Anda di halaman 1dari 133

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Departemen Agribisnis Skripsi Sarjana

2018

Analisis Komparasi Kebutuhan Biaya


Pemeliharaan Normatif Komoditas
Kubis dengan Praktek Pelaksanaanya di
Kabupaten Karo) (Kasus: Desa
Surbakti, Kecamatan Simpang Empat,
Kabupaten Karo)

Lubis, Muammar Reza Syahputra


Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/12285
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
ANALISIS KOMPARASI KEBUTUHAN BIAYA
PEMELIHARAAN NORMATIF KOMODITAS KUBIS
DENGAN PRAKTEK PELAKSANAANYA DI KABUPATEN
KARO
(Kasus: Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo)

SKRIPSI

OLEH :

MUAMMAR REZA SYAHPUTRA LUBIS


130304063
AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


ANALISIS KOMPARASI KEBUTUHAN BIAYA
PEMELIHARAAN NORMATIF KOMODITAS KUBIS
DENGAN PRAKTEK PELAKSANAANYA DI KABUPATEN
KARO
(Kasus: Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo)

SKRIPSI

MUAMMAR REZA SYAHPUTRA LUBIS


130304063
AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program
Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK

Muammar Reza Syahputra Lubis (130304063) dengan judul skripsi “Analisis


Komparasi Kebutuhan Biaya Pemeliharaan Komoditas Kubis dengan
Praktek Pelaksanaannya di Kabupaten Karo (Kasus Desa Surbakti,
Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo). Penelitian ini di bimbing oleh
Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP, selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu
Siti Khadijah H.N., SP, M.Si, selaku anggota komisi pembimbing.

Tujuan penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komparasi kebutuhan


biaya pemeliharaan normatif komoditas kubis dengan praktek
pelaksanaannya, pengaruh biaya pupuk dan biaya pengendalian hama dan
penyakit terhadap produksi usahatani kubis dan presentasi biaya
pemeliharaan khususnya bahan kimia usahatani kubis permusim tanam. Metode
penentuan daerah yang digunakan adalah metode purposive. Metode
penentuan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode simple random sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 46
sampel, sedangkan metode analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini ada tiga metode analisis yaitu analisis uji T untuk dua sampel
berpasangan, metode regresi linier berganda dan analisis proporsi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata antara biaya
pemeliharaan secara normatif komoditas kubis dengan yang dilakukan petani di
Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. Berdasarkan hasil
Estimasi menunjukan biaya pupuk berpengaruh nyata terhadap produksi,
sedangkan biaya pestisida tidak berpengaruh nyata terhadap produksi.
Berdasarkan perhitungan diketahui persentase biaya pemeliharaan khususnya
bahan kimia adalah sebesar 28,98 % dari total biaya pemeliharaan yang di
keluarkan pada usahatani kubis.

Kata Kunci: komparasi, biaya pemeliharaan, kubis

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

Muammar Reza Syahputra Lubis (130304063) with the title of thesis is


"Comparative Analysis of the Cost Requirement Maintenance of Cabbage
Commodities with the Implementation Practices in Karo District (Surbakti
Village Case, Simpang Empat District, Karo Regency). This research is guided
by Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP, as the chairman of the supervising
commission and Ibu Siti Khadijah H.N., SP, M. Si, as a member of the supervising
commission.

The purpose of this study aims to analyze the comparation of the normative cost of
raising the needs of cabbage commodities with the practice of implementation, the
effect of fertilizer costs and the cost of pest and disease control on cabbage farm
production and presentation of maintenance costs, especially chemicals cabbage
farming season. The method of determining the area used is purposive method.
The method of determining the number of samples used in this study is a simple
random sampling method, with a total sample is 46, while the data analysis
methods used in this study consists of three methods of analysis of T test analysis
for two paired samples, multiple linear regression method and analysis
proportion.

The results showed that there was a significant difference between normative
maintenance cost of cabbage commodities with that of farmers in Desa Surbakti,
Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. Based on the results Estimation
shows the cost of fertilizer significantly affects the production, while the cost of
pesticides has no significant effect on production. Based on the calculation known
the percentage of maintenance costs, especially chemicals amounted to 28.98% of
the total maintenance costs incurred on cabbage farming.

Keywords: comparation, maintenance cost, cabbage

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

Muammar Reza Syahputra Lubis lahir di Kota Medan, Sumatera Utara pada

tanggal 11 Juli 1995. Penulis merupakan anak pertama dari 2 bersaudara, putra

dari Bapak Alm.Syafruddin Lubis dan Ibu Rosmita.

Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

1. Tahun 2007 lulus dari Sekolah Dasar (SD) Swasta Al-Azhar Medan.

2. Tahun 2010 lulus dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) Swasta Al-Azhar

Medan.

3. Tahun 2013 lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA) Swasta Al-Azhar

Medan.

4. Pada tahun 2013 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan

Tinggi Negeri (SNMPTN).

Kegiatan yang pernah diikuti penulis adalah sebagai berikut:

1. Anggota dalam Forum Silahturahmi Mahasiswa Muslim Sosial Ekonomi

Pertanian (FSMM SEP), Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

2. Melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada bulan Juli-Agustus 2016 di

Desa Bingkat, Kecamatan Pengajahan, Kabupaten Serdang Bedagai.

3. Seketaris Bidang Pengabdian Masyarakat dalam Ikatan Mahasiswa Sosial

Ekonomi Pertanian (IMASEP), Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera

Utara Periode 2016/2017.

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan nikmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik sebagai salah satu syarat untuk dapat

memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara dengan judul skripsi Analisis Komparasi

Kebutuhan Biaya Pemeliharaan Normatif Komoditas Kubis Dengan Praktek

Pelaksanaannya di Kabupaten Karo ( Studi kasus: Desa Surbakti, Kecamatan

Simpang Empat, Kabupaten Karo).

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Almarhum Syafruddin Lubis dan Ibunda

Rosmita yang telah mendo’akan, memberikan banyak perhatian, kasih sayang,

motivasi serta dukungan baik moril maupun materil sehingga penulis dapat

menyelesaikan pendidikan dengan baik.

2. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP. selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, serta saran dan

memotivasi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Siti Khadijah H.N., SP, M.Si. selaku Anggota Komisi Pembimbing yang

telah meluangkan waktunya untuk membing penulis, memberikan arahan serta

saran dan memotivasi dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Ir. H. Hasman Hasyim, MSi selaku Dewan Penguji I yang telah

banyak meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan arahan

dalam menyelesaikan skripsi dengan baik

II

Universitas Sumatera Utara


5. Bapak Ir. M Jufri, Msi selaku Dewan Penguji II sekaligus Sekretaris Program

Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU yang telah banyak meluangkan

waktunya untuk membimbing dan memberikan arahan dalam menyelesaikan

skripsi dengan baik

6. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec. selaku Ketua Program Studi

Agribisnis Fakultas Pertanian USU yang telah membantu penulis dalam

proses administrasi dan perkuliahan

7. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU, yang telah

membekali ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan.

8. Seluruh instansi dan responden yang terkait dengan penelitian penulis yaitu

Bapak Bahtera Ginting selaku Kepala Desa, Bapak Lukman selaku PPL serta

Ibu Marlinza selaku Koordinator PPL di Kecamatan Simpang Empat dan

masyarakat Desa Surbakti yang telah banyak membantu penulis

mengumpulkan data dalam penulisan skripsi ini.

9. Teman-teman Angkatan 2013 Program Studi Agribisnis yang selalu hadir

dalam suka dan duka selama menempuh pendidikan di Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga penulis

menerima saran dan kritik yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

skripsi ini. Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi

pembaca dan pihak-pihak yang membutuhkan. Akhir kata, penulis mengucapkan

terima kasih.

Medan, Maret 2018

Penulis

III

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

ABSTRAK
RIWAYAT HIDUP ...........................................................................................i

KATA PENGANTAR .......................................................................................ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................iv

DAFTAR TABEL..............................................................................................vi

DAFTAR GAMBAR .........................................................................................viii

DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah .............................................................................. 8
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 9
1.4 Kegunaan Penulisan .............................................................................. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Tinjauan Pustaka.................................................................................... 10
2.1.1 Tinjauan Agronomi Kubis ........................................................... 11
2.1.2 Tinjauan Ekonomi Usahatani Kubis ............................................ 14
2.1.3 Isu Lingkungan Usahatani Kubis ................................................ 19
2.1.4 Kondisi Eksisting Usahatani Kubis di Sumatera Utara
2.1.4.1 Sub Sistem Pra Produksi........................................................... 21
2.1.4.2 Sub Sistem Produksi ................................................................. 23
2.1.4.3 Sub Sistem Post Produksi ......................................................... 24
2.2 Landasan Teori ...................................................................................... 25
2.2.1 Usahatani ..................................................................................... 25
2.2.2 Biaya Produksi ............................................................................. 26
2.2.3 Teori Pendapatan ......................................................................... 27
2.2.4 Teori Komparasi .......................................................................... 27
2.3 Penelitian Terdahulu .............................................................................. 29
2.4 Kerangka Pemikiran .............................................................................. 31
2.5 Hipotesis Penelitian ............................................................................... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian .................................................... 35
3.2 Metode Penentuan Sampel .................................................................... 38
3.3 Metode Pengumpulan Data ................................................................... 40
3.4 Metode Analisis Data ............................................................................ 40
3.5 Definisi dan Batasan Operasional.......................................................... 45
3.5.1 Defenisi........................................................................................ 46

IV

Universitas Sumatera Utara


3.5.2 Batasan Operasional .................................................................... 48

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH DAN KARAKTERISTIK SAMPEL


4.1 Desa Daerah Penelitian .......................................................................... 49
4.2 Komposisi Penduduk .............................................................................50
4.2.1 Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Pekerjaan........................... 50
4.3 Sarana dan Fasilitas Umum ................................................................... 51
4.4 Karakteristik Umum Petani Responden................................................. 52
4.4.1 Umur Petani ................................................................................. 52
4.4.2 Pendidikan Petani Sampel ........................................................... 53
4.4.3 Luas Lahan Petani Sampel .......................................................... 54
4.4.4 Jumlah Tanggungan ..................................................................... 55

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN


5.1 Perbedaan Kebutuhan Biaya Pemeliharaan Secara Normatif
Komoditas Kubis dengan Biaya Praktek Pelaksanaannnya................... 56
5.1.1 Tahapan Kegiatan Dan Komponen Biaya Pemeliharaan
Komoditas Kubis Berdasarkan Praktek Pelaksanaannya ........... 56
5.1.2 Tahapan Kegiatan Dan Komponen Biaya Pemeliharaan
Normatif Komoditas Kubis ........................................................ 60
5.1.3 Perbandingan Kebutuhan Biaya Pemeliharaan Komoditas
Kubis dengan Biaya Praktek Dikeluarkan Petani ...................... 64
5.2 Pengaruh Biaya Pupuk dan Biaya Pengendalian Hama Penyakit
Terhadap Produksi Kubis Di Desa Surbakti ......................................... 65
5.2.1 Uji Kesesuaian Model (Test Goodness of Fit) ............................ 66
5.2.2 Uji Asumsi Klasik ....................................................................... 67
5.2.3 Pengaruh Tiap Variabel Terhadap Biaya Pemeliharaan .............. 69
5.3 Persentase Biaya Pemeliharaan Khusus nya Bahan Kimia Pada
Usahatani Kubis Dari Seluruh Biaya Pemeliharaannya ..................... 71

BAB VI PENITUP
6.1 Kesimpulan ............................................................................................ 72
6.2 Saran ...................................................................................................... 73

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman


1. Data Luas Tanam, Luas Panen, Produksi, dan 3
Produktivitas Sayur- Sayuran Per Kabupaten/Kota
di Provinsi Sumatera Utara
2. Data Luas Tanam, Luas Panen, Jumlah Produksi dan 16
Jumlah Produktivitas Kubis di Sumatera Utara
3. Data Luas Tanam, Luas Panen, Produksi, dan 17
Produktivitas Sayur- Sayuran Per Kabupaten/Kota
di Provinsi Sumatera Utara
4. Data Luas Panen, Rata-rata Produktivitas, dan 18
Produksi Sayur-Sayuran Menurut Kecamatan di
Kabupaten Karo
5. Produktivitas Komoditas Kubis di Provinsi 36
Sumatera Utara Menurut Kabupaten/Kota
6. Luas Panen dan Produksi Komoditas Kol 37
Kubis Menurut Kecamatan di Kabupaten Karo,
7. Jumlah Produksi Komoditas Kubis Menurut Desa 38
Di Kecamatan Simpang Empat
8. Jenis dan Luas Penggunaan Tanah di Desa Surbakti 49
9. Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok 50
Tenaga Kerja
10. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di 50
Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat,
Kabupaten Karo
11. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan di 51
Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat,
Kabupaten Karo
12. Sarana Dan Prasana di Desa Surbakti, Kecamatan 51
Simpang Empat, Kabupaten Karo
13. Keadaan umur petani sampel di Desa Surbakti, 52
Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo
14. Pendidikan petani sampel di Desa Surbakti, 53
Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo
15. Luas Lahan petani sampel di Desa Surbakti, 54
Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo
16. Jumlah Tanggungan petani sampel di Desa 54
Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten
Karo
17. Biaya Pembumbunan dan rata-rata Petani Sampel 56
Usahatani Kubis Per Petani Per Musim Tanam di
Desa Surbakti
18. Kebutuhan dan Biaya Pupuk pada Petani Sampel 56
Usahatani Kubis Per Musim Tanam di Desa
Surbakti

VI

Universitas Sumatera Utara


19. Kebutuhan dan Biaya Penyiangan Petani Sampel 57
Usahatani Kubis Per Musim Tanam di Desa
Surbakti
20. Biaya Penyiraman Petani Sampel Usahatani Kubis 58
Per Petani Per Musim Tanam di Desa Surbakti
21. Jenis Pestisida Besereta Harga Yang Digunakan 59
Petani Sampel Usahatani Kubis Per Musim Tanam
di Desa Surbakti
22. Kebutuhan dan Biaya Pembumbunan Normatif 60
Kubis Per Hektar di Desa Surbakti
23. Kebutuhan dan Biaya Pupuk Normatif pada 61
Usahatani Kubis Per Musim Tanam
24. Kebutuhan dan Biaya Penyiangan Normatif pada 61
Usahatani Kubis Per Musim Tanam
25. Biaya Penyiraman Normatif Usahatani Kubis Per 62
Petani Per Musim Tanam di Desa Surbakti
26. Kebutuhan dan Biaya Pestisida Secara Normatif 63
pada Usahatani Kubis Per Musim Tanam
27. Hasil Uji Paired Sampels t-Test Untuk Biaya 64
Pestisida
28. Hasil Estimasi Pengaruh Biaya Pupuk dan Biaya 64
Pengendalian Hama Penyakit Terhadap Produksi
Tanamn

VII

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul
1. Karakteristik Petani Sampel
2. Biaya Penggunaan Bibit Kubis Per Petani Per Musim Tanam
3 a. Penggunaan dan Biaya Pupuk Kubis yang Dilakukan Petani Per
Musim Tanam
3 b. Penggunaan dan Biaya Pupuk Kubis Normatif
4 a. Penggunaan dan Biaya Pestisida Kubis yang Dilakukan Petani Per
Musim Tanam
4 b. Penggunaan dan Biaya Pestisida Kubis Normatif Per Musim
Tanam
5. Jumlah Penggunaan Tenaga Kerja dan Upah Pemupukan Per
Musim Tanam Kubis
6 a. Jumlah Penggunaan Tenaga Kerja dan Upah Pembumbunan yang
Dilakukan Per Petani Per Musim Tanam
6 b. Jumlah Penggunaan Tenaga Kerja dan Upah Pembumbunan
Normatif Per Petani Per Musim Tanam
7 a. Jumlah Penggunaan Tenaga Kerja dan Upah Penyiangan yang
Dilakukan Petani Per Musim Tanam
7 b. Jumlah Penggunaan Tenaga Kerja dan Upah Penyiangan Normatif
Per Musim Tanam
8. Jumlah Tenaga Kerja dan Upah Pengendalian HPT Per Musim
Tanam
9 a. Jumlah Tenaga Kerja dan Upah Penyiraman yang Dilakukan
PetaniPer Musim Tanam
9 b. Jumlah Tenaga Kerja dan Upah Penyiraman Normatif Per Musim
Tanam
10. Pendapatan Petani Sampel Per Musim Tanam
11. Hasil Uji Paired Sampels t-Test untuk biaya pemeliharaan
12. Hasil SPSS Regrsi Linier Berganda Pengaruh Biaya Pupuk dan
Biaya Pengendalian Hama Penyakit Terhadap Produksi Usahatani
Kubis

VIII

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman


1. Skema Kerangka Pemikiran 33
2. Grafik Uji Normalitas 67
3. Histogram Pengaruh Biaya Pupuk dan Biaya 68
Pengendalian Hama dan Penyakit Terhadap
Biaya Pemeliharaan
4. Grafik scatterplots 69

IX

Universitas Sumatera Utara


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai negara yang mengandalkan sektor pertanian sebagai

penopang pembangunan juga sebagi sumber mata pencaharian penduduknya.

Sektor pertanian di Indonesia meliputi subsektor pangan, subsektor hortikultura,

subsektor perikanan, subsektor peternakan dan subsektor kehutanan. Pada tahap

awal pembangunan, sektor pertanian merupakan penopang perekonomian. Dapat

dikatakan demikian, karena pertanian membentuk proporsi yang sangat besar bagi

devisa negara, penyedia lapangan kerja dan sumber pendapatan masyarakat

(Khazanani, 2011).

Salah satu dari subsektor pertanian di Indonesia yang sedang semarak

dikembangkan adalah subsektor hortikultura. Hortikultura merupakan salah satu

subsektor penting dalam pembangunan pertanian. Secara garis besar, komoditas

hortikultura terdiri dari kelompok tanaman sayuran (vegetables), buah (fruits),

tanaman berkhasiat obat (medicinal plants), tanaman hias (ornamental plants)

termasuk didalamnya tanaman air, lumut dan jamur yang dapat berfungsi sebagai

sayuran, tanaman obat atau tanaman hias.

Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi di

bidang pertanian yang cukup tinggi. Dengan topografi yang bervariasi dari mulai

datar, landai berombak, berbukit hingga bergunung merupakan tempat yang sesuai

untuk pertumbuhan berbagai jenis tanaman, seperti tanaman pangan, perkebunan,

1
Universitas Sumatera Utara
2

dan hortikultura. Sumatera Utara juga dikenal sebagai penghasil komoditas

hortikultura (sayur-mayur dan buah-buahan), misalnya:jeruk Medan, jambu Deli,

sayur kol, tomat, kentang, dan wortel yang sebagian besar dihasilkan oleh

Kabupaten Karo, Simalungun dan Tapanuli Utara. Produk holtikultura tersebut

telah diekspor ke Malaysia dan Singapura (Balitbang Sumut, 2005).

Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah di Provinsi Sumatera Utara yang

memiliki sektor-sektor perekonomian dan antara lain sektor pertanian (peternakan,

perikanan, hortikultura dan kehutanan) dengan persentase kontribusi PDRB

(Produk Domestik Regional Bruto) menurut lapangan usaha sebesar 60 ,46%,

sektor jasa-jasa (12,88%), sektor lembaga keuangan dan bank (1,74%), sektor

pengangkutan dan komunikasi (7,73%), sektor perdagangan, hotel dan restoran

(11,97%), sektor bangunan/konstruksi (3,76%), sektor listrik, gas dan air (0,36%),

sektor industri pengolahan (0,75%), sektor penggalian dan pertambangan sebesar

0,36% (Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2010).

Kubis merupakan salah satu komoditas hortikultura unggulan di Kabupaten Karo

yang berfungsi sebagai sumber gizi, sumber pendapatan dan sumber devisa

negara. Besarnya kontribusi agroindustri kubis dalam meningkatkan pendapatan

akan menumbuhkan sentra pengembangan kubis baru. Ketersediaan varietas

unggul, baik mutu maupun produktivitas yang sesuai dengan kebutuhan

konsumen menjadi mutlak yang harus dipenuhi dalam era pasar bebas. Untuk

mencapai imbangan antara permintaan dan penawaran, maka produksi kubis

nasional perlu terus ditingkatkan (Karsinah, dkk, 2002).

Universitas Sumatera Utara


3

Tabel 1.1. Data LuasTanam, Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas


Sayur- Sayuran Per Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

N Kabupaten Kubis
o LuasPane JumlahProduks JumlahProduktivita
n (Ha) i (Ton) s (Kw/Ha)
1 Nias - - -
2 Mandailing 34 477 140,35
Natal
3 Tapanuli - - -
Selatan
4 Tapanuli - - -
Tengah
5 Tapanuli Utara 256 3,439 134,34
6 Toba Somosir 4 80 200,00
7 LabuhanBatu - - -
8 Asahan - - -
9 Simalungun 3.466 78.463 226,38
10 Dairi 569 12.727 223,67
11 Karo 2.927 69.530 237,55
12 Deli Serdang - - -
13 Langkat - - -
14 Nias Selatan - - -
15 Humb. 243 4.822 198,42
Hasundutan
16 Pak-Pak Barat - - -
17 Samosir 74 1.124 151,89
18 SerdangBedagai - - -
19 Batu Bara - - -
20 Paluta - - -
21 Palas - - -
22 Labusel - - -
23 Labura - - -
24 Nias Utara - - -
25 Nias Barat - - -
26 TanjungBalai - - -
27 PematangSianta - - -
r
28 TebingTinggi - - -
29 Medan - - -
30 Binjai - - -
31 Padang 6 3 5,00
Sidempuan
32 GunungSitoli - - -
Jumlah 7.579 170.665 168,22
Sumber :Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2016

Universitas Sumatera Utara


4

Tabel1.1. memperlihatkan bahwa jumlah panen kubis sebesar 2.927 Ha, jumlah

produktivitas kubis sebesar 168.62 Kw/Ha dan produksi kol yaitu sebesar

69.530Ton terdapat di Kabupaten Karo. Produksi yang ada di Kabupaten

Simalungun lebih tinggi dibandingkan di Kabupaten Karo, akan tetapi

produktivitas kubis Kabupaten Karo jauh lebih tinggi dibandingkan produktivitas

kubis Kabupaten Simalungun.

Usahatanikubismerupakanusahatani yang memilikibeberapa kendala yang di

hadapi petani dalam kegiatan pemeliharaannya.Kurangnya pengetahuan petani

dalam kegiatan pemeliharaan yang dilakukan dapat mengakibatkan kerugian bagi

petani, seperti pemberian dosis pupuk dan pestisida yang tidak tepat dapat

mengakibatkan menambah biaya produksi. Hal ini terjadi dikarenakan kebiasaan

yang sudah di lakukan sejak lama karena kurang nya pemahaman petani terhadap

kebutuhan tanaman itu sendiri, dan juga karena rasa kekhawatiran jika tanaman

mereka gagal panen.Peran penyuluh sebagai fasilitator dapat membatu petani

dalam usahataninya (Marlinza, 2017)

Penyiraman, penyiangan, pembumbunan, pemupukan dan pengendalian hama

penyakit merupakan kegiatan yang dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kubis.

Pupuk yang digunakan dalam budidaya tanaman kubis berupa pupuk organik dan

pupuk buatan. Pupuk buatan berupa urea 100 kg, ZA 250 kg, SP-36 250 kg dan

KCl 200 kg per hektar. Untuk tiap tanaman diperlukan urea sebanyak 4 gram, ZA

9 gram, SP-36 9 gram dan KCl 7 gram. Pengaplikasian pertama dilakukan

sebelum tanaman sebagai pupuk dasar yaitu pupuk organik 10 gram, setengah

dosis pupuk N (Urea 2 gram, ZA 4,5 gram), pupuk SP-36 9 gram, dan KCl 7 17

Universitas Sumatera Utara


5

gram). Sisa pupuk N (Urea 2 gram dan ZA 4,5 gram) diberikan pada saat tanaman

berumur 4 minggu (Musriati, 2013).

Pola penggunaan pupuk di kalangan petani kubis juga menjadi sebuah masalah.

Berdasarkan pernyataan beberapa petani sayuran di Kecamatan Simpang Empat

yang menjadi salah satu sentra produksi sayuran di Kabupaten Karo mengatakan

bahwa pola penggunaan pupuk oleh petani sayuran di daerah tersebut masih

belum sesuai prosedur pemupukan yang benar. Hal ini di dasari, petani kubis di

sana menentukan dosis pupuk belum sesuai pemenuhannya, dikarenakan petani

kurang memahami kebutuhan pupuk pada tanaman usahatani nya, seringkali

petani masih belum tepatkomposisi pupuk yang diberikan, hal ini didasari

kebiasaan yang sudah berlangsung sekiaan lama. (Nasution, 2015).

Penggunaan dosis pemupukan yang belum tepat oleh petani sayuran secara tidak

langsung mengakibatkan kerusakan pada lapisan tanah. Dalam jangka panjang,

hal ini berdampak pada berkurangnya tingkat kesuburan tanah dan hal ini tentu

akan mengurangi jumlah produksi sayuran. Misalnya, untuk sayuran kubis bunga

dan kubis diperlukan pupuk buatan maksimal berupa Urea sebanyak100 Kg/Ha,

ZA 250 Kg/Ha. TSP atau SP-36 250 Kg/Ha dan KCl 200 Kg/Ha.Untuk tiap

tanaman diperlukan Urea sebanyak 4 g + ZA 9 g, TSP (SP-36) 9 g, dan KCl 7 g.

Namun ada saja petani sayuran yang menambah jumlah dosis pupuk dengan

harapan dapat meningkatkan jumlah produksi (Tim Prima TaniBalitsa, 2007).

Menurut Mahyuni (2015), isu lingkungan yang terjadi di kalangan petani di

Kabupaten Karo selama ini penggunaan pestisida oleh petani bukan atas dasar

keperluan secara indikatif, namun dilaksanakan secara “cover blanket system”

Universitas Sumatera Utara


6

artinya ada atau tidak hama tanaman, racun berbahaya ini terus disemprotkan

ketanaman. Selain itu teknik penyemprotan yang kadang melawan arah angin,

menyebabkan petani menghirup pestisida tanpa disadarinya. Perilaku penggunaan

pestisida yang berlebihan seperti itu justru menyebabkan masalah baru yakni

adanya residu pestisida pada produk pertanian dan pada akhirnya membahayakan

petani dan masyarakat luas baik keselamatan maupun kesehatan kerjanya.

Pengendalian hama dan penyakit juga dapat dilakukam dengan pengaplikasian

pestisida. Untuk pencegahan itu sendiri, penyemprotan dilakukan sebelum hama

menyerang tanaman atau secara rutin di semprot 1-2 minggu sekali dengan dosis

ringan dan sesuai dengan kebutuhan tanaman kubis tersebut. Untuk

penanggulangan, penyemprotan dilakukan sendini mungkin dengan dosis tepat,

agar hama dapat segera ditanggulangi (cahyono, 1995).

Gejala yang paling sering dijumpai pada tanaman kubis adalah ulat perusak daun,

ulat krop/cabbage heart petsai caterpillar (Crocidalomia binotalis). Dengan

gejala yang ditimbulkan adalah adanya kerusakan pada bagian bawah permukaan

daun kubis. Daun-daun bisa habis dimakan ulat ini, khusus nya daun muda dan

titik tumbuh kubis atau krop. Pestisida yang umum digunakan untuk mengatasi

hama tersebut adalah Decis 2,5 EC 0,5-1 cc/l/ha, Dupont Valacor 35 wg 100 g/ha

Hostathion 40 EC 0,75-1,5 cc/l, dan Ambush 2 EC (Liferdi dan Saparinto, 2016).

Sementara yang dilakukan petani kubis di Kabupaten Karo dalam pengendalian

hama dan penyakit tidak selalu dilakukan dengan tepat. Penyemprotan dilakukan

setelah atau saat tanaman kubis terserang hama penyakit, tentu itu dapat

merugikan petani dalam usahatani mereka. Jika terlambat penangganannya

Universitas Sumatera Utara


7

kualitas kubis akan menurun dan bahkan dapat terjadi kegagalan panen.

Penyemprotan juga dilakukan dengan sesuai kebutuhan, menurut Koordinator

PPL Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, penyemprotan di lakukan

dengan sesuai kebutuhan, jika tanaman Kubis tidak memerlukan penyemprotan di

saat tertentu maka jangan dilakukan dikarenakan dapat menambah biaya produksi

tanaman kubis sehingga dapat mengurangi pendapatan petani.

Dalam melakukan pekerjaannya untuk meningkatkan hasil pertaniannya para

petani selalu menggunakan pestisida untuk mengurangi serangan hama ataupun

serangga pada usaha pertaniannya. Pada tesis Adil Sitepu (2012) penggunaan

pestisida perharinya di kabupaten karo adalah sebanyak ±10 ton untuk

mengendalikan organisme tanaman pengganggu. Penggunaan pestisida oleh

petani masih kurang tepat, diantaranya penggunaan pestisida tidak sesuai dengan

dosis dan takaran yang dianjurkan, mengaduk campuran pestisida dengan tangan.

Petani juga mengaku sengaja melebihkan takaran pestisida yang digunakan agar

lebih efektif membunuh hama tanaman.

Menurut Untung (1984), hama yang sering menyerang tanaman kubis adalah ulat

daun. Mengatasi gangguan ulat daun pada tanaman kubis dengan mengunakan

insektisida kimia karena pengendalian hama kubis secara kimia dapat dilakukan

dengan cara yang sederhana. Penggunaan insektisida kimia secara terus-menerus

dapat menyebabkan kerusakan lingkungan dan ketidakseimbangan ekosistem.

Hasil survey yang dilakaukan pada petani sayuran menyebutkan bahwa petani

mengeluarkan 50% biaya produksi untuk pengendalian secara kimiawi dengan

mencampur berbagai macam pestisida, karena belum diketahui bagaimana

penggunaan pestisida yang tepat.

Universitas Sumatera Utara


8

Dampak negatatif lain pestisida terhadap lingkungan juga adanya residu pestisida

di dalam tanah yang dapat meracuni organisme non target, terbawa sampai ke

sumber-sumber air dan meracuni lingkungan bahkan terbawa pada mata rantai

makanan sehingga dapat meracuni konsumen sehingga membahayakan kesehatan,

pada hewan dan manusia (Nopriani, 2011).

1.2. Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana perbedaan kebutuhan biaya pemeliharaan normatif komoditas

kubis dengan praktek pelaksanaannya di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang

Empat, KabupatenKaro?

2. Bagaimana pengaruh biaya pupuk dan biaya pengendalian hama dan penyakit

terhadap produksi kubis di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat,

KabupatenKaro?

3. Berapa presentasi biaya pemeliharaan khususnya bahan kimia usahatani kubis

per musim tanam di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat,

KabupatenKaro?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapuntujuanpenelitianiniadalah :

1. Untuk Menganalisis sejauh mana perbedaan kebutuhan biaya pemeliharaan

normatif komoditas kubis dengan praktek pelaksanaannya di Desa Surbakti,

Kecamatan Simpang Empat, KabupatenKaro.

2. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh biaya pupuk dan biaya pengendalian

hama dan penyakit terhadap produksi usahatani kubis di Desa Surbakti,

Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo.

Universitas Sumatera Utara


9

3. Untuk menganalisis berapa presentasi biaya pemeliharaan khususnya bahan

kimia usahatani kubis permusim tanam.

1.4. ManfaatPenelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai sumber informasi dan masukan untuk petani agar dapat mengelola dan

mengembangkan usahataninya dengan baik.

2. Sebagai bahan masukan serta evaluasi bagi pemerintah daerah dalam

menentukan kebijakan di bidang pertanian dalam usaha penyempurnaan sistem

pertanian terutama untuk komoditikubis.

3. Sebagai bahan evaluasi bagi penelitian yang akan datang agar dapat

memperbaiki kesalahan dan kekurangan yang ada.

4. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak yang membutuhkan.

5. Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Kubis (Brassica oleraceae L.)

Menurut Rukmana (1994), sistematika tanaman kubis berdasarkan klasifikasinya

adalah :

Divisio : spermatophyta

Sub divisio : angiospermae

Kelas : dicotyledonae

Ordo : Papavorales

Famili : Cruciferae (Brassicaceae)

Genus : Brassica

Spesies : Brassica oleraceae L. var. capitata L.

Kol atau kubis merupakan tanaman sayur famili Brassicaceae berupa tumbuhan

berbatang lunak yang dikenal sejak jaman purbakala (2500-2000 SM) dan

merupakan tanaman yang dipuja dan dimuliakan masyarakat Yunani kuno. Kubis

dengan nama Latin (Brassica Oleracea Var Capitata) pada mulanya merupakan

tumbuhan liar di daerah subtropik. Tanaman ini berasal dari daerah Eropa yang

ditemukan pertama di Cyprus, Italia dan Mediteranian. Tanaman kubis termasuk

dalam golongan tanaman sayuran semusim atau umur pendek. Tanaman kubis

hanya dapat berproduksi satu kali setelah itu akan mati. Pemanenan kubis

dilakukan pada saat umur kubis mencapai 60 – 70 hari setelah tanam (Cahyono,

2001).

Syarat tumbuh tanaman kubis dapat hidup pada suhu udara 10-24˚ Celcius dengan

suhu optimum 17˚ Celcius. Untuk waktu singkat, kebanyakan varietas kol/ kubis

10

Universitas Sumatera Utara


11

tahan dingin (minus 6-10˚ Celcius), tetapi untuk waktu lama, kubis akan rusak

kecuali kubis berdaun kecil (<3 cm). Untuk kelembaban udara, tanaman

kubis akan hidup dengan baik pada kisaran 60-90%. Kelembaban di atas 90%

maka muncul penyakit busuk lunak berair, penyakit semai rebah dan penyakit lain

yang disebabkan oleh cendawan. Pengaruh angin dirasakan pada evaporasi lahan

dan evapotranspirasi tanaman. Laju angin yang tinggi dalam waktu lama

mengakibatkan keseimbangan kandungan air antara tanah dan udara terganggu,

tanah kering dan keras, penguraian bahan-bahan organik terhambat, unsur hara

berkurang dan menimbulkan racun akibat tidak ada oksidasi gas-gas.

2.1.1 Tinjauan Agronomi Komoditas Kubis (Brassica oleraceae L.)

Kubis adalah salah satu sayuran dari keluarga cruciferae (brassicaceae) yang

dapat menjadi pilihan makanan yang baik karena memberikan serat dan vitamin

dasar namun rendah kalori. Sayuran ini lazim ditanam di Indonesia seperti

keluarga cruciferae yang lain seperti kubis bunga, kubis tunas, brokoli, sawi, dll.

Sayuran ini dapat ditanam di dataran rendah maupun di dataran tinggi dengan

curah hujan rata-rata 850-900 mm. Daunnya bulat, oval, sampai lonjong,

membentuk roset akar yang besar dan tebal, warna daun bermacam-macam, antara

lain putih (forma alba), hijau, dan merah keunguan (forma rubra). Buahnya buah

polong berbentuk silindris, panjang 5-10 cm, berbiji banyak. Biji berdiameter 2-4

mm, berwarna cokelat kelabu (Kusumaningrum, 2013).

Kondisi fisik tanah yang sesuai adalah bertekstur sedang yaitu liat berpasir,

berstruktur remah (gembur), subur, banyak mengandung bahan organik, tetapi

masih toleran terhadap tanah yang agak berat. Jenis tanah yang sesuai untuk

tanaman kubis adalah latosol, regosol dan andosol, kubis masih dapat hidup pada

Universitas Sumatera Utara


12

jenis tanah lain, tetapi hasilnya kurang baik. Keasaman tanah (pH) yang cocok

adalah 5,5-6,5. Sri Setyati Haryadi (1979) mengemukakan bahwa pH tanah yang

rendah (< 4) dan terlalu tinggi (> 9), merupakan racun bagi akar tanaman.

Kandungan air tanah yang baik adalah pada kandungan air tersedia, yaitu pF

antara 2,5-4. Dengan demikian lahan tanaman kol memerlukan pengairan yang

cukup baik ( Pracaya,1981).

Kubis merupakan jenis tanaman hortikultura yang paling baik ditanam di daerah

yang bersuhu rendah dan mendapatkan sinar matahari yang cukup. Namun harus

mendapatkan cukup air juga tapi jangan sampai tergenang. Kubis mengandung

banyak vitamin dan mineral yang berperan penting bagi kesehatan manusia.

Manfaat kubis bagi tubuh manusia adalah dapat membantu dalam mencerna

makanan, menetralisirkan zat-zat asam dan mempermudah membuang kotoran

yang banyak mengandung serat. Kebaikan yang ada didalam kubis antara lain

vitamin C, A, B1, B2, mineral-mineral dan protein (Anonim, 2015).

Penyiapan benih dimaksudkan untuk mempercepat perkecambahan benih dan

meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit. Cara-cara

penyiapan adalah sebagai berikut: a. Sterilisasi benih, dengan merendam benih

dalam larutan fungisida dengan dosis yang dianjurkan atau dengan merendam

benih dalam air panas 55 derajat C selama 15-30 menit.

b. Penyeleksian benih, dengan merendam biji dalam air, dimana benih yang baik

akan tenggelam. c. Rendam benih selama ± 12 jam atau sampai benih terlihat

pecah agar benih cepat berkecambah. Kebutuhan benih per hektar tergantung

varietas dan jarak tanam, umumnya dibutuhkan 300 g/ha. Benih harus disemai dan

di bumbun sebelum dipindahtanam ke lapangan. Penyemaian dapat dilakukan di

Universitas Sumatera Utara


13

bedengan atau langsung di bumbung (koker). Bumbung dapat dibuat dari daun

pisang, kertas makanan berplastik atau polybag kecil (Md, dkk 2012).

Pemeliharaan komoditas kubis (Brassica oleraceae L.) adalah sebagai berikut:

1. Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan persamaan dengan penyiangan gulma. Pembumbunan

dilakukan dengan mengangkat tanah yang ada pada saluran antar bedengan

kedalaman bedengan. Pembumbunan ini dilakukan untuk menjaga kedalaman

parit dan ketinggian bedeng serta meningkatkan kegemburan tanah sehingga akar

akan dapat menyerap air serta unsur hara secara optimal (Anonim, 2008).

2. Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap sore hari. Tanaman disiram sampai benar-benar

hidup. Daun yang tertutup tanah segera disiram agar tidak menganggu proses

fotosintesis. Apabila temperatur udara tinggi dan matahari bersinar terik,

penyiraman dilakukan dua kali sehari pada pagi dan sore hari.

3. Pemupukan

Pemupukan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 minggu dan diulang pada

umur 4 minggu setelah tanam. Pupuk yang digunakan berupa pupuk organik dan

pupuk buatan, sedangkan pupuk buatan berupa Urea 100 kg, ZA 250 kg, SP-36

250 kg dan KCl 200 kg/ha. Untuk tiap ktanaman diperlukan Urea sebanyak 4 gr,

ZA 9 gr, SP-36 9 gr dan KCl 7 gr. Pupuk organik 1 kg, setengah dosis pupuk N

(Urea 2 gr, ZA 4,5 gr), pupuk SP-36 9 gr dan KCl 7 gr) diberikan

sebelum tanam pada setiap ubang tanam sebagai pupuk dasar. Sisa pupuk N

(Urea 2 gr dan ZA 4,5 gr/tanaman) diberikan pada saat tanaman berumur 4

minggu (Pracaya, 2001).

Universitas Sumatera Utara


14

4. Penyiangan

Penyiangan dilakukan bersama dengan penggemburan tanah sebelum pemupukan

atau bila terdapat tumbuhan lain yang mengganggu pertumbuhan tanaman.

Penyiangan dilakukan dengan hati-hati dan tidak terlalu dalam karena dapat

merusak sistem perakaran tanaman, bahkan pada akhir penanaman sebaiknya

tidak dilakukan.

5. Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama yang paling sering menyerang tanaman kubis adalah ulat daun. Dalam

usaha peningkatan produksi tanaman kubis seringkali dihadapkan adanya

gangguan hama dan penyakit. Kerugian besar bahkan kegagalan panen dapat

terjadi bila gangguan tersebut tidak diatasi dengan baik. Kehilangan hasil kubis

akibat serangan hama cukup tinggi yakni dapat mencapai 100% oleh Pluttela

xylostella (Rukmana, 1994). Kerusakan yang dihasilkan sangat khas, pada daun

terbentuk suatu lubang dengan diameter 0,5 cm sehingga daun berlubang-lubang

dan apabila serangan cukup berat, tanaman kubis gagal membentuk krop dan

gagal panen. Untuk 1 hektar tanaman kubis memerlukan 100 g insektisida cukup

diaplikasikan 4-5 kali dalam satu musim tanam.

2.1.2 Tinjauan Ekonomi Usahatani Kubis (Brassica oleraceae L.)

Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi di

bidang pertanian yang cukup tinggi. Dengan topografi yang bervariasi dari mulai

datar, landai berombak, berbukit hingga bergunung merupakan tempat yang sesuai

untuk pertumbuhan berbagai jenis tanaman, seperti sub sektor pangan,

perkebunan, dan hortikultura. Sumatera Utara juga dikenal sebagai

penghasil komoditas holtikultura (sayur-mayur dan buah-buahan), misalnya:

Universitas Sumatera Utara


15

jeruk Medan, jambu Deli, sayur Kubis, tomat, kentang, dan wortel yang sebagian

besar dihasilkan oleh Kabupaten Karo, Simalungun dan

Tapanuli Utara. Produk holtikultura tersebut telah diekspor ke Malaysia dan

Singapura (Balitbang Sumut, 2005).

Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah di Provinsi Sumatera Utara yang

memiliki sektor-sektor perekonomian dan antara lain sektor pertanian (peternakan,

perikanan, holtikultura dan kehutanan) dengan persentase kontribusi PDRB

(Produk Domestik Regional Bruto) menurut lapangan usaha sebesar 60 ,46%,

sektor jasa-jasa (12,88%), sektor lembaga keuangan dan bank (1,74%), sektor

pengangkutan dan komunikasi (7,73%), sektor perdagangan, hotel dan

restoran (11,97%), sektor bangunan/konstruksi (3,76%), sektor listrik, gas dan air

sebesar (0,36%), sektor industri pengolahan (0,75%), sektor penggalian dan

pertambangan sebesar 0,36% (Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2010).

Kubis/kol juga merupakan salah satu sayuran yang berhasil menembus pasar

ekspor. Kubis/kol (Brassica oleracea) termasuk salah satu diantara 18 jenis

sayuran komersial yang dihasilkan di Indonesia dan mendapat prioritas

pengembangan dalam setiap repelita. Tanaman kubis/kol mempunyai nilai

ekonomi dan sosial cukup tinggi, karena dijadikan salah satu andalan sumber

nafkah para petani dalam rangka meningkatkan pendapatan dan taraf hidup

mereka, juga sebagai komoditas ekspor (Rukmana, 1994).

Universitas Sumatera Utara


16

Tabel 2.1. Data Luas Tanam, Luas Panen, Jumlah Produksi dan Jumlah
Produktivitas Kubis di Sumatera Utara Tahun 2011-2015

Tahun Luas Luas Jumlah Produksi Jumlah


Tanam Panen (Ton) Produktivitas
(Ha) (Ha) (Kw/Ha)
2012 7.348 7.906 173.565 219,54
2013 7.617 7.569 180.162 238,03
2014 6.880 6.958 165.589 237,98
2015 8.411 7.163 173.486 242,20
2016 7.508 7.579 170.665 225,18
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2016

Tabel 2.1. memperlihatkan bahwa produksi dari kubis di Sumatera Utara pada

tahun 2013 yaitu sebesar 180.162 Ton yang merupakan produksi tertinggi dari

tahun-tahun sebelumnya. Sedangkan produksi terendah terjadi pada tahun 2014

yaitu sebesar 165.589 Ton. Terjadi naik turunnya atau fluktuasi setiap tahunnya

dari produksi kubis di Sumatera Utara.

Salah satu komoditi pertanian yang tumbuh subur di Kabupaten Karo adalah

komoditi hortikultura, baik hortikultura semusim maupun tahunan yang

cakupannya cukup luas yaitu meliputi tanaman sayuran, buah-buahan, tanaman

hias dan obat-obatan. Komoditi tersebut banyak diusahakan oleh rumah tangga

pertanian di Kabupaten Karo yang hasilnya selain untuk memenuhi kebutuhan

lokal, beberapa hasil komoditi dari daerah ini juga dijual ke daerah lain, bahkan

ada yang di ekspor ke luar negeri (BPS Kabupaten Karo, 2003).

Universitas Sumatera Utara


17

Tabel 2.2. Data Luas Tanam, Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas
Sayur-sayuran Per Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

No Kabupaten Kubis
Luas Luas Jumlah Jumlah
Tanam Panen Produksi Produktivitas
(Ha) (Ha) (Ton) (Kw/Ha)
1 Nias - - - -
2 Mandailing Natal 35 34 477 140,35
3 Tapanuli Selatan - - - -
4 Tapanuli Tengah - - - -
5 Tapanuli Utara 232 256 3,439 134,34
6 Toba Somosir 2 4 80 200,00
7 Labuhan Batu - - - -
8 Asahan - - - -
9 Simalungun 3.118 3.466 78.463 226,38
10 Dairi 539 569 12.727 223,67
11 Karo 3.308 2.927 69.530 237,55
12 Deli Serdang - - - -
13 Langkat - - - -
14 Nias Selatan - - - -
15 Humb. Hasundutan 241 243 4.822 198,42
16 Pak-Pak Barat - - - -
17 Samosir 33 74 1.124 151,89
18 Serdang Bedagai - - - -
19 Batu Bara - - - -
20 Paluta - - - -
21 Palas - - - -
22 Labusel - - - -
23 Labura - - - -
24 Nias Utara - - - -
25 Nias Barat - - - -
26 Tanjung Balai - - - -
27 Pematang Siantar - - - -
28 Tebing Tinggi - - - -
29 Medan - - - -
30 Binjai - - - -
31 Padang Sidempuan - 6 3 5,00
32 Gunung Sitoli - - - -
Jumlah 7.508 7.579 170.665 168,62
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2016

Tabel 2.2. memperlihatkan bahwa jumlah luas tanam kubis sebesar 3.308 Ha,

jumlah panen kubis sebesar 2.927 Ha, jumlah produktivitas kubis sebesar

168.62 Kw/Ha dan produksi kol yaitu sebesar 69.530 Ton terdapat di Kabupaten

Karo. Produksi yang ada di Kabupaten Simalungun lebih tinggi dibandingkan di

Universitas Sumatera Utara


18

Kabupaten Karo, akan tetapi produktivitas kubis Kabupaten Karo jauh lebih tinggi

dibandingkan produktivitas kubis Kabupaten Simalungun.

Tabel 2.3 Data Luas Panen, Rata-rata Produktivitas, dan Produksi Sayur-
Sayuran Menurut Kecamatan di Kabupaten Karo
Kecamatan Kubis
Luas Panen Luas Produksi Rata-Rata
(Ha) (Ton) Produktivitas
(Kw/Ha)
Mardingding 0 0 0,00
Laubaleng 0 0 0,00
Tigabinanga 0 0 0,00
Juhar 0 0 0,00
Munte 17 202 118,82
Kutabuluh 0 0 0,00
Payung 14 400 285,71
Tiganderket 63 753 119,52
Simpang Empat 756 19.062 252,14
Naman Teran 454 9.804 215,95
Merdeka 236 7.120 301,70
Kabanjahe 281 9.979 355,12
Berastagi 199 6.054 304,21
Tigapanah 356 4.355 122,32
Dolat Rayat 76 1.367 179,88
Merek 377 8.773 232,71
Barusjahe 91 2.862 314,51
Jumlah 2920 70.711 233,88
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2016

Tabel 2.3. memperlihatkan bahwa jumlah luas panen kubis terbesar terdapat di

Kabupaten Karo terdapat di Kecamatan Simpang Empat yaitu sebesar 753 Ha.

Jumlah produksi kubis terbesar terdapat di Kabupaten Karo terdapat di Kecamatan

Simpang Empat yaitu sebesar 19.062 Ton, Kecamatan Simpang Empat merupakan

salah satu kecamatan yang produktivitas nya tertinggi di Kabupaten Karoy aitu

sebesar 252,14 Kw/Ha..

Produk hortikultura yang sering dijadikan sumber pendapatan petani adalah

produk sayuran. Keunggulan sayuran dibandingkan dengan tanaman lainnya

adalah mempunyai produktivitas yang tinggi, pemasaran mudah, dan mempunyai

Universitas Sumatera Utara


19

harga yang relatif stabil, sehingga dari ekonomi menguntungkan. Produksi

sayuran terbesar di Sumatera Utara adalah tanaman kubis. Perkembangan

produksi kubis selama empat tahun terakhir cenderung megalami peningkatan

dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 8,42 persen per tahun. Pada tahun 2010,

produksi kubis terbesar 196.718 Ton (BPS, 2011).

Bila ditinjau dari segi harga, sayuran kubis memiliki harga yang cukup tinggi

untuk dipasarkan. Sayuran ini memang tidak terlepas dari setiap hidangan yang

ada di Indonesia karena hampir semua rumah makan menggunakan sayuran kubis

sebagai bahan baku, seperti masakan mie, nasi goreng, dan berbagai jenis

masakan lainnya.

Kubis merupakan salah satu tanaman hortikultura yang masuk dalam kategori

sayuran. Tanaman kubis adalah salah satu jenis sayuran daun yang populer dan

banyak diusahakan para petani di sentra produksi sayuran dataran tinggi.

Penerapan usahatani intensif untuk memacu produktivitas tanaman yang tinggi

dengan mutu yang baik tetap merupakan faktor penentu keberhasilan usahatani.

Dalam usahatani kubis petani sering menghadapi resiko ekonomis diantaranya

disebabkan oleh fluktuasi harga kubis di pasaran komoditas umumnya petani

hanya sebagai “price taker” (Sihite, 2017).

Permintaan sayuran kubis semakin berkembang, oleh sebab itu, diharapkan

kepada para petani kubis untuk meningkatkan produksinya agar tetap

terpenuhinya kebutuhan terhadap kubis. Kesadaran masyarakat tentang

pentingnya mutu makanan, termasuk sayuran semakin meningkat seiring dengan

Universitas Sumatera Utara


20

meningkatnya pendidikan dan pengetahuan masyarakat. Dengan demikian mutu

dan kesegaran sayur sangat menentukan harganya.

2.1.3 Isu Lingkungan Usahatani Komoditas Kubis (Brassica oleraceae L.)

Isu pelestarian lingkungan kini begitu kuat mempengaruhi aspek kehidupan,

sehingga segala usaha atau tindakan yang berkaitan dengan pembangunan perlu

memasukkan unsur pelestarian ke dalamnya. Berkaitan dengan hal itu, tekhnologi

pertanian yang banyak menimbulkan efek negatif terhadap keseimbangan

ekosistem perlu ditinjau kembali untuk dicarikan jalan keluar atau penggantinya.

Pertanian organik, pengendalian hama terpadu, dan biopestisida merupakan cara-

cara alternatif dalam menuju pertanian berwawasan lingkungan

Salah satu tujuan pengelolaan lingkungan hidup menurut undang undang adalah

terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan untuk kepentingan generasi

sekarang dan yang mendatang. Berbagai cara yang dilakukan untuk

meminimalkan penggunaan pestisida kimiawi dalam mewujudkan pertanian

berwawasan lingkungan antara lain adalah pengendalian hama terpadu, pertanian

organik (Warsana, 1998).

Dalam usaha peningkatan produksi dan produktivitas pertanian sayuran

khususnya kubis, sering mengalami kerugian atau kerusakan akibat adanya

gangguan Organisme Penggangu Tanaman (OPT) atau hama, penyakit dan gulma.

Selain gangguan OPT, masalah lain dalam penyediaan pangan adalah para petani

saat ini mengalami perubahan lingkungan strategis yang disebabkan oleh

globalisasi, liberalisasi perdagangan (pasar bebas), isu lingkungan, adanya

kerjasama regional dan internasional yang menuntut adanya peningkatan mutu

Universitas Sumatera Utara


21

dan kontiunitas hasil pertanian, aman dikonsumsi dan man bagi lingkungan

(Untung, 2001).

Dalam upaya memperkecil kerugian ekonomi usahatani kubis karena serangan

OPT, pada umumnya petani kubis menggunakan pestisida secara intensif.

Pestisida umumnya digunakan oleh petani secara tunggal maupun secara

campuran dari berbagai jenis pestisida dengan konsentrasi penyemprotan yang

melebihi rekomendasi dan interval penyemprotan yang pendek dan tidak benar

(Balai Penelitian Tanaman dan Sayuran, 2001).

Dewasa ini, penggunaan pestisida di bidang pertanian, kehutanan, perkebunan dan

lingkungan tempat tinggal kita telah mengalami peningkatan yang cukup

signifikan dan menjadi bagian penting dari sistem pertanian modern.

Bersama-sama dengan adopsi varietas unggul, penggunaan pupuk anorganik,

perbaikan sistem pengairan (irigasi) dan penggunaan alat-alat berat (machinery),

penggunaan herbisida dan berbagai jenis pestisida lainnya telah memberikan

kontribusi yang sangat penting terhadap peningkatan produktivitas pertanian

(Cheng, 1990).

2.1.4 Kondisi Eksisting Usahatani Kubis di Sumatera Utara

Dalam rangka meningkatkan produksi komoditas hortikultura di Provinsi

Sumatera Utara, maka diperlukan strategi yang diimplementasikan dalam bentuk

kebijakan pengembangan yang berupa pengembangan komoditas unggulan. telah

menetapkan empat komoditas unggulan Provinsi Sumatera Utara yaitu; komoditas

kentang, jeruk, kubis, dan tanaman hias. Masing-masing komoditas tersebut

Universitas Sumatera Utara


22

berada pada daerah sentra produksi Kabupaten Karo, Kabupaten Simalungun, dan

Kota Medan (Dirjen Hortikultura, 2008).

Kubis merupakan salah satu komoditas sayuran yang telah berhasil menembus

pasar ekspor. Menurut salah seorang eksportir kubis besar di Kabupaten Karo,

upaya menembus pasar luar negeri ini sudah dimulai sejak 20 tahun yang lalu.

Salah satu ciri kubis yang diminta pasar ekspor adalah yang berbentuk pipih.

Bentuk kepala atau crop yang pipih masih menjadi idola pasar ekspor dan yang

lebih penting lagi bobotnya berkisar antara 1,5 – 2 Kg atau dalam 20 Kg kubis

berisi 10 hingga 14 buah (Tanindo, 2013)

Dalam pengembang selanjutnya, banyak negara penghasil benih kubis yang

memperkenalkan (memasarkan) benih kubis ke Indonesia. Termasuk diantaranya

Jepang dan Taiwan yang telah menghasilkan dan menyebarkan benih varietas

kubis yang tahan (toleran) terhadap suhu panas. Prospek pengembangan budidaya

kubis diperkirakan tetap cerah. Pada tahun 1991 luas panen kubis di Indonesia

sudah mencapai 52.657 Hektar dengan produksi 974.553 Ton, tersebar dan

dihasilkan di 24 provinsi (Rukmana, 1994).

2.1.4.1 Sub Sistem Pra Produksi

Sesuai dengan konsep agribisnis, dalam pengembangan bisnis dan budidaya

komoditas kubis terdapat beberapa sub sistem yang saling berkaitan untuk

membentuk satu kesatuan dalam sistem agribisnis. Sub sitem tersebut diantara nya

adalah sub sistem pengadaan sarana produksi. Budidaya komoditas kubis sangat

membutuhkan sarana penunjang terutama bibit, pupuk, obat-obatan, dan

peralatan.

Universitas Sumatera Utara


23

Permasalahan yang dihadapi adalah pupuk dan obat-obatan yang digunakan oleh

petani. Pola penggunaan pupuk yang dilakukan petani kubis tidak mengikuti pola

penggunaan pupuk sesuai dengan komposisi yang tepat. Petani kubis masih belum

mengikuti prosedur pemupukan yang benar. Hal ini didasari, petani sayuran di

sana menentukan jumlah pupuk yang akan diberikan berdasarkan tingkat produksi

panen yang diperoleh pada musim tanam sebelumnya. Jadi, apabila produksi

panen sebelumnya dinilai cukup memuaskan, maka petani sayuran di daerah

tersebut akan berupaya menambah dosis pupuk untuk musim tanam berikutnya.

Inilah yang kemudian menyebabkan biaya produksi akan semakin bertambah,

sementara hasil produksi belum tentu mengalami pertambahan juga. Dikarenakan

hal tersebut pendapatan petani kubis bisa menjadi berkurang.

Kemudian pada penggunaan pestisida, petani kubis menggunakaan pola

penyemprotan pestisida yang tidak sesuai, yaitu penggunaan pestisida oleh petani

bukan atas dasar keperluan secara indikatif, namun dilaksanakan

secara “cover blanket system” artinya ada atau tidak hama tanaman, racun

berbahaya ini terus disemprotkan ketanaman. Hal ini menyebabkan biaya akan

terus dikeluarkan sia-sia, dan juga penyemprotan yang dilakukan tidak efektif.

Pada dasarnya petani adalah penanggung jawab, pengelola dan penentu keputusan

di lahannya sendiri. Petugas dan orang-orang lain merupakan nara sumber,

pemberi informasi dan pemandu petani apabila diperlukan. Sebagai ahli PHT di

lahan sendiri petani harus mampu menjadi pengamat, pengambil keputusan

pengendalian dan sebagai pelaksana teknologi pengendalian sesuai dengan

prinsip-prinsip PHT.

Universitas Sumatera Utara


24

2.1.4.2 Sub Sistem Produksi

Dalam penanaman tanaman kubis di lapangan, ada tiga hal penting yang harus

diperhatikan yaitu jarak tanam, cara tanam dan saat tanam. Sebelum penanaman

dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pengolahan tanah yang merupakan tindakan

pembalikan, pemotongan, penghancuran, dan perataan tanah. Menurut Siswanto,

Sudarman, dan Kusumo (1995) pengolahan tanah bertujuan mengubah struktur

tanah yang semula padat menjadi gembur sehingga sesuai untuk perkembangan

akar tanaman, menstabilkan peredaran air, dan suhu di dalam tanah.

Penyulaman, penyiraman, penyiangan, pembumbunan, pemupukan dan

pengendalian hama penyakit merupakan kegiatan yang dilakukan

dalam pemeliharaan tanaman kubis. Pupuk yang digunakan dalam

budidaya tanaman kubis berupa pupuk organik dan pupuk buatan.

Pupuk buatan berupa urea 100 Kg, ZA 250 Kg, SP-36 250 Kg dan KCl 200 Kg

per Hektar. Untuk tiap tanaman diperlukan urea sebanyak 4 gram, ZA 9 gram,

SP-36 9 gram dan KCl 7 gram. Pengaplikasian pertama dilakukan sebelum

tanaman sebagai pupuk dasar yaitu pupuk organik 10 gram, setengah

dosis pupuk N (Urea 2 gram, ZA 4,5 gram), pupuk SP-36 9 gram, dan KCl 7

gram). Sisa pupuk N (Urea 2 gram dan ZA 4,5 gram) diberikan pada saat tanaman

berumur 4 minggu, Pengendalian hama dan penyakit juga dapat dilakukan dengan

pengaplikasian pestisida. Untuk pencegahan, penyemprotan dilakukan sebelum

hama menyerang tanaman atau secara rutin 1-2 minggu sekali dengan dosis

ringan. Untuk penanggulangan, penyemprotan dilakukan sedini mungkin dengan

dosis tepat, agar hama dapat segera ditanggulangi (Cahyono, 1995).

Universitas Sumatera Utara


25

Risiko kegagalan panen tanaman kubis dapat terjadi akibat keadaan cuaca yang

tidak menentu dan serangan hama penyakit tanaman (HPT). Kerugian yang

ditimbulkan oleh gangguan hama dan penyakit sangat besar nilainya sehingga

dapat menyebabkan terjadinya kegagalan panen. Hama yang sering menyerang

tanaman kubis antara lain ; ulat tritip, ulat tanah, ulat grayak, ulat jengkal, kutu

(aphids), jangkrik, dan siput. Penyakit pada tanaman kubis diantaranya : penyakit

cendawan ( rebah batang, bercakhitam, akar bengkak), penyakit bakteri (busuk

hitam, busuk lunak), penyakit virus (cincin hitam), penyakit nematoda dan

penyakit non-parasit. Untuk organisme pengganggu tanaman (OPT), pengendalian

dapat secara mekanis, kimia, biologis dan pergiliran tanaman (Pracaya, 2005).

2.1.4.3 Sub Sistem Post Produksi

Menurut Utama (2001), perlakuan-perlakuan pada pasca panen adalah bertujuan

memberikan penampilan yang baik dan kemudahan-kemudahan untuk konsumen,

memberikan perlindungan produk dari kerusakan dan memperpanjang masa

simpan. Sukses penanganan pasca panen memerlukan koordinasi dan integrasi

yang hati-hati dari seluruh tahapan dari operasi pemanenan sampai ke tingkat

konsumen untuk mempertahankan mutu produk awal. Beberapa tahapan

perlakuan umum pasca panen antara lain adalah pre-sorting, pencucian, pelilinan,

pengendalian penyakit, pengendalian insekta, dan grading.

Kelemahan sistem pemasaran konvensional bagi petani adalah bahwa petani tidak

memiliki daya tawar yang kuat dalam menentukan harga sehingga petani sebagai

pemilik produk hanya menerima harga yang lebih ditentukan oleh pedagang.

Sehingga hal inilah yang sering kali merugikan bagi petani. Keuntungan bagi

petani kubis dari sistem konvensional terbuka hanya sebatas menerima

Universitas Sumatera Utara


26

pembayaran tunai dan keleluasaan menjual produknya kepada lembaga pemasaran

yang dikehendaki serta seberapa besar kubis yang dimiliki petani akan bisa dijual

(Istanto dkk, 2016).

Potensi pasar untuk bisnis budidaya tanaman kubis bisa dikatakan cukup baik.

Bahkan untuk komoditi ini peluang pasarnya tidak terbatas di dalam negeri saja,

melainkan sudah menjangkau ke berbagai negara lain. Misalnya saja seperti

Singapura, Jepang, Taiwan, Malaysia, Jerman, Hongkong dan negara lainnya.

Semakin bertambahnya jumlah permintaan sayuran kubis dan bertambahnya

jumlah negara yang meminta pasokan kubis bisa diperkirakan bahwa akan terjadi

sebuah peningkatan permintaan terhadap sayuran kubis setiap tahunnya. Belum

lagi, untuk permintaan sayuran kubis di dalam negeri sendiri juga terbilang cukup

besar. Kondisi seperti itulah yang menjadikan budidaya kubis sebagai peluang

bisnis yang cocok untuk pensiunan dan dapat mendatangkan keuntungan yang

besar. Kebutuhan akan sayur datang dari masyarakat, baik digunakan sebagai

konsumsi pribadi maupun untuk pemenuhan bahan baku untuk peluang bisnis

yang mereka jalankan. Mulai dari para ibu-ibu rumah tangga yang mencari

sayuran untuk memenuhi gizi anggota keluarganya, pelaku bisnis makanan yang

membutuhkan sayuran kubis sebagai lalapan maupun bahan baku, sampai dengan

pedagang sayuran segar di pasar atau supermarket (Redaksi Bisnis UKM, 2014).

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Usahatani

Menurut Soekartawi (1995) bahwa ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari

bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya alam yang ada secara efektif

dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu

Universitas Sumatera Utara


27

tertentu.Dikatakan efektif bila petani dapat mengalokasikan sumber daya yang

mereka miliki sebaik-baiknya, dan dapat dikatakan efisien bila pemanfaatan

sumberdaya tersebut mengeluarkan output yang melebihi input.

Menurut Daniel (2002). ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang

mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam

sekitarnya sebagai modal. Melalui kegiatan tersebut diharapkan mampu

memberikan manfaat. Lebih spesifik, ilmu usaha tani merupakan ilmu yang

mempelajari cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan

penggunaan faktor-faktor produksi secara efektif dan efisien. Kegiatan tersebut

bertujuan untuk memberikan pendapatan semaksimal mungkin.

Setiap petani mempertimbangkan biaya dan hasil, betapapun primitif atau

majunya metode bertaninya. Pertimbangannya mengenai biaya selain

mencangkup jerih payah yang harus dicurahkan. Biaya tunai untuk peralatan dan

bahan yang dipergunakan pun diperhitungkan. Petani memperhitungkan pula dana

untuk menghadapi resiko kegagalan panen, kemungkinan jatuhnya harga pasar

pada waktu panen dan ketidak-pastian tentang efektifnya metode baru yang

sedang dipertimbangkan (Mosher, 1987).

2.2.2 Biaya Produksi

Menurut Soekartawi (1986), biaya usahatani diklasifikasikan menjadi 2 (dua)

yaitu:

1. Biaya tetap (fixed cost)

Biaya tetap didefinikasikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus

dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya

Universitas Sumatera Utara


28

biaya tetap tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh.

Misalnya : pajak tanah, pajak air dan penyusutan alat bangunan pertanian.

2. Biaya tidak tetap (variabel cost)

Sedangkan biaya tidak tetap atau biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya

dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Yang tergolong biaya variabel antara

lain, biaya untuk pupuk, bibit, obat pembasmi hama dan penyakit, tenaga kerja

dan biaya panen.

2.2.3 Pendapatan

Pendapatan Bersih adalah penerimaan dikurangi jumlah biaya produksi. Petani

dalam memperoleh pendapatan bersih harus mengupayakan penerimaan yang

tinggi dan biaya produksi yang rendah. Jenis hasil yang pasarnya baik dan

mengupayakan biaya produksi yang rendah dengan mengatur biaya, menggunakan

teknologi yang baik, mengupayakan harga input yang rendah, dan mengatur skala

produksi yang efisien (Simanjuntak, 2004).

Penerimaan usahatani adalah perkalian antar produksi yang diperoleh dengan

harga jual. Biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam

satu usahatani dan pendapatan usahatani adalah selisih antar pengeluaran dan

penerimaan dalam usahatani (Soekartawi, 1995).

2.2.4 Komparasi

Kata komparasi dalam bahasa Inggris comparation, yaitu perbandingan. Makna

dari kata tersebut menunjukkan bahwa dalam penelitian ini peneliti bermaksud

mengadakan perbandingan kondisi yang ada di dua tempat, apakah kedua kondisi

Universitas Sumatera Utara


29

tersebut sama, atau ada perbedaan, dan kalau ada perbedaan, kondisi di tempat

mana yang lebih baik antara keduanya (Arikunto, 2013).

Analisis data yang digunakan berupa analisis komparatif atau analisis komparasi

atau analisis perbedaan yaitu bentuk analisis variabel (data) untuk mengetahui

perbedaan di antara dua kelompok data (variabel) atau lebih. Teknik statistik yang

digunakan adalah uji statistik yaitu, pengujian hipotesis komparatif. Analisis

komparatif atau uji perbedaan ini sering disebut uji signifikansi (Hasan, 2010).

Macam-macam penelitian komparasi yaitu :

1. Penelitian Non-hipotesis.

Dalam penelitian non-hepotesis peneliti mengadakan komparasi fenomena dengan

standarnya. Oleh karena itu, sebelum memulai penelitian kancah, harus ditetapkan

dahulu standarnya. Tentu saja penentuan standar ini harus dilakukan berdasarkan

landasan yang kuat misalnya hukum, peraturan, hasil lokakarya, dan sebagainya.

Selanjutnya standar ini di jadikan sejauh mana fenomena mencapai standar.

2. Penelitian Berhipotesis.

Ditinjau dari analisis data, perbedaan antara penelitian non-hipotesis dengan

penelitian berhipotesis terletak pada belum dan telah dirumuskannya kesimpulan

sementara oleh peneliti. Dalam peneliti non-hipotesis, peneliti belum mempunyai

ancer-ancer jawaban. Penelitian mulai dengan melakukan penelitiannya, akhirnya

sampai pada suatu kesimpulan yang didasarkan atas data yang diperoleh

setelahmelalui proses analisis. Sebenarnya langkah bagi penelitian hipotesis pun

sama seperti langkah penelitian non-hipotesis, sampai dengan analisis datanya.

Setelah diperoleh angka akhir dari analisis barulah peneliti menengok kembali

kepada hipotesis yang telah dirumuskannya (Meikalyan, 2016).

Universitas Sumatera Utara


30

2.3 Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Identifikasi Metode Hasil


Penelitian Masalah Analisis
1 Siman- Analisis Bagaimana Metode (1) Hasil analisis biaya
juntak,. Komparasi biaya Efisiensi tataniaga, price spread,
D.E.G Efisiensi tataniaga, price dan Tata dan share margin terhadap
(2016) Tataniaga spread, share niaga sistem tataniaga kubis
Kubis margin secara ekspor
Secara masing-masing menunjukkan bahwa
Ekspor lembaga eksportir adalah lembaga
dan Lokal tataniaga kubis tataniaga yang memiliki
(Kasus: dan tingkat biaya, margin keuntungan
Kecama- efisiensi dan share margin paling
tan Purba, tataniaga kubis besar dan analisis efisiensi
Kabupaten ekspor di tataniaga menujukkan
Simalu- daerah bahwa tataniaga kubis
ngun) penelitian? secara ekspor sudah
Bagaimana efisien
biaya (2) Hasil analisis biaya
tataniaga, price tataniaga, price spread,
spread, share dan share margin terhadap
margin sistem tataniaga kubis
masing-masing secara lokal menunjukkan
lembaga bahwa lembaga tataniaga
tataniaga kubis yang paling banyak
dan tingkat mengeluarkan biaya
efisiensi adalah petani, margin
tataniaga kubis keuntungan dan share
secara lokal di margin yang paling besar
daerah ada pada kelompok tani
penelitian? dan analisis efisiensi
Bagaimana tataniaga menujukkan
perbandingan bahwa tataniaga kubis
efisiensi secara lokal sudah efisien
tataniaga kubis (3) Tataniaga kubis secara
secara ekspor ekspor lebih efisien
dan lokal di daripada tataniaga kubis
daerah secara lokal.
penelitian?
2 Faleth Analisis Apakah pupuk Metode Pengunaan pengunaan
an, Faktor- organik dan Cobb- pupuk organik
F.H Faktor yang pupuk kimia Douglas berpengaruh positif dan
(2006 Mempengar berpengaruh signifikan pada tingkat 5
) uhi terhadap persen, nilai koefisien
Produksi produksi kubis regresi pupuk organik
Kubis di daerah adalah 0,4137. Hal ini
(Studi penelitian? menunjukkan bahwa

Universitas Sumatera Utara


31

kasus Desa setiap penambahan pupuk


Cimenyan, sebesar 1 persen akan
Kabupaten meningkatkan produksi
Bandung, kubis sebesar 0,4137
Jawa Barat) persen. Sedangkan dengan
menggunakan pupuk
kimia berpengaruh positif
dan signifikan pada
tingkat 25 persen. Nilai
koefisien regresi pupuk
kimia sebesar 1 persen
akan meningkatkan
produksi kubis sebesar
0,2564 persen dengan
asumsi faktor produksi
lainnya tetap.
3 Rini Analisis Bagaimana Metode usahatani kubis di Desa
Utami Efesiensi kelayakan Regresi Sukomakmur dengan luas
Sari Usahatani usahatani Linear lahan 0,57 hektar
(2013) Kubis kubis di daerah Berganda total biaya yang
(Brassisca penelitian? dan digunakan sebesar Rp
Olearacea) Faktor Analisis 5.395.771, penerimaan
(Studi produksi apa Kelayaka total
kasus Desa saja yang n sebesar Rp 11.666.666,
Sukomama berpengaruh pendapatan sebesar Rp
kmur, terhadap 7.600.843, keuntungan
Kecamatan produksi sebesar Rp 6.270.895 per
Kajoran, usahatani musim tanam. R/C ratio
Kabupaten kubis di daerah sebesar 2,16 artinya setiap
Magelang) penelitian? pengunaan sebesar Rp 1
akan mendapatkan
penerimaan sebesar Rp
2,16, sehingga usahatani
kubis layak diusahakan.
Faktor produksi yang
berpengaruh nyata
terhadap prodksi kubis
adalah bibit, tenaga kerja
pria, pupuk, dan zat
tumbuh tanaman.
Sedangkan faktor yang
tidak berpengaruh adalah
luas lahan,tenaga kerja
wanita, pestisida.
4 Josia Kajian Bagaimana Metode Ada kinerja penyuluh
Situmo faktor- kinerja analisis pertanian rendah dalam
rang faktor penyuluh deskriptif penyuluhan penggunaan
(2012) yang pertanian dan pestisida menurut petani

Universitas Sumatera Utara


32

mempenga dalam mengguna di daerah penelitian Ada


ruhi penyuluhan kan adopsi rendah terhadap
adopsi penggunaan metode tatacara penggunaan
tatacara pestisida scoring pestisida pada tanaman
penggunaa menurut petani kubis-kubisan di daerah
n pestisida di daerah penelitian. Terdapat
pada penelitian? faktor umur, lamanya
tanaman Bagaimana bertani, dan luas lahan
kubis- adopsi tatacara tidak berpengaruh nyata
kubisan penggunaan terhadap adopsi tatacara
pestisida pada penggunaan pestisida.
tanaman kubis- Akan tetapi terdapat
kubisan di faktor tingkat pendidikan
daerah dan kinerja penyuluhan
penelitian? pertanian berpengaruh
Apakah faktor nyata terhadap adopsi
tingkat tatacara penggunaan
pendidikan pestisida.
petani, umur
petani,
lamanya
bertani, kinerja
penyuluh
pertanian dan
luas lahan
mempengaruhi
adopsi tatacara
penggunaan
pestisida pada
tanaman kubis-
kubisan di
daerah
penelitian?

5 Roma Analisis Berapa saluran Metode Hasil analisis


Kasihta tataniaga tataniaga kubis Analisis menunjukkan variabel
Sinaga sayuran ekspor di Tataniaga yang berpengaruh secara
(2015) kubis daerah signifikan terhadap
ekspor penelitian? variabel ekspor kubis di
di desa Fungsi-fungsi Kabupaten Karo adalah
saribudolo tataniaga apa harga domestik kubis,
k saja yang harga internasional kubis
kecamatan dilakukan oleh di Malaysia, nilai tukar
silimakuta masing-masing rupiah, produk domestik
lembaga yang
kabupaten bruto (PDB) Singapura,
telibat dalam
simalungu PDB Malaysia, produksi
tataniaga kubis
n ekspor di kubis Kabupaten Karo

Universitas Sumatera Utara


33

daerah dan kebijakan


penelitian? perdagangan CAFTA.
Bagaimana Sedangkan variabel
biaya tataniaga, harga internasional kubis
price spread, di Singapura tidak
dan share berpengaruh secara
margin masing- signifikan terhadap
masing ekspor kubis di
lembaga Kabupaten Karo.
tataniaga kubis
ekspor di
daerah
penelitian?
Bagaimana
tingkat efisiensi
tataniaga kubis
ekspor di
daerah
penelitian?

2.4. Kerangka Pemikiran

Kubis/kol merupakan salah satu komoditas hortikultura unggulan di Kabupaten

Karo yang berfungsi sebagai sumber gizi, sumber pendapatan petani di daerah

tersebut. Besarnya kontribusi kubis/kol dalam meningkatkan pendapatan akan

menumbuhkan sentra pengembangan kubis/kol baru. Ketersediaan varietas

unggul, baik mutu maupun produktivitas yang sesuai dengan kebutuhan

konsumen menjadi mutlak yang harus dipenuhi dalam era pasar bebas. Untuk

mencapai imbangan antara permintaan dan penawaran, maka produksi kubis/kol

nasional perlu terus ditingkatkan.

Dalan usahatani kubis akan dibandingkan antara peraktek pelaksanaannya dengan

teori agronomi yang seharusnya dilakukan. Perbandingan yang dilakkukan adalah

perbandingan antara biaya pemeliharaan yang terdiri dari biaya pupuk, biaya

Universitas Sumatera Utara


34

pengendalian hama dan penyakit, biaya penyiraman, biaya pembumbunan, dan

biaya penyiangan. Dari biaya pemeliharaan tersebut ditemukan perbedaan-

perbedaaan antara praktek yang dilakukan petani dengan teori yang seharusnya

dilakukan oleh petani. Dari sini kemudian akan dianalisis masalah-masalah

tersebut sehingga akan didapatkan upaya untuk mengatasinya. Sekaligus dalam

penelitian ini saya akan mengetahui berapa besar pendapatan petani kubis. Setelah

proses pemeliharaan dilakukan makan akan diperoleh hasil produksinya. Untuk

mendapatkan penerimaan dikalikan hasil produksi dengan harga jual. Untuk

mendapatkan pendapatan dilakukan pengurangan dari penerimaan dengan biaya

produksi.

Universitas Sumatera Utara


35

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat digambarkan dengan skema kerangka

pemikiran sebagai berikut:

Usahatani Kubis

Usahatani Kubis Biaya Pemeliharaan : Usahatani


Berdasarkan Kubis
v - Biaya Pupuk
Praktek Berdasarkan
Pelaksanaannya - Biaya Pengendalian
Teori
Hama dan Penyakit
Agronomi
- Biaya Penyiraman
- Biaya Pembumbunan
- Biaya Penyiangan
Masalah- Masalah-
Masalah Masalah
Produksi

Upaya-upaya Upaya-upaya
Penerimaan

Pendapatan

Gambar 2.1. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Komparasi Kebutuhan


Biaya Pemeliharaan Normatif Komoditas Kubis Dengan
Praktek Pelaksanaannya di Kabupaten Karo
Ket :

: Menyatakan Hubungan

Universitas Sumatera Utara


36

2.5. Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan landasan teori yang sudah diuraikan, maka diajukan hipotesis

sebagai berikut:

1. Ada perbedaan yang nyata antara kebutuhan biaya pemeliharaan normatif

komoditas kubis dengan biaya praktek pelaksanaannya yang dilakukan petani

kubis di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo?.

2. Biaya pupuk dan biaya pengendalian hama dan penyakit berpengaruh nyata

terhadap produksi usahatani kubis yang dilakukan petani di Desa Surbakti,

Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo?

3. Presentasi biaya pemeliharaan khususnya bahan kimia pada usahatani kubis

mencapai 25 % dari seluruh biaya pemeliharaannya di Desa Surbakti,

Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo?.

Universitas Sumatera Utara


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten

Karo. Penentuan daerah penelitian ini dilakukan secara purposive. Artinya daerah

penelitan ditentukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu disesuaikan

dengan tujuan penelitian (Singarimbun, 1989).

Pemilihan daerah penelitan atas dasar pertimbangan sebagai berikut :

1. Kabupaten Karo dipilih atas dasar pertimbangan karena Kabupaten Karo

merupakan salah satu sentra produksi kubis terbesar di Sumatera Utara.

Kabupaten Karo memiliki produktivitas tertinggi sebagaimana disajikan

pada Tabel 2.2.

2. Kecamatan Simpang Empat dipilih karena merupakan Kecamatan yang

memiliki produksi kubis tertinggi di Kabupaten Karo sebagai mana

dilampirkan pada Tabel 2.3.

3. Desa Surbakti dipilih karena memiliki luas lahan dan produksi kubis

tertinggi di Kecamatan Simpang Empat sebagai mana dilampirkan pada

Tabel 3.3

Pada tabel di bawah ini dapat dilihat produktivitas komoditi kubis di Sumatera

Utara Menurut Kabupaten/Kota.

35

Universitas Sumatera Utara


36

Tabel 3.1. Produktivitas Komoditas Kubis di Provinsi Sumatera Utara


Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2016

Kabupaten Produktivitas (Kw/Ha)


1. Nias -
2. Mandailing Natal 140,35
3. Tapanuli Selatan -
4. Tapanuli Tengah -
5. Tapanuli Utara 134,34
6. Toba Somosir 200,00
7. Labuhan Batu -
8. Asahan -
9. Simalungun 226,38
10. Dairi 223,67
11. Karo 237,55
12. Deli Serdang -
13. Langkat -
14. Nias Selatan -
15. Humb. Hasundutan 198,42
16. Pak-Pak Barat -
17. Samosir 151,89
18. Serdang Bedagai -
19. Batu Bara -
20. Paluta -
21. Palas -
22. Labusel -
23. Labura -
24. Nias Utara -
25. Nias Barat -
26. Tanjung Balai -
27. Pematang Siantar -
28. Tebing Tinggi -
29. Medan -
30. Binjai -
31. Padang Sidempuan 5,00
32. Gunung Sitoli -
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2016

Dari Tabel 3.1 memperlihatkan Kabupaten Karo dipilih atas dasar pertimbangan

bahwa kabupaten tersebut merupakan kabupaten yang produktivitas kubis nya

tertinggi di sumatera utara yaitu sebesar 237,55 Kw/Ha dibandingkan dengan

Kabupaten/Kota yang lainnya yang ada di Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


37

Tabel 3.2. Luas Panen dan Produksi Komoditas Kubis Menurut


Kecamatan di Kabupaten Karo, 2016 (Ha/Ton)

Kol
Kecamatan
Luas Panen Produksi
Mardingding 0 0

Laubaleng 0 0

Tigabinanga 0 0
Juhar 0 0

Munte 17 202

Kutabuluh 0 0

Payung 14 400

Tiganderket 63 753

Simpang Empat 756 19062

Naman Teran 454 9804

Merdeka 236 7120

Kabanjahe 281 9979

Berastagi 199 6054

Tiga Panah 356 4355

Dolat Rayat 76 1367

Merek 377 8773

Barusjahe 91 2862
Jumlah 2920 70730
Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara, 2016

Tabel 3.2 memperlihatkan bahwa Kecamatan Simpang Empat dipilih atas dasar

pertimbangan karena Kecamatan Simpang Empat memiliki produksi tertinggi

diantara kecamatan yang lain yaitu 756 hektar. Kecamatan Simpang Empat juga

dipilih dikarenakan produksi kubis tertinggi di Kabupaten Karo

yaitu sebesar 19.062 Ton dibandingkan dengan kecamatan yaang lain yang ada di

Kabupaten Karo.

Universitas Sumatera Utara


38

Tabel 3.3. Jumlah Produksi Komoditas Kubis Menurut Desa Di Kecamatan


Simpang Empat tahun 2016 (Ton)

Desa/Kelurahan Produksi (Ton)


1. Berastepu 930
2. Pintubesi 1.010
3. Gamber 960
4. Kutatengah 990
5. Beganding 1.310
6. Jeraya 980
7. Tigapancur 980
8. Lingga 990
9. Surbakti 2.020
10. Perteguhen 960
11. Ndokum Siroga 1.010
12. Lingga Julu 1.100
13. Torong 1.001
14. Nangbelawan 980
15. Sirumbia 981
16. Gajah 1.610
17. Bulan baru 1.250
JUMLAH 19.062
Sumber : Penyuluh Pertanian Kecamatan Simpang Empat 2016

Tabel 3.3 memperlihatkan bahwa Desa Surbakti dipilih atas dasar pertimbangan

karena Desa Surbakti memiliki produksi kubis tertinggi di Kecamatan Simpang

Empat yaitu sebesar 2.020 Ton dibandingkan dengan desa yang lain yang ada di

Kecamatan Simpang Empat.

3.2. Metode Pengambilan Sampel

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah

Simple Random Sampling, yaitu pengambilan sampel anggota populasi dilakukan

secara acak setiap anggota mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil

sebagai sampel tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut

(Sugiyono, 2004).

Universitas Sumatera Utara


39

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani kol yang terdapat di Desa

Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. Jumlah populasi petani

dalam penelitian ini sebanyak 84 petani.

Pada dasarnya semua anggota populsi mempunyai peluang yang sama menjadi

anggota sampel dalam sebuah penelitian. Menurut Arikunto (2006) sampel adalah

sebagai atau wakil dari populasi yang diteliti. Sampel dalam penelitian ini yang

mewakili populasi yang terdiri sari seluruh petani kubis. Dimana dalam

menentukan besar sampel, dihitung dengan rumus Slovin, dengan mengunakan

rumus sebagai berikut ini:

n=

Keterangan :

n = Ukuran Sampel

N = Ukuran Populasi

e2 = Taraf kesalahan pengambilan sampel yang ditolerir

sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan (Umar, 2000).

Pada penelitian ini tingkat ketelitian atau keyakinan yang dikehendaki adalah 90%

atau dengan tingkat kesalahan pengambilan sampel yang ditolerir adalah 10%.

Berdasarkan rumus Slovin diperoleh besar sampel petani kol adalah sebagai

berikut :

n=

n = 46 petani

Universitas Sumatera Utara


40

Berdasarkan perhitungan di atas di peroleh nilai sampel sebesar 46 petani kol

sebagai responden yang dianggap sudah mewakili dari kieseluruhan petani yaitu

84 petani.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Data

primer yang dikumpulkan dengan melakukan pengamatan dan wawancara

langsung dengan petani responden dengan mengajukan pertanyaan yang dibuat

dalam bentuk kuisioner yang telah dipersiapkan sebelumnya. Data sekunder yang

dikumpulkan diperoleh dari berbagai instansi terkait, seperti Badan Pusat

Statistik, Kementerian Pertanian, Dinas Pertanian, dan Pemerintah Daerah di

lokasi penelitian. Selain itu, data-data pendukung lainnya juga diperoleh melalui

internet, literatur dan jurnal yang relevan dengan penelitian ini.

3.4. Metode Analisis Data

Untuk menjawab Idenfifikasi Masalah 1 yaitu bagaimana perbedaan kebutuhan

biaya pemeliharaan normatif komoditas kubis dengan yang dilakukan di Desa

Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo digunakan analisis

Uji t Untuk Dua Sampel Berpasangan. Dengan membandingkan dua rata-rata

sampel yang berpsangan. Sampel berpasangan adalah sebuah sampel yang terdiri

dari satu subyek tetapi mengalami dua perlakuan yang berbeda (Supriana, 2016).

Rumus:

t=
√ ( )( )
√ √

Universitas Sumatera Utara


41

Keterangan:

= Rata-rata sampel 1

= Rata-rata sampel 2

S1 = Simpangan baku sampel 1

S2 = Simpangan baku sampel 2

S12= Varian sampel 1

S22 = Varian sampel 2

T = Korelasi antar dua sampel

Untuk menjawab Identifikasi Masalah 2 yaitu bagaimana pengaruh biaya

pupuk dan biaya pengendalian hama dan penyakit terhadap produksi usahatani

kubis di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo dengan

mengunakan metode regresi linier berganda dengan variabel bebas adalah seperti

pada persamaan (Sugiono, 2001).

Uji regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh dan hubungan

antara variabel bebas dan variabel terikat pada penelitian ini, persamaan regresi

linear berganda sebagai berikut:

Y’ = b0 + b1X1+ b2X2+ e

Dimana:

Y = Produksi (kg)

X1 = Biaya pupuk (Rp/Ha)

X2 = Biaya pengendalian hama dan penyakit (Rp/Ha)

b0 = Koefisien Intersep

e = Error

Universitas Sumatera Utara


42

1. Uji asumsi klasik

a. Multikolinearitas

Salah satu asumsi model regresi linear klasik adalah bahwa tidak terdapat

multikolinearitas diantara variabel bebas yang masuk ke dalam model. Uji asumsi

multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah ditemukan adanya korelasi atau

hubungan antar variabel bebas dalam model regresi. Korelasi diantara variabel

bebas seharusnya tidak terjadi dalam model regresi yang baik.

Cara mendeteksi terjadinya multikolinearitas (Gujarati, 1988) adalah sebagai

berikut:

a. Jika nilai koefisien determinasi (R2) tinggi; dalam uji secara serempak (F-test),

variabel-variabel bebas secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel

terikat; tetapi dalam uji secara parsial (t-test), variabel-variabel bebas secara

parsial banyak yang tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat, maka

hal ini mengindikasikan terjadinya multikolinearitas.

b. Menganalisis matriks korelasi antar variabel-variabel bebas. Jika antar variabel

bebas terdapat korelasi yang cukup tinggi, umumnya di atas 0,90, maka hal ini

mengindikasikan terjadinya multikolinearitas.

c. Melihat nilai standart error besar mengindikasikan terjadi multikolinearitas.

d. Melihat nilai toleransi (tolerance) dav VIF.

Dengan kriteria uji sebagai berikut:

1. Jika toleransi ≤ , dan VIF ≥ : terjadi multikolinearitas.

2. Jika toleransi > 0,10 dan VIF < 10 : tidak terjadi multikolinearitas.

Universitas Sumatera Utara


43

b. Heteroskedastisitas

Uji asumsi heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah terjadi

ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain dalam

model regresi. Jika varians dari residual yang satu pengamatan ke pengamatan

yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut

heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau

tidak terjadi heteroskedastisitas (Gujarati, 1988).

Banyak pendekatan yang dapat digunakan untuk menguji heteroskedastisitas yaitu

(1) menggunakan metode grafik, metode ini lazim digunakan meskipun

menimbulkan bias, hal ini karena subjektivitas sangat tinggi sehingga pengamatan

antara satu dengan lainnya bisa menimbulkan perbedaan persepsi dan (2)

menggunakan uji statistik sehingga diharapkan dapat menghilangkan unsur bias

akibat subjektivitas. Statistik yang sering digunakan untuk menguji

heteroskedastisitas yaitu koefisien korelasi Sperman, uji glejser, uji park, dan uji

white (Sudarmanto, 2013).

c. Normalitas

Salah satu asumsi yang harus dipenuhi yaitu adanya distribusi normal atas data

yang diperoleh. Untuk pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t dan atau

uji-F, menuntut suatu asumsi yang harus diuji yaitu populasi harus berdistribusi

normal. Untuk menguji normalitas distribusi data adalah dapat menggunakan

dengan statistic nonparametric-Kolmogorov-Smirnov. Dengan menggunakan nilai

Asymp. Sig. (2-tailed), maka harus dibandingkan dengan tingkat alpha yang

ditetapkan sebelumnya, apakah 10%, 5% atau 1%. Apabila nilai Asymp. Sig. (2-

Universitas Sumatera Utara


44

tailed) lebih besar dari tingkat alpha yang ditetapkan dapat dikatakan bahwa data

berasal dari populasi yang berdistribusi normal (Sudarmanto, 2013).

2. Uji Kesesuaian Model

a. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi R2 merupakan suatu nilai statistik yang dihitung dari data

sampel. Koefisien ini menunjukkan persentase variasi seluruh variabel terikat

yang dapat dijelaskan oleh perubahan variabel bebas (explanatory variables).

Koefisien ini merupakan suatu ukuran sejauh mana variabel bebas dapat merubah

variabel terikat dalam suatu hubungan (Firdaus, 2011).Nilai koefisien determinasi

(R2) berkisar antara 0 < R2 < 1, dengan kriteria pengujiannya adalah R2 yang

semakin tinggi (mendekati 1) menunjukkan model yang terbentuk mampu

menjelaskan keragaman dari variabel terikat, demikian pula sebaliknya.

b. Uji F (Uji Pengaruh Variabel Secara Serempak)

Nilai f digunakan untuk mengetahui apakah variabel biaya faktor produksi

(X1, X2,) yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap

variabel biaya pemeliharaan kol (Y). Pengujian f-hitung adalah sebagai berikut:

Hipotesis:

H0 = Variabel faktor-faktor produksi (X1, X2,) secara serempak tidak berpengaruh

nyata terhadap produksi kubis(Y)

H1 = Variabel faktor-faktor produksi (X1, X2,) secara serempak berpengaruh nyata

terhadap produksi kubis(Y)

Kriteria Uji:

Berdasarkan nilai signifikansi α = . 5

1. Jika nilai signifikansi > α maka H0 diterima

Universitas Sumatera Utara


45

2. Jika nilai signifikansi ≤ α maka H0 ditolak

Apabila nilai signifikansi ≤ α maka variabel biaya pupuk X 1), biaya pengendalian

hama dan penyakit (X2), secara serempak berpengaruh tidak nyata terhadap

produksi kubis (Y).

c. Uji t (Uji Pengaruh Variabel Secara Parsial)

Uji t adalah uji secara parsial yang menunjukkan pengaruh variabel independen

(bebas) terhadap variabel dependen (terikat) dan digunakan untuk mengetahui

apakah variabel bebas secara parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap

variabel terikat. Taraf signifikansi α yang digunakan dalam ilmu sosial adalah

5% (Firdaus, 2011).

Hipotesis:

H0 = Variabel biaya faktor produksi (X1, X2,) secara parsial tidak

berpengaruh nyata terhadap produksi ku (Y)

H1 = Variabel biaya faktor produksi (X1, X2,) secara parsial

berpengaruh nyata terhadap produksi kubis (Y)

Kriteria Uji:

Berdasarkan nilai signifikansi α = . 5

1. Jika nilai signifikansi > α maka H0 diterima

2. Jika nilai signifikansi ≤ α maka H0 ditolak

Apabila nilai signifikansi ≤ α maka variabel biaya pupuk (X1), biaya

pengendalian hama dan penyakit (X2), secara parsial berpengaruh tidak nyata

terhadap produksi kubis (Y).

3. Untuk mengetahui variabel bebas secara serempak berpengaruh nyata terhadap

variabel terikat digunakan uji-F sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


46

Untuk Membuktikan Hipotesis 3, yaitu berapa presentasi biaya pemeliharaan

khususnya bahan kimia usahatani kubis per hektar digunakan Analisis Proporsi.

Analisis Proprsi digunakan untuk mengetahui berapa presentasi biaya

pemeliharaan khususnya bahan kima usahatani kubis per musim tanam. Analisis

proporsi ditentukan dengan menggunakan rumus dari Tan (1977), yaitu:

Dimana :

Y = Presentase biaya pemeliharaan, khususnya bahan kimia

Ai = Biaya bahan kimia usahatani kubis

Bi = Total Biaya pemeliharaan usahatani kubis

3.5. Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman atas pengertian dan penafsiran tentang

istilah-istilah dalam penelitian ini, maka penulis membuat definisi dan batasan

operasional sebagai berikut:

3.5.1 Definisi

1. Biaya produksi adalah pengeluaran yang dipakai untuk pembelian

pupuk,benih,pestisida,upah,tenaga kerja dan pembelian peralatan (Rp/bulan)

2. Komparasi atau analisis perbedaan yaitu bentuk analisis variabel (data) untuk

mengetahui perbedaan di antara dua kelompok data (variabel) atau lebih.

3. Produktivitas adalah jumlah produksi dibagi dengan luas lahan

4. Penerimaan usahatani kubis adalah jumlah produksi kubis dikali dengan

harga jual jagung yang dinyatakan dalam satuan Rupiah (Rp).

Universitas Sumatera Utara


47

5. Pendapatan usahatani kol adalah selisih dari total pengeluaran usahatani kubis

yang diperoleh dengan seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk

usahatani kubis yang dinyatakan dalam satuan Rupiah (Rp).

6. Faktor produksi adalah berbagai input yang digunakan dalam proses produksi

yaitu luas lahan (ra), bibit (kg), pupuk (kg), obat-obatan dan tenaga kerja

untuk memperoleh output yang diinginkan.

7. TC (total cost) atau total biaya adalah seluruh biaya yang dikeluarkan selama

proses produksi dalam usahatani kubis atau jumlah biaya tetap dan biaya

tidak tetap usahatani kubis per musim tanam dinyatakan dalam Rupiah

(Rp).

8. FC (Fixed Cost) atau biaya tetap adalah biaya usahatani kubis permusim yang

besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh produksi yang dihasilkan dinyatakan

dalam Rupiah (Rp).

9. VC (variabel cost) adalah biaya usahatani kubis per musim tanam yang besar

kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang dihasilkan dan di nyatakan dalam

Rupiah (Rp).

10. Berpengaruh nyata artinya faktor-faktor produksi berpengaruh dalam

meningkatkan produksi tanaman kubis, sedangkan berpengaruh tidak nyata

artinya faktor-faktor produksi tidak berpengaruh nyata dalam meningkatkan

produksi.

11. Kubis merupakan jenis tanaman hortikultura yang paling baik ditanam di

daerah yang bersuhu rendah dan mendapatkan sinar matahari yang cukup.

Universitas Sumatera Utara


48

12. Kebutuhan biaya adalah biaya input (biaya pupuk,biaya pengendalian hama

dan penyakit,biaya penyiraman, biaya pembumbunan, biaya penyiangan)

sesuai dengan teori agronomi.

13. Peraktek pelaksanaannya adalah kegiatan usahatani kol yang dilakukan

berdasarkan praktek petani.

14. Biaya Pemeliharaan adalah biaya yang dikeluarkan pada serangkaian

tindakan penyiangan, penyiraman, pembumbunan, pemupukan, dan

pengendalian HPT setelah langkah penanaman pada budidaya.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat,

Kabupaten Karo.

2. Sampel penelitian adalah petani Kubis.

3. Penelitian dilakukan pada tahun 2017.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV
DESKRIPSI WILAYAH DAN KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian

Desa Surbakti terletak di Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, Provinsi

Sumatera Utara. Desa Surbakti Berjarak 1 km arah barat dari Kantor Camat

Simpang Empat dan berjarak 7 km ke ibu kota kabupaten yaitu Kota Kabanjahe.

Daerah ini bertopografi dataran tinggi yaitu berada pada ketinggian antara ± 1.000

m s/d 1.300 m diatas permukaan laut.Curah hujan rata-rata per tahun adalah 2.000

mm s/d 3.000 mm, dan suhu temperaturnya adalah 160 C s/d 270 C. Secara

administrasi Desa Surbakti mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:

 Di sebelah Utara berbatasa dengan Desa Perteguhan Kec. Simpang Empat

 Di sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Lingga Kec.Simpang Empat

 Di sebelah Timur berbatasan dengan Desa Ndokum Siroga Kec. Simpang Empat

 Di sebelah Barat berbatasan dengan Desa Beganding Kec. Simpang Empat

Tata Guna tanah dapat memberikan gambaran bagaimana tingkat kemampuan

tanah menurut fungsinya yang dapat digambarkan pada Tabel 4.1. :

Tabel 4.1. Jenis dan Luas Penggunaan Tanah di Desa Surbakti Tahun 2017

No Uraian Ha Jumlah
Persentase (%)
1 Jalan Umum/Jalan Dusun 100 11,6
2 Sawah/Perikanan 60 7,1
3 Pertanian/Perladangan 680 82,3
4 Perumahan/Pemukiman 10 1,0
Jumlah 850 100
Sumber : Kantor Kepala Desa Surbakti 2017

Tabel 4.1. memperlihatkan bahwa penggunaan lahan kering sebagai pertanian

perladangan merupakan yang terluas yaitu 655 Ha (82.3 %). Lahan

49

Universitas Sumatera Utara


50

Pertanian/Perladangan digunakan untuk mengusahakan tanaman palawija dan

hortikultura seperti jagung, kubis, jeruk, kopi, selada, cabe, tomat dan lainnya.

4.2. Komposisi Penduduk

Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor kepala Desa Surbakti Kecamatan

Simpang Empat, jumlah penduduk desa penelitian berjumlah 2167 jiwa dan

jumlah rumah tangga 1050 Kepala Keluarga (KK) yang terdiri dari perempuan

sebanyak 1164 jiwa dan laki-laki sebanyak 1003 jiwa. Jumlah dan distribusi

penduduk desa penelitian menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel.

Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di Desa Surbakti,


Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo Tahun 2017

No Jenis Kelamin Jumlah Jumlah


Persentase (%)
1 Laki-laki 1.003 46,29
2 Perempuan 1.164 53,71
Jumlah 2167 100
Sumber : Kantor Kepala Desa Surbakti Tahun 2017

Tabel 4.2 memperlihatkan jumlah penduduk perempuan lebih banyak

dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki dimana jumlah penduduk

perempuan sebanyak 1.164 jiwa dengan persentase 53,71 % sedangkan jumlah

penduduk laki-laki sebanyak 1.003 jiwa dengan persentase 46,29 %. Jumlah

penduduk Desa Surabkti berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Kepala

Desa Surbakti tahun 2017 ialah 2.167 jiwa.

4.2.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Penduduk di Desa Surbakti memiliki jenis pekerjaan yang beraneka ragam. Jumlah

Kepala Keluarga (KK) di Desa Surbakti berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat

pada tabel berikut:

Universitas Sumatera Utara


51

Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Desa


Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo Tahun
2017

No Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase


(KK)
1 Petani 770 73,33
2 PNS 155 14,76
3 Wiraswasta 125 11,91
Jumlah 2167 100
Sumber : Kantor Kepala Desa Surbakti Tahun 2017

Tabel 4.3 memperlihatkan bahwa penduduk Desa Surbakti yang Berjumlah 2.167

jiwa terbagi atas 1.050 kepala keluarga (KK). Sebagian besar penduduk di Desa

Surbakti bekerja sebagai petani dengan jumlah 770 KK dengan persentase 73,33

% dari jumlah kepala keluarga (KK) yang ada, sedangkan penduduk yang bekerja

sebagai PNS sebanyak 155 kepala keluarga (KK) dengan persentase 14,76 % dan

penduduk yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 125 kepala Keluarga (KK)

dengan persentase 11,91 %.

4.3. Sarana dan Prasarana

Adapun kondisi sarana dan prasarana umum di Desa Surbakti dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 4.3. Sarana Dan Prasana di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang


Empat, Kabupaten Karo Tahun 2017

No Sarana dan Prasarana Jumlah


(Unit)
1 Balai Desa 1
2 TK/SD 3
3 Polindes 1
4 Masjid 1
5 Gereja 3
Jumlah 9
Sumber : Kantor Kepala Desa Surbakti Tahun 2017

Tabel 4.3 memperlihatkan bahwa sarana / prasarana di Desa Surbakti sudah cukup

untuk menunjang kegiatan penduduk setempat. Hal ini dapat dilihat dari sudah

Universitas Sumatera Utara


52

adanya fasilitas-fasilitas yang membantu kegiatan penduduk seperti fasilitas

kesehatan, rumah ibadah, balai desa, maupun fasilitas pendidikan. Hanya saja

fasilitas pendidikan yang ada hanya fasilitas pendidikan TK/SD.

4.4. Karakteristik Sampel

Petani sampel yang dimaksud disini ialah seluruh petani kubis yang memiliki

usahatani kubis dengan tanaman kubis yang menghasilkan di Desa Surbakti

Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo. Karateristik petani sampel dalam

penelitian ini teriri dari umur petani, pendidikan petani, luas lahan usahatani kubis

dan jumlah tanggungan keluarga.

4.4.1 Umur Petani

Umur petani merupakan salah satu faktor yang berkaitan langsung dengan

kemampuan petani dalam melaksanakan kegiatan usahataninya. Semakin tua

umur petani maka kemampuan bekerjanya pun cenderung menurun. Hal ini

dikarenakan pekerjaan sebagai petani lebih banyak mengandalkan kondisi fisik

dari petani. Untuk lebih jelasnya mengenai keadaan umur petani sampel dapat

dilihat pada tabel berkut:

Tabel 4.4. Keadaan umur petani sampel di Desa Surbakti, Kecamatan


Simpang Empat, Kabupaten Karo Tahun 2017

No Rentang Umur Responden (%)


(Tahun) (Orang)
1 20-29 6 13,04
2 30-39 14 30,43
3 40-49 16 34,78
4 50-59 8 17,39
5 >60 2 4,34
Jumlah 46 100%
Sumber : Kantor Kepala Desa Surbakti Tahun 2017

Tabel 4.4. memperlihatkan bahwa pada petani sampel komoditi kol terbanyak

berada pada kelompok umur 40-49 yakni sebanyak 16 orang dengan persentase

Universitas Sumatera Utara


53

34,78% dan untuk petani sampel terkecil berada pada kelompok umur > 60

sebanyak 2 orang dengan persentase 4,34%.

4.4.2 Pendidikan Petani Sampel

Sampel Pendidikan petani sangat erat kaitannya dengan kemampuan petani dalam

mengadopsi teknologi baru yang dapat menunjang usahataninya. Pendidikan

petani yang semakin tinggi membuat petani lebih mudah dalam mengadopsi

teknologi baru yang diperoleh dari penyuluh pertanian maupun lemabaga swadaya

masyarakat (LSM) yang diharapkan dapat meningkatkan produksi dari usahatani

petani tersebut. Adapun tingkat pendidikan petani sampel yang ada di Desa

Surbakti sangat bervariasi dari tingkat SD, SMP, dan SMA. Untuk lebih jelas lagi

mengenai tingkat pendidikan petani sampel dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.5. Pendidikan petani sampel di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang


Empat, Kabupaten Karo Tahun 2017

No Pendidikan Jumlah Presentase


(jiwa) (%)
1 SD 9 19,56
2 SMP 17 36,95
3 SMA 20 43,47
Jumlah 46 100 %
Sumber : Kantor Kepala Desa Surbakti Tahun 2017

Tabel 4.5 memperlihatkan bahwa untuk jumlah petani sampel kubis terbanyak

berada pada tingkat pendidikan SMA dengan jumlah 20 jiwa dengan persentase

43,47% dan terkecil berada pada tingkat pendidikan SD sebanyak 9 jiwa dengan

persentase 19,56%.

Universitas Sumatera Utara


54

4.4.3 Luas Lahan Petani Sampel

Luas lahan petani kubis di Desa Surbakti berbeda-beda sehingga berkaitan

langsung terhadap jumlah produksi kubis. Semakin luas lahan penanaman maka

hasil produksinya pun cenderung meningkat yang akhirnya dapat meningkatkan

pendapatan yang diperoleh petani itu sendiri, begitu pula sebaliknya

Tabel 4.6. Luas Lahan petani sampel di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang
Empat, Kabupaten Karo Tahun 2017

No Luas Lahan Jumlah


(ha)
1 0,10-0,19 12
2 0,20-0,29 8
3 0,30-0,39 7
4 0,40-0,49 4
5 >0,50 15
Jumlah 46
Sumber : Kantor Kepala Desa Surbakti Tahun 2017

Tabel 4.6 memperlihatkan bahwa luas lahan petani kubis terluas berada pada

kelompok luas lahan >0,50 ha dengan jumlah 15 jiwa. Sedangkan untuk luas

lahan terkecil berada pada kelompok luas lahan 0,40-0,49 ha dengan jumlah

petani kubis sebanyak 4 jiwa. Artinya petani kubis di Desa Surbakti memiliki luas

lahan yang beragam.

Universitas Sumatera Utara


55

4.4.4 Jumlah Tanggungan

Tabel 4.7. Jumlah Tanggungan petani sampel di Desa Surbakti, Kecamatan


Simpang Empat, Kabupaten Karo Tahun 2017

No Tanggungan Responden (%)


(orang) (orang)
1 1 15 32,60
2 2 12 26,08
3 3 8 17,39
4 4 7 15,21
5 5 4 8,69
Jumlah 46
Sumber : Kantor Kepala Desa Surbakti Tahun 2017

Tabel 4.7 memperlihatkan bahwa jumlah tanggungan petani kubis di Surbakti

terbesar dengan jumlah 1 orang dengan presentase 32,60 %. Dan yang terkecil

dengan jumlah tanggungan 5 orang yaitu sebesar 8,69 %.

Universitas Sumatera Utara


BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Perbedaan Kebutuhan Biaya Pemeliharaan Secara Normatif Komoditas


Kubis dengan Biaya Praktek Pelaksaannya di Desa Surbakti, Kecamatan
Simpang Empat, Kabupaten Karo
Kubis merupakan salah satu komoditas hortikultura unggulan di Kabupaten Karo

yang berfungsi sebagai sumber gizi, sumber pendapatan dan sumber devisa

negara. Besarnya kontribusi agroindustri kubis dalam meningkatkan pendapatan

akan menumbuhkan sentra pengembangan kubis baru. Penyiraman, penyiangan,

pembumbunan, pemupukan dan pengendalian hama penyakit merupakan kegiatan

yang dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kubis. Usahatani kubis merupakan

usahatani yang memiliki beberapa kendala yang di hadapi petani dalam kegiatan

pemeliharaannya. Kurangnya pengetahuan petani dalam kegiatan pemeliharaan

yang dilakukan dapat mengakibatkan kerugian bagi petani, seperti pemberian

dosis pupuk dan pestisida yang tidak tepat dapat mengakibatkan menambah biaya

produksi.

5.1.1 Tahapan Kegiatan dan Komponen Biaya Pemeliharaan Komoditas


Kubis Berdasarkan Praktek Pelaksanaannnya
1. Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan gulma. Pembumbunan

dilakukan dengan mengangkat tanah yang ada pada saluran antar bedengan

kedalaman bedengan. Pembumbunan ini dilakukan untuk menjaga kedalaman

parit dan ketinggian bedeng serta meningkatkan kegemburan tanah sehingga akar

akan dapat menyerap air serta unsur hara secara optimal. Adapun alat yang

digunakan untuk pembumbunan adalah arit dan jangkul.

56

Universitas Sumatera Utara


57

Tabel 5.1 Rata-rata Biaya Pembumbunan dan rata-rata Petani Sampel


Usahatani Kubis Per Petani Per Musim Tanam di Desa Surbakti

HK JK Jumlah TK HOK Upah


Pria 5 2,00 2 3,11 Rp 217,609
Wanita 5 2,00 1 3,78 Rp 264.580
Total Rp 582.189
Sumber: Diolah dari Lampiran 6 a

Tabel 5.1 memperlihatkan Jumlah HK untuk pria 5 dengan 2 jam kerja, sehingga

HOK nya sebesar 1,55 dengan total upah Rp. 108.804. Jumlah HK untuk wanita

5 dengan 2 jam kerja, sehingga HOK nya sebesar 1,89 dengan total upah Rp.

132.289. Jadi total biaya pembumbunan yang di lakukan petani komoditas nya

sebesar Rp. 241.093.

2. Pemupukan

Pumupukan yang dilakukan petani sampel di Desa Surbakti berbeda-beda, ada

yang melakukan pemupukan 2 kali per rmusim tanam, ada juga yang 3 kali per

musim tanam, jenis pupuk yang digunakan juga bermacam-macam, antara lain

pupuk Phonska, Amophos, Urea, KCL, Hydro, TSP, dan NPK.

Universitas Sumatera Utara


58

Tabel 5.2 Rata-rata Kebutuhan dan Biaya Pupuk pada Petani Sampel
Usahatani Kubis Per Musim Tanam di Desa Surbakti

Total
Kebutuhan Per Harga Per Petani
No. Jenis Pupuk Biaya
Petani (Kg) (Rp/Kg)
Pupuk
1 Phonska 40 3900 156.000
2 Amophos 36 6000 216.000
3 Urea 59 6000 354.000
4 KCL 40 4000 160.000
5 Hydro 42 9000 378.000
6 TSP 55 3500 192.500
7 NPK 48 3500 168.000
Sumber: Diolah dari Lampiran 3 a

Tabel 5.2 memperlihatkan bahwa pupuk yang digunakan petani sampel komoditas

kubis di Desa Surbakti adalah pupuk Phonska, Amophos, Urea, KCL, Hydro,

TSP, dan NPK. Pupuk yang paling banyak digunakan adalah Urea dengan rata-

rata 59 kg per petani.

3. Penyiangan

Penyiangan dilakukan bersama dengan penggemburan tanah bila terdapat

tumbuhan lain yang mengganggu pertumbuhan tanaman biasa nya dilakukan 1-2

minggu sekali. Penyiangan dilakukan dengan hati-hati dan tidak terlalu dalam

karena dapat merusak sistem perakaran tanaman, bahkan pada akhir penanaman

sebaiknya tidak dilakukan.

Tabel 5.3 Rata-rata Kebutuhan dan Biaya Penyiangan Petani Sampel


Usahatani Kubis Per Musim Tanam di Desa Surbakti

HK JK Jumlah TK HOK Upah


Pria 5 2,00 1 3,11 Rp 217.609
Wanita 5 2,00 1 3,78 Rp 264.580
Total Rp 582.189
Sumber: Diolah dari Lampiran 7 a

Universitas Sumatera Utara


59

Tabel 5.3 memperlihatkan Jumlah HK untuk pria 5 dengan 2 jam kerja, sehingga

HOK nya sebesar 1,53 dengan total upah Rp. 108.804. Jumlah HK untuk wanita 5

dengan 2 jam kerja, sehingga HOK nya sebesar 1,89 dengan total upah

Rp. 132.289. Jadi total biaya penyiangan yang di lakukan petani komoditas nya

sebesar Rp. 241.093

4. Penyiraman

Apabila temperatur udara tinggi dan matahari bersinar terik, penyiraman

dilakukan dua kali sehari pada pagi dan sore hari. Di daerah penelitian petani

memanfaatkan kondisi iklim yang memiliki curah hujan yang cukup tinggi, maka

penyiraman memanfaatkan air hujan.

Tabel 5.4 Rata-rata Biaya Penyiraman Petani Sampel Usahatani Kubis Per
Petani Per Musim Tanam di Desa Surbakti

HK JK Jumlah TK HOK Upah


Pria 18 2,00 2 3 Rp 62.609
Wanita 18 2,00 1 1 Rp 29.217
Total Rp 91.826
Sumber: Diolah dari Lampiran 9 a

Tabel 5.4 memperlihatkan Jumlah HK untuk pria 18 dengan 2 jam kerja, sehingga

HOK nya sebesar 3 dengan upah Rp.62.609. Jumlah HK untuk wanita 18 dengan

2 jam kerja, sehingga HOK nya sebesar 1 dengan upah Rp. 29.217. Jadi total

biaya penyiraman yang di lakukan petani komoditas nya sebesar Rp. 91.826

5. Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama yang paling sering menyerang tanaman kubis adalah ulat daun. Dalam

usaha peningkatan produksi tanaman kubis seringkali dihadapkan adanya

gangguan hama dan penyakit. Kerugian besar bahkan kegagalan panen dapat

terjadi bila gangguan tersebut tidak diatasi dengan baik. Kehilangan hasil kubis

Universitas Sumatera Utara


60

akibat serangan hama cukup tinggi yakni dapat mencapai 100% oleh hama

tersebut. Adapun jenis pestisa yang digunakan di daerah penelitian adalah

pestisida Siklon, Lannate, Pirfos, Score, Sagribeat, Saaf, Prevathon, Endure,

Antracol, dan Albacel. Berikut adalah tabel jenis pestisida beserta harga yang

digunakan di Desa Surbakti:

Tabel 5.4 Rata-rata Pengunaan Pestisida Besereta Harga Yang Digunakan


Petani Sampel Usahatani Kubis Per Musim Tanam di Desa
Surbakti
Biaya
Harga Per Petani
No. Jenis Pestisia Kebutuhan Per Penggunan
(Rp/Kg/Botol)
Petani (Kg/botol) Pestisida (Rp)
1 Prevathon 3 botol 75.000/botol 225.000

2 Endure 1 kg 150.000/kg 150.000

3 Antracol 1 kg 90.000/kg 90.000

4 Albacel 3 botol 75.000/botol 225.000

5 Score 3 botol 60.000/botol 180.000

6 Sagribeat 1 botol 60.000/kg 60.000

7 Saaf 1 botol 50.000/kg 50.000

8 Joker 1 kg 70.000/kg 70.000

9 Siklon 1 kg 80.000/kg 80.000

10 Lannate 1 kg 85.000/kg 85.000

11 Pirfos 1 botol 160.000/botol 160.000

12 Higrade 1 botol 170.000/botol 170.000


Sumber: Diolah dari Lampiran 4 a

Tabel 5.4 memperlihatkan bahwa jenis pestisida yang digunakan di Desa Surbakti

adalah pestisida Prevathon, Endure, Antracol, Albacel, Score, Sagribeat, Saaf,

Joker, Siklon, Lannate, Pirfos, Higrade. harga pestisida termahal adalah higrade

dengan Rp. 170.000 per botol. Harga pestisida termurah adalah Saaf dengan harga

Rp. 50.000 per botol. Pestisida yang paling banyak digunakan adalah Prevathon,

Albacel, dan Score dengan jumlah 3 botol.

Universitas Sumatera Utara


61

5.1.2 Tahapan Kegiatan Dan Komponen Biaya Pemeliharaan Normatif


Komoditas Kubis

1. Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan persamaan dengan penyiangan gulma. Pembumbunan

dilakukan dengan mengangkat tanah yang ada pada saluran antar bedengan

kedalaman bedengan. Pembumbunan ini dilakukan untuk menjaga kedalaman

parit dan ketinggian bedeng serta meningkatkan kegemburan tanah sehingga akar

akan dapat menyerap air serta unsur hara secara optimal. Adapun alat yang

digunakan untuk pembumbunan adalah arit dan jangkul.

Tabel 5.5 Rata-rata Kebutuhan dan Biaya Pembumbunan Normatif Kubis


Per Hektar di Desa Surbakti

HK JK Jumlah TK HOK Upah


Pria 5 2,00 1 1,52 Rp 106.141
Wanita 5 2,00 1 1,79 Rp 125.148
Total Rp 231.289
Sumber: Diolah dari Lampiran 6 b

Tabel 5.5 memperlihatkan Jumlah HK untuk pria 5 dengan 2 jam kerja, sehingga

HOK nya sebesar 1,52 dengan total upah Rp. 106.141. Jumlah HK untuk wanita 5

dengan 2 jam kerja, sehingga HOK nya sebesar 1,79 dengan total upah

Rp. 125.148. Jadi total biaya pembumbunan normatif komoditas nya sebesar

Rp. 231.289

2. Pemupukan

Komposisi pupuk yang di aplikasikan untuk tanaman kubis antara lain berupa

pupuk urea 100 kg, ZA 250 kg, TSP 250 kg dan KCl 200 kg per hektar. Untuk

tiap tanaman diperlukan urea sebanyak 4 gram, ZA 9 gram, SP-36 9 gram dan

KCl 7 gram. Pengaplikasian pertama dilakukan sebelum tanaman sebagai pupuk

dasar yaitu pupuk organik 10 gram, setengah dosis pupuk N (Urea 2 gram, ZA 4,5

Universitas Sumatera Utara


62

gram), pupuk SP-36 9 gram, dan KCl 7 17 gram). Sisa pupuk N (Urea 2 gram dan

ZA 4,5 gram) diberikan pada saat tanaman berumur 4 minggu (Musriati, 2013).

Tabel 5.6 Rata-rata Kebutuhan dan Biaya Pupuk Normatif pada Usahatani
Kubis Per Musim Tanam
Kebutuhan Biaya
Jenis Penggunaan Harga Pupuk
No. Pupuk penggunaan
Pupuk Pupuk (kg) (Kg)
(Kg/Ha) pupuk (Rp)
1 Za 250 80 Rp. 2000 Rp. 180.000
2 Urea 100 32 Rp. 3000 Rp. 96.000
3 TSP 250 80 Rp. 3500 Rp. 280.000
4 KCL 200 64 Rp. 4000 Rp. 256.000
Jumlah Rp. 812.000
Sumber: Diolah dari Lampiran 3 b

Tabel 5.6 memperlihatkan bahwa kebutuhan pupuk per hektar adalah Za 250 kg,

Urea 100 kg, TSP 250 kg, KCL 200 kg dengan total 700 kg pupuk per hektar tiap

musim tanam, dengan harga rata-rata pupuk per kg nya sebesar Rp. 4875. Total

biaya pupuk per ha yang di keluarkan tiap musim tanam sebesar Rp. 3.575.000.

3. Penyiangan

Penyiangan dilakukan bersama dengan penggemburan tanah bila terdapat

tumbuhan lain yang mengganggu pertumbuhan tanaman biasa nya dilakukan 3

hari sekali. Penyiangan dilakukan ketika ditemukan gulma yang tumbuh di lahan

kubis.

Tabel 5.7 Rata-rata Kebutuhan dan Biaya Penyiangan Normatif pada


Usahatani Kubis Per Musim Tanam
HK JK Jumlah TK HOK Upah
Pria 5 2,00 1 1,52 Rp 106.141
Wanita 5 2,00 1 1,79 Rp 125.148
Total Rp 231.289
Sumber: Diolah dari Lampiran 7 b

Universitas Sumatera Utara


63

Tabel 5.7 memperlihatkan Jumlah HK untuk pria 5 dengan 2 jam kerja, sehingga

HOK nya sebesar 1,52 dengan total upah Rp. 106.141. Jumlah HK untuk wanita 5

dengan 2 jam kerja, sehingga HOK nya sebesar 1,79 dengan total upah

Rp. 125.148. Jadi total biaya penyiangan normatif komoditas nya sebesar

Rp. 231.289

4. Penyiraman

Tanaman disiram sampai benar-benar hidup. Daun yang tertutup tanah segera

disiram agar tidak menganggu proses fotosintesis. Apabila temperatur udara tinggi

dan matahari bersinar terik, penyiraman dilakukan dua kali sehari pada pagi dan

sore hari

Tabel 5.8 Rata-rata Biaya Penyiraman Normatif Usahatani Kubis Per


Petani Per Musim Tanam di Desa Surbakti

HK JK Jumlah TK HOK Upah


Pria 90 2,00 2 3 Rp 313.043
Wanita 90 2,00 1 1 Rp 146.086
Total Rp 459.129
Sumber: Diolah dari Lampiran 9 b

Tabel 5.8 memperlihatkan Jumlah HK untuk pria 90 dengan 2 jam kerja, sehingga

HOK nya sebesar 3 dengan upah Rp.313.043. Jumlah HK untuk wanita 90 dengan

2 jam kerja, sehingga HOK nya sebesar 1 dengan upah Rp.146.086 Jadi total

biaya penyiraman yang di lakukan petani komoditas nya sebesar Rp. 459.132

5. Pengendalian Hama dan Penyakit

Menurut Liferdi dan Saparinto (2016). Hama yang paling sering menyerang kubis

adalah ulat daun. Dengan memakan daun-daun muda yang membetuk krop. Daun-

daun bisa habis dimakan ulat ini. Pestisida yang umum digunakan untuk

Universitas Sumatera Utara


64

mengatasi hama tersebut adalah Decis 2,5 EC 0,5-1 cc/l/ha, Dupont Valacor 35

wg 100 g/ha Hostathion 40 EC 0,75-1,5 cc/l, dan Ambush 2 EC.

Tabel 5.9 Rata-rata Kebutuhan dan Biaya Pestisida Secara Normatif pada
Usahatani Kubis Per Musim Tanam

Penggunaan Penggunaan Harga Biaya


Jenis
No. Pestisida Per Pestisidaper Pestisida Penggunaan
Pestisida
Ha (ml/g) petani (ml/g) (ml/g) Pestisida(Rp)
1 Decis 300 ml 95,74 Rp. 700 Rp. 67.017
2 Valacor 25 g 3,46 Rp. 4800 Rp. 82.957
3 Hostathion 750 ml 239,35 Rp. 140 Rp. 33.508
4 Ambush 450 ml 287,33 Rp. 233 Rp. 67.016
Jumlah Rp. 250.498
Sumber: Diolah dari Lampiran 4 b

Tabel 5.9 memperlihatkan pestisida yang digunakan secara normatif adalah

pestisida Decis 300 ml/ha, valacor 25 g/ha, Hostathion 750 ml/ha, dan Ambush

450 ml/ha dengan total biaya biaya pestisida yang dikeluarkan petani per musim

tanam adalah Rp. 539.850.

5.1.3 Perbandingan Kebutuhan Biaya Pemeliharaan Normatif Komoditas


Kubis Dengan Biaya Praktek yang dilakukan Petani di Desa Surbakti,
Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo.

Untuk membandingkan bagaimana perbedaan kebutuhan biaya pemeliharaan

secara normatif komoditas kubis dengan yang dilakukan oleh petani di Desa

Surbakti digunakan Analisis Uji t Dua Sampel Berpasangan. Dengan

membandingkan dua rata-rata sampel yang berpsangan. Sampel berpasangan

adalah sebuah sampel yang terdiri dari satu subyek tetapi mengalami dua

perlakuan yang berbeda (Supriana, 2016).

Universitas Sumatera Utara


65

Tabel 5.10 Hasil Uji Paired Sampels t-Test Untuk Biaya Pestisida
Paired Samples Test
Sig. (2-
Mean N T Df tailed)

Pair 1 biaya petani 1.54 46 -9.797 45 .000

biaya normatif 1.96 46


Sumber : Data diolah 2017

Berdasarkan Tabel 5.10 dapat dilihat bahwa hasil estimasi menunjukkan nilai

signifikansi t sebesar 0,000 dimana nilai tersebut < 0,05. Maka H1 diterima yang

berarti ada perbedaan antara biaya normatif dengan biaya petani yang dilakukan

petani di Desa Surbakti Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo. Biaya

pemeliharaan normatif lebih besar dari biaya pemeliharaan yang di keluarkan

petani di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo.

Dapat dilihat dari tabel 5.10 nilai Mean untuk masing-masing variabel, biaya

petani dan biaya normatif adalah 1,54 dan 1,96. Dimana, ada perbedaan yang

nyata biaya normatif lebih besar dari pada biaya petani.

5.2 Pengaruh Biaya Pupuk dan Biaya Pengendalian Hama Penyakit


Terhadap Produksi Kubis di Desa Surbakti
Produksi kubis dipengaruhi oleh biaya pupuk dan biaya pengendalian hama

penyakit tanaman. Data yang digunakan diperoleh melalui wawancara langsung

kepada petani. Hasil estimasinya dapat dilihat melalui tabel berikut:

Tabel 5.11 Hasil Estimasi Pengaruh Biaya Pupuk dan Biaya Pengendalian Hama
Penyakit Terhadap Produksi Tanaman

Variabel Koefisien t-hitung Sig VIF


Intersep 1188789.387 2.931 .005
Biaya Pupuk 2.810 3.089 .004 4.725
Biaya Pestisida -141.268 -.070 .945 4.725
R-Squared .708 F-Hitung 21.647
Adj-R-Squared .502 Sig 0.000
Durbin Watson 1.950

Universitas Sumatera Utara


66

5.2.1 Uji Kesesuaian Model (Test Goodness of Fit)

1. Uji Koefisien Determinasi (R-Squared)

Nilai R-Squared mencerminkan seberapa besar keragaman dari variabel

dependent yang dapat diterangkan oleh variabel independent. Nilai R-Squared

memiliki besaran yang positif dan besarannya adalah 0 < R-squared < 1.

Berdasarkan hasil pengolahan data pada Tabel 5.11 diperoleh koefisien biaya

pupuk 2.810 dan biaya pestisida -141.268. Hal ini menunjukkan bahwa variabel

bebas yaitu biaya pupuk (X1) berpngaruh nyata terhadap produksi kubis dan biaya

pestisida (X2) tidak berpengaruh nyata tehadap produksi kubis.

2. Uji F (Uji Pengaruh Variabel Secara Serempak)

Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independent atau bebas (Xi)

secara bersama-sama terhadap variabel dependent atau terikat (Y). Berdasarkan

hasil pengolahan data pada Tabel 5.11 diperoleh nilai signifikansi yaitu 0,04 <

0,05. Artinya biaya pupuk (X1) berpengaruh nyata terhadap variabel terikat yaitu

produksi tanaman (Y).

3. Uji t (Uji Pengaruh Variabel Secara Parsial)

Uji t dilakukan untuk menghitung koefisien regresi masing-masing variabel

independent sehingga dapat diketahui pengaruh variabel independent tersebut

terhadap variabel dependentnya. Berdasarkan hasil pengolahan data pada

Tabel 5.11. dapat dilihat bahwa variabel bebas yang dimasukkan ke dalam model

yaitu biaya pupuk (X1) secara nyata mempengaruhi produksi kubis (Y).

Sedangkan variabel bebas lainnya yaitu biaya pestisida (X2) secara nyata tidak

mempengaruhi produksi kubis

Universitas Sumatera Utara


67

Namun, agar diperoleh Model Regresi Linear Berganda yang baik, maka model

harus memenuhi kriteria BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). BLUE dapat

dicapai bila memenuhi asumsi klasik.

5.2.2 Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Berdasarkan Uji Asumsi Normalitas Residual menunjukkan bahwa data terlihat

menyebar mengikuti garis diagonal. Maka dapat dinyatakan model regresi linier

memenuhi asumsi normalitas. Hal tersebut dapat dilihat melalui gambar dibawah

ini.

Gambar 2 Grafik Uji Normalitas

Universitas Sumatera Utara


68

Gambar 3. Histogram Pengaruh Biaya Pupuk dan Biaya Pengendalian Hama


Penyakit Terhadap Biaya Pemeliharaan

b. Uji Autokorelasi

Dalam menguji ada tidaknya terjadinya autokorelasi pada sampel digunakan uji

statistik Durbin Watson. Berdasarkan hasil pengolahan data yang ditampilkan

pada tabel 5.11 diperoleh nilai statistik Durbin Watson sebesar 1,950 yang

membuktikan bahwa autokorelasi tidak terjadi karena nilai tersebut berada pada

kisaran 0 sampai 4.

c. Uji Multikubisinearitas

Untuk menguji terjadi atau tidaknya multikubisinearitas dalam model, maka

digunakan nilai VIF dengan kriteria apabila nilai VIF yang dihasilkan dibawah 10,

maka dapat disimpulkan bahwa model tidak mengalami multikubisinearitas.

Berdasarkan hasil pengolahan data yang ditampilkan pada gambar 3 dapat dilihat

Universitas Sumatera Utara


69

bahwa variabel biaya pupuk (X1) dan biaya pestisida (X2) berada di bawah 10. Hal

ini membuktikan bahwa di dalam model tidak terjadi multikubisinearitas.

d. Uji Heteroskedastisitas

Adapun pengujian tidak terjadinya heteroskedastisitas ditunjukkan dari Grafik

Scatterplots berikut ini. Dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara acak, baik

diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak membentuk pola

apapun.

Gambar 4. Grafik Scatterplots

5.2.3 Pengaruh Tiap Variabel Terhadap Produksi Kubis

Model hasil estimasi regresi faktor-faktor yang mempengaruhi Produksi kubis

adalah:

Universitas Sumatera Utara


70

Y = 1188789.3 + 2,8 X1 -141.2 X2+ ɛ

Dimana :

Y = Produksi kubis (Ton/Ha/Musim Tanam)

X1 = Biaya pupuk (Rp/Ha/Musim Tanam)

X2 = Biaya pengendalian hama dan penyakit (Rp/Ha/Musim Tanam)

b0 = Koefisien Intersep

e = Error

Pengaruh Biaya Pupuk (X1) terhadap Produksi kubis (Y)

Berdasarkan hasil estimasi, koefisien biaya pupuk bertanda positif dan memiliki

nilai signifikansi 0,004 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa biaya pupuk

berpengaruh positif dan nyata terhadap produksi kubis di Desa Surbakti

Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo. Tanda positif berarti semakin besar

biaya pupuk yang di keluarkan, maka semakin besar produksi tanaman kubis yang

dilakukan petani. Pengaruh biaya pupuk bepengaruh positif terhadap Produksi.

Pengaruh Biaya Pestisida (X2) Produksi kubis (Y)

Berdasarkan hasil estimasi, koefisien biaya pestisida bertanda negatif dan

memiliki nilai signifikansi 0,945 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa biaya

pestisida berpengaruh negatif dan tidak nyata terhadap produksi kubis di Desa

Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. Pengaruh biaya pestisida

bepengaruh negatif terhadap produksi kubis, semakin besarnya biaya pestisida

yang dikeluarkan pada tanaman, tidak mempengaruhi hasil dari produksi tanaman

kubis.

Universitas Sumatera Utara


71

5.3 Persentase Biaya Pemeliharaan Khusus nya Bahan Kimia pada


Usahatani Kubis dari Seluruh Biaya Pemeliharaannya

Persentase biaya pemeliharaan digunakan untuk mengetahui berapa persentase

biaya pemeliharaan khususnya bahan kimia usahatani kubis per musim tanam

menggunakan analisis proporsi.

Berdasarkan perhitungan di atas dapat diketahui bahwa persentase biaya

pemeliharaan khususnya bahan kimia adalah sebesar 28,98% dari total biaya

pemeliharaann kubis. Ini berarti hipotesis ke tiga yang menyatakan biaya

pemeliharaan pada usahatani kubis mencapai 25% dari seluruh biaya

pemeliharaan ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa biaya bahan kimia kubis di

Desa Surbakti lebih besar dari pradugaaan sementara.

Universitas Sumatera Utara


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Terdapat perbedaan yang nyata antara biaya pemeliharaan secara normatif

Komoditas kubis dengan yang dilakukan petani di Desa Surbakti

Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo. Hal ini ditunjukkan oleh

nilai signifikansi uji paired sampels dimana nilai sig.2.tailed 0,000 < 0,05.

2. Biaya pupuk berpengaruh nyata terhadap produksi kubis, sedangkan biaya

pestisida tidak berpengaruh nyata terhadap produksi kubis.

3. Berdasarkan perhitungan diketahui bahwa persentase biaya pemeliharaan

khususnya bahan kimia adalah sebesar 28,98 % dari total biaya

pemeliharaan yang di keluarkan pada usahatani kubis di Desa Surbakti,

Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo.

6.2 Saran

1. Dalam meningkatkan kesejahteraan petani melalui peningkatan pendapatan

petani di daerah penelitian dengan melakukan pemeliharaan sesuai dengan

teori agronomi yang ada agar mengurangi pengunaan bahan kimia berlebih

pada tanaman.

2. Pemerintah diharapkan memberikan penyuluhan dalam penggunaan bahan

kimia pada komiditi kubis, edukasi yang diberikan tentang kebutuhan bahan

kimia pada tanaman kubis selain dapat membatu petani dalam meningkatan

pendapatan usahatani yang dijalankan, juga dapat terlaksananya pertanian

berwawasan lingkungan.

72

Universitas Sumatera Utara


73

3. Peneliti selanjutkan diharapkan dapat membahas tentang komoditi kubis lebih

lanjut.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta:


Jakarta.

Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT.Rineka


Cipta: Jakarta.

A.T. Mosher. 1987. Budidaya Kubis Bunga & Broccoli. Kanisius: Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik. 2010. Profil Pertanian Kabupaten Karo 2010. Kabupaten
Karo.

Badan Pusat Statistik. 2011. Profil Pertanian Kabupaten Karo 2011. Kabupaten
Karo.

Badan Pusat Statistik. 2016. Profil Pertanian Kabupaten Karo 2016. Kabupaten
Karo.

Balai Penelitian Tanaman dan Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura.


2010. Produksi Kubis Menurut Provinsi 2009-2010

Balitbangsumut. 2005. Kegiatan Diseminasi Mendukung Pengembangan:Medan.

Cahyo, M.D., N. Hanani, dan Fahriyah. 2012. Analisis efisiensi alokatif dan
faktor-faktor produksi yang mempengaruhi usahatani kubis (Brassica
oleracea L). Naskah Publikasi Jurnal Universitas Brawijaya: Malang

Cahyono, B. 2001. Budidaya Kubis Bunga dan Brocoli. Kanisius: Yogyakarta.

Cahyono, Bambang. 2002. Kubis bunga & brocoli : teknik budi daya dan analisis
usaha tani. Kanisius: Yogyakarta.

Cheng, H.H. 1990. Pesticide in The Soil Environment: Processes, Impact, and
modeling. Soil Sci. Soc.Am. Inc., Madison, Wisconsin, USA.

Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara. 2015. Produksi Kol/Kubis di Sumatera


Utara. Medan.

Edi, S dan Julista B. 2010. Budidaya Tanaman Sayuran. Balai Pengkajian


Teknologi Jambi: Jambi.

Firdaus, M. 2011. Ekonometrika: Suatu Pendekatan Aplikatif. Edisi Kedua.


Cetakan Pertama. Bumi Aksara: Jakarta.

Gujarati, D. 1998. Ekonometrika Dasar. Erlangga: Jakarta.

Universitas Sumatera Utara


Karsinah, S. Purnomo, Sudjidjo, dan Sukarmin. 2002. Perbaikan Tekstur Buah
Jeruk Siam melalui Hibridisasi. Seminar Hasil Penelitian tahun 2002.
Semarang.

Khazanani, Annora. 2011. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi


Usaha Tani Cabai Kabupaten Temanggung (Skripsi). Universitas
Diponegoro. Semarang.

Kusumaningrum, 2013. Pengaruh Pemberian Jus Kubis. Universitas Diponegoro:


Semarang.Vertikultur Tanaman Sayur. Penebar Swadaya Group.
Jakarta

Mahyuni,E.L. 2015. Faktor Risiko Dalam Penggunaan Pestisida Terhadap


Keluhan Kesehatan Pada Petani Di Kecamatan Berastagi Kabupaten
Karo 2014. Skripsi. Universitas Sumatera Utara: Medan.

Musriati, A. 2013. Budidaya Tanaman Kubis.Pdf.

Nasution, Z. Analisis Efisiensi Penggunaan Pupuk Oleh Petani Pada Tanaman


Sayuran (Kubis, Kubis Bunga, dan Wortel) (Studi kasus : Kecamatan
Tigapanah, Kabupaten Karo)

Noprianti, L. S. 2011. Teknik Uji Cepat Untuk Identifikasi Pencemaran Logam


Berat Tanah Di Lahan Apel Batu. Disertasi. Universitas Brawijaya:
Malang.

Penelitian Tanaman Buah: Solok.Badan Pusat Statistik. 2015.Profil Pertanian


Sumatera Utara 2015.Sumatera Utar: Medan

Pracaya, 1981. Kol alias Kubis. Penebar Swadaya: Jakarta.

Pracaya, Ir. 2001. Kol Alias Kubis. Penerbit Swadaya, Jakarta.

Pracaya. 2005. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya: Jakarta.

Rukmana, 1994. Budidaya Kubis Bunga dan Brocoli. Kanisius: Yogyakarta.

Sihite, S. 2017. Analisis Integrasi Pasar Kubis (Brassica Oleracea) Antara


Kabupaten Karo Dengan Pasar Induk Medan. Universitas Usmatera
Utara: Medan.

Simanjuntak, D. 2016. Analisis Komparasi Efisiensi Tataniaga Kubis Secara


Ekspor dan Lokal (Kasus:Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun).
Skirpsi. Sumatera Utara: Medan.

Simatupang, R. 1990. Pertanian Organik, Menuju Pertanian Alternatif dan


Berkelanjutan. Kanisius: Yogyakarta.

Universitas Sumatera Utara


Singarimbun, M dan Effendi. 1989. Metode Penelitian Survey. LP3ES : Jakarta.

Soekartawi. 1986. Analisis Usahatani. UI Press. Jakarta.

Soekartawi. 1987. Prinsip-prinsip Dasar Ekonomi Pertanian, Teori dan


Aplikasinya. CV. Rajawali: Jakarta.

Sudarmanto, R dan Gunawan. 2013. Statistik Terapan Berbasis Komputer Dengan


Program IBM SPSS Statistics 19. PT Mitra Wacana Media: Jakarta.

Sugiyono. 2001. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Supriana, T. 2016. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Universitas Sumatera


Utara: Medan.

Suratiyah, Ken. 2008. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya: Jakarta.

Tan.1977.Metode Penelitian Administrasi. Bandung: .

Tim Prima Tani Balitsa.2007. Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Sayuran. Balai
Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung.

Umar, 2000. “Metode Penelitian Untuk Skripsi dan tesis Bisnis”, Raja Grafindo
Persada: Jakarta.

Untung, K. 2001. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu (edisi kedua). Gadjah


Mada University Press: Yogyakarta.

Utama.2001. Kol Alias Kubis. Penebar Swadaya. Jakarta.

Warsana. 1998. Introduksi Teknologi Tumpangsari Jagung dan Kacang. Tabloid


Sinar Tani: Jawa Tengah.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1 Karakteristik Petani Sampel
Sampel Luas Lahan (Ha) Umur (Tahun) Tanggungan (Jiwa) Pengalaman Bertani (Tahun) Pendidikan
1 0,5 27 1 3 SMP
2 0,5 46 4 30 SMP
3 0,2 68 1 50 SD
4 0,5 49 2 30 SD
5 0,32 44 3 28 SD
6 0,2 27 0 15 SMA
7 0,32 32 2 20 SD
8 0,16 45 4 35 SD
9 0,5 56 4 45 SMP
10 0,16 42 5 35 SD
11 0,32 38 1 30 SMA
12 0,32 55 5 43 SMA
13 0,2 47 3 40 SMP
14 0,32 56 3 45 SMP
15 0,16 51 3 34 SD
16 0,5 27 1 15 SD
17 0,16 38 2 30 SMP
18 0,32 42 2 26 SD
19 0,16 46 5 33 SMA
20 0,5 29 0 20 SMP
21 0,5 33 3 15 SMP
22 0,24 35 1 15 SMA
23 0,4 37 2 20 SMA
24 0,5 31 1 16 SMA
25 0,16 46 3 36 SMA
26 0,2 61 1 50 SMA
27 0,24 24 2 10 SMP
28 0,16 36 2 15 SMP
29 0,16 44 4 29 SMP

Universitas Sumatera Utara


30 0,5 47 4 34 SMA
31 0,4 48 3 36 SMA
32 0,16 53 4 45 SMA
33 0,32 34 1 16 SMA
34 0,4 56 2 40 SMP
35 0,5 47 2 36 SMA
36 0,2 57 2 40 SMP
37 0,5 29 1 15 SMA
38 0,5 31 1 10 SMA
39 0,24 35 2 14 SMP
40 0,16 36 1 13 SMP
41 0,2 46 2 30 SMA
42 0,5 39 1 23 SMA
43 0,16 44 1 28 SMA
44 0,4 37 3 21 SMP
45 0,5 41 4 30 SMP
46 0,16 55 5 36 SMA
jumlah 14,68 1947 109 1280
per petani 0,32 42,33 2,48 27,83
Sumber: Data Primer (diolah), 2018

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2. Tabel penggunaan bibit

Luas Lahan Kebutuhan Bibit Harga Bibit


No Sampel Total Biaya Bibit (Rp)
(Ha) (batang) (Rp/Benih)

1 0,5 6.250 200 1.250.000


2 0,5 6.438 200 1.287.500
3 0,2 2.550 200 510.000
4 0,5 6.500 200 1.300.000
5 0,32 4.200 200 840.000
6 0,2 2.500 200 500.000
7 0,32 4.320 200 864.000
8 0,16 2.140 200 428.000
9 0,5 6.250 200 1.250.000
10 0,16 2.000 200 400.000
11 0,32 4.160 200 832.000
12 0,32 4.000 200 800.000
13 0,2 2.575 200 515.000
14 0,32 4.400 200 880.000
15 0,16 2.000 200 400.000
16 0,5 6.250 200 1.250.000
17 0,16 2.040 200 408.000
18 0,32 4.000 200 800.000
19 0,16 2.200 200 440.000
20 0,5 6.750 200 1.350.000
21 0,5 6.375 200 1.275.000
22 0,24 3.000 200 600.000
23 0,4 5.200 200 1.040.000
24 0,5 6.250 200 1.250.000

Universitas Sumatera Utara


25 0,16 2.040 200 408.000
26 0,2 2.500 200 500.000
27 0,24 3.150 200 630.000
28 0,16 2.000 200 400.000
29 0,16 2.100 200 420.000
30 0,5 6.375 200 1.275.000
31 0,4 5.000 200 1.000.000
32 0,16 2.000 200 400.000
33 0,32 4.000 200 800.000
34 0,4 5.100 200 1.020.000
35 0,5 6.250 200 1.250.000
36 0,2 2.600 200 520.000
37 0,5 6.375 200 1.275.000
38 0,5 6.250 200 1.250.000
39 0,24 3.000 200 600.000
40 0,16 2.000 200 400.000
41 0,2 2.550 200 510.000
42 0,5 6.500 200 1.300.000
43 0,16 2.080 200 416.000
44 0,4 5.000 200 1.000.000
45 0,5 6.250 200 1.250.000
46 0,16 2.000 200 400.000
Jumlah 15 187.468 9.200 37.493.500
Per Petani 0.32 4,075 200 815,076

Sumber: Data Primer (diolah), 2018

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3 a. Penggunaan dan Biaya Pupuk Petani
Pupuk
Luas Phoska Amophos Urea KCL
Lahan Jumla Harga biaya Jumlah Harga biaya Jumlah Harga biaya Jumlah Harga biaya
No Sampel (Ha) h (Kg) (RP) (Rp) (Kg) (RP) (Rp) (Kg) (RP) (Rp) (Kg) (RP) (Rp)
1 0,5 80 4000 320000 0 0 0 60 6000 360000 0 0 0
2 0,5 0 0 0 0 0 0 80 6000 480000 50 8000 400000
3 0,2 20 4000 80000 40 6000 240000 40 6000 240000 0 0 0
4 0,5 0 0 0 50 6500 325000 100 6000 600000 40 8000 320000
5 0,32 80 3800 304000 0 0 0 60 5500 330000 0 0 0
6 0,2 0 0 0 30 6000 180000 30 6000 180000 0 0 0
7 0,32 20 4000 80000 0 0 0 75 6000 450000 0 0 0
8 0,16 30 4000 120000 0 0 0 0 0 0 30 8000 240000
9 0,5 40 4000 160000 0 0 0 100 6000 600000 0 0 0
10 0,16 35 4000 140000 20 6000 120000 30 6000 180000 0 0 0
11 0,32 0 0 0 0 0 0 70 5500 385000 0 0 0
12 0,32 50 3500 175000 0 0 0 60 6000 360000 0 0 0
13 0,2 45 4000 180000 0 0 0 60 5500 330000 0 0 0
14 0,32 0 0 0 0 0 0 50 6000 300000 30 8000 240000
15 0,16 0 0 0 0 0 0 20 6000 120000 20 8000 160000
16 0,5 20 4000 80000 0 0 0 0 0 0 60 8000 480000
17 0,16 20 4000 80000 30 6000 180000 20 5500 110000 0 0 0
18 0,32 0 0 0 30 6000 180000 50 6000 300000 0 0 0
19 0,16 0 0 0 0 0 0 80 6000 480000 0 0 0
20 0,5 0 0 0 30 6000 180000 0 0 0 50 8000 400000
21 0,5 0 0 0 0 0 0 100 5500 550000 0 0 0
22 0,24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 45 8000 360000

Universitas Sumatera Utara


24 0,4 0 0 0 80 6000 480000 80 6000 480000 0 0 0
24 0,5 60 4000 240000 0 0 0 100 6000 600000 0 0 0
25 0,16 20 4000 80000 0 0 0 30 6000 180000 0 0 0
26 0,2 50 4000 200000 20 6000 120000 30 5500 165000 0 0 0
27 0,24 50 3500 175000 20 6000 120000 50 6000 300000 0 0 0
28 0,16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 0,16 30 4000 120000 0 0 0 40 6000 240000 0 0 0
30 0,5 30 4000 120000 40 6000 240000 0 0 0 0 0 0
31 0,4 40 3500 140000 0 0 0 80 6000 480000 0 0 0
32 0,16 0 0 0 30 6000 180000 30 5500 165000 0 0 0
33 0,32 20 3500 70000 0 0 0 0 0 0 50 8000 400000
34 0,4 0 0 0 20 6000 120000 0 0 0 0 0 0
35 0,5 0 0 0 60 6000 360000 100 5500 550000 0 0 0
36 0,2 50 3500 175000 0 0 0 60 6000 360000 0 0 0
37 0,5 50 3500 175000 0 0 0 100 6000 600000 0 0 0
38 0,5 0 0 0 50 6000 300000 80 6000 480000 50 8000 400000
39 0,24 0 0 0 0 0 0 45 5500 247500 30 8000 240000
40 0,16 20 4000 80000 0 0 0 50 6000 300000 0 0 0
41 0,2 20 4000 80000 0 0 0 0 0 0 30 8000 240000
42 0,5 60 4000 240000 0 0 0 100 5500 550000 0 0 0
43 0,16 0 0 0 0 0 0 30 6000 180000 0 0 0
44 0,4 60 4000 240000 0 0 0 60 5500 330000 0 0 0
45 0,5 0 0 0 0 0 0 30 5500 165000 0 0 0
46 0,16 30 4000 120000 20 6000 120000 20 5500 110000 0 0 0
Jumlah 14,68 1030 100800 3974000 570 96500 3445000 2200 215500 12837500 485 96000 3880000
Per Petani 0,32 40 3877 152846 36 6031 229667 59 5824 346959 40 8000 323333

Sumber: Data Primer (diolah), 2018

Universitas Sumatera Utara


Sambungan Lampiran 3 a
Pupuk
Luas
No Sampel Lahan Hydro TSP NPK
(Ha) Jumlah Harga Jumlah Harga
(Kg) Harga (RP) biaya (Rp) Jumlah (Kg) (RP) biaya (Rp) (Kg) (RP) biaya (Rp)
1 0,5 60 9000 540000 0 0 0 0 0 0
2 0,5 0 0 0 0 0 0 50 8000 400000
3 0,2 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 0,5 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 0,32 0 0 0 30 3000 90000 0 0 0
6 0,2 0 0 0 0 0 0 30 8000 240000
7 0,32 30 9000 270000 30 3000 90000 0 0 0
8 0,16 0 0 0 0 0 0 20 8000 160000
9 0,5 0 0 0 100 3500 350000 0 0 0
10 0,16 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 0,32 20 8500 170000 0 0 0 30 8000 240000
12 0,32 0 0 0 50 3500 175000 0 0 0
13 0,2 0 0 0 30 3000 90000 0 0 0
14 0,32 30 8500 255000 0 0 0 0 0 0
15 0,16 0 0 0 0 0 0 20 8000 160000
16 0,5 0 0 0 0 0 0 100 8000 800000
17 0,16 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 0,32 50 9000 450000 0 0 0 0 0 0
19 0,16 0 0 0 40 3000 120000 0 0 0
20 0,5 0 0 0 0 0 0 80 8000 640000
21 0,5 80 8500 680000 0 0 0 0 0 0
22 0,24 0 0 0 0 0 0 30 8000 240000

Universitas Sumatera Utara


23 0,4 0 0 0 0 0 0 0 0 0
24 0,5 0 0 0 50 3000 150000 0 0 0
25 0,16 0 0 0 0 0 0 30 8000 240000
26 0,2 0 0 0 0 0 0 0 0 0
27 0,24 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 0,16 0 0 0 50 3000 150000 30 8000 240000
29 0,16 20 9000 180000 0 0 0 0 0 0
30 0,5 0 0 0 0 0 0 80 8500 680000
31 0,4 0 0 0 60 3000 180000 0 0 0
32 0,16 0 0 0 0 0 0 0 0 0
33 0,32 0 0 0 0 0 0 50 8000 400000
34 0,4 50 9000 450000 0 0 0 50 8000 400000
35 0,5 30 9000 270000 0 0 0 0 0 0
36 0,2 0 0 0 0 0 0 0 0 0
37 0,5 60 9000 540000 0 0 0 0 0 0
38 0,5 0 0 0 0 0 0 0 0 0
39 0,24 30 9000 270000 0 0 0 0
40 0,16 0 0 0 60 3500 210000 0
41 0,2 0 0 0 0 0 0 30 8000 240000
42 0,5 30 9000 270000 0 0 0 30 8000 240000
43 0,16 0 0 0 0 0 0 50 8000 400000
44 0,4 60 9000 540000 0 0 0 0 0 0
45 0,5 0 0 0 100 3000 300000 100 8000 800000
46 0,16 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 14,68 550 115500 4885000 600 34500 1905000 810 136500 6520000
Per Petani 0,32 42 8885 375769 55 2875 173182 48 8029 383529
Sumber: Data Primer (diolah), 2018

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3b. Penggunaan Pupuk Secara Normatif

Pupuk
Luas
No ZA Urea TSP KCL Total
Lahan
Sampel Jumlah Harga biaya Jumlah Harga biaya Jumlah Harga biaya Jumlah Harga biaya Biaya (Rp)
(Ha)
(Kg) (RP) (Rp) (Kg) (RP) (Rp) (Kg) (RP) (Rp) (Kg) (RP) (Rp)
1 0.5 125 2000 250000 50 3000 150000 125 3500 437500 100 4000 400000 1237500
2 0.5 125 2000 250000 50 3000 150000 125 3500 437500 100 4000 400000 1237500
3 0.2 50 2000 100000 20 3000 60000 50 3500 175000 40 4000 160000 495000
4 0.5 125 2000 250000 50 3000 150000 125 3500 437500 100 4000 400000 1237500
5 0.32 80 2000 160000 32 3000 96000 80 3500 280000 64 4000 256000 792000
6 0.2 50 2000 100000 20 3000 60000 50 3500 175000 40 4000 160000 495000
7 0.32 80 2000 160000 32 3000 96000 80 3500 280000 64 4000 256000 792000
8 0.16 40 2000 80000 16 3000 48000 40 3500 140000 32 4000 128000 396000
9 0.5 125 2000 250000 50 3000 150000 125 3500 437500 100 4000 400000 1237500
10 0.16 40 2000 80000 16 3000 48000 40 3500 140000 32 4000 128000 396000
11 0.32 80 2000 160000 32 3000 96000 80 3500 280000 64 4000 256000 792000
12 0.32 80 2000 160000 32 3000 96000 80 3500 280000 64 4000 256000 792000
13 0.2 50 2000 100000 20 3000 60000 50 3500 175000 40 4000 160000 495000
14 0.32 80 2000 160000 32 3000 96000 80 3500 280000 64 4000 256000 792000
15 0.16 40 2000 80000 16 3000 48000 40 3500 140000 32 4000 128000 396000
16 0.5 125 2000 250000 50 3000 150000 125 3500 437500 100 4000 400000 1237500
17 0.16 40 2000 80000 16 3000 48000 40 3500 140000 32 4000 128000 396000
18 0.32 80 2000 160000 32 3000 96000 80 3500 280000 64 4000 256000 792000
19 0.16 40 2000 80000 16 3000 48000 40 3500 140000 32 4000 128000 396000
20 0.5 125 2000 250000 50 3000 150000 125 3500 437500 100 4000 400000 1237500
21 0.5 125 2000 250000 50 3000 150000 125 3500 437500 100 4000 400000 1237500
22 0.24 60 2000 120000 24 3000 72000 60 3500 210000 48 4000 192000 594000
23 0.4 100 2000 200000 40 3000 120000 100 3500 350000 80 4000 320000 990000
24 0.5 125 2000 250000 50 3000 150000 125 3500 437500 100 4000 400000 1237500

Universitas Sumatera Utara


Lanjutan Lampiran 3b

25 0.16 40 2000 80000 16 3000 48000 40 3500 140000 32 4000 128000 396000
26 0.2 50 2000 100000 20 3000 60000 50 3500 175000 40 4000 160000 495000
27 0.24 60 2000 120000 24 3000 72000 60 3500 210000 48 4000 192000 594000
28 0.16 40 2000 80000 16 3000 48000 40 3500 140000 32 4000 128000 396000
29 0.16 40 2000 80000 16 3000 48000 40 3500 140000 32 4000 128000 396000
30 0.5 125 2000 250000 50 3000 150000 125 3500 437500 100 4000 400000 1237500
31 0.4 100 2000 200000 40 3000 120000 100 3500 350000 80 4000 320000 990000
32 0.16 40 2000 80000 16 3000 48000 40 3500 140000 32 4000 128000 396000
33 0.32 80 2000 160000 32 3000 96000 80 3500 280000 64 4000 256000 792000
34 0.4 100 2000 200000 40 3000 120000 100 3500 350000 80 4000 320000 990000
35 0.5 125 2000 250000 50 3000 150000 125 3500 437500 100 4000 400000 1237500
36 0.2 50 2000 100000 20 3000 60000 50 3500 175000 40 4000 160000 495000
37 0.5 125 2000 250000 50 3000 150000 125 3500 437500 100 4000 400000 1237500
38 0.5 125 2000 250000 50 3000 150000 125 3500 437500 100 4000 400000 1237500
39 0.24 60 2000 120000 24 3000 72000 60 3500 210000 48 4000 192000 594000
40 0.16 40 2000 80000 16 3000 48000 40 3500 140000 32 4000 128000 396000
41 0.2 50 2000 100000 20 3000 60000 50 3500 175000 40 4000 160000 495000
42 0.5 125 2000 250000 50 3000 150000 125 3500 437500 100 4000 400000 1237500
43 0.16 40 2000 80000 16 3000 48000 40 3500 140000 32 4000 128000 396000
44 0.4 100 2000 200000 40 3000 120000 100 3500 350000 80 4000 320000 990000
45 0.5 125 2000 250000 50 3000 150000 125 3500 437500 100 4000 400000 1237500
46 0.16 40 2000 80000 16 3000 48000 40 3500 140000 32 4000 128000 396000
Jumlah 14.68 3670 92000 7340000 1468 138000 4404000 3670 161000 12845000 2936 184000 11744000 36333000
Per
0.32 80 2000 159565 32 3000 95739 80 3500 279239 64 4000 255304 789848
Petani
Sumber: Data Sekunder (diolah), 2018

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4 a. Penggunaan dan Biaya Pestisida yang dikeluarkan Petani
Pestisida
No Luas Prevathon Endure Antracol Albacel
Sampel Lahan Jumlah Harga Jumlah Jumlah Harga Jumlah Harga Biaya
Biaya (Rp) Harga (Rp) Biaya (Rp) Biaya (Rp)
(botol) (Rp) (kg) (kg) (Rp) (botol) (Rp) (Rp)
1 0,5 5 75.000 375.000 1 148.000 148.000 1 90.000 90.000 0 0 0
2 0,5 0 0 0 0 0 0 1 100.000 100.000 3 75.000 225.000
3 0,2 3 75.000 225.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 0,5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 75.000 225.000
5 0,32 0 0 0 1 148.000 148.000 1 100.000 100.000 0 0 0
6 0,2 2 75.000 150.000 0 0 0 0 0 0 2 75.000 150.000
7 0,32 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 0,16 2 75.000 150.000 0 0 0 0 0 0 2 75.000 150.000
9 0,5 0 0 0 0 0 0 1 100.000 100.000 0 0 0
10 0,16 2 75.000 150.000 0 0 0 1 100.000 100.000 0 0 0
11 0,32 0 0 0 1 148.000 148.000 0 0 0 0 0 0
12 0,32 3 75.000 225.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 0,2 0 0 0 1 150.000 150.000 0 0 0 0 0 0
14 0,32 0 0 0 1 150.000 150.000 0 0 0 2 75.000 150.000
15 0,16 2 75.000 150.000 0 0 0 0 0 0 2 75.000 150.000
16 0,5 4 75.000 300.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 0,16 0 0 0 0 0 0 1 90.000 90.000 0 0 0
18 0,32 2 75.000 150.000 0 0 0 0 0 0 0 0
19 0,16 0 0 0 1 150.000 150.000 1 90.000 90.000 0 0 0
20 0,5 5 75.000 375.000 0 0 0 1 90.000 90.000 0 0 0
21 0,5 0 0 0 1 150.000 150.000 0 0 0 3 75.000 225.000
22 0,24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 75.000 150.000
23 0,4 3 75.000 225.000 0 0 0 1 90.000 90.000 0 0 0
24 0,5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
25 0,16 2 75.000 150.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
26 0,2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 75.000 150.000

Universitas Sumatera Utara


27 0,24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 75.000 150.000
28 0,16 2 75.000 150.000 0 0 0 0 0 0 2 75.000 150.000
29 0,16 2 75.000 150.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 0,5 0 0 0 0 0 0 1 90.000 90.000 5 75.000 375.000
31 0,4 0 0 0 1 145.000 145.000 0 0 0 0 0 0
32 0,16 2 75.000 150.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
33 0,32 0 0 0 0 0 0 1 90.000 90.000 0 0 0
34 0,4 4 75.000 300.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
35 0,5 0 0 0 0 0 0 1 90.000 90.000 5 75.000 375.000
36 0,2 2 75.000 150.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
37 0,5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
38 0,5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
39 0,24 0 0 0 0 0 0 1 90.000 2 75.000 150.000
40 0,16 2 75000 150.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
41 0,2 0 0 0 0 0 0 1 90000 90.000 3 75000 225.000
42 0,5 5 75000 375.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
43 0,16 2 75000 150.000 0 0 0 1 90000 90.000 0 0 0
44 0,4 0 0 0 1 145000 145.000 0 0 0 0 0 0
45 0,5 4 75000 300.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
46 0,16 0 0 0 0 0 0 1 90000 90.000 0 0 0
Jumlah 14,68 60 1575000 4500000 9 1334000 1334000 16 1480000 1390000 40 1125000 3000000
Per
Petani 0,31913 2,8571 75000 214285,7 1 148222,222 148222,2 1 92500 92666,67 2,667 75000 3,466667
Sumber: Data Primer (diolah), 2018

Universitas Sumatera Utara


Sambungan Lampiran 4 a.
Pestisida
No Luas Score Sagribeat Saaf Joker
Sampel Lahan Jumlah Biaya Harga Biaya Jumlah Harga Jumlah Biaya
(botol) Harga (Rp) (Rp) Jumlah (kgl) (Rp) (Rp) (kg) (Rp) Biaya (Rp) (kg) Harga (Rp) (Rp)
1 0,5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0,5 2 60.000 120.000 2 60.000 120.000 0 0 0 0 0 0
3 0,2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 70.000 70.000
4 0,5 0 0 0 1 60.000 60.000 1 50.000 50.000 0 0 0
5 0,32 2 60.000 120.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 0,2 0 0 0 0 0 0 1 50.000 50.000 0 0 0
7 0,32 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 75.000 75.000
8 0,16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 70.000 70.000
9 0,5 5 65.000 325.000 0 0 0 1 50.000 50.000 1 70.000 70.000
10 0,16 0 0 0 1 60.000 60.000 0 0 0 0 0 0
11 0,32 1 65.000 65.000 0 0 0 0 0 0 1 70.000 70.000
12 0,32 0 0 0 1 60.000 60.000 1 50.000 50.000 1 70.000 70.000
13 0,2 1 60.000 60.000 0 0 0 0 0 0 1 70.000 70.000
14 0,32 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 0,16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 0,5 4 60.000 240.000 0 0 0 1 50.000 50.000 1 70.000 70.000
17 0,16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 0,32 2 60.000 120.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 0,16 0 0 0 1 60.000 60.000 0 0 0 0 0 0
20 0,5 0 0 0 1 60.000 60.000 0 0 0 1 70.000 70.000
21 0,5 0 0 0 0 0 0 1 50.000 50.000 2 70.000 140.000
22 0,24 2 60.000 120.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
23 0,4 0 0 0 1 60.000 60.000 0 0 0 1 70.000 70.000
24 0,5 4 60.000 240.000 0 0 0 0 0 0 0 0
25 0,16 0 0 0 1 60.000 60.000 1 50.000 50.000 0 0 0
26 0,2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Universitas Sumatera Utara


27 0,24 0 0 0 1 60.000 60.000 0 0 0 1 70.000 70.000
28 0,16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 0,16 0 0 0 1 65.000 65.000 0 0 0 0 0 0
30 0,5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
31 0,4 4 60.000 240.000 1 60.000 60.000 0 0 0 0 0 0
32 0,16 0 0 0 0 0 0 1 55.000 55.000 0 0 0
33 0,32 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
34 0,4 0 0 0 1 60.000 60.000 0 0 0 1 70.000 70.000
35 0,5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 70.000 70.000
36 0,2 0 0 0 0 0 0 1 55.000 55.000 1 70.000 70.000
37 0,5 4 60.000 240.000 1 60.000 60.000 1 60.000 60.000 0 0 0
38 0,5 4 60.000 240.000 1 60.000 60.000 0 0 0 0 0 0
39 0,24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 70.000 70.000
40 0,16 0 0 0 0 0 0 1 55000 55.000 0 0 0
41 0,2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
42 0,5 0 0 0 2 60000 120.000 0 0 0 0 0 0
43 0,16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
44 0,4 3 60000 180.000 0 0 0 1 55000 55.000 1 70.000 70.000
45 0,5 0 0 0 1 60000 60.000 1 55000 55.000 0 0 0
46 0,16 2 60000 120.000 1 60000 60.000 0 0 0 0
102500
Jumlah 14,68 40 850000 2430000 19 0 1145000 13 685000 685000 18 1195000 1265000
60294, 15222,22 1,058823 74411,76
Per Petani 0,31913 2,8571 60714,2857 173571,4 1,1176 1176 19,08333 0,2955 22 14891,3043 529 70294,1176 5

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4b. Penggunaan Pestisida Secara Normatif

Pestisida
Luas
No Decis(35 rb/boto (300ML)l 1 ha) Valacor 24 rb (5 g) Per Ha Butuh 50 g Hostathion 140 ml/ha Ambush Total Biaya
Lahan
Sampel Jumlah Harga biaya Jumlah Harga biaya Jumlah Harga (Rp)
(Ha) Jumlah Harga (RP) biaya (Rp) biaya (Rp)
(ml) (RP/ml) (Rp) (bungkus) (RP/bungkus) (Rp) (ml) (RP/ml)
1 0.5 150 700 105000 5 24000 120000 375 140 52500 450 233.33 104999 382499
2 0.5 150 700 105000 5 24000 120000 375 140 52500 450 233.33 104999 382499
3 0.2 60 700 42000 2 24000 48000 150 140 21000 180 233.33 41999 152999
4 0.5 150 700 105000 5 24000 120000 375 140 52500 450 233.33 104999 382499
5 0.32 96 700 67200 4 24000 96000 240 140 33600 288 233.33 67199 263999
6 0.2 60 700 42000 2 24000 48000 150 140 21000 180 233.33 41999 152999
7 0.32 96 700 67200 4 24000 96000 240 140 33600 288 233.33 67199 263999
8 0.16 48 700 33600 2 24000 48000 120 140 16800 144 233.33 33600 132000
9 0.5 150 700 105000 5 24000 120000 375 140 52500 450 233.33 104999 382499
10 0.16 48 700 33600 2 24000 48000 120 140 16800 144 233.33 33600 132000
11 0.32 96 700 67200 4 24000 96000 240 140 33600 288 233.33 67199 263999
12 0.32 96 700 67200 4 24000 96000 240 140 33600 288 233.33 67199 263999
13 0.2 60 700 42000 2 24000 48000 150 140 21000 180 233.33 41999 152999
14 0.32 96 700 67200 4 24000 96000 240 140 33600 288 233.33 67199 263999
15 0.16 48 700 33600 2 24000 48000 120 140 16800 144 233.33 33600 132000
16 0.5 150 700 105000 5 24000 120000 375 140 52500 450 233.33 104999 382499
17 0.16 48 700 33600 2 24000 48000 120 140 16800 144 233.33 33600 132000
18 0.32 96 700 67200 4 24000 96000 240 140 33600 288 233.33 67199 263999
19 0.16 48 700 33600 2 24000 48000 120 140 16800 144 233.33 33600 132000
20 0.5 150 700 105000 5 24000 120000 375 140 52500 450 233.33 104999 382499
21 0.5 150 700 105000 5 24000 120000 375 140 52500 450 233.33 104999 382499
22 0.24 72 700 50400 3 24000 72000 180 140 25200 216 233.33 50399 197999
23 0.4 120 700 84000 4 24000 96000 300 140 42000 360 233.33 83999 305999
24 0.5 150 700 105000 5 24000 120000 375 140 52500 450 233.33 104999 382499

Universitas Sumatera Utara


Lanjutan Lampiran 4b.

25 0.16 48 700 33600 2 24000 48000 120 140 16800 144 233.33 33600 132000
26 0.2 60 700 42000 2 24000 48000 150 140 21000 180 233.33 41999 152999
27 0.24 72 700 50400 3 24000 72000 180 140 25200 216 233.33 50399 197999
28 0.16 48 700 33600 2 24000 48000 120 140 16800 144 233.33 33600 132000
29 0.16 48 700 33600 2 24000 48000 120 140 16800 144 233.33 33600 132000
30 0.5 150 700 105000 5 24000 120000 375 140 52500 450 233.33 104999 382499
31 0.4 120 700 84000 4 24000 96000 300 140 42000 360 233.33 83999 305999
32 0.16 48 700 33600 2 24000 48000 120 140 16800 144 233.33 33600 132000
33 0.32 96 700 67200 4 24000 96000 240 140 33600 288 233.33 67199 263999
34 0.4 120 700 84000 4 24000 96000 300 140 42000 360 233.33 83999 305999
35 0.5 150 700 105000 5 24000 120000 375 140 52500 450 233.33 104999 382499
36 0.2 60 700 42000 2 24000 48000 150 140 21000 180 233.33 41999 152999
37 0.5 150 700 105000 5 24000 120000 375 140 52500 450 233.33 104999 382499
38 0.5 150 700 105000 5 24000 120000 375 140 52500 450 233.33 104999 382499
39 0.24 72 700 50400 3 24000 72000 180 140 25200 216 233.33 50399 197999
40 0.16 48 700 33600 2 24000 48000 120 140 16800 144 233.33 33600 132000
41 0.2 60 700 42000 2 24000 48000 150 140 21000 180 233.33 41999 152999
42 0.5 150 700 105000 5 24000 120000 375 140 52500 450 233.33 104999 382499
43 0.16 48 700 33600 2 24000 48000 120 140 16800 144 233.33 33600 132000
44 0.4 120 700 84000 4 24000 96000 300 140 42000 360 233.33 83999 305999
45 0.5 150 700 105000 5 24000 120000 375 140 52500 450 233.33 104999 382499
46 0.16 48 700 33600 2 24000 48000 120 140 16800 144 233.33 33600 132000
Jumlah 14.68 4404 32200 3082800 159 1104000 3816000 11010 6440 1541400 13212 10733.18 3082756 11522955.96
Per
0.32 95.74 700.00 67017.39 3.46 24000.00 82956.52 239.35 140.00 33508.70 287.22 233.33 67016.43 250499.04
Petani
Sumber: Data Sekunder (diolah), 2018

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5. Jumlah Penggunaan Tenaga Kerja Pemupukan
luas TKDK TKLK Jlh TK HOK HOK Upah HOK
sampel lahan L P L P HK JK Jlh TK Pria Wanita Pria Wanita Upah HOK Pria Wanita
1 0,5 3 0 0 0 2 7 3 0 5,25 0,00 367500 0
2 0,5 1 1 0 0 2 7 1 1 1,75 1,87 122500 130667
3 0,2 1 1 0 0 2 7 1 1 1,75 1,87 122500 130667
4 0,5 0 0 2 1 3 8 2 1 6,00 3,20 420000 224000
5 0,32 1 0 1 0 2 7 2 0 3,50 0,00 245000 0
6 0,2 1 1 0 0 2 8 1 1 2,00 2,13 140000 149333
7 0,32 2 0 0 0 2 7 2 0 3,50 0,00 245000 0
8 0,16 1 1 0 0 2 8 1 1 2,00 2,13 140000 149333
9 0,5 1 1 1 0 2 7 2 1 3,50 1,87 245000 130667
10 0,16 1 0 0 1 2 7 1 1 1,75 1,87 122500 130667
11 0,32 2 1 0 0 2 7 2 1 3,50 1,87 245000 130667
12 0,32 2 0 0 0 2 8 2 0 4,00 0,00 280000 0
13 0,2 1 1 0 0 2 7 1 1 1,75 1,87 122500 130667
14 0,32 2 0 0 1 2 7 2 1 3,50 1,87 245000 130667
15 0,16 0 1 0 1 2 7 0 2 0,00 3,73 0 261333
16 0,5 3 0 0 0 2 7 3 0 5,25 0,00 367500 0
17 0,16 1 1 0 0 2 7 1 1 1,75 1,87 122500 130667
18 0,32 0 1 1 1 2 7 1 2 1,75 3,73 122500 261333
19 0,16 0 1 0 1 2 7 0 2 0,00 3,73 0 261333
20 0,5 2 1 0 0 2 8 2 1 4,00 2,13 280000 149333
21 0,5 1 2 0 1 2 7 1 3 1,75 5,60 122500 392000
22 0,24 0 2 1 0 2 7 1 2 1,75 3,73 122500 261333
23 0,4 1 1 1 0 2 7 2 1 3,50 1,87 245000 130667
24 0,5 1 0 1 1 2 7 2 1 3,50 1,87 245000 130667
25 0,16 0 1 1 0 2 7 1 1 1,75 1,87 122500 130667
26 0,2 1 0 0 0 2 8 1 0 2,00 0,00 140000 0

Universitas Sumatera Utara


27 0,24 1 1 0 0 2 8 1 1 2,00 2,13 140000 149333
28 0,16 1 0 0 1 2 8 1 1 2,00 2,13 140000 149333
29 0,16 1 1 0 0 2 7 1 1 1,75 1,87 122500 130667
30 0,5 1 1 1 1 2 7 2 2 3,50 3,73 245000 261333
31 0,4 0 2 0 1 2 7 0 3 0,00 5,60 0 392000
32 0,16 1 0 1 0 2 7 2 0 3,50 0,00 245000 0
33 0,32 1 0 1 1 2 8 2 1 4,00 2,13 280000 149333
34 0,4 1 1 1 0 2 7 2 1 3,50 1,87 245000 130667
35 0,5 1 0 0 0 2 8 1 0 2,00 0,00 140000 0
36 0,2 0 1 0 0 2 8 0 1 0,00 2,13 0 149333
37 0,5 2 1 1 0 3 7 3 1 7,88 2,80 551250 196000
38 0,5 1 1 1 1 2 7 2 2 3,50 3,73 245000 261333
39 0,24 1 1 0 0 2 7 1 1 1,75 1,87 122500 130667
40 0,16 0 0 0 1 2 7 0 1 0,00 1,87 0 130667
41 0,2 1 1 0 0 2 8 1 1 2,00 2,13 140000 149333
42 0,5 2 1 0 0 2 7 2 1 3,50 1,87 245000 130667
43 0,16 1 1 0 0 2 8 1 1 2,00 2,13 140000 149333
44 0,4 0 1 0 2 2 7 0 3 0,00 5,60 0 392000
45 0,5 0 1 1 2 2 7 1 3 1,75 5,60 122500 392000
46 0,16 1 1 0 0 2 8 1 1 2,00 2,13 140000 149333
JUMLAH 14,68 46 34 16 18 94 336 62 52 117,375 102 8216250 7140000
PER
PETANI 0,32 1,00 0,74 0,35 0,39 2,04 7,30 1,35 1,13 2,55 2,22 178614,13 155217,39
PER HA 1 3,45 2,55 1,20 1,35 7,05 25,20 4,65 3,90 8,80 7,65 616218,75 535500,00
Sumber: Data Primer (diolah), 2018

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 6a. Jumlah Penggunaan Tenaga Kerja Pembumbunan
luas TKDK TKLK Jlh TK HOK HOK Upah HOK Upah HOK
sampel lahan L P L P HK JK Jlh TK Pria Wanita Pria Wanita Pria Wanita
1 0,5 1 2 0 0 6 2 3 0 4,50 0,00 315000 0
2 0,5 1 2 0 0 8 2 1 2 2,00 4,27 140000 298667
3 0,2 0 0 2 1 8 2 2 1 3,00 1,60 210000 112000
4 0,5 0 0 3 0 6 2 3 0 4,5 0 315000 0
5 0,32 1 2 0 0 6 2 1 2 1,5 3,2 105000 224000
6 0,2 1 0 0 1 4 2 1 1 1 1 70000 74667
7 0,32 2 1 0 0 4 2 2 1 2 1 140000 74667
8 0,16 0 0 0 2 4 2 0 2 0 2 0 149333
9 0,5 2 1 0 0 6 2 2 1 3 2 210000 112000
10 0,16 1 1 0 0 4 2 1 1 1 1 70000 74667
11 0,32 2 1 0 0 4 2 2 1 2 1 140000 74667
12 0,32 1 1 0 0 6 2 1 1 1,5 2 105000 112000
13 0,2 1 1 0 0 4 2 1 1 1 1 70000 74667
14 0,32 1 1 1 0 6 2 2 1 3 2 210000 112000
15 0,16 1 1 0 0 4 2 1 1 1 1 70000 74667
16 0,5 1 1 0 1 8 2 1 2 2 4 140000 298667
17 0,16 1 1 0 0 4 2 1 1 1 1 70000 74667
18 0,32 0 1 0 2 4 2 0 3 0 3 0 224000
19 0,16 0 1 1 0 4 2 1 1 1 1 70000 74667
20 0,5 0 1 1 1 6 2 1 2 1,5 3 105000 224000
21 0,5 1 1 1 1 6 2 2 2 3 3 210000 224000
22 0,24 1 0 0 1 4 2 1 1 1 1 70000 74667
23 0,4 2 1 0 0 6 2 2 1 3 2 210000 112000
24 0,5 1 1 0 1 8 2 1 2 2 4 140000 298667
25 0,16 0 1 1 0 6 2 1 1 1,5 2 105000 112000
26 0,2 0 1 1 0 4 2 1 1 1 1 70000 74667

Universitas Sumatera Utara


27 0,24 1 1 0 0 4 2 1 1 1 1 70000 74667
28 0,16 0 0 0 2 4 2 0 2 0 2 0 149333
29 0,16 1 1 0 0 4 2 1 1 1 1 70000 74667
30 0,5 2 1 0 0 4 2 2 1 2 1 140000 74667
31 0,4 1 2 0 0 6 2 1 2 1,5 3 105000 224000
32 0,16 0 2 0 0 4 2 0 2 0 2 0 149333
33 0,32 0 1 1 0 6 2 1 1 1,5 2 105000 112000
34 0,4 2 1 0 0 4 2 2 1 2 1 140000 74667
35 0,5 0 1 0 0 6 2 0 1 0 2 0 112000
36 0,2 1 0 0 0 4 2 1 0 1 0 70000 0
37 0,5 1 2 0 1 6 2 1 3 1,5 5 105000 336000
38 0,5 1 2 0 0 6 2 1 2 1,5 3 105000 224000
39 0,24 0 1 0 1 6 2 0 2 0 3 0 224000
40 0,16 1 1 0 0 6 2 1 1 1,5 2 105000 112000
41 0,2 0 1 1 0 4 2 1 1 1 1 70000 74667
42 0,5 1 1 1 0 8 2 2 1 4 2 280000 149333
43 0,16 1 0 0 1 4 2 1 1 1 1 70000 74667
44 0,4 1 1 0 0 6 2 1 1 1,5 2 105000 112000
45 0,5 1 2 1 1 4 2 2 3 2 3 140000 224000
46 0,16 1 1 0 0 6 2 1 1 1,5 2 105000 112000
JUMLAH 14,68 38 46 15 17 240 92 55 61 73,5 87 5145000 6048000
PER
PETANI 0,32 0,83 1,00 0,33 0,37 5,22 2,00 1,20 1,33 1,55 1,89 108.804 132.289
PER HA 1 2,85 3,45 1,13 1,28 18,00 6,90 4,13 4,58 5,51 6,48 385875,00 453600,00

Sumber: Data Primer (diolah), 2018

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 6b. Biaya Tenaga Kerja Pembumbunan Secara Normatif

Luas TKDK TKLK Jlh TK Jlh TK HOK HOK Upah HOK Upah HOK Total Upah
Sampel Lahan HK JK
L P L P Pria Wanita Pria Wanita Pria Wanita (Rp)
(Ha)
1 0.5 1 2 0 0 7.5 2 1 0 1.88 0.00 131250 0 131250
2 0.5 1 2 0 0 7.5 2 1 2 1.88 4.00 131250 280000 411250
3 0.2 0 0 2 1 3 2 2 1 1.50 0.80 105000 56000 161000
4 0.5 0 0 3 0 7.5 2 3 0 5.63 0.00 393750 0 393750
5 0.32 1 2 0 0 4.8 2 1 2 1.20 2.56 84000 179200 263200
6 0.2 1 0 0 1 3 2 1 1 0.75 0.80 52500 56000 108500
7 0.32 2 1 0 0 4.8 2 2 1 2.40 1.28 168000 89600 257600
8 0.16 0 0 0 2 2.4 2 0 2 0.00 1.28 0 89600 89600
9 0.5 2 1 0 0 7.5 2 2 1 3.75 2.00 262500 140000 402500
10 0.16 1 1 0 0 2.4 2 1 1 0.60 0.64 42000 44800 86800
11 0.32 2 1 0 0 4.8 2 2 1 2.40 1.28 168000 89600 257600
12 0.32 1 1 0 0 4.8 2 1 1 1.20 1.28 84000 89600 173600
13 0.2 1 1 0 0 3 2 1 1 0.75 0.80 52500 56000 108500
14 0.32 1 1 1 0 4.8 2 2 1 2.40 1.28 168000 89600 257600
15 0.16 1 1 0 0 2.4 2 1 1 0.60 0.64 42000 44800 86800
16 0.5 1 1 0 1 7.5 2 1 2 1.88 4.00 131250 280000 411250
17 0.16 1 1 0 0 2.4 2 1 1 0.60 0.64 42000 44800 86800
18 0.32 0 1 0 2 4.8 2 0 3 0.00 3.84 0 268800 268800
19 0.16 0 1 1 0 2.4 2 1 1 0.60 0.64 42000 44800 86800
20 0.5 0 1 1 1 7.5 2 1 2 1.88 4.00 131250 280000 411250
21 0.5 1 1 1 1 7.5 2 2 2 3.75 4.00 262500 280000 542500
22 0.24 1 0 0 1 3.6 2 1 1 0.90 0.96 63000 67200 130200
23 0.4 2 1 0 0 6 2 2 1 3.00 1.60 210000 112000 322000
24 0.5 1 1 0 1 7.5 2 1 2 1.88 4.00 131250 280000 411250
25 0.16 0 1 1 0 2.4 2 1 1 0.60 0.64 42000 44800 86800

Universitas Sumatera Utara


Lanjutan Lampiran 6b.

26 0.2 0 1 1 0 3 2 1 1 0.75 0.80 52500 56000 108500


27 0.24 1 1 0 0 3.6 2 1 1 0.90 0.96 63000 67200 130200
28 0.16 0 0 0 2 2.4 2 0 2 0.00 1.28 0 89600 89600
29 0.16 1 1 0 0 2.4 2 1 1 0.60 0.64 42000 44800 86800
30 0.5 2 1 0 0 7.5 2 2 1 3.75 2.00 262500 140000 402500
31 0.4 1 2 0 0 6 2 1 2 1.50 3.20 105000 224000 329000
32 0.16 0 2 0 0 2.4 2 0 2 0.00 1.28 0 89600 89600
33 0.32 0 1 1 0 4.8 2 1 1 1.20 1.28 84000 89600 173600
34 0.4 2 1 0 0 6 2 2 1 3.00 1.60 210000 112000 322000
35 0.5 0 1 0 0 7.5 2 0 1 0.00 2.00 0 140000 140000
36 0.2 1 0 0 0 3 2 1 0 0.75 0.00 52500 0 52500
37 0.5 1 2 0 1 7.5 2 1 3 1.88 6.00 131250 420000 551250
38 0.5 1 2 0 0 7.5 2 1 2 1.88 4.00 131250 280000 411250
39 0.24 0 1 0 1 3.6 2 0 2 0.00 1.92 0 134400 134400
40 0.16 1 1 0 0 2.4 2 1 1 0.60 0.64 42000 44800 86800
41 0.2 0 1 1 0 3 2 1 1 0.75 0.80 52500 56000 108500
42 0.5 1 1 1 0 7.5 2 2 1 3.75 2.00 262500 140000 402500
43 0.16 1 0 0 1 2.4 2 1 1 0.60 0.64 42000 44800 86800
44 0.4 1 1 0 0 6 2 1 1 1.50 1.60 105000 112000 217000
45 0.5 1 2 1 1 7.5 2 2 3 3.75 6.00 262500 420000 682500
46 0.16 1 1 0 0 2.4 2 1 1 0.60 0.64 42000 44800 86800
Jumlah 14.68 38 46 15 17 220.2 92 53 61 69.75 82.24 4882500 5756800 10639300
Per
0.32 0.83 1.00 0.33 0.37 4.79 2.00 1.15 1.33 1.52 1.79 106141.30 125147.83 231289.13
Petani
Sumber: Data sekunder (diolah), 2018

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7a. Jumlah Penggunaan Tenaga Kerja Penyiangan
luas TKDK TKLK Jlh TK HOK Upah HOK Upah HOK
sampel lahan L P L P HK JK Jlh TK Pria Wanita Pria HOK Wanita Pria Wanita
1 0,5 1 2 0 0 6 2 3 0 4,5 0 315000 0
2 0,5 1 2 0 0 8 2 1 2 2 4 140000 298667
3 0,2 0 0 2 1 8 2 2 1 4 2 280000 149333
4 0,5 0 0 3 0 6 2 3 0 4,5 0 315000 0
5 0,32 1 2 0 0 6 2 1 2 1,5 3 105000 224000
6 0,2 1 0 0 1 4 2 1 1 1 1 70000 74667
7 0,32 2 1 0 0 4 2 2 1 2 1 140000 74667
8 0,16 0 0 0 2 4 2 0 2 0 2 0 149333
9 0,5 2 1 0 0 6 2 2 1 3 2 210000 112000
10 0,16 1 1 0 0 4 2 1 1 1 1 70000 74667
11 0,32 2 1 0 0 4 2 2 1 2 1 140000 74667
12 0,32 1 1 0 0 6 2 1 1 1,5 2 105000 112000
13 0,2 1 1 0 0 4 2 1 1 1 1 70000 74667
14 0,32 1 1 1 0 6 2 2 1 3 2 210000 112000
15 0,16 1 1 0 0 4 2 1 1 1 1 70000 74667
16 0,5 1 1 0 1 8 2 1 2 2 4 140000 298667
17 0,16 1 1 0 0 4 2 1 1 1 1 70000 74667
18 0,32 0 1 0 2 4 2 0 3 0 3 0 224000
19 0,16 0 1 1 0 4 2 1 1 1 1 70000 74667
20 0,5 0 1 1 1 6 2 1 2 1,5 3 105000 224000
21 0,5 1 1 1 1 6 2 2 2 3 3 210000 224000
22 0,24 1 0 0 1 4 2 1 1 1 1 70000 74667
23 0,4 2 1 0 0 6 2 2 1 3 2 210000 112000
24 0,5 1 1 0 1 8 2 1 2 2 4 140000 298667
25 0,16 0 1 1 0 6 2 1 1 1,5 2 105000 112000
26 0,2 0 1 1 0 4 2 1 1 1 1 70000 74667

Universitas Sumatera Utara


27 0,24 1 1 0 0 4 2 1 1 1 1 70000 74667
28 0,16 0 0 0 2 4 2 0 2 0 2 0 149333
29 0,16 1 1 0 0 4 2 1 1 1 1 70000 74667
30 0,5 2 1 0 0 4 3 2 1 3 2 210000 112000
31 0,4 1 2 0 0 6 3 1 2 2,25 5 157500 336000
32 0,16 0 2 0 0 4 2 0 2 0 2 0 149333
33 0,32 0 1 1 0 6 2 1 1 1,5 2 105000 112000
34 0,4 2 1 0 0 4 2 2 1 2 1 140000 74667
35 0,5 0 1 0 0 6 2 0 1 0 2 0 112000
36 0,2 1 0 0 0 4 2 1 0 1 0 70000 0
37 0,5 1 2 0 1 6 2 1 3 1,5 5 105000 336000
38 0,5 1 2 0 0 6 2 1 2 1,5 3 105000 224000
39 0,24 0 1 0 1 6 2 0 2 0 3 0 224000
40 0,16 1 1 0 0 6 2 1 1 1,5 2 105000 112000
41 0,2 0 1 1 0 4 2 1 1 1 1 70000 74667
42 0,5 1 1 1 0 8 2 2 1 4 2 280000 149333
43 0,16 1 0 0 1 4 2 1 1 1 1 70000 74667
44 0,4 1 1 0 0 6 2 1 1 1,5 2 105000 112000
45 0,5 1 2 1 1 4 2 2 3 2 3 140000 224000
46 0,16 1 1 0 0 6 2 1 1 1,5 2 105000 112000
JUMLAH 14,68 38 46 15 17 242 94 55 61 76,25 87 5337500 6234666,667
PER
PETANI 0,32 0,83 1,00 0,33 0,37 5,26 2,04 1,20 1,33 1,55 1,89 116032,61 135536,23
PER HA 1 2,85 3,45 1,13 1,28 18,15 7,05 4,13 4,58 5,72 6,68 400312,50 467600,00
Sumber: Data Primer (diolah), 2018

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7b. Biaya Tenaga Kerja Penyiangan Secara Normatif

Luas TKDK TKLK Jlh TK Jlh TK HOK HOK Upah HOK Upah HOK Total Upah
Sampel Lahan HK JK
L P L P Pria Wanita Pria Wanita Pria Wanita (Rp)
(Ha)
1 0.5 1 2 0 0 7.5 2 1 0 1.88 0.00 131250 0 131250
2 0.5 1 2 0 0 7.5 2 1 2 1.88 4.00 131250 280000 411250
3 0.2 0 0 2 1 3 2 2 1 1.50 0.80 105000 56000 161000
4 0.5 0 0 3 0 7.5 2 3 0 5.63 0.00 393750 0 393750
5 0.32 1 2 0 0 4.8 2 1 2 1.20 2.56 84000 179200 263200
6 0.2 1 0 0 1 3 2 1 1 0.75 0.80 52500 56000 108500
7 0.32 2 1 0 0 4.8 2 2 1 2.40 1.28 168000 89600 257600
8 0.16 0 0 0 2 2.4 2 0 2 0.00 1.28 0 89600 89600
9 0.5 2 1 0 0 7.5 2 2 1 3.75 2.00 262500 140000 402500
10 0.16 1 1 0 0 2.4 2 1 1 0.60 0.64 42000 44800 86800
11 0.32 2 1 0 0 4.8 2 2 1 2.40 1.28 168000 89600 257600
12 0.32 1 1 0 0 4.8 2 1 1 1.20 1.28 84000 89600 173600
13 0.2 1 1 0 0 3 2 1 1 0.75 0.80 52500 56000 108500
14 0.32 1 1 1 0 4.8 2 2 1 2.40 1.28 168000 89600 257600
15 0.16 1 1 0 0 2.4 2 1 1 0.60 0.64 42000 44800 86800
16 0.5 1 1 0 1 7.5 2 1 2 1.88 4.00 131250 280000 411250
17 0.16 1 1 0 0 2.4 2 1 1 0.60 0.64 42000 44800 86800
18 0.32 0 1 0 2 4.8 2 0 3 0.00 3.84 0 268800 268800
19 0.16 0 1 1 0 2.4 2 1 1 0.60 0.64 42000 44800 86800
20 0.5 0 1 1 1 7.5 2 1 2 1.88 4.00 131250 280000 411250
21 0.5 1 1 1 1 7.5 2 2 2 3.75 4.00 262500 280000 542500
22 0.24 1 0 0 1 3.6 2 1 1 0.90 0.96 63000 67200 130200
23 0.4 2 1 0 0 6 2 2 1 3.00 1.60 210000 112000 322000
24 0.5 1 1 0 1 7.5 2 1 2 1.88 4.00 131250 280000 411250
25 0.16 0 1 1 0 2.4 2 1 1 0.60 0.64 42000 44800 86800

Universitas Sumatera Utara


Lanjutan Lampiran 7b.

26 0.2 0 1 1 0 3 2 1 1 0.75 0.80 52500 56000 108500


27 0.24 1 1 0 0 3.6 2 1 1 0.90 0.96 63000 67200 130200
28 0.16 0 0 0 2 2.4 2 0 2 0.00 1.28 0 89600 89600
29 0.16 1 1 0 0 2.4 2 1 1 0.60 0.64 42000 44800 86800
30 0.5 2 1 0 0 7.5 2 2 1 3.75 2.00 262500 140000 402500
31 0.4 1 2 0 0 6 2 1 2 1.50 3.20 105000 224000 329000
32 0.16 0 2 0 0 2.4 2 0 2 0.00 1.28 0 89600 89600
33 0.32 0 1 1 0 4.8 2 1 1 1.20 1.28 84000 89600 173600
34 0.4 2 1 0 0 6 2 2 1 3.00 1.60 210000 112000 322000
35 0.5 0 1 0 0 7.5 2 0 1 0.00 2.00 0 140000 140000
36 0.2 1 0 0 0 3 2 1 0 0.75 0.00 52500 0 52500
37 0.5 1 2 0 1 7.5 2 1 3 1.88 6.00 131250 420000 551250
38 0.5 1 2 0 0 7.5 2 1 2 1.88 4.00 131250 280000 411250
39 0.24 0 1 0 1 3.6 2 0 2 0.00 1.92 0 134400 134400
40 0.16 1 1 0 0 2.4 2 1 1 0.60 0.64 42000 44800 86800
41 0.2 0 1 1 0 3 2 1 1 0.75 0.80 52500 56000 108500
42 0.5 1 1 1 0 7.5 2 2 1 3.75 2.00 262500 140000 402500
43 0.16 1 0 0 1 2.4 2 1 1 0.60 0.64 42000 44800 86800
44 0.4 1 1 0 0 6 2 1 1 1.50 1.60 105000 112000 217000
45 0.5 1 2 1 1 7.5 2 2 3 3.75 6.00 262500 420000 682500
46 0.16 1 1 0 0 2.4 2 1 1 0.60 0.64 42000 44800 86800
Jumlah 14.68 38 46 15 17 220.2 92 53 61 69.75 82.24 4882500 5756800 10639300
Per
0.32 0.83 1.00 0.33 0.37 4.79 2.00 1.15 1.33 1.52 1.79 106141.30 125147.83 231289.13
Petani
Sumber: Data Sekunder (diolah), 2018

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 8. Jumlah Tenaga Kerja Pengendalian HPT
luas TKDK TKLK Jlh TK Jlh TK HOK HOK Upah HOK Upah HOK
sampel lahan L P L P HK JK Pria Wanita Pria Wanita Pria Wanita
1 0,5 1 0 0 0 22 7 1 0 19,25 0 1347500 0
2 0,5 1 0 0 0 22 7 1 0 19,25 0,000 1347500 0
3 0,2 1 0 0 0 34 4 1 0 17 0 1190000 0
4 0,5 0 0 2 0 22 7 2 0 38,5 0 2695000 0
5 0,32 0 0 1 0 22 7 1 0 19,25 0 1347500 0
6 0,2 0 0 1 0 22 4 1 0 11 0 770000 0
7 0,32 1 0 0 0 22 4 1 0 11 0 770000 0
8 0,16 1 0 0 0 11 4 1 0 5,5 0 385000 0
9 0,5 2 0 0 0 22 7 2 0 38,5 0 2695000 0
10 0,16 0 0 1 0 12 4 1 0 6 0 420000 0
11 0,32 1 0 0 0 22 7 1 0 19,25 0 1347500 0
12 0,32 1 0 1 0 22 7 2 0 38,5 0 2695000 0
13 0,2 1 0 0 0 22 4 1 0 11 0 770000 0
14 0,32 1 0 1 0 22 4 2 0 22 0 1540000 0
15 0,16 1 0 0 0 22 4 1 0 11 0 770000 0
16 0,5 1 0 0 0 34 7 1 0 29,75 0 2082500 0
17 0,16 1 0 0 0 11 4 1 0 5,5 0 385000 0
18 0,32 1 0 1 0 22 4 2 0 22 0 1540000 0
19 0,16 1 0 0 0 11 4 1 0 5,5 0 385000 0
20 0,5 2 0 0 0 34 4 2 0 34 0 2380000 0
21 0,5 0 0 1 0 34 7 1 0 29,75 0 2082500 0
22 0,24 0 0 1 0 22 4 1 0 11 0 770000 0
23 0,4 1 0 1 0 22 4 2 0 22 0 1540000 0
24 0,5 2 0 0 0 11 4 2 0 11 0 770000 0
25 0,16 1 0 0 0 22 4 1 0 11 0 770000 0
26 0,2 1 0 0 0 11 4 1 0 5,5 0 385000 0
27 0,24 2 0 0 0 11 4 2 0 11 0 770000 0
28 0,16 0 0 1 0 22 4 1 0 11 0 770000 0
29 0,16 1 0 0 0 22 4 1 0 11 0 770000 0
30 0,5 1 0 0 0 34 7 1 0 29,75 0 2082500 0

Universitas Sumatera Utara


31 0,4 1 0 0 0 22 7 1 0 19,25 0 1347500 0
32 0,16 1 1 0 0 22 4 1 1 11 12 770000 821333
33 0,32 1 0 0 0 34 7 1 0 29,75 0 2082500 0
34 0,4 1 1 0 0 34 7 1 1 29,75 32 2082500 2221333
35 0,5 1 0 0 0 11 4 1 0 5,5 0 385000 0
36 0,2 1 0 0 0 11 4 1 0 5,5 0 385000 0
37 0,5 0 0 2 0 34 7 1 0 29,75 0 2082500 0
38 0,5 1 1 0 0 34 7 1 1 29,75 32 2082500 2221333
39 0,24 1 1 0 0 22 4 1 1 11 12 770000 821333
40 0,16 0 0 1 0 22 4 1 0 11 0 770000 0
41 0,2 1 0 0 0 22 4 1 0 11 0 770000 0
42 0,5 1 0 0 0 22 7 1 0 19,25 0 1347500 0
43 0,16 1 0 0 0 22 4 1 0 11 0 770000 0
44 0,4 1 0 0 0 34 7 1 0 29,75 0 2082500 0
45 0,5 1 1 0 0 34 7 1 1 29,75 32 2082500 2221333
46 0,16 1 0 0 0 22 4 1 0 11 0 770000 0
JUMLAH 14,68 41 5 15 0 1046 238 55 5 830,75 118,6666667 58152500 8306666,667
PER
PETANI 0,32 0,89 0,11 0,33 0,00 22,74 5,17 1,20 0,11 18,06 2,58 1264184,78 180579,71
PER HA 1 3,08 0,38 1,13 0,00 78,45 17,85 4,13 0,38 62,31 8,90 4361437,50 623000,00
Sumber: Data Primer (diolah), 2018

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 9a. Jumlah Tenaga Kerja dan Upah Penyiraman

luas TKDK TKLK HOK HOK Upah HOK Upah HOK


sampel HK JK Jlh TK Pria Jlh TK Wanita
lahan L P L P Pria Wanita Pria Wanita
1 0,5 1 0 0 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
2 0,5 1 0 0 0 30 4 1 0 15 0,000 1050000 0
3 0,2 1 0 0 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
4 0,5 1 0 0 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
5 0,32 1 0 0 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
6 0,2 0 0 1 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
7 0,32 0 1 0 0 30 4 0 1 0 16 0 1120000
8 0,16 1 0 0 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
9 0,5 1 0 0 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
10 0,16 0 1 0 0 30 4 0 1 0 16 0 1120000
11 0,32 1 0 0 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
12 0,32 0 1 0 0 30 4 0 1 0 16 0 1120000
13 0,2 1 0 0 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
14 0,32 1 0 0 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
15 0,16 1 0 0 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
16 0,5 1 0 0 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
17 0,16 0 1 0 0 30 4 0 1 0 16 0 1120000
18 0,32 1 0 0 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
19 0,16 0 1 0 0 30 4 0 1 0 16 0 1120000
20 0,5 0 1 0 0 30 4 0 1 0 16 0 1120000
21 0,5 0 0 1 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
22 0,24 0 1 0 0 30 4 0 1 0 16 0 1120000
23 0,4 0 0 1 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
24 0,5 1 0 0 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
25 0,16 0 1 0 0 30 4 0 1 0 16 0 1120000

Universitas Sumatera Utara


26 0,2 1 0 0 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
27 0,24 1 0 0 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
28 0,16 0 1 0 0 30 4 0 1 0 16 0 1120000
29 0,16 1 0 0 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
30 0,5 0 0 1 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
31 0,4 0 0 1 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
32 0,16 1 0 0 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
33 0,32 1 0 0 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
34 0,4 1 0 0 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
35 0,5 0 1 0 0 30 4 0 1 0 16 0 1120000
36 0,2 0 1 0 0 30 4 0 1 0 16 0 1120000
37 0,5 0 0 1 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
38 0,5 1 0 0 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
39 0,24 1 0 0 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
40 0,16 0 1 0 0 30 4 0 1 0 16 0 1120000
41 0,2 0 1 0 0 30 4 0 1 0 16 0 1120000
42 0,5 0 1 0 0 30 4 0 1 0 16 0 1120000
43 0,16 1 0 0 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
44 0,4 1 0 0 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
45 0,5 1 0 0 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
46 0,16 1 0 0 0 30 4 1 0 15 0 1050000 0
JUMLAH 14,68 26 14 6 0 1380 184 32 14 480 224 33600000 15680000
PER
PETANI 0,32 0,57 0,30 0,13 0,00 30,00 4,00 0,70 0,30 10,43 4,87 730434,78 340869,57
PER HA 1 1,95 1,05 0,45 0,00 103,50 13,80 2,40 1,05 36,00 16,80 2520000,00 1176000,00
Sumber: data Primer (diolah), 2018

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 9b. Biaya Tenaga Kerja Penyiraman Secara Normatif

Luas TKDK TKLK Jlh TK Jlh TK HOK Upah HOK Upah HOK Total Upah
Sampel Lahan HK JK HOK Pria
L P L P Pria Wanita Wanita Pria (Rp) Wanita (Rp) (Rp)
(Ha)
1 0.5 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
2 0.5 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0.000 450000 0 450000
3 0.2 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
4 0.5 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
5 0.32 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
6 0.2 0 0 1 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
7 0.32 0 1 0 0 90 2 0 1 0 24 0 480000 480000
8 0.16 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
9 0.5 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
10 0.16 0 1 0 0 90 2 0 1 0 24 0 480000 480000
11 0.32 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
12 0.32 0 1 0 0 90 2 0 1 0 24 0 480000 480000
13 0.2 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
14 0.32 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
15 0.16 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
16 0.5 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
17 0.16 0 1 0 0 90 2 0 1 0 24 0 480000 480000
18 0.32 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
19 0.16 0 1 0 0 90 2 0 1 0 24 0 480000 480000
20 0.5 0 1 0 0 90 2 0 1 0 24 0 480000 480000
21 0.5 0 0 1 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
22 0.24 0 1 0 0 90 2 0 1 0 24 0 480000 480000
23 0.4 0 0 1 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
24 0.5 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
25 0.16 0 1 0 0 90 2 0 1 0 24 0 480000 480000

Universitas Sumatera Utara


Lanjutan Lampiran 9b.

26 0.2 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000


27 0.24 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
28 0.16 0 1 0 0 90 2 0 1 0 24 0 480000 480000
29 0.16 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
30 0.5 0 0 1 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
31 0.4 0 0 1 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
32 0.16 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
33 0.32 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
34 0.4 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
35 0.5 0 1 0 0 90 2 0 1 0 24 0 480000 480000
36 0.2 0 1 0 0 90 2 0 1 0 24 0 480000 480000
37 0.5 0 0 1 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
38 0.5 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
39 0.24 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
40 0.16 0 1 0 0 90 2 0 1 0 24 0 480000 480000
41 0.2 0 1 0 0 90 2 0 1 0 24 0 480000 480000
42 0.5 0 1 0 0 90 2 0 1 0 24 0 480000 480000
43 0.16 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
44 0.4 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
45 0.5 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
46 0.16 1 0 0 0 90 2 1 0 22.5 0 450000 0 450000
Jumlah 14.68 26 14 6 0 4140 92 32 14 720 336 14400000 6720000 21120000
Per
Petani 0.32 0.57 0.30 0.13 0.00 90.00 2.00 0.70 0.30 15.65 7.30 313043.48 146086.96 459130.43
Sumber: Data Sekunder (diolah), 2018

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 10. Pendapatan Petani Sampel
Luas Lahan Produksi Harga Penerimaan Total Biaya Pendapatan Pendapatan Per
No Sampel
(Ha) (kg) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) bulan(Rp)
1 0,5 9750 2.000 19.500.000 4.824.500 14.675.500 4.891.833
2 0,5 10125 2.000 20.250.000 5.053.600 15.196.400 5.065.467
3 0,2 4075 2.000 8.150.000 4.091.387 4.058.613 1.352.871
4 0,5 9875 2.000 19.750.000 6.443.450 13.306.550 4.435.517
5 0,32 6400 2.100 13.440.000 4.276.009 9.163.991 3.054.664
6 0,2 4075 2.000 8.150.000 3.002.617 5.147.383 1.715.794
7 0,32 6400 1.800 11.520.000 3.556.783 7.963.217 2.654.406
8 0,16 3200 2.000 6.400.000 2.556.036 3.843.964 1.281.321
9 0,5 10313 2.000 20.625.000 6.173.317 14.451.683 4.817.228
10 0,16 3300 2.000 6.600.000 2.632.825 3.967.175 1.322.392
11 0,32 6400 1.800 11.520.000 4.218.150 7.301.850 2.433.950
12 0,32 6240 2.000 12.480.000 5.458.286 7.021.714 2.340.571
13 0,2 4000 1.900 7.600.000 3.044.100 4.555.900 1.518.633
14 0,32 6240 2.000 12.480.000 4.617.317 7.862.683 2.620.894
15 0,16 3240 2.000 6.480.000 2.882.317 3.597.683 1.199.228
16 0,5 9875 2.000 19.750.000 5.763.773 13.986.227 4.662.076
17 0,16 3200 1.900 6.080.000 2.612.875 3.467.125 1.155.708
18 0,32 6400 2.000 12.800.000 4.411.958 8.388.042 2.796.014
19 0,16 3200 1.900 6.080.000 2.604.317 3.475.683 1.158.561
20 0,5 9750 2.000 19.500.000 6.112.733 13.387.267 4.462.422
21 0,5 9500 2.000 19.000.000 5.941.600 13.058.400 4.352.800
22 0,24 4800 1.800 8.640.000 3.365.867 5.274.133 1.758.044
23 0,4 8200 2.000 16.400.000 4.764.769 11.635.231 3.878.410
24 0,5 9750 2.000 19.500.000 4.450.625 15.049.375 5.016.458
25 0,16 3200 2.000 6.400.000 3.139.667 3.260.333 1.086.778
26 0,2 4000 2.000 8.000.000 2.480.108 5.519.892 1.839.964

Universitas Sumatera Utara


27 0,24 4800 2.000 9.600.000 3.192.667 6.407.333 2.135.778
28 0,16 3200 2.000 6.400.000 2.984.675 3.415.325 1.138.442
29 0,16 3200 1.800 5.760.000 2.916.900 2.843.100 947.700
30 0,5 10188 2.000 20.375.000 5.596.725 14.778.275 4.926.092
31 0,4 8150 2.000 16.300.000 4.752.995 11.547.005 3.849.002
32 0,16 3260 2.000 6.520.000 3.688.545 2.831.455 943.818
33 0,32 6400 2.000 12.800.000 4.944.458 7.855.542 2.618.514
34 0,4 8000 2.500 20.000.000 7.363.783 12.636.217 4.212.072
35 0,5 9625 2.200 21.175.000 3.281.125 17.893.875 5.964.625
36 0,2 4000 1.800 7.200.000 2.430.533 4.769.467 1.589.822
37 0,5 9750 2.000 19.500.000 6.180.500 13.319.500 4.439.833
38 0,5 9500 2.000 19.000.000 7.889.737 11.110.263 3.703.421
39 0,24 4560 1.800 8.208.000 4.101.786 4.106.214 1.368.738
40 0,16 3200 2.000 6.400.000 2.968.467 3.431.533 1.143.844
41 0,2 3850 2.100 8.085.000 3.157.017 4.927.983 1.642.661
42 0,5 9750 2.000 19.500.000 5.176.783 14.323.217 4.774.406
43 0,16 3260 2.000 6.520.000 2.922.042 3.597.958 1.199.319
44 0,4 8000 1.800 14.400.000 5.073.500 9.326.500 3.108.833
45 0,5 10125 1.800 18.225.000 8.026.108 10.198.892 3.399.631
46 0,16 3200 2.000 6.400.000 3.043.013 3.356.987 1.118.996
Jumlah 14,68 291.525 91.000 579.463.000 198.170.343 381.292.657 127.097.552
Rataan/petani 0,32 6.338 1.978 12.597.022 4.308.051 8.288.971 2.762.990
Rataan/hektar 1 20.343 6.350 40.436.440 13.828.843 26.607.596 8.869.199
Sumber: Data Primer (diolah), 2018

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 15. Hasil Uji Paired Sampels t-Test untuk biaya pemeliharaan

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 biaya petani 1.5469E6 46 5.21548E5 76897.99001

biaya normatif 1.9621E6 46 7.36316E5 1.08564E5

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 biaya petani & biaya normatif 46 .953 .000

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval of the


Difference

Mean Std. Deviation Std. Error Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)

Pair 1 biaya petani - biaya normatif -4.15139E5 2.87408E5 42376.04536 -5.00488E5 -3.29789E5 -9.797 45 .000

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 16 SPSS Regrsi Linier Berganda Pengaruh Biaya Pupuk dan Biaya Pengendalian Hama Penyakit Terhadap Produksi Usahatani
Kubis

b
Model Summary b
ANOVA
Adjusted R Std. Error of the
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
a
a
1 Regression 3.422E13 2 1.711E13 21.647 .000
1 .708 .502 .479 8.89071E5 1.950
Residual 3.399E13 43 7.904E11

Total 6.821E13 45
a. Predictors: (Constant), biaya pestisida, biaya pupuk a. Predictors: (Constant), biaya pestisida, biaya pupuk
b. Dependent Variable: produksi b. Dependent Variable: produksi

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients Collinearity Statistics

Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF

1 (Constant) 1188789.387 405524.765 2.931 .005

biaya pupuk 2.810 .910 .723 3.089 .004 .212 4.725

biaya pestisida -141.268 2023.300 -.016 -.070 .945 .212 4.725

Universitas Sumatera Utara


Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients Collinearity Statistics

Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF

1 (Constant) 1188789.387 405524.765 2.931 .005

biaya pupuk 2.810 .910 .723 3.089 .004 .212 4.725

biaya pestisida -141.268 2023.300 -.016 -.070 .945 .212 4.725

a. Dependent Variable: produksi

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai