TESIS
Oleh :
TASLIM
Nomor Induk Mahasiswa 105.05.04.001.19
TESIS
Program Studi
Magister Agribisnis
TASLIM
Nomor Induk Mahasiswa : 105.05.04.001.19
Kepada
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER AGRIBISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2022
TESIS
TASLIM
Nomor Induk Mahasiswa : 105.05.04.001.19
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Hj. Ratnawati Tahir., M.Si Dr. Jumiati., S.P., M.M
Mengetahu
NIM : 105050400119
Telah diuji dan dipertahankan di depan panitia penguji Ujian Tutup pada
tanggal 31 Januari 2022 dan dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah
Muhammadiyah Makassar.
Tim Penguji
NIM : 105050400119
terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini
hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut.
TASLIM
ABSTRAK
dengan baik. Tesis ini disusun untuk memperoleh derajat Magister Pertanian
Muhammadiyah Makassar
Penulis menghaturkan terima kasih yang tulus terutama kepada orang tua
terjalin.
6. Semua pihak yang telah membantu menyusun tesis dari awal hingga
akhir yang penulis tidak dapat sebut satu persatu. Semoga semua
ini masih jauh dari kesempurnaa. Semoga tesis ini dapat bermanfaat
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
A. Latar Belakang
1. Ketersediaan Pangan
jumlah yang cukup (selain terjamin mutunya) bagi setiap warga negara,
karena pada dasarnya setiap warga negara berhak atas pangan bagi
2. Kemandirian Pangan
3. Keterjangkauan Pangan
terhadap bahan sangat ditentukan oleh daya beli, dan daya beli ini
4. Konsumsi Pangan
Tingkat dan pola konsumsi pangan dan gizi dipengaruhi oleh kondisi
khususnya untuk komoditas Padi, Jagung, Ubi Kayu, dan Ubi Jalar di
sebesar 186.668,790 ton, dan komoditas ubi jalar sebesar 56.477,320 ton.
produksi ubi jalar sebesar 252,00 ton (0,45%). Selain 4 komoditas sumber
Suppa.
dan tahan pangan melalui kegiatan analisis peta ketahanan dan kerentan
prioritas 1-3.
B. Rumusan Masalah
pangan
C. Tujuan Penelitian
pangan.
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
2. Manfaat Praktis
b. Bagi Peneliti
A. Kajian Teoritis
1. Pangan
bahwa Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati
perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan
adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang
diolah maupun tidak diolah untuk dikonsumsi oleh manusia yang berupa
makanan dan minuman. Makanan dan minuman ini memiliki kriteria atau
kebutuhan primer yang tidak bisa terpisahkan dari hajat hidup orang
banyak. Nur dan Sunarti (2004) berpendapat bahwa salah satu usaha yang
karbohidrat tinggi.
2. Ketahanan Pangan
and Agricultural Organisation (FAO) dan dirujuk oleh UU Pangan saat ini
mengacu pada konsep awal food security yang dihasilkan oleh World Food
security yang diajukan oleh Unicef pada awal tahun 1990-an yang
tersebut sebagai Food and Nutrition Security. Pada tahun 2012 FAO
sebelumnya.
nonstruktural yang juga berada di bawah United Nations (PBB) yang pada
tahun 2013 (Disampaikan pada UNSCN Meeting of the Minds and Nutrition
security) menjadi ketahanan pangan dan gizi (food and nutrition security).
berorientasi pada upaya penyediaan pangan dalam jumlah yang cukup bagi
8
efektivitas pemanfaatan pangan bagi terciptanya status gizi yang baik bagi
setiap individu. Dalam konteks ini, optimalisasi utilisasi pangan tidak cukup
hanya dari kualitas pangan yang dikonsumsi, namun juga harus didukung
agama, keyakinan dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif
tentang Pangan).
“setiap orang dalam segala waktu memiliki akses dan kontrol atas jumlah
pangan yang cukup dan kualitas yang baik demi hidup yang aktif dan sehat.
terdiri dari tiga pilar yaitu ketersediaan (availability), akses (access), dan
dapat dilihat dari: (i) ketersediaan dan kecukupan pangan untuk memenuhi
menjamin anggota keluarga dapat makan tiga kali dalam sehari; (iii)
dengan produksi sendiri atau membeli (iv) Kualitas pangan yaitu konsumsi
pangan rumah tangga petani baik berupa protein hewani dan nabati.
adalah hal yang sangat penting. Masalah ketahanan pangan sangat erat
2010).
antropometrik.
