SKRIPSI
Oleh :
SKRIPSI
Oleh :
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh gelar sarjana di Program
Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
ii
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
Asahan, Sumatera Utara pada tanggal 21 September 1996 dari ayah Suniardi dan
Bonbon pada tahun 2007. Pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun
2010 di SMP Negeri 2 Aek Kuasan dan di lanjutkan ke pendidikan menengah atas
diselesaikan pada tahun 2013 di SMA Negeri 1 Aek Kuasan dan pada tahun yang
Laboratorium Produksi Ternak Perah. Penulis juga aktif dalam organisasi internal
Peternakan (HIMMIP).
iii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmatNya penulis bisa menyelesaikan Skripsi dengan tepat waktu
adapun judul dari Skripsi ini adalah “Keragaan Reproduksi dan Morfologi pada
Prof. Dr. Ir. Hasnudi, MS selaku ketua Program Studi Peternakan dan kepada
Dr. Nevy Diana Hanafi, S.Pt., M.Si selaku anggota komisi pembimbing
penelitian.
Penulis juga mengucapkan termakasih kepada orang tua saya atas doa,
didikan, dukungan semangat serta pengorbanan materil maupun moril yang telah
Universitas Sumatera Utara, serta teman-teman rekan mahasiswa yang tidak dapat
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan. Akhir
iv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Hal.
ABSTRAK ....................................................................................................... i
ABSTRACT ..................................................................................................... ii
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ix
PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................................. 1
Tujuan Penelitian ............................................................................................. 3
Kegunaan Penelitian......................................................................................... 3
Rumusan Masalah ............................................................................................ 4
TINJAUAN PUSTAKA
Kondisi Umum Lokasi Penelitian .................................................................... 5
Kuda (Equus caballus) ..................................................................................... 6
Reproduksi Kuda Jantan .................................................................................. 8
Pemeriksaan Makroskopis ............................................................................... 9
Pemeriksaan Mikroskopis ................................................................................ 11
Keragaan Reproduksi Kuda Jantan .................................................................. 14
Morfologi Tubuh Kuda .................................................................................... 15
v
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keragaan Reproduksi Kuda Jantan .................................................................. 23
Makroskopis ..................................................................................................... 23
Mikroskopis ..................................................................................................... 24
Pengukuran Morfologi Kuda Jantan ................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Hal.
vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Hal.
viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Hal.
ix
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kuda telah didomestikasi lebih dari 6.000 tahun yang lalu di daerah stepa
yang sekarang dikenal dengan daerah Rusia Selatan dan Ukraina. Sejak itu kuda
Indonesia telah beternak kuda sebelum kedatangan Eropa. Kuda hidup pada saat
itu di alam bebas dan sangat tergantung pada kebaikan alam sehingga kuda yang
Indonesia memiliki andil memperbaiki ras kuda lokal, termasuk memperbaiki cara
beternak seperti cara pemberian makan yang baik, perawatan kuda, serta
Ternak kuda termasuk komoditas ternak yang ada di Indonesia dan belum
sebagai ternak kerja (salah satunya adalah kuda penarik andong) dan memiliki
nilai estetika yang menarik. Penelitian tentang ternak kuda sampai saat ini belum
tinggi pada tahun 2006 yaitu populasi kuda mencapai 4.053 ekor, sedangkan yang
paling rendah pada tahun 2015 dengan jumlah populasi kuda sekitar 1.917 ekor.
didorong oleh kesulitan ekonomi peternak, pengafkiran oleh berbagai sebab, dan
1
Universitas Sumatera Utara
2
sekitar 488 ekor, dan Kabupaten Tapanuli Utara dengan jumlah kuda sekitar 126
ekor (BPS, 2016). Namun, ada juga kabupaten yang tidak tercatat populasi
kudanya di BPS (2016), dan setelah dilakukan survey lapangan di dapati jumlah
populasi kuda yang cukup besar sekitar 96 ekor yaitu di Kabupaten Deli Serdang.
