Anda di halaman 1dari 125

IMPLEMENTASI PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN

PAKET C (SETARA SMA) DI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA


DAN OLAHRAGA KABUPATEN KARAWANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Mengikuti Syarat untuk Sidang Skripsi


Pada Program Studi Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Singaperbangsa Karawang

Oleh :

MUHAMMAD RIZKY FELANI


1510631180107

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG

2019
LEMBAR PERSETUJUAN

IMPLEMENTASI PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN

PAKET C (SETARA SMA) DI KABUPATEN KARAWANG

Telah diperiksa dan disetujui Dosen Pembimbing


Untuk diajukan ke hadapan Tim Penguji dalam Ujian Skripsi
Program Studi Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Singaperbangsa Karawang

Menyetujui,
Karawang, Desember 2019

Pembimbing I Pembimbing II

Maulana Rifai, MA Rachmat Ramdani, S.IP.,M.IPol


NIDN : 0426128202 NIDN :0006049005
Mengetahui,

Wakil Dekan Koordinator Program Studi


Akademik dan Kemahasiswaan
Ilmu Pemerintahan

Dr. Mayasari, S.S., M.Hum Dadan Kurniansyah, S.IP., M.Si


NIDN : 0426097905 NIDN : 0021097509

ii
LEMBAR PENGESAHAN

IMPLEMENTASI PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN

PAKET C (SETARA SMA) DI KABUPATEN KARAWANG

Telah diperiksa dan disahkan dihadapan Tim Penguji Ujian Skripsi


Program Studi Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Singaperbangsa Karawang

Penguji,
Penguji I Penguji II

Evi Priyanti, S.IP., M.Si Dadan Kurniansyah, S.IP., M.Si


NIDN : 0015109005 NIDN : 0021097509

Disahkan Oleh,
Dekan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik

Dr. Kusrin, M.Pd


NIDN : 0018066119

iii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah


SWT, atas rahmat dan karunia yang dilimpahkan-Nya sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan dengan judul “Implementasi Program Pendidikan Kesetaraan
Paket C (Setara Sma) Di Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olahraga
Kabupaten Karawang”

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam pengajuan skripsi
untuk menyelesaikan Program Pendidikan Strata 1 pada Program Studi Ilmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Singaperbangsa
Karawang.

Peneliti sangat menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
adanya do’a, bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan
kerendahan hati dan tulus ikhlas pada kesempatan ini peneliti menyampaikan
terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Maulana Rifai, MA selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Singaperbangsa Karawang sekaligus Dosen Pembimbing I
yang telah membimbing peneliti, serta meluangkan waktunya untuk peneliti
dalam menyelesaikan tugas usulan penelitian ini.
2. Rachmat Ramdani, S.IP., M.IPol selaku Dosen Pembimbing II yang dengan
sabar dan meluangkan waktu di tengah-tengah kesibukannya dan terus
memotivasi peneliti untuk segara menyelesaikan usulan penelitian ini.
3. Dr. Kusrin., M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Singaperbangsa Karawang.
4. Dr. Mayasari, SS., M.Hum Selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Singaperbangsa Karawang.
5. Dadan Kurniansyah., S.IP., M.Si selaku Koordinator Prodi Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Singaperbangsa Karawang.

iv
6. H. Abdillah Mawardi Drs., M.Si. yang telah turut membantu dan memberi
masukan kepada penulis dalam penelitian.
7. Semua Dosen dan Staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Khususnya
Program Studi Ilmu Pemerintahan yang telah membekali peneliti dengan ilmu
pengetahuan dan mencintai program studi Ilmu Pemerintahan.
8. Seluruh jajaran Kabupaten Karawang untuk dukungan dan ilmu-ilmu yang
telah diberikan dan informasi data untuk penelitian.
9. Kepada Ayahanda Ahmad Yani dan Ibunda Eneng Kurniawati yang selalu
begitu luar biasa memotivasi, mendukung baik secara moriil dan materil serta
mendoakan kelancaran dalam setiap perjalan penulisan usulan proposal ini.
10. Kepada Kaka dan satu Adik saya yaitu, Deavi Ariyani Putri dan Dimas
Bintang Pamungkas yang selalu tak bosan mendengarkan keluh kesah peneliti
dan terus menyemangati dan fokus menyelesaikan penulisan usulan proposal
ini.
11. Kepada teman-teman sekelas Ilmu Pemerintahan kelas C dan Ilmu
Pemerintahan angkatan 2015 yang memberikan warna dan cerita bahagia.
12. Kepada sahabat saya Boy Cost 8, selalu memberikan motivasi dan dukungan
tanpa batas, yang mengajarkan saya untuk terus dekat dengan tuhan dan
mencintai segala kekurangan agar terus bersyukur atas apa yang telah dimiliki.

Besar harapan peneliti dengan adanya skripsi ini bisa menambah wawasan

dan pengetahuan khususnya bagi peneliti umumnya bagi kita semua. Peneliti

mengharapkan saran dan kritikan yang bermanfaat untuk perbaikan penulisan

dalam skripsi.

Karawang, Desember 2019

Peneliti

v
SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Muhammad Rizky Felani

NPM : 1510631180107

Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang saya susun dengan judul
“IMPLEMENTASI PROGRAM KESETARAAN PAKET C (SETARA SMA) DI
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN
KARAWANG” adalah saya tulis sendiri tanpa menjiplak atau meniru karya tulis
orang lan, Skripsi ini disusun dengan cara yang sesuai dengan etika keilmuan
yang berlaku secara akademis, apabila dikemudian hari ditemukan adanya
pelanggaran yang menyatakan bahwa Skripsi ini adalah tiruan karya orang, maka
saya yang akan menanggung sanksi apapun juga yang dijatuhkan kepada saya
sesuai dengan peraturan yang berlaku di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Singaperbangsa Karawang.

Karawang, Desember 2019

Muhammad Rizky Felani


NPM 1510631180107

vi
ABSTRAK

Muhammad Rizky Felani, 1510631180107. Implementasi Program


Kesetaraan Paket C (Setara SMA) di Dinas Pendidikan Pemuda dan
Olahraga Kabupaten Karawang.
Penelitian tentang Implementasi Program Kesetaraan Paket C (Setara SMA)
di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Karawang adalah
penelitian yang di latarbelakangi dari banyaknya masyarakat yang putus sekolah
di Kabupaten Karawang yang kesulitan dalam melanjutkan pendidikan. Dimana
hal tersebut menyebabkan banyaknya masyarakat mengalami kesulitan dalam
mencari pekerjaan hal itu berdampak pada tingkat kesejahteraan masyarakat
karena akan menghambat indeks pembangunan manusia. Sehingga dibutuhkan
Implementasi Program Kesetaraan Paket C (Setara SMA) di Dinas Pendidikan
Pemuda dan Olahraga dalam mengatasi permasalahan Putus Sekolah di
Kabupaten Karawang tersebut.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami
Implementasi Program Kesetaraan Paket C (Setara SMA) di Dinas Pendidikan
Pemuda dan Olahraga Kabupaten Karawang dan yang lebih penting adalah agar
permasalahan putus sekolah ini dapat diatasi dikemudian waktu. Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan
pendekatan kualitatif ini dipilih karena untuk menyajikan data secara sistematis,
faktual dan akurat mengenai fakta-fakta yang ada di lapangan. Dengan
menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif bertujuan untuk
menggali fakta mengenai Permasalahan Angka Putus Sekolah di Kabupaten
Karawang. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan konsep teori Smith dalam
Islamy, di mana Implementasi mencakup 4 dimensi: Idealized Policy, Target
Groups, Implementing Organization, Environmental Factors.
Hasil penelitian menunjukan bahwa, Implementasi Program Kesetaraan
Paket C (Setara SMA) di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga dalam
mengatasi permasalahan Putus Sekolah di Kabupaten Karawang sudah cukup
optimal. Itu sangat terlihat dari perspektif dinas yang memberikan
fasilitasi/fasilitator dalam hal pemberian izin operasional bagi lembaga PKBM.
Dinas serta memberikan pendampingan kepada lembaga PKBM, sosialisasi, dan
bimbingan teknis kepada lembaga PKBM yang ada di Kabupaten Karawang.
Tetapi, permasalahan dan kurangnya interaksi komunikasi yang dilakukan dinas
ini kurang menghasilkan solusi karena masih terjadi masyarakat putus sekolah
yang tidak mempedulikan pendidikan serta lembaga PKBM yang masih kurang
memadai bagi masyarakat yang ingin menempuh pendidikan kesetaraan.
Kata Kunci : Implementasi, Program Kesetaraan, Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat (PKBM) Kabupaten Karawang.

vii
ABSTRACT

Muhammad Rizky Felani, 1510631180107, Implementation of the Package C


Equality Program (High School Equivalent) in the Karawang District Youth
and Sports Education Office.
The research on the Implementation of the Package C Equality Program
(Equal High School) in the Karawang District Youth and Sports Education Office
is a study based on the large number of people dropping out of school in
Karawang regency who have difficulty in continuing their education. Where it
causes many people to experience difficulties in finding work, it affects the level
of community welfare because it will hamper the human development index. So it
takes the Implementation of the Package C Equality Program (Equal High
School) in the Department of Youth and Sports Education in overcoming the
problem of Dropouts in the Karawang Regency. The purpose of this study is to
find out and understand the Implementation of the Package C Equality Program
(Equal High School) in the Karawang District Youth and Sports Education Office
and more importantly, so that the problem of dropping out can be resolved in the
future.
The research method used in this research is descriptive with this
qualitative approach chosen because it is to present data systematically, factually
and accurately about the facts in the field. By using descriptive research with a
qualitative approach aims to explore the facts about the problem of dropout rates
in the Karawang regency. In this study, researchers used the concept of Smith's
theory in Islamy, where Implementation includes 4 dimensions: Idealized Policy,
Target Groups, Implementing Organizations, Environmental Factors.
The results showed that, the Implementation of the Package C Equality
Program (Equal High School) in the Department of Youth and Sports Education
in overcoming school dropouts in Karawang was already quite optimal. That is
very evident from the perspective of the agency that provides facilitation /
facilitators in terms of granting operational licenses to PKBM institutions. The
Office also provides assistance to PKBM institutions, outreach, and technical
guidance to PKBM institutions in Karawang Regency. However, the problem and
the lack of communication interaction carried out by this office did not produce a
solution because there were still dropouts who did not care about education and
the PKBM institutions were still inadequate for people who wanted to take
equality educationKeyword : Implementation, Equality Program, Community
Learning Activity Center (PKBM), Karawang Regency.

viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iii

KATA PENGANTAR............................................................................................iv

SURAT PERNYATAAN.......................................................................................vi

ABSTRAK.............................................................................................................vii

ABSTRACT...........................................................................................................viii

DAFTAR ISI...........................................................................................................ix

DAFTAR TABEL..................................................................................................xii

DAFTAR BAGAN...............................................................................................xiii

DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xiv

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang Penelitian............................................................................1

1.2 Identifikasi Masalah...................................................................................12

1.3 Rumusan Masalah......................................................................................13

1.4 Tujuan Penelitian.......................................................................................13

1.5 Kegunaan Penelitian...................................................................................14

1.5.1 Kegunaan Teoritis..........................................................................14

1.5.2 Secara Praktis.................................................................................15

1.6 Kerangka Pemikiran...................................................................................16

1.7 Proposisi.....................................................................................................20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................21

2.1 Pengertian Implementasi............................................................................21

2.2 Pengertian Kebijakan Publik......................................................................22

2.2.1 Pengertian Kebijakan.....................................................................22

ix
2.2.2 Pengertian Kebijakan Publik..........................................................23

2.3 Implementasi Kebijakan Publik.................................................................26

2.4 Pendidikan Kesetaraan Non Formal...........................................................33

2.5 Pengertian dan Konsep Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat.....................34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...........................................................39

3.1 Metode Penelitian.......................................................................................39

3.2 Sumber Data...............................................................................................40

3.3 Teknik Pengumpulan Data.........................................................................41

3.4 Penentuan Informan...................................................................................44

3.5 Teknik Analisis Data..................................................................................46

3.6 Teknik Validasi Data..................................................................................47

3.7 Lokasi dan Waktu Penelitian.....................................................................52

3.7.1 Lokasi Penelitian............................................................................52

3.7.2 Waktu Penelitian............................................................................52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................................54

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian...........................................................54

4.1.1 Kondisi Geografi Kabupaten Karawang...........................................54

4.1.2 Kondisi Demografi Kabupaten Karawang........................................58

4.1.3 Gambaran Umum Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga


Kabupaten Karawang.....................................................................59

4.1.4 Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Dinas Pendidikan Pemuda dan
Olahraga Kabupaten Karawang......................................................60

4.1.5 Tugas Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten


Karawang........................................................................................63

4.1.6 Struktur Organisasi Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa


Kabupaten Karawang.....................................................................64

x
4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan...............................................................66

4.2.1 Idealized Policy Implementasi Program Kesetaraan Paket C di Dinas


Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Karawang..............71

4.2.2 Target Groups Implementasi Program Kesetaraan Paket C di Dinas


Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Karawang..............77

4.2.3 Implementing Organization (Pelaksana Teknis) Implementasi


Program Kesetaraan Paket C di Dinas Pendidikan Pemuda dan
Olahraga Kabupaten Karawang......................................................84

4.2.4 Environmental Factors (Faktor-faktor yang mempengaruhi)


Implementasi Program Kesetaraan Paket C di Dinas Pendidikan
Pemuda dan Olahraga Kabupaten Karawang.................................88

BAB V SIMPULAN DAN SARAN......................................................................92

5.1 Simpulan....................................................................................................92

5.2 Saran...........................................................................................................94

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................96

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Data PKBM, Guru, Jumlah Siswa...............................................4


Tabel 1.2 Data Lembaga PKBM se-Kabupaten Karawang Tahun 2018.................4
Tabel 1.3 Angka Putus Sekolah di Kabupaten Karawang.......................................6
Tabel 3.1 Penentuan Informan...............................................................................45
Tabel 3.2 Waktu Penelitian....................................................................................53
Tabel 4.1 Daftar Kecamatan di Kabupaten Karawang..........................................56

xii
DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Alur Pemikiran......................................................................................20


Bagan 2.1 Sinergitas Masyarakat dan PKBM........................................................38

xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Pedoman Wawancara......................................................................................101
2. Surat Permohonan Pelaksanaan Penelitian..................................................... 107
3. Dokumentasi................................................................................................... 109

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan bagian inheren dalam pembangunan suatu

bangsa, karena pendidikan merupakan tempat untuk meningkatkan dan

mengembangkan sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam proses

pembangunan bangsa. Dalam rangka mencapai hal tersebut diperlukan

pendidikan yang harus dikelola secara professional.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, Pendidikan di Indonesia diselenggarakan dalam tiga

jalur, yaitu pendidikan formal, non formal dan informal. Berdasarkan UU

Sisdiknas disebutkan bahwa satuan Pendidikan Non Formal adalah lembaga

pendidikan yang terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok

belajar, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat, Majelis Taklim, serta satuan

pendidikan yang sejenisnya.

Peranan lembaga Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat sebagai

penyelenggara program pendidikan masyarakat melakukan apa yang tidak

dilakukan oleh pemerintah, yang selama ini menjadi pengendali perubahan

dalam skala besar, atau melakukan hal yang sama dengan pemerintah tetapi

dengan cara yang berbeda. Namun demikian, terlepas dari apapun peran

dari lembaga-lembaga tersebut dalam dekade ini telah banyak bermunculan

lembaga penyelenggara program pendidikan masyarakat yang salah

satunya adalah lembaga Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang

1
2

menyelenggarakan pendidikan non formal dan informal. Pemerintah

mengeluarkan kebijakan/program disektor pendidikan non formal dan

informal kemudian PKBM menjalankan program tersebut. Dalam hal ini

pemerintah bersama PKBM berupaya mengimplementasikan

kebijakan/program agar dapat terlaksana dengan baik. Pemerintah sebagai

pengawas dan penyedia anggaran sedangkan PKBM sebagai pelaksana

teknis di lapangan.

Keberadaan PKBM makin kuat ketika diterbitkannya UU Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 10 yang

menyatakan: PKBM sebagai salah satu satuan pendidikan nonformal.

Keberadaan PKBM dihadapan kita dengan harapan untuk memberikan

pelayanan pendidikan non formal sebagai penambah, pengganti dan

pelengkap pendidikan formal bagi warga masyarakat yang membutuhkan

pengetahuan, keterampilan kecakapan hidup, mengembangkan sikap dan

kepribadian, mengembangkan diri untuk berusaha mandiri dan atau

melanjutkan pendidikan ketingkat yang lebih tinggi dalam rangka

pemberdayaan masyarakat. Rumpun pendidikan PKBM terdiri Kejar Paket

A Setara SD/MI , Kejar Paket B Setara SMP/ MTS/N/S, Kejar Paket C

Setara SMA/MA/N/S dan program lainnya sesuai kebutuhan masyarakat

setempat.

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Karawang pada

Bidang Pendidikan Masyarakat dalam program kesetaraan yang diatur

Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas memliki tugas


3

sebagai memberikan arahan, pengawasan serta memberikan izin

operasional atau akreditasi kepada lembaga pendidikan masyarakat yaitu

pusat kegiatan belajar masyarakat dengan catatan lembaga pendidikan non

formal tersebut memenuhi persyaratan, dan di Bidang Dikmas karena

terdapat 5 wilayah yang terdiri dari beberapa PKBM di tiap Kecamatan

maka ada satu pengawas tiap wilayah yang sebagai penanggungjawab serta

menseleksi bahwa berhak mendapatkan izin operasional atau tidak.

Lembaga PKBM itu sendiri sebagai lembaga pelaksana yang bertugas

sebagai mitra pemerintah dalam mengurangi angka putus sekolah.

Lembaga PKBM di Kabupaten Karawang pada sepuluh tahun

kebelakang memiliki begitu banyak dengan tiap kecamatan terdapat lebih

dari satu PKBM, tapi tiap tahun lembaga PKBM tersebut mengalami

penurunan. Diberitakan dalam berita online http://www.rmoljabar.com/

bahwa :"Sepuluh tahun lalu ada sekitar 153 PKBM, kemudian jumlahnya

turun menjadi 75 dan untuk tahun 2015 Karawang memiliki 60 PKBM,"

Pada tahun 2018 di Kabupaten Karawang terdapat 38 PKBM yang

telah memiliki izin operasional, penurunan lembaga PKBM di Kabupaten

Karawang dikarenakan kekurangan dana dalam mendukung kegiatan-

kegiatan yang ada pada lembaga PKBM di Kabupaten Karawang. Serta

dalam kendala mengenai penurunan lembaga PKBM tersebut dikarenakan

masalah dana, dengan itu pihak dinas lembaga pelaksana teknis harus

adanya pola interaksi untuk mengagas kebijakan bantuan dana.


4

Dibawah ini tabel jumlah data PKBM, Guru, dan Jumlah Siswa di
Kabupaten Karawang sebagai berikut:
Tabel 1.1 Jumlah Data PKBM, Guru, Jumlah Siswa

Dibawah ini tabel data lembaga PKBM se-Kabupaten Karawang sebagai berikut:

Tabel 1.2 Data Lembaga PKBM se-Kabupaten Karawang Tahun 2018


5

Sumber: sekolah.data.kemendikbud.go.id

Berdasarkan dari tabel di atas terdapat 38 PKBM yang telah memiliki

izin opersional di Kabupaten Karawang, terbagi atas 5 wilayah serta di tiap

Kecamatan Kabupaten Karawang terdapat Pusat Kegiatan Belajar

Masyarakat. Wilayah I, terdiri dari Kecamatan Karawang Barat, Karawang

Timur, Telukjambe Barat, Telukjambe Timur, Pangkalan, dan Tegalwaru.

Wilayah II, terdiri dari Kecamatan Rawamerta, Telagasari, Lemahabang,

Cilebar, dan Tempuran. Wilayah III, terdiri dari Kecamatan Cilamaya

Kulon, Cilamaya Wetan, Banyusari, dan Jatisari. Wilayah IV, terdiri dari

Kecamatan Klari, Majalaya, Cikampek, Kotabaru, dan Tirtamulya. Wilayah

V, terdiri dari Kecamatan Rengasdengklok, Batujaya, Tirtajaya, dan

Jayakerta.

Wilayah I terdapat 8 PKBM, dari jumlah PKBM tersebut terdapat 50

guru dengan murid siswa laki-laki 1227 dan siswi perempuan 590. Wilayah

II terdapat 8 PKBM, dari jumlah PKBM tersebut terdapat 31 guru dengan

murid siswa laki-laki 1590 dan siswi perempuan 930. Wilayah III terdapat 7

PKBM, dari jumlah PKBM tersebut terdapat 14 guru dengan murid siswa

laki-laki 1225 dan siswi perempuan 600. Wilayah IV terdapat 8 PKBM, dari

jumlah PKBM tersebut terdapat 37 guru dengan murid siswa laki-laki 1281

dan siswi perempuan 914. Wilayah V terdapat 7 PKBM, dari jumlah PKBM

tersebut terdapat 21 guru dengan murid siswa laki-laki 1281 dan siswi

perempuan 647.
6

Putus sekolah bukan merupakan persoalan baru dalam sejarah

pendidikan. Persoalan ini telah berakar dan sulit untuk di pecahkan, sebab

ketika membicarakan solusi maka tidak ada pilihan lain kecuali

memperbaiki kondisi ekonomi keluarga. Ketika membicarakan peningkatan

ekonomi keluarga terkait bagaimana meningkatkan sumber daya

manusianya. Sementara semua solusi yang diinginkan tidak akan lepas dari

kondisi ekonomi nasional secara menyeluruh, sehingga kebijakan

pemerintah berperan penting dalam mengatasi segala permasalahan

termasuk perbaikan kondisi masyarakat.

Berkaitan dengan angka putus sekolah di Kabupaten Karawang

berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Pemuda dan

Olahraga Kabupaten Karawang data angka putus sekolah untuk tingkat

SLTA dapat dilihat di bawah ini.

Tabel 1.3 Angka Putus Sekolah di Kabupaten Karawang

Data Angka Putus Sekolah Pada Tahun 2011 – 2015


2011 2012 2013 2014 2015
508 Orang 463 Orang 458 Orang 392 Orang 477 Orang
Sumber : Rencana Strategis Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga. Kab. Karawang
Revisi Tahun 2016-2021

Berdasarkan data di atas menunjukan total angka putus sekolah untuk

tingkat SLTA selama periode 2011 total angka putus sekolah sebesar 508

orang dan pada tahun 2012 menjadi 463 orang terjadi penurunan 45 orang.

Periode 2013 adalah 458 orang tidak terjadi penurunan yang begitu besar

hanya 5 orang, pada tahun 2014 sebanyak 392 orang penurunan terjadi
7

cukup besar dengan 66 orang dan di tahun 2015 adanya kenaikan angka

putus sekolah sebanyak 85 orang dengan itu menjadi 477 orang.

Pada tahun 2017 anak yang putus sekolah jumlahnya mencapai 205

orang terdiri dari 135 setara pelajar SMA, serta 70 anak lagi setara SMP ini

terjadi di salah satu kecamatan di kabupaten Karawang yaitu di kecamatan

Cilamaya Kulon. Diberitakan dalam berita online

https://www.republika.co.id/ bahwa: “Angka pelajar putus sekolah di

Kabupaten Karawang, ditenggarai cukup tinggi. Salah satunya, terjadi di

Kecamatan Cilamaya Kulon. Selama 2017 ini, lebih dari 200 anak usia SMP

dan SMA di kecamatan itu putus sekolah. Salah satu penyebabnya, akibat

faktor kemiskinan. Jadi, anak-anak tersebut lebih memilih jadi buruh tani

ataupun nelayan untuk menopang ekonomi keluarga.”

Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang dalam meningkatkan Kualitas

pendidikan menjadi pokok prioritas, dengan itu diberitakan dalam berita

online https://www.pikiran-rakyat.com/ bahwa: Bupati Karawang, Cellica

Nurrachadiana, mengklaim alokasi anggaran untuk sektor pendidikan di

daerahnya telah mencapai 30% dari total APBD 2018 Kabupaten Karawang.

Angka tersebut jauh di atas amanat UU No.20/2003 yang mewajibkan

daerah mengalokasikan anggaran pendidikan sebesar 20% dari APBD

setempat.

"Anggaran itu termasuk gaji guru dan biaya perbaikan ruang belajar. Jika

ditotal, jumlahnya mencapai Rp 1,2 triliun. Itu khusus sektor pendidikan

saja."
8

Namun, kondisi pendidikan di Kabupaten Karawang angka putus

sekolah ditingkat SLTA masih cukup tinggi dapat dilihat pada tabel di atas.

Program Kesetaraan yang sebagai upaya Dinas Pendidikan Pemuda dan

Olahraga Kabupaten Karawang untuk menghentaskan angka putus sekolah

yang terjadi di Karawang, pelaksanaan program kesetaraan masih kurang

diketahui oleh masyarakat khususnya yang putus sekolah dengan

melanjutkan pendidikan tingkat menengah atas. Bidang pendidikan

masyarakat memiliki kendala mengenai data dikarenakan laporan pada

bidang sekolah menengah pertama tidak ada laporan kepada bidang

pendidikan masyarakat.

Pendidikan nonformal berupaya meningkatkan pengetahuan,

keterampilan, sikap dan nilai yang dapat secara berjenjang dan berstruktur

dengan sistem yang luwes, fungsional dan mengembangkan hak hidup

untuk belajar sepanjang hayat, salah satunya adalah Pendidikan Kesetaraan.

Pendidikan kesetaraan adalah pendidikan nonformal dengan standar

kompetensi lulusan yang sama dengan sekolah formal, tetapi konten,

konteks, metodologi dan pendekatan untuk mencapai standar kompetensi

tersebut lebih memberikan konsep-konsep terapan, tematik, induktif yang

terkait dengan permasalahan lingkungan dan melatih kehidupan berorientasi

kerja atau berusaha mandiri. 

Pendidikan kesetaraan meliputi program Paket A setara SD,

Paket B setara SMP, dan Paket C setara SMA. Program ini ditujukan bagi

peserta didik yang berasal dari masyarakat yang kurang beruntung, tidak
9

sekolah, putus sekolah dan putus lanjut, serta usia produktif yang ingin

meningkatkan pengetahuan dan kecakapan hidup. Program ini juga

melayani warga masyarakat lain yang memerlukan layanan khusus dalam

memenuhi kebutuhan belajarnya sebagai dampak dari perubahan

peningkatan taraf hidup, ilmu pengetahuan dan teknologi.

Definisi setara yaitu sama dalam tingkatnya dari ukuran, pengaruh,

fungsi dan kedudukan sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang No.

20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 26 ayat 3 bahwa

“Hasil Pendidikan Nasional dapat dihargai setara dengan hasil program

pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh

lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan

acuan standar Nasional Pendidikan“.

Di atas telah disebutkan bahwa Program Paket C setara SMA

merupakan bagian dari Pendidikan Kesetaraan. Program ini diselenggarakan

sebagai pengganti, penambah, dan pelengkap pendidikan formal dalam

rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat dan pemerataan pendidikan.

Menurut Smith (1973) dalam Islamy (2001:80), implementasi kebijakan

dipandang sebagai suatu proses atau alur. Dimana kebijakan yang dibuat

oleh pemerintah bertujuan untuk mengadakan perbaikan atau perubahan

dalam masyarakat sebagai kelompok sasaran. Menurut Smith dalam Islamy

(2001:80), implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat variable, yaitu :

Pertama, Idealized Policy dalam pelaksanaannya ada pola interaksi yang


10

digagas oleh Institusi dengan pihak pelaksana teknis dalam tujuan untuk

mendorong, mempengaruhi dan merangsang target kelompok, mengenai

masalah pendanaan pihak lembaga PKBM sebagai pelaksana yang perlu

adanya interaksi antara pemerintah dengan forum PKBM untuk mendorong

adanya kebijakan bantuan dari pemerintah dalam mendukung program

kesetaraan.

Kedua. Target Groups dalam pelaksanaan kebijakannya kepada

masyarakat yang tidak melanjutkan ditingkatan sekolah menengah atas

karena kelompok ini menjadi sasaran dari implementasi kebijakan program

kesetaraan. Pemerintah Daerah memberikan target bahwa di Kabupaten

Karawang harus mendapatkan pendidikan yang setara serta menghentaskan

angka putus sekolah dengan itu lembaga pelaksana teknis sebagai mitra

pemerintah yaitu PKBM yang mengetahui secara langsung mengenai

kondisi lapangan. Maka diharapkan dapat menyesuaikan pola-pola

perilakukan dengan kebijakan yang telah dirumuskan oleh Pemerintah

dengan lembaga pelaksana teknis yang tujuannya dapat tercapainya target

yang telah ditentukan.

Ketiga. Implementing Organitzation yaitu badan pelaksana dalam

kebijakan ada institusi pemerintah sebagai penanggungjawab pemerintahan

dan yang sebagai lembaga pelaksana teknisnya, pemerintah memiliki mitra

yaitu lembaga Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat yang di setiap kecamatan

ada dengan tujuan untuk memudahkan masyarakat dalam mendapatkan

program kesetaraan. Hubungan antara badan pelaksana PKBM dengan


11

pemerintah sebagai penanggungjawab kebijakan, maka korelasinya

pemerintah sebagai fasilitator serta pengawas seperti pemberian izin

operasional lembaga dan PKBM sebagai lembaga pelaksana memberikan

laporan pertanggungjawaban laporan hasil kegiatan setiap pergantian tahun

akademik.

Keempat. Environmental Factors yaitu mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi dalam pelaksanaan kebijakan seperti aspek budaya Instasi

pemerintah dalam pelayanan administrasi dan non administrasi masih

kurang optimal serta lembaga pelaksana teknis dan masyarakat yang di

mana tiap wilayah memiliki budaya dalam merespon sebuah kebijakan dari

pemerintah ada perbedaan. Aspek sosial yang dapat mempengaruhi

masyarakat dengan itu bisa membuat masyarakat putus sekolah yang ingin

melanjutkan pendidikan program kesetaraan menjadi malu terhadap

lingkungannya. Aspek ekonomi setiap masyarakat memiliki kapasitas

ekonomi yang terbatas seperti untuk datang ke tempat belajar memerlukan

biaya bagi yang memiliki kendaraan butuh biaya bahan bakar, serta biaya

makan. Aspek politik dalam aspek ini pengaruh kepentingan yang di mana

dalam pelaksanaan program antara penanggungjawab kebijakan dengan

pelaksana teknis kebijakan dalam upaya mensukseskan pelaksanaan

program kebijakan.

Permasalahan yang telah dipaparkan di atas. Maka peneliti tertarik

dalam fenomena tingginya angka putus sekolah, dengan itu peneliti ingin

meneliti mengenai “Implementasi Program Pendidikan Kesetaraan


12

Paket C (Setara SMA) Di Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olahraga

Kabupaten Karawang”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka peniliti

menguraikan beberapa identifkasi masalah :

1. Masih tingginya angka putus sekolah dijenjang sekolah menengah atas.

2. Kesempatan untuk belajar ke jenjang pendidikan menengah atas

terkendala masalah biaya.

3. Partisipasi masyarakat masih rendah karena menganggap program

kesetaraan itu masih kalah jauh jika dibandingkan dengan pendidikan

formal.

4. Kurangnya pola interaksi antara Lembaga Pemerintah dengan Lembaga

Pelaksana dalam menghasilkan sebuah gagasan yang baik bagi program

kesetaraan, serta fungsi pengawasan dari lembaga pemerintah yang masih

kurang optimal.

1.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Interaksi Komunikasi antara Pemerintah Daerah Karawang

dengan lembaga pelaksana teknis PKBM dalam menghasilkan sebuah

gagasan kebijakan untuk mendukung program kesetaraan ?

2. Bagaimana cara Pemerintah Daerah Karawang dalam memberikan target

untuk menghentaskan angka putus sekolah, serta bagaimana lembaga

lembaga pelaksana teknis PKBM menghasilkan target yang berkualitas


13

pada program kesetaraan?

3. Bagaimana sistem pertanggungjawaban lembaga pelaksana dalam hasil

laporan pelaksanaan program kesetaraan?

4. Bagaimana faktor aspek sosial, ekonomi, dan politik yang mempengaruhi

implementasi kebijakan pendidikan kesetaraan Kejar Paket C di PKBM

Kabupaten Karawang?

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan memahami Interaksi Komunikasi antara

Pemerintah Daerah Karawang dengan lembaga pelaksana teknis PKBM

dalam menghasilkan sebuah gagasan kebijakan untuk mendukung

program kesetaraan.

2. Untuk mengetahui dan memahami capaian target dari Pemerintah

Daerah Karawang serta capaian target dari lembaga PKBM terhadap

program kesetaraan .

3. Untuk mengetahui dan memahami sistem pertanggungjawaban lembaga

pelaksana dalam hasil laporan pelaksanaan program kesetaraan.

4. Untuk mengetahui dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi dari

aspek sosial, ekonomi, dan politik terhadap implementasi kebijakan

pendidikan.

1.5 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini mengenai Implementasi Program Pendidikan Kesetaraan

Paket C (Setara Sma) Di Kabupaten Karawang.memiliki 2 (dua) kegunaan

yaitu kegunaan teoritis dan kegunaan praktis. Kegunaan penelitian ini


14

melihat kondisi menurunnya suatu kinerja terhadap suatu pekerjaan serta

dalam pelaksanaan program kesetaraan tersebut seperti apa. Adapun

deskripsi dari kegunaan dalam penelitian ini antara lain :

1.5.1 Kegunaan Teoritis

1. Bagi Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi

pengembangan ilmu politik dan ilmu pemerintahan, khususnya yang

berkaitan dengan kajian implementasi kebijakan mengenai pendidikan

dan dapat menambah pengetahuan bagi pemerintah dalam hal pentingnya

penerapan program kebijakan pendidikan kesetaraan paket C dalam

menyelesaikan masalah angka putus sekolah.

2. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat

dalam mengikuti implementasi program kesetaraan paket C sehingga

masyarakat yang tidak bisa melanjutkan di pendidikan formal dapat

mendapatkan pendidikan yang setara.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini bertujuan untuk menambah khazanah intelektual

pemerintahan khususnya mengenai kebijakan pentingnya pendidikan

yang dilaksanakan oleh pemerintah. Serta sebagai salah satu syarat

menempuh ujian proposal pada program studi Ilmu Pemerintahan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.


15

1.5.2 Secara Praktis

1. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan

dan pertimbangan dalam mengambil sebuah kebijakan serta dapat

dijadikan sebagai bahan evaluasi dalam penyelenggaraan serta

pengelolaan pendidikan kesetaraan Kejar Paket C di Kabupaten

Karawang

2. Bagi PKBM / Masyarakat

Semoga dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat dijadikan

sebagai bahan masukan serta pertimbangan oleh pihak PKBM terkait

dengan penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan kesetaraan Kejar

Paket C. Dan Semoga dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat

memberikan informasi kepada masyarakat terkait dengan pendidikan

kesetaraan Kejar Paket C.

3. Bagi Peneliti

Peneliti melakukan penelitian ini agar dapat mengaplikasikan teori dan

ilmu yang diperoleh selama ini. Serta diharapkan sebagai pembelajaran

mengenai implementasi kebijakan pendidikan kesetaraan paket C pada

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga di Kabupaten Karawang untuk

memperoleh pendidikan yang setara.

1.6 Kerangka Pemikiran

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional pasal 1 ayat 10 yang menyatakan: PKBM sebagai salah satu satuan
16

pendidikan nonformal. Keberadaan PKBM dihadapan kita dengan harapan

untuk memberikan pelayanan pendidikan non formal sebagai penambah,

pengganti dan pelengkap pendidikan formal bagi warga masyarakat yang

membutuhkan pengetahuan, keterampilan kecakapan hidup,

mengembangkan sikap dan kepribadian, mengembangkan diri untuk

berusaha mandiri dan atau melanjutkan pendidikan ketingkat yang lebih

tinggi dalam rangka pemberdayaan masyarakat. Rumpun pendidikan PKBM

terdiri Kejar Paket A Setara SD/MI , Kejar Paket B Setara SMP/ MTS/N/S,

Kejar Paket C Setara SMA/MA/N/S dan program lainnya sesuai kebutuhan

masyarakat setempat. Dipertegas dengan Keputusan Menteri Pendidikan

Nasional Nomor 0132/U/2003 Tentang Program Paket C.

Pendidikan kesetaraan meliputi program Paket A setara SD,

Paket B setara SMP, dan Paket C setara SMA. Program ini ditujukan bagi

peserta didik yang berasal dari masyarakat yang kurang beruntung, tidak

sekolah, putus sekolah dan putus lanjut, serta usia produktif yang ingin

meningkatkan pengetahuan dan kecakapan hidup. Angka putus sekolah

yang masih cukup tinggi di Kabupaten Karawang serta peran pengawasan

dengan pola interaksi yang masih kurang menjadikan pokok persoalan putus

sekolah menjadi masalah bagi Pemerintah Kabupaten Karawang karena

melihat dari keseriusan Pemerintah Kabupaten Karawang yang masih tidak

sinkron dengan realisasinya terhadap pendidikan.

Menurut Smith (1973) dalam Islamy (2001:80), implementasi kebijakan

dipandang sebagai suatu proses atau alur. Model Smith ini memandang
17

proses implementasi kebijakan dari proses kebijakan dari perspektif

perubahan sosial dan politik, dimana kebijakan yang dibuat oleh pemerintah

bertujuan untuk mengadakan perbaikan atau perubahan dalam masyarakat

sebagai kelompok sasaran.

Menurut Smith dalam Islamy (2001), implementasi kebijakan

dipengaruhi oleh empat variable, yaitu :

1. Idealized policy : yaitu pola interaksi yang digagas oleh perumus

kebijakan dengan tujuan untuk mendorong, mempengaruhi dan

merangsang target group untuk melaksanakannya

2. Target groups : yaitu bagian dari policy stake holders yang diharapkan

dapat mengadopsi pola-pola interaksi sebagaimana yang diharapkan

oleh perumus kebijakan. Karena kelompok ini menjadi sasaran dari

implementasi kebijakan, maka diharapkan dapat menyesuaikan pola-

pola perilakukan dengan kebijakan yang telah dirumuskan

3. Implementing organization : yaitu badan-badan pelaksana yang

bertanggung jawab dalam implementasi kebijakan.

4. Environmental factors : unsur-unsur di dalam lingkungan yang

mempengaruhi implementasi kebijakan seperti aspek budaya, sosial,

ekonomi dan politik.

Di dalam konsep teori menurut ahli tersebut ada berupa tensi atau

tekanan yang mana dalam pelaksanaannya memiliki kendala dari internal

lembaga pemerintah yang sebagai pemilik wewenang dan juga lembaga

PKBM sebagai pelaksana teknis. Kendala eksternal terjadi pada masyarakat


18

yang butuh peran persuasif dari pemerintah untuk masyarakat yang putus

sekolah bisa melanjutkan sekolah dengan program kesetaraan, dengan itu

akan terjadi adanya timbal balik dalam evaluasi perumusan kebijakan yang

lebih baik lagi.

Dari keempat indikator implementasi kebijakan menurut smith tersebut

menjadi sebagai pisau bedah analisis penelitian yang akan peneliti

menggunakan untuk menganalisa implementasi kebijakan program

kesetaraan paket C di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten

Karawang. Dengan demikian implementasi kebijakan merupakan proses

pelaksanaan serta adanya faktor-faktor yang mempengaruhi melihat suatu

kebijakan berjalan optimal atau tidak. Serta tanpa dukungan dari masyarakat

maka akan sulit untuk melaksanakan suatu program dari kebijakan

pemerintah.

Melihat paparan di atas dikatakan bahwa dalam implementasi kebijakan

terkandung adanya pola interaksi antara pemerintah dengan masyarakat,

adanya target untuk mengukur sejauhmana program tersebut optimal atau

tidaknya, lembaga pelaksana yaitu PKBM yang sebagai pelaksana teknis

lapangan dengan mengetahui kondisi lapangan, faktor-faktor yang

mempengaruhi terdiri dari beberapa aspek seperti aspek soasial, ekonomi,

budaya dan politik. Dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan

adalah suatu proses kegiatan dalam melaksanakan amanat dari konstitusi

dengan melahirkan suatu program bertujuan untuk kesejahteraan bangsa.


19

Kabupaten Karawang memiliki visi dan misi dalam mengoptimalkan

pembangunan kualitas manusia secara menyeluruh, dengan salah satu misi

nya yaitu Mewujudkan Masyarakat Demokratis Berlandaskan Hukum,

dengan itu pemerintah untuk mewujudkan dengan cara memprioritaskan

Pendidikan sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa serta masih

banyak masyarakat Kabupaten Karawang yang tidak dapat melanjutkan

sekolah. Dengan salah satu program Dinas Pendidikan Pemuda dan

Olahraga Kabupaten Karawang adalah Program Kesetaraan Paket C yang

bertujuan untuk memberikan pendidikan setara bagi masyarakat yang tidak

dapat melanjutkan sekolah atau masyarakat yang putus sekolah.

Sebagai alur berfikir Implementasi Program Kesetaraan Paket C di

Kabupaten Karawang sebagai berikut:

Bagan 1.1 Alur Pemikiran

Keberhasilan Program
Kesetaraan Paket C di
Dinas Pendidikan
Pemuda dan Olahraga
akan berjalan dengan
optimal
20

Sumber: Olahan Peneliti Tahun 2019

1.7 Proposisi

Berdasarkan pemikiran di atas, maka peneliti mengajukan proposisi

sebagai berikut : Implementasi Program Pendidikan Kesetaraan Paket C

(Setara SMA) Di Kabupaten Karawang. Ditentukan oleh: 1. Gagasan

Kebijakan, 2. Sasaran kelompok, 3. Pelaksanaan Organisasi, 4. Faktor-

faktor yang mempengaruhi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Implementasi

Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah agar sebuah kebijakan

dapat mencapai tujuannya, tidak lebih dan tidak kurang. Untuk

mengimplementasikan kebijakan publik ada dua pilihan langkah yang ada,

yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program atau melalui

formulasi kebijakan derivate atau turunan dari kebijakan publik tersebut.

Model tersebut mengadaptasi mekanisme yang lazim dalam

pengelolaan kebijakan, kebijakan diturunkan berupa program-program yang

kemudian diturunkan menjadi proyek-proyek , dan akhrinya berwujud

kegiatan-kegiatan, baik yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat

maupun kerjasama pemerintah dengan masyarakat.

Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier dalam Yulianto Kadji

(2015:56) menjelaskan makna implementasi ini dengan mengatakan bahwa

memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan

berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi

kebijakan, yakni kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan yang timbul

sesudah disahkannya pedoman-pedoman kebijakan Negara, yang mencakup

baik usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk

menimbulkan akibat/dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian.

21
22

Pengertian implementasi diatas apabila dikaitkan dengan kebijakan

adalah bahwa sebenarnya kebijakan itu tidak hanya dirumuskan lalu dibuat

dalam suatu bentuk positif seperti undang-undang dan kemudian didiamkan

dan tidak dilaksanakan atau diimplementasikan, tetapi sebuah kebijakan

harus dilaksanakan atau diimplementasikan agar mempunyai dampak atau

tujuan yang diinginkan.

2.2 Pengertian Kebijakan Publik

2.2.1 Pengertian Kebijakan

Kebijakan atau policy berkaitan dengan perencanaan, pengambilan

dan perumusan keputusan, pelaksanaan keputusan, dan evaluasi terhadap

dampak dari pelaksanaan keputusan tersebut terhadap orang-orang banyak

yang menjadi sasaran kebijakan (kelompok target). Kebijakan merupakan

sebuah alat atau instrumen untuk mengatur penduduk dari atas kebawah.

Menurut Heinz Eulau dan Kenneth Prewith dikutip dalam Amri

Marzali (2012:20), kebijakan adalah keputusan tetap yang dicirikan

konsistensi dan pengulangan tingkah laku dari mereka yang mematuhi

keputusan-keputusan. Dengan cara memberi reward dan sanctions. Secara

sentralistik, kebijakan adalah instrumen teknis, rasional, dan action-oriented

untuk menyelesaikan masalah. Kebijakan adalah cetak biru bagi tindakan

yang mengarah dan mempengaruhi perilaku orang banyak yang terkena

dampak keputusan tersebut. Kebijakan sengaja disusun dan dirancang untuk

membuat perilaku orang banyak yang dituju (kelompok target) menjadi

terpola sesuai dengan bunyi dan rumusan kebijakan tersebut.


23

Thomas R. Dye dikutip dalam buku Yulianto Kadji (2015:31)

mendefinisikan kebijakan negara sebagai is whatever governmenet choose

to do or not to do. Selanjutnya Dye mengatakan bahwa apabila pemerintah

memilih untuk melakukan sesuatu, maka harus ada tujuan (objektivitas) dan

kebijakan Negara harus meliputi semua tindakan pemerintah. Dengan

demikian bukan semata-mata merupakan pernyataan keinginan pemerintah

atau pejabat pemerintah. Disamping itu sesuatu yang tidak dilakukan oleh

pemerintah akan mempunyai pengaruh yang sama besarnya dengan sesuatu

yang dilakukan oleh pemerintah.

Dari beberapa pengertian tentang kebijakan yang telah dikemukakan

oleh para ilmuan tersebut. Dapat ditarik kesimpulan bahwa pada hakikatnya

kebijakan mencakup pertanyaan: what, why, who, where, dan how. Semua

pertanyaan itu menyangkut tentang masalah yang dihadapi lembaga-

lembaga yang mengambil keputusan yang menyangkut isi, prosedur yang

ditentukan, strategi, waktu keputusan itu diambil, dan dilaksanakan.

Disamping kesimpulan tentang pengertian kebijakan dengan yang

dimaksud. Pada dewasa ini istilah kebijakan lebih sering dan secara luas

dipergunakan dalam kaitannya dengan tindakan-tindakan pemerintah, serta

perilaku negara pada umumnya.

2.2.2 Pengertian Kebijakan Publik

Kebijakan publik meliputi segala sesuatu yang dinyatakan dan

dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah. Disamping itu menurut

James E Anderson sebagimana dikutip Suharno (2010:24-25) kebijakan


24

publik merupakan kebijakan yang dikembangkan atau dibuat oleh badan-

badan dan pejabat-pejabat pemerintah.

Implikasi pengertian dari pandangan ini bahwa kebijakan publik,

yakni:

1) Lebih merupakan tindakan yang mengarah pada tujuan dari pada

sebagai perilaku atau tindakan yang kebetulan.

2) Bersangkutan dengan apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah

dalam bidang tertentu atau bahkan merupakan apa yang pemerintah

maksud atau melakukan sesuatu atau menyatakan melakukan sesuatu.

3) Bisa bersifat positif yang berarti merupakan beberapa bentuk tindakan

pemerintah mengenai masalah tertentu dan bersifat negatif yang berarti

merupakan keputusan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu.

4) Kebijakan setidak-tidaknya dalam arti positif didasarkan atau selalu

dilandaskan pada peraturan/undang-undang yang bersifat memaksa.

5) Pada hakekatnya terdiri atas tindakan-tindakan yang saling terkait.

Menurut Easton dikutip dalam buku Yulianto Kadji (2015:39)

mendefinisikan kebijakan publik sebagai pengalokasian nilai-nilai

kekuasaan untuk seluruh masyarakat yang keberadaannya mengikat. Dalam

pengertian ini hanya pemerintah yang dapat melakukan sesuatu tindakan

kepada masyarakat dan tindakan tersebut merupakan bentuk dari sesuatu

yang dipilih oleh pemerintah yang merupakan bentuk dari pengalokasian

nilai-nilai kepada masyarakat.


25

Aktor mempunyai posisi yang amat strategis bersama-sama dengan

faktor kelembagaan (institusi) kebijakan itu sendiri. Interaksi aktor dan

lembaga inilah yang kemudian menentukan proses perjalanan dan strategi

yang dilakukan oleh komunitas kebijakan dalam makna yang lebih luas.

Apabila terjadi suatu perubahan kebijakan publik, perubahan tersebut

dilakukan lebih bersifat tambal sulam dibandingkan dari pada bersifat

revolusioner. Dalam bentuknya yang realistis kebijakan publik sering kali

hanya disempurnakan dan jarang dilakukan pergantian.

Pembuatan kebijakan hendaknya didasarkan pada analisis kebijakan

yang baik, sehingga dapat menghasilkan kebijakan yang baik pula. Menurut

Winarno (2007:31) ada tiga hal pokok yang perlu diperhatikan dalam

analisis kebijakan, yakni:

1) Fokus utamanya adalah mengenai penjelasan kebijakan bukan

mengenai anjuran kebijakan yang pantas.

2) Sebab-sebab dan konsekuensi dari kebijakan-kebijakan publik diselidiki

dengan teliti dan dengan menggunakan metodologi ilmiah.

3) Analisis dilakukan dalam rangka mengembangkan teori-teori umum

yang dapat diandalkan tentang kebijakan-kebijakan publik dan

pembentuknya. Sehingga dapat diterapkannya terhadap lembaga-

lembaga dan bidang-bidang kebijakan yang berbeda. Dengan demikian

analisis kebijakan dapat bersifat ilmiah dan relevan bagi masalah-

masalah politik dan sosial.


26

Berdasarkan pendapat berbagai ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa

kebijakan publik adalah serangkaian tindakan yang dilakukan atau tidak

dilakukan oleh pemerintah yang berorientasi pada tujuan tertentu guna

memecahkan masalah-masalah publik atau demi kepentingan publik.

Kebijakan untuk melakukan sesuatu biasanya tertuang dalam ketentuan-

ketentuan atau peraturan perundang-undangan yang dibuat pemerintah

sehingga memiliki sifat yang mengikat dan memaksa.

2.3 Implementasi Kebijakan Publik

Menurut Suharno (2010:52) proses pembuatan kebijakan merupakan

pekerjaan yang rumit dan kompleks dan tidak semudah yang dibayangkan.

Walaupun demikian, para adsministrator sebuah organisasi institusi atau

lembaga dituntut memiliki tanggung jawab dan kemauan, serta kemampuan

atau keahlian, sehingga dapat membuat kebijakan dengan resiko yang

diharapkan (intended risks) maupun yang tidak diharapkan (unintended

risks). Pembuatan kebijakan dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Penjelasan menurut Suharno (2010:53) hal pemting yang turut

diwaspadai dan selanjutnya dapat diantisipasi adalah dalam pembuatan

kebijakan sering terjadi kesalahan umum. Faktor-faktor yang mempengaruhi

pembuatan kebijakan adalah:

a) Adanya pengaruh tekanan-tekanan dari luar, tidak jarang pembuat

kebijakan harus memenuhi tuntutan dari luar atau membuat kebijakan

adanya tekanan-tekanan dari luar.


27

b) Adanya pengaruh kebiasaan lama. Kebiasaan lama organisasi yang

sebagaimana dikutip oleh Nigro disebutkan dengan istilah sunk cost,

seperti kebiasaan investasi modal yang hingga saat ini belum

professional dan terkadang amat birikratik, cenderung akan diikuti

kebiasaan itu oleh para administrator, meskipun keputusan/kebijakan

yang berkaitan dengan hak tersebut dikritik, karena sebagai suatu yang

salah dan perlu diubah. Kebiasaan lama tersebut sering secara terus-

menerus pantas untuk diikuti, terlebih kalau suatu kebijakan yang telah

ada tersebut dipandang memuaskan.

c) Adanya pengaruh sifat-sifat pribadi. Berbagai keputusan/kabijakan

yang dibuat oleh para pembuat keputusan/kebijakan banyak

dipengaruhi oleh sifat-sifat pribadinya. Sifat pribadi merupakan faktor

yang berperan besar dalam penentuan keputusan/kebijakan.

d) Adanya pengaruh dari kelompok luar. Lingkungan sosial dari para

pembuat keputusan/kebijakan juga berperan besar.

e) Adanya pengaruh keadaan masa lalu. Maksud dari faktor ini adalah

bahwa pengalaman latihan dan pengalaman sejarah pekerjaan yang

terdahulu berpengaruh pada pembuatan kebijakan/keputusan.

Misalnya,orang mengkhawatirkan pelimpahan wewenang yang

dimilikinya kepada orang lain karena khawatir disalah gunakan.

Jadi Pelaksanaan kebijakan dirumuskan secara pendek to implement

(untuk pelaksana) berarti to provide the means for carrying out

(menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu). Maka pelaksanaan


28

kebijakan dapat dipandang sebagai suatu proses melaksanakan keputusan

kebijakan. Biasanya dalam bentuk perundang-undangan, peraturan

pemerintah, peraturan daerah, keputusan peradilan perintah eksekutif, atau

dekrit presiden.

Menurut Smith (1973) dalam Islamy (2001:80), implementasi kebijakan

dipandang sebagai suatu proses atau alur. Model Smith ini memamndang

proses implementasi kebijakan dari proses kebijakan dari persfektif

perubahan sosial dan politik, dimana kebijakan yang dibuat oleh pemerintah

bertujuan untuk mengadakan perbaikan atau perubahan dalam masyarakat

sebagai kelompok sasaran.

Menurut Smith dalam Islamy (2001:80), implementasi kebijakan

dipengaruhi oleh empat variable, yaitu :

1. Idealized policy : yaitu pola interaksi yang digagas oleh perumus

kebijakan dengan tujuan untuk mendorong, mempengaruhi dan

merangsang target group untuk melaksanakannya

2. Target groups : yaitu bagian dari policy stake holders yang diharapkan

dapat mengadopsi pola-pola interaksi sebagaimana yang diharapkan

oleh perumus kebijakan. Karena kelompok ini menjadi sasaran dari

implementasi kebijakan, maka diharapkan dapat menyesuaikan pola-

pola perilakukan dengan kebijakan yang telah dirumuskan

3. Implementing organization : yaitu badan-badan pelaksana yang

bertanggung jawab dalam implementasi kebijakan.


29

4. Environmental factors : unsur-unsur di dalam lingkungan yang

mempengaruhi implementasi kebijakan seperti aspek budaya, sosial,

ekonomi dan politik.

Teori yang dipaparkan menurut Smith dalam Islamy (2001)

implementasi kebijakan bisa dikatakan efektif maka dilihat dari faktor-

faktor yang mempengaruhi dari beberapa aspek seperti aspek budaya, sosial,

ekonomi dan politik. Maka dengan itu konsep logika bottom up yang

dijelaskan oleh teori Adam Smith karena dari variabel environmental

factors tersebut menjelaskan implementasi kebijakan melihat dari bawah

terlebih dahulu.

Dikatakan oleh Merilee S. Grindle (1980) dikuti dalam buku Yulianto

Kadji (2015:59) bahwa isi kebijakan terdiri dari kepentingan kelompok

sasaran, tipe manfaat, derajat perubahan yang diinginkan, letak pengambilan

keputusan, pelaksanaan program, dan sumber daya yang dilibatkan.

Sementara lingkungan implementasi mengandung unsur keleluasaan

kepentingan dan strategi aktor yang terlibat, karakteristik lembaga dan

penguasa, serta kepatuhan dan daya tanggap.

Kemudian Merilee S. Grindle (1980) dikuti dalam buku Yulianto Kadji

(2015:60) menjelaskan indikator keberhasilan dalam implementasi adalah

dengan melihat konsistensi dari pelaksana program dan tingkat keberhasilan

pencapaian tujuan. Grindle menyatakan bahwa implementasi kebijakan

sebagai keputusan politik dari para pembuat kebijakan yang tidak lepas dari

pengaruh lingkungan.
30

Merilee S. Grindle (1980) dikuti dalam buku Yulianto Kadji (2015:60)

mengungkapkan pada dasarnya implementasi kebijakan ditentukan oleh dua

variabel, yaitu: variabel konten dan variabel konteks. Variabel konten

adalah apa yang ada dalam isi suatu kebijakan yang berpengaruh terhadap

implementasi, sedangkan variabel konteks, meliputi lingkungan dari

kebijakan politik dan administrasi dengan kebijakan politik tersebut.

Keberhasilan implementasi menurut Merilee S. Grindle dikutip dalam

buku Yulianto Kadji (2015:60) dipengaruhi oleh dua variabel besar yakni

isi kebijakan dan lingkungan implementasi. Variabel isi kebijakan

mencakup, yakni:

1) Sejauhmana kepentingan kelompok sasaran (target group) termuat

dalam isi kebijakan.

2) Jenis manfaat yang diterima oleh target group.

3) Sejauhmana perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan.

4) Apakah letak sebuah program sudah tepat.

5) Apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan implementatornya

dengan rinci.

6) Apakah sebuah program didukung oleh sumber daya yang

memadai.

Sedangkan variabel lingkungan kebijakan mencakup, yakni:

1) Seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki

oleh para aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan.

2) Karakteristik institusi dan rezim yang sedang berkuasa.


31

3) Tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran.

Disini kebijakan yang menyangkut banyak kepentingan yang berbeda

dan sulit diimplementasikan dibanding yang menyangkut kepentingan

sedikit. Oleh karena tingginya intensitas keterlibatan berbagai pihak

(politisi, pengusaha, masyarakat, dsb.) dalam implementasi kebijakan akan

berpengaruh terhadap efektivitas implemntasi kebijakan

Teori yang menurut Merille S. Grindle dengan logika konsep bottom up

dengan melihat kebijakan tersebut tercapai dengan baik, maka dilihat dari

variabel lingkungan kebijakan yang sebagai sumber respon dalam

pelaksananaan kebijakan pemerintah.

Model implementasi kebijakan yang dirumuskan oleh Elmore, Lipsky,

Hjem, & O’Porter dalam Yulianto Kadji (2015: 61) menjelaskan bahwa :

Model ini dimulai dari mengidentifikasi jaringan aktor yang terlibat di

dalam proses pelayanan dan menanyakan kepada mereka; tujuan. strategi,

aktivitas, dan kontak-kontak yang mereka miliki.

Pada prinsipnya model implementasi ini didasarkan pada tahapan-

tahapan, yakni: a) Mengidentifikasi jaringan aktor yang terlibat, b) Jenis

kebijakan publik yang mendorong masyarakat untuk mengerjakan sendiri

implementasi kebijakanya, atau masih melibatkan pejabat pemerintah di

level terbawah, c) Kebijakan yang dibuat sesuai dengan harapan, keinginan

publik yang menjadi target, dan d) Prakarsa masyarakat secara langsung

atau melalui Lembaga Swadaya Masyarakat.


32

Model ini juga mengedepankan dua variabel utama, yaitu (i) content of

policy & contex implementation, meliputi: (a) Kepentingan yang

terpengaruhi oleh kebijakan, (b) Jenis manfaat yang dihasilkan, (c) Derajat

perubahan yang diinginkan, (d) Kedudukan pembuat kebijakan, (e)

Pelaksana program, (f) Sumberdaya yang dikerahkan. Dan konteks

implementasinya, meliputi: (a) Kekuasaan, kepentingan,, strategi aktor

terlibat, (b) Karakteristik lembaga dan penguasa, (c) Kepatuhan dan daya

tanggap. Sementara (ii) dampak (impact) dari kebijakan itu sendiri,

meliputi: (a) Manfaat dari program, (b) Perubahan dan peningkatan

kehidupan kepada masyarakat.

Teori implementasi kebijakan menurut Elmore, Lipsky, Hjem, &

O’Porter dalam Yulianto Kadji (2015:61) dengan dua variabel. Pertama,

content of policy & contex implementation dan kedua, dampak kebijakan.

Teori tersebut menggunakan konsep logika bottom up, yang melihat dari

timbulnya fenomena yang terjadi di masyarakat.

Model implementasi kebijakan menurut Jan Merse dikutip dalam buku

Yulianto Kadji (2015:70) mengemukakan bahwa: Model implementasi

kebijakan dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut: a) Informasi, b) Isi

Kebijakan, c) Dukungan Masyarakat (fisik dan non fisik), dan d) Pembagian

Potensi. Khusus dukungan masyarakat berkaitan erat dengan partisipasi

masyarakat sebagai salah satu stakeholder dalam proses pelaksanaan

program.
33

Setiap implementasi kebijakan tetap membutuhkan dukungan dari

masyarakat dalam setiap implementasi kebijakan program pembangunan

dan kemasyarakatan. Implementasi kebijakan menurut Jan Merse

menegaskan tercapainya pelaksanaan kebijakan dilihat dari informasi yang

didapat dengan landasan kebijakan serta adanya dukungan dari masyarakat

dan setelah itu bisa dipastikan dalam pembagian potensi yang ada di

masyakat.

2.4 Pendidikan Kesetaraan Non Formal

Santoso S. Hamodjojo (1998:15) adalah untuk meletakkan sistem yang

tangguh untuk menangani pendidikan sepanjang hidup, dengan jalur

insidental, informal, nonformal dan formal bagi semua warga negara untuk

menggalang masyarakat gemar belajar yang beradab dan demokratis

(madani).

Pendidikan nonformal bagian dari amanat Undang-Undang yang

mewajibkan pemerintah untuk memberikan pendidikan yang layak bagi

kehidupan bangsa, serta dalam Undang-Undang Dasar 1945 bertujuan untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan itu pendidikan nonformal menjadi

alternatif pendidikan bagi masyarakat yang tidak mendapatkan pendidikan

di sekolah formal, pendidikan nonformal memang berbeda dari konsep

pembelajaraannya tetapi lulusan dari pendidikan nonformal sendiri setara

dengan pendidikan formal.

Menurut Sutaryat Trisnamansyah (1997:10) adalah konsep pendidikan

sepanjang hayat yang mengandung karakteristik, bahwa pendidikan tidak


34

berakhir pada saat pendidikan sekolah selesai ditempuh oleh seorang

individu, melainkan suatu proses sepanjang hayat, mencakup keseluruhan

kurun waktu hidup seorang individu sejak lahir sampai mati.

Pendidikan suatu proses sepanjang hayat selagi kita masih kuat untuk

berpikir dan belajar maka takkan ada batas waktu, dengan itu masyarakat

yang kurang beruntung dalam mengenyam pendidikan serta dalam

perjalanan sekolah mereka tidak dapat melanjutkannya dikarenakan faktor

ekonomi dan faktor lingkungan kenakalan remaja yang membawa mereka

kena hukuman untuk dikeluarkan dari sekolah. Tetapi, dengan adanya

pendidikan nonformal mereka yang kurang beruntung tersebut bisa dapat

mengenyam pendidikan kembali untuk meneruskan pendidikannya dengan

program kesetaraan paket C.

2.5 Pengertian dan Konsep Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) merupakan prakarsa

pembelajaran masyarakat yang didirikan dari, oleh dan untuk masyarakat.

PKBM adalah suatu institusi yang berbasis masyarakat (Community Based

Institution). Terminologi PKBM dari masyarakat, berarti bahwa pendirian

PKBM merupakan inisiatif dari masyarakat itu sendiri. Keinginan itu datang

dari suatu kesadaran akan pentingnya peningkatan mutu kehidupan melalui

suatu proses transformasional dan pembelajaran. Inisiatif ini dapat

dihasilkan oleh suatu proses sosialisasi akan pentingnya PKBM sebagai

wadah pemberdayaan masyarakat kepada beberapa anggota atau tokoh


35

masyarakat setempat oleh pihak pemerintah ataupun oleh pihak lain di luar

komunitas tersebut.

Oleh masyarakat, berarti bahwa penyelenggaraan, pengembangan, dan

keberlanjutan PKBM sepenuhnya menjadi tanggung jawab masyarakat itu

sendiri. Ini juga bermakna adanya semangat kebersamaan, kemandirian, dan

kegotongroyongan dalam pengelolaan PKBM serta penyelenggaraan

berbagai program pendidikan masyarakat pada lembaga tersebut. Untuk

masyarakat, berarti bahwa keberadaan PKBM sepenuhnya untuk kemajuan

dan keberdayaan kehidupan masyarakat tempat lembaga tersebut berada.

Eksistensi lembaga didasarkan pada pemilihan program-program yang

sesuai dengan kebutuhan pendidikan atau pemberdayaan masyarakat. Hal

ini tidak menutup kemungkinan anggota masyarakat di luar komunitas

tersebut ikut serta dalam berbagai program dan kegiatan yang

diselenggarakan oleh PKBM. Masyarakat bertindak sekaligus sebagai

subjek dan objek dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh

PKBM.