Darmawan, 2011).
banyak faktor yang sangat kompleks, tetapi secara umum terkait dengan
tersedia cukup di tingkat nasional dan tingkat regional, jika akses individu
a) Ketersediaan pangan
mencakup pangan yang berasal dari tanaman, ternak dan ikan untuk
kesehatan manusia.
3. Kemandirian Pangan
keragaman lokal.
4. Kedaulatan Pangan
menjamin hak atas pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi
menentukan sistem pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal.
Henry saragih yang dikutip dalam situs resmi Serikat Petani Indonesia
kedaulan pangan adalah hak setiap bangsa dan setiap rakyat untuk
produksi dalam negeri dan cadangan pangan nasional serta impor apabila
melalui satu atau kombinasi dari berbagai sumber seperti: produksi dan
pangan yang tersedia dalam jumlah yang cukup di suatu wilayah bisa jadi
Mengingat peran yang besar dari seorang ibu dalam meningkatkan profil
gizi keluarga, terutama untuk bayi dan anak-anak, pendidikan ibu sering
15
rumah tangga.
rumah tangga maupun nasional. Status pangan dan gizi rumah tangga dan
6. Kerawanan Pangan
pangan yang cukup dan sesuai untuk hidup sehat dan aktif. Kerawanan
pangan dapat diartikan juga sebagai kondisi suatu daerah, masyarakat atau
yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi (kurang
pangan terbagi dua yaitu kerawanan pangan kronis dan kerawanan pangan
minimum. Keadaan ini biasanya terkait dengan faktor struktural, yang tidak
dapat berubah dengan cepat, seperti iklim setempat, jenis tanah, sistem
dengan faktor dinamis yang berubah dengan cepat seperti penyakit infeksi,
dan bahkan bisa berubah menjadi kerawanan pangan kronis (BKP. 2020).
pangan, maka akan berisiko kekurangan gizi. Ketahanan gizi adalah cermin
asupan gizi dan status gizi masyarakat yang menjadi input bagi
status gizi merupakan tujuan akhir dari ketahanan pangan, kesehatan, dan
pola pengasuhan tingkat individu (DKP dan WFP, 2009). Indikator status
gizi yang sering digunakan adalah status gizi Balita, karena pada kelompok
usia tersebut rentan terhadap masalah gizi. Munculnya masalah gizi yang
2008). DKP dan WFP (2009) mendefinisikan ketahanan gizi sebagai akses
terhadap jumlah dan kualitas pangan dan hal ini merupakan pelanggaran
terhadap hak asasi manusia (Flavio, Immink, & Coitinho, 2001; United
menjadi perhatian utama saat ini yang tidak hanya terjadi di negara miskin
Levine, Lipton, & Warren-Rodríguez, 2016; Yeoh, Sin, Lê, Terry, &
poin utama yang dibahas pertemuan tingkat dunia yang tertuang dalam
hal ini menyebabkan keadaan rawan jika terjadi fluktuasi harga secara tiba-
19
pangan saat ini dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal yang dapat
sebenarnya bukanlah terletak dari tinggi atau rendahnya daya beli. Mereka
yang memiliki daya beli yang tinggi, diperhadapkan pada masalah bahwa
barang yang ingin dibeli tidak tersedia dengan baik. Sedangkan mereka
yang memiliki daya beli yang rendah, walaupun barang yang ingin dibeli
tersedia cukup, tetapi tidak memiliki kemampuan beli, juga menjadi masalah.
Oleh karena itu, dua hal yang harus menjadi perhatian adalah adanya bahan
sebagai seorang muslim, makan dan minum bukanlah tujuan utama atau
kesehatan tubuh agar mampu beribadah dengan baik kepada Allah SWT.
