (ml)

22
10 ton/ha 6,17 b 26,72 b
20 ton/ha 10,17 a 33,42 a
30 ton/ha 7,00 b 31,85 a
Keterangan: Nilai purata yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan
adanya beda nyata menurut uji DMRT taraf 5 %.

Pada tabel 5 diatas dapat dilihat jika perlakuan pupuk kandang


memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah bintil akar dan volume
akar tanaman kedelai. Pada variabel jumlah bintil akar pemberian dosis
pupuk kandang 20 ton/ha memberikan hasil tertinggi yaitu dengan rata-rata
jumlah bintil akar sebanyak 10,17. Sedangkan pada variabel pengamatan
volume akar perlakuan dosis pupuk kandang 20 ton/ha dengan volume akar
33,42 ml dan 30 ton/ha dengan rata-rata volume akar 31,85 ml sama-sama
memberikan hasil yang sama baiknya dibandingkan dengan perlakuan dosis
pupuk kandang 10 ton/ha.
5. Bobot Segar dan Kering Akar
Hasil sidik ragam bobot segar akar dan bobot kering akar
berpengaruh nyata (lampiran 8). Purata bobot segar akar dan bobot kering
akar tanaman kedelai disajikan pada tabel 6.
Tabel 6. Purata Bobot Segar Akar dan Bobot Kering Akar Tanaman Kedelai
Variabel Pengamatan
Perlakuan Bobot Segar Bobot Kering
Akar (g) Akar (g)
10 ton/ha 4,68 b 1,78 c
20 ton/ha 7,78 a 3,25 a
30 ton/ha 7,07 a 2,45 b
Keterangan: Nilai purata yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan
adanya beda nyata menurut uji DMRT taraf 5 %.

Pada tabel 6 diatas dapat dilihat jika perlakuan pupuk kandang


memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot segar akar dan bobot
kering akar tanaman kedelai. Pada variabel bobot segar akar pemberian dosis
pupuk kandang 20 ton/ha dan 30 ton/ha sama-sama memberikan hasil yang
sama baiknya dibandingkan dengan perlakuan dosis pupuk kandang 10
ton/ha. Sedangkan pada variabel pengamatan bobot kering akar perlakuan
dosis pupuk kandang 20 ton/ha memberikan hasil terbaik yaitu dengan rata-

23
rata bobot kering akar sebesar 3,25 g.
6. Bobot Polong Basah dan Kering Per Tanaman
Hasil sidik ragam bobot polong basah dan bobot polong kering per
tanaman kedelai berpengaruh nyata (lampiran 9). Purata bobot polong basah
dan bobot polong kering per tanaman kedelai disajikan pada tabel 7.

Tabel 7. Purata Bobot Polong Basah dan Bobot Polong Kering per Tanaman
Kedelai
Variabel Pengamatan
Perlakuan Bobot Polong Bobot Polong
Basah (g) Kering (g)
10 ton/ha 133,32 c 106,50 c
20 ton/ha 159,32 a 133,59 a
30 ton/ha 138,89 b 114,71 b
Keterangan: Nilai purata yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan
adanya beda nyata menurut uji DMRT taraf 5 %.

Pada tabel 7 diatas dapat dilihat jika perlakuan pupuk kandang


memberikan pengaruh yang nyata terhadap variabel bobot polong basah dan
bobot polong kering per tanaman kedelai. Pada variabel bobot polong basah
pemberian dosis pupuk kandang 20 ton/ha memberikan hasil terbaik
dibandingkan dengan perlakuan dosis pupuk kandang 10 ton/ha, dan 30
ton/ha. Sedangkan pada variabel pengamatan bobot polong kering per
tanaman perlakuan dosis pupuk kandang 20 ton/ha memberikan hasil terbaik
yaitu dengan rata-rata bobot polong kering per tanaman sebesar 133,59 g
lebih baik dibandingkan dengan perlakuan dosis pupuk kandang 10 ton/ha,
dan 30 ton/ha.
7. Jumlah Polong Per Tanaman
Hasil sidik ragam jumlah polong per tanaman berpengaruh nyata
(lampiran 10). Purata jumlah polong per tanaman kedelai disajikan pada
tabel 8.
Tabel 8. Purata Jumlah Polong Per Tanaman Kedelai
Perlakuan Variabel Pengamatan

24
Jumlah Polong per
Tanaman
10 ton/ha 80,83 a
20 ton/ha 81,50 a
30 ton/ha 75,50 a
Keterangan: Nilai purata yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan
adanya beda nyata menurut uji DMRT taraf 5 %.

8. Jumlah Biji Per Polong


Hasil sidik ragam jumlah biji per polong tidak berpengaruh nyata
(lampiran 10). Purata jumlah polong biji per polong disajikan pada tabel 9.
Tabel 9. Purata Jumlah Biji Per Polong
Variabel Pengamatan
Perlakuan Jumlah Biji per
Polong
10 ton/ha 3,00 a
20 ton/ha 3,00 a
30 ton/ha 3,00 a
Keterangan: Nilai purata yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan
adanya beda nyata menurut uji DMRT taraf 5 %.

9. Persentase Polong Isi Per Tanaman


Hasil sidik ragam persentase polong isi per tanaman tidak
berpengaruh nyata (lampiran 10). Purata persentase polong isi per tanaman
disajikan pada tabel 10.
Tabel 10. Purata Persentase Polong Isi per Tanaman
Variabel Pengamatan
Perlakuan Jumlah Biji per
Polong
10 ton/ha 100 a
20 ton/ha 100 a
30 ton/ha 100 a
Keterangan: Nilai purata yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan
adanya beda nyata menurut uji DMRT taraf 5 %.

10. Bobot 100 Butir Biji Kering


Hasil sidik ragam bobot 100 butir biji kering kedelai berpengaruh

25
nyata (lampiran 10). Purata bobot 100 butir biji kering kedelai disajikan pada
tabel 11.
Tabel 11. Purata Bobot 100 Butir Biji Kering Kedelai
Variabel Pengamatan
Perlakuan Jumlah Biji per
Polong
10 ton/ha 16,98 c
20 ton/ha 20,64 a
30 ton/ha 18,42 b
Keterangan: Nilai purata yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan
adanya beda nyata menurut uji DMRT taraf 5 %.

Pada tabel 11 diatas dapat dilihat jika perlakuan pupuk kandang


memberikan pengaruh yang nyata terhadap variabel bobot 100 butir biji
kering kedelai dimana pemberian dosis pupuk kandang 20 ton/ha
memberikan hasil terbaik dibandingkan dengan perlakuan dosis pupuk
kandang 10 ton/ha, dan 30 ton/ha yaitu dengan rata-rata bobot 100 butir biji
kering kedelai sebesar 20,64 g.

B. Pembahasan
Khinzir (2014) menjelaskan jika upaya memperbaiki keasaman tanah
dapat dilakukan dengan pemberian bahan organik karena bahan organik
mmapu meningkatkan hasil panen tanaman dan memperbaiki kualitas tanah
karena sifat dari bahan organik adalah membantu pembentukan agregat dari
partikel-partikel tanah, memperbaiki struktur tanah, menambah banyaknya
kegunaan air dan memperbaiki aerasi dan drainase serta merangsang
pertumbuhan akar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang
berbagai dosis, pada variabel pertumbuhan berpengaruh terhadap tinggi
tanaman, bobot segar dan kering tanaman kedelai, tetapi tidak berpengaruh
pada variabel pengamatan jumlah cabang tanaman kedelai. Sedangkan pada
variabel hasil berpengaruh jumlah bintil akar, volume akar, bobot segar dan
kering akar, bobot polong basah dan kering per tanaman, dan bobot 100 butir
biji kering tetapi tidak berpengaruh pada variabel pengamatan jumlah polong

26
per tanaman, jumlah biji per polong, dan persentase polong isi per tanaman.
Pada variabel pertumbuhan bobot segar dan kering tanaman
perlakuan terbaik ditunjukkan pada dosis pupuk kandang sapi 20 ton/ha
yaitu dengan rata-rata bobot segar tanaman kedelai sebesar 20,32 g dan rata-
rata bobot kering tanaman kedelai sebesar 10,52 g. Hal ini dikarenakan
pemberian pupuk kandang sapi dengan dosis 20 ton/ha telah mampu
mencukupi kebutuhan unsur hara tanaman kedelai pada media pasir pantai
karena pupuk kandang sapi memiliki sejumlah unsur hara N, P, dan K.
fungsi dari unsur N adalah merangsang pertumbuhan tanaman secara
keseluruhan khususnya tinggi tanaman, batang, canag, dan daun yang sangat
berguna dalam proses fotosintesis tanaman. Selanjutnya unsur P berfungsi
untuk merangsang pertumbuhan akar dan unsur K berfungsi untuk
pembentukan protein dan karbohidrat serta berperan juga dalam menjada
turgor tanaman dan membukanya stomata (Riyani et al., 2018).
Selain itu pada variabel hasil bobot 100 butir biji kering kedelai pada
dosis pupuk kandang sapi 20 ton/ha yang diberikan pada tanah pasir pantai
menunjukkan hasil yang terbaik yaitu dengan rata-rata bobot 100 butir biji
kering kedelai sebesar 20,64 g lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan
dosis pupuk kandang sapi dosis 10 ton/ha ataupun 30 ton/ha. Hal ini diduga
jika pada dosis pupuk kandang sapi 10 ton/ha belum mencukupi sedangkan
pada perlakuan dosis pupuk kandang sapi 30 ton/ha melebihi kebutuhan atau
melewati titik optimum.
Sejalan dengan pernyataan Saputro et al., (2017) yang menyatakan
jika dasar pemberian pupuk adalah sesuai dengan yang dibutuhkan oleh
tanaman dan tergantung pada kesuburan tanah. Dosis yang diberikan dalam
jumlah cukup bagi kebutuhan tanaman akan memberikan pengaruh yang
baik, namun jika pemberian dilakukan secara berlebihan tidak akan
meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman secara signfikan dan bahkan
bisa menyebabkan penurunan karena tanaman mengalami keracunan. Purba
et al., (2018) menambahkan jika penambahan dosis yang tidak tepat dapat
mengakibatkan penurnan hasil dan penambahan biaya produksi akibat

27
penurunan pertumbuhan dan hasil tanaman karena keracunan kepekatan
pupuk.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Mawadah et al., (2023) yang melaporkan jika perlakuan pupuk kandang sapi
dengan dosis 20 ton/ha memberikan pengaruh pertumbuhan dan hasil
tanaman kedelai yang terbaik. Selanjutnya Hidayati & Soelistyono (2017)
menambahkan jika pemberian pupuk kandang sapi dengan dosis 20 ton/ha
dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai.

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka

dapat disimpulkan bahwa :

1. Pemberian dosis pupuk kandang berpengaruh nyata pada pertumbuhan

tanaman kedelai yaitu pada variabel pertumbuhan tinggi tanaman, bobot

segar dan kering tanaman kedelai dan pada variabel hasil yaitu jumlah bintil

akar, volume akar, bobot segar dan kering akar, bobot polong basah dan

kering per tanaman, dan bobot 100 butir biji kering kedelai.

2. Dosis terbaik yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil kedelai

adalah dosis pupuk kandang 20 ton/ha.

28
DAFTAR PUSTAKA

Aak. (1989). Kedelai. Kanisius. Yogyakarta.

Adisarwanto, T. 2008. Kedelai, Budidaya dengan Pemupukan yang Efektif.


Penebar Swadaya. Jakarta.

Agung, I. G. A. A., Sukerta, I. M., Raka, D. N., Tariningsih, D. 2017. Kedelai


Lokal Bali Bahan Baku Tempe Tinggi Nutrisi, Antioksidan dan
Organoleptil Serta Berkhasiat Obat. Jurnal Pertanian Berbasis
Keseimbangan Ekosistem. 2(1): 10-22.

Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluh Pertanian. 2009. Budidaya Tanaman


Kedelai.

Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi. 2013. Deskripsi Varietas
Unggul Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian.

Bela P dan Setia N. 2019. Peranan Pupuk Kotoran Kambing Terhadap Tinggi
Tanaman, Jumlah Daun, Lebar dan Luas daun Total Pennisitum
purpureum cv. Mott. Stock Peternakan Vol. 2 No. 2.

Fajrina, C. Sufardi., Arabia, R., Khairullah. 2018. Karbon Organik, Kompleks


Humus Besi dan Alumunium pada Empat Ordo Tanah di Lahan Kering
Kabupaten Aceh Besar Indonesia. Seminar Nasional Forum Komunikasi
Perguruan Tinggi Indonesia.

Fefiani, Y., dan Barus, W.A., (2014), Respon Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Akibat Pemberian Pupuk
Kandang Sapi dan Pupuk Anorganik Padat Supernasa, Jurnal Agrium
19(1): 21-30, ISSN:24427306.

Fitri, Y., Edy, A., Utomo, S. D., Giannini, T. K. 2021. Pengaruh Komposisi

29
Media Tanam terhadap Pertumbuhan Setek Empat Klon Ubi Kayu
(Manihot esculenta Crantz). Jurnal Agrotektropika. 9(2): 271-277.

Firmanto, B. H. 2011. Praktis Bercocok Tanam Kedelai Secara Intensif.


Angkasa : Bandung.

Hasanah, S. W. 2013. Pengaruh Penambahan Pasir pada Media Tanam Tanah


Terhadap Pertumbuhan Rosella (Hibiscus sabdariffa L.). Skripsi.
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. Bandung.

Hidayati, F., Soelistyono. 2017. Pengaruh Tinggi Bedengan dan Dosis Pupuk
Kandang Sapi Pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai. Journal Of
Agricultural Science. 2(2): 90-99.

Juhaidi. 2016. Dampak Alih Fungsi Lahan Persawahan Menjadi Pemukiman di


DesaKanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa. Skripsi.
Universitas Muhammadiyah Makasar. Makasar.

Khinzir. 2014. Penggunaan Kapur Pertanian Pada Lahan.

Matheus, R., Kantur, D. 2022. Perbaikan Kualitas Kimia Vertisol Melalui


Pemberian Bahan Organik Mucuna, Crotolaria, dan Dosis Pupuk Hayati.
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. 27(3): 444-453.

Mawaddah, C. I., Zuraida, Z., Jufri, Y. 2023. Aplikasi Beberapa Sumber Pupuk
Organik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai Pada Tanah Ultisol.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian. 8(2) : 433-443.

Maya, S. A. 2017. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan


Kedelai (Glycine max L.) pada Kadar Air Tanah yang Berbeda. Skripsi.
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Malang.

Nurhayati, D.R, Yudono P, Taryono, dan Hanudin, E. 2018. Pengaruh waktu


pemupukan pada dua musim tanam terhadap karakter Wijen Sbr-1 dan
Sbr-3 di Lahan Pasir Pantai, Caraka Tani. Journal of Sustainable
Agriculture, 33(1): 19-25.

Pamungkas, D. W. 2017. Penyusun Zona Risiko Kerentanan Airtanah terhadap


Pencemaran Menggunakan Metode Groundwater Occurence, Overkying
Lithology, Depth Of Groundwater Table” (God) dan “Aquifer Vulnerbility
Indeks” (Avi). Di Kota Semarang Jawa Tengah. Skripsi. Universitas
Diponegoro. Semarang.

Paputri, D. M. W., Wahyuni, S., Sariffudin, A. N. 2018. Application effect of


cow manure growth and yield of shallot in inceptisols. PROCEEDING OF
INTERNATIONAL WORKSHOP AND SEMINAR Innovation of

30
EnvironmentalFriendly Agricultural Technology Supporting Sustainable
Food SelfSufficiency, 674–681. https://doi.org/10.5281/zenodo.3346074

Paulina, R. 2010. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair Asal Daun-daun


Hijau terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai Varietas
Cikuray. Skripsi. Fakultas Pertanian dan Teknologi Pertanian. Universitas
Negeri Papua.

Putra, T. K., Afany, M. R., Widodo, R. A. 2020. Pengaruh Bahan Organik dan
Tanah Vertisol Terhadap Ketersediaan dan Pelindungan Kalium di Tanah
Regosol Pasir Pantai. Jurnal Tanah dan Air. 17(1): 20-25.

Riyani, N. W., Islami, T., Sumarni, T. 2018. Pengaruh Pupuk Kandang dan
Crotalaria juncea L. Pada Pertumbuhan dan Hasl Tanaman Kedelai
(Glycine max L.). Jurnal Produksi Tanaman. 3(7) : 556-563.

Rukmini, A. 2017. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Sapi Terhadap Pertumbuhan


Kacang Hijau pada Kondisi Kadar Air Tanah Yang Berbeda. Skripsi.
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Malang.

Saputro, W., Sarwitri, R., Ingesti, P. S. V. R. 2017. Pengaruh Dosis Pupuk


Organik dan Dolomit Pada Lahan Pasir Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Kedelai. Jurnal Ilmu Pertanian Tropika dan Subtropika. 2(2):
70-73.

Saptiningsih, E. 2007. Peningkatan Produktivitas Tanah Pasir untuk


Pertumbuhan Tanaman Kedelai Inokulasi Mikoriza dan Rhizobium.
BIOMA. 9(2): 58-61.

Saridevi, G. 2013. Perbedaan Sifat Biologi Tanah pada Beberapa Tipe


Penggunaan Lahan di Tanah Andisol, Inceptisol, dan Vertisol. EJurnal
Agroekoteknologi Tropika. 2(4): 214-223.

Sukarman, Dariah, A., dan Suratman. 2020. Tanah vulkanik di lahan kering
berlereng dan potensinya untuk pertanian di Indonesia. Jurnal Litbang
Pertanian 9(1): 21-34. Doi: 10.21082/jp3.v39n1.2020.p21-34.

Sukmawati. 2013. Respon Tanaman Kedelai terhadap Pemberian Pupuk


Organik, Inokulasi FMA dan Varietas Kedelai di Tanah Pasir. Volume 7,
No. 4.

Suprapto, S.H. 2001. Bertanam Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta.

Susanto, G. W. A., Nugrahaeni, N. 2016. Pengenalan dan Karakteristik Varietas


Unggul Kedelai. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi.

Utomo, D. H. 2016. Morfologi Profil Tanah Vertisol. Jurnal Pendidikan


Geografi. 21(2) : 47-67.

31
Utomo, Muhajir; Sudarsono; Rusman , Bujang; Sabrina, Tengku; Lumranraja,
Jamalam; Wawan. 2016. Ilmu Tanah Dasar- Dasar Pengelolaan. Jakarta:
Prenedamedia Group. 150-156hal.

Wang, X.J., Zh. K. Jia.m L.Y. Liang., and Sh. Zh. Kang. 2013. Effect of Manure
Management on The Temporal Variations of Dryland Soil Moisture and
Water Use Efficiency of Maize. J.Agr.Sci.Tech. Vol.15

Zuyasna., R.S. Sasmi dan Zuraida. 2017. Pengaruh Kadar Air Kapasitas Lapang
terhadap Pertumbuhan Beberapa Genotipe M3 Kedelai (Glycine max L.
Merr) J. Floratek 12 (1) : 10-20.

Lampiran 1.Layout Desain Percobaan

K1U1 K1U3 K2U2

K2U3 K3U1 K3U3

K1U2 K2U1 K3U2

Gambar 1. Desain Unit Percobaan

Keterangan:
K1 = Pupuk kandang 10 ton/ha
K2 = Pupuk kandang 20 ton/ha
K3 = Pupuk kandang 30 ton/ha

32
Lampiran 2. Layout Unit Percobaan
U

Gambar 2. Layout Unit Percobaan


Keterangan :
∆ : Tanaman Sampel
X : Tanaman korban
V : Tanaman cadangan

Lampiran 3. Kebutuhan pupuk Kandang Perpolybag

33
A. Kebutuhan Pupuk Per Polybag

1. Volume tanah pada luasan 1 Ha

Kedalaman tanah : 25 cm

Volume tanah 1 Ha : 10.000 m2 x 25 cm

Volume tanah 1 Ha : 100.000.000 cm2 x 25 cm = 2.500.000.000 cm3

2. Bobot tanah dengan volume yang sudah diketahui (berat jenis tanah 1,93

gram/cm3)

Bobot tanah 1 Ha : volume tanah 1 Ha x berat jenis tanah

: 2.500.000.000 cm3 x 1,93 gram/cm3

: 4.825.000.000 gram = 4.825.000 kg

3. Banyaknya pupuk yang diberikan dalam polybag

a. Dosis Pupuk Kimia

1) Urea 100 kg/ha

berat tanah dalam polybag


= x takaran pupuk yang dianjurkan
bobot tanah per ha

34
20
= x 100 kg
4.825 .000

= 0,000414 kg = 0,41 gram

2) SP 75 kg/ha

berat tanah dalam polybag


= x takaran pupuk yang dianjurkan
bobot tanah per ha

20
= x 75 kg
4.825 .000

= 0,000310 kg = 0,31 gram

3) KCL 100 kg/ha

berat tanah dalam polybag


= x takaran pupuk yang dianjurkan
bobot tanah per ha

20
= x 100 kg
4.825 .000

= 0,000414 kg = 0,41 gram

Total pemberian pupuk kimia per polybag = 0,41 + 0,31 + 0,41 =

1,13 gram

b. Dosis 10 ton/ha

berat tanah dalam polybag


= x takaran pupuk yang dianjurkan
bobot tanah per ha

20
= x 10.000 kg
4.825 .000

= 0,0415 kg = 41,5 gram

c. Dosis 20 ton/ha

35
berat tanah dalam polybag
= x takaran pupuk yang dianjurkan
bobot tanah per ha

20
= x 20.000 kg
4.825 .000

= 0,0829 kg = 82,9 gram

d. Dosis 30 ton/ha

berat tanah dalam polybag


= x takaran pupuk yang dianjurkan
bobot tanah per ha

20
= x 30.000 kg
4.825 .000

= 0,1243 kg = 124,3 gram

Lampiran 4. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 s/d 6 MST

a. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Umur 2 MST


SV DB JK KT F.HIT F.TAB
PERLAKUAN 2 60.52 30.26 9.91 5.14
ERROR 6 18.31 3.05
Total 8
Keterangan : NS = tidak berbeda nyata S = Berbeda nyata

b. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Umur 3 MST


SV DB JK KT F.HIT F.TAB
PERLAKUAN 2 57.39 28.70 6.53 5.14
ERROR 6 26.38 4.40
Total 8
Keterangan : NS = tidak berbeda nyata S = Berbeda nyata

c. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Umur 4 MST


SV DB JK KT F.HIT F.TAB
PERLAKUAN 2 6.89 3.44 0.63 5.14
ERROR 6 32.86 5.48
Total 8

36
Keterangan : NS = tidak berbeda nyata S = Berbeda nyata

d. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Umur 5 MST


SV DB JK KT F.HIT F.TAB
PERLAKUA
2 26.46 13.23 3.32 5.14
N
ERROR 6 23.90 3.98
Total 8
Keterangan : NS = tidak berbeda nyata S = Berbeda nyata

e. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Umur 6 MST


SV DB JK KT F.HIT F.TAB
PERLAKUAN 2 39.19 19.60 6.53 5.14
ERROR 6 18.00 3.00
Total 8
Keterangan : NS = tidak berbeda nyata S = Berbeda nyata

Lampiran 5. Sidik Ragam Jumlah Cabang per Tanaman 2 s/d 6 MST

a. Sidik Ragam Jumlah Cabang Umur 2 MST


SV DB JK KT F.HIT F.TAB
PERLAKUAN 2 0.03 0.01 0.17 5.14
ERROR 6 0.44 0.07
Total 8
Keterangan : NS = tidak berbeda nyata S = Berbeda nyata

b. Sidik Ragam Jumlah Cabang Umur 3 MST


SV DB JK KT F.HIT F.TAB
PERLAKUAN 2 0.00 0.00 0.00 5.14
ERROR 6 0.45 0.08
Total 8
Keterangan : NS = tidak berbeda nyata S = Berbeda nyata

c. Sidik Ragam Jumlah Cabang Umur 4 MST


SV DB JK KT F.HIT F.TAB
PERLAKUAN 2 0.07 0.04 0.60 5.14
ERROR 6 0.37 0.06

37
Total 8
Keterangan : NS = tidak berbeda nyata S = Berbeda nyata

d. Sidik Ragam Jumlah Cabang Umur 5 MST


SV DB JK KT F.HIT F.TAB
PERLAKUAN 2 0.00 0.00 0.00 5.14
ERROR 6 1.10 0.18
Total 8
Keterangan : NS = tidak berbeda nyata S = Berbeda nyata

e. Sidik Ragam Jumlah Cabang Umur 6 MST


SV DB JK KT F.HIT F.TAB
PERLAKUAN 2 0.02 0.01 0.04 5.14
ERROR 6 1.71 0.28
Total 8
Keterangan : NS = tidak berbeda nyata S = Berbeda nyata

Lampiran 6. Sidik Ragam Bobot Segar dan Kering Tanaman Kedelai

a. Sidik Ragam Bobot Segar Tanaman Kedelai


SV DB JK KT F.HIT F.TAB
PERLAKUAN 2 63.49 31.74 35.69 5.14
ERROR 6 5.34 0.89
Total 8
Keterangan : NS = tidak berbeda nyata S = Berbeda nyata

b. Sidik Ragam Bobot Kering Tanaman Kedelai


SV DB JK KT F.HIT F.TAB
PERLAKUAN 2 47.76 23.88 28.89 5.14
ERROR 6 4.96 0.83
Total 8
Keterangan : NS = tidak berbeda nyata S = Berbeda nyata

38
Lampiran 7. Sidik Ragam Jumah Bintil Akar dan Volume Akar Kedelai

a. Sidik Ragam Jumlah Bintil Akar Kedelai


SV DB JK KT F.HIT F.TAB
PERLAKUAN 2 26.72 13.36 10.23 5.14
ERROR 6 7.83 1.31
Total 8
Keterangan : NS = tidak berbeda nyata S = Berbeda nyata

b. Sidik Ragam Volume Akar Kedelai


SV DB JK KT F.HIT F.TAB
PERLAKUAN 2 73.70 36.85 15.52 5.14
ERROR 6 14.25 2.37
Total 8
Keterangan : NS = tidak berbeda nyata S = Berbeda nyata

39
Lampiran 8. Sidik Ragam Bobot Segar Akar dan Bobot Kering Akar

a. Sidik Ragam Bobot Segar Akar


SV DB JK KT F.HIT F.TAB
PERLAKUAN 2 15.80 7.90 14.57 5.14
ERROR 6 3.25 0.54
Total 8
Keterangan : NS = tidak berbeda nyata S = Berbeda nyata

b. Sidik Ragam Bobot Kering Akar


SV DB JK KT F.HIT F.TAB
PERLAKUAN 2 3.24 1.62 8.11 5.14
ERROR 6 1.20 0.20
Total 8
Keterangan : NS = tidak berbeda nyata S = Berbeda nyata

40
Lampiran 9. Sidik Ragam Bobot Polong Basah dan Bobot Polong Kering per

Tanaman Kedelai

a. Sidik Ragam Bobot Polong Basah Per Tanaman Kedelai


SV DB JK KT F.HIT F.TAB
PERLAKUAN 2 1124.10 562.05 9.62 5.14
ERROR 6 350.46 58.41
Total 8
Keterangan : NS = tidak berbeda nyata S = Berbeda nyata

b. Sidik Ragam Bobot Polong Kering Per Tanaman Kedelai


SV DB JK KT F.HIT F.TAB
PERLAKUAN 2 1157.73 578.86 17.87 5.14
ERROR 6 194.32 32.39
Total 8
Keterangan : NS = tidak berbeda nyata S = Berbeda nyata

41
Lampiran 10. Sidik Ragam Jumlah Polong per Tanaman, Jumlah Biji per

Polong, Persentase Polong Isi per Tanaman dan Bobot 100 Biji Kering

a. Sidik Ragam Jumlah Polong Per Tanaman


SV DB JK KT F.HIT F.TAB
PERLAKUAN 2 126.21 63.11 12.33 5.14
ERROR 6 30.72 5.12
Total 8
Keterangan : NS = tidak berbeda nyata S = Berbeda nyata

b. Sidik Ragam Jumlah Biji Per Polong


SV DB JK KT F.HIT F.TAB
PERLAKUAN 2 0.00 0.00 0.00 5.14
ERROR 6 0.00 0.00
Total 8
Keterangan : NS = tidak berbeda nyata S = Berbeda nyata

c. Sidik Ragam Persentase Polong Isi Per Tanaman

42
SV DB JK KT F.HIT F.TAB
PERLAKUAN 2 0.00 0.00 0.00 5.14
ERROR 6 0.00 0.00
Total 8
Keterangan : NS = tidak berbeda nyata S = Berbeda nyata

d. Sidik Ragam Bobot 100 Biji Kering


SV DB JK KT F.HIT F.TAB
PERLAKUAN 2 20.35 10.18 39.92 5.14
ERROR 6 1.53 0.25
Total 8
Keterangan : NS = tidak berbeda nyata S = Berbeda nyata

43

Anda mungkin juga menyukai