Anda di halaman 1dari 185

PENGARUH BUDIDAYA TANAMAN KOPI TERHADAP

KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI


KECAMATAN SUBANG KABUPATEN KUNINGAN
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh
SITI NURHIKMAH
NIM 1113015000032

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
PENGARUH BUDIDAYA TANAMAN KOPITERHADAP KONDISI
SOSIAL EKONOⅣ IIPIASYARAKAT DI KECADIATAN SUBANG
KABUPATEN KUNINGAN
SkHpsi
Dittukan Kepada Fakultas IImu Tarbiyah Dan Keguruan untuk Melncnuhi Salah

Satu persyaratan Mclnpcrolch Gclar Sttana PCndidikan(S.Pd)

Oleh:
Siti Nurhikmah
NIPI:1113015000032

Di Bawah Bimbingan,

Pembimbing I

NIP。 198403122015031002

RUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


FAKULTASILMU TARBIYAⅡ DAN KEGURUAN


UNIVERSITASISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439】 1/2017M
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul "Pengaruh Budidaya Tanaman Kopi Terhadap Kondisi


Sosial Ekonomi Masyarakat di Kecamatan Subang Kabupaten Kuningan",
oleh Siti Nurhikmah, Nomor Induk Mahasiswa 1113015000032, diajukan kepada
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah pada
tanggal 22 Desember 2017 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak
memperoleh gelar Sarjana (Sl) dalam bidang Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial.

Jakarta,08 Janua五 2018

Panitia Ujian Munaqosah

Ketua Sidang (Ketua Jurusan Pendidikan IPS)

Dr.Iwan Purwanto. M.Pd


NIP. 19730424 200801 | 012

Sekretaris Sidallg(Sekretaris Jurusan Pendidikan IPS)

Drso Svaripu1lohη ⅣIoSi


NIP.19670909200701 1033

Dosen Penguji l

Dro Muhammad Arit M.Pd


NIP.197006061997021002

Dosen Penguji 2
18
Sodildn,ⅣIoSi %12°
NIDN.2014118001

engetahui
Dekan Fakultas I Tarbiyah guruan
UJI REFERENSI

Seluruh referensi yang digunakan dalam penelitian skripsi yang berjudul


"Pengaruh Budidaya Tanaman Kopi Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi
Masyarakat di Kecamatan Subang Kabupaten Kuningan", ydLE disusun oleh
Siti Nurhikmah, NIM. 1113015000032, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial
Konsentrasi Geografi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, telah diuji kebenarannya oleh dosen
pembimbing skripsi pada tanggal 8 Desember 2017.

Andri Noor Ardiansvah. S.Pd.M.Si


NIP.198403122015031002
SURAT PERNYATAAN KARYA ILRIIAH

Yang bertandatangan di balvah inl:

Nama Siti Nurhiklnah

NIM ll13015000032
Jurusan / Konsentrasi Pendidikan 11lnu Pcngetahuan Sosia1/Geografl

Alamat Kp.Pondok Rt.004 Rw.003 No.54B● ongSan Kota


Depok Jawa Barat

MEI\IYATAKAN D EN GAN S ES UNGGUIINYA

Bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Budidaya Tanaman Kopi Terhadap


Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Kecamatan Subang Kabupaten
Kuningan adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:
Nama Pembimbing I :And五 Noor Ardiansyah,S.Pd,M,Si
NIP :198403122015031002

Nama Pembimbing II :T五 Httawati,S,Pd.M.Si


NIP :NIE)N.2014118001

Jurusan / Konsentrasi :Pcndidikan 11lnu Pengetahuan Sosia1/Geografl

Dengan surat pernyataan ini saya buat dengan sedungguhnya dan saya siap
menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya
sendiri.

Jakarta,8 1Desember 2017

Siti rurhikmah
1113015000032
ABSTRAK

Siti Nurhikmah (1113015000032). Pengaruh Budidaya Tanaman Kopi


Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Kecamatan Subang
Kabupaten Kuningan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh budidaya tanaman
kopi terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di Kecamatan Subang
Kabupaten Kuningan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Populasi dalam penelitian
ini adalah masyarakat Kecamatan Subang Kabupaten Kuningan. Teknik
pengambilan sample yaitu sample jenuh dengan sample sebanyak 20 responden.
Instrument yang digunakan adalah observasi, wawancara dan angket. Analisis
data yang telah terkumpul dalam penelitian ini menggunakan rumus presentase
dan intepretasi data baru kemudian penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa budidaya tanaman kopi merupakan
suatu usaha dalam bidang pertanian yang memiliki keutungan besar karena dapat
meningkatkan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Dengan adanya budidaya
tersebut masayarakat menjadi memiliki aktivitas khusunya di dalam bidang
pertanian, selain itu mampu mencukupi kebutuhan hidup petani karena dapat
menambah pendapatan. Tingkat kesehatan petani menjadi baik setelah menjadi
petani apabila sakit masyarakat pergi berobat kepada matri dan untuk membeli
obat masyarakat menggunakan uang sendiri. Kondisi pendidikan keluarga setelah
menjadi petani kopi meningkat karena adanya budiaya tanaman kopi tersebut
membantu perekonomian keluarga dan bisa membiayai sekolah anak sampai ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Budidaya tanaman kopi juga membuat
masyarakat memiliki sarana untuk informasi, komunikasi dan kendaraan seperti
halnya memiliki televisi, handphone dan kendaraan motor.

Kata kunci : Budidaya, Kopi, Kondisi Sosial Ekonomi

i
ABSTRACT
Siti Nurhikmah (1113015000032). The Influence of the Cultivation of
coffee against the socio-economic Conditions of communities in district of
Subang Kuningan Regency.
This research aims to know the Influences of cultivation of coffee crops to
the socioeconomic conditions of the community in subang district of Regency
Kuningan.
This research uses qualitative approach. The population in this research is
the community Sub District of Subang Kuningan Regency. Sampling technique is
sample saturated with sample of 20 respondents. The instruments used are
observation, interview and questionnaire. The analysis of data that has been
collected in this study using the formula percentage and interpretation of new
data and then withdrawal conclusions.

The research results showed that coffee cultivation is an effort in the field
of agriculture has made great because it can improve the socio-economic
conditions of the community. The existence of such cultivation society has activity
especially in the field of agriculture, in addition to being able to fullfill the needs
of farmer's life because it can increase revenue. The level of health of farmers be
good after being a farmer in ill treatment and go to the community and to
purchase the drug after the community using its own money. The condition of
education family after becoming coffee farmers increase due to cultivation the
coffee plant family economy and could help fund the school children up to the
level of higher education. The cultivation of coffee plant also makes the
community has the means for information, communications and vehicles as well
as have television, mobile and motor vehicles.
Keywords: Cultivation, Coffee, Socio-Economic Condition

ii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah
SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dengan ridho-
Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Budidaya
Tanaman Kopi Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di
Kecamatan Subang Kabupaten Kuningan” untuk memenuhi salah satu
persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Tak lupa
shalawat beserta salam semoga selalu tercurahkan pada sang baginda alam, Nabi
besar Muhammad SAW, Beserta keluarga, sahabat, beserta umatnya.
Sebagai mahluk sosial pada umumnya, penulis menyadari bahwa
pengetahuan, pemahaman, pengalaman, kemampuan dan kekuatan penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dalam
proses penyelesaian skripsi ini banyak mendapatkan bantuan, bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil, sehingga penyusunan
skripsi berjalan lancar.
Maka dengan selesainya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan terima
kasih yang tak bisa terhitung jumlahnya kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan.
2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial. Yang senantisa memberikan banyak perhatian dan
motivasi kepada mahasiswa tingkat akhir, disela-sela kesibukanya.
3. Bapak Drs. Syaripulloh M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial. Yang juga senantisa memberikan banyak perhatian dan
motivasi kepada mahasiswa tingkat akhir, disela-sela kesibukanya.
4. Bapak Didin Syafruddin, MA.,Ph.D selaku Dosen Penasehat Akademik.
5. Bapak Andri Noor Ardiansyah, S.Pd, M,Si, dan Ibu Tri Harjawati, S.Pd,
M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu

iii
serta selalu sabar dalam membimbing, memberi petunjuk dan nasehat
kepada penulis dengan ikhlas demi keberhasilan penulis.
6. Seluruh Dosen Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan
ilmu kepada penulis. Yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu,
namun tidak mengurangi rasa hormat saya.
7. Ayah dan Ibu tercinta (Bapak Artim dan Ibu Rohayati) yang telah
membesarkan dan mengajarkan penulis dengan penuh kasih sayang.
Motivasi terbesar penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih
atas setiap cinta yang terpancar serta doa dan restu yang selalu mengiringi
setiap derap langkah penulis. Terima kasih juga atas dukungan berupa
moril maupun materil yang luar biasa yang selalu kalian berikan penulis.
8. Kaka dan Adik tercinta (Eni Rohani, Ade Sapitri, Iyoh Sufitriah, Siti
Maesaroh, Ela Siti Nurlela dan Siti Mariah Ulfah) yang telah memberikan
motivasi dan dukungan baik berupa dukungan moril maupun materil
9. Bapak Hermansyah dan Ibu Darsinah yang telah membantu membesarkan
penulis dan memeberikan dukungan baik itu dalam bentuk moral maupun
materil.
10. Bapak Ahmari, bapak Tanzil Aziz, selaku kepala Desa, dan staff Litbang,
Desa Situgede Kecamatan Subang yang telah mengijinkan penulis
melakukan penelitian di Desa Situgede Kecamatan Subang.
11. Seluruh masyarakat rt/rw 03/07&08 yang bersedia meluangkan waktunya
tatkala penulis melakukan penelitian.
12. Keluarga Asep Saepullah yang telah menjadi inspirasi dan memberikan
motivasi yang luar biasa bagi penulis, serta telah menampung penulis
selama menempuh pendidikan.
13. Sahabatku tercinta yang selalu setia menemani dengan penuh kesabaran dan
mendukung penulis, yaitu: Desi Setiawati, S.Pd, Nur Ismawati, Nur Alika
W, Sa’diah dan Annisa Nur Hikmah . Tak lupa kepada Eka Esti yang telah
banyak membantu dalam pembuatan skripsi ini terutama pembuatan peta.

iv
14. Teman-teman Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial terkhusus kelas
C (Geografi) angkatan 2013 atas kekompakannya selama ini, baik di kelas
maupun saat praktikum.
15. Lee Donghae, Kim Myungsoo, Lee Taeyong dan Lee Jeno yang telah
menjadi inspirasi, penyemangat dan penghibur penulis selama
menyelesaikan skripsi ini.
16. Dan semua pihak yang penulis sadari atau tidak sadari telah membantu
secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini yang
tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis berharap semoga segala kebaikan yang diberikan mendapatkan
pahala yang berlipat ganda oleh Allah SWT dan senantiasa selalu dilindungi oleh
Allah SWT.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata
sempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang akan
digunakan demi perbaikan dimasa yang akan datang. Penulis berharap semoga
skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Jakarta, November 2017


Penulis

Siti Nurhikmah

v
DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................. 9
C. Pembatasan Masalah ............................................................ 9
D. Perumusan Masalah ............................................................. 10
E. Tujuan Penelitian ................................................................. 10
F. Manfaat Penelitian ............................................................... 11
1. Manfaat Teoritis............................................................. 11
2. Manfaat Praktis .............................................................. 12
BAB II KAJIAN TEORI
A. Budidaya Tanaman Kopi ..................................................... 13
1. Pengertian Budidaya ....................................................... 13
2. Sejarah Persebaran Kopi di Dunia .................................. 14
3. Klasifikasi dan Jenis-Jenis Tanaman Kopi ..................... 14
4. Prinsip dan Proses Budidaya Tanaman Kopi .................. 18
5. Analisis Usahatani........................................................... 24
6. Output (Volume Panen, Harga Jual dan Pemasaran ....... 26
7. Prosfek Pengembangan Komoditas Kopi ........................ 27
B. Kondisi Sosial-Ekonomi ...................................................... 29
1. Pengertian Kondisi Sosial Ekonomi ............................... 29

vi
2. Faktor-Faktor Yang Menentukan Kondisi Sosial Ekonomi
Masyarakat ..................................................................... 31
a. Pendapatan ...................................................................... 32
b. Tingkat Kesehatan........................................................... 34
c. Tingkat Pendidikan ......................................................... 36
d. Kepemilikan Sarana Komunikasi Informasi dan Kendaraan
......................................................................................... 41
C. Penelitian Relevan ............................................................... 43
D. Kerangka Berpikir ............................................................... 53
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitain .............................................. 57
B. Metode Penelitian ................................................................ 59
C. Populasi dan Sampel ............................................................ 59
1. Populasi ........................................................................... 59
2. Sampel ............................................................................. 60
D. Alat dan Bahan dalam Penelitian ........................................ 60
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 61
1. Observasi (Pengamatan) ................................................. 62
2. Metode Kuesioner (Angket)............................................ 63
3. Metode Wawancara......................................................... 64
4. Metode Dokumentasi ...................................................... 65
F. Instrumen Penelitian ............................................................ 66
1. Kueisioner (Angket) ........................................................ 66
2. Pedoman Wawancara ...................................................... 68
G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ................................. 72
1. Teknik Pengolahan Data .................................................. 72
2. Analisis Data .................................................................... 73

H. Interpretasi Data ....................................................................... 73

vii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Kecamatan Subang................................. 75
1. Kondisi Fisik ................................................................... 75
a. Letak dan Luas .................................................... 75
b. Iklim ................................................................... 76
2. Kondisi Sosial ................................................................. 76
a. Pemerintah .......................................................... 76
b. Kependudukan .................................................... 77
c. Pendidikan ........................................................... 77
d. Kesehatan dan keluarga berencana ..................... 77
e. Agama ................................................................. 78
f. Pertanian.............................................................. 78
3. Sarana Perekonomian ...................................................... 78
B. Deskripsi Data ..................................................................... 78
1) Budidaya tanaman kopi ....................................................... 79
2) Kondisi sosial ekonomi........................................................ 89
C. Pembahasan Analisis Budidaya Tanaman Kopi
Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di
Kecamatan Subang .............................................................. 105
D. Keterbatasan Penelitian ....................................................... 114
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .......................................................................... 115
B. Saran .................................................................................... 116
C. Saran .................................................................................... 116
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 117
LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1.1 Negara Produsen Kopi Terbesar di Dunia Tahun 2014 .............. 3
Tabel 1.2 Negara Eksportir Kopi Terbesar di Dunia Tahun 2014 .............. 4
Tabel 1.3 Produksi dan Ekspor Kopi di Indonesia ..................................... 4
Tabel 1.4 Produksi Ubi Kayu, Kacang Tanah, Padi Sawah dan
Kopi di Kecamatan Subang ........................................................ 6
Tabel 2.1 Klon Kopi Robusta yang di Anjurkan ........................................ 19
Tabel 2.2 Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Tahun 2000 .................. 33
Tabel 2.3 Klasifikasi Pendapatan ................................................................ 34
Tabel 2.4 Banyaknya Sarana Kesehatan ..................................................... 36
Tabel 2.5 Tingkat Pendidikan Penduduk Indonesia Usia 10 Tahun Ke Atas
.................................................................................................... 38
Tabel 2.6 Jumlah Fasilitas Pendidikan........................................................ 40
Tabel 2.7 Penelitian Yang Relevan ............................................................. 49
Tabel 3.1 Kegiatan Penelitian ..................................................................... 58
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Observasi ..................................................................... 62
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Wawancara .................................................................. 65
Tabel 3.4 Dokumentasi Penelitian .............................................................. 66
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Instrumen Angket ........................................................ 66
Tabel 3.6 Instrumen Wawancara ................................................................ 69
Tabel 3.7 Kriteria Penilaian Skor Presentase .............................................. 74
Tabel 4.1 Lama Menjadi Petani .................................................................. 79
Tabel 4.2 Jenis Kopi ................................................................................... 80
Tabel 4.3 Asal Bibit Kopi ........................................................................... 82
Tabel 4.4 Modal .......................................................................................... 83
Tabel 4.5 Kepemilikan Lahan ..................................................................... 84
Tabel 4.6 Luas Lahan .................................................................................. 85
Tabel 4.7 Jumlah Tenaga Kerja .................................................................. 85
Tabel 4.8 Volume Panen ............................................................................. 86

ix
Tabel 4.9 Harga Jual ................................................................................... 87
Tabel 4.10 Pemasaran ................................................................................... 88
Tabel 4.11 Asal Pendapatan .......................................................................... 89
Tabel 4.12 Jumlah Tanggungan Hidup ......................................................... 92
Tabel 4.13 Tanggapan Terhadap Pendapatan ............................................ ... 93
Tabel 4.14 Pendapatan Setiap Bulan ............................................................ 94
Tabel 4.15 Pengeluaran dalam Sebulan ........................................................ 94
Tabel 4.16 Kondisi Kesehatan ...................................................................... 95
Tabel 4.17 Pergi Berobat .............................................................................. 96
Tabel 4.18 Antisipasi Kesehatan................................................................... 96
Tabel 4.19 Pendidikan Formal ...................................................................... 97
Tabel 4.20 Pendidikan Berkaitan dengan Budidaya ..................................... 98
Tabel 4.21 Kondisi Pendidikan Keluarga ..................................................... 99
Tabel 4.22 Kepemelikan Media Elektronik .................................................. 100
Tabel 4.23 Alat Komunikasi ......................................................................... 101
Tabel 4.24 Kendaraan yang Sering di Akses ................................................ 102
Tabel 4.25 Kendaraan yang dimiliki ............................................................. 103

x
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Kopi Arabika ............................................................................ 15
Gambar 2.2 Kopi Liberika............................................................................ 16
Gambar 2.3 Kopi Rubsta .............................................................................. 17
Gambar 2.4 Kerangka Berfikir ..................................................................... 56
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian ............................................................. 54
Gambar 4.1 Peta Administrasi Desa Banjaranyar ........................................ 75
Gambar 4.2 Buah Kopi ................................................................................. 81
Gambar 4.3 Tanaman Selain Kopi ............................................................... 91
Gambar 4.4 Buah Selain Kopi ...................................................................... 91
Gambar 4.5 Televisi ..................................................................................... 101
Gambar 4.6 Handphone ................................................................................ 102
Gambar 4.7 Kendaraan Bermotor ................................................................ 104
Gambar 4.8 Tempat Tinggal ........................................................................ 104

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Uji Referensi


Lampiran 2 Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian
Lampiran 4 Surat Balasan dari Kantor Kepala Desa Situgede
Lampiran 5 Instrumen Observasi
Lampiran 6 Instrumen Angket
Lampiran 7 Instrumen Wawancara
Lampiran 8 Instrumen Observasi
Lampiran 9 Lembar Angket Penelitian
Lampiran 10 Transkip Wawancara
Lampiran 11 Dokumentasi Penelitian

xii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan letak geografisnya Indonesia terletak diantara dua benua yaitu
benua Asia dan benua Australia, serta diapit oleh dua saumdra. Samudra
Hindia dan samudra Fasifik. Letak yang strategis tersebut membuat Indonesia
menjadi negara yang sangat memegang peranan penting dalam percaturan
dunia. Indonesia memiliki wilayah yang sangat luas jika dibandingkan dengan
negara-negara yang ada di Asia Tenggara lainya, luas wilayah tersebut dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan
memanfaatkan potensi dalam bidang ekonomi dan politik jika dikelola dengan
baik dan bijak. Indonesia memiliki luas daratan sebesar 1.910.931,2 KM2
relief permukaan bumi di Indonesia berupa pegunungan, dataran tinggi, dataran
rendah dan lembah.1

Kondisi fisik Indonesia yang memiliki relief daratan yang berupa


pegunungan-pegunungan membuat Indonesia menjadi kawasan yang sangat
cocok digunakan untuk mengembangkan budidaya tanaman perkebunan. Di
Indonesia perkebunan tersebar hampir di seluruh Provinsi hal tersebut
disebabkan iklim dan lahan Indonesia sangat sesuai untuk dijadikan
perkebunan. Hasil perkebunan yang di hasilkan Indonesia salah satunya yaitu
dari perkebuan kopi khususnya kopi Arabika yang banyak tersebar di Aceh,
Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan Sulawesi Selatan. Luas lahan
tanaman kopi tercatat dari mulai tahun 1999 seluas 1.157.696 ha, dan tahun
2000 seluas 1.142.045 ha.2

Kecamatan Subang merupakan salah satu wilayah yang terletak di


Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat, letaknya berada diantara sebelah
utara Kecamatan Maleber, sebelah timur Kecamatan Cilebak, sebelah selatan

1
Eva Bonawati Geografi Indonesia, (Yogyakarta : Penerbit Ombak, 2014), h. 19
2
Ibid, h. 62

1
2

Kabupaten Ci Amis dan sebelah barat Kecamatan Selajambe. Memiliki


ketinggian 200-600 MDPL dan topografi yang berupa pegunungan dengan
rata-rata curah hujan setiap tahunya 17 hari/bulan membuat daerah tersebut
sebagian besar masyarakatnya bekerja mengandalkan pertanian sebagai mata
pencaharian utama.3 Pertanian secara teori memiliki pengertian “Proses
menghasilkan bahan, pangan, ternak, serta produk-produk agroindustry dengan
cara memanfaatkan sumber daya tumbuhan dan hewan”4. Sementara menurut
Rahmawati dalam Skripsi Silvana Maharani pertanian memiliki pengertian :

“Pertanian adalah seluruh kegiatan manusia dalam pengelolaan sumber


daya alam hayati dalam agroekosistem yang sesuai, dengan bantuan
teknologi, modal, tenaga kerja, dan manajemen untuk mendapatkan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat, yang
mencakup usaha hulu, usaha tani, usaha hilir, dan usaha jasa penunjang”.5

Sektor pertanian merupakan sektor usaha yang mampu bertahan


menghadapi krisis ekonomi global, di dalam sektor pertanian tidak mengenal
pemutusan hubungan kerja (PHK), sektor pertanian jika dikembangkan dengan
baik dapat memeberikan harapan dan menyediakan lapangan pekerjaan baru
bagi para pekerja yang mengalami PHK.

Seperti yang dijelaskan didalam Al-Qur’an di dalam surat An-Naba ayat


14-16 yang didalamnya menjelsakan mengenai Allah yang telah menumbuhkan
tanaman dari air hujan yang berbunyi:

             

3
Badan Pusat Statistik Kabupaten Kuningan, “Kecamatan Kuningan dalam Angka
Tahun 2016”, https://kuningankab.bps.go.id/index.php/Publikasi# dilihat 26 Oktober 2016
4
http://id.wikipedia.org/wiki/pertanian dilihat 26 Oktober 2016
5
Silvia Maharani, Pengaruh Budiaya Jamur Merang Terhadap Kondisi Sosial-Ekonomi
Masyarakat Di Kecamatan Banyusari Kabupaten Karawang”Skripsi Sarjana Universitas
Pendidikan Indonesia, Bandung, 2009,h. 1, tidak dipublikasikan.
3

Artinya: Dan kami turunkan dari awan air yang banyak tercurah, supaya
Kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan tumbuh-
tumbuhan, dan kebun-kebun yang lebat. (Q.S.An-Naba: 14-16).

Dari kutipan ayat diatas dapat dijelaskan bahwa manusia diharuskan untuk
menyesuiakan diri dengan alam yang telah diberikan oleh Allah SWT. Allah
telah menurunkan air hujan ke bumi untuk menumbuhkan biji-bijian dan
tumbuh-tumbuhan, serta kebun-kebun yang subur supaya dikelola dan
dibudiyakan dengan baik agar mampu memberikan manfaat bagi kehidupan
masyarakat di bumi.

Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis sangat cocok


untuk budidaya kopi. Maka dari itu Indonesia menempati urutan ke empat dari
lima negara yang termasuk kedalam negara produsen dan eksportir kopi
terbesar di dunia. Selanjutnya yaitu negara produsen kopi terbesar di dunia
tahun 2014 akan ditunujkan pada Tabel 1.1
Tabel. 1.1
Negara Produsen Kopi Terbesar di Dunia Tahun 2014
Wilayah Jumlah
1. Brasil 45,342,000
2. Vietnam 27,500,000
3. Kolombia 12,500,000
4. Indonesia 9,350,000
5. Etiopia 6,625,000
Sumber : International Coffe Organization6

6
http://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/komoditas/kopi/item186?, dilihat pada
20 Desember 2016.06.17
4

Selanjutnya yaitu negara eksportir kopi terbesar di dunia tahun 2014 akan
ditunujkan pada Tabel 1.2
Tabel 1.2
Negara Eksportir Kopi Terbesar di Dunia 2014
No Wilayah Jumlah
1. Brasil 36,420,000
2. Vietnam 25,298,000
3. Kolombia 10,954,000
4. Indonesia 5,977,000
5. India 5,131,000
Sumber : International Coffe Organization7
Dengan melihat tabel diatas dapat disimpulkan bahwa Indonesia adalah
salah satu negara yang banyak memproduksi dan mengekspor kopi kepada
negara-negara lain. Hampir 70 % dari total produksi kopi Indonesia tahun 2012
di ekspor ke beberapa negara seperti halnya, Jepang, Afrika Selatan, Eropa
Barat dan Amerika Serikat. Selanjutnya yaitu Produksi dan Ekspor Kopi di
Indonesia(dalam ribuan) akan ditunujkan pada Tabel 1.3
Tabel 1.3
Produksi dan Ekspor Kopi di Indonesia(dalam ribuan)
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Produksi 698,0 682,6 686,9 633,9 748,1 740 711,5 550 650
(dalam
ton)
Ekspor 491,3 518,1 440,2 353,6 520,2 460 382,7 350 400
(dalam
ton)
Ekspor 1.08 0.89 0.86 1.09 1.53 n.a. 1.03 1.19 1.36
(dalam
milliar

7
Ibid; http://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/komoditas/kopi/item186?, dilihat
pada 20 Desember 2016.06.17
5

dollar
AS)
Sumber : International Coffe Organization8

Melihat data di atas dapat diketahui jika produksi dan ekspor kopi di
Indonesia mengalami naik turun setiap tahunya, seperti halnya pada tahun 2015
produksi dan ekspor kopi mengalami penurunan dan naik kembali pada tahun
2016

Di Indonesia lahan pertanian kopi menempati urutan ketiga setelah


tanaman karet dan sawit. Kopi pada awalnya tumbuh di hutan-hutan liar dan
dataran rendah, sekarang ini kopi banyak ditanam di perkebunan dan di
pekarangan rumah, di dalam penanamanya tanaman kopi memerlukan
pemeliharaan yang intensif dan teknik budidaya yang baik agar dapat
menghasilkan biji kopi yang berkualitas. Kopi merupakan jenis minuman yang
banyak disukai oleh setiap orang karena berkhasiat untuk menghangatkan
badan, kopi juga merupakan komoditi tanaman yang memiliki nilai jual
ekonomi yang cukup tinggi. Di mulai dari zaman dahulu banyak petani yang
mencari nafkah dari pertanian kopi, tanaman kopi dapat memberikan
keutungan bagi pendapatan petani apabila tanaman kopi tersebut dikelola dan
dipelihara dengan baik, usaha petani tersebut dapat mendatangkan keuntungan
yang sangat besar.9

Pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat berperan penting dalam
kehidupan manusia. Khususnya di Kecamatan Subang Kabupaten Kuningan
yang masyarakatnya bekerja dengan mengandalkan pertanian sebagai mata
pencaharian utama, sehingga pertanian memberikan pengaruh yang besar bagi
kehidupan perekonomian masyarakat. Topografi Kecamatan Subang yang
terdiri dari pegunungan yang landai sampai bergelombang dengan sistem
pertanian di daerah Subang hanya mengalami 2 kali musim tanam, untuk luas
8
http://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/komoditas/kopi/item186?, dilihat pada
20 Desember 2016.06.17
9
Suwarto &Yuke Octavianty Budidaya 12 Tanaman Perekebunan Unggulan, (Penabar
Swadaya: Jakarta, 2012), h. 146
6

lahan di Kecamatan Subang terdiri dari dua jenis pengairan yaitu sebanyak 063
lahan irigasi dan 037 lahan tadah hujan sehingga tumbuhan yang dominan
berupa tanaman Kopi dan Padi. 10
Karena adanya keuntungan dan pengaruh besar yang didapat dari sektor
pertania membuat masyarakat yang hidup di Kecamatan Subang Kabupaten
Kuningan mengandalkan kehidupanya dalam bidang pertanian adapun
komoditas pertanian yang berkembang di daerah tersebut yaitu : Ubi Kayu,
11
Kacang Tanah, Kedelai, Padi Sawah dan Kopi. Selanjutnya yaitu Produksi
Ubi Kayu, Kacang Tanah, Padi Sawah dan Kopi di Kecamatan Subang akan
ditunujkan pada Tabel 1.4
Tabel 1.4
Produksi Ubi Kayu, Kacang Tanah, Padi Sawah dan Kopi di
Kecamatan Subang
Ubi Kayu Kacang Kedelai Padi Kopi
Tanah Sawah
Produksi 1.214 Ton 78 Ton 63 Ton 15.191 104.25
Tanaman
Ton Ton
Sumber : BPS Kuningan Tahun 2013

Keutungan yang besar dari kopi membuat masyaratkat banyak yang


berminat untuk mengembangkan budidaya tanaman kopi. Selain itu budidaya
tanaman kopi tergolong mudah jika dibandingkan dengan proses budidaya
tanaman padi, sehingga banyak masyarakat di Kecamatan Subang yang tertarik
untuk bertani kopi disamping bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS),
Pegawai Swasta dan petani penggarap sawah. “Masyarakat yang bekerja
dengan mengandalkan pertanian kopi berjumlah sekitar 383 jiwa khususnya di
desa Situgede Kecamatan Subang Kabupaten Kuningan.12

10
Badan Pusat Statistik Kabupaten Kuningan, “Kecamatan Kuningan dalam Angka
Tahun 2016”, https://kuningankab.bps.go.id/index.php/Publikasi# dilihat 26 Oktober 2016
11
Badan Pusat Statistik Kabupaten Kuningan, “Kecamatan Kuningan dalam Angka
Tahun 2016”, https://kuningankab.bps.go.id/index.php/Publikasi# dilihat 26 Oktober 2016
12
Data Penduduk Masyarakat Desa Situge Kecamatan Subang Kabupaten Kuningan
7

Wilayah Kecamatan Subang yang berada pada ketinggian 200-600 MDPL


serta topografinya yang berbentuk pegunungan membuat daerah tersebut
memiliki potensi yang besar dalam mengembangkan budidaya tanaman kopi.
Namun masalah utama yang banyak dihadapi oleh masyarakat dalam
mengembangkan budidaya tanaman kopi yaitu serangan hama penggerek buah
kopi (PBKo) yang banyak menyerang. Dan mengakibatkan biji kopi yang di
panen banyak yang rusak berlubang hingga membusuk, sehingga dapat
menurunkan mutu dari hasil dan harga kopi yang rendah.13

Minimnya tingkat pendidikan masyarakat yang ada di Kecamatan Subang


membuat masyarakat masih kurang dalam hal pengetahuan dan pengalaman
dalam melakukan inovasi dan teknologi untuk mengelola hasil pertanian kopi
secara maksimal. Masih banyak masayarakat yang belum bisa menikmati hasil
keutungan dari budidaya kopi tersebut, karena selama ini masyarakat yang ada
di Kecamatan Subang belum bisa mengelola sendiri hasil kopi tersebut.
Masyarakat biasanya menjual hasil kopi tersebut kepada masayarakat atau
tengkulak yang ada di Kabupaten Ciamis sehingga yang menikmati hasil kopi
tersebut adalah orang-orang yang berada diluar wilayah Subang.14

Keuntungan yang besar dari hasil budidaya tanaman kopi tersebut belum
membuat kondisi sosial ekonomi masyarakat yang ada di Kecamatan Subang
khususnya dalam bidang pendapatan masyarakatnya masih tergolong rendah.
Dari segi pendidikan masyarakat khususnya petani kopi yang hidup di
Kecamatan subang sebagian besar hanya sampai lulusan Sekolah Dasar, hal
tersebut disebabkan oleh terbenturnya biaya pendidikan dan juga masih
minimnya ketersediaan dan sebaran pendidikan di Kecamatan Subang. Di
Kecamatan Subang hanya terdapat satu Sekolah Menengah Atas dan satu
Madrasah Aliyah .

13
http://kuningangunungaci.desa.kemendesa.go.id/index.php/produk-detail/75/7-kopiku-
kopi-gunung dilihat 21 Maret 2017
8

Kondisi Sarana dan prasarana kesehatan di Kecamatan Subang masih


tergolong minim dikarenakan masih kurangnya fasilitas kesehatan yang
disediakan. Di Kecamatan Subang hanya memiliki satu puskesmas dan masih
kurangnya tenaga ahli kesehatan, tenaga ahli yang ada yaitu dua orang dokter,
lima belas bidan dan lima paramedis dan yang paling penting adalah belum
adanya tempat atau rumah sakit yang dapat melayani kesehatan.

Kepemilikan sarana informasi dan komunikasi masyarakatnya juga masih


tergolong minim karena untuk akses telekomunikasi jaringan telepon masih
susah di dalam satu kecamatan hanya memiliki satu tower jaringan telepon
yang belum mampu menjangkau semua desa yang ada di Kecamatan Subang.
Sementara untuk berpergian sehari-hari masyarakat menggunakan kendaraan
motor.

Melihat fakta diatas seharusnya masyarakat di Kecamatan Subang mampu


untuk melakukan inovasi dan mengembangkan pengembangan dalam bidang
teknologi agar hasil dari pertanian kopi yang didapat masayarakat maksimal,
selain itu pemerintah juga perlu berperan dalam menyediakan teknologi untuk
mengendalikan hama dan penyakit kopi yang ramah lingkungan, pemerintah
juga perlu melakukan pembekalan dan penyuluhan bagi masayarakat agar hasil
panen yang diperoleh masyarakat optimal.

Banyaknya masyarakat yang melakukan budidaya tanaman kopi membuat


peneliti yang berasal dari daerah Kecamatan Subang Kabupaten Kuningan
tertarik untuk melakukan penelitian dengan melihat desa mana saja yang telah
ikut mengembangkan budidaya tanaman kopi, latar belakang pendidikan
masyarakat, selain itu karena belum ada penelitian sebelumnya yang meneliti
analisis budidaya tanaman kopi terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat
seperti halnya dalam tingkat pendapatan, pendidikan, kesehtan, kepemilikikan
sarana informasi, komunikasi dan kendaraan masyarakat kopi di Kecamatan
Subang Kabupaten Kuningan.
9

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka perlu dilakukan penelitaian


mengenai potensi budidaya tanaman kopi yang berada di Kecamatan Subang,
maka dalam hal ini penulis membuat skripsi dengan judul “Pengaruh
Budidaya Tanaman Kopi Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
di Kecamatan Subang Kabupaten Kuningan”.

B. Identifikasi Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang masalah diatas, maka dapat di
identifikasikan sebagai beberapa masalah, antara lain:
1. Kurang maksimal budidya tanaman kopi yang dilakukan oleh
masyarakat di Kecamatan Subang
2. Kurang pengetahuan dan pengelaman petani dalam mengelola hasil
pertanian kopi secara maksimal
3. Kondisi sosial ekonmi masyarakat di Kecamatan Subang masih
tergolong rendah
4. Sebagain besar petani kopi yang ada di Kecamatan Subang lulusan
Sekolah Dasar
5. Pendapatan masyarakat masih tergolong rendah
6. Kondisi kesehatan masyarakat baik namun sarana dan prasarana
kesehatan masyarakat masih minim
7. Sarana informasi, komunikasi dan kendaraan yang dimiliki
masyarakat masih tergolong minim

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan Identifikasi masalah diatas maka penulis akan memfokuskan
permasalahan, pengaruh budidaya tanaman kopi terhadap kondisi sosial
ekonomi terutama dalam hal:

1. Budidaya tanaman kopi yang dilakukan masyarakat di Kecamatan


Subang kurang maksimal
2. Pendapatan masyarakat masih terolong rendah
10

3. Kesehatan masyarakat baik, namun masih minim sarana dan


prasarana kesehatan
4. Pendidikan masyarakat masih rendah
5. Kepemilikan sarana informasi, komunikasi dan kendaraan
masyarakat masih minim

D. Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah yang telah diuraikan diatas, maka masalah
utama yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah Bagaimana pengaruh
budidaya tanaman kopi terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di
Kecamatan Subang Kabupaten Kuningan.

Untuk mencapai rumusan masalah diatas akan dirinci kembali 4 rumusan


sebagai berikut:

1. Bagaimana budidaya tanaman kopi di Kecamatan Subang?


2. Bagaimana pengaruh budidaya tanaman kopi terhadap kondisi
pendapatan masyarakat di Kecamatan Subang Kabupaten Kuningan?
3. Bagaimana pengaruh budidaya tanaman kopi terhadap kondisi
kesehatan masyarakat di Kecamatan Subang Kabupaten Kuningan?
4. Bagaimana pengaruh budidaya tanaman kopi terhadap kondisi
pendidikan masyarakat di Kecamatan Subang Kabupaten Kuningan?
5. Bagaimana pengaruh budidaya tanaman kopi terhadap kepemilikan
sarana informasi,komunikasi masyarakat di Kecamatan Subang
Kabupaten Kuningan?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana pengaruh
budidaya tanaman kopi terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di
Kecamatan Subang Kabupaten Kuningan.

Adapun untuk mencapai tujuan penelitian akan dirinci kembali 4 tujuan


penelitian sebagai beriku:
11

1. Mengetahui budidaya tanaman kopi di Kecamatan Subang


2. Mengetahui bagaimana pengaruh budidaya tanaman kopi terhadap
kondisi pendapatan masyarakat di Kecamatan Subang Kabupaten
Kuningan
3. Mengetahui bagaimana pengaruh budidaya tanaman kopi terhadap
kondisi kesehatan masyarakat di Kecamatan Subang Kabupaten
Kuningan
4. Mengetahui bagaimana pengaruh budidaya tanaman kopi terhadap
kondisi pendidikan masyarakat di Kecamatan Subang Kabupaten
Kuningan
5. Mengetahui bagaimana pengaruh budidaya tanaman kopi terhadap
Kepemilikan sarana informasi, komunikasi masyarakat di
Kecamatan Subang Kabupaten Kuningan

F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi penulis
Penelitian ini akan membantu peneliti dalam menambah pengetahuan
penulis mengenai budidaya tanaman kopi, serta mengetahui
keuntungan yang diperoleh dari adanya budidaya tanaman kopi.
b. Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, penelitian ini diharapkan dapat
menjadi hasil karya yang bermanfaat di Jurusan Pendidikan Ilmu
Sosial Konsentrasi Geografi
c. Bagi pembaca
Penelitian ini mengkaji pengaruh budidaya tanaman kopi, kondisi
sosial ekonomi masyarakat yang mengembangkan budidaya tanaman
kopi. Selain itu juga diharapkan dapat memberikan kontribusi
informasi mengenai distribusi dan daya serap produkis tanaman kopi
di Kecamatan Subang Kabupaten Kuningan.
12

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Petani
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada para
petani mengenai faktor-faktor yang mendukung budidaya tanam kopi
sehingga hasil panen yang didapatkan maksimal
b. Bagi Peneliti Lain
Penelitian diharapkan berguna sebagai bahan bandingan bagi
penelitian yang akan mengkaji mengenai budidaya tanaman kopi yang
sudah ataupun akan dilakukan, serta hal-hal yang tidak sempat diteliti
dalam penelitian ini hendaknya diteliti oleh peneliti lain di masa yang
akan datang, penulis juga beharap bahwa penelitian ini dapat menjadi
salah satu bahan referensi dalam penelitian lain yang relevan dalam
kajian bidang ini.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Budidaya Tanaman Kopi

1. Pengertian Budidaya Tanaman Kopi


Budidaya menurut Chairani Hanun adalah suatu usaha yang dilakukan
manusia untuk memperbanyak, meperbaiki dan memepertahankan suatu
makhluk hidup, baik itu berupa hewan, tanaman maupun tumbuhan. Budidaya
tumbuhan adalah proses manusia dalam menghasilkan hasil bahan makanan dan
berbagai produk agroindustry lainya dengan cara mengelola dan memanfaatkan
sumber daya tumbuhan. Budidaya kopi termasuk kedalam tanaman perkebunan.1

2. Sejarah Persebaran Kopi di Dunia

Kopi pertamakali dikenal di Benua Afrika Ethopia, pada awalnya


tanaman kopi tumbuh di hutan-hutan dan dataran yang tinggi, untuk
penyebaranya kopi pada awal kemunculanya lumayan lambat, dikarenakan pada
saat itu kopi hanya berkhasiat untuk menghangatkan badan. Ketika ditemukan
cara pengelolaan kopi yang lebih baik, ternyata tanaman kopi memiliki aroma
yang khas dan rasa yang nikmat. Sejak itulah kopi mulai terkenal di dunia dan
mulai menyebar kebebrapa negara di dunia seperti Erofa, Asia, dan Amerika.
Biji kopi mengandung kafein sehingga sebagian orang tidak suka meminum kopi
karena dapat mempercepat atau merangsa daya kerja jantung dan otak. Untuk
menghilangkan kandungan Caffeien dalam kopi sekarang telah banyak
dikembangkan cara-cara pengelolaan kopi yang lebih beragama dengan tidak
menghilangkan aroma khas dan nikmat kopi.2

1
http://www.definisimenurutparaahli.com/pengertian-budidaya-tanaman/
diakses 29 Desember 2016 Pukul 13.00
2
Sri Njiyanti & Danarti Kopi :Budidays dan Penangan Lepas Panen, (Jakarta : Penebar
Swadaya, 2011),h. 5-6

13
14

3. Klasifikasi dan Jenis-Jenis Tanaman Kopi


a. Klasifikasi Tanaman Kopi

Berdasarkan klasifikasi botani kopi termasuk kedalam kelas tumbuhan


atau sistematika sebagai berikut:

Divisi : Spermathophyta

Subdivis : Angiosspermae

Kelas : Dicotyledone

Ordo : Rubiales

Famili : Rubiaceae

Genus : Coffea

Spesies : Coffea sp. 3

Perakaran tanaman kopi adalah akar tunggang sehingga tidak mudah


rebah. Akar tunggan tersebut dimiliki oleh kopi yang pada awal
pembibitannya menggunakan bibit semai atau bibit sambung (okulasi) pada
batang bawah kopi berasal dari bibit yang telah disemai. Tanaman kopi
mudah rebah karena tidak memiliki akar tunggang. Tanaman kopi mudah
rebah apabila kopi tersebut berasal dari bibit yang di setek, cangkok dan
okulasi. Tanaman kopi memiliki bentuk batang yang tegak, bercabang dan
tingginya bisa mencapai 12 m. percabangan kopi berbeda dengan jenis-jenis
tanaman lain. Sifat dan cabang kopi memiliki fungsi yang berbeda-beda,
untuk cabang yang tegak lurus berfungsi sebagai reproduksi (cabang
reproduksi), fungsi cabang ini sama dengan cabang yang utama jika cabang
utama mati maka cabang reproduksi dapat berperan seperti cabang utama.

3
Suwarto & Yuke Octavianty,op.cit, h. 140
15

b. Jenis-Jenis Kopi
Kopi memiliki berbagai ragam jenis namun yang banyak di budidayakan
hanya kopi jenis, arabika, robusta, dan liberika, hal tersebut digolongkan
berdasrkan spesiesnya, namun kopi robusta tidak termasuk hal tersebut
dikarenakan kopi robusta bagian dari beberapa spesies kopi, terutama Coffe
canepho.ra.adapun jenis-jenis kopi tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

1) Kopi Arabica (Coffie Arabica)

Gambar 2.1 Kopi Arabika


Sumber : http://www.berkebunonline.com/2016/01/jenis-jenis-
kopi budidaya.html
Kopi jenis Arabica berasal dari Ethopia dan Albessinia. Merupakan jenis
tanaman kopi yang pertama kali di budidayakan oleh manusia, pada abad ke
XIX sangat banyak diusahakan sampai terakhir abad tersebut. Beberapa
sifat penting kopi Arabika yaitu:
a) Tumbuh di daerah yang memiliki ketinggian 700-17000 M DPL,
dengan rata-rata suhu 16-20 0C
b) Dapat tumbuh daerah iklim yang kering dengan jumlah bulan
kering setiap tahun 3 bulan/pertahun
c) Mudah terserang penyakit HV (Hemilie Vastarix) karat daun kopi
yang timbul bercak kuning kemudian berubah menjadi coklat,
apabila ditanam di daerah yang rendah atau berada pada dataran
kurang dari 500 M DPL.
d) Produksi pertahun tergolong sedang, tetapi kualitas dan harganya
lebih tinggi dibandingkan dengan jenis kopi lainya.
16

e) Hanya dapat berbuah setahun sekali.4


2) Kopi Liberika (Coffie liberica)

Gambar 2.2 Kopi Liberika


Sumber : http://www.berkebunonline.com/2016/01/jenis-jenis-
kopi budidaya.html
Kopi jenis Liberika berasal dar Angola masuk pertama kali ke Indonesia
pada tahun 1965, walapun sudah tergolong cukup lama namun jenis kopi ini
masih kurang diminati di Indonesia karean kualitas dan rendemennya
rendah. Kopi liberika memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

a) ukuran daun, cabang, bunga, buah dan pohon juah lebih besar jka
di bandingkan dengan kopi arabika dan kopi robusta
b) kualitas buah kopi yang dihasilkan rendah
c) mudah tereserang penyakit
d) kualitas kopi yang dihasilkan rendah
e) ukuran buahnya tidak sama rata
f) kopi jenis ini banyak tumbuh di daerah rendah.5

4
Sri Njiyanti & Danarti Kopi :Budidaya dan Penangan Lepas Panen,h. 15-16
5
Sri Njiyanti & Danarti Kopi :Budidaya dan Penangan Lepas Panen,h. 16-17
17

3) Kopi Robusta

Gambar 2.3 Kopi Robusta


Sumber : http://www.berkebunonline.com/2016/01/jenis-jenis-kopi
budidaya.html
Kopi jenis robusta pertamakali dikenal di Kongo dan masuk ke Indonesia
pada tahun 1990, kopi robusta mempunyai sifat yang unggul sehingga
penyebaranya sangat cepat di Indonesia, kopi robusta banyak di tanam di
Indonesia sampai sekarang. Adapun sifat yang dimiliki kopi robusta yaitu:

a) Sangat cocok ditanam di daerah yang berada pada ketinggian


400-700 M DPL, dan masih dapat tumbuh pada ketinggian yang
dibawah 400 M DPL.tempratur yang cocok untuk kopi robusta yaitu
21-24 0C
b) Dapat tumbuh daerah yang memiliki jumlah bulan kering dan
jumlah basah 3-4 bulan berturut-turut dalam setahun.
c) Produksi tiap tahun lebih besar jika dibandingkan dengan kopi
arabika dan kopi liberika.
d) Kualitas buah lebih rendah jika dibandingkan dengan kopi
arabika, tetapi jika dibandingkan dengan kopi liberika kopi robusta
lebih tinggi.
e) Rendemen sekitar  22 %
18

f) Tahan terhadap penyakit HV HV (Hemilie Vastarix) karat daun


kopi yang timbul bercak kuning kemudian berubah menjadi coklat.6

Jenis kopi yang ditanam di Kecamatan Subang yaitu jenis kopi robusta
karena kopi tersebut sangat cocok dengan kondisi daerah Subang berada di
daerah dataran rendah dengan ketinggian 200-600 M DPL dan memiliki
curah hujan rata-rata 17 hari perbulan. Di daerah tersebut kopi dapat
tumbuh dengan subur.

4. Prinsip dan Proses Budidaya Tanaman Kopi

a. Syarat Tumbuhan Kopi


1) Varietas unggul/Klon Unggul
Setiap daerah memiliki varietas dan klon unggul yang berbeda-beda.
Satu klon unggul yang baik di sautu daerah belum tentu hasilnya optimal
jika di daerah lainnya. Jenis arabika dari suatu daerah memilki karakter
yang berbeda dengan daerah lain. klon atau varietas unggul harus diuji
produktivitas dan ketahanannya hingga tiga generasi. Pilihan bibit yang
melalui perbanyakan tanaman secara generative (bibit semai). 7
2) Ketinggian tempat
Setiap jenis kopi menghendaki suhu atau ketinggian tempat yang
berbeda-beda. Misalnya kopi robusta tumbuh optimum pada ketinggian
400-700 M DPL, tetapi diantaranya juga masih tumbuh baik dan
ekonomis pada ketinggian 0-1.000 M DPL. Kopi arabika menghendaki
tumbuh pada ketinggian tempat antara 500-1.700 M DPL. Kopi arabika
yang ditanam di dataran rendah kurang dari 500 M DPL biasanya akan
berproduksi dan bermutu rendah serta mudah terserang penyakit HV
(Hemilie Vastarix) karat daun kopi yang timbul bercak kuning kemudian

6
Sri Njiyanti & Danarti Kopi :Budidaya dan Penangan Lepas Panen,h. 17-18
7
Edi Panggabean, Buku Pintar Kopi (Jakarta : PT. AgroMedia Pustaka, 2011), h. 49
19

berubah menjadi coklat.8 Klon kopi robusta yang dianjurkan di dalam


budiaya tanaman kopi akan ditunjukan pada Tabel 2.1

Tabel 2.1
Klon Kopi Robusta yang di anjurkan
Klon Deskripsi
BP 42 Berbunga agak lambat
Sesuai untuk dataran tinggi dan rendah serta sebagai
klon penyerbuk
Kurang tahan kekeringan
Ukuran biji besar
Habitus sedang
Produksi 800-1.200 kg/ha/th
BP 243 Sesuai untuk dataran tinggi dan rendah
Agak tahan kering

Habitus sedang
ukuran biji besar
Produksi 800-1.200 kg/ha/th
BP 288 Sesuai untuk daerah rendah
Agak tahan kering

Habitus sedang
Ukuran biji agak kecil
Produksi 800-1.500 kg/ha/th
BP 358 Sesuai untuk dataran tinggi dan kurang tanah kering
Habitus sedang
Produksi 800-1.700 kg/ha/th
BP 409 Sesuai untuk daerah tinggi dan daerah rendah
Iklim kering dan tahan kekeringan

8
Sri Njiyanti & Danarti, op.cit ,h.26
20

Habitus sedang sampai besar


Berbiji besar
SA 237 Sesuai untuk dataran tinggi
Iklim basah dan Kurang tahan kekeringan
Habitus sedang sampai besar
Ukuran bji besar dan Produksi 800-2.300 kg/ha/th
Buku budidaya 12 tanaman perkebunan unggul9

3) Tanah
Tanah digunakan sebagi media tumbuh tanaman kopi. Salah satu ciri
yang baik adalah memiliki lapisan topsoil yang tebal. Umumnya, kondisi
didataran tinggi memiliki kandungan organik yang cuckup banyak dan
terlalu banyak terkontaminasi polusi udara. Tanaman kopi sebaiknya
ditanah di tanh yang memiliki kandungan hara dan organik yang tinggi.
Rata-rata PH tanah yang dianjurkan 5-7. Jika Ph tanah terlalu asam,
tambah pupuk Ca (PO)2 atau Ca (PO3)2 (kaput atau dolmit). Sementara
itu menurunkan PH tanah dari basa ke asam, tambahkan urea.
Tambahkan urea jika PH tanah masih basa atau tambahkan kapur jika
terlalu asam hingga PH tanah menjadi 5-7.10
4) Curah Hujan

Hujan merupakan faktor iklim yang sangat penting untuk penanaman


kopi, curah hujan akan berpengaruh terhadap ketersediaan air yang
sangat dibutuhkan oleh tanaman. Jatuhnya air hujan dapat berpengaruh
terhadap proses pembentukan bunga dan buah. Kopi robusta sangat
dipengaruhi oleh curah hujan. Pada umumnya kopi arabika dan kopi
robusta mempunyai pola hujan sebagai berikut:

9
Suwarto & Yuke Octavianty Budidaya 12 Tanaman Perkebunan Unggulan, h. 144
10
Edi Panggabean,op.cit, h. 50
21

a) Hujan rata-rata setiap tahunya 2.000-3.000 mm (berlaku juga


untuk kopi liberika)
b) Mempunyai bulan agak kering dan agak kering (curah hujan
kurang dari 100 mm/bulan) selama 3-4 bulan. Selama bulan
kering tersebut ada kiriman hujan dan ada periode kering sama
sekali (tidak ada hujan) selama dua minggu 1,5 bulan.11
5) Penyinaran
Tanaman kopi tidak terlalu membutuhkan penyinaran matahari
langsung dalam jumlah banyak, akan tetapi tanaman kopi lebih
membutuhkan sinar matahari yang teratur. Bagi tanaman kopi sinar
matahri bukan hanya berfungsi sebagai fotosintesis tetapi juga berfungsi
untuk membentuk kuncup bunga, tanaman kopi yang menerima sinar
matahari sepanjang tahun akan memiliki bunga sepanjang tahun, hal
tersebut kurang baik dalam pembuahan kopi. Tanaman kopi
membutuhkan sinar matahari pada awal musim kemarau dan akhir
musim hujan. 12
a) Suhu

Indonesia berada disebelah garis khatulistiwa yang membuat


Indonesia setiap tahunya memiliki suhu yang rata-rata tinggi.13Suhu
lingkungan sangat mempengaruhi pembentukan bunga menjadi buah
untuk kopi arabika dapat tumbuh ditempat yang memiliki suhu rata-
rata 16-220C, sedangkan untuk kopi jenis arabika dapat tumbuh di
daerah yang memiliki suhu 20-28 0C.14

11
Sri Njiyanti & Danarti, op.cit, h.26
12
Ibid ,h.27-28
13
Eva Bonawati, op.cit, h. 93
14
Edi Panggabean,op.cit, h. 52
22

b) Angin

Angin musim atau muson di Indonesia merupakan angin yang


bertiup dari Asia ke Australia atau dari Asia ke Australia, Indonesia
dilalui oleh angin musim dikarenakan:

(1). Indonesia terletak diantara Benua Asia dan Benua Australia yang
keduanya terletak disebelah menyebelah garis khatulitiwa.

(2). Kedudukan matahari selama satu tahun selalu bergeser, dimana


selama 6 bulan berada disebelah utara garis khatulistiwa dan selama 6
bulan berikutnya berada disebelah selatan garis khatulistiwa. 15

Angin sangat berpengaruh besar dalam budidaya tanaman kopi karena


bersifat self sreril. Peranan angin dalam budidaya kopi yaitu untuk
membantu berpindahnya serbuk bunga dari tanaman kopi yang satu ke putik
bunga kopi yang lain yang dapat menyebabkan terjadinya pembuahan.
Angin dapat memberikan dampak positif dan negative dalam budidaya kopi
dampak negative yang ditmbulakan oleh angin yaitu apabila angin terlalu
kencang dapat menggurkan bunga kopi. 16

b. Proses dalam Budidaya Kopi

1. Pembibitan
Langkah awal yang harus dilakukan untuk melakukan budidaya
tanaman kopi yaitu dengan mempersiapakan bibt kopi terlebih dahulu,
karena pemilihan bibit tersebut merupakan tolak ukur dari berhasil atau
tidaknya budidaya kopi tersebut. untuk memiih bibit kopi perlu
diperhatikan varietas/ klon yang unggul dan sesuai dengan berbagai
macam dan sumber bibitnya.17

15
Eva Bonawati,op.cit, h. 99
16
Sri Njiyanti & Danarti,op.cit, h.28
17
Sri Njiyanti & Danarti Kopi :Budidaya dan Penangan Lepas Pane, h.30
23

2. Persemaian
Bibit semai kopi yang unggul diperoleh dari benih yang terpercaya
dan tidak bisa dari tempat yang sembarang, bibit semai kopi didapat dari
kita sendiri menyemaikan benih. Benih yang akan disemai harus masih
terbungkus oleh kuliutnya.
3. Pengolahan Tanah

Untuk mengelola tanah hal yang harus dilakukan adalah dengan cara
membongkar tanaman yang tidak diperlukan, kemudian tanah tersebut di
bentuk seperti teras-teras, setelah dibentuk teras tanah tersebut kemudian
diberi lubang dengan diameter sekitar satu meter.

4. Teknik penanaman
Hal yang harus diperhatikan dalam penanaman kopi yaitu:18
a. Lubang tanaman yang sudah ditutup digali kembali dengan ukuran
yang lebih kecil. Ukuranya disesuaikan dengan gumpalan tanah
yang membungkus akar bibit.
b. Pembungkus gumpalan tanah pada bibit plastic dan pelepah batang
pisang dilepas perlahan-lahan. Tanahnya harus dikorek-korek agar
akarnya bisa lurus.
c. Bibit dan gumpalan tanahnya dimasukan ke dalam lubang sampai
ke dalam lubang sampai batas leher akar. Lubang ditutup dengan
tanah samapi agak menggunung agar bibit agak memadat, bibit
tidak tergenang air ketika hujan, kemudian tanah disiram dengan
air.
d. Tanaman kopi diberi penggapit agar tidak mudah patah.
5. Pemeliharaan

Setelah penanaman kopi hal yang harus diperhatikan adalah


pemeliharaan tanaman kopi. Adapun aspek yang perlu diperhatikan di
dalam menanam kopi yaitu: 19

18
Ibid, h.91-93
24

a) Pemupukan
b) Pengendalian hama, penyakit dan gulma
c) Pemangkasan tanaman kopi dan tanaman pelindung
d) peremajaan

5. Analisa Usahatani
Analisa usahatani sangat dibutuhkan dalam perencanaan budidaya kopi
dimulai dari tahap persiapan lahan sampai dengan proses pemasaran. Dengan
adanya analisa usahatani tersebut kita akan mengetahui kebutuhan tenaga kerja,
alat, dan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk memeperkirakan modal yang
dibutuhkan dan kemungkinan pendapatan atau keuntungan yang akan didapat.

a. Persiapan Lahan

Dalam menanam kopi lahan yang digunakan dapat dibedakan menjadi


tiga bagian yaitu : lahan yang baru akan ditanami, lahan bekas pertanaman
komoditas lain, dan lahan bekas pertanaman kopi yang sudah tidak produktif.
Untuk lahan yang baru akan ditanami kopi harus ditebang dahulu pohon yang
ada beserta tunggulnya sekitar 2-3,5 tahun sebelum ditanam kopi tersebut.
Penanaman tanaman pelindung ditanamsekitar 2-3 tahun sebelum kopi ditanam.
Sementara untuk lahan yang bekas perkebunan kopi harus terlebih dahulu
dibersihkan dahulu pohon-pohon dan sisanya 1,5-3 sebelum tanaman kopi
tersebut ditanaman. Selain persiapan lahan sebelum menanam kopi perlu adanya
perbaikan jalan, teras dan saluran drainase air.20

b. Kepemilikan Lahan

Lahan merupakan suatu lingkungan hidup yang terdiri dari lingkungan


fisik dan biotik yang memberikan kontribusi dan daya dukung bagi
kelangsungan atau kesejahteraan makhluk hidup. Adanya manfaat lahan bagi

19
Sri Njiyanti & Danarti Kopi :Budidaya dan Penangan Lepas Panen h.94
20
Suwarto & Yuke Octavianty Budidaya 12 Tanaman Perkebunan Unggulan, h. 150-
151
25

kelangsungan hidup membuat manusia berlomba-lomba untuk memiliki lahan


yang luas. Di indonesia kepemilikan lahan diatur didalam Pasal 10 Udang-
Undang Pokok Agraria yang mengatur “setiap orang atau badan hukum yang
mempunyai sesuatu hak atas tanah pertanian pada asasnya diwajibkan
mengerjakan atau mengusahakannya sendiri secara aktif, dengan mencegah
cara-cara pemerasan”21. Jadi dapat disimpulkan bahwa kepemilikan lahan yang
ada di belahan bumi dimiliki oleh setiap individu dan badan hukum yang telah
memiliki hak.

c. Kebutuhan Tenaga Kerja


Perkiraan kebutuhan tenaga kerja dapat dihitung dengan menggunakan
perhitungan satuan HOK (Hari Orang Kerja). Dengan penjelasan satu HOK
adalah banyakya hari (1 hari sama dengan 8 jam kerja) waktu tersebut digunakan
oleh satu orang pekerja untuk melakukan pekerjaan. Seperti contoh berikut:

“Pekerjaan pemetikan membutuhkan tenaga 10 HOK, artinya yaitu


pekerjaan pemetikan bisa dikerjakan oleh satu orang yang bekerja selama
8 jam/ hari dalam waktu 10 hari, dan apabila orang tersebut hanya
bekerja selama 4 jam/hari, maka orang tersebut harus bekerja dalam
waktu delapan perempat dikali sepuluh hari atau sama dengan dua puluh
hari. Pekerjaan ini bisa pula dikerjakan oleh lebih dari satu orang. Seperti
dikerjakan oleh dua orang, maka pekerjaan tersebut dapat selesai dalam
waktu lima hari.”22

d. Kebutuhan Bahan dan Alat


Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam penanaman kopi sangatlah
banyak menyesuaikan dengan kondisi lahan dan teknologi yang digunakan.
Kebutuhan bahan untuk penanaman kopi dimulai dari persiapan
lahan,penanaman kopi dan pemupukan. Kebutuhan alat yang digunakan

21
Undang-Undang Nomor. 5 tahun 1960 tentang Undang-Undang Pokok Agraria
22
Sri Njiyanti & Danarti,op.cit, h.174
26

untuk menanam kopi yaitu : spray semi otomatik, cangkul, garpu, parang,
ember, pisau sambung, guntung pangkas, gergaji pangkas, arit, dan tali plastic
untuk membuat jarak tanaman. Sedangkan kebutuhan alat untuk memetik dan
mengelola kopi terbagai kedalam dua bagian tergantung cara pengelolaan
kopi tersebut ada yang mengelola dengan cara kering dan secara basah, untuk
mengelola kopi secara kering bahan yang dibutuhkan keranjang, karung
bekas, alat pengering, huller, sekop dan karung, sedangkan untuk mengelola
kopi secara basah bahan yang dibutuhkan adalah hampir sama dengan cara
pengeringan basah namun ada sedikit perbedaan yaitu dari adanya bahan
tambahan berupa puler,bak sortasi, bak fermentasi, dan bak pencucian.23

6. Output (Volume Panen, Harga Jual dan Pemasaran)

a. Volume Panen
Volume panen tanaman kopi apabila dirawat dengan baik dapat
berproduksi mulai dari umur 2,5-3 tahun sudah bisa dipanen, selain itu cepat
atau lambatnya panen kopi juga disebabkan oleh pengaruh cuaca dan
iklim.Hasil panen kopi selalu bertahap hal tersebut dikarenakan proeses
keluarnya bunga kopi tidak berbarengan antara satu pohon kopi dengan kopi
lainya. Untuk memanen kopi perlu melewati tiga tahap seperti: tahap yang
pertama yaitu tahap pemetikan pendahuluan, petik merah, dan petik hijau
(racuta). Pemetikan tahap pertama biasanya dilakukan pada bulan februari-
maret hal tersebut dilakukan untuk memetik

Buah kopi yang terserang kopi bubuk. Ciri kopi yang terserang bubuk
buah bisanya berwarna kuning pada saat sebelum berumur delapan bulan,
kopi jenis ini dapat langsung di jemur. Petik merah merupakan panen kopi
yang dilakukan pada bulan Mei-Juni pada bulan-bulan tersebut merupakan
puncak dari panen raya kopi dan kopi yang akan di panen telah berwarna
merah, panen kopi petik merah ini bisanya berjalan selama 4-5 bulan dan

23
Sri Njiyanti & Danarti Kopi :Budidays dan Penangan Lepas Panen,h.178-180
27

sebelum dijemur kopi harus dipisahkan dahulu dengan kopi-kopi yang masih
berwarna hijau. Kemudia kopi petik hijau yaitu merupakan panen kopi yang
masih tersisa di pohon kopi jumlahnya sekitar 10 % sisa dari panen petik
merah.24

Bagi orang yang pertama kali menanam kopi hasil panen pertama yang
akan didapat jumlahnya hanya sedikit, namun untuk tahun-tahun selanjutnya
hasil panen yang didapatkan akan terus meningkat. Puncak maksimal panen
kopi akan didapat pada umur kopi berada diantara 7-9 tahun. Pada saat umur
tersebut kulit kopi yang dihasilkan sudah berwarna merah. Pada umumnya
untuk memanen kopi alat yang dibutuhkan sangatlah sederhana hanya
membutuhkan keranjang dan karung goni, tangga untuk menggapai kopi yang
tinggi. 25

b. Harga Jual

Keuntungan yang diperoleh dari dari harga jual kopi dihitung


berdasarkan keseluruhan biaya yang telah dikeluarkan pada tahun-tahun
sebelumnya. Misalnya keuntungan yang didapat pada tahun ini akan
dipersiapakan untuk biaya atau modal tahun depan. Keuntungan yang
diperoleh dari tanaman kopi yaitu total keseluruhan biaya yang telah
dikeluarkan dikurangi dengan pendapatan. Untuk menikmati keutungan yang
optimal dari hasil pertanian kopi dapat diperoleh pada tahun ke-7 setelah kopi
ditanam.26

c. Pemasaran

Kopi yang sudah dipetik kemudian dijemur dan kering selanjutnya yaitu
dijual dalam bentuk kopi beras yang kadar airnya sudah berkurang atau
tinggal 13 %. Kopi yang dijual oleh petani nantinya akan dijual di dalam

24
Suwarto & Yuke Octavianty,op.cit, h. 159-160
25
Ibid.,h. 160
26
Sri Njiyanti & Danarti,op.cit, h.180-183
28

negeri dan luar negeri. Untuk penjualan kopi di masyarakat pedesaan biasnya
masyarakat menjual kopi kepada para pengepul di desa dan para pedangang
di pasar, barulah setelah itu para pedagang atau pengepul menjual kopi
tersebut kepada pedagang besar atau eksportir. 27

7. Prospek Pengembangan Komoditas Kopi


Salah satu penyumbang devisa negara adalah dari sektor perkebunan,
sektor perkebunan tersebut adalah komoditas kopi. Di indonesia kopi
memberikan kontribusi yang besar bagi perekonomian dengan memberikan
28
kesempatan kerja dan menjadi sumber pendapatan bagi petani. selain
menciptkan lapangan kerja bagi petani komoditas kopi juga memberikan
peluang kerja kepada pedagang atau pengepul hingga kepada ekspotir. Dengan
terciptanya lapangan kerja tersebut secara tidak langsung akan menambah
pemasukan dalam pendapatan.

“Menurut Soekartawi dalam Merry Tri S, dkk, dalam konsep produksi,


tinggi rendahnya produksi suatu usahatani ditentukan oleh beberapa
faktor antara lain lahan pertanian, tenaga kerja, modal, manajemen,
iklim, dan faktor sosial dan ekonomi produsen. Selain dipengaruhi faktor
tersebut, produksi juga sangat dipengaruhi oleh kondisi setempat
mengingat sifat pertanian yang adaptasinya tergantung pada kondisi
setempat (local spesific). Setiap faktor produksi tersebut memiliki
kemampuan dalam membatasi tinggi rendahnya tingkat produksi.”29
Jadi dapat disimpulkan tinggi rendahnya suatu usaha tani dipengaruhi
oleh beberapa hal seperti halnya : lahan, tenaga kerja, modal, manajemen, iklim,
faktor sosial, ekonomi dan produsen. Selain itu kondisi tempat juga sangat
berpengaruh terhadap usahatani.

27
Ibid., h.183
28
Merry Tri H. S, Sugeng Raharto & Titin Agustina, Prospek Pengembangan
Komoditas Kopi Robusta di Pt. Kaliputih Kecamatan Ledokombo Kabupaten Jember, (Jurnal :
JSEP Vol. 8 No.2 Juli 2015), h. 11
29
Ibid., h. 12
29

B. Kondisi Sosial-Ekonomi

1. Pengertian Kondisi Sosial Ekonomi


Kondisi sosial ekonomi merupakan salah satu fokus utama dalam
penelitian yang akan dilakukan. Kondisi sosial ekonomi di dalam kamus besar
Bahasa Indonesia memiliki pengertian “keadaan ekonomi masyarakat dalam
sutu wilayah atau daerah”30

Jika diuraikan secara lebih rinci kondisi memiliki arti “keadaan”31


sedangkan sosial yaitu berasal dari Bahasa inggris (social) yang memiliki arti
berbeda-beda”32 menurut Soekanto “sosial memiliki pengertian ilmu sosial yang
merujuk kepada objeknya yaitu masyarakat, sosialisme atau ideologi yang
berpatokan pada prinsip kepemilikan umum atas alat-alat produksi dan jasa
dalam bidang ekonomi”. 33

Menurut Abdulsyani yang dikutip oleh Reddy “Kondisi sosial adalah


kedudukan atau posisi sesorang dalam kelompok manusia yang ditentukan
oleh jenis aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan, usia, jenis
rumah tinggal, dan kekayaan yang dimiliki.”34

Sedangkan ekonomi berasal dari kata ekonomi (economy) berasal dari


kata dalam Bahasa Yunani yang memiliki arti “pihak yang mengelola rumah
tangga” maksud dari rumah tangga tersebut adalah di dalam sebuah rumah
tangga sudah pasti banyak keputusan yang harus diambil di dalam menentukan
pekerjaan yang akan dilakukan, setelah menentukan pilihan pekerjaan kemudian

30
Tim Prima Pena Kamus Besar Bahsa Indonesia (Gitamedia Press), Edisi Terbaru, h.
447
31
Ibid, h. 447.
32
Dadang Supardan Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Struktural
(Jakarta : PT. Bumi Aksara 2011), Cet.3, h. 27.
33
Ibid. 27
34
Reddy Zaki Oktama, “Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi terhadap Tingkat
Pendidikan Anak Keluarga Nelayan di Kelurahan Sugihwaras Kecamatan Pemalang Kabupaten
Pemalang Tahun 2013”. Skripsi pada sarjana Universitas Negeri Semarang, Semarang, 2013, h.
12, tidak dipublikasikan.
30

menghasilkan suatu hal seperti halnya bahan pangan, sandang dan jasa yang
dibutuhkan oleh semua orang. 35

Sosial-Ekonomi menurut (Purwodarminti dalam Indah Dwi Septiani)


menyebutkan bahwa Kondisi merupakan suatu keadaan atau kenyataan yang
dapat dirasakan, dilihat dan diukur oleh panca indera manusia, sosial adalah
segala sesuatu yang dilakukan manusia berhubungan dengan kegiatan sehari-
hari, sedangkan ekonomi merupakan suatu bentuk tindakan yang dilakukan
manusia untuk menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia.36 Jadi dapat disimpulkan bahwa sosial ekonomi merupakan segala
sesuatu yang dilakukan manusia untuk menghasilkan barang dan jasa yang
dibutuhkan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Kondisi sosial ekonomi dapat memiliki arti sebagai suatu kondisi yang
berhubungan dengan kehidupan manusia dalam bermasyarakat, kondisi tersebut
selalu berubah mengikuti proses sosial dan interaksi yang dilakukan oleh
manusia. Adapun indikator untuk mengukur tingkatan kondisi sosial ekonomi
masyarakat dApat dilihat dari aspek aktivitas ekonomi masyarakat yang meliputi
tingkatn pendidikan, pendidikan, usia, dan kekayaan yang dimiliki oleh
masyarakat.

Kondisi sosial ekonomi menurut Reddy Zaki Oktama adalah keadaan


sosial ekonomi kedudukan atau posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan
dengan tingkat pendidikan, usia, tingkat pendapatan, pemilikan kekayaan dan
jenis tempat tinggal.37

35
N. Gregory Mankiw Pengantar Ekonomi (Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama,
2003), h.3-4
36
Indah Dwi Septiani Kajian Sosial Ekonomi Rumah Tangga Yang Terkena Proyek
Pembangunan Jalan Tol Seksi 2 Ungaran-Bawen, Skripsi Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Semarang 2012
37
Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Terhadap Tingkat Pendidikan Keluarga Nelayan di
Kelurahan Sugihwaras Kecamatan Pemalang Kabuoaten Pemalang, Skripsi Jurusan Geografi
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang 2012., h. 12
31

Jadi dapat disimpulkan dari beberapa pengertian diatas mengenai kondisi


sosial ekonomi dalam penelitian ini adalah keadaan ekonomi masyarakat baik
itu individu ataupun kelompok yang tinggal di suatu daerah atau wilayah yang
berhubungan dengan tingkat pendapatan, kesehatan, tingkat pendidikan dan
kepemilikan sarana komunikasi informasi dan kendaraan yang dimiliki.

2. Faktor-Faktor yang Menetukan Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat


Semua manusia yang terlahir keduania memiliki status kondisi atau
keadaan yang tidak sama anatara satu dengan yang lainya. Ada yang lahir dalam
keadaan berkecukupan ataupun sebaliknya. “Status sosial merupakan keadaan
seseorang (individu) dalam suatu kelompok pergaulan hidupnya.”38Adapun
status individu dalam masyarakat dapat dilihat dari dua aspek yaitu: (a) Aspek
statis yaitu kedudukan dan derajat seseorang di dalam suatu kelompok yang
dibedakan dengan derajat atau kedudukan individu lainya. (b) Berhubungan erat
dengan peranan sosial tertentu yang berhubungan dengan pengertian jabatan,
fungsi, dan tingkah laku yang formal serta jasa yang diharapkan dari fungsi dan
jabatan tersebut.39

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi suatu kondisi sosial ekonomi di


dalam masyarakat. Adapun indikator yang dapat dijadikan ukuran untuk
mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat. Menurut Ilham Septiaman
dalam Ricky Pratama “kondisi sosial ekonomi merupakan suatu keadaan atau
tingkat sosial dan ekonomi masyarakat yang dapat dilihat dari beberapa
indikator seperti pendidikan, kesehatan, transportasi, mata pencaharian, dan
tingkat pendapatan”.40

38
Hartomo & Arnicun Aziz Ilmu Sosial Dasar (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), Cet. 7, h.
195
39
Ibid, h. 195-196.
40
Ricky Pratama Putra, “Kondisi Sosial Ekonomi Dalam Perubahan Status Kota
Tangerang Selatan”, Skripsi Pada Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013, h. 9, tidak
dipublikasikan. h. 11.
32

Sementara itu menurut Survey Ekonomi Nasional (Susenas) ukuran yang


dijadikan didalam mengukur kondisi sosial ekonomi meliputi beberapa aspek
seperti halnya: kondisi kesehatan, pendidikan, fertilitas, keluarga berencana,
ketenaga kerjaaan, perumahan dan kondisi sosial ekonomi lainya. 41

Berdasarkan beberapa uraian diatas indikator kondisi sosial ekonomi


masyarakat yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu dibatasi hanya pada
4 aspek yaitu: tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan dan kepemilikan sarana
komunikasi informasi dan kendaraan yang dimiliki masyarakat.

a. Pendapatan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pendapatan memiliki


pengertian “hasil kerja atau usaha”42 sedangkan pendapatan masyarakat yaitu
“pendapatan bersih masayarakat ditambah dengan upah keluarga yang layak.”43

Menurut Karl E.Case “pendapatan adalah jumlah seluruh upah gajih,

laba pembayaran bunga, sewa serta bentuk pendapatan lain yang diterima rumah

tangga dalam periode tertentu. Pendapatan juga termasuk penghasilan ukuran

arus.”44 Pendapatan menurut Suroto dalam Munifa menyatakan bahwa

“pendapatan adalah seluruh penerimaan baik berupa uang maupun berupa

barang yang berasal dari pihak lain maupun hasil industri yang dinilai atas

dasar sejumlah uang dari harta yang berlaku saat itu.”45

41
BPS Indonesia-Survei Sosial Ekonomi Nasional Maret KOR, h.2.
42
Tim Prima Pena Kamus Besar Bahsa Indonesia, op. cit, h. 209
43
Ibid, h. 209
44
Barlian Muhammad Prinsip-Prinsip Ekonomi Mikro(PT Indeks Kelompok Gramedia,
2005), h. 64
45
Munifa, “Analisis Tingkat Pendapatan Masyarakat Sekitar PTPN XI Pabrik Gula
Padjarakan Kecamatan Padjarakan Kabupaten Probolinggo”, Skripsi pada sarjana Universitas
Jember, Jember, 2013, h. 6, tidak dipublikasikan
33

Maka dapat disimpulkan bahwa pendapatan merupakan hasil usaha atau


kerja yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga baik itu berupa
upah, gajih, laba pembayaran bunga serta lainya dalam jangka waktu tertentu
baik itu seminggu, sebulan, setahun ataupun dalam jangka waktu yang lama.

Dalam memenuhi kehidupan sehari-hari seperti halnya kebutuhan akan


pangan, sandang dan papan manusia membutuhkan pekerjaan atau mata
pencaharian, karena dengan hal tersebut manusia dapat memenuhi
kebutuhannya. Dengan cara bekerja maka manusia akan mendapatkan
penghasilan, besar atau kecil pendapatan yang didapatkan oleh manusia tersebut
dapat mempengaruhi taraf kehidupanya.46 Adapun mata pencaharian penduduk
Indonesia pada tahun 2000 akan ditunujukan pada Tabel 2.2
Tabel 2.2
Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Tahun 2000
No Mata Pencaharian Presentase (%)
1 Industri 1,0
2 Perbankan 11,4
3 Listrik, Gas dan Air 0,2
4 Perdagangan 14,7
5 Angkutan 3,7
6 Keuangan 0,7
7 Jasa 13,5
8 Bangunan 4,0
9 Pertanian 49,3
10 Lain-lain 1,5
Sumber : BPS 2000 (dalam Eva Bonawati)47

Seoseorang yang bekerja atau memiliki mata pencaharian akan


memperoleh pendapatan. Jika kita melihat tabel diatas makan dapat disimpulkan
46
Eva Bonawati Geografi Indonesia (Yogyakarta : Penerbit Ombak, 2014), h. 159
47
Ibid, h.160
34

pendapatan terbesar masyarakat indonesia paling banyak dihasilkan dari sektor


pertanian dengan total presentase sebesar 49,3. Adapun bidang pertanian yang
terdapat di Indonesia yaitu berupa : pertanian, perkebunan, kehutanan dan
perikanan. Maka dengan demikian dapat disimpulkan sebagian masyarakat
Indonesia mengandalkan sektor pertanian dalam memenuhi kebutuhannya
sehari-hari.

Masyarakat yang hidup di Kecamatan Subang hidup dengan


mengandalkan sektor pertanian karena dengan hidup bertani mereka bisa
mendapatkan pendapatan. Adapun indikator pendapatan masyarakat yaitu:
Adapun klasifikasi pendapatan masyarakat di Kecamatan Subang akan
ditunujukan pada Tabel 2.3

Tabel. 2.3
Klasifikasi Pendapatan
NO Klasifikasi Pendapatan Jumlah Pendapatan
1 Pendapatan Sangat Tinggi Lebih dari Rp. 2.000.000,-
2 Pendapatan Tinggi Rp. 1.750.0000 – 2.0000.000
3 Pendapatan Menengah Rp. 1.250.000 – 1.5000.000
4 Pendapatan Sedang Rp. 750.0000 – 1.000.0000
5 Pendapatan Rendah Dibawah Rp. 500.000
Sumber : Hasil Penelitian 2017

b. Tingkat Kesehatan
Kesehatan di dalam kehidupan manusia merupakan salah satu faktor
yang sangat penting, karena kesehatan sangat menentukan kualitas sumber daya
manusia. Kesehatan menurut Soemirat dalam Ricky Pratama di dalam “Undang-
Undang Dasar RI Nomor 9 Tahun 1996, tentang pokok-pokok Bab I Pasal 2
adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan rohani, mental, dan sosial dan
bukan hanya bebas dari penyakit cacat, dan kelemahan-kelemahan.”48Apabila
kesehatan manusia meningkat maka kualitas sumber daya manusia juga akan
ikut meningkat.

48
Ricky Pratama Putra, op.cit h. 12, tidak dipublikasika
35

Soekidjo menguraikan bahwa kesehatan masayarakat menurut batasan yang


paling tua adalah “upaya-upaya untuk mengatasi masalah-masalah sanitasi yang
mengganggu kesehatan atau dengan kata lain kesehatan masyarakat sama
dengan sanitasi”49 Jadi dapat disimpulkan bahwa kesehatan masayarakat adalah
upaya yang dilakukan masyarakat untuk untuk mengatasi masalah sanitasi yang
yang menggannggu kesehatan.

Salah satu indeks keberhasilan pembangunan manusia dapat dilihat dari


tingkat pembangunan kesehatan masyarakatnya. Faktor yang mempengaruhi
berhasilnya pembangunan kesehatan didukung oleh tersedianya sarana-pra
sarana dan sumber daya manusia yang mampu melayani kesehatan. Dengan
adanya pembangunan kesehatan yang maksimal maka akan meningkatkan angka
harapan hidup dan mengurangi jumlah kematian.50
“Untuk mengukur indikator tingkat kesehatan suatu bangsa dapat dilihat
dari tersedianya tenaga dan fasilitas kesehatan, umur harapan hidup, dan
angka kematian. Kualitas kesehatan masyarakat yang rendah dapat dilihat
dari faktor-faktor antara lain : keadaan lingkungan yang tidak sehat,
adanya penyakit yang menular, dan gizi buruk. Akselerasi peningkatan
kualitas dan produktivitas sumber daya manusia dengan tujuan yang
ingin dicapai adalah meningkatkan mutu, pemerataan pelayanan
pendidikan, kesehtan dan produktivitas untuk peningkatan daya saing
SDM. “51
Dengan adanya peningkatan kualitas pemerataan pendidikan dan
kesehatan diharapkan dapat mencapai Rata-Rata Lama Sekoah (RLS), Angka
Melek Huruf (AHM) dan Usia Harapan Hidup (UHH) yang menjadi tujuan dari
pembangunan Nasional Indonesia. Dalam penlitian ini peneliti akan membatasi
aspek kesehatan yang akan diteliti, adapun yang akan diteliti dalam penelitian ini
yaitu melihat aspek kesehatan dari jumlah fasilitas kesehtan, jumlah tenaga ahli
kesehatan, dan sarana parasarana kesehatan.

49
Soekidjo Notoatmodjo Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni (Jakarta : PT.Rineka
Cipta, 2011), h. 14
50
Suko Bandiyono Ngadi, dkk Kondisi Sosial –Ekonomi Masyarakat di lokasi coremap
II :Kab.selayar (Jakarta Selatan : LIPI Press, 2008), h. 24-25
51
Eva Bonawati, op.cit, h. 161
36

Untuk melihat keberhasilan pembangunan suatu daerah dapat dilihat dari


ketersediaan berbagai fasilitas pelayanan kesehatan. Pembangunan fasilitas
kesehatan diseluruh wilayah indonesia diharapkan dapat merata di setiap daerah.
Tujuan dari pemerataan pembangunan fasilitas kesehataan masyarakat tersebut
adalah agar masyarakat tidak mengalami kesulitan dalam mengakses pelayanan
kesehatan, adanya fasilitas dan sarana kesehatan perlu ditunjang juga dengan
keberadaan tenaga kesehatan yang memadai, hal ini bertujuan untuk
52
meningkatkan kesehatan masayarakat. Adapun tenenaga kesehatan yang
tersedia di Kecamatan Subang terdisri dari 2 dokter, 15 bidan, 5 paramedis dan
10 dukun bayi.53 Adapun banyaknya sarana kesehatan yang ada di Kecamatan
Subang akan ditunjukan pada Tabel 2.4

Tabel. 2.4
Banyaknya Sarana Kesehatan
Fasilitas Jumlah
Rumah Sakit -
Puskesmas 1
Klinik -
Posyandu 7
Sumber : BPS Kecamatan Subang, 2016.

c. Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu penentu pembangunan bangsa dengan
adanya pendidikan manusia akan menjadi manusia yang berkualitas. Pemerintah
telah menetapkan pendidikan sebagai prioritas utama dalam pembangunan
sesuai dengan kuputusan Majelis Permusyawaratan Indonesia (MPR) yang
menetapkan bahwa pendidikan disubsidi dari dana APBN sebesar 20 % .

52
Daliono, dkk Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat dalam Konteks Bencana Alam di
Kabupaten Sikka (Jakarta : LIPI Press, 2008), h. 33-34.
53
BPS Kecamatan Subang, 2016., h. 16.
37

Adanya pendidikan dapat meningkatkan kemampuan manusia dalam hal


membaca, menulis dan berkomunikasi.54

Pendidikan secara bahasa berasal dari kata “paedagoggy, yang


mengandung makna seorang anak yang pergi dan pulang sekolah diantar oleh
seorang pelayan. Pelayan yang mengantar dan menjempu dinamakan
paedagogos.55 Muhajir dalam, Abd. Kadir dkk menyatakan di dalam Bahasa
inggris “pendidkan di istilahkan dengan to educate yang berarti moral dan
melatih intelektual.” 56

Menurut Muhibinsyah dalam Marzuki Mahmud mengemukakan bahwa


pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam
segala lingkungan dan sepanjang hidup serta pendidikan dapat diartikan
sebagai pengejaran yang diselenggarakan disekolah sebagai lembaga
formal. 57
Sementara pendidikan dalam arti luas memiliki pengertian bahwa
pendidikan adalah hidup, maksud dari hidup tersebut adalah pendidikan
diperoleh dari segala bentuk pengalaman belajar dalam hidup yang berlangsung
sepanjang hayat atau seumur hidup. Dengan adanya pendidikan dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kehidupan. 58

Undang-undang Nomor 29 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional menegaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh
dirinya, masayarakat, bangsa dan negara. 59

54
Suko Bandiyono Ngadi, dkk Kondisi Sosial –Ekonomi Masyarakat di lokasi coremap
II :Kab.selayar, h. 21-22
55
Abd. Kadir, dkk Dasar-dasar Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2009), h. 6.
56
Ibid, h. 6.
57
Marzuki Mahmud Landasan Pendidikan (Ciputat : HAJA Madndiri, 2014), Cet. 2, h.
18.
58
Abd. Kadir, dkk Dasar-dasar Pendidikan,op.cit,h. 6
59
Ibid., h. 9.
38

Penulis menyimpulkan pendidikan dalam penelitian ini adalah suatu


proses usaha yang dilakukan manusia secara sadar dan terencana dalam
memperoleh pengetahuan, mengembangkan potensi serta keterampilan yang
dimiliki berlangsung sepanjang hayat atau seumur hidup dan proses
pelaksanaannya dilakukan di lembaga yang formal.

Untuk melihat tingkat pendidikan suatu negara dapat dilihat dari


perubahan lulusan yang dihasilkan. Perubahan lulusan tersebut dapat digunakan
untuk menganalisis kesenjangan yang terjadi antara penduduk yang menamatkan
pendidikan dengan penduduk yang tidak menamatkan pendidikan. Selain itu
juga perubahan lulusan dapat dimanfaatkan untuk melihat perbedaan pendidikan
antara setiap daerah seperti hal nya pendidikan di desa dan di kota memiliki
perbedaan kebijakan dalam memperoleh pendidikan. Jika masyarakat yang
hidup diperkotaan bisa dengan mudah mendapatkan pendidikan dilihat dari segi
aksesibilitas, sarana-prasarana dan juga dari segi tenaga pendidik yang banyak,
hal tersebut justru berbanding terbalik dengan pendidikan di pedesaan. Dengan
adanya pemerataan perubahan tingkat lulusan diharapkan dapat mengurangi
60
kesenjangan pendidikan di perkotaan dan pedesaan. Adapun tingkat
pendidikan penduduk indonesia usia 10 tahun ke atas akan ditunjukan pada
Tabel 2.5
Tabel 2.5
Tingkat Pendidikan Penduduk Indonesia Usia 10 Tahun ke atas
No Pendidikan Jumlah (%)
1 Belum tamat sekolah dasar 37,5
2 Sekolah dasar 37,5
3 Sekolah lanjutan tingkat pertama 12,9
4 Sekolah menengah atas/kejuruan 11,8
5 Akademik/ perguruan tinggi 11,9

60
Eva Bonawati, op.cit, h. 163
39

Sumber : BPS 2000 (dalam Eva Bonawati)61

Untuk meningkat kesejahteraan masyarakat Indonesia pemerintah


menggalakan program Indonesia bebas dari buta huruf dan wajib untuk
melaksanakan pendidikan selama dua belas tahun . program pendidikan yang
dibuat oleh pemerintah tersebut bertujuan untuk menghasilkan sumber daya
manusia yang unggul seperti halnya yang tercantum di dalam tujuan pendidikan
nasional yaitu:

“Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa


dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesejahteraan jasamani dan
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab
bermasyarakat dan berkebangsaan.”62
Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan nasional merupakan suatu
bentuk atau upaya di fasilitasi oleh pemerintah dan dilakukan atas dasar
kesadaran diri sendiri bertujuan untuk menghasilkan manusia yan memiliki
keterampilan, baik itu keterampilan jasmani dan rohani agar manusia tersebut
dapat hidup berdampingan dengan masyarakat lainnya.

Pendidikan dalam proses pelaksanaanya memimiliki beberapa jenjang


atau tingkatan mulai dari tingkatan yang paling rendah yaitu TK (taman kanak-
kanak) sampai dengan tingkatan yang paling tinggi yaitu Universitas atau
Perguruan Tinggi seperti yang tertuang di dalam Undang-Undang Negara
Republik Indonesia Nomer 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
adapun jenjang pendidikan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang
pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan
Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain

61
Ibid h. 163
62
Ibid, h. 164
40

yang sederajat. Tertuang pada BAB VI, Pasal 17 (1) dan (2), Undang-undang
No 20 Tahun 2003.
2) Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan
menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah
kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA),
Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah
Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat. Tertuang pada BAB
VI, Pasal 18 (1) dan (2), Undang-undang No 20 Tahun 2003
3) Pendidikan tinggi
Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan
menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister,
spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi. Pendidikan
tinggi diselenggarakan dengan sistem terbuka. Tertuang pada BAB VI, Pasal 19
(1) dan (2), Undang-undang No 20 Tahun 2003.63
Informasi mengenai fasilitas pendidikan mulai dari jenjang TK sampai
dengan Sekolah Menengah Atas (SMA, SMK dan MA) di Kecamatan Subang
Kabupaten Kuningan dapat dilihat pada Tabel 2.6

Tabel 2.6
Jumlah Fasilitas Pendidikan
Jenjang Pendidikan Jumlah Sekolah
TK 5
SD/MI 24
SMP/MTS 4
SMA/MA 2
Sumber : BPS Kecamatan Subang, 2016.

Di bawah ini dikemukakan beberapa batasan pendidikan yang berbeda


berdasarkan fungsinya:64

1) Pendidikan Sebagai Proses Transformasi Budaya

63
Mulyadi “Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Terhadap Pengetahuan Masyarakat
Tentang Dampak Konversi Lahan Di Desa Babakan, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor”,
Skripsi pada Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 20176, h. 17-18, tidak dipublikasikan
64
Umar Tirtahardja & S.L.La Sulo Pengantar Pendidikan (Jakarta : PT.Rineka Cipta,
2012), h. 33-36
41

Pendidikan merupakan suatu kegitan yang dapat menjadi tempat untuk


menyalurkan kebudayaa dari generasi terdahulu ke genarasi sekarang ataupun
yang akan datang. Dalam pendidikan terjadi tiga transformasi nilai –nilai yang
masih cocok digunakan samapai sekarang yaitu nilai kejujuran, rasa tanggung
jawab, dan lain-lain.
2) Pendidikan Sebagai Proses Pembentukan Kepribadian
Dengan adanya pendidikan keperibadian seorang peserta didik akan tersususn
secara sistematis dan sistemik yang berlangsung secara berkesinambugan di
lingkungan sekolah, rumah dan masyarakat. Proses pembentukan pribadi
bertujuan untuk membentuk pribadi manusia yang belum dewasa menjadi
dewasa dan dibentuk oleh manusia yang sudah dewasa.
3) Pendidikan Sebagai Proses Penyiapan Warga Negara
Pendidikan menyiapkan dan membekali peserta didik agar dapat menjadi warga
negara yang baik. Sesuai dengan tujuan nasional dan falsafah negara yang
ditetapkan oleh setiap bangsa yang berbeda-beda.
4) Pedidikan Sebagai Penyiapan Tenaga Kerja
Kegiatan pendidikan dapat membimbing peserta didik mempersipkan bekal
dasar untuk bekerja, karena di dalam pendidkan peserta didik diajarkan ilmu
pengetahuan, sikap dan keterampilam keahlian sesuai bidangnya.

d. Kepemilikan Sarana Komunikasi Informasi dan Kendaraan


“Komunkasi merupakan aktivitas atau kegiatan yang digunakan oleh
manusia atau masyarakat untuk bersosialisasi satu sama lain. komunikasi
juga dapat diartikan sebagai ekspresi dan naluri manusia untuk hidup
berkelompok, bersahabat dan berkeluarga. Banyak cara yang dilakukan
oleh manusia untuk berkomunikasi, untuk dapat terciptanya hubungan
dan petukaran informasi yang saling dimengerti. Untuk mendapatkan
informasi dapat dilakukan melalui surat-menyurat, telegram, telepon,
televisi, media cetak (koran dan majalah), internet dan lain-lain. “65
Sarana komunikasi dan informasi yang memadai merupakan salah satu
tolak ukur keberhasilan yang paling penting dalam membuka keterisolasian
sutau daerah dengan daerah yang lain. Sarana komunikasi yang tersedia di

65
Eva Bonawati, op.cit, h. 230
42

kecamatan Subang berupa telepon seluler, radio, televisi, koran dan pos,
sedangkan sarana informasi yang tersedia berupa media cetak dan media
elektronik.66
Maka kesimpulan dari sarana komunikasi dan informasi adalah segala
bentuk saluran yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dan
berinterkasi dengan orang lain baik itu dengan perantara media elektornik
maupun media non elektronik.
Menurut Gunardo R.B “Kendaraan adalah suatu sarana angkut di jalan
yang terdiri atas kendaraan bermotor dan tidak bermotor”.67Kendaraan dibagi
kedalam dua bagian yaitu kendaraan bermotor dan tidak bermotor: “Di dalam
Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan,
kendaraan bermotor adalah semua kendraaan yang digerakan oleh peralatan
mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan diatas rel”68, sedangkan
kendaraan tidak bermotor adalah kendaraan yang digerakan dengan
mengandalkan tenaga manusia dan hewan.
“Kendaraan tidak bermotor contohnya yaitu sepeda, grobak dorong,
becak, sado, bedi, cikar, cidomo, kereta kuda, dan grobak sapi sedangkan
kendaraan bermotor contohnya yaitu: sepeda motor, mobil penumpang, mobil
bus dan kendaraan khusus.”69Adapun kegunaan dari adanya kendaraan tersebut
yaitu memudahkan manusia dalam kehidupan sehari-hari.

Kondisi fisik wilayah indonesia yang terdiri dari beribu-ribu pulau


menyebabkan persebaran penduduk Indonesia secara administratif memiliki
potensi yang besar dalam penyelanggaraan aktivitas telekomunikasi. Dilihat dari
Budaya dan Etnis Masyarakat Indonesia semakin kesini kesejahteraanya
semakin meningkat hal tersebut kemudian menyebabakan permintaan akan
kebutuhan sarana telekomunikasi juga meningkat. Sarana telekomunikasi di
66
Daliono, dkk Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat dalam Konteks Bencana Alam di
Kabupaten Sikka, h. 42-44.
67
Gunardo R.B Geografi Transfortasi (Yogyakarta: Ombak, 2014), h. 54.
68
Ibid., h. 54.
69
Gunardo R.B Geografi Transfortasi, h. 67-70.
43

dalam masyarakat berfungsi sebagai wadah atau tempat untuk mempermudah


berkomunikasi dan bersosialisasi antara individu dengan individu, individu
dengan kelompok atau juga kelompok dengan kelompok yang terpisah oleh
jarak.

C. Penelitian yang Relevan


Penelitian yang relevan sesuai judul skripsi yang penulis buat sejauh
pengetahuan membaca dari perpustakaan dan sumber lainya belum pernah ada
yang membahas tentang pengaruh budidya tanaman kopi terhadap kondisi sosial-
ekonomi masyarakat dikecamatan Subang kabupaten Kuningan belum pernah ada.
Namun bukan berarti tidak ada, disini saya mencari pemahaman serupa walaupun
berbeda fokus variabelnya, sehingga didapatkan penelitian relevan sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan Silvina Maharani, Tahun 2009, Pengaruh Budidaya


Jamur Merang Terhadap Kondisi-Sosial Ekonomi Masyarakat di Kecamatan
Banyausari Kabupaten Karang, Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama
meneliti kondisi sosial ekonomi maayarakat, Sedangkan perbedaanya terletak pada
metode penelitian yang digunakan penelitian relevan ini menggunakan metode
penelitian deskriptif sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan
metode kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa berkembangnya
budidaya jamur merang di kecamatan Banyuwangi didukung oleh faktor fisik
seperti iklim (suhu dan kelembaban udara), untuk faktor fisik lainya seperti cahaya
matahari, oksigen, karbondioksida, Ph serta sanitasi dan higenis perlu
dikembangkan lebih lanjut oleh para petani dengan membuka jendela atau lubang
sirkulasi, sedangkan untuk faktor non fisik diantaranya mudah diperolehnya bahan
baku, tersedianya lahan untuk budidaya, jumlah tenaga kerja melimpah dan pasar
yang besar. Untuk distribusi jamur merang di Kecamatan Banyusari dari total
jumlah harian diantaranya ke Bandung sebanyak 25 % ke Cikarang sebanyak 18,75
% ke Bekasi dan Tanggerang sebanyak 15,63 %, serta Jakrta dan Karawang
44

sebanyak 12,5 %, dan untuk daya serap produksinya tergolong tinggi dilihat dari
perintaan pasar setiap harinya. Kondisi sosial-ekonomi petani di Kecanmatan
Banyusari setelah berbudidaya jamur merang meliputi tingkat pendidikan anak
petani, serta kepemilikan sarana informasi, komunikasi, dan transportasi yang
meningkat. Adapun tingkat kesehatan petani dan keluarga tidak mengalami
peningkatan. Hasil analisis menunjukan produksi dan permintaan pasar
mempengaruhi pendapatan, sedangkam harga jual jamur tidak memiliki pengaruh
yang berarti.
2. Penelitian yang dilakukan Ivan Nur Rahmadhina, Tahun 2012 “Pengaruh
Budidaya Pepaya California Terhadap Kondisi Sosial ekonomi Petani di Desa
Ciwaringin Kecamatan Lamahabang Kabupaten Karawang”, Persamaan anatara
penelitian yang ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu sama-sama
meneliti Kondisi sosial ekonomi masayarakat. Perbedaan antara penelitian ini
dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu penelitian yang akan dilakukan tidak
meneliti mengenai pelatihan dan teknologi yang dilakukan petani dalam melakukan
budidaya, metode penelitian deskriftif, sedangkan metode yang digunakan dalam
penelitian yang dilakukan adalah menggunakan metode penelitian kulaitatif .
Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan mengenai pengaruh modal, hari
orang kerja (HOK), luas lahan, Pelatihan dan teknologi terhadap pendapatan Petani
Pepaya California di Desa Ciwaringin. Adapun kesimpulanya yang diambil adalah
sebagai berikut: Modal (X1) memiliki pengaruh dan signifikasi terhadap
pendapatan Petani Pepaya California di Desa Ciwaringin pada taraf kepercayaan
sebesar 95 %. Hari Orang Kerja (HOK) (X2) memiliki pengaruh dan signifikasi
terhadap pendapatan Petani Pepaya California di Desa Ciwaringin pada taraf
kepercayaan sebesar 95 %. Luas lahan (X3) memiliki pengaruh dan signifikasi
terhadap pendapatan Petani Pepaya California di Desa Ciwaringin pada taraf
kepercayaan sebesar 95 %. Pelatihan (X4) memiliki pengaruh dan signifikasi
terhadap pendapatan Petani Pepaya California di Desa Ciwaringin pada taraf
kepercayaan sebesar 95 %. Bahwa dalam teknologi (DX5) tidak ada perbedaan
pendapatan yang signifikan antara Petani Pepaya California di Desa Ciwaringin
45

yang menggunakan teknologi modern dengan Petani Pepaya California di Desa


Ciwaringin yang menggunakan teknologi tradisional pada tingkata kepercayaan
sebesar 95 %.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Indah Dwi Septiani, Tahun 2012 “Kajian Sosial
Ekonomi Rumah Tangga Yang Terkena Proyek Pembangunan Jalan Tol Seksi 2
Ungaran-Bawen” Persamaan dari penelitian ini yaitu mengkaji Kondisi sosial
ekonomi masyarakat khususnya dalam hal: Pendapatan, Tingkat pendidikan,
Tingkat kesehatan, dan tingkat aksesibilitas. Perbedaan penelitian yang telah
dilakukan mengkaji sosial ekonomi rumah tangga masyarakat yang terkena proyek
pembangunan jalan tol Seksi 2 Unggaran-Bawen, sedangkan penelitian yang akan
dilakukan mengkaji analisis budidaya kopi terhadap kondisi sosial ekonomi
masyarakat. Selain iu perbedaanya terletak pada metode penelitiannya penelitian
yang telah dilakukan menggunakan kuantitatif deksriftif sedangkan penelitian yang
akan dilakukan menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitian yang dilakukan
peneliti menyatakan bahwa di Desa Klepu yang paling banyak terkena
pembangunan jalan tol Unggaran-Bawen yaitu lahan permukiman, kepemilikan
lahan tanah di Desa Klepu mengalami kenaikan, dengan di bangunya jalan tol
tersebut menyebabkan lokasi organisasi masyarakat mengalami perubahan
khususnya terlihat dari kondisi sosial ekonomi, yang berhubungan dengan
kekayaan yang dimiliki oleh masayarakat yang terkena dampak dari pembangunan
jalan tersebut. adanya kenikan kekayaan yang dimiliki masayarakat tersebut
membuat masayarakat hidup bersifat konsumerisme.

4. Penelitian yang dilakukan Yuniarti, Tahun 2012, “Pengaruh budidaya rumput


laut tambak (Glacilaria sp) terhadap kondisi ekonomi masyarakat di Kecamatan
Brebes Kabupaten Brebes” Persamaan dari penelitian yaitu sama-sama ingin
mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat, selain itu juga persamaan nya
terletak pada kajian variabel bebas yaitu mengkaji modal, luas lahan dan hasil
produksi untuk melakukan budidaya, Perbedaan dari penelitian ini adalah penelitian
yang telah dilakukan menggunakan metode deskriptif sedangkan penelitian yang
46

akan dilakukan menggunakan metode deskriptif kualitatif, selain itu perbedaanya


terdapat pada penelitian yang telah dilakukan mengkaji mengenai pendapatan,
kondisi rumah dan gaya hidup sedangkan penelitian yang akan dilakukan mengkaji
mengenai pendapatan, pendidikan, kesehatan dan kepemilikan sarana informasi dan
kendaraan yang dimiliki oleh masyarakat. Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan menyebutkan bahwa di Desa Randusanga Kulon dan Randusanga Wetan
Brebes cocok untuk di jadikan usaha budidaya tambak rumput laut Glacilaria sp,
kerena dipengaruhi oleh faktor fisik lingkungan, selain itu juga didiukung oleh
faktor sosial ekonomi masyakarakat yang dimiliki masyarkat seperti pendidikan,
keterampilan petani dan juga modal. Usaha budidaya tambak rumput laut
Glacilaria sp di Berebes sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahya pendapatan
petani yang ada di Brebes . Modal, luas lahan dan hasil produksi budidaya tambak
rumput laut Glacilaria sp juga berpengaruh terhadap kondisi rumah dan gaya hidup
masyarakat.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Reddy Zaki Oktama, Tahun 2013 “Pengaruh
Kondisi Sosial Ekonomi Terhadap Tigkat Pendidikan Anak Keluarga Nelayan di
Kelurahan Sugihwaras Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang Tahun 2013”.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif,
Persamaan anatara penelitian relavan dan penelitian yang akan dilakukan yaitu
sama-sama meneliti kondisi sosial ekonomi, sedangkan perbedaanya yaitu variabel
terikatnya lebih memfokuskan kepada tangkat pendidikan masyarakat. Dengan
hasil penelitian: Kondisi sosial ekonomi berpengaruh sebesar 23,2% artinya
kondisi sosial ekonomi secara bersam-sama berpengaruh sebesar 23,2% terhadap
tingkat Pendidikan anak keluarga nelayan di Kelurahan Sugihwaras Kecamatan
Pemalang Kabupaten Pemalang. Sedangkan sisanya 76,8% merupakan faktor lain
seperti aksestabilitas, motivasi, lingkungan dan masih banyak lagi yang tidak
termasuk dalam penelitianya.
47

6. Penelitian yang dilakukan oleh Basrowi dan Siti Juariyah, Tahun 2010 “Analisis
Kondisi Sosial Ekonomi dan Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Srigading,
Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur” metode penelitian
yang digunakan adalah metode kualitatif, persamaannya sama-sama meneliti
kondisi sosial masyarakat, sama-sama memfokuskan pada suatu analasis,
sedangkan perbedaanya di dalam penelitian yang akan dilakukan tidak hanya
mengkaji tingkat pendidikan saja, tetapi mengkaji juga tingkat pendapatan,
kesehatan, pendapatan dan kepemilikan sarana informasi dan komunikasi
masyarakat. Dengan hasil penelitian, kondisi sosial ekonomi masyarakat desa
Srigading masih tergolong rendah, hal ini dapat dilihat dari rumah yang di tempati
masyarakat yaitu permanen, semi permanen dan non-permanen, serta dapat dilihat
pula dari jenis pekerjaan yang dimiliki masyarakat Desa Srigading yang mayoritas
petani buruh. Tingkat pendidikan masyarakat Desa Srigading masih tergolong
rendah, hal ini terlihat dari banyaknya yang tidak bersekolah dan rata-rata
masyarakat hanya tamat pendidikan dasar.