شدَا ٌد يَّ ۡاك ُۡل َن َما قَد َّۡمت ُمۡ َل ُهنَّ ا َِّّل قَ ِل ۡي ًل ِم َّما ت ُ ۡح ِصنُ ۡو َن َ َث ُ َّم يَ ۡاتِ ۡى ِم ۡۢۡن بَ ۡع ِد ٰذ ِلك
ِ س ۡب ٌع
Terjemahan : “Kemudian setelah itu akan datang tujuh (tahun) yang
sangat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk
menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari apa (bibit gandum)
yang kamu simpan.” (QS. Yusuf: 48)”
اث فِي ِه عَا ٌم ٰذَ ِلكَ بَ ْع ِد ِم ْن يَأْتِي ث ُ َّم ُ َّون َوفِي ِه الن
ُ َاس يُغ َ يَ ْع ِص ُر
Terjemahan : “Setelah itu akan datang tahun, di mana manusia diberi
hujan (dengan cukup) dan pada masa itu mereka memeras (anggur)."
(QS. Yusuf: 49)”
pada waktu itu agar mempersiapkan diri menghadapi masa paceklik selama
ketahanan pangan ini, negara Mesir tetap tenang dalam keadaan paceklik
pangan negara Sungai Nil ini saat itu menjadikannya sebagai pengekspor
kemarau yang sama. Ada beberapa alasan kenapa kita harus membangun
22
ketahanan pangan; Pertama, Pangan adalah bagian dari basic human need
yang tidak ada substitusinya. Kedua, Permintaan beras, jagung dan kedelai
Kompetisi sumber energy (bio fuel) dan sumber pangan yang mengganggu
suplai. Keenam, Pasar beras dunia menjadi terbatas sehingga kita harus
memadai. Ketujuh, Beras masih sebagai contr ibutor utama terhadap inflasi
Salah satu karya produktif umat yang dianjurkan oleh Rasulullah saw.
menjadi terlantar dan kurang produktif. Dalam dunia pertanian, tujuan yang
ingin dicapai adalah hasil panen yang maksimal. Untuk mendapatkan hasil
memenuhi kebutuhan dalam negeri. Hal ini tidak lain karena masalah
rasio anak tidak sekolah, rasio jumlah tenaga kesehatan, dan rasio
pada kedua Kabupaten yaitu pada faktor proporsi BBLR, rasio warung,
rasio rumah tangga tidak sejahtera, rasio akses roda 4, rasio rumah
tangga tanpa arus listrik dan rasio rumah tangga tanpa air bersih. Hasil
gizi sangat erat kaitannya dengan kualitas SDM. Oleh karena itu,
e) I Made Yoga Prasada, dan Tia Alfina Rosa (2018). Menguji dampak alih
kehilangan hasil produksi padi dan beras yang dapat dicapai. Alih fungsi
dapat terpenuhi dengan baik. Hal ini dapat dicapai dengan cara
penduduk.
dalam kondisi dan situasi sebagai berikut: (1) Kinerja produksi pangan
high value tertinggi dengan nilai Gi* sebesar 1,6021. Sedangkan Kota
28
dan pada distribusi kelas yang sama memiliki kesamaan dalam hal
secara langsung, dan semakin besar nilai Gi* dalam suatu kelas maka
rumah tangga terhadap listrik dan air bersih yang tidak memadai, tingkat
kesejahteraan yang rendah, dan fasilitas buang air besar rumah tangga
bahwa masih terdapat 1.468 desa (44,90 persen) di NTT yang masuk
NTT.
Sumba Timur. Peningkatan akses rumah tangga terhadap listrik dan air
29
kemudian akan dilihat sebagai usaha yang tidak lagi menjanjikan. Hal
semata.
buta huruf, berat badan balita di bawah standar, tinggi badan balita di
bawah standar, rumah tangga dengan jarak > 5km dari fasilitas
kesehatan, dan rumah tangga tanpa akses ke air bersih. Hal ini berbeda
berat badan balita di bawah standar, rumah tangga tanpa akses ke air
besih, dan rumah tangga dengan jarak > 5 km dari fasilitas kesehatan.
lahan pertanian yang digarap; (2) Jumlah sarana dan prasarana penyedia
tangga tanpa air bersih, rumah tangga tanpa akses listrik, rata-rata lama
sekolah perempuan usia >15 tahun, dan jumlah tenaga kesehatan) dengan
sarana transportasi darat atau air atau udara, rumah tangga tanpa air
37
tingkat Desa/Kelurahan.
desa, selain itu peneliti juga ingin mengetahui apakah indikator Provinsi
tingkat pendapatan rumah tangga per bulan (lihat gambar 1, kerangka pikir
penelitian).
