SKRIPSI
Syifa Rahmatunnisa
1112092000041
Syifa Rahmatunnisa
1112092000041
Skripsi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agribisnis Pada
Program Studi Agribisnis
i
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
VOLUME IMPOR CENGKEH DI INDONESIA
Skripsi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agribisnis Pada
Oleh :
Syifa Rahmatunnisa
1112092000041
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
11 1Hidayatullah
ii
PENGESAHAN PENGUJIAN
iii
PERNYATAAN
Syifa Rahmatunnisa
NIM. 1112092000041
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Diri
Agama : Islam
Email : syifa.nisa23@gmail.com
Riwayat Pendidikan
Pengalaman Organisasi
v
Hidayatullah Jakarta – Staf Ahli Divisi Kerohanian
6. 2014 – 2015 : Himpunan Mahasiswa Jurusan Agribisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta – Staf Ahli Divisi Kewirausahaan
Pengalaman Kerja
Prestasi
vi
RINGKASAN
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum Wr. Wb
segala kerendahan hati penulis ucapkan puji serta syukur atas rahmat Allah SWT
yang telah memberikan nikmat iman, islam, serta kesehatan kepada penulis
Cengkeh di Indonesia” dengan baik. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada
junjungan Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan kita sebagai
qiyamah.
untuk turut serta dalam mengamalkan salah satu poin Tri Dharma Perguruan
Tinggi, yaitu melakukan penelitian. Penelitian ini bukanlah sesuatu yang instant,
melainkan berangkat dari proses yang panjang, menyita segenap tenaga, waktu,
dan pikiran. Tanpa adanya motivasi, semangat, kesabaran, kerja keras, dan do‟a
dalam menyusun skripsi ini tidak terlepas dari kontribusi berbagai pihak. Oleh
karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan
1. Kedua orang tua penulis, Papah H. Lili Hambali dan Mamah Hj. Siti
Zaojah, Aa Didi Khurdi, Teh Siti Aisyah, Dede Wildan Mukholladun, serta
viii
seluruh keluarga Bani H. Saikin yang ada di Tangerang. Terima kasih atas
nasihat, dan dukungan baik moril maupun materil serta do‟a yang tiada
baik. Penyelesaian skripsi ini merupakan salah satu bakti serta wujud kasih
sayang dan cinta penulis kepada Papah dan Mamah serta keluarga. Mohon
maaf telah membuat Papah dan Mamah serta keluarga menunggu terlalu
2. Ibu Ir. Siti Rochaeni, M.Si dan Bapak Ir. Junaidi, M.Si selaku dosen
serta memberikan ilmu, arahan serta dukungan yang besar kepada penulis
3. Bapak Dr. Ir. Akhmad Riyadi Wastra, S.IP, MM dan Bapak Dr. Iwan
Aminudin, M.Si selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan arahan
serta ilmu kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini sampai akhir.
4. Bapak Dr. Ir. Edmon Daris, MS dan Bapak Dr. Iwan Aminudin, M.Si
5. Bapak Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, para wakil dekan I, II,
dan III, beserta staf TU, Akademik, dan karyawan FST lainnya.
ix
6. Bapak Ir. Mudatsir Najamuddin, MM selaku dosen Pembimbing Akademik
Agribisnis.
9. Sahabat-sahabat penulis (Feby, Iffah, Dena, Dewi, Kamila) yang selalu ada
pertama saat kuliah dan menemani penulis dari awal menjadi Maba
pun bersama. Terima kasih untuk kalian telah menemani penulis selama
masa kuliah ini, semoga persahabatan kita tidak hanya sebatas teman kuliah
10. Kepada Grup Bajaj (Ratu dan Anis) terima kasih telah menjadi sahabat
terbaik penulis mulai dari MAN hingga sekarang, setia mendengarkan keluh
x
11. Geng Kostan Wida (Dera, Nurul, Yuni) terima kasih telah menemani
penulis dalam menjalani hidup di Ciputat semasa kuliah, semoga kita sama-
12. KKN Satu Segi yang selalu memberikan perhatian dan semangat kepada
2012 yang telah membantu penulis selama perkuliahan dan telah berbagi
Sebagai penutup hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua urusan.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih terdapat kekurangan baik
bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan pembaca pada
umumnya. Semoga Allah SWT meridhoi langkah serta amal ibadah yang telah
Wassalamu‟alaikum Wr. Wb
Syifa Rahmatunnisa
xi
DAFTAR ISI
xi
3.5 Metode Analisis Data ............................................................................ 39
3.5.1 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ................................................40
3.5.2 Uji Statistik ................................................................................. 44
3.6 Definisi Operasional ............................................................................. 46
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
di dunia. Hal ini selain dikarenakan cengkeh merupakan tanaman asli Indonesia,
juga didukung oleh kondisi alam, iklim, dan topografi yang mendukung agribisnis
Sementara dua negara lain yang cukup potensial sebagai penghasil cengkeh
antara 20.000 – 27.000 ton per tahun (FAO, 2007 dalam Situmeang, 2008 : 3).
melalui cukai rokok dan kegiatan ekspornya. Cukai rokok merupakan salah satu
penerimaan bagi negara dari beberapa sumber penerimaan negara lainnya. Dilihat
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2016 kontribusi
kapebeanan dan cukai dari total penerimaan negara adalah 12%, untuk porsi cukai
sendiri telah menyumbang sebesar 78% atau setara dengan Rp. 146,4 triliun.
1
perekonomian adalah penyerapan tenaga kerja, penyumbang pendapatan petani,
dan mendukung berkembangnya industri (Kementerian Pertanian, 2007 dalam
Situmeang, 2008 : 4). Berikut data perkembangan produksi dan konsumsi cengkeh
di Indonesia pada Tabel 1.
Tabel 1. Perkembangan Produksi dan Konsumsi Cengkeh di Indonesia Tahun
1986 – 2015
Tahun Produksi (Ton) Konsumsi (Ton)
1986 50.628 79.576
1987 71.002 81.293
1988 81.224 85.011
1989 56.398 66.189
1990 66.912 77.905
1991 80.253 89.763
1992 73.124 87.616
1993 67.366 75.364
1994 78.379 92.104
1995 90.007 92.196
1996 59.479 60.661
1997 59.192 61.188
1998 67.177 68.761
1999 52.903 75.513
2000 59.878 80.751
2001 72.685 89.584
2002 79.009 80.080
2003 76.471 77.726
2004 73.837 74.942
2005 78.350 79.468
2006 61.408 62.202
2007 80.405 81.105
2008 70.536 71.206
2009 81.988 82.478
2010 98.385 98.662
2011 72.207 87.186
2012 99.890 107.054
2013 109.695 117.184
2014 110.576 117.528
2015 111.516 122.447
Sumber : Kementerian Pertanian (2016)
2
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa produksi cengkeh di Indonesia
pada tahun 1989 dan 2011 yaitu 56398 ton dan 72.207 ton, dimana pada tahun
sebelumnya 81224 ton pada tahun 1988 dan 98.385 ton pada tahun 2010.
Kejadian tersebut dikarenakan pada tahun 1988 dan 2011 terjadi anomali cuaca
baik sebagai bahan pangan maupun non pangan, turut mendorong kenaikan
menghasilkan cengkeh tiap tahunnya dapat dilihat dari jumlah produksi dalam
jumlah konsumsi cengkeh setiap tahunnya lebih tinggi daripada jumlah produksi
cengkeh dalam negeri. Hal ini perlu diantisipasi demi menghadapi lonjakan
konsumsi cengkeh dalam negeri digunakan untuk industri rokok kretek (Badan
3
Namun, semakin meluasnya konsumsi cengkeh di Indonesia tidak diikuti
dengan kualitas cengkeh yang baik dari tahun ke tahun. Hal tersebut dapat dilihat
dari kualitas cengkeh dari petani yang sampai ke tangan industri rokok kretek.
pembuatan rokok kretek. Dikarenakan cengkeh yang berasal dari petani dalam
negeri memiliki tingkat kadar air yang masih lumayan tinggi. Meskipun mampu
menghasilkan jumlah cengkeh yang banyak, jika dari segi pemanenan hasil
jumlah cengkeh dari luar negeri (impor) dengan tujuan untuk memenuhi
berinovasi dari rasa cengkeh yang diterapkan pada rokok kretek. Selera penikmat
penambahan stock cengkeh dari luar negeri. Namun, selain melakukan impor
cengkeh dari negara penghasil cengkeh yang lain, Indonesia tetap melakukan
Kontribusi ekspor dan impor cengkeh selama tiga puluh tahun terakhir yaitu dari
tahun 1986 hingga tahun 2015 cenderung fluktuatif seperti yang terlihat pada
Tabel 2.
4
Tabel 2. Perkembangan Ekspor dan Impor Cengkeh di Indonesia Tahun 1986 –
2015
Ekspor Impor
Tahun Volume Nilai Volume (Ton) Nilai (000US$)
(Ton) (000US$)
1986 1.818 3822 28.948 89276
1987 1.836 3044 10.291 41592
1988 622 542 3.787 14322
1989 398 375 9.791 49330
1990 360 215 10.993 68049
1991 388 102 9.510 60921
1992 316 81,076 14.492 120014
1993 297 49,969 7.998 70156
1994 319 156,307 13.725 47401
1995 230 47,905 2.189 7829
1996 356 220,97 1.182 504657
1997 20.157 14.115 1.996 14003
1998 1.776 1.635 1.584 6452
1999 4.655 8.281 22.610 40066
2000 6.324 10.669 20.873 52390
2001 9.400 25.973 16.899 17365
2002 15.688 24.930 1.071 2977
2003 9.060 16.037 1.255 1963
2004 7.683 14.916 1.105 2035
2005 11.270 23.533 1.118 2312
2006 14.093 33.952 794 1157
2007 4.251 7.251 700 1109
2008 5.142 5.586 670 1917
2009 6.008 12.580 490 1728
2010 5.397 16.304 277 1.336
2011 5.941 24.767 14.979 345.151
2012 5.177 25.399 7.164 110.793
2013 9.136 33.834 7.489 172575
2014 12.889 46.484 6.952 61473
2015 12.754 41.569 10.931 127.205
Sumber : UN Comtrade (2016)
Indonesia pada tahun 1986 hingga tahun 2015 cenderung fluktuatif. Disamping
5
setiap tahunnya dengan jumlah yang tidak sedikit. Peningkatan volume impor
yang sangat drastis terjadi pada beberapa tahun. Diantaranya pada tahun 1992,
1994, 1999, dan 2011. Untuk tahun 1992 Indonesia melakukan impor cengkeh
sebanyak 14.492 ton yang pada tahun sebelumnya sebanyak 9.510 ton. Hal
tersebut terjadi serupa pada tahun 1994, dimana Indonesia melakukan impor
cengkeh sebesar 13.725 ton yang pada tahun sebelumnya sebesar 7.998 ton.
Pada Tabel tersebut volume impor terus bertambah mulai dari tahun 1998 hingga
tahun 2001. Tahun 1998 Indonesia mengimpor cengkeh sebanyak 1.584 ton,
jumlah tersebut meningkat pada tahun selanjutnya di tahun 1999 sebesar 22.610
ton. Jumlah tersebut meningkat di tahun setelahnya dalam jumlah yang lumayan
besar.
penurunan harga cengkeh dan pendapatan petani di dalam negeri, yang diatur
Juli 2002 tentang pengendalian impor cengkeh. Kebijakan ini ditetapkan untuk
kepentingan industri pengguna cengkeh. Pada tahap awal, impor baru akan
diizinkan apabila harga cengkeh produksi dalam negeri sudah naik hingga
terjadinya penurunan volume impor cengkeh yang sangat signifikan pada tahun
6
2002 – 2008, yaitu pada tahun 2008 tidak melakukan impor hingga 0,796 ton
Hal ini terjadi karena pada tahun-tahun sebelumnya industri rokok telah
menumpuk stock yang sangat banyak sementara industri rokok juga diberikan
dunia dan tentunya juga di tingkat petani. Sehingga fluktuasi harga cengkeh
dalam negeri konkruen, artinya searah dan sebanding dengan fluktuasi harga
7
judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Impor Cengkeh di
Indonesia”.
antara lain :
1. Bagi penulis
yang diterima selama ini dan juga sebagai syarat untuk memperoleh gelar
2. Bagi Akademisi
8
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan informasi bagi
3. Bagi Pemerintah
yaitu cengkeh. Cengkeh yang diimpor tidak dibatasi oleh varietas cengkeh
satu variabel terikat yaitu volume impor cengkeh Indonesia. Variabel bebas yang
digunakan dalam penelitian ini adalah (1) harga rill cengkeh dalam negeri, (2)
harga rill cengkeh impor, (3) nilai tukar rill rupiah terhadap dollar Amerika
yang dianalisis dalam penelitian ini menggunakan data tahun 1986 sampai dengan
tahun 2015. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
analisis E-views9.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Suwarto dan Yuke (2012 : 17) cengkeh dikenal dengan nama
Namun, ada juga yang menyebutkan cengkih berasal dari Pulau Makian di
Maluku Utara. Selain dari Maluku, cengkih dianggap berasal dari Papua.
dalam beberapa industri. Cengkeh merupakan salah satu komoditas ekspor yang
membeli suatu barang pada berbagai tingkat harga selama periode waktu tertentu.
Permintaan ada dua, yaitu permintaan individu (firm) dan permintaan pasar
Jadi permintaan adalah dua unsur harga dan jumlah barang yang diminta atau
dibeli (quantety demanded) dengan asumsi jika tidak ada unsur lain yang ikut
10
Teori ini dalam ilmu ekonomi menerangkan faktor-faktor yang menentukan
Jika harga barang murah, maka permintaan terhadap barang tersebut semakin
paribus). Jadi hubungan jumlah barang yang diminta dengan harga barang
Jika terjadi kenaikan harga beras, maka akan menyebabkan permintaan beras
turun dan permintaan terhadap jagung naik, karena jagung merupakan barang
substitusi yang baik terhadap beras, dengan asumsi harga jagung relatif tetap.
gula, garpu dan sendok, bensin dan mobil. Jika harga gula naik, maka
permintaan terhadap gula turun dan permintaan terhadap kopi juga turun
hubungan jumlah barang yang diminta dan harga barang lain ada dua; (i) jika
11
barang substitusi hubungannya adalah positif (searah), dan (ii) jika barang
barang karena daya belinya meningkat. Karena jenis barang dalam kaitannya
dengan pendaparan ini ada dua, yaitu barang normal dan barang inferior,
maka bentuk hubungan jumlah barang yang diminta dengan pendapatan juga
ada dua; (i) hubungan positif (searah) jika barang normal, dan (ii) hubungan
barang. Seperti selera atau kebiasaan mengkonsumsi beras, jagung, sagu dan
sebagainya. Ukuran yang biasa dipakai dalam skala ordinal, misalnya 1-5; 1-
10 (skala ini bisa dinamakan antara tidak suka hingga sampai yang sangat
suka). Hubungan antara jumlah barang yang diminta dengan selera adalah
searah (positif).
5. Jumlah penduduk
12
6. Usaha-usaha produsen meningkatkan penjualan
konsumen untuk meminta barang atau jasa tersebut. Demikian juga iklan,
akan memberikan dampak yang positif terhadap jumlah barang yang diminta
sehingga hubungan antara variabel jumlah barang yang diminta dengan iklan,
7. Distribusi pendapatan
dan berpengaruh pada permintaan suatu barang. Atau dapat dikatakan bahwa
mempunyai suatu harapan yang lebih baik. Jadi hubungan antar variabel
8. Perkiraan (estimate)
Perkiraan disini adalah harapan konsumen pada harga dimasa yang akan
datang pada suatu barang. Jika perkiraan harga barang di masa yang akan
datang naik, maka ada kecenderungan saat ini permintaan terhadap barang
13
9. Harapan (expectation)
Harapan konsumen disini yaitu harapan pada ketersediaan barang atau jasa
yang akan datang. Ketersediaan barang dimasa yang akan datang dengan
jumlah barang yang diminta adalah negatif. Artinya jika ketersediaan barang
dimasa yang akan datang banyak, maka permintaan barang akan turun.
akan naik. Kenyataan ini terjadi karena pada diri konsumen ada faktor
Jumlah komoditas total yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga meliputi
14
Keterangan :
P = Harga Komoditas
komoditas yang diminta. Suatu hipotesis ekonomi dasar menyatakan bahwa harga
suatu komoditas akan berhubungan negatif dengan kuantitas yang akan diminta,
dengan faktor lain tetap sama (ceteris paribus). Hal ini berarti semakin rendah
harga suatu komoditas maka jumlah yang akan diminta untuk komoditas tersebut
akan semakin besar, dan semakin tinggi harga suatu komoditas maka jumlah yang
internasional juga dapat menunjukan adanya keuntungan yang timbul dari adanya
Menurut Basri (2010 : 32) tak ada satu pun negara yang sepenuhnya dapat
15
komunikasi dan informasi membuat batas-batas negara makin kabur. Kian
dengan negara-negara lain, setiap negara bisa mencapai economics of scale dan
selanjutnya dapat menyalurkan kelebihan produksi yang tidak dapat diserap oleh
konsumen didalam negeri. Kelebihan produksi ini bisa diekspor. Devisa yang
diperoleh dari ekspor inilah yang digunakan untuk membiayai impor sehingga
produsen ke konsumen. Perdagangan antar negara atau yang lebih dikenal dengan
perdagangan internasional sudah terjadi sejak zaman dulu namun dalam skala
1. Teori Merkantilisme terjadi sekitar abad ke-16 sampai abad ke-18 di Inggris,
transisi menuju pemikiran klasik yang dimotori oleh Adam Smith. Konsep
kesejahteraan dari teori ini didasarkan kepada kekayaan yang dinilai dari
16
banyaknya stock emas yang dimiliki oleh suatu negara. Stok emas ini diperoleh
sebagai produktif.
lebih efisien, komoditi yang kurang efisien jika diproduksi di dalam negeri
harus di impor, dan semua negara di dunia akan mendapat keuntungannya dari
teori yang dikemukakan oleh Adam Smith. Teori ini berpendapat bahwa
dua jenis komoditas jika dibandingkan dengan negara lain, namun perdagangan
yang saling menguntungkan masih dapat berlangsung, selama rasio harga antar
17
masih bisa memproduksi dan mengekspor komoditi yang mempunyai kerugian
absolut lebih kecil dan mengimpor komoditi yang mempunyai kerugian absolut
lebih besar.