7. Penelitian yang dilakukan oleh Ricky Pratama Putra, Tahun 2013 “Kondisi
Sosial Ekonomi Masyarakat Dalam Perubahan Status Kota Tangerang Selatan”,
metode yang digunakan dalam penelitian relevan metode deskriptif. Persamaan
dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu: sama-sama meneliti kondisi sosial
ekonomi yang meliputi : pendidikan, kesehatan, transfortasi, mata pencaharian dan
pendapatan, sedangkan perbedaanya penelitian yang dilakukan di kota Tangerang
Selatan lebih kearah perubahan kota. Dengan hasil penelitian, bahwa kondisi sosial
ekonomi masyarakat dalam perubahan status Kota Tangerang Selatan mengalami
perubahan secara signifikan. Hal ini terlihat dari beberapa aspek diantaranya
adalah aspek pendidikan sebesar 79,05% tergolong baik sedangkan aspek
48

kesehatan, transportasi, mata pencaharian atau pekerjaan dan pendapatan tergolong


cukup baik yakni dibawah 76%. Dengan demikian kondisi sosial ekonomi
masyarakat dalam perubahan status Kota Tangerang Selatan tergolong cukup baik
dengan rata-rata kesulurahan aspeknya yang meliputi pendidikan, kesehatan,
transportasi, mata pencaharian atau pekerjaan dan pendapatan yaitu sebesar
71,33%. Secara keseluruhan Kota Tangerang Selatan tealah mengalami
pertumbuhan yang cukup pesat melihat angka pertumbuhan yang cukup besar.

8. Penelitan yang dilakukan oleh Merry Tri H. S, Sugeng Raharto & Titin
Agustina, tahun 2015, “Prospek Pembangunan Komoditas Kopi Robusta di PT.
Kalputih Kecamatan Ledokombo Jember” dari penelitian tersebut dapat
disimpulkan bahwa trend kopi tergolong di PT. Kaliputih pada tahun 2014-2024
mengalami peningkatan sebesar 5193.28 kg yang didapat setiap tahunnya selama
10 tahun kedepan. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan kopi
ose di PT. Kaliputih adalah jumlah produksi dan harga jual. Prospek perkembangan
kopi robusta di PT. Kaliputih terletak pada posisi white area yang mengartikan
bahwa kopi robusta di PT. Kaliputih baik untuk dikembangkan.Persamaan
penelitian yang relevan dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah untuk
mengetahui Prosfek Pengembangan Kopi Robusta bagi Kondisi Sosial Ekonomi
Masyarakat. Perbedaan penelitian yang relevan dengan penelitian yang peneliti
lakukan adalah dalam penelitian yang telah dilakukan lebih meneliti kepada strategi
pengembangan kopi Robusta bagi Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat. Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian relevan ini Metode penelitian
deskriptif, analitik, dan kolerasional sedangkan metode penelitian yang akan
dilakukan adalah menggunakan metode penelitian kualitatif.
9. Penelitian yang dilakukan oleh Mulyadi, Tahun 2016 “ Pengaruh Kondisi Sosial
Ekonomi Terhadap Pengetahuan Masyarakat Tentang Dampak Konversi Lahan di
Desa Babakan, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor” metode penelitian yang
49

digunakan yaitu metode survey dengan pendekatan kuantitatif. Persamaan


penelitian relevan dengan penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui
kondisi sosial ekonomi masyarakat yang meliputi : pendidikan, dan tingkat
pendapatan, Perbedaan penelitian relevan mengkaji dampak konversi lahan
sedangkan penelitian yang akan dilakukan mengkaji budidaya kopi, perbedaan
selanjutnya yaitu dari segi kajian variabel y dalam penelitian relevan meneliti usia
dan pekerjaan masyarakat. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh kondisi sosial ekonom terhadap pengetahuan masayarakat
tentang dampak konversi lahan di Desa Bababakan Kecamatan Ciseeng Kabupaten
Bogor. Dengan hasil uji hipotesis thitung = 2,75 dan ttabel = 1,99. Dan terbukti thitung
lebih besar dari ttabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Hasil Perhitungan
Persamaan regresi linear didapat hasil Y = 49,92 + 1,30. X. Dari hasil uji korelasi
untuk mencari hubungan antara kondisi sosial ekonomi terhadap pengetahuan
masyarakat tentang dampak konversi lahan di Desa Babakan Kecamatan Ciseeng
Kabupaten Bogor didapat hasil 0,27. Dan dari hasil uji koefisien determinasi
didapat hasil bahwa Kemampuan pengetahuan masyarakat tentang dampak
konversi lahan yang di pengaruhi kondisi sosial ekonomi adalah sebesar 7%.
Adapun penelitian yang relavan akan ditunjukan pada Tabel 2.7

Tabel 2.7
Penelitian yang Relevan
No Nama Judul Persamaan dan
Peneliti Perbedaan
1. Silvina “Pengaruh Budidaya Persamaan sama-sama
budidaya terhadap
Maharani Jamur Merang Terhadap
kondisi sosial ekonomi
Kondisi Sosial-Ekonomi masyarakat
Masyarakat Di
Perbedaannnya terletak
Kecamatan Banyusari pada metode penelitian
yang digunakan
Kabupaten Karawang”
penelitian ini
menggunakan metode
50

penelitian deskriptif
sedangkan penelitan lain
menggunakan penelitian
kualitatif
2. Ivan Nur “Pengaruh Budidaya Persamaan sama-sama
meneliti Kondisi sosial
Ramadhin Pepaya California
ekonomi masayarakat
a Terhadap Kondisi Sosial
Perbedaannya peneliti
ekonomi Petani di Desa
meneliti mengenai
Ciwaringin Kecamatan pelatihan dan teknologi
yang dilakukan petani
Lamahabang Kabupaten
dalam melakukan
Karawang” budidaya, selain itu Y
penelitian lain meneliti
pengaruh budidaya
terhadap tingkat
kesehatan masayrakat,
metode penelitian yang
digunakan peneliti yaitu
deskriftif, sedangkan
peneliti lain kualitatif.
3. Indah Dwi “Kajian Sosial Ekonomi Persamaannya mengkaji
Kondisi sosial ekonomi
Septiani Rumah Tangga Yang
masyarakat yaitu :
Terkena Proyek Pendapatan, Tingkat
pendidikan, Tingkat
Pembangunan Jalan Tol
kesehatan, dan tingkat
Seksi 2 Ungaran-Bawen” aksesibilitas.

Perbedaannya peneliti
mengkaji sosial ekonomi
rumah tangga masyarakat
yang terkena proyek
pembangunan jalan tol
Seksi 2 Unggaran-
Bawen, sedangkan
peneliti lain mengkaji
analisis budidaya kopi
terhadap kondisi sosial
ekonomi masyarakat.
4. Yuniarti Pengaruh budidaya Persamaannya sama-
sama ingin mengetahui
rumput laut tambak
kondisi sosial ekonomi
51

(Glacilaria sp) terhadap masyarakat


kondisi ekonomi
Perbedaan peneliti
masyarakat di menggunakan metode
deskriptif sedangkan
Kecamatan Brebes
peneliti lain
Kabupaten Brebes menggunakan metode
kualitatif , peneliti
mengkaji: pendapatan,
kondisi rumah dan gaya
hidup, sedangkan peneliti
lain mengkaji
pendapatan, pendidikan,
kesehatan dan
kepemilikan sarana
informasi dan kendaraan
yang dimiliki oleh
masyarakat.
5 Reddy Pengaruh Kondisi sosial Persamaannya sama-
Zaki ekonomi terhadap tingkat sama meneliti Kondisi
Oktama pendidikan anak Sosial Ekonomi.
dikelurahan Sugihwaaras
kecamatan pemalang Perbedaan variabel Y
Kabupaten Pemalang yang diteliti adalah
Tahun 2013 mengenai Tingkat
pendidikan saja
6 Basrowi Analisis Kondisi Sosial Persamaannya sama-
dan Siti Ekonomi Dan Tingkat sama meneliti Kondisi
Juariyah Pendidikan Masyarakat Sosial Ekonomi.
Desa Srigading,
Kecamatan Labuhan Perbedaan peneliti
Maringgai, Kabupaten hanya mengkaji
Lampung Timur pendapatan, sedangkan
peneliti lain mengkaji
tingkat pendapatan,
52

kesehatan, pendapatan
dan kepemilikan sarana
informasi dan
komunikasi masyarakat
7 Ricky “Kondisi Sosial Ekonomi Persamaannya sama-
Pratama
Masyarakat Dalam sama meneliti Kondisi
Putra
Perubahan Status Kota Sosial Ekonomi.
Tangerang Selatan”
Perbedaan peneliti
meneliti lebih ke arah
perubahan status kota.
8. Merry Tri “Prospek Pengembangan Persamaannya peneliti
H. S, Komoditas Kopi Robusta
mengetahui Prosfek
Sugeng Di Pt. Kaliputih
Raharto & Kecamatan Ledokombo Pengembangan Kopi
Titin Kabupaten Jember”
Robusta bagi Kondisi
Agustina
Sosial Ekonomi
Masyarakat.

Perbedaannya strategi
pengembangan kopi
Robusta bagi Kondisi
Sosial Ekonomi
Masyarakat, bukan
meneliti analisis. Metode
penelitian deskriptif,
analitik, dan
kolerasional.
9. Mulyadi Pengaruh Kondisi Sosial Persamaannya
Ekonomi Terhadap
mengetahui kondisi
Pengetahuan Masyarakat
53

Tentang Dampak sosial ekonomi


Konversi Lahan Di Desa
masyarakat seperti:
Babakan, Kecamatan
Ciseeng, Kabupaten tingkat pendidikan dan
Bogor
pendapatan.

Perbedaannya mengkaji
dampak konversi lahan
dan dalam peneliti
relevan meneliti usia dan
pekerjaan masyarakat.

D. Kerangka Berpikir
Budidaya tanaman kopi merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh
manusia bertujuan untuk memperbanyak atau mempertahankan suatu tanaman atau
tumbuhan kopi. Budidaya kopi banyak dilakukan masyarkat karena disebabkan
oleh beberapa hal seperti halnya, topografi di indonesia banyak berupa pegunungan,
tanaman kopi termasuk tanaman yang mudah dalam penanamnaya dan
penggarapanya jika dibandingkan dengan tanaman perkebunan lainnya,dan kopi
termasuk kedalam komoditas pertanian yang memiliki harga jual yang tinggi.
Budidaya kopi terbagi menjadi tiga proses budidaya kopi, analisis usaha tani dan
output.

Dalam proses budidaya tanaman kopi dimulai dari tahap pembibiitan


dengan mempersiapkan bibit kopi terlebih dahulu, kemudian setelah pembibitan kopi
disemaikan bibit kopi yang disemai harus diperoleh dari benih unggul dan benih kopi
harus terbungkus oleh kulitnya, setelah itu selanjutnya mengelola tanah dengan cara
membuat teras-teras dan diberi lubang dengan diameter satu meter, baru kemudian
selanjutnya kopi baru siapa ditanam, setelah kopi ditanaman perlu diperhatikan
pemeliharaan kopi, aspek yang perlu diperhatikan dalam pemeliharan kopi yaitu:
pemupukan, pengendalian hama, penyakit dan gulma, pemangkasan tanaman
54

pelindung, dan peremajaan kopi. Anaslisis usaha tani dalam budidaya kopi sangat
diperlukan dimulai dari tahap persiapan lahan sampai dengan pemasaran. Dengan
analisis uasaha tani kita akan mengetahui kebutuhan tenaga kerja yang diperlukan,
alat, bahan yang dibutuhkan serta perkiran modal yang dibutuhkan dan pendapatan
yang akan didapat. Output yang dihasilkan dari budidaya kopi yaitu dimulai dari
volume panen, kopi jika dirawat dengan baik dapat berproduksi mulai dari 2,5-3
tahun dapat dipanen, harga jual kopi dapat dihitung berdasarkan keseluruhan biaya
atau modal yang telah dikeluarkan pada tahun-tahun sebelumnya. Untuk pemasaran
kopi masyarakat biasanya menjual kopi kepada para pengepul di desa dan pedagang
dipasar baru kemudian kopi dijual ke para eksportir.

Kondisi sosial ekonomi merupakan suatu keadaan atau kenyataan yang


dilakukan oleh manusia di suatu daerah atau wilayah yang berkaitan dengan usaha
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari di dalam lingkungan masyarakat,
kondisi sosial ekonomi tersebut selalu berubah-ubah mengikuti perubahan yang
terjadi di dalam masyarakat. Kondisi sosial ekonomi menurut Andulsyani yang
dikutip oleh Reddy merupakan suatu kedudukan manusia yang dilihat dari jenis
aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan, usia, jenis rumah tinggal, dan
kekayaan yang dimiliki, hasil dalam penelitian ini aspek yang akan dibahas adalah
pendapatan, tingkat kesehataan, pendidikan serta kepemilikan saran komunikasi dan
kendaraan yang dimiliki masyarakat.

Pendapatan adalah hasil usaha yang di dapat oleh manusia yang berasal
dari orang lain maupun dari hasil keuntungan proses industry berupa uang maupun
barang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Adapaun
pendapatan yang diperoleh masyarakat dari sektor pertanian, perkebunan,
perdagangan, angkutan, bangunan, perbanka (kuangan), jasa dan industry. Klasifikasi
pendapatan dapat dikelompokan menjadi beberapa tingkat yaitu : pendapatan sangat
tinggi, tinggi, menengah, sedang dan rendah.
55

Tingkat kesehatan merupakan upaya yang dilakukan secara sadar oleh


manusia dalam mengatasi permasalahan sanitasi yang dapat mengganggu kesehatan
manusia. Faktor yang paling mendukukng di dalam keberhasilan pembangunan
kesehatan adalah dapat dilihat dari tersedianya sarana-prasarana, fasilitas kesehatan,
dan tenaga medis yang mampu melayani masyarakat.

Pendidikan usaha secara sadar yang dilakukan oleh manusia dengan


tujuan untuk memperoleh pemahaman pengetahuan dan mengembangkan potensi
diri. Dalam pelaksanaanya pendidikan memiliki beberapa jenjang mulai dari jenjang
TK, Sekolah Dasar (SD/MI), Sekolah Menengah (SMP/MTS), Sekolah Menengah
(SMA/SMK dan MA).

Kepemilikan sarana komunikasi informasi dan kendaraan yang digunakan


oleh manusia untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain melalui
perantara media. Sarana komunikasi yang dimiliki masyarakat yaitu berupa media
cetak dan elektronik seperti: telepon seluler, radio, televisi, koran dan pos.
Sedangkan kendaraan merupakan suatu sarana yang dapat digunakan di jalan yang
teridiri dari kendaraan bermotor dan tidak bermotor. Adapun kendaraan yang
dimiliki oleh masyarakat berupa: sepeda, grobak dorong, sepeda motor, mobil, mobil
penumpang dan kendaraan khusus.
56

Kondisi Sosial
Budidaya Kopi
Ekonomi

Kepemilikan sarana
proses budidaya analisis usaha Tingkat
Output Pendapatan Pendidikan informasi , komunikasi dan
kopi tani Kesehatan
kendaraan

indikator jejang :
a. pembibitan a. persiapan Sarana informasi
klasifikasi : kesehatan : a. TK
lahan dan komunikasi :
b. persemaian a. sangat tinggi a. fasilitas
b. kepemilikan b. SD/MI a. media
c. pengelolaan a. volume panen kesehatan
lahan b. tinggi c. SMP/MTS elektronik
tanah b. harga jual b. tenaga ahli
c. kebutuhan c. menengah d. b. kepemilikan
d. teknik c. pemasaran kesehatan
tenaga kerja d. sedang SMA/SMK/MA kendaraan
penanaman c. sarana dan
d. kebutuhan e. D3 dan SI bermor dan tidak
e. pemeliharan e. rendah prasarana bermotor
bahan dan alat f.. Tidak sekolah
kesehatn

Pengaruh Budidaya
Kondisi Sosial Ekonomi
Tanaman Kopi

Pengaruh Budidaya Tanaman


Kopi Terahadap Kondisi Sosial
Ekonomi Masayarakat di
Kecamatan Subang Kabupaten
Kuningan

Gambar 2.4
Kerangka Berpikir
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Subang, Kabupaten Kuningan
Provinsi Jawa Barat yang terletak di bagian selatan Kabupaten Kuningan dan
berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Subang secara
administrativ terletak diantara 7007’41” Lintang Selatan dan 108031’52” Bujur
Timur, berada pada ketinggian 200-600 MDPL dan mempunya luas daerah 44,
95 Km2. 1

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian


Penelitian dilakukan selama sepuluh bulan yaitu dari bulan Maret 2017
hingga bulan Desember 2017 berikut merupakan kegiatan penelitian :

1
https://kuningankab.bps.go.id/index.php/Publikasi# dilihat 26 Oktober 2016

57
58

Tabel 3.1
Kegiatan Penelitian
2017

No Tahap Penelitian Bulan

3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Revisis Proposal

2. Penyusunan Bab I
Pendahuluan
3. Penyusunan Bab II Kajian
Pustaka
4. Penyusunan Bab III
Metodologi Penelitian
5. Penyusunan Bab IV Hasil
Penelitian
6. Penyusunan Bab V Simpulan
dan Saran
7. Kelengkapan data

8. Penyusunan Laporan
Penelitian
59

B. Metode Penelitian
Dalam buku Lexy J. Meleong Metode penelitian kualitatif di
deskrifsikan sebagai metode penelitian yang menghasilkan prosedur
analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik. Selain itu
penelitian kualitatif juga lebih mengkaji kepada pemahaman yang
dialami oleh subjek yang diteliti. 2
“Sedangkan menurut Sugiono penelitian kualitatif adalah “metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk
meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawanya adalah
eksperimen) dimana penelitian ini adalah sebagai instrumen kunci teknik
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data
bersifat induktif/ kulaitatif dan hasil penelitian lebih menekankan pada
makna dari pada generalisasi” 3
Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian
yang di dalam tahap analisisnya tidak menggunakan analisis statistik dan untuk
pengumpulan data penelitian kualitatif menggunakan triangulasi (observasi,
wawancara, dan dokumentasi) analisis data yang digunkan lebih bersifat
khusus dan bermakna.

Pengguanaan metode kualitatif ini diharapkan dapat memberikan kejelasan


dalam mengkaji analisis budidaya tanaman kopi terhadap kondisi sosial
ekonomi masyarakat di Kecamatan Subang Kabupaten Kuningan.

C. Populasi dan Sample


1. Populasi

Menurut Sugiono Populasi merupakan wilayah generalisasi yang


terdiri dari : objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

2
Lexy J. Meleong Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
2006), h. 6.
3
Sugiono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung : ALFABETA,
2009)., h. 9
60

4
ditarik kesimpulannya. Populasi bukan hayan terdiri dari manusia akan
tetapi benda-benda juga termasuk bagian dari populasi. Jadi dapat
disimpulkan populasi merupakan seluruh gejala yang terdiri dari seorang
individu, masyarakat, dan masalah yang berhubungan dengan proses
budidaya tanaman kopi di Kecamatan Subang Kabupaten Kuningan.
Populasi yang akan diteliti disini yaitu sebagai berikut:

a. Populasi wilayah, yaitu merupakan keseluruhan tempat/wilayah yang


ada di Kecamatan Subang
b. Populasi manusia, yaitu merupakan keseluruhan penduduk yang
tinggal di Kecamatan Subang yang berjumlah 17.366 Populasi.
2. Sample

Sample adalah “sebagian dari unit-unit yang ada dalam populasi


yang ciri-ciri atau karakteristiknya benar-benar diselidiki”5Sampel
merupakan bagian dari populasi sampel dapat menggambarkan populasi.

Berdasarkan kelompok petani budidaya tanama kopi, maka


penelitian ini akan menggunkan metode sampling jenuh karena “semua
anggota populasi digunakan sebagai sample, hal ini juga disebabkan
populasi relatif kecil yaitu kurang dari 30 orang dan peneliti ingin
membuat generalisasi dengan keselahan yang sangat kecil”.6 Dalam
penilitian ini sample yang akan diteliti yaitu para petani kopi di Kecamatan
Subang Kabupaten Kuningan.

D. Alat Dan Bahan Dalam Pengumpulan Data


1. Alat
Alat yang digunkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

4
Sugiono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, h. 80
5
Faruk Muhamad dan Djaali Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta : PTIK Press&Restu
Agung, 2005), h. 35
6
Sugiono,op.cit, h. 85
61

a. Aplikasi perangkat lunak yang mendukung dalam penelitian agar


menghasilkan penelitian yang maksimal, softwere yang di gunakan
program arcGIS 10.1
b. Laptop merupakan alat yang digunkan untuk mengumpulkan dan
mengelola data dalam penelitian.
c. Kamera digunkan untuk mendeskripsikan fenomena yang terjadi
pada proses penelitian dan penelitian objek.
d. Alat tulis diperlukan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting
dan membantu dalam proses pengumpulan data.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta administrasi
Kabupaten Kuningan tahun 2015. Peta ini didelinasi dengan
menggunakan program arcGIS 10.1 sehingga dapat terlihat dengan
jelas gambaran Kecamatan Subang yang merupakan lokasi penelitian
dilakukan.

E. Teknik Pengumpulan Data


Berdasarkan sumber data yang akan diteliti, data terbagi kedalam dua jenis
data yaitu: jenis data primer atau data yang didaptkan langsung dari sumber
yang pertama dan tanpa perantara, sedangkan data skunder yaitu data yang
diperoleh bukan dari orang yang pertama atau juga bukan dari sumber aslinya.7

Data primer dalam penelitian ini akan yang akan diteliti yaitu : pendidikan,
kesehatan, sarana informasi dan kepemilikan transportasi adapun data tersebut
diperoleh dari hasil penyebaran kuisioner (angket) kepada para petani kopi dan
juga hasil wawancara dari petani,para pengepul (tengkulak) dan kepala desa.
Sedangkan data skunder yaitu data yang di peroleh dari hasil pengumpulan
data (dokumentasi) yang dapat diuji kebenarnya dan ada hubunganya dengan

7
Silvia Maharani. Pengaruh Budiaya Jamur Merang Terhadap Kondisi Sosial-Ekonomi
Masyarakat Di Kecamatan Banyusari Kabupaten Karawang”Skripsi Sarjana Universitas
Pendidikan Indonesia, Bandung, 2009, tidak dipublikasikan, hal. 48
62

penelitian ini. Data skunder diperoleh dari Badan Statistik Pembangunan


Kabupaten Kuningan dan Kecamatan Subang.

Untuk pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik


analisis data diantaranya :

1. Obervasi (Pengamatan)
Merupakan kegiatan yang dilakukan untuk pengukuran, akan tetapi
obeservasi atau pengamatan disini diartikan lebih sempit, yaitu
pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan yang berarti tidak
mengajukan pertanyaan-pertanyaan. 8Observasi dalam penelitian ini yaitu
bersifat langsung dengan cara :
a. Melihat secara langsung kegiatan yang dilakukan sehari-hari para
petani kopi di Kecamatan Subang.
b. Melihat secara langsung kondisi perkebunan kopi yang dimiliki
masyarakat
c. Melihat secara langsung kondisi kehidupan sosial-ekonomi
masayarakat.
Adapun kisi-kisi observasi yang digunakan dalam penelitian akan
ditunjukan pada Tabel 3.2

Tabel 3.2
Kisi-Kisi Observasi
No. Kesiapan Observasi Ada Tidak Keterangan
1. Petani kopi
2. Pekerja
3. Memanam kopi
4. Menggarap kopi
5. Memetik kopi
6. Menjemur kopi

8
Syofian Siregar Metode Penelitian Kuantitatif dilengkapi perbandingan perhitungan
manual & SPSS (Jakarta : Kencana Prenadmedia Group, 2013) h . 19
63

Tabel 3.2 Lanjutan


7. Penggilingan Kopi
8. Kondisi Perkebunan
kopi
9. Pohon kopi
10. Buah Kopi
11. Tanaman selain kopi
12. Buah selain kopi
13. Saung
14. Tempat tinggal
15. Televise
16. Handphone
17. Telpon Rumah
18. Kendaraan motor
19. Mobil

2. Metode Kuesioner (Angket)

“Metode Kuisioner menurut W.Gulo kuesioner atau angket hanya berbeda


dalam bentuknya. Pada kuisioner, pertanyaan disusun dalam bentuk kalimat
tanya, sedangkan pada angket, pertanyaan disusun dalam kalimat pertanyaan
dengan opsi jawaban yang tersedia.”9perbedaan anatar penelitian yang
menggunakan metode wawancara dengan metode angket yaitu metode
wawancara peneliti datang langsung bertatap muka dan berinterkasi secara
langsung untuk mendapatkan data dari responden, sedangkan metode angket
yaitu untuk mendapatkan data peneliti tidak berhubungan langsung dengan
responden, untuk mendaptkan data tersebut peneliti menggunakan media
perantara. Teknik penelitian ini digunakan penulis untuk mengumpulkan data
yang berhubungan dengan analisis budidaya tanaman kopi terhadap kondisi
sosial ekonomi masyarakat di Kecamatan Subang Kabupaten Kuningan untuk

9
W.Gulo Metodologi Penelitian (Jakarta : PT Grasindo, 2010), h. 122
64

memudahkan pengisian peneliti membuat item pertanyaan dalam bentuk


pilihan ganda (multiple choise questions). Jenis angket yang akan digunakan
bersifat tertutup.

3. Metode Wawancara (Interview)

Wawancara merupakan bentuk interaksi secara langsung anatara orang


yang akan melakukan penelitian (peneliti) dengan orang yang akan menjadi
objek penelitian (responden). Komikasi yang digunakan oleh penelitian yaitu
bersifat verbal dengan melakukan tanya jawab secara langsung agar
mendapatkan dapat yang valid yang sesuai dengan tujuan penelitian.
Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan
wawancara tersetruktur (structured interview) peneliti telah menyiapkan
instrumen berbentuk pertanyaan-pertanyaan dan telah disediakan pilihan
jawaban untuk di jawab oleh responden.10

Adapun pertanyaan yang di ajukan dalam wawancara yaitu mengenai


budidaya kopi yang terdiri dari :

a. Proses budidaya : pembibitan, persemaian, pengelolaan tanah, teknik


penananaman, pemeliharaan
b. Analisis usaha : persiapan lahan, kepemilikan lahan, kebutuhan tenaga
kerja, kebutuhan bahan dan alat
c. Output : volume panen, pemasaran dan harga jual.
d. Pendapatan, Pendidikan, Kepemilikan sarana informasi, komunikasi
dan kendaraan.

10
Sugiono, op.cit, h. 233
65

Kisi-kisi wawancara yang akan ditanyakan dalam penelitian ini ditujukan


pada Tabel 3.3
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Wawancara
No Indikator Sumber

1. Proses budidaya Masyarakat/Petani


2. Ananlisis Usaha Kepala desa
3. Output Pengepul/ Pedagang
4. Pendapatan Pengepul/ Pedagang
5. Pendapatan, Pendidikan, Kepemilikan Masyarakat/Petani
sarana informasi, komunikasi dan
kendaraan
6.. Kepemilikan sarana informasi, Kepala desa
komunikasi dan kendaraan

4. Metode Dokumentasi

Menurut Irwan Sohartono menyatakan bahwa studi dokumentasi


merupakan bentuk pengumpulan data yang tidak langsung ditunjukan kepada
subjek penelitan. Dokumen yang digunakan dalam penelitian bisa di dapat dari
mana saja bukan hanya dari dokumen yang resmi. Betuk dari dokumen yang
dapat dijadikan bahan dokumenter dalam penelitian yaitu berupa buku,
majalah, koran,surat kabar, intansi pemerintahan yang terkait, internet, jurnal
ataupun dari hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya.11

11
Irwan Seohatono, Metode Penelitian Sosial (Bandung : PT.Remaja Rosdakarya, 2008),
h. 70
66

Adapun dokumentasi yang diperlukan dalam penelitian akan ditunujkan


pada Tabel 3.4

Tabel 3.4
Dokumentasi Penelitian
No Dokumentasi yang diperlukan Sumber
1. Data Kecamtan Subang Web dan Narasumber
2. Data wilayah kecamatan subang BPS dan Narasumber
3. Peta wilayah Peta Administrasi kuningan

F. Instrumen Penelitian
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Kuesioner (Angket)

Merupakan bahan pedoman penelitian yang terdiri dari daftar pertanyaan


yang ditunjukan kepada responden untuk di jawab secara tertulis, pengggunaan
12
angket lebih praktis, efektif dan efisien. Adapun kisi-kisi angket yang akan
dibagikan di dalam penelitian ditunjukan pada Tabel 3.5

Tabel 3.5
Kisi-Kisi Instrumen Angket
No Indikator Indikator Sub Indikator No. Soal
Variabel
1. Proses Budidaya a. Lama menjadi 1, 2, 3
petani
Budidaya Kopi

b. Jenis Kopi
c. Asal bibit kopi
Ananlisis Usaha a. Modal 4,5, 6,7
b. Kepemilikan
lahan

12
Faruk Muhamad dan Djaali,op.cit, h. 30
67

c. Luas Lahan
d. Jumlah tenaga
kerja
Output a. Volume panen 8, 9,10
b. harga jual
c. pemasaran
2. a. Pendapatan a. Asal 11,12,13,
Sosial- ekonomi masyarakat

Pendapatan 14,15
b. Jumlah
tanggungan hidup
c. tanggapan
masyarakat
terhadap
pendapatan
d. pendapat setiap
bulan
e. pengeluaran
dalam sebulan
b. Kesehatan a. Kondisi 16,17,18
kesehatan
b. Pergi berobat
d. Antisipasi
menjaga
kesehatan
c. Pendidik a. Pendidikan 19,20,21
formal
b. pendidikan
berkaitan dengan
budidaya
c. kondisi
68

Tabel 3.5Lanjutan

pendidiksn
keluarga
d. tanggapan
masayarakat
terhadap kondisi
pendidikan
keluarga
d. Kepemilikan a. Kepemilikan 22,23,24,
sarana informasi, media elektronik 25
komunikasi dan b. Alat
kendaraan Komunikasi
c. Kendaraan
yang sering
digunakan
d. kendaraan dari
hasil budidaya

2. Pedoman wawancara

Wawancara merupakan bahan acuan yang digunakan untuk melakukan


wawancara terhadap responden dalam penelitian, penggunaaan wawancara
membutuhkan waktu yang cukup lama namun jawaban yang di sampaikan oleh
responden akan lebih jelas dan rinci karena data yang didapatkan berasala dari
sumber utama. Adapun pedoman wawancaraakan ditunjukan pada Tabel 3.6
69

Tabel 3.6
Instrumen Wawancara
No Indikator Pertanyaan
1. Proses penanaman kopi 1. Apakah budidaya kopi
sampai panen dan merupakan usaha tani yang
Sumber data : menjanjikan ?
Masyarakat/Petani 2. Apakah tanaman kopi tumbuh
baik disini ?
3. Berapa ketinggian agar kualitas
kopi yang dihasilkan baik ?
4. Apa saja yang diperlukan ketika
ingin melakukan budidaya kopi
?
5. Proses apa saja yang harus
dilakukan sebelum menanam
kopi ?
6. Bibit kopi yang ditanam
biasanya berasal dari mana ?
7. Pengelolaan untuk merawat kopi
menggunakan pupuk ?
8. Bagaimana cara mengelola
tanah agar kopi tumbuh dengan
baik ?
9. Berapa lama waktu yang
diperlukan dimulai dari
pembibitan sampai panen ?
10. Hasil kopi yang telah dipanen
biasanya dipasarkan kemana
saja ?
11. Apakah ada kendala selama ini
menjadi pengepul kopi ?
70

12. Apakah ada rencana kedepanya


untuk mengembangkan usaha
sendiri ?
2. Kepemilikan lahan, 1. Sudah berapa lama bapak
kebutuhan tenaga kerja dan menjadi kepala desa ?
sarana informasi dan 2. Berapa jumlah penduduk yang
komunikasi masayarakat tinggal disini ?
Sumber data : Kepala Desa 3. Masyarakat yang melakukan
budidaya kopi lulusan dari
sekolah ?
4. Bekerja pada sektor apa saja
penduduk yang tinggal di desa
ini ?
5. Apakah lahan pertanian yang
luas sudah dimanfaatkan dengan
baik oleh warga ?
6. Lahan kopi yang digarap petani
merupakan lahan milik sendiri
atau pemeritah ?
7. Menurut bapak budidaya
tanaman kopi membantu
perekonomian warga atau tidak
?
8. Apakah banyak masayarakat
yang tertarik untuk melakukan
budidaya kopi ?
9. Berapakah kebutuhan tenaga
kerja yang dibutuhkan dalam
budidaya kopi ?
10. Apakah masyarakat sudah diberi
penyuluhan tentang budidaya
71

kopi yang baik dan benar ?


11. Biasanya masyarakat tau proses
budidaya kopi dari mana ?
12. Apakah dengan adanya
budidaya kopi kondisi sosial
ekonomi masyarakat menjadi
lebih baik ?
13. Apakah sarana informasi dan
komunikasi masayarakat di
Desa ini sudah dapat dijangkau
oleh semua masyarakat ?
14. Kedepanya adakan rencana
bapak untuk memberikan
pembekalan mengenai budidaya
kopi kepada masyarakat ?
3. Pemasaran dan pendapatan 1. Sejak kapan bapak/ibu mulai
Sumber data : Pengepul/ menjadi pengepul kopi ?
Pedagang 2. Apa alasan yang membuat
bapak/ibu memilih menjadi
pengepul kopi?
3. Apakah bapak/ibu mempunyai
pekerjaan sampingan lain selain
menjadi pengepul kopi ?
4. Berapakah modal yang
dibutuhkan untuk menjadi
pengepul kopi ?
5. Berapa pengahasilan yang
bapak/ibu dapat dari menjadi
pengepul kopi ?
6. Biasanya bapak/ibu membeli
kopi langsung di kebun atau di
72

datang kerumah orang yang mau


menjual kopi ?
7. Harga 1 kg kopi biasanya bapak
beli dengan harga berapa?
8. Harga 1 kg kopi biasanya bapak
jual dengan harga berapa ?
9. Bapak/ ibu biasanya menjual
kopi yang terkumpul kemana ?
10. Setiap berapa hari sekali
bapak/ibu menjual kopi kepada
pedagang besar/eksportir?
11. Apakah ada kendala selama ini
menjadi pengepul kopi ?
12. Apakah ada rencana kedepanya
untuk mengembangkan usaha
sendiri ?

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data


1. Teknik pengolahan data

Teknik yang dilakukan untuk mengolah data hasil dari penelitian


yang telah dikumupulkan yaitu :

a. Editing merupakan proses pengecekan atau memeriksa kembali data


yang telah dikumpulkan dilapangan, dengan tujuan untuk memeriksa
kesalahan-kesalahan dan kekurangan data yang diperoleh13. Jadi editing
merupakan upaya pengecekan kelengkapan data pertanyaan yang telah
terkumpul dari hasil jawaban instrument angket dan wawancara.

13
Syofian Siregar Metode Penelitian Kuantitatif dilengkapi perbandingan perhitungan
manual & SPSS (Jakarta : Kencana Prenadmedia Group, 2013) h . 86
73

b. Codeting merupakan “pemberian kode pada tiap-tiap data yang


termasuk kategori yang sama”14. kode ini biasanya berbentuk angka
atau huruf untuk membedakan data yang akan dianalisis.
c. Tabulasi data adalah mengelompokan jawaban agar memeperoleh
gambaran kecenderungan jawaban responden dan menetapkan
gambaran frekuensi dalam bentuk tabel.
d. Menghitung frekuensi data yang telah dikumpulkan dilapangan
dihitung frekuensinya
e. Membuat tabel/grafik data yang telah terkumpul disjikan dalam bentuk
tabel atau grafik.
f. data yang telah disajikan dianalisis.
2. Analisis Data

Untuk menganalisis data yang telah terkumpul dalam penelitian ini


selanjutnya yaitu dianalisis dengan menggunakan rumus presentase :

𝒇
𝑷 = 𝑵 x 100

Keterangan :

P = Peresentasi

F = Frekuensi tiap katergori Jawaban

N = Jumlah keseluruhan Responden

100 = Angka Konstan

H. Interpretasi Data
Setelah presentase dihitung, maka langkah selanjutnya peneliti melakukan
interpretasi data. Adapun pedoman interpretasi yang digunakan
dalampenelitian ini menggunakan Kriteria penilaiaj sekor presentase yang akan
ditunjukan pada Tabel 3.7

14
Ibid., h .87
74

Tabel 3.7
Kriteria Penilaian Sekor Presentase
Presentase Kriteria
0% Tidak ada
12%-24% Sebagian kecil
25%-49% Kurang dari setengahnya
50% Setengahnya
51 - 74% Sebagian besar
75 - 99 % Hampir seluruhnya
100% Seluruhnya
Sumber : Ivan Nur Rahmadhian 201215

15
Ivan Nur Rahmadhina “Pengaruh Budidaya Pepaya California Terhadap Kondisi
Sosial ekonomi Petani di Desa Ciwaringin Kecamatan Lamahabang Kabupaten Karawang
Tahun 2012” Skripsi pada sarjana Universitas Pedididkan Indonesia, Bandung, 2012, h. 55,
tidak dipublikasikan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kecamatan Subang

1. Kondisi Fisik
a. Letak dan Luas

Kecamatan Subang merupakan salah satu Kecamatan di


Kabaupaten Kuningan yang terletak dibagian selatan Kabupaten Kuningan
dan berbatasan dengan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah.
Kecamatan Subang terletak pada 7006’11”LS s/d 7009’34”LS dan
108030’40”BT s/d 108033’26”BT, berada pada ketinggian 200-600 diatas
permukaan laut.

Gambar 4.1 Peta Administrasi Kecamatan Subang

Dari peta batas administrasi pada Gambar 4.1, Kecamatan Subang


digambarkan dengan warna kuning, dengan batas wilayah sebagai berikut:

75
76

a) Sebelah utara berbatsan dengan Kecamatan Maleber


b) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Cilebak
c) Sebelah selatan berbatasan dengan Kcematan Rancah Kabupaten Ciamis
d) Sebelah Barat berbatsan dengan Kecamatan Selajambe
Secara administratif, luas wilayah Kecamatan Subang adalah 44,95 km2
atau sekitar 4,02 %dari total luas wilayah Kabupaten Kuningan (± 1.117,95
km2). Kecamatan Subang terbagi menjadi tujuh desa. Ibukota Kecamatan
terletak di Desa Subang. Dilihat dari luas wilayah yang membagi Kecamatan
Subang, Desa Subang merupakan desa paling luas se-Kecamatan Subang yatu
38,46 % dari total luas wilayah Kecamatan Subang. Sedangkan desa terkecil
yaitu Desa Bangunjaya 6,05 % dari total luas keseluruhan Kecamatan Subang.
b. iklim

Curah hujan di Kecamatan Subang selama tahun 2016 rata-rata per bulan
sebesar 8,00 mm dengan curah hujan tertinggi pada bulan Maret yang
mencapai 499,00 mm dengan jumlah harian hujan 26 hari, sedangkan kemarau
pada tahun 2016 jarang terjadi dikarenakan setiap bulan selalu turun hujan.

2. Kondisi Sosial
a. Pemerintah

Pelaksanaan pemerintah di tingkat desa menentukan kemajuan dalam


berbagai bidang di desa tersebut. keberadaan kepala desa serta kerjasama yang
baik antara perangkat-perangkat di dalamnya, ditambah adanya lembaga-
lembaga penunjang tentu sangat mempengaruhi perkembangan pembangunan
yang berjalan di desa.

Kecamatan Subang secara administratif terdiri 7 desa, yang seluruhnya


masuk dalam klasifikasi desa swasembada. Pemerintah desa dipimpin oleh
kepala desa (kuwu) yang didampingi oleh apparat desa diantaranya sekertaris
desa, kepala urusan dan kepala dusun. Selin itu di Kecamatan Subang juga
terdapat Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), BPD dan lembaga-
lembaga lain seperti Karang Taruna dan PKK.
77

b. Kependudukan

Jumlah penduduk di Kecamatan Subang pada Tahun 2016 tercatat


sebanyak 16,465 jiwa terdiri dari 8.059 penduduk laki-laki dan 8.480 penduduk
perempuan. Angka rata-rata kepadatan penduduk Kecamatan Subang sebesar
366 jiwa/km2. Komposisi penduduk didominasi oleh penduduk pada kelompok
usia 10-14 tahun Hal ini menunjukan junlah penduduk di usia Sekolah Dasar
dan Sekolah Menengah Pertama cukup tinggi di Kecamatan Subang.

Di Kecamatan Subang, jumlah penduduk laki-laki lebih kecil


dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan. Hal ini dapat dilihat dari
angka sex ratio kecamatan yaitu sebesar 98.17 Angka tersebut menunjukan
bahwa untuk setiap 100 penduduk perempuan terdapat 98 penduduk laki-laki.

c. Pendidikan
Jumlah fasilitas pendidikan yang ada di Kecamatan Subang saat ini
terdiri dari 11 Pendidikan Usia dini (PAUD), 5 taman kanak-kanak (TK), 16
Sekolah Dasar Negri, 8 Madrasah Ibtidaiyah, 3 Sekolah Menengah Pertama, 1
Madrasah Tsanawiyah, 1 Sekolah Menengah Atas dan 1 Madrasah Aliayah.
Usia sekolah yang cukup tinggi perlu diperhatikan atau kecukupan sara
pendidikan ini terutama untuk tingkat SLTP dan SMA.

d. Kesehatan dan Keluarga Berencana


Dalam upaya menciptakan penduduk yang berkualitas, maka perlu juga
diperhatikan kualitas kesehatan penduduknya. Keberadaan fasilitas kesehatan
ditambah pelayanan kesehatan yang baik merupakan salah satu usaha untuk
dapat mewujudkan hal tersebut. upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas
kesehatan masyarakat di Kecamatan Subang diantaranya melalui keberadaan
fasilitas kesehatan yang terdiri dari satu unit puskesmas dan juga terdapat
posyandu dan poskesde di tiap-tiap desa. Selian itu juga terdapat beberapa
tempat praktek tenaga kesehatan (dokter, bidan dan dukun bayi).
78

e. Agama

Penduduk di Kecamatan Subang sebagian besar beragama Islam. Di setiap


desa terdapat fasilitas peribadatan berupa masjid, musholla dan langgar/surau.
Terutama untuk fasilitas berupa langgar/surau dapat dipastikan berjumlah lebih
dari satu setiap desa. Masyarakat yang terlihat agamis ini terlihat dari adanya
pelaksanaan berbagai kegiatan keagamaan yang dilakukan secara rutin.

f. Pertanian

Pertanian tanaman pangan merupakan jenis tanaman yang paling banyak


diusahakan di Kecamatan Subang khususnya tanaman padi sawah. Secara rata-
rata lahan sawah digunakan untuk menanam padi dengan frekuensi tanaman
hanya 1-2 kali dalam setahun untuk selanjutnya ditanami jenis tanaman lain
seperti kacang tanah, kedelai atau ubi kayu. Namun tidak jarang juga lahan
tidak ditanami karena kurangnya kecukupan air untuk mengairi lahan. Tahun
2016 tercatat padi sawah di Kecamatan Subang sebesar 16.313 ton, kedelai 52
ton, kacang tanah 101 ton dan ubu kayu 1.723 Ton.

3. Saran Perekonomian
Ketersedian berbagai macam fasilitas penunjang di tingkat Kecamatan
dapat memebrikan kemudahan bagi masyarakat dalam melaksanakan segala
macam kegiatan termasuk kegiatan perekonomian. Di kecamatan Subang
tersedia pasar tradisional. Selain itu, keberadaan fasilitas perekonomian berupa
warung dan toko tersebar di tiap-tiap desa bahkan hingga tingkat RT dan RW.
Tersedianya pasar sangat membantu warga karena lokasi kecamatan yang
tergolong jauh dari daerah perkotaan. Selain itu juga lembaga keuangan seperti
Bank Umum dan lembaga keuangan Non KUD. Hal ini menunjukan sudah
cukup baiknya ketersediaan fasilitas perekonomian di Kecamatan Subang.

B. Deskripsi Data
Di dalam penelitian ini yang berjudul “Pengaruh Budidaya Tanaman Kopi
Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kecamatan Subang
Kabupaten Kuningan” digunakan parameter dalam mengukur variabel kondisi
79

sisial ekonomi adalah pendapatan, tingkat kesehatan, pendidikan dan


kepemilikan sarana informasi, komunikasi dan kendaraan. Sedangkan variabel
yang digunakan untuk mengukur budidaya tanaman kopi adalah proses
budidaya, analisis usaha, dan output.

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Subang Kabupaten Kuningan.


Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yang penulis gunakan
adalah menggunakan, dokumentasi kuesioner (angket), dan wawancara. Agar
memperoleh data yang diinginkan.

1) Budidaya Tanaman Kopi

a) Proses Budidaya

Proses di dalam budidaya tanaman kopi meliputi tiga proses yaitu:


lama menjadi petani, jenis kopi yang banyak ditanaman, dan asal bibit
kopi yang digunakan dalam budidaya tanaman kopi. Adapun lama
menjadi petani ditunjukan pada Tabel 4.1
Tabel 4.1
Lama Menjadi Petani
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Item (%)
1. Lebih dari 10 tahun 12 60, 00
7 – 9,9 tahun 6 30,00 %
4 – 6,9 tahun 2 10, 00 %
1 – 3,9 tahun 0 0,00 %
Kurang dari 1 tahun 0 0,00 %
Jumlah 20 100
Sumber : Data Hasil Penelitian 2017

Dari Tabel 4.1, sebagian besar responden yaitu sebesar 60,00 %


atau ditafsirkan sejumlah 12 responden menjawab sudah menjadi petani
kopi lebih dari 10 tahun, kurang dari setengahnya dengan presentase
30,00 % atau ditafsirkan sejumlah 6 orang menjawab 7-9,9 tahun,
sebagian kecil dengan presentase 10,00 % yang ditafsirkan sejunlah 2
menjawab 4-6,9 tahun.
80

Jadi dapat disimpulkan bahwan sebagian besar dari responden


menjawab sudah melakukan budidaya tanaman kopi lebih dari 10 tahun
dengan presentasi 60,0% yang ditafsirkan sejumlah 12 responden.
Selain itu juga di dukung dengan hasil wawancara dari pengepul atau
pedagang yang menyebutkan “bahwa sudah menjadi pengepul kopi
selama 11 tahun terhitung dari tahun 2000”1. Selanjutnya yaitu jenis
kopi ditunjukan pada Tabel 4.2

Tabel 4.2
Jenis Kopi
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Item (%)
2. Robusta 20 100,00 %
Jawa 0 0,00 %
Luwak 0 0,00 %
Gayo 0 0,00 %
Arabika 0 0,00 %
Jumlah 20 100
Sumber : Data Hasil Penelitian 2017

Dari tabel 4.2, dapat disimpulkan bahwa seluruh responden


menjawab “Robusta” yaitu dengan presentase 100,00 % atau sejumlah
20 responden. Hal ini dapat ditafsirkan bahwa seluruh responden
menjawab jenis kopi yang banyak di budiayakan adalah kopi Robusta,
hal ini dikarenakan di daerah penelitian ketinggian tempatnya berada
pada 200-800 MDPL. Hal tersebut juga di dukung dengan hasil
wawancara petani kopi yang menyebutkan bahwa kopi yang banyak
ditanam adalah kopi robusta dikarenakan:

“Ketinggian tempat yang dijadikan penelitian berada pada 500-800


MDPL dengan bentuk tofografi atau permukaan bumi yang berupa
perbukitan dan pegunungan, selain itu jenis kopi robusta dapat
tumbuh dengan baik di daerah yang memiliki jumlah bulan kering
dan basah 3-4 bulan berturut-turut dalam setahun di Kecamatan

1
Hasil wawancara dengan pengepul/pedagang kopi, Subang 23 September 2017
81

subag curah hijan rata-rata 17 hari per bulan, sehingga jenis kopi
robusta dapat tumbuh dengan baik di daerah tersebut.”2 Hasil
observasi akan digambarkan pada Gambar 4.2

Buah kopi berwarna hijau Buah kopi berwarna hijau

Buah kopi berwarna merah Buah kopi berwarna merah

Sumber: Gambar hasil observasi penelitian 2017


Gambar 4.2 Buah Kopi
Sementara hasil observasi yang dilakukan penilitian, yang
digambrkan pada Gambar 4.4 didapatkan bahwa buah kopi yang
ditemui sisa dari hasil panen ada yang masih berwarna hijau namun
ada juga kopi yang telah berwarna merah dan siap untuk dipanen.
Selanjutnya yaitu asal bibit kopi ditunjukan pada Tabel 4.3

2
Hasil wawancara petani kopi, Subang 22 September 2017
82

Tabel 4.3
Asal Bibit Kopi
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Item (%)
3. Menyemai 18 90, 00 %
Menyetek 1 5, 00 %
Membeli dari took 0 0,00 %
Tumbuh Sendiri 0 0,00 %
Mencangkok 1 5, 00 %
Jumlah 20 100
Sumber : Data Hasil Penelitian 2017

Dari tabel 4.3, hampir seluruh yaitu 90,00% atau yang ditafsirkan
sejumlah 18 responden menjawab asal bibit kopi yang digunakan dalam
budidaya tanaman kopi dari menyemai, sebagian kecil yaitu 5,00 %
atau yang ditafsirkan sejumlah 1 responden menjawab menyetek, dan
sebagian kecil yaitu 5,00 % atau yang ditafsirkan sejumlah 1 responden
menjawab mencangkok.

Jadi dapat disimpulkan hampir seluruh yaitu 90,00 % atau


ditafsirkan sejumlah 18 responden menjawab asal bibit kopi yang
digunakan dalam budidaya tanaman kopi dari hasil menyemai.

Sementara hasil wawancara petani kopi “proses yang harus


dilakukan sebelum menanam kopi yaitu menyemai biji kopi, melakukan
pembersihan rumput dan hama kemudian tanah harus dibuat teras-teras
dan dibuat lobang-lobang untuk nantinya ditanami pohon kopi.”3

b) Analisis Usaha
Analisis usaha dalam budidaya tanaman kopi di dalam penelitian
ini terdiri dari modal yang diperlukan dalam budidaya tanaman kopi,
kepemilikan lahan yang digunakan, luas lahan yang digunakan dalam
usaha budidaya tanaman kopi, dan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan
dalam melakukan budidaya tanaman kopi. Adapun selanjutnya yaitu
modal ditunjukan pada Tabel 4.4
3
Hasil wawancara petani kopi, Subang 22 September 2017
83

Tabel 4.4
Modal
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Item (%)
4. 7.100.000 – 10.000.000 2 10,00 %
5.100.000 – 7.000.000 8 40,00 %
2.600.000 – 5.000.000 8 40,00 %
1.100.000 – 2.500.000 2 10,00 %
Dibawah 1.000.000 0 0,00 %
Jumlah 20 100
Sumber : Data Hasil Penelitian 2017

Dari tabel 4.4, kurang dari setengahnya responden yaitu sebesar


40,00% atau yang ditafsirkan sejumlah 8 responden menjawab Rp.
5.100.000-7.000.000 dan Rp. 2.600.000-5.000.000 membutuhkan modal
di dalam melakukan budaya tanaman kopi setiap tahnu/hektar, sedangkan
sebagian kecil lainya sebesar 10,00% atau dapat ditafsirkan sejumlah 2
orang menjawab Rp. 7.100.000-10.000.00 dan Rp. 1.100.000-2.500.000.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kurang dari setengahnya responden


menjawab membutuhkan modal di dalam melakukan budidaya tanaman
kopi setiap tahun/hektar sebesar Rp. 2.600.000-7.000.000 dengan nilai
presentase 40,00% atau ditafsirkan sejumlah 8 responden. Hasil
wawancara petani kopi menyebutkan modal yang diperlukan dalam
budiaya tanaman kopi dimulai dari:

“Seperti hasil wawancara petani kopi memerlukan modal Rp.


10.000.000-20.000.000 banyak modal tergantung pada luas lahan
yang digunakan untuk budidaya tanaman kopi, apabila lahanya luas
maka kebutuhan akan tenaga kerjanya juga banyak , selain itu
pemeliharaan dan pemupukan kopi membutuhkukan modal setiap
tahunya. Pupuk yang biasanya digunakan untuk budidaya tanaman
84

kopi berasal dari pupuk organik dan anorganik selain pupuk untuk
pemeliharaan kopi juga dilakukan penyeprotan hama.”4

“Sementara hasil wawancara pengepul/pedagang kopi Untuk modal


yang dibutuhkan untuk menjadi pengepul kopi diperlukan kurang
lebih Rp. 100.000.000. Sementara keuntungan yang diperoleh. dari
menjadi pengepul kopi tergantung pada hasil panen, apabila hasil
panennya bagus maka bisa memperoleh keuntungan sampai Rp.
50.000.000.”5Selanjutnya yaitu kepemilikan lahan ditunjukan pada
Tabel 4.5

Tabel 4.5
Kepemilikan Lahan
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Item (%)
5. Sendiri 18 90,00 %
Pemilik Lahan 0 0,00 %
Pengepul 0 0, 00 %
Perusahaan 0 0,00 %
Pemerintah 2 10, 00 %
Jumlah 20 100
Sumber : Data Hasil Penelitian 2017

Dari tabel 4.5, hampir seluruhnya yaitu 90,00% atau ditafsirkan


sejumlah 18 responden menjawab sendiri, sedangkan sebagian kecil yaitu
10,00 % atau ditafsirkan sejumlah 2 responden menjawab lahan yang
digunakan untuk budidaya tanaman kopi merupakan milik pemerintah.

Jadi dapat disimpulkan hampir seluruh yaitu 90,00% atau yang


ditafsirkan sejumlah 18 responden menjawab lahan yang digunakan
untuk budidaya tanaman kopi merupakan milik sendiri. Sementara hasil
wawancara kepala desa Situgede menyebutkan “Sekitar 75 % lahan
pertanian sudah dimanfaatkan oleh masyarakat dengan baik. Lahan yang
digunakan masayarakat untuk budidaya tanaman kopi milik sendiri tetapi

4
Hasil wawancara petani kopi, Subang 22 September 2017
5
Hasil wawancara dengan pengepul/pedagang kopi, Subang 23 September 2017
85

ada juga sebagian kecil milik perhutani atau pemerintah”6 Selanjutnya


yaitu luas lahan ditunjukan pada Tabel 4.6

Tabel 4.6
Luas Lahan
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Item (%)
6. Dibawah 2 hektar 19 95,00 %
2,5 hektar – 5 hektar 1 5, 00 %
5,5 hektar – 7 hektar 0 0,00 %
7,5 hektar – 10 hektar 0 0,00 %
Diatas 10 hektar 0 0,00 %
Jumlah 20 100
Sumber : Data Hasil Penelitian 2017

Dari tabel 4.6 , hampir seluruh yaitu 95,00 % atau yang


ditafsirkan sejumlah 19 responden menjawab dibawah 2 hektar, sebagian
kecil yaitu 5,00 % atau yang ditafsirkan sejumlah 1 responden menjawab
luas lahan yang digunakan dalam usaha budidaya tanaman kopi sebesar
2,5 hektar-5 hektar.

Jadi dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh yaitu 95,00 % atau


yang ditafsirkan sejumlah 19 responden menjawab luas lahan yang
digunakan dalam usaha budidaya tanaman kopi dibawah 2 hektar.
Selanjutnya yaitu jumlah tenaga kerja ditunjukan pada Tabel 4.7

Tabel 4.7
Jumlah Tenaga Kerja
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Item (%)
7. 7-10 orang 13 75,00 %
5-7 orang 7 25,00 %
3-5 orang 0 0,00 %
1-3 orang 0 0,00 %
Tidak ada 0 0,00 %
Jumlah 20 100
Sumber : Data Hasil Penelitian 2017

6
Hasil wawancara kepala Desa Situgede, Subang 23 September 2017
86

Dari tabel 4.7, hampir seluruh yaitu 75,00 % atau yang ditafsirkan
sejumlah 13 responden menjawab 7-10 orang, kurang dari setengahnya
yaitu 25,00 % atau yang ditafsirkan sejumlah 7 responden menjawab 5-7
orang tenaga kerja yang dibutuhkan dalam budidaya tanaman kopi
/hektar.

Jadi dapat disimpulkan bahwa hampir seluruhnya yaitu 75,00%


atau yang ditafsirkan sejumlah 13 responden menjawab membutuhkan
tenaga kerja dalam melakukan budidaya tanaman kopi /hektar sebanyak
7-10 orang. hal tersebut dikarenakan tergantung dari luas lahan yang
digunakan oleh petani dalam budidaya tanaman kopi semakiin luas lahan
makan tenaga kerja yang dibutuhkan juga akan banyak, selain itu apabila
pemelihraan kopi dari mulai melakukan penyiangan setelah panen
sampai nanti pemetikan kopi ingin cepat selesai memebutuhkan tenaga
kerja yang banyak.

c) Output
Output yang dihasilkan dari budidaya tanaman kopi dalam
penelitian ini terdiri dari berapa kali volume panen/hektar, harga jual atau
keutungan yang diperoleh dari budidaya tanaman kopi/hektar, dan
pemasaran dari hasil budidaya tanaman kopi. Adapun selanjutnya yaitu
volume panen ditunjukan pada Tabel 4.8

Tabel 4. 8
Volume Panen
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Item (%)
8. Tidak tentu 1 5, 00 %
6 bulan sekali 0 0, 00 %
1 tahun sekali 19 95,00 %
1,5 tahun sekali 0 0,00 %
2 tahun sekali 0 0, 00 %
Jumlah 20 100
Sumber : Data Hasil Penelitian 2017
87

Dari tabel 4.8, hampir seluruh yaitu 95,00 % atau yang dapat
ditafsirkan sejumlah 19 responden menjawab 1 tahun sekali, sebagian
kecil yaitu 5,00 % atau yang ditafsirkan sejumlah 1 orang menjawab
volume panen tanaman kopi/hektar tidak tentu.

Jadi dapat disimpulkan bahwa hapir seluruh yaitu 95,00 % atau


yang dapat ditafsirkan sejumlah 19 responden menjawab volume panen
tanaman kopi/hektar sebanyak 1 tahun sekali.

“Menurut hasil wawancara petani waktu yang dibutuhkan dari


mulai pembibitan sampai panen yaitu kurang lebih 3-4 tahun untuk
panen awal tahun pertama kopi sudah siap untuk dipanen, selain itu
cepat atau lambatnya penen kopi juga disebabkan oleh penngaruh
cuaca dan iklim apabila cuaca dan iklim bagus maka kemungkinan
berhasilnya panen kopi sangat tinggi.”7 Adapun selanjutnya yaitu
harga jual ditunjukan pada Tabel 4.9

Tabel 4. 9
Harga Jual
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Item (%)
21.000.000 - 30.000.000 3 15,00 %
9. 11.000.000 - 20.000.000 5 25,00 %
5.500.000 – 10.000.000 6 30,00 %
1.500.000 – 5.000.000 6 30,00 %
Dibawah 1.000.000 0 0%
Jumlah 20 100
Sumber : Data Hasil Penelitian 2017

Dari tabel 4.9, kurang dari setengahnya yaitu 30,00 % atau dapat
ditafsirkan sejumlah 6 responden menjawab harga jual atau keuntungan
yang diperoleh dari hasil budidaya tanaman kopi/hektar sebesar Rp.
5.500.000 – 10.000.000 dan Rp. 1.500.000 – 5.000.000, kurang dari
setengahnya yaitu 25,00 % yang ditafsirkan sejumlah 5 responden
menjawab Rp. 11.000.000 - 20.000.000, sedangkan sebagian kecil yang

7
Hasil wawancara petani kopi, Subang 23 September 2017
88

ditafsirkan sejumlah 3 orang responden menjawab Rp. 21.000.000 -


30.000.000.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kurang dari setengahnya responden


menjawab bahwa harga jual atau keuntungan yang diperoleh dari hasil
budidaya tanaman kopi/hektar sebesar Rp. 1.500.000 - 10.000.000, yaitu
dengan presentase sebesar 30,00 % atau ditafsirkan sejumlah 6
responden. Hasil wawancara pengepul/pedagang kopi menyebutkan:
“Harga beli dan harga jual kembali 1 kg kopi untuk tahun ini harga 1 kg
Rp. 22. 500 dari petani ke pengepul. Semetara untuk harga jual kopi dari
pengepul kepada pedagang besar yaitu sebesar Rp. 24.000.”8

“Sementara itu hasil wawancara petani kopi dari hasil panen kopi
yang didapat setaip satu kali panen petani ada yang mendapatkan 5
ton/ 1 hektar sedangkan apabila diuangkan dari bebearapa pendapat
petani bisa mendapatkan keuntungan sekitar Rp.1.000.000-
20.000.000.”9 Selanjutnya yaitu pemasaran ditunjukan pada Tabel
4.10

Tabel 4. 10
Pemasaran
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Item (%)
10.Dikelola sendiri 0 0,00 %
Pengepul/pedagang 20 100,00 %
Koperasi KUD 0 0,00 %
Perkebunan swasta 0 0,00 %
Eksportir 0 0,00 %
Jumlah 20 100
Sumber : Data Hasil Penelitian 2017

Dari tabel 4.10, dapat disimpulkan bahwa seluruh responden


menjawab pengepul/pedagangan yaitu dengan presentase 100 % atau
sejumlah 20 responden. Hal ini dapat ditafsirkan bahwa seluruh

8
Hasil wawancara dengan pengepul/pedagang kopi, Subang 23 September 2017
9
Hasil wawancara petani kopi, Subang 23 September 2017
89

responden biasanya menjual biji kopi yang telah dipanen kepada


pengepul/pedagang. Hasil wawancara petani kopi meyebutkan “kopi
yang telah dipanen biasanya dijual ke pengepul atau pedagang belum
sampai ke eskportir”10

“Sementara hasil wawancara pedagang/pengepul kopi


menyebutkan Untuk pembelian kopi biasanya orang yang akan
menjual kopi atau peatni datang langsung ke rumah pengepul atau
pedagang, Untuk pemasaran kopi dan volume pemasaranya kopi
yang telah terkumpul dijual kepada eksportir atau pedang besar
yang ada di Kabupaten setaip 6- 7 hari sekali.”11

2) Kondisi Sosial Ekonomi

a) Pendapatan
Pendapatan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu :
pendapatan yang diperoleh selain dari budidaya tanaman kopi, dari
pendapatan tersebut mampu mencukupi jumlah tanggungan hidup
keluarga, jumlah pendapatan setiap bulan, dan jumlah pengeluaran
setiap bulan. Adapun selanjutnya yaitu asal pendapatan ditunjukan
pada Tabel 4.11

Tabel 4. 11
Asal Pendapatan
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Item (%)
11. Pertanian 16 80,00 %
Perdagangan 1 5,00 %
Jasa 3 15,00 %
Perbankan 0 0,00 %
Bangunan 0 0,00 %
Jumlah 20 100
Sumber : Data Hasil Penelitian 2017

10
Hasil wawancara petani kopi, Subang 22 September 2017
11
Hasil wawancara dengan pengepul/pedagang kopi, Subang 23 September 2017
90

Dari tabel 4.11, hampir seluruh responden atau 80,00 % yang


dapat ditafsirkan sejumlah 18 orang responden menjawab pertanian,
sebagian kecil atau 15,00 % yang ditafsirkan sejumlah 3 dan 1orang
responden menjawab sektor jasa dan perdagangan sebagai sumber
pendapatan yang diperoleh selain dari menjadi petani kopi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh responden atau


80,00 % yang dapat ditafsirkan sejumlah 18 orang responden
menjawab sektor pertanian sebagai sumber pendapatan selain dari
menjadi petani kopi. Hal ini disebabkan karena sebagian besar
masayarakat yang tinggal di daerah penelitian bekerja pada sektor
pertanian atau menggarap sawah.

“Hasil wawancara kepala Desa Masayarakat yang tinggal di


Desa Situgede bekerja pada sektor pertanian khususnya
pertanian padi, perkebenunan sepertihalnya perkebunan umbi-
umbian dan kacang-kacangan, sementara ada juga menjadi
peternak.”12

Selain dari sektor pertanian kopi, petani kopi juga memperoleh


pendapatn dari sektor lain yaitu dari hasil menanam tanaman selain
kopi dan buah selain kopi. Tanaman selain kopi ini adalah tanaman
albasia dan kapulaga Hasil observasi akan digambarkan pada Gambar
4.3

12
Hasil wawancara kepala Desa Situgede, Subang 23 September 2017
91

Tanaman albasia Tanaman albasia

Tanaman kapulaga Tanaman kapulaga

Sumber: Gambar hasil observasi penelitian 2017


Gambar 4.3 Tanaman Selain Kopi
Dari hasil observasi yang dilakukan, didapatkan bahwa area
perkebunan kopi selain ditanami kopi ada juga tanaman lain yaitu
tanaman albasia dan kapulaga, tanaman tersebut merupakan salah satu
sumber untuk petani medapatkan penghasilan selain dari kopi. Buah
selain kopi ini adalah buah pisang dan papaya Hasil observasi akan
digambarkan pada Gambar 4.4

Pohon pisang

Pohon Pepaya Pohon pisang


Sumber: Gambar hasil observasi penelitian 2017
Gambar 4.4 Buah Selain Kopi
92

Dari hasil observasi yang dilakukan, didapatkan bahwa di area


perekebunan kopi banyak tumbuh buah-buahan seperti halnya buah
pisang, papaya ada juga buah sukun yang dapat dinikmati atau
dimakan oleh petani. Selanjutnya yaitu jumlah tanggungan hidup
ditunjukan pada Tabel 4.12

Tabel 4. 12
Jumlah Tanggungan Hidup
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Item (%)
12. Lebih dari 4 orang 5 25,00 %
4 orang 0 0,00 %
3 orang 8 40,00 %
2 orang 4 20,00 %
1 orang 3 15,00 %
Jumlah 20 100
Sumber : Data Hasil Penelitian 2017

Dari tabel 4.12, kurang dari setengah responden yaitu sebesar


40,00% dan 25,00 % atau ditafsirkan sejumlah 8 dan 5 orang
responden menjawab 3 orang dan lebih dari 4 orang, sedangkan
sebagian kecil responden yaitu sebesar 20,00 % dan 15,00 % atau
ditafsirkan sejumlah 4 dan 3 responden menanggung jumlah
tanggungan hidup sebanyak 2 dan 3 orang.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kurang dari setengah yaitu 40,00


% atau yang ditafsirkan sejumlah 8 orang responden menjawab
jumlah tanggungan hidup yang harus ditanggung adalah sebanyak 3
orang. Selanjutnya yaitu ta tanggapan terhadap pendapat ditunjukan
pada Tabel 4.13
93

Tabel 4. 13
Tanggapan Terhadap Pendapatan
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Item (%)
13. Sangat mencukupi 1 5,00 %
Mencukupi 18 90,00 %
Kurang mencukupi 1 5,00 %
Tidak mencukupi 0 0,00 %
Sangat tidak mencukupi 0 0,00 %
Jumlah 20 100
Sumber : Data Hasil Penelitian 2017

Dari tabel 4.13, hampir seluruh responden yaitu sebesar 90,00 %


atau ditafsirkan sejumlah 18 orang responden menjawab mencukupi,
sebagian kecil atau 5,00 % yang ditafsirkan sejumlah 1 responden
menjawab sangat mencukupi dan kurang mencukupi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh responden


menjawab mengenai tanggapan kecukupan penghasilan sesudah
menjadi petani mencukupi yaitu dengan presentase 90,00 % atau
ditafsirkan sejumlah 18 responden.

“Hasil wawancara kepala Desa Tanggapan mengenai kecukupan


ekeonomi masayarakat dari hasil budidaya tanaman kopi sangat
membatu perekonomian, contohnya meningkatkan ekonomi,
bisa membantu biaya anak sekolah, bisa juga membantu
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.”13 Selanjutnya yaitu
pendapatan setiap bulan ditunjukan pada Tabel 4.14

13
Hasil wawancara kepala Desa Situgede, Subang 23 September 2017
94

Tabel 4. 14
Pendapatan setiap bulan
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Item (%)
14. Dibawah 1.000.000 9 45,00 %
1.500.000 - 2.000.000 6 30,00 %
2.500.000 - 3.000.000 4 20,00 %
3.500.000 – 4.000.000 0 0,00 %
Lebih dari 4.000.000 1 5,00 %
Jumlah 20 100
Sumber : Data Hasil Penelitian 2017

Dari tabel 4.14, kurang dari setengahnya responden menjawab


Rp. 1.500.000 - 2.000.000 dan dibawah Rp. 1.000.00 yaitu sebesar
45,00 % dan 30,00 % atau sejumlah 9 dan 6 responden, dan sebagian
kecil menjawab Rp. 2.500.000 - 3.000.000 dan lebih dari Rp.
4.000.000 yaitu sebesar 20,00 % dan 5,00 % atau sejumlah 4 dan 1
responden.

Jadi dapat disimpulkan kurang dari setengahnya responden


menjawab bahwa pendapatan yang diperoleh setiap bulannya
Dibawah Rp.1.000.000 – Rp. 2.000.000, yaitu dengan presentase
sebesar 45,00 % atau ditafsirkan dengan jumlah 6-9 responden.
Selanjutnya yaitu pengeluaran dalam sebulan ditunjukan pada Tabel
4.15

Tabel 4. 15
Pengeluaran dalam sebulan
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Item (%)
15. Diatas 1.000.000 9 45,00 %
750.000 - 1.000.000 8 40,00 %
500.000 – 750.000 2 10,00 %
250.000 – 500.000 1 5,00 %
Kurang dari 250.000 0 0,00 %
Jumlah 20 100
Sumber : Data Hasil Penelitian 2017
95

Dari tabel 4.15, kurang dari setengahnya, responden mejawab


Diatas Rp. 1.000.000 dan Rp. 750.000 - 1.000.000 yaitu sebesar 45,00
% dan 40,00 % atau sejumlah 9 dan 8 responden, sebagian kecil
Rp. 500.000 – 750.000 dan Rp. 250.000 – 500.000 sebesar 10,00 %
dan 5,00 % dengan jumlah responden 2 dan 1.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kurang dari setengahnya


responden menjawab bahwa pengeluran rata-rata setiap bulanya Rp.
750.000 - diatas Rp.1.000.000, yaitu dengan presentase sebesar 45,00
% atau ditafsirkan sejumlah 9 responden.

b) Tingkat Kesehatan
Tingkat kesehatan masyarakat yang diukur dalam penelitian ini
meliputi kondisi kesehatan masyarakat, kemampuan untuk berobat
ketika sakit, dan antisipasi dalam menjaga kesehatan. Adapun
selanjutnya yaitu kondisi kesehatan masyarakat ditunjukan pada Tabel
4.16

Tabel 4. 16
Kondisi Kesehatan
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Item (%)
16. Sangat Baik 1 5,00 %
Baik 19 95,00%
Kurang Baik 0 0,00 %
Tidak Baik 0 0,00 %
Sangat Tidak Baik 0 0,00 %
Jumlah 20 100
Sumber : Data Hasil Penelitian 2017

Dari Tabel 4.16, hampir seluruhnya responden atau 95,00 %


yang ditafsirkan sejumlah 19 responden menjawab baik, dan sebagian
kecil dari hampir seluruhnya responden menjawab sangat baik.

Jadi dapat disimpulkan hampir seluruhnya responden menjawab


bahwa kondisi kesehatan responden setelah menjadi petani kopi baik,
96

yaitu dengan nilai presentase sebesar 95,00 % atau yang ditafsirkan


sejumlah 19 responden. Selanjutnya yaitu pergi berobat ketika sakit
ditunjukan pada Tabel 4.17

Tabel 4. 17
Pergi Berobat
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Item (%)
17. Dokter 2 10,00 %
Mantri 14 70,00 %
Bidan 4 20,00 %
Perawat 0 0,00 %
Dukun Bayi 0 0,00 %
Jumlah 20 100
Sumber : Data Hasil Penelitian 2017

Dari Tabel 4.17, sebagian besar responden atau 70,00 % yang


ditafsirkan sejumlah 14 responden menjawab mantra, dan sebagian
kecil atau sebesar 20,00 % dan 10,00 % responden menjawab bidan
dan dokter yang ditafsirkan sejumlah sejumlah 4 dan 2 responden.

Jadi dapat disimpulkan sebagian besar responden menjawab


bahwa apabila responden jatuh sakit pergi berobat ke mantri yaitu
dengan nilai presentase 70,00 % atau ditafsirkan sejumlah 14
responden. Selanjutnya yaitu antisipasi kesehatan masayarakat
ditunjukan pada Tabel 4.18

Tabel 4. 18
Antisipasi Kesehatan
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Item (%)
18. Daftar menjadi anggota 6 30,00 %
BPJS
Daftar menjadi anggota 2 10,00 %
suatu asuransi
Menabung sendiri 10 50,00 %
Menjadi anggota 2 10,00 %
perkumpulan petani
97

Tidak ada antisipasi 0 0,00 %


Jumlah 20 100
Sumber : Data Hasil Penelitian 2017

Dari Tabel 4.18, setengahnya dari responden yaitu 50,00 % atau


yang ditafsirkan sejumlah 10 orang responden menjawab menabung
sendiri , kurang dari setengahnya yaitu 30,00 % atau ditafsirkan
sejumlah 6 responden menjawab daftar menjadi anggota BPJS, dan
sebagian kecil yaitu sebesar 10,00 % dan 10,00 % atau masing-
masing 2 responden menjawab daftar menjadi anggota suatu asuransi
dan menjadi anggota perkumpulan petani.

Jadi dapat disimpukan setengahnya yaitu 50,00 % atau yang


ditafsirkan sejumlah 10 responden menjawab antispasi kedepan dalam
menjaga kesehatan dengan menabung sendiri.

c) Pendidikan
Pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu pendidikan
formal terakhir yang ditempuh oleh petani kopi, mengikuti pendidikan
yang berkaitan dengan budidaya tanaman kopi, dan kondisi
pendidikan keluarga setelah menjadi petani. Adapun selanjutnya
pendidikan formal yang ditempuh responden terlihat pada Tabel 4.19

Tabel 4. 19
Pendidikan Formal
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Item (%)
19. Perguruan Tinggi 1 5,00 %
SMA/SMK/MA 5 25,00 %
SMP/MTS 4 20,00 %
SD/MI 10 50,00 %
Tidak Sekolah 0 0,00 %
Jumlah 20 100
Sumber : Data Hasil Penelitian 2017
98

Dari Tabel 4.19, setengah dari responden yaitu 50,00 % atau


ditfsirkan sejumlah 10 responden menjawab SD/MI, kurang dari
setengahnya yaitu 25,00 % atau yang ditafsirkan sejumlah 5
responden menjawab SMA/SMK/MA, dan sebagian kecil yaitu
sebesar 20,00 % dan 5 % atau sejumlah 4 responden dan 1 responden
menjawab SMP/MTS dan Perguruan Tinggi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa setengah dari responden yaitu


50,00 % atau yang ditafsirkan sejumlah 10 orang responden menepuh
pendidikan formal terakhir sampai SD/MI.“Hasil wawancara kepala
Desa menyatakan bahwa masayarakat yang menjadi petani kopi ada
yang lulusan Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah
Meningkat Atas.”14 Selanjutnya yaitu pendidikan yang berkaitan
dengan budidaya pada Tabel 4.20

Tabel 4. 20
Pendidikan Berkaitan dengan Budidaya
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Item (%)
20. 1 kali 9 45,00%
2-4 kali 11 55,00%
5-7 kali 0 0,00 %
8-10 kali 0 0,00 %
˃ 11 kali 0 0,00 %
Jumlah 20 100
Sumber : Data Hasil Penelitian 2017

Dari Tabel 4.20, sebagian besar, responden menjawab pernah


mengikuti pendidikan yang berkaitan dengan budidaya kopi sebanyak
2-4 kali yaitu dengan presentase sebesar 55,00 % atau sejumlah 11
responden, kurang dari setengahnya mengikuti pedidikan yang
berkaitan dengan budidaya sebanyak 1 kali yaitu dengan presntase
sebesar 45,00 % atu sejumlah 9 responden.

14
Hasil wawancara kepala Desa Situgede, Subang 23 September 2017
99

Jadi dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden pernah


mengikuti pendidikan yang berkaitan dengan budidaya tanaman kopi
sebanyak 2-4 kali dengan jumlah 11 responden atau presentase
sebesar 55,00 %. Selanjutnya kondisi pendidikan keluarga terlihat
pada tabel 4.21

“Wawancara kepala Desa Masayarakat sudah mendapatkan


pembakalan mengenai budiadaya tanaman kopi namun
penyuluhan belum maksimal. Masayarakat mengetahui proeses
budidaya tanaman kopi pada awalnya masayarakat hanya ikut-
ikutan dari orang luar daerah, namun untuk sekarang sudah
mulai diinstruksikan oleh pemerintah bahkan dianjurkan dan
harus ditingkatkan lagi budiaya tanaman kopi. Masayarakat
sekarang sudah mulai ada dari dinas pertanian yang datang
untuk memberikan penyuluhan-penyuluhan mengenai budidaya
tanaman kopi.”15

Tabel 4. 21
Kondisi Pendidikan Keluarga
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Item (%)
21. Perguruan Tinggi 5 25,00 %
SMA/SMK/MA 8 40,00 %
SMP/MTS 4 20,00 %
SD/MI 3 15,00 %
Tidak sekolah 0 0,00 %
Jumlah 20 100
Sumber : Data Hasil Penelitian 2017

Dari Tabel 4.21, kurang dari setengahnya responden yaitu


sebesar 25,00% dan 40,00% atau ditafsirkan sejumlah 5 dan 8
responden menjawab Perguruan tinggi dan SMA/SMK/MA, dan
sebagian kecil menjawab SMP/MTS dan SD/MI.

15
Hasil wawancara kepala Desa Situgede, Subang 23 September 2017
100

Jadi dapat dismpulkan bahwa kurang dari setengahnya


responden menjawab Perguruan tinggi dan SMA/SMK/MA, ini dapat
ditafsirkan bahwa kondisi pendidikan keluarga responden setelah
menjadi petani kopi meningkat. Karena bisa membiayai pendidikan
anggota keluarga sampai tingkat Perguruan tinggi dan
SMA/SMK/MA. Presentase jawaban sebesar 25,00% dan 40,00%.

d) Sarana Informasi, Komunikasi dan Kendaraan


Sarana informasi, komunikasi dan kendaraan dalam penelitian
ini yaitu : media elektornik yang dimililiki untuk mendapatkan
informasi, alat komunikasi yang digunakan untuk berkomunikasi
dengan keluarga, jenis kendaraan yang sering digunakan petani dan
jenis kendaraan yang dimiliki oleh petani setelah menjadi petani.
Adapun selanjutnya kepemilikan media elektronik terlihat pada Tabel
4.22

Tabel 4. 22
Kepemilikan Media Elektronik
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Item (%)
22. Televisi 20 100 %
Radio 0 0,0 %
Koran 0 0,0 %
Internet 0 0,0 %
Tidak ada 0 0,0 %
Jumlah 20 100
Sumber : Data Hasil Penelitian 2017

Dari Tabel 4.22, dapat disimpulkan bahwa seluruhnya


responden mejawab “Televisi” yaitu dengan presentase 100 % atau
sejumlah 20 responden. Hal ini dapat ditafsirkan bahwa seluruh
responden biasanya menggunakan media elektronik untuk
mendapatkan informasi melalui televisi. Hasil observasi dapat dilihat
pada Gambar 4.5
101

Sumber: Gambar hasil observasi penelitian 2017


Gambar 4.5 Televisi
Hasil tersebut juga di dukung dengan hasil observasi didapatkan
hasil bahwa sebagian besar petani memiliki televise disetiap rumah
untuk mendapatkan informasi atau berita yang terjadi setiap harinya di
luar. Selanjutnya alat komunikasi terlihat pada Tabel 4.23

Tabel 4. 23
Alat Komunikasi
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Item (%)
23. Handphone 20 100 %
Telepon rumah 0 0,0 %
Internet 0 0,0 %
Telepon rumah & handphone 0 0,0 %
Tidak ada 0 0,0 %
Jumlah 20 100
Sumber : Data Hasil Penelitian 2017

Dari Tabel 4.23, dapat disimpulkan bahwa seluruhnya


responden mejawab “handphone” yaitu dengan presentase 100 % atau
sejumlah 20 responden. Hal ini dapat ditafsirkan bahwa seluruh
responden dan keluarga biasanya menggunakan alat komunikasi
handphone untuk saling berhubungan. Hal tersebut dikarenakan di
daerah penelitian lebih cocok menggunakan handpohe untuk media
102

berkomunikasi dikarenakan faktor susah mendapatkan sinyal. Hasil


observasi dapat dilihat pada Gambar 4.6

Sumber: Gambar hasil observasi penelitian 2017

Gambar 4.6 Handphone

Dari hasil obeservasi didapatakan hasil bahwa seluruhnya petani


menggunakan handphone untuk berinteraksi dan berkomunikasi
dengan keluarga yang berada di luar daerah, selain itu petani
menggunakan handphone untuk berkumunikasi karena sinyal
handphone lebih mudah dicari jika dibandingkan dengan telepon
rumah. Selanjutnya kedaaraan yang sering diakses oleh responden
terlihat pada Tabel 4.24
Tabel 4. 24
Kendaraan Yang Sering Di Akses
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Item (%)
24. Mobil pribadi 0 0,00 %
Angkutan umum 0 0,00 %
Motor pribadi 10 50,00 %
Motor ojek 10 50,00 %
Sepeda 0 0,00 %
Jumlah 20 100
Sumber : Data Hasil Penelitian 2017
103

Dari Tabel 4.24, setengahnya responden menjawab motor


pribadi dan motor ojek yaitu sebesar 50,00 % atau sejumlah 10
responden menjawab motor pribadi dan motor ojek.

Jadi dapat disimpulkan bahwa setengahnya responden


menjawab jenis kendaraan yang sering diakses oleh responden yaitu
motor pribadi dan motor ojek, yaitu dengan presentase 50,00 % atau
ditafsirkan sejumlah 10 responden. Selanjutnya kendaraan yang
dimiliki terlihat pada Tabel 4.25

Tabel 4. 25
Kendaraan Yang di Miliki
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Item (%)
25. Mobil 0 0,00 %
Motor 12 60,00 %
Sepeda 0 0,00 %
Grobak dorong 0 0,00 %
Tidak ada 8 40,00 %
Jumlah 20 100
Sumber : Data Hasil Penelitian 2017

Dari tabel 4.25, sebagian besar responden mejawab motor yaitu


sebesar 60,00 % atau sejumlah 12 responden, kurang dari setengahnya
menjawan tidak ada sebesar 40,00 % atau sejumlah 8 responden.

Jadi dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden


mejawab kendaraan yang dimiliki setelah menjadi petani kopi yaitu
motor dengan presentase sebesar 60,00 % atau ditafsirkan sejumlah 12
responden. Tetapi petani yang memiliki motor pribadi ada yang masih
menggunkanan motor ojek untuk mengakses transfortasi sehar-hari.
Hasil observasi dapat dilihat pada Gambar 4.7
104

Sumber: Gambar hasil observasi penelitian 2017


Gambar 4.7 Kendaraan Bermotor
Dari hasil observasi didapatkan hasil bahwa setengahnya petani
petani memiliki motor dan setiap hari menggunakan alat transpotasi
kendaraan motor untuk beraktivitas atau untuk bepergian. Sementara
itu untuk tempat tinggal dari hasil obesrvasi dapat dilihat pada
Gambar 4.8

Kondisi tempat tinggal

Sumber: Gambar hasil observasi penelitian 2017


Gambar 4.8 Tempat Tinggal
105

Dari hasil observasi didapatkan hasil bahwa sebagian besar


rumah-rumah warga merupakan bangunan yang bersifat permanen
tetap (bangunan yang terbuat dari tembok).

C. Pembahasan Pengaruh Budidaya Tanaman Kopi Terhadap Kondisi


Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kecamatan Subang
Hasil penelitian di atas merrupakan prose yang telah dilakukan peneliti
dengan melalui proses persyaratan administrasi penelitian dan pengurusan
surat izin penelitian. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, tentang
apakah ada pengaruh budidaya tanaman kopi terhadap kondisi sosial ekonomi
masyarakat di Kecamatan Subang Kabupaten Kuningan. Adapun pembahasan
yang akan diintrepretasikan sesuai dengan instrument, hasil wawancara dan
hasil penelitian lapangan.
Hasil penelitian menunujkan bahwa terdapat pengaruh dari adanya
budiaya tanaman kopi terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di
Kecamatan Subang Kabupaten Kuningan.
Dari hasil pemaparan permasalahan diatas budiaya tanaman kopi yang
dilakukan oleh masyarakat di Kecamatan Subang Kabupaten Kuningan
meliputi proses budiaya tanaman kopi, analisis usaha tani, dan output.
Proses didalam budaya tanaman kopi dimulai dari mempersiapkan bibit
kopi, bibit kopi tersebut bisa berasal dari hasil menyemai, menyetek, membeli
di toko , tumbuh sendiri dan mencangkok. Hasil penelitian menunjukan
bahwa petani kopi yang ada di Kecamatan Subang Kabupaten Kuningan telah
menjadi petani lebih dari 10 tahun tahun terhitung dari sejak tahun 2000
sampai dengan sekarang. Jenis kopi yang banyak dibudidayakan adalah jenis
Robusta hal tersebut dikarenakan menurut hasil wawancara ketinggian tempat
yang dijadikan penelitian berada pada 500-800 MDPL dengan bentuk
tofografi atau permukaan bumi yang berupa perbukitan dan pegunungan.
Bibit kopi yang digunakan untuk budidaya tanaman kopi berasal dari hasil
menyemai sendiri yaitu dari biji kopi yang telah matang berwarna yang masih
terbungkus oleh kulitnyan kemudian baru disemai ditanah, didalam pelepah
pohon atu di polibag, sebagian kecil responden mejawab bibit kopi yang
106

digunakan untuk budidaya berasal dari menyetek dan mencangkok dari


batang kopi yang setiap tahunya menghasilkan kopi kualitas bagus.
Berdasarkan hasil penelitian yang diamati bahwa analisis usaha petani
kopi membutuhkan modal yang beragam setengahnya petani dari hasil angket
membutuhkan modal Rp. 2.600.000-7.000.000, sedangkan hasil wawancara
membutuhkan modal Rp. 10.000.000-20.000.000, banyaknya modal yang
digunakan masyarakat tergantung pada luas lahan, kebutuhan tenaga kerja,
pemeliharaan dan pemupukan kopi dalam budiaya. Lahan yang digunakan
oleh masyrakat di dalam budiaya merupakan milik sendiri dan ada sebagain
kecil milik pemerintah. Luas lahan yang digunakan dalam budidaya tanaman
kopi yaitu dibawah 2 hektar hal tersebut dikarenakan masayarakat
menggunakan tanah milik sendiri. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan
sebanyak 5-10 orang.

Berdasarkan hasil penelitian yang diamati bahwa output dari hasil


budidaya tanaman kopi masyarakat mengalami masa panen tanman kopi 1
tahun sekali, waktu yang dibutuhkan dari mulai pembibitan sampai panen
yaitu kurang lebih 3-4 tahun untuk panen awal tahun pertama kopi sudah siap
untuk dipanen. Untuk pemasaran petani menjual kopi kepada para pengepul
atau pedagang.

Dilihat dari pengaruh budiaya tanaman kopi terhadap kondisi sosial


ekonomi masyarakat berdasarkan dari indikator pendapatan, tingkat
kesehatan, tingkat pendidikan dan kepemilikan sarana komunikasi informasi
dan kendaraan. Hasil penelitian yang dilakukan bahwasanya budiaya tanaman
kopi berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi sebagimana hasil
penelitian bahwasanya 30,00% responden memperoleh keuntungan atau
pendapatan setiap satu kali Rp.1.500.000-Rp.30.000.000 dari data tersebut
kurang dari setengahnya masyarakat berpendapatan menengah setiap bulanya.

Hasil penelitian in relevan dengan penelitian yang dilakukan Yuniarti,


Tahun 2012, “Pengaruh budidaya rumput laut tambak (Glacilaria sp)
107

terhadap kondisi ekonomi masyarakat di Kecamatan Brebes Kabupaten


Brebes” bahwa Usaha budidaya tambak rumput laut Glacilaria sp di Berebes
sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahya pendapatan petani yang ada di
Brebes. 16

Selain itu sebagai mana yang dikatakan oleh Ratnandari dan Tjokrowinoto
(1991) dalam Merry Tri S, dkkk, menyatakan bahwa dengan adanya
pengelolaan komoditas kopi telah membuka lapangan pekerjaan untuk petani,
pedagang atau pengepul bahkan sampai eksportir dengan tesedianya lapangan
kerja tersebut maka akan berpengaruh terhadap meningkatnya pendapatan.
Maka dari itu adanya keuntungan yang besar dari komoditas kopi membuat
masayarakat melakukan budidaya tanaman kopi. Karena dengan adanya
budidaya tanaman kopi ini maka akan membuat kondisi perekonomian
masayarakat menjadi meningkat. 17

Hal ini juga didukung hasil dari wawancara pengepul atau pedagang
yang menyebutkan bahwa harga beli dan harga jual kopi tahun ini, dari petani
kepada pedagang 1 kg Rp. 22. 500 sedangkan dari pedagang kepada
pedagang besar atau eksportir yaitu sebesar Rp. 24.000. Adapun keuntungan
yang di dapat petani dari hasil budidaya tanaman kopi dari data wawancara
Rp. 10.000.000-20.000.000.

Berdasarkan hasil penelitian yang diamati dilapangan bahwa sekitar 16


orang dari 20 responden memperoleh pendapatan dari sektor pertanian,
sedangkan sebagian kecil responden memperoleh pendapatan dari sektor jasa
dan perdagangan.
Dari pendapatan tersebut kurang dari setengahnya responden 47,00%
menanggung tanggungan hidup sebanyak 3 orang, lebih dan 4 orang

16
Yuniarti, “Pengaruh budidaya rumput laut tambak (Glacilaria sp) terhadap kondisi
ekonomi masyarakat di Kecamatan Brebes Kabupaten Brebes”Skripsi Universitas Pendidikan
Indonesia, Bandung, 2012, tidak dipublikasikan.
17
Merry Tri H. S, Sugeng Raharto & Titin Agustina, Prospek Pengembangan
Komoditas Kopi Robusta di Pt. Kaliputih Kecamatan Ledokombo Kabupaten Jember,
(Jurnal : JSEP Vol. 8 No.2 Juli 2015), h. 11
108

tanggungan. Sedangkan sebagian kecil 29,00% dan 24,00% responden


menanggung tanggungan hidup sebanyak 2 dan 3 orang.
Tanggapan terhadap kecukupan pendapatan atau penghasilan yang
didapat responden hampir seluruh responden 90,00% sesudah menjadi petani
mencukupi, dan sebagian kecil responden 5,00% pendapatan yang diperoleh
sangat mencukupi da kurang mencukupi, dari pendapatan hasil kopi
masyarakat bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Adapun pendapatan diluar usaha budidaya tanaman kopi setengahnya
responden meperoleh pendapatan selain dari menjadi petani kopi Rp.
1.000.000 - Rp. 2.000.000 setiap bulanya pendapatan tersebut diperoleh dari
bekerja menjadi buruh tani atau perkebunan dan peternakan. Sebagian kecil
meperoleh pendapatan Rp.2.500.000-4.000.000 dari sektor jasa seperti
menjadi guru dan bekerja menjadi perangkat Desa selain itu juga ada
responden yang bekerja menjadi pedagang.
Pengeluaran dalam satu bulan kurang dari setengahnya 45,00% dan
40,00% responden Rp. 750.000-diatas Rp.1.000.000, hal tersebut dikarenakan
responden masih menyekolahkan anak dan memiliki tanggungan yang banyak
sedangkan sebagian kecil pengeluran dalam sebulan responden Rp.250.000-
Rp. 750.000 pengeluarnya lebih kecil karena jumlah tanggungan hidup hanya
sedikit dan sudah tidak menyekolahkan anak.
Jadi dengan adanya budidaya tanaman kopi di Kecamatan Subang
Kabupaten Kuningan mempengaruhi tingkat pendpatan masyarakat, karena
dengan adanya budiaya tanaman kopi tersebut membuat masyarakat yang
tadinya tidak memiliki aktivitas pekerjaan menjadi memiliki pekerjaan. Baik
itu menjadi petani kopi maupun menjadi buruh/pekerja.
Jika dilihat dari tingkat kesehatan masyarakat setelah menjadi petani
kopi hampir seluruhnya baik. Dapat dilihat dari hasil penelitian diperoleh
bahwa sekitar 80,00% responden menyatakan baik, Dengan adanya budidaya
tanaman kopi tidak mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat sebelum dan
sesudah melakukan budidaya tanaman kopi kondisi kesehatan masyarakat
masyarakat baik.
109

Hasil penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan Silviana


Maharani, Tahun 2009, “Pengaruh Budidaya Jamur Merang Terhadap
Kondisi-Sosial Ekonomi Masyarakat di Kecamatan Banyausari Kabupaten
Karang” bahwa tingkat kesehatan petani dan keluarga tidak mengalami
peningkatan setelah melakukan budidaya jamur merang. 18
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden
70,00% apabila sakit pergi berobat kepada mantri, dan sebagian kecil pergi
berobat kepada bidan dan dokter. Banyaknya masayarakat yang pergi berobat
kepada mantri dikarenakan biaya yang dikeluarkan untuk berobat relaitif
lebih murah dan untuk membeli obat masyarakat biasanya menggunakan
uang sendiri. Sementara untuk mengantisipasi kesehatan dalam jangka waktu
yang panjang responden setengahnya lebih memilih untuk menabung sendiri
dirumah, kurang dari setengahnya responden mengantisipasi kesehatan
dengan ikut menjadi anggota BPJS, sebagian kecil responden mengantisipasi
kesehatan dengan menjadi anggota suatu asuransi dan menjadi anggota
perkumpulan petani
Hasil penelitian yang telah dilakukan bahwasanya pendidikan petani
kopi di Kecamatan Subang Kabupaten Kuningan bahwa kurang dari
setengahnya yaitu 50,00% tingkat pendidikanya SD/MI. Masih rendahnya
tingkat pendidikan petani kopi tersebut membuat masyarakat belum bisa
mengelola kopi secara optimal.
Sementara pendidikan yang berkaitan dengan budidaya sebagaian besar
55,00% responden pernah mengikuti pendidikan yang berkaitan dengan
budidaya tanaman kopi sebnayak 2-4 kali, sedangkan kurang dari
setengahnya 45,00% responden sudah mengikuti sebanyak 1 kali. Pendidikan
atau penyuluhan yang berkaitan dengan budidaya tanaman tersebut biasanya
dilakukan oleh dinas pertanian dari Kabupaten yang mendatangi setiap Desa.

18
Silvina Maharani, “Pengaruh Budidaya Jamur Merang Terhadap Kondisi Sosial-
Ekonomi Masyarakat Di Kecamatan Banyusari Kabupaten Karawang” Skripsi Universitas
Pendidikan Indonesia, Bandung, 2009, tidak dipublikasikan.
110

Jika dikaitkan dengan adanya budiaya tanaman kopi dengan pendidikan


di Kecamatan Subang Kabupaten Kuningan memberikan pengaruh bagi
kondisi pendidikan keluarga setengahnya responden 25,00% dan 40,00%
responden menjawab SMA/SMK/MA dan Perguruan tinggi, ini dapat
ditafsirkan bahwa kondisi pendidikan keluarga responden setelah menjadi
petani kopi meningkat, karena dengan adanya budiaya tanaman kopi
membuat kondisi sosial ekonomi masyarakat menjadi meningkat
meningkatnya kondisi sosial ekonomi masyarakat membuat masyarakat bisa
membiayai pendidikan anak sekolah hingga jejang yang lebih tinggi.
Hal tesebut relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ricky
Pratama Putra “Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Dalam Perubahan Status
Kota Tangerang Selatan”bahwa kondisi sosaial ekonomi masyarakat dalam
perubahan status kota Tangerang Selatan mengalami perubahan yang
signifikan, hal ini terlihat dari aspek pendidikan sebesar 79,05% pendidikan
tergolong baik.19
Melihat pengaruh budidaya tanaman kopi terhadap pendidikan dari
penelitian ini, bahwa adanya budiaya tanaman kopi memberikan pengaruh
terhadap pendidikan masyarakat di Kecamatan Subang Kabupaten Kuningan.
Jika dilihat dari kepemilikan sarana Informasi, komunikasi dan
kendaraan, pendapatan seseorang yang tinggi akan memepengaruhi
kepemilikan sarana Informasi, komunikasi dan kendaraan karena apabila
manusia memiliki pendpaatan yang tinggi maka kebutuhan hidupnya
bertambah dengan alasan mempunyai uang. Hal ini dapat terlihat dari
kepemilikan sarana Informasi, komunikasi dan kendaraan masyarakat di
Kecamatan Subang Kabuapten Kuningan dari hasil penelitian didapatkan
bahwa seluruhnya responden 100,00% memiliki televisi dan menggunakan
media elektronik televisi untuk mendapatkan infromasi. Hal tesebut dikarena
masayarakat masih mengandalkan televise untuk mendaptkan informasi dari

19
Ricky Pratama Putra, “Kondisi Sosial Ekonomi Dalam Perubahan Status Kota
Tangerang Selatan”, Skripsi Pada Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013, h. 9, tidak
dipublikasikan.
111

luar. Sebanyak 100,00% seluruhnya responden menggunkan alat komunikasi


handphone untuk saling berhubungan dengan anggota keluarga yang lain.
Kemudian di lihat dari kepemilikan jenis kendaraan sebagian besar
60,00% atau sejumlah 12 responden memiliki kendaraan bermotor, kurang
dari setengahnya sebesar 40,00% atau sejumlah 8 responden tidak ada atau
tidak memiliki kendaraan. Motor merupakan jenis kendaraan yang harus
dimiliki oleh setiap orang, hal tersebut dilihat dari banyaknya masyarakat
yang memiliki kendaraan bermotor. Jenis kendaraan yang sering diakses oleh
masyarakat di Kecamatan Subang Kabuoaten Kuningan setenghanya
responden menggunkan motor pribadi dan motor ojek untuk berpergian
dikarenakan motor dianggap lebih mudah diakses dan bisa melewati jalanan
yang terjal seperti halnya di daerah penelitian yag berupa pegunungan dan
perbukitan.
Hasil penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan Silvina
Maharani, Tahun 2009, “Pengaruh Budidaya Jamur Merang Terhadap
Kondisi-Sosial Ekonomi Masyarakat di Kecamatan Banyausari Kabupaten
Karang” bahwa terdapat pengaruh terhadap meningkatkan kepemilikan
sarana informasi, komunikasi dan transfortasi/kendaraan. 20
Hal ini diperkuat dari hasil observasi (pengamatan) yang peneliti
lakukan bahwa adanya budidaya tanaman kopi memberikan dampak postif
bagi kehidupan masyarakat di Kecamatan Subang Kabupaten Kuningan
tanaman kopi tumbuh dengan baik di Kecamatan Subang, di area perkebunan
kopi selain terdapat tanaman kopi ada juga tanaman lain seperti pohon albasia
dan kapulaga, terdapat pula buah pisang dan papaya yang menjadi sumber
pendapatan lain petani selain dari budidaya tanaman kopi, kondisi tempat
tinggal petani bersifat permanen terbuat dari tembok dan milik sendiri,
sebagian besar petani juga memiliki televisi yang menjadi sumber untuk
memperoleh informasi atau berita yang terjadi setiap harinya di luar. Untuk

20
Silvia Maharani, Pengaruh Budiaya Jamur Merang Terhadap Kondisi Sosial-
Ekonomi Masyarakat Di Kecamatan Banyusari Kabupaten Karawang”Skripsi Sarjana
Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 2009,h. 1, tidak dipublikasikan.
112

berkomunikasi dengan keluarga petani mengggunakan hadphone, handhone


adalah salah satu media yang memudahkan petani untuk berkomunikasi
dengan dunia luar dikarenakan di Kecamatan subang masih susah
mendaptkan sinyal, perseberan sinyal di daerah tersebut belum merata ke
setiap Desa. Kendaraan yang dimiliki petani yaitu sepeda motor yang
berfungsi untuk alat transfortasi sehari-hari.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Desa, pengepul/pedagang
dan petani kopi adanya budiaya tanaman kopi bagi masyarakat di Kecamatan
Subang Kabupetn Kuningan memberikan lapangan pekerjaan yang dapat
menambah pendapatan. Menurut hasil wawancara kepala Desa sekitar 75 %
lahan pertanian sudah dimanfaatkan oleh masyarakat dengan baik sedangkan
menurut hasil wawancara pengepul atau pedagang bahwa harga beli dan
harga jual kopi tahun ini, dari petani kepada pedagang 1 kg Rp. 22.500
sedangkan dari pedagang kepada pedagang besar atau eksportir yaitu sebesar
Rp. 24.000. Adapun keuntungan yang didapat petani dari hasil budidaya
tanaman kopi sekitar Rp.1.000.000-20.000.000, dari keuntungan tersebut
petani kopi dapat memenuhui kebutuhan biaya hidup sehari-hari, menabung
dan membiayayi anak sekolah kejenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan
mampu untuk untuk membeli kedaraan motor yang digunakan untuk alat
trasportasi sehari-hari.
Hal ini juga diperkuat dengan hasil penelitian sebelumnya bahwa
adanya budiaya memberikan memberikan pengaruh terhadap kondisi sosial
ekonomi.

Dari penelitian ini terdapat kemiripan hasil yang terdapat pada


penelitian terdahulu. Yakni skripsi milik Yuniarti, Tahun 2012, “Pengaruh
budidaya rumput laut tambak (Glacilaria sp) terhadap kondisi ekonomi
masyarakat di Kecamatan Brebes Kabupaten Brebes” Persamaan dari
penelitian yaitu sama-sama ingin mengetahui kondisi sosial ekonomi
masyarakat, selain itu juga persamaan nya terletak pada kajian variabel bebas
yaitu mengkaji modal, luas lahan dan hasil produksi untuk melakukan
113

budidaya, Perbedaan dari penelitian ini adalah penelitian yang telah dilakukan
menggunakan metode deskriptif sedangkan penelitian yang akan dilakukan
menggunakan metode deskriptif kualitatif, selain itu perbedaanya terdapat
pada penelitian yang telah dilakukan mengkaji mengenai pendapatan, kondisi
rumah dan gaya hidup sedangkan penelitian yang akan dilakukan mengkaji
mengenai pendapatan, pendidikan, kesehatan dan kepemilikan sarana
informasi dan kendaraan yang dimiliki oleh masyarakat. Dari hasil penelitian
yang telah dilakukan menyebutkan bahwa di Desa Randusanga Kulon dan
Randusanga Wetan Brebes cocok untuk di jadikan usaha budidaya tambak
rumput laut Glacilaria sp, kerena dipengaruhi oleh faktor fisik lingkungan,
selain itu juga didiukung oleh faktor sosial ekonomi masyakarakat yang
dimiliki masyarkat seperti pendidikan, keterampilan petani dan juga modal.
Usaha budidaya tambak rumput laut Glacilaria sp di Berebes sangat
berpengaruh terhadap tinggi rendahya pendapatan petani yang ada di Brebes .
Modal, luas lahan dan hasil produksi budidaya tambak rumput laut Glacilaria
sp juga berpengaruh terhadap kondisi rumah dan gaya hidup masyarakat.

Selain itu penelitian ini terdapat kemiripan hasil yang terdapat pada
penelitian terdahulu Yakni skripsi milik Sivina Maharani,tahun 2009
Pengaruh Budidaya Jamur Merang Terhadap Kondisi-Sosial Ekonomi
Masyarakat di Kecamatan Banyausari Kabupaten Karang, Persamaan dalam
penelitian ini adalah sama-sama meneliti kondisi sosial ekonomi maayarakat,
Sedangkan perbedaanya terletak pada metode penelitian yang digunakan
penelitian relevan ini menggunakan metode penelitian deskriptif sedangkan
penelitian yang akan dilakukan menggunakan metode kualitatif. Berdasarkan
hasil penelitian disimpulkan bahwa berkembangnya budidaya jamur merang
di kecamatan Banyuwangi didukung oleh faktor fisik seperti iklim (suhu dan
kelembaban udara), untuk faktor fisik lainya seperti cahaya matahari,
oksigen, karbondioksida, Ph serta sanitasi dan higenis perlu dikembangkan
lebih lanjut oleh para petani dengan membuka jendela atau lubang sirkulasi,
114

sedangkan untuk faktor non fisik diantaranya mudah diperolehnya bahan


baku, tersedianya lahan untuk budidaya, jumlah tenaga kerja melimpah dan
pasar yang besar. Untuk distribusi jamur merang di Kecamatan Banyusari
dari total jumlah harian diantaranya ke Bandung sebanyak 25 % ke Cikarang
sebanyak 18,75 % ke Bekasi dan Tanggerang sebanyak 15,63 %, serta Jakrta
dan Karawang sebanyak 12,5 %, dan untuk daya serap produksinya tergolong
tinggi dilihat dari perintaan pasar setiap harinya. Kondisi sosial-ekonomi
petani di Kecanmatan Banyusari setelah berbudidaya jamur merang meliputi
tingkat pendidikan anak petani, serta kepemilikan sarana informasi,
komunikasi, dan transportasi yang meningkat. Adapun tingkat kesehatan
petani dan keluarga tidak mengalami peningkatan. Hasil analisis menunjukan
produksi dan permintaan pasar mempengaruhi pendapatan, sedangkam harga
jual jamur tidak memiliki pengaruh yang berarti.