38
D. Kerangka Pikir
KERAWANAN PANGAN DI
DESA UJUNG LABUANG
KECAMATAN SUPPA
KABUPATEN PINRANG
PROVINSI SULAWESI
SELATAN ( Y )
TINGKAT
JUMLAH STATUS KONDISI
LUAS PENDAPAT PROPORSI
SARANA SARANA
LAHAN AN RUMAH PENGELUARA
DAN TRANSPORTASI YG
PERTANIAN TANGGA N RUMAH
PRASARANA DIGUNAKAN UNTUK
YANG PER BULAN TANGGA
PENYEDIA PENYEDIAAN DAN
DIGARAP (X4) TERHADAP
PANGAN PENYALURAN
(X1) PANGAN (X5)
(X2) PANGAN (X3)
KETERANGAN :
= Pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara sendiri sendiri (parsial)
E. Hipotesis Penelitian
yang sebenarnya atau kondisi berdasarkan fakta empiris dari data sekunder
penduduk miskinnya sangat tinggi, dan jumlah sarana dan sarana penyedia
November 2021.
dari 100 maka untuk dijadikan sampel diambil seluruhnya, namun jika lebih
besar dari 100 maka dapat diambil 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih.
pangan. Dari jumlah tersebut diambil 20% dari populasi, sehingga sampel
1. Jenis Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Data Primer
b. Data Sekunder
dan sumber-sumber data lain yang dianggap relevan dan sudah terpublish.
sistimatis untuk mendapatkan data yang valid yang sesuai dengan fakta
penelitian ini, maka dibuat konsep dan batasan operasional sebagai berikut:
penelitian ini, adalah seberapa luas lahan pertanian yang digarap oleh
luasan tanam di wilayah tersebut. Oleh sebab itu, semakin tinggi luas
pula sebaliknya.
dalam penelitian ini jumlah sarana penyedia pangan yang berada dilokasi
makan siap saji, mini market/super maket, dan pasar. Sarana penyedia
yang diperoleh dari petani sebagai produsen pangan maupun dari luar
memadai baik melalui darat, atau air dengan kriteria: (1) Baik; (2) Rusak
pangan..
tangga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendapatan atau upah
kerja yang diterima oleh semua anggota keluarga yang bekerja selama
dari total pengeluaran pangan mulai dari Rp. 500.000,- sampai > Rp.
Dimana :
Y = Kerawanan Pangan
µ = Kesalahan Pengganggu
49
model persamaan regresi tersebut masuk ke dalam kriteria cocok atau fit.
Taraf singnifikasi (α) yang digunakan dalam ilmu sosial adalah 0,05. Untuk
R2 / k
Fhit = ...............................(Sudjana, 1992)
(l + r) / (n-k-l)
Keterangan =
R2 = Koefisien Determinasi
n = Jumlah Sampel
signifikasi statistik koefisien regresi secara parsial. Taraf signifikasi (α) yang
digunakan dalam ilmu sosial adalah 0,05. Untuk menguji pengaruh variabel
bebas secara parsial terhadap variabel terikat, uji t dengan kriteria uji
th = bi / Sbi
Luas wilayah Desa Ujung Labuang 227 Ha. Namun dari keluasan wilayah
yang begiti potensial saat ini masih banyak sumber daya alam yang
dan jarak antara Desa Ujung Labuang dari ibu kota kabupaten ±39 km
dengan londisi jalan raya sebagian sudah bagus karena telah di perbaiki
berat dan ada juga dibeberapa tempat sudah ada yang di bangun rabat
meter.