4. Teori Heckscher Ohlin adalah teori modern sebagai lawan teori klasik, bahwa
pertambahan hasil yang sama (dalam kata lain, dengan presentase ke tingkatan
tertentu dalam input akan meningkatkan output dengan presentase yang sama),
Pada Gambar 2, secara teoritis dapat dilihat dimana negara 1 adalah negara
ke negara 2.
kelebihan permintaan (excess demand). Harga yang terbentuk menjadi lebih tinggi
yaitu sebesar P3. Hal ini menyebabkan terjadinya perdagangan antarnegara. Kedua
keseimbangan, dan harga yang terbentuk di pasar internasional berada pada P2.
18
Gambar 2. Keseimbangan Parsial dalam Perdagangan Internasional
Sumber : Salvatore (1997)
Keterangan :
internasional
Menurut Mankiw dkk (2012 : 184) impor (imports) adalah barang dan jasa
yang diproduksi di luar negeri dan dijual di dalam negeri. Berdasarkan teori
terjadi akibat adanya kelebihan permintaan suatu barang di dalam negeri namun
19
barang tersebut tidak mencukupi, sehingga pemerintah mendatangkan barang
tersebut dari negara lain agar dapat memenuhi permintaan dalam negeri.
Secara fisik, impor merupakan pembelian dan pemasukan barang dari luar
negeri ke dalam suatu perekonomian. Aliran barang ini akan menimbulkan aliran
keluar atau bocoran dari aliran pengeluaran dari sektor rumah tangga ke sektor
perusahaan. Aliran keluar atau bocoran ini pada akhirnya akan menurunkan
pendapatan nasional yang dapat dicapai. Besarnya impor yang dilakukan suatu
negara lain untuk bersaing dengan barang-barang yang dihasilkan di negara ini.
Apabila barang-barang dari luar negeri mutunya lebih baik, atau harganya lebih
murah daripada barang yang sama yang dihasilkan di dalam negeri, maka akan
kesanggupan penduduk negara itu untuk membayar impor tersebut. Ini berarti
Menurut Mankiw dkk (2012 : 185) berpendapat bahwa ada banyak faktor
sebagai berikut :
20
3. Nilai tukar di mana orang-orang dapat menggunakan mata uang domestik
sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk, atau jumlah dari nilai yang
produk tersebut. Suatu hipotesis ekonomi yang mendasar mengenai harga adalah
bahwa untuk kebanyakan suatu komoditi, harga komoditi dan kuantitas atau
jumlah yang akan ditawarkan berhubungan secara positif, dengan faktor yang lain
tetap sama.
Kurs (exchange rate) diantara dua negara adalah harga dimana penduduk
dua kurs, yaitu kurs nominal dan kurs rill. Kurs nominal adalah nilai yang
digunakan seseorang saat menukar mata uang suatu negara dengan mata uang
negara lain. Dalam kurs nominal digunakan istilah apresiasi dan depresiasi.
Apresiasi adalah peningkatan nilai mata uang yang diukur oleh jumlah mata uang
asing yang dapat dibeli. Sedangkan depresiasi adalah penurunan nilai mata uang
21
yang diukur oleh jumlah mata uang asing yang dapat dibeli. Deskripsi ini
biasanya merujuk pada perubahan nilai tukar nominal terbaru. Ketika mata uang
terapresiasi, mata uang tersebut dikatakan menguat karena dapat membeli mata
uang asing lebih banyak. Begitu pula ketika suatu mata uang terdepresiasi, ia
dikatakan melemah karena dapat membeli mata uang asing lebih sedikit. Kurs rill
adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukarkan barang dan jasa suatu
negara dengan barang dan jasa negara lain (Mankiw, 2012 : 193).
kurs valuta, disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya perubahan dalam citarasa
masyarakat, perubahan harga barang ekspor dan impor, kenaikan harga umum
(inflasi), dan perubahan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi. Untuk
perubahan harga barang ekspor dan impor adalah harga sesuatu barang merupakan
salah satu faktor penting yang menentukan apakah sesuatu barang akan diimpor
atau diekspor. Barang-barang dalam negeri yang dapat dijual dengan harga relatif
murah akan menaikkan ekspor dan apabila harganya naik maka ekspornya akan
berkurang. Pengurangan harga barang impor akan menambah jumlah impor, dan
perubahan dalam penawaran dan permintaan ke atas mata uang negara tersebut.
22
masalah-masalah tertentu, langkah-langkah yang telah/sedang diambil (atau gagal
mereka mengenai apa yang telah terjadi (atau tidak terjadi). Konsep kebijakan
perilaku atau tindakan menyimpang yang serba acak (at random), asal-
dan berpola, mengarah pada tujuan tertentu yang dilakukan oleh pejabat-
3. Kebijakan itu ialah apa yang nyatanya dilakukan pemerintah dalam bidang-
bidang tertentu.
Menurut Mankiw (2012 : 26) Indeks Harga Konsumen adalah ukuran biaya
keseluruhan barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen. Indeks harga konsumen
Indeks harga ini juga digunakan untuk menjadikan angka-angka ini menjadi
ukuran daya beli yang bermakna. Ketika indeks harga konsumen naik, maka
standar hidup yang sama. Para ekonom menggunakan istilah inflasi untuk
meningkat.
23
2.5 Penelitian Terdahulu
apel Indonesia. Metode yang digunakan adalah panel data statis dengan
pendekatan gravity model dalam kurun waktu selama tahun 2009-2013 dari
apel impor, harga apel domestik, produksi apel domestik, nilai tukar rill, GDP rill
per kapita Indonesia. GDP rill per kapita negara pengekspor, dan jarak ekonomi
24
Indonesia. Metodologi yang digunakan adalah gravity model. Berdasarkan hasil
estimasi dengan menggunakan model gravitasi diketahui dari tujuh variabel yang
digunakan hanya satu variabel yang tidak berpengaruh terhadap volume impor
terhadap volume impor bawang merah dan kentang Indonesia yaitu populasi
negara pengekspor, populasi Indonesia, harga impor, jarak ekonomi, GDP rill
Indonesia dan GDP rill negara pengekspor. Sedangkan variabel nilai tukar tidak
diperoleh nilai R2 sebesar 0,829, menunjukan bahwa 82,9% impor beras dapat
dijelaskan oleh variabel bebas yang digunakan dalam model yaitu produksi beras,
konsumsi beras, stok beras, harga beras dalam negeri, harga beras internasional
dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. Sedangkan sisanya 17,1%,
dijelaskan oleh variabel lain di luar model penelitian. Hasil pengujian secara
domestik, harga beras internasional dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar
25
Purwanto (2009 : 4) melakukan penelitian dengan judul analisis faktor-faktor
tersebut terhadap impor kacang kedelai nasional periode 1987-2007. Penelitian ini
Pada tahun 2007 tingkat ketergantungan Indonesia pada kacang kedelai impor
telah mencapai 1,4 juta ton atau setara dengan kehilangan devisa negara sebesar
Rp. 4,4 triliun per tahun. Dari enam faktor yang diduga memengaruhi impor
square sebesar 0,975 yang berarti bahwa sebanyak 97,5 persen keragaman impor
kacang kedelai nasional selama periode 1987-2007 dapat dijelaskan oleh ketiga
faktor penjelasan dan sisanya sebesar 2,5 persen dijelaskan oleh faktor lain.
Model terbaik diperoleh setelah mengeluarkan faktor harga kacang kedelai impor,
nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat, dan harga kacang kedelai
dunia dari persamaan regresi yang terbentuk sebelumnya. Faktor yang paling
26
negeri dengan nilai standardized coefficients beta sebesar -0,753, diikuti oleh
program IBM SPSS. Hasil penelitian yang diperoleh pada penelitian menunjukan
bahwa variabel harga durian impor berpengaruh negatif yang nyata dan signifikan
pada taraf kepercayaan 90%. Variabel harga durian lokal memiliki nilai positif
Indonesia. Untuk variabel nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika memiliki
nilai negatif namun tidak berpengaruh nyata dan signifikan terhadap impor durian
di Indonesia. Tetapi dari hasil uji elastisitas, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar
Amerika bersifat elastis, yang berarti konsumen respon akan perubahan nilai tukar
berpengaruh positif yang nyata dan signifikan pada taraf kepercayaan 95%. Nilai
elastisitas pada harga durian impor dan harga durian lokal bersifat inelastis,
sedangkan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika dan PDB bersifat elastis
27
2.6 Kerangka Pemikiran
akan mengurangi devisa negara. Adanya cengkeh impor yang masuk ke Indonesia
cengkeh lokal serta menurunkan kesejahteraan petani cengkeh lokal. Maka dari itu
Mankiw dkk (2012 : 184) dan penelitian terdahulu, maka beberapa faktor-faktor
rill cengkeh dalam negeri, harga rill cengkeh impor, nilai tukar rill rupiah terhadap
independen yang akan dianalisis secara kualitatif deskriptif dan kuantitatif dengan
28
program Eviews 9. Hasil dari pengujian alat analisis tersebut akan diketahui
Impor Cengkeh
Mankiw (2012)
1. Selera konsumen
2. Harga barang di dalam negeri dan di luar
negeri
3. Nilai tukar
4. Pendapatan konsumen di dalam dan luar
negeri
5. Biaya transportasi barang dari satu negara ke
negara lain
6. Kebijakan pemerintah
29
2.7 Hipotesis Penelitian
atau proposisi atau dugaan yang belum terbukti yang secara tentatif menerangkan
cengkeh Indonesia.
3) Nilai tukar rill rupiah terhadap dollar Amerika Serikat berpengaruh negatif
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
wilayah Indonesia. Pengambilan data pada penelitian ini diperoleh dari beberapa
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
merupakan data deret waktu (time series) selama tiga puluh tahun dari tahun 1986
hingga tahun 2015 karena dengan adanya data selama tiga puluh tahun sudah
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah volume impor dan nilai impor
cengkeh Indonesia, harga rill cengkeh dalam negeri, harga rill cengkeh impor,
nilai tukar rill rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, dan dummy kebijakan
menggunakan data sekunder. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber
yang menerbitkan, bersifat siap pakai dan mampu memberikan informasi dalam
pengambilan keputusan meskipun dapat diolah lebih lanjut (Nazir, 2009 : 174).
31
Sumber data sekunder diperoleh dari beberapa instansi yaitu Badan Pusat Statistik
data-data yang dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat
pada Tabel 3.
website www.comtrade.un.org
(Suwartono, 2014 : 41). Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat
sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Penelitian ini
menggunakan data sekunder dengan data-data kurun waktu (time series) dengan
32
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data dan informasi lainnya yang
Studi kepustakaan, selain dari mencari sumber data sekunder yang akan
kesimpulan dan degeneralisasi yang telah pernah dibuat, sehingga situasi yang
memilih dan memahami dengan cara membaca laporan atau jurnal penelitian
terdahulu, seperti skripsi dan jurnal-jurnal penelitian yang terkait dengan topik
pembahasan penulis.
untuk penelitian. Terkadang literatur atau buku yang kita gunakan belum cukup
untuk menunjang suatu penelitian dan biasanya sudah tidak sesuai dengan
33
karena dapat ter up-date setiap saat, data yang diperoleh dari UN Comtrade dan
UNCTAD.
yang terkandung dalam data hasil analisis dan kecenderungan volume impor
regresi linear berganda. Sunyoto (2010 : 195) menyatakan bahwa analisis regresi
linear berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh lebih dari satu variabel
meliputi data volume impor cengkeh di Indonesia, harga rill cengkeh dalam
negeri, harga rill cengkeh impor, nilai tukar rill rupiah terhadap dollar Amerika
harga konsumen sebagai data penunjang dalam penelitian ini. Metode pengolahan
data dalam penelitian ini yang meliputi beberapa variabel dijelaskan sebagai
berikut :
1. Data volume impor cengkeh di Indonesia dengan satuan ton dalam skala
2. Data harga rill cengkeh dalam negeri dengan satuan rupiah per ton (Rp/ton)
dalam skala tahunan mulai dari tahun 1986 hingga tahun 2015. Harga rill
34
cengkeh dalam negeri diperoleh dari pembagian harga cengkeh dalam
negeri dengan indeks harga konsumen (Indonesia tahun dasar 2012 = 100)
IHK Indonesia
Keterangan :
Harga cengkeh dalam negeriRill = Harga rill cengkeh dalam negeri (Rp/ton)
dasar 2012=100
3. Data harga rill cengkeh impor dengan satuan 000US$ per ton
(000US$/ton) dalam skala tahunan mulai dari tahun 1986 hingga tahun
untuk harga rill cengkeh impor didapatkan dari pembagian harga impor
35
international adalah dollar (US$). Berikut rumus yang digunakan untuk
IHK Pengekspor
Keterangan :
2012=100
4. Data nilai tukar rill rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dengan satuan
rupiah per dollar Amerika Serikat (Rp/US$) dalam skala tahunan mulai dari
tahun 1986 hingga tahun 2015. Nilai tukar rill rupiah terhadap dollar
Berikut rumus yang digunakan untuk memperoleh data nilai tukar rill rupiah
36
Nilai Tukar Rill = Nilai Tukar Nominal x IHK Pengekspor
IHK Pengimpor
Keterangan :
Nilai tukar rill = Nilai tukar rill rupiah terhadap dollar Amerika Serikat
(Rp/US$)
Nilai tukar nominal = Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat
(Rp/US$)
2012 = 100
6. Indeks harga konsumen adalah ukuran biaya keseluruhan barang dan jasa
yang dibeli oleh konsumen (Mankiw, dkk 2012 : 26). Indeks harga
37
konsumen Indonesia tahun dasar 2012 = 100 dan indeks harga konsumen
Amerika Serikat tahun dasar 2012 = 100 sebagai negara yang nilai mata
100
Keterangan :
100 + (Inflasi χ + 1)
Keterangan :
38
IHK baru = IHK lama x 100
interpretasi data. Pemilihan alat pengolahan data dilakukan atas dasar kemudahan
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear
untuk meneliti pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap satu variabel
terikat dengan skala pengukuran yang bersifat metrik baik untuk variabel bebas
bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi
(dinaik turunkan nilainya). Analisis regresi linear berganda dilakukan bila jumlah
Sebuah model regresi terdiri dari variabel tak bebas atau dependen (Y),
variabel bebas atau independen (X1, X2, X3, X4) konstanta, parameter (koefisien),
dan error (variabel yang tidak dijelaskan dalam model). Variabel tak bebas adalah
variabel yang perubahannya dipengaruhi oleh variabel lain (variabel bebas). Pada
39
Y = a + b1X1 - b2X2 - b3X3 + b4X4 + e
Dimana :
a = Konstanta
b1 – b4 = Koefisien
e = Error
1. Uji Normalitas
kepercayaan bagi parameter. Dimana uji normalitas akan menguji data variabel
bebas (X) dan data variabel terikat (Y) pada persamaan regresi yang dihasilkan.
baik jika mempunyai data variabel bebas dan data variabel terikat berdistribusi
Salah satu asumsi yang sering digunakan di dalam analisis runtun waktu
(dan analisis statistika secara umum) adalah adanya asumsi data mengikuti
distribusi normal. Dalam melakukan pengujian kenormalan dari data maka dapat
uji hipotesis. Model distribusi normal yang mungkin cocok untuk data dapat
40
digunakan pendekatan ukuran numerik (rata-rata, median, modus, skewnes,
awal ini dapat dilihat kecocokan sifat-sifat empiris dari data terhadap sifat-sifat
normal atau tidak pada penelitian ini menggunakan uji Jarque-Bera (JB). (Rosadi,
2012 : 29).
2. Uji Multikolinearitas
dalam suatu model memiliki pengertian bahwa hubungan yang signifikan diantara
hitung statistik uji t akan kecil sehingga akan membuat variabel independen
regresi berganda yang terdiri atas dua atau lebih variabel bebas, dimana akan
jika koefisien korelasi antar variabel bebas lebih besar dari 0,60 (pendapat lain :
41
0,5 dan 0,90). Dikatakan tidak terjadi multikolinieritas jika koefisien korelasi
antar variabel bebas lebih kecil atau sama dengan 0,60 (r ≤ 0,60).
cara lain yaitu dengan nilai tolerence dan nilai variance inflation factor (VIF).
Nilai tolerence adalah besarnya tingkat kesalahan yang dibenarkan secara statistik
(α). Sedangkan nilai variance inflation factor (VIF) adalah faktor inflasi
< α dan VIF hitung > VIF. Variabel bebas tidak mengalami multikolinieritas jika :
α hitung > α dan VIF hitung < VIF (Sunyoto 2010 : 98)
3. Uji Heteroskedastisitas
pelanggaran terhadap asumsi regresi linear klasik yang terjadi apabila terdapat
ketidaksamaan varians dari residual atau kesalahan gangguan dalam sebuah model
regresi. Suatu model regresi linear harus memiliki model varians (penyebaran)
yang sama. Jika asumsi ini tidak dipenuhi maka akan terdapat masalah
dengan variabel yang lainnya, apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan
varian residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika varian residual satu
pengujian statistika. Beberapa statistik uji yang dapat digunakan untuk menguji
42
terjadi atau tidak terjadinya heteroskedastisitas antara lain menggunakan uji
F-hitung lebih besar dari tingkat alpha 0,05 (5%), maka H0 diterima yang artinya
tingkat alpha 0,05 (5%) maka H0 ditolak yang artinya terjadi heteroskedastisitas
4. Uji Autokorelasi
variabel itu sendiri, pada pengamatan yang berbeda waktu atau individu.
Umumnya kasus autokorelasi banyak terjadi pada data time series. Salah satu
melihat pola hubungan antara residual (ui) dan variabel bebas atau waktu (X).
Menurut Sunyoto (2010 : 110) persamaan regresi yang baik adalah yang
tersebut menjadi tidak baik/tidak layak dipakai. Masalah autokorelasi baru timbul
jika ada korelasi secara linier antara kesalahan pengganggu periode t (berada)
Correlation LM Test dan uji Durbin-Watson pada tingkat signifikansi 5%. Dalam
menentukan nilai Durbin Watson, terlebih dahulu harus diketahui nilai k (variabel
43
bebas), n (jumlah sample), dan tingkat signifikansi (α). Kemudian didapatkan nilai
dL dan dU yang dapat dilihat pada tabel statistik. Salah satu ukuran dalam
3) Tidak terjadi autokorelasi, positif atau negatif, jika nilai dU < dw < 4-dU
Menurut Setiawan dan Kusrini (2010 : 63) koefisien regresi diuji secara
a. Jika nilai probabilitas dibawah 0,05 maka semua variabel independen (harga
rill cengkeh dalam negeri, harga rill cengkeh impor, nilai tukar rill rupiah
44
cengkeh) mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
b. Jika nilai probabilitas diatas 0,05 maka semua variabel independen (harga rill
cengkeh dalam negeri, harga rill cengkeh impor, nilai tukar rill rupiah
variabel bebas secara individu memiliki pengaruh nyata (signifikan) atau tidak
berpengaruh nyata (tidak signifikan) terhadap variabel tak bebas (harga rill
cengkeh dalam negeri, harga rill cengkeh impor, nilai tukar rill rupiah terhadap
dollar Amerika Serikat, dan dummy kebijakan pengendalian impor cengkeh) yang
terdapat pada model volume impor cengkeh di Indonesia. Hipotesis dari pengujian
a. Jika nilai probabilitas dibawah 0,05 maka semua variabel independen (harga
rill cengkeh dalam negeri, harga rill cengkeh impor, nilai tukar rill rupiah
45
b. Jika nilai probabilitas diatas 0,05 maka semua variabel independen (harga rill
cengkeh dalam negeri, harga rill cengkeh impor, nilai tukar rill rupiah
3. Koefisien Determinasi
mana ketepatan atau kecocokan garis regresi yang terbentuk dalam mewakili
variasi total yang dapat diterangkan oleh model. Artinya koefisien determinasi
menerangkan variasi variabel dependen (harga rill cengkeh dalam negeri, harga
rill cengkeh impor, nilai tukar rill rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, dan
adalah antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai koefisien determinasi lebih besar dari 0,1
nilai R2 (mendekati 1), maka ketepatannya dikatakan semakin baik (Setiawan dan
Penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel dependen dan variabel
46
atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungannya dengan suatu gejala
Variabel tergantung adalah variabel yang variabilitasnya diamati dan diukur untuk
1. Volume impor komoditas cengkeh adalah total impor dari negara asal selama
jangka waktu satu tahun terhitung sejak tahun 1986 hingga tahun 2015,
2. Harga rill cengkeh dalam negeri merupakan harga cengkeh yang digunakan
3. Harga rill cengkeh impor merupakan harga cengkeh yang digunakan dalam
4. Nilai tukar rill rupiah terhadap dollar Amerika Serikat adalah nilai
dalam Rp/US$.
47
BAB IV
GAMBARAN UMUM
dalam beberapa industri. Ada beberapa pendapat mengenai negara asal cengkeh.
Namun, ada juga yang menyebutkan cengkeh berasal dari Pulau Makian di
Maluku Utara. Selain dari Maluku, cengkih dianggap berasal dari Papua. Sampai
bahkan pengimpor cengkeh yang terbesar. Tahun 1977 impor telah banyak
berkurang. Pada tahun 2006-2008 ekspor cengkeh lebih besar daripada impor
hingga mencapai 77,31% dari produksi cengkeh Indonesia (Gambar 4.). Sebagian
merupakan provinsi sentra terbesar dengan rata-rata produksi sebesar 11,99 ribu
48
ton atau berkontribusi sebesar 13,51% terhadap total produksi cengkeh Indonesia.
Provinsi Maluku, Sulawesi Utara dan Jawa Timur merupakan provinsi sentra
Sulawesi Selatan
13.51%
22.69% Maluku
12.75% Sulawesi Utara
6.15% Jawa Timur
6.51% 11.77% Sulawesi Tengah
6.83% Jawa Tengah
10.14%
9.65% Sulawesi Tenggara
Jawa Barat
Prov. Lainnya
Sulawesi Selatan pada tahun 2015 dapat dilihat pada Gambar 5. Kabupaten
dengan produksi cengkeh terbesar adalah Kabupaten Luwu yaitu 9,62 ribu ton
atau 55,10% dari total produksi cengkeh di Provinsi Sulawesi Selatan. Kabupaten
sebesar 1,81 ribu ton dengan kontribusi sebesar 10,37%, diikuti oleh Kabupaten
Sinjai dan Kabupaten Wajo dengan produksi masing-masing sebesar 1,70 ribu ton
(9,70%) dan 1,48 ribu ton (8,46%). Sedangkan kabupaten/kota lainnya di provinsi
2016 : 1).
49
16.37%
8.46% Luwu
Bone
9.70% 55.10%
Sinjai
10.37% Wajo
Kab. Lainnya
Bagian Timur dan Kabupaten Seram Bagian Barat (Gambar 6.). Ketiga kabupaten
peringkat pertama dengan produksi cengkeh sebesar 20,66 ribu ton dan
dengan produksi sebesar 9,41 ribu ton (20,42%), dan Kabupaten Seram bagian
Barat dengan produksi cengkeh sebesar 6,72 ribu ton (14,58%). Sementara
50
20.16%
44.84%
Maluku Tengah
14.58%
Seram Bagian Timur
Seram Bagian Barat
20.42% Kab. Lainnya
sebaran produksi pada tahun 2015 dapat dilihat pada Gambar 7. Kabupaten
sebesar 4,00 ribu ton atau berkontribusi sebesar 46,51% terhadap total produksi
masing sebesar 2,00 ribu ton (23,29%), 0,86 ribu ton (9,97%) dan 0,58 ribu ton
2016 : 1).
51
13.43%
6.79%
Minahasa
46.51%
9.97% Kep. Sangihe
Kep. Talaud
Minahasa Tenggara
23.29%
Kab. Lainnya
maupun cengkeh dalam negeri pada kurun waktu tahun 1986 hingga tahun 2015
mengalami fluktuasi. Peningkatan harga cengkeh dalam negeri terjadi pada tahun
5.035.000/ton. Pada tahun 1991 hingga tahun 1993 harga cengkeh dalam negeri
turun menjadi Rp. 3.748.000/ton. Peningkatan harga cengkeh dalam negeri dalam
jumlah yang besar terjadi pada tahun 1999 menjadi Rp. 20.000.000/ton dimana
pada tahun sebelumnya sebesar Rp. 7.420.000/ton. Namun pada tahun selanjutnya
yaitu tahun 2000 dan tahun 2001 harga cengkeh dalam negeri kembali naik
menjadi Rp. 30.875.000/ton dan Rp. 57.698.000/ton. Tahun 2002 dan tahun 2003
harga cengkeh dalam negeri turun menjadi Rp. 54.731.000/ton dan 2003 sebesar
Rp. 26.088.000/ton. Tetapi pada tahun-tahun selanjutnya yaitu tahun 2004 hingga
tahun 2015 harga cengkeh dalam negeri terus mengalami kenaikan kecuali di
tahun 2007 yang mengalami penurunan harga. Untuk tahun 2004 harga cengkeh
dalam negeri sebesar Rp. 26.458.000/ton, harga tersebut terus meningkat setiap
52
tahunnya hingga pada tahun 2015 menjadi Rp. 75.897.000/ton. Berikut data harga
2015 : 1).
53
Berdasarkan Tabel 4 menjelaskan bahwa harga cengkeh impor memiliki
harga terendah sebesar Rp. 1.000.050/ton yang terjadi pada tahun 1996 dan harga
tertinggi cengkeh impor terjadi pada tahun 2015 yaitu sebesar Rp.
155.813.615/ton. Kenaikan harga cengkeh impor yang terus menerus dimulai pada
tahun 1989 hingga tahun 1993. Pada tahun 1989 harga cengkeh impor sebesar Rp.
8.918.094/ton naik menjadi Rp. 11.407.384/ton pada tahun 1990 hingga sebesar
cengkeh impor mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Pada tahun 2008 hingga
tahun 2015 harga cengkeh impor kembali mengalami peningkatan setiap tahunnya
1986 sampai dengan tahun 2015 cukup berfluktuasi. Indonesia mulai rutin
melakukan kegiatan impor cengkeh pada tahun 1980-an sampai dengan saat ini.
cengkeh seperti Madagaskar dan Tanzania. Dua negara tersebut merupakan dua
54
Tabel 5. Perkembangan Volume Impor Cengkeh di Indonesia Tahun 1986-2015
Tahun Volume Impor Cengkeh (ton)
1986 28.948
1987 10.291
1988 3.787
1989 9.791
1990 10.993
1991 9.510
1992 14.492
1993 7.998
1994 13.725
1995 2.189
1996 1.182
1997 1.996
1998 1.584
1999 22.610
2000 20.873
2001 16.899
2002 1.071
2003 1.255
2004 1.105
2005 1.118
2006 794
2007 700
2008 670
2009 490
2010 277
2011 14.979
2012 7.164
2013 7.489
2014 6.952
2015 10.931
Sumber : UN Comtrade (2016)
yang terus meningkat, namun jumlah impor cengkeh pun meningkat setiap
55
tahunnya. Hal ini menggambarkan kebutuhan cengkeh Indonesia juga meningkat.