perkembangbiakan dari ternak kuda tersebut tidak berjalan dengan baik. Melihat
berdasarkan fakta yang didapat dilapangan banyak populasi ternak kuda jantan
tidak sebanding dengan banyaknya jumlah betina. Dari setiap kabupaten terdapat
1-3 ekor kuda, dan jumlah betina 30-50 ekor betina. Hal yang memprihatinkan
diketahui bahwa satu ekor jantan mengawinkan seluruh populasi betina dan
mengingat hal ini sudah terjadi selama bertahun-tahun, bila hal ini dilakukan terus
menerus dapat mengakibatkan kerusakan keragaman genetik dari ternak kuda itu.
daerah dan mendatangkan kuda jantan dari Australia guna memperbaiki kualitas
genetik dimasa depan. Maka dari itu perlu dilakukan beberapa pengujian baik dari
segi reproduksi dan produksi dari ternak kuda jantan di Kabupaten Deli Serdang.
melihat daya tahan simpan (longevity) semen segar, berdasarkan motilitas. Pada
penyimpanan suhu ruang, semen segar dianggap baik apabila motilitas setelah 3
kekerabatan yang dekat atau jarak genetik yang rendah memiliki peluang kecil
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk menguji kualitas semen
segar dari kuda dan morfologi kuda yang menunjang kesuburan pejantan. Untuk
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
semen segar dan morfologi tubuh pada kuda dan menimbulkan pandangan
pemuliaan. juga sebagai bahan penulisan skripsi yang merupakan salah satu syarat
Rumusan Masalah
2. Bagaimana penampilan dari kuda jantan dilihat dari pengukuran dan tampilan
Indonesia, terletak pada garis 1º – 4º Lintang Utara dan 98º - 100º Bujur Timur.
Provinsi ini berbatasan dengan daerah perairan dan laut serta dua provinsi
lain: di sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Aceh, di sebelah Timur dengan
Riau dan Sumatera Barat, dan di sebelah Barat berbatasan dengan Samudera
Utara sampai 3°16’ Lintang Utara dan 98°33’ Bujur Timur sampai 99°27’
Bujur Timur. Wilayah Kabupaten Deli Serdang seluas 2.497,72 km2. Batas area di
sebelah utara adalah Kabupaten Langkat dan Selat Malaka, di sebelah timur
5
Universitas Sumatera Utara
6
dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Langkat dan di sebelah barat berbatasan
dengan Kabupaten Langkat dan Kabupaten Karo. Kabupaten Deli Serdang terdiri
daerah yang beriklim tropis dengan dua musim yaitu musim hujan dan musim
Kuda termasuk golongan hewan dalam filum Chordata yaitu hewan yang
(Blakely dan Bade, 1991). Kuda (Equus caballus atau Equus ferus caballus)
Kuda berasal dari spesies Equus caballus yang dahulu merupakan bangsa
dari jenis kuda liar. Kini sudah menjadi hewan yang didomestikasi dan memegang
peranan penting bagi kehidupan manusia dan berfungsi sebagai mata pencaharian,
Kuda dapat diklasifikasikan menjadi kuda tipe ringan, tipe berat maupun
kuda poni sesuai dengan ukuran, bentuk tubuh dan kegunaan. Kuda tipe ringan
mempunyai tinggi 1,45-1,70 m saat berdiri, bobot badan 450-700 kg dan sering
digunakan sebagai kuda tunggang, kuda tarik atau kuda pacu. Kuda tipe ringan
secara umum lebih aktif dan lebih cepat dibandingkan kuda tipe berat. Kuda tipe
berat mempunyai tinggi 1,45-1,75 m saat berdiri dengan bobot badan diatas 700
kg dan biasa digunakan sebagai kuda pekerja. Kuda poni memiliki tinggi kurang
dari 1,45 m jika berdiri dan bobot badan 250-450 kg. Beberapa kuda berukuran
kecil biasanya juga terbentuk dari keturunan kuda tipe ringan (Ensminger, 1962).
yang terdapat di Indonesia dipengaruhi oleh iklim tropis serta lingkungan. Tinggi
dalam jenis poni. Bentuk kepala umumnya besar dengan wajah rata, tegak, sinar
mata hidup serta daun telinga kecil. Kegunaan kuda lokal Indonesia sebagaian
besar adalah sebagai sarana transportasi, pengangkut barang, sarana hiburan, dan
sebagai bahan pangan masyarakat lokal, kuda lokal Indonesia tersebar di beberapa
Indonesia sampai saat ini memiliki 13 jenis kuda lokal, yaitu kuda
Makassar, kuda Gorontalo dan Minahasa, kuda Sumba, kuda Sumbawa, kuda
Bima, kuda Flores, kuda Savoe, kuda Roti, kuda Timor, kuda Sumatera (terdiri
dari 4 jenis yaitu kuda Padang, kuda Batak, kuda Agam, dan kuda Gayo), kuda
Bali dan kuda Lombok serta kuda Kuningan. Beberapa diantaranya memiliki
kelamin jantan atau spermatozoa yang hidup, aktif dan potensial fertil, dan secara
fisiologik dalam tubuh hewan jantan baik secara langsung maupun tidak langsung,
tetapi pusat kegiatan kedua proses ini terletak pada organ reproduksi hewan jantan
Organ reproduksi hewan jantan dapat dibagi atas tiga komponen : (a)
organ kelamin primer, yaitu gonad jantan, dinamakan testis atau testiculus,
disebut juga orchis atau didymos yang pada ternak mamalia normal terdapat di
dalam suatu kantong luar yang disebut scrotum; (b) skelompok kelenjar-kelenjar
saluran-saluran yang terdiri dari epididymis dan vas deferens; dan (c) alat kelamin
testis dinamakan skrotum yang berfungsi disamping sebagai pelindung testis juga
sebagai termoregulator. Jika udara dingin scrotum akan mengeriput, testis tertarik
lebih dekat dengan badan, sehingga panas tidak banyak terbuang. Sebaliknya jika
udara panas, skrotum akan mengalami relaksasi, testis menjauhi badan, sehingga
testes dan epididymis dan mempertahankan suhu yang lebih rendah daripada suhu
badan yang diperlukan untuk spermatogenesis. Suhu testes yang relatif konstan
Produksi semen kuda jauh berbeda daripada sapi dan domba, dalam
banyak hal hampir sama dengan pada babi. Kuda menghasilkan semen dalam
jumlah besar, stu ejakulat berkisar antara 30-250 ml, rata-rata 70 ml, walaupun
ejakulat dengan volume kecil, tetapi mempunyai konsentrasi sperma yang tinggi
(Toelihere, 1993).
Pemeriksaaan Makroskopis
kecepatan cairan kembali ke posisi semula. Derajat keasaman (pH) semen diukur
(2001) volume semen tergantung pada spesies ternak, sapi dan domba umumnya
mempunyai volume ejakulat rendah, sedangkan semen babi dan kuda mempunyai
volume ejakulat yang tinggi. Dari jenis ternak tersebut, volume semen juga
dipengaruhi oleh bangsa, bobot badan, umur, pakan dan frekuensi penampungan.
dan apabila kedua ejakulat diperoleh berturut-turut dalam waktu singkat maka
umumnya ejakulat yang kedua mempunyai volume yang lebih rendah. Volume
semen kuda 60 - 100 ml, sapi 5 - 8 ml, domba 0,8 - 1,2 ml, babi 150 - 200 ml.
Warna semen kuda pada umumnya dapat diamati langsung karena tabung
penampung semen terbuat dari gelas atau plastik tembus pandang. Semen sapi
pada umumnya berwarna putih sedikit krem, semen domba putih krem-kreman
(lebih tua dari warna semen sapi) dan semen babi dan kuda menyerupai larutan
merah muda menandakan adanya darah segar dalam jumlah berbeda dan berasal
dari saluran kelamin urethra atau penis. Warna kecoklatan menunjukkan adanya
darah yang telah mengalami dekomposisi. Warna coklat muda atau warna
(Feradis, 2010).