MOBILITAS WAKTU
Jarak ke ibu kota kecamatan 17 Km
Lama jarak tempuh ke ibu kota kecamatan dengan kendaraan
30 Menit
bermotor
Lama jarak tempuh ke ibu kota kecamatan dengan berjalan kaki atau
2,00 Jam
non kendaraan bermotor
Kendaraan umum ke ibu kota kecamatan Mobil/Motor
Jarak ke ibu kota kapupaten/kota 33 Km
52
MOBILITAS WAKTU
Lama jarak tempuh ibu kota kapupaten/kota dengan kendaraan
1,00 Jam
bermotor
Lama jarak tempuh ke ibu kota kapupaten/kota dengan berjalan kaki
5,00 Jam
atau non kendaraan bermotor
Kendaraan umum ke ibu kota kabupaten/kota 3 Unit
Jarak ke ibu kota provinsi 173 Km
Lama jarak tempuh ke ibu kota provinsi dengan kendaraan bermotor 3,00 Jam
Lama jarak tempuh ke ibu kota provinsi dengan berjalan kaki atau
0,00 Jam
non kendaraan bermotor
Kendaraan umum ke ibu kota provinsi 3. Unit
Sumber : Data Sekunder LPPD Desa Ujung Labuang, 2020
dengan Kota Pare-Pare. Akses menuju daerah ini boleh dikata masih
kurang baik, meski jalanan beraspal namun hampir semuanya sudah rusak,
tapi daerah ini masih muda diakses baik dengan kendaraan bermotor,
Kabupaten/
Batas Desa/Kelurahan Kecamatan
Kota
Sebelah utara Teluk Parepare Parepare Pare-pare
kawasan ini mempunyai sifat harian tunggal dan kisaran antara surut
tertinggi dan terendah adalah 1,2 meter dan gerakan periodic ini walaupun
kecil tetap berpengaruh pada kondisi pantai kawasan ini. Arus laut pada
1 meter , jika terjadi angina kuat gelombang dapat mencapai 1,5 sampai 2
meter.
4 Rukun Tetangga, nama dusun di Desa Ujung Labuang yaitu Dusun Kassi
KEPALA KELUARGA
JENIS KELAMIN
DUSUN (KK)
LK PR TOTAL LK PR TOTAL
B. Identitas Responden
Desa Ujung Labuang. Dari identitas responden tersebut dapat dilihat dari
1. Jenis Kelamin
2. Usia Responden
26 – 30 10 31,25
31 – 35 12 37,50
36 – 40 7 21,88
Jumlah 32 100
Sumber : Hasil olahan data primer, 2021
55
sebanyak 7 orang (21,88%), dan yang terakhir adalah usia 22-25 dengan
datang mereka dapat memperbaiki kualitas hidupnya menjadi lebih baik dari
Jumlah 32 100
Sumber : Hasil olahan data primer, 2021
C. Kajian Penelitian
segi produksi dan ketersediaan pangan saja, tetapi juga melihat dari segi
rumah tangga, faktor kecukupan gizi yang masih tergolong minim, tingkat
pendidikan ibu rumah tangga, faktor tenaga kesehatan yang minim. Dengan
pangan.
indikator luas lahan pertanian yang digarap, jumlah sarana dan prasarana
tidak berpengaruh.
1. Hasil Analisis
Kerawanan Pangan
variabel yaitu luas lahan pertanian yang digarap (X1), jumlah sarana dan
untuk pangan (X5). Hasil analisis regresi linier berganda sebagai berikut:
60
Std.Berganda
Error Change Statistics
Adjusted
Model R R Square of the
R Square R Square Sig. F
Estimate F Change df1 df2
Change Change
1 0.320 0.802 -0.069 0.66658 0.102 0.703 4 10 0.001
bebas yaitu luas lahan pertanian yang digarap (X1), jumlah sarana dan
jumlah rumah tangga tanpa akses air bersih, jumlah rumah tangga tanpa
c. Uji F (Simultan)
(X4), dan proporsi pengeluaran rumah tangga untuk pangan (X5) terhadap
61
yaitu taraf signifikansi < α = 0,05, maka terdapat pengaruh yang signifikan
secara simultan antara variabel bebas luas lahan pertanian yang digarap
(X1), jumlah sarana dan prasarana penyedia pangan (X2), dan tingkat
Pangan) dan nilai taraf signifikansi > α = 0,05, maka tidak terdapat pengaruh
pangan (X3), dan proporsi pengeluaran rumah tangga untuk pangan (X5)
Tabel 10 berikut :
df SS MS F Significance
F
Regressio 5 1.3223576 0.264472 0.595210969 0.003786968
Residual 26 11.5536424 0.444332
Total 31 12.875
Sumber : Data Primer Diolah, 2021
disimpulkan bahwa variabel bebas yaitu luas lahan pertanian yang digarap
(X1), jumlah sarana dan prasarana penyedia pangan (X2), tingkat kondisi
d. Uji t (Parsial)
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
Constant 1.925323093 0.796928322 0.423 2.41593 0,028
X1 (Luas Lahan Pertanian) 0.12213385 0.177271544 0.618 0.688965 0,001
X2 (Jumlah sarana dan Prasarana) 0.132531849 0.196836419 0.221 0.67331 0,043
1
X3 (Tingkat Kondisi Sarana Transportasi) -0.18453267 0.19897282 -0.242 -0.92743 0,524
X4 (Tingkat Pendapatan Rumah Tangga) 0.178992577 0.223325539 0.128 0.801487 0,021
X5 (Proporsi Pengeluaran Rumah Tangga) -0.30416651 0.290800014 -0.634 -1.04596 0,102
0.178992577X4 – 0.30415551X5 + µ
bebas yaitu luas lahan pertanian yang digarap (X1), jumlah sarana dan
untuk pangan (X5) sama dengan nol, maka kerawanan pangan adalah
sebesar 0.
maka Ho ditolak dan H1 diterima, yang artinya variabel luas lahan pertanian
informan (PP) terkait luas lahan pertanian yang digarap menuturkan bahwa:
Pernyataan ini diperkuat oleh informan lain (TM) yang mengatakan bahwa:
“Kalau lahan sawah disini tidak ada yang ada laut, untuk
mendapatkan beras, penduduk disini membeli dipasar atau
diwarung, atau biasa dia mengganti ikan yang dia tangkap
dengan beras”. (Hasil wawancara, Oktober 2021 11.30 wita)”.
Informasi ini diperkuat dengan data sekunder yang diperoleh dari Kantor
Desa Ujung Labuang yang menunjukkan bahwa, terdapat 36,30 Ha/m 2 luas
Luas lahan pertanian yang digarap tidak menjadi faktor penyebab terjadinya
makannya beragam.
(X2) bernilai 0.132531849, artinya setiap jumlah sarana dan prasarana naik
“Di sini hanya sedikit warung yang jual bahan pokok, kalau
masyarakat mau membeli kebutuhan pokoknya dia harus ke desa
tetangga yang ada pasarnya”. (Hasil wawancara, Oktober 2021
pukul 11.30 wita).
“Memang benar kalo di Desa ini tidak masih kurang sarana dan
prasarana penyedia pangan, disini tidak ada pasar, yang ada kios
penjual bahan pokok, itupun tidak lengkap”. (Hasil wawancara,
Oktober 2021 13.30 wita).
Jika dilihat tabel 13, Pemanfaatan anggaran sarana dan prasarana milik
akan meningkatkan ketahanan pangan. Nilai signifikansi-t (X3) 0,524 > 0,05,
tidak susahji, bisaji dilewati biar mami ada juga yang rusak tapi
tidak parahji”. (Hasil wawancara, Oktober 2021 13.30 wita).
MOBILITAS WAKTU
Jarak ke ibu kota kecamatan 17 Km
Lama jarak tempuh ke ibu kota kecamatan dengan kendaraan
30 Menit
bermotor
Lama jarak tempuh ke ibu kota kecamatan dengan berjalan kaki atau
2,00 Jam
non kendaraan bermotor
Kendaraan umum ke ibu kota kecamatan Mobil/Motor
Jarak ke ibu kota kapupaten/kota 33 Km
Lama jarak tempuh ibu kota kapupaten/kota dengan kendaraan
1,00 Jam
bermotor
Lama jarak tempuh ke ibu kota kapupaten/kota dengan berjalan kaki
5,00 Jam
atau non kendaraan bermotor
Kendaraan umum ke ibu kota kabupaten/kota 3 Unit
Sumber : Data Sekunder LPPD Desa Ujung Labuang, 2020
baik ke Ibu Kota Kecamata adalah kendaraan bermotor baik roda 4 maupun
menempuh waktu 1 jam dengan jarak 33 Km. Hal ini menunjukkan bahwa
dalam kondisi baik, kecuali sarana jalan antara lorong/gang masih terdapat
akan meningkatkan ketahanan pangan. Nilai signifikansi-t (X4) 0,021 < 0,05,
lokasi penelitian.
sampai di bawah Rp. 2.000.000,- sebanyak 466 kepala keluarga. Hal ini
Rp. 3.500.000,-.
tertinggi berada pada kisaran angka Rp. 1.000.000,- sampai < Rp.
69
dengan kisaran jumlah penghasil Rp. 1.500.000,- sampai < Rp. 2.000.000,-
Berdasarkan hasil wawancara dan hasil olah data primer, maka disimpulkan
(X5)
signifikansi-t (X5) 0,102 > 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima, artinya
70
tinggi.
permanen, selain itu juga merupakan indiaktor yang penting untuk melihat
distribusi pengeluaran untuk pangan lebih besar dari 65 persen dari total
pengeluaran pangan terbesar berada di kisaran Rp. 500.000,- sampai < Rp.
hal-hal yang tidak diinginkan misalnya untuk biaya pengobatan dan lain-
lain.
(27,01%).
tertentu nelayan tidak bisa turun melaut jadi tidak semuanya dia
belanja”. (Hasil wawancara, Nopembar 2021 pukul 10.00 wita).
penangkapan ikan, tetapi ada waktu tertentu dimana mereka tidak melaut
akibat cuaca buruk. Selain itu, pendapatan yang diperoleh juga digunakan
untuk membeli perlengkapan rumah tangga dan biaya lain-lain. Hal ini
untuk pangan (X5) yang menyatakan bahwa indikator ini tidak berpengaruh
Proporsi
Jumlah Rata-Rata
Kondisi Pengeluaran
Luas Lahan Sarana Tingkat
Sarana Rumah
Desa Pertanian Penyedia Pendapatan
Transportasi Tangga
(Ha) Pangan Rumah Tangga
Yang Dilalui Terhadap
(Unit) (Rp)
Pangan
Ujung 0,00 4 Dapat Dilalui < Rp. 500.000 – < Rp. 750.000,-
Labuang Sepanjang >Rp. 3.000.000 Tergantung
Tahun besarnya
pendapatan
Sumber : Hasil olahan data sekunder, 2021.
yang disajikan pada tabel 18. dimana terlihat bahwa lahan pertanian
pangan juga sangat sedikit sehingga tidak dapat melayani 2.512 jiwa
penduduk atau 662 rumah tangga yang berada di Desa Ujung Labuang,
rasio luas lahan sawah terhadap luas wilayah, maka dikategorikan bahwa
wilayah tersebut sangat tahan pangan, sementara makin rendah luas lahan
pangan (stok pangan) yang diperoleh dari petani sebagai produsen pangan
untuk konsumsi. Oleh karena itu, semakin banyak sarana dan prasarana
3. Solusi Pemecahannya
kerawanan pangan di Desa Ujung Labuang yaitu : (1) luas lahan pertanian
76
yang digarap (X1), (2) jumlah sarana dan prasarana penyedia pangan (X2),
dan (3) tingkat pendapatan rumah tangga (X4). maka solusi pemecahan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
lokasi penelitian.
digarap (X1), jumlah sarana dan prasarana penyedia pangan (X2), dan
(Kerawanan Pangan), dan nilai taraf signifikansi > α = 0,05, maka tidak
Pangan).
78
pangan.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
FAO. 1996. World Food Summit, 13-17 Nopember 1996. Volume 1, 2 dan
3. FAO, Rome
Gita Mulya Sari. 2016. Kajian Ketahanan Pangan dan Kerawanan Pangan
di Provinsi Bengkulu. Agrisep Vol. 16 No. 1 Maret 2016 Hal : 83-90.
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas
Bengkulu.
I Gusti Ngurah Santosa, Gede Menaka Adnyana dan I Ketut Kartha Dinata,
2011. Dampak Alih Fungsi Lahan Sawah Terhadap Ketahanan
Beras. Prosiding Seminar Nasional Budidaya Pertanian, Urgensi
dan Strategis, Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian. Program
Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Udayana.
Imade Yoga Prasada, Tia Alfiana Rosa, 2018. Dampak Alih Fungsi Lahan
Sawah Terhadap Ketahanan Pangan di Daerah Istimewa
Yogyakarta. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian vol 14, No. 3, Oktober
2018. Program Pasca Sarjana, Fakultas Pertanian Universitas
Gajah Mada.
Kartika TWW, 2015. Analisis coping strategy dan ketahanan pangan rumah
tangga petani di desa Majasih kecamatan Sliyeg Kabupaten
Indramayu. [tesis]. Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya
Keluarga,Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Nur Handayani Utami, Dwi Sisca KP. 2015. Ketahanan Pangan Rumah
Tangga Berhubungan Dengan Status Gizi Anak Usia Di Bawah Dua
Tahun (Baduta) Di Kelurahan Kebon Kelapa, Kecamatan Bogor
Tengah, Jawa Barat. Gizi Indon 2015, 38 (2) : 105-114. Gizi
82
Sri Pujiti, Amelia Pertiwi, Churun Cholina Silfia, Dewa Maulana Ibrahim, Siti
Hadiyati Nur Hafida. 2020. Analisis Ketersediaan, Keterjangkauan
dan Pemanfaatan Pangan Dalam Mendukung Tercapainya
Ketahanan Pangan Masyarakat di Provinsi Jawa Tengah. Jurnal
Sosial Ekonomi Pertanian Volume 16, No. 2, Juni 2020. Program
Studi Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Muhammadiyah Makassar.
1 1 2 1 2 2 3
2 2 1 2 1 2 3
3 1 1 2 2 2 3
4 2 1 2 3 1 2
5 3 2 1 1 2 3
6 3 3 2 1 3 3
7 2 3 2 2 3 3
8 1 2 1 2 3 3
9 1 1 2 2 3 3
10 1 1 3 3 2 3
11 2 1 1 2 3 3
12 1 2 1 1 3 3
13 1 2 2 1 2 3
14 2 2 2 1 3 3
15 2 2 2 1 2 3
16 1 2 3 2 2 2
17 2 1 1 2 3 3
18 1 2 1 1 2 3
19 1 2 1 1 2 3
20 2 3 1 2 1 2
21 1 3 2 1 1 2
22 2 2 2 1 1 2
23 2 2 2 2 2 2
24 2 2 2 2 3 3
25 3 1 3 1 2 2
26 2 1 2 1 3 2
27 2 1 2 2 2 2
28 2 2 2 1 1 2
29 1 1 2 1 2 2
30 2 1 1 1 1 1
31 2 3 2 2 1 2
32 1 1 1 2 2 2
SUMMARY OUTPUT
Regression Statistics
Multiple R 0.32047993
R Square 0.802707386
Adjusted R Square -0.06984889
Standard Error 0.666582628
Observations 32
ANOVA
df SS MS F Significance F
Regression 5 1.322357593 0.264472 0.595211 0.703786968
Residual 26 11.55264241 0.444332
Total 31 12.875
MODEL Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95.0%Upper 95.0%
Constant 1.925323093 0.796928322 2.41593 0.023019 0.287213466 3.563433 0.287213 3.563433
X1 (Luas Lahan Pertanian) 0.12213385 0.177271544 0.688965 0.496948 -0.242253027 0.486521 -0.24225 0.486521
X2 (Jumlah sarana dan Prasarana) 0.132531849 0.196836419 0.67331 0.506692 -0.272071204 0.537135 -0.27207 0.537135
X3 (Tingkat Kondisi Sarana Transportasi) -0.18453267 0.19897282 -0.92743 0.362235 -0.593527161 0.224462 -0.59353 0.224462
X4 (Tingkat Pendapatan Rumah Tangga) 0.178992577 0.223325539 0.801487 0.430114 -0.280059644 0.638045 -0.28006 0.638045
X5 (Proporsi Pengeluaran Rumah Tangga) -0.30416651 0.290800014 -1.04596 0.305205 -0.901914498 0.293581 -0.90191 0.293581
90
Std.
Change Statistics
Adjusted Error of
Model R R Square
R Square the R Square Sig. F
F Change df1 df2
Estimate Change Change
1 0.320 0.802 -0.069 0.66658 0.102 0.703 4 10 0.001
91
Standardized
Unstandardized Coefficients
Coefficients
Model T Sig.
B Std. Error Beta
Dokumentasi
Saat
Melakukan
Wawancara
Dengan Salah
Seorang Tokoh
Masyarakat
Desa Ujung
Labuang