Dikutip dalam petunjuk teknis Standar Operasional Prosedur PKBM

(2012:5) PKBM sebagai akronim dari Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat,

mempunyai makna yang strategis. Berbagai simbolis makna dari akronim

PKBM dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Pusat, berarti bahwa penyelenggaraan PKBM haruslah terkelola dan

terlembagakan dengan baik. Hal ini sangat penting untuk efektivitas

pencapaian tujuan, mutu penyelenggaraan program-program, efisiensi


36

pemanfaatan sumber-sumber, sinergitas antar berbagai program dan

keberlanjutan keberadaan PKBM itu sendiri. Hal ini juga berkaitan

dengan kemudahan untuk dikenali dan diakses oleh seluruh anggota

masyarakat untuk berkomunikasi, berkoordinasi, dan bekerja sama

dengan berbagai pihak baik yang berada di wilayah keberadaan PKBM

tersebut, maupun dengan berbagai pihak di luar wilayah tersebut

misalnya pemerintah, lembaga nasional maupun internasional, dan

sebagainya.

2. Kegiatan, berarti bahwa di PKBM diselenggarakan berbagai kegiatan-

kegiatan yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat setempat, serta

PKBM selalu dinamis, kreatif dan produktif melakukan berbagai

kegiatan-kegiatan yang positif bagi masyarakat setempat. Kegiatan-

kegiatan inilah yang merupakan inti dari keberadaan PKBM, yang

tentunya juga sangat tergantung pada konteks kebutuhan dan situasi

kondisi masyarakat setempat.

3. Belajar, berarti bahwa berbagai kegiatan yang diselenggarakan di PKBM

harus merupakan kegiatan yang mampu memberikan dan menciptakan

proses transformasi peningkatan kapasitas serta perilaku anggota

komunitas tersebut ke arah yang lebih positif. Belajar dapat dilakukan

oleh setiap orang selama sepanjang hayat di setiap kesempatan yang

dapat dilakukan dalam berbagai dimensi kehidupan. Belajar dapat

dilakukan dalam kehidupan berkesenian, beragama, berolahraga, adat

istiadat dan budaya, ekonomi, sosial, politik dan sebagainya. Dengan


37

demikian, PKBM merupakan suatu institusi terdepan yang langsung

berada di masyarakat yang mengelola dan mengimplementasikan konsep

belajar sepanjang hayat.

4. Masyarakat, berarti bahwa PKBM adalah usaha bersama masyarakat

untuk memajukan dirinya sendiri (self help) secara bersama-sama sesuai

dengan ukuran nilai dan norma masyarakat itu sendiri akan makna

kehidupan. Dengan demikian, ciri-ciri suatu masyarakat akan sangat

kental mewarnai suatu PKBM baik mewarnai tujuan, pilihan dan disain

program, kegiatan yang diselenggarakan, budaya yang dikembangkan

dalam kepemimpinan dan pengelolaan kelembagaannya, keberadaan

penyelenggara maupun pengelola PKBM haruslah mencerminkan peran

dan fungsi seluruh anggota masyarakat tersebut.

Komponen PKBM sebagai berikut:

a. Komunitas Binaan/Sasaran

Setiap PKBM memiliki komunitas yang menjadi tujuan atau sasaran

pengembangannya. Komunitas ini dapat dibatasi oleh wilayah geografis

tertentu ataupun komunitas dengan permasalahan dan kondisi sosial

serta ekonomi tertentu.

b. Peserta Didik

Peserta didik adalah bagian dari komunitas binaan atau dari komunitas

lainnya yang dengan kesadaran yang tinggi mengikuti satu atau lebih

program pembelajaran yang ada di lembaga.

c. Pendidik/Tutor/Instruktur/Narasumber Teknis
38

Pendidik/tutor/instruktur/narasumber teknis adalah sebagian dari warga

komunitas tersebut ataupun dari luar yang bertanggung jawab langsung

atas proses pembelajaran atau pemberdayaan masyarakat di lembaga.

d. Penyelenggara dan Pengelola

Penyelenggara PKBM adalah sekelompok warga masyarakat setempat

yang dipilih oleh komunitas yang mempunyai tanggung jawab atas

perencanaan, pelaksanaan, dan pengembangan program di PKBM serta

bertanggung jawab terhadap seluruh pelaksanaan program dan harta

kekayaan lembaga. Pengelola program/kegiatan adalah mereka yang

ditunjuk melaksanakan kegiatan teknis/operasional program tertentu

yang ada di PKBM.

e. Mitra PKBM

Mitra PKBM adalah pihak-pihak dari luar komunitas maupun lembaga-

lembaga yang memiliki agen atau perwakilan atau aktivitas atau

kepentingan atau kegiatan dalam komunitas tersebut yang dengan suatu

kesadaran dan kerelaan telah turut berpartisipasi dan berkontribusi bagi

keberlangsungan dan pengembangan suatu PKBM.

Jika digambarkan komponen di atas adalah sebagai berikut:

. Bagan 2.1 Sinergitas Masyarakat dan PKBM


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan

deskriptif, dalam objek penelitian ini di Dinas Pendidikan Pemuda dan

Olahraga Kabupaten Karawang yang memiliki wewenang dalam

melaksanan program kesetaraan paket C serta objek penelitian selanjutnya

kepada lembaga PKBM sebagai pelaksanan teknis sertta bagian dari mitra

pemerintah.

Menurut Husaini Husman dan Purnomo Setiady (2006:42) Metode

adalah suatu prosedur atau cara-cara untuk mengetahui sesuatu yang

mempunyai langkah-langkah sistematis, Penelitian adalah usaha untuk

menemukan atau mengembangkan atau menguji kebenaran suatu

pengetahuan, usaha yang mana dilakukan dengan menggunakan metode-

metode ilmiah..

Menurut Creswell, (2013:4) menyatakan bahwa penelitian kualitatif

merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna

yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari

masalah sosial atau kemanusiaan. Tujuan penelitian kualitatif menurut John

W. Cresswell, (2013:167) pada umumnya mencakup informasi tentang

fenomena utama yang dieksplorasi dalam penelitian, partisipasi penelitian

dan lokasi penelitian.

39
40

Penelitian ini akan berfokus pada pendidikan kesetaraan nonformal

paket C yang melibatkan Dinas Pendidikan Pemdua dan Olahraga Kab.

Karawang sebagai pemiliki wewenang program kesetaraan dan lembaga

pelaksana teknis PKBM sebagai mitra pemerintah dan serta masyarakat

yang putus sekolah.

Metode penelitian mengenai Implementasi Program Pendidikan

Kesetaraan Paket C (Setara Sma) Di Kabupaten Karawang ini menggunakan

metode deskriptif dengan pendekatan penelitian kualitatif yaitu suatu

penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang bagaimana

pelaksanaan kebijakan pendidikan non formal dalam program Kesetaraan

Paket C di Kabupaten Karawang.

3.2 Sumber Data

Menurut Arikunto (2010:22) ada dua jenis data dalam penelitian yaitu:

a. Data Primer, adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang

diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh

subjek yang dapat dipercaya, yakni subjek penelitian atau informan yang

berkenaan dengan variabel yang diteliti atau data yang diperoleh dari

responden secara langsung. Data primer ini dalam kebutuhannya berupa

wawancara mendalam dengan informan yang telah ditentukan, informan

yang dipilih sesuai dengan kebutuhan penelitian ini.

b. Data Sekunder, adalah data yang diperoleh dari teknik pengumpulan data

yang menunjang data primer. Dalam penelitian ini diperoleh dari hasil
41

observasi yang dilakukan oleh penulis serta dari studi pustaka. Dapat

didikatakan data sekunder ini berupa dokumen-dokumen seperti rencana

strategis dinas.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti

untuk mendapatkan data dalam suatu penelitian. Pada penelitian kali ini

peneliti memilih jenis penelitian kualitatif maka data yang diperoleh

haruslah mendalam, jelas dan spesifik. Dijelaskan oleh Creswell ( 2013:254)

bahwa prosedur pengumpulan data dalam penelitian kualitatif melibatkan

empat jenis strategi dengan kekuatan dan kelemahannya yaitu Observasi,

Wawancara , Dokumentasi dan Materi Audio-Visual.

1. Observasi

Observasi menurut Kusuma (1987:25) adalah pengamatan yang

dilakukan dengan sengaja dan sistematis terhadap aktivitas individu atau

obyek lain yang diselidiki. Adapun jenis-jenis observasi tersebut

diantaranya yaitu observasi terstruktur, observasi tak terstruktur, observasi

partisipan, dan observasi non partisipan.

Dalam Penelitian ini, sesuai dengan objek penelitian maka, peneliti

memilih observasi terstruktur. Observasi terstruktur adalah observasi yang

diselenggarakan dengan menentukan secara sistematik faktor-faktor yang

akan diobservasi, dengan kata lain wilayah materi observasi telah dibatasi

secara tegas sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian.


42

Pengumpulan dengan cara obervasi peneliti mengumpulkan data yang

diperoleh di lokasi penelitian baik itu data dari pemegang kebijakan yang

berkaitan dengan program kesetaraan paket C seperti di Dinas Pendidikan

Pemuda dan Olahraga Kabupaten Karawang, hasil penelitian di lapangan

dalam kasus angka putus sekolah serta dalam pelaksanaan program

kesetaraan paket C di Kabupaten Karawang yang akan dilakukan dengan

mengambil 3 sampel Cilamaya Kulon, Rengasdengklok dan Telukjambe

Barat di ketiga Kecamatan tersebut peneliti ingin mengetahui lebih dalam

mengenai lembaga PKBM sebagai pelaksana teknis.

2. Wawancara

Dalam teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, dan

wawancara itu sendiri dibagi menjadi 3 kelompok yaitu wawancara

terstruktur, wawancara tidak terstruktur, dan wawancara mendalam (in-

depth interview). Yaitu pengumpulan data dengan cara mengajukan

beberapa pertanyaan secara langsung kepada responden. Wawancara

dilakukan dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan judul penelitian ini.

Wawancara yang akan dilakukan adalah kepada aparat pemerintah Dinas

Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Karawang, Lembaga PKBM

sebagai pelaksana teknis serta mitra pemerintah, masyarakat yang ikut serta

dalam kegiatan program kesetaraan paket C.

Adapun jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara tidak terstruktur, jika dalam wawancara terstruktur pewawancara

telah menetapkan terlebih dahulu sendiri masalah dan masalah dan


43

pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Maka wawancara tidak

terstruktur sangatlah berbeda dalam hal waktu bertanya dan memberikan

respon yaitu cara lebih bebas alur iramanya. Pertanyaannya biasanya tidak

disusun terlebih dahulu, tetapi disesuaikan dengan kondisi keadaan dan ciri

unik dari informan, pelaksanaan tanya jawab mengalir seperti tanya jawab

sehari-hari. Adapun kisi-kisi wawancara tidak terstruktur bukan berupa

daftar pertanyaan, akan tetapi hanya berupa poin-poin yang akan ditanyakan

pada informan dan akan dikembangkan pada saat wawancara berlangsung.

Hal ini dimaksudkan agar proses wawancara berlangsung secara alami dan

mendalam seperti yang diharapkan dalam penelitian kualitatif.

3. Dokumentasi

Dokumen Menurut Creswell (2013:255), berupa dokumen-dokumen

yaitu catatan peristiwa yang sudah berlalu, dokumen ini dapat berupa

dokumen publik (Koran, berita online, makalah, Rencana Strategis Dinas)

yang berkaitan mengenai kasus angka putus sekolah serta dengan program

kesetraan paket C di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kab.

Karawang. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan foto, peraturan,

kebijakan, catatan sebagai bentuk dokumentasi.

4. Materi Audio-Visual

Menurut Creswell ( 2013:255) Data ini bisa berupa foto, objek seni,

videotape, atau segala jenis suara/bunyi. Hasil penelitian dari observasi dan

wawancara akan semakin sah dan dapat dipercaya apabila didukung oleh

foto-foto. Bertujuan untuk mengabadikan momen yang terkait dengan


44

objek dalam penelitian mengenai program kesetaraan paket C di Dinas

Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kab. Karawang.

3.4 Penentuan Informan

Menurut Bungin (2007: 107) penunjukan informan dengan prosedur

purposif yaitu menentukan kelompok peserta yang mejadi informan sesuai

dengan kriteria terpilih yang relevan dengan masalah penelitian tertentu.

Menurut Bungin (2007: 78), informan penelitian adalah subjek yang

memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain

yang memahami objek penelitian. Seseorang atau sesuatu diambil sebagai

sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut

memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitian. Memiliki informasi

dalam artian memiliki pengetahuan, pengalaman, dan memahami

permasalahan. Teknik ini memberikan kemudahan kepada peneliti untuk

menentukan informan yang akan diwawancarai sesuai dengan tujuan

penelitian. Informan yang diwawancara dalam penelitian ini adalah:

a. Para pemangku kepentingan (stakeholders), yaitu dinas pendidikan

pemuda dan olahraga, sebagai fasilitator dalam pelaksanaan kebijakan

di bidang pendidikan di kabupaten karawang. Wawancara terhadap

para pemangku kepentingan ini untuk mendapatkan informasi

mengenai pelaksanaan program kesetaraan paket C di kabupaten

Karawang .

b. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) di Kabupaten Karawang.

Informan dimaksud tentu sangat mengetahui seluk-beluk pelaksanaan


45

program kesetaraan paket C dikarenakan lembaga PKBM ini sebagai

pelaksana teknis.

c. Masyarakat diwawancara untuk mendapatkan informasi tentang

bagaimana dampak dari pelaksanaan program kesetaraan paket C

tersebut bagi masyarakat yang putus sekolah ataupun yang tidak dapat

melanjutkan pendidikan pada jenjang sekolah menengah atas.

Tabel 3.1 Penentuan Informan

Sumber: Olahan Peneliti, 2019


46

3.5 Teknik Analisis Data

Menurut Creswell (2013:131) analisis data merupakan proses akhir

dalam penelitian kualitatif. Menurut Moleong (2007) teknik atau metode

analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah induktif dengan

menggunakan prosedur fenomenologis. Teknik dipilih karena penelitian ini

akan berawal dari hasil temuan khas yang ada di lapangan yang kemudian

diinterpretasikan secara umum. Menurut Creswell ( 2013:131) terdapat

beberapa langkah dalam menganalisis data sebagaimana berikut ini:

1. Mengolah data dan mengintrepetasikan data untuk dianalisis. Langkah ini

melibatkan transkrip wawancara, menscaning materi, mengerti data

lapangan atau memilah-milah dan menyusun data tersebut ke dalam

jenis-jenis yang berbeda tergantung sumber informasi.

2. Membaca keseluruhan data. Dalam tahap ini, menulis catatan-catatan

khusus atau gagasan-gagasan umum tentang data yang diperoleh.

3. Menganalisis lebih detail dengan mengkoding data. Koding merupakan

proses mengolah materi atau informasi menjadi segmen-segmen tulisan

sebelum memaknainya.

4. Menerapkan proses koding untuk mendeskripsikan setting, orang-orang,

kategori, dan tema-tema yang akan dianalisis.

5. Menunjukkan bagaimana deskripsi dan tema-tema ini akan disajikan

kembali dalam narasi atau laporan kualitatif.

6. Menginterpretasi atau memaknai data Beberapa langkah dalam analisis

data kualitatif di atas, akan diterapkan dalam penelitian ini.


47

Dalam penelitian ini data yang didapat ditulis dalam transkrip

wawancara, lalu dikoding, dipilah tema-tema sebagai hasil temuan, dan

selanjutnya dilakukan interpretasi data.

3.6 Teknik Validasi Data

Menurut Creswell (2013:268). Validasi penelitian kualitatif berbeda

dengan penelitian kuantitatif. Dalam penelitian kualitatif, validitas kualitatif

tidak memiliki konotasi sama dengan validitas dalam penelitian kuantitatif,

tidak pula sejajar dengan reliabilitas (yang berarti pengujian stabilitas dan

konsistensi respons) ataupun dengan generalisasi (yang berarti validitas

eksternal atau hasil penelitian yang dapat diterapkan pada setting, orang,

atau sampel yang baru)

Creswell (2013:268) menjelaskan bahwa validitas kualitatif merupakan

pemeriksaan terhadap akurasi hasil penelitian dengan menerapkan prosedur

prosedur tertentu, sementara reliabilitas kualitatif mengindikasikan bahwa

pendekatan yang digunakan peneliti konsisten jika diterapkan oleh

penelitipeneliti lain. Gibss sebagaimana yang dikutip oleh Creswell

(2013:269) memerinci sejumlah prosedur reliabilitas sebagai berikut :

1. Mengecek hasil transkrip untuk memastikan tidak adanya

kesalahan yang dibuat selama proses transkripsi.

2. Memastikan tidak ada definisi dan makna yang mengambang

mengenai kode-kode selama proses koding. Hal ini dapat dilakukan

dengan terus membandingkan data dengan kode-kode atau dengan

menulis cacatan tentang kode-kode dan definisi-definisinya.


48

3. Untuk penelitian yang berbentuk tim, mendiskusikan kode-kode

bersama partner satu tim dalam pertemuan rutin sharing analisis.

4. Melakukan cross-check dan membandingkan kode-kode yang

dibuat oleh peneliti lain dengan kode-kode yang telah dibuat

sendiri. Sisi lain yang perlu diperhatikan pula dalam penelitian

kualitatif sebagaimana uraian di atas adalah validitas data.

Validitas dalam penelitian kualitatif didasarkan pada kepastian apakah

hasil penelitian sudah akurat dari sudut pandang peneliti, partisipan, atau

pembaca secara umum (Creswell & Miller, dalam Creswell, 2013:269).

Istilah validitas dalam penelitian kualitatif dapat disebut pula dengan trust

worthiness, authenticity, dan credibility.

Menurut Creswell ( 2013:269) ada delapan strategi validitas atau

keabsahan data yang dapat digunakan dari yang mudah sampai dengan yang

sulit, yaitu:

1. Mentriangulasi (triangulate) sumber-sumber data yang berbeda dengan

memeriksa bukti-bukti yang berasal dari sumber-sumber tersebut dan

menggunakannya untuk membangun justifikasi tema-tema secara

koheren. Tema-tema yang dibangun berdasarkan sejumlah sumber data

atau perspektif dari partisipan akan menambah validitas penelitian.

2. Menerapkan member checking untuk mengetahui akurasi hasil penelitian.

Member checking ini dapat dilakukan dengan membawa kembali laporan

akhir atau diskripsi-diskripsi atau tema-tema spesifik ke hadapan


49

partisipan untuk mengecek apakah partisipan merasa bahwa

laporan/diskripsi/tema tersebut sudah akurat. Hal ini tidak berarti bahwa

peneliti membawa kembali transkrip-transkrip mentah kepada partisipan

untuk mengecek akurasinya. Sebaliknya, yang harus dibawa peneliti

bagian-bagian dari hasil penelitian yang sudah dipoles, seperti tema-tema

dan analisis kasus. Situasi ini mengharuskan peneliti untuk melakukan

wawancara tindak lanjut dengan para partisipan dan memberikan

kesempatan untuk berkomentar tentang hasil penelitian.

3. Membuat deskripsi yang kaya dan padat tentang hasil penelitian.

Deskripsi ini setidaknya harus berhasil menggambarkan setting penelitian

dan membahas salah satu elemen dari pengalamanpengalaman partisipan.

Ketika para peneliti kualitatif menyajikan deskripsi yang detail mengenai

setting misalnya, atau menyajikan banyak perspektif mengenai tema,

hasilnya bisa jadi lebih realistis dan kaya. Prosedur ini akan menambah

validitas hasil penelitian.

4. Mengklarifikasi bias yang mungkin dibawa peneliti ke dalam penelitian.

Dengan melakukan refleksi diri terhadap kemungkinan munculnya bias

dalam penelitian, peneliti akan mampu membuat narasi yang terbuka dan

jujur yang akan dirasakan oleh pembaca. Refleksivitas dianggap sebagai

salah satu karakteristik kunci dalam penelitian kualitatif. Penelitian

kualitatif yang baik berisi pendapat-pendapat peneliti tentang bagaimana

interpretasi mereka terhadap hasil penelitian turut dibentuk dan


50

dipengaruhi oleh latar belakang partisipan seperti gender, kebudayaan,

sejarah, dan status sosial ekonomi.

5. Menyajikan informasi yang berbeda atau negatif yang dapat memberikan

perlawanan pada tema-tema tertentu. Karena kehidupan nyata tercipta

dari beragam perspektif yang tidak selalu menyatu, membahas informasi

yang berbeda sangat mungkin menambah kredibilitas hasil penelitian.

Peneliti dapat melakukan ini dengan membahas bukti mengenai satu

tema. Semakin banyak kasus yang disodorkan penelit, maka akan

melahirkan sejenis problem tersendiri atas tema tersebut. Akan tetapi,

peneliti juga dapat menyajikan informasi yang berbeda dengan

perspektif-perspektif dari tema tersebut. Dengan menyajikan bukti yang

kontradiktif, hasil penelitian bisa lebih realistis dan valid.

6. Memanfaatkan waktu yang relatif lama di lapangan atau lokasi

penelitian. Dalam hal ini, peneliti diharapkan dapat memahami lebih

dalam fenomena yang diteliti dan dapat menyampaikan secara detail

mengenai lokasi dan orang-orang yang turut membangun kredibilitas

hasil narasi penelitian. Semakin banyak pengalaman yang dilalui peneliti

bersama partisipan dalam setting sebenarnya, semakin akurat dan valid

hasil penelitiannya.

7. Melakukan Tanya jawab dengan sesama rekan peneliti untuk

meningkatkan keakuratan hasil penelitian. Proses ini mengharuskan

peneliti mencari seorang rekan yang dapat mereviu untuk berdiskusi

mengenai penelitian kualitatif sehingga hasil penelitiannya dapat


51

dirasakan orang lain selain oleh peneliti sendiri. Strategi ini yang

melibatkan interpretasi lain selain interpretasi dari peneliti sehingga

dapat menambah validitas hasil penelitian.

8. Mengajak seorang auditor (external auditor) untuk mereview keseluruhan

proyek penelitian. Berbeda dengan rekan peneliti, auditor ini tidak akrab

dengan peneliti yang diajukan. Akan tetapi kehadiran auditor tersebut

dapat memberikan penilaian objektif, mulai dari proses hingga

kesimpulan penelitian.

Hal yang akan diperiksa oleh auditor seperti ini biasanya menyangkut

banyak aspek penelitian, seperti keakuratan transkrip, hubungan antara

rumusan masalah dan data, tingkat analisis data mulai dari data mentah

hingga interpretasi. Delapan strategi yang dikutip dari Creswell (2013:269-

271) sebagaimana di atas, peneliti dalam penelitian ini tidak akan

menggunakan semuanya untuk menvalidasi data peneliti. Peneliti hanya

akan menggunakan salah satu yaitu dengan strategi mentriangulasi

(triangulate). Alasan menggunakan strategi triangulasi karena pertama,

strategi ini mudah terjangkau untuk digunakan peneliti. Kedua, secara

praktis, metode ini lebih mudah dipraktekkan untuk menvalidasi data ini.

Validasi data dengan triangulasi dalam penelitian melalui significant others

seperti subjek, suami subjek, keponakan subjek, anak subjek yang non

retarded.

Hasil wawancara dengan subjek dilakukan pengecekan dengan sumber

yang berbeda yang dalam hal ini significant others sebagaimana tersebut di
52

atas. Pengecekan difokuskan pada tema yang telah ditemukan peneliti

berdasarkan hasil wawancara.

3.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.7.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian difokuskan pada Kantor Dinas Pendidikan

Pemuda dan Olahraga, serta di Lembaga Pusat Kegiatan Belajar

Masyarakat (PKBM) di Kabupaten Karawang.

3.7.2 Waktu Penelitian

Peneliti akan melakukan penelitian di Kabupaten Karawang

dengan waktu penelitian yang dapat selesai dengan sistematis. Penelitian

ini akan dilaksanakan melalui beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut :

a. Studi pustaka dilaksanakan pada bulan Juli 2019 selama pembuatan

proposal.

b. Studi penelitian mulai dilakukan pada bulan Agustus 2019

c. Penyusunan ujian proposal dilaksanakan pada bulan Agustus sampai

September 2019.

d. Seminar ujian Proposal dilaksanakan pada bulan Oktober 2019.

e. Penelitian lapangan dilaksanakan pada bulan Oktober sampai

November 2019.

f. Pengelolaan data dilaksanakan pada bulan Oktober sampai November

2019.
53

g. Penyusunan laporan dilaksanakan pada bulan Oktober sampai

November 2019.

h. Sidang Skripsi/ Hasil Penelitian pada bulan Desember 2019.

Tabel 3.2 Waktu Penelitian

Bulan
No Kegiatan Juli September Okt Nov Des
Agustus 2019
2019 2019 2019 2019 2019
Studi
1
Pustaka
Penelitian
2
Awal
Penyusunan
3
UP
4 Seminar UP
Penelitian
5
Lapangan
Pengolahan
6
Data
Penyusunan
7
Laporan
Sidang
8
Skripsi
Sumber: Olahan Peneliti, 2019.
54

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1 Kondisi Geografi Kabupaten Karawang

Wilayah Kabupaten Karawang secara geografis terletak antara 107°

02’-107° 40’ BT dan 5° 56’-6° 34’ LS, termasuk daerah dataran yang relatif

rendah, mempunyai variasi ketinggian wilayah antara 0-1.279 meter di atas

permukaan laut dengan kemiringan wilayah 0 -20, 2-150, 15-400, dan diatas

400 dengan suhu rata-rata 27,0 C.

Topografi di Kabupaten Karawang sebagian besar berbentuk dataran

yang relatif rendah (25 mdpl) terletak pada bagian utara mencakup

Kecamatan Pakisjaya, Batujaya, Jayakerta, Cibuaya, Tirtajaya, Cilebar,

Pedes, Tempuran, Cilamaya Wetan, Cilamaya Kulon, Rengasdengklok,

Kutawaluya, Rawamerta, Majalaya, Telagasari, Lemahabang, Banyusari,

Jatisari, Kotabaru, Cikampek, Purwasari, Klari, Karawang Barat, Karawang

Timur, Tirtamulya, sebagian Telukjambe Barat, Sebagian Telukjambe

Timur, dan sebagian Kecamatan Ciampel. Hanya sebagian kecil wilayah

yang bergelombang dan berbukit-bukit di bagian selatan dengan ketinggian

antara 26 – 1.200 dpl. Daerah perbukitan tersebut antara lain : Gunung

Pamoyanan, Dindingsari, Cigolosor, Jayanti, Godongan, Rungking, Gadung,

Kuta, Tonjong, Seureuh, Sinalanggeng, Lanjung dan Gunung Sanggabuana.


55

Terdapat pula Pasir Gabus, Cielus, Tonjong dengan ketinggian bervariasi

antara 300-1.200 m dpl dan tersebar di Kecamatan Tegalwaru, sebagian

kecil Kecamatan Pangkalan dan Kecamatan Ciampel. Kabupaten Karawang

terutama di pantai utara tertutup pasir pantai yang merupakan batuan

sedimen yang dibentuk oleh bahan – bahan lepas terutama endapan laut dan

alluvium vulkanik. Di bagian tengah ditempati oleh perbukitan terutama

dibentuk oleh batuan sedimen, sedangkan dibagian selatan terletak Gunung

Sanggabuana dengan ketinggian ± 1.291 mdpl, yang mengandung endapan

vulkanik. Kabupaten Karawang dilalui oleh beberapa sungai yang bermuara

di Laut Jawa. Sungai Citarum merupakan pemisah antara Kabupaten

Karawang dengan Kabupaten Bekasi, sedangkan sungai Cilamaya

merupakan batas wilayah dengan KabupatenSubang. Selain sungai, terdapat

3 buah saluran irigasi yang besar, yaitu : Saluran Induk Tarum Utara,

Saluran Induk Tarum Tengah, dan Saluran Induk Tarum Barat yang

dimanfaatkan untuk pengairan sawah, tambak dan pembangkit tenaga

listrik. Luas wilayah Kabupaten Karawang 1.753,27 Km2 atau 175.327 Ha,

luas tersebut merupakan 3,73 % dari luas Provinsi Jawa Barat (37.116,54

Km2) dan memiliki garis pantai sepanjang 84,23 Km, dengan batas-batas

wilayah sebagai berikut:

• Sebelah Utara : Batas Alam yaitu Laut Jawa.

• Sebelah Timur : Kabupaten Subang

• Sebelah Tenggara : Kabupaten Purwakarta


56

• Sebelah Selatan : Kabupaten Bogor

• Sebelah Barat : Kabupaten Bekasi.

Kabupaten Karawang merupakan salah satu daerah yang memiliki

lahan subur di Jawa Barat, sehingga sebagian besar lahannya digunakan

untuk pertanian. Wilayah ini, secara administrasi terdiri dari 30 kecamatan,

297 desa dan 12 kelurahan. Penamaan Kecamatan baru menurut Peraturan

Daerah Kabupaten Karawang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Pembentukan

Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga Teknis

Daerah, Kecamatan dan Kelurahan yaitu:

Tabel 4.1 Daftar Kecamatan di Kabupaten Karawang

1. Kecamatan Pangkalan 16. Kecamatan Telagasari

2. Kecamatan Tegalwaru 17. Kecamatan Majalaya

3. Kecamatan Ciampel 18. Kec. Karawang Timur

4. Kec.Telukjambe Timur 19. Kec. Karawang Barat

5. Kec. Telukjambe Barat 20. Kecamatan Rawamerta

6. Kecamatan Klari 21. Kecamatan Tempuran

7. Kecamatan Cikampek 22. Kecamatan Kutawaluya

8. Kecamatan Purwasari 23. Kec. Rengasdengklok

9. Kecamatan Tirtamulya 24. Kecamatan Jayakerta

10. Kecamatan Jatisari 25. Kecamatan Pedes

11. Kecamatan Banyusari 26. Kecamatan Cilebar

12. Kecamatan Kotabaru 27. Kecamatan Cibuaya

13. Kec Cimalaya Wetan 28. Kecamatan Tirtajaya

14. Kec Cilamaya Kulon 29. Kecamatan Batujaya


57

15. Kecamatan Lemahabang 30 Kecamatan Pakisjaya

Secara geografis wilayah Kabupaten Karawang terletak antara 070-

02-1070-40 B dan 50-56-60-34 LS, termasuk daerah dataran yang relative

rendah, mempunyai variasi ketinggian wilayah antara 0 - 1.279 meter di atas

permukaan laut dengan kemiringan wilayah 0 - 2 %, 2 - 15 %, 15 - 40 %

dan diatas 40 %. Luas wilayah Kabupaten Karawang 1.753,27 Km2 atau

175.327 Ha, 3,73 % dari luas Propinsi Jawa Barat, dengan komposisi

penggunaan lahan sebagai berikut :

1. Pertanian Padi Sawah 94,075 Ha

2. Pekarangan dan Bangunan 22,609 Ha

3. Tegal/Kebun 12,300 Ha

4. Ladang/Huma 7,705 Ha

5. Penggembalaan Padang Rumput 10,460 Ha

6. Hutan Rakyat

7. Rawa

8. Tambak 10,570 Ha

9. Kolam/Empang 1,935 Ha

10. Hutan Negara 10,650 Ha

11. Perkebunan 0,793 Ha

12. Kawasan Industri dan Zona Industri 2,459 Ha


58

13. Lain-lain 1,239 Ha Karawang merupakan salah satu daerah yang

memliki lahan subur di Jawa Barat sehingga sebagian besar lahannya

dipergunakan untuk pertanian.

4.1.2 Kondisi Demografi Kabupaten Karawang

Berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Karawang dapat diketahui bahwa perkembangan penduduk

Kabupaten Karawang selama beberapa tahun terakhir senantiasa bertambah

dari tahun ke tahun dengan tingkat pertumbuhan relatif tinggi. Jumlah

penduduk Kabupaten Karawang pada tahun 2011 sebesar 2.077.267 jiwa,

tahun 2012 berkurang menjadi 1.948.015 jiwa dengan laju pertumbuhan

3,24%. Sedangkan untuk tahun 2013, berjumlah 2.075.748 jiwa dengan laju

pertumbuhan penduduk 3,64%, pada tahun 2014 penduduk Kabupaten

Karawang telah mencapai 1.903.115 jiwa dengan laju pertumbuhan

penduduk mencapai 4,04%. Tahun 2015 penduduk Kabupaten Karawang

telah mencapai 2.059.742 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk

mencapai 4,61 %.

Secara umum, kedudukan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga

Kabupaten Karawang merupakan unsur Pemerintah Daerah kabupaten

Karawang yang diberi tanggungjawab di bidang pendidikan, dipimpin oleh

seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada

Bupati melalui Sekretaris Daerah sesuai dengan Peraturan Daerah


59

Kabupaten Karawang Nomor 14 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan

Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Karawang.

Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Karawang

merupakan unsur pelaksana otonomi daerah di bidang pendidikan yang

mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam melaksanakan urusan

pemerintahan daerah bidang pendidikan, bidang kepemudaan dan olah raga

serta tugas pembantuan yang ditugaskan kepada Daerah.

4.1.3 Gambaran Umum Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Kabupaten Karawang

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Karawang adalah

unsur pelaksana Pemerintah Daerah di bidang Pendidikan Pemuda dan

Olahraga yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah

dan bertanggung jawab pada Bupati. Dinas Pendidikan Pemuda dan

Olahraga Kabupaten Karawang dibentuk sesuai dengan Peraturan Bupati

Karawang Nomor 14 Tahun 2016, tentang Kedudukan, Susunan Organisasi,

Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Kabupaten Karawang berdasarkan Pasal 2, mempunyai kedudukan sebagai

berikut :

a. Dinas adalah pelaksana urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan daerah bidang pemberdayaan masyarakat dan desa serta

tugas pembantuan yang ditugaskan kepada daerah;


60

b. Dinas dipimpin oleh Kepala Dinas berada di bawah dan

bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

4.1.4 Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Dinas Pendidikan Pemuda dan

Olahraga Kabupaten Karawang

Arah kebijakan pembangunan yang dilaksanakan oleh Dinas

Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Karawang merupakan aplikasi

dari Visi dan Misi Kepala Daerah terpilih yang dijabarkan dalam dokumen

perencanaan lima tahunan (RPJMD), serta akan dijadikan pedoman dalam

melaksanakan tugas pokok Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di

Kabupaten Karawang selama kurun waktu Tahun 2016 sampai dengan

2021. Adapun Visi dan Misi Kabupaten Karawang adalah sebagai berikut:

Visi Kabupaten Karawang adalah: “Karawang Yang Mandiri, Maju Adil

dan Makmur” Penjabaran dari Visi sebagai berikut :

 Mandiri, berarti : Mampu mewujudkan kehidupan sejajar dan

sederajat dengan daerah dan bangsa lain dengan mengandalkan pada

kemampuan dan kekuatan sendiri.

 Maju, berarti : Sumber daya manusia Karawang telah mencapai

kualitas yang tinggi dengan tingkat kemakmuran yang juga tinggi

disertai dengan sistem dan kelembagaan politik dan hukum yang

mantap.

 Adil, berarti : Tidak ada pembatasan/diskriminasi dalam bentuk

apapun, baik antar individu, gender, maupun wilayah.


61

 Makmur, berarti : Seluruh kebutuhan hidup masyarakat Kabupaten

Karawang telah terpenuhi, sehingga dapat memberikan makna dan arti

penting bagi daerah-daerah lain.

1. Visi Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten

Karawang Sebagai Berikut :

a. Karawang yang Cerdas : Meningkatkan kualitas indeks pembangunan

manusia

b. Terampil : Menghasilkan masyarakat yang kreatif dalam kompentensi

pendidikan

c. Berbudi Pekerti Luhur dan Kompetitif : Mengutamakan akhlak dalam

kompetisi.

2. Misi Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten

Karawang

Visi yang telah ditetapkan, maka Dinas Pendidikan Pemuda dan

Olahraga Kabupaten Karawang menetapkan Misi sebagai berikut :

a. Meningkatkan sistem dan tata kelola atau manajemen pendidikan yang

maju.

b. Mengembangkan pendidikan karakter berbasis keluarga dan

masyarakat.

c. Meningkatkan Layanan Pendidikan bermutu yang merata dan

terjangkau.

d. Meningkatkan Layanan Pendidikan Berbasis Kewirausahaan dan

Produksi
62

3. Tujuan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten

Karawang

Tujuan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Karawang

dalam menjalankan Visi dan Misi adalah sebagai berikut :

a. Terwujudnya penyelenggaraan pendidikan yang berorientasi ke depan

dengan menghasilkan lulusan yang berkualitas, memiliki daya saing

dan unggul dalam lingkungan pergaulan global

b. Tercapainya pemahaman anak didik melalui proses belajar dan

mengajar di sekolah akan pentingnya hidup bersama, budaya

gotongroyong, setara, memiliki toleransi sosial yang tinggi, guna

mewujudkan suasana kehidupan kekeluargaan, kebangsaan, dan saling

menghargai secara harmonis.

c. Terwujudnya demokratisasi pendidikan tanpa adanya diskriminasi

yang mampu memfasilitasi seluruh lapisan masyarakat guna

mengakses layanan pendidikan seluas-luasnya.

d. Terwujudnya pendidikan yang mampu menanamkan jiwa

kewirausahaan yang berorentasi pada penciptaan lapangan kerja atau

usaha mandiri bagi anak didik.

4. Sasaran Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten

Karawang

Sasaran Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten

Karawang dalam menjalankan Visi dan Misi adalah sebagai berikut :


63

a. Menuntaskan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun dan

Rintisan Wajib Belajar 12 tahun.

b. Tersedianya layanan pendidikan non formal.

c. Tersedianya sistem tata kelola yang handal dalam menjamin

terselenggaranya layanan prima.

d. Meningkatnya peran pemuda dan prestasi olahraga.

4.1.5 Tugas Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten

Karawang

a. Tugas Pokok

Dinas mempunyai tugas pokok membantu Bupati melaksanakan

urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah bidang Pendidikan

Pemuda dan Olahraga serta tugas pembantuan yang ditugaskan kepada

daerah.

b. Fungsi

Untuk melaksanakan tugas tersebut Dinas Pendidikan, Pemuda dan

Olahraga mempunyai fungsi :

a) Perumusan kebijakan teknis Dinas dan/atau bahan kebijakan daerah

dalam hal penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan daerah bidang pendidikan dan bidang kepemudaan

dan olah raga;


64

b) Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

daerah bidang pendidikan dan bidang kepemudaan dan olah raga;

c) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan penyelenggaraan urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah bidang pendidikan

dan bidang kepemudaan dan olah raga;

d) Pelaksanaan administrasi Dinas sesuai dengan tugasnya; dan

e) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan Bupati terkait dengan tugas

dan fungsinya.

4.1.6 Struktur Organisasi Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

Kabupaten Karawang

Struktur Organisasi Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Kabupaten Karawang sesuai dengan Surat Keputusan Bupati Karawang

Nomor 14 Tahun 2016, tentang Kedudukan Susunan Organisasi, Tugas,

Fungsi dan Tata Kerja Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten

Karawang, sebagai berikut:

a. Kepala Dinas;

b. Sekretariat, membawahkan:

1) Sub Bagian Program dan Pelaporan;

2) Sub Bagian Keuangan; dan

3) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.

c. Bidang Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat,

membawahkan:
65

1) Seksi Pendidikan Anak Usia Dini; dan

2) Seksi Pendidikan Masyarakat.

d. Bidang Pendidikan Sekolah Dasar, membawahkan:

1) Seksi Kurikulum, Kesiswaan dan Ketenagaan; dan

2) Seksi Kelembagaan, Sarana dan Prasarana.

e. Bidang Pendidikan Sekolah Menengah Pertama, membawahkan:

1) Seksi Kurikulum, Kesiswaan dan Ketenagaan; dan

2) Seksi Kelembagaan, Sarana dan Prasarana.

f. Bidang Pemuda dan Olah Raga, membawahkan:

1) Seksi Pemuda; dan

2) Seksi Olah Raga.

g. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD); dan

h. Kelompok Jabatan Fungsional.

4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan

Mempelajari dan menganalisa Implementasi Program Pendidikan

Kesetaraan Paket C (Setara SMA) di Dinas Pendidikan Pemuda dan

Olahraga dalam penanganan masalah angka putus sekolah di Kabupaten

Karawang merupakan hal yang penting untuk dilakukan karena termasuk

dalam kajian Ilmu Pemerintahan itu sendiri. Data yang peneliti dapat lebih

banyak berupa tindakan dan kata-kata yang didapatkan melalui proses

wawancara dan observasi. Dalam penelitian ini, sumber utama adalah


66

sebuah kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai.

Sumber data utama dicatat dalam catatan atau alat perekam yang peneliti

gunakan selama proses wawancara berlangsung.

Pada pelaksanaanya, memerlukan sebuah kolaborasi interaksi

pemerintah dengan lembaga pelaksana teknis supaya adanya timbal balik

supaya tidak adanya kesalahan komunikasi dalam sebuah informasi.

Permasalahan mengenai angka putus sekolah telah menjadi sebuah

fenomena sosial yang selalu hinggap pada lingkungan kota maupun desa,

penanganan yang dirasakan masih belum optimal dikarenakan masih

terjadinya masyarakat yang tidak dapat melanjutkan sekolah pada tingkat

SMA disebabkan berbagai faktor dari lingkungan, ekonomi, sosial dan

budaya. Permasalahan yang dirasa menjadi sebuah masalah klasik karena

putus sekolah selalu dikaitkan dengan masalah kondisi ekonomi, padahal

masalah putus sekolah memiliki latar belakang masalah terhadap individu

yang begitu kompleks bukan hanya dari ekonomi tetapi dari aspek lainnya

yang mempengaruhi putus sekolah dan dilihat juga dari segi pembangunan

infrastruktur yang sudah memberikan akses terhadap masyarakat dalam

mendapatkan pendidikan atau belum.

Selain data berupa kata-kata atau pernyataan dan tindakan, dalam

penelitian ini juga peneliti menggunakan data-data dari dokumentasi yang

peneliti ambil sendiri melalui observasi yang telah dilakukan. Adapun

dokumentasi yang peneliti ambil pada saat melakukan pengamatan adalah

berupa catatan lapangan peneliti serta foto orang-orang yang diwawancarai


67

atau diteliti. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya analisis data

pada penelitian ini menggunakan induktif dengan menggunakan prosedur

fenomenologis.

Teknik analisis ini dipilih karena penelitian ini akan berawal dari hasil

temuan khas yang ada di lapangan yang kemudian diinterpretasikan secara

umum. Menurut Creswell (2013:131), yaitu selama proses pengumpulan

data dilakukan dengan enam langkah dalam menganalisis data. Pertama,

mengolah data dan mengintrepetasikan data untuk dianalisis, kedua

membaca keseluruhan data, ketiga menganalisis lebih detail dengan

mengkoding data, koding merupakan proses mengolah materi atau informasi

menjadi segmen-segmen tulisan sebelum memaknainya, kempat

menerapkan proses koding untuk mendeskripsikan setting, orang-orang,

kategori, dan tema-tema yang akan dianalisis, kelima menunjukkan

bagaimana deskripsi dan tema-tema ini akan disajikan kembali dalam narasi

atau laporan kualitatif, keenam menginterpretasi atau memaknai data

Beberapa langkah dalam analisis data kualitatif di atas, akan diterapkan

dalam penelitian ini.

Hasil penelitian merupakan deskripsi mengenai data yang di dapat

selama penelitian berlangsung. Hasil penelitian juga merupakan penjelasan

mengenai data selama penelitian dilapangan yaitu tentang Implementasi

Program Pendidikan Kesetaraan Paket C (Setara SMA) di Pendidikan

Pemuda dan Olahraga Kabupaten Karawang, dari penelitian lapangan ini


68

diperoleh data dan informasi melalui wawancara, observasi dan studi

dokumentasi.

Dalam penelitian ini, karena merupakan penelitian kualitatif deskriptif

maka sumber utamanya adalah kata-kata dan tindakan orang-orang yang

diamati atau diwawancarai. Sumber data utama dicatat dalam catatan atau

alat perekam yang peneliti gunakan selama proses wawancara berlangsung.

selain data berupa kata-kata atau pernyataan dan tindakan, dalam penelitian

ini juga peneliti menggunakan data-data dari dokumentasi yang peneliti

ambil sendiri saat observasi dilakukan. Dokumentasi tersebut memiliki

bermacam-bermacam bentuk diantaranya adalah Realisasi Rencana Strategis

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Karawang, profil Dinas

Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Karawang, berita media massa

mengenai permasalahan Program Kesetaraan Paket C di Kabupaten

Karawang dan Jurnal tentang Implementasi Program yang berkaitan dengan

penelitian. Adapun dokumentasi yang peneliti ambil pada saat melakukan

penelitian dan observasi adalah berupa catatan lapangan penelitian serta foto

bersama narasumber yang diwawancarai.

Seperti yang dijelaskan menurut Creswell (2013:131) analisis data

merupakan proses akhir dalam penelitian kualitatif. Menurut Moleong

(2007) teknik atau metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah induktif dengan menggunakan prosedur fenomenologis. Teknik

dipilih karena penelitian ini akan berawal dari hasil temuan khas yang ada di

lapangan yang kemudian diinterpretasikan secara umum. Menurut Creswell


69

( 2013:131) terdapat beberapa langkah dalam menganalisis data yaitu :

Pertama, Mengolah data dan mengintrepetasikan data untuk dianalisis.

Kedua, Membaca keseluruhan data. Ketiga, Menganalisis lebih detail

dengan mengkoding data. Keempat, Menerapkan proses koding untuk

mendeskripsikan setting, orang-orang, kategori, dan tema-tema yang akan

dianalisis. Kelima, Menunjukkan bagaimana deskripsi dan tema-tema ini

akan disajikan kembali dalam narasi atau laporan kualitatif. Keenam,

Menginterpretasi atau memaknai data. Dalam penelitian ini data yang

didapat ditulis dalam transkrip wawancara, lalu dikoding, dipilah tema-tema

sebagai hasil temuan, dan selanjutnya dilakukan interpretasi data.

Berdasarkan rumusan masalah yang dipaparkan oleh peneliti pada Bab

I, peneliti ingin mengetahui bagaimana Implementasi Program Kesetaraan

Paket C (Setara SMA) di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Kabupaten Karawang, dalam hal pemenuhan data terkait proses penelitian

peneliti telah menetapkan beberapa informan untuk pemenuhan data peneliti

tersebut. Lalu pada bab ini peneliti akan menjelaskan dan menganalisis data-

data yang telah diperoleh dari penelitian telah dilakukan, baik dari segi

literature maupun dari penelitian langsung di lapangan melalui hasil

wawancara yang dilakukan dengan informan yang ditetapkan oleh peneliti.

Dalam menganalisis data-data yang diperoleh oleh peneliti, maka

peneliti dalam Implementasi Program Kesetaraan Paket C (Setara SMA) di

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Karawang, peneliti

menggunakan teori Implementasi menurut Smith dalam Islamy (2001:80)


70

yang memiliki 4 dimensi untuk menganalisa program yang dilaksanakan

oleh orang atau suatu badan lembaga, yaitu sebagai berikut :

1. Idealized policy : yaitu pola interaksi yang digagas oleh perumus

kebijakan dengan tujuan untuk mendorong, mempengaruhi dan

merangsang target group untuk melaksanakannya

2. Target groups : yaitu bagian dari policy stake holders yang diharapkan

dapat mengadopsi pola-pola interaksi sebagaimana yang diharapkan

oleh perumus kebijakan. Karena kelompok ini menjadi sasaran dari

implementasi kebijakan, maka diharapkan dapat menyesuaikan pola-

pola perilakukan dengan kebijakan yang telah dirumuskan

3. Implementing organization : yaitu badan-badan pelaksana yang

bertanggung jawab dalam implementasi kebijakan.

4. Environmental factors : unsur-unsur di dalam lingkungan yang

mempengaruhi implementasi kebijakan seperti aspek budaya, sosial,

ekonomi dan politik.

4.2.1 Idealized Policy Implementasi Program Kesetaraan Paket C di


Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Karawang

Kebijakan yang diidealkan dalam menangani fenomena masalah putus

sekolah yang terjadi di Kabupaten Karawang, yaitu pola interaksi diidealkan

oleh perumus dengan tujuan mendorong capaian kelompok dalam

melaksanakan program. Prospek implementasi kebijakan yang efektif,

sangat ditentukan oleh komunikasi kepada para pelaksana kebijakan secara

akurat dan konsisten (accruracy and consistency). Di samping itu,


71

koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi

kebijakan. Semakin baik koordinasi komunikasi antara pihak-pihak yang

terlibat dalam implementasi kebijakan, maka kesalahan akan semakin kecil,

demikian sebaliknya.

Dalam hal kejelasan interaksi komunikasi dalam implementasi

program kesetaraan dalam menangani masalah putus sekolah diperkuat

dalam jawaban informan yang peneliti wawancarai. Pernyataan tersebut

disampaikan oleh Bapak H. Darmaji selaku penilik, dengan itu kejelasan

bagaimana interaksi komunikasi yang dibangun dalam pelaksanaan program

kesetaraan sebagai berikut:

“Melaksanakan program kesetaraan pemerintah hanya sebagai


fasilitator dalam pelaksanaannya dengan memberikan izin
operasional dan pengawasan terhadap lembaga pendidikan
nonformal, interaksi yang kami bangun dalam pelakasanaan
program kesetaraaan ini kami memiliki mitra yaitu lembaga Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat yang ada di tiap Kecamatan yang
tujuannya untuk memberikan layanan pendidikan nonformal bagi
masyarakat yang putus sekolah” Wawancara dengan Bapak H.
Darmaji Penilik Program Kesetaraan Pada tanggal 28 Oktober
2019 Pukul 10.13 WIB di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga.

Dari pernyataan tersebut pemerintah sebagai fasilitator dalam

melaksanakan program kesetaraan dengan menjalin interkasi komunikasi

dengan lembaga Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat yang sebagai mitra

pemerintah dalam pelaksanaan program kesetaraan. Jika interaksi

komunikasi yang dibangun oleh pemerintah dengan lembaga Pusat Kegiatan


72

Belajar Masyarakat kurang, maka informasi dan hal-hal lain yang

mendorong lembaga PKBM itu sendiri tetap bertahan maka akan sulit. Dan

sebaliknya jika interkasi komunikasi dari lembaga PKBM terhadap

pemerintah kurang maka tidak akan ada masukan dalam memaksimal dalam

melaksanakan program kesetaraan ini. Pelaksanaan komunikasi yang

dibangun oleh lembaga PKBM terhadap Pemerintah, Bapak Dohim selaku

pengelola PKBM Bunga Bangsa Kec. Telukjambe Barat memberikan

pernyataan sebagai berikut :

“Pelaksanaan pendidikan nonformal lembaga PKBM ini awalnya


tidak mendapatkan Bantuan Operasional Pendidikan (BOP) dengan
itu kami memiliki forum komunikasi PKBM yang membahas
mengenai masalah ataupun kendala dalam pelaksanaan program
pendidikan kesetaraan. Maka dari hasil pembahasan di forum
komunikasi tersebut lembaga PKBM memberikan masukan kepada
pemerintah untuk bisa membantu dari segi bantuan operasional,
dan pada tahun 2019 ini kementerian mengeluarkan Peraturan
Nomor 7 Tahun 2019 Tentang Alokasi Khusus Nonfisik Bantuan
Operasional Penyelenggaraan Pendidikan Kesetaraan.
Alhamdulillah dengan ini sedikit banyaknya bisa membantu
lembaga PKBM dalam melaksanakan program pendidikan
kesetaraan ini.” Wawancara dengan Bapak Dohim selaku pengelola
PKBM Bunga Bangsa Pada tanggal 10 November 2019 Pukul
11.09 WIB di Lembaga PKBM Bunga Bangsa Kec. Telukjambe
Barat.

Maka pernyataan dari pengelola PKBM tersebut memberikan

gambaran dalam interaksi yang dibangun oleh lembaga PKBM dengan

Pemerintah, dalam alurnya lembaga PKBM tidak langsung memberikan


73

masukan kepada pemerintah dalam pelaksanaan program kesetaraan itu

seperti apa dengan kendala dan hambatan yang terjadi di lapangan.

Lembaga PKBM itu memiliki forum komunikasi di tingkat wilayah yang

lingkupnya kecamatan dan forum komunikasi di tingkat kabupaten. Di tiap

tingkat forum komunikasi membahas kendala dan hambatan yang terjadi di

wilayahnya dan setelah itu maka pembahasan dilanjutkan pada tingkat

kabupaten, maka dari hasil pembahasan tersebut di komunikasikan dengan

pemerintah untuk bisa menghasilkan suatu solusi dalam menangani kendala

yang terjadi di lapangan.

Kemudian pernyataan lanjutan dari Ibu Tias selaku pengelola lembaga

PKBM Bunda Mutiara Kecamatan Rengasdengklok mengenai peraturan

terbaru dalam Bantuan Operasional Pendidikan sebagai berikut :

“Untuk mendapatkan bantuan operasional pendidikan lembaga


PKBM harus memiliki akreditasi, nomor induk lembaga, dan
laporan data pokok pendidikan yang langsung terintegrasi
laporannya ke kementerian pendidikan dan kebudayaan. Dengan itu
kami selalu berkomunikasi dengan pihak dinas untuk meminta
arahan dalam mengikuti aturan untuk mendapatkan BOP tersebut.”
Wawancara dengan Ibu Tias selaku pengelola PKBM Bunda
Mutiara Pada tanggal 7 November 2019 Pukul 13.32 WIB di
lembaga PKBM Bunda Mutiara Kec. Rengasdengklok

Maka dari itu interaksi yang perlu dijaga dari pihak pemerintah

dengan lembaga PKBM maupun sebaliknya, dengan interaksi komunikasi

yang baik maka dapat memberikan informasi serta dapat pula menghasil
74

suatu solusi berupa kebijakan yang baik bagi pelaksanaan program

pendidikan kesetaraan.

Masyarakat Kabupaten Karawang khususnya program Paket C

mengetahui secara garis besar program kesetaraan pendidikan Paket C

sebagai program kesetaraan pendidikan ditujukan bagi yang ingin

melanjutkan pendidikan tetapi mempunyai kendala jika harus sekolah di

sekolah umum lainnya. Sebagaimana pernyataan Ibu Euis, salah seorang

informan peserta Paket C, yang menyatakan bahwa:

“Saya tidak dapat melanjutkan sekolah di tingkat atas dikarenakan


saya memiliki banyak saudara dan orangtua tidak bisa memberikan
kebutuhan biaya pendidikan. Jadi, saya muda karena kebutuhan
yang semakin hari semakin tinggi saya berinisiatif untuk mencari
pekerjaan membantu keluarga. program pendidikan paket C ini
memberikan kami kesempatan untuk dapat melanjutkan pendidikan
ke jenjang setara SMA, karena dengan bisa mendapatkan ijazah
setara SMA saya berharap mendapatkan pekerjaan yang lebih baik
lagi” Wawancara dengan Ibu Euis peserta program kesetaraan
paket C (Informan 3) Pada tanggal 10 November 2019 Pukul 09.37
WIB di Lembaga PKBM Bunga Bangsa Kec. Telukjambe Barat

Pernyataan narasumber diatas memberikan gambaran bahwa

masyarakat mengikuti kegiatan program kesetaraan dengan berbagai macam

tujuan seperti pernyataan Ibu Euis yang ingin melanjutkan pendidikan paket

C karena ingin mendapatkan kesempatan bekerja yang lebih baik,

dikarenakan untuk mendapatkan pekerjaan saat ini perusahaan

mendahulukan lulusan setara SMA.


75

Ditambah lagi ada pernyataan dari peserta yang berbeda di lembaga

PKBM Bunda Mutiara di Kecamatan Rengasdengklok. Mas Rasdi selaku

peserta program kesetaraan paket C menyatakan mengenai kondisi pola

pembelajaraan yang diberikan di lembaga PKBM, sebagai berikut :

“Pola pembelajaran di PKBM ini berbeda jauh dengan pendidikan


formal dikarenakan saya bisa belajar dengan pakaian bebas serta
waktu belajar pun hanya seminggu 2 kali, bisa mempunyai waktu
untuk kerja juga karena tidak terlalu menekan peserta dalam
kondisi kegiatan belajar, di program kesetaraan ini di lembaga
PKBM Bunda Mutiara Saya diajak sekalian bekerja untuk bisa
merancang tenda untuk hajatan karena ibu tias selaku pengelola
PKBM Bunda Mutiara, beliau juga memiliki usaha rias hajatan.”
Wawancara dengan peserta program kesetaraan paket C (Informan
2) Pada tanggal 7 November 2019 Pukul 14.34 WIB di lembaga
PKBM Bunda Mutiara Kec. Rengasdengklok.

Melihat dari pernyataan masyarakat yang sudah mengetahui mengenai

program paket C, dengan hal tersebut masyarakat bisa untuk bisa

melanjutkan sekolah dengan tidak ada batasan umur dan memiliki

kesempatan untuk mendapatkan ijazah setara SMA. Serta masyarakat

memiliki tujuan yang berbeda-beda ada yang karena pola tuntutan ingin

mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, juga ada yang memiliki tujuan

untuk mengasah kemampuan untuk bisa mendapatkan pekerjaan. Inti dari

pernyataan para peserta tersebut ingin menjadi sosok yang bermanfaat bagi

lingkungan sekitarnya khususnya bagi dirinya sendiri untuk bisa mandiri

dalam menghadapi sulitnya kondisi hidup ini.


76

Dilihat dari teori pada dimensi awal menyatakan bahwa kebijakan

yang diidealkan yaitu kebijakan yang membangun interaksi komunikasi

antara lembaga pemerintah dengan mitra ataupun dengan masyarakat,

terdapat komunikasi yang dibangun oleh pemerintah untuk melaksanakan

program kesetaraan dengan memberikan arahan serta fasilitas dalam

pembuatan izin operasional lembaga pendidikan nonformal. Serta

sebaliknya ketika lembaga PKBM memiliki kendala dan hambatan di

lapangan maka adapula interaksi komunikasi melalui forum komunikasi

PKBM yang di mana hasil dari pembahasan tersebut bisa di wujudkan oleh

pemerintah dengan adanya Keputusan Menteri No 7 Tahun 2019 Tentang

Alokasi Khusus Nonfisik Bantuan Operasional Penyelenggaraan Pendidikan

Kesetaraan. Jadi, pemerintah telah merespon dengan kebijakan yang ideal

ini sejak tahun 2003 tentang aturan sistem pendidikan nasional yang

menyatakan bahwa pendidikan memiliki 3 jalur, dengan itu masyarakat

dapat mengikuti pendidikan yang setara. Dan seiring waktu berjalan kondisi

di lapangan begitu sulit dari lembaga PKBM dalam mendapatkan akses

bantuan operasional, dari sini forum komunikasi PKBM menjalin

komunikasi dengan pemerintah untuk dapat memperhatikan kondisi

pendidikan nonformal. Pada tahun 2019 keluar keputusan menteri akan

bantuan operasional alokasi khusus nonfisik sebagai bantuan kepada

lembaga pendidikan nonformal.

Variabel tentang kebijakan ideal telah memberikan gambaran penting

bahwa sebagai pemilik kewenangan dalam mengurus khalayak umum,


77

pemerintah harus menjalin interaksi komunikasi dengan masyarkat

khususnya dengan itu masyarakat akan memberikan respon akan kebutuhan

mereka nantinya yang hasilnya berupa kebijakan.

4.2.2 Target Groups Implementasi Program Kesetaraan Paket C di


Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Karawang

Kelompok sasaran yaitu sekelompok orang atau organisasi dalam

masyarakat yang akan menerima barang atau jasa atas dampak implementasi

suatu program. Mereka merupakan bagian dari stakeholders yang

diharapkan dapat menerima dan menyesuaikan terhadap pola interaksi yang

ditentukan oleh kebijakan. Keberhasilan suatu proses implementasi program

dilihat dari bagaimana respon atau daya tanggap kelompok sasaran, jika

kelompok sasarannya berlapang hati untuk menerima dan menjalankan

kebijakan yang ditetapkan tanpa ada yang mengeluh maka kebijakan

tersebut berhasil.

Program kesetaraan yang dijalankan oleh dinas merupakan upaya

dalam mengatasi masalah masyarakat yang memiliki kendala dalam

mendapatkan pendidikan, melihat dari data capaian yang terjadi pada tahun

2011 sampai dengan tahun 2015 bahwa Dinas Pendidikan Pemuda dan

Olahraga mengalami capaian yang cukup baik tetapi di tahun 2015 angka

putus sekolah memiliki kenaikan yang begitu signifikan.

Mengenai masalah angka putus sekolah yang masih cukup tinggi,

Bapak H. Darmaji, memberikan pernyataan sebagai berikut :


78

“Pada tahun 2011 sampai dengan 2014 kami medapat capaian


cukup baik dengan adanya penurunan angka putus sekolah, dan di
tahun 2015 kenapa adanya kenaikan yang cukup signifikan masalah
putus sekolah tersebut dikarenakan data laporan yang kami dapati
mengalami masalah yang membuat kami tidak dapat menindak
lanjuti. Tetapi, yang menjadi capaian kami dalam program
kesetaraan ini yaitu tiap kecamatan harus ada PKBM minimal satu
lembaga PKBM dikarenakan untuk upaya secara langsung dalam
mengatasi masalah masyarakat yang putus sekolah dan masyarakat
yang kurang beruntung dalam melanjutkan pendidikan. dengan itu,
masyarakat yang putus sekolah bisa mengakses dalam melanjutkan
pendidikan yang bisa melalui PKBM itu sendiri dan kami sebagai
pemerintah memberikan fasilitas berupa arahan serta pengawasan
dalam hal laporan-laporan kegiatan yang ada di lembaga PKBM.”
Wawancara dengan Bapak H. Darmaji selaku Penilik Program
Kesetaraan Pada tanggal 28 Oktober 2019 Pukul 10.39 WIB di
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Pemerintah talah mengupayakan dengan berinteraksi terhadap

masyarakat dalam membentuk suatu lembaga PKBM karena lembaga

pendidikan nonformal tersebut dibentuk dari masyarakat, oleh masyarakat

dan untuk masyarakat. pada pernyataan penilik pendidikan masyarakat

menyatakan bahwa capaiannya ingin mengadakan di tiap kecamatan

terdapat PKBM minimal satu, dengan pernyataan tersebut untuk

melaksanakan program kesetaraan harus memiliki wadah yaitu dari

masyarakatnya itu sendiri. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga dalam

menjalankan program kesetaraan hanya mengarahkan dan memfasilitasi

lembaga PKBM.
79

Pernyataan lanjutan dari Bapak H. Darmaji, mengenai kenapa masih

ada kecamatan yang belum memiliki lembaga PKBM. Kejelasannya sebagai

berikut :

“Pembentukan PKBM itu sendiri Dinas menerima laporan dari


masyarakat, jika masyarakat membutuhkan sarana pendidikan
nonformal dalam hal itu kami dapat memberikan izin operasional
lembaga nonformal tersebut dengan beberapa persyaratan yaitu
mengajukan permohonan dalam bentuk formulir proposal dengan
melampirkan, pertama. memiliki calon warga belajar, kedua.
Memiliki sarana dan prasarana, ketiga. Memiliki tutor dengan
kompetensinya. Dengan itu kami bisa memberikan izin
operasionalnya dengan memeriksa ke lapangannya juga dan izin
tersebut keluar dengan menunggu 14 hari kerja” Wawancara
dengan Bapak H. Darmaji selaku Penilik Program Kesetaraan Pada
tanggal 28 Oktober 2019 Pukul 10.42 WIB di Dinas Pendidikan
Pemuda dan Olahraga

Penjelasan dari penilik bahwa di lapangan masih ada masyarakat yang

kurang respon terhadap pembentukan lembaga PKBM itu sendiri,

dikarenakan masyarakat yang masih belum memerlukan akan pendidikan

nonforma atau masih ada yang belum mengetahui tentang program

kesetaraan. Jadi, upaya pemerintah dalam target kedepannya ingin

memberikan pelayanan pendidikan kepada masyarakat yang putus sekolah

dengan memberikan akses dalam pembentukan di tiap kecamatan minimal

ada satu lembaga PKBM.


80

Lembaga PKBM memiliki target dalam pencapaian untuk

memberikan akses pendidikan bagi masyrakat yang putus sekolah, seperti

yang dijelaskan oleh Bapak Sofandi pengelola PKBM Ummul Yatama di

Kec. Cilamaya Wetan sebagai berikut :

“Target dalam capaian lembaga PKBM ini tidak dipatok harus


sekian banyak orang untuk mendaftar atau ikut serta dalam
pendidikan kesetaraan, yang terpenting kami memberikan
pelayanan pendidikan kepada masyarakat yang tidak beruntung
untuk bisa melanjutkan pendidikan sekolah yang setara. Di
lembaga PKBM Ummul Yatama ini memiliki 200an peserta paket
C dari kelas X s.d kelas XII dan yang mengikuti UNBK tahun ini
berjumlah 72 orang.” Wawancara dengan Bapak Sofandi selaku
pengelola PKBM Ummul Yatama Pada tanggal 13 November 2019
Pukul 12.32 WIB di lembaga PKBM Ummul Yatama Kec.
Cilamaya Wetan.

Serta untuk wilayah V Kecamatan Rengasdengklok ibu Tias

menjelaskan mengenai target yang ingin dicapai dalam lembaga PKBM

Bunda Mutiara. Sebagai berikut :

“Target pada lembaga ini selain dalam pemberian pemahaman


kepada peserta program kesetaraan paket C, kami sudah memiliki
metode vokasi (keterampilan) yang di mana ingin memberikan
metode pembelajaran yang bisa langsung dipakai di dunia
pekerjaan. Seperti halnya saya memberikan kelas belajar tata rias
salah satunya. Jadi, target yang ingin kami capai bukan hanya
sekedar memberikan metode pembelajaran tatap muka tatapi ada
metode pembelajaran lainnya juga. Peserta program kesetaraan
paket C yang ada di lembaga PKBM Bunda Mutiara terdapat 245
81

orang untuk kelas X s.d XII dan yang ikut UNBK tahun ini 89
orang.” Wawancara dengan Ibu Tias selaku pengelola PKBM
Bunda Mutiara Pada tanggal 7 November 2019 Pukul 13.48 WIB
di lembaga PKBM Bunda Mutiara Kec. Rengasdengklok

Di lanjut pernyataan Bapak Dohim selaku pengelola PKBM Bunga

Bangsa di wilayah I menjelaskan mengenai target capaian dari lembaga

PKBM ini, sebagai berikut :

“Sebenarnya kami memiliki kelas jauh yang ada di kampung


Cilele, di mana mereka masih usia sekolah tetapi tidak memiliki
akses untuk sekolah. Karena fasilitas di sana tidak ada sarana
sekolah, jalan pun sulit untuk mengaksesnya serta listrik tidak ada
di sana. Jadi, kami memiliki target ingin memberikan akses sekolah
terhadap masyarakat di kec. Telukjambe Barat khususnya di Desa
Wanajaya. Kami mengajar hanya seminggu 2 kali di hari libur
sekolah saja, karena sarana tempat untuk mengajar masih nyewa di
SDN 3 Wanajaya dan semoga di masa yang akan datang kami
memiliki sarana sendiri serta untuk yang peserta sekolah jauh pun
bisa terus kami laksanakan untuk bisa mengajar di sana. Serta
untuk peserta pendidikan kesetaraan kami sekitar 53 untuk peserta
belajar yang paket C itu belum termasuk kelas jauh.” Wawancara
Pak Dohim selaku pengelola PKBM Bunga Bangsa Pada tanggal
10 November 2019 Pukul 11.24 WIB di Lembaga PKBM Bunga
Bangsa Kec. Telukjambe Barat.

Penjelasan dari pengelola lembaga PKBM di wilayah I, wilayah III,

dan Wilayah V, memiliki kesamaan untuk memberikan akses pendidikan

bagi masyarakat yang tidak bisa melanjutkan pendidikan yang setara atau

putus sekolah. Tetapi, memiliki perbedaan, ada yang ingin memberikan


82

pendidikan bukan hanya sekedar tatap muka seperti sekolah formal dan juga

ada target untuk bisa mendapatkan sarana sekolah sendiri bagi lembaga

PKBM untuk bisa lebih maksimal dalam menjalankan program pendidikan

kesetaraan ini.

Peneliti menanyakan kepada peserta program kesetaraan paket C yaitu

Bapak Amad peserta di PKBM Bunda Mutiara Kec. Rengasdengklok,

sebagai berikut :

“Saya ikut pendidikan kesetaraan ini bukan hanya sekedar untuk


ijazah, karena saya dari segi usia sudah bisa dibilang bukan usia
anak sekolah yang usianya 20 tahunan, tetapi saya ikut pendidikan
kesetaraan ini memiliki target saya ingin memiliki kemampuan
yang bisa berguna bagi diri saya sendiri khususnya, saya ikut dalam
keterampilan dan saya sekarang ini sebagai perangkai untuk tenda-
tenda hajatan. Alhamdulilah dengan seperti ini saya mempunyai
penghasilan juga.” Wawancara dengan peserta program kesetaraan
paket C (Informan 1) Pada tanggal 7 November 2019 Pukul 14.21
WIB di lembaga PKBM Bunda Mutiara Kec. Rengasdengklok.

Dilanjutkan pertanyaan untuk peserta di lembaga PKBM Bunga

Bangsa menyatakan keinginannya untuk target setelah lulus di program

kesetaraan paket C, sebagai berikut :

“Untuk target setelah lulus dari sini, sebenarnya ingin melanjutkan


pendidikan lagi ke tahap perguruan tinggi karena saya melihat
alumni dari lulusan lembaga PKBM ini ada yang melanjutkan
kuliah. Di situ saya memiliki target untuk bisa melanjutkan
pendidikan yang tujuannya untuk bisa mengajar bersama di
lembaga PKBM Bunga Bangsa ini.” Wawancara dengan Mas Ade
peserta program kesetaraan paket C (Informan 4) Pada tanggal 10
83

November 2019 Pukul 09.55 WIB di lembaga PKBM Bunga


Bangsa Kec. Telukjambe Barat.

Peserta pendidikan kesetaraan itu sendiri memiliki target capaian yang

diinginkan nya, ada yang menginginkan sebuah peningkatan keterampilan

untuk bisa mendapatkan pekerjaan. Adapula yang memiliki target untuk

melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.

Kebijakan program kesetaraan ini menjadi sebuah target bagi

masyarakat yang tidak melanjutkan sekolah sebagai batu loncatan dalam

mendapatkan sebuah pendidikan yang setara serta pekerjaan yang inginkan

nantinya. Setiap lembaga memiliki capaian itu sendiri baik dari lembaga

pemerintah maupun lembaga PKBM yang tujuannya untuk memberikan

manfaat bagi masyarakat.

4.2.3 Implementing Organization (Pelaksana Teknis) Implementasi


Program Kesetaraan Paket C di Dinas Pendidikan Pemuda dan
Olahraga Kabupaten Karawang

Badan Pelaksana (Implementing Organization) yaitu badan pelaksana

yang bertanggungjawab dalam proses implementasi program. Pelaksana

tersebut dapat berupa organisasi ataupun perorangan yang melaksanakan

program di lapangan dengan bertugas sebagai pengelola, pelaksanaan serta

pengawasan. Karakteristik lembaga pelaksana sangat mempengaruhi

keberhasilan implementasi program, dengan melihat karakteristik lembaga-

lembaga pelaksana, maka pembahasan ini tidak lepas oleh struktur birokrasi.

Struktur birokrasi diidentifikasi sebagai karakteristik-karakteristik, norma-

norma, serta pola-pola hubungan yang terjadi berulang-ulang dalam badan-


84

badan eksekutif yang mempunyai hubungan baik potensial maupun nyata

sebagai titik acuan dasar dalam menjalankan program.

Pelaksanaan sebuah program, pemerintah sebagai pemilik

kewenangan yang diatur dalam Undang-Undang serta aturan yang

berhubungan dengan pelaksanaan kebijakan sebuah program, Dinas

Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Karawang memiliki program

kesetaraan yang tealh diatur dalam Undang-Undang. Dalam pelaksanaannya

pemerintah yaitu sebagai pelaksana tugas dalam pemberian arahan dan

fasilitas untuk menunjang berjalannya sebuah program serta sebagai

pengawas di lapangan. Mengenai pelaksana teknisnya pemerintah bermitra

dengan lembaga PKBM dalam pelaksanaan program kesetaraan ini.

Pernyataan Bapak H. Darmaji selaku penilik program kesetaraan

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, menyatakan sebagai berikut :

“Pelaksanaan program kesetaraan ini, kami diamanatkan oleh


Undang-Undang untuk melaksanakan 3 jalur pendidikan yaitu
pendikan formal, nonformal dan informal. Pelaksanaan program
pendidikan nonformal juga sama seperti pendidikan formal yang
pelaksana teknisnya lembaga sekolah formal SMA Negeri maupun
SMA Swasta. Dan untuk pendidikan nonformal kami bekerjasama
dengan lembaga PKBM yang sebagai pelaksana teknis dalam
pendidikan nonformal. Jadi, Dina situ sebagai wadah fasilitator
serta pengawasan dalam pelaksanaan di lapangan.” Bapak H.
Darmaji selaku Penilik Program Kesetaraan Pada tanggal 28
Oktober 2019 Pukul 10.58 WIB di Dinas Pendidikan Pemuda dan
Olahraga

Dinas sebagai pemilik kewenangan yang telah diatur dalam Undang-

Undang diamanatkan untuk memberikan pelayanan pendidikan, tidak luput


85

dari peran lembaga teknis di lapangan yaitu bagi pendidikan nonformal

lembaga PKBM lah sebagai mitra pelaksana teknis Dinas dalam

melaksanakan program kesetaraan.

Dilihat dari lembaga pelaksana teknis di lapanagan yaitu lemabaga

PKBM memiliki kendala dan hambatan dalam melaksanakan kegiatan

belajar mengajar di pendidikan kesetaraan ini. seperti halnya pernyataan Ibu

Tias selaku pengelola PKBM Bunda Mutiara Kec. Rengasdengklok, sebagai

berikut :

“Kendala dalam pelaksanaan program pendidikan kesetaraan ini,


dari segi penyesuaian jadwal belajar dengan siswa yang memiliki
waktu kesibukan. Seperti ada yang memiliki waktu bersama
dengan keluarga ada juga yang bentrok dengan waktu kerja peserta.
Memang bermacam karakteristik dalam pelaksanaan program
kesetaraan ini, sungguh unik melihat kondisi belajar pendidikan
nonformal. Mengenai perekrutan itu sendiri kami hanya memungut
biaya kepada peserta hanya sekali saja, biaya tersebut sampai
lulus.tidak dipungut biaya lagi dan kami menggratiskan bagi
masyarakat yang tidak mampu” Ibu Tias selaku pengelola PKBM
Bunda Mutiara Pada tanggal 7 November 2019 Pukul 13.58 WIB
di lembaga PKBM Bunda Mutiara Kec. Rengasdengklok.

Pada lembaga PKBM Bunga Bangsa di Kecamatan Telukjambe Barat

Bapak Dohim memberikan pernyataan kondisi pelaksanaan program

kesetaraan ini di lapangan, sebagai berikut :

“Ya, kondisi kesulitan kami dari sisi sarana dan prasarana yang di
mana kami masih menyewa dari segi bangun di sekolah SD. Serta
kami pun berusaha untuk mencari mitra dalam mengoptimalkan
program pendidikan kesetaraan ini. Alhamdulillah kami didukung
oleh Kepala Desa Wanajaya dari segi bantuan ada berupa uang tiap
bulannya bagi peserta khusus paket C untuk bisa memberikan
motivasi bagi para peserta, serta dari situ rencana jangka
86

panjangnya Kepala Desa ingin bekerjasama dengan PKBM Bunga


Bangsa untuk membuka kelas keterampilan mengelas dan itu
direspon baik oleh lembaga PKBM.” Wawancara Pak Dohim
selaku pengelola PKBM Bunga Bangsa Pada tanggal 10 November
2019 Pukul 11.39 WIB di Lembaga PKBM Bunga Bangsa Kec.
Telukjambe Barat.

Pelaksanaan sebuah program memerlukan ide dan inovasi untuk bisa

mengembangkan suatu lembaga dengan cara bekerjasama dan menjalin

mitra dengan pihak pemerintah maupun pihak swasta yang bertujuan untuk

mengoptimalkan sebuah program.

Dilanjut dari pernyataan pengelola lembaga PKBM Ummul Yatama

Bapak Sofandi menyatakana, sebagai berikut :

“Lembaga PKBM Ummul Yatama ini masih dikategorikan masih


baru, berdirinya 2006 tetapi baru aktif sebagai lembaga nya 2016.
Jadi, kami masih perlu memaksimalkan kembali dari segi sarana
dan prasarana serta untuk sosialisasi kami melalui rapat-rapat
minggon baik itu ditingkat kecamatan maupun ditingkat desa.”
Wawancara dengan Bapak Sofandi selaku pengelola PKBM
Ummul Yatama Pada tanggal 13 November 2019 Pukul 12.53 WIB
di lembaga PKBM Ummul Yatama Kec. Cilamaya Wetan.

Sebagai lembaga pelaksana teknis yang masih baru memiliki optimis

dalam menjalankan sebuah lembaga tersebut dengan memprioritas sarana

serta tak lupa juga untuk mensosialisasikan kepada masyarakat dengan cara

ikut serta dalam kegiatan masyarakat.

Masyarakat yang sebagai konsumen pelaksanaan suatu program, yang

didapat dalam program tersebut berupa secara langsung non material berupa

pengetahuan untuk meningkatkan kualitas indeks pembangunan manusia.


87

Masyarakat mengetahui program tersebut bermacam-macam, salah satunya

pernyataan dari Teh Ida sabagai peserta PKBM Bunga Bangsa, sebagai

berikut :

“Saya tahu pendidikan kesetaraan paket C ini diberitahu oleh teman


saya, karena saya memerlukan ijazah SMA. Jadi, kebetulan sekali
ada teman yang ikut juga paket C saya sekalian ikut juga.”
Wawancara dengan Teh Ida peserta program kesetaraan paket C
(Informan 5) Pada tanggal 10 November 2019 Pukul 10.16 WIB di
lembaga PKBM Bunga Bangsa Kec. Telukjambe Barat.

Dalam pelaksanaan program kesetaraan ini, masyarakat dapat

mengakses informasi dari mulut ke mulut serta ditambah lagi bagi

masyarakat muda yang tidak di lingkungan dekat dengan kota bisa

mengakses dengan internet untuk mendapatkan informasi seputar

pendidikan kesetaraan. Baik dari segi pemerintah sebagai pemilik

kewenangan pemberi akses fasilitas dan pengawasa, serta PKBM sebagai

mitra pemerintah yang memliki tugas pelaksana teknis dalam melaksanakan

pendidikan nonformal dan masyarakat putus sekolah sebagai konsumen

pelaksanaan kebijakan pendidikan kesetaraan ini.

4.2.4 Environmental Factors (Faktor-faktor yang mempengaruhi)


Implementasi Program Kesetaraan Paket C di Dinas Pendidikan
Pemuda dan Olahraga Kabupaten Karawang

Faktor environmental yaitu unsur lingkungan yang dapat

mempengaruhi implementasi. Lingkungan eksternal yang tidak

mendudkung atau tidak kondusif yang dapat menjadi sumber masalah dari
88

kegagalan implementasi mensyaratkan kondisi lingkungan eksternal yang

kondusif.

Pelaksanaan suatu program ada faktor-faktor yang mempengaruhinya

dari berbagai aspek baik itu dari segi ekonomi, sosial dan budaya. Maka

dalam pelaksanaan di lapangan pemerintah memiliki kendala untuk bisa

memberikan pemahaman ke masyarakat yang konstruksi pemikirannya

masih tidak mementingkan pendidikan serta ada juga yang kehambat karena

masalah biaya untuk bisa melanjutkan pendidikan.

Bapak H. Darmaji memberikan pernyataan mengenai faktor yang

mempengaruhi dalam pelaksanaan program kesetaraaan ini, sebagai berikut:

“Menurut saya faktor yang mempengaruhi masyarakat karena putus


sekolah itu bukan karena hanya faktor ekonomi. Kenapa begitu,
karena sekarang kan sekolah gratis tetapi biaya transportasi nya
yang cukup menguras kantong juga belum biaya makan dan lain-
lain yang menjadi kendala serta hambatan bagi masyarakat. Tetapi,
yang jadi masalah anak putus sekolah karena faktor lingkungan
keluarga, lingkungan teman yang menyebabkan anak masuk ke
dalam zona kenakalan remaja yang berdampak kepada anak
tersebut menjadi di keluarkan dari sekolah.” “Pelaksanaan program
kesetaraan ini, kami diamanatkan oleh Undang-Undang untuk
melaksanakan 3 jalur pendidikan yaitu pendikan formal, nonformal
dan informal. Pelaksanaan program pendidikan nonformal juga
sama seperti pendidikan formal yang pelaksana teknisnya lembaga
sekolah formal SMA Negeri maupun SMA Swasta. Dan untuk
pendidikan nonformal kami bekerjasama dengan lembaga PKBM
yang sebagai pelaksana teknis dalam pendidikan nonformal. Jadi,
Dina situ sebagai wadah fasilitator serta pengawasan dalam
pelaksanaan di lapangan.” Bapak H. Darmaji selaku Penilik
Program Kesetaraan Pada tanggal 28 Oktober 2019 Pukul 11.17
WIB di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga.
89

Dalam pernyataan penilik Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten

Karawang. Peneliti melihat ke lapangan di berbagai wilayah yang berbeda.

Untuk di Wilayah I Bapak Dohim selaku pengelola PKBM Bunga Bangsa

menjelaskan mengenali faktor yang mempengaruhi masyarakat bisa putus

sekolah, sebagai berikut :

“Di wilayah kecamatan Telukjambe Barat khususnya di Desa


Wanajaya ini karena faktor sosialnya, seperti halnya perempuan
yang udh lulus SMP langsung nikah serta akses sarana sekolah
yang jauh untuk dijangkau bagi masyarakat.” Wawancara dengan
Bapak Dohim selaku pengelola PKBM Bunga Bangsa Pada tanggal
10 November 2019 Pukul 11.51 WIB di Lembaga PKBM Bunga
Bangsa Kec. Telukjambe Barat.

Dilanjut pernyataan Bapak Sofandi yang sebagai pengelola PKBM

Ummul Yatama menjelaskan mengenai faktor yang mempengaruhi

masyarakat putus sekolah :

“Di wilayah pesisir ini masyarkat lebih mementingkan untuk kerja,


jadi ada masyarakat yang sudah lulus SMP langsung kerja
membantu orangtuanya dilaut sebagai pencari ikan dan untuk
melanjutkan sekolah ke sekolah formal terkendala masalah waktu
juga yang harus tepat waktu karena sistem yang sudah mengatur
seperti itu, masyarakat bisa ikut pendidikan nonformal ini
dikarenakan memiliki sistem kondisi waktu yang fleksibel bagi
pesertanya dan pakaian pun tidak formal juga.” Wawancara dengan
Bapak Sofandi selaku pengelola PKBM Ummul Yatama Pada
tanggal 13 November 2019 Pukul 13.14 WIB di lembaga PKBM
Ummul Yatama Kec. Cilamaya Wetan.

Pada Wilayah V menurut Ibu Tias Pengelola PKBM Bunda Mutiara

menjelaskan, sebagai berikut :

“Faktor yang mempengaruhi masyarakat putus sekolah di wilayah


sini salah satunya karena kenakalan remaja berupa tawuran antar
90

sekolah yang dampaknya anak tersebut dikeluarkan oleh sekolah


dan untuk melanjutkan ke sekolah formal nya harus nyari ke sana
kemari serta harus ada biaya lagi. Jadi, mereka tidak untuk
melanjutkan ke sekolah formal” Ibu Tias selaku pengelola PKBM
Bunda Mutiara Pada tanggal 7 November 2019 Pukul 14.15 WIB
di lembaga PKBM Bunda Mutiara Kec. Rengasdengklok.

Dari pemaparan para pengelola PKBM, peneliti menanyakan kepada

peserta PKBM, kepada Ibu Euis sebagai peserta PKBM Bunga Bangsa

Kecamatan Telukjambe Barat, sebagai berikut :

“Saya setelah lulus SMP sama orangtua disuruh untuk menikah


saja karena seorang perempuan itu hanya mengurusi kegiatan
rumah tangga. Karena faktor lingkungan juga yang kebanyakan
nikah muda, jadi orangtua melihat ke situ. Tetapi, sekarang biaya
hidup mahal kebutuhan semakin banyak mau tidak mau harus
membantu suami bekerja juga, untuk bisa bekerja harus punya
ijazah. Dengan itulah saya ikutan program paket C ini untuk bisa
mendapatkan pekerjaan yang lebih baik untuk membantu suami
dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga.” Wawancara dengan
peserta program kesetaraan paket C (Informan 3) Pada tanggal 10
November 2019 Pukul 10.17 WIB di Lembaga PKBM Bunga
Bangsa Kec. Telukjambe Barat

Dilanjut pernyataan Mas Rasdi yang sebagai peserta PKBM Bunda

Mutiara Kecamatan Rengasdengklok, sebagai berikut :

“Saya putus sekolah karena faktor lingkungan teman yang


menjadikan ikut dalam kenakalan remaja, dan dampaka dari situ
saya dikeluarkan dari sekolah. Ditambah lagi orangtua saya yang
memiliki penghasilan yang hanya cukup makan. Di situ saya
berpikir untuk mandiri mencari pekerjaan dan jika ada kesempatan
untuk melanjutkan belajar saya ikut. Karena saya tahu dari teman
juga bahwa ada program paket C maka saya ikut program
tersebut.” Wawancara dengan peserta program kesetaraan paket C
(Informan 2) Pada tanggal 7 November 2019 Pukul 14.47 WIB di
lembaga PKBM Bunda Mutiara Kec. Rengasdengklok.
91

Faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan kebijakan baik dari

lembaga pemerintah, lembaga teknis PKBM maupun dari masyarakat

sebagai objek konsumen kebijakannya. Faktor eksternal yang

mempengaruhinya, angka putus sekolah disebabkan bukan hanya salah satu

faktor saja yaitu faktor ekonomi tetapi juga berkaitan dengan faktor sosial

dan budaya di dalamnya yang mempengaruhi masyarakat tidak melanjutkan

sekolahnya ke tingkat SMA.


BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, dapat peeliti

simpulkan sebagai berikut :

1. Idealized Policy (Kebijakan yang Ideal), dapat disimpulkan bahwa pola

interaksi diidealkan oleh perumus dengan tujuan mendorong capaian

kelompok dalam melaksanakan program. Prospek implementasi

kebijakan cukup efektif, dengan melihat komunikasi para pelaksana

kebijakan secara konsisten. Di samping itu, koordinasi mekanisme dijalin

dalam mengoptimalkan implementasi kebijakan. Karena itu Semakin

baik koordinasi komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam

implementasi kebijakan, maka kesalahan akan semakin kecil, demikian

sebaliknya.

2. Target Groups dapat disimpulkan bahwa sekelompok orang atau

organisasi dalam masyarakat yang akan menerima barang atau jasa atas

dampak implementasi suatu program. Mereka merupakan bagian dari

stakeholders yang diharapkan dapat menerima dan menyesuaikan

terhadap pola interaksi yang ditentukan oleh kebijakan. Keberhasilan

suatu proses implementasi program dilihat dari bagaimana respon atau

daya tanggap kelompok sasaran, jika kelompok sasarannya berlapang

hati untuk menerima dan menjalankan kebijakan yang ditetapkan tanpa

ada yang mengeluh maka kebijakan tersebut berhasil. Dilihat dari respon

92
93

masyarakat cukup baik dengan adanya lembaga PKBM yang hampir di

tiap kecamatan itu tersedia lembaga PKBM.

3. Implementing Organization, dapat disimpulkan bahwa badan pelaksana

yang bertanggungjawab dalam proses implementasi program. Pelaksana

tersebut dapat berupa organisasi ataupun perorangan yang melaksanakan

program di lapangan dengan bertugas sebagai pengelola, pelaksanaan

serta pengawasan. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga yang

memiliki tugas dan tanggungjawab sebagai pelaksana pemiliki

kewenangan sebagai fasilitator dan pengawas kegiatan di lapangan,

lembaga PKBM yang memiliki tanggungjawab sebagai pelaksana teknis

dalam mengelola kegiatan belajar pendidikan kesetaraan. Dan

masyarakat memiliki tanggungjawabnya sendiri untuk bisa mendapatkan

pendidikan yang setara dengan mengikuti program pendidikan kesetaraan

paket C.

4. Environmental Factors yaitu unsur lingkungan yang dapat

mempengaruhi implementasi. Lingkungan eksternal yang tidak

mendudkung atau tidak kondusif yang dapat menjadi sumber masalah

dari kegagalan implementasi mensyaratkan kondisi lingkungan eksternal

yang kondusif. Pelaksanaan suatu program ada faktor-faktor yang

mempengaruhinya dari berbagai aspek baik itu dari segi ekonomi, sosial

dan budaya. Melihat kondisi di lapangan begitu beragam kareteristik

masyarakat yang mengikitu program pendidikan kesetaraan ini. Jadi,

Pemerintah dan lembaga teknis PKBM bekerjasama untuk bisa


94

memaksimalkan kembali dalam mengajak masyarakat dalam ikut serta

teerhadap program kesetaraan.

5.2 Saran

1. Idealized Policy, untuk menciptakan kebijakan yang diidealkan saran

yang diberikan adalah Dinas Peendidikan Pemuda dan Olahraga

Kabupaten Karawang harusn memaksimalkan pola interaksi komunikasi

yang dijaga dari pihak pemerintah terhadap PKBM dan juga masyrakat

begitupun sebaliknya. Dengan itu akan menciptakan solusi yang berupa

dari hasil kebijakan ini, dan yang terpenting Pemerintah bisa memberikan

akses jalan bagai masyarakat jauh dari perkotaan atau akses menuju kota

seperti halnya kelas jauh yang terjadi Kp. Cilele Kec. Telukjambe Barat,

supaya terciptanya kebijakan suatu program yang merata bagi

masyarakat.

2. ‘Target Groups, Capaian yang ditarget oleh tiap lembaga itu berbeda-

beda tetapi memiliki tujuan yang sama, seperti halnya Pemerintah yang

target terdekat ini ingin memaksimalkan tiap kecamatan tersedia lembaga

PKBM. Serta tiap-tiap lembaga PKBM pun memiliki taerget untuk bisa

memberikan akses pendidikan yang nyaman dengan targetnya berbeda-

beda ada untuk dari segi sarana dan prasarana terlebih dahulu dan ada

juga ada yang dari segi memaksimalkan metode pembelajaran diprogram

pendidikan kesetaraan ini. tetapi tujuannya sama yaitu untuk bermanfaat

bagi masyarakat, untuk masyarakatnya sendiri memiliki target

capaiannya untuk bisa bekerja dan lainnya, dengan hasil mendapatkan


95

ijazah paket C yang setara SMA. Sarannya semoga pemerintah bisa

memaksimalkan dengan memberikan akses PKBM untuk bisa bermitra

kepada pihak perusahaan dalam mendapatkan bantuan pembangunan.

3. Implementing Organization, dalam lembaga pelaksana saran yang

diberikan dari pemerintah sebagai pemilik kewenangan memberikan

informasi untuk lebih cepat dan akurat seperti halnya pemberi tahuan

dalam segi aturan baru dengan adanya Bantuan Operasian Pendidikan

yang di mana harus diberikan arahan yang tepat untuk bisa lembaga

PKBM mendapati bantuan tersebut tujuannya untuk memaksimalkan

pelaksanaan program kesetaraan, serta lembaga PKBM sebagai

pelaksana teknis harus lebih responsif dalam memberikan masukan

kepada pemerintah akan kesulitan kondisi di lapangan.

4. Environmental Factors, faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan

kebijakan yang terjadi saat ini bukan disebabkan hanya satu faktor saja

dari masyarakat yang tidak bisa melanjutkan sekolah, tambahan dari

faktor yang mempengaruhi yakni faktor kepentingan politik pun bisa

menunjang kemudahan dalam mengakses pendidikan seperti halnya

kemenangan kepala desa yang menjanjikan untuk adanya pembangunan

sekolah, maka dengan itu kita dapat memaksimalkan kerja sama antar

lembaga untuk bisa saling mempengaruhi dalam memaksimalkan

kebijakan khususnya program pendidikan kesetaraan ini yang bertujuan

untuk memberikan akses kepada masyarakat yang kurang beruntung

dalam pendidikan atau masyarakat yang putus sekolah.


DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Amri Marzali, Antropologi dan Kebijakan Publik, (Jakarta: Kencana Prenada


Media Group, 2012).
Agustino, Leo. (2008). Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.
Abdul Wahab, Solichin 2008. Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi
Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara.
Bungin, Burhan. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Dye, Thomas R. Understanding Public Policy, (New Jersey: Prentice Hall, 1995).
Islamy, M. Irfan. 2001. Prinsip-prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara.
Jakarta: Bumi Aksara.
Creswell, Jhon W. (2013). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif
dan Mixed.Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Kadji, Yulianto. (2015). Formulasi dan Implementasi Kebijakan Publik.
Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo.
Merilee S. Grindle, Politics and Apolicy Implementation in The Third World,
(New Jersey: Princetown University Press, 1980).
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosda Karya.
Suharno. 2010. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta Press.
Rencana Strategis Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Karawang.
Revisi tahun 2016-2021.
Standar dan Prosedur Penyelenggaraan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat

(PKBM). Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2012.

96
97

Skripsi:

Balfas, Distiant. 2018. Implementasi Program Pendidikan Kesetaraan Paket C


(Setara SMA) di Kota Bandar Lampung (Studi Kasus: PKBM Indah
Kusuma Bangsa Kecamatan Kemiling, Kota Bandar Lampung). Skripsi.
Sarjana Administrasi Negara. Universitas Lampung.
Nugroho, Agung A. 2014. Dinamika Implementasi Kebijakan Pendidikan
Kesetaraan Kejar Paket C Di PKBM Maju Makmur. Skripsi. Sarjana
Pendidikan. Universitas Negeri Yogyakarta.
Ramadhan, Ilham. 2018. Pilihan Rasional Sekolah Di Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat (PKBM) Negeri 26 Bintaro (Studi kasus: Alumni PKBM N 26
Bintaro Paket C Angkatan Tahun 2013-2016, Jakarta Selatan). Skripsi.
Sarjana Sosial. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jurnal:

Acuan Proses Pelaksanaan dan Pembelajaran Pendidikan Kesetaraan Program


Paket A, Paket B, dan Paket C, (Jakarta : Direktorat Pendidikan Kesetaraan
Depdiknas, 2006) ,
Acuan Rekruitmen Peserta Didik dan Tutor Pendidikan Kesetaraan, ( Jakarta:
Direktorat Pendidikan Kesetaraan Depdiknas, 2007) hal. 2.
Ela Yulaelawati, Sutopo PN, Editor, Pendidikan Kesetaraan Mencerdaskan Anak
Bangsa, (Jakarta, Direktorat Pendidikan Kesetaraan Depdiknas, 2006) hal.3.
H.A.R Tilaar, Membenahi Pendidikan Nasional, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004),
hal. 66
Santoso (1998). Pendidikan Masyarakat I, II, III. Bandung. Ganaco, NV.
Trisnamasnyah, S. (1997). Filsafat, Teori dan Konsep Pendidikan Luar Sekolah.
Handout Perkuliahan. Program PLS PPS UPI. Bandung.
Reformasi Pendidikan Kesetaraan ,(Jakarta: Direktorat Pendidikan Kesetaraan
Depdiknas, 2007), hal. 5
Petunjuk Pelaksanaan Program Pendidikan Kesetaraan, (Jakarta: Subdis PLS
Dinas Dikmenti Prov. DKI Jakarta, 2006), hal. 3
98

Peraturan:
Undang-Undang Dasar 1945
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pasal 1 ayat 10 dan Pasal 26 ayat 3
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2013 Tentang Pendidikan
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 0132/U/2003 Tentang Program
Paket C.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 43 Tahun 2001 Tentang Standar
Tenaga Administrasi Pendidikan Program Paket A, B dan C.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 43 Tahun 2001 Tentang Standar
Pengelola Pendidikan Non Formal (PNF).
Surat Edaran Menteri Pendidikan Nasional Nomor 0107/MPN/MS/2006 Tentang
Eligibilitas Program Kesetaraan.

Berita:

http://www.rmoljabar.com/read/2015/02/10/6181/Jumlah-PKBM-Di-Karawang-
Terus-Berkurang- diakses pada tanggal 18 juli 2019 pukul 13.20 wib
https://tvberita.co.id/headline/pkbm-nurul-ulum-berikan-pendidikan-bagi-anak-
putus-sekolah/ diakses pada tanggal 18 juli 2019 pukul 14.06 wib
https://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/17/08/23/ov5c3f359-angka-
putus-sekolah-di-karawang-cukup-tinggi diakses pada tanggal 18 juli 2019
pukul 14.30 wib
https://www.pikiran-rakyat.com/pendidikan/2018/11/27/anggaran-pendidikan-di-
karawang-capai-35-persen-433733 diakses pada tanggal 28 Juli 2019 pukul
10.23 wib
https://radarkarawang.id/2019/03/22/disdikpora-sembunyikan-data-anak-putus-
sekolah/ diakses pada tanggal 08 Agustus 2019 pukul 16.34 wib
Lampiran

99
RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama Lengkap : Muhammad Rizky Felani

Tempat, Tanggal lahir: Karawang, 18 September 1997

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Jln. R. Ali Muchtar Sananga. Pos, 41313 RT 001/018 No.


25 Kel. Adiarsa Barat, Kec. Karawang Barat, Karawang,
Jawa Barat

Email : mrfelani18@gmail.com

Riwayat Pendidikan

2003 – 2009 : SDN Adiarsa Barat IV

100
2009 – 2012 : SMPN 2 Karawang Barat

2012 – 2015 : SMAN 1 Telukjambe Timur

2015 – 2019 : Universitas Singaperbangsa Karawang Fakultas Ilmu


Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Pemerintahan

1. Lampiran Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara ini dibuat untuk mendukung data penelitian


dilapangan yang sedang peneliti laksanakan yang berjudul “Implementasi
Program Pendidikan Kesetaraan Paket C (Setara Sma) di Dinas Pendidikan
Pemuda dan Olahraga Kabupaten Karawang”. Pertanyaan dalam pedoman
wawancara ini disesuaikan dengan teori Implementasi Kebijakan dari Adam
Smith yaitu (1) Idealized Policy, (2) Target Groups, (3) Implementing
Organization, dan (4) Environmental factors. Hal ini dilakukan agar data dan
informasi yang diperoleh dari informan dapat menunjang hasil penelitian. Serta
pertanyaan ini akan terus berkembang ketika peneliti dilapangan.

A. Penentuan Informan

Informan yang akan peneliti hadirkan merupakan informan yang memiliki


kemampuan untuk memberikan informasi yang dibutuhkan untuk penelitian.
Peneliti akan menentukan tiga kriteria dalam memilih informan, adapun
kriterianya sebagai berikut :

1. Memiliki pengetahuan yang luas sehingga dapat memberikan data-data atau


informasi yang dibutuhkan pada penelitian ini;
2. Memiliki jabatan di dalam suatu lembaga yang menjadi objek kajian
penelitian;
3. Memiliki pengaruh yang besar pada masyarakat sekitarnya.

101
Dengan ditentukannya tiga kriteria di atas, setidaknya peneliti akan
mewawancarai dua puluh informan. Adapun perinciannya sebagai berikut :

1. Kepala Seksi Pendidikan Masyarakat di Dinas Pendidikan Pemuda dan


Olahraga Kabupaten Karawang, berjumlah 1 orang.
2. Pengelola Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) dari 3 Lembaga Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat, berjumlah 3 orang.
3. Masyarakat yang berpatisipasi dalam kegiatan program kesetaraan paket C di
Kabupaten Karawang, berjumlah 5 orang.

B. Pertanyaan Wawancara

a. Informan untuk Kepala Seksi Pendidikan Masyarakat di Dinas


Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Karawang.

Identitas Informan

Nama :

Jabatan :

Alamat :

Waktu :

Idealized Policy (Gagasan Kebijakan)

1. Bagaimana pola interaksi yang dibangun antara Pemerintah dengan lembaga


pelaksana teknis PKBM dalam menghasilkan suatu kebijakan?
2. Bagaimana peran Disdikpora Kab. Karawang dalam mendorong masyarakat
yang putus sekolah untuk mengikuti program kesetaraan?
3. Bagaimana dorongan Disdikpora Kab. Karawang dalam memfasilitasi
lembaga pelaksana teknis?

102
Target Groups

1. Bagaimana upaya menentukan capaian dalam mengurangi angka putus


sekolah ?
2. Rencana seperti apa yang akan dijalankan disdikpora dalam program
kesetaraan tersebut?
3. Apakah ada sosialisasi yang dilakukan Disdikpora kepada masyarakat putus
sekolah dalam memberitahukan bahwa program kesetaraan lulusannya sama
dengan lulusan pendidikan formal?

Implementing Organization (Lembaga Pelaksana)

1. Apa yang menjadikan faktor pendukung Disdikpora dalam menjalankan


program kesetaraan?
2. Apa saja yang persyaratan dibutuhkan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
dalam membuat izin operasional?
3. Berapa lama waktu yang diperlukan oleh Disdikpora dalam pembuatan izin
operasional PKBM?

Environmental Factors (Faktor-Faktor yang Mempengaruhi)

1. Bagaimana disdikpora menyikapi masalah angka putus sekolah yang


disebabkan faktor ekonomi terhadap masyarakat?
2. Bagaimana upaya disdikpora memberikan sosialisasi kepada masyarakat
putus sekolah yang lingkungan sosialnya berpikir masih kurang
memprioritaskan pendidikan?
3. Apa upaya disdikpora selanjutnya dalam meningkatkan kualitas pendidikan
supaya masyarakat yang terkendala faktor ekonomi bisa mengenyam
pendidikan?

b. Informan untuk Pengelola Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat

Identitas Informan

103
Nama :

Jabatan :

Alamat :

Waktu :

Idealized Policy (Gagasan Kebijakan)

1. Bagaimana pola interaksi yang dibangun antara lembaga PKBM dengan


Pemerintah dalam menghasilkan suatu gagasan dalam mendukung program
kesetaraan?
2. Bagaimana peran lembaga PKBM dalam mendorong masyarakat yang putus
sekolah untuk bisa mengikuti program kesetaraan?
3. Apa pengaruh yang dihasilkan masyarakat setelah mengikuti program
kesetaran paket C?
Target Groups
1. Target capaian terhadap pelaksanaan program kesetaraan paket C pada
lembaga PKBM?
2. Rencana apa yang akan dijalankan PKBM dalam meningkatkan program
kesetaraan paket C?
3. Apakah ada sosialisasi yang dilakukan PKBM kepada masyarakat putus
sekolah dalam memberitahukan mengenai adanya program kesetaraan paket
C?
Implementing Organization (Lembaga Pelaksana)
1. Apa yang menjadi faktor pendukung bagi lembaga PKBM dalam
melaksanakan program kesetaraan paket C?
2. Bagaimana sistem pembelajaran program kesetaraan paket C di PKBM?
3. Kendala apa yang dihadapi dalam pelaksanaan sebuah program pada lembaga
PKBM?

104
Environmental Factors (Faktor-Faktor yang Mempengaruhi)

1. Banyak nya lembaga PKBM yang berkurang, bagaimana lembaga PKBM


bisa bertahan dalam memberikan layanan pendidikan bagi masyarakat yang
putus sekolah?
2. Memberikan informasi mengenai pentingnya pendidikan kepada masyarakat
khususnya pada yang putus sekolah, apa yang dilakukan pihak PKBM
dengan adanya faktor yang ada di lingkungan masyatakat yang masih belum
memprioritaskan pendidikan?
3. Apa upaya lembaga PKBM dalam meningkatkan kualitas pendidikan supaya
masyarakat yang putus sekolah bisa lebih yakin dalam mengambil program
pendidikan kesetaraan ini?

c. Informan untuk Peserta Program Kesetaraan Paket C

Identitas Informan

Nama :

Jabatan :

Alamat :

Waktu :

Idealized Policy (Gagasan Kebijakan)

1. Menjadi peserta program kesetaraan paket C, apa yang diketahui mengenai


program kesetaraan ini?
2. Pola interaksi yang dibangun dalam pembelajaran di PKBM ini seperti apa?
3. Pandangan peserta terhadap adanya kebijakan pendidikan nonformal yang
dilaksanakan oleh lembaga PKBM ini seperti apa?
Target Groups

105
1. Mengikuti program kesetaraan paket C ini, Apa yang menjadi target setelah
selesai mengikuti program kesetaraan paket C pada lembaga PKBM?
2. Rencana apa yang akan dilakukan setelah mengikuti program kesetaraan
paket C?
3. Mengikuti program kesetaraan paket C ini mengetahui dari mana?. Apakah
ada sosialisasi yang dilakukan PKBM kepada masyarakat putus sekolah
dalam memberitahukan mengenai adanya program kesetaraan paket C?
Implementing Organization (Lembaga Pelaksana)
1. Apa yang diketahui mengenai lembaga PKBM?
2. Bagaimana sistem pembelajaran program kesetaraan paket C di PKBM?
3. Apakah sistem pembelajaran di PKBM ini sesuai dengan konsep diri peserta?

Environmental Factors (Faktor-Faktor yang Mempengaruhi)

1. Bagaimana sikap dalam menanggapi kondisi lingkungan yang berpandangan


tentang program paket C ini kurang dari pendidikan nonformal?
2. Apa motivasi untuk mengikuti kegiatan program pendidikan paket C ini?
3. Apa yang menjadi faktor penyebab untuk mengambil alternatif pendidikan
jalur nonformal ini?

106
2. Lampiran Dokumentasi Penelitian

No Dokumentasi Keterangan Tanggal


1 Wawancara dengan 28-Oktober-2019

Penilik Bidang

Pendidikan

Masyarakat di Dinas

Pendidikan Pemuda

dan Olahraga.
2 Wawancara dengan 07-November-2019

Pengelola Lembaga

PKBM Bunda

Mutiara Kec.

Rengasdengklok

3 Wawancara dengan 07-November-2019

peserta program

pendidikan

kesetaraan paket C di

lembaga PKBM

Bunda Mutiara Kec.

Rengasdengklok.

107
4 Wawancara dengan 10-November-2019

pengelola lembaga

PKBM Bunga

Bangsa Kec.

Telukjambe Barat.

5 Wawancara dengan 10-November-2019

peserta program

pendidikan paket C

di lembaga PKBM

Bunga Bangsa Kec.

Telukjambe Barat.

6 Wawancara dengan 13-November-2019

pengelola lembaga

PKBM Ummul

Yatama Kec.

Cilamaya Wetan.

108
3. Lampiran Surat Permohonan Pelaksanaan Penelitian

109
110
111

Anda mungkin juga menyukai