SKRIPSI
NANANG RAHMANSYAH
120308021
SKRIPSI
OLEH :
NANANG RAHMANSYAH
120308021/KETEKNIKAN PERTANIAN
Disetujui Oleh:
Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Ir. Sumono, MS) (Riswanti Sigalingging, STP, M.Si, Ph.D)
Ketua Anggota
Nilai evapotranspirasi tanaman kelapa sawit pada saat usia 7 bulan sebesar
1,86 mm/hari, 8 bulan 1,87 mm/hari, 9 bulan 1,92 mm/hari, 10 bulan 1,95
mm/hari, 11 bulan 1,97 mm/hari, dan 12 bulan sebesar 2,00 mm/hari. Besarnya
evaporasi pada saat usia 7 bulan sebesar 2,00 mm/hari, 8 bulan 2,03 mm/hari,
9 bulan 2,12 mm/hari, 10 bulan 2,14 mm/hari, 11 bulan 2,19 mm/hari, dan
12 bulan sebesar 2,21 mm/hari. Koefisien tanaman kelapa sawit yang diperoleh
pada usia usia 7 bulan yaitu 0,8, usia 8 bulan 0,81, usia 9 bulan 0,83, usia 10
bulan 0,84, usia 11 bulan 0,85, dan usia 12 bulan yaitu 0,87.
Kata kunci : Kelapa Sawit, Evapotranspirasi, Koefisien tanaman, Evaporasi
Potensial
Considering that the oil palm plants consume a lot of water, it is needed
to more assessment of the magnitude of the rate of evapotranspiration especially
in oil palm plantations, and in the initial value stages the process can be started
from nursery. The value of crop evapotranspiration can be determined based on
the value of potential evaporation and oil palm crop coefficients for each growth
period. This study was aimed to determine the coefficient of 7 months old tenera
seeds before transplanting.
tanggal 15 Januari 1995 dari Ayah Suharman dan Ibu Misniati. Penulis
Pada Tahun 2009 penulis memasuki Madrasah Aliyah Negeri Aek Natas
dan kemudian lulus pada tahun 2012. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan
Fakultas Pertanian.
Utara.
III Kebun Membang Muda, Aek Kanopan, Labuhanbatu Utara, Sumatera Utara
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas berkat dan
(Elaeis Guineensis Jacq.) Usia Tujuh Bulan Sebelum Pindah Tanam” yang
merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi
Bapak Prof. Dr. Ir. Sumono, MS selaku ketua komisi pembimbing dan
Ibu Riswanti Sigalingging, STP, M.Si, Ph.D selaku anggota komisi pembimbing
dengan baik.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat
Penulis
Hal
ABSTRAK .......................................................................................................... i
ABSTRACT .......................................................................................................... ii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv
DAFTAR TABEL .............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... ix
PENDAHULUAN
Latar Belakang ..................................................................................................... 1
Tujuan Penelitian .................................................................................................. 4
Manfaat Penelitian ................................................................................................ 4
Batasan Penlitian ................................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)................................................. 5
Botani Tanaman .................................................................................................... 5
Syarat Tumbuh ...................................................................................................... 9
Varietas Tanaman ................................................................................................. 10
Pembibitan Kelapa Sawit ...................................................................................... 12
Tekstur Tanah ....................................................................................................... 13
Kerapatan Massa Tanah (Bulk density)................................................................. 17
Kerapatan Partikel Tanah (Particle density) ......................................................... 17
Porositas Tanah ..................................................................................................... 18
Bahan Organik Tanah ........................................................................................... 19
Kapasitas Lapang .................................................................................................. 20
Evaporasi dan Evapotranspirasi ............................................................................ 21
Koefisien Tanaman ............................................................................................... 25
Perkolasi ................................................................................................................ 25
Tanah Entisol ........................................................................................................ 26
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................................... 28
Alat dan Bahan Penelitian ..................................................................................... 28
Alat Penelitian .................................................................................................. 28
Bahan Penelitian .............................................................................................. 28
Metode Penelitian ................................................................................................. 28
Prosedur Penelitian ............................................................................................... 29
ParametePenelitianr ............................................................................................. 31
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tekstur Tanah ....................................................................................................... 33
Berat Kering Akar ................................................................................................. 35
Kerapatan Massa Tanah (Bulk density), Kerapatan Partikel Tanah
(Particle density) dan Porositas ............................................................................ 36
Kadar Air Kapasitas Lapang ................................................................................. 39
No. Hal.
No. Hal.
No. Hal.
Latar Belakang
diperkirakan berasal dari Nigeria (Afrika barat) karena pertama kali ditemukan
di hutan belantara negara tersebut. Namun ada juga yang berpendapat bahwa
komoditi ini berasal dari Amerika Selatan tepatnya di Brazil. Pendapat ini
didukung oleh Cook (1942) yang mengemukakan bahwa kelapa sawit tumbuh
berasal dari Amerika Selatan. Kelapa sawit pertama masuk ke Indonesia pada
tahun 1848, dibawa dari Mauritus dan Amsterdam oleh seorang warga Belanda.
Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman industri yang diyakini bisa membantu
merupakan tanaman tropis penghasil minyak nabati yang hingga saat ini diakui
kandungan kolesterol dan dapat diolah lebih lanjut menjadi suatu produk yang
mencapai 28 % sehingga jenis atau varietas tenera inilah yang paling banyak
digunakan dalam perkebunan kelapa sawit. Oleh karena itu, pada penelitian ini
yang akan digunakan adalah tanaman bibit kelapa sawit varietas tenera
selama 25 tahun di lapangan tidak luput dari sifat-sifat bahan-bahan atau bibit
kelapa sawit pada umur sembilan bulan di pembibitan, selain interaksi antara
banyak air, maka harus diketahui kebutuhan air pada tanaman kelapa sawit agar
disampaikan oleh Tanjung, dkk (2013) bahwa kelapa sawit yang banyak
seberapa besar laju evapotranspirasi tanaman kelapa sawit dan pada tahap awal
kelapa sawit adalah mengetahui sumber air yang terjamin untuk memenuhi
kebutuhan evapotranspirasi tanaman dekat dengan sumber air dan air yang
tersedia cukup banyak terutama pada musim kemarau mengingat selama masa
air.
evaporasi dari permukaan tanah dan tanaman atau disebut kebutuhan air tanaman
evapotranspirasi dan koefisien tanaman untuk bibit kelapa sawit varietas tenera
usia 5 bulan sampai 6 bulan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa nilai
evapotranspirasi, evaporasi dan koefisien tanaman pada saat usia bibit 5 bulan
adalah 0,9 mm/hari, 1,89 mm/hari dan 0,47 sedangkan untuk 6 bulan adalah 0,98
sawit, pertumbuhan awal bibit merupakan periode kritis yang sangat menentukan
bibit kelapa sawit sangat peka terhadap kelebihan dan kekurangan air.
Karena baik kelebihan atau kekurangan air sama-sama berdampak negatif. Oleh
Perlu adanya informasi lebih lanjut untuk kebutuhan air pada tanaman
bibit kelapa sawit. Usia bibit yang ideal berkisar antara 3 – 12 bulan, bebas
gangguan hama dan penyakit, tumbuh normal, dan tidak akan mengalami stagnasi
bahwa standar mutu tanaman bibit kelapa sawit yang baik yaitu pada usia 3 – 4
bulan untuk Pre nursery dan 5 – 12 bulan untuk Main nursery. Oleh karena itu,
bibit kelapa sawit yang sangat peka terhadap kelebihan dan kekurangan air dapat
di-minimalisir.
Tujuan Penelitiaan
menggunakan bibit kelapa sawit varietas tenera usia 7 bulan sebelum pindah
tanam.
Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis yaitu sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan
Batasan Penelitian
- Dalam penelitian ini penulis menggunakan tanaman bibit kelapa sawit usia 7
bulan sampai 12 bulan, dikarenakan pada usia selanjutnya sudah dalam tahap
pindah tanam.
Botani Tanaman
berikut:
Divisio : Tracheophyta
Subdivisio : Pteropsida
Kelas : Angiospermae
Ordo : Cocoideae
Familia : Palmae
Genus : Elaeis
Tanaman kelapa sawit mempunyai akar serabut. Akar kelapa sawit akan
tumbuh ke bawah dan ke samping membentuk akar primer, sekunder, tersier dan
akar kuartener. Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap air, unsur
hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Selain itu, sebagai penyangga berdirinya
mencapai puluhan meter hingga tanaman berumur 25 tahun. Akar tersier dan
kuarterner 5 kali lebih besar daripada akar primer dan sekunder. Akar tersier dan
kuarterner berjumlah sangat banyak dan membentuk massa yang sangat lebat,
sehingga diperkirakan bahwa penyerapan air dan unsur hara tanah dilakukan oleh
akar primer vertikal; RI H akar primer horizontal; RII VU akar sekunder vertikal
ke atas; RII VD akar sekunder vertikal ke bawah; RII H akar sekunder horizontal;
s RIII akar tersier superficial; d RIII akar tersier dalam; dan RIV akar kuarterner
(Pahan, 2013).
Tabel 1. Klasifikasi Berat Kering dan Panjang Akar Tanaman Kelapa Sawit
Umur Berat Kering Akar (kg/pohon) Perkiraan Panjang Akar (m/Pohon)
Tanaman Primer Sekunder Tersier & Primer Sekunder Tersier Kuartener
(Tahun) Kuarterner
1,5 3,8 3,1 1,2 530 2,540 5,820 16,150
2,5 8,1 6,2 1,8 1,130 4,030 8,730 24,320
4,5 19,1 12,5 4,9 2,660 7,460 16,220 45,010
6,5 28,1 9,0 3,5 3,920 3,690 11,580 32,130
8,5 25,7 14,1 4,3 – – – –
10,5 33,4 11,5 4,1 – – – –
14,5 48,7 15,8 4,4 – – – –
17,5 44,1 14,2 3,2 – – – –
27,5 90,4 30,3 10,1 – – – –
(Pahan, 2013).
keadaan lingkungan. Tanaman yang masih muda, batangnya tidak terlihat karena
tertutup oleh pelepah daun. Pertambahan tinggi batang terlihat jelas setelah
Daun kelapa sawit terdiri atas tangkai daun (petiole) yang pada kedua
tepinya terdapat dua baris duri (spines). Tangkai daun bersambung dengan tulang
daun utama (rachis), yang jauh lebih panjang dari tangkai dan pada kiri-kanannya
terdapat anak daun (pinna;pinnata). Tiap anak daun terdiri atas tulang anak daun
(lidi) dan helai daun (lamina). Anak daun yang terpanjang dapat mencapai 1,2 m.
Jumlah anak daun dapat mencapai 250 – 300 helai/daun. Jumlah produksi daun
Semangun, 2008).
Susunan daun tanaman kelapa sawit mirip dengan tanaman kelapa yaitu
pelepah daun yang panjangnya dapat mencapai kurang lebih 7,5 – 9,0 m.
buah. Umur daun mulai terbentuk sampai tua sekitar 6 – 7 tahun. Daun kelapa
sawit yang tumbuh sehat dan segar terlihat berwarna hijau tua (Tim Penulis PS,
1997).
bulan, sebagian dari tandan bunga akan gugur (aborsi) sebelum atau sesudah
karangan bunga (inflorescense) jantan dan betina berada pada satu pohon tetapi
tempatnya berbeda. Semua bakal karangan bunga berisikan bakal bunga jantan
maupun betina, namun pada pertumbuhan dini salah satu jenis kelamin menjadi
yang disebut spikelet. Jumlah spikelet dalam rangkaian dapat mencapai 200 buah.
Batang poros bunga jantan lebih panjang dibandingkan bunga betina, tetapi
jumlah spikeletnya hampir sama. Jumlah bunga tiap spikelet pada bunga jantan
lebih banyak, yaitu 700 – 1200 buah. Kadang-kadang pada tanaman kelapa sawit
terbentuk rangkaian bunga yang hermaprodit, terutama pada tanaman yang masih
Masa reseptif (masa subur) bunga betina adalah 36 – 48 jam, tetapi tidak
semua bunga terbuka pada waktu yang sama. Ada tenggang waktu sampai 2
minggu antara terbukanya bunga betina pertama dan bunga betina terakhir dalam
satu rangkaian bunga. Pada hari pertama sesudah bunga mekar akan berwarna
putih, sedangkan pada hari kedua berubah menjadi kuning gading. Pada hari
ketiga warna bunga menjadi kemerahan (jingga) dan akhirnya pada hari keempat
Pada umumnya tanaman kelapa sawit yang tumbuh baik dan subur sudah
dapat menghasilkan buah serta siap di panen pertama pada umur sekitar 3,5 tahun.
diperlukan mulai dari penyerbukan sampai buah matang dan siap panen kurang
1. Iklim
tandan kelapa sawit. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika
basah di sekitar lintang Utara – Selatan 12o. Jumlah curah hujan yang baik adalah
200 – 2500 mm/tahun; tidak mempunyai defisit air dan hujan relatif merata
sepanjang tahun. Kebutuhan tanaman kelapa sawit yang efektif ialah 1300 – 1500
mm/tahun. Karenanya jumlah curah hujan yang kurang dari 2000 mm/tahun
masih tetap baik bagi kelapa sawit sepanjang tidak terdapat defisit air 250 mm.
Adapun persyaratan untuk tumbuh pada tanaman kelapa sawit sebagai berikut:
- Curah hujan optimum yang diperlukan kelapa sawit > 2,000 – 2500
mm/tahun dan merata sepanjang tahun dengan periode bulan kering (< 100
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dan berbuah bila ditanam pada lahan
dengan ketinggian di atas 500 m dari permukaan laut. Namun secara ekonomis
400 m di atas permukaan laut. Selain tinggi tempat, tanaman kelapa sawit juga
hanya dapat ditanam pada lahan dengan topografi tertentu dengan kemiringan
0o – 12o (21%). Topografi yang dianggap cukup baik untuk tanaman kelapa sawit
baik dan pada kemiringan lebih dari 25o tidak dianjurkan (Soehardjo, dkk, 1999).
3. Tanah
Kelapa sawit tumbuh pada beberapa jenis tanah seperti podsolik, latosol,
hidromorfik kelabu, regosol, andosol, organosol dan alluvial. Sifat utama tanah
sebagai media tumbuh adalah sifat kimia dan sifat fisika tanah.
- Mempunyai solum yang dalam tanpa lapisan padas, lebih dari 80 cm.
Varietas Tanaman
Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal. Varietas-
varietas itu dapat dibedakan berdasarkan tebal tempurung dan daging buah, atau
berdasarkan warna kulit buahnya. Berdasarkan tebal tempurung dan daging buah
tipis, persentase daging buah terhadap buah 35 – 50 %, inti buah (kernel) besar,
2. Pisifera
Varietas ini mempunyai tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada.
Daging buah tebal, inti buah sangat kecil. Kandungan minyak pada daging cukup
tinggi karena sabutnya (daging) tebal, tetapi kandungan minyak inti rendah karena
3. Tenera
Varietas ini merupakan hasil persilangan antara varietas dura (D) dan
varietas pisifera (P) sehingga sifat-sifat morfologi dan anatomi varietas ini (D x P)
merupakan perpaduan antara kedua sifat induknya yaitu dura sebagai ibu dan
pisifera sebagai bapak. Tebal tempurung varietas tenera adalah 0,5 – 4,0 mm,
4. Macro carya
5. Dwikka – wakka
Varietas ini mempunyai ciri yang khas, yaitu daging buahnya (sabut)
berlapis dua. Oleh Karena itu, varietas ini disebut Dwikka – wakka.
( Risza, 1994).
merupakan modal dasar untuk mencapai produktivitas dan mutu minyak kelapa
sawit yang tinggi. Untuk memperoleh bibit yang benar-benar baik, sehat dan
seragam harus dilakukan sortasi yang ketat. Diantara bibit yang terdapat di
tahap (single stage nursery). Pada sistem satu tahap (Pre nursery) diawali dengan
menanam kecambah kelapa sawit ke dalam kantong plastik (polybag) kecil hingga
berumur 3 bulan. Pada sistem dua tahap Main nursery diawali dengan menanam
bibit yang sudah berumur 3 bulan (pindahan dari pre nursery). selanjutnya bibit
dipindah pada kantong plastik besar selama 9 bulan. Tahap terakhir ini disebut
banyak ruang kosong dan kerugian karena polibag yang tidak terpakai. Dengan
memakai sistem 2 tahap, proses seleksi akan lebih ketat sehingga dapat menjamin
Tekstur Tanah
Tekstur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang sangat menentukan
Tekstur suatu tanah memiliki pengaruh yamg sangat penting pada aliran
air, sirkulasi udara, dan besarnya proses transformasi kimia yang terjadi di dalam
tanah tersebut. Ukuran partikel tanah mempunyai arti yang besar pada produksi
menurut sistem USDA dan Sistem Internasional tertera pada Tabel 2 (Novizan,
2005).
tanah tersebut (pasir, debu, dan liat) akan menentukan sifat fisik tanah. Tanah
lapisan atas yang bertekstur liat dan berstruktur ganular akan mempunyai bobot isi
1,0 sampai 1,3 g/cm3, sedangkan yang bertekstur kasar mempunyai bobot isi
antara 1,3 sampai 1,8 g/cm3 dan bobot isi air yaitu 1 g/cm3 (Hasibuan, 2011).
(Hanafiah, 2005).
ukurannya berkisar dari kerikil halus sampai lumpur. Partikel yang diameternya
lebih besar dari 1,00 mm adalah kerikil, partikel dari 0,05 mm – 1,00 mm adalah
pasir dan dari 0,02 mm – 0,05 mm adalah lempung (slit) dan yang lebih kecil dari
pasir, lempung dan lumpur. Tanah liat (loam) adalah tanah yang bertekstur
butir pasir. Klasifikasi kelas tekstur tanah dapat dilihat pada Tabel 3
(Susanto, 2006).
(besar) disebut porous, hal ini berbanding terbalik dengan luas permukaan yang
dengan air, semakin poreus tanah akan semakin mudah akar untuk berpenetrasi,
serta semakin mudah air dan udara bersirkulasi, tetapi semakin mudah pula air
tekstur tanah berdasarkan atas dari fraksi-fraksi utama dari partikel tanah yaitu
relatif tinggi (60 %), tetapi sebagian besar merupakan pori berukuran kecil.
Akibatnya, daya hantar air sangat lambat dan sirkulasi udara kurang lancar.
Kemampuan menyimpan air dan hara tanaman tinggi. Air yang ada diserap
dengan energi yang tinggi, sehingga sulit dilepaskan terutama bila kering,
sehingga juga kurang tersedia untuk tanaman. Tanah liat juga disebut tanah berat
Tanah berlempung merupakan tanah dengan proporsi pasir, debu dan liat
sedemikian rupa sehingga sifatnya berada diantara tanah berpasir dan berliat. Jadi
aerasi dan tata udara serta air cukup baik, kemampuan menyimpan dan
menyediakan air cukup baik, kemampuan menyimpan dan menyediakan air untuk
liat sebagai bertekstur menengah dan lumpur sebagai yang bertekstur halus
(Susanto, 2006).
density” yaitu nisbah antara massa total tanah dalam keadaan kering dengan
volume total tanah. Besarnya bobot volume tanah-tanah pertanian bervariasi dari
sekitar 1,00 g/cm3 sampai 1,6 g/cm3 (Islami dan Utomo 1995).
Mp
Bd = ................................................................................................................ (1)
Vt
dimana :
Tanah-tanah yang tersusun dari partikel yang halus dan tersusun secara tidak
beraturan mempunyai struktur yang baik, ruang porinya tinggi sehingga bobot
Bobot jenis partikel tanah (ρp) atau particle density adalah nisbah antara
massa padatan dengan volume padatan tanah, yang dihitung dengan Persamaan:
Mp
ρp = .............................................................................................................. (2)
Vt
dimana:
2,5 g/cm3 sampai lebih dari 5 g/cm3. Berat jenis tanah yang mempunyai persentase
benda organik rendah berbeda-beda tetapi kecil, mendekati suatu rata-rata 2,65
g/cm3. Beberapa tanah yang diairi, sebagian besar terbentuk dari benda-benda
(Susanto, 2006)
density merupakan petunjuk kepadatan tanah atau porositas, makin padat suatu
tanah maka semakin tinggi nilai bulk densitynya, yang berarti makin sulit
sampai 2,8 g/cm3, dipengaruhi terutama oleh kandungan bahan organik yang
tinggi menyebabkan tanah mempunyai bobot jenis partikel (ρp) rendah (Islami
Porositas Tanah
Pororsitas total atau ruang pori total adalah volume seluruh pori dalam
suatu volume tanah utuh yang dinyatakan dalam persen. Porositas total
merupakan indikator awal yang paling mudah untuk mengetahui apakah suatu
capacity) dan terhadap gerakan udara, air, dan akar-akar melalui tanah. Apabila
ruang pori suatu tanah produksi berkurang 10 %, gerakan udara, air, dan akar-akar
ρ
n = �1- b � x 100 % .. .…………………………………………………………..(3)
ρ p
dimana:
n = Porositas (%)
mengisi dari partikel-partikel yang kecil diantara butiran-butiran yang besar, jadi
ikut menentukan persentase total ruang pori, yang mana untuk kemudahan
Bahan organik tanah adalah semua bahan organik di dalam tanah baik
yang mati maupun yang hidup, walaupun organisme hidup (biomassa tanah)
hanya menyumbang kurang dari 5 % dari total bahan organik. Jumlah dan sifat
bahan organik sangat menentukan sifat biokimia, fisika, kesuburan tanah dan
Black. Prinsip Metode Walkley & Black adalah C-organik dihancurkan oleh
Kelebihan kromat yang tidak direduksi oleh C-organik tanah kemudian ditetapkan
dengan jalan titrasi dengan larutan ferro. Untuk menghitung kandungan bahan
Kapasitas Lapang
tanah sesudah suatu pemberian air yang cukup besar untuk menjamin pembasahan
secara tepat karakteristik kapasitas lapang tanah. Namun demikian, tanah haruslah
tumbuh pada suatu lahan akan sedikit berbeda dengan harga bila tanah itu kosong.
Pengaruh penguapan permukaan yang berlebihan versus sedikit atau tidak ada
dimana :
Mw = Massa air (Berat tanah awal, dalam kondisi kapasitas lapang – berat tanah
(Susilo, 1987).
Evaporasi adalah proses perubahan dari molekul air dalam bentuk zat cair
ke dalam bentuk gas dan naik ke udara dan berlangsung tidak berhenti-henti dari
permukaan air, permukaan tanah. Penguapan yang terjadi dari permukaan lahan
didefinisikan sebagai kehilangan air yang akan terjadi, bila tidak pernah terdapat
dapat terjadi dari suatu daerah. Potensial evapotranspirasi adalah relevan apabila
bertambah air yang sampai pada daun dari tanaman daripada yang
(Dake, 1985).
dimana:
Kt = Koefisien suhu ( – )
Kc = Koefisien tanaman ( – )
k = Faktor tanaman ( – )
digunakan untuk mengetahui besarnya evaporasi dari permukaan air bebas adalah
menunjukkan bahwa evaporasi yang terjadi dari panci evaporasi lebih cepat
dibanding dari permukaan air yang luas. Untuk itu hasil pengukuran dari panci
evaporasi harus dikalikan dengan suatu koefisien seperti terlihat pada rumus
dibawah ini :
Eo = Kp x Ep ....................................................................................................... (9)
koefisien panci bervariasi menurut musim dan lokasi, yaitu berkisar antara 0,6
apabila tersedia cukup air. Kebutuhan air untuk tanaman adalah nilai Et0 dikalikan
Atau
ET
Kc = ............................................................................................................. (11)
Et0
dimana :
Kc = Koefisien tanaman ( – )
(Limantara, 2010).
Di dalam praktik nilai Et0 dapat disetarakan dengan nilai evaporasi dari
kebutuhan air oleh tanaman rendah, kebutuhan air akan meningkat dengan
tanaman juga disebut sebagai “faktor tanaman” yang disingkat “kc” (Islami dan
Utomo, 1995)
digunakan Persamaan
ρb
θ=Wx ......................................................................................................... (13)
ρw
dan
θ x hT
ET = .......................................................................................................... (14)
T
dimana :
Menurut Doorenbos dan Pruitt (1976) bahwa kebutuhan air suatu tanaman
(kc) untuk tanaman kelapa sawit berkisar antara 0,82 (untuk Leaf Area Index < 2)
sampai 0,93 (untuk Leaf Area Index > 5) (Harahap dan Darmosarkoro 1994 dalam
Widodo dan Dasanto, 2010) untuk tanaman kelapa sawit yang berumur lebih dari
7 tahun memiliki nilai Leaf Area Index berkisar antara 4,9 - 5,1.
Koefisien Tanaman
ada benih atau bibit yang tidak tumbuh sehingga nilai (ET) merupakan nilai
Perkolasi
tanah pada lapisan jenuh air. Perkolasi ini sangat penting karena dapat
menentukan besarnya luas medan peresapan diperlukan untuk suatu jenis tanah
h1 -h2
p= .............................................................................................................. (15)
t2 -t1
dimana :
(Soemarto,1995).
Tanah Entisol
Tanah entisol merupakan jenis tanah yang baru saja mulai terbentuk
dengan tingkat perkembangan profil tanah awal atau termasuk dalam jenis tanah
muda. Entisol dicirikan oleh bahan mineral tanah yang belum membentuk horizon
pedogenik yang nyata. Tanah entisol mencakup kelompok tanah alluvial, tanah
regosol dan tanah litosol. Ditemukan pada beragam kondisi lingkungan. Tanah
entisol mempunyai tekstur tanah yang agak kasar karena berpasir dan bahan
organik rendah, sehingga daya menahan air sangat rendah , struktur remah, hal ini
menyebabkan tanah tersebut mudah melewatkan air dan mudah hilang karena
Sifat dan karakteristik tanah entisol yaitu cenderung memiliki tekstur yang
kasar dengan kadar organik dan nitrogen rendah. Entisol mempunyai kejenuhan
dimana tanah yang mempunyai tekstur kasar berkadar bahan organik dan nitrogen
lebih rendah dibandingkan tanah dengan bertekstur halus. Hal ini disebabkan oleh
kadar air yang lebih rendah kemungkinan oksidasi yang lebih baik dalam tanah
yang bertekstur kasar juga penambahan alamiah dari sisa bahan organik kurang
Sebagian besar dari lahan-lahan yang dipakai untuk usaha tani kelapa
sawit termasuk jenis-jenis tanah alluvial dan lateril (ultisol). Tanah-tanah alluvial
mencakup jenis-jenis tanah yang merupakan bagian utama dalam usaha tani
kelapa sawit maupun jenis-jenis usaha tani lainnya. Ditaksir bahwa sepertiga dari
daerah pantai dan daerah aliran-aliran sungai banyak digunakan untuk usaha tani
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Oktober 2016
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ring sample, oven,
timbangan digital, erlenmeyer, gelas ukur, pisau cutter, penggaris, dan evapopan
Klas A.
kelapa sawit varietas tenera usia 7 bulan yang bersumber dari Pusat Penelitian
Metode Penelitian
Analisis data untuk menentukan nilai koefisien tanaman bibit kelapa sawit
varietas tenera usia 7 bulan. Nilai koefisien tanaman bibit kelapa sawit yang
lokasinya dan jumlah bibit yang digunakan, maka penelitian ini merupakan
2. Bibit kelapa sawit bersumber dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS)
1. Memberi air pada setiap tanaman secara manual dengan volume air yang
sama yang bertujuan untuk memenuhi kapasitas lapang pada tanah dan
evapotranspirasi
tanaman
Persamaan (3)
+ 24 jam agar mencapai kondisi kapasitas lapang sampai tidak ada air
dikalikan dengan koefisien panci seperti yang tertera pada Persamaan (9)
E. Koefisien tanaman
Persamaan (12)
F. Akar tanaman
Menentukan berat akar bibit kelapa sawit sesuai dengan periode pengukuran.
48 jam
100
% (Liat) = H2 + koreksi temperatur T2 =
50
Dimana :
T1 = Temperatur (0C)
T2 = Temperatur (0C)
5. Porositas
6. Evapotranspirasi
7. Evaporasi Potensial
Perkolasi air tanah yang keluar dari bagian bawah polybag dihitung
gravimetrik
1. Tekstur Tanah
Hasil pengukuran tekstur tanah dapat dilihat pada Tabel 4 dan Lampiran 2.
debu, dan liat tanah entisol bertekstur lempung berpasir yang dapat ditentukan
pasir yang tinggi yaitu 73,8 % daripada kandungan debu 10,43 % dan liat 15,77 %
(Tabel 4). Tanah yang memiliki kandungan pasir lebih banyak memiliki pori-pori
relatif besar dan kemampuan rendah dalam menahan air. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Hanafiah (2005) bahwa tanah yang didominasi pasir mempunyai pori-
pori makro sehingga semakin mudah pula air untuk hilang dari tanah.
komposisi ketiga fraksi butir-butir tanah tersebut (pasir, debu, dan liat) akan
menentukan sifat fisika tanah. Bagian tanah yang lebih kasar disebut fragmen
batuan atau fraksi tanah kasar sedangkan bagian tanah yang lebih halus disebut
fraksi tanah halus. Tekstur suatu tanah memiliki pengaruh yang sangat penting
pada aliran air, sirkulasi udara, dan besarnya proses transformasi kimia yang
dipengaruhi tekstur tanah, tekstur tanah berpasir sebagian besar ruang pori
berukuran besar sehingga daya hantar air cepat dan memiliki kemampuan rendah
dalam menahan air. Dalam hal ini, nilai evapotranspirasi dan koefisien tanaman
pada setiap periode pertumbuhan semakin meningkat hal ini sesuai dengan rata-
rata evaporasi potensial setiap periode pertumbuhan (Tabel 8). Artinya evaporasi
Hasil analisis berat kering akar tanaman dapat dilihat pada Tabel 5 dan
Lampiran 9 .
terbesar terdapat pada saat usia tanaman 12 bulan yaitu sebesar 53,37 g dan berat
akar kering tanaman terkecil pada saat usia tanaman 7 bulan yaitu sebesar 19,42 g.
Hal ini dikarenakan pada masa pertumbuhan akar primer bercabang membentuk
akar sekunder. Akar sekunder bercabang membentuk akar tersier dan umumnya
bercabang lagi membentuk akar kuarterner. Oleh karena itu, berat akar tanaman
merupakan akar absorpsi. Sebagian besar dari akar absorpsi tersebut (83,7 %)
terdiri dari akar tersier (28,9 %) dan akar kuarterner (54,8 %).
(diameter 0,9 mm) mempunyai 2,75 cm akar kuarterner (diameter 0,2 mm) maka
setiap gram berat akar (segar) setara dengan panjang 520 cm atau sekitar 1,500 cm
berdasarkan 1 gram berat akar kering. Jika berat kering akar tersier dan
9,000 km/ha dengan demikian semakin bertambah usia tanaman bibit kelapa
sawit, akan semakin banyak perakarannya dan semakin berat akar tanamannya.
dengan tekstur tanah dan usia tanaman, tanaman kelapa sawit dapat tumbuh
dengan baik pada tanah bertekstur lempung liat berpasir dan lempung berpasir
(Tabel 4). Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa berat akar kering tanaman
maka semakin banyak perakaran di dalam tanah yang berkembang dan semakin
tanah (particle density) dan porositas tanah dapat dilihat pada Tabel 6 dan
Tabel 6. Hasil Analisis Kerapatan Massa Tanah (Bulk density), Kerapatan Partikel
Tanah (Particle density) dan Porositas Tanah
Usia Tanaman
Parameter
7 bulan 8 bulan 9 bulan 10 bulan 11 bulan 12 bulan
Kerapatan Massa (g/cm3) 0,998 0,994 0,989 0,978 0,968 0,959
3
Kerapatan Partikel (g/cm ) 2,81 2,70 2,57 2,38 2,27 2,23
Porositas Tanah (%) 64,31 62,97 61,30 58,99 57,29 56,92
Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai kerapatan massa tanah yang lebih besar
pada saat usia tanaman 7 bulan yaitu 0,998 g/cm3 dan yang terkecil pada saat usia
tanaman 12 bulan yaitu sebesar 0,959 g/cm3. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Islami dan Utomo (1995) yang menyatakan bahwa besarnya kerapatan massa
tanah-tanah pertanian bervariasi dari sekitar 1,00 g/cm3 sampai 1,6 g/cm3.
Dari Tabel 6, didapat bahwa nilai kerapatan massa tanah pada saat usia
tanaman 7 bulan lebih besar daripada usia tanaman 12 bulan. Perbedaan besarnya
nilai kerapatan massa tanah ini memiliki kaitan erat dengan berat kering akar
tanaman. Pada masa pertumbuhan tanaman, berat kering akar tanaman semakin
berat kering akar tanaman (Tabel 5). Hal ini mempengaruhi massa padatan tanah
Nilai kerapatan partikel tanah yang lebih besar pada saat usia tanaman 7
bulan yaitu sebesar 2,81 g/cm3 dan yang terkecil pada saat usia tanaman 12 bulan
yaitu sebesar 2,23 g/cm3 (Tabel 6). Karena pada usia sebelumnya dengan usia
yang mengakibatkan kerapatan partikel tanah menjadi kecil. Hal ini sesuai dengan
pernyataan dari Islami dan Utomo (1995) yaitu besarnya kerapatan partikel tanah
pertanian bervariasi diantara 2,2 g/cm3 sampai 2,8 g/cm3, dipengaruhi terutama
oleh kandungan bahan organik tanah dan kepadatan jenis partikel penyusun tanah.
Kandungan bahan organik pada tanah entisol dalam penelitian ini adalah
rendah, yaitu sebesar 1,406 % (Tabel 4). Artinya tanah ini memiliki kemantapan
kerapatan partikel tanah. Semakin tinggi bahan organik maka akan semakin
rendah pula kerapatan partikelnya. Hal ini disebabkan karena berat bahan organik
mampu memperkecil berat isi tanah. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Hardjowigeno (2003) yang menyatakan bahwa semakin tinggi bulk density dan
bahan organik suatu tanah maka particle density dalam tanah tersebut akan
bulan sedangkan nilai porositas terendah pada usia tanaman 12 bulan. Hal ini
sesuai dengan penentuan nilai yang telah dilakukan sebelumnya oleh Ade Rahmi
(2015) di rumah kaca. Jika dibandingkan besarnya nilai porositas pada penelitian
sebelumnya oleh Ade Rahmi (2015), maka nilai porositas pada usia tanaman 7
60,3 % pada usia tanaman 5 bulan. Hal ini dikarenakan pada penelitian ini tekstur
tanah lempung berpasir dengan kandungan pasir yang tinggi (Tabel 4) sehingga
pori-pori dalam tanah relatif besar, dan dengan jenis tanah yang berbeda.
lebih kecil daripada usia tanaman 7 bulan (Tabel 6). Hal ini disebabkan oleh nilai
porositas yang ditentukan oleh nilai kerapatan massa tanah dan kerapatan partikel
tanah. Jika semakin besar perbedaan nilai kerapatan massa tanah dengan nilai
kerapatan partikel tanah, maka nilai porositas juga akan semakin besar. Nilai
porositas berbanding lurus dengan nilai kerapatan partikel tanah dan nilai
kerapatan massa tanah (Tabel 6). Jadi semakin kecil nilai kerapatan partikelnya
maka akan semakin kecil nilai porositasnya. Menurut Nurmi, dkk (2009) bahwa
nilai bulk density yang tinggi menunjukkan bahwa tanah tersebut lebih padat
dibandingkan dengan tanah-tanah yang memiliki nilai bulk density yang rendah.
Semakin padat suatu tanah, maka porositas pada tanah tersebut semakin rendah
(Persamaan 3).
4. Kapasitas Lapang
Dari hasil pengukuran, besarnya kapasitas lapang tanah pada saat usia
tanaman 7 bulan dapat dilihat pada Tabel 7 dan perhitungannya pada Lampiran 7.
lempung berpasir yaitu sebesar 36,78 %. Nilai ini digunakan sebagai acuan
pemberian air pada polybag tanaman secara berkala setiap 7 hari. Besarnya
kapasitas lapang ini tergolong sedang karena tanah entisol tidak terlalu baik dalam
bahwa tanah entisol mempunyai tekstur yang agak kasar karena berpasir dan
bahan organik rendah, sehingga daya menahan air sangat rendah, struktur remah
sampai berbutir hal ini menyebabkan tanah tersebut mudah melewatkan air dan
oleh tekstur, struktur tanah dan bahan organik tanah. Bahan organik merupakan
bahan yang sangat mudah menyerap air. Kandungan air tanah pada tanah liat lebih
tinggi dibandingkan tanah lempung atau pasir. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Islami dan Utomo (1995) bahwa pada tanah pasir hampir semua pori berukuran
relatif besar. Oleh karena itu, tanaman yang ditanam pada tanah pasir lebih cepat
tanaman pada saat usia tanaman 7 sampai 12 bulan dapat dilihat pada Tabel 8 dan
2,21
2,21
Evapotranspirasi dan Evaporasi
2,17
2,17
Evapotranspirasi
2,13
2,13
Potensial (mm/hari)
2,09
2,09 Evaporasi
Potensial
2,05
2,05
2,01
2,01
1,97
1,97
1,93
1,93
1,89
1,89
1,85
1,85
0
7 8 9 10 11 12
evapotranspirasi tanaman yang terbesar terdapat pada saat usia tanaman 12 bulan
yaitu sebesar 2,00 mm/hari dan nilai evapotranspirasi tanaman yang terkecil
terdapat pada saat usia tanaman 7 bulan yaitu sebesar 1,85 mm/hari. Besarnya
dengan bertambahnya usia tanaman kelapa sawit tersebut. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Islami dan Utomo (1995) yang menyatakan bahwa pada awal
pertumbuhan.
evaporasi potensial yang terbesar terdapat pada saat usia tanaman 12 bulan yaitu
sebesar 2,21 mm/hari, dan nilai evaporasi potensial yang terkecil terdapat pada
saat usia tanaman 7 bulan yaitu 2,00 mm/hari. Dalam hal ini, nilai evaporasi
potensial pada setiap periode pertumbuhan semakin tinggi hal ini sesuai dengan
0,88
0,88
Nilai Koefisien Tanaman (Kc)
0,86
0,86
0,84
0,84
0,82
0,82
0,80,8
0,78
0,78
0,76
0,76
0
7 8 9 10 11 12
Usia Tanaman (bulan)
Gambar 3. Grafik Koefisien Tanaman Pada Setiap Periode Pertumbuhan
tanaman kelapa sawit yang terbesar terdapat pada saat usia tanaman 12 bulan
yaitu sebesar 0,87 dan yang terkecil terdapat pada saat usia tanaman 7 bulan yaitu
dengan bertambahnya usia tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Harahap
dan Darmosarkoro (1994) dalam Widodo dan Dasanto (2010) yang menyatakan
bahwa nilai crop coefisien (kc) untuk tanaman kelapa sawit berkisar antara 0,82
(untuk Leaf Area Index < 2) sampai 0,93 (untuk Leaf Area Index > 5) untuk
tanaman kelapa sawit yang berumur lebih dari 7 tahun memiliki nilai Leaf Area
Berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Ade Rahmi (2015), nilai
koefisien tanaman yang didapat lebih kecil, pada usia tanaman 5 bulan sebesar
0,47 dan usia tanaman 6 bulan 0,5 dibandingkan penelitian ini yaitu pada usia
tanaman 7 bulan sebesar 0,8 sedangkan usia tanaman 12 bulan sebesar 0,87
(Tabel 8). Sehingga pada fase awal dan fase akhir pertumbuhan lebih rendah
22
Nilai Perkolasi Tanaman
1,8
1,8
1,6
1,6
(mm/hari)
1,4
1,4
1,2
1
0,8
0,6
0,4
0
7 8 9 10 11 12
Usia Tanaman (bulan)
Gambar 4. Grafik Perkolasi Tanaman Pada Setiap Periode Tanaman (mm/hari)
terdapat pada saat usia tanaman 7 bulan yaitu sebesar 1,8 mm/hari dan perkolasi
terkecil pada saat usia tanaman 12 bulan yaitu sebesar 0,54 mm/hari. Menurut
Harto (1993) bahwa perkolasi adalah proses mengalirnya air ke bawah secara
Nilai perkolasi pada saat usia tanaman 7 bulan lebih besar daripada usia
tanaman 12 bulan (Tabel 9). Perbedaan besarnya perkolasi ini memiliki kaitan
yang erat dengan perbedaan nilai porositas tanah (Tabel 6). Pada saat usia bibit 12
bulan nilai porositas lebih kecil yang menyebabkan ruang diantara partikel-
dengan berat kering akar tanaman (Tabel 5). Hal ini mempengaruhi daya
meloloskan air menjadi lebih kecil dan kemampuan tanah dalam menahan air
dikarenakan kebutuhan air tanaman pada saat usia 12 bulan lebih besar yang
disebabkan ukuran tanaman yang lebih besar. Sehingga pemberian air dengan
jumlah yang sama mengakibatkan air yang tidak terpakai lebih sedikit dan
tekstur tanah. Dimana tekstur tanah yang didapat memiliki kandungan pasir yang
tinggi. Islami dan Utomo (1993) menyatakan bahwa semakin bertambah usia
tanaman maka semakin banyak perakaran di dalam tanah yang berkembang maka
penyerapan air oleh akar dalam tanah akan semakin meningkat. Sehingga
Kesimpulan
2. Nilai kerapatan massa tanah (bulk density) pada usia tanaman 7 bulan
0,998 g/cm3, usia tanaman 8 bulan 0,994 g/cm3, usia tanaman 9 bulan
0,989 g/cm3, usia tanaman 10 bulan 0,978 g/cm3, usia tanaman 11 bulan
3. Nilai partikel tanah (particle density) pada usia tanaman 7 bulan 2,81
g/cm3, usia tanaman 8 bulan 2,70 g/cm3, usia tanaman 9 bulan 2,57
g/cm3, usia tanaman 10 bulan 2,38 g/cm3, usia tanaman 11 bulan 2,27
g/cm3 dan usia tanaman 12 bulan 2,23 g/cm3, porositas pada saat usia
57,29 % dan usia tanaman 12 bulan 56,92 %, dan jumlah kadar air
tanaman 7 bulan yaitu 1,85 mm/hari, usia tanaman 8 bulan 1,87 mm/hari,
mm/hari, usia tanaman 11 bulan 1,96 mm/hari, dan 2,00 mm/hari pada
tanaman 12 bulan dan terendah terdapat pada saat usia bibit tanaman 7
6. Nilai koefisien tanaman kelapa sawit pada saat usia tanaman 7 bulan yaitu
sebesar 0,8, usia tanaman 8 bulan 0,81, usia tanaman 9 bulan 0,83, usia
tanaman 10 bulan 0,84, usia tanaman 11 bulan 0,85 dan pada saat usia
7. Besar perkolasi tertinggi yaitu 1,8 mm/hari pada saat usia tanaman 7
bulan dan terendah yaitu 0,54 mm/hari pada usia tanaman 12 bulan.
8. Besar berat akar kering oven tertinggi pada saat usia tanaman 12 bulan
yaitu sebesar 53,37 g, dan yang terendah pada saat usia tanaman 12 bulan
sebesar 19,42 g.
Saran
pertumbuhannya.
Arifin, Z., 2011. Analisis Nilai Indeks Kualitas Tanah Entisol Pada Penggunaan
Lahan yang Berbeda. Fakultas Pertanian Unram. Unram.
Basyar, A. H., 1999. Perkebunan Besar Kelapa Sawit. E-law (Environmental Law
Alliance Worldwide) dan CePAS (Center for Environment and Natural
Resources Policy Analysis).
Cook, F., 1942. A Brazilian Origin For The Commercial Oil Palm. Sci. Monthly.
Didiek, H. G., 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kelapa Sawit di
Indonesia. Bogor.
Foth, H. D., 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Edisi Keenam. Erlangga, Jakarta.
Hadi, M, M., 2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Adi Cita Karya, Yogyakarta.
Islami, T. dan W. H. Utomo, 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIP
Semarang Press, Malang.
Munir, M., 1996. Tanah Ultisol, Tanah Ultisol Di Indonesia. Pustaka Jaya.
Jakarta.
Nurmi, O., Haridjaja, S. Arsyad dan S. Yahya., 2009. Perubahan Sifat Fisik Tanah
Sebagai Respon Perlakuan Konservasi Vegetatif Pada Pertanaman Kakao.
Forum Pascasarjana Vol. 32, N0. 1.
Pahan, I., 2013. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta.
Soehardjo, H., Habib, H. H., Razali, I., Asmah, P., Elvidiana, L., Sri, B., dan
Kusmahadi. 1999. Vademecum Kelapa Sawit. USU Press, Medan.
Tim Penulis PS. 1997. Kelapa Sawit, Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan
Aspek Pemasaran. Penebar Swadaya, Jakarta.
Mulai
Pemberian Air
Dilakukan pengamatan
untuk setiap parameter
Pengujian sampel di
Laboratorium
Pengambilan sampel - Tekstur tanah
tanah di rumah kaca - Bahan organik tanah
- Bulk Density
- Particle density
- Porositas tanah
Dianalisis data yang
diperoleh
Ditentukan
evapotranspirasi dan
koefisien tanaman
Ditentukan kebutuhan
air tanaman
Selesai
HASIL ANALISIS
Keterangan :
Lp : Lempung berpasir
Kepala :
Analis :
Rudi
Eo = Kp x Ep
Dimana :
Eo = Kp x Ep
= 4 x 0,7
= 2,8 mm/hari
Dimana:
1
Volume ring sampel = πd2 t
4
1
= (3,14) (5 cm)2 (5,1 cm)
4
= 100,08 cm3
Massa tanah
Bulk density (Bd) =
Volume total
99,90 g
Bd I = = 0,998 g/cm3
100,08 cm3
101,96 g
Bd I = = 1,018 g/cm3
100,08 cm3
97,92 g
Bd III = = 0,978 g/cm3
100,08 cm3
99,90 g
ρp I = = 2,85 g/cm3
35 cm3
101,96 g
ρp II = = 2,54 g/cm3
40 cm3
97,92 g
ρp III = = 3,06 g/cm3
32 cm3
ρb
Porositas = �1– � �� 100%
ρp
0,998
Porosiras I = {1 – } 100% = 64,98 %
2,85
1,018
Porositas II = {1 – } 100% = 59,92 %
2,54
0,978
Porositas III = {1 – } 100% = 68,03 %
3,06
Dimana:
1
Volume ring sampel = πd2 t
4
1
= (3,14) (5 cm)2 (5,1 cm)
4
= 100,08 cm3
Massa tanah
Bulk density (Bd) =
Volume total
99,82 g
Bd I = = 0,997 g/cm3
100,08 cm3
105,67 g
Bd I = = 1,055 g/cm3
100,08 cm3
93,17 g
Bd III = = 0,930 g/cm3
100,08 cm3
99,82 g
ρp I = = 2,62 g/cm3
38 cm3
105,67 g
ρp II = = 2,57 g/cm3
41 cm3
93,17 g
ρp III = = 2,91 g/cm3
32 cm3
ρb
Porositas = �1– � �� 100%
ρp
0,997
Porosiras I = {1 – } 100% = 61,94 %
2,62
1,055
Porositas II = {1 – } 100% = 58,94 %
2,57
0,930
Porositas III = {1 – } 100% = 68,04 %
2,91
Dimana:
1
Volume ring sampel = πd2 t
4
1
= (3,14) (5 cm)2 (5,1 cm)
4
= 100,08 cm3
Massa tanah
Bulk density (Bd) =
Volume total
101,61 g
Bd I = = 1,015 g/cm3
100,08 cm3
94,10 g
Bd I = = 0,940 g/cm3
100,08 cm3
101,37 g
Bd III = = 1,012 g/cm3
100,08 cm3
101,61 g
ρp I = = 2,41 g/cm3
42 cm3
94,10 g
ρp II = = 2,85 g/cm3
33 cm3
101,37 g
ρp III = = 2,47 g/cm3
41 cm3
ρb
Porositas = �1– � �� 100%
ρp
1,015
Porosiras I = {1 – } 100% = 57,88 %
2,41
0,94
Porositas II = {1 – } 100% = 67,01 %
2,85
1,012
Porositas III = {1 – } 100% = 59,02 %
2,47
Dimana:
1
Volume ring sampel = πd2 t
4
1
= (3,14) (5 cm)2 (5,1 cm)
4
= 100,08 cm3
Massa tanah
Bulk density (Bd) =
Volume total
101,81 g
Bd I = = 1,017 g/cm3
100,08 cm3
96,02 g
Bd I = = 0,959 g/cm3
100,08 cm3
96,00 g
Bd III = = 0,959 g/cm3
100,08 cm3
101,81 g
ρp I = = 2,36 g/cm3
43 cm3
96,02 g
ρp II = = 2,40 g/cm3
40 cm3
96,00 g
ρp III = = 2,40 g/cm3
40 cm3
ρb
Porositas = �1– � �� 100%
ρp
1,017
Porosiras I = {1 – } 100% = 56,90 %
2,36
0,959
Porositas II = {1 – } 100% = 60,04 %
2,40
0,959
Porositas III = {1 – } 100% = 60,04 %
2,40
Dimana:
1
Volume ring sampel = πd2 t
4
1
= (3,14) (5 cm)2 (5,1 cm)
4
= 100,08 cm3
Massa tanah
Bulk density (Bd) =
Volume total
95,73 g
Bd I = = 0,956 g/cm3
100,08 cm3
100,01 g
Bd I = = 0,999 g/cm3
100,08 cm3
95,22 g
Bd III = = 0,951 g/cm3
100,08 cm3
95,73 g
ρp I = = 2,27 g/cm3
42 cm3
100,01 g
ρp II = = 2,22 g/cm3
45 cm3
95,22 g
ρp III = = 2,32 g/cm3
41 cm3
ρb
Porositas = �1– � �� 100%
ρp
0,956
Porosiras I = {1 – } 100% = 57,88 %
2,27
0,999
Porositas II = {1 – } 100% = 55 %
2,22
0,951
Porositas III = {1 – } 100% = 59 %
2,32
57,88 + 55 + 59
Porositas rata-rata = % = 57,29 %
3
Dimana:
1
Volume ring sampel = πd2 t
4
1
= (3,14) (5 cm)2 (5,1 cm)
4
= 100,08 cm3
Massa tanah
Bulk density (Bd) =
Volume total
95,46 g
Bd I = = 0,953 g/cm3
100,08 cm3
96,49 g
Bd I = = 0,964 g/cm3
100,08 cm3
96,31 g
Bd III = = 0,962 g/cm3
100,08 cm3
95,46 g
ρp I = = 2,32 g/cm3
41 cm3
96,49 g
ρp II = = 2,19 g/cm3
44 cm3
96,31 g
ρp III = = 2,18 g/cm3
44 cm3
ρb
Porositas = �1– � �� 100%
ρp
0,953
Porosiras I = {1 – } 100% = 58,92 %
2,32
0,964
Porositas II = {1 – } 100% = 55,98 %
2,19
0,962
Porositas III = {1 – } 100% = 55,87 %
2,18
Laju Evapootanspirasi
ρb
θ=Wx
ρw
0,998 g/cm3
= 11,82 % x
1 g/cm3
= 11,79 %
θ x hT
ET =
T
11,79 % x 22 cm
=
7 hari
= 0,370 cm/hari
= 3,70 mm/hari
Koefisien Tanaman
ET
Kc =
Et0
1,85 mm/hari
=
2,3 mm/hari
= 0,8
Laju Evapootanspirasi
ρb
θ=Wx
ρw
0,994 g/cm3
= 11,98 % x
1 g/cm3
= 11,90 %
θ x hT
ET =
T
11,90 % x 22 cm
=
7 hari
= 0,374 cm/hari
= 3,74 mm/hari
Koefisien Tanaman
ET
Kc =
Et0
1,87 mm/hari
=
2,3 mm/hari
= 0,81
Laju Evapootanspirasi
ρb
θ=Wx
ρw
0,989 g/cm3
= 12,32 % x
1 g/cm3
= 12,18 %
θ x hT
ET =
T
12,18 % x 22 cm
=
7 hari
= 0,382 cm/hari
= 3,82 mm/hari
Koefisien Tanaman
ET
Kc =
Et0
1,91 mm/hari
=
2,3 mm/hari
= 0,83
Laju Evapootanspirasi
ρb
θ=Wx
ρw
0,978 g/cm3
= 12,62 % x
1 g/cm3
= 12,34 %
θ x hT
ET =
T
12,34 % x 22 cm
=
7 hari
= 0,387 cm/hari
= 3,87 mm/hari
Koefisien Tanaman
ET
Kc =
Et0
1,935 mm/hari
=
2,3 mm/hari
= 0,84
Laju Evapootanspirasi
ρb
θ=Wx
ρw
0,968 g/cm3
= 12,95 % x
1 g/cm3
= 12,53 %
θ x hT
ET =
T
12,53 % x 22 cm
=
7 hari
= 0,393 cm/hari
= 3,93 mm/hari
Koefisien Tanaman
ET
Kc =
Et0
1,96 mm/hari
=
2,3 mm/hari
= 0,85
Laju Evapootanspirasi
ρb
θ=Wx
ρw
0,959 g/cm3
= 13,33 % x
1 g/cm3
= 12,78 %
θ x hT
ET =
T
12,78 % x 22 cm
=
7 hari
= 0,401 cm/hari
= 4,01 mm/hari
Koefisien Tanaman
ET
Kc =
Et0
2,00 mm/hari
=
2,3 mm/hari
= 0,87
Perhitungan:
BTKU – BTKO
1. W1 = x 100%
BTKO
131,15 – 97,13
W1 = x 100%
97,13
W1 = 35,02 %
BTKU – BTKO
2. W2 = x 100%
BTKO
136,78 – 99,20
W2 = x 100%
99,20
W2 = 37,88 %
BTKU – BTKO
3. W3 = x 100%
BTKO
134,28 – 97,68
W3 = x 100%
97,68
W3 = 37,46 %
Maka,
= 36,78 %
Perhitungan:
BTKU – BTKO
1. W1 = x 100%
BTKO
124,56 – 99,90
W1 = 99,90
x 100%
W1 = 24,68 %
BTKU -–BTKO
2. W2 = x 100%
BTKO
125,92 – 101,96
W2 = 101,96
x 100%
W2 = 23,49 %
BTKU – BTKO
3. W3 = x 100%
BTKO
124,08 – 97,92
W3 = 97,92
x 100%
W3 = 26,71 %
Maka,
= 24,96 %
Kadar air basis kering = Kadar air pemberian awal (kapasitas lapang) – kadar air
Akhir
Perhitungan:
BTKU – BTKO
1. W1 = x 100%
BTKO
124,87 – 99,82
W1 = 99,82
x 100%
W1 = 25,09 %
BTKU – BTKO
2. W2 = x 100%
BTKO
130,26 – 105,67
W2 = 105,67
x 100%
W2 = 23,27 %
BTKU – BTKO
3. W3 = x 100%
BTKO
117,44 – 93,17
W3 = 93,17
x 100%
W3 = 26,04 %
Maka,
= 24,80 %
Kadar air basis kering = Kadar air pemberian awal (kapasitas lapang) – kadar air
Akhir
Perhitungan:
BTKU – BTKO
1. W1 = x 100%
BTKO
126,04 – 101,61
W1 = 101,61
x 100%
W1 = 24,04 %
BTKU – BTKO
2. W2 = x 100%
BTKO
117,88 – 94,10
W2 = 94,10
x 100%
W2 = 25,27 %
BTKU – BTKO
3. W3 = x 100%
BTKO
125,79 – 101,61
W3 = 101,61
x 100%
W3 = 24,08 %
Maka,
= 24,46 %
Kadar air basis kering = Kadar air pemberian awal (kapasitas lapang) – kadar air
Akhir
Perhitungan:
BTKU – BTKO
1. W1 = x 100%
BTKO
125,53 – 101,81
W1 = 101,81
x 100%
W1 = 23,29 %
BTKU – BTKO
2. W2 = x 100%
BTKO
119,81 – 96,02
W2 = 96,02
x 100%
W2 = 24,77 %
BTKU – BTKO
3. W3 = x 100%
BTKO
119,47 – 96,00
W3 = 96,00
x 100%
W3 = 24,44 %
Maka,
= 24,16 %
Kadar air basis kering = Kadar air pemberian awal (kapasitas lapang) – kadar air
Akhir
Perhitungan:
BTKU – BTKO
1. W1 = x 100%
BTKO
118,76 – 95,73
W1 = 95,73
x 100%
W1 = 24,05 %
BTKU – BTKO
2. W2 = x 100%
BTKO
123,20 – 100,01
W2 = 100,01
x 100%
W2 = 23,18 %
BTKU – BTKO
3. W3 = x 100%
BTKO
118,33 – 95,22
W3 = 95,22
x 100%
W3 = 24,27 %
Maka,
= 23,83 %
Kadar air basis kering = Kadar air pemberian awal (kapasitas lapang) – kadar air
Akhir
Perhitungan:
BTKU – BTKO
1. W1 = x 100%
BTKO
117,48 – 95,46
W1 = 95,46
x 100%
W1 = 23,06 %
BTKU – BTKO
2. W2 = x 100%
BTKO
119,61 – 96,49
W2 = 96,49
x 100%
W2 = 23,96 %
BTKU – BTKO
3. W3 = x 100%
BTKO
118,79 – 96,31
W3 = 96,31
x 100%
W3 = 23,48 %
Maka,
= 23,45 %
Kadar air basis kering = Kadar air pemberian awal (kapasitas lapang) – kadar air
Akhir
dimana :
P = Perkolasi (mm/hari)
h1 -h2
perkolasi = P =
t2 -t1
Ulangan Berat Akar Basah (g) Berat Akar Kering Oven (g)
I 92,71 21,98
II 82,66 18,42
III 81,69 17,88
Rata-Rata 19,42
Maka,
Ulangan Berat Akar Basah (g) Berat Akar Kering Oven (g)
I 84,47 20,99
II 111,17 29,37
III 103,29 27,52
Rata-Rata 25,96
Maka,
Ulangan Berat Akar Basah (g) Berat Akar Kering Oven (g)
I 121,37 32,33
II 133,29 38,54
III 132,97 38,27
Rata-Rata 36,38
Maka,
Ulangan Berat Akar Basah (g) Berat Akar Kering Oven (g)
I 136,49 41,29
II 135,55 39,01
III 141,66 43,70
Rata-Rata 41,33
Maka,
41,29 + 39,01 + 43,70
Berat akar kering rata-rata = = 41,33 %
3
Ulangan Berat Akar Basah (g) Berat Akar Kering Oven (g)
I 144,77 45,33
II 145,01 46,27
III 141,90 44,70
Rata-Rata 45,33
Maka,
Ulangan Berat Akar Basah (g) Berat Akar Kering Oven (g)
I 183,06 53,88
II 209 55,93
III 179,01 50,30
Rata-Rata 53,37
Maka,
53,88 + 55,93 + 50,30
Berat akar kering rata-rata = % = 53,37 %
3