Dari data tersebut dapat dilihat jumlah impor cengkeh terbesar terjadi pada tahun
1986 yaitu sebesar 28.948 ton. Pada tahun 1999 hingga tahun 2001 jumlah impor
cengkeh di Indonesia terus menurun yaitu sebesar 20.873 ton pada tahun 2000 dan
16.899 ton pada tahun 2001. Untuk jumlah impor terendah terjadi pada tahun
nilai yang tidak stabil. Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika digunakan
karena nilai tersebut termasuk nilai yang sering digunakan dalam perdagangan
Internasional. Jika nilai tukar rupiah mengalami penurunan atau rupiah melemah
maka hal tersebut dapat merugikan negara Indonesia sebagai negara importir
karena harga yang dibayarkan menjadi lebih mahal. Sebaliknya, jika nilai tukar
maka hal tersebut dapat menguntungkan negara Indonesia karena harga yang
dibayarkan untuk cengkeh impor menjadi lebih murah. Nilai tukar rupiah terhadap
mata uang asing sangat berpengaruh terhadap besarnya volume impor yang masuk
ke Indonesia. Rupiah melemah terjadi mulai dari tahun 1986 hingga tahun 1998
hingga sebesar Rp. 10.014. Penguatan rupiah yang terjadi pada tahun 2002 hingga
tahun 2003 yaitu Rp. 9.311 menjadi 8.577. Hal tersebut pun terjadi pada tahun
2006, 2007, 2010, dan tahun 2011. Hingga pada tahun 2015 rupiah melemah
hingga sebesar Rp. 13.389. Berikut data nilai tukar rupiah terhadap dollar
56
Tabel 6. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat,
Tahun 1986-2015
Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika
Tahun
(Rp/US$)
1986 1.282
1987 1.644
1988 1.686
1989 1.770
1990 1.843
1991 1.950
1992 2.030
1993 2.087
1994 2.161
1995 2.249
1996 2.342
1997 2.909
1998 10.014
1999 7.855
2000 8.422
2001 10.261
2002 9.311
2003 8.577
2004 8.939
2005 9.705
2006 9.159
2007 9.141
2008 9.699
2009 10.390
2010 9.090
2011 8.770
2012 9.387
2013 10.461
2014 11.865
2015 13.389
Sumber : UNCTAD (2016)
57
melalui surat keputusan no : 528/MPP/Kep/7/2002, tertanggal 5 Juli 2002
cengkeh (tahun 1996 sampai tahun 2002) (Kementerian Pertanian, 2016 : 1).
58
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
regresi linear berganda yang dibantu dengan program Eviews 9. Pada penelitian
ini menggunakan data deret waktu (time series) selama 30 tahun mulai dari tahun
independen yang digunakan dalam model regresi ada empat variabel, yaitu harga
rill cengkeh dalam negeri, harga rill cengkeh impor, nilai tukar rill rupiah terhadap
tersebut yaitu pengujian ekonometrik (uji asumsi klasik) dan pengujian statistik
59
Berdasarkan hasil uji analisis regresi linear berganda pada model volume
dengan tingkat kepercayaan 95% dan batas signifikansinya 5% atau 0,05. Berikut
hasil uji analisis regresi linear berganda dapat dilihat pada Tabel 7.
Pada Tabel 7 menjelaskan bahwa hasil analisis regresi linear berganda pada
Keterangan :
e = error (5%)
60
Dari hasil perhitungan menggunakan program Eviews 9 terdapat dua
parameter koefisien regresi yang bertanda positif yaitu harga rill cengkeh dalam
negeri (X1) dan harga rill cengkeh impor (X2). Sedangkan variabel lainnya yaitu
nilai tukar rill rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (X3) dan dummy kebijakan
negatif. Secara matematis, tanda positif memiliki arti setiap perubahan salah satu
dengan arah yang sama, dengan syarat variabel independen yang lainnya dianggap
konstan. Sebaliknya, bila tanda negatif memiliki arti setiap perubahan salah satu
dengan arah yang berlawanan, dengan syarat variabel independen yang lainnya
0,000158 X1
4,600005 X2
Y
-0,328176 X3
-10579,95 X4
61
5.1.1 Hasil Uji F
variabel bebas terhadap variabel terikat dalam model. Menurut Sunyoto (2010 :
37) uji F dilakukan untuk mengetahui apakah koefisien regresi dari seluruh
kecil dari tingkat kesalahan/alpha 0,05 (5%) maka dapat dikatakan secara
Namun jika nilai probabilitas F hitung lebih besar dari tingkat kesalahan/alpha
0,05 (5%) maka dapat disimpulkan secara bersama-sama variabel bebas tidak
Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui hasil uji F yang dapat dilihat pada nilai
Prob (F-statistic) sebesar 0,000135 yang artinya nilai tersebut lebih kecil dari 0,05
mana variabel bebas (harga rill cengkeh dalam negeri, harga rill cengkeh impor,
nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, dan dummy kebijakan
pengendalian impor cengkeh) dapat mewakili atau menjelaskan dari data variabel
terikat (volume impor cengkeh Indonesia). Semakin besar nilai R2 (mendekati 1),
maka ketepatannya dikatakan semakin baik (Setiawan dan Kusrini, 2010 : 64).
62
Menurut Rosadi (2012 : 57) nilai koefisien determinasi pada program Eviews 9
Hal ini menjelaskan bahwa proporsi pengaruh variabel X1 (harga rill cengkeh
dalam negeri), X2 (harga rill cengkeh impor), X3 (nilai tukar rupiah terhadap
dapat disimpulkan bahwa harga rill cengkeh dalam negeri, harga rill cengkeh
impor, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, dan dummy kebijakan
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak ada dalam model volume impor cengkeh
Indonesia.
Uji normalitas yang dimaksud adalah (data) residual yang dibentuk model
normal atau tidak pada penelitian ini menggunakan uji Jarque-Bera (JB). Uji JB
63
merupakan salah satu jenis uji yang populer dikalangan komunitas ahli
ekonometri dalam melakukan uji normalitas terhadap data (Rosadi, 2012 : 35).
Indonesia (Lampiran 3), dapat terlihat pada tampilan ringkasan nilai statistik
untuk data residual dan histogram data. Hal tersebut menunjukan bahwa hasil uji
0,05 (5%).
kecil dari nilai tingkat alpha, maka residual terdistribusi tidak normal. Menurut
Rosadi (2012 : 35) apabila Prob. JB (Jarque-Bera) lebih besar dari 0,05 maka
bisa dilihat dari nilai skewnes dan kurtosis. Distribusi normal yang bersifat tidak
menceng (non-skewed) atau simetris dengan skewness dari data bernilai 0, ekor
yang relatif tidak tebal, dan bersifat unimodal dengan kurtosis = 3 (atau excess
kurtosis = 0).
hubungan linear yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel
penjelas (bebas) dari model regresi ganda. Dalam menentukan ada tidaknya
64
multikolonieritas dapat digunakan cara melihat nilai Variance Inflation Factor
dilihat dari nilai α hitung < α dan VIF hitung > VIF, sebaliknya jika variabel
bebas tidak mengalami multikolonieritas dilihat dari nilai α hitung > α dan VIF
hitung < VIF. Pada penelitian ini, model volume impor cengkeh menggunakan
multikolonieritas dapat dilihat pada kolom Centered VIF. Nilai VIF dari masing-
masing variabel bebas bernilai kurang dari 5 (VIF < 5). Karena nilai VIF untuk
variabel X1 (harga rill cengkeh dalam negeri), X2 (harga rill cengkeh impor), X3
(nilai tukar rill rupiah terhadap dollar Amerika Serikat), dan X4 (dummy kebijakan
pengendalian impor cengkeh) tidak ada yang lebih dari 5, maka dapat disimpulkan
dari residual dari observasi yang satu dengan observasi yang lain. Jika residualnya
2010 : 100). Pada penelitian ini ntuk menguji ada atau tidaknya
65
hitung) bernilai lebih besar dari 0,05 (0,1567 > 0,05). Hal ini berarti dapat
statistic lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05 (5%) maka H0 diterima yang
lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05 (5%) maka H0 ditolak yang artinya terjadi
autokorelasi.
sebesar 0,1009. Hal ini dapat disimpulkan bahwa nilai F hitung lebih besar dari
tingkat alpha 0,05 (0,1009 > 0,05) maka H0 diterima yang artinya tidak terjadi
autokorelasi.
66
Berdasarkan hasil uji autokorelasi (Lampiran 3) dengan metode Durbin-
Indonesia yaitu 2,029. Untuk lebih jelasnya dalam mengetahui ada atau tidaknya
Nilai DW
Autokorelasi Tanpa 2,029 tidak Autokorelasi
Tanpa kesimpulan
Positif Kesimpulan terjadi negatif
autokorelasi
0 dL dU 4-dU 4-dL 4
Dapat diketahui bahwa nilai dw hitung sebesar 2,029 lebih besar dari nilai
dU = 1,1739 dan lebih kecil dari nilai 4-dU = 2,261. Sehingga dapat disimpulkan
nilai dw berada diantara dU dan 4-dU yang artinya dalam model volume impor
Seluruh uji asumsi klasik model volume impor cengkeh di Indonesia telah
variabel bebas (harga rill cengkeh dalam negeri, harga rill cengkeh impor, nilai
tukar rill rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, dan dummy kebijakan
Indonesia).
67
5.2 Pengaruh Harga Rill Cengkeh dalam Negeri Terhadap Volume Impor
Cengkeh di Indonesia
Hasil analisis regresi linear berganda pada penelitian ini untuk harga rill
cengkeh dalam negeri (X1) menunjukan tanda koefisien pada harga rill cengkeh
dalam negeri adalah positif. Artinya jika harga rill cengkeh dalam negeri
meningkat begitu juga jika volume impor cengkeh mengalami peningkatan maka
akan menyebabkan harga rill cengkeh dalam negeri meningkat. Berdasarkan hasil
analisis regresi linear berganda tersebut, variabel bebas harga rill cengkeh dalam
negeri pada model volume impor cengkeh memiliki nilai koefisien regresi sebesar
0,000158. Hal ini menyatakan apabila harga rill cengkeh dalam negeri mengalami
peningkatan sebesar 1 rupiah per ton maka menyebabkan volume impor cengkeh
hitung dari variabel bebas X1 (harga rill cengkeh dalam negeri) sebesar 0,0007
yang artinya nilai tersebut lebih kecil dari nilai 0,05 (0,0007 < 0,05). Sehingga
dapat disimpulkan variabel bebas harga rill cengkeh dalam negeri (X1)
kepercayaan 95%. Hal ini menunjukan tingginya harga rill cengkeh dalam negeri
68
rill cengkeh dalam negeri menentukan rendahnya volume impor cengkeh di
Indonesia
Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis awal dan didukung oleh teori
Kotler dan Amstrong (2004) yang menyatakan kebanyakan suatu komoditi, harga
komoditi dan kuantitas atau jumlah yang akan ditawarkan berhubungan positif,
dengan faktor yang lain tetap sama. Hasil tersebut terjadi diduga karena
disebabkan lebih mahalnya harga rill cengkeh dalam negeri dibandingkan dengan
harga rill cengkeh impor. Harga rill cengkeh impor yang lebih murah sehingga
produsen cengkeh namun Indonesia juga merupakan konsumen cengkeh dan tetap
melakukan Impor cengkeh. Selain itu, dengan tetapnya melakukan impor cengkeh
sehingga dalam penggunaan cengkeh lokal sebagai bahan baku tambahan untuk
pembuatan rokok kretek harus dilakukan dua kali pengeringan, hal tersebut
dianggap industri rokok kretek dilihat dari segi waktu kurang efisien. Selanjutnya
hasil penelitian ini serupa dengan penelitian Purwanto (2009) yang membahas
impor, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, dan harga kacang
kedelai dunia tidak berpengaruh nyata terhadap impor kacang kedelai Nasional.
Dan yang berpengaruh terhadap impor kacang kedelai yaitu produksi kacang
69
5.3 Pengaruh Harga Rill Cengkeh Impor Terhadap Volume Impor
Cengkeh di Indonesia
Hasil analisis regresi linear berganda pada penelitian ini untuk harga rill
cengkeh impor (X2) menunjukan tanda koefisien pada harga rill cengkeh impor
adalah positif. Artinya jika harga rill cengkeh impor mengalami peningkatan
maka akan menyebabkan volume impor cengkeh meningkat begitu juga ketika
rill cengkeh impor meningkat. Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda
tersebut, variabel bebas harga rill cengkeh impor memiliki nilai koefisien regresi
sebesar 4,600005. Hal ini menyatakan apabila harga rill cengkeh impor
mengalami peningkatan sebesar 1 US$ per ton maka menyebabkan volume impor
hitung dari variabel bebas X2 (harga rill cengkeh impor) sebesar 0,0220 yang
artinya nilai tersebut lebih kecil dari nilai 0,05 (0,0220 < 0,05). Sehingga dapat
disimpulkan variabel bebas harga rill cengkeh impor (X2) berpengaruh secara
Hal ini menunjukan tingginya harga rill cengkeh impor menentukan tingginya
volume impor cengkeh di Indonesia, dan rendahnya harga rill cengkeh impor
70
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian awal. Hal ini
mungkin disebabkan oleh kualitas cengkeh impor yang lebih baik, dari segi kadar
cengkeh terbanyak yaitu industri rokok kretek cenderung membeli cengkeh impor
meskipun harganya naik. Sebagian besar hasil cengkeh dalam negeri dikonsumsi
oleh industri rokok sebagai bahan baku tambahan untuk membuat rokok.
rokok kretek, kekurangan bahan baku cengkeh diperoleh dari negera lain. Hasil
penelitian ini sesuai dengan teori Lipsey (1997) yang menyatakan bahwa semakin
rendah harga suatu komoditas maka jumlah yang akan diminta untuk komoditas
tersebut akan semakin besar, dan semakin tinggi harga suatu komoditas maka
jumlah yang akan diminta untuk komoditas tersebut akan semakin kecil. Selain itu
hasil dari penelitian ini serupa dengan penelitian Iswahyuni (2015) yang
Indonesia. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa variabel harga apel impor yang
5.4 Pengaruh Nilai Tukar Rill Rupiah Terhadap Dollar Amerika Serikat
Hasil analisis regresi linear berganda pada penelitian ini untuk nilai tukar rill
rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (X3) menunjukan tanda koefisiensi pada
nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat adalah negatif. Artinya jika
nilai tukar rill rupiah terhadap dollar Amerika Serikat mengalami peningkatan
71
maka akan menyebabkan volume impor cengkeh di Indonesia menurun begitu
juga ketika nilai tukar rill rupiah terhadap dollar Amerika Serikat mengalami
bebas nilai tukar rill rupiah terhadap dollar Amerika Serikat memiliki nilai
koefisien regresi sebesar -0,328176. Hal ini menyatakan apabila nilai tukar rill
0,328176 ton dengan asumsi variabel independen lainnya tetap sama, cateris
paribus.
hitung dari variabel bebas X3 (nilai tukar rill rupiah terhadap dollar Amerika
Serikat) sebesar 0,3035 yang artinya nilai tersebut lebih besar dari nilai 0,05
(0,3035 > 0,05). Sehingga nilai tukar rill rupiah tehadap dollar Amerika Serikat
dengan taraf kepercayaan 95%. Hal ini menunjukan tingginya nilai tukar rill
rupiah terhadap dollar Amerika Serikat tidak menentukan tingginya volume impor
cengkeh di Indonesia, dan rendahnya nilai tukar rill rupiah terhadap dollar
Amerika Serikat tidak akan menentukan besar atau kecilnya volume impor
cengkeh di Indonesia.
72
Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis awal dan didukung oleh teori
Sukirno (2004) bahwa nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat
nilai mata uang rupiah artinya terjadi kenaikan nilai tukar rupiah terhadap dollar
Amerika Serikat, yang berakibat harga barang-barang dalam negeri akan lebih
murah dan barang-barang dari luar negeri akan lebih mahal. Dan apabila terjadi
apresiasi nilai mata uang rupiah artinya terjadi penurunan nilai tukar rupiah
negeri akan lebih mahal dan barang-barang dari luar negeri akan lebih murah,
sehingga penduduk akan lebih banyak membeli barang impor dari negara lain.
Selanjutnya hasil penelitian ini serupa dengan penelitian Manik (2012) yang
Hasil penelitiannya menunjukan hanya variabel nilai tukar rupiah terhadap dollar
Hasil analisis regresi linear berganda pada penelitian ini untuk dummy
73
dummy kebijakan pengendalian impor cengkeh tidak diterapkan maka akan
sebesar 0,0001 yang artinya nilai tersebut lebih kecil dari nilai 0,05 (0,0001 >
secara signifikan atau berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (volume impor
74
terjadinya penurunan harga cengkeh dan pendapatan petani cengkeh di dalam
75
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
adalah harga rill cengkeh dalam negeri, harga rill cengkeh impor, nilai tukar
ditunjukan oleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,5860. Hal tersebut
oleh variabel-variabel bebas (harga rill cengkeh dalam negeri, harga rill
cengkeh impor, nilai tukar rill rupiah terhadap dollar Amerika, dan dummy
dijelaskan oleh variabel bebas lainnya yang tidak termasuk dalam model
terikat.
76
b. Harga rill cengkeh impor memiliki pengaruh positif dan berpengaruh
kepercayaan 95%. Hal ini berarti bahwa jika terjadi depresiasi nilai mata
6.2 Saran
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini tentang
77
Indonesia dapat berpengaruh terhadap meningkatnya harga cengkeh
maka dari itu demi menghindari penurunan harga cengkeh dalam negeri
empat variabel bebas, yaitu harga rill cengkeh dalam negeri, harga rill
cengkeh impor, nilai tukar rill rupiah terhadap dollar Amerika, dan dummy
78
kebijakan pengendalian impor cengkeh dalam kurun waktu tiga puluh tahun,
yaitu dari tahun 1986 hingga 2015. Oleh karena itu, perlu dilakukan
79
DAFTAR PUSTAKA
Mankiw, N. Gregory, Euston Quah, dan Peter Wilson. 2012. Pengantar Ekonomi
Makro Edisi Asia Volume 2. Penerjemah Biro Bahasa Alkemis. Jakarta :
Salemba Empat.
80
Namira, Yona. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Impor Beras di
Indonesia. [Skripsi]. Jakarta. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
Rosadi, Dedi. 2012. Ekonometrika dan Analisis Runtun Waktu Terapan dengan
Eviews. Yogyakarta : CV ANDI OFFSET
Setiawan dan Dwi Endah Kusrini. 2010. Ekonometrika. Yogyakarta : CV. Andi
Offset.
Situmeang, Tati Herlina. 2008. Analisis Produksi, Konsumsi, dan Harga Cengkeh
Indonesia. [Skripsi]. Bogor. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Sukirno, Sadono. 2004. Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta :
PT RajaGrafindo Persada
Sunyoto, Danang. 2010. Uji KHI Kuadrat & Regresi Untuk Penelitian.
Yogyakarta : Graha Ilmu
81
Suwarto dan Oktavianty Yuke, 2012. “Budidaya 12 Tanaman Perkebunan
Unggulan”, Jakarta : Penebar Swadaya
Badan Pusat Statistik (BPS). 2016. Data Indeks Harga Konsumen Indonesia,
1996 – 2015. 1 Halaman. http://www.bps.go.id//. Diakses pada 18
September 2017. Pukul 12.32 WIB.
Indikator Ekonomi. 2016. Data Indeks Harga Konsumen Amerika Serikat, 1996 –
2015. 1 Halaman. http://tradingeconomics.com//. Diakses pada 18
September 2017. Pukul 15.00 WIB.
82
Lampiran 1. Indeks Harga Konsumen Indonesia 2012 = 100
Tahun IHK Indonesia 2012 = 100
1986 8,29
1987 9,07
1988 9,81
1989 10,43
1990 11,24
1991 12,30
1992 13,23
1993 14,51
1994 15,74
1995 17,22
1996 18,61
1997 19,76
1998 31,23
1999 38,73
2000 40,18
2001 44,79
2002 50,15
2003 53,55
2004 56,76
2005 62,67
2006 71,06
2007 75,61
2008 83,32
2009 87,03
2010 91,49
2011 96,42
2012 100,55
2013 106,99
2014 113,86
2015 123,08
Sumber : Badan Pusat Statistik (2017)
83
Lampiran 2. Indeks Harga Konsumen Amerika Serikat 2012 = 100
Tahun IHK Amerika Serikat 2012 = 100
1986 47,74
1987 49,52
1988 51,51
1989 53,99
1990 56,91
1991 59,32
1992 61,11
1993 62,92
1994 64,56
1995 66,38
1996 68,32
1997 69,91
1998 70,99
1999 72,55
2000 75,00
2001 77,12
2002 78,34
2003 80,12
2004 82,27
2005 85,05
2006 87,80
2007 90,31
2008 93,78
2009 93,44
2010 94,97
2011 97,97
2012 100
2013 101,46
2014 103,11
2015 103,23
Sumber : Indikator Ekonomi (2017)
84
Lampiran 3. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
85
Lampiran 4. Hasil Perhitungan Menggunakan Program Eviews 9
86
Lampiran 4. Lanjutan.
87
Lampiran 5. Kebijakan Pemerintah pada Industri Cengkeh di Indonesia
Tanggal Surat Keputusan Tentang
28 Desember 1969 Keppres RI tahun 1969 Impor Cengkeh
25 Juli 1970 SK Menperdag No. 167 Pelaksanaan Keppres RI
tahun 1970 tanggal 28 Desember
1969 dengan menetapkan
Badan Pengadaan
Cengkeh (BPC) sebagai
badan tunggal yang dapat
melakukan pengadaan
dan penyaluran cengkeh
di dalam negeri
Tahun 1980 Keppres No. 8 Tahun Tataniaga cengkeh hasil
1980 produksi dalam negeri
yang mengatur harga
dasar dan tataniaga
cengkeh dalam negeri
Tahun 1990 SK Menperdag No. 306 Pembentukan Badan
tahun 1990 Penyangga dan
Pemasaran Cengkeh
(BPPC)
Tahun 1990 SK Menperdag No. 307 Pembentukan Badan
tahun 1990 Cengkeh Nasional (BCN)
23 Januari 1991 SK Menperdag No. Struktur harga pembelian
23/KP/I/1991 cengkeh dari petani,
harga pembelian dari
KUD dan harga
penyerahan ke BPPC
30 Januari 1991 SKB Dirjen Perdagangan Harga pasti menurut
Dalam Negeri dan Dirjen tingkat kadar kotoran dan
Bina Usaha Koperasi No. kandungan air
1 tahun 1991
15 Mei 1991 SK Menperdag No. 125 Menentukan bahwa
tahun 1991 cengkeh adalah barang
yang diawasi,
penyimpanan,
pemindahan dan
pengangkutan harus
dengan ijin resmi
28 November 1991 SKB Menkeu dan Menetapkan keharusan
Menperdag No. 307 indsutri sigaret kretek
tahun 1991 untuk menyertakan tanda
bukti pembelian cengkeh
dari BPPC dalam
pemesanan pita cukai
sigaret kretek
88
Lampiran 5. Lanjutan.
89
Lampiran 6. Surat Keputusan Menperindag No. 528/MPP/Kep/7/2002
Menimbang :
a. bahwa dalam rangka mengantisipasi lomjakan impor cengkeh yang mengakibatkan terjadinya
penurunan harga cengkeh dan pendapatan petani cengkeh di dalam negeri, maka untuk
meningkatkan kesejahteraan petani cengkeh� dengan tetap memperhatikan kepentingan
Industri pengguna cengkeh dipandang perlu untuk menetapkan ketentuan impor cengkeh;
b. bahwa untuk itu perlu dikeluarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan.
Mengingat :
1. Bedrijfreglementerings Ordonnantie 1934 (Staatsblad Tahun 1938 n0. 86) sebagaimana telah
diubah dan ditambah;
2. Undang-Undang No. 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World
Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) (LN Tahun
1994 No. 57, TLN No. 3564);
3. Undang-undang No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (LN Tahun 1995 No. 75, TLN No.
3612);
4. Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (LN No. Tahun 1999
No. 42, TLN No. 38212);
5. Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat (LN No. Tahun 1999 No. 33, TLN No. 3806);
6. Peraturan Pemerintah No. 81Tahun 1999 tentang Pengawasan Rokok Bagi Kesehatan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah No.38 Tahun 2000;
7. Keputusan presiden Republik Indonesia No. 260 Tahun 1967 tentang Penegasan Tugas dan
Tanggung Jawab Menteri Perdagangan Dalam Bidang Perdagangan Luar Negeri;
8. Keputusan presiden Republik Indonesia No. 228/M Tahun 2001 tentang Pembentukan
Kabinet Gotong Royong;
9. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 102 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen;
10. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan
Tugas Eselon I Departemen;
11. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 299/MPP/Kep/7/1997 tentang
Ketentuan Umum di Bidang Impor;
12. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 230/MPP/Kep/7/1997 tentang Barang
yang diatur Tata Niaga Impornya; sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan
Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 192/MPP/Kep/6/2000;
13. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 550/MPP/Kep/10/1999 tentang
Angka Pengenal Impor (API) sebagaimana telah diubah dengan keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan No. 253/MPP/Kep/7/2000;
14. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 86/MPP/Kep/3/2001 tentang
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perindustrian dan Perdagangan;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK
INDONESIA TENTANG KETENTUAN IMPOR CENGKEH
Pasal 1
90
Lampiran 6. Lanjutan.
Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan :
a. Cengkeh adalah Bunga cengkeh (Pos tarip HS. 0907.00.100) dan Cengkeh Lain-lain (Pos
tarip HS. 0907.00.900).
b. Importir Cengkeh adalah Industri Pengguna Cengkeh pemilik Angka Pengenal Impor
Produsen (API-P) atau Angka Pengenal Impor Terbatas (API-T) yang disetujui untuk
mengimpor cengkeh yang diperlukan semata-mata untuk proses produksinya.
c. Dirjen PLN adalah Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Departemen Perindustrian
dan Perdagangan.
d. Dirjen IKAH adalah Direktur Jenderal Industri Kimia, Agro dan Hasil Hutan Departemen
Perindustrian dan Perdagangan
e. Dirjen PDN adalah Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Departemen Perindustrian
dan Perdagangan.
f. Rekomendasi adalah surat yang diterbitkan oleh instansi/unit terkait yang memberikan
penjelasan secara teknis dan bukan merupakan izin/persetujuan impor.
Pasal 2
Untuk dapat diakui sebagai Importir Cengkeh, perusahaan yang bersangkutan wajib mengajukan
permohonan kepada Dirjrn PLN, dengan melampirkan :
a. Izin Usaha Industri/Tanda Daftar Industri atau setara deri Departemen Teknis/Lembaga
Pemerintah Non Departemen yang membidangi usaha tersebut;
b. Angka Pengenal Impor Produsen (API-P) atau Angka Pengenal Impor Terbatas (API-T);
c. Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
d. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
Pasal 3
(1) Perusahaan yang dapat mengimpor cengkeh adalah Importir cengkeh yang sudah mendapat
pengakuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2.
(2) Setiap kali importasi harus mendapatkan persetujuan Impor yang memuat jumlah, jenis dan
waktu pengimporan.
(3) Persetujuan impor cengkeh sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dikeluarkan oleh Dirjrn PLN
berdasarkan rekomendasi Dirjen IKAH dan sesuai dengan persetujuan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan.
Pasal 4
Importir Cengkeh yang mendapat persetujuan Impor wajib menyampaikan laporan realisasi impor
secara tertulis kepada Dirjrn PLN dengan tembusan kepada Dirjen IKAH dan Dirjen PDN.
Pasal 5
Pelanggaran terhadap ketentuan dalam keputusan ini dapat dikenakan sanksi pembekuan atau
pencabutan API-P dan API-T.
Pasal 6
Bagi Perusahaan pemegang API yang membuka L/C-nya sebelum tanggal ditetapkan Keputusan
ini masih dapat melaksanakan Impor cengkeh dengan syarat barangnya harus sudah tiba di
pelabuhan tujuan Indonesia selambat-lambatnya tanggal 5 Agustus 2002.
Pasal 7
Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 5 Juli 2002
MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN
REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
RINI M SUMARNO SOEWANDI
91