Anda di halaman 1dari 153

PERENCANAAN PEMERINTAH KABUPATEN

KARAWANG DALAM PENGELOLAAN RUANG


TERBUKA HIJAU (RTH)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Skripsi


Pada Program Studi Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Singaperbangsa Karawang

Oleh
FACHMI ALVIANSYAH
1341173301131

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2017

LEMBAR PERSETUJUAN
PERENCANAAN PEMERINTAH KABUPATEN
KARAWANG DALAM PENGELOLAAN RUANG
TERBUKA HIJAU (RTH)

Telah diperiksa dan disetujui Dosen Pembimbing


Untuk diajukan kehadapan Tim Penguji dalam Ujian Sarjana
Program Studi Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Singaperbangsa Karawang

Menyetujui
Karawang, November 2017

Pembimbing I Pembimbing II

Dadan Kurniansyah, S.IP.,M.SI Teza Yudha, S.IP.,M.I.Pol


NIDN: 0020957509 NIDN: 0018039201

Mengetahui

Dekan Ketua Program Studi

H. Dadang Fakhruddin, Drs., MM Indra Aditya, S.IP.,M.I.Pol


NIDN: 0016035501 NIDN: 0022107811
PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan segala hormat lembar pernyataan ini saya buat sebagai salah satu syarat
dalam penyusunan skripsi yang telah saya selesaikan, saya yang bertandatangan di
bawah ini :

Nama : Fachmi Alviansyah


NPM : 1341173301131
Program Studi : Ilmu Pemerintahan
Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya susun dengan judul:
“Perencanaan Pemerintah Kabupaten Karawang dalam Pengelolaan Ruang
Terbuka Hijau”.
Adalah karya tulis saya sendiri tanpa menjiplak atau meniru karya tulis orang
lain. Skripsi ini disusun dengan cara yang sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku
dalam masyarakat akademis. Apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran
yang menyatakan skripsi ini adalah jiplakan atau tiruan karya oranglain, maka saya
siap menanggung sanksi akademis yang dijatuhkan kepada saya sesuai dengan
peraturan yang berlaku di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Singaperbangsa Karawang.

Karawang, November 2017


Yang menyatakan,

Fachmi Alviansyah
NPM : 1341173301131

i
Abstrak

Fachmi Alviansyah, NPM : 1341173301131, Tahun 2017, SKRIPSI, yang berjudul


Perencanaan Pemerintah Kabupaten Karawang dalam Pengelolaan Ruang Terbuka
hijau. Program Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Singaperbangsa Karawang. Pembimbing I Dadan Kurniansyah, S.IP.,
M.IP. Pembimbing II Teza Yudha., S.IP.
Masalah yang diteliti adalah Perencanaan Pemerintah Kabupaten Karawang dalam
Pengelolaan RTH. Penelitian ini menggunakan teori perencanaan Bintoro
Tjokroamidjodjo yang memiliki indikator berorientasi kepada tujuan, berorientasi
kepada pelaksanaan, skala prioritas pembangunan, persfektif waktu dan yang terakhir
pembangunan yang secara kontinyu. Metode penelitian yang digunakan adalah
menggunakan metode deskriptif kualitatif, sedangkan informan dalam penelitian ini
meliputi 2 orang aparatur pemerintahan yang terdiri dari 1 orang kepala bidang
perencanaan tata ruang BAPPEDA dan satu orang kepala seksi pertamanan Dinas
PRKP, selain itu peneliti mewawancarai 3 orang masyarakat kawasan perkotaan.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, studi kepustakaan
dan dokumentasi. Peneliti memfokuskan penelitian RTH ini dikawasan perkotaan
karena memang kawasan perkotaan belum tertata, hasil dari penelitian dilapangan
menggambarkan bahwa sangat kurangnya RTH dikawasan perkotaan Kabupaten
Karawang, dan juga telatnya pembangunan RTH kawasan perkotaan kabupaten
Karawang. Peneliti membuat hipotesis perencanaan RTH yang dibuat oleh Pemerintah
Kabupaten Karawang terkesan tidak dipentingkan atau tidak diprioritaskan.

Kata Kunci : Perencanaan, Pengelolaan, Program Pemerintah, RTH

Abstrak

ii
Fachmi Alviansyah, NPM : 1341173301131, Year 2017, ESSAY, entitled Planning
Government District Karawang in Management Green open space.program studies
science of goverment, faculty scienci social and political science, University of
Singaperbangsa Karawang. Advisor 1 Dadan Kurniansyah, S.IP., M.SI. Advisor 2 Teza
Yudha S.IP.

The problem is investigated is Planning Government District Karawang in


Management RTH. Research use theory planning of Bintoro Tjkroamidjodjo which has
indicator orientation to the goal, orientation to the implementation, scale development
priorities, time perspective, and the last continuous development. This research used
descriptive quallitatif method, while the informants in this research
covering 2 people government apparatus, which consists of 1 head of division, spatial
planning of BAPPEDA and one head section landscapes gardening of the Office of
PRKP, other than that researchers interviewed 3 people urban community, technique
collection data do with interview, observation, literature study and documentation.
Researchers focus this RTH research on urban areas, because the urban area is not
yet organized, the results of field research illustrate that the very lack of RTH in urban
areas Karawang, and also late urban RTH development of urban Karawang regency.
The researcher made RTH planning hypothesis made by Karawang regency
government seem unimportant or not prioritized.

Keywords: Planning, Management, Government Program, RTH

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

iii
Terimakasih Ya Allah, Alhamdulilahirobbil allamin
Berkat rahmat dan Hidayahmu aku bisa menyelesaikan skripsi ini
Dan teruntuk orang tua, adik dan nenek terimakasih atas semuanya

Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan ?


(QS. Ar-Rahman: 13)

“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat
Menentukan jumlahnya, sesungguhnya Allah benar-benar maha pengampun lagi
maha penyayang” (QS. An-Nahl:18)

KATA PENGANTAR

Assalamualikum wr wb

iv
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Panyayang, peneliti panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada peneliti, sehingga peneliti

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERENCANAAN PENGELOLAAN

RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN KARAWANG”. Sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Ilmu Pemerintahan di Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Singaperbangsa karawang.

Terimakasih kepada semua pihak yang yang telah membantu menyelesaikan

skripsi ini, mudah-mudahan bantuan yang diberikan mendapat balasan yang berlipat

ganda dari Allah SWT.

Selesainya penyusunan Skripsi ini berkat bantuan dari berbagai pihak, oleh

karena itu, sehingga pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih dan

penghargaan setinggi-tingginya.

1. H. Dadang Fakhrudin, Drs., MM selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Singaperbangsa Karawang.

2. Indra Aditya, S.IP., M.I.Pol selaku Koordinator Program Studi Ilmu

Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Singaperbangsa Karawang.

3. H. Lukmanul Hakim, S.Ag., M.Si selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Singaperbangsa Karawang.

v
4. Dadan Kurniasyah, S.IP., M.SI selaku Dosen pembimbing I Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Singaperbangsa Karawang.

5. Teza Yudha, S.IP., M.I.pol selaku Dosen pembimbing II Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Singaperbangsa Karawang.

6. Para dosen FISIP Ilmu Pemerintahan Unsika yang tidak bisa disebutkan satu-

persatu, terimakasih telah memberi begitu banyak ilmu kepada peneliti.

7. Orang tua, adik, nenek dan keluarga yang selalu memberi dukungan dan

motivasi kepada peneliti.

8. Titin Kartini yang selalu memberikan support dan motivasi kepada peneliti.

9. Staf TU FISIP Unsika dan jajarannya yang telah membantu peneliti selama

perkuliahan

10. Mang hendar dan jajarannya yang telah setia mengabdi di FISIP Unsika

11. Para aparatur pemerintahan yang telah membantu

12. IP kelas C, teman satu perjuangan dari semester 1 yang sudah memberikan

warna diperjalanan hidup peneliti

13. Valentino Rossi dan Manchester United yang menjadi idola bagi peneliti

14. Teman-teman seperjuangan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Singaperbangsa Karawang.

peneliti menyadari penyusunan Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna,

oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan oleh peneliti, akhirnya peneliti

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

vi
Karawang, November 2017

Peneliti

Fachmi Alviansyah

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR ISI ............................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. x

vii
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Penelitian 1
1.2 Identifikasi Masalah 11
1.3 Tujuan Penelitian 12
1.4 Kegunaan Penelitian 13
1.4.1 Kegunaan Teoritis ................................................................................. 13
1.4.2 Kegunaan Praktis .................................................................................. 14
1.5 Kerangka Pemikiran 14
1.6 Proposisi 25
1.7 Metodologi Penelitian Error! Bookmark not defined.
1.7.1 Metode Penelitian.................................................................................. 44
1.7.2 Teknik Pengumpulan data ..................................................................... 46
1.7.3 Sumber Data .......................................................................................... 50
1.7.4 Teknik Penentuan Informan .................................................................. 52
1.7.5 Teknik Analisis Data ............................................................................. 53
1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian 56
1.8.1 Lokasi Penelitian ........................................................................................ 56
1.8.2 Waktu penelitian ........................................................................................ 56
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 115
LAMPIRAN ................................................................ Error! Bookmark not defined.
PEDOMAN WAWANCARA................................................................................... 120

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 ..................................................................................................................... 24

viii
DAFTAR TABEL

Table 1 Perkiraan Kebutuhan RTH Berdasarkan Luas Wilayah di Perkotaan


Karawang ...................................................................................................................... 2
Table 2 Klasifikasi Kemampuan Lahan untuk Pengembangan Perkotaan di Kabupaten
Karawang ...................................................................................................................... 3
Table 3 Kesesuaian Fungsi Ruang RTH Kota Karawang ............................................. 4
Table 4 Waktu dan Kegiatan Penelitian ...................................................................... 57

ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 .................................................................. Error! Bookmark not defined.

x
xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Karawang merupakan sebuah Kabupaten yang terletak di daerah pinggiran

penyangga Ibu Kota Negara Indonesia atau Kota Jakarta. Karawang berbatasan dengan

Kabupaten Bekasi, Kabupaten Purwakarta, dan Kabupaten Subang. Kota ini terkenal

sebagai kota lumbung padi yang merupakan kota penghasil padi terbanyak di

Indonesia. Mayoritas penduduk Karawang adalah suku Sunda.

Pada tahun 2014 Jumlah penduduk Kabupaten Karawang mencapai 2.250.120

jiwa. Angka ini di dapatkan dari hasil proyeksi dan angka tersebut masih sementara.

Penduduk laki-laki pada tahun 2014 berjumlah 1.154.982 jiwa dan penduduk

perempuan berjumlah 1.095.138 jiwa. Seksrasio penduduk Kabupaten Karawang

adalah 105,46 yang artinya penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan

penduduk perempuan. Dengan luas Kabupaten Karawang sebesar 1.753,27 km²

didapatkan kepadatan penduduk per km² sebesar 1.283,38 jiwa. Penduduk terbanyak

terdapat di Kecamatan Karawang Barat, yaitu sebesar 164.411 jiwa, kemudian disusul

Kecamatan Klari dengan jumlah penduduk sebesar 164.275 jiwa. Sedangkan, jumlah

penduduk terkecil berada di Kecamatan Tegalwaru dengan jumlah penduduk 36.118

jiwa. Jumlah rumah tangga di Kabupaten Karawang pada tahun 2014 mencapai

604.906 Rumah Tangga. Dengan jumlah rumah tangga tertinggi di Kecamatan Klari

1
yaitu 46,035 Rumah Tangga, kemudian Kecamatan Karawang Barat dengan 43.520

Rumah Tangga dan Kecamatan Telukjambe Timur dengan 36.824 Rumah Tangga.

Karawang memang terkenal sebagai kota lumbung padi nasional, tetapi itu

dulu. Kini Kabupaten Karawang merupakan kota industri dan sebagai tujuan utama

para penanam modal baik dari dalam maupun luar negeri. Mengingat kota ini di

tunjuk oleh pemerintah pusat sebagai penopang daerah industri Kota Bekasi yang

sudah over limit dan tentunya ibukota Jakarta yang sudah penuh dengan gedung-

gedung tinggi sebagai pusat pemerintahan. Maka dari itu pemerintah pusat

mengalihkan sebagian kawasan industri di ibukota di alihkan ke daerah pinggiran

penyangga ibu kota terutama di Kabupaten Karawang.

Sehingga tidak mengherankan perkembangan di Kabupaten Karawang

sangat pesat, lahan persawahan pun sekarang beralih fungsi menjadi industri,

berubah menjadi bangunan permanen seperti perumahan, kontrakan, ruko-ruko,

dan sebagainya. Pembangunan sarana dan infrastruktur fisik di Kabupaten

Karawang yang sangat gencar tak mengenal tempat mengakibatkan konversi Ruang

Terbuka Hijau (RTH) menjadi lahan terbangun diprediksi menimbulkan fenomena

Pulau Panas Perkotaan atau urban heat island (UHI). Beberapa dampak UHI antara

lain timbulnya permasalahan kesehatan serta turunnya tingkat kenyamanan,

sehingga turut mempengaruhi produktivitas masyarakat.

Ruang Terbuka Hijau di Karawang pada saat ini mencapai 10 % yang

bersumber dari Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman dan website

http://repository.unpas.ac.id/15809/4/BAB%20I.pdf, kondisi itu masih jauh dari

1
2

ketentuan ideal. Sebab persentase luas ruang terbuka hijau di setiap daerah itu

ditentukan dari total luas wilayahnya. Keberadaan RTH Publik di Kota Karawang

saat ini kurang perhatian sehingga seringkali tidak berfungsi dan di manfaatkan

sesuai perannya sebagai sarana kebutuhan lingkungan dan sosial perkotaan.

Maka dari itu sesuai amanat Undang - Undang No 26 tahun 2007 Tentang

RTH yang setiap daerah harus memiliki proporsi kawasan hutan paling sedikit 30%

dari luas daerah aliran sungai (DAS) yang dimaksudkan untuk menjaga kelestarian

lingkungan dan serta mengingat pada acuan Perda Kabupaten Karawang No 2 tahun

2015 tentang Pengelolaan RTH Kabupten Karawang sudah jelas regulasinya yang

diperlukan dan harus direalisasikan pembangunan RTH di Kabupaten Karawang

agar suasana kota tetap terjaga keasrian lingkungannya.

RTH berdasarkan Undang-undang nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan

Ruang adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya

lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah

maupun yang sengaja di tanam.

Table 1 Perkiraan Kebutuhan RTH Berdasarkan Luas Wilayah di Perkotaan


Karawang

Kebutuhan RTH (Ha)


Luas Wilayah Total RTH
No. Kecamatan RTH Publik RTH Privat
(Ha) (Ha)
(20%) (10%)
1. Klari 59,37 11,87 5,937 17,811
2. Telukjambe Timur 36,05 7,21 3,605 10,815
3. Telukjambe Barat 73,36 14,672 7,336 22,008
4. Karawang Timur 28,7 5,74 2,87 8,61
5. Karawang Barat 34,73 6,946 3,473 10,419
TOTAL 232,21 46,442 23,221 69,663
Sumber: Hasil Analisis, 2013 (Data Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Karawang)
3

Table 2 Klasifikasi Kemampuan Lahan untuk Pengembangan Perkotaan di


Kabupaten Karawang

Klasifikasi Arahan
Cakupan
No. Kemampuan Pengembangan
Kecamatan
Lahan Perkotaan

1 Klasifikasi I – Karawang Timur,  Karawang Timur,


Karawang Barat, Karawang Barat dan
Lahan yang Cikampek, Klari, Cikampek dapat
Purwasari dikembangkan menjadi
mempunyai kawasan perkotaan
sesuai dengan kondisi
kemampuan tinggi eksisting
untuk  Pengembangan
perkotaan di
pengembangan Kecamatan Klari dan
Purwasari dapat
perkotaan dilakukan secara
terbatas dengan
memperhatikan
keberadaan lahan
pertanian yang ada
2 Klasifikasi II - Teluk Jambe Barat, Pengembangan
Lahan yang Teluk Jambe Timur, perkotaan dapat
mempunyai Ciampel, Kota Baru dilakukan secara
kemampuan terbatas dengan
cukup untuk memperhatikan
pengembangan keberadaan lahan
perkotaan pertanian yang ada

3 Klasifikasi III- Rengasdengklok,  Sesuai dengan kondisi


eksisting, maka
Lahan yang Tempuran, Tirtajaya pengembangan
perkotaan dapat
mempunyai , Pakisjaya, Cilamaya dilakukan secara
terbatas di
kemampuan Wetan, Rengasdengklok dengan
sedang untuk CilamayaKulon, teteap
mempertahankan
Banyusari, karakter perdesaannya
dan memperhatikan
4

Klasifikasi Arahan
Cakupan
No. Kemampuan Pengembangan
Kecamatan
Lahan Perkotaan

pengembangan Telagasari, Majalaya, keberadaan lahan


pertanian yang ada
perkotaan Kec. Lemah Abang  Kecamatan lainnya
diarahkan menjadi
kawasan perdesaan
4 Klasifikasi IV - Tempuran, Cilamaya Diarahkan menjadi
Lahan yang Kulon, Cilamaya kawasan perdesaan
mempunyai Wetan, Banyusari,
kemampuan Tegalsari, Majalaya,
kurang untuk Pakisjaya, Batujaya,
pengembangan Tirtajaya, Cibuaya,
perkotaan Pedes, Cilebar,
Tempuran,
Pangkalan

5 Klasifikasi V - Tegalwaru, sebagian Diarahkan menjadi


Lahan yang tidak Pangkalan, sebagian kawasan perdesaan
memiliki kecil Tirtajaya,
kemampuan untuk Pakisjaya, dan
pengembangan Batujaya
perkotaan

Sumber : Analisis 2009 Data Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Karawang)

Table 3 Kesesuaian Fungsi Ruang RTH Kota Karawang


5

Kondisi Arahan Kesesuain


RTH Kota Standar
No Eksisting Kebijakan terhadap
Karawang
Fungsi Fungsi RTRW Fungsi

I Hutan Kota

1 Belum Tersedia RTH hutan Sebagai hutan Belum tersedia.


kota skala kota (skala
kota (sesuai pelayanan
dengan kota), kawasan
Perda) strategis
ekonomi
(penggerak
kegiatan
ekonomi kota),

II Taman Kota

1 Kawasan kawasan taman kota kawasan RTH pendukung


pemerintahan pemerintahan pemerintahan kawasan
pemerintahan

2 Alun-alun kota lahan parkir, taman kota tidak tidak sesuai


tempat terjabarkan dengan arahan
mangkal PKL dalam RTRW RTRW :

untuk
disesuaikan
sebagai taman
kota dengan
memperhatikan
keterbatasan
lahan yang
tersedia

3 Alun-alun lapangan taman skala tidak tidak sesuai


kecamatan sepakbola, BWK terjabarkan dengan arahan
tempat dalam RTRW RTRW :
upacara, alun2
kecamatan untuk
disesuaikan
sebagai taman
sub kota/ pusat
kawasan dengan
memperhatikan
keterbatasan
lahan yg tersedia
6

Kondisi Arahan Kesesuain


RTH Kota Standar
No Eksisting Kebijakan terhadap
Karawang
Fungsi Fungsi RTRW Fungsi

III Sempadan

A Sempadan
jalan :

1 Arteri primer tidak tersedia jalur hijau sebagai jalur tidak sesuai
jalur hijau, sempadan hijau dengan arahan
hanya terdapat jalan arteri sempadan RTRW :
di sekitar pusat primer jalan
kota. perlu
memberikan
arahan fungsi
jalur hijau
menurut skala
jalan Arteri
Primer

2 Arteri sekunder tidak tersedia jalur hijau sebagai jalur tidak sesuai
jalur hijau, sempadan hijau dengan arahan
hanya terdapat jalan arteri sempadan RTRW :
di sekitar pusat sekunder jalan
kota perlu
memberikan
arahan fungsi
jalur hijau
menurut skala
jalan Arteri
sekunder

3 Kolektor primer tidak tersedia jalur hijau sebagai jalur tidak sesuai
jalur hijau, sempadan hijau dengan arahan
hanya terdapat jalan sempadan RTRW :
di sekitar pusat kolektor jalan
kota primer perlu
memberikan
arahan fungsi
jalur hijau
menurut skala
jalan kolektor
primer

4 Kolektor tidak tersedia jalur hijau sebagai jalur tidak sesuai


sekunder jalur hijau, sempadan hijau dengan arahan
hanya terdapat jalan sempadan RTRW :
di sekitar pusat kolektor jalan
kota sekunder perlu
memberikan
7

Kondisi Arahan Kesesuain


RTH Kota Standar
No Eksisting Kebijakan terhadap
Karawang
Fungsi Fungsi RTRW Fungsi

arahan fungsi
jalur hijau
menurut skala
jalan kolektor
sekunder

B Sempadan sudah banyak jalur hijau sempadan sesuai arahan


sungai lahan sempadan sungai dalam RTRW :
terbangun, sungai kota 10 meter,
sawah, kebun luar kota 100 peneysuaian
meter, sempadan
sempadan sungai dalam
anak sungai wilayah
dalam kota 10 perkotaaan /
meter luar kota padat
50 meter permukiman dan
di luar wilayah
perkotaan

C Sempadan kebun kawasan hutan produksi, tidak


Kawasan campuran, lindung perkebunan, menghilangkan
Resapan Air sawah teknis bawahan sempadan fungsi sawah
sungai 100 teknis
meter

D Sempadan kebun kawasan hutan kota, tidak


Kawasan campuran, lindung hutan produksi, menghilangkan
mata air sawah teknis, bawahan perkebunan, fungsi sawah
semak belukar sempadan teknis
sungai 100
meter
(Data Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Karawang)

RTH mempunyai fungsi sebagai penyeimbang alam di kawasan perkotaan.

Hal itu seperti yang terdapat pada Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 tahun

2007 Tentang Penataan RTH Kawasan Perkotaan pada pasal 3 yang menjelaskan

bahwa :

Fungsi RTH Kawasan Perkotaan yaitu :


8

a. pengamanan keberadaan kawasan lindung perkotaan;


b. pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air dan udara;
c. tempat perlindungan plasma nuftah dan keanekaragaman hayati;
d. pengendali tata air; dan e. sarana estetika kota.

Klasifikasi Ruang Terbuka Hijau (RTH) dapat dibagi menjadi:


1. kawasan hijau pertamanan kota;
2. kawasan hijau hutan kota;
3. kawasan hijau rekreasi kota;
4. kawasan hijau kegiatan olahraga; dan
5. kawasan hijau pemakaman.

Klasifikasi RTH dapat dibagi menjadi kawasan hijau pertamanan kota,

kawasan hijau hutan kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau kegiatan olah

raga, kawasan hijau pemakaman, kawasan hijau pertanian, kawasan hijau jalur

hijau; dan kawasan hijau pekarangan.

RTH publik merupakan RTH yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah

daerah kota, berlokasi pada lahan-lahan publik atau lahan yang dimiliki oleh

pemerintah dan digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum.

Pengaturan RTH publik ditegaskan dalam Pasal 29 (3) Undang-undang

Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang (UUPR), dimana proporsi RTH

publik paling sedikit 20 (dua puluh) persen dari luas wilayah kota. Proporsi RTH

publik disediakan oleh pemerintah kota agar proporsi minimal RTH dapat lebih

dijamin pencapaiannya sehingga memungkinkan pemanfaatannya secara luas oleh

masyarakat. Proporsi RTH publik seluas minimal 20 (dua puluh) persen dapat

disesuaikan dengan sebaran penduduk dan hierarki pelayanan dengan

memperhatikan rencana struktur dan pola ruang.


9

RTH privat atau non publik yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-lahan

milik privat. Proporsi RTH pada wilayah kota paling sedikit adalah 30 (tiga puluh)

persen dari luas wilayah kota, 20 (dua puluh) persen merupakan proporsi RTH

publik yang seyogyanya harus dipenuhi. Selebihnya diusahakan melalui RTH

privat (minimal 10 (sepuluh) persen dari luas wilayah kota). Yang termasuk RTH

privat antara lain adalah kebun atau halaman rumah/gedung milik

masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan, dan lain sebagainya.

Ruang terbuka (open spaces) merupakan ruang yang direncanakan karena

kebutuhan akan tempat-tempat pertemuan dan aktivitas bersama di udara terbuka.

Ruang terbuka (open spaces), Ruang Terbuka Hijau (RTH), Ruang publik (public

spaces) mempunyai pengertian yang hampir sama. Secara teoritis yang dimaksud

dengan ruang terbuka (open spaces) adalah: Ruang yang berfungsi sebagai wadah

(container) untuk kehidupan manusia, baik secara individu maupun berkelompok,

serta wadah makhluk lainnya untuk hidup dan berkembang secara berkelanjutan.

RTH mempuyai fungsi untuk menjaga keseimbangan lingkungan di

kawasan perkotaan agar tetap terjaga dan dapat mengurangi permasalahn lingkunan

di perkotaan. Melihat hal tersebut RTH Kawasan Perkotaan merupakan hal yang

sangat penting. Adanya RTH diharapakan bisa mengurangi efek pemanasan global,

mengurangi dampak – dampak pencemaran lingkungan, meningkatkan gaya hidup

sehat masyarakat Kabupaten Karawang serta menciptakan lingkungan yang bersih,

aman, nyaman sehat nan asri.


10

Peneliti melihat permasalahan yang terjadi di Kabupaten Karawang terkait

pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) mengacu pada teori perencanaan

menurut Bintoro adalah berorientasi untuk mencapai tujuan, berorientasi kepada

pelaksanaan, prioritas tuuan, prioritas waktu dan dilakukan secara kontinyu. Dalam

hal ini, permasalahan mengenai RTH yang tak kunjung selesai ini kemungkinan

besar dilihat dari perencanaan dalam megimplementasikan atau melaksanakan yang

belum sempurna.

Berdasarkan dari penelitian sementara, permasalahan pengelolaan RTH

dilihat dari faktor perencanaan yaitu kurang matangnya perencanaan dalam

pengelolaan RTH, kurangnya komitmen dan prioritas pimpinan dan juga OPD

terkait. Hal ini dapat dibuktikan dengan pengelolaan RTH yang baik di Kabupaten

Karawang. Yang kemudian perlunya menyusun langkah-langkah guna

menyelesaikan masalah RTH tersebut. Dalam perencanaan menurut Bintoro, perlu

berorientasi kepada tujuan, dalam hal ini pemerintah Kabupaten Karawang harus

mempunyai tujuan-tujuan yang jelas terkait pengelolaan RTH, selanjutnya

berorientasi pada pelaksanaan, setelah mempunyai tujuan yang jelas maka harus

melakukan pelaksanaan yang jelas agar sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.

Selanjutnya harus ada prioritas tujuan, mengenai tujuan mana yang harus

didahulukan pengerjaan nya, yang ke empat yaitu mempunyai prioritas waktu agar

pelaksanaan mempunyai waktu pengerjaan yang jelas, agar efektif dan efisien.

Yang terakhir bahwa pengelolaan RTH ini harus dilakukan secara terus-menerus

atau kontinyu agar alam ini indah nan asri.


11

Fenomena tersebut perlu menjadi perhatian dari pemerintah Kabupaten

Karawang dan OPD-OPD terkait dalam menyelesaikan permasalahan RTH di

Kabupaten Karawang. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti mengangkat

sebuah judul “Perencanaan Pemerintah Kabupaten Karawang dalam

Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)”

1.2 Identifikasi Masalah

Dari latar belakang diatas peneliti mengidentifikasikan permasalahan RTH

yang ada di Kabupaten Karawang, yaitu sebagai berikut :

1. Kurangnya Komitmen Pemerintah Kabupaten karawang dalam pengelolaan

RTH

2. Tidak adanya sanksi yang jelas dalam pengelolaan RTH di Kabupaten

Karawang

3. Kurangnya RTH dan Ruang Publik di Kabupaten Karawang

Dari identifikasi masalah yang peneliti jabarkan peneliti telah

merumuskannya dalam sebuah rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :

1. Apa tujuan pemerintah kabupaten karawang dalam pengelolaan RTH ?

2. Bagaimana pelaksanaan pemerintah kabupaten karawang dalam

pengelolaan RTH ?
12

3. Apa Prioritas Pemerintah Kabupaten Karawang dalam pengelolaan

RTH ?

4. Bagaimana tahapan Pemerintah Kabupaten Karawang dalam

pengelolaan RTH ?

5. Bagaimana perencanaan pengelolaan RTH yang dilakukan oleh

Pemerintah Kabupaten Karawang dilakukan secara kontinu (Dilakukan

secara terus-menerus) ?

1.3 Tujuan Penelitian

Sebelum melaksanakan suatu penelitian, hendaknya diketahui terlebih dahulu

apa yang menjadi tujuan penelitian serta manfaat dari penelitian tersebut, sehingga

penelitian dapat dilakukan secara sistematis, terarah dan tepat. Tujuan yang ingin

dicapai dalam penelitian ini yaitu :

1. Untuk menganalisis apa tujuan pemerintah kabupaten karawang dalam

pengelolaan RTH

2. Untuk menjelaskan bagaimana pelaksanaan pemerintah kabupaten

karawang dalam pengelolaan RTH

3. Untuk mendeskrifsikan apa Prioritas Pemerintah Kabupaten Karawang

dalam pengelolaan RTH

4. Untuk menjelaskan bagaimana tahapan Pemerintah Kabupaten

Karawang dalam pengelolaan RTH


13

5. Untuk menggambarkan bagaimana perencanaan pengelolaan RTH yang

dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Karawang dilakukan secara

kontinu (Dilakukan secara terus-menerus)

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian yang peneliti lakukan di Dinas Lingkungan Hidup dan

Kebersihan (LHK) Kabupaten Karawang, Dinas Pekerjaan Umum dan

Penataan Ruang (PUPR), Dinas Perumahan Rakyat dan Lawasan Pemukiman

(PRKP) dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) ini

memiliki 2 (dua) kegunaan. Yakni kegunaan praktis dan kegunaan teoritis.

Kegunaan penelitian ini disesuaikan dengan tuntutan kondisi realitas dinamika

politik dan dan pemerintahan Indonesia saat ini, yang mengharuskan adanya

konsepsi baru selain konsepsi administrative dari penyelenggaraan

pemerintahan. Adapun deskripsi dari kegunaan dalam penelitian ini antara lain

1.4.1 Kegunaan Teoritis


1. Bagi peneliti, untuk memenuhi salah satu syarat gelar sarjana pada

Progam Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Singaperbangsa Karawang


14

2. Bagi Pemerintah khususnya instansi terkait dapat menambah

pengetahuan untuk aparatur pemerintah Perencanaan Pengelolaan

RTH di Kabupaten Karawang

3. Bagi Masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

referensi untuk masyarakat khususnya tentang Perencanaan

Pengelolaan RTH di Kabupaten Karawang.

1.4.2 Kegunaan Praktis


1. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta

kemmpuan menganalisa terhadap kenyataan yang ada di lapangan

dan sebagai bentuk implementasi keilmuan yang pernah diperoleh

di Universitas.

2. Bagi Pemerintah, sebagai bahan masukan bagi aparatur pemerintah

Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan tentang prencanaan

pengelolaan RTH di Kabupaten Karawang.

3. Bagi masyarakat, dapat memberikan pemahaman kepada

masyarakat tentang perencanan pengelolaan RTH di Kabupaten

Karawang.

1.5 Kerangka Pemikiran

Ruang terbuka, adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas

baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur

dimana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa
15

bangunan. Ruang terbuka terdiri atas ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non

hijau.

Ruang Terbuka Hijau (RTH), adalah area memanjang/jalur dan atau

mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh

tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.

Penataan ruang merupakan suatu sistem proses perencanaan tata ruang,

pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Perencanaan tata ruang

dilakukan untuk menghasilkan rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata

ruang.

Berdasarkan wilayah administrasinya, penataan ruang terdiri atas penataan ruang

wilayah nasional, penataan ruang wilayah provinsi, penataan ruang wilayah

kabupaten/kota.

Di dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,

perencanaan tata ruang wilayah kota harus memuat rencana penyediaan dan

pemanfaatan ruang terbuka hijau yang luas minimalnya sebesar 30% dari luas

wilayah kota.

Rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau selain dimuat

dalam RTRW Kota, RDTR Kota, atau RTR Kawasan Strategis Kota, juga dimuat

dalam RTR Kawasan Perkotaan yang merupakan rencana rinci tata ruang wilayah

Kabupaten.

Dalam investorword.com didefinisikan “The process of setting goals,

developing strategies, and outlining tasks and schedules to accomplish the goals”.
16

Planning adalah proses menetapkan tujuan, mengembangkan strategi, dan

menguraikan tugas dan jadwal untuk mencapai tujuan. Dari pengertian diatas dapat

diketahui bahwa sebuah planning atau perencanaan adalah merupakan proses

menuju tercapainya tujuan tertentu. Atau dalam istilah lain merupakan persiapan

yang terarah dan sistematis agar tujuan dapat dicapai secara efektif dan efisien.

Kaufman (1972) sebagaimana dikutip Harjanto, Perencanaan adalah suatu

proyeksi tentang apa yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan absah dan

bernilai. Bintoro Tjokroaminoto mendefinisikan perencanaan sebagai proses

mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematis yang akan dilakukan untuk

mencapai tujuan tertentu. Pramuji Atmosudirdjo mendefinisikan perencanaan

adalah perhitungan dan penentuan tentang sesuatu yang akan dijalankan dalam

rangka mencapai tujuan tertentu, siapa yang melakukan, bilamana, dimana, dan

bagaimana melakukannya. SP. Siagiaan mengartikan perencanaan adalah

keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang menyangkut hal-hal

yang akan dikerjakan dimasa datang dalam rangka mencapai tujuan yang telah

ditentukan sebelumnya. Y.Dior berpendapat perencanaan adalah suatu proses

penyiapan seperangkat keputusan untuk dilaksanakan pada waktu yang akan datang

, dalam rangka mencapai sasaran tertentu.

Berbagai pendapat diatas menyiratkan bahwa perencanaan merupakan

proses yang berisi kegiatan-kegiatan berupa pemikiran, perhitungan, pemilihan,

penentuan dsb. Yang semuanya itu dilakukan dalam rangka tercapainya tujuan

tertentu. Pada hakekatnya perencanaan merupakan proses pengambilan keputusan


17

atas sejumlah alternative (pilihan) mengenai sasaran dan cara-cara yang akan

dilaksanakan dimasa yang akan datang guna mencapai tujuan yang dikehendaki

serta pemantauan dan penilaiannya atas hasil pelaksanaannya, yang dilakukan

secara sistematis dan dan berkesinambungan.

Dengan adanya standar pelaksanaan (SOP) dan pengawasan,skala prioritas,

tujuan, batasan wewenang, pedoman kerja dsb. memungkinkan seluruh personil

yang terlibat dalam organisisasi atau tim akan dapat bekerja lebih transparan dan

penuh tanggung jawab, efektif dan efisien.

Menurut Bintoro Tjokroamidjodjo, 1974 Pengantar Administrasi

Pembangunan : 34 dalam perubahan-perubahan sosial yang dikembangkan secara

sadar menuju menuju keadaan yang dianggap lebih baik oleh sesuatu masyarakat

bangsa di kemudian hari (induced social change) maka perlulah perencanaan-

perecanaan ini mempunyai dimensi-dimensi operasionil. Dimensi-dimensi

operasionil tersebut adalah :

- Yang Pertama Berorientasi untuk mencapai tujuan. Tujuan dapat bersifat

ekonomi, politik, sosial, bahkan tujuan-tujuan ideologis atau seringkali

suatu kombinasi dari pada berbagai hal tersebut. Tujuan-tujuan ini yang

menjadi dasar dan perangsang dari kegiatan usaha yang menimbulkan

“sense of purpose”.

Tujuan pengembangan RTH di kawasan perkotaan Karawang merupakan

tindak lanjut dari tujuan pengembangan Master Plan Perkotaan Karawang

yang telah ditetapkan. Adapun yang menjadi tujuan pengembangan RTH di


18

kawasan perkotaan Karawang adalah “Mewujudkan kawasan Perkotaan

Karawang yang nyaman, indah, hijau, produktif dan berkelanjutan”. Tujuan

yang bersifat ekonomi yaitu dengan adanya pengembangan dan pengelolan

RTH diharapkan dapat membantu perekonomian mayarakat Kabupaten

Karawang, misalnya sudah terbangun Ruang publik yang hijau dapat

menjadi tempat pedagang berjualan, selain itu pedagang yang berjualan ini

harus di tata ditempat yang khusus untuk berjualan agar terlihat rapih. Bila

ini terkelola dengan baik maka kurang lebihnya akan membantu ekonomi

yang berasal dari golongan ekonomi menengah ke bawah, pada saat ini di

belum semua terkelola dengan rapih masalah pkl ini. Selain itu tujuan yang

bersifat politik yaitu RTH ini menjadi sarana atau tempat diskusi, sharing

mengenai tugas sekolah, atau permasalahan-permasalahan yang terjadi di

sekitar kita, dengan keadaan RTH yang hijau nan sejuk maka akan

menghasilkan solusi atau output yang baik. Selain itu juga dapat bersifat

ideologis, yaitu RTH dapat menjadi sebuah identitas Kabupaten/Kota. Yang

dimaksud sebagai identitas yaitu sebagai ciri khas suatu daerah atau

kabupaten/kota karena mempunyai daerah yang hijau nan asri. Sehingga

kabupaten/kota tersebut dinilai baik dalam penataan ruang nya. Selain itu

RTH ini dapat menjadi sarana rekreasi, sarana istrihatat bagi masyarakat

sekitar untuk menghirup udara segar. Selain itu juga dapat menjadi tempat

untuk menyalurkan kegiatan-kegiatan yang positif. Atau dapat menjadi

perangsang untuk kegiatan-kegiatan yang dapat menghasilkan sesuatu. Pada


19

kenyataan yang terjadi saat ini, dirasakan sangan minim nya RTH dan ruang

publik bagi masyarakat, dan juga karawang dirasa belum memiliki ciri khas

dari RTH.

Berdasarkan data masterplan RTH Kabupaten Karawang tujuan Penataan

RTHKP adalah menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem

lingkungan perkotaan, mewujudkan kesimbangan antara lingkungan alam

dan lingkungan buatan di perkotaan, dan meningkatkan kualitas lingkungan

perkotaan yang sehat, indah, bersih dan nyaman.

- Aspek yang kedua yaitu berorientasi pada pelaksanaan, hal ini telah di

kemukakan pada uraian terdahulu. Perencanaan bukan hanya merumuskan

tujuan-tujuan tetapi diarahkan untuk merealisirnya. Oleh karena itu perlu

dikembangkan dalam perencanaan kemampuan untuk melaksanakan

kegiatan-kegiatan guna mencapai tujuan. Kemudian perlu difikirkan pula

konsekwensi dari kegiatan-kegiatan tersebut.

Setelah berorientasi pada tujuan, aspek selanjutnya ialah berorientasi pada

pelaksanaan, setelah dirumuskan tujuan-tujuan mana yang hendak dicapai,

maka selanjutnya adalah memikirkan bagaimana cara pelaksanaan agar

sesuai dengan perencanaan. Maka dari itu, perencanaan harus dilakukan

secara matang dan akurat guna mendukung proses pelaksanaaan yang baik.

Perlu diperhatikan juga faktor Sumber daya manusia (SDM) yang

mempunyai kualitas dan kapabilitas untuk melaksanakan program tersebut.


20

Pelaksanaan program dan proyek merupakan kebijakan internal dinas

terkait Kabupaten Karawang yang dalam pelaksanaannya melibatkan peran

serta masyarakat dan pihak swasta. Bentuk pelaksanaan program dan

proyek pengembangan RTH Kawasan Perkotaan Karawang dapat berupa

kegiatan rutin berupa perawatan tanaman, kegiatan yang dijadwalkan dan

direncanakan secara khusus seperti penambahan dan pembangunan RTH

baru serta kegiatan yang berupa even-even khusus terkait dengan kegiatan

lain.

Kondisi realitas yang ada di lapangan terkait dengan pelaksanaan

pengelolaan RTH di Kabupaten Karawang ini masih kurang nya sumber

daya manusia yang potensial, karena bila dalam pengelolaan RTH ini

kekurangan sumber daya yang potensial tentunya dapat berpengaruh kepada

kinerja atau hasil yang tidak sesuai dengan perencanaan. Oleh karena itu

perlu ditambahnya sumber daya manusia yang potensial agar apa yang

dilaksanakan sesuai dengan apa yang direncanakan. Selain itu juga kondisi

dilapangan yang peneliti temukan adalah kurangnya komitmen stakeholder

atau pemangku kepentingan terhadap pelaksanaan pengelolaan RTH di

Kabupaten Karawang. Selain itu dirasa kurang matangnya perencanaan

RTH di Kabupaten Karawang, karena sampai saat ini belum terlaksana

secara maksimal.

- Aspek perencanaan yang ketiga menurut Bintoro adalah pemilihan dari

berbagai alternatif mengenai tujuan-tujuan mana yang lebih diinginkan.


21

sehingga ada skala proiritas pencapaian tujuan-tujuan dalam waktu.

Demikian pula pemilihan cara-cara untuk mencapainya. Menyerasikan

kombinasi yang terbaik mengenai tujuan mana yang akan di capai dan cara

apa mencapainya dalam taha-tahap waktu tertentu.

RTH kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka suatu wilayah perkotaan

(urban spaces) yang diisi oleh vegetasi guna mendukung manfaat langsung

dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu

keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan

tersebut.

Pelaksanaan pengelolaan RTH ini difokuskan di daerah kota terlebih

dahulu. Selanjutnya pengelolaan RTH ini dilaksanakan secara bertahap,

pada saat ini fokus pemerintah Kabupaten Karawang dalam pengelolaan

RTH adalah kawasan perkotaan, karena minimnya RTH yang berada di

kawasan perkotaan. Setelah RTH kawasan perkotaan selesai, selanjutnya ke

daerah lain yang berada di Kabupaten Karawang.

kebutuhan RTH Kota berdasarkan luas wilayah

Untuk mencapai target 30% luas RTH, maka Perkotaan Karawang dengan

luas wilayah sebesar 232,21 Ha seyogyanya memiliki luas RTH sebesar

96,663 Ha dan 46,442 Ha merupakan ruang terbuka hijau publik.

Perhitungan kebutuhan RTH di perkotaan Karawang berdasarkan luas

wilayahnya dirinci pada Tabel 1 berikut.


22

- Aspek yang keempat yaitu Perspektif waktu. Pencapaian tujuan-tujuan

tertentu mungkin perlu dilaksanakan secara bertahap. Pencapaian mana

yang harus didahulukan, penjadwalan kegiatan-kegiatan dan lain-lain.

Dalam perencanaan pengelolaan RTH di kabupaten Karawang tentunya

memikiki waktu yang telah ditentukan, tentunya dari perencanaan,

pelaksanaan sampai perawatan membutuhkan waktu yang cukup lama,

apalagi RTH di Kabupaten Karawang ini sangat minim, jadi perlu di tambah

(melakukan pembangunan RTH). Menurut kepala bidang penataan ruang,

bapak Asep Azhar Kabupaten Karawang saat ini sedang melaksanakan

program pembangunan hutan kota yang berada di jalan baru lamaran-

tanjung pura tepatnya di depan Sekolah Tinggi Perikanan yang luasnya 9

hektar, proses pembangunan taman kota Ade Irma yang bertempat di jalan

Arif Rahman Hakim, taman kahati bintang alam, pembangunan hutan kota

yang berlokasi di Gempol belakang kantor DPP PDIP Karawang, sempadan

dan median Jl. Ahmad Yani, sempadan samping rel kereta api disekitar

karawang kota. Semua pembangunan itu di rencanakan akan selesai pada

tahun 2019. Semua program ini dilaksanakan secara bersama dengan

beberapa Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dalam pengelolaan RTH ini,

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Karawang

(BAPPEDA) selaku perencana umum terkait penataan ruang RTH, Dinas

Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Karawang (DLHK), Dinas

Penataan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) dan Dinas Perumahan Rakyat
23

dan Kawasan Permukiman (PRKP). Semua dinas ini berkoordinasi dan

harus mempunyai komitmen guna menghasilkan pekerjaan yang baik, untuk

RTH karawang yang indah nan asri. Jika mengacu pada Rencana Tata

Ruang dan Wilayah RT/RW Kabupaten Karawang program ini

dilaksanakan pada 2011-2031.

- Aspek yang terakhir yang kelima yaitu Perencanaan harus merupakan suatu

kegiatan kontinu dan terus menerus dari formulasi rencana dan

pelaksanaannya. Dalam proses tersebut sering diperlukan reformulasi dan

pelaksnaan kembali dari rencana. Hal ini akan diuraikan secara lebih

terperinci dalam bagian lain.

Sesuai dengan tujuan pemerintah kabupaten karawang dalam pengelolaan

RTH yaitu “Mewujudkan kawasan Perkotaan Karawang yang nyaman,

indah, hijau, produktif dan berkelanjutan.” Tentunya dalam pengelolaan

RTH ini harus dan wajib dilakukan secara kontinyu atau dilakukan secara

terus menerus agar terciptanya lingkngan yang hijau, asri dan nyaman.

Keadaan realitas saat ini, suhu bumi terus mengalami peningkatan. Khusus

nya Kabupaten karawang yang mengalami kemajuan di bidang industri,

semakin banyak nya industri akan menarik para pencari kerja yang berasal

dari luar kabpaten karawang. Hal ini juga memberikan efek perputaran uang

atau roda ekonomi di Kabupaten Karawang semakin cepat. Dengan

banyaknya orang, Perusahaan-perusahaan, kendaraan-kendaraan, hal ini

dapat meningkatnya polusi pencemaran udara. Maka dari itu, pengelolaan


24

RTH harus dilaksanakan secara terus menerus. Karena kalau tidak

dilaksanakan secara terus menerus tentunya akan mengancam ekosistem

yang berada di bumi khusus nya di Kabupaten Karawang.

Gambar 1

Alur Kerangka Pemikiran


- UU NO. 26 Tahun 2007 Tentang Ruang terbuka Hijau
- Permen Pekerjaan umum NO. 05/PRT/M/2008 Tentang
Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka
Hijau di Kawasan Perkotaan
- peraturan daerah kabupaten karawang nomor : 2 tahun 2015
tentang ruang terbuka hijau

Pemerintah Kabupaten Karawang

Bintoro Tjokroamidjodjo perencanaan dibagi


menjadi beberapa indikator,
1. Berorientasi kepada Tujuan
2. Berorientasi kepada Pelaksanaan
3. Adanya Skala Prioritas
4. Perspektif Waktu
5. Perencanaan yang Kontinu

Pengelolaan Ruang terbuka Hijau


(RTH) yang baik dan asri di
Kabupaten Karawang.

Sumber : Olahan Peneliti, 2017


25

1.6 Proposisi

Berhasilnya permasalahan yang dalam hal ini adalah pengelolaan RTH di

Kabupaten Karawang apabila implementor kebijakan (Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah Kabupaten Karawang (BAPPEDA) selaku perencana umum

terkait penataan ruang RTH, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten

Karawang (DLHK), Dinas Penataan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) dan Dinas

Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (PRKP)) telah memenuhi aspek

perencanaan yang baik menurut bintoro, yaitu berorientasi kepada tujuan,

berorientasi kepada pelaksanaan, mempunyai prioritas tujuan, mepunyai prioritas

waktu dan dilakukan secara kontinu.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Teori


Secara umum teori merupakan serangkaian konsep yang dapat diuji dan

dapat menyatakan keabsahan suatu fakta. Teori didapatkan dari suatu penelitian

atau pengamatan atas suatu kejadian (fenomena). Fenomena yang terjadi bisa

menjadi akibat dari suatu fenomena dan merupakan penyebab bagi munculnya

fenomena-fenomena lain. Seringkali rangkaian dari fenomena yang terjadi akan

membentuk suatu pola, sehingga dengan penggunaan suatu teori tertentu dapat

diprediksi kecenderungan apa yang akan terjadi setelah fenomena yang sama

terjadi.

Untuk memastikan kejadian suatu fenomena diperlukan sebuah pengujian

teori. Jadi teori tidak akan dinyatakan benar dan sesuai untuk suatu kasus jika teori

itu sendiri belum dibuktikan hubungannya dengan suatu fenomena. Dengan proses

pembuktian akan didapatkan hasil prediksi. Dari hasil prediksi tersebut dapat

diambil kesimpulan penyebab dan apa yang akan disebabkan oleh suatu fenomena.

Emoory dan Cooper menuturkan bahwa teori terdiri dari sekumpulan

konsep, definisi, proposisi, dan variabel yang berkaitan satu sama lain secara

sistematis dan telah digeneralisasikan sehingga dapat menjelaskan atau

memprediksi suatu kejadian (fenomena) tertentu.

26
27

Sehingga bisa dikatakan bahwa suatu teori adalah suatu kerangka kerja

konseptual untuk mengatur pengetahuan dan menyediakan suatu cetak biru untuk

melakukan beberapa tindakan selanjutnya.

2.1.1 Pengertian Perencanaan


Perencanaan atau yang sudah akrab dengan istilah planning adalah satu dari

fungsi management yang sangat penting. Bahkan kegiatan perencanaan ini selalu

melekat pada kegiatan hidup kita sehari-hari, baik disadari maupun tidak. Sebuah

rencana akan sangat mempengaruhi sukses dan tidaknya suatu pekerjaan. Karena

itu pekerjaan yang baik adalah yang direncanakan dan sebaiknya kita melakukan

pekerjaan sesuai dengan yang telah direncanakan. Pengertian perencanaan menurut

para ahli :

Kaufman (1972) sebagaimana dikutip Harjanto,

“Perencanaan adalah suatu proyeksi tentang apa yang diperlukan dalam


rangka mencapai tujuan absah dan bernilai.”

Bintoro Tjokroaminoto mendefinisikan

“perencanaan sebagai proses mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara


sistematis yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.”

Pramuji Atmosudirdjo mendefinisikan

“perencanaan adalah perhitungan dan penentuan tentang sesuatu yang


akan dijalankan dalam rangka mencapai tujuan tertentu, siapa yang
melakukan, bilamana, dimana, dan bagaimana melakukannya.”

SP. Siagiaan mengartikan


28

“perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara


matang menyangkut hal-hal yang akan dikerjakan di masa datang dalam
rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.”

Y.Dior berpendapat

“perencanaan perencanaan adalah suatu proses penyiapan seperangkat


keputusan untuk dilaksanakan pada waktu yang akan datang , dalam
rangka mencapai sasaran tertentu.”

Dari semua pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa perencanaan

adalah serangkaian proses penentuan tindakan masa depan yang disertai

pertimbangan yang logis dan kontinu untuk memanfaatkan sumber daya yang ada

semaksimal mungkin guna mencapai tujuan tertentu.

Prinsip prinsip dari suatu perencanaan adalah sebagai berikut:

1. Penentuan pilihan (setting up choices)

2. Penetapan pengagihan sumberdaya (resources allocation)

3. Penetapan dan usaha pencapaian sasaran dan tujuan pembangunan

(setting up goals and objectives)

4. Penetapan dan usaha pencapaian sasaran dan tujuan pembangunan

(setting up goals and objectives)

5. Berfikir System, holistik, dan berkelanjutan (sustainable development)

Adapun manfaat dari perencanaan adalah sebagai berikut:

a. Sebagai penuntun arah dan acuan pembangunan

b. Minimalisasi Ketidakpastian

c. Minimalisasi inefisiensi sumber daya

d. Penetapan Standar dalam Pengawasan Kualitas


29

e. Menghasilkan keadaan yang lebih baik

2.1.2 Teori Perencanaan


Pada hakikatnya, ilmu teori perencanaan berkaitan erat dengan perencanan

kota. Namun dalam perkembangannya perencanaan tidak dikembangkan

berdasarkan teori perencanaan, tetapi sebaliknya teori perencanaan berkembang

sebagai kelanjutan dari pengalaman mengenai usaha manusia mengatasi keadaan

lingkungan kehidupannya. Oleh karena itu, ilmu ini sangat diperlukan dalam

merencanakan sebuah kota, karena daam teori perencanaan membahas definisi,

pemahaman konteks, praktek-praktek, dan proses-proses dalam perencanaan kota,

dan bagaimana pertumbuhannya dari asal-usul sejarah dan kebudayaan masing-

masing.

Teori perencanaan telah berkembang sejak lama dan mengalami banyak

perubahan seiring perkembangan waktu. Perencanaan sendiri telah mengalami

banyak perkembangan sejak Patrick Geddes mencetuskannya untuk pertama kali.

Kebutuhan manusia akan teori tunggal mengenai suatu perencanaan atau biasa

disebut dengan teori perencanaan mengakibatkan pengaruh para ilmuan di bidang

ilmu sosial maupun ilmu pengetahuan alam semakin dilibatkan dalam praktek

perencanaan, riset, dan pendidikan.

Adapun teori-teori perencanaan yang dipergunakan dan menjadi pijakan

bagi perencana dan perencanaan, berupa:

1. Functional Theories
30

Teori yang dikembangkan lebih berdasar pada pemikiran si perencana,

dengan orientasi lebih pada target oriented planning atas dasari

dugaan-dugaan, sehingga produk perencanaannya pada umumnya lebih

bersifat instrumental atau top-down.

2. Behavioural Theories

Merupakan teori yang dikembangkan dengan lebih memperhatikan

fenomena behavioural melalui gejala-gejala empiris dan lebih berpikir

pada trend oriented planning, serta hasil perencanaannya pada

umumnya lebih bersifat komunikatif atau bottom up.

Keterkaitan antara teori dan perencanaan dalam teori-teori perencanaan

(planning theory) terdiri dari 3 (tiga) teori, yaitu sebagai berikut:

1. Theory in Planning, adalah pendekatan yang kemudian berkembang

menjadi cabang ilmu pengetahuan yang dipakai dalam perencanaan,

dimana dalam menyatakan eksistensinya ditempuh dengan cara

meminjam berbagai pandangan atau paradigm cabang ilmu

pengetahuan yang telah berkembang lebih dulu, seperti ilmu sosial,

ekonomi, matematika, statistik, antropologi dan lainnya.

2. Theory for Planning, adalah pendekatan yang kemudian berkembang

menjadi suatu teori, dimana proses terbentuknya adalah muncul dari

suatu pengamatan yang original yaitu dari suatu kerangka berpikir yang

memang berbeda dengan kerangka berpikir lain.


31

3. Theory for Planning, adalah pendekatan yang kemudian mendukung

berbagai kebijakan perencanaanbaik dalam proses atau prosedur dan

cara melaksanakannya maupun substansi perencanaannya.

2.2 Pengertian Umum Ruang Terbuka Hijau (RTH)


2.1.2 Pengertian Ruang Terbuka
Ruang terbuka merupakan suatu tempat atau area yang dapat

menampung aktivitas tertentu manusia, baik secara individu atau secara

kelompok (Hakim,1993). Contoh ruang terbuka meliputi jalan, taman,

pedestrian, plaza, pemakaman, lapangan olahraga. Secara teoritis

pengertian ruang terbuka (Open Space) adalah:

a. Merupakan ruang yang terdiri dari ruang keras (hard space) dibatasi

oleh dinding arsitektural serta digunakan untuk aktfitas sosial dan

ruang lunak (soft space) didominasi oleh lingkungan alam seperti

kebun, jalur hijau, dan taman (Trancik,1986).

b. Merupakan ruang 3 dimensi yang dibatasi oleh berbagai elevasi

ketinggian seperti bangunan dan pohon (Krier,1979).

Dari beberapa pendapat ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa

ruang terbuka adalah sebuah ruang yang terdiri dari perkerasan ataupun

penghijauan yang dapat menampung berbagai aktivitas manusia

didalamnya.
32

Secara umum, ruang terbuka di perkotaan terdiri dari ruang

terbuka hijau dan ruang terbuka non-hijau. Pengertian ruang terbuka

hampir sama dengan ruang terbuka hijau (RTH). Beberapa fungsi sosial

ruang terbuka (Open Space) adalah :

a. Tempat bermain terutama bagi anak-anak.

b. Tempat berolahraga.

c. Tempat Berinteraksi sosial masyarakat

d. Ruang untuk mendapatkan udara segar atau bersantai

e. Sebagai pembatas di antara massa bangunan

Beberapa fungsi ekologis ruang terbuka (Open Space) adalah :

a. Menyerap air hujan

b. Memperbaiki, mempengaruhi kualitas udara

c. Menambah nilai arsitektur bangunan

d. Memelihara ekosistem tertentu

2.3 Ruang Terbuka Hijau


2.3.1 Definisi Ruang Terbuka Hijau
Pada dasarnya semua aktivitas manusia tidak terlepas dari ruang

terbuka hijau, baik itu anak-anak hingga lanjut usia. Sebagaimana kita
33

ketahui, bahwa ruang terbuka hijau itu sangat penting salah satunya untuk

berinteraksi sosial manusia. Namun, keberadaan ruang terbuka hijau yang

baik sulit di temukan.

Berdasarkan UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,

menyatakan bahwa RTH merupakan tempat tumbuh tanaman baik

disengaja atau tidak pada area berbentuk memanjang atau mengelompok.

Ruang terbuka hijau kota merupakan bagian dari ruang terbuka (open

spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan vegetasi.

Manfaat yang di hasilkan RTH kota yaitu keamanan, kenyamanan,

kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut (Dep. Pekerjaan

Umum, 2008).

Keberadaan RTH sangat berperan dalam memperbaiki kualitas

hidup masyarakat. Jika dipandang dari fungsinya, maka ruang terbuka

hijau dapat dimanfaatkan sebagai ruang publik atau ruang tempat

berinteraksi manusia. ruang publik berkembang sejalan dengan

kebutuhan manusia dalam melakukan kegiatan bersama baik berkaitan

dengan sosial, ekonomi, dan budaya (Darmawan,2006).

Berdasarkan penjelasan Pasal 29 Ayat (1) UU Nomor 26 tahun

2007 tentang Penataan Ruang, bahwa RTH publik merupakan RTH yang

dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota yang digunakan untuk

kepentingan masyarakat secara umum. RTH publik meliputi taman kota,

taman pemakaman umum, dan jalur hijau sepanjang jalan, sungai, dan
34

pantai. Sedangkan ruang terbuka hijau privat meliputi kebun atau

halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami

tumbuhan.

2.3.2 Fungsi dan Peranan Ruang Terbuka Hijau


Secara umum, RTH dibangun secara merata di perkotaan untuk

memenuhi fungsi dari berbagai segi sebagai berikut:

a. Segi sosial, ekonomi, dan budaya, bahwa RTH merupakan tempat

rekreasi, pendidikan, interaksi sosial masyarakat.

b. Segi Fisik, bahwa RTH berfungsi sebagai pengatur iklim,

penyerapan air tanah, produsen oksigen, peneduh, penghalang angin,

habitat satwa.

c. Segi ekosistem perkotaan, RTH merupakan bagian dari usaha

pangan, produsen oksigen, tanaman berbunga, dan lain-lain.

d. Segi estetis, bahwa RTH berperan untuk meningkatkan nilai

keindahan dan kenyamanan kota. Dapat menciptakan keseimbangan

dan keserasian antara berbagai bangunan, taman kota, jalur hijau

jalan, jalur biru kali dan bantaran rel kereta api (Direktorat Jendral

Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum, 2006).


35

2.3.3 Manfaat Ruang Terbuka Hijau


Menurut Hakim dan Utomo (2004) bahwa manfaat RTH di

wilayah perkotaan antara lain sebagai berikut :

a. Memciptakan kenyamanan, kesehatan dan keindahan lingkungan

sebagai paru-paru kota.

b. Menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat bagi masyarakat kota

c. Memberikan hasil produksi berupa kayu, daun, bunga, dan buah

d. Sebagai tempat tumbuh tumbuhan dan hidup satwa.

e. Berfungsi sebagai area resapan air untuk mengurangi aliran air,

menangkap dan menyimpan air, menjaga keseimbangan tanah untuk

menjamin kesuburan tanah serta sebagai area sirkulasi udara

perkotaan.

f. Sebagai tempat sarana dan prasarana untuk kegiatan rekreasi perkotaan

Dari pernyataan para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa

dengan adanya RTH di perkotaan dapat dikatakan sangat penting karena

manusia memerlukan tempat-tempat yang nyaman, aman, dan indah.

Pentingnya RTH terhadap manusia yaitu agar manusia memiliki tempat

untuk berkumpul atau bersosialisasi/

2.3.4 Jenis-Jenis Ruang Terbuka Hijau


Berdasarkan tabel 2.1, dapat dilihat bahwa jenis-jenis RTH

berdasarkan fungsi dan aktivitas sebagai berikut:


36

Tabel 2.1 Jenis-Jenis RTH

No Jenis RTH Fungsi Aktivitas


1. Taman Kota - Paru-Paru Kota - Rekreasi

2. Taman Wisata Alam -- Konservasi air tanah


Pelestarian tumbuhan - Rekreasi

3. Taman Rekreasi dan hewan


- Sarana rekreasi tanpa - Olahraga

di batasi oleh - Bermain


4. Taman Lingkungan - Peredam kebisingan - Bersosialisasi
bangunan - Bersantai
Perumahan/ - Area interaksi sosial masyarakat

Permukiman -- Area - Berkumpul, Bersantai


5. Taman Lingkungan Tamanbermain
untuk dan - Upacara
olahraga - Bermain, Olahraga
Perkantoran Beristirahat - Olahraga
6. Taman Hutan Raya - Pelestarian tumbuhan - Rekreasi
- Sirkulasi udara - Area parkir
dan hewan - Penelitian

- Untuk kepentingan

7. Hutan Kota -penelitian


Habitat satwa liar - Kehidupan satwa liar

- Menciptakan
Area Pariwisata

lingkungan sehat,
8. Hutan Lindung - Mencegah banjir - Kawasan dijaga ketat.
nyaman, sejuk
- Mengatur kualitas air
9. Bentang Alam - Pengaman kawasan - Tempat rekreasi, tempat
- Keseburan tanah
lindung perkotaan, mendaki

pengendali air
37

10. Cagar Alam - Kawasan penelitian - Meneliti

dan pengembangan

ilmu

11. Kebun Raya - Kawasan hijau untuk - Meneliti

penelitian
12. Kebun Binatang - Tempat rekreasi - Atraksi hewan pelihara

- Sebagai area - Rekreasi

Penelitian -- Meneliti
13. Pemakaman Umum - Area pemakaman Pemakaman

14. Lapangan Olahraga - Area penghijauan


Tempat bermain - Berziarah
bersosialisasi

- Area olahraga - berolahraga

15. Lapangan Upacara -- Meningkatkan


Area upacara kualitas -- berkumpul
Kegiatan upacara
16. Parkir Terbuka - Sirkulasi Kota - Parkir
lingkungan
17. Lahan Pertanian - Sebagai Area Pangan - Penanaman

Perkotaan - Pengolahan
18. Jalur Tegangan - Jalur pengaman - Penghijauan
- Distribusi Pangan
19. Tinggi
Sempadan tegangan tinggi
- Area Penyerapan - Penghijauan

- Area Penghijauan

20. Jalur Pengaman -- Area perlindungan


Pengaman ruang - Pedestrian
dari bencana lintas
21. Jalan
Jalur Hijau disamping
- Budidayalalu
tanaman - Penghijauan
38

22. Daerah Penyangga - Peredam kebisingan - Penghijauan

- melindungi area

sekitar apabila terjadi


23. Taman Atap - Atap bangunan - penghijauan
bencana
- Peneduh - taman di atap bangunan

- mengurangi

(Sumber: kebisingan
Peraturan Menteri No1 Tahun 2007)

2.3.5 Klasifikasi Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Kepemilikan


Berdasarkan tabel 2.2, dapat dilihat bahwa klasifikasi jenis RTH

berdasarkan kepemilikan sebagai berikut:

Tabel 2.2 Kepemilikan RTH

RTH RTH
No. Jenis

Publik Privat
RTH Pekarangan
a. Pekarangan rumah tinggal 
b. Halaman perkantoran, pertokoan, dan tempat usaha 
1 c. Taman atap bangunan 
RTH Taman dan Hutan Kota
a. Taman RT  
b. Taman RW  
c. Taman Kelurahan  
d. Taman Kecamatan  
e. Taman Kota 
f. Hutan Kota 
2 g. Sabuk hijau (green belt) 
RTH Jalur Hijau Jalan
39

a. Pulau Jalan dan Median Jalan  


b. Jalur Pejalan Kaki  
c. Ruang dibawah jalan layang 
3 RTH Fungsi Tertentu
a. RTH sempadan rel kereta api 
b. Jalaur hijau jaringan listrik tegangan tinggi 
c. RTH sempadan sungai 
d. RTH sempadan pantai 
e. RTH pengamanan sumber air baku/ mata air 
4
f. Pemakaman 
(Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.

05/PRT/M/2008)

2.3.6 Ruang Terbuka Hijau Publik


Ruang terbuka hijau (RTH) Publik adalah RTH yang lokasi

lahannya merupakan milik pemerintah dan digunakan untuk kepentingan

umum serta dikelola oleh pemerintah. Yang termasuk RTH Publik adalah

taman kota, taman lingkungan, taman pemakaman, pedestrian, jalur hijau

sepanjang jalan, pantai, sungai, kereta api.

2.3.7 Ruang Terbuka Hijau Privat


Ruang terbuka hijau (RTH) Privat adalah RTH yang lokasi

lahannya merupakan milik individual atau pribadi serta dikelola oleh

pihak swasta/ perseorangan yang dikendalikan melalui izin pemanfaatan

ruang oleh pemerintah daerah. Yang termasuk RTH Privat adalah

halaman rumah milik swasta/ masyarakat yang ditanami tumbuhan.


40

2.3.8 Nilai-Nilai Ruang Terbuka Hijau


Wijanarko (2006) mengungkapkan bahwa nilai-nilai yang

terkandung dalam RTH meliputi nilai ekologis dan alam, nilai psikologis,

nilai sosial-budaya serta nilai estetika. Nilai ekologis dari RTH adalah

sebagai tempat yang menyediakan udara segar, menyerap gas

karbondioksida(CO2), menahan angin dan dapat mengurangi tingkat

kebisingan yang disebabkan oleh kendaraan ataupun sumber lainnya.

Nilai psikologis dari RTH adalah sebagai tempat berkumpul

keluarga, tempat bermain anak-anak, serta dapat dijadikan sebagai tempat

untuk melepaskan lelah atau stress. Nilai sosial-budaya yang terkandung

dalam RTH adalah sebagai tempat atau ruang untuk interaksi sosial antar

masyarakat sehingga nilai sosial dapat tumbuh dan berkembang pada

RTH.

Nilai estetika dari ruang terbuka hijau adalah dengan adanya

berbagai jenis vegetasi yang ditata dengan rapi dapat menciptakan

kenyamanan visual. Adanya variasi tanaman mulai dari rumput-rumputan

hingga pohon tinggi dapat menambah nilai estetika pada RTH.

2.3.9 Fasilitas Pendukung Ruang Terbuka Hijau


Menurt Rubenstein (1992), mengemukakan bahwa fasilitas/

elemen pendukung RTH sebagai berikut:


41

a. Ground Cover, adalah elemen utama sebagai penutup tanah berupa

tekstur, material. Adapun dari segi material dibedakan atas 2

(dua),yakni:

 Material Keras : batu-bata, paving, aspal

 Material Lunak : rumput dan tanah liat

b. Bangku (tempat duduk), diperlukan untuk beristirahat atau bersantai

menikmati suasana taman. Bangku dapat dibuat dari besi, kayu, batu

atau beton dan memiliki sandaran. Umumnya bangku yang baik

memiliki ketinggian 37,5 - 45cm.

c. Tanaman peneduh, berfungsi sebagai peneduh terhadap sinar

matahari dan hujan, mengurangi kebisingan, polusi kendaraan

bermotor, dan memperindah kawasan.

d. Tempat sampah, merupakan prasarana dalam menjaga kebersihan

lingkungan taman.

e. Jam, apabila ditempatkan pada posisi yang tepat dapat menjadi

landmark di taman.

f. Lampu, dimana berfungsi sebagai penerangan bagi pengguna ruang

terutama pada malam hari.

g. Sculpture, berfungsi sebagai penambah estetika dan vocal point

(menarik perhatian mata). Contohnya: patung, air mancur.


42

2.3.10 Kebijakan Dan Standar Ruang Terbuka Hijau


Dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,

mengharuskan proporsi ruang terbuka hijau sebanyak 30% dengan

rincian sebesar 20% ruang terbuka hijau publik, dan 10% ruang terbuka

hijau privat dari luas wilayahnya. Proporsi 30% merupakan ukuran

minimal untuk menjamin ekosistem kota.

Standar kebutuhan RTH menurut peraturan menteri pekerjaan

umum No.05/PRT/M/2008 berdasarkan jumlah penduduk dapat dibagi

kedalam beberapa unit lingkungan. Penyediaan RTH berdasarkan jumlah

penduduk dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah

Penduduk

Luas Luas
Unit
Min/Unit Min/Ka
No. Lingkungan Tipe RTH Lokasi
2 2
(m ) pita (m ) Di tengah lingkungan
1 250 jiwa Taman RT 250 1,0
RT
Di pusat kegiatan
2 2500 jiwa Taman RW 1250 0,5
RW
Dikelompokkan
Taman
3 30.000 jiwa 9000 0,3 dengan sekolah/pusat
Kelurahan
Dikelompokkan
Taman kelurahan
24.000 0,2 dengan sekolah/pusat
4 120.000 jiwa kecamatan
Pemakaman Disesuaikan 1,2 Tersebar
kecamatan
Di pusat
Taman Kota 144.000 0,3
wilayah/kota
43

Di dalam/kawasan
Hutan Kota Disesuaikan 4,0

Untuk fungsi pinggiran


Disesuaikan dengan
Disesuaikan 12,5
5 480.000 jiwa
tertentu kebutuhan

(Sumber: Direktorat Jendral Penataan Ruang Departemen Pekerjaan

Umum, 2008)
44

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendektan

kualitatif. Dilakukan dengan cara pengamatan langsung dan wawancara mendalam

dengan informan yang telah ditentukan. Kemudian, data yang ditemukan dari hasil

wawancara dan pengamatan tersebut akan dianalisis secara kualitatif.

Sugiyono (2011:3) metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah

untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaantertentu. Berdasarkan hal

tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu cara ilmiah, data,

tujuan, dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian didasarkan pada ciri

– ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan

penelitian itu dilakukan dengan cara – cara yang masuk akal, sehingga terjangkau

oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara – cara yang dilakukan itu dapat

diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui

cara – cara yang digunakan. Sistematis artinya, proses yang digunakan dalam

penelitian menggunakan langkah – langkah tertentu yang bersifat logis.

Karena dalam penelitian deskriptif ini menggambarkan suatu masalah sosial

yang terjadi dilingkungan masyarakat, dalam konteks permasalahan tentang RTH

di Kabupaten Karawang setiap tahunnya suhu bumi semakin meningkat. Maka dari
45

itu perlunya pengelolaan RTH di Kabupaten Karawang. Ditambah pembangunan

industri yang semakin meningkta jika tidak d bersamaan dengan pengelolaan RTH

maka akan mengancam ekosistem dan juga manusia itu sendiri. Dalam mengambil

contoh kasus mengenai kurangnya RTH di Kabupaten Karawang peneliti akan

mengambil contoh kasus di kawasan perkotaan Kabupaten Karawang. Untuk bisa

mengetahui seberapa besar kerugian yang dialami masyarakat , peneliti akan

mengamati dan melakukan wawancara langsung terkait fenomena permasalahan

RTH di Kabupaten Karawang ini. Dengan pengamatan secara langsung peneliti

diharapkan mengamati serta mengkaji secara langsung sehingga dapat memberikan

solusi dan saran dalam kesimpulan akhir mengenai permasalahan RTH Kabupaten

Karawang.

Dengan memakai penelitian kualitatif, maka akan menghasilkan data yang

deskriptif berupa ucapan atau tulisan perilaku orang-orang yang diamati di Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Karawang (BAPPEDA) selaku

perencana umum terkait penataan ruang RTH, Dinas Lingkungan Hidup dan

Kebersihan Kabupaten Karawang (DLHK), Dinas Penataan Umum dan Penataan

Ruang (PUPR) dan Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (PRKP)

sebagai instansi atau OPD yang melaksanakan program RTH. Pendekatan

Kualitatif diharapkan untuk leih mendalami permasalahan, dan uraian yang

dihasilkan lebih mendalam mengenai penanganan permasalahan RTH di Kabupaten

Karawang.
46

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif

yang merupakan bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskriptrifkan

fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan

manusia. Fenomena itu bisa berbentuk akivitas, karakteristik, perubahan,

hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena satu dengan fenomena yang

lainnya. Penelitian deskriptif berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan

sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang,

proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi atau tentang

kecenderungan yang tengah berlangsung. Alasan penulis menggunakan metode

deskriptif jenis studi kasus karena merupakan tipe pendekatan dalam penelitian

yang penelaahannya pada suatu kasus secara intensif, mendalam, mendetail serta

komprehensif sehingga upaya mencari solusi untuk permasalahan yang timbul

dapat terwujud dalam kasus permasalahan mengenai kurangnya RTH di Kabupaten

Karawang.

3.2 Teknik Pengumpulan data

Penelitian kualitatif, dalam pelaksanaan penelitian diperlukan dua yang

lengkap. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat

menggunakan sumber primer dan sekunder. Untuk memperoleh fakta-fakta yang

lengkap dalam peelitian mengenai Perencanaan Kabupaten Karawang dalam


47

Pengelolaan RTH, maka penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data

yaitu sebagai berikut :

1. Studi Kepustakaan

Yaitu mengadakan pengumpulan data melalui penelaahan berbagai

studi literatur kepustakaan atau buku-buku yang berhubungan dengan

pengelolaan RTH serta konsep perencanaan. Artikel-artikel yang berkaitan

dengan RTH serta konsep perencanaan, berita media cetak atau online yang

memberikan informasi tentang RTH di Kabupaten Karawang, peneliti fokus

kepada pengelolaan RTH yang berada kawasan perkotaan, dan juga

melakukan kepustakaan lainnya yang berhubungan dengan pengelolaan

RTH di Kabupaten Karawang.

2). Studi Lapangan

Yaitu penggumpulan data dengan cara mengumpulkan dan

menyeleksi data yang diperoleh dilokasi penelitian baik itu data dari

pemegang kebijakan yang berhubungan dalam menangani permasalahan

RTH seperti Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten

Karawang (BAPPEDA) selaku perencana umum terkait penataan ruang

RTH, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Karawang

(DLHK), Dinas Penataan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) dan Dinas

Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (PRKP) , maupun


48

masyarakat kawasan perkotaan. Studi lapangan ini dilakukan dengan teknik

a. Observasi

Nasution dalam Sugiyono (2011:226) menyatakan bahwa, observasi

adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Pengamatan dilakukan dengan

menggunakan teknik observasi pasitipasi pasif, dimana peneliti tidak

terlibat secara langsung dalam kegiatan yang akan diamati, akan tetapi

peneliti hanya datang ditempat kegiatan berlangsung untuk melakukan

pengamatan. Objek yang diamati adalah permasalahan RTH di OPD-OPD

seperti Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Karawang

(BAPPEDA) selaku perencana umum terkait penataan ruang RTH, Dinas

Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Karawang (DLHK), Dinas

Penataan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) dan Dinas Perumahan Rakyat

dan Kawasan Permukiman (PRKP).

b. Wawancara

Esterberg dalam Sugiyono (2011:231) mendefinisikan wawancara

“merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui

tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik

tertentu” Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan

melalui wawancara adalah teknik wawancara terstruktur, artinya

pewawancara sebelumnya menentukan dan menyiapkan pertanyaan-

pertanyan sesuai dengan permasalahan yang akan diungkap. Saat


49

melakukan wawancara peneliti sebagai pewawancara membawa pedoman

wawancara serta dapat dibantu dengan alat-alat wawancara seperti buku

cacatan, tape recorder atau alat perekam suara serta kamera untuk

membantu mendokumentasikan hasil wawancara yang dilakukan. Dengan

demikian data yang diperoleh dan tidak terungkap sebelumnya dalam

observasi akan lebih lengkap dan mendalam.

Wawancara yang akan dilakukan adalah ke aparatur pemerintahan

Karawang seperti Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten

Karawang (BAPPEDA) selaku perencana umum terkait penataan ruang

RTH, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Karawang

(DLHK), Dinas Penataan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) dan Dinas

Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (PRKP), dan masyarakat

kawasan perkotaan.

c. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu

(Sugiyono, 2012:82). Dalam Samiaji Sarosa (2012:61) disebutkan bahwa

“dokumen dapat berupa buku, artikel media massa, catatan harian,

manifesto, undang-undang, notulen, blog, halaman web, foto dan lainnya”.

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian

adalah peneliti itu sendiri. Menurut Sugiyono (2012:222), “peneliti

kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus

penelitian, memilih informasi sebagai sumber data, melakukan


50

pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan

membuat kesimpulan atas temuannya”. Studi dokumentasi merupakan

teknik pengumpulan data yang melengkapi hasil temuan dari observasi dan

wawancara yang telah dilakukan dalam penelitian kualitatif sehingga data

yang diperoleh dari dokumen dapat memberikan gambaran yang lebih

lengkap.

3.3 Sumber Data

Sebuah penelitian maka diperlukan sebuah data yang lengkap. Dilihat dari

sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan

sekunder. Menurut Sugiono (2011:137) menjelaskan sumber data primer sebagai

berikut :

“Sumber primer adalah smberdata yang langsung memberikan data kepada


pengumpul data dan sumber sekunder merupakan yang tidak langsung
mmberikan data kepada pengumpul data, mislanya lewat orang lain
ataulewatdokumen”
Menggunakan data primer karena peneliti mengumpulkan sendiri data-data

yang dibutuhkan yang bersumber langsung dari objek pertama yang akan diteliti

yaitu Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Karawang

(BAPPEDA) selaku perencana umum terkait penataan ruang RTH, Dinas

Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Karawang (DLHK), Dinas Penataan

Umum dan Penataan Ruang (PUPR) dan Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan
51

Permukiman (PRKP), setelah data-data terkumpul, data tersebut akan di olah

sehingga akan menjadi sebuah informan bagi peneliti tentang keadaan obejek

penelitian. Serta informasi mengenai masalah-masalah kurangnya pengelolaan

RTH di Kabupaten Karawang. Sedangkan menggunakan data sekunder karena

peneliti mengumpulkan informasi dari data yang telah diolah oleh pihak lain, yaitu

informasi dari literasi – literasi buku dan artikel atau berita media cetak maupun

media online mengenai konsep perencanaan serta permasalahan – permasalahan

mengenai RTH di Kabupaten Karawang.

Sumber data yang dapat dijadikan rujukan bagi penelitian ini adalah sebagai

berikut :

a. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Karawang

(BAPPEDA) dengan pertimbangan bahwa instansi tersebut yang

membuat konsep secara umum tentang penataan ruang dan RTH.

b. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten

Karawang dengan pertimbangan bahwa instansi tersebut yang membuat

pola dan tata letak penataan ruang di Kabupaten Karawang.

c. Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (PRKP)

Labupaten Karawang dengan petimbangan bahwa instansi tersebut

pelaksana program taman kota, sempadan dan median.

d. Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (LHK) Kabupaten Karawang

dengan pertimbangan Dinas tersebut sebagai pelaksana program

penelolaan hutan kota.


52

e. Masyarakat kawasan perkotaan dengan pertimbangan masyarakat

perkotaan yang merasakan bagaimana permasalahan kuangnya RTH di

Kabupaten Karawang.

f. Kelompok masyarakat yang berpartisipasi dalam pengelolaan RTH di

Kabupaten Karawang

3.4 Teknik Penentuan Informan

Penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh

Spradley (dalam Sugiyono, 2011:297) dinamakan social situation atau situasi social

yang terdiri atas tiga elemen yaitu : tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas

(activity) yang berinteraksi secara sinergis. Situasi social tersebut, dapat dirumah

berikut keluarga dan aktivitasnya, atau orang-orang disudut jalan yang sedang

mengobrol, atau ditempat kerja dikota, desa, atau wilayah suatu Negara. Peneliti

menentukan key informan. Penentuan Informan dalam hal ini ditempuh dengan

mencari pihak yang terlibat langsung dengan permasalahan kurangnya RTH di

Kabupaten Karawang. Dalam hal ini berjumlah orang, antara lain :

1. Kepala Bidang Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)

bidang prasarana tata ruang sebagai key informan dalam penelitian ini

karena staff BAPPEDA mengetahui langsung permasalahan yang di

teliti oleh peneliti.


53

2. Kepala Bidang penataan ruang Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan

Ruang (PUPR) sebagai key informan dan petunjuk teknis terkait

penataan ruang dan pengelolaan RTH di Kabupaten Karawang.

3. Kepala Bidang Pertamanan Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan

Pemukiman (PRKP) sebagai key informan dan petunjuk teknis terkait

taman kota, sempadan dan median di Kabupten Karawang.

4. Kepala Bidang Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (LHK)

sebagai key informan dan petunjuk teknis terkait pengelolaan hutan kota

di Kabupaten Karawang.

5. Masyarakat kawasan perkotaan yang merasakan langsung fenomena

kurangnya ruang terbuka hijau di Kabupaten Karawang.

6. Salah satu kelompok masyarakat yang berpartisipasi dalam pengelolaan

RTH di Kabupatens Karawang

3.5 Teknik Analisis Data

Bogdan dalam Sugiyono (2011:244) menyatakan bahwa, “analisis data

adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari

hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah

dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain”.

Susan Stainback dalam Sugiyono (2011:244) mmenyatakan bahwa

“Analisis data merupakan hal yang kritis dalam proses penelitian kualitatif. Analisis
54

digunakan untuk memahami hubungan dan konsep dalam data sehingga hipotesis

dapat dikembangkan dan dapat dievaluasi”.

Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis

berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis.

Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data tersebut, selanjutnya

dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga selanjutnya dapat disimpulkan

apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak berdasarkan data yang terkumpul.

Bila berdasarkan data yang didapat dikumpulkan secara berulang-ulang dengan

teknik triangulasi, ternyata hipotesis diterima, maka hipotesis tersebut berkembang

menjadi teori. (Sugiyono, 2011:335)

Pada penelitian kualitatif, proses analisis berlangsung pada saat data

diperoleh, artinya apabila peneliti merasa belum puas dengan data yang diperoleh

maka peneliti melanjutkan pengamatan untuk memperoleh data yang lebih lengkap

dan mendalam dan dianggap kredibel. Miles and Huberman dalam Sugiyono

(2011:337) mengemukakan bahwa, “aktivitas dalam analisis data kualitatif

dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,

sehingga datanya sudah jenuh”. Adapun aktifitas dalam analisis data, yaitu: data

reduction (reduksi data), data display (penyajian data), dan conclusion drawing/

verification (menarik kesimpulan/ verifikasi).

1. Reduksi Data
55

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya

(Sugiyono, 2011:338). Dengan mereduksi data, data yang diperoleh dari

lapangan dengan jumlah yang cukup banyak akan memudahkan peneliti

untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas atas data yang telah

diperoleh serta memudahkan peneliti untuk melakukan pengumpulan data

pada tahap berikutnya.

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan tahap kedua setelah dilakukannya reduksi

data. Sugiyono (2011:341) menjelaskan bahwa “dalam penelitian kualitatif,

penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,

hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Miles and Huberman

dalam Sugiyono (2011:341) Yang paling sering digunakan untuk

menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat

naratif. Pada tahap kedua, data-data yang telah diperoleh kemudian disusun

lalu disajikan agar dapat memudahkan peneliti dalam memahami apa yang

terjadi terkait fenomena atau permasalahan yang sedang diteliti tersebut.

3. Verifikasi

Verifikasi merupakan tahap ketiga sekaligus proses analisis data

terakhir dalam teknik analisis data. Dalam tahap ini dilakukan penarikan

kesimpulan atau proses pengambilan intisari dari data-data yang telah

diperoleh kemudian disusun dan disajikan kedalam bentuk pernyataan yang


56

singkat dan padat akan tetapi dapat memberikan penjelasan atau penjabaran

yang menyeluruh.

3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian


3.6.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini difokuskan pada Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah Kabupaten Karawang (BAPPEDA) selaku perencana umum terkait

penataan ruang RTH, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten

Karawang (DLHK), Dinas Penataan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) dan Dinas

Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (PRKP), dan masyarakat kawasan

perkotaan Kabupaten Karawang.

3.6.2 Waktu penelitian

Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini selama tujuh bulan, terhitung

dari bulan Februari sampai dengan bulan Agustus 2016 yaitu:

1. Studi pustaka dilakukan sejak bulan Februari sampai dengan bulan Agustus

2017.

2. Penelitian awal dilakukan mulai awal Februari sampai dengan bulan Maret

2017.

3. Penyusunan UP penelitian dilakukan pada bulan Februari-Juni 2017.

4. Seminar UP dilaksanakan pada bulan Juli tahun 2017.


57

5. Penelitian lapangan dilakukan terhitung sejak bulan Maret sampai dengan

bulan September 2017.

6. Pengolahan data dilakukan terhitung sejak bulan Juli sampai dengan bulan

September 2017.

7. Analisis data dilakukan terhitung sejak bulan Juli sampai dengan bulan

September 2017.

8. Penyusunan laporan dilakukan terhitung sejak bulan Juli sampai dengan

bulan September 2017.

9. Sidang skripsi dilakukan pada bulan September 2017.

Table 4 Waktu dan Kegiatan Penelitian


No Kegiatan Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember

1 Studi Pustaka

2 Penelitian Awal

3 Penyusunan UP

4 Seminar UP

Penelitian
5
Lapangan

6 Pengolahan Data

7 Analisis data

Penyusunan
8
Laporan

9 Sidang Skripsi

Sumber Olahan Penelitian 2017


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Berorientasi Untuk Mencapai Suatu Tujuan

Tujuan dapat bersifat ekonomi, politik, sosial, bahkan tujuan-tujuan

ideologis atau seringkali suatu kombinasi dari pada berbagai hal tersebut. Tujuan-

tujuan ini yang menjadi dasar dan perangsang dari kegiatan usaha yang

menimbulkan “sense of purpose”.

Tujuan pengembangan RTH di kawasan perkotaan Karawang merupakan

tindak lanjut dari tujuan pengembangan Master Plan Perkotaan Karawang yang

telah ditetapkan. Adapun yang menjadi tujuan pengembangan RTH di kawasan

perkotaan Karawang adalah “Mewujudkan kawasan Perkotaan Karawang yang

nyaman, indah, hijau, produktif dan berkelanjutan”. Untuk mengetahui letak

geografis Kabupaten Karawang dapat dilihat pada bagian dibawah ini.

4.1.1 Profil Kabupaten Karawang

Kabupaten Karawang secara geografis terletak di bagian Utara Provinsi Jawa

Barat, Kabupaten Karawang memiliki daerah pesisir sepanjang 75 km dan wilayah

kewenangan 4 (empat) mil laut dari garis pantai terluar serta memiliki daerah

pegunungan di bagian Selatan. Keadaan tersebut menjadikan Kabupaten Karawang

sabagai daerah strategis dengan adanya sumber daya pendukung.

Secara geografis Kabupaten Karawang terletak antara 107°02-107°40 BT

dan 5°562-6°34 LS dengan daerah daratan relatif rendah, mempunyai variasi

kemiringan wilayah 0-2%, 2-15% dan diatas 40%.


Secara administratif, Kabupaten Karawang mempunyai batas-batas wilayah

sebagai berikut :

1. Sebelah Utara : Batas Alam yaitu Laut Jawa.

2. Sebelah Timur : Kabupaten Subang.

3. Sebelah Tenggara : Kabupaten Purwakarta.

4. Sebelah Selatan : Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur.

5. Sebelah Barat : Kabupaten Bekasi.

Kabupaten Karawang yang memiliki luas wilayah 1.752,327 Km2 dengan

terdiri dari 30 Kecamatan, 297 Desa dan 12 Kelurahan. Penamaan kecamatan baru

menurut Peraturah Daerah Kabupaten Karawang Nomor : 3 Tahun 2004 tentang

Pembentukan dan Pemekaran Kecamatan, yaitu :

1. BANYUSARI 16. MAJALAYA

2. BATUJAYA 17. PAKISJAYA

3. CIAMPEL 18. PANGKALAN

4. CIBUAYA 19. PEDES

5. CIKAMPEK 20. RAWAMERTA

6. CILAMAYA KULON 21. RENGASDENGKLOK

7. CILAMAYA WETAN 22. TEGALWARU

8. CILEBAR 23. TELAGASARI

9. JATISARI 24. TELUKJAMBE BARAT

10. JAYAKERTA 25. TELUKJAMBE TIMUR

11. KLARI 26. TEMPURAN

12. KOTABARU 27. TIRTAJAYA


13. KARAWANG BARAT 28. TIRTAMULYA

14. KUTAWALUYA 29. KARAWANG TIMUR

15. LEMAHABANG 30. PURWASARI

4.1.2 Visi dan Misi Kabupaten Karawang

Visi Kabupaten Karawang 2016-2021: “Karawang yang mandiri maju adil

dan makmur”.

Misi Kabupaten Karawang 2016-2021:

1. Mewujudkan Aparatur Pemerintah Daerah yang Bersih dan Berwibawa.

2. Mewujudkan Kabupaten Karawang yang Berdaya Saing.

3. Mewujudkan Masyarakat Demokratis Berlandaskan Hukum.

4. Mewujudkan Kabupaten Karawang yang Asri dan Lestari.

5. Membangun Kabupaten Karawang Melalui Penguatan Desa.

4.1.3 Keadaan Demografis

Jumlah penduduk Kabupaten Karawang berdasarkan data Agregat

Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Karawang

pada tahun 2014 tercatat sekitar 1.903.155 jiwa terdiri dari 969.389 jiwa penduduk

laki-laki dan 933.726 jiwa penduduk perempuan. Dari jumlah keseluruhan

penduduk yang tercatat di Kabupaten Karawang sekitar 6.175 jiwa adalah

penyandang cacat pada tahun 2014 dan meningkat menjadi 6.288 jiwa penyandang

cacat pada tahun 2015.


4.1.4 Kondisi Fisik Dasar

Perkotaan Karawang merupakan bagian dari wilayah administrasi Kabupaten

Karawang yang terdiri dari limaKecamatan yaitu Kecamatan Karawang Barat,

Karawang Timur, Klari, Telukjambe Barat dan Telukjambe Timur.

Adapun batas-batas wilayah administrasi Perkotaan Karawang adalah :

Sebelah utara : Kecamatan Rengasdengklok

Sebelah Selatan : KecamatanCiampel - Pangkalan

Sebelah Barat : Kabupaten Bekasi

Sebelah Timur : Kecamatan Majalaya, Purwasari dan Cikampek

Untuk lebih jelasnya gambar mengenai kawasan Perkotaan Karawang dapat dilihat

pada gambar dibawah.


Gambar 4. 1Peta Administrasi Kab. Karawang
Gambar 4. 2Peta Perkotaan Karawang
Tabel 4.1 Arahan Konsep Penataan RTH Taman Perkotaan Karawang

Konsep Arahan Pengembangan RTH Taman

No Jenis Kota
Penetapan Kawasan Tipologi Lokasi
. Kawasan Arahan Arahan
Arahan Fungsi
Tipologi Penataan

1. Kawasan pemerintahan  Kawasa  RTH Pusat Pusat  Ruang  tempat rekreasi  Perencanaa

pemerintaha Pemerintaha pemerintaha hijau dan olahraga n dan

n n n pertamana masyarakat Penataan

Kecamatan n kota Ruang hijau


 Ruang hijau
 Ruang pertamanan
pertamanan
jalur hijau kota
kota
(green  Penegagaka
 pengamanan
belt n peraturan
sumber daya
RTH privat
Konsep Arahan Pengembangan RTH Taman

No Jenis Kota
Penetapan Kawasan Tipologi Lokasi
. Kawasan Arahan Arahan
Arahan Fungsi
Tipologi Penataan

baik alam, berupa

buatan maupun KDB dan

historis KLB

 penyediaan bangunan

RTH yang

bersifat privat,

melalui

pembatasan

kepadatan serta

kriteria
Konsep Arahan Pengembangan RTH Taman

No Jenis Kota
Penetapan Kawasan Tipologi Lokasi
. Kawasan Arahan Arahan
Arahan Fungsi
Tipologi Penataan

 pembatas

perkembangan

kota ke arah

yang tidak

diharapkan

Pemakaman  RTH TPU  RTH TPU Kelurahan  Ruang  tempat  Penataan

hijau pemakaman RTH TPU

pertamana umum sebagi

n kota Ruang
Konsep Arahan Pengembangan RTH Taman

No Jenis Kota
Penetapan Kawasan Tipologi Lokasi
. Kawasan Arahan Arahan
Arahan Fungsi
Tipologi Penataan

 Ruang jalur hijau

hijau (green konservasi

belt)

Alun-alun kota  Kawasan  RTH Publik Pusat kota  Ruang  tempat rekreasi  Perencanaa

Area Publik hijau dan olahraga n dan

pertamana masyarakat Penataan

n kota  area Ruang hijau

mitigasi/evakua pertamanan

si bencana kota
Konsep Arahan Pengembangan RTH Taman

No Jenis Kota
Penetapan Kawasan Tipologi Lokasi
. Kawasan Arahan Arahan
Arahan Fungsi
Tipologi Penataan

 pengamanan  Penataan

sumber daya sarana dan

baik alam, prasarana

buatan maupun arel publik

historis sebagailaha

 fungsi sosial n rekresai

kemasyarakan yang

memiliki

fungsi

sosial
Konsep Arahan Pengembangan RTH Taman

No Jenis Kota
Penetapan Kawasan Tipologi Lokasi
. Kawasan Arahan Arahan
Arahan Fungsi
Tipologi Penataan

Alun–alun  Kawasa  RTH Publik Pust BWK  Ruang  tempat rekreasi  Perencanaa

kecamatan/kelurahan/de pemerintaha hijau dan olahraga n dan

sa n pertamana masyarakat Penataan

Kecamatan n kota  area Ruang hijau

/ desa  Ruang mitigasi/evakua pertamanan

jalur hijau si bencana kota

(green  pengamanan  Penataan

belt sumber daya sarana dan

baik alam, prasarana

arel publik
Konsep Arahan Pengembangan RTH Taman

No Jenis Kota
Penetapan Kawasan Tipologi Lokasi
. Kawasan Arahan Arahan
Arahan Fungsi
Tipologi Penataan

buatan maupun sebagailaha

historis n rekresai

yang

memiliki

fungsi

sosial

Sumber: HasilAnalisis 2013


4.1.5 Perekonomian

Berdasarkan PDRB atas harga berlaku pada tahun 2005, sektor yang memberikan

sumbangan terbesar adalah Industri Pengolahan sebesar 52,91% dan mengalami

penurunan pada tahun 2006 menjadi 52,84%. Sedangkan sektor pertanian

memberikan konstribusi sebesar 9,38% pada tahun 2005 dan mengalami penurunan

menjadi 6,48% pada tahun 2006.

Tabel 4.2 Struktur Ekonomi Kabupaten Karawang Tahun 2005 – 2006

(PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Dalam %)

Sektor 2005* 2006**

Pertanian 9.38 6.48

Pertambangan dan Penggalian 4.05 4.70

Industri Pengolahan 52.91 52.84

Listrik dan Air bersih 3.18 3.40

Konstruksi / Bangunan 1.62 1.78

Perdagangan , Hotel dan Restoran 18.99 17.88

Angkutan & Komunikasi 4.57 5.61

Keuangan, Persewaan & Jasa 1.34 1.21

Perusahaan

Jasa-jasa 3.96 4.11

PDRB dengan Migas 100.00 100.00

Sumber: RTRW Kab. Karawang 2011-2031


Adapun konsep taman kota yang digagas oleh Pemerintah Kabupaten

Karawang yang sudah dirancang oleh Dinas PRKP dapat diuraikan seperti dibawah

ini

4.2.1 Taman Kota

Taman Kota merupakan taman yang memiliki skala pelayanan kawasan

perkotaan. Menurut standar, Taman Kota melayani 480.000 jiwa dengan luas

minimal per unit adalah 144.000 m2. Dalam kondisi eksisting, Perkotaan

Karawang memiliki Taman Kota yang digunakan untuk tempat bermain dan

tempat sosialisasi masyarakat. Luas taman kota ini diperkirakan ±14 Ha,

dimana lokasi taman ini diarahkan pada pusat kota.

4.2.2 Konsep Hutan Kota

Arahan pengembangan hutan kota Karawang sesuai dengan peruntukannya yang di

tetapkan dalam arahan RTRW KabupatenKarawang, Hutan Kota yang

dikembangkan dan bangun dalam beberapa bentuk, di antaranya :

• Ruang hijau pertamanan kota

• Ruang hijau rekreasi kota

• Ruang jalur hijau (green belt)

• Ruang hijau taman hutan raya

• Ruang hijau hutan lindung


Fungsi dan peran yang di emban kawasan Hutan kota yang dimaksudkan untuk

menjamin tersedianya ruang yang cukup bagi:

a. kawasan konservasi untuk kelestarian hidrologis;

b. area pengembangan keanekaragaman hayati;

c. area penciptaan iklim dan pereduksi polutan di kawasan perkotaan;

d. tempat rekreasi dan olahraga masyarakat;

e. pembatas perkembangan kota ke arah yang tidak diharapkan;

f. pengamanan sumber daya baik alam, buatan maupun historis;

g. area mitigasi/evakuasi bencana; dan

h. ruang penempatan pertandaan (signage) sesuai dengan peraturan

perundangan dan tidak mengganggu fungsi utama RTH tersebut.

4.2.3 Konsep RTH Sempadan Sungai

Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri dan kanan sungai, termasuk sungai

buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting untuk

mempertahankan kelestarian fungsi sungai, perlindungan terhadap sempadan

sungai dilakukan untuk melindungi dari kegiatan manusia yang dapat menggangu

dan merusak kwalitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta

mengamankan aliran sungai

a. sungai bertangul:
1. Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditetapkan

sekurang-kurangnya 3 m di sebelah luar kaki tanggul

2. Garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan ditetapkan

sekurang-kurangnya 5m disebelah luar sepanjang kaki tanggul

3. Dengan pertimbangan untuk peningkatan fungsinya, tanggul dapat diperkuat,

diperlebar dan ditinggikan yang dapat berakibat bergesernya garis sempadan

sungai.

4. Kecuali lahan yang berstatus tanah negara, makan lahan yang diperlukan

untuk tapak tanggul baru sebagai akibat dilaksanakannya ketentuan

sebagaimana dimaksud harus dibedakan

b. sungai tidak bertangul

1. Garis sempadan sungai tidak bertangul didalam kawasan perkotaan

ditetapkan sebagai berikut:

 Sungai yang mempunyai kedalam tidak lebih dari 3 m, garis sempadan

ditetapkan sekurang-kurangnya 10 m dihitung dari tepi sungai pada waktu

ditetapkan

 Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 m sampai dengan 20 m,

garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 10 m dihitung dari tepi

sungai pada waktu ditetapkan


 Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 20 m, garis sempadan

ditetapkan sekurang-kurangnya 30 m dihitung dari tepi sungai pada waktu

ditetapkan.

2. Garis sempadan sungai tidak bertanggul diluar kawasan perkotaan ditetapkan

sebagai berikut:

 Sungai besar yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai

seluas 500 km atau lebih, penetapan garis sempadannya sekurang-

kurangnya 100m

 Sungai kecil yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai

kurang dari 500 km penetapan garis sempadannya sekurang-kurang 50 m

dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

3. Garis sempadan sebagaimna dimaksud diukur ruas per ruas dari tepi sungai

dengan mempertimbangkan luas daerah pengaliran sungai pada ruas yang

bersanghkutan.

4. Garis sempadan sungai tidak bertangul yang berbatasan dengan jalan adalah

tepi bahu jalan yang bersangkutan, dengan ketentuan konstruksi dan

penggunaan harus menjamin kelestarian dan keamanan sungai serta

bangunan sungai.
Tabel 4. 1Konsep Pengembangan Sempadan Sungai

RTH Sempadan Sungai

 Jalurhijausungaimeliputisempadansungaiselebar 50m

padakiridankanansungaibesardansungaikecil (anaksungai)

 Sempeljalursungaiberupapetak-petakberukuran 20mx 20m

diambilsecarasistematisdenganintensitas sampling 10% daripanjangsungai.

 Sebelum di lapangan, penempatanpetak sample dilakukansecaraawalanacak

(random star) padapeta. Sample

jalurhijausungaiberupamemanjangdarigarissungaikearahdaratandneganleba

r 20 m sampaipohonterjauh.

 Sekurang-kurangnya 100 m darikiridankanansungaibesardan 50 m di

kirikanananaksungai yang beradadiluarpermukiman.

 Untuksungai di kawasanpermukiman, sempadansungai yang

diperkirakancukupuntukdibangunjalaninspeksiantara 10-15m

 Jarakmaksimaldaripantaiadalah 100 m

 Pengaturanperletakan (posisi) tanaman yang

akanditanamharussesuaigambarrencana

Sumber : Hasil Rencana, 2013


Gambar 4.3 Tipe umum sungai & peraturan lebar daerah sempadan sungai

Gambar 4.4 Sketsa Penataan Sempadan Sungai


Gambar 5. 1Penampang Penataan Sempadan Sungai

4.2.4 Konsep RTH JalurHijau

Jalur listrik tegangan tinggi sangat berbahaya bagi manusia, sehingga RTH pada

kawasan ini dimanfaatkan sebagai pengamanan listrik tegangan tinggi dan kawasan

jalur hijau dibebaskan dari berbagai kegiatan masyarakat serta perlu dilengkapi

tanda/peringatan untuk masyarakat agar tidak beraktivitas dikawasan tersebut.

Kawasan sempadan jalur listrik adalah kawasan sepanjang kiri kanan jalur tegangan

tinggi yang mempunyai manfaat penting untuk memerpertahankan fungsi tegangan

tinggi. Ketentuan secara rinci mengenai ruang bebas dan pengamanan SUTET

sebagaimana diatur dalam peraturan menteri pertambangan dan energi No.

01/47/MPE/1992, diuraikan sebagaimana berikut:

1. Ruang bebas adalah energi ruang sekeliling pengatar (kawasn listrik) SUTET

yang besarnya tergantung tegangan, tekanan angin dan suhu kawat pengantar.

Ruang tersebut harus dibebaskan dari orang, mahluk hidup lain maupun benda
apapun demi keselamatan orang tersebut maupun keselamatan dari SUTET itu

sendiri.

2. Ruang aman adalah ruang yang berada di luar ruang bebas yang tanahnya masih

dapat dimanfaatkan. Dalam ruang aman pengaruh kuat medan listrik dan kuat

medan magnet sudah dipertimbang dengan mengacu kepada peraturan yang

berlaku. Untuk mendirikan bangunan di dalam ruang aman, tetap diperlukan

ijin mendirikan bangunan (IMB) dari pemerintah daerah.

Tabel 5.6Standar Keselamatan RTH Pada Jaringan Listrik

SUTT SUTET Saluran kabel

No. Lokasi 66 150 SUTM SUTR


500 KV SKTM SKTR
KV KV

Bangunan 20 20
1. 20 m 2,5 m 1,5 m 0,5 m 0,3 m
beton m m

20 20
2. Pompa bensin 20 m 2,5 m 1,5 m 0,5 m 0,3 m
m m

Penimbunan 50 20
3. 50 m 2,5 m 1,5 m 0,5 m 0,3 m
bahan bakar m m

3 20
4. Pagar 3m 2,5 m 1,5 m 0,5 m 0,3 m
m m

Lapangan 6,5 20
5. 15 m 2,5 m 1,5 m 0,5 m 0,3 m
terbuka m m
SUTT SUTET Saluran kabel

No. Lokasi 66 150 SUTM SUTR


500 KV SKTM SKTR
KV KV

8 20
6. Jalan raya 15 m 2,5 m 1,5 m 0,5 m 0,3 m
m m

3,5 20
7. Pepohonan 8,5 m 2,5 m 1,5 m 0,5 m 0,3 m
m m

Bangunan 3,5 20
8. 8,5 m 20 m 20 m 20 m 20 m
tahan api m m

8 20
9. Rel kereta api 15 m 20 m 20 m 20 m 20 m
m m

Jembatan besi/
3 20
10. tangga besi/ 8,5 m 20 m 20 m 20 m 20 m
m m
kereta listrik

Dari titik
3 20
11. tertinggi tiang 8,5 m 20 m 20 m 20 m 20 m
m m
kapal

Lapangan olah 2,5 20


12. 14 m 20 m 20 m 20 m 20 m
raga m m

SUTT lainnya
3 20
13. pengahantar 8,5 m 20 m 20 m 20 m 20 m
m m
udara tegangan
SUTT SUTET Saluran kabel

No. Lokasi 66 150 SUTM SUTR


500 KV SKTM SKTR
KV KV

rendah,

jaringan

telekomunikasi,

televisi dan

kereta gantung

Sumber : Hasil Rencana, 2013

Keterangan: SUTR = Saluran Udara Tegangan Rendah

SUTM = Saluran Udara Tegangan Menengah

SUTT = Saluran Udara Tegangan Tinggi

SUTET = Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi

SKTR = Saluran Kabel Tegangan Rendah

SKTM = Saluran Kabel Tegangan Menengah

4.2.5 Konsep RTH JalurJalan

RTH jalur jalan adalah jalur hijau yang memiliki fungsi sebagai peneduh pada jalur-

jalur jalan dan penempatannya mengikuti pola jalur jalan yang ada. Rencana

pengembangan jalur hijau dilakukan dengan menambah jenis dari vegetasi dengan

fungsi yang sesuai untuk jalur hijau, dengan lokasi pengembangannya pada arahan
pengembangan jaringan jalan baru yang merupakan jenis lingkar dan jenis poros.

Rencana pengembangan jalur hijau juga dilakukan dengan menambah jenis

begetasi dengan fungsi lebih sebagai pelindung jalan, penyerap polusi dan peneduh.

Rencana pengembangan jalur hijau juga dilakukan dengan menambah jenis dari

vegetasi dengan fungsi lebih sebagai pelindung jalan, penyerap polusi dan peneduh.

Untuk jalur hijau jalan, RTH dapat disediakan dengan penempatan tanaman antara

20-30% dari ruang milik jalan (rumija) sesuai dengan klas jalan. Untuk menentukan

pemilihan jenis tanaman, perlu memperhatikan 2 (dua) hal, yaitu fungsi tanaman

dan persyaratan penempatannya. Disarankan agar dipilih jenis tanaman khas daerah

setempat, yang disukai oleh burung-burung, serta tingkat evapotranspirasi rendah.

Tabel 5.7Konsep Pengembangan Jalur Hijau

PengembanganJalurhijau

Untukkawasandenganpencemarantinggi (gas buangan motor)

Tipepemilihanvegetasi JenisVegetasi

- Tanamanbersifatlindung Angsana, bungur,

- Mampumenghasilkanoksigendalamjumlahbesa mahoni,

r mimusopselenggi,

- Berbatangberdaunlebat glodogantiang,

- Daunrimbun pinusdantrambesi

- Ditanamdengankerapatantinggi

- Mengubahiklimlokalmenjadisejuk
PengembanganJalurhijau

Untukkawasandenganintensitastinggi (terminal, parkir, jalan primer

Tipepemilihanvegetasi JenisVegetasi

- Memilikidayaserapterhadap gas buang (co dan Angsana, akasia,

Co2) bungasaputangan,

- Ketinggian minimum 2m danjenistanamanperdu

- Mampumenghasilkanoksigendalamjumlahbesa (kana

r merahdanbungasepatu

- Berbatangberdaunlebatdanrimbun )

- Bersifatpeneduh

- Batangdandauntidakmudahpatah

Sumber : Hasil Rencana, 20013

Berdasarkan hasil penelitian yang merupakan penjelasan mengenai data

selama penelitian dilapangan terhadap Perencanaan Pemerintah Kabupaten

Karawang dalam Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH), diperoleh data dan

informasi melalui wawancara mendalam terhadap informan yang ditemui

dilapangan dan studi dokumentasi.

Wawancara mendalam yang bersumber dari konsep perencanaan

Pemerintah Kabupaten Karawang dalam pengelolaan RTH dan data sekunder yang

diperoleh dari dokumen-dokumen, arsip serta data dan informasi lainnya yang ada
di Bappeda dan dinas terkait yang memiliki hubungan dengan Perencanaan

Pemerintah Kabupaten Karawang dalam Pengelolaan RTH.

Orientasi yang hendak dicapai oleh pemerintah dalam pembangunan RTH

di Karawang tujuannya adalah untuk memenuhi peraturan peundang-undangan dan

juga menjadi program prioritas Daerah Kabupaten Karawang seperti hasil

wawancara dengan Kabid BAPPEDA Puguh yang mengatakan,

“tujuan-tujuannya yaitu memenuhi undang-undang bahwa harus sampai

30% bagi suatu kawasan, 20% publik dan 10% privat, yang kedua bagian

dari visi-misi tadi kabupaten karawang menjadi asri dan lestari, yang ketiga

juga memberikan pelayanan dasar bagi masyarakat akan udara yang lebih

segar, lebih sehat seperti itu. Sekaligus juga barangkali untuk pelayanan

dasar bagi anak, tempat bermain anak”.

Pernyataan tersebut dikuatkan oleh pernyataan Kasi Pertamanan Dinas PRKP

Darono yang mengatakan “Sesuai visi-misi karawang, ada yang namanya RPJMD

dan untuk penataan ruang, dan penataan taman kota”

Perencanaan RTH tentang berorientasi untuk mencapai tujuan disambut

baik oleh masyarakat sekitar perkotaan, seperti yang diutarakan oleh Yuan Natiyan,

“Untuk ruang terbuka hijau di karawang sudah ada peningkatan dari tahun

kemarin, tapi masih kurang banyak RTH, terus tentang fasilitas yang ada

disana juga masih kurang, misalnya tempat sampah yang disini ditaman ibu

nih ada kan yang didepan sekolah baskar gitu, ada taman ibu disitu ya cuman

buat nongkrong-nongkrong doang. Ya memamng sudah diperbaharui oleh


pemerintah tetapi belum ada fasiitas-fasilitas yang telah diatur didalam RTH

tersebut, kaya joging track kaya gitu, ya kurang aj, masih kurang, tujuannya

ya buat reftesing,nongkrong supaya ada pemandangan yang indah-indah

gitu.”

Hal yang sama diungkapkan oleh Herman Suherman seorang pedagang yang biasa

berdagang ditaman ibu yang berlokasi di Adiarsa dekat Dinas Kesehatan Kabupaten

Karawang, mengatakan

“Banyak sih pepohonan juga yang dipinggir jalan model pohon angsana,

pohon mangga diperumahan. Kalo taman mah jarang nya, masih jarang.

Tamannya belum ditata. Karwang kurang RTH nya, beda sama bekasi,

purwakarta bandung yang udah ditata. Pertama nya tempat hiburan, tempat

ngadem. Intinya mah setuju lah kalo mau ditambah RTH di Karawang.”

Hal yang sama dikatakan oleh Dian Sumaryati yang beralamat rumah di sekitar

perkotaan tepatnya Perum puri asih nomor 12 A Guro, mengatakan

“RTH karawang menurut ibu sangat kurang sekali, tidak ada tempat untuk

bekumpul, engga ada tempat buat meneduh di taman misalnya gitu.

Karawang sangat kurang lah RTH nya kalo mneurutt ibu. Ya bagus, karena

polusi di kota kan setiap hari banyak ya polusinya, polusi dari asap motor

asap mobil, asap yang lai-lain kan banyak sekali y. Adanya taman dikota

dapat mengurangi polusi udara, kalo ada anging dari pepohonan kan

puusinya dapat menyisir gitu. Itu menurut ibu ya kalo ga salah gitu”
Selanjutnya peneliti ingin mengetahui tujuan ekonomi dan estetika yang

hendak dicapai, landasan hukum yang mengatur, serta keterlibatan masyarakat,

maka dapat didapatkan hasil wawancara dibawah ini sesuai yang dikatakan oleh

Puguh,

“Tujuan RTH bukan ke arah ekonomi ya, untuk menciptakan kenyamanan

saja. Untuk aturan RTH belum ada, tetapi perda-perda yang lain ada yang

membahas tentang RTH, ada perda RT/RW kemudian tentang lingkungan

hidup,di LH itu ada perda lingkungan hidup. UU no 27 tahun 2006 juga itu

adalah undang-undang penataan ruang, jadi RTH menjadi komponen dalam

tata ruang.. Sementara belum berjalan ya, kecuali yang berada dilingkungan

perumahan seperti taman RT atau taman RW itu ada. Kalo yang terorganisir

belum ada. Mereka dimintai saran aktif, untuk keterlibatan secara langsung

belum.”

Hal yang sama juga dikatakan oleh Darono, mengatakan

“Tentunya ada tujuan estetika dalam pembangunan RTH ini agar telihat

indah dan asri. UU No. 26 Tahun 2007 tentang tata ruang yang didalamnya

mengatur tentang RTH masyarakat harus membantu dan mendukung serta

merawat fasilitas yang sudah dibangun.”

Lebih lanjut peneliti ingin mengetahui mengenai rencana apa yang akan dilakukan

akibat kurangnya RTH di Karawang dan tepat sasaran, maka Puguh pun

mengatakan,
“Itu tadi diawal, programnya yang akan dilakukan membangun taman-

taman kota yang sudah ada tetapi tidak terawat, selanjutnya menambah

seperti pembangunan hutan kota yang ada dijalan baru, gempol, bintang

alam, terus yang ketiga membangun sempadan jalan, sempadan rel.

Perencanaan yang dilakukan didata, dikonsep hutan kota/taman kota

berbasis ecopark, kuliner, RTH temanya kuliner, ada juga taman kahati.

Konsep itu dituangkan di DID desai teknisnya, kemudian dilaksanakan

pembahasan lintas sektor OPD, kemudian kita susun, baru dilaksanakan

pembangunan fisik. Saat ini belum ada evaluasi.”

Hal yang sama pun dikatakan oleh Darono, mengatakan

“Kita merencanakan pembangunan taman ya, untuk menambah ataupun

memperbaiki taman yang tidak terawatt, selain itu juga untuk menambah

keindahan Kota Karawang. Tentunya pada tahap sekarang belum ada

evaluasi, kan namnya juga baru akan dilaksanakan”

4.2 Berorientasi Kepada Pelaksanaan

Aspek yang kedua yaitu berorientasi pada pelaksanaan, hal ini telah di

kemukakan pada uraian terdahulu. Perencanaan bukan hanya merumuskan tujuan-

tujuan tetapi diarahkan untuk merealisirnya. Oleh karena itu perlu dikembangkan

dalam perencanaan kemampuan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan guna


mencapai tujuan. Kemudian perlu difikirkan pula konsekwensi dari kegiatan-

kegiatan tersebut.

Setelah berorientasi pada tujuan, aspek selanjutnya ialah berorientasi pada

pelaksanaan, setelah dirumuskan tujuan-tujuan mana yang hendak dicapai, maka

selanjutnya adalah memikirkan bagaimana cara pelaksanaan agar sesuai dengan

perencanaan. Maka dari itu, perencanaan harus dilakukan secara matang dan akurat

guna mendukung proses pelaksanaaan yang baik. Perlu diperhatikan juga faktor

Sumber daya manusia (SDM) yang mempunyai kualitas dan kapabilitas untuk

melaksanakan program tersebut.

Adapun pelaksanaan yang akan dilakukan sudah digambarkan dalam

Masterplan RTH Kabupaten Karawang yang dapat dilihat pada bagian dibawah ini

yang meliputi taman kota, hutan kota dan jalur hijau pejalan kaki, sempadan dan

median. Dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut

RTH Taman kota adalah taman yang ditujukan untuk melayani penduduk

satu kota atau bagian wilayah kota. Taman ini memiliki standar minimal 0,3 m2 per

penduduk kota, dengan luas taman minimal 144.000 m2.

Tabel 6.1Rencana Kuantitas Taman Kota Perkotaan Karawang

Eksisting Kriteria berdasarkan Rencana Tahun 2031

pedoman

 Bentuk RTH Taman Kota  Jumlah RTH skala kota disediakan

Taman Kota di melayani sesuai jumlah kawasan perkotaan


Perkotaan penduduk satu Karawang yaitu 1 kawasan perkotaan

Karawang adalah kota atau bagian dengan luas 144.000 m2. Jadi luas

berupa Alun – wilayah kota total yang dibutuhkan adalah 144.000

Alun Karawang, dengan luas taman m2.

Taman Depan minimal 144.000  Waterpark Situ Rangga Gede seluas

Perkantoran m2 . 1,16 ha

Pemda.  Node dari Jalan Lingkar Karawang

 Situ Rangga Menuju Jalan Kodim (Kawasan

Gede. Pemerintahan)

 Jalan lingkar,

irigasi, jalan

kodim

Sumber: Hasil Rencana 2013


Sarana RTH : Prasarana RTH :
- Bangku taman Ketersediaan lahan 90
- Halte % merupakan daerah
- Penerangan hijau bagunan sarana
Taman dan prasarana taman:

Fungsi utama
Identitas Kota,
Ekologis, Rekreatif,

Gambar 6.1Prototipe Taman Kota

Pelaksanaan program dan proyek merupakan kebijakan internal dinas

terkait Kabupaten Karawang yang dalam pelaksanaannya melibatkan peran serta

masyarakat dan pihak swasta. Bentuk pelaksanaan program dan proyek

pengembangan RTH Kawasan Perkotaan Karawang dapat berupa kegiatan rutin

berupa perawatan tanaman, kegiatan yang dijadwalkan dan direncanakan secara

khusus seperti penambahan dan pembangunan RTH baru serta kegiatan yang

berupa even-even khusus terkait dengan kegiatan lain.

Orientasi yang hendak dicapai tentunya bukan hanya sebatas tujuan tetapi

harus ada pelaksanaannya, maka peneliti mengajukan pertanyaan kepada informan


mengenai sejauh mana realisasinya. Seperti hasil wawancara dengan Puguh,

mengutarakan

Untuk pelaksanaan lebih ke PRKP, LH, kehutanan. BAPPEDA hanya

merencanakan secara umum saja. Untuk pelaksanaan pembangunan RTH

saat ini masih baru dan sedang dibangun oleh PRKP, LH, kehutanan dan

LH. Untuk ke pelaksanaannya lebih ke mereka.”

Berdasarkan pernyataan diatas maka selanjutnya peneeliti menanyakan hal yan

sama kepada Darono,

“Untuk masalah pembangunan taman kita over kepihak ketiga kontraktor

dan mereka kan punya tenaga kerja, tentunya juga itukan memperkerjakan

tenaga kerja yang tentunya merupakan lahan tersendiri. Kita lakukan

pembangunan taman, ada yang pemeliharaan, ada yang swakelola,

pemeliharaan rutin, pemeliharaan itu pihak ketiga.“

Selanjutnya peneliti ingin mengetahui lebih lanjut mengeni hambatan-hambatan

dalam pelaksanaan, faktor pendukung, data real RTH dan pihak yang berwenang

dalam pengeloaan RTH, untuk mengetahui itu semua peneliti telah melakukan

wawancara dengan Puguh dan mendapatkan jawaban,

“Hambatan pengelolaan, karena saat ini masih tahap perencanaan dan

sedang dibangun dan dalam tahap perencanaan, jadi belum bisa

disampaikan, tetapi yang sudah-sudah belum terkelola dengan baik,

indikatornya kurang jelas. Yang terjadi saat ini pada tahap kesepahaman
dengan perusahaan, jadi setiap perusahaan belum memahami unuk

berkontribusi terhadap RTH. Faktor pendukungnya Undang-undang, kepala

daerah, anggaran dan yang terkahir yaitu kompetensi pelaksana Data nya

ada disana, ada di PRKP. Yang berwenang dalam pengelolaan RTH yaitu

DLHK, PRKP dan kehutanan”

Hal yang sama juga dikatakan oleh Darono

“Ya pasti ada, namanya juga kegiatan lah, misalnya ada miss komunikasi

dengan instansi terkait tadi lah, atau kurang komunikasi Kalo pendukung

berrati alokasi anggaran dulu, terus kapasitas pihak kedua. Sudah kita

rencanakan, saat ini sedang dikerjakan Belum ada ya untuk data RTH yang

real, kita nunggu RDTR juga dari PUPR, jadi PRKP meyingkronkan dengan

PUPR. PRKP, PUPR dan LH jadi semuanya berwenang dalam pengelolaan

di Karawang”

Selanjutnya peneliti ingin mengetahui bagaimana Tupoksi dinas, Koordinasi antar

OPD dan sarana dan prasarana, untuk mengetahui itu semua peneliti melakukan

wawancara dengan Puguh, dan mendapatkan jawaban sebagai berikut,

“Kita tidak langsung kesana ya, tetapi tupoksi BAPPEDA penataan ruang

yang didalamnya ada RTH. Koordinasi berjalan, Cuma sudah terjalin baik

atau belum untuk sejauh ini sudah berjalan ya. Kalo pengelolaan RTH engga

terlalu susah ya, sarana dan prasarana tersedia”

Ha yang sama diutarakan oleh Darono


Tupoksinya kita sesuai dengan visi misi dinas, yaitu meningkatkan

penyediaan RTH dikawasan perkotaan yang aman dan nyaman bagi

masyarakat, agar perkotaan karawang terlihat indah, asri dan lestari

Koordinasi sudah berjalan antar OPD-OPD. Untuk sarana dan prasarana

mendukung yah, mendukung untuk perencanaan dan pelaksanaan juga.

Perencanaan berorientasi kepada pelaksanaan disambut baik oleh masyarakat

kawasan perkotaan, hal ini dikatakan oleh Yuan Natiyan

“Masih kurang sih, kalo disekitaran sisni hutan kota baru di jalan baru aja

paling juga taman-taman udah mulai diperbaharui. Sejauh ini pembangunan

RTH sudah mulai dilaksanakan yang saya tahu. Jangan hanya sebatas

perencaan saja lah, harus dilaksanakan proses pembangunannya, soalnya

RTH penting banget”

Hal yang sama juga diutarakan oleh Herman Suherman selaku pedagang yang

berjualan di taman ibu yang beralamat di Adiarsa, mengatakan

“Pelaksanaannya saat ini yang saya tahu baru disini (ditaman ibu). Dulu

mah masih belum terawat,bedanya juga jauh sebelum ditata sama sesudah

ditata kalo sebelum ditata yang datang kesini juga sedikit banget, tapi

sesudah ditata mah banyak yang datangnya. Pokoknya beda jauh lah sama

waktu sebelum ditata.”

Hal yang sama juga dikatakan oleh Dian Sumaryati yang beralamat rumah di sekitar

perkotaan tepatnya Perum puri asih nomor 12 A Guro, mengatakan


“Sekarang kan dalam pembenahan ya, contohnya yang di samping stadion.

Tadinya yang disamping stadion kan kurang hijau kurang di tata. Yang di

depan stadion sudah mulai ditata, kayanya mau dibikin taman deh, kalo

dibikin taman bagus lah supaya terlihat nya bagus dan orang juga bisa

memanfaatkan fasilitas itu.”

Adapun yang sudah dilaksanakan pembangunannya adalah sebagai berikut

Gambar

Gambar 6.2 Rencana Jalan Lingkar Karawang

Lokasi: Rencana
Taman Pengembanga
jembatan n:
flyover – Penambahan
interchange jenis vegetasi
pemeliharaan
vegetasi secara
4.3 Skala Prioritas Pembangunan

Aspek perencanaan yang ketiga menurut Bintoro adalah pemilihan dari

berbagai alternatif mengenai tujuan-tujuan mana yang lebih diinginkan. sehingga

ada skala proiritas pencapaian tujuan-tujuan dalam waktu. Demikian pula

pemilihan cara-cara untuk mencapainya. Menyerasikan kombinasi yang terbaik

mengenai tujuan mana yang akan di capai dan cara apa mencapainya dalam taha-

tahap waktu tertentu.

Berikut ini adalah salahsatu contoh pembangunan yang mempriorotaskan

kawasan perkotaan

Eksist

Fungsi
utama
Identitas Kota,
Ekologis,
Rekreatif,
Estetis/Keinda
han

Prasarana RTH :
Ketersediaan lahan 90
% merupakan daerah
hijau bagunan sarana
dan prasarana taman:
- Area pajalan kaki
- Area bermain
- Area olah raga
terbatasSarana RTH :
- Bangku taman
- Halte
- Penerangan Taman
- Space informasi dan
reklame
Dalam perencanaan pembangunan perlu ada pemilihan dari berbagai

alternatif mengenai tujuan-tujuan mana yang hendak dicapai. Begitupun dengan

perencanaan pembangunan RTH di Kabupaten Karawang, tentunya ada prioritas

mana yang akan didahulukan pembangunannya. maka peneliti mengajukan

pertanyaan kepada informan mengenai mana yang akan diutamakan pembangunan

RTH nya. Seperti hasil wawancara dengan Puguh, mengutarakan

a. “Prioritasnya RTH kita prioritaskan dikawasan perkotaan, karena

kebutuhan untuk RTH lebih banyak di perkotaan karena banyaknya

polusi asap kendaraan dan yang lain. Karena di pedesaan alamnya

masih alami. Ya intinya dikawasan perkotaan terlebih dahulu,

supaya kawasan perkotaan nya indah. ”

Hal yang sama juga dikatakan oleh Darono “Untuk sekarang ini prioritasnya

ke penataaan kota terlebih dahulu, dilakukan secara bertahap. Karena diperkotaan

belum ditata, ya jadi dikerjakan di perkotaan terlebih dahulu”

Lebih lanjut juga diperkuat oleh perkataan masyarakat kawasan perkotaan

Kabupaten Karawang, seperti yang dikatakan oleh Yuan Natiyan “Untuk tahun

2017 ini ada lah peningkatan dalam pembangunan RTH, di depan mega mall

matahari yang di jalan Bypass sudah mulai dibangun tuh, dibangun taman.”
Pendapat lain dikemukakan oleh Herman Suherman,pedagang yang biasa

berjualan di taman ibu Adiarsa mengatakan “Iya diperkotaan dulu kan kalo

dipedesaan masih banyak pohon nya.

Penataan taman kota di Karawang sudah mulai digarap secara serius

dikarenakan peneliti sudah melakuka studi lapangan sebagimana yang dikatakan

oleh Dian Sumaryati bahwa sudah mulai terasa pengerjaannya berikut ini adalh

pernyataannya,

“Sudah mulai di tata nih sekarang RTH di perkotaan, sudah ada prospek.

Sudah bagus menurut ibu, kalo di johar kayanya engga mungkin soalnya

kan jalannya sempit. Kalo di bypass kan luas jalannya, terus yang di stadion

itu ibu setuju, dulu kan pohon-pohonnya engga kerawat, pohon palm nya

udah kuning-kuning, sekarang lagi ditata kan bikin taman kayanya yg di

stadion mah buat duduk-duduk kaya yang di purwakarta”

4.4 Persfektif Waktu

Aspek yang keempat yaitu Perspektif waktu. Pencapaian tujuan-tujuan

tertentu mungkin perlu dilaksanakan secara bertahap. Pencapaian mana yang harus

didahulukan, penjadwalan kegiatan-kegiatan dan lain-lain.

Pembangunan RTH Kabupaten Karawang pelaksanaannya sesuai visi – misi

Kabupaten Karawang yang tertuang di RPJMD Kabupaten Karawang Tahun 2016-

2021. Dimana pengelolaan RTH merupakan salah satu program prioritasnya.


Berikut adalah data RPJMD Kabupaten Karawang misi IV mewujudkan Kabupaten

Karawang yang asri dan lestari

Misi IV : Mewujudkan Kabupaten Karawang yang Asri

dan Lestari

1. Program Pembangunan Jalan dan Jembatan;

2. Program Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan dan Jembatan;

3. Program Tanggap Darurat Jalan/Jembatan/ Bangunan/Sumberdaya air;

4. Program Peningkatan Jalan dan Jembatan;

5. Program Rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana fasilitas LLAJ;

6. Program Peningkatan pelayanan angkutan;

7. Program Pembangunan Sarana dan prasarana perhubungan;

8. Program Pengendalian dan pengamanan lalu lintas;

9. Program Peningkatan Pengoperasian Pengujian Kendaraan Bermotor;

10. Program Pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa dan jaringan

pengairan lainnya;

11. Program Pengembangan Kinerja Pertamanan dan Pemakaman;

12. Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau;

13. Program Peningkatan kesiagaan dan pencegahan bahaya kebakaran;

14. Program Pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana alam;

15. Program Penanggulangan bencana alam dan perlindungan masyarakat;

16. Program Pencegahan dan kesiapsiagaan;

17. Program Rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana;


18. Program Lingkungan sehat perumahan;

19. Program Pengembangan Kinerja pengelolaan persampahan;

20. Program Pembangunan saluran drainase/goronggorong;

21.Program Pemberdayaan dan kemitraan lingkungan;

22. Program Pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup;

23. Program Perlindungan dan konservasi sumberdaya alam;

24. Program Peningkatan kualitas dan akses informasisumberdaya alam.

Puguh selaku Kabid perencanaan dan tata ruang BAPPEDA mengatakan

waktu yang sudah drencanakan dalam perencanaan pembangunan RTH di

Kabupaten Karawang, beliau mengatakan “ untuk programnya sampe 2020” Lebih

lanjut terkait apakah program ini dapat selesai tepat waktu beliau mengatakan “Ya

kan kita sudah ada targetnya di RPJMD itu 5 tahun misalnya targetnya pertahun ada

tiga, nah selanjutnya kita bangun, seperti itu.”

Pada bagian pelaksana pembangunan RTH oleh Dinas PRKP yang diwakili

oleh Bidang Pertamanan Darono, mengutarakan

“Waktu yang dibutuhkan Sampai 2019/2020. Kita menginduk kepada

RPJMD untuk jangka waktu pembangunan RTH ini, soalnya kan di RPJMD

sudah tercantum jangka waktu yang akan dilaksanakan dan kapan program

ini harus selesai”

Pernyataan aparatur pemerintahan tersebut banyak tidak diketahui oleh

masyarakat, karena pada saat peneliti melakukan wawancara dilapangan seluruh


jawaban yang diwawancara tidak mengetahui seperti yang diungkapkan oleh Yuan

Natiyan

“engga tahu, yang saya tahu pembangunan di taman ibu saja, ditaman ibu

pembangunannya sekitar sebulan lah kurang lebih ya, itu juga kalo engga

salah. Kalo secara keselurahan pembangunan RTH saya engga tahu”

Sementara Hermas Suherman mengungkapkan baru mengetahui ada pembangunan

taman ketika diingatkan bahwa akan ada pengerjaan pembangunan taman,

“engga tahu, tahunya ketika pembangunan mau dimulai saya dikasih tahu

sama aparat desa kalo disini mau dibangun taman, ditata lah tamannya gitu.

Maknya kemaren engga jualan dulu disini. Tapi setelah dibangun sudh

boleh berjualan lagi, dan sekarang alhamdulilah tambah rame, banyak yang

maen.”

Begitupun dengan Dian Sumaryati yang tidak mengetahui waktu yang akan

dilaksanakan terkait pengerjaan pembangunan RTH di Kabupaten Karawang,

“engga tau ibu mah, yang ibu tau pembangunan yang di depan stadion itu sampe

sekarang belum selesai pembangunannya”

4.5 Pembangunan secara kontinyu

Aspek yang terakhir yang kelima yaitu Perencanaan harus merupakan suatu

kegiatan kontinu dan terus menerus dari formulasi rencana dan pelaksanaannya.
Dalam proses tersebut sering diperlukan reformulasi dan pelaksnaan kembali dari

rencana. Hal ini akan diuraikan secara lebih terperinci dalam bagian lain.

Perencanaan pengelolaan RTH secara kontinyu silakukan dengan cara-cara seperti

dibawah ini

7.4.1.2 Penanaman
Pada proses penanaman harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. bibit tanaman harus memiliki percabangan dan perakaran yang sehat;
b. besarnya diameter lubang tanam sama dengan lingkaran tajuk terluar
tanaman dengan kedalaman setebal bola akar ditambah 10 cm;
c. masukkan tanah di sekeliling bola akar, kemudian tanah yang berasal dari
bagian bawah, dikembalikan ke bagian bawah lubang tanam, dan tanah yang
berasal dari bagian atas lubang tanam diurugkan di bagian atas tanaman;
d. agar pohon yang baru ditanam tidak bergoyang, diperlukan alat penahan
(kayu pemancang/ajir) yang ditancapkan di seputar pohon, dengan ujung
diikat pada batang pohon;
e. tanaman disiram secukupnya.

Gambar 7.1Kegiatan penanaman pohon

Sumber: www.google.com
7.4.1.3 Pemeliharaan Tanaman
a. Pemupukan
Prinsip dasar pemupukan adalah mensuplai hara tambahan yang dibutuhkan
sehingga tanaman tidak kekurangan makanan. Pupuk yang diberikan pada
tanaman dapat berupa pupuk organik maupun pupuk anorganik (misalnya NPK
atau urea). Pupuk yang digunakan untuk pohon-pohon taman biasanya pupuk
majemuk NPK.

b. Penyiraman
Tujuan penyiraman tanaman, selain untuk menyeimbangkan laju evapotranspirasi,
juga berfungsi melarutkan garam-garam mineral dan juga sebagai unsur utama
pada proses fotosintesis.
Waktu penyiraman pada dasarnya dapat dilakukan kapan saja saat dibutuhkan.
Waktu penyiraman yang terbaik adalah pada pagi atau sore hari. Penyiraman siang
hari hendaknya dilakukan langsung pada permukaan tanah, tidak pada permukaan
daun tanaman. Untuk daerah dengan kelembaban tinggi penyiraman pada pagi
hari lebih baik daripada sore hari, dalam upaya menghindari penyakit yang
disebabkan oleh cendawan.
Penetrasi air siraman sedalam 15-20 cm ke dalam tanah, dapat menjadi indikasi
bahwa siraman air sudah dinyatakan cukup.

c. Pemangkasan
Tujuan pemangkasan tanaman adalah untuk mengontrol pertumbuhan tanaman
sesuai yang diinginkan serta menjaga keamanan dan kesehatan tanaman. Waktu
pemangkasan yang tepat adalah setelah masa pertumbuhan generatif tanaman
(setelah selesai masa pembungaan) dan sebelum pemberian pupuk. Pemangkasan
tanaman dapat dilakukan dengan tujuan:
1) Pemangkasan untuk kesehatan pohon:
Pemangkasan untuk tujuan ini dilakukan pada cabang, dahan dan ranting
yang retak, patah, mati atau berpenyakit.
2) Pemangkasan untuk keamanan penggunaan taman:
 Pemangkasan dengan tujuan ini dilakukan pada cabang, dahan dan
ranting, yang dapat mengancam keamanan pengguna taman.
 Di daerah pejalan kaki diperlukan ruang yang bebas dari juntaian ranting
dan dahan pohon sekitar 2,5 m dari permukaan tanah.
 Batang atau dahan yang menyentuh kabel telepon dan listrik perlu
dipangkas, kerena disamping dapat mengakibatkan korsleting/
kebakaran, juga gesekan yang intensif dapat mengganggu kesehatan
pohon.
3) Pemangkasan untuk keamanan pengguna jalan:
 Pemangkasan dengan tujuan ini dilakukan pada cabang, dahan dan
ranting, yang dapat menghalangi pandangan pengguna jalan.
 Untuk jalan yang dilalui kendaraan pada daerah permukiman diperlukan
ruang terbebas dari juntaian ranting dan dahan pohon sekitar minimal 3,5
m dari permukaan tanah.
 Untuk jalan umum yang dilalui kendaraan diperlukan ruang terbebas dari
juntaian ranting dan dahan pohon sekitar 4,5-5 m dari permukaan tanah.
4) Pemangkasan untuk tujuan estetis
Pemangkasan dengan tujuan ini adalah untuk menghasilkan penampilan
tanaman lebih baik atau lebih indah. Dengan memperhatikan jenis dan
kerapatan daun, maka pemangkasan dapat menghasilkan tanaman dengan
bentuk-bentuk tajuk spiral, silindris, kubus, bulat, piramida, dan lain
sebagainya.

7.4.1.4 Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman


Hama tanaman dapat disebabkan oleh hewan, baik berupa serangga, molusca
maupun hewan lainnya seperti burung, kambing, kelinci dan sebagainya.
Sedangkan penyakit tanaman disebabkan oleh jamur, bakteri, virus, nematoda
dan penyakit fisiologis.

a. Gejala Serangan
Gejala serangan hama pada umumnya langsung dapat terlihat dari kerusakan bagian

tanaman, seperti bentuk daun, bunga maupun buah yang tidak sempurna. Dapat

juga terjadi bagian tanaman yang terkikis, berlubang, berubah warna dan

penampilan tidak menarik. Secara kasat mata seringkali terlihat populasi binatang

berupa larva, ulat, maupun imagonya

Gejala serangan penyakit terlihat adanya akar, layu, bercak daun, karat,
mozaik dan sebagainya. Beberapa diantaranya tidak terlihat dengan mata
telanjang sehingga perlu di teliti di laboratorium.

b. Cara Pengendalian

Pengendalian hama dan penyakit tanaman dapat dilakukan dengan cara


karantina, mekanis, fisik, teknik budidaya, biologi dan kimiawi.

7.4.2 Ketentuan Penebangan Pohon


a. Penebangan pohon yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka
pemeliharaan dan perawatan dikecualikan dengan ketentuan perijinan.

Gambar 7.2PenebanganPohon
Sumber: www.google.com

b. Dalam keadaan terpaksa yang mengharuskan pohon tersebut segera


ditebang karena mengganggu atau membahayakan keselamatan umum,
maka izin tidak diperlukan.
c. Penebangan pohon sebagaimana dilakukan oleh pejabat yang ditunjuk
atau pihak tertentu atas persetujuan pejabat yang berwenang.
d. Untuk memperoleh ijin sebagaimana dimaksud dalam penebangan
pohon harus diajukan surat permohonan ijin kepada Kepala Daerah atau
pejabat yang ditunjuk.
e. Dalam surat permohonan ijin harus menyebutkan tujuan penebangan,
lokasi dan jumlah pohon yang akan ditebang serta keterangan lainnya
yang dianggap perlu.
f. Ijin dapat diberikan apabila telah memenuhi persyaratan dan sesuai tata
cara pemberian ijin yang berlaku.
g. Persyaratan dan tata cara pemberian ijin penebangan pohon ditetapkan
oleh Kepala Daerah.
h. Ijin penebangan pohon hanya digunakan untuk satu kali penebangan
pohon, dengan lokasi dan jumlah yang telah ditetapkan dalam surat ijin.
i. Pemegang ijin berkewajiban untuk :
 Melaksanakan penggatian atas pohon yang ditebang dengan pohon
sejenis, untuk ditanam kembali pada lokasi lain yang ditentukan oleh
kepala daerah atau pejabat yang ditunjuk, dengan tetap
mengutamakan untuk ditanam di sekitar lokasi pohon yang telah
ditebang.
 Mempertahankan keserasian/keindahan pohon dalam melakukan
kegiatan penebangan pohon.
 Melakukan penebangan sesuai dengan ijin yang telah diberikan.
 Menaati semua persyaratan yang telah ditetapkan dalam Surat Ijin.
 Melaksanakan penebangan dibawah petunjuk dan pengawasan
pejabat yang ditunjuk.
7.4.3 Ketentuan Penggantian Pohon
a. Pohon yang pangkal batangya berdiameter sampai dengan 10 cm
jumlah penggantiannya sebanyak 10 bibit pohon.
b. Pohon yang pangkal batangya berdiameter sampai dengan 10 cm
sampai dengan 30 cm jumlah penggantiannya sebanyak 15 bibit pohon.
c. Pohon yang pangkal batangya berdiameter lebih dari 30 cm sampai
dengan 50 cm jumlah penggantiannya sebanyak 20 bibit pohon.
d. Pohon yang pangkal batangya berdiameter lebih dari 30 cm jumlah
penggantiannya sebanyak 30 bibit pohon.

7.5 Indikasi Program Pengembangan RTH dan Pedestrian


Yang dimaksud dengan indikasi program disini adalah penentuan prioritas
pelaksanaan rencana yang terkandung dalam penyusunan rencana RTH,
mengingat beberapa hal sebagai berikut :
 Adanya keterbatasan dana pembangunan yang tersedia setiap tahap
pembangunan.
 Adanya komponen yang memiliki keterkaitan erat dengan
pengembangan rencana tata ruang.
 Perkembangan lapangan yang lebih cepat dan dinamis dari rencana.
 Pentahapan sesuai konsep pengembangan RTH.

Pembangunan tentunya harus dilaksanakan secara kontinyu atau secara

terus menerus apalagi pembangunan RTH dikarenakan jika tidak dilaksanakan

secara terus meneus maka yang sudah dibangun akan menjadi rusak dan tidak

terawat. Dan juga kondisi saat yang suhunya begitu panas, membutuhkan RTH

yang lebih banyak khususnya di kawasan perkotaan Kabupaten Karawang. Maka

untuk mengetahui apakah pembangunan RTH dilakukan secara kontinyu peneliti


mengajukan pertanyaan apakah pembangunan RTH ini dilakukan secara kontinyu

dan yang dilakukannya seperti apa. Kemudan didapatkan jawaban dari Puguh,

beliau mengutarakan

“Iya secara kontinyu, biaya pembangunan dan perawatannya sudah

dianggarkan. Perawatan secara kontinyu bila sudah dibangun ya harus ada

perawatan secara terus-menerus. Untuk secara lebih jela bisa ditanyakan ke

dinas PRKP. “

Sementara peneliti menindaklanjuti ucapan kabid BAPPEDA untuk

mengkonfirmasi kepihak PRKP. Selanjutnya Darono sebagai Kasi Pertamanan

Dinas PRKP memberikan jawaban sebagai berikut

“Ya secara kontinyu, ya di RPJMD sudah ada garis besarnya pembangunan

taman diperkotaan terlebih dahulu dan dilakukan secara kontinyu,

Pemeliharaannya kita lakukan secara terus menerus agar terawatt”

Untuk mekonfirmasi pernyataan dari para aparatur Pemerintahan, peneliti

bertanya kepada masyarakat kawasan perkotaan apakah benar dilakukan perawatan

atau tidak, lalu Yuan Natiyan menjawab sebagai berikut “Iya ada, yang saya tahu

suka ada petugas dari dinas yang melakukan perawatan.”

Hal yang sama juga dikatakan oleh Herman Suherman terkait perawatan

taman yang dilakukan oleh Dinas PRKP, beliau mengatakan “Ada yang ngerawat

mah, setiap hari suka ada yang nyiramin tanaman, terus di sapu-sapu tamannya,

bersih lah pokoknya mah.”


Begitupun dengan Dian Sumaryati, beliau mengutarakan bahwa

“Setiap hari biasanya memang ada yang menyiram tanaman pake baju dinas.

Kalo kontinyu ibu kembalikan lagi ke pihak pemda yah bagian penanaman

tanaman, sepertinya akan dikerjakan terus-menerus ya pasti, step by step

pasti itu. Tapi kan kendalanya masalah dana nya, karena sering lambat turun

dananya kan jadi tertunda pengerjaannya, itu kan yang pembangunan di

stadion agak lama.”

Lebih lanjut beliau menambahakan sebagai berikut

“Kalo dana nya cepet menurut ibu mah cepet juga proses pngerjaanya. Yang

di niaga banyak pedagang ibu kurang setuju, harusnya disitu ditata dibuat

taman, ditata kaya purwakarta lah duduk-duduk, udah ada air mancurnya

juga kan. Di fasiltasi wifi juga, kan kalo difasilitasi gitu anak-anak yang

nongkrong difasilitasi wifi seneng kan sama keluarganya ngumpul.”


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah dipaparkan hasil penelitian mengenai perencanaan Pemerintah

Kabupaten Karawang dalam pengelolaan RTH, maka dapat disimpulkan beberapa

hasil yang dirangkum pada bagian dibawah ini.

1. Berorientasi untuk mencapai tujuan, sejauh ini mereka mematuhi regulasi

yang ada. Setelah peneliti melakukan penelitian dilapangan, pihak

pemerintah tentunya telah memiliki tujun dalam perencanaan pengelolaan

RTH salah satunya ialah untuk memenuhi relgulasi UU No. 26 Tahun 2007

mengenai tata ruang, dimana di Undang-undang tersebut diatur batasan

minimal yang harus ada disetiap daerah dalam pemenuhan RTH. Dalam

undang-undang tersebut minimal harus ada 30% RTH, yang terdiri dari 20%

RTH publik dan 10% RTH privat. Selain itu, perencanaan pengelolaan RTH

merupakan bagian dari visi – misi Kabupaten Karawang. Hal ini menjadikan

pengelolaan RTH Kabupaten Karawang menjadi salah satu program

proritas yang didikung penuh oleh Bupati Kabupaten Karawang.

2. Berorientasi kepada pelaksanaan, setelah adanya tujuan yang telah

ditetapkan maka harus ada realisasinya. Setelah peneliti melakukan

observasi dan wawancara dilapangan maka dapat disimpulkan pengelolaan

RTH sudah mulai dilakukan pembangunan penataan RTH di perkotaan.

Karawang bisa dikatakan telat pembnagunan RTH nya, bisa dibuktikan


dengan kondisi dilapanagan bahwa pembangunan RTH baru dimulai tahun

2017, sedangkan polusi dan suhu panas semakin meningkat.

3. Prioritas Pembangunan, setiap pembangunan tentunya mempunyai prioritas

terlebih dahulu. Dalam perencanaan pengelolaan yang dilakukan oleh

Pemerintah Kabupaten Karawang, prioritasnya adalah kawasan perkotaan

terlebih dahulu. Karena dikawasan pekotaan Karawang sangant kurang

sekali RTH. Hal ini diperkuat oleh masyarakat bahwa pembangunan RTH

dilaksanakan dikawasn Perkotaan terlebih dahulu.

4. Perspektif waktu, waktu yang dibutuhkan dalam pembangunan RTH

karawang menyesuaikan dengan RPJMD Kabupaten Karawang 2016-2021.

Tetapi disayangkan masyarakat tidak ada yang mengetahui kapan batas

waktu yang telah ditetapkan dalam pembangunan RTH ini.

5. Pembangunan yang kontinyu, sejauh ini sudah mulai dilakukan

pembangunan yang kontinyu tersebut. Hal ini dibuktikan dengan adanya

petugas dari Dinas yang melakukan perawatan tanaman dan taman setelah

adanya pembangunan RTH.

5.2 Saran

Peneliti memberikan saran-saran yang diharapkan dapat menjelaskan kondisi

dilapangan agar pemerintah dapat lebih mengerti keinginan masyarakat dan terus

melakukan perbaukan yang disertai peningkatan.


1. Berorientasi kepada tujuan, Pemerintah sejauh ini telah menetapkan tujuan

adanya perencanaan pengelolaan RTH, menetapkan tujuan itu seharusnya

melibatkan masyarakat. Pemerintah harus mengetahui apa yang inginkan

masyarakat.

2. Berorientasi kepada pelaksanaan, walaupun saat ini sudah dilakukan

pembangunan RTH tetapi itu dirasa sangat telat dalam penyusunan

perencanaann dan pelaksanaannya. Karena kondisi perkotaan karawang saat

ini terasa sangan panas dan banyaknya polusi udara, seharusnya RTH ini

sudah dibangun dari tahun-tahun sebelumnya.

3. Prioritas Tujuan, walaupun sudah ditetapkan prioritas tujuan pembangunan

RTH dilaksanakan dikawasan perkotaan terlebih dahulu, tetapi setelah

dilakukan pemabngunan secara menyeluruh diperkotaan. Maka diwilayah

pedesaan pun harus ditata agar lebih indah dan asri.

4. Persfektif waktu, waktu yang telah ditentukan memang sesuai dengan

RPJMD Kabupaten Karawang. Pemerintah harus lebih waspada dan

berhati-hati agar pelaksanaan pembangunan tidak melebihi target yang telah

ditentukan. Harus sambil dilakukan pengawasan pelaksanaan.

5. Pembangunan yang kontinyu, Setelah dilakukan pembangunan RTH maka

yang harus dilakukan selanjutnya adalah melakukan perawatan rutin yang

dilakukan oleh pihak pemerintah. Jangan sampai terjadi lagi taman – taman

atau RTH yang tidak terawat. Ini harus menjadi komitmen pemerintah.

Disisi lain masyarakat juga harus membantu pemerintah dengan melakukan


perawatan fasilitas dan saraana yang telah dinbangun oleh pemerintah. Hal

terkecil yang dapat masyarakat lakukan adalah dengan membuang sampah

pada tempatnya, dan juga tidak merusak fasilitas umum.


DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA
Buku :

Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Penerbit


Rineka Cipta.

Creswell, John W. 2014. Research Design : Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan


Mixed Edisi ketiga. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Harisson, Lissa. 2009. Metode Penelitian Ilmu Politik. Jakarta: Kencana.

Iskandar, Zulrizka, S.Psi., M.Sc. Psikologi Lingkungan. Bandung: PT Refika


Aditama

McIntosh Robert. W. 1980. Tourism : Principles. Colombus, Ohio : practices,


Philopsophies Grid Publishing

Moleong, Lexi. 2014. Metodelogi Penelitian Kualitatif , Bandung : Remaja Rosda


Karya.

Ndraha, Taziduluhu. 2011. Kybernologi Jilid 1. Jakarta : Rineka

Pasolong, Harbani.2007.Teori Administrasi Publik. Bandung : Alfabeta

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung:


Alfabeta.

Sedarmayanti. 2011. Sumber Daya Manusia danProduktivitas Kerja. Bandung:


CV. Mandar Maju

Sjafrizal, 2014 Perencanaan Pembangunan Daerah Dalam Era Otonomi. Jakarta PT


116

RajaGrafindo Persada

Syaodih, Dr. Ir. Ernady, MT. IAP. 2015. Manajemen Pemagunan Kabupaten dan
Kota. Bandung: Refika Aditama

Tjokroamidjojo, Bintoro,1974 Pengantar Administrasi Pembangunan.

Internet :

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39484/4/Chapter%20II.pdf
diunduh pada tanggal 2 Desember 2016 pada pukul 09.47 WIB

http://repository.upi.edu/12843/6/S_PLB_0900968_Chapter3.pdf di unduh pada


tanggal 2 desember 2016 pada pukul 09.50

http://rizkie-library.blogspot.co.id/2015/10/ruang-terbuka-hijau-rth-dalam-
telaah.html di unduh pada 29 maret 2017 pada pukul 12.11 WIB

http://repository.unpas.ac.id/15809/4/BAB%20I.pdf di unduh pada 22 mei 2017


pada pukul 09.43 WIB

Undang-undang, Peraturan Menteri dan Peraturan Daerah :

Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
Terbuka (RTH) Hijau Kawasan Perkotaan

Perda Kabupaten Karawang No 2 tahun 2015 tentang Pengelolaan Ruang Terbuka


Hijau (RTH)

Permen Pekerjaan umum NO. 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan


Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan

Dokumen :
117

Masterplan RTH Kabupaten Karawang

Rencana Tata Ruang dan Wilayah RT/RW Kabupaten Karawang


118

LAMPIRAN

Lampiran 1. 1 Surat Rekomendasi Penelitian


119

Lampiran 1. 2 Foto dan Dokumentasi Plahan Peneliti

Gambar 1. 1 Wawancara dengan Bidang Program Dinas Perikanan Karawang 2017

Gambar 1. 2 Wawancara dengan Bidang Perikanan Budidaya Dinas Perikanan Karawang 2017

Gambar 1. 3 Wawancara Dengan Pembudidaya Ikan Lele

Gambar 1. 4 Wawancara dengan pengelola hasil budidaya

Gambar 1. 5 Pembudidaya Ikan Mas

Gambar 1. 6 Kegiatan sore hari sekitaran tambak


120

Lampiran 1PEDOMAN WAWANCARA

Lampiran 1 : Pedoman wawancara Aparatur Pemerintahan

PEDOMAN WAWANCARA

I. Identitas Informan
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Jabatan :
II. Pertanyaan Penelitian

a. Tujuan

1. Apa tujuan-tujuan pemerintah kabupaten karawang dalam

pengelolaan RTH ?

2. Ada tujuan secara ekonomi,estetika ?

3. Apa saja peraturan yang mengatur mengenai RTH ?

4. Adakah keterlibatan masyarakat dalam prosses perencanaan ?

apabila ada, sejauh mana keterlibatan nya ?

5. Rencana apa yang akan dilakukan mengenai kurang nya RTH di

Karawang ?

6. Apa perencanaan yang sudah dibuat tepat sasaran ?

b. Pelaksanaan
121

1. Bagaimana menurut bapak ibu mengenai ketersediaan tenaga

kerja pelaksana tugas yang dimiliki olehdinas ini, berdasarkan

tingkat pendidikan dan kualitas SDM ?

2. Bagaimana pelaksanaan pengelolaan RTH di Kabupaten

Karawang ?

3. Apa hambatan-hambatan yang terjadi pada pelaksanaan

pengelolaan RTH ?

4. Apa yang mendukung pelaksanaan pengelolaan RTH ?

5. Sudah sejauh mana pelaksanaan perencanaan pengeloaan RTH

6. Adakah data RTH yang real ?

7. OPD-OPD mana yang berwenang dalam pengelolaan RTH ?

8. Apa saja TUPOKSI organisasi yg berwenang dalam pengelolaan

RTH ?

9. Bagaimana koordinasi antar OPD?

10. Bagaimana ketersediaan sarana dan prasarana bagi

terlaksananya penanganan pengelola RTH di Karawang ?

c. Skala Prioritas

1. Apa skala prioritas dalam waktu tertentu dalam pengelolaan

RTH ?

2. Bagaimana menentukan pembangunan yang diprioritaskan


122

d. Prioritas waktu

1. Berapa lama waktu yang dibutuhkan ? Apa ada

penjadwalan untuk pengelolaan RTH ?

2. Apakah dengan waktu yang telah ditentukan

pembangunan dapat tepat waktu ? bagaimana agar tepat

waktu

e. Secara kontinu

1. Apakah perencanaan pembangunan terkait RTH ini

dilakukan secara kontinu ?

2. Pelaksanaan secara kontinu seperti apa ?

JAWABAN WAWANCARA
123

Nama : Puguh

Jenis kelamin : laki-laki

Pekerjaan : Aparatur pemerintahan

Jabatan : Kepala bidang perencanaan tata ruang BAPPEDA

1. Berorientasi pada Tujuan

a. tujuan-tujuannya yaitu memenuhi undang-undang bahwa harus

sampai 30% bagi suatu kawasan, 20% publik dan 10% privat, yang

kedua bagian dari visi-misi tadi kabupaten karawang menjadi asri

dan lestari, yang ketiga juga memberikan pelayanan dasar bagi

masyarakat akan udara yang lebih segar, lebih sehat seperti itu.

Sekaligus juga barangkali untuk pelayanan dasar bagi anak, tempat

bermain anak

b. Tujuan RTH bukan ke arah ekonomi ya, untuk menciptakan

kenyamanan saja.

c. Untuk aturan RTH belum ada, tetapi perda-perda yang lain ada yang

membahas tentang RTH, ada perda RT/RW kemudian tentang

lingkungan hidup,di LH itu ada perda lingkungan hidup. UU no 27

tahun 2006 juga itu adalah undang-undang penataan ruang, jadi

RTH menjadi komponen dalam tata ruang.

d. Sementara belum berjalan ya, kecuali yang berada dilingkungan

perumahan seperti taman RT atau taman RW itu ada. Kalo yang


124

terorganisir belum ada. Mereka dimintai saran aktif, untuk

keterlibatan secara langsung belum.

e. Itu tadi diawal, programnya yang akan dilakukan membangun

taman-taman kota yang sudah ada tetapi tidak terawat, selanjutnya

menambah seperti pembangunan hutan kota yang ada dijalan baru,

gempol, bintang alam, terus yang ketiga membangun sempadan

jalan, sempadan rel.

f. Perencanaan yang dilakukan didata, dikonsep hutan kota/taman kota

berbasis ecopark, kuliner, RTH temanya kuliner, ada juga taman

kahati. Konsep itu dituangkan di DID desai teknisnya, kemudian

dilaksanakan pembahasan lintas sektor OPD, kemudian kita susun,

baru dilaksanakan pembangunan fisik.

g. Saat ini belum ada evaluasi

2. Berorientasi kepada pelaksanaan

a. Untuk pelaksanaan pembangunan RTH lebih ke PRKP, LH,

kehutanan. BAPPEDA hanya merencanakan secara umum saja.

b. Saat ini masih baru dan sedang dibangun oleh PRKP, LH, kehutanan

dan LH, . Untuk ke pelaksanaannya lebih ke mereka.

c. Hambatan pengelolaan, karena saat ini masih tahap perencanaan dan

sedang dibangun dan dalam tahap perencanaan, jadi belum bisa

disampaikan, tetapi yang sudah-sudah belum terkelola dengan baik,


125

indikatornya kurang jelas. Yang terjadi saat ini pada tahap

kesepahaman dengan perusahaan, jadi setiap perusahaan belum

memahami unuk berkontribusi terhadap RTH.

d. Faktor pendukungnya Undang-undang, kepala daerah, anggaran dan

yang terkahir yaitu kompetensi pelaksana

e. Data nya ada disana, ada di PRKP

f. Yang berwenang dalam pengelolaan RTH yaitu DLHK, PRKP dan

kehutanan

g. Kita tidak langsung kesana ya, tetapi tupoksi BAPPEDA penataan

ruang yang didalamnya ada RTH.

h. Koordinasi berjalan, Cuma sudah terjalin baik atau belum untuk

sejauh ini sudah berjalan ya.

i. Kalo pengelolaan RTH engga terlalu susah ya, sarana dan prasarana

tersedia

3. Skala prioritas

b. Prioritasnya RTH kita prioritaskan dikawasan perkotaan, karena

kebutuhan untuk RTH lebih banyak di perkotaan karena banyaknya

polusi asap kendaraan dan yang lain. Karena di pedesaan alamnya

masih alami.

c. Ya intinya dikawasan perkotaan terlebih dahulu, supaya kawasan

perkotaan nya indah.


126

4. Prioritas waktu

a. Waktu yang dinutuhkan program ini sampai 2020

b. Ya kan kita sudah ada targetnya di RPJMD itu 5 tahun misalnya

targetnya pertahun ada tiga, nah selanjutnya kita bangun, seperti

itu.

5. Kontinyu

a. Iya secara kontinyu, biaya pembangunan dan perawatannya sudah

dianggarkan.

b. Perawatan secara kontinyu bila sudah dibangun ya harus ada

perawatan terus-menerus.
127

JAWABAN WAWANCARA

Nama : Darono

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Aparatur Sipil Negara

Jabatan : Kepala bidang pertamanan dinas PRKP

1. Berorientasi pada tujuan

a. Sesuai visi-misi karawang, ada yang namanya RPJMD dan untuk

penataan ruang, dan penataan taman kota

b. Tentunya ada tujuan estetika dalam pembangunan RTH ini agar telihat

indah dan asri.

c. UU No. 26 Tahun 2007 tentang tata ruang yang didalamnya mengatur

tentang RTH

d. Masyarakat harus membantu dan mendukung serta merawat fasilitas

yang sudah dibangun

e. Kita merencanakan pembangunan taman ya, untuk menambah ataupun

memperbaiki taman yang tidak terawat

f. Tentunya pada tahap sekarang belum ada evaluasi, kan namnya juga

baru akan dilaksanakan

2. Berorientasi pada pelaksanaan

a. Untuk masalah pembangunan taman kita over kepihak ketiga kontraktor

dan mereka kan punya tenaga kerja, tentunya juga itukan


128

memperkerjakan tenaga kerja yang tentunya merupakan lahan

tersendiri.

b. Kita lakukan pembangunan taman, ada yang pemeliharaan, ada yang

swakelola, pemeliharaan rutin, pemeliharaan itu pihak ketiga.

c. Ya pasti ada, namanya juga kegiatan lah, misalnya ada miss komunikasi

dengan instansi terkait tadi lah, atau kurang komunikasi

d. Kalo pendukung berrati alokasi anggaran dulu, terus kapasitas pihak

kedua.

e. Sudah kita rencanakan, saat ini sedang dikerjakan

f. Belum ada ya untuk data RTH yang real, kita nunggu RDTR juga dari

PUPR, jadi PRKP meyingkronkan dengan PUPR.

g. PRKP, PUPR dan LH jadi semuanya berwenang dalam pengelolaan di

Karawang

h. Tupoksinya kita sesuai dengan visi misi dinas, yaitu meningkatkan

penyediaan RTH dikawasan perkotaan yang aman dan nyaman bagi

masyarakat, agar perkotaan karawang terlihat indah, asri dan lestari

i. Koordinasi sudah berjalan antar OPD-OPD

j. Untuk sarana dan prasarana mendukung yah, mendukung untuk

perencanaan dan pelaksanaan juga.

3. Skala prioritas

a. Untuk sekarang ini prioritasnya ke penataaan kota terlebih dahulu,

dilakukan secara bertahap


129

b. Karena diperkotaan belum ditata, ya jadi dikerjakan di perkotaan

terlebih dahulu

4. Prioritas waktu

a. Waktu yang dibutuhkan Sampai 2019/2020

b. Kita menginduk kepada RPJMD untuk jangka waktu pembangunan

RTH ini, soalnya kan di RPJMD sudah tercantum gitu

5. Kontinyu

a. Ya secara kontinyu, ya di RPJMD sudah ada garis besarnya


pembangunan taman diperkotaan terlebih dahulu dan dilakukan secara
kontinyu,
b. Pemeliharaannya kita lakuka secara terus menerus agar terawat

Lampiran 2 : Pedoman wawancara masyarakat kawasan perkotaan


Kabupaten Karawang

PEDOMAN WAWANCARA
130

I. Identitas Informan
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Jabatan :
II. Pertanyyan Penelitian
1. Pendapat bapak ibu mengenai RTH Karawang ?

2. Tujuan adanya RTH ?

3. Sudah sejauh mana pelaksanaannya ?

4. Pembangunan RTH diperkotaan sudah sejauh mana ?

5. Bagaimana perawatan setelah dilakukan pembangunan ? Apakah

ada atau tidak ?

6. Apakah bapak ibu merasakan manfaat dari pengelolaan RTH di

Kabupaten Karawang ?

7. Bagaimana penilaian bapak ibu mengenai kondisi atau keadaan

RTH di Kabupaten Karawang ?

8. Apakah ada keluhan, kritik maupun saran bagi pemerintah

Kabupaten Karawang terkait dengan pengelolaan RTH di

Kabupaten Karawang ? dan yang diinginkan seperti apa ?

JAWABAN WAWANCARA
Nama : Yuan Natiyan
Jenis Kelamin : laki-laki
131

Pekerjaan : mahasiswa
Alamat : Perumnas adiarsa, Jl. Citanduy 3, nomor rumah 266, kecamatan

karawang barat

1. Untuk ruang terbuka hijau di karawang sudah ada peningkatan dari tahun

kemarin, tapi masih kurang banyak RTH, terus tentang fasilitas yang ada

disana juga masih kurang, misalnya tempat sampah yang disini ditaman ibu

nih ada kan yang didepan sekolah baskar gitu, ada taman ibu disitu ya cuman

buat nongkrong-nongkrong doang. Ya memamng sudah diperbaharui oleh

pemerintah tetapi belum ada fasiitas-fasilitas yang telah diatur didalam RTH

tersebut, kaya joging track kaya gitu, ya kurang aj, masih kurang

2. Tujuannya ya buat reftesing,nongkrong supaya ada pemandangan yang

indah-indah gitu.

3. Masih kurang sih, kalo disekitaran sisni hutan kota baru di jalan baru aja

paling juga taman-taman udah mulai diperbaharui. Sejauh ini pembangunan

RTH sudah mulai dilaksanakan yang saya tahu. Jangan hanya sebatas

perencaan saja lah, harus dilaksanakan proses pembangunannya, soalnya

RTH penting banget

4. Untuk tahun 2017 ini ada lah peningkatan dalam pembangunan RTH, di

depan mega mall matahari yang di jalan Bypass sudah mulai dibangun tuh,

dibangun taman.
132

5. Tidak tahu, yang saya tahu pembangunan di taman ibu saja, ditaman ib

pembangunannya sekitar sebulan. Kalo secara keselurahan pembangunan

RTH saya tidak tahu

6. Kalo merasakan manfaatnya udah sih, untuk melihat adanya perubahan

RTH itu sudah merasakan lingkungan menjadi bersih aja. Tapi untuk saya

nongkrong disitu kejauhan ya. Tapi ya kalo melihat perubahan yang tadiny

penuh dengan coretan, yang tadinya engga di atur, yang tadinya engga ada

lampu taman nya sekarang udah ada dan lingkungannya pun bagus.

7. Iya ada, yang saya tahu suka ada petugas dari dinas yang melakukan

perawatan.

8. Penilaian kalo dilihat dari segi pembangunannya ya saya nilai 75 lah karena

pembangunan yang di taman ibu itu cepat pembangunannya. Tapi kalo

dilihat dari jumalh RTH itu masih sangat sedikit saya kasih nilai 40 lah

9. Yang pertama RTH diperbanyak terus segi kemanan, fasilitas, terus tentang

pemeliharaan pepohonan terawat dan terjaga karena RTH tempat anak-anak

bermain, berharapnya terjaga dan terawat. Di perbanyak lagi perawatan nya

juga. Kalo bisa pemerintah bekerjasama dengan masyarakat, masyarakat

bisa ikut andil dalam pembangunan RTH.


133

JAWABAN WAWANCARA
Nama : Herman suherman
Jenis Kelamin : laki-laki
Pekerjaan : Pedagang di taman ibu adiarsa
Alamat : Adiarsa

1. Banyak sih pepohonan juga yang dipinggir jalan model pohon angsana,

pohon mangga diperumahan. Kalo taman mah jarang nya, masih jarang.

Tamannya belum ditata. Karwang kurang RTH nya, beda sama bekasi,

purwakarta bandung yang udah ditata.

2. Pertama nya tempat hiburan, tempat ngadem, Intinya mah setuju lah kalo

mau ditambah RTH di Karawang

3. Pelaksanaannya saat ini yang saya tahu baru disini (ditaman ibu). Dulu mah

masih belum terawat,bedanya juga jauh sebelum ditata sama sesudah ditata

kalo sebelum ditata yang datang kesini juga sedikit banget, tapi sesudah

ditata mah banyak yang datangnya. Pokoknya beda jauh lah sama waktu

sebelum ditata.

4. Iya diperkotaan dulu kan kalo dipedesaan masih banyak pohon nya.

5. Ada yang ngerawat mah, setiap hari suka ada yang nyiramin tanaman, terus

di sapu-sapu tamannya, bersih lah pokoknya mah.

6. Sudah, saya sudah merasakan manfaatnya ya di taman ibu ini, di yang lain

mah belum.

7. Ya paling bagus ini, saya sudah keliling di karawang yang paling bagus

taman ibu ini.


134

8. Ya diperbanyak lah pengennya mah, di tata supaya rapih. Tolong keluhan

masyarakat ditanggapi.

JAWABAN WAWANCARA
Nama : Dian sumaryati
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : wiraswata
Alamat : Perum puri asih nomor 12 A

1. RTH karawang menurut ibu sangat kurang sekali, tidak ada tempat untuk

bekumpul, engga ada tempat buat meneduh di taman misalnya gitu.

Karawang sangat kurang lah RTH nya kalo mneurutt ibu.

2. Ya bagus, karena polusi di kota kan setiap hari banyak ya polusinya, polusi

dari asap motor asap mobil, asap yang lai-lain kan banyak sekali y. Adanya

taman dikota dapat mengurangi polusi udara, kalo ada anging dari

pepohonan kan puusinya dapat menyisir gitu. Itu menurut ibi ya kalo ga

salah gitu

3. Sekarang kan dalam pembenahan ya, contohnya yang di samping stadion.

Tadinya yang disamping stadion kan kurang hijau kurang di tata. Yang di

depan stadion sudah mulai ditata, kayanya mau dibikin taman deh, kalo

dibikin taman bagus lah supaya terlihat nya bagus dan orang juga bisa

memanfaatkan fasilitas itu


135

4. Sudah mulai di tata nih sekarang RTH di perkotaan, sudah ada prospek.

Sudah bagus menurut ibu, kalo di johar kayanya engga mungkin soalnya

kan jalannya sempit. Kalo di bypass kan luas jalannya, terus yang di stadion

itu ibu setuju, dulu kan pohon-pohonnya engga kerawat, pohon palm nya

udah kuning-kuning, sekarang lagi ditata kan bikin taman kayanya yg di

stadion mah buat duduk-duduk kaya yang di purwakarta.

5. Setiap hari biasanya memang ada yang menyiram tanaman pake baju dinas.

Kalo kontinyu ibu kembalikan lagi ke pihak pemda yah bagian penanaman

tanaman, sepertinya akan dikerjakan terus-menerus ya pasti, step by step

pasti itu. Tapi kan kendalanya masalah dana nya, karena sering lambat turun

dananya kan jadi tertunda pengerjaannya, itu kan yang pembangunan di

stadion agak lama. Kalo dana nya cepet menurut ibu mah cepet juga proses

pngerjaanya. Yang di niaga banyak pedagang ibu kurang setuju, harusnya

disitu ditata dibuat taman, ditata kaya purwakarta lah duduk-duduk, udah

ada air mancurnya juga kan. Di fasiltasi wifi juga, kan kalo difasilitasi gitu

anak-anak yang nongkrong difasilitasi wifi seneng kan sama keluarganya

ngumpul.

6. Belum, masih panas, karawang panas nyengat

7. Nilainya 70, kalo kata ibu belum 100 karena masih membutuhkan penataan-

penataan.

8. Ya iya pengerjaannya harus selesai, terus dana dari pemdanya juga harus

segera soalnya kalo danaya engga segera maka penyelesaiannya juga engga
136

selesa cepat. Kontraktor juga engga mau kan nalangin dulu, jadi dananya

harus jalan lancar. Terus sarannya


137

Lampiran 1. 3 Kartu Bimbingan Skripsi


138

Lampiran 3

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Fachmi Alviansyah

2. Tempat, Tanggal, Lahir : Karawang, 28 November 1995

3. NPM : 1341173301131

4. Jurusan : Ilmu Pemerintahan

5. Fakultas : FISIP

6. Alamat : Kp. Cengkeh I, Ds. Ciwaringin, Kec.

Lemahabang

Wadas, Kab. Karawang

7. E-mail : alviansyahfachmi@gmail.com

8. No. Telepon : 08997292332

B. Link Skripsi :

C. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. TK Islamic Izhar Kota Bekasi 1999-2001

2. Sekolah Dasar Negeri Ciwaringin I 2001-2007

3. Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Lemahabang Karawang 2007-

2010

4. Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Karawang 2010-2013


139

5. Universitas Singaperbangsa Karawang Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Prodi Ilmu Pemerintahan 2013-2017.

Anda mungkin juga menyukai