Anda di halaman 1dari 56

KERAGAAN REPRODUKSI DAN MORFOLOGI PADA KUDA

JANTAN (Equus caballus) DI KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

Oleh :

INDAH PERMATA SARI


130306012

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018

Universitas Sumatera Utara


KERAGAAN REPRODUKSI DAN MORFOLOGI PADA KUDA
JANTAN (Equus caballus) DI KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

Oleh :

INDAH PERMATA SARI


130306012

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh gelar sarjana di Program
Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK

INDAH PERMATA SARI, 2018 : Keragaan Reproduksi dan Morfologi pada


Kuda Jantan (Equus Caballus) di Kabupaten Deli Serdang. Dibimbing oleh
HAMDAN S.Pt., M.Si dan Dr. NEVY DIANA HANAFI, S.Pt., M.Si
Keragaan atau tampilan atau performance selalu menjadi salah satu syarat
untuk melakukan perkawinan, karena tampilan kuda jantan yang baik akan
menghasilkan anakan yang baik juga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
keragaan reproduksi dan morfologi pada kuda jantan di Kabupaten Deli Serdang
dan uji semen di Balai Inseminasi Buatan Daerah pada bulan Agustus-September
2017. Penelitian ini dilakukan pada 10 ekor kuda jantan yang sudah dewasa
kelamin dan dewasa tubuh di kabupaten tersebut. Kemudian dengan
menggunakan aplikasi Ms. Excel data di input untuk mengetahui total, rata-rata,
simpangan baku, dan koefisien keragaman.
Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam uji makroskopis yaitu warna
semen adalah putih kelabu. Dengan konsistensi (kekentalan) 70% encer, 30%
kental. pH sebesar 6,7±0,48. Dalam uji mikroskopis Motilitas (M%) sebesar
69±0,1, Konsentrasi sebesar 134,5±0,94 x 107 ml/ejakulat, dan Abnormalitas 80%
normal. Berdasarkan Motilitas (M%) dan Konsentrasi kualitas semen dengan
pergerakan spermatozoa yang progresif dan konsentrasi 134,5 juta ml/ejakulat
kuda baik untuk dijadikan pejantan unggul. Pengukuran morfologi kuda
mendapatkan hasil yang seragam dengan masing-masing koefisien keragaman
pada panjang kepala 7%, tinggi pundak 5,67%, lingkar dada 4,7%, kedalaman
dada 8,66%, panjang badan 6,98, tinggi pinggul 5,91% dan lebar pinggul 10%.
Dan tidak seragam dengan masing-masing koefisien keragaman pada lebar kepala
14%, panjang leher 14,7%,dan lingkar scrotum 17,51%. Nilai koefisien
keragaman yang berbeda dipengaruhi oleh bangsa dan lingkungan.

Kata kunci : kuda jantan, keragaan, reproduksi, makroskopis, mikroskopis,


morfologi

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

INDAH PERMATA SARI, 2018: Reproductive and Morphological Behavior in


Equine (Equus Caballus) in Deli Serdang District. Guided by HAMDAN S.Pt.,
M.Si and Dr. NEVY DIANA HANAFI, S.Pt., M.Si
Behavior or appearance or performance has always been one of the
conditions for marriage, because the appearance of a good stallion will produce
good puppies as well. This study aims to determine the diversity and dynamics of
the stallion in Deli Serdang District and the cement test at the Regional Artificial
Insemination Center in August-September 2017. This study was conducted on 10
adult male horses and body in the area. Then use the Ms Excel data application in
the input to find the total, average, standard deviation, and page.
The results show that in the macroscopic test is the color of gray white
cement. With consistency (thickness) 70% dilute, 30% thick. pH of 6.7 ± 0.48. In
microscopic tests Motility (M%) of 69 ± 0.1, Concentration of 134.5 ± 0.94 x 107
ml / ejakulat, and abnormalities 80% normal. Based on Motility (M%) and
Concentration of cement quality with progressive spermatozoa movement and
concentration of 134.5 million ml / horse ejaculate to be superior male.
Measurement of horse morphology result of each with different each on head
length 7%, shoulder height 5,67%, chest circumference 4,7%, chest depth 8,66%,
body length 6,98, hip height 5, 91 % and hip width 10%. And not uniform with
each different at 14% head width, 14.7% neck length, and 17.51% scrotal
circumference. The value of the ins and outs are different - different by nation and
environment.

Keywords : stallion, performance, reproduction, macroscopic, microscopic,


morphology

ii
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kampung Melati Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten

Asahan, Sumatera Utara pada tanggal 21 September 1996 dari ayah Suniardi dan

ibu Rusliati. Penulis merupakan anak pertama dari satu bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 015930 di Desa Alang

Bonbon pada tahun 2007. Pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun

2010 di SMP Negeri 2 Aek Kuasan dan di lanjutkan ke pendidikan menengah atas

diselesaikan pada tahun 2013 di SMA Negeri 1 Aek Kuasan dan pada tahun yang

sama penulis diterima sebagai mahasiswa Universitas Sumatera Utara melalui

jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dengan

pilihan Program Studi Peternakan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai Asisten Praktikum di

Laboratorium Produksi Ternak Perah. Penulis juga aktif dalam organisasi internal

universitas, diantaranya pernah menjabat sebagai anggota Ikatan Mahasiswa

Peternakan (IMAPET), Wakil Sekertaris di Himpunan Mahasiswa Muslim

Peternakan (HIMMIP).

Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di PT. Indofarm

Sukses Makmur Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara,

mulai bulan Juli sampai Agustus 2016.

iii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan rahmatNya penulis bisa menyelesaikan Skripsi dengan tepat waktu

adapun judul dari Skripsi ini adalah “Keragaan Reproduksi dan Morfologi pada

Kuda (Equus Caballus) Jantan di Kabupaten Deli Serdang”.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada

Prof. Dr. Ir. Hasnudi, MS selaku ketua Program Studi Peternakan dan kepada

Hamdan, S.Pt M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan kepada

Dr. Nevy Diana Hanafi, S.Pt., M.Si selaku anggota komisi pembimbing

penelitian.

Penulis juga mengucapkan termakasih kepada orang tua saya atas doa,

didikan, dukungan semangat serta pengorbanan materil maupun moril yang telah

diberikan selama ini. Disamping itu penulis juga menyampaikan terimakasih

kepada civitas akademika di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, serta teman-teman rekan mahasiswa yang tidak dapat

disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini. Dan kepada staff Laboratorium Balai Inseminasi

Buatan Daerah (BIBD) Medan dalam kerjasama pengambilan data.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan. Akhir

kata penulis mengucapkan Terima Kasih.

iv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ....................................................................................................... i
ABSTRACT ..................................................................................................... ii
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ix

PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................................. 1
Tujuan Penelitian ............................................................................................. 3
Kegunaan Penelitian......................................................................................... 3
Rumusan Masalah ............................................................................................ 4

TINJAUAN PUSTAKA
Kondisi Umum Lokasi Penelitian .................................................................... 5
Kuda (Equus caballus) ..................................................................................... 6
Reproduksi Kuda Jantan .................................................................................. 8
Pemeriksaan Makroskopis ............................................................................... 9
Pemeriksaan Mikroskopis ................................................................................ 11
Keragaan Reproduksi Kuda Jantan .................................................................. 14
Morfologi Tubuh Kuda .................................................................................... 15

BAHAN DAN METODE PENELITIAN


Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................................... 17
Alat dan Bahan Penelitian ................................................................................ 17
Alat ............................................................................................................ 17
Bahan ....................................................................................................... 17
Metode Penelitian............................................................................................. 18
Parameter Penelitian......................................................................................... 18
Reproduksi ................................................................................................ 18
Morfologi .................................................................................................. 19
Prosedur Pengukuran Reproduksi .................................................................... 19
Prosedur Pengukuran Morfologi ...................................................................... 20
Metode Pengambilan Data ............................................................................... 20
Analisis Data .................................................................................................... 20

v
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keragaan Reproduksi Kuda Jantan .................................................................. 23
Makroskopis ..................................................................................................... 23
Mikroskopis ..................................................................................................... 24
Pengukuran Morfologi Kuda Jantan ................................................................ 28

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan ...................................................................................................... 31
Saran ................................................................................................................. 32

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

Hal.

1. Sifat-sifat Semen pada Ternak ................................................................. 11

2. Pengukuran Morfologi Kuda di Kabupaten Nusantara Club Bogor ........ 16

3. Total, Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman dari Uji


Makroskopis Semen Kuda Jantan ............................................................. 24

4. Total, Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman dari Uji


Mikroskopis Semen Kuda ......................................................................... 25

5. Total, Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman dari


Pengukuran Morfologi Kuda Jantan ......................................................... 28

vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

Hal.

1. Peta Wilayah Kabupaten Deli Serdang ....................................................... 5


2. Kuda (Equus caballus) ................................................................................ 6
3. Kondisi Semen Dilihat dari Mikroskop (40x10) ......................................... 27

viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN

Hal.

1. Data Pengukuran Morfologi Kuda Jantan ................................................. 36

2. Populasi Ternak Besar Menurut Jenis Ternak 2015-2016 ........................ 37

3. Populasi ternak menurut kecamatan dan jenis ternak di Kabupaten Deli


Serdang (ekor) 2015 .................................................................................. 38

4. Rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman kuda jantan di


Kabupaten Karo ........................................................................................ 39

5. Rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman kuda jantan di


Kabupaten Tapanuli Utara ........................................................................ 39

6. Rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman kuda jantan di


Kabupaten Humbang Hasundutan ............................................................ 39

7. Rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman kuda jantan di


Kabupaten Samosir ................................................................................... 39

8. Format Pengukuran Morfologi Kuda Jantan ............................................. 40

9. Format Data Makroskopis dan Mikroskopis............................................. 41

10. Foto Selama Penelitian ............................................................................. 42

ix
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kuda telah didomestikasi lebih dari 6.000 tahun yang lalu di daerah stepa

yang sekarang dikenal dengan daerah Rusia Selatan dan Ukraina. Sejak itu kuda

mempunyai banyak manfaat yang berhubungan dengan manusia. Penduduk asli

Indonesia telah beternak kuda sebelum kedatangan Eropa. Kuda hidup pada saat

itu di alam bebas dan sangat tergantung pada kebaikan alam sehingga kuda yang

dipelihara memiliki kualitas rendah. Kedatangan Portugis dan Belanda ke

Indonesia memiliki andil memperbaiki ras kuda lokal, termasuk memperbaiki cara

beternak seperti cara pemberian makan yang baik, perawatan kuda, serta

petunujuk-petunjuk lain yang berhubungan dengan kuda (Putriana, 2011).

Ternak kuda termasuk komoditas ternak yang ada di Indonesia dan belum

mendapat perhatian yang proporsional baik oleh pemerintah maupun oleh

masyarakat. Keberadaan ternak kuda dinilai cukup strategis karena fungsinya

sebagai ternak kerja (salah satunya adalah kuda penarik andong) dan memiliki

nilai estetika yang menarik. Penelitian tentang ternak kuda sampai saat ini belum

banyak dilakukan oleh pakar di bidang peternakan bahkan publikasi ilmiah

tentang ternak kuda di Indonesia sangat langka, pembahasan dan diskusi

mengenai perkembanganya hampir tidak mendapat perhatian (Setyobudi, 2009).

Populasi ternak kuda di Sumatera Utara 10 tahun terakhir yang paling

tinggi pada tahun 2006 yaitu populasi kuda mencapai 4.053 ekor, sedangkan yang

paling rendah pada tahun 2015 dengan jumlah populasi kuda sekitar 1.917 ekor.

Penurunan tersebut diduga terkait dengan tingginya angka pemotongan yang

didorong oleh kesulitan ekonomi peternak, pengafkiran oleh berbagai sebab, dan

1
Universitas Sumatera Utara
2

rendahnya angka kelahiran. Ada beberapa kabupaten yang memiliki jumlah

populasi terbesar di Sumatera Utara diantaranya Kabupaten Karo dengan jumlah

kuda sekitar 94 ekor, Kabupaten Humbang Hasundutan dengan jumlah kuda

sekitar 488 ekor, dan Kabupaten Tapanuli Utara dengan jumlah kuda sekitar 126

ekor (BPS, 2016). Namun, ada juga kabupaten yang tidak tercatat populasi

kudanya di BPS (2016), dan setelah dilakukan survey lapangan di dapati jumlah

populasi kuda yang cukup besar sekitar 96 ekor yaitu di Kabupaten Deli Serdang.

Beberapa kabupaten di Sumatera Utara memiliki potensi dalam

memelihara ternak kuda, namun dalam pemeliharaan yang diterapkan masyarakat

di daerah tersebut tidak maksimal dan efisien akibatnya pertumbuhan dan

perkembangbiakan dari ternak kuda tersebut tidak berjalan dengan baik. Melihat

berdasarkan fakta yang didapat dilapangan banyak populasi ternak kuda jantan

tidak sebanding dengan banyaknya jumlah betina. Dari setiap kabupaten terdapat

1-3 ekor kuda, dan jumlah betina 30-50 ekor betina. Hal yang memprihatinkan

diketahui bahwa satu ekor jantan mengawinkan seluruh populasi betina dan

mengingat hal ini sudah terjadi selama bertahun-tahun, bila hal ini dilakukan terus

menerus dapat mengakibatkan kerusakan keragaman genetik dari ternak kuda itu.

Beberapa peternak juga mengawinkan ternak kuda betina mereka ke luar

daerah dan mendatangkan kuda jantan dari Australia guna memperbaiki kualitas

genetik dimasa depan. Maka dari itu perlu dilakukan beberapa pengujian baik dari

segi reproduksi dan produksi dari ternak kuda jantan di Kabupaten Deli Serdang.

Salah satu cara untuk memprediksi kesuburan pejantan adalah dengan

melihat daya tahan simpan (longevity) semen segar, berdasarkan motilitas. Pada

Universitas Sumatera Utara


3

penyimpanan suhu ruang, semen segar dianggap baik apabila motilitas setelah 3

dan 8 jam minimal adalah 45 dan 10% (Morel, 1999).

Untuk meningkatkan produksi dan reproduksi ternak kuda tidak cukup

hanya faktor pakan dan lingkungan melainkan faktor genetik. Hubungan

kekerabatan yang dekat atau jarak genetik yang rendah memiliki peluang kecil

untuk mendapatkan sifat-sifat yang unggul dalam persilangan, selain itu

pengukuran kedekatan genetik dapat dilihat melalui penampakan tubuh ternak.

Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk menguji kualitas semen

segar dari kuda dan morfologi kuda yang menunjang kesuburan pejantan. Untuk

kedepannya dapat digunakan untuk mengembangkan dan meningkatkan jumlah

populasi kuda di Kabupaten Deli Serdang.

Tujuan Penelitian

Mengetahui keragaan reproduksi dan morfologi pada kuda jantan di

Kabupaten Deli Serdang sehingga dapat menjadi pedoman dalam melakukan

perkawinan pada ternak kuda betina.

Kegunaan Penelitian

Bahan informasi bagi peternak, peneliti dan masyarakat mengenai kualitas

semen segar dan morfologi tubuh pada kuda dan menimbulkan pandangan

melakukan persilangan kuda serta memperbaiki kualitas genetik dalam konsep

pemuliaan. juga sebagai bahan penulisan skripsi yang merupakan salah satu syarat

untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


4

Rumusan Masalah

1. Bagaimana kualitas semen kuda melalui pemeriksaan makroskopis dan

mikroskopis semen kuda jantan di Kabupaten Deli Serdang ?

2. Bagaimana penampilan dari kuda jantan dilihat dari pengukuran dan tampilan

morfologi kuda jantan di Kabupaten Deli Serdang ?

Universitas Sumatera Utara


TINJAUAN PUSTAKA

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Gambar 1. Peta Wilayah Kabupaten Deli Serdang

Secara astronomis, Provinsi Sumatera Utara berada di bagian barat

Indonesia, terletak pada garis 1º – 4º Lintang Utara dan 98º - 100º Bujur Timur.

Provinsi ini berbatasan dengan daerah perairan dan laut serta dua provinsi

lain: di sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Aceh, di sebelah Timur dengan

Negara Malaysia di Selat Malaka, di sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi

Riau dan Sumatera Barat, dan di sebelah Barat berbatasan dengan Samudera

Hindia (BPS, 2016).

Secara geografis, Kabupaten Deli Serdang berada pada 2°57’ Lintang

Utara sampai 3°16’ Lintang Utara dan 98°33’ Bujur Timur sampai 99°27’

Bujur Timur. Wilayah Kabupaten Deli Serdang seluas 2.497,72 km2. Batas area di

sebelah utara adalah Kabupaten Langkat dan Selat Malaka, di sebelah timur

5
Universitas Sumatera Utara
6

berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai, di sebelah selatan berbatasan

dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Langkat dan di sebelah barat berbatasan

dengan Kabupaten Langkat dan Kabupaten Karo. Kabupaten Deli Serdang terdiri

dari 22 kecamatan dan 394 desa/kelurahan. Kabupaten Deli Serdang adalah

daerah yang beriklim tropis dengan dua musim yaitu musim hujan dan musim

kemarau dengan suhu kisaran 26º - 29º C (BPS, 2016).

Kuda (Equus caballus)

Gambar 2. Kuda (Equus caballus)

Kuda termasuk golongan hewan dalam filum Chordata yaitu hewan yang

bertulang belakang, kelas Mammalia yaitu hewan yang menyusui anaknya

(Blakely dan Bade, 1991). Kuda (Equus caballus atau Equus ferus caballus)

memiliki klasifikasi zoologis sebagai berikut (Ensminger, 1962): Kerajaan :

Animalia Filum : Chordata Kelas : Mammalia Ordo : Perissodactyla Family :

Eqiuidae Genus : Equus Spesies : Equus caballus.

Kuda berasal dari spesies Equus caballus yang dahulu merupakan bangsa

dari jenis kuda liar. Kini sudah menjadi hewan yang didomestikasi dan memegang

Universitas Sumatera Utara


7

peranan penting bagi kehidupan manusia dan berfungsi sebagai mata pencaharian,

alat transportasi, olahraga dan sarana rekreasi (Siregar, 2011).

Kuda dapat diklasifikasikan menjadi kuda tipe ringan, tipe berat maupun

kuda poni sesuai dengan ukuran, bentuk tubuh dan kegunaan. Kuda tipe ringan

mempunyai tinggi 1,45-1,70 m saat berdiri, bobot badan 450-700 kg dan sering

digunakan sebagai kuda tunggang, kuda tarik atau kuda pacu. Kuda tipe ringan

secara umum lebih aktif dan lebih cepat dibandingkan kuda tipe berat. Kuda tipe

berat mempunyai tinggi 1,45-1,75 m saat berdiri dengan bobot badan diatas 700

kg dan biasa digunakan sebagai kuda pekerja. Kuda poni memiliki tinggi kurang

dari 1,45 m jika berdiri dan bobot badan 250-450 kg. Beberapa kuda berukuran

kecil biasanya juga terbentuk dari keturunan kuda tipe ringan (Ensminger, 1962).

Kuda lokal Indonesia digolongkan ke dalam kuda poni. Pemuliaan kuda

yang terdapat di Indonesia dipengaruhi oleh iklim tropis serta lingkungan. Tinggi

badan kuda di Indonesia berkisar antara 1,15-1,35 m, sehingga di golongkan

dalam jenis poni. Bentuk kepala umumnya besar dengan wajah rata, tegak, sinar

mata hidup serta daun telinga kecil. Kegunaan kuda lokal Indonesia sebagaian

besar adalah sebagai sarana transportasi, pengangkut barang, sarana hiburan, dan

sebagai bahan pangan masyarakat lokal, kuda lokal Indonesia tersebar di beberapa

daerah dengan jenis dan karakteristik berbeda (Astuti, 2011).

Indonesia sampai saat ini memiliki 13 jenis kuda lokal, yaitu kuda

Makassar, kuda Gorontalo dan Minahasa, kuda Sumba, kuda Sumbawa, kuda

Bima, kuda Flores, kuda Savoe, kuda Roti, kuda Timor, kuda Sumatera (terdiri

dari 4 jenis yaitu kuda Padang, kuda Batak, kuda Agam, dan kuda Gayo), kuda

Universitas Sumatera Utara


8

Bali dan kuda Lombok serta kuda Kuningan. Beberapa diantaranya memiliki

keunggulan sebagai kuda tunggang dan kuda pacu (Astuti, 2011).

Reproduksi Kuda Jantan

Fungsi alamiah esensial seekor hewan jantan adalah menghasilkan sel-sel

kelamin jantan atau spermatozoa yang hidup, aktif dan potensial fertil, dan secara

sempurna meletakkannya kedalam saluran kelamin betina. Semua proses

fisiologik dalam tubuh hewan jantan baik secara langsung maupun tidak langsung,

menunjang produksi dan kelangsungan hidup spermatozoa-spermatozoa. Akan

tetapi pusat kegiatan kedua proses ini terletak pada organ reproduksi hewan jantan

itu sendiri (Toelihere, 1981).

Organ reproduksi hewan jantan dapat dibagi atas tiga komponen : (a)

organ kelamin primer, yaitu gonad jantan, dinamakan testis atau testiculus,

disebut juga orchis atau didymos yang pada ternak mamalia normal terdapat di

dalam suatu kantong luar yang disebut scrotum; (b) skelompok kelenjar-kelenjar

kelamin pelengkap yaitu kelenjar-kelenjar vesikulares, prostata dan Cowper, dan

saluran-saluran yang terdiri dari epididymis dan vas deferens; dan (c) alat kelamin

luar atau organ kopulatoris yaitu penis (Toelihere, 1981).

Testis berfungsi sebagai eksokrin dan endokrin. Dikatakan eksokrin

karena testi menghasilkan spermatozoa. Sedangkan endokrin karena testis

menghasilkan hormon steroid yang berupa androgen dan testosteron. Pembungkus

testis dinamakan skrotum yang berfungsi disamping sebagai pelindung testis juga

sebagai termoregulator. Jika udara dingin scrotum akan mengeriput, testis tertarik

lebih dekat dengan badan, sehingga panas tidak banyak terbuang. Sebaliknya jika

Universitas Sumatera Utara


9

udara panas, skrotum akan mengalami relaksasi, testis menjauhi badan, sehingga

panas banyak terbuang (Tim Embriologi, 2010).

Menurut Toelihere (1981), Scrotum berfungsi menunjang dan melindungi

testes dan epididymis dan mempertahankan suhu yang lebih rendah daripada suhu

badan yang diperlukan untuk spermatogenesis. Suhu testes yang relatif konstan

4-7 ºC dibawah suhu tubuh pada hewan jantan normal.

Produksi semen kuda jauh berbeda daripada sapi dan domba, dalam

banyak hal hampir sama dengan pada babi. Kuda menghasilkan semen dalam

jumlah besar, stu ejakulat berkisar antara 30-250 ml, rata-rata 70 ml, walaupun

kadang-kadang mencapai 400 ml. Bangsakuda berdarah panas umumnya memberi

ejakulat dengan volume kecil, tetapi mempunyai konsentrasi sperma yang tinggi

dibandingkan dengan ejakulat yanga voluminous dari bangsa kuda tarik

(Toelihere, 1993).

Pemeriksaaan Makroskopis

Volume dan warna semen diketahui langsung karena tabung penampung

berskala dan transparan. Konsistensi semen diketahui dengan memiringkan semen

di dalam tabung dan mengembalikan ke posisi semula sehingga diketahui

kecepatan cairan kembali ke posisi semula. Derajat keasaman (pH) semen diukur

dengan kertas indikator pH (skala 6,4-8,0). Osmolaritas semen diukur dengan

menggunakan osmometer (Yudi et al., 2008).

Pemeriksaan volume merupakan salah satu syarat yang diperlukan untuk

mengetahui kuantitas semen segar setelah penampungan. Menurut Kartasudjana

(2001) volume semen tergantung pada spesies ternak, sapi dan domba umumnya

mempunyai volume ejakulat rendah, sedangkan semen babi dan kuda mempunyai

Universitas Sumatera Utara


10

volume ejakulat yang tinggi. Dari jenis ternak tersebut, volume semen juga

dipengaruhi oleh bangsa, bobot badan, umur, pakan dan frekuensi penampungan.

Menurut Feradis (2010) Ejakulasi yang sering menyebabkan penurunan volume

dan apabila kedua ejakulat diperoleh berturut-turut dalam waktu singkat maka

umumnya ejakulat yang kedua mempunyai volume yang lebih rendah. Volume

semen kuda 60 - 100 ml, sapi 5 - 8 ml, domba 0,8 - 1,2 ml, babi 150 - 200 ml.

Warna semen kuda pada umumnya dapat diamati langsung karena tabung

penampung semen terbuat dari gelas atau plastik tembus pandang. Semen sapi

pada umumnya berwarna putih sedikit krem, semen domba putih krem-kreman

(lebih tua dari warna semen sapi) dan semen babi dan kuda menyerupai larutan

kanji (abu-abu encer). Gumpalan-gumpalan, bekuan dan kepingan-kepingan di

dalam semen menunjukkan adanya nanah yang umumnya berasal dari

kelenjar-kelenjar pelengkap dari ampula. Semen yang berwarna gelap sampai

merah muda menandakan adanya darah segar dalam jumlah berbeda dan berasal

dari saluran kelamin urethra atau penis. Warna kecoklatan menunjukkan adanya

darah yang telah mengalami dekomposisi. Warna coklat muda atau warna

kehijau-hijauan menunjukkan kemungkinan kontaminasi dengan feses

(Feradis, 2010).

Kekentalan atau konsistensi atau viskositas merupakan salah satu sifat

semen yang memiliki kaitan dengan kepadatan/konsentrasi sperma di dalamnya.

Semakin kental semen dapat diartikan bahwa semakin tinggi konsentrasi

spermanya (Wibowo, 2015).

Universitas Sumatera Utara


11

Berikut sifat-sifat semen pada ternak menurut Toelihere (1993) :

Tabel 1. Sifat-sifat semen pada ternak

Sifat Sapi Domba Babi Kuda


Jumlah Penampungan per
1-6 7-25* 2-5 2-6*
minggu
5-8 0,8-1,2 150-200** 60-100
Volume (ml)
(1-15) (0,7-3,0) (125-500) (30-125)
Konsentrasi Sperma 1000-1800 2000-3000 200-300 100-150
(juta/ml) (300-2500) (1000-6000) (25-1000) (30-600)
Jumlah Sperma/ejakulat 4,8 3,0 37,5 8,4
(milyar) (5-15) (1,6-3,6) (30-60) (7-15)
6,8 6,8 7,4 7,4
pH
(6,2-7,5) (6,2-7,0) (7,0-7,8) (7,0-7,8)
Sperma Motil (%) 65 75 70 65
Sperma morfologik
85 90 80 80
normal (%)
Keterangan : * Satu dua hari istirahat per minggu
** Volume tanpa bahan gelantinous

Pemeriksaan Mikroskopis

Perkiraan motilitas adalah suatu prosedur visual dan dinyatakan secara

komperatif, tidak mutlak. Motilitas spermatozoa di dalam suatu contoh semen

ditentukan secara keseluruhan atau sebagia rata-rata dari suatu populasi sperma.

Terhadap semen yang baru ditampung dan belum diencerkan, dilakukan

pemeriksaan gerakan masa dan gerakan individual. Gerakan masa dperma dapat

dilihat dengan jelas dibawah mikroskop biasa dengan pembesaran kecil (10 x 10)

dan cahaya yang dikurangi. Dengan penilaian sebagai berikut : (a) sangat baik

(+++), terlihat gelombang-gelombang besar, banyak, gelap, tebal dan aktif

bagaikan gumpalan-gumpalan awan hitam dekat waktu hujan yang bergerak cepat

berpindah-pindah; (b) baik (++), bila terlihat gelombang-gelombang kecil, tipis,

jarang, kurang jelas dan bergerak lamban; (c) lumayan (+), jika tidak terlihat

gelombang melainkan hanya gerakan-gerakan individual aktif progesif; dan

Universitas Sumatera Utara


12

(d) buruk (N, necrospemia atau O), bila hanya sedikit atau tidak ada

gerakan-gerakan individual (Toelihere, 1993).

Gerakan individual dilakukan dibawah mikroskop dengan pembesaran

pandangan (45 x 10). Pada umumnya dan yang terbaik adalah pergerakan progesif

atau gerakan aktif maju kedepan. Gerakan melingkar dan gerakan mundur sering

merupakan tanda-tanda “cold sold” atau media yang tidak isotonik dengan semen.

Gerakan berayun atau berputar-putar ditmpat sering terlihat pada semen yang tua,

apabila kebanyakan spermatozoa telah berhenti dan dianggap mati

(Toeliher, 1993).

Spermatozoa kuda normal mempunyai derajat motilitas 3-4, dan 48-75 %

sperma di dalam semen bergerak aktif selama kurang lebih 20 menit sesudah

ejakulasi. Setelah dibiarkan tanpa diencerkan selama 8 jam pada suhu kamar

jarang ditemukan derajat motilitas yang berarti (Toelihere, 1993).

Persentase spermatozoa hidup (%H). Evaluasi dilakukan dengan

pewarnaan diferensial eosin-negrosin 2%. Sampel semen dan zat pewarna

(sekitar 1:3) dicampur pada gelas objek, dan dibuat preparat ulas tipis pada gelas

objek yang lain. Preparat selanjutnya difiksasi (dikeringkan) menggunakan hair

dryer. Pengamatan dilakukan dengan mikroskop cahaya perbesaran 10 x 40.

Spermatozoa hidup ditandai dengan bagian kepala benwarna terang, sedangkan

yang mati dengan bagian kepala berwarna merah-ungu (eosinofilik)

(Yudi et al., 2007).

Salisbury dan Van Demark (1985) menyatakan konsentrasi spermatozoa

akan mengikuti perkembangan seksual dan kedewasaan, kualitas pakan yang

diberikan, kesehatan alat reproduksi, besar testis, umur dan frekuensi ejakulasi

Universitas Sumatera Utara


13

pejantan. Pemeriksaan konsentrasi merupakan salah satu syarat yang diperlukan

untuk mengetahui kuantitas semen segar setelah penampungan (Khairi, 2016).

Penentuan konsentrasi spermatozoa adalah dengan memperkirakan jarak

antara dua kepala sperma dibawah mikroskop pada pembesaran (45 x 10) dengan

penilaian sebagai berikut : (a) Densum (D) atau padat, jika jarak antara dua kepala

sperma kurang dari panjang satu kepala konsentrasi ditaksir lebih kurang

1000-2000 juta sel per ml semen. (b) Semidensum (SD) atau sedang, bila jaraknya

sama dengan panjang 1-1,5 kepala konsentrasi sperma berkisar antara 500-1000

juta sel per ml semen. (c) Rarum (R) atau jarang, jika jarak tersebut melebihi

panjang kepala atau sama dengan panjang seluruh sperma dan konsentrasinya

berada sekitar 200-500 juta sperma per ml semen. (d) Oligospemia (OS) atau

sedikit sperma, bila jarak tersebut memiliki panjang seluruh sperma dengan

konsentrasi kurang dari 200 juta per ml semen. (e) Aspermia (A) atau tidak ada

sperma, bila samasekali tidak ada sperma di dalam semen (Toelihere, 1993).

Abnormalitas spermatozoa dinilai berdasarkan abnormalitas primer dan

sekunder (Barth dan Oko, 1986). Spermatozoa dinilai secara morfologi normal

atau tidak, pada bagian kepala (abnormalitas primer), leher dan ekor

(abnormalitas sekunder) (Yudi et al., 2007).

Penilaian morfologik sperma pada kuda lebih sulit daripada ternak lainnya.

Infertilitas pada kuda dapat terjadi tanpa adanya kelainan pada spermatozoa dan

fertilitas kuda jantan tidak terlalu dapat ditentukan berdasarkan pemeriksaan

semen. Beberapa kuda jantan dapat memiliki sperma yang normal tetapi fertilitas

yang rendah, sebaliknya beberapa kuda jantan yang sangat fertil dapat memiliki

sperma abnormal yang cukup banyak (Toelihere, 1993).

Universitas Sumatera Utara


14

Keragaan Reproduksi Kuda Jantan

Kuda jantan mulai dewasa kelamin pada usia 15 bulan

(Kilgour dan Dalton, 1984). Pejantan yang akan digunakan sebagai pemacek

sebaiknya sudah berumur empat tahun (Jacoebs, 1994). Keberhasilan dalam

pengawinan membutuhkan betina yang sedang birahi serta pejantan yang

memiliki kualitas semen dan spermatozoa yang baik (McBane, 1991).

Performa pejantan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu nutrisi,

lingkungan, penyakit, dan hormon. Hormon yang mempengaruhi kualitas pejantan

diantaranya adalah FSH atau Folicle Stimulating Hormone (mengatur produksi

sperma) dan LH atau Luteinizing Hormone (mengatur pengeluaran hormon

testosteron). Hormon testosteron berpengaruh terhadap karakteristik fisik

pejantan, libido, dan produksi semen (McBane, 1991).

Kuda mempunyai fungsi sosial dan fungsi ekonomis yang cukup tinggi,

selain dikonsumsi kuda juga digunakan sebagai tenaga kerja dan alat angkut yang

praktis, sehingga dalam memilih seekor kuda perlu memperhatikan tinggi pundak,

lingkar dada, tinggi pinggul dan panjang badan dari ternak kuda tersebut. Kuda

yang pundaknya tinggi cenderung lebih mahal dibanding kuda yang pundaknya

rendah dikarenakan kuda yang mempunyai pundak tinggi pada umumnya

mempunyai penampilan yang bagus (Sostroamidjojo dan Soeradji, 1990).

Ukuran-ukuran tubuh merupakan faktor yang banyak berhubungan dengan

performance ternak. Penggunaan ukuran-ukuran badan, sangat baik untuk berat

badan maupun untuk mengetahui sifat keturunan dan produksi, sehingga dengan

memakai ukuran-ukuran badan kita dapat menilai performance ternak

(Ensminger, 1962).

Universitas Sumatera Utara


15

Morfologi Tubuh Kuda

Pengukuran ukuran tubuh digunakan untuk membedakan keragaman baik

ukuran maupun bentuk tubuh terhadap populasi ternak berukuran besar seperti

kuda (Dietl et al., 2005). Karakteristik morfometrik yang berkaitan erat dengan

ukuran tubuh, merupakan hal yang belum banyak diamati, terutama pengamatan

ukuran dan bentuk tubuh (Hutasoit, 2012).

Morfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang form atau shape yang

biasa digunakan untuk mempelajari karakteristik eksternal anatomi. Morfometrik

terdiri atas dua komponen besar, yaitu ukuran (size) dan bentuk (shape)

(Champbell dan Lack, 1985). Ukuran dalam hal ini dapat diartikan sebagai

dimensi, besar, luas, ukuran suatu permukaan atau volume. Bentuk diartikan

sebagai model, karakteristik atau susunan sesuatu sebagai penentu penampilan

luarnya. Ukuran-ukuran tubuh juga digunakan untuk menggambarkan eksterior

hewan sebagai ciri khas suatu bangsa (Doho, 1994).

Menurut Bowling dan Ruvinsky (2000) penilaian ukuran dan bentuk tubuh

kuda sudah dilakukan peternak kuda tradisional berdasarkan pada sebagian sifat

dari performa kuda. Ukuran merupakan indikator bagi pertumbuhan, tetapi tidak

dapat digunakan dalam mengidentifikasikan komposisi tubuh ternak. Ukuran kuda

digunakan untuk menentukan tipe kuda dengan kemampuan pacu yang kuat.

Tinggi pundak, tinggi pinggul, panjang tubuh, lingkar dada dan lingkar kanon

merupakan ukuran-ukuran tubuh juga. Proporsi ukuran (size) kuda yang baik

adalah sebesar 10%-11% untuk kepala dan 89%-90% untuk tubuh yang meliputi

badan dan leher (Dyce et al., 2002). Lingkar dada memiliki pengaruh yang besar

terhadap performa (ukuran tubuh) ternak kuda.

Universitas Sumatera Utara


16

Cara pengukuran lingkar dada, panjang badan, panjang badan dan tinggi

pundak pada ternak sapi adalah, Lingkar dada : diukur dengan pita meter

melingkar dada sapi tepat di belakang kaki depan. Panjang badan : diukur secara

lurus dengan tongkat ukur dari siku (humerus) sampai benjolan tulang tapis

(tuber ischii). Tinggi pundak : diukur lurus dengan tongkat ukur dari titik tertinggi

puncak (Santosa, 2002).

Berikut adalah hasil pengukuran morfologi ternak kuda menurut Grantino

et al. (2017), disajikan dalam tabel 2 :

Tabel 2. Pengukuran morfologi kuda di Kabupaten Nusantara Club Bogor


Morfologi Kuda
Panjang Lebar Panjang Tinggi Lingkar Kedalaman Panjang Tinggi Lebar
Kepala Kepala Leher Pundak Dada Dada Badan Pinggul Pinggul
60.954 21.227 49.090 149.54 167.90 42.454 146 150.636 38.954
RR
±1.785 ±1.328 ±4.139 ±5.040 ±5.813 ±4.248 ±3.464 ±4.726 ±1.963
KK 9.41% 6.85% 9.46% 3.37% 3.41% 9.77% 2.37% 3.13% 5.03%

Universitas Sumatera Utara


BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Lou Bakeri Kecamatan Kutalimbaru dan

Desa Jati Kesuma Kecamatan Namo Rambe di Kabupaten Deli Serdang dan di

Laboratorium Balai Inseminasi Buatan Daerah (BIBD) Provinsi Sumatera Utara

di Kota Medan pada bulan Agustus-September 2017.

Alat dan Bahan

Alat

Adapun alat yang digunakan adalah pita meter dan tongkat ukur dalam

satuan cm untuk mengukur morfologi tubuh dari kuda, jangka sorong untuk

mengukur diameter scrotum, beaker glass untuk menampung semen segar, termos

air digunakan untuk menyimpan semen segar dalam kurun waktu maksimal 10

jam, kertas lakmus untuk mengukur ph semen, mikroskop digunakan untuk

mengamati spermatozoa, petri disk digunakan untuk wadah semen segar selama

pemeriksaan di Laboratorium, pipet tetes digunakan untuk mengambil semen dari

tabung penampungan, preparat glass digunakan sebagai alas pengamatan, kertas

dan alat tulis digunakan untuk mencatat seluruh hasil pengamatan.

Bahan

Adapun bahan yang digunakan adalah 10 ekor kuda yang berjenis kelamin

jantan yang sudah dewasa kelamin dan dewasa tubuh didapat di Desa Lou Bakeri

6 ekor dan Desa Jati Kesuma 4 ekor yang berada di Kabupaten Deli Serdang,

untuk diambil sampel semen dan ukuran morfologi dari kuda, kapas dan alkohol

85% digunakan untuk sterilisasi peralatan yang digunakan.

17

Universitas Sumatera Utara


18

Metode Penelitian

Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah survey pengamatan langsung

dengan metode pengambilan sampel purposive sampling (pengambilan sampel

secara disengaja dengan kriteria tertentu) kriteria yang dimaksud dipenelitian ini

adalah kuda jantan yang sudah dewasa kelamin dan dewasa tubuh untuk diambil

semen dan ukuran dari morfologinya.

Peubah Penelitian

Adapun peubah yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Reproduksi

Parameter pengukuran bagian reproduksi dibagi menjadi 2 bagian yaitu :

Eksterior dan Interior.

a. Eksterior meliputi pengukuran diameter scrotum dengan menggunakan

jangka sorong skala cm.

b. Interior meliputi pengukuran kualitas semen yang diuji secara makroskopis

dan secara mikroskopis. Uji makroskopis berupa pengukuran kekentalan,

warna, pH, uji makroskopis dilakukan dengan melihat dan memeriksa

kondisi semen secara langsung ketika semen segar baru saja dikeluarkan

dengan kriteria-kriteria penilaian yang sudah ditentukan dan menggukan

kertas indikator lakmus untuk mengukur pH dan tabung penampung.

Sementara itu uji mikroskopis berupa motilitas, konsentrasi, dan

abnormalitas spermatozoa. Uji mikroskopis ini dilakukan di laboratorium

dengan pengamatan menggunakan mikroskop, dan bantuan beberapa

peralatan tambahan berupa haemocytometer.

Universitas Sumatera Utara


19

2. Morfologi

Parameter bagian pengukuran morfologi kuda dibagi menjadi beberapa

bagian pengukuran yaitu :

a. Kepala, parameter pengukuran bagian kepala meliputi panjang kepala, dan

lebar kepala yang diukur langsung.

b. Leher, parameter pengukuran bagian leher meliputi panjang leher yang

diukur secara langsung.

c. Pundak, pengukuran pundak meliputi tinggi pundak yang diukur secara

langsung

d. Dada, parameter pengukuran dada meliputi lingkar dada, dan kedalaman

dada yang dilakukan pengukuran secara langsung.

e. Badan, parameter pengukuran bagian badan meliputi, panjang badan,

bagian ini juga dilakukan pengukuran secara langung.

f. Pinggul, parameter pengukuran ini meliputi lebar pinggul, tinggi pinggul.

Prosedur Pengukuran Reproduksi

1. Eksterior, bagian eksterior pada alat reproduksi adalah pengukuran

diameter scrotum, dengan mengukur diameter scrotum kita dapat

mengetahui ukuran dari testis. Pengukuran diameter scrotum dilakukan

secara langsung dan diukur menggunakan jangka sorong (cm).

2. Interior, bagian interior terbagi atas 2 bagian yaitu makroskopis berupa

pengukuran volume, kekentalan, warna, pH dan mikroskopis berupa

motilitas, konsentrasi, dan abnormalitas spermatozoa. Penilaiaan secara

makroskopis berupa penampungan semen dilakukan dengan cara di

tampung dari luar alat kelamin jantan dengan asumsi keakuratan 80%.

Universitas Sumatera Utara


20

Penilaian secara mikroskopis dilakukan secara kasat mata melalui

mikroskop.

Prosedur Pengukuran Morfologi

Pengukuran morfologi tubuh kuda dilakukan dengan menggunakan pita

meter (cm) dan tongkat ukur (cm). Pengukuran morfologi merupakan pengukuran

yang dilakukan dengan jarak antar tulang dari anggota tubuh kuda.

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengukuran kualitas reproduksi semen

dan morfologi tubuh kuda sesuai dengan parameter penelitian (morfologi meliputi

pengukuran panjang kepala, lebar kepala, panjang leher, tinggi pundak, meliputi

lingkar dada dan kedalaman dada, panjang badan, meliputi lebar pinggul, tinggi

pinggul, diameter scrotum, serta makroskopis dan mikroskopis meliputi volume,

kekentalan, warna, pH, motilitas, konsentrasi, dan abnormalitas dari kuda jantan

yang sudah dewasa kelamin dan dewasa tubuh). Data sekunder diperoleh dari

berbagai jurnal ilmiah, text book, skripsi (laporan penelitian), serta referensi lain.

Data yang dihasilkan disusun secara tabulasi.

Analisis Data

Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

kuantitatif dengan perhitungan ukuran reproduksi dan morfologi berupa ukuran

pemusatan meliputi keragaman, rataan, dan simpangan baku yang didapat dari

masing-masing parameter. Data yang didapat kemudian diolah dalam 3 bentuk

rumus yaitu :

Universitas Sumatera Utara


21

1. Rumus perhitungan rata-rata

Ukuran yang sering disebut dengan istilah rata-rata ini dicari dengan

perhitungan (jumlah nilai data) dibagi oleh (banyaknya observasi). Mengingat

gugus data yang diamati bisa diperoleh dari populasi atau dari sampel, maka

dibedakan antara rata-rata populasi dengan rata-rata sampel. Rata-rata sampel

dilambangkan dengan X (X bar) (Arifwibowo, 2012).

2. Rumus perhitungan simpangan baku (Standard deviation)

Standard devasi merupakan ukuran penyebaran yang paling banyak

digunakan. Semua gugus data dipertimbangkan sehingga lebih stabil

dibandingkan ukuran lainnya. Namun, apabila dalam gugus data tersebut

terdapat nilai ekstrem, standard deviasi menjadi tidak sensitif lagi, sama

halnya seperti mean. Standard deviasi memilki beberapa karakteristik khusus

lainnya. SD tidak berubah apabila setiap unsur pada gugus datanya

dikali/dibagi dengan nilai konstan tertentu. Bila dikalikan dengan nilai

konstan, standard deviasi yang dihasilkan akan setara dengan hasil kali dari

nilai standard deviasi aktual dengan konstan (Suharyadi dan Purwanto, 2009).

Data sampel menggunakan rumus :

Data populasi menggunakan rumus :

3. Rumus perhitungan koefisien keragaman

Koefisien keragaman adalah koefisien yang menunjukan derajat kejituan

(accurary atau precision) serta keandalan kesimpulan suatu percobaan.

Universitas Sumatera Utara


22

Koefisien ini juga dinyatakan sebagai persen rerata umum percobaan. Nilai

KK semakin kecil maka derajat kejituan dan keandalan yang diperoleh

semakin tinggi. Namun demikian tidak ada ketentuan nilai KK yang dianggap

baik karena sangat dipengaruhi beberapa faktor (Bambang et al., 2011).

Keterangan :
X : rata-rata
S : simpangan baku
Xi : ukuran ke-i dari peubah x
n : jumlah sampel yang diambil dari populasi
KK : koefisien Keragaman

Universitas Sumatera Utara


HASIL DAN PEMBAHASAN

Keragaan Reproduksi Kuda Jantan

Makroskopis

Total, rataaan, simpangan baku dan koefisien keragaman dari ukuran

makroskopis semen kuda jantan disajikan dalam Tabel 2. Jumlah kuda yang

diamati adalah 10 ekor. Uji secara makroskopis meliputi warna, kekentalan dan

pH. Uji ini dilakukan secara langsung dilapangan. Hasil total untuk warna yang

didapat berdasarkan tabel tersebut yaitu 70% putih kelabu, 20% putih terang dan

10% putih kekuningan dimana rataannya adalah putih kelabu. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Yudi et.al (2008) yang menyatakan bahwa semen segar kuda

mempunyai volume tanpa gel 29,3 ± 9,3 mL, pH 7,0 ± 0,1, konsistensi encer,

berwarna putih-susu. Begitu juga pernyataan Ferdis (2010) yang menyatakan

semen babi dan kuda menyerupai larutan kanji (abu-abu encer). Dan dengan

pernyataan Toelihere (1993) yang menyatakan bahwa semen kuda dan babi cukup

encer berwarna terang sampai kelabu.

Untuk nilai persentasi kekentalan (konsistensi) yang dihasilkan dari

penelitian adalah 70% encer dan 30% kental. Dimana secara umum konsistensi

semen yang didapatkan encer. Menurut Hafez & Hafez (2000) konsistensi semen

tergantung dari fraksi yang ditampung, fraksi pra-spermatozoa encer (watery),

kaya-spermatozoa seperti susu tidak kental (milky, nonviscous), dan

pasca-spermatozoa sangat kental (highly viscous). Toelihere (1993), mengatakan

bahwa semen kuda jauh lebih encer daripada semen sapi dan domba. semen kuda

dan babi merupakan cairan yang lebih voluminous dan lebih putih karena

konsentrasi sperma rendah. Meskipun konsistensi yang didapatkan encer, bukan

23
Universitas Sumatera Utara
24

berarti kualitas semen kudanya tidak bagus. Kerena secara umum masih dalam

kisaran normal untuk kuda.

Hasil penelitian menunjukan bahwa seluruh semen mempunyai pH relatif

netral, dengan rataan 6,70 ± 0,48 dan KK 7,82%. Hasil ini tidak berbeda dengan

Morel (1999) yang menyatakan bahwa pH semen kuda adalah berkisar

6,20-7,80. Sama halnya dengan hasil penelitian Yudi et al. (2007) rataan pH yang

di dapatkan yaitu 7,00 ± 0,12.

Tabel 3. Total, rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman dari uji
makroskopis semen kuda jantan
Makroskopis Semen
No Kuda
Warna Kekentalan pH
1 Putih kelabu Encer 7
2 Putih terang Encer 6
3 Putih Kelabu Kental 7
4 Putih kekuningan Kental 6
5 Putih kelabu Kental 6
6 Putih kelabu Encer 7
7 Putih terang Encer 7
8 Putih kelabu Encer 7
9 Putih kelabu Encer 7
10 Putih kelabu Encer 7
70% Putih Kelabu, 70 % Encer,
Total 20% putih terang, 67
30% kental
10% putih kekuningan
Rata-rata putih kelabu Encer 6,7
SB - - 0,48
KK - - 7,82 %

Mikroskopis

Total, rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman dari data

mikroskopis disajikan dalam Tabel 4, Uji mikroskopis meliputi motilitas,

konsentrasi, dan abnormalitas, pengujian ini dilakukan di laboratorium.

Universitas Sumatera Utara


25

Tabel 4. Total, rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman dari uji
mikroskopis semen kuda jantan
Mikroskopis Semen
No Kuda Konsentrasi
Motilitas Abnormalitas
(x 107)
1 80% 15,00 Normal
2 70% 12,96 Normal
3 60% 13,80 Abnormal
4 65% 13,20 Normal
5 50% 12,00 Abnormal
6 60% 14,16 Normal
7 80% 14,40 Normal
8 75% 13,80 Normal
9 79% 12,60 Normal
10 70% 12,60 Normal
80% Normal,
Total 689% 1345,2 20% Abnormal
Rata-rata 69% 134,5 Normal
SB 0,1 0,94
KK (%) 14,64 % 6,99 %

Dari Tabel 4 diatas rataan Motilitas yang di dapat adalah 69±0,1% dan

koefisien keragaman 14,64%. Hasil ini relatif sama dengan Toelihere (1993) yang

mendapatkan motilitas sebesar 65%, serta Yudi et al. (2007) sebesar

67,08±9,08%. Arifiantini et al. (2007) mendapatkan persentasi motilitas

spermatozoa progesif sebesar 67,1±7,20% Presentasi motilitas dapat

dikategorikan semen tersebut dalam keadaan baik dan berada dalam kelompok

pergerakan yang progresif dan menghasilkan gerakan masa. Hal ini disesuaikan

berdasarkan penilaian motilitas Toelihere (1993) yang menyatakan bahwa

menentukan kualitas semen berdasarkan motilitas spermatozoa dengan nilai 0

sampai 5, sebagai berikut : 0 = spermatozoa imotil atau tidak bergerak, 1 =

gerakan berputar ditempat, 2 = gerakan berayun atau melingkar, kurang dari 50%

bergerak progesif dan tidak ada gelombang, 3 = antara 50 sampai 80%

Universitas Sumatera Utara


26

spermatozoa bergerak progresif dan menghasilkan gerakan masa, 4 = pergerakan

progresif yang gesit dan segera membentuk gelombang dengan 90%sperma motil,

5 = gerakan yang sangat progresif, gelombang yang sangat cepat, menunjukan

100% motil aktif. Toelihere (1993) juga mengatakan spermatozoa kuda normal

umumnya mempunyai derajat motilitas 3 sampai 4, dan 48 sampai 75% sperma di

dalam bergerak aktif.

Konsentrasi dapat diartikan dengan jumlah spermatozoa yang terdapat

disetiap mililiter semen, angka menunjukan rataan nilai konsentrasi

(134,5±0,94%) x 107/ml, dengan koefisien keragaman 6,99%. Hasil konsentrasi

yang didapatkan relatif lebih kecil dengan pernyataan Yudi et al. (2007) yang

menyatakan bahwa konsentrasi semen kuda adalah (211,88±21,15) x 107/ml. Dan

lebih tinggi dari pernyataan Toelihere (1993) yang menyatakan konsentrasi

sperma kuda berkisar antara 30-600 juta sel per ml, dengan rata-rata 120 juta sel

per ml semen. Berbedanya konsentrasi ini tergantung pada kapasitas individual,

tingkatan makanan dan frekuensi pemakaian pejantan. Salisbury dan Van Demark

(1985) menyatakan konsentrasi spermatozoa akan mengikuti perkembangan

seksual dan kedewasaan, kualitas pakan yang diberikan, kesehatan alat

reproduksi, besar testis, umur dan frekuensi ejakulasi pejantan.

Dari hasil analisis di laboratorium di dapatkan tingkat abnormalitas semen

kuda adalah normal/padat pengelompokan ini dikarenakan konsentrasi dari semen

berada di kisaran (134,5±0,94%) x 107/ml yang menandakan bahwa spermatozoa

berada di penilaian padat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Toelihere (1993) yang

menyatakan bahwa Densum (D) atau padat, jika jarak antara dua kepala sperma

kurang dari panjang satu kepala konsentrasi ditaksir lebih kurang

Universitas Sumatera Utara


27

1000-2000 juta sel per ml semen. Namun penilaian morfologik sperma pada kuda

lebih sulit dibandingkan ternak lainnya. Pada kuda infertilitas dapat terjadi tanpa

adanya kelainan pada spermatozoa dan fertilitas kuda jantan tidak selalu dapat

ditentukan berdasarkan pemeriksaan semen. Karena beberapa kuda jantan dapat

memiliki sperma yang normal tetapi fertilitas yang rendah, sebaliknya beberapa

kuda jantan yang sangat fertil dapat memiliki sperma abnormal yang cukup

banyak. Selama pengamatan ditemukan beberapa bentuk spermatozoa yang

memiliki bagian ekor yang bengkok (bent), ekor memanjang, kepala yang

terlampau kecil, dan kepala yang memanjang. Berikut gambar yang

memperlihatkan kondisi semen dilihat dari mikroskop pembesaran 40 x 10 :

Gambar 3. Kondisi semen dilihat dari mikroskop (40x10)

Universitas Sumatera Utara


28

Pengukuran Morfologi Kuda Jantan

Hasil pengukuran morfologi kuda jantan di Kabupaten Deli Serdang untuk

panjang kepala berkisar antara 53,68 ± 3,77 cm dengan KK 7,02% dan total

536,85. Lebar kepala berkisar antara 20,61 ± 2,98 cm dengan KK 14,45% dan

total 206,1. Panjang leher berkaisar antara 78,82 ± 10,55 cm dengan KK 13,40%

dan total 788,2. Tinggi pundak bberkisar antara 145,47 ± 8,26 cm dengan KK

5,67% dan total 1454,7. Lingkar dada berkisar antara 157 ± 7,38 cm dengan KK

4,70% dan total 1570. Kedalaman dada berkisar antara 73,93 ± 6,40 cm dengan

KK 8,66% dan total 739,35. Panjang badan berkisar antara 84,98 ± 5,93 cm

dengan KK 6,98% dan total 849,8. Tinggi pinggul berkisar antara 149,16 ± 8,82

cm dengan KK 5,91% dan total 1491,6. Lebar pinggul berkisar antara 39,24 ±

3,90 cm dengan KK 9,93% dan total 392,4. Lingkar scrotum memiliki ukuran

berkisar antara 25,58 ± 4,49 cm dengan KK 17,55% dan total 255,82. Disajikan

dalam tabel 5 berikut :

Tabel 5. Total, rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman dari pengukuran
morfologi kuda jantan
Morfologi Kuda RR ± SD KK (%)
Panjang Kepala 53,68±3,77 7,02
Lebar Kepala 20,61±2,98 14,45
Panjang Leher 78,82±10,55 13,38
Tinggi Pundak 145,47±8,26 5,67
Lingkar Dada 157±7,38 4,70
Kedalaman Dada 73,93±6,40 8,66
Panjang Badan 84,98±5,93 6,98
Tinggi Pinggul 149,16±8,82 5,91
Lebar Pinggul 39,24±3,90 9,93
Lingkar Scrotum 25,58±4,49 17,55
n (jumlah kuda) 10

Universitas Sumatera Utara


29

Hasil data pengukuran 10 ekor kuda jantan diatas menunjukan nilai yang

tidak beda jauh dengan hasil penelitian Kaban (2017), yang dilakukan di beberapa

Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara diantaranya Kabupaten Karo, Kabupaten

Humbang Hasundutan, Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Samosir.

Dimana hasil rataan tinggi pundak yang didapatkan 145,47 ±8,26 cm dengan KK

5,67% tidak berbeda jauh dengan rataan tinggi pundak di Kab. Karo 155.090±2.942

cm dengan KK 8.658%, dan Kab. Taput 154.695±1.259 cm dengan KK 1.584%.

sedangkan dengan kuda di Kab. Humbahas 133.586±3.543 cm dengan KK

12.558%, dan Kab. Samosir 131.444±1.977 cm dengan KK 3.908% berbeda jauh.

Untuk hasil rataan tinggi pinggul yang di dapatkan 149,16 ±8,82 cm dengan KK

5,91% tidak berbeda jauh dengan hasil di Kab. Karo dan Kab. Taput dengan rataan

beturut-turut 155.954±2.439 cm dengan KK 5.950% dan 155.000±1.279 cm dengan KK

1.636%. sedangkan dengan Kab. Humbahas dan Kab. Samosir berbeda jauh dengan

rataan berturut-turut 131.934±3.714 cm dengan KK 13.795 dan 129.166±1.757 cm

dengan KK 3.088%.

Hasil lebar pinggul yang di dapatkan 39,24 ±3,90 cm dengan KK 9,93%

ini tidak berbeda jauh dengan rataan di Kab. Karo, Kab. Taput, Kab. Humbahas

dan Kab. Samosir dengan nilai rataan 50.045±3.015 cm dengan KK 9.093%,

48.652±2.385 cm dengan KK 5.691%, 42.500±2.419 cm dengan KK 5.855%, dan

41.833±2.202 cm dengan KK 4.852%. Untuk hasil panjang badan yang di

dapatkan relatif lebih kecil dengan rataan 84,98±5,93 cm dengan KK 6,98 di

bandingkan dengan yang ada di Kabupaten lainnnya dengan rataan 162.136±5.409

cm dengan KK 29.266% di Kab. Karo, 135.152±2.280 cm dengan KK 5.198% di

Kab. Humbahas, 160.478±7.751 cm dengan KK 60.079% di Kab. Taput dan

133.166±3.535 cm dengan KK 12.500%. hasil lingkar dada lebih tinggi dengan

Universitas Sumatera Utara


30

rataan 157 ±7,38 cm dengan KK 4,70% dibandingkan rataan di Kab. Humbahas dan

Kab. Samosir dengan nilai rataan 148.695±6.084 cm dengan KK 37.016, dan

147,500±2.121 cm dengan KK 4.500%. dan jauh relatif kecil jika dibandingkan dengan

nilai rataan di daerah Kab. Karo dan Kab. Taput dengan nilai rataan 167.090±3.841 cm

dengan KK 14.753%, dan 166.304±7.431 cm dengan KK 55.221%.

Hasil rataan untuk kedalaman dada 73,93 ±6,40 cm dengan KK 8,66% tidak

berbeda jauh dengan hasil di Kab. Karo, Kab. Humbahas, Kab. Taput dan Kab. Samosir

dengan nilai rataan berturut-turut 66.181±2.612 cm dengan KK 6.822%, 53.304±5.231

cm dengan KK 27.371%, 66.782±2.392 cm dengan KK 5.723% dan 50.722±4.281 cm

dengan KK 18.330%. Namun hasil yang di dapatkan cenderung lebih tinggi di

bandingkan dengan di Kabupaten lain. Hasil yang di dapatkan di lapangan panjang kepala

53,68±3,77 cm dengan KK 7,02%, lebar kepala 20,61±2,98 cm dengan KK 14,45%, dan

panjang leher 78,82 ±10,55 cm dengan KK 13,38%. Ini tidak berbeda jauh dengan hasil

yang didapatkan oleh Grantino et al. (2017) yang menyatakan bahwa rataan untuk

panjang kepala 60.954±1.785 cm dengan KK 2.92%, rataan lebar kepala 21.227±1.998

cm dengan KK 9.41% dan rataan panjang leher 49.090±4.139 cm dengan KK 8.43%

dimana nilai rataan ini relatif lebih rendah dari hasil yang didapatkan.

Universitas Sumatera Utara


KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari penenlitian ini didapatkan bahwa kualitas semen segar yang dikoleksi

mempunyai kualitas cukup baik, dengan rataan warna putih kelabu, tingkat

konsistensi encer, pH sebesar 6,7±0,48, Motilitas (M%) sebesar 69±0,1,

Konsentrasi sebesar 134,5±0,94 x 107 ml/ejakulat, dan Abnormalitas 80% normal.

Berdasarkan Motilitas (M%) dan Konsentrasi kualitas semen dengan pergerakan

spermatozoa yang progresif dan konsentrasi 134,5 juta ml/ejakulat kuda baik

untuk dijadikan pejantan unggul.

Penampilan kuda dilihat dari pengukuran morfologi di Kabupaten Deli

Serdang memilki koefisien keragaman dibawah 10% untuk panjang kepala, tinggi

pundak, lingkar dada, kedalaman dada, panjang badan, tinggi pinggul dan lebar

pinggul yang artinya hasil pengukuran yang didapat seragam yaitu panjang kepala

7,02%, tinggi pundak 5,67%, lingkar dada 4,70%, kedalaman dada 8,66%,

panjang badan 6,98, tinggi pinggul 5,91% dan lebar pinggul 9,93%. Dan koefisien

keragaman diatas 10% untuk lebar kepala, panjang leher dan scrotum yang artinya

hasil pengukuran yang didapat tidak seragam yaiitu lebar kepala 14,45%, panjang

leher 13,38%,dan lingkar scrotum 17,55%. Ini lebih kecil dengan Kab. Karo dan

Kab. Taput, serta lebih besar dari Kab. Humbahas, dan Kab.samosir. Dimana

Nilai koefisien keragaman yang berbeda dipengaruhi oleh bangsa dan lingkungan.

31

Universitas Sumatera Utara


32

Saran

Disarankan kepada peternak agar melakukan perkawinan secara berkala

dengan kuda lokal saja yang ada di Kabupaten Deli Serdang karena hasil koefisien

keragaman yang dihasilkan menunjukan kualitas semen yang baik dengan nilai

yang seragam.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Arifiantini, R.I., I. Supriatna dan Samsurizal. 2007. Penentuan Waktu Ekuilibrasi


pada Pembekuan Semen Kuda Menggunakan Bahan Pengencer Susu
Skim. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut pertanian Bogor. Bogor

Arif, W. 2012. Nilai Ringkasan Data. Diakses dari http://arifwibowo@uny.ac.id.


Pada tanggal 13 Juni 2017 pukul 11.53 WIB

Astuti, V. D. 2011. Ripitabilitas Sifat Kemampuan Kuda Pacu Indonesia


Mempertahankan Kecepatan Berlari. IPB. Bogor

Bambang, A., I.W. Arnata, dan G.A. Adek. 2011. Rancangan Percobaan.
Lintaskata Publishing

Barth A.D. dan R.J. Oko. 1989. Abnormal Morphology of


Bovine Spermatozoa. Iowa: Iowa State University Press.

Blakely dan Bade, 1991. Ilmu Peternakan Edisi ke-4. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.

Bowling, A. T dan A. Ruvinsky. 2000. The Genetics of the Horse. 1st Ed. CAB
International. Wallingford, UK.

BPS (a). 2016. Provinsi Sumatera Utara Dalam Angka 2016. Badan Pusat
Statistika Provinsi Sumatera Utara. Medan

___ (b). 2016. Kabupaten Deli Serdang Dalam Angka 2016. Badan Pusat
Statistika Kabupaten Deli Serdang. Deli Serdang

___ (c). 2016. Kabupaten Karo Dalam Angka 2016. Badan Pusat Statistika
Kabupaten Karo. Brastagi

___ (d). 2016. Kabupaten Humbang Hasundutan Dalam Angka 2016. Badan
Pusat Statistika Kabupaten Humbang Hasundutan. Dolok Sanggul

___ (e). 2016. Kabupaten Tapanuli Utara Dalam Angka 2016. Badan Pusat
Statistika Kabupaten Tapanuli Utara. Tarutung

Champbell, B. dan E. Lack. 1985. A Dictionary of Bird. Buteo Books,


Washington.

Dietl. G. Hoffmann, S dan N. Reinsch. 2005. Mecklenburger Warmblood hourse


judge in the mare performance test of warm blood horses. Arch Tiez.

33
Universitas Sumatera Utara
34

Doho, R. S. 1994. Parameter fenotipik beberapa sifat kuantitatif dan kualitatif


pada domba ekor gemuk. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.

Dyce, K. M., W. O. Sack, dan C. J. G. Wensing. 2002. Text Book Of Veterinary


Anatomy. Saunders Publishing, Pennsylvania.

Ensminger, M. E. 1962. Animal Science. Agriculture Series. 5th ed. Printers and
Publishers Inc., Danville, Illinois.

Feradis. 2010. Bioteknologi Reproduksi pada Ternak. Alfabeta. Bandung.


18,53,74-75,84-85.

Grantino, F., U. Paputungan, Z. Poli, dan A. Lomboan. 2017. Perbandingan


Morfometrik Kuda Di Kecamatan Tompaso Barat Dan Di Nusantara Polo
Club Bogor Jawa Barat. Fakultas Peternakan. Universitas Samratulangi

Hafez E.S.E. dan B. Hafez. 2000. Reproductive Cycle: Horses. In: E.S.E. Hafez &
B. Hafez (eds). Reproduction In Farm Animals. 7th ed. Lippincott
Williams & Wilkins, Philadelphia, USA

Hutasoit, A. E. 2012. Ukuran Dan Bentuk Tubuh Kuda Delman Lokal Pada
Populasi Manado, Minahasa, Minahasa Selatan Dan Tomohon Sulawesi
Utara. IPB. Bogor

Jacoebs, T.N. 1994. Budidaya Ternak Kuda. Kanisius, Yogyakarta.

Kaban, H. 2017. Estimasi Jarak Genetik dan Faktor Peubah Pembeda Kuda di
Sumatera Utara Melalui Analisis Morfometrik. Program Studi Peternakan.
Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan

Kartasudjana, R. 2001. Teknik Inseminasi Buatan pada Ternak.


http://mirror.com/ternak./tehnik_inseminasi_pada_ternak.pdf. Diakses
pada tanggal 14 Maret 2017.

Khairi, F. 2016. Evaluasi Produksi Dan Kualitas Semen Sapi Simmental


Terhadap Tingkat Bobot Badan Berbeda. Jurnal Peternakan Vol 13 (2) :
54-58

Kilgour, R. dan C. Dalton. 1984. Livestock Behaviour a Practical Guide. Granada


Publishing, Great Britain.

McBane, S. 1991. Horse Care and Ridding a Thinking Approach. Grillian


Cooper, Paperback.

Morel, D.M.C.G. 1999. Equine Artificial Insemination.


Oxon: CABI Publishing.

Universitas Sumatera Utara


35

Putriana, C. A. 2011. Analisis Pola Warna Bulu Pada Kuda Delman Lokal Di
Sulawesi Utara. IPB. Bogor

Sastroamidjojo, S. M, dan Soeradji. 1990. Peternakan Umum. Yasaguna. Jakarta

Salisbury, G. W. dan N. L. Van Denmark. 1985. Fisiologi dan Inseminasi Buatan


pada Sapi (Physiologi and Artificial Insemination of Cattle).
Diterjemahkan oleh Djanuar, R. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.

Santosa, U. 2002. Prospek Agribisnis Penggemukan Pedet. Penerbit Penebar


Swadaya. Jakarta.

Setyobudi, A., Kustono dan D. T. Widayanti. 2009. Kinerja Reproduksi Ternak


Kuda Kerja Di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Buletin
Peternakan Vol. 33 (3) : 148-153

Siregar, R. 2011. Kuda Beban Sebagai Alat Transportasi Di Kecamatan Saipar


Dolok Hole Kabupaten Tapanuli Selatan Provinsi Sumatera Utara. IPB.
Bogor.

Suharyadi dan Purwanto. 2009. In Statistika Untuk Ekonomi dan Keuangan


Modern. Jakarta : Selemba Empat

Tim Embriologi. 2010. Embriologi Bahan Ajar. FKS Unsyiah. Banda Aceh.

Toelihere, M. R. 1981. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Angkasa. Bandung.

_____________. 1993. Inseminasi Buatan Pada Ternak Cetakan ketiga. Angkasa


Bandung.

Yudi, I. Arifiantini, B. Purwantara, dan T. L.Yusuf. 2007. Karakteristik Semen


Segar dan Kualitas Semen Cair Kuda dalam Pengencer Dimitropoulos
yang Disuplementasi dengan Fruktosa, Trehalosa dan Rafinosa. Media
Peternakan vol. 30 (3) : 163-172.

___________________________________________. 2008. Daya Tahan Semen


Segar dan Kualitas Semen Cair Kuda dengan Konsentrasi Spermatozoa
Berbeda dalam Pengencer Dimitropoulos yang Dimodifikasi. JITV vol.13
(1) : 35-42.

Wibowo, A. 2015. Koleksi Semen dan Pemeriksaan Kualitas Semen. Universitas


Lampung. Lampung.

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Pengukuran Morfologi Kuda Jantan


No Morfologi Kuda
Kuda Panjang Lebar Panjang Tinggi Lingkar Kedalaman Panjang Tinggi Lebar Lingkar
Kepala Kepala Leher Pundak Dada Dada Badan Pinggul Pinggul scrotum
1 55,2 23 94 153 160 81 95 160 40 20,34
2 55 22 82 146,2 164 74 86 147 41,3 27,75
3 59 24 72 145 156 77 85 152 45 33,28
4 54 19 72,9 140 151 72 80 147 40 23,39
5 45 15 60 130 141 62 75 137 35,8 23,92
6 56 23,8 75,5 158 165 77 92,3 163,5 44,5 21,28
36 7 53,2 18,2 72,4 141,5 155 69,2 80,2 139 33,2 23,39
8 54,15 19,4 82 139 154 67,15 84,5 140,6 40,3 33,15
9 55,15 23 82,8 153,5 164,5 82,5 88,4 155 37,15 24,61
10 50,15 18,7 94,6 148,5 159,5 77,5 83,4 150,5 35,15 24,71
Jumlah 536,85 206,1 788,2 1454,7 1570 739,35 849,8 1491,6 392,4 255,82
Rataan 53,68 20,61 78,82 145,47 157 73,93 84,98 149,16 39,24 25,58
SB 3,77 2,98 10,55 8,26 7,38 6,4 5,93 8,82 3,9 4,49
KK 7 14 14,7 5,67 4,7 8,66 6,98 5,91 10 17,51

Universitas Sumatera Utara


37

Lampiran 2. Populasi ternak besar menurut jenis ternak 2016-2015


Jenis Ternak/
Kind of Livestock
Tahun/Year Kuda Sapi Kerbau Sapi Perah
Horse Cattle Buffalo Milked Cow
(1) (2) (3) (4) (5)
2006 4.053 251.488 261.794 6.526
2007 3.553 384.577 189.167 2.093
2008 3.218 388.240 155.341 2.290
2009 2.817 401.821 158.235 2.409
2010 3.098 462.443 161.046 2.569
2011 3.175 546.752 128.540 932
2012 3.069 609.951 131.483 1.057
2013 2.133 523.277 93.966 1.901
2014 2.038 646.749 116.008 1.088
2015 1.917 662.234 115.365 1.078
Total 29.071 4.877.532 1.510.945 21.943
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara 2016

Universitas Sumatera Utara


38

Lampiran 3. Populasi ternak menurut kecamatan dan jenis ternak di Kabupaten


Deli Serdang (ekor) 2015**
Sapi
Sapi
Potong Kerbau Kambing Domba Babi
Perah Kuda
Kecamatan Slaughter Buffalo Goat Sheep Pig Horse
No. Milking
ing
Cow
Cow
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Gunung Meriah - 35 77 399 - 717 -
2. S.T.M Hulu - 566 13 1.899 58 1.760 -
3. Sibolangit - 717 475 5.627 223 2.405 -
4. Kutalimbaru 9 6.977 474 4.430 1.966 9.616 -
5. Pancur Batu 173 4.208 459 4.583 1.825 3.702 -
6. Namo Rambe 51 7.141 242 9.041 2.044 2.424 -
7. Biru-biru - 225 110 2.237 602 891 -
8. S.T.M Hilir - 11.717 161 1.940 - 10.099 -
9. Bangun Purba - 3.702 54 3.452 5.471 973 -
10. Galang - 3.957 597 839 8.076 890 -
11. Tanjung Morawa 420 3.180 165 17.396 5.605 505 -
12. Patumbak - 3.961 - 7.714 - 910 -
13. Deli Tua 74 606 84 807 6.616 1.352 -
14. Sunggal 36 4.533 163 3.865 1.219 3.841 -
15. Hamparan Perak 339 18.800 265 5.894 6.389 4.764 -
16. Labuhan Deli - 195 20 24.302 - 995 -
17. Percut Sei Tuan 806 11.260 73 1.005 8.419 3.381 -
18. Batang Kuis 61 1.523 132 13.809 3.902 896 -
19. Pantai Labu - 417 44 13.790 758 995 -
20. Beringin - 3.880 153 4.416 1.500 3.530 -
21. Lubuk Pakam - 191 105 2.589 950 2.013 -
22. Pagar Merbau 65 2.176 237 237 5.772 - -
Deli Serdang 2.035 89.964 4.083 130.260 61.395 56.658 -
Sumber : Badan Pusat Statistika Kabupaten Deli Serdang 2016
** Angka perbaikan

Universitas Sumatera Utara


39

Lampiran 4. Rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman kuda jantan di


Kabupaten Karo
Peubah R ± SD (cm) KK (%) N
Tinggi Pundak 155,090±2,942 8,658 22
Tinggi Pinggul 155,954±2,439 5,950 22
Lebar Pinggul 50,045±3,015 9,093 22
Panjang Badan 162,136±5,409 29,266 22
Lingkar Dada 167,090±3.841 14,753 22
Dalam Dada 66.181±2.612 6,822 22
Lebar Dada 31.545±2.132 4,545 22
Sumber : Kaban (2017)

Lampiran 5. Rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman kuda jantan di


Kabupaten Tapanuli Utara
Peubah R ± SD (cm) KK (%) N
Tinggi Pundak 154,695±1,259 1,584 23
Tinggi Pinggul 155,000±1,279 1,636 23
Lebar Pinggul 48,652±2,385 5,691 23
Panjang Badan 160,478±7,751 60,079 23
Lingkar Dada 166,304±7,431 55,221 23
Dalam Dada 66,782±2,392 5,723 23
Lebar Dada 31,956±1,364 1,861 23
Sumber : Kaban (2017)

Lampiran 6. Rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman kuda jantan di


Kabupaten Humbang Hasundutan
Peubah R ± SD (cm) KK (%) N
Tinggi Pundak 133,586±3,543 12,558 46
Tinggi Pinggul 131,934±3,714 13,795 46
Lebar Pinggul 42,500±2,419 5,855 46
Panjang Badan 135,152±2,280 5,198 46
Lingkar Dada 148,695±6,084 37,016 46
Dalam Dada 53,304±5,231 27,371 46
Lebar Dada 27,652±2,838 8,054 46
Sumber : Kaban (2017)

Lampiran 7. Rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman kuda jantan di


Kabupaten Samosir
Peubah R ± SD (cm) KK (%) N
Tinggi Pundak 131,444±1,977 3,908 19
Tinggi Pinggul 129,166±1,757 3,088 19
Lebar Pinggul 41,833±2,202 4,852 19
Panjang Badan 133,166±3,535 12,500 19
Lingkar Dada 147,500±2,121 4,500 19
Dalam Dada 50,722±4,281 18,330 19
Lebar Dada 27,277±1,775 3,153 19
Sumber : Kaban (2017)

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 8. Format pengukuran morfologi kuda jantan
No. Morfologi Kuda
Kuda Panjang Lebar Panjang Tinggi Lingkar Lebar Kedalaman Panjang Tinggi Lebar Lingkar
Kepala Kepala Leher Pundak Dada Dada Dada Badan Pinggul Pinggul Scrotum
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
40 8.
9
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.

Universitas Sumatera Utara


41

Lampiran 9. Format data makroskopis dan mikroskopis


No. Makroskopis Semen Mikroskopis Semen
Volume Warna Kekenatalan pH Motilitas Konsentrasi Abnormalitas
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.

Universitas Sumatera Utara


42

Lampiran 10. Foto selama penelitian

Universitas Sumatera Utara


42

Universitas Sumatera Utara


43

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai