(Studi Kasus Petani Desa Gunung Sari Kec. Mauk Kab. Tangerang - BANTEN).
Skripsi
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan
Mendapatkan Gelar Sarjana
Oleh
MUHAMAD IRFAN
NIM 11150150000106
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya
sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pernyataan ini saya buat sebagai salah satu syarat menempuh ujian Munaqasah
Muhamad Irfan
NIM. 11150150000106
i
LEMBAR PERNYATAAN UJI REFERENSI
Seluruh referensi yang digunakan dalam penelitian ini yang berjudul “Analisis
Kegiatan Ekonomi Masyarakat Desa (Studi Kasus Petani Desa Gunung
Sari Kec. Mauk Kab. Tangerang - Banten).” Disusun oleh Muhamad
Irfan, NIM 11150150000106, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial,
Fakultas Tarbiyah Ilmu Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, Tela diuji kebenarannya oleh Dosen Pembimbing pada
tanggal 09 Juli 2020
Mengetahui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi berjudul “Analisis Kegiatan Ekonomi Masyarakat Desa (Studi
kasus Petani Desa Gunung Sari Kec. Mauk Kab. Tangerang - BANTEN).”
oleh Muhamad Irfan, NIM. 11150150000106, diajukan kepada Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
dan telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang
berhak untuk diajukan pada sidang Munaqasah sesuai ketentuan dan ketetapan
yang ditentukan oleh fakultas.
Mengesahkan,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
iii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul “Analisis Kegiatan Ekonomi Masyarakat Desa (Studi
Kasus Petani Desa Gunung Sari Kec. Mauk Kab. Tangerang _ Banten).”
oleh Muhamad Irfan, NIM. 11150150000106, diajukan kepada Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah pada tanggal 10 September
2020 dihadapan dewan penguji. Karena itu penulis berhak memperoleh gelar
Sarjana (S1) dalam bidang pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.
Jakarta, 10 September 2020
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
iv
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah, (1) Untuk mengetahui Biaya produksi
petani padi dari masa tanam hingga panen.(2) Untuk mengetahui Proses
Distribusi hasil pertenian hingga ke konsumen. (3) serta Untuk mengetahui
Pemenuhan kebutuhan ekonomi rumah tangga petani.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ada 3 teknik,
yaitu observasi partisipatif, wawancara semi-struktur, dan dokumentasi. Pada
observasi partisipatif, peneliti mengikuti segala bentuk kegiatan petani di desa
Gunung Sari Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang. Wawancara dilakukan
dengan metode semi-struktur dengan pertanyaan yang telah disediakan oleh
peneliti kemudian dokumentasi yang peneliti ambil berupa dokumen internal
dan eksternal komunitas.
Hasil penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa : (1) Biaya
produksi yang dikeluarkan petani masih relative besar dibandingkan dengan
resiko kegagalan panen yang masih cukup besar karena penggunaan perlatan
dan system pertanian yang masih tradisional. (2) Proses distribusi hasil
pertanian untuk sampai kepada konsumen masih menggunakan jasa tengkulak
sebagai penghubung antara petani sebagai produsen kepada masyarakat sebagai
konsumen. (3) pemenuhan kebutuhan keluarga petani masih sangat kurang
apabila hanya mengandalkan dari hasil pertanian karena kepastian hasil panen
yang tidak menentu menghambat proses perekonomian keluarga petani,
sehinga petani mulai mencari penghasilan dari luar hasil pertanian untuk
menutupi kekurangan perekonomian keluarganya.
Kata Kunci: Produksi, Distribusi, Konsumsi, Kebutuhan Petani
v
ABSTRACT
The purpose of this research is (1) to determine the production costs of
rice farmers from planting to harvest (2) to determine the distribution process
of art products to consumers. (3) as well as to find out the fulfillment of farmer
household economic needs.
The method used in this research is qualitative method. There are 3
data collection techniques used in this study, namely participatory observation,
semi-structured interviews, and documentation. In participatory observation,
researchers participated in all forms of farmer activities in Gunung Sari
village, Mauk District, Tangerang Regency. Interviews were conducted using a
semi-structured method with questions provided by the researcher and then the
documentation that the researchers took was in the form of internal and
external community documents.
The results of the research that have been conducted state that: (1) The
production costs incurred by farmers are still relatively large compared to the
risk of crop failure which is still quite large due to the use of traditional
agricultural systems and equipment. (2) The process of distributing
agricultural products to consumers still uses the services of middlemen as a
liaison between farmers as producers to the community as consumers. (3)
Fulfillment of the needs of farmer families is still lacking if they only rely on
agricultural products because the certainty of uncertain harvests hinders the
economic process of farming families, so farmers start looking for income from
outside agricultural products to cover the economic shortage of their families.
vi
KATA PENGANTAR
vii
6. Ibu Anissa Windarti, M.Sc. selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang selalu memberi motivasi dan pemahaman yang membuat
peneliti menjadi semangat dalam menyelesaikan penelitiannya.
7. Bapak Dr. H. Nurochim, MM, selaku Dosen Pembimbing I yang
telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing penulis dan
dengan sabar memberikan arahan, nasehat dan motivasi kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Ibu Neng Sri Nuraeni M.Pd, selaku Dosen Pembimbing II yang juga
telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing penulis
dengan sabra memberikan arahan, nasehat dan motivasi kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Seluruh Dosen Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang tidak bisa
disebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa hormat
penulis, yang telah mendidik dan memberikan banyak ilmu kepada
penulis dengan penuh kesahabaran.
10. Mahasiswa dan mahasiswi Pendidikan IPS yang telah membantu
penulis dalam pengisian kuisioner penelitian sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
11. Teman-teman jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
angkatan 2015, atas segala pengalaman dan waktu yang dijalani
bersama selama perkuliahan.
12. Teman satu tempat tinggal di ciputat Romi dan ali yang selalu
menemani peneliti dikala letih dan menjadi penolong disetiap
kesukaran, Peneliti dengan bangga mengucapkan Terima Kasih dan
selamat berjuang.
13. Kepada Haris, Martias, Sonhaji, Endang, dan Samsul yang telah
bersedia menjadi pelipur lara pereda penat sekaligus tempat
bercanda ria, peneliti sangat berterima kasih dan tidak akan
melupakan segala hal yang terjadi.
14. Terima kasih dan semoga berjaya peneliti haturkan kepada CEMEN
(Ajeng, Deri, Diamar, Dwiky, Ismail, Retno, dan Selvy) sahabat
yang menjadi penyemangat.
viii
15. Kepada saudara seperjuangan di Ambalan Gita Bahara-Bahari
2012-2013 (Idatul, Iis, Rindi, Zaki dll) peneliti mengucapkan
Terima Kasih semoga tetap terjalin silaturahmi Antara kita.
16. Kepada seluruh elemen Pemerintah Desa Gunung Sari masa Jabatan
2013-2019 yang telah memberi peneliti kesempatan untuk belajar
sekaligus mengabdikan diri kepada masyarakat, Peneliti
mengucapkan terima kasih dan salam hormat abdi masyarakat.
17. Untuk semua yang secara langsung maupun tidak langsung
membantu penulis dalam menyusun penelitian ini khsuusnya teman
perempuan yang selalu menemani dan menjadi alasan peneliti tetap
semangat yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Muhamad Irfan
ix
DAFTAR ISI
x
C. Metode Penelitian................................................................................................. 32
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................... 34
E. Instrumen Penelitian ............................................................................................. 36
F. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data ................................................... 39
G. Tekhnik Analisis dan Pengolahan Data ................................................................ 40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................................42
A. DESKRIPSI DATA ............................................................................................. 42
1. Profil Desa Gunung Sari .............................................................................. 42
B. HASIL PENELITIAN .......................................................................................... 43
1. Kondisi Sosial - Ekonomi Masyarakat ......................................................... 43
2. Kondisi Petani Desa Gunung Sari ................................................................ 45
C. PEMBAHASAN .................................................................................................. 49
1. Bagaimana proses pembiayaan produksi pertanian padi dari masa tanam
hingga panen. ............................................................................................... 49
2. Bagaimanakah proses pendistribusian hasil panen hingga sampai ke
konsumen ..................................................................................................... 59
3. Bagaimana proses pemenuhan kebutuhan eknomi rumah tangga petani
selama menunggu masa panen ..................................................................... 61
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. KESIMPULAN .................................................................................................... 66
B. IMPLIKASI ......................................................................................................... 67
C. SARAN ................................................................................................................ 67
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................69
LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................................71
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Luas Lahan Pertanian (Sawah) Tahun 2010-2015 .................................4
Tabel 3.1. Jadwal Penelitian...................................................................................30
Tabel 3.2. Pedoman Observasi Kondisi Pertanian .................................................35
Tabel 3.3. Kisi-kisi Pedoman Wawancara .............................................................35
Tabel 3.4. Instrumen Wawancara...........................................................................36
Tabel 4.1. Profesi Masyarakat Desa Gunung Sari .................................................42
Tabel 4.2. Pemilik Lahan Pertanian .......................................................................45
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Peta Desa Gunung Sari Kec. Mauk Kab. Tangerang ........................29
Gambar 4.1. Peta Pemanfaatan Lahan Desa Gunung Sari .....................................40
Gambar 4.2. Petani Yang Sedang Menanam Padi .................................................46
Gambar 4.3. Lahan Sawah Sebelum dirapihkan ....................................................47
Gambar 4.4. Proses Mengolah Lahan Sawah.........................................................48
Gambar 4.6. Kondisi Sawah Kekurangan Air (dari dekat) ....................................50
Gambar 4.7. Kondisi Sawah Kekurangan Air (dari Jauh) .....................................50
Gambar 4.8. Proses Penyebaran Bibit Siap Tanam................................................51
Gambar 4.9. Ikatan Bibit Padi Siap Tanam............................................................51
Gambar 4.10. Proses Tanam Padi ..........................................................................52
Gambar 4.11. Padi Siap Panen ...............................................................................54
Gambar 4.12. Proses Panen di Sawah ....................................................................55
Gambar 4.13. Pengumpulan dan Pembagian Hasil Panen .....................................55
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak di kathulistiwa
Berdasarkan letak astronomis Indonesia berada di garis lintang 6° LU – 11° LS
sedangkan garis bujurnya adalah 95° BT – 141° BT. Dengan bentuk negara
kepulauan yang komposisi daratan lebih kecil dari pada lautan.
Sebagai Negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki 17.499
pulau dari Sabang hingga Merauke. Luas total wilayah Indonesia adalah 7,81 juta
km2 yang terdiri dari 2,01 juta km2 daratan, 3,25 juta km2 lautan, dan 2,55 juta
km2 Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Merupakan suatu Negara dengan luas
perairan lebih besar dari pada luas daratan, maka dari itu Indonesia disebut
sebagai Negara Maritim.1
Walaupun daratan Indonesia lebih kecil dari pada luas lautannya sumber
daya alam yang ada di daratan tidak kalah melimpah dari sumber daya yang ada di
dalam lautan. Penyebab utama Indonesia memiliki sumber daya yang melimpah
adalah letak Indonesia yang berada di garis khatulistiwa yang membuat iklim
Indonesia menjadi tropis dengan 2 musim yaitu musim kemarau dan musim hujan.
Tanah Indonesia sangat subur terbukti dengan segala macam sumber daya yang
ada di bumi Indonesia mulai dari ladang sayuran sampai dengan tambang emas
yang bisa diperoleh di bumi Indonesia. Sangat tidak mungkin apabila rakyat
Indonesia menjadi rakyat yang kekurangan dari segi pangan dan penghasilan,
karena ada anekdot yang berkembang luas di masyarakat bahwa “Tanah Kita
Tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman” itu membuktikan bahwa
sebuah tongkat apa bila ditancapkan ke tanah Indonesia bisa menjadi tumbuhan
yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat.
Sumberdaya alam di Indonesia sudah ada sejak dahulu kala sebelum
tekhnologi modern di temukan, sehingga membuat negara-negara lain melirik
sumberdaya Indonesia, banyak negara dari luar Indonesia melakukan pelayaran ke
wilayah Indonesia (sebelum kemerdekaan) dengan berniat untuk berdagang
dengan sistem barter antara peralatan rumah tangga yang mereka bawa ditukar
1
Elviana Roza, Maritim Indonesia, Kemewahan Yang Luar Biasa. Diakses dari
https://kkp.go.id/artikel/2233-maritim-indonesia-kemewahan-yang-luar-biasa pada tanggal 24
April 2019 Pukul 23.53 WIB.
1
2
dengan rempah-rempah yang kita punya. Akan tetapi letak Indonesia yang berada
diantara dua benua dan dua samudera dengan jalur pelayaran yang melewati
wilayah perairan Indonesia sehingga banyak negara eropa yang mencoba untuk
menguasai Indonesia. Mulai dari Portugis, Inggris, sampai dengan Belanda
mereka berniat untuk menguasai sumber daya alam Indonesia yang sangat
berlimpah. Seperti halnya yang dilakukan Portugis di wilayah timur Indonesia,
mereka terlena dengan rempah-rempah di timur Indonesia sehingga mereka
membabi buta mencoba menguasai wilayah timur Indonesia dan mengeruk
sebanyak-banyaknya sumberdaya alam Indonesia untuk dibawa ke negaranya.
Sejak saat itulah Indonesia mulai kehilangan sumber daya alamnya yang
melimpah karena diambil dan dikuasai oleh kolonial. Berabad-abad kita sebagai
rakyat Indonesia mengalami masa kolonial yang sangat pahit dan menderitakan
rakyat dan menimbulkan bekas mendalam tentang sistem dan pola pemikiran
masyarakat Indonesia tentang pemanfaatan sumber daya alam Indonesia. Sejak
saat itu masyarakat Indonesia sudah banyak yang menghambur-hamburkan
sumber daya alam tanpa memikirkan masa depan generasi yang akan datang.
Mulai dari penggundulan hutan yang banyak terjadi di jawa dan sumatera yang
dirubah menjadi pemukiman dan pabrik-pabrik pada masa orde lama dan orde
baru, kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah orde lama membuat
kondisi ekonomi masyarakat pribumi menjadi menurun karena kebijakan “ali
baba” yang diterapkan oleh Presiden Soekarno yang lebih menguntungkan warga
Tionghoa yang pada saat itu masih menjadi pemegang arus kekuasaan dibidang
ekonomi.2
Pada masa Hindia Belanda, terdapat tiga golongan warga negara di
Nusantara ini. Ketiga golongan tersebut adalah golongan elite atas yang terdiri
dari para penguasa Belanda atau keturunan Eropa lainnya; golongan yang kedua
adalah Timur Asing, yang antara lain terdiri dari kalangan Cina; dan golongan
ketiga atau golongan yang paling bawah adalah kelas Inlander atau warga
pribumi.3
2
Yeni Wijayanti. Kebijakan pemerintah indonesia masa orde lama dibidang ekonomi terhadap
bisnis orang cina. Jurnal Artefak Vol. 3 No. 2 – Agustus 2015 [ISSN: 2355-5726]
3
Ibid.,
3
4
Dahlia Meiningrum, Skripsi Nasib Petanidalam hal kebijakan ketahanan pangan dari orde baru
dan reformasi (Studi kasus: petani desa suruh, kecamatan suruh Kabupaten Semarang), Depok:
UI, Hal. 1
5
Dahlia Meiningrum. Op.Cit., Hal. 3
4
Dari peristiwa itu petani mulai merasakan kemajuan sekaligus awal dari
kemunduran dalam bidang pertanian, sejak dari masa itu lahan pertanian semakin
lama semakin berkurang jumlahnya dikarenakan kebutuhan tempat tinggal bagi
warga Indonesia yang semakin meningkat sehingga pengalih fungsian lahan
pertanian menjadi pemukiman marak terjadi di Indonesia ketika masa Reformasi.
Proses pengalih fungsian lahan pertanian menyebabkan kuantitas produksi
hasil pertanian menjadi berkurang, kejayaan dimasa lampau pun sedikit demi
sedikit mulai terkikis dan hanya menjadi kenangan. Indonesia mulai beralih ke
pengembangan sector lain dan sector pertanian mulai ditinggalkan sehingga
Indonesia sudah tidak menjadi Negara Produsen hasil pertanian akan tetapi
menjadi Negara konsumen hasil pertaninan.
Tabel 1.1
Luas Lahan Pertanian (Sawah) Tahun 2010-2015
Provinsi Luas Lahan Sawah (Hektar)
2012 2013 2014 2015
ACEH 308,973 300,808 294,129 290,337
SUMATERA UTARA 448,722 438,346 433,043 423,465
SUMATERA BARAT 230,775 224,182 225,890 226,377
RIAU 109,585 93,338 87,594 71,910
JAMBI 113,379 113,546 101,195 94,735
SUMATERA 610,314 612,424 616,753 620,632
SELATAN
LAMPUNG 364,111 360,237 363,055 377,463
KEP. BANGKA 6,133 5,358 7,490 10,654
BELITUNG
DKI JAKARTA 1,001 895 778 650
JAWA BARAT 923,575 925,042 924,307 912,794
JAWA TENGAH 962,289 952,980 966,647 965,262
DI YOGYAKARTA 55,023 55,126 54,417 53,553
JAWA TIMUR 1,105,550 1,102,921 1,101,765 1,091,752
BANTEN 195,951 194,716 200,480 199,492
BALI 79,399 78,425 76,655 75,922
NUSA TENGGARA 246,569 253,208 254,298 264,666
BARAT
NUSA TENGGARA 148,810 169,063 172,954 177,238
TIMUR
KALIMANTAN 322,541 330,883 323,959 330,724
BARAT
5
pada 2018 ini, luas lahan tinggal 7,1 juta hektare, turun dibanding 2017 yang
masih 7,75 juta hektare.8 Dilihat dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa
semakin lama luas lahan pertanian kian menyempit sehingga pemerintah haruslah
lebih memperhatikan keadaan luas lahan pertanian agar sector pertanian dan
pedesaan mampu berkontribusi dalam pengentasan kemiskinan.
Di provinsi Banten sendiri luas lahan sawah masih sangat sedikit di
banding jumlah kebutuhannya sehingga provinsi Banten pada tahun 2015
menambah luas lahan pertanian sebanyak 61,038 ha diberbagai kabupaten/kota,
akan tetapi penambahan lahan tersebut dirasa masih kurang karena banyak lahan
pertaniah yang tidak produktif karena tidak dimanfaatkan sebagaimana mestinya.
Sector pertanian dan pedesaan di wilayah Desa Gunung Sari mulai
mengalami penurunan kuantitas karena keterbatasan kemampuan masyarakat
dalam mengolah lahan, masyarakat Desa Gunung Sari memiliki lahan pertanian
yang sangat luah yaitu 75% dari total luas wilayahnya, akan tetapi lahan yang luas
tersebut hanya digunakan untuk satu komditas yaitu padi dengan keterbatasan
kemampuan dan pengetahuan serta kurangnya dukungan dari pemerintah sekitar
untuk mengembangkan komoditas pertanian lain.
Gustavo Anríquez and Kostas Stamoulis melakukan penelitian pada tahun
2007 yang menguji hubungan antara pedesaan dan kemiskinan, dan peran sektor
pertanian yang dapat digunakan dalam pembangunan pedesaan, pengurangan
kemiskinan, dan pengembangan secara keseluruhan. Penelitian ini menjelaskan
bagaimana pada kondisi-kondisi tertentu strategi pengembangan wilayah dapat
berhasil baik, tetapi di sisi lain pada kondisi-kondisi tertentu, terutama pada
negara-negara yang tingkat pembangunannya rendah seperti pedesaan, pertanian
merupakan titik awal untuk pembangunan pedesaan.
Pada penelitian diatas dijelaskan bahwa pertanian merupakan ririk awal
untuk pembangunan pedesaan akan tetapi keterpurukan sector pertanian pada
Desa Gunung Sari mulai menurunkan minat generasi muda untuk ikut andil dalam
sector pertanian, pertanian mulai ditinggalkan oleh masyarkat Desa Gunung Sari
8
Tri Wahyuni, Diakses dari https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20181025153705-92-
341433/bps-sebut-luas-lahan-pertanian-kian-menurun pada tanggal 20 Desember Pukul 08.00
WIB
7
dan mulai mencari sumber pemenuhan ekonomi dari sector lain, seperti sektor
industry penyediaan barang dan jasa.
Maka dari itu, penulis memutuskan untuk meneliti di kalangan masyarakat
petani khusunya masyarakat petani di Desa Gunung Sari Kecamatan Mauk
Kabupaten Tangerang Provinsi Banten, perekonomian sebagai penggerak utama
roda kehidupan Oleh karena itu, penulis memberikan judul skripsi ini ANALISIS
KEGIATAN EKONOMI MASYARAKAT DESA (Studi kasus PETANI Desa
Gunung Sari Kec. Mauk Kab. Tangerang - BANTEN).
B. Identifikasi Masalah
Latar belakang di atas memuat beberapa masalah yang terjadi dalam
kehidupan petani sehingga dapat di identifiksikan masalah yang terjadi adalah
sebagai berikut ;
1. Pengalih fungsian lahan pertanian produktif menjadi area pemukiman
2. Analisis biaya produksi yang kurang matang dalam proses pertanian
3. Alur distribusi hasil pertanian yang tidak efisien
4. Keterbatasan Pemenuhan kebutuhan ekonomi sehari-hari petani penggarap
C. Pembatasan Masalah
Dari sekian banyak masalah yang penulis kemukakan dalam identifikasi
masalah diatas, penulis ingin membatasi masalah agar sesuai dengan tujuan awal
penelitian ini dan berharap agar tujuan penelitian ini dapat tercapai dengan baik.
1. Pembengkakan biaya produksi dalam setiap masa tanam tanam sampai
panen hingga menyebabkan kerugian dimasa akhir panen.
2. Wilayah pendistribusian hasil panen yang masih sempit menyebabkan
kurang maksimalnya hasil yang diperoleh.
3. Pemenuhan biaya kehidupan sehari-hari selama menunggu masa panen
yang sangat besar.
D. Perumusan Masalah
Agar penulisan skripsi ini dapat dilaksanakan dengan lebih relevan dan
fokus maka dirumuskan beberapa masalah yang akan menjadi inti penelitian.
Adapun rumusan masalah tersebut, sebagai berikut ;
1. Bagaimana proses pembiayaan produksi pertanian padi dari masa tanam
hingga panen.?
8
A. Kajian Pustaka
Kajian Pustaka sangat penting dalam sebuah penelitian terutama dalam
penulisan skripsi peneliti tidak bisa mengembangkan masalah yang mungkin
ditemui di tempat penelitian jika tidak memiliki acuan Kajian Pustaka yang
mendukungnya. Dalam skripsi Kajian Pustaka layaknya fondasi pada sebuah
bangunan. Bangunan akan telihat kokoh bila fondasinya kuat, begitu pula dengan
penulisan skripsi, tanpa kajian pustaka penelitian dan metode yang digunakan
tidak akan berjalan lancar. Peneliti juga tidak bisa membuat pengukuran atau tidak
memiliki standar alat ukur jika tidak ada kajian pustaka. Kajian pustaka sendiri
memiliki definisi sebagai seperangkat konstruk atau konsep, definisi dan proposisi
yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi
hubungan antara variablel, sehingga dapat berguna untuk mejelaskan dan
meramalkan fenomena.9
1. Ekonomi
a. Pengertian Ekonomi
Ilmu ekonomi adalah suatu studi mengenai individu-individu dan
masyarakat membuat pilihan, dengan atau tanpa menggunakan uang,
dengan menggunakan sumber-sumber daya yang terbatas tetapi dapat
digunakan dalam berbagai cara untuk menghasilkan berbagai jeniis barang
dan jasa serta mendistribusikannya untuk kebutuhan konsumsi, sekarang
dan dimasa datang, kepada berbagai indovidu dan berbagai golongan
masyarkat.10
Pada dasarnya ilmu-ilmu itu dikelompokkan menjadi tiga
kelompok besar, yaitu ilmu-ilmu alam, ilmu-ilmu social, dan ilmu
pengetahuan budaya. 11Ilmu ekonomi termasuk kedalam Ilmu-ilmu social,
perkembangan ilmu ekonomi di Indonesia berjalan begitu pesat seiring
dengan berkembangnya aktivitas manusia yang dilakukan unutk
memenuhi kebutuhannya. Karena definisi dari ilmu ekonomi sendiri ialah
9
Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta : PUSTAKABARUPRESS, 2014) Hal, 57.
10
Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi Teori Pengantar, (Jakarta; Raja Grafindo Persada, 2010) hlm. 9
11
Rita, Hanafie, Pengantar Ekonomi Pertanian, (Yogyakarta; ANDI Press, 2010), Hlm. 3
10
11
12
Prathama Rahardja, Mandala Manurung. Pengantar Ilmu Ekonomi (MIkro dan Makro Ekonomi),
(Jakarta; FE UI, 2008), Hlm. 1
13
Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi Teori Pengantar, (Jakarta; Raja Grafindo Persada, 2010) hlm.
10
14
Prathama Rahardja, Op.Cit., Hlm. 4
12
15
Rita, Hanafie, Pengantar Ekonomi Pertanian, (Yogyakarta; ANDI Press, 2010), Hlm. 3
16
Prathama Rahardja, Mandala Manurung. Loc. Cit. Hlm. 24
17
Ibid., Hlm. 24
18
Ibid., Hlm. 32
19
Bustanul. Arifin, Ekonomi Pembangunan Pertanian, (Bogor; IPB Press, 2013), Hlm. 12
13
20
Ahmad Ma’ruf , Latri Wihastuti, Jurnal PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA: Determinan dan
Prospeknya, Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan, Volume 9, Nomor 1, April 2008: 44
21
Jef Rudiantho. Saragih, Perencanaan Wilayah dan Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis
Pertanian, (Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2015) Hlm. 57
22
Sadono Sukirno,. Makro Ekonomi Teori Pengantar, Edisi Ketiga. (Jakarta: Rajawali Pers. 2011.)
Hlm. 423
23
Dhita Nur Elia Fitri, Skripsi Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
Di Indonesia Tahun 1984-2013, (Yogyakarta ; Universitas Negeri Yogyakarta) Hlm. 12-13
14
24
Dhita Nur Elia Fitri, Op. Cit,. Hlm. 13.
15
25
Dhita Nur Elia Fitri, Skripsi Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
Di Indonesia Tahun 1984-2013, (Yogyakarta ; Universitas Negeri Yogyakarta) Hlm. 15
26
Dhita Nur Elia Fitri, Op. Cit,. Hlm. 17.
16
di mana,
∆Y adalah tingkat pertumbuhan ekonomi
∆K adalah tingkat pertumbuhan modal
∆L adalah tingkat pertumbuhan penduduk
27
∆T adalah tingkat perkembangan teknologi.
3. Pertanian
a. Pengertian Pertanian
Pertanian dalam arti luas adalah kegiatan pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya tumbuhan, hewan, jasad renik dan ekosistem
beserta hasilnya yang meliputi produksi, pengelolaan, pemasaran dan
distribusi, bagi kesejahteraan umat manusia.28
Ada yang berpendapat, pertanian merupakan kegiatan manusia
dalam membuka lahan dan menanaminya dengan berbagai jenis tanaman
yang termasuk tanaman semusim maupun tanaman tahunan dan tanaman
pangan maupun tanaman non-pangan.29
Pertanian merupakan kegiatan yang dilakukan manusia pada suatu
lahan tertentu, dalam hubungan tertentu antara manusia dengan lahannya,
disertai berbagai pertimbangan tertentu pula. Ilmu yang mempelajari
segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan manusia dalam
pertanian disebut ilmu usahatani.30
Pertanian di Indonesia dilaksanakan sebagai usaha menghasilkan
keperluan sehari-hari (Bahan makanan nabati atau hewani dan keperluan
hidup lainnya) petani dari tanah tempatnya berpijak.31 Berdasarkan luas
lahan yang dimiliki, petani dibedakan menjadi tiga, ada petani kaya
pemilik lahan luas, ada petani menengah pemilik lahan sedang, ada petani
gurem penilik lahan sempit. 32
27
Dhita Nur Elia Fitri, Skripsi Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
Di Indonesia Tahun 1984-2013, (Yogyakarta ; Universitas Negeri Yogyakarta) Hlm. 20
28
Musa Hubeis, Manajemen Industri Pangan, (Tangerang Selatan; UT,2014), Hlm. 27
29
Edy Suprapto, Tesis Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi usahatani padi organik di
kabupaten sragen. (Surakrta : UNIVERSITAS SEBELAS MARET,2010) Hlm. 31
30
Ibid., Hlm. 32
31
Musa Hubeis, Manajemen Industri Pangan, (Tangerang Selatan; UT,2014), Hlm. 21
32
Rita Hanafie, Pengantar Ekonomi Pertanian, (Yogyakarta; ANDI press, 2010) Hlm. 54
17
33
Wirdatun Nisa Skd, Skripsi kontribusi usaha tani padi dalam meningkatkan kesejahteraan
ekonomi masyarakat (studi kasus desa terutung megara bakhu kecamatan lawe sumur
kabupaten aceh tenggara aceh), (Medan: UIN Medan, 2017) Hlm. 25
34
Abd Rahim Dkk, Model analisis ekonomika pertanian, (Makassar : Badan Penerbit Universitas
Negeri Makassar) Hlm. 17
35
Ibid.,
36
Op. Cit., Hlm. 33
18
c. Distribusi Pertanian
Pemasaran (tata niaga= distribusi =marketing) merupakan kegiatan
ekonomi yang berfungsi untuk membawa atau menyampaikan barang
dan/atau jasa dari produsen ke konsumen. Pemasaran juga dapat diartikan
sebagai proses social dan manajerial yang dalam hal ini individu atau
kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginannya dengan
menciptakan, menawarkan, dan menukarkan produk yang bernilai satu
sama lain.37
Pada dasarnya distribusi merupakan kegiatan penyampaian produk
dari tangan produsen ke tangan konsumen atau pelanggan dalam kondisi
baik, tepat waktu serta sesuai dengan keinginan pembeli38.
Distribusi merupakan kegiatan pemasaran yang berusaha
memperlancar serta mempermudah penyampaian produk (barang dan jasa)
dari produsen kepada konsumen sehingga penggunanya sesuai (jenis,
39
jumlah, harga, tempat dan waktu) dengan yang diperlukan.
Menurut Siswanto Sutujo kegiatan distribusi dapat dilakukan
dengan menggunakan sistem distribusi langsung maupun tidak langsung.
Tidak sedikit perusahaan melaksanakan sendiri kegiatan distribusi. Di lain
pihak banyak pula perusahaan melakukannya melalui distributor.
Tidak kurang pula jumlah perusahaan yang karena berbagai macam
sebab melakukan kedua-duanya sekaligus. Secara singkat barang atau jasa
dari produsen sampai kelokasi pembeli atau konsumen pemakai dapat
dilakukan :
1. Secara langsung (direct marketing),
2. Melalau pedagang atau distributor (indirect marketing), atau
3. Kombinasi dari kedua sistem distribusi tersebut. Distribusi
langsung dapat dilakukan dengan menugaskan sales executive
37
Rita Hanafie, Pengantar Ekonomi Pertanian, (Yogyakarta: Andi, 2010), Hlm. 205
38
Gun Gunawan Rachman Dkk, PENGARUH BIAYA DISTRIBUSI DAN SALURAN DISTRIBUSI
TERHADAP VOLUME PENJUALAN (STUDI PADA SARI INTAN MANUNGGAL KNITTING BANDUNG),
JURNAL RISET AKUNTANSI DAN BISNIS Vol 10 No .2 / September 2010
39
Ibid.,
19
40
Ibid.,
20
41
Fadholi Hernanto, Ilmu Usahatani, (PT. Penebar Swadaya ; Jakarta, 1989) Hlm. 14
42
Ibid., Hlm. 15
43
Ibid., Hlm. 26
21
f. Klasifiasi Petani
Diungkapkan oleh fadholi hernanto bahwa petani memiliki
sebutan, fungsi , kedudukan atas perannya, seperti berikut;
1) Petani sebagai pribadi;
2) Petani sebagai kepala kelauarga/anggota keluarga;
3) Petani sebagai guru;
4) Petani sebagai pengelola usahatani;
5) Petani sebagai warga sosial, kelompok;
6) Petani sebagai warga negara;46
Berikut penjelasan sebutan, fungsi, dan kedudukan petani;
44
Musa Hubeis, Manajemen Industri Pangan, (Tangerang Selatan; UT,2014), Hlm. 23.
45
Rita Hanafie, Pengantar Ekonomi Pertanian, (Yogyakarta: Andi, 2010), Hlm. 12
46
Fadholi Hernanto, Ilmu Usahatani, (PT. Penebar Swadaya ; Jakarta, 1989) Hlm. 26
22
47
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, Pasal 1,
Ayat 1, 17 dan 20
24
48
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2004 Tentang Desa, Pasal 1 Ayat 1 dan 9
49
Jef Rusiantho Saragih, Perencanaan Wilayah dan Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis
Pertanian, (Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2015), Hlm. 16-17
50
Ibid., Hlm. 18
25
51
Ibid., Hlm. 14-15
52
Rita Hanafie, Pengantar Ekonomi Pertanian, (Yogyakarta; ANDI Press, 2010) Hlm. 51
53
Muhammad Hafidh, Pengaruh Tenaga Kerja, modal, dan luas lahan terhadap usaha tani padi
sawah, (Semarng : Universitas Negeri Semarang, 2009). Hlm. 24
54
Ibid,. Hlm. 25
26
B. Penelitian Relevan
ALAT
NO PENELITI JUDUL HASIL
ANALISIS
1 Sri Hery STRATEGI DESKRIPTIF Strategi ADLI berperan baik
Susilowati AGRICULTURAL- KUALITATIF khususnya dalam penyerapan
Tahun 2008 DEMAND-LED- tenaga kerja, peningkatan PDB dan
(Jurnal) INDUSTRIALIZATION perannya dalam mengakselerasi
DALAM PERSPEKTIP pertumbuhan sector-sektor lain.
PENINGKATAN Dalam dalam hal distribusi
EKONOMI DAN pendapatan rumah tangga, strategi
PENDAPATAN ADLI masih jauh dari penerapan
PETANI yang ideal. Manfaat
pengembangan sector pertanian
primer dan agroindustry lebih
banyak mengalir kerumah tangga
non pertanian di kota, sedangkan
buruh tani dan petani menerima
pendapatan terkecil.
2 Sri Hery FENOMENA Analisis Strategi yang perlu dilakukan untuk
Susilowati PENUAAN PETANI deskriptif dan menarik minat pemuda bekerja di
Tahun 2016 DAN tabulasi pertanian antara lain mengubah
(Jurnal) BERKURANGNYA persepsi generasi muda bahwa
TENAGA KERJA sektor pertanian merupakan sektor
MUDA SERTA yang menarik dan menjanjikan
IMPLIKASINYA apabila dikelola dengan tekun dan
BAGI KEBIJAKAN sungguh-sungguh, pengembangan
PEMBANGUNAN agroindustri, inovasi teknologi,
PERTANIAN pemberian insentif khusus kepada
petani muda, pengembangan
pertanian modern, pelatihan dan
pemberdayaan petani muda, serta
memperkenalkan pertanian kepada
27
dan keadaan lingkungan, akan tetapi terdapat perbedaan dalam penelitian diatas
dengan penelitian yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini selain fokus
terhadap pertumbuhan ekonomi petani akan tetapi penelitian ini juga akan
membahas tentang proses petani dalam menanam hingga memanen padi sehingga
dapat diketahui dengan jelas biaya yang dikeluarkan dari mulai masa tanam
sampai masa panen. Dan itu akan lebih menjelaskan pertumbuhan ekonomi yang
terjadi di masyrakat.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini bertempat di Desa Gunung Sari. Desa Gunung Sari adalah
wilayah pedesaan yang berada pada titik kordinat 6°04'22.1"S 106°30'35.1"E,
yang tercakup dalam wilayah kecamatan Mauk Kab. Tangerang Provinsi Banten.
Wilayah yang terletak di pesisir pantai utara Banten ini memiliki luas wilayah 358
Ha, sebagian besar wilayah Desa Gunung Sari adalah sawah dengan total luas
282,4 ha dan sisanya adalah tanah pemukiman yang dihuni lebih dari 4000 ribu
Jiwa yang terdaftar sebagai warga Desa Gunung Sari.55
Gambar 3.1
Peta Desa Gunung Sari Kec. Mauk Kab. Tangerang
Sumber; Arsip Desa Gunung Sari
55
Arsip Desa Gunung Sari, Profil Desa Gunung Sari, (Mauk : GS PRESS, 2017) Hal. 1
31
32
2. Waktu Penelitian
Tabel 3.1
Jadwal Penelitian
No. Kegiatan (2019-2020) 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
1. Penelitian Lapangan
2. Penyusunan bab I
3. Penyusunan bab II
4. Penyusunan Bab III
5. Penyusunan Bab IV
6. Penyusunan V
7. Sidang skripsi
B. Latar Penelitian
Penelitian ini menggunakan data atau informasi yang diperoleh dari subjek
penelitian yang terdiri dari berbagai kalangan masyarakat yang berhubungan
langsung maupun tidak langsung dengan proses perekonomian petani di Desa
Gunung Sari, adapun subjek dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Buruh Tani
2. Petani Pemilik lahan sawah di desa Gunung Sari
3. Tengkulak di Desa Gunung Sari
4. Pemerintah Desa Gunung Sari
Berbagai subjek penelitian diatas diharapkan oleh peneliti mampu
memberikan informasi yang lengkap dan sesuai dengan kejadian di lapangan
sehingga mampu mempermudah proses pengambilan data oleh peneliti.
C. Metode Penelitian
Penelitian adalah proses yang digunakan untuk mengumpulkan dan
menganalisis informasi guna meningkatkan pemahaman kita pada suatu konflik. 56
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Maksud dari istilah statistik atau
dengan cara-cara lain dari kuantifikasi ( pengukuhan). Penelitian kualitatif dapat
56
Iman. Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktek, (Jakarta : Bumi Aksara, 2013),
hlm. 79
33
57
Syamsir Salam, dan Jaenal Aripin, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: UIN Jakarta Press,
2006), hlm. 30
58
Iman. Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktek, (Jakarta : Bumi Aksara, 2013),
Hlm. 83
59
Boy S. Sabarguna, Analisis Data Pada Penelitian Kalitatif, (Jakarta: UI Press, 2008) Hlm. 5-6
60
Haris. Herdiansyah, Wawancara, Observasi, dan Focus Groups, (Jakarta : Raja Grafindo Persada,
2015), Hlm. 16-24
34
61
Sugiyono,Op. Cit,.Hlm. 147
35
2. Wawancara
Wawancara dalam konteks penelitian kualitatif dapat diartikan
sebagai sebuah proses interaksi komunikasi yang dilakukan oleh
setidaknya dua orang, atas dasar ketersediaan dan dalam setting alamiah,
dimana arah pembicaraan mengacu kepada tujuan yang telah ditetapkan
dengan mengedepankan trust sebagai landasan utama dalam proses
memahami.62 Karena apabila tidak didasari dengan kepercayaan (trust)
maka tidak akan terjalin interaksi yang baik antara peneliti dengan
narasumber yang diwawancara. Trust tidak dapat muncul secara terpaksa.
Trust akan muncul secara alamiah ketika seseorang/subjek penelitian telah
percaya penuh kepada peneliti dan mampu menentukan kesahihan data.63
Wawancara terbagi atas dua tipe yang membedakan dalam tataran
yang luas yaitu wawancara terstruktur dan tidak terstruktur,64 masing-
masing dari tipe wawancara ini memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing, akan tetapi dalam penggunaannya untuk penelitian
kualitatif lebih sering menggunakan tipe wawancara tidak terstruktur
karena bersifat luwes dan terbuka sedangkan wawancara terstruktur lebih
mengarah kepada informasi yang sudah pasti sehingga memerlukan
pertanyaan-pertanyaan yang baku dan tidak dapat diubah-ubah.
Artinya dalam wawancara tidak terstruktur, pertanyaan-pertanyaan
disiapkan dengan lingkup yang dimaksud dalam sebuah wawancara.
Peneliti dapat menanyakan pertanyaan yang menyimpang dari rangkaian
pertanyaan yang telah disiapkan. Juga tidak harus mengikuti formulasi
yang tepat dalam menanyakan pertanyaan kepada narasumber. Tujuannya
agar memperoleh informasi dari pandangan narasumber itu sendiri dari
tema yang diangkat dalam penelitian.
62
Ibid., Hlm. 31
63
Ibid., Hlm. 33
64
Iman Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktek, (Jakarta : Bumi Aksara, 2013),
Hlm. 162-163
36
E. Instrumen Penelitian
Penelitian yang baik adalah penelitian yang menyajikan informasi yang
valid dan mendalam dan dalam memperoleh informasi tersebut diperlukan
beberapa langkah-langkah dalam memperoleh informasi yang diinginkan,
langkah-langkah yang dapat dilakukan antara lain adalah wawancara, observasi,
survey, dokumentasi dll.
Proses penelitian yang menggunakan tekhnik wawancara, observasi dan
sebagainya tentunya memerlukan instrumen sebagai bahan untuk mendapatkan
informasi yang diinginkan yang disebut instrumen penelitian.
Instrumen penelitian adalah pedoman tertulis tentang wawancara, atau
pengamatan, atau daftar pertanyaan, yang dipersiapkan untuk mendapatkan
informasi dari responden.65 sehingga dengan adanya instrumen penelitian
65
W. Gulo, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Grasindo, 2002), Hlm. 123
37
diharapkan dapat memperoleh informasi yang valid dan sesuai dengan apa yang
diinginkan.
Tabel 3.2
Pedoman Observasi Kondisi Pertanian
Keterangan
No. Objek observasi
Baik Tidak
1. Lahan Sawah
2. Pematang Sawah
3. Jalan Lingkungan
4. Saluran Air
5. Bendungan Air
6. Pabrik Penggilingan
7. Traktor
8. Bibit Padi
9. Harga Padi
10. Perhatian Pemerintah Desa
11. Kondisi Ekonomi Para Buruh Tani
12. Biaya Penggilingan Padi
Tabel 3.3
Kisi-kisi Pedoman Wawancara
NO. INDIKATOR SUB INDIKATOR
1. Produksi Pertanian 1. Kondisi Ekonomi Petani
2. Pemenuhan Biaya Pertanian
2. Distribusi Hasil Pertanian 1. Kondisi Wilayah Desa
2. Perilaku Masyarakat Desa
3. Konsumsi Keluarga Petani 1. Kondisi Ekonomi Petani
2. Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
38
Tabel 3.4
Instrumen Wawancara
NO. INSTRUMEN WAWANCARA
A. BURUH TANI
B. PETANI
C. TENGKULAK
39
Pengumpulan Penyajian
Data Data
Penarikan
Reduksi Kesimpulan
Data
66
Imam Gunawan, Metode penelitian kualitatif: Teori & Praktik, (Jakarta : Bumi Aksara, 2013)
Hlm. 216
41
Kemudian yang kedua Model Data (Data Display), model data yang
diterapkan dalam penelitian ini berupa teks naratif. Peneliti menyusun dari data-
data yang dihasilkan di lapangan dalam bentuk berupa teks naratif yang ditulis
oleh peneliti. Langkah selanjutnya adalah penarikan kesimpulan, peneliti dapat
mulai memutuskan kesimpulan dari mulai mendapatkan data-data di lapangan.
Kesimpulan yang peneliti lakukan tergantung dari pemrosesan data di lapangan
menjadi bentuk teks narasi.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. DESKRIPSI DATA
1. Profil Desa Gunung Sari
Sebelum tahun 1982 wilayah Desa Gunung Sari hanyalah sebuah
kampung yang menginduk ke Desa Sasak, sampai pada tanggal 5 oktober 1982
terjadilah proses pemekaran sehingga Desa Gunung Sari menjadi desa baru
dengan wilayah utara berbatasan dengan Kelurahan Mauk timur, wilayah selatan
berbatasan dengan Desa Ranca bango Kecamatan Rajeg, wilayah barat berbatasan
dengan Desa patra manggala kecamatan kemiri, dan wilayah timur berbatasan
dengan Desa Sasak.67
Gambar 4.1
Peta Pemanfaatan Lahan Desa Gunung Sari
Sumber; Arsip Desa Gunung Sari
Desa Gunung Sari memiliki luas lahan 358 Ha, sebagian besar wilayah
Desa Gunung Sari adalah lahan pertanian dengan total luas 282,4 ha dan sisanya
adalah tanah pemukiman yang dihuni lebih dari 4000 ribu Jiwa yang terdaftar
sebagai warga Desa Gunung Sari.68
67
Arsip Desa Gunung Sari, Profil Desa Gunung Sari, (Mauk : GS PRESS, 2017) Hal. 10
68
Ibid., Hal. 1
42
43
Berada diwilayah pesisir utara pulau jawa Desa Gunung Sari memiliki
tanah yang cukup subur dengan iklim yang panas digunakan oleh masyarakat
untuk menanam padi di sawah karena tanaman padi dirasa paling cocok dengan
kondisi cuaca yang ada di wilayah ini. Adapula sebagian kecil masyarakat yang
berkebun sayur-mayur tetapi dengan lahan yang sempit karena mereka hanya
memanfaatkan lahan di pinggir sungai.
Dalam pemanfaatan lahan sawah juga sering ditanami dengan komoditas
lain ketika musim kemarau tiba, seperti timun suri dan semangka hal itu dilakukan
untuk menyiasati kekeringan yang terjadi karena apabila dipaksa untuk menanam
padi pada masa kekeringan maka hasilnya akan tidak maksimal sehingga para
petani memilih beralih sementara ke tanaman merambat yang hanya
membutuhkan sedikit air untuk pertumbuhannya dan memiliki nilai jual yang
tidak terlalu rendah sehingga masih bisa untuk memenuhi kebutuhan
perekonomian sehari-hari.
B. HASIL PENELITIAN
yang membuka usaha di kampung halaman dan ada pula yang menjadi pegawai
swasta maupun negeri.
Sementara itu pertanian tetap menjadi ladang utama untuk mencari nafkah,
mayoritas masyarakat desa Gunung Sari masih mencari nafkah di sawah baik itu
hanya sewaktu-waktu maupun yang seluruh penghasilannya berasal dari sawah,
seperti apa yang dikatakan Kepala Desa Gunung Sari Bapak Paruji Mubarak
mengenai jenis Profesi warganya.
“warga desa Gunung Sari itu sudah banyak yang menjadi
karyawan di pabrik-pabrik karena kita termasuk kedalam wilayah
kabupaten Tangerang yang mana terkenal dengan Wilayah Seribu
Industri, maka dari itu banyak anak muda yang kurang tertarik
dengan bidang pertanian dan lebih memilih bekerja sebagai
karyawan swasta. Bahkan ada juga yang sedari duduk di bangku
Sekolah Menengah Pertama sudah berkeinginan untuk bekerja di
pabrik ketika sudah lulus nanti, memang miris terasa tapi
kemajuan zaman tidak bisa dilawan, yang mana dahulu sektor
pertanian lah yang berjaya akan tetapi pada masa kini sektor
industrilah yang merajai dunia. Sehingga para generasi muda
lebih tertarik untuk memenuhi kebutuhan materinya dari bekerja
sebagai buruh pabrik bukan sebagai petani.”69
PEKERJAAN
Tabel 4.1
Profesi Masyarakat Desa Gunung Sari
Sumber; Monografi Desa Gunung Sari
69
Paruji, Mubarak, Hasil Wawancara Kepala Desa Gunung Sari
45
70
Achmad Suryana dan Ketut Kariyasa, (Ekonomi padi Asia: Suatu Tinjauan Berbasis Kajian
Komparatif), Forum Penelitian Agro ekonomi. Volume 26 No. 1, Juli 2008 : Hlm. 20
46
pedesaan Indonesia, terutama pemilikan atas lahan, tidaklah mencakup atas semua
lahan. Sumberdaya lahan di pedesaan hingga sekarang masih banyak yang terlihat
dikuasai secara kolektif atau "komunal", yang diatur oleh hukum tradisi atau adat
setempat. Model pemilikan sumberdaya lahan yang demikian ini agaknya bisa
menjadi peredam konflik (safety valve) yang cukup efektif, karena ketegangan
hubungan eksploitasi antar dua kelas sosial dapat dialihkan pada eksploitasi
terhadap sumberdaya alam setempat.71
Berada di wilayah Seribu Industri sangat mempengaruhi pola pikir warga
desa khususnya generasi muda, mereka lebih tertarik untuk mengadu nasib atau
bekerja di Pabrik (Industri) daripada meneruskan pekerjaan nenek moyangnya
sebagai petani karena dianggap lebih menjanjikan dan lebih pasti dalam hal upah.
Sehingga itu menyebebabkan berkurangnya jumlah petani di desa dan berubahnya
pola piker para pemilik sawah karena mereka tidak segan lagi untuk menjual
lahan sawahnya kepada orang lain hanya demi membiayai anaknya hingga tamat
sekolah dan kemudian menjadi buruh pabrik.
Senada dengan pernyataan diatas dikemukakan juga oleh Sri Henry
Susilowati dalam Penelitiannya yang berjudul “Fenomena Penuaan Petani Dan
Berkurangnya Tenaga Kerja Muda Serta Implikasinya Bagi Kebijakan
Pembangunan Pertanian” berbagai alasan penyebab menurunnya minat tenaga
kerja muda di sektor pertanian terutama adalah citra sektor pertanian yang kurang
bergengsi dan kurang bisa memberikan imbalan memadai. Hal ini berpangkal dari
relative sempitnya rata-rata penguasaan lahan usaha tani. Alasan lain adalah cara
pandang dan way of life tenaga kerja muda telah berubah di era perkembangan
masyarakat postmodern seperti sekarang. Bagi anak-anak muda di perdesaan,
sektor pertanian makin kehilangan daya tarik. Bukan sekedar karena secara
ekonomi sector pertanian makin tidak menjanjikan, tetapi keengganan anak-anak
muda untuk bertani sesungguhnya juga dipengaruhi oleh subkultur baru yang
berkembang di era digital seperti sekarang. Krisis petani muda di sektor pertanian
dan dominannya petani tua memiliki konsekuensi terhadap pembangunan sector
pertanian berkelanjutan, khususnya terhadap produktivitas pertanian, daya saing
71
Tri Panadji, (Jurnal Gejala Kesenjangan Antara Ideologi Dan Pragmatisme Pembangunan
Ekonomi Masyarakat Pedesaan) FAE. Volume 20 No. 2, Desember 2002, Hlm. 51
47
pasar, kapasitas ekonomi perdesaan, dan lebih lanjut hal itu akan mengancam
ketahanan pangan serta keberlanjutan sektor pertanian. 72
TINGKAT PENDIDIKAN
1854
2000
1500 1164
1000 617
455
500 18 5
0
TIDAK SD SLTP SLTA SARJANA SARJANA
TAMAT MUDA LENGKAP
SD
TINGKAT PENDIDIKAN
Tabel 4.2
Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa
Sumber; Monografi Desa Gunung Sari Tahun 2016
Kondisi sector pertanian seperti telur diatas tanduk badak, mencoba
bertahan dari tekanan modernisasi dan sumber daya manusia yang kurang
mumpuni. Seperti halnya yang terjadi di Desa Gunung Sari masyarakat yang
fokus kepada sektor pertanian mayoritas adalah masyarakat yang berpendidikan
rendah dengan pemahaman akan dunia luar yang masih sempit, sehingga
berpengaruh terhadap system pertanian yang dijalankan selama berpuluh-puluh
tahun perkembangan yang terjadi dalam sector pertanian sangatlah sedikit. Seperti
halnya penggunaan traktor baru mulai digunakan secara merata pada tahun 1990-
an.
Dari data yang ditampilkan di tabel 4.2 menerangkan bahwa tingkat
pendidikan masyarakat desa Gunung Sari masih rendah. Dengan kondisi SDM
yang tidak mumpuni membuat kondisi petani menjadi pekerjaan yang tidak
menjanjikan, sehingga banyak generasi muda yang mulai tidak tertarik dengan
pekerjaa sebagai petani, berbeda dengan para pendahulunya yang terjun ke profesi
petani sejak mudanya .
72
Sri Henry Susilowati, (Fenomena Penuaan Petani Dan Berkurangnya Tenaga Kerja Muda
Serta Implikasinya Bagi Kebijakan Pembangunan Pertanian), Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol.
34 No. 1, Juli 2016: 37
48
“dih sing kapan yah, uis sue sih sembarang anak mang haji masih
cilik, ana bah 30 tahun mah.”
(dih dari kapan yah, udah lama semenjak anak mang haji masih
kecil, ada kayaknya 30 tahun.)
Seperti halnya ayng dikatakan oleh Haji Safiudin ketika diwawancarai
oleh peneliti, ia menerangkan bahwa sudah menjadi petani selama 30 tahun,
tentunya menjadi petani dengan waktu yang lama membuat dirinya sangat hafal
dengan kondisi pertanian. Akan tetapi tidak seperti kenyataanya karena setiap
zaman punya tekhnologinya masing-masing beliau harus bias menyesuaikan
dengan tekhnologi dizaman yang sedang berjalan agar tetap mampu bertahan
menjalankan usaha taninya.
Gambar 4.2
Petani Yang Sedang Menanam Padi
Sumber; Dokumentasi Pribadi
Dengan total luas sawah sebesar 282,4 ha warga Desa Gunung Sari
mayoritas bermata pencaharian sebagai petani, 40% dari warga Desa Gunung Sari
menggantungkan hidupnya dari sawah sehingga perekonomian akan meningkat
ketika masa panen tiba. Ketika panen berlangsung suasana sawah akan sama
ramainya dengan pasar dikarenakan pedagang juga memadati sisi-sisi sawah
dengan menjajakan makanan dan minuman kepada para petani yang sedang
melaksanakan panen dan sistem pembayaran pun menggunakan sistem barter,
setiap makan dan minuman yang dibeli bisa di bayar dengan gabah hasil panen
tentunya sesuai dengan harga gabah yang berlaku pada saat itu.
Petani Desa Gunung Sari sangatlah beragam mulai dari Remaja hingga
orang tua, semua ikut andil dalam proses pertanian mulai dari masa tanam hingga
panen, tidak jarang anak kecil pun sering ikut ke sawah bersama bapak/ibunya
49
walau hanya untuk sekedar bermain diatas jerami atau membantu mengumpulkan
gabah yang berserakan. Posisi sawah yang berdekatan dengan saluran irigasi
tersier sehingga membuat anak-anak betah dan antusias ketika bermain di sawah.
C. PEMBAHASAN
1. Bagaimana proses pembiayaan produksi pertanian padi dari masa
tanam hingga panen.
a. Masa Pra Tanam
Lahan sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh
pematang serta saluran guna menahan atau menyalurkan air, biasanya ditanami
dengan padi sawah. Sebelum lahan sawah siap digunakan ada beberapa tindakan
yang harus dilakukan oleh petani.
Gambar 4.3
Lahan Sawah Sebelum dirapihkan
Sumber; Dokumentasi Pribadi
“yaa ai nyawah mah sing awal iku gawe sebaran dipit gena nyebar
bibit, tembeke bibit di sebar terus nonggoni sekitar sebulan tembeke
50
(yaa kalau bertani sawah itu dari awal bikin sebaran (lahan tanam
bibit) buat nyebar bibit, baru bibit di sebar terus tunggu sampai
sekitar satu bulan baru bibit disebar, sebelum ditanamin bibit
sawahnya ditraktor dulu biar bagus tanahnya, nah ketika mau
ditanami itu jangan sampai kekurangan air seperti sekarang itu
airnya kurang jadi padinya jelek jadi kuning, kalau sudah ditanam
tinggal disemai sama dipupuk, yaa yang penting itu airnya jangan
sampai kuranglah kalau perihal bertani sawah itu air itu penting
banget, makanya banyak yang bertengkat gara-gara air soalnya
kalau enggak ada air itu sawah jadi enggak bagus nantinya jadi
rugi siapa yang mau rugi).73
73
Amsir, Petani Desa Gunung Sari
51
Gambar 4.4
Proses Mengolah Lahan Sawah
Sumber; Dokumentasi Pribadi
Upah yang diterima oleh buruh tani dalam mengolah lahan sawah tersebut
hanya 100 ribu rupiah satu hari full kerja, diperlukan 2 sampai 3 orang untuk
merapikan lahan sawah sebelum ditraktor sehingga pemilik lahan harus
menyiapkan uang sebesar 200 sampai dengan 300 ribu untuk hari itu. kemudian
untuk biaya traktor pemilik traktor menggunakan sistem harga mengikuti luas
sawah, untuk harga sewa traktor itu sudah termasuk dengan tenaga operatornya
seharga 1 juta rupiah per hektar, seperti yang dikatakan oleh Bapak Haji Safiudin
dalam wawancara yang dilakukan peneliti.
“ai ning sawah mah kan kudu di klektor kuh yaa sedurung ditanduri
iku, ongkos klektor iku sing se hektar iku hargae sejuta
(kalai di sawah itu kan harus di traktor tuh yaa sebelum ditanami
itu, biaya traktor itu yang satu hektar itu harganya satu juta) 74
74
Haji Safiudin, Petani Desa Gunung Sari
52
Bibit yang telah dicabut dari area penyemaian kemudian bibit padi diikat
sebesar 4 kepalan tangan orang dewasa guna mempermudah dalam memindahkan
bibit ke area sawah yang lebih luas. Dalam satu area penyemaian bisa digunakan
untuk 1 sampai 2 kotakan lahan sawah tergantung dari lahan yang dimiliki oleh
pemilik sawah, karena biasanya bagi petani yang memiliki lahan sawah yang lebih
dari satu petak mereka menyemai bibit di satu tempat guna mempermudah proses
penyemaian.
“nah pas arep nandur iku aja sampe kekurangan banyu kaya saiki
kuh banyue kurang jadi parie jelek pada kuning, ai uis di tandur
mah tinggal dioyos klawan diserubuk doing.”
(nah ketika mau ditanami itu jangan sampai kekurangan air
seperti sekarang itu airnya kurang jadi padinya jelek jadi kuning,
kalau sudah ditanam tinggal disemai sama dipupuk.)75
Bapak Haji Safiudin menambahkan bahwa sebelum padi ditanam di area
sawah harus dipastikan terlebih dahulu keadaan lahan sudah siap dengan segala
kebutuhannya mulai dari ketersediaan air yang cukup lalu kondisi pematang
sawah yang sudah dirapihkan dari rumput-rumput liar. Karena jika lahan sawah
kekurangan air maka akan berdampak pada padi menjadi tidak bagus, daun padi
akan berwarna kekuningan serta berakibat pada buruknya hasil panen.
Gambar 4.6
Kondisi Sawah Kekurangan Air (dari dekat)
Sumber; Dokumentasi Pribadi
75
Haji Safiudin, Petani Desa Gunung Sari
53
Gambar 4.7
Kondisi Sawah Kekurangan Air (dari Jauh)
Sumber; Dokumentasi Pribadi
Bibit padi yang sudah di ikat kemudian ditempatkan diposisi penanaman
dengan cara dilempar dari pematang sawah, proses penempatan bibit tersebut
dilakukan sehari sebelum proses penanaman padi. Semua pekerjaan pada masa pra
tanam 80 persen dilakukan oleh tenaga manusia hanya pengolahan lahan saja yang
menggunakan tenaga mesin yaitu traktor. Sehingga para pemilik lahan sawah
harus menyiapkan beberapa buruh tani untuk membantu pekerjaan di sawah.
Gambar 4.8
Proses Penyebaran Bibit Siap Tanam
Sumber; Dokumentasi Pribadi
b. Masa Tanam
Ikatan bibit padi sudah tersebar diarea lahan sawah menandakan sudah
siap dimulainya penanaman (Nandur), tenaga kerja yang harus disiapkan oleh
pemilik lahan sawah untuk menyelesaikan satu hektar sawah sebanyak 40 – 50
orang untuk satu hari operasional kerja.
54
Gambar 4.9
Ikatan Bibit Padi Siap Tanam
Sumber; Dokumentasi Pribadi
Matahari sudah menunjukan sinarnya diujung timur para buruh tani yang
akan menanam padi suadh siap dengan seragam bertaninya yang menutup seluruh
bagian tubuh menyisakan bagian mata demi berlindung dari teriknya sinar
mentari, benang dibentangkan dari sudut ke sudut guna meberi tanda garis area
tanam padi karena padi harus ditanam sejajar dan berjarak satu jengkal tangan
orang dewasa (sekitar 15 cm).
Gambar 4.10
Proses Tanam Padi
55
Padi ditata rapih berbaris mengikuti bentuk sawah yang pada umumnya
berbentuk persegi, para buruh tani berjalan mundur menunduk sambil
menancapkan helai demi helai bibit padi kelahan sawah. Mereka bersenda guau
berbincang sambil melakukan pekerjaan tidak jarang timbul gelak tawa dalam
perbincangan yang menjadi hiburan tersendiri bagi para buruh tani untuk sejenak
lupa akan minimnya upah yang mereka dapatkan. Proses menanam padi dilakukan
selama satu hari dari pagi sampai sore.
“ai uis di tandur mah tinggal dioyos klawan diserubuk doang, ya
sing penting mah banyue aja sampe kuranglah ari perkara nyawah
mah banyu iku penting jasa, garan gah akeh sing ribut gara-gara
banyu yaa soale ari laka banyu mah sawah iku ora bisa bagus
malah bakale jadi rugi sapa sih sing pengen rugi. Terus ai uis 3 bula
lebih iku sawah uis siap dipanen nah pas panen iku tembeke kuh aja
sampe banyue keakean soale bakale ngegawe bosok ning pari terus
ari parie uis bosok mah uong sing panene gah laka sing pada gelem
soale abot digawae kan pada teles parie pada rebah soale.”
(kalau sudah ditanam tinggal disemai sama dipupuk, yaa yang
penting itu airnya jangan sampai kuranglah kalau perihal bertani
sawah itu air itu penting banget, makanya banyak yang bertengkat
gara-gara air soalnya kalau enggak ada air itu sawah jadi enggak
bagus nantinya jadi rugi siapa yang mau rugi. Terus kalau sudah
3 bulan lebih itu sawah sudah siap dipanen kemudian pas panen
itu baru tuh jangan sampai airnya kebanyakan karena nantinya
bikin busuk sama padi terus kalau padinya sudah busuk orang
yang panennya juga enggak ada yang mau soalnya berat
dibawanya kan pada basah padinya pada rebah soalnya.)76
Sebagai petani pemilik Lahan Bapak Amsir menjelaskan bahwa Setelah
ditanami padi kemudian sawah dirawat dengan dijaga kebersihan lahan dari
rumput liar, lalu diberi pupuk demi menjaga kesuburan tanah dan pertumbuhan
76
Amsir, Petani Desa Gunung Sari
56
daun. Faktor utama penentu kesuburan tanaman padi ialah ketersediaan air irigasi
karena persawahan di Desa Gunung Sari mengunakan sistem pengairan irigasi.
c. Masa Panen
Padi mulai menunduk batang padi sudah tak kuat menahan buahnya, daun
menguning merumbai kebawah mengikuti arah buah padi. Sawah bersinar diterpa
cahaya mentari senja menandakan sawah sudah siap dipanen. Para petani mulai
menjaga debit air yang masuk kesawah agar tidak terlalu banyak pasokan air yang
masuk kearea sawah, karena terlalu banyak air akan membuat batang padi
membusuk dan membuat padi jatuh terendam air yang bisa mengurangi kualitas
gabah setelah dipanen.
Gambar 4.11
Padi Siap Panen
Sumber; Dokumentasi Pribadi
Petani bersiap mengmpulkan para buruh tani untuk mulai memanen padi,
buruh tani yang bertugas memanen padi adalah orang yang sama dengan yang
menanam padi diawal masa tanam, begitulah kesepakatan tidak tertulis yang
berlaku di desa Gunung Sari. Sawah mulai dibagi dihitung perbarisan padi lalu
dibagi rata sesuai jumlah buruh tani yang akan memanen padi.
Diujung jalan pematang sawah terlihat bergerombol para buruh tani
bersiap dengan peralatannya masing – masing, mulai dari celurit, karung, baku,
serta gebotan (alat untuk memisahkan padi dengan batangnya dengan cara padi
dibanting kegebotan). Serta tidak lupa membuat bivak sederhana untuk
melindungi dari teriknya sinar mentari.
57
Selain buruh tani yang sudah ditugaskan untuk memanen padi disawah ada
juga masyarakat yang ikut turun kesawah untuk mengais sisa-sisa padi yang
masih menempel pada batang yang sudah tidak terpakai (gegampung), mereka
duduk mengitari petani yang sedang memisahkan padi dari batangnya dengan
digeprak-geprak kan pada Gebotan, kemudian mengambil sisa-sisa padi yang
masih menempel dibatang yang sudah digeprak.
Gambar 4.12
Proses Panen di Sawah
Sumber; Dokumentasi Pribadi
Setelah padi terpisah dari batangnya para buruh tani membawa padi hasil
panen tersebut kepemilik sawah yang sudah menunggu di tempat penakaran,
untuk dikumpulkan dan kemudian dibagi Bawon (Hasil Panen), pembagian hasil
panen dilakukan dengan sistem persentase yaitu setiap 20 liter padi maka buruh
tani berhak menerima 4 liter yaitu sebesar 20% dari jumlah padi yang
dikumpulkan oleh buruh tani.
58
Gambar 4.13
Pengumpulan dan Pembagian Hasil Panen
Sumber; Dokumentasi Pribadi
77
Rita, Hanafie, Pengantar Ekonomi Pertanian, (Yogyakarta; ANDI Press, 2010), Hlm. 183
59
“ari harga gabah saiki mah lagi naek tong karena lagi laka pada
gagal panen, Per kintal iku 500 ribu sing teles, sing garing 600 ribu,
ari beras iku 950 ribu sing paling cakep, ana sing 850 ribu sing rada
jelek.”
(kalau harga gabah sekarang itu lagi naik dek, karena stok kosong
banyak yang gagal panen, per kwintal itu 500 ribu gabah yang
basah, yang kering 600 ribu, kalau beras itu 950 ribu yang paling
bagus, ada yang 850 ribu yang agak jelek.)
Dalam wawancara diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa jika petani
menjual hasil panen mentah berupa Gabah maka harga jual yang diperoleh akan
lebih rendah jika dibandingkan dengan menjual hasil panen yang sudah diolah
menjadi beras. Kekurangan dari penjualan hasil panen berupa beras ialah harus
menambah biaya produksi untuk menggiling padi menjadi beras.
Disamping saluran distribusi tentu ada biaya distribusinya, kita ketahui
bahwa biaya-biaya yang dibebankan oleh perusahaan akan mempengaruhi harga
pokok penjualan termasuk biaya distribusi, rendahnya biaya distribusi akan
mengakibatkan berkurangnya harga pokok penjualan yang dapat ditentukan, oleh
karena itu perlu adanya usaha yang sungguh – sungguh untuk dapat menemukan
dan menerapkan pola distribusi yang efektif dan efisien, agar produksi hasil
perusahaan dapat sampai ketangan konsumen, sehingga dapat meningkatkan
volume penjualan.78
Biaya penggilingan padi menjadi beras bisa menggunakan dua alat
pembayaran, biaya penggilingan bisa dibayar dengan uang dan dengan beras,
untuk pembayaran dengan uang setiap 10kg beras yang dihasilkan akan dikenakan
biaya sebesar 5.000 rupiah dan jika menggunakan beras dikenakan biaya 1 Liter
untuk setiap 10 kg beras yang dihasilkan.
Petani Desa Gunung Sari lebih tertarik untuk mendistribusikan hasil panen
yang masih berbentuk Gabah karena proses yang lebih singkat dan harga yang
lebih stabil disetiap panennya. Hasil panen yang diolah menjadi beras hanya untuk
dikonsumsi sehari-hari sebagai cadangan pangan keluarganya, kebutuhan beras
78
Gun Gunawan Rachman Dkk, PENGARUH BIAYA DISTRIBUSI DAN SALURAN DISTRIBUSI
TERHADAP VOLUME PENJUALAN (STUDI PADA SARI INTAN MANUNGGAL KNITTING BANDUNG),
JURNAL RISET AKUNTANSI DAN BISNIS Vol 10 No .2 / September 2010
61
sangat tinggi dalam kehidupan sehari-hari Masyarakat Desa Gunung Sari selain
untuk cadangan pangan beras juga sering digunakan untuk bahan hantaran seperti
dalam acara resepsi dan syukuran.
“yaa ana bos maning sing due pabrik sosot, jadi bos iku mah bisa di
utangi gena modal terus ngko ngedol gabah atawa beras iku kudu
ning deweke karena ngegai utang iku sekalian kaya perjanjian.”
(yaa ada bos lagi yang punya pabrik penggilingan, jadi bos itu bisa
dipinjemin buat modal lalu nanti menjual gabah atau beras itu
harus ke dia karena ngasih pinjaman itu sekalian seperti
perjanjian kerja.)79
Dalam wawancara dengan peneliti Bapak Ozi Saeroji dapat disimpulkan
bahwa Beras yang didistribusikan keluar wilayah Desa Gunung Sari adalah beras
yang diolah oleh tengkulak dari gabah yang dibeli dari petani, tengkulak
mengolah gabah yang dibeli dari petani menjadi beras kemudian memisahkan
beras tersebut sesuai dengan kualitasnya. Setelah beras dikelompokkan sesuai
kualitasnya kemudian tengkulak mendistribusikan beras tersebut ke pedagang atau
biasa disebut Bos Beras.
79
Ozi Saeroji, Tengkulak Desa Gunung Sari
80
Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI), EKONOMI PERBERASAN INDONESIA,
(Samudera Printing : Jakarta) Hlm. 186
62
keluarga buruh tani di Desa Gunung Sari, seperti dikutip dari wawancara dengan
Bapak Damyati yang berprofesi sebagai Buruh Tani.
“mamang mah paling gah 100 ribu sedina yaa anak uis gede-gede
uis pada bisa gelati duit dewek.”
(Mamang itu paling juga 100 ribu sehari yaa anak sudah besar-
besar sudah bisa cari uang sendiri.) 81
Sebagai keluarga Petani Bapak Damyati harus mengeluarkan uang sebesar
100.000 rupiah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya mulai dari
makan sampai kebutuhan yang lain. Sementara sistem pengupahan di sawah tidak
menentu besaran upah hanya berkisar dari 30.000-100.000 rupiah tergantung dari
waktu kerja. apabila pekerjaan dimulai pada jam 6 dan selesai pada jam 9 pagi
maka upah yang diterima sebesar 30.000 rupiah, jika pekerjaan selesai jam 12
siang maka upah yang diterima sebesar 50.000 rupiah, dan jika pekerjaan selesai
pada jam 5 sore maka upah yang diterima sebesar 100.000 rupiah dengan waktu
mulai kerja yang sama yaitu jam 6 pagi.
Dikaitkan dengan konsep ketahanan pangan rumahtangga melalui
pendekatan konsumsi pangan, pendapatan rumahtangga akan mempengaruhi
ketahanan pangan rumahtangga melalui kemampuan mengakses bahan pangan
yang baik, selain wawasan bahan pangan rumahtangga dengan pendapatan yang
lebih tinggi akan lebih mampu menyediakan konsusmsi pangan yang baik
kualitasnya dan cukup jumlahnya untuk anggota rumahtangganya, begitupun
sebaliknya.82
Sebagai buruh tani Bapak Damyati tidak bisa berbuat banyak dalam
menyikapi penghasilannya dari menjadi buruh tani tersebut karena besaran upah
yang diterima itu sudah menjadi kesepakatan bersama antara petani di Desa
Gunung Sari, akan tetapi ada beberapa petani pemilik sawah yang memberikan
upah yang sama ditambah dengan jatah makan dan rokok untuk para buruh tani
yang bekerja dari pagi sampai siang bahkan sampai sore.
Distribusi pendapatan terdiri atas distribusi pendapatan fungsional
(functional or factor share distribution of income) dan distribusi pendapatan
81
Damyati, Butuh Tani Desa Gunung Sari
82
Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI), EKONOMI PERBERASAN INDONESIA,
(Samudera Printing : Jakarta) Hlm. 186
63
83
Abd Rahim Dkk, Model analisis ekonomika pertanian, (Makassar : Badan Penerbit Universitas
Negeri Makassar) Hlm. 133
84
Fadholi Hernanto, Ilmu Usahatani, (PT. Penebar Swadaya ; Jakarta, 1989) Hlm. 238
64
gena tuku serubuk, separo maning yaa gena biaya anak sekolah
klawan biaya urip sedina-dina.”
(kalau hasilnya bagus yaa cukup aja dek, bagus itu maksudnya
hasilnya banyak tidak ada yang gagal panen jadi hasil panen itu
bisa dibagi tiga sebagian buat persediaan beras buat makan
sebagian lagi buat di jual buat beli pupuk, sebagian lagi yaa buat
biaya anak sekolah sama biaya hidup sehari-hari .)85
Haji Safiudin menyiasati kebutuhan modal dengan membagi hasil panen
kedalam 3 sektor kehidupannya, sehingga alur keuangan untuk pemenuhan
kebutuhan usaha tani tetap terjaga. Akan tetapi tidak semua petani memiliki pola
pengaturan alur keuangan seperti Haji Safiudin ada beberapa petani yang harus
mencari pinjaman kesana-kemari untuk memenuhi kebutuhan modal dalam
menjalankan usaha tani dengan sistem pembayaran ketika panen dibayar dengan
gabah (Padi) sesuai dengan harga yang berlaku saat itu.
Hasil panen yang dijadikan persediaan modal untuk masa tanam
berikutnya akan disimpan dan dijual diwaktu mendekati masa tanam. Sedangkan
hasil panen yang digunakan sebagai cadangan persediaan pangan dibawa ke
pabrik penggilingan padi untuk diolah menjadi beras. Lalu hasil panen yang dijual
akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan diluar pangan.
Kebutuhan diluar pangan sangatlah banyak ragamnya salah satunya ialah
biaya pendidikan dan biaya kesehatan. Dalam pemenuhan biaya pendidikan para
petani desa Gunung Sari masih dalam kondisi kurang memperhatikan pemenuhan
kebutuhan pendidikan, masih banyak keluarga petani yang tidak melanjutkan
pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.
Musuh terebesar petani Desa Gunung Sari ialah Hama dan Ketersediaan
air yang menjadi penyebab utama panen tidak sempurna sehingga penghasilan
yang didapat tidak sepadan dengan modal yang dikeluarkan, seperti cuaca
kemarau yang melanda Desa Gunung Sari pada pertengahan Tahun 2019 yang
menyebabkan lahan sawah kekeringan sehingga berimbas pada sawah menjadi
kering dan gagal panen, ketika sawah mengalami gagal panen maka biaya yang
dikeluarkan menjadi dua kali lipat dan untuk menutupi biaya tersebut banyak
85
Haji Safiudin, Pemilik Sawah
65
petani yang mencari pinjaman modal agar usaha tani yang menjadi satu-satunya
tumpuan hidup keluarganya tetap berjalan.
“waduh tong usaha tani mengkenen iki mah kudu akeh-akeh sabar
yaa premen ora sabare coba panene gah 4 bulan sebalen yaa jadi
oli duite gah 4 bulan sebalen, kai mah urip sedina dina gah oli sing
utang mrana mrene beh gena nutupi biaya urip kalwan biaya tuku
srubuk, soale duit panen iku sedela gan enteng gena bayar utang iku
jadi ai areo nyawah maning yaa utang maning. Mengkonon lah tong
gali lobang tutup lobang.”
(waduh dek kalau usahatani begini itu harus banyak-banyak sabar
yaa gimana enggak sabarnya coba panennya juga 4 bulan sekali
yaa jadi dapet duitnya juga 4 bulan sekali, kakek mah hidup itu
sehari-hari juga dapet dari hutang kesana kesini buat nutupi biaya
hidup sama biaya beli pupuk, soalnya uang panen itu sebentar
juga habis buat bayar hutang itu jadi kalau mau mulai nyawah
lagi yaa harus berhutang lagi. Begitulah dek gali lubang tutup
lubang.)86
Seperti yang dikatakan Oleh Tri Pranadji dalam penelitiannya yang
berjudul “Gejala Kesenjangan Antara Ideologi Dan Pragmatisme
Pembangunan Ekonomi Masyarakat Pedesaan” Dari tahun ke tahun subsidi
input produksi pertanian, misalnya pupuk dan obatobatan, oleh pemerintah
dikurangi dan hal ini menjadikan beban biaya produksi usaha pertanian
meningkat. Mengingat pertanian masih menjadi sektor ekonomi yang relative
dominan di pedesaan, maka dampak pengurangan subsidi tadi akan menempatkan
pelakupelaku ekonomi pedesaan, khususnya petani tanaman semusim,
menanggung beban biaya produksi lebih berat. Kelompok masyarakat petani di
pedesaan ini, jika menghadapi posisi sulit, tidak begitu saja mudah mencari
pekerjaan di luar pertanian yang membutuhkan keahlian khusus. 87
86
Amsir, Pemilik Sawah
87
Tri Panadji, (Jurnal Gejala Kesenjangan Antara Ideologi Dan Pragmatisme Pembangunan
Ekonomi Masyarakat Pedesaan) FAE. Volume 20 No. 2, Desember 2002, Hlm. 54
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dan analisis diatas peneliti mendapatkan fakta-fakta
yang menjadi bahan untuk memecahkan rumusan masalah yang
menjadi tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini, antara lain :
1. Proses produksi pertanian mencakup beberapah tahanapn, 1) Masa Pra
Tanam, 2) Masa Tanam, dan yang terakhir 3) Masa Panen. Pada setiap
masa petani melakukan banyak kegiatan mulai dari perawatan lahan
sampai pengambilan hasil tani. Dari proses pertanian yang diteliti para
petani di Desa Gunung Sari sudah mulai menggunakan bantuan
tekhnologi dalam menunjang proses pertaninannya akan tetapi masih
ada juga yang menggunakan cara tradisional. Dengan kemampuan
Sumber Daya Manusia yang masih rendah cara pertanian tradisional
masih sangat diminati disamping sudah terbiasa dengan
penggunaannya biaya yang dikeluarkan pun relative kecil akan tetapi
itu berimbas pada hasil tani yang lebih sedikit jika dibandingkan
dengan yang menggunakan tekhnologi modern.
2. Proses pendistribusian hasil panen Petani Desa Gunung Sari
menggunakan pihak ketiga untuk memasarkan hasil panennya. Pihak
ketiga dalam hal ini ialah Tengkulak yang membeli Padi (Gabah) dari
petani yang mana Gabah itu adalah barang setengah jadi, yang
kemudian di olah menjadi beras (barang jadi) lalu kemudian
dipasarkan ke konsumen. Terdapat pula petani yang mengolah padinya
menjadi beras akan tetapi tidak untuk dijual melainkan digunakan
sebagai cadangan bahan pangan untuk rumahtangganya. Sehingga
petani mendistribusikan padi tanpa mengolahnya menjadi beras.
3. Proses pemenuhan kebutuhan sehari-hari kelaurga petani di desa
Gunung Sari berasal dari hasil tani dan non tani. Hasil dari tani dibagi
menjadi tiga kelompok 1) untuk persediaan pangan, 2) untuk dijadikan
persediaan modal, 3) untuk pemenuhan kehidupan yang lain. Hasil
panen yang dijadikan persediaan modal untuk masa tanam berikutnya
akan disimpan dan dijual diwaktu mendekati masa tanam. Sedangkan
66
67
B. IMPLIKASI
Hasil penelitian ini dapat memberikan sedikit implikasi bagi para pelaku
usahatani yang termasuk didalamnya petani pemilik lahan, buruh tani, tengkulat
dan pemerintah setempat selaku pemangku jabatan. Implikasi tersebut berupa
ilmu pengetahuan baru secara lisan maupun tulisan mengenai keadaan terkini
pertanian di Desa Gunung Sari, anatara lain;
1. Pengetahuan baru bagi petani. dengan adanya penelitian ini peneliti
mampu meningkatkan kesadaran para petani terhadap persiapan analisis
biaya yang akan digunakan dalam menjalankan usahataninya, sehingga
bisa mengurangi resiko kerugian hingga kebangkrutan. Serta mampu
meningkatkan taraf kesejahteraan hidup para keluarga petani.
2. Memicu kesadaran bagi masyarakat sekitar agar mampu membeli bahan
pangan kebutuhan sehari-hari dari hasil petani di wilayah sekitr sehingga
mampu mengembangkan usahatani dan taraf hidup masyarakat itu sendiri.
3. Memicu rasa peduli kepada para pemuda Desa Gunung sari sebagai
generasi penerus yang harus tetap menjaga keselarasan ala pertanian di
Desa Gunung Sari karena anak muda sebagai generasi penerus harus
mampu menjaga dan melestarikan usahatani tentunya harus lebih
berkembang dari sekarang, mengkombinasikan pertanian dengan sistem
yang lebih modern agar mendapat hasil panen yang lebih berkualitas dan
melimpah.
C. SARAN
Dalam penelitian yang dilakukan ini peneliti menemukan beberapa kendala
dalam usahatani yang mampu diperbaiki oleh para petani dan pemerintah
setempat, dengan itu peneliti menyajikan ebebrapa saran yang diharapkan dapat
seikit membantu kemajuan usahatani di Desa Gunung Sari.
Bagi Petani, Sebagai petani yang masih memakai metode tradisional
banyak kendala yang akan dihadapi tentunya dengan kesadaran akan kendala
tersebut kita sebagai petani haruslah menyiapkan segala sesuatunya dengan
68
69
70
71
72
No Paraf
Sumber Referensi
. Pembimbing 1 Pembimbing 2
BUKU
1. Afrizal. 2014. Metode Penelitian Kualitatif “Sebuah
Upaya Mendukung Penggunaan Penelitian
Kualitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu”. (Jakarta :
Raja Grafindo Persada).
2. Gunawan,Iman. 2013. Metode Penelitian Kualitatif
Teori dan Praktek, (Jakarta : Bumi Aksara).
3. Gulo, W. 2010. Metodologi Penelitian, (Jakarta :
Grasindo).
4. Haris. Herdiansyah. 2015.Wawancara, Observasi,
dan Fokus Groups, (Jakarta : Raja Grafindo
Persada).
5. Hanafie,Rita. Pengantar Ekonomi Pertanian,
(Yogyakarta; ANDI press). 2010.
6. Hernanto, Fadholi. 1988. Ilmu Usahatani. (Jakart :
Penebar Swadaya).
7. Hubeis, Musa. Manajemen Industri Pangan.
(Tangerang Selatan; UT). 2014.
8. Mulyana, Deddy. 2001. Metodologi Penelitian
Kualitatif “Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan
Ilmu Sosial Lainnya”. (Bandung : Remaja
Rosdakarya).
9. Rahardja,Prathama. Mandala Manurung. 2008.
Pengantar Ilmu Ekonomi (MIkro dan Makro
73
Mengesahkan,
A. BURUH TANI
1. Sejak akapan saudara mulai berprofesi sebagai Buruh Tani ?
Jawab :
“ari jadi buruh mah sing enom sih, yaa sing smp gah uis milu ngoyos
ngebantoni pegawean wong tua sekalian gelati tambahan gena jajan.”
(kalau jadi Buruh Tani sudah dari masih muda, semenjak masih SMP
juga sudah ikut NGOYOS (Mencabut Rumput) membantu pekerjaan
orang tua sambal mencari tambahan uang untuk jajan.)
2. Apa saja pekerjaan yang dilakukan oleh buruh tani dari masa tanam hingga panen ?
Jawab :
“pegawean tani mah akeh tong, tek sebut aken siji-siji kih yaa, Macul
Pinggir, gawe sebaran, nyebar bibit, nyemprot bibit umur seminggu,
klektor, nyabut bibit, nandur, ngoyos, nyerubuk, ngoyos keroro, nyerubut
kerro, nyemprot terus tinggal nonggoni panen sekalian meriksa banyu.”
(pekerjaan Buruh Tani itu banya dek, saya sebutin satu-satu yah.
Mencangkul pematang sawah, membuat area tanam, menabur bibit
padi, menyemprot pestisida, mentraktor lahan (Yang akan ditanam),
mencabut bibit, menanam bibit, membersihkan lahan sawah (yang
sudah ditanam dengan mencabut rumput), memberi pupuk,
membersihkan lahan sawah kedua, memberi pupuk kedua, menyemprot
pestisida lalu menunggu masa panen sambal mengecek keadaan
pasokan air.)
3. Bagaimana pemenuhan kebutuhan sehari-hari dari hasil pertanian ?
Jawab :
75
“yaa ai ning sawah mah sedina iku penghasilan paling gede satus sewu
tong jadi ai kurang yaa gegelati pegawean lain gena nutupi sing kurang
iku.”
(yaa kalau disawah sehari itu penghasilan paling besar seratus ribu dek
jadi kalau kurang yaa cari kerjaan lain buat nutupim yang kurang itu.)
4. Jika tidak cukup, apa yang dilakuan untuk memenuhi kekurangan tersebut ?
Jawab :
“yaa megaweni apa bae tong, ana sing merentah nukang yaa nukang ai
ana sing merenta dagang ya dagang yaa premen kependake beh tong, sing
penting mah anak rabi ora kelaparan.”
(yaa ngerjain apa saja dek, ada yang menyuruh jadi tukang bangunan
yaa saya jadi tukang bangunan kalau ada yang menyuruh berdagang ya
saya berdagang yaa bagaimana ketemunya saja dek, yang penting mah
anak istri tidak kelaparan.)
5. Berapa jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan anda ?
Jawab :
“anak roro klawan rabi yaa jumlahe ana 4 klawan mamang.”
(anak dua sama istri yaa jumlahnya jadi 4 sama mamang.)
6. Berapa pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga ?
Jawab :
“yaa sekitar 150 ribu lah klawan jajan anak iku.”
(yaa sekitar 150 ribu sama jajan anak itu.)
7. Bagaimana kendala yang dialami ketika menjadi Buruh Tani ?
Jawab :
“upahe kurang terus di gaie sewaya waya ora cepet ika.”
(upahnya kurang lalu diberinya sewaktu waktu tidak cepat gitu.)
76
INSTRUMEN WAWANCARA
NAMA : DAMYATI
PEKERJAAN : BURUH HARIAN LEPAS
ALAMAT : KP. GUNUNG SARI RT. 007/002
DESA GUNUNG SARI KEC. MAUK
KAB. TANGERANG - BANTEN
A. BURUH TANI
A. Sejak akapan saudara mulai berprofesi sebagai Buruh Tani ?
Jawab :
“sing bujangan tong ning sawah mah, yaa urip ning Gunung Sari mah
arep megawe apa maning ari dudu kuli ning sawah mah.”
(dari masih perjaka dek kalau kerja di sawah, yaa kalau hidup di
Gunung Sari mau kerja apa lagi kalau bukan jadi kuli di sawah.)
B. Apa saja pekerjaan yang dilakukan oleh buruh tani dari masa tanam hingga panen
Jawab :
“pegawean ning sawah mah mengkonon iku bae tong,mulai sing Macul
Pinggir, gawe sebaran, nyebar bibit, nyemprot bibit umur seminggu,
klektor, nyabut bibit, nandur, ngoyos, nyerubuk, ngoyos keroro, nyerubut
kerro, nyemprot terus tinggal nonggoni panen sekalian meriksa banyu.”
(pekerjaan di sawah itu begitu saja dek. Mulai dari Mencangkul
pematang sawah, membuat area tanam, menabur bibit padi,
menyemprot pestisida, mentraktor lahan (Yang akan ditanam),
mencabut bibit, menanam bibit, membersihkan lahan sawah (yang
sudah ditanam dengan mencabut rumput), memberi pupuk,
membersihkan lahan sawah kedua, memberi pupuk kedua, menyemprot
pestisida lalu menunggu masa panen sambal mengecek keadaan
pasokan air.)
C. Bagaimana pemenuhan kebutuhan sehari-hari dari hasil pertanian ?
Jawab :
“yaa sing ana bae sing di nggo tong, upah sing pegawean sawah mah
sedina gah entek.”
(yaa yang ada aja yang dipakai, upah dari kerjaan disawah itu sehari
juga habis.)
77
D. Jika tidak cukup, apa yang dilakuan untuk memenuhi kekurangan tersebut ?
Jawab :
“megawe apa bae tong sing bisa ngehasil aken duit.”
(kerja apa saja dek yang bisa menghasilkan uang.)
E. Berapa jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan anda ?
Jawab :
“sing dadi tanggungan mah tinggal anak klawan rabi doang, tapi yaa kan
ai ana putu dedolan ika ana bae kepengen ngegai mah.”
(yang jadi tanggungan itu tinggal anak sama istri, tapi yaa kan kalau
ada cucu main itu ada saja keinginan untuk ngasih.)
F. Berapa pengeluaran yang dibutuhkan per harinya ?
Jawab :
“mamang mah paling gah 100 ribu sedina yaa anak uis gede-gede uis
pada bisa gelati duit dewek.”
(Mamang itu paling juga 100 ribu sehari yaa anak sudah besar-besar
sudah bisa cari uang sendiri.)
G. Bagaimana kendala yang dialami ketika menjadi Buruh Tani ?
Jawab :
“yaa premen yaa mengkonon ikulah jadi kuli mah tong oli gajie cilik tapi
megawe mah abot bae.”
(yaa bagaimana yah begitulah jadi kuli itu dek upahnya kecil tapi
kerjaannya berat terus.)
78
INSTRUMEN WAWANCARA
NAMA : WASIH
PEKERJAAN : BURUH HARIAN LEPAS
ALAMAT : KP. GUNUNG SARI RT. 007/002
DESA GUNUNG SARI KEC. MAUK
KAB. TANGERANG - BANTEN
A. BURUH TANI
1. Sejak akapan saudara mulai berprofesi sebagai Buruh Tani ?
Jawab :
“sing cilik tong hehee, mamang mah ora sekolah jadi cilike ning sawah
bae.”
(dari kecil dek hehee, mamang itu enggak sekolah jadi kecilnya di sawah
terus.)
2. Apa saja pekerjaan yang dilakukan oleh buruh tani dari masa tanam hingga panen
Jawab :
“wiih akeh tong, sing muali nandur sampe panen iku dipegaweni kabeh”
(wiih banyak dek, dari mulai tanam sampai panen itu di kerjain semua.)
3. Bagaimana pemenuhan kebutuhan sehari-hari dari hasil pertanian ?
Jawab :
“Alhamdulillah sih tong ai sing tani mah cukup bae, yaa pernah
kekurangan gah ora akeh.”
(Alhamdulillah sih dek kalau dari bertani itu cukup aja, yaa pernah
kekurangan tapi enggak banyak.)
4. Jika tidak cukup, apa yang dilakuan untuk memenuhi kekurangan tersebut ?
Jawab :
“mamang due ingon-ingonan bebek, jadi sedina-dina bisa ketutup klawan
hasil ngedol ndog bebek.”
(mamang punya peliharaan bebek, jadi sehari-hari bisa mencukupi
sama hasil menjual telor bebek.)
5. Berapa jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan anda ?
Jawab :
79
“anak mah ana loro tapi sing siji uis kawin jadi tinggal siji sing masih
ngintil jadi kabeh jumlahe ana 3 uong.”
(anak itu ada 2 yang satu sudah menikah jadi tinggal satu yang masih
ikut jadi jumlahnya ada 3 orang .)
6. Berapa pengeluaran yang dibutuhkan per harinya ?
Jawab :
“100 ribu kayane mah, ora pasti sih.”
(100 ribu kayanya, tidak pasti sih.)
7. Bagaimana kendala yang dialami ketika menjadi Buruh Tani ?
Jawab :
“pegaweane doang tong ora pasti jadi ora unggal dina megawe.”
(pekerjaannya saja dek yang tidak pasti tidak setiap hari kerjanya.)
80
INSTRUMEN WAWANCARA
NAMA : AMSIR
PEKERJAAN : PETANI
ALAMAT : KP. GUNUNG SARI RT. 006/002
DESA GUNUNG SARI KEC. MAUK
KAB. TANGERANG - BANTEN
dioyos klawan diserubuk doing, ya sing penting mah banyue aja sampe
kuranglah ari perkara nyawah mah banyu iku penting jasa, garan gah
akeh sing ribut gara-gara banyu yaa soale ari laka banyu mah sawah iku
ora bisa bagus malah bakale jadi rugi sapa sih sing pengen rugi. Terus ai
uis 3 bula lebih iku sawah uis siap dipanen nah pas panen iku tembeke kuh
aja sampe banyue keakean soale bakale ngegawe bosok ning pari terus ari
parie uis bosok mah uong sing panene gah laka sing pada gelem soale
abot digawae kan pada teles parie pada rebah soale.”
(yaa kalau bertani sawah itu dari awal bikin sebaran (lahan tanam bibit)
buat nyebar bibit, baru bibit di sebar terus tunggu sampai sekitar satu
bulan baru bibit disebar, sebelum ditanamin bibit sawahnya ditraktor
dulu biar bagus tanahnya, nah ketika mau ditanami itu jangan sampai
kekurangan air seperti sekarang itu airnya kurang jadi padinya jelek
jadi kuning, kalau sudah ditanam tinggal disemai sama dipupuk, yaa
yang penting itu airnya jangan sampai kuranglah kalau perihal bertani
sawah itu air itu penting banget, makanya banyak yang bertengkat gara-
gara air soalnya kalau enggak ada air itu sawah jadi enggak bagus
nantinya jadi rugi siapa yang mau rugi. Terus kalau sudah 3 bulan lebih
itu sawah sudah siap dipanen kemudian pas panen itu baru tuh jangan
sampai airnya kebanyakan karena nantinya bikin busuk sama padi terus
kalau padinya sudah busuk orang yang panennya juga enggak ada yang
mau soalnya berat dibawanya kan pada basah padinya pada rebah
soalnya.)
5. Berapa lama masa tanam yang diperlukan untuk sampai pada masa panen ?
Jawab :
“ai ngitung sing mulai nandur sih Cuma 100 dina tapi ai di itung sing
mulai nglektor mah bisa sampe 4 bulan .”
(kalau dihitung dari mulai nanam hanya 100 hari tapi kalau dihitung
dari mulai proses traktor itu bisa sampai 4 bulan.)
6. Berapa besaran upan buruh tani ketika mengolah lahan ?
Jawab :
82
“ai nglektor mah sejuta sehektare tong, paling tinggal ngegai mangan
klawan ngerokoe beh .”
(kalau mengolah lahan itu satu juta per hektarnya tong, hanya ngasih
makan sama rokok .)
7. Berapa besaran upah buruh tani ketika penyemaian bibit ?
Jawab :
“biasane sedina 100rb tong ai dipegaweni dewekan paling rengse 5
dina.”
(biasanya sehari 100rb dek, kalau dikerjain sendiri selesai sekitar 5 hari
.)
8. Berapa besaran upah buruh tani ketika pencabutan bibit ?
Jawab :
“di itunge per bengket tong, sebengkete 700 perak.”
(dihitungnya per ikat dek, satu ikatnya 700 perak .)
9. Berapa besaran upah buruh tani ketika penanaman bibit ?
Jawab :
“nandur mah di itung sedina tong, ai sedina upahe 100rb ai setengah dina
yaa 50rb.”
(nanem itu dihitung seharian dek, kalau sehari upahnya 100rb kalau
setengah hari yaa 50rb.)
10. Berapa besaran upah buruh tani ketika penyebaran pupuk ?
Jawab :
“sedina paling gah 100rb tong.”
(sehari hanya 100rb dek .)
11. Berapa besaran upah buruh tani ketika pembersihan hama ?
Jawab :
“sedina iku upahe 50rb tong, ai pengen beres sedina yaa nggo uong
akeh.”
(sehari itu upahnya 50rb dek, kalau mau selesai sehari yaa pakai tenaga
kerja yang banyak .)
12. Berapa besaran upah buruh tani ketika panen ?
Jawab :
83
“panen mah bagi bawon tong disebute jadi sekwintal iku jatahe sekaleng,
sekaleng iku ana 20kg.”
(panen itu bagi hasin bawon dek disebutnya, jadi satu kwintal itu
jatahnya satu kaleng, satu kaleng itu ada 20kg.)
13. Bagaimana proses pendistribusian hasil panen ?
Jawab :
“langsung ditimbang tong ning tengkulak kon dadi duit.”
(langsung ditimbang dek, di tengkulak biar jadi duit .)
14. berapa besar hasil panen yang anda peroleh ?
Jawab :
“Yaa ari panene bagus mah sing sehektar iku bisa oli 6 sampe 7 ton tapi
ari lagi jelek mah bisa oli se ton doang.”
(yaa kalau panenya bagus itu dari satu hektar itu isa dapet 6 sampai 7
ton tapi kalau lagi buruk itu bisa dapat satu ton saja.)
15. Apakah setiap panen selalu memperoleh keuntungan ?
“ai bengen mah untung bae tong ai saiki mah keakean rugie.”
(kalau dulu itu untung terus dek kalau sekarang kebanyakan rugi.)
16. apakah hasil dari bertani bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari ?
Jawab :
“waduh tong usaha tani mengkenen iki mah kudu akeh-akeh sabar yaa
premen ora sabare coba panene gah 4 bulan sebalen yaa jadi oli duite gah
4 bulan sebalen, kai mah urip sedina dina gah oli sing utang mrana mrene
beh gena nutupi biaya urip kalwan biaya tuku srubuk, soale duit panen iku
sedela gan enteng gena bayar utang iku jadi ai areo nyawah maning yaa
utang maning. Mengkonon lah tong gali lobang tutup lobang.”
(waduh dek kalau usahatani begini itu harus banyak-banyak sabar yaa
gimana enggak sabarnya coba panennya juga 4 bulan sekali yaa jadi
dapet duitnya juga 4 bulan sekali, kakek mah hidup itu sehari-hari juga
dapet dari hutang kesana kesini buat nutupi biaya hidup sama biaya beli
pupuk, soalnya uang panen itu sebentar juga habis buat bayar hutang
itu jadi kalau mau mulai nyawah lagi yaa harus berhutang lagi.
Begitulah dek gali lubang tutup lubang.)
84
INSTRUMEN WAWANCARA
kalau bibit sudah besar tinggal ditanem yaa seterusnya dirawat seperti
tanaman biasanya dikasih pupuk sama dibersihin rumput-rumputnya.)
5. Berapa lama masa tanam yang diperlukan untuk sampai pada masa panen ?
Jawab :
“ai nyawah mah sue tong, bisa sampe 4 bulan ai cuacae ora bagus mah.”
(kalau disawah itu lama dek, bisa sampai 4 bulan kalau cuacanya tidak
bagus .)
6. Berapa besaran upan buruh tani ketika mengolah lahan ?
Jawab :
“ai ning sawah mah kan kudu di klektor kuh yaa sedurung ditanduri iku,
ongkos klektor iku sing se hektar iku hargae sejuta, yaa ai 7 hektar mah
kudu nyiap aken duit 7 juta .”
(kalai di sawah itu kan harus di traktor tuh yaa sebelum ditanami itu,
biaya traktor itu yang satu hektar itu harganya satu juta, kalau 7 hektar
itu harus menyiapkan uang 7 juta .)
7. Berapa besaran upah buruh tani ketika penyemaian bibit ?
Jawab :
“gena gawe sebaran bibit iku kudu ana biaya 500rb an tong.”
(untuk bikin lahan penyemaian bibit itu harus ada biaya 500rb an dek .)
8. Berapa besaran upah buruh tani ketika pencabutan bibit ?
Jawab :
“premen ambae sebaran tong, tapi biasae diitung per bengket, jadi
sebengkete iku dihargai 700 perak.”
(gimana luas lahan penyemaiannya dek, tapi biasanya dihitung per
ikat, jadi satu ikatnya dihargai 700 rupiah .)
9. Berapa besaran upah buruh tani ketika penanaman bibit ?
Jawab :
“ai nandur mah diitung per dina tong, jadi ai jam 7 sampe jam 12 iku
upahe 50rb, ai sampe jam 5 sore 100rb.”
(kalau nanam itu ihitung per hari dek, jadi kalau mulai jam 7 sampai
jam 12 itu upahnya 50rb, kalau sampai jam 5 sore itu 100rb .)
10. Berapa besaran upah buruh tani ketika penyebaran pupuk ?
87
Jawab :
“nyerubuk mah paling sedina iku upahe 100rb.”
(memupuk itu satu hari upahnya 100rb .)
11. Berapa besaran upah buruh tani ketika pembersihan hama ?
Jawab :
“ngoyos mah biasane ora dewekan tong bisa sampe wong 5, upahe gah
sedina iku 50rb.”
(membersihkan hama itu biasanya tidak sendirian dek bisa sampai 5
orang, upahnya juga sehari itu 50rb .)
12. Berapa besaran upah buruh tani ketika panen ?
Jawab :
“ai panen mah sejen tong diditunge sing hasil panene, sing sekwintal iku
upahe 20kg.”
(kalau panen beda dek dihitung dari hasil panennya, dari satu kwintal
itu upahnya 20kg .)
13. Bagaimana proses pendistribusian hasil panen ?
Jawab :
“biasane mah ana tengkulak sing tuku tapi ora kabeh di dol biasane mah
disimpen gena digiling gena mangan dewek tong.”
(biasanya itu ada tengkulak yang beli tapi tidak semua dijual biasanya
disimpan untuk di giling untuk makan sendiri dek .)
14. berapa besar hasil panen yang anda peroleh ?
Jawab :
“ari hasil sih premen musime ai lagi bagus mah alhamdulillah lah sin 7
hektar iku masing-masing 6 ton luwih sehektare, ai lagi jelek mah musime
kih kaya saiki lagi laka banyu yaa gati paling gah sing 7 hektar iku oli 10
ton.”
(kalau hasil itu bagaimana musimnya kalau sedang bagus
alhamdulillah dari 7 hektar itu masing-masing 6 ton lebih per
hektarnya, kalau sedang jelek musimnya kaya sekarang sedang tidak
ada air yaa susah paling juga 7 hektar itu dapat 10 ton.)
15. Apakah setiap panen selalu memperoleh keuntungan ?
88
“arane usaha tong ora selalu untung kadang yaa ana bae nomboke.”
(namanya juga usaha dek tidak selalu untuk kadang ya ada aja
tambahan modalnya.)
16. apakah hasil dari bertani bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari ?
Jawab :
“ai hasile bagus mah cukup bae tong, bagus iku maksude hasile akeh laka
sing gagal panen jadi hasil panen iku bisa dibagi 3 separo gena
persediaan beras gena mangan separo maning gena di dol gena tuku
serubuk, separo maning yaa gena biaya anak sekolah klawan biaya urip
sedina-dina.”
(kalau hasilnya bagus yaa cukup aja dek, bagus itu maksudnya hasilnya
banyak tidak ada yang gagal panen jadi hasil panen itu bisa dibagi tiga
sebagian buat persediaan beras buat makan sebagian lagi buat di jual
buat beli pupuk, sebagian lagi yaa buat biaya anak sekolah sama biaya
hidup sehari-hari .)
INSTRUMEN WAWANCARA
INSTRUMEN WAWANCARA
C. TENGKULAK PADI
1. Sejak kapan saudara menjadi Tengkulak Padi ?
Jawab :
“uwa mah jadi tengkulak durung suwe tong, tembeke telung tahun lah
mrene aken.”
(uwa itu jadi tengkulak belum lama dek, baru tiga tahun kebelakang.)
2. Berapa harga gabah sekarang ?
Jawab :
“ari harga gabah saiki mah lagi naek tong karena lagi laka pada gagal
panen, Per kintal iku 500 ribu sing teles, sing garing 600 ribu, ari beras
iku 950 ribu sing paling cakep, ana sing 850 ribu sing rada jelek.”
(kalau harga gabah sekarang itu lagi naik dek, karena stok kosong
banyak yang gagal panen, per kwintal itu 500 ribu gabah yang basah,
yang kering 600 ribu, kalau beras itu 950 ribu yang paling bagus, ada
yang 850 ribu yang agak jelek.)
3. Barang bentuk apa saja yang bapak terima sebagai tengkulak ?
Jawab :
“Gabah klawan Beras.”
(Gabah sama beras.)
4. Bagaimana proses pembayarannya ?
Jawab :
“jadi sedurung gelati gabah atawa berase uwa gelati sing arep tukue dipit
jadi sedurung tuku iku uis weru bakale arep di gawa meng ndi, nah ai
bayare mah kontan soale kan uis oli utang sing bos, jadi uwa meng bos
dipit njaluk utang ngko gabahe digawa meng bos terus tinggal di itung
harga gabah klawang utang iku tinggal dikurangi doing.”
93
(jadi sebelum mencari gabah atau berasnya uwa cari yang akan
membelinya dulu jadi sebelum beli itu udah tau nantinya akan dibawa
kemana, nah kalau bayarnya itu tunai ditempat sebab sudah dapat
pinjaman dari bos, jadi uwa ke bos minta pinjaman dulu nanti gabahnya
dibawa ke bos lalu kemudian dihitung harga gabah dengan pinjaman
hanya tinggal dikurangin.)
5. Berapa kah keuntungan yang diperoleh dari setiap pembelian ?
Jawab :
“yaa ari untung mah ora gede tong paling gah per kwintal iku 50 ribu.”
(yaa kalau untungnya tidak besar dek hanya per kwintal itu 50 ribu.)
6. Kemana barang yang telah di beli akan disalurkan ?
Jawab :
“yaa ana bos maning sing due pabrik sosot, jadi bos iku mah bisa di
utangi gena modal terus ngko ngedol gabah atawa beras iku kudu ning
deweke karena ngegai utang iku sekalian kaya perjanjian.”
(yaa ada bos lagi yang punya pabrik penggilingan, jadi bos itu bisa
dipinjemin buat modal lalu nanti menjual gabah atau beras itu harus ke
dia karena ngasih pinjaman itu sekalian seperti perjanjian kerja.)
7. Berapa modal yang harus disediakan setiap memasuki masa panen ?
Jawab :
“waduuh ari modal mah butuhe mah gede yaa minimal iku 10 juta lah ai
ana mah 50 juta iku uis pas jasa kuh jadi bisa belanja gabah klawan beras
gah rada akean.”
(waduuh kalau modal itu butuhnya besar yaa minimal itu 10 juta kalau
ada 50 juta itu udah pas banget tuh jadi bisa beli gabah sama beras agak
banyak.)
8. Apa saja kendala menjadi tengkulak ?
Jawab :
“yaa ari kendala mah akeh tong, kadang iku laka bos sing gelem nerima
beras atawa gabahe ari laka bos sing gelem mah pastie laka utangan
modal yaa ari laka modal mah ora bisa belanja gabah klawan berase.”
94
(yaa kalau kendala mah banyak dek, kadang itu enggak ada bos yang
mau nerima beras atau gabah kalau enggak ada yang mau pastinya
enggak ada pinjaman modal yaa kalau enggak ada modal itu enggak
bisa beli gabah sama berasnya.)
9. Berapa luas cakupan wilayah yang menjadi target pembelian saudara ?
Jawab :
“yaa ora adoh-adoh tong paling gah se wilayah sing parek bae.”
(yaa enggak jauh-jauh dek, paling juga se wilayah yang dekat aja.)
10. Apa harapan saudara untuk profesi ini kedepannya ?
Jawab :
“pengene mah tuku murah di dole rarang, pengen untung bae lah kabeh
uong gah pengen untung bah yaa tong.”
(maunya itu beli murah di jualnya mahal, maunya untung aja semua
juga manusia mah maunya untung kali yah dek yaa.)
95
INSTRUMEN WAWANCARA
Jawab :
“kalau fasilitas penggilingan sih pemerintah desa belum bisa
menyediakan karena keterbatasan anggaran juga tetapi ada warga desa
yang memiliki usaha penggilingan padi itu dirasa sudah cukup bagi
warga untuk memenuhi kebutuhan penggilingan karena di desa gunung
sari ada dua tempat penggilingan.”
8. berapa jumlah pemilik Tarktor dan bagaimana system peminjamannya ?
Jawab :
“jumlah pemilik traktor di Desa Gunung Sari sendiri masih sangat
sedikit jika dibandingkan dengan kebutuhan luas lahan pertanian yang
ada, semuanya berjumlah sekitar 11 unit yang menggunakan sistem
sewa yang sama yaitu meminjamkan traktor berikut dengan tenaga
operatornya, dan biaya yang harus dikeluarkan oleh pemilik sawah
sebesar 1.000.000 per satu hektar sawah.”
9. apa saja kendala pemerintah dalam proses pertanian ?
jawab :
“kalau kendala sih enggak banyak yang bagi pemerintah itu Cuma para
petani yang kurang pengetahuan saja karena keterbatasan pendidikan
itu ah jadi kadang para petani kurang memperhatikan kondisi
lingkungan sekitar dan terkesan cuek, seperti membuang sampah di kali
dan sebagainya.”
10. apa harapan pemerintah desa terhadap kondisi pertanian di desa Gunung Sari ?
jawab :
“yaa kalau saya mah sebagai Kepala desa inginnya sector pertanian ini
jangan sampai hilang karena kita masih sangat membutuhkan sawah
buat makan kita sehari-hari dan para warga sini juga masih banyak
ayng menjadi petani jadi saya berharap kedepannya tidak ada
pembangunan yang harus menghilangkan wilayah pertanian.”
98
E. Surat Ijin
117
PENGALAMAN ORGANISASI