D. Keterbatasan Penelitian
Peneliti memiliki keterbatasan dalam melakukan penelitian yang
mempengaruhi kondisi penelitian yang dilakukan. Adapun keterbatasan
tersebut antara lain:
1. Sulit untuk menemukan responden untuk mengisi angket dan wawancara,
karena memiliki ketakuan salah ketika menjawab pertanyaan
2. Keterbatasan tingkat pengetahuan masyarakat yang susah menyerap kata-
kata dalam angket karena masih terpaku kedalam Bahasa daerah.
3. Masyarakat harus bisa menekan biaya produksi dan menaikan harga jual
agar keuntungan yang diperoleh besar
4. Keterbatasan dokumen yang dimiliki oleh desa belum lengkap semua
5. Lokasi yang ditempuh relatif jauh sehingga menyulitkan peneliti ketika
akan melakukan penelitian
6. Biaya yang diperlukan relatif besar berkaitan dengan biaya tranfortasi,
biaya komunikasi dan biaya pada saat penyebaran angket.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan data-data hasil penelitian di Kecamatan Subang yang


berkaitan dengan pengrauh budiaya tanaman kopi terhadap kondisi sosial
ekonomi masyarakat di Kecamatan Subang Kabupaten Kuningan. Penulis
dapat menyimpulkan:

1. Budidaya tanaman kopi merupakan salah satu usaha yang dilakukan


manusia untuk memperbanyak atau mempertahankan suatu tanaman
atau tumbuhan termasuk didalamnya tanaman kopi, budiaya tanaman
kopi banyak dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di Kecamatan
Subang Kabupaten Kuningan dikarenakan topografi daerah tersebut
berupa pegunungan. Selain itu kopi banyak di budidayakan kerena
merupakan salah satu komoditas pertnaian yang memiliki nilai jual
yang tinggi, di dalam budiaya tanaman kopi terbagi kedalam tiga
proses budidaya, analisis usaha tani dan output hasil panen.
2. Pengaruh budiaya tanaman kopi terhadap kondisi sosial ekonomi di
Kecamatan Subang Kabupaten Kuningan dapat dilihat dari beberapa
indikator diantaranya indikator pendapatan. Tingkat kesehatan,
pendidikan dan kepemilikan Sarana informasi, komunikasi dan
kendaraan. Indikator pendapatan dengan adanya budiaya tanaman
kopi mampu mencukupi kebutuhan hidup dalam sekali penen petani
memperoleh keuntungan sebesar Rp.1.500.000 - 10.000.000 dengan
nilai presentase sebesar 30,00 % dan hasil wawancara Rp.
10.000.000-30.000.000.
3. Tingkat kesehatan masyarakat meningkat menjadi baik dengan nilai
presentase 95,00 %, masyarakat mampu untuk membeli obat dengan
uang sendiri dan dapat berobat kepada matri.
4. Dengan adanya budidaya tanaman kopi kondisi pendidikan keluarga
petani menjadi meningkat dengan presentase 40,00 % dan 25,00%

115
116

petani mampu membiayai pendidikan anaknya samapi pada jenjang


pendidikan SMA/SMK/MA dan perguruan tinggi
5. Sarana informasi, komunikasi dan kendaraan petani juga meningkat
masyarakat memiliki telivisi dan hanphone untuk berkomunikasi
dengan dunia luar dengan nilai presentase sebesar 100,00 % sementara
untuk kepemilikan kendaraan masyarakat memiliki kendraan motor
dengan nilai presentase 60,00 %. Dengan demikian adanya budiaya
tanaman kopi berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi
masyarakat di Kecamatan Subang Kabupaten Kuningan
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan yang dilakukan, maka peneliti dapat
memberikan implikasi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam
menentukan kebijakan yang berhubungan dengan kondisi sosial ekonomi.
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang penting
bagi pemilik perkebunan kopi di Kecamatan Subang Kabupaten
Kuningan, dalam meningkatkan kuantitas dan kualitas kondisi sosial
ekonomi masyarakat di Kecamatan Subang Kabupaten Kuningan
dengan lebih mengelola perkebunan kopi secara optimal.
2. Peran pemerintah setempat dalam mendukung keberhasilan budiaya
tanaman kopi sangat diperlukan di Kecamatan Subang Kabupaten
Kuningan yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat.
3. Peran masyarakat sangat diperlukan dalam akifitas budiaya tanaman
kopi, karena pada dasarnya budidaya tidak akan berjalan apabila tidak
ada campur tangan masyarakat.
C. Saran

Dari kesimpulan diatas, peneliti merekomedasikan beberapa saran


yang diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat khususnya bagi
masyarakat di Kecamatan Subang Kabupaten Kuningan di masa yang akan
datang yaitu sebagai berikut :
117

1. Pemerintah Kecamatan Subang, kedepanya perlu mendukung aktifitas


budaya tanaman kopi masyarakat yaitu dengan cara memberi bantuan
dalam bentuk modal ataupun dalam bentuk bahan baku seperti halnya
bibit, dan pupuk yang dibutuhkan oleh masyarakat.
2. Dinas perkebunan setempat untuk kedepanya diharapkan lebih sering
melakukan pembekalan atau pemberdayaan petani mengenai budiaya
tanaman kopi agar produktivitasnya meningkat. selain itu juga agar
menambah wawasan dan pengalaman petani perlu diadakan
penyuluhan secara rutin.
3. Para petani disarankan untuk kedepanya mampu mengelola sendiri
hasil panen dari tanaman kopi agar tidak selalu berorientasi ke pasar.
Masyarakat yang ada di Kecamatan Subang yang belum tertarik untuk
melakukan budiaya tanaman kopi kedepanya diharapkan ikut menjadi
petani kopi karena dengan budiaya tanaman kopi dapat meningkatkan
perekonomian.
4. Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan agar bisa meneliti secra lebih
rinci mengenai usaha budiaya tanaman kopi terhadap kondisi sosial
ekonomi dengan indikator yang lain selain, pendapatan, tingkat
kesehatan, pendidikan dan Sarana informasi, komunikasi dan
kendaraan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan waktu waktu tenaga
dan kemampuan.
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Badan Pusat Statistik Kabupaten Kuningan, “Kecamatan Kuningan dalam Angka


Tahun 2016

Bonawati, Eva. Geografi Indonesia, Yogyakarta : Penerbit Ombak, 2014.

BPS Indonesia-Survei Sosial Ekonomi Nasional Maret KOR.

Daliono, dkk. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat dalam Konteks Bencana Alam di
Kabupaten Sikka . Jakarta : LIPI Press, 2008.

Gulo, W. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Grasindo, 2010.

Hartomo & Aziz,Arnicun. Ilmu Sosial Dasar Jakarta : Bumi Aksara, 2008.

Kadir, Abd. Dkk. Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2009.

Mahmud, Marzuki. Landasan Pendidikan. Ciputat : HAJA Madndiri, 2014.

Mankiw, Gregory,N. Pengantar Ekonomi. Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama, 2003.

Meleong J. Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung : PT. Remaja


Rosdakarya, 2006.

Muhamad, Faruk dan Djaali. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta : PTIK


Press&Restu Agung, 2005.

Muhammad, Barlian. Prinsip-Prinsip Ekonomi Mikro. PT Indeks Kelompok


Gramedia, 2005.

Ngadi, Bandiyono ,Suko, dkk . Kondisi Sosial –Ekonomi Masyarakat di lokasi


coremap II :Kab.selayar .Jakarta Selatan : LIPI Press, 2008.

Njiyanti, Sri & Danart. Kopi :Budidays dan Penangan Lepas Panen. Jakarta :
Penebar Swadaya, 2011.

Notoatmodjo, Soekidjo. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : PT.Rineka


Cipta, 2011.

Panggabean, Edi. Buku Pintar Kopi. Jakarta : PT. AgroMedia Pustaka, 2011.

R.B, Gunardo. Geografi Transfortasi. Yogyakarta: Ombak, 2014.

Seohatono,Irwan. Metode Penelitian Sosial. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya, 2008.

117
118

Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D . Bandung : ALFABETA,


2009.

Supardan , Dadang. Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Struktura.


Jakarta : PT. Bumi Aksara 2011.

Suwarto & Octavianty, Yuke. Budidaya 12 Tanaman Perekebunan Unggulan,


Penabar Swadaya: Jakarta, 2012.

Tim Prima Pena. Kamus Besar Bahsa Indonesia Gitamedia Press, Edisi Terbaru.

Tirtahardja, Umar & S.L.La Sulo Pengantar Pendidikan. Jakarta : PT.Rineka Cipta,
2012.

Sumber Skripsi :
Maharani, Silvia. Pengaruh Budiaya Jamur Merang Terhadap Kondisi Sosial-
Ekonomi Masyarakat Di Kecamatan Banyusari Kabupaten Karawang”Skripsi
Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 2009, tidak dipublikasikan.

Mulyadi “Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Terhadap Pengetahuan Masyarakat


Tentang Dampak Konversi Lahan Di Desa Babakan, Kecamatan Ciseeng,
Kabupaten Bogor”, Skripsi pada Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2016, tidak dipublikasikan.

Munifa, “Analisis Tingkat Pendapatan Masyarakat Sekitar PTPN XI Pabrik Gula


Padjarakan Kecamatan Padjarakan Kabupaten Probolinggo”, Skripsi pada
sarjana Universitas Jember, Jember, tidak dipublikasikan.

Oktama, Zaki, Reddy. “Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi terhadap Tingkat


Pendidikan Anak Keluarga Nelayan di Kelurahan Sugihwaras Kecamatan
Pemalang Kabupaten Pemalang Tahun 2013”. Skripsi pada sarjana Universitas
Negeri Semarang, Semarang, 2013, tidak dipublikasikan.

Putra, Pratama, Ricky .“Kondisi Sosial Ekonomi Dalam Perubahan Status Kota
Tangerang Selatan”, Skripsi Pada Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
tidak dipublikasikan.

Rahmadhina , Nur, Ivan . “Pengaruh Budidaya Pepaya California Terhadap Kondisi


Sosial ekonomi Petani di Desa Ciwaringin Kecamatan Lamahabang Kabupaten
Karawang Tahun 2012” Skripsi pada sarjana Universitas Pedididkan Indonesia,
Bandung, 2012, tidak dipublikasikan.

Septiani, Dwi, Indah. Kajian Sosial Ekonomi Rumah Tangga Yang Terkena Proyek
Pembangunan Jalan Tol Seksi 2 Ungaran-Bawen, Skripsi Jurusan Geografi
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang 2012, tidak dipublikasikan
119

Sumber Jurnal :

H. S, Tri, , Merry , Raharto, Sugeng & Agustina, Titin, Prospek Pengembangan


Komoditas Kopi Robusta di Pt. Kaliputih Kecamatan Ledokombo Kabupaten
Jember, Jurnal : JSEP Vol. 8 No.2 Juli 2015.

Sumber Undang-Undang :
Undang-Undang Nomor. 5 tahun 1960 tentang Undang-Undang Pokok Agraria

Sumber Dokumen :
Data Penduduk Masyarakat Desa Situge Kecamatan Subang Kabupaten Kuningan

Sumber Internet :

http://id.wikipedia.org/wiki/pertanian dilihat 26 Oktober 2016

http://kuningangunungaci.desa.kemendesa.go.id/index.php/produk-detail/75/7-
kopiku-kopi-gunung dilihat 21 Maret 2017

http://www.definisimenurutparaahli.com/pengertian-budidaya-tanaman/ diakses 29
Desember 2016 Pukul 13.00

http://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/komoditas/kopi/item186?,dilihat
pada 20 Desember 2016.06.17

https://kuningankab.bps.go.id/index.php/Publikasi# dilihat 26 Oktober 2016

Lain-Lain :

Hasil wawancara kepala Desa Situgede, Subang 23 September 2017

Hasil wawancara dengan pengepul/pedagang kopi, Subang 23 September 2017

Hasil wawancara petani kopi, Subang 22 September 2017


LAMPIRAN l
LEⅣIBAR UJI REFERENSI

Nama Siti Nurhikmah

NIM ll13015000032
Jurusan/Prodi Pendidikan IPS/Gcografl
Judul Skripsi Pengaruh Budidaya Tanaman Kopi Terhadap Kondisi Sosial
kolomi Masyarakat
asvara di Kecamtan Subangg Kabupaten Kuningan
1 unl
Paraf
No Judul dan Halaman Buku Pembimbing Pembilnbing
1 2
BAB I ′
Eva Bona■ rati Gθ θ
♂貿′ルdθ ′θ ∫
Jα ,(Yogyak肛 ぬ
1

2
:Penerbit Olllbak,2014),h.19
Ibid,h.62
タ ル
│レ

仁ド
Badan Pusat Statistik Kabupaten Kuningan,
"Kecamatan Kuningan dalam Angka Tahun
3 2016,
https :/lkunineankab. bps. eo.i d/index. phtp/Publik
asi#dilihat 26 0ktober 2016
http:〃 idowikipedia.org/wiki/pertanian dilihat 26
4
0ktober 2016 み み
Silvia Maharani, Pengaruh Budiaya Jamur
Merang Terhadap Kondisi Sosial-Ekonomi
5
Masyaraknt Di Kecamatan Banyusari
Kabupaten Karowang"Skripsi Sarjana
Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung,
2009,h. l, tidak dipublikasikan.
http ://www. i nd onesi a-
6 investments.com/id/bisnislkomoditas/kopi/item
186?,dilihat pada 20 Desember 2016.06.17

Ib id;http ://www.indonesia-
7

http ://www. indones ia-



8 lnyeqtrnants. com/idlbisnislkomod itaskopi/ item
186?,dilihat pada 20 Desember 2016.06.17
′ み
Suwarto &Yuke Octavianty Budidaya 12
9 Tanaman Perekebunan Unggulan, (Penabar
Swadaya: Jakarta,2012), h. 146 ル
Badan Pusat Statistik Kabupaten Kuningan,
"Kecamatan Kuningan dalam Angka Tahun
2076",
https :/ikuninsankab.bps. eo. id/index.php/Publik,
asi#dilihat 26 0ktober 2016

1 陛
Badan Pusat Statistik Kabupaten Kuningan,
"Kecamatan Kuningan dalam Angka Tahun
10 2076",
lrttps :/lkur.r insankab.bps. go. idlinde x.php tP ubliV
asi#dilihat 26 0ktober 2016
Data Penduduk Masyarakat Desa Situge
Kecamatan Subang Kabupaten Kuningan , ´ ル
http://kuningangunungaci.dcsa.kemendesa.go.i
つι

d/index.php/produk― dctai1/75/7-kopiku― kopi―


gunung dilihat 21 NIlaret 2017
BAB II
Tim Prima Pena Kamus Besar Bahsa Indonesia
うD

(Gitamedia Press). Edisi Terbaru, h. 447 考 ル


14 Ibid, h.447. /― /レ

Dadang Supardan Pengantar llmu Sosial


Se b uah Kaj i an P ende kntanStruktural (Jakarta :
PT. Bumi Aksara 20ll), Cet.3,h.27. ,ぃ
16 Ibid.27
Reddy Zaki Oktama,"Pengaruh Kondisi Sosial
Ekonomi terhadap Tingkat Pendidikan Anak
Keluarga Nelayan di Kelurahan Sugihwaras
17 Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang
Tahun 2013". Skripsi pada sarjana Universitas

Negeri Semarang, Semarang, 2013, h. 12, tidak
dipublikasikan.
N. Gregory Mankiw Pengantar Ekonomi
18 (Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratam4 2003),
h.3-4
Indah Dwi Septiat\ Kajian Sosial Elanomi

Rumah Tongga Yang Terkena Proyek
19 Pembangunan Jalqn Tol Seksi 2 Ungaran-
Bawen, Skripsi Jurusan Geografi Fakultas llmu
Sosial Universitas Neseri Semarang 2012
Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Terhadap


20
Tingkat Pendidikan Keluarga Nelayan di
Kelurahan Sugihwaras Kecamatan Pemalang
Kabuoaten Pemalang, Skripsi Jurusan Geografi
Fakultas ilmu Sosial Universitas Negeri
Semarang 2012.,h.12 ″ ん

И β
Hartomo & Arnicun Aztz |lmu Sosiol Dosar
つ4

(Jakarta: Bumi Aksara.2008). Cet.7. h. 195 η /


9 一

h.195… 196. 刻

Ibidっ /

4厚
Ricky Pratama Putra, "Kondisi Sosial Ekonomi
Dalam Perubahan Status Kota Tongerang
うD
つ4

Selatan", Skripsi Pada Sarjana UIN Syarif


Hidayatullah Jakarta, 2013, h. 9, tidal(
dipublikasikan. h. I l.
BPS ルグθ4θs滋 S̈“ 7ν θJ Sθ s′α′ Eわ れο ′
24
ハ物∫Jθ ηα′]Ⅵ allet KOR.h.2 “ 御 /
Tim Prima Pena Kumus Besar Bahsa Indonesia
25
(Gitamedia Press), Edisi Terbaru,h. 209 め ん

イル
Barlian Muhammad Prfrs″ ― Prf4S″ E肋 θ j
26 И ルθ(PT Indeks Kelompok Gramedia,2005), ““
h.64
Munifa, "Analisis Tingkat Pendapatan
Masyaraknt Sekitar PTPN XI Pabrik Gula
P a dj ara ka n Ke ca ma tq n P a dj a ra kan Ka b upa te n
27
P robolinggo", Skripsi pada sarj ana Universitas
Jember, Jember, 2013, h. 6, tidak
dipublikasikan
Eva Bonawati Gθ ο ガ ルガθttι sJα o「 Ogyakarta
′ /レ
28
:Penerbit Ombak,2014),h.159
29 Ibidn h.160 ″

Ricky Pratama Putr4 "Kondisi Sosial Ekonomi


Dalam Perubahan Status Kota Tangerang
30 Selatan", Skripsi Pada Sarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakartz, 2013, h. 9, tidak み
dipublikasikan. h. 12, tidak dipublikasika
Soeki荀 o Notoatmo倒 o KLSCttα ″4擁 ッ α″ 肋 r
31 /JHz あ れ Sθ 4J(JttQia : PT.Rineka Cipta,
2011)、 h.14
Suko Bandi〕 りno Ngadi,dkk Kbη ttsi Sθ siα J―


Ekonorni 腸 ッ αrα たα
0つ
つん

:Kab.selayar rJakan `selatan


di lokasi coremap
: LIPI Press,II
2008)っ h.24-25
Eva Bon劉/ati(■ οgrグ ル あ ′cSiα (Yogyakaia
33
l Penerbit 01nbak,2014)、 h.161 冽 ル
34
Daliono, dkk Kondisi Sosial Ekonomi
Masyarakat dalam Konteks Bencana Alam di ル
Kabupaten Sikka(Jakarta : LIPI Press, 2008),
h.33-34. 多 ん
35 BPS JKccarnattt Subang.2016..h.16. /

′M

Suko Bandiyono Ngadi, dkk Kondisi Sosial -
36 Ekonomi Masyarakat di lokasi coremap II
:Kab.selayar , h. 21 -22
Abd. Kadir, dkk Dasar-dasar Pendidilmn,

37 (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, の
38 Ibidn h.6. /′ レ

Marzuki Mahmud Landasan Pendidikan


39
:I‐ IAJA ⅣIadndiri,2014).Cct.2.h.18. 勁 み
Abd. Kadir, dkk Dosar-dasar Pendidikon,

40 (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

41 Ibid.,h.9

/ ル
Eva Bonawati Geografi Indonesia (Yogyakarta
42
: Penerbit Ombak, 2014), h. 163 多 ル
43 Ibid h.163 勿 し
44 Ibid h。 164 Z//ノν

Mulyadi "Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi ―

Terhadap Pengetahuan Masyaraknt Tentang


Dampak Konversi Lahon Di Desa Bsbakan,


45
Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor",
Skripsi pada Sarjana UIN Syarif Hidayatullah
20176,h.17… 18.tidak dipublikasikan
Jakarta、
Umar Tirtahardja &
S.L.La Sulo Pengantar
46

Pendidikan (Jakarta : PT.Rineka Cipta, 2012),
h.33-36
Eva Bonawati Geografi Indonesia (Yogyakarta
47
:Penerbit Ombat 2014),h.230 響 /3‐
Daliono, dkk Kondisi Sosial Ekonomi
48 Masyarakat dalaln Konteks Bencana Alam di
刀 /b―

Gunardo R.B Geografi Transfortasi


49
2014)3h.54 勿 ん
50 乃 id.nh.54_ lJ /

Gunardo R.B Geografi Transfortasi
51
2014).h.67‐ 70 勿
http://、 v、v、v.deinisimenurutparaahli.con1/pengc
52 | rtian-budidava-tanaman/ diakses 29 Desember
2016 Pukul 13.00 ル
Sri Njiyanti & Danarti Kopi :Budidays dan
Penangan Lepas Ponen, (Jakarta : Penebar
Swadaya, 201l),h- 5-6
Edi Panggabean,B夕 肋 PJ″ ″ rKY′ (Jakarta:

53
PT・ ハgroMedia Pustak生 2911),h・ 49
ク ル
Sri Njiyanti & Danarti Kopi :Budidays dan
54 Penangan Lepas Ponen, (Jakarta : Penebar
Swadaya, 2}ll),26
´ ル
56
Survarto &. Yuke Octavianty Budidaya
Tanaman Perkzbunan Unggulan, h. 144
Edi Panggabean,3“ 繊 P′η″″KY′ (Jakarta:
12
4 み
57
PT_AgroMedia Pustaka,2011),h.50 lt―
Sri Njiyanti & Danarti Kopi :Budidays dan
58 Penangan Lepos Panen, (Jakarta : Penebar
Swadaya, 20ll),26 //
59 Ibid,h.27… 28 雀 た
Eva Bonawati Geografi Indonesia (Yogyakarta
60
: Penerbit Ombak, 2014),h.93 グ ル
Edi Panggabeall,3γ tt PJ“ ″r κttJ(Jakarta:
61
PT.A『 oヽ 4edia Pustaka,2011),h.52 り 厚

7レ
/
Eva Bonawatr Geogrefi Indonesia (Yogyakarta
62
: Penerbit Ombak, 2014),h.99 ″
Sri Njiyanti & Danarti Kopi :Budidays dan
Penangan Lepas Panen, (Jakarta : Penebar ″

63
Swadaya, 20ll),28
Suwarto & Yuke Octavianty βγdidりa f2
64
7レ α α Pθ rル b“ ηα′こルほ形p″ α′,h.140 ぞ 乙
″ /

Sri“Njiyanti
“ “ & Danarti Kopi :Budidays dan
:

65 Penongan Lepas Panen, (Jakarta Penebar
Swadaya. 201l). 6
Sri Njiyanti & Danarti Kopi :Budidays dan
66 Penangan Lepas Panen, (Jakarta : Penebar
Swadaya,2011), 15-16

Sri Njiyanti & Danarti Kopi :Budidoys dan
67 Penangan Lepas Panen, (Jakarta : Penebar
Swadaya. 2011). 16-17

Sri Njiyanti & Danarti Kopi :Budidays dan
68 Penangan Lepas Panen, (Jakarta : Penebar
Swadaya. 201l). 17-18
ψ 離
Sri Njiyanti & Danarti Kopi :Budidays dan
69 Penangan Lepas Panen, (Jakarta : Penebar
Swadaya 20l l), 30
多 ん
/L/
70 乃4h。 91… 93 役
Sri Njiyanti & Danarti Kopi :Budidays dan
71 Penangon Lepas Panen, (Jakarta : Penebar
Swadava. 201 I ). 94 ´
Suwarto & Yuke Octavianty Budidaya 12
ワ/
つ乙

Tanaman Perkebunan Unggulan, h. 150-151 ル


Undang-Undang Nomor. 5 tahun 1960 tentang
,/


Undang-Undang Pokok Agraria


Sri Njiyanti & Danarti Kopi :Budidays dan
Penangan Lepas Panen, (Jakarta : Penebar
′ じ
74
Swadaya. 20ll).174
Sri Njiyanti & Danarti Kopi :Budidays dan
75 Penangan Lepas Panen, (Jakarta
Swadaya, 201 l), 178-180
: Penebar

Suwarb & Yuke Octavianty B“ ″αηα f2
76
乃 ηα αtt Pcrル らνηαηυれ孫μゐη,h.159… 160

〃 ル

ンル
78 乃 Jグ .,h.160 ″
/t´

Sri Njiyanti &
Danarti Kopi :Budidays dan
Penangan Lepas Panen, (Jakarta : Penebar

79
Swadaya, 201 1). 1 80- I 83
80 lbid..h.183 ´ ん
ⅣIerry Tri H.S, Sugcng Ral■ arto & Titin

81
Agustina, Pπ 〕
K2′ ′ Rθ b雰 ″
Zθ 滅9妥η″ bθ
,pgた Pg′ gg“ bargar Kb″ οグリ
″ PA fOJ″ ″ ′ 乃 」
JObttα た″ jセ ″ bθ ろ
tas
0`α ″α″ 燿
(Jumal:∬ EP

フbi∂ Ⅳb.2」載 ′2θ f5),h.11
00
うん

Ibid..h.12 ″ ′
BAB HI タ ハ
https://kuningankab.bps.go.id/index.php/Publik
83
asi#dilihat 26 0ktobcr 2016 ″ ∠
Lexy J.Meleong 滋 ゎあ Jagi Pθ ′θ′
J′ ″燿

κα ′J″ ′
84

ノGandung:PTo Rclntta Rosdakarya,
2006)3h.6. み
Sugiono L彪 Pcrcri″ αη K“ α″:″ ′ √
85 κ″ α″″′

Suglono

2009)..h.9
滋7“
"滋
R&D(Bandung:ALFABETA,
■をグリ″レ Pc″ 4 &α ″′′ィ
μ
86 K“ αJJ放 ′
√ 盪7″
`:i`iα
R&D(Bandung:ALFABETA, η ム
2009),h.80
Faruk Muhamad dan DiaJi 滋 わあ Jο g7
87 Pθ 4β J″ jα tt

Agungっ 2005),h.35
Sθ sJα J(Jakarta:PTIK Press&Restu

Suglono ■々′θル ′θ燿 ′ ′
′αtt κ夕α″″″げ
√ dα η R&D(Bandung:ALFABETAz
`′
89 κ αJi″ ′

2009),h_85 ル
W.Gulo Jを ゎあ Jοgノ Pθ ηθJJ″ α (Jaka■ a:PT
90
Grasindo,2010),h.122 “ グ ル
Sugiono んた /ο グc Pθ ηcι iα ′ κ θ jzα //

f′

“ "′
91 κγα′′′
α′/グ αη Rと D(Bandung:AIン FABETA,
2009),h.23 ル
lru,an Seohatono. l4elocle Penelitian,lo:;ial
92 (Bandung : PT.Ren.ra.ia Rosdakary,a. 2008). h.
70 ´ ル
Faruk Muhamad dan ttaali M3わ あ′
οgz
93 Pθ ″ι″′ Sθ ∫Jα J(Jakarta:PTIK Press&Restu




Agung.2005)3h.30
Suglono M2′ θ虎 ′ιttθ ′ ゴ
α″ 娩 α′′
j′
′徽 //
/Jα ′ RttD(Bandung:Al′ FABETA,

94 κ夕α′′
/θ ノ

2009),h.92
Syofian Siregar Metode Penelitian Kuantitatif
95
dilengkapi perbandirugan perhitungan mqnual
& SP^SS (Jakarta : Kencana Prenadmedia 勁 ル
Group,2013) h . 86 小
96 Ibid.,h.87 η /ん
Ivan Nur Rahmadhina "Pengaruh Budidaya
Pepoya Califurnia Terhadap Kondisi Sosial
ekonomi Petani di Desa Ciwaringin Kecamatan
97 Lamahabang Kabupaten Karawang Tahun
2012 " Skripsi pada sarjana Universitas ル
Pedididkan Indonesia, Bandung, 2012, h. 55,
tidak dipublikasikan.
BAB Ⅳ
Merry Tri H. S, Sugeng Raharto 8L Titin
Agustina, Prospek Pengembangan Komoditas


98 Kopi Robusta di Pt. Kaliputih Kecamatan
Ledolrombo Kabupaten Jember, (Jurnal : JSEP
Itol. 8 No.2 Juli 2015),h.ll
Mengesahkan:

Pembimbing Skripsi I
LANIIPIRAN 2
KEMENTER:AN AGAMA No.Dokumen : F:丁 K― FR― AKD-081
U!N」 AKARTA 丁gl.Terbit i l Maret 2010
FITK
FORM(FR) No.Revisi: : 01

r lr tt Juanda No 95 Clpυ rarィ 5`,2′ ndonesla
Hal
SURAT BIMBINGAN SKRIPSl
Nomor : Un.0 llF. l/KM.01.3/27 l.l20l7 」akarta,10 Februa五 2017
Lamp. : -
Hal : Bimbingan Skripsi

Kepada Yth.
1. Andri Noor Ardiansyah, S.Pd, M.Si
2. Tri Harjawati, S.Pd, M.Si
Pembimbing Skripsi
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.

As s alamu' alaikum wr.wb.


Dengan ini diharapkan kesediaan Saudara untuk menjadi pembimbing VII (materi/teknis)
penulisan skripsi mahasiswa:

Nama Siti Nurhikllah

NIM ll13015000032
Jurusan Pendidikan IIInu Pcngctahuan Sosial

Semester VⅡI(Dclapan)
Judul Skripsi PCngarLlh Budidaya Tanalllan Kopi Tcrhadap lく ondisi Sosial
Ekononli Masyarakat E)i Kecanlatan Subang Kabupatcn Kumngan

Judul tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal 16 Desember
2016, abstraksloutline terlampir. Saudara dapat melakukan perubahan redaksional pada judul
tersebut. Apabila perubahan substansial dianggap perlu, mohon pembimbing menghubungi
Jurusan terlebih dahulu.

Bimbingan skripsi ini diharapkan selesai dalam waktu 6 (enanr) bulan, dan dapat
diperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan.

Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.

Was salamu' alaikum wr.wb. a-n. Dekan


Ketua Junrsan Pendidikan IPS

ⅣLPd
11012
Tmbusan:
1. Dekan FIX
2. Kaiur Pend_IPS
3。 Mahasiswa ybs_
LAMPIRAN 3

KEMENTER:AN ACAMA No.Dokumen : FITK― FR‐ AKD-082


U:N JAKARTA 丁gl.Terbl : l Maret 2010
F:TK
FORM(FR) No. Revisi: : 01
″ rr H」 υ
anめ ″。95Cわ υ ′
",2 hdone" Ha
SURAT PERMOHONAN:ZIN PENELl丁 :AN
`a′

Nomor:Un.01ノ F.1ノ KM.01.3ノ 1297ノ 2017 Jakarta, '15 September 2017


Lamp. :Ourrilne/Proposal
Hal :Perrnohonan:zin Penelitian

Kepada Yth.

BapaUlbu
Kepala Desa Situgede Kecamatan Subang
di
Tempat

Assala m u' al ai ku m wr.wb.


Dengan hormat kami sampaikan bahwa,

Nama :Siti Nurhikmah


NIM :1113015000032
Jurusan : Pendidikan llmu Pengetahuan Sosial
Sernester : 9 (Sembilan)
Judul Skripsi :Pengaruh Budidaya Tanaman Kopi Terhadap Kondisi Sosial
Ekonomi Masyarakat Di Kecamatan subang Kabupaten Kuningan
adalah benar mahasiswaii Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakafta yang
sedang menyusun Skripsi, dan akan mengadakan penelitiin (riset) di instansiyang
Bapak/lbu pimpin.

Untuk itu kami mohon Saudara dapat mengizinkan mahasiswa tersebut


melaksanakan penelitian dimaksud.

Atas perhatian dan kerja sama saudara, kami ucapkan terima kasih.

Wassal a m u' al ai ku m wr.wb.

M.Pd
142008011012

Tembusan:
1. Dekan FITK
2. Pembantu Dekan Bidang Akademik
3. Mahasiswa Yang bersangkutan
LAMPIRAN 4
PEMERINTAH KABUPATEN KUNINGAN
KECAMATAN SUBANG
DESA SITuGEDE
Alamat : Jl. Desa Situgede Kecamqtan subang Kabupaten Kuningan 4ssg6

SURAT IZIN
Nomor:141/θ フ /Pem

Yang bertandaね ngan di bawah ini:

Nama AHMARI
Jabatan Kepala Desa Situgede

Dengan ini memberikan izin kepada :

NaIIla Siti Nurhikmah


NIM 13015000032
11
,

Pckeriaan Mahasiswa 51 (Pendidikan IpS) UIN SYARIF


HIDAYATU LLATI JAKAR.TA
Ahmat Dusun Ragawangsa RT 003 RW 008 Desa Situgede
Kecamatan Subang Kabupaten Kuningan 45586

Untuk mengadakan penelitian tentang Pengaruh Eludidaya Tanaman


Kopi Terhadap
Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kecamatan Subang Kabupaten Kuningan yang
akan dilaksanakan pada tanggal 1B s/d 23 September 2Ot7.

Demikian surat izin ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Situgede,
晨壁 鰤

Situgede
LAMPIRAN 5
INSTRUMEN OBSERVASI
No. Kesiapan Observasi Ada Tidak Keterangan
1. Petani kopi √ Yang ditemui
dikebun hanya satu
orang
2. Pekerja √ Tidak ada pekerja
3. Memanam kopi √ Tidak ada aktivitas
menanam kopi
4. Menggarap kopi √ Tidak ada aktivitas
menggarap
perkebunan kopi
5. Memetik kopi √ Tidak ada aktivitas
memetik buah kopi
6. Menjemur kopi √ Ada kopi yang
sedang dijemur
7. Penggilingan Kopi √ Terdapat
penggilingan kopi
8. Kondisi Perkebunan √ Ada yang sudah
kopi selesai di garap dan
ada yang belum.
9. Pohon kopi √ Ada yang berbunga
dan ada yang tidak
10. Buah Kopi √ Buah kopi da yang
merah dan masih ada
yang hijau
11. Tanaman selain kopi √ Pohon albasia dan
kapulaga
12. Buah selain kopi √ Pisang, dan Pepaya
13. Saung √ Digunakan untuk
istirahat petani
14. Tempat tinggal √ Tempat tinggal
petani berbentuk
rumah permanen
15. Televise √ Dimiliki hampir
semua petani kopi
16. Handphone √ Hampir semua petani
memiliki
17. Telpon Rumah √ Tidak ada karena
faktor jaringan
18. Kendaraan motor √ Setengahnya petani
memiliki
19. Mobil √ Petani tidak
memiliki
LAMPIRAN 6
INSTRUMEN ANGKET

No Indikator Indikator Sub Indikator No. Soal


Variabel
1. Proses Budidaya a. Lama menjadi 1, 2, 3
petani
b. Jenis Kopi
c. Asal bibit kopi
Ananlisis Usaha a. Modal 4,5, 6,7
Budidaya Kopi

b. Kepemilikan
lahan
c. Luas Lahan
d. Jumlah tenaga
kerja
Output a. Volume panen 8, 9,10
b. harga jual
c. pemasaran
2. a. Pendapatan a. Asal 11,12,1
Pendapatan 3,14,15
b. Jumlah
tanggungan hidup
Sosial-ekonomi masyarakat

c. tanggapan
masyarakat
terhadap
pendapatan
d. pendapat setiap
bulan
e. pengeluaran
dalam sebulan
b. Kesehatan a. Kondisi 16,17,1
kesehatan 8
b. Pergi berobat
d. Antisipasi
menjaga
kesehatan
c. Pendidik a. Pendidikan 19,20,2
formal 1
b. pendidikan
berkaitan dengan
budidaya
c. kondisi
pendidiksn
keluarga
d. tanggapan
masayarakat
terhadap kondisi
pendidikan
keluarga
d. Kepemilikan a. Kepemilikan 22,23,2
sarana informasi, media elektronik 4,25
komunikasi dan b. Alat
kendaraan Komunikasi
c. Kendaraan
yang sering
digunakan
d. kendaraan dari
hasil budidaya
LAMPIRAN 7
INSTRUMEN WAWANCARA
No Indikator Pertanyaan
1. Proses penanaman kopi 1. Apakah budidaya kopi merupakan
sampai panen dan usaha tani yang menjanjikan ?
Sumber data : 2. Apakah tanaman kopi tumbuh baik
Masyarakat/Petani disini ?
3. Berapa ketinggian agar kualitas kopi
yang dihasilkan baik ?
4. Apa saja yang diperlukan ketika
ingin melakukan budidaya kopi ?
5. Proses apa saja yang harus dilakukan
sebelum menanam kopi ?
6. Bibit kopi yang ditanam biasanya
berasal dari mana ?
7. Pengelolaan untuk merawat kopi
menggunakan pupuk ?
8. Bagaimana cara mengelola tanah
agar kopi tumbuh dengan baik ?
9. Berapa lama waktu yang diperlukan
dimulai dari pembibitan sampai
panen ?
10. Hasil kopi yang telah dipanen
biasanya dipasarkan kemana saja ?
11. Apakah ada kendala selama ini
menjadi pengepul kopi ?
12. Apakah ada rencana kedepanya
untuk mengembangkan usaha sendiri
?
2. Kepemilikan lahan, 1. Sudah berapa lama bapak menjadi
kebutuhan tenaga kerja dan kepala desa ?
sarana informasi dan 2. Berapa jumlah penduduk yang
komunikasi masayarakat tinggal disini ?
Sumber data : Kepala Desa 3. Masyarakat yang melakukan
budidaya kopi lulusan dari sekolah ?
4. Bekerja pada sektor apa saja
penduduk yang tinggal di desa ini ?
5. Apakah lahan pertanian yang luas
sudah dimanfaatkan dengan baik
oleh warga ?
6. Lahan kopi yang digarap petani
merupakan lahan milik sendiri atau
pemeritah ?
7. Menurut bapak budidaya tanaman
kopi membantu perekonomian warga
atau tidak ?
8. Apakah banyak masayarakat yang
tertarik untuk melakukan budidaya
kopi ?
9. Berapakah kebutuhan tenaga kerja
yang dibutuhkan dalam budidaya
kopi ?
10. Apakah masyarakat sudah diberi
penyuluhan tentang budidaya kopi
yang baik dan benar ?
11. Biasanya masyarakat tau proses
budidaya kopi dari mana ?
12. Apakah dengan adanya budidaya
kopi kondisi sosial ekonomi
masyarakat menjadi lebih baik ?
13. Apakah sarana informasi dan
komunikasi masayarakat di Desa ini
sudah dapat dijangkau oleh semua
masyarakat ?
14. Kedepanya adakan rencana bapak
untuk memberikan pembekalan
mengenai budidaya kopi kepada
masyarakat ?
3. Pemasaran dan pendapatan 1. Sejak kapan bapak/ibu mulai
Sumber data : Pengepul/ menjadi pengepul kopi ?
Pedagang 2. Apa alasan yang membuat bapak/ibu
memilih menjadi pengepul kopi?
3. Apakah bapak/ibu mempunyai
pekerjaan sampingan lain selain
menjadi pengepul kopi ?
4. Berapakah modal yang dibutuhkan
untuk menjadi pengepul kopi ?
5. Berapa pengahasilan yang bapak/ibu
dapat dari menjadi pengepul kopi ?
6. Biasanya bapak/ibu membeli kopi
langsung di kebun atau di datang
kerumah orang yang mau menjual
kopi ?
7. Harga 1 kg kopi biasanya bapak beli
dengan harga berapa?
8. Harga 1 kg kopi biasanya bapak jual
dengan harga berapa ?
9. Bapak/ ibu biasanya menjual kopi
yang terkumpul kemana ?
10. Setiap berapa hari sekali bapak/ibu
menjual kopi kepada pedagang
besar/eksportir?
11. Apakah ada kendala selama ini
menjadi pengepul kopi ?
12. Apakah ada rencana kedepanya
untuk mengembangkan usaha sendiri
?
LAMPIRAN 8
HASIL OBSERVASI
Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan melihat dan
megamati secara langsung kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh petani,
melihat kondisi atau keadaan perkebunan kopi, melihat kondisi kehidupan
sosial-ekonomi masayarakat.
a. Aktivitas yang dilakuakan petani
Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti, didapatkan bahwa pada saat
dilakuakan observasi peneliti hanya menemukan satu orang petani kopi
yang sedang menjemur kopi sisa dari hasil panen, pada saat observasi
tidak menemukan pekerja yang sedang bekerja menanam, menggarap atau
memetik kopi karena pada saat dilakukan penelitian telah lewat waktu
panen kopi sehingga para pekerja sudah tidak bekerja. Namun peneliti
menemukan petani yang sedang menjemur kopi, selain itu peneliti
menemukan kopi yang telah dijemur dan siap digiling. Selain itu pada saat
penelitian ditemukan penggilingan kopi yang biasa digunakan oleh petani
untuk menggiling kopi.
b. Kondisi atau Keadaan Perkebunan Kopi
Dari hasil observasi yang dilakukan penilitian, didapatkan bahwa kondisi
perkebunan ada yang sudah digarap seperti penyiangan rumput dan tunas,
ada juga tanaman kopi yang belum digarap. Pohon kopi yang ditemukan
ada yang berukuran panjang dan pendek. Ada juga beberapa pohon kopi
yang sudah mulai berbunga kembali.
c. Buah Kopi
Dari hasil observasi yang dilakukan penilitian, didapatkan bahwa buah
kopi yang ditemui sisa dari hasil panen ada yang masih berwarna hijau
namun ada juga kopi yang telah berwarna merah dan siap untuk dipanen.
d. Tanaman Selain Kopi
Dari hasil observasi yang dilakukan, didapatkan bahwa area perkebunan
kopi selain ditanami kopi ada juga tanaman lain yaitu tanaman arbi dan
kapol, tanaman tersebut merupakan salah satu sumber untuk petani
medapatkan penghasilan selain dari kopi.
e. Buah Selain
Dari hasil observasi yang dilakukan, didapatkan bahwa di area
perekebunan kopi banyak tumbuh buah-buahan seperti halnya buah
pisang, papaya ada juga buah sukun yang dapat dinikmati atau dimakan
oleh petani.
f. Tempat Tinggal
Dari hasil observasi didapatkan hasil bahwa sebagian besar rumah-rumah
warga merupakan bangunan yang bersifat permanen tetap (bangunan yang
terbuat dari tembok).
g. Televisi
Dari hasil observasi didapatkan hasil bahwa sebagian besar petani
memiliki televise disetiap rumah untuk mendapatkan informasi atau berita
yang terjadi setiap harinya di luar.
h. Handphone
Dari hasil obeservasi didapatakan hasil bahwa seluruhnya petani
menggunakan handphone untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan
keluarga yang berada di luar daerah.
i. Kendaraan Bermotor
Dari hasil observasi didapatkan hasil bahwa setengahnya petani petani
memiliki motor dan setiap hari menggunakan alat transpotasi kendaraan
motor untuk beraktivitas atau untuk bepergian.
LAMPIRAN 9
LEMBAR ANGKET PENELITIAN
PENGARUH BUDIDAYA TANAMAN KOPI TERHADAP KONDISI
SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI KECAMATAN SUBANG
KABUPATEN KUNINGAN

No. Responden: ................ (diisi petugas)


I. Petunjuk Pengisian
1. Sebelum mengisi angket ini, mohon untuk mengisi identitas
bapak/ibu terlebih dahulu pada tempat yang telah tersedia.
2. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini sesuai dengan
keadaan sebenarnya.
II. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama (boleh tidak diisi) :
2. Jenis Kelamin :
3. Umur :
4. Alamat :
5. No. Telepon :
III. Daftar Pertanyaan
Proses Budidaya
1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu/Saudara melakukan budiaya tanaman
kopi ?
A. Lebih dari 10 tahun
B. 7 – 9,9 tahun
C. 4 - 6,9 tahun
D. 1 -3,9 tahun
E. Kurang dari 1 tahun
2. Jenis kopi apakah yang banyak di budidayakn di daerah ini ?
A. Robusta
B. Jawa
C. Luwak
D. Gayo
E. Arabika
3. Bibit kopi yang digunakan dalam budidaya kopi berasal dari ?
A. Menyemai
B. Menyetek
C. Membeli dari toko
D. Tumbuh sendiri
E. Mencangkok
Analisis Usaha Tani
4. Berapakah modal yang diperlukan di dalam melakukan budidaya tanaman
kopi dalam setahun / Hektar?
A. 7.100.000 - 10.0000.000
B. 5.100.000 – 7.000.000
C. 2.600.000 – 5.000.000
D. 1.100.000 – 2.500.000
E. Dibawah 1.000.0000
5. Lahan yang digunakan untuk budiaya tanaman kopi saat ini merupakan
miliki?
A. Sendiri
B. Pemilik lahan
C. Pengepul
D. Perusahaan
E. Pemerintah
6. Berapa luas lahan yang digunakan dalam usaha budidaya tanaman kopi ?
A. Dibawah 2 Hektar
B. 2,5 - 5 Hektar
C. 5,5 - 7 Hektar
D. 7,5 - 10 Hektar
E. Diatas 10 Hektar
7. Berapa jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan Bapak/Ibu/Saudra dalam
melakukan budidaya tanaman kopi/ hektar?
A. 7-10 orang
B. 5-7 orang
C. 3-5 orang
D. 1-3 orang
E. Tidak ada
Output
8.Berapa kali volume panen tanaman kopi biasanya/ hektar ?
A. Tidak tentu
B. 6 bulan sekali
C. 1 tahun sekali
D. 1,5 tahun sekali
E. 2 tahun sekali
9. Berapakah harga jual atau keuntungan yang diperoleh dari budidaya
tanaman kopi/hektar ?
A. 21.000.000 - 30.000.000
B. 11.000.000 - 20.000.000
C. 5.500.000 - 10.000.000
D. 1.500.000 - 5.000.0000
E. dibawah 1.000. 0000
10. Biasanya hasil biji kopi yang telah dipanen jual kepada ?
A. Dikelola sendiri
B. Pengepul/ pedagang
C. Koperasi KUD
D. Perkebunan swasta
E. Eksportir
II. Kondisi Sosial Ekonomi
11. Pendapatan yang anda peroleh selain dari menjadi petani kopi ?
A. Pertanian
B. Perdagangan
C. Jasa
D. Perbankan
E. Bangunan
12. Berapa jumlah tanggungan hidup Bapak/Ibu/Saudra ?
A. Lebih dari 4 orang
B. 4 orang
C. 3 orang
D. 2 orang
E. 1 orang
13. Bagaiman tanggapan Bapak/Ibu/Saudara mengenai kecukupan
penghasilan sesudah Bapak/Ibu/Saudara menjadi petani kopi?
A. Sangat mencukupi
B. Mencukupi
C. Kurang mencukupi
D. Tidak mencukupi
E. Sangat tidak mencukupi
14. Berapa pendapatan yang Bapak/Ibu/Saudara dapat setiap bulanya ?
A. Dibawah 1.000.000
B. 1.500.000- 2.000.000
C. 2.500.000– 3.000.000
D. 3.500.000- 4.000.000
E. lebih dari 4.000.0000
15. Berapa pengeluaran rata-rata Bapak/Ibu/Saudara setiap bulanya ?
A. Diatas 1.000.000
B. 750.000 – 1.000.000
C. 500.000 – 750. 0000
D. 250.000 – 500.000
E. Kurang dari 250.000
Tingkat Kesehatan
16. Bagaimana kondisi kesehatan masyarakat disini?
A. Sangat Baik
B. Baik
C. Kurang Baik
D. Tidak baik
E. sangat tidak baik
17.Apabila Bapak/Ibu/Saudra sakit pergi berobat ke mana?
A. Dokter
B. Mantri
C. Bidan
D. Perawat
E. Dukun bayi
18. Rencana Bapak/Ibu/Saudara kedepanya dalam menjaga kesehatan akan
ikut melakukan ?
A. Daftar menjadi anggota BPJS
B. Daftar menjadi anggota suatu asuransi
C. Menabung sendiri
D. Menjadi anggota perkumpulan petani
E. Tidak ada antisipasi
Pendidikan
19. Pendidikan formal Terakhir yang bapak/ibu tempuh ?
A. Perguruan Tinggi
B. SMA/SMK/MA
C. SMP/MTS
D. SD/MI
E. Tidak sekolah
20. Berapa kali Bapak/Ibu/Saudara mengikuti pendidikan yang berkaitan
dengan budidaya tanaman kopi ?
A. 1 kali
B. 2-4 kali
C. 5-7 kali
D. 8-10 kali
E. > 11 kali
21. Menurut Bapak/Ibu/Saudara bagaimana kondisi pendidikan keluarga
setelah menjadi petani kopi ?
A. Sangat meningkat
B. Meningkat
C. Kurang meningkat
D. Tidak ada peningkatan
E. Sangat tidak ada peningkatan
Sarana Informasi, Komunikasi dan Kendaraan
22. Media elektronik apakah yang anda miliki untuk mendapatkan informasi
?
A. Televisi
B. Radio
C. Koran
D. Internet
E. Tidak ada
23. Alat komunikasi apakah yang keluarga anda pergunakan saat ini ?
A. Handphone
B. Telpon Rumah
C. Internet
D. Telpon Rumah dan handphone
E. Tidak ada
24. Jenis Kendaraan yang sering diakses oleh petani ?
A. Mobil Pribadi
B. Angkutan Umum
C. Motor Pribadi
D. Motor Ojek
E. Sepeda
25. Jenis kendaraan yang bapak/ibu/Saudara miliki dari hasil budidaya kopi
?
A. Mobil
B. Motor
C. Sepeda
D. Gerobak dorong
E. Tidak ada
LAMPIRAN 10
TRANSKIP WAWANCARA
A. Kepala Desa
Wawancara dilakukan pada :
Hari/Tanggal : Sabtu, 23 September 2017 Jam : 14:20 WIB
Tempat : Rumah Kepala Desa
Narasumber : Bapak. Ahmari (Kepala Desa)
Nomor Telepon : 081323225212
1. Sudah berapa lama bapak menjadi kepala desa ?
Jawab : Kurang Lebih 3,9 Bulan
2. Berapa jumlah penduduk yang tinggal disini ?
Jawab : Sekitar 1.886 Jiwa 505 KK
3. Bekerja pada sektor apa saja penduduk yang tinggal di desa ini ?
Jawab : Kebanyakan disini petani, pekebun, dan peternak
4. Apakah lahan pertanian yang luas sudah dimanfaatkan dengan baik oleh warga
?
Jawab : Sekitar 75% sudah dimanfaatkan
5. Masyarakat yang melakukan budidaya tanaman kopi lulusan dari sekolah ?
Jawab : Ada tingkat SD, SMP ada juga SMA
6. Lahan kopi yang digarap oleh petani merupakan lahan milik sendiri atau
pemeritah?
Jawab : Kebanyak milik sendiri ada juga sebagian kecil milik perhutani/pemerintah
7. Menurut bapak budidaya tanaman kopi membantu perekonomian warga atau
tidak?
Jawab : Sangat membantu, contohnya meningkatkan ekonomi, bisa membantu biaya
anak sekolah, bisa juga membantu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
8. Apakah banyak masayarakat yang tertarik untuk melakukan budidaya tanaman
kopi ?
Jawab : Allhamdulillah sekarang mulai banyak
9. Berapakah kebutuhan tenaga kerja yang dibutuhkan dalam budidaya tanaman
kopi?
Jawab : Sekitar 120 orang hektar/tahun
10. Apakah masyarakat sudah diberi penyuluhan tentang budidaya tanamn kopi
yang baik dan benar ?
Jawab : Saya rasa sudah ada cuma belum maksimal
11. Biasanya masyarakat tau proses budidaya tanaman kopi dari mana ?
Jawab : Awalnya iku-ikutan dari orang luar, tapi sekarang Allhamdulillah sudah di
instruksikan oleh pemerintah sudah dianjurkan dan harus ditingkatkan
12. Apakah dengan adanya budidaya tanaman kopi kondisi sosial ekonomi
masyarakat menjadi lebih baik ?
Jawab : Alhamdulilah lebih baik
13. Apakah sarana informasi dan komunikasi masayarakat di Desa ini sudah dapat
dijangkau oleh semua masyarakat ?
Jawab : Belum sama sekali, belum ada sinyal masih sulit
14. Kedepanya adakah rencana bapak untuk memberikan pembekalan mengenai
budidaya kopi kepada masyarakat ?
Jawab : Insyaallah bahkan sekarang sudah mulai ada pertanian yang datang kesini
memberikan penyuluhan-penyuluhan tentang budidaya kopi.
B. Wawancara Pengepul/Pedagang
Wawancara dilakukan pada :
Hari/Tanggal : Sabtu, 23 September 2017 Jam : 13:15
Tempat : Rumah Pengepul/Pedagang
Narasumber : Tanzil Aziz
Nomor Telepon :
1. Sejak kapan bapak mulaimenjadi pengepul/pedagang kopi ?
Jawab : Sejak tahun 2006, hampir 11 tahun
2. Ap aalasan yang membuat bapak memilih menjadi pengepul/pedagang kopi?
Jawab : Karena jarak untuk menjual kopi dari petani ke pengepul jauh dari desa kami ke
Kabupaten saya memilih memilih menjadi pengepul kopi.
3. Apakah bapak mempunyai pekerjaan sampingan lain selain menjadi
pengepul/pedagang kopi ?
Jawab : Saya sekarng untuk saat ini sebagi perangkat Desa
4. Berapakah modal yang dibutuhka nuntuk menjadi pengepul/pedagang kopi ?
Jawab : Untuk menjadi pengepul kopi modal yang diperlukan kurang lebih 100 juta
5. Berapa pengahasilan yang bapak dapat dari menjadi pengepul/pedagang kopi ?
Jawab : Sebenarnya tergantung hasil panen, kalau hasilnya panenya bagus bisa sampai
50.000.000
6. Biasanya bapak membeli kopi langsung di kebun atau di datang kerumah orang
yang mau menjual kopi ?
Jawab : Biasanya orang yang mau menjual atau petani datang langsung kerumah.
7. Harga 1 kg kopi biasanya bapak beli dengan harga berapa?
Jawab : kalau untuk tahun hargnaya 22.500 dari petani ke pengepul
9. Harga 1 kg kopi biasanya bapak jual dengan harga berapa ?
Jawab : Harganya 24.000
10. Bapak biasanya menjual kopi yang terkumpul kemana ?
Jawab : Dijual ke eksportir atau pedagang besar
11. Setiap berapa hari sekali bapak menjual kopi kepada pedagang
besar/eksportir?
Jawab : 6 hari- 7 hari
12. Apakah ada kendala selama ini menjadi pengepul/pedagang kopi ?
Jawab : Informasi dari eksportir ke pengepul dikarenakan sinyal disini susah,
transfortasi, faktor jalan dan biaya transfortasi
13. Apakah ada rencana kedepanya untuk mengembangkan usaha sendiri ?
Jawab : Bersama teman-teman ada rencana kedepan untuk mengembangkan usaha kopi
disini.
C. Wawancara Petani
Wawancara dilakukan pada :
Hari/Tanggal : Jum’at, 22 September 2017 Jam : 17:02
Tempat : Rumah Petani Kopi
Narasumber : Hermansyah (Petani)
Nomor Telepon : 082240938451
1. Apakah budidaya kopi merupakan usaha tani yang menjanjikan ?
Jawab : ya menjanjikan
2. Apakah tanaman kopi tumbuh dengan baik disini ?
Jawab : karena daerah ini perbukitan dan gunung-gunung
3. Berapa ketinggian agar kualitas kopi yang dihasilkan baik ?
Jawab : yang bagus ketingian 800 MDPL
4. Apa saja yang diperlukan ketika ingin melakukan budidaya kopi ?
Jawab : Pertama menyiapkan lahan, kedua bibit kopi yang bagus
5. Proses apa saja yang harus dilakukan sebelum menanam kopi ?
Jawab : Persemaian
6. Bibit kopi yang ditanam biasanya berasal dari mana ?
Jawab : biasanya bibit kopi yang bagus dari batang kopi setiap tahun yang menghasilkan
kopi yang bagus
7. Pengelolaan untuk merawat kopi menggunakan pupuk ?
Jawab : Ada dua pupuk organic contohnya pupuk ternak dan sisa penggilingan kopi dan
kedua pupuk anorganik pospat
8. Bagaimana cara mengelola tanah agar kopi tumbuh dengan baik ?
Jawab : penyiangan dalam satu tahun, penyiangan rumput, membuang tunas-tunas kopi
9. Berapa lama waktu yang diperlukan dimulai dari pembibitan sampai panen ?
Jawab : lebih kurang 3,5 untuk panen awal buah pertama
10. Hasil kopi yang telah dipanen biasanya dipasarkan kemana saja ?
Jawab : ke pengepul, belum sampai ke eksportir
11. Berapakah pendapatan yang didapat bapak/ibu dari hasil panen kopi ?
Jawab : dalam 1 hektar 5 ton
12. Berapakah pendapatan yang didapat bapak/ibu dari luar usaha budidaya
tanaman kopi setiap bulan ?
Jawab : Rp. 1.500.0000
13. Berapakah pengeluaran bapak/ibu setiap bulan ?
Jawab : Rp. 1.250.0000
14. Dari hasil panen kopi bapak/ibu biasanya bisa membeli apa saja ?
Jawab : dirumah yang pertama kebutuhan biaya hidup, alat-alat rumah tangga, untuk
membiayai anak sekolah pendidikan, dan untuk membeli kendaraan.
Wawancara dilakukan pada :
Hari/Tanggal : Jum’at, 22 September 2017 Jam : 16 : 10
Tempat : Rumah Petani Kopi
Narasumber : Darsinah
Nomor Telepon : 085224842661
1. Apakah budidaya kopi merupakan usaha tani yang menjanjikan ?
Jawab : usaha yang sangat menjanjikan
2. Apakah tanaman kopi tumbuh dengan baik disini ?
Jawab : iya kopi disini tumbuh dengan sangat baik disini
3. Berapa ketinggian agar kualitas kopi yang dihasilkan baik ?
Jawab : sekitar 600 MDPL
4. Apa saja yang diperlukan ketika ingin melakukan budidaya kopi ?
Jawab : Menyiapkan tanah atau lahan yang paling penting
5. Proses apa saja yang harus dilakukan sebelum menanam kopi ?
Jawab : menyemai bibit kopi dahulu
6. Bibit kopi yang ditanam biasanya berasal dari mana ?
Jawab : dari biji kopi yang melalui proses penyemaian
7. Pengelolaan untuk merawat kopi menggunakan pupuk ?
Jawab : pupuk organik dan organik atau bisa juga bisa dari rumput sisa yang telah
disemai
8. Bagaimana cara mengelola tanah agar kopi tumbuh dengan baik ?
Jawab : kopi yang telah tumbuh dengan tinggi dibersihkan tunasanya dan rumput yang
ditanah dibersihkan.
9. Berapa lama waktu yang diperlukan dimulai dari pembibitan sampai panen ?
Jawab : untuk awal menanam 3,5 tahun baru bisa ditanam
10. Hasil kopi yang telah dipanen biasanya dipasarkan kemana saja ?
Jawab : dijual kerumah pengepul atau pedagang
11. Berapakah pendapatan yang didapat bapak/ibu dari hasil panen kopi ?
Jawab : sekali panen sekitar 12.000.000
12. Berapakah pendapatan yang didapat bapak/ibu dari luar usaha budidaya
tanaman kopi setiap bulan ?
Jawab : Rp. 2.500.000
13. Berapakah pengeluaran bapak/ibu setiap bulan ?
Jawab : Rp. 2.000.000
14. Dari hasil panen kopi bapak/ibu biasanya bisa membeli apa saja ?
Jawab : yang bisa dibeli paling kendaraan bermotor
Wawancara dilakukan pada :
Hari/Tanggal : Jum’at , 22 September 2017 Jam : 17 : 37
Tempat : Rumah Petani Kopi
Narasumber : Zainal
Nomor Telepon : -
1. Apakah budidaya kopi merupakan usaha tani yang menjanjikan ?
Jawab : tergantung apabila budidaya kopi dengan benar dan lahan nya luas menurut saya
itu menjanjikan
2. Apakah tanaman kopi tumbuh dengan baik disini ?
Jawab : sangat baik karena tanaman kopi bisa tumbuh dimana saja lebih bagus
pegunungan
3. Berapa ketinggian agar kualitas kopi yang dihasilkan baik ?
Jawab : sekitar 600 MDPL
4. Apa saja yang diperlukan ketika ingin melakukan budidaya kopi ?
Jawab : bibit yang berkulitas, pupuk dan takarnya harus pas
5. Proses apa saja yang harus dilakukan sebelum menanam kopi ?
Jawab : biji kopi disemai, membuat lubang pada tanah kemudian kopi ditanam
6. Bibit kopi yang ditanam biasanya berasal dari mana ?
Jawab : dari hasil menyemai atau dari hasil meyetek kopi yang memiliki kualitas yang
baik
7. Pengelolaan untuk merawat kopi menggunakan pupuk ?
Jawab : urea dan disemprot
8. Bagaimana cara mengelola tanah agar kopi tumbuh dengan baik ?
Jawab : jangan membiarkan rumput tumbuh dibawah pohon kopi
9. Berapa lama waktu yang diperlukan dimulai dari pembibitan sampai panen ?
Jawab : kurang lebih 3-4 tahun
10. Hasil kopi yang telah dipanen biasanya dipasarkan kemana saja ?
Jawab : biasanya saya hanya menjual bijinya ke pedagang
11. Berapakah pendapatan yang didapat bapak/ibu dari hasil panen kopi ?
Jawab : tergantung seberapa luas lahan, seberapa bagus kualitas kopi dan tergantung
harga jual kopi sekitar 20.000.000
12. Berapakah pendapatan yang didapat bapak/ibu dari luar usaha budidaya
tanaman kopi setiap bula ?
Jawab : Rp. 1.000.000
13. Berapakah pengeluaran bapak/ibu setiap bulan ?
Jawab : Rp. 750.0000
14. Dari hasil panen kopi bapak/ibu biasanya bisa membeli apa saja ?
Jawab : bisa membiayai anak sekolah dan membeli kendraan seperti motor
Wawancara dilakukan pada :
Hari/Tanggal : Sabtu, 23 September 2017 Jam : 13: 15
Tempat : Rumah Petani Kopi
Narasumber : Yayah
Nomor Telepon : -
1. Apakah budidaya kopi merupakan usaha tani yang menjanjikan ?
Jawab : ya, karena tanah didaerah kami sangat cocok untuk pertumbuhan kopi
2. Apakah tanaman kopi tumbuh dengan baik disini ?
Jawab : ya karena tanaman kopi dirawat dengan baik
3. Berapa ketinggian agar kualitas kopi yang dihasilkan baik ?
Jawab : menurut perikaraan saya 500 MDPL
4. Apa saja yang diperlukan ketika ingin melakukan budidaya kopi ?
Jawab : Pertama uang dan tanah, kedua bibit, ketiga pupuk, dan tenaga kerja
5. Proses apa saja yang harus dilakukan sebelum menanam kopi ?
Jawab : memeberishkan tanah dari rumput dan hama
6. Bibit kopi yang ditanam biasanya berasal dari mana ?
Jawab : berasal dari biji kopi yang sebelumya di tanaman dan bibit stek
7. Pengelolaan untuk merawat kopi menggunakan pupuk ?
Jawab : pupuk organik sisa hasil penggilingan kopi dan penyempropat
8. Bagaimana cara mengelola tanah agar kopi tumbuh dengan baik ?
Jawab : tanahnya dibersihkan dari hama
9. Berapa lama waktu yang diperlukan dimulai dari pembibitan sampai panen ?
Jawab : 3 tahun
10. Hasil kopi yang telah dipanen biasanya dipasarkan kemana saja ?
Jawab : dijual kepada pengepul kopi
11. Berapakah pendapatan yang didapat bapak/ibu dari hasil panen kopi ?
Jawab : pokoknya kurang lebih 10.000.000
12. Berapakah pendapatan yang didapat bapak/ibu dari luar usaha budidaya
tanaman kopi setiap bula ?
Jawab : Rp. 1.000.000
13. Berapakah pengeluaran bapak/ibu setiap bulan ?
Jawab : Rp. 750.000
14. Dari hasil panen kopi bapak/ibu biasanya bisa membeli apa saja ?
Jawab : tergantung apa yang dibutuhkan pokoknya untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
Wawancara dilakukan pada :
Hari/Tanggal : Sabtu, 23 September 2017 Jam : 14:02
Tempat : Rumah Petani Kopi
Narasumber : Tanzil
Nomor Telepon : -
1. Apakah budidaya kopi merupakan usaha tani yang menjanjikan ?
Jawab : sangat menjanjikan apabila budidaya kopi dilakukan dengan baik
2. Apakah tanaman kopi tumbuh dengan baik disini ?
Jawab : tumbuh sangat baik disini karena didaerah ini berupa perbukitan
3. Berapa ketinggian agar kualitas kopi yang dihasilkan baik ?
Jawab : kurang lebih ketinggian 600 MDPL
4. Apa saja yang diperlukan ketika ingin melakukan budidaya kopi ?
Jawab : Uang untuk modal, bibit kopi, dan pupuk
5. Proses apa saja yang harus dilakukan sebelum menanam kopi ?
Jawab : melakukan pembersihan rumput dan membuat lobang untuk nantinya ditanam
kopi
6. Bibit kopi yang ditanam biasanya berasal dari mana ?
Jawab : biasanya bibit kopi yang bagus dari batang kopi setiap tahun yang menghasilkan
kopi yang bagus
7. Pengelolaan untuk merawat kopi menggunakan pupuk ?
Jawab : pupuk organic dan anorganik, sperti dari kotoran hewan dan pupuk urea atau
bisa juga dilakukan penyemprotan hama
8. Bagaimana cara mengelola tanah agar kopi tumbuh dengan baik ?
Jawab : setiap satu tahun sekali tanahnya dilakukan penyiangan dari rumput
9. Berapa lama waktu yang diperlukan dimulai dari pembibitan sampai panen ?
Jawab : lebih kurang 3 tahun sudah siap dipanen
10. Hasil kopi yang telah dipanen biasanya dipasarkan kemana saja ?
Jawab : dijual kepada pedagang langsung
11. Berapakah pendapatan yang didapat bapak/ibu dari hasil panen kopi ?
Jawab : ya apabila hasil panenya bagus bisa sampai 30.000.000
12. Berapakah pendapatan yang didapat bapak/ibu dari luar usaha budidaya
tanaman kopi setiap bula ?
Jawab : Rp. 2.500.000
13. Berapakah pengeluaran bapak/ibu setiap bulan ?
Jawab : Rp. 2.700.000
14. Dari hasil panen kopi bapak/ibu biasanya bisa membeli apa saja ?
Jawab : bisa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, membiayai anak kuliah dan mampu
membeli kendaraan.
Wawancara dilakukan pada :
Hari/Tanggal : Sabtu, 23 September 2017 Jam : 15:20
Tempat : Rumah Petani Kopi
Narasumber : Sahuri
Nomor Telepon : -
1. Apakah budidaya kopi merupakan usaha tani yang menjanjikan ?
Jawab : sebenarnya si sangat menjanjikan tergantung perawatan yang kita lakukan
2. Apakah tanaman kopi tumbuh dengan baik disini ?
Jawab : sangat baik karena kopi bisa tumbuh dimana saja apalagi daerah disini berupa
pegunungan
3. Berapa ketinggian agar kualitas kopi yang dihasilkan baik ?
Jawab : kalo itu saya kurang tahu, tapi kemungkinan sekitar 600 MDPL
4. Apa saja yang diperlukan ketika ingin melakukan budidaya kopi ?
Jawab : yang pasti harus ada lahan, bibit, pupuk dan pekerja
5. Proses apa saja yang harus dilakukan sebelum menanam kopi ?
Jawab : tanah dibuat teras-teras, kemudian dibuat lobang untuk nantinya ditanami pohon
kopi
6. Bibit kopi yang ditanam biasanya berasal dari mana ?
Jawab : dari meyemai biji kopi, atau bisa juga dari stek
7. Pengelolaan untuk merawat kopi menggunakan pupuk ?
Jawab : pupuk alami seperti kotoran ternak atau rumput sisa yang mengalami
pembusukan dan juga pupuk urea
8. Bagaimana cara mengelola tanah agar kopi tumbuh dengan baik ?
Jawab : agar kopi bisa tumbuh dengan baik setiap habis panen tanah dilakukan
penyiangan atau pembersihan agar tidak menggangu tanaman kopi
9. Berapa lama waktu yang diperlukan dimulai dari pembibitan sampai panen ?
Jawab : seiktar 4 tahunan
10. Hasil kopi yang telah dipanen biasanya dipasarkan kemana saja ?
Jawab : karena jarak yang jauh jadi biasanya biji kopi dijual kepada pedagang atau
pengepul
11. Berapakah pendapatan yang didapat bapak/ibu dari hasil panen kopi ?
Jawab : sekitar 11.000.000-20.000.000
12. Berapakah pendapatan yang didapat bapak/ibu dari luar usaha budidaya
tanaman kopi setiap bula ?
Jawab : Rp. 1.500.000
13. Berapakah pengeluaran bapak/ibu setiap bulan ?
Jawab : Rp. 1.200.000
14. Dari hasil panen kopi bapak/ibu biasanya bisa membeli apa saja ?
Jawab : yang pasti bisa untuk membiaya anak sekolah memenuhi kebutuhan rumah dan
bisa juga membeli kendraan seperti halnya kendaraan.
Wawancara dilakukan pada :
Hari/Tanggal : Sabtu, 23 September 2017 Jam : 16 : 45
Tempat : Rumah Petani Kopi
Narasumber : Tuwuh (Petani)
Nomor Telepon : -
1. Apakah budidaya kopi merupakan usaha tani yang menjanjikan ?
Jawab : sangat menjanjikan
2. Apakah tanaman kopi tumbuh dengan baik disini ?
Jawab : tumbuh dengan sangat baik karena berada di ketinggian
3. Berapa ketinggian agar kualitas kopi yang dihasilkan baik ?
Jawab : sekitar 600 MDPL
4. Apa saja yang diperlukan ketika ingin melakukan budidaya kopi ?
Jawab : lahan, bibit dan peralatan
5. Proses apa saja yang harus dilakukan sebelum menanam kopi ?
Jawab : meyemai kopi
6. Bibit kopi yang ditanam biasanya berasal dari mana ?
Jawab : dari hasil meyemai sendiri
7. Pengelolaan untuk merawat kopi menggunakan pupuk ?
Jawab : pupuk urea dan sisa kulit kopi
8. Bagaimana cara mengelola tanah agar kopi tumbuh dengan baik ?
Jawab : dilakukan pembersihan rumput setelah selesai panen
9. Berapa lama waktu yang diperlukan dimulai dari pembibitan sampai panen ?
Jawab : sekitar 3 tahun lebih
10. Hasil kopi yang telah dipanen biasanya dipasarkan kemana saja ?
Jawab : dijual kepada pengepul yang ada
11. Berapakah pendapatan yang didapat bapak/ibu dari hasil panen kopi ?
Jawab : tergantung dari hasil panen yang didapat sekitar 5.000.000-10.000.00
12. Berapakah pendapatan yang didapat bapak/ibu dari luar usaha budidaya
tanaman kopi setiap bula ?
Jawab : Rp. 1.000.000
13. Berapakah pengeluaran bapak/ibu setiap bulan ?
Jawab : Rp. 850.000
12. Dari hasil panen kopi bapak/ibu biasanya bisa membeli apa saja ?
Jawab : bisa mebeli kendaraan seperti motor dan mesin penggilingan kopi
LAMPIRAN 11
DOKUMENTASI PENELITIAN
BIODATA PENULIS

Siti Nurhikmah adalah penulis skripsi ini. Penulis lahir pada


tanggal 3 Februari 1995 di Kuningan. Bertempat tinggal di
Kp.Pondok Rt.004 Rw.003 No.54 Bojongsari Kota Depok
Jawa Barat. Penulis menempuh pendidikan dimulai dari MI
Situgede (lulus tahun 2006), kemudian melanjutkan ke MTsN
V Kuningan (lulus tahun 2009). Selain itu, melanjutkan ke
SMAN 1 Kadugede (lulus tahun 2012) hingga akhirnya bisa
menempuh bisa menempuh masa kuliah di Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negri (UIN) Syarif
Hidayaullah Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai