Anda di halaman 1dari 92

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Departemen Agribisnis Tesis Magister

2019

Analisis Permintaan dan Penawaran


Beras di Provinsi Sumatera Utara

Purba, Mega Party Kristina


Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/16853
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS
DI PROVINSI SUMATERA UTARA

TESIS

OLEH:
MEGA PARTY KRISTINA PURBA
167039029
MAGISTER AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

Universitas Sumatera Utara


ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS
DI PROVINSI SUMATERA UTARA

TESIS

Tesis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Magister


Pertanian di Program Studi Magister Agribisnis Fakultas Pertanian
Univesitas Sumatera Utara Medan

Oleh :

MEGA PARTY KRISTINA PURBA


NIM. 167039029

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Telah diuji pada
Tanggal : 17 Juli 2019

PANITIA PENGUJI TESIS :


Ketua : Dr. Ir. Rahmanta, M.Si
Anggota : 1. Dr. Ir. Tavi Supriana, MS
2. Dr. Rulianda Purnomo Wibowo, SP, M.Ec
3. Sri Fajar Ayu, SP, MM, DBA

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Mega Party Kristina Purba (167039029) dengan judul tesis “Analisis


Permintaan dan Penawaran Beras di Provinsi Sumatera Utara”. Penulis tesis
ini dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Rahmanta, M.Si sebagai Ketua Komisi
Pembimbing dan Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS sebagai Anggota Komisi
Pembimbing.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor terhadap
permintaan dan penawaran beras di Provinsi Sumatera Utara. Data yang
digunakan adalah data sekunder tahun 1988-2017. Pengolahan data menggunakan
metode Indirect Last Square (ILS) dengan bantuan Program software Eviews10.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa harga eceran beras, jumlah penduduk,
dan pendapatan per kapita berpengaruh signifikan terhadap permintaan beras di
Provinsi Sumatera Utara. Variabel harga beras berpengaruh tidak signifikan
terhadap permintaan beras, sedangkan variabel jumlah penduduk dan pendapatan
per kapita berpengaruh signifikan. Harga eceran beras, jumlah penduduk, dan
harga pupuk urea berpengaruh signifikan terhadap penawaran beras di Provinsi
Sumatera Utara. Pendapatan per kapita dan harga pupuk urea secara bersama-
sama berpengaruh signifikan terhadap harga eceran beras di Provinsi Sumatera
Utara.

Kata Kunci : beras, permintaan, penawaran, dan ILS

i
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT

Mega Party Kristina Purba (167039029) with the title “Analysis of Rice
Demand and Supply in North Sumatra Province” , supervised by Mr. Dr. Ir.
Rahmanta, M.Si as the member of the Superviory Committee and Ms. Dr. Ir. Tavi
Supriana, MS as the member of the Supervisory Committee.
This study aims to analyze the effect of factors on rice demand and supply
in North Sumatra Province. The data used are secondary data from 1988-2017.
Processing data using the indirect last square (ILS) method with the help of
eviews10 software program. The results of this study indicate that the retail price
of rice, population, and per capita income have a significant effect on the demand
for rice in North Sumatra Province. The rice price variable partially has a not
significant effect on the demand for rice, while the variable population and per
capita income partially have a significant effect. The retail price of rice,
population, and price of urea fertilizer have a significant effect on the supply of
rice in North Sumatra Province. Per capita income and the price of urea fertilizer
together have a significant effect on the retail price of rice in North Sumatra
Province.

Keywords: rice, demand, supply, and ILS

ii
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP

Mega Party Kristina Purba, lahir di Padang Pengrapat, Kalimantan

Timur pada tanggal 23 November 1994 dari Bapak Sari Pendi Purba dan Netty

Rawaty Saragih. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :

1. Tahun 2000 masuk Sekolah Dasar Negeri 029 Padang Pengrapat, tamat tahun

2006.

2. Tahun 2006 masuk Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Tanah Grogot, tamat

tahun 2009.

3. Tahun 2009 masuk Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Tanah Grogot, tamat

tahun 2012.

4. Tahun 2012 diterima di Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan

Medan (STIP-AP Medan) jurusan Budidaya Perkebunan Sawit dan Karet,

tamat tahun 2016.

5. Tahun 2016 melanjutkan pendidikan pascasarjana di Program Studi Magister

Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

iii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada TuhanYang Maha Esa karena

Berkat dan Anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan

baik.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Ir. Hasanuddin, MS selaku Dekan Fakultas Universitas Pertanian

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Ir. Rahmanta, M.Si selaku Ketua Program Studi Magister

Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan selaku Ketua

Komisi Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, motivasi, dan

kesabaran yang tiada batas kepada penulis dalam penulisan tesis ini.

4. Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS selaku anggota Komisi Pembimbing yang

telah memberikan bimbingan, motivasi, dan kesabaran yang tiada batas

kepada penulis dalam penulisan tesis ini.

5. Bapak Dr. Rulianda Purnomo Wibowo, SP, M.Ec selaku Ketua Komisi

Penguji dan Ibu Sri Fajar Ayu,SP, MM, DBA Si selaku Anggota Komisi

Penguji yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan waktu kepada

penulis untuk menyelesaikan tesis ini.

6. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi Program Studi Magister

Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

7. Orang tua penulis yang tercinta Bapak Sari Pendi Purba dan Ibu Netty

Rawaty Saragih beserta Keluarga Besar Purba dan Saragih yang selalu

iv
Universitas Sumatera Utara
memberikan kasih sayang yang penuh berupa motivasi, doa, materi, dan

kesabaran yang tiada batas kepada penulis.

8. Saudara tersayang Ipan Pandapotan Purba, Sri Sustika Putri Purba, dan

Adika Valentinus Purba yang selalu memberikan motivasi dan doa kepada

penulis.

9. Tongat Adventure BDP B 2012 terkasih yang selalu memberikan motivasi

dan doa kepada penulis, terutama kepada Abang Daniel Yanrico Pelawi,

S.ST beserta keluarga yang selalu memberikan kasihnya baik melalui doa,

motivasi, dan materi kepada Penulis.

10. Teman-teman Program Studi Magister Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara terutama kepada angkatan 16 yang telah

memberikan waktu, bantuan, dan motivasi kepada penulis selama penulis

menempuh studi dalam penulisan tesis ini.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu dalam penyelesaian tesis ini. Semoga tesisini bermanfaat bagi

kita semua.

Medan, Mei 2019

Penulis

v
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

ABSTRAK .................................................................................................. i

RIWAYAT HIDUP .................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ................................................................................ iv

DAFTAR ISI .............................................................................................. vi

DAFTAR TABEL ...................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. ix

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1


1.1. Latar Belakang .................................................................... 1
1.2. Identifikasi Masalah ............................................................. 5
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................. 6
1.4. Kegunaan Penelitian............................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 7


2.1. Landasan Teori ..................................................................... 7
2.1.1. Teori Permintaan dan Penawaran .............................. 13
2.1.1.1. Teori Permintaan ............................................ 13
2.1.1.2. Teori Penawaran ............................................ 21
2.1.2. Pengertian Harga ....................................................... 27
2.2. Penelitian Terdahulu ............................................................ 30
2.3. Kerangka Konsep Penelitian ................................................ 41
2.4. Hipotesis............................................................................... 42

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 43


3.1. Pendekatan penelitian............................................................ 43
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 43
3.3. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................... 43
3.4. Jenis dan Sumber Data .......................................................... 43
3.5. Teknik Analisis Data ............................................................. 44
3.5.1. Uji Identifikasi ............................................................ 45
3.6. Definisi dan Bantuan Operasional ........................................ 47
3.7. Uji Statistik ........................................................................... 48
3.7.1. Uji t (Uji Parsial) ....................................................... 48
3.7.2. Uji F (Uji Simultan)................................................... 49
3..7.3. Koefisien Determinasi (R²) ...................................... 50

vi
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................... 51
4.1. Gambaran Umum Provinsi Sumatera Utara......................... 51
4.2. Perkembangan Permintaan dan Penawaran Beras
di Provinsi Sumatera Utara................................................. 57
4.2.1. Perkembangan Harga Eceran Beras di
Provinsi Sumatera Utara .......................................... 58
4.2.2. Perkembangan Jumlah Penduduk di Provinsi
Sumatera Utara ........................................................ 59
4.2.3. Perkembangan Pendapatan Per Kapita di Provinsi
Sumatera Utara ........................................................ 59
4.2.4. Perkembangan Harga Pupuk Urea di Provinsi
Sumatera Utara ........................................................ 61
4.3. Hasil Persamaan Simultan dan Pembahasan ....................... 61
4.3.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan
Beras di Provinsi Sumatera Utara ............................ 62
4.3.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penawaran
Beras di Provinsi Sumatera Utara ............................ 65
4.3.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga
Eceran Beras di Provinsi Sumatera Utara ................ 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 72


5.1. Kesimpulan .......................................................................... 72
5.2. Saran .................................................................................... 73

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 74

vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

No Judul Hal

1.1. Luas Tanam Padi, Produksi, dan Produktivitas (Sawah+Ladang)


Padi di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012-2017 ................................ 3

1.2. Jumlah Permintaan dan Harga Eceran Beras di Provinsi Sumatera


Utara ........................................................................................................ 4

2.1. Penelitian Terdahulu ............................................................................... 36

3.1. Identifikasi Persamaan Simultan ............................................................. 46

4.1. Statistik Geografis Sumatera Utara ......................................................... 51

4.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Beras di Provinsi


Sumatera Utara ........................................................................................ 62

4.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penawaran Beras di Provinsi


Sumatera Utara ........................................................................................ 66

4.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Eceran Beras di


Provinsi Sumatera Utara.......................................................................... 69

viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

2.1. Kurva Permintaan.................................................................................... 14

2.2. Kurva Penawaran .................................................................................... 21

2.3. Kurva Penawaran .................................................................................... 24

2.4. Kurva Keseimbangan Permintaan dan Penawaran ................................. 26

2.5. Skema Kerangka Pemikiran .................................................................... 40

4.1. Peta Provinsi Sumatera Utara.................................................................. 52

4.2. Perkembangan Permintaan dan Penawaran Beras di Provinsi


Sumatera Utara Tahun 1988-2017 (Ton) ................................................ 57

4.3. Perkembangan Harga Eceran Beras di Provinsi Sumatera Utara


Tahun 1988-2017 (Rupiah/Kg) ............................................................... 58

4.4. Perkembangan Jumlah Penduduk di Provinsi Sumatera Utara


Tahun 1988-2017 (Jiwa) ......................................................................... 59

4.5. Perkembangan Pendapatan Per Kapita di Provinsi Sumatera


Utara Tahun 1988-2017 (Jiwa) ............................................................... 60

4.6. Perkembangan Harga Pupuk Urea di Provinsi Sumatera Utara


Tahun 1988-2017 (Rupiah/Kg) ............................................................... 61

ix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Hal

1. Data Variabel Pertahun ........................................................................... 77

2. Hasil Persamaan Simultan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Permintaan Beras di Provinsi Sumatera Utara ........................................ 78

3. Hasil Persamaan Simultan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Penawaran Beras di Provinsi Sumatera Utara ......................................... 79

4. Hasil Persamaan Simultan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Harga Eceran Beras di Provinsi Sumatera Utara .................................... 80

x
Universitas Sumatera Utara
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Beras merupakan makanan pokok dari 98 persen penduduk Indonesia dan

seringkali dianggap sebagai komoditas yang bersifat strategis dan politis. Oleh

karena itu keberadaan dan kecukupannya senantiasa diperhatikan oleh Pemerintah

(Noeriati et al, 2008). Selanjutnya, Krisnamurthi (2006) menyatakan bahwa

sebagai komoditas dengan permintaan yang inelastis perubahan harga hampir

tidak menyebabkan perubahan jumlah permintaan konsumen. Jika ketersediaan

kurang, harga langsung naik karena konsumen tidak melakukan penyesuaian atas

konsumsinya.

Salah satu hal penting dalam pengelolaan beras nasional adalah

mengetahui tingkat penawaran, permintaan, dan stok beras sehingga tidak ada

kelangkaan maupun surplus beras yang berlebihan dipasaran yang pada akhirnya

merugikan masyarakat sebagai konsumen dan Petani sebagai produsen beras.

Pada tingkat yang diinginkan akan tercapai harga beras yang layak dan mampu

dijangkau oleh masyarakat dan menguntungkan para Petani sebagai produsen

(Arief, 2002). Mengingat pentingnya beras ini, Pemerintah menekankan pada

pengembangan produksi beras, yang tercermin dan berbagai intervensi kebijakan

yang selama ini dilakukan. Beberapa kebijakan yang penting diantaranya adalah

penargetan luas tanam, kebijakan harga dengan menggunakan stok penyangga,

subsidi sarana produksi pertanian, serta pengembangan institusional (Sawit,

2004).

Universitas Sumatera Utara


2

Dengan mengetahui jumlah permintaan (konsumsi), jumlah penawaran,

serta stok yang tersedia maka Pemerintah dapat memantau dan menjaga

ketersediaan beras agar stabilitas harga terjamin. Dengan adanya perhatian yang

serius terhadap ketiga parameter tersebut, diharapkan tidak akan terjadi gejolak

harga dipasar yang akan meresahkan masyarakat, baik bagi Petani produsen

maupun masyarakat konsumen. Fokus perhatian dititikberatkan kepada seberapa

banyak produksi yang dihasilkan oleh Petani dan berapa yang terserap oleh pasar

dibeli oleh konsumen, sehingga pada akhirnya Pemerintah dapat mengambil

kebijakan apakah melakukan pembelian beras kepada Petani guna menghindari

kelebihan penawaran (excess supply) yang disimpan sebagai stok atau sebaliknya

Pemerintah mengeluarkan stok manakala terjadi kekurangan beras dipasar guna

menghindari kelebihan permintaan (excess demand).

Provinsi Sumatera Utara memiliki sumber daya alam yang cukup

potensial, bila dilihat dari kondisi perekonomian sektor pertanian mempunyai

peranan yang sangat strategis dalam menunjang pembangunan ekonomi daerah

ini. Pemerintah telah menetapkan bahwa Sumatera Utara sebagai salah satu

provinsi lumbung berasnya Indonesia dari 14 provinsi sentra produksi padi yang

diharapkan akan mampu meningkatkan produksi pertaniannya.

Sumatera Utara adalah salah satu Provinsi di Pulau Sumatera yang hampir

seluruh daerahnya mengusahakan tanaman padi. Dari 20 daerah tingkat II yang

ada di provinsi ini hanya Sibolga yang tidak memproduksi padi karena di daerah

ini mata pencaharian masyarakat adalah mayoritas Nelayan. Sedangkan Padang

Sidempuan yang merupakan daerah tingkat II yang baru terbentuk tahun 2003

sudah mampu menghasilkan padi. Ini membuktikan bahwa Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


3

merupakan salah satu lumbung beras yang dapat menyangga kebutuhan beras

nasional. Luas Tanam Padi, Produksi, dan Produktivitas Padi di Provinsi

Sumatera Utara tahun 2012-2017 dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Luas Tanam, Produksi, dan Produktivitas Padi (Sawah+Ladang)


di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012-2017
Produksi Produktivitas
Tahun Luas Tanam (Ha)
(ton) (kw/ha)
2012 765.101 3.715.513 48,56
2013 742.971 3.727.250 50,17
2014 781.234 4.100.243 52,48
2015 801.889 4.221.667 52,65
2016 881.767 4.319872 48,99
2017 890.420 4.411.673 49,55
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara

Sejak tahun 2013 hingga 2017 tren kenaikan produksi beras di Sumatera

Utara juga terus mengalami kenaikan yakni 11.737 ton pada tahun 2013 dan

91.801 ton pada tahun 2017 (BPS, 2018). Peningkatan produksi selama 10 tahun

khususnya beberapa tahun terakhir merupakan hasil konsistensi program

peningkatan produksi beras melalui bantuan benih, pupuk, pendampingan, alat

mesin pertanian, embung, dan jaminan harga untuk Petani (Kementan, 2018)

Kaitan permasalahan ketahanan pangan ini khususnya Provinsi Sumatera

Utara adalah bagaimana kondisi permintaan dan penawaran beras. Menurut Papas

dan Mark Hirshey (1995:99), menyatakan bahwa permintaan merupakan sejumlah

barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen selama periode tertentu. Faktor yang

mempengaruhi permintaan adalah harga barang itu sendiri, harga barang subsitusi,

harga barang komplementer, pendapatan konsumen, dan lain-lain.

Lebih lanjut mengenai jumlah permintaan dan harga eceran beras di

Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 1.2.

Universitas Sumatera Utara


4

Tabel 1.2. Jumlah Permintaan dan Harga Eceran Beras di Provinsi


Sumatera Utara
Tahun Permintaan (Ton) Harga Eceran Beras (Rp/Kg)
2012 2.123.417 9.168
2013 2.151.333 9.399
2014 2.198.678 9.616
2015 2.147.964 10.261
2016 2.299.100 10.313
2017 2.300.260 11.100
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara

Permintaan beras yang terus meningkat ini harus diimbangi oleh jumlah

beras yang di tawarkan oleh produsen di Provinsi Sumatera Utara. Adanya

perkembangan terus menerus di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi pangan,

memungkinkan terjadinya peningkatan produksi beras, baik kuantitas dan

kualitasnya. Kenaikan produksi beras tanpa diiringi dengan perbaikan pemasaran

tidak akan menguntungkan bagi Petani sebagai produsen utama beras. Kegiatan

pemasaran pada umumnya berkaitan erat dengan penawaran beras oleh Petani dan

permintaan beras oleh penduduk pada umumnya. Walaupun kenaikan produksi

beras bisa terjadi di Provinsi Sumatera Utara, tetapi karena menyangkut ketahanan

pangan nasional, produksi tersebut bisa saja dialihkan untuk kepentingan daerah

lain yang membutuhkan beras.

Kuantitas penawaran tidak mampu memenuhi kuantitas permintaan yang

dibutuhkan konsumen merupakan faktor yang dapat menyebabkan terjadinya

kenaikan harga. Penawaran beras yang dilakukan oleh produsen tidak terjadi

sepanjang tahun karena berkaitan dengan musim tanam dan musim panen.

Sedangkan permintaan oleh konsumen akan berlangsung sepanjang tahun karena

konsumsi beras dilakukan sepanjang tahun mengingat beras merupakan kebutuhan

makanan pokok masyarakat dan jumlah penduduk yang semakin bertambah

Universitas Sumatera Utara


5

sepanjang tahun. Permintaan para pembeli yang tidak terpenuhi tersebut, atau

kelebihan permintaan menyebabkan para penjual menaikkan harga (Sukirno,

2010).

Kenaikan harga beras sebenarnya telah menjadi hal yang biasa terjadi,

salah satu yang menyebabkan kenaikan harga bisa diarenakan oleh bertambah

mahalnya biaya produksi misalnya harga pupuk yang digunakan untuk

keberhasilan panen. Namun, kenaikan harga yang ekstrem dalam waktu yang

relative singkat akan menjadi tanda tanya besar. Tidak hanya faktor alam, faktor

pasca panen juga turut berpotensi mempengaruhi permasalahan ini. Dalam hal ini

kembali kepada kemampuan masyarakat untuk membeli beras dengan harga yang

relatif meningkat setiap tahunnya, didasarkan seberapa besar pendapatan yang

masyarakat terima.

Berdasarkan pernyataan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul yaitu : “Analisis Permintaan dan Penawaran Beras di

Provinsi Sumatera Utara”.

1.1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka didapat rumusan

masalah penelitian ini adalah :

1. Apakah harga eceran beras, jumlah penduduk, dan pendapatanper kapita

mempengaruhi permintaan (demand) beras di Provinsi Sumatera Utara ?

2. Apakah harga eceran beras, jumlah penduduk, dan harga pupuk urea

mempengaruhi penawaran (supply) beras di Provinsi Sumatera Utara ?

3. Apakah pendapatan per kapita dan harga pupuk urea mempengaruhi harga

eceran beras di Provinsi Sumatera Utara ?

Universitas Sumatera Utara


6

1.2. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka tujuan

penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis pengaruh harga eceran beras, jumlah penduduk, dan pendapatan

per kapita terhadap permintaan (demand) beras di Provinsi Sumatera Utara

pada tahun 1988-2017.

2. Menganalisis pengaruh harga eceran beras, jumlah penduduk, dan harga

pupuk urea terhadap penawaran (supply) beras di Provinsi Sumatera Utara

pada Tahun 1988-2017.

3. Menganalisis pengaruh pendapatan per kapita dan harga pupuk urea terhadap

harga eceran beras di Provinsi Sumatera Utara pada Tahun 1988-2017.

1.3. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan pertimbangan oleh para pengambil keputusan dalam kegiatan

perberasan di Provinsi Sumatera Utara.

2. Sebagai bahan masukan bagi pihak yang membutuhkan, baik untuk

kepentingan akademis maupun kepentingan non akademis.

3. Sebagai bahan informasi dan referensi yang dapat digunakan oleh peneliti

yang berkaitan dengan penelitian ini dimasa yang akan datang.

Universitas Sumatera Utara


7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

Beras adalah salah satu komoditas pangan yang berperan penting baik dari

sisi produsen, konsumen, pemerintah, serta masyarakat dan lingkungan pada

umumnya. Dari sisi produsen, 34 persen orang Indonesia bekerja di sektor

pertanian. Sementara dari sisi konsumen, lebih dari 90 persen orang Indonesia

mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok, bahkan 30 persen dari total

pengeluaran pendapatan rumah tangga digunakan untuk membeli beras (Supriana,

2018).

Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah terbesar yang

menduduki posisi kelima didunia dengan penduduk lebih dari 240 juta orang dan

memiliki dampak pada kebutuhan pangan nasional yang tinggi, terutama pada

permintaan beras karena beras adalah makanan pokok di penduduk Indonesia. Hal

ini diperkuat dengan data statistik Indonesia pada tahun 2013, menunjukkan

bahwa peningkatan konsumsi beras nasional pada tahun 2001 sebesar 32.283.326

ton per tahun hingga tahun 2012 sebesar 39.265.422 ton per tahun. Tingkat

perkapita konsumsi beras di Indonesia sangat tinggi, karena setiap orang di

Indonesia rata-rata mengkonsumsi beras setiap tahun sebanyak 139.5 kg/orang.

Tingkat konsumsi beras per kapita per tahun masyarakat Indonesia meningkat

setiap tahun, sementara produksi yang dihasilkan belum mampu memenuhi

tingkat konsumsi masyarakat Indonesia, meskipun produksi dalam negeri

cenderung meningkat, tetapi menurut data Statistik Indonesia (Statistik Indonesia,

2013) 2001-2012 Indonesia cenderung mengalami defisit, yang terburuk terjadi

Universitas Sumatera Utara


8

pada tahun 2006 yang merupakan defisit 1.367.055 ton.

Upaya pemerintah untuk meningkatkan produktivitas di dalam negeri

masih belum mampu memenuhi kebutuhan beras dalam negeri, dilihat dari

produksi beras Indonesia dari tahun 2001-2012 mengalami peningkatan jumlah

produksi sebesar 10 juta ton beras masih belum mampu memenuhi permintaan

beras (BPS, 2013). Ketidakmampuan Indonesia membutuhkan Indonesia untuk

melakukan perdagangan internasional yang merupakan impor beras untuk

memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. Ketidakmamapuan suatu negara

untuk menyediakan kebutuhan beras dapat digunakan sebagai refleksi dari

perekonomian negara jika produksi beras dalam negeri tetap menjadi tuan rumah

di negeri sendiri atau dirusak oleh kehadiran.beras impor.

Peranan beras dapat pula dilihat dari aspek sosial dan politik. Kerawanan

pangan biasnya akan mudah menyulut keresahan masyarakat. Sejarah

menunjukkan bahwa berbagai kerusuhan yang timbul pada tahun 1960-an tidak

terlepas dari masalah pangan. Tahun 1972/1973 saat terjadi kerawanan pangan

akibat kekeringan, saat itu suplai beras sangat terbatas dan terjadi juga di luar

negeri, harga beras naik tajam dan terjadi protes-protes masyarakat. Beras juga

memiliki peranan dalam budaya bangsa. Dibeberapa daerah kebiasaan penduduk

terkait dengan pangan dalam syukuran (nasi tumpeng), kegiatan saat panen yang

menggambarkan rasa gotong-royong (Amang, 1993).

Pendorong terjadi pergerakan beras dari suatu daerah ke daerah lain adalah

adanya perbedaan harga yang merupakan mekanisme dinamis pasar dalam

mencapai terjadinya keseimbangan. Pergerakan ini terjadi karena adanya

perbedaan jumlah ketersediaan beras dan perbedaan preferensi dan daya beli

Universitas Sumatera Utara


9

masyarakat. Harga beras mempunyai pengaruh yang besar bagi konsumsi

komoditas pangan lainnya. Sebalinya, perubahan harga-harga komoditas non

beras berpengaruh relatif kecil terhadap konsumsi beras. Setelah memenuhi

kebutuhan konsumsi penduduk setempat, apabila masih ada surplus maka

kelebihan stok beras akan diperdagangkan untuk memenuhi daerah-daerah

sekitarnya terutama daerah difisit beras. Hubungan perdagangan antar daerah

adalah bagian dari mekanisme system pasar yang akan membawa kearah

keseimbangan permintaan dan penawaran tingkat nasional (Tim, 2001).

Stabilisasi harga beras oleh pemerintah dilakukan melalui mekanisme

bufferstock, yaitu dengan menetapkan harga dasar dan harga batas tertinggi. Harga

dasar (minimum) dijamin pemerintah, untuk menlindungi Petani dari turunan

harga secara tajam di kala panen. Harga tertinggiuntuk melindungi konsumen dari

kenaikan harga yang tidak terkendali terutama pada musim paceklik. Ini

semuanya diusahakan dengan pengadaan beras dikala panen dan penyaluran di

kala pecekik (Tarigan, 1997).

Lembaga non departemen yang bertanggung jawab mengenai beras adalah

Bulog. Tugasnya melaksanakan pengendalian harga beras, gabah, gandum, dan

lain-lainnya dalam jangka pemeliharaan kestabilan harga agar tidak merugikan,

baik konsumen maupun produsen, sesuai dengan kebijaksanaan umum pemerintah

dengan fungsi :

(a) megadakan pengadaan beras, gabah dalam negeri; (b) menyebarkan beras atau

gabah keseluruh wilayah pelosok wilayah Republik Indonesia; (c) melaksanakan

impor beras, gandum, dan gula serta kebutuhan pokok lainnya untuk memenuhi

kebutuhan dalam negeri dengan tetap menjaga kestabilan harga; dan (d) buffer

Universitas Sumatera Utara


10

stock, yaitu menjaga persediaan penyangga akan bahan-nahan pokok secara

nasional. Hal ini dimaksudkan guna menekan harga bahan pokok diluar negeri

untuk melindung kestabilan ekonomi (Kunarjo, 2003).

Menurut Suparyono dan Agus (1997), standard mutu gabah yang telah

ditetapkan oleh Bulog adalah sebagai berikut :

1. Kadar air harus sebesar 14% agar diperoleh persentase beras kepala atau beras

utuh tinggi.

2. Kadar kotoran dan gabah hampa rendah (maksimum 3%) agar diperoleh beras

remendemen beras giling tinggi.

3. Kadar gabah rusak, butir gabah hijau/muda, dan butir menguning harus

rendah.

4. Seharusnya gabah tidak mengandung benda asing, missal : batu, logam,

kerikil, dan tanah yang dapat merusak mesin atau menurunkan mutu beras.

Indonesia mencapai swasembada beras pada tahun 1984. Beberapa analisis

mencoba untuk melihat makna swasembada dari berbagai sudut pandang antara

lain, swasembada absolut (dimana selisih supply dan demand beras sama dengan

nol), swasembada subsektoral pangan (dimana ekspor bahan pangan dapat

membiayai impor pangan), dan swasembada sectoral sebelum tahun 1984

sebenarnya sudah tergolong swasembada karena nilai ekspor komoditas pertanian

kita sangat mampu, bahkan surplus untuk mengimpor pangan sejak tahun 1983

(Amang, 1995).

Upaya untuk menjaga kesimbangan penawaran dan permintaan

sebenarnya banyak dipengaruhi oleh adanya fluktuasi dalam penawaran beras

sementara permintaan beras relatif konstan sepanjang tahun. Untuk mengatasi hal

Universitas Sumatera Utara


11

itu Bulog melakukan kegiatan pengadaan untuk menyerap kelebihan supply dan

melakukan kegiatan penyaluran pada musim penceklik dimana supply berkurang.

Dalam melakukan pembelian beras Bulog tidak mempunyai target kuantitas,

Bulog harus tetap melakukan pembelian selama harga masih dibawah harga dasar.

Demikian pula halnya dengan penyaluran, Bulog juga tidak mempunyai target

kuantitas, selama harga masih di atas harga batas tertinggi Bulog wajib melakukan

operasi pasar. (Amang, 1993).

2.1.1. Teori Permintaan dan Penawaran

2.1.1.1.Teori Permintaan

Permintaan (demand) adalah jumlah barang yang diminta konsumen pada

suatu pasar. Sementara pasar adalah tempat terjadinya transaksi antara produsen

dan konsumen atas barang-barang ekonomi. Sebagian ahli mengatakan bahwa

pengertian permintaan adalah jumlah barang yang sanggup dibeli oleh para

pembeli pada tempat dan waktu tertentu dengan harga yang berlaku pada saat itu.

Sedangkan sebagian ahli lainnya menyatakan “permintaan digunakan untuk

mengetahui hubungan jumlah barang yang dibeli oleh konsumen dengan harga

alternative untuk membeli barang yang bersangkutan dengan anggapan bahwa

harga barang lainnya tetap (Daniel, 2004).

Teori permintaan menerangkan tentang sifat permintaan para pembeli

terhadap suatu barang. Teori permintaan menerangkan tentang ciri-ciri hubungan

antara jumlah permintaan dan harga. Adalah hokum permintaan adalah semakin

rendah harga suatu barang maka semakin banyak permintaan terhadap barang

tersebut dan sebaliknya apabila semakin tinggiharga suatu barang tersebutmaka

semakin sedikit permintaan terhadap barang itu. (Mankiw, 2003)

Universitas Sumatera Utara


12

Dalam hukum permintaan dijelaskan sifat hubungan antara permintaan

suatu barang dengan tingkat harganya. Hukum permintaan pada hakikatnya

merupakan suatu hipotesis yang menyatakan semakin rendah harga harga suatu

barang, maka semakin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya,

semakin tinggi harga suatu barang maka semakin sedikit permintaan terhadap

barang tersebut.(Sukirno, 2010)

Dari sudut ilmu ekonomi pengertian permintaan sedikit berbeda dengan

pengertian yang digunakan sehari-hari. Menurut pengertian sehari-hari permintaan

diartikan secara absolut yaitu jumlah barang yang dibutuhkan, sedangkan dari

kacamata ilmu ekonomi permintaan baru mempunyai arti apabila didukung oleh

tenaga beli peminta barang yang disebut permintaan efektif. Sedangkan

permintaan yang hanya didasarkan atas kebutuhan saja disebut sebagai

permintaan absolut atau potensial (Sudarsono, 1990).

Tenaga beli seseorang tergantug atas dua unsur pokok yaitu pendapatan

yang dibelanjakan dan harga barang yang dikehendaki. Apabila jumlah

pendapatan yang dibelanjakan oleh seseorang berubah maka jumlah barang yang

diminta juga berubah. Demikian juga halnya harga barang yang dikehendaki juga

dapat berubah. Secara sistematis pengaruh perubahan harga dan pendapatan

terhadap jumlah yang diminta dapat diketahui secara serentak. Bahkan metode

matematis ini tidak akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan pengaruh dari

tiga atau lebih faktor atas jumlah barang yang diminta.

Universitas Sumatera Utara


13

Bentuk kurva permintaan adalah sebagai berikut :

D
(jumlah yang diminta)
0
Gambar 2.1. Kurva Permintaan

Kurva permintaan menggambarkan hubungan antara jumlah yang diminta

dan harga, dimana semua variabel lainnya dianggap tetap. Kurva ini mempunyai

lereng (slope) yang negatif, yang menunjukkan bahwa jumlah yang diminta (the

quantity demanded) naik dengan turunnya harga (Kadariah, 1994).

Variabel-variabel yang menentukan jumlah komoditi yang diinginkan oleh

rumah tangga menurut Kadariah (1994) adalah : 1. Harga barang yang

bersangkutan; 2. Pendapatan rata-rata rumah tangga; 3. Jumlah penduduk (size of

population); 4. Harga-harga komoditi yang ada hubungannya dengan komoditi

tersebut. Untuk mengerti pengaruh masing-masing variabel diatas tersebut, semua

variabel lainnya dianggap tetap (ceteres paribus) .

Hubungan antara permintaan (demand) dengan faktor-faktor yang

mempengaruhinya dapat dituangkan dalam fungsi permintaan sebagai berikut :

Dalam persamaan tersebut di atas, maka adalah jumlah barang X diminta,

adalah harga barang X,Y adalah pendapatan dan adalah jumlah penduduk.

Tentu saja jumlah variabel ini masih dapat ditambah (Djojodipuro, 1991).

Menurut Mankiw (2003) Faktor-faktor atau variabel yang

Universitas Sumatera Utara


14

mempengaruhi permintaan suatu barang, antara lain adalah :

a. Harga

Permintaan konsumen dapat dipengaruhi oleh harga, harga barang yang akan

dibeli (P), harga barang pengganti (price of subsituation product, Ps) maupun

harga barang pelengkap (price of complementary product, Pc). Konsumen akan

membatasi pembelian jumlah barang yang diinginkan bila harga barang terlalu

tinggi, bahkan ada kemungkinan konsumen memindahkan konsumsi dan

pembeliannya kepada barang pengganti (barang subtitusi) yang lebih murah

harganya. Harga barang pelengkap juga akan mempengaruhi keputusan seorang

konsumen untuk membeli atau tidak barang utamanya, bila permintaan barang

utama meningkat, maka permintaan akan barang penggantinya akan menurun dan

sebaliknya.

b. Pendapatan Konsumen.

Konsumen tidak akan dapat melakukan pembelian barang kebutuhan bila

pendapatan tidak ada atau tidak memadai. Dengan demikian, maka perubahan

pendapatan akan mendorong konsumen untuk mengubah permintaan akan barang

kebutuhannya. Berdasarkan sifat perubahan permintaan terhadap berbagai barang

apabila terjadi perubahan pendapatan, dapat dibedakan dalam beberapa golongan,

antara lain :

1. Barang Esensial (essential goods) adalah barang yang sangat penting dalam

kehidupan sehari-hari, sehingga kebutuhan atau permintaan akan barang ini

tidak akan berubah walaupun terjadi perubahan pendapatan.

2. Barang Normal (normal goods) adalah barang yang permintaannya

berhubungan lurus dengan pendapatan konsumen. Bila pendapatan konsumen

Universitas Sumatera Utara


15

meningkat, maka permintaan akan barang tersebut juga meningkat dan

sebaliknya, bila pendapatan konsumen menurun, maka permintaan barang

tersebut juga menurun.

3. Barang Inferior (inferior goods) adalah barang yang permintaannya

berhubungan terbalik dengan pendapatan konsumen. Bila pendapatan

konsumen meningkat maka permintaan akan barang tersebut akan menurun

dan sebaliknya, bila pendapatan konsumen menurun maka permintaan akan

barang tersebutmeningkat.

c. Jumlah Konsumen.

Pertambahan jumlah konsumen, misalnya jumlah penduduk, tidak dengan

sendirinya menyebabkan pertambahan jumlah permintaan suatu barang. Akan

tetapi pertambahan penduduk diikuti oleh perkembangan kesempatan kerja.

Dengan demikian akan lebih banyak orang yang menerima pendapatan dan hal ini

juga akan menambah daya beli masyarakat. Pertambahan daya beli masyarakat

akan menambah permintaan.

d. Selera Konsumen.

Perubahan selera dapat termanifestasikan ke dalam perilaku pasar.perubahan

selera konsumen bisa ditunjukkan oleh perubahan bentuk atau posisi dari

indifference map, tanpa ada perubahan harga barang maupun pendapatan,

permintaan akan suatu barang akan suatu barang dapat berubah karena perubahan

selera.

e. Ramalan mengenai keadaan di masa yang akan datang.

Perubahan – perubahan yang diramalkan mengenai keadaan pada masa yang

akan datang dapat mempengaruhi permintaan. Ramalan para konsumen bahwa

Universitas Sumatera Utara


16

harga-harga akan naik pada masa depan akan mendorong konsumen membeli

lebih banyak untuk menghemat pengeluaran pada masa yang akan datang.

Secara umum permintaan akan suantu barang tidak hanya dipengaruhi oleh

barang itu sendiri, tetapi dipengaruhi pula oleh harga barang lain yang berkaitan,

pendapatan konsumen, jumlah penduduk dan jumlah permintaan pada tahun

sebelumnya.

Menurut Sukirno (2010) beberapa faktor lain yang cukup penting peranannya

dalam mempengaruhi permintaan terhadap suatu barang adalah :

1. Distribusi pendapatan

Distribusi pendapatan juga dapat mempengaruhi corak permintaan terhadap

berbagai jenis barang. Sejumlah pendapatan masyarakat yang tertentu besarnya

akan menimbulkan corak permintaan masyarakat yang berbeda apabila

pendapatan tersebut diubah corak distribusinya.

2. Cita rasa masyarakat

Cita rasa mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap keinginan

masyarakat untuk membelibarang-barang.

3. Jumlah penduduk

Pertambahanpenduduk tidak dengan sendirinya menyebabkan pertambahan

permintaan. Tetapi biasanya pertambahan penduduk diikuti oleh

perkembangan dalam kesempatan kerja. Dengan demikian lebih banyak orang

yang menerima pendapatan dan ini menambah daya beli dalam masyarakat.

Pertambahan daya beli ini akan menambah permintaan.

4. Ekspektasi tentang masa depan

Perubahan-perubahan yang diramalkan mengenai keadaan pada masa yang

Universitas Sumatera Utara


17

akan datang dapat mempengaruhi permintaan.

Hubungan antara sesuatu barang dengan berabagai jenis-jenis barang

lainnya dapat dibedakan kepada tiga golongan (Sukirno, 2010) :

a. Barang pengganti

Sesuatu barang dinamakan barang pengganti kepada barang lain apabila ia

dapat menggantikan fungsi barang lain tersebut. Harga barang pengganti dapat

mempengaruhi permintaan barang yang dapat digantinya. Sekiranya harga

barang pengganti bertambah murah maka barang yang digantinya akan

mengalami pengurangan dalam permintaan. Dengan demikian apabila harga

kopi turun, maka permintaan terhadap the akan berkurang. Sebaliknya, apabila

harga kopi naik maka permintaan terhadap teh akan meningkat.

b. Barang pelengkap

Apabila sesuatu barang selalu digunakan bersama dengan barang lainnya,

maka barang tersebut dinamakan barang pelengkap kepada barang lain

tersebut. Kenaikan atau penurunan permintaan terhadap barang pelengkap

selalu sejalan dengan perubahan permintaan barang yang digenapinya.

c. Barang netral

Apabila dua macam barang tidak mempunyai hubungan yang rapat maka

perubahan terhadap permintaan salah satu barang tersebut tidak akan

mempengaruhi permintaan barang lainnya. Barang seperti itu dinamakan

barang netral.

Faktor yang mempengaruhi besar kecilya permintaan antara lain adalah

harga barang yang bersangkutan, harga barang lain (subsitusi atau komplementer),

selera, jumlah penduduk, dan tingkat pendapatan (Rahmanta, 2018).

Universitas Sumatera Utara


18

a) Harga. Artinya makin tinggi harga, makin berkurang jumlah permintaan , dan

sebaliknya makin rendah harga, makin tinggi jumlah permintaan, dengan

catatan faktor lain yang mempengaruhipermintaan dianggap tetap.

b) Harga barang lain. Artinya apakah dengan berubahnya harga suatu barang akan

mempengaruhi harga barang yang lain tergantung apakah barang tersebut

mempunyai hubungan yang saling menggantikan atau subsitusi, saling

melengkapi ataukomplementer atau tidak saling mempengaruhi atau netral saja

(independent). Yang dimaksud dengan barang saling menggantikan adalah

contohnya kopi dan teh, atau tempe dan tahu, dan sebagainya. Artinya jika

harga kopi dan tempe naik maka konsumen dapat membelibarang alternatif

yaitu teh atau tahu.

c) Selera. Artinya selera merupakan variabel yang mempengaruhi besar kecilnya

permintaan. Selera dan pilihan konsumen terhadap suatu barang bukan saja

dipengaruhi oleh struktur umum konsumen tetapi juga karena faktor adat atau

kebiasaan setempat, tingkat pendidikan atau lainnya. Karena faktor selera dan

pilihan ini juga menentukan perubahan permintaan,maka variabel ini juga

dianggap cukup penting, hanya saja didalam praktek variabel ini sulit diukur.

d) Jumlah Penduduk. Artinyamakin banyak jumlah penduduk makin besar pula

barang yang dikonsumsi. Dalam banyak kejadian penambahan jumlah

penduduk berarti adanya perubahan struktur umur. Dengan demikian

bertambahnya jumlah penduduk atau tidak proporsional dengan pertambahan

jumlah barang yang dikonsumsi. Hal ini disebabkan oleh karena konsumsi

orang dewasa akan berbeda dengan konsumsi anak belasan tahun atau anak

dibawah umur lima tahun.

Universitas Sumatera Utara


19

e) Tingkat pendapatan. Artinya perubahan tingkat pendapatan akan

mempengaruhi banyaknya barang yang dikonsumsi. Bahkan seringkali

dijumpai dengan bertambahnya pendapatan, maka barang yang dikonsumsi

bukan saja bertambah tetapi juga kualitas barang tersebut. Misalnya,sebelum

ada pertambahan pendapatan, beras yang dikonsumsi adalah yang berkualitas

kurang baik seperti varitas IR atau varitas lainnya., tetapi setelah ada tambahan

pendapatan maka konsumsi beras akan bertambah dan varitas yang dibeli

adalah varitas yang berkualitas sangat baik,seperti beras Cianjur, dan

sebagainya.

2.1.1.2. Penawaran (supply)

Penawaran (supply) adalah banyaknya komoditas pertanian yang

ditawarkan oleh para produsen/penjual. Sedangkan hokum penawaran pada

dasarnya menyatakan makin tinggi harga suatu barang, makin banyak jumlah

barang tersebut yang akan ditawarkan oleh produsen/penjual. Sebaliknya makin

rendah harga suatu barang, makin sedikit jumlah barang tersebut yang ditawarkan

oleh para produsen, dengan anggapan faktor-faktor lain tidak berubah (Daniel,

2002).

Menurut Sukirno (2010) hukum penawaran adalah suatu pernyataan yang

menjelaskan tentang sifat hubungan antara harga suatu barang dan jumlah barang

tersebut yangditawarkan para penjual. Dalam hukum ini dinyatakan bagaimana

keinginan para penjual untuk menawarkan barangnya apabila harganya tinggi dan

bagaimana pula keinginan untuk menawarkan barangnya tersebutapabila harganya

rendah. Hukum penawaran pada dasarnya mengatakan bahwa makin tinggi harga

suatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para

Universitas Sumatera Utara


20

penjual. Sebaliknya, semakin rendah harga suatu barang semakin sedikit jumlah

barang tersebut yang ditawarkan.

Pada penawaran, penjual dapat memilih antara menjual barang itu untuk

mendapatkan uang atau menahan barangnya untuk dipakai sendiri. Keinginan atau

keseganan penjual menahan barangnya menentukan permintaan penjual akan

barangnya sendiri. Keseganan untuk menjual barangnya itu sama dengan

keinginan untuk memiliki barang tersebut untuk memenuhi kebutuhan. Jika

mengambil keputusan untuk menjual barang, hal ini berarti memutuskan untuk

tidak mengadakan permintaan (demand) terhadapnya (Kadariah, 1994).

Hubungan antara harga komoditi dan jumlah yang ditawarkan dapat dilihat

dalam kurva penawaran :

S
Harga (P)

S
0 Q (Jumlah)
Gambar 2.2. Kurva Penawaran

Kurva penawaran menanjak kekanan atas, yang menggambarkan bahwa

jumlah yang ditawarkan naik dengan kenaikan harga. Yang dimaksud dengan

penawaran bukan suatu titik pada kurva penawaran, melainkan seluruh kurva

penawaran ialah hubungan yang lengkap (seluruh hubungan) antara penjualan

yang diinginkan dengan harga-harga alternatif yang mungkin terjadi dari komoditi

yang bersangkutan. Penawaran (supply) menunjukkan seluruh hubungan antara

Universitas Sumatera Utara


21

jumlah suatu komoditi yang ditawarkan dan komoditi tersebut, dimana variabel-

variabel lain dianggap tetap. Satu titik pada kurva penawaran menggambarkan

jumlah yang ditawarkan (the quantity supplied) pada harga tersebut.

Menurut Mankiw (2003) jumlah penawaran ( quantity supplied ) dari

suatu barang adalah jumlah barang yang rela dan mampu dijual oleh penjual. Ada

banyak hal yang menentukan jumlah penawaran barang, tapi ketika kita

menganalisis bagaimana pasar bekerja, salah satu penentunya adalah harga barang

itu.

Jumlah suatu komoditi yang disanggupi oleh perusahaan-perusahaan untuk

menghasilkan dan untuk menjualnya dipengaruhi oleh variabel-variabel penting

sebagai berikut : 1. Harga komoditi itu sendiri; 2. Harga-harga inputnya; 3.

Tujuan perusahaan; 4. Keadaan teknologi (state of technology). Sama halnya

dengan segi permintaan, di penawaran pun banyak sekali variabel-variabel yang

mempengaruhi penawaran suatu komoditi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran, diantaranya:

a. Harga barang tersebut.

Hubungan antara harga dan penawaran barang itu adalah berbanding lurus.

Semakin murah harga maka jumlah barang yang ditawarkan akan semakin sedikit

dan semakin mahal harga, maka jumlah barang yang ditawarkan semakin banyak.

b. Harga barang lain.

Semakin mahal harga barang substitusi maka semakin sedikit penawaran

barang itu.

c. Harga faktor – faktor produksi.

Bila harga faktor - faktor produksi semakin meningkat maka akan

Universitas Sumatera Utara


22

menyebabkan biaya produksi menjadi mahal. Bila biaya produksi semakin mahal,

maka produsen menjadi berkurang kemampuannya untuk berproduksi.

d. Ekspektasi harga di masa yang akan datang.

Bila ada anggapan bahwa di masa yang akan datang akan terjadi kenaikan

harga pada suatu barang maka penawaran akan barang tersebut akan semakin

menurun.

e. Jumlah produsen.

Apabila jumlah produsen bertambah maka semakin banyak penawaran.

f. Teknologi.

Dengan adanya teknologi yang semakin meningkat, berarti biaya

untukmemproduksi menjadi lebih rendah, dengan demikian jumlah barang

yangdapat diproduksi menjadi lebih banyak.

g. Jumlah konsumen.

Apabila jumlah konsumen bertambah maka biasanya akan semakin banyak

penawaran yang akan dilakukan produsen.

Menurut Daniel (2002) faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan

penawaran :

1. Teknologi

Bila terjadi perubahan atau peningkatan pada teknologi dalam proses produksi

maka akan terjadi perubahan pada produksi yang cenderung meningkat pula.

2. Harga input

Artinya, besar kecilnya harga input juga akan mempengaruhi besar kecilnya

jumlah input yang dipakai. Bila harga faktor produksi meningkat,

kecenderungan pengurangan penggunaannya berdampak pada hasil yang juga

Universitas Sumatera Utara


23

akan turun. Turunya hasil secara otomatis menyebabkan turunnya penawaran.

3. Harga produksi komoditas lain

Yang dimaksud disini adalah pilihan pertanian pada usaha tani. Perubahan pola

usaha tani ini akan mempengaruhi pada penawaran pilihan Petani tersebut.

4. Jumlah produsen

Bila produsen bertambah maka jelas produksi yang ditawarkan akan

meningkat.

5. Harapan produsen terhadap harga produksi dimasa datang

Ramalan Petani dan pilihan yang diambilnya akan mempengaruhi luas tanam yang

ujungnya adalah berpengaruh pada produksi dan penawaran komoditas tersebut.

Hukum penawaran berasumsi bahwa dengan menganggap hal lainnya

tetap, kuantitas barang yang ditawarkan akan meningkat ketika harga barang

tersebut terus meningkat. Kurva penawaran memperlihatkan perubahan kuantitas

barang yang ditawarkan ketika harganya berubah. Karena harga yang lebih tinggi

menaikan kuantitas yang ditawarkan, maka kurva penawaran memiliki kemiringan

ke atas atau positif.

0
Gambar 2.3. Kurva Penawaran

Universitas Sumatera Utara


24

Kurva penawaran memperlihatkan apa yang terjadi dengan kuantitas

barang yang ditawarkan ketika harganya berubah, dengan menganggap seluruh

faktor penentu lainnya konstan. Jika satu dari faktor-faktor tersebut berubah,

kurva penawaran akan bergeser (Mankiw, 2000).

Menurut Lipsey (1996), pemerintah terkadang menetapkan suatu harga

minimum bagi barang dan jasa tertentu yang disebut harga dasar (price floor).

Contoh popular adalah upah minimum tenaga kerja dan harga dasar bagi

beberapajenis komoditi pertanian. Harga dasar yang sama atau kurang dari harga

ekuilibrium tidak akan berpengaruh apa-apa karena titik ekuilibrium tetap bias

dicapai dan akan tetap konsisten dengan harga dasar yang resmi. Akan tetapi jika

harga dasar ditetapkan lebih tinggi dari harga ekuilibrium, harga dasar ini akan

mengikat atau efektif. Harga dasar yang efektif akan mengakibatkan kelebihan

penawaran. Akan muncul surplus yang tak terjual atau seseorang harus

melibatkan diri dan memebeli kelebihan produksi (excess production).

Berdasarkan pertimbangan realistik oleh Pemerintah penetapan harga

dasar untuk gabah menggunakan pendekatan Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) dan

incremental B/C Ratio. Penetapan harga dasar direevaluasi dengan

mempertimbangkan dampaknya terhadap pendapatan Petani, produksi padi,

inflasi, dan harga jual beras. Dengan semakin meningkatnya produksi padi,

penetapan harga beras perlu pula mempertimbangkan internasional agar dapat

bersaing pula di pasaran internasional. Sedangkan harga batas tertinggi ditetapkan

berdasarkan harga dasar ditambah dengan biaya-biaya pemasaran seperti biaya

pengolahan, biaya penyimpanan, dan biaya angkutan, ditambah lagi keuntungan

yang wajar bagi pedagang (Amang, 1993).

Universitas Sumatera Utara


25

2.1.2 Pengertian Harga

Harga adalah jumlah uang yang ditukarkan ke konsumen dengan manfaat

dari memiliki atau menggunakan produk dan jasa. Harga berperan sebagai

penentu utama pilihan pembeli. Harga merupakan jumlah uang yang dibebankan

atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas

manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan produk ataujasa tersebut

(Kotler, 2001).

Menurut Sukirno (2005) harga suatu barang dan jumlah barang yang

diperjualbelikan ditentukan oleh permintaan dan penawaran dari barang tersebut.

Oleh karena itu, untuk menganalisis mekanisme penentuan harga dan jumlah

barang yang diperjualbelikan maka perlu dilakukan analisis permintaan dan

penawaran atas suatu barang tertentu yang terdapat dipasar. Keadaan suatu pasar

dikatakan seimbang apabila jumlah yang ditawarkan penjual pada suatu harga

tertentu adalah sama dengan jumlah yang diminta para pembeli pada harga

tersebut. Harga suatu barang dan jumlah barang yang diperjualbelikan adalah

ditentukan dengan melihat keadaan ekuilibrium dalam suatu pasar. Keadaan

ekuilibrium tersebut dapat ditunjukkan sebagai berikut :

P
S

Gambar 2.4. Kurva Keseimbangan Permintaan dan Penawaran

Universitas Sumatera Utara


26

Harga yang terjadi dipasar merupakan perpotongan antara kurva

permintaan dan kurva penawaran. Tetapi dalam kenyataan terdapat harga pada

tingkat Petani dan kunsumen disamping harga pedagang. Pembentuk harga yang

minimum terjadi pada tingkat harga pedagang besar karena hanya pada tingkat ini

terdapat persaingan yang agak sempurna dan pada umumnya penjual dan pembeli

memiliki pengetahuan yang baik tentang situasi pasar pada suatu waktu tertentu.

Kebijakan stabilisasi harga ditempuh dengan menggunakan instrument stok

cadangan (buffer stock) maupun pengaturan harga (administered price).

Pemerintah setiap tahun menentukan harga dasar (floor price) bagi produsen dan

harga tertinggi (ceiling price) bagi konsumen. Bulog bertanggung jawab untuk

menjamin harga beras berada diantara harga tertinggi dan terendah tersebut

dengan melakukan operasi pasar dan pendistribusian (Amirullah, 2005).

Menurut Daniel (2002) sebenarnya, semakin tinggi pendapatan konsumen,

semakin ragam dan semakin bermutu barang yang diinginkan. Dalam pemenuhan

permintaan konsumen, lemabaga niaga akan berusaha untuk mengubah bentuk,

meningkatkan kualitas barang, dan sebagainya, sehingga hal ini juga

menyebabkan semakin tinnginya biaya tata niaga. Karena itu, nilai hasil pertanian

yang diterima konsumen sudah diperoleh nilai tambah yang relatif semakin besar

dan persentase nilai rupiah yang diterima Petani produsen menjadi semakin kecil.

Menyesuaikan diri dengan harga pasar. Bagi pendatang baru harga pasar

adalah fakta. Kecuali mereka itu perusahaan besar yang kuat dalam segala bidang,

mereka harus menyesuaikan harga produknya dengan harga produk saingan

langsung atau produk subsitusi yang telah berada di pasar. Kalau tidak, kecil

harapan mereka bisa memasarkan produknya (Kleinsteuber, 2007).

Universitas Sumatera Utara


27

Semakin banyak jumlah satuan produk yang dapat di produksi dan dijual

akan semakin menurun jumlah biaya pokok setiap satuan produk. Secara umum

dapat dikatakan jumlah penjualan produk dapat ditingkatkan dengan jalan

menetapkan harga yang lebih kompetitif, tanpa harus mengorbankan keuntungan

(Kleinsteuber, 2007).

Harga ditentukan oleh jumlah barang yang datang ke pasar dan harga itu

cepat beraksi terhadapnya. Dalam praktek perilaku dan reaksi Petani pada

umumnya termasuk di Indonesia memang serupa itu. Kalau harga Lombok naik

maka Petani menjadi telalu optimistis dan Petani diseluruh desa serentak

menanam lombok dengan harapan harga akan terus menerus naik. Namun pada

saat panen yang serentak ternyata harga lombok jatuh, semua menderita rugi dan

tidak ada lagi Petani menanam lombok pada musim berikutnya. Dan ini

mengakibatkan harga lombok naik tinggi sekali pada musim berikutnya karena

jumlah yang ditawarkan kepasar sangat sedikit (Mubyarto, 2007).

Biaya memproduksi barang atau jasa dan biaya-biaya lain yang

ditanggung perusahaan,tidak pernah menjadi satu-satunya faktor penentuharga

produk. Hal itu disebabkan karena apabila pembeli mempunyai persepsi harga

produk (yang ditentukan berdasarkan biayanya) lebih tinggi dari nilai atau

manfaat produk itu, mereka tidak akan membelinya. Perusahaan penghasil produk

tersebut akan mendapat kesulitan memasarkannya. Dalam setiap keputusan

membeli, pembeli juga tidak pernah memikirkan berapa jumlah biaya

memproduksi produk yang mereka beli. Walaupun demikian biaya senantiasa

tetap menjadi salah satu bahan pertimbangan penting dalam menentukan harga

dan strategi harga (Kleinsteuber, 2007).

Universitas Sumatera Utara


28

2.1. Penelitian Terdahulu

Ruatiningrum (2011), melakukan penelitian yang berjudul “Dampak

Kebijakan Pemerintah dan Perubahan Faktor Lain terhadap Permintaan dan

Penawaran Beras di Indonesia: Analisis Simulasi Kebijakan, Tahun 1971 - 2008”.

Penelitian ini menggunakan model analisis simultan dengan metode Two Stage

Least Square (TSLS). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) permintaan

beras secara nyata dipengaruhi oleh harga riil beras Indonesia, jumlah penduduk,

dan permintaan beras tahun sebelumnya, (2) penawaran beras dipengaruhi oleh

produksi beras, jumlah impor beras, stok beras, dan stok beras tahun sebelumnya,

(3) harga riil gabah tingkat Petani secara nyata dipengaruhi oleh harga riil

pembelian pemerintah, produksi padi, dan harga riil gabah tingkat Petani tahun

sebelumnya, dan (4) harga riil beras Indonesia secara nyata dipengaruhi oleh

harga riil pembelian pemerintah. Beberapa alternatif kebijakan pemerintah yang

disarankan terkait penelitian ini, yaitu pemerintah sebaiknya tetap menerapkan

kebijakan subsidi pupuk, meningkatkan harga pembelian terhadap gabah dan

beras, mendorong peningkatan produksi beras (sehingga penawaran beras juga

meningkat) melalui pengembangan program intensifikasi. Kebijakan pemerintah

lainnya yang disarankan, yaitu menggalakkan program Keluarga Berencana (KB),

menyimpan kelebihan produksi beras agar Petani tidak merugi ketika produksi

beras meningkat yang umum terjadi saat musim panen tiba, dan menggalakkan

kembali program diversifikasi konsumsi pangan (substitusi beras) sebagai upaya

memenuhi kebutuhan pangan melalui pola pangan harapan.

Winarto (2009) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Permintaan

dan Penawaran Beras di Jawa Tengah, Tahun 1999 - 2008“. Penelitian ini

Universitas Sumatera Utara


29

menggunakan model analisis simultan dengan metode Ordinary Least Square

(OLS) dan Two Stage Least Square (TSLS). Hasil penelitian menunjukkan

bahwasecara simultan permintaan beras di Jawa Tengah dipengaruhi oleh variabel

regresornya yaitu harga beras, harga ubi kayu, pendapatan perkapita dan jumlah

penduduk. Namun secara parsial, pada metode OLS seluruh varabel regresor

tersebut tidak berpengaruh nyata sedangkan pada metodel TSLS seluruh variabel

regresor berpengaruh nyata terhadap jumlah permintaan beras di Jawa Tengah.

Sedangkan penawaran beras di Jawa Tengah secara simultan dipengaruhi oleh

variabel regresornya yaitu harga beras, luas panen padi dan harga beras tahun

yang lalu. Pada metode OLS secara parsial variabel beras tahun yang lalu

berpengaruh nyata terhadap jumlah penawaran beras sedangkan padametode

TSLS variabel luas panen padi sangat berpengaruh nyata terhadap jumlah

penawaran beras di Jawa Tengah.

Sunani (2009) melakukan penelitian yang berjudul “Analisisa Faktor-

Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Konsumsi Beras di Kabupaten Siak,

Riau, Tahun 1999 - 2008“. Penelitian ini menggunakan model analisis simultan

dengan metode Two Stage Least Square (TSLS). Hasil penelitian menunjukkan

bahwa, persamaan luas areal panen padi Kabupaten Siak dipengaruhi oleh harga

riil gabah di tingkat Petani, harga riil pupuk urea, curah hujan dan luas areal

irigasi pada taraf nyata α = 0,10. Persamaan produktivitas padi dipengaruhi oleh

luas areal panen, lag upah tenaga kerja, lag penggunaan pupuk urea, dan tren

waktu pada taraf nyata α = 0,20. Persamaan konsumsi beras di Kabupaten Siak

hanya dipengaruhi oleh jumlah penduduk pada taraf nyata α = 0,05. Harga riil

eceran beras di Kabupaten Siak dipengaruhi lag harga eceran beras dan

Universitas Sumatera Utara


30

berpengaruh nyata pada taraf α = 0,10. Sedangkan dari hasil analisis simulasi

menunjukkan kebijakan yang paling layak disarankan di Kabupaten Siak yang

sesuai dengan tujuan program pencapaian target pemenuhan beras dari

kemampuan produksi Kabupaten Siak adalah kebijakan kenaikan harga gabah di

tingkat Petani yang dikombinasikan dengan peningkatan luas arealirigasi.

Nurfathiyah dan Edison (2011) melakukan penelitian yang berjudul

“Analisis Permintaan dan Penawaran Beras di Provinsi Jambi, Tahun 1986-2008”.

Penelitian ini menggunakan teknik persamaan simultan dengan metode 2 SLS

(Two Stage Least Squares). Untuk menduga parameternya, digunakan analisis

statistik dengan bantuan program SAS/ETS (Statistik Analisis System/Econometric

Time Series). Dari hasil analisis statistik diperoleh koefisien regresi yang

menggambarkan parameter fungsi permintaan dan penawaran beras di Provinsi

Jambi. Dari analisis ini juga diperoleh seberapa besar faktor-faktor tersebut

mempengaruhi permintaan dan penawaran beras secara bersama-sama maupun

secara individu (satu-satu). Hasil penelitian menunjukkan bahwa permintaan beras

di Provinsi Jambi menunjukkan keadaan yang meningkat dengan rata-rata

peningkatan sebesar 0,82% dan presentase fluktuasi sebesar 4,89% dari tahun

1986 hingga tahun 2008. Penawaran beras di Provinsi Jambi menunjukkan

keadaan yang meningkat dengan rata-rata peningkatan sebesar 0,54% dan

persentase fluktuasi sebesar 1,57% dari tahun 1986 hingga tahun 2008. Variabel

yang berpengaruh nyata terhadap permintaan adalah pendapatan per kapita,

sedangkan pada penawaran yang berpengaruh nyata adalah harga rata-rata eceran

beras di Provinsi Jambi, luas panen, musim, dan trend waktu. Variabel harga rata-

rata eceran beras di Provinsi Jambi dan penduduk tidak memberikan pengaruh

Universitas Sumatera Utara


31

yang nyata terhadap permintaan. Begitu pula dengan harga beras di Bangkok,

harga beras impor, dan penyebaran bibit unggul tidak memberikan pengaruh nyata

terhadap penawaran beras di Provinsi Jambi.

Tarigan, et al (2001) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis

Permintaan dan Penawaran di Provinsi Sumatera Utara, Tahun 1995-2010”.

Dalam penelitian ini menggunakan alat analisis regresi linier berganda yang

dilakukan untuk menguji apakah masing-masing variabel bebas memberikan

pengaruh terhadap variabel tidak bebas, dengan menggunakan bantuan program

shazam. Hasil dalam penelitian ini adalah : Perubahan pendapatan dan perubahan

jumlah penduduk berpengaruh positif terhadap permintaan beras, temuan ini nyata

secara statistic, sedangkan harga beras, harga barang subsitusi dan permintaan

beras tahun sebelumnya tidak berkorelasi terhadap permintaan beras. Perubahan

pendapatan dan harga beras adalah inelastis terhadap permintaan beras. Hal ini

perubahan pendapatan dan harga beras pengaruhnya kurang proporsional terhadap

perubah permintaan beras, sedangkan perubahan jumlah penduduk elastis terhadap

permintaan beras. Perubahan harga beras berpengaruhpositif, sedangkan harga

pupuk berpengaruh negatif terhadap jumlah beras yang ditawarkan, temuan ini

nyata secara statistik. Dilain pihak harga barang subsitusi dan penawaran beras

tahun sebelumnya tidak berkorelasi terhadap penawaran beras. Kondisi ini

mencerminkan bahwa masyarakat Sumatera Utara tidak lazim mengkonsumsi

terigu sebagai bahan pembuat roti sebagai pengganti makanan pokok. Dalam

jangka pendek penawaran terhadap beras bersifat inelastic, karena hasil-hasil

produk pertanian termasuk beras bersifat musiman, dan memerlukan tenggangan

waktu (gestation period) antara menanam dengan naiknya penawaran kalua

Universitas Sumatera Utara


32

memang panen belum tiba.

Prasetyo, et al (2016) melakukan penelitian dengan judul “Import Demand

Function of Rice in Indonesia, Tahun 1999-2012”. Isi penelitian ini adalah

memenuhi kebutuhan beras adalah untuk meningkatkan produksi dalam negeri,

yang merupakan salah satu kebijakan pemerintah. Namun, dengan meningkatkan

populasi, permintaan beras juga akan meningkat dan upaya meningkatkan

produktivitas dalam negeri tidak dapat memasok kebutuhan beras dalam negeri.

Jadi, untuk menutupi kekurangan tersebut pemerintah membuat keputusan untuk

mengimpor beras dari negara lain. Produk Domestik Bruto (PDB) juga meningkat

setelah krisis moneter pada tahun 1998. Dalam kenyataannya impor beras terjadi

ketika data statistik menunjukkan bahwa pasokan beras di Indonesia adalah

surplus. Tujuan dari penelitian ini adalah diperlukan untuk mempelajari faktor-

faktor yang mempengaruhi impor beras di Indonesia. Metode analisis yang

digunakan adalah beberapa model analisis regresi linier berganda menggunakan

data time series dengan Error Correction Model (ECM). Berdasarkan penelitian

terbukti bahwa sebagian atau bersama-sama dengan produk domestik bruto,

konsumsi, harga beras di pasar dunia yang berpengaruh signifikan terhadap impor

beras di Indonesia.

Rahim, et al (2017) melakukan penelitian dengan judul “Supply and

Demand of Rice in Malaysia : A System Dynamics Approach”. Penelitian ini berisi

tentang model pengembangan dari penawaran dan permintaan beras di Malaysia

untuk dapat lebih memahami tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

penawaran dan permintaan beras terhadap sistem produksi beras di Malaysia. Hal

ini diketahui bahwa populasi warga di Malaysia sangat bergantung pada

Universitas Sumatera Utara


33

persediaan beras sebagai makanan pokok untuk konsumsi sehari-hari. Saat ini,

Malaysia memiliki sekitar 75% beras tingkat swasembada. Pemerintah Malaysia

telah menetapkan target SSL beras 100% dalam produksi untuk memenuhi

permintaan dari pertumbuhan populasi. Dalam penelitian ini, pendekatan kualitatif

sistem dinamis digunakan untuk menganalisis pengaruh harga, ketersediaan lahan

dan teknologi pada produksi padi di Malaysia dengan menggunakan the causal

loop dan stock flow diagrams. Penelitian ini telah menggambarkan perkembangan

diagram kausal lingkaran dan diagram alir stok dari penawaran dan permintaan

beras di Malaysia untuk membantu lebih memahami sistem produksi padi di

Malaysia. Studi ini berfokus terutama pada pendekatan kualitatif dinamika sistem

yang melibatkan pengembangan diagram kasual lingkaran dan aliran saham

diagram dalam menganalisis sebab akibat dan umpan balik hubungan antara

faktor. Tiga faktor telah dipelajari dalam penelitian ini yang mempengaruhi

produksi beras adalah harga, ketersediaan lahan dan teknologi. Perpanjangan masa

depan penelitian ini menekankan pada pengembangan model simulasi dan

melanjutkan dengan pengujian model dan perancangan kebijakan dan evaluasi

kebijakan yang lebih baik dari produksi beras dalam mencapai SSL beras 100% di

Malaysia.

Hung, et al (2017) melakukan penelitian dengan judul “Climate Change

Effects on Supply and Demand of Rice in India, Tahun 1969-2009”. Penelitian ini

dilakukan untuk memperjelas bagaimana perubahan iklim diperkirakan akan

mempengaruhi permintaan dan penawaran beras di India, sebuah produsen beras

dan konsumen bberas sangat penting. Metode, model supply-demand, meliputi

enam fungsi: hasil, daerah, ekspor, perubahan stok, permintaan, dan harga

Universitas Sumatera Utara


34

linkage. Untuk mencerminkan topografi dan iklim keberagaman, analisis ini

menggunakan data negara bukan data nasional. Hasil untuk pasokan beras

menunjukkan manfaat dan kekurangan dari suhu, curah hujan, dan radiasi

matahari yang ditentukan oleh lokasi dan musim. Skenario analisis yang

menggabungkan tiga dimensi Perwakilan Konsentrasi Persiapan (RCP) dan

Persiapan Sosial Ekonomi Bersama (SSP) skenario menjelaskan penawaran dan

permintaan beras di masa mendatang, mengungkapkan bahwa produksi beras dan

konsumsi per kapita dapat sangat didukung jika India mengalami pembangunan

konvensional. Atau, masyarakat terfragmentasi yang menghadapi tantangan yang

lebih tinggi mengenai mitigasi dan adaptasi menimbulkan hasil panen padi lebih

rendah.

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu


Nama Judul dan Model
NO Variabel Hasil Penelitian
(Tahun) Publikasi Analisis
1 Ruatiningrum Dampak Independen : harga rill Analisis (1) permintaan beras
Kebijakan beras Indonesia, Simultan secara nyata
(2011) Pemerintah jumlah penduduk, dengan dipengaruhi oleh
dan permintaan beras metode Two harga riil beras
Perubahan tahun sebelumnya, Stage Least Indonesia, jumlah
Faktor Lain produksi beras, jumlah Square penduduk, dan
terhadap beras impor, permintaan beras
Permintaan stokberas, stok beras tahun sebelumnya,
dan tahun sebelumnya, (2) penawaran beras
Penawaran harga rill dipengaruhi oleh
Beras di pembelian produksi beras,
Indonesia pemerintah, produksi jumlah impor beras,
padi, dan harga real stok beras, dan stok
tingkatpetani tahun beras tahun
sebelumnya. sebelumnya.
Dependen : Penawaran
dan Permintaan Beras.
2 Hari Winarto Analisis Independen : Harga Analisis Pada metode TSLS
Permintaan beras, harga komoditas Simultan variabel luas panen
(2009) dan subsitusi ubi kayu, dengan padi sangat
Penawaran pendapatan penduduk metode berpengaruh nyata
Beras di (PDRB), jumlah Analisis terhadap jumlah
Jawa penduduk, luas panen Ordinary penawaran beras di
Tengah padi, harga beras Least Square Jawa Tengah.
tahun sebelumnya. (OLS) dan Variabel harga beras
(Jurnal Dependen : Two Stage dan pendapatan
Ilmiah) Permintaan dan Least Square berpengaruh
Penawaran (TSLS). signifikan terhadap

Universitas Sumatera Utara


35

Beras. permintaan beras di


Jawa Tengah. Jika
dilihat dari nilai
koifisien
mendapatkan hasil
negatif, yang berarti
jika jumlah
penduduk di Jawa
Tengah naik maka
harga beras dijawa
tengah akan turun.

Nama Judul dan Model


NO Variabel Hasil Penelitian
(Tahun) Publikasi Analisis
3 Andi Irawan Analisis Independen : Luas Analisis Permintaan beras di
Penawaran Areal, Produktivitas, Simultan luar Jawa tidak
(2011) dan Impor Beras Nasional, dengan dipengaruhi oleh
Permintaan Perubahan Stok Beras, metode harga beras tetapi
Beras di dan Integritas Pasar Analisis Two sangat
Luar Jawa Stage Least ditentukan oleh
Dependen : Squares jumlah
(Penelitian Permintaan dan (2SLS) penduduknya.
Fakultas Penawaran Luar Jawa Harga beras eceran
Ekonomi luar Jawa
IPB) dipengaruhi oleh
harga dasar dan
harga padi dengan
nilai elastisitas
harga beras eceran
terhadap harga dasar
dan harga padi
itu adalah inelastis.
4 Partini Faktor yang Independen : Luas Regresi Data Penawaran beras
Suardi, Mempengar areal tanam, Luas Panel dengan dipengaruhi oleh
Tarumun, uhi areal panen, Harga Metode Two jumlah beras impor
Ermy Tety Penawaran gabah tingkat Petani, Stage Least di Riau.
dan Produktivitas, Jumlah Squares Permintaan beras
(2011) Permintaan penggunaan urea, (2SLS) dipengaruhi oleh
Beras di Jumlah Pengadaan harga beras eceran
Provinsi Bulog, Jumlah dan jumlah
Riau Pengadaan Pedagang, penduduk
Jumlah penyaluran
(Pekbis Bulog, Harga Beras
Jurnal) Eceran.
Dependen :
Permintaan dan
Penawaran Beras.
5 Farah Hanim Supply and Independen : Harga Model Permintaan
Abdul Demand of Beras, Ketersediaan Simulasi dipengaruhi oleh
Rahim, Nurul Rice in Lahan, dan teknologi, dengan jumlah penduduk
Nazihah Malaysia :A Produksi. Pendekataan sedangkan
Hawari, dan System Kualitatif penawaran di
Norhaslinda Dynamics Dependen : Dinamika pengaruhi oleh luas
Zainal Approach Permintaan dan Sistem penen, stok beras,
Abidin Penawaran Beras menggunakan harga,infrastruktur,
(Internation Diagram dan teknologi
(2017) al Journal Kasual

Universitas Sumatera Utara


36

Of Supply Lingkaran
Chain dan Diagram
Managemen Alir Stok
t, Universiti Pasokan
Utara
Malaysia)

Nama
NO Judul dan Model Hasil Penelitian
(Tahun) Variabel
Publikasi Analisis

6 Chih-min Climate Independen : Luas Model Stok beras


HUNG, Lin Change Panen, produksi, harga Supply- menunjukkan
ZHOU, dan Effects on eceran, Impor, Demand korelasi positif
Jun Supply and musim,Harga tanah dengan dengan surplus
FURUVA Demand of pertanian, Iklim, Suhu, Model beras, tetapi
Rice in India Curah Hujan,Radiasi Simulasi memiliki hubungan
(2018) (Pusat Matahari, dan Jumlah Kebijakan negatif dengan
Penelitian Penduduk. Pertanian harga eceran beras.
Ilmu Dependen : Internasional Konsumsi per kapita
Pertanian Permintaan dan "Agricultural behubungan negatif
Internasiona Penawaran Beras di Policy dengan harga
l Jepang, India Simulation ecreran beras dan
Ilmu Sosial Model PDB rill per kapita.
Divisi, (IFPSIM)
Tsukuba
Ibaraki,
Jepang)
7 Agung Dwi Import Independen : PDRB, Analisis Variabel konsumsi
Prasetyo dan Demand Konsumsi Beras Regresi beras nasional
Ratya Function of Nasional, Harga Beras Linier dalam jangka
Anindita Rice in Dunia. Berganda pendek dan dampak
Indonesia menggunakan jangka panjang
(2016) Dependen : Impor data time positif dan
(Jurnal Beras Nasional series dengan signifikan terhadap
Habitat, metode Error impor beras
Universitas Correction nasional.
Brawijaya) Model (ECM) Variabel harga beras
dalam jangka
panjang dan jangka
pendek yang
signifikan
berpengaruh negatif
pada impor beras
nasional
8 Nani Sunani Analisis Independen : luas areal Menggunakan Persamaan
Faktor- panen padi, harga rill model produktivitas
(2009) Faktor yang gabah tingkat petani, persamaan dipengaruhi oleh
mempengar harga rill pupuk urea, simultan luas areal panen, lag
uhi Produksi curah hujan, luas areal dengan upah tenaga kerja,
dan irigasi, tren waktu, dan analisis two lag penggunaan
Konsumsi jumlah penduduk stage least pupuk urea, dan tren
Beras di squares waktu pada taraf
Kabupaten Dependen : dengan nyata.
Siak Produktivitas dan bantuan Persamaan
Konsumsi program konsumsi beras
(Departemen statistic hanya dipengaruhi

Universitas Sumatera Utara


37

Ekonomi analisis oleh jumlah


Sumberdaya system (SAS) penduduk.
dan
Lingkungan,
Institut
Pertanian
Bogor)

Nama Judul dan


NO Variabel Model Analisis Hasil Penelitian
(Tahun) Publikasi
9 Nurfathiyah Analisis Independen : Analisis Variabel yang
dan Edison Permintaan Harga beras di Statistikmenggunakan berpengaruh
dan Provinsi Jambi, teknik Two Stage nyata pada
(2011) Penawaran Jumlah Least Squares dengan permintaan
Beras di Penduduk, bantuan program adalah
Provinsi Pendapatan per statistic analisis pendapatan
Jambi Kapita, Harga system (SAS) perkapita,
beras di sedangkan pada
(Jurnal Bangkok, harga penawaran yang
Universitas beras impor di berpengaruh
Jambi) Provinsi Jambi, nyata adalah
penyebaran bibit harga rata-rata
unggul, luas eceran beras di
panen, dan trend Provinsi Jambi,
waktu luas panen,
musim, dan tren
Dependen : waktu
Permintaan dan
Penawaran

10 Wahidin Analisis Dependen : Analisis linier Perubahan


Tarigan, Permintaan Permintaan dan berganda dengan pendapatan dan
Zulkarnain dan Penawaran bantuan program perubahan
Lubis, dan Penawaran shazam jumlah penduduk
Zahari Zein Beras di berpengaruh
Provinsi positif terhadap
(2001) Sumatera permintaan beras
Utara secara nyata.
Perubahan harga
(Jurnal beras
Universitas berpengaruh
Medan Area) positif sedangkan
harga pupuk
berpengaruh
negatif terhadap
jumlah beras
yang ditawarkan
temuan ini nyata
secara statistik

Universitas Sumatera Utara


38

2.3. Kerangka Pemikiran Penelitian

Kerangka konseptual pada penelitian ini menggambarkan pengaruh antara

varibel-variabel eksogen terhadap variabel-variabel endogen. Dalam penelitian ini

permintaan beras di Provinsi Sumatera Utara dipengaruhi oleh harga eceran beras,

jumlah penduduk, dan pendapatan per kapita. Penawaran beras di Provinsi

Sumatera Utara dipengaruhi harga eceran beras, jumlah penduduk, dan harga

pupuk urea. Sedangkan harga eceran beras dipengaruhi pendapatan per kapita dan

harga pupuk urea.

Secara sistematis kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :


Harga Eceran Beras
Permintaan Beras
Jumlah Penduduk
Pendapatan Per Kapita
Penawaran Beras

Harga Pupuk Urea

Gambar 2.5. Skema Kerangka Pemikiran

2.4. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konseptual, maka hipotesis

penelitian ini adalah :

1. Harga eceran beras, jumlah penduduk, dan pendapatan per kapita berpengaruh

secara signifikan terhadap permintaan beras di Provinsi Sumatera Utara.

2. Harga Eceran Beras, jumlah penduduk, dan harga pupuk urea berpengaruh

secara signifikan terhadap penawaran beras di Provinsi Sumatera Utara.

3. Pendapatan per kapita dan harga pupuk urea berpengaruh signifikan terhadap

harga eceran beras di Provinsi Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


39

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitan yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

kuantitatif. Analisis kuantitatif yaitu penelitian yang menjelaskan kedudukan

antara variabel, yang menggunakan analisa data dengan statistik dan

ekonometrika.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, pada tahun 1988 –

2017 sehingga diperoleh sebanyak 30 pengamatan.

3.3. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini hanya terbatas pada data permintaan dan

penawaran beras, harga eceran beras, jumlah penduduk, pendapatan per kapita,

dan harga pupuk urea di Provinsi Sumatera Utara. Data yang digunakan secara

time series dengan rentang waktu tahun 1988 – 2017.

3.4. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

sekunder merupakan data primer yang telah diolah dan disajikan dalam tabel dan

dalam bentuk lain (Umar, 2008).

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dan diterbitkan oleh

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara, Dinas Ketahanan Pangan

Provinsi Sumatera Utara, dan instansi yang bersangkutan lainnya, serta data

Universitas Sumatera Utara


40

tersebut juga diambil dari buku-buku dan jurnal-jurnal ilmiah yang berhubungan

dengan Permintaan dan Penawaran Beras.

3.5. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan pendekatan persamaan simultan. Persamaan

simultan adalah persamaan estimasi dimana variabel terikat dari persamaan itu

juga merupakan variabel penjelas untuk salah satu atau lebih variabel bebasnya.

Variabel pada persamaan simultan yang nilainya ditentukan dalam model disebut

variabel endogen, sedangkan variabel pada persamaan simultan yang nilainya

ditentukan oleh variabel lain diluar model disebut variabel eksogen. Dengan

demikian setiap variabel endogen mempunyai persamaan struktural atau

persamaan perilaku sendiri (Yuwono, 2005).

Berdasarkan faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran beras

di Provinsi Sumatera Utara, maka fungsi permintaan dan penawaran beras adalah:

Qd = f (HEB , JPD, PPK).............................................................................(3.1)


Qs = f (HEB , JPD , HPU)….......................................................................(3.2)

Variabel-variabel tersebut dianalisis secara simultan, sehingga diperoleh

persamaan struktural sebagai berikut : (Koutsoyiannis, 1977)

Permintaan :

= + ……………….………………….…..(3.3)

Penawaran :

+ …………….………………….…... (3.4)

Universitas Sumatera Utara


41

Keterangan:

= Jumlah Permintaan Beras (Ton)

HEB = Harga Eceran Beras (Rp/Kg)

JPD = Jumlah Penduduk (Jiwa)

PPK = Pendapatan Per Kapita (Rp/Kapita)

= Jumlah Penawaran Beras (Ton)

HPU = Harga Pupuk Urea (Rp/Kg)

e dan u = Standar Error

= Parameter Penduga

Dari persamaan struktural diturunkan dalam model reduksi yaitu reduced

form. Dengan demikian dapat kita peroleh persamaan : (Koutsoyiannis, 1977)

+ = +

( ) = +

( ) =( ) ( )JPD ( + )

HEB = PPK HPU

HEB = PPK HPU U……………………………………(3.5)

Keterangan:

= Jumlah Permintaan Beras (Ton)

HEB = Harga Eceran Beras (Rp/Kg)

JPD = Jumlah Penduduk (Jiwa)

Universitas Sumatera Utara


42

PPK = Pendapatan Per Kapita (Rp/Kapita)

= Jumlah Penawaran Beras (Ton)

HPU = Harga Pupuk Urea (Rp/Kg)

e dan u = Standar Error

= Parameter Penduga

3.5.1. Model Identifikasi

Sebelum menentukan metode estimasi, maka dilakukan identifikasi pada

persamaan simultan, dimana dari masing-masing permasalahan identifikasi

tersebut dapat diketahui metode apa yang tepat. Dari persamaan diatas dapat di uji

identifikasi dengan order condition dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(Koutsoyiannis, 1977)

(K-M) ≥ (G-1)

Jika,

1. (K-M) < (G-1), maka persamaan disebut Under identified.

2. (K-M) = (G-1), maka persamaan disebut Exactly identified.

3. (K-M) > (G-1), maka persamaan disebut Over identified.

Keterangan :

K = Jumlah total variabel yang terdapat dalam model persamaan (eksogenous,

endogenous, predetermined)

M = Jumlah variabel yang ada pada suatu persamaan (eksogenous,dan

endogenous)

G = Jumlah persamaan yang ada dalam model simultan

Identifikasi persamaan simultan dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Universitas Sumatera Utara


43

Tabel 3.1. Identifikasi Persamaan Simultan


(K-M)
Persamaan Simultan K–M G-1 Keputusan
≥ (G-1)
= +
6–4 3-1 2>2 Exactly dentified

6–4 3-1 2>2 Exactly dentified


e

Karena semua persamaan tersebut telah teridentifikasi Exactly identified

dengan demikian model diatas dapat diselesaikan menggunakan metode Indirect

Last Square (ILS) dengan bantuan Program software Eviews 10 (Sumodiningrat,

1998).

3.6 Definisi dan Bantuan Operasional

a. Definisi

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka dibuat defisi

sebagai berikut :

1. Permintaan beras adalah banyaknya jumlah beras yang diminta oleh konsumen

pada waktu dan harga yang tertentu atau dengan kata lain adalah kebutuhan

beras konsumen di Provinsi Sumatera Utara dalam satuan Ton.

2. Penawaran beras adalah banyaknya jumlah beras yang ditawarkan oleh

produsen kepada konsumen pada waktu tertentu di Provinsi Sumatera Utara

dalam satuan Ton.

3. Harga eceran beras adalah harga beli konsumen beras yang ditetapkan oleh

pedagang di Provinsi Sumatera Utara dalam satuan Rupiah Per Kilogram.

4. Jumlah penduduk adalah tota jumlah seluruh penduduk di Provinsi Sumatera

Universitas Sumatera Utara


44

Utara dalam satuan Jiwa.

5. Pendapatan per kapita adalah penghasilan penduduk Provinsi Sumatera Utara

rata-rata per tahunnya dengan satuan Rupiah Per Kapita.

6. Harga Pupuk Urea adalah harga pupuk urea yang digunakan dalam produksi

padi di Provinsi Sumatera Utara dengan satuan Rupiah Per Kilogram.

b. Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah Provinsi Sumatera Utara

2. Sampel yang digunakan adalah sampel data mengenai segala hal yang

mempengaruhi permintaan dan penawaran beras selama tahun 1988-2017

secara berurutan. Data yang diambil adalah permintaan dan penawaran beras,

harga eceran beras, jumlah penduduk, pendapatan per kapita, dan harga pupuk

urea di Provinsi Sumatera Utara.

3. Waktu penelitian adalah tahun 2018/2019

3.7. Uji Statistik

3.7.1. Uji t (Uji Parsial)

Uji t bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak pengaruh setiap variabel

independen secara individual (parsial) terhadap perubahan variasi dari variabel

dependen. Pengujian dilakukan terhadap koefisien regresi secara individual,

dengan menggunakan statistik uji t yang mengikuti distribusi student dengan

derajat bebas (n-k) dengan n adalah jumlah observasi dan k adalah banyaknya

variabel independen ditambah dengan konstanta. Prosedur uji t pada koefisien

regresi parsial pada regresi berganda adalah dengan membuat hipotesis melalui uji

dua sisi. Kriteria pengujiannya yaitu:

Universitas Sumatera Utara


45

1. Jika Prob. < α, maka H0 ditolak dan Ha diterima yaitu terdapat pengaruh

yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen

dengan = 0,05.

2. Jika Prob. > α, maka H0 diterima dan Ha ditolak yaitu tidak terdapat

pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel

dependen dengan = 0,05.

3.7.2. Uji F (Uji Simultan)

Uji F-statistik ini adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui

pengaruh semua variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel

dependen dengan statistik uji F. Statistik uji F mengikuti distribusi F (Fa;(k-1),(n-

k)) dengan derajat bebas sebanyak (k-1) untuk numerator dan (n-k) untuk

denumerator, dimana k merupakan banyaknya parameter termasuk intersep/

konstanta, sedangkan n adalah banyaknya observasi. Kriteria uji F tersebut adalah

sebagai berikut: (Widarjono, 2007)

1. Jika Prob. (F-statistic) < α, maka H0 ditolak dan Ha diterima yaitu terdapat

pengaruh yang signifikan antara variabel independen secara bersama-sama

terhadap variabel dependen dengan = 0,05.

2. Jika Prob. (F-statistic) > α, maka H0 diterima dan Ha ditolak yaitu tidak

terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen secara

bersama-sama terhadap variabel dependen dengan = 0,05.

3.7.3. Koefisien Determinasi (R2)

Pengamatan terhadap koefisien determinasi dilakukan untuk melihat

seberapa besar kemampuan variabel independen secara bersama-sama memberi

Universitas Sumatera Utara


46

penjelasan terhadap variabel dependen. Nilai berkisar antara 0 sampai 1 (0

< R2 <1 ). Koefisien determinasi berguna untuk menguji kekuatan variabel -

variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen.

1. Jika R2 = 0 atau mendekati 0, maka tidak terdapat pengaruh yang

signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen.

2. Jika R2 = 1 atau mendekati 1, maka terdapat pengaruh yang signifikan

antara variabel independen terhadap variabel dependen.

Universitas Sumatera Utara


47

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Provinsi Sumatera Utara

Provinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, dengan letak

astronomis berada pada garis 10-40 Lintang Utara dan 980-1000 Bujur Timur.

Provinsi Sumatera Utara berbatasan dengan Provinsi Aceh di sebelah Utara,

Negara Malaysia (Selat Malaka) di sebelah Timur, Provinsi Riau dan Provinsi

Sumatera Barat di sebelah Selatan, dan di sebelah Barat berbatasan dengan

Samudera Hindia.

Tingkat kemiringan tanah di Sumatera Utara antara 0-12 % seluas 65,51

persen, antara 12-40 % seluas 8,64 persen, dan di atas 40 % seluas 24,28 persen.

Sedangkan luas wilayah Danau Toba 112.920 ha atau 1,57 persen. Wilayah

bagian Timur relatif datar, bagian Tengah bergelombang sampai berbukit dan

bagian Barat merupakan dataran bergelombang. Kabupaten yang memiliki

ketinggian paling tinggi di atas permukaan laut adalah Kabupaten Toba Samosir,

yakni sekitar 900—2,200 meter di atas permukaan laut.

Tabel 4.1 Statistik Geografis Sumatera Utara Tahun 2017


Uraian Satuan 2017
(1) (2) (3)
Luas Wilayah Km² 182.981,23
Luas Lautan Km² 110.000,00
Luas Daratan Km² 72.981,23
Pulau Buah 419
Pulau memiliki nama Buah 237
Sumber: Badan Pusat Statistik Sumatera Utara dan Statistik Indonesia 2017

Universitas Sumatera Utara


48

Peta Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada Gambar 4.1:

Gambar 4.1. Peta Provinsi Sumatera Utara

Luas daratan Sumatera Utara sekitar 3,82 persen dari luas Indonesia atau

mencapai 72.981,23 Km². Sebagian besar luas daratan berada di Pulau Sumatera

dan sebagian kecil berada di Pulau Nias, pulau-pulau Batu serta beberapa pulau

kecil. Kabupaten Langkat memiliki wilayah terluas di Sumatera Utara dengan luas

Universitas Sumatera Utara


49

6.262,00 Km² atau sekitar 8,58 persen dari total luas daratan Sumatera Utara

diikuti Kabupaten Mandailing Natal dengan luas 6.134,00 Km² atau sekitar 8,40

persen, kemudian Kabupaten Tapanuli Selatan dengan luas 6.030,47 Km² atau

sekitar 8,26 persen. Sedangkan luas daerah kabupaten/kota terkecil adalah Kota

Tebing Tinggi dengan luas 31,00 Km² atau sekitar 0,04 persen dari total luas

daratan Sumatera Utara.

Secara geografis, wilayah Provinsi Sumatera Utara dibagi dalam 3

kelompok wilayah/kawasan, yaitu: kawasan Pantai Barat, kawasan Dataran Tinggi

Bukit Barisan, dan kawasan Pantai Timur. Provinsi Sumatera Utara termasuk

daerah beriklim tropis dengan suhu maksimum absolut berada pada kisaran 32,8

0C - 35,0 0C dan suhu minimum absolut berada pada kisaran 18,6 0C - 20,9 0C.

Sedangkan penguapan berada pada kisaran 3,1-4,6 mm/hari.

Provinsi Sumatera Utara terbagi menjadi 25 kabupaten dan 8 kota yang

terdiri dari 449 kecamatan dan 6.113 desa/kelurahan. Pada tingkat administrasi

paling bawah, kecamatan terdiri dari kelurahan untuk daerah perkotaan dan desa

untuk daerah perdesaan. Secara keseluruhan, Provinsi Sumatera Utara terdiri dari

6.113 desa/kelurahan.

Berdasarkan hasil proyeksi sensus penduduk 2010, tercatat jumlah

penduduk Sumatera Utara pada tahun 2017 sebanyak 14,26 juta jiwa. Laju

pertumbuhan penduduk tahun 2010-2017 mencapai 1,30 persen per tahun, lebih

tinggi dibandingkan dengan tahun 2000-2010 sebesar 1,22 persen pertahun (hasil

sensus penduduk tahun 2010). Berdasarkan hasil sensus penduduk 2010, etnis

terbesar yang ada di Sumatera Utara adalah suku Batak (Karo, Simalungun,

Tapanuli/Toba, Mandailing dan Pakpak) 44,75 persen, kemudian suku yang

Universitas Sumatera Utara


50

berasal dari Jawa (Betawi, Banten, Sunda, Jawa dan Madura) 33,40 persen,

Nias6,36 persen, Melayu 5,86 persen, Cina 2,71 persen, Minang 2,66 persen dan

Aceh 0,97 persen. Dilihat dari kerukunan umat beragama, hasil sensus penduduk

2010 menunjukkan bahwa penduduk Sumatera Utara paling banyak memeluk

agama Islam sebesar 66,09 persen, kemudian agama Kristen (Katolik dan

Protestan) 31,40 persen, Budha 2,35 persen, Hindu 0,11persen, dan Konghucu

0,05 persen.

Upah minimun provinsi (UMP) merupakan upah terendah dan hanya

berlaku bagi pekerja lajang yang mempunyai masa kerja nol sampai satu tahun

untuk jabatan terendah dan pendidikan terendah. UMP merupakan issu yang

sangat sensitif di bidang ketenagakerjaan. UMP Sumatera Utara dari tahun ke

tahun mengalami kenaikan yang cukup berarti yaitu dari Rp 1.625.900,- tahun

2015 menjadi Rp 1.811.875,- tahun 2016 demikian halnya pada tahun 2017

meningkat menjadi Rp1.961.354,-.

Angkatan kerja di Sumatera Utara sebagian besar masih berpendidikan

SMA. Persentase angkatan kerja pada golongan ini mencapai 25,38 persen.

Angkatan kerja yang berpendidikan setingkat SMP sekitar 20,66 persen,

berpendidikan SMK sekitar 12,22 persen. Sedangkan berpendidikan

diploma/sarjana 12,53 persen.

Dalam kurun waktu 3 tahun terakhir, struktur pekerja di Sumatera Utara

didominasi oleh 3 (tiga) lapangan usaha, yaitu pertanian, kehutanan, perkebunan,

perikanan, peternakan; perdagangan, hotel dan restoran; serta jasa

kemasyarakatan. Pada tahun 2017, pekerja di lapangan usaha pertanian,

kehutanan, perkebunan,perikanan dan peternakan mencapai 37,52 persen;

Universitas Sumatera Utara


51

perdagangan, hotel dan restoran 22,16 persen; jasa kemasyarakatan 17,26 persen;

industri pengolahan 9,03 persen; bangunan 5,37 persen; pengangkutan dan

komunikasi 5,23 persen; dan lapangan usaha lainnya 3,43 persen.

Dalam kurun waktu 2015-2017, penduduk yang bekerja di lapangan usaha

pertanian, kehutanan, perkebunan, perikanan dan peternakan mengalami fluktuasi,

sempat meningkat di tahun 2016 dibandingkan dengan tahun 2015, menurun lagi

di tahun 2017. Begitu juga dalam kurun waktu yang sama, penduduk yang

bekerjadi lapangan usaha perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan

komunikasi serta jasa kemasyarakatan juga mengalami fluktuasi jumlah pekerja.

Perkembangan kesejahteraan penduduk salah satunya dapat diukur melalui

perkembangan tingkat pengeluaran. Secara umum, selama periode 2015-2017

tingkat kesejahteraan penduduk Sumatera Utara meningkat seperti yang

ditunjukkan oleh semakin meningkatnya tingkat pengeluaran per kapita sebagai

pendekatan pendapatan, baik secara nominal maupun riil. Pengeluaran rata-rata

sebulan penduduk per kapita tahun 2017 sebesar Rp 909.818,-, terdiri atas

pengeluaran untuk makanan Rp 522.766,- atau sebesar 57,46 persen dan untuk

bukan makanan Rp 387.051,- atau sebesar 42,54 persen.

Persentase pengeluaran makanan di Sumatera Utara tahun 2017 terbesar

digunakan untuk pengeluaran makanan dan minuman jadi yaitu 15,38 persen,

sedangkan untuk non makanan sebagian besar digunakan untuk perumahan dan

fasilitas rumah 20,43 persen. Rata-rata konsumsi kalori masyarakat Sumatera

Utara tahun 2017 yaitu sebesar 2.133,84 kilo kalori per hari, meningkat dari tahun

2016 yaitu 1.999,99 kilo kalori per hari.

Universitas Sumatera Utara


52

Pada tahun 2017 volume ekspor Sumatera Utara 8,98 juta ton dan volume

impor 7,04 juta ton. Jika dibandingkan dengan keadaan tahun 2016, volume

ekspor dan impor mengalami kenaikan masing-masing 7,03 persen dan 3,22

persen. Nilai ekspor Sumatera Utara pada tahun 2017 US$ 9,22 miliar dan nilai

impor mencapai US$ 4,64 miliar. Dengan demikian Sumatera Utara mempunyai

surplus perdagangan luar negeri US$ 4,58 miliar, yang berarti meningkat 18,65

persen dibandingkan tahun 2016.

Sumatera Utara umumnya mengekspor komoditinya ke Negara Amerika

Serikat, yang mencapai US$ 1,16 miliar atau sebesar 12,53 persen dan Tiongkok

yang mencapai US$ 1,14 miliar atau sebesar 12,39 persen. Sedangkan untuk

impor, terbesar berasal dari negara Tiongkok yang mencapai US$1,24 miliar atau

sebesar 26,83 persen dan Negara Singapura yang mencapai US$ 0,54 miliar atau

sebesar 11,69 persen. Kegiatan ekspor impor terbanyak dilakukan melalui

Pelabuhan Belawan dan Kuala Tanjung.

Kinerja perekonomian Sumatera Utara pada tahun 2017 tumbuh 5,12

persen, mengalami perlambatan dibandingkan tahun 2016 yang mencapai 5,18

persen. Lapangan usaha pengadaan listrik dan gas mengalami pertumbuhan

tertinggi yaitu 8,72 persen, diikuti oleh lapangan usaha informasi informasi dan

komunikasi 8,57 persen dan lapangan usaha jasa kesehatan dan kegiatan sosial

7,64 persen.

Pembangunan Sumatera Utara, berdasarkan pencapaian beberapa indikator

sosial dan ekonomi, menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Dari 9

(sembilan) provinsi yang berada di Sumatera, Indeks Pembangunan Manusia

(IPM) Sumatera Utara termasuk dalam kategori pembangunan berstatus tinggi

Universitas Sumatera Utara


53

serta sedikit di bawah angka IPM nasional sebesar 70,81. Kinerja perekonomian

Sumatera Utara menempati urutan ke-4 di Sumatera dengan laju pertumbuhan

ekonomi mencapai 5,12 persen, berada di bawah pertumbuhan nasional yang

sebesar 5,23 persen.

Pencapaian kinerja perekonomian ini masih menyisakan pekerjaan besar

berupa pengentasan kemiskinan bagi 9,28 persen jumlah penduduk Sumatera

Utara yang masih hidup di bawah garis kemiskinan.

4.2 Perkembangan Permintaan dan Penawaran Beras di Provinsi


Sumatera Utara

Permintaan dan penawaran beras adalah jumlah beras yang

diminta/ditawarkan untuk dikonsumsi oleh masyarakat Provinsi Sumatera Utara

pada tingkat harga dan jumlah tertentu, dinyatakan dalam satuan ton/tahun.

Perkembangan permintaan dan penawaran beras di Provinsi Sumatera Utara tahun

1988-2017 dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut ini :

2500000

2000000

1500000
Permintaa
1000000 n dan
Penawara
n Beras…
500000

0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Gambar 4.2. Perkembangan Permintaan dan Penawaran Beras di Provinsi
Sumatera Utara Tahun 1988-2017 (Ton)

Berdasarkan Gambar 4.2 dapat diketahui bahwa perkembangan

permintaan dan penawaran beras di Provinsi Sumatera Utara selama 30 tahun

Universitas Sumatera Utara


54

terakhir mengalami peningkatan, hal ini disebabkan oleh penduduk Provinsi

Sumatera Utara masih memilih nasi sebagai bahan makanan utama dalam rumah

tangga.

4.2.1 Perkembangan Harga Eceran Beras di Provinsi Sumatera Utara

Harga eceran beras adalah harga beli beras tingkat konsumen kepada

pedagang pengecer beras dalam satuan rupiah per kilogram. Perkembangan harga

eceran beras di Provinsi Sumatera Utara tahun 1988-2017 dapat dilihat pada

Gambar 4.3 berikut ini:

12100

10100

8100

6100 Harga
Eceran
4100 Beras
(Rp/Kg)
2100

100
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29

Gambar 4.3. Perkembangan Harga Eceran Beras di Provinsi Sumatera


Utara Tahun 1988-2017 (Rupiah/Kg)

Berdasarkan Gambar 4.3. dapat diketahui bahwa perkembangan harga

eceran beras di Provinsi Sumatera Utara selama 30 tahun terakhir mengalami

peningkatan, hal ini disebabkan oleh penghasilan padi diluar pulau sumatera

terutama pulau jawa yang berkurang karena maraknya alih fungsi lahan untuk

pemukiman dan pembangunan sehingga terjadi kelangkaan beras di Indonesia

yang menyebabkan harga semakin naik dan harga eceran beras di Provinsi

Sumatera Utara pun terjadi kenaikan.

Universitas Sumatera Utara


55

4.2.2 Perkembangan Jumlah Penduduk di Provinsi Sumatera Utara

Jumlah penduduk di Provinsi Sumatera Utara adalah total seluruh

penduduk yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Perkembangan jumlah

penduduk di Provinsi Sumatera Utara tahun 1988-2017 dapat dilihat pada Gambar

4.4. berikut ini:

15000000
14000000
13000000
12000000 Jumlah
Penduduk
11000000
(Jiwa)
10000000
9000000
8000000
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Gambar 4.4. Perkembangan Jumlah Penduduk di Provinsi Sumatera Utara
Tahun 1988-2017 (Jiwa)

Berdasarkan Gambar 4.4. dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di

Provinsi Sumatera Utara selama 30 tahun terakhir mengalami peningkatan, hal ini

disebabkan oleh banyaknya angka kelahiran yang terjadi setiap tahunnya

ditambah dengan jumlah pendatang dari luar Provinsi Sumatera Utara.

4.2.3 Perkembangan Pendapatan Per Kapita di Provinsi Sumatera Utara

Pendapatan per kapita di Provinsi Sumatera Utara adalah besarnya

pendapatan rata-rata penduduk di Provinsi Sumatera Utara. Perkembangan

pendapatan per kapita di Provinsi Sumatera Utara tahun 1988-2017 dapat dilihat

pada Gambar 4.5. berikut ini:

Universitas Sumatera Utara


56

50000000
45000000
40000000
35000000
30000000
25000000 Pendapatan
Per Kapita
20000000
15000000
10000000
5000000
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29

Gambar 4.5 Perkembangan Pendapatan Per Kapita di Provinsi Sumatera


Utara Tahun 1988-2017 (Rupiah/Kg)

Berdasarkan Gambar 4.5. dapat diketahui bahwa pendapatan per kapita di

Provinsi Sumatera Utara selama 30 tahun terakhir mengalami peningkatan.

Kondisi menunjukkan bahwa tingkat PDRB per kapita penduduk di Provinsi

Sumatera Utara yang relatif cukup baik, namun masih perlu ditingkatkan kualitas

distribusinya sehingga pendapatan semakin merata dan mengurangi angka

kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara. Peningkatan pendapatan juga disebabkan

oleh semakin meningkatnya pembangunan di Provinsi Sumatera Utara, yang pada

akhirnya akan dapat meningkatkan kesempatan kerja yang berdampak pada

peningkatan pendapatan penduduk. Adanya perbaikan dan penambahan jumlah

sarana dan prasarana yang dibangun oleh pemerintah juga akan memperlancar

kegiatan-kegiatan perekonomian sehingga dapat mendorong masyarakat untuk

membuka usaha maupun pengusahaan untuk memperbesar usahanya sehingga

dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat.

Universitas Sumatera Utara


57

4.2.4 Perkembangan Harga Pupuk Urea di Provinsi Sumatera Utara

Harga Pupuk Urea adalah harga pupuk urea yang mana pupuk ini adalah

pupuk yang memberikan konstribusi 40% terhadap keberhasilan produksi padi.

Perkembangan harga pupuk urea di Provinsi Sumatera Utara tahun 1988-2017

dapat dilihat pada Gambar 4.6 berikut ini:

4500
4000
3500
3000
2500 Harga
Pupuk
2000 Urea
1500 (Rp/Kg
1000 )
500
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Gambar 4.6 Perkembangan Harga Pupuk Urea di Provinsi Sumatera Utara
Tahun 1988-2017 (Rupiah/Kg)

Berdasarkan Gambar 4.6. dapat diketahui bahwa perkembangan harga

pupuk urea di Provinsi Sumatera Utara selama 30 tahun terakhir mengalami

kenaikan, hal ini bisa saja disebabkan karena kebutuhan pupuk urea yang terus

meningkat sebagai dampak perluasan areal tanam.

4.3 Hasil Persamaan Simultan dan Pembahasan

Variabel-variabel yang akan di uji dalam persamaan simultan yaitu

permintaan beras, penawaran beras, harga eceran beras, jumlah penduduk, harga

beras impor, dan harga pupuk urea. Enam variabel tersebut memiliki satuan yang

berbeda-beda, seperti: rupiah, kilogram, jiwa, maupun ton.

Universitas Sumatera Utara


58

4.3.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Beras di Provinsi


Sumtera Utara

Dalam persamaan simultan, permintaan beras sebagai variabel endogen

yang dipengaruhi oleh 3 variabel bebas yaitu harga eceran beras, jumlah

penduduk, dan pendapatan per kapita sebagai variabel eksogen. Pada model

persamaan simultan 3.3 didapati hasil persamaannya pada Tabel 4.2 sebagai

berikut ini :

Tabel 4.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Beras di Provinsi


Sumatera Utara

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 468260,3 213414,8 2.194132 0,0374


Harga Eceran Beras (HEB) 0,808776 8,339399 0.096982 0,9235
Jumlah Penduduk (JPD) 0,119207 0,020046 5.946675 0,0000
Pendapatan Per Kapita (PPK) 0,003297 0,001513 2.179586 0,0385

R-squared 0,952234 Mean dependent var 1965918.


Adjusted R-squared 0,946723 S.D. dependent var 203013,4
S.E. of regression 46859,14 Akaike info criterion 24,47125
Sum squared resid 5,71E+10 Schwarz criterion 24,65807
Log likelihood -363.0687 Hannan-Quinn criter. 24,53101
F-statistic 172,7752 Durbin-Watson stat 0,923043
Prob(F-statistic) 0,000000

Sumber: Hasil Pengolahan Lampiran 2

Dari estimasi yang telah dilakukan didapat model persamaan permintaan

beras dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

= 468260,3 )

Pada Tabel 4.2. hasil R² dari persamaan simultan permintaan beras di

Provinsi Sumatera Utara sebesar 0,9522 (95,22 persen), berarti kemampuan

Universitas Sumatera Utara


59

variasi variabel harga eceran beras, jumlah penduduk, dan harga beras impor

secara bersama-sama berpengaruh simultan sebesar 95,22 persen terhadap

permintaan beras di Provinsi Sumatera Utara, sedangkan sisanya 4,78 persen

dipengaruhi oleh variabel lain diluar model estimasi.

Sedangkan nilai Prob. (F-statistic) dari persamaan permintaan beras

sebesar 0,0000, berarti nilai Prob. (F-statistic) lebih kecil dari nilai α (0,0000 <

0,05), maka ditolak dan diterima yaitu secara bersama-sama terdapat

pengaruh hubungan yang positif yang signifikan antara harga eceran beras, jumlah

penduduk, dan harga beras impor terhadap permintaan beras di Provinsi Sumtera

Utara.

Dari Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa hasil estimasi koefisen variabel harga

eceran beras sebesar 0,8087 dan tingkat signifikan pada prob. 0,9235> α = 0,05

maka diterima dan ditolak. Artinya secara parsial terdapat pengaruh positif

dan tidak signifikan antara harga eceran beras terhadap permintaan beras di

Provinsi Sumatera Utara. Jika terjadi kenaikan harga eceran beras di Provinsi

Sumatera Utara sebesar 1 rupiah per kilogram, maka permintaan beras di Provinsi

Sumatera Utara akan meningkat sebesar 0,8087 ton dalam satu tahun, cateris

paribus. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hukum permintaan menurut

Sukirno (2010) mengatakan dalam hukum permintaan dijelaskan sifat hubungan

antara permintaan suatu barang dengan tingkat harganya. Hukum permintaan pada

hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan: semakin rendah harga

suatu barang maka semakin banyak permintaan terhadap barang tersebut.

Sebaliknya, semakin tinggi harga barang maka semakin sedikit permintaan

terhadap barang tersebut. Hal ini disebabkan oleh beras yang bersifat inelastis

Universitas Sumatera Utara


60

yaitu perubahan harga tidak mengurangi konsumen tetap mengkonsumsi beras

mengingat beras merupakan makanan pokok penduduk terutama penduduk

Provinsi SumateraUtara yang telah terbiasa mengkonsumsi beras. Hasil penelitian

ini didukung oleh Krisnamurti (2006) yang mengatakan bahwa sebagai komoditas

denganpermintaan yang inelastis yaitu perubahanharga hamper tidak

menyebabkan perubahan jumlah permintaan konsumen. Jika ketersediaan kurang,

harga langsung naik karena konsumen tidak melakukan penyesuaian atas

konsumsinya.

Hasil estimasi koefisen variabel jumlah penduduk sebesar 0,1192 dan

tingkat signifikan pada prob. 0,0000 < α = 0,05 maka ditolak dan diterima.

Artinya secara parsial terdapat pengaruh positif dan signifikan antara jumlah

penduduk terhadap permintaan beras di Provinsi Sumatera Utara. Jika terjadi

peningkatan jumlah penduduk di Provinsi Sumatera Utara sebesar 1 jiwa, maka

permintaan beras di Provinsi Sumatera Utara akan meningkat sebesar 0,1192 ton

dalam satu tahun, cateris paribus. Hasil penelitian ini sesuai dengan isi buku

Sukirno (2010) yang mengatakan bahwa pertambahan penduduk tidak dengan

sendirinya menyebabkan pertambahan permintaan. Tetapi biasanya pertambahan

penduduk diikuti oleh perkembangan dalam kesempatan kerja. Dengan demikian

lebih banyak orang yang menerima pendapatan dan ini menambah daya beli

dalam masyarakat. Pertambahan daya beli ini akan menambah permintaan.

Penduduk di Provinsi Sumatera Utara merupakan penduduk yang tingkat

konsumsi berasnya tinggi atau dengan kata lain beras menjadi bahan makanan

pokok utama.

Universitas Sumatera Utara


61

Sedangkan hasil estimasi koefisen variabel pendapatan per kapita sebesar

0,0032 dan tingkat signifikan pada prob. 0,0385 < α = 0,05 maka ditolak dan

diterima. Artinya secara parsial terdapat pengaruh positif dan signifikan antara

pendapatan perkapita terhadap permintaan beras di Provinsi Sumatera Utara. Jika

terjadi kenaikan pendapatan perkapita di Provinsi Sumatera Utara sebesar 1

rupiah, maka permintaan beras di Provinsi Sumatera Utara akan meningkat

sebesar 0,0032 ton dalam satu tahun, cateris paribus. Hasil penelitian ini

didukung oleh Rahmanta (2018) yang dalam bukunya mengatakan bahwa

perubahan pendapatan akan mempengaruhi banyaknya barang yang dikonsumsi.

Bahkan seringkali dijumpai dengan bertambahnya pendapatan, maka barang yang

dikonsumsi bukan saja bertambah tetapi juga kualitas barang tersebut akan

bertambah juga. Misalnya, sebelum ada pertambahan pendapatan beras yang

dikonsumsi adalah yang kualitas kurang baik seperti varitas IR atau varitas

lainnya, tetapi setelah ada tambahan pendapatan maka konsumsi beras akan

bertambah dan vaitas yangdibeli adalahvaritas yang berkualitas sangat baik,

seperti beras Cianjur dan sebagainya.

4.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penawaran Beras di Provinsi


Sumatera Utara
Dalam persamaan simultan, penawaran beras sebagai variabel endogen

yang dipengaruhi oleh 3 variabel bebas yaitu harga eceran beras, jumlah

Penduduk, dan harga pupuk urea. Pada model persamaan simultan 3.4 didapati

hasil persamaannya pada Tabel 4.3 sebagai berikut ini :

Universitas Sumatera Utara


62

Tabel 4.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penawaran Beras di Provinsi


Sumatera Utara

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 284842,2 217964,5 1,306828 0,2027


Harga Eceran Beras (HEB) 43,37931 16,30660 2,660230 0,0132
JUmlah Penduduk (JPD) 0,141772 0,021249 6,671896 0,0000
Harga Pupuk Urea (HPU) -127,6415 57,71930 -2,211418 0,0360

R-squared 0,952451 Mean dependent var 1965918.


Adjusted R-squared 0,946964 S.D. dependent var 203013,4
S.E. of regression 46753,01 Akaike info criterion 24,46671
Sum squared resid 5,68E+10 Schwarz criterion 24,65354
Log likelihood -363,0007 Hannan-Quinn criter. 24,52648
F-statistic 173,5999 Durbin-Watson stat 1,452135
Prob(F-statistic) 0,000000
Sumber: Hasil Pengolahan Lampiran 3

Dari estimasi yang telah dilakukan didapat model persamaan penawaran

beras dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Pada Tabel 4.3. hasil R² dari persamaan simultan penawaran beras di

Provinsi Sumatera Utara sebesar 0,9524 (95,24 persen), berarti kemampuan

variasi variabel harga eceran beras, jumlah penduduk, dan harga pupuk urea

secara bersama-sama berpengaruh simultan sebesar 95,24 pesen terhadap

penawaran beras di Provinsi Sumatera Utara, sedangkan sisanya 4,76 persen

dipengaruhi oleh variabel lain diluar model estimasi.

Sedangkan nilai Prob. (F-statistic) dari persamaan penawaran beras

sebesar 0,0000, berarti nilai Prob. (F-statistic) lebih kecil dari nilai α (0,0000 <

0,05), maka ditolak dan diterima yaitu secara bersama-sama terdapat

pengaruh hubungan yang positif yang signifikan antara harga eceran beras, jumlah

Universitas Sumatera Utara


63

penduduk, dan harga pupuk urea dan terhadap penawaran beras di Provinsi

Sumtera Utara.

Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa hasil estimasi koefisen variabel harga

eceran beras sebesar dan tingkat signifikan pada prob. 0,0132< α = 0,05

maka ditolak dan diterima. Artinya secara parsial terdapat pengaruh positif

dan signifikan antara harga eceran beras terhadap penawaran beras di Provinsi

Sumatera Utara. Jika terjadi kenaikan harga eceran beras di Provinsi Sumatera

Utara sebesar 1 rupiah per kilogram, maka penawaran beras di Provinsi Sumatera

Utara akan meningkat sebesar 43,3793 ton dalam satu tahun, cateris paribus.

Penelitian ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Sukirno (2010) dalam bukunya

bahwa hukum penawaran adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tentang sifat

hubungan antara harga suatu barang dan jumlah barang tersebut yang ditawarkan

oleh penjual. Didalam hukum penawaran ini dinyatakan bagaimana keinginan

para penjual untuk menawarkan barangnya apabila harganya tinggi dan

bagaimana pula keinginan untuk menawarkan barangnya tersebut apabila

harganya rendah. Hukum penawaran pada dasarnya mengatakan bahwa semakin

tinggi harga suatu barang, maka semakin banyak jumlah barang tersebut yang

akan ditawarkan oleh penjual. Sebaliknya, jika semakin rendah harga suatu

barang, maka semakin sedikit jumlah barang tersebut yang akan ditawarkan oleh

penjual.

Hasil estimasi koefisen variabel jumlah penduduk sebesar 0,1417 dan

tingkat signifikan pada prob. 0,0000 < α = 0,05 maka ditolak dan diterima.

Artinya secara parsial terdapat pengaruh positif dan signifikan antara jumlah

penduduk terhadap penawaran beras di Provinsi Sumatera Utara. Jika terjadi

Universitas Sumatera Utara


64

peningkatan jumlah penduduk di Provinsi Sumatera Utara sebesar 1 jiwa, maka

penawaran beras di Provinsi Sumatera Utara akan meningkat sebesar 0,1417 ton

dalam satu tahun, cateris paribus. Hasil penelitian ini sesuai dengan menurut

Mankiw (2003) dalam bukunya mengatakan bahwa jumlah penduduk merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi penawaran terhadap suatu barang akan

meningkat. Beras merupakan makanan pokok yang harus dipenuhi.jika jumlah

penduduk terus meningkat, maka jumlah konsumsi beras akan ikut meningkat.

Hasil estimasi koefisen variabel harga pupuk urea sebesar -127,6415 dan

tingkat signifikan pada prob. 0,0360 < α = 0,05 maka ditolak dan diterima.

Artinya secara parsial terdapat pengaruh positif dan signifikan antara harga pupuk

urea terhadap penawaran beras di Provinsi Sumatera Utara. Jika terjadi kenaikan

harga pupuk urea di Provinsi Sumatera Utara sebesar 1 rupiah per kilogram, maka

penawaran beras di Provinsi Sumatera Utara akan menurun sebesar 127,6415 ton

dalam satu tahun, cateris paribus. Penelitian ini sesuai dengan menurut Daniel

(2002) dalam bukunya yang menyatakan bahwa bila harga faktor produksi

meningkat, kecenderungan pengurangan penggunaannya berdampak pada hasil

yang juga akan turun. Turunnya hasil secara otomatis menyebabkan turunnya

penawaran. Tetapi pada beberapa situasi Petani tetap mengadakan penanaman

padi dan tetap membeli pupuk tersebut sebagai kebutuhan tanaman padi Petani

sehingga produksi padi dapat meningkat karena mengingat pupuk urea

memberikan kontribusi 40%. terhadap keberhasilan produksi padi.

4.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Eceran Beras di Provinsi


Sumatera Utara

Dalam persamaan simultan, harga eceran beras sebagai variabel endogen

Universitas Sumatera Utara


65

yang dipengaruhi oleh 2 variabel bebas yaitu pendapatan per kapita dan harga

pupuk urea. Pada model persamaan simultan 3.5 didapati hasil persamaannya

pada Tabel 4.4. sebagai berikut ini:

Tabel 4.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Eceran Beras di


Provinsi Sumatera Utara

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -1163,406 175,4041 -6,632717 0,0000


Pendapatan Per Kapita (PPK) 4,50E-05 1,28E-05 3,526173 0,0015
Harga Pupuk Urea (HPU) 2,754156 0,165775 16,61380 0,0000

R-squared 0,985368 Mean dependent var 4506,567


Adjusted R-squared 0,984284 S.D. dependent var 3646,431
S.E. of regression 457,1327 Akaike info criterion 15,18246
Sum squared resid 5642199. Schwarz criterion 15,32258
Log likelihood -224,7370 Hannan-Quinn criter. 15,22729
F-statistic 909,1125 Durbin-Watson stat 0,949578
Prob(F-statistic) 0,000000

Sumber: Hasil Pengolahan Lampiran 4

Dari estimasi yang telah dilakukan didapat model persamaan harga eceran

beras dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

HEB = -1163,406

Pada Tabel 4.4. hasil R² dari persamaan simultan harga eceran beras di

Provinsi Sumatera Utara sebesar 0,9853 (98,53 persen), berarti kemampuan

variasi variabel harga beras impor dan harga pupuk urea secara bersama-sama

berpengaruh simultan sebesar 98,53 pesen terhadap harga eceran beras di Provinsi

Sumatera Utara, sedangkan sisanya 1,47 persen dipengaruhi oleh variabel lain

diluar model estimasi.

Universitas Sumatera Utara


66

Sedangkan nilai Prob. (F-statistic) dari persamaan harga eceran beras

sebesar 0,0000, berarti nilai Prob. (F-statistic) lebih kecil dari nilai α (0,0000 <

0,05), maka ditolak dan diterima yaitu secara bersama-sama terdapat

pengaruh hubungan yang positif yang signifikan antara variabel harga beras impor

dan harga pupuk urea terhadap harga eceran beras di Provinsi Sumtera Utara.

Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa hasil estimasi koefisen variabel

pendapatan per kapita sebesar dan tingkat signifikan pada prob. 0,0015 < α

= 0,05 maka ditolak dan diterima. Artinya secara parsial terdapat pengaruh

positif dan signifikan antara pendapatan per kapita terhadap harga eceran beras di

Provinsi Sumatera Utara. Jika terjadi kenaikan pendapatan per kapita di Provinsi

Sumatera Utara sebesar 1 rupiah, maka harga eceran beras di Provinsi Sumatera

Utara akan meningkat sebesar 4,50 rupiah dalam satu tahun, cateris paribus. Hasil

Penelitian ini didukung dengan hasil penelitian Asnidar (2015) bahwa PDRB

perkapita secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan terhadap harga beras di

Kota Medan. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan menurut Daniel (2002) dalam

bukunya yang mengatakan bahwa sebenarnya, semakin tinggi pendapatan

konsumen, semakin beragam dan bermutu barang yang diinginkan. Dalam

pemenuhan permintaan konsumen, lembaga niaga akan berusaha untuk merubah

bentuk, meningkatkan kualitas barang, dan sebagainya, sehingga hal ini juga

menyebabkan semakin tingginya biaya tata niaga. Karena itu, nilai hasil pertanian

yang diterima konsumen memperoleh nilai tambah yang relatif semakin besar dan

presentase nilai rupiah yang di terima Petani produsen menjadi semakin kecil.

Sedangkan Hasil estimasi koefisen variabel harga pupuk urea sebesar

2,7541 dan tingkat signifikan pada prob. 0,0000 < α = 0,05 maka ditolak dan

Universitas Sumatera Utara


67

diterima. Artinya secara parsial terdapat pengaruh positif dan signifikan antara

harga pupuk urea terhadap harga eceran beras di Provinsi Sumatera Utara. Jika

terjadi kenaikan harga pupuk urea di Provinsi Sumatera Utara sebesar 1 rupiah per

kilogram, maka harga eceran beras beras di Provinsi Sumatera Utara akan

meningkat sebesar 2,7541 rupiah dalam satu tahun, cateris paribus. Hasil

penelitian ini sesuai menurut Kleinsteuber (2007) dalam bukunya yang

mengatakan bahwa biaya produksi senantiasa tetap menjadi salah satu bahan

pertimbangan penting dalam menentukan harga dan strategi harga. Maka jika

harga input produksi naik terutama pupuk urea yang merupakan pupuk yang

memberikan konstribusi 40 persen terhadap keberhasilan produksi padi, Petani

pun menaikkan harga produksi padi. Selain itu juga bisa disebakan, karena

naiknya harga input, Petani mengurangi penanaman yang berakibat berkurangnya

produksi dan penawaran sehingga harga barang tersebut menjadi naik.

Universitas Sumatera Utara


68

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian ini, maka dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut :

1. Harga eceran beras, jumlah penduduk, dan harga beras impor secara bersama-

sama berpengaruh signifikan terhadap permintaan beras di Provinsi Sumatera

Utara. Variabel harga eceran beras secara parsial berpengaruh positif dan

tidak signifikan terhadap permintaan beras di Provinsi Sumatera Utara,

sedangkan variabel jumlah penduduk dan harga beras impor secara parsial

berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan beras di Provinsi

Sumatera Utara.

2. Harga eceran beras, jumlah penduduk, dan harga pupuk urea secara bersama-

sama berpengaruh signifikan terhadap penawaran beras di Provinsi Sumatera

Utara. Variabel harga eceran beras dan jumlah penduduk secara parsial

berpengaruh positif dan signifikan terhadap penawaran beras di Provinsi

Sumatera Utara sedangkan variabel harga pupuk urea secara parsial

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penawaran beras di Provinsi

Sumatera Utara.

3. Pendapatan per kapita dan harga pupuk urea secara bersama-sama

berpengaruh signifikan terhadap harga eceran beras di Provinsi Sumatera

Utara. Variabel pendapatan perkapita dan harga pupuk urea secara parsial

berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga eceran beras di Provinsi

Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


69

5.2 Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan maka saran yang diajukan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Diharapkan pemerintah harus sering melakukan operasi pasar sebagai salah

satu bentuk pengendalian harga beras disamping program-program lainnya.

Dengan terkendalinya harga beras dipasar, diharapkan seluruh lapisan

masyarakat di Provinsi Sumatera Utara dapat memenuhi kebutuhan pokoknya

yaitu beras dengan harga yang relatif terjangkau. Dengan terkendalinya harga

beras diharapkan agar Petani tidak mengalami kerugian untuk menjual padi

mereka dan pendapatan masyarakat mampu untuk membeli beras serta

kebutuhan lainnya.

2. Diharapkan kepada pemerintah lebih meningkatkan subsidi pupuk terutama

pada pupuk urea karena dalam penelitian ini pupuk urea merupakan salah satu

yang mempengaruhi banyaknya penawaran beras dan harga beras.

3. Kepada Petani diharapkan mampu meningkatkan jumlah produksi padinya

untuk memenuhi permintaan beras di Provinsi Sumatera Utara yang

meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk di Provinsi

Sumatera Utara, salah satunya dengan menggunaakan bibit dan pupuk

unggul.

Universitas Sumatera Utara


70

DAFTAR PUSTAKA

Adam, et al. 2017. Analysis of Rice Distributtion in South Sumatera, Indonesia.


International Journal of Economics and Financial Issue.

Aji, Joni M. M., dan Yuli Haryati. 2005. Indonesian Rice Supply Performance In
The Trade Liberalization Era.

Amang (a), B. 1993. Ekonomi Perberasan, Jagung, dan Minyak Sawit di


Indonesia. Dharma Karsa Utama. Jakarta.

Amang (b), B. 1995. Sistim Pangan Nasional. Dharma Karsa Utama. Jakarta.

Badan Pusat Statistik (BPS). Luas Panen, Produksi, dan Produksi Padi Sumatera
Utara dan Jumlah Penduduk Sumatera Utara.

Daniel, M. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.

Fauzi, Achmad. 2018. Begini Perjalanan Impor Beras Indonesia Sejak Tahun
2000 hingga 2018. Kompas.com.

Hung, et al. Climate Change Effects on Supply and Demand of Rice in India.
2017. Social Sciences Division. Japan International Research Center for
Agricultural Sciences. Japan.

Irawan, Andi. 2011. Analisis Penawaran dan Permintaan Beras di Luar Jawa.
Penelitian Fakultas Ekonomi IPB.

Kadariah. 1994. Teori Ekonomi Mikro. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.


Jakarta.

Kementrian Pertanian. 2018. Dinas Kementrian Sumatera Utara. Sumatera Utara.

Kleinsteuber, F. 2007. Hak Cipta Siswanto Sutojo. Effective Price Strategy To


Increase Your Profit. PT. Damar Mulia Pustaka. Jakarta.

Koutsoyiannis, A. 1977. Theory of Econometrics. Second Edition. Professor of


Economics University of Waterloo, Ontario. Harper and Row Publishers,
INC. Barnes and Noble Import Division. U.S.A.

Krisnamuthi, Bayu. 2006. Fakta dan Kebijakan Perberasan.


http://nasih.staff.ugm.ad.id. Diunduh 9 Oktober 2011.

Kunarjo. 2003. Glosarium Ekonomi Keuangan dan Pembangunan. UI Press.


Jakarta.

Universitas Sumatera Utara


71

Lisna, Vera dan Nila Rifai. 2009. Analisis Faktor-Faktor Ekonomi Makro yang
mempengaruhi Tingkat Konsumsi pada Era Pemerintahan Susilo Bambang
Yudhoyono Jilid 1. Jurnal Mahasiswa program Doktor Mayor Ekonomi
Pertanian IPB.
Lispey, R.G., dan P. N. Courant. 1996. Microeconomics. Eleventh Edition. Harper
Collins College Publisher. New York.

Mankiw, N. G. 2000. Pengantar Ekonomi. Jilid .1 Diterjemahkan oleh Haris


Munandar. Penerbit : Erlangga. Jakarta.

Mankiw, N. G. 2007. Makroekonomi. Terjemahan. Erlangga. Jakarta.

Mubyarto. 2007. Pengantar EkonomiPertanian. LP3ES. Edisi III. Jakarta.

Noeriati, Djohar R.D., M. Harry Susanto & Nuhfil Hanani., 2008 Simulasi
Pengaruh Kebijakan Pemerintah Terhadap Harga Beras di Indonesia.
Jurnal Agritek volume 16 No. 11.

Nurfathiyah, Pera., dan Edison. 2011. Analisis Permintaan dan Penawaran Beras
di Provinsi Jambi. Staff Pengajar Program Studi Agribisnis Pertanian
Universitas Jambi. Jambi.

Nurjayanti, Eka Dewi. 2011. Peramalan Penawaran dan Permintaan Beras pada
Era Otonomi Daerah di Kabupaten Sukoharjo. Tesis Universitas Sebelas
Maret.

Prasetyo, et al. 2016. Import Demand Function of Rice in Indonesia. Jurnal


Habitat. Universitas Brawijaya. Malang.

Rahim, et al. 2017. Supply and Demand Rice in Malaysia : A System Dynamics
Approach. School of Quantitative Sciences. Universiti Utara Malaysia.
Malaysia.

Rahmanta. 2018. Ekonomi Pertanian. Cetakan Ke-2. Universitas Sumatera


Utara. Medan. Sumatera Utara.

Ruatiningrum, Lyza Widya. 2011. Dampak Kebijakan Pemerintah dan Perubahan


Faktor Lain terhadap Permintaan dan Penawaran Beras di Indonesia:
Analisis Simulasi Kebijakan. Skripsi. Departemen Ekonomi Sumberdaya
dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. IPB. Bogor

Sawit, Mohamad Husein. 2011. Reformasi Kebijakan Harga Produsen Dan


Dampaknya Terhadap Daya Saing Beras.

Penawaran dan Permintaan Beras di Provinsi Riau. Pekbis Jurnal.

Sudarsono. 1990. Pengantar Teori Ekonomi Mikro. LP3ES. Jakarta.

Universitas Sumatera Utara


72

Sukirno, Sadono. 2010. Teori Pengantar Mikro Ekonomi. Rajawali Pers. Jakarta.

Sumodiningrat, Gunawan. 1994. Pengantar Ekonometrika. Dosen Fakultas


Ekonomi. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Sunani, Nani. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan
Konsumsi Beras di Kabupaten Siak, Riau. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan
Managemen. Institut Pertanian Bogor.

Suparyono dan A. Setyanto. 1997. Mengatasi Permasalahan Budidaya Padi.


Penebar Swadaya. Jakarta.

Supriana, T dan TC Pane. 2018. Pengaruh karakteristik konsumen terhadap


jumlah konsumsi beras. Konferensi Internasional tentang Pertanian,
Lingkungan, dan Ketahanan Pangan. Penerbitan TIO IOP Conf. Seri: Ilmu
Bumi dan Lingkungan.
Tarigan, K. 1997. Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian Sumatera Utara.
Sumatera Utara.

Tarigan, Wahidin., Zulkarnaian Lubis., Zahari Zein. 2011. Analisis Permintaan


dan Penawaran Beras di Provinsi Sumatera Utara. Dosen Magister
Agribisnis Universitas Medan Area. Universitas Medan Area.

Tim Pengkajian KebijakanPerberasan Nasional. 2001. Bunga rampai Ekonomi


Beras. LPEM-FEUI. Jakarta

Winarto, Hari. 2009. Analisis Permintaan dan Penawaran Beras di Jawa Tengah.
Majalah Ilmiah Ekonomika Volume 13 Nomor 1, Februari 2010 : 1-46.

Universitas Sumatera Utara


73

LAMPIRAN

Lampiran 1 DATA VARIABEL PERTAHUN


NO TAHUN QD=QS HEB JPS PPK HPU
1 1988 1.601.220 488 9.600.100 750.600 489
2 1989 1.630.100 490 9.739.700 977.800 531
3 1990 1.700.000 580 10.187.450 1.540.800 550
4 1991 1.706.100 582 10.600.400 1.910.670 576
5 1992 1.715.215 681 10.761.897 2.580.888 590
6 1993 1.744.899 753 10.813.400 2.298.094 600
7 1994 1.770.890 868 10.981.100 2.191.418 750
8 1995 1.800.891 920 11.145.300 2.326.448 800
9 1996 1.801.811 995 11.506.300 3.505.100 900
10 1997 1.837.415 1.099 11.955400 2.869.993 1.100
11 1998 1.843.524 2.090 11.754.100 1.551.379 1.300
12 1999 1.865.515 2.556 11.854.750 1.096.126 1.450
13 2000 1.910.140 2.596 11.476.272 3.728.518 1.375
14 2001 1.920.410 2.645 11.522.548 4.741.914 1.325
15 2002 1.996.722 3.209 11.763.692 8.482.946 1.450
16 2003 2.025.527 3.792 12.006.536 25.070.931 1.500
17 2004 2.035.817 4.202 12.421.256 20.110.777 1.511
18 2005 2.064.194 4.852 12.500.167 25.7105.61 1.723
19 2006 2.068.005 6.100 12.643.494 31.411.435 1.911
20 2007 2.159.931 6.246 12.834.371 35.444.120 2.221
21 2008 2.140.243 6.430 13.042.317 17.813.290 2.243
22 2009 2.187.491 6.516 13.118.386 18.381.013 2.411
23 2010 2.113.497 8.216 13.132.204 21.236.780 2.678
24 2011 2.117.226 8.434 13.143.596 23.108.505 2.800
25 2012 2.123.417 9.168 13.215.401 25.036.879 3.230
26 2013 2.151.333 9.399 13.326.307 26.343.040 3.314
27 2014 2.198.678 9.616 13.766.851 33.477.071 3.565
28 2015 2.147.964 10.261 13.937.797 35.637.413 3.611
29 2016 2.299.100 10.313 14.102.911 40.885.087 3.750
30 2017 2.300.260 11.100 14.262.147 45.183.579 3.900
Sumber: Badan Pusat Statistik dan Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera
Utara

Universitas Sumatera Utara


74

Lampiran 2 Hasil Persamaan Simultan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Permintaan Beras di Provinsi Sumatera Utara

Dependent Variable: QD
Method: Least Squares
Date: 05/14/19 Time: 01:53
Sample: 1988 2017
Included observations: 30

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 468260,3 213414,8 2,194132 0,0374


HEB 0,808776 8,339399 0,096982 0,9235
JPD 0,119207 0,020046 5,946675 0,0000
PPK 0,003297 0,001513 2,179586 0,0385

R-squared 0,952234 Mean dependent var 1965918.


Adjusted R-squared 0,946723 S.D. dependent var 203013,4
S.E. of regression 46859,14 Akaike info criterion 24,47125
Sum squared resid 5,71E+10 Schwarz criterion 24,65807
Log likelihood -363,0687 Hannan-Quinn criter. 24,53101
F-statistic 172,7752 Durbin-Watson stat 0,923043
Prob(F-statistic) 0,000000

Keterangan :

QD : Permintaan Beras
HEB : Harga Eceran Beras
JPD : Jumlah Penduduk
PPK : Pendpatan Per Kapita

Universitas Sumatera Utara


75

Lampiran 3 Hasil Persamaan Simultan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Penawaran Beras di Provinsi Sumatera Utara

Dependent Variable: QS
Method: Least Squares
Date: 05/10/19 Time: 06:38
Sample: 1988 2017
Included observations: 30

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 284842,2 217964,5 1,306828 0,2027


HEB 43,37931 16,30660 2,660230 0,0132
JPD 0,141772 0,021249 6,671896 0,0000
HPU -127,6415 57,71930 -2,211418 0,0360

R-squared 0,952451 Mean dependent var 1965918.


Adjusted R-squared 0,946964 S.D. dependent var 203013,4
S.E. of regression 46753,01 Akaike info criterion 24,46671
Sum squared resid 5,68E+10 Schwarz criterion 24,65354
Log likelihood -363,0007 Hannan-Quinn criter. 24,52648
F-statistic 173,5999 Durbin-Watson stat 1,452135
Prob(F-statistic) 0,000000

Keterangan :

QS : Penawaran Beras
HEB : Harga Eceran Beras
JPD : Jumlah Penduduk
HPU : Harga Pupuk Urea

Universitas Sumatera Utara


76

Lampiran 4 Hasil Persamaan Simultan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Harga Eceran Beras di Provinsi Sumatera Utara

Dependent Variable: HEB


Method: Least Squares
Date: 05/14/19 Time: 01:56
Sample: 1988 2017
Included observations: 30

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -1163,406 175,4041 -6,632717 0,0000


PPK 4,50E-05 1,28E-05 3,526173 0,0015
HPU 2,754156 0,165775 16,61380 0,0000

R-squared 0,985368 Mean dependent var 4506,567


Adjusted R-squared 0,984284 S.D. dependent var 3646,431
S.E. of regression 457,1327 Akaike info criterion 15,18246
Sum squared resid 5642199. Schwarz criterion 15,32258
Log likelihood -224,7370 Hannan-Quinn criter. 15,22729
F-statistic 909,1125 Durbin-Watson stat 0,949578
Prob(F-statistic) 0,000000

Keterangan :

HEB : Harga Eceran Beras


PPK : Pendapatan Per Kapita
HPU : Harga Pupuk Urea

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai