Anda di halaman 1dari 89

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN

KAMPUNG WISATA DURIAN

(Studi Kasus Pada Kelompok Sadar Wisata Karang Asri Desa Ngrogung,
Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

SKRIPSI

OLEH
KRISMA FEBRI CAHYANINGTYAS
NIM 160141600632

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
OKTOBER 2021
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN
KAMPUNG WISATA DURIAN

(Studi Kasus Pada Kelompok Sadar Wisata Karang Asri Desa Ngrogung,
Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

SKRIPSI

OLEH
KRISMA FEBRI CAHYANINGTYAS
NIM 160141600632

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
OKTOBER 2021

i
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN
KAMPUNG WISATA DURIAN

(Studi Kasus Pada Kelompok Sadar Wisata Karang Asri Desa Ngrogung,
Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

SKRIPSI
Diajukan Kepada
Universitas Negeri Malang
untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan program sarjana

Oleh
Krisma Febri Cahyaningtyas
Nim 160141600632

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
OKTOBER 2021

ii
ABSTRAK

Cahyaningtyas, F. Krisma. 2020. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan


Kampung Wisata Durian (Studi Kasus Pada Kelompok Sadar Wisata
Karang Asri Di Desa Ngrogung Kecamatan Ngebel Kabupaten
Ponorogo). Skripsi, Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu
Pendidikan, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (1) Drs. H. Moh.
Ishom, M.Pd, (2) Endang Sri Redjeki, M.S

Kata Kunci: Partisipasi, Pengembangan, Kampung Wisata Durian

Kampung Wisata Durian adalah kampung berbasis wisata kuliner yang terletak
ditengah Kabupaten Ponorogo. Kampung tersebut berada dalam lingkungan masyarakat
yang terdapat suatu kelembagaan informal yaitu kelompok sadar wisata atau disingkat
Pokdarwis. Pokdarwis adalah lembaga informal yang sengaja dibentuk oleh masyarakat
dalam berperan, berkontribusi dan memiliki kepedulian terhadap pengembangan potensi
wisata daerah. Pengembangan adalah usaha yang bertujuan untuk berkembang kearah
yang lebih baik sehingga dapat memberi dampak perubahan dan pertumbuhan.
Pengembangan dalam kampung wisata bisa diartikan secara kualitas dan kuantitas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana partisipasi apa yang diberikan
masyarakat dalam pengembangan kampung wisata durian terutama di masa pandemik.
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian
yaitu studi kasus. Subjek pada penelitian kali ini adalah Kampung Wisata Durian yang
terletak di Desa Ngrogung, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo. Penelitian ini
diawali dengan mengumpulkan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Kemudian data yang diperoleh dari pengumpulan data di analisis dan reduksi data. Pada
tahap keabsahan data dilakukan dengan cara triangulasi sumber yang dilanjut dengan
proses pengecekan data yang diperoleh peneliti.
Hasil dari penelitian menunjukkan Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan
Kampung Wisata Durian antara lain : (1) Kampung Wisata Durian berawal dari gerakan
kelompok tani yang memiliki inisiatif dan adanya produk durian kanjeng sehingga
memunculkan ide untuk membuat kampung wisata durian (2) Partisipasi Masyarakat
adalah melakukan semua kegiatan hal di lapangan dan melakukan promosi melalui sosial
sedaangkan campur tangan Pemerintah yaitu memberikan fasilitas seperti gazebo dan
lainnya (3) Permasalahan yang dihadapi Kampung Durian adalah terkait sarana dan
prasarananya dan juga adanya wabah pandemik sehingga diperlukan pelatihan khusus
untuk mengolah durian agar lebih efisien.
Saran yang dapat diberikan terkait masalah utama yaitu wabah pandemik adalah
membuat produk olahan dari bahan dasar durian. Hal tersebut akan sangat efektif karena
mengurangi jumlah durian yang tidak laku atau tidak terkonsumsi karena membusuk.

iii
ABSTRACT

Cahyaningtyas, F. Krisma. 2020. Community Participation in the Development of Durian Tourism


Village (Case Study on Karang Asri Tourism Awareness Group in Ngrogung Village,
Ngebel District, Ponorogo Regency). Thesis, Department of Out-of-school Education,
Faculty of Education, Universitas Negeri Malang. Advisor: (1) Drs. H. Moh. Ishom,
M.Pd, (2) Endang Sri Redjeki, MS

Keywords: Participation, Development, Durian Tourism Village

Durian Tourism Village is a culinary tourism-based village located in the middle of


Ponorogo Regency. The village is located in a community environment where there is an informal
institution, namely a tourism awareness group or abbreviated as Pokdarwis. Pokdarwis is an
informal institution that is intentionally formed by the community to play a role, contribute and
have a concern for the development of regional tourism potential. Development is an effort that
aims to develop in a better direction so that it can have an impact on change and growth.
Development in a tourist village can be interpreted in terms of quality and quantity. This research
aims tofind out to what extent pwhat participation is given by the community in the development
of durian tourism villages, especially during the pandemic.
This research method uses a qualitative approach with the type of research that is a case
study. The subject of this research is the Durian Tourism Village which is located in Ngrogung
Village, Ngebel District, Ponorogo Regency. This research begins with collecting data through
interviews, observation, and documentation. Then the data obtained from data collection in the
analysis and reduction of data. At the stage of the validity of the data, it is done by triangulation of
sources followed by the process of checking the data obtained by the researcher.
The results of the study show that Community Participation in the Development of Durian
Tourism Villages, among others: (1) Durian Tourism Village started from a farmer group movement
that had the initiative and the existence of Kanjeng durian products so that it gave rise to the idea
to create a durian tourism village (2) Community participation was to carry out all activities things
in the field and doing promotions through social media while the government intervenes, namely
providing facilities such as gazebos and others (3) The problems faced by Kampung Durian are
related to its facilities and infrastructure and also the existence of a pandemic outbreak so that
special training is needed to process durian to make it more efficient.
Suggestions that can be given regarding the main problem, namely the pandemic outbreak,
is to make processed products from the basic ingredients of durian. This will be very effective
because it reduces the number of durians that do not sell or are not consumed due to rotting.

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga proposal skripsi ini dapat terselesaikan meskipun masih jauh dari kata
sempurna. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan pada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW yang telah membekan cahaya kebenaran kepada umatnya.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
program Sarjana Pendidikan Luar Sekolah Universitas Negeri Malang. Selama
penyusunan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu. Oleh karena itu
penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak pihak yang telah membantu
terwujudnya proposal skripsi ini. Pihak-pihak tersebut antara lain:
1. Prof. Dr. Bambang Budi Wiyono, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Malang yang telah memberi izin untuk
melakukan penelitian.
2. Dr. Zulkarnain, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah yang
telah memberikan dorongan untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
3. Drs. Moh Ishom, M.Pd sebagai Dosen Pembimbing I yang telah membimbing
dan mengarahkan atas selesainya skripsi ini.
4. Dr. Endang Sri Redjeki, M.S sebagai Dosen Pembimbing II yang telah
membimbing dan mengarahkan atas selesainya skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Luar Sekolah yang telah memberikan ilmu
pengetahuan mengenai pentingnya pendidikan Informal dan Nonformal.
6. Bapak Bambang Subgyo selaku pengurus ketua Kampung Wisata Durian
yang telah memberikan waktunya selama melaksanakan penelitian di
lapangan.
7. Kedua orang tua yang terus memotivasi, memberikan do’a yang tiada putus
demi kelancaran dalam menyelesaikan skripsi.
8. Kepada segenap Keluarga Besar PLS Angkatan 2016 yang telah memberikan
kenangan selama pada masa perkuliahan di Universitas Negeri Malang.
9. Semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak
dapat saya sebutkan satu per satu.

v
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih memiliki
kesalahan maupun kekurangan sehingga penulis masih membutuhkan saran dari
berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang
telah membantu penulis

Malang, 05 Oktober 2021


Penulis,

Krisma Febri Cahyaningtyas


NIM. 160141600632

vi
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i
HALAMAN JUDUL .................................................................................. ii
ABSTRAK .................................................................................................. iii
ABSTRACT ............................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................. v
DAFTAR ISI .............................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Fokus Penelitian ............................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 6
D. Kegunaan Penelitian ......................................................................... 6
E. Landasan Teori ................................................................................. 7
F. Kajian Teori ..................................................................................... 9

BAB II METODE PENELITIAN


A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ........................................................ 21
B. Kehadiran Peneliti ............................................................................ 22
C. Lokasi Penelitian .............................................................................. 24
D. Sumber Data ..................................................................................... 25
E. Prosedur Pengumpulan Data ............................................................. 26
1. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 26
2. Pengecekan Keabsahan Data ....................................................... 31
3. Tahapan Penelitian ..................................................................... 33

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN


A. Paparan Data .................................................................................... 36
B. Temua Penelitian .............................................................................. 39
1. Awal Mula Terbentuknya Kapung Durian .................................. 39

vii
2. Partisipasi Masyarakat dan Campur Tangan Pemerinah Desa ...... 40
3. Permasalahan yang Dihadapi dan Upaya Penyelesaiannya .......... 44

BAB IV PEMBAHASAN
A. Awal Mula Terbentuknya Kampung Durian ..................................... 46
B. Partisipasi Masyarakat dan Campur Tangan Pemerintah Terhadap
Pengelolaan Kampung Wisata .......................................................... 47
C. Permasalahan yang Dihadapi dan Upaya Penyelesaiannya ................ 51

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 54
B. Saran ................................................................................................ 54

DAFTAR RUJUKAN ................................................................................. 55


LAMPIRAN ............................................................................................... 57

viii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1.1 Hasil Penelitian Terdahulu...................................................................... 7
2.1 Rincian Waktu Penelitian ....................................................................... 23
3.1 Persentase Penggunaan Lahan Di Desa Ngrogung ................................. 37
3.2 Jumlah Penduduk Dilihat dari Umur ..................................................... 37
3.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Desa Ngrogung 37
3.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Matapencaharian Desa Ngrogung .... 38
3.5 Profil Informan Terbentuknya Kampung Durian .................................... 39

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1 Peta Kabupaten Ponorogo ...................................................................... 25
2.2 Teknik Analisis Data dan Model Interaktif ............................................ 31
2.3 Triangulasi dengan Tiga Sumber Data ................................................... 32
3.1 Pintu Masuk Kapung Wisata Durian ...................................................... 41
3.2 Fasilitas di Kapung Wisata Durian ........................................................ 44

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Kode Catatan Lapangan ......................................................................... 57
2. Pedoman Wawancara ............................................................................ 58
3. Panduan Observasi ................................................................................ 61
4. Catatan Wawancara ............................................................................... 62
5. Catatan Lapangan Observasi ................................................................. 74
6. Dokumentasi Penelitian ......................................................................... 77

xi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan kekayaan
dan keanekaragaman akan alam yang membentang dari Sabang hingga Merauke.
Keberagaman akan sumber daya alam yang dimiliki tersebut dapat menjadi modal
untuk pariwisata apabila dapat dimanfaatkan dan dikelola dengan baik sesuai
potensinya. Pariwisata dianggap sebagai suatu alternatif di dalam sektor ekonomi
untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan di Indonesia dan diyakini tidak
hanya sekedar mampu untuk menjadi sektor andalan dalam usaha meningkatkan
devisa negara, namun juga mampu mengentaskan kemiskinan (Yoeti 2008: 14).
Hal tersebut sejalan dengan yang tercantum pada UU RI No. 10 Tahun 2009
tentang Kepariwisataan yang menyatakan bahwa penyelenggaraan kepariwisataan
ditujukan untuk meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, memperluas dan memeratakan kesempatan
membuka lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah, memperkenalkan dan
mendayagunakan objek dan daya tarik wisata di Indonesia. Kebijakan tentang
pariwisata yang dikeluarkan oleh pemerintah tersebut dapat meningkatkan
perkembangan sektor industri pariwisata.
Kampung wisata adalah salah satu contoh dari industri pariwisata yang
berfokus pada basis masyarakat atau Community Based Tourism. Kampung
wisata dikelola dan dikembangkan oleh masyarakat desa setempat, kemudian hasil
kelola tersebut menghasilkan manfaat dan keuntungan yang dapat dinikmati oleh
masyarakat setempat, baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung,
sehingga dapat mengembangkan industri pariwisata tersebut. Melihat dari
prinsipnya, Konsep Pariwisata Berbasis Masyarakat juga termasuk kedalam
pengembangan masyarakat lokal (Locality Development) sebagaimana yang
diungkapkan Rothman dalam (Suharto, 2009): “Pengembangan masyarakat lokal
(Locality Development) merupakan proses yang ditujukan untuk menciptakan
kemajuan sosial dan ekonomi bagi masyarakat melalui partisipasi aktif serta
inisiatif anggota masyarakat itu sendiri. Kampung wisata terbentuk dari kesadaran

1
2

dan kepedulian masyarakat desa setempat untuk membangun dan


mengembangkan potensi industri pariwisata di daerahnya. Industri pariwisata
berupa kampung wisata tidak terbentuk begitu saja, diperlukan struktur kerja
organisasi atau kelompok yang aktif berperan dan berpartisipasi. Menurut Isbandi
(2007:27) partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses
pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan
pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah,
pelaksanaan upaya mengatasi masalah, keterlibatan masyarakat dalam proses
mengevaluasi perubahan yang terjadi. Perkembangan Kampung Durian menjadi
Kampung Wisata membutuhkan kerjasama antara masyarakat desa tersebut.
Upaya partisipasi atau keterlibatan masyarakat untuk berinteraksi secara sosial
dalam keadaan situasi dan kondisi tertentu untuk pengembangan kampung wisata
tersebut. Terbentuknya kampung wisata tidak terlepas dari partisipasi aktif dari
kelompok sadar wisata atau lebih dikenal dengan sebutan Pokdarwis.
Kelompok Sadar Wisata adalah suatu kelompok yang terbentuk dari rasa
kepedulian masyarakat lokal setempat untuk mengembangkan dan meningkatkan
potensi kepariwisataan di desa atau kampung. Menurut Bayu dan Bambang
(2017), kelompok Sadar Wisata selanjutnya disebut dengan Pokdarwis, adalah
kelembagaan di tingkat masyarakat yang anggotanya terdiri dari para pelaku
kepariwisataan yang memiliki kepedulian dan tanggung jawab serta berperan
sebagai penggerak dalam mendukung terciptanya iklim kondusif bagi tumbuh dan
berkembangnya kepariwisataan serta terwujudnya Sapta Pesona dalam
meningkatkan pembangunan daerah melalui kepariwisataan dan manfaatnnya bagi
kesejahteraan masyarakat sekitar. Kelompok Sadar Wisata memiliki peranan
dalam mengembangkan potensi wisata di daerah. Kegiatan Pokdarwis perlu diberi
arahan dan dukungan agar program kerja yang sudah dirancang dapat berjalan
efektif sehingga dapat menggerakan partisipasi masyarakat setempat untuk
membangun terciptanya lingkungan dan suasana yang kondusif sehingga akan
berdampak positif bagi perkembangan destinasi pariwisata dalam konteks wilayah
yang lebih luas.
Menurut Firmansyah (2012), Pokdarwis ini merupakan kelompok swadaya
dan swakarsa masyarakat yang dalam aktivitas sosialnya berupaya untuk
3

meningkatkan pemahaman kepariwisataan, meningkatkan peran dan partisipasi


masyarakat dalam pembangunan kepariwisataan, meningkatkan nilai manfaat
kepariwisataan bagi masyarakat atau anggota Pokdarwis dan mensukseskan
pembangunan kepariwisataan.
Menurut Rahim (2012) dalam bukunya yang berjudul Pedoman
“Kelompok Sadar Wisata”, menyatakan bahwa Kelompok Sadar Wisata atau
Pokdarwis merupakan kelembagaan informal yang dimana dibentuk oleh
masyarakat yang memiliki kesadaran dan kepedulian dalam membangun dan
mengembangkan kepariwisataan daerahnya.Setiap lembaga khususnya Pokdarwis
pasti memiliki program kerja yang bertujuan untuk mengembangkan wisata
menjadi lebih baik dari yang sebelumnya. Pokdarwis hanya mendapat bantuan
berupa pembinaan dan bantuan hukum. Dalam hal ini Kelompok Sadar Wisata
(Pokdarwis) atau kelompok penggerak pariwisata sebagai bentuk kelembagaan
informal yang dibentuk anggota masyarakat (khususnya yang memiliki
kepedulian dalam mengembangkan kepariwisataan di daerahnya), merupakan
salah satu unsur pemangku kepentingan dalam masyarakat yang memilki
keterkaitan dan peran penting dalam mengembangkan dan mewujudkan Sadar
Wisata dan Sapta Pesona di daerahnya.
Kabupaten Ponorogo terletak di Provinsi Jawa Timur bagian barat dengan
luas wilayah 1.371,78 km². Ponorogo memiliki banyak potensi di sektor
pariwisata yang dapat dikembangkan. Pariwisata budaya yang sangat terkenal di
Ponorogo antara lain Pagelaran Reyog, Grebeg Suro, Kirab pusaka dan lain lain.
Selain wisata budaya, potensi wisata alam dan kuliner juga dapat dikembangkan.
Daerah Ponorogo dibagi menjadi dua sub area, yaitu dataran tinggi dan dataran
terendah. Oleh karena itu wilayah Ponorogo sangat mendukung dijadikan kegiatan
pertanian maupun agrowisata yang terdapat pada desa atau kampung. Kondisi
wilayah yang potensial tersebut menjadi Kabupaten Ponorogo dapat
mengembangkan berbagai objek kampung wisata yang memiliki ciri khas
tersendiri. Pengembangan pariwisata lokal di Ponorogo perlu dilakukan agar dapat
menghasilkan pendapatan asli daerah sehingga meningkatkan perekonomian
masyarakat lokal. Salah satu objek wisata alam dan kuliner yang berpotensi
berkembang yaitu Kawasan Wisata Kampung Durian Ponorogo.
4

Kelompok tani merupakan suatu wadah bagi para petani atau peternak
untuk berkumpul, bertukar pikiran, dan bekerjasama dalam mengembangkan
usaha tani di desa. Kelompok tani dibentuk berdasarkan surat keputusan Kepala
Desa, guna meningkatkan sektor pertanian desa melalui swadaya masyarakat.Pada
saat ini kelompok tani diperbesar menjadi gabungan kelompok tani pada satu
wilayah administratif tertentu atau dikenal dengan istilah Gabungan Kelompok
Tani (Gapoktan). Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor
93/Kpts/OT.210/3/1997 tentang pedoman Pembinaan Kelompok Tani-Nelayan.
Gabungan Kelompok tani adalah merupakan gabungan dari beberapa kelompok
tani yang melakukan usaha agribisnis di atas prinsip kebersamaan dan kemitraan
sehingga mencapai peningkatan produksi dan pendapatan usahatani bagi
anggotanya dan petani lainnya (Syahyuti, 2007)
Kawasan Wisata Kampung Durian Ponorogo ini merupakan salah satu
tempat wisata dimana salah satu keunggulannya terletak pada buah durian. Di
tempat wisata ini para wisatawan dapat menikmati berbagai macam buah durian
diantaranya, Durian Monthong, Durian Merica, Durian Kunir, Durian Pisang dan
Durian Bajul. Selain buah durian di tempat wisata ini juga menyediakan buah-
buahan yang lain seperti manggis, rambutan dan lain lain yang bisa dijadikan
sebagai buah tangan para wisatawan yang telah berkunjung di Kawasan Wisata
Kampung Durian ini. Akan tetapi di Kawasan Wisata Durian Ponorogo ini ada
satu macam buah durian yang menjadi suguhan khusus yaitu Durian Kanjeng.
Keistimewaan dari durian kanjeng ini sendiri terletak pada ketebalan daging
buahnya dan tekstur daging buahnya yang tidak berserat sama sekali dan keset,
oleh karena itu durian kanjeng menjadi produk unggulan karena tidak pernah
membuat para wisatawan kecewa untuk mencicipinya. Buah Durian kanjeng
menjadi daya tarik utama para wisatawan untuk datang berkunjung. Kunjungan
wisata tidak hanya didominasi oleh wisatawan lokal Ponorogo, tetapi wisatawan
luar kota seperti Surabaya, Malang dan Pasuruan juga tidak kalah antusias.
Menurut Bambang Subagyo, pengelola di kampung wisata ini dapat
menyiapkan kurang lebih 500 aneka buah durian, namun pada saat hari libur
pengelola kewalahan melayani kunjungan wisata yang jumlahnya meningkat,
gasebo-gasebo yang kami siapkan sangat padat penuh pengunjung. Dengan
5

banyaknya kunjungan wisata di kampung durian ini akan berdampak pula


kurangnya pengawasan di area buah durian yang terdapat di wisata tersebut yang
akan menyebabkan rusaknya buah durian dan juga kurangnya partisipasi
masyarakat untuk melayani pengunjung yang ingin menikmati buah durian.
Pengelola wisata kampung durian Bambang Subagyo juga menuturkan
bahwasanya merencanakan kedepanya kampung durian tidak hanya menjadi
tempat wisata kuliner,akan dikembangkan fasilitas untuk wisatawan seperti,
kolam renang, playground dan lain sebagainya guna menambah kenyamanan para
wisatawan saat berkunjung. Namun untuk merealisasikan rencana tersebut
pengelola masih terhalang oleh beberapa faktor, infrastruktur fisik seperti jalan
menuju lokasi wisata kurang memadai, tingkat SDM yang masih relatif rendah
dan kurangnya dukungan dari pihak pemerintah. Untuk itu pengelola sebagai
pokdarwis mengharapkan partisipasi aktif dari masyarakat lokal untuk
merealisasikan rencana pengembangan wisata kampung durian ini. Untuk
kampung wisata durian itu sendiri luas lahan yang di tanami buah durian
Perkembangan Kampung Durian menjadi Kampung Wisata Durian tidak
terlepas dari partisipasai atau keterlibatan mayarakat secara sadar untuk
berinteraksi secara sosial dalam keadaan situasi dan kondisi tertentu. Partisipasi
masyarakat merupakan suatu cara masyarakata baik secara individu maupun
kelompok yang melalui berbagai proses dengan cara berbagidalam hal-hal nilai-
nilai, tradisi, perasaan,dan kesetiaan. Menurut Isbandi (2007:27) Partisipasi
masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian
masalah dan potensi yang ada dimasyarakat, pemilihan dan pengambilan
keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya
mengatasi masalah, keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi
perubahan yang terjadi”.
Dengan berjalanya waktu diseperempat awal tahun 2020 ini. Indonesia
dilanda wabah pandemic covid 19 yang mana kondisi ini sangat mempengaruhi
tempat-tempat wisata termasuk di wisata kampung durian. Karena pemerintah
daerah mengharuskan untuk menutup guna mencegah penularan covid 19. Dengan
demikian kunjungan wisata di kampung durian mengalami penurunan banyak.
Sehingga hasil panen buah durian tidak dapat bisa sepenuhnya dinikmati oleh
6

wisatawan.
Berdasarkan dari apa yang telah dipaparkan sebelumnya maka peneliti
ingin mengangkat fokus penelitian terkait partisipasi apa yang diberikan
masyarakat dalam membantu pengembangan Kampung Wisata Durian dimasa
pandemic Desa Ngrogung, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo. Karena ini
juga melibatkan atau sangat berkontribusi terkait dengan keilmuan Pendidikan
Luar Sekolah (PLS) khususnya konsentrasi Pemberdayaan Masyrakat (PM), yang
keilmuannya memang sangat diperlukan di kalangan masyarakat terutama di
pemberdayaan masyarakat.

B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka fokus penelitian
ini adalah tentang bagaimana proses partisipasi masyarakat dalam pengembangan
kampung wisata durian ?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah mengetahui bagaiman proses partisipasi masyarakat dalam pengembangan
kampung wisata durian.

D. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh manfaat,
baik secara teoritis maupun praktis kepada berbagai pihak sebagai berikut:
1. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam menambah
pengetahuan terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Membantu Pengembangan
Kampung Wisata Durian. Serta dapat memperkaya informasi tentang partisipasi
dan pengembangan masyarakat
2. Kegunaan Praktis
Secara Praktis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut:
a. Bagi Kampung Wisata Durian.
7

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan landasan bagi


masyarakat Kampung Wisata Durian dalam mengembangkan dan
meningkatan kampung wisata.
b. Bagi Pendidikan Luar Sekolah
Sebagai bahan pertimbangann dalam menyusun program-program
pemberdayaan masyarakat, khususnya dalam hal pengembangan di
bidang ke-PLS-an.Selain itu juga dapat dijadikan referensi mata kuliah
solidaritas sosial diharapkan dapat berguna sebagai bahan kajian dan
infrormasi mengenai Partisipasi Masyarakat Dalam Membantu
Pengembangan Kampung Wisata Durian .
c. Bagi Peneliti Lain
Dapat memperluas pengetahuan, wawasan, dan pengalaman bahwa
pendidikan luar sekolah dapat menyentuh kegiatan pemberdayaan
masyarakat dalam hal ini adalah dalam Partisipasi Masyarakat Dalam
Membantu Pengembangan Kampung Wisata Durian.

E. Landasan Teori
1. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya yang relevan diharapkan dapat
mendukung hasil dari penelitian ini Berikut hasil penelitian terdahulu yang
relevan disajikan dalam Tabel 1.1
Tabel 1.1 Hasil Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti, Tahun, Variabel Metode
No. Hasil Penelitian
Judul Penelitian Penelitian Penelitian
1. Gatot, J., & Senayan, S. Strategi Deskritif Hasil penelitian
(2018), Strategi pemberdayaan, Kualitatif menunjukkan
Pemberdayaan Masyarakat pengembangan pemberdayaan masyarakat
Dalampengembangan Desa desa di Desa Wisata
Wisata Nglanggeran, Nglanggeran dilakukan
Kabupaten Gunung Kidul melalui tiga strategi, yaitu
penyadaran,
pengkapasitasan, dan
pendayaan

2. Vga, N. A., Kusumawati, Partisipasi Deskriptif Hasil penelitian


A., & Hakim, L. (n.d. masyarakat, Kualitatif menunjukkan bahwa
(2017), Partisipasi pengembangan aspek-aspek prasyarat
Masyarakat Dalam desa partisipasi yaitu
Pengembangan Kampung kesempatan, kemampuan
Wisata Kreatif Dago Pojok dan keinginan telah
terpenuhi. Dengan begitu,
partisipasi dalam berbagai
8

Nama Peneliti, Tahun, Variabel Metode


No. Hasil Penelitian
Judul Penelitian Penelitian Penelitian
jenis dapat terwujud dari
masyarakat
3. Romi, M. A (2019). Pengembangan Deskriptif The results of the study
Pengaruh Partisipasi potensi lokal Kualitatif concluded that the
Masyarakat Terhadap community participation
Pembangunan Desa. 8(2), which includes decision
26. making, community
participation in
implementation,
participation in receiving
benefits, and participation
in simultaneous
evaluations have no
influence on village
development.
4. Agustine & Tsuroyya, komunikasi Deskriptif Strategi komunikasi
(2019), Communication kesetaraan dan Kualitatif pembangunan partisipatori
Between Equals Dan penyadaran yang dilakukan oleh
Constientizing Dalam pengelola kampung durian
Pengembangan Desa memiliki fungsi dan peran
Wisata Kampung Durian yang efektif memberikan
penyadaran,
mengkomunikasikan
pesan pemberdayaan dan
mengembangkan
kreatifitas masyarakat
Desa Duyung
5 Nur, F., Bulkis, S., & Partisipasi Deskriptif bentuk partisipasi
Naping, H. (n.d). Partisipasi masyarakat, Kualitatif masyarakat pada tahap
Masyarakat Dalam Proses pembangunan persiapan berupa
Pembangunan Infrastruktur infrastruktur kehadiran dan sumbangan
Desa Studi Kasus : Program ide atau pemikiran, pada
Alokasi Dana Desa Di Desa tahap pelaksanaan bentuk
Bialo Kabupaten partisipasi masyarakat
Bulukumba. berupa tenaga, dana dan
material, pada tahap
pemeliharaan bentuk
partisipasi masyarakat
berupa tenaga.
6. Priyanto, J. A., Suseno, S. Covid-19, Deskriptif Banyak kegiatan desa
H., & Korespondensi, P. pembangunan kualitatif yang dilakukan untuk
(n.d) (2020) Partisipasi desa, pembangunan desa
Masyarakat Desa perekonomian ditengah wabah ini.
Cihideung Ilir Dalam Kegiatan musrenbang
Perencanaan Pembangunan masih didominasi oleh
Desa Sebelum Dan Sesudah golongan tertentu. Faktor
Wabah Covid-19 yang memengaruhi
partisipasi masyarakat
antara lain penyampaian
informasi, tingkat
pendidikan dan keadaan
ekonomi.
7. Usaha, K dkk (2017). Partisipasi, Deskriptif faktor-faktor yang
Partisipasi Peserta Kursus Kemandirian Kualitatif mendukung terhadap
Wirausaha Desa (KWD) Usaha, Kursus keberhasilan program
Dalam Meningkatkan Wirausaha KWD yaitu kemampuan
9

Nama Peneliti, Tahun, Variabel Metode


No. Hasil Penelitian
Judul Penelitian Penelitian Penelitian
Kemandirian Usaha Di Desa (KWD) dan kemandirian warga
Sanggar Kegiatan Belajar belajar dalam
Kota Banjar pembelajaran, serta
persiapan SKB dalam
mendesain program yang
sesuai dengan pedoman.
8. Ompusunggu, V. (2017). Partispasi, Deskriptif proses perencanaan
Peranan Partisipasi Masyarakat, Kualitatif pembangunan tidak di
Masyarakat Terhadap Pembangunan jalankan dengan baik di
Pembangunan Desa (Studi Desa Namo Bintang ,,
Pada Pembangunan Irigasi tingkat partisipasi
di Desa Namo Bintang masyarakat dalam
Kecamatan Pancur Batu) perencanaan
pembangunan masih
rendah, masyarakat tidak
dilibatkan dalam kegiatan
sesuai dengan yang
mereka butuhkan

Dari beberapa penelitian terdahulu yang diatas dapat disimpulkan adalah


Partisipasi masyarakat sangat di perlukan untuk proses pengembangan
kampong wisata atau desa wisata.

F. Kajian Teori
1. Partisipasi
Partisipasi merupakan keterlibatan seseorang atau beberapa orang dalam
suatu kegiatan. Keterlibatan dapat berupa keterlibatan mental dan emosi serta fisik
dalam menggunakan segala kemampuan yang dimilikinya (berinisiatif) dalam
segala kegiatan yang dilaksanakan serta mendukung pencapaian tujuan dan
tanggung jawab atas segala keterlibatan. Partisipasi merupakan keterlibatan
mental dan emosi dari seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorong
mereka untuk menyokong kepada pencapaian tujuan pada tujuan kelompok
tersebut dan ikut bertanggung jawab terhadap kelompoknya.
Menurut Kencana (2002:132) Partisipasi adalah penentuan sikap dan
keterlibatan hasrat setiap individu dalam situasi dan kondisi organisasinya,
sehingga pada akhirnya mendorong individu tersebut untuk berperan serta dalam
pencapaian tujuan organisasi, serta ambil bagian dalam setiap
pertanggungjawaban bersama. Partisipasi merupakan proses komunikasi antar
individu. Selain itu Alastaire White, mengemukakan bahwa partisipasi adalah
keterlibatan komunitas setempat secara aktif dalam pengambilan keputusan atau
10

pelaksanaannya terhadap proyek-proyek pembangunan untuk masyarakat. (dalam


Sunarti, 2003:76-77).
Partisipasi menurut Effendi dikutip oleh Siti Irene (2011: 58), terbagi atas
partisipasi vertikal dan partisipasi horizontal. Disebut partisipasi vertikal karena
terjadi dalam bentuk kondisi tertentu masyarakat terlibat atau mengambil bagian
dalam suatu program pihak lain, dalam hubungan dimana masyarakat berada
sebagai status bawahan, pengikut, atau klien. Adapun dalam partisipasi horizontal,
masyarakat mempunyai prakarsa dimana setiap anggota atau kelompok
masyarakat berpartisipasi horizontal satu dengan yang lainnya.
Partisipasi dalam proses pengambilan keputusan untuk mewujudkan
pembangunan sangat diperlukan, karena pembangunan yang berhasil harus
didukung oleh semua komponen bangsa, agar masyarakat memiliki rasa memiliki
dan rasa tanggung jawab terhadap pelaksanaan pembangunan itu sendiri.
Pembangunan sebenarnya merupakan suatu proses perubahan yang direncanakan
dan di kehendaki. Pembangunan pada umumnya merupakan kehendak masyarakat
yang terwujud dalam keputusan-keputusan yang diambil oleh para pemimpin,
kemudian disusun dalam suatu perencanaan yang selanjutnya dilaksanakan
kemudian dilaksanakan evaluasi.
Sekretariat Bina Desa (1999: 32-33) mengidentifikasikan partisipasi
masyarakat menjadi 7 (tujuh) jenis berdasarkan karakteristiknya, yaitu partisipasi
pasif/manipulatif, partisipasi dengan cara memberikan informasi, partisipasi
melalui konsultasi, partisipasi untuk insentif materil, partisipasi fungsional,
partisipasi interaktif, dan self-mobilization. Seperti dijelaskan dibawah ini:
a. Partisipasi pasif/manipulative.
Masyarakat berpartisipasi dengan cara diberitahu apa yang sedang atau
telah terjadi; pengumuman sepihak oleh manajemen atau pelaksana proyek
tanpa memperhatikan tanggapan masyarakat; informasi yang
dipertukarkan terbatas pada kalangan profesional di luar kelompok
sasaran.
b. Partisipasi dengan cara memberikan informasi.
Masyarakat berpartisipasi dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan
penelitian seperti dalam kuesioner atau sejenisnya; masyarakat tidak punya
11

kesempatan untuk terlibat dan mempengaruhi proses penyelesaian; akurasi


hasil penelitian tidak dibahas bersama masyarakat.
c. Partisipasi melalui konsultasi.
Masyarakat berpartisipasi dengan cara berkonsultasi; orang luar
mendengarkan dan membangun pandangan-pandangannya sendiri untuk
kemudian mendefinisikan permasalahan dan pemecahannya, dengan
memodifikasi tanggapan-tanggapan masyarakat; tidak ada peluang bagi
pembuat keputusan bersama; para profesional tidak berkewajiban
mengajukan pandangan-pandangan masyarakat (sebagai masukan) untuk
ditindaklanjuti.
d. Partisipasi untuk insentif materiil.
Masyarakat berpartisipasi dengan cara menyediakan sumber daya seperti
tenaga kerja, demi mendapatkan makanan, upah, ganti rugi, dan
sebagainya; masyarakat tidak dilibatkan dalam eksperimen atau proses
pembelajarannya; masyarakat tidak mempunyai andil untuk melanjutkan
kegiatankegiatan yang dilakukan pada saat insentif yang
disediakan/diterima habis.
e. Partisipasi fungsional.
Masyarakat berpartisipasi dengan membentuk kelompok untuk mencapai
tujuan yang berhubungan dengan proyek; pembentukan kelompok
(biasanya) setelah ada keputusan-keputusan utama yang disepakati; pada
awalnya, kelompok masyarakat ini bergantung pada pihak luar (fasilitator,
dll) tetapi pada saatnya mampu mandiri.
f. Partisipasi interaktif.
Masyarakat berpartisipasi dalam analisis bersama yang mengarah pada
perencanaan kegiatan dan pembentukan lembaga sosial baru atau
penguatan kelembagaan yang telah ada; partisipasi ini cenderung
melibatkan metode inter-disiplin yang mencari keragaman perspektif
dalam proses belajar yang terstruktur dan sistematik; kelompok-kelompok
masyarakat mempunyai peran kontrol atas keputusan-keputusan mereka.
12

g. Self-mobilization.
Masyarakat berpartisipasi dengan mengambil inisiatif secara bebas (tidak
dipengaruhi/ditekan pihak luar) untuk mengubah sistem-sistem atau nilai-
nilai yang mereka miliki; masyarakat mengembangkan kontak dengan
lembaga-lembaga lain untuk mendapatkan bantuan-bantuan teknis dan
sumberdaya yang dibutuhkan; masyarakat memegang kendali atas
pemanfaatan sumberdaya yang ada. Keberhasilannya tergantung pada tipe
macam apa partisipasi masyarakat dalam proses penerapannya. Artinya,
sampai sejauh mana pemahaman masyarakat terhadap suatu program
sehingga masyarakat turut berpartisipasi.

2. Partisipasi masyarakat
Partisipasi Masyarakat adalah proses terlibatnya warga atau masyarakat
dalam mengidentifikasi masalah hingga potensi yang terdapat pada masyarakat
tersebut. Proses pemilihan keputusan, pelaksanaan, keterlibatan dan pemikiran
solusi merupakan cara untuk menangani masalah maupun mengangkat potensi
sehingga dapat dilakukan evaluasi sehingga menghasilkan perubahan yang terjadi.
Menurut Parwoto dikutip oleh Siti Irene, (2011: 56) partisipasi masyarakat
merupakan keterlibatan anggota masyarakat dalam pembangunan dan pelaksanaan
(implementasi) program atau proyek pembangunan yang dilakukan dalam
masyarakat lokal. Partisipasi masyarakat atau partisipasi warga adalah proses
ketika warga, sebagai makhluk individu maupun kelompok sosial dan organisasi,
mengambil peran serta ikut mempengaruhi proses perencanaan pelaksanaan dan
pemantauan kebijakan yang langsung mempengaruhi kehidupan mereka
(Sumarto, 2003:17).
Partisipasi masyarakat dilakukan oleh sekumpulan masyarakat tanpa
adanya rasa paksanaan dan dapat berlangsung secara berkelanjutan. Partisipasi
yang dimaksudkan yaitu partisipasi yang menjadikan masyarakat sebagai subjek
dari beberapa aturan yang dilakukan untuk ketercapaian dari partisipasi tersebut.
Proses pelibatan partisipasi masyarakat dilakukan dari tahap perencanaan,
pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan yang akan menghasilkan suatu
sistem untuk dijadikan evalusi dari kegiatan partisipasi guna untuk kelanjtan
13

proses ketahap pembangunan yang selanjutnya. Masyarakat lokal memiliki peran


penting dalam pengembangan kampung wisata, peran masyarakat dapat
berpengaruh terhadap kualitas produk wisata yang disuguhkan. Pengelolaan
potensi kampung seperti kerajinan tangan, produk olahan khas, kesenian lokal,
penyediaan akomodasi hingga kebersihan dapat menjadikan daya tarik untuk
calon wisatawan yang akan berkunjung.
Terdapat dua dimensi penting dalam partisipasi masyarakat yaitu dimensi
pertama adalah siapa yang berpartisipasi dan dimensi kedua adalah bagaimana
partisipasi itu berlangsung. Untuk itu Cohne dan Uphoff mengklasifikasikan
masyarakat berdasarkan latar belakang dan tanggung jawabnya, yaitu:
a. Penduduk setempat.
b. Pemimpin masyarakat.
c. Pegawai pemeritahan.
d. Pegawai asing.
Partisipasi masyarakat dapat terjadi apabila masyarakat ikut berpartisipasi
langsung. Terdapat syarat-syarat agar partisipasi msyarakat dapat terlaksana yaitu,
adanya kesempatan untuk ikut dalam partisipasi, adanya kemauan untuk
memanfaatkan kesempatan dan adanya kemampuan untuk beradaptasi. Partisipasi
masyarakat dalam pembangunan diartikan sebagai keikutsertaan masyarakat
dalam kegiatan pembangunan, ikut memanfaatkan dan menikmati hasil
pembangunan.
Partisipasi dapat terjadi melaui berbagai proses dan tahapan, mulai dari
interaksi antar individu atau masyarakat kemudian pembahasan pokok masalah,
proses pelaksanaan kegiatan dan hasil dari kegiatan. Menurut Riwu (2007: 127)
menyatakan bahwa partisipasi masyarakat dapat terjadi pada empat jenjang yaitu
pertama, partisipasi dalam pengambilan keputusan. Kedua, partisipasi dalam
pelaksanaan. Ketiga, partisipasi dalam pemanfaatan. Keempat, partisipasi dalam
evaluasi.
a. Pembuatan keputusan dalam partisipasi masyarakat merupakan tahapan
yang sangat mendasar sekali, karena yang di ambil menyangkut nasib
masyarakat secara keseluruhan yang menyangkut kepentingan bersama.
Partisipasi dalam hal pengambilan keputusan ini bermacam-macam,
14

seperti kehadiran rapat, diskusi, sumbangan pemikiran, tanggapan atau


penolakan terhadap program yang ditawarkan.
b. Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program merupakan proses
selanjutannya sesuai dengan kesepakatan sebelumnya. Dalam hal ini
partisipasi dalam pembangunan ini dapat dilakukan melalui keikut sertaan
masyarakat dalam memberikan konstribusi guna menunjang pelaksanaan
pembangunan yang berwujud tenaga, uang, barang, material, maupun
informasi yang berguna bagi pelaksanaan pembangunan.
c. Partisipasi ini tidak terlepas dari kualitas maupun kuantitas dari hasil
pelaksanaan program yang bisa dicapai. Dari segi kualitas, keberhasilan
suatu program akan ditandai dengan adanya peningkatan output,
sedangkan dari segi kuantitas dapat dilihat seberapa besar persentase
keberhasilan program yang dilaksananakan, apakah sesuai dengan target
yang telah ditetapkan.
d. Partisipasi dalam evaluasi berkaitan dengan masalah pelaksanaan program
secara menyeluruh. Partisipasi ini bertujuan untuk mengetahui apakah
pelaksanaan program telah sesuai dengan yang rencana ditetapkan atau ada
penyimpangan.
Partisipasi yang diberikan oleh masyarakat dalam menjalakan kegiatan
tidak hanya dari tenaga saja, melainkan dapat berupa sumbangsih pemikiran atau
ide. Ada beberapa macam faktor yang mendorong masyarakat untuk ikut serta
dalam partisipasi ini. Keikutsertaan masyarakat dalam partisipasi bisa disebabkan
karena adanya tujuan yang sama, bisa juga karena ingin melakukan langkah
bersama walaupun tujuannya berbeda. Meskipun ada perbedaan tujuan
masyarakat dalam berpartisipasi harus tetap berjalan. Meski demikian perbedaan
tujuan tersebut harus bisa dirubah menjadi tujuan bersama seiring berjalannya
waktu agar membuahkan hasil yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

3. Konsep Kampung Wisata


Tren pariwisata saat ini ialah pariwisata yang membaur dengan masyarakat
local dan alamnya seperti kehidupan di daerah desa sebagai tujuan wisata. Desa
sebagai objek sekaligus juga sebagai subjek dari kepariwisataan. Berdampak pada
15

atraksi wisata serta kehidupan yang ada di pedesaan merupakan tujuan bagi
kegiatan wisata, sedangkan sebagai subjek bahwa desa dengan segala aktivitas
sosial budayanya dan apa yang dihasilkan oleh kegiatan tersebut akan dinikmati
oleh masyarakatnya secara langsung. Peran aktif masyarakat akan menentukan
kelangsungan kegiatan pariwisata pedesaan (Soebagjo, 1991).
Kampung wisata atau desa wisata adalah komunitas atau masyarakat yang
terdiri dari penduduk suatu wilayah terbatas yang bisa saling berinteraksi secara
langsung di bawah sebuah pengelolaan dan memiliki kepedulian, serta kesadaran
untuk berperan bersama sesuai keterampilan dan kemampuan masing-masing,
memberdayakan potensi secara kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya
kepariwisataan di wilayahnya. Kampung wisata adalah salah satu bentuk
penerapan pembangunan pariwisata berbasis masyarakat. Pengembangan
kampung wisata diharapkan terjadi pemerataan disetiap daerah yang sesuai
dengan konsep pembangunan pariwisata yang berkeseninambungan.
Kampung wisata menempatkan komunitas atau masyarakat sebagai subjek
atau pelaku utama dalam pembangunan kepariwisataan, kemudian
memanfaatkannya bagi kesejahteraan masyarakat. Dalam aktivitas sosialnya,
kelompok swadaya dan swakarsa masyarakat berupaya untuk meningkatkan
pemahaman kepariwisataan; mewadahi peran dan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan kepariwisataan di wilayahnya; meningkatkan nilai kepariwisataan
serta memberdayakannya bagi kesejahteraan masyarakat.
Sebagai pelaku utama, komunitas atau masyarakat berupaya meningkatkan
potensi pariwisata atau daya tarik wisata yang ada di wilayahnya. Selanjutnya,
komunitas atau masyarakat menyiapkan diri sebagai tuan rumah yang baik bagi
para wisatawan ketika berkunjung. Seluruh kegiatan yang dilakukan oleh
komunitas atau masyarakat di desa wisata, memiliki tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi masyarakat dengan mendayagunakan aset dan potensi
yang dimiliki.
Menurut Priasukmana dan Mulyadi (Priasukmana dan Mulyadi; 2001)
Kampung wisata atau Desa wisata adalah suatu kawasan pedesaan yang
menawarkan keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian pedesaan baik
dari kehidupan sosila ekonomi, social budaya, adat istiadat, keseharian, memiliki
16

arsitektur bangunan dan struktur tata ruang desa yang khas, atau kegiatan
perekonomian yang unik dan menarik serta mempunyai potensi untuk
dikembanggkannya berbagai komponen kepariwisataan, misalnya atraksi,
akomodasi, makanan–minuman, dan kebutuhan wisata lainnya.
Kampung wisata adalah suatu wilayah yang penduduknya mempunyai
kegiatan di bidang sosial dan ekonomi dalam bentuk pengembangan usaha
pariwisata yang berbasis pada potensi daya tarik alam dan buatan termasuk
bangunan cagar budaya maupun tatanan sosial kehidupan masyarakat setempat,
nilai budaya, dan seni tradisi serta kerajinan dan kuliner tradisional dan sarana
prasarana akomodasi (Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 115 Tahun 2016
Tentang Penyelenggaraan Kampung Wisata).
Sebuhungan dengan adanya kampung wisata/desa wisata sangat perlu
adanya sapta pesona. Menurut Rahim (2012) pada buku Pedoman Kelompok
Sadar Wisata Sapta pesona merupakan jabaran konsep sadar wisata yang terkait
dengan dukungan dan peran masyarakat sebagai tuan rumah dalam upaya untuk
menciptakan lingkungan dan suasana kondusif yang mampu mendorong tumbuh
dan berkembangnya industri pariwisata melalui per wujudan tujuh unsur sapta
pesona yaitu :
a. Aman merupakan Suatu kondisi lingkungan di destinasi pariwisata atau
daerah tujuan wisata yang memberikan rasa tenang, bebas dari rasa takut
dan kecemasan bagi wisatawan dalam melakukan perjalanan atau
kunjungan ke daerah tersebut.
b. Tertib merupakan Suatu kondisi lingkungan dan pelayanan di destinasi
pariwisata atau daerah tujuan wisata yang mencerminkan sikap disiplin
yang tinggi serta kualitas fisik dan layanan yang konsisten dan teratur serta
efisien sehingga memberikan rasa nyaman dan kepastian bagi wisatawan
dalam melakukan perjalanan atau kunjungan ke daerah tersebut.
c. Bersih merupakan Suatu kondisi lingkungan serta kualitas produk dan
pelayanan di destinasi pariwisata atau daerah tujuan wisata yang
mencerminkan keadaan yang sehat/ higienis sehingga memberikan rasa
nyaman dan senang bagi wisatawan dalam melakukan perjalanan atau
kunjungan ke daerah tersebut.
17

d. Sejuk merupakan Suatu kondisi lingkungan di destinasi pariwisata atau


daerah tujuan wisata yang mencerminkan keadaan yang sejuk dan teduh
yang akan memberikan perasaan nyaman dan “betah” bagi wisatawan
dalam melakukan perjalanan atau kunjungan ke daerah tersebut.
e. Indah merupakan Suatu kondisi lingkungan di destinasi pariwisata atau
daerah tujuan wisata yang mencerminkan keadaan yang indah dan menarik
yang akan memberikan rasa kagum dan kesan yang mendalam bagi
wisatawan dalam melakukan perjalanan atau kunjungan ke daerah
tersebut, sehingga mewujudkan potensi kunjungan ulang serta mendorong
promosi ke pasar wisatawan yang lebih luas.
f. Ramah merupakan Suatu kondisi lingkungan yang bersumber dari sikap
masyarakat di destinasi pariwisata atau daerah tujuan wisata yang
mencerminkan suasana yang akrab, terbuka dan penerimaan yang tinggi
yang akan memberikan perasaan nyaman, perasaan diterima dan “betah”
(seperti di rumah sendiri) bagi wisatawan dalam melakukan perjalanan
atau kunjungan ke daerah tersebut.
g. Kenangan merupakan Suatu bentuk pengalaman yang berkesan di destinasi
pariwisata atau daerah tujuan wisata yang akan memberikan rasa senang
dan kenangan indah yang membekas bagi wisatawan dalam melakukan
perjalanan atau kunjungan ke daerah tersebut.
18

4. Pengembangan Kampung Wisata


Pengembangan merupakan usaha yang bertujuan untk berkembang kearah
yang lebih baik sehingga dapat meberi dampak perubahan dan pertumbuhan.
Pengembangan dalam kampung wisata bisa diartikan secara kualitas dan
kuantitas. Pengembangan kualitas berarti peningkatan dari segi menajemen
pengelolaan hingga pelayanan yang diberikan. Sedangkan pengembangan
kuantitas yaitu menambah berbagai jenis produk pelayanan sehingga dapat
memenuhi kebutuhan para wisatawan. Kampung wisata dapat berkembang sesuai
dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat apabila masyarakat lokal ikut terlibat
langsung didalamnya.
Pemerintah memiliki peranan dalam membantu merealisasikan rencana
pengembangan kampung wisata sehingga dalam proses pengembangan sesuai
dengan peraturan hokum yang berlaku. Namun peran politik pemeritah harus
dikurangi dan lebih memberikan ruang kepada masyarakat lokal untuk
berpartisipasi. Prinsip pengembangan kampung wisata adalah sebagai salah satu
produk wisata alternatif yang dapat memberikan dorongan bagi pembangunan
pedesaan yang berkelanjutan serta memiliki prinsip-prinsip pengelolaan antara
lain, ialah:
a. Memanfaatkan sarana dan prasarana masyarakat setempat.
b. Menguntungkan masyarakat setempat.
c. Berskala kecil untuk memudahkan terjalinnya hubungan timbal balik
dengan masyarakat setempat.
d. Melibatkan masyarakat setempat.
e. Menerapkan pengembangan produk wisata pedesaan,
dan beberapa kriteria yang mendasarinya seperti antara lain:
a. Penyediaan fasilitas dan prasarana yang dimiliki masyarakat lokal yang
biasanya mendorong peran serta masyarakat dan menjamin adanya akses
ke sumber fisik merupakan batu loncatan untuk berkembangnya desa
wisata.
b. Mendorong peningkatan pendapatan dari sektor pertanian dan kegiatan
ekonomi tradisional lainnya.
19

c. Penduduk setempat memiliki peranan yang efektif dalam proses


pembuatan keputusan tentang bentuk pariwisata yang memanfaatkan
kawasan lingkungan dan penduduk setempat memperoleh pembagian
pendapatan yang pantas dari kegiatan pariwisata.
d. Mendorong perkembangan kewirausahaan masyarakat setempat.

Pengembangan kampung wisata harus memperhatikan kemampuan dan


tingkat penerimaan masyarakat setempat yang akan di kembangkan menjadi desa
wisata. Menurut Suwantoro (2002:88-89), pengembangan adalah memajukan dan
memperbaiki atau meningkatkan sesuatu yang sudah ada. Hal ini di maksudkan
untuk mengetahui karakter dan kemampuan masyarakat yang dapat di manfaatkan
dalam pengembangan desa wisata, menentukan jenis dan tingkat pemberdayaan
masyarakat secara tepat. Untuk langkah-langkah mengetahui penerimaan
masyarakat terhadap kegiatan pengembangan desa wisata : 1) Tidak bertentangan
dengan adat istiadat budaya masyarakat setempat, 2) Pengembangan fisik yang di
ajukan untuk meningkatkan kualitas llingkungan desa, 3) memperhatikan unsur
kelokalan dan keaslian, 4) Memberdayakan masyarakat desa, 5) Memperhatikan
daya dukung dan daya tampung berwawasan lingkungan.
Tahap Pengembangan Kampung Wisata atau Desa Wisata dibagi menjadi 3
tahap pengembangan:
1. Pengembangan Peninggalan Arsitektural
Pengembangan dengan mengkonservasi bangunan peninggalan bersejarah
sebagai bentuk atraksi dari desa/kampung. Kegiatan ini bertujuan agar wisatawan
dapat mempelajari nilai-nilai budaya pada masa-masa tertentu yang tercermin
melalui bentuk arsitekturnya. Pengembangan peninggalan arsitektural dapat
berupa pengembangan bangunan sebagai museum atau dapat digunakan untuk
fungsi lain yang kontekstual dengan kebutuhan masyarakat sekarang sehingga
menyatu dengan kegiatan yang dilakukan di desa/kampung wisata tersebut.
2. Pengembangan Keseluruhan Kampung
Pengembangan tahap ini merupakan tahap yang mempertimbangkan
pengembangan seluruh desa/kampung wisata. Dengan mempertimbangkan
kebutuhan desa/kampung sebagai objek wisata, dilakukan studi akan rencana
20

pengembangan akomodasi yang dapat menjadi fasilitas pendukung dari kegiatan


wisata di desa/kampung. Rencana pengembangan akomodasi tersebut meliputi
perencanaan pengembangan lahan-lahan baru atau perencanaan pengembangan
menggunakan lahan-lahan/fasilitas yang sudah ada sebelumnya.
3. Pengembangan Akomodasi Kampung
Pengembangan akomodasi desa/kampung merupakan pengembangan tahap
tersier dimana sebelumnya desa/kampung sudah memiliki frekuensi kunjungan
yang cukup sering sehingga pengembangan akomodasi tahap lanjut dapat
diperkirakan berdasarkan data statistik kunjungan wisatawan. Akomodasi tersebut
dirancang untuk diolah dan dikelola oleh warganya dengan mempertimbangkan
daya dukung dan potensi masyarakatnya sehingga dapat mengontrol segala
dampak dari dibentuknya akomodasi baru.
BAB II
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian


Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Peneliti
menggunakan jenis penelitian studi kasus pada partisipasi masyarakat dalam
pengembangan kampung wisata durian. Menurut Moleong (2016) menyatakan
bahwa “metodologi kualitatif sebagai upaya menggambarkan fenomena atau
kejadian sesuai yang terjadi di lapangan dan prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari
orang-orang dan perilaku orang yang dapat diamati”.
Penelitian Kualititatif adalah penelitian yang bersifat deskriptif dan
lebih menekakan ke penggunaan analisis. Landasan teori yang sebagai
pemandu dapat fokus penelitian sesuai dengan kenyataan di lapangan.
Menurut Moleong (2005:6), penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara
holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada
suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode alamiah.
Studi kasus adalah jenis pendekatan yang penelititannya terfokus
sehingga dapat dijabarkan dengan jelas dan tajam. Secara umum jenis
pendekatan studi kasus memberikan akses atau peluang yang luas kepada
peneliti untuk mencari informasi atau menelaah secara detail, mendalam, dan
menyeluruh terhadap unit yang diteliti. Sedangkan menurut ( Ulfatin, 2015)
Studi kasus adalah metode penelitian yang memusatkan perhatian pada suatu
kasus secara intensif dan rinci. Studi kasus dalam penelitian kualitatif
umumnya bertujuan untuk mempertahankan keutuhan dari objekyang diteliti.
Dikatakan studi kasus karena sasaran dan fokus kasusnya yang unik, sasaran
studi kasus dapat berupa manusia, peristiwa, latar, dokumen. Pada studi kasus
deskriptif ini peneliti ingin melacak urutan peristiwa, hubungan antar pribadi

21
22

menggambarkan sub budaya, dan menemukan fenomena kunci dalam suatu


peristiwa, isu-isu yang ditemukan dalam studi kasus deskriptif pada umumnya
dalam bentuk unjuk kerja perorangan, truktur kelompok, dan struktur
lingkungan sosial. Dalam banyak penelitian kualitatif biasanya bisa disebut
deskripif karena secara umum karakteristiknya dari kualitatif memag bersifat
deskriptif. Oleh karena itu studi kasus deskriptif dapat diintegrasikan dan
dikombinasikan dengan studi kasus lain, seperti studi kasus deskriptif-
eksploratoris, deskriptif – eksplanatoris, deskriptif kasus tunggal, deskriptif –
multisitus,dan seterusnya.
Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini, dapat menggambarkan dan
menganalisis partisipasi masyarakat dalam pengembangan kampung wisata
durian.Dalam pendekatan kualitatif menyajikan hakikat hubungan antara
peneliti dan objek penelitian yang dapat memberikan kemungkinan bagi
perubahan-perubahan jika ditemukan fakta-fakta yang lebih mendasar dan
bermakna dilapangan karena pendekatan ini bersifat fleksibel. Tipe penelitian
deskriptif digunakan peneliti untuk menyesuaikan atau membandingkan fakta
yang ada dilapangan dengan penggunaan teori dan mencoba memberikan
pemecahan terhadap permasalahannya.

B. Kehadiran Peneliti
Kehadiran atau partisispasi dalam peneliti ini sangatlah penting dan utama
dalam proses untuk pengumpulan data. Menurut Sugiyono (2014: 292)
menyatakan kehadiran peneliti berperan sebagai perencana, pelaksana,
pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan menjadi pelapor dari hasil
penelitiannya. Peneliti dapat mengatur berjalannya suatu penelitian. Jika peneliti
tidak dapat menghadiri penelitiannya sendiri maka bisa dikatakan gagal. Hal ini
terutama dalam berinteraksi sosial dalam pengumpulan data yang relative cukup
lama. Pengamatan ini berperanserta agar peneliti dapat memahami kehidupan
sehari – hari pada diri subjek. Menurut Nazir (2004) sesuai dengan penelitian
kualitatif, kehadiran penelitidi lapangan adalah sangat penting dan diperlukan
secara optimal. Dalam melakukan pengamatan dimaksudkan agar peneliti dapat
memasuki dunia subjek dengan beberapa cara dan sekaligus sebagai alasan
23

mengapa dirinya harus hadir dilapangan. Peneliti menggunakan teknik


pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Peneliti
mengumpulkan data didukung dengan alat perekam data seperti tape recorder,
kamera, dan pedoman wawancara. Semua kegiatan peneliti dari tahap penelitian
sampai penyusunan hasil dilakukan oleh peneliti. Pengamatan ini berperan serta
agar peneliti dapat memahami kehidupan sehari – hari pada diri subjek. Semua
kegiatan peneliti dari tahap penelitian sampai penyusunan hasil dilakukan oleh
peneliti.
Dalam penelitian ini, informasi yang dapat digali secara mendalam adalah
berkaitan dengan bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengembangan
kampung wisata durian di desa ngrogung. Penelitiaan ini dimulai pada tanggal 25
juli 2020 dimana pada saat itu melakukan observasi awal atau studi pendahuluan
di musim pandemic dengan melihat kondisi yang terdapat di kampung wisata
durian di Desa Ngrogung, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo. Peneliti
menemui Bapak Bambang sekalau ketua kampung wisata durian. Beliau
menceitakan secara singkat awal mula terbentuk kampung wisata durian. Rincian
waktu penelitian dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut.
Tabel 2.1 Rincian Waktu Penelitian
No Tanggal Metode Pengumpulan Data Informan
1 25-07-2020 Observasi
25-07-2020 Dokumentasi BS
25-07-2020 Wawancara
2 28 -07-2020 Observasi
28-07-2020 Dokumentasi SM
28-07-2020 Wawancara
3 04-08-2020 Observasi
04-08-2020 Dokumentasi YA
04-08-2020 Wawancara
4 08-08-2020 Observasi
08-08-2020 Dokumentasi BS
08-08-2020 Wawancara
5 12-08-2020 Observasi SM
12-08-2020 Dokumentasi
12-08-2020 Wawancara
6 16-08-2020 Observasi YA
16-08-2020 Dokumentasi
16-08-2020 Wawancara
7 10-09-2020 Observasi
10-09-2020 Dokumentasi BS
10-09-2020 Wawancara
24

Guna memperoleh data yang lengkap dan akurat mengenai bagaimana


partisipasi masyarakat dalam pengembangan kampung wisata durian di Desa
Ngrogung, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo digunakan teknik wawancara
mendalam dengan Bapak Bambang (Ketua Kampung Wisata Durian), Bapak
Sumartono (Pengurus Kampung Wisata Durian) dan anggota atau masyarakat
kampung wisata durian serta melakukan observasi dan pengamatan terhadap
kondisi sekitar tempat kampung wisata durian pada saat kegiatan berlangsung
sehingga dapat dilakukan pengecekan antara data yang diperoleh melalui
wawancara, observasi, dan studi dokumentasi untuk dijadikan sebagai bahan
mendalam dalam menyusun sebuah laporan penelitian yang dapat dipertanggung
jawabkan secara ilmiah. Setelah data diperoleh kemudian peneliti menganalisis dan
data yang didapatkan dari teknik pengumpulan data yang digunakan. Kemudian
data analisis penelitian melakukan uji keabsahan data yang telah didapatkan dan
peneliti menulis laporan hasil penelitian. Dengan demikian kehadiran peneliti
sangatlah mutlak. Sebab peneliti sebagai instrument utama dalam penelitian.

C. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat dimana menggali dan mengumpulkan
data serta informasi yang berguna dan mendukung penelitian, sejalan dengan hal
itu Nasution (2003: 43) menjelaskan lokasi penelitian adalah menunjukkan pada
pengertian tempat atau lokasi sosial penelitian yang dicirikan oleh adanya unsur
yaitu pelaku, tempat, dan kegiatan yang dapat di observasi.
Lokasi penelitian adalah Kampung Wisata Durian yang bertempat di Dusun
Ngresik Desa Ngrogung Kecamatan Ngebel Kab Ponorogo. Alasan peneliti
memilih penelitian di kampung wisata durian karena ingin mengetahui Bagaimana
Proses Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Kampung Wisata Durian.
25

Gambar. 2.1 Peta Kabupaten Ponorogo

D. Sumber Data
Sumber Data adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Menurut
Lofland dan Lofland (Moleong, 2007) sumber data utama dalam penelitian
kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti
dokumen dan lain-lain. Namun untuk melengkapi data penelitian dibutuhkan dua
sumber data, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.
Berdasarkan hal tersebut peneliti berusaha menfokuskan pada
pengumpulan data secara lengkap dan mendalam guna utuk mencapai tujuan
penelitian. Sumber data utama dalam peneltian adalah keempat subjek
penelitian/informan yaitu Bapak B (Ketua kampung wisata Durian), Bapak S
(Pengurus Kampung Wisata Durian) dan Masyarakat setempat kampung wisata
durian. Oleh karena itu, jenis data penelitian adalah data primer dan data
sekunder.
Salah satu langkah penting dalam proses pengumpulan data adalah
menemukan orang / masyarakat atau tempat yang hendak dipelajari, mempelajari
akses dan membangun relasi dengan para partisipan sehingga mereka dapat
memberikan data yang benar. Untuk menentukan hal tersebut penelitian ini
menggunakan teknik snowball.
26

Menurut sugiyono (2014) snowball merupakan teknik penentuan sampel


yang mulamula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Peneliti memilih snowball
sampling karena dalam penentuan sampel, peneliti pertama-tama hanya
menentukan satu atau dua orang saja tetapi karena data yang didapat dirasa belum
lengkap maka peneliti mencari orang lain yang untuk melengkapi data tersebut.

1. Sumber Data Primer


Sumber Data Primer Data primer adalah pengambilan data dengan
instrumen pengamatan, wawancara, catatan lapangan dan penggunaan
dokumen. Sumber data primer merupakan data yang diperoleh langsung
dengan teknik wawancara informan atau sumber langsung.Sumber primer
adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data
(Sugiyono, 2015: 187). Sumber data primer dalam penelitian ini adalah
beberapa informan dari kampung wisata durian yang merupakan jajaran
pengurus kampung wisata durian .
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang digunakan untuk mendukung
data primer yaitu melalui dokumentasi, buku yang berhubungan dengan obyek
yang akan diteliti pada penelitian ini. Sumber sekunder merupakan sumber
yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya
lewat orang lain atau dokumen (Sugiyono, 2015: 187). Sumber data sekunder
ini akan mempermudah peneliti untuk mengumpulkan data-data dan
menganalisis hasil dari penelitian ini yang nantinya dapat memperkuat temuan
dan menghasilkan penelitian yang mempunyai tingkat validitas yang tinggi.

E. Prosedur Pengumpulan Data


1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara-cara untuk memperoleh data
penelitian yang lengkap, objektif dan dapat dipertanggung jawabkan
kebenarannya serta sesuai dengan penelitian. Terkait dengan penelitian ini,
peneliti mengambil keempat informan, yaitu 1 Ketua kampung wisata durian,
1 pengurus kampung durian, dan 2 Masyarakat Kampung Wisata Durian.
27

Peneliti mengambil dari jajaran pengurus kampung wisata durian karena yang
lebih mengerti awal mulai terbentuk kampung wisata durian dan bagaimana
partisipasi masyarakat dalam pengembangan kampung wisata durian.
Sedangkan mengambil informan dari masyarakat peneliti bertujuan untuk
membandingkan dan mengecek kebenaran informasi yang didapatkan selama
penelitian dengan informan yang berbeda.
Dalam pengumpulan data penelitian ilmiah sangat penting untuk
memperoleh data sesuai yang diperlukan peneliti.Pendekatan kuanlitatif dan
jenis penelitian studi kasus teknik utama yang dilakukan peneliti dalam
pengumpulan data, yaitu Observasi, Wawancara, dan studi dokumentasi.
a. Observasi
Menurut Sugiyono (2011:131) mengatakan observasi adalah
suatu kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk memberikan
suatu kesimpulan atau diagnosis. Observasi merupakan salah satu
teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti untuk
melihat/terjun langsung ke lapangan. Senada dengan Djam’an Satori
dan Aan komariah, (2011: 104) yang mengatakan bahwa: “Metode
pengamatan merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang
mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal yang
berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu,
peristiwa, tujuan, dan perasaan”.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa pengumpulan data dengan
cara observasi adalah proses pengumpulan data dan pencatatan yang
diperlukan dalam konteks penelitian yang dilakukan secara sistematis
dan dapat dilakukan berulang kali untuk melengkapi data. Pada
penelitian ini peneliti terjun langsung ke lapangan untuk melakukan
pengamatan serta pencatatan informasi yang diperoleh dan diperlukan
sesuai dengan konteks penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti
melakukan pengamatan dan pencatatan terhadap hasil dari bagaimana
partisipasi masyarakat dalam pengembangan kampung wisata durian.
Peneliti melakukan observasi awal di Kampung Wisata Durian
pada tanggal 25 juli 2020 di saat musim pandemik maka di sana belum
28

tampak pengunjung yang berkunjung di kampung wisata kampung


durian. Peneliti hanya bisa mengamati pohon durian yang berbuah
tetapi tidak begitu banyak dan melihat kondisi sekitar kampung wisata
durian. Pada observasi awal peneliti juga menemui ketua kampung
durian yaitu Bapak Bambang ,beliau juga menceritakan secara singkat
awalnya terbentuknya kampung wisata durian.
Tabel 3.1 Informan penelitaan
Informan Kunci/Primer Informan Pendukung/Skunder
BS (40 tahun) S (55 tahun)
YA(52tahun)
PA (35 tahun)

b. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu bentuk pengumpulan data
dengan cara bertanya kepada informan terkait dengan pokok
permasalahan. Menurut Moleong (2011: 186) pengertian wawancara
adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan dua pihak
antara pewawancara (interviuwer), dan terwawancara (interviewee).
Wawancara ini merupakan wawancara tatap muka antara peneliti dan
responden dengan teknik wawancara mendalam dengan berdasarkan
interview guide yang telah disusun disertai dengan diskusi-diskusi dengan
pihak yang terkait. Wawancara yang dilakukan oleh peneliti baik melalui
perjanjian terlebih dahulu. Beberapa wawancara direkam dengan
menggunakan handphone dan beberapa yang lain dicatat menggunakan
buku catatan. Pada umumnya penelitian dalam menggunakan teknik
wawancara sebelumnya sudah membuat daftar pertanyaan yang akan
ditanyakan kepada informan sebagai alat bantu peneliti agar memperoleh
data yang valid dan detail. Daftar pertanyaan yang telah dibentuk sebelum
wawancara dimulai menerapkan pertanyaan 5W 1H. Wawancara yang
dilakukan peneliti sebagai berikut:
1) Peneliti menemui ketua kampung wisata kampung durian sekaligus
orang yang mengembangkan kampung wisata durian.
29

2) Peneliti menemui anggota kampong wisata durian .


3) Peneliti masyarakat sekitar kampong wisata durian.
4) Peneliti kemudian meminta izin untuk mewawancarai Bapak
Bambang , Bapak Sumartono dan Ibu Yulia untuk menggali tentang
partisipasi masyarakat dalam pengembangan kampung wisata durian.
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara secara
mendalam terhadap informan yakni ketua kampung wisata durian,
pengurus kampung wisata durian dan masyarakat setempat kampung
wisasta durian agar mengetahaui bagaimana proses partisipasi masyarakat
dalam mengembangkan kampung wisata durian. Dari hasil wawancara ini,
benar sesuai dengan tujuan penelitian.

c. Dokumentasi
Teknik Dokumentasi adalah untuk melengkapi hasil dari observasi
dan wawancara peneliti juga menggunakan teknik dokumentasi guna
sebagai pendukung data hasil penelitian. Menurut Sugiyono (2012: 240)
dokumentasi adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental seseorang.
Metode dokumentasi yang dimaksud adalah semua jenis rekaman atau alat
catatan data sekunder yang berkaitan dengan permasalahan penelitian
seperti foto, arsip, atau dokumen lainya. Dokumentasi yang di ambil oleh
peneliti meliputi foto tempat lokasi kampung wisata durian, gazebo,foto-
foto kegiatan kampung wisata durian dan dokumen seperti RPMJDes ,
Profil Desa, dan dokumen-dokumen kemudian peneliti akan meminta file
lalu menyimpan data melalui flash disk, peneliti melakukan pemotretan
tentang hal-hal yang berkaitan dengan kampung wisata durian.
d. Analisis Data
Menurut Sugiyono (2009: 89) Analisis data adalah proses
mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam
unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana
30

yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan


sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis kualitatif yang digunakan peneliti sebagaimana yang
dikemukakan Miles dan Hubberman (Sugiyono, 2009: 91) yaitu
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan langkah terakhir
adalah penarikan kesimpulan. Langkah-langkah tersebut sebagi
berikut.
1) Reduksi Data (data reduction)
Reduksi Data (data reduction) adalah suatu bentuk teknik analisis
data yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,
membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data sedemikian
rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan
diverivikasi. Menurut Sugiyono (2009: 92) “mereduksi data
berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya”.Reduksi data
pada penelitian ini bertujuan untuk mempemudah pemahaman
peneliti terhadap data yang telah tekumpul dari hasil penelitian.
Langkah ini sudah dilakukan oleh peneliti sejak peneliti
melakukan studi pendahulu di Desa Ngrogung.
2) Penyajian Data (data display)
Penyajiyan Data (data display) adalah sebuah bentuk teknik
analisis. Menurut Sugiyono (2009: 95) dalam penelitian kualitatif,
penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya”. Dengan
mendisplay data maka akan memudahkan untuk memahami apa
yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa
yang telah dipahami tersebut karena metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah studi kasus, maka display data yang
dilakukan lebih banyak dituangkan kedalam uraian. Penyajian
data dilakukan dengan mendeskripsikan atau memaparkan hasil
temuan dalam observasi, wawancara dan menghadirkan dokumen
31

yang menunjang data sehingga data data yang diperoleh masih


valid sesuai dengan kenyataan di lapangan.
3) Kesimpulan atau Verifikasi (Conclusion Drawing )
Tahap ini merupakan tahap penarikan kesimpulan dari semua data
yang telah diperoleh sebagai hasil dari penelitian. Penarikan
kesimpulan atau verifikasi adalah usaha untuk mencari atau
memahami makna/arti, keteraturan, pola-pola, penjelasan,alur
sebab akibat atau proposisi. Sebelum melakukan penarikan
kesimpulan terlebih dahulu dilakukan reduksi data, penyajian data
serta penarikan kesimpulan atau verifikasi dari kegiatan-kegiatan
sebelumnya. Menurut Sugiyono (2009: 99) bahwa kesimpulan
dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan
masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak,
karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif
masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti
berada di lapangan. Menurut Miles dan Huberman teknik analisis
data dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.2 Teknik Analisis Data Model Interaktif


Sumber: Miles dan Huberman (1994)

Pada gambar 3.1 menunjukan bahwa teknik analisis data


dengan model interaktif menurut Miles dan Huberman (1994).
Analisis data berisi arti: diatur, didukung dengan kode dan tabel.
Dengan reduksi data yang memiliki arti bahwa peneliti membuat
pengerucutan hasil pengumpulan data yang lengkap dan memilih
32

data yang sesuai dengan konteks penelitian. Lengkap dengan hasil


reduksi data, juga perlu diorganisir dalam bentuk penyajian data.
Penyajian data dapat berupa catatan wawancara, catatan observasi
dan catatan dokumentasi. Dengan demikian penyajian data
tersebut, maka dapat memudahkan upaya dalam memaparkan data
penegasan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

2. Pengecekan Keabsahan Data


Kredibilitas penelitian kualitatif ini dilakukan melalui triangulasi.
Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan
atau pembanding terhadap data-data tersebut” menurut Moleong (2016).
Untuk memperoleh data yang valid dan semakin dipercaya maka data yang
diperoleh memalui wawancara juga dilakukan pengecekan kepada responden.
Uji kredibilitas yang paling utama ialah dengan melakukan memperpanjang
pengamatan, triangulasi dan menggunakan bahan referensi lain. Beberapa
teknik yang dapat digunakan untuk mengetahui validitas data yaitu triangulasi
sumber, triangulasi metode atau teknik, dan triangulasi waktu. Pada penelitian
ini peneliti menggunakan trianggulasi sumber untuk memperoleh data yang
kredibel dengan mencocokkan data atau informasi dengan sumber yang
berbeda.
Triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek baik
informasi atau data yang diperoleh dari sumber/informan yang berbeda. Jadi
peneliti dapat membandingkan dan mengecek kebenaran informasi yang
diberikan oleh informan yang berbeda apakah ada perbedaan atau persamaan
dengan temuan data yang ada.
33

Ketua Kampung
Durian

Anggota Penggurus Masyarakat


Kampung Durian Kampung Durian

Gambar 2.3 Triangulasi dengan Tiga Sumber Data

Peneliti melakukan triangulasi sumber Triangulasi sumber yang berarti


menguji kredibilitas data dilakukan dengan mengecek data dengan sumber yang
berbeda. Maka bisa ditarik kesimpulan bahwa tujuan akhir triangulasi sumber
adalah membandingkan informasi hal yang sama, yang didapatkan melalui dari
beberapa informan agar menghindari dari subjektivitas bagi peneliti. Kemudian
peneliti mencocokkan hasil dari wawancara dengan beberapa informan serta dapat
diperkuat dengan dokumen yang didapat melalui hasil pengamatan atau hasil
dokumentasi bila diperlukan.Dengan demikian tujuan akhir dari triangulasi adalah
dapat mencocokkan atau menyesuaikan hal yang sama tentang partisipasi
masyarakat dalam pengembangan kampung wisata durian, yang diperoleh dari
beberapa informan yang berbeda yang kemudian dilakukan member check. Tujuan
dari member check adalah untuk mengukur kesesuaian seberapa jauh data yang
diperoleh oleh peneliti selama penelitian dengan apa yang disampaikan oleh
pemberi data. Jadi informasi yang didapat oleh peneliti akan digunakan dalam
penulisan hasil laporan sesuai dengan yang dimaksud oleh informan.

3. Tahapan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti membutuhkan tahap-tahap penelitian
yang diharapkan selesai tepat waktu, maka peneliti menjalankan penelitiannya
melalui tahapan sebagai berikut:
34

a. Tahapan Persiapan
Tahap Persiapan pada penelitian ini peneliti harus memenuhi syarat
untuk melakukan penelitian berupa proposal penelitian, dimana
peneliti dituntut untuk membuat rancangan penelitian, menentukan
lokasi penelitian, mencari informasi awal yang berkaitan dengan
dengan judul proposal, Konsultasi dengan pembimbing dan
melaksanakan seminar proposal. Peneliti mengajukan surat
permohonan ijin penelitian kepada Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan
(FIP) yang ditujukan kepada kepala Pengurus Kampung Wisata Durian
Di Desa Ngrogung, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Provinsi
Jawa Timur. Selanjutnya dikarenakan jarak antara kampus dan lokasi
penelitian cukup jauh maka peneliti berinisiatif menghubungi pihak
ketua kampung wisata durian melalui media handphone untuk
mendapatkan kepastian mengenai perijinanan penelitian. Setelah
mendapatkan ijin penelitian, selanjutnya penelitian melakukan
observasi awal untuk mencari bahan penelitian. Selanjutnya penelitian
menindaklanjuti mengenai permasalahan yang akan diteliti, dengan
melakukan observasi pada subjek penelitian untuk menentukan
sumber data, wawancara terhadap informan, mendokumentasiakan,
dan melihat latar penelitian.
b. Tahapan Pelaksanaan
Pada tahap ini peneliti melakukan penelitian dilakukan dengan
menjaring fakta dan bukti dengan metode yang dapat dipertanggung
jawabkan secara ilmiah, menganalisis, dan secara intensif memahami
peristiwa yang terjadi di lapangan. Peneliti melakukan kegiatan
pengumpulan data melalui kegiatan observasi (pengamatan),
wawancara, dan pengambilan dokumentasi di Kampung Wisata Durian
Di Desa Ngrogung, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Provinsi
Jawa Timur. Sehingga peneliti dapat menguraikan hasil pengumpulan
data guna untuk menjawab fokus penelitian dengan cermat dan
objektif serta menganalisis data tersebut dengan menggunakan metode
35

yang telah ditetapkan dalam rencana penelitain yang dapat


dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
c. Tahapan Analisis
Tahap ini meliputi kegiatan mengolah dan mengorganisir data yang
diperoleh melalui observasi , wawancara mendalam dan dokumentasi,
setelah itu dilakukan penafsiran data sesuai dengan konteks
permasalahan yang diteliti. Selanjutnya dilakukan pengecekan
keabsahan data dengan cara mengecek sumber data yang valid,
akuntabel sebagai dasar dan bahan untuk pemberian makna atau
penafsiran data yang merupakan proses penentuan dalam memahami
konteks penelitian yang sedang diteliti.
d. Tahapan Penulisan
Pada tahap ini setelah data yang diperoleh telah mencukupi, maka
dilanjutakan dengan analisis data sampai pembuatan laporan yang
ditulis berdasarkan pedoman penulisan karaya ilmiah yang berlaku di
Universitas Negeri Malang ( UM). Penulisan laporan akan melalui
serangkaian kegiatan konsultasi kepada Dosen Pembimbing I dan
Dosen Pembimbing II guna mendaptakan bimbingan dan saran demi
kesempurnaan skripsi sehingga memenuhi kriteria penyusunan skripsi
yang baik dan siap untuk diujikan.
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Paparan Data
1. Profil Desa
Secara administratif, Desa Ngrogung terletak di wilayah Kecamata
Ngebel Kabupaten Ponorogo Provinsi Jawa Timur dengan posisi dibatasi oleh
wilayah desa-desa tetangga. Di sebelah utara berbatasan dengan Desa Sempu
dan Desa Ngebel, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo. Di sebelah timur
berbatasan dengan Desa Wagir Lor dan Desa Sahang, Kecamatan Ngebel,
Kabupaten Ponorogo. Di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Wates dan
Desa Paringan, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo. Sedangkan sebelah
barat berbatasan dengan Desa Tanjung Sari dan Desa Kemiri, Kecamatan
Jenangan, Kabupaten Ponorogo. Jarak tempuh Desa Ngrogung. Jarak tempuh
Desa Ngrogung ke ibu kota kota Kecamatan (Kecamatan Ngebel) adalah 8 km,
yang dapat ditempuh dengan waktu sekitar 20 menit dengan kendaraan
bermontor. Sedangkan jarak tempuh ke ibu kota kabupaten (Kabupaten
Ponorogo) adalah 25 km, yang dapat ditempuh dengan waktu sekitar 60 menit.
Secara Topografi ketinggian Desa Ngrogung merupakan daratan tinggi
yaitu dengan ketinggian sekitar 400-600 m di atas permukaan air laut.
Berdasarkan data BPS Kabupaten Ponorogo tahun 2017, selama tahun 2017
curah hujan di Desa Ngrogung rata-rata mencapai 2400 mm/thn. Curah hujan
terbanyak terjadi padu tahun Desember sehingga mencapai 404 mm. Suhu rata-
rata di desa ngrogung cukup bervariasi antara 25 ° C - 36° C. Jenis tanah yang
ada di wilayah sebagian besar adalah tanah berpasir/tras dan tanah liat.
Luas wilayah Desa Ngrogung adalah 503,085 Ha yang terdiri dari 4
Dukuh yaitu : Ngrogung, Ngresik, Pule, Jati yang masing-masing dipimpin oleh
seorang Kamituwo. Posisi kamituwo menjadi strategis seiring banyaknya
limpahan tugas desa kepada aparat ini. Dalam rangka memaksimalkan fungsi
pelayanan terhadap masyarakat di Desa Ngrogung, dari keempat dukuh tersebut
terbagi menjadi 8 Rukun Warga (RW) dan 20 Rukun Tetangga (RT).

36
37

Luas lahan yang difungsikan untuk pemukiman adalah 19 Ha, luas lahan
yang difungsikan untuk pertanian 530,858 Ha yang di bagi mejadi luas lahan
untuk tegalan dan perkerangan ,lahan untuk sekolah 1,250 Ha. Komposisi
Penggunaan lahan di Desa Ngrogung diketahui bahwa 92% merupakan lahan
kering pertanian, 8% penggunaan lahan permukiman. Penggunaan lahan di desa
Ngrogung dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1 Persentase Penggunaan Lahan Di Desa Ngrogung
No. Penggunaan Lahan Luas Persentase
1 Pemukiman Umum 19,023 Ha 2,014 %
2 Ladang tegalan 194,654 Ha 93,79 %
3 Sekolah 1,250 Ha 1,182 %
6 Jalan 3,753 Ha 2,87 %
7 Kuburan 0,905 Ha 0,41 %
Jumlah 229,5 Ha 100 %
Sumber: Data Monografi Desa Ngrogung, 2018

Berdasarakan data administrasi pemerintah desa tahun 2018, jumlah


penduduk Desa Ngrogung adalah 3.297 jiwa dengan rincian 1.771 jiwa laki-
laki dan 1.526 jiwa perempuan. Jumlah penduduk tersebut tergabung dalam
1.771 KK (Kartu keluarga). Rincian jumlah penduduk Desa Ngrogung menurut
klasifikasi usia dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut:
Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Dilihat Dari Umur
Uraian Laki Laki Perempuan
0 – 7 Tahun 225 Orang 208 Orang
7 – 18 Tahun 467 Orang 482 Orang
18 -56 Tahun 522 Orang 587 Orang
>56 Tahun 236 Orang 289 Orang

Ditinjau dari tingkat pendidikan Desa Ngrogung, sejumlah 35%


penduduk adalah lulusan SD, 12% lulusan SMP. Jenjang pendidikan yang
paling sedikit di tempuh oleh penduduk Desa Ngrogung adalah tingkat
pendidikan tinggi (Diploma dan Sarjana) yaitu sebesar 1,02%. Disamping itu, di
Desa Ngrogung ditemukan sebanyak 10% penduduk masih buta huruf. Lebih
jelas mengenai tingkat pendidikan di Desa Ngrogung dapat dilihat dalam tabel
3.3 berikut
Tabel 3.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Desa Ngrogung
No. Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase
1 Buta Huruf 20 1,47 %
2 Tidak tamat SD / Sederajad 237 14,28 %
3 Tamat SD/ sederajad 168 35,7 %
4 Tamat SLTP 240 22,6 %
38

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase


5 Tamat SMA 438 24,19 %
6 Tamat D-1 4 0,59 %
7 Tamat D-2 5 0,13 %
8 Tamat D-3 5 0,46 %
9 Tamat S-1 12 1,09 %
10 Tamat S-2 2 0,11 %
Sumber 8 : Data Monografi Desa Ngrogung, 2018

Ditinjau dari mata pencaharian penduduk Desa Ngrogung diketahui


bahwa 92% penduduk mata pencaharian utama adalah pertanian, 4% penduduk
bermata pencaharian sebagai pegawai negeri sipil. 4% pencaharian swasta Lebih
jelas mengenai komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian penduduk
dapat dilihat dalam tabel 3.4 berikut.
Tabel 3.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Matapencaharian Desa Ngrogung
No. Mata Pencaharian Jumlah Persentase
1 Pegawai Negeri Sipil
a. Perangkat desa 23 2.08 %
b. PNS 4 1,16 %
c. ABRI 2 0,03%
d. Guru 11 5,73 %
e. Bidan 2 1,04 %
f. Mantri / perawat 1 0,52 %
2 Pensiunan ABRI / SIPIL 18 9,37 %
3 Pegawai Swasta 8 4,16 %
4 BUMN / BUMD 0 0, %
5 Jasa Perdagangan
a. Warung 10 5,20 %
b. Kios 12 6,81 %
c. Toko 2 1,04 %
6 Jasa Transportasi
a. Angkutan tidak Bermotor 0 0%
b. Angkutan Bermotor 7 3,64 %
c.Kendaraan Umum 4 2,16 %
7 Jasa Hiburan
Bilyard 1 1,0 %
8 Jasa Ketrampilan
a. Tukang Kayu 12 6,25 %
b. Tukang Batu 36 18,75 %
c. Tukang Jahit / Bordir 0 0%
Jumlah 172 100

B. Temuan Penelitian
1. Awal Mula terbentuknya Kampung Durian
Lokasi penelitian ini berada di Kampung wisata durian, kampung wisata
yang mempunyai banyak nilai sejarah terdapat di Jl. Ngresik, Ngrogung, Ngebel,
Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur 63493. Peneliti mengambil 3 subjek
39

penelitian atau informan yaitu berasal dari pengurus pokdarwis, profil informan
tersebut dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut.
Tabel 3.5 Profil Informan Terbentuknya Kapung Durian
No Informan Nama informan Kode
1. Ketua Kampung Wisata Bambang Sub BS
Durian
2. Pengurus Kampung Sumarto ST
Wisata Durian
3. Masyakat Yulia Astuti YA

Berdasarkan hasil data lapangan yang diperoleh mengenai Partisipasi


Masyarakat Dalam Membantu Proses Pengembangan Kampung Wisata Durian
Di Desa Ngrogung, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa
Timur yaitu awal mulanya kampong wisata Durian yang terletak di Desa
Ngrogung, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur ini
awal mulanya hanyalah pengembangan dari durian lokal yang dikembangkan
oleh masyarakat yang dibentuk menjadi kelompok tani, Durian lokan ini biasa
dinamakan oleh masyarakat setempat dengan sebutan “Durian Kanjeng” (O/25-
07-2020).
Awal mula terbentuknya kampung wisata durian dari pengembangan
dari durian lokal yaitu “Durian Kanjeng”. Hal ini juga disampaikan oleh ketua
pengurus Kampung Wisata Durian Di Desa Ngrogung, Kecamatan Ngebel,
Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur
“yaitu awal mulai kampong wisata Durian yang terletak di Desa Ngogung,
Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur Untuk kampung
duren awal mula dibentuk oleh kelompok tani awal mula dari pengembangan
duren lokal yang namanya ”kanjeng” dikembangkan oleh kelompok tani yang
memperbanyak lewat ekulasi atau sambung pucuk oleh kelompok tani karang
asri itu awal mulai pada tahun 2007 untuk mengadakan pengembangan duren
kanjeng itu, setelah kita mengadakan ekulasi kurang lebih selama 3 Tahun kita
baru membuka kampung durian atau kawasan kampong duren yang terletak di
kawasan dusun ngresik desa ngebel”(W/BS/25-07-2020).

Hal ini juga sejalan dengan apa yang disampaikan oleh pengurus
Kampung Wisata Durian Di Desa Ngrogung, Kecamatan Ngebel, Kabupaten
Ponorogo, Provinsi Jawa Timur.
“Awal mulai pembentukan kampung durian ini dimulai sejak tahun 2007
dengan tujuan untuk mengadakan pengembangan durian kanjeng, karena dulu
durian lokal kami namakan dengan durian “Kanjeng” setelah kita mengadakan
pengembangan durian kanjeng ini selama 3 Tahun barulah kita berinisiatif
untuk membuka Kampung Durian” (W/ST/28-07-2020)
40

Masyarakat Kampung Wisata Durian Di Desa Ngrogung, Kecamatan Ngebel,


Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur juga menyatakan hal yang sama
“Yang saya ketahui pembentukan kampung durian ini sejak tahun 2007,
akan tetapi pada waktu itu belum menjadi tempat wisata, hanya sebatas
untuk pengembangan durian lokal” (W/YA/04-08-2020)

Berdasarkan apa yang dipaparkan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa


awal mula pembentukan kampong wisata durian ini berawal dari pengembangan
bibit durian lokal yang dinamakan masyarakat Durian Kanjeng. Kampung wisata
durian dapat terbentuk setelah memiliki kriteria seperti tempat, hasil alam dan
terletak di daerah wisata sehingga sangat mendukung untuk di jadikan tempat
wisata kuliner kampung wisata durian. Adapun tujuan dari pembentukkan
kampung wisata durian adalah sebagai berikut:
a. Untuk meningkatkan hasil produksi durian yang mempunyai kualitas
unggul
b. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi
c. Melestarikan wisata alam
Keberadaan Kampung Wisata Durian Bermanfaat bagi masyarakat
setempat seperti paparan sebagai berikut:
a. Meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar
b. Menciptakan peluang usaha baru
c. Pengembangan sebagai desa wisata

2. Partisipasi Masyarakat dan Campur Tangan pemerintah desa


Kampung Wisata Durian yang terletak di Desa Ngrogung, Kecamatan
Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur tidak lepas dari campur
tanggan pemerintah Desa, Pemerintah Kabupaten, Kelompok Tani, dan juga
masyrakat sekitar baik sebagai baik yang memfasilitasi maupun sebagai
pendukung lainya(O/25-07-2020)
Hal ini sesuai apa yang di sampaikan oleh ketua pengurus Kampung
Wisata Durian:
“Untuk peran pemerintah desa itu ada, yang dominan sekali yang berperan
ialah kelompok tani di desa ini, kalau peran pemerintah desa ibaratnya hanya
sebagai pendukung saja,dan penyemangat saja” (W/BS/25-07-2020)
41

“Kalau selama ini keterlibatan dari pihak swasta tidak ada kalau dari
kepemerintahan sendiri kalau dari daerah dapat fasilitas gazebo
,gapura itu dari pemerintah kabupaten untuk provinsi itu tidak
ada”(W/BS/25-07-2020)
Hal ini juga di sampaikan oleh pengurus lainnya:
“Peran pemerintah desa sangat ada dalam pegembanagan kampung
durian ini, karena tanpa ada campur tangan pemerintah Desa maka
kampung durian ini juga tidak bisa berjalan dengan lancar, maka dari
itu pemerintah desa, kelompok tani, dan masyarakat lainnya juga
berkontribusi dalam pengembangan kampung durian ini” (W/ST/28-
07-2020)

“Selama ini keterlibatan dari pihak swasta masih belum ada kecuali
masyarakat sekitar desa dan juga para kelompok tani, kalau dari
kepemrintahan juga terlibat contohnya pada pembangunan Gazebo,
Gapuro itu merupakan keterlibatan dari pemerintah
Kabupaten”(W/ST/28-07-2020)

Gambar 3.1. Pintu Masuk Kampung Wisata Durian

Hal ini juga sesuai dengan apa yang disampaikan oleh masyarakat
setempat Kampung Wisata Durian yang terletak di Desa Ngrogung, Kecamatan
Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur lainya beliau menyampaikan
“Kalau peran pemerintah desa memang ada khususnya dalam mengerakan
kelompok tani dan masyarakat sekitar, tanpa peran pemerintah desa saya
rasa kurang afdol”(W/YA/04-08-2020)
“keterlibatan dari pihak lain seperti swasta, dan masyrakat lain ada tapi
tidak begitu, mereka hanya berperan seperti memberikan dukungan dan
juga meramaikan tempat-tempat wisata” (W/YA/04-08-2020)

Berdasarkan paparan data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwasannya


dalam pengembangan kampong Wisata Durian juga atas ikut campur tangan dari
42

pemerintah Desa, Pemerintah Kabupaten, dan Juga Masyarakat Sekitar maupun


masyarakat dari luar.
Pengembangan Kampung Wisata Durian ini tidak luput dari kerjasama
antara pemerintah Desa, pemerintah Kabupaten dan juga masyarakat Desa hal
ini juga di sampaikan oleh ketua Pengurus kampong Wisata Durian
“Ia kita bekerjasama tapi lebih tepatnya bukan bekerjasama tapi ini
milinya masyarakat, karena masyarakat dibentuk lebih fokus lagi di
kelompok tani,meskipun disini namanya kelompok tani karang asri,
tapi kelompok tani karang asri di dukung oleh kelompok tani lain
disekitar wilayah kampung duren ini (W/BS/25-07-2020)

Hal ini juga di sampaikan oleh pengurus Kampung Wisata Durian yang lainnya
“Sangat antusias sekali, masyarakat sangat bekerjasama dalam
membantu pengembanagan Kampung Wisata Durian yang ada di
tempat Kami ini,masyarakat sangat dibentuk untuk membuat
kelompok tani agar lebih fokus lagi untuk memikirkan dan mengelola
Kampung Wisata Durian ini” (W/ST/28-07-2020)

Hal ini juga searah dengan apa yang disampaikan oleh masyarakat lainnya
“Masyarakat sangat mendukung dan berpartispasi contohnya
meramaikan tempat wisata seperti jualan makanan dan juga
cemilan”(W/YA/04-08-2020”

Berdasarkan paparan data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam


pengembangan Kampung Wisata Durian ini juga melibatkan kerjasama beberapa
golongan dari golongan Pemerintah Desa, Pemerintah Kabupaten, Masyarakat
dan pihak swata lainnya

Keterlibatan masyarakat dalam membantu pengembangan kampong


wisata Durian tidak luput dari faktor yang ingin di capai masyarakat salah satu
faktor yang ingin dicapai masyarakat ialah keinginan masyarakat untuk
meningkatkan ekonomi masyarakat”(O/08-08-2020)

Hal ini juga sejelan dengan apa yang disampaikan oleh pihak informan
pada penelitian di lapangan

“Faktor yang mendorong masarakat dalam berpartisipasi untuk


pengembangan Kampung Durian salah satunya factor untuk
meningkatkan ekonomi masyarakat, dengan adanya wisata kampung
durian maka banyak orang-orang luar yang berkunjung dan ini juga
berpengaruh pada ekonomi masayarakat, seperti yang berjualan dan
lain-lain”(W/BS/08-08-2020)
43

“Bentuk partisipasi masyarakat contonya, mempromosikan kampung


wisata durian kepada masyarakat luar, melalui media social, kemudian
menerima dengan baik orang-orang yang berkunjung dan lain-
lain”(W/BS/08-08-2020)

Hal ini juga sesuai dengan apa yang disampaikan oleh pengurus
Kampung Wisata Durian yang terletak di Desa Ngogung, Kecamatan Ngebel,
Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur

“Faktor yang mendorong masyarakat dalam berpartisipasi untuk


pengembangan Kampung Durian salah satunya factor untuk
meningkatkan ekonomi masyarakat, dengan adanya wisata kampung
durian maka banyak orang-orang luar yang berkunjung dan ini juga
berpengaruh pada ekonomi masayarakat, seperti yang berjualan dan
lain-lain”(W/ST/25-07-2020)
“Bentuk partisipasi masyarakat contonya, mempromosikan kampung
wisata durian kepada masyarakat luar, melalui media social,
kemudian menerima dengan baik orang-orang yang berkunjung dan
lain-lain”(W/ST/25-07-2020)

Hal ini juga sesuai dengan apa yang disampaikan oleh masyarakat Kampung
Wisata Durian

“Salah satu yang menjadi pendorong masyarakat dalam ikut


berpartisipa merupakan karena factor keperdulian masyarakat
terhadap keadaan ekonomi masyarakat tidak lain dan tidak bukan
salah satunya untuk meningkat kan faktor ekonomi masyarakat”
(W/YA/25-07-2020)
“Untuk bentuk partisipasi mayarakat salah satunya yakni ikut
berpartisipasi dalam kegiatan di Kawasan kampung wisata, seperti
menerima pengunjung dengan baik, ramah pada pengunjung dan
berpartisipasi untuk membantu mengembangkan kampung wisata
durian dengan cara ikut berjualan makanan dan cemilan” (W/YA/25-
07-2020)
Berdasarkan paparan data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwasanya
yang mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dan juga bentuk partisipasi
masyrakat terhadap perkembangan Kampung Wisata Durian yaitu untuk
meningkatkan perekonomian masyarakat dan juga memajukan kempung wisata
durian dengan cara melakukan promosi secara terbuka melalui media sosial,
menerima pengunjung dengan baik dan juga berpartisipasi dalam memenuhi
mintaan pengunjung terhadap kebutuhan khususnya di bidang kuliner dengan
cara berjualan makan dan juga cemilan.
44

3. Permasalahan yang Dihadapi dan Upaya penyelesaiannya


Kampung Wisata Durian yang terletak di Desa Ngrogung, Kecamatan
Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur dalam proses
pengembangan kampong wisata ini tidak lupa dari permasalahan yang ada
seperti masalah pandemi saat ini dengan terpaksa Kampung Wisata Durian
ditutup untuk sementara waktu, tidak hanya itu permasalahan yang masih terjadi
ialah mengenai fasilitas sarana dan prasarana yang memadai(O/08-08-2020)
Hal ini searah yang disampaikan oleh Ketua pengurus kampong wisata
“Masalah saat ini yaitu pandemik seperti sekarang ini kampung wisata durian
di tutup untuk sementara di hari lainnya seperti kendala vasilitas yang masih
kurang seperti tempat-tempat peristirahat dll”(W/BS/08-08-2020)
Anggota pengurus lainnya juga menyampaikan mengenai permasalahan
dalam pengembangaan Kampung Wisata Durian
Sejauh ini kendala yang kami hadapi yaitu kendala Fasilitas umum saran dan
prasarana nya. (W/ST/12-08-2020)
Masalahnya di sarana dan saran untuk fasilitas pengunjung saja seperti
tempat istirahat dll(W/ST/12-08-2020)

Gambar 3.2 Fasilitas di Kampung Wisata Durian

Selain sarana dan prasarana, di kondisi pandemik ini juga menimbulkan


masalah baru terhadap kampung wisata durian. Pandemik saat ini sangat
mempengaruhi kondisi perekonomian masyarakat kampung durian. Penjualan
durian sangat menurun sehingga akan membuat durian rusak dan mengalami
kerugian. Seperti yang disampaikan oleh ketua pengurus kampung durian,
45

Berdasarkan paparan data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwasannya


permasalahan yang terjadi pada proses pengembangan Kampung Wisata Durian
ialah mengenai permasalahan wabah pandemi dan juga kurangnya fasilitas
sarana dan juga prasarana Tempat Wisata. Kampung durian berharp adanya
bantun dari pihak pemerintah maupun swasta untuk mengatasi masalah tersebut.
Penulis berencana untuk membantu untuk pemberdayaan warganya untuk
mengolah durian menjadi beberapa produk olahan di masa pandemik ini. Masa
pandemik seperti ini akan membuat durian yang tidak laku akan terbuang
percuma dalam waktu dekat. Penulis telah melakukan percobaan terkait produk
olahan berbahan dasar durian, penulis pernah membuat dodol durian, kue durian,
dan beberapa olahan lainnya. Dengan demikian durian dapat dipergunakan dan
dapat meminimalisir kebusukan dikarenakan durian olahan akan jauh bertahan
lebih lama selama beberapa bulan kedepan. Adanya pelatihan pemberdayaan
terkait olahan durian oleh penulis diharapkan mampu membantu masyarakat
dalam mengatasi masalah jika durian mereka sedang sepi di pasaran atau
ketidakadaan pengunjung selama pandemik seperti ini.
BAB IV
PEMBAHASAN

Pembahasan dalam bab ini berdasar pada data yang diperoleh dari hasil
penelitian di lapangan kemudian dikaitkan dengan teori yang menjadi landasan
dalam penelitian ini yang ingin mengetahui : 1) Awal Mula terbentuknya
Kampung Durian, 2) Partisipasi Masyarakat dan Campur Tangan pemerintah desa,
3) Permasalahan yang Diahadapi Kampung Durian dan Upaya penyelesaiannya.

A. Awal Mula terbentuknya Kampung Durian


Awal mula terbentuknya kampung wisata durian dari pengembangan dari
durian lokal yaitu “Durian Kanjeng”. Awalnya dibentuk oleh sekelompok gtan
yang mengembangkan durian lokal “Durian Kanjeng”. Durian Kanjeng
dikembangkan dan diperbanyak melalui ekulasi dan sambung pucuk mulai tahun
2007. Setelah itu sekitar berjalan tiga tahun (2010) bareu dibuka kampung wisata
durian yang terletak di kawasan dusun Ngresik desa Ngebel.
Potensi kampung wisata sangat baik jika diadakan di dusun Ngresik desa
Ngebel karena di Kecamatan Ngebel sendiri juga ada wisata yang paling populer
yaitu Telaga Ngebel. Kampung wisata durian juga terletak di daerah yang harus
dilewati ketika akan ke lokasi Telaga Ngebel. Dengan demikian sangat masuk akal
apabila dibentuk kampung wisata tersebut.
Selain faktor lokasi yang strategis kampung wisata juga mempertimbang-
kan faktor produknya. Produk yang dijual di di kampung wisata ini adalah durian
Kanjeng yang merupakan durian khas dari daerah tersebut. Selain durian juga ada
hasil alam lainnya seperti buah manggis, alpukat, dan nangka. Hal tersebut juga
sangat menunjang karena bisajadi para wisatawan kurang menyukai durian tetapi
hanya mengantar keluarga atau kerabat yang menginginkan durian.
Kampung wisata durian dapat terbentuk setelah memiliki kriteria seperti
tempat, hasil alam dan terletak di daerah wisata sehingga sangat mendukung
untuk di jadikan tempat wisata kuliner kampung wisata durian. Sehubungan
dengan adanya kampung wisata/desa wisata sangat perlu adanya sapta pesona.
Menurut Rahim (2012) pada buku Pedoman Kelompok Sadar Wisata Sapta

46
47

pesona merupakan jabaran konsep sadar wisata yang terkait dengan dukungan dan
peran masyarakat sebagai tuan rumah dalam upaya untuk menciptakan lingkungan
dan suasana kondusif yang mampu mendorong tumbuh dan berkembangnya
industri pariwisata melalui perwujudan tujuh unsur sapta pesona yaitu, aman,
tertib, bersih, sejuk, indah, ramah, dan kenangan.

B. Partisipasi Masyarakat dan Campur Tangan Pemerintah Terhadap


Pengelolaan Kampung Wisata
Kampung Wisata adalah salah satu contoh dari industri pariwisata yang
berfokus pada basis masyarakat atau Community Based Tourism. Kampung wisata
dikelola dan dikembangkan oleh masyarakat desa setempat, kemudian hasil kelola
tersebut menghasilkan manfaat dan keuntungan yang dapat dinikmati oleh
masyarakat setempat, baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung,
sehingga dapat mengembangkan industri pariwisata tersebut. Kampung wisata
durian kanjeng terbentuk dari kesadaran masyarakat desa setempat untuk
membangun dan mengembangkan potensi industri pariwisata di daerahnya.
Industri pariwisata berupa kampung wisata tidak terbentuk begitu saja, diperlukan
struktur kerja organisasi atau kelompok yang aktif berperan dan berpartisipasi.
Menurut Bayu dan Bambang (2017), kelompok Sadar Wisata selanjutnya
disebut dengan Pokdarwis, adalah kelembagaan di tingkat masyarakat yang
anggotanya terdiri dari para pelaku kepariwisataan yang memiliki kepedulian dan
tanggung jawab serta berperan sebagai penggerak dalam mendukung terciptanya
iklim kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya kepariwisataan serta
terwujudnya Sapta Pesona dalam meningkatkan pembangunan daerah melalui
kepariwisataan dan manfaatnnya bagi kesejahteraan masyarakat sekitar.
Kelompok Sadar Wisata di kampung wisata durian ini memiliki peranan dalam
mengembangkan potensi wisata di daerah karena mereka berinisiatif untuk
membuat durian khas daerahnya dan juga memikirkan potensi tempat yang sangat
strategis.
Berdasarkan hasil data lapangan yang diperoleh mengenai Partisipasi
Masyarakat Dalam Membantu Proses Pengembangan Kampung Wisata Durian Di
Desa Ngrogung, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur
48

yaitu awal mulanya kampung wisata Durian yang terletak di Desa Ngrogung,
Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur ini awal mulanya
hanyalah pengembangan dari durian lokal yang dikembangkan oleh masyarakat
yang dibentuk menjadi kelompok tani, Durian lokal ini biasa dinamakan oleh
masyarakat setempat dengan sebutan “Durian Kanjeng”. Dengan adanya produk
dan hasil alam lainnya masyarakat berharap banyak untuk menjadikannya suatu
sumber penghasilan bagi kelangsungan kehidupan mereka sehingga mereka akan
bersungguh-sungguh apabila kampung wisata tersebut menjadi realita.
Pengembangan dalam kampung wisata bisa diartikan secara kualitas dan
kuantitas. Pengembangan kualitas berarti peningkatan dari segi menajemen
pengelolaan hingga pelayanan yang diberikan. Sedangkan pengembangan
kuantitas yaitu menambah berbagai jenis produk pelayanan sehingga dapat
memenuhi kebutuhan para wisatawan. Kampung wisata dapat berkembang sesuai
dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat apabila masyarakat lokal ikut
terlibat langsung didalamnya. Pemerintah memiliki peranan dalam membantu
merealisasikan rencana pengembangan kampung wisata sehingga dalam proses
pengembangan sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku.
Pengembangan kampung wisata harus memperhatikan kemampuan dan
tingkat penerimaan masyarakat setempat yang akan dikembangkan menjadi desa
wisata. Menurut Suwantoro (2002:88-89), pengembangan adalah memajukan dan
memperbaiki atau meningkatkan sesuatu yang sudah ada. Hal ini dimaksudkan
untuk mengetahui karakter dan kemampuan masyarakat yang dapat dimanfaatkan
dalam pengembangan desa wisata, menentukan jenis dan tingkat pemberdayaan
masyarakat secara tepat.
Kampung Wisata Durian yang terletak di Desa Ngrogung, Kecamatan
Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur tidak lepas dari campur
tanggan pemerintah Desa, Pemerintah Kabupaten, Kelompok Tani, dan juga
masyrakat sekitar baik sebagai baik yang memfasilitasi maupun sebagai
pendukung lainnya supaya maju. Fasilitas dari pemerintah desa yaitu pemberian
gazebo dan promosi ke desa lain ketika ada pertemuan antar kepala desa dan
pertemuan lainnya. Dapat dikatakan pemerintah desa hanya sebagai pendukung
saja disamping partisipasi masyarakatnya.
49

Keterlibatan masyarakat dalam membantu pengembangan kampong wisata


merupakan partisipasi yang paling utama. Masyarakat kampung Durian tidak
luput dari faktor yang ingin dicapai masyarakat salah satu faktor yang ingin
dicapai masyarakat ialah keinginan masyarakat untuk meningkatkan ekonomi
masyarakat.
Dapat ditarik kesimpulan yang mendorong masyarakat untuk berpartisipasi
dan juga bentuk partisipasi masyarakat terhadap perkembangan Kampung Wisata
Durian yaitu untuk meningkatkan perekonomian masyarakat dan juga memajukan
kampung wisata durian dengan cara melakukan promosi secara terbuka melalui
media sosial, menerima pengunjung dengan baik dan juga berpartisipasi dalam
memenuhi mintaan pengunjung terhadap kebutuhan khususnya di bidang kuliner
dengan cara berjualan makan dan juga cemilan.

C. Permasalahan yang Dihadapi dan Upaya penyelesaiannya

Kampung Wisata Durian yang terletak di Desa Ngrogung, Kecamatan


Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur dalam proses pengembangan
kampong wisata ini tidak lupa dari permasalahan yang ada seperti masalah
pandemi saat ini dengan terpaksa Kampung Wisata Durian di Tutup untuk
sementara waktu, tidak hanya itu permasalahan yang masih terjadi ialah mengenai
fasilitas sarana dan prasarana yang memadai. Fasilitas sangat terbatas hanya
berupa gazebo dan itupun jumlahnya sering tidak dapat menampung wisatawan.
Selain gazebo terbatas juga kurangnya sarana prasarana lainnya seperti tempat
peristirahatan dan tempat beribadah. Hal tersebut sangat merugikan karena akan
menjadi pertimbangan tersendri ketika para wisatawan hendak melakukan
kunjungan ke kampung Durian.
Selain masalah sarana dan prasarana di atas juga ada permasalahan yang
terjadi pada proses pengembangan Kampung Wiasata Durian yaitu permasalahan
wabah pandemi covid-19. Dengan berjalanya waktu diseperempat awal tahun
2020 ini, Indonesia dilanda wabah pandemic covid-19 yang sangat mempengaruhi
tempat-tempat wisata termasuk di wisata kampung durian. Pandemik kali ini
merupakan sebuah bencana bagi perekonomian di Indonesia karena membuat
semua kegiatan akan lebih terbatasi. Hal tersebut jelas berdampak terhadap
50

ekonomi kampung durian. Sebelum pandemic kegiatan yang berlangsung wisata


sangat diminati oleh pengunjung dari luar kota bahkan mampu menjual hingga
600 buah durian seharinya.
Dengan adanya kondisi dan permasalahan tersebut pihak kampung wisata
durian juga tengah berharap adanya bantuan dari pihak manapun dan melakukan
beberapa solusi seperti menjual durian ke luar daerah untuk menghindari dan
mengurangi pembusukan pada durian.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyimpulkan beberapa hal sebagai
berikut.
1. Awal mula terbentuknya Kampung Wisata Durian berawal dari gerakan
kelompok tani yang memiliki inisiatif dan adanya produk durian kanjeng
sehingga memunculkan ide untuk membuat kampung wisata durian.
2. Terdapat partisipasi masyarakat dan campur tangan pemerintah desa dalam
pengembangan Kampung Wisata Durian. Pemerintah desa memberikan
fasilitas seperti gazebo dan lainnya sementara masyarakat membantu kegiatan
di lapangan dan juga mempromosikan melalui media sosial.
3. Permasalahan yang dihadapi adalah sarana prasarana dan adanya wabah
pandemik saat ini yang sangat meresahkan sehingga diperlukan pelatihan
khusus untuk mengolah durian sehingga durian lebih dapat dimanfaatkan.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat
diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Bagi Kampung Wisata Durian
Hendaknya menjadikan durian sebagai produk olahan untuk mengurangi
kebusukan karena tidak laku pada saat pandemik saat ini.
2. Bagi Pendidikan Luar Sekolah
Hendaknya bagi Jurusan Pendidikan Luar Sekolah bisa lebih banyak lagi
berkontribusi dalam membantu pemberdayaan masyarakat khusunya dalam
Partisipasi pengembangan kampung wisata.
3. Bagi Peneliti Lain
Hendaknya penelitian ini bisa menjadi landasan bagi peneliti lain dalam
melakukan pengembangan penelitian khususnya terkait tentang partisipasi
masyarakat dalam pengembangan kampung wisata.

51
52

DAFTAR RUJUKAN

Gatot, J., & Senayan, S. 2018. STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA NGLANGGERAN ,. 9(1), 83–
100.

Komunikasi, P. I., Sosial, J. I., Ilmu, F., Komunikasi, P. I., Sosial, J. I., & Ilmu, F.
2014. COMMUNICATION BETWEEN EQUALS DAN CONSTIENTIZING
DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA KAMPUNG DURIAN ( Studi
di Desa Duyung , Kecamatan Trawas , Kabupaten Mojokerto ) Agustine
Wilujeng Tsuroyya. 57–61.

Nur, F., Bulkis, S., & Naping, H. (n.d.). PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM
PROSES PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DESA Studi Kasus :
Program Alokasi Dana Desa di Desa Bialo Kabupaten Bulukumba Public
Participation In the Village Infrastructure Development Process Case
Study: Village Fund Allocation Program in the Village Bialo Bulukumba.

Ompusunggu, V. 2017. Peranan Partisipasi Masyarakat Terhadap Pembangunan


Desa (Studi pada Pembangunan Irigasi di Desa Namo Bintang Kecamatan
Pancur Batu). Jurnal Agribisnis Sumatera Utara, 10(1).
http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica

Priyanto, J. A., Suseno, S. H., & Korespondensi, P. (n.d.). Partisipasi Masyarakat


Desa Cihideung Ilir Dalam Perencanaan Pembangunan Desa Sebelum dan
Sesudah Wabah Covid-19 (Society Participation Of Cihideung Ilir
Community In Village Development Planning Before And After During
Covid-19). In Jurnal Pusat Inovasi Masyarakat Juli (Vol. 2020, Issue 5).

Romi, M. A. 2019. PENGARUH PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP


PEMBANGUNAN DESA. 8(2), 26. www.publikasi.unitri.ac.id

Usaha, K., Sanggar, D., Belajar, K., Fanida, K. B., & Faozan, N. 2017. Partisipasi
Peserta Kursus Wirausaha Desa (KWD) Dalam Meningkatkan. In Jurnal
Pendidikan Luar Sekolah (Vol. 13, Issue 2).

Vga, N. A., Kusumawati, A., & Hakim, L. (n.d.). PARTISIPASI MASYARAKAT


DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SERTA DAMPAKNYA
TERHADAP PEREKONOMIAN WARGA DI DESA TULUNGREJO KOTA
BATU.

Arikunto, S. 2002. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.


Rineka Cipta.
53

Chairunisa, N. 2012. Pengaruh Komitmen Organisasi Dan Motivasi Terhadap


Kepuasan Kerja Pada Karyawan Pt Jico Agung Di Jakarta
Timur (Doctoral Dissertation, Universitas Negeri Jakarta).

Hetifah, S. J. Sumarto. 2003 . Inovasi, Partisipasi dan Good Governance.


Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Ife, R. J., Brown, T. H., Leach, C. A., & Keeling, D. J. (1991). U.S. Patent No.
5,064,833. Washington, DC: U.S. Patent and Trademark Office.

Izzah, A. N., Aminah, A., Pauzi, A. M., Lee, Y. H., Rozita, W. W., & Fatimah, D.
S. 2012. Patterns of fruits and vegetable consumption among adults of
different ethnics in Selangor, Malaysia. International Food Research
Journal, 19(3), 1095.

Isbandi, W. 2007. Partisipasi Masyarakat. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Meleong, P. Dr Lexy j, MA. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif.

Riwu, K. J. 2007. Analisis Hubungan Pemerintahan Pusat dan Daerah. Bandung:


PT. Rineka Cipta.

Rothman, J. 1968. Three models of community organization practice. Social work


practice, 25, 16-47.

Sugiyono, P. 2005. Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sunarti, S. 2003. Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Perumahan Secara


Berkelompok. Jurnal Tata Loka, 5(1).

Siti Irene, 2011. Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakat Dalam Pendidikan.


Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Suharto, E. 2009. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian


Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial,
Bandung: PT. Bandung: Refika Aditama.

Ulfatin, N. 2015. Metode penelitian kualitatif di bidang pendidikan: Teori dan


Aplikasinya. Malang: Media Nusa Creative.

Wahyudi, Y. 2007. Maqashid syariʼah dalam pergumulan politik: berfilsafat


hukum Islam dari Harvard ke Sunan Kalijaga. Nawesea, Pesantren
Nawesea Press.

Suharto, E. 2009. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian


Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial,
Bandung: PT. Bandung: Refika Aditama.
54

Lampiran 1. Kode Catatan Lapangan

KODE CATATAN LAPANGAN

A. Kode Teknik Pengambila Data


1. Wawancara :W
2. Observasi :O
3. Dokumentasi : D

B. Kode Topik
Fokus penelitian Kode
1. Bagaimanakah Partisipasi Masyarakat Dalam Membantu Pengembangan F1
Kampung Wisata Durian?

C. Kode Informan
1. Ketua Pengurus : KP
2. Anggota Penguru : AP
3. Masyarakat : Ms

D. Kode Tanggal
Misalnya 20-05-2019
20 : Tanggal melaksanakan penelitian
05 : Bulan melaksanakan penelitan
2019 : Tahun melaksanakan penelitian

E. Cara Membaca Kode (W/F1/KS/07-01-2019)


W : Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara
F1 : Topik yang terkait dengan implementasi program pemelajaran
KP : Informannya yaitu ketua pengurus kampong wisata
20-05-2019 : penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 2019
55

Lampiran 2. Pedoman Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA

Pedoman wawancara ini berguna untuk peneliti yang akan melakukan


penelitian yaitu berinteraksi dengan informan dan pihak-pihak terkait, ketua
Kampung Wisata Durian Pertanyaan berikut ini ditujukan dalam rangka untuk
mencari data penelitian tentang “Partisipasi Masyarakat Dalam Membantu
Pengembangan Kampung Wisata Durian’’(Studi Kasus Pada Kelompok Sadar
Wisata Karang Asri Di Desa Ngrogung, Kecamatan Ngebel, Kabupaten
Ponorogo, Provinsi Jawa Timur). Pedoman wawancara yang akan dilakukanoleh
peneliti sebagai berikut:

Petunjuk Wawancara
1. Mementukan informan wawancara
2. Memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan wawancara
3. Membina hubungan baik dengan informan
4. Menjaga perilaku saat wawancara

Ketua Kampung Wisata Durian


Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Pekerjaan :

Pertanyaan Wawancara
1. Bagaimana peran pemerintah desa dalam pengembangan kampung wisata
durian di Desa ngebel ?
2. Apakah dalam pengembangan kampung wisata durian melibatkan pihak
swasta, jika ada apa alasannya?
3. Apakah semua masyarakat ikut berpartisipasi dalam pengembangan kampung
wisata durian di Desa ngebel?
56

4. Apakah pemerintah desa memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk


ikut berpartisipasi?
5. Apakah kontribusi masyarakat dalam pengembangan kampung wisata durian
cukup membantu ?
6. Apakah yang mendorong masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam
pengembangan kampung wisata durian?
7. Bagaimana bentuk-bentuk kegiatan partisipasi masyarakat dalam
pengembangan kampung wisata durian?
8. Apakah ada masalah-masalah atau kendala dalam pengembangan kampung
wisata durian?
9. Bagaimanakah perbedaan kondisi pada saat sebelum pandemik dan saat
pandemik?
10. Bagaimanakah cara menghadapi masalah di masa pandemik?
57

Masyarakat Setempat
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Pekerjaan :

Pertanyaan Untuk Masyarakat Setempat


1. Apa yang anda ketahui tentang Desa wisata?
2. Bagaimana awal mula ide atau gagasan pembentukan Desa Wisata?
3. Bagaimana tanggapan dari pelaksana program jika ada masukan dan saran dari
masyarakat? Apakah didengar dan dipertimbangkan atau tidak dianggap?
4. Siapa kemudian yang mengambil keputusan atas musyawarah yang dilakukan?
5. Apa yang menjadi ciri khas yang membedakan Desa Wisata Durian dengan
desa wisata lain?
6. Apa saja kendala yang dihadapi dalam pengembangan Desa Wisata Durian?
7. Bagaimana pengaruh pengembangan Desa Wisata terhadap kehidupan
masyarakat dan industri lokal?
8. Apakah Bapak/Ibu/ Saudara senang dalam melaksanakan program kerja desa
wisata?
9. Bagaimana proses pembentukan organisasi pengelola Desa Wisata Durian?
10. Bagaimanakah bentuk pengelolaan yang dijalankan organsisasi tersebut?
11. Apakah Bapak/Ibu/Saudara mendapatkan manfaat dengan di bentuknya Desa
Durian sebagai desa wisata, atau justru merasa dirugikan? mohon dijelaskan!
12. Hasil pembangunanan Desa Wisata apakah yang di nikmati bersama oleh
masyarakat?
13. Bentuk keterlibatan seperti apa yang dilakukan Bapak/Ibu/Saudara dalam
kegiatan pengawasan? Hanya mendengarkan penjelasan pengelola atau
menyampaikan masukan?
14. Adakah pertemuan yang rutin dilakukan untuk mengawasi dan mengevaluasi
program desa wisata?
15. Jika ada bagaimana berlangsungnya pertemuan tersebut? Apakah menyediakan
ruang publik untuk menyampaikan pendapat atau hanya pertemuan yang
sekedar melaporkan kegiatan yang telah berlangsung?
58

Lampiran 3. Panduan Observasi

PANDUAN OBSERVASI

Penelitian ini akan dilakukan dengan metode observasi Kelompok Sadar


Wisata Karang Asri Di Desa Ngrogung, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo,
Provinsi Jawa Timur yang meliputi:
1. Lokasi Kelompok Sadar Wisata Karang Asri Di Desa Ngrogung, Kecamatan
Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur
2. Lingkungan Kelompok Sadar Wisata Karang Asri Di Desa Ngrogung,
Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur
3. Suasana Kelompok Sadar Wisata Karang Asri Di Desa Ngrogung, Kecamatan
Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur
4. Kegiatan Kelompok Sadar Wisata Karang Asri Di Desa Ngrogung, Kecamatan
Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur
5. Kualitas Kelompok Sadar Wisata Karang Asri Di Desa Ngrogung, Kecamatan
Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur

Panduan Dokumentasi
Penelitian ini menggunakan metode dokumentasi yang meliputi:
1. Profil Kelompok Sadar Wisata Karang Asri Di Desa Ngrogung, Kecamatan
Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur.
2. Visi, misi, dan tujuan Kelompok Sadar Wisata Karang Asri Di Desa Ngrogung,
Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur.
3. Struktur organisasi Kelompok Sadar Wisata Karang Asri Di Desa Ngrogung,
Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur.
4. Data Kelompok Sadar Wisata Karang Asri Di Desa Ngrogung, Kecamatan
Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur.
5. Foto terkait kegiatan Kelompok Sadar Wisata Karang Asri Di Desa Ngrogung,
Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur.
59

Lampiran 4. Catatan Wawancara

CATATAN WAWANCARA

Hari/Tanggal : Sabtu, 25 Juli 2020


Jam : 09:00
Informan : Bambang S.
Jabatan : Ketua Pengurus Kampung Durian
Tempat : Kampung Wisata Durian
Kode Penelitian : (W/PG/25-07-2020)

Kode Topik Hasil Wawancara


(W/PG/25-07-2020) P: Bagaimana awal mula izin atau
pembentukan kampungdurian
Untuk kampung duren awal mula dibentuk oleh
kelompok tani wala mula dari pengembangan
duren lokal yang namanya ”kanjeng”
dikembangkan oleh kelompok tani yang
memperbanyak lewat ekulasi atau sambung
pucuk oleh kelompok tani Karang asri itu awal
mulai pada tahun 2007 untuk mngadkan
pengembangan duren kanjeng itu, setelah kita
mengadakan ekulasi kurang lebih selama 3
Tahun kita baru membuka kampung durian atau
kawasan kampong duren yang terletak di
kawasan dusun Resik desa ngebel.

P: Apakah ada peran pemerintah desa dalam


pengembangan kampun durian dusun resik
desa ngebel ini pak ?
Untuk peran pemerintah desa itu ada, yang
dominan sekolai yang berperan ialah kelompok
60

tani di desa ini, kalauperan pemerintah desa


ibaranya hanya sebagai pendukung saja,dan
penyemangat saja.

P: Apakah ada pihak yang terlibat dalam


pengambangan kampong durian ini, misalnya
dari pihak swasta dan pihak lainnya?
Kalau selama ini keterlibatan dari pihak swasta
tidak ada kalau dari kepemerintahan sendiri kalau
dari daerah dapat fasilitas gazebo ,gapuro itu dari
pemerintah kabupaten untuk provinsi itu tidak
ada.

P: Bagaimana partisipasi masyarakat sekitar


dalam ikut terlibat untuk mengembangkan
kampong wisata durian tersebut?
Ia kita bekersama tapi lebih tepatnya bukan
bekerjasama tapi ini milinya masyarakat, karena
masyarakat dibentuk lebih fokus lagi di
kelompok tani,miskipun disini namanya
kelompok tai karenga asi, tapi kelompok tani
karang asi di dukung oleh kelompoka tani lain
disekitar wilayah kampong duren ini.

P: Bagaimana proses pembentukan dari


kelompok tani untuk mengelola kampong
durian ini bagaimana pak?
Proses pembentukannya tetap kita mengacu pada
kelompok tani itu sendiri ya ada ketua seketaris
bendahara dan juga seksi seksinya
61

CATATAN WAWANCARA

Hari/Tanggal : Selase, 28 Juli 2020


Jam : 10:00
Informan : Sumarto
Jabatan : Pengurus Kampung Wisata Durian
Tempat : Kampung Wisata Durian
Kode Penelitian : (W/PG/28-07-2020)

Kode Topik Hasil Wawancara


(W/PG/28-07-2020) P: Bagaimana awal mula izin atau
pembentukan kampungdurian
I: Awal mula pembentukan kampung durian ini
dimulai sejak tahun 2007 dengan tujuan untuk
mengadakan pengembangan duian kanjeng,
karane dulu durian lokal kami kami namakan
demgan durian “Kanjeng” setelah kita
mengadakan pengembangan durian kanjeng ini
selama 3 Tahun barulah kita berinisiatif untuk
membuka Kampung Durian

P: Apakah ada peran pemerintah desa dalam


pengembangan kampun durian dusun resik
desa ngebel ini pak ?
I: Peran pemerintah desa sangat ada dalam
pegembanagan kampung durian ini, karena tanpa
ada campur tangan pemerintah Desa maka
kampung durian ini juga tidak bisa berjalan
dengan lancer, maka dari itu pemerintah desa,
kelompok tani, dan masyarakat lainnya juga
berkontribusi dalam pengembangan kampung
durian ini.
62

P: Apakah ada pihak yang terlibat dalam


pengambangan kampong durian ini, misalnya
dari pihak swasta dan pihak lainnya?
I: Selama ini keterlibatan dari pihak swasta masih
belum ada kecuali masyarakat sekitar desa dan
juga para kelompok tani, kalau dari kepemrintahan
juga terlibat contohnya pada pembangunan
Gazebo, Gapuro itu merupakan keterlibatan dari
pemerintah Kabupaten

P: Bagaimana partisipasi masyarakat sekitar


dalam ikut terlibat untuk mengembangkan
kampong wisata durian tersebut?
I: Sangat antusias sekali, masyarakat sangat
bekerjasama dalam membantu pengembanagan
Kampung Wisata Durian yang ada di tempat Kami
ini,masyarakat sangat dibentuk untuk membuat
kelompok tani agar lebih fakus lagi untuk
memikirkan dan mengeloka Kampung Wisata
Durian ini,
.
P: Bagaimana proses pembentukan dari
kelompok tani untuk mengelola kampong
durian ini bagaimana pak?
I: Untuk proses pembentukannya sudah saya
ceritakan dari awal tadi awal mulainya kampung
Durian ini hanya untuk pengembanagn bibit
Durian local yang kami sebut dengan Durian
Kanjeng yaitu pada tahun 2007, kemudian 3 tahun
setelah itu baru lah kami bekerjasama dengan para
kelompok Tani untuk membentukl tempat Wisata
Kampung Durian.
63

CATATAN WAWANCARA

Hari/Tanggal : 04-08-2020
Jam : 09:30 WIB
Informan : Yulia
Jabatan : Pengurus Kampung Wisata Durian
Tempat : Kampung Wisata Durian
Kode Penelitian : (W/PG/04-08-2020)

Kode Topik Hasil Wawancara


(W/PG/04-08-2020) P: Bagaimana awal mula izin atau
pembentukan kampungdurian?
I: Yang saya ketahui pembentukan kampung
durian ini sejak tahun 2007, akan tetapi pada
waktu itu belum menjadi tempat wisata, hanya
sebatas untuk pengembangan durian lokal.

P: Apakah ada peran pemerintah desa dalam


pengembangan kampun durian di Desa
Ngrogung, Kecamatan Ngebel, Kabupaten
Ponorogo, Provinsi Jawa Timur ?
I: Kalau peran pemerintah desa memang ada
khususnya dalam mengerakan kelompok tani dan
masyarakat sekitar, tanpa peran pemerintah desa
saya rasa kurang afdol.

P: Apakah ada pihak yang terlibat dalam


pengambangan kampong durian ini, misalnya
dari pihak swasta dan pihak lainnya?
I: keterlibatan dari pihak lain seperti swasta, dan
masyrakar lain ada tapi tidak begitu, mereka
64

hanya berperan seperti memberikan dukungan


dan juga meramaikan tempat-tempat wisata.

P: Bagaimana partisipasi masyarakat sekitar


dalam ikut terlibat untuk mengembangkan
kampong wisata durian tersebut?
I: Mayarakat sangat mendukung dan berpartispasi
contohnya meramaikan tempat wisata seperti
jualan makanan dan juga cemilan
.
P: Bagaimana proses pembentukan dari
kelompok tani untuk mengelola kampong
durian ini bagaimana BU?
I: Proses pembentukan kampung durian itu awal
mulainya dari pengembangan bibit durian local
yang kami sebut Durian Kanjeng.n Kemudian
lama-kelamaan kurang lebih 3 Tahun barulah
kami membuka kampung wisata Durian
65

CATATAN WAWANCARA

Hari/Tanggal : 08-08-2020
Jam : 10:00 WIB
Informan : Bambang
Jabatan : Ketua Pengurus Kampung Durian
Tempat : Kampung Wisata Durian
Kode Penelitian : (W/KP/08-08-2020)

Kode Topik Hasil Wawancara


(W/KP/25-07-2020) P: Apakah yang mendorong masyarakat untuk ikut
partisipasi dalam pengembangan kampung wisata
durian?
I: Faktor yang mendoroang masarakat dalam
berpartisipasi untuk pengembangan Kampung Durian
salah satunya factor untuk meningkatkan ekonomi
sayarakat, dengan adanya wisata kampung durian maka
banyak orang-orang luar yang berkunjung dan ini jugfa
berpengaruh pada ekonomi masayarakat, seperti yang
berjualan dan lain-lain

P: Bagaimana bentuk-bentuk partisipasi masyarakat


dalam pengembangan kamppung wisata durian?
I: Bentuk partisipasi masyarakat contonya,
mempromosikan kampung wisata durian kepada
masyarakat luar, melalui media social, kemudian
menerima dengan baik orang-orang yang berkunjung
dan lain-lain

P:Apakah ada masalah-masalah atau kendala dalam


pengembangan wisata Durian?
66

I: Masalah saat ini yaitu pandemik seperti sekarang ini


kanmpung wisata durian di tutup untuk sementara di
hari lainnya seperti kendala vasilitas yang masih kurang
seperti tempat-tempat peristirahat dll.

11. P: Bagaimanakah perbedaan kondisi pada saat


sebelum pandemik dan saat pandemik?
12. I: Tentu sangat berbeda. Ketika sebelum pandemik
datang pihak kami sering kwalahan dalam mencukupi
kebutuhan durian. Pembludakan pengunjung yang
sangat tinggi dapat membutuhkan durian hingga 600
buah perharinya. Gazebo-gazebopun penuh bahkan
hingga ada yang membawa tikar sendiri. Di masa
pandemic ini sangat jauh terasa perbedaannya karena
sehari hanya ada satu atau dua pengunjung sehingga
sehari hanya sekitar 10 buah saja. Durian pun juga
banyak yang rusak karena tidak terjual adahal kami juga
mengirim ke beberapa penjual buah di Ponorogo.
13.
14. P: Bagaimanakah cara menghadapi masalah di masa
pandemik?
15. I: untuk sekarang kami mengatasinya dengan menjual
buah durian ke beberapa tempat di luar desa. Hal
tersebut dilakukan untuk mengurangi risiko kerusakan
durian karena busuk. Selain itu kami mengharapkan
bantuan untuk memberdayakan masyarakatnya yang
tidak dapat mengolah dan hanya berfokus ke menjual
buah durian saja.
67

CATATAN WAWANCARA

Hari/Tanggal : 12-08-2020
Jam : 08:30
Informan : Sumarto
Jabatan : Pengurus Kampung Wisata Durian
Tempat : Kampung Wisata Durian
Kode Penelitian : (W/PG/12-08-2020)

Kode Topik Hasil Wawancara


(W/PG/12-08-2020) P: Apakah yang mendorong masyarakat
untuk ikut partisipasi dalam pengembangan
kampung wisata durian?
I: Salah satu yang mendorong masyarakat dalam
mendukung pengembangan kampung wisata
durian tidak lain dan tidak bukan untulk
kemajuan ekonomi Bersama, karena dengan
adanya kampung wisata durian ini sedikit demi
sedikit ekonomi masyarakat mulai meningkat
karen adi pengaruhi oleh pengunjung wisata
kampung durian.

P: Bagaimana bentuk-bentuk partisipasi


masyarakat dalam pengembangan kamppung
wisata durian?
I: Partisipasi masyaralkat dalam membantu
pengembangan kampung wisata durian yaitu
memberikan dukungan dan menerima para
pengunjung dengan baik.

P:Apakah ada masalah-masalah atau kendala


dalam pengembangan wisata Durian?
68

I; Sejauh ini kendla yang kami hadapi yaitu


kendala Fasilitas umum saran dan prasarana nya.
Sekarang juga lagi pandemic yang sangat
berdampak ke kampung wisata durian kami.

16. P: Bagaimanakah perbedaan kondisi pada saat


sebelum pandemik dan saat pandemik?
17. I: Sebelum Pandemik di sini sangat ramai bahkan
sampai membludak ada yang membawa tikar
sendiri karena gazebo sudah tidak muat lagi.
Namun sekarang adanya pandemik sangat sepi
hanya satu dua pengunjung saja yang datang.
18.
19. P: Bagaimanakah cara menghadapi masalah di
masa pandemik?
20. I: untuk sekarang hanya melakukan penjualan ke
luar daerah desa untuk mengurangi kemungkinan
durian busuk dan untuk mendapatkan penghasilan
bagi masyarakatnya.
69

CATATAN WAWANCARA

Hari/Tanggal : 15-08-2020
Jam : 09:30 WIB
Informan : Yulia
Jabatan : Pengurus Kampung Wisata Durian
Tempat : Kampung Wisata Durian
Kode Penelitian : (W/PG/12-08-2020)

Kode Topik Hasil Wawancara


(W/PG/12-08-2020) P: Apakah yang mendorong masyarakat
untuk ikut partisipasi dalam pengembangan
kampung wisata durian?
I: Salah satu yang menjadi pendorong masyarakat
dalam ikut berpartisipa merupakan karena factor
keperdulian masyarakat terhadap keadaan
ekonomi masyarakat tidak lain dan tidak bukan
salah satunya untuk meningkat kan factor
ekonomi masyarakat.

P: Bagaimana bentuk-bentuk partisipasi


masyarakat dalam pengembangan kamppung
wisata durian?
I: Untuk bentuk partisipasi mayarakat salah
satunya yaini ikut berpartisipasi dalam kegiatan
di Kawasan kampung wisata, seperti menerima
pengunjung dengan baik, ramah pada pengunjung
dan berpartisipasiu untuk membantu
mengembangkan kampung wisata durian dengan
cara ikut berjualan makanan dan cemilan.
70

P:Apakah ada masalah-masalah atau kendala


dalam pengembangan wisata Durian?
I: Masalahnya di sarana dan saran untuk fasilitas
pengunjung saja seperti tempat istirahat dll.

21. P: Bagaimanakah perbedaan kondisi pada


saat sebelum pandemik dan saat pandemik?
22. I: Jauh berbeda mbak, dulu saya bisa menjual
hingga 20 buah perharinya sedangkan pandemic
ini kadang sehari tidak menjual sama sekali.
23.
24. P: Bagaimanakah cara menghadapi masalah
di masa pandemik?
25. I: Sekarang sudah dikoordinir oleh pengurus
mbak untuk melakukan penjualan ke luar daerah
supaya duriannya tidak busuk dan terbuang
percuma.
71

Lampiran 5. Catatan Lapangan Observasi

CATATAN LAPANGAN OBSERVASI

Tanggal : 25 Juli 2020


Waktu : 07:30 WIB
Metode : Observasi
Lokasi : kampung Wisata Durian Desa Ngrogung, Kecamatan Ngebel,
Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur
Kode : (O/25-07-2020)

HASIL PENGAMATAN PENELITIAN


Tanggal 25 Juli 2020 pukul 07:30 WIB. Peneliti sudah berada di kampung
Wisata Durian Desa Ngrogung, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo,
Provinsi Jawa Timur. Partisipasi Masyarakat Dalam Membantu Proses
Pengembangan Kampung Wisata Durian Di Desa Ngrogung, Kecamatan
Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur yaitu awal mulanya
kampong wisata Durian yang terletak di Desa Ngrogung, Kecamatan Ngebel,
Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur ini awal mulanya hanyalah
pengembangan dari durian lokal yang dikembangkan oleh masyarakat yang
dibentuk menjadi kelompok tani, Durian lokan ini biasa dinamakan oleh
masyarakat setempat dengan sebutan “Durian Kanjeng”
Kampung Wisata Durian yang terletak di Desa Ngrogung, Kecamatan Ngebel,
Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur tidak lepas dari campur tanggan
pemerintah Desa, Pemerintah Kabupaten, Kelompok Tani, dan juga masyrakat
sekitar baik sebagai baik yang memfasilitasi maupun sebagai pendukung lainya
CATATAN PENELITI
Pada kegiatan ini tersebut sudah termasuk salah satu kegiatan partisipasi
masyarakat dalam membantu proses pengembangan kampung wisata durian
yang melibatkan kelompok tani karang asri dan juga melibatkan partisipasi
masyarakat disekitar kampong wisata durian untuk meningkatkan dan
mengembangkan kampong wisata durian .
72

Tanggal : 08 Agustus 2020


Waktu : 08:00 WIB
Metode : Observasi
Lokasi : kampung Wisata Durian Desa Ngrogung Kecamatan Ngebel,
Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur
Kode : (O/08-08-2020)

HASIL PENGAMATAN PENELITIAN


Tanggal 08 Agutustus 2020 pukul 08:00 WIB. Peneliti sudah berada di
kampung Wisata Durian Desa Ngrogung, Kecamatan Ngebel, Kabupaten
Ponorogo, Provinsi Jawa Timur. Pengembangan Kampung Wisata Durian ini
tidak luput dari kerjasama antara pemerintah Desa, pemerintah Kabupaten dan
juga masyarakat Desa hal ini juga di sampaikan oleh ketua Pengurus kampong
Wisata Durian. Keterlibatan masyarakat dalam membantu pengembangan
kampong wisata Durian tidak luput dari faktor yang ingin di capai masyarakat
salah satu faktor yang ingin dicapai masyarakat ialah keinginan masyarakat
untuk meningkatkan ekonomi masyarakat, Kampung Wisata Durian yang
terletak di Desa Ngrogung, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Provinsi
Jawa Timur dalam proses pengembangan kampong wisata ini tidak lupa dari
permasalahan yang ada seperti masalah Peneliti melakukan observasi dengan
sangat terbatas, dikarenakan kondisi sedang pandemi covid-19 sehingga
destinasi wisata kampong durian sedang ditutup sementara sampai waktu, tidak
hanya itu permasalahan yang masih terjadi ialah mengenai fasilitas sarana dan
prasarana yang memadai.
CATATAN PENELITI
Karena pada masa pandemic ini masyarakat sekitar kampong wisata durian ini
dianjurkan untuk mengikuti protokol yang sesuai dengan anjuran pemerintah.
Dari pemasangan spanduk tersebut secara tidak langsung termasuk salah satu
upaya memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat pada masa pandemi dan
menjaga masyarakat dengan melakukan pencegahan penyebaran virus corona.
73

Tanggal : 12 Agustus 2020


Waktu : 09:00 WIB
Metode : Observasi
Lokasi : Kampung Wisata Durian Desa Ngrogung, Kecamatan Ngebel,
Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur
Kode : (O/12-12-2020)

HASIL PENGAMATAN PENELITIAN


Tanggal 12 Agutustus 2020 pukul 08:00 WIB. Peneliti sudah berada di
kampung Wisata Durian Desa Ngrogung, Kecamatan Ngebel, Kabupaten
Ponorogo, Provinsi Jawa Timur. Asal mula pembentukan kampong wisata
durian ini beraawal dari pengembangan bibit durian lokal yang dinamakan
masyarakat Durian Kanjeng. dalam pengembangan kampong Wisata Durian
juga atas ikut campur tangan dari pemerintah Desa, Pemerintah Kabupaten, dan
Juga Masyarakat Sekitar maupun masyarakat dari luar.
CATATAN PENELITI
Pada kegiatan tersebut pemberdayaan masyarakat sudah melibatkan partisipasi
masyarakat setempat dan kelompok tani setempat dalam pengembangan
kampong wisata durian melalui pengembangan bibit local yang dinamakan
durian kanjeng menjadi produk durian unggulan di kampong wisata durian desa
ngrogung ngebel ponorogo.
74

Lampiran 6. Dokomentasi Penelitian

Gambar Lampiran 6.1 Fasilitas di Wisata Kampung Durian

Gambar Lampiran 6.2 Gazebo Agro Wisata Kampung Durian


75

Gambar Lampiran 6.3 Contoh pohon durian kanjeng

Gambar Lampiran 6.4 fasilitas parkir untuk pengunjung


76

Gambar Lampiran 6.5 pengunjung kampong wisata durian.

Anda mungkin juga menyukai