2018
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/12285
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
ANALISIS KOMPARASI KEBUTUHAN BIAYA
PEMELIHARAAN NORMATIF KOMODITAS KUBIS
DENGAN PRAKTEK PELAKSANAANYA DI KABUPATEN
KARO
(Kasus: Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo)
SKRIPSI
OLEH :
SKRIPSI
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program
Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata antara biaya
pemeliharaan secara normatif komoditas kubis dengan yang dilakukan petani di
Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. Berdasarkan hasil
Estimasi menunjukan biaya pupuk berpengaruh nyata terhadap produksi,
sedangkan biaya pestisida tidak berpengaruh nyata terhadap produksi.
Berdasarkan perhitungan diketahui persentase biaya pemeliharaan khususnya
bahan kimia adalah sebesar 28,98 % dari total biaya pemeliharaan yang di
keluarkan pada usahatani kubis.
The purpose of this study aims to analyze the comparation of the normative cost of
raising the needs of cabbage commodities with the practice of implementation, the
effect of fertilizer costs and the cost of pest and disease control on cabbage farm
production and presentation of maintenance costs, especially chemicals cabbage
farming season. The method of determining the area used is purposive method.
The method of determining the number of samples used in this study is a simple
random sampling method, with a total sample is 46, while the data analysis
methods used in this study consists of three methods of analysis of T test analysis
for two paired samples, multiple linear regression method and analysis
proportion.
The results showed that there was a significant difference between normative
maintenance cost of cabbage commodities with that of farmers in Desa Surbakti,
Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. Based on the results Estimation
shows the cost of fertilizer significantly affects the production, while the cost of
pesticides has no significant effect on production. Based on the calculation known
the percentage of maintenance costs, especially chemicals amounted to 28.98% of
the total maintenance costs incurred on cabbage farming.
Muammar Reza Syahputra Lubis lahir di Kota Medan, Sumatera Utara pada
tanggal 11 Juli 1995. Penulis merupakan anak pertama dari 2 bersaudara, putra
1. Tahun 2007 lulus dari Sekolah Dasar (SD) Swasta Al-Azhar Medan.
2. Tahun 2010 lulus dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) Swasta Al-Azhar
Medan.
3. Tahun 2013 lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA) Swasta Al-Azhar
Medan.
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah
menyelesaikan skripsi ini dengan baik sebagai salah satu syarat untuk dapat
1. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Almarhum Syafruddin Lubis dan Ibunda
motivasi serta dukungan baik moril maupun materil sehingga penulis dapat
2. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP. selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah
3. Ibu Siti Khadijah H.N., SP, M.Si. selaku Anggota Komisi Pembimbing yang
saran dan memotivasi dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Dr. Ir. H. Hasman Hasyim, MSi selaku Dewan Penguji I yang telah
II
6. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec. selaku Ketua Program Studi
7. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU, yang telah
8. Seluruh instansi dan responden yang terkait dengan penelitian penulis yaitu
Bapak Bahtera Ginting selaku Kepala Desa, Bapak Lukman selaku PPL serta
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga penulis
skripsi ini. Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi
terima kasih.
Penulis
III
ABSTRAK
RIWAYAT HIDUP ...........................................................................................i
DAFTAR TABEL..............................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah .............................................................................. 8
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 9
1.4 Kegunaan Penulisan .............................................................................. 9
IV
BAB VI PENITUP
6.1 Kesimpulan ............................................................................................ 72
6.2 Saran ...................................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
VI
VII
Lampiran Judul
1. Karakteristik Petani Sampel
2. Biaya Penggunaan Bibit Kubis Per Petani Per Musim Tanam
3 a. Penggunaan dan Biaya Pupuk Kubis yang Dilakukan Petani Per
Musim Tanam
3 b. Penggunaan dan Biaya Pupuk Kubis Normatif
4 a. Penggunaan dan Biaya Pestisida Kubis yang Dilakukan Petani Per
Musim Tanam
4 b. Penggunaan dan Biaya Pestisida Kubis Normatif Per Musim
Tanam
5. Jumlah Penggunaan Tenaga Kerja dan Upah Pemupukan Per
Musim Tanam Kubis
6 a. Jumlah Penggunaan Tenaga Kerja dan Upah Pembumbunan yang
Dilakukan Per Petani Per Musim Tanam
6 b. Jumlah Penggunaan Tenaga Kerja dan Upah Pembumbunan
Normatif Per Petani Per Musim Tanam
7 a. Jumlah Penggunaan Tenaga Kerja dan Upah Penyiangan yang
Dilakukan Petani Per Musim Tanam
7 b. Jumlah Penggunaan Tenaga Kerja dan Upah Penyiangan Normatif
Per Musim Tanam
8. Jumlah Tenaga Kerja dan Upah Pengendalian HPT Per Musim
Tanam
9 a. Jumlah Tenaga Kerja dan Upah Penyiraman yang Dilakukan
PetaniPer Musim Tanam
9 b. Jumlah Tenaga Kerja dan Upah Penyiraman Normatif Per Musim
Tanam
10. Pendapatan Petani Sampel Per Musim Tanam
11. Hasil Uji Paired Sampels t-Test untuk biaya pemeliharaan
12. Hasil SPSS Regrsi Linier Berganda Pengaruh Biaya Pupuk dan
Biaya Pengendalian Hama Penyakit Terhadap Produksi Usahatani
Kubis
VIII
IX
dikatakan demikian, karena pertanian membentuk proporsi yang sangat besar bagi
(Khazanani, 2011).
termasuk didalamnya tanaman air, lumut dan jamur yang dapat berfungsi sebagai
Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi di
bidang pertanian yang cukup tinggi. Dengan topografi yang bervariasi dari mulai
datar, landai berombak, berbukit hingga bergunung merupakan tempat yang sesuai
1
Universitas Sumatera Utara
2
sayur kol, tomat, kentang, dan wortel yang sebagian besar dihasilkan oleh
Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah di Provinsi Sumatera Utara yang
sektor jasa-jasa (12,88%), sektor lembaga keuangan dan bank (1,74%), sektor
(11,97%), sektor bangunan/konstruksi (3,76%), sektor listrik, gas dan air (0,36%),
yang berfungsi sebagai sumber gizi, sumber pendapatan dan sumber devisa
konsumen menjadi mutlak yang harus dipenuhi dalam era pasar bebas. Untuk
N Kabupaten Kubis
o LuasPane JumlahProduks JumlahProduktivita
n (Ha) i (Ton) s (Kw/Ha)
1 Nias - - -
2 Mandailing 34 477 140,35
Natal
3 Tapanuli - - -
Selatan
4 Tapanuli - - -
Tengah
5 Tapanuli Utara 256 3,439 134,34
6 Toba Somosir 4 80 200,00
7 LabuhanBatu - - -
8 Asahan - - -
9 Simalungun 3.466 78.463 226,38
10 Dairi 569 12.727 223,67
11 Karo 2.927 69.530 237,55
12 Deli Serdang - - -
13 Langkat - - -
14 Nias Selatan - - -
15 Humb. 243 4.822 198,42
Hasundutan
16 Pak-Pak Barat - - -
17 Samosir 74 1.124 151,89
18 SerdangBedagai - - -
19 Batu Bara - - -
20 Paluta - - -
21 Palas - - -
22 Labusel - - -
23 Labura - - -
24 Nias Utara - - -
25 Nias Barat - - -
26 TanjungBalai - - -
27 PematangSianta - - -
r
28 TebingTinggi - - -
29 Medan - - -
30 Binjai - - -
31 Padang 6 3 5,00
Sidempuan
32 GunungSitoli - - -
Jumlah 7.579 170.665 168,22
Sumber :Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2016
Tabel1.1. memperlihatkan bahwa jumlah panen kubis sebesar 2.927 Ha, jumlah
produktivitas kubis sebesar 168.62 Kw/Ha dan produksi kol yaitu sebesar
petani, seperti pemberian dosis pupuk dan pestisida yang tidak tepat dapat
yang sudah di lakukan sejak lama karena kurang nya pemahaman petani terhadap
kebutuhan tanaman itu sendiri, dan juga karena rasa kekhawatiran jika tanaman
Pupuk yang digunakan dalam budidaya tanaman kubis berupa pupuk organik dan
pupuk buatan. Pupuk buatan berupa urea 100 kg, ZA 250 kg, SP-36 250 kg dan
KCl 200 kg per hektar. Untuk tiap tanaman diperlukan urea sebanyak 4 gram, ZA
sebelum tanaman sebagai pupuk dasar yaitu pupuk organik 10 gram, setengah
dosis pupuk N (Urea 2 gram, ZA 4,5 gram), pupuk SP-36 9 gram, dan KCl 7 17
gram). Sisa pupuk N (Urea 2 gram dan ZA 4,5 gram) diberikan pada saat tanaman
Pola penggunaan pupuk di kalangan petani kubis juga menjadi sebuah masalah.
yang menjadi salah satu sentra produksi sayuran di Kabupaten Karo mengatakan
bahwa pola penggunaan pupuk oleh petani sayuran di daerah tersebut masih
belum sesuai prosedur pemupukan yang benar. Hal ini di dasari, petani kubis di
petani masih belum tepatkomposisi pupuk yang diberikan, hal ini didasari
Penggunaan dosis pemupukan yang belum tepat oleh petani sayuran secara tidak
hal ini berdampak pada berkurangnya tingkat kesuburan tanah dan hal ini tentu
akan mengurangi jumlah produksi sayuran. Misalnya, untuk sayuran kubis bunga
dan kubis diperlukan pupuk buatan maksimal berupa Urea sebanyak100 Kg/Ha,
ZA 250 Kg/Ha. TSP atau SP-36 250 Kg/Ha dan KCl 200 Kg/Ha.Untuk tiap
Namun ada saja petani sayuran yang menambah jumlah dosis pupuk dengan
Kabupaten Karo selama ini penggunaan pestisida oleh petani bukan atas dasar
artinya ada atau tidak hama tanaman, racun berbahaya ini terus disemprotkan
ketanaman. Selain itu teknik penyemprotan yang kadang melawan arah angin,
pestisida yang berlebihan seperti itu justru menyebabkan masalah baru yakni
adanya residu pestisida pada produk pertanian dan pada akhirnya membahayakan
menyerang tanaman atau secara rutin di semprot 1-2 minggu sekali dengan dosis
Gejala yang paling sering dijumpai pada tanaman kubis adalah ulat perusak daun,
gejala yang ditimbulkan adalah adanya kerusakan pada bagian bawah permukaan
daun kubis. Daun-daun bisa habis dimakan ulat ini, khusus nya daun muda dan
titik tumbuh kubis atau krop. Pestisida yang umum digunakan untuk mengatasi
hama tersebut adalah Decis 2,5 EC 0,5-1 cc/l/ha, Dupont Valacor 35 wg 100 g/ha
hama dan penyakit tidak selalu dilakukan dengan tepat. Penyemprotan dilakukan
setelah atau saat tanaman kubis terserang hama penyakit, tentu itu dapat
kualitas kubis akan menurun dan bahkan dapat terjadi kegagalan panen.
saat tertentu maka jangan dilakukan dikarenakan dapat menambah biaya produksi
serangga pada usaha pertaniannya. Pada tesis Adil Sitepu (2012) penggunaan
petani masih kurang tepat, diantaranya penggunaan pestisida tidak sesuai dengan
dosis dan takaran yang dianjurkan, mengaduk campuran pestisida dengan tangan.
Petani juga mengaku sengaja melebihkan takaran pestisida yang digunakan agar
Menurut Untung (1984), hama yang sering menyerang tanaman kubis adalah ulat
daun. Mengatasi gangguan ulat daun pada tanaman kubis dengan mengunakan
insektisida kimia karena pengendalian hama kubis secara kimia dapat dilakukan
Hasil survey yang dilakaukan pada petani sayuran menyebutkan bahwa petani
Dampak negatatif lain pestisida terhadap lingkungan juga adanya residu pestisida
di dalam tanah yang dapat meracuni organisme non target, terbawa sampai ke
sumber-sumber air dan meracuni lingkungan bahkan terbawa pada mata rantai
Empat, KabupatenKaro?
2. Bagaimana pengaruh biaya pupuk dan biaya pengendalian hama dan penyakit
KabupatenKaro?
KabupatenKaro?
Adapuntujuanpenelitianiniadalah :
1.4. ManfaatPenelitian
1. Sebagai sumber informasi dan masukan untuk petani agar dapat mengelola dan
3. Sebagai bahan evaluasi bagi penelitian yang akan datang agar dapat
5. Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian sarjana di Fakultas Pertanian
adalah :
Divisio : spermatophyta
Kelas : dicotyledonae
Ordo : Papavorales
Genus : Brassica
Kol atau kubis merupakan tanaman sayur famili Brassicaceae berupa tumbuhan
berbatang lunak yang dikenal sejak jaman purbakala (2500-2000 SM) dan
merupakan tanaman yang dipuja dan dimuliakan masyarakat Yunani kuno. Kubis
dengan nama Latin (Brassica Oleracea Var Capitata) pada mulanya merupakan
tumbuhan liar di daerah subtropik. Tanaman ini berasal dari daerah Eropa yang
dalam golongan tanaman sayuran semusim atau umur pendek. Tanaman kubis
hanya dapat berproduksi satu kali setelah itu akan mati. Pemanenan kubis
dilakukan pada saat umur kubis mencapai 60 – 70 hari setelah tanam (Cahyono,
2001).
Syarat tumbuh tanaman kubis dapat hidup pada suhu udara 10-24˚ Celcius dengan
suhu optimum 17˚ Celcius. Untuk waktu singkat, kebanyakan varietas kol/ kubis
10
tahan dingin (minus 6-10˚ Celcius), tetapi untuk waktu lama, kubis akan rusak
kecuali kubis berdaun kecil (<3 cm). Untuk kelembaban udara, tanaman
kubis akan hidup dengan baik pada kisaran 60-90%. Kelembaban di atas 90%
maka muncul penyakit busuk lunak berair, penyakit semai rebah dan penyakit lain
yang disebabkan oleh cendawan. Pengaruh angin dirasakan pada evaporasi lahan
dan evapotranspirasi tanaman. Laju angin yang tinggi dalam waktu lama
tanah kering dan keras, penguraian bahan-bahan organik terhambat, unsur hara
Kubis adalah salah satu sayuran dari keluarga cruciferae (brassicaceae) yang
dapat menjadi pilihan makanan yang baik karena memberikan serat dan vitamin
dasar namun rendah kalori. Sayuran ini lazim ditanam di Indonesia seperti
keluarga cruciferae yang lain seperti kubis bunga, kubis tunas, brokoli, sawi, dll.
Sayuran ini dapat ditanam di dataran rendah maupun di dataran tinggi dengan
curah hujan rata-rata 850-900 mm. Daunnya bulat, oval, sampai lonjong,
membentuk roset akar yang besar dan tebal, warna daun bermacam-macam, antara
lain putih (forma alba), hijau, dan merah keunguan (forma rubra). Buahnya buah
polong berbentuk silindris, panjang 5-10 cm, berbiji banyak. Biji berdiameter 2-4
Kondisi fisik tanah yang sesuai adalah bertekstur sedang yaitu liat berpasir,
masih toleran terhadap tanah yang agak berat. Jenis tanah yang sesuai untuk
tanaman kubis adalah latosol, regosol dan andosol, kubis masih dapat hidup pada
jenis tanah lain, tetapi hasilnya kurang baik. Keasaman tanah (pH) yang cocok
adalah 5,5-6,5. Sri Setyati Haryadi (1979) mengemukakan bahwa pH tanah yang
rendah (< 4) dan terlalu tinggi (> 9), merupakan racun bagi akar tanaman.
Kandungan air tanah yang baik adalah pada kandungan air tersedia, yaitu pF
antara 2,5-4. Dengan demikian lahan tanaman kol memerlukan pengairan yang
Kubis merupakan jenis tanaman hortikultura yang paling baik ditanam di daerah
yang bersuhu rendah dan mendapatkan sinar matahari yang cukup. Namun harus
mendapatkan cukup air juga tapi jangan sampai tergenang. Kubis mengandung
banyak vitamin dan mineral yang berperan penting bagi kesehatan manusia.
Manfaat kubis bagi tubuh manusia adalah dapat membantu dalam mencerna
yang banyak mengandung serat. Kebaikan yang ada didalam kubis antara lain
dalam larutan fungisida dengan dosis yang dianjurkan atau dengan merendam
b. Penyeleksian benih, dengan merendam biji dalam air, dimana benih yang baik
akan tenggelam. c. Rendam benih selama ± 12 jam atau sampai benih terlihat
pecah agar benih cepat berkecambah. Kebutuhan benih per hektar tergantung
varietas dan jarak tanam, umumnya dibutuhkan 300 g/ha. Benih harus disemai dan
bedengan atau langsung di bumbung (koker). Bumbung dapat dibuat dari daun
pisang, kertas makanan berplastik atau polybag kecil (Md, dkk 2012).
1. Pembumbunan
dilakukan dengan mengangkat tanah yang ada pada saluran antar bedengan
parit dan ketinggian bedeng serta meningkatkan kegemburan tanah sehingga akar
akan dapat menyerap air serta unsur hara secara optimal (Anonim, 2008).
2. Penyiraman
hidup. Daun yang tertutup tanah segera disiram agar tidak menganggu proses
penyiraman dilakukan dua kali sehari pada pagi dan sore hari.
3. Pemupukan
Pemupukan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 minggu dan diulang pada
umur 4 minggu setelah tanam. Pupuk yang digunakan berupa pupuk organik dan
pupuk buatan, sedangkan pupuk buatan berupa Urea 100 kg, ZA 250 kg, SP-36
250 kg dan KCl 200 kg/ha. Untuk tiap ktanaman diperlukan Urea sebanyak 4 gr,
ZA 9 gr, SP-36 9 gr dan KCl 7 gr. Pupuk organik 1 kg, setengah dosis pupuk N
(Urea 2 gr, ZA 4,5 gr), pupuk SP-36 9 gr dan KCl 7 gr) diberikan
sebelum tanam pada setiap ubang tanam sebagai pupuk dasar. Sisa pupuk N
4. Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan hati-hati dan tidak terlalu dalam karena dapat
tidak dilakukan.
Hama yang paling sering menyerang tanaman kubis adalah ulat daun. Dalam
gangguan hama dan penyakit. Kerugian besar bahkan kegagalan panen dapat
terjadi bila gangguan tersebut tidak diatasi dengan baik. Kehilangan hasil kubis
akibat serangan hama cukup tinggi yakni dapat mencapai 100% oleh Pluttela
xylostella (Rukmana, 1994). Kerusakan yang dihasilkan sangat khas, pada daun
dan apabila serangan cukup berat, tanaman kubis gagal membentuk krop dan
gagal panen. Untuk 1 hektar tanaman kubis memerlukan 100 g insektisida cukup
Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi di
bidang pertanian yang cukup tinggi. Dengan topografi yang bervariasi dari mulai
datar, landai berombak, berbukit hingga bergunung merupakan tempat yang sesuai
jeruk Medan, jambu Deli, sayur Kubis, tomat, kentang, dan wortel yang sebagian
Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah di Provinsi Sumatera Utara yang
sektor jasa-jasa (12,88%), sektor lembaga keuangan dan bank (1,74%), sektor
restoran (11,97%), sektor bangunan/konstruksi (3,76%), sektor listrik, gas dan air
Kubis/kol juga merupakan salah satu sayuran yang berhasil menembus pasar
ekonomi dan sosial cukup tinggi, karena dijadikan salah satu andalan sumber
nafkah para petani dalam rangka meningkatkan pendapatan dan taraf hidup
Tabel 2.1. Data Luas Tanam, Luas Panen, Jumlah Produksi dan Jumlah
Produktivitas Kubis di Sumatera Utara Tahun 2011-2015
Tabel 2.1. memperlihatkan bahwa produksi dari kubis di Sumatera Utara pada
tahun 2013 yaitu sebesar 180.162 Ton yang merupakan produksi tertinggi dari
yaitu sebesar 165.589 Ton. Terjadi naik turunnya atau fluktuasi setiap tahunnya
Salah satu komoditi pertanian yang tumbuh subur di Kabupaten Karo adalah
hias dan obat-obatan. Komoditi tersebut banyak diusahakan oleh rumah tangga
lokal, beberapa hasil komoditi dari daerah ini juga dijual ke daerah lain, bahkan
Tabel 2.2. Data Luas Tanam, Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas
Sayur-sayuran Per Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara
No Kabupaten Kubis
Luas Luas Jumlah Jumlah
Tanam Panen Produksi Produktivitas
(Ha) (Ha) (Ton) (Kw/Ha)
1 Nias - - - -
2 Mandailing Natal 35 34 477 140,35
3 Tapanuli Selatan - - - -
4 Tapanuli Tengah - - - -
5 Tapanuli Utara 232 256 3,439 134,34
6 Toba Somosir 2 4 80 200,00
7 Labuhan Batu - - - -
8 Asahan - - - -
9 Simalungun 3.118 3.466 78.463 226,38
10 Dairi 539 569 12.727 223,67
11 Karo 3.308 2.927 69.530 237,55
12 Deli Serdang - - - -
13 Langkat - - - -
14 Nias Selatan - - - -
15 Humb. Hasundutan 241 243 4.822 198,42
16 Pak-Pak Barat - - - -
17 Samosir 33 74 1.124 151,89
18 Serdang Bedagai - - - -
19 Batu Bara - - - -
20 Paluta - - - -
21 Palas - - - -
22 Labusel - - - -
23 Labura - - - -
24 Nias Utara - - - -
25 Nias Barat - - - -
26 Tanjung Balai - - - -
27 Pematang Siantar - - - -
28 Tebing Tinggi - - - -
29 Medan - - - -
30 Binjai - - - -
31 Padang Sidempuan - 6 3 5,00
32 Gunung Sitoli - - - -
Jumlah 7.508 7.579 170.665 168,62
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2016
Tabel 2.2. memperlihatkan bahwa jumlah luas tanam kubis sebesar 3.308 Ha,
jumlah panen kubis sebesar 2.927 Ha, jumlah produktivitas kubis sebesar
168.62 Kw/Ha dan produksi kol yaitu sebesar 69.530 Ton terdapat di Kabupaten
Kabupaten Karo, akan tetapi produktivitas kubis Kabupaten Karo jauh lebih tinggi
Tabel 2.3 Data Luas Panen, Rata-rata Produktivitas, dan Produksi Sayur-
Sayuran Menurut Kecamatan di Kabupaten Karo
Kecamatan Kubis
Luas Panen Luas Produksi Rata-Rata
(Ha) (Ton) Produktivitas
(Kw/Ha)
Mardingding 0 0 0,00
Laubaleng 0 0 0,00
Tigabinanga 0 0 0,00
Juhar 0 0 0,00
Munte 17 202 118,82
Kutabuluh 0 0 0,00
Payung 14 400 285,71
Tiganderket 63 753 119,52
Simpang Empat 756 19.062 252,14
Naman Teran 454 9.804 215,95
Merdeka 236 7.120 301,70
Kabanjahe 281 9.979 355,12
Berastagi 199 6.054 304,21
Tigapanah 356 4.355 122,32
Dolat Rayat 76 1.367 179,88
Merek 377 8.773 232,71
Barusjahe 91 2.862 314,51
Jumlah 2920 70.711 233,88
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2016
Tabel 2.3. memperlihatkan bahwa jumlah luas panen kubis terbesar terdapat di
Kabupaten Karo terdapat di Kecamatan Simpang Empat yaitu sebesar 753 Ha.
Simpang Empat yaitu sebesar 19.062 Ton, Kecamatan Simpang Empat merupakan
salah satu kecamatan yang produktivitas nya tertinggi di Kabupaten Karoy aitu
dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 8,42 persen per tahun. Pada tahun 2010,
Bila ditinjau dari segi harga, sayuran kubis memiliki harga yang cukup tinggi
untuk dipasarkan. Sayuran ini memang tidak terlepas dari setiap hidangan yang
ada di Indonesia karena hampir semua rumah makan menggunakan sayuran kubis
sebagai bahan baku, seperti masakan mie, nasi goreng, dan berbagai jenis
masakan lainnya.
Kubis merupakan salah satu tanaman hortikultura yang masuk dalam kategori
sayuran. Tanaman kubis adalah salah satu jenis sayuran daun yang populer dan
dengan mutu yang baik tetap merupakan faktor penentu keberhasilan usahatani.
sehingga segala usaha atau tindakan yang berkaitan dengan pembangunan perlu
ekosistem perlu ditinjau kembali untuk dicarikan jalan keluar atau penggantinya.
Salah satu tujuan pengelolaan lingkungan hidup menurut undang undang adalah
gangguan Organisme Penggangu Tanaman (OPT) atau hama, penyakit dan gulma.
Selain gangguan OPT, masalah lain dalam penyediaan pangan adalah para petani
dan kontiunitas hasil pertanian, aman dikonsumsi dan man bagi lingkungan
(Untung, 2001).
melebihi rekomendasi dan interval penyemprotan yang pendek dan tidak benar
(Cheng, 1990).
berada pada daerah sentra produksi Kabupaten Karo, Kabupaten Simalungun, dan
Kubis merupakan salah satu komoditas sayuran yang telah berhasil menembus
pasar ekspor. Menurut salah seorang eksportir kubis besar di Kabupaten Karo,
upaya menembus pasar luar negeri ini sudah dimulai sejak 20 tahun yang lalu.
Salah satu ciri kubis yang diminta pasar ekspor adalah yang berbentuk pipih.
Bentuk kepala atau crop yang pipih masih menjadi idola pasar ekspor dan yang
lebih penting lagi bobotnya berkisar antara 1,5 – 2 Kg atau dalam 20 Kg kubis
Jepang dan Taiwan yang telah menghasilkan dan menyebarkan benih varietas
kubis yang tahan (toleran) terhadap suhu panas. Prospek pengembangan budidaya
kubis diperkirakan tetap cerah. Pada tahun 1991 luas panen kubis di Indonesia
sudah mencapai 52.657 Hektar dengan produksi 974.553 Ton, tersebar dan
komoditas kubis terdapat beberapa sub sistem yang saling berkaitan untuk
membentuk satu kesatuan dalam sistem agribisnis. Sub sitem tersebut diantara nya
adalah sub sistem pengadaan sarana produksi. Budidaya komoditas kubis sangat
peralatan.
Permasalahan yang dihadapi adalah pupuk dan obat-obatan yang digunakan oleh
petani. Pola penggunaan pupuk yang dilakukan petani kubis tidak mengikuti pola
penggunaan pupuk sesuai dengan komposisi yang tepat. Petani kubis masih belum
mengikuti prosedur pemupukan yang benar. Hal ini didasari, petani sayuran di
sana menentukan jumlah pupuk yang akan diberikan berdasarkan tingkat produksi
panen yang diperoleh pada musim tanam sebelumnya. Jadi, apabila produksi
tersebut akan berupaya menambah dosis pupuk untuk musim tanam berikutnya.
penyemprotan pestisida yang tidak sesuai, yaitu penggunaan pestisida oleh petani
secara “cover blanket system” artinya ada atau tidak hama tanaman, racun
berbahaya ini terus disemprotkan ketanaman. Hal ini menyebabkan biaya akan
terus dikeluarkan sia-sia, dan juga penyemprotan yang dilakukan tidak efektif.
Pada dasarnya petani adalah penanggung jawab, pengelola dan penentu keputusan
pemberi informasi dan pemandu petani apabila diperlukan. Sebagai ahli PHT di
prinsip-prinsip PHT.
Dalam penanaman tanaman kubis di lapangan, ada tiga hal penting yang harus
diperhatikan yaitu jarak tanam, cara tanam dan saat tanam. Sebelum penanaman
tanah yang semula padat menjadi gembur sehingga sesuai untuk perkembangan
Pupuk buatan berupa urea 100 Kg, ZA 250 Kg, SP-36 250 Kg dan KCl 200 Kg
per Hektar. Untuk tiap tanaman diperlukan urea sebanyak 4 gram, ZA 9 gram,
dosis pupuk N (Urea 2 gram, ZA 4,5 gram), pupuk SP-36 9 gram, dan KCl 7
gram). Sisa pupuk N (Urea 2 gram dan ZA 4,5 gram) diberikan pada saat tanaman
berumur 4 minggu, Pengendalian hama dan penyakit juga dapat dilakukan dengan
hama menyerang tanaman atau secara rutin 1-2 minggu sekali dengan dosis
Risiko kegagalan panen tanaman kubis dapat terjadi akibat keadaan cuaca yang
tidak menentu dan serangan hama penyakit tanaman (HPT). Kerugian yang
ditimbulkan oleh gangguan hama dan penyakit sangat besar nilainya sehingga
tanaman kubis antara lain ; ulat tritip, ulat tanah, ulat grayak, ulat jengkal, kutu
(aphids), jangkrik, dan siput. Penyakit pada tanaman kubis diantaranya : penyakit
hitam, busuk lunak), penyakit virus (cincin hitam), penyakit nematoda dan
dapat secara mekanis, kimia, biologis dan pergiliran tanaman (Pracaya, 2005).
yang hati-hati dari seluruh tahapan dari operasi pemanenan sampai ke tingkat
perlakuan umum pasca panen antara lain adalah pre-sorting, pencucian, pelilinan,
Kelemahan sistem pemasaran konvensional bagi petani adalah bahwa petani tidak
memiliki daya tawar yang kuat dalam menentukan harga sehingga petani sebagai
pemilik produk hanya menerima harga yang lebih ditentukan oleh pedagang.
Sehingga hal inilah yang sering kali merugikan bagi petani. Keuntungan bagi
yang dikehendaki serta seberapa besar kubis yang dimiliki petani akan bisa dijual
Potensi pasar untuk bisnis budidaya tanaman kubis bisa dikatakan cukup baik.
Bahkan untuk komoditi ini peluang pasarnya tidak terbatas di dalam negeri saja,
jumlah negara yang meminta pasokan kubis bisa diperkirakan bahwa akan terjadi
lagi, untuk permintaan sayuran kubis di dalam negeri sendiri juga terbilang cukup
besar. Kondisi seperti itulah yang menjadikan budidaya kubis sebagai peluang
bisnis yang cocok untuk pensiunan dan dapat mendatangkan keuntungan yang
besar. Kebutuhan akan sayur datang dari masyarakat, baik digunakan sebagai
konsumsi pribadi maupun untuk pemenuhan bahan baku untuk peluang bisnis
yang mereka jalankan. Mulai dari para ibu-ibu rumah tangga yang mencari
sayuran untuk memenuhi gizi anggota keluarganya, pelaku bisnis makanan yang
membutuhkan sayuran kubis sebagai lalapan maupun bahan baku, sampai dengan
pedagang sayuran segar di pasar atau supermarket (Redaksi Bisnis UKM, 2014).
2.2.1 Usahatani
Menurut Soekartawi (1995) bahwa ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari
bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya alam yang ada secara efektif
memberikan manfaat. Lebih spesifik, ilmu usaha tani merupakan ilmu yang
mencangkup jerih payah yang harus dicurahkan. Biaya tunai untuk peralatan dan
pada waktu panen dan ketidak-pastian tentang efektifnya metode baru yang
yaitu:
Biaya tetap didefinikasikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus
dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya
biaya tetap tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh.
Misalnya : pajak tanah, pajak air dan penyusutan alat bangunan pertanian.
Sedangkan biaya tidak tetap atau biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Yang tergolong biaya variabel antara
lain, biaya untuk pupuk, bibit, obat pembasmi hama dan penyakit, tenaga kerja
2.2.3 Pendapatan
tinggi dan biaya produksi yang rendah. Jenis hasil yang pasarnya baik dan
teknologi yang baik, mengupayakan harga input yang rendah, dan mengatur skala
harga jual. Biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam
satu usahatani dan pendapatan usahatani adalah selisih antar pengeluaran dan
2.2.4 Komparasi
dari kata tersebut menunjukkan bahwa dalam penelitian ini peneliti bermaksud
mengadakan perbandingan kondisi yang ada di dua tempat, apakah kedua kondisi
tersebut sama, atau ada perbedaan, dan kalau ada perbedaan, kondisi di tempat
Analisis data yang digunakan berupa analisis komparatif atau analisis komparasi
atau analisis perbedaan yaitu bentuk analisis variabel (data) untuk mengetahui
perbedaan di antara dua kelompok data (variabel) atau lebih. Teknik statistik yang
komparatif atau uji perbedaan ini sering disebut uji signifikansi (Hasan, 2010).
1. Penelitian Non-hipotesis.
standarnya. Oleh karena itu, sebelum memulai penelitian kancah, harus ditetapkan
dahulu standarnya. Tentu saja penentuan standar ini harus dilakukan berdasarkan
landasan yang kuat misalnya hukum, peraturan, hasil lokakarya, dan sebagainya.
2. Penelitian Berhipotesis.
sampai pada suatu kesimpulan yang didasarkan atas data yang diperoleh
Setelah diperoleh angka akhir dari analisis barulah peneliti menengok kembali
Karo yang berfungsi sebagai sumber gizi, sumber pendapatan petani di daerah
konsumen menjadi mutlak yang harus dipenuhi dalam era pasar bebas. Untuk
perbandingan antara biaya pemeliharaan yang terdiri dari biaya pupuk, biaya
perbedaaan antara praktek yang dilakukan petani dengan teori yang seharusnya
penelitian ini saya akan mengetahui berapa besar pendapatan petani kubis. Setelah
produksi.
Usahatani Kubis
Upaya-upaya Upaya-upaya
Penerimaan
Pendapatan
: Menyatakan Hubungan
Sesuai dengan landasan teori yang sudah diuraikan, maka diajukan hipotesis
sebagai berikut:
2. Biaya pupuk dan biaya pengendalian hama dan penyakit berpengaruh nyata
Karo. Penentuan daerah penelitian ini dilakukan secara purposive. Artinya daerah
3. Desa Surbakti dipilih karena memiliki luas lahan dan produksi kubis
Tabel 3.3
Pada tabel di bawah ini dapat dilihat produktivitas komoditi kubis di Sumatera
35
Dari Tabel 3.1 memperlihatkan Kabupaten Karo dipilih atas dasar pertimbangan
Kol
Kecamatan
Luas Panen Produksi
Mardingding 0 0
Laubaleng 0 0
Tigabinanga 0 0
Juhar 0 0
Munte 17 202
Kutabuluh 0 0
Payung 14 400
Tiganderket 63 753
Barusjahe 91 2862
Jumlah 2920 70730
Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara, 2016
Tabel 3.2 memperlihatkan bahwa Kecamatan Simpang Empat dipilih atas dasar
diantara kecamatan yang lain yaitu 756 hektar. Kecamatan Simpang Empat juga
yaitu sebesar 19.062 Ton dibandingkan dengan kecamatan yaang lain yang ada di
Kabupaten Karo.
Tabel 3.3 memperlihatkan bahwa Desa Surbakti dipilih atas dasar pertimbangan
Empat yaitu sebesar 2.020 Ton dibandingkan dengan desa yang lain yang ada di
Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
secara acak setiap anggota mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil
sebagai sampel tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut
(Sugiyono, 2004).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani kol yang terdapat di Desa
Pada dasarnya semua anggota populsi mempunyai peluang yang sama menjadi
anggota sampel dalam sebuah penelitian. Menurut Arikunto (2006) sampel adalah
sebagai atau wakil dari populasi yang diteliti. Sampel dalam penelitian ini yang
mewakili populasi yang terdiri sari seluruh petani kubis. Dimana dalam
n=
Keterangan :
n = Ukuran Sampel
N = Ukuran Populasi
Pada penelitian ini tingkat ketelitian atau keyakinan yang dikehendaki adalah 90%
atau dengan tingkat kesalahan pengambilan sampel yang ditolerir adalah 10%.
Berdasarkan rumus Slovin diperoleh besar sampel petani kol adalah sebagai
berikut :
n=
n = 46 petani
sebagai responden yang dianggap sudah mewakili dari kieseluruhan petani yaitu
84 petani.
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Data
dalam bentuk kuisioner yang telah dipersiapkan sebelumnya. Data sekunder yang
lokasi penelitian. Selain itu, data-data pendukung lainnya juga diperoleh melalui
sampel yang berpsangan. Sampel berpasangan adalah sebuah sampel yang terdiri
dari satu subyek tetapi mengalami dua perlakuan yang berbeda (Supriana, 2016).
Rumus:
t=
√ ( )( )
√ √
Keterangan:
= Rata-rata sampel 1
= Rata-rata sampel 2
pupuk dan biaya pengendalian hama dan penyakit terhadap produksi usahatani
mengunakan metode regresi linier berganda dengan variabel bebas adalah seperti
Uji regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh dan hubungan
antara variabel bebas dan variabel terikat pada penelitian ini, persamaan regresi
Y’ = b0 + b1X1+ b2X2+ e
Dimana:
Y = Produksi (kg)
b0 = Koefisien Intersep
e = Error
a. Multikolinearitas
Salah satu asumsi model regresi linear klasik adalah bahwa tidak terdapat
multikolinearitas diantara variabel bebas yang masuk ke dalam model. Uji asumsi
hubungan antar variabel bebas dalam model regresi. Korelasi diantara variabel
berikut:
a. Jika nilai koefisien determinasi (R2) tinggi; dalam uji secara serempak (F-test),
terikat; tetapi dalam uji secara parsial (t-test), variabel-variabel bebas secara
parsial banyak yang tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat, maka
bebas terdapat korelasi yang cukup tinggi, umumnya di atas 0,90, maka hal ini
2. Jika toleransi > 0,10 dan VIF < 10 : tidak terjadi multikolinearitas.
b. Heteroskedastisitas
model regresi. Jika varians dari residual yang satu pengamatan ke pengamatan
yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
menimbulkan bias, hal ini karena subjektivitas sangat tinggi sehingga pengamatan
antara satu dengan lainnya bisa menimbulkan perbedaan persepsi dan (2)
heteroskedastisitas yaitu koefisien korelasi Sperman, uji glejser, uji park, dan uji
c. Normalitas
Salah satu asumsi yang harus dipenuhi yaitu adanya distribusi normal atas data
yang diperoleh. Untuk pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t dan atau
uji-F, menuntut suatu asumsi yang harus diuji yaitu populasi harus berdistribusi
Asymp. Sig. (2-tailed), maka harus dibandingkan dengan tingkat alpha yang
ditetapkan sebelumnya, apakah 10%, 5% atau 1%. Apabila nilai Asymp. Sig. (2-
tailed) lebih besar dari tingkat alpha yang ditetapkan dapat dikatakan bahwa data
Koefisien determinasi R2 merupakan suatu nilai statistik yang dihitung dari data
Koefisien ini merupakan suatu ukuran sejauh mana variabel bebas dapat merubah
(R2) berkisar antara 0 < R2 < 1, dengan kriteria pengujiannya adalah R2 yang
variabel biaya pemeliharaan kol (Y). Pengujian f-hitung adalah sebagai berikut:
Hipotesis:
Kriteria Uji:
Apabila nilai signifikansi ≤ α maka variabel biaya pupuk X 1), biaya pengendalian
hama dan penyakit (X2), secara serempak berpengaruh tidak nyata terhadap
Uji t adalah uji secara parsial yang menunjukkan pengaruh variabel independen
apakah variabel bebas secara parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap
variabel terikat. Taraf signifikansi α yang digunakan dalam ilmu sosial adalah
5% (Firdaus, 2011).
Hipotesis:
Kriteria Uji:
pengendalian hama dan penyakit (X2), secara parsial berpengaruh tidak nyata
khususnya bahan kimia usahatani kubis per hektar digunakan Analisis Proporsi.
pemeliharaan khususnya bahan kima usahatani kubis per musim tanam. Analisis
Dimana :
istilah-istilah dalam penelitian ini, maka penulis membuat definisi dan batasan
3.5.1 Definisi
2. Komparasi atau analisis perbedaan yaitu bentuk analisis variabel (data) untuk
5. Pendapatan usahatani kol adalah selisih dari total pengeluaran usahatani kubis
yang diperoleh dengan seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk
6. Faktor produksi adalah berbagai input yang digunakan dalam proses produksi
yaitu luas lahan (ra), bibit (kg), pupuk (kg), obat-obatan dan tenaga kerja
7. TC (total cost) atau total biaya adalah seluruh biaya yang dikeluarkan selama
proses produksi dalam usahatani kubis atau jumlah biaya tetap dan biaya
tidak tetap usahatani kubis per musim tanam dinyatakan dalam Rupiah
(Rp).
8. FC (Fixed Cost) atau biaya tetap adalah biaya usahatani kubis permusim yang
9. VC (variabel cost) adalah biaya usahatani kubis per musim tanam yang besar
Rupiah (Rp).
produksi.
11. Kubis merupakan jenis tanaman hortikultura yang paling baik ditanam di
daerah yang bersuhu rendah dan mendapatkan sinar matahari yang cukup.
12. Kebutuhan biaya adalah biaya input (biaya pupuk,biaya pengendalian hama
Kabupaten Karo.
Sumatera Utara. Desa Surbakti Berjarak 1 km arah barat dari Kantor Camat
Simpang Empat dan berjarak 7 km ke ibu kota kabupaten yaitu Kota Kabanjahe.
Daerah ini bertopografi dataran tinggi yaitu berada pada ketinggian antara ± 1.000
m s/d 1.300 m diatas permukaan laut.Curah hujan rata-rata per tahun adalah 2.000
mm s/d 3.000 mm, dan suhu temperaturnya adalah 160 C s/d 270 C. Secara
Di sebelah Timur berbatasan dengan Desa Ndokum Siroga Kec. Simpang Empat
Tabel 4.1. Jenis dan Luas Penggunaan Tanah di Desa Surbakti Tahun 2017
No Uraian Ha Jumlah
Persentase (%)
1 Jalan Umum/Jalan Dusun 100 11,6
2 Sawah/Perikanan 60 7,1
3 Pertanian/Perladangan 680 82,3
4 Perumahan/Pemukiman 10 1,0
Jumlah 850 100
Sumber : Kantor Kepala Desa Surbakti 2017
49
hortikultura seperti jagung, kubis, jeruk, kopi, selada, cabe, tomat dan lainnya.
Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor kepala Desa Surbakti Kecamatan
Simpang Empat, jumlah penduduk desa penelitian berjumlah 2167 jiwa dan
jumlah rumah tangga 1050 Kepala Keluarga (KK) yang terdiri dari perempuan
sebanyak 1164 jiwa dan laki-laki sebanyak 1003 jiwa. Jumlah dan distribusi
penduduk desa penelitian menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel.
penduduk Desa Surabkti berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Kepala
Penduduk di Desa Surbakti memiliki jenis pekerjaan yang beraneka ragam. Jumlah
Kepala Keluarga (KK) di Desa Surbakti berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat
Tabel 4.3 memperlihatkan bahwa penduduk Desa Surbakti yang Berjumlah 2.167
jiwa terbagi atas 1.050 kepala keluarga (KK). Sebagian besar penduduk di Desa
Surbakti bekerja sebagai petani dengan jumlah 770 KK dengan persentase 73,33
% dari jumlah kepala keluarga (KK) yang ada, sedangkan penduduk yang bekerja
sebagai PNS sebanyak 155 kepala keluarga (KK) dengan persentase 14,76 % dan
penduduk yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 125 kepala Keluarga (KK)
Adapun kondisi sarana dan prasarana umum di Desa Surbakti dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4.3 memperlihatkan bahwa sarana / prasarana di Desa Surbakti sudah cukup
untuk menunjang kegiatan penduduk setempat. Hal ini dapat dilihat dari sudah
kesehatan, rumah ibadah, balai desa, maupun fasilitas pendidikan. Hanya saja
Petani sampel yang dimaksud disini ialah seluruh petani kubis yang memiliki
penelitian ini teriri dari umur petani, pendidikan petani, luas lahan usahatani kubis
Umur petani merupakan salah satu faktor yang berkaitan langsung dengan
umur petani maka kemampuan bekerjanya pun cenderung menurun. Hal ini
dari petani. Untuk lebih jelasnya mengenai keadaan umur petani sampel dapat
Tabel 4.4. memperlihatkan bahwa pada petani sampel komoditi kol terbanyak
berada pada kelompok umur 40-49 yakni sebanyak 16 orang dengan persentase
34,78% dan untuk petani sampel terkecil berada pada kelompok umur > 60
Sampel Pendidikan petani sangat erat kaitannya dengan kemampuan petani dalam
petani yang semakin tinggi membuat petani lebih mudah dalam mengadopsi
teknologi baru yang diperoleh dari penyuluh pertanian maupun lemabaga swadaya
petani tersebut. Adapun tingkat pendidikan petani sampel yang ada di Desa
Surbakti sangat bervariasi dari tingkat SD, SMP, dan SMA. Untuk lebih jelas lagi
mengenai tingkat pendidikan petani sampel dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.5 memperlihatkan bahwa untuk jumlah petani sampel kubis terbanyak
berada pada tingkat pendidikan SMA dengan jumlah 20 jiwa dengan persentase
43,47% dan terkecil berada pada tingkat pendidikan SD sebanyak 9 jiwa dengan
persentase 19,56%.
langsung terhadap jumlah produksi kubis. Semakin luas lahan penanaman maka
Tabel 4.6. Luas Lahan petani sampel di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang
Empat, Kabupaten Karo Tahun 2017
Tabel 4.6 memperlihatkan bahwa luas lahan petani kubis terluas berada pada
kelompok luas lahan >0,50 ha dengan jumlah 15 jiwa. Sedangkan untuk luas
lahan terkecil berada pada kelompok luas lahan 0,40-0,49 ha dengan jumlah
petani kubis sebanyak 4 jiwa. Artinya petani kubis di Desa Surbakti memiliki luas
terbesar dengan jumlah 1 orang dengan presentase 32,60 %. Dan yang terkecil
yang berfungsi sebagai sumber gizi, sumber pendapatan dan sumber devisa
usahatani yang memiliki beberapa kendala yang di hadapi petani dalam kegiatan
dosis pupuk dan pestisida yang tidak tepat dapat mengakibatkan menambah biaya
produksi.
dilakukan dengan mengangkat tanah yang ada pada saluran antar bedengan
parit dan ketinggian bedeng serta meningkatkan kegemburan tanah sehingga akar
akan dapat menyerap air serta unsur hara secara optimal. Adapun alat yang
56
Tabel 5.1 memperlihatkan Jumlah HK untuk pria 5 dengan 2 jam kerja, sehingga
HOK nya sebesar 1,55 dengan total upah Rp. 108.804. Jumlah HK untuk wanita
5 dengan 2 jam kerja, sehingga HOK nya sebesar 1,89 dengan total upah Rp.
132.289. Jadi total biaya pembumbunan yang di lakukan petani komoditas nya
2. Pemupukan
yang melakukan pemupukan 2 kali per rmusim tanam, ada juga yang 3 kali per
musim tanam, jenis pupuk yang digunakan juga bermacam-macam, antara lain
Tabel 5.2 Rata-rata Kebutuhan dan Biaya Pupuk pada Petani Sampel
Usahatani Kubis Per Musim Tanam di Desa Surbakti
Total
Kebutuhan Per Harga Per Petani
No. Jenis Pupuk Biaya
Petani (Kg) (Rp/Kg)
Pupuk
1 Phonska 40 3900 156.000
2 Amophos 36 6000 216.000
3 Urea 59 6000 354.000
4 KCL 40 4000 160.000
5 Hydro 42 9000 378.000
6 TSP 55 3500 192.500
7 NPK 48 3500 168.000
Sumber: Diolah dari Lampiran 3 a
Tabel 5.2 memperlihatkan bahwa pupuk yang digunakan petani sampel komoditas
kubis di Desa Surbakti adalah pupuk Phonska, Amophos, Urea, KCL, Hydro,
TSP, dan NPK. Pupuk yang paling banyak digunakan adalah Urea dengan rata-
3. Penyiangan
tumbuhan lain yang mengganggu pertumbuhan tanaman biasa nya dilakukan 1-2
minggu sekali. Penyiangan dilakukan dengan hati-hati dan tidak terlalu dalam
karena dapat merusak sistem perakaran tanaman, bahkan pada akhir penanaman
Tabel 5.3 memperlihatkan Jumlah HK untuk pria 5 dengan 2 jam kerja, sehingga
HOK nya sebesar 1,53 dengan total upah Rp. 108.804. Jumlah HK untuk wanita 5
dengan 2 jam kerja, sehingga HOK nya sebesar 1,89 dengan total upah
Rp. 132.289. Jadi total biaya penyiangan yang di lakukan petani komoditas nya
4. Penyiraman
dilakukan dua kali sehari pada pagi dan sore hari. Di daerah penelitian petani
memanfaatkan kondisi iklim yang memiliki curah hujan yang cukup tinggi, maka
Tabel 5.4 Rata-rata Biaya Penyiraman Petani Sampel Usahatani Kubis Per
Petani Per Musim Tanam di Desa Surbakti
Tabel 5.4 memperlihatkan Jumlah HK untuk pria 18 dengan 2 jam kerja, sehingga
HOK nya sebesar 3 dengan upah Rp.62.609. Jumlah HK untuk wanita 18 dengan
2 jam kerja, sehingga HOK nya sebesar 1 dengan upah Rp. 29.217. Jadi total
biaya penyiraman yang di lakukan petani komoditas nya sebesar Rp. 91.826
Hama yang paling sering menyerang tanaman kubis adalah ulat daun. Dalam
gangguan hama dan penyakit. Kerugian besar bahkan kegagalan panen dapat
terjadi bila gangguan tersebut tidak diatasi dengan baik. Kehilangan hasil kubis
akibat serangan hama cukup tinggi yakni dapat mencapai 100% oleh hama
Antracol, dan Albacel. Berikut adalah tabel jenis pestisida beserta harga yang
Tabel 5.4 memperlihatkan bahwa jenis pestisida yang digunakan di Desa Surbakti
Joker, Siklon, Lannate, Pirfos, Higrade. harga pestisida termahal adalah higrade
dengan Rp. 170.000 per botol. Harga pestisida termurah adalah Saaf dengan harga
Rp. 50.000 per botol. Pestisida yang paling banyak digunakan adalah Prevathon,
1. Pembumbunan
dilakukan dengan mengangkat tanah yang ada pada saluran antar bedengan
parit dan ketinggian bedeng serta meningkatkan kegemburan tanah sehingga akar
akan dapat menyerap air serta unsur hara secara optimal. Adapun alat yang
Tabel 5.5 memperlihatkan Jumlah HK untuk pria 5 dengan 2 jam kerja, sehingga
HOK nya sebesar 1,52 dengan total upah Rp. 106.141. Jumlah HK untuk wanita 5
dengan 2 jam kerja, sehingga HOK nya sebesar 1,79 dengan total upah
Rp. 125.148. Jadi total biaya pembumbunan normatif komoditas nya sebesar
Rp. 231.289
2. Pemupukan
Komposisi pupuk yang di aplikasikan untuk tanaman kubis antara lain berupa
pupuk urea 100 kg, ZA 250 kg, TSP 250 kg dan KCl 200 kg per hektar. Untuk
tiap tanaman diperlukan urea sebanyak 4 gram, ZA 9 gram, SP-36 9 gram dan
dasar yaitu pupuk organik 10 gram, setengah dosis pupuk N (Urea 2 gram, ZA 4,5
gram), pupuk SP-36 9 gram, dan KCl 7 17 gram). Sisa pupuk N (Urea 2 gram dan
ZA 4,5 gram) diberikan pada saat tanaman berumur 4 minggu (Musriati, 2013).
Tabel 5.6 Rata-rata Kebutuhan dan Biaya Pupuk Normatif pada Usahatani
Kubis Per Musim Tanam
Kebutuhan Biaya
Jenis Penggunaan Harga Pupuk
No. Pupuk penggunaan
Pupuk Pupuk (kg) (Kg)
(Kg/Ha) pupuk (Rp)
1 Za 250 80 Rp. 2000 Rp. 180.000
2 Urea 100 32 Rp. 3000 Rp. 96.000
3 TSP 250 80 Rp. 3500 Rp. 280.000
4 KCL 200 64 Rp. 4000 Rp. 256.000
Jumlah Rp. 812.000
Sumber: Diolah dari Lampiran 3 b
Tabel 5.6 memperlihatkan bahwa kebutuhan pupuk per hektar adalah Za 250 kg,
Urea 100 kg, TSP 250 kg, KCL 200 kg dengan total 700 kg pupuk per hektar tiap
musim tanam, dengan harga rata-rata pupuk per kg nya sebesar Rp. 4875. Total
biaya pupuk per ha yang di keluarkan tiap musim tanam sebesar Rp. 3.575.000.
3. Penyiangan
hari sekali. Penyiangan dilakukan ketika ditemukan gulma yang tumbuh di lahan
kubis.
Tabel 5.7 memperlihatkan Jumlah HK untuk pria 5 dengan 2 jam kerja, sehingga
HOK nya sebesar 1,52 dengan total upah Rp. 106.141. Jumlah HK untuk wanita 5
dengan 2 jam kerja, sehingga HOK nya sebesar 1,79 dengan total upah
Rp. 125.148. Jadi total biaya penyiangan normatif komoditas nya sebesar
Rp. 231.289
4. Penyiraman
Tanaman disiram sampai benar-benar hidup. Daun yang tertutup tanah segera
disiram agar tidak menganggu proses fotosintesis. Apabila temperatur udara tinggi
dan matahari bersinar terik, penyiraman dilakukan dua kali sehari pada pagi dan
sore hari
Tabel 5.8 memperlihatkan Jumlah HK untuk pria 90 dengan 2 jam kerja, sehingga
HOK nya sebesar 3 dengan upah Rp.313.043. Jumlah HK untuk wanita 90 dengan
2 jam kerja, sehingga HOK nya sebesar 1 dengan upah Rp.146.086 Jadi total
biaya penyiraman yang di lakukan petani komoditas nya sebesar Rp. 459.132
Menurut Liferdi dan Saparinto (2016). Hama yang paling sering menyerang kubis
adalah ulat daun. Dengan memakan daun-daun muda yang membetuk krop. Daun-
daun bisa habis dimakan ulat ini. Pestisida yang umum digunakan untuk
mengatasi hama tersebut adalah Decis 2,5 EC 0,5-1 cc/l/ha, Dupont Valacor 35
Tabel 5.9 Rata-rata Kebutuhan dan Biaya Pestisida Secara Normatif pada
Usahatani Kubis Per Musim Tanam
pestisida Decis 300 ml/ha, valacor 25 g/ha, Hostathion 750 ml/ha, dan Ambush
450 ml/ha dengan total biaya biaya pestisida yang dikeluarkan petani per musim
secara normatif komoditas kubis dengan yang dilakukan oleh petani di Desa
adalah sebuah sampel yang terdiri dari satu subyek tetapi mengalami dua
Tabel 5.10 Hasil Uji Paired Sampels t-Test Untuk Biaya Pestisida
Paired Samples Test
Sig. (2-
Mean N T Df tailed)
Berdasarkan Tabel 5.10 dapat dilihat bahwa hasil estimasi menunjukkan nilai
signifikansi t sebesar 0,000 dimana nilai tersebut < 0,05. Maka H1 diterima yang
berarti ada perbedaan antara biaya normatif dengan biaya petani yang dilakukan
Dapat dilihat dari tabel 5.10 nilai Mean untuk masing-masing variabel, biaya
petani dan biaya normatif adalah 1,54 dan 1,96. Dimana, ada perbedaan yang
Tabel 5.11 Hasil Estimasi Pengaruh Biaya Pupuk dan Biaya Pengendalian Hama
Penyakit Terhadap Produksi Tanaman
memiliki besaran yang positif dan besarannya adalah 0 < R-squared < 1.
Berdasarkan hasil pengolahan data pada Tabel 5.11 diperoleh koefisien biaya
pupuk 2.810 dan biaya pestisida -141.268. Hal ini menunjukkan bahwa variabel
bebas yaitu biaya pupuk (X1) berpngaruh nyata terhadap produksi kubis dan biaya
Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independent atau bebas (Xi)
hasil pengolahan data pada Tabel 5.11 diperoleh nilai signifikansi yaitu 0,04 <
0,05. Artinya biaya pupuk (X1) berpengaruh nyata terhadap variabel terikat yaitu
Tabel 5.11. dapat dilihat bahwa variabel bebas yang dimasukkan ke dalam model
yaitu biaya pupuk (X1) secara nyata mempengaruhi produksi kubis (Y).
Sedangkan variabel bebas lainnya yaitu biaya pestisida (X2) secara nyata tidak
Namun, agar diperoleh Model Regresi Linear Berganda yang baik, maka model
harus memenuhi kriteria BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). BLUE dapat
a. Uji Normalitas
menyebar mengikuti garis diagonal. Maka dapat dinyatakan model regresi linier
memenuhi asumsi normalitas. Hal tersebut dapat dilihat melalui gambar dibawah
ini.
b. Uji Autokorelasi
Dalam menguji ada tidaknya terjadinya autokorelasi pada sampel digunakan uji
pada tabel 5.11 diperoleh nilai statistik Durbin Watson sebesar 1,950 yang
membuktikan bahwa autokorelasi tidak terjadi karena nilai tersebut berada pada
kisaran 0 sampai 4.
c. Uji Multikubisinearitas
digunakan nilai VIF dengan kriteria apabila nilai VIF yang dihasilkan dibawah 10,
Berdasarkan hasil pengolahan data yang ditampilkan pada gambar 3 dapat dilihat
bahwa variabel biaya pupuk (X1) dan biaya pestisida (X2) berada di bawah 10. Hal
d. Uji Heteroskedastisitas
Scatterplots berikut ini. Dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara acak, baik
diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak membentuk pola
apapun.
adalah:
Dimana :
b0 = Koefisien Intersep
e = Error
Berdasarkan hasil estimasi, koefisien biaya pupuk bertanda positif dan memiliki
nilai signifikansi 0,004 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa biaya pupuk
Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo. Tanda positif berarti semakin besar
biaya pupuk yang di keluarkan, maka semakin besar produksi tanaman kubis yang
memiliki nilai signifikansi 0,945 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa biaya
pestisida berpengaruh negatif dan tidak nyata terhadap produksi kubis di Desa
yang dikeluarkan pada tanaman, tidak mempengaruhi hasil dari produksi tanaman
kubis.
biaya pemeliharaan khususnya bahan kimia usahatani kubis per musim tanam
pemeliharaan khususnya bahan kimia adalah sebesar 28,98% dari total biaya
pemeliharaan ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa biaya bahan kimia kubis di
6.1 Kesimpulan
nilai signifikansi uji paired sampels dimana nilai sig.2.tailed 0,000 < 0,05.
6.2 Saran
teori agronomi yang ada agar mengurangi pengunaan bahan kimia berlebih
pada tanaman.
kimia pada komiditi kubis, edukasi yang diberikan tentang kebutuhan bahan
kimia pada tanaman kubis selain dapat membatu petani dalam meningkatan
berwawasan lingkungan.
72
lanjut.
A.T. Mosher. 1987. Budidaya Kubis Bunga & Broccoli. Kanisius: Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik. 2010. Profil Pertanian Kabupaten Karo 2010. Kabupaten
Karo.
Badan Pusat Statistik. 2011. Profil Pertanian Kabupaten Karo 2011. Kabupaten
Karo.
Badan Pusat Statistik. 2016. Profil Pertanian Kabupaten Karo 2016. Kabupaten
Karo.
Cahyo, M.D., N. Hanani, dan Fahriyah. 2012. Analisis efisiensi alokatif dan
faktor-faktor produksi yang mempengaruhi usahatani kubis (Brassica
oleracea L). Naskah Publikasi Jurnal Universitas Brawijaya: Malang
Cahyono, Bambang. 2002. Kubis bunga & brocoli : teknik budi daya dan analisis
usaha tani. Kanisius: Yogyakarta.
Cheng, H.H. 1990. Pesticide in The Soil Environment: Processes, Impact, and
modeling. Soil Sci. Soc.Am. Inc., Madison, Wisconsin, USA.
Tim Prima Tani Balitsa.2007. Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Sayuran. Balai
Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung.
Umar, 2000. “Metode Penelitian Untuk Skripsi dan tesis Bisnis”, Raja Grafindo
Persada: Jakarta.
Pupuk
Luas
No ZA Urea TSP KCL Total
Lahan
Sampel Jumlah Harga biaya Jumlah Harga biaya Jumlah Harga biaya Jumlah Harga biaya Biaya (Rp)
(Ha)
(Kg) (RP) (Rp) (Kg) (RP) (Rp) (Kg) (RP) (Rp) (Kg) (RP) (Rp)
1 0.5 125 2000 250000 50 3000 150000 125 3500 437500 100 4000 400000 1237500
2 0.5 125 2000 250000 50 3000 150000 125 3500 437500 100 4000 400000 1237500
3 0.2 50 2000 100000 20 3000 60000 50 3500 175000 40 4000 160000 495000
4 0.5 125 2000 250000 50 3000 150000 125 3500 437500 100 4000 400000 1237500
5 0.32 80 2000 160000 32 3000 96000 80 3500 280000 64 4000 256000 792000
6 0.2 50 2000 100000 20 3000 60000 50 3500 175000 40 4000 160000 495000
7 0.32 80 2000 160000 32 3000 96000 80 3500 280000 64 4000 256000 792000
8 0.16 40 2000 80000 16 3000 48000 40 3500 140000 32 4000 128000 396000
9 0.5 125 2000 250000 50 3000 150000 125 3500 437500 100 4000 400000 1237500
10 0.16 40 2000 80000 16 3000 48000 40 3500 140000 32 4000 128000 396000
11 0.32 80 2000 160000 32 3000 96000 80 3500 280000 64 4000 256000 792000
12 0.32 80 2000 160000 32 3000 96000 80 3500 280000 64 4000 256000 792000
13 0.2 50 2000 100000 20 3000 60000 50 3500 175000 40 4000 160000 495000
14 0.32 80 2000 160000 32 3000 96000 80 3500 280000 64 4000 256000 792000
15 0.16 40 2000 80000 16 3000 48000 40 3500 140000 32 4000 128000 396000
16 0.5 125 2000 250000 50 3000 150000 125 3500 437500 100 4000 400000 1237500
17 0.16 40 2000 80000 16 3000 48000 40 3500 140000 32 4000 128000 396000
18 0.32 80 2000 160000 32 3000 96000 80 3500 280000 64 4000 256000 792000
19 0.16 40 2000 80000 16 3000 48000 40 3500 140000 32 4000 128000 396000
20 0.5 125 2000 250000 50 3000 150000 125 3500 437500 100 4000 400000 1237500
21 0.5 125 2000 250000 50 3000 150000 125 3500 437500 100 4000 400000 1237500
22 0.24 60 2000 120000 24 3000 72000 60 3500 210000 48 4000 192000 594000
23 0.4 100 2000 200000 40 3000 120000 100 3500 350000 80 4000 320000 990000
24 0.5 125 2000 250000 50 3000 150000 125 3500 437500 100 4000 400000 1237500
25 0.16 40 2000 80000 16 3000 48000 40 3500 140000 32 4000 128000 396000
26 0.2 50 2000 100000 20 3000 60000 50 3500 175000 40 4000 160000 495000
27 0.24 60 2000 120000 24 3000 72000 60 3500 210000 48 4000 192000 594000
28 0.16 40 2000 80000 16 3000 48000 40 3500 140000 32 4000 128000 396000
29 0.16 40 2000 80000 16 3000 48000 40 3500 140000 32 4000 128000 396000
30 0.5 125 2000 250000 50 3000 150000 125 3500 437500 100 4000 400000 1237500
31 0.4 100 2000 200000 40 3000 120000 100 3500 350000 80 4000 320000 990000
32 0.16 40 2000 80000 16 3000 48000 40 3500 140000 32 4000 128000 396000
33 0.32 80 2000 160000 32 3000 96000 80 3500 280000 64 4000 256000 792000
34 0.4 100 2000 200000 40 3000 120000 100 3500 350000 80 4000 320000 990000
35 0.5 125 2000 250000 50 3000 150000 125 3500 437500 100 4000 400000 1237500
36 0.2 50 2000 100000 20 3000 60000 50 3500 175000 40 4000 160000 495000
37 0.5 125 2000 250000 50 3000 150000 125 3500 437500 100 4000 400000 1237500
38 0.5 125 2000 250000 50 3000 150000 125 3500 437500 100 4000 400000 1237500
39 0.24 60 2000 120000 24 3000 72000 60 3500 210000 48 4000 192000 594000
40 0.16 40 2000 80000 16 3000 48000 40 3500 140000 32 4000 128000 396000
41 0.2 50 2000 100000 20 3000 60000 50 3500 175000 40 4000 160000 495000
42 0.5 125 2000 250000 50 3000 150000 125 3500 437500 100 4000 400000 1237500
43 0.16 40 2000 80000 16 3000 48000 40 3500 140000 32 4000 128000 396000
44 0.4 100 2000 200000 40 3000 120000 100 3500 350000 80 4000 320000 990000
45 0.5 125 2000 250000 50 3000 150000 125 3500 437500 100 4000 400000 1237500
46 0.16 40 2000 80000 16 3000 48000 40 3500 140000 32 4000 128000 396000
Jumlah 14.68 3670 92000 7340000 1468 138000 4404000 3670 161000 12845000 2936 184000 11744000 36333000
Per
0.32 80 2000 159565 32 3000 95739 80 3500 279239 64 4000 255304 789848
Petani
Sumber: Data Sekunder (diolah), 2018
Pestisida
Luas
No Decis(35 rb/boto (300ML)l 1 ha) Valacor 24 rb (5 g) Per Ha Butuh 50 g Hostathion 140 ml/ha Ambush Total Biaya
Lahan
Sampel Jumlah Harga biaya Jumlah Harga biaya Jumlah Harga (Rp)
(Ha) Jumlah Harga (RP) biaya (Rp) biaya (Rp)
(ml) (RP/ml) (Rp) (bungkus) (RP/bungkus) (Rp) (ml) (RP/ml)
1 0.5 150 700 105000 5 24000 120000 375 140 52500 450 233.33 104999 382499
2 0.5 150 700 105000 5 24000 120000 375 140 52500 450 233.33 104999 382499
3 0.2 60 700 42000 2 24000 48000 150 140 21000 180 233.33 41999 152999
4 0.5 150 700 105000 5 24000 120000 375 140 52500 450 233.33 104999 382499
5 0.32 96 700 67200 4 24000 96000 240 140 33600 288 233.33 67199 263999
6 0.2 60 700 42000 2 24000 48000 150 140 21000 180 233.33 41999 152999
7 0.32 96 700 67200 4 24000 96000 240 140 33600 288 233.33 67199 263999
8 0.16 48 700 33600 2 24000 48000 120 140 16800 144 233.33 33600 132000
9 0.5 150 700 105000 5 24000 120000 375 140 52500 450 233.33 104999 382499
10 0.16 48 700 33600 2 24000 48000 120 140 16800 144 233.33 33600 132000
11 0.32 96 700 67200 4 24000 96000 240 140 33600 288 233.33 67199 263999
12 0.32 96 700 67200 4 24000 96000 240 140 33600 288 233.33 67199 263999
13 0.2 60 700 42000 2 24000 48000 150 140 21000 180 233.33 41999 152999
14 0.32 96 700 67200 4 24000 96000 240 140 33600 288 233.33 67199 263999
15 0.16 48 700 33600 2 24000 48000 120 140 16800 144 233.33 33600 132000
16 0.5 150 700 105000 5 24000 120000 375 140 52500 450 233.33 104999 382499
17 0.16 48 700 33600 2 24000 48000 120 140 16800 144 233.33 33600 132000
18 0.32 96 700 67200 4 24000 96000 240 140 33600 288 233.33 67199 263999
19 0.16 48 700 33600 2 24000 48000 120 140 16800 144 233.33 33600 132000
20 0.5 150 700 105000 5 24000 120000 375 140 52500 450 233.33 104999 382499
21 0.5 150 700 105000 5 24000 120000 375 140 52500 450 233.33 104999 382499
22 0.24 72 700 50400 3 24000 72000 180 140 25200 216 233.33 50399 197999
23 0.4 120 700 84000 4 24000 96000 300 140 42000 360 233.33 83999 305999
24 0.5 150 700 105000 5 24000 120000 375 140 52500 450 233.33 104999 382499
25 0.16 48 700 33600 2 24000 48000 120 140 16800 144 233.33 33600 132000
26 0.2 60 700 42000 2 24000 48000 150 140 21000 180 233.33 41999 152999
27 0.24 72 700 50400 3 24000 72000 180 140 25200 216 233.33 50399 197999
28 0.16 48 700 33600 2 24000 48000 120 140 16800 144 233.33 33600 132000
29 0.16 48 700 33600 2 24000 48000 120 140 16800 144 233.33 33600 132000
30 0.5 150 700 105000 5 24000 120000 375 140 52500 450 233.33 104999 382499
31 0.4 120 700 84000 4 24000 96000 300 140 42000 360 233.33 83999 305999
32 0.16 48 700 33600 2 24000 48000 120 140 16800 144 233.33 33600 132000
33 0.32 96 700 67200 4 24000 96000 240 140 33600 288 233.33 67199 263999
34 0.4 120 700 84000 4 24000 96000 300 140 42000 360 233.33 83999 305999
35 0.5 150 700 105000 5 24000 120000 375 140 52500 450 233.33 104999 382499
36 0.2 60 700 42000 2 24000 48000 150 140 21000 180 233.33 41999 152999
37 0.5 150 700 105000 5 24000 120000 375 140 52500 450 233.33 104999 382499
38 0.5 150 700 105000 5 24000 120000 375 140 52500 450 233.33 104999 382499
39 0.24 72 700 50400 3 24000 72000 180 140 25200 216 233.33 50399 197999
40 0.16 48 700 33600 2 24000 48000 120 140 16800 144 233.33 33600 132000
41 0.2 60 700 42000 2 24000 48000 150 140 21000 180 233.33 41999 152999
42 0.5 150 700 105000 5 24000 120000 375 140 52500 450 233.33 104999 382499
43 0.16 48 700 33600 2 24000 48000 120 140 16800 144 233.33 33600 132000
44 0.4 120 700 84000 4 24000 96000 300 140 42000 360 233.33 83999 305999
45 0.5 150 700 105000 5 24000 120000 375 140 52500 450 233.33 104999 382499
46 0.16 48 700 33600 2 24000 48000 120 140 16800 144 233.33 33600 132000
Jumlah 14.68 4404 32200 3082800 159 1104000 3816000 11010 6440 1541400 13212 10733.18 3082756 11522955.96
Per
0.32 95.74 700.00 67017.39 3.46 24000.00 82956.52 239.35 140.00 33508.70 287.22 233.33 67016.43 250499.04
Petani
Sumber: Data Sekunder (diolah), 2018
Luas TKDK TKLK Jlh TK Jlh TK HOK HOK Upah HOK Upah HOK Total Upah
Sampel Lahan HK JK
L P L P Pria Wanita Pria Wanita Pria Wanita (Rp)
(Ha)
1 0.5 1 2 0 0 7.5 2 1 0 1.88 0.00 131250 0 131250
2 0.5 1 2 0 0 7.5 2 1 2 1.88 4.00 131250 280000 411250
3 0.2 0 0 2 1 3 2 2 1 1.50 0.80 105000 56000 161000
4 0.5 0 0 3 0 7.5 2 3 0 5.63 0.00 393750 0 393750
5 0.32 1 2 0 0 4.8 2 1 2 1.20 2.56 84000 179200 263200
6 0.2 1 0 0 1 3 2 1 1 0.75 0.80 52500 56000 108500
7 0.32 2 1 0 0 4.8 2 2 1 2.40 1.28 168000 89600 257600
8 0.16 0 0 0 2 2.4 2 0 2 0.00 1.28 0 89600 89600
9 0.5 2 1 0 0 7.5 2 2 1 3.75 2.00 262500 140000 402500
10 0.16 1 1 0 0 2.4 2 1 1 0.60 0.64 42000 44800 86800
11 0.32 2 1 0 0 4.8 2 2 1 2.40 1.28 168000 89600 257600
12 0.32 1 1 0 0 4.8 2 1 1 1.20 1.28 84000 89600 173600
13 0.2 1 1 0 0 3 2 1 1 0.75 0.80 52500 56000 108500
14 0.32 1 1 1 0 4.8 2 2 1 2.40 1.28 168000 89600 257600
15 0.16 1 1 0 0 2.4 2 1 1 0.60 0.64 42000 44800 86800
16 0.5 1 1 0 1 7.5 2 1 2 1.88 4.00 131250 280000 411250
17 0.16 1 1 0 0 2.4 2 1 1 0.60 0.64 42000 44800 86800
18 0.32 0 1 0 2 4.8 2 0 3 0.00 3.84 0 268800 268800
19 0.16 0 1 1 0 2.4 2 1 1 0.60 0.64 42000 44800 86800
20 0.5 0 1 1 1 7.5 2 1 2 1.88 4.00 131250 280000 411250
21 0.5 1 1 1 1 7.5 2 2 2 3.75 4.00 262500 280000 542500
22 0.24 1 0 0 1 3.6 2 1 1 0.90 0.96 63000 67200 130200
23 0.4 2 1 0 0 6 2 2 1 3.00 1.60 210000 112000 322000
24 0.5 1 1 0 1 7.5 2 1 2 1.88 4.00 131250 280000 411250
25 0.16 0 1 1 0 2.4 2 1 1 0.60 0.64 42000 44800 86800
Luas TKDK TKLK Jlh TK Jlh TK HOK HOK Upah HOK Upah HOK Total Upah
Sampel Lahan HK JK
L P L P Pria Wanita Pria Wanita Pria Wanita (Rp)
(Ha)
1 0.5 1 2 0 0 7.5 2 1 0 1.88 0.00 131250 0 131250
2 0.5 1 2 0 0 7.5 2 1 2 1.88 4.00 131250 280000 411250
3 0.2 0 0 2 1 3 2 2 1 1.50 0.80 105000 56000 161000
4 0.5 0 0 3 0 7.5 2 3 0 5.63 0.00 393750 0 393750
5 0.32 1 2 0 0 4.8 2 1 2 1.20 2.56 84000 179200 263200
6 0.2 1 0 0 1 3 2 1 1 0.75 0.80 52500 56000 108500
7 0.32 2 1 0 0 4.8 2 2 1 2.40 1.28 168000 89600 257600
8 0.16 0 0 0 2 2.4 2 0 2 0.00 1.28 0 89600 89600
9 0.5 2 1 0 0 7.5 2 2 1 3.75 2.00 262500 140000 402500
10 0.16 1 1 0 0 2.4 2 1 1 0.60 0.64 42000 44800 86800
11 0.32 2 1 0 0 4.8 2 2 1 2.40 1.28 168000 89600 257600
12 0.32 1 1 0 0 4.8 2 1 1 1.20 1.28 84000 89600 173600
13 0.2 1 1 0 0 3 2 1 1 0.75 0.80 52500 56000 108500
14 0.32 1 1 1 0 4.8 2 2 1 2.40 1.28 168000 89600 257600
15 0.16 1 1 0 0 2.4 2 1 1 0.60 0.64 42000 44800 86800
16 0.5 1 1 0 1 7.5 2 1 2 1.88 4.00 131250 280000 411250
17 0.16 1 1 0 0 2.4 2 1 1 0.60 0.64 42000 44800 86800
18 0.32 0 1 0 2 4.8 2 0 3 0.00 3.84 0 268800 268800
19 0.16 0 1 1 0 2.4 2 1 1 0.60 0.64 42000 44800 86800
20 0.5 0 1 1 1 7.5 2 1 2 1.88 4.00 131250 280000 411250
21 0.5 1 1 1 1 7.5 2 2 2 3.75 4.00 262500 280000 542500
22 0.24 1 0 0 1 3.6 2 1 1 0.90 0.96 63000 67200 130200
23 0.4 2 1 0 0 6 2 2 1 3.00 1.60 210000 112000 322000
24 0.5 1 1 0 1 7.5 2 1 2 1.88 4.00 131250 280000 411250
25 0.16 0 1 1 0 2.4 2 1 1 0.60 0.64 42000 44800 86800
Luas TKDK TKLK Jlh TK Jlh TK HOK Upah HOK Upah HOK Total Upah
Sampel Lahan HK JK HOK Pria
L P L P Pria Wanita Wanita Pria (Rp) Wanita (Rp) (Rp)
(Ha)
1 0.5 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
2 0.5 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0.000 450000 0 450000
3 0.2 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
4 0.5 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
5 0.32 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
6 0.2 0 0 1 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
7 0.32 0 1 0 0 90 2 0 1 0 24 0 480000 480000
8 0.16 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
9 0.5 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
10 0.16 0 1 0 0 90 2 0 1 0 24 0 480000 480000
11 0.32 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
12 0.32 0 1 0 0 90 2 0 1 0 24 0 480000 480000
13 0.2 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
14 0.32 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
15 0.16 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
16 0.5 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
17 0.16 0 1 0 0 90 2 0 1 0 24 0 480000 480000
18 0.32 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
19 0.16 0 1 0 0 90 2 0 1 0 24 0 480000 480000
20 0.5 0 1 0 0 90 2 0 1 0 24 0 480000 480000
21 0.5 0 0 1 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
22 0.24 0 1 0 0 90 2 0 1 0 24 0 480000 480000
23 0.4 0 0 1 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
24 0.5 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
25 0.16 0 1 0 0 90 2 0 1 0 24 0 480000 480000
N Correlation Sig.
Paired Differences
Mean Std. Deviation Std. Error Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair 1 biaya petani - biaya normatif -4.15139E5 2.87408E5 42376.04536 -5.00488E5 -3.29789E5 -9.797 45 .000
b
Model Summary b
ANOVA
Adjusted R Std. Error of the
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
a
a
1 Regression 3.422E13 2 1.711E13 21.647 .000
1 .708 .502 .479 8.89071E5 1.950
Residual 3.399E13 43 7.904E11
Total 6.821E13 45
a. Predictors: (Constant), biaya pestisida, biaya pupuk a. Predictors: (Constant), biaya pestisida, biaya pupuk
b. Dependent Variable: produksi b. Dependent Variable: produksi
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients Collinearity Statistics