Anda di halaman 1dari 15

CORE Metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk
Provided by eJournal of Sunan Gunung Djati State Islamic University (UIN)

Edisi Mei 2017 Volume X No. 1 ISSN 1979-8911

POLA KEMITRAAN ANTARA PETANI DENGAN


PT INDOFOOD FRYTO-LAY MAKMUR PADA USAHATANI
KENTANG INDUSTRI VARIETAS ATLANTIK
(Suatu Kasus di Desa Cigedug Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut)

Kundang Harisman, Ir., M.Si.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan usahatani kentang


industri varietas Atlantik yang dilakukan petani di Desa Cigedug pada pola
kemitraan dan pendapatan petani dari usahatani kentang industri varietas Atlantik.
Teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode survei. Objek
penelitian adalah variabel-variabel yang berhubungan dengan penelitian, yaitu
usahatani keragaan kentang industri, bentuk kemitraan, biaya dan pendapatan. Unit
analisanya yaitu petani kentang industri yang bermitra dengan PT Indofood Fryto-
Lay Makmur. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa usahatani kentang Atlantik
pola kemitraan merupakan suatu kegiatan ekonomi. Petani kentang Atlantik yang
melakukan kemitraan dengan PT Indofood Fryto-Lay Makmur, dalam satu tahun
melaksanakan usahatani kentang sebanyak dua kali periode. Kerangka sistem
usahataninya menyangkut subsistem penyediaan sarana produksi, proses produksi,
dan pemasaran. Penyediaan sarana produksi meliputi penyediaan lahan, pupuk, obat-
obatan, obat-obatan, tenaga kerja, dan biaya panen disediakan oleh petani,
sedangkan perusahaan mitra membantu dalam penyediaan bibit import. Dalam hal
pemasaran, setiap hasil produksi yang memenuhi spesifikasi produk dapat
ditampung oleh perusahaan mitra. Pola kemitraan usahatani kentang Atlantik di
Desa Cigedug antara petani dengan PT Indofood Fryto-Lay Makmur berbentuk pola
kemitraan pasar yang saling menguntungkan, yaitu perusahaan mitra diuntungkan
dengan adanya pasokan bahan baku yang pasti dan petani mendapatkan keuntungan
dari penjualan produknya dengan ketersediaan pasar yang telah siap menampung
produknya. Besarnya biaya produksi usahatani kentang Atlantik ditentukan dengan
besarnya biaya tetap dan biaya variabel. Rata-rata total biaya produksi dengan luas
lahan 2,28 ha mencapai Rp. 86.726.526,45, sedangkan produksi yang dapat dipasok
petani dan dapat diterima oleh perusahaan adalah 33.804,95 kg dengan harga Rp.
9.750 per kg, hasil penjualan yang diterima petani dalam satu periode tanam
mencapai rata-rata Rp. 126.708.562,5 sehingga pendapatan yang diperoleh petani
pada pola kemitraan adalah Rp. 39.001.912,5 (≈Rp. 17.106.101,97) yang merupakan
selisih dari harga yang diterima petani dengan biaya produksi yang dikeluarkan.

102
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1 ISSN 1979-8911

Pendahuluan tinggi karena dijadikan salah satu


Tanaman sayur-sayuran andalan sumber nafkah para petani
ditumbuhkembangkan dan diarahkan dalam rangka meningkatkan
menjadi komoditas yang komersial, pendapatan dan taraf hidup. Produksi
dalam rangka memanfaatkan peluang kentang di Kabupaten Garut terus
pasar. Peluang meningkatkan ekspor meningkat dengan produktivitas yang
komoditas hortikultura cukup besar, meningkat pula, yaitu mencapai
apabila penanganan mulai di tingkat 21.370 ton/ha, sedangkan rata-rata
on farm, hingga pascapanen dilakukan produktivitas nasional baru mencapai
dengan baik. Artinya apabila ekspor 15,3 ton/ha (Kementerian Pertanian,
dapat didorong secara optimal baik dri 2014). Khusus Kecamatan Cigedug,
segi kuantitas, kualitas serta distribusi, produksi kentang pada tahun 2014
maka volume impor akan dapat mencapai 934 ton (Badan Pusat
ditekan. Statistik Kabupaten Garut, 2014).
Salah satu komoditas sayuran Data ekspor kentang Indonesia pada
yang layak dikembangkan adalah tahun 2014 mencapai 12.133,890 ton
kentang (Solanum tuberossum L.), dengan nilai US$ 2.791.103 (Badan
karena kentang merupakan komoditas Pusat Statistik, 2014).
pertanian yang memiliki nilai Pada saat ini di Kecamatan
ekonomis cukup tinggi. Karena itu Cigedug telah banyak dilakukan
tidak mengherankan kalau komoditas usahatani kentang industri. Kentang
kentang terus berkembang di sektor industri merupakan kentang yang
pertanian dan perdagangan digunakan sebagai bahan baku untuk
internasional, di samping konsumsi pengolahan kentang. Menurut
dalam negeri yang cukup besar, Kusnawan Rekswi (2014) kebutuhan
kentang juga merupakan komoditi bahan baku kentang industri hingga
ekspor yang penting. Melihat potensi saat ini masih sangat besar
pasar dalam negeri maupun luar dibandingkan dengan volume
negeri, terlihat bahwa kentang produksi lokal. Bahan baku untuk
mempunyai prospek yang cukup cerah industri pengolahan kentang sebagian
untuk terus dikembangkan. besar masih dipenuhi oleh produk
Komoditas kentang memiliki impor. Industri pengolahan makanan
nilai ekonomi dan sosial yang cukup berbahan baku kentang di dalam

103
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1 ISSN 1979-8911

negeri pada saat ini memiliki potensi ketimpangan antara kota dan desa dan
pasokan bahan baku 1.800 ton per mutu produk yang dihasilkan.
bulan atau 21.600 ton per tahun. Peningkatan biaya produksi
Karena kekurangan bahan baku, saat merupakan upaya dalam memperoleh
ini hanya berjalan antara 30% sampai tingkat produksi yang lebih tinggi,
40% dari potensi tersebut dan 60% karena peningkatan penggunaan
dari kapasitas riil masih sarana produksi yang lebih baik, akan
mengandalkan kentang impor. sejalan dengan peningkatan produksi
Tujuan usahatani berbeda-beda baik jumlah maupun kualitas kentang
ada yang bertujuan untuk keperluan yang dihasilkan. Meningkatnya
keluarga (usahatani subsisten) dan ada jumlah produksi dan kualitas yang
yang bertujuan untuk mencari dihasilkan ini akan berpengaruh
keuntungan sebesar-besarnya terhadap penerimaan petani dan hasil
(usahatani komersial). penjualan produk tersebut.
Pembudidayaan kentang industri Salah satu pola kemitraan
memerlukan investasi awal yang antara pengusaha besar dengan petani
tinggi, sementara petani umumnya adalah kemitraan yang dilakukan
merniliki keterbatasan dalam modal, antara petani di Desa Cigedug
sehigga kemitraan merupakan suatu Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut
alternatif. dengan PT Indofood Fryto-Lay
Kemitraan merupakan suatu Makmur untuk usahatani kentang
strategi bisnis yang dilakukan oleh industri, varietas Atlantik.
dua pihak atau lebih dalam jangka Berdasarkan survai pendahulu di Desa
waktu tertentu untuk meraih manfaat Cigedug terdapat 290 orang petani
bersama atau keuntungan bersama. kentang, sebanyak 40 orang adalah
Dikemukakan Thoby Mutis dalam petani yang bermitra.
Mohammad Jafar Hafsah (2013),
kemitraan diwujudkan dengan misi Identifikasi Masalah
utamanya adalah membantu Berdasarkan latar belakang
memecahkan masalah ketimpangan permasalahan yang diidentifikasikan
dalam kesempatan berusaha, adalah:
ketimpangan pendapatan, 1) Bagaimana keragaan usahatani
ketimpangan antar wilayah dan kentang industri varietas Atlantik

104
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1 ISSN 1979-8911

yang dilakukan petani di Desa pelayanan, bimbingan kepada petani,


Cigedug? kelompoktani dan kelompok mitra.
2) Bagaimana pola kemitraan Menurut Dillon (1994), pola
usahatani kentang industri varietas kemitraan usaha antara perusahaan
Atlantik? menengah atau besar sebagai inti dan
3) Berapa pendapatan petani dari petani sebagai plasma dilandasi oleh
usahatani kentang industri varietas falsafah inti-plasma, analog dengan
Atlantik? kehidupan biologik sel, yaitu inti
merupakan bagian kecil dari sel
Tinjauan Pustaka menentukan hidup dan aktivitas
1) Pola Inti Plasma seluruh sel, sedangkan plasma
Pola Inti Plasma adalah merupakan bagian terbesar dari sel
hubungan kemitraan antara kelompok berfungsi melindungi, menyangga dan
mitra (petani, kelompoktani, memasok kebutuhan inti.
gabungan kelompoktani, koperasi dan 2) Pola Sub Kontrak
usaha kecil) dengan perusahaan mitra Pola Sub Kontrak adalah
dalam hal ini peruhsaan menengah hubungan kemitraan antara kelompok
dan perusahaan besar, dimana mitra dengan perusahaan mitra yang
perusahaan mitra bertindak sebagai di dalamnya kelompok mitra
inti dan kelompok mitra sebagai memproduksi komponen yang
plasma. diperlukan perusahaan mitra sebagai
bagian dari produksinya. Bagan
Plas Plas skematis pola kemitraan sub kontrak
ma ma
disajikan pada Gambar 2.
Inti

Plas Plas
ma ma

Gambar 1 Pola Kemitraan Inti Plasma


Sumber: Badan Agribisnis
Departemen Pertanian Republik
Indonesia, 1997 Gambar 2. Pola Kemitraan Sub
Perusahaan mitra yang Kontrak
Sumber: Badan Agribisnis
bertindak sebagai perusahaan inti Departemen Pertanian Republik
berperan menampung, memberi Indonesia, 1997.

105
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1 ISSN 1979-8911

Menurut Muhammad Jafar merupakan hubungan dagang biasa


Hafsah (2000), dalam rangka efisiensi antara produsen (industri kecil/petani)
kinerja perusahaan, bentuk kemitraan dan pemasar (perusahaan). Oleh
ini telah banyak diterapkan dalam karena itu kemitraan pola ini
kemitraan yang dilaksanakan antara memerlukan struktur pendanaan yang
pengusaha kecil dengan pengusaha kuat dari pihak yang bermitra, baik
menengah dan besar. Ciri khas dari mitra usaha besar maupun perusahaan
bentuk kernitraan ini adalah membuat mitra usaha kecil, membiayai sendiri
kontrak bersama yang mencantumkan dan kegiatan usahanya, karena sifat
volume, harga dan waktu. dari kemitraan ini pada dasarnya
3) Pola Dagang Umum adalah hubungan membeli dan
Pola Dagang Umum adalah menjual terhadap produk yang
hubungan kemitraan antara kelompok dimitrakan.
mitra dengan perusahaan mitra, yang 4) Pola Keagenan
di dalamnya perusahaan mitra Pola Keagenan adalah
memasarkan hasil produksi kelompok hubungan kemitraan antara kelompok
mitra atau kelompok mitra memasok mitra dengan perpisahan mitra yang di
kebutuhan yang diperlukan dalamnya kelompok mitra diberi hak
perusahaan mitra (Gambar 3). khusus untuk memasarkan barang dan
jasa usaha perusahaan mitra.
Memasok Di samping itu pola waralaba
dapat membuka kesempatan kerja
Kelompok Perusahaan
Mitra Mitra yang sangat luas, sedangkan
kelemahannya apabila salah satu mitra
Memasarkan
Produk Mitra ingkar dalam menepati kesepakatan
Gambar 3. Pola Kemitraan Dagang yang telah ditetapkan akan terjadi
Umum
perselisihan.
Sumber: Badan Agribisnis
Departemen Pertanian Republik
Indonesia, 1997. Hak Lisensi
Merek Dagang
Pemilik Bantuan Penerima
Waralaba Managemen Waralaba
Faisal Kasryno dan Tri Sakurab
Distribusi
Pranadji (1994), mengemukakan
Gambar 4. Pola Kemitraan Waralaba
kemitraan pola dagang umum

106
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1 ISSN 1979-8911

Sumber: Badan Agribisnis keseluruhan jumlah produk yang


Departemen Pertanian Republik
berhasil dijual dikalikan dengan harga
Indonesia, 1997.
produk itu, dengan kata lain
5) Pola Kerjasama Operasional penerimaan merupakan keseluruhan
Agribisnis hasil dari jumlah barang atau produk
Pola Kerjasama Operasional yang berhasil dijual dikalikan dengan
Agribisnis adalah hubungan kemitraan harga barang yang berlaku pada saat
antara kelompok mitra dengan itu, sedangkan keuntungan merupakan
pemisahaan mitra usaha yang di penerimaan yang diterima petani
dalamnya kelompok mitra setelah dikurangi seluruh biaya-biaya
menyediakan lahan, sarana dan yang dikeluarkan selama proses
tenaga, sedangkan perusahaan mitra produksi (biaya tetap dan biaya
menyediakan biaya atau modal usaha variabel).
dengan sarana untuk mengusahakan Biaya usahatani kentang
atau membudidayakan suatu industri yaitu nilai dari semua
komoditas pertanian (Gambar 5.) korbanan (input) yang digunakan
dalam usahatani dinyatakan dalam
Kelompok Perusahaan rupiah per satuan luas per musim
Mitra Mitra
(Rp./hal/musim tanam). Biaya
tersebut meliputi biaya tetap dan tidak
Lahan
Sarana tetap. Dikemukakan Kartika Widjaja
Tenaga Biaya
Modal (1999), biaya tetap (fixed cost) adalah
Teknologi
banyaknya biaya yang dikeluarkan
Pembagian Hasil Sesuai Kesepakatan dalam kegiatan produksi yang jumlah
totalnya tetap pada volume kegiatan
Gambar 5. Pola Kemitraan Kerjasama tertentu, sedangkan biaya variabel
Operasional Agribisnis (variable cost) adalah biaya yang
Sumber: Badan Agribisnis jumlah totalnya berubah-ubah
Departemen Pertanian Republik sebanding dengan perubahan volume
Indonesia, 1997. kegiatan. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan Soekartawi, Sochardo,
Menurut Tjakrawiralaksana Dillon dan Hardaker (1986),
(1993), penerimaan adalah penggolongan biaya dilakukan

107
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1 ISSN 1979-8911

berdasarkan sifatnya, yaitu biaya tetap penyelidikan yang dimaksudkan untuk


yang merupakan biaya yang tidak ada memperoleh data dari gejala-gejala
kaitannya dengan jumlah barang yang yang ada dan mencari keterangan-
diproduksi. keterangan suatu kelompok (Moh.
Pendapatan atau keuntungan Nazir, 1985). Objek penelitian adalah
petani sebagai pengelola usahatani variabel-variabel yang berhubungan
kentang industri diperoleh dari hasil dengan penelitian, yaitu usahatani
pengurangan penerimaan dengan total keragaan kentang industri, bentuk
biaya produksi. Penerimaan adalah kemitraan, biaya dan pendapatan. Unit
pendapatan kotor (Gross Farm analisanya yaitu petani kentang
Income), yaitu seluruh pendapatan industri yang bermitra dengan PT
yang diperoleh dari semua cabang dan Indofood.
sumber di dalam usaha selama satu Definisi dan Operasionalisasi
kali proses produksi, yang dapat Variabel
diperhitungkan dari basil penjualan Berdasarkan konsep-konsep
dan pertukaran (Mubyarto, 1979). yang telah dikemukakan dalam
Dikemukakan Suhardjo dan Dahian pendekatan masalah maka dapat
Patong (1973), bahwa pendapatan ditetapkan variabel untuk
usaha merupakan balas jasa dari hasil mempermudah penelitian dan
kombinasi faktor-faktor produksi yang menganalisa data, yaitu sebagai
ditentukan sebagai nilai selisih berikut:
penerimaan dengan biaya produksi. 1) Kentang industri adalah kentang
Selanjutnya dikemukakan pula bahwa yang digunakan sebagai bahan
pendapatan merupakan hasil balas jasa baku untuk industri olahan.
dari hasil kerjasama faktor produksi, Varietas kentang industri ini
dimana petani berperan sebagai adalah varietas Atlantik.
pengelola, pekerja dan sebagai 2) Keragaan usahatani kentang
penanam modal pada usahanya. varietas Atlantik adalah:
(a) Penyediaan sarana produksi,
Metode Penelitian yaitu penyediaan sarana-
Teknik penelitian yang sarana yang diperlukan dalam
digunakan dalam penelitian adalah usahatani kentang yang
metode survei. Metode survey adalah

108
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1 ISSN 1979-8911

meliputi penyediaan bibit, kelompok mitra (petani,


pupuk dan pestisida. kelompoktani, gabungan
(b) Proses produksi/usahatani kelompoktani, koperasi dan
adalah rangkaian kegiatan usaha kecil) dengan
usahatani yang meliputi perusahaan mitra, dimana
penanaman, pemeliharaan dan perusahaan mitra bertindak
panen. sebagai inti dan kelompok
(c) Pascapanen adalah mitra sebagai plasma. Inti
penanganan produk setelah berperan menampung,
tanaman dipanen yang memberi pelayanan,
meliputi pengepakan dan bimbingan kepada petani,
pengangkutan. kelompok tani dan kelompok
(d) Pemasaran, yaitu kegiatan mitra.
ekonomi yang berfungsi (b) Pola sub kontrak adalah
membawa atau hubungan kemitraan antara
menyampaikan barang dan kelompok mitra dengan
produsen ke konsumen, dalam perusahaan mitra yang di
hal ini adalah petani menjual dalamnya kelompok mitra
produk usahataninya memproduksi komponen yang
(kentang) ke mitra usahanya diperlukan perusahaan mitra
(PT Indofood Fryto-Lay sebagai bagian dari
Makmur). produksinya. Indikator dari
3) Pola kemitraan, adalah bentuk pola kemitraan ini adanya
kerja sama antara petani dengan kontrak bersama yang
perusahaan dengan pola mencantumkan volume, harga
pembinaan atas dasar saling dan waktu antara perusahaan
membutuhkan, saling menguatkan, mitra dan kelompok mitra.
saling menguntungkan dengan (c) Pola dagang umum, yaitu
tujuan mendorong keikutsertaan hubungan kemitraan antara
petani. Jenis-jenis pola kemitraan kelompok mitra dengan
adalah: perusahaan mitra yang di
(a) Pola inti plasma, yaitu dalamnya perusahaan mitra
hubungan kemitraan antara memasarkan hasil produksi

109
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1 ISSN 1979-8911

kelompok mitra atau mitra dengan perusahaan mitra


kelompok mitra memasok usaha yang di dalamnya
kebutuhan yang diperlukan kelompok mitra menyediakan
perusahaan mitra. Pola lahan, sarana dan tenaga,
kemitraan ini memerlukan sedangkan perusahaan mitra
pendanaan yang besar pada menyediakan biaya atau modal
dasarnya pola kemitraan ini usaha dengan sarana untuk
adalah hubungan membeli dan mengusahakan atau
menjual produk yang membudidayakan suatu
dimitrakan. komoditas pertanian.
(d) Pola keagenan, yaitu hubungan Pembagian hasil disesuaikan
kemitraan antara kelompok dengan kesepakatan.
mitra dengan perusahaan mitra 4) Pendapatan petani adalah selisih
yang di dalamnya kelompok dari penerimaan dengan
mitra diberi hak khusus untuk pengeluaran (biaya produksi)
memasarkan barang dan jasa selama satu periode usahatani.
usaha perusahaan mitra, (a) Penerimaan yaitu perkalian
sedangkan perusahaan mitra antara total produksi yang
bertanggung jawab terhadap dihasilkan dengan harga
produk yang dihasilkan. produksi yang berlaku pada
(e) Pola waralaba, yaitu hubungan saat dilakukan pemasaran atau
kemitraan antara kelompok nilai kontrak. Diukur dalam
mitra dengan perusahaan mitra satuan rupiah per periode
usaha yang memberikan hak (Rp./ha/musim tanam).
lisensi, merk dagang dan - Hasil produksi yaitu
saluran distribusi kepada jumlah produk fisik dari
kelompok mitra sebagai usahatani kentang Atlantik
penerima waralaba yang dengan satuan kilogram
disertai dengan bantuan per satuan luas per periode
manajemen. penanaman (kg/ha/musim
(f) Pola kerjasama operasional tanam).
agribisnis, yaitu hubungan - Harga yaitu harga produk
kemitraan antara kelompok kentang Atlantik yang

110
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1 ISSN 1979-8911

diterima oleh petani. yang cukup tinggi. Rata-rata


Diukur dalam satuan penggunaan sarana produksi pada
rupiah per periode petani kentang Atlantik pada pola
(Rp./kg/musim tanam) kemitraan di Desa Cigedug terdapat
(b) Biaya usahatani yaitu nilai dari pada Lampiran 4. Penggunaan sarana
semua korbanan (input) yang produksi tersebut yaitu sarana
digunakan dalam usahatani produksi tanam yang meliputi
dinyatakan dalam rupiah per penyediaan lahan dan pupuk, sarana
satuan luas per musim produksi pemeliharaan meliputi
(Rp./ha/musim tanam) Biaya penyediaan pestisida dan penyediaan
tersbut meliputi: tenaga kerja.
- Biaya tetap (fixed cost) Luas lahan yang diusahakan
adalah banyaknya biaya petani kentang Atlantik di Desa
yang dikeluarkan dalam Cigedug berkisar antara 1 ha sampai
kegiatan produksi yang 6,8 ha, dari 40 orang petani mitra
jumlah totalnya tetap pada lahan yang diusahakan mencapai luas
volume kegiatan tertentu, 91.30 ha dengan rata-rata luas lahan
biaya peralatan, biaya yang diusahakan adalah 2,28 ha setiap
penyusutan alat dan pajak. petani. Lahan yang digarap petani
sebagian berasal dari lahan hasil sewa,
Hasil Dan Pembahasan dengan nilai sewa Rp. 70.000 per
1. Keragaan Usahatani Kentang patok (1 ha = 25 patok), sedangkan
Atlantik bibit yang disediakan perusahaan
Usahatani kentang Atlantik mitra dibeli petani dengan harga Rp.
merupakan suatu kegiatan ekonomi, 20.000 per kg. Cara pembayaran
keragaannya dapat ditinjau dari untuk petani yang baru bermitra harus
kerangka sistem usahatani yang dilakukan kontan, tetapi apabila sudah
menyangkut subsistem penyediaan berjalan dua tiga kali periode tanam,
sarana produksi, proses produksi, dan petani diberi kemudahan untuk
pemasaran. Usahatani kentang pembelian bibit dengan cara dibayar
Atlantik merupakan usaha yang padat setelah panen. Rata-rata penggunaan
modal hal ini dapat dilihat dari bibit untuk setiap hektarnya berkisar
besarnya penggunaan sarana produksi

111
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1 ISSN 1979-8911

antara 1.250 kg per ha sampai 1.500 mekanisme pola kemitraan usahatani


kg per ha. kentang Atlantik antara petani kentang
di Desa Cigedug dengan PT. Indofood
2. Pola Kemitraan Usahatani Fryto-Lay Makmur adalah sebagai
Kentang Atlantik antara Petani berikut.
dengan PT Indofood Fryto-Lay PT. PT. Indofood Petani Kentang
Fryto-Lay 1. Menyediakan
Makmur
Makmur lahan dan
Pola kemitraan yang berlaku 1. Menyediakan mengolahnya
bibit import sesuai dengan
antara petani kentang Atlantik dan
kentang paket
perusahaan mitra (PT Indofood Fryto- Atlantik teknologi
sengan sistem anjuran
Lay Makmur) termasuk pada pola
pembayaran
kemitraan dagang (pasar), yaitu kontan atau 2. Menyediakan
dibayar sarana
perusahaan mitra memasarkan hasil
setelah panen produksi
produksi kelompok mitra (petani), 2. Membeli tanam, sarana
produksi produksi
petani memasok kebutuhan yang
sesuai dengan pemeliharaan,
diperlukan perusahaan mitra, namun kontrak tenaga kerja
kerjasama dan panen
dalam pola ini terdapat suatu
3. Menyerahkan
perjanjian (kontrak), dimana produk 3. Membayar seluruh hasil
hasil produksi yang sesuai
yang dihasilkan petani yang
sesuai dengan
memenuhi spesifikasi yang ditentukan kesepakatan sepesifikasi
4. Menyediakan produksi
perusahaan dapat diterima seluruhnya
tenaga 4. Menerima
dengan harga yang telah ditetapkan konsultasi uang hasil
teknis mulai penjualan
atau disepakati. Karena sifat dari
dari tanam produknya
kemitraan ini pada dasarnya adalah sampai panen. (hasil
pembelian
hubungan membeli dan menjual
produk oleh
terhadap produk yang dimitrakan, perusahaan
mitra)
dalam hal ini perusahaan mitra hanya
Berdasarkan mekanisme
menyediakan bibit dari persaratan
tersebut terdapat pembagian tanggung
spesitikasi produk, sedangkan
jawab dari masing-masing pihak yang
penyediaan sarana produksi dan
bermitra dan saling menguntungkan,
budidayanya dikerjakan oleh petani
yaitu perusahaan mitra diuntungkan
dan kerterlibatan perusahaan sebatas
dengan adanya pasokan bahan baku
pada pembinaan. Lebih jelasnya,

112
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1 ISSN 1979-8911

yang pasti dan petani mendapatkan Alat 71.690.000


Biaya Sarana 42.243.062.5
keuntungan dari penjualan produknya
Variab Produksi 00
dengan ketersediaan pasar yang telah el Tanam 26.378.825.5
Sarana 00
siap menampung produknya. Petani
Produksi 11.295.137.5
tidak perlu mencari pembeli, petani Pemelihara 00
an 2.743.436.45
tinggal mengirimkan produknya ke
Tenaga 0
perusahaan mitra, dan perusahaan Kerja
Panen
mitra berkewajiban membayar produk
Jumlah 86.726.526.4
yang dihasilkan petani. 50
Biaya tetap sewa lahan per

3. Biaya Produksi Penerimaan dan patoknya sebesar Rp.70.000 dengan

Pendapatan masa sewa satu periode tanam,

Biaya produksi meliputi biaya sedangkan biaya tetap lainnya adalah

tetap dan biaya variabel merupakan biaya penyusutan alat-alat yang

korbanan yang harus dikeluarkan digunakan selama proses produksi,

untuk mendapatkan suatu hasil. Biaya antara lain pompa air, selang dan

ini mempunyai peranan yang sangat spryer dengan jangka usia ekonomi

penting, karena besarnya biaya yang rata-rata 5 tahun. Biaya variabel

dikeluarkan akan menentukan produk penyediaan sarana produksi tanam

yang dihasilkan. Besarnya biaya meliputi pembelian bibit import Rp.

produksi usahatani kentang Atlantik 20.000 per kg, pengolahan tanah Rp.

ditentukan dengan besarnya biaya 35.000 per patok, pupuk kandang

tetap dan biaya variabel. Untuk lebih ayam Rp. 250 per kg, kapur Rp. 200

jelasnya biaya produksi usahatani per kg, pupuk ZA Rp. 2.000 per kg,

kentang Atlantik pola kemitraan di pupuk SP-36 Rp. 2.400 per kg, pupuk

Desa Cigedug dengan rata-rata luas KCl Rp. 3.000 per kg. Sarana

lahan usahatani 2.28 ha dapat dilihat produksi pemeliharaan dalam

pada Tabel 1. penyediaannya memerlukan modal

Tabel 1 Biaya Produksi Usahatani yang cukup tinggi, yaitu mencapai Rp.
Kentang Atlantik Pola Kemitraan per 26,378.825, yang meliputi pembelian
Periode Tanam
Jenis Uraian Jumlah (RP) pestisida dengan perincian harga per
Biaya unitnya (botol/kemasan) adalah
Biaya Sewa Lahan 3.994.375.00
insektisida Ponce Rp. 50.000 per
Tetap Penyusutan 0

113
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1 ISSN 1979-8911

botol, Convidor fungisida Pilaram Rp. diuntungkan tersedianya pasar yang


62.000 per kemasan, Curzate Rp. menampung produknya, sedangkan
75.000 per kemasan, Daconil Rp. perusahaan mendapat pasokan untuk
78.000 per kemasan, Perekat AFSA kelangsungan industrinya.
Rp. 87.500 per botol dan ZPT Atonik
Rp. 28.000 per botol. Tenaga kerja
yang digunakan terdiri dari tenaga
kerja pria dan wanita dengan upah Rp. Kesimpulan
50.0000 per HKP dan Rp. 35.000 1. Usahatani kentang Atlantik pola
HKW. Dalam biaya panen, selain kemitraan merupakan suatu
upah yang dikeluarkan untuk panen kegiatan ekonomi. Petani kentang
juga ada pengeluaran untuk Atlantik yang melakukan
waring/karung kapasitas 40 kg dengan kemitraan dengan PT Indofood
harga Rp. 600 per lembar. Rata-rata Fryto-Lay Makmur, dalam satu
total biaya produksi dengan luas lahan tahun melaksanakan usahatani
2,28 ha mencapai Rp. 87.766.650. kentang sebanyak dua kali
Rata-rata produksi dari setiap periode. Kerangka sistem
2,08 hektar yang dapat dipasok petani usahataninya menyangkut
dan dapat diterima oleh perusahaan subsistem penyediaan sarana
adalah 33.804,95 kg dengan harga Rp. produksi, proses produksi, dan
3.750 per kg, hasil penjualan yang pemasaran. Penyediaan sarana
diterima petani dalam satu periode produksi meliputi penyediaan
tanam mencapai rata-rata Rp. lahan, pupuk, pestisida, tenaga
126.768.562,5. Dengan demikian kerja, dan biaya panen disediakan
pendapatan yang diterima petani pada oleh petani, sedangkan perusahaan
pola kemitraan adalah Rp. mitra membantu dalam
39.001.912.5 (≈Rp. 17.106.101,97) penyediaan bibit import. Dalam
yang merupakan selisih dari harga hal pemasaran, setiap hasil
yang diterima petani dengan biaya produksi yang memenuhi
produksi yang dikeluarkan. Hal ini spesifikasi produk dapat
menunjukkan bahwa peran kemitraan ditampung oleh perusahaan mitra.
dapat memberikan keuntungan bagi 2. Pola kemitraan usahatani kentang
kedua belah pihak, yaitu petani Atlantik di Desa Cigedug antara

114
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1 ISSN 1979-8911

petani dengan PT. Indofood Fryto-


Lay Makmur berbentuk pola
kemitraan saling menguntungkan, Daftar Pustaka
yaitu perusahaan mitra
diuntungkan dengan adanya
Badan Gribisnis Departemen
pasokan bahan baku yang pasti
Pertanian Republik Indonesia,
dan petani mendapatkan
1997. Kebijaksanan Dan
keuntungan dari penjualan
Penjelasan Pola Kemiitraan
produknya dengan ketersediaan
Usaha Pertanian. Departemen
pasar yang telah siap menampung
Pertanian. Jakarta
produknya.
Badan Pusat Statistik. 2004. Ekspor-
3. Besarnya biaya produksi usahatani Produk Hortikultura. BPS. Jakarta
kentang Atlantik ditentukan
Budi Samadi. 1997. Usahatani
dengan besarnya biaya tetap dan
Kentang. Kanisisus, Yogjakarta.
biaya variabel. Rata-rata total
biaya produksi dengan luas lahan Dillon, H.S. 1994. “Hubungan
2.28 ha mencapai Rp. Kelembagaan dalam Agribisnis”.
86.726.52645, sedangkan produksi Kertas pada Seminar Nasional
yang dapat dipasok petani dan dalam Rangka Hari Krida
dapat diterima oleh perusahaan Pertanian. Perhiptan, Jakarta.
adalah 33.804,95 kg dengan harga
Dudung Abdul Adjid. 1994.
Rp. 9.750 per kg, hasil penjualan
Peningkatan Sumberdaya
yang diterima petani dalam satu
Manusia dalam Pembangunan
periode tanam mencapai rata-rata
Pertanian Berwawasan
Rp. 126.768.562,5 sehingga
Agribisnis. Badan Agribisnis
pendapatan yang diperoleh petani
Departemen Pertanian Republik
pada pola kemitraan adalah Rp.
Indonesia. Jakarta.
39.001.912,5 (≈ Rp.
17.106.101,97 ) yang merupakan Faisal Kasryno dan Tri Panadji. 1994.
selisih dari harga yang diterima Kemitraan Saat ini dan Dimasa
petani dengan biaya produksi yang Depan Sektor Pertanian.
dikeluarkan. Departemen Pertanian. Jakarta.

115
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1 ISSN 1979-8911

Kartika Widjaja. 1994. Analisis Soeharjo dan Dahlan Patong. 1973.


Pengambilan Keputusan. Pusat Sendi-sendi Pokok Ilmu
Inkubator Agribisnis dan Usahatani. Fakultas Pertanian
Agroindustri Lembaga Pengabdian Institut Pertaniain Bogor. Bogor.
Kepada Masyarakat Institut
Soekartawi, A. Soehardjo, J.L Dillon,
Pertanian Bogor. Bogor
dan J.B. Hardaker. 1986. Ilmu
Kusnawan Rekswi. 2005. Budidaya Usahatani dan Penelitian untuk
Kentang. Apkendo Cabang Garut. Pengembangan Petani Kecil. UI-
Garut Press. Jakarta

Mariotti, John L. 1996. The Power of Sumeru Ashari. 1995. Hortikultura


Partnership. Blackwell Publisser. dan Aspek Budidaya. UI-Press.
Massachusset Jakarta.

Moh. Nazir. 1985. Metode Penelitian. Suwandi. 1994. Aspek-aspek


Ghalia Indonesia. Jakarta. Pengembangan Usaha Koperasi.
Seri Manajemen 0.2. IKOPIN.
Mosher, AT. 1987. Menggerakkan
Jatinangor.
dan Membangun Pertanian.
Yasaguna. Jakarta mubyarto. Tjakrawiralaksana, A. 1993.
1979. Pengantar Ekonomi Usahatani. Departemen Ilmu
Pertanian. LP3ES. Jakarta Sosial Pertanian Bogor. Bogor

Muhammad Jafar Hafsah 2000. Williams, C.N., J.O. Uzo, and W.T.H
Kemitraan Usaha: Konsepsi dan Peregrina. 1991. Vegetable
Strategi. Pustaka Sinar Harapan. Production in the Tropics.
Jakarta Longman Group UK Ltd., London

116

Anda mungkin juga menyukai