Pemeriksaan Mikroskopis
ditentukan secara keseluruhan atau sebagia rata-rata dari suatu populasi sperma.
pemeriksaan gerakan masa dan gerakan individual. Gerakan masa dperma dapat
dilihat dengan jelas dibawah mikroskop biasa dengan pembesaran kecil (10 x 10)
dan cahaya yang dikurangi. Dengan penilaian sebagai berikut : (a) sangat baik
bagaikan gumpalan-gumpalan awan hitam dekat waktu hujan yang bergerak cepat
jarang, kurang jelas dan bergerak lamban; (c) lumayan (+), jika tidak terlihat
(d) buruk (N, necrospemia atau O), bila hanya sedikit atau tidak ada
pandangan (45 x 10). Pada umumnya dan yang terbaik adalah pergerakan progesif
atau gerakan aktif maju kedepan. Gerakan melingkar dan gerakan mundur sering
merupakan tanda-tanda “cold sold” atau media yang tidak isotonik dengan semen.
Gerakan berayun atau berputar-putar ditmpat sering terlihat pada semen yang tua,
(Toeliher, 1993).
sperma di dalam semen bergerak aktif selama kurang lebih 20 menit sesudah
ejakulasi. Setelah dibiarkan tanpa diencerkan selama 8 jam pada suhu kamar
(sekitar 1:3) dicampur pada gelas objek, dan dibuat preparat ulas tipis pada gelas
diberikan, kesehatan alat reproduksi, besar testis, umur dan frekuensi ejakulasi
antara dua kepala sperma dibawah mikroskop pada pembesaran (45 x 10) dengan
penilaian sebagai berikut : (a) Densum (D) atau padat, jika jarak antara dua kepala
sperma kurang dari panjang satu kepala konsentrasi ditaksir lebih kurang
1000-2000 juta sel per ml semen. (b) Semidensum (SD) atau sedang, bila jaraknya
sama dengan panjang 1-1,5 kepala konsentrasi sperma berkisar antara 500-1000
juta sel per ml semen. (c) Rarum (R) atau jarang, jika jarak tersebut melebihi
panjang kepala atau sama dengan panjang seluruh sperma dan konsentrasinya
berada sekitar 200-500 juta sperma per ml semen. (d) Oligospemia (OS) atau
sedikit sperma, bila jarak tersebut memiliki panjang seluruh sperma dengan
konsentrasi kurang dari 200 juta per ml semen. (e) Aspermia (A) atau tidak ada
sperma, bila samasekali tidak ada sperma di dalam semen (Toelihere, 1993).
sekunder (Barth dan Oko, 1986). Spermatozoa dinilai secara morfologi normal
atau tidak, pada bagian kepala (abnormalitas primer), leher dan ekor
Penilaian morfologik sperma pada kuda lebih sulit daripada ternak lainnya.
Infertilitas pada kuda dapat terjadi tanpa adanya kelainan pada spermatozoa dan
semen. Beberapa kuda jantan dapat memiliki sperma yang normal tetapi fertilitas
yang rendah, sebaliknya beberapa kuda jantan yang sangat fertil dapat memiliki
(Kilgour dan Dalton, 1984). Pejantan yang akan digunakan sebagai pemacek
Kuda mempunyai fungsi sosial dan fungsi ekonomis yang cukup tinggi,
selain dikonsumsi kuda juga digunakan sebagai tenaga kerja dan alat angkut yang
praktis, sehingga dalam memilih seekor kuda perlu memperhatikan tinggi pundak,
lingkar dada, tinggi pinggul dan panjang badan dari ternak kuda tersebut. Kuda
yang pundaknya tinggi cenderung lebih mahal dibanding kuda yang pundaknya
badan maupun untuk mengetahui sifat keturunan dan produksi, sehingga dengan
(Ensminger, 1962).
ukuran maupun bentuk tubuh terhadap populasi ternak berukuran besar seperti
kuda (Dietl et al., 2005). Karakteristik morfometrik yang berkaitan erat dengan
ukuran tubuh, merupakan hal yang belum banyak diamati, terutama pengamatan
Morfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang form atau shape yang
terdiri atas dua komponen besar, yaitu ukuran (size) dan bentuk (shape)
(Champbell dan Lack, 1985). Ukuran dalam hal ini dapat diartikan sebagai
dimensi, besar, luas, ukuran suatu permukaan atau volume. Bentuk diartikan
Menurut Bowling dan Ruvinsky (2000) penilaian ukuran dan bentuk tubuh
kuda sudah dilakukan peternak kuda tradisional berdasarkan pada sebagian sifat
dari performa kuda. Ukuran merupakan indikator bagi pertumbuhan, tetapi tidak
digunakan untuk menentukan tipe kuda dengan kemampuan pacu yang kuat.
Tinggi pundak, tinggi pinggul, panjang tubuh, lingkar dada dan lingkar kanon
merupakan ukuran-ukuran tubuh juga. Proporsi ukuran (size) kuda yang baik
adalah sebesar 10%-11% untuk kepala dan 89%-90% untuk tubuh yang meliputi
badan dan leher (Dyce et al., 2002). Lingkar dada memiliki pengaruh yang besar
Cara pengukuran lingkar dada, panjang badan, panjang badan dan tinggi
pundak pada ternak sapi adalah, Lingkar dada : diukur dengan pita meter
melingkar dada sapi tepat di belakang kaki depan. Panjang badan : diukur secara
lurus dengan tongkat ukur dari siku (humerus) sampai benjolan tulang tapis
(tuber ischii). Tinggi pundak : diukur lurus dengan tongkat ukur dari titik tertinggi
Desa Jati Kesuma Kecamatan Namo Rambe di Kabupaten Deli Serdang dan di
Alat
Adapun alat yang digunakan adalah pita meter dan tongkat ukur dalam
satuan cm untuk mengukur morfologi tubuh dari kuda, jangka sorong untuk
mengukur diameter scrotum, beaker glass untuk menampung semen segar, termos
air digunakan untuk menyimpan semen segar dalam kurun waktu maksimal 10
mengamati spermatozoa, petri disk digunakan untuk wadah semen segar selama
Bahan
Adapun bahan yang digunakan adalah 10 ekor kuda yang berjenis kelamin
jantan yang sudah dewasa kelamin dan dewasa tubuh didapat di Desa Lou Bakeri
6 ekor dan Desa Jati Kesuma 4 ekor yang berada di Kabupaten Deli Serdang,
untuk diambil sampel semen dan ukuran morfologi dari kuda, kapas dan alkohol
17
Metode Penelitian
secara disengaja dengan kriteria tertentu) kriteria yang dimaksud dipenelitian ini
adalah kuda jantan yang sudah dewasa kelamin dan dewasa tubuh untuk diambil
Peubah Penelitian
1. Reproduksi
kondisi semen secara langsung ketika semen segar baru saja dikeluarkan
2. Morfologi
langsung
tampung dari luar alat kelamin jantan dengan asumsi keakuratan 80%.
mikroskop.
meter (cm) dan tongkat ukur (cm). Pengukuran morfologi merupakan pengukuran
yang dilakukan dengan jarak antar tulang dari anggota tubuh kuda.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengukuran kualitas reproduksi semen
dan morfologi tubuh kuda sesuai dengan parameter penelitian (morfologi meliputi
pengukuran panjang kepala, lebar kepala, panjang leher, tinggi pundak, meliputi
lingkar dada dan kedalaman dada, panjang badan, meliputi lebar pinggul, tinggi
kekentalan, warna, pH, motilitas, konsentrasi, dan abnormalitas dari kuda jantan
yang sudah dewasa kelamin dan dewasa tubuh). Data sekunder diperoleh dari
berbagai jurnal ilmiah, text book, skripsi (laporan penelitian), serta referensi lain.
Analisis Data
Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
pemusatan meliputi keragaman, rataan, dan simpangan baku yang didapat dari
rumus yaitu :
Ukuran yang sering disebut dengan istilah rata-rata ini dicari dengan
gugus data yang diamati bisa diperoleh dari populasi atau dari sampel, maka
terdapat nilai ekstrem, standard deviasi menjadi tidak sensitif lagi, sama
konstan, standard deviasi yang dihasilkan akan setara dengan hasil kali dari
nilai standard deviasi aktual dengan konstan (Suharyadi dan Purwanto, 2009).
Koefisien ini juga dinyatakan sebagai persen rerata umum percobaan. Nilai
semakin tinggi. Namun demikian tidak ada ketentuan nilai KK yang dianggap
Keterangan :
X : rata-rata
S : simpangan baku
Xi : ukuran ke-i dari peubah x
n : jumlah sampel yang diambil dari populasi
KK : koefisien Keragaman
Makroskopis
makroskopis semen kuda jantan disajikan dalam Tabel 2. Jumlah kuda yang
diamati adalah 10 ekor. Uji secara makroskopis meliputi warna, kekentalan dan
pH. Uji ini dilakukan secara langsung dilapangan. Hasil total untuk warna yang
didapat berdasarkan tabel tersebut yaitu 70% putih kelabu, 20% putih terang dan
10% putih kekuningan dimana rataannya adalah putih kelabu. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Yudi et.al (2008) yang menyatakan bahwa semen segar kuda
mempunyai volume tanpa gel 29,3 ± 9,3 mL, pH 7,0 ± 0,1, konsistensi encer,
semen babi dan kuda menyerupai larutan kanji (abu-abu encer). Dan dengan
pernyataan Toelihere (1993) yang menyatakan bahwa semen kuda dan babi cukup
penelitian adalah 70% encer dan 30% kental. Dimana secara umum konsistensi
semen yang didapatkan encer. Menurut Hafez & Hafez (2000) konsistensi semen
bahwa semen kuda jauh lebih encer daripada semen sapi dan domba. semen kuda
dan babi merupakan cairan yang lebih voluminous dan lebih putih karena
23
Universitas Sumatera Utara
24
berarti kualitas semen kudanya tidak bagus. Kerena secara umum masih dalam
netral, dengan rataan 6,70 ± 0,48 dan KK 7,82%. Hasil ini tidak berbeda dengan
6,20-7,80. Sama halnya dengan hasil penelitian Yudi et al. (2007) rataan pH yang
Tabel 3. Total, rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman dari uji
makroskopis semen kuda jantan
Makroskopis Semen
No Kuda
Warna Kekentalan pH
1 Putih kelabu Encer 7
2 Putih terang Encer 6
3 Putih Kelabu Kental 7
4 Putih kekuningan Kental 6
5 Putih kelabu Kental 6
6 Putih kelabu Encer 7
7 Putih terang Encer 7
8 Putih kelabu Encer 7
9 Putih kelabu Encer 7
10 Putih kelabu Encer 7
70% Putih Kelabu, 70 % Encer,
Total 20% putih terang, 67
30% kental
10% putih kekuningan
Rata-rata putih kelabu Encer 6,7
SB - - 0,48
KK - - 7,82 %
Mikroskopis
Tabel 4. Total, rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman dari uji
mikroskopis semen kuda jantan
Mikroskopis Semen
No Kuda Konsentrasi
Motilitas Abnormalitas
(x 107)
1 80% 15,00 Normal
2 70% 12,96 Normal
3 60% 13,80 Abnormal
4 65% 13,20 Normal
5 50% 12,00 Abnormal
6 60% 14,16 Normal
7 80% 14,40 Normal
8 75% 13,80 Normal
9 79% 12,60 Normal
10 70% 12,60 Normal
80% Normal,
Total 689% 1345,2 20% Abnormal
Rata-rata 69% 134,5 Normal
SB 0,1 0,94
KK (%) 14,64 % 6,99 %
Dari Tabel 4 diatas rataan Motilitas yang di dapat adalah 69±0,1% dan
koefisien keragaman 14,64%. Hasil ini relatif sama dengan Toelihere (1993) yang
dikategorikan semen tersebut dalam keadaan baik dan berada dalam kelompok
pergerakan yang progresif dan menghasilkan gerakan masa. Hal ini disesuaikan
gerakan berputar ditempat, 2 = gerakan berayun atau melingkar, kurang dari 50%
progresif yang gesit dan segera membentuk gelombang dengan 90%sperma motil,
100% motil aktif. Toelihere (1993) juga mengatakan spermatozoa kuda normal
yang didapatkan relatif lebih kecil dengan pernyataan Yudi et al. (2007) yang
sperma kuda berkisar antara 30-600 juta sel per ml, dengan rata-rata 120 juta sel
tingkatan makanan dan frekuensi pemakaian pejantan. Salisbury dan Van Demark
berada di penilaian padat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Toelihere (1993) yang
menyatakan bahwa Densum (D) atau padat, jika jarak antara dua kepala sperma
1000-2000 juta sel per ml semen. Namun penilaian morfologik sperma pada kuda
lebih sulit dibandingkan ternak lainnya. Pada kuda infertilitas dapat terjadi tanpa
adanya kelainan pada spermatozoa dan fertilitas kuda jantan tidak selalu dapat
memiliki sperma yang normal tetapi fertilitas yang rendah, sebaliknya beberapa
kuda jantan yang sangat fertil dapat memiliki sperma abnormal yang cukup
memiliki bagian ekor yang bengkok (bent), ekor memanjang, kepala yang
panjang kepala berkisar antara 53,68 ± 3,77 cm dengan KK 7,02% dan total
536,85. Lebar kepala berkisar antara 20,61 ± 2,98 cm dengan KK 14,45% dan
total 206,1. Panjang leher berkaisar antara 78,82 ± 10,55 cm dengan KK 13,40%
dan total 788,2. Tinggi pundak bberkisar antara 145,47 ± 8,26 cm dengan KK
5,67% dan total 1454,7. Lingkar dada berkisar antara 157 ± 7,38 cm dengan KK
4,70% dan total 1570. Kedalaman dada berkisar antara 73,93 ± 6,40 cm dengan
KK 8,66% dan total 739,35. Panjang badan berkisar antara 84,98 ± 5,93 cm
dengan KK 6,98% dan total 849,8. Tinggi pinggul berkisar antara 149,16 ± 8,82
cm dengan KK 5,91% dan total 1491,6. Lebar pinggul berkisar antara 39,24 ±
3,90 cm dengan KK 9,93% dan total 392,4. Lingkar scrotum memiliki ukuran
berkisar antara 25,58 ± 4,49 cm dengan KK 17,55% dan total 255,82. Disajikan
Tabel 5. Total, rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman dari pengukuran
morfologi kuda jantan
Morfologi Kuda RR ± SD KK (%)
Panjang Kepala 53,68±3,77 7,02
Lebar Kepala 20,61±2,98 14,45
Panjang Leher 78,82±10,55 13,38
Tinggi Pundak 145,47±8,26 5,67
Lingkar Dada 157±7,38 4,70
Kedalaman Dada 73,93±6,40 8,66
Panjang Badan 84,98±5,93 6,98
Tinggi Pinggul 149,16±8,82 5,91
Lebar Pinggul 39,24±3,90 9,93
Lingkar Scrotum 25,58±4,49 17,55
n (jumlah kuda) 10
Hasil data pengukuran 10 ekor kuda jantan diatas menunjukan nilai yang
tidak beda jauh dengan hasil penelitian Kaban (2017), yang dilakukan di beberapa
Dimana hasil rataan tinggi pundak yang didapatkan 145,47 ±8,26 cm dengan KK
5,67% tidak berbeda jauh dengan rataan tinggi pundak di Kab. Karo 155.090±2.942
Untuk hasil rataan tinggi pinggul yang di dapatkan 149,16 ±8,82 cm dengan KK
5,91% tidak berbeda jauh dengan hasil di Kab. Karo dan Kab. Taput dengan rataan
1.636%. sedangkan dengan Kab. Humbahas dan Kab. Samosir berbeda jauh dengan
dengan KK 3.088%.
ini tidak berbeda jauh dengan rataan di Kab. Karo, Kab. Taput, Kab. Humbahas
rataan 157 ±7,38 cm dengan KK 4,70% dibandingkan rataan di Kab. Humbahas dan
147,500±2.121 cm dengan KK 4.500%. dan jauh relatif kecil jika dibandingkan dengan
nilai rataan di daerah Kab. Karo dan Kab. Taput dengan nilai rataan 167.090±3.841 cm
Hasil rataan untuk kedalaman dada 73,93 ±6,40 cm dengan KK 8,66% tidak
berbeda jauh dengan hasil di Kab. Karo, Kab. Humbahas, Kab. Taput dan Kab. Samosir
bandingkan dengan di Kabupaten lain. Hasil yang di dapatkan di lapangan panjang kepala
panjang leher 78,82 ±10,55 cm dengan KK 13,38%. Ini tidak berbeda jauh dengan hasil
yang didapatkan oleh Grantino et al. (2017) yang menyatakan bahwa rataan untuk
dimana nilai rataan ini relatif lebih rendah dari hasil yang didapatkan.
Kesimpulan
Dari penenlitian ini didapatkan bahwa kualitas semen segar yang dikoleksi
mempunyai kualitas cukup baik, dengan rataan warna putih kelabu, tingkat
spermatozoa yang progresif dan konsentrasi 134,5 juta ml/ejakulat kuda baik
Serdang memilki koefisien keragaman dibawah 10% untuk panjang kepala, tinggi
pundak, lingkar dada, kedalaman dada, panjang badan, tinggi pinggul dan lebar
pinggul yang artinya hasil pengukuran yang didapat seragam yaitu panjang kepala
7,02%, tinggi pundak 5,67%, lingkar dada 4,70%, kedalaman dada 8,66%,
panjang badan 6,98, tinggi pinggul 5,91% dan lebar pinggul 9,93%. Dan koefisien
keragaman diatas 10% untuk lebar kepala, panjang leher dan scrotum yang artinya
hasil pengukuran yang didapat tidak seragam yaiitu lebar kepala 14,45%, panjang
leher 13,38%,dan lingkar scrotum 17,55%. Ini lebih kecil dengan Kab. Karo dan
Kab. Taput, serta lebih besar dari Kab. Humbahas, dan Kab.samosir. Dimana
Nilai koefisien keragaman yang berbeda dipengaruhi oleh bangsa dan lingkungan.
31
Saran
dengan kuda lokal saja yang ada di Kabupaten Deli Serdang karena hasil koefisien
keragaman yang dihasilkan menunjukan kualitas semen yang baik dengan nilai
yang seragam.
Bambang, A., I.W. Arnata, dan G.A. Adek. 2011. Rancangan Percobaan.
Lintaskata Publishing
Blakely dan Bade, 1991. Ilmu Peternakan Edisi ke-4. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Bowling, A. T dan A. Ruvinsky. 2000. The Genetics of the Horse. 1st Ed. CAB
International. Wallingford, UK.
BPS (a). 2016. Provinsi Sumatera Utara Dalam Angka 2016. Badan Pusat
Statistika Provinsi Sumatera Utara. Medan
___ (b). 2016. Kabupaten Deli Serdang Dalam Angka 2016. Badan Pusat
Statistika Kabupaten Deli Serdang. Deli Serdang
___ (c). 2016. Kabupaten Karo Dalam Angka 2016. Badan Pusat Statistika
Kabupaten Karo. Brastagi
___ (d). 2016. Kabupaten Humbang Hasundutan Dalam Angka 2016. Badan
Pusat Statistika Kabupaten Humbang Hasundutan. Dolok Sanggul
___ (e). 2016. Kabupaten Tapanuli Utara Dalam Angka 2016. Badan Pusat
Statistika Kabupaten Tapanuli Utara. Tarutung
33
Universitas Sumatera Utara
34
Ensminger, M. E. 1962. Animal Science. Agriculture Series. 5th ed. Printers and
Publishers Inc., Danville, Illinois.
Hafez E.S.E. dan B. Hafez. 2000. Reproductive Cycle: Horses. In: E.S.E. Hafez &
B. Hafez (eds). Reproduction In Farm Animals. 7th ed. Lippincott
Williams & Wilkins, Philadelphia, USA
Hutasoit, A. E. 2012. Ukuran Dan Bentuk Tubuh Kuda Delman Lokal Pada
Populasi Manado, Minahasa, Minahasa Selatan Dan Tomohon Sulawesi
Utara. IPB. Bogor
Kaban, H. 2017. Estimasi Jarak Genetik dan Faktor Peubah Pembeda Kuda di
Sumatera Utara Melalui Analisis Morfometrik. Program Studi Peternakan.
Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan
Putriana, C. A. 2011. Analisis Pola Warna Bulu Pada Kuda Delman Lokal Di
Sulawesi Utara. IPB. Bogor
Tim Embriologi. 2010. Embriologi Bahan Ajar. FKS Unsyiah. Banda Aceh.