2019
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/16853
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS
DI PROVINSI SUMATERA UTARA
TESIS
OLEH:
MEGA PARTY KRISTINA PURBA
167039029
MAGISTER AGRIBISNIS
TESIS
Oleh :
i
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Mega Party Kristina Purba (167039029) with the title “Analysis of Rice
Demand and Supply in North Sumatra Province” , supervised by Mr. Dr. Ir.
Rahmanta, M.Si as the member of the Superviory Committee and Ms. Dr. Ir. Tavi
Supriana, MS as the member of the Supervisory Committee.
This study aims to analyze the effect of factors on rice demand and supply
in North Sumatra Province. The data used are secondary data from 1988-2017.
Processing data using the indirect last square (ILS) method with the help of
eviews10 software program. The results of this study indicate that the retail price
of rice, population, and per capita income have a significant effect on the demand
for rice in North Sumatra Province. The rice price variable partially has a not
significant effect on the demand for rice, while the variable population and per
capita income partially have a significant effect. The retail price of rice,
population, and price of urea fertilizer have a significant effect on the supply of
rice in North Sumatra Province. Per capita income and the price of urea fertilizer
together have a significant effect on the retail price of rice in North Sumatra
Province.
ii
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
Timur pada tanggal 23 November 1994 dari Bapak Sari Pendi Purba dan Netty
1. Tahun 2000 masuk Sekolah Dasar Negeri 029 Padang Pengrapat, tamat tahun
2006.
2. Tahun 2006 masuk Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Tanah Grogot, tamat
tahun 2009.
3. Tahun 2009 masuk Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Tanah Grogot, tamat
tahun 2012.
iii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Berkat dan Anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan
baik.
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara.
3. Bapak Dr. Ir. Rahmanta, M.Si selaku Ketua Program Studi Magister
kesabaran yang tiada batas kepada penulis dalam penulisan tesis ini.
4. Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS selaku anggota Komisi Pembimbing yang
5. Bapak Dr. Rulianda Purnomo Wibowo, SP, M.Ec selaku Ketua Komisi
Penguji dan Ibu Sri Fajar Ayu,SP, MM, DBA Si selaku Anggota Komisi
7. Orang tua penulis yang tercinta Bapak Sari Pendi Purba dan Ibu Netty
Rawaty Saragih beserta Keluarga Besar Purba dan Saragih yang selalu
iv
Universitas Sumatera Utara
memberikan kasih sayang yang penuh berupa motivasi, doa, materi, dan
8. Saudara tersayang Ipan Pandapotan Purba, Sri Sustika Putri Purba, dan
Adika Valentinus Purba yang selalu memberikan motivasi dan doa kepada
penulis.
dan doa kepada penulis, terutama kepada Abang Daniel Yanrico Pelawi,
S.ST beserta keluarga yang selalu memberikan kasihnya baik melalui doa,
telah membantu dalam penyelesaian tesis ini. Semoga tesisini bermanfaat bagi
kita semua.
Penulis
v
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................. i
vi
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................... 51
4.1. Gambaran Umum Provinsi Sumatera Utara......................... 51
4.2. Perkembangan Permintaan dan Penawaran Beras
di Provinsi Sumatera Utara................................................. 57
4.2.1. Perkembangan Harga Eceran Beras di
Provinsi Sumatera Utara .......................................... 58
4.2.2. Perkembangan Jumlah Penduduk di Provinsi
Sumatera Utara ........................................................ 59
4.2.3. Perkembangan Pendapatan Per Kapita di Provinsi
Sumatera Utara ........................................................ 59
4.2.4. Perkembangan Harga Pupuk Urea di Provinsi
Sumatera Utara ........................................................ 61
4.3. Hasil Persamaan Simultan dan Pembahasan ....................... 61
4.3.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan
Beras di Provinsi Sumatera Utara ............................ 62
4.3.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penawaran
Beras di Provinsi Sumatera Utara ............................ 65
4.3.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga
Eceran Beras di Provinsi Sumatera Utara ................ 69
vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
No Judul Hal
viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
No Judul Hal
ix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Hal
x
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
PENDAHULUAN
seringkali dianggap sebagai komoditas yang bersifat strategis dan politis. Oleh
kurang, harga langsung naik karena konsumen tidak melakukan penyesuaian atas
konsumsinya.
mengetahui tingkat penawaran, permintaan, dan stok beras sehingga tidak ada
kelangkaan maupun surplus beras yang berlebihan dipasaran yang pada akhirnya
Pada tingkat yang diinginkan akan tercapai harga beras yang layak dan mampu
yang selama ini dilakukan. Beberapa kebijakan yang penting diantaranya adalah
2004).
serta stok yang tersedia maka Pemerintah dapat memantau dan menjaga
ketersediaan beras agar stabilitas harga terjamin. Dengan adanya perhatian yang
serius terhadap ketiga parameter tersebut, diharapkan tidak akan terjadi gejolak
harga dipasar yang akan meresahkan masyarakat, baik bagi Petani produsen
banyak produksi yang dihasilkan oleh Petani dan berapa yang terserap oleh pasar
kelebihan penawaran (excess supply) yang disimpan sebagai stok atau sebaliknya
ini. Pemerintah telah menetapkan bahwa Sumatera Utara sebagai salah satu
provinsi lumbung berasnya Indonesia dari 14 provinsi sentra produksi padi yang
Sumatera Utara adalah salah satu Provinsi di Pulau Sumatera yang hampir
ada di provinsi ini hanya Sibolga yang tidak memproduksi padi karena di daerah
Sidempuan yang merupakan daerah tingkat II yang baru terbentuk tahun 2003
merupakan salah satu lumbung beras yang dapat menyangga kebutuhan beras
Sejak tahun 2013 hingga 2017 tren kenaikan produksi beras di Sumatera
Utara juga terus mengalami kenaikan yakni 11.737 ton pada tahun 2013 dan
91.801 ton pada tahun 2017 (BPS, 2018). Peningkatan produksi selama 10 tahun
mesin pertanian, embung, dan jaminan harga untuk Petani (Kementan, 2018)
Utara adalah bagaimana kondisi permintaan dan penawaran beras. Menurut Papas
barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen selama periode tertentu. Faktor yang
mempengaruhi permintaan adalah harga barang itu sendiri, harga barang subsitusi,
Permintaan beras yang terus meningkat ini harus diimbangi oleh jumlah
tidak akan menguntungkan bagi Petani sebagai produsen utama beras. Kegiatan
pemasaran pada umumnya berkaitan erat dengan penawaran beras oleh Petani dan
beras bisa terjadi di Provinsi Sumatera Utara, tetapi karena menyangkut ketahanan
pangan nasional, produksi tersebut bisa saja dialihkan untuk kepentingan daerah
kenaikan harga. Penawaran beras yang dilakukan oleh produsen tidak terjadi
sepanjang tahun karena berkaitan dengan musim tanam dan musim panen.
sepanjang tahun. Permintaan para pembeli yang tidak terpenuhi tersebut, atau
2010).
Kenaikan harga beras sebenarnya telah menjadi hal yang biasa terjadi,
salah satu yang menyebabkan kenaikan harga bisa diarenakan oleh bertambah
keberhasilan panen. Namun, kenaikan harga yang ekstrem dalam waktu yang
relative singkat akan menjadi tanda tanya besar. Tidak hanya faktor alam, faktor
pasca panen juga turut berpotensi mempengaruhi permasalahan ini. Dalam hal ini
kembali kepada kemampuan masyarakat untuk membeli beras dengan harga yang
masyarakat terima.
2. Apakah harga eceran beras, jumlah penduduk, dan harga pupuk urea
3. Apakah pendapatan per kapita dan harga pupuk urea mempengaruhi harga
3. Menganalisis pengaruh pendapatan per kapita dan harga pupuk urea terhadap
3. Sebagai bahan informasi dan referensi yang dapat digunakan oleh peneliti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Beras adalah salah satu komoditas pangan yang berperan penting baik dari
pertanian. Sementara dari sisi konsumen, lebih dari 90 persen orang Indonesia
2018).
menduduki posisi kelima didunia dengan penduduk lebih dari 240 juta orang dan
memiliki dampak pada kebutuhan pangan nasional yang tinggi, terutama pada
permintaan beras karena beras adalah makanan pokok di penduduk Indonesia. Hal
ini diperkuat dengan data statistik Indonesia pada tahun 2013, menunjukkan
bahwa peningkatan konsumsi beras nasional pada tahun 2001 sebesar 32.283.326
ton per tahun hingga tahun 2012 sebesar 39.265.422 ton per tahun. Tingkat
Tingkat konsumsi beras per kapita per tahun masyarakat Indonesia meningkat
masih belum mampu memenuhi kebutuhan beras dalam negeri, dilihat dari
produksi sebesar 10 juta ton beras masih belum mampu memenuhi permintaan
perekonomian negara jika produksi beras dalam negeri tetap menjadi tuan rumah
Peranan beras dapat pula dilihat dari aspek sosial dan politik. Kerawanan
menunjukkan bahwa berbagai kerusuhan yang timbul pada tahun 1960-an tidak
terlepas dari masalah pangan. Tahun 1972/1973 saat terjadi kerawanan pangan
akibat kekeringan, saat itu suplai beras sangat terbatas dan terjadi juga di luar
negeri, harga beras naik tajam dan terjadi protes-protes masyarakat. Beras juga
terkait dengan pangan dalam syukuran (nasi tumpeng), kegiatan saat panen yang
Pendorong terjadi pergerakan beras dari suatu daerah ke daerah lain adalah
perbedaan jumlah ketersediaan beras dan perbedaan preferensi dan daya beli
adalah bagian dari mekanisme system pasar yang akan membawa kearah
bufferstock, yaitu dengan menetapkan harga dasar dan harga batas tertinggi. Harga
harga secara tajam di kala panen. Harga tertinggiuntuk melindungi konsumen dari
kenaikan harga yang tidak terkendali terutama pada musim paceklik. Ini
dengan fungsi :
(a) megadakan pengadaan beras, gabah dalam negeri; (b) menyebarkan beras atau
impor beras, gandum, dan gula serta kebutuhan pokok lainnya untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri dengan tetap menjaga kestabilan harga; dan (d) buffer
nasional. Hal ini dimaksudkan guna menekan harga bahan pokok diluar negeri
Menurut Suparyono dan Agus (1997), standard mutu gabah yang telah
1. Kadar air harus sebesar 14% agar diperoleh persentase beras kepala atau beras
utuh tinggi.
2. Kadar kotoran dan gabah hampa rendah (maksimum 3%) agar diperoleh beras
3. Kadar gabah rusak, butir gabah hijau/muda, dan butir menguning harus
rendah.
kerikil, dan tanah yang dapat merusak mesin atau menurunkan mutu beras.
mencoba untuk melihat makna swasembada dari berbagai sudut pandang antara
lain, swasembada absolut (dimana selisih supply dan demand beras sama dengan
kita sangat mampu, bahkan surplus untuk mengimpor pangan sejak tahun 1983
(Amang, 1995).
sementara permintaan beras relatif konstan sepanjang tahun. Untuk mengatasi hal
itu Bulog melakukan kegiatan pengadaan untuk menyerap kelebihan supply dan
Bulog harus tetap melakukan pembelian selama harga masih dibawah harga dasar.
Demikian pula halnya dengan penyaluran, Bulog juga tidak mempunyai target
kuantitas, selama harga masih di atas harga batas tertinggi Bulog wajib melakukan
2.1.1.1.Teori Permintaan
suatu pasar. Sementara pasar adalah tempat terjadinya transaksi antara produsen
pengertian permintaan adalah jumlah barang yang sanggup dibeli oleh para
pembeli pada tempat dan waktu tertentu dengan harga yang berlaku pada saat itu.
mengetahui hubungan jumlah barang yang dibeli oleh konsumen dengan harga
antara jumlah permintaan dan harga. Adalah hokum permintaan adalah semakin
rendah harga suatu barang maka semakin banyak permintaan terhadap barang
merupakan suatu hipotesis yang menyatakan semakin rendah harga harga suatu
semakin tinggi harga suatu barang maka semakin sedikit permintaan terhadap
diartikan secara absolut yaitu jumlah barang yang dibutuhkan, sedangkan dari
kacamata ilmu ekonomi permintaan baru mempunyai arti apabila didukung oleh
Tenaga beli seseorang tergantug atas dua unsur pokok yaitu pendapatan
pendapatan yang dibelanjakan oleh seseorang berubah maka jumlah barang yang
diminta juga berubah. Demikian juga halnya harga barang yang dikehendaki juga
terhadap jumlah yang diminta dapat diketahui secara serentak. Bahkan metode
matematis ini tidak akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan pengaruh dari
D
(jumlah yang diminta)
0
Gambar 2.1. Kurva Permintaan
dan harga, dimana semua variabel lainnya dianggap tetap. Kurva ini mempunyai
lereng (slope) yang negatif, yang menunjukkan bahwa jumlah yang diminta (the
adalah harga barang X,Y adalah pendapatan dan adalah jumlah penduduk.
Tentu saja jumlah variabel ini masih dapat ditambah (Djojodipuro, 1991).
a. Harga
Permintaan konsumen dapat dipengaruhi oleh harga, harga barang yang akan
dibeli (P), harga barang pengganti (price of subsituation product, Ps) maupun
membatasi pembelian jumlah barang yang diinginkan bila harga barang terlalu
konsumen untuk membeli atau tidak barang utamanya, bila permintaan barang
utama meningkat, maka permintaan akan barang penggantinya akan menurun dan
sebaliknya.
b. Pendapatan Konsumen.
pendapatan tidak ada atau tidak memadai. Dengan demikian, maka perubahan
antara lain :
1. Barang Esensial (essential goods) adalah barang yang sangat penting dalam
barang tersebutmeningkat.
c. Jumlah Konsumen.
Dengan demikian akan lebih banyak orang yang menerima pendapatan dan hal ini
juga akan menambah daya beli masyarakat. Pertambahan daya beli masyarakat
d. Selera Konsumen.
selera konsumen bisa ditunjukkan oleh perubahan bentuk atau posisi dari
permintaan akan suatu barang akan suatu barang dapat berubah karena perubahan
selera.
harga-harga akan naik pada masa depan akan mendorong konsumen membeli
lebih banyak untuk menghemat pengeluaran pada masa yang akan datang.
Secara umum permintaan akan suantu barang tidak hanya dipengaruhi oleh
barang itu sendiri, tetapi dipengaruhi pula oleh harga barang lain yang berkaitan,
sebelumnya.
Menurut Sukirno (2010) beberapa faktor lain yang cukup penting peranannya
1. Distribusi pendapatan
3. Jumlah penduduk
yang menerima pendapatan dan ini menambah daya beli dalam masyarakat.
a. Barang pengganti
dapat menggantikan fungsi barang lain tersebut. Harga barang pengganti dapat
kopi turun, maka permintaan terhadap the akan berkurang. Sebaliknya, apabila
b. Barang pelengkap
c. Barang netral
Apabila dua macam barang tidak mempunyai hubungan yang rapat maka
barang netral.
harga barang yang bersangkutan, harga barang lain (subsitusi atau komplementer),
a) Harga. Artinya makin tinggi harga, makin berkurang jumlah permintaan , dan
b) Harga barang lain. Artinya apakah dengan berubahnya harga suatu barang akan
contohnya kopi dan teh, atau tempe dan tahu, dan sebagainya. Artinya jika
harga kopi dan tempe naik maka konsumen dapat membelibarang alternatif
permintaan. Selera dan pilihan konsumen terhadap suatu barang bukan saja
dipengaruhi oleh struktur umum konsumen tetapi juga karena faktor adat atau
kebiasaan setempat, tingkat pendidikan atau lainnya. Karena faktor selera dan
dianggap cukup penting, hanya saja didalam praktek variabel ini sulit diukur.
jumlah barang yang dikonsumsi. Hal ini disebabkan oleh karena konsumsi
orang dewasa akan berbeda dengan konsumsi anak belasan tahun atau anak
kurang baik seperti varitas IR atau varitas lainnya., tetapi setelah ada tambahan
pendapatan maka konsumsi beras akan bertambah dan varitas yang dibeli
sebagainya.
dasarnya menyatakan makin tinggi harga suatu barang, makin banyak jumlah
rendah harga suatu barang, makin sedikit jumlah barang tersebut yang ditawarkan
oleh para produsen, dengan anggapan faktor-faktor lain tidak berubah (Daniel,
2002).
menjelaskan tentang sifat hubungan antara harga suatu barang dan jumlah barang
keinginan para penjual untuk menawarkan barangnya apabila harganya tinggi dan
rendah. Hukum penawaran pada dasarnya mengatakan bahwa makin tinggi harga
suatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para
penjual. Sebaliknya, semakin rendah harga suatu barang semakin sedikit jumlah
Pada penawaran, penjual dapat memilih antara menjual barang itu untuk
mendapatkan uang atau menahan barangnya untuk dipakai sendiri. Keinginan atau
mengambil keputusan untuk menjual barang, hal ini berarti memutuskan untuk
Hubungan antara harga komoditi dan jumlah yang ditawarkan dapat dilihat
S
Harga (P)
S
0 Q (Jumlah)
Gambar 2.2. Kurva Penawaran
jumlah yang ditawarkan naik dengan kenaikan harga. Yang dimaksud dengan
penawaran bukan suatu titik pada kurva penawaran, melainkan seluruh kurva
yang diinginkan dengan harga-harga alternatif yang mungkin terjadi dari komoditi
jumlah suatu komoditi yang ditawarkan dan komoditi tersebut, dimana variabel-
variabel lain dianggap tetap. Satu titik pada kurva penawaran menggambarkan
suatu barang adalah jumlah barang yang rela dan mampu dijual oleh penjual. Ada
banyak hal yang menentukan jumlah penawaran barang, tapi ketika kita
menganalisis bagaimana pasar bekerja, salah satu penentunya adalah harga barang
itu.
Hubungan antara harga dan penawaran barang itu adalah berbanding lurus.
Semakin murah harga maka jumlah barang yang ditawarkan akan semakin sedikit
dan semakin mahal harga, maka jumlah barang yang ditawarkan semakin banyak.
barang itu.
menyebabkan biaya produksi menjadi mahal. Bila biaya produksi semakin mahal,
Bila ada anggapan bahwa di masa yang akan datang akan terjadi kenaikan
harga pada suatu barang maka penawaran akan barang tersebut akan semakin
menurun.
e. Jumlah produsen.
f. Teknologi.
g. Jumlah konsumen.
penawaran :
1. Teknologi
Bila terjadi perubahan atau peningkatan pada teknologi dalam proses produksi
maka akan terjadi perubahan pada produksi yang cenderung meningkat pula.
2. Harga input
Artinya, besar kecilnya harga input juga akan mempengaruhi besar kecilnya
Yang dimaksud disini adalah pilihan pertanian pada usaha tani. Perubahan pola
usaha tani ini akan mempengaruhi pada penawaran pilihan Petani tersebut.
4. Jumlah produsen
meningkat.
Ramalan Petani dan pilihan yang diambilnya akan mempengaruhi luas tanam yang
tetap, kuantitas barang yang ditawarkan akan meningkat ketika harga barang
barang yang ditawarkan ketika harganya berubah. Karena harga yang lebih tinggi
0
Gambar 2.3. Kurva Penawaran
faktor penentu lainnya konstan. Jika satu dari faktor-faktor tersebut berubah,
minimum bagi barang dan jasa tertentu yang disebut harga dasar (price floor).
Contoh popular adalah upah minimum tenaga kerja dan harga dasar bagi
beberapajenis komoditi pertanian. Harga dasar yang sama atau kurang dari harga
ekuilibrium tidak akan berpengaruh apa-apa karena titik ekuilibrium tetap bias
dicapai dan akan tetap konsisten dengan harga dasar yang resmi. Akan tetapi jika
harga dasar ditetapkan lebih tinggi dari harga ekuilibrium, harga dasar ini akan
mengikat atau efektif. Harga dasar yang efektif akan mengakibatkan kelebihan
penawaran. Akan muncul surplus yang tak terjual atau seseorang harus
dasar untuk gabah menggunakan pendekatan Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) dan
inflasi, dan harga jual beras. Dengan semakin meningkatnya produksi padi,
dari memiliki atau menggunakan produk dan jasa. Harga berperan sebagai
penentu utama pilihan pembeli. Harga merupakan jumlah uang yang dibebankan
atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas
(Kotler, 2001).
Menurut Sukirno (2005) harga suatu barang dan jumlah barang yang
Oleh karena itu, untuk menganalisis mekanisme penentuan harga dan jumlah
penawaran atas suatu barang tertentu yang terdapat dipasar. Keadaan suatu pasar
dikatakan seimbang apabila jumlah yang ditawarkan penjual pada suatu harga
tertentu adalah sama dengan jumlah yang diminta para pembeli pada harga
tersebut. Harga suatu barang dan jumlah barang yang diperjualbelikan adalah
P
S
permintaan dan kurva penawaran. Tetapi dalam kenyataan terdapat harga pada
tingkat Petani dan kunsumen disamping harga pedagang. Pembentuk harga yang
minimum terjadi pada tingkat harga pedagang besar karena hanya pada tingkat ini
terdapat persaingan yang agak sempurna dan pada umumnya penjual dan pembeli
memiliki pengetahuan yang baik tentang situasi pasar pada suatu waktu tertentu.
Pemerintah setiap tahun menentukan harga dasar (floor price) bagi produsen dan
harga tertinggi (ceiling price) bagi konsumen. Bulog bertanggung jawab untuk
menjamin harga beras berada diantara harga tertinggi dan terendah tersebut
semakin ragam dan semakin bermutu barang yang diinginkan. Dalam pemenuhan
menyebabkan semakin tinnginya biaya tata niaga. Karena itu, nilai hasil pertanian
yang diterima konsumen sudah diperoleh nilai tambah yang relatif semakin besar
dan persentase nilai rupiah yang diterima Petani produsen menjadi semakin kecil.
Menyesuaikan diri dengan harga pasar. Bagi pendatang baru harga pasar
adalah fakta. Kecuali mereka itu perusahaan besar yang kuat dalam segala bidang,
langsung atau produk subsitusi yang telah berada di pasar. Kalau tidak, kecil
Semakin banyak jumlah satuan produk yang dapat di produksi dan dijual
akan semakin menurun jumlah biaya pokok setiap satuan produk. Secara umum
(Kleinsteuber, 2007).
Harga ditentukan oleh jumlah barang yang datang ke pasar dan harga itu
cepat beraksi terhadapnya. Dalam praktek perilaku dan reaksi Petani pada
umumnya termasuk di Indonesia memang serupa itu. Kalau harga Lombok naik
maka Petani menjadi telalu optimistis dan Petani diseluruh desa serentak
menanam lombok dengan harapan harga akan terus menerus naik. Namun pada
saat panen yang serentak ternyata harga lombok jatuh, semua menderita rugi dan
tidak ada lagi Petani menanam lombok pada musim berikutnya. Dan ini
mengakibatkan harga lombok naik tinggi sekali pada musim berikutnya karena
produk. Hal itu disebabkan karena apabila pembeli mempunyai persepsi harga
produk (yang ditentukan berdasarkan biayanya) lebih tinggi dari nilai atau
manfaat produk itu, mereka tidak akan membelinya. Perusahaan penghasil produk
tetap menjadi salah satu bahan pertimbangan penting dalam menentukan harga
Penelitian ini menggunakan model analisis simultan dengan metode Two Stage
Least Square (TSLS). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) permintaan
beras secara nyata dipengaruhi oleh harga riil beras Indonesia, jumlah penduduk,
dan permintaan beras tahun sebelumnya, (2) penawaran beras dipengaruhi oleh
produksi beras, jumlah impor beras, stok beras, dan stok beras tahun sebelumnya,
(3) harga riil gabah tingkat Petani secara nyata dipengaruhi oleh harga riil
pembelian pemerintah, produksi padi, dan harga riil gabah tingkat Petani tahun
sebelumnya, dan (4) harga riil beras Indonesia secara nyata dipengaruhi oleh
menyimpan kelebihan produksi beras agar Petani tidak merugi ketika produksi
beras meningkat yang umum terjadi saat musim panen tiba, dan menggalakkan
dan Penawaran Beras di Jawa Tengah, Tahun 1999 - 2008“. Penelitian ini
(OLS) dan Two Stage Least Square (TSLS). Hasil penelitian menunjukkan
regresornya yaitu harga beras, harga ubi kayu, pendapatan perkapita dan jumlah
penduduk. Namun secara parsial, pada metode OLS seluruh varabel regresor
tersebut tidak berpengaruh nyata sedangkan pada metodel TSLS seluruh variabel
variabel regresornya yaitu harga beras, luas panen padi dan harga beras tahun
yang lalu. Pada metode OLS secara parsial variabel beras tahun yang lalu
TSLS variabel luas panen padi sangat berpengaruh nyata terhadap jumlah
Riau, Tahun 1999 - 2008“. Penelitian ini menggunakan model analisis simultan
dengan metode Two Stage Least Square (TSLS). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa, persamaan luas areal panen padi Kabupaten Siak dipengaruhi oleh harga
riil gabah di tingkat Petani, harga riil pupuk urea, curah hujan dan luas areal
irigasi pada taraf nyata α = 0,10. Persamaan produktivitas padi dipengaruhi oleh
luas areal panen, lag upah tenaga kerja, lag penggunaan pupuk urea, dan tren
waktu pada taraf nyata α = 0,20. Persamaan konsumsi beras di Kabupaten Siak
hanya dipengaruhi oleh jumlah penduduk pada taraf nyata α = 0,05. Harga riil
eceran beras di Kabupaten Siak dipengaruhi lag harga eceran beras dan
berpengaruh nyata pada taraf α = 0,10. Sedangkan dari hasil analisis simulasi
Time Series). Dari hasil analisis statistik diperoleh koefisien regresi yang
Jambi. Dari analisis ini juga diperoleh seberapa besar faktor-faktor tersebut
peningkatan sebesar 0,82% dan presentase fluktuasi sebesar 4,89% dari tahun
persentase fluktuasi sebesar 1,57% dari tahun 1986 hingga tahun 2008. Variabel
sedangkan pada penawaran yang berpengaruh nyata adalah harga rata-rata eceran
beras di Provinsi Jambi, luas panen, musim, dan trend waktu. Variabel harga rata-
rata eceran beras di Provinsi Jambi dan penduduk tidak memberikan pengaruh
yang nyata terhadap permintaan. Begitu pula dengan harga beras di Bangkok,
harga beras impor, dan penyebaran bibit unggul tidak memberikan pengaruh nyata
Dalam penelitian ini menggunakan alat analisis regresi linier berganda yang
shazam. Hasil dalam penelitian ini adalah : Perubahan pendapatan dan perubahan
jumlah penduduk berpengaruh positif terhadap permintaan beras, temuan ini nyata
secara statistic, sedangkan harga beras, harga barang subsitusi dan permintaan
pendapatan dan harga beras adalah inelastis terhadap permintaan beras. Hal ini
pupuk berpengaruh negatif terhadap jumlah beras yang ditawarkan, temuan ini
nyata secara statistik. Dilain pihak harga barang subsitusi dan penawaran beras
terigu sebagai bahan pembuat roti sebagai pengganti makanan pokok. Dalam
produktivitas dalam negeri tidak dapat memasok kebutuhan beras dalam negeri.
mengimpor beras dari negara lain. Produk Domestik Bruto (PDB) juga meningkat
setelah krisis moneter pada tahun 1998. Dalam kenyataannya impor beras terjadi
surplus. Tujuan dari penelitian ini adalah diperlukan untuk mempelajari faktor-
data time series dengan Error Correction Model (ECM). Berdasarkan penelitian
konsumsi, harga beras di pasar dunia yang berpengaruh signifikan terhadap impor
beras di Indonesia.
penawaran dan permintaan beras terhadap sistem produksi beras di Malaysia. Hal
persediaan beras sebagai makanan pokok untuk konsumsi sehari-hari. Saat ini,
telah menetapkan target SSL beras 100% dalam produksi untuk memenuhi
dan teknologi pada produksi padi di Malaysia dengan menggunakan the causal
loop dan stock flow diagrams. Penelitian ini telah menggambarkan perkembangan
diagram kausal lingkaran dan diagram alir stok dari penawaran dan permintaan
Malaysia. Studi ini berfokus terutama pada pendekatan kualitatif dinamika sistem
diagram dalam menganalisis sebab akibat dan umpan balik hubungan antara
faktor. Tiga faktor telah dipelajari dalam penelitian ini yang mempengaruhi
produksi beras adalah harga, ketersediaan lahan dan teknologi. Perpanjangan masa
kebijakan yang lebih baik dari produksi beras dalam mencapai SSL beras 100% di
Malaysia.
Effects on Supply and Demand of Rice in India, Tahun 1969-2009”. Penelitian ini
enam fungsi: hasil, daerah, ekspor, perubahan stok, permintaan, dan harga
menggunakan data negara bukan data nasional. Hasil untuk pasokan beras
menunjukkan manfaat dan kekurangan dari suhu, curah hujan, dan radiasi
matahari yang ditentukan oleh lokasi dan musim. Skenario analisis yang
konsumsi per kapita dapat sangat didukung jika India mengalami pembangunan
lebih tinggi mengenai mitigasi dan adaptasi menimbulkan hasil panen padi lebih
rendah.
Of Supply Lingkaran
Chain dan Diagram
Managemen Alir Stok
t, Universiti Pasokan
Utara
Malaysia)
Nama
NO Judul dan Model Hasil Penelitian
(Tahun) Variabel
Publikasi Analisis
permintaan beras di Provinsi Sumatera Utara dipengaruhi oleh harga eceran beras,
Sumatera Utara dipengaruhi harga eceran beras, jumlah penduduk, dan harga
pupuk urea. Sedangkan harga eceran beras dipengaruhi pendapatan per kapita dan
2.4. Hipotesis
1. Harga eceran beras, jumlah penduduk, dan pendapatan per kapita berpengaruh
2. Harga Eceran Beras, jumlah penduduk, dan harga pupuk urea berpengaruh
3. Pendapatan per kapita dan harga pupuk urea berpengaruh signifikan terhadap
BAB III
METODE PENELITIAN
ekonometrika.
Ruang lingkup penelitian ini hanya terbatas pada data permintaan dan
penawaran beras, harga eceran beras, jumlah penduduk, pendapatan per kapita,
dan harga pupuk urea di Provinsi Sumatera Utara. Data yang digunakan secara
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder merupakan data primer yang telah diolah dan disajikan dalam tabel dan
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dan diterbitkan oleh
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara, Dinas Ketahanan Pangan
Provinsi Sumatera Utara, dan instansi yang bersangkutan lainnya, serta data
tersebut juga diambil dari buku-buku dan jurnal-jurnal ilmiah yang berhubungan
simultan adalah persamaan estimasi dimana variabel terikat dari persamaan itu
juga merupakan variabel penjelas untuk salah satu atau lebih variabel bebasnya.
Variabel pada persamaan simultan yang nilainya ditentukan dalam model disebut
ditentukan oleh variabel lain diluar model disebut variabel eksogen. Dengan
di Provinsi Sumatera Utara, maka fungsi permintaan dan penawaran beras adalah:
Permintaan :
= + ……………….………………….…..(3.3)
Penawaran :
+ …………….………………….…... (3.4)
Keterangan:
= Parameter Penduga
+ = +
( ) = +
( ) =( ) ( )JPD ( + )
Keterangan:
= Parameter Penduga
tersebut dapat diketahui metode apa yang tepat. Dari persamaan diatas dapat di uji
identifikasi dengan order condition dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
(Koutsoyiannis, 1977)
(K-M) ≥ (G-1)
Jika,
Keterangan :
endogenous, predetermined)
endogenous)
1998).
a. Definisi
sebagai berikut :
1. Permintaan beras adalah banyaknya jumlah beras yang diminta oleh konsumen
pada waktu dan harga yang tertentu atau dengan kata lain adalah kebutuhan
3. Harga eceran beras adalah harga beli konsumen beras yang ditetapkan oleh
6. Harga Pupuk Urea adalah harga pupuk urea yang digunakan dalam produksi
b. Batasan Operasional
2. Sampel yang digunakan adalah sampel data mengenai segala hal yang
secara berurutan. Data yang diambil adalah permintaan dan penawaran beras,
harga eceran beras, jumlah penduduk, pendapatan per kapita, dan harga pupuk
Uji t bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak pengaruh setiap variabel
derajat bebas (n-k) dengan n adalah jumlah observasi dan k adalah banyaknya
regresi parsial pada regresi berganda adalah dengan membuat hipotesis melalui uji
1. Jika Prob. < α, maka H0 ditolak dan Ha diterima yaitu terdapat pengaruh
dengan = 0,05.
2. Jika Prob. > α, maka H0 diterima dan Ha ditolak yaitu tidak terdapat
k)) dengan derajat bebas sebanyak (k-1) untuk numerator dan (n-k) untuk
1. Jika Prob. (F-statistic) < α, maka H0 ditolak dan Ha diterima yaitu terdapat
2. Jika Prob. (F-statistic) > α, maka H0 diterima dan Ha ditolak yaitu tidak
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
astronomis berada pada garis 10-40 Lintang Utara dan 980-1000 Bujur Timur.
Negara Malaysia (Selat Malaka) di sebelah Timur, Provinsi Riau dan Provinsi
Samudera Hindia.
persen, antara 12-40 % seluas 8,64 persen, dan di atas 40 % seluas 24,28 persen.
Sedangkan luas wilayah Danau Toba 112.920 ha atau 1,57 persen. Wilayah
bagian Timur relatif datar, bagian Tengah bergelombang sampai berbukit dan
ketinggian paling tinggi di atas permukaan laut adalah Kabupaten Toba Samosir,
Luas daratan Sumatera Utara sekitar 3,82 persen dari luas Indonesia atau
mencapai 72.981,23 Km². Sebagian besar luas daratan berada di Pulau Sumatera
dan sebagian kecil berada di Pulau Nias, pulau-pulau Batu serta beberapa pulau
kecil. Kabupaten Langkat memiliki wilayah terluas di Sumatera Utara dengan luas
6.262,00 Km² atau sekitar 8,58 persen dari total luas daratan Sumatera Utara
diikuti Kabupaten Mandailing Natal dengan luas 6.134,00 Km² atau sekitar 8,40
persen, kemudian Kabupaten Tapanuli Selatan dengan luas 6.030,47 Km² atau
sekitar 8,26 persen. Sedangkan luas daerah kabupaten/kota terkecil adalah Kota
Tebing Tinggi dengan luas 31,00 Km² atau sekitar 0,04 persen dari total luas
Bukit Barisan, dan kawasan Pantai Timur. Provinsi Sumatera Utara termasuk
daerah beriklim tropis dengan suhu maksimum absolut berada pada kisaran 32,8
0C - 35,0 0C dan suhu minimum absolut berada pada kisaran 18,6 0C - 20,9 0C.
terdiri dari 449 kecamatan dan 6.113 desa/kelurahan. Pada tingkat administrasi
paling bawah, kecamatan terdiri dari kelurahan untuk daerah perkotaan dan desa
untuk daerah perdesaan. Secara keseluruhan, Provinsi Sumatera Utara terdiri dari
6.113 desa/kelurahan.
penduduk Sumatera Utara pada tahun 2017 sebanyak 14,26 juta jiwa. Laju
pertumbuhan penduduk tahun 2010-2017 mencapai 1,30 persen per tahun, lebih
tinggi dibandingkan dengan tahun 2000-2010 sebesar 1,22 persen pertahun (hasil
sensus penduduk tahun 2010). Berdasarkan hasil sensus penduduk 2010, etnis
terbesar yang ada di Sumatera Utara adalah suku Batak (Karo, Simalungun,
berasal dari Jawa (Betawi, Banten, Sunda, Jawa dan Madura) 33,40 persen,
Nias6,36 persen, Melayu 5,86 persen, Cina 2,71 persen, Minang 2,66 persen dan
Aceh 0,97 persen. Dilihat dari kerukunan umat beragama, hasil sensus penduduk
agama Islam sebesar 66,09 persen, kemudian agama Kristen (Katolik dan
Protestan) 31,40 persen, Budha 2,35 persen, Hindu 0,11persen, dan Konghucu
0,05 persen.
berlaku bagi pekerja lajang yang mempunyai masa kerja nol sampai satu tahun
untuk jabatan terendah dan pendidikan terendah. UMP merupakan issu yang
tahun mengalami kenaikan yang cukup berarti yaitu dari Rp 1.625.900,- tahun
2015 menjadi Rp 1.811.875,- tahun 2016 demikian halnya pada tahun 2017
SMA. Persentase angkatan kerja pada golongan ini mencapai 25,38 persen.
perdagangan, hotel dan restoran 22,16 persen; jasa kemasyarakatan 17,26 persen;
sempat meningkat di tahun 2016 dibandingkan dengan tahun 2015, menurun lagi
di tahun 2017. Begitu juga dalam kurun waktu yang sama, penduduk yang
sebulan penduduk per kapita tahun 2017 sebesar Rp 909.818,-, terdiri atas
pengeluaran untuk makanan Rp 522.766,- atau sebesar 57,46 persen dan untuk
digunakan untuk pengeluaran makanan dan minuman jadi yaitu 15,38 persen,
sedangkan untuk non makanan sebagian besar digunakan untuk perumahan dan
Utara tahun 2017 yaitu sebesar 2.133,84 kilo kalori per hari, meningkat dari tahun
Pada tahun 2017 volume ekspor Sumatera Utara 8,98 juta ton dan volume
impor 7,04 juta ton. Jika dibandingkan dengan keadaan tahun 2016, volume
ekspor dan impor mengalami kenaikan masing-masing 7,03 persen dan 3,22
persen. Nilai ekspor Sumatera Utara pada tahun 2017 US$ 9,22 miliar dan nilai
impor mencapai US$ 4,64 miliar. Dengan demikian Sumatera Utara mempunyai
surplus perdagangan luar negeri US$ 4,58 miliar, yang berarti meningkat 18,65
Serikat, yang mencapai US$ 1,16 miliar atau sebesar 12,53 persen dan Tiongkok
yang mencapai US$ 1,14 miliar atau sebesar 12,39 persen. Sedangkan untuk
impor, terbesar berasal dari negara Tiongkok yang mencapai US$1,24 miliar atau
sebesar 26,83 persen dan Negara Singapura yang mencapai US$ 0,54 miliar atau
tertinggi yaitu 8,72 persen, diikuti oleh lapangan usaha informasi informasi dan
komunikasi 8,57 persen dan lapangan usaha jasa kesehatan dan kegiatan sosial
7,64 persen.
serta sedikit di bawah angka IPM nasional sebesar 70,81. Kinerja perekonomian
pada tingkat harga dan jumlah tertentu, dinyatakan dalam satuan ton/tahun.
2500000
2000000
1500000
Permintaa
1000000 n dan
Penawara
n Beras…
500000
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Gambar 4.2. Perkembangan Permintaan dan Penawaran Beras di Provinsi
Sumatera Utara Tahun 1988-2017 (Ton)
Sumatera Utara masih memilih nasi sebagai bahan makanan utama dalam rumah
tangga.
Harga eceran beras adalah harga beli beras tingkat konsumen kepada
pedagang pengecer beras dalam satuan rupiah per kilogram. Perkembangan harga
eceran beras di Provinsi Sumatera Utara tahun 1988-2017 dapat dilihat pada
12100
10100
8100
6100 Harga
Eceran
4100 Beras
(Rp/Kg)
2100
100
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
peningkatan, hal ini disebabkan oleh penghasilan padi diluar pulau sumatera
terutama pulau jawa yang berkurang karena maraknya alih fungsi lahan untuk
yang menyebabkan harga semakin naik dan harga eceran beras di Provinsi
penduduk di Provinsi Sumatera Utara tahun 1988-2017 dapat dilihat pada Gambar
15000000
14000000
13000000
12000000 Jumlah
Penduduk
11000000
(Jiwa)
10000000
9000000
8000000
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Gambar 4.4. Perkembangan Jumlah Penduduk di Provinsi Sumatera Utara
Tahun 1988-2017 (Jiwa)
Provinsi Sumatera Utara selama 30 tahun terakhir mengalami peningkatan, hal ini
pendapatan per kapita di Provinsi Sumatera Utara tahun 1988-2017 dapat dilihat
50000000
45000000
40000000
35000000
30000000
25000000 Pendapatan
Per Kapita
20000000
15000000
10000000
5000000
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Sumatera Utara yang relatif cukup baik, namun masih perlu ditingkatkan kualitas
sarana dan prasarana yang dibangun oleh pemerintah juga akan memperlancar
Harga Pupuk Urea adalah harga pupuk urea yang mana pupuk ini adalah
4500
4000
3500
3000
2500 Harga
Pupuk
2000 Urea
1500 (Rp/Kg
1000 )
500
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Gambar 4.6 Perkembangan Harga Pupuk Urea di Provinsi Sumatera Utara
Tahun 1988-2017 (Rupiah/Kg)
kenaikan, hal ini bisa saja disebabkan karena kebutuhan pupuk urea yang terus
permintaan beras, penawaran beras, harga eceran beras, jumlah penduduk, harga
beras impor, dan harga pupuk urea. Enam variabel tersebut memiliki satuan yang
yang dipengaruhi oleh 3 variabel bebas yaitu harga eceran beras, jumlah
penduduk, dan pendapatan per kapita sebagai variabel eksogen. Pada model
persamaan simultan 3.3 didapati hasil persamaannya pada Tabel 4.2 sebagai
berikut ini :
= 468260,3 )
variasi variabel harga eceran beras, jumlah penduduk, dan harga beras impor
sebesar 0,0000, berarti nilai Prob. (F-statistic) lebih kecil dari nilai α (0,0000 <
pengaruh hubungan yang positif yang signifikan antara harga eceran beras, jumlah
penduduk, dan harga beras impor terhadap permintaan beras di Provinsi Sumtera
Utara.
Dari Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa hasil estimasi koefisen variabel harga
eceran beras sebesar 0,8087 dan tingkat signifikan pada prob. 0,9235> α = 0,05
maka diterima dan ditolak. Artinya secara parsial terdapat pengaruh positif
dan tidak signifikan antara harga eceran beras terhadap permintaan beras di
Provinsi Sumatera Utara. Jika terjadi kenaikan harga eceran beras di Provinsi
Sumatera Utara sebesar 1 rupiah per kilogram, maka permintaan beras di Provinsi
Sumatera Utara akan meningkat sebesar 0,8087 ton dalam satu tahun, cateris
paribus. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hukum permintaan menurut
antara permintaan suatu barang dengan tingkat harganya. Hukum permintaan pada
terhadap barang tersebut. Hal ini disebabkan oleh beras yang bersifat inelastis
ini didukung oleh Krisnamurti (2006) yang mengatakan bahwa sebagai komoditas
konsumsinya.
tingkat signifikan pada prob. 0,0000 < α = 0,05 maka ditolak dan diterima.
Artinya secara parsial terdapat pengaruh positif dan signifikan antara jumlah
permintaan beras di Provinsi Sumatera Utara akan meningkat sebesar 0,1192 ton
dalam satu tahun, cateris paribus. Hasil penelitian ini sesuai dengan isi buku
lebih banyak orang yang menerima pendapatan dan ini menambah daya beli
konsumsi berasnya tinggi atau dengan kata lain beras menjadi bahan makanan
pokok utama.
0,0032 dan tingkat signifikan pada prob. 0,0385 < α = 0,05 maka ditolak dan
diterima. Artinya secara parsial terdapat pengaruh positif dan signifikan antara
sebesar 0,0032 ton dalam satu tahun, cateris paribus. Hasil penelitian ini
dikonsumsi bukan saja bertambah tetapi juga kualitas barang tersebut akan
dikonsumsi adalah yang kualitas kurang baik seperti varitas IR atau varitas
lainnya, tetapi setelah ada tambahan pendapatan maka konsumsi beras akan
yang dipengaruhi oleh 3 variabel bebas yaitu harga eceran beras, jumlah
Penduduk, dan harga pupuk urea. Pada model persamaan simultan 3.4 didapati
variasi variabel harga eceran beras, jumlah penduduk, dan harga pupuk urea
sebesar 0,0000, berarti nilai Prob. (F-statistic) lebih kecil dari nilai α (0,0000 <
pengaruh hubungan yang positif yang signifikan antara harga eceran beras, jumlah
penduduk, dan harga pupuk urea dan terhadap penawaran beras di Provinsi
Sumtera Utara.
Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa hasil estimasi koefisen variabel harga
eceran beras sebesar dan tingkat signifikan pada prob. 0,0132< α = 0,05
maka ditolak dan diterima. Artinya secara parsial terdapat pengaruh positif
dan signifikan antara harga eceran beras terhadap penawaran beras di Provinsi
Sumatera Utara. Jika terjadi kenaikan harga eceran beras di Provinsi Sumatera
Utara sebesar 1 rupiah per kilogram, maka penawaran beras di Provinsi Sumatera
Utara akan meningkat sebesar 43,3793 ton dalam satu tahun, cateris paribus.
Penelitian ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Sukirno (2010) dalam bukunya
bahwa hukum penawaran adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tentang sifat
hubungan antara harga suatu barang dan jumlah barang tersebut yang ditawarkan
tinggi harga suatu barang, maka semakin banyak jumlah barang tersebut yang
akan ditawarkan oleh penjual. Sebaliknya, jika semakin rendah harga suatu
barang, maka semakin sedikit jumlah barang tersebut yang akan ditawarkan oleh
penjual.
tingkat signifikan pada prob. 0,0000 < α = 0,05 maka ditolak dan diterima.
Artinya secara parsial terdapat pengaruh positif dan signifikan antara jumlah
penawaran beras di Provinsi Sumatera Utara akan meningkat sebesar 0,1417 ton
dalam satu tahun, cateris paribus. Hasil penelitian ini sesuai dengan menurut
salah satu faktor yang mempengaruhi penawaran terhadap suatu barang akan
penduduk terus meningkat, maka jumlah konsumsi beras akan ikut meningkat.
Hasil estimasi koefisen variabel harga pupuk urea sebesar -127,6415 dan
tingkat signifikan pada prob. 0,0360 < α = 0,05 maka ditolak dan diterima.
Artinya secara parsial terdapat pengaruh positif dan signifikan antara harga pupuk
urea terhadap penawaran beras di Provinsi Sumatera Utara. Jika terjadi kenaikan
harga pupuk urea di Provinsi Sumatera Utara sebesar 1 rupiah per kilogram, maka
penawaran beras di Provinsi Sumatera Utara akan menurun sebesar 127,6415 ton
dalam satu tahun, cateris paribus. Penelitian ini sesuai dengan menurut Daniel
(2002) dalam bukunya yang menyatakan bahwa bila harga faktor produksi
yang juga akan turun. Turunnya hasil secara otomatis menyebabkan turunnya
padi dan tetap membeli pupuk tersebut sebagai kebutuhan tanaman padi Petani
yang dipengaruhi oleh 2 variabel bebas yaitu pendapatan per kapita dan harga
pupuk urea. Pada model persamaan simultan 3.5 didapati hasil persamaannya
Dari estimasi yang telah dilakukan didapat model persamaan harga eceran
HEB = -1163,406
Pada Tabel 4.4. hasil R² dari persamaan simultan harga eceran beras di
variasi variabel harga beras impor dan harga pupuk urea secara bersama-sama
berpengaruh simultan sebesar 98,53 pesen terhadap harga eceran beras di Provinsi
Sumatera Utara, sedangkan sisanya 1,47 persen dipengaruhi oleh variabel lain
sebesar 0,0000, berarti nilai Prob. (F-statistic) lebih kecil dari nilai α (0,0000 <
pengaruh hubungan yang positif yang signifikan antara variabel harga beras impor
dan harga pupuk urea terhadap harga eceran beras di Provinsi Sumtera Utara.
Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa hasil estimasi koefisen variabel
pendapatan per kapita sebesar dan tingkat signifikan pada prob. 0,0015 < α
= 0,05 maka ditolak dan diterima. Artinya secara parsial terdapat pengaruh
positif dan signifikan antara pendapatan per kapita terhadap harga eceran beras di
Provinsi Sumatera Utara. Jika terjadi kenaikan pendapatan per kapita di Provinsi
Sumatera Utara sebesar 1 rupiah, maka harga eceran beras di Provinsi Sumatera
Utara akan meningkat sebesar 4,50 rupiah dalam satu tahun, cateris paribus. Hasil
Penelitian ini didukung dengan hasil penelitian Asnidar (2015) bahwa PDRB
perkapita secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan terhadap harga beras di
Kota Medan. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan menurut Daniel (2002) dalam
bentuk, meningkatkan kualitas barang, dan sebagainya, sehingga hal ini juga
menyebabkan semakin tingginya biaya tata niaga. Karena itu, nilai hasil pertanian
yang diterima konsumen memperoleh nilai tambah yang relatif semakin besar dan
presentase nilai rupiah yang di terima Petani produsen menjadi semakin kecil.
2,7541 dan tingkat signifikan pada prob. 0,0000 < α = 0,05 maka ditolak dan
diterima. Artinya secara parsial terdapat pengaruh positif dan signifikan antara
harga pupuk urea terhadap harga eceran beras di Provinsi Sumatera Utara. Jika
terjadi kenaikan harga pupuk urea di Provinsi Sumatera Utara sebesar 1 rupiah per
kilogram, maka harga eceran beras beras di Provinsi Sumatera Utara akan
meningkat sebesar 2,7541 rupiah dalam satu tahun, cateris paribus. Hasil
mengatakan bahwa biaya produksi senantiasa tetap menjadi salah satu bahan
pertimbangan penting dalam menentukan harga dan strategi harga. Maka jika
harga input produksi naik terutama pupuk urea yang merupakan pupuk yang
pun menaikkan harga produksi padi. Selain itu juga bisa disebakan, karena
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Harga eceran beras, jumlah penduduk, dan harga beras impor secara bersama-
Utara. Variabel harga eceran beras secara parsial berpengaruh positif dan
sedangkan variabel jumlah penduduk dan harga beras impor secara parsial
Sumatera Utara.
2. Harga eceran beras, jumlah penduduk, dan harga pupuk urea secara bersama-
Utara. Variabel harga eceran beras dan jumlah penduduk secara parsial
Sumatera Utara.
Utara. Variabel pendapatan perkapita dan harga pupuk urea secara parsial
Sumatera Utara.
5.2 Saran
yaitu beras dengan harga yang relatif terjangkau. Dengan terkendalinya harga
beras diharapkan agar Petani tidak mengalami kerugian untuk menjual padi
kebutuhan lainnya.
pada pupuk urea karena dalam penelitian ini pupuk urea merupakan salah satu
unggul.
DAFTAR PUSTAKA
Aji, Joni M. M., dan Yuli Haryati. 2005. Indonesian Rice Supply Performance In
The Trade Liberalization Era.
Amang (b), B. 1995. Sistim Pangan Nasional. Dharma Karsa Utama. Jakarta.
Badan Pusat Statistik (BPS). Luas Panen, Produksi, dan Produksi Padi Sumatera
Utara dan Jumlah Penduduk Sumatera Utara.
Fauzi, Achmad. 2018. Begini Perjalanan Impor Beras Indonesia Sejak Tahun
2000 hingga 2018. Kompas.com.
Hung, et al. Climate Change Effects on Supply and Demand of Rice in India.
2017. Social Sciences Division. Japan International Research Center for
Agricultural Sciences. Japan.
Irawan, Andi. 2011. Analisis Penawaran dan Permintaan Beras di Luar Jawa.
Penelitian Fakultas Ekonomi IPB.
Lisna, Vera dan Nila Rifai. 2009. Analisis Faktor-Faktor Ekonomi Makro yang
mempengaruhi Tingkat Konsumsi pada Era Pemerintahan Susilo Bambang
Yudhoyono Jilid 1. Jurnal Mahasiswa program Doktor Mayor Ekonomi
Pertanian IPB.
Lispey, R.G., dan P. N. Courant. 1996. Microeconomics. Eleventh Edition. Harper
Collins College Publisher. New York.
Noeriati, Djohar R.D., M. Harry Susanto & Nuhfil Hanani., 2008 Simulasi
Pengaruh Kebijakan Pemerintah Terhadap Harga Beras di Indonesia.
Jurnal Agritek volume 16 No. 11.
Nurfathiyah, Pera., dan Edison. 2011. Analisis Permintaan dan Penawaran Beras
di Provinsi Jambi. Staff Pengajar Program Studi Agribisnis Pertanian
Universitas Jambi. Jambi.
Nurjayanti, Eka Dewi. 2011. Peramalan Penawaran dan Permintaan Beras pada
Era Otonomi Daerah di Kabupaten Sukoharjo. Tesis Universitas Sebelas
Maret.
Rahim, et al. 2017. Supply and Demand Rice in Malaysia : A System Dynamics
Approach. School of Quantitative Sciences. Universiti Utara Malaysia.
Malaysia.
Sukirno, Sadono. 2010. Teori Pengantar Mikro Ekonomi. Rajawali Pers. Jakarta.
Winarto, Hari. 2009. Analisis Permintaan dan Penawaran Beras di Jawa Tengah.
Majalah Ilmiah Ekonomika Volume 13 Nomor 1, Februari 2010 : 1-46.
LAMPIRAN
Dependent Variable: QD
Method: Least Squares
Date: 05/14/19 Time: 01:53
Sample: 1988 2017
Included observations: 30
Keterangan :
QD : Permintaan Beras
HEB : Harga Eceran Beras
JPD : Jumlah Penduduk
PPK : Pendpatan Per Kapita
Dependent Variable: QS
Method: Least Squares
Date: 05/10/19 Time: 06:38
Sample: 1988 2017
Included observations: 30
Keterangan :
QS : Penawaran Beras
HEB : Harga Eceran Beras
JPD : Jumlah Penduduk
HPU : Harga Pupuk Urea
Keterangan :