SKRIPSI
OLEH :
SKRIPSI
OLEH :
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana
di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Kata kunci : hidrologi model FJ Mock, indikator kesehatan DAS, debit, tinggi
muka air.
ABSTRACT
Penulis dilahirkan di Binjai pada tanggal 04 Juli 1997 dari Ayah Sahala
Simanjuntak dan Ibu Delila Simbolon. Penulis merupakan anak pertama dari dua
bersaudara.
Tahun 2015 penulis lulus dari SMA Swasta Methodist Tanjung Morawa
dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur
sebagai anggota. Pada bulan Januari 2019 penulis melaksanakan Praktek Kerja
ii
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi
Ibu Delima Lailan Sari Nasution, STP, M.Sc, selaku ketua komisi
skripsi dengan baik. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada orang tua
penulis yang telah memberikan perhatian, doa dan dukungan. Penulis juga
menucapkan terima kasih kepada staf pengajar dan pegawai di program Studi
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat
Penulis
iii
Hal
ABSTRAK ............................................................................................................... i
ABSTRACT....................................................................................................... ……i
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ viii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ........................................................................................... 3
Manfaat Penelitian ......................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA
Daerah Aliran Sungai .................................................................................... 5
Siklus Hidrologi ............................................................................................. 5
Curah Hujan .................................................................................................. 6
Evapotranspirasi ............................................................................................ 7
Debit .............................................................................................................. 8
Tinggi Muka Air .......................................................................................... 10
Liku Kalibrasi .............................................................................................. 11
Koefisien Regim Sungai dan Koefisien Run Off ........................................ 11
Model Hidrologi .......................................................................................... 12
Model Mock ................................................................................................ 13
Kalibrasi dan Validasi ................................................................................ 16
Pengukuran Keandalan Model..................................................................... 17
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat....................................................................................... 19
Bahan dan Alat ............................................................................................ 19
Prosedur Penelitian ...................................................................................... 20
Analisa Data ................................................................................................ 21
Analisa Indikator Hidrologi DAS ................................................................ 23
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian................................................................ 25
Perhitungan Rata-rata Curah Hujan Wilayah .............................................. 26
Perhitungan Evapotranspirasi dengan Metode Radiasi ............................... 27
Analisa Debit Pengamatan........................................................................... 29
Aplikasi Model Hidrologi Mock ................................................................. 28
Kalibrasi Model Mock ................................................................................. 30
Tahap Verifikasi dan Simulasi Model Mock ............................................... 33
Debit Maksimum, Debit Minimum, KRS ................................................... 37
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .................................................................................................. 39
Saran ............................................................................................................ 39
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
No. Hal.
No Hal
vi
No Hal
vii
Latar Belakang
kemudian ke permukaan tanah dan kembali lagi ke laut yang tidak pernah
berhenti, air tersebut akan tertahan (sementara) di sungai, danau atau waduk, dan
dalam tanah sehingga dapat dimanfaatkan oleh manusia atau mahluk hidup
penguapan air yang berada di permukaan tanah, sungai, danau serta laut. Uap air
tersebut menuju atmosfir akan berubah menjadi titik air sehingga terbentuk awan
akibat dari proses kondensasi, kemudian titik-titik air tersebut akan turun menjadi
hujan di daratan maupun lautan. Hujan yang jatuh sebagian ditahan oleh tanaman
dan sebagian lagi jatuh ke permukaan tanah. Air hujan yang jatuh ke permukaan
tanah akan meresap ke dalam tanah (infiltrasi) dan akan mengalir menjadi aliran
permukaan (surface runoff) sebagai pengisi danau, sungai dan cekungan tanah.
Air dari proses infiltrasi akan mengalir di dalam tanah (perkolasi) dan mengisi air
tanah yang nantinya akan keluar sebagai mata air atau akan mengalir ke sungai
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang secara
merupakan suatu ekosistem dengan unsur utamanya terdiri atas sumber daya alam
sungai (DAS). Di dalam sistem DAS dijumpai beragam komponen antara lain
karakteristik DAS, vegetasi, jenis tanah, aliran air dan hujan yang berinteraksi
kepentingan pengembangan sumber daya air, dalam banyak kasus diperlukan data
debit sungai dengan jangkauan data yang jauh lebih panjang (dalam batas tertentu)
dibanding dengan jangkauan data yang tersedia. Dalam kaitan ini diperlukan suatu
pengaliran sungai tertentu menjadi keluaran debit yang disebut model hidrologi.
Menurut Setiawan (2019) kurangnya data debit juga terjadi pada daerah
aliran sungai (DAS) Deli, hal ini dikarenakan adanya beberapa faktor seperti
faktor waktu pengamatan data yang relatif sedikit, faktor biaya yang mahal, faktor
alat yang tidak terkalibrasi dengan baik serta resiko dalam pengambilan data.
Oleh karena itu untuk melengkapi data yang tidak tersedia maka dilakukan
sehingga data tersebut dapat mewakili data debit air pada musim hujan maupun
untuk melestarikan sumber daya air. Dalam menduga besar aliran suatu DAS
DAS.
Model Mock merupakan model simulasi yang relatif sederhana dan cukup
baik dalam penaksiran debit sungai dengan interval waktu bulanan. Dalam
air seperti irigasi dan penyedian air baku. Model ini bertujuan menggambarkan
tanggapan suatu DAS terhadap proses hidrologi yang terjadi jika diberi masukan-
masukan tertentu.
sungai antara lain luas DAS (A), curah hujan (P), evapotransipirasi (ETo),
panjang sungai (L), koefisien infiltrasi (i), initial soil moisture (ISM), soil
metode Mock lebih akurat karena lebih banyak mempertimbangkan keadaan alam
banyaknya parameter yang harus dicari sehingga apabila salah satu data tidak
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan nilai debit
Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis, yaitu sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan
mengalir kedalam satu sungai yang dimaksudkan. Daerah ini umumnya dibatasi
oleh batas topografi, yang berarti ditetapkan berdasar aliran air permukaan. Batas
ini tidak ditetapkan berdasar air bawah tanah karena permukaan air tanah selalu
berubah sesuai dengan musim dan tingkat kegiatan pemakaian (Sri Harto , 1993).
menjadi daerah hulu, tengah, dan hilir. Secara biogeofisika adanya keterkaitan
antara daerah hulu hilir suatu DAS. Kegiatan reboisasi (penanaman pohon) dalam
luasan tertentu misalnya, dapat menurunkan hasil air (water yield), akan tetapi
kegiatan tersebut dapat meningkatkan kualitas air permukaan, dan terutama air
(pengurangan areal tegakan hutan) yang dilakukan di daerah hulu DAS, dalam
luasan tertentu juga dapat memberi dampak dalam bentuk meningkatnya hasil air.
landasan untuk memanfaatkan DAS sebagai suatu perencanaan dan evaluasi yang
Siklus Hidrologi
seluk-beluk air, kejadian dan distribusinya, sifat alami dan sifat kimianya, serta
Daur hidrologi adalah serangkaian peristiwa yang terjadi pada air saat ia
mengalir kembali ke dalam laut dan selanjutnya berevaporasi. Kemudian, air ini
Hujan
Hujan merupakan komponen masukan yang paling penting dalam proses
(surface runoff), aliran antara (interflow, sub surface flow) maupun sebagai aliran
Menurut Indarto (2012) ada tiga macam cara yang umum digunakan dalam
1. Rata-rata Aritmetik
Nilai curah hujan wilayah dapat ditentukan dari beberapa data curah hujan
1 2 3 n
R= ................................................................................. (1)
n
Dimana:
menggunakan Persamaan 2:
1 1 2 2 n n
R= ........................................................................... (2)
1 2 n
Dimana:
3. Metode Isohyet
berdasarkan kontur curah hujan berdasarkan data curah hujan yang ada di dalam
Evapotranspirasi
atmosfer dari permukaan tanah, badan air, dan vegetasi oleh adanya pengaruh
yaitu perubahan dari zat cair menjadi uap air atau gas dari semua bentuk
jaringan vegetasi (proses fisiologis) dari akar tanaman ke permukaan daun dan
maksimal yang dapat terjadi pada kondisi cukup air dan semua tanaman dianggap
seragam yaitu rumput hijau setinggi 5 cm. ETP lebih dipengaruhi oleh faktor-
faktor iklim seperti suhu, kelembapan, dan radiasi matahari. Sedangkan ETA lebih
dipengaruhi oleh faktor fisiologi tanaman dan unsur tanah. Nilai evapotranspirasi
(Asdak, 2010).
metode Makkink, merupakan metode yang diterapkan oleh Makkink pada tahun
1957, metode ini dianjurkan untuk digunakan pada lahan atau daerah yang
memiliki data iklim (berupa data temperatur, penyinaran matahari, data awan dan
radiasi) dan metode ini tidak memerlukan data angim serta data lengas tanah,
Debit
Debit adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu
penampang melintang sungai per satuan waktu. Dalam sistem satuan SI besarnya
debit dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik (m 3/dt). Dalam laporan
Menurut Nugroho (2015), Debit aliran adalah jumlah air yang mengalir
pada suatu titik keluaran (outlet) tertentu dalam satuan volume per waktu. Debit
aliran dihasilkan dari data tinggi muka air (TMA) dan data kecepatan arus sungai
pada suatu penampang di titik keluaran pada suatu daerah tangkapan air. Pada
penelitian ini, TMA dan kecepatan arus diukur di Stasiun Pengamat Arus Sungai
di suatu titik keluaran. TMA diukur dengan menggunakan satu set alat ukur TMA
otomatis (Automatic Water Level Recorder). Dari data TMA ini akan dihasilkan
data luas penampang basah secara periodik. Untuk mengukur kecepatan arus
sungai, alat yang digunakan adalah alat ukur kecepatan arus (current meter).
Q = A. V .......................................................................................... (4)
Dimana:
(Arsyad, 1989).
aliran sungai (DAS) akan dapat diketahui. Informasi yang diperoleh dari
pengukuran debit adalah (1) perbedaan debit tertinggi dan terendah, dan
DAS dalam menyangga kejadian hujan deras.DAS yang baik mampu menampung
curah hujan di atas rata-rata sekaligus menyediakan air saat kemarau panjang.
Pengukuran debit dilakukan dengan memantau tinggi muka air secara harian.
Pencatatan muka air dapat melibatkan masyarakat yang tinggal di pinggir sungai
Tinggi muka air (stage height, gauge height) sungai adalah elevasi
permukaan air (water level) pada suatu penampang melintang sungai terhadap
suatu titik tetap yang elevasinya telah diketahui. Tinggi muka air biasanya
dinyatakan dalam satuan meter (m) atau sentimeter (cm). Pengukuran tinggi muka
air merupakan langkah awal dalam pengumpulan data aliran sungai sebagai data
dasar hidrologi.Data tinggi muka air dapat digunakan langsung untuk berbagai
aliran dari waktu ke waktu untuk keperluan transfortasi air. Bagi keperluan analisa
hidrologi, data tinggi muka air digunakan sebagai dasar perhitungan debit
(Soewarno, 2013).
ukur tinngi muka air yaitu papan duga (staff gauge). Hubungan keeratan antara
a, b dan c = Nilai kontanta (Linsley dan Franzini, 1991 ; Neno dkk, 2016).
Liku kalibrasi (rating curve) adalah hubungan grafis antara tinggi muka air
dan debit. Dibuat berdasarkan data pengukuran debit dari berbagai ketinggian
muka air, yang mencakup keadaan tinggi muka air rendah sampai tinggi. Jumlah
dan sebaran data pengukuran debit yang dapat menggambarkan hubungan antara
tinggi muka air dan debit dari muka air terendah sampai tertinggi harus cukup
Menurut Hatta (2018) persamaan rating curve pada musim kemarau yang
digunakan adalah model polinomial karena memiliki nilai koefisien korelasi (r)
Menurut Setiawan (2019) persamaan rating curve pada musim hujan yang
digunakan adalah model polinomial karena memiliki nilai koefisien korelasi (r)
(Q min) pada suatu DAS. Nilai KRS yang tinggi menunjukkan kisaran nilai
Q maks dan Q min sangat besar, atau dapat dikatakan bahwa kisaran nilai
limpasan pada musim penghujan (air banjir) yang terjadi besar, sedang pada
musim kemarau aliran air yang terjadi sangat kecil atau menunjukkan kekeringan.
Secara tidak langsung, kondisi ini ini menunjukkan bahwa daya resap lahan di
DAS/Sub DAS kurang mampu menahan dan menyimpan air hujan yang jatuh dan
limpasan yang banyak yang terus masuk ke sungai dan terbuang ke laut sehingga
ketersediaan air di DAS/Sub DAS saat musim kemarau sedikit (Dephut, 2009).
anatara besarnya air larian terhadap besarnya curah hujan. Angka koefisien air
larian ini merupakan salah satu indikator untuk menetukan apakah suatu DAS
terlalu mengalami gangguan (fisik). Nilai C yang besar menunjukkan bahwa lebih
banyak air hujan yang menjadi air larian. Angka C berkisar dari 0 hingga 1.
Angka 0 menunjukkan bahwa semua air hujan terdistribusi menjadi air intersepsi
sebagai air larian. Di lapangan, angka koefisien larian biasanya lebih besar dari 0
Model Hidrologi
sederhana dari suatu sistem hidrologi yang aktual. Dooge dalam Harto (1993)
menyatakan pengertian sistem sebagai suatu struktur, alat, skema atau prosedur,
baik riil maupun abstrak, yang dikaitkan dalam satu referensi waktu tertentu
sebuah masukan atau sebab, tenaga atau informasi dengan keluaran pengaruh atau
keluaran berupa hidrograf limpasan dari masukan yang berupa hujan efektif.
Dalam persamaan tersebut terdapat tetapan dan parameter model yang dapat
menggambarkan watak suatu sumber air. Dengan membangun suatu model, watak
dari bagian siklus hidrologi dapat dicirikan dengan lebih mudah, murah, cepat,
Model Mock
keseimbangan air untuk menghitung aliran sungai dari data curah hujan,
dengan sebutan Metode F.J Mock. Metode ini sangat dianjurkan untuk
ESDM pada tahun 2009 (Wirasembada, 2012). Metode ini sudah digunakan untuk
Cidanau di provinsi Banten, DAS Cimanuk di provinsi Jawa Barat oleh Bakhtiar
pada tahun 2010 (Wirasembada, 2012) DAS Marmoyo di Jawa Timur oleh
Marsudi pada tahun 2011 (Wirasembada, 2012) dan lain-lain. Pada prinsipmya,
metode F J mock memperhitungkan volume air yang masuk, keluar dan yang
disimpan di dalam tanah (soil storage). Volume air yang masuk adalah hujan,
volume air yang keluar adalah infiltrasi, perkolasi dan yang paling dominan
Metode F.J Mock ini mengacu pada water balance, dimana volume air total yang
ada di bumi adalah tetap, hanya sirkulasi dan distribusinya yang bervariasi.
Perhitungan debit andalan F.J Mock dibagi ke dalam lima perhitungan utama.
balance atau keseimbangan air, run off dan air tanah, total volume tersimpan dan
AET
ER
SMC WS DRO = WS - I
ISM 𝑆𝑀
GWS
𝑆
IGWS
𝑄𝐵𝐴𝑆 𝐼− 𝑆
......................................................................................... (8)
- .............................................................................................. (9)
- ........................................................................................... (10)
= ......................................................................................... (11)
- .......................................................................................... (12)
= .................................................................................... (13)
X X WS ........................................................................... (14)
( ) ....................................................... (15)
- ............................................................................................... (16)
= - -( - )
= .................................................................................... (17)
Dengan:
P = hujan (mm)
untuk mendapatan satu set parameter yang memberikan estimasi terbaik dari debit
yang sah dari realitas yang dikaji sehingga dapat dihasilkan kesimpulan yang
meyakinkan.
Dalam hal ini nilai parameter dicocokkan secara manual dengan cara coba
dan ralat. Metode ini paling banyak digunakan dan direkomendasikan. Khususnya
untuk sebuah model yang kompleks. Dimana sebuah grafik yang bagus sudah
b. Otomatis
Dalam hal ini, sebuah algoritma dipakai untuk menilai sebuah fungsi
c. Kombinasi
kisaran (range) nilai suatu parameter, selanjutnya digunakan trial and error
keterikatan antara nilai observasi dengan nilai simulasi. Jika harga koefisien
korelasi 0,7 hingga 1 menunjukkan adanya derajat asosiasi yang tinggi, sedangkan
koefisien korelasi lebih tinggi dari 0,4 hingga dibawah 0,7 menunjukkan
korelasi yag rendah, dan apabila kurang dari 0,2 dapat diabaikan
(Damandjaja,1998).
hasil simulasi dan observasi selama periode simulasi. Jika nilai kesalahan volume
sangat kecil berarti nilai simulasi dan observasi hampir sama. Sebaliknya jika
nilai kesalahan volume sangat besar maka terjadi penyimpangan hasil simulasi
Model dapat dikatakan teliti jika terdapat hubungan yang tinggi antara
debit terukur dengan debit simulasi, parameter yang digunakan untuk menguji
ketelitian adalah koefisien korelasi (R) dan volume error (VE). Adapun
√(Dt2 -D2
R= ................................................................................................ (16)
Dt2
Dimana :
R = Koefisien korelasi
∑N o s- ∑N sim
VE = ∑N
.......................................................................... (17)
o s
Dimana:
METODOLOGI PENELITIAN
98032’30”E (Gambar 2) yang merupakan bagian hulu sub DAS Sei Petani
Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data curah hujan,
data klimatologi, data tinggi muka air, data persamaan hubungan tinggi
muka air dan debit, data luas DAS dan data kondisi umum lokasi
penelitian.
Prosedur Penelitian
dilakukan.
3. Mempelajari peta – peta yang ada kaitannya dengan DAS yang sedang
dikaji
ditetapkan.
iii. Menganalisa data tinggi muka air pada titik outlet Sei Petani untuk
100, SMC antara 300 - 500, IGWS antara 1000 - 3000, WIC dan
DIC antara 0,5 - 1. , DIC harus lebih besar dari WIC, dan K antara
hitung)
yang diperoleh dari hasil coba dan ralat (trial and error) nilai
Analisa Data
Data hujan harian yang diperoleh dari stasiun pengukur curah hujan
dan diakumulasi menjadi data curah hujan rerata dan dianalisa dengan
Persamaan 1.
2. Perhitungan Evapotranspirasi
pada Persamaan 3.
dari perhitungan tinggi muka air sungai otomatis yang tercatat dalam
tinggi muka air di Stasiun Pengamat Arus Sungai (SPAS) dengan debit
(rating curve). Hubungan antara debit dan tinggi muka air sungai pada suatu
tempat dapat digambarkan dalam persamaan garis liku kalibrasi yang pada
persamaan
1. Tahap Kalibrasi
model Mock ini ialah initial soil moisture (ISM), soil moisture capacity
ketika koefisien korelasi > 0,75 dan VE < 0,1. Pada tahap kalibrasi data
2. Tahap Verifikasi
masukan yang telah digunakan pada tahap kalibrasi. Kemudian dari data
melakukan simulasi untuk menduga nilai debit Sub DAS Sei Petani. Pada
tahap verivikasi data yang digunakan ialah data masukan tahun 2018.
3. Simulasi
Tahap simulasi bertujuan untuk menduga nilai debit Sub DAS Sei
Petani.
digunakan untuk menilai kondisi suatu DAS apakah dalam keadaan baik
yaitu debit maksimum, debit minimum, dan koefisien regim sungai (KRS):
a. Debit Maksimum
debit puncak atau debit tertinggi aliran sungai dalam kurun waktu
satu tahun.
b. Debit Minimum
Lokasi penelitian terletak pada 030 12’ 52,81” s/d 030 47’06,11” LU
dan 980 29’ 23,32” s/d 980 42’ 49,79” BT yang merupakan SPAS Doulu
bagian di Sub DAS Sei Petani (DAS Deli). Luas Sub DAS Sei Petani
(Permenhut, 2013) dengan panjang aliran sungai utama 5,7 km. Penggunaan
lahan yang ada pada Sub DAS Sei Petani meliputi pemukiman, pertanian
lahan kering, sawah, tanah terbuka, semak belukar dan hutan. Pada daerah –
dengan daerah – daerah dengan kerapatan vegetasi rendah atau bahkan tanpa
Analisis rata – rata curah hujan Sub DAS Sei Petani diperoleh dari
stasiun Tuntungan di kawasan DAS Deli. Curah hujan yang digunakan ialah
data curah hujan yang diambil dari tahun 2017-2019. Dalam penelitian ini
data curah hujan sangat berpengaruh dan menjadi kelemahan terhadap nilai
300
250
200
mm
150
100
50
0
Agt I
Okt I
Feb I
Sep I
Nov I
Jun II
Juli I
Mei II
Des II
Jan II
Mar I
Apr II
Jun I
Okt II
Mei I
Agt II
Jan I
Apr I
Nov II
Des I
Feb II
Sep II
Mar II
Juli II
Pada grafik curah hujan diatas dapat dilihat bahwa setiap tahunnya
selalu ada perubahan terhadap curah hujan yang jatuh kepermukaan bumi.
Pada curah hujan tahun 2017 sampai tahun 2019 memiliki perubahan yang
cukup signifikan dikarenakan adanya tengah bulanan yang sama sekali tidak
matahari (%) dan kecepatan angin (km/jam), maka dapat dihitung nilai
tabel lampiran 5.
60
50
40
30
mm
20
10
0
Sep I
Feb I
Jul II
Agt I
Okt I
Mei II
Jun II
Nov I
Jan II
Mar I
Apr II
Mei I
Jun I
Jul I
Des II
Jan I
Agt II
Okt II
Feb II
Apr I
Sep II
Nov II
Des I
Mar II
terjadi pada Sub DAS Sei Petani mengalami perubahan dari bulan ke bulan,
yang masih relatif stabil. Penguapan paling besar terjadi di Bulan April dan
matahari, suhu udara, dan kecepatan angin. Menurut (Asdak, 2010) ETP
adalah evapotranspirasi maksimal yang dapat terjadi pada kondisi cukup air
dan semua tanaman dianggap seragam yaitu rumput hijau setinggi 5 cm.
dan radiasi matahari. Sedangkan ETA lebih dipengaruhi oleh faktor fisiologi
berpengaruh terhadap hasil keluaran model Mock. Dalam hal ini nilai
Mock (luasan DAS , WIC, DIC, ISM, SMC, IGWS dan Koefisien
dalam model FJ Mock ini, maka dari itu jika data masukan evapotranspirasi
dan curah hujan sedikit saja salah maka sensivitas terhadap keluaran model
debit air yang terukur disuatu outlet (titik pengamatan). Debit aliran
dihasilkan dari data tinggi muka air (TMA) dan data kecepatan arus sungai
pada suatu penampang di titik keluaran pada suatu daerah tangkapan air.
Pada penelitian ini, TMA dan kecepatan arus diukur di Stasiun Pengamat
menggunakan satu set alat ukur TMA otomatis (Automatic Water Level
Recorder).
pada kawassan Sub DAS Sei Petani dapat dilihat pada tabel lampiran 7.
telah teruji dan dapat diterima dilihat dari penelitian – penelitian yang
Model Mock yaitu rerata curah hujan wilayah setengah bulanan serta nilai
(i), initial soil moisture (ISM), soil moistuer capacity (SMC), groundwater
resesi constant (K) dan initial groundwater storage (IGWS atau SS).
Mock adalah banyaknya parameter yang harus dicari sehingga apabila salah
satu data tidak tersedia maka metode ini tidak akan digunakan.
and error (coba dan ralat) dengan program Microsotf Excel. Tahap kalibrasi
menggunakan data curah hujan, dan evapotranspirasi pada tahun 2017. Pada
yaitu WIC, DIC, ISM, SMC, IGWS, dan K dengan menggunakan Microsoft
Solver. kalibrasi bertujuan untuk mencari korelasi antara debit simulasi dan
cadangan air yang besarnya ditentukan oleh selisih dari tampungan akhir
dan imbuhan air tanah. Pada parameter SMC (kapasitas kelembaban tanah)
antara debit simulasi dan debit terukur, dimana rataan nilai dabit terukur
dengan debit terhitung tidak berbeda jauh. Menurut (Damandjaja, 1998) jika
yang tinggi, sedangkan koefisien korelasi lebih tinggi dari 0,4 hingga
hingga 0,4 menunjukkan adanya korelasi yag rendah, dan apabila kurang
3.5 500
450
3
400
2.5 350
hujan (mm)
Debit (mm)
2 300
250
1.5 200
1 150
100
0.5
50
0 0
Feb I
Jul II
Agt I
Sep I
Okt I
Jun II
Nov I
Mei II
Jan II
Mar I
Jul I
Apr II
Jun I
Des II
Jan I
Agt II
Feb II
Mei I
Sep II
Okt II
Apr I
Nov II
Des I
Mar II
besar dan curah hujan yang relatif kecil menghasilkan debit yang kecil,
tetapi korelasi antara curah hujan dengan debit tidak selalu positif.
3.5
3
Q sim (m3/s)
2.5
2
1.5 y = 0,8504x + 0,0284
1 R² = 0,7727
0.5
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
3
Q obs (m /s)
memiliki korelasi yang sangat baik antara debit simulasi dan debit
observasi.
dapat dikatakan valid atau dapat digunakan untuk mensimulasi hujan aliran
utama (curah hujan rata – rata wilayah dan evapotranspirasi) pada tahun
hasil perhitungan model dengan debit pengamatan melalui uji statistik dan
visual. Adapun data yang dipakai untuk melakukan verifikasi ialah data
merupakan perwakilan yang sah dari realitas yang dikaji sehingga dapat
terhitung dengan debit terukur ialah koefisien korelasi (r) sebesar 0,8135
dan volume error (VE) sebesar 0,213%. Hasil uji verifikasi debit hasil
3 300
2.5 250
hujan (mm)
Debit (mm)
2 200
1.5 150
1 100
0.5 50
0 0
Feb I
Jul II
Okt I
Sep I
Nov I
Jun II
Agst II
Mei II
Jul I
Des II
Jan II
Mar I
Apr II
Jun I
Agst I
Jan I
Okt II
Feb II
Mei I
Sep II
Apr I
Nov II
Des I
Mar II
2.5
Q sim (m3/s)
2
1.5
1
0.5 y = 0,7126x + 0,0631
R² = 0,7522
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
Q obs (m3/s)
Pada tahap kalibrasi Nilai R2 = 0,772 berarti sebesar 77% dari nilai
pengamatan.
parameter yang telah dioptimasi untuk melakukan uji dengan masukan data
dengan tahun yang berbeda, maka dilakukan uji statistik untuk mengetahui
Tabel 5. Debit hasil simulasi model Mock Sub DAS Sei Petani
Bulan Q Simulasi
Jan I 1,920
Jan II 2,815
Feb I 1,588
Feb II 2,042
Mar I 1,325
Mar II 1,519
Apr I 1,197
Apr II 0,839
Mei I 1,872
Mei II 1,348
Jun I 1,372
Jun II 1,916
Jul I 0,992
Jul II 1,105
Ags I 0,770
Ags II 1,333
Sep I 1,596
Sep II 1,956
Okt I 1,880
Okt II 1,837
Nov I 3,416
Nov II 1,876
Des I 2,324
Des II 2,629
400 4
350 3.5
300 3
250 2.5
200 2
curah hujan
150 1.5 debit simulasi
100 1
50 0.5
0 0
Agt I
Feb I
Jul II
Sep I
Okt I
Jun II
Nov I
Mar I
Mei II
Jan II
Jul I
Apr II
Des II
Mei I
Jun I
Jan I
Feb II
Agt II
Apr I
Sep II
Okt II
Nov II
Des I
Mar II
terhadap besarmya debit pada aliran air. Hal ini tidak selalu berkaitan
debit pada aliran sumber air. Menurut (Nugroho, 2015), Debit aliran adalah
jumlah air yang mengalir pada suatu titik keluaran (outlet) tertentu dalam
satuan volume per waktu. Debit aliran dihasilkan dari data tinggi muka air
(TMA) dan data kecepatan arus sungai pada suatu penampang di titik
Sei Petani nilai debit maksimum, debit minimum dan KRS rata – rata tengah
menggunakan data masukan tahun 2019. Nilai debit maksimum rata - rata
dibandingkan dengan luasan Sub DAS Sei Petani, maka nilainya adalah
0,286 m3/s/km2 dari hasil nilai tersebut Sub DAS Sei Petani masuk kategori
Nilai debit minimum rata – rata tengah bulanan adalah 0,770 m3/s.
Jika debit minimum tersebut dibandingkan dengan luasan Sub DAS Sei
Petani, maka nilainya adalah 0,064 m 3/s/km2 dari hasil nilai tersebut Sub
Sama halnya dengan nilai debit maksimum, dan debit minimum, koefisien
regim sungai juga merupakan salah satu indikator dalam menilai kesehatan.
Perhitungan nilai KRS Sub DAS Sei Petani berdasarkan nilai debit
maksimum dan debit minimum hasil simulasi Model Mock tahun 2019.
4,468. Nilai tersebut menunjukkan bahwa Sub DAS Sei Petani dalam
Kesimpulan
Menghitung Debit Bulanan Sub DAS Sei Petani, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Pada proses kalibrasi hasil uji statistik model Mock diperoleh nilai
3,416 m3/s , nilai debit minimum sebesar 0,770 m 3/s dengan nilai KRS
4,468 . Dari hasil simulasi model Mock tersebut dapat diketahui bahwa
3. Pada proses simulasi model Mock diperoleh nilai pada tiap-tiap parameter,
yaitu WIC 0,1 ; DIC 0,4 ; ISM 155 ; SMC 200 ; IGWS 1600 ; K 0,889.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Asdak C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada
University Press,Yogyakarta.
Brooks KN., Folliot PF., Gregesen HM., and Thames JL. 1987. Hydrology and
The Management of Watershed, USA.
Sri Harto Br. 1993. Analisis Hidrologi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Indarto. 2010. Hidrologi Dasar Teori Dan Contoh Aplikasi Model Hidrologi.
BUMI AKSARA, Jakarta.
Setiawan A., Susanto E. 2019. Penentuan Liku Kalibrasi Debit (Rating Curve)
Pada Musim Hujan di Daerah Aliran Sungai DAS Deli. Jurnal Ilmiah
Rekayasa Pertanian dan Biosistem. 7 (2): 157-165
Susanto E., Hatta N., Sumono. 2018. A Rating Curve Method For Determining
Debit For Dry Season In Micro Scale Watersheads. Journal of Earth
and Environmental Science, 260: 1-6.
doi : 10.1088/1755-1315/260/1/012029
Vase J., Jordan P., Beecham R., Frost A & Summerell G. 2011. Guidelines for
Rainfall-Runoff Modelling : Towards Best Practice Model Application.
Australia : eWater Cooprative Research Centre.
Mulai
Penentuan lokasi
penelitian
Pengumpulan data
Pengolahan data
Analisa Model
Mock
Kalibrasi Verifikasi
Debit terhitung
Hidrologi
Selesai
40 6,4 8,6 11,4 14,3 16,4 17,3 16,7 15,2 12,5 9,6 7,0 5,7
38 6,9 9,0 11,8 14,5 16,4 17,2 16,7 15,3 12,8 10,0 7,5 6,1
36 7,4 9,4 12,1 14,7 16,4 1,2 16,7 15,4 13,1 10,6 8,0 6,6
34 7,9 9,8 12,4 14,8 16,5 17,1 16,8 15,5 13,4 10,8 8,5 7,2
32 8,3 10,2 12,8 15,0 16,5 17,0 16,8 15,6 13,6 11,2 9,0 7,8
30 8,8 10,7 13,1 15,2 16,5 17,0 16,8 15,7 13,9 11,6 9,5 8,3
28 9,3 11,1 13,4 15,3 16,5 16,8 16,7 15,7 14,1 12,0 9,9 8,8
26 9,8 11,5 13,7 15,3 16,4 16,7 16,6 15,7 14,3 12,3 10,3 9,3
24 10,2 11,9 13,9 15,4 16,4 16,6 16,5 15,8 14,5 12,6 10,7 9,7
22 10,7 12,3 14,2 15,5 16,3 16,4 16,4 15,8 14,6 13,0 11,1 10,2
20 11,2 12,7 14,4 15,6 16,3 16,4 16,3 15,9 14,8 13,3 11,6 10,7
18 11,6 13,0 14,6 15,6 16,1 16,1 16,1 15,8 14,9 13,6 12,0 11,1
16 12,0 13,3 14,7 15,6 16,0 15,9 15,9 15,7 15,0 13,9 12,4 11,6
14 12,4 13,6 14,9 15,7 15,8 15,7 15,7 15,7 15,1 14,1 12,8 12,0
12 12,8 13,9 15,1 15,7 15,7 15,5 15,5 15,2 15,2 14,4 13,3 12,5
10 13,2 14,2 15,3 15,7 15,5 15,3 15,3 15,5 15,3 14,7 13,6 12,9
8 13,6 14,5 15,3 15,6 15,3 15,4 15,1 15,4 15,3 14,8 13,9 13,3
6 13,9 14,8 15,4 15,4 15,1 15,2 14,9 15,2 15,3 15,0 14,2 13,7
4 14,3 15,0 15,5 15,5 14,9 15,1 14,6 15,1 15,3 15,1 14,5 14,1
2 14,7 15,3 15,6 15,3 14,6 14,9 14,3 14,9 15,3 15,3 14,8 14,4
0 15,0 15,5 15,7 15,3 14,4 14,8 14,1 14,8 15,3 15,4 15,1 14,8
Lampiran 3. Data curah hujan tahun 2017-2019 Sub DAS Sei Petani
Lampiran 4. Data iklim bulanan tahun 2017-2019 Sub DAS Sei Petani
Kecepatan Sinar
RH
Bulan angin matahari
(%)
(m/s) (%)
Januari 87,77 4,07 69,42
Februari 86,08 4,49 72,25
Maret 83,82 4,20 79,18
April 86,1 3,93 79,36
Mei 85,53 3,72 83,50
Juni 78,98 4,84 81,66
Juli 79,33 4,80 81,66
Agustus 80,59 4,88 75,66
September 82,88 4,06 79,66
Oktober 82,5 3,72 83,83
November 86,73 3,99 66,86
Desember 87,96 4.19 73,69
Rata-rata 84,02 4,24 77,23
Trata-rata =
26,9 25,9
=
26,9
= 26,4
Interpolasi nilai Ra
30 12’
12
3+ = 3,2
60
1 y y1
2 1 y2 y1
3,2 2 y 14,3
4 2 14,7 14,3
1,2 y 14,3
2 0,4
y = 14,6
Perhitungan nilai N
5 11,8
3,03 X
0 12,1
( )
X = x 12,1 – 11,8) + 12,1
( )
= 13,06
W 24 24,8 26
( )
X = x (0,76 – 0,74) + 0,74
( )
= x 0,02 + 0,74
= 0,74
( )
Y = x (0,77 – 0,75) + 0,75
( )
= x 0,02 + 0,75
= 0,75
( )
Z = x (0,74 – 0,77) + 0,77
( )
= x (-0,03) + 0,77
= 0,75
= 63,88
ETo = W x RS
= 0,75 x 63,88
= 47,916 mm
Trata-rata =
25,9 22,8
=
25,9
= 24,35
Interpolasi nilai Ra
30 12’
12
3+ = 3,2
60
1 y y1
2 1 y2 y1
3,2 2 y 14,3
4 2 14,7 14,3
1,2 y 14,3
2 0,4
y = 14,6
Perhitungan nilai N
5 11,8
3,03 X
0 12,1
( )
X = x 12,1 – 11,8) + 12,1
( )
= 13,06
W 24 24,35 26
( )
X = x (0,76 – 0,74) + 0,74
( )
= x 0,02 + 0,74
= 0,74
( )
Y = x (0,77 – 0,75) + 0,75
( )
= x 0,02 + 0,75
= 0,75
( )
Z = x (0,74 – 0,77) + 0,77
( )
= x (-0,03) + 0,77
= 0,75
= 56,48
ETo = W x RS
= 0,75 x 63,88
= 42,367 mm
Lampiran 7. Debit observasi setengah bulanan Sub DAS Sei Petani (m3/s) tahun
2017-2018
Debit Observasi (m3/s)
Bulan
2017 2018
Jan I 1,954 2,704
Jan II 2,643 1,867
Feb I 1,986 1,196
Feb II 1,410 1,110
Mar I 1,914 1,162
Mar II 1,557 2,388
Apr I 1,985 1,077
Apr II 1,326 1,539
Mei I 2,816 1,243
Mei II 3,292 1,429
Jun I 1,567 0,964
Jun II 1,167 1,585
Jul I 1,805 1,923
Jul II 1,077 1,300
Ags I 1,913 0,953
Ags II 0,869 0,953
Sep I 2,274 0,953
Sep II 0,914 1,956
Okt I 1,496 1,166
Okt II 1,149 1,175
Nov I 2,188 1,270
Nov II 1,047 1,898
Des I 1,845 1,954
Des II 1,946